H.Sunardi; Faktor Resiko yang Berhubungan.............. FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INKONTINENSIA URINE PADA LANSIA DI PSTW SABAI NAN ALUIH SICINCIN TAHUN 2012 H. Sunardi
(Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRAK The objective of the research was to determine the relationship of the incidence of urinary incontinence and risk factors associated with the occurrence of urinary incontinence in elderly PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin. The analysis used descriptive study design by a cross-sectional study with a sample of 80 older people, the sampling technique by total sampling. Univariate analysis of the data using descriptive statistics and bivariate analysis using Chi Squire with a 95% confidence level (α = 0.05 level). The results obtained more than half (58.8%) had urinary incontinence elderly, less than half (38.8%) elderly female, less than half (38.8%) smoked elderly, less than half (47.5%) elderly consume beverages containing caffeine . There is no significant relationship between the sexes with an incidence of urinary incontinence in the elderly with a p value: 1.000, there was no significant association between smoking and urinary incontinence in elderly kejaian the p value: 0323, there was a significant association between beverage consumption habits containing caffeine with the incidence of urinary incontinence in the elderly with a p value: 0.022. It is suggested to nursing homes as executive officer of health may adopt policies and provide health care for the elderly who urinary incontinence experience at PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin. Keywords : urinary incontinence experience
LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara yang jumlah warga usia lanjut yang tertinggi di dunia. Tahun 2010, jumlah lansia di Indonesia mencapai 9,58% dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Pada tahun 2020, angka tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 11,20% dengan usia harapan hidup rerata 70,1 tahun. Jumlah lansia tahun 2009, seperti diinformasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), adalah 14,439.967 orang atau 7,18% dengan usia harapan hidup rerata 64,5 tahun. (Agoes, 2010) Peningkatan populasi usia lanjut di Indonesia meningkatnya
49 H.Sunardi; Faktor Resiko yang Berhubungan..............
inkontinensia urine pada perempuan. (Sudoyo, 2009) Menurut Soetojo (2009), faktor risiko penyebab terjadinya inkontinensia urine pada lansia meliputi jenis kelamin, usia tua, paritas tinggi, menopause, obesitas, perokok, faktor psikososial, minuman yang mengandung kafein dan obat-obatan. Suddarth (2002) menambahkan faktor risiko yang menyebabkan terjadinya inkontinensia urine meliputi usia, jenis kelamin, kehamilan dan persalinan, infeksi saluran kemih, menopause, pembedahan urogenital, penyakit kronis dan penggunaan berbagai obat. Lanjut usia yang mengalami inkontinensia urine tidak selalu dirawat dirumah sakit, banyak lansia yang tinggal dirumahnya sendiri, di Panti Sosial Tresna Werdha, bahkan cukup aktif di masyarakat dan dalam kondisi mental yang baik. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study dimana variabel independen dan dependen pada objek penelitian diukur dalam waktu yang bersamaan (Nursalam, 2003). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2012. Tempat penelitian dilakukan pada lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang ada di Panti Sosial Sabai Nan Aluih Sicincin yaitu sebanyak Secara keseluruhan diperkirakan sekitar separuh dari lansia yang dirawat dirumah dan dipanti-panti Wedha mengalami inkontinensia urine. Pada lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha, inkontinensia urine dikaitkan dengan terdapatnya gangguan mobilitas, demensia, depresi, dan diabetes melitus. (Darmojo, 2009) Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan penelitian tentang faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya inkontinensia urine pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2012. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya inkontinensia urine pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2012.
110 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin. Teknik pengambilan sampel
yang
digunakan
adalah total sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan mengambil seluruh populasi. Maka jumlah sampel yang diteliti yaitu sebanyak 80 lansia yang memenuhi
kriteria.
Langkah-langkah
pengolahan data terdiri dari menyunting data (Editing), mengkode data (Coding),
memasukkan
data
(Entry),
dan
membersihkan data (Cleaning). Analisa yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: analisa univariat dan
50 H.Sunardi; Faktor Resiko yang Berhubungan.............. analisa Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel yaitu variabel independen yang meliputi jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan kebiasaan mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein dengan variabel HASIL PENELITIAN Analisa Univariat dependen yaitu kejadian inkontinensian urine pada lansia. Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan analisa statistik chi square, dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05). Tabel .1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Inkontinensia Urine Di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2012 Kejadian Inkontinensia Urine Tidak inkontinensia urine Inkontinensia urine Jumlah Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2012 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Di PSTW Sabai Nana Aluih Sicincin Tahun 2012 Kebiasaan Merokok Tidak merokok Merokok Jumlah Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa kurang dari separuh (47.5 %) lansia di PSTW merokok.
51 H.Sunard i; Faktor Resiko yang Berhubu ngan....... .......49 56 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responen Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Yang Mengandung Kafein Di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin
Kebiasaan Mengkonsumsi Kafein Tidak mengkonsumsi kafein Mengkonsumsi kefein Jumlah Berdasarkan tabel 4. menunjukkan bahwa kurang dari separuh (37.5 %) lansia di PSTW mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein\ Analisa Bivariat Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dengan Kejadian Inkontinensia Urine Di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Jumlah Berdasarkan tabel .5 menunjukkan bahwa persentase kejadian inkontinensia urine lebih tinggi pada lansia yang berjenis kelamin
laki-laki
(59.2%)
dibandingkan
dengan lansia berjenis kelamin perempuan (58.1%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Chi Squire diperoleh nilai p
value: 1.000, sehingga disimpulkan tidak
urine pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih
ada hubungan yang bermakna antara jenis
Sicincin tahun 2012.
kelamin dengan kejadian inkontinensia lansia
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Inkontinensia Urine Di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2012
yang
Berdasarkan
tidak hasil
merokok uji
value: 0.323, sehingga disimpulkan tidak
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa persentase kejadian inkontinensia lebih
tinggi
pada
lansia
yang
merokok (65.8%) dibandingkan dengan
52 ada hubungan yang kebiasaan merokok Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Yang Mengandung kafein Dengan Kejadian Inkontinensia Urine Di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2012
Kebiasaan mengkonsumsi kafein Tidak mengkonsumsi kafein Mengkonsumsi kefein
statistik
menggunakan Chi Squire diperoleh nilai p
Jumlah
urine
(52.4%).
Jumlah
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa persentase kejadian inkontinensia urine lebih tinggi pada lansia yang mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein lebih dari 3 gelas/hari (76.7%) dibandingkan dengan lansia yang tidak mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein (48.0%). Berdasarkan PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 80 lansia menunjukkan bahwa lebih dari separuh (58.8%) lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin mengalami inkontinensia urine. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mustofa (2009) di Panti Werdha Pucang Gading Semarang, diperoleh data bahwa 70 orang dari 115 orang lanjut usia yang tinggal di Panti Wreda Pucang Gading Semarang menderita inkontinensia urine atau 61 % lansia yang tinggal di Panti Werdha Pucang hasil uji statistik menggunaka Chi Squire diperoleh nilai p value: 0.022, sehingga disimpulkan ada
hubungan
yang
bermakna
antara
kebiasaan
mengkonsumsi
minuman
yang
mengandung kafein dengan kejadian inkontinensia urine pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin tahun 2012.
Gading Semarang menderita inkontinensia urine. Pudjiastuti (2003) mengatakan bahwa penuaan menyebabkan kelemahan pada otot dasar panggul yang terjadi secara fisiologis seiring bertambahnya usia. Fungsi otot dasar panggul adalah menjaga stabilitas organ panggul secara aktif, mengendalikan dan mengontrol defekasi dan berkemih. Terjadinya kelemahan atau penurunan otot dasar panggul inilah yang memicu terjadinya ngompol atau inkontinensia urine yaitu buang air kecil berkali kali lebih dari 8x/hari, atau 1 kali/ 4 jam.
53 H.Sunardi; Faktor Resiko yang Berhubungan.............. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia hampir seluruh organ tubuh termasuk organ perkemihan. Perubahan yang terjadi pada perkemihan diantaranya lemahnya otot dasar panggul yang menyangga kandung kemih dan sfingter uretra, timbulnya kontraksi yang tidak terkontrol pada kandung kemih yang menimbulkan rangsangan untuk berkemih sebelum waktunya, dan pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna. (Nursalam, 2006) Hubungan jenis kelamin dengan kejadian inkontinensia urine pada lansia
Setelah dilakukan uji statistik menggunakan Chi Squire diperoleh nilai p value: 1.000, sehingga disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian inkontinensia urine pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin tahun 2012. Menurut Soetojo (2009), Pada wanita mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena Inkontinensia Urine, bila dibandingkan pada pria. Mayoritas wanita selama melahirkan, otototot di bawah rahim akan meregang, dikarenakan penyembuhan yang tidak sempurna dan dinding rahim hampir tidak bisa sekencang sebelumnya. Banyaknya faktor pemicu pada wanita dibandingkan pria, faktor pemicu pada pada wanita yang membuat mereka mengalami gangguan sehingga tak kuasa menahan keluar urine yaitu karena kelainan saraf seperti stroke, parkinson, penuaan, dan menurunnya tingkat estrogen. Hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian
inkontinensia
urine
pada
lansia Setelah dilakukan uji statistik menggunakan Chi Squire diperoleh nilai p value: 0.323, sehingga disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian inkontinensia urine pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin tahun 2012. Secara prevalensi kebiasaan merokok dengan angka kejadian inkontinensia urine pada lansia cukup tinggi yaitu 25 (65.8 %) orang dibandingkan lansia yang merokok tetapi tidak mengalami inkotinensia urine yaitu 13 (34.2 %) orang, terdapat 20 lansia yang merokok 3-10 batang/hari atau 52.6% lansia termasuk perokok ringan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Medical College of Virginia (2011) di Richmond, dari 606 wanita usia 13-87 yang disurvei, 322 wanita menderita inkontinensia urine, dan 35% dari mereka tercatat mempunyai kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok akan menyebabkan Mekanisme patofisiologi berefek langsung pada uretra, dimana perokok umumnya terjadi peningkatan tekanan kandung kemih akibat batuk, yang melampaui kemampuan uretra untuk menutup rapat. Dengan berjalannya waktu batuk akan melemahkan otot-otot kandung kemih. Melemahnya otot-otot dasar panggul tidak dapat mendukung kandung kemih dan uretra dengan baik. Akibat tekanan yang terlalu banyak, kandung kemih tidak mampu untuk menahan urine
54 H.Sunardi; Faktor Resiko yang Berhubungan.............. atau terjadi kebocoran sehingga urin keluar. (Soetojo (2009) Hubungan kebiasaan mengkonsumsi minuman yang
mengandung
kafein
dengan kejadian inkontinensia urine pada lansia Hasil penelitiandisimpulkan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein dengan kejadian inkontinensia urine pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin tahun 2012. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lily, A (2010) yang dilakukan kepada 259 perempuan, didapatkan hasil hampir separuh responden setiap harinya mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein( lebih dari 4 cangkir kopi/hari) mengalami inkontinensia urine. Kafein (caffeine) yang terkandung pada teh dalam 200 ml (takaran satu cangkir KESIMPULAN DAN SARAN Lebih dari separuh lansia yang mengalami inkontinensia urine di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin.. Kurang dari separuh lansia berjenis kelamin perempuan Kurang dari separuh lansia mempunyai kebiasaan merokok di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin. Kurang dari separuh lansia mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian inkontinensia urine pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin. Tidak terdapat hubungan teh) sebesar 50 mg sedangkan secangkir kopi mengandung 115 mg kafein. American Dietetic Association menyarankan mengonsumsi kafein sekitar 300 mg sehari Terlalu banyak mengkonsumsi kafein (melebihi 500-600 mg per hari/lebih dari 3 gelas) bisa menimbulkan sejumlah efek tidak menyenangkan dalam tubuh, diantaranya menyebabkan frekuensi berkemih meningkat. (Kirana, 2011). Lansia yang tinggal di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin yang sering mengkonsumsi kopi maupun teh lebih dari 3 gelas/hari, diharapkan untuk mengurangi mengkonsumsi kopi/teh agar tidak memperburuk kejadian inkontinensia urine. Disarankan mengonsumsi kafein sekitar 300 mg sehari. Jumlah tersebut sama dengan sekitar dua atau tiga cangkir kopi ukuran 236 ml (satu gelas standar). yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian inkontinensia urine pada lansia. Terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein dengan kejadian inkontinensia urine pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin. Disarankan kepada Pimpinan Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin dapat membuat suatu program penyuluhan tentang inkontinensia urine pada lansia dan dapat mengambil kebijakan/pelatihan bagi lansia terkait dengan inkontinensia urine yang nantinya akan diterapkan oleh petugas kesehatan
55 H.Sunardi; Faktor Resiko yang Berhubungan.............. .Bagi petugas kesehatan menyarankan kepada kebiasaan
lansia
untuk
kebiasaan
mengurangi
merokok
dan
. DAFTAR PUSTAKA Agoes, Azhar dkk. 2010. Penyakit Pada Lansia. EGC: Jakarta Brunner
dan
Suddarth.
2002.
Keperawatan Jakarta
Medikal
Bedah.
EGC:
Bustam. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta: Jakarta Darmojo, Boedhi. 2009. Geriatri. FKUI: Jakarta Fatmah. 2010. Gizi Lanjut Usia. Erlangga: Jakarta Maryam, Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika: Jakarta Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta kebiasaan mengkonsumsi minuman yang menganduang kafein (kopi maupun teh) lebih
dari
3
gelas/hari.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. EGC: Jakarta Soetojo. 2009. Inkontinensia Urine Perlu Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta Sudoyo, Aru W dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing: Jakarta Tamher, S dan Noorkasiani. 2011. Kesehatan Lanjut Usia Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada lansia. EGC: Jakarta Widjanarko, Inkontinensia http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/09 /inkontinensia-urine.html. Diambil 1 Februari 2012. Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin. 2012. Arsip Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih. Sicincin
Pujiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo. 2003. Fisioterafi Pada Lansia. EGC: Jakarta
56