RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015 - 2019
2019 2018 2017 2016 2015
BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDA ACEH Jl. Tgk. Daud Beureueh No.110 Banda Aceh Telp:0651-23926 Fax: 0651-22735 Email:
[email protected]
: BBPOM Aceh
RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015 - 2019
2019 2018 2017 2016 2015
BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDA ACEH Jl. Tgk. Daud Beureueh No.110 Banda Aceh Telp:0651-23926 Fax: 0651-22735 Email:
[email protected]
: BBPOM Aceh
KATA PENGANTAR Renstra yang merupakan Rencana strategis adalah salah satu amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2014 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Renstra merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi misi, tujuan dan sasaran dan strategi kebijakan serta program dan kegiatan dari Kementrian / lembaga dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Renstra merupakan bagian dari perencanaan nasional, sehinggga harus sinkron dan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan mendukung pencapaian program program prioritas pemerintah. Rencana strategis Balai Besar POM di Banda Aceh tahun 2015 – 2019 disusun dengan mengacu kepada Rencana strategis Badan POM RI yang mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional(RPJMN) tahun 2015 – 2019 yang telah ditetapkan oleh Presiden. Renstra Balai Besar POM di Banda Aceh berisi visi misi dan tujuan strategis serta program yang merupakan instrument kebijakan yang berisikan satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai Besar POM di Banda Aceh untuk mencapai sasaran dan tujuannya. Di dalam Renstra ini telah dirumuskan tujuan, program dan kegiatan Balai Besar POM di Banda Aceh yang dilakukan pada periode 2015 – 2019 dalam pelaksanaan pembangunan di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Target target kinerja output telah ditetapkan. Target kinerja tersebut merupakan komitmen kinerja Balai Besar POM di Banda Aceh kepada Pemerintah dan akan menjadi kewajiban bersama seluruh jajaran Balai Besar POM di Banda Aceh untuk dapat mencapainya. Oleh karena itu dokumen Rentra ini wajib menjadi acuan pada saat menyusun kegiatan tahunan selama periode 2015 – 2019. Banda Aceh, Maret 2015 Kepala Balai Besar POM di Banda Aceh
Dra.Syamsuliani, Apt.,MM NIP 195904041989032001
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
i
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………… DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………………….. DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………………………... DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………………………………..
i ii iv v vi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………… 1.1 Kondisi Umum ………………………………………………………………………………….. 1.1.1 Peran Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh… 1.1.2 Struktur Organisasidan Sumber Daya Manusia..……………………….. 1.1.3 Capain Kinerja Balai Besar POM di Banda Aceh Periode 2010 – 2014 ………………………………………………………………………………… 1.2 Potensi dan Permasalahan …………………………………………………………………. 1.2.1 Sistem Kesehatan Nasional …………………………………………………….. 1.2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ……………………….………………. 1.2.3 Globalisasi Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional ….. 1.2.4 Perubahan Iklim …………………………………………………………………….. 1.2.5 Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat …………………………… 1.2.6 Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk ……………………... 1.2.7 Desentralisasi dan Otonomi Daerah ………………………………………... 1.2.8 Perkembangan Teknologi ………………………………………………………. 1.2.9 Manajemen Perubahan…………………………………………………………… 1.2.10 Data Wilaya Kerja…………………………………………………………………… 1.2.11 Isu Strategis……………………………………………………………………………
1 1 2 4 6 8 8 10 11 14 15 16 19 19 20 21 24
BAB II VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS…………………………………………………………………………………………………… 2.1 Visi …………………………………………………………………………………………………… 2.2 Misi …………………………………………………………………………………………………… 2.3 Budaya Organisasi …………………………………………………………………………….. 2.4 Tujuan ………………………………………………………………………………………………. 2.5 Sasaran Strategis ………………………………………………………………………………..
29 30 30 34 35 35
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN ………………………………………………………………….. 3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ………………………………………………… 3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Balai Besar POM di Banda Aceh ……………… 3.3 Kerangka Regulasi ……………………………………………………………………………... 3.4 Kerangka Kelembagaan ……………………………………………………………………...
42 42 45 49 51
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
ii
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN …………………… 4.1 Target Kinerja …………………………………………………………………………………… 4.2 Kerangka Pendanaan …………………………………………………………………………
53 53 55
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………………………………….
57
Lampiran …………………………………………………………………………………………………
58
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
iii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7.
Struktur Organisasi Balai Besar POM di Banda Aceh ……….………. Kebutuhan SDM Balai Besar POM di Banda Aceh 2015 – 2019 berdasarkan Analisis Beban Kerja …………………………………………. Profil Tingkat Pencapaian IKU Kumulatif Tahun 2010 – 2014 …. Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Obat Modern dan Tradisional ……………………………..……………………………………………… Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009 – 2013 ….…………………………… Peta Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Periode 2015 – 2019 ……………………………..………………………………………………...... Log Frame Balai Daerah ………………………………………………………….
4 8 10 19 20 35 55
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
iv
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8.
Profil Pegawai Berdasarkan Bidang Tugas dan Jenis Pendidikan BBPOM di Banda Aceh Tahun 2015 ……………………………………… Capaian IKU Kumulatif Tahun 2010 – 2014 ………………………….. Rangkuman Analisis SWOT …………………………………………………… Penguatan Peran Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015 – 2019 …………………………………………………………………………............ Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM Periode 2015 – 2019 …………………………………………………….......... Program/ Kegiatan Strategis, Sasaran Program/ Kegiatan dan Indikator …………………………………………………………......................... Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja ………………………............. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan …….................
6 7 25 26 40 48 53 56
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM Banda Aceh……………………………………………………………………………………. Lampiran 2. Matriks Kerangka Regulasi ……………………………………………………
Halaman 58 63
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Kondisi Umum Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional maka disusunlah secara periodik perencanaan pembangunan nasional yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja (Renja). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN tahap ketiga ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat. Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah, Balai Besar POM di Banda Aceh menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan untuk periode 2015-2019. Penyusunan Renstra ini mengacu pada Renstra BPOM tahun 2015-2019 yang berpedoman pada RPJMN periode 20152019. Proses penyusunan Renstra tahun 2015-2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundang- undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja tahun 2010-2014, serta melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra kerja
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
1
Balai Besar POM di Banda Aceh. Selanjutnya Renstra periode 2015-2019 ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja Balai Besar POM di Banda Aceh dibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Adapun kondisi umum Balai Besar POM di Banda Aceh berdasarkan peran, tugas fungsi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut : 1.1.1. Peran Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Aceh merupakan bagian integral dari pengawasan Obat dan Makanan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tipe A berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, yang secara teknis dibina oleh Deputi dan secara administratif dibina oleh Sekretaris Utama, dengan wilayah kerja di seluruh wilayah administratif Provinsi Aceh. Sebagai Unit Pelaksana Teknis BPOM, Balai Besar POM di Banda Aceh berkontribusi terhadap tugas dan fungsi yang melekat pada BPOM yaitu lembaga pemerintah yang merupakan garda depan dalam hal mengawasi Obat dan Makanan. Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan,
Susunan
Organisasi
dan
Tata
Kerja
LPND,
BPOM
menyelenggarakan fungsi : (1) pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan; (2) pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan Obat dan Makanan; (3) koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM; (4) pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan masyarakat di bidang pengawasan Obat dan Makanan; (5) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
2
Dilihat dari fungsi BPOM secara garis besar, terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau pilar lembaga BPOM, yakni: (1) Penapisan produk dalam rangka pengawasan Obat dan sebelum beredar (pre-market) melalui: a) Perkuatan regulasi, standar dan pedoman pengawasan obat, Obat dan Makanan serta dukungan regulatori kepada pelaku usaha untuk
pemenuhan
standar
dan
ketentuan
yang
berlaku;
b)
Peningkatan
registrasi/penilaian Obat dan Makanan Obat dan Makanan yang diselesaikan tepat waktu; c) Peningkatan inspeksi sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan dalam rangka pemenuhan standar Good Manufacturing Practices (GMP) dan Good Distribution Practices (GDP) terkini; dan d) Penguatan kapasitas laboratorium BPOM. (2) Pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat (post-market) melalui: a) Pengambilan sampel dan pengujian; b) Peningkatan cakupan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan di seluruh Indonesia oleh 33 Balai Besar (BB)/Balai POM, termasuk pasar aman dari bahan berbahaya; c) Investigasi awal dan penyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan Makanan di pusat dan balai. (3) Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi serta penguatan kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di pusat dan balai melalui: a) Public warning; b) Pemberian Informasi dan Penyuluhan/Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan, serta; c) Peningkatan pengawasan terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS), peningkatan kegiatan BPOM Sahabat Ibu, dan advokasi serta kerjasama dengan masyarakat dan berbagai pihak/lembaga lainnya. Sesuai Perka Badan POM RI Nomor 14 Tahun 2014, Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan, yang meliputi pengawasan atas produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan berbahaya. Balai Besar POM di Banda Aceh menyelenggarakan fungsi : 1.
Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan;
2.
Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya;
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
3
3.
Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk secara mikrobiologi;
4.
Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi;
5.
Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum;
6.
Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan;
7.
Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen;
8.
Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan;
9.
Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan; dan
10. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, sesuai dengan bidang tugasnya. 1.1.2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Struktur Organisasi Balai Besar POM di Banda Aceh disusun berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Struktrur organisasi tersebut dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1 Struktur Organisasi Balai Besar POM di Banda Aceh
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
4
Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kepala Bidang Pengujian Produk Terapeutk, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetk dan Produk Komplimen
Kepala Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen
Kepala Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan 1. 2.
Kepala Bidang Pengujian Mikrobiologi
Kepala Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya
1. 2.
Kepala Seksi Pemeriksaan Kepala Seksi Penyidikan
Kepala Seksi Sertifikasi Kepala Seksi Layanan Informasi Konsumen
Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Balai Besar POM di Banda Aceh didukung struktur organisasi terdiri dari 5 Bidang dan 1 Sub Bagian Tata Usaha serta kelompok jabatan fungsional yang melaksanakan tugas sebagai berikut : 1.
Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang produk terapetik, narkotika, obat tradisional, kosmetik, dan produk komplemen.
2.
Bidang
Pengujian
Pangan
dan
Bahan
Berbahaya
mempunyai
tugas
melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang pangan, dan bahan berbahaya. 3.
Bidang Pengujian Mikrobiologi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu secara mikrobiologi.
4.
Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, dan pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan instansi kesehatan serta penyidikan kasus
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
5
pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan, dan bahan berbahaya. 5.
Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu, dan layanan informasi konsumen.
6.
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi di lingkungan Balai Besar POM di Banda Aceh
7.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundangundangan. Untuk mendukung tugas-tugas tersebut diperlukan sejumlah SDM yang
memiliki keahlian dan kompetensi yang baik. Jumlah SDM yang dimiliki BBPOM di Banda Aceh sampai tahun 2014 adalah sejumlah 78 orang. Adapun profil pegawai BBPOM berdasarkan bidang tugas dan jenis pendidikan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Profil Pegawai Berdasarkan Bidang Tugas Dan Jenis Pendidikan Balai Besar POM Di Banda Aceh Tahun 2015 Bidang Tugas
S2
Apt/dr
Kepala Balai Besar POM
1
Sub Bagian Tata Usaha
2
Bidang PengujianTeranokoko
2
11
Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya
3
2
Bidang Pengujian Mikrobiologi
2
Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan
3
S1
Non Jumlah Sarjana 1
3
11
16
6
19
2
8
3
3
8
8
7
18
1
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
6
Bidang Sertifikasi dan LIK Jumlah
2
3
3
15
27
7
8 29
78
Jumlah pegawai sebanyak yang tertera pada tabel 1 diatas belum memadai untuk kinerja Balai Besar POM di Banda Aceh dengan luas daerah 56.770, 81 Km2 dan jumlah Kabupaten 18 dan jumlah Kota 5 serta jumlah Kecamatan 284. Beberapa tenaga yang sangat dibutuhkan adalah Sarjana Akutansi, sarjana Hukum dan Apoteker untuk memenuhi kebutuhan pada Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan. Demikian juga keperluan di Laboratorium masih belum memerlukan Sarjana Farmasi / Apoteker. Untuk mendukung tugas tugas Balai Besar POM Banda Aceh sesuai dengan peran dan fungsinya sangat diperlukan sejumlah SDM yang memiliki keahlian dan kompetensi yang baik. Jumlah kebutuhan SDM yang diperlukan oleh Balai Besar POM di Banda Aceh untuk tahun 2014 cukup memadai. Hal tsb tergambar pada gambar 2 berikut ini Gambar 2 Kebutuhan SDM Balai Besar POM di Banda Aceh 2015 – 2019 berdasarkan Analisis Beban Kerja
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
7
Akan terdapat kekurangan SDM di Balai Besar POM di Banda Aceh mulai tahun 2016 berturut turut sebesar 8, 12, 17 dan 23 orang sampai tahun 2019 , kekurangan SDM tersebut dengan prediksi SDM yang tersedia hingga 2019 adalah 84 orang . Standar kebutuhan SDM berdasarkan ABK terdapat kenaikan sebesar 5 orang setiap tahunnya dengan adanya beberapa pegawai yang pensiun / pindah. Adanya kebijakan pemerintah melakukan moratorium pegawai selama lima tahun mulai periode tahun 2015 – 2019 dengan demikian tidak akan ada penambahan pegawai selama kurun waktu tersebut. Sementara jumlah pegawai yang pensiun mulai terlihat nyata sejak tahun 2016 sampai 2019 dalam jumlah 2 hingga 3 orang. Beban kerja diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya dengan beberapa new inisiatif dan lainnya sehingga dikhawatirkan tugas dan fungsi pengawasan tidak dapat dilakukan secara optimal. 1.1.3. Capaian Kinerja Balai Besar POM di Banda Aceh Periode 2010-2014 Tugas dan fungsi Pengawasan Obat dan Makanan yang dilaksanakan oleh Balai Besar POM di Banda Aceh adalah untuk mencapai 5 (lima) sasaran strategis, yaitu : 1) Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan dalam rangka melindungi masyarakat di Provinsi Aceh; 2) Terwujudnya laboratorium pengawasan Obat dan Makanan yang modern dengan jaringan kerja di Seluruh Indonesia dengan kompetensi dan kapabilitas terunggul di Provinsi Aceh; 3) Meningkatnya kompetensi, kapabilitas dan jumlah modal insani yang unggul dalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan; 4) Meningkatnya koordinasi,perencanaan, pembinaan dan pengendalian terhadap program dan administrasi di Lingkungan Balai Besar POM di Banda Aceh sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu; 5) Meningkatnya ketersediaan Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan oleh Balai Besra POM di Banda Aceh. Untuk mengukur kinerja pengawasan obat dan makanan yang telah dilakukan oleh Balai Besar POM di Banda Aceh, Badan POM menetapkan indikator kinerja utama (IKU) melalui sasaran strategis 1, yaitu Meningkatnya efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan dalam rangka melindungi masyarakat di Provinsi Aceh yang tertuang dalam Renstra 2010-2014. Adapun pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
8
kewenangan Balai Besar POM di Banda Aceh tersebut dapat dilihat pada tabel dan garfik di bawah ini. Tabel 2 Capaian IKU Kumulatif Tahun 2010 – 2014
Tahun 2011 Komoditi
Obat
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
T
R
Tingkat Capaian
T
R
Tingkat Capaian
T
R
Tingkat Capaian
T
R
Tingkat Capaian
0,10%
1,77%
1768,11%
0,20%
1,23%
612,92%
0,30%
1,15%
382,84%
0,40%
2,35%
587,45%
0,75%
14,46%
1927,54%
1,00%
24,65%
2465,46%
0,75%
11,88%
1583,69%
1,00%
11,12%
1112,24%
Obat Tradisional
0,25%
5,09%
2036,61%
0,5%
10,55%
-8,31%
-3325,48%
0,5%
5,88%
2109,94 % 1175,52 %
Kosmetik
0,25%
Suplemen Makanan
0,50%
2,59%
517,24%
1,00%
0,22%
22,40%
1,50%
0,86%
57,47%
2,00%
0,86%
43,10%
Makanan
3,75%
23,99%
639,73%
7,50%
22,78%
303,72%
11,25%
14,99%
133,28%
15%
24,70%
164,67%
Keterangan : T (Target) dan R (Realisasi) Gambar 3
Persentase tingkat capian
Profil Tingkat Pencapaian IKU Kumulatif Tahun 2010-2014 3000,00% 2000,00% 1000,00%
Tingkat Capaian 2011
0,00%
Tingkat Capaian 2012
-1000,00%
Tingkat Capaian 2013
-2000,00%
Tingkat Capaian 2014
-3000,00% -4000,00%
Komoditi
Dari tabel dan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa hasil pengawasan Obat dan Makanan selama tahun 2010-2014 masih fluktuatif. Pada akhir periode yaitu tahun
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
9
2014, capaian terhadap 4 indikator kinerja utama telah melebihi target yang ditetapkan kecuali untuk indikator persentase kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standar. Dalam hal ini, pengawasan yang dilakukan Balai Besar POM di Banda Aceh perlu terus ditingkatkan, karena selain jumlah dan jenis produk Obat dan Makanan yang beredar semakin meningkat, tingkat risiko obat dan makanan yang dikonsumsi juga semakin besar. 1.2.
Potensi dan Permasalahan Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun global
permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin kompleks. Arus besar globalisasi membawa keleluasaan informasi, fleksibilitas distribusi barang dan jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu yang berdimensi lintas bidang. Percepatan arus informasi dan modal juga berdampak pada meningkatnya pemanfaatan berbagai sumber daya alam yang memunculkan isu perubahan iklim (climate change), ketegangan lintas-batas antarnegara, serta percepatan penyebaran wabah penyakit, mencerminkan rumitnya tantangan yang harus dihadapi kedepan. Hal ini menuntut peningkatan peran dan kapasitas instansi Balai Besar POM di Banda Aceh dalam mengawasi peredaran produk Obat dan Makanan. Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal yang dihadapi terdiri atas 2 (dua) isu mendasar, yaitu kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan yang akan diulas disini adalah Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sedangkan terkait globalisasi, akan diulas tentang perdagangan bebas, komitmen internasional, perubahan iklim, MEA dan demografi. Isu-isu tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Adapun lingkungan strategis yang mempengaruhi peran Balai Besar POM di Banda Aceh baik internal maupun eskternal adalah sebagai berikut: 1.2.1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
10
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan. SKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta menuntut peran aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan tersebut. Upaya pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh semua pihak (pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat) melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Bentuk pelayanan kesehatan tersebut berupa layanan Rumah Sakit, Puskesmas dan kegiatan peran serta masyarakat melalui Posyandu. Di sisi lain, menjamurnya sistem dan model serta klinik-klinik kesehatan dan pengobatan alternatif juga makin menambah beban dan daya jangkau Balai Besar POM di Banda Aceh untuk makin melebarkan sayap dan menajamkan matanya dalam melakukan pengawasan yang lebih komprehensif. Semakin banyak pelayanan kesehatan yang disediakan, maka akan semakin mempengaruhi kebutuhan pelayanan pendukung kepada kesehatan masyarakat tersebut, yang antara lain tentunya adalah kebutuhan akan obat semakin meningkat. Penjaminan mutu obat merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Ini merupakan tantangan yang akan dihadapi dalam penyediaan obat-obatan yang aman dan bermutu. Penjaminan mutu obat tidak terlepas dari kualitas obat tersebut. Beberapa permasalahan lainnya yang juga memerlukan perhatian dalam penjaminan mutu obat adalah koordinasi seluruh pemangku kepentingan dalam penjaminan mutu obat yang beredar seperti Kemenkes, Dinkes, BKKBN termasuk Industri farmasi dalam penerapan CPOB. Terkait meluasnya penggunaan jamu dan obat-obat tradisional, serta pengobatan secara tradisional di masyarakat diperlukan peningkatan penelitian ilmiah lebih lanjut. Di samping itu juga munculnya bibit penyakit baru atau bibit penyakit yang dulu pernah ada dan sudah langka kasusnya sekarang, namun kini berjangkit kembali. Penyakit ini, baik menular maupun yang tidak menular sebagai akibat dari adanya perubahan iklim secara global, fluktuasi ekonomi, model perdagangan bebas dan kemajuan teknologi
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
11
maupun transisi dari demografi, juga turut mengubah pola dan gaya hidup dari masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan. Untuk itu, permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri untuk dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat dalam mengkonsumsi obat yang beredar di pasaran. Dalam menciptakan rasa aman bagi masyarakat, Badan POM selama ini melakukan kontrol dalam bentuk penilaian sebelum produk beredar di pasar dan pengawasan secara ketat bersama Balai / Balai Besar POM seluruh Indonesia, khususnya Balai Besar POM di Banda Aceh terhadap produk yang sudah beredar luas di masyarakat dan sekaligus memberikan informasi dan edukasi pada masyarakat mengenai produk obat yang aman, bermutu dan berkhasiat. 1.2.2. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) JKN yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju terwujudnya kesejahteraan sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sistem ini merupakan program negara dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui pendekatan sistem. Sistem ini diharapkan dapat menanggulangi risiko ekonomi karena sakit, PHK, pensiun usia lanjut dan risiko lainnya dan merupakan cara (means), sekaligus tujuan (ends) dalam mewujudkan kesejahteraan. Untuk itu, dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional juga diberlakukan penjaminan mutu obat yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Implementasi SJSN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak langsung terhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak langsung adalah meningkatnya jumlah permohonan pendaftaran produk obat, baik dari dalam maupun luar negeri karena perusahaan/industri obat akan berusaha menjadi supplier obat untuk program pemerintah tersebut. Selain peningkatan jumlah obat yang akan diregistrasi, jenis obat pun akan sangat bervariasi. Hal ini, disebabkan adanya peningkatan demand terhadap obat sebagai salah satu produk yang dibutuhkan. Sementara dampak tidak langsungnya diasumsikan adalah terjadinya peningkatan konsumsi obat, baik jumlah maupun jenisnya. Dampak lain adalah banyak industri
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
12
farmasi yang akan melakukan pengembangan fasilitas dan peningkatan kapasitas produksi dengan perluasan sarana yang dimiliki. Adanya peningkatan kapasitas dan fasilitas tersebut, maka akan terjadi peningkatan permohonan sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Dalam hal ini peran Balai Besar POM di Banda Aceh akan semakin besar, antara lain adalah peningkatan post-market melalui intensifikasi pengawasan obat pasca beredar.
1.2.3
Agenda Sustainable Development Goals ( SDGs) Setelah berjalan beberapa tahun agenda Millenium Development Goals (MDGs)
akan berakhir pada tahun 2015. Beberapa Negara
mengakui keberhasilan dari
program ini yaitu menjadi pendorong dalam tindakan pengurangan kemiskinan dan mampu meningkatkan pembangunan masyarakat. Kelanjutan program ini disebut Sustainable Development Goals ( SDGs), yang meliputi 17 goals. Di dalam Bidang Kesehatan faktanya individu yang sehat akan memiliki kemampuan fisik dan daya pikir yang lebih kuat sehingga dapat berkontribusi secara produktif dalam pembangunan masyarakatnya. Terkait Goal 2 End hunger, achive food security and improved nutrition, and promote sustainable agriculture akan sangat berperan ketahanan pangan serta akses mendapatkan pangan yang aman bergizi dengan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan terhadap masyarakat miskin dan kelompok yang rentan termasuk bayi. Kontribusi terhadap kondisi ini adalah tersedianya pangan dengan nilai gizi yang cukup misalnya pangan diet khusus mengandung Angka Kecukupan Gizi ( SKG) yang cukup untuk pasien diabetes, garam dan terigu difortifikasi dengan mikronutrisi, AKG tertentu dalam susu formula bayi dan lansia. Hal ini hanya dapat terjadi jika produsen pangan olahan yang telah diispeksi dan dibina dapat menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP) dan menjamin mutu produknya termasuk nilai nutrisi sesuai dengan kebijakan teknis yang dibuat Badan POM/SNI/SI. Tantangan ke depan adalah penyusunan kebijakan teknis terkini tentang standar gizi pangan olahan, pengawalan mutu, manfaat dan keamanan pangan olahan serta KIE kepada masyarakat. Terkait Goal 3 Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages, salah satu kondisi yang harus tercipta adalah pencapaian JKN, termasuk di dalamnya
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
13
akses masyarakat terhadap obat dan vaksin yang aman, efektif, dan bermutu. Asumsinya, jaminan kesehatan memastikan masyarakat
mendapatkan dan
menggunakan hanya obat dan vaksin yang aman, efektif, dan bermutu untuk upaya kesehatan preventif, promotif, maupun kuratif, sehingga kualitas hidup masyarakat meningkat. Kontribusi untuk mencapai kondisi ini adalah ketersediaan obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu di sarana pelayanan kesehatan. Hal ini bisa tercapai hanya jika Industri Farmasi yang telah diintervensi (diawasi dan dibina BPOM) mempraktekkan GMP dalam produksi obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu demikian pula halnya dengan PBF serta rantai distrubusi obat dapat menerapkan Good Distribution Practices untuk mengawal mutu obat JKN. Tantangan bagi Badan POM RI bersama unit Balai/Balai Besar POM se Indonesia kedepan adalah intensifikasi pengawasan pre-market dan post-market, serta pembinaan pelaku usaha agar secara mandiri menjamin mutu produknya.
1.2.4
Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas, yang
mencakup banyak bidang dan saling terkait: ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi dan lingkungan. Proses ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya teknologi, informasi dan transportasi yang sangat cepat dan massif akhir-akhir ini dan berkonsekuensi pada fungsi suatu negara dalam sistem pengelolaannya. Era globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan kesehatan, khususnya dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan, sehingga mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif. Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi tersebut telah mengakibatkan Indonesia masuk dalam perjanjian-perjanjian internasional, khususnya di bidang ekonomi yang menghendaki adanya area perdagangan bebas (Free Trade Area). Ini dimulai dari perjanjian ASEAN-6 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand) Free Trade Area, ASEAN-China Free Trade Area, ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) dan ASEANAustralia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA). Dalam hal ini, memungkinkan
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
14
negara-negara tersebut membentuk suatu kawasan bebas perdagangan yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional dan berpeluang besar menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional. Hal ini membuka peluang peningkatan nilai ekonomi sektor barang dan jasa serta memungkinkan sejumlah produk Obat dan Makanan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran domestik negara-negara yang tergabung dalam perjanjian pasar regional tersebut. Dalam menghadapi FTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun 2015, diharapkan industri farmasi, obat tradisional, kosmetika, suplemen kesehatan dan makanan dalam negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap produk luar negeri. Dalam kaitan dengan globalisasi dan perjanjian-perjanjian internasional khususnya di sektor ekonomi tersebut, harusnya yang menjadi dasar pijakan dan harus ditekankan dari awal adalah soal kedaulatan bangsa, negara dan rakyat kita dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan-perusahaan trans-nasional dan negaranegara lain tersebut. Dengan masuknya produk perdagangan bebas tersebut yang antara lain adalah obat, kosmetik, suplemen kesehatan, dan makanan, termasuk jamu dari negara lain, merupakan persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi. Realitas menunjukkan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan mutunya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan tersebut. Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu-isu ekonomi saja, namun juga merambah pada isu-isu kesehatan. Terkait isu kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan yang dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan. Permasalahan ini akan semakin kompleks dengan sulitnya pemerintah dalam membuka akses kesehatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya untuk masyarakat yang berada di pelosok desa dan perbatasan. Sebagai contoh, saat ini akses masyarakat untuk mendapatkan obat legal dari apotek masih terbatas sehingga menyebabkan harga obat menjadi lebih mahal. Di sisi lain,
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
15
secara nasional jumlah apotek yang ada juga masih kurang, dimana belum semua kecamatan terjangkau dengan layanan apotek. Perdagangan bebas membuat kepekaan “berbisnis” menjadi sangat tinggi. Kebutuhan obat yang tinggi dengan ketersediaan yang rendah ditambah lemahnya pengawasan dan penegakan hukum membuat masih banyaknya ditemukan obat-obat yang tidak memenuhi ijin edar dan mengandung bahan baku yang berbahaya. Hal ini jelas akan sangat merugikan masyarakat. Berdasarkan data WHO (World Health Organization), praktik pemalsuan produk obat di dunia rata-rata mencapai 10%, dan mencapai 20-40% untuk negara berkembang termasuk Indonesia. Tentunya hal ini menjadi tantangan yang sangat serius bagi pengawasan terhadap produk Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat. Menurut data Badan POM RI tahun 2014, jumlah perusahaan farmasi di Indonesia mencapai 207 perusahaan, sebanyak 34 di antaranya merupakan perusahaan multinasional. Rata-rata penjualan obat di tingkat nasional selalu tumbuh 12-13% setiap tahun dan lebih dari 70% total pasar obat di Indonesia merupakan perusahaan nasional. Namun, ketergantungan impor bahan baku obat masih sangat tinggi, bahkan 95-96% diimpor dari China, India dan Eropa. Produksi domestik untuk bahan baku obat juga masih sangat kecil. Meskipun Indonesia mampu memproduksinya, sampai saat ini kebanyakan masih belum dapat bersaing dengan produk impor. Jumlah industri farmasi nasional cukup besar dengan kapasitas produksi sebesar 3% dari kapasitas total dunia. Namun, disisi lain, pasar farmasi Indonesia relatif kecil yaitu sekitar 0,2% dari total pasar dunia (Kardono, 2004). Apabila terjadi kenaikan drastis harga obat yang berakibat menurunnya daya beli masyarakat, hal ini akan membuat masyarakat lebih sulit untuk mendapatkan obat, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Selain produsen farmasi, Indonesia juga memiliki pasar pengobatan tradisional yang cukup besar. Saat ini terdapat sekitar 900 industri skala kecil dan 130 industri skala menengah obat tradisional, namun baru 69 yang memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik. Padahal Indonesia memiliki sekitar 9.600 tumbuhan yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan obat. Setidaknya terdapat sekitar 300 jenis tumbuhan yang telah digunakan sebagai bahan dasar industri obat.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
16
Dengan melihat besarnya potensi dan permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka pemerintah harus selalu mendukung dan melindungi industri farmasi di Indonesia. Dengan adanya Free Trade Area (FTA), maka pemerintah harus mengembangkan kesiapan industri farmasi untuk dapat mendukung pemerataan, keterjangkauan dan ketersediaan obat yang bermutu, aman dan berkhasiat sehingga mampu bersaing dengan produk obat dari luar negeri. 1.2.5
Perubahan Iklim Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh sektor pertanian
khususnya produk bahan pangan di Indonesia. Perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif. Dari sisi ekonomi makro, industri makanan dan minuman di masa yang akan datang perannya akan semakin penting sebagai pemasok pangan dunia. Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan munculnya bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari beragam virus. Bibit penyakit baru tersebut diantaranya virus influenza yang variannya sekarang menjadi cukup banyak dan mudah tersebar dari satu negara ke negara lain. Menurut Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan Research Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI) tahun 2013, dalam pelaksanaan kajian dan pemetaan model kerentanan penyakit infeksi akibat perubahan iklim, Indonesia
merupakan
wilayah
endemik
untuk
beberapa
penyakit
yang
perkembangannya terkait dengan pertumbuhan vektor pada lingkungan, misalnya Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Tuberkulosis. Jadi di Indonesia, terdapat tiga penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan iklim dan perkembangan vector yaitu Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Diare. Selain dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang banyak ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) dan penyakit batu ginjal. Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses perubahan iklim, diperlukan pengawasan peredaran varian produk obat yang baru dari jenis penyakit tersebut, baik yang diproduksi di dalam negeri, maupun yang berasal dari luar negeri. Selain dari obat, varian obat baru ini juga diikuti pula dengan jenis obat herbal
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
17
tradisional Indonesia dan Cina yang paling banyak beredar di pasar. Kondisi ini menuntut kerja keras dari Balai Besar POM di Banda Aceh melakukan pengawasan terhadap perkembangan produksi dan peredaran obat tersebut. 1.2.6
Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat Kemajuan dari ekonomi Indonesia dapat dilihat dari indikator makro-ekonomi,
yakni pendapatan perkapita sebesar USD 3000 tahun 2010 dan diproyeksikan pada tahun 2025 mencapai USD 14.250–15.500 (Bappenas; 2012) dan telah menjadi 10 (sepuluh) besar negara yang mendominasi kekuatan ekonomi dunia. Indikator ini menunjukan besarnya daya beli yang ada pada masyarakat Indonesia. Secara teori dan fakta, bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula konsumsi masyarakat terhadap Obat dan Makanan yang memiliki standar dan kualitas. Berdasarkan data konsumsi obat yang dilakukan masyarakat Indonesia sebagian besar penduduk masih banyak yang mengkonsumsi obat modern dibandingkan dengan obat tradisional. Konsumsi obat modern pada tahun 2012 mencapai 91,40%, sedangkan obat tradisional hanya sebanyak 24,33%. Beberapa penyakit degeneratif, yakni penyakit yang dimiliki para kaum lanjut usia justru banyak menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama.
Gambar 4 Persentase Penduduk yang Mengkonsumsi Obat Modern dan Tradisional 90,00%
90,76%
91,63%
90,96%
91,40%
60,00% 30,00%
22,24%
27,57%
Obat Modern 23,63%
24,33%
Obat Tradisional
0,00% 2009
2010
2011
2012
Sumber: Susenas BPS 2009-2012
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
18
Untuk itu, dengan banyaknya konsumsi obat modern yang dilakukan masyarakat, maka perlu mendapatkan perhatian dan pengawasan yang serius dari BPOM. 1.2.7
Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut sensus penduduk
tahun 2010, dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir sebesar 32,5 juta jiwa (sebesar 1,49% pertahun). Dengan laju pertumbuhan sebesar itu, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 akan mencapai 450 juta jiwa. Dari gambar 1.6 di bawah ini, dapat dilihat bahwa jumlah populasi terbesar berada pada kelompok umur remaja 1519 tahun, namun menunjukan tren penurunan. Sementara usia produktif antara 30-54 tahun justru menunjukan tren meningkat dari waktu ke waktu. Sedangkan usia 55-64 tahun dan usia di atas 65 tahun menunjukan tren yang meningkat tetapi dengan jumlah yang berbeda. Semakin meningkat usia harapan hidup, artinya tingkat kesehatan masyarakat juga semakin meningkat. Gambar 5 Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur
jumlah penduduk (dalam 000)
Tahun 2009-2013 25.000 20.000 15.000 2009
10.000
2010
5.000
2011 2012
0
2013
Kelompok Umur
Sumber: BPS Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2013
Indonesia sebagai negara ke-4 dengan populasi lanjut usia tertinggi, yakni 9,079 juta tahun 2010 dan akan naik pada tahun 2020 menjadi 29,047 juta (BPS
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
19
Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2010). Maka perubahan pola beban penyakit untuk kaum lansia dengan beban yang lebih kronik dan membutuhkan layanan kesehatan pada jangka panjang yang lebih berkualitas. Secara umum, bahwa transisi demografi juga akan menimbulkan efek pada transisi kesehatan di masyarakat, sehingga terjadi peningkatan dalam penggunaan layanan kesehatan baik secara personal, korporat maupun masyarakat luas. Efek ini akan dapat mempengaruhi besarnya beban fasilitas kesehatan dan sistem jaminan kesehatan masyarakat Indonesia, dan sekaligus akan menambah beban kerja dari BPOM sebagai pengawas di bidang Obat dan Makanan. Konsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan akan cukup besar pada kelompok usia produktif, karena pola hidup dan orientasi konsumsi juga akan mengarah pada kesehatan pada jangka panjang dan juga penampilan, sehingga vitamin dan suplemen kesehatan menjadi komponen obat yang cukup besar konsumsinya. Hal ini menjadi tambahan tugas bagi BPOM untuk melakukan penilaian dan pengawasan terhadap berbagai jenis obat dan suplemen yang semakin bervariasi dan meningkat jumlahnya. Berdasarkan pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka permintaan terhadap produk Obat dan Makanan juga akan semakin meningkat. Jika permintaan terhadap produk Obat dan Makanan semakin meningkat, maka penawaran dari produk Obat dan Makanan juga akan meningkat. Potensi pasar yang besar membuat para produsen Obat dan Makanan baik lokal maupun internasional semakin meningkatkan volume produksi maupun variasinya. Kurangnya pemenuhan GMP (Good Manufacturing Practice) oleh produsen dalam memproduksi Obat dan Makanan menjadi tantangan diwaktu mendatang . Peningkatan jumlah penduduk jika ditata dengan baik akan menjadi potensi berupa sumber daya manusia bagi pembangunan ekonomi (yaitu dengan adanya bonus demografi). Kondisi ini menjadi tantangan dan peluang bagi pemerintah untuk dapat memanfaatkan fase Bonus Demografi di Indonesia untuk menciptakan aktivitas ekonomi yang sangat besar dan mampu memberikan kontribusi yang besar juga dalam APBN.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
20
Berdasarkan peta demografi, penduduk Indonesia dalam usia produktif telah mencapai 80%. Penduduk ini telah memiliki daya beli lebih tinggi ditambah dengan kenaikan jumlah penduduk kelas menengah (middle class) yang terjadi pada tahun 2040. Laporan Mc Kinsey (2012) menunjukkan bahwa kelompok middle class atau consuming class Indonesia naik dari waktu ke waktu, yakni tahun 2010 hanya 45 juta orang, maka proyeksi tahun 2020 naik menjadi 85 juta orang dan pada tahun 2030 sudah mencapai 135 juta orang. Kelompok ini akan banyak mempengaruhi pola konsumsi Obat dan Makanan serta gaya hidup masyarakat Indonesia. Syarat agar Bonus Demografi dapat dimanfaatkan dengan baik adalah dengan mempersiapkannya dari mulai perencanaan sampai dengan implementasinya di tingkat lapangan. Persiapan ini antara lain melalui: a) Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat termasuk jaminan mutu Obat; b) Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan; c) Pengendalian jumlah penduduk; d) Kebijakan ekonomi yang mendukung fleksibilitas tenaga kerja dan pasar, serta keterbukaan perdagangan dan tabungan nasional. Di samping menyiapkan pemanfaatan Bonus Demografi, juga sudah harus mulai dipikirkan permasalahan-permasalahan yang timbul pasca berakhirnya masa Bonus Demografi, dimana jumlah lansia meningkat. 1.2.8
Desentralisasi dan Otonomi Daerah Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum dapat
berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat penting dalam mensinergikan kebijakan kesehatan khususnya dalam pengawasan obat dan makanan. Desentralisasi di bidang kesehatan belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan sehingga belum secara optimal memberikan perlindungan bagi masyarakat. Dengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan kesehatan menjadi salah satu kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan daerah. Desentralisasi di bidang kesehatan belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan perundang-undangan merupakan tantangan yang sangat penting. Hal ini berdampak
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
21
pada pengawasan obat dan makanan yang tetap bersifat sentralistik dan tidak mengenal batas wilayah (borderless) sehingga perlu adanya one line command (satu komando), apabila terdapat suatu produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat maka dapat segera ditindaklanjuti. Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan di antaranya kurangnya dukungan dan kerjasama dari pemangku kepentingan di daerah sehingga tindaklanjut hasil pengawasan Obat dan Makanan belum optimal. 1.2.9
Perkembangan Teknologi Pasar sediaan farmasi masih didominasi oleh produksi domestik, namun
penyediaan bahan baku obat yang diperoleh dari impor mencapai 96% dari kebutuhan. Padahal Indonesia memiliki 9.600 jenis tanaman berpotensi mempunyai efek pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang telah digunakan sebagai bahan baku. Dengan kemajuan teknologi dan besarnya kebutuhan produk obat, BPOM dapat mendorong industri farmasi untuk mengoptimalkan penggunaan bahan baku obat dalam negeri. Selain teknologi produksi juga didukung dengan teknologi transportasi. Perkembangan industri transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasa pengiriman barang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sehingga distribusi Obat dan Makanan secara masal dapat dilakukan lebih efisien. Untuk itu, dampak pengawasan atas peredaran Obat dan Makanan semakin tinggi, dikarenakan distribusi Obat dan Makanan ke tempat tujuan di seluruh wilayah Indonesia semakin cepat, sehingga antipasi pengawasan obat dan makanan juga harus sama cepatnya. Selain itu, teknologi pangan juga semakin berkembang. Adanya perubahan iklim juga ikut mendorong berbagai inovasi perkembangan teknologi menciptakan rekayasa genetika dan varian makanan yang terkadang tingkat keamanannya belum teruji. Hal ini harus menjadi tantangan yang besar terhadap pengawasannya. Perkembangan teknologi informasi juga merambah kepada pelayanan secara online, yang mana dapat memudahkan akses dan jangkauan masyarakat yang ada di Indonesia. Namun di sisi lain, teknologi informasi juga dapat menjadi tantangan terkait
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
22
tren pemasaran dan transaksi produk Makanan dan Obat secara online, yang tentu saja juga perlu mendapatkan pengawasan dengan berbasis pada teknologi. 1.2.10 Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, BPOM sebagai instansi vertikal balai Besar POM di Banda Aceh melaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design RB 2010-2025. Upaya atau proses RB yang dilakukan merupakan pengungkit dalam pencapaian sasaran sebagai hasil yang diharapkan dari pelaksaan RB itu sendiri. Pola pikir pelaksanaan RB sebagaimana Gambar 1.10 di bawah ini a. Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, BPOM memiliki instansi vertikal atau UPT BB / Balai POM di tingkat provinsi. Selain itu, untuk mendukung pengawasan Obat dan Makanan di wilayah perbatasan dengan negara lain dan daerah-daerah yang sulit dijangkau dari ibukota provinsi, BPOM memiliki Pos POM. Peran BB / Balai POM dan Pos POM perlu dilakukan penataan dan penguatan baik dari segi struktur organisasi, kompetensi dan kuantitas SDM, sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan lintas sektor agar pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan dapat dilakukan secara lebih optimal. Tantangan BPOM kedepan adalah melakukan kajian, penataan, dan evaluasi organisasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BPOM. b. Penataan Tatalaksana Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, BPOM berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan dan secara terus menerus meningkatkan pengawasan serta memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan. Komitmen BPOM tersebut dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkan secara berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau perolehan Quality Management System ISO 9001:2008; Akreditasi Laboratorium IEC 17025:2005; PIC/S Quality System
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
23
Requirement for Pharmateucal Inspectorate (PI 0023), OHSAS 18001;2007; ISO 27001;2013 Information Security Management System;
WHO
Quality System
Requirement for National GMP Inspectorate (TRS 902 Annex 8, 2002); dan persyaratan Akreditasi
Pranata
Penelitian
dan
Pengembangan
untuk
sistem
riset
dan
pengembangan (KNAPPP02:2007). Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan juga dilakukan melalui penerapan e-government atau penggunaan teknologi informasi di lingkungan BPOM, diantaranya pendaftaran produk (pangan, oba, obat tradisional) dan berbagai penyelenggaraan manajemen pemerintahan lainnya yang dilakukan secara elektronik serta keterbukaan informasi publik bagi masyarakat. Berbagai sistem mutu dan pengembangan e-government yang dapat meningkatkan kinerja BPOM tersebut seyogyanya dapat diintegrasikan sesuai dengan ruang lingkupnya agar pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien. c. Penataan Peraturan perundang-undangan dan Penegakan Hukum Telah banyak undang-undang dan peraturan pemerintah yang menjadi landasan teknisi pelaksanaan tugas fungsi BPOM. Namun, Peraturan Perundangundangan yang ada selama ini kurang mendukung tercapainya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan. Demikian pula sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran di bidang Obat dan Makanan belum memberikan efek jera sehingga sering terjadi kasus berulang. Beberapa kerangka regulasi yang diasumsikan dapat mendukung pencapaian tujuan pengawasan Obat dan Makanan dibahas pada kerangka regulasi. Adanya kerangka regulasi sebagai bagian tak terpisahkan dari kaidah pelaksanaan RPJMN / RKP membuka peluang untuk menciptakan harmonisasi peraturan perundangundangan dan meminimalkan ego sektoral. BPOM perlu mengambil kesempatan ini dengan mengusulkan peraturan perundang-undangan yang akan masuk dalam prolegnas setiap tahunnya bersamaan memastikan bahwa bagi masyarakat, BPOM perlu membuat cost-benefif analysis. Sedangkan terhadap regulasi teknis yang dikeluarkan BPOM perlu dilakukan regulatory impact assessment.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
24
Kaitannya dengan pengawasan Obat dan Makanan di daerah, selain ketersediaan NSPK, perlu didorong terbitnya aspek legal berupa Peraturan / SK Gubernur dan ditindaklanjuti dengan Peraturan / SK Bupati / Walikota. Pada level operasional, BPOM telah memiliki Pedoman Pengawasan yang jelas untuk acuan dalam pengawasan Obat dan Makanan, juga menerbitkan standar mutu lainnya, seperti standar produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Ketersediaan peraturan perundangan sampai dengan pedoman teknis yang dilegalkan dalam bentuk Peraturan Kepala BPOM tersebut sangat mendukung penegakan hukum. Tantangan ke depan, BPOM harus membuat terobosan dalam penegakan hukum seperti memperkuat kemitraan untuk pengawasan, penindakan, maupun persamaan persepsi dengan kepolisian, kejaksaan, dan instansi terkait, menggeser pengawasan ke arean preventif, serta memperkuat kerjasama di Free Trade Zone Area. Upaya ini pun perlu diikuti dengan peningkatan kajian BPOM mengenai kerugian negara secara ekonomi maupun kesehatan akibat pelanggaran Obat dan Makanan. d. Penguatan Akuntabilitas Kinerja Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mencapai tujuan tersebut, BPOM telah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan baik, dibuktikan dengan hasil evaluasi KemenPAN-RB tahun 2014 memperoleh nilai B. Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaan SAKIP menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja BPOM. Namun, BPOM masih
perlu
melakukakn penyempurnaan dalam
penatausahaan manajemen
pemerintahan (keuangan dan BMN) dalam mewujudkan pemerintahan yang akuntabel. Ke depan, untuk menjawab ekspektasi masyarakat terhadap akuntabilitas BPOM selaku institusi pengawasan, BPOM telah menargetkan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap opini laporan keuangan BPOM dari BPK. e. Penguatan Pengawasan Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Melalui upaya
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
25
pengawasan yang dilakukan BPOM, diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dan efektivitas pengelolaan keuangan negara di lingkungan BPOM serta menghindari tingkat penyalahgunaan wewenang. Pengawasan ynag dilakukan BPOM antara lain melalui kebijakan penanganan gratifikasi, penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP), pengelolaan pengaduan masyarakat, implementasi whistle-blowing system, penanganan benturan kepentingan, pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), dan pendayagunaan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dalam perencanaan dan penganggaran. Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, upaya pengawasan yang dilakukan BPOM tersebut masih perlu dievaluasi agar dapat ditingkatkan pelaksanaannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah penguatan peran APIP dan unit pengawas fungsional (Inspektorat) sebagai internal-consultant yang melaksanakan fungsi pembinaan, penataan, pengawasan, dan pentaatan dengan dukungan SDM yang memadai secara kualitas dan kuantitas serta berfokus pada pemeriksaan kinerja berbasis risiko untuk mencegah potensi kesalahan yang menganggu efektivitas pencapaian sasaran organisasi dan dapat menimbulkan kerugian negara. f. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme SDM aparatur BPOM yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi aparatur berbasis kompetensi, transparan, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Perencanaan kebutuhan pegawai BPOM dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan proses penerimaan pegawai dilakukan secara transparan, objektif, akuntabel, dan bebas KKN serta promosi jabatan dilakukan secara terbuka. Pengembangan pegawai yang dilakukan BPOM berbasis kompetensi yang selanjutnya capaian penilaian kinerja individu pegawai akan dijadikan dasar untuk pemberian tunjangan kinerja. Hal ini diimbangi dengan penegakan aturan disiplin dan kode etik serta pemberian sanksi. Seluruh aktivitas manajemen SDM tersebut didukung oleh sistem informasi kepegawaian.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
26
Saat ini, SDM BPOM telah memiliki kualitas yang memadai, namun dari sisi kuantitas SDM BPOM belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan fungsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Sistem manajemen pemerintah menuntut adanya ukuran keberhasilan, baik di tingkat organisasi sampai ke level individu. Untuk saat ini, sistem manjemen kinerja belum optimal diterapkan, sehingga perlu dilakukan penerapan sistem manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien terutama dalam hal pelaksanaan evaluasi terhadap peta dan kelas jabatan yang telah disusun. Pemanfaatan sistem informasi kepegawaian yang telah dibangun juga perlu dioptimalisasi sebagai pendukung pengambilan kebijakan manajemen SDM BPOM. g. Manajemen Perubahan Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran RB. Untuk menggerakkan organisasi dalam melakukan perubahan, BPOM telah memebentuk agent of change sebagai role model serta forum bagi pembelajaran atau inovasi dalam proses perubahan yang dilakukan. Komitmen dan keterlibatan pimpinan dan seluruh pegawai BPOM secara aktif dan berkelanjutan merupakan unsur pendukung paling utama dalam perubahan pola pikir dan budaya kerja dalam rangka pelaksanaan RB. Untuk mengurangi risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi terhadap perubahan dibutuhkan media komunikasi secara reguler untuk mensosialisasikan RB atau perubahan yang sedang dan akan dilakukan, termasuk pentingnya peran agent of change dan manfaat dari forum pembelajaran atau inovasi.
1.2.11 Data Wilayah Kerja Provinsi Aceh memiliki luas wilayah 56.770,81 km² dibagi kedalam 5 (lima) pemerintahan Kota dan 18 (delapan belas) pemerintahan Kabupaten dengan jumlah penduduk berdasarkan sensus penduduk tahun 2013 adalah 4.791.900 jiwa, yang terdiri dari 2.397.200 jiwa laki-laki dan 2.394.700 jiwa perempuan.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
27
Provinsi Aceh terletak paling Barat wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan titik terluar berada di Kota Sabang terletak di Pulau Weh berbatasan dengan Samudra Hindia ke arah India, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara, terbagi dalam dengan 3 sektor pintu masuk yang dihubungkan dengan 3 jalan darat. Sektor selatan melalui kota Subulussalam, sektor tengah melalui kota Kutacane dan sektor utara, merupakan jalur paling padat yaitu melalui kota Aceh Tamiang, dan sebelah Utara dengan garis pantai menghadap ke Selat Malaka merupakan lintas laut terpadat dan menjadi pintu masuk utama dari Negara tetangga Malaysia, Thailand dan Singapura, karena di pantai Utara tersebut banyak terdapat jalur pelayaran tradisional dan terdapat pelabuhan alam di kota Langsa. Provinsi Aceh pemerintahannya dibagi kedalam 18 wilayah Kabupaten dan 5 wilayah kota (23 Kabupaten/Kota) sebagai berikut: 1. Kabupaten Aceh Barat dengan ibukota Meulaboh 2. Kabupaten Aceh Barat Daya dengan ibukota Blang Pidie 3. Kabupaten Aceh Besar dengan ibukota Jantho 4. Kabupaten Aceh Jaya dengan ibukota Calang 5. Kabupaten Aceh Selatan dengan ibukota Tapaktuan 6. Kabupaten Aceh Singkil dengan ibukota Singkil 7. Kabupaten Aceh Tamiang dengan ibukota Karang Baru 8. Kabupaten Aceh Tengah dengan ibukota Takengon 9. Kabupaten Aceh Tenggara dengan ibukota Kutacane 10. Kabupaten Aceh Timur dengan ibukota Idi Rayeuk 11. Kabupaten Aceh Utara dengan ibukota Lhoksukon 12. Kabupaten Bener Meriah dengan ibukota Simpang Tiga Redelong 13. Kabupaten Bireuen dengan ibukota Bireuen 14. Kabupaten Gayo Lues dengan ibukota Blang Kejeren
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
28
15. Kabupaten Nagan Raya dengan ibukota Suka Makmue 16. Kabupaten Pidie dengan ibukota Sigli 17. Kabupaten Pidie Jaya dengan ibukota Meureudu 18. Kabupaten Simeulue dengan ibukota Sinabang 19. Kota Banda Aceh dengan ibukota Banda Aceh 20. Kota Langsa dengan ibukota Langsa 21. Kota Lhokseumawe dengan ibukota Lhokseumawe 22. Kota Sabang dengan ibukota Sabang 23. Kota Subulussalam dengan ibukota Subulussalam Di Provinsi Aceh pada tahun 2014 terdapat sarana industri kecil obat tradisional sebanyak 5 sarana, industri kosmetik sebanyak 5 sarana, sarana industri pangan (MD) sebanyak 27 sarana dan IRTP sebanyak 632 sarana. Sedangkan sarana distribusi obat dan makanan terdapat sarana distribusi obat PBF sebanyak 26 sarana, apotek 273 sarana, toko obat 597 sarana, rumah sakit 62 sarana, puskesmas 325 sarana, balai pengobatan 13 sarana, gudang farmasi kabupaten/kota 24 sarana. Sarana distribusi kosmetik sebanyak 718 sarana, sarana distribusi obat tradisional 597 sarana, sarana distribusi pangan sebanyak 1.384 sarana. Sarana pengelola narkotika dan atau psikotropika terdiri dari PBF sebanyak 26 sarana, apotek 273 sarana, rumah sakit umum sebanyak 46 sarana, gudang farmasi 24 sarana, puskesmas 325 sarana dan balai pengobatan 13 sarana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
SARANA PRODUKSI 800 600 400
632
200 0
5
5
27
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
29
SARANA DISTRIBUSI OBAT 800 600 400
685
200 0
384
304 24
24
SARANA DISTRIBUSI OT, KOS DAN PANGAN 2000 1000 597 0 OT
718
1372
KOS PANGAN
Lama waktu perjalanan ke wilayah kerja Kabupaten/Kota rata – rata 14 jam, paling lama 25 jam dan paling singkat 2 jam. Untuk mencapai lokasi sarana, petugas Balai Besar POM di Banda Aceh umumnya menggunakan transportasi darat (94%), selebihnya menggunakan transportasi laut (5%) dan udara (1%). Lokasi sarana yang menggunakan transportasi laut yaitu Kota Sabang (Pulau Weh), Kabupaten Simeulue menggunakan transportasi laut dan udara. Untuk melaksanakan pengawasan disatu wilayah kerja diperlukan rata-rata waktu selama 7,5 jam. Pada tahun 2011 panjang jalan kabupaten/kota diseluruh provinsi Aceh adalah 13.541,07 Km dimana 3.165,44 Km diantaranya berada dalam kondisi baik, dan 5.681,06 Km dalam kondisi sedang dan selebihnya 4.994,57 Km dalam kondisi rusak. Total panjang jalan kabupaten/kota
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
30
6.203,57 km beraspal, 4.837,42 km berpermukaan kerikil dan selebihnya sepanjang 2.800,08 km masih berpermukaan tanah. 1.2.12 Isu Strategis Isu strategis yang dihadapi Balai Besar POM di Banda Aceh adalah meningkatnya peredaran produk obat, obat tradisional, kosmetik dan makanan yang tidak memenuhi syarat di wilayah Provinsi Aceh.
Peresmian Pelabuhan Krueng
Geukuh di Aceh Utara sebagai jalur masuk kedua bagi produk impor (selain pelabuhan Sabang di Banda Aceh) dapat meningkatkan peredaran produk obat, obat tradisonal, kosmetik, dan makanan yang tidak memenuhi syarat. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh harus mampu menurunkan jumlah produk yang tidak memenuhi syarat di Provinsi Aceh yaitu obat yang tidak memenuhi syarat, obat tradisional yang mengandung Bahan Kmia Obat (BKO), kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, suplemen yang tidak memenuhi syarat dan makanan yang mengandung bahan berbahaya. Selain itu sejalan dengan diberlakukannya syariat islam, Balai Besar POM di Banda Aceh diharapkan dapat menurunkan, atau bahkan menghilangkan peredaran makanan yang tidak halal di masyarakat. Hasil analisa lingkungan strategis baik eksternal maupun internal dirangkum dalam tabel 3 berikut :
Tabel 3 Rangkuman Analisis SWOT HASIL PEMBAHASAN (SWOT) Kekuatan
1. Kualitas SDM
(Strengths)
2. Integritas Pelayanan Publik diakui secara Nasional 3. Networking
yang
kuat
dengan
lembaga-lembaga
pusat/daerah/internasional 4. Pedoman Pengawasan yang jelas 5. Komitmen Pimpinan
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
31
Kelemahan
1. Masih terbatasnya jumlah SDM
(Weaknesses)
2. Masih belum optimalnya sistem manajemen kinerja 3. Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun utama 4. Masih kurangnya dukungan IT
Peluang
1. Adanya Program Nasional (JKN dan SKN)
(Opportunities)
2. Perkembangan Teknologi yang sangat cepat 4. Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait 5. Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Tantangan
1. Perubahan iklim dunia
(Threats)
2. Lemahnya penegakan hokum 3. Perubahan pola hidup masyarakat 4. Adanya Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Area) 5
Perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat
Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, maka Balai Besar POM di Banda Aceh perlu melakukan penguatan organisasi dan Networking dengan lembagalembaga pusat/daerah/internasional, agar faktor-faktor lingkungan strategis yang mempengaruhi baik dari internal maupun eskternal tidak akan menghambat pencapaian tujuan dan sasaran organisasi Balai Besar POM di Banda Aceh periode 2015-2019. Dilihat dari keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan kelemahan serta pengaruh lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman, posisi organisasi Balai Besar POM di Banda Aceh harusnya melakukan pengembangan dengan meningkatkan dukungan terhadap IT agar dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi Balai Besar POM di Banda Aceh periode 2015-2019. Penguatan terhadap organisasi Balai Besar POM di Banda Aceh juga menjadi prioritas pada RPJMN ketiga ini agar organisasi menjadi kokoh dan mampu bertahan ditengah suasana krisis ekonomi yang berkepanjangan serta isu perubahan iklim dunia yang tidak dapat diprediks,i semuanya akan berimbas pada tujuan akhir pembangunan lima tahun kedepan yaitu ditahun 2019. Adapun perkuatan yang diperlukan disajikan pada tabel 3 berikut :
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
32
Tabel 4 Penguatan Peran Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019 Penguatan a. Pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan sesuai Sistem standar Pengawasan Obat b. Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan dan Makanan sesuai standar c. Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan Makanan d. Penyidikan dan penegakan hukum Kerjasama, a. Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha Komunikasi, melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik Informasi dan termasuk peringatan publik Edukasi Publik b. Pengelolaan data dan informasi Obat dan Makanan c. Menentukan peta zona rawan peredaran Obat dan Makanan yang tidak sesuai dengan standar d. Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan yang tidak memenuhi standard
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
33
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BPOM Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, maka Balai Besar POM di Banda Aceh sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga Pengawasan Obat dan Makanan dituntut untuk dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat Obat dan Makanan tersebut sesuai standar yang telah ditetapkan. Untuk maksud tersebut, disusun visi dan misi serta tujuan dan sasaran Balai Besar POM di Banda Aceh. Gambar 6 Peta Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Periode 2015-2019
Terciptanya iklim inovasi yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing obat dan makanan di pasar lokal dan Global
Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan yang aman untuk meningkatkan kesehatan masayarakat
Meningkatnya kualitas Obat dan Makanan yang beredar sesuai standard
Meningkatnya kualitas kebijakan teknis pengawasan (NSPK) yang dihasilkan
Meningkatnya kualitas sampling dan pengujian terhadap produk obat dan makanan yang beredar
SDM DAN ORGANISASI ANGGARAN SDM andal, adaptif, profesional dan berkredibelitas
Meningkatnya kualitas sarana produksi yang
memenuhi standard
Meningkatnya hasil tindaklanjut penyidikan terhadap pelanggaran obat dan makanan
Meningkatnya kualitas kebijakan pengawasan obat dan makanan
Meningkatnya kualitas sarana distribusi yang memenuhi standard
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha dan kerjasama dengan stakeholders
INFRASTRUKTUR Meningkatn ya kapasitas Organisasi
Meningkat nya sistem
Meningkatnya akuntabilitas pengguna dana
Anggaran Badan POM yang
memadai
informasi
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
34
2.1
VISI Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Balai Besar POM di Banda Aceh
harus memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan pelaksanaan RPJMN 2015-2019 dan RKP Tahunan, melalui penyusunan rencana strategis dan rencana tahunan yang berkualitas serta optimalisasi pengendalian dan monitoring evaluasi atas pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan secara efektif dan efisien serta pelaksanaan tugas-tugas lainnya dari pemerintah. Kualitas pengawasan Obat dan Makanan dapat dilihat dari: 1) Kualitas kebijakan dalam penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria terhadap Obat dan Makanan; 2) Kualitas pengawasan Obat dan Makanan, serta 3) Kerjasama dan Komunikasi Publik dalam mendorong peran serta masyarakat dalam memanfaatkan produk-produk Obat dan Makanan sesuai standar. Apabila keseluruhan hal tersebut dapat terpenuhi maka Balai Besar POM di Banda Aceh telah mampu berperan dalam mendukung pencapaian, target, sasaran, misi dan visi RPJMN 2015-2019 sesuai visi, misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-2019, dan selanjutnya mendukung pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara sesuai amanat UUD 1945, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Adapun visi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong” Misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan, 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum, 3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim,
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
35
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera, 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing, 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju dan kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, dan 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Untuk mendukung pencapaian visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam RPJMN 2015-2019 tersebut, maka Balai Besar POM di Banda Aceh sesuai dengan tugas dan kewenangannya sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam pengawasan Obat dan Makanan menetapkan Visi Balai Besar POM di Banda Aceh 2015-2019 adalah sebagai berikut: ”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa” Penjelasan Visi: Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut: Aman
:
Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan Makanan telah melalui analisa dan kajian sehingga risiko yang mungkin
masih
timbul
adalah
seminimal
mungkin/dapat
ditoleransi/tidak membahayakan saat digunakan pada manusia. Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat Obat dan Makanan meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya terjamin. Daya Saing
:
Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah memenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional, sehingga adanya kesiapan suatu produk bangsa untuk interaksi di masa depan.
2.2
MISI
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
36
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai dengan penguatan peran Balai Besar POM di Banda Aceh sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Bab I. Misi Balai Besar POM di Banda Aceh adalah sebagai berikut: 1.
Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat Pengawasan Obat dan Makanan merupakan kegiatan yang komprehensif yaitu pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta penegakan hukum yang dilakukan Balai Besar POM di Banda Aceh. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban Balai Besar POM di Banda Aceh dalam melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman dengan tujuan akhir adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing, maka perlu disusun suatu sasaran strategis khusus serta mampu mengawalnya selama lima tahun. Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi, sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan akan didesain berdasarkan analisis risiko yang mana tujuannya untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.
2.
Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan. Pelaku usaha sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM), mempunyai peran yang sangat strategis dalam menjamin produk Obat dan Makanan aman. Mereka merupakan pemangku kepentingan yang mampu memberikan jaminan produk yang memenuhi standar dengan memenuhi ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Sebagai lembaga pengawas, Balai Besar POM di Banda Aceh harus bersikap konsisten terhadap pelaku usaha, yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan serta pembinaan dengan baik. Balai Besar POM di Banda Aceh harus mampu membina dan mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman,
bermanfaat/berkhasiat
dan
bermutu.
Dengan
pembinaan
secara
berkelanjutan diharapkan nantinya pelaku usaha mempunyai kemandirian dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
37
Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makanan terhadap Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan. Industri makanan, minuman memiliki kontibusi PDB non migas di tahun 2012 sebesar 36,33 persen, sementara Industri Kimia dan Farmasi sebesar 12,59 persen (sumber: Laporan Kemenperin 2004-2012). Perkembangan industri makanan, minuman dan farmasi (obat) dari tahun 2004 sampai dengan 2012 juga mempunyai tren yang meningkat. Hal ini tentunya merupakan suatu potensi yang luar biasa untuk industri tersebut berkembang lebih pesat. Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam negeri tidak hanya bersaing di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar negeri. Sebagai contoh, masih besarnya impor terhadap obat serta besarnya pangsa pasar dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri obat untuk dapat berkembang. Demikian halnya dengan industri makanan, dimana pasar dalam negeri dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia sangatlah potensial. Industri kosmetik, obat tradisional dan suplemen kesehatan pun mempunyai karakteristik yang sama. Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang sangat strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan, utamanya pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya peningkatan kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan yang memenuhi standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif dalam meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan. Menyadari adanya kekuatan luar biasa yang dimiliki oleh masyarakat, Balai Besar POM di Banda Aceh melakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mendukung pengawasan. Upaya tersebut salah satunya dilakukan melalui kegiatan Pemberdayaan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta kemitraan dengan pihak lain. Di sisi lain, arus globalisasi menjadi tantangan tersendiri karena masuknya produk
Comment [u1]: Tambah soal kemitraan dg pihak lain
yang tidak memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
38
Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai syarat keamanan produk Obat dan Makanan menimbulkan asymmetric information yang dapat dimanfaatkan oleh produsen nakal untuk menjual produk yang murah namun substandar. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Balai Besar POM di Banda Aceh tidak dapat berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pihak lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus disinkronkan dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah. Untuk itu, dalam melaksanakan tugas pengawasan Balai Besar POM di Banda Aceh bersinergi dengan lintas sektor terkait, sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan. 3.
Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang memadai
dalam
mencapai
kapasitas
kelembagaan
yang
kuat.
Hal
ini
membutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka Balai Besar POM di Banda Aceh harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi. Misi Balai Besar POM di Banda Aceh merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM di Banda Aceh. Pengawasan pre-
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
39
dan post-market yang berstandar internasional diterapkan dalam rangka memperkuat Balai Besar POM di Banda Aceh menghadapi tantangan globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan Balai Besar POM di Banda Aceh mampu melindungi masyarakat dengan optimal. Balai Besar POM di Banda Aceh juga melakukan kemitraan dengan pemangku kepentingan terkait kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi dan sebagainya yang merupakan potensi yang perlu diperkuat. Semua itu dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik terhadap Obat dan Makanan yang beredar di pasaran, sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan baku berbahaya dan ilegal. Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar (learning organization). Untuk mendukung itu, maka Balai Besar POM di Banda Aceh perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing). 2.3
BUDAYA ORGANISASI Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati
dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Nilainilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya. 1. Profesional Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi. 2. Integritas konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilainilai luhur dan keyakinan 3. Kredibilitas Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional. 4. Kerjasama Tim
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
40
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik. 5. Inovatif Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini. 6. Responsif/Cepat Tanggap Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah. 2.4
TUJUAN Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan Makanan, maka
tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1.
Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;
2.
Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi. Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di atas, adalah:
1.
Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan indikator: a. Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan Balai Besar POM di Banda Aceh;
2.
Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, dengan indikator: a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi ketentuan; b. Tingkat kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan pembinaan pengawasan Obat dan Makanan.
2.5
SASARAN STRATEGIS Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai Balai
Besar POM di Banda Aceh, dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki Balai Besar POM di Banda Aceh. Dalam
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
41
kurun waktu 5 (lima) tahun (2015-2019) ke depan diharapkan BPOM akan dapat mencapai sasaran strategis sebagai berikut:
1.
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh Balai Besar POM di Banda Aceh merupakan suatu proses yang komprehensif yaitu :Pertama, adalah pengawasan produk beredar (post-market control) yang dilakukan dengan melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang beredar, serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Kedua, pengujian laboratorium. Produk yang disampling berdasarkan risiko kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah Obat dan Makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan produk yang tidak memenuhi syarat dan kemudian akan ditarik dari peredaran. Ketiga, adalah penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Dalam bisnis Obat dan Makanan yang relatif menjanjikan keuntungan yang besar, rentan terhadap pelanggaran dari pelaku usaha. Oleh karena itu perlu suatu upaya penegakan hukum apabila terjadi pelanggaran terkait Obat dan Makanan. Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator sebagai berikut:
2.
1.
Persentase obat yang memenuhi syarat
2.
Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat
3.
Persentase kosmetik yang memenuhi syarat
4.
Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat
5.
Persentase makanan yang memenuhi syarat
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang baik.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
42
Kerjasama yang telah dilakukan oleh Balai Besar POM di Banda Aceh selama ini lebih banyak dengan unsur pemerintah serta masih bersifat sporadik, parsial dan belum dilakukan dengan program yang terukur dan sistematis. Padahal pelibatan berbagai pihak termasuk masyarakat sangat urgen dan strategis dalam menopang tugas pengawasan Obat dan Makanan yang menjadi mandat Balai Besar POM di Banda Aceh. Untuk mendorong kemitraan dan kerjasama yang lebih sistematis dimulai dengan mengidentifikasi tingkat kepentingan, baik pemerintah maupun sektor private dan kelompok masyarakat terhadap tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM di Banda Aceh. Setelah itu, mengidentifikasi sumber daya apa yang telah dimiliki oleh masing-masing institusi tersebut dalam mendukung tugas yang menjadi mandat Balai Besar POM di Banda Aceh, lalu menentukan indikator bersama atas keberhasilan program yang (akan) dikerjasamakan. Kerjasama dan kemitraan bisa dilakukan dengan saling mendukung serta berbagi sumber daya (bisa dana, program atau SDM) yang tersedia di masing-masing lembaga dengan terlebih dahulu menentukan tujuan dan kerangka kerjasamanya. Atau bisa juga dengan “mendelegasikan” program-program yang ada di Balai Besar POM di Banda Aceh kepada lembaga/ kelompok masyarakat sipil yang memiliki program yang sejalan dengan Balai Besar POM di Banda Aceh dengan mendukung pembiayaan program lembaga tersebut. Untuk memastikan bahwa kerjasama ini bisa berjalan dengan baik dan berkelanjutan, maka harus diikat dengan sebuah kesepakatan (MoU) yang mengikat kedua belah pihak dengan mengacu pada tujuan kerjasama yang telah disepakati. Di sisi lain, juga harus disepakati adanya mekanisme dan sistem monitoring dan evaluasi yang terlembagakan, serta memastikan bahwa hasil kerjasama ini juga bisa diakses dan dievaluasi bersama oleh publik yang lebih luas. Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah masyarakat sebagai konsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat) masih berpotensi untuk tidak memenuhi syarat, sehingga masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang aman, bermanfaat dan bermutu. Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makanan yang memenuhi syarat, harus
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
43
diikuti dengan memberikan kegiatan pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi (KIE). Di samping itu, pengawasan Obat dan Makanan perlu dilakukan oleh pelaku usaha baik produsen, distributor dan pelaku usaha lain. Pengawasan oleh pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir, dari sebelum sampai sesudah produk beredar, salah satunya adalah meliputi pengawasan Obat dan Makanan di sarana produksi dan sarana distribusi. Produsen mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan. Dari sisi pemerintah, Balai Besar POM di Banda Aceh bertugas dalam mengkawal kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha. Paradigma Balai Besar POM di Banda Aceh sebagai lembaga pengawas dan ditakuti oleh pelaku usaha selama ini mulai berubah, dengan adanya upaya yang dilakukan Balai Besar POM di Banda Aceh dalam menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan para pelaku usaha. Tanpa meninggalkan tugas utama pengawasan, Balai Besar POM di Banda Aceh berupaya memberikan dukungan kepada pelaku usaha untuk memperoleh kemudahan dalam usahanya. Salah satunya melalui jaminan kualitas (quality assurance) pengawasan, melalui pendampingan regulatory (regulatory assistance). Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang mendukung pada peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan mutu Obat dan Makanan. Pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan harus didukung dalam menghadapi tantangan perdagangan bebas. Salah satunya adalah dengan memberikan dukungan regulatory (sistem pengawasan) kepada pelaku usaha secara intensif. Faktor lainnya yang menjadi variabel penentu dalam meningkatkan kemudahan usaha adalah daya saing. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikatornya sebagai berikut: 1. Tingkat kepuasan masyarakat
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
44
2. Jumlah Kabupaten / Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan 3.
Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM Kualitas
tatakelola
pemerintahan
(good
governance)
adalah
prasyarat
tercapainya sasaran strategis Balai Besar POM di Banda Aceh. Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi masyarakat. Balai Besar POM di Banda Aceh telah melaksanakan Reformasi Birokrasi yang terus dipelihara untuk menciptakan birokrasi yang bermental melayani dan berkinerja tinggi sehingga kualitas pelayanan publik yang diberikan Balai Besar POM di Banda Aceh akan meningkat. Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine) merupakan modal penggerak organisasi. Adapun sumber daya dimaksud adalah yang terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang kinerja. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi. Untuk memperkuat sistem pengawasan Obat dan Makanan, Balai Besar POM di Banda Aceh perlu memperkuat kapasitas SDM dalam pengawasan Obat dan Makanan untuk menjawab tantangan yang terjadi (emerging issus). Dalam hal ini pengelolaan SDM harus sejalan dengan mandat transformasi UU ASN yang dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan kebutuhan, (ii) pengadaan, (iii) pola karir, pangkat, dan jabatan, (iv) pengembangan karir, penilaian kinerja, disiplin, (v) promosi-mutasi, (vi) penghargaan, penggajian, dan tunjangan, (vii) perlindungan jaminan pensiun dan jaminan hari tua, sampai dengan (viii) pemberhentian. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikatornya adalah: 1.
Nilai SAKIP Balai Besar POM di Banda Aceh dari Badan POM
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
45
Adapun Tabel 3 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Balai Besar POM di Banda Aceh periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah sebagai berikut : Tabel 5 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BBPOM di Banda Aceh periode 2015-2019 VISI
MISI
TUJUAN
Obat dan Makanan Aman Meningkatka n Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa
Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat
Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman
SASARAN STRATEGIS Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan
Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan
INDIKATOR KINERJA 1. Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis 2. Pemenuhan target sampling produk obat disektor puplik (IFK); 3. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan; 4. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan; 5. Jumlah perkara di bidang Obat dan Makanan 6. Jumlah layanan public Balai Besar POM 7. Jumlah komunitas yang diberdayakan 8. Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar 9. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu 1. Tingkat kepuasan masyarakat; 2. Jumlah Kabupaten /Kota yang memberikan
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
46
jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.
dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi
Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM
pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM
komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan makanan
1. Nilai SAKIP Balai Besar POM di Banda Aceh dari badan POM
Indikator Kinerja Utama ( IKU ) yang dipilih dari indikator Sasaran Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh setelah uraian Sasaran Strategis tersebut diatas adalah sebagai berikut : 1. Persentase Obat yang memenuhi syarat 2. Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat 3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat 4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat 5. Persentase Makanan yang memenuhi syarat 6. Tingkat Kepuasan masyarakat.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
47
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN 3.1
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BADAN POM Berdasarkan pada hasil Analisa SWOT tersebut di atas, disusun arah kebijakan
dan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BADAN POM periode 20152019 yaitu : Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan: 1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat 2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat dan Makanan 3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Obat dan Makanan 4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien. Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal: Eksternal: 1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan; 2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan; Internal: 3) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
48
4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja individu/pegawai; 5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai; 6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BADANPOM secara lebih proporsional dan akuntabel; 7] Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan. Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarakat sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan strategis baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan BPOM sendiri. Untuk konteks kerjasama misalnya, secara kelembagaan selama ini di BPOM belum ada satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang menangani terkait dengan kerjasama ini. Bahwa ada Biro Kerjasama Luar Negeri, tetapi fokus tugas dan fungsi Biro ini tidak terkait dengan model kerjasama yang akan dikembangkan oleh BPOM ke depan. Oleh sebab itu, perlu segera melakukan pembenahan di level organisasi dan kelembagaan dengan membentuk satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang bertanggungjawab atas program kerjasama dan kemitraan ini. Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BADAN POM sendiri. Poin penting yang harus diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya. Sistem pengawasan, manajemen kinerja, pengelolaan anggaran yang efisien, efektif dan akuntabel, peningkatan kualitas Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan tersebut, BADAN POM menetapkan program-programnya sesuai RPJMN
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
49
periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai berikut: a.
Program Teknis Program Pengawasan Obat dan Makanan Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama BADAN POM dalam pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.
b.
Program Generik 1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya. 2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BADAN POM Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan
prioritas BADAN POM, sebagai berikut: a.
Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan 1) Penyusunan standar Obat dan Makanan berupa Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) pengawasan Obat dan Makanan (pre dan post-market); 2) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar melalui penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan penandaan. 3) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan, sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi Pangan dan Bahan Berbahaya; 4) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif; 5) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya laboratorium Obat dan Makanan; 6) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan; 7) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan pemangku kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
50
b.Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):
1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan;
2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas Obat dan Makanan;
3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM;
4) Peningkatan Kompetensi Aparatur BPOM; 5) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan Masyarakat.
3.2
Comment [a2]: Saya setuju nomenklatur kegiatan dicluster, tetapi apakah memang diperbolehkan/ tidak harus mengikuti restrukturisasi program dan kegiatan? Comment [a3]: Cluster kegiatan yang mana yang menggambarkan fungsi manajemen SDM yang dikelola Biro Umum selama ini??? Cluster kegiatan yang mana yang menggambarkan fungsi pusat informasi OM. Comment [a4]: Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan Pelaporan --narasi yang ada belum menggambarkan fungsi evaluasi dan pelaporan dan perumusan Renstra
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BALAI BESAR POM DI BANDA ACEH
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi, tujuan dan sasaran yang ditetapkan, Balai Besar POM di Banda Aceh
menetapkan arah, kebijakan dan strateginya. Arah
Kebijakan yang akan dilaksanakan: 1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat 2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat dan Makanan 3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Obat dan Makanan Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal: Eksternal: 1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan; 2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan; Internal:
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
51
3) Melakukan pengawalan Regulatory pengawasan Obat dan Makanan yang berbasis risiko; 4) Membangun Manajemen Kinerja secara komprehensif dari kinerja institusi hingga kinerja individu/pegawai; 5) Mengelola anggaran lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja institusi dan pegawai; 6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas secara lebih proporsional dan akuntabel; 7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan. Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarakat sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan strategis baik internal maupun eskternal maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian dalam mekanisme internal organisasi. Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi dan kelembagaan serta sumber daya manusianya. Keterbatasan jumlah SDM yang dimiliki akan ditingkatkan kompetensinya . Sistem pengawasan, manajemen kinerja, pengelolaan anggaran yang efisien, efektif dan akuntabel, peningkatan kualitas Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Balai Besar POM di Banda Aceh sebagai institusi pengawasan Obat dan Makanan telah menetapkan programprogramnya sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaitu : a.
Program Teknis Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Balai Besar POM di Banda Aceh dalam pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.
b.
Program Generik a.
Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
52
b.
Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana.
Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan prioritas, sebagai berikut: a.
Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan 1) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar melalui penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan penandaan. 2) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan, sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi Pangan dan Bahan Berbahaya; 3) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif; 4) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya laboratorium Obat dan Makanan; 5) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan; 6) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan pemangku kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):
1) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur 2) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan
Comment [a5]: Saya setuju nomenklatur kegiatan dicluster, tetapi apakah memang diperbolehkan/ tidak harus mengikuti restrukturisasi program dan kegiatan? Comment [a6]: Cluster kegiatan yang mana yang menggambarkan fungsi manajemen SDM yang dikelola Biro Umum selama ini???
Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur;
3) Peningkatan Kompetensi Aparatur; 4) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan Masyarakat.
Cluster kegiatan yang mana yang menggambarkan fungsi pusat informasi OM.
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, selanjutnya dijabarkan sasaran program dan kegiatan berdasarkan logic model perencanaan. Adapun logic model penjabaran terhadap sasaran program dan kegiatan ditampilkan pada gambar
6
sebagai berikut :
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
53
Gambar 7 Log Frame Balai Besar POM di Banda Aceh Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan pertisipasi masyarakat
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan pertisipasi masyarakat
Tabel 6 Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator PROGRAM
SASARAN PROGRAM
KEGIATAN STRATEGIS
SASARAN KEGIATAN
INDIKATOR
PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan Persentase pangan fortifikasi yang memenuhi ketentuan
Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM di Banda Aceh
Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia
1. Jumlah sample yang diuji menggunakan parameter kritis 2. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan 3. Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK) 4. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
54
5. Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan 6. Jumlah sarana dan prasarana yang terkait pengawasan Obat dan Makanan 7. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu 8. Jumlah layanan informasi BBPOM 9. Desa/Kelurahan yang diintervensi program Keamanan Pangan 3.3
KERANGKA REGULASI Dalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan di wilayah Propinsi Aceh
maka
Balai Besar POM di Banda Aceh memerlukan regulasi yang kuat guna
mendukung system pengawasan itu sendiri serta menjadi payung hukum dalam bertindak. Sebagain instansi teknis , tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja yang harus dipenuhi, melainkan perlu adanya regulasi yang bersifat adminitratif dan strategis. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan tugas pemerintahan yang tidak dapat dilakukan sendiri, dan dalam praktiknya dibutuhkan kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik pemerintah maupun swasta. Berkoordinasi dengan lintas sektor Dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai bagian dari lintas sektornya telah dilakukan dengan intensif. Beberapa kegiatan diantaranya adalah bersama dalam pengawasan obat dan makanan. Sementara itu pada pelaksanakan tugas dan fungsi instansi pemerintah harus memperhatikan peraturan perundang-undangan seperti Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Terhadap pengawasan Obat dan Makanan menjadikannya suatu aspek penting yang dilihat dari berbagai segi. Dari segi kesehatan, Obat dan
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
55
Makanan secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan, namun menyangkut kehidupan seorang manusia. Obat dan Makanan tidak dapat dipandang sebelah mata dan dianggap inferior dibanding faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Selain di bidang kesehatan, Obat dan Makanan merupakan potensi yang sangat besar dari sisi ekonomi bagi pelaku usaha (produsen dan distributor), disamping juga dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup besar dan berkontribusi pada pengurangan jumlah pengangguran. Visi Balai Besar POM di Banda Aceh yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa mempunyai beberapa maksud, diantaranya: pertama, daya saing bangsa dalam hal ini adalah dengan Obat dan Makanan yang terjamin keamanan, manfaat, dan mutunya maka secara tidak langsung akan membentuk seorang manusia yang sehat dan berkualitas. Dengan makanan yang bergizi maka seseorang akan tumbuh dengan baik jasmani dan rohaninya/kecerdasannya. Obat yang aman dan bermutu akan dapat menurunkan tingkat risiko kematian akibat penyakit yang tidak berkhasiat, dan pasien dapat tertolong dengan obat yang bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan secara optimal, maka Balai Besar POM di Banda Aceh perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan perundang-undangan yang kuat dalam lingkup pengawasan Obat dan Makanan. Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan dalam rangka memperkuat sistem pengawasan antara lain: 1.
Peraturan Perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan. Peraturan ini dapat berupa Peraturan baru atau revisi Peraturan Kepala BPOM atau Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan yang perlu disusun untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan. Peraturan Kepala BPOM yang bersifat teknis maupun non-teknis dapat diidentifikasi sebagai pelaksana dari kegiatan yang sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan di Balai. Beberapa kegiatan yang terkait diantaranya dalam menetapkan hasil uji laboratorium yang belum memiliki standar sehingga Peraturan Kepala Badan POM ini sangat dibutuhkan. Demikian juga Peraturan terkait dengan kegiatan penyidikan.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
56
2.
Norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintah konkuren.
3.
Memorandum of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan di wilayah Free Trade Zone (FTZ), daerah perbatasan, terpencil dan gugus
pulau.
Hal
ini
diperlukan
karena
belum
optimalnya
quality
surveilance/monitoring mutu untuk daerah perbatasan, daerah terpencil dan gugus pulau. Wilayah ini sangat rentan akan munculnya pelanggaran terhadap peredaran obat tidak memenuhi persyaratan ataupun pangan, kosmetika dan obat tradisional TIE. 4.
Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan dan Early Warning System (EWS) yang informatif, antara lain: Peraturan baru terkait KLB dan Farmakovigilans dan Mekanisme pelaksanaan Sistem Outbreak response dan EWS. Upaya ini dapat membantu memperbaiki Sistem Outbreak response dan EWS yang belum optimal dan informatif sehingga didapatkan response yang cepat dan efektif pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan dengan bahan obat dan makanan (contohnya adalah penanganan KLB yang belum memenuhi SOP).
5.
Peraturan Kepala Badan POM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah. Hal ini sangat diperlukan dalam penguatan hubungan timbal balik antara Balai Besar POM di Banda Aceh dengan Pemda Propinsi maupun di Kabupaten / Kota.
3.4
KERANGKA KELEMBAGAAN Untuk memperkuat peran dan fungsi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di
Banda Aceh dalam melaksanakan mandat Renstra 2015-2019, maka dilakukan beberapa inisiatif penataan kelembagaan interorganisasi dalam bentuk koordinasi lintas instansi/lembaga maupun hubungan relasional dengan para pemangku kepentingan utama. Beberapa aspek yang harus diintegrasikan dan dikoordinasikan oleh Balai Besar POM di Banda Aceh agar lebih efisien dan efektif adalah :
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
57
1. Penyesuaian Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar POM di Banda Aceh sesuai dengan perubahan lingkungan strategis periode 2015-2019 yang ditetapkan Badan POM RI. Perkuatan Lembaga Balai Besar POM di Banda Aceh sebagai ujung tombak perlindungan masyarakat terhadap produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan, mutu dan khasiatnya, secara tidak langsung akan mendorong daya saing produk Obat dan Makanan daerah bersaing di pasar nasional dan internasional. Oleh sebab itu penjajakan dan peningkatan kelembagaan Balai Besar`POM di Banda Aceh diarahkan pada aspek: a. Perkuatan Sistem Pengawasan produk Obat dan Makanan di daerah. b. Perkuatan kapasitas laboratorium dalam rangka pengujian keamanan, mutu dan khasiat/manfaat produk Obat dan Makanan sesuai dengan perkembangan terkini. c. Peningkatan kemampuan SDM dengan cara mengembangkan potensi personil melalui pelatihan teknis dan manajemen berdasarkan kajian need assessment. 2. Penguatan hubungan dengan lembaga pemerintah di daerah di bidang pengawasan Obat dan Makanan; 3. Koordinasi dengan lintas sektor terkait yang memiliki tugas sama dalam rangka mewujudkan pencapaian prioritas pembangunan kesehatan; 4. Koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas sama dalam rangka penyidikan hukum yang tergabung dalam aparat gabungan penegak hukum. Hal ini sangat diperlukan karena peredaran Obat dan Makanan ilegal merupakan aspek pidana yang masuk dalam sistem peradilan pidana; 5. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan untuk memastikan bisnis proses dan tata laksana baik dalam hal tata kelola pembuatan keputusan, implementasi keputusan, tata kelola evaluasi, serta manajemen kinerja dilaksanakan secara efektif, efisien, dan transparan; 6. Penyempurnaan tata laksana dengan membuat prosedur dan instruksi kerja yang memastikan pelaksanaan pengawasan obat dan makananan dilaksanakan sesuai standar; 7. Pemantapan pengelolaan SDM ASN, mulai dari perencanaan kebutuhan berdasarkan analisa jabatan dan analisa beban kerja, peningkatan kompetensi dan profesionalisme ASN, penilaian kinerja individu ASN, hingga penysunan kebutuhan anggaran untuk biaya rutin ASN.
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
58
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 4.1
Target Kinerja Sebagaimana sasaran strategis Badan POM RI sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka target Balai Besar POM di Banda Aceh tahun 2015-2019 sesuai dengan indikator masing-masing sasaran strategis adalah sebagai berikut: Tabel 7 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
Indikator Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat meningkat Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat meningkat Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat meningkat Persentase Makanan yang memenuhi syarat meningkat Tingkat Kepuasan Masyarakat Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan
2015 97,00
Target Kinerja 2016 2017 2018 97,50 98,00 98,50
2019 99,00
78,00
79,00
80,00
81,00
82,00
90,00
91,00
92,00
93,00
94,00
80,00
81,00
82,00
83,00
84,00
88,00
88,50
89,00
89,50
90,00
98
98
98
24
24
24
98
98
24
24
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
59
dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
Nilai SAKIP BPOM dari MENPAN
A
A
A
A
A
Untuk mencapai Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan dilaksanakan Program Pengawasan Obat dan Makanan melalui Kegiatan-Kegiatan: 1. Pengawasan Sarana Distribusi Obat 2. Pengawasan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif 3. Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan 4. Penilaian Keamanan Pangan 5. Inspeksi dan Sertifikasi Pangan 6. Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya 7. Surveilan dan Promosi Keamanan Pangan 8. Pemeriksaan secara Laboratorium, Pengujian dan Penilaian Keamanan, Manfaat dan Mutu Obat dan Makanan, serta Pembinaan Laboratorium POM 9. Investigasi Awal dan Penyidikan terhadap Pelanggaran Bidang Obat dan Makanan Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan dilaksanakan Program Pengawasan Obat dan Makanan melalui Kegiatan-Kegiatan: 1. Pengawasan Sarana Distribusi Obat / Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha Obat 2. Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan/Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
60
3. Inspeksi dan Sertifikasi Pangan/Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha Pangan Olahan Untuk mencapai Sasaran Strategis meningkatnya kualitas kapasitas
organisasi
dilaksanakan: (i)
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis melalui Kegiatan-Kegiatan: 1. Koordinasi Kegiatan Layanan Pengaduan Konsumen, dan Hubungan Masyarakat 2. Koordinasi Perumusan Renstra 3. Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur Negara 4. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur 5. Pelayanan Informasi Obat dan Makanan, Informasi Keracunan dan Teknologi Informasi
(ii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana melalui Kegiatan-Kegiatan: 1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 2. Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur 4.2
KERANGKA PENDANAAN Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis Balai Besar POM di Banda Aceh tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut : Tabel 8 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan Sasaran Strategis
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Indikator Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat
Alokasi (dalam Jutaan Rupiah) 2015
2016
2017
2018
2019
95,55
110,36
120,39
130,43
143,80
71,66
82,77
90,29
97,82
107,85
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
61
Sasaran Strategis
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
Indikator
Alokasi (dalam Jutaan Rupiah) 2015
2016
2017
2018
2019
143,33
165,54
180,59
195,64
215,70
23,89
27,59
30,10
32,61
35,95
143,33
165,54
180,59
195,64
215,70
157
165
173
182
191
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
19.960
19.960
19.960
19.960
19.960
Nilai SAKIP BPOM dari MENPAN
17254, 624
18980, 086
20878, 095
22965, 904
25262, 494
meningkat Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat meningkat Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat meningkat Persentase Makanan yang memenuhi syarat meningkat Tingkat Kepuasan Masyarakat
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
62
BAB V PENUTUP Renstra Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019 adalah panduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya untuk 5 (lima) tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapan organisasi, ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya. Renstra Balai Besar POM
di Banda Aceh Tahun 2015-2019 merupakan
komitmen bersama seluruh jajaran di dalam unit kerja untuk mencapai visi dan misi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang pada akhirnya adalah pencapaian Pembangunan Nasional dalam RPJMN. Renstra ini masih perlu dijabarkan dalam rumusan rumusan yang lebih operasional yang kemudian dijabarkan dalam langkah nyata berupa kegiatan kegiatan yang bersifat preventif dan represif. Evaluasi Renstra akan dilaksanakan setiap tahunnya didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Nasional. Dengan penuh harapan pelaksanaan Renstra Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019 dapat dilaksanakan bersama dengan harmonis sehingga akan memberikan kontribusi “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong” yang merupakan program kerja Presiden dan wakil Presiden terpilih periode 2014 - 2019
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
63
LAMPIRAN 1 Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM BANDA ACEH Pro gra m/ Keg ia tan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Loka si
Bas elin e (Re alis asi 201 4)
Prov insi Aceh
Prov insi Aceh
Target
Alokasi (dalam Jutaan rupiah) Unit Pelak sana
K/L-N-BNS-BS
2015
2016
201 7
2018
2019
2015
2016
2017
2018
98.7 9%
97.00
97.50
98.0 0
98.5 0
99.0 0
95.55
110.3 6
120.39
130.4 3
14 3. 80
BBPOM B. Aceh
Badan POM
85.7 1%
78.00
79.00
80.0 0
81.0 0
82.0 0
71.66
82.77
90.29
97.82
10 7. 85
BBPOM B. Aceh
Badan POM
2019
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh
SS 1
1.1.
1.2.
Mengua tnya sistem pengaw asan Obat dan Makan an Persent ase obat yang memen uhi syarat Persent ase obat Tradisi onal yang memen uhi syarat
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
64
1.3.
1.4.
1.5.
SS 2
Persent ase Kosmet ik yang memen uhi syarat Persent ase Suplem en Kesehat an yang memen uhi syarat Persent ase makana n yang memen uhi syarat Mening katnya keman dirian pelaku usaha, kemitr aan dengan peman gku kepenti ngan, dan partisi pasi masyar akat
Prov insi Aceh
99.8 8%
90.00
91.00
92.0 0
93.0 0
94.0 0
143.3 3
165.5 4
180.59
195.6 4
21 5. 70
BBPOM B. Aceh
Badan POM
Prov insi Aceh
98.2 8%
80.00
81.00
82.0 0
83.0 0
84.0 0
23.89
27.59
30.10
32.61
35 .9 5
BBPOM B. Aceh
Badan POM
Prov insi Aceh
75.3 7%
88.00
88.50
89.0 0
89.5 0
90.0 0
143.3 3
165.5 4
180.59
195.6 4
21 5. 70
BBPOM B. Aceh
Badan POM
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
65
2 . 1 2 . 2
S S 3 3 . 1
Tingkat Kepuasan Masyarakat Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM
Prov insi Aceh
NA
98.00
98.00
98.0 0
98.0 0
98.0 0
157
165
173
182
191
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Prov insi Aceh
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
19960
19960
19960
19960
199 60
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Prov insi Aceh
A
A
A
A
A
A
17254 .624
18980.0 86
20878 .095
22965 .904
252 62.4 94
BBPO M B. Aceh
Badan POM
2303
2642
2856
3079
339 5
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Program Pengawasan Obat dan Makanan S P 1 1 . 1 . 1 . 2 . 1 . 3 .
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan Persentase obat yang memenuhi syarat
Prov insi Aceh
98.79 %
97.00
97.50
98.0 0
98.5 0
99.0 0
95.55
110.36
120.3 9
130.4 3
143. 80
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat
Prov insi Aceh
85.71 %
78.00
79.00
80.0 0
81.0 0
82.0 0
71.66
82.77
90.29
97.82
107. 85
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
Prov insi Aceh
99.88 %
90.00
91.00
92.0 0
93.0 0
94.0 0
143.3 3
165.54
180.5 9
195.6 4
215. 70
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
66
1 . 4 . 1 . 5 . 1 . 6 . S P 2
2 . 1 2 . 2
S P 3
Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat
Prov insi Aceh
98.28 %
80.00
81.00
82.0 0
83.0 0
84.0 0
23.89
27.59
30.10
32.61
35.9 5
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Persentase makanan yang memenuhi syarat
Prov insi Aceh
75.37 %
88.00
88.50
89.0 0
89.5 0
90.0 0
143.3 3
165.54
180.5 9
195.6 4
215. 70
BBPO M B. Aceh
Badan POM
88.00
88.50
89.0 0
89.5 0
90.0 0
143.3 3
165.54
180.5 9
195.6 4
215. 70
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Persentase pangan fortifikasi makanan yang memenuhi ketentuan Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan pertisipasi masyarakat Tingkat Kepuasan Masyarakat Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
Prov insi Aceh
Prov insi Aceh
NA
98.00
98.00
98.0 0
98.0 0
98.0 0
157
165
173
182
191
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Prov insi Aceh
24.00
24.00
24.00
24.0 0
24.0 0
24.0 0
62
70
70
72
75
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
67
3 . 1
Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM
Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Banda Aceh Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di BB POM di Banda Aceh 1 Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis 2
3
4
5
6
7
Prov insi Aceh
Prov insi Aceh
A
2,900
A
A
A
A
A
17254 .624
18980.0 86
20878 .095
22965 .904
252 62.4 94
BBPO M B. Aceh
Badan POM
2500
2500
2500
2500
2500
477.7 50
551.801
601.9 65
652.1 29
719. 014
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)
Prov insi Aceh
76.67 %
100.00 %
100.00 %
100. 00%
100. 00%
100. 00%
0.000
0.000
0.000
0.000
0.00 0
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan
Prov insi Aceh
25%
25%
63%
63%
63%
63%
65.66 3
71.507
72.22 9
72.22 9
75.8 41
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
Prov insi Aceh
43%
43 %
43 %
43 %
43 %
43 %
1,569. 192
1,647. 651
1,77 1.22 5
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
Prov insi Aceh
10
8
9
10
11
12
444.1 96
524.707
612.1 58
707.0 42
829. 167
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Jumlah layanan publik BBPOM di Banda Aceh
Prov insi Aceh
480
500
530
555
580
610
603.9 75
704.638
801.5 25
906.3 40
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Jumlah Komunitas yang diberdayakan
Prov insi Aceh
11
16
21
26
31
36
747.4 54
850.229
961.4 13
1081. 589
1,04 3.90 9 124 0.22 2
BBPO M B. Aceh
Badan POM
1,315. 089
1494.46 8
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
68
8
9
Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar dibandingkan standar minimal lab.BPOM Banda Aceh termasuk kelompok II. Standar minimal (kimia dan mikro) kelompok II sesuai SK Kabadan. 1.Neraca=24 2.FTIR=0 3.HPLC=8 4.GC=25.GCMS=26. LCMS=17. AAS=28. Alat uji disolusi=2,9. UPLC=110. TLC System=211. Inkubator=1312. LAF/BSF=613. Autoclaf=314. Spektrofotometer= 315. Protein Analyzer=1 Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
Prov insi Aceh
Prov insi Aceh
77
79
83
85
87
89
10
10
9
10
9
10
890.0 00 (peng adaan alat penun jang, tidak ada pembe lian katego ri 15 alat utama )
1,298. 209
1.500.0 00 (pengad aan 1 bh AAS, 1 bh neraca semimik ro, microw ave digesti, alat penunja ng)
2.000. 000 (peng adaan 1 bh GC, 1 bh BSF, alat penun jang)
5.500. 000 (peng adaan 1 bh neraca mikro, 1 bh LCMS, alat penun jang)
1,428.0 30
1,570. 833
1,727. 916
2.50 0.00 0 (pen gada an 1 bh HPL C, alat pen unja ng)
1,90 0.70 8
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
BBPO M B. Aceh
BBPO M B. Aceh
Badan POM
Badan POM
69
LAMPIRAN 2 Matriks Kerangka Regulasi No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggung jawab/ Unit Terkait
1
Peraturan Perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan
Meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan
1. Bidang PEMDIK 2. Bidang SERLIK 3. Bidang Pengujian
2
Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintah konkuren
Terciptanya sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 pasal 16 dalam hal: 1. Pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan 2. Sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pengawasan Obat dan Makanan
1. Bidang PEMDIK 2. Bidang SERLIK
3
Memorandum of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan diwilayah Kab./Kota
Belum optimalnya pengawasan terhadap obat dan makanan di Kab./Kota
1. Bidang SERLIK
4
Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan dan EWS yang informatif, antara lain: - Peraturan baru terkait KLB dan Farmakovigilans - Mekanisme pelaksanaan Sistem Outbreak response dan EWS
Sistem Outbreak response dan EWS belum optimal dan informatif. Diperlukan response yang cepat dan efektif pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan dengan bahan obat dan makanan (co. Obat terkontaminasi etilen glikol)
1. Bidang PEMDIK 2. Bidang SERLIK 3. Bidang Pengujian
5
Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah
Pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat berhasil tanpa adanya kerjasama dan komitmen dari daerah dalam mendukung BPOM
1. Bidang PEMDIK 2. Bidang SERLIK
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
Institusi
70
Rencana Strategis Balai Besar POM di Banda Aceh Tahun 2015-2019
71
KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDA ACEH NOMOR : HK.06.02.81.05.15.8.15.3039 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDA ACEH TAHUN 2015-2019 KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDA ACEH, Menimbang
:
bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 3 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019, perlu menetapkan Keputusan Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh tentang Rencana Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh Tahun 2015-2019;
Mengingat
:
1.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
4.
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013;
5.
Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
6.
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
7.
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis
-2Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) 2015-2019; 8.
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;
9.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1714);
10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 515); 11. Keputusan Sekretaris Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor … Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Sekretariat Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019; MEMUTUSKAN: Menetapkan
:
KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDA ACEH TENTANG RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDA ACEH TAHUN 2015-2019.
Pertama
:
Menetapkan dan mengesahkan Rencana Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh Tahun 2015-2019, yang selanjutnya disebut Renstra Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh, sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
Kedua
:
Renstra Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, strategi, program, dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh dalam rangka mencapai sasaran strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Ketiga
:
Renstra Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh sebagaimana dimaksud pada diktum Kedua berfungsi sebagai:
-3-
Keempat
:
a.
acuan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh dalam menyusun dokumen perencanaan tahunan;
b.
dasar penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh.
Terhadap pelaksanaan Renstra Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banda Aceh dilakukan: a. b.
Kelima
:
pemantauan secara berkala; dan evaluasi pada paruh waktu dan tahun terakhir periode Rencana Strategis.
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Banda Aceh pada tanggal 104 Mei 2015 KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDA ACEH,
Dra. Syamsuliani,Apt., MM. NIP. 19590404 198903 2 001