GAMBARAN KEJADIAN PENGABAIAN LANSIA DI KOTA PADANG
Lola Felnanda Amri (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)
ABSTRACT The goal of the research was to find out the description of neglecting the elderly at Ikur Koto Padang. The study was used descriptive study design and taking sample with a total sampling 84. The results showed almost half of elderly neglect. Most elderly who experienced neglect is age elderly, elderly women who experienced neglect nearly half, elderly most experienced neglect elementary education, more than half of the elderly who are married experienced neglect. It was concluded that the family should further enhance their knowledge and skills about how to care for the elderly. It is recommended that more community nurses improve the assistance to the family in caring for the elderly so that the incidence of neglect in the elderly can be prevented. Keywords: Abandonment of elderly, Ikur Koto
ABSTRAK Lansia seharusnya berada dalam perawatan keluarga, namun di kelurahan ikur koto masih ada lansia yang tinggal sendiri, berdagang untuk mencukupi kebutuhan hidup sendiri. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui gambaran kejadian pengabaian pada lansia di kelurahan Ikur Koto Kota Padang. Desain penelitian deskriptif. Pengambilan sampel dengan total sampling, berjumlah 84. Hasil yang diperoleh menunjukkan hampir separuh lansia mengalami pengabaian. Lansia yang mengalami pengabaian terbanyak adalah usia elderly, lansia perempuan yang mengalami pengabaian hampir separuh, lansia yang paling banyak mengalami pengabaian berpendidikan SD, lebih dari separuh lansia yang berstatus kawin mengalami pengabaian. Disimpulkan bahwa keluarga harus lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang cara merawat lansia. Direkomendasikan agar perawat komunitas lebih meningkatkan pendampingan pada keluarga dalam merawat lansia agar kejadian pengabaian pada lansia dapat dicegah. Kata kunci : Pengabaian lansia, Ikur Koto
PENDAHULUAN
menyebabkan jumlah penduduk lanjut
Struktur penduduk dunia saat ini
usia bertambah dari tahun ke tahun.
menuju proses penuaan, hal ini ditandai
Hal
dengan meningkatnya usia harapan
keberhasilan
hidup dan proporsi penduduk lanjut
peningkatan kualitas kesehatan dimana
usia
hidup
hal
akan
meningkatkan populasi beresiko yang
(lansia).
penduduk
74
Usia
harapan
meningkat,
maka
ini
ini
merupakan
dampak
pembangunan
sekaligus
juga
dari dan
akan
Jurnal Sehat Mandiri Volume 10 Nomor 1 Tahun 2015
salah satunya adalah lansia. Maurier
rawat
dan Smith (2005), menjelaskan bahwa
Fulmer,at.al 2005). Pengabaian pada
penurunan
lansia merupakan bagian dari kejadian
kondisi
individu/kelompok
kesehatan
dan
Laramie,
2000;
oleh
salah perlakuan. Alon (2006 dalam
sehingga
Winterstein, 2012), Lachs dan Pillemer
menjadi
(1995), WHO (2002), dan Cooper et.al
bagian dari kelompok yang beresiko.
(2008), menyatakan bahwa pengabaian
Bertambahnya usia (proses penuaan)
pada lansia merupakan salah satu
akan
ketergantungan
bagian salah perlakuan yang dilakukan
lansia pada keluarga. Meningkatnya
oleh anggota keluarga dan pelaku
ketergantungan
rawat.
banyak
dipengaruhi
(Burke
faktor
individu/kelompok
tersebut
meningkatkan
lansia
ini
akan
Pengabaian pada lansia bisa
berdampak terhadap perlakuan pada
diartikan sebagai kegagalan pelaku
lansia itu sendiri sehingga lansia sangat
rawat atau anggota keluarga untuk
beresiko untuk tidak terpenuhi semua
memenuhi kebutuhan dasar lansia, baik
kebutuhannya. Dengan kata lain secara
itu kebutuhan secara fisik maupun
tidak langsung keluarga mengalami
kebutuhan kesehatan secara mental
kegagalan
memberikan
(Stanhope & Lancaster, 2004). Mauk
pelayanan kepada lansia atau bisa
(2010), menjelaskan lebih terperinci
dikatakan bahwa keluarga dan pelaku
tentang pengabaian pada lansia yaitu
rawat telah melakukan suatu bentuk
kegagalan
salah perlakuan pada lansia yaitu
yang
pengabaian (Potter dan Perry, 2009).
ataupun tidak disengaja disaat lansia
Pengabaian ini bisa dilakukan secara
memerlukan
sengaja ataupun tidak disengaja oleh
meninggalkan lansia sendirian, tidak
keluarga maupun pelaku rawat dan
menyiapkan pelayanan kepada lansia
bisa
sebagai tindakan hukuman untuk lansia
dalam
terjadi
psikologis
secara
(Aravanis
fisik et
maupun al,
1993;
juga
dari
pemberi
dilakukan
perawatan
dengan
makanan,
termasuk
sengaja
pengobatan,
bentuk
resiko
American Medical Association, 1992;
pengabaian pada lansia. Carlson dan
National
Pfadt
Research
Council,
2003;
(2009),
menjelaskan
dalam Fulmer at al, 2005; Winterstein,
pengabaian
2012).
pemberi perawatan dalam memenuhi Kejadian pengabaian ini bisa
kebutuhan
adalah
bahwa
kegagalan
biopsikososial,
dari
spiritual,
disebabkan oleh faktor internal lansia
keuangan, dan kebutuhan akan hukum,
itu sendiri serta faktor ekternal lansia
yang dilakukan dengan disengaja (aktif)
yaitu berasal dari keluarga dan pelaku
ataupun tidak disengaja (pasif).
75
Lola; Gambaran Kejadian Pengabaian Lansia,,,,,,,,,hal 74 - 83
Guna
menghindari kejadian
pengabaian pada lansia dan untuk
pengabaian pada lansia ini, maka
selanjutnya dapat menghindari atau
keluarga
lebih
mengurangi kejadian pengabaian ini,
dan
agar lansia dapat lebih menikmati sisa
keterampilan tentang cara merawat
hidupnya dengan nyaman dan damai.
lansia
Penelitian
lansia
meningkatkan
harus
pengetahuan
dirumah,
pengetahuan
meningkatkan
tentang
pengabaian
pada
lansia
lain
mengenai
kejadian
masalah
pengabaian lansia ini pernah dilakukan
sehingga
di Makasar dan Depok tetapi topik yang
kejadian pengabaian terhadap lansia
diteliti berbeda dengan penelitian ini.
bisa kurangi dan dihindari. Kondisi
Berdasarkan
uraian
masalah
lansia yang ada di kelurahan Ikur Koto
diatas maka rumusan masalah peneliti
Kota Padang Sumatera Barat saat ini
ini adalah “ bagaimanakah gambaran
adalah masih ada lansia yang tinggal
kejadian
sendiri
Kelurahan Ikur Koto Kota Padang”.
tanpa
didampingi
keluarga,
Pengabaian
lansia
di
berdagang untuk mencukupi kebutuhan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah
hidupnya.
gambaran
untuk mengetahui gambaran kejadian
kejadian pengabaian pada lansia ini
pengabaian pada lansia di Kelurahan
berguna
Ikur Koto Kota Padang.
Diketahuinya
bagi
mengetahui
masyarakat tentang
agar
kejadian
METODE PENELITIAN
(2011), dan kembangkan sendiri oleh
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
menggunakan
desain
penelitian
deskriptif.
Metode
peneliti berdasarkan kajian literatur. Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui
prosedur
administrasi.
pengambilan sampel pada penelitian ini
Pengolahan data dilakukan dengan
adalah dengan cara total sampling. Alat
cara editing, coding, processing, dan
pengumpulan data dalam penelitian ini
cleaning. Analisa data menggunakan
menggunakan
analisis univariat.
instrumen
berupa
kuesioner yang diadopsi dari Ramlah
76
Jurnal Sehat Mandiri Volume 10 Nomor 1 Tahun 2015
Hasil Penelitian Tabel 1. Distribusi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir,dan status perkawinan lansia di Kelurahan Ikur Koto Kota Padang Karakteristik f % Usia Lansia (60 th – 74 th) 65 77,4 Lansia Tua ( 75th – 90th) 16 19 Lansia sangat Tua (> 90 th 3 3,6 Jenis kelamin Laki-laki 36 42,9 Perempuan 48 57,1 Pendidikan Terakhir Tidak sekolah SD 15 17,9 SMP 50 59,5 SMA 13 7,1 6 15,5 Status Perkawinan Kawin 48 57,1 Janda 31 36,9 Duda 6 6 Total 84 100 Berdasarkan tabel 1 sebagian besar
lebih dari separuhnya berpendidikan
yaitu 77,4% usia lansia berada pada
SD yaitu sebanyak 59,5%, dan lebih
kategori lansia (60 th – 74 th), lebih dari
dari
separuhnya
perkawinan
perempuan
berjenis yaitu
kelamin
sebanyak
57,1%,
separuhnya adalah
memiliki kawin
status yaitu
sebanyak 57,1%.
Tabel 2. Distribusi kejadian pengabaian lansia di Kelurahan Ikur Koto Kota Padang Kategori f % Bukan Pengabaian Pengabaian Total Berdasarkan tabel 2
hampir separuh
dari lansia yang ada di kelurahan ikur koto
kota
Padang
yaitu
43 41
51,2 48,8
84
100 48,8% mengalami kejadian pengabaian pada lansia.
sebanyak
77
Lola; Gambaran Kejadian Pengabaian Lansia,,,,,,,,,hal 74 - 83
Tabel 3. Distribusi Kejadian Pengabaian Lansia Berdasarkan Usia di Kelurahan Ikur Koto Kota Padang Kategori f % Lansia Pengabaian Bukan pengabaian Lansia Tua Pengabaian Bukan pengabaian Lansia Sangat Tua Pengabaian Bukan pengabaian Total
31 34
47,7 52,3
8 8
50 50
2 1
66,7 33,3
84
100
Tabel 3 Katergori usia lansia yang
sebanyak 50%, kategori lansia sangat
mengalami pengabaian adalah Lansia
tua sebanyak 48,8%.
sebanyak 47,7%, kategori lansia tua Tabel 4. Distribusi Kejadian Pengabaian Lansia Berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Ikur Koto Kota Padang Kategori f % Laki-laki Pengabaian Bukan pengabaian Perempuan Pengabaian Bukan pengabaian Tabel
4
Total Lansia
laki-laki
yang
mengalami pengabaian 42,7%, lansia
17 19
47,2 52,8
24 24
50 50
84 perempuan
100 yang
mengalami
pengabaian adalah sebanyak 50%.
Tabel 5. Distribusi Kejadian Pengabaian Lansia Berdasarkan Pendidikan terakhir di Kelurahan Ikur Koto Kota Padang (n=84) Kategori f % Tidak Sekolah Pengabaian 7 46,7 Bukan pengabaian 8 53,3 SD Pengabaian 26 52 Bukan pengabaian 24 48 SMP Pengabaian 3 50 Bukan pengabaian 3 50 SMA Pengabaian 5 38,57 Bukan pengabaian 8 61,5 Total
78
84
100
Jurnal Sehat Mandiri Volume 10 Nomor 1 Tahun 2015
Berdasarkan tabel 5. lansia yang tidak
berpendidikan
sekolah
pengabaian sebanyak 50%, lansia yang
mengalami
sebanyak
46,7%,
berpendidikan
pengabaian lansia
SD
yang
mengalami
SMP
mengalami
pendidikan terakhirnya SMA mengalami pengabaian sebanyak 38,5%.
pengabaian sebanyak 52%, lansia yang Tabel 6. Distribusi Kejadian Pengabaian Lansia Berdasarkan Status Perkawinan di Kelurahan Ikur Koto Kota Padang Kategori Kawin Pengabaian Bukan pengabaian Janda Pengabaian Bukan pengabaian Duda Pengabaian Bukan pengabaian Total Lansia
yang
mengalami
berstatus
pengabaian
kawin
f
%
26 22
54,2 45,8
13 18
41,9 58,1
2 3
40 60
84
100
mengalami
pengabaian
sebanyak
sebanyak
41,9%, dan lansia yang berstatus duda
54,2%, lansia yang berstatus janda
mengalami pengabaian sebanyak 40%,
PEMBAHASAN
yaitu sebanyak 9,0%, dan usia > 80
Penelitian bahwa
katergori
mengalami
ini
menunjukkan
tahun yaitu sebanyak 4,5%. Sedikit
usia
lansia
yang
berbeda dengan pendapat Gorbien dan
terbanyak
Eisenstein (2005), yang menyatakan
pengabaian
adalah usia 60 – 74 tahun yaitu
bahwa
sebanyak 47,7% atau 31 orang dari 65
beresiko dialami oleh lansia tua.
orang
yang
berada
pada
kategori
kejadian
Peneliti
pengabaian
memperoleh
lebih
hasil
Lansia, usia 75 – 90 tahun sebanyak
bahwa responden paling banyak adalah
50%, usia > 90 tahun sebanyak 48,8%.
perempuan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Penelitian
Rekawati, Widyatuti, dan Fitriani (2003)
lansia perempuan yang mengalami
yang menyatakan bahwa lansia yang
pengabaian sebesar 50%, dan lansia
paling banyak mengalami pengabaian
laki-laki
yaitu ini
sebanyak
57,1%.
menunjukkan
bahwa
sebanyak
47,2%.
Hasil
usia 60 – 75 tahun yaitu
penelitian ini sejalan dengan yang
sebanyak 45,5%, usia 76 – 80 tahun
dilakukan oleh Rekawati, Widyatuti, dan
adalah
79
Lola; Gambaran Kejadian Pengabaian Lansia,,,,,,,,,hal 74 - 83
Fitriani
(2003)
perempuan
menyatakan
mengalami
34,0%
pengabaian memiliki tingkat pendidikan
pengabaian,
rendah
dan laki-laki sekitar 29,5%. Sementara
34,5%.
Fullmer
et
penelitian
bahwa
lansia
al
(2005),
menyatakan
perempuan
dari
SMP
Sedikit
yaitu
sebanyak
berbeda
Rekawati
dengan
(2010),
yang
yang
menyatakan bahwa 72% lansia yang
mengalami pengabaian adalah 69,0%.
mengalami pengabaian tidak pernah
Hasil
(2010),
sekolah. Hasil penelitian ini didukung
lansia
oleh pendapat Gorbien dan Eisenstein
pengabaian.
(2005), dimana ia menjelaskan bahwa
penelitian
Rekawati
menyatakan
bahwa
perempuan
mengalami
Hasil
penelitian
56%
ini
didukung
oleh
salah satu faktor resiko untuk terjadinya
pendapat Fullmer et al (2005), yang
pengabaian
menyatakan
bahwa
rendahnya tingkat pendidikan.
perempuan
lebih
menjadi
pelaku
jenis beresiko
dan
Peneliti
lansia
adalah
memperoleh
hasil
dari
bahwa status kawin lansia lebih dari
laki-laki,
separuhnya adalah kawin yaitu 57,1%,
penelitiannya
janda 36,9% dan paling sedikit adalah
lansia
duda
dibandingkan
dimana
hasil bahwa
untuk
korban
pengabaian
menunjukkan
kelamin
pada
yang
yaitu
6%.
Penelitian
menjadi korban pengabaian adalah
meunjukkan
sebanyak 69%.
berstatus kawin mengalami pengabaian
Peneliti
lansia
yang
hasil
sebanyak 54,2%, lansia yang berstatus
bahwa pendidikan lansia lebih dari
janda mengalami pengabaian sebanyak
separuhnya adalah SD yaitu 59,5%.
41,9%, dan lansia yang berstatus duda
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
mengalami pengabaian sebanyak 40%.
lansia yang paling banyak mengalami
Penelitian ini sedikit berbeda dengan
pengabaian adalah berpendidikan SD
penelitian
yaitu sebanyak 52%.
penelitian Rekawati, Widyatuti, dan
sejalan
memperoleh
bahwa
ini
dengan
Penelitian ini
penelitian
yang
yang
dilakukan
oleh
Fitriani (2003), menunjukkan bahwa
dilakukan oleh Rekawati, Widyatuti, dan
lansia
Fitriani (2003), menjelaskan bahwa
mengalami pengabaian sebesar 31,8%
lansia yang mengalami pengabaian
dan
terbanyak adalah dengan pendidikan
mengalami pengabaian sebesar 31,8%
SD yaitu 20,4 % dari seluruh kejadian
juga. Menurut Rekawati (2010), 40%
pengabaian.
lansia yang mengalami pengabaian
Begitu
juga
dengan
yang
lansia
Fullmer et al (2005), yang menyatakan
adalah
bahwa lansia yang sering mengalami
menikah.
80
sudah
yang
berstatus Fullmer
menjanda/duda
masih
menikah
janda/duda/tidak et
al
(2005),
Jurnal Sehat Mandiri Volume 10 Nomor 1 Tahun 2015
menyatakan lansia yang paling sering
dilakukan oleh Rekawati, (2010), yang
mengalami pengabaian berstatus janda
menyatakan
yaitu 51,7%.
pengabaian
Hasil
adalah
sebesar
42%. Penelitian yang dilakukan oleh
menunjukkan bahwa hampir separuh
Ramlah (2011), menyatakan bahwa
dari lansia yang ada di kelurahan ikur
kejadian
koto
sebanyak
diwilayah kerja puskesmas Kasi-kasi
kejadian
Makasar sebesar 52,5%. Pelaku dari
Padang
48,8%
penelitian
lansia
kejadian
ini
kota
dari
bahwa
yaitu
mengalami
pengabaian
pengabaian. Hasil penelitian ini hampir
pengabaian
sama dengan penelitian sebelumnya
keluarga.
yang dilakukan oleh Duckhorn (1997, dalam
Rekawati,
umumnya
Berdasarkan
lansia
adalah
hasil
analisis
yang
peneliti menunjukkan bahwa hampir
kejadian
separuh lansia mengalami pengabaian.
adalah
Kejadian pengabaian ini bisa terjadi
sebesar 55,1% dari jumlah keseluruhan
karena seiring dengan perubahan usia
perlakuan salah yang terjadi pada
maka semua fungsi tubuh juga mulai
lansia. Penelitian lain yang dilakukan
berkurang
oleh Tatara (1993 dalam Fulmer et al,
ketergantungan
2005)
kejadian
keluarga. Analisis peneliti ini didukung
pengabaian pada lansia sekitar 60%
oleh pendapat Miller (2004), yang
hingga
menyatakan bahwa perubahan usia
menyatakan
2003)
ini
pada
bahwa
pengabaian
pada
lansia
menyatakan bahwa
70%
dari
seluruh kejadian
sehingga
meningkatkan
lansia
perlakuan salah yang dilaporkan pada
yang
Adult Protective Services (APS).
berkurangnya fungsi pendengaran dan
Hasil
yang
menimbulkan dampak negatif terhadap
dilakukan oleh Rekawati, Widyatuti dan
kesehatan seperti perubahan anatomis
Fitriani
coba
pada sistim neurologis yang berdampak
pendeteksian terhadap penganiayaan
terhadap sistim lainnya yaitu fisiologis
usia lanjut di keluarga, diperoleh hasil
dan psikososial (Miller, 2004). Senada
bahwa
dengan
(2003)
penelitian
mengenai
61,36%
dari
menyatakan bahwa gangguan fisik dan
keseluruhan kejadian perlakuan salah
kognitif dari lansia diidentifikasi sebagai
pada lansia, dan angka ini relatif lebih
faktor
tinggi dari penelitian yang dilakukan
pengabaian.
oleh
Duckhorn.
Penelitian
diatas
resiko
WHO
ini
lansia
sebesar
hal
Perubahan
pengabaian
adalah
kejadian
uji
lainnya.
menyebabkan
fungsi
oleh
ini
akan
juga
didukung
penelitian
terjadi,
terhadap
untuk
(2002),
terjadinya
yang
81
Lola; Gambaran Kejadian Pengabaian Lansia,,,,,,,,,hal 74 - 83
Lebih
lanjut
Depkes
(2010)
pengetahuan
keluarga
dan
lansia
menjelaskan bahwa menurunnya fungsi
tentang pengabaian itu sendiri, serta
berbagai
usia,
perlunya dukungan keluarga dalam
mengakibatkan kerentanan terhadap
melakukan perawatan terhadap lansia
penyakit yang bersifat akut atau kronis.
sehingga pengabaian terhadap lansia
Ramlah (2011), menyatakan bahwa
bisa dicegah. Hal ini bisa terjadi karena
pengabaian
dalam
masih minimnya pengetahuan keluarga
keluarga cenderung terjadi peningkatan
dan lansia tentang makna pengabaian
jika kemunduran fisik yang dialami
itu sendiri
lansia juga meningkat. Hal ini juga
resiko
diungkapkan oleh Miller (1995), bahwa
lansia.
kemunduran
pengabaian
organ
pada
pada
fisik
lanjut
lansia
yang
dialami
yang akan meningkatkan
kejadian
pengabaian
Disamping lansia
pada
itu
masalah
dalam
keluarga
berhubungan dengan perubahan fungsi
masih
yang terkait usia dan adanya faktor
diungkapkan dan diketahui oleh orang
resiko yang menyertai.
lain.
Berdasarkan
hasil
analisis
dianggap
Oleh
karena
tabu
itu
untuk
pencegahan
kejadian pengabaian pada lansia ini
peneliti dan didukung oleh penjabaran
memerlukan
dari para peneliti diatas, maka yang
pihak baik keluarga, tokoh masyarakat,
perlu mendapat perhatian dalam hal ini
kader kesehatan pemerintah setempat
adalah
dan petugas kesehatan itu sendiri.
perlunya
peningkatan
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
dari
semua
separuh dari jumlah lansia laki-laki. penelitian
Pendidikan lansia lebih dari separuh
Lebih dari separuh umur lansia pada
berpendidikan SD, sebagian kecil tidak
kategori lansia, sebagian kecil lansia
sekolah, sebagian kecil SMA dan paling
tua dan paling sedikit pada umur lansia
sedikit adalah SMP. Lansia yang paling
sangat tua. Katergori usia lansia yang
banyak mengalami pengabaian adalah
mengalami
terbanyak
lebih dari separuhnya berpendidikan
adalah usia 60 – 74 tahun (lansia).
SD.Status kawin lansia paling banyak
Jenis kelamin lansia paling banyak
adalah kawin, hampir separuhnya janda
adalah perempuan. Lansia perempuan
dan paling sedikit adalah duda. Lansia
yang mengalami pengabaian adalah
yang
separuh dari keseluruhan jumlah lansia
separuhnya
perempuan dan lansia laki-laki yang
Hampir
mengalami pengabaian adalah hampir
kejadian pengabaian pada lansia
82
hasil
dukungan
pengabaian
berstatus
kawin
mengalami separuhnya
lebih
dri
pengabaian mengalami
Jurnal Sehat Mandiri Volume 10 Nomor 1 Tahun 2015
Diharapkan lansia
untuk
kepada
lebih
keluarga
meningkatkan
dalam merawat lansia sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan
dalam
pengetahuan dan keterampilan tentang
memberikan pelayanan kepada lansia
cara
dirumah,
agar kejadian pengabaian pada lansia
tentang
dapat dicegah. Memberikan informasi
lansia
secara lebih luas pada masyarakat
pengabaian
tentang pengabaian pada lansia dalam
merawat
meningkatkan
lansia
pengetahuan
masalah
pengabaian
sehingga
kejadian
terhadap
lansia
bisa
pada
kurangi
dan
dihindari. Disarankan kepada petugas keperawatan
komunitas
keluarga dengan menggunakan leaflet, poster.
untuk
meningkatkan pendampingan keluarga
DAFTAR PUSTAKA Burke, M.M., & Laramie, J.A. (2000). PrimaryCare of the Older Adult: A Multidiciplinary Approach. Philadelphia. Mosby. Carlson, D.S and Pfadt. E (2009). Clinical Coach for Effective Nursing Care for Older Adults. Philadelphia : F.A. Davis Company Cooper. C. et.al, (2008). Oxford Journals : The Prevalence of Elder Abuse and Neglect : a Systematic Review. http://geing.oxfordjournals.org. Diunduh tanggal 21 Februari 2013 DepKes RI. (2010). Pedoman Puskesmas Santun Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta. Fulmer. T. Et. Al (2005). Dyadic Vulnerability and Risk Profiling for Elder Neglect : The Gerontologist. Vol. 45, No. 4, 525 – 534.ProQuest.
Gorbien, M.J and Eisenstein, A.R (2005). Elder Abuse and Neglect : An Overview. Elsevier Saunders.
Lachs, M.S and Pillemer.K (1995). Abuse and Neglect of Elderly Persons. The New England Journal of Medicine. 332 : 437 – 443 Mauk, KL. (2010). Gerontological Nursing : Competencies For Care (Second Edition). Massachusetts: Jones and Bartlett Publisher. Miller CA. (1995). Nursing Care of Older Adults. Philadelphia: JB Lippincott company. Miller. C.A. (2004). Nursing for Wellness in Older Adults: Theory and Practice. (fourth edition). Lippincott Williams & Wilkins. Potter.A.P & Perry.G. A.(2009). Fundamental Keperawatan, Vol 1. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika.
83