POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LIMAU MANIS SELATAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah Diajukan ke Program DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang
Oleh :
RIA ANJELA 123110283
JURUSAN KEPERAWATAN PADANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG TAHUN 2015
PER]IYAT,I{N Pf,RSETU,ruAN
(dutu
Llu
tu
sdah vrld
Gjdi4 Dh pda Bdia di e6ja h*6oa M Pdag
(s tui nEid n dd di pdsq dildj sdiDnIK4E!u'oPd4Pdithk .rd d pdd@ di hd@ rin r{sii
(4
ftlb rnir
k4rfuLnobh
ktu
(4
Lmu I\6
*tu
kjldim Dtm rd. Bdn! di wr,td (qi! Pud<€6aP'd
NL nnid hi brd diujido dipdtuu
did@ rin p64ii !ri'
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG Program Studi Keperawatan Padang Karya Tulis Ilmiah, Mei 2015 RIA ANJELA Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 xi+91 halaman+11 tabel+12 lampiran ABSTRAK Diare masih merupakan 10 penyakit terbanyak pada Balita di kota Padang tahun 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada balita sebanyak 239 penderita. Berdasarkan data dari Puskesmas Pauh Kelurahan Limau Manis Selatan memiliki angka kejadian diare tertinggi pada Balita yaitu sebanyak 8,17%. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada Balita di Kelurahan limau Manis Selatan wilayah kerja Puskesmas Pauh. Desain penelitian crosectional study. Populasi seluruh ibu yang mempunyai anak balita yang berusia 12 sampai 59 bulan di kelurahan Limau Manis Selatan. Jumlah sampel 85 orang responden dan dilaksanakan dari tanggal 27 April sampai 12 Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan obsevasi dan wawancara terpimpin menggunakan kuesioner. Data diolah secara manual dan komputerisasi, kemudian dianalisis secara univariat dengan menggunakan statistik descriptif beruapa distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel serta analisis bivariat dengan menggunakan Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0.05). Hasil penelitian menunjukan (63,5%) responden menggunakan sarana air bersih yang buruk, (30.6%) responden tidak memasak air minum, (60%) responden membuang tinja tidak sehat, (58,8%) responden mempunyai rumah tidak bersih dan (61.2%) responden tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan. Hasil uji statistic menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum dengan kejadian diare, dan terdapat hubungan yang bermakna antara sarana air bersih, pembuangan tinja, kebersihan rumah dan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita. Disaran kepada Pimpinan Puskesmas dan pimpinan setempat dalam melaksanakan penanggulangan diare dapat berupa penyuluhan dan menghimbau kepada masyarakat untuk membersihkan lingkungan rumah masing-masing. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian dengan variabel dan desain yang berbeda. Kata kunci (key word) : SAB, PAM, Pembuangan tinja, Kebersihan rumah, CTPS, Diare Daftar bacaan : 31 (2000-2013)
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ria Anjela
Tempat/ Tanggal Lahir
: Bukittinggi/ 5 februari 1993
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Alamat
: Jln. Karatau Parabek No 05, Jorong Parabek Kecamatan Banuhampu kab.Agam Kota Bukittinggi
Anak ke
: 2 (Dua)
Nama Orang Tua Ayah
: Andani
Ibu
: Netriwati
Riwayat Pendidikan 1. TK Parabek
: 1999 - 2000
2. SD Negeri 16 Parabek Bangkaweh
: 2000 - 2006
3. SMP Negri 1 Banuhampu
: 2006 - 2009
4. SMA Negri 1 Banuhampu
: 2009 - 2012
5. Poltekkes Kemenkes RI Padang
: 2012 - 2015
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015”. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada Bapak Tasman,S.Kp,M.Kep,Sp.Kom selaku pembimbing I dan Ibu Hj.Efitra,S.Kp,M.Kes selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada : 1. Bapak H.Sunardi,SKM,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Padang. 2. Ibu
Hj.Murniati
Muchtar,SKM.M.Biomed
selaku
Ketua
Jurusan
Keperawatan Politeknik Kementrian Kesehatan Padang 3. Ibu Ns.Idrawati Bahar,S.Kep.M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Padang.
iv
4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang drg.Eka Lusti,MM beserta staf yang telah memberikan informasi dan data awal kepada penulis 5. Pimpinan Puskesmas Pauh Padang dr.Ratna beserta staf yang telah memberikan informasi dan data awal kepada penulis dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini 6. Bapak, Ibu Dosen serta seluruh staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan pengetahuan dan pengalamannya selama perkuliahan. 7. Teristimewa kepada orangtua dan saudara tercinta yang telah memberikan semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat dinilai dengan apapun. 8. Rekan-Rekan seperjuangan Bp 2012 Keperawatan, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan
Padang, Mei 2015 Penulis
Ria Anjela
v
DAFTAR ISI PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................ PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI............................................ ABSTRAK………………………………………………………………. KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR TABEL……………………………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
i ii iii iv vi viii x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................... C. Tujuan Penelitian ..................................................................... D. Manfaat Penelitian ................................................................... E. Ruang Lingkup Penelitian........................................................
1 8 8 9 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diare ........................................................................... 1. Pengertian diare ................................................................ 2. Klasifikasi ......................................................................... 3. Penyebab........................................................................... 4. Cara penularan…………………………………………. . 5. Epidemiologi…………………………………………… 6. Patogenesis ....................................................................... 7. Patofisiologi ...................................................................... 8. Gejala ................................................................................ 9. Gambaran klinis……………………………………….... 10. Komplikasi……………………………………………. .. 11. Pencegahan……………………………………………… 12. Penatalaksanaan………………………………………. ... B. Faktor – faktor yang menyebabkan diare……………………. 1. Faktor Pendidikan…………………………………….... . 2. Faktor Umur……………………………………………. 3. Faktor Pekerjaan……………………………………….. . 4. Faktor Lingkungan……………………………………... 5. Faktor Gizi……………………………………………... . 6. Faktor Sosial Ekonomi…………………………………. 7. Faktor penyebaran kuman…………………………… .... 8. Faktor makanan dan minuman…………………… ......... 9. Faktor Hygiene pribadi……………………………… ..... C. Kerangka Teori……………………………………………….
11 11 11 13 14 17 18 19 19 20 21 22 26 28 28 28 28 28 42 42 42 42 42 43
vi
D. Kerangka Konsep…………………………………………….. 45 E. Hipotesis……………………………………………………... 46 F. Devinisi Operasional…………………………………………. 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ..................................................................... B. Tempat dan Waktu ................................................................... C. Populasi dan sampel ................................................................. D. Teknik Pengumpula Data ......................................................... 1. Data Primer ....................................................................... 2. Data Sekunder……………………………………… ...... E. Teknik Pengolahan Data .......................................................... 1. Pemeriksaan Data (Editing) .............................................. 2. Pengkodean Data (Coding)............................................... 3. Memasukan data (Entry) .................................................. 4. Pembersihan data (cleaning)............................................. 5. Pentabulasian Data (tabulating)……………………….. .. F. Analisa Data .............................................................................
49 49 49 52 52 53 53 53 53 54 54 54 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAN A. Hasil penelitian………………………………………………. 56 B. Pembahasan………………………………………………….. 65 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan…………………………………………………… 86 B. Saran………………………………………………………….. 87 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
No tabel
Judul
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ibu Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesma Pauh tahun 2015………………………………………………………….............57
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur Balita di Kelurahan Limau manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas pauh Tahun 2015..57
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin Balita di Kelurahan Limau manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas pauh Tahun 2015………………………………………………………………….58
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu Balita di Kelurahan Limau manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas pauh Tahun 2015………………………………………………………………….58
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu Balita di Kelurahan Limau manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas pauh Tahun 2015………………………………………………………………….59
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian diare di Kelurahan Limau manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas pauh Tahun 2015………………………………………………………………….59
Tabel 4.7
Distribusi frekuensi responden berdasarkan sarana air bersih yang digunakan di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas Pauh tahun 2015.………………………………………..60
Tabel 4.8
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengolahan air minum di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015…………………………………………………….60
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pembuangan tinja di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015………...………………………………………………………..61
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan kebersihan rumah di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015…………………………………………….……………..61
viii
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan kebiasaan mencuci tangan di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015……………..…………………………….………………62
Tabel 4.12
Distribusi frekuensi responden berdasarkan sarana air bersih dan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015……………….…………………63
Tabel 4.13
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengolahan air minum dan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015……….……………….64
Tabel 4.14
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pembuangan tinja dan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015…………………………………65
Tabel 4.15
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebersihan rumah dan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015…………………………………66
Tabel 4.16
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan mencuci tangan dan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015………………………..67
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
: kisi – kisi kuisioner
Lampiran B
: kuisioner
Lampiran C
: format persetujuan
Lampiran D
: lembar persetujuan menjadi responden
Lampiran E
: izin penelitian
Lampiran F
: Surat keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran G
: master tabel
Lampiran H
: output analisa data
Lampiran I
: Populasi
Lampiran J
: Sampel
Lampiran K
: Dokumentasi
Lampiran L
: Jadwal pelaksanaan kegiatan KTI
Lampiran M : Lembar konsul pembimbing 1 Lampiran N
: Lembar konsul pembimbing 2
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah – masalah lain di luar kesehatan sendiri Banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, untuk ini Blum menyatakan ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Keempat faktor tersebut disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama – sama mempunyai kondisi yang optimal pula, salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan akan bergeser di bawah optimal. 1 Salah satu penyakit yang di pengaruhi oleh 4 faktor di atas adalah diare. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau
cair,
bahkan
dapat
berupa
air
saja
dan
frekuensinya lebih sering (lebih dari tiga kali) dalam satu hari. Dampak atau resiko terbesar diare ialah dehidrasi. Jika terjadi dehidrasi, seseorang dapat kehilangan lima liter air setiap hari beserta elektrolit utama yaitu natrium dan kalium yang berada di dalamnya. Keduanya sangat penting dengan fisiologi normal. Jika kehilangan dua elektrolit utama ini maka akan menyebabkan bayi dan balita menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak. 2
1
2
Berdasarkan derajatnya maka dehidrasi dapat di bagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Pada dehidrasi berat terjadi defisit cairan sama dengan atau lebih dari 10% berat badan. Diare akut dengan dehidrasi berat dapat me-nimbulkan dampak negatif terhadap bayi dan anak–anak antara
lain
renjatan
hipovolemik,
gangguan
elektrolit,
gangguan
keseimbangan asam basa dan terhambatnya proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak di masa depan. Penyakit diare di masyarakat lebih dikenal dengan istilah "Muntaber". Penyakit ini menimpa pada bayi dan jika tidak segera diobati dalam waktu singkat (± 48 jam) akan menyebabkan kematian.7 Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian. Berdasarkan data world healt organization (WHO) pada 2011, diare menempati urutan kelima dalam 10 penyakit terbanyak penyebab kematian di dunia. Secara global kematian yang disebabkan diare di antara anak- anak terlihat menurun dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun, namun angka kesakitannya masih tetap tinggi. Jumlah kematian anak pada tahun 1990 di dunia sebesar 12.4 juta orang dan menurun pada tahun 2008 menjadi 8.8 juta. saat ini angka kematian yang disebabkan diare adalah 3.8 per 1000 orang per tahun.3 Di Indonesia, diare juga masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2010 jumlah kasus diare yang ditemukan sekitar 213.435 penderita dengan jumlah kematian 1.289, dan sebagian besar (70-80%) terjadi pada anak-anak. Seringkali
3
1-2% penderita diare akan mengakibatkan dehidrasi dan kalau tidak segera tertolong 50-60% penderita akan meninggal dunia.4 Salah satu program Millenium Development Goals (MDG’s) adalah bertujuan untuk menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara tahun 1990 dan tahun 2015. Pada tahun 1990, jumlah kematian balita akibat diare 97 kematian per 1000 kelahiran hidup sehingga target pada tahun 2015 adalah sejumlah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup.6 Berdasarkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi kejadian Diare di Indonesia yaitu 3.5 % lebih kecil dari data Riset Kesehatan Dasar 2007 (9.0%). Sedangkan insiden diare untuk semua kelompok umur di Indonesia adalah 3.5 % dan insiden diare balita di Indonesia adalah 6.7%. Dari 33 provinsi di Indonesia, Sumatra Barat menduduki peringkat ke delapan Insiden diare tertinggi pada balita
yaitu 7.1%. Berdasarkan
karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare.4 Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang yang berasal dari seluruh Puskesmas yang ada di kota Padang. Sampai saat ini diare masih termasuk dalam urutan 10 penyakit terbanyak di Kota Padang. Penyakit diare yang banyak ditemukan adalah gastro enteritis yang disebabkan oleh kuman. Pada tahun 2013 diare untuk semua umur sebanyak 8.472 kasus. Sedangkan kasus diare pada balita sebanyak 2.644 kasus jika di banding kan dengan tahun sebelumnya mengalami kenaikan (4.4%). Puskesmas yang tertinggi kasus diare nya pada tahun 2013 adalah Puskesmas Pauh, dari data yang di dapat dari 5.115 orang jumlah balita di kecamatan
4
Pauh, 241 menderita diare (4,7%) dengan laki- laki sebanyak 140 kasus (59%) dan perempuan sebanyak 101 kasus (41%). 5 Berdasarkan hasil dokumentasi yang didapat tanggal 29 Desember 2014 dari Puskesmas Pauh kejadian diare untuk semua umur sebanyak 780 penderita diare, sedangkan untuk balita sebanyak 239 penderita. Wilayah kerja Puskesmas Pauh terdiri dari sembilan Kelurahan yang terdiri dari Kelurahan Limau Manis Selatan 59 kasus (25.1%) dengan jumlah balita 729 orang, Kelurahan Pisang sebanyak 36 kasus (13.6%) dengan jumlah balita 630 orang, Kelurahan Limau Manis 30 kasus (13.6%) dengan jumlah balita 530 orang, Kelurahan Lb. Bukit 25 kasus (10.6%) dengan jumlah balita 305 orang, Kelurahan Cupak Tangah 25 kasus (10.6%) dengan jumlah balita 679 orang, Kelurahan Binuang BP Dalam 24 kasus (10.2%) dengan jumlah balita 564 orang, Kelurahan Piai Tangah 23 kasus (9.7%) dengan jumlah balita 514 orang, Kelurahan Kepala Koto 10 kasus (4.2%) dengan jumlah balita 566 orang dan Kelurahan Koto Luar 6 kasus (2.1%) dengan jumlah balita 598 orang. Berdasarkan data tersebut tampak Kelurahan Limau Manis Selatan memiliki kasus diare tertinggi pada tahun 2014 yaitu 59 kasus. Kelurahan Limau Manis Selatan terdiri dari 8 RW yaitu RW I terdapat 134 orang balita, RW II terdapat 176 orang balita, RW III terdapat 54 orang balita, RW IV terdapat 87 balita, RW V terdapat 59 balita, RW VI terdapat 56 orang balita, RW VII terdapat 92 balita, RW VIII terdapat 72 orang balita. Balita merupakan anak dibawah usia lima tahun, dengan rentang usia balita adalah satu sampai dengan lima tahun atau dengan perhitungan bulan yaitu usia 12 bulan sampai dengan 59 bulan.
5
Diare pada anak merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah dan ditangani. Sanitasi dan kebersihan lingkungan yang buruk merupakan faktor yang menyebabkan masih tingginya tingkat kejadian diare pada anak di Indonesia.2 Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap kesehatan. Kemudian berturut – turut di susul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua. 1 Hal yang berkaitan dengan lingkungan seperti sumber air bersih, tempat pembuangan tinja dan kebersihan rumah. Sumber air bersih merupakan salah satu sarana sanitasi yang berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare di tularkan melalui jalur fokal oral. Mereka dapat di tularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja.2 Penyakit diare juga disebabkan karena pembuangan kotoran/ tinja yang tidak tepat. Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman menyebabkan peningkatan masalah pembuangan kotoran manusia. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan tinja merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin di atasi. Karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Benda-benda yang telah terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang telah menderita suatu penyakit tertentu, sudah barang tentu akan menyebab penyakit bagi orang lain. 1 Selain sarana air bersih dan tempat pembuangan tinja keadaan lingkungan perumahan juga berpengaruh terhadap kejadian diare. Menurut Notoatmodjo (2012), syarat rumah yang sehat adalah jenis lantai yang tidak
6
berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim penghujan. Lantai yang basah dan berdebu dapat menimbulkan sarang penyakit. 1 Perilaku yang berhubungan dengan hygiene perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah kebiasaan mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah buang air besar, setelah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan/menyuapi makanan anak, dan sebelum makan mempunyai dampak positif dalam penurunan kejadian diare. 2 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Firdaus,dkk yang berjudul Kualitas Air minum, Perilaku Sanitasi Ibu, dan Sarana Sanitasi Lingkungan Sebagai Faktor Resiko Kejadian Diare Pada Anak Balita Di kec. Jetis Kota Yogyakarta. Dari 120 responden 83.4% memiliki kebiasaan pengelolaan air minum yang buruk, 76.6% tidak memiliki jamban yang memenuhi syarat, 80% tidak memiliki SPAL yang memenuhi syarat, 53.3 % tidak memiliki sarana pengelolaan sampah yang memenuhi syarat dan 68.3% memiliki praktek hygiene perorangan yang buruk. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hubungan yang bermakna antara fakor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare khususnya sarana kesehatan lingkungan dan hygiene perorangan.18 Sebagaimana yang di kemukakan oleh Suprajitno dalam hal lingkungan yang menjamin kesehatan, keluarga di harapkan dapat memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi dampak dari lingkungan yang tidak sehat baik di dalam maupun di luar rumah. Maka peran perawat dalam masalah ini adalah membantu keluarga dalam memodifikasi lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.16
7
Survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 5 Januari 2015 di Kelurahan Limau Manis Selatan dari 10 rumah balita yang di kunjungi, 6 balita menderita diare dalam 3 bulan terakhir. Di lihat dari kondisi rumah 4 rumah tampak bersih sedangkan 6 rumah di antaranya tampak tidak bersih, lantai berdebu, makanan berserakan di lantai rumah, kotoran hewan berserakan di perkarangan rumah, banyak lalat berterbangan di dalam rumah, tampak balita bermain di air tergenang di lingkungan rumah, 4 rumah tidak mempunyai tempat pembuangan sampah, 6 rumah membuang limbah ke selokan dan 5 rumah yang jaraknya dekat dengan kandang ternak. 6 rumah menggunakan jamban leher angsa dengan 3 rumah menggunakan septic tenk di dalam tanah dan 3 rumah mengalirkan ke kali sedangkan 4 rumah tidak memiliki jamban di dalam rumah. Dari 10 rumah yang di amati, 6 rumah menggunakan air minum dari sumur pompa listrik, 1 rumah menggunakan sumur gali dan 3 rumah menggunakan PDAM. Saat ditanya tentang kebiasaan mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar, dari 10 responden 3 diantara nya menjawab ada/sering, 4 menjawab kadang – kadang dan 3 menjawab hanya menggunakan air saja. Pada saat sebelum dan setelah makan 4 orang menjawab ada, 3 orang menjawab kadang- kadang dan 3 orang menjawab pakai air saja. dari data diatas tampak bahwa faktor lingkungan dan personal hygiene seperti mencuci tangan sangat berpengaruh terhadap terjadinya diare. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan
8
Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015”. B. Rumusan Masalah Tingginya angka kejadian diare di Kelurahan Limau Manis Selatan maka peneliti merumuskan permasalahan yaitu apakah ada faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian Diare pada anak balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015. 2. Tujuan khusus a. Diketahui distribusi frekuensi kejadian diare pada anak balita
di
Kelurahan Limau Manis Selatan b. Diketahui distribusi frekuensi sarana air bersih di kelurahan Limau Manis Selatan c. Diketahui distribusi frekuensi pengolahan air minum di kelurahan Limau Manis Selatan d. Diketahui distribusi frekuensi pembuangan tinja di kelurahan Limau Manis Selatan e. Diketahui distribusi frekuensi kebersihan rumah di Kelurahan Limau Manis Selatan
9
f. Diketahui distribusi frekuensi kebiasaaan cuci tangan di kelurahan Limau Manis Selatan g. Diketahui hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare di Kelurahan Limau Manis Selatan h. Diketahui hubungan pengolahan air minum dengan kejadian diare di Kelurahan Limau Manis Selatan i. Diketahui hubungan penggunaan jamban dengan kejadian diare di Kelurahan Limau Manis Selatan j. Diketahui hubungan kebersihan rumah dengan kejadian diare di Kelurahan Limau Manis Selatan k. Diketahui hubungan kebiasaaan cuci tangan dengan kejadian diare di kelurahan Limau Manis Selatan D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Kegiatan penelitian memberikan pengalaman dan meningkatkan wawasan penulis dalam penelitian, khususnya mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di kelurahan limau manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian dapat menambah informasi, bahan rujukan atau perbandingan, khusus nya mengenai hubungan penggunaan air bersih, kebiasaan cuci tangan, kebersihan rumah dan penggunaan jamban dengan kejadian Diare pada Balita (12-59 bulan) di kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja puskesmas Pauh tahun 2015.
10
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian dapat menambah informasi, bahan rujukan atau perbandingan, khususnya mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian diare. 4. Bagi masyarakat Hasil penelitian dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik dan memberikan informasi kesehatan tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita. E. Ruang Lingkup penelitian Kejadian diare pada balita disebabkan oleh banyak faktor, tetapi peneliti hanya meneliti hubungan sumber air bersih, pengolahan air minum, pembuangan tinja, kebersihan rumah dan kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare. Variable dependennya yaitu kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan, dan variable independennya yaitu sumber air bersih, pengolahan air minum, pembuangan tinja, kebersihan rumah dan kebiasaan cuci tangan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang bertempat tinggal di Kelurahan Limau Manis Selatan tahun 2015 yaitu sebanyak 729 Balita. Jenis penelitian menggunakan deskriptif analitik dengan desain penelitian Cross Sectional Study dan teknik pengambilan sampel secara Proporsional simple Random Sampling serta pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara terhadap responden. Penyajian data secara tabel distribusi frekuensi serta analisis uni variat dan bivariat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diare 1.
Pengertian Diare Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensi nya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari). Pada bayi atau anak yang lebih besar, buang air besar yang normal bias lebih dari tiga kali dalam sehari, dalam hal ini masih di anggap normal.7 Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (lebih dari tiga kali) dalam satu hari.8 Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi dalam frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair.9 Diare adalah pengeluaran kotoran (tinja) dengan frekuensi yang meningkat (tiga kali dalam 24 jam) disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lembek atau cair dengan atau tanpa darah/lendir dalam tinja.2
2. Klasifikasi Diare Short (1961), membuat klasifikasi berdasarkan pada ada atau tidak adanya infeksi; gastroenteritis ( diare dan muntah) diklasifikasikan menurut 2 golongan :
11
12
a. Diare infeksi spesifik Dapat berupa tifus abdominalis dan paratifus, disentri basil (shigella), enterokolitis stafilokokus. b. Diare non-spesifik Disebut juga dengan diare dietetik Disamping itu, klasifikasi lain diadakan berdasarkan organ yang terkena infeksi, yaitu sebagai berikut : a. Diare infeksi enteral atau diare karena infeksi usus (bakteri, virus dan parasit) b. Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi diluar usus (otitis media, infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran urin dan sebagainya). 9 Mitchen (1973), membagi diare pada bayi dan anak secara luas berdasarkan lamanya diare adalah sebagai berikut : a. Diare Akut Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dengan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. b. Diare Kronis Diare kronik disebabkan oleh beberapa faktor yaitu gangguan bakteri jamur dan parasit. Faktor ini seperti malabsorbsi kalori dan lemak, biasanya berlangsung lebih dari 2 minggu.9
13
3. Penyebab diare Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu : a. Faktor infeksi 1) Infeksi enteral Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral antara lain seperti infeksi bakteri yang disebabkan oleh Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Adeno virus, Rotavirus, serta infeksi parasit yang biasanya disebabkan oleh cacing, prozoa atau jamur.10 2) Infeksi parenteral Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilitis, Bronkopnemonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak yang berumur di bawah 2 tahun.10 b. Faktor malabsorbsi 1) Malabsorbsi karbohidrat Pada bayi dan anak yang terserang adalah intoleransi laktosa. Pada bayi
kepekaan
terhadap
laktobasilus
dalam
susu
formula
menyebabkan diare, jika sering terserang diare ini maka pertumbuhan anak terganggu.11 2) Malabsorbsi lemak Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trigliserida dan dengan bantuan kelenjar lipase dapat mengubah lemak menjadi micelles yang
14
siap di absorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat terjadi karena lemak tidak di serap dengan baik.10 3) Malabsorbsi protein c. Faktor makanan Makanan yang dapat menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak balita.10 d. Faktor psikologis Rasa takut, cemas, dan tegang yang berlebihan, jika terjadi pada anak bisa menyebabkan diare. Tetapi jarang terjadi pada balita umumnya pada anak yang lebih besar.10 4. Cara penularan diare Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar melalui fekal – oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan tinja penderita. Jalur masuknya virus, bakteri dan kuman penyebab diare ke tubuh manusia dapat mudah dihafal dengan istilah 4F yang pertama kali di kemukakan Wagner & Lanoix (1985). 4F adalah singkatan dari fluids (air), fields (tanah), flies (lalat) dan fingers (tangan). Menurut Wagner dan Lanoix, tahapannya dimulai dari cemaran yang berasal dari kotoran manusia (feces) yang mencemari 4F, lalu cemaran itu berpindah kemakanan yang kemudian disantap manusia.
15
Air mati Tangan
makanan
Air limbah dan tinja
manusia
Serangga tikus sakit Tanah
Gambar 2.1 Jalur pemindahan kuman dari tinja ke penjamu yang baru (Wagner & Lanoix,1958 dalam Depkes 2000)
Gambar diatas, menjelaskan proses perpindahan kuman penyakit termasuk diare dari tinja sebagai pusat infeksius sampai inang dapat melalui berbagai media perantara, antara lain sebagai berikut ( Depkes, 2000 dalam Marlini, 2004) : a. Tinja atau kotoran manusia mengandung agent penyakit sebagai sumber penularan bila pembuangannya tidak aman maka dapat mencemari tangan, air, tanah atau dapat menempel pada lalat dan serangga lain yang menghinggapinya. b. Air yang tercemar tinja dapat mencemari makanan yang selanjutnya makanan tersebut dimakan oleh manusia atau air yang tercemar diminum oleh manusia.
16
c. Tinja dapat mencemari tangan atau jari – jari manusia selanjutnya dapat mencemari makanan pada waktu memasak atau menyiapkan makanan, demikian juga tangan yang telah tercemar dapat langsung kontak dengan mulut. d. Tinja secara langsung dapat mencemari makanan yang kemudian makanan tersebut dimakan oleh manusia, melalui lalat/serangga, kuman penyakit dapat mencemari makanan sewaktu hinggap di makanan yang kemudian dimakan oleh manusia. e. Melalui lalat atau serangga lainnya, kuman penyakit dapat mencemari makanan sewaktu hinggap dimakan yang kemudian dimakan oleh manusia. f. Tinja juga dapat mencemari tanah akibat tidak baiknya sarana pembuangan tinja atau membuang tinja disembarang tempat, dimana tanah tersebut selanjutnya dapat mencemari makanan atau kontak langsung dengan mulut manusia. Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit melalui fekal oral terjadi dengan mekanisme melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai kerumah- rumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah.22
17
5. Epidemiologi Penyakit Diare Epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut : a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja penderita. Beberapa prilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan,menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar,menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau setelah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.12 b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare Faktor penjamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan lamanya diare. Factor- factor tersebut adalah tidak memberikan ASI selama 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.12 c. Faktor lingkungan dan prilaku Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan prilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman
18
diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula yaitu, melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan diare.12 6. Patogenesis Mekanisme dasar yang menyebabkan diare adalah :10 a. Gangguan osmotik Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. b. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksik) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. c. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebalik nya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh yang berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. 7. Patofisiologi Sebagai akibat dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi :10 a. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
19
b. Hipoglikemia c. Gangguan sirkulasi darah d. Kehilangan air dan elektrolit ( terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia) 8. Gejala Diare Gejala diare atau mencret ialah tinja yang encer dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai :9 a. Muntah b. Badan lesu atau lemah c. Panas d. Tidak nafsu makan e. Terdapat darah atau lendir dalam kotoran Rasa mual dan muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Secara tiba – tiba infeksi dapat menyebabkan diare, muntah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat menyebabkan sakit perut dan kejang perut serta gejala- gejala lain seperti flu, demam, nyeri otot atau kejang dan sakit kepala. Kadang – kadang gangguan bakteri dan parasit menyebabkan demam tinggi. Muntah memperberat dehidrasi karena dua hal, yaitu kehilangan jumlah cairan dengan jumlah besar dan menghambat rehidrasi oral (pengembalian cairan melalui mulut). Gejala diare yang umumnya terjadi pada anak – anak ialah sebagai berikut: 1) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badannya tinggi. 2) Tinja bayi encer, berlendir atau berdahak.
20
3) Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu. 4) Anus dan sekitarnya lecet. 5) Gangguan nutrisi akibat asupan makanan yang kurang 6) Muntah, baik sebelum maupun sesudah diare 7) Hipoglikemia (menurunnya kadar glukosa dalam darah) 8) Dehidrasi yang ditandai dengan berkurangnya berat badan, ubun – ubun besar cekung, tonus otot dan turgor kulit kurang dan selaput lendir mulut dan bibir kurang. 9) Nafsu makan berkurang.9 9. Gambaran klinis Mula – mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian muncul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitar nya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak di absorbsi oleh usus selama diare.11 Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung ikut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, ubun – ubun besar menjadi cekung (pada bayi), mukosa bibir dan mulut tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang
21
hilang dehidrasi dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma di bagi menjadi hipotonik, isotonik dan hipertonik.10 10. Komplikasi Akibat dari diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :10 a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik) Diare menyebabkan kehilangan cairan dan tubuh dan elektrolit – elektrolit dan (natrium, klorida, kalsium dan bikarbonat ) diikuti oleh muntah dan demam dan memperberat kehilangan cairan tersebut. Dehidrasi terjadi apabila cairan yang hilang tidak terganti sesuai dengan jumlah yang hilang. Gejala dan tanda dehidrasi tidak akan terlihat apabila cairan tercukupi kembali. b. Hipoglikemia Pengganti kalium yang tidak cukup selama diare yang berulang-ulang dapat menyebabkan kelurangan kalium yang di tandai dengan hipotoni otot, ileus, gangguan pada ginjal dan aritmia jantung dan perubahan pada pemeriksaan EKG. c. Hiperglikemia Hiperglikemi diakibatkan karena tidak cukupnya masukan makanan malabsorbsi jarang di temukan bila pemberian makan cukup. d. Malnutrisi Energi Protein
22
Anak yang sering menderita diare akut atau kronis seperti malabsorbsi karbohidrat, lemak dan protein, jika tidak segera di tangani akan mengakibatkan Malabsorbsi Energi Protein (MEP). e. Syok Diare mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit, mengakibatkan terjadinya dehidrasi asidosis metabolik, gangguan sirkulasi darah dan jatuh dalam keadaan renjatan (syok). f. Kematian Anak dalam keadaan renjatan apabila tidak segera di atasi akan menyebabkan kekurangan oksigen ke otak dan akhirnya menyebabkan kematian. 10 11. Pencegahan diare Cara pencegahan diare yang benar dan efektif adalah sebagai berikut : 2 a. Memberikan ASI ASI merupakan makanan yang paling baik untuk bayi karena terdiri atas komponen zat makanan yang tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. Pemberian ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4 – 6 bulan, tidak diperlukan makanan lain selama masa ini. Setelah enam bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diterukan sambil ditambah dengan makanan lain (proses penyapihan). Sifat ASI steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain, yang harus disiapkan dengan ait atau bahan – bahan yang
23
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tampa cairan atau makanan lain tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organism lain yang akan mengebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada enam bulan pertama kehidupan, resiko terserang diare 30 kali lebih besar. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk. b. Memperbaiki makanan pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI dilakukan pada saat bayi secara bertahap dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Masa tersebut merupakan masa yang sangat berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya diare atau penyakit lain yang dapat menyebabkan kematian. Pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Ada beberapa saran dalam pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik yaitu sebagai berikut: 1) Perkenalkan makanan lunak dan macam makanan ketika anak berumur 4 – 6 bulan atau lebih ( walau ASI tetap diberikan). Berikan anak makan lebih sering setelah anak berumur satu tahun. 2) Tambahkan minyak, lemak, dan gula kedalam nasi/bubur dan bijibijian, kacang-kacangan, buah-buahan,dan sayuran berwarna hijau
24
kedalam makanannya. Cucilah tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih. 3) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin, dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak. c. Memberikan imunisasi campak Diare sering timbul menyertai campak dan pemberian imunisasi campak dapat mencegah diare. Oleh karena itu, beri imunisasi campak setelah anak berumur Sembilan bulan. d. Menggunakan air bersih Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal- oral. Kuman –kuman tersebut dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar tinja, misalnya air minum, jari – jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panic yang dicuci dengan air yang tercemar. Masyrakat yang terjangkau dengan penyediaan air bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dari pada masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
25
e. Mencuci tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan/ menyuapi makanan anak, dan sebelum makan mempunyai dampak positif dalam penurunan kejadian diare. f. Menggunakan jamban sehat Pengalaman di beberapa Negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan semua anggota keluarga harus buang air besar di jamban. g. Membuang tinja bayi dengan benar Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidak berbahaya, hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat menularkan penyakit pada anak – anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. 12. Penatalaksanaan diare Menurut Ngastiyah (2007) dasar pengobatan diare adalah : a. Pemberian cairan Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umumnya. 1) Cairan per oral
26
Pada pasien dengan dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan di berikan per oral berupa cairan yang berisi NACL dan NAHCO3, KCL, dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L. formula lengkap sering di sebut oralit. Cairan sederhana yang dapat di buat sendiri ( formula tidak lengkap ) hanya mengandung garam dan gula (NACL dan sukrosa), air tajin yang di beri garam dan gula, untuk pengobatan sementara di rumah sebelum di bawa ke rumah sakit / pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi yang lebih jauh. 2) Cairan parenteral Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan kebutuhan pasien misalnya untuk bayi atau pasien yang MEP. Tetapi semua itu tergantung kepada tersedinya cairan setempat. Pada umumnya cairan ringen lactat (RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan di mana saja. Mengenai pemberian cairan seberapa banyak yang di berikan bergantung dari berat/ringannya dehidrasi, yang di perhitungankan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badanya. 3) Pemberian cairan pasien MEP tipe marasmik Kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya dengan berat badan 3-10 kg, umur 1 bulan sampai 2 tahun, jumlah cairan 200 ml/kg BB/24 jam. Kecepatan tetesan 4 jam pertama pada pasien MEP.
27
b. Dietetik (cara pemberian makanan) Untuk anak di bawah umur 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan : 1) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya). 2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), jika anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa. 3) Susu khusus yang di sesuaikan dengan kelainan yang di temukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang tidak berantai sedang atau tidak jenuh. c. Obat – obatan Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tampa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula,air tajin, tepung beras dan sebagainya).10 13. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare Menurut Wijoyo (2012) faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya diare sebagai berikut : 1. Faktor Pendidikan Pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang di peroleh.
28
2. Faktor umur Diare lebih sering terjadi pada anak - anak (balita) dari pada orang dewasa. Balita merupakan anak dibawah usia lima tahun, dengan rentang usia balita adalah satu sampai dengan lima tahun atau dengan perhitungan bulan yaitu usia 12 bulan sampai dengan 59 bulan.11 Klasifikasikan umur balita dapat dibagi menjadi umur 12-24 bulan, 24-36 bulan, 37 – 48 bulan dan 49 – 59 bulan.31 Sebagian besar diare terjadi pada anak usia di bawah dua tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko 2 kali lebih besar terserang diare dari pada anak umur 25 – 59 bulan.2 3. Faktor pekerjaan Saat ini banyak orang tua di luar rumah sehingga anak di asuh oleh orang lain atau pembantu. Anak yang di asuh oleh orang lain atau pembantu mempunyai resiko lebih besar untuk terpajan penyakit diare.2 4. Faktor lingkungan Diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor lingkungan yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Selain itu keadaan lingkungan perumahan juga mempengaruhi terhadap kejadian diare, apabila lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare dan berakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan diare.2
29
a. Sanitasi air Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Didalam tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60 % dan untuk bayi sekitar 80%.1 Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit dimasyarakat. Volume rata- rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35 -40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. 13 1) Syarat – syarat air bersih Air yang sangat sehat mempunyai persyaratan sebagai berikut :14 a) Syarat fisik Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat menurut IR. Rudi Gunawan (2009 :45) adalah : 1) Jernih atau bersih, air terutama air permukaan sering keruh karena adanya butiran halus yang dinamakan koloida, butir koloida berasal dari bahan tanah lempung. 2) Tidak berwarna, air rawa yang biasanya berwarna kekuningan tidak memunuhi persyaratan ini.
30
3) Tidak berbau dan tidak berasa apapun(asin,manis,asam ataupun pahit), air yang berbau menunjukan adanya zat – zat organic yang sedang diuraikan oleh bakteri. 4) Suhu air disukai yang segar sehingga dapat menghilangkan haus, tidak perlu terlalu dingin tetapi mendekati suhu udara segar yang berkisar antara 20 – 26 C. b) Syarat bakteriologis Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri pathogen. Cara mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalah dengan memeriksa sampel air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E.coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan. c)
Syarat kimia Dalam hal persyaratan kimia, secara umum air minum tidak boleh mengandung zat –zat yang menganggu kesehatan manusia atau zat – zat korosif yang dapat merusakkan pipa air minum.14
Adapun batas – batasan sumber air yang bersih dan aman antara lain :13 1.
Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
2.
Bebas dari subsatansi kimia yang berbahaya dan beracun
3.
Tidak berasa dan tidak berbau
31
4.
Dapat dipeergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic rumah tangga
5.
Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI. 2) Syarat – syarat Sumur
Syarat – syarat sumur sehat secara umum sebagai berikut :1 a) Air dari minum memenuhi syarat untuk air minum (fisik,bakteriologi dan kimia) b) Bila pembuangan kotoran dilaksanakan dengan cara peresapan dalam sumur kotoran (beerput) maka jarak sumur air bersih dengan sumur kotoran minimal 10 m, tergantung dari jenis tanah dan keadaan topografi daerah setempat. c) Pada daerah atas sumur diberi dinding selubung (curb) minimal setinggi 70 cm, terbuat dari pasangan yang kokoh dan rapat air. Dinding ini dimaksudkan agar anak kecil dan binatang tidak mudah terjatuh ke dalam sumur dan air genangan yang kotor di sekitar sumur tidaka dapat mengalir masuk ke sumur. d) Dinding selubung sumur yang rapat air harus mencapai kedalaman minimal 2,00 m di bawah permukaan tanah sekitar sumur e) Di sekeliling sumur harus diberi rangsangan lantai yang rapat air selebar minimal 1,50 m. Sarana air bersih yang digunakan untuk keperluan , sebagai berikut :20 1.
Sumur Gali Sumur gali adalah sarana air bersih yang mengambil/memanfaat kan air tanah dengan cara menggali lubang di tanah sampai mendapatkan air.
32
lubang kemudian diberi dinding, bibir, tutup dan lantai serta sarana pengolahan air limbah.20 Dari segi kesehatan, sumur gali memang kurang baik jika cara pembuatannya tidak benar- benar diperhatikan karena selain sangat di pengaruhi oleh musim juga sangat besar kemungkinannya untuk mendapatkan pencemaran apabila peletakkannya salah. Mengingat bahwa sumur ini sangat banyak di jumpai oleh masyarakat maka beberapa usaha pengempurnaan.13 2.
Sumur pompa tangan Selain sumur gali juga, maka untuk mendapatkan air tanah dapat juga dilakukan dengan pengeboran dan dipasang pompa tangan.20
3.
Sumur pompa listris/sumur bor Pada prinsipnya cara pembuatan dan cara kerja SPL sama dengan SPT. Hanya bedanya kalau SPL menggunakan kekuatan listrik. Jenis – jenis SPL seperti Jet pump untuk keadalaman sampai 30 meter, dan pompa selam (submersible pump) untuk kedalaman lebih dari 30 meter.20
4.
Perlindungan Mata Air (PMA) Mata air adalah sumber air bersih yang berasal dari air tanah dalam, sehingga biasanya bebas dari pencemaran mikroorganisme. Oleh karena itu, bila dimanfaatkan maka yang utama adalah perlindungan mata air tersebut bronkaptering. Selanjutnya yang penting diperhatikan adalah perpimpaan yang membawa air ke konsumen atau jaringan distribusinya dan terminal akhir dari jaringan distribusinya.20
33
5.
Perpimpaan/ PDAM Ledeng atau perpimpaan adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa saluran air. Air PDAM merupakan air yang berasal dari perusahaan air minum yang di alirkan langsung ke rumah dengan beberapa titik kran, biasanya menggunakan meteran.21 Kondisi sarana air bersih merupakan kondisi fisik sarana air bersih yang meliputi kualitas fisik air yang digunakan, persyaratan konstruksi dan jarak minimal dengan sumber pencemaran .22
b.
Pengolahan Air Minum Didalam Permenkes No 492/Menkes/PER/IV/2010 dijelaskan bahwa air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tampa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.21 Pengolahan air minum rumah tangga dapat memperbaiki kualitas secara mikrobiologis air minum rumah tangga dengan metode sederhana dan terjangkau serta mengurangi angka kejadian dan kematian yang disebabkan oleh air.22 Memasak air merupakan cara paling baik untuk proses purifikasi air di rumah. Agar proses purifikasi air di rumah menjadi lebih efektif, maka air dibiarkan mendidih antara 5 – 10 menit. Hal tersebut bertujuan agar semua kuman, spora,kista, dan juga telur telah mati sehingga air bersifat steril. Selain itu proses pendidihan juga dapat
34
mengurangi kesadahan karena dalam proses pendidihan terjadi penguapan CO2 dan pengendapan CaCO2.13
c.
Kebersihan Rumah Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Sejak zaman dahulu manusia telah mencoba mendesain rumahnya, dengan ide mereka masing- masing yang dengan sendirinya rumah berdasarkan kebudayaan masyarakat setempat dan membangun rumah mereka dengan yang ada setempat ( local material) pula.1 Factor – factor yang perlu untuk membangun rumah yaitu : 1) Factor lingkungan Factor lingkungan yang perlu di perhatikan adalah lingkungan fisik, biologis maupun social. Maksudnya, membangun sebuah rumah harus memperhatikan tempat dimana rumah itu sendiri.1 2) Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat Hal ini di maksud kan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, untuk itu maka bahan- bahan setempat yang misalnya dari bamboo, kayu atap rumbio dan sebagainya, merupakan bahan – bahan pokok pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekedar berdiri pada
35
saat itu saja, namun di perlukan pemeliharaan seterusnya. Oleh karena itu,
kemampuan
pemeliharaan
oleh
penghuninya
perlu
dipertimbangkan.1
3) Teknologi yang dimiliki masyarakat Dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan begitu modern. Akan tetapi teknologi modern itu sangat mahal bahkan kadang- kadang tidak di mengerti masyarakat. Dalam rangka penerapan teknologi tepat guna, maka teknologi yang sudah di punyai oleh masyarakat tersebut dimodifikasi. Segi-segi yang merugikan kesehatan di kurangi, dan diperhatikan segi- segi yang sudah positif.1 4) Kebijaksanaan (peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna tanah untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat perdesaan belum merupakan problema, namun di kota sudah menjadi masalah yang besar. Syarat – Syarat Rumah Yang Sehat a. Bahan bangunan 1)
Lantai Ubin atau semen baik untuk pembangunan rumah namun tidak cocok pada kondisi ekonomi masyarakat pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah – rumah orang yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantao rumah perdesaan cukuplah tanah yang dipadatkan. Syarat yang terpenting
36
adalah tidak musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat ( tidak berdebu) dapat di tempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda berat dan dilakukan berkali- kali. Lantai yang basah dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.1 2) Dinding Dinding rumah sebaiknya dibuat dari tembok, tetapi dengan ventilasi yang cukup. Sebenarnya di daerah tropis yang lebih cocok adalah dari bamboo atau papan agar lubang-lubang pada dinding atau papan berfungsi sebagai ventilasi.1 3) Atap genteng Atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat. Namun demikian, ada penduduk yang tidak mampu untuk membelinya, sehingga dapat diganti dengan dengan atap daun kelapa. Atap seng atau asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan karena dapat menimbulkan suhu panas di dalam rumah.1 4)
Ventilasi Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi yaitu untuk menjaga agar aliran udara dalam rumah tetap segar, jika ventilasi kurang akan menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah..
Di
samping
itu
kurangnya ventilasi
akan
menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan. Sehingga
37
rumah yang sehat harus memungkinkan pertukaran udara dengan luar rumah dan harus dilengkapi dengan ventilasi yang cukup.1 5)
Cahaya Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit, sebaliknya
terlalu
banyak
cahaya
dalam
rumah
akan
menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusak mata.1 6)
Luas Bangunan Rumah Rumah
yang
sehat
juga
harus
memperhatikan
kepadatan penghuninya. Selain tidak nyaman, rumah yang jumlah penghuninya tidak sebanding dengan luas rumah juga tidak sehat, baik secara fisik maupun sosial. Rumah yang terlalu padat (overcrowded) lebih memungkinkan terjadinya penularan berbagai jenis penyakit. Karena itu, luas bangunan yang optimu, adalah apabila dapat menyediakan 2,5 –3 m2 untuk tiap orang.1 Halaman rumah yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Hal yang perlu diperhatikan adalah halaman rumah harus selalu kering dan rata, halaman rumah
38
dilakukan
perkerasan dengan baik yaitu tidak berdebu pada
musim kemarau dan tidak becek pada musim hujan, adanya pagar
rumah
dari
tembok
atau
tumbuhtumbuhan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan, dan
halaman rumah terlihat
bersih dari segala macam jenis sampah serta adanya saluran drainase air hujan untuk menunjang kebersihan.1 b.
Pembuangan Tinja Pembuangan kotoran manusia di sembarangan tempat di halaman belakang rumah bisa mengakibatkan berjangkitnya penyakit- penyakit seperti diare, kolera, disentri dan tifus. Tinja manusia memang banyak mengandung kuman- kuman penyakit. Manusia juga perlu mandi dan mencuci untuk memelihara kebersihan jasmani dan lingkungan, sebagai cara pencegahan penyakit menular yang paling efektif. Oleh sebab itu, setiap bangunan yang digunakan sebagai tempat kediaman harus dilengkapi dengan kamar mandi dan WC, baik yang terletak di dalam banguanan ataupun di luar bangunan pada jarak yang cukup dekat agar mudah di capai.14 Bila tempat mandi dan WC berada di dalam satu ruangan (digabung), luas bersih lantai minimum 3 m. bila ruangan mandi dan ruangan WC terpisah dan berdiri sendiri, luas bersih lantai ruang mandi dengan bak air minimum 2,50 m, dan luas bersih lantai WC minimum 1 m.14
39
Setiap kamar mandi dan WC harus diberi penerangan dan pembaruan udara alami. Namun, dapat juga diberi penerangan buatan dan pembaruan udara mekanis yang memenuhi syarat hygiene banguanan.14 Tinggi ruangan kamar mandi atau WC diperbolehkan sampai sekurang-kurangnya 2,10 m. hal ini disebabkan karena penggunaan ruangan tersebut tidak terus – menerus. Syarat umum kamar mandi dan WC yang sehat adalah sebagai berikut:14 1)
Seluruh ruangan kamar mandi dan WC, termasuk perlengkapan saniternya harus selalu bersih dan tidak berbau. Untuk itu, dinding kamar mandi dan WC diberi pasangan keramik/ porselen sampai setinggi minimum 1,70 m.
2)
Harus ada jendela/lubang udara yang berlangsung berhubungan dengan udara luar agar sirkulasi udara cukup dan lancer. Dengan demikian, bau busuk dari kamar/WC tidak sampai masuk ke ruangan lain dalam rumah.
3)
Penerangan harus cukup, baik dari cahaya matahari (alami) maupun penerangan buatan dengan lampu listrik.
4)
Untuk keamanan harus dipilih ubin/lantai yang tidak licin agar tidak mudah timbul kecelakaan/ jatuh tergelincir.
5)
Jika rumah di huni banyak rumah, sebaiknya kamar mandi dan WC dipisahkan menjadi dua ruangan terpisah yang masing- masing dapat digunakan sendiri- sendiri. Pemisahan ini selain praktis juga higienis.14
40
Umumnya
masyarakat
perdesaan
secara
langsung
mempergunakan permukaan tanah sebagai tempat pembuangan segala macam sampah, termasuk kotoran manusia. Sementara itu masyarakat perkotaan mempergunakan air untuk menghanyutkan berbagai bentuk sampah. Sampah rumah tangga misalnya air bekas cucian dan juga termasuk juga kotoran manusia, dibuang bersama- sama sampah industry dengan cara dihanyutkan pada system saluran air.1 Pandangan sanitasi yang berhubungan dengan cara pembuangan kotoran yang sangat bervariasi, bertitik tolak dari kebersihan masyarakat dalam hubungannya dengan ekonomi serta penyehatan. Sedangkan ahli kesehatan menaruh perhatian kepada cara-cara pembuangan kotoran manusia dan sampah. Perhatian bahkan lebih besar pada infeksius manusia dan bahwa penyakit berkaitan dengan pembuangan kotoran manusia dan sampah.1 Penyakit dapat disebarkan lewat pembuangan kotoran manusia yang kurang baik. Dan umumnya penyakit- penyakit tersebut merupakan penyakit yang disebabkan oleh air (water borne disease), yang menyerang saluran cerna. Antara lain disebabkan bakteri dan virus, yaitu demam tifoid,diare,basiler, disentri dan penyakit parasit dada saluran cerna. Infeksi cacing gelang (askalis), cacing pita (taenia), cacing gelang (ringworm) di tularkan secara langsung atau tidak langsung akibat cara pembuangan kotoran manusia yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan.1
41
c.
Pengolahan sampah Sampah terkait erat dengan kesehatan masyrakat, karena dari sampah akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri pathogen), dan binatang serangga sebagai pemindah atau penyebar penyakit (vector). Sehingga sampah harus dikelola dengan baik agar tidak mengganggu atau mengancam kesehatan manusia. Dalam pengelolaan sampah yaitu meliputi pengumpulan dan pengangkutan sampah yang menjadi tanggung jawab dari masing- masing rumah tangga atau instansi yang menghasilkan sampah, maka masyarakat harus membangun dan mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah dan kemudian dari masing- masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus di angkut ke tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) selanjutnya ke tempat pengumpulan akhir (TPA).1
d.
Pengolahan limbah Air limbah atau buangan merupakan air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lainnya, dibuang dalam bentuk yang sudah kotor(tercemar) dan pada umunya mengandung bahan- bahan atau zat- zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu kesehatan hidup.15
5.
Faktor gizi Diare menyebabkan kurang gizi sehingga memperberat diarenya. Oleh karena itu, pengobatan dengan makan yang baik merupakan komponen utama
42
penyembuhan diare. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini di sebabkan oleh dehidrasi dan malnutrisi.2
6.
Faktor sosial ekonomi Keadaan social ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap penyebab diare. Kebanyak anak yang mudah menderita diare bersal dari keluarga besar dengan daya beli rendah, kondisi rumah buruk, dan tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan.2
7.
Faktor penyebaran kuman Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui focal oral antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja atau kontak langusung dengan tinja penderita.2
8.
Faktor makanan/minuman yang di konsumsi Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui udara, terutama air minum yang tidak di masak, sewaktu mandi, dan berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat lansung di tularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan kemudian di masukkan ke mulut. 2
9.
Faktor hygiene pribadi Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
43
anak, sebelum menyiapkan/menyuapi makanan, dan sebelum makan mempunyai dampak positif dalam penurunan kejadian diare.
C. Kerangka Teori Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit tergantung pada host, agent dan environment. Ketiga faktor tersebut merupakan tritunggal yang selalu ada tetapi tidak akan selalu menimbulkan penyakit, hal itu tergantung pada kondisi masing-masing faktor serta proses interaksi antara ketiga faktor tersebut. Sakit akan terjadi bila dalam lingkungan yang memadai agent berhasil memasuki tubuh host dan mulai menimbulkan reaksi Keadaan sistem immunitas dari host dan sangat menentukan apakah respons imun untuk melawan antigen berupa bakteri berhasil atau tidak.23 Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen adalah dengan proses fagositosis. Host dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bersifat multi kompleks, dimana faktor-faktor tersebut berkaitan satu dengan lainnya dan ikut menentukan apakah seseorang itu akan rentan atau tahan terhadap agent penyakit pada keadaan lingkungan tertentu. 23 Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare terbagi atas enam kelompok besar yaitu faktor infeksi (yang meliputi infeksi bakteri, virus dan parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan (keracunan bahan-bahan kimia, keracunan
44
oleh racun yang dikandung dan diproduksi baik jazad renik, ikan, buah-buahan, sayur-sayuran, algae dll), imunisasi, defisiensi dan sebab-sebab lain. 23
Infeksi bakteri,virus dan Alergi/intolerance Kekebalan tubuh Imunodefisiensi Malarbsorbsi
Imunisasi Umur balita Malnutrisi
Prilaku hidup bersih dan sehat
Pencema ran air bersih
Makanan dan minuman yang tercemar
DIARE BALITA Ketersediaan sarana air bersih Perumahan padat
keracunan Pemanfaatan air bersih
kemiskinan
Ketersediaan jamban
Racun yang dikandung dan di produksi
Bahan kimia
45
Bagan 2.1 Mekanisme terjadinya diare 23 D. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan diatas, faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita sangat banyak. Untuk itu kerangka konsep ini hanya mengambil beberapa faktor saja karena keterbatasan dalam dalam hal biaya dan juga waktu. Oleh karena itu, kerangka konsep dapat di uraikan sebagai berikut : Kerangka konsep Penelitian VARIABEL INDEPENDEN
VARIABEL DEPENDEN
Sarana air bersih
Pengolahan air minum
Pembuangan tinja
Kebersihan rumah
Kebiasaan cuci tangan
Kejadian Diare
46
Bagan 2.2 Factor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015.
E. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoritis dan kerangka konsep yang ditemukan, maka hipotesa yang diuji adalah : 1.
Adanya hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita
2.
Adanya hubungan pengolahan air minum dengan kejadian diare pada balita
3.
Adanya hubungan pembungan tinja dengan kejadian diare pada balita
4.
Adanya hubungan kebersihan rumah dengan kejadian diare pada balita
5.
Adanya hubungan kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare pada balita
47
F. No 1
2
Varibel Kejadian Diare
Sarana Air Bersih
Definisi Operasional Definisi Operasional
Alat ukur
Keadaan yang dialami oleh anak umur 12 – 59 bulan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari atau lebih dengan konsistensi lembek/cair dalam 3 bulan terakhir Kondisi fisik sarana air bersih di rumah tempat tinggal balita yang di survey meliputi kualitas fisik air yang digunakan, persyaratan konstruksi dan jarak minimal dengan sumber pencemaran yang diwakili oleh beberapa isian pada lembar observasi.
Kuesioner
Cara
Hasil Ukur
Wawancara
Skala Ordinal
0 = Diare 1 = Tidak diare (Yosef wijoyo,2013)
kuesioner dan lembar observasi
Wawancara 0 = Buruk, jika skor dan observasi yang didapatkan dari hasil observasi pada masing – masing SAB adalah : PDAM : < 3 atau SPL : < 7 atau SPT : < 6 atau SG :<8 1 = Baik, jika skor yang didapat dari hasil observasi pada masing –masing SAB adalah : PDAM : ≥3 atau SPL : ≥7 atau
Ordinal
48
SPT SG
: ≥6 atau :≥8
(Suhardiman,2007) 3
4
5
Pengolahan Air Minum
Pembuanga n Tinja
Kebersihan Rumah
Cara pengolahan air minum yang dikonsumsi balita dari berbagai sumber air minum.
Kuesioner
Tempat pembuangan limbah jamban/tinja yang di gunakan sehari – hari dengan kriteria : 1) Ke kali/kolam / got 2) Septic tank
Kuisioner dan lembar observasi
Wawancara
0 = Tidak dimasak
Ordinal
1 = dimasak (Chandra,2007)
Kondisi lingkungan Lembar rumah ibu yang observasi mempunyai balita (12-59 bulan ) dengan kriteria rumah sehat : 1) lantai semen/kedap air 2) Sampah tidak berserakan 3) Ada tempat pembuangan limbah 4) Tidak ada kotoran hewan yang berserakan di sekitar rumah 5) Lantai tidak berdebu
Wawancara dan Observasi
Wawancara dan Observasi
0 = Tidak sehat apabila pembuangan tinja ke kali/kolam/got 1 = Sehat, apabila menggunakan septic tank dengan memenuhi syarat – syarat jamban sehat. 0 = Tidak bersih,jika tidak memenuhi kriteria pada DO 1- 6 1= bersih, apabila memenuhi kriteria pada DO 1- 6
Ordinal
Ordinal
49
5
Kebiasaan Mencuci tangan
6) Tidak terdapat air tergenang Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, menyiapkan makanan,sesudah BAB dan mencuci mainan balita oleh ibu yang punya balita (12- 59 bulan).
Kuisioner
Wawancara
0 = Tidak dilakukan, jika 1 dari 8 tidak dilakukan 1 = Dilakukan, jika semuanya dilakukan
Ordinal
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan “cross sectional study” dimana variable independen dan dependen diobservasi secara bersamaan. Hasil yang diharapkan yaitu diketahuinya faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada Balita.19 B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pauh yaitu di Kelurahan Limau Manis Selatan. Penelitian ini di mulai dari bulan Desember 2014 sampai Juni 2015. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti.19 Populasi dalam penelitian ini adalah semua Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Padang yang berjumlah 729 balita. 2. Sampel Sampel adalah objek yang di teliti dan di anggap mewakili seluruh populasi.19 Sampel penelitian adalah beberapa ibu Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas Pauh yang terdiri dari 8 RW. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik penarikan sampel dengan Simple Random Sampling. Untuk menentukan banyaknya sampel peneliti menggunakan rumus besar sampel (size) sebagai berikut:
49
50
a. Besar sampel 2
n=
1
2
1
1 + 2 1 2
2
1
Keterangan : n = jumlah sampel z = derajat kepercayaan yang diinginkan (95%= 1.96) p = proporsi kejadian pada populasi (dapat di gunakan p = 0.5) q=1–p d = presisi mutlak (10%) N = populasi sampel 2
n=
n= n= n=
2
1
2
1
1 + 2 1 2
1
1.962 0.5 1 0.5 729 0.12 729 1 + 1.962 0.5 1 0.5 3.8416 ×182.25 7.28+0.9604 700.1316 8.2404
= 85
51
b. Cara penarikan sampel Dari perhitungan diatas didapatkan sampel berjumlah 85 Balita. sedangkan untuk penarikan sampel di masing – masing RW di Kelurahan Limau Manis Selatan dengan menggunakan proporsional Simple Random Sampling, sebagai berikut : Rumus :
×
n=
RW I =
134
× 85 = 16
729
RW II =
176
× 85 = 21
729
54
RW III =
729
RW IV =
729
RW V =
87
59
56 729
RW VII =
× 85 = 10
× 85 = 7
729
RW VI =
× 85 = 6
× 85 = 6
92 729
RW VIII =
× 85 = 11
72 729
× 85 = 8
52
Adapun kriteria sebagai responden adalah sebagai berikut : 1) Kriteria inklusi a) Bersedia menjadi responden b) Responden kooperatif 2) Kriteria eklusi a) Setelah dua kali kunjungan keluarga yang memiliki balita tidak dapat ditemui Pada saat dilakukan penelitian kriteria inklusi dapat terpenuhi sedangkan untuk kriteria eklusi ada 3 responden yang sudah dua kali kunjungan tidak di temukan sehingga peneliti melakukan random ulang dengan menggunakan tabel random. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi di lapangan dan wawancara oleh peneliti, dengan melakukan observasi dan menanyakan pertanyaan yang ada pada kuesioner kepada responden untuk mendapatkan data sarana air bersih, pengolahan air minum,pembuangan tinja, kebersihan rumah dan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada Balita. 1. Data Primer Data primer adalah data yang didapat langsung dari responden.19 Data dikumpulkan dengan hasil wawancara dan menggunakan instrument (kuisioner) yang di isi oleh peneliti, dengan langkah- langkah sebagai berikut :
53
a.
Penjelasan tentang penelitian dan tujuan penelitian
b.
Penjelasan mengenai format persetujuan, selanjutnya responden diminta menandatangani format persetujuan tersebut.
c.
Peneliti mewawancarai responden untuk mendapatkan informasi, peneliti mengisi kuisioner
2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang di dapatkan dari instansi terkait seperti Dinas Kesehatan Provinsi atau Kota, Puskesmas, Kader Posyandu dan buku sumber. Data sekunder yang di dapat dari Dinas Kesehatan Kota Padang berupa data tentang angka kejadian diare di kota Padang, sedangkan data yang didapat dari Puskesmas Pauh berupa jumlah balita di wilayah kerja Puskesmas Pauh dan angka kunjungan balita yang menderita diare ke Puskesmas pauh. E. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :19 1. Pemeriksaan Data (editing) Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa setiap kuisioner berkaitan dengan kelengkapan dan kejelasan jawaban dari responden. 2. Pengkodean ( coding) Memberikan kode pada setiap informasi yang telah terkumpul pada setiap pertanyaan dalam kuisioner untuk memudahkan dalam pengolahan data. a.
Kejadian diare 1)
Diare diberi kode ( 0 )
2)
Tidak diare diberi kode ( 1 )
54
b.
c.
d.
Sarana air bersih 1)
Buruk, diberi kode ( 0 )
2)
Baik diberi kode ( 1 )
Sumber air bersih 1)
Tidak dimasak, diberi kode ( 0 )
2)
Dimasak diberi kode ( 1 )
Pembuangan tinja 1) Tidak sehat, diberi kode ( 0 ) 2) Sehat, diberi kode ( 1 )
e.
Kebersihan rumah 1) Tidak bersih, diberi kode ( 0 ) 2) Bersih, diberi kode (1)
f.
Kebiasaan mencuci tangan 1)
Tidak dilakukan, diberi kode (0)
2)
Dilakukan , diberi kode ( 1 )
3. Pemindahan Data (entry) Memproses data agar dapat di analisis dengan cara memindahkan data dari kuisioner ke dalam master table. 4. Pembersihan Data (cleaning) Pengecekan kembali data yang telah dimasukan ke dalam master table atau di entry ke dalam computer untuk melihat apakah ada kesalahan atau tidak. Pengecekan data dilakukan dengan cara distribusi frekuensi dari variable yang ada.
55
5. Pentabulasian Data (tabulating) Setelah semua data di bersihkan, maka data kemudian ditabulasikan dan disajikan dalam bentuk variable distribusi frekuensi, data yang telah di olah kemudian akan dianalisa secara univariat dan bivariat. F.
Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat merupakan analisis terhadap masing- masing variable. Analisis dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif berupa distribusi frekuensi dan persentase dengan rumus (Budiarto, 2002) : P=
× 100%
Keterangan : P = persentase (%) yang di proleh F = frekuensi dari setiap kategori N = Nilai Maksimal 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis untuk melihat hubungan antara variable independen dan variable dependen. Analisis pada penelitian ini menggunakan uji Chi - Square. Dengan tingkat kepercayaan 95 % (0.05). Hasil analisis dikatakan bermakna apabila nilai p < bermakna jika p> , dengan nilai = 0.05
dan dikatakan tidak
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum wilayah dan karakteristik responden 1.
Gambaran umum wilayah Kelurahan Limau Manis Selatan merupakan daerah yang terletak di Kecamatan Pauh Padang, yang terdiri dari 8 buah RW. Kelurahan Limau Manis Selatan ini berbatasan bagian Sebelah Utara
: Kelurahan Indarung
Sebelah Selatan
: Kelurahan Limau Manis
Sebelah Barat
: Kelurahan Koto Luar
Sebelah Timur
: Kelurahan Indarung
Wilayah limau Manis Selatan memiliki wilayah topografi berbukit – bukit dan dibatasi oleh sungai, bagian wilayah terbesarnya terdiri dari kebun dan persawahan, jalan yang ada di Kelurahan Limau Manis Selatan memiliki jalan utama yang sudah beraspal dengan lebar jalan muat untuk dua mobil, rumah penduduk dapat dicapai dengan jalan beraspal dan juga jalan tanah. Dengan keadaan topografi dan jalan yang ada di Kelurahan Limau Manis Selatan alat transportasi yang digunakan paling banyak menggunakan kendaraan umum dan ojek motor. Kelurahan Limau Manis Selatan dengan sebagian wilayahnya yang terdiri dari perkebunan dan persawahan menyebabkan sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani, sebagian kecilnya sebagai PNS dan pegawai swasta. Oleh karena itu, masyarakat di Kelurahan Limau
56
57
Manis Selatan status perekonomian keluarganya sebagian besar berada pada garis ekonomi menengah kebawah. 2. Karakteristik responden a. Umur Ibu Balita Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No 1 2
Umur ibu Balita 21 – 30 tahun 31 – 40 tahun Jumlah
Tabel
f 53 32 85
% 62.4 37.6 100
diatas menunjukkan lebih dari separuh (62.4%) ibu Balita
berumur 21 – 30 tahun. b. Umur Balita Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No 1 2 3 4
Umur Balita 12 – 24 bulan 25 – 36 bulan 37 – 48 bulan 49 – 59 bulan Jumlah
Tabel
f 9 27 31 18 85
% 10.5 31.4 36.5 21.2 100
diatas menunjukkan kurang dari separuh (36.5%) Balita
berumur 37 – 48 bulan.
58
c. Jenis Kelamin Balita Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No 1 2
Jenis Kelamin Balita Laki - laki Perempuan Jumlah
f 39 46 85
% 45.9 54.1 100
Tabel diatas menunjukkan lebih dari separuh (54.1%) Balita berjenis kelamin perempuan.
d. Pendidikan Ibu Balita Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No 1 2 3 4
Pendidikan ibu Balita SD SMP SMA PT Jumlah
Tabel
f 12 22 34 17 85
% 14.1 25.9 40 20 100
diatas menunjukkan kurang dari separuh (40%) ibu Balita
berpendidikan SMA.
59
e. Pekerjaan Ibu Balita Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No 1 2 3
Pekerjaan ibu Balita Ibu rumah tangga Wiraswasta PNS Jumlah
Tabel
f 45 28 12 85
% 52.9 32.9 14.1 100
diatas menunjukkan lebih dari separuh (52.9%) ibu Balita
bekerja sebagai ibu rumah tangga B. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat Analisis univariat ini bertujuan untuk mengetahui gambaran masing – masing variabel penelitian yang meliputi angka kejadian diare, sarana air bersih, pengolahan air minum, pembuangan tinja, kebersihan rumah dan kebiasaan mencuci tangan, hasil penelitian akan dipaparkan sebagai berikut. a. Kejadian diare pada Balita
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No 1 2
Kejadian diare
f % Diare 47 55.3 Tidak diare 38 44.7 Jumlah 85 100 Tabel diatas menunjukan lebih dari separuh (55.3%) ibu Balita
yang mengatakan balitanya mengalami diare dalam 3 bulan terakhir.
60
b. Sarana air bersih yang digunakan Ibu yang mempunyai Balita Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sarana Air Bersih yang Digunakan di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No 1 2
Sarana air bersih Buruk Baik Jumlah
F 54 31 85
% 63.5 36.5 100
Tabel 4.2 menunjukan lebih dari separuh (63.5%) ibu Balita mempunyai sarana air bersih yang buruk.
c. Pengolahan air minum yang digunakan Ibu yang mempunyai Balita Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengolahan Air Minum di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No 1 2
Pengolahan air minum Tidak dimasak Dimasak Jumlah
F 26 59 85
% 30.6 69.4 100
Tabel diatas menunjukan kurang dari separuh (30.6%) ibu Balita mengolah air minum dengan tidak dimasak.
61
d. Pembuangan tinja yang digunakan Ibu yang mempunyai Balita Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pembuangan Tinja di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No 1 2
Pembuangan tinja Tidak sehat Sehat Jumlah
F 51 34 85
% 60 40 100
Tabel diatas menunjukan lebih dari separuh (60%) ibu Balita mempunyai tempat pembuangan tinja yang tidak sehat. e. Kebersihan rumah pada Ibu yang mempunyai Balita Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebersihan Rumah di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No 1 2
Kebersihan rumah Tidak bersih Bersih Jumlah
F 50 35 85
% 58.8 41.2 100
Tabel diatas menunjukan lebih dari separuh (58.8%) ibu Balita mempunyai rumah tidak bersih.
62
f. Kebiasaan mencuci tangan Ibu yang mempunyai Balita Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Mencuci Tangan di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No 1 2
Kebiasaan mencuci tangan Tidak melakukan Melakukan Jumlah
F 52 33 85
% 61.2 38.8 100
Tabel diatas menunjukan lebih dari separuh (61.2%) ibu Balita tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan. 2. Analisis Bivariat Analisa bivariat dapat dilanjutkan setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel yaitu variabel kejadian diare, sarana air bersih, pengolahan air minum, pembuangan tinja, kebersihan rumah dan kebiasaan mencuci tangan, kemudian dapat diteruskan analisis lebih lanjut. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara kedua variabel yang diteliti, maka dilakukan uji statistic dengan menggunakan uji Chi-square dengan batas kemaknaan 0.05 artinya bila p ≥ 0.05 maka hubungan antara variabel independen dengan dependen tidak bermakna, tapi bila nilai p < 0.05 maka hubungannya menjadi bermakna.
63
a. Hubungan Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sarana Air Bersih dan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No
1 2
Sarana air bersih Buruk Baik Jumlah
Kejadian diare Diare Tidak diare f % f % 36 66.7 18 33.3 11 35.5 20 64.5 47 55.3 38 44.7
Jumlah f 54 31 85
% 100 100 100
P value
0.011
Tabel diatas menunjukkan dari 54 orang ibu Balita yang mempunyai sarana air bersih yang buruk terdapat Balita mengalami diare 66.7%, sedangkan dari 31 orang ibu Balita yang mempunyai sarana air bersih yang baik terdapat Balita yang mengalami diare 35.5%. Berdasarkan uji statistic didapat p = 0.011 pada = 0.05, artinya ada hubungan yang bermakna antara sarana air bersih dengan kejadian diare pada Balita.
64
b. Hubungan Pengolahan Air minum dengan kejadian Diare pada Balita Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengolahan Air Minum dan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No
Pengolahan Air
Kejadian diare
Jumlah
P value
Minum Diare
Tidak diare
F
%
F
%
f
%
1
Tidak memasak
18
69.2
8
30.8
26
100
2
Memasak
29
49.2
30
50.8
59
100
Jumlah
47
55.3
38
44.7
85
100
0.139
Tabel diatas menunjukkan dari 26 orang ibu Balita yang tidak memasak air minum terdapat Balita mengalami diare 69.2%, sedangkan dari 59 orang ibu Balita yang memasak air minum terdapat Balita yang mengalami diare 49.2%. Berdasarkan uji statistic didapat p = 0.139 pada
= 0.05, artinya
tidak ada hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum dengan kejadian diare pada Balita.
65
c. Hubungan Pembuangan Tinja dengan Kejadian Diare pada Balita Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pembuangan Tinja dan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No
Pembuangan
Kejadian diare
Jumlah
P value
Tinja Diare
Tidak diare
F
%
f
%
f
%
1
Tidak sehat
35
68.6
16
31.4
51
100
2
Sehat
12
35.3
22
64.7
34
100
47
55.3
38
44.7
85
100
Jumlah
0.005
Tabel diatas menunjukkan dari 51 orang ibu Balita yang mempunyai tempat pembuangan tinja yang tidak sehat terdapat Balita mengalami diare 68.6%, sedangkan dari 34 orang ibu Balita yang mempunyai tempat pembuangan tinja yang sehat Balita yang mengalami diare sebanyak 35.3%. Berdasarkan uji statistic didapat p = 0.005 pada
= 0.05, artinya ada
hubungan yang bermakna antara pembuangan tinja dengan kejadian diare pada Balita.
66
d. Hubungan kebersihan Rumah dengan Kejadian Diare pada Balita Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebersihan Rumah dan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No
Kebersihan
Kejadian diare
rumah
Diare
Jumlah
Tidak diare
f
%
f
%
f
%
1
Tidak bersih
34
68
16
32
50
100
2
Bersih
13
37.1
22
62.9
35
100
47
55.3
38
44.7
85
100
Jumlah
P value
0.009
Tabel diatas menunjukkan dari 50 orang ibu Balita yang mempunyai rumah tidak bersih terdapat Balita mengalami diare 68%, sedangkan dari 35 orang ibu Balita yang mempunyai rumah yang bersih Balita yang mengalami diare 37.1%. Berdasarkan uji statistic didapat p = 0.009 pada
= 0.05, artinya
ada hubungan yang bermakna antara kebersihan rumah dengan kejadian diare pada Balita.
67
e. Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Kejadian Diare Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 No
Kebiasaan
Kejadian diare
mencuci tangan
1
Tidak
Diare
Jumlah
P value
Tidak diare
F
%
f
%
F
%
35
67.3
17
32.7
52
100
12
36.4
21
63.6
33
100
47
55.3
38
44.7
85
100
0.010
melakukan 2
melakukan Jumlah
Tabel diatas menunjukkan dari 52 orang ibu Balita yang tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan terdapat Balita mengalami diare 67.3%, sedangkan dari 33 orang ibu Balita melakukan kebiasaan mencuci tangan hanya Balita yang mengalami diare 36.4%. Berdasarkan uji statistic didapat p = 0.010 pada
= 0.05, artinya ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
mencuci tangan dengan kejadian diare pada Balita. C. Pembahasan 1. Kejadian diare pada balita Berdasarkan hasil penelitian didapatkan angka kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas Pauh sebanyak 47 Balita (55.3%). Sedangkan yang tidak menderita diare adalah 38 Balita (44.7%). Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Elsa tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan
68
kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Tebing Gerinting tahun 2014”, yaitu sebanyak 67.4 % dari 95 orang Balita menderita diare. Selain itu, Penelitian lain yang dilakukan oleh Novi tentang “Hubungan faktor prilaku ibu dengan kejadian diare pada Balita di Puskesmas Batujajar Bandung Barat tahun 2008”, juga menunjukan bahwa lebih dari separuh (56.6%) balita mengalami diare. Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent, penjamu, lingkungan, dan perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap diare, diantaranya tidak memberikan ASI selama 2 tahun, kurang gizi, penyakit campak, dan imunodefisiensi. Faktor lingkungan yaitu sarana penyediaan air bersih, kebersihan rumah dan pembuangan tinja, faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi.2 Menurut peneliti tingginya angka kejadian diare di Kelurahan Limau Manis Selatan wilayah kerja Puskesmas Pauh, dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang tidak sehat seperti sarana air bersih, kebersihan rumah dan pembuangan tinja. Lingkungan rumah yang tidak bersih sangat berpengaruh pada kejadian diare karena lingkungan yang kotor akan membuat agent penyakit seperti lalat dapat dengan mudah menyebarkan penyakit terutama diare. Faktor perilaku yang tidak sehat, seperti kebiasaan mencuci tangan
69
dengan sabun yang jarang dilakukan ketika selesai buang air besar atau ketika membuang tinja anak dapat menyebabkan penyakit diare. Dampak atau resiko terbesar diare ialah dehidrasi. Jika terjadi dehidrasi, seseorang dapat kehilangan lima liter air setiap hari beserta elektrolit utama yaitu natrium dan kalium yang berada di dalamnya. Keduanya sangat penting dengan fisiologi normal. Jika kehilangan dua elektrolit utama ini maka akan menyebabkan bayi dan balita menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak. 2 Disarankan kepada Petugas kesehatan setempat dalam menanggulangi kejadian diare dapat dengan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai tatalaksana diare pada anak yang direkomendasikan oleh Kementrian Kesehatan. Prinsip tatalaksana diare adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan diare) yang ditujukan bagi penderita diare yang bertujuan utuk mencegah dan mengobati dehidrasi, mencegah gangguan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan sesudah diare serta memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat.
2.
Hubungan Sarana Air Bersih dengan kejadian Diare Hasil penelitian menunjukan hipotesis nol (Ho) ditolak artinya ada hubungan yang bermakna antara sarana air bersih dengan kejadian diare. Berdasarkan proporsi ada kecendrungan ibu Balita yang mempunyai sarana air bersih yang buruk (66.7%) lebih banyak anaknya yang menderita diare
70
dibandingkan ibu Balita yang mempunyai sarana air bersih yang baik (35.5%). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Fauziah tentang “Hubungan faktor individu dan karakteristik sarana sanitasi air bersih dengan kejadian diare pada Balita di Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang kota Bekasi tahun 2013”, ditemukan ada hubungan antara sarana air bersih dengan kejadian diare pada Balita. Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Umiaty tentang “Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada Balita di Wilayah Puskesmas Nogosari kabupaten Boyolali tahun 2009”, ditemukan ada hubungan yang bermakna antara sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita. Sarana sanitasi air bersih merupakan bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang menyediakan dan mendistribusikan air tersebut kepada masyarakat. Sarana air bersih harus memenuhi persyaratan kesehatan, agar tidak mengalami pencemaran sehingga dapat diperoleh kualitas air yang baik sesuai dengan standar kesehatan. Sarana sanitasi air bersih meliputi sarana yang digunakan, persyaratan konstruksi, dan jarak minimal dengan sumber pencemar.30 Sarana air bersih mempunyai peranan dalam penyebaran beberapa penyakit menular. Penyakit menular yang disebabkan oleh air secara langsung di antara masyarakat seringkali dinyatakan sebagai penyakit bawaan air. Penyakit – penyakit ini hanya dapat menyebar, apabila mikroba
71
penyebabnya dapat masuk kedalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.25 Sumber air bersih merupakan salah satu sarana sanitasi yang berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja. 3 Di samping kebutuhan air yang sangat penting digunakan bagi masyarakat, Achmadi (2008), menyatakan bahwa air merupakan media transmisi yang sangat baik bagi mikroorganisme. Air sebagai komponen lingkungan dikatakan memiliki potensi dan menjadi media transmisi kalau didalamnya terdapat agen penyakit. Terutama dalam penularan penyakit diare, air sangat berperan penting.30 Menurut Depkes (2000), air dapat masuk melalui mekanisme Water borne disease yaitu penyakit yang ditularkan langsung melalui air yang mengandung kuman patogen.18 Menurut Simatupang (2004), memperbaiki sumber air (kualitas dan kuantitas) dan keberhasilan perorangan akan mengurangi kemungkinan tertular dengan bakteri patogen tersebut. masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.31 Sarana air bersih yang di ukur dalam penelitian berupa sumber air bersih dan kondisi sarana air bersih. Berdasarkan sumber air bersih, 47 ibu Balita menggunakan PDAM dan 38 ibu Balita menggunakan sumur pompa listrik. Berdasarkan kondisi sarana air bersih yang di gunakan ibu Balita,
72
63.5% menggunakan sarana air bersih yang buruk dan 36.5% menggunakan sarana air bersih yang baik. Kemudian dilihat dari masing – masing kondisi sarana air bersih yang digunakan ibu, 55.3% ibu Balita menggunakan PDAM dengan kondisi yang buruk, sedangkan 73.7% ibu Balita menggunakan sumur pompa listrik dengan kondisi buruk. Berdasarkan hasil observasi ke lapangan, sarana air bersih PDAM yang buruk bisa disebabkan karena masih banyak ibu Balita yang mempunyai pipa saluran air yang bocor, tempat penampungan dan kran air yang tidak bersih dan terawat. Sedangkan untuk sumur pompa listrik, masih banyak ibu Balita yang mempunyai kualitas air bersih yang tidak jernih, berbau dan berwarna. Selain itu, juga terdapat sumber pencemaran yang jaraknya dekat dengan sumur, tempat penyimpana air yang tidak bersih dan terawat dan terdapat lubang sumur yang tidak tertutup dan terlindung dari sumber pencemaran. Sedangkan sarana air bersih ini digunakan oleh ibu Balita untuk aktivitas sehari-hari seperti mandi, mencuci peralatan makan dan minum dan juga untuk mencuci pakaian. Apabila sarana air bersih yang digunakan ibu balita telah terkontaminasi oleh bakteri patogen seperti E.Coli maka peralatan makan dan minum berisiko untuk terkontaminasi, terlebih jika ibu mencucinya kurang baik. Akibatnya terjadi rantai penularan penyakit diare. Menurut Puspitasari (2012), jenis sarana air bersih sangat berpengaruh terhadap kebersihan peralatan makan dan minum yang digunakan. Sarana air
73
bersih yang kurang saniter maka kualitas air bersihnya menjadi tidak terjamin bebas bakteriologis. 30 Menurut Depkes RI (2008), setiap sarana sanitasi air bersih memiliki masing-masing persyaratan yang berbeda-beda, tetapi dari setiap persyaratan yang ada, syarat utama yang harus diperhatikan adalah jarak antara sumber air bersih dengan tempat pembuangan tinja (septic tank) tidak boleh kurang dari 10 meter. Hal ini agar sumber air bersih yang digunakan tidak terkontaminasi oleh kotoran tinja yang mengandung banyak bakteri dan cacing yang dapat menyebabkan penyakit diare. 30 Hasil penelitian juga didapat sebanyak 33.3%
ibu Balita yang
mempunyai sarana air bersih yang buruk tetapi tidak mengalami diare pada Balita , hal ini dikarenakan walaupun air yang dikonsumsi tidak memenuhi syarat penyediaan air bersih namun untuk keperluan minum, ibu Balita terlebih dahulu memasak airnya hingga mendidih dan sebagian ibu Balita selalu menampung air untuk keperluan minum dan memasak dalam wadah tertutup sehinga sedikit kemungkinan untuk terkontaminasi dengan bakteri penyebab kejadian diare. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukan 35.5% ibu Balita yang mempunyai sarana air bersih yang baik tetapi balitanya mengalami diare, hal ini dikarenakan adanya faktor lain penyebab diare seperti pengolahan air minum yang tidak dimasak, kebersihan rumah, tempat pembuangan tinja, kebisaan mencuci tangan dan lain – lain.
74
Sarana sanitasi air bersih harus memenuhi persyaratan kesehatan, agar tidak mengalami pencemaran sehingga dapat diperoleh kualitas air yang baik sesuai dengan standar kesehatan. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare tersebut dengan menggunakan air yang bersih dan air yang terlindungi dari kontaminasi mulai dari sumber sampai penyimpanan. Oleh karena itu, disarankan kepada petugas Puskesmas khususnya Pembina wilayah bekerja sama dengan lintas sektor untuk dapat meningkatkan pengawasan dalam melakukan inspeksi sanitasi sarana air bersih dan penyuluhan kepada masyarakat agar memperhatikan sarana air bersih yang digunakan, agar sarana air bersih terlindungi dari kontaminasi.
3. Hubungan Pengolahan Air Minum dengan Kejadian Diare pada Balita Hasil penelitian menunjukan hipotesis Nol (Ho) di terima artinya tidak ada Hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum dengan kejadian diare. Berdasarkan proporsi ada kecendrungan ibu Balita yang tidak memasak air minum 69.2% anaknya menderita diare, sedangkan ibu Balita yang memasak air minum 35.5% anaknya menderita diare. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Cita tentang “Hubungan sarana sanitasi air bersih dan perilaku ibu dengan kejadian diare pada Balita di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013”, ditemukan tidak ada hubungan antara pengolahan air minum dengan kejadian diare pada Balita.
75
Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian Rosa tentang “Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada Balita di Puskesmas Cipayung Kota Depok tahun 2011”, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum rumah tangga dengan kejadian diare pada balita. Menurut Direktur Jenderal P2PL (2008), Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu dan wadah air harus bersih dan tertutup. Air yang tidak dikelola dengan standar pengelolaan air minum rumah tangga (PAM-RT) dapat menimbulkan penyakit. Salah satu bentuk pengolahan air minum rumah tangga yang sederhana dan sering digunakan adalah dengan cara memasak. Memasak merupakan proses mematikan mikroorganisme (virus, bakteri, spora bakteri, jamur protozoa) penyebab penyakit dengan cara pemanasan.20 Memasak air merupakan cara paling baik untuk proses purifikasi air di rumah. Agar proses purifikasi menjadi lebih efektif, maka air dibiarkan mendidih antara 5-10 menit. Hal tersebut bertujuan agar semua kuman, spora, kista, dan telur mati sehingga air bersifat steril. Selain itu, proses pendidihan juga dapat mengurangi kesadahan karena dalam proses pendidihan terjadi penguapan CO2dan pengendapan CaCO3.13 Pengolahan air minum yang di ukur dalam penelitian berupa sumber air minum dan cara mengolah air minum. Berdasarkan sumber air minum yang digunakan ibu Balita sebanyak 42.4% menggunakan sumber air minum PDAM, 27.1% menggunakan sumur pompa listrik dan 30.6% menggunakan
76
sumber air minum isi ulang. Berdasarkan cara ibu Balita mengolah air minum 69.4% ibu mengolah air minum dengan dimasak dan 30.6% ibu Balita mengolah air minum dengan tidak dimasak. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum dengan kejadian diare pada Balita, dapat disebabkan karena sebagian besar ibu Balita yang tidak mengolah air minumnya dengan cara memasak sampai mendidih adalah ibu Balita yang mengkonsumsi air minum isi ulang (galon). Walaupun masyarakat yang menggunakan air isi ulang (galon) tidak memasak airnya terlebih dahulu, pada depot air minum isi ulang telah dilakukan proses pengolahan air minum menggunakan sinar ultraviolet dan filtrasi. Proses pengolahan air baku menjadi air minum isi ulang pada prinsipnya adalah filtrasi (penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan selain untuk memisahkan kontaminan tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk koloid termasuk mikroorganisme dari dalam
air,
sedangkan
disenfeksi
dimaksudkan
untuk
membunuh
mikroorganisme yang tidak tersaring oleh proses sebelumnya. Sehingga bakteri patogen yang ada pada air minum telah mati sebelum dikonsumsi.26 Walaupun demikian, di lihat dari persentase kejadian diare pada balita yang menggunakan sumber air dari PDAM, sumur pompa listrik dan air isi ulang (galon) didapatkan hasil bahwa lebih dari separuh 62.9% ibu Balita yang menggunakan air isi ulang (galon) mengalami kejadian diare pada balitanya.
77
Selain itu, penyimpanan air isi ulang juga dapat berpengaruh pada keberadaan E.Coli dalam air isi ulang tersebut. Dalam penelitian Ekawati (2005) menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah E.Coli pada air minum isi ulang dengan lama penyimpanan. Air minum isi ulang biasanya tidak habis dalam sekali pakai melainkan dalam beberapa hari. Menurut Hidayati (2010), semakin
lama
penyimpanan
memungkinkan
adanya
pertumbuhan
mikroorganisme yang akan berkembang menjadi bakteri patogen dan menyebabkan kadar zat organik meningkat.26 Untuk mengurangi kontaminasi E.Coli pada air minum, cara yang paling mudah adalah dengan cara memasak air yang digunakan untuk minum dan dibiarkan mendidih antara 5-10 menit sebelum diberikan kepada balita. Tujuannya adalah agar semua kuman, spora, kista dan telur telah mati termauk E.Coli. sehingga air bersifat steril.22 Selain itu, menurut pengamatan peneliti umumnya masyarakat menggunakan dispenser dalam penyajian air isi ulang. Rahayu (2008), mengungkapkan penggunaan dispenser memang membuat penyajian air minum menjadi praktis sesuai dengan kebutuhan penyajian tetapi kebersihan dispenser umumnya kurang diperhatikan oleh konsumen. Penggunaan dispenser berulang-ulang tanpa pembersihan bagian dalam dispenser memungkinkan tumbuhnya mikroba. Resiko pencemaran mikroba ini dapat terjadi baik pada keran bersuhu normal, dingin ataupun panas karena mikroba dapat tumbuh pada suhu dingin / psikrofilik, normal / mesofilik ataupun panas / termofilik.26
78
Hasil penelitian juga di dapatkan sebanyak 49.2% ibu balita yang memasak airnya mengalami diare pada anaknya. Hal ini bisa disebabkan karena ibu yang memasak airnya menyimpan air di wadah yang tidak bersih atau tidak tertutup dan mudah terkontaminasi, sehingga air minum yang aman bisa terkontaminasi oleh kuman. Selain itu, bisa juga disebabkan karena faktor lain penyebab diare seperti pembuangan tinja yang tidak sehat, kebersihan rumah, tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan lain-lain. Menurut Depkes (2008), pengelolaan air minum yang benar antara lain; air untuk minum harus diolah terlebih dahulu dan wadah air harus bersih dan tertutup, jangan mengambil air dengan diciduk, sebaiknya simpan air minum di wadah yang berleher sempit atau memiliki kran. Selain itu, cara penanganan air yang telah dimasak, misalnya dengan tidak melakukan perebusan air minum dengan sistem tambah. Sistem tambah artinya ketika air minum yang telah dimasak lagi secara bersamaan.32 Kemudian disarankan kepada perawat Puskesmas khususnya Pembina wilayah, bekerja sama dengan lintas sektor misalnya antara Dinas Kesehatan, atau pelayanan kesehatan lainnya, laboratorium, dan masyarakat agar air minum yang dikonsumsi bebas kontaminasi E.Coli sehingga dapat memenuhi syarat kesehatan.
79
4.
Hubungan Pembuangan Tinja dengan Kejadian Diare aada Balita Hasil penelitian menunjukan hipotesis Nol (Ho) ditolak artinya ada hubungan yang bermakna antara pembuangan tinja dengan kejadian diare. Berdasarkan proporsi ada kecendrungan ibu Balita yang tidak mempunyai tempat pembuangan tinja yang tidak sehat 68.6% mengalami diare pada balitanya, dibandingkan dengan ibu Balita yang mempunyai tempat pembuangan tinja yang sehat 35.3% balitanya mengalami diare. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Cita tentang “Hubungan sarana sanitasi air bersih dan perilaku ibu dengan kejadian diare pada Balita di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013”, ditemukan ada hubungan antara penggunaan jamban dengan kejadian diare pada balita. Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian Bumolo (2012), pada “Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2012” yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita dengan Pvalue sebesar 0,000. Selain sarana air bersih, jenis tempat pembuangan tinja juga merupakan sarana sanitasi yang berkaitan dengan kejadian diare. Jenis tempat pembuangan tinja yang tidak saniter akan memperpendek rantai penularan penyakit diare.2
80
Wibowo (2009), juga menjelaskan bahwa tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi.30 Pada penelitian ini jenis tempat pembuangan tinja dibedakan menjadi jenis jamban sehat dan jenis jamban tidak sehat. Lebih dari separuh (60%) ibu Balita mempunyai jamban tidak sehat sedangkan 40% ibu mempunyai jamban yang sehat. Jenis jamban tidak sehat yaitu jenis jamban tanpa tangki septic tank atau jamban cemplung dan rumah yang tidak memiliki jamban, sehingga bila buang air besar mereka pergi ke sungai. Jenis tempat pembuangan tinja tersebut termasuk jenis tempat pembuangan tinja yang tidak saniter. Jenis tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan, akan berdampak pada banyaknya lalat. Sedangkan jenis jamban sehat yaitu jamban yang memiliki tangki septic atau lebih dikenal dengan jamban leher angsa. Menurut Entjang (2000), jamban leher angsa (angsa latrine) merupakan jenis jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air, yang berfungsi sebagai sumbatan sehingga bau dari jamban tidak tercium dan mencegah masuknya lalat kedalam lubang. Jamban leher angsa menurut Sukarni (2002), memiliki keuntungan antara lain aman untuk anak-anak dan dapat dibuat didalam rumah karena tidak menimbulkan bau.27
81
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lansung dengan ibu Balita diketahui masih ada sebagian kecil ibu Balita (20%) yang belum memiliki jamban pribadi, apabila mereka buang air besar mereka menumpang di jamban tetangga, buang air besar di sungai dekat rumah atau buang air besar di jamban cemplung yang ada di kebun dekat rumah dan 29.4% ibu Balita membuang limbah tinja lansung ke kali/kolam/got. Dilihat dari kondisi jamban yang digunakan ibu Balita sebanyak 34.1% jamban mengotori air permukaan, 27.1 % jamban berbau dan 50.6% jamban dengan septic tenk memiliki jarak yang dekat dengan sumur sehingga dapat mengotori air dalam tanah di sekitarnya. Menurut Notoatmodjo (2012), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya,dan kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya.1 Bila dilihat dari perilaku ibu Balita, masih ada sebagian ibu Balita yang tidak membuang tinja balita dengan benar (kotoran dibuang ke jamban). Kebanyakan dari mereka membuang tinja balitanya ke kebun dan tempat sampah. Hal ini dikarenakan tinja Balita dibuang bersamaan dengan pampers yang dipakai, tapi ada sebagian ibu balita yang membuang kotoran balitanya ke jamban, lalu mencuci pampersnya, baru kemudian dibuang. Mereka juga beranggapan bahwa tinja balita tidak berbahaya, hal ini disebabkan karena
82
sebagian ibu Balita berpendidikan rendah sehingga mereka kurang mengerti akibat dari membuang tinja sembarangan. Padahal menurut Depkes (2000), tinja balita juga berbahaya karena mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Tinja balita juga dapat menularkan penyakit pada balita itu sendiri dan juga pada orang tuanya.27 Tinja yang dibuang di tempat terbuka dapat di gunakan oleh lalat untuk bertelur dan berkembang biak. Lalat berperan dalam penularan penyakit melalui tinja (faecal borne disease), lalat senang menempatkan telurnya pada kotoran manusia yang terbuka, kemudian lalat tersebut hinggap dikotoran manusia dan hinggap pada makanan manusia.29 Pembuangan kotoran manusia di sembarangan tempat misalnya di halaman belakang rumah bisa mengakibatkan berjangkitnya penyakitpenyakit seperti diare, kolera, disentri dan tifus. Tinja manusia memang banyak mengandung kuman- kuman penyakit. Manusia juga perlu mandi dan mencuci untuk memelihara kebersihan jasmani dan lingkungan, sebagai cara pencegahan penyakit menular yang paling efektif. Oleh sebab itu, setiap bangunan yang digunakan sebagai tempat kediaman harus dilengkapi dengan kamar mandi dan WC, baik yang terletak di dalam bangunan ataupun di luar bangunan pada jarak yang cukup dekat agar mudah di capai.14 Masih banyaknya masyarakat di Kelurahan Limau Manis Selatan yang tidak memiliki jamban yang sehat, disarankan kepada perawat puskesmas bekerja sama dengan lintas sector untuk dapat memberikan pendidikan
83
kesehatan kepada masyarakat tentang kesehatan lingkungan khususnya penyuluhan tentang jamban sehat. 5.
Hubungan Kebersihan Rumah dengan Kejadian Diare pada Balita Hasil penelitian menunjukan hipotesis Nol (Ho) di tolak artinya ditolak ada hubungan yang bermakna antara kebersihan rumah dengan kejadian diare. Berdasarkan proporsi ada kecendrungan ibu Balita yang tidak mempunyai rumah tidak bersih 68% mengalami diare pada balitanya, dibandingkan dengan ibu Balita yang mempunyai rumah yang bersih 37.1% balitanya mengalami diare. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ihwanina tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di RW VII Pasa Lalang Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing tahun 2011”, ditemukan ada hubungan yang bermakna antara kebersihan rumah dengan kejadian diare pada Balita. Hasil penelitian ini juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Umiaty tentang “Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009”, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebersihan dengan kejadian diare pada balita dengan P-value sebesar 0,036. Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor prilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status kesehatan masyarakat.24
84
Keadaan lingkungan perumahan juga mempengaruhi terhadap kejadian diare. Menurut Notoatmodjo (2012), syarat rumah yang sehat jenis lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Lantai rumah dapat terbuat dari ubin atau semen, kayu, dan tanah yang disiram kemudian dipadatkan. Lantai yang basah dan berdebu dapat menimbulkan sarang penyakit. Lantai dari tanah tidak dapat digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan atau penyakit pada penghuninya, oleh karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air (disemen, dipasang keramik, dan teraso).1 Menurut analisa peneliti, 90.6% ibu Balita memiliki rumah berlantai semen, 55.3% lantai rumah berdebu, 52.9% terdapat kotoran hewan berserakan di sekitar lingkungan rumah, 42.4% terdapat air tergenang di sekitar rumah,45.9 tidak terdapat tempat pembuangan limbah dan 56.5% terdapat sampah berserakan di dalam dan di luar rumah. Lantai tidak kedap air, lingkungan halaman rumah yang terdapat sampah berserakan, kotoran hewan dan air yang tergenang akan menyebabkan ruangan kotor dan menjadi sarang mikroorganisme serta mudah menyerap air yang mungkin air tersebut juga mengandung mikroorganisme.1 Aktivitas balita
yang bermain dilantai rumah dan di
lingkungan halaman rumah dapat menyebabkan kontak antara lantai rumah yang tidak kedap air, halaman yang berserakan sampah dan air yang tergenang dengan tubuh balita. Keadaan memunculkan berbagai kuman penyakit yang menempel pada tubuh balita.
85
Menurut potter & perry salah satu cara untuk menciptakan lingkungan yang aman adalah dengan pengontrolan penyebaran penyakit melalui pembuangan sampah manusia yang adekuat ke dalam tempat yang tepat, serta perbaikan pembuangan air dan drainase. Pengontrolan terhadap serangga dan hewat pengerat perlu dilakukan untuk mengurangi penyebaran penyakit.28 Kebersihan rumah mempengaruhi kejadian diare. Dengan lingkungan rumah yang bersih akan dapat mencegah kejadian diare pada balita, sebaliknya lingkungan rumah yang kotor akan mengakibatkan meningkatnya kejadian diare pada Balita. Hal ini disebabkan karena sebagian besar aktivitas bermain balita di lantai dan lingkungan rumah. Masih banyaknya ibu Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan yang mempunyai rumah yang tidak bersih, diharapkan kepada perawat Puskesmas khususnya Pembina wilayah untuk dapat menberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya menjaga kebersihan rumah.
6.
Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Kejadian Diare pada Balita Hasil penelitian ditemukan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare. Berdasarkan proporsi ada kecendrungan ibu Balita yang tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan 67.3% mengalami diare pada balitanya, dibandingkan dengan ibu Balita yang melakukan kebiasaan mencuci tangan 36.4% balitanya mengalami diare.
86
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Cita tentang hubungan sarana sanitasi air bersih dan prilaku ibu terhadap kejadian diare pada balita wilayah kerja Puskesmas Keranggan Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013, dimana ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Anup (2012), di Wilayah Nawalparasi (Nepal) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum/sesudah melakukan kegiatan dengan kejadian diare pada balita dimana nilai P-value yang didapat sebesar 0,002. Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan/menyuapi makanan, dan sebelum makan mempunyai dampak positif dalam penurunan kejadian diare. Namun kurangnya kesadaran akan kebersihan pada setiap orang menyebabkan kasus diare meluas. Budaya cuci tangan dengan sabun sebelum atau sesudah melakukan kegiatan merupakan sarana penghindar penyakit diare.2 Hasil penelitian didapatkan sebanyak 57.6% ibu Balita tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir setiap sebelum menyuapi Balita, 45.9% ibu Balita tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir setiap selesai menyuapi Balita, 35.3% ibu Balita tidak melakukan kebiasaan
87
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah BAB, 47.1% ibu Balita tidak mencuci tangan Balita dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah Balita makan sendiri ,51.8% ibu Balita tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah membuang/membersihkan BAB Balita, 60% ibu balita tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan balita pakai sabun dan air mengalir setelah Balita selesai bermain di lantai rumah dan 61.2% ibu Balita tidak melakukan kebiasaan mencuci mainan Balita yang di gunakan Balita bermain. Balita berada pada masa pengenalan terhadap lingkungan sekitarnya. Perilaku yang sering dilakukan oleh Balita yaitu berusaha memegang benda apa saja yang ada disekelilingnya dan memasukkan ke dalam mulut. Ketika kondisi tangan dari balita maupun benda yang dipegang tidak steril memungkinkan terjadinya kontaminasi bakteri E.coli.30 Tangan yang mengandung kuman penyakit jika tidak dibersihkan dengan benar dapat menjadi media masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh manusia, baik melalui kontak langsung dengan mulut ataupun kontak dengan makanan dan minuman.32 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini. Kebiasaan mencuci tangan sudah banyak diterapkan oleh ibu Balita. Mereka juga mengaku membiasakan anak mereka untuk mencuci tangan sebelum makan. Namun, banyak dari ibu Balita yang jarang mencuci tangan dan hanya mengelap tangan mereka ke pakaian mereka atau lap jika dirasa kotor dan adapun mereka mencuci tangan tetapi jarang yang menggunakan sabun dan air yang mengalir. Karena mereka merasa jika sudah mencuci atau
88
membilas tangan menggunakan air dirasa sudah bersih. Hal ini disebabkan karena sebagian dari ibu Balita berpendidikan rendah sehingga mereka kurang mengerti kegunaan mencuci tangan pakai sabun dan dampaknya jika tidak melakukan cuci tangan pakai sabun dengan benar. Salah satu pencegahan diare yang dibuat pemerintah salah satunya adalah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dimana didalamnya terdapat perilaku mencuci tangan menggunakan sabun. Upaya mudah dan murah ini akan menghindarkan manusia dari sejumlah penyakit menular yang dapat secara langsung terpapar pada tubuh manusia, seperti diare, kolera, tifus, hingga flu burung.29 Kebiasaan cuci tangan pada Balita merupakan prilaku yang penting untuk mencegah terjadinya diare karena tangan yang tidak bersih merupakan media yang dapat menularkan kuman penyebab diare pada Balita. Untuk itu, diharapkan kepada perawat Puskesmas untuk dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu Balita tentang Prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terutama tentang kebiasaan mencuci tangan pakai sabun dan diharapkan kepada ibu balita untuk selalu mengajarkan kebiasaan mencuci tangan yang baik kepada anaknya seperti mencuci tangan pakai sabun setelah bermain, setelah memegang benda/mainan, sebelum dan setelah makan, setelah BAB dan setelah memegang binatang.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Lebih dari separuh (55.3%) Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh menderita diare. 2. Lebih dari separuh 63.5% ibu Balita mempunyai sarana air bersih yang buruk. 3. Sebagian kecil 30.6% ibu Balita tidak memasak airnya sampai mendidih sebelum dikonsumsi di Kelurahan Limau Manis Selatan. 4. Lebih dari separuh (60%) ibu Balita mempunyai tempat pembuangan tinja yang tidak sehat di Kelurahan Limau Manis Selatan. 5. Lebih dari separuh (58.8%) ibu Balita mempunyai rumah yang tidak bersih di Kelurahan Limau Manis Selatan. 6. Lebih dari separuh (61.2%) ibu Balita yang tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun di Kelurahan Limau Manis Selatan. 7. Ada hubungan yang bermakna antara sarana air bersih dengan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang dengan p- value 0.011.
86
87
8. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum dengan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang dengan p- value 0.139. 9. Ada hubungan yang bermakna antara tempat pembuangan tinja dengan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang dengan p-value 0.005. 10. Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan rumah dengan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang dengan p-value 0.009. 11. Adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang dengan p-value 0.010. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka penulis memberikan saran kepada : 1. Puskesmas Pauh Tingginya angka kejadian diare di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh, disarankan kepada perawat Puskesmas melalui Pimpinan Puskesmas untuk dapat meningkatkan program pencegahan penyakit diare, dapat berupa meningkatkan kualitas sarana air bersih berserta lingkungan sekitarnya, menjaga kebersihan rumah dan menggunakan jamban sehat. Bekerja sama dengan lintas sektoral untuk melakukan inspeksi resiko sarana air bersih secara terus menerus. Jika
88
dalam inspeksi terlihat adanya resiko sarana air bersih yang cukup tinggi langsung dilakukan perbaikan terhadap sarana air bersih tersebut. Yakni menjaga kebersihan sumur dengan memperbaiki kontruksi dan menjaga kebersihan bangunan sumur, pipa penyaluran dan tempat penyimpanan air bersih. Masih banyak masyarakat yang menggunakan sumur dengan kualitas yang belum memenuhi syarat kesehatan sebagai sarana air bersih di harapkan kepada perawat Puskesmas untuk melakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat mengenai perbaikan kualitas air dengan menggunakan sistem saringan air sederhana seperti saringan pasir lambat dan saringan pasir sederhana atau bisa juga dengan pembubuhan kaporit. Selain itu, disarankan kepada perawat puskesmas untuk dapat meningkatkan kegiatan gerakan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan bekerja sama dengan organisasi-organisasi lainnya baik pihak pemerintah maupun swasta (perusahaan sabun) sebagai upaya untuk meningkatkan dan membudayakan
kebiasaan cuci tangan pakai sabun di kalangan
masyarakat. 2. Bagi Keluarga Di harapkan keluarga dapat meningkatkan upaya pencegahan diare yang efektif kepada Balita terutama dalam menjaga kebersihan air yang dikonsumsi dan digunakan sehari-hari, menjaga kebersihan rumah, menggunakan jamban sehat, dan melakukan kebiasaan mencuci tangan
89
dengan sabun. Selain itu keluarga juga dapat melakukan pengolahan air minum dengan benar, yaitu air dimasak sampai mendidih 100°C dan dibiarkan dalam keadaan mendidih selama 1- 2 menit. 3. Bagi peneliti selanjutnya Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambah variabel-variabel lingkungan dan faktor – faktor penyebab diare lainnya yang diduga berhubungan dengan kejadian diare pada balita yang tidak diteliti pada penelitian ini. Selain itu, diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih menspesifikan lagi variabel tentang pengolahan air minum.
DAFTAR PUSTAKA 1. Notoatmodjo, Soekidjo.2012.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta 2. Wijoyo,Yosef.2013. Diare Pahami Penyakit Dan Obatnya. Yogyakarta : Citra Aji Prama 3. Wulandari,Anjar Puriwidiana.2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosiodemografi dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009.http//www.google.com [diakses tanggal 29 Desember 2014]. 4. Kementrian Kesehatan. 2013. Laporan Hasil Riset kesehatan Dasar. [diakses tanggal 01 Januari 2015].http://www.depkes.go.id/HasilRiskesdas2013.pdf 5. Dinas Kesehatan Kota Padang.2013. Laporan Tahunan. [diakses tanggal 05 januari 2015]. https://dinkeskotapadang/2014/09/laptahunan2013dkkoce.pdf 6. Kementrian Kesehatan RI. 2011.Situasi Diare di Indonesia.[diakses tanggal 02 Januari 2015].http://www.google.com/depkes.go.buletin-diare.dGc 7. Sofwan,Rudianto.2010.diare pada anak.Jakarta:Bhuana Ilmu Populer 8. Kemenkes RI.2010. Profil Kesehatan Indonesia.2010. Jakarta: Ditjen PP-PL 9. Suharyono. 2008.Diare Akut.Jakarta: Rineka Cipta 10. Ngastiyah.2007.Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC 11. Suriadi.2006.Asuhan Keperawatan pada Anak.Jakarta:Penerbit Swadaya 12. Subagyo B dan Nurtjahjo BS. 2010. Diare Akut. Jakarta :UKK GastroenterologiHepatologi IDAI 13. Chandra,Budiman.2007.Pengantar Kesehatan Lingkungan.Jakarta: EGC 14. Gunawan,Rudi.2012.Rencana Rumah Sehat. Yogyakarta : kanisius 15. Kasjono,Heru Subaris.2011.Penyehatan pemukiman. Jakarta :Goshen Publishing 16. Hardi, Amin Rahman,2012. Factor – Factor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Baranglompo Kecamatan Ujung Tanah Tahun 2012 http://repository.unhas.ac.id
17. UNICEF Indonesia.2012. Air Bersih,Sanitasi dan kebersihan.[diakses tanggal 05 Januari 2015]. http://www.unicef.org/indonesia/Ringkasan_Kajian_Air_Bersih.pdf 18. Firdaus, Ade Rahmat,dkk.2012.Kualitas Bakteriologi Air Minum,Perilaku Sanitasi Ibu dan Sarana Sanitasi Lingkungan Sebagai Faktor Resiko Kejadian Diare pada Anak Balita di Kec.Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2012.Jurnal Teknologi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 19. Notoatmodjo,Soekidjo. 2010.Metodeologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Reneka Cipta. 20. Dinas Kesehatan RI.2008.Monitoring Dan Evaluasi PAMRT (Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga).Dirjen PPM Dan PLP Depkes RI:Jakarta 21. Kementrian Kesehatan RI.2010.Peraturan Mentri Kesehatan 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
No
22. Suhardiman.2007.Hubungan Sanitasi Air Dan Eschericia Choli Dalam Air Minum Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kota Tangerang Tahun 2007.Tesis.Universitas Indonesia 23. Sinthamurniwaty.2006.Faktor – Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita Tahun 2006. Tesis.Universitas Diponegoro Semarang 24. Effendi,Ferry dan Makhfudli.2009.Keperwatan Kesehatan Komunitas.Jakarta:Salemba Medika 25. Slamet,Juli Soemirat.2004.Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta:Gajah Mada University Press 26. Sandra, Christyana. 2007. Hubungan Pengetahuan dan Kebiasaan Konsumen Air Minum Isi Ulang dengan Penyakit Diare. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol 3, No.2 27. Entjang, I. 2000.Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cetakan Ke XIII. Bandung: PT Citra Aditya Bakti 28. Potter dan Perry.2006.Fundamental Keperawatan Volume 2.Jakarta:EGC 29. Nugraheni, Devi. 2012. Hubungan Kondisi Fasilitas Sanitasi Dasar dan Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1, No. 2, Tahun 2012: 922-933. Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
30. Marjuki, Adikuri Dini. 2008. Hubungan Kualitas Sumber Air Bersih (Inspeksi Sanitasi)
Serta Faktor Risiko Lain Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Puskesmas Plumbon Kabupaten Cirebon Tahun 2008. Skripsi. Universitas Indonesia
31. Intiyati,Ani,dkk.2009.Hubungan Kualitas Sanitasi Dasar dan perilaku Ibu Dengan
Kejadian Diare pada Balita di Dusun Mijen Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009.Jurnal keperawatan.Vol VII No 4 32. Cita,Roya Selaras,2013,Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih Dan Perilaku Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Di Wilayah Kerja Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013.Skripsi.Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
KISI – KISI KUISIONER
Tujuan Variabel Kejadian Diare Untuk mengetahui kejadian diare pada balita di Kelurahan Limau Manis Selatan
Sub Variabel Jumlah Item 1 Adanya balita (12-59 bulan) mengalami diare 3 bulan terakhir, BAB lebih dari 4 kali sehari atau lebih dengan konsistensi lembek di Kelurahan Limau Manis Selatan wilayah kerja Puskesmas Pauh tahun 2015
Sarana air bersih Untuk mengetahui sarana air bersih yang digunakan ibu balita
Kondisi fisik sarana air bersih di rumah tempat tinggal balita yang di survey meliputi kualitas fisik air yang digunakan, persyaratan konstruksi dan jarak minimal dengan sumber pencemaran
Pengolahan Untuk mengetahui cara minum pengolahan air minum
air Cara pengolahan air minum yang dikonsumsi balita dari berbagai sumber air minum.
No Item 1
2
2, 3
2
4,5
Pembuangan Untuk tinja mengetahui kemana ibu membuang limbah tinja
Tempat pembuangan limbah jamban/tinja yang di gunakan sehari – hari dengan kriteria : 1) Ke kali/kolam / got 2) Septic tank
3
6, 7 ,8
Kebersihan Untuk rumah mengetahui kebersihan rumah ibu yang mempunyai ank balita di
Keadaan lingkungan rumah ibu yang mempunyai balita dengan kriteria rumah sehat : 1) lantai semen/kedap
1
9
Kelurahan Pauh 2) 3) 4)
5) 6)
Untuk Kebiasaan mengetahui mencuci tangan kebiasaan mencuci tangan ibu dan balita
air Sampah tidak berserakan Ada tempat pembuangan limbah Tidak ada kotoran hewan yang berserakan di sekitar rumah Lantai tidak berdebu Tidak terdapat air tergenang
Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, menyiapkan makanan,sesudah BAB dan mencuci mainan balita oleh ibu yang punya balita
8
10, 11, 12, 13, 14,15,16,17
KUESIONER PENELITIAN Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015
No Responden :
I. Identitas Responden Inisial ibu
:
Umur ibu
:
tahun
Umur balita
:
bulan
Jenis kelamin balita
: 1. Laki-laki
2. Perempuan
Pendidikan ibu
: 1. SD
4. PT
Pekerjaan ibu
2. SLTP
5. Tidak sekolah
3. SLTA
6. Lain,sebutkan…
: 1. IRT
Alamat
:
Jumlah anggota keluarga
:
4. Pegawai swasta
2. PNS
5. Tani
3. wiraswasta
6. Lain. Sebutkan….
( Semua anggota keluarga yang menjadi tanggungan KK, termasuk mertua suami atau istri). II. Kejadian diare pada balita Isilah dengan benar! 1. Apakah anak ibu pernah BAB lebih dari 4 kali sehari dengan konsistensi lembek/ cair dalam 3 bulan terakhir ? a.
Diare
(0)
b.
Tidak diare
(1)
III.
Sanitasi Air Bersih
2. Dari mana keluarga memperoleh air bersih untuk mencuci,mandi dan masak?
3
1. PDAM
4. Sumur gali
2. Sumur pompa listrik
5. sungai
3. Pompa tangan
6. Lain-lain, sebutkan
Observasi sarana air bersih a. Observasi sarana air bersih PDAM
No
1 2 3 Jumlah
Item
Kualitas fisik air Pipa distribusi Kran air
Syarat
Jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna Tidak ada kebocoran pipa Bersih dan terawatt
Bobot
Hasil pengamatan Ya Tidak
Skor
1 1 1
b. Observasi sarana air bersih sumur pompa listrik No
1 2 3 4 5
Jumlah
Item
Kualitas fisik air Lubang sumur Pipa distribusi Kran air Jarak sumur dengan sumber pencemaran
Syarat
Jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna Tertutup dan terlindung dari pencemaran Tidak ada kebocoran pipa Bersih dan terawatt ≥ 10 m
Bobot
1 2 1 1 2
Hasil pengamatan Ya Tidak
Skor
c. Observasi sarana air bersih sumur pompa tangan No 1
Item Kualitas fisik air
2
Dudukan pompa tangan 3 Lantai sumur 4 Ukuran lantai sumur 5 Kondisi lantai sumur 6 Saluran pembuangan air kotor 7 Jarak sumur dengan sumber pencemaran Jumlah
Syarat Jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna Ada dan kedap air
Bobot
Hasil pengamatan Ya Tidak
Skor
1 1
Ada Radius 1 meter dari susukan pompa Kedap air dan tidak retak
1 1
Ada dan kondisi baik
1
≥ 10 m
2
2
d. Observasi sarana air bersih sumur gali No
1 2 3 4
5 6
Item
Kualitas fisik air Cincin/ bibir sumur Tinggi cincin / bibir sumur Kondisi cicin/bibir sumur Bagian dalam sumur Lantai sumur
Syarat
Bobot
Jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna Ada
1
1 meter dari lantai
1
Baik (kedap air)
1
Diplester 3 m dari permukaan tanah Ada
1
1
1
Hasil pengamatan Ya Tidak
Skor
7
Ukuran lantai sumur Kondisi lantai sumur Saluran pembuangan air kotor Jarak sumur dengan sumber pencemaran
8 9
10
Radius 1 meter dari susukan pompa Kedap air dan tidak retak
1 2
Ada dan kondisi baik
1
≥ 10 m
2
Jumlah
IV.
Pengolahan air minum 4. Darimana sumber air yang digunkan untuk air minum?
5
1. PDAM
4. Pompa tangan
2. Sumur gali
5. Air isi ulang
3. Sumur pompa listrik
6. Air kemasan
Bagaimana cara ibu mengolah air untuk diminum? 0. Tidak dimasak 1. dimasak
V.
Pembuangan tinja 6.
Apakah keluarga mempunyai jamban atau WC ? 0. Tidak 1. Ada
7.
Dimana ibu membuang limbah jamban/WC ? 0. langsung ke kali/kolam/got 1. septic tank
8. Observasi keadaan jamban sehat
No 1
Pertanyaan
Jamban tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban ? 2 Jamban tidak mengotori air permukaan di sekitarnya? 3 Jamban tidak mengotori air tanah di sekitarnya? 4 Jamban tertutup sehingga tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang lainnya? 5 Jamban tidak menimbulkan bau? 6 Jamban mudah di gunakan dan di pelihara? 7 Bangunan jamban mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan sebagainya 8 Jamban di sediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih? Jumlah
Bobot 1
1 1 1
1 1 1
1
Jawaban Ya Tidak
Skor
VI.
Kebersihan rumah 9. Observasi kebersihan rumah
No
Pertanyaan
1
Lantai rumah berasal dari bahan semen/kedap air? 2 Lantai rumah tidak berdebu? 3 Tidak terdapat kotoran hewan berserakan di sekitar rumah? 4 Tidak terdapat air tergenang di lingkungan rumah? 5 Terdapat tempat pembuangan limbah? 6 Tidak terdapat sampah berserakan di luar dan di dalam rumah? Jawaban VII.
No 10
Bobot
Jawaban Ya Tidak
Skor
1 1 1 1 1 1
Mencuci tangan
Pertanyaan Jawaban Kebiasaan mencuci tangan 0. Tidak dilakukan Apakah setiap sebelum menyuapi 1. Dilakukan balita ibu ada mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir?
11
Apakah setiap selesai menyuapi balita ibu ada mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir?
0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan
12
Apakah ibu selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah BAB?
0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan
13
Apakah ibu selalu mencuci tangan
0. Tidak dilakukan
Skor
balita dengan sabun dan air mengalir saat balita ingin makan sendiri? 14 Apakah ibu selalu mencuci tangan balita dengan sabun dan air mengalir setelah balita makan sendiri? Apakah ibu selalu mencuci tangan 15 menggunakan sabun setelah membuang/membersih BAB balita? 16 Apakah ibu mencuci tangan balita pakai sabun dan air mengalir setelah balita selesai bermain di lantai rumah? 17 apakah ibu mencuci mainan balita yang di gunakan balita bermain Jumlah
1. Dilakukan 0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan 0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan 0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan
0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan
FORMAT PERSETUJUAN (Informed Consent)
Setelah dijelaskan maksud penelitian, maka saya bersedia menjadi responden dan dilakukan pemeriksaan yang dilakukan oleh Saudari Ria Anjela dengan NIM 123110283 (Mahasiswa Politekknik Kesehatan Padang) dengan judul “ FaktorFaktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang Tahun 2015”. Demikian persetujuan ini saya buat dan tanda tangani dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun.
Padang,
April 2015
Responden
(
)
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth
:
Bapak/Ibu responden : Di tempat Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang Program Studi Keperawatan Semester VI (enam) yang bermaksud akan melaksanakan penelitian. Nama
: Ria Anjela
Nim
: 123110283
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Faktor – faktor yang Berhubungan Dengan kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang Tahun 2015”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian bagi Bapak/Ibu sebgai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan di gunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila Bapak/ibu menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mendatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Atas perhatian Bapak/Ibu sebagai responden saya ucapkan terima kasih.
Peneliti, April 2015
Ria Anjela
Noior, DM.0r.04l 083.{3/ r1s
ni ndhon kPadi saeak/rbu {iLtrk
ca n b a r a n d n g b r p d ce b h h b B| a e ib h g
tukbFrahoryais behuhmsiDdenFi keladhn sbbn wibFh kerja Fsksnas peh Fadms 6:nbdandigbtpfrFduaibuhanlbd]ng
cLi hyl osb 7
r, sdao d wibFh kft
ada tu kdba
BaFk/rbu hnl
PEMERINTAH KOTAPADANG
KANTORKESATUANBANGSADANPOLITIK end*
8d,R!b Padtrs$,i
Br tux
"*F#*#F#*","_,,N], 2'suEldai:P'6DrefuFobb6bheikER|P6d*q
eneh4G
b ;qr ?a,r!6 rtu,r b.ob
Farb FahorFns Bsdubunq d.&an &jldbn sd*n
wrhFh kdta Pu'rBn8 eds
,
si: retd 6n nd'@'
P.!h rahun
6d€bi whyai cia
PEi|ERINTAHKOTAPADANG
DINASKESEHATAN Nomr: 31r/r,.'t ?sDmxwrol5
Ie g I{ 9 i2 0 |l
DM0ze07*4,0r'be.r17A8il dB&seh.hhbPli4udkkPqfublaFolisi|njd
ca n &M T ig r c' Pq sfu h i! T e b g Pq F ld t6 d lDiPNkmA le!|db!yasBgltubuigmD4e
(ej.dh tim he Bdira Di krtu l-u@ Mok s.r@ wibrd &d!
GnbmTi4gkdP4gfuIbufui| T c*r yftm d kDiylsltcfN
Mbyd cj!
M6!E
l6s ^rr
r. rid rurtDpoe ei le@skrou rLrd.
Tdh@]dsmloikakep.daY'[:
rriu
DINAS KESIII,{TAN KOTA PADANG
w xo
PUSKESI4{SPAUH KICAMATAN PAUH I ?4' m.HcPrror
,nobolp cai (qh
Pakos
xtrdn! Dbn
Pali '
dhi9[pdbL@&gehohsF4h.6b3bb&bt$|g|
&F' dF@eghgdo@
MASTER TABEL FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LIMAU MANIS SELATAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2015 SAB No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
No Res 3 7 10 15 21 36 54 2 172 25 16 4 92 13 85 8 106 53 83 102 137 69 133 81 67 140 66 18 62 47 24 41 12 44 26 44 13 36 7 56 55 20 12 86 2 67 16 55 3 52 10 65 76 61 17 4 28 6 69
inisial N Ibu U ibu B A M R D E W S A M E S J Y Y T T N M F R L I S M R S M F Y Z Y Y D A Y T R R M I E Y R E R Y S M T Y S A S E A E I A
34 28 25 32 37 28 24 27 33 29 31 24 29 30 35 25 24 31 24 23 29 30 34 26 28 33 24 34 26 24 30 23 28 26 27 31 28 24 32 24 27 24 28 26 25 30 26 32 29 24 34 27 24 23 27 32 31 25 37
U balita 55 bln 53 bln 54 bln 44 bln 54 bln 29 bln 20 bln 52 bln 27 bln 39 bln 43 bln 54 bln 47 bln 41 bln 40 bln 56 bln 29 bln 53 bln 47 bln 33 bln 50 bln 47 bln 54 bln 40 bln 45 bln 37 bln 45 bln 43 bln 50 bln 27 bln 38 bln 17 bln 44 bln 27 bln 32 bln 25 bln 55 bln 31 bln 47 bln 13 bln 42 bln 48 bln 47 bln 26 bln 56 bln 36 bln 54 bln 43 bln 57 bln 42 bln 48 bln 33 bln 34 bln 23 bln 46 bln 36 bln 37 bln 50 bln 59 bln
JK balita 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1
pddk 4 1 2 4 3 3 3 2 3 1 3 4 2 1 3 4 2 2 3 3 3 3 4 4 2 1 4 2 3 4 1 2 4 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 1 2 1 3 2 4 3 3 2 1 2 3
pkj ibu 2 1 1 3 1 3 1 1 3 1 3 2 1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 2 2 1 1 3 1 3 2 1 1 2 3 1 3 3 3 1 1 1 3 1 1 3 2 2 1 3 3 3 1 1 1 3 3 1 3 1
alamat RW 8 RW 8 RW 8 RW 8 RW 8 RW 8 RW 8 RW 8 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 6 RW 6 RW 6 RW 6 RW 6 RW 6 RW 5 RW 5 RW 5 RW 5 RW 5 RW 5 RW 5 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 4 RW 4 RW 4 RW 4 RW 4 RW 4
KeDi 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0
sumber
skor
1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1
2 5 3 3 1 3 2 4 7 5 2 6 3 3 2 1 1 2 7 4 3 3 7 5 7 2 3 3 7 3 2 1 3 2 5 3 7 4 2 1 5 2 6 4 3 3 1 6 3 2 7 1 3 6 4 5 3 3 3
SAM kat sumber 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1
1 5 1 1 5 5 1 3 5 5 3 3 5 5 1 5 5 1 1 5 1 5 5 5 3 1 5 5 3 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 3 5 1 1 1 5 1 1 1 1 3 1 3 3 3 1 1
P AM
JB
L JB
1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1
1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1
pembuangan tinja jamban sehat 2 3 4 5 6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
kebersihan rumah skor ket 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1
6 8 8 7 8 8 6 8 5 7 6 0 0 0 6 8 8 0 6 7 8 8 6 8 0 8 8 7 8 7 8 6 8 8 0 8 8 8 6 8 7 8 7 7 8 6 6 0 8 0 7 4 5 8 0 8 0 8 8
0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1
kebiasaan mencuci tangan
1
2
3
4
5
6
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0
1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0
1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0
skor ket 6 6 6 6 2 1 6 2 6 1 1 6 6 6 6 6 1 1 6 0 6 1 6 2 6 2 6 2 0 6 1 2 1 6 1 2 6 1 6 1 6 2 6 6 2 6 1 6 1 1 6 1 6 2 6 3 2 6 2
1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1
1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1
1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1
1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1
1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1
1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1
1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1
skor ket 8 0 8 2 8 8 1 1 0 3 0 4 4 8 1 8 1 2 1 8 8 0 1 1 8 1 8 2 8 2 8 8 8 8 1 8 1 1 2 8 1 8 1 1 8 2 2 2 8 1 8 8 1 2 1 8 1 8 8
1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1
60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
79 68 80 51 34 52 45 5 16 40 70 78 47 86 38 102 34 31 110 33 43 53 39 32 8 83
W W I D S T R O S Z Y E M E E H D T A H A S E R F E
22 27 29 35 34 23 28 32 21 35 38 34 32 22 26 30 29 23 25 27 22 26 36 32 25 30
23 bln 16 bln 21 bln 33 bln 26 bln 13 bln 35 bln 36 bln 30 bln 35 bln 43 bln 44 bln 26 bln 34 bln 28 bln 44 bln 32 bln 41 bln 24 bln 48 bln 32 bln 56 bln 35 bln 28 bln 48 bln 46 bln
2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2
1 4 2 3 1 2 2 1 3 2 4 2 4 1 2 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3
3 2 1 1 3 1 1 3 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 3 3 3 3 1 1 3
RW 4 RW 4 RW 4 RW 4 RW 3 RW 3 RW 3 RW 3 RW 3 RW 3 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1
1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1
3 2 6 1 3 5 2 7 6 3 2 3 1 5 5 4 3 1 3 6 2 3 7 3 7 2
1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0
1 1 3 1 5 3 1 3 3 5 1 1 5 3 3 3 5 5 5 5 1 5 3 1 3 5
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0
1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0
0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0
1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0
1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
6 7 4 8 6 0 6 8 0 0 7 8 5 6 0 8 6 8 5 5 8 6 0 8 5 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1
1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
6 1 2 1 2 2 1 2 1 3 3 6 2 1 2 6 6 1 6 2 4 3 2 1 3 2
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0
0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0
0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1
0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0
0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
0 1 1 8 0 3 1 8 2 1 8 8 1 0 1 8 1 2 1 2 8 1 1 8 8 1
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
HASIL PENGOLAHAN DATA 1. Kejadian diare kejadian diare Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
diare
47
55.3
55.3
55.3
tidak diare
38
44.7
44.7
100.0
Total
85
100.0
100.0
2. Saranan air bersih sarana air bersih Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
PDAM
47
55.3
55.3
55.3
sumur pompa listrik
38
44.7
44.7
100.0
Total
85
100.0
100.0
keterangan Sarana Air bersih Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
buruk
54
63.5
63.5
63.5
baik
31
36.5
36.5
100.0
Total
85
100.0
100.0
sarana air bersih * keterangan Sarana Air bersih Crosstabulation keterangan Sarana Air bersih buruk sarana air bersih
PDAM
baik
Count % within sarana air bersih
sumur pompa listrik
26
21
47
55.3%
44.7%
100.0%
28
10
38
73.7%
26.3%
100.0%
54
31
85
63.5%
36.5%
100.0%
Count % within sarana air bersih
Total
Count % within sarana air bersih
3. Pengolahan air minum sarana air minum Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
PDAM
36
42.4
42.4
42.4
sumur pompa listrik
23
27.1
27.1
69.4
air isi ulang
26
30.6
30.6
100.0
Total
85
100.0
100.0
pengolahan air minum Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Total
Percent
tidak dimasak
26
30.6
30.6
30.6
dimasak
59
69.4
69.4
100.0
Total
85
100.0
100.0
sarana air minum * kejadian diare Crosstabulation kejadian diare diare sarana air minum
PDAM
Count % within sarana air minum
sumur pompa listrik
air isi ulang
23
36
36.1%
63.9%
100.0%
16
7
23
69.6%
30.4%
100.0%
18
8
26
69.2%
30.8%
100.0%
47
38
85
55.3%
44.7%
100.0%
Count % within sarana air minum
Total
Count % within sarana air minum
4. Pembuangan tinja ketersediaan jamban Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak ada
17
20.0
20.0
20.0
ada
68
80.0
80.0
100.0
Total
85
100.0
100.0
limbah jamban Cumulative Frequency Valid
langsung ke kali atau kolam
Percent
Valid Percent
Percent
25
29.4
29.4
29.4
septic tank
60
70.6
70.6
100.0
Total
85
100.0
100.0
atau got
Total
13
Count % within sarana air minum
tidak diare
keterangan jamban sehat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak sehat
51
60.0
60.0
60.0
sehat
34
40.0
40.0
100.0
Total
85
100.0
100.0
5. Kebersihan rumah keterangan kebersihan rumah Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak bersih
50
58.8
58.8
58.8
bersih
35
41.2
41.2
100.0
Total
85
100.0
100.0
6. Kebiasaan mencuci tangan keterangan kebiasaan mencuci tangan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak dilakukan
52
61.2
61.2
61.2
dilakukan
33
38.8
38.8
100.0
Total
85
100.0
100.0
7. Hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare keterangan Sarana Air bersih * kejadian diare Crosstabulation kejadian diare diare keterangan Sarana Air bersih buruk
Count % within keterangan Sarana Air bersih
baik
Count % within keterangan Sarana Air bersih
Total
Count % within keterangan Sarana Air bersih
tidak diare
Total
36
18
54
66.7%
33.3%
100.0%
11
20
31
35.5%
64.5%
100.0%
47
38
85
55.3%
44.7%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
7.747a
1
.005
Continuity Correctionb
6.537
1
.011
Likelihood Ratio
7.813
1
.005
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.007 7.656
1
.006
85
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.86. b. Computed only for a 2x2 table
.005
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for keterangan Sarana Air bersih (buruk /
3.636
1.437
9.199
1.879
1.127
3.131
.517
.327
.817
baik) For cohort kejadian diare = diare For cohort kejadian diare = tidak diare N of Valid Cases
85
8. Hubungan pengolahan air minum dengan kejadian diare pengolahan air minum * kejadian diare Crosstabulation kejadian diare diare pengolahan air minum
tidak dimasak
Count % within pengolahan air minum
dimasak
Count % within pengolahan air minum
Total
Count % within pengolahan air minum
tidak diare
Total
18
8
26
69.2%
30.8%
100.0%
29
30
59
49.2%
50.8%
100.0%
47
38
85
55.3%
44.7%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df
2.943a
1
.086
Continuity Correction
2.187
1
.139
Likelihood Ratio
3.009
1
.083
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test
.102
Linear-by-Linear Association
2.909
b
N of Valid Cases
1
.088
85
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.62. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for pengolahan air minum (tidak dimasak /
2.328
.876
6.182
1.408
.978
2.028
.605
.323
1.135
dimasak) For cohort kejadian diare = diare For cohort kejadian diare = tidak diare N of Valid Cases
85
.069
9. Hubungan pembuangan tinja dengan kejadian diare keterangan jamban sehat * kejadian diare Crosstabulation kejadian diare diare keterangan jamban sehat
tidak sehat
Count % within keterangan jamban sehat
sehat
Count % within keterangan jamban sehat
Total
Count % within keterangan jamban sehat
tidak diare
Total
35
16
51
68.6%
31.4%
100.0%
12
22
34
35.3%
64.7%
100.0%
47
38
85
55.3%
44.7%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
9.169a
1
.002
Continuity Correctionb
7.871
1
.005
Likelihood Ratio
9.282
1
.002
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.004 9.062
1
.003
85
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.20. b. Computed only for a 2x2 table
.002
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for keterangan jamban sehat (tidak sehat /
4.010
1.600
10.053
1.944
1.189
3.179
.485
.301
.780
sehat) For cohort kejadian diare = diare For cohort kejadian diare = tidak diare N of Valid Cases
85
10. Hubungan kebersihan rumah dengan kejadian diare
keterangan kebersihan rumah * kejadian diare Crosstabulation kejadian diare diare keterangan kebersihan
tidak bersih
rumah
Count % within keterangan kebersihan rumah
bersih
Count % within keterangan kebersihan rumah
Total
Count % within keterangan kebersihan rumah
tidak diare
Total
34
16
50
68.0%
32.0%
100.0%
13
22
35
37.1%
62.9%
100.0%
47
38
85
55.3%
44.7%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df
7.930a
1
.005
Continuity Correction
6.731
1
.009
Likelihood Ratio
8.014
1
.005
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test
.008
Linear-by-Linear Association
7.837
b
N of Valid Cases
1
.005
85
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.65. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for keterangan kebersihan rumah (tidak
3.596
1.451
8.910
1.831
1.143
2.932
.509
.316
.821
bersih / bersih) For cohort kejadian diare = diare For cohort kejadian diare = tidak diare N of Valid Cases
85
.005
11. Hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare
keterangan kebiasaan mencuci tangan * kejadian diare Crosstabulation kejadian diare diare keterangan kebiasaan
tidak dilakukan
mencuci tangan
Count % within keterangan kebiasaan mencuci tangan
dilakukan
kebiasaan mencuci tangan Total
17
52
67.3%
32.7%
100.0%
12
21
33
36.4%
63.6%
100.0%
47
38
85
55.3%
44.7%
100.0%
Count % within keterangan kebiasaan mencuci tangan
Total
35
Count % within keterangan
tidak diare
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
7.820a
1
.005
Continuity Correction
6.618
1
.010
Likelihood Ratio
7.893
1
.005
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.007 7.728
1
.005
85
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.75. b. Computed only for a 2x2 table
.005
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for keterangan kebiasaan mencuci tangan
3.603
1.442
9.003
1.851
1.135
3.020
.514
.322
.820
(tidak dilakukan / dilakukan) For cohort kejadian diare = diare For cohort kejadian diare = tidak diare N of Valid Cases
85
12. Pertanyaan tentang pembuangan tinja jamban tidak mengotori permukaan rumah Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
28
32.9
32.9
32.9
ya
57
67.1
67.1
100.0
Total
85
100.0
100.0
jamban tidak mengotori air permukaan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
29
34.1
34.1
34.1
ya
56
65.9
65.9
100.0
Total
85
100.0
100.0
jamban tidak mengotori air tanah Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
43
50.6
50.6
50.6
ya
42
49.4
49.4
100.0
Total
85
100.0
100.0
jamban tertutup Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
18
21.2
21.2
21.2
ya
67
78.8
78.8
100.0
Total
85
100.0
100.0
jamban tidak bau Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
23
27.1
27.1
27.1
ya
62
72.9
72.9
100.0
Total
85
100.0
100.0
jamban mudah di gunakan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
19
22.4
22.4
22.4
ya
66
77.6
77.6
100.0
Total
85
100.0
100.0
jamban mempunyai lantai yg kuat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
20
23.5
23.5
23.5
ya
65
76.5
76.5
100.0
Total
85
100.0
100.0
jamban ada alat pembersih sperti air Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
17
20.0
20.0
20.0
ya
68
80.0
80.0
100.0
Total
85
100.0
100.0
13. Pertanyaan tentang kebersihan rumah
lantai rumah dari bahan semen Cumulative Frequency Valid
tidak
Percent
Valid Percent
Percent
8
9.4
9.4
9.4
ya
77
90.6
90.6
100.0
Total
85
100.0
100.0
lantai rumah berdebu Cumulative Frequency Valid
tidak
47
Percent 55.3
Valid Percent 55.3
Percent 55.3
ya
38
44.7
44.7
Total
85
100.0
100.0
100.0
kotoran hewan berserakan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
45
52.9
52.9
52.9
ya
40
47.1
47.1
100.0
Total
85
100.0
100.0
air tergenang Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
36
42.4
42.4
42.4
ya
49
57.6
57.6
100.0
Total
85
100.0
100.0
pembuangan limbah Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
39
45.9
45.9
45.9
ya
46
54.1
54.1
100.0
Total
85
100.0
100.0
sampah berserakan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
48
56.5
56.5
56.5
ya
37
43.5
43.5
100.0
Total
85
100.0
100.0
14. Pertanyaan kebiasaan mencuci tangan
MCT sebelum menyuapi balita Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak dilakukan
49
57.6
57.6
57.6
dilakukan
36
42.4
42.4
100.0
Total
85
100.0
100.0
MCT setelah menyuapi balita Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak dilakukan
39
45.9
45.9
45.9
dilakukan
46
54.1
54.1
100.0
Total
85
100.0
100.0
MCT setelah BAB Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak dilakukan
30
35.3
35.3
35.3
dilakukan
55
64.7
64.7
100.0
Total
85
100.0
100.0
MCT saat balita makan sendiri Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak dilakukan
40
47.1
47.1
47.1
dilakukan
45
52.9
52.9
100.0
Total
85
100.0
100.0
MCT setelh balita mkn Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak dilakukan
44
51.8
51.8
51.8
dilakukan
41
48.2
48.2
100.0
Total
85
100.0
100.0
MCT setelh membersihkn BAB balita Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak dilakukan
44
51.8
51.8
51.8
dilakukan
41
48.2
48.2
100.0
Total
85
100.0
100.0
MCTsetelh balita main Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak dilakukan
51
60.0
60.0
60.0
dilakukan
34
40.0
40.0
100.0
Total
85
100.0
100.0
MC mainan balita Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak dilakukan
52
61.2
61.2
61.2
dilakukan
33
38.8
38.8
100.0
Total
85
100.0
100.0
jenis kelamin balita Cumulative Frequency Valid
Missing
Percent
Valid Percent
Percent
laki-laki
39
45.3
45.9
45.9
perempuan
46
53.5
54.1
100.0
Total
85
98.8
100.0
1
1.2
86
100.0
System
Total
pendidikan ibu Cumulative Frequency Valid
Missing
Percent
Valid Percent
Percent
SD
12
14.0
14.1
14.1
SMP
22
25.6
25.9
40.0
SMA
34
39.5
40.0
80.0
PT
17
19.8
20.0
100.0
Total
85
98.8
100.0
1
1.2
86
100.0
System
Total
pekerjaan ibu Cumulative Frequency Valid
Missing Total
Percent
Valid Percent
Percent
TIDAK BEKERJA
45
52.3
52.9
52.9
PNS
12
14.0
14.1
67.1
WIRASWASTA
28
32.6
32.9
100.0
Total
85
98.8
100.0
1
1.2
86
100.0
System
katumuribu Cumulative Frequency Valid
Missing
Percent
Valid Percent
Percent
21-30 tahun
53
61.6
62.4
62.4
31-40
32
37.2
37.6
100.0
Total
85
98.8
100.0
1
1.2
86
100.0
System
Total
katumurbalita Cumulative Frequency Valid
Missing Total
Percent
Valid Percent
Percent
12-24 bln
9
10.5
10.6
10.6
25-36 bln
27
31.4
31.8
42.4
37-48 bln
31
36.0
36.5
78.8
49-59 bln
18
20.9
21.2
100.0
Total
85
98.8
100.0
1
1.2
86
100.0
System
NO
NO Res
NAMA BALITA
TGL LAHIR
L/P
NAMA ORTU
ALAMAT/RW
POSYANDU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
3 7 10 15 21 36 54 2 172 25 16 4 92 13 85 8 106 53 83 102 137 69 133 81 67 140 66 18 62 47 24 41 12 44 26 43 13 36 7 56 55 20 12 86 2 67 16 55 3 52 10 65 76 61 17
RAMADAIANSYAH ADHAN PUTRI DIANA DISKA BUNGSU SYIRA NATASYA JIHAN AULIA FITRI RAMADANISYA AZAKA INTAN APRILIA CANTIKA ANUGRAH ILLAHI M.ASYRAF REIHAN MUHAMMAD NAIRA FEBRIO ARIANTY AKBAR TANJUNG HILYATUL RAHMAN MUTIA PUTRI IBRAHIM MUFIQ M RIDWAN HERMAWAN NENI PUTRI ZAHRAH ALFAHRIA FEBY CINTIA PERMATA S ANDINI AZKA PUTRA RATNA NENGSIH LEVRAN ADITYA MAULANA YELAN FITRI RISKA OKTAFIA AHMAD ZAMZAMI SELVIA ELVIANDRA M.IQBAL TRI FATHIR PUTRA WIRA ALDIASYAH M.RAVI MAULANA MUNTAZAH PASHA ALNAGITA LUCKY PANCA REGI UTAMI DWI SEPTA MIFTHAH KHAIRUNNISA HANDINI YUDIT RONAYA ROZI LIPANA AL FURQAN SHEEZY FEBIOLA GUFRON RAHMAT RISKI ADIFA S RISKA AMERA ZULFA FAUZAN
02-92-2010 14-11-2010 10/12/2010 8/4/2011 23-03-2012 13-11-2012 20-08-2013 12/8/2010 1/7/2013 1/4/2012 21-06-2011 10/9/2010 13-5-2011 11/2/2011 14-5-2011 29-08-2010 11/8/2012 11/2/2010 23-5-2011 15-7-2012 22-02-2011 30-5-2011 9/9/2010 27-12-2011 7/3/2011 18-03-2012 25-7-2011 9/10/2011 18-2-2011 1/6/2013 2/6/2012 11/1/2013 25-08-2011 29-01-2013 24-08-2012 18-11-2013 9/12/2010 17-9-2012 7/12/2010 4/1/2014 17-10-2011 19-04-2011 25-05-2011 17-12-2012 26-08-2010 29-04-2012 15-10-2010 30-9-2011 26-07-2010 10/8/2011 19-04-2011 7/6/2012 2/5/2012 20-5-2013 22-6-2011
L L P P P P P P P P P L L P L P P L L P L P P L P L P P L P L P L L L P P L L P P P L P L P L P P L L L L P L
BUTET AYU MAMAY ROSITA/BAKRI YENI EKA WIDYA NINGSIH SRISUSWATI ALIS MEGA EL/CAN SARI JUS YANTI YURNIATI TITI RAHMADANI TIS NENENG MARDIAH FATNA RINA LIA INDAH SUR MITAA RENDI SARI META FERA YULIA VERA ZURNIWATI YELISMA YULIATY DESNI ARNI SANTY TRISNAWATI RIYANI RENI MEGA IIN EIVIA SUSANA YULI RITA EVA ROSLINA YUS SRI MULYANI MAWARSIH TITIK YUL SANTI RENI SESWITA EVA
RW 8 RW 8 RW 8 RW 8 RW 8 RW 8 RW 8 RW 8 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 2 RW 6 RW 6 RW 6 RW 6 RW 6 RW 6 RW 6 RW 5 RW 5 RW 5 RW 5 RW 5 RW 5 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 7 RW 4 RW 4
MELATI 5 MELATI 5 MELATI 5 MELATI 5 MELATI 5 MELATI 5 MELATI 5 MELATI 5 PUSTU MELATI 4 MELATI 4 MELATI 4 MELATI 4 MELATI 4 MELATI 4 MELATI 4 MELATI 4 MELATI 4 MELATI 4 MELATI 4 PUSTU MELATI 4 PUSTU MELATI 4 MELATI 4 PUSTU MELATI 4 MELATI 4 MELATI 4 MELATI 6 MELATI 6 MELATI 6 MELATI 6 MELATI 6 MELATI 6 MELATI 6 MELATI 9 MELATI 9 MELATI 9 MELATI 9 MELATI 9 MELATI 9 MELATI 2 MELATI 2 MELATI 2 MELATI 2 MELATI 2 MELATI 2 MELATI 2 MELATI 2 MELATI 2 MELATI 2 MELATI 2 MELATI 3 MELATI 3
56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
4 28 6 69 79 68 80 51 34 52 45 5 16 40 70 78 47 86 38 102 34 31 110 33 43 53 39 32 8 83
STEVEN M DAFI AZKIA AHMAD LUTFI AINI NURAINI PUTRI RIANTIKA ZUL HAMDI AHMAD F DAFA SINTA IRMAWATI KHUSAMAH NAZWA CHARLI PUTRA KARISA OLIVIA FIRA NEVAN MARCEL M ROHID SUCI AMERA DAFA ALESIA ENJEL HAFIZ DIDO FAIS ALYA AISYAH ALANI
29-4-2012 29-5-2012 2/10/2011 15-05-2010 24-5-2013 12/4/2013 29-7-2013 13-7-2012 23-2-2013 21-3-2014 23-5-2012 4/12/2012 17-10-2012 6/2/2013 7/5/2011 21-8-2011 2/4/2013 6/3/2012 12/4/2012 28-8-2011 8/2/2012 7/9/2011 4/5/2013 27-04-2011 8/10/2012 8/9/2010 13-5-2012 12/3/2012 16-4-2011 6/8/2011
L L P L P P L L L P P P P L P P L L L P P L P P L L L P P P
ANA ERNI ITA ASNIMAR WATTI WIWIT IRMA DESI SARAH TITIN RAMA ONA SUARNI ZAL DESI ERMA MEL EVA EL HAIRUL DESI TATI ANA YUHESNA HIDAYATI AFRIYENI SANTY ERA RILA FITRI ELVI NORA
RW 4 RW 4 RW 4 RW 4 RW 4 RW 4 RW 4 RW 4 RW 3 RW 3 RW 3 RW 3 RW 3 RW 3 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1 RW 1
MELATI 3 MELATI 3 MELATI 3 MELATI 3 MELATI 3 MELATI 3 MELATI 3 MELATI 3 MELATI 7 MELATI 7 MELATI 7 MELATI 7 MELATI 7 MELATI 7 MELATI 10 MELATI 10 PUSKESKEL MELATI 10 PUSKESKEL MELATI 10 PUSKESKEL PUSKESKEL MELATI 10 PUSKESKEL PUSKESKEL PUSKESKEL PUSKESKEL PUSKESKEL PUSKESKEL MELATI 10
HASIL DOKUMENTASI 1. Sarana Air Bersih
2. Pembuangan tinja
3. Kebersihan rumah
Lampiran A JADWAL KEGIATAN PROPOSAL PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LIMAU MANIS SELATAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2015
Kegiatan
2014 Des 4
1
Jan 2 3
4
1
Feb 2 3
4
1
Maret 2 3
Tahun 2015 April 4 1 2 3
Mei 4
1
2
3
Juni 4
1
2
Penyerahan Topik/Judul Penelitian Seleksi Judul dan Penentuan Pembimbing Konsultasi Proposal KTI Pengumpulan Proposal KTI Sidang Proposal Revisi Proposal Izin Penelitian Pengumpulan Data Pembuatan Laporan Hasil Bimbingan Hasil Akhir Sidang KTI Revisi KTI Penyerahan KTI Padang, Mei 2015 Peneliti
Ria Anjela NIM : 123110283
3
4
s' b di & qnhai L m& Mads& *:i wi6Fh e{!
7./
-/.r' tF, H4 \2t h Fn[h ridafe *tuj
7,2 4V
f
F d $h ryanr peidan4r
F.kq
Fakq Ya4 kaubunei
D{sd
bi?dbi
dt. d (dm+- unuManLlbciwbFh&4r
t\ na "i '{
tt4^ I
'/,1 !
,.r ML \t/ s-i\ l4ttrl
it'
1