POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
GAMBARAN MEKANISME KOPING LANSIA PADA MASA PENSIUNAN DI KELURAHAN BANDAR BUAT KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG TAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan ke Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
Oleh :
RAHIMAH NIM : 123110244
JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG JURUSAN KEPERAWATAN Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015 Rahimah Gambaran Mekanisme Koping Lansia pada Masa Pensiunan di Kelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang viii + 50 Halaman + 10 Lampiran + 2 Gambar + 6 Tabel ABSTRAK Masa pensiun bisa mempengaruhi kehidupan seseorang karena pensiun menyebabkan kehilangan peran, status, dan identitas seseorang dalam masyarakat. Pensiun dapat menurunkan harga diri, memicu stres, dan dapat menyebabkan penurunan kesehatan jika stres tersebut masih berlanjut. Munculnya berbagai gejala penurun kesehatan setelah pensiun biasa disebut sebagai post power syndrome. Pada saat studi pendahuluan peneliti melakukan wawancara terhadap 5 orang lansia pensiunan, diperoleh 3 dari mereka mengatakan mengalami masalah perekonomian dengan keluarganya setelah pension dan 1 lansia yang merasa rendah diri dan tidak percaya diri lagi sesudah pensiun. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber stress mengidentifikasikan koping yang digunakan oleh lansia pensiunan di kelurahan Bandar Buat Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskritif. Tempat penelitian adalah di Kelurahan Bandar Buat. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 Mei 2015 dan 17 Mei 2015. Populasi pada penelitian ini adalah lansia pensiunan yang berumur 60-70 tahun yang berada di wilayah Kelurahan Bandar uat. Besar sampel pada penelitian ini ada 56 responden. Setelah data diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode statistik deskriptif berupa distribusi frekuensi dan persentase. Dari hasil penelitian didapatkan 32 lansia (57,1%) mempunyai sumber stres yang tinggi dari diri sendiri, sebanyak 30 lansia (53,6%) mempunyai sumber stres yang tinggi dari diri keluarga, dan 32 lansia (57,1%) mempunyai sumber stres yang tinggi dari diri lingkungan. Untuk penggunaan koping, sebanyak 44 lansia (78,6%) yang banyak menggunakan koping berorientasi pada ego dan 30 lansia (53,6%) lansia banyak menggunakan koping berorientasi pada tugas. Diharapkan kepada Lurah Bandar Buat untuk mengadakan dan menambah program keterampilan, pendidikan, dan penyuluhan kepada para lansia pensiunan. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar meneliti bagaimana mekanisme koping yang terjadi pada lansia pensiunan apakah adaptif atau maladaptif. Kata kunci: stress, koping, lansia, masa pensiun. Daftar Pustaka 27 (2004-2014)
i
KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Gambaran Mekanisme Koping Lansia Pada Masa Pensiunan di Kelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2015”. Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang. Dalam penyusunan karya Tulis lmiah ini penulis banyak mendapat bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak
N. Rachmadanur, SKp, MKM dan ibu Hj.Ns. Sila Dewi
Anggreini,S.Pd, M.Kep, Sp.KMB sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan nasehat selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah. 2. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang. 3. Ibu Hj. Murniati Mucthtar, SKM. M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang. 4. Ibu Ns.Idrawati Bahar,S.Kep, M.Kep selaku Ketua Prodi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang. 5. Bapak dan Ibu dosen Pengajar dan Staf beserta Karyawan dan Karyawati Program Studi Keperawatan Padang Politeknik Kesehtan RI Padang. v
6. Ibu Nurmis Yacub sebagai Lurah di Kelurahan Bandar Baut Kecamatan Lubuk Kilangan yang sudah bersedia memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian 7. Ibu Ns.Hj.Linda Hasmi sebagai pemimpin Puskesmas Lubuk Kilangan beserta Staf dan kader-kader Posyandu Lansia yang ada di wilayah Kelurahan Bandar Buat yang sudah membantu dalam pengambilan data. 8. Teristimewa kepada kedua orang tua yang telah memberikan dorongan, semangat, doa restu dan kasih sayang. 9. Kepada ketiga kakak saya yang sudah memberikan banyak motivasi. 10. Selanjutnya untuk rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dan memberikan masukan kepada peneliti pada pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. Dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini peneliti menyadari sepenuhnya keterbatasan kemampuan yang ada, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Padang,
Juni 2015
Peneliti vi
DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ABSTRAK ....................................................................................................... i KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii DAFTAR ISI.................................................................................................... iv DAFTAR TABEL............................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii BAB I. PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG ........................................................................... 1 B.RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 5 C.TUJUAN PENELITIAN ........................................................................ 6 D.MANFAAT PENELITIAN.................................................................... 6 E.RUANG LINGKUP PENELITIAN ....................................................... 7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP DASAR STRES 1. Defenisi Stres ................................................................................... 8 2. Sumber Stres .................................................................................... 9 3. Gejala Stres ...................................................................................... 10 4. Tahapan Stress.................................................................................. 11 5. Tingkatan Stres................................................................................. 13 6. Dampak Stress.................................................................................. 14 7. Lingkungan Dapat Mempengaruhi Stres.......................................... 14 B. KONSEP DASAR MEKANISME KOPING 1. Pengertian Mekanisme Koping ........................................................ 15 2. Respon Koping ................................................................................. 15 C. KONSEP DASAR LANSIA 1. Defenisi Lansia................................................................................. 19 2. Batasan Usia Lanjut ......................................................................... 19 3. Tipe Usia Lanjut............................................................................... 20 4. Penuaan Pada Lansia ........................................................................ 21 D. KONSEP DASAR PENSIUN 1. Defenisi Pensiun............................................................................... 21 2. Fase Pensiun ..................................................................................... 22 3. Post Power Syndrom ........................................................................ 25 4. Hubungan Pensiun Stres Dan Koping Pada Lansia ......................... 26 E. KERANGA KONSEP .......................................................................... 27 F. ALUR PIKIR ........................................................................................ 28 G. DEFINISI OPERASIONAL ................................................................ 29 iv
BAB III. METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN....................................................................... 30 B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ............................................ 30 C. POPULASI DAN SAMPEL ................................................................ 30 D. METODE PENGUMPULAN DATA.................................................. 33 E. JENIS DATA........................................................................................ 33 F. INSTRUMEN PENELITIAN............................................................... 34 G. TEKNIK PENGOLAHAN .................................................................. 34 H. TEKNIK ANALISA DATA ................................................................ 35 I. ETIKA PENELITIAN .......................................................................... 36 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL .................................................................................................. 37 B. PEMBAHASAN .................................................................................. 40 BAB V. PENUTUP A. KESIMPULAN .................................................................................... 49 B. SARAN ................................................................................................ 49 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v
Daftar Tabel Tabel2.1 Defenisi Operasional MekanismeKopingLansia ................................29 Tabel4.1Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Sumber Stres Berasal Dari Diri Sendiri..................................................................................................38 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Sumber Stres Berasal Dari Keluarga ......................................................................................................38 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Sumber Stres Berasal Dari Lingkungan .................................................................................................39 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut BanyaknyaKoping Yang DigunakanBerorientasiPada Ego ........................................................................39 Table 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut BanyaknyaKoping Yang DigunakanBerorientasiPadaTugas ......................................................................40
x
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka teori ................................................................................................ 27 Gambar 2.2 Alur Pikir......................................................................................................... 28
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
: Rencana Jadwal Penelitian
Lampiran B
: Kisi-Kisi Kuesioner
Lampiran C
: Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran D
: Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran E
: Kuesioner
Lampiran F
: Hasil Analisa Data
Lampiran G
: Master Tabel
Lampiran H
: Surat Izin Penelitian di Kelurahan Bandar Buat
Lampiran I
: Lembar Konsultasi
xi
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta menjadi penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemunduran orientasi terhadap ruang, tempat serta tidak mudah menerima hal/ide baru. (Maryam, 2008). Indonesia termasuk Negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60 tahun keatas sekitar 7,18%. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini antara lain disebabkan
karena tingkat sosial ekonomi masyarakat yang
meningkat, kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat (Efendi, 2009). Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik diamati. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor KESRA melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) dan pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dengan UHH yang juga meningkat (66,2 tahun). Maka Pada tahun 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun (Kemsos, 2007).
2
Lanjut usia dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi lanjut usia yang berguna. Pada lansia kekuasan dan pretisenya berkurang, sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah. (Maryam 2008). Banyak orang yang takut menghadapi masa tua karena asumsinya sudah tua, fisik punakan semakin lemah, makin banyak penyakit, cepat lupa, penampilan makin tidak menarik dan makin banyak hambatan lain yang membuat hidup makin terbatas. Pensiun sering diidentikkan dengan tanda seseorang memasuki masa tua. Banyak orang mempersepsi secara negative dengan menganggap bahwa pensiun itu merupakan pertanda dirinya sudah tidak berguna lagi dan tidak dibutuhkan karena usia tua dan produktivitas menurun sehingga tidak menguntungkan lagi bagi perusahaan/organisasi tempat mereka bekerja (Hutapea, 2005). Ketika lansia berumur 60-65 tahun merupakan masa transisi lansia dari bekerja ke waktu tidak bekerja (pensiun) atau berada dalam fase pensiun, hal ini kadang-kadang dihinggapi sebagai proses yang negatif pada rangkaian dari kehilangan, yaitu: berkurangnya pendapatan, identitas pekerjaan (jabatan), status sosial, teman sejawat, dan struktur harian dari waktu dan aktivitas (LSPR,2010) Saat pensiun, berarti individu akan mengawali sebuah kehidupan baru. Jika biasanya anda disibukkan oleh aktivitas pekerjaan sehari-hari maka pada saat pensiun anda tidak akan melakukan hal yang sama. Namun, ternyata ada golongan
3
yang tidak bisa menerima hal tersebut. Orang-orang ini akan merasa stres tanpa ada rutinitas kantor dengan berbagai kesibukan pekerjaan. Mereka merasa shock dan merasakan menjadi orang yang tidak memiliki apa-apa tanpa bekerja di kantor. Mereka merasa rendah diri dan menganggap diri mereka sebagai pengangguran dan tidak memiliki apa-apa. Pada beberapa kejadian, pensiun dapat menyebabkan orang berprilaku tidak wajar, sakit-sakitan, dan bahkan ada juga hilang ingatan. Hal-hal seperti ini biasa disebut sebagai post power syndrome yang sering menimpa para pensiunan(Widjajanto, 2009). Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang bisa mendatangkan kepuasan (karena uang, jabatan,dan dapat memperkuat harga diri). Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa stres karena tidak tahu kehidupan macam apa yang dihadapi (Hidayat, 2004). Stres adalah segala situasi dimana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan. Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis atau psikologis. Stres dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional (Potter, 2005). Stres adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stresor), yang mengancam dan mengganggu untuk menanganinya. Sumber stres dibagi tiga, yaitu, stres yang bersumber dari diri sendiri, keluarga dan masyarakat/lingkungan (Hidayat, 2004). Setiap ada stresor penyebab individu mengalami ansietas atau stres, maka secara otomatis muncul upaya untuk mengatasinya dengan berbagai mekanisme
4
koping. Penggunaan mekanisme koping menjadi efektif apabila didukung oleh kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang bersangkutan bahwa mekanisme koping yang digunakan dapat mengatasi stresnya. Sumber koping merupakan modal kemampuan yang dimiliki individu guna mengatasi stres. Stres perlu diatasi utuk mencapai keadaan homeostasis atau keseimbangan dalam diri individu, baik secara fisiologis maupun patologis (Asmadi, 2008). Secara umum,perilaku adaptif psikologis juga dapat disebut sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan teknik pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman, atau dapat juga mekanisme pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur distres emosional (Potter, 2005). Berdasarkan hasil dari Dinas Kesehatan Kota Padang didapatkan data bahwa di kota Padang terdapat lansia dengan jumlah 6009 jiwa, yang terdiri dari 2944 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 3065 berjenis kelamin perempuan (DKK Kota Padang, 2013). Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di kantor kelurahan Bandar buat Kecamatan Lubuk Kilangan Padang, peneliti menemukan bahwa jumlah lansia di Bandar buat sebanyak 777 jiwa berumur 60-70 tahun. Sementara terdapat 127 lansia pensiun yang berumur 60-70 tahun di kelurahan Bandar Buat yang terdiri dari berbagai macam pensiunan antara lain; pegawai negri sipil, pegawai swasta, buruh/karyawan dan lain sebagainya. Peneliti mengambil wilayah kelurahan Bandar buat, karena wilayah tersebut merupakan jalur dan sektor perindustrian, perekonomian, dan perdagangan. Dan setelah dilakukan wawancara pada 5 orang lansia pensiunan, diperoleh 3 dari mereka mengalami
5
masalah perekonomian dengan keluarganya setelah pensiun dan 1 lansia yang merasa rendah diri dan tidak percaya diri lagi sesudah pensiun. Hal ini juga diberkaitan dengan Erwinsyah Purna Surbakti didalam penelitiannya tentang gambaran stres dan koping lansia pensiunan di Pematang Siantar tahun 2008. Erwinsyah mengatakan lansiatidak mengalami stres yang bersumber dari diri sendiri, keluarga atau lingkungannya ketika sesudah pensiun. Lansia juga banyak memakai koping berorientasi pada ego dan tugas ketika mengahadapi stresnya. Fenomena diatas menunjukkan bahwa pensiun adalah situasi yang merupakan sumber stres bagi lansia dan seringkali dianggap hal yang menakutkan. Pensiun juga dapat merubah kondisi fisiologis dan psikologis seseorang. Pensiunan yang tidak mampu beradaptasi atau tidak mempunyai mekanisme koping yang baik akan mengalami post power syndrome, yang dapat mengakibatkan
penurunan
kesehatan
bagi
seorang
pensiunan
tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang mekanismekoping lansia pada masa pensiunan di kelurahan Bandar Buat kecamatan Lubuk Kilangan tahun 2015.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang maka perumusan masalah penelitian adalah bagaimana gambaran mekanisme koping lansia pada masa pensiunan di Kelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang.
6
C. Tujuan Penilitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mekanisme koping lansia pada masa pensiunan di Kelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. 2. Tujuan Khusus a) Teridentifikasinya distribusi frekuensi sumber stres lansia pada masa pensiun di Kelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. b) Teridentifikasinya distribusi frekuensi koping yang digunakan lansia pada masa pensiun di Kelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan peneliti dalam pelaksanaan penelitian lapangan khususnya tentang gambaran mekanisme koping lansia pada masa pensiunan. 2. Bagi Tempat Penelitian Sebagai informasi masukan untuk mengetahui bagaimana gambaran mekanisme koping lansia pada masa pensiunan di Kelurahan Bandar Buat di wilayah kerjanya. 3. Bagi Poltekkes Kemenkes RI Padang Hasil penelitian sebagai bahan masukan dan menambah informasi untuk penelitian di Jurusan Keperawatan Padang, khususnya mengenai
7
gambaran mekanisme koping lansia pada masa pensiunan dan menjadikan bahan penelitian selanjutnya. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan data untuk penelitian selanjutnya. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini berupa gambaran mekanisme koping lansia pada masa pensiunan di Kelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah sumber stres (stresor) dankoping yang digunakan lansia. Variabel sumber stres terdiri dari : diri sendiri, keluarga, dan lingkungan, dan variable koping yang digunakan terdiri dari; berorientasi pada ego dan berorientasi pada. Populasi penelitian adalah lansia pensiunan berumur 60-70 tahun yang berada di wilayah Kelurahan Bandar buat.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Stres 1. Definisi Stres Stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari-hari (Priyoto,2014). Stres adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun eksternal (stimulus) sehingga individu akan berekasi baik secara fisiologis maupun psikologis (respon) serta melakukan usaha-usaha penyesuaian diri terhadap situasi tersebut (proses), (Widjajanto, 2009). Menurut Vincent cornelli (2000) dikutip oleh Sunaryo (2004), stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan, yang dipengaruhi baik oleh lingungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut. Menurut WHO (2003), stres adalah reaksi/respon tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan) (Sriati, 2008). Stres
adalah
segala
situasi
dimana
tuntunan
non-spesifik
mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan. Respon atau tindakkan ini termasuk respon fisiologis atau psikologis. Stres dapat menyebabkan perasaan negative atau ynag berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional (Potter, 2005)
9
2. Sumber Stres Kondisi stres dapat disebabkan oleh berbagai penyebab atau sumber, dalam istilah yang lebih umum disebut sebagai stresor. Stresor adalah keadaan atau situasi, objek atau individu yang dapat menimbulkan stres. Secara umum stresor dapat dibagi tiga, yaitu stresor fisik, sosial, dan psikologis (Priyoto, 2014). Disisi lain, menurut Hidayat 2004, sumber stres terdiri dari 3 sumber, yaitu diri sendiri, keluarga dan lingkungan/masyarakat. Dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Diri-sendiri Sumber stres dari dalam diri sendiri umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan yang berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi maka akan dapat menimbulkan stres.Seperti; perasaan rendah diri individu, perasaan menjadi beban bagi orang lain, kecewa dengan kehidupannya, merasa tidak berguna dan lain-lain. b. Keluarga Stres ini bersumber dari masalah keluarga yang ditandai dengan adanya perselisihan antara keluarga serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga. Seperti; tidak dihargai dan diikutsertakan dalam keluarga, sering berselisih paham, dan permasalahan perekonomian.
10
c. Masyarakat dan lingkungan Sumber stres ini dapat terjadi di masyarakat dan lingkungan seperti lingkungan pekerjaan, secara umum sebagai stres pekerja karena kurangnya hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak berkembang. Seperti; tidak dapat menjalin hbungan baik dengan lingkungan/tetangga, tidak dapat berinteraksi dengan teman, dan tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada dimasyarakat.
3. Gejala Stres Menurut Priyoto 2014, gejala terjadinya stres secara umum terdiri dari 2 (dua) gejala : a. Gejala Fisik Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stres adalah nyeri dada, diare selama beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung berdear, lelah, sukar tidur, dan lain-lain. b. Gejala Psikis Sementara bentuk gangguan psikis yang sering terlihat adalah cepat marah, ingatan melemah, tak mampu berkonsentrasi, tidak mampu menyelesaikan tugas, perilaku impulsive, reaksi berlebihan terhadap hal sepele, daya kemampuan berkurang, tidak mampu santai pada saat yang tepat, tidak tahan terhadap suara atau ganggua lain, dan emosi tidak terkendali.
11
4. Tahapan Stres Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timul secara lambat. Dan, baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan menganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah. Di tempat kerja ataupun pergaulan di lingkungan sosialnya (Priyoto, 2014).
Tahapan stres menurut Priyoto 2014 terdiri dari 4 tahapan, yaitu: a. Stres Tahap 1 Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut; Semangat bekerja keras, berlebihan (over acting); Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasa dan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang belebihan pula. b. Stres tahap 2 Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana diuraikan pada tahap 1 diatas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak cukup waktu untuk istirahat. Keluhan-keluhan: merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa mudah lelah sesudah makan, sering menguluh lambung tidak enak, detak jantung lebih keras dan seterusnya. c. Stres tahap 3 Bila
seseorang
itu
tetap
memaksakan
keluhan-keluhan
sebagaimana diuraikan pada stres tahap ini tersebut diatas, maka yang
12
bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu : gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag”, buang air besar tidak teratur; ketegangan otot-otot semakin terasa; perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat; gangguan pola tidur (insomnia); d. Stres Tahap IV Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan dengan keluhan-keluhan stres tahap III di atas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada oragan tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul, yaitu; untuk bertahan sepanjang hari terasa amat sulit; aktivitas terasa membosankan, ketidakamampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin setiap hari, dan seterusnya. e. Stres Tahap V Bila keadaan berlanjut, maka seseorang akan jatuh dalam stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut; Kelelahan fisik dan mental
yang
semakin
mendalam;
Ketidakmampuan
untuk
menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana; Gangguan sistem pencernaan semakin berat; Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat mudah bingung dan panik.
13
f. Stres Tahap IV Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengaami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengali stres yahap VI ini berulang kali dibawa ke UGD atau ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut; Susah bernafas (sesak); Tidak sadarkan diri /pingsan; Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.
5. Tingkatan Stres Potter (2005) membagi tingkatan stres menjadi tiga tingkatan yaitu: a. Stres ringan, stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur seperti banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan. Situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam b. Stres sedang, situasi stres berlangsung lebih lama, misalnya perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit atau ketidak hadiran yang lama dari anggota keluarga. c. Stres berat, situasi kronis yang dapat berlansung beberapa minggu sampai beberapa tahun, perselisihan perkawinan terus menerus, kesulitan financial yang berkepanjangan, penyakit fisik jangka panjang.
14
6. Dampak Stres Menurut Priyoto (2014), dampak stres dibedakan dalam 3 kategori, yakni; dampak fisiologik, dampak psikologik, dan dampak perilakubehavioral. Dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Dampak fisiologik Secara umun orang yang mengalami stres mengalami sejumlah gangguan seperti: mudah masuk angin, sering pusing, kejang otot (kram), mengalami kegemukan atau kurusan yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit yang lebih serius seperti cardiovaskuler, hipertensi dan seterusnya. b. Dampak Psikologis Dapat berupa keletihan emosi, kewalahan emosi, pencapaian priadi
yang
bersangkutan
menurun,
sehingga
menyebakan
menurunnya rasa kompeten dan rasa sukses. c. Dampak pelaku Manakala stres dapat menjadi distres, prestasi belajar menurun dan seringkali terjadi tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat. Level stres yang tinggi dapat berdampak negative pada mengingat informasi, mengambil keputusan, dan mengambil langkah tepat.
7. Lingkungan Dapat Mempengaruhi Stres Stres disebabkan oleh banyak sumber: peristiwa-peristiwa kehidupan (perubahan dalam berelasi, keuangan); pengaruh kimia; (cuaca, kebisingan, makanan), kejadian-kejadian positif (pernikahan, liburan); gaya hidup atau
15
faktor emosional; hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan (kehilangan, berhenti, pensiun dan tanggung jawab); dan juga lingkungan. Tuntutantuntutan hidup mempunyai potensi untuk menambah stres. Lalu lintas yang padat, orang yang agresif, dan harapan-harapan yang berlebihan dalam pekerjaan dapat merangsang stres (McKay, 2005) Elemen-elemen lingkungan dapat mempengaruhi proses terjadinya ketidakseimbangan maupun keseimbangan dalam kaitan manusia dengan lingkungannya. Ketika tidak mengalami stres, individu umumnya menggunakan banyak waktunya untuk mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. dalam keadaan seperti ini, ada waktu-waktu tertentu dimana kita sebenarnya justru mengalami stres, dimana lingkungan menyajikan
tantangan
yang
terlalu
besar
atau
individu
dapat
menghilangkannya dengan kemampuan coping behaviour.Dengan kata lain kaitan stres dengan lingkungan yaitu stres terjadi ketika individu menjumpai kondisi lingkungan yang mengancam yang secara kuat atau menantang dan melampaui kemampuan copingnya (Prabowo, Hendro.)
B. Konsep Dasar Mekanisme Koping 1. Pengertian Mekanisme Koping Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang ditujukan untuk penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan ego yang di gunakan untuk melindungi diri (Gail. W.Stuart, 2006).
16
Mekanisme
pertahanan
ego
adalah
reaksi
individu
untuk
memperlunak kegagalan, menghilangkan kecemasan, mengurangi perasaan yang menyakitkan karena pengalaman yang tidak enak dan juga untuk mempertahankan perasaan layak serta harga diri (W.F.Maramis. 2005). Koping itu sendiri dimaknai sebagai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan atau luka atau kehilangan atau ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan–tuntutan yang penuh dengan tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi Stres atau tekanan (Siswanto, 2007). 2. Respon Koping Individu dapat mengatasi stres dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. Ada lima sumber koping yaitu: aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan individu, teknik-teknik pertahanan, dukungan sosial dan dorongan motivasi (Hidayat, 2008). Koping dapat diidentifikasi melalui respon manifestasi (tanda dan gejala) koping dapat dikaji melalui beberapa aspek yaitu fisiologis dan psikologis. Koping yang efektif menghasilkan adaptif sedangkan yang tidak efektif menyebabkan maladaptif (Potter, 2005). Respon atau koping terhadap stres terdiri dari dua aspek, yaitu : a. Fisiologis Tanda dan gejala fisiologis merupakan manifestasi tubuh terhadap stres dimana pipil melebar, keringat meningkat untuk
17
mengontrol peningkatan suhu tubuh, denyut nadi meningkat, kulit dingin, tekanan darah meningkat, mulut kering, peristaltic menurun atau meningkat, pengeluaran urin menurun, kewaspadaan mental meningkat terhadap ancaman yang serius, ketegangan otot meningkat. Reaksi fisiologis merupakan indikasi klien dalam keadaan stres (Hidayat, 2004).
b. Psikologis Perilaku adaptif psikologis individu membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi stresoor.Perilaku ini diarahkan pada penatalaksanaan stres dan didapatkan melalui pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan individu mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima dan berhasil.(Potter, 2005).
Prilaku adaptif psikologis menurut Potter (2005) terdiri dari 2 orientasi, yaitu : 1) Berorientasi pada ego atau sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Seperti : a) Kompensasi adalah penutupan suatu defisiensi dalam satu aspek citra diri dengan secara kuat menekankan suatu gambaran yang dianggap sebagai suatu asset b) Konversi adalah secara tidak sadar menekan suatu konflik emosional yang menghasilkan ansietas dan memindahkannya menjadi gejala non-organik.
18
c) Menyangkal adalah penghindaran konflik emosional dengan menolak uantuk secara sadar mengakui segala sesuatu yang mungkin menyebabkan nyeri emosional yang tidak dapat ditoleransi. d) Pemindahan tempat adalah memindahkan emosi, ide, atau keinginan dari situasi yang menegangkan kepada penggantinya yang lebih sedikit mengakibatkan ansietas e) Identifikasi adalah pemolaan perilaku yang dilakukan oleh orang lain dan menerima kualitas, karakteristik dan tindakan orang tersebut. f) Regresi adalah koping terhadap stresor melalui tindakan dan
perilaku
yang
berkaitan
dengan
periode
perkembangan sebelumnya. 2) Berorientasi pada tugas a) Perilaku
menyerang
adalah
tindakan
untuk
menyingkirkan atau mengatasi suatu streor atau untuk memuaskan kebutuhan b) Perilaku menarik diri adalh menarik diri secara fisik atau emosional dari stresor c) Perilaku kompromi adalah mengubah metoda yang biasa digunakan, mengganti tujuan, menghilangkan kepauasan
terhadap
kebutuhan
untuk
kebutuhan lain atau unuk menghindari stres.
memenuhi
19
C. Konsep Dasar Lansia 1. Defenisi Lansia Menurut UU no.13 tahun 1998 dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas (Siti Maryam, 2010). Menurut UU kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 19 ayat 1 “Manusia usia lanjut (growing old) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan” (Priyoto, 2014) 2. Batasan Usia Lanjut Menurut Siti Maryam, dkk (2010) batasan usia lanjut terdiri dari : a. Pra usia lanjut (Prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-60 tahun. b. Usia lanjut Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.Usia lanjut adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu (usia 60 tahun ke atas). Sedangkan lanjut usia adalah sudah berumur atau tua. c. Usia lanjut resiko tinggi Sesorang yang beruia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. d. Usia lanjut potensial Usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa
20
e. Usia lanjut tidak potensial Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga kehidupannya bergantung pada bantuan orang lain . 3. Tipe Usia Lanjut Menurut Siti Maryam, dkk (2010) beberapa tipe pada usia lanjut bergantung pada karakter, pengalaman hidup, kondisi mental, fisik, sosial dan ekonomi. Tipe tersebut antara lain : a. Tipe arif bijaksana Kaya denga hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, dan menjadi panutan. b. Tipe mandiri Mengganti
kegiatan
yang hilang dengan
yang baru, selektif
dalammencari pekerjaan, teman bergaul, dan memenuhi undangan. c. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut. d. Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan. e. Tipe bingung Kaget kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh.
21
4. Penuaan pada manusia Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis.Perlu hati-hati didalam mengidentifikasi penuaan.Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis diharapkan mereka tua dalam keadaan sehat (Priyoto, 2014). Menurut Priyoto (2014) ada beberapa faktor yang mempengaruhi penuaan seseorang, yaitu : a. Faktor endogen, yaitu faktor bawaan (keturunan) yang berbeda pada setiap individu, dapat lebih cepat atau lebih lambat. b. Faktor intelegensia, faktor ini sedikit mempengaruhi proses penuaan. Biasanya orang yang beintelegensia tinggi cenderung memiliki pola pikir kedepan yang lebih baik sehingga berusaha menerapkan pola hidup yang sehat. c. Faktor eksogen, yaitu faktor luar yang dapat mempengaruhi penuaan. Biasanya faklor lingkungan, sosial budaya,dan gaya hidup.
D. Konsep Dasar Pensiunan 1.
Defenisi Pensiun Masa pensiun adalah periode dalam kehidupan yang pasti dihadapi
oleh hampir setiap orang yang mempunyai pekerjaan. Namun bagi sebagian orang hal ini merupakan momok yang mengerikan, dan sering diluar perhitungan dan pertimbangan rasional, sehingga banyak orang yang masih giat-giatnya bekerja tidak isa menjawjab ketika ditanya apa yang akakn dilakukannya kelak sesudah pensiun (Hutapea, 2005). Pensiun merupakan masa-masa lepas dari rutinitas pekerjaan kantor. Hal ini tentunya sangat menyenangkan karena lansia lebih banyak waktu
22
bersama keluarga atau melakukan kegiatan menyenangkan yang selama ini tertunda akibat rutinitas dan aktivitas peerjaan sehari-hari.Bahkan, dengan pensiun beberapa orang dapat merasakan kepuasaan dalam hal keuangan atau finansial.(Widjajanto, 2009). Banyak orang yang memandang pada masa tuanya, sesudah berakhir dengan pekerjaannya, yakni saat dia pensiun dan beristirahat, dengan berbagai perasaan. Ada yang kuatir akan segala permasalahan yang akan dihadapitetapi ada juga yang sudah lama menantikan saat di mana dia dapat melakukan apa saja yang selama ini belum dapat dkerjakan karena banyaknya tugas untuk ‘mencari makan’. (Hutapea, 2005).
2.
Fase Pensiunan Kehidupan pensiun akan berubah seiring dengan pertambahan usia
sehingga akan berkaitan dengan mental untuk menghadapinya. Menurut Widjajanto (2009) fase pensiun ada tiga terdiri dari sebelum pensiun, saaat pensiun dan pasca pensiun. Dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Pre-retirement Phase Fase ini disebut juga dengan fase pra-pensiun.Fase sebenarnya berlangsung sejak manusia mendapatkan pekerjaan hingga menjeang masa pensiun. Fase pra-pensiun ini terdiri menjadi dua, yaitu remote phase dan near phase, yaitu: 1) Remote phase, pada fase ini, lansiaakan memandang bahwa pensiun merupakan suatu masa yang jauh. Hal ini membuat lansia cenderung melupakan arti penting masa pensiun. Fase ini
23
akanterjadi dari saat pertama kali bekerja samapi mendekati masa pensiun. 2) Near phase, pada fase ini biasanya sudah mulai memikirkan masa pensiun. Biasaya mereka melakukan beberapa program untuk penyesuai
diri
mengahadapi
pensiun.salah
satunya
mengikutiprgram jaminan pensiun. b. Retirement Phase Retirement phase akan dialami saat memasuki pensiun hingga pasca-pensiun. Pada fase ini biasanya menyerang lansia berumur 6070 tahun.Walaupun sudah ada yang pensiun pada umur 58 tahun. Pada fase ini, akan dirasakan berbagai perubahan sebagai berikut : 1) Honeymoon phase Begitu memasuki pensiun akan dirasakan fase keindahan pensiun (honeymoon fase). Akan terasa terbebas dari tekanan dan rutinitas pekerjaan.Akan
menikmati
masa-masa
pensiun
dengan
berkumpul-berkumpul bersama keluarga dan melakukan aktivitas kegemarannya. Biasanya akan mencari berbagai kegiatan yang sifatnya menghibur diri sesuai dengan keinginan dan keuangan. Dengan demikian, patokan berakhirya masa ini adalah kondisi keuangan seseorang. 2) Discenchatment phase Setelah puas menikmati berbagai kegiatan yang menghibur, maka akan mulai merasakan kehampaan (disenchantment phase). Akan merasakan ada sesuatu yang hilang dan merasakan kerinduan
24
terhadap aktivitaspekerjaan yang pernah dilakukan. Selanjutnya akan merasa kehilangan penghasilan, kekuasaan, jabatan, martabat, dan teman-teman saat masih bekerja. Disinalah peluang terjadinya post power syndrome. 3) Reorientasi fase Saat mengalami fase kehampaan, biasanya akan di mulai dengan memikirkan
cara
untuk
reorientasi
atau
mengembalikan
kehidupan menyerupai masa sebelum pensiun. Jika semasa kerja kita mendapatkan penghasilan, kekuasaan, dan jabatan, maka di fase ini kita mulai berpikir utuk kembali pada tiga hal tersebut, yaitu mencari dan menjalani bisnis tertentu. 4) Stability phase Pada stability phase, sudah ditemukannya kestabilan karena lansia sudah memilih menjalani bisnis yang sesuai dengan keinginannya.Dengan bisnis yang dijalani lansiaakan merasakan ketentraman. c. End of retirement Pada fase end of retirement atau pasca pensiun, biasanya lansia mengalami penurunan kesehatan karena lansia mulai digeroti penyakit. Biasanya fase ini terjadi ketika lansia memasuki usia resiko tinggi, yaitu 70 tahun ke atas. Akibat penyakitnya.usaha yang dijalani bisa terganggu dan kondisi keuangan menurun. Dalam konsisi ini,dibutuh kan peran orang lain untuk mengurus diri sendiri, yaitu anak dan keluarga.
25
3.
Post Power Syndrom Post power syndrome merupakan gangguan psikologis yang sering
menimpa banyak orang saat memasuki pensiun, hal ini sering menimpa karyawan yang memiliki jabatan saat pensiun dan selalu dihargai banyak karyawan semasa bekerjanya. Siapapun berpeluang terkena post power syndrome saat pensiun.(Widjajanto, 2009). Istilah “Post Power Syndrome” mempunyai pengertian “kehilangan kekuasaan” yang diakibatkan karena adanya perubahan dari suatu posisi yang semula menguntungkan menjadi tidak lagi menguntungkan.Contohnya kehilangan pekerjaan, kehilangan jabatan, ataupun perubahan status sosial ekonomi dari baik menjadi buruk. Sindroma ini banyak dialami oleh mereka yang baru saja mengalami masa pensiunan dan sindroma ini pula muncul pada mereka yang mengalami gangguan psikologis saat memasuki waktu pensiun berupa :stres, depresi, ketidak bahagiaan, merasa kehilangan harga diri dan kehormatan (LSPR,2010). Yang dimaksud dengan Non-postpower Syndrome yaitu pensiunan yang tidak merasa “kehilangan kekuasaan” atau “kehilangan kegiatan”.Masa pensiun memberikan tanda berkurangnya interaksi interpersonal dan aktivitas dalam kelompok suatu institusi.Banyak para pensiunan ikut serta dalam aktivitas kelompok khusus seperti pergi ke rumah ibadah, melanjutkan kegiatan hobinya, dan mengunjungi teman-teman (LSPR, 2010).
26
Menurut Widjajanto (2009), beberapa tanda-tanda yang diindikasikan post power syndrome antara lain sebagai berikut : a. Adanya perubahan fisik secara cepat b. Mulai menjadi pemurung c. Menjadi cepat emosi dan malu bertemu orang lain d. Adanya penurunan kesehatan
4.
Hubungan Pensiun Stres Dan Koping Pada Lansia Pensiun sering dikaitkan secara salah dengan kepasifan dan
pengasingan.Dalam kenyataanya pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan perubahan peran.Stres pada masa pensiun ini dapat meliputi perubahan pada pasangan atau keluarga dan masalah isolasi sosial (Potter, 2005). Pensiun dianggap juga sebagai kehilangan kekuasaan. Secara kejiwaan, menghadapi proses kehilangan seperti itu, individu memerlukan mekanisme koping. Koping yang digunakan terutama berupa penyesuaian terhadap adanya perubahan yang umumnya membangkitkan stres dan kecemasan. (Tamher, 2009)
27
E. Kerangka Teori Pensiun merupakan suatu Stresor yang dialami lansia.Sumber stres lansia pensiun adalah dari diri sendiri, keluarga, dan masyarakat/lingkungan. Sementara untuk menyelesaikan masalah lansia melakukan atau memberikan respon fisiologis dan respon psikologis. Respon psikologis yang digunakan lansia berupa berorientasi pada tugas dan berorientasi pada ego. Adapun kerangka teori yang digunakan sebagai berikut :
Lansia masa pensiun :
Stresor
a. Fase pra-pensiun b.
Fase pensiun (60-70 th)
c. Fase pasca pensiun
Adaptasi fisiologis
Sumber stres lansia pensiun :
Adaptasi Psikologis Diri sendiri Keluarga Masyarakat/ lingkungan
Koping lansia :
Stres pada lansia
Berorientasi pada tugas Berorientasi pada ego
Keterangan : = variable kerangka Teori
= variable yang diteliti Gambar 2.1 Gambaran kerangka konseptual mekanisme koping lansia pada masa pensiunan diKelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang tahun 2015
28
F. Alur Pikir Alur pikir di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Input Lansia pada masa pensiun (60-70 th) di kelurahan Bandar Buat
Proses -stresor yang berbeda -koping yang Proses berbeda
Output - Teridentifikasi sumber stres lansia pada masa penisun - Teridentifiksai koping yang digunakan oleh lansia pada masa pensiun
Gambar 2.2 Gambaran Alur Pikirmekanisme koping pada masa pensiunan di Kelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang tahun 2015
29
G. Definisi Operasional
No 1
2
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Sumber Stres lansia pensiunan (60-70 th) yang berada di Kelurahan Bandar Buat.
Segala hal yang membuat lansia Wawancara pensiunan mengalami stres yang bersumber daridiri sendiri, keluarga, dan lingkungan.
Koping lansia pensiunan
respon atau Wawan tindakan yang -cara digunakan lansia untuk mengaturstres emosional dan teknik pemecahan masalah untuk menghadapi stres. Terdiri dari: berorientasi pada ego dan berorientasi pada tugas.
Alat Ukur
Skala Ukur
Kuisioner
Ordinal
untuk setiap sub variabel: Tinggi jika skor ≥ mean, rendah jika skor< mean
Kuisioner
Ordinal
untuk setiap sub variabel: banyak digunakan jika nilai skor ≥ mean dan sedikit digunakan jika nilai skor < mean
Hasil Ukur
30
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.Penelitian deskriftif adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan
atau
menggambarkan
sesuatu
fenomena
yang
terjadi.(Notoadmodjo, 2007). Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mendiskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masa kini.Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data aktual daripada penyimpulan. Fenomena disajikan secara apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi, oleh karena itu penelitian ini tidak memerlukan hipotesis (Nursalam, 2013).
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Kelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai Juni 2015.
C. Populasi Dan Sampel 1.Populasi Penelitian Menurut Notoadmodjo (2005), populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi pada penelitian adalah lansia berumur 60-70 tahun yang pada masa pensiunan di Kelurahan Bandar Buat
31
Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. Jumlah lansia berumur 60-70 tahun yang pada masa pensiunan di Kelurahan Bandar Buat adalah 127 jiwa lansia, yang terdiri dari berbagai macam pensiunan antara lain; pegawai negri sipil, pegawai swasta, wiraswasta, buruh/karyawan dan lain sebagainya yang dulunya pernah bekerja tetap. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2005). Sampel penelitian ini adalah lansia berumur 60-70 tahun yang pada masa pensiunan di Kelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. Menurut Nursalam (2013), untuk populasi dapat mempergunakan formula yang lebih sederhana seperti : n=
( )
keterangan : n = besar sampel N = besar populasi d = Tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan (0,1) Dari jumlah populasi yang ada dapat ditentukan sampel yaitu sebesar: n=
( )
=
( , )
= =
, ,
=55,95 (dibulatkan menjadi 56)
32
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2013). Teknik pengambilan sampel pada saat penelitian adalah teknik nonprobability sampling dengan metode purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai degan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi. (Nursalam, 2013).
3. Kriteria Sampel a. Kriteria inklusi : Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013). Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Lansia yang berdomisili di kelurahan Bandar Buat 2) Lansia yang berusia 60-70 tahun dan berada dalam masa pensiunan 3) Lansia yang bersedia menjadi responden 4) Kooperatif b. Kriteria ekslusi : Kriteria eklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Lansia/responden yang tidak mampu atau tidak sanggup menerima wawancara 2) Lansia/responden tidak bersedia dan tidak mengikuti penelitian.
33
D. Metode Pengumpulan Data Data
primer
dikumpulkan
dengan
wawancara
menggunakan
kuesioner.Sedangkan data sekunder diperoleh dari pencatatan Puskesmas Lubuk Kilangan pada bulan Oktober 2014 dan laporan tahunan Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013. Langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut : a. Mendatangi responden dan menjelaskan tentang penelitian serta tujuan penelitian. b. Menjelaskan
mengenai
format
persetujuan,
selanjutnya
respondendiminta untuk menandatangani format persetujuan tersebut. c. Kuesioner diisi dengan melakukan wawancara kepada responden. d. Setelah selesai, peneliti memeriksa apakah semua item sudah terjawab oleh responden. Selanjutnya dilakukan pengolahan data.
H. Jenis Data 1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lansia melaluiwawancara
dengan
menggunakan
kuesioner.Wawancara
ini
dilakukan kepada sejumlah responden untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang, data dari Puskesmas Lubuk Kilangan, data dari kantor Kelurahan Bandar Buat, dan data dari posyandu lansia yang berada di kelurahan Bandar Buat.
34
I.
Instrumen Penelitian Instrumen
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
kuesioner.Kuesiuner dimodifikasi oleh peneliti yand didapat dari penelitian Erwinsyah Purnama bhakti di dalam penelitiannya. J. Teknik Pengolahan Data 1. Penyuntingan Data (Editing) Peneliti melihat kelengkapan data diantaranya kelengkapan identitas responden, kelengkapan lembar dan kelengkapan pengisian kuesioner yang dilakukan ditempat pengambilan data dan ketika terdapat ketidaksesuaian maka dilengkapi dengan segera. 2. Pengkodean Data (Coding) Mengklasifikasikan data yang diperoleh dengan cara menandai masing-masing jawaban dengan kodepada masing-masing pertanyaan variabel penelitian, kemudian dimasukkan ke dalam lembar tabel kerja guna mempermudah membacanya dan pengolahan data.Skala yang digunakan adalah skala Likert.Pada pertanyaan sumber stres, untuk setiap pertanyaan negative diberi skor 4 untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban sering, 2 untuk jawaban jarang, dan 1 untuk tidak pernah. Dan untuk pertanyaan positive diberi skor 4 untuk jawaban tidak pernah, skor 3 untuk jawabanjarang, 2 untuk jawaban sering, dan 1 untuk jawaban selalu.Kemudian pada pertanyaan koping menggunakan metode Guttman, yaitu skor 1 untuk jawaban ya, dan skor 2 untuk jawaban tidak.
35
3. Penilaian (Skoring) Peneliti memberi nilai pada data sesuai dengan skor yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh responden. 4. Memasukkan Data (Entry data) Peneliti memasukkan data yang telah diberi kode pada kuesioner kedalam tabel induk diproses secara komputerisasi. Memproses data peneliti membutuhkan waktu untuk memasukkan ke tabel induk. 5. Memproses Data (Processing) Setelah diedit dan diberi kode, data diproses melalui program komputerisasi. 6. Pembersihan Data Peneliti membersihkan data yang sudah dimasukkan ke dalam tabel induk dan disini tidak ada ditemukan kesalahan dalam memindahkan atau memasukkan data ke tabel induk. 7. Pentabulasian data (Tabulating) Sesudah data dibersihkan maka data ditabulasikan kedalam tabel dan kemudian didiskripsikan
K. Teknik Analisa Data Analisa data yang digunakan peneliti adalah analisis data univariat. Analisis data univariat yaitu menganalisis variable satu persatu. Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
presentasi
dari
setiap
variabel.Analisis
komputerisasi untuk perhitungannya.
dilakukan
dengan
sistem
36
L. Etika Penelitian Etika penelitian meliputi: 1. Informent Consent (Lembar persetujuan) Informent
Consent
diberikan
sebelum
melakukan
penelitian.Informend Consert ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden, dengan tujuan pemberiannya agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak mereka. 2. Anominity (Tanpa Nama) Anominity menjelaskan bentuk penelitian dengan tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data atau lembar tabel kerja, tetapi hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. 3. Confidentiality (Kerahasiaan) Kerahasiaan menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.
37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Hasil Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai mekanisme koping
lansia pada masa pensiunan yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak 7 Mei April sampai 17 Mei 2015 di Kelurahan Bandar Buat Kota Padang. Selain memaparkan hasil penelitian mengenai mekanisme koping lansia pada masa pensiunan, dalam bab ini juga dijabarkan dekripsi karakteristik responden. 1. Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini adalah lansia pensiunan yang berumur 60-70 tahun di Kelurahan Bandar Buat yang terdiri dari berbagai macam pensiunan antara lain; pegawai negeri, pegawai swasta, buruh/karyawan dan lain sebagainya yang dulunya pernah bekerja tetap. Jumlah responden adalah 56 responden. Karakterstik responden yang akan dipaparkan mencakup usia, pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pensiunan, dan penghasilan perbulan. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa usia responden terbanyak berumur 65 tahun (19,6%). Berdasarkan jenis kelamin, responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 responden (55,4%), dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 25 responden (44,6%). Mayoritas pendidikan terakhir responden adalah SMA sebanyak 32 responden (57,1%) dan perguruan tinggi sebanyak 11 responden (19,6%). Status perkawinan responden paling banyak yaitu menikah sebanyak 40 responden (71,4%).
38
Responden dulunya bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 17 responden (30,4%), sebagai pegawai swasta sebanyak 18 responden (32,1%), dan dulunya sebagai buruh/karyawan sebanyak 21 responden (37,5%). Penghasilan
perbulan
rata-rata
responden
adalah
Rp.780.000,00-
Rp.1.500,000,00 sebanyak 21 responden (37,5%).
2. Sumber Stres yang didapat Lansia Pensiunan Bersumber Dari Diri Sendiri, Keluarga dan Lingkungan a.
Sumber Stres Dari Diri Sendiri Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Sumber Stres Berasal dari Diri Sendiri di Kelurahan Bandar Buat Kota Padang Tahun 2015 Kategori Tinggi Rendah jumlah
Frekuensi 32 24 56
Persentase (%) 57,1 42,9 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa lebih dari separo lansia (57,1%) mempunyai sumber stres yang tinggi dari diri sendiri.
b.
Sumber Stres Dari Keluarga Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Sumber Stres Berasal dari Keluarga di Kelurahan Bandar Buat Kota Padang Tahun 2015 Kategori Tinggi Rendah jumlah
Frekuensi 30 26 56
Persentase (%) 53,6 46,4 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa lebih dari separo lansia (53,6%) mempunyai sumber stres yang tinggi dari keluarga.
39
c.
Sumber Stres dari Lingkungan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Sumber Stres Berasal dari Lingkungan di Kelurahan Bandar Buat Kota Padang Tahun 2015 Kategori Tinggi Rendah jumlah
Frekuensi 32 24 56
Persentase (%) 57,1 42,9 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa lebih dari separo lansia (57,1%) mempunyai sumber stres yang tinggi dari lingkungan.
3. Koping yang digunakan Lansia Pensiunan a.
Koping Berorientasi pada Ego Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Banyaknya Koping yang Digunakan Berorientasi pada Ego di Kelurahan Bandar BuatKota Padang Tahun 2015 Kategori Rendah Tinggi jumlah
Frekuensi 12 44 56
Persentase (%) 21,4 78,6 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan terdapat 44 lansia (78,6%) yang banyak menggunakan koping berorientasi pada ego.
40
b.
Koping Berorientasi Tugas Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Banyaknya Koping yang Digunakan Berorientasi pada Tugas di Kelurahan Bandar BuatKota Padang Tahun 2015 Kategori Rendah Tinggi jumlah
Frekuensi 26 30 56
Persentase (%) 46,4 53,6 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dijelaskan terdapat 30 lansia (53,6%) yang banyak menggunakan koping berorientasi pada ego.
B.
Pembahasan 1.
Sumber Stres yang didapat Lansia Pensiunan Bersumber Dari Diri Sendiri, Keluarga dan Lingkungan a.
Sumber Stress dari Diri Sendiri Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan lebih dari separo
lansia yang mempunyai sumber stres yang tinggi dari diri sendiri (57,1%). Dilihat dari 5 pertanyaaan yang diajukan, didapatkan hampir separo lansia (42,9%) mengatakan tidak pernah merasa rendah diri ketika melihat teman sebayanya masih bekerja. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Hutapea (2005) bahwa pada orang dengan kondisi kejiwaan yang stabil, konsep diri positif, rasa percaya diri yang kuat serta didukung oleh keuangan yang cukup, sehingga orang tersebut lebih dapat menyesuaikan diridengan kondisi pensiun tersebut karena selama bertahun-tahun bekerja dan mempunyai banyak pengalaman. Biasanya karakter lansia seperti ini akan mencari kesibukan lain sebagai pengganti pekerjaannya yang lama.
41
Sebanyak 27 lansia (48,2%) kadang merasakan kecewa pada hasil kerja mereka yang sekarang karena tidak sebaik waktu muda dahulu. Hal ini sesuai dengan Tamher (2009) bahwa secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik-biologis, mental, maupun sosial-ekonomis. Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisiknya semakin mundur, yang dapat mengakibatkan penurunan pada peran-peran sosialnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 24 lansia (42,9%) kadang menganggap dirinya tidak berguna lagi karena tidak mempunyai kekuasaan/jabatan dan sebanyak 39 lansia (69,6) mengatakan kadang merasa semangat hidupnya berkurang setelah pensiun. Hal ini sesuai dengan Widjajanto (2009) yang mengatakan jabatan dan kekuasaan semasa bekerja tentu saja menjadi sebuah kebanggaan pribadi.Terlebih lagi jika dulunya lansia tersebut dahulu menjadi orang yang terpandang di lingkungan dan memiliki jabatan yang tinggi. Kebanggaan tersebut tentunya akan hilang seiring dengan masa pensiun. Jika tidak dapat mengendalikan perasaan hilangnya jabatan karena pensiun maka akan memicu perasaan minder dan malu terhadap orang lain. Akibatnya, akan ingin menarik diri dari lingkungan dan pergaulan. Kemudian akan menjadi pemurung dan semangat hiduppun akan menurun. Sebanyak 22 lansia (39,3) mengatakan untuk menghilangkan kejenuhan maka mereka sering mencari kegiatan yang sesuai dengan hobi/keinginannya. Hal ini sesuai dengan Hutapea (2005) yang mengatakan pensiun bukan berarti saat-saat ketika lansia harus mencari
42
akal untuk membunuh waktu.Sebaliknya pensiunan harusnya berpikir bagaimana supaya memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mendatangkan hal-hal terbaik. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Erwinsyah Putra dengan judul “Stres dan Koping Lansia pada Masa Pensiunan di Kelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Pematangsiantar Tahun 2015”, didapatkan 69,3% lansia tidak merasa rendah diri, lansia merasa berguna 84,6%, dan sebanyak 74,4% lansia tidak berkurang semangatnya setelah pensiun. Kebahagian atau kesedihan yang diperoleh seseorang ketika pensiun sangat dipengaruhi oleh persiapan dan kesiapan jauh hari sebelum pensiun tiba. Seluruh persiapan hendaknya diarahkan pada tujuan yang hendak dicapai. Persiapan pensiun sebaiknya dilakukan sejak awal mulai bekerja. Persiapan yang harus disiapkan berupa kesiapan materi financial, kesiapan fisik, kesiapan mental dan emosi, dan kesiapan seluruh keluarga.
b.
Sumber stres dari keluarga Hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukkan lebih dari separo
lansia yang mempunyai sumber stres yang tinggi dari diri keluarga (53,6). Dilihat dari 5 pertanyaaan yang diajukan, didapatkan lebih dari separo lansia (51,8%) mengatakan tidak pernah untuk kurang diikutsertakan dalam pengambilan keputusan di keluarga. Hal ini berkaitan dengan Maryam (2010) mengatakan bahwa ada kecenderungan bagi usia lanjut untuk menjauhi diri dari hubungan sosial, tetapi keluarga
43
tetap menjadi fokus interaksi usia lnjut dan sumber utama dukungan sosial. Karena usia lanjut menarik diri dari ativitas dunia sekitarnya, hubungan dengan pasangan, anak-anak, cucu serta saudaranya menjadi lebih penting. Selanjutnya terdapat 22 lansia (39,3%) mengatakan sering merasa tidak berdaya dalam memenuhi kebutuhan keluarga juga rumah tangga dan sebanyak 36 lansia (64,3) kadang berselisih paham dengan keluarganya. Hal ini sesuai dengan Maryam (2010) mengatakan bahwa, ketika usia lanjut pensiun, maka akan terjadi penurunan pendapatan secara tajam dan semakin tidak memadai, karena biaya hidup terus menerus meningkat sementara tabungan/pendapatan berkurang dan dengan sering munculnya masalah kesehatan maka pengeluaran biayapun semakin meningkat. Di lain hal menurut Tamher (2009) mengatakan bahwa masih ada sebagian dari lanjut usia dalam keadaan terlantar, selain tidak mempunyai bekal hidup dan pekerjaan/penghasilan, mereka juga tidak mempunyai keluarga/sebatang kara. Dari pertanyaan yang diajukan, terdapat 37 lansia (66,1%) mengatakan bahwa tidak pernah anak-anaknya tidak menghormati dan menghargai sebagai orang tua dan sebanyak 19 lansia (33,9%) mengatakan anak-anak ada membantu mencarikan hal-hal yang positif. Hal ini sesuai dengan Maryam (2010) yang mengatakan bahwa keluarga adalah support system utama bagi usia lanjut dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi
44
perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erwinsyah Putra dengan judul “Stres dan Koping Lansia pada Masa Pensiunan di Kelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Pematangsiantar Tahun 2015”, didapatkan sebanyak 90,4% lansia selalu diikut sertakan dalam pengambilan keputusan dan lansia yang jarang berselisih paham dengan anggota keluargasebanyak 92,3%. Bagi para lansia peran keluarga sangatlah penting karena mereka memiliki ikatan batin yang kuat dengan lansia, keluarga dapat menjadi pendukung dan dapat memberikan perawatan yang baik bagi para lansia. Dan diharapkan petugas kesehatan disekitar dapat membina keluarga yang mempunyai lansia. Memberdayakan keluarga cara merawat fisik maupun psikologis pada lansia agar dapat lebih mensejahterakan kehidupan lansia.
c.
Sumber Stres Dari Diri Lingkungan Hasil penelitian pada tabel 4.3 menunjukkan lebih dari separo
lansia yang mempunyai sumber stres yang tinggi dari diri lingkungan (57,1). Dilihat dari 5 pertanyaaan yang diajukan, didapatkan sebanyak 20 lansia (35,7%) mengatakan tidak ada mengikuti kegiatan sosial setelah pensiun dan 32 lansia (57,1%) mengatakan kadang tidak bisa membina hubungan baik dengan tetangga. Hal ini sesuai dengan Tamher (2009), mengatakan bahwa dalam masyarakat tradisional biasanya lansia dihargai dan dihormati, sehingga mereka masih dapat berperan dan berguna bagi
45
masyarakat. Tetapi pada masyarakat industri ada kecenderungan lansia akan kurang dihargai, sehingga mereka terisolir dari kehidupan masyarakat. Semakin tua seseorang, kesibukan sosialnya semakin berkurang. Hal ini akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan
lingkungan/masyarakat
yang dapat
memberikan
dampak
kebahagiaan pada seseorang. Lansia yang sering mengikuti kegiatan keagamaan dilingkungan sekitarnya sebanyak 48,2% dan lansia yang sering berinteraksi dengan teman sejawat sebanyak 26 lansia (46,4%). Hal ini bertolak dengan penelitian Erwinsyah Putra dengan judul, “Stres dan Koping Lansia pada Masa Pensiunan di Kelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Pematangsiantar Tahun 2015”, didapatkan hanya sebagian kecil yang mengalami stres yang disebabkan oleh lingkungan seperti tidak bisa berinteraksi dengan teman sejawat dan adanya mengikuti kegiatan keagamaan .adanya dan berpikiran positif. Lansia baiknya membuat kontak sosial dengan mengadakan pertemuan atau aktivitas seperti bertukar informasi, kegiatan keagamaan, kegiatan olahraga bersama dan menjalin hubungan sosial.Sehingga dengan adanya acara berkumpul tersebut dapat membangkitkan semangat hidup dan meningkatkan kualitas hidup baik fisik maupun psikis.
2. Koping yang digunakan Lansia Pensiunan a.
Koping Berorientasi pada Ego Hasil penelitian pada table 4.4 menunjukkan lebih dari separo
lansia yang banyak menggunakan koping berorientasi pada ego (78,6%).
46
Pola koping yang berorientasi pada ego, lansia mengatakan tidak untuk pertanyaan tidak merasa pantas menerima pensiun dan masih berhak bekerja lagi karena memilki tubuh yang kuat sebanyak 58,9%. Hal ini berkaitan dengan Potter and Perry (2005) yang mengatakan lansia harus menyesuaikan terhadap perubahan fisik. Seiring terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi.Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal. Perubahan struktur dan fungsi terkait penuaan dideskripskan dan sesi perkembangan fisioogis lansia. Untuk menghilangkan kejenuhan pada masa pensiun, maka sebanyak 80,4% lansia akan mencari kegiatan yang sesuai dengan hobinya. Hal ini sesuai dengan istilah Phase Honeymoon (Widjajanto, 2009), yaitu fase penyesuian diri saat pensiun, dimana para pensiunan merasa terbebas dari tekanan pekerjaan dan biasanya akan mencari kegiatan yang sifatnya untuk menghibur diri sesuai keinginan dan keuangannya. Selanjutnya, terdapat 37,5% lansia yang mempunyai masalah maka akan menyalahkan keluarganya. Hal ini berkaitan dengan LSPR (2010) yang mengatakan letak permasalah pensiunan adalah kondisi yang belum siap dari perubahan aktif bekerja menjadi tidak bekerja yang mengakibatkan kecemasan, timbulnya perasaan tidak berguna, dan kadang penurunan kualitas produktivitas.Dan biasanya yang menjadi sasaran kekesalannya adalah keluarga atau orang terdekat. Terdapat 94,6% lansia jika ada masalah maka akan berdoa kepada tuhan.hal ini juga erat kaitannya dengan masa lansia yang penuh konflik
47
akibat adanya perubahan peran. Untuk mempertahankan aspek yang positif maka penting bagi lansia untuk tetap mempertahankan nilai spiritual yang dimilikinya.Salah satu strategi koping berorerientsi pada ego adalah berdoa pada tuhan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erwinsyah Putra dengan judul “Stres dan Koping Lansia pada Masa Pensiunan di Kelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Pematangsiantar Tahun 2015”, Didapatkan banyak lansia merasa pantas untuk pensiun dan berhak untuk bekerja lagi, lansia akan menghlangkan kejenuhannya dengan kegiatan yang sesuai hobinya, dan lansia akan banyak berdoa pada tuhan ketika dalam masalah.
b.
Koping Berorientasi pada Tugas Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan lebih dari separo
lansia yang tinggi/banyak menggunakan koping berorientasi pada tugas (53,6%). Pada pola koping yang berorientasi pada tugas, lansia yang mengatakan jika mengalami masalah maka akan mencari pemecahan masalah dengan kompromi sebanyak 87,5%. Hal ini sesuai dengan Perry and potter (2005) yang mengatakan bahwa salah satu strategi koping berorientasi pada tugas adalah kompromi, yaitu tawar-menawar untuk memuaskan keinginan dan menguntungkan satu sama lain. Selanjutnya lansia yang akan menyendiri jika menghadapi masalah sebanyak 28,6%. Hal ini sesuai dengan Perry and potter (2005) yang mengatakan bahwa salah satu strategi koping berorientasi pada tugas adalah perilaku menarik diri, yaitu menarik diri secara fisik atau
48
emosional dari stresor. Dan berkaitan dengan Rosma Dewi (2014) yang mengatakan kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya. Lansia mengalami kehilangan ganda, yang meliputi: kehilangan peran; hambatan kontak sosial; dan berkurangnya komitmen. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erwinsyah Putra dengan judul “Stres dan Koping Lansia pada Masa Pensiunan di Kelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Pematangsiantar Tahun 2015”, Didapatkan hasil banyak lansia menggunakan koping berorientasi pada tugas, seperti menyelesaikan masalah dengan kompromi. Jadi, peran perawat diperlukan dalam membangun kembali semangat hidup lansia. Peranan keluarga juga sangat diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup dan kesehatan para lansia.Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan adalah pendekatan kepada keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini lebih memproritaskan upaya memelihara dan menjaga yang sehat semakin sehat serta merawat yang sakit agar menjadi sehat.
49
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian maka dapat diambil kesimpulan mengenai mekanisme koping lansia pada masa pensiun di Kelurahan Bandar Buat Kota Padang tahun 2015 sebagai berikut: 1. Lebih dari separo lansia mengalami stresor tinggi yang bersumber dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan. 2. Lebih dari separo lansia yang banyak menggunakan koping berorientasi pada ego dan berorientasi pada tugas. B. Saran 1. Bagi Tempat Penelitian Melalui Lurah dan tenaga kesehatan di wilayah tersebut disarankan untuk mengadakan dan menambah program keterampilan, pendidikan, dan penyuluhan kepada para lansia pensiunan yang mengalami penurunan semangat hidup agar tidak terjadinya hal-hal berakibat buruk bagi lansia seperti post power syndrome, penurunan kesehatan lansia, gangguan mental, dan lain-lain. Hal yang dapat dilakukan seperti memberikan bimbingan keterampilan berkebun ringan, bimbingan keterampilan tangan yang bisa dilakukan oleh para lansia, pengadaan kegiatan agama, dan pemberdayaan keluarga lansia.
50
2. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Padang Kepada institusi pendidikan disarankan agar bisa melakukan suatu program pembelajaran berupa upaya preventif kesehatan jiwa pada lansia pensiunan untuk mencegah terjadinya koping maladaptif pada lansia. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan metode yang berbeda dan dapat diterima secara ilmiah. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti bagaimana mekanisme koping yang terjadi pada lansia pensiunan apakah adaptif atau maladaptif.
DAFTAR PUSTAKA Asmadi, 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika. Dewi, Sofia Rhosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish Dinas Kesehatan Kota Padang. 2013. Data Jumlah Penduduk Lansia Di Kota Padang Pada Tahun 2013. Padang Efendi, Ferry & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : teori dan praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Gail W. Stuart. 2006. Buku Saku Keperawatan jiwa (Ed. 5.Cet 1). Jakarta : EGC Hidayat, Aziz A. 2004. Model Konsep Dan Teori Keperawatan. Jakatra: EGC ______, Aziz A. 2008. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hutapea, Ronald. 2005. Sehat & Ceria Di Usia Senja. Jakarta: PT Rineka Cipta Kelurahan Bandar buat. 2014. Profil kelurahan: Data Jumlah Lansia di kelurahan bandat buat tahun 2014. Kementrian sosial RI. 2007. Dikutip oleh Almisar Hamid: Penduduk lanjut usia dana masalah kesejahteraannya. Diunduh pada tanggal 24 Desember 2014 dari http://www.kemsos.go.id//modules.php?name=News&file=article&sid=522 LSPR. 2010. Beyond Borders: Communication modernity & History, the first LSPR communication research conference 2010. Jakarta: STIKOM The London School of Public Relations Maryam, R, Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Penerbit : Salemba Medika. _______R, Siti, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta: TIM Mckay, Gary, dkk. 2005. How You Feel Is Up To You. Indonesia: Grasindo Notoatmodjo,s. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
___________,s. 2007. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis (Edisi 3). Jakarta : Salemba Medika Prabowo, Hendro. 2005. Arsitektur, Psikologi dan Masyarakat. Depok : Penerbit Gunadarma. Priyoto. 2014. Konsep Manajemen Stress. Yogyakarta: Nuha Medika Purnama Surbakhti, Erwinsyah. 2008. Gambaran Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiunan di Pematang Siantar Tahun 2008 (Skripsi). Medan: Fakultas Kedokteran Sumatera Utara Siswanto. 2007. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Andi Yogyakarta, Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Sutarto, J. Tito. 2008. Pensiun Bukan Akhir Segalanya : Cara Cerdas Menyiasati Masa Pensiun. Indonesia: Gramedia Pustaka Utama Tamher, S, dkk. 2009. Kesehatan Usia lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba medika W.F.Maramis. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press Widjajanto, Joannes. 2009. PHK Dan Pensiun Dini, Siapa Takut?. Jakarta: Penebar Plus
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: RAHIMAH
Tempat/TanggalLahir
: Padang/ 3 September 1994
JenisKelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Alamat
: Kel. Koto Lalang RT02/ RW02 Kec.LubukKilangan Kota Padang
Nama Orang Tua
Alamat
Ayah
: Junaidi
Ibu
: Nurli : Kel. Koto Lalang RT02/ RW02 Kec.LubukKilangan Kota Padang
RiwayatPendidikan NO.
PENDIDIKAN
TAHUN TAMAT
1
SDN 15 Koto Lalang
2006
2
SMPN 11Padang
2009
3
SMA SEMEN PADANG
2012
4
PoltekkesKemenkes RI Padang Prodi Keperawatan Padang
2015
LAMPIRAN B KISI-KISI KUESIONER
Tujuan
Variabel
Sub variabel
No. Item pertanyaan
Jumlah item
Menggambarkan
Stresor
5
a. Diri Sendiri
positive: 5 negative: 1, 2, 3, 4
b. Keluarga
positive: 10 negative: 6, 7, 8, 9
c. Lingkungan
positive: 11,12,13 negative: 14, 15
5
16, 17, 18, 19, 20
5
21, 22, 23, 24, 25
5
mekanisme koping lansia
5
pada masa pensiunan
Koping
a. Berorientasi pada ego b. Berorientasi pada tugas
LAMPIRAN C
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth : Saudara / Saudari responden Di tempat
Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang Program Studi Keperawatan Semester VI (enam) yang bermaksud akan melaksanakan penelitian. Nama : Rahimah NIM : 123110244 Akan mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Mekanisme Koping Lansia Pada Masa Pensiunan Di Kelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2015”. Penelitian ini tidak akan menimbilkan kerugian bagi Saudara/ Saudari sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila Saudara/ Saudari menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan Saudara/ Saudari untuk menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan- pertanyaan yang diajaukan. Atas perhatian Saudara/ Saudari sebagai responden saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
Rahimah
LAMPIRAN D
LEMBAR PERSETUJUAN (Informed Concent)
Setelah dijelaskan maksud penelitian, saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahimah, mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Program Studi DIII Keperawatan Padang dengan judul “Gambaran Mekanisme Koping Lansia Pada Masa Pensiunan Di Kelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2015” Persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa paksaan dari siapapun.
Padang,
Mei 2015
Responden
LAMPIRAN E
KUESIONER MEKANISME KOPING LANSIA PADA MASA PENSIUN DI KELURAHAN BANDAR BUAT KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG TAHUN 2015 PETUNJUK! Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list pada tempat yang telah tersedia dan isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab. I.
Kuesioner Data Denografi 1. Nama (inisial) : 2. Umur
:
tahun
3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan
:
SD SMP SMA Perguruan Tinggi 5. Status Perkawinan : Belum menikah Menikah Duda/Janda 6. Pensiunan Pegawai Negri Pegawai Swasta Buruh/karyawan 7. Penghasilan se-bulan:
Rp1.500.000,00-
LAMPIRAN E
II.
Kuesioner Sumber Stres Petunjuk pengisian :
Jawablah dengan memberi tanda check list dengan kondisi dan situasi yang di alami lansia beberapa bulan terakhir ini atau sesudah anda pensiun. No 1 2 3 4 5
6
7 8 9 10 11 12 13
14 15
Pertanyaan Bapak/ibu merasa rendah diri ketika melihat teman sebaya masih bekerja Bapak/ibu kecewa pada hasil kerja yang sekarang karena tidak sebaik waktu muda dulu Bapak/ibu dianggap tidak berguna karena tidak mempunyai kekuasaan dan jabatan lagi Merasa bahwa semangat hidup bapak/ibu berkurang setelah pensiun. Untuk menghilangkan kejenuhan, bapak/ibu akan mencari kegiatan yang sesuai dengan hobi/keinginan Bapak/ibu kurang dikutsertakan dalam pengambilan keputusan jika ada musyawarah dalam keluarga Bapak/ibu tidak berdaya karena tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan rumah tangga Bapak/ibu ada berselisih paham dengan anggota keluarga Anak-anak tidak lagi menghargai dan menghormati bapak/ibu sebagai orang tua Keluarga atau anak-anak membantu bapak/ibu mencari dan melakukan hal-hal baru yang dapat dilakukan setelah pensiun Bapak/ibu ada berinteraksi dengan teman sejawat Bapak/ibu ada mengikuti kegiatan sosial dilingkungan tempat tinggal setelah pensiun Bapak/ibu ada mengikuti kegiatan keagamaan di lingkungan tempat tinggal setelah pensiun ini Bapak/ibu belum atau tidak bisa membina hubungan baik antar tetangga di lingkungan tempat tinggal Berpikir kalau tetangga tempat tinggal ada yang tidak suka dengan bapak/ibu
Selalu
Sering
Kadang
Tidak pernah
LAMPIRAN E
III.
Kuesioner Koping Petunjuk Pengisisan Jawablah dengan memberi tanda checklist sesuai dengan kondisi dan situasi yang dialami.
No.
Pertanyaan Koping Berorientasi Pada Ego Bapak/ibu merasa tidak pantas untuk pensiun dan 16 masih berhak bekerja lagi karena masih memiliki tubuh yang kuat 17 Untuk menghilangkan kejenuhan pada masa pensiun Bapak/ibu akan mencari kegiatan yang sesuai dengan hobi Bapak/ibu 18 Jika Bapak/ibu mempunyai masalah, maka akan banyak berdoa pada tuhan 19 Jika Bapak/ibu mempunyai masalah, maka akan menyalahkan keluarga dan orang lain. 20 Bapak/ibu akan meminta bantuan tentangga/saudara dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari Koping Berorientasi Pada Tugas Jika Bapak/ibu menghadapi masalah maka akan 21 mencari pemecahan masalah dengan kompromi bersama orang lain. 22 Jika Bapak/ibu mengahadapi masalah, maka akan mengalihkannya dengan merokok 23 Jika Bapak/ibu berselisih paham dengan orang lain, maka lebih baik mengalah atau pergi meninggalkannya 24 Jika Bapak/ibu marah, maka akan berteriak-teriak dan menghancurkan barang-barang yang ada disekitar 25 Bapak/ibu akan menyendiri jika menghadapi masalah
Ya
Tidak
LAMPIRAN F
OUTPUT SUMBER STRES DARI DIRI SENDIRI One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SKORDIRI N
56
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
10.39
Std. Deviation
2.462
Absolute
.143
Positive
.143
Negative
-.084
Kolmogorov-Smirnov Z
1.069
Asymp. Sig. (2-tailed)
.204
a. Test distribution is Normal.
KATEGORI DIRI SENDIRI Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
rendah
24
42.9
42.9
42.9
tinggi
32
57.1
57.1
100.0
Total
56
100.0
100.0
OUTPUT SUMBER STRES DARI KELUARGA
N Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
LAMPIRAN F
KATEGORI KELUARGA Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
RENDAH
26
46.4
46.4
46.4
TINGGI
30
53.6
53.6
100.0
Total
56
100.0
100.0
OUTPUT SUMBER STRES DARI LINGKUNGAN One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SKORLING N
56
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
11.75
Std. Deviation
1.993
Absolute
.121
Positive
.111
Negative
-.121
Kolmogorov-Smirnov Z
.908
Asymp. Sig. (2-tailed)
.382
a. Test distribution is Normal.
KATEGORI LINGKUNGAN Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
RENDAH
24
42.9
42.9
42.9
TINGGI
32
57.1
57.1
100.0
Total
56
100.0
100.0
LAMPIRAN F
OUTPUT KOPING BERORIENTASI PADA EGO One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SKOREGO N
56
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
8.21
Std. Deviation
.889
Absolute
.205
Positive
.202
Negative
-.205
Kolmogorov-Smirnov Z
1.531
Asymp. Sig. (2-tailed)
.018
a. Test distribution is Normal. KATEGORI EGO Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
RENDAH
12
21.4
21.4
21.4
TINGGI
44
78.6
78.6
100.0
Total
56
100.0
100.0
LAMPIRAN F
OUTPUT KOPING BERORIENTASI PADA TUGAS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SKORTGS N
56
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
7.68
Std. Deviation
.956
Absolute
.225
Positive
.225
Negative
-.167
Kolmogorov-Smirnov Z
1.687
Asymp. Sig. (2-tailed)
.007
a. Test distribution is Normal.
KATEGORI TUGAS Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
RENDAH
26
46.4
46.4
46.4
TINGGI
30
53.6
53.6
100.0
Total
56
100.0
100.0
LAMPIRAN G
Master Tabel GAMBARAN MEKANISME KOPING LANSIA PADA MASA PENSIUNAN DI KELURAHAN BANDAR BUAT KECAMATAN LUBUK KILANGAN TAHUN 2015 NO. NAMA UMUR JK PDDK STTUS PNSI HASIL
1 N 2 A 3 S 4 Y 5 W 6 Y 7 S 8 A 9 R 10 S 11 R 12 A 13 S 14 D 15 A 16 Z 17 M 18 N 19 R 20 J 21 C 22 E 23 Z 24 B 25 N 26 T 27 E 28 H 29 G 30 A 31 N 32 O 33 F 34 C 35 I
60 63 65 65 63 67 69 60 65 65 70 62 61 62 64 70 64 62 68 61 65 61 66 67 63 70 68 63 68 66 67 69 61 67 66
2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2
4 4 3 3 1 4 2 4 3 4 1 3 4 4 3 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 4 3 3 3 4 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3
1 1 2 2 3 1 3 2 1 1 3 3 1 2 3 3 1 1 2 2 2 2 1 2 1 3 2 3 2 2 1 3 2 1 3
3 3 1 2 1 3 1 2 2 2 1 2 3 3 1 1 3 3 2 2 2 3 3 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1
DIRI SENDIRI
1 2 1 1 2 3 2 2 1 3 3 2 3 3 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 3 1 1 1 3 2 2 1 2 1 1 1
2 1 1 1 2 4 2 3 3 3 3 1 3 3 4 2 3 2 2 3 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
3 2 1 1 1 3 1 2 1 3 3 2 3 1 3 3 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 3 2 2 2 1 3 2 1 2 2
4 2 1 2 1 3 2 1 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
5 2 4 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 1 3 2 2 3 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 2 1 2 3
SKOR
KAT
9 8 7 9 16 9 11 9 14 14 11 14 13 16 13 12 8 10 10 9 10 11 7 11 9 10 9 10 9 8 9 11 7 8 10
RENDAH RENDAH RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI
KELUARGA
1 2 1 1 3 3 2 3 1 2 2 3 2 1 3 2 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 2 1 3 1 1 2
2 2 1 2 3 3 1 4 1 4 3 2 2 2 3 3 4 3 1 3 3 2 2 2 3 3 2 4 3 4 4 4 3 3 2 4
3 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 1 2
4 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2
5 3 2 2 3 4 2 2 2 3 3 4 3 2 3 4 4 1 2 2 4 4 2 2 3 4 3 1 1 2 3 1 3 3 2 3
SKOR
KAT
11 6 8 12 14 8 13 8 13 13 14 10 8 13 14 12 8 8 11 12 10 11 8 10 11 12 10 10 10 13 10 13 10 7 13
TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI
LINGKUNGAN
1 2 2 2 2 1 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 1 3 2
2 4 3 3 3 3 2 2 2 4 3 4 3 4 4 4 4 2 2 4 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 3 2 3 2 4 3
3 3 2 2 2 2 3 2 1 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 2 1 1 3 2 2 3
4 3 2 2 2 1 3 3 3 2 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 1 1 1 2 3 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2
5 3 1 2 1 3 1 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3 3 2
SKOR
KAT
15 10 11 10 10 11 12 10 14 12 16 13 14 15 13 13 12 10 14 14 10 10 10 11 13 11 12 12 12 8 8 13 11 15 12
TINGGI RENDAH RENDAH RENDAH RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI
EGO
1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2
5 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2
SKOR
KAT
8 9 8 7 9 9 8 8 9 8 9 9 9 9 8 8 8 8 9 10 9 7 8 7 9 9 8 8 7 9 7 8 8 7 9
BD BD BD SD BD BD BD BD BD BD BD BD BD BD BD BD BD BD BD BD BD SD BD SD BD BD BD BD SD BD SD BD BD SD BD
TUGAS
1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2
4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
5 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
SKOR
KAT
8 7 8 7 9 7 8 9 9 8 7 7 9 9 9 9 8 8 9 9 8 7 7 7 8 8 6 6 7 8 6 8 7 7 7
BD SD BD SD BD SD BD BD BD BD SD SD BD BD BD BD BD BD BD BD BD SD SD SD BD BD SD SD SD BD SD BD SD SD SD
LAMPIRAN G
36 F 37 G 38 H 39 E 40 V 41 N 42 I 43 W 44 M 45 J 46 P 47 O 48 W 49 I 50 Y 51 Z 52 N 53 B 54 T 55 K 56 I
67 63 61 70 67 64 64 68 62 63 69 68 70 60 68 64 66 69 63 66 67
2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1
4 4 4 1 3 3 1 3 3 3 4 1 3 4 3 1 3 2 3 2 3
KETERANGAN : JK: JENIS KELAMIN 1: LAKI-LAKI 2: PEREMPUAN
2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3
1 1 2 3 1 2 3 1 2 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 2
3 1 3 2 3 3 2 2 2 2 1 1 2 3 2 1 2 2 3 1 2
1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 3 3 1
2 3 3 3 2 2 3 1 1 2 2 1 2 3 2 3 3 3 2 2 2
1 3 3 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1
2 2 3 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1
1 2 4 2 1 1 4 2 2 1 3 4 2 2 4 4 2 2 3 2 2
7 12 15 12 9 8 15 7 7 8 11 10 9 12 12 14 10 12 13 11 7
RENDAH TINGGI TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH RENDAH RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI RENDAH
PDDK: PENDIDIKAN TERAKHIR 1: SD 2: SMP 3: SMA 4: PERGURUAN TINGGI
2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 1 1
1 4 3 4 3 4 3 4 3 3 1 3 3 2 3 4 3 4 2 2 2
2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2
1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1
2 2 3 2 2 2 4 1 2 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3
8 12 10 11 9 12 11 9 10 12 10 11 11 10 11 12 13 15 11 9 9
RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH
STATUS 1: BELUM MENIKAH 2: MENIKAH 3: DUDA/JANDA
3 4 2 3 2 4 3 2 3 3 1 3 2 3 3 2 3 4 3 2 2
2 3 4 4 2 3 4 3 4 4 3 3 2 3 2 2 4 4 4 2 2
2 2 2 2 1 2 2 1 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1
2 1 3 1 1 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1
11 12 13 12 7 12 13 10 14 14 11 12 11 11 12 8 13 15 12 10 8
RENDAH TINGGI TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH RENDAH TINGGI RENDAH TINGGI TINGGI TINGGI RENDAH RENDAH
PENSIUNAN 1: PEGAWAI NEGRI 2: PEGAWAI SWASTA 3: BURUH/KARYAWAN
1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2
2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1
2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2
8 6 9 7 7 9 7 8 10 9 7 8 7 8 8 8 8 9 8 10 9
BD SD BD SD SD BD SD BD BD BD SD BD SD BD BD BD BD BD BD BD BD
2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1
2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
KATEGORI: BD : BANYAK DIGUNAKAN SD: SEDIKIT DIGUNAKAN
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1
8 7 6 7 7 7 6 7 8 8 7 8 7 8 8 7 9 10 8 9 7
BD SD SD SD SD SD SD SD BD BD SD BD SD BD BD SD BD BD BD BD SD
LAMPIRAN G