PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEPSI DAN CARA PENANGANAN GURU TERHADAP KEMAMPUAN BELAJAR SISWA DENGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH) KELAS II DI SD BERCAHAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Sylva Zaezara NIM :111134052
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN JUDUL
PERSEPSI DAN CARA PENANGANAN GURU TERHADAP KEMAMPUAN BELAJAR SISWA DENGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH) KELAS II DI SD BERCAHAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Sylva Zaezara NIM :111134052
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
PERSE,PSI DAi\i CARA PENANTANAhI GURU TERHADAP
KEMAMPUAII BELAJAR SISWA DENGAI\I GAI\IGGUAN PEMUSATAI\T PERHATIAN DAN HIPERAKTIVTTAS (GPPID KELAS II DI SD BERCAHAYA
Oleh:
Syhe ?ffiffira NIIII:111134052
Tel& disetujui oleh: Pembimbig,glI
S.Pt[,'M.Pd.
langgal,, 12 Januari 2015
Punbimbing tr
-{w
Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., Iv{.Psi.
tanggal, t2 Januari 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI PERSEPSI DAN CARA PENAI\IGANAI\I GURU TERHADAP KEMAMPUAN BELAJAR SISWA DENGANI GAI\IGGUATI PEMUSATAIT PERHATIAN DAi\i HIPERAKTIVTIAS (GPPE} KELAS II DI SD BERCAHA'TA
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Sylva Zaezara
NIM:111134052 Telah dipertrhankan di depan panitia penguji pada tanggal 22 J anuai 201 5 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
NamaLengkap Ketua
G. fuiNugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A.
Sekretaris
Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd.
Anggota
I
Rusmawan, S.Pd., M.Pd.
Anggota
tr
Brigitta Ertita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi.
Anggota
Itr
Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech.
Yogyakart4 22 Januai 201 5 Keguruan dan Ilmu Pendidikan
lll
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk : 1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai setiap langkah kehidupanku. 2. Kedua orangtuaku, Bapak Agus Tri Priyono dan Ibu Sri Iswatie yang selalu memberi dukungan, semangat, serta doa demi kesuksesan dan masa depanku. 3. Kakak-kakakku Hanna Istriana dan Nerry Analias, serta adikku Foursa
Christ
Nikita
telah
memberiku
semangat
dan
mendoakanku. 4. Yoga Adigondo Kusumo, S.Kep., NERS yang telah menjadi motivasi dalam hidupku. 5. Dosen-dosenku
yang
selalu
memberikan
bimbingan
dan
mendidikku menjadi calon pendidik yang baik. 6. Teman-teman seperjuanganku yang selalu memberi semangat baru dalam hidupku. 7. Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah menuntunku menjadi calon pendidik yang bermutu dan berkualitas. iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN MOTTO
MOTTO
“Kesabaran dan usaha keras akan sanggup menghilangkan kesulitan dan melenyapkan rintangan” (Mario Teguh)
“Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tesalonika 5:16-18) v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PER}TYATAAN KEASLIAN I(ARYA
Saya menyataken dengan sesungguldilya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak
mimuat karya atau bagian karya oru€ lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar referensi, sebagaimana layaknya karyailtniatr.
Yogyakarta
12 Januari 2015
Penulis
vl
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAhI PERSETUJUAI\I PUBLIKASI KARYA ILMIAII UNTT'K KEPENTINGATI AKAI}EII{IS Yang bertandatangan dibawah ini, mya mahasiswa Universitas sanata Dharma
Nama
: Sylva Z,anzaru
NIM
: l1ll34052
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul
PERSEPSI
DAI{ CARA
:
PENAI\IGANAN GURU TERIIADAP
KEMAMPUAFI BELAIAR SISWA DENGAN GANGGUANT PEMUSATAhI
PERIIATIAN I}AI{ HIPERAKTTVITAS (GPPID KELAS
II DI
SI)
BERCAHAYA Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media rarn, mengelolanya di internet atiau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 12 J anumrn 2Al 5
Yang menyatakan
W
Sylva Zaezara
vu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK ABSTRAK PERSEPSI DAN CARA PENANGANAN GURU TERHADAP KEMAMPUAN BELAJAR SISWA DENGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH) KELAS II DI SD BERCAHAYA Sylva Zaezara NIM : 111134052 Pola perilaku yang dapat menghambat berlangsungnya kegiatan pembelajaran di kelas adalah pola perilaku dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Pola perilaku anak yang mengalami GPPH mengakibatkan munculnya berbagai persepsi antar para guru. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan situasi mengenai partisipan yang diteliti, yaitu: (1) pola perilaku siswa GPPH yang dapat menghambat berlangsungnya kegiatan pembelajaran di kelas, (2) mendeskripsikan persepsi guru terhadap pola perilaku dan kemampuan belajar siswa GPPH di kelas II SD Bercahaya, (3) mendeskripsikan penanganan guru terhadap pola perilaku siswa GPPH selama mengikuti proses pembelajaran di kelas II SD Bercahaya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Informasi yang diperoleh peneliti berasal dari beberapa partisipan yang terkait dengan siswa yang mengalami keterlambatan dalam belajar. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, display data dan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang telah peneliti lakukan pada beberapa guru yang mengampu di kelas II SD Bercahaya, menunjukkan bahwa adanya perbedaan persepsi terhadap pola perilaku siswa yang mengalami GPPH. Munculnya perbedaan persepsi tersebut karena (1) para guru kurang memahami secara mendalam problematika siswa yang mengalami GPPH, (2) para guru kurang memahami betul kondisi yang dialami oleh siswa, (3) guru belum pernah mengikuti training tentang anak berkebutuhan khusus (ABK), sehingga guru belum mengetahui cara menangani siswa yang mengalami GPPH. Pemberian treatment telah guru lakukan dengan cara sendiri tanpa adanya pelatihan khusus, seperti membiarkan siswa melakukan hal yang ingin dilakukan. Membiarkan atau mendiamkan siswa yang mengalami GPPH tersebut merupakan bentuk motivasi yang diberikan oleh guru sebagai langkah awal dalam penanganan.
Kata kunci : Persepsi guru, kemampuan belajar, cara penanganan, hiperaktivitas (GPPH) viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT ABSTRACT TEACHER PERCEPTIONS AND RESPONSES TO THE ABILITIES OF STUDENTS WITH ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDER (ADHD) SECOND CLASS IN SD BERCAHAYA Sylva Zaezara NIM : 111134052 Behavior which can impede learning activities in the class is behavior Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Behavior of children who have ADHD causes various perceptions among teachers. Based on this background, this research aims to describe the situation of the students who participate in , namely: (1) behavior of ADHD students which can impede learning activities in the class, (2) describing the teacher's perception of the behavior and learning ability of students in 2nd GRADE OF BERCAHAYA ELEMENTARY SCHOOL, (3) describing the teacher’s way to handle students who have ADHD during the learning process in 2nd GRADE OF BERCAHAYA ELEMENTARY SCHOOL This research is a qualitative research with case study method. The methods of collecting data which is used in this research are observation, interview, and documentation. Information which is obtained by the researcher is from several participants who are associated with students who have difficulties in learning. Data analysis techniques which are used in this research are data reduction, data display, and conclusion. Based on the results of the research and discussion of the observation, interviews, and documentation which has been done to some teachers in 2nd GRADE OF BERCAHAYA ELEMENTARY SCHOOL shows that there are differences in perception of the behavior of students who have ADHD. It is because (1) the teachers do not really understand the problems of students who have ADHD, (2) the teachers do not understand the conditions which is experienced by students, (3) the teacher has never participated in the training of children with special needs, so that teachers do not know how to deal with students who have ADHD. The treatment has been done by teachers without any special training, such as allowing students to do things they want to do. Allowing or letting students who have ADHD is the motivation which is given by the teachers as the first step in treatment. Keywords: Perception of teachers, learning ability, handling, hyperactivity (ADHD)
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esaatas kasih, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Persepsi dan Cara Penanganan Guru Terhadap Kemampuan Belajar Siswa dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Kelas II di SD Bercahaya” dengan lancar dan tepat waktu. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan keterbatasan waktu, pengetahuan , dan pengalaman, namun berkat semangat dan dorongan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini dapat diselsaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Wakil Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. 4. Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D. selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan arahan, motivasi, serta sumbangan pemikiran yang peneliti butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bantuan ide, saran, kritikan, serta bimbingan yang sangat berguna bagi penelitian ini. 6. Rusmawan, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengganti pembimbing I yang selalu memberikan arahan, semangat, dan motivasi.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7.
Kepala Sekolah SD Bercahaya yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas
8.
Guru kelas
II
II
SD Bercahaya.
SD Bercahaya yang telah bersedia meluangkan wakfu dan
memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi peneliti.
9.
Kepada salah satu orangfua dan siswa kelas
II
SD Bercahaya yang telah
bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini. 10.
Bapak Agus
Tri hiyono dan Ibu Sri Iswatie, kedua kakakku
Hanna
Ishiana dan Nerry Analiag serta adikku Foursa Christ Nikita yang selalu memberi dukungan dalam doa serta semangat demi kesuksesan dan masa depanku. 11. Yoga Adigondo Kusumoo S.Kep., NERS yang telah menjadi penyemangat
hidupku. 12. Teman-teman seperjuanganku
(Krispin4 Hani, Tian, dan lkisti) yang
selalu berbagi pengetahuan, semangat dan kecariaan dalam suka dan duka selama berproses. 13. Teman-teman
PGSD angkatan
20ll
yang mernberikan dukungan dan
semangat.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi sempurna. Oleh karena
sumbangan
itq peneliti
ini
masih jauh dari
dengan senang hati bersedia menerima
baik pemikiran, kritilq maupun saran yang
bersifat
membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.
Yogyakarta, 12 lam;eri 2Al5 Penulis
xl
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv HALAMAN MOTTO ............................................................................................. v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................ viii ABSTRAK ............................................................................................................. ix ABSTRACT .............................................................................................................. x KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 8 1.3 Pembatasan Masalah ..................................................................................... 8 1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................... 8 1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9 1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9 1.7 Definisi Operasional .................................................................................... 11 xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.1.2 Deskripsi Partisipan Penelitian ............................................................. 53 4.2 Pembahasan ................................................................................................. 69 BAB V PENUTUP................................................................................................ 82 5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 82 5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 83 5.3 Saran ............................................................................................................ 83 DAFTAR REFERENSI ........................................................................................ 86
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Syarat Terjadinya Persepsi (Sunaryo, 2013) .................................... 19 Gambar 2.2. Proses Terjadinya Persepsi menurut Walgito (2004) ....................... 19 Gambar 2.3. Proses Terjadinya Persepsi menurut Sunaryo (2013) ...................... 21 Gambar 2.4. Proses dan faktor yang mempengaruhi belajar ................................ 24 Gambar 2.5. Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan ................................... 35 Gambar 3.2.Teknik Analisis Data ......................................................................... 51
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Gambar 3.1.Tabel Jadwal Penelitian..................................................................... 41
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Teks Anekdot..................................................................................... 88 Lampiran 2 Daftar Pedoman Wawancara ............................................................. 92 Lampiran 3 Daftar Transkrip Hasil Wawancara ................................................... 98 Lampiran 4 Studi Dokumen (Nilai Raport) ........................................................ 151 Lampiran 5 Hasil Triangulasi Data ..................................................................... 160 Lampiran 6 Daftar Cooding ................................................................................ 162 Lampiran 7 Organisasi Data ............................................................................... 168 Lampiran 8 Analisis Data.................................................................................... 173 Lampiran 9 Riwayat Peneliti ............................................................................... 175
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definsi operasional. Latar belakang masalah membahas tentang alasan peneliti mengadakan penelitian ini. Identifikasi masalah adalah pengenalan terhadap suatu permasalahan yang ada dalam penelitian. Pembatasan masalah berisi tentang ruang lingkup masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalah memuat pokok permasalahan yang akan diteliti, tujuan penelitian berisikan tentang keinginan yang dicapai oleh peneliti, dan manfaat penelitian berisikan uraian kegunaan hasil penelitian yang dilakukan. Peneliti juga memberikan pengertian-pengertian atau istilah-istilah untuk mempermudah pemahaman pembaca.
Peneliti
akan
membahas ketujuh topik tersebut secara berurutan. 1.1 Latar Belakang Setiap individu memiliki karakteristik berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan ini merupakan kodrat alami setiap manusia, namun diantara perbedaan yang ada setiap individu juga memiliki persamaan salah satunya persamaan untuk memperoleh pendidikan. Hal ini sesuai dengan Pasal 31 UUD 1945 yang berbunyi: Ayat (1): “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”, Ayat (2): “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Berarti pendidikan sebagai salah satu Hak Azazi Manusia (HAM)
haruslah
bersifat
terbuka 1
dan
menjangkau
semua
warga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
negara tanpa terkecuali, termasuk diantaranya adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak-anak yang mengalami penyimpangan, kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan sosialnya, sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus dan disesuaikan dengan penyimpangan, kelainan, atau ketunaan mereka (Sumekar, 2009:3). Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususannya. Menurut Fadhli (2010:16) yang menjelaskan bahwa macam ABK berdasarkan dari segi kelainan dan gangguan mental dan dari segi fisik pada anak. Anak berkebutuhan khusus dari segi kelainan dan gangguan mental seperti, autis, hiperaktif, asperger disorder, retardasi mental, sindroma down, sindroma X yang rapuh dan skizofrenia. Anak berkebutuhan khusus dari segi kelainan dan gangguan fisiknya seperti, apraxia, sensory integration, dyslexia, diskalkulia, disgrafia, dan lain-lain. Anak-anak berkebutuhan khusus seperti yang telah disebutkan perlu memperoleh pendidikan, maka pemerintah menyelenggarakan sekolah inklusif dimana anak berkebutuhan khusus dapat mengenyam pendidikan di sekolah regular. Sekolah inklusif adalah sekolah yang melaksanakan pendidikan inklusif yang secara realistis menganggap setiap anak memiliki kecepatan pembelajaran berbeda (Fitriani,2012:31). Jadi, ada siswa yang bisa mencapai target bahkan melebihi, namun ada pula siswa yang berada di bawah target yang ingin dicapai. Hal tersebut dianggap normal karena setiap anak memiliki kemampuan dan hambatan yang berbeda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Fitriani (2012) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor pendukung yang harus dimiliki oleh sekolah inklusif yang semua faktor ini harus dioptimalkan seperti program, kurikulum, pendekatan, metode, dan yang lebih penting adalah pelaksana pendidikan itu sendiri yaitu guru. Guru adalah pendidik professional dengan utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah menurut Rugaiyah dan Atiek (2011). Guru sebagai pelaksana pendidikan di kelas memegang peranan penting dalam membantu kesulitan belajar siswa. Berbagai macam gangguan kesulitan belajar yang dialami siswa, seperti gangguan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung yang dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal individu itu sendiri, yaitu disfungsi neurologis (minimal otak), sedangkan faktor eksternal berupa lingkungan, sosial, budaya, dan fasilitas belajar yang berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar siswa, dan pemberian ulangan yang tidak tepat (Abdurrahman. 2010:6). Guru memiliki pandangan yang berbeda terhadap masing-masing anak di kelas terutama pada sekolah inklusif yang kenyataannya terdapat beberapa anak mengalami gangguan yang memerlukan pembelajaran khusus. Sesuai kenyataan yang dialami, maka muncul persepsi dari guru terhadap tingkah perilaku yang dilakukan oleh anak. Terkait dengan hal tersebut Walgito berpendapat, bahwa persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indra yang didahului oleh perhatian, sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
menghayati tentang hal yang diamati, baik yang berasal dari dalam maupun luar individu (Sunaryo, 2013). Persepsi dapat mempengaruhi perilaku seseorang, sebagai contoh adalah guru dengan muridnya. Dengan demikian perlakuan guru dapat menimbulkan respon tertentu dari murid pada guru tersebut. Akibatnya respon murid tersebut akan sama dengan perlakuan guru tersebut. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada sekolah inklusif di SD Bercahaya pada tanggal 23 Juli sampai 12 November 2014, di mana nama SD, guru maupun siswanya merupaka pseudonym. Peneliti menemukan bahwa di kelas dua terdapat satu anak, Norman, yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) di sekolah tersebut. Peneliti melihat bahwa tingkah laku yang ditunjukan N berbeda dengan teman-teman satu kelasnya. N selalu menunjukan sikap yang terus bergerak kesana kemari seakan-akan tubuhnya adalah robot yang tidak bisa diam dan tidak mudah lelah untuk terus bergerak. Ketika N sudah merasa bosan, maka pada saat itu juga perubahan emosinya cepat sekali berubah dari yang awalnya tenang-tenang saja saat belajar di kelas, kemudian suasana kelas menjadi tidak kondusif karena perilaku N yang terkadang teriak-teriak menginginkan sesuatu atau karena hal lainnya. Peneliti tidak hanya melakukan observasi, tetapi juga melakukan wawancara dengan guru kelas II. Wawancara itu berlangsung dua kali pada tanggal 29 Oktober dan 12 November 2014. Pak P guru kelas II tersebut berkata, “Ya, selama proses belajar berlangsung di kelas hanya 50% saja tingkat konsentrasi yang dimiliki oleh N. Sering kali N menunjukan perilaku yang sulit untuk berkonsentrasi terutama pada saat belajar pelajaran-pelajaran yang tidak dia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
gemari selain matematika, bahasa Inggris, dan TIK. Iya, selain mata pelajaran yang dia suka dia pasti nilai di bawah KKM. Ketika N sudah merasa bosan dia mulai bergerak seenaknya keluar kelas”, jawab guru ketika peneliti bertanya tentang kemampuan dan konsentrasi belajar serta perilaku N saat di kelas (guru komunikasi pribadi, 29 Oktober 2014). Pernyataan guru yang mengatakan, “selain mata pelajaran yang dia suka dia pasti nilai di bawah KKM” diperkuat dengan dokumen nilai yang telah peneliti peroleh. Sesungguhnya guru kelas tersebut tidak memahami betul kondisi apa yang sebenarnya dialami oleh N, pernyataan itu diperkuat
setelah
peneliti
melakukan
wawancara
yang
kedua
untuk
mentindaklanjuti pernyataan guru kelas sebelumnya pada tanggal 12 November 2014. Saat di wawancarai guru kelas berkata, “Ya kalo saya kedua-duanya, tapi kadang-kadang menonjol ee lebih autisya kelihatan sekali”, jawab guru kelas ketika peneliti bertanya tentang keadaan yang sesungguhnya dialami N. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas peneliti menyimpulkan, bahwa cara pandang guru terhadap kemampuan belajar N berbeda dengan cara pandang guru pendamping, guru ekstra, orangtua, serta dokumen hasil pemeriksaan psikologis. Selain itu, cara pandang guru yang mengatakan N anak autis berbeda dengan hasil dari pemeriksaan psikologis yang menjelaskan, bahwa N bukan mengalami autis melainkan anak ADHD atau GPPH. Pernyataan peneliti diperkuat oleh bukti dokumen dari hasil pemeriksaan terapi psikologis yang menangani N mengatakan bahwa, “Anak memiliki suatu kondisi ysng disebut Gangguan Pemusatan Perhatian yang disertai dengan Hiperaktivitas (GPPH) tipe kombinasi yang merupakan gangguan neurobehavior yang berasal dari saraf
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
yang berpengaruh pada perilaku, akibatnya mempengaruhi kemampuan kognitif, komunikasi, pengelolaan emosi, sosialisasi, dan motorik halus”. Selain dengan guru kelas, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru pendamping dan guru ekstra pada tanggal 29 Oktober 2014. Peneliti menanyakan tentang kemampuan dan konsentrasi belajar selama N di kelas. Guru pendamping N bernama mas P mengatakan bahwa, “Baik-baik dengan pembelajaran sangat baik dan nilainya cukup baguslah di atas rata-rata, walaupun kadang kala saja N dapat tenang di kelas”. Partisipan berikutnya adalah guru ekstra yang bernama Pak R ini mengajar tiga mata pelajaran sekaligus di kelas N, yaitu Olahraga, Bahasa Inggris, dan TIK. Setidaknya Pak R sedikit mengenal dan memahami karakter anak tersebut ketika peneliti bertanya tentang kemampuan dan konsentrasi selama N belajar di kelas. Pak R mengatakan bahwa, “N bisa mengikuti pembelajaran, dia tidak mengalami kesulitan dibandingan dengan yang lain kemampuan N masih di atasnya nilai-nilainya pun tidak ada yang di bawah 5, namun ketika N sudah mulai bosan dan letih dia akan cepat-cepat menyelesaikan itu semua dan keluar”. Setelah melakukan wawancara dengan guru pendamping dan guru ekstra dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya N memiliki tingkat kemampuan belajar yang cukup baik, walaupun terkadang N tidak dapat fokus atau berkonsentrasi dengan baik saat pembelajaran sedang berlangsung. Pernyataan tersebut diperkuat dengan dokumen hasil pemeriksaan psikologis N yang mengatakan bahwa, “Berdasarkan hasil pemeriksaan kecerdasan, N memiliki tingkat inteligensi yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
tergolong tinggi (Persentil 95, skala CPM). Artinya N memiliki tingkat inteligensi di atas rata-rata anak usia sebayanya dan memiliki kemampuan penalaran baik”. Masing-masing guru mempunyai pandangan yang berbeda-beda terhadap ABK, karena guru tidak memahami betul apa yang dialami anak. Ada sebagian guru yang tidak peduli terhadap perubahan emosi, tingkah laku dan permasalahan lain yang terjadi pada N, namun ada pula guru yang membantu anak dengan memberikan
pendekatan-pendekatan,
seperti
mendekati
anak,
kemudian
menanyakan apa yang menyebabkan anak melakukan perilaku yang tidak baik ketika proses pembelajaran. Berdasarkan pengalaman yang terjadi peneliti tertarik untuk mengkaji tentang persepsi dan cara penanganan guru terhadap kemampuan belajar siswa dengan anak Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
di SD
Bercahaya. Peneliti akan menjabarkan tentang pemahaman guru terhadap anak berkebutuhan khusus, persepsi guru terhadap keberadaan anak berkebutuhan khusus terutama anak hiperaktif di sekolah, persepsi guru terhadap kemampuan atau prestasi belajar anak yang mengalami GPPH, dan cara penanganan yang dilakukan guru terhadap anak yang mengalami GPPH. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pemahaman atau mengetahui gambaran persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa dengan anak gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas di SD Bercahaya. Dari latar belakang di atas, peneliti ingin mengangkat hal tentang “Persepsi dan Cara Penanganan Guru Terhadap Kemampuan Belajar Siswa Dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Kelas II Di SD Bercahaya”. 1.2 Identifikasi Masalah Ada siswa yang mengalami GPPH di SD Bercahaya dan belum diketahui adanya persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada di latar belakang, maka peneliti akan membatasi masalah tersebut oleh persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH kelas II di SD Bercahaya. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : 1.4.1
Bagaimanakah pola perilaku siswa dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas selama mengikuti proses pembelajaran di kelas II SD Bercahaya?
1.4.2
Bagaimanakah persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas di kelas II SD Bercahaya?
1.4.3
Bagaimanakah cara penanganan guru terhadap pola perilaku siswa dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas selama mengikuti proses pembelajaran di kelas II SD Bercahaya?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1.5.1
Untuk mengeksplorasi pola perilaku siswa dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas selama mengikuti proses pembelajaran di kelas II SD Bercahaya.
1.5.2
Untuk mengeksplorasi atau mengetahui gambaran persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas di kelas II SD Bercahaya.
1.5.3
Untuk mengeksplorasi atau mengetahui cara penanganan guru terhadap pola perilaku siswa dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas selama mengikuti proses pembelajaran di kelas II SD Bercahaya.
1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada dunia pendidikan tentang anak hiperaktif, kemudian untuk menambah pengetahuan tentang penanganan yang dilakukan bagi anak hiperaktif, serta untuk menambah pengetahuan tentang persepsi guru terhadap kemampuan belajar anak hiperaktif. 1.6.2 Manfaat Praktis 1.6.2.1 Bagi Peneliti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa berkesulitan belajar pada anak hiperaktif dan sebagai pengalaman langsung dalam melakukan penelitian tentang hal tersebut. 1.6.2.2 Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberi pembelajaran, pembinaan, bimbingan, dan pertimbangan dalam menangani anak yang mengalami gangguan hiperaktif di kelas. 1.6.2.3 Bagi Orangtua Yang Memiliki Anak Hiperaktif Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk para orang tua yang memiliki anak hiperaktif. Selain itu, dapat dijadikan sebagai penambah pengetahuan / wawasan mengenai anak hiperaktif dan orangtua dapat mengerti, memahami, memimbing dengan baik apabila anaknya memiliki sifat hiperaktif. Bagi para orang tua lainnya, supaya dapat memandang apa yang terjadi sebagai hal positif dan bukan akhir dari segala-galanya. Memiliki anak yang mengalami gangguan khusus seperti hiperaktif bukanlah hal yang buruk, jika dapat menjalani perannya masing-masing tentunya untuk anak-anak yang membutuhkan peran kedua orangtuanya sebagai pendorong dalam kehidupan anak kelak. 1.6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber rujukan untuk melakukan studi tentang persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
berkesulitan belajar pada anak hiperaktif untuk melakukan penelitian yang sejenis sebagai pembanding dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain. 1.7 Definisi Operasional Pada penelitian ini peneliti memberikan pengertian-pengertian agar tidak terjadi kesalahpahaman, maka definisi yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: (1) persepsi guru merupakan suatu proses pemahaman atas informasi yang diperoleh dari luar maupun dari dalam diri individu untuk menyampaikan anggapan tentang sesuatu yang menjadi pandangan dalam objek pembicaraannya. (2) Kemampuan belajar adalah potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku seperti pengetahuan, sikap, dan keterampilan. (3) GPPH merupakan suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak, perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi, dan bertindak sekehendak hatinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab II ini peneliti membahas empat topik, yaitu mencakup kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka teori dan peryataan penelitian. Pada kajian teori peneliti akan membahas tentang deksripsi anak yang mengalami GPPH, serta teori-teori lain yang berkaitan dengan persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH. Penelitian yang relevan memaparkan tentang penelitian dari orang lain yang sesuai dengan permasalahan yaitu tentang persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH. Kerangka teori pada landasan teori ini akan menggiring pembaca untuk memahami penelitian yang akan dilakukan, serta pertanyaan penelitian yang membahas tentang pertanyaan yang bersangkutan dengan rumusan masalah yang akan diteliti oleh peneliti. 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Deskripsi Partisipan yang Diteliti Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SD Bercahaya, peneliti menemukan siswa yang mengalami GPPH di kelas II. Hasil observasi tersebut diperkuat dengan pernyataan
Ibu
Y
selaku
orangtua
12
dari
N
yang
berkata,
“Setelah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
dilakukan pemeriksaan pada psikolog N dinyatakan mengalami ADHD” (saat diwawancarai). Selain dengan observasi peneliti juga melakukan wawancara dengan berbagai informan dan salah satunya adalah orangtua dari N. Ibu Y ini merupakan Ibu kandung dari N yang saat ini usia beliau 40 tahun. Ibu Y ini merupakan Ibu rumah tangga yang memiliki anak satu, yaitu N. N merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak G dan Ibu Y. Saat ini N berusia 8 tahun dan bersekolah di sekolahan regular dan umum di SD Bercahaya kelas II. Berdasarkan dari dokumen hasil evaluasi psikologis pada tanggal 22 Maret 2014 mengatakan, bahwa anak tersebut menjalani terapi di salah satu tempat terapis sehubungan ada riwayat keterlambatan bicara yang sudah diketahui saat usia 2 tahun. Setiap 6 bulan sekali N melakukan terapi. Hasil pemeriksaan oleh psikologis di tempat terapis terbukti bahwa anak tersebut mengalami GPPH. Adapun aspek-aspek yang diamati oleh psikologis, yaitu aspek komunikasi dan kognitif, aspek sosial, emosi dan perilaku, dan terakhir adalah aspek motorik. Saat ini akibat adanya GPPH mempengaruhi kemampuan kognitif, komunikasi, pengelolaan emosi, sosialisasi, dan motorik halus. Peneliti melihat bahwa anak tersebut tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan baru dan lama. Secara aspek perilaku emosi anak tersebut masih kurang terkontrol. Saat di TK anak sering jalan-jalan di kelas, tugas sering tidak dikerjakan hingga selesai dan anak mengalami terlambat berbicara. Setelah masuk SD anak sering berteriak dan memukul bila diarahkan pada kondisi yang tidak sesuai dengan keinginannya, hal tersebut anak lakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
baik di rumah maupun di sekolah. Informasi tersebut berdasarkan dari dokumen hasil pemeriksaan psikologis yang telah peneliti peroleh. Berdasarkan aspek kognitifnya, N mendapatkan nilai yang sangat baik hanya dalam pelajaran matematika, Bahasa Inggris, dan TIK. Ketiga mata pelajaran itu adalah mata pelajaran yang tidak N suka. Artinya, selain mata pelajaran yang disebutkan anak tidak suka dan rata-rata nilai di bawah KKM. Informasi tersebut berdasarkan dari dokumen hasil wawancara peneliti dengan partisipan. Kebiasaan anak di rumah senang sekali bermain lego dan gadget. N terkadang tidak belajar (kecuali ada PR) di rumah karena sepulang sekolah ia sudah mengikuti les. Selain itu, seusai pulang sekolah di hari tertentu anak harus melakukan terapi. Interaksi anak di lingkungan rumah masih sangat kurang, hal tersebut didukung oleh situasi rumah yang sangat rawan untuk anak dapat melakukan aktifitas di luar rumah karena keluar rumah depannya sudah jalan besar (hasil wawancara dengan Ibu Y). Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan N terlihat tidak bisa duduk dengan tenang dan selalu saja ada hal yang dilakukan oleh N. Kebiasaan seperti berteriak, keluar masuk kelas tanpa ijin, suka memberontak ketika N harus melakukan aktifitas yang tidak sesuai dengan keinginannya, dan ketika anak sudah merasa bosan dengan pelajaran yang tidak disukai anak akan acuh tak acuh tidak memperdulikan penjelasan dari guru. Interaksi sosial anak di sekolah dengan guru serta teman sebayanya cukup baik dan dapat bermain bersama dengan teman-teman sekelasnya. N dapat mengikuti pembelajaran di kelas dengan baik, walaupun terkadang anak sulit untuk memusatkan perhatian atau berkonsentrasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
penuh saat belajar di kelas. Hal tersebut berpengaruh pada kemampuan belajar N saat di kelas. 2.1.2 Persepsi Guru 2.1.2.1 Pengertian Persepsi Walgito (dalam Sunaryo, 2013:95) mendefinisikan bahwa persepsi sebagai proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu, sehingga menghasilkan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Sependapat dengan Walgito, Sunaryo (2013) mengungkapkan bahwa persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indera yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang berasal dari dalam maupun luar individu. Alat indera tersebut adalah alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya menurut pendapat Branca, Woodworth, and Marquis (dalam Walgito, 2010:100). Aditomo (2008) menjelaskan bahwa persepsi adalah tindakan menyusun informasi dari organ-organ sensorik menjadi suatu keseluruhan yang bisa dipahami. Persepsi dapat mempengaruhi perilaku seseorang, sebagai contoh adalah guru dengan muridnya. Dengan demikian perlakuan guru dapat menimbulkan respon tertentu dari murid pada guru tersebut. Akibatnya respon murid tersebut akan sama dengan perlakuan guru tersebut (Satriadarma, 2001). Persepsi dapat diartikan juga sebagai proses pemahaman ataupun pemberian maksud atas suatu informasi terhadap stimulus, stimulus didapat dari proses
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
penginderaan terhadap partisipan, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang diproses oleh otak (Sumanto, 2014). Persepsi menunjukan bagaimana melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencium dunia sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dialami manusia (Morgan, King, dan Robinson dalam Sumanto, 2014). Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pemahaman akan suatu informasi terhadap stimulus, sedangkan stimulus didapat dari proses penginderaan yang menunjukan bagaimana individu melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencium adanya suatu partisipan, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang diproses oleh otak. 2.1.3 Jenis – Jenis Persepsi Jenis-jenis persepsi menurut Sunaryo (2004:94) ada dua jenis sebagai berikut: a) Eksternal perception, yaitu terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu. b) Self perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu dan yang menjadi partisipan adalah dirinya sendiri. Berdasarkan jenis–jenis persepsi yang diungkapkan oleh Sunaryo, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa eksternal perception dan self perception memiliki kesamaan, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya suatu rangsangan hanya saja rangsangan itu muncul dari dua sisi, yaitu luar diri individu maupun dari dalam diri individu itu sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
Pada penelitian ini jenis persepsi yang digunakan oleh guru kelas II adalah eksternal perception. Alasan peneliti memilih jenis persepsi eksternal perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu. Faktanya, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas II persepsi itu muncul ketika guru melihat tingkah laku N yang tidak biasanya. Artinya, N selalu menunjukan ketidakmampuannya untuk fokus, tidak konsisten, dan ketika sudah merasa bosan N akan bergerak sesuka hatinya terkadang juga suka memukul meja secara berulang-ulang yang menandakan bahwa N ingin segera mengakhiri pelajaran. 2.1.4 Sifat – sifat Persepsi Omith 2008 (dalam Kusumawati, 2010:14-15) menjelaskan bahwa sifat-sifat persepsi dibagi menjadi 5 yaitu : (a) Persepsi adalah pengalaman, dalam memaknai seseorang, partisipan atau peristiwa, maka orang tersebut akan menginterpretasikan dengan pengalaman masa lalu yang menyerupainya dan pengalaman akan menjadi pembanding untuk mempersepsikan suatu makna. (b) Persepsi adalah selektif, seseorang melakukan seleksi pada hal-hal yang diinginkannya dan mengabaikan yang lain. (c) Persepsi adalah penyimpulan, artinya mempersepsi makna adalah melompat pada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data sesungguhnya, tetapi berdasarkan penangkapan indera yang terbatas. (d) Persepsi tidak akurat, setiap persepsi yang dilakukan seseorang mengandung kesalahan tertentu yang disebabkan oleh pengalaman masa lalu. e) Persepsi adalah evaluatif, artinya persepsi tidak pernah partisipantif karena interpretasi yang dilakukan berdasarkan pengalaman dan merefleksikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada partisipan yang dipersepsi. Berdasarkan dari teori-teori tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa sifat persepsi yang muncul pada partisipan guru kelas II tersebut adalah sifat persepsi ketiga, yaitu persepsi adalah penyimpulan. Alasan peneliti memilih sifat persepsi adalah penyimpulan karena mempersepsikan suatu makna adalah melompat pada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data sesungguhnya, tetapi berdasarkan penangkapan indera yang terbatas. Faktanya, berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II dapat disimpulkan bahwa guru lebih menggunakan penangkapan inderanya yang terbatas untuk mengetahui kondisi sesungguhnya yang dialami oleh N, sehingga pernyataan yang beliau jelaskan tentang kondisi N tidak sesuai dengan fakta dari hasil dokumen psikologis maupun dari pihak orangtua N. 2.1.5 Syarat dan Proses Terjadinya Persepsi Sunaryo (2013:106) mengemukakan bahwa syarat terjadinya persepsi meliputi: (1) Adanya partisipan, partisipan berperan sebagai stimulus dan pancaindra berperan sebagai reseptor. (2) Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi. (3) Adanya pancaindra sebagai reseptor penerima stimulus. (4) Saraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat kesadaran), kemudian dari otak dibawa melalui saraf motorik sebagai alat untuk mengadakan respon. Gambar di bawah berikut ini menunjukan bagan syarat terjadinya persepsi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Objek
Stimulus
19
Reseptor (Alat Indera)
Gambar 2.1. Syarat Terjadinya Persepsi (Sunaryo, 2013) Walgito (2004) menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam beberapa tahapan. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia. Kedua, tahap ini dikenal dengan proses fisiologis yaitu proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensorik. Ketiga, tahap psikologik merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor. Keempat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku. Gambar di bawah berikut ini menunjukan proses terjadinya persepsi.
Gambar 2.2. Proses Terjadinya Persepsi menurut Walgito (2004) St : stimulus (faktor luar) Fi : faktor intern (faktor dalam,termasuk perhatian) Sp : struktur pribadi individu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
Skema di atas memberikan gambaran bahwa individu menerima bermacammacam stimulus yang datang dari lingkungan, tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon. Individu melakukan seleksi terhadap stimulus yang ada, maka saat seperti inilah perhatian berperan. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilih dan diterima oleh individu, maka individu mulai menyadari dan memberikan respon. Sependapat dengan pernyataan Walgito, Sunaryo (2013:106) mengemukakan bahwa proses terjadinya persepsi melewati 3 tahapan sebagai berikut: a) Proses fisik (kealaman), yaitu partisipan diberikan stimulus kemudian diterima oleh reseptor atau alat indera. b) Proses fisiologis, terjadi melalui stimulus yang kemudian dihantarkan ke saraf sensorik lalu diteruskan ke otak. c) Proses psikologik, merupakan proses yang terjadi pada otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima. Gambar di bawah berikut ini menunjukan proses terjadinya persepsi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Objek
Stimulus
Saraf Sensorik
21
Reseptor
Otak
Saraf Motorik
Persepsi Gambar 2.3. Proses Terjadinya Persepsi menurut Sunaryo (2013) 2.1.6 Kemampuan Belajar 2.1.6.1 Pengertian Kemampuan Menurut Woodworth dan Marquis (dalam Suryosubroto, 2002:161) bahwa Ability (kemampuan) mempunyai tiga arti yaitu: (1) Achievement yang merupakan actual ability dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Contohnya adalah tes kemampuan belajar tentang materi tertentu. (2) Capacity yang merupakan potensial ability dapat diukur secara tidak langsung melalui pengukuran terhadap kecakapan individu. Kemampuan ini dapat dilihat melalui pengamatan terhadap objek yang akan diteliti. (3) Aptitude yaitu kualitas yang dapat diungkap atau diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan tes potensi akademik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
Berdasarkan pengertian kemampuan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Seseorang dikatakan mampu apabila bisa atau sanggup melakukan sesuatu yang harus dilakukannya sesuai dengan potensi yang dimiliki seseorang. 2.1.6.2 Pengertian Belajar Siger (dalam Siregar, 2011) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relative cepat yang disebabkan praktek atau pengalaman yang sampai pada situasi tertentu. Witherington (dalam Siregar, 2011:4) menjelaskan bahwa pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Berdasarkan pendapat Rosdiana (dalam Suprijono, 2009) secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi lingkungannya dalam memahami kebutuhan hidupnya. Ernest (dalam Sunaryo, 2013:169) menjelaskan bahwa belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan individu sebelum ia belajar atau bila tingkah lakunya berubah, cara individu menghadapi suatu situasi dapat berbeda dibandingkan sebelum mereka belajar. Melengkapi pendapat sebelumnya, Hamalik (dalam Sunaryo, 2013:170) mengungkapkan bahwa belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Sependapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
dengan Hamalik, Ahmadi (dalam Sunaryo, 2013:170) mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan dalam diri manusia. Peneliti dapat memberikan kesimpulan terkait dengan pendapat dari para ahli di atas, bahwa belajar merupakan suatu perubahan perilaku seseorang yang berlangsung secara cepat melalui pengalaman yang dialami serta interaksi dengan lingkungan dalam memahami kebutuhan hidupnya dan dapat menimbulkan pola dan reaksi. 2.1.6.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Sunaryo (2013:174-175), menjelaskan bahwa kegiatan belajar yang merupakan suatu sistem memiliki 3 persoalan, yaitu input, proses, dan output. Input berupa partisipan belajar, sasaran belajar atau individu itu sendiri. Proses, dalam proses belajar terjadi interaksi timbal balik dari berbagai faktor yaitu, partisipan belajar (peserta didik), pengajar atau fasilitator (guru, dosen, atau pembimbing), metode, Alat Bantu Belajar Mengajar (ABBM), dan materi atau bahan yang dipelajari. Output, berupa hasil belajar yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri partisipan belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat, dan dari tidak terampil menjadi terampil. Proses belajar dan faktor yang mempengaruhi belajar dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
METODE
SUBJEK (INPUT)
ABBM
PROSES BELAJAR
FASILITATOR
24
HASIL BELAJAR (OUTPUT)
BAHAN BELAJAR
Gambar 2.4. Proses dan faktor yang mempengaruhi belajar Sunaryo (2013) Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor internal (endogen) dan eksternal (eksogen). Pertama, faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Kedua, faktor eksternal yang disebut juga dengan faktor eksogen. Faktor eksternal ini berasal dari luar diri individu, yaitu faktor sosial dan faktor non sosial. Faktor sosial adalah faktor manusia lain yang berada di luar diri partisipan yang sedang belajar, seperti orang tua, individu yang hadir, dan non-individu yang hadir. Selanjutnya, faktor non sosial yang dapat mempengaruhi proses belajar adalah ABBM, metode mengajar dan faktor lingkungan. Adanya ABBM yang lengkap dan metode mengajar yang sesuai dan memadai akan membantu proses belajar atau sebaliknya. Terakhir adalah faktor lingkungan termasuk udara, cuaca, waktu, tempat, sarana dan prasarana dapat mempengaruhi proses belajar (Sunaryo, 2013:176-177).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
2.1.6.4 Pengertian Kemampuan Belajar Kemampuan adalah kesangupan, kekuatan, kapasitas dan kecakapan seseorang untuk melakukan kegiatan sesuai dengan bakat dalam melakukan suatu kegiatan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku seseorang yang berlangsung secara cepat melalui pengalaman yang dialami serta interaksi dengan lingkungan dalam memahami kebutuhan hidupnya dan dapat menimbulkan pola dan reaksi. Berarti pengertian kemampuan belajar adalah kesangupan, kekuatan, kapasitas dan kecakapan seseorang untuk melakukan kegiatan sesuai dengan bakat untuk mengubah perilaku seseorang yang berlangsung melalui pengalaman yang dialami serta interaksi dengan lingkungan dalam memahami kebutuhan hidupnya dan dapat menimbulkan pola dan reaksi. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa topik yang mempengaruhi kemampuan belajar sebagai berikut: (1) Kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan melakukan sesuatu sesuai bakat, (2) Perubahan perilaku, (3) Pengalaman yang dialami, (4) Interaksi dengan lingkungan, (5) Menimbulkan pola dan reaksi. 2.1.7 Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas 2.1.7.1 Pengertian Hiperaktivitas Perilaku hiperaktif adalah adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak, perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya. Santrock dalam Marlina (2008:1) menyatakan bahwa hiperaktif sebagai suatu kelainan berupa rentang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
perhatian yang pendek, perhatian mudah beralih dan tingkat kegiatan fisik yang tinggi (dalam jurnal Lejarnani, dkk., 2013.hal:346). Sependapat dengan Santrock, Grant (2008:21) mengatakan bahwa Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Menurut Barkley (dalam Grant, 2008) yang menjelaskan bahwa ciri-ciri anak yang mengalami gangguan hiperaktif adalah sulit memusatkan perhatian pada apa yang dilakukannya, tidak berhasil menyelesaikan tugas, sulit mempertahankan perhatian ketika bermain, konsentrasi mudah terganggu, impulsivitas, sulit antri, ingin menguasai interaksi sosial dan suka menyela pembicaraan orang, tidak dapat duduk diam, kadang memanjat, selalu bergerak, sulit mematuhi peraturan dan instruksi. ia mengetahui peraturan dan mampu menjelaskan namun sepuluh menit kemudian anak sudah tidak dapat mengendalikan perilakunya, sehingga melakukan pelanggaran berulang-ulang. Anak yang menderita hiperaktif tidak semua mengalami masalah penolakan seperti pendapat yang diungkapkan oleh Hoza, dkk. (2005) anak dengan ADHD tidak hanya menghadapi masalah penolakan akan tetapi juga menghadapi hambatan dalam berbagai aspek dalam fungsi sosialnya dengan teman sebaya. Menurut Fadhli (2010:39) menjelaskan bahwa anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Sependapat dengan pernyataan Fadhli, Batshaw dan Perret dalam Delphie (2006:73) menjelaskan bahwa hiperaktif bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala itu terjadi disebabkan oleh faktor-faktor kerusakan otak, gangguan emosional, defisit pendengaran, atau retardasi mental. Dengan demikian anak mempunyai kelainan ina-tensi disorder dengan hiperaktif atau ina-tensi disorder tanpa hiperaktif. Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, maka pengertian hiperaktif dapat disimpulkan menjadi satu kesatuan yang utuh.Hiperaktivitas bukan merupakan penyakit melainkan suatu gangguan pada pola perilaku yang diakibatkan karena kerusakan pada otak, sehingga membuat perhatian anak hiperaktif mudah beralih dan tidak bisa berkonsentrasi dengan baik. Walaupun tidak semua anak hiperaktif mengalami penolakan dalam kehidupannya, tetapi anak hiperaktif juga akan menghadapi hambatan dari berbagai aspek dalam fungsi sosial dengan teman sebayanya. 2.1.7.2 Karakteristik Anak Hiperaktivitas Fadhli (2010:40) mengatakan bahwa penderita GPPH memiliki karakteristik seperti, kemampuan akademik yang tidak optimal, kelalaian dalam hubungan sosial, kelalaian dalam menghadapi situasi yang berbahaya, dan sikap melanggar tata tertib secara impulsif. Wiguna (2007:5), mengemukakan bahwa karakteristik anak yang cenderung mengalami gangguan hiperaktif, (1) tidak bisa duduk diam di dalam kelas, (2) tangan bergerak dengan gelisah; (3) kadang berlari-lari dan naik di atas meja dan memanjat guru; (4) mengalami kesulitan dalam bermain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
atau dalam kegiatan menyenangkan bersama yang memerlukan ketenangan; (5) impulsivitas, mengalami kesulitan dalam menunggu giliran; (6) menjawab sebelum pertanyaan selesai atau sering menginterupsi orang lain. Anak yang hiperaktif menunjukkan semua atau hampir semua ciri-ciri di atas. Berdasarkan teori di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa karakteristik N sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Fadhli (2010) dan Wiguna (2007). Peneliti dapat berkata demikian karena berdasarkan hasil observasi N selalu menunjukkan perilaku yang disebutkan dalam teori di atas, seperti kemampuan akademik yang tidak optimal, kelalaian dalam hubungan sosial, kelalaian dalam menghadapi situasi yang berbahaya, sikap melanggar tata tertib secara impulsive, tidak bisa duduk diam di dalam kelas, tangan bergerak dengan gelisah, kadang berlari-lari, impulsivitas, mengalami kesulitan dalam menunggu giliran, dan menjawab sebelum pertanyaan selesai atau sering menginterupsi orang lain. 2.1.7.3 Faktor – faktor Penyebab Hiperaktivitas Martin (2008:61-76) menjelaskan beberapa penyebab anak yang mengalami hiperaktif, yaitu akibat dari Ibu hamil yang merokok, kematangan otak yang tertunda, cedera otak, keracunan timah hitam, bahan tambahan makanan, gula halus, obat-obatan dan karena faktor keturunan. Menurut Aulia (2008:45-46), ada empat faktor-faktor penyebab anak hiperaktif yaitu faktor neurologik faktor toksik, faktor genetik, dan faktor psikososial dan lingkungan. Pertama, faktor neurologik yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti proses persalinan yang lama, distres
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksi miagravidarum, atau ekslamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah, usia Ibu yang masih terlalu muda, Ibu yang merokok dan minum-minuman alcohol juga meninggikan terjadinya hiperaktif dan perkembangan kerja otak menjadi lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang hingga saat ini masih terjadi adalah disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin, yaitu zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Kedua, faktor toksi lebih menekankan pada beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak, karena kadar timah lead dalam serum darah anak akan meningkat. Selain itu, Ibu yang merokok, mengonsumsi alkohol, dan terkena sinar X pada saat hamil akan sangat mempengaruhi lahirnya calon anak hiperaktif. Ketiga, pada faktor genetik ini didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orangtua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anaknya, hal tersebut juga terjadi pada orangtua yang memiliki anak kembar. Keempat, faktor psikososial dan lingkungan pada anak hiperaktif yang sering ditemukannya hubungan yang dianggap keliru antara orangtua dengan anaknya. Berdasarkan teori tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor penyebab N mengalami GPPH itu sesuai dengan penjelasan yang diuangkapkan oleh Aulia, yaitu adanya faktor toksi dan faktor genetik. Menurut Aulia, faktor toksi lebih menekankan pada beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
bahan pengawet memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak, karena kadar timah lead dalam serum darah anak akan meningkat, sedangkan faktor genetik karena adanya keturunan dari pihak keluarga. Pernyataan peneliti diperkuat dengan hasil wawancara dengan orangtua N yang mengatakan bahwa pada saat kehamilan Ibu N suka makan-makanan yang serba instan (junk food), selain itu ada faktor lain yang mengakibatkan N mengalami GPPH, yaitu faktor keturunan dari ayahnya. Hasil wawancara tersebut membuktikan bahwa adanya keterkaitan antara teori dengan data yang diperoleh. 2.2 Penelitian Yang Relevan Penelitian yang pertama dilakukan oleh Kurniawati,dkk. (2014) yang berjudul ”Persepsi
Guru
Kelas
Terhadap
Anak
Berkebutuhan
Khusus
Di
SD
Payakumbuh”. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada sekolahsekolah inklusi di Kecamatan Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh pada Desember 2012-Januari 2013, peneliti menemukan terdapat kecenderungan ABK mendapat kurang perhatian dibandingkan dengan peserta didik reguler. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung guru hanya terfokus perhatiannya pada anak reguler. Guru mempunyai pandangan yang berbeda-beda terhadap ABK. Ada sebagian guru yang tidak peduli lagi terhadap prestasi, perilaku, dan permasalahan ABK, namun ada pula guru yang membantu anak dengan memberikan pendekatan-pendekatan, seperti mendekati anak, kemudian menanyakan apa yang menyebabkan anak melakukan perilaku yang tidak baik ketika proses pembelajaran. Berdasarkan gejala di atas, peneliti tertarik mengkaji persepsi guru kelas terhadap anak berkebutuhan khusus di SD Payakumbuh khususnya di Kec.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Payakumbuh Utara. Peneliti akan menjabarkan tentang pemahaman guru kelas terhadap anak berkebutuhan khusus, persepsi guru kelas terhadap keberadaan anak berkebutuhan khusus di sekolah, persepsi guru kelas terhadap interaksi sosial anak berkebutuhan khusus dengan guru, persepsi guru kelas terhadap interaksi sosial anak berkebutuhan khusus dengan teman sebaya, persepsi guru kelas terhadap prestasi belajar anak berkebutuhan khusus. Penelitian ini mulai dilaksanakan dari tanggal 15 Juli sampai dengan 31 Juli 2013, yang terdiri dari 5 (lima) sekolah pelaksana pendidikan inklusi yang terdapat di Kec. Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh. Dalam penelitian ini, peneliti mengungkapkan hasil data yang diperolehnya bahwa 50,7% atau hampir sebagian guru kelas memahami tentang anak berkebutuhan khusus, 58,2% atau hampir sebagian guru kelas memperhatikan keberadaan anak berkebutuhan khusus di sekolah, 58,8% atau hampir sebagian guru kelas berpersepsi bahwa anak berkebutuhan khusus melakukan interaksi social dengan guru, 53,4% atau hampir sebagian guru kelas berpersepsi bahwa anak berkebutuhan khusus melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya, dan 40,8% atau sebagian kecil guru berpersepsi bahwa anak mengalami gangguan dalam prestasi belajar. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Indianto dan Yusuf (2009) dengan judul “Kajian terhadap Implementasi Pendidikan Inklusif sebagai Alternatif Pemusatan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Anak Berkebutuhan Khusus di Kabupaten Boyolali”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah ABK yang mendapatkan pelayanan pendidikan melalui sekolah inklusi di Kabupaten Boyolali adalah 13,3% (1173 siswa) dari total siswa sebanyak 10.059 anak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Berdasarkan dari 74 sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Kabupaten Boyolali, 23,4% termasuk dalam kategori baik, 72,9% kategori cukup atau sedang, dan 3,6% termasuk ke dalam kategori kurang. Pada hal implementasi penyelengaraan pendidikan inklusi, diketahui bahwa 24,18% termasuk dalam kategori baik, 47,72% kategori cukup, 28,11% kategori kurang. Sementara itu persepsi guru terhadap pendidikan inklusi, 19,30% (tinggi), 64,20% (sedang), 16,50% (rendah). Persepsi ABK terhadap pendidikan inklusi diketahui bahwa 19,46% (positif tinggi), 53,80% (cukup positif), 26,75% (kurang positif). Berdasarkan hasil penelitian deskriptif tersebut, dikembangkan model evaluasi diri, POS Inklusi dan panduan pelatihan pendidikan inklusi. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Utami dan Naviati (2012) dengan judul “Pengalaman Ibu Mengasuh Anak dengan Resiko GPPH”. Dari pihak-pihak yang telah disebutkan pihak terpenting adalah keluarga khususnya ibu, karena ibu adalah merupakan support system terdekat pada anak dengan GPPH pada usia prasekolah. Kemampuan ibu dalam mengasuh secara tepat dapat meminimalkan gejala dan akibat yang mungkin terjadi pada anak dengan resiko GPPH. Dalam mengasuh anak resiko GPPH, membutuhkan metode khusus yang efektif didasarkan kebutuhan khusus yang dimiliki anak.Penetapan aturan yang konsisten serta pemberian reward and punishment dapat membantu ibu mengasuh anak dengan resiko GPPH. Berdasarkan survei awal dan wawancara dengan tiga orang ibu yang memiliki anak dengan resiko GPPH pada tanggal 19 April 2012, diperoleh data bahwa ibu mengaku tidak membuatkan jadwal aktivitas secara teratur bagi anak.Hal ini disebabkan karena ibu mengatakan sulit untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
menerapkan konsistensi dalam penegakan aturan yang dijadwalkan, terlebih karena anak dirasa masih kecil.Dalam mengasuh anak, ibu juga mengatakan mendapatkan dukungan dari suami dan keluarga. Hal tersebut yang mendorong peneliti untuk mengeksplorasi pengalaman ibu dalam mengasuh anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) di Semarang. Metode penelitian yang digunakan peneliti ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dari anak yang memiliki skor positif beresiko GPPH di Semarang. Metode purposive sampling digunakan untuk menentukan kriteria partisipan. Dalam menentukan kriteria partisipan peneliti mendeteksi anak usia para sekolah dengan formulir deteksi dini GPPH Abbreviated Conners Ratting Scales. Anak dengan skor 13 atau lebih artinya anak tersebut beresiko GPPH. Besar sampel yang dipilih peneliti adalah sejumlah lima partisipan dengan pertimbangan jumlah tersebut telah saturasi. Wawancara mendalam dilakukan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini selama 15-20 menit. Lembar permohonan dan persetujuan menjadi partisipan diberikan kepada ibu dengan anak yang beresiko GPPH. Partisipan yang bersedia kemudian menandatangani lembar persetujuan. Wawancara dilakukan di rumah ibu yang bersangkutan. Data kemudian diolah dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian dengan metode reduksi data oleh Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini didapatkan 4 tema yaitu penetapan aturan, pelaksanaan pemberian penghargaan, pelaksanaan pemberian hukuman, dan dukungan social yang diterima.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
Berdasarkan ketiga penelitian relevan yang telah dijelaskan, pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati,dkk. (2011) meneliti tentang persepsi guru terhadap anak berkebutuhan khusus. Selain itu, terdapat penelitian oleh Indianto dan Yusuf (2009) yang meneliti tentang pendidikan inklusi pada anak berkebutuhan khusus dan terdapat satu penelitian oleh Utami dan Naviati (2012) yang meneliti tentang pengalaman Ibu mengasuh anak dengan resiko GPPH. Peneliti membuat literatur map yang memuat penelitian-penelitian terdahulu sampai dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Literatur map yang dibuat oleh peneliti, menunjukkan hubungan antara penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan fakta-fakta yang telah ditemukan oleh peneliti dalam penelitian, peneliti berupaya untuk mengetahui persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa dengan anak gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) di SD Bercahaya. Literatur map penelitian yang relevan dapat dilihat pada berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pendidikan
Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
Persepsi Guru
Inklusi
R. Indianto dan Munawir Yusuf (2009) dengan judul “Kajian terhadap Implementasi Pendidikan Inklusif sebagai Alternatif Pemusatan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Anak Berkebutuhan Khusus di Kabupaten Boyolali”.
35
Desi Kurniawati,dkk. (2014) yang berjudul ”Persepsi Guru Kelas Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Di SD Payakumbuh”.
Tri Utami dan Elsa Naviati (2012) dengan judul “Pengalaman Ibu Mengasuh Anak dengan Resiko GPPH”
Yang diteliti Persepsi guru dengan anak GPPH Gambar 2.5. Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan 2.3 Kerangka Teori Pendidikan sekolah inklusif adalah sekolah yang melaksanakan pendidikan inklusif yang secara realistis menganggap setiap anak memiliki kecepatan pembelajaran berbeda. SD Bercahaya adalah termasuk sekolahan yang di dalamnya terdapat beberapa anak yang memiliki gangguan terutama Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Pengertian dari hiperaktivitas itu sendiri
adalah
suatu
gangguan
perkembangan
yang
mengakibatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
ketidakmampuan mengatur perilakunya sendiri, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Anak hiperaktif sangat sulit sekali untuk mengontrol tingkah lakunya, sangat sulit diam, emosionalnya tidak stabil, mudah terganggu dan sangat sulit untuk berkonsentrasi. Selama proses pembelajaran di sekolah inklusi terkadang mengalami berbagai kendala dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan guru karena sekolah inklusi adalah sekolah yang memiliki beberapa siswanya berkebutuhan khusus. Kemampuan belajar siswa sangat mempengaruhi proses pembelajaran selama di sekolah, sehingga guru memiliki peranan penting dalam mengatasi anak yang mengalami GPPH terutama dari segi kemampuan atau prestasi belajarnya. Selama proses pembelajaran dilakukan dapat menimbulkan berbagai pandangan atau persepsi dari guru terhadap tingkah laku anak GPPH. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di SD Bercahaya terhadap siswa sekolah tersebut yang mengalami GPPH. Peneliti melihat bahwa anak yang mengalami GPPH memiliki tingkat konsentrasi yang kurang, perubahan perilaku dan emosi yang tidak stabil, serta kemampuan belajarnya yang menurut guru kelasnya tidak stabil, maka guru sekolah tersebut mempunyai pandangan atau persepsi yang berbeda terhadap konsentrasi dan kemampuan belajar serta perubahan perilaku yang selalu ditunjukan oleh siswa yang mengalami GPPH. Munculnya persepsi guru terhadap N berpengaruh pada cara penanganan yang dilakukan guru. Pola perilaku yang selalu ditunjukkan N seperti perilaku yang suka bergerak seenaknya sendiri ketika N sudah merasa bosan, emosional yang mudah berubah-ubah mengakibatkan muncul persepsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
yang akan berpengaruh pada cara penanganan. Guru lebih memilih untuk mendiamkan N saat pola perilakunya yang tidak biasa itu muncul. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran persepsi dan cara penanganan guru terhadap kemampuan belajar siswa dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) di SD tersebut. 2.4 Pertanyaan Penelitian Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa pertanyaan penelitian yang dapat membantu pada saat melakukan penelitian : 2.4.1
Bagaimana karakteristik anak yang mengalami GPPH di SD Bercahaya?
2.4.2
Bagaimana persepsi guru terhadap kemampuan belajar anak yang mengalami GPPH di SD Bercahaya?
2.4.3
Bagaimana kemampuan belajar anak yang mengalami GPPH di SD Bercahaya?
2.4.4
Bagaimana cara penanganan bagi anak yang mengalami GPPH di SD Bercahaya?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III ini menguraikan metode penelitian yang berisi tentang jenis penelitian, setting penelitian, partisipan penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, keabsahan data, dan teknik analisis data. Jenis penelitian akan memaparkan tentang jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini serta alasan yang digunakan. Setting penelitian menjelaskan tentang situasi atau keadaan tempat dan waktu yang dilakukan selama penelitian. Partisipan dalam penelitian ini berisikan tentang para partisipan yang akan diteliti oleh peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumen. Instrumen penelitian ini akan disajikan dengan menggunakan tabel alur penelitian. Keabsahan data akan menjelaskan tentang uji kredibilitas dan transferability, sedangkan teknik analisis data menjelaskan tentang proses awal hingga akhir dalam penelitian ini. 3.1 Jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2010:15) penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai insrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, 38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif bertumpu pada latar belakang alamiah secara holistik, memposisikan manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis data secara induktif, lebih mementingkan proses daripada hasil serta hasil penelitian yang dilakukan disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian. Peneliti memilih pendekatan kualitatif ini karena pendekatan kualitatif merupakan suatu pendekatan untuk memahami fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dan dalam penelitian ini khususnya fenomena yang ada di SD Bercahaya. Peneliti berpendapat bahwa jenis pendekatan kualitatif disebut dengan verstehen (pemahaman mendalam), karena mempertanyakan makna suatu partisipan secara mendalam dan tuntas. Alasan lain peneliti memilih jenis pendekatan kualitatif adalah penelitian ini tidak bersifat menguji kebenaran suatu teori melainkan untuk menarik kesimpulan fenomena yang terjadi dari data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Penelitian yang digunakan peneliti merupakan penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus adalah penelitian yang menggambarkan partisipan penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku yakni tingkah laku itu sendiri beserta hal-hal yang melingkupinya, hubungan antara tingkah laku dengan riwayat timbulnya tingkah laku, demikian pula hal yang berkaitan dengan tingkah laku tersebut (Arikunto, 2005:238). Pada
penelitian
ini
peneliti
ingin
menjelaskan,
menggambarkan,
mendeskripsikan, memaparkan situasi mengenai partisipan yang diteliti yaitu Persepsi dan Cara Penanganan Guru Terhadap Kemampuan Belajar Siswa Dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
GPPH dengan cara melakukan pendataan melalui survey langsung, observasi dan wawancara yang relevan dengan judul yang berkaitan dengan penelitian yaitu Persepsi dan Cara Penanganan Guru Terhadap Kemapuan Belajar Siswa Dengan GPPH. Pada penelitian ini, peneliti berusaha untuk menggambarkan persepsi yang ditunjukkan oleh guru terhadap kemampuan belajar siswa GPPH. 3.2 Setting Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di kelas II SD Bercahaya. SD Bercahaya berlokasi di daerah Kota bagian Timur. SD Bercahaya terletak dalam satu komplek dengan SMA dengan gedung belajar yang memadai serta lingkungan halaman yang luas dan sejuk. Selain itu, sekolah memiliki halaman depan yang luas dan layak untuk dipakai kegiatan-kegiatan olahraga maupun kegiatankegiatan lainnya. Di samping halaman depan yang luas sekolah juga memiliki halaman rumput di bagian belakang dengan luas yang memadai untuk kegiatan lainnya. Keadaan ekonomi masing-masing orangtua siswa yang bersekolah di SD Bercahaya termasuk dalam golongan ekonomi menengah. Kemudian masingmasing siswa memiliki pola asuh yang berbeda antar siswa satu dengan siswa lainnya. Pada penelitian ini peneliti melihat seorang anak yang memiliki pola asuh yang berbeda dengan teman lainnya dalam satu kelas. Pernyataan tersebut diperkuat dengan penjelasan yang diungkapkan oleh salah seorang guru yang bersangkutan. Waktu penelitian ini dimulai dari pertengahan bulan Juli sampai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
bulan November 2014. Waktu penelitian dapat dilihat pada tabel jadwal penelitian berikut: Gambar 3.1.Tabel Jadwal Penelitian No. 1
Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan Juli
Agt
Sep
Okt
Nov
Des Jan
Observasi keadaan lapangan Pengumpulan Data
2
(Observasi, Wawancara, dan Dokumen)
3 4
Menyusun Proposal Pengecekan Data dan Informasi
5
Pengolahan Data
6
Penyusunan Laporan
7
Ujian Skripsi
3.3 Partisipan Penelitian Partisipan penelitian adalah fokus atau sasaran penelitian.Sugiyono (2010: 13) menjelaskan bahwa partisipan penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang suatu hal partisipan. Pada penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah persepsi guru dan kemampuan belajar anak GPPH di SD Bercahaya. Partisipan penelitian ini adalah individu, benda atau organisme yang dijadikan sebagai sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Pada penelitian kualitatif, istilah partisipan penelitian disebut sebagai informan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
yaitu pelaku yang memahami partisipan penelitian. Jadi, informan yang dimaksudkan di sini adalah orang yang memberi informasi tentang data yang dibutuhkan oleh peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. Pada penelitian ini yang menjadi informan adalah guru kelas, guru ekstra, guru pendamping, dan orangtua yang memiliki persepsi terhadap pola perilaku dan kemampuan belajar anak GPPH. Selain informan, kita juga mengenal istilah key informan atau kunci sumber informasi. Adapun yang menjadi key informan di sini adalah anak GPPH kelas II SD Bercahaya, yaitu N. Partisipan awal dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami GPPH, yaitu N. Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti dalam proses pemilihan para partisipan tersebut, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana para partisipan tersebut mengenal pola perilaku yang ditunjukan oleh partisipan awal (N) selama belajar di kelas. Setelah peneliti melakukan proses pemilihan hingga terpilihnya keempat partisipan yang lain seperti guru kelas, guru ekstra, guru pendamping dan orangtua N. Peneliti juga melakukan wawancara yang mendalam terhadap masing-masing partisipan dengan tujuan untuk memperoleh informasi terkait dengan pola perilaku dan kemampuan belajar N saat di sekolah. Wawancara secara mendalam peneliti lakukan selama tiga hari berturut-turut. Pada hari pertama, wawancara peneliti lakukan pada tanggal 29 Oktober 2014 dengan waktu yang berbeda-beda. Pukul 09.10-09.52 peneliti melakukan wawancara dengan guru ekstra yang mengajar tiga mata pelajaran sekaligus di kelas N, yaitu TIK, Bahasa Inggris, dan Olahraga. Pada pukul 10.00-10.33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
peneliti melakukan wawancara dengan guru pendamping yang mendampingi N selama belajar di sekolah. Wawancara peneliti lakukan pada partisipan berikutnya, yaitu guru kelas II dari pukul 11.15-11.52. Dalam waktu berbeda peneliti juga melakukan wawancara pada tanggal 30 Oktober 2014 dengan dua partisipan, yaitu dengan anak yang mengalami GPPH dan orangtua anak yang mengalami GPPH. Wawancara yang peneliti lakukan dengan orangtua N pada tanggal 30 Oktober 2014 bersambung dikarenakan pola perilaku N yang menangis mencari keberadaan Ibunya, kemudian peneliti melanjutkan wawancara bersama dengan orangtua N pada tanggal 31 Oktober 2014. Wawancara terakhir peneliti lakukan pada tanggal 12 November 2014 untuk menindaklanjuti (follow up) pernyataan guru kelas yang mengatakan N mengalami autis bukan GPPH. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data tentang persepsi guru kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur, teks anekdot, serta dokumentasi. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik yang akan digunakan oleh peneliti sebagai berikut: Pertama, teknik pengumpulan data dengan wawancara. Jenis wawancara dalam penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah wawancara semi terstruktur. Sugiyono (2008:323) menjelaskan bahwa wawancara semi terstruktur adalah suatu teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Saat melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Tujuan peneliti menggunakan teknik wawancara semi terstruktur adalah untuk mengetahui informasi secara lebih jelas dan terpercaya dari sumbersumber yang ingin digali informasinya oleh peneliti yaitu guru kelas II, guru ekstra kelas II, guru pendamping, orangtua anak GPPH dan siswa GPPH. Jika melalui kegiatan wawancara peneliti belum memperoleh data secara maksimal, maka peneliti perlu melakukan wawancara kembali hingga memperoleh data yang tepat. Pedoman wawancara siswa, guru kelas II, guru ekstra kelas II, guru pendamping, orangtua anak GPPH dapat dilihat pada lampiran 2. Transkrip hasil wawancara dengan guru kelas II dan guru pendamping dapat dilihat pada lampiran 3. Kedua, teknik pengumpulan data dengan observasi. Observasi adalah suatu cara pengumpulan data yang pengisiannya didasarkan atas pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak (Hidayat, 2011:12.10). Observasi yang dilakukan peneliti di SD Bercahaya bertujuan untuk mencari data dari pengamatan langsung terkait dengan peristiwa yang terjadi di lapangan. Peneliti dalam penelitian ini melibatkan siswa yang mengalami GPPH, guru kelas, guru ekstra, guru pendamping, dan orangtua anak yang mengalami GPPH untuk mendapatkan data yang lengkap terkait dengan hal yang akan diteliti. Alat yang digunakan oleh peneliti selama melaksanakan observasi adalah pencatatan anecdotal record. Pencatatan anekdot merupakan kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak dalam situasi-situasi tertentu. Kesimpulan catatan tersebut meliputi aktivitas anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
yang bersifat positif dan negatif, kemudian penilaian dengan cara ini dapat dilaksanakan sewaktu-waktu dengan cara menuliskan kejadian penting yang dilakukan oleh anak (Hidayat, 2011:12.11). Langkah awal yang peneliti lakukan sebelum melaksanakan observasi di SD Bercahaya, yaitu memberi surat ijin penelitian kepada kepala. Setelah itu peneliti menemui guru kelas, guru ekstra, guru pendamping, dan orangtua untuk menanyakan kemampuan dan konsentrasi serta perubahan perilaku-emosi anak di kelas. Berdasarkan informasi dari pihak sekolah ada dua anak yang mengalami GPPH yaitu di kelas 1 dan kelas II. Setelah peneliti melakukan observasi secara langsung hanya ada satu anak yang menjadi partisipan untuk penelitian ini. Alasan peneliti memilih siswa kelas II yang menjadi partisipan penelitian, yaitu karena hasil observasi yang dilakukan peneliti diperkuat dengan dokumen hasil pemeriksaan dari psikolog yang menyatakan bahwa anak tersebut benar-benar mengalami ADHD/GPPH. Aspek yang diobservasi peneliti adalah perubahan perilaku-emosi dan kemampuan anak yang mengalami GPPH. Hasil observasi secara keseluruhan peneliti catat dengan pencatatan anekdot yang dapat dilihat pada lampiran 1. Ketiga, teknik dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang. Hasil observasi atau pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti akan lebih akurat dan dipercaya apabila didukung dengan adanya dokumentasi (Sugiyono, 2008:340). Dokumentasi dalam penelitian ini dapat berupa dokumen tertulis terkait dengan kondisi N dan nilai rapot kelas I dan kelas II (lampiran 4). Tujuan peneliti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
menggunakan teknik dokumentasi adalah untuk mengetahui kemampuan belajar N yang mengalami GPPH di kelas II SD Bercahaya. 3.5 Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian yaitu peneliti itu sendiri. Peneliti yang menjadi instrument penelitian harus diuji terlebih dahulu untuk melihat kesiapan peneliti ketika terjun di lapangan. Pengujian peneliti tersebut dapat meliputi pemahaman peneliti terhadap metode yang akan digunakan dalam penelitian. Pengujian peneliti dalam penelitian kualitatif melalui evaluasi terhadap diri peneliti tersebut untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman peneliti terhadap penelitian kualitatif. Peneliti melakukan berbagai macam tahapan untuk melakukan penelitian tersebut diantaranya menetapkan fokus
penelitian,
memilih
informan
sebagai
sumber
data,
melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2012). Selain peneliti itu sendiri adapun intrumen atau alat penelitian lain yang digunakan oleh peneliti yaitu pedoman wawancara, teks anekdot, dan dokumentasi. 3.6 Teknik Keabsahan Data 3.6.1 Uji Kredibilitas 3.6.1.1 Perpanjangan pengamatan Perpanjangan pengamatan akan memungkinkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Perpanjangan pengamatan yang peneliti lakukan adalah melakukan observasi selama proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
di luar kelas. Peneliti melakukan observasi sebanyak 4 kali pertemuan selama satu hari pembelajaran. Pertemuan pertama dilakukan untuk pembiasaan guru dan siswa di luar kelas dengan keberadaan peneliti. Pertemuan kedua dan ketiga peneliti melakukan observasi di dalam kelas untuk proses analisis data yang lebih rinci mengenai kondisi pembelajaran ketika guru sedang melakukan proses belajar mengajar. Pada pertemuan keempat ini peneliti melakukan observasi saat proses belajar mengajar di luar kelas. Setelah peneliti melakukan observasi sebanyak 4 kali pertemuan, peneliti juga diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menjadi guru pendamping selama seminggu. 3.6.1.2 Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2005:330). Triangulasi yang dilakukan peneliti adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data. Pertama data diperoleh dari dokumentasi, kemudian dicek dengan observasi dan wawancara. Data akan menjadi kredibel jika pengujian data dari ketiga teknik tersebut menghasilkan data yang sama. Triangulasi sumber yaitu dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti, sehingga menghasilkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan beberapa sumber data tersebut. Hasil triangulasi dapat dilihat pada lampiran 5. 3.6.1.3 Menggunakan bahan referensi Bahan referensi adalah pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Peneliti menggunakan catatan lapangan untuk proses pembelajaran guru dan rekaman untuk bukti hasil wawancara. Catatan lapangan dalam penelitan dan perekaman tersebut digunakan untuk mendukung hasil analisis data. Selain itu digunakan juga berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Berbagai teori pada penelitian ini telah dijelaskan pada bab II dipergunakan untuk menguji terkumpulnya data tersebut. 3.6.2 Uji Transferability (Daya Transfer) Peneliti melakukan tahap-tahap analisis yang objektif dan terbuka karena peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi daya transfer bagi pembaca dalam memberikan persepsi kepada anak yang mengalami GPPH. Kemampuan daya transfer ini memiliki tujuan agar pembaca dapat mengerti ketika menemukan, melihat atau mengenal, bahkan berinteraksi dengan anak yang mengalami GPPH. Peneliti dapat membuat laporan dengan memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya, sehingga peneliti juga dapat memberi referensi yang berarti bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian serupa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
3.7 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif kualitatif, dimana peneliti membahas mengenai hasil penelitian berdasarkan persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa GPPH. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis dimulai setelah peneliti merumuskan dan menjelaskan masalah. Peneliti menganalisis data dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi yang sudah dituliskan dalam bentuk catatan anekdot, dokumen resmi yang menyatakan N mengalami GPPH, dokumen nilai-nilai N dari kelas 1 hingga kelas II. Analisis
data
dilakukan
dalam
suatu
proses,
proses
yang
berarti
pelaksanaannya mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dilakukan secara intensif, yaitu setelah meninggalkan lapangan, menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengarahan tenaga fisik dan pikiran dari peneliti, selain menganalisis data peneliti juga perlu mendalami kepustakaan dengan tujuan mengkonfirmasikan teori baru yang ditemukan. Teknik analisis data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini mengacu pada konsep yang diterapkan oleh Miles dan Huberman (dalam Moleong, 2007:308), yaitu mengklasifikasikan analisis data dalam tiga langkah berikut: 3.7.1
Reduksi Data Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapanga itu kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apa bila sewaktu-waktu data diperlukan kembali. Pada proses ini peneliti mencari data hingga peneliti memperoleh data yang benar-benar valid. Dalam menyajikan kebenaran data yang diperoleh peneliti, maka data tersebut dicek ulang dengan pembanding informan lain yang lebih memahami (lampiran 8). 3.7.2
Display Data Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan dari hasil penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil reduksi data dan display data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan data memverifikasikan, sehingga menjadi kebermaknaan data. Peneliti melakukan hal tersebut dengan tujuan untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan. Penyajian data merupakan bagian dari analisis dan mencakup reduksi data. Pada proses ini peneliti mengelompokkan hal-hal yang serupa menjadi kelompok berdasarkan dengan tema (lampiran 8).
3.7.3
Menarik Kesimpulan dan Verifikasi Kesimpulan yang ditemukan pada awal penelitian masih bersifat sementara dan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan buktibukti yang kuat dan dapat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi berbentuk kesimpulan yang sementara, maka dapat dilakukan verifikasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
selama penelitian berlangsung sejalan dengan memberi chek dan trianggulasi, sehingga memperoleh hasil penelitian yang signifikan. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008), kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan penemuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Penemuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya tidak jelas sehingga setelah diteliti mejadi jelas, dapat pula berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Data harus selalu diuji kebenarannya dan kesesuaiannya, sehingga peneliti benar-benar memperoleh data yang valid. Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan dari data yang telah diperoleh. Langkah berikutnya yang peneliti lakukan pada tahap ini adalah melaporkan hasil penelitian secara lengkap (lampiran 8). Berdasarkan uraian di atas, langkah analisis data dengan pendekatan ini dapat digambarkan sebagai berikut: Pengumpulan Data
Reduksi data
Vertifikasi dan penarikan simpulan Gambar 3.2.Teknik Analisis Data
Data Sajian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti membahas dua topik dalam hasil penelitian diantaranya adalah hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian berisikan tentang partisipan penelitian, setting penelitian dan deskripsi partisipan penelitian. Deskripsi penelitian terdiri dari latar belakang informan yang disebut partisipan (ada lima partisipan) dan problematika anak yang mengalami gangguan GPPH. Pembahasan dalam penelitian ini berisi tentang kesimpulan dari kegiatan yang telah peneliti lakukan selama penelitian dan sesuai dengan hasil triangulasi data. 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Partisipan Penelitian dan Setting Penelitian SD Bercahaya merupakan sekolah yang digunakan oleh peneliti sebagai tempat penelitian dan sekolah tersebut berlokasi di daerah Kota bagian Timur. SD Bercahaya terletak dalam satu komplek dengan SMA dengan gedung belajar yang memadai serta lingkungan halaman yang luas dan sejuk. Selain itu, sekolah memiliki halaman depan yang luas dan layak untuk dipakai kegiatan-kegiatan olahraga maupun kegiatan-kegiatan lainnya. SD tersebut memiliki ruang kelas pararel dengan jumlah 12 kelas dan masing-masing terdiri dari 2 kelas pararel. Peneliti melaksanakan penelitian ini di kelas II A dengan jumlah siswa 24, terdiri dari 14 laki-laki dan 10 perempuan, namun hanya terdapat satu siswa yang
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
memiliki kebutuhan khusus. Informasi tersebut peneliti peroleh setelah melakukan wawancara dengan guru kelas II A. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), guru kelas, guru ekstra yang mengajar mata pelajaran TIK, Bahasa Inggris, dan Olahraga, guru pendamping yang mendampingi anak selama belajar di sekolah, serta orangtua anak yang mengalami GPPH. Partisipan awal dalam penelitian ini adalah N, siswa kelas II yang mengalami GPPH. Partisipan lainnya yang ada dalam penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak GPPH, guru yang mengajar di kelas II A SD Bercahaya, yaitu guru kelas, guru ekstra yang mengajar tiga mata pelajaran sekaligus di kelas II yaitu Bahasa Inggris, TIK, dan Olahraga, serta guru pendamping
yang
selalu
mendampingi
N
selama
melakukan
kegiatan
pembelajaran di sekolah. 4.1.2 Deskripsi Partisipan Penelitian 4.1.2.1 Partisipan I (siswa yang mengalami GPPH) Latar Belakang Partisipan I Partisipan awal dalam penelitian ini adalah N, seorang siswa laki-laki berusia 8 tahun yang mengalami GPPH. Peneliti melakukan wawancara dengan N pada tanggal 30 Oktober 2014 di ruang kelas IV B SD Bercahaya. Wawancara ini berlangsung dari pukul 11.15-11.23, dengan perilaku N yang tidak bisa fokus dan bergerak tanpa batas, maka saat wawancara guru pendamping ikut mendampingi untuk menenangkan perilaku anak yang berlebihan. Peneliti sebelumnya sudah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
mengenal dan mengetahui perilaku siswa tersebut memiliki kebutuhan khusus pada saat peneliti melaksanakan Program Pengalaman Lapangan di sekolah tersebut selama kurang lebih tiga bulan dan saat PPL sempat satu kali untuk mendampingi N belajar di sekolah sebelum ada guru pendamping. Selama peneliti melakukan wawancara dengan N, peneliti mengamati tingkah laku N yang tidak bisa diam dan ketidakmampuannya untuk fokus dalam menjawab pertanyaan. Pada saat peneliti bertanya tentang usianya saat ini N menjawab dengan tidak konsisten yang awal menjawab 7, kemudian menjawab lagi 8. Ketidakkonsistenan N saat menjawab pertanyaan dari peneliti berdampak pada jawaban-jawaban yang lain, seperti “di sekolah”, jawab N saat peneliti bertanya tentang dimana tempat kelahirannya dan saat peneliti bertanya tahun berapa N lahir, ia menjawab, “2014”. Menurut peneliti N kurang mampu untuk memahami isi dari pertanyaan yang diungkapkan oleh peneliti. Peneliti juga menilai bahwa N kurang mampu untuk memhami isi kalimat baik dalam bentuk tertulis maupun lisan. Pernyataan peneliti diperkuat dari hasil pengamatan, dari hasil dokumen pihak psikologis, dan dari hasil wawancara mendalam dengan guru kelas N. N menyukai tiga mata pelajaran saja, yaitu Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK. Ada satu mata pelajaran yang N tidak suka, yaitu Bahasa Indonesia. Saat peneliti bertanya alasannya tidak suka dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, N mulai menjawab dengan tidak fokus “menulis”, jawab N dengan nada teriak. Peneliti kembali bertanya, “kalau N sudah merasa bosan belajar di kelas apa yang dilakukan?”, lalu N menjawab “pulang”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan yang lain dan berdasarkan hasil dari dokumen yang peneliti peroleh, N memiliki gangguan dalam pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Gangguan yang dialami N secara tidak langsung berpengaruh pada perilaku, perubahan emosi, dan sosialnya. Selama belajar di sekolah N menunjukan perilaku yang tidak biasanya dibandingkan dengan temanteman satu kelasnya, dan perubahan emosi N memuncak ketika ia sudah merasa bosan untuk belajar. Pernyataan tersebut sesuai dengan pengalaman peneliti saat melakukan wawancara dengan N, ia selalu menunjukan ketidakmampuannya untuk fokus, tidak konsisten, dan ketika sudah merasa bosan ia bergerak sesuka hatinya terkadang juga ia memukul meja secara berulang-ulang. N merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri bapak G dan ibu Y. Keadaan perekonomian keluarga partisipan awal ini termasuk dalam golongan ekonomi menengah. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara saat peneliti bertanya tentang, “pekerjaan papa apa dek?”, N menjawab, “bekerja di Bank D”, kemudian peneliti bertanya, “kalau pekerjaan mama apa?”, lalu N menjawab, “pekerjaan dirumah”. Ketika peneliti menindaklanjuti jawaban N tentang “pekerjaan dirumah”, Normsn menjelaskan kembali, “ya pekerjaan dirumah ih”, lalu N menjawab, “masak”. Pokok permasalahan Pada saat melakukan wawancara dengan N, peneliti menilai N belum memahami betul isi dari pertanyaan yang peneliti tanyakan. Hal tersebut terbukti dari jawaban-jawaban N yang tidak konsisten dan tidak sesuai dengan pertanyan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
yang disampaikan oleh peneliti. Ketika peneliti bertanya, “berapa usia N”, ia menjawab “7”, kemudian menjawab lagi “8”. Selain itu, N juga menjawab pertanyaan dari peneliti dengan tidak tepat, misalnya saat itu peneliti bertanya “N lahir dimana?”,jawab N “di sekolah”. Jawaban N yang mengatakan lahir di sekolah itu tidak sesuai dengan pernyataan ibu Y yang mengatakan bahwa N lahir di Yogyakarta, saat peneliti melakukan wawancara dengan Ibu dari N. N kurang memahami kalimat pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti, terlebih dengan kondisi N yang tidak bisa fokus, cepat bosan dan duduk tenang, sehingga jawaban yang diungkapkan oleh N tidak sesuai dengan pertanyaan yang disampaikan peneliti. 4.1.2.2 Partisipan II (guru kelas II) Latar Belakang Partisipan II Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan II sebanyak dua kali. Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2014 dan wawancara ini berlangsung dari pukul 11.15-11.52 di ruang UKS. Wawancara kedua peneliti lakukan pada tanggal 12 November 2014 dan wawancara berlangsung dari pukul 12.17-12.45 di ruang musik. Guru kelas II di SD Bercahaya adalah seorang laki-laki yang bernama P dan saat ini beliau berusia 51 tahun. Pak P menjadi guru di SD Bercahaya ini sudah sejak tahun 2006 hingga sekarang. Beliau mengajar di kelas II sejak awal bekerja di SD Bercahaya. Selama beliau mengajar banyak sekali pengalaman yang telah diperolehnya dari tahun ke tahun dan baru tahun kali ini beliau menjumpai anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
berkebutuhan khusus di kelas tempat beliau mengajar. Guru menjumpai ada satu anak berkebutuhan khusus yang mengalami GPPH di kelasnya, yaitu bernama N yang saat ini berusia 8 tahun. Guru memiliki cara pandang yang berbeda terhadap N, ketika guru melihat perilaku anak tersebut berbeda dengan teman sekelasnya guru lebih menganggap anak tersebut mengalami autis-hiperaktif. Peneliti menindaklanjuti pernyataan guru yang mengatakan bahwa anak mengalami gangguan autis juga hiperaktif, kemudian guru kelas berkata, “Ya kalo saya kedua-duanya, tapi kadang-kadang menonjol ee lebih autisnya kelihatan sekali”, jawab guru kelas ketika peneliti bertanya tentang keadaan yang sesungguhnya dialami N autis atau hiperaktif. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas II ini, maka peneliti dapat meyimpulkan bahwa sesungguhnya guru tidak memahami betul kondisi yang sedang dialami N. Pernyataan guru yang mengatakan anak mengalami autishiperaktif berbeda dengan pernyataan yang disampaikan oleh orangtua, guru ekstra, guru pendamping, serta dari dokumen hasil pemeriksaan psikologis yang mendiagnosa bahwa N mengalami ADHD atau GPPH. Problematika anak yang mengalami GPPH Pada saat di sekolah anak selalu menunjukkan perilaku yang tidak biasa, seperti perilaku anak yang tidak mau bertatap muka saat berbicara, perubahan emosi secara spontan dan suka memberontak ketika anak melakukan aktivitas tidak sesuai dengan keinginannya, sulit untuk berkonsentrasi, dan suka keluar masuk kelas tanpa ijin. Perilaku N tersebut secara tidak langsung mengganggu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
kegiatan belajar di kelas. Berdasarkan cerita guru tersebut peneliti bertanya, “cara penanganan apa yang dilakukan untuk mengatasi perilaku N?”, lalu guru menjawab, “diamkan saja”. Hasil wawancara dengan guru kelas II menjelaskan bahwa beliau merasa tidak mampu dan bukan ahlinya untuk menangani anak berkebutuhan khusus seperti N, karena menurut beliau sendiri lebih baik mengutamakan siswa 23 yang lain daripada menangani 1 siswa yang mengalami gangguan khusus. Perilaku guru yang membiarkan N untuk melakukan hal yang sesuai dengan keinginannya berpengaruh juga pada perilaku N, karena anak akan terus melakukan hal tersebut secara berulang tanpa memperdulikan waktu jam belajarnya di sekolah. Secara tidak langsung perilaku N yang sering berubah-ubah seperti itu akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Menurut guru kelas II, ketidakmampuan N dalam memusatkan perhatian dan berkonsentrasi selama belajar di kelas hanya 50% saja. Pernyataan tersebut peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan Pak P yang mengatakan bahwa, “Ya, selama proses belajar berlangsung di kelas hanya 50% saja tingkat konsentrasi yang dimiliki oleh N. Sering kali N menunjukan perilaku yang sulit untuk berkonsentrasi terutama pada saat belajar pelajaran-pelajaran yang tidak dia gemari selain matematika, bahasa Inggris, dan TIK.Iya, selain mata pelajaran yang dia suka dia pasti nilai di bawah KKM. Ketika N sudah merasa bosan dia mulai bergerak seenaknya keluar kelas”, jawab guru ketika peneliti bertanya tentang kemampuan dan konsentrasi belajar serta perilaku N saat di kelas. Bedasarkan hasil wawancara guru kelas II tersebut dapat disimpulkan, bahwa selama belajar di kelas N selalu menunjukkan perilaku yang suka bergerak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
seenaknya sendiri ketika N sudah merasa bosan. Selama di kelas N kesulitan dalam memusatkan perhatian dan tingkat konsentrasi yang dimiliki N hanya 50% saja. Kemampuan belajar N menurut beliau berada di rata-rata, artinya mata pelajaran yang tidak anak suka nilainya di bawah KKM seperti Bahasa Indonesia maupun PKn. Pada mata pelajaran yang N sukai seperti Matematika, TIK, dan Bahasa Inggris nilainya ada di atas KKM. Informasi tentang kemampuan belajar anak tersebut peneliti peroleh selain melakukan wawancara dengan guru kelas juga berdasarkan dokumen hasil nilai UTS. 4.1.2.3 Partisipan III (guru ekstra yang mengajar TIK, Bahasa Inggris, dan Olahraga) Latar Belakang Partisipan III Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan ketiga ini pada tanggal 29 Oktober 2014, wawancara berlangsung selama 37 menit di ruang Lab. Komputer. Dalam penelitian ini yang dimaksud guru ekstra adalah selain guru kelas yang masuk ke kelas II untuk mengajar di kelas tersebut. Guru ekstra yang dimaksud adalah seorang laki-laki yang bernama Pak R dan saat ini usia beliau adalah 41 tahun. Pak R menjadi guru di SD Bercahaya ini sudah sejak tahun 2010 yang lalu hingga saat ini. Sebelumnya beliau pernah menjadi guru TK pada tahun 2005 di Malang, kemudian pada tahun 2006-2010 beliau menjadi guru Bahasa Inggris di SMP Malang. Di SD Bercahaya tersebut beliau mengajar semua kelas dari kelas bawah sampai kelas atas. Mata pelajaran yang beliau ajarkan di kelas bawah ada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
tiga, yaitu Olahraga, TIK, dan Bahasa Inggris, sedangkan di kelas atas beliau mengajar dua mata pelajaran saja, yaitu TIK dan Bahasa Inggris. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Pak R yang menceritakan bahwa ada 2 sebenarnya anak yang berkebutuhan khusus di kelas bawah. Anak yang lebih menonjol kekhususannya adalah N anak kelas II A. Beliau bisa mengatakan demikian karena sejak kelas satu beliau juga mengajar di kelas N, sehingga beliau mengetahui bahwa N mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH). Di kelas II ini beliau melihat adanya perbedaan yang menonjol antara N dengan siswa yang lainnya, khususnya pada konsentrasi dan kemampuan belajar serta perubahan perilaku emosi N. Baru di kelas II ini beliau melihat adanya guru pendamping khusus yang diberikan pihak orangtua untuk mendampingi N selama ia belajar di sekolah. Problematika anak yang mengalami GPPH Cara pandang beliau terhadap siswa yang mengalami GPPH dengan siswa yang lainnya nampak berbeda. Perbedaan itu terlihat saat guru menceritakan tentang perilaku, emosi, dan kemampuan belajar N selama di kelas. Beliau mengatakan bahwa semuanya itu tergantung dari waktu, artinya ketika waktu mengajarnya masih pagi kondisi N masih stabil karena menurut beliau anak belum terlalu cape. Ketika waktu mengajar sudah terlalu siang seperti jam pulang sekolah jam 11.00 anak pasti akan marah karena ingin cepat pulang. Beliau juga mengatakan, bahwa N tidak mengalami kesulitan selama belajar di sekolah. Kemampuan belajarnya jika dibandingkan dengan anak yang lain N memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
tingkat kemampuan di atas teman-temannya. Faktanya tingkat kemampuan N ada di atas rata-rata, yaitu ketika beliau melihat nilai-nilainya tidak ada yang di bawah 5 dan paling jelek itu nilai 6. Sama dengan partisipan yang lain ketika peneliti bertanya tentang mata pelajaran yang paling di sukai N, kebanyakan dari partisipan menjawab TIK, Matematika, dan Bahasa Inggris. Berdasarkan ketiga mata pelajaran yang di sukai N tersebut hanya ada dua mata pelajaran yang Pak R ajarkan, yaitu TIK dan Bahasa Inggris. Beliau memiliki pandangan bahwa mata pelajaran yang paling N sukai adalah TIK saja, karena beliau menilai hobinya N lebih kearah komputer. N tidak mengalami kesulitan pada saat mata pelajaran TIK, bahkan ketika dilihat dari hasil nilai-nilainya N memperoleh nilai rata-rata 8. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru ekstra, peneliti dapat menyimpulkan bahwa N merupakan anak yang memiliki perilaku berbeda dari teman sebayanya. Guru ekstra tidak mengetahui betul kondisi apa yang sesungguhnya dialami oleh N, namun sejak kelas satu guru sudah mengenal dan memahami perilaku N yang tidak bisa diam dan memiliki ketidakmampuan dalam berkonsentrasi. Menurut Pak R, N memiliki tingkat emosi yang berubahubah, seperti ketika anak sudah merasa bosan dengan aktivitas yang anak lakukan ingin segera dihentikan dan cepat-cepat keluar kelas. Perubahan emosi yang terjadi pada N saat belajar di kelas tergantung dari waktu, artinya ketika masih pagi keadaan emosinya masih stabil dibandingkan dengan waktu belajar saat sudah siang. Pak R juga menjelaskan, bahwa N dapat mengikuti kegiatan belajar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
dengan baik ketika emosinya stabil dan kemampuan belajarnya berada di atas rata-rata. 4.1.2.4 Partisipan IV (guru pendamping) Latar Belakang Partisipan IV Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan keempat ini pada tanggal 29 Oktober 2014, wawancara berlangsung dari pukul 10.00-10.33 di ruang Laboratorium Komputer. Guru pendamping N adalah seorang laki-laki berusia 25 tahun. Pekerjaan mas P adalah sebagai guru atau tenaga pendamping di salah satu lembaga ternama di kota beliau mengabdi. Beliau bisa menjadi guru pendamping N berawal dari mendengar cerita orangtua N yang sedang membutuhkan guru untuk mendampingi N selama belajar di sekolah. Kebetulan N merupakan salah satu murid dari mas P saat mengikuti les di lembaga tempat mas P mengabdi. Beliau sudah mengenal N cukup lama sekitar 1 tahun lebih, sehingga beliau juga memahami kondisi yang sesungguhnya dialami oleh N. Menurut mas P, N memerlukan adanya pendampingan khusus dikarenakan anak mengalami gangguan hiperaktif. Pada saat wawancara beliau menjelaskan bahwa, “anak tersebut digolongkan sebagai anak hiperaktif, yang dimana ee tingkat emosionalnya masih labil. Jadi kontrol emosinya bagi si anak belum mampu di kontrol sendiri dan masih mempunyai ee emosional kemudian punya dunia sendiri dalam fikirannya, sehingga untuk ber..ber..bersosialisasi dengan teman-temannya masih harus dibimbing”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Berdasarkan jawaban mas P tersebut peneliti dapat menyimpulkan, bahwa N merupakan anak hiperaktif yang memiliki tingkat emosinal yang tidak stabil dan anak merasa asik dengan dunianya sendiri karena di dalam pikirannya anak memikirkan sesuatu atau bisa di katakan anak senang berkhayal. Akibatnya, berpengaruh pada interaksi sosial dengan teman-temannya, sehingga untuk menangani semua itu anak masih perlu dibimbing. Problematika Anak yang Mengalami GPPH Sudah selama 2 bulan lebih mas P menjadi guru pendamping N.Beliau sudah cukup memahami karakteristik N selama belajar di sekolah. Menurut beliau, “eeeee, berproses belajarnya si N itu cukup baik saya kira, cukup baik apabila tidak ada yang mengganggu. Kadang kala si N ini di kelas tenang dengan pelajarannya dia tenang, dapat tugas dari guru dia cepat sekali dengan tangkas dia mengerjakan. Kemudian dia punya imajinasi satu menggambar, kemudian dia dengan imajinasinya sendiri dia berkhayal kaya gitu. Kemudian spontanitas apabila ada temannya yang lewat ya dia spontanitas bergerak gitu kan, tapi itu terkadag tapi pada saat saya dampingi ya dia dengan tenang sih”, jawab guru pendamping ketika peneliti bertanya tentang proses pembelajaran N selama di sekolah. Jadi, menurut mas P N memang mengalami gangguan khusus seperti GPPH, namun selama proses belajaranya di kelas N dapat berproses dengan baik. Baik, yang dimaksud dengan baik adalah “satu mengikuti pelajarannya itu nilaianya cukup baguslah di atas rata-rata. Kemudian dengan adanya pendampingan ini,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
perintah guru pun diterima”, ujar beliau ketika peneliti bertanya tentang maksud dari proses belajar yang baik. N dapat mengikuti pembelajaran di kelas dengan baik dan kemampuan belajarnya di atas rata-rata. Pernyataan beliau yang mengatakan bahwa kemampuan belajaranya berada di atas rata-rata, peneliti peroleh dari cerita mas P karena beliau tidak hanya melihat nilai-nilai di sekolah saja, tetapi juga dari nilai-nilai saat anak les di lembaga tempat beliau mengabdi. Selama beliau mendampingi terkadang spontanitas anak bergerak keluar masuk kelas, memberontak karena menginginkan sesuatu yang ada dalam pikirannya ataupun karena temannya yang mengganggu aktivitasnya. Berdasarkan cerita dari orangtuanya, perubahan perilaku dan emosinya tersebut N lakukan sebelum adanya pendamping, namun ketika sudah adanya pendamping perubahan emosi dan perilaku yang spontan itu sudah mulai membaik. Pernyataan tersebut juga diperkuat dari pernyataan Mas P yang juga menjelaskan, bahwa setelah adanya pendamping perubahan emosi dan perilaku N sudah cukup mereda dan tidak menggebu-gebu seperti sebelum ada pendampingan khusus. Perilaku N yang suka memberontak dan secara spontan emosinya mudah berubah membuat N memerlukan adanya penanganan khusus. Penanganan khusus yang diberikan oleh mas P,yaitu dengan pelukan dan bisikan. Mas P berkata, “saya peluk, saya berikan bisikan yang memang buat dia nyaman”, peneliti menanggapi jawaban dari mas P, “bisikan seperti apa yang dimaksud?”, jawab beliau “iya, mengingatkan ada apa nico, gimana nico seperti itu dan dia akan merasa nyaman”. Hasil dari cara penanganan yang dilakukan oleh mas P, yaitu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
“anak bisa meredam emosinya dan membuat anak merasa nyaman dengan perlakuan yang diberikan”, jawab mas P saat diwawancarai. Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan IV dapat disimpulkan, bahwa selama adanya guru pendamping N dapat mengontrol emosinya, walaupun masih perlu dibimbing oleh mas P. N dapat mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan baik dan dapat menerima instruksi dari guru kelas. Kemampuan belajar N menurut guru pendamping berada di atas rata-rata, nilai-nilai yang diperoleh cukup bagus. Perubahan emosi anak mudah berubah secara spontan dan perubahan emosi itu membuat anak jadi memberontak menginginkan sesuatu yang ada dalam pikirannya dan keluar masuk kelas tanpa ijin. Melihat perubahan perilaku dan emosi yang ditunjukan N, cara penanganan yang dilakukan oleh guru pendamping adalah dengan memberikan pelukan dan bisikan untuk meredam emosi anak dan membuat anak merasa nyaman. 4.1.2.5 Partisipan V (orangtua yang memiliki anak dengan GPPH) Latar Belakang Partisipan V Wawancara yang peneliti lakukan pada partisipan kelima ini berlangsung selama dua kali berturut-turut. Pertama wawancara dilakukan di dua tempat, yaitu ruang UKS dan kantin pada tanggal 30 Oktober 2014. Wawancara kedua peneliti lakukan pada tanggal 31 Oktober 2014 di ruang Laoratorium Komputer. Peneliti melakukan wawancara sebanyak dua kali dengan alasan, pertama wawancara terpotong karena tingkah laku N yang mengetahui keberadaan Ibunya ada di lingkungan sekolah, ketika anak melihat ada Ibunya segera ingin keluar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
kelas dan menangis mencari keberadaan Ibunya, walaupun sudah ada guru pendamping. Berdasarkan cerita dari Ibunya, N belum sepenuhnya bisa hidup mandiri dan ketika melihat ada Ibunya di lingkungan sekolah, N segera ingin keluar masuk kelas untuk memastikan Ibunya tetap ada di kantin dan tidak boleh beranjak ke tempat lain selain di kantin. Kantin adalah tempat Ibunya menunggu N sebelum adanya guru pendamping. Di hari pertama wawancara dilakukan di dua tempat, yaitu UKS dan kantin. Sejak kejadian itu peneliti mengakhiri wawancara di hari pertama dan melanjutkan wawancaranya pada hari berikutnya, yaitu di ruang Laboratorium Komputer. Di hari kedua ini N juga mengetahui keberadaan Ibunya, sehingga setiap saat N selalu keluar masuk kelas dan berjalan menuju ke ruang Laboratorium Komputer untuk melihat keberadaan Ibunya. Peneliti mengamati perilaku N yang tidak biasa dilakukan oleh anak seusianya. Pada saat melakukan wawancara di hari pertama, peneliti melihat perilaku anak yang keluar masuk kelas dengan membawa buku itu bertujuan untuk memberitahukan kepada Ibunya, bahwa N telah berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Melihat perilaku N, Ibu berkata “hebat nak, kamu hebat”, kata-kata itu selalu di ucapkan beliau sebagai bentuk motivasi untuk N. Problematika Anak yang Mengalami GPPH Berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua N yang mengatakan, bahwa N mengalami ADHD. Saat peneliti bertanya tentang kondisi apa yang sesungguhnya dialami N, kemudian Ibu Y bercerita tentang kondisi awal yang sebenarnya dialami N hingga psikolog mendiagnosa anak mengalami ADHD. Kondisi awal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
yang diperlihatkan anak pada saat berusia 2 tahun anak mengalami keterlambatan dalam berbicara. Mengetahui hal tersebut langkah awal yang orangtua lakukan adalah segera memperiksakan anak tersebut ke tumbuh kembang anak di salah satu rumah sakit ternama daerah tempat tinggalnya dan pada akhirnya N di diagnosa, bahwa gangguannya tersebut muncul karena faktor keturunan. Kemudian pihak rumah sakit melakukan tes bera terhadap N untuk mengetahui keadaan gelombang otaknya, namun kenyataannya hal tersebut tidak berhasil dilakukan karena saat diberi obat tidur anak selalu terbangun. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Y, bahwa N bisa mengalami keterlambatan dalam bicara karena faktor keturanan dari Ayahnya yang juga mengalami hal serupa. Psikologis yang menangani N menyarankan untuk mencari faktor lain karena mungkin ada faktor lain yang menyertai, maka sejak dari situ Ibu Y mencari solusi lain yaitu dengan melakukan terapi. Di tempat yang sama N melakukan terapi okupasi, yaitu terapi yang bertujuan untuk menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan, terapi menulis karena tulisannya jelek. Terapi dilakukan oleh N setiap seminggu 2 kali, yaitu di hari Selasa dan Kamis. Orangtua N menjelaskan bahwa tingkat emosi anak mudah sekali naik turun, sehingga orangtua perlu memantau setiap tingkah laku anak baik di sekolah maupun di rumah. Perubahan emosi itu terjadi ketika anak sulit untuk diarahkan pada kondisi yang tidak sesuai dengan keinginannya. Ketika anak emosinya mulai meningkat, maka langkah awal yang dilakukan oleh orangtua adalah memberi penenangan pada anak. Orangtua selalu berkata, “diam, diam dulu” kemudian ketika anak sudah diam orangtua kembali berkata, “emosinya turunkan-turunkan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
kemudian ambil nafas dan keluarkan sebanyak 3 kali” , maka dengan begitu orangtua baru bisa memberikan arahan atau nasehat. Cara penanganan yang dilakukan beliau bertujuan untuk meredam emosional N yang mulai meningkat, sehingga dengan begitu N dapat menurunkan emosinya secara perlahan, dapat menerima arahan atau nasehat dengan baik, dan anak dapat kembali melakukan aktivitasnya dengan nyaman. Berdasarkan cerita dari Ibu Y pada saat TK N masih sulit untuk berinteraksi dengan teman sebayanya karena anak cenderung cuek, namun saat anak mulai bersekolah di sekolah dasar beliau melihat sedikit ada perkembangan dalam segi sosialnya. Saat di sekolah anak dapat berinteraksi baik dengan guru dan juga teman-temannya, tetapi tidak pada saat di rumah anak hanya di rumah saja dan kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitar rumah. N mempunyai kebiasaan di rumah sama dengan siswa yang lainnya yaitu bermain dan belajar. Kenyataannya, hal yang dilakukan oleh N di rumah adalah bermain. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibunya, N di rumah senang sekali bermain lego dan gadget. N terkadang belajar di rumah karena sepulang sekolah ia sudah mengikuti les. Selain itu seusai pulang sekolah di hari tertentu anak harus melakukan terapi dan setelah pulang ke rumah anak sudah merasa bosan dan lelah, sehingga orangtua memberi kebebasan pada N untuk bermain di rumah. Interaksi anak di lingkungan rumah masih kurang, hal tersebut di dukung oleh situasi rumah yang sangat rawan untuk anak dapat melakukan aktivitas di luar rumah karena keluar rumah depannya sudah jalan besar. Peneliti memperoleh informasi tersebut berdasarkan cerita dari orangtua N.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
Kemudian ketika peneliti bertanya tentang kemampuan belajar N saat di sekolah beliau hanya menjawab, “sebenarnya N itu pintar hanya saja pada mata pelajaran tertentu, kecuali Bahasa Indonesia dan terutama PKn karena belajar tentang perilaku sehari-hari”. Menurut beliau, N memiliki kemampuan di atas rata-rata pada mata pelajaran tertentu. Artinya, anak dapat memperoleh nilai baik pada mata pelajaran yang anak suka saja, tetapi tidak berlaku pada mata pelajaran yang lain, seperti Bahasa Indonesia maupun PKn. Berdasarkan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan orangtua N, peneliti memperoleh informasi tentang kondisi yang dialami oleh N, pola perilaku anak baik di rumah maupun di sekolah, perubahan emosinya, serta kemampuan belajar selama di sekolah. Peneliti dapat menyimpulkan, bahwa N memiliki pola perilaku yang khusus dan masih memerlukan bimbingan untuk mengatasi semua perubahan pola perilakuanya yang secara spontan mengalami perubahan. Kemampuan belajar N di atas rata-rata, namun hanya pada mata pelajaran tertentu saja seperti, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK. Jadi, pada mata pelajaran yang lain seperti Bahasa Indonesia, PKn, dan lainnya nilai anak berada di bawah ratarata. Pernyataan peneliti diperkuat dari hasil dokumen nilai UTS anak di kelas II. 4.2 Pembahasan Peneliti melaksanakan penelitian di kelas II A dengan jumlah siswa 24, terdiri dari 14 siswa laki-lakidan 10 siswa perempuan, Informasi tersebut peneliti peroleh dari guru kelas II A. Pada saat peneliti melakukan observasi di kelas tersebut, peneliti menemukan bahwa terdapat satu anak yang memiliki perilaku berbeda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
dari teman-temannya. Anak tersebut berjenis kelamin laki-laki yang bernama N saat ini usia anak tersebut sudah 8 tahun. Kedua orangtuanya menyekolahkan N di sekolahan regular dan umum tepatnya di SD Bercahaya. Sebelum melaksanakan observasi, peneliti mengadakan pendekatan dengan partisipan penelitian agar terciptanya keakraban antara peneliti dengan partisipan penelitian. Observasi peneliti lakukan pada saat partisipan awal yang diteliti sedang melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Penelitian ini dilakukan selama peneliti melaksanakan PPL di SD Bercahaya hingga peneliti menemukan lebih jauh tentang persepsi guru dan anak yang mengalami GPPH di sekolah tersebut. N merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri Bapak G dan Ibu Y. N dilahirkan dari keluarga yang perekonomiannya bisa dibilang menengah dengan keadaan orangtua yaitu Bapaknya bekerja sebagai staf Bank Danamon dan Ibunya sebagai Ibu rumah tangga. Peneliti memperoleh infomasi ini setelah melakukan wawancara dengan orangtua dan anak yang mengalami GPPH. Siswa laki-laki yang mengalami GPPH tersebut secara fisik tidak terlalu berbeda dengan siswa pada umumnya. Pihak orangtua menjelaskan tentang kondisi awal yang diperlihatkan anak pada saat berusia 2 tahun, anak mengalami keterlambatan dalam bicara. Melihat kenyataan yang dialami anak, orangtua segera mencari solusi dengan memeriksaan kondisi anaknya yang mengalami hambatan dalam bicara pada saat usianya masih 2 tahun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Berdasarkan dokumen, hasil pemeriksaan secara afektif perasaan yang dimiliki oleh siswa juga sama dengan siswa yang lain, hanya saja dalam mengkomunikasikan bahasa reseptif (bagaimana anak memahami ucapan orang lain) dan bahasa ekspresif (bagaimana anak mengungkapkan keinginan dengan kata atau kalimat) belum berkembang secara optimal untuk seusianya sekarang. Secara aspek sosialnya hubungan anak dengan teman sebaya secara umum sangat mendukung. Anak banyak mendapatkan perhatian dan dukungan dari guru, teman-teman, dan terutama dari orangtua anak tersebut. Peneliti melihat bahwa anak tersebut tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkugan baru dan lama. Secara aspek perilaku emosi anak tersebut masih kurang terkontrol. Saat di TK anak sering jalan-jalan di kelas, tugas sering tidak dikerjakan hingga selesai dan anak mengalami terlambat berbicara. Setelah masuk SD anak sering berteriak dan memukul bila diarahkan pada kondisi yang tidak sesuai dengan keinginannya, hal tersebut anak lakukan baik di rumah maupun di sekolah. Berdasarkan aspek motoriknya, N memiliki tingkat koordinasi motorik halus setara dengan anak usia 6 tahun 5 bulan. Artinya, N cukup bisa mengamati pola dan menirukannya kembali dengan baik, namun N masih harus memperbanyak latihan dan perlu diberi bimbingan untuk meningkatkan kemampuan koordinasi visual motorik halusnya. Berdasarkan aspek kognitifnya, N mendapatkan nilai yang sangat baik hanya dalam pelajaran matematika. Informasi tersebut berdasarkan dari dokumen hasil pemeriksaan psikologis yang telah peneliti peroleh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
Kebiasan yang ditunjukan N pada saat di sekolah berbeda sekali dengan kebiasaan teman sebayanya. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan N terlihat tidak bisa duduk dengan tenang dan selalu saja ada hal yang di lakukan oleh N. Kebiasaan seperti berteriak, keluar masuk kelas tanpa ijin, suka memberontak ketika N harus melakukan aktifitas yang tidak sesuai dengan keinginannya, dan ketika anak sudah merasa bosan dengan pelajaran yang tidak di sukai N akan acuh tak acuh tidak memperdulikan penjelasan dari guru. Hasil observasi yang diperoleh peneliti, diperkuat juga dari informasi yang diberikan guru kelas. Melihat karakteristik N, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa karakteristik N sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Fadhli (2010) dan Wiguna (2007). Fadhli mengatakan bahwa penderita GPPH memiliki karakteristik seperti, kemampuan akademik yang tidak optimal, kelalaian dalam hubungan sosial, kelalaian dalam menghadapi situasi yang berbahaya, dan sikap melanggar tata tertib secara impulsif. Wiguna menjelaskan bahwa karakteristik anak yang cenderung mengalami gangguan hiperaktif, (1) tidak bisa duduk diam di dalam kelas, (2) tangan bergerak dengan gelisah; (3) kadang berlari-lari dan naik di atas meja dan memanjat guru; (4) mengalami kesulitan dalam bermain atau dalam kegiatan menyenangkan bersama yang memerlukan ketenangan; (5) impulsivitas, mengalami kesulitan dalam menunggu giliran; (6) menjawab sebelum pertanyaan selesai atau sering menginterupsi orang lain. Anak yang hiperaktif menunjukkan semua atau hampir semua ciri-ciri di atas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
Peneliti dapat berkata demikian karena berdasarkan hasil observasi N menunjukkan perilaku hampir semua ciri-ciri yang disebutkan dalam teori di atas, seperti kemampuan akademik yang tidak optimal, kelalaian dalam hubungan sosial, kelalaian dalam menghadapi situasi yang berbahaya, sikap melanggar tata tertib secara impulsive, tidak bisa duduk diam di dalam kelas, tangan bergerak dengan gelisah; kadang berlari-lari, impulsivitas, mengalami kesulitan dalam menunggu giliran, dan menjawab sebelum pertanyaan selesai atau sering menginterupsi orang lain. Masing-masing guru memiliki cara pandang yang berbeda terhadap perilaku, perubahan emosi dan prestasi belajar N. Menurut Sunaryo (2013) mengungkapkan bahwa persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indera yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang berasal dari dalam maupun luar individu. Persepsi dapat mempengaruhi perilaku seseorang, sebagai contoh adalah guru dengan muridnya. Ada dua jenis persepsi menurut Sunaryo (2004:94), yaitu eksternal perception dan self perception. Pada penelitian ini jenis persepsi yang digunakan oleh guru kelas II adalah eksternal perception. Alasan peneliti memilih jenis persepsi eksternal perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu. Faktanya, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas II. Persepsi itu muncul ketika guru melihat tingkah laku N yang tidak biasanya. Artinya, N selalu menunjukan ketidakmampuannya untuk fokus, tidak konsisten, dan ketika sudah merasa bosan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
N akan bergerak sesuka hatinya terkadang juga suka memukul meja secara berulang-ulang yang menandakan bahwa N ingin segera mengakhiri pelajaran. Pada bab II telah dijelaskan sifat-sifat persepsi menurut Omith, 2008 (dalam Kusumawati, 2010:14-15) yang menjelaskan bahwa sifat-sifat persepsi dibagi menjadi 5 yaitu : (1) Persepsi adalah pengalaman, (2) Persepsi adalah selektif, (3) Persepsi adalah penyimpulan, (4) Persepsi tidak akurat, (5) Persepsi adalah evaluatif. Berdasarkan teori tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa sifat persepsi yang muncul pada partisipan guru kelas II tersebut adalah sifat persepsi ketiga, yaitu persepsi adalah penyimpulan. Alasan peneliti memilih sifat persepsi adalah penyimpulan karena mempersepsikan suatu makna adalah melompat pada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data sesungguhnya, tetapi berdasarkan penangkapan indera yang terbatas. Faktanya, berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II dapat disimpulkan bahwa guru lebih menggunakan penangkapan inderanya yang terbatas untuk mengetahui kondisi sesungguhnya yang dialami oleh N, sehingga pernyataan yang beliau jelaskan tentang kondisi N tidak sesuai dengan fakta dari hasil dokumen psikologis maupun dari pihak orangtua N. Guru kelas II memiliki pandangan berbeda terhadap N, ketika guru melihat perilaku anak tersebut berbeda dengan teman sekelasnya guru lebih menganggap anak tersebut mengalami gangguan autis-hiperaktif. Peneliti menindaklanjuti pernyataan guru yang mengatakan bahwa anak mengalami gangguan autis juga hiperaktif, kemudian guru kelas berkata, “Ya kalo saya kedua-duanya, tapi kadang-kadang menonjol ee lebih autisya kelihatan sekali”, jawab guru kelas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
ketika peneliti bertanya tentang keadaan yang sesungguhnya dialami N autis atau GPPH. Menurut pengetahuan beliau tentang anak autis, anak yang mengalami autis fokus hanya pada satu bidang saja dan bidang lain tidak diminati. Beliau juga menjelaskan, bahwa anak yang menderita autis mengalami hambatan dalam interaksi sosialnya dengan lingkungan sekitar. Beliau menganggap semua perilaku yang ditunjukan N merupakan ciri-ciri autis, seperti ketidakmampuan anak dalam berinteraksi dengan orang lain dan yang terutama adalah anak cenderung tidak mau bertatap muka saat berkomunikasi. Perkataan beliau diperkuat dari cerita salah satu temannya yang memiliki anakautis. Sesungguhnya guru tidak memahami betul kondisi yang sedang dialami N. Faktanya, ketika peneliti bertanya “apakah autis dan hiperaktif memiliki ciri sama?”, lalu guru menjawab “yaa, kalo hiperaktif beda ya, karna ada anak yang autis tapi juga hiperaktif”. Jadi, menurut beliau anak yang autis berbeda dengan anak yang mengalami hiperaktif. Anak hiperaktif biasanya dalam gerak fisik, tapi belum tentu juga anak mengalami autis. Pernyataan beliau diperkuat dari pengalaman saat mengajar di kelas II dulu yang menjumpai anak mengalami hiperaktif, anak tidak bisa duduk tenang dan suka jalan-jalan terus. Karakteristik anak yang mengalami gangguan autis ditandai dengan adanya keterlambatan perkembangan, baik dalam bidang komunikasi, perkembangan motorik yang tidak seimbang, maupun dalam interaksi sosialnya. Gangguan autis dapat dikatakan sebagai suatu gangguan perkembangan yang muncul di awal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
kehidupan seorang anak yang ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, adanya masalah dalam hal berkomunikasi, dan muncul kebutuhan untuk melakukan aktivitas yang sama dan berulang (Hildayani, 2013). Pernyataan guruyang mengatakan anak mengalami autis juga hiperaktif berbeda dengan pernyataan yang disampaikan oleh guru ekstra, guru pendamping, orangtua, serta dari dokumen hasil pemeriksaan psikologis yang mendiagnosa bahwa N mengalami ADHD atau GPPH. Berdasarkan dari hasil dokumen, anak tersebut mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH). Menurut Grant (2008:21) yang menjelaskan bahwa Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan
ketidakmampuan
mengatur
perilaku,
khususnya
untuk
mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Anak GPPH mengalami kesulitan dalam mengendalikan gerakan-gerakan tubuhnya terutama saat anak diharuskan untuk duduk tenang dalam waktu yang lama. Menurut Grant, kesulitan lain yang dialami anak GPPH adalah kesulitan memusatkan perhatian dan ketidakmampuan menerima instruksi dengan baik. Pola perilaku anak yang demikian dapat mempengaruhi prestasi belajarnya selama di sekolah. Rapport dan Ismond (dalam Delphie, 2006:74) menjelaskan 10 ciri-ciri anak yang mengalami GPPH, sebagai berikut akan diuraikan: 1) selalu berjalan-jalan memutari ruang kelas dan tidak bisa diam, 2) suka mengganggu teman-teman sekelasnya, 3) suka berpindah-pindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya dan jarang untuk tinggal diam menyelesaikan tugas sekolah, paling lama bisa tinggal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
diam di tempat duduknya sekitar 5 sampai 10 menit, 4) mempunyai kesulitan untuk berkonsentrasi dalam tugas-tugas di sekolah, 5) sangat mudah untuk berperilaku mengacau atau mengganggu, 6) kurang memberi perhatian untuk mendengarkan orang lain berbicara, 7) selalu mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah, 8) sulit mengikuti perintah atau suruhan lebih dari satu dalam waktu bersamaan, 9) mempunyai masalah di beberapa bidang studi, 10) tidak mampu menulis surat, mengeja huruf, dan berkesulitan dalam surat menyurat. Siswa laki-laki yang mengalami GPPH tersebut secara fisik tidak terlalu berbeda dengan siswa pada umumnya. Peneliti melihat adanya perbedaan dari tingkah laku yang ditunjukan N dengan teman-teman satu kelasnya. N selalu menunjukan sikap yang terus bergerak kesana kemari, tidak bisa diam dan tidak mudah lelah untuk terus bergerak. Peneliti mengamati pada saat pembelajaran di dalam kelas, peneliti melihat tingkah laku anak yang tidak bisa memusatkan perhatiannya saat guru mengajar mata pelajaran yang tidak anak sukai dan anak merasa asik dengan dunianya sendiri, walaupun terkadang pada mata pelajaran yang ia suka juga tidak dapat fokus dan menerima instruksi dengan baik. Berdasarkan informasi dari guru kelas N hanya menyukai tiga mata pelajaran, yaitu Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK. Selain mata pelajaran yang disebutkan, N tidak menyukai dan merasa bosan saat belajar hal yang tidak ia sukai. Ketika N sudah merasa bosan, maka pada saat itu juga perubahan emosinya mudah berubah dari yang awalnya dapat mengikuti pembelajaran dengan tenang saat di kelas, kemudian suasana kelas menjadi tidak kondusif karena perilaku N
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
yang terkadang teriak-teriak menginginkan sesuatu yang ada dalam pikirannya atau karena hal lain. Perilaku dan perubahan emosi secara spontan seperti yang ditunjukan N dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Berdasarakan hasil wawancara dengan guru kelas, kemampuan belajar N menurut beliau nilai-nilainya ada di rata-rata. Nilai-nilai N selain pelajaran Matematika, TIK, dan Bahasa Inggris ada di bawah KKM. Artinya, anak memperoleh nilai di atas KKM hanya pada mata pelajaran yang anak suka seperti Matematika, TIK, Bahasa Inggris, selain mata pelajaran itu seperti PKn, Bahasa Indonesia dan lainnya anak cenderung tidak menyukai dan rata-rata nilai anak berada di bawah KKM. Informasi tentang kemampuan belajar anak tersebut peneliti peroleh selain melakukan wawancara dengan guru kelas juga berdasarkan dokumen hasil nilai UTS kelas II. Menurut guru kelas, saat di sekolah anak selalu menunjukan perilaku yang tidak biasa seperti perilaku anak yang tidak mau bertatap muka saat berbicara, sering berubah emosinya dan suka memberontak ketika anak melakukan aktivitas tidak sesuai dengan keinginannya, sulit untuk berkonsentrasi, dan suka keluar masuk kelas tanpa ijin. Perilaku N tersebut secara tidak langsung sangat mengganggu kegiatan belajar di kelas. Guru kelas merasa tidak mampu dan bukan ahlinya untuk menangani anak berkebutuhan khusus seperti N, karena menurut beliau sendiri lebih baik mengutamakan siswa 23 yang lain daripada menangani 1 siswa yang mengalami gangguan khusus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Selama observasi peneliti mengamati perilaku, konsentrasi dan kemampuan belajar anak selama di kelas. Peneliti melihat bahwa N masih memiliki tingkat konsentrasi yang kurang serta perubahan perilaku yang dari waktu ke waktu selalu berubah. Faktanya, yaitu ketika N sudah menyelesaikan pekerjaannya dan rasa bosan itu mulai muncul, N akan mencari alasan untuk keluar kelas pada saat jam pelajaran belum selesai. Hal pertama yang dilakukan N saat itu adalah menangis karena tidak mendapat ijin dari guru pendampingnya ketika N minta keluar kelas untuk mencuci tangan dan mencuci penghapusnya yang kotor. Berdasarkan cerita dari guru pendamping dan orangtuanya, N memang anak yang tidak bisa kotor atau dalam bahasa sehari-harinya yaitu “jijian”. Melihat tingkah laku N yang berbeda dari teman sebayanya, guru kelas memerlukan adanya guru pendamping khusus untuk menangani dan mendampingi perilaku anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti yang dialami N selama belajar di sekolah. Informasi tersebut peneliti dapatkan setelah melakukan wawancara dengan guru kelas, kemudian pihak orangtua berusaha mencari guru pendamping. Sejak awal semester kelas 2 tepatnya pada bulan Agustus tahun ini, selama belajar di sekolah N sudah mulai mendapatkan pendampingan khusus dari guru pendamping. Selama proses pembelajaran belangsung, anak yang mengalami GPPH memerlukan penanganan khusus. Guru memiliki peranan penting dalam menangani anak yang mengalami GPPH. Ada beberapa prinsip dasar dalam menangani anak yang mengalami GPPH dalam proses pembelajaran di kelas, menurut Pfiffner dan Barkley (dalam Hildayani, 2013) sebagai berikut : 1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
instruksi hendaknya disampaikan secara jelas, tegas, dan disajikan dalam berbagai bentuk, tidak hanya secara lisan tetapi juga visual (tulisan/gambar), 2) konsekuensi (positif/negatif) atas perilaku harus segera diberikan, tidak ditundatunda, 3) konsekuensi harus dikenakan lebih sering, dibanding dengan anak lainnya, 4) bentuk konsekuensi lebih tegas, 5) bentuk penguatan, terutama penghargaan harus diubah atau diberikan secara bergiliran, dan terakhir 6) kunci utamanya adalah antisipasi. Guru harus siap dengan berbagai rencana, terutama selama masa jeda di sela kegiatan atau perpindahan jam pelajaran untuk meyakinkan bahwa anak memahami perubahan aturan yang akan terjadi. Segala upaya telah guru lakukan untuk memberi kenyamanan bagi semua siswa kelas II A, baik yang mengalami gangguan khusus maupun yang tidak mengalami gangguan khusus. Upaya yang telah guru lakukan seperti meminta adanya guru pendamping untuk mendampingi N selama belajar di sekolah. Hal tersebut guru lakukan dengan tujuan agar guru bisa lebih fokus selama mengajar dan materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Sebelum adanya guru pendamping, tidak ada cara penanganan khusus yang dilakukan oleh guru kelas II untuk mengatasi perilaku N yang tidak biasa, seperti perilaku anak yang tidak mau bertatap muka saat berbicara, perubahan emosi secara spontan dan suka memberontak ketika anak melakukan aktivitas tidak sesuai dengan keinginannya, sulit untuk berkonsentrasi, dan suka keluar masuk kelas tanpa ijin. Cara penanganan dan bentuk motivasi yang diberikan guru terhadap perilaku anak, yaitu “diamkan saja”. Menurut beliau, hanya itu yang bisa dilakukan karena beliau merasa tidak mampu dan bukan ahlinya untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
menangani anak berkebutuhan khusus seperti N. Sebelumnya, guru juga belum pernah mengikuti training atau pelatihan khusus untuk menangani anak yang mengalami kebutuhan khusus, seperti N yang mengalami GPPH. Guru berharap dengan adanya guru pendamping setiap perilaku yang N lakukan dapat dipantau dan ditangani dengan baik tanpa menimbulkan kekacauan saat belajar di kelas. Secara keseluruhan pernyataan tersebut peneliti simpulkan berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang bersangkutan. Pernyataan peneliti tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan guru kelas II.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
Bab V ini berisi tentang kesimpulan secara keseluruhan dari kegiatan penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran. Kesimpulan berisi tentang rangkuman hasil penelitian yang dilakukan, keterbatasan penelitian berisi tentang keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini, sedangkan saran berisi tentang masukan bagi para pembaca, peneliti selanjutnya, ataupun orangtua yang memiliki anak yang mengalami GPPH. 5.1 Kesimpulan Pola perilaku siswa yang mengalami GPPH selama proses pembelajaran sedang berlangsung, N selalu menunjukan ketidakmampuan dalam mengatur perilakunya, tidak bisa berkonsentrasi, bertindak sekehendak hatinya, tidak bisa duduk tenang, keluar masuk kelas tanpa ijin, suka berkhayal, dan emosi mudah berubah-ubah saat melakukan hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH tidak stabil. Siswa memperoleh nilai di atas KKM hanya pada mata pelajaran yang anak suka seperti Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK. Persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH, berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa setiap guru yang mengampu di kelas II SD Bercahaya memiliki kesamaan dengan teori tentang
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
anak GPPH, namun persepsi guru terkait dengan kondisi siswa yang mengalami GPPH tidak memiliki kesamaan dengan teori anak GPPH. Terkait dengan pola perilaku yang ditunjukan N, maka pemberian treatment telah guru lakukan dengan cara sendiri tanpa adanya pelatihan khusus, seperti membiarkan siswa melakukan hal yang
ingin dilakukan. Membiarkan atau
mendiamkan siswa yang mengalami GPPH itu menunjukan perilakunya yang tidak biasa merupakan bentuk motivasi yang diberikan guru sebagai langkah awal dalam penanganan. Kurangnya pemahaman guru tentang anak GPPH disebabkan karena guru belum pernah mengikuti pelatihan khusus tentang cara terbaik menangani anak berkebutuhan khusus terutama cara penanganan bagi anak yang mengalami GPPH. 5.2 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kesulitan peneliti untuk menentukan waktu dan tempat yang tepat agar dapat melaksanakan wawancara dengan orangtua N. Hal tersebut terjadi karena peneliti harus menyesuaikan dengan jam N belajar di kelas, jika tidak maka N akan mencari Ibunya. Peneliti melakukan wawancara sebanyak dua kali karena keterbatasan waktu dan tempat tersebut. 5.3 Saran Dalam penelitian, seorang peneliti harus mampu memberikan sesuatu yang berguna bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun saransaran yang peneliti berikan setelah peneliti meneliti permasalahan ini adalah :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
5.3.1 Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini disarankan untuk menambah pengetahuan dan memperbanyak informasi tentang anak yang mengalami GPPH, persepsi guru terhadap kemampuan belajar anak di sekolah dengan anak yang mengalami GPPH, serta cara penanganan yang tepat bagi anak yang mengalami GPPH. Selain itu, penelitian ini berguna sebagai sumber informasi agar peneliti selanjutnya tidak mengalami kesulitan dalam menentukan waktu dan tempat untuk melaksanakan penelitian dan tidak mengalami kebingungan ketika melaksanakan penelitian dengan metode yang sama. 5.3.2 Bagi Guru Peranan guru sangat dominan dalam membentuk karakter siswa. Saran bagi guru yang anak didiknya mengalami GPPH agar dapat menyikapi dan menangani setiap perilaku anak dengan baik. Bagi guru yang mempunyai anak didik yang mengalami GPPH, hendaknya lebih memperhatikan lagi kebutuhan anak, memahami karakteristik anak, serta memberikan pelayanan yang merata kepada seluruh anak tanpa membeda-bedakan tingkat kecerdasan, kondisi fisik maupun psikis anak. Guru kelas hendaknya juga berkolaborasi dengan guru pembimbing khusus, kemudian sama-sama menangani dan memberikan pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus, sehingga potensi yang ada pada anak berkebutuhan khusus dapat berkembang dengan optimal. Selain itu, guru di sarankan untuk mengikuti seminar atau training untuk menambah pengetahuan cara penanganan bagi anak GPPH.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
5.3.3 Bagi para Orangtua Bagi para orang tua yang anaknya mengalami GPPH agar selalu memberikan semangat kepada anak tersebut dan tetap setia mendampingi dan memantau setiap perilaku dan kemajuan belajar anak, supaya anak tersebut dapat selalu mengikuti pelajaran yang diberikan di sekolah dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
DAFTAR REFERENSI
Aditomo, A. (2008). Pengantar Psikologi Lintas Budaya:Buku Teks Utama Dalam Kelas Psikologi Lintas Budaya Tingkat Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT.Refika Aditama. Fadhli, A. (2010). Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek. Fitriani, F. (2012). Menggali Potensi Di Sekolah Inklusif. Lentera Insan. Grant. (2008). Terapi untuk Anak ADHD untuk Anak Hiperaktif, Sulit Berkonsentrasi, Tidak Aktif, Kurang Perhatian,dll. Jakarta: PT.Bhuana Ilmu Populer. Hildayani, d. (2013). Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan Khusus). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Hoza, d. (2005). What aspects of peer relationship are impaired in children with attention deficit hyperactivity disorder. Journal of consulting and clinical psychologi American psychologycal accociation, 411-423. (diakses pada tanggal 18-4-2014). Kusumawati. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Lejarnani, d. (2013). Efektifitas Teknik Rilaksasi Dalam Mengurangi Waktu Perilaku Hiperaktif Anak Tunagrahita Ringan Di SDLB N 20 Pondok II Pariaman. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, Volume 2, Nomor 3., 346.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu (diakses pada tanggal 25-022014). Moleong, L. J. (2007). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Omith. (2008). Essays and Theses. Retrieved April 18, 2014, from http://www.scribd.com.school work Rugaiyah, d. (2011). Profesi Kependidikan. Bogor: Ghalia Indonesia. Siregar, E. d. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogo: Ghalia Indonesia. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sumanto. (2014). Psikologi Umum. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service). Sumekar, G. (2009). Anak Berkebutuhan Khusus Cara Membantu Mereka Agar Berhasil dalam Pendidikan Inklusif. Padang: UNP Press. Sunaryo. (2013). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Utami, d. (2012). Pengalaman Ibu Mengasuh Anak dengan Resiko GPPH. Journal Nursing Studies Volume 1, Nomor 1, 237-243. Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi Offest. Walgito. (2004). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: ANDI.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
LAMPIRAN 1 TEKS ANEKDOT
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Teks Anekdot
Nama
:N
Umur
: 8 tahun
Lokasi
: SD Bercahaya
Observer
: Sylva Zaezara
Aspek yang diamati : Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
Peneliti melaksanakan observasi langsung sebanyak empat kali dengan rentang waktu yang berbeda-beda. Berikut peneliti akan mendeskripsikan hasil dari observasi yang telah dilakukan peneliti. Observasi mulai dilaksanakan dari bulan Juli sampai Oktober 2014 di SD Bercahaya. Langkah awal yang peneliti lakukan sebelum melaksanakan observasi di SD Bercahaya, yaitu memberi surat ijin penelitian kepada kepala sekolah. Setelah meminta ijin kepada kepala sekolah, kemudian setelah itu menemui guru kelas, guru ekstra, guru pendamping, dan orangtua untuk meminta ijin dan peneliti melakukan observasi partisipatif pasif. Peneliti menggunakan observasi partisipatif karena aspek yang akan diamati peneliti intelegensi dan konsentrasi belajar, serta perubahan perilaku-emosi siswa yang menglami GPPH. Hasil penelitian secara keseluruhan akan peneliti deskripsikan sebagai berikut. Pada bulan pertama peneliti melakukan observasi tanggal 23 Juli 2014, peneliti mengamati kegiatan pembelajaran di luar kelas saat mata pelajaran olahraga. Peneliti mengamati tingkah laku N yang tidak bisa diam dan tidak bisa menerima instruksi dengan baik saat mengikuti pelajaran olahraga di luar kelas. Observasi kedua dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2014, peneliti mengamati kegiatan belajar di dalam kelas. Pada saat itu peneliti belum melihat adanya guru yang mendampingi N saat pembelajaran. Peneliti melihat tingkah laku anak yang tidak bisa memusatkan perhatiannya saat guru mengajar mata pelajaran yang tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
anak sukai dan anak merasa asik dengan dunianya sendiri. Berdasarkan informasi dari guru kelas N hanya menyukai tiga mata pelajaran, yaitu Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK. Selain mata pelajaran yang disebutkan N tidak menyukai dan merasa bosan saat belajar hal yang tidak ia sukai. Hal tersebut secara tidak langsung mempengaruhi prestasi belajarnya. Selain mata pelajaran yang tidak N sukai rata-rata nilainya di bawah KKM. Peneliti dapat berkata demikian, karena pernyataan tersebut diperkuat dengan dokumen nilai yang peneliti peroleh dari guru. Observasi ketiga berlangsung pada tanggal 28 Oktober 2014, saat itu peneliti melakukan pengamatan di dalam kelas. Saat melakukan pengamatan yang ketiga ini peneliti sudah melihat ada guru khusus yang bertugas untuk mendampingi N selama belajar di sekolah. Observasi berlangsung setelah istirahat pertama hingga jam les selesai, yaitu dari pukul 09.00-12.30. Selama observasi peneliti mengamati perilaku, konsentrasi dan kemampuan belajar anak selama di kelas. Pada observasi yang ketiga ini, peneliti melihat bahwa N masih memiliki tingkat konsentrasi yang kurang serta perubahan perilaku yang dari waktu ke waktu selalu berubah. Faktanya, yaitu ketika N sudah menyelesaikan pekerjaannya dan rasa bosan itu mulai muncul, N akan mencari alasan untuk keluar kelas pada saat jam pelajaran belum selesai. Hal pertama yang dilakukan saat itu adalah menangis karena tidak mendapat ijin dari guru pendampingnya ketika N minta keluar kelas untuk mencuci tangan dan mencuci penghapusnya yang kotor. Berdasarkan cerita dari guru pendamping dan orangtuanya, N memang anak yang tidak bisa kotor kalau dalam bahasa sehari-harinya itu “jijian”. Walaupun pernyataan sebelumnya N memang anak yang tidak bisa kotor, namun hal kedua yang dilakukan N adalah memainkan ludahnya sendiri dengan tangan. Kemudian oleh guru pendampingnya N disuruh mencuci tangannya hingga bersih. N tidak mudah lelah, dia selalu bergerak kesana kemari dan kemudian hal ketiga yang dilakukannya adalah melepas sepatu di saat jam pelajaran masih berlangsung. N merasa tidak nyaman karena didalam sepatu ada sesuatu yang mengganjal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
kakinya, walaupun pada akhirya sepatu itu akan dipakai lagi setelah N kotoran dalam sepatu itu kepada guru pendampingya. Kegiatan observasi berikutnya berlangsung pada tanggal 29 Oktober 2014 dan peneliti melakukan pengamatan di luar kelas saat jam olahraga berlagsung selama 3 jam berturut-turut dari pukul 07.00-08.45. Pada saat itu peneliti melihat N sedang duduk sendiri asik dengan sesuatu yang dia pegang yaitu cat air berwarna kuning. N terlihat menghindar dari teman-temannya dan asik berjalanjalan sesuka hatinya. N terlihat tidak bisa mengikuti kegiatan olahraga dengan baik. Ketika peneliti mencoba mendekati dan sedikit melakukan perbincangan N terlihat acuh tak acuh dan tidak berusaha menjawab dengan baik apa yang peneliti tanyakan, namun N selalu memperlihatkan sesuatu yang sedang dia pegangnya dan berkata “yellow”. Kemudian kembali dengan tingkah lakunya yang tidak bisa diam terus berjalan tanpa merasa lelah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
LAMPIRAN 2 DAFTAR PEDOMAN WAWANCARA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2.1 Pedoman Wawancara dengan Siswa
1. Riwayat Siswa -
Nama (disamarkan)
-
Usia
-
Jumlah saudara kandung
-
Hobi
2. Kegiatan Belajar -
Di rumah
-
Di sekolah
-
Hal yang dilakukan saat bosan belajar di sekolah
-
Akibat melakukan hal itu
3. Mata Pelajaran -
Pelajaran yang disukai
-
Pelajaran yang tidak disukai
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2.2 Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas II
1. Identitas Guru -
Pengalaman guru mengajar
2. Ciri-ciri yang dimiliki siswa yang mengalami GPPH -
Secara Fisik
-
Secara kognitif
-
Secara afektif
-
Secara psikomotorik
3. Persepsi guru -
Cara mengetahui bahwa anak tersebut mengalami GPPH
-
Cara penanganan terhadap anak yang mengalami GPPH
-
Upaya atau motivasi
4. Nilai -
Nilai yang diperoleh anak yang mengalami GPPH
-
Perubahan nilai sampai saat ini
-
Kesulitan dalam pemberian nilai
5. Interaksi -
Interaksi di dalam kelas dengan guru
-
Interaksi di dalam kelas dengan siswa lain
94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2.3 Pedoman Wawancara dengan Guru Ekstra Kelas II (Mengajar TIK, Bahasa Inggris, dan Olahraga)
1. Identitas Guru -
Pengalaman guru mengajar
2. Ciri-ciri yang dimiliki siswa yang mengalami GPPH -
Secara Fisik
-
Secara kognitif
-
Secara afektif
-
Secara psikomotorik
3. Persepsi guru -
Cara mengetahui bahwa anak tersebut mengalami GPPH
-
Cara penanganan terhadap anak yang mengalami GPPH
-
Upaya atau motivasi
4. Nilai -
Nilai yang diperoleh anak yang mengalami GPPH
-
Perubahan nilai
5. Interaksi -
Interaksi di dalam kelas dengan guru
-
Interaksi di dalam kelas dengan siswa lain
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2.4 Pedoman Wawancara dengan Guru Pendamping
1. Identitas Guru -
Pengalaman guru menjadi pendamping
2. Ciri-ciri yang dimiliki siswa yang mengalami GPPH -
Secara Fisik
-
Secara kognitif
-
Secara afektif
-
Secara psikomotorik
3. Persepsi guru -
Cara mengetahui bahwa anak tersebut mengalami GPPH
-
Cara penanganan terhadap anak yang mengalami GPPH
-
Upaya atau motivasi
4. Interaksi -
Interaksi siswa di sekolah
-
Interaksi siswa di rumah
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2.5 Pedoman Wawancara dengan Orangtua Anak yang Mengalami GPPH
1. Identitas -
Profesi orangtua
-
Jumlah anak
2. Kebiasaan Anak -
Setelah pulang sekolah
-
Saat belajar dirumah
3. Nilai yang diperoleh anak 4. Interaksi -
Interaksi di lingkungan rumah
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
LAMPIRAN 3 DAFTAR TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
Lampiran 3.1 Transkrip Hasil Wawancara dengan Guru Kelas II Waktu Pelaksanaan
: 29 Oktober 2014
Pukul
: 11.15-11.52
Pertanyaan Gini pak e sebelumnya saya mau nanya nama lengkapnya bapak siapa? F… P…. R.. (mengulangi pembicaraan guru) Pak P mengajar kelas berapa ee di SD ini? Di dua A (mengulangi jawaban guru)
Jawaban F. P. R.
Dua A
Ee seperti yang sudah saya liat juga e..e di kelas dua A itu ada anak yang mengalami GPPH tidak pak? eeee… GPPH itu maksudnya e mengalami gangguan pemusatan atau perhatian Ya cuma satu itu namanya N. Udah toh. dan hiperaktifitas di kelasnya bapak? Itu saja. Hee,eemmm Iyaaa (menanggapi jawaban dari guru)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
ee N tadi… eeeeeee, kalo bukti fisik dari mamanya kan belum yaa.. Kenapa bapak bisa bilang kalo N itu dinyatakan hiperaktif itu ada bukti tapi dari pendampingnya kan saya pernah omong-omong saya apa gitu? menanyakan kok N itu, apakah ada sesuatu yang istimewa dari anak? Dia bilang pendamping yang laki-laki itu yang Heee,eemmm (menanggapi pernyataan guru) dari apa kumon itu bilang N itu autis hiperaktif ya. Jadi ee dari cirinya aja kalo autis itu anak itu tidak mau bertatap muka, bertatap muka secara langsung, dan kalo kita e memberi perintah itu harus bertatap muka, tatap mata dengan mata, kalo tidak ee perintah kita itu hanya dianggap angin lalu aja. eeeeeeemmmmmm, gitu.
Hiperaktif (dengan tegas saya menanggapi pernyataan dari guru)
Hee,em …
Seperti itu… Okeh. (menanggapi pernyataan dari guru)
Berarti dia memahami dan melaksanakan perintah itu ya dari tatap mata. Itu tu yang secara mudah kalo anak itu dikatakan… ee autis ya autis. Kalo masalah bukti fisik orangtua mungkin hanya memberikan kepada kepala sekolah saja, kalo saya kan ga tau, tapi kalo dia sudah mengakui itu lebih baik dari pada tertutup. Permasalahan orangtuanya itu menyekolahkan disini itukan karna memang eeee ya mungkin dari segi biaya bisa, tapi kalo repotnya yaa bahwa guru di SD Sang Timur tidak ada yang berkompeten untuk menangani anak-anak seperti itu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
Kalo ee selama belajar berartikan Pak P baru sekali ini menangani anak seperti ini di kelas gitu ya pak? Iyaa, menangani He,eh iyaaa (menanggapi jawaban guru) Selama belajar apakah bisa N itu memusatkan perhatian atau Yaa mungkin hanya 50% ya, 50% kalo saya 50%. Karena berkonsentrasi penuh pada pembelajaran yang diajarkan oleh Pak P? terus terang dia akan mengerjakan cepat-cepat, cepat selesai. Anak masih ribut, dia sudah bekerja terutama pelajaranHemm……….. hemm……… pelajaran yang dia gemari matematika ya, dan bahasa Inggris Oke. lalu komputer. Kalo bahasa Inggris, komputer saya tidak He,em… mengajar ekstra ada gurunya sendiri. Iya. Oooooohh gitu.. Nah, tapi kalo pelajaran selain matematika dia memang cenderungnya menolak artinya dia itu cepat bosan..ya cepat bosan, karna memang ndak suka. Yang namanya gak suka Pihak lain,, oooh yaa… anak hiperaktif itu tidak bisa dipaksakan nanti malah kita bisa merepotkan lingkungannya. Lingkungannya itu artinya e siswa yang lain, makanya begitu dia selesai ya sudah saya Ooohh gitu.. diamkan aja yang jelas dia tidak mengganggu temannya, beda kalo dulu kelas satu sering mengganggu. Oooohh gitu..
Pendamping N.
Kalo gurunya menjelaskan dia tidak..tidak apa.. tidak keinginan mereka dia akan protes, tapi dengan adanya pendamping itu bisa untuk istilahnya ee mengontrol N, ya mengontrol N. Artinya eee guru yang tidak bisa..apa seperti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
Okee.. (menanggapi jawaban dari guru kelas)
saya ya tidak pendampingnya.
bisa
mengatasi
bisa
di
atasi
oleh
Tadikan bapak bilang eee bahwa N itu ya hanya 50% bisa mengikuti Iyaaa.. pembelajaran dengan konsentrasi yang penuh. Yaaaaaaa, ini sih ini kalo hasilnya hasilnya memang dia menginginkan nilainya itu seratus, nilainya seratus biarpun kenyataannya yaa kalo matematika ini mungkin ee bisa di Ada contohnya gak pak, misalnya selama belajar gitu? atas KKM ya hasilnya kalo itu yang saya amati untuk bidang matematika. Tapi untuk bidang Pendidikan Pancasila dan Hee,emm. Kewarganegara itu kadang-kadang kalo pas agak sulit itu dia bisa di bawah KKM. Iyaa, selain yang dia suka dia pasti di bawah KKM. Bahasa Indonesia juga sama, misalnya kalo dia itu banyak..kan ada yang menulis, menulis halus. Misalkan menulis halus, kan tegak bersambung itukan udah ada Eeeeeeeeemmmmmm, berarti pembelajaran yang selain dia tidak suka aturannya kan ada garis, ada garis tidak boleh melebihi garis, bisa di bawah KKM? tapi mereka selalu melunjak, tapi kalo disuruh menghapus dia selalu N selalu berontak kan dia tidak “saya ndak mau”, ya makanya saya diamkan daripada mereka… ya udah saya biarkan. Tapi biarpun sudah ada pendampingnya, sudah di arahkan dia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
Oooohh gitu,, Iyaa..
Eeeeemmmm…
eee he,emm
Ooh gitu. Pokoknya yang dia…. B… oohh (menanggapi jawaban guru dengan sedikit tertawa) Eeeeemmm,, okee
Tetep memberontak tidak mau gitu?
Oohh gitu,
pasti berteriak-teriak, makanya ya biarkan aja yang penting dia nulis, dia nulis ee tidak diinginkan yang namanya nulis halus kan pelan, yang namanya nulis halus kan keatas itu tipis kebawah itukan tebal. Nah, istilah kalo dulu kan menulis tebal tipis yaa, itukan tulis latin tegak bersambung, tapi kalo N ya sudah ndak ada apa rambu-rambu itu rambu-rambu udah melunjak. Karna dia memang udah, udah apa ya seperti itu anaknya, makanya kalo nulis halus ya nilainya C selalu C. tapi ya mungkin kalo saya anggap bagus sedikit ya tak kasih B min, tapi min tidak pernah B. Ya itukan sebagai bukti untuk bahasa Indonesia. Lalu ini eee apah kalo ada jawaban yang yang apa suruh melengkapi, melengkapi yaa dia itu keinginan kalo pas melengkapi inginnya dia itu ini ya sudah. Padahal harusnya adalah jawaban yang lain, tapi dia ndak mau. Ya biarpun pendampingnya sudah mengatakan endak harusnya ini, dia kadang-kadang gak. Iyaa mempertahankan..tetapi ketika sudah ditulis, misalkan anak-anak ada yang menulis jawabannya itu yang punya udah jawabanya itu dan tidak sesuai dengan N dihapus. Iyaa, itu yang aktifnya itu berontak kadang-kadang sering dia bertentangan dengan anak-anak. Ya mungkin kalo nulis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
terlalu banyak,, makanya kalo saya misalkan contoh konkret jumlah soal saya tidak pernah menyebutkan berapa.
Kalo misalnya menyebutkan? Hee,eh
Hee,emm
Oooooowwwwww,, Hapus…. (sedikit tertawa) yang lain (menanggapi pertanyaan dari guru)
Eeemmmm,,,
Kalo menyebutkan sepuluh nanti kerepotannya kan waktu itukan kita idak bisa menjamin. Waktu itukan misalkan setelah istirahat misalkan dari jam 09.00 sampai jam 10.45. kalo sampai.. yang N, pak soalnya berapa? Sampai berapa? Saya tidak pernah menyebutkan jumlah, pasti pelajaran kita sampai jam 10.45. Karna pernah saya menyebutkan jumlah terucap saya tidak tidak secara sengaja menyebutkan sampai sepuluh padahal waktu itukan masih banyak itukan bisa dimanfatkan untuk penambahan soal untuk bentuk yang lain sesuai dengan KD misalkan itu N ndak mau protes, nanti halaman sepuluh sebelas dihapus kan kasihan yang yang lain, makanya saya terus wha ya kalo sudah gitu saya ganti dengan pelajaran yang misalnya menggambar kan sudah stop. Menggambar tapi saya ambil yang berhubungan dengan misalnya kita tadi pas bicara mengenai wisata saya misalkan gambar yang berhubungan dengan pantai berhubungan dengan wisata. Ya sudahkan, biar anak itu tidak terlalu banyak berontak lalu kalo dia berontak kan lalu menggangu lingkungannya. Karena anak autis tidak pernah, gak mau tau dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
lingkungan sekitarnya. Untuk sosialisasi juga sangat kurang. Eeeeeee, kalo menurut masnya itu untuk menalarnya itu..ini apa, kalo masnya itukan bilangnya sesuai sudah dari… apa.. eee penelitian dari psikiaternya ya yang katanya ada. Itu Kalo misalnya mendengar cerita bapak tadi ya pelajaran yang disukai katanya memang di bawah rata-rata untuk nalar. Jadi kadangsama yang tidak disukai , menurut bapak itu logika dan penalaran N itu kadang juga kerepotan kalo bentuk-bentuk jawaban- jawaban bagaimana anak hiperaktif kaya N? yang sulit, kadangkan dia terus Tanya “maksudnya apa?”. Kalo anak yang lainnya sudah tau, begitu mbaca soal sudag He,eh.. tau arahnya, maksudnya. Tapi kalo N tanya “ini maksudnya apa?” (dengan nada meniru gaya N bicara) sama pemban..pendampinnya. Nah, pendampingnya lalu a menjelaskan seperti itu. Ohhh, he,em maksudnya.. Nah, itu yang yang bisa jadi dikatan masnya bahwa daya nalarnya N itu tidak..tidak begitu sempurna. Artinya, di bawah rata-rata teman sebayanya mereka. Logikanyaa, juga sama kadang-kadang logikanya dalam Kalo logikanya masih bisa? matematika dia dong yaa, tapi kalo nanti logika dalam PKn, dalam bidang apa eeee bahasa Indonesia. Sebagai contoh aja soal PKn misalkan, tuliskan tindakanmu atau sikapmu sesuai dengan sila ke.. pertama, kan tindakan apa kan jelas tindakan Ooooohhhh,, tidak sesuai yang diinginkan. tapi tindakan itukan tingkah lakukan. Tapi yang ditulis N adalah sila pertamanya, yang yang itu tindakan yang tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
Pendampingnya (menanggapi jawaban dari guru)
Okee..
sesuai yang diinginkan. Dadi nulisnya hanya ketuhanan yang maha Esa. Dia dong ketuhanan, tapi ini salah marah. “betul.. kan sila pertama” (dengan menirukan gaya bicara N) yang saya tanyakan adalah tindakan apa yang kamu lakukan sesuai dengan sila pertama. Dia kemudian lalu berpikir dibantu oleh…. Pembantu, pendampingnya baru dong, ooohh ya sudah dihapus yaa dengan marah-marah. Lalu ya Cuma berdoa pada Tuhan, kan tindakan Cuma itu aja.
Yaaaa anu ndak ndak, acuh tak acuh. Kalo dari perilakunya pak, bagaimana N menyikapi semua kegiatan Yaaa ya yang namanya itu untuk memperhatikan ya ndak yang tadi bapak jelaskan di kelas, selama pembelajaran di kelas N bisa, karna kalo saya me….nerangkan itukan tidak bisa gimana? saya… yang namanya autis kan mata, menjelaskan mata ke Ohh gitu.. mata ndak bisa. Kalo saya fokus pada N yang 23 siswa berarti saya kesampingkan. Ya udah dia tidak me… saya menjelaskan dia asik dengan dunianya sendiri menggambar. Yang lainnya mendengarkan itu N asik dengan dunianya sendiri, yaitu entah itu doa pagi Berarti maksudnya acuh tak acuh disini gimana pak? ya asik dengan dunianya sendiri. Berarti….. eeee sendirinya. Menggambar pake spidol hitam kalo ndak lupa bawa ya marah. Kalo misalnya pak pak memberikan suatu instruksi ya atau perintah Tulis. Kalo tulis dia lebih mudah kan dia kan membaca lalu apakah N harus tangkap atau berulang kali? akan tanya sama apa..pendampingnya maksdunya apa,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107
biarpun saya udah menjelaskan tapi diakan memang harus perlu… pendampingan. Ohh tulis,,, (menanggapi jawaban guru) Pendampingan (merespon jawaban dari guru)
Memang..memang si N kan harus sekolah khusus, harus pendampingan secara khusus, biarpun nanti dalam tingkatannya mereka akan… pertama didampingi secara khusus, kemudian nanti yang kedua sudah saya di sekolahan khusus.
Disini tadikan Pak P bilang ee memberikan suatu perintah atau Tulis aja. Saya selalu selalu tulis. instruksi dengan ditulis gitu ya pak. Apa e tapi dengan tulis itu N langsung paham terus langsung N bisa Iya. menjalankan perintah itu dengan baik? Ooooooohhh, bisa.. (menanggapi jawaban dari guru)
Berarti menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh anak?
Berontak lagi? Berarti kalo misalnya N merasa bosan gitu pak langsung..?
Yaaaaa, bisa kan kalo..yang namanya kelas dua perintahny akan selalu simple ya tidak bertela-tele, misalkan gambarkan misalkan gambarkan atau tuliskan apa… Iya kata-kata yang mudah dipahami anak, terutama ya itukan saya mencari kan juga untuk membantu N sendiri daripada saya memberi..yang rumit lalu dia nanti gak suka nanti ee akhirnya aka berontak lagi. Yaa itu marah Yaa sudah. Dia jalan keluar seenaknya aja. Bosan gitu ya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
keluar. Iyaaa. Kalo di kelas ndak ndak..lah kadang-kadang misalkan di Jalan kesana kemari di kelas gitu? kelas itu kalo jalan itu melihat suatu barang yang..bagi N itu suatu hal yang baru pasti akan diminta. Iyaaaa, mencari sesuatu. Biasanya, makanya oleh..oleh Oooooo,, berarti ketika bosan dia mencari seseuatu yang dia..? mamahnya disediakan spidol hitam dia kan kalo bosan ya sudah gambar. Iya. Pokok men dia itu prinsipnya gini tugas saya selesai, misalkan ada soal sepuluh ya sudah selesai. Ya memang Eeeeeemmmm,, oh gitu.. waktunya masih panjang, maka saya tidak mengatakan sampai sepuluh soal ndak, tapi sepuluh di papan tulis itukan Masih banyak, ooooooo….. sepuluh kan.., itu bagi N bisa dia cepat biarpun nanti pekerjaannya tidak sempurna pasti ada yang salah, tapi dia cepat. Sempurna.. okee Tapi bagi teman yang lain itu….baru ada yang mengerjakan sampai nomer tiga, ada yang baru mengerjakan sampai nomer lima, ada yang enam, tapi bagi mereka anak-anak yang lain itu bisa sempurna. Biarpun ada beberapa anak seperti Aang, Desto, Natan, Raka itu ya lelet lambat ya kemampuannya dan anak ini kalo secara apa..matematika pelajaran matematika Oohh gitu… dia kalah dengan N. Iya. Eee, Pak P kan sering melihat ee N gitu selalu bergerak dan seolah- Eeeeeeeeeeeeeeeee…..
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
olah ee tubuhnya itu digerakan oleh mesin gitu loh pak dan tidak Ya itu tadi… istilahnya dia itu apa ya… pernah lelah gitu. Apakah dengan tingkah lakunya yang seperti itu, perilaku yang seperti itu dapat berinteraksi dengan teman atau guru dengan baik? Hee,,eem … Hee,eemmm… He,emm..
Hemmm…
Kaloooo dengan teman itu biasanya saat istirahat, tapi kalo pelajaran kan dia sudah asik dengan dunianya sendiri dengan menggambar-gambar itu. Ya… Tapi kaloo udah anu yaaaa….itu. Dia mengerjakan satu sampe, satu sampe sepuluh misalnya, sampe tiga soal itu udah lalu keluar yo entah cuci tangan ato penghapusnya dicuci pokok men dia itu selalu itu keluar, selalu ingin keluar. Kalo yang ya saya tidak bisa apa..me..ngekang mereka, daripada teriak-teriak yak an ya sudah.
Berarti e sebenarnya ee in..eee N itu punya interaksi sosial yang baik Kalo sosial yang baik tidak. tidak pak? Kurang ya? Ya, artinya gini yang ndak baik itu namanya pinjam selalu bilang “saya pinjam” dan kalo mengembalikan pasti “terimakasih” gitukan kalo yang baik. Yaaa… yang baik. N ndak. N itu mengambil biarpun di dalam tas dia buka tas. Ya biarpun ndak ada, misalkan. Misalkan dia mau pinjam spidol, spidolnya yang hitam itukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
Eeeeemmmmmmm,
dia bawa, spidol hitam itu kan habis tidak bisa digunakan. Dia selalu punya ingatan bahwa yang sering membawa spidol ini si A, si B.
Eeeeemmmmmm, berarti sudah tau sia..? Oooohhhh,
Iya. Makanya dia akan mendatangi si A si B dan dia selalu minta spidol hitam, biarpun si A dan si B itu sudah saya larang untuk tidak membawa. Saya ndak bawa N, ndak bawa“ Dia gak percaya pasti akan membuka. Buka tas di udal-udal ndak ada marah.
Ooooooooooooooooooo…… Oooooooooohhhhh, gitu. Terus nangis?
Hee,em.. Oke.
Dia dia akan terus mencari yang lain cari yang lain yang lainnya. Dadi makanya oleh pendampingnya itu selalu di..di.. yaa.. di… Artinya kalo yang sama mas nya itukan dipegang mukanya tatap mata “ndak ada, ndak boleh” gitukan. Makanya seperti itu.
Tadi bapak bilang ee interaksinya sangat kurang e yaa gak sangat, Iyaa..ada kurang. maksudnya ada kurang gitu. He,eh.. Hal apa yang membuat, kira-kira membuat ku..ee anak itu kurang Yaitu tadi, egonya egonya. berinteraksi apa ya pak? Egonya N cukup tinggi, lalu apa...(sambil mengecap suara). Apakah dari pihak..? Eeeeeeeeeeeeeeeeeee, sosialnya mereka itu kurang apalagi tidak di dukung terus terang dia itu kan di lingkungannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
Egonya N. Ooh gitu.. (menanggapi jawaban guru)
juga tidak bermain dengan orang lain.
Kalo dari penilaian gitu pak, apakah setiap mapel ee kecuali Yaaa gak. matematika gitu ya pak yang lain mapel ee nilai-nilai kaya PKn gitu Tergantung… yaitu tadi.. semuanya bener-bener di bawah rata-rata semua pak? Kecuali yang dia suka iya. Kaloooooooo nilainya ya kadang-kadang ya naik turun, naik Kecuali matematika, kecuali yang dia suka gitu (menanggapi turun, naik turun gitu mba itu aja. pembicaraan guru)
Oooooooohh, He,em
Pendamping.
Tergantung… iyaaaa
Dari bentuk e misalkan PKn, kalo bentuknya itu hanya silang kan ada toh yang pake tanda centang misalkan yang dibaca, misalkan apakah ini sesuai dengan sila ini? Dia bisa. Tapi kalo sudah nulis dengan kata-kata itu kadang-kadang yo melenceng jauh. Misalnya kalo ulangan kan kalo latihannya dibimbing oleh anu kan pendamping ndak masalah, tapi kalo ulangan pendampingnya langsung lepas itu kadang-kadang dia tidak..menjawab tidak sesuai dengan perintah apa yang ditanyakan. Ya.., memang hasilnya tidak tidak begitu jelek. Tapikan kadang-kadang pas KKM, tapi suatu saat dia di atas KKM
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
Okeh.
jadi ga pasti. Ya, tapi kalo matematika dia selalu di atas KKM, mungkin bahasa Inggris juga selalu di atas KKM kaloo saya liat ee nile UTS nya itukan kelihatan sekali. Nilenya bisa..bisa liat itu dari bahasa, dari PKn dan matematika selalu di atas bahasa atau PKn. Tapi yang tema kedua itu dia bisa..jadi tergantung bentuk, bentuk soal. eeeee.. Yyaaaaaaaa, kaloo saya yaa yang penting kalo dia tidak Pak P tadi bisa mengatakan ee gak eeeee mengatakan se..cerita mengganggu temannya ya saya diamkan aja..wooongg e semuanya tentang N gitu. Sekarang ee pandangan bapak atau persepsi mereka woong……. bapak terhadap ee anak seperti N itu gimana pak? Cara pandang bapak melihat tingkah laku N yang hiperaktif kesana kemari, gitu selama ini? Saya udah agak tau dikit kalo yang namanya hip..opo…hiperaktif opo … hiperaktif autis itukan selalu Hiperaktif (mencoba menanggapi pembicaraan guru) dengan dunianya sendiri. He,em.. (menanggapi pernyataan dari guru)
Eeeemmm,
Makanya ya biarkan aja yang penting kan ini bukan sekolah khusus ya kan? Ini sekolah umum saya harus eeeee bisa merangkul semuanya, biarpun yang satu bermasalah ya saya terima.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
Tapi kalo kalo anak yang lain seperti N ya saya marahi, jalanjalan itu saya marahi. Pasti akan saya marahi, karna memang mereka bukan seperti N ya kan, makanya yaa dengan ee pembinaan yaa saya tegur ndak boleh, kamu ndak boleh jalan-jalan, ndak boleh ini…. Ya kan.
Oohhh gitu…
Hee,emmm
Okeh.. Ya pak, dengan dengan segala pemberontak N sering berontak gitu pak, terus suka jalan-jalan sendiri gitu cara penanganan bapak gimana, misalnya e agar N untuk tenang dulu lah sejenak jangan jalan-jalan dulu.
Tapi kalo N..... ya sudah, wong mereka cuma jalan ya ndak mengganggu cuma hanya keluar aja. Dia mau misalkan aja dia mau kebelakang, ya udah dia langsung nyeruntul aja. Tapi kalo yang lain kan selalu, “ pak, ..” selalu ada ijin, “pak saya ijin mau kebelakang”, ya kan. Mau minum aja yang paling sederhana , datang “pak boleh ndak saya minum?“, “oh, boleh”. Tapi kalo N ya ndak ambil aja…. Iyaa beda sekali (dengan nada lirih).
eeeeeeeeeee,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
Kalo saya bukan ahlinya ya.
Ada cara penanganan khusus gak yang bapak berikan? Yaa, he,eh (menanggapi jawaban guru) Ohh gitu…
Oh ya pak mungkin….(belum selesai bicar)
Makanya yaaa…. Saya diamkan sejauh anak itu tidak mengganggu. Karna kalo saya tekan, dia akan berontak lalu akan membuat gaduh, suasana kelas tidak nyaman berartikan saya merugikan siswa yang 23 itu. Dari pada saya menekan ehermm hanya untuk mereka untuk tenang lalu dia berontak. Kan saya, prinsip saya mengutamakan yang 23 itu. Karna memang saya tidak tidak tidak ahli untuk menangani itu, ya kan. (guru menjawab pertanyaan dengan batuk-batuk) Beda kalo di sekolah khusus autis, di autis senter itukan satu anak satu pendamping, itukan sudah jelas kalo disinikan saya ndak bisa. Karna kalo saya menangani N terus yang lain terabaikan nanti wali murid yang 23 banyak yang protes. Ya kan. (guru batuk-batuk lagi) Pendamping, adanya pendampingkan karna protesnya wali murid. Iyaa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
Oooohh, yaa..oohhh, gitu pihak sekolah…. (belum selesai bicara Dulu..dulu kan e di kelassatu kan ndak ada makanya banyak dipotong lagi oleh guru) berontak dan terus terang guru yang satu kan selalu mee apa.. memproteksi. Tapi saya melihat dengan pengalaman guru yang di kelas satu dengan memproteksi N selalu memberontak, saya kan e cari celahnya gimana toh N itu… Ohohh, ya udah biarkan aja, keluar cari mamanya ya udah biarkan aja. Saya tidak mengikuti N mau cari nananaaaaaaa….. Yang penting N keluar mamanya ada ya sudah. Nanti dia suruh masukkan ya mau masukan N bukan saya eee apa mamanya kan. Kalo saya ngetut..ngetutke lalu yang e yang 23 itu bubar, pelajaran saya tidak tercapai, materi saya tidak selesai. Saya ya udah memang anak itu bukan di sekolahan umum, makanya yaaa saya sejauh dia tidak merugikan Oke, bener. temannya saya biarkan. Iya kelas dua. Eee, kan bapak baru menangani N di kelas dua ini ya pak. Iyaa, kemaren baruu agustus kan pertengahan agustus itu aja. Adanya pendampingan itu sejak awal semester kelas dua atau baru Yaaa setelah itu e pertama kali kan mungkin mbak-mbak PPL berapa bulan ini sebelum awal semester? sudah mendampingikan, jelas itu. Nah, itukan itu dalam rangka orangtua mencari pendamping Iya, he,eh … kan tidak semudah mencari pendamping seperti itu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
Pendamping (menanggapi cerita dari guru)
Memang pada saat itu memaaang pendampingnya itu yang putri itu memang sebenernya pas dia psikiater khusus autis, tapi permasalahanya kan dia kuliah, masih nulis skripsi, lalu dia ditambah lagi menikah maka dia keluar, ya diakan juga orang jawa timur kan tidak bisa itu…… Dan sekarang pendampingnya yang laki-laki itu masnya dari kumon yang bisa… ya memang N juga les disana di kumon. Kan memang dia suka matematika ya dia nuruti (dengan nada lirih).
Eeeeeemm….
Yang satunya inikan perawat, yang namanya perawat itu kan iyaa secara langsung kan udah di didik menangani anak ini kan paling ndak kan dalam satu semester ada, ya kan. Kalo saya yaaa ndak ada cuma saya hanya belajar dari pengalaman di kelas satu seperti apa saya terapkan ya sudah.
He,emm Iyaaa…. Suruh jangan keluar gitu? (tertawa mendengarkan cerita dari guru)
Saya ndak mau terus terang dengan mamanya dengan suster, “ suster saya ndak mau kalo N buat ulah misalkan keluar terus saya ngetutke, menahan saya ndak mau. Iya, saya ndak “N jangan keluar”, dia berontak. Kalo berontak 23 anak ini yaaaaaaaaaaa… ya keteteran kan. Makanya saya biarkan aja, mau dia mau…
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
Eeeemm,,,,
Eeeemmmm,,,,
He,em
Ooooooooohhhhh, Terus dilaporkan?
Eeemmmmm,
Jadi ya sebetulnya kalo secara pendidik ya salah yaa tapi saya tidak akan mau mengorbankan yang lebih banyak karna pengalaman jangan sampe saya itu di protes oleh wali murid hanya gara-gara saya itu fokus pada N.itu saja. Tapi saya adil pada semuanya, ya kan? Kalo saya fokus nah yang lain yang 23 keteteran dia nanti pasti akan laporkan dirumah. Dia selalu akan dipantau oleh orangtuanya bagaimana? Yang namanya N itu dari kelas I dipantau terus dan sampai anak itu dan selalu menulis, dulu kelas satu kan ada buku e yang namanya buku apa e refleksi itu kan kemudian menulis, menulis hari ini saya sed..sedih karna tidak bisa pelajaran dengan nyaman karna N gini..gini..gini.. Hampir semua rata-rata sikap, hampir semua itu kan, hari ini perhatian guru hanya pada N, saya tidak pernah diperhatikan. Saya jangan sampai seperti itu, kan ini sekolah umum BUKAN sekolah khusus. Tetapi ya karna sudah sekolah sudah menerima mau ndak mau yaa..kita juga harus menerima biarpun amat sangat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
keberatan, kwualahan .
Milik dia? emmmm
Apalagi kalo saya marah, misalkan aja kalo menggunakan laptop nah ini.. Karna segala sesuatu barang yang ada itu dianggap oleh N itu miliknya, itu repotnya sekali.
Jadi apa yang dia temenya punya langsung diamil? Oooohhhhh, Kembalikan
Iyaaaaa, itu milik ku…. Biarpun nanti yaa hanya saja setelah dijelaskan itu bukan punya dia toh, kembalikan. Kembalikan kadang-kadang kalo dia di mod a dikembalikan jalan, kalo ndak ya di lempar.
Oohhhh,, Sesukanya dia berarti ya? (sambil tertawa) Okeh.
Iyaa yaa, makanya itu tadi sesuka..
Iyaaa.. Dulukan pernah mengalami belum adanya pendamping sampe Yaa, perbedaannya kalo ada pendampingkan mudah-mudah sekarang udah adanya pendamping apa Pak perbedaannya? ee saya tidak kerepotan untuk mengatasi N. Jadi, saya bisa fokus memberi materi atau pembelajaran pada anak-anak itu udah fokus, ya kan.. Emmmm,, Karna segala sesuatu gerak N yang menyimpang, itukan He,em sudah di atasi oleh pendampingnya, ya kan?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
biarpun dia, misalkan mau keluar gitukan terkadang pendampingnya kan menarik, mau kemana? Eeee mau… nneeee…. Tapikan juga, pendampingkan juga juga tau. Kalo dia udah teriak, ya udah di lepas. Karna juga ingin tidak mengganggu lingkungannya. Ya itu aja. Yaa, motivasinya yaaaa.. Apa ya?(dengan nada lirih) Terakhir pak, ee karna Pak P itu guru kelasnya N gitu. Ya memberi kebebasan mereka aja, y kan.. Eeee bentuk motivasi apa yang diberikan e untuk N supaya ya Karna kalo terus terang N … pembelajarannya ya bisa dia terima juga? Iya kebebasan N, apa yang..yang ingin N inginkan ya sudah Memberi kebebasan N? saya biarkan aja. Ya soalnya kan, mereka, N itukan tidak bisa yoo tadi Logika Ohhh gitu, untuk dan penalarannya ..dan dia he,hem perkembangannya itu lambat, lambat sekali. Makanya, eeee kalo mungkin di sekolah khusus mungkin Penalarannya gak… juga tidak perkembangan nalarnya juga lambat ee makanya Iyaa oleh orangtuanya di sekolahkan umum. Biarpun toh nanti suatu saat nanti perkembangan nalar itu Emmmmm…. akan mentok, tok itu ada levelnya. Itu menurut, menurut psikologinya itu ada level mentok tidak bisa berkembang. Tidak bisa berkembang berdasarkan psikologi yang itu mengatakan… Iyaaa, psikologi. Katanya… (sambil tertawa) Katanya menurut mas nya itu, tapikan yang namanya ee yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120
iya
E, Pak P pernah eee dari orangtua gitu pernah berbicara tentang N?
di atas kan beda dengan yang di bawah, ya. Sudah di tok, di fonis bahwa itu pasti tidak bisa sembuh fonis, tapi kenyataannya mungkin sembuhkan? Ini yang namanya penyakit HIV, fonis pasti mati toh dengan pertolongan orang lain bisa e itukan bisa sembuh. Ee saya secara langsung ndak pernah menanyakan ke orangtua
Menanyakan napa N? Enggak?
Enggak,
Ooh gitu, Napa Pak?
Eee, e yaa …inikan, saya hanya menjaga etis ya, saya tidak. Beda kalo orangtuanya, bercerita Pak saya mau cerita N biar …. Itukan lebih enak, daripada saya bercerita, saya saya selalu mengetahui N itu dari pendampingnya.
He,em
Emmm,
Biarpun itu tindakan tindakan yang salah, tapi saya memang ndak mau eeekalo seperti itu seolah-olah itu kok saya kalo dengan orangtuanya seolah-olah kalo saya, kalo terus ingin tau gitu.. Artinya betul kalo ingin tau gitu, tapi yaitu tadi ee kalo mereka memang sifatnya tertutup orangtuanya tertutup.. Ya memang kalo dia itu ingin cari bicaranya mungkin dia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121
akan terbuka, tapi yaitu tadi saya Cuma punya perasaan ndak enak aja. Eemmm.. He,em He,eh Tapi ada itu gak Pak, ee apa pihak sekolah punya dokumen khusus? Ohh gitu, He,emmm
Tapi dari pihak orangtua itu bagaimana Pak? Eeemm,,
Iya Pembelajaran
Ya sudahlah, kaloo seperti itu ya udahlah. Pokok men prinsip saya, kalo orangtuanya mau bercerita tentang N pada saya ya monggo, tapi yang jelas saya tidak akan utik-utik menenai keadaan N. Naaahh, itu yag tau suster.. Apakah, memang dulu pernah suster minta apakah itu diberikan apa ndak itu… Yaitu tadikan, pada saat itu eeee… Mungkin yang ini aja yaa, yang sekarang ini aja ya.. Ini baru, mungkin apakah suster juga memberi, diberi fotokopi dari psikiaternya atau yang apa itu istilahnya apa… terapinya itu, saya juga kurag tau karna saya gak pernah tidak pernah menanyakan kaya gitu lagi. Karna yang penting bagi saya yang saya minta bahwa N harus ada pendamping. Begitu ada pendamping yaa saya lego. Pembelajaran pasti saya akan berhasil dan bisa berjalan ya biarpun tidak 100 persen, karna bagaimanapun juga yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122
Iya ABK hee,emm Fokus, iyaa
(sambil tertawa) Iya pak, Emmmm He,em Oh iyaa Okeh, terimaksih ya Pak.
namanya di kelas itu ada anak khusus itu tidak, tidak bisa 100 persen. Beda sekolah yang, kelas yang lain ya kan bisa fokus, bisa tenang ya. Apalagi kalo sudah N berontak, itu yang 4 anak itu tadi ikutikut, mencari perhatian. Em, cari perhatian. Biarpun yaaa itu, tapi dengan adanya pendamping itukan saya bisa, paling tidak bisa e mengatasi 4 anak yang punya, punya apa..sering buat ulah, ulahnya ya karna faktor X biasanya dari N. Kalo dari rumah udah gak bisa saya…apalagi kalo udah dirumah bermain bukan dengan teman sebaya, dengan teman yang lebih dewasa itu weisss tobat wes. Iya, sama-sama.
Waktu pelaksanaan follow up : 12 November 2014 Eee, pak kemaren eee saat beberapa hari yang lalu kan sudah Iya. wawancara tentang N ya pak yaa. Ee, sesungguhnya apa yang dialami N toh pak? Kok, kok bapak bisa mengatakan ee kadang N itu hiperaktif juga autis gitu?
Eemmmmm,
Iya. Eee gini, kalo autisnya kan jelas sekali kalo orang, ya ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123
Eeeeemmmmm,
Eemmm, gitu
hanya sebagai opo ee kata masnya itu loh yang selalu membimbing itu kalo autis itu kan katanya kan hanya opo, fokus hanya satu bidang tertentu ya, dan bidang yang lain tidak diminati. Juga nanti terhadap lingkungannya jadi dia hanya asik pada dirinya sendiri dan tidak mauuu, tidak mau e apa beeerrr..sosialisasi atau berhubungan interaktif dengan sekitarnya. Kadang-kadang, eee juga bisa timbul dua-duanya itu saat dia itu tidak opo, tidak apa cocok ya dengan keinginannya. Ya, misalkan aja eeeee guru sudah memberi soal misalkan iya. Soal itu tidak berkenan bagi N dan bagi temannya itu soal sebetulnya soal yang sangat berkenan, tapi bagi N tidak berkenan, maka oleh N akan di hapus ya. Nah, dihapus lalu anak-anak berteriak whuuuuuuuu…. , tapi ya N cuek aja seperti N tidak bersalah. Iya. Itu ciri, itu itu ciri opo hiperr..aktif.. Ya itu ciri hiperaktif yang autis ya seperti itu. Yaaa, ya itu hanya sebagian kecil saja ya, mungkin juga nanti dalam hal yang lain juga mungkin sering menyakiti dirinya sendiri, memukul-mukul meja itukan sakit. Iya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124
Sering pak?
Eeemmmmm,
Emm,
Emmmmm,
He,em Nasehat
Biasanya dia kalo tidak berkenan ya pelajaran, dia kan yang disukai matematika, setiap pelajaran di awali dia selalu, pak matematika pak. Tapi kalo saya mengajar yang lain, dia pasti akan memukul meja,, drrruuug..drrrruuuggg…. langsung protes. Kan kita tidak bisa yang namanyaaaa..apa.. tematik itu selalu diawali dengan matematika, kan kita harus diawali dengan bercerita dulu ya. Nah ini sebagai gambaran eee, ya mungkin e yang lainlainnya juga banyak ya penyakit, e N sering nyakitin temannya secara tiba-tiba dia mukul, secara tiba-tiba apa..mendorong ya, padahal anak itu tidak melakukan kesalahan pada N. Hanya dia mungkin memori kelas satu pernah disakiti eepernah digoda, memang kalo dulu kelas I teman-temannya masih menggoda, ya kan. Begitu di kelas II sudah saru e saya ajarkan bagi temantemannya, jangan sekali-sekali menggoda N yaitu pada saat biasanya saat N ndak masuk saya akan memberi masukan pada anak-anak biar e N tidak tersinggung. Ya biarpun dia itu tidak tau, tapikan kadang-kadang kan ndak enak dengan pendampingnya yang itu saja. Pokok men ya hanya kalo dia itu memorinya timbul untuk menyakiti temannya si A si B yaa langsung aja berdiri lalu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125
Emm, iyaa Oke Ohh gitu,
Eemmmm,
kadang-kadang mukul, dorong, atau nanti kalo mau pinjam itu yaa seenaknya tanpa permisi atau tanpa apa.. saya mau pijam ini, pinjam setip, pinjam pensil, buku, penggaris. Dan nanti kalo mengembalikan ya hanya di taro tidak mengucapkan terimakasih atau yang kadang, kadang-kadang yang sering menyakitkan si empunya itu adalah dilempar, dikembalikan dengan dilempar.
Iya. Tadikan bapak bilang, cerita kalo N itu hiperaktif autis ya seperti yang Nah, kalo autis e ini hanya saya bila.. ee omong-omong bapak ceritakan. dengan mas nya itu pendampingnya kok mas kok e autis, Eee, itu autisnya di lihat dari mananya pak? kemudian dia bercerita ciri-ciri, ciri-cirinya kalo orang autis itu berkomunikasi itu harus bertatap muka, bertatap mata dengan mata, Emm, he,emm Kalo tidak nanti ee opo perintah yang akan kita berikan itu nanti tidak, tidak sampai pada memori atau dia tidak akan melakukan, dia hanya e masuk kuping keluar kuping aja. Dan iya autis, dan saya juga omong-omong dengan temanteman yang lain di lingkungan, karna juga ada yang warga Iya itu kalo autis yang anaknya autis, tapi saya tidak eee paham opo tau anaknya, tapi dari beberapa orang kalo kumpul-kumpul itu seperti itu, e apa kalo bicara ya memang harus bertatap mata, kalo ndak yaaa dia asik dengan dunianya sendiri. He,em
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126
Bagaimana dengan ini? Oohh, gitu ya
Emmmm,,
Iya, N sama. Dia selalu asik dengan dunianya sendiri, makanya kalo saya misalkan memerintahkan, misalkan suruh duduk atau suruh diam itu selalu ee saya kalo dia ndak mau menatap mata, ya kepalanya akan saya pegang biar mata ketemu dengan mata saya, lalu saya memberi instruksi dan dia tau.
Ohh gitu,
Kalo hiperaktifnya?
Eeeemmm,, Eemm, Ketika bapak diamkan, apa yang(dipotong saat belum selesai bertanya)
Nah, hiperktifnya ya keusilannya N itu karna, karna dia asik dengan dunianya lalu apa yang dia tim..bulll dalam pikirannya itukan kadang-kadang berbeda dengan situasi pembelajaran. Misalkan aja, kita sudah belajar misalkan anak-anak asik mengerjakan tugas misalkan, entah itu tugas berhubungan degan PPkn atau bahasa, tapi dia malah menggambar. Tapi nanti kalo ditegur marah, ya dengan itu tadi mukulmukul meja, lalu dengan berteriak, nah tapi saya diamkan karna saya ndak mau membuat suasana sekolah kelas itu gaduh. Iya dia asik, N asik dengan dunianya sendiri. Ya nanti akan ..
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127
Berpengaruh pada kemampuan belajarnya gak pak?
Eeeeeeeeeemmmmm,
Eeemmm, gitu yaa Okeh. Oh, ya
Iyaaa, memang nanti kemampuan belajarnya kan tidak full ya, tidak full ya, tidak seperti temannya. Ya biarpun ya hasilnya kalo ulangan kadang-kadang kalo baca soal ya kalo ndak tau ya di kan pasti tanya pendampingnya. Makanya, N itu amat tergantung dengan pendampingnya, bahkan kalo nulis aja, baca di papan tulis itu selalu minta tolong pada pendamping, itu apa. Ya, tanya maksudnya.
Lalu pendampingnya ya menerangkan maksudnya gini. Padahal anak-anak, teman-temannya tidak usah Tanya pada saya sudah tau maksudnya kalimat itu, tapi ya kalo N ya harus di..beri penjelaskan dari pendampingnya.
Dampingi okeh Tapi kalo menurut Pak P sendiri autis sama hiperaktif itu sama gak Yaa, kalo... pak? kalo hiperaktif beda ya, karna ada anak yang tidak autis tapi Mempunyai ciri sama gak? juga hiperaktif. Kalo hiperaktif kan biasanya dalam gerak fisik ya, gerak fisik tapi belum tentu dia itu autis. Karna pengalaman saya dulu mengajar di kelas II juga ada yang sukanya hiperaktif ya, dia tidak bisa duduk, dia itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128
Jalan.. Emmmm, Ohh gitu, Maksudnya,… Dua-duanya itu eee apa pak?
hanya jalan-jalan , tapikan itukan bisa di..di atasi dengan hukuman. Dia akan menyadari dan diaaa akan mee…instropeksi diri dan membatasi. Wes, contohnya saja di kelas saya Orva. Orva itukan di kelas aktif jalan, di kelas II juga jalan, suka jalan, tapi aktifnya dia kan hanya jalan dan ingin bicara toh. Tapi dengan kejadian ee,, dengan hukuman mereka kalo ee karna dia itu tau maksudnya mengapa kok saya itu di hokum. Ooh, saya di hukum karna saya itu banyak jalan. Makanya biar saya tidak di hukum berarti saya tidak jalan dan dia sekarang udah berkurang itu kalo hiper..hiperakif ya itu bisa,bisa. Tapi kalo autis itu dua-duanya bisa timbul. Iya. Misalnya gini, dua-duanya eeee bisa timbul gini, N itu kadang-kadang kalo jenuh di kelas dia kan keluar, jalan keluar tanpaaa bilang pak, bu maaf ma..ma..mau keluar mau apa. Biasanya anak-anak kalo keluar itukan selalu bilang mau kebelakang, mau rautin, mau buang sampah, tapi Noco ya cuek aja seperti di..di… apa di kelas, di depan kelas itu tidak ada gurunya, ya jalan. Biarpun saya baru menerangkan, yaitu ciri orang autis dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129
saya, saya juga omong-omong dengan pendampingnya kok seperti… Iya, dia hanya mengiya. Ya memang N seperti itu, itu ya memang… Apa lagi itu ciri autis seperti itu, iya memang seperti itu. Kadang-kadang timbul seperti itu, keaktifannya ya keaktifan dia gerak. Eemmm, Berarti eeee, ee hiperaktifnya itu lebih di lihat dari psikomotoriknya? Kalo autisnya? Tapi timbul, Duanya… Oke. Tapi menurut Pak P sendiri melihat N itu lebih ke yang hipernya saja… (pembicaraan dipotong oleh guru) Atau… Berarti… Ooooohhh, contohnya apa Pak? Ohh yang banyak itu, Oooww, He,em, Eeemmmm,
Iyaaa, psikomotoriknya. Dia dia.. Autisnya kan sebenarnya juga sama juga, istilahnya dari… Tapi lebih timbul kee… ke… Iyaa.. Dua-duanya.
Kalo saya melihat dua-duanya, tapi ya kadang-kadanng leb….bih menonjol ke autisnya kelihatan sekali Yaa tadi itu. Iya, iya pokok men pelajaran yang selalu dia suka Cuma tiga ya Matematika, Bahasa Inggris, TIK. TIK aja kalo di kasih teori dia marah. Yang namanya komputer itu harus berhadapan pada..tidak semua pelajaran komputer harus di komputer kan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130
Iyaa..
Mungkin ada nulisnya dulu kan untuk menulis perintah atau untuk anak mengetahui, oh ini bagian ini, fungsinya untuk ini kan. Ya memang alangkah baiknya juga dengan praktek kan, tapikan yang namanya apa… menulis itu kan juga perlu biar anak tau maksudnya apa.
Okeh. Kan tidak semuanya punya buku. Iyaa Okeh. Berarti bapak melihat N itu cara pa.., e apa persepsi bapak terhadap N Iyaa. ya anak itu lebih ke itu sssttttt…. ke…? Iyaa.
Eeemm,, Eeemm,,
Tenang? (sambil tertawa) Menggambar sendiri.. Oke.. oke Iya..
Lebih ke..kalo saya ke autis ya. Ya memang kalo aktifnya kan tidak semua bisa opo, bisa timbul. Kan timbulnya saat keinginan dia, ya kan. Dia itu mau apa, ya itu baru keaktifannya dia. Kalo ndak yaa bisa aja satu hari itu duduk. Tenang. Tapi yaitu sambil dia asik dengan menggambar. Iya, itu itu. Contoh aja olahraga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131
Okeh.
Eeeemm,
He,emm
Saya amati dari jauh itu, dia itu yaa jalan sampai dia itu cape. Makanya setelah pelajaran olahraga PJOK itu kan da 2 jam, itu untuk mulaiii…. Temaa… Mulaii.. E pertengahan tema 2 sampai tema 3 nanti 4 ini, itu tidak akan pernah saya kasih materi. Karna kalo saya materi wuaahhh, nanti yang namanya N akan membuat kisruh kelas dengan ngamuk Kan dia teriak-teriak kan merasa badan cape. Makanya saya mengambil kebijakan yaitu di buku tema itu kana da kegiatan yang berhubungan dengan PJOK. Kalo misalnya PJOK nya itu permainan, kan..kan kadangkadang oleh guru olahraganya ndak, tidak di ajarkan. Nah, itu saya ambil untuk bermain. Contohnya lompat tali seperti tadi, teruusss apa eee bentik ya kalo di Jawa bentik, tapi kalo di buku tema itu permaianan kayu malele dari Papua itu kan. Nah, itu kan hanya untuk mee…biar situasiii..kelas itu bisa mempraktekan apa yang berhubungan dengan materi. Kalo saya kasih materi, biasanya ya berhubungan dengan SBK, seni budaya misalkan nyanyi, lalu ee apa keterampilan ya melipat atau menganyam, lalu meng..menggambar. Jadi berhubungan-berhubungan yang tidak banyak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132
Eeemmmm,
Okeh.
men..menguras atau dengan pikiran. Karna kalo dengan pikiran pengalaman saya tema 1 dan tema 2 pertengahan itu yang namanya N pasti akan selalu membuat ulah. Kan ternyata dia cape..cape..cape.. Nah, dengan teriakan cape dia akan memancing bagi anakanak yang..yang bermasalah. Iya.
Tadikan bapak bilang cape, kalo cape terus dia buat ulah gitu pak? Berarti kalo di lihat dari apar e apa pernyataan bapak tadi itu lebih Yaitu… kemananya pak? Yaaa, tampil aktifnya itu aktifnya. Jadi, dia tidak menginginkan eee kan dia tidak suka kan dengan melihat pelajaran itu, maka dia cape. Hiperaktifnya apa ke…. Ya kalo pas baik dia hanya tidur saya ndak masalah. Oooohhh, Lebih baik saya, temannya Pak N tidur. He,em Saya biarkan aja, udah biarkan. Saya selalu bilang dengan opo, pengaw e pendampingnya kalo N tidur biarkan aja udah. Dari pada di bangunkan nanti marah.. Pernah pak? Iya, sekali itu pernah tidur saya biarkan udah. (sambil tertawa) Ndak masalah ya, karna memang ya namanya olahraga kan N Ooowww, tidak focus pada pelajaran olahraganya, tapi asik dengan Okeh. dirinya sendiri jalan-jalan. Ohh gitu, Lainnya pada baris ya dia jalan-jalan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133
Eeemm, Okeh. Ya berartikan lebih ke..ee autis. Berarti harus main mata ya pak?
Ooohh, gitu.
He,em. Eemm, Terus? Ohhh, (sambil tertawa) Ooww,
Eeemm,
Suruh baris ya ndak bisa, karna memang, memang yang ada di pikirannya bukan sesuai dengan keinginan mereka ya seperti itu. Iya. Autisnya kan gambarannya jelas kalo, kalo orang autis kan diatur kalo tidak sesuai dengan keinginannya yoo ndak bisa. Beda kalo dengan orang normal. Iya, main mata. Perintah kita harus main mata itu aja kalo dia menolak itu pasti dengan teriak, dengan nangis yaa. Jadi dia itu mau menerima, tapi dengan terpaksa. Ya contohnya aja konkreat yang namanya udara panas,gerak, kita harus apa? Kan nyalain kipas angin toh? N ndak boleh. Ndak boleh. Lah akhirnya ya anak-anak kan ribut. Anak-anak ributkan. Pak ndak nyaman, panas, saya ndak bisa konsentrasi. 133akan? Tapi N ndak boleh, ndak boleh nyalakan. Akhirnya saya ya, saya dengan N sama..pendampingnya akhirnya suka bentrok kan. Bagaimanapun juga saya juga akan e opo, me..mengurusi anak yang paling besar, saya ndak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134
Oke, Pak.
akan mau ngalah dengan hanya anak satu itu. Kalo memang suruh keluar yaaa, saya kalo ndak mau atran bapak ya pulang kelar gitu aja dan itu sudah kalo memang dengan opo pendampingnya seperti itu. Dan pendampingnya, yaitu memang baik. Memang harus seperti ditegaskan aja. Kalo dia melanggar aturan di suruh keluar atau… Kalo memang kalo ada mamanya malah panggilkan mamanya aja sekalian. Itu sudah dia N akan berteriak-teriak. Ya, berarti e bapak bisa menyatakan N mengalami autis dari semua Iya. tingkah laku yang dia tunjukan gitu? Tingkah lakunya. Ya udah makasih ya pak…. Ya memang, yaa… itu yang di sebut dari pengamatan, tapi dari psikiater kan bisa beda. Iyaa, he,eh.. Kan kalo yang… ya ini kan menurut dari bapak, pandangan bapak.. Sudah punya datanya toh? He,emm Kan sudah memang menunjukan itu toh, ke arahnya itu . . . . Ya sudah makasih ya pak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135
Lampiran 3.2 Transkrip Hasil Wawancara Guru Pendamping Waktu Pelaksanaan
: 29 Oktober 2014
Pukul
: 10.00-10.33 Pertanyaan
Sebelumnya namanya mas siapa ya? lengkap? Usianya berapa mas? Mas itu bekerjanya di… Tepatnya maksudnya ada di… Ohh gitu… Yang ngelesin gitu ya mas, ya bukan? Bukan yaaa? Oooohhhh gitu, oke. (menanggapi pernyataan dari mas P)
Jawaban P, PP 25 tahun Saya di pendampingan……pendampingan anak sih pendampingan anak Lembaga, lembaganya lembaga kumon Kalo ngelesin sih….. Cuma pendampingan sih saya lebih ke pendampingan
Eeem, yang pasti saya punya kepentingan. Gini, eeeeee saya mau nanya. Eee aa apah ada keperluan apa mas kok saya Kepentingan saya pendampingan untuk anak, ee waktu PPL di sini melihat mas gitu di SD ini gitu ada keperluan apa? ngelindungin anak, eeee kemudian untuk apa yaaa untuk meng…. mengcover seorang anak demi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136
Ooooohhhhhh gitu…. Pendampingan terhadap siapa mas?
kebaikan anak Gitu sih, lebih yang pastinya sih saya lebih mendukung perlindungan anak, perlindungan anaknya. Pendampingan terhadap N anak sekolahan sini
Emmm yaa oke… berarti tadi mas bilangkan lebih mengcover atau lebih mendampingi N. Oke. He,eh pendampingan N untuk perlindungan N
Awalnya itu bagaimana kok bisa menjadi pendampingnya dari N?
Eeeeee, awalanya sih saya dari ee dari pihak orangtua pihak keluarga bercerita kondisi di sekolahan gitukan. Eeeeeee kemudian karena kebutuhan di sekolahan harus ada pendamping, ee dari beberapa kasus yang terjadi kemudian e pihak sekolahan ataupun orangtua itu menyarankan gitukan adanya pendampingan kemudian kemudian saya diberitahn, kemudian saya selanjutnya mengiyakan untuk bisa mendampingi N ini di sekolahan gitu.
Ohh gitu, berarti pihak orang….pertama dari pihak sekolah yang membutuhkan orangtua orangtua Ooohh, orangtua yang disuruh oleh pihak sekolah untuk mencari Orangtua, pendampingan untuk mendampingi N? Iyaaaaa…
Iyaaaa
untuk
mecari
pendampingan.
Eeeeeeeeee, kalo … Kalo keb ee N ini hiperaktif, digolongkan sebagai Apa yang sebenarnya dialami N sih mas kok bisa mendapatkan anak hiperkatif yang dimana ee tingkat emosionalnya pendampingan khusus gitu? masih labil. Jadi kontrol emosinya bagi si anak belum mampu di kontrol sendiri dan masih mempunyai ee
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137
emosional kemudian punya dunia sendiri dalam fikirannya, sehingga untuk ber..ber..bersosialisasi dengan teman-temannya masih harus dibimbing. Oke sosialnya masih kurang ya? Iya Eee, kan tadi mas nya bilang bahwa N itukan dikatakan anak hiperaktif ya? Hee,emm Buk… Eee kalo untuk contoh ee satu si anak e dan imajinasinya itu ini mempunyai e daya khayal tinggi, imajinasi tinggi dan imajinasinya itu sangat mempengaruhi dia untuk mempengaruhi si N ini untuk Adakah hal atau contoh yang memperlihatkan bahwa anak itu tuh si N itu spotanitas bergerak tanpa disadari dan itu membuat benar-benar mengalami hiperaktif? Buktinya ee ada contoh realnya? orang-orang yang disekitarnya merasa e kenapa gitukan, merasa kenapa kemudian merasa saya salah apa, padahal secara spontan N ini bergerak karena dunia khayalya itu. Iyaa Emmmm…… Ada contoh lain gitu mas? Kalo hal lain lebih cenderung ee melihat barang yang sebentar mas (sambil berjalan menuju kearah pintu) memang dia sukai dan spontanitas lagi si anak ini Tadikan mas nya bilang e esi N ini punya daya imajinasi tinggi ya yang langsung mengambil dan itu ee inilah suatu gejala mempengaruhi dia menjadi hiperaktif bergerak kesana kemari? hiperaktif yang tiba-tiba dia harus mengambil Terus ada yang lain yang mungkin,,,, sebenernya dia tidak ingin memiliki, namun hanya ingin melihat. Hanya ingin melihat? Hanya ingin melihat saja Tapi nanti ujung-ujungnya dikembalikan? Dikembalikan, tapi tanpa eee kalo secara yang ee Ooooohhhhhh,, anak-anak yang biasa itu pasti saya dengan sebutan panggil nama ee apa meminjam, kalo si N itu langsung jadi spontanitas tanpa meminta tanpa eee apa ya, saya pinjam dulu tidak dengan kalimat…
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138
Iyaaa tidak dengan ijin, dengan spontanitas. Iyaaa, seperti itu. Ijin…. Kalo sebagai contoh yang tadi itu ee saat pendampingan terkadang bukan terkadang, tapi e Gini, masnya kan tadi bilang bahwa anak itu ya daya imajinasinya tinggi dan seringkali seringkali setelah melakukan aktivitas, lain-lain. Nah, atas dasar apa mas nya kok bisa memberikan contoh seperti itu melakukan aktivitas dia belajar kemudian dia harus ee bahwa N itu hiperaktif? si N ini membayangkan bahwa dia menonton film kartun. Eeeeeeee, seperti avenger, seperti dora, jadi dan selalu didalam benaknya dia berbicara dengan film-film itu dan dia menokohkan salah satunya kadang kala seperti itu. Pernah, seperti dora. Dia menokohkan dora, kemudian ee menyebutkan ee apa ya namanya ya di tokoh itu film itu gitukan. Eee Dora ee memanggil temannya si siapa yang namanya cowo itu yang temennya dora yang Contohnya pernah? kemudian manggil itu, tapi dengan dirina sendiri jadi tidak dengan lingkungannya. Jadi dengan dirinya sendiri ketawa sendiri. Ooowwhhhh, gituu…. Iyaa berbicara sendiri, mengkhayalkan bahwa dirinya Ohhh, ketawa sendiri, berbicara sendiri? merupakan salah satu tokoh disitu, seperti itu. (sambil ketawa mendengar cerita) Dan kemudian kalo ee saat dia menyukai barang seperti tokoh-tokoh itu dia akan menyukai dia akan melihat, dan dan dia menyebutkan tokoh itu dengan baik, tidak ada ee satu halpun yang salah, dengan baik dia sebutkan walaupun dia dengan berbahasa inggris,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139
karena bahasa inggrisnya cukup baiklah kalo dibilang seperti itu. Eeeeee,ada hal atau mungkin kan tadi dari contoh saja ya mas disitu ee mas Kalau,,, data atau hal yang memang apa ya yang saya nya melihat karena mendampingi N selama pembelajaran. miliki saya belum ada data karena saya hanya sebagai Apakah ada hal lain yang memperkuat pernyataan N bahwa N mengalami pendamping dan saya mengalami. sedikit kelainan khusus atau kebutuhan khusus gitu? eeee kalo data secara real itu kepada ke orangtua sih Gitu okeh… ataupun ataupun dengan yang psikiaternya seperti itu. Kaaallloooooooooooooooo……. Flashbacknya sih, Sesungguhnya gini apa yang membuat N itu bisa seperti sekarang punya kalo saya certia dari kedua orangtuanya ee satu kebutuhan khusus hiperaktif ini? gejalanya adalah si N ini baru umur 1,5 tahun sampai Mungkin sedikit,, 2 tahun baru bisa bicara. Yaaaaa kalo di istilahya kami sih …. 1,5 tahun sampai 2 tahun sekitar itu baru bisa bicara. Telat ngomonglah kalo dibilang dengan bahasa saya telat ngomong. Satu berapa? Dari situ eee gejala-gejala itu muncul dengan ya akhirnya di..dalam lingkungan keluarganya diberikan suatu tontonan-tontonan yang artinya e emosonalnya kemudian tidak stabil gitu loh. Ohh gitu, Iya, seperti yang ee dengan gadgetlah istilahnya gitu. Oke. Kalooo keturunan itu belum, ee kalo keturunan ndak ada cuman karna gejala…. Berarti faktor dari pihak keluarga, maksudnyaa.. kalo yang e makanan eee itu pasti ada karna beberapa konsumsi yang diberikan e sewaktu kehamilan Oohh gitu…. mamahnya pun ee saat bercerita mamahnya pun juga mengkonsumsi yaa, seperti seafood kemudian yang pokoknya hal-hal yang sebenarnya untuk kehamilan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 140
tidak boleh dan harus porsinya tidak banyak e mungkin kelebihan seperti itu bilangnya dari mamahnya seperti itu. Iyaaaaaaaa……… Berarti pernyataan masnya ini dikuatkan oleh pernyataan dari Ibunya yang Iyaaaa, iyaaa, yaaa, yaaaaaaaaaa…….. seperti itu. menjelaskan bahwa waktu hamil suka makan-makanan junkfood gitu? Tidak ada kalo secara, kalo riwayat dari iyaaa riwayat hidupnya seperti mamahnya bercerita tidak ada e yang mempunyai e apa namanya gejala seperti ini tidak ada dan kalo mamahnya bilang seperti itu tadi karena Riwayat hidupnya (saat menanggapi pembicaraan mas P) kebutuhan yang pas kehamilan itu aja. Saya sih tidak mengetahui secara pasti karena ee Mungkin dari gak ada faktor lain ee selain keluarga mas? Keluar, keluarga keterbatasan saya untuk e berkomunikasi apa untuk inti gitu selain keluarga inti tidak ada? menelusuri pun saya tidak tidak tidak berani untuk hal seperti itu. Iyaaaaa, sudah cukup lama.. sampai sekarang. Ohhh, berarti … Mungkin dari kedua orangtua gak ada yang mengalami keturunan gitu mas?
Berarti eee sudah lama ya N itu mengalami ini? Berarti dari usia 1,5 tahun sampai sekarang dan itu nanti e biasanya kalo anak hiperaktif kaya N itu bertahan,,,,, eee maksudnya itu bukan bertahan, ee di usia dewasa nanti apakah akan berhenti sekolah dipertengahan atau ? Iya.. Ohh bisa? (menanggapi pembicaraan mas P)
Eeee, gejala…gejalanya ini atau… (sedikit tersendatsendat) Kalo gejalanya ini bisa diantisipasi. Iyaa sangat bisa sekali, tapi memang harus membutuhkan waktu cukup lama. Karena kontroling dari, ya itu tadi kontroling dari satu keluarga orangtuanya kontrolingnya itu harus dari makanan, kemudian dari e tingkah laku, dari sosial dia harus diperkenalkan dengan lingkup sosialnya. Kemudian kalopun di sekolahan ya harus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 141
Oke, eee Perilaku kan tadi kan masnya bilang dari sejak satu setengah tahun sampai dua tahun awalnya itu sulit berbicara hanya itu saja? Terlambat (menambahkan pembicaraan dari mas P)
Nah itu tadi pihak dari orangtuanya sendiri, ya khususnya keluarganya keluarga besar dari ee N itu me… apa sudah menerima atau memahami keadaan dari N yang seperti sekarang belum?
Oke. Eeeeee disini bagaiamana ee mas P itu tau jika orangtua atau dari pihak kelarganya itu sudah tau atau menerima keadaan N?
memang salah satunya memang ada pendampingan seperti yang mungkin karena itu nanti akan menjadi solusi antisipasi yang membuat si anak eee tidak merasa benar sendiri, karena pada saat ini egonya, emosionalnya, egoisnya masih tinggi sekali dan dia merasa ini yang paling benar bagi dia, tapi apabila ada memang yang bisa diarahkan dari orang yang lebih memahami itu akan menjadi eeee lebih baik lagi dan akan kembali seperti semula normal. Sulit,,,, eee kalo dibilang sulit e apa ya telat ngomongnya jadi bukan sulit, tapi telat, terlambatlah istilahnya. Iyaaaaaa, keterlambatan disitu. Kalo faktor lainnya, ee setau saya masih itu karna dari informasi yang diberikan mamahnya itu, hee,eehh iyaa…. Sudah memahami, sudah sangat memahami.. memahami dan menerima kondisi.. Ee maka dari itu e kedua orangtuanya pun juga memberikan ee pendampingan gitu kan. Jadi menyadari bahwa ee ini anak mempunyai ee kelebihan istilahnya, kelebihan yang memang harus dikontrol dan e demi perlindungan si anak itu sendiri dan lingkungannya. Eeee, setau saya setau saya karena ee beberapa kali dengan konsultasi dengan saya dan e pihak yang lain itu merasakan saat ini sangat lebih baik daripada sewaktu dia masih TK, karena sewaktu TK e masih masih .. apa ya merasa bahwa anaknya ini seperti anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 142
Dia lebih ikut terapinya terapi emosional?
Itu berapa? masnya tau tidak, berapa seminggu sekali terapi? Ohh seminggu dua kali, dimana itu mas? Ohh gitu, sama mas nya juga? Oooohhh , beda terapisnya yaa? (menanggapi jawaban mas P)
Kalo masnya kan udah mendampingi N berarti berapa lama, satu bulan ada? Ooooooooohhhhhhhhhh,,,,
biasa normal, tapi e dalam jangka waktu ang memang sudah berlalu ini sudah mengetahui gejala-gejala karena ada informasi-informasi yang dari luar dan itu membuat orangtuanya membuka mata ini yang terjadi dan si N ini adalah spesial bagi keluarganya. Dan saat ini masih ikut terapis juga kok, masih ikut terapis untuk terapi apa emosional. Iyaaaaaa, terapi emosional saja untuk meredam emosionalnya eeee awalnya memang di teriak-teriak, kemudian dia bentak-bentak, kemudian dia marahmarah dengan tidak ada sebab apapun. Kemudian sewaktu e selama setahun lebih ini ikut terapis dan kondisinya cukup baiklah. Iyaaaaa, seminggu dua kali. Iyaaaaa, seminggu dua kali. Di kota gede. Enggak, enggak…. eeeeee beda beda, beda terapisnya. Iya Sayaa kaloo.. eeee 2 bulanan kalo untuk mendampingi, tapi ya kalo untuk bertemu ataupun untuk tatap muka itu saya ketemu dengan N lebih dari 1 tahunan, 1 tahun. Iyaaaa, saya lebih lebih cukup lama lah bertemu dengan N setelah TK ee ya setelah TK. Ee yaaa hamper 2 tahun saya ketemu N, eee dia karna ikut kumon kemudian saya bertemu. Dari situ kemudian mamahnya banyak cerita hal yang kebutuhan N seperti apa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 143
Cukup lama. Eeeee, berproses belajarnya si N N itu cukup baik saya kira, cukup baik apabila tidak ada yang eee mengganggu. Kadag kala e si N ini di kelas tenang dengan pelajarannya dia tenang, kemudian ada memang e dan temannya yang yang… sedikit bergerak kemudian spontanitas tadi karena setelah dia Oke, tadikan sudah lama ya mas 1 tahun? mengerjakan atau dapet tugas dari guru dia cepat Gimana kalo misalnya di kelas itu bagaimana mas, berproses selama sekali dengan tangkas dia mengerjakan. belajarnya itu gimana? Eeeeee dan saat itu pasti ada pekerjaan lain yang memang dia harus kerjakan apa, kemudian dia punya imajinasi satu menggambar, kemudian dia dengan imajinasinya sendiri dia berkhayal kaya gitu. Kemudian spontanitas apabila ada temannya yang lewat ya dia spontanitas bergerak gitu kan, tapi itu terkadag tapi pada saat saya dampingi ya dia dengan tenang sih. Berarti anak itu bisa dikatakan bisa mengikuti pembelajaran dengan baik? Baik-baik dengan pembelajaran sangat baik. Satu mengikuti pelajarannya itu nilaianya cukup baguslah di atas rata-rata. Kemudian dengan Eeee maksudnya baik itu seperti apa mas? pendampigan ini, apah namanya.. perintah guru pun diterima. Sebelumnya saat dengan mamanya saya kurang tau ee apa namanya ee memang harus dikontrol. Kalo pada Sebelumnya tidak? saat ini yang memang ada pendampingan cukup terkontrol dengan pembelajaran dengan perintah guru. Berarti N bisa mengikuti pembelajaran, hanya saja ketika kalo kemaren saya eeeeeeeee,,,,,, melakukan pengamatan N kok sempat memberontak gitu? Apa yang itu bukan pembelajaran, bukan saat pada belajar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 144
mengganggu pembelajara dia?
terkadang karena dia sudah selesai kerena dia sudah selesai, kemudian dia mau ngapain tidak ngapangapain, yaitu tadi dia berkhayal kemudian dia menggambar, kemudian disitu kalo memang ada barang kotor yang memang dia ingin membersihkan. Kalo kemaren yang memang sempat dilihat itu adalah oooooooooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhh penghapus yang sempat kotor yang kemudian mencuci, dalam artian mencuci itu ternyata dia hanya ingin main air gitu.. Jadi hanya untuk alasan saja dan disitu memang kalo memang diingatkan eee si N jam berapa harus seperti apa jadi dia menjadi kebisaan karna dari awal kemaren-kemaren mungkin dijadikan, diiyakan, pak saya mau ijin “iya, iya”. Dari situ jadi kebiasaan N apabila itu dari awal sudah diantisipasi ee diberikan patokan waktu si N pasti tidak akan melakukan. eeeee eeeeeeeeeee, kalo perubahannya lebih baik sekarang Bagaimana perubahan emosinya sekarang? dari yang ee menggebu-gebu, setelah ada Dari yang mungkin mas kenal sebelumnya sampai yang sekarang menjadi pendampingan e cukup mereda, tidak menggebu-gebu pendampingnya N di kelas dua ini emosinya. lagi mampu diantisipasilah. eeee, kalo misal di kelas sendiri perubahan emosinya apa? Eeeee katanya kan Saya kira tidak. apakah pernah menyakiti dengan emosinya dia yang mungkin udah bosan eeeeeee, untuk menyakiti ataupun apa namanya dengan pembelajaran di kelas mungkin menyakiti temannya atau? menjahili seperti itu pada temannya saya kira tidak, karena eee si N ini cenderung memang lebih ke Iyaaa (menanggapi cerita dari mas P) khayalannya ke menggambar. Apabila dia tidak digoda atau tidak diganggu yang lain dia tidak akan berontak. Ya contohnya kadang kala ee
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 145
Tadi masnya kan bilang kalo misalnya contoh ketika baris gak hanya baris sih saya pernah melihat di cubit pipinya, dipegang-pegang terus digodagodain, nah itu apakah N emosinya langsung berubah dengan anak-anak yang gangguin dia atau gimana? Yang tadi tenang-tenang saja…
Eeee, kayak tadi banyak temen-temennya yang ngrubungi N kan punya
saat berbaris gitukan, eee pipinya di pegang-pegang, kemudian di goda-goda, kemudian dari hal-hal seperti itu ee si N kadang tidak nyaman. Ee tapi kan namanya anak-anak ya tidak mungkin akan selalu selalu ndak boleh ndak boleh, ee tidak cukup baik juga biarkan bersosialisasi untuk berkembang cuma e pembatasannya dan terkontrolkontrol pada si anak lainnya bisa. Gitu aja sih.. Kaloooooo,,,,,, iyaaaa Berubah pasti karena karena saat itu apah N itu tetep dalam dalam kondisi yang tidak ada kegiatan dia pasti berkhayal. Di difikirannya ada sesuatu yang memang kita gak tau dia diam-diam berfikiran apa. Kemudian ee temannya datang kemudian berkumpul seperti itu eee dia menyapa N, kemudian memegang pipinya N kadang kala saling memeluk, tapi kadang kala dengan pelukan yang terlalu banyak kadang kan temantemannya memang satu dua orang yang memeluk, kemudian ketika temannya datang berrombongan kemudian memeluk semua, dia merasa tidak nyaman dan memberontak emosinya, kemudian ee apa namanya meluap tapi cuma saat itu saja, setelah itu ya tidak apa-apa karena temannya juga sudah pergi masing-masing dijalan ya biasa, tapi dengan masih mempunyai pikiran yang lain. Dia jalan ataupun yang lain di masih dia ee apa namanya tetap punya punya khayalan sendiri. Dan dan itu tidak bisa dialihkan. Dia kalo di… kalo banyak gitu dia mendorong agar ee
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 146
khayalan, jadi ketika N merasa tidak nyaman dia akan memberontak, Apakah lepas dari N, karna mereka banyak yang memeluk memberontaknya akan melukai dirinya sendiri atau melukai temen-temen kemudian dia karna karna banyak mungkin berfikiran yang memeluknya itu atau…? disitu kemudian tangannya bergerak, kemudian ya lepas semua dan setelah itu tidak. Kalo menyakiti diri sendiri tidak atau menyakiti orang lain tidak. Cuma kadang spontanitasnya tadi, ada barang apa yang memang anu tidak sengaja ataupun memang bercanda tapi e ikarna kondisinya N seperti ini orang berpikiran lain bahwa dia melukai, tapi padahal tidak. Kemudian ee, kadang kala nco itu juga merasa kesal dengan dirinya sendiri gregetanlah istilahnya seperti itu kesal dengan dirinya sendiri. Eeeee kan pas posisi memang eeee khayalannya itu berubah, berfikirnya berubah kemudian dia kesal sendiri dengan gregetan e kemudian (nada terdengar terbatah-batah) dan itu pun memang harus di antisipasi agar tidak tidak meledak gitu kan, nah satu dengan pelukan ataupun dengan sapaan yang buat dia nyaman. Eeeee, bagaimana tindakan mas P ketika melihat N itu tidak mampu Saya peluk. mengontrol emosinya? Saya peluk, saya bisikan, saya berikan bisikan yang memang buat dia nyaman. Beri pelukan. Iya, mengingatkan ada apa N, gimana N seperti itu dan Bisikan seperti apa maksudnya, mengingatkan? dia akan merasa nyaman. Okeh. Terus hasilnya dari itu apakah langsung,,? (pertanyaan belum selesai Iya, langsung meredam. Emosinya lagsung meredam langsung dijawab) eeeee dan dia merasa saya nyaman. Dengan emosi yang tidak stabil tadi bisakah N itu eee maksudnya langsung Bisa. jadi e emosinya dia tadinya tidak stabil terus langsung bisa normal kembali? Dengan… dengan iya berinteraksi lagi karna…. Dan terus bisa berinteraksi dengan temannya? Mudah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 147
Ohh, berarti ini yaa mudahberubah sekali.
Oohh, belajar dan main?
Oke. Contoh kalo misalnya di kelas apa mas? Kalo e emosinya tadi itu loh mas berinteraksi, dari emosi langsung dalam waktu sekejap bisa berinteraksi lagi dengan yang lain, pernakah mas mejumpai itu?
Oohh gitu? Kalo dinasehati dengan buku lain bisa menggambar langsung emosinya bisa meredam? Oke, terakhir ya mas. Eeeeeeee selama menjadi pendamping N, motivasi apa yang selalu diberikan kepada N sehingga N itu bisa memahami instruksi, bisa memahami semua nasehat dari keluarga maupun pendamping, maupun psikiater. Motivasi apa yang mas nya berikan?
eeeee saat dia emosional kemudian di emosioalnya itu kita redam dia akan kembali seperti normal kembali seperti biasa, tapi kemudian kalau apabila ada hal yang memang emosinya tinggi lagi ya seperti itu. Jadi ee tidak terduga, karna eee di kalo saya liat ee cuma apa ya namanya dia mempunyai dua dua hal difikirannya , dia belajar, dia main. Karna….. Iyaa, belajar dan main. Karna tingkatan umurnya kalo dibilang sekarang umur tujuh tahun dia berfikirnya dia masih lima tahun. Eeeeeeeeeeeeeeeee, itu posisi dia kehilangan apa bawaannya buku gambar atau bawaan bukunya tidak ada kemudian ee dia marah gitukan. Dia marah dia kemana saya perlu buku ini. Dia marah kemudian ee saat ditenangkan ee pake buku lain dan diberikan e perintah yang memang sama bukunya dan dia merasa tenang. Yaa, jadi untuk berontaknya kemudian untuk emosionalnya yang tinggi tadi kemudian meredam seperti itu. Iyaaaaaa, iyaaaa….. Iyaaaa, yaaa. Kalooo,, eheemm (sedikit batuk) saya motivasinya sih.. Iyaa. Kalo motivasinya eeeeeeeeeeeeeeeeeeee kemandirian biar N bisa mandiri, N bisa menjadi hebat, N jadi anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 148
Yang di kelas aja.
baik. Itu seperti itu sih yang memang yang pasnya yang paling seneng dia, N jadi hebat. N mau jadi hebat, pasti hebat Iyaa, dengan bahasa yang memang bagi dia kalimat itu Ooo giru.. oke buat saya buat N. Kata hebat itu sangat melekat Hanya dengan perkataan itu ya? banget dengan dia. Kalo dia sudah selesai menyelesaikan pekerjaannya dia em ee di perintahkan untuk menulis yang ada dipapan tulis, kemudian kadang kala kan kalo dia tidak ee tidak sesuai dengannnnnnnn harapannya dia dengann yang ditulis dia hanya seharusnya sepuluh Contohnya apa mas, di kelas mas misalnya? tapi dengan gurunya ada lima belas soal dia akan marah, tapi apabila dia bisa menyelesaikannya N hebat N coba bisa jadi anak hebat gak, jadi anak hebat kan jadi lima belas dan diacungkan jempol dia akan jadi cukup baik. Kalo masalah belum selesai kalo dia e se…setau saya selesai dia pasti akan selesai, Cuma kadang kalo dia terlalu banyak, terlalu banyak dia harus tulis dia akan Kalo e pengamatan saya gitu ya mas dan dari e mas nya sendiri pernah cerita marah. Karna e dia merasa mungkin e e apa tidak ke saya. Kalo misalnya di kelas gitu ya, e misalnya ada guru kelas menulis terbiasa gitukan untuk coba tulis…. gitu, tapi ketika N belum selesai atau belum ini langsung dihapus kaya gitu? Jadi ee kemaren saya juga konsultasi dengan Pak P sendiri dengan wali kelasny sendiri, ee Pak P sudah mengetahui gejalanya jadi tidak memberikan point kepada N entah itu mau oh sekarang lima belas ya, Ooooooooooooooooohhhhhhhh…… tidak. Tapi nanti dulu paling enggak Pak P sudah mengetahui kondisinya dan tidak memberikan point
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 149
berapa nomer yang dia harus tulis, gitukan. Terserah nanti e dia mau seandainya pas sudah-sudah sepuluh ya diem dulu, kemudian baru dia menuliskan kembali kemudian dari situ N mengikutinya. Karna kadang kala yang dipikirannya kalo itu ya itu dan ya itu tadi egonya tinggi, jadi kalo eee tidak sesuai dengan dia, dia marah. Makanya tadi dari situ ee sudah ada gejalnya yaa paling gak dipahami. Karna menulisnya N pun juga e artinya temponya juga cukup baik, cuma memang tulisannya hanya saya kira memang harus perlu-perlu latihan seperti itu sih.
Nah, mas nya kan sudah mendampingi N gitu yaa. Pembelajaran apa sih yang sekiranya itu paaaaling dia suka? Gambar berartiiii… Ohh gitu,
Eeee dari, kenapa mas nya bisa bilang gitu? Apakah dari nilainya yang bagus, nilainya yang tinggi terus atau bagaimana?
Kakek?
Gambar. Gambar, bahasa inggris, matematika itu yang paling dia sukai. Iya. Ka…. eeeeeee, kalo nilai sih saya tidak terlalu berfikir kesitu karna itu plus nya aja. Kaa…. Penilaian saya dia cenderung skillnya. Saya mencoba untuk skil nya agar emosionalya juga e terkontrol dengan seperti itu. Dia dengan berhitung riwayatnya sih kalo berhitung dari kakeknya, eee kakeknya jago dengan matematika. Saya kira itu. Iya kakeknya jago matematika dia dosen kalo ga salah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 150
dosen matematika. Kemudian e papa nya itu staf danamon, staf bank cukup lumayan lah dibilangnya.
Masih sampai sekarang?
Ohh gitu.. Ya oke, terimakasih mas sudah menyisakan waktu...
Masih kalo papa nya masih di bank. Eee kemudian eee skilnya dia menggambar dia deng… menggambar yang memang dia sukai dia cukup bagus dan bahasa inggris karna riwayatnya dari dulu sudah didengarkan film-film kartun yang berbau bahasa inggris. Jadi dalam fikirannya pun juga itu dan cara ngomongnya pun kadang logatnya logat bahasa Inggris gitu. Skillnya sih yang saya nilai. Oke, okee…
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 151
LAMPIRAN 4 STUDI DOKUMEN (Nilai Raport)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
152
Deskripsi Studi Dokumen (Nilai Rapot) Pada penelitian ini selain menggunakan observasi dan wawancara peneliti juga menggunakan dokumen untuk melengkapi data-data yang telah terkumpul. Dokumenyang dimaksud peneliti adalah nilai rapotsiswa yang mengalami GPPH dari kelas I semester 1 dan semester 2 hingga nilai UTS kelas II. Berdasarkan nilai rapot yang telah N peroleh terlihat bahwa saat kelas I baik di semester 1 maupun semester 2 nilai-nilai N cukup baik, yaitu berada di atas KKM pada semua mata pelajaran. Salah satu contohnya nilai rapot pada mata pelajaran yang N tidak suka, yaitu Bahasa Indonesia dengan batas KKM yang ditentukan adalah 65, sedangkan nilai yang diperoleh N berada di atas KKM, yaitu 88. Nilai-nilai rapot N saat di kelas I berbeda dengan nilai UTS N saat di kelas II. Pada mata pelajaran yang N suka nilai-nilainya berada di atas KKM yang ditentukan, namun pada mata pelajaran yang tidak N suka seperti mata pelajaran Bahasa Indonesia saat di kelas I mendapatkan nilai di atas KKM dengan nilai 88, namun saat di kelas II N mendapatkan nilai UTS di bawah KKM dengan nilai 48.Perubahan nilai tersebut terlihat ketika kelas I N memperoleh nilai yang cukup baik berada di atas rata-rata KKM yang ditentukan, namun pada saat N kelas II semester awal terjadi penurunan nilai walaupun hanya pada mata pelajaran tertentu. Penurunan nilai yang terjadi pada N merupakan aspek kogntitif yang dicapai oleh N mulai dari kelas I sampai kelas II.Adapun aspeklainnya yang dinilaidalam rapot yaitu aspek pengembangan diri dan kepribadian. Aspek-aspek tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153
tertulis bahwa di rapot kelas I mendapatkan nilai rata-rata B, sedangkan di kelas II mendapatkan nilai rata-rata B. Artinya, bahwa siswa tersebut hanya rendah di aspek kognitifnya saja, sedangkan di aspek afektif dan psikomotorik tidak begitu terlihat.Berdasarkan fakta yang peneliti peroleh dapat disimpulkan bahwa pada aspek kognitif terjadi perubahan, namun pada aspek pengembangan diri dan kepribadian di kelas II terjadi sedikit perubahan. Setiap perubahannilai rapot N dari kelas 1 hingga kelas 2 dapat dilihat pada bukti dokumen yang peneliti peroleh berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
154
REKAPITULASI NILAI RAPOR KELAS 1 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2013-2014
Dokumen di atas merupakanbuktihasil rekapitulasi nilai rapor pada setiap mata pelajaran(aspek kognitif).Pada saat kelas 1 semester Inilai N cukup baik, walaupun N memperoleh peringkat ke-22 dari 26 siswa.Nilai N dapat dilihat pada baris yang diberi tanda warna kuning.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
155
DAFTAR NILAI KEPRIBADIANDAN PENGEMBANGAN DIRI KELAS 1 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2013-2014
Dokumen di atas merupakan daftar nilai kepribadian dan pengembangan diri pada setiap mata pelajaran.Terlihat pada baris yang diberi tanda warna kuning bahwa nilai kepribadian dan pengembangan diri N pada setiap mata pelajaran cukup baik dengan rata-rata nilai yang diperoleh N adalah B.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
156
REKAPITULASI NILAI RAPOR KELAS 1 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013-2014
Bukti dokumen rekapitulasi nilai rapor kelas 1 semster II pada setiap mata pelajaran menunjukan bahwa N menduduki peringkat ke-24 dari 26 siswa.Bukti nilai tersebut menunjukan bahwa aspek kognitif N mengalami penurunan dari nilai sebelumnya di semester I. Pada kelas 1 semester I N memperoleh rata-rata nilai 82,30 dengan peringkat ke-22, sedangkan pada kelas 1 semester II N mengalami penurunan nilai dengan rata-rata nilai 78,50 dan berada di peringkat ke-24.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
157
DAFTAR NILAI KEPRIBADIANDAN PENGEMBANGAN DIRI KELAS 1 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013-2014
Dokumen di atas merupakan daftar nilai kepribadian dan pengembangan diri pada setiap mata pelajaran kelas 1 semester II.Terlihat pada baris yang diberi tanda warna kuning bahwa nilai kepribadian dan pengembangan diri N pada setiap mata pelajaran cukup baik, walaupun ada satu mata pelajaran yaitu Seni Lukis yang memperoleh nilai C.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 158
LAPORAN HASIL ULANGAN TENGAH SEMESTER I KELAS 2 TAHUN PELAJARAN 2014-2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
159
Bukti dokumen laporan hasil ulangan tengah semester I kelas 2 menunjukan bahwa N memperoleh nilai yang rendah berada di bawah KKM pada tema 1, namun tidak pada mata pelajaran yang N suka. Artinya, N memperoleh nilai di atas KKM pada mata pelajaran yang N suka, kecuali pada mata pelajaran tentang bahasa Indonesia dan perilaku seperti PKn. Dapat dilihat pula nilai N pada tema 2, N memperoleh nilai yang cukup baik. Pada aspek kognitif N mengalami perubahan nilai di setiap semesternya, namun perubahan juga terjadi pada aspek pengembangan diri dan kepribadian rata-rata N memperoleh predikat “B-“.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 160
LAMPIRAN 5 HASIL TRIANGULASI DATA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
161
Hasil Triangulasi Data a. Latar Belakang Siswa dan Keluarga (Wawancara Orang Tua dan Anak) b. Ciri-Ciri Siswa yang Mengalami GPPH (Observasi dan Wawancara dengan Guru kelas II, Guru Ekstra kelas II, dan Guru Pendamping, serta bukti dokumen tertulis) c. Kebiasaan Di Rumah (Wawancara dengan Orang Tua dan Anak) d. Kebiasaan Di Sekolah (Observasi dan Wawancara dengan Guru kelas II, Guru Ekstra kelas II, dan Guru Pendamping) e. Aspek Kognitif Anak (Observasi, Wawancara dengan Guru kelas II, Guru Ekstra kelas II, Guru Pendamping dan Orang Tua, serta bukti dokumen tertulis) f. Aspek Afektif (Observasi, Wawancara dengan Guru kelas II, Guru Ekstra kelas II, Guru Pendamping dan Orang Tua, serta bukti dokumen tertulis) g. Aspek Psikomotoriknya(Observasi, Wawancara dengan Guru kelas II, Guru Ekstra kelas II, Guru Pendamping dan Orang Tua, serta bukti dokumen tertulis) h. Interaksi dengan lingkungan sekitar pada saat di rumah (Wawancara dengan Orang Tua) i. Interaksi dengan lingkungan sekitar pada saat di sekolah (Observasi, Wawancara dengan Guru kelas II, Guru Ekstra kelas II, Guru Pendamping dan Orang Tua) j. Perubahan nilai dari kelas I sampai dengan kelas II (Bukti dokumen nilai rapot)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 162
LAMPIRAN 6 DAFTAR COODING
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
163
Lampiran 6.1 Cooding Guru Kelas II
Jawaban FPR Dua A
Tematik Identitas guru, yaitu nama, dan profesi guru.
eeee…Ya cuma satu itu namanya N. Udah toh. Itu saja. eeeeeee, kalo bukti fisik dari mamanya kan belum yaa.. Jadi ee dari cirinya aja kalo autis itu anak itu tidak mau Ciri-ciri anak secara bertatap muka, bertatap muka secara langsung, dan kalo fisik kita e memberi perintah itu harus bertatap muka, tatap mata dengan mata, kalo tidak ee perintah kita itu hanya dianggap angin lalu aja. Yaa mungkin hanya 50% ya, 50% kalo saya 50%. Karena terus terang dia akan mengerjakan cepat-cepat, cepat selesai. Anak masih ribut, dia sudah bekerja terutama pelajaran-pelajaran yang dia gemari matematika ya, dan bahasa Inggris lalu komputer. Nah, tapi kalo pelajaran selain matematika dia memang cenderungnya menolak artinya dia itu cepat bosan..ya cepat bosan, karna memang ndak suka.
Tingkat konsentrasi, pusat perhatian siswa, mata pelajaran yang di sukai, dan sikap siswa terhadap mata pelajaran yang tidak di sukai.
Yaaaaaaa, ini sih ini kalo hasilnya hasilnya memang dia menginginkan nilainya itu seratus, nilainya seratus biarpun kenyataannya yaa kalo matematika ini mungkin ee bisa di atas KKM ya hasilnya kalo itu yang saya Ciri-ciri kognitif amati untuk bidang matematika. Tapi untuk bidang (nilai yang diperoleh Pendidikan Pancasila dan Kewarganegara itu kadangkadang kalo pas agak sulit itu dia bisa di bawah KKM. N) kalo nulis halus ya nilainya C selalu C. tapi ya mungkin kalo saya anggap bagus sedikit ya tak kasih B min, tapi min tidak pernah B. Ya itukan sebagai bukti untuk bahasa Indonesia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
164
Ya, tapi kalo matematika dia selalu di atas KKM, mungkin bahasa Inggris juga selalu di atas KKM kaloo saya liat ee nile UTS nya itukan kelihatan sekali. Nilenya bisa..bisa liat itu dari bahasa, dari PKn dan matematika selalu di atas bahasa atau PKn. Iyaa, selain yang dia suka dia pasti di bawah KKM. hiperaktif autis itukan selalu dengan dunianya sendiri. Yaa sudah. Dia jalan keluar seenaknya aja. Bosan gitu ya keluar. Dia mengerjakan satu sampe, satu sampe sepuluh misalnya, sampe tiga soal itu udah lalu keluar yo entah cuci tangan ato penghapusnya dicuci pokok men dia itu selalu itu keluar, selalu ingin keluar. Dia mau misalkan aja dia mau kebelakang, ya udah dia langsung nyeruntul aja.
Ciri psikomotorik (selalu bergerak selama belajar di sekolah) dan ciri afektif
Mau minum aja yang paling sederhana , datang “pak boleh ndak saya minum?“, “oh, boleh”. Tapi kalo N ya ndak ambil aja. Yaitu tadi, egonya egonya.Egonya N cukup tinggi, Kalo sosial yang baik tidak. Ya, artinya gini yang ndak baik itu namanya pinjam selalu bilang “saya pinjam” dan kalo mengembalikan pasti “terimakasih” gitukan kalo yang baik.N ndak.
Interaksi sosial di lingkungan sekolah
Eeeeeeeeeeeeeeeeeee, sosialnya itu kurang apalagi tidak di dukung terus terang dia itu kan di lingkungannya juga tidak bermain dengan orang lain. Tapi dari pendampingnya kan saya pernah omongomong saya menanyakan kok N itu, apakah ada sesuatu yang istimewa dari anak? Dia bilang pendamping yang laki-laki itu yang dari apa kumon itu bilang N itu autis hiperaktif ya. Kalo saya bukan ahlinya ya. Makanya yaa... Saya diamkan sejauh anak itu tidak mengganggu. Karna kalo
Persepsi guru: cara mengetahui anak tersebut mengalami GPPH dan cara menyikapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
165
saya tekan, dia akan berontak lalu akan membuat gaduh, suasana kelas tidak nyaman berartikan saya merugikan siswa yang 23 itu. Iyaa. Lebih ke.. kalo saya ke autis ya.
Iyaaa, memang nanti kemampuan belajarnya kan tidak full ya, tidak full ya, tidak seperti temannya.
Persepsi guru terhadap kondisi siswa dan kondisi tersebut berpengaruh pada kemampuan belajarnya (setelah dilakukan follow up)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
166
Lampiran 6.2 Cooding Guru Pendamping
Jawaban
Tematik
P, P P 25 tahun Saya di pendampingan……pendampingan anak sih pendampingan anak Lembaga, lembaganya lembaga kumon Kalo ngelesin sih….. Cuma pendampingan sih saya lebih ke pendampingan
Identitas guru, yaitu nama, pengalaman guru
Eeem, yang pasti saya punya kepentingan. Kepentingan saya pendampingan untuk anak, ee ngelindungin anak, eeee kemudian untuk apa yaaa untuk meng…. mengcover seorang anak demi kebaikan anak Gitu sih, lebih yang pastinya sih saya lebih mendukung perlindungan anak, perlindungan anaknya. Pendampingan terhadap N anak sekolahan sini Eeeeeeeeee, kalo …Kalo keb ee N ini hiperaktif, digolongkan sebagai anak hiperkatif
Ciri-ciri anak secara fisik
secara spontan N ini bergerak karena dunia khayalya itu. Baik-baik dengan pembelajaran sangat baik. Satu mengikuti pelajarannya itu nilaianya cukup baguslah di atas rata-rata. Kemudian dengan pendampigan ini, apah namanya.. perintah guru pun diterima. tingkat emosionalnya masih labil. Jadi kontrol emosinya bagi si anak belum mampu di kontrol sendiri eeeeeeeeeee, kalo perubahannya lebih baik sekarang dari yang ee menggebu-gebu, setelah ada
Ciri-ciri kognitif (nilai yang diperoleh N)
Ciri-ciri afektif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
167
pendampingan e cukup mereda, tidak menggebu-gebu lagi mampu diantisipasilah. Buk… Eee kalo untuk contoh ee satu si anak e dan imajinasinya itu ini mempunyai e daya khayal tinggi, imajinasi tinggi dan imajinasinya itu sangat mempengaruhi dia untuk mempengaruhi si N ini untuk spotanitas bergerak tanpa disadari dan itu membuat orang-orang yang disekitarnya merasa e kenapa gitukan, merasa kenapa kemudian merasa saya salah apa, padahal secara spontan N ini bergerak karena dunia khayalya itu.
Ciri psikomotorik (selalu bergerak secara spontan)
punya dunia sendiri dalam fikirannya, sehingga untuk ber..ber..bersosialisasi dengan teman-temannya masih harus dibimbing.
Interaksi sosial di anak
Eeeeee, awalanya sih saya dari ee dari pihak orangtua pihak keluarga bercerita kondisi di sekolahan gitukan. Saya peluk. Saya peluk, saya bisikan, saya berikan bisikan yang memang buat dia nyaman. Beri pelukan Iya, mengingatkan ada apa N, gimana N seperti itu dan dia akan merasa nyaman. Iya, langsung meredam. Emosinya lagsung meredam eeeee dan dia merasa saya nyaman. Kalooo,, eheemm (sedikit batuk) saya motivasinya sih.. Iyaa. Kalo motivasinya eeeeeeeeeeeeeeeeeeee kemandirian biar N bisa mandiri, N bisa menjadi hebat, N jadi anak baik. Itu seperti itu sih yang memang yang pasnya yang paling seneng dia, N jadi hebat. N mau jadi hebat, pasti hebat Iyaa, dengan bahasa yang memang bagi dia kalimat itu oke buat saya buat N. Kata hebat itu sangat melekat banget dengan dia.
Persepsi guru: cara mengetahui anak tersebut mengalami GPPH, cara menyikapi dan motivasi yang diberikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 168
LAMPIRAN 7 ORGANISASI DATA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 169
Organisasi Data
Masalah : Persepsi Guru terhadap Kemampuan Belajar Siswa dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Sumber : Observasi, wawancara, dan dokumentasi
Tema
Deskripsi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti mengenai ciri-ciri siswa yang mengalami GPPH, yaitu secara fisik N terlihat seperti anak normal lain usia sebayanya. Selama berlangsungnya pembelajaran di kelas, N selalu menunjukan ketidakmampuannya untuk fokus, tidak konsisten, tidak bias duduk tenang, dan ketika Ciri-Ciri siswa yang mengalami sudah merasa bosan ia pasti akan bergerak sesuka hatinya terkadang juga ia memukul GPPH meja secara berulang-ulang. Adapun ciri-ciri lainnya yang seing anak perlihatkan juga, yaitu sulit berkonsentrasi, suka melamun, suka berimanjinasi,serta keluar masuk kelas tanpa ijin, misalkan ingin cuci tangan atau ingin ke kamar mandi N langsung keluar tanpa ijin pada guru yang sedang mengajar. Persepsi Guru terhadap Kognitif : Kemampuan Belajar siswa yang Berdasarkan hasil observasi,wawancara dan dokumen yang telah peneliti peroleh terkait mengalami GPPH dengan persepsi guru dilihat dari aspek kognitifnya, sebagian besar partisipan ada yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 170
mengatakan bahwa kemampuan belajar N cukup baik di atas rata-rata dibandingkan teman-temannya, namun ada partisipan yang mengatakan bahwa kemampuan belajar N berada di bawah KKM. Artinya, N akan memperoleh nilai di atas KKM hanya pada mata pelajaran Matematika saja. Pernyataan tersebutu dapat dibuktikan pada hasil studi dokumen hasil rapor yang telah peneliti peroleh dari kelas 1 hingga pertengahan semester I kelas 2. Nilai yang di peroleh N mengalami perubahan di setiap semesternya. Saat kelas 1 semester I N memperoleh nilai di atas KKM pada semua mata pelajaran, pada semester II terjadi perubahan nilai, kemudian saat kelas 2 terlihat pada nilai UTS N memperoleh nilai di atas KKM hanya pada mata pelajaran tertentu saja. Afektif : Kemampuan afektif yang dimiliki oleh siswa yang mengalami GPPH seperti N ini memiliki perasaan yang mudah berubah-ubah, misalkan saja pada saat pembelajaran di kelas N terlihat gelisah dan tingkat emosinya yang tinggi membuat N suka marah jika melakukan hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Pernyataan peneliti tersebut dibuktikan setelah peneliti melakukan observasi langsung dan wawancara dengan partisipan.Berdasarkan dokumen, hasil pemeriksaan psikologi secara afektif perasaan yang dimiliki oleh siswa juga sama dengan siswa yang lain, hanya saja dalam mengkomunikasikan bahasa reseptif (bagaimana anak memahami ucapan orang lain) dan bahasa ekspresif (bagaimana anak mengungkapkan keinginan dengan kata atau kalimat) belum berkembang secara optimal untuk seusianya sekarang. Psikomotorik : Kebiasan yang ditunjukan N pada saat di sekolah berbeda sekali dengan kebiasaanteman sebayanya. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan N terlihat tidak bisa duduk dengan tenang dan selalu saja ada hal yang di lakukan oleh N. Kebiasaan seperti berteriak, keluar masuk kelas tanpa ijin, suka memberontakketika N
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 171
harus melakukan aktifitas yang tidak sesuai dengan keinginannya, dan ketika anak sudah merasa bosan dengan pelajaran yang tidak di sukai N akan acuh tak acuh tidak memperdulikan penjelasan dari guru. Hasil observasi yang diperoleh peneliti, diperkuat juga dari informasi yang diberikan guru kelas.Berdasarkan hasil dokumen pemeriksaan menyatakan bahwa aspek motorikN memiliki tingkat koordinasi motorik halus setara dengan anak usia 6 tahun 5 bulan. Artinya, N cukup bisa mengamati pola dan menirukannya kembali dengan baik, namun N masih harus memperbanyak latihan dan perlu diberi bimbingan untuk meningkatkan kemampuan koordinasi visual motorik halusnya. Interaksi di sekolah : Interaksi Udin dengan guru tidak ada hambatan, lancar-lancar saja dan anak itu kalau ada apa-apa memang mau bertanya misalnya belum paham, halaman berapa, mau bertanya anak itu, jadi dengan guru tidak ada rasa takut, biasannya kalau ada apa-apa berbicara terlebih dahulu. Udin tidak nampak beda dengan yang lain hanya ketika mengerjakan tugas menerima pelajaran mengalami keterlambatan jadi seperti santai Interaksi Siswa di sekolah dan terus tanpa beban iya lambanlah, kalu istilahnya anak yang slow learner itu dibanding di rumah yang lain. Udin adalah anak yang pendiam, gak pernah tanya laporan gak pernah ditanya juga diam dan susah untuk berkomunikasinya menurut guru Agama. Interaksi di rumah : Udin ketika dirumah mempunyai sikap yang sama dengan teman yang tetapi sama adiknya suka usil tetapi kalau di rumah jarang ngobrol sama bapak ibunya. Perubahan nilai
Dilihat dari nilai rapotnya yang pertama yaitu kelas II menuju kelas 3 itu mepet KKM , kelas 3 ke kelas 4 juga mempet bahkan ada nilai yang kurang dari KKM tetapi sudah mulai aktif dan berbicara di depan walaupun kurang lancar itu juga sudah nilai positif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 172
dan mendukung karena jika seandainya tidak naik kelas anak itu malah tidak mau sekolah dan pindah sekolah tidak mau maka menjadi masalah juga orang tuannya, maka dari sekolah mempunyai kebijakan dinaikkan yang penting punya kelebihan, maksudnya kelebihan itu dari ini bimbingan itu ada kemajuan gitu. Setelah Udin menginjak di kelas IV perubahan nilai paling sedikit sekali paling naik berapa angka. Selain itu sudah diberi materi yang sama juga tidak bisa mengerjakan sehingga butuh penanganan yang khusus, kadang tugasnya juga harus mencukupkan semua anak sedangkan mereka yang mengalami keterlambatan iya tetap kita perlakukan sama dengan yang lain tidak di anak tirikan tetapi tetap diberikan layanan, layanannya berbeda dengan anak-anak yang lain terutama untuk nilai sudah kami bedakan bobot soal juga berusaha kami bedakan. Nilai 6 di anak yang lain itu beda dengan nilai 6 di anak-anak tertentu.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 173
LAMPIRAN 8 ANALISIS DATA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 174
Contoh Bagan Analisis Data
Reduksi Data Catatan Lapangan Peneliti mengadakan penelitian ini dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan teknik pengumpulan data tersebut peneliti menemukan siswa kelas II SD Bercahaya yang mengalami GPPH.
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti, baik dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Peneliti mengkategorikan atau mentemakan yang menjadi temuan peneliti dari hasil pengumpulan data. Peneliti menemukan adanya persepsi guru tentang kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH.
Kesimpulan Peneliti menyimpulkan bahwa guru kelas tidak memahami betul kondisi siswa secara mendalam. Melalui pengamatan guru secara pribadi menilai bahwa siswa mengalami autis dan bukan mengalami GPPH. Persepsi guru kelas terhadap siswa tersebut menimbulkan berbagai perbedaan pandangan antara partisipan satu dengan partisipan lainnya. Persepsi guru yang mengatakan autis dan bukan mengalami GPPH tersebut tidak sesuai dengan dokumen tertulis yang peneliti peroleh dari pihak psikolog. Upaya yang dilakukan guru tidak dapat sepenuhnya dijalankan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman guru tentang penanganan anak berkebutuhan khusus. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya pelatihan khusus untuk menanggani anak yang mengalami GPPH.
Display Data Hasil yang di dapatkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah munculnya persepsi dari guru terhadap kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH kurang sesuai dengan teori tentang anak GPPH. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa guru kurang memahami secara mendalam problematika siswa yang mengalami GPPH selama proses belajar di kelas dan kurangnya pemahaman mengenai apa yang terjadi di dalam diri Norman, sehingga cara penanganan yang diberikan guru terhadap Norman belum sepenuhnya terpenuhi disebabkan oleh kurangnya pelatihan yang diterima guru tentang cara penanganan terhadap siswa yang mengalami GPPH.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 175
LAMPIRAN 9 RIWAYAT PENELITI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
176
RIWAYAT PENELITI
Sylva Zaezara, lahir di kota Cilacap Jawa Tengah pada tanggal 18 Juni 1993. Peneliti telah menempuh jenjang pendidikan formal sejak tahun 1998-1999 di TK Yayasan Kartika Jaya Cilacap, kemudian peneliti melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar sejak tahun 1999-2005 di SD N Donan 04 Cilacap. Pada tahun 2005-2008 peneliti kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah pertama, yaitu di SMP Pius Cilacap. Setelah lulus SMP, peneliti melanjutkan pendidikannya pada tahun 20082011 di SMA YOS Sudarso Cilacap. Setelah lulus dari bangku SMA di tahun 2011, peneliti kembali melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di Universitas Sanata Dharma dan terdaftar sebagai mahasiswi S1-PGSD dengan NIM 111134052. Semasa menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma peneliti pernah mengikuti kegiatan Jalinan Kasih UKM Kerohanian pada tahun 2011. Selain itu peneliti mengikuti kepanitiaan di luar kampus pada kegiatan lomba mewarnai dan melukis anak SD dalam rangka memperingati hari Kartini pada tahun 2014 di Yogyakarta.