PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PENGARUH DOA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA PEMBINAAN IMAN ANGGOTA KELUARGA DI LINGKUNGAN SANTO STEFANUS MEJING 2 PAROKI MARIA ASSUMPTA GAMPING SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Markus Fatubun NIM : 101124046
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Bapa_ Tet (Emilius Fatubun) dan Nene_ Mam (Dominika Fatubun)
Kedua orang tuaku Mama Oli dan Bapa Ka.
Keluarga besarku ; Ma Mey, Bapa Ampi, Ka Emil, Mam Bong, Nona Tamara, Nona Cinta, Ma Linda, Bapa Kristin, Ma Lin, Om Roni, Kaka Beni, Ayah Veky, Ka Anis, Ka Dion, Ade Yuli, dan keluarga Fatubun-Irijanan.
Para keluarga Katolik di Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Gamping
Kekasih tercinta Niken Nurcahyati Albertha
Keluarga besar kampus IPPAK Universitas Sanata Dharma
Teman-teman angkatan 2010
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
“Jangan pernah puas dengan apa yang ada saat ini, Karena hari esok akan lebih baik dari pada hari ini”
Harta yang paling berharga dan mutiara yang paling indah Adalah keluarga (Arswendo Atmowiloto)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “PENGARUH DOA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA PEMBINAAN IMAN ANGGOTA KELUARGA DI LINGKUNGAN SANTO STEFANUS MEJING 2 PAROKI MARIA ASSUMPTA GAMPING SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”. Adapun yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini oleh karena keprihatinan penulis akan situasi kehidupan keluarga yang ada di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Gamping pada saat ini. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah sejauh mana keluarga memahami akan pengaruh doa dalam keluarga sebagai upaya pembinaan iman bagi anggota keluarga, selain itu juga bagaimana setiap keluarga dapat mengusahakan suatu bentuk pembinaan iman dalam keluarga, sehingga pada akhirnya dapat terbentuk sebuah keluarga yang harmonis, baik dan saling pengertian dan saling mendukung dalam menjalani kesehariannya. Untuk mengkaji masalah tersebut, penulis melaksanakan penelitian di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Gamping, dengan cara menyebarkan kuesioner di 58 keluarga dan wawancara dengan 8 responden (orang tua, bapak/ibu), sehingga diperoleh data dari hasil penelitian tersebut. Doa keluarga adalah doa yang dipersembahkan bersama, suami bersama istri, bapak-ibu bersama anak-anak sebagai keseluruhan anugerah dari Allah. Melalui hidup doa itulah orang tua dan anak dapat meningkatkan kekuatan dan kesatuan rohani keluarga serta dapat ikut ambil bagian dalam kekuatan Allah sendiri yang hadir dan berkarya ditengah-tengah keluarga. Kehidupan doa bersama keluarga akan terbina dengan baik apabila dari masing-masing anggota keluarga memiliki sikap untuk saling mendukung, memotivasi di dalam iman yang teguh kepada Tuhan, selain itu juga menyadari dengan kesungguhan hati untuk selalu terlibat dalam setiap kegiatan doa bersama yang dijalankan di dalam keluarga tanpa paksaan. Dengan demikian terciptanya kehidupan doa bersama dalam keluarga yang terbina dengan baik, inilah yang memberi kekuatan dalam mengembangkan dan menumbuhkan benih-benih iman dalam keluarga itu. Hasil akhir menunjukkan bahwa kurangnya perhatian orang tua terhadap pembinaan iman keluarga sehingga perlu dilaksanakan suatu model pembinaan iman melalui katekese keluarga. Dengan katekese keluarga yang merupakan usulan program bagi umat di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 diharapkan dapat meningkatkan hidup rohani keluarga sehingga dapat menjadi keluarga yang rukun, damai, nyaman bagi semua anggota keluarga dan masyarakat.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
The title of this small thesis is "THE EFFECT OF PRAYER IN THE FAMILY AS AN SMALL OF FAMILY’S FAITH FORMATION IN THE SAINT STEPHEN MEJING 2 DISTRICT, ASSUMPTION PARISH GAMPING SLEMAN SPECIAL PROVINCE OF YOGYAKARTA". The focus of the writing is the concern of the writer to the situation of family life in the environment of St. Stephen Mejing 2 Gamping at this time. The key issue in this writing is the extent in of family understanding of the effect of prayer faith formation for the family members. It is also discussion on how every family can afford a form of faith formation in the family, which in turn can form a harmonious family, good and mutual understanding and mutual support in her daily live. To examine these issues, the writer conducts a research in the St. Stephen Mejing 2 Gamping, by distributing questionnaires in 58 families and interviews with eight respondents ( parents, father / mother ), to obtain the data from the study. Family prayer is a prayer offered together, husband and wife, father and mother with the children as a grace of God. Through this prayer life, parents and children can improve the strength and spiritual unity of the family and can take part in the power of God himself who is present and active in the midst of the family. Prayer life with the family will be nurtured well when each of member of the family supports each other, motivates in a firm faith in God, also realizes with sincerity to always engage in any activity common prayer which runs in the family without coercion. Thus, the creation of the prayer life held together in a family that nurtured well. It gives strength to develop and grow the seeds of faith in the family. The final results showed that there is lack of parental supervision of family faith formation. Therefore needs to be implemented a model of faith formation through family catechesis. By a family catechesis program proposal for the people in the district of St. Stephen Mejing 2, the author hopes to improve the spiritual life of the family so that the family can be a harmonious, peaceful, comfortable for all family members.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas segala cinta dan berkat, serta kasih setia-Nya yang senantiasa membimbing dan menyertai penulis setiap waktu, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Meskipun dalam proses penulis merasakan dan menemui banyak kesulitan, hambatan tetapi semuanya dapat dilalui dengan sikap sabar, tenang dan selalu bersyukur untuk semua itu. Skripsi berjudul “PENGARUH DOA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA PEMBINAAN IMAN ANGGOTA KELUARGA DI LINGKUNGAN SANTO STEFANUS MEJING 2 PAROKI MARIA ASSUMPTA GAMPING SLEMAN
DAERAH
ISTIMEWA
YOGYAKARTA”.
Penulis
mencoba
mengetengahkan tentang permasalahan yang berkaitan dengan doa dalam keluarga sebagai upaya pembinaan iman anggota keluarga, sehingga dengan demikian setiap anggota keluarga dapat menyadari bahwa kebersamaan juga merupakan kebutuhan yang mesti dialami setiap orang.
Dalam skripsi ini penulis bermaksud untuk memberi sumbangan pemikiran bagi keluarga Katolik dalam meningkatkan doa bersama dalam keluarga melalui katekese keluarga. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dari banyak dukungan dan perhatian berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dari hati yang paling dalam penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada :
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed., selaku kaprodi yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyususun skripsi ini.
2.
Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ., selaku dosen pembimbing utama dan sebagai dosen pembimbing akademik, yang dengan sabar telah meluangkan waktu, tanaga dan pikiran dalam membimbing penulis dari awal penyususunan sampai dengan pertanggungjawaban skripsi ini.
3.
P. Banyu Dewa H.S.,S.Ag. M.Si selaku dosen penguji kedua yang dengan sabar telah membimbing dan menuntun penulis selama penyususunan sampai pada pertanggungjawaban skripsi ini.
4.
Drs. L. Bambang Hendarto Y, M.Hum., selaku dosen penguji ketiga yang telah merelakan waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing dan mengoreksi sampai pada pertanggungjawaban penulisan ini.
5.
Bapak Mikhael Sugeng selaku ketua lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dan katekese keluarga di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Gamping.
6.
Para keluarga Katolik di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Gamping yang bersedia menerima penulis untuk melakukan penelitian, wawancara, serta katekese keluarga dengan hati yang terbuka mengungkapkan pengalaman hidupnya yang kongkrit sehingga dapat membantu penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
7.
Teman-teman angkatan 2010 yang dengan caranya masing-masing telah mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv MOTTO ................................................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT .......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Rumusan Permasalahan ......................................................................... 4 C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 5 D. Manfaat Penulisan ................................................................................. 5 E. Metode Penulisan................................................................................... 6 F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 7
BAB II. DOA DALAM KELUARGA KATOLIK DAN PEMBINAAN IMAN KELUARGA ............................................................................ 9 A. Doa Dalam Keluarga Katolik ................................................................ 9 1. Pengertian Doa ................................................................................... 9 2. Doa dalam Keluarga ........................................................................... 14 3. Tujuan Berdoa dalam Keluarga.......................................................... 16 xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4. Bentuk Doa dalam Keluarga .............................................................. 19 a.
Doa Permohonan ...................................................................... 20
b.
Doa Penyesalan (Tobat) ............................................................ 23
c.
Doa Syukur ............................................................................... 24
d.
Doa Lisan .................................................................................. 25
5. Dampak Doa dalam Keluarga ............................................................ 26 B. Keluarga Katolik .................................................................................... 27 1. Keluarga Pada Umumnya................................................................... 27 2. Keluarga Katolik ................................................................................ 29 3. Permasalahan Keluarga Katolik ......................................................... 30 C. Pembinaan Iman Keluarga ..................................................................... 31 1. Pengertian Pembinaan ........................................................................ 31 2. Pengertian Iman.................................................................................. 32 3. Pembinaan Iman Keluarga ................................................................. 34 4. Aspek-Aspek Iman ............................................................................. 36 D. Pengaruh Doa dalam Keluarga .............................................................. 39 1. Pengaruh Doa dan Iman Keluarga .................................................... 39 2. Pengaruh Doa dalam Hidup Sehari-hari............................................. 40 3. Pengaruh Doa dalam Penyelesaian Masalah ...................................... 40
BAB III. PENELITIAN PENGARUH DOA DALAM KELUARGA SEBAGAI KELUARGA STEFANUS
UPAYA
PEMBINAAN
KATOLIK MEJING
DI
IMAN
ANGGOTA
LINGKUNGAN
2 GAMPING
SANTO
SLEMAN DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA ............................................................. 43 A. Gambaran Umum Paroki Maria Assumpta Gamping dan Lingkungan Santo Stefenus Mejing 2 ................................................... 43 1. Sejarah Singkat Paroki Maria Assumpta Gamping ............................ 43 a.
Umat Pertama ........................................................................... 43
b.
Tumbuhnya Biji Sesawi ............................................................ 44 xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
Perkembangan Umat Zaman Jepang dan Revolusi Fisik ......... 45
d.
Zaman Persiapan Menuju Paroki .............................................. 50
e.
Zaman Berdirinya Paroki .......................................................... 52
2. Letak dan Batas-Batas Geografis Paroki Maria Assumpta Gamping ............................................................................................. 55 3. Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 ................................................ 56 a.
Letak dan Batas-Batas Geografis Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 ..................................................................... 56
b.
Sejarah Singkat Terbentuknya Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 .................................................................................... 56
c.
Kegiatan Umat di Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 ......... 58
d.
Situasi
Ekonomi
dan
Kemasyarakatan
Umat
di
lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 ........................................ 59 B. Metodologi Penelitian ............................................................................ 60 1. Latar Belakang Penelitian .................................................................. 60 2. Tujuan Penelitian................................................................................ 61 3. Pembatasan Permasalahan.................................................................. 61 4. Rumusan Permasalahan...................................................................... 62 5. Jenis Penelitian ................................................................................... 62 6. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 63 7. Responden Penelitian ........................................................................ 63 8. Instrumen Penelitian ........................................................................... 64 9. Variabel Penelitian ............................................................................. 65 C. Laporan Hasil Penelitian........................................................................ 66 1. Realita Orang Tua di Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Dalam Kehidupan Sehari-hari dengan Doa dalam Keluarga ............. 67 2. Pelaksanaan Pembinaan Iman dalam Keluarga .................................. 70 3. Laporan Hasil Penelitian dengan Wawancara .................................... 72 D. Pembahasan Hasil Penelitian Wawancara dan Kuisoner....................... 75 1. Realita Orang Tua di Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Dalam Kehidupan Sehari-hari dengan Doa Dalam Keluarga ............ 75 xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Pelaksanaan Pembinaan Iman dalam Keluarga .................................. 77 3. Pembahasan Hasil Wawancara........................................................... 78 E. Kesimpulan ............................................................................................ 83 F. Reflesi Kateketis ................................................................................... 86 BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE KELUARGA SEBAGAI UPAYA PEMBINAAN IMAN ANGGOTA KELUARGA DI LINGKUNGAN SANTO STEFANUS MEJING 2 GAMPING SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA .......................... 89 A. Pokok-Pokok Katekese .......................................................................... 90 1. Pengertian Katekese ........................................................................... 90 2. Isi Katekese ........................................................................................ 92 3. Tujuan Katekese ................................................................................ 93 4. Model Katekese .................................................................................. 94 B. Program Katekese ................................................................................. 98 1. Pengertian Program ............................................................................ 98 2. Pemikiran Dasar Program Katekese ................................................... 99 3. Usulan Tema Katekese ....................................................................... 102 4. Penjabaran Program ........................................................................... 104 5. Contoh Persiapan Katekese I : Model Pengalaman Hidup ................ 107 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 118 A. Kesimpulan ............................................................................................ 118 B. Saran ...................................................................................................... 121 1. Bagi Imam .......................................................................................... 121 2. Bagi Keluarga-Keluarga Katolik ........................................................ 122 3. Bagi Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2........................................ 122 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 124
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Permohanan Izin Penelitian .......................................... (1) xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2 : Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Penelitian ........................ (2) Lampiran 3: Surat Kepada Para Orang Tua Katolik di Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 ...................................................... (3) Lampiran 4 : Kuisioner ................................................................................ (4) Teks Cerita Kesetiaan .................................................................................. (7)
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan dari Kitab Suci dalam skripsi ini mengikut Kitab Suci Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia (Konferensi Wali Gereja, 1993).
B. Singkatan Dokumen Gereja CT
: Catechesi Tradendae, Ajaran Apostolik Bapa Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979
DV
: Dei Verbum (Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi), 18 November 1965
FC
: Familiaris Consortio, Ajaran Apostolik Bapa Paus Yohanes Paulus II tentang Keluarga Kristiani dalam dunia modern, 22 November 1981
GS
: Gaudium et Spes (Konstitusi Pastoral tentang Gereja Dewasa ini), 7 Desember 1983
KGK : Katekismus Gereja Katolik
C. Singkatan Lain Art
: Artikel
HP
: Handphone
IPPAK
: Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KTP
: Kartu Tanda Penduduk
KBBI
: Kamus Besar Bahasa Indonesia
KK
: Kepala Keluarga
SCP
: Shared Christian Praxis
PAJEKA : Paguyuban Jumat Kliwon
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG Tuntutan zaman yang semakin kompleks ternyata banyak berpengaruh terhadap peranan orang tua dalam keluarganya. Peranan orang tua semakin memudar dan terkikis sebagai akibat dari kesibukan bekerja ataupun karena kurangnya pengetahuan, khususnya dalam hal ini terkait dengan pembinaan iman keluarga. Akhirnya banyak orang melalaikan peran yang seharusnya sangat penting bagi perkembangan kehidupan rohani keluarganya. Hakikat dirinya sebagai suami-isteri yang telah diangkat ke dalam sakramen pun dikesampingkan. Berdasarkan pengalaman selama penulis berada di lingkungan Santo Stefanus, situasi yang demikian ternyata terjadi juga dialami oleh para orang tua Katolik di lingkungan Santo Stefanus. Pengetahuan, kesibukan bekerja dan dinamika hidup bermasyarakat banyak menuntut para orang tua Katolik di lingkungan Santo Stefanus untuk lebih banyak menggunakan waktu di luar rumah. Akibatnya perhatian terhadap keluarga dan pembinaan iman keluarga menjadi kurang. Yang penting bagi mereka ialah bekerja dan terus berkarya agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, berdoa bisa dilaksanakan kapan saja. Pendampingan iman keluarga di lingkungan Santo Stefanus
dalam
kenyataannya masih kurang, sehingga dapat dilihat dari keterlibatan mereka 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
dalam hidup menggereja, maupun dalam perkembangan iman mereka sendiri dilingkungan. Realita yang terjadi di lingkungan Santo Stefanus menurut penulis kalau hal tersebut dibiarkan maka tentu akan berpengaruh pada perkembangan rohani keluarga. Keadaan tersebut harus ditangani dengan langkah-langkah tertentu yang sekiranya dapat membantu kehidupan iman keluarga di lingkungan Santo Stefanus untuk dapat menjadi baik demi memuliakan nama Allah. Peranaan orang tua dalam membangun kehidupan keluarga sangat berpengaruh dan penting untuk menghidupkan keterlibatan seluruh anggota keluarga untuk pengembangan imannya. Tidak ada orang lain yang dapat menggantikan kedudukan orang tua sebagai tempat berlabuh dan berlindung bagi anak-anak dan seluruh anggota keluarga itu sendiri. Kecuali, tidak ada pendidik lain yang mempunyai cinta kasih lebih kalau bukan cinta dari orang tua. Keluarga kristiani merupakan persekutuan umat beriman yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Melalui keluarga suami-isteri berusaha menghayati cinta kasih Allah dan menjawabnya dengan iman. Perwujudan iman dalam kehidupan sehari-hari keluarga yaitu membangun sikap saling mencintai, menolong, melengkapi dan memperkembangkan pribadi, sehingga semakin hari semakin menemukan cinta kasih dan semakin beriman kepada Kristus. Dalam kehidupan sehari-hari orang tua mempunyai tugas dan tanggungjawab utama dan pertama (individu) dalam
mengenai masalah kehidupan iman bagi anggota
keluarga. Orang tualah yang bertanggung jawab atas
tumbuhnya benih-benih iman dalam lingkup keluarganya, anggota keluarga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
akan tumbuh dan berkembang menghayati imannya apabila ada suatu pembiasaan dalam hidup kesehariannya. Banyak keluarga mengalami kesulitan dalam hal berdoa, hal itu timbul karena seringkali memulai doa dengan sikap atau cara yang tidak sungguhsungguh mau berdoa. Hal ini dapat terjadi karena sering kali saat doa orang masih memikirkan hal-hal yang lain, orang sulit untuk mengkondisikan hal yang sifatnya jasmani dan rohani. Ini dapat terjadi kalau tidak ada perbedaan yang cukup jelas antara doa dan kerja/karya. Kita cenderung untuk makin terlibat dalam aktivitas yang sedang kita kerjakan, kita selalu sibuk atau menyibukan diri dengan hal-hal apa saja yang kita lakukan agar menghindar dari kebutuhan rohani kita, yakni berdoa. Manusia mempunyai dua kebutuhan yang mendasar, kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani selalu berhubungan dengan hal-hal duniawi, sedangkan yang rohani lebih menyangkut hidup doa atau ibadah. Namun, pada zaman sekarang kebutuhan rohani, doa, refleksi atau sejenisnya tidak lagi dianggap sebagai kebutuhan yang sangat penting dan mendesak. Hal ini banyak terjadi dalam hidup keluarga saat ini. Berdoa bukan hanya menjadi suatu kebiasaan namun lebih dari itu merupakan sebuah kebutuhan hidup. Menjalani hidup dengan membuat
doa akan
sesorang akan mengetahui sejauh mana ia membangun relasi
dengan sang pencipta. Jika makanan dibutuhkan setiap hari, maka harus pula dibaringi dengan doa sebagai ucapan syukur. Doa dalam keluarga akan membangun relasi antar setiap anggota keluarga untuk semakin bertumbuh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
dan berkembang menghayati iman akan Yesus. Dengan demikian keluarga itu merupakan sentral atau pusat bagi setiap anggota keluarga dalam usaha membangun hidup beriman baik itu secara pribadi maupun bersama. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis bermaksud untuk memaparkan tulisan ini dengan judul “PENGARUH DOA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA PEMBINAAN IMAN ANGGOTA KELUARGA DI LINGKUNGAN SANTO STEFANUS MEJING 2 PAROKI
MARIA
ASSUMPTA
GAMPING
SLEMAN
DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA”.
B.
RUMUSAN PERMASALAHAN Berdasarkan pembatasan permasalahan di atas masalah penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan doa dalam keluarga ? 2. Apa yang dimaksud dengan pembinaan iman anggota keluarga ? 3. Seberapa besar pengaruh doa dalam keluarga terhadap pembinaan iman di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2, Paroki Maria Assumpta Gamping Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta ?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C.
5
TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan ini adalah:
1. Mendeskripsikan mengenai doa dalam keluarga. 2. Mendeskripsikan mengenai pembinaan iman anggota keluarga. 3. Mengetahui seberapa besar pengaruh doa dalam keluarga terhadap pembinaan iman anggota keluarga di Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Paroki Maria Assumpta Gamping.
D.
MANFAAT PENULISAN Manfaat dari penulisan “Pengaruh Doa dalam Keluarga sebagai Upaya untuk Pembinaan Iman Anggota Keluarga di Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Paroki Maria Assumpta Gamping” adalah: 1.
Supaya keluarga yang berada di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 dapat mengetahui dan mengerti maksud dari doa dalam keluarga.
2.
Supaya keluarga yang berada di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 dapat mengetahui dan mengerti maksud dari pembinaan iman anggota keluarga.
3.
Supaya keluarga yang berada di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 dapat mengetahui seberapa besar pengaruh doa dalam keluarga terhadap pembinaan iman anggota keluarga.
4.
Supaya keluarga dapat mengatasi, mengendalikan, mengarahkan, beberapa hambatan / permasalahan yang pokok demi pembinaan iman dan hidup mereka sehingga tidak mudah terbawa oleh arus duniawi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.
6
Supaya penulis memiliki pengalaman, pengetahuan dan wawasan dalam penulisan
ilmiah, khususnya dalam pembinaan iman keluarga di
lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Paroki Maria Assumpta Gamping. 6.
Diharapkan juga penulisan ini dapat menjadi bahan referensi untuk lebih meningkatkan kualitas pembinaan iman keluarga kristiani di manapun.
E.
METODE PENULISAN
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis yaitu metode yang menggambarkan dan memaparkan data-data yang diperoleh melalui penelitian dan studi pustaka untuk menarik sebuah kesimpulan.
Penulis
menggunakan
metode
deskriptif
analitis
untuk
memperoleh gambaran mengenai pengaruh doa dalam keluarga sebagai upaya untuk pembinaan iman anggota keluarga di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Paroki Maria Assumpta Gamping. Dalam penelitian, Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu untuk memaparkan dan menganalisis permasalahan yang ada sehingga ditemukan pemecahan yang tepat dan sesuai. Dan menggunakan kuesioner (angket) serta wawancara. Angket ialah daftar pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada responden. Jenis angket yang digunakan bersifat terbuka dengan menggunakan checklist.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
F.
7
SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini mengambil judul “Pengaruh Doa dalam Keluarga sebagai Upaya Pembinaan Iman Anggota Keluarga di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Paroki Maria Assumpta Gamping”. Judul tersebut akan diuraikan menjadi lima bab sebagai berikut : Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II berisikan kajian pustaka dan hipotesis yang meliputi uraian tentang materi dari berbagai sumber pustaka tentang doa dalam keluarga Katolik yang meliputi pengertian doa, doa dalam keluarga, tujuan doa dalam keluarga, bentuk dan dampak doa dalam keluarga. Selain itu juga dideskripsikan mengenai pengertian keluarga Katolik yang meliputi Pengertian keluarga pada umumnya, keluarga Katolik dan permasalahan keluarga. Selanjutnya deskripsi mengenai pembinaan iman keluarga yang meliputi pengertian pembinaan, pengertian iman, dan aspek-aspek iman. Kemudian pada bagian akhir akan dideskripsikan mengenai pengaruh doa dalam keluarga yang meliputi doa dan iman keluarga, doa dalam hidup sehari-hari dan doa dalam penyelesaian masalah. Bab III berisi sejarah singkat mengenai paroki dan lingkungan. Kemudian akan dideskripsaikan mengenai metodologi penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, jenis penelitian, tempat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
dan waktu penelitian, responden penelitian, intstrumen penelitian, variabel penelitian. Pada bagian akhir bab ini akan dibahas mengenai laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan penelitian serta refleksi kateketis. Bab IV berisi usulan program tentang katekese keluarga
yang
meliputi pokok-pokok katekese dan program katekese keluarga. Usulan program katekese keluarga dimaksudkan untuk meningkatkan hidup doa dalam keluarga sebagai upaya pembinaan iman anggota keluarga melalui katekese keluarga. Bab
V
adalah
penutup.
Dalam
penutup
ini
penulis
akan
menyampaikan kesimpulan dari keseluruhan permasalahan skripsi dan memberikan saran yang dapat meningkatkan hidup doa dalam keluarga sebagai upaya pembinaan iman anggota keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II DOA DALAM KELUARGA KATOLIK DAN PEMBINAAN IMAN KELUARGA
Keluarga Kristiani di daerah Mejing 2 Paroki Maria Assumpta Gamping merupakan bagian dari Gereja lokal. Agar hidup beriman mereka semakin mendalam perlulah kiranya ada suatu pembinaan iman. Dalam bab ini secara khusus penulis akan menguraikan tentang; Doa dalam keluarga, keluarga Katolik, dan permasalahan keluarga Katolik. Pembinaan iman dalam keluarga Katolik juga menjadi perhatian penulis untuk melihat sejauh mana perkembangan iman keluarga di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2. Kemudian pada bagian akhir bab ini penulis menguraikan tentang pengaruh doa dalam hidup sehari-hari keluarga Katolik.
A.
Doa dalam Keluarga Katolik
1.
Pengertian Doa Dalam bagian ini akan diuraikan beberapa pengertian tentang doa menurut
pendapat para ahli. Pengertian doa menurut Marsudi (2007: 19) merupakan kualitas hubungan kita dengan Allah. Disebutkan dalam bukunya Doa itu Indah, Doa itu Mudah, doa dalam istilah Yunani disebut prouseukhe atau pray dalam bahasa Inggris, memiliki arti menghadap kepada, memohon atau sembahyang.
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Pengertian doa menurut St. Darmawidjaja, Pr (1972: 5) adalah “komunikasi iman dan penyerahan diri sepenuhnya kepada penyelengaraan Tuhan”. Komunikasi iman merupakan isi tetapi juga cara, isi komunikasi iman adalah pribadi Yesus Kristus sendiri. Dialah yang menentukan doa kita, yang dihidupi dan dihayati oleh para pewarta yang pertama, yakni para rasul. Iman kita merupakan hasil dari komunikasi iman para rasul dan semua yang hidup dalam iman rasuli. Komunikasi iman itu dapat dilakukan dalam berbagai macam cara sederhana misalnya; dengan ibadat bersama, dapat mengenangkan sejarah keselamatan manusia. Dan dalam komunikasi manusia itu kita membuka hati kepada Tuhan, menjadi sadar akan kehadiran-Nya dalam diri kita dan dalam kehidupan kita serta menyerahkan diri sepenuhnya kepada kebaikan-Nya, karena kita yakin bahwa Dia sebagai Bapa yang maha baik akan memberikan kepada kita segala sesuatu yang kita butuhkan. Menurut J. Sunarka S.J (1985: 1) doa adalah “perjumpaan kasih antara seorang pribadi dan Allah”. Perjumpaan itu dapat terjadi dalam berbagai bentuk misalnya: dalam suatu hubungan antara dua pribadi yang sungguh mendalam mereka dapat mengahayati perjumpaan satu dengan yang lain dengan berbagai macam cara. Contohnya bercakap bersama, duduk bersama, atau tidak dalam keadaan bersanding, karena mereka berdua selalu dalam kesatuan pribadi yang sungguh mendalam. Dalam bukunya Mengembangkan Kepribadian Lewat Rohani J. Sunarka, SJ (1985: 1-2) mengatakan, Supaya ada perjumpaan pribadi sekurang-kurangnya harus ada dua pribadi. Karena iman kita dapat mengerti bahwa Allah selalu hadir
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
dalam perjumpaan saya dengan-Nya dalam cinta dan doa, entah kehadiran-Nya itu saya rasakan/sadari atau tidak. Dalam iman roh kudus mewujudkan kehadiran-Nya dan kekuasaan-Nya, sehingga kita mampu mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Jadi hendaklah kita selalu meyakini bahwa dalam iman Tuhan selalu hadir, bersifat transenden dan bersikap penuh cinta terhadap diri kita, bahkan juga kalau kita sedang mengalami kekeringan dan kehambaran. Pengertian doa juga diungkapkan oleh Thomas H.Green, SJ (1988: 28) dalam bukunya Bimbingan Doa Hati Terbuka Bagi Allah mendeskripsikan bahwa dalam pengertian doa terdapat tiga unsur berikut : a.
Tuhan itu jauh di luar pengalaman kita, maka apa yang dibuat dan dikatakan manusia dalam doa tergantung pada apa yang dikatakan oleh Tuhan lebih dulu. Jadi dalam doa ada perjumpaan antara Allah dan manusia. Dan karena Allah itu Tuhan maka hanya Dialah yang dapat memperkarsai perjumpaan kita dengan Dia.
b.
Doa mengandaikan usaha dari pihak kita, artinya apa yang kita buat dan kita katakan merupakan sebagian doa dalam kebutuhannya, meskipun Tuhanlah yang selalu melangkah maju dan mendahului untuk mencapai kita.
c.
Doa melibatkan budi dan hati, yakni pengertian, perasaan dan kemauan maanusia yang merupakan tanggapannya. Budi merupakan hal terpenting dalam doa, karena orang tidak dapat mencintai apa yang tidak dikenalinya, pada hal doa bertujuan untuk berjumpa dengan Tuhan dalam segala hal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
Menurut J.G.S.S Thomson (1988: 28) doa merupakan kebaktian yang mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui dan memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi yang dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakasa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya. Dalam
Katekismus
Gereja
Katolik
(KGK
2559),
“Doa
adalah
pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-hal yang baik”. Dari mana kita berbicara, kalau kita berdoa? Dari ketinggian kesombongan dan kehendak kita ke bawah atau “dari jurang” (Mzm 130:1) hati yang rendah dan penuh sesal? Siapa yang merendahkan diri akan ditinggikan (Luk 18: 14). Kerendahan hati adalah dasar doa, karena “kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa” (Rm 8:26). Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis atau hamba. Dalam KGK 2558; Berdoa merupakan getaran hati suara nurani yang menyapa Allah, itulah sebuah pemahaman tentang arti doa dari ajaran Gereja Katolik. Suatu permohonan dan syukur kepada Allah. Oleh karena itu tidaklah dapat dipungkiri bahwa berdoa merupakan suatu bagian penting bagi orang beriman. Tanpa doa iman kita akan lemah tanpa daya, kering dan tidak berbobot, tapi dengan berdoa iman kita dikuatkan, diteguhkan, ditopang hingga kokoh kuat tak tergoyahkan. Maka kebiasaan berdoa bagi
kita umat Katolik sangatlah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
penting, baik itu dari anak-anak hingga orang tua dan kakek nenek tak terkecuali wajib berdoa. Namun berdoa macam mana yang harus dilakukan dalam keluarga? Itulah yang menjadi pokok persoalan. Jadi bisa dipahami bahwa “Doa” merupakan ungkapan isi hati manusia yang disampaikan kepada Allah dengan caranya sendiri. Seperti yang diketahui bahwa Allah itu Maha tau, Ia tau isi hati setiap manusia. Meskipun begitu manusia harus berdoa, menyampaikan isi hatinya kepada Allah karena Allah ingin mendengar sendiri secara langsung apa yang mau disampaikan oleh umatNya. Seperti seorang anak yang memohon kepada orang tuanya, untuk memberikan atau dibelikan sesuatu maka orang tua akan berusaha untuk memenuhinya. Demikian pula kita, jika kita memohon sesuatu kepada Allah, Allah akan mendengarkan dan menjawab kita dengan cara-Nya. Maka dari itu perlu kita membangun relasi yang mendalam dengan-Nya agar kita bisa merasakan-Nya dalam hidup kita sehari-hari. Berdoa berarti berbicara dengan Allah. Maka kita tidak perlu takut atau menjauhkan diri dari-Nya karena Ia sungguh mengasih kita umat-Nya, akan senantiasi mendengar isi hati kita. Doa menjadi suatu komunikasi iman, pernyataan iman, percakapan jiwa manusia dengan Allahyang sangat pribadi, sangat intim sehingga dalam komunikasi tersebut manusia mampu mendengar dan menjawab sapaan Tuhan dalam tindakan kongkrit setiap hari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
14
Doa dalam Keluarga Pada nasihat apostolik bulan November 1981, yang bertajuk Familiaris
Consortio di mana Paus Yohanes Paulus II menuliskan bahwa keluarga merupakan miniatur Gereja atau Ecclesia Domestica atau Gereja Rumah Tangga. Sebagai Gereja keluarga merupakan tempat kudus, tempat kehadiran Allah ditengah-tengah umat-Nya. Dengan demikian tempat yang kudus itu perlu dijaga dan dirawat dengan baik agar Ia tetap tinggal didalamnya. Cara praktis yang dapat dilakukan yakni mendekatkan diri dengan-Nya atau berkomunikasi dengan-Nya melalui doa bersama dalam keluarga. “Doa dalam keluarga merupakan tugas perutusan yang dapat diemban oleh suami-isteri
sebagai
konsekuensi logis dari tugas imamat Yesus Kristus. Secara praktis, doa dalam keluarga adalah doa yang
dipersembahkan bersama oleh semua anggota
keluarga” (Widyamartaya 1994: 105). Persatuan dalam doa konsekuensi
dan tuntuan dari
merupakan
makna sakramen babtis dan sakramen
perkawinan untuk mewujudkan tanggung jawab dan tugas perutusan sebagai anak-anak Allah. Selain itu doa dalam keluarga merupakan usaha
untuk
mempersatukan setiap anggota keluarga, keluarga dengan Gereja dan masyarakat. Melalui doa dalam keluarga juga dapat secara nyata memenuhi janji Yesus Kristus untuk hadir ditengah-tengah keluarga.
Menurut Paus Yohanes Paulus II (1993: 90), doa keluarga memiliki ciriciri sendiri. Doa itu dipanjatkan bersama: suami dan isteri bersama-sama, orang tua dan anak-anak bersama-sama. Persekutuan dalam doa sekaligus merupakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
konsekuensi dan persyaratan persekutuan yang dikurniakan melaui sakramen baptis dan pernikahan.
Peschke (2003: 157) menyatakan bahwa keluarga-keluarga dipanggil untuk mempertahankan dan memajukan kebiasaan doa bersama. Kebiasaan doa bersama pada pagi hari dan malam hari bersama dengan anak-anak, dan doa bersama pada saat makan, sangat patut dipuji. Sebuah keluarga yang tidak lagi berdoa bersama akan perlahan-lahan mengalami pemiskinan dalam semangat Kristen dan akan menjadi semakin sekular.
Menurut Heuken (2005: 126), doa bersama seluruh keluarga niscaya memberi kekuatan untuk mengamalkan janji yang diberikan satu sama lain pada hari perkawinan. Sedangkan menurut Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, mengikuti teladan orangtua dan berkat doa keluarga, anak-anak, bahkan semua yang hidup di lingkungan keluarga, akan lebih mudah menemukan jalan perikemanusiaan, keselamatan dan kesucian. Suami, istri yang mengemban martabat serta tugas kebapaan dan keibuan, akan melaksanakan dengan tekun kewajiban memberi pendidikan terutama di bidang keagamaan,yang memang pertama-tama termasuk tugasmereka. Dengan demikian, dari pemaparan dan pendapat yang telah disebutkan serta ajaran gereja yang telah diungkapkan diatas, maka dapat dikatakan bahwa doa dalam keluarga bukan hanya sekedar komunikasi belaka tanpa tujuan yang dapat diharapkan, melainkan sungguh
menjadi
unsur
pokok
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
dalam kehidupan keluarga kristiani. Keluarga yang selalu membiasakan diri berdoa bersama berarti mau membuka diri untuk megadakan dialog dengan Tuhan, melalui Yesus Kristus. Dengan kata lain, doa dalam keluarga bukan merupakan pelarian yang hanya akan dilaksanakan apabila diperlukan saja, tetapi sungguh merupakan motivasi yang dalam diri setiap anggota keluarga untuk memberikan kekuatan bagi yang lainnya untuk ikut serta melanjutkan misi gereja demi terciptanya dan terbinanya manusia-manusia beriman kristiani sejati. Melalui doa bersama dalam keluarga, maka tugas dan tanggung jawab keluarga sebagai Gereja Rumah Tangga akan dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini sesuai dengan apa yang di tegaskan Paus Yohanes Paulus II dalam Amanat Apostoliknya Familiaris Consortio (1981: art 59)
yang berbunyi:
“Martabat serta tanggung jawab keluarga kristen selaku Gereja rumah tangga, hanyalah terwujud berkat bantuan Allah yang tidak pernah berhenti, yang pasti akan diberikan bila itu dimohon dengan rendah hati dan penuh kepercayaan dalam doa”.
3.
Tujuan Berdoa dalam Keluarga
Hidup berkeluarga itu mempunyai berbagai tujuan. Ada tujuan yang pokok, ada pula tujuan-tujuan yang tidak begitu mendasar. Secara umum, tujuan orang berdoa adalah untuk memohon kepada Allah agar Dia mendengar dan menjawab permohonan kita. ”Allah memberikan rahmat karunia dan talenta yang spesifik untuk setiap individu, akan tetapi doa adalah karunia dan hak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
istimewa untuk setiap orang. Doa adalah pembuka pintu tahta Sang Jiwa” (Hadiwardoyo, 1994: 11). Doa bukanlah untuk memaksa Sang Jiwa melakukan hal-hal yang kita minta. Tetapi semata-mata untuk datang kepadaNya dengan penuh percaya hingga apa yang kita perlukan akan diberikan
kepada kita. Doa
pada dasarnya berarti mengangkat hati, mengarahkan hati kepada Tuhan sebagai ungkapan kehidupan iman, pengharapan dan kasih (Iman Katolik KWI, 1996:194). Allah akan menjawab doa hambaNya yang penuh percaya, namun tidak selalu dalam cara yang kita ingini. Dia paling mengetahui apa keperluan harian kita, di mana keperluan rohani kita lebih penting dari keperluan material. “Dalam hidup keluarga
perlu
menghargai betapa
istimewanya datang ke dalam hadirat Allah yang Mahakuasa dalam doa”. Kita tahu kita perlu berdoa karena dengan doa, kita mengakui kebergantungan pada satu sumber di luar diri kita - satu kuasa yang lebih tinggi. Dengan doa bersama keluarga juga dapat membangun relasi dengan Allah. Yang dimaksud dengan relasi disini adalah hubungan pertalian dua orang atau lebih. Kita bisa saja berkomunikasi dengan seseorang sekalipun kita tidak memiliki relasi atau tidak mengenalnya dengan baik. Akan tetapi hal itu tidak mungkin terjadi dalam doa yang benar kepada Tuhan. Doa yang dipanjatkan dengan hati yang sungguh-sungguh, yang mengungkapkan keberadaan keluarga diharapkan akan semakin membangun relasi yang harmonis dengan semua anggota keluarga dan Tuhan. Keluarga dalam kesehariaannya harus memiliki relasi yang baik dengan Tuhan agar komunikasi dengan-Nya menjadi lancar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Lebih dari itu relasi yang baik dengan Tuhan akan menolong kita untuk mengetahui kehendak-Nya (Marsudi, 2007: 21). Dengan demikian tujuan hidup keluarga dapat tercapai atau dengan kata lain, kerajaan Allah nyata dalam hidup keluarga karena ada kebahagiaan lahir batin bagi seluruh anggota keluarga. Seperti yang diungkapkan Widyarta (1974: 21), bahwa Kebahagiaan lahiriah yang dimaksud antara lain, keluarga dapat memenuhi kebutuhan jasmani untuk bisa tumbuh dan berkembang secara layak dan pantas. Kebahagiaan batiniah yaitu, bila keluarga sudah dapat memenuhi kebutuhan yang sifatnya rohani. Kedua kebutuhan itu erat, terikat menjadi satu, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Dengan melihat fakta kehidupan keluarga sehari-hari, baik yang disadari atau pun tidak, dalam keluarga Katolik tidak hanya menekankan pencapian tujuan yang bersifat duniawi saja, tetapi juga ingin mencapai tujuan yang bersifat rohani. Tujuan berkumpul dalam keluarga (berdoa bersama) untuk saling mendoakan, suami mendoakan isteri dan anak-anak, isteri juga mendoakan suami dan anak-anak dan anak-anak juga mendoakan orang tua. Sehingga dengan begitu dapat terwujud hidup rohani keluarga dimana Kabar Gembira penebusan Allah bagi seluruh anggota keluarga, mendapat bentuk yang nyata dalam kehidupan keluarga (Heuken, 1979: 18). Hal inilah yang menjadi saat-saat yang dinanti-nantikan keluarga Katolik dalam perjalanan hidupnya. Oleh karena itu doa bersama dalam keluarga merupakan kebutuhan seluruh anggota keluarga, Allah tidak membutuhkan doa kita, karena Allah adalah maha bahagia dalam diri-Nya sendiri. Kitalah yang membutuhkan doa itu maka kita selalu memohon dalam doa kepada-Nya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
19
Bentuk Doa dalam Keluarga Ada banyak cara untuk berdoa. Dalam keluarga pun bisa memilih bentuk
doa seperti apa yang dapat dilakukan sesuai dengan situasi yang dialami dalam keluarga tersebut. Doa bersama dapat dilakukan setiap saat dalam keluarga, baik itu dalam suasana syukur, kegembiraan, maupun saat-saat sebelum dan sesudah makan, saat ada kesusahan, saat ada kedukaan, atau juga pada saat salah satu anggota keluarga berulang tahun dan situasi lainnya (Pai, 2003: 17). Ernest Mariyanto (2005: 5-8) Dalam bukunya Doa dari Alkitab mengatakan salah satu bentuk doa yang paling tradisional dalam Gereja Katolik yakni berdoa biblis. Itu artinya kita berdoa dengan menggunakan Kitab Suci, membaca Kitab Suci. “Berdoa berdasarkan Kitab Suci ada manfaatnya. Kitab suci adalah wahyu Tuhan. Isi wahyu itu adalah Allah menyatakan diri dan rencana keselamatanNya kepada manusia”. Wahyu Tuhan itu ada yang berbentuk doa; doa demikian dapat kita namakan doa biblis. Karena itu mengenal doa-doa biblis akan membantu kita untuk mengenal Tuhan yang mewahyukan diriNya dalam Kitab Suci serta karya keselamatanNya kepada kita. Di samping itu kita percaya bahwa Kitab Suci adalah hasil karya Roh Kudus. Karena doa-doa biblis itu adalah bagian dari Kitab Suci, maka harus kita katakan bahwa doa-doa biblis itu adalah juga hasil karya Roh Kudus. Dengan demikian, “berdoa berdasarkan kitab suci, berarti mengakui karya Roh dalam teks Kitab Suci dan berdoa bersama dengan Dia. Bukankah Roh Kudus itu adalah daya ilahi yang memampukan kita untuk menyapa “Abba” / Bapa kepada Allah? Kita mampu berdoa karena dimampukan oleh Roh Kudus”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gereja
juga
mengambil
doa-doa
tertentu
dari
kitab
suci
20
dan
menjadikannya sebagai doanya seperti Luk 1:46-55 yang biasa dipakai dalam Ibadat Sore (Magnificat) atau Luk 1:68-79 yang biasanya dipakai dalam ibadat pagi (Kidung Zakaria dan kidung-kidung yang lain) (Mariyanto, 2005: 107). Hidup doa perlu dibangun secara terus-menerus, dalam keluarga hidup doa mampu membawa gerak perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Kehidupan keluarga akan dijiwai oleh doa, tentu saja berdampak pada sikap-sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang dikehendaki Allah. “Dengan demikian hidupnya menjadi bagian
dari doannya, dan doa menjadi kekuatan dalam hidupnya
sehingga mampu melaksanakan kehendak Allah dalam hidup bersama dengan orang lain, maupun dalam karya atau pekerjaan yang dilakukannya” (Darminta, 2006: 27-28). Jadi benar Kitab Suci bukan buku doa murni dalam arti di dalamnya tidak hanya ada sabda Allah yang berbentuk doa (berisi doa seperti doa bapa kami dalam Matius atau Lukas) tetapi ada juga berbagai hal lainnya. Sehingga Kitab Suci dapat membantu kita untuk berdoa dengan baik. Selain itu, ada beberapa bentuk doa yang bisa dilakukan dalam keluarga Katolik, misalnya : a. Doa Permohonan Dalam bukunya Doa dari Alkitab Ernest Mariyanto (2005: 153) memberi contoh; Neh 1: 4-15 ada dasar teologisnya : Allah hadir dan berkarya dalam kehidupan manusia. Ia hadir sebagai kekuatan yang hadir bukan di luar manusia melainkan sebagai Alfa dan Omega (huruf awal dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
akhir dalam abjad Yunani) dalam diri manusia. Ia adalah awal, dasar dan asal segalanya yang ada pada manusia sekaligus juga tujuan akhir segalanya, yang menarik segalanya kepadaNya. Karena itu dalam liturgi “upacara cahaya / lilin paskah” pada malam paskah, Gereja mengakui Kristus sebagai alfa dan omega. Kuasa Allah ini adalah kuasa yang merangkul, mempersatukan, menguatkan serta menarik kepadaNya, untuk menjalin hubungan pribadi dengan umat manusia. Ada hubungan pribadi antar dua insan, yang diungkapkan dan diterima/dimengerti oleh kedua belah pihak. Ungkapannya boleh bermacam ragam, kata-kata, senyum, beri hadiah dan lainya. Antara kita dan Tuhan Allah juga demikian. Ada hubungan pribadi antara kita dengan Tuhan. Dalam buku Iman Katolik, KWI (1996: 197) dikatakan bahwa “puji syukur kita kepada Tuhan Allah menyatakan pengakuan kita dan pengalaman kita terhadap kasih Allah kepada kita. Kasih Allah yang begitu konkrit kepada kita dapat mengundang kita untuk menjalin hubungan pribadi dengan Dia. Doa permohonan dapat menghantar orang kepada hubungan pribadi dengan Allah dan dengan sesama”. Karena pada dasarnya kita berdoa (memohon) berdasarkan pengalaman hidup kita di masa lampau atau sekarang. Pengalaman bahwa Allah berkarya dalam hidup dan mengabulkan doa kita. Pengalaman ini dapat mendorong kita guna menjalin hubungan akrab dengan Tuhan.Penyelenggaraan ilahi yang bersifat dialogal (mengundang jawaban dari kita umat manusia). Allah terlebih dahulu mengasihi kita (Ia mengambil inisiatip untuk mengasihi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
umat manusia sebagai undangan bagi kita). Dan kita manusia menjawabi undangan itu berupa doa permohonan dan doa-doa lainnya. Doa permohonan yang efektif tidak dapat memanipulasi Tuhan Allah sehingga mau atau tidak, Tuhan pasti mengabulkan doa kita atau doa itu berhasil secara otomatis. Doa permohonan yang efektif akan selalu menolak magic / kekuatan gaib. Karena orang yang mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan selalu menampakkan mutu hubungan pribadi itu dalam taat kepada kehendak Allah, percaya kepadaNya dan kesediaan guna melaksanakan kehendak Allah itu. Sehingga tidak ada hasil otomatis yang terjadi karena penggunaan kata-kata yang khusus, serta sikap-sikap dan tata gerak khusus. Kekuatan doa itu terletak dalam hubungan pribadi antara kita dengan Tuhan yang menyata dalam doa itu (Darminta, 1997: 46-48). Lalu doa permohonan resmi Gerejawi, biasanya didasarkan pada pengalaman Gereja di masa lampau. Karena itu doa-doa resmi Gereja biasanya terdiri dari sapaan, isi dan penutup. Pada bagian isi, biasanya Gereja kemukakan pengalaman dulu sepintas lalu, baharu menyusul permohonannya. Salah satu contohnya demikian: “Allah, Bapa yang kekal, Engkau telah berkenan memberi kami teladan hidup keluarga kudus (kenangan masa lampau). Bantulah rumah tangga kami untuk meniru kebajikan hidup mereka dalam ikatan cinta. Jelas bahwa pengalaman hidup entah keluarga ataupun pribadi sangat penting dalam kehidupan doa, juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
dalam doa permohonan keluarga. Di sini sebenarnya peranan iman dalam doa. Tanpa mengimani karya Allah yang terjadi dalam keluarga, orang tidak tergerak untuk berdoa atau berpikir bahwa doa itu hanya buangbuang waktu saja. Sehingga mutu doa keluarga sangat ditentukan oleh pengalaman keluarga akan karya Allah yang terjadi di tengah keluarga. Semakin keluarga menyadari karya Allah di dalamnya, keluarga semakin tergerak untuk berdoa dengan hikmat (Darminta, 1997: 48-49). b.
Doa Penyesalan (Tobat)
Ernest Mariyanto (2005: 53) mengungkapkan bahwa sebenarnya ada kaitan antara doa penyesalan/tobat dan permohonan. Dalam doa ini, kita mengakui keadaan kita yang kita lihat (alami) berdasarkan pengalaman kita akan hakekat Allah. Kita mengakui ketidak-layakan kita karena berdosa. Dosa telah mengundang hukuman dari Allah. Tetapi bagi orang yang percaya, hukuman itu merupakan tanda bahwa Allah tidak meninggalkan kita, sebaliknya mengundang atau menyadarkan kita akan keadaan kita, membangkitkan rasa tobat untuk berbalik kepada Allah (Luk 15:11-32) (Pai, 2003:67). Dengan demikian doa bentuk ini hanya dapat terjadi jika ada kesadaran akan keadaan hidup. Jika kita menyadari keadaan hidup sebagai yang kurang berkenan akan yang mahakuasa, maka kita akan tergerak memohon ampun. Tetapi jika rasa aman-aman saja, maka kita juga akan dingin-dingin saja ketika berada di hadirat Allah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
24
Doa Syukur
Doa syukur merupakan jawaban yang paling khusus dan penting terhadap Allah yang berkarya: dalam ciptaan (dunia sekitar dan kita), dalam sejarah, dalam pengalaman pribadi setiap orang, dan dalam pengalaman bersama: kejadian-kejadian khusus. Contoh Luk 1:46-55. Dalam hal doa yang berbentuk puji syukur, perlu kita sebutkan bahwa yang paling agung adalah doa syukur agung dalam perayaan Ekaristi. Sepintas lalu disampaikan bahwa doa ini adalah doa syukur dan pujian penuh kegembiraan kepada Bapa dan juga doa permohonan kepadaNya, yang diucapkan atas roti dan anggur. Syukur dan pujian kepada Allah Bapa, atas karya kebaikanNya yang ajaib; di antara karya-karya ajaib itu yang pertama dan terpenting adalah penebusan kita dalam Kristus, Tuhan kita; bagian doa ini namanya prefasi (Mariyanto, 2005: 77, 86-88). Pertama-tama perlu dikemukakan bahwa prefasi itu berarti pemakluman dengan lantang karya-karya ajaib Allah, sebagai dasar dan sebab Gereja untuk bersyukur dan memuji Tuhan. Puji dan syukur itu sama sekali tidak menambah kemuliaan Tuhan (kemuliaan Tuhan itu tetap ada, tidak bertambah atau berkurang), tetapi kita umat kristiani harus melaksanakannya karena di dalamnya terletak keselamatan kita. Artinya keselamatan kita terletak dalam puji dan syukur kepada Tuhan baik dalam doa maupun dalam tindakan-tindakan nyata (Darminta, 1997: 51).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Kita dapat belajar dari doa resmi Gereja yang disebut prefasi itu. Kita memuji dan memuliakan Tuhan, karena karya-karyaNya yang ajaib bagi dan dalam hidup keluarga. Tapi persoalannya adalah apakah ada karya ajaib yang Tuhan laksanakan dalam keluarga ? Apakah kita sadar akan karya-karya itu? Kesadaran ini akan menentukan mutu hubungan pribadi keluarga kita dengan Tuhan serta mutu doa kita kepadaNya. Kita mudah bersyukur kepadaNya jika kita menyadari karyaNya yang konkrit bagi keluarga. Dan orang katakan mutu doa keluarga akan sangat menentukan mutu liturgi paroki. Jika keluarga sungguh menghayati doa dalam keluarga, maka keluarga yang sama juga dapat menjadikan liturgi sebagai suatu kesempatan puji syukur kepada Tuhan (Darminta, 1997: 5152).
d.
Doa Lisan Seperti yang terlihat dalam buku “Katekismus Gereja Katolik” ada
tiga bentuk pokok doa yaitu: doa lisan, doa renung dan doa batin. Salah satu bentuk doa yang penulis kutip ini adalah doa secara lisan. Bentuk doa lisan ini juga dapat dilakukan dalam keluarga. Seperti yang diungkapkan (Darminta, 1981: 92) semua doa yang diucapkan atau dibaca dari teks yang sudah ada. Dalam hal ini dapat dengan mudah dilaksanakan baik secara pribadi maupun bersama. Doa lisan menjadi cara pertama doa batin karena melalui doa lisan kita menyadari apa yang kita doakan, dengan siapa kita berbicara,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
sehingga doa lisan tidak hanya membaca rumusan kata namun sungguh menjadi doa batin. Dalam hal ini, yang terpenting adalah kehadiran dan kesungguhan hati kita berbicara kepada Tuhan dalam doa (KGK, 2704). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa doa lisan merupakan doa yang diucapkan atau diungkapkan secara langsung atau menggunakan teks yang sudah ada. Doa lisan diungkapkan dengan rumusan yang sudah ada, atau yang sudah terpikirkan dalam benak sebelum diucapkan. Yang terpenting adalah bukan banyaknya kata-kata yang diucapkan melainkan kehadiran dan kesungguhan hati untuk bertemu dengan Tuhan melalui doa tersebut.
5.
Dampak Doa dalam Keluarga
Doa bersama dalam keluarga dapat menjadi saat untuk berkumpulnya seluruh anggota keluarga. Melalui doa bersama juga seluruh anggota keluarga dapat mengungkapkan imannya, dan bersyukur kepada Allah atas anugerah yang diterima dalam hidupnya. Dengan doa bersama, seluruh anggota keluarga dapat saling “merasakan sesuatu keakraban dan merasa sebagai suatu kesatuan saudara dalam seiman dalam Kristus”. Akhirnya mereka terdorong untuk semakin meningkatkan kehidupan imannya yang terwujud di dalam keluarga (Pai, 2003: 215). Bagi sebagian orang,“syukur adalah rasa yang dialami sewaktu selesai berdoa. Perasaan syukur, lega, ketika doa pribadi ataupun bersama itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
merupakan sesatu yang wajar, mengingat dalam doa orang menyampaikan segala keluh kesahnya kepada
27
berbicara-
Allah”. Beban hidup
dan
permasalahan yang dialami begitu banyak dalam kehidupan (keluarga) namun untuk orang beriman berdoa merupakan cara untuk sejenak menghentikan segala aktivitas untuk berkomunikasi dengan Allah. Dengan berdoa orang akan menjalin relasi/hubungan yang dekat dengan Allah, dan bisa merasakan kehadiran Allah melalui sesama ataupun orang-orang terdekat yang ada di sekitarnya (Pai, 2003 : 24). Dengan demikian, seperti yang telah difirmankan-Nya “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” ( Mat 7:7) dengan berdoa dan meminta kepadaNya dengan penuh keyakinan maka kita akan mendapatkan apa yang kita harapkan meskipun dalam bentuk yang lain. Tuhan selalu mempunyai cara sendiri untuk menunjukkan kasih-Nya kepada kita. Jadi dengan iman serta keyakinan yang mendalam kepada-Nya kata akan dipuaskan oleh-Nya, dan akhirnya kita akan memperoleh ketentraman, suka cita, dan damai dalam hidup.
B.
Keluarga Katolik
1.
Keluarga pada Umumnya Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Salvicion dan Celis (1998) (dalam Arianto Sam, 2008:1) mengungkapkan bahwa: Di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Wignyasumarta (2014: 25) mengungkapkan bahwa Keluarga merupakan unit kesatuan yang terkecil, yang juga menentukan baik buruknya kehidupannya. Mereka hidup saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Sam, 2008:1). Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah kumpulan individu-individu atau pribadi-pribadi, dua atau lebih dalam satu ikatan darah yang sama, yang hidup dalam satu rumah tangga dan dalam kebersamaannya saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam memainkan perannya (tugasnya masing-masing). Ada rasa saling membutuhkan dan ketergantugan satu sama lain, sulit untuk berpisah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
29
Keluarga Katolik Secara khusus keluarga Katolik itu terbentuk karena adanya perjanjian
nikah secara sah di hadapan seorang imam. Perkawinan dalam Katolik merupakan perjanjian bebas antara seorang pria dan seorang wanita yang bertujuan membangun kebersamaan seluruh hidup. Maka janji perkawinan harus ditampakkan dalam penghayatan hidup sehari-hari. Sebagai konsekuensi, keluarga kristiani perlu secara terus menerus menghayati ciri perkawinan kristiani yang mengimani Kristus. Keluarga Katolik adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian ini dibangun dari pengertian Kristen itu sendiri. Kristen artinya menjadi pengikut Kristus, yang meneladani hidup dan ajaran-ajaran Kristus (Piet Go, 1999: 69).
Keluarga merupakan suatu unit dasar kehidupan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Dasar kehidupan keluarga Katolik harus dibangun pada suatu relasi yang akrab atas dasar saling membutuhkan dan saling melengkapi dalam semangat cinta kasih (Harun,1998: 23). Dalam “Pedoman Pastoral Keluarga”KWI (2010: 5) disebutkan bahwa keluarga merupakan buah dan sekaligus tanda kesuburan adikodrati Gereja, memiliki ikatan yang sangat
mendalam, sehingga keluarga disebut sebagai
Gereja Rumah-tangga (ecclesia domestica). Sebutuan ini memperlihatkan fungsi dari keluarga sebagai bentuk kecil dari gereja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga Katolik adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat dalam hidup. Inilah yang disebut dengan keluarga kecil atau keluarga inti Kristiani. Atau kalau yang dikenal dalam Kitab Suci keluarga pertama di dunia ini dibentuk oleh Allah sendiri yakni keluarga Adam (Kejadian 1:27-29). Adam sebagai suami Hawa sekaligus ayah dari Kain dan Habel; Hawa sebagai istri Adam sekaligus sebagai ibu Kain dan Habel; Kain dan Habel sebagai anak-anak dari Adam dan Hawa. Inilah keluarga pertama yang dibentuk oleh Allah. Selain keluarga kecil atau keluarga inti, ada juga yang disebut keluarga besar, yaitu persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anakanak serta kakek, nenek, paman dan bibi, dan lain-lain. Mereka berasal dari hubungan keluarga (kekerabatan) ayah maupun keluarga (kekerabatan) ibu.
3.
Pemasalahan Keluarga Katolik
Situasi lingkungan keluarga dewasa ini menampilkan segi-segi yang positif dan negatif: “segi-segi yang positif merupakan tanda karya penyelamatan Kristus yang bekerja dalam dunia. Sedangkan segi-segi negatif merupakan tanda penolakan manusia terhadap cinta kasih Allah” (Widyamartaya 1994: 20) Zainudin Lubis (1963: 146) mengatakan bahwa “pada umumnya dalam menghadapi permasalahan rumah tangga, banyak hal yang harus dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan”. Permasalahan yang dialami oleh keluarga Katolik saat ini juga sangat beragam, sama halnya dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
permasalahan
keluarga-keluarga
pada
umumnya.
Tentu
saja
31
dengan
perkembangan zaman yang begitu pesat membuat keluarga harus dapat menyikapinya dengan benar akan hal-hal yang dialami. Banyak keluarga saat ini menghadapi kesulitan dengan waktu untuk dapat berkumpul bersama. Masing-masing anggota mempunyai kesibukan dan acara masing-masing. Rumah menjadi tempat singgah sementara. “Kebersamaan menjadi salah satu ciri utama keluarga yang harus dipupuk dengan komunikasi dan waktu bersama”. Hal-hal ini menjadi peluang dan kesempatan untuk membangun solidaritas dan sosialitas diantara anggota keluarga (Bala Pitu Duan, 2003: 76). Dengan demikian untuk membangun kebersamaan dalam hidup keluarga, setiap anggota keluarga perlu menyadari bahwa pribadinya merupakan bagian dari anggota keluarga yang lain. Memiliki rasa yang sama, untuk membentuk persekutuan dan saling berbagi satu sama lain merupakan hal pokok beradanya sebuah keluarga. Dengan begitu, akan dapat mengurangi problem yang akan timbul dalam keluarga.
C.
Pembinaan Iman Keluarga
1.
Pengertian Pembinaan
Pada bagian ini penulis akan mendeskripsikan beberapa pengertian tentang “pembinaan”, pengertian pembinaan di sini
diambil dari beberapa
artikel yang didapat dari buku dan majalah. Pengertian pembinaan penulis batasi pada arti kata pembinaan itu sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a.
32
Kata pembinaan menurut etimologi berasal dari kata “bana” yang berarti membangun sedangkan kata binaan berarti pembangunan, apabila iman diartikan sebagai pandangan dan sikap hidup, maka pembinaan iman berarti membina manusia seutuhnya (Syahruddinalga, 2011: 1).
b.
Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sabar, berencana, teratur dan terarah serta bertanggungjawab untuk mengembangkan kepribadian dengan segala aspek-aspeknya (Mardi Prasetyo, 2000 : 98).
c.
Menurut Urwick (dalam Ombar Pakpahan) Pembinaan adalah suatu proses, perbuatan, cara, pembaharuan, penyempurnaan, usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik, sesuai dengan yang diinginkan untuk mencapai tujuan (2013:1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah seuatu
pembaharuan dari proses yang telah dilaksanakan dengan cara-cara tertentu, baik itu dalam kegiatan maupun dalam kaitannya dengan mengembangkan aspek kepribadian manusia menuju kepada yang lebih baik dan sempurna, sehingga dapat berdaya guna. Setelah kita mengetahui pengertian pembinaan dari beberapa pendapat di atas, maka pada bagian berikut ini kita akan melihat pengertian iman.
2.
Pengertian Iman
Gereja mengajarkan bahwa iman itu adalah pemberian atau karunia yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita melalui Roh Kudus, atau dengan kata lain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
iman merupakan rahmat yang diberikan oleh Allah secara cuma-cuma. Dalam buku “Iman Katolik” menuliskan bahwa iman adalah penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa, melainkan sukarela. Menurut Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka, MSF (2002: 47) Iman dalam bahasa Yunani disebut “pistis”, dalam bahasa Latin disebut “Fides” dan bahasa Inggris disebut “Faith” biasanya diartikan sebagai keyakinan dan penerimaan wahyu Allah. Dalam bahasa Indonesia “beriman” lebih dimaksudkan dalam hubungan dengan Allah; sedangkan “percaya” kerap kali dipakai dalam hubungan antar manusia. Namun dalam bahasa Inggris kata believe bisa dipakai untuk hubungan dengan Allah, tetapi juga dapat dimaksudkan dengan manusia. Dalam konteks teologi kata “iman” dan “percaya” dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan manusia dengan Allah, terutama dalam menerima wahyu-Nya. Katekismus Gereja Katolik KWI (166-169,181) mengungkapkan bahwa iman merupakan tindakan pribadi karena ia adalah jawaban bebas manusia kepada Allah yang menyatakan diri-Nya. Tetapi dalam masa yang sama kegerejaan yang mengungkapkan dirinya sendiri di dalam pewartaan, “kami percaya”. Sebenarnya Gerejalah yang percaya; dan dengan demikian oleh rahmat Roh Kudus mendahului, membentuk dan menyuburkan iman setiap umat kristiani. Oleh sebab inilah Gereja adalah Ibu dan Guru. Menurut I. Ismartono, SJ (1993: 138-149), Iman itu kurnia, iman itu anugerah bebas dari Alllah tetapi setelah manusia beriman, dia dipanggil untuk mengerjakan keselamatan. Keselamatan adalah sebuah hasil dari iman. “Imanmu telah menyelamatkan engkau” (Luk 17:19). Orang beriman dipanggil untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
mngerjakan keselamatan dengan menyampaikan yang telah diperoleh dari Allah secara cuma-cuma itu kepada kepada sesamanya secara cuma-cuma (Kis 2: 47). Iman adalah penyerahan diri secara total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa, melainkan “sukarela”. Iman juga dapat diartikan sebagi suatu kepercayaan. Untuk mencapai taraf iman orang harus terlebih dahulu percaya. Orang dapat percaya akan sesuatu hanya jika ia mengetahuinya, oleh karena itu penting sekali bagi kita untuk mengetahui apa yang kita imani. Dengan demikian dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan iman merupakan suatu usaha atau tindakan yang dilakukan manusia untuk dapat semakin dekat dengan Allah, dengan cara menyerahkan diri secara total dan percaya akan penyelenggaraan-Nya. Pentingnya pembinaan iman dalam diri seseorang karena dengan iman yang merupakan tindakan penyerahan diri secara total kepada Allah membuat manusia menyadari bahwa ia lemah dan membutuhkan kasih dan karunia dari Allah. Dengan beriman dapat mengantarkan kita pada suatu keselamatan karena iman adalah sarana yang dengannya kita diselamatkan (Roma 10:9), dan jalan menuju pengharapan yang pasti (Ibr 11:1). Sampai saat kebangkitan kita, kita dijaga oleh kuasa Allah melalui iman (I Ptr 1:5).
3.
Pembinaan Iman Keluarga
Kita lahir di dalam dunia ini melalui sebuah keluarga yang didirikan oleh pasangan suami isteri. Melalui keluarga kita mengenali dan mengalami kehidupan sebagai manusia. Melalui keluarga juga kita dapat mengalami cinta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
kasih Allah melalui ibu dan bapak. Dalam “Pedoman Pastoral Keluarga” KWI (2010: 10), Keluarga adalah kasih yang membuahkan kebaikan bagi semua anggotanya. Keluarga merupakan sekolah pertama bagi setiap insan untuk belajar memahami dan menghayati arti dan tujuan kehidupan di dunia ini, dengan kata lain keluarga menjadi tempat utama di mana pembentukan awal kemanusiaan dan iman. Kebersamaan dalam keluarga akan memberikan kesempatan tersendiri bagi keluarga untuk memperkaya diri dalam iman. Iman keluarga tidak hanya tumbuh oleh peristiwa-peristiwa yang dialami oleh keluarga sendiri, melainkan juga ada pengaruh dari luar. Dalam kebersamaan itu, setiap anggota keluarga belajar bagaimana menghayati iman. Peranan orang tua sehubungan dengan ini sangat penting. Kedewasaan, terutama bagi anak-anak tergantung mutlak dari kesetiaan orang tua. Orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk membimbing anak-anaknya mengenal Allah dan ajaran-ajaran-Nya. Tugas ini penting dan harus dilaksanakan terus menerus, sehingga kelak anak-anak sungguh menjadi manusia yang utuh dan sempurna (Bala Pitu Duan, 2003: 102). Salah satu bentuk kebersamaan dalam keluarga yang tidak pernah boleh dilupakan adalah berdoa bersama. Doa merupakan unsur pokok dalam kehidupan kristiani. “Alangkah baiknya jikalau keluarga selalu berkumpul dan berdoa bersama, sebab dengan itu dapat memberikan penghiburan, doa dapat menyatukan, doa dapat menyembuhkan dan doa membuat rasa aman. Oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
sebab itu doa dalam keluarga merupakan suatu elemen yang tidak boleh hilang” (Bala Pitu Duan, 2003: 66). Hidup keluarga tidak selamanya menyenangkan, atau tidak selamanya damai sejahtera dan tidak selalu bahagia. Kebahagiaan dan kemalangan, harapan dan kecemasan selalu menyertai keluarga dalam setiap langkah perjalanan hidupnya. Oleh karena keadaan itulah, maka hendaknya keluarga bersedia membuka hati untuk menerima uluran kasih Allah. Harapan keluarga akan uluran
kasih
Allah
dalam
doa
merupakan
tanda
bahwa
keluarga
menggantungkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Doa sungguh merupakan pendorong bagi keluarga
untuk melaksanakan
tugas dan tangung jawab
sebagai sel dari masyarakat (Widyamartaya, 1994 : 105).
4.
Aspek-Aspek Iman
Dalam buku Iman Katolik (1996: 130) dijelaskan bahwa pengalaman religius, iman dan pengetahuan merupakan aspek-aspek dalam hidup orang beriman. Aspek pengalaman religius yang dimaksud adalah pengalaman manusia yang sungguh-sungguh menghayati karya dan kebaikan Allah yang berpuncak dalam diri Yesus Kristus dan karena pengalaman itu manusia sampai pada kemauan bebas untuk menyerahkan diri kepada Kristus. Sedangkan penyerahan iman yang dimaksud di sini tidak lain adalah jawaban atas wahyu yang telah berkarya. Dengan adanya penyerahan
iman orang tidak
saja
mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan tetapi juga mewujudkan tindakan atau perbuatan sesuai dengan ajaran-Nya. Lalu yang dimaksud dengan pengetahuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
iman di sini ialah umat kristiani yang dituntut secara terus menerus meningkatkan pengetahuan imannya, sehingga seiring dengan perkembangan pengetahuan imannya itu dirinya dapat dipertanggungjawabkan. Orang yang beriman tahu lebih mendalam akan Allah justru dalam penyerahan iman. Tidak mungkin mengenal seseorang tanpa mengetahui apa-apa mengenai dirinya. Orang tidak akan menyerahkan diri kepada Allah, kalau ia tidak mengetahui siapakah Allah itu. Supaya dapat beriman dengan sungguh-sungguh, manusia harus mengetahui kepada siapa ia menyerahkan dirinya (Lumen Gentium, art 14). Penyerahan diri manusia seutuhnya kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman (Rm 16:26; Rm 1: 5, 2Kor 10:5-6) demikian manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan diri dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran, wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya (DV 5). Manusia mengakui dirinya sebagai hamba tak berguna di hadapan Allah (Luk 17:10). Iman merupakan penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa melainkan dengan “sukarela”. Sikap ini merupakan pokok iman, Sifat iman bebas merdeka (Sutrisnaatmaka, 2002: 48-51). Kita perlu mengetahui dan memahami sesuatu yang kita imani, dalam konteks ini kita harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengetahui siapa yang kita percayai, dan apa yang telah Kristus lakukan bagi kita. Salah satunya adalah kita meyakini bahwa Kristus mengorbankan diri-Nya dengan mati di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
kayu salib untuk menyelamatkan hidup kita dari segala yang jahat dan menebus dosa manusia. Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa tanpa pengetahuan mustahil terdapat iman sejati. “Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci” (Luk 24:45). “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran akan firman Kristus” (Rm 10:17). Kita harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk menyadari bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang memerlukan penebusan, bahwa kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri dan hanya Kristus yang dapat menebus kita dari dosa dan dari murka Allah, dan bahwa Kristus mati dan bangkit bagi kita (Konferensi Wali Gereja Indonesia,1996: 130-131). Dari pemaparan pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa aspekaspek dari iman itu ada tiga hal yang penting, diantaranya pengalaman religius, iman dan pengetahuan. Ketiga hal tersebut harus diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan terlihat jelas iman akan orang tersebut. Orang yang beriman akan setia dan mempunyai militansi atas imannya diharapkan dapat mewujudkan imannya dengan terlibat dalam kehidupan Gereja dan demi perkembangan Gereja. Tentu harapannya keterlibatan mereka nampak dalam 4 pilar kegiatan Gereja, yaitu bidang perayaan iman (leiturgia), pewartaan (kerygma), persekutuan (koinonia), pelayanan (diakonia). Semuanya itu merupakan wujud kesaksian hidup (martyria) mereka sebagai anggota Gereja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D.
39
Pengaruh Doa dalam Keluarga 1. Pengaruh Doa dan Iman Keluarga
Salah satu ciri khas dari hidup sebagai orang beriman adalah berdoa. Jika seseorang mengatakan bahwa dirinya adalah orang beriman tetapi dalam kenyataan hidupnya tidak pernah berdoa, maka orang tersebut diragukan kebenaran imannya. Dalam kenyataannya sungguh memprihatinkan, karena orang yang mengatakan dirinya sebagai orang beriman ternyata mengalami kesulitan dan kekeringan dalam berdoa, bahkan seringkali mengucapkan katakata doa tetapi hatinya tidak berdoa. “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku” (Mat,15:8), (Marsudi, 2007: 168). Keluarga
menjadi
tempat utama untuk
iman anggotanya
dapat
berkembang. Hal tersebut dapat terlaksana bila doa bersama dilakasanakan dalam keluarga. Berdoa bersama berarti menyatuhkan hati dan pikiran untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan Allah. Doa bersama dalam keluarga tentu akan menciptakan suatu pembiasaan untuk anggota keluarga, karena keluarga akan berkumpul bersama dan berdoa, dalam kebersamaan itu akan semakin mengenal satu sama lain, sehingga semua anggota keluarga akan merasa dekat, saling cinta dan tentu itu akan menjadi suatu pemandangan yang indah untuk keluarga katolik (Zainudin Lubis, 1963: 124).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
2. Pengaruh Doa dalam Hidup Sehari-hari
Hidup ini bagaikan roda yang berputar, kadang diatas namun juga kadang harus berada dibawah. Demikian ungkapan yang mungkin dapat melukiskan dinamika kehidupan keluarga saat ini. Dalam hidup tidak selamanya baik-baik saja, namun juga kegagalan selalu saja ada. “Dalam hidup keluarga juga tentu tidak lepas dari rasa marah, benci, kecewa, yang dapat menimbulkan tindakantindakan yang dapat membuat hubungan dalam keluarga tidak harmonis” (Piet Go, 1994: 42). Dalam hidup sehari-hari, sikap keyakinan dan kepercayaan akan kuasaNya, maka kita akan selalu dekat dengan Dia. Untuk mengenal dan dekat dangan pribadi-Nya tentu tidak lain hanya dengan memberi banyak waktu untuk-Nya. Karena Dia tau apa yang kita inginkan, maka dari itu kita perlu untuk latihanlatihan rohani untuk mengatur emosi kita. Emosi yang negatif harus diubah menjadi positif karena dengan begitu akan tampak dalam perilaku dan interaksi kita dengan sesama-orang lain (Piet Go, 1994: 35). Berdoa
juga akan membuat kita menjadi tenang dalam berpikir dan
bersikap serta menjalani hari-hari/ aktivitas kita, dengan begitu segala rencana dan kegiatan yang akan dilaksanakan dapat terlaksana. Segala sesuatu akan menjadi sia-sia jikalah itu bukan menurut kehendak-Nya (Marsudi, 2007: 56).
3. Pengaruh Doa dalam Penyelesaian Masalah Thomas E Marsudi (2007: 37) mengungkapkan bahwa secara rohani kita mempunyai musuh yang harus kita perangi, dan sejata perang rohani yang paling
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
efektif adalah doa. tiga musuh tersebut adalah (3D); dosa, daging dan dunia. Kita harus dapat melawan kita hal tersebut dalam hidup, karena dengan demikian kita akan sadar untuk mengurangi konflik dalam hidup kita. Manusia bisa hidup tanpa doa, tetapi manusia bukannya seonggok daging yang bernyawa. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang memiliki unsur rohani. Sekalipun sementara waktu orang berani mengatakan “Doa atau tidak berdoa sama saja”, Alkitab telah menegaskan bahwa doa adalah sarana komunikasi antara manusia dengan Allah. Dengan berdoa orang akan sejenak berhenti dari aktivitasnya dan waktu itulah yang akan digunakan untuk berefleksi akan masalah yang dialaminya. Perlu disadari bahwa hidup adalah peperangan rohani. Tidak ada alternatif lain. Kita harus banyak berdoa. orang yang tidak berdoa atau kurang berdoa adalah orang yang kalah. Setiap orang dalam hidup tidak lepas dari masalah; baik itu menyangkut segi jasmani maupun rohaninya. Maka pesan santo Yakobus ini dirasa penting untuk dilaksanakan; “Karena itu tundaklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis maka ia akan lari dari padamu ! berdoalah (Yak 4: 7), ( Marsudi, 2007: 44). Lebih lanjut Thomas E Marsudi (2007: 47 - 49) mengatakan didunia ini banyak hal yang membuat hidup kita seperti berada dalam kegelapan. Kegelapan rohani yang tidak terungkap indra dan akal manusia. Namun, kita harus menghadapinya. Kegelapan hidup bisa kita rasakan karena adanya problem atau masalah baik itu dalam diri sendiri, keluarga atau pun lingkungan masyarakat. Adanya perilaku tidak baik, perilaku bodoh (Luk, 6: 28), atau kekhawatiran akan masa depan (Yak, 1: 5), adanya kesedihan yang tak beralasan, adanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
keputusasaan (Mazmur,88: 2,3, 88: 6,7 ). Semua kondisi ini bisa menyebabkan kita
kita berjalan dalam kegelapan dan kita memerlukan penerangan Roh
Kudus. Hanya doa yang bisa menjadi sarana
untuk memohon penerangan
rohani. Tidak semua kondisi akan langsung berubah karena doa, tetapi orang yang berdoa diberi penerangan rohani secara langsung untuk menghadapi berbagai kondisi (Hadisubrata, 1990: 27). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa doa mempunyai peran tersendiri bagi kehidupan manusia. Setiap orang perlu menyadari betapa pentingnya doa. karena dengan berdoa selain kita depat menjalin relasi dan komunikasi yang intim dengan Allah, kita pun akan mendapat penerangan roh kudus, yang akan membuat kita siap untuk menghadapi segala problem hidup yang ada. Hidup tidak lepas dari masalah. Setiap orang tentu akan mengalaminya masalah baik pribadi maupun bersama (keluarga), oleh sebah itu doa dapat dijadikan kebiasaan untuk dilakukan setiap hari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III PENELITIAN PENGARUH DOA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA PEMBINAAN IMAN ANGGOTA KELUARGA KATOLIK DI LINGKUNGAN SANTO STEFANUS MEJING 2 GAMPING SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
A.
Gambaran Umum Paroki Maria Assumpta Gamping dan Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2
1.
Sejarah Singkat Paroki Maria Assumpta Gamping (Uraian mengenai Paroki Maria Assumpta Gamping, penulis menggunakan
sumber dari buku pedoman pelaksanaan Dewan Paroki 2008, dan informasi dari sekretariat Paroki Gamping). a. Umat Pertama Pertumbuhan umat paroki Gamping sangat erat hubungannya dengan Kramaredja, cucu dari Raden Panewu Djajaanggada, abdi dalaem Kasultanan Ngayojakarta Hadiningrat yang bekerja sebagai penjuang gamping. Kramaredja mempunyai kedekatan dengan Romo Frans van Lith SJ (seorang pastor Belanda berjiwa Jawa) karena sering ke Muntilan, pada saat itu juga di Muntilan sedang dibangun gedung Kolese Xaverius. Bendot Djajautama, anak sulung Kramaredja, atas petunjuk ayahnya yang mempunyai kedekatan dengan Romo Frans van Lith SJ mengikuti pendidikan guru. Sewaktu menjadi guru di Indramayu, ia berkenalan dengan Den Mas Djajus, seorang guru yang beragama Katolik berasal dari Sala.
43
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Dari situlah ia kemudian mendalami agama Katolik dan dibaptis sekitar tahun 1981. Setelah dibaptis, Bendot Djajautama membimbing adik-adiknya yaitu Sarwana Brataanggada supaya belajar di Normaal school di Muntilan, dan dibaptis di Muntilan pada tahun 1919. Juga mengarahkan adik perempuannya untuk belajar baca tulis dan bekerja di pabrik cerutu Negresco (sekarang Tarumartani). Dengan cara itulah adik-adiknya dan orangtuanya menjadi Katolik. Kramaredja sendiri dibaptis dengan nama baptis Bartolomeus pada tanggal 10 Nopember 1920 oleh Rm. H.Van Driessche,SJ. beliaulah yang tercatat sebagai umat pertama di Gamping.
b. Tumbuhnya Biji Sesawi Demikianlah umat pertama di Gamping, berkat biji sesawi yang tumbuh dalam keluarga Kramaredja, iman kristiani tumbuh pula pada keluarga lain dan menyebar ke desap-desa sekitar Gamping, seperti Banyuraden, Onggobayan, Mejing, Pasekan, dan Gancahan. Pada tahun 1923, Rm. F. Straeter SJ membuka Volkschool di Mejing, bertempat di kediaman Partadikrama dengan guru al. Bendot Djajautama dibantu Reksaatmadja. Ketika umat berjumlah 50 orang, mereka mendapatkan misa sebulan sekali. Lambat laun ketika umat di Gamping berkembang menjadi 100 orang, mereka mendapatkan misa sebanyak dua kali dalam sebulan, bertempat di SD Kanisius Mejing. Akan tetapi pada minggu-minggu biasa sebagian dari mereka harus berjalan kaki ke kota,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
antara lain ke gereja Kidulloji, Kumetiran dan Kotabaru, dan Pugeran untuk mengikuti misa.
c. Perkembangan Umat saat Zaman Jepang dan Revolusi Fisik Tanggal 8 Maret 1942 Jepang menguasai seluruh pelosok Nusantara. Masa
pendudukan
Jepang
ini
merupakan
masa-masa
sulit
bagi
perkembangan umat. Hal itu disebabkan gereja Katolik dilarang untuk memberikan pendidikan dan pengajaran Katolik. Banyak imam, biarawan maupun awam ditangkap dan dipenjarakan. Pada tahun 1943, umat paroki Gamping berjumlah sekitar 150 orang. Rama F. Straeter SJ mungkin telah menyadari adanya malapetaka yang akan terjadi, kemudian meminta Jacobus Mertadikrama dari Gamping Lor agar mengamankan altar dan peralatan misa dari sekolah ke rumah. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dengan UUD 1945 dan Pancasila sebagai dasar Negara. Paroki Kotabaru dan gereja-gereja lainnya dibuka kembali dengan semangat baru. Di Kumetiran, meski peralatan misa tidak ada, akan tetapi jemaat yang telah terbentuk tidak bubar. Pada tanggal 31 Oktober 1945, umat di Kumetiran membentuk paroki sendiri dengan nama Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela, dan Gamping menjadi salah satu stasi dari Paroki Kumetiran. Sejak saat itu pula dibentuk pengurus persiapan Paroki Gamping dan pendirian Gereja, dengan tugas mengelola umatnya agar lebih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
berkembang. Stasi Gamping dibagi menjadi wilayah Gamping, Gancahan, Nyamplung, dan Mejing. Perkembangan umat di Gamping sangat subur, sehingga umat mendesak pastor Paroki Kumetiran untuk mempersiapkan beridirinya gereja di Gamping. Berhubung status Gamping belum tegas, apakah menjadi bagian dari paroki Kotabaru atau paroki Kumetiran, maka Rama Alexander Sandiwan Brata, Pr pada tahun 1954 menulis surat ke Vikariat Apostolik Semarang. Surat tadi berisi tentang penegasan status bahwa Gamping memilih menjadi bagian dari paroki Kumetiran dari pada paroki Kotabaru, melihat dari keeratan hubungan Gamping – Kumetiran dan kebiasaan umat Gamping beribadat ke gereja Kumentiran. Kepanitiaan persiapan Paroki Gamping tersebut terdiri atas: Bapak Petrus Honosudjatmo, Bonifacius Tjaraka, Hardjasuprapta, Subardi, Suhardi dengan pelindung Rm. Alexander Sandiwan Brata, Pr. Seraya mengurus pendirian gereja - pastoran - sekolah, Panitia Persiapan Pendirian Gereja berupaya mencari tanah yang cocok untuk lokasi gereja - pastoran. Setelah beberapa waktu bekerja, Panitia memberi laporan berupa pilihan lokasi kepada Rm. Alexander Sandiwan Brata, Pr. Kemudian para panitia dan Romo paroki merencanakan dan mencari alternatif pilihan untuk lokasi gereja yang diantaranya : -
Tanah di sebelah utara Kantor Pos Gamping;
-
Tanah bekas Kawedanan di Delingsari;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
-
47
Dan tanah dengan bangunan kosong milik Rd. Wedana Pradjanarmada, Wedana Wates Kulon Progo.
Setelah melewati berbagai pertimbangan, maka pilihan jatuh kepada tanah Rd. Wedana Pradjanarmada. Negosiasi tanah sendiri membutuhkan waktu yang cukup lama, mulai dari tahun 1953 dan akhirya berkat kegigihan Panitia pada tahun 1957 tanah tersebut bisa dibeli dengan Rp. 725,-/ m2. Berhubung tanah yang dibeli Panitia kurang memadai luasnya untuk kompleks gereja dan pastoran, maka Petrus Honosudjatmo meminta Petrus Wakijahadisunardja untuk merelakan tanah miliknya. Dengan cara itu terjadilah lahan gereja seperti saat ini, yaitu tanah seluas 3.050 m2, berbentuk segitiga siku-siku, dengan jalan raya depan gereja pada sisi miringnya. Mgr. Albertus Soegijapranata SJ yang dikenal memiliki wawasan jauh ke depan, dalam kesempatan menerimakan sakramen krisma di Gamping kepada 50 orang umat Gamping pada tanggal 14 September 1956 berkata, “Para sedulur, aja padha cilik ing ati. Sapa ngerti yen ing tembe buri bakal ana greja mundhuk-mundhuk teka ana ing Gamping kene” (Saudara sekalian, jangan kecil hati, siapa tahu besok akan ada gereja tiba-tiba muncul di Gamping sini). Pernyataan beliau tersebut merupakan kabar gembira yang membuat hati umat di Gamping berkorban untuk mendirikan sebuah gereja berkorban untuk mendirikan sebuah gereja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Setelah tanah diperoleh, Panitia kemudian mengurus pengesahan hak kepemilikan atas tanah yang dilakukan dengan membuat Yayasan berbadan Hukum
PENGURUS
GEREJA DAN PAPA MISKIN ROOMS
KATOLIK DI WILAYAH GEREJA SANTA MARIA DIANGKAT KE SURGA DENGAN MULIA DI GAMPING, SLEMAN, YOGYAKARTA”. Yayasan ini disahkan pada tanggal 9 September 1958, di depan Notaris Raden Mas Soeprapto di Semarang. Dengan adanya Yayasan tersebut, maka paroki Gamping merupakan paroki pertama Kumetiran yang mampu mempunyai hak atas tanah yang dibeli. Kepemilikian hak atas tanah tersebut lebih kuat dengan adanya sertifikat dari Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman, yang terbit pada tahun 1994. Nama pelindung paroki adalah “Maria Assumpta” yang diusulkan oleh Petrus Honosudjatmo, berangkat dari pengalaman yang tidak dapat ia lupakan, saat tertembak dalam peperangan melawan Belanda pada tanggal 19 Januari 1949. Dalam keadaan tak sadarkan diri karena kekurangan darah, ia seperti masuk ke dalam suasana serba gelap. Dalam suasana itu ia merasa ditemui oleh ibundanya Maria Pawirasukardja yang telah meninggal 13 November 1945. Ibu berkata, bahwa Tuhan akan mengabulkan permohonan bila dilaksanakan dengan perantaraan ”SANG KENYA KANG PINUNDHUT MENYANG SWARGA, PENUH KAMULYAN”. P. Honosudjatmo kemudian mengajukan permohonan agar selamat dari maut dan umur panjang. Setelah 5 bulan dirawat di Panti Rapih ia kemudian sembuh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Usulan nama pelindung ”Sang Kenya Kang Pinundhut Menyang Swarga Penuh Kamulyan” disambut oleh Rama G. Susanto Utojo, Pr dan Rama Alexander Sandiwan Brata, Pr dengan gembira, bahkan menerangkan bahwa Paus Pius XII melalui Konstitusi Apostolik ”Munificentissimus Deus” 1 November 1950 menegaskan bahwa keyakinan akan Maria Diangkat Ke Surga Dengan Mulia (”SANTA MARIA ASSUMPTA”) masuk dalam jajaran dogma, dengan tanggal 15 Agustus sebagai hari pestanya. Peletakan batu pertama Gereja, dilakukan oleh Rama Thomas Hardjawarsito Pr awal tahun 1960. Pelaksanaan pembangunan dikerjakan oleh Bagian Pembangunan Vikariat Semarang di bawah pimpinan Tjan Djie Tong. Adapun pelaksana di Gamping antara lain Petrus Sunarjo dari Semarang. Rama B. Schouten SJ berkunjung ke Gamping paling tidak dua minggu sekali. Luas bangunan 520 m2 dengan ukuran 13x40 m. Pembangunan gereja dianggap selesai meski tidak dilengkapi dengan altar, mimbar, kursi imam, kursi misdinar dan dhingklik umat. Semua perlengkapan kemudian dilakukan dengan cara swadaya umat atau mencari bantuan dari paroki lain. Setelah dianggap selesai, Mgr. Albertus Soegijapranata SJ kemudian hadir memberkati gereja pada tanggal 24 Desember 1961 pukul 07.00 WOB. Selesai pembekatan, diadakan ramah tamah sederhana antara umat dengan Bapak Uskup dan dihadiri oleh Penewu Pradjaatmaka dan Raden Wedana Pradjanarmada, pemilik tanah gereja sebelumnya. Sejak saat itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
perayaan misa pindah dari rumah Raden Wedana Sastrawanadirja ke gereja hingga saat ini.
d. Zaman Persiapan Menuju Paroki Romo yang bertugas
: Rm. Bernardus Wonosunarjo SJ (1961-1970) Rm. P.Chrysologus S, Soeptapanitra SJ (19631969) Rm. Bernardus A,Sadji OF (1974-1976) Rm. F. Sutujo OFM (1976-1978)
Setelah punya gereja, umat suka menyatakan diri sebagai umat Paroki Gamping, meski sebenarnya status masih tingkat stasi di bawah koordinasi Paroki Kumetiran. Reksa rohani terlebih misa dilayani para pastor Paroki Kumetiran sebulan 2 kali, Minggu II dan Minggu IV dengan bahasa Jawa. Pastor yang sering melayani di Gamping antara lain Rama Bernardus Wonosunarja SJ yang biasa dipanggil Rama Liem. Rama Petrus Chrysologus Soeharso Soetapanitra SJ (berkarya di Gamping
1963-1969).
Umat
Gamping
mengenang
Rama
Petrus
Chrysologus Soeharso Soetopanitra SJ sebagai imam sandal jepit, suka mengendarai sepeda butut dan berjubah kusam. Rokoknya tembakau lintingan. Bila berkunjung ke rumah umat suka mempir ke dapur untuk minta intip ( kerak nasi). Rama Petrus Chrysologus Soeharso Soetapanitra juga dikenal sebagai pencinta budaya Jawa, terutama pertunjukan wayang. Melalui cara ini beliau dapat bergauldengan semua lapisan masyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Kemudian pada tahun 1967 beliau pernah nanggap wayang kulit yang dimainkan oleh Ki Dalang Suparman. Setelah punya pastoran, beliau memasang wayang kayon (gunungan) Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong sebagai simbol pelayanan dan pengabdian. Sejak
adanya
pastoran,
Rama
Petrus
Chrysologus
Soeharso
Soetapanitra SJ, sering menginap di Gamping, untuk mulai mengadakan misa di lingkungan-lingkungan. Beliau menata Gamping dalam 7 kring (lingkungan) yaitu: Onggobayan, Gamping, Mejing, Gesikan, Nyamplung, Gancahan,d an Sumber Gamol – Gejawsan – Paseban. Agar keadaan wilayah mudah dibaca, beliau berintis adanya peta stasi. Kemudian Rama yang bertugas selanjutnya adalah Rama Bernardinus A. Sadji OFM. Namun yang terlihat beberapa umat kurang begitu bisa menerima kehadiran beliau sebagai gembala paroki dengan alasan masih terlalu muda dan belum banyak pengalaman, sehinga dirasa kurang berwibawa. Akibat dari sikap itu, ”caos dhahar” sering terlantara, maka beliau sering ke umat yang menerima baik untuk minta makan malam. Dan pada tahun 1976 beliau pindah ke jakarta. Kemudian yang mengganti Rama Bernardinus A. Sadji OFM adalah Rama F. Sutoyo OFM sampai tahun 1978. Umat mengenang Rama F. Sutoyo OFM sebagai rama yang menjunjung tinggi disiplin. Bila membuat janji, harus ditepati, meleset sediikit dari waktu yang ditetapkan, maka tidak akan dilayani.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
e. Zaman Berdirinya Paroki Romo Constantinus Harsasuwita SJ (1978-1988) adalah imam yang membuat Stasi Gamping berdiri menjadi paroki. Ketika mulai berkarya di Gamping, beliau sudah berusia senja serta sering sakit. Umat mengenang beliau sebagai imam yang keras pendirian, dogmatis dalam ajaran dan pengarahan, suka menyanyi dan merayakan misa bahasa Latin. Paroki dikelola dengan mengutamakan hidup doa, kesalehan dan pelayanan sakramen. Aspirasi umat yang berkaitan dengan perubahan dan tuntunan zaman boleh dikata kurang mendapat tempat. Romo Constantinus Harsasuwita SJ dikenang juga sebagai imam yang hampir tidak pernah khotbah. Khotbah biasaya dilakukan oleh awam, baik dari luar atau dari dalam paroki. Cintanya pada Gamping, mendorong beliau menambah ruang pastoran, tidak mau pindah, dan ingin bila meninggal dimakamkan di Gamping. Sejak Romo Constantinus Harsasuwita SJ istirahat ei Wisma Emmaus, Romo Clemens Budiarto SJ diangkat menadi Pastor Kepala Paroki Gamping mulai dari tahun 1988. Beliau dibantu oleh Br. Nicasius Haryono SJ. Dengan kehadiran beliau, Paroki Gamping mulai mengadakan pembenahan. Dengan dibantu oleh Rama Ignatius Madya Utama SJ selama satu semester pada tahun 1991, Paroki Gamping mencoba menerapkan konsep “Gereja Partisipatoris” dengan tekanan hakikat Gereja sebagai umat Allah yang terlibat partisipasinya. Dalam praksisnya, konsep itu dituangkan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
merinci paroi dalam “stasi” sebagai satuan wilayah koordinasi dan kring sebagai satuan kecil himpunan umat yang tertempat tinggal berdekatan. Selanjutnya Romo Clemens Budiarto SJ mengubah pembagian paroki yang tadinya 7 kring, menjadi 5 stasi (wilayah) dengan 15 kring (lingkungan). Dalam rangka membuat lingkungan menjadi basis kegiatan umat, beliau menghimpun mereka dengan pelayanan misa model selapanan (rotasi 35 hari) dan mendorong mereka berhimpun sendiri dengan mengadakan kegiatan seperti sembahyangan keluarga, rapat, arisan, dan koor. Berhubung Stasi Gancahan, Gesikan, dan Balecatur telah mempunyai kapel maka mereka mendapat pelayanan misa sebulan sekali. Selain memberi arah dan menata wilayah, Romo Clemens Budiarto SJ juga membuat struktur paroki yang dituangkan dalam Pedoman Pelaksanaan Dewan paroki. Beliau juga memperhatikan kesenian Jawa antara lain dengan membeli gamelan dan menghidupkan “macapat” yang kemudian diintegrasikan dalam liturgi. Romo Johanes Abdipranata SJ berkarya di Gamping cukup singkat, namun melekata di hati umat, terlebih karena khobah yang disampaikan bermutu dan sungguh dipersiapkan. Beliau dikenal amat disiplin, hati-hati dalam berkata maupun berbuat, akrab dan dekat dengan umat juga dengan generasi muda. Karya peninggalan beliau seperti menggalakkan sarasehan, membuat ruang pertemuan dan sekretariat paroki. Masih banyak rencana yang akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
dikerjakan, namun beliau harus segera meninggalkan Paroki Gamping untuk bertugas sebagai Socius Magister Novis Serikat Yesus di Girisonta. Romo Johanes Mardiwidayat SJ hadir dengan tugas mempersiapkan paroki yang dikelola oleh Serikat Yesus untuk diserahkan kepada pihak Keuskupan Agung Semarang. Beliau juga menyempurnakan dengan pilarpilar yaitu Liturgia, Kerygma, Koinonia, Diakonia, dan Marturia (kesaksian). Pilar-pilar itu kemudian ditopang dengan Pembangunan dan dana usaha.Dalam bidang usaha dana beliau merintis pendirian Koperasi Cinta Kasih (KC K) dan Tabungan Cinta Kasih (TCK) dengan tujuan untuk rencana Renovasi Gereja ke depan. Juga membuat forum sarasehan rebo pinasan. Romo Christophorus Sutrasno Purwanto Pr adalah rama diosesan yang pertama bertugas di Paroki Gamping setelah pengelolaannya diserahkan dari Ordo Yesuit. Dalam perkembangannya beliau mendorong blok-blok di lingkungan untuk iman umat. Juga mendorong sarasehansarasehan
di
tingkat
paroki,
wilayah,
maupun
lingkungan.Romo
Christophorus Sutrasno Purwanto Pr juga merealisasikan pembelian tanah sebelah selatan gerja yagn saat ini digunakan untuk parkir. Pada tahun 2001 beliau mengadakan peringatan Pesta Nama ke – 40 tahun bersamaan dengan Krisma. Pada puncak perayaan Pesta Nama Gereja Gamping menghadirkan Bupati Sleman, Ibnu Subiyanto. Romo Jakobus Winarto Widyosumarto Pr dikenal dekat dengan umat, menerapkan pelayanan murah hati sehingga sering disebut “rama misa”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Prinsip yang dijalankan adalah pembangunan umat paroki sebagai gereja kecil. Semasa berkarya di Gamping telah memekarkan lingkungan di Wilayah Brayat Minulya Balecatur menjadi 6 (enam) lingkungan, yaitu dengan bertambahnya Lingkungan Santa Margaretha Gejawan Indah Puri. Di akhir masa karyanya di paroki Gamping memekarkan Wilayah Santo Aloysius Gonzaga dari 2 (dua) lingkungan menjadi 3 (tiga) lingkungan dengan bertambahnya Lingkungan Santa Veronika Gesikan III. Setelah gempa bumi melanda Yogyakarta pada 27 Mei 2006, maka tugas yang paling berat adalah pembangunan kembali fisik gereja dan pastoran. Setelah perbaikan gereja 90 % terselesaikan, beliau digantikan oleh Rama Fransiskus Asisi Suntoro mulai 15 juli 2007.
2.
Letak dan Batas-Batas Geografis Paroki Maria Assumpta Gamping Gereja Paroki Santa Maria Assumpta Gamping terletak di Dusun Gamping Tengah, Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Terletak lebih kurang 5 km sebelah barat pusat Kota Yogyakarta. Batas-batas Paroki Maria Assumpta Gamping di : Timur
: Paroki Kemetiran dan Paroki Pugeran
Barat
: Paroki Sedayu dan Paroki St.Petrus Paulus Klepu
Selatan : Paroki Pugeran Utara
: Paroki Mlati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
3.
Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2
a.
Letak dan Batas-Batas Geografis Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Gamping. Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 merupakan lingkungan yang terletak
di sebelah selatan kecamatan Gamping yang berjarak 1 km dari paroki dan berbatasan langsung dengan lingkungan Santo Matius di sebelah timur, disebalah barat berbatasan dengan lingkungan Santo Lodefikus Nyamplung, sebelah utara berbatasan dengan lingkungan Santo Antonius Mejing satu, sedangkan di sebalah selatan batas lingkungan sampai dengan kantor kecamatan Gamping.
b.
Sejarah Singkat Terbentuknya Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Gamping Menurut sesepuh yang ada di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 (Bapak
Florentinus Sarijo atau yang biasa dipanggil Pak Gondo Atmodjo,) dulu di Mejing ini hanya ada kegiatan sembayangan kira-kira tahun 1957. Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap malam senin dan minggu sore sekitar jam 19.00. Untuk tempatnya bergilir di rumah umat. Umat pertama membangun tempat sembayangan pertama (di SD Kanisius Gamping sekarang). Tokoh utama pembentukan lingkungan Mejing adalah Bapak Widyo Harsono, Bapak Hadi, Bapak Dirjo Suputro, Bapak Pudjo, Bapak Sumantri, mereka inilah yang pernah menjabat sebagai ketua kring di Mejing (saat ini lingkungan). Sebelum di Gamping terbentuk menjadi Paroki, biasanya ada Romo dari Kumetiran datang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
untuk membuat misa seminggu sekali di stasi Gamping, tempatnya di rumahnya Romo Blasius Pudjo Rahardjo. Seiring dengan berkembangnya waktu, umat bertumbuh dengan baik di stasi Gamping. Melihat hal tersebut, Romo Boyo, Pr dari Paroki Kumetiran sebulan sekali datang melakukan kunjungan ke stasi Gamping dan terus ke kring Mejing. Dulu hanya ada satu kring saja yaitu kring Mejing. Kemudian berlangsung sampai tahun 1965 setelah G30 SPKI, pemerintah menghendaki agar setiap orang harus punya agama, maka banyak umat di baptis di kring Mejing. Dengan demikian umat di kring Mejing bertambah banyak. Dari situlah kemudian kring Mejing dibagi menjadi dua, yaitu Mejing Lor dan Mejing Kidul. Mejing Kidul Pak Yusman menjadi ketua, sementara yang Mejing Lor Bapak widyo menjadi ketua kringnya. Kring yang ada di selatan dinamakan kringSanto Stefanus dan kring yang di sebelah utara dinamakan kring Santo Antonius. Kemudian berkembangnya waktu kring Mejing terpecah lagi menjadi tiga kring (sekarang yang sudah di sebut lingkungan), yaitu yang kring Mejing utara pecah menjadi dua kring/lingkungan yang sekarang ini menjadi lingkungan Mejing satu dan tiga, sementara kring Mejing selatan tetap menjadi satu yaitu Mejing dua (lingkungan Santo Stefanus) saat ini. Dari tiga lingkungan tersebut dijadikan satu wilayah yaitu wilayah,yaitu wilayah Santo Mikael dengan ketua wilayah yang saat ini masih aktif adalah Bapak FX. Saptono Putro dengan masa kerja selama tiga tahun.Saat ini di wilayah Mejing sudah ada tiga lingkungan, dimana lingkungan Mejing satu yang menjabat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
sebagai ketua lingkungan untuk saat ini adalah Bapak Basuki Tertianto, dan untuk ketua lingkungan Mejing dua yang menjabat saat ini adalah Bapak Mikhael Sugeng, dan ketua lingkungan Mejing tiga adalah Bapak Wibowo Purnomo. Berikut ini adalah susunan tokoh-tokoh yang pernah menjabat sebagai ketua lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Gamping: Bapak Y. Mulyadi (1994-1997) menjadi ketua lingkungan Santo Stefanus Mejing dua yang pertama setelah ada perubahan nama dari kring ke lingkungan. Setelah itu bapak Mulyadi, kemudian bapak I. G Suraidi(1997-2000), bapak Heri Pramono (2000-2003), bapak Yoseph Sumardi (2003-2006), ibu Nora Iska Harnita (2006-2009), bapak Joko (20092012), Pak Sugeng (2012-sekarang).
c.
Kegiatan Umat di Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Gamping Kehidupan (aktivitas) dilingkungan Santo Stefanus Mejing dua sekarang ini
yang berjalan rutin seperti, bulan Mei ( bulan Maria) dan Oktober (Rosario) umat berkumpul untuk melaksanakan doa rosario bersama, secara bergiliran di rumahrumah umat. Kemudian juga ada Paguyuban Jumat Kliwon (PAJEKA) yang diadakan setiap bulan,dan setiap malam jumat juga diisi dengan kerohanian dan simpan pinjam. Doa setiap akhir bulan menjadi salah kegiatan yang juga rutin dilaksanakan di lingkungan Santo Stefanus Mejing. Bulan katekese liturgi (September), biasanya umat berkumpul dan dilaksanakan pendalaman iman. Latihan koor (tidak rutin, kalau ada tugas di Gereja). Misa lingkungan juga hampir setiap bulan ada,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
tempatnya bergiliran di rumah umat (tetapi dipertimbangkan dengan luas rumah, untuk menampung semua umat lingkungan).
d.
Situasi Ekonomi dan Kemasyarakatan Umat di Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Gamping. Situasi Ekonomi umat yang ada di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2
sesuai dengan yang penulis ketahui serta informasi yang didapatkan melalui narasumber bahwa umat di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 rata-rata berpenghasilan rendah karena lebih banyak umat kalangan menengah ke bawah. Hal ini bisa dilihat terkait dengan pekerjaandan aktivitas mereka sehari-hari. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai karyawan dan buruh. Namun ada juga yang bekerja sebagai guru, wiraswasta, dan pegawai negeri. Umat lingkungan juga sangat terbuka dalam kehidupan kebersamaan dengan umat yang beragama lain. Dalam hal ini kehidupan kemasyarakatan. Sesuai dengan infomasi yang penulis dapatkan melalui pembicaraan bersama dengan umat lingkungan, bahwa hampir setiap kegiatan yang dilaksanakan di RT, RW dan kecamatan ada juga umat yang terlibat, dan ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Hal ini tentu baik, karena peran serta, aktif umat, menujukan bahwa kehidupan kebersamaan umat lingkungan dengan umat beragama lain (masyarakat) dapat dikatakan baik. Bahkan untuk saat ini salah seorang umat dari lingkungan Santo Stefanus telah menjadi bapak Dukuh untuk Mejing Kidul yakni Bapak YB. Rahmat Eko Suprapto, dan juga terlibat dalam kehidupan menggereja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B.
Metodologi Penelitian
1.
Latar Belakang Penelitian
60
Dalam kehidupan keluarga banyak hal dijumpai masalah-masalah yang kompleks. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan pribadi setiap anggota keluarga untuk masa yang akan datang. Pembentukan pribadi untuk menuju kedewasaan membutuhkan pendampingan yang serius dan tentu akan juga melibatkan banyak pihak. Dalam hal ini peran orang tua dalam membentuk keluarga
amat
diperlukan,
pembinaan
iman
perlu
dilaksanakan
terus-
menerus,orang tua sebagai pendidik utama dan pertama dalam keluarga. Sebagian besar orang tua merasa tidak mampu melaksanakan tugasnya membina dan mendampingi iman anggota keluarganya. Adapun sebab-sebabnya menurut mereka adalah karena sibuk bekerja, mencari nafkah dan juga karena keterbatasan pengetahuan yang dimilikinya. Problem ini dialami oleh keluargakeluarga (orang tua) di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Gamping. Pembinaan iman yang diberikan orang tua kepada anggota keluarganya dalam kenyataannya masih kurang. Selain karena kesibukan bekerja, ada juga orang tua kurang mampu dalam mengadakan pendekatan terhadap anggota keluarganya dalam pembinaan iman yang sesuai dengan kebutuhan dan situasi orang di jaman sekarang. Sebagian besar orang tua masih mengunakan caranya sendiri, dan kurang memperhatikan kebutuhan yang dihadapi anaknya, suami/isterinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
61
Tujuan Penelitian Penelitian
ini
diadakan
untuk
mendapatkan
gambaran
tentang
permasalahan-permasalahan yang dialami keluarga dalam membina dan mendampingi iman anggotanya dalam keluarga. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi keluarga dalam usaha membina iman anggota keluarganya. b. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi keluarga dalam usaha memperkembangkan iman anggotanya. c. Mengetahui bagaimana tanggapan anggota keluarga terhadap pembinaan iman yang telah diberikan dalam keluarga. d. Mengetahui bagaimana peranan orang tua dalam usaha meningkatkan pembinaan iman anggota keluarganya.
3.
Pembatasan Permasalahan Agar pembahasan tidak terlalu meluas, penulis merasa perlu memberikan
batasan permasalahan sebagai berikut: Batasan Masalah untuk mempermudah di dalam memahami skripsi ini, penulis membatasi pada bagaimana pengaruh doa dalam keluarga terhadap pembinaan iman di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2, Paroki Maria Assumpta Gamping.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
62
Rumusan Permasalahan Inti masalah yang penulis angkat dalam skripsi ini yaitu Seberapa besar
pengaruh doa dalam keluarga terhadap pembinaan iman di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2, Paroki Maria Assumpta Gamping Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam hal ini untuk mempermudah dalam pemahaman maka penulis membagi permasalahan kedalam beberapa pertanyaan seperti berikut:
1. Bagaimana melaksanakan doa dalam keluarga? 2. Bagaimanakah pembinaan iman yang dilakukan dalam keluarga? 3. Bagaimana doa dalam keluarga berpengaruh terhadap pembinaan iman anggota keluarga dalam hidup sehari-hari?
5.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif analitis. Penelitian kualitatif sendiri merupakan jenis penelitian di mana data berupa kalimat atau kata yang dideskripsikan secara verbal. Metode deskriptif analitis ini sendiri merupakan metode yang menganalisis suatu data yang ditinjau dari dua hal yakni kenyataan dan ketentuan yang ada (Arikunto, 1997:230).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
63
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2, wilayah
Santo Mikael Mejing, Paroki Maria Assumpta Gamping Yogyakarta. Penyebaran angket dan wawancara dilakukan pada bulan November 2014 saat pertemuan rutin dan doa bersama umat lingkungan.
7.
Responden Penelitian Penelitian ini mengambil populasi anggota lingkungan Santo Stefanus
Mejing 2 Wilayah Santo Mikael Paroki Maria Assumpta Gamping. Pengambilan sampel dalam penelitian ini, penulis mempergunakan teknik purposive sampel yaitu pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan bahwa orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan. Hal ini penulis gunakan untuk mempermudah mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian. Teknik Purposive sampling dilakukan dengan cara pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sutrisno Hadi, 2004: 91). Penulis memilih purposive sampling dengan alasan agar data diperoleh langsung dari sumber yang tepat dan sesuai dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini penulis tidak mengambil semua umat yang ada dilingkungan Santo Stefanus Mejing 2 sebagai sampel.
Jumlah responden
sebanyak 58 orang, terdiri dari bapak dan ibu yang mewakili keluarga-keluarga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
yang ada di lingkungan. Jumlah kepala keluarga (KK) yang ada di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 lebih dari 80 KK, dan diperkirakan umat yang ada di lingkungan Santo Stefanus Mejing ± 200an orang.
8.
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengetahui validnya
suatu permasalahan yang diangkat. Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a.
Kuesioner Kuesioner merupakan alat penelitian yang dibagikan kepada responden bersifat terbuka, untuk memungkinkan jawaban pernyataan yang sesuai dengan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman sejujurnya. Pernyataan yang telah disusun disebarkan kepada responden, yakni keluarga-keluarga. Masing-masing angket terdiri dari dua bagian, yakni mengenai aspek identitas responden dan daftar pertanyaan untuk setiap responden.
b.
Wawancara Mengumpulkan informasi mengenai pengaruh doa dalam keluarga dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada variabel penelitian atau pedoman pernyataan dalam kuesioner. Untuk mengelola data yang akan dikumpulkan, guna mengetahui dan menetukan jumlah prosentase dari setiap variabel, dipergunakan rumus di bawah ini (Riduwan, 2004:87).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A X 100 % = ... N
65
A = Jumlah yang menjawab N = Jumlah responden
Contoh: mengikuti kegiatan apa yang sering anda ikuti dilingkungan ? Ziarah = 18 orang, outbond = 1 orang, rekoleksi = 3 orang, teater = 0, lainnya = 1 18 x 100% = 78% 23
9.
Variabel Penelitian Variabel merupakan segala sesuatu atau hal-hal yang menjadi obyek
penelitian (Arikunto, 2004:12). Menurut Sutrisno Hadi (1974:224), variabel merupakan suatu gejala atau peristiwa yang bervariasi menurut jenis dan tingkatannya. Gejala itulah yang menjadi obyek penelitian. Dengan demikian variabel penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah pengaruh doa dalam keluarga sebagai upaya pembinaan iman anggota keluarga di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2, Gamping. Adapun variabel yang diungkapkan dalam penelitian ini sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
1). Pengaruh Doa dalam Keluarga NO
Faktor-faktor yang diungkap
No. Item
Jumlah
1
Perlunya doa dalam keluarga
1,2,4,5,8,9,10,14
2
Usaha mengatasi kesulitan untuk 3,6,7,11,19
8 5
doa bersama dalam keluarga 13
2). Pembinaan Iman anggota Keluarga NO
Faktor-faktor yang diungkap
1
Pelaksanaan
Pembinaan
No. Item
Jumlah
iman 12,13, 15,
dalam keluarga
17,18,23,24,
8
25. 2
Masalah-masalah yang muncul 16,20,21,22,
4
dalam pembinaan iman keluarga 12
C.
Laporan Hasil Penelitian Hasil penelitian dari 58 responden bapak-ibu (keluarga) yang berusia 25
sampai 60 tahun di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2, Paroki Maria Assumpta Gamping tertera pada tabel berikut dibawah ini :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
67
Realita Orang Tua di Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Dalam Kehidupan Sehari-hari Terkait Dengan Doa Dalam Keluarga. Tabel. Pemahaman tentang Doa dalam Keluarga N = 58 Jumlah
NO 1
Pernyataan SL Selalu ada waktu untuk berdoa 6 bersama dalam keluarga
(9 %)
S 13
K 25
P 12
TP 2
(23 %) (44 %) (20 %) (4 %)
2
Anda selalu menyisihkan 18 15 15 10 0 waktu untuk berkumpul (31 %) (25 %) (25 %) (19 %) (0 %) bersama keluarga
3
Anda selalu keluarga anda
mendoakan 29
12
17
0
(50 %) (20 %) (30 %) (0 %)
0 (0 %)
4
Anda selalu memotivasi 10 15 24 9 0 keluarga anda untuk berdoa (18 %) (25 %) (41 %) (16 %) (0 %) bersama
5
Anda merasa tenang dan 17 16 18 5 damai saat berdoa bersama (30 %) (27 %) (31 %) (8 %) keluarga
2 (4 %)
6
Anda fokus dalam berdoa 15 15 17 8 3 bersama keluarga (25 %) (25 %) (30 %) (14 %) (6 %)
7
Doa bersama dalam keluarga 12 20 18 8 0 juga mendoakan orang lain (20 %) (35 %) (31 %) (14 %) (0 %)
8
Doa bersama dapat 15 15 18 8 2 mengumpulkan keluarga (25 %) (25 %) (31 %) (14 %) (5 %)
9
Saat ada masalah keluarga 9 15 21 9 4 selalu berkumpul untuk berdoa (16 %) (25 %) (36 %) (16 %) (7 %) bersama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
10
Keluarga anda berdoa setiap 10 17 16 10 5 hari (18 %) (29 %) (27 %) (18 %) (8 %)
11
Doa dapat membantu 17 12 19 8 2 mengatasi masalah keluarga (29 %) (20 %) (32 %) (14 %) (5 %)
12
Doa bersama dapat membuat 21 16 11 7 3 keluarga anda semakin (36 %) (27 %) (19 %) (12 %) (6 %) beriman
13
Dalam keluarga menjalin komunikasi
selalu 27
10
12
8
1
(46 %) (18 %) (20 %) (14 %) (2 %)
Dari tabel di atas memperlihatkan sejauh mana kehidupan keluarga-keluarga di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2, Paroki Maria Assumpta Gamping dalam melaksanakan doa dalam keluarga sebagai upaya pembinaan iman. Berdasarkan penelitian yang diperoleh dari soal no 1, penulis melihat bahwa 25 (44%) responden menyatakan bahwa kadang-kadang baru mempunyai waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Sedangkan pada soal no 2, terdapat 18 (31%) responden menyatakan bahwa selalu menyihsikan waktu untuk berkumpul dalam keluarga. Sedangkan pada tabel no 3, penulis melihat bahwa 29 (50%) responden menyatakan bahwa dalam doa bersama selalu mendoakan keluarganya. Kemudian pada soal no 4, terdapat 24 (41%) responden menyatakan bahwa mereka kadangkadang saling memotivasi satu dengan yang lain dalam keluarga untuk berdoa bersama. Hal ini tentu sangat membantu setiap pribadi dalam keluarga tersebut untuk ikut ambil bagian dalam merasakan kehadirian Tuhan dalam berdoa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
bersama. Dalam soal no 5, terdapat pernyataaan responden sebanyak 18 (31%) menyatakan bahwa kadang-kadang merasa tenang dan damai saat berdoa bersama keluarga, baik itu di rumah, gereja atau pun tempat ziarah yang mereka kunjungi bersama. Dalam soal no 6, sebanyak 17 (30%) responden mengatakan bahwa mereka kadang-kadang baru bisa fokus dalam berdoa bersama dalam keluarga atau pun di gereja. Sedangkan pada soal no 7, terdapat 20 (35%) menyatakan bahwa sering dalam doa bersama dalam keluarga mereka juga mendoakan orang lain. Pada soal no 8, ada 18 (31%) responden menyatakan bahwa kadang-kadang dengan doa bersama dalam keluarga dapat membuat keluarga mereka berkumpul dan bersatu hati dalam Kristus. Dalam soal no 9, sebanyak 21 (36%) responden menyakatakan bahwa saat dimana ada masalah dalam keluarga, mereka kadang-kadang berkumpul untuk berdoa bersama, memohon pencerahan dan pertolongan kepada Tuhan. Dan pada soal no 10, sebanyak 17 (29%) responden menyatakan bahwa mereka sering berkumpul dalam keluarga untuk berdoa setiap hari. Meskipun hal ini hanya dilakukan di jam atau waktu-waktu tertentu yakni pada pagi hari untuk memulai aktivitas atau pada malam hari setelah beraktivitas dan istirahat malam. Walau demikian masih saja ada beberapa keluarga yang menyadari akan pentingnya berdoa, dimana pada kesempatan tersebut keluarga ataupun secara pribadi dapat membangun komunikasi serta relasi dengan Tuhan sendiri. Dari tabel hasil penelitian di atas juga, penulis melihat bahwa keluargakeluarga merasa bahwa kebersamaan dalam keluarga juga merupakan sesuatu yang tidak bisa dilupakan atau dikesampingkan. Seperti yang terdapat pada soal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
no 11 di tabel, ada 19 (32%) responden menyatakan bahwa dengan doa bersama dalam keluarga akan dapat membantu mengatasi masalah dalam keluarga mereka, meskipun itu kadang-kadang baru mereka lakukan. Kemudian pada soal no 12 juga, terdapat 21 (36%) responden menyatakan bahwa dengan selalu berdoa bersama dalam keluarga, tentu akan membuat mereka semakin beriman, dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Dan juga pada soal no 13, terdapat sebanyak 27 (46%) dari responden menyatakan bahwa mereka selalu dalam keluarga menjalin komunikasi yang baik, karena ini juga merupakan suatu unsur yang penting yang harus terus-menurus dilakukan agar keluarga semakin mengerti satu sama lain.
2.
Pelaksanaan Pembinaan Iman Dalam Keluarga Tabel. Pemahaman tentang Pembinaan Iman dalam Keluarga N = 58
14
Selalu berdoa bersama 5 sebelum melakukan aktivitas (8 %)
12
23
15
3
(21 %) (40 %) (25 %) (6 %)
15
Saling mengajak untuk berdoa 8 7 23 18 2 bersama dalam keluarga (14 %) (12 %) (40 %) (31 %) (3 %)
16
Doa bersama dalam keluarga 20 11 15 10 2 merupakan kebutuhan keluarga (35 %) (20 %) (25 %) (17 %) (3 %)
17
Anggota keluarga anda 7 15 19 14 3 mengalami perubahan sikap (12 %) (25 %) (33 %) (24 %) (6 %) setelah berdoa bersama
18
Doa bersama dalam keluarga 21
14
9
10
4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dapat menumbuhkan pribadi anda 19
20
71
iman (36 %) (24 %) (16 %) (17 %) (7 %)
Anda yakin dan percaya doa 23 16 15 3 bersama akan memberikan rasa aman,damai bagi keluarga (40 %) (27 %) (25 %) (6 %)
1 (2 %)
Dengan doa bersama keluarga 27 14 9 7 1 anda akan semakin baik dan (46 %) (24 %) (16 %) (12 %) (2 %) harmonis
Dari tabel 2 diatas, dapat dilihat pemahaman umat di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 tentang pembinaan iman dalam keluarganya. Sesuai dengan hasil yang diperoleh, penulis melihat bahwa proses pembinaan iman keluarga di lingkungan dapat dikatakan belum terlalu baik. Hal ini terlihat dari jawaban responden terhadap pertanyaan penulis yang ada pada kuisioner, seperti yang terdapat pada soal no 14, sebanyak 23 (40%) responden menyatakan bahwa mereka dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari kadang-kadang baru berkumpul untuk berdoa bersama, hal ini karena aktivitas setiap anggota keluarga tidak sama. Namun masih ada yang mempunyai kesadaran juga untuk berdoa. Hal ini terlihat dari soal no 15, dimana sebanyak 23 (40%) responden menyatakan bahwa mereka saling mengajak untuk berdoa bersama, walau hanya dilakukan kadang-kadang. Kemudian dari soal no 16, dapat dilihat bahwa sebanyak 20 (35%) responden menyakan bahwa doa bersama dalam keluarga merupakan sebuah kebutuhan yang selalu menjadi cita-cita dan harapan untuk dilakukan. Namun pelaksanaannya memang sulit.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
Dalam soal no 17, ada 19 (33%) responden juga menyatakan bahwa kadangkadang anggota keluarga mengalami perubahan sikap setelah melaksanakan doa bersama dalam keluarga. Hal ini jelas mendukung jawaban untuk soal sebelumnya (no 16) di mana doa dalam keluarga itu merupakan sebuah kebutuhan untuk merubah sikap dan tingkahlaku anggota keluarga, bertindak dan berbuat baik. Sementara pada soal no 18, sebanyak 21 (36%) responden menyatakan bahwa selalu dengan doa bersama dalam keluarga dapat menumbuhkan iman anggota keluarganya. Jawaban dari responden ini mempertegas bahwa doa dalam keluarga itu penting. Sedangkan pada soal no 19, sebanyak 23 (40%) responden juga menyatakan bahwa selalu yakin dan percaya kalau doa bersama dalam keluarga akan memberikan rasa aman dan damai bagi mereka. Dan soal no 20, sebanyak 27 (46%) responden menyatakan bahwa selalu dengan doa bersama dalam keluarga akan membuat keluarga mereka semakin harmonis, dan tentu berkembang ke arah yang lebih baik.
3.
Laporan Hasil Penelitian dengan Wawancara
NO
Pertanyaan
Jawaban Terbanyak Dari Responden
1
Apakah perkembangan zaman saat ini berpengaruh pada perkembangan hidup beriman keluarga anda ?
R1 : Ya, berpengaruh positifnya mempermudah mencari tugas anakanak saya (internet). Negatifnya hubungan satu sama lain semakin berkurang (HP)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
R2 : Sangat berpengaruh, untuk anak muda jadi sulit untuk mengikuti kegiatan di lingkungan (menyesuaikan diri dengan orang tua). R3 : Ya berpengaruh. Apa-apa jadi mudahTapi semuanya jadi pingin cepat-cepat (budaya instan).
2
R4 : Tidak berpengaruh pada keluarga kami, karena kami selalu membangun komunikasi yang baik dalam interaksi setiap hari. Hambatan dan kesulitan apa saja R1 : Waktu untuk berkumpul bersama, yang bapak-ibu alami dalam kesibukan kerja kami. melaksanakan doa bersama dalam R2 : Aktivitas masing-masing yang keluarga ?
berbeda-beda sehingga memang sulit untuk bersama selalu. R3 : Kesibukan yang berbeda tidak memungkinkan untuk berkumpul bersama dalam keluarga setiap saat. R4 : Bingung mau melakukannya bagaimana, yang penting ikut misa dan doa di lingkungan 3
Kegiatan pembinaan iman seperti apa yang bapak-ibu telah laksanakan dalam keluarga ?
R1 : Ke Gereja bersama, Ziarah ke Goa Maria, mengikuti Ret-ret R2 : Mengikuti misa lingkungan, rosario, pendalaman iman di lingkungan, menyediakan bacaanbacaan rohani untuk anak R3 : Mengikuti PAJEKA (paguyuban jumat kliwon), novena koronka di lingkungan, misa di gereja paroki dan lingkungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
R4 : Mengikuti PAJEKA, doa di lingkungan, misa hari minggu di gereja, kadang-kadang doa juga di rumah. 4
Apa saja yang mendukung bapak- R1 : Mendengarkan lagu-lagu rohani, ibu dalam melaksanakan doa dalam selalu ada sharing tentang kekuatan keluarga dan pembinaan iman doa (Yesus), menyekolahkan anak keluarga ? di sekolah Katolik
R2 : Menjalin hungungan baik dalam keluarga (komunikasi). R3 : Komunikasi yang efektif, bukubukudoa, ruang doa di rumah.
5
Apakah katekese dipandang sebagai usaha yang tepat untuk meningkatkan pembinaan iman anggota keluarga ?
R4 : Buku doa, buku renungan harian, Kitab Suci R1 : Ya, karena kita dapat berbagi pengalaman hidup, dan memperbaharui iman kita sehingga kita semakin mantap untuk hidup sebagai orang Katolik di tengah masyarakat. R2 : Katekese yang berlanjutan, percaya mampu untuk menumbuhkembangkan iman umat R3 : Sangat tepat R4 : Mungkin tepat, karena di dalam katekesekita bisa shering. Ya.. berbagi pengalamanlah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
D.
Pembahasan Hasil Penelitian Wawancara dan Kuesioner
1.
Realita Orang Tua di Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 dalam Kehidupan Sehari-hari Terkait dengan Doa dalam Keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian, telah diketahui bahwa keluarga-keluarga Katolik yang ada di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 sudah mencoba untuk melaksanakan doa dalam keluarga, walau hal tersebut tidak dilakukan setiap hari (menjadi rutinitas). Menurut mereka doa bersama menjadi sesuatu hal yang mudah, namun sulit untuk dilakukan. Hal itu dikarenakan berbagai kesibukan kerja, dan waktu di rumah hanya malam hari sehingga membuat mereka tidak dapat melaksanakannya setiap saat. Namun berdoa bersama dalam keluarga masih merupakan sebuah keinginan dan kerinduan bagi mereka, karena dengan demikian mereka dapat berkumpul bersama dalam keluarga, bercanda-tawa bersama semua anggota keluarganya. Kenyataan tersebut dapat di lihat dengan 31% dari mereka mengungkapkan bahwa meskipun di tengah kesibukan kerja dan aktivitas yang berbeda namun mereka masih berusaha untuk menyisihkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Dari ungkapan dan ekspresi keluarga, saat ditanya tentang kehidupan rohani dan aktivitas mereka sehari-hari, penulis menangkap bahwa melaksanakan doa dalam keluarga merupakan sesuatu yang sangat dirindukan oleh mereka. Karenanya ada beberapa responden yang secara langsung mengungkapkan betapa kebersamaan menjadi sesuatu hal yang ingin dirasakan setiap harinya, namun itu tidak dapat dilakukan. Hanya dengan mendoakan keluarga mejadi salah satu hal yang selalu dapat dilakukan. Hal ini benar adanya dengan 50% dari mereka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
mengungkapkan bahwa selalu mendoakan keluarganya. Berdoa pribadi dapat dilakukan setiap saat, namun berdoa bersama keluarga jarang baru dilakukan karena harus menyesuaikan dengan aktivitas semua anggota keluarga. Kenyataan yang ada pada keluarga-keluarga Katolik di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 bahwa mereka selalu berkumpul bersama untuk membicakan sesuatu hal atau masalah yang dihadapi dalam keluarga. Selain karena sudah merupakan sebuah kebiasaan, atau budaya musyawarah yang sudah melekat pada diri mereka. Dari hasil penelitian penulis menemukan bahwa 36% dari mereka saat ada masalah mereka terkadang membawakannya melalui doa bersama dalam keluarga. Hal ini manujukan bahwa keluarga-keluarga yang ada di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 sudah cukup mengerti dan dewasa dalam menyikapi problem dalam hidup. Dalam hidup sehari-hari, keluarga Katolik yang ada di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 sebanyak 35%
mengungkapkan bahwa mereka selain
mendoakan kepentingan pribadi dan keluarganya, mereka juga selalu mendoakan orang lain. Sikap ini tentu baik, karena dengan demikian mereka menujukan kekatolikannya, peduli pada permasalahan orang lain. Dalam hidup tentu sebagai mahkluk sosial, harus saling memperhatikan satu dengan yang lain, berbagi cinta dan kasih sayang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
77
Pelaksanaan Pembinaan Iman dalam Keluarga Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan pembinaan iman dalam keluarga
di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 dapat dikatakan di sini belum terlaksana dengan baik, atau masih kurang. Hal ini disebabkan berbagai kendala yang dihadapi oleh keluarga-keluarga. Sesuai dengan hasil penelitian, penulis menemukan bahwa ada beberapa keluarga yang sudah baik dalam melaksanakan pembinaan iman dalam keluarganya, namun sebagian besar masih kurang atau belum baik. Seperti hasil temuan bahwa sebanyak 45% dari keluarga-keluarga mengungkapkan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembinaan iman dalam keluarga. Hal ini disebabkan karena masalah utamanya adalah waktu untuk bersama dan kesibukan kerja serta aktivitas masing-masing anggota keluarga yang berbeda-beda. Sehingga usaha untuk pembinaan iman dalam keluarga tidak menjadi hal utama untuk diperhatikan dalam keluarga. Walaupun demikian, keluarga-keluarga masih mempunyai harapan untuk tumbuh dan berkembang dalam iman yang diimaninya. Mereka juga saling mengajak untuk selalu mengikuti kegiatan kerohaniaan yang ada baik itu di lingkungan maupun di gereja paroki. Hal itu terlihat dengan hasil temuan bahwa 35% menyebutkan bahwa berdoa bersama dalam keluarga merupakan sebuah kebutuhan untuk keluarga, dan dengan demikian ada perubahan sikap yang dialami oleh anggota keluarga. Pembinaan iman dalam keluarga yang dilaksanakan dengan doa dalam keluarga akan secara tidak langsung membuat keluarga mereka memiliki kebiasaan yang baik. Dari kenyataan yang penulis peroleh, ada 36% umat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
mengungkapkan bahwa dalam doa bersama, iman mereka secara pribadi juga ikut berkembang, mereka semakin percaya dan yakin akan kehadirian Tuhan dalam hidup mereka. Kemudian juga ada 46% keluarga menyebutkan dengan doa bersama mereka akan semakin menyatu sebagai sebuah keluarga Katolik, yang saling mencinta satu dengan yang lainnya.
3.
Pembahasan Hasil Wawancara
Pada bagian ini penulis akan memaparkan mengenai temuan khusus mengenai hasil wawancara dan pengisian pada lembar jawaban pada kuisioner bagian ke dua. Dalam wawancara penulis berhasil mewawancarai delapan (8) responden dan hasil dari kuesioner bagian kedua yang dijawab oleh enam belas (16) responden yang sekiranya dapat memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi keluarga-keluarga dalam kaitannya dengan doa dalam keluarga sebagai upaya pembinaan iman anggota keluarga di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2, Paroki Maria Assumpta Gamping. Dari hasil wawancara ini disusun sesuai dengan permasalahan penelitian yakni: realita orang tau di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 dalam hidup sehari-hari terkait dengan doa dalam keluarga, pelaksanaan pembinaan iman dalam keluarga, dan pengalaman saat penulis mewawancarai responden. Mengenai hasil wawancara selengkapnya dapat di lihat di halaman tujuh puluh enam (76).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a.
Apakah
perkembangan
zaman
saat
ini
berpengaruh
79
pada
perkembangan hidup beriman keluarga anda ? R1
: Ya, berpengaruh positifnya mempermudah mencari tugas anak-anak saya (internet). Negatifnya hubungan satu sama lain semakin berkurang (HP)
R2
: Sangat berpengaruh, untuk anak muda jadi sulit untuk mengikuti kegiatan di lingkungan (menyesuaikan diri dengan orang tua)
R3
: Ya berpengaruh. Apa-apa jadi mudahTapi semuanya jadi pingin cepat-cepat(budaya baru)
R4
:Tidak berpengaruh pada keluarga kami, karena kami selalu membangun komunikasi yang baik dalam interaksi setiap hari.
Apa yang diungkapkan oleh empat (4) responden di atas mau mengungkapkan bahwa saat ini dalam hidup sehari-hari keluarga juga mengalami dan merasakan dampak dari perkembangan/perubahan zaman. Hal kongkrit yang diungkapkan responden terkait dengan hal ini adalah hanphone (HP). Saat ini kita begitu dimanjakan dengan berbagai produk-produk yang baru, dengan banyak aplikasi, serta jejaring sosial yang membuat kita mudah untuk menjalin relasi satu sama lain dalam keluarga. Selain itu juga ada responden yang mengatakan bahwa dengan kemajuan internet yang ada saat ini, kita dapat melihat apa saja, baik itu informasi, pekerjaan, dan lainnya. Namun ada sebagian kecil dari responden yang penulis temukan mengungkapkan bahwa perubahan dan perkembangan yang ada saat ini tidak terlalu berpengaruh pada kehidupan keluarga mereka. Hal itu disebabkan karena mereka telah siap dan menyikapi dengan selalu ada waktu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
untuk berkumpul dan menjalin komunikasi yang baik antara satu dengan yang lainnya dalam keluarga.
b.
Hambatan dan kesulitan apa saja yang bapak-ibu alami dalam melaksanakan doa bersama dalam keluarga ? R1
: Waktu untuk berkumpul bersama, kesibukan kerja kami.
R2
: Aktivitas masing-masing yang berbeda-beda sehingga memang sulit untuk bersama selalu.
R3
: Kesibukan yang berbeda tidak memungkinkan untuk berkumpul bersama dalamkeluarga setiap saat.
R5
: Bingung mau melakukannya bagaimana, yang penting ikut misa dan doa di lingkungan
Untuk pertanyaan kedua ini, hampir 50%
lebih
responden yang ikut
mendukung jawaban dari responden 1,2 dan 3. Alasan mendasar yang membuat atau menghambat mereka untuk melaksanakan doa bersama dalam keluarga adalah kesibukan kerja dan waktu serta aktivitas yang tidak memungkinkan untuk dapat berkumpul bersama selalu. Sedangkan ada sebagian yang mengungkapkan bahwa mereka merasa kesulitan karena bingung, bagaimana untuk melaksanakan doa dalam keluarga (belum terbiasa) sehingga yang menjadi penting bagi mereka adalah aktif di lingkungan atau di gereja saja sudah cukup, dan juga karena tidak ada sarana yang mendukung. Oleh sebab itu mereka hanya terlibat untuk mengikuti misa di lingkungan, doa dan sembayangan saja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
81
Kegiatan pembinaan iman seperti apa yang bapak-ibu telah laksanakan dalam keluarga ? R1
: Ke Gereja bersama, Ziarah ke Goa Maria, mengikuti Ret-ret.
R3
: Mengikuti misa lingkungan, rosario, pendalaman iman di lingkungan,menyediakan bacaan-bacaan rohani untuk anak.
R6
: Mengikuti PAJEKA (paguyuban jumat kliwon), novena koronka di lingkungan,misa di gereja paroki dan lingkungan.
R7
: Mengikuti PAJEKA, doa di lingkungan, misa hari minggu di gereja, kadang-kadang doa juga di rumah.
Jawaban dari responden di atas di dukung juga oleh responden yang lain, yang juga mengungkapkan bahwa bentuk kegiatan pembinaan iman yang sudah mereka lakukan antara lain seperti yang sudah disebutkan oleh empat responden diatas. Sebagian dari mereka juga mengungkapkan bahwa harapannya dengan ikut kegitan kerohanian seperti yang disebutkan itu mereka semakin dekat dengan Gusti Yesus, dan iman dapat berkembang.
d.
Apa saja yang mendukung bapak-ibu dalam melaksanakan doa dalam keluarga dan pembinaan iman keluarga ? R2
: Mendengarkan lagu-lagu rohani, selalu ada sharing tentang kekuatan doa (Yesus), menyekolahkan anak di sekolah Katolik.
R4
: Menjalin hungungan baik dalam keluarga (komunikasi).
R7
: Komunikasi yang efektif, buku-bukudoa, ruang doa di rumah.
R8
: Buku doa, buku renungan harian, Kitab Suci
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Untuk pertanyaan ini, responden yang lain juga mendukung apa yang diungkapkan oleh empat responden di atas, kebanyakan jawaban yang penulis dapatkan antara lain bahwa sarana yang mereka miliki guna mendukung pelaksanaan doa dalam keluarga yakni buku-buku doa, Kitab Suci, buku renungan harian. Ada juga responden yang mengungkapkan bahwa hal terpenting lainnya adalah membangun terus-menerus komunikasi dalam keluarga, karena dengan begitu keluarga akan menjadi harmonis, saling mengerti, dan dapat menyatu. Karena jika tidak demikian, apa pun usaha yang dilakukan tentu akan sia-sia saja. Dengan
adanya
kebersamaan,kenyamanan,
rasa memiliki, damai,
dapat
menyatukan semua anggota keluarga untuk melaksanakan doa dalam keluarga.
e.
Apakah katekese dipandang sebagai usaha yang tepat untuk meningkatkan pembinaan iman anggota keluarga ? R1
: Ya, karena kita dapat berbagi pengalaman hidup, dan memperbaharui iman kitasehingga kita semakin mantap untuk hidup sebagai orang Katolik di tengah masyarakat.
R2
: Iya...tetapi katekese yang berlanjutan, karena dengan demikian saya percaya mampu untuk menumbuh- kembangkan iman umat di lingkungan ini.
R4
: Dari kagiatan kerohanian yang telah saya ikuti, katekese rasanya tepat untuk menjadi salah satu kegiatan pembinaan iman keluarga.
R6
: Menurut saya mungkin tepat, karena di dalam katekese kita bisa sharing. Ya.. berbagipengalamanlah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Dari jawaban empat responden diatas, juga didukung dengan jawaban dari responden yang lain, di mana penulis mendengar secara langsung dan melalui jawaban yang ada pada kuisioner bahwa katekese dipandang sebagai salah satu bentuk usaha yang tepat untuk pembinaan iman umat (keluarga). Bahwa sampai saat ini pembinaan iman untuk keluarga dirasa masih kurang, dan perlu untuk itu dilakukan usaha yang dapat mengembangkan iman anggota keluarga.
E.
Kesimpulan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa keluarga Katolik yang ada di
lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Paroki Maria Assumpta Gamping dalam kesehariaannya telah mencoba melaksanakan doa bersama dalam keluarga. Menurut mereka doa dalam keluarga merupakan sebuah kebutuhan, dan menjadi keinginan atau kerinduan tersendiri bagi mereka untuk dapat melaksanakan doa bersama, baik itu di laksanakan di rumah, lingkungan, tempat-tempat ziarah, atau pun di gereja Paroki. Karena dengan demikian mereka dapat berkumpul bersama sebagai suatu keluarga. Dalam penjelasan di awal kajian teori telah penulis sampaikan bahwa doa dalam keluarga dapat mengumpulkan dan mempersatukan seluruh anggota keluarga, dan dengan demikian semuanya akan merasakan cinta, kasih sayang, damai dalam kebersamaan itu. Dari hasil penelitian, penulis menemukan bahwa keluarga itu akan bahagia apabila terus-menerus membangun relasi dan komunikasi yang baik antar setiap anggota keluarga. Ketika ada konflik atau permasalahan dalam keluarga, keluarga harus segera menyelesaikan agar tidak timbul rasa yang tidak enak yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
berkepanjangan. Banyak dari umat di lingkungan Santo Steefanus Mejing 2 mengungkapkan bahwa setiap kalau ada masalah dalam keluarganya, mereka pun segera membawanya dalam doa, bahkan ada keluarga-keluarga tertentu sering sekali berkumpul untuk berdoa bersama keluarga guna penyelesaian masalah dalam keluarga tersebut. Karena mereka masih percaya dan yakin bahwa doa dalam keluarga itu dapat merubah sikap anggota keluarga, memperkembangkan iman serta membuat mereka semakin menyatu sebagai sebuah keluarga. Kehidupan keluarga akan semakin menyatu apabila ada rasa memiliki, rasa saling membutuhakan satu sama lain. Dalam kehidupan keseharian keluarga Katolik di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 telah menyadari akan hal tersebut. Meskipun dalam kenyataan setiap harinya mereka mengalami kendala atau masalah yang mengakibatkan mereka tidak dapat selalu berkumpul bersama dalam keluarga, namun mereka selalu berusaha untuk berkomunikasi satu sama lain. Tentu faktor-faktor yang menghambat mereka untuk tidak dapat atau jarang berkumpul bersama keluarganya antara lain karena kesibukan kerja dan aktivitas yang berbeda-beda sehingga doa bersama dalam keluarga menjadi sulit untuk dilaksanakan. Selain itu, juga karena kurangnya pengetahuan akan imannya, sehingga bagi mereka yang penting ikut aktif terlibat dalam kehidupan menggerja, lingkungan atau masyatrakat. Dengan bagitu harapannya mereka akan mendapat perhatian baik dari gereja maupun lingkungan masyarakat sekitar. Perkembangan zaman yang terus berkembang setiap waktu pun ikut dirasakan pengaruhnya oleh keluarga-keluarga pada umumnya. Menurut keluargakeluarga yang ada di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 bahwa perkembangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
saat ini ikut berpengaruh dalam hidup beriman keluarga. Meski hal ini tidak diiyakan oleh semua keluarga, karena ada keluarga-keluarga tertentu yang mengungkapkan bahwa kebiasaan dan aturan serta pola hidup dalam keluarga mereka telah diatur sedemikian rupa sehingga dirasa bahwa semua yang ada saat ini biasa saja (tidak kaget), yang penting terus mendekatkan diri dengan Tuhan. Namun lebih dari itu, tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan zaman ikut membuat umat agar dapat memikirkan seperti apa kehidupan keluarga kedepan. Hal-hal yang positif harus menjadi perioritas untuk keluarga. Kebiasaan dan aturan yang baik dalam keluarga harus terus dipelihara, kegiatan kerohanian tidak boleh sampai kalah dengan aktivitas serta hal-hal yang lain. Kegiatan pembinan iman harus terus dilaksanakan, karena akan punya dampak buat gereja dan masyarakat. Apabila keluarga baik, gereja dan masyarakat juga akan berkembang dengan baik. Oleh karenanya keluarga perlu menyadari dan terus melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mendukung setiap anggota keluarga agar dapat berkembang secara baik dan sehat. Dengan melihat situasi yang ada, maka dalam bab IV dalam penulisan ini, penulis akan mencoba memberikan sumbangan katekese keluarga, untuk meningkatkan kesadaran keluarga-keluarga (orang tua) akan pentingnya doa bersama dalam keluarga sebagai upaya pembinaan iman dalam keluarga. Dengan demikian diharapkan akan terciptanyanya keluarga-keluarga yang harmonis, bahagian, dan selalu bersyukur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
F.
86
Refleksi Kateketis Doa dalam keluarga merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
kebahagiaan hidup kita. Sadar atau tidak, ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia yang hanya dipuaskan dengan hal-hal yang bersifat duniawi, baik itu dilakukan di tempat kerja, tempat hiburan, wisata, dan tempat-tempat lainnya. Namun satu hal yang masih menjadi kebutuhan bagi hidup mereka adalah berdoa. Doa masih menjadi bagian yang tak bisa terpisahkan dalam hidup manusia. Dikala hidup terasa kosong, kering, maka kembali kepada Dia yang memberikan hidup, perlindungan dan kesehatan adalah tindakan yang sangat kristiani. Hal semacam inilah yang perlu diupayakan dalam keluarga. Mewujudkan keluarga yang bahagia, damai dan sejahtera, merupakan harapan dari semua orang, namun kenyataannya belum semua keluarga dapat merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan yang sifatnya jasmani selalu menjadi hal yang diperioritaskan, sehingga kebahagiaan yang rohani terkadang tidak diperhitungkan. Salah satu hal yang dapat
dilakukan dalam keluarga untuk
menciptakan kebahagiaan itu adalah dengan kebersamaan. Kebersamaan dapat diwujudkan dengan kegiatan kerohanian yang dapat dilakukan dalam keluarga yaitu dengan wisata ke tempat-tempat rohani, ziarah bersama, dan melakukan doa bersama. Berdoa bersama dapat mengumpulkan semua anggota keluarga, dengan demikian ada waktu untuk saling berbagi kebahagiaan, suka dan duka satu sama lain. Dapat merasakan kehadiran satu dengan yang lain, maka akan menumbuhkan suatu ikatan batin yang kuat dalam anggota keluarga tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Kenyataan yang penulis temukan bahwa, doa dalam keluarga itu sulit dilakukan karena berbagai hambatan, situasi dan kondisi yang membuat semua anggota keluarga dapat berkumpul bersama. Aktivitas yang berbeda-beda satu dengan yang lain dalam keluarga juga turut mempengaruhi kebersamaan dalam keluarga. Orang akan cenderung memikirkan pekerjaan dan kegiatan yang sifatnya mendesak, dari pada mengurusi hal-hal yang kebersamaan dalam keluarga yang menurutnya dapat dilakukan kapan saja. Kurangnya pengetahuan dalam pembinaan iman juga merupakan hal yang sangat berpengaruh, sehingga muncul anggapan bahwa ke gereja mengikuti misa saja sudah cukup, yang penting percaya kepada Tuhan Allah. Pemahaman yang dangkal seringkali membuat orang/umat terkesan seperti hanya memiliki iman yang sifatnya KTP, jika diperlukan maka akan dipakai, kalau tidak ya sudah. Dengan demikian perlu ada suatu langkah atau tindakan yang perlu untuk menyadarkan umat akan hal tersebut. Bahwa doa merupakan suatu wujud kecil dalam mengembangkan iman, namun bisa berdampak besar dalam hidup ini. Katekese merupakan suatu karya Gereja yang dapat digunakan untuk membantu dan mendidik umat agar semakin beriman, dan dapat hidup sesuai dengan ajaran kristiani. Dalam keluarga, katekese sangat mudah untuk dilaksanakan apabila ada waktu bersama dalam keluarga bisa dimanfaatkan, misalnya saat bersantai di rumah, makan bersama, bepergian, orang tua dapat menjadikan moment itu untuk berkatekese secara sederhana kepada keluarga. Tidak hanya dalam pertemuan khusus katekese di lingkungan, tetapi pengajaran akan iman kristiani dapat dilakukan dimana dan kapan saja sesuai dengan keadaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
dan kondisi keluarga tersebut. Pembiasaan yang terus-menerus tentu akan menjadikan keluarga tersebut menjadi baik, dan tidak akan mudah goyah imannya. Pembinaan iman dalam keluarga sudah semestinya disadari oleh orang tua sebagai pendidik utama dalam sebuah keluarga. Iman dapat berkembang dengan baik dalam diri seseorang itu kalau pembinaan yang baik dimulai dari rumah dengan baik pula. Apabila hal tersebut disadari sebagai sebuah kebutuhan untuk hidup kedepannya, maka tentu akan ada usaha untuk terus mengembangkan pengetahuan terkait dengan pembinaan iman keluarga itu sendiri, sehingga pada akhirnya tidak ada rasa kering, hampa akan menjalani hidup bersama dalam keluarga. Keluarga akan menjadi tempat yang favorit untuk setiap orang, karena selalu ada sukacita, damai dan kebahagiaan di dalamnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV USULAN PROGRAM KATEKESE KELUARGA SEBAGAI UPAYA PEMBINAAN IMAN ANGGOTA KELUARGA DI LINGKUNGAN SANTO STEFANUS MEJING 2 PAROKI MARIA ASSUMPTA GAMPING
Karya
katekese
merupakan
wadah
pewartaan
Gereja
untuk
menyampaikan kabar gembira kerajaan Allah yang menyelamatkan umat manusia. Katekese umat merupakan suatu bentuk komunikasi iman atau saling tukar menukar (sharing) pengalaman iman antar anggota umat (peserta katekese). Katekese sebagai komunikasi iman juga merupakan kesaksian hidup, yang dialami, dirasakan dalam setiap peristiwa. Proses katekese berititk tolak dari pengalaman hidup kongkrit umat (peserta), dan dari pengalaman tersebut diolah dan direfleksikan sehingga menjadi sebuah pengalaman hidup yang didasari oleh iman akan Yesus Kristus sebagai pusat, arah dan tujuan hidup kita. Pada BAB IV ini, penulis akan mendeskripsikan mengenai usulan program yang sekiranya akan dapat membantu keluarga-keluarga untuk dapat membina iman anggota keluarganya. Dalam hal ini ada dua point yang penulis bahas dalam bab ini yakni : bagian pertama mengenai Pokokpokok Katekese yang meliputi ; Pengertian Katekese, Isi Katekese, Tujuan Katekese, dan Model Katekese yang dipakai dalam mendukung program yang akan penulis laksanakan ini. Sedangkan pada bagian kedua penulis akan membahas mengenai Program Katekese yang meliputi ; Pengertian
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
Program, Pemikiran Dasar Program, Usulan Tema, Penjabaran Program dan Contoh Persiapan Katekesenya.
A.
Pokok-Pokok Katekese
1.
Pengertian Katekese Dewasa ini banyak pengertian katekese yang beraneka ragam seturut
perkembangan umat yang berbeda-beda. Kata katekese berasal dari bahasa Yunani“Katekeo” yang berarti membuat bergema. Istilah ini kemudian digunakan oleh umat Kristiani menjadi istilah khusus dalam bidang pewartaan. Dalam kaitannya dengan katekese istilah tersebut diartikan sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar orang semakin dewasa dalam iman (Rukiyanto, 2012: 59). Ada bermacam-macam pengertian tentang kata katekese, dalam Kitab Suci dapat kita temukan ayatayat yang berkaitan dengan katekese seperti: diajarakan (Luk 1: 4), mengajar (1 Kor 14:19), pengajaran (Gal 6:6). Pengertian katekese dalam Anjuran Apostolik Bapa Paus Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae (1979) juga memberikan pengertian katekese sebagai berikut : Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud menghantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art 18).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Menurut pengertian tersebut, kiranya Paus menggarisbawahi tiga kata kunci, yaitu katekese adalah pembinaan dalam iman, penyampaian ajaran kristen secara organis dan sistematis, serta kepenuhan hidup kristen. Dari penjelasan Paus diatas, selanjutnya dapat penulis jelaskan disini mengenai ketiga kata kunci tersebut sesuai dengan pemahaman penulis. Katekese ialah pembinaan dalam iman. Pembinaan merupakan salah satu usaha untuk pengembangan sikap atau perilaku menuju kearah yang lebih baik. Dapat dikatakan juga bahwa pembinaan iman disini merupakan suatu usaha yang bertujuan mengembangkan sikap dan perilaku umat kristiani menuju iman yang dewasa. Isi katekese menurut artikel diatas yaitu penyampaian ajaran Kristiani secara organis dan sistematis. Ajaran Kristiani yang dimaksud disini adalah kabar gembira tentang Yesus Kristus dan Tradisi Gereja. Tradisi Gereja yang disampaikan dalam katekese haruslah tetap setia menyajikan keseluruhan kekayaan warisan iman Kristiani kepada Umat beriman Kristiani. Kemudian untuk isi katekese tetap diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud supaya dalam penyelenggaraan katekese tersebut memiliki keterkaitan dan arah yang jelas sehingga mudah dipahami. Salah satu kata kunci yang disebutkan diatas adalah kepenuhan hidup kristen. Hal ini dimaksudkan agar orang beriman kristen dapat hidup berdasarkan teladan Yesus sendiri sehingga mencapai iman yang dewasa. Dari rumusan pengertian tentang katekese di atas, menjadi jelas bahwa betapa pentingnya karya katekese dalam usaha pengembangan, pendalaman,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
dan penghayatan hidup beriman Kristiani. Katekese merupakan suatu karya Gereja yang dapat membantu umat beriman untuk semkin tumbuh dalam iman yang dewasa dan dapat mencapai suatu kepenuhan hidup dalam Kristus sendiri.
2.
Isi Katekese Dalam katekese kita bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus.Isi
pokok katekese sendiri adalah seluruh hidup Yesus Kristus, mulai dari peristiwa inkarnasi, karya, sabda, dan seluruh peristiwa paskah-Nya (Catechesi Tradendae, art,5-6). Kristus diimani sebagai kepenuhan wahyu Allah kepada manusia. Misteri hidup Yesus menjadi sumber dan pusat katekese, maka katekese harus dipahami sebagai suatu usaha bersama untuk saling mengenal, memahami, dan percaya pada-Nya yang merupakan jalan kebenaran dan kehidupan (Yoh 14: 6). Sifat katekese dalam hal ini membantu setiap orang, supaya semakin percaya dan dapat berpartisipasi serta bersatu dalam hidup-Nya yakni hidup Kristus sendiri. Oleh karenanya ketekese bersifat Kristosentris, bukan menyampaikan pandangan, gagasan pribadi katekis kepada umat/peserta, melainkan mengkomunikasikan sabda pengajaran, kehidupan dan seluruh mesteri hidup Yesus Kristus. Dengan melaksanakan katekese diharapkan iman umat dapat berkembang melalui kesaksian dan permenungan iman. Selain itu isi katekese selain berpusat pada hidup Yesus Kristus, juga menyangkut seluruh pengalaman iman umat, yang di mana dalam katekese akan saling
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
meneguhkan melalui sharing atau tukar pengalaman iman. Jadi tentu akan mengecewakan apabila dalam katekese yang bertujuan untuk pembinaan iman umat itu, umat sendiri tidak aktif atau tidak mau mensharingkan pengalaman imannya (Huber, 1981:19).
3.
Tujuan Katekese Berikut ini akan dipaparkan mengenai tujuan katekese sesuai dengan
pengertian katekese di atas. Dalam Anjuran Apostolik Bapa Paus Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae (1979) juga menyatakan tentang tujuan katekese, art.20 sebagai berikut : “.........maksud katekese ialah mngembangkan pengertian tentang misteri Kristus dalam cahaya Firman Allah, sehingga seluruh pribadi manusia di resapi oleh Firman itu. Begitulah orang kristen, yang berkat karya rahmat Allah dibuahi menjadi ciptaan baru memutuskan untuk mengikuti Kristus, dan di dalam Gereja makin banyak belajar sepeti Dia, menilai segala seperti Dia, bertindak seturut dengan perintah-perintahNya, dan berharap sesuai dengan ajakanNya”. Dari uraian tersebut, dapat di lihat bahwa katekese bertujuan untuk mengembangkan umat beriman semakin memahami tentang misteri Kristus dalam Sabda atau Firman Allah. Melalui Firman Allah tersebut manusia diresapi dan diperbaharui
menjadi ciptaan baru untuk memutuskan
mengikuti Kristus. Selain itu, manusia diharapkan mampu meneladani sikap dan ajaran-ajaranNya. Dengan
demikian
penulis
dapat
mengerti
maksud
katekese
berdasarkan CT art,20 adalah bahwa untuk memahami dan mengembangkan pengertian umat Kristiani tentang misteri Kristus yang kita imani, yaitu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
dalam terang Sabda Allah melalui Kitab Suci yang merupakan harta kekayaan iman Gereja. Oleh karena itu kita semakin mampu mengetahui hal-hal yang tidak
kita ketahui tentangmisteri
penyelamatan yang
diwahyukan di dalam Kristus. Oleh karenanya dapat dikatakan tujuan katekese adalah membantu peserta untuk semakin dekat dengan Yesus, sehingga dalam hidupnya ia dapat merasakan kehadirian Yesus. Peserta juga semakin mengenal lebih dekat peribadi Yesus Kristus agar dalam hidup sehari-hari
imannya
semakin bertumbuh dan berkembang menjadi seorang yang beriman dewasa. Beriman dewasa selalu bersifat kratif artinya seorang yang bersifat kreatif tidak takut dan cemas terhadap situasi-situasi baru, malahan hal-hal baru itu selalu dijadikannya sebagai sumber motivasi yang baru.
4.
Model Katekese Ada begitu banyak model katekese yang dapat dipakai untuk
berkatekese dengan umat di lingkungan atau tempat yang diinginkan. Kebanyakan yang penulis ketahui tentang model katekese antara lain, seperti : model SCP, model pengalaman hidup, model Biblis dan model campuran (Sumarno, 2013:11-15). Model-model ini merupakan alternatif untuk pelaksanaan proses katekese yang digunakan sesuai dengan kondisi dan keadaan umat/peserta katekese. a. Model pengalaman hidup: model ini bertolak dari pengalaman hidup konkrit sehari-hari umat/peserta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
b. Model Biblis: model ini lebih cenderung bertolak pada Kitab Suci dan Tradisi Kristiani. c. Model campuran: model ini merupakan gabungan dari model pengalaman hidup dan model Biblis, atau juga dapat digabungkan model Kitab Suci atau Tradisi dengan pengalaman hidup konkrit sehari-hari.
Dalam program katekese yang ditawarkan dalam bab ini, penulis akan menggunakan model pengalaman hidup. Dalam model pengalaman hidup menurut penulis model ini sangat cocok dengan pembahasan doa dalam keluarga sebagai upaya pembinaan iman anggota keluarga, yang ditinjau dari pengalaman hidup kongkrit umat/peserta dalam hidup sehari-hari berdasarkan terang Injil. Sumarno (2013: 11) memberi ringkasan tentang langkah-langkah proses katekese umat model pengalaman hidup seperti berikut: 1) Introduksi Berisikan lagu dan doa pembukaan yang sesuai dengan tema yang diambil saat itu dalam katekese yang akan dilaksanakan. Katekis mencoba mengingatkan dan menghubungkan dengan tema yang sudah dibahas atau yang sudah dibicarakan dalam pertemuan-petemuan atau pengalaman sebelumnya. 2) Penyajian Suatu Pengalaman Hidup Dapat dipilih suatu peristiwa atau pengalaman kongkrit yang sesuai dengan tema dan situasi umat/peserta. Pengalaman atau peristiwa itu bisa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
diambil dari majalah, koran atau buku cerita yang relevan sesuai dengan situasi peserta. 3) Pendalaman Pengalaman Hidup Mengajak peserta untuk mengaktualisasikan pengalaman yang ada dalam cerita pengalaman atau peristiwa pada sesi sebelumnya ke dalam hidup nyata/kongkrit. Hal ini biasanya terjadi dalam kelompok kecil dengan panduan pertanyaan-pertanyaan pendalaman yang merangsang peserta untuk berbagi pengalaman dalam situasi normal kongkrit sesuai dengan tema yang dibicarakan saat itu, guna untuk hidup sehari-hari. 4) Rangkuman Pendalaman Pengalaman Hidup Pada sesi ini katekis mencoba mensharingkan gambaran umum dari sikap-sikap yang dapat diambil oleh peserta yang berhubungan dengan tema dalam penyajian pengalaman hidup dan teks Kitab Suci atau Tradisi yang hendak dipakai dalam langkah berikutnya. 5) Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi dibacakan dengan baik, pelan sehingga dapat ditangkap oleh umat/peserta. Setelah itu umat/peserta diberikan kesempatan untuk merefleksikan teks Kitab Suci tersebut, dengan dibantu beberapa panduan pertanyaan (kunci) menurut umat/peserta ? apakah pesan inti dari teks Kitab Suci tersebut ? apa arti pesan dari teks Kitab Suci bagi hidup kongkrit umat/peserta ?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
6) Pendalaman Teks Kitab Suci atau Tradisi Gereja Dalam bagian ini, katekis bisa mengajak umat/peserta untuk shraring atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah direnungkan secara pribadi atau bersama. Kemudian katekis membaca sekali lagi teks Kitab Suci atau Tradisi. Pada kesempatan ini katekis membantu peserta untuk mencari dan mengungkapkan pesan inti menurut mereka sendiri sehungan dengan tema. Peranan katekis di sini menciptakan suasana terbuka sehingga peserta tidak takut untuk mengungkapkan tafsiran mereka sehungan dengan tema yang dapat diambil dan digali dari bacaan Kitab Suci atau Tradisi. 7) Rangkuman Pendalaman Teks Kitab Suci atau Tradisi Gereja Pendamping jawaban umat/peserta, terutama pesan inti teks yang berhungan dengan tema. Kemudian katekis merangkum jawaban peserta dengan hasil persiapan pribadi yang diperoleh berdasarkan renungan dan pembacaan lebih mendalam dari sumber-sumber lain, terutama yang sehungan dengan tema sehingga umat/peserta diperkaya juga dengan informasi atau masukan pengetahuan iman. 8) Penerapan dalam Hidup Kongkrit Mengajak peserta untuk mengambil beberapa kesimpulan praktis yang berhubungan dengan tema untuk diwujudnyatakan dalam kehidupan seharihari, baik dalam kehidupan menggereja, kehidupan keluarga, maupun kehidupan di masyarakat. Kemudian katekis juga mengajak peserta untuk hening sejenak, untuk merenungkan serta mengumpulkan buah-buah pribadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
dari katekese umat untuk hidup sehari-hari, yang berupa niat atau tindakan apa yang diambil untuk selanjutnya dilaksanakan. 9) Penutup Pada bagian penutup ini dapat dimulai dengan mengungkapkan doadoa spontan yang merupakan hasil dari buah-buah katekese dan bisa juga doa-doa umat lainnya, diungkapkan secara bebas. Kemudian katekis dapat mengakhiri katekese dengan doa penutup yang merangkum seluruh tema dan tujuan katekese itu. Katekese dapat diakhiri katekis dengan suatu doa bersama atau nyanyian bersama yang sesuai dengan tema katekese itu.
B.
Program Katekese
1.
Pengertian Program Program diartikan sebagai rancangan mengenai asas-asas (hukum
dasar), serta usaha-usaha yang dijalankan. Program juga diartikan sebagai suatu usaha yang dirumuskan untuk mencapai suatu tujuan yang jelas dan terarah. Program dibuat untuk membantu dan memudahkan seluruh proses pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan lancar, karena semua telah dipersiapkan dengan baik. Moeliono (1988:207) mengungkapkan (dalam art. Ryan Adhi Pratama 2013:1) Penyusunan program selalu meliputi tema, tujuan, sub tema, uraian materi, metode, sarana dan sumber bahannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program merupakan suatu rancangan yang dipersiapkan atau dibuat untuk memantu memudahkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
proses pelaksanaan kegiatan agar dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2.
Pemikiran Dasar Program Katekese Berdasarkan realita yang ada dan hasil penelitian yang penulis
temukan bahwa keluarga-keluarga yang ada di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 sudah berusaha untuk melaksanakan doa dalam keluarga. Mereka juga telah mengetahui dan memahami arti dari sebuah doa bersama yang harus
terus-menerus
dibangun
dalam
keluarganya.
Namun
ketika
dihadapkan dengan situasi yang ada, yang dialami dalam hidup sehari-hari dengan banyaknya tugas dan aktivitas yang ada, maka kebersamaan dalam keluarga (berkumpul bersama) menjadi sesuatu yang sulit dilakukan. Akibatnya kerinduan untuk dapat berkumpul bersama dalam keluarga menjadi sesuatu yang selalu diinginkan oleh setiap anggota keluarga. Keluarga menjadi tempat untuk membagi kasih, tempat untuk curhat, dan tempat untuk mensharekan pengalaman hidup didalam kesehariaannya. Keluarga haruslah menjadi tempat bagi suami-isteri dan anak-anak saling berbagi kebahagiaan, suka dan duka. Keluarga pun menjadi tempat untuk setiap anggota dapat mengekspresikan segala sesuatu yang dialami dalam dirinya. Sehingga dengan begitu mereka bisa saling mengetahui, mengerti, memahami dan saling mencintai satu sama lain. Tentu yang tak kalah penting dalam hal ini adalah membangun relasi dan komunikasi yang secara terus-menerus setiap hari. Dengan begitu setiap anggota keluarga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
akan merasa dibutuhkan dan membutuhkan yang lain. Dengan demikian meskipun banyaknya aktivitas dan kegiatan yang ada, setiap orang dalam keluarga (bapak,ibu, kakak, adik, dll) akan berusaha untuk membagi waktu untuk hadir dan berada dirumah, walaupun banyaknya kesibukan-kesibukan yang ada. Saat ini zaman sudah sangat maju, apa-apa bisa, rasanya tidak ada yang sulit. Dalam hal membangun kebersamaan dan komunikasi dalam keluarga, kita sangat dimanjakan dengan berbagai alat komunikasi yang mudah untuk digunakan dan sangat terjangkau. Saat ini jarak bukan lagi menjadi hambatan terbesar, karena hampir diseluruh daerah atau tempat terpencil
sekali
pun
sudah
ada
signal
yang
dapat
membantu
mengkoneksikan perangkat telepon. Kita bisa memilih perangkat apa saja yang kita inginkan, sekarang tidak hanya telepon dan sms, berbagai jejaring sosial media seperti email, facebook, bbm, twitter, whatsapp, dan lainnya bisa kita gunakan untuk berkomunikasi. Semua anggota keluarga bisa menggunakansarana media tersebut sehingga kalau tidak bertemu atau tatap muka secara langsung dalam keseharian, masing-masing pribadi bisa saling mengontak satu sama lain untuk menanyakan kabar atau keadaan dan keberadaan. Namun tidak bisa dipungkiri, terkadang dengan segala fasilitas yang ada, justru membuat kita lupa akan orang-orang yang ada disekitar kita, karena asik dengan handphone atau gadget yang kita miliki. Akibatnya harapan untuk mengalami kebersamaan, baik dalam doa, makan, bepergian, keakraban dalam keluarga tidak terpenuhi seutuhnya karena hal-hal tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
Oleh karena itu, perlu suatu bentuk pembinaan dan pendampingan secara terus menerus kepada tiap keluarga. Harapan Gereja kepada semua keluarga kristiani adalah bahwa
keluarga kristiani
diharapkan dapat
memelihara keutuhan keluarga, mampu membangun relasi dan komunikasi yang baik antar pribadi (semua anggota keluarga). Katekese tentang doa dalam
keluarga,
pembinaan
iman
keluarga,
diharapkan
dapat
menanggulangi kesulitan dalam keluarga dalam meningkatkan doa bersama dan keutuhan keluarga kristiani. Program katekese ini bertujuan untuk, membantu umat/peserta (keluarga-keluarga kristiani) agar dengan tenang, santai dan dalam suasana kekeluargaan dapat merefleksikan, menemukan sebuah kesadaranbaru untuk hidup sebagaianggota keluarga dalam meningkatkan doa bersama dalam keluarga, dialog bersama sehingga terciptanya sebuah keluarga bahagia, sejahtera. Program katekese ini disusun bagi keluarga-keluarga Katolik di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Gamping. Model pendampingan yang penulis anggap sekiranya dapat membantu keluarga-keluarga dalam usaha pembinaan iman anggota keluarganya ialah model pengalaman hidup,karena dalam model ini akan ada dialog partisipatif yang memungkinkan umat untuk saling mengungkapkan, merefleksikan pengalaman hidup kongkrit yang sehubungan dengan doa dalam keluarga sebagai uapaya untuk pembinaan iman anggota keluarga. Setelah di konfrontasikan
dengan pengalaman iman dan visi Kristiani,
peserta dapat menemukan suatu keterlibatan yang baru dalam menghayati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
doa dalam keluarga sebagai tindakan kongkrit untuk pembinaan iman baik keluarga maupun orang lain yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno, 2013: 11-12). Pendampingan katekese ini diusulkan dalam suatu perencanaan dalam bentuk program yang berkesinambungan dan yang dilaksanakan dengan katekese umat dalam rangka meningkatkan doa bersama dalam keluarga. Dengan mengikuti dan melaksanakan program tersebut, maka kegiatan katekese dapat dipersiapakan dan dilaksanakan secara terarah dan teratur, sehingga keluarga dan umat lingkungan dapat terbantu dalam mengetahui dan memahami pentingnya doa dalam keluarga sebagai upaya pembinaan iman anggota keluarga dengan cara-cara yang benar, dengan tidak bertentangan dengan ajaran Gereja.
3.
Usulan Tema Katekese Usulan tema yang penulis sajikan dalam program katekese ini adalah :
doa dalam keluarga sebagai upaya pembinaan iman anggota keluarga, dengan tujuan membantu peserta untuk semakin menyadari pentingnya doa bersama dalam kehidupan berkeluarga, dan dengan demikian iman anggota keluarga dapat berkembang, hingga pada akhirnya dapat tercipta sebuah keluarga Katolik yang bahagia dan sejahtera. Tema ini akan dijabarkan dalam empat sub tema yaitu : pertama, Membangun kesetiaan dalam hidup berkeluarga. Sub tema kedua, Tanggung jawab orang tua. Sub tema ketiga, beriman dan sub tema keempat adalah dialog.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
Adapun penjabaran selengkapnya bisa dilihat dalam penjabaran program katekese keluarga berikut ini :
4.
Contoh Persiapan Katekese (Hlm berikutnya 104)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
Persiapan Katekese I : Model Pengalaman Hidup
a. Identitas Katekese 1)
Judul Pertemuan
: Membangun kesetiaan dalam hidup keluarga
2)
Tujuan
: Membantu peserta untuk semakin menyadari arti kesetiaan di dalam hidup berkeluarga sehingga mampu meneladani kesetiaan Yesus kepada Allah Bapa-Nya sampai wafat di salib.
3)
Peserta
: Keluarga Katolik
4)
Tempat
: Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2
5)
Hari/Tanggal
: Kamis, 20 Desember 2014
6)
Waktu
: Pukul, 19.30 - selesai
7)
Metode
: - Sharing Pengalaman - Refleksi - Informasi - Tanya Jawab
8)
Sarana
: - Madah Bakti - Kitab Suci - Cerita Kesetiaan - Musik instrumen
9)
Sumber Bahan
: - Luk 17:26-37 - LBI (1993). Tafsir Kitab Suci. Kanisius : Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
b. Pemikiran Dasar Dalam kehidupan keluarga sehari-hari, kita sering mendengar atau bahkan kita sering mengucapkan kata-kata ini “apa pun yang terjadi saya akan tetap setia dan akan menepati janji perkawinan yang telah saya ucapkan kepada suami atau isteri”. Kata-kata ini merupakan ungkapan kegembiraan dan tekat untuk tetap setia dalam hidup berkeluarga. Dalam kenyataan kehidupan saat ini, dengan maraknya arus globalisasi, salah satu nilai atau keutamaan keluarga semakin pudar bahkan menjadi tragedi dalam adalah masalah kesetiaan suami isteri maupun kesetiaan kepada anak-anak. Ketika kesetiaan luntur bahkan hilang dalam kehidupan keluarga, maka pada saat yang bersamaan keharmonisan keluaraga secara perlahan juga mulai retak dan hancur. Realita saat ini bahwa perceraian dan broken home menjadi gambaran yang jelas, pudarnya kesetiaan yang menjadi salah satu keutamaan dalam membangun bahtera keluarga, sebagaimana yang telah diikrarkan dalam sakramen perkawinan. Maka ketika kesetiaan mulai hilang dalam kehidupan keluarga, kita dapat bertanya pada diri kita masing-masing, “dimanakah kesetiaanku ? dimanakah kesetiaan mu ? mengapa kita tidak bisa setia ? apakah penyebabnya sampai kita begini ? selain itu juga kesetiaan dalam hidup berkeluarga akan menjadi luntur, karena orang dihadapkan dengan banyak peristiwa yang menantang dan juga berbagai macam tawaran dunia yang menggiurkan hati, sehingga membuat orang rela meninggalkan suami/isteri, anak-anak dan keluarganya demi sesuatu hal yang menyenangkan hati pribadi sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
Dalam Injil Lukas 17: 26-37, Yesus dengan tegas mengatakan “barang siapa yang berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya”. Kehilangan nyawa merupakan suatu pengorbanan yang tulus dan menuntut suatu kesetian dari pribadi dalam mengikuti Yesus Kristus. Mengikuti Dia bukan hanya dalam saatsaat suka saja, tetapi justru dituntut juga dalam saat-saat kita mengalami duka. Sabda Yesus ini mengingatkan kita pada kesetiaan-Nya di salib. Ia mengundang kita untuk mewujudkan semangat kesetiaan yang ada dalam diri kita masingmasing. Kesetiaan perlu dibangun dari hari ke hari dalam terang Kristus sendiri yang telah dicurahkan kepada kita yakni setia sampai selama-lamanya. Oleh karena itu dalam pertemuaan ini, kita diajak untuk menggali dan mengambil sikap dalam menghadapi berbagai macam tantangan dan kesulitan hidup dalam terang Kristus sendiri dengan membangun kesetiaan kita dalam hidup sehari-hari. Kesetiaan dalam hidup berkeluarga merupakan suatu bentuk perwujudan kesetiaan kita pada Yesus Kristus. Jadi jika kita berusaha untuk selalu setia dalam hidup ini, maka kita akan memperoleh suatu kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup keluarga kita.
c. Pelaksanaan Pertemuan 1) Pembukaan a)
Kata Pengantar Selamat malam bapak, ibu dan saudara/i yang terkasih dalam Yesus Kristus,
hidup dalam suatu tantangan sudah melanda hampir setiap orang dan kita pun tidak dapat lari dari kenyataan tersebut. Yesus telah menggambarkan situasi hidup
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
manusia dalam kehidupan berkeluarga. Yesus juga mengatakan “barang siapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barang siapa kehilangan nyawanya , ia akan menyelamatkannya”. Kata-kata dari Yesus ini, menuntut suatu pengorbanan dari kita dalam membangun kesetiaan di dalam kehidupan berkeluarga. Dalam kenyataan hidup sekarang ini, kita boleh bertanya pada diri kita masing-masing, apakah kita berani kehilangan nyawa kita demi keluarga kita (suami/isteri, dan anak-anak)? Atau malah sebaliknya, karena emosi, stress, keluarga menjadi tempat pelampiasan kemarahan kita ? lalu bagaimana kita membangun kesetiaan dalam keluarga kita, agar dapat memberi rasa aman, nyaman, damai dan tenteram bagi setiap anggota keluarga. Kita akan semakin dekat dengan Yesus, dapat merasakan kehadiranNya melalui suasana yang bisa kita ciptakan sendiri untuk keluarga kita, yaitu percaya, dan yakin bahwa Ia akan selalu beserta kita. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kita diajak untuk menggali dan mengambil sikap dalam menghadapi tantangan dan kesulitan hidup dalam terang Kristus sendiri, dengan tetap membangun kesetiaan dalam keluarga kita.
b)
Lagu Pembukaan : Madah Bakti No. 317 “ Hanya PadaMu Tuhan”
c)
Doa Pembukaan Ya Bapa Yang Maha Baik, pada kesempatan malam hari ini kami umat-Mu
yang berkumpul disini mengucap syukur dan berterima kasih kepada Mu atas berkat dan rahmat yang telah Engkau berikan kepada kami. Secara khusus kami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
bersyukur karena pada kesempatan ini pula kami boleh Engkau kumpulkan dalam satu ikatan kekeluargaan dalam Yesus PuteraMu. Pada kesempatan yang baik ini, kami ingin menggali, menghayati dan berbagi pengalaman iman serta merefleksikan sejauh mana kami menanggapi panggilanMu untuk sikap hidup meneladani Yesus Kristus. Hadirlah dan bimbinglah kami, serta terangilah hati kami dengan Roh kudusMu, agar kami mampu untuk tetap setia pada keluarga kami, baik itu dalam suka, maupun dalam duka. Oleh karenanya kami serahkan seluruh harapan yang ada dalam hati kami, dan khususnya pertemuan ini kedalam hadiratMu, agar Engkau pun mendengarkan dan memampukan kami untuk meresapkan
SabdaMu.
Mampukanlah
kami
untuk
dapat
terbuka
dan
mensharingkan pengalaman-pengalaman iman kami untuk saling meneguhkan satu dengan yang lain diantara kami, Sebab Engkaulah Tuhan dan Pengantara kami, Yang Hidup dan Berkuasa, kini dan sepanjang masa.. Amin.
2) Penyajian Pengalaman Hidup Marilah bapak-ibu, saudara/i pada kesempatan ini, mencoba membaca dan merenungkan sebuah pengalaman melalui kisah cerita berikut ini tentang “Kesetiaan”. Pendamping membagikan teks cerita dan memberikan kepada peserta untuk sejenak membaca dan mencermati secara pribadi.
Kemudian
pendamping meminta/mengajak umat untuk mencoba menceritakan kembali dengan singkat isi pokok dari cerita tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
3) Pendalaman Pengalaman Hidup Setelah membaca dan merenungkan kisah cerita tersebut, pendamping mengajak peserta untuk bersama-sama mendalami kisah cerita tersebut dengan beberapa pertanyaan penuntun berikut : - Apa tanggapan bapak-ibu, saudara/i tentang kisah tadi ? - Mengapa gadis kecil tersebut tetap setia pada sang Raja ? - Pernahkah bapak-ibu, saudara/i mengalami kesulitan-kesulitan dalam mewujudkan kesetiaan dalam keluarga anda ? - Cara apa saja yang dilakukan bapak-ibu, saudara/i dalam menghadapi kesulitan-kesulitan untuk membangun kesetiaan di dalam keluarga anda?
4) Rangkuman dari pengalaman hidup Dalam cerita tadi, gadis tersebut setia kepada sang raja, walaupun telah bertahun-tahun raja meninggalkan dia sendirian, karena dia percaya bahwa raja itu suatu saat akan kembali padanya. Dia ingat akan janji raja yang tertera dalam suratnya. Kestiaan itu diuji selama bertahun-tahun, dan kalau ada rasa saling percaya, maka ia akan menemukan kebahagiaan dan kedamaian. Dalam cerita tadi pula, jalas bahwa tanpa pentingnya kesetiaan dalam hidup yang menjadi pilihannya. Gadis itu sangat setia kepada sang raja selama bertahuntahun. Namun dalam menanti sang raja, ia dihadapkan dengan berbagai tantangan, dimana ia diejek oleh teman-temannya. Kisah ini juga mungkin sering kita alami dalam hidup kita sehari-hari. Kita ingin setia pada keputusan yang kita buat, tetapi kadangkala tantangan datang atau peristiwa yang sulit dihadapkan kepada kita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
yang membuat kita harus melakukan sesuatu/mengambil tindakan. Tindakan yang diambil terkadang memihak atau justru memilih yang aman sehingga kesetiaan menjadi luntur, karena yang dipikirkan hanyalah diri sendiri. Begitu sering dalam hidup ini, kita pun mudah sekali percaya pada pembicaraan orang, yang belum tentu baik dan benar bagi kita, pembicaraan yang didengar dari orang itu terkadang justru mengacaukan pikiran kita, sehingga kita merubah keputusan atau tindakan kita untuk berbuat tidak setia pada anggota keluarga kita. Kesetiaan dapat terwujud, kalau kita mampu menumbuhkan sikap saling percaya pada pasangan kita, dan anak-anak kita; Mencoba untuk bersikap terbuka dan membagun komunikasi yang baik dalam keluarga. Tidak cepat untuk mendengar pembicaraan orang lain tentang kejelekan keluarga kita. Hendaklah senantiasa kita berusaha untuk terus belajar pada Yesus yang tetap setia melaksanakan tugas yang diberikan Bapa-Nya, walau mengalami banyak cobaan dan penderitaan sampai wafat di kayu salib.
5) Pembacaan Teks Kitab Suci (Luk 17: 26-37) Salah seorang peserta diminta untuk membacakan teks Kitab Suci. Kemudian sejenak peserta diminta untuk hening, merenungkan dan meresapkan Firman Tuhan tersebut secara pribadi.
6) Pendalaman Teks Kitab Suci Setelah teks Kitab Suci dibacakan, peserta diajak untuk hening beberapa saat untuk melihat kembali ayat-ayat, atau kalimat-kalimat yang berkesan dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
teks Kitab Suci yang baru saja dibacakan/didengar. Kemudian peserta diajak untuk merefleksikan bacaan tersebut dengan bantuan beberapa pertanyaan penuntun : - Ayat manakah yang menunjukkan ciri-ciri kesetiaan dalam teks tersebut ? - Sikap apa yang dikehendaki oleh Yesus dalam membangun kesetiaan di dalam hidup keluarga ?
7) Rangkuman Teks Kitab Suci Dalam teks Kitab Suci yang barusan kita bacakan dan kita dengarkan bersama, ayat 26-31, Yesus mengatakan kepada pengikut-Nya kedangan Kerajaan Allah tanpa ada tanda-tanda lahiriah. Oleh karena itu manusia dituntut untuk senantiasa waspada dan tidak hanya memikirkan keinginan duniawi. Namun pada dasarnya menusia hidup menurut gerakan pikirannya sendiri, ia dituntut untuk bertindak seturut apa yang dikehendakinya, namun terkadang tanpa sadar ia melakasanakan keinginan tersebut menurut apa yang kebanyakan orang lakukan disekitarnya: mengejar kekayaan, mencari posisi dan kehoramatan, takut kehilangan nama, mencari kenyamanan. Hari-hari anak manusia dipenuhi suatu masa penuh kegelapan, suatu masa keputusan untuk tetap setia beriman kepada Tuhanyang tak kelihatan. Masa itu mamang sulit untuk semua orang , juga bagi pengikut Kristus. Dalam ayat 32 Yesus memperingati murid-Nya bahwa “Ingatlah akan isteri Lot” ! Di mana dia berubah menjadi tiang garam (Kej 19:26), sebab dia menoleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
ke belakang. Dia tidak setia dengan keputusan yang telah dibuatnya. Maka Yesus mengingatkan lagi bahwa untuk menjadi pengikut-Nya, jangan seperti isteri Lot. Sebagai pengikut Kristus, kita dituntut untuk mengambil sikap, tinggal dan tetap setia bepegang pada ajaran Yesus Kristus atau meninggalkan berbagai tawaran-tawaran lain. Sebagai manusia kita tidak luput dari rasa tertarik untuk masuk dalam arena perlombaan itu. Ada begitu banyak tawaran-tawaran yang menggiurkan hati, namun di sana pula kita dituntut untuk semakin setia pada komitmen kita bersama dalam hidup berkeluarga. Maka kita pun perlu meneladan sikap dan hidup Yesus yang selalu setia pada Bapa-Nya, walau banyak melewati cobaan-cobaan, penganiayaan, penderitaan, dan bahkan setia sampai wafat di kayu Salib.
8) Penerapan dalam Hidup secara Kongkrit Kesetiaan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap orang, khususnya dalam hidup berkeluarga. Seorang dikatakan setia, apabila dia berani menerima dan menghadapi tantangan yang ada dalam hidupnya. Kesetiaan selalu diuji dalam setiap peristiwa hidup kita. Namun kesetiaan dapat terwujud kalau kita dapat saling percaya kepada pasangan kita, keterbukaan untuk saling berbicara dari hati ke hati, dan selalu berpikir positif kepada orang yang kita cintai. Yesus tidak pernah jenuh untuk mengingatkan kita dan sekaligus mengundang kita, agar hidup lebih baik dalam mewujudkan kesetiaan dan kasih kepada Tuhan dan sesama di dalam hidup keluarga, maupun lingkungan di sekitar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
kita berada. Hendaknya sebagai orang Katolik, kita perlu belajar dari Yesus, yang selalu setia pada Bapa-Nya walaupun mengalami cobaan-cobaan dan penderitaan sampai wafat di Salib. Sebagai anggota keluarga sikap manakah yang perlu kita perjuangkan, agar kita semakin menghayati kesetiaan kita dalam hidup berkeluarga ? apa yang hendak kita lakukan untuk mewujudkan sikap kesetiaan kita dalam hidup berkeluarga ? (peserta diberi kesempatan untuk hening beberapa menit untuk merefleksikan harapan dan aksi kongkritnya yang akan di lakukan).
9) Penutup a.
Doa Spontan Bapak-ibu saudara/i sekalian, marilah kita persembahkan doa-doa kita,
segala niat dan ujud-ujud hati kita kepada Tuhan yang telah menunjukan teladan kesetiaan kepada kita dengan doa spontan; ...... b.
Doa Bapa Kami..
c.
Doa Penutup Allah Bapa Yang Maha Baik, kami mengucap syukur kepada-Mu atas
rahmat dan berkat yang boleh Engkau berikan kepada kami. Kami bersyukur karena Engkau telah mengajarkan kepada kami, agar kami setia dan dengan rendah hati belajar dari Yesus yang setia pada Bapa sampai wafat di Salib. Berilah kami rahmat serta kekuatan agar mampu meneladani sikap hidup Yesus dalam kehidupan kami setiap hari, tertama dalam membangun kesetiaan dalam keluarga kami. Sebab Engkaulah tumpuan dan harapan hidup kami, yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa... Amin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
d.
Lagu penutup : Madah Bakti no. 533 “Tingkatkan karya serta karsa”.
117
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian V yang merupakan bagian akhir skripsi ini, penulis akan mengemukakan pokok-pokok gagasan yang perlu ditegaskan kembali berkaitan dengan pengaruh doa dalam keluarga sebagai upaya pembinaan iman anggota keluarga, sehingga dengan membangun relasi komunikasi yang baik dalam hidup berkeluarga diharapkan akan terciptanya sebuah keluarga kristiani yang damai dan sejahtera dalam menjalani hidup. Pokok-pokok tersebut merupakan kesimpulan yang dirumuskan oleh penulis dan menjadi inti dari keseluruhan skripsi ini. Dalam bab ini penulis juga mengemukakan beberapa saran yang ditujukan kepada umat beriman Kristiani, khususnya para keluarga yang menjadi subyek penulisan skripsi ini. Saran-saran tersebut diharapkan
dapat menjadi
masukan bagi keluarga Katolik dalam usaha meningkatkan pembinaan iman anggota keluarganya melalui hidup doa.
A.
KESIMPULAN Keluarga adalah lingkungan utama bagi pembentukan sikap dan kepribadian
setiap anggota keluarga. Di dalam keluarga setiap orang akan mengalami dan merasakan suasana kehidupan di mana ada rasa senang, sedih, bahagia, damai dan rasa nyaman untuk terus bersama. Dalam keluarga juga setiap orang akan belajar nilai-nilai untuk hidup dan juga iman. Bentuk pendidikan dalam keluarga juga tentu akan berpengaruh pada setiap tingkah laku anggotanya dalam hidup dan interaksi dengan orang lain. Suasana dalam keluarga haruslah dibangun dengan baik agar dapat membuat semua anggotanya menjadi nyaman, senang untuk 118
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
berlama-lama bersama. Dengan demikian kerinduan untuk terus bersama akan dirasakan ketika salah seorang dari keluarga tersebut jauh, atau terpisah dari anggota keluarga yang lain. Dalam membangun bahtera kehidupan keluarga, tidak selamanya mudah dan selalu baik adanya. Walaupun memiliki komitmen bersama, namun oleh karena kelemahan kita sebagai manusia, membuat segala niat dan komitmen yang baik menjadi tidak terlaksana. Bagi kebanyakan orang, sering mendewakan kerja dan beranggapan bahwa dengan bekerja akan menghasilkan upah (uang) yang banyak sehingga dengan begitu segala sesuatu dapat diraih dengan hasil kerja tersebut. Untuk itu bekerja menjadi hal yang sangat penting dalam hidup, dan berkumpul dalam keluarga itu bisa nanti-nanti saja, atau kalau ada waktu kosong. Dengan demikian kehidupan rohani (doa dalam keluarga) juga bisa dilakukan, kalau ada waktu atau ke gereja setiap hari minggu saja sudah cukup. Meskipun disisi yang lain, ada kerinduan yang mendalam serta keinginan untuk dapat berkumpul dalam keluarga setiap saat. Melalui doa bersama dalam keluarga, seorang akan mengalami perjumpaan dengan Allah dan dapat berkomunikasi secara lebih dekat maupun dari kedalaman hati. Hal tersebut dialami oleh seluruh anggota keluarga apabila orang tua memiliki kesadaran untuk membangun, meningkatkan, dan membina kehidupan doa bersama yang lebih baik dalam keluarga. Dalam kenyataannya, keinginan dan hasrat untuk melaksanakan doa bersama dalam keluarga belum terlaksana dengan baik. Hal itu disebabkan karena berbagai alasan, hambatan dan tantangan yang harus dihadapi untuk membangun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120
dan meningkatkan kebiasaan tersebut (doa dalam keluarga). Namun dengan adanya niat, tekad, perjuangan, serta kemauan yang kuat serta sungguh-sungguh akan membuat keinginan tersebut akan terlaksana. Partisipasi aktif di kegiatankegiatan kerohanian yang ada di lingkungan maupun Paroki diharapkan dapat membuat keluarga sadar akan kebutuhan untuk doa bersama dalam keluarga, akhirnya proses tersebut dapat mengalahkan segala kesulitan maupun tantangan yang merintangi. Peningkatan doa bersama dalam keluarga merupakan suatu cita-cita dari keluarga-keluarga yang ada di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 di mana dilandasi dengan kesungguhan iman yang kuat, untuk saling menyempurnakan, dan saling melengkapi, antar tiap anggota keluarga, dengan kesadaran dan kesediaan untuk terlibat langsung secara aktif mengikuti kegiatan doa bersama dalam keluarga. Maka dari itu dengan doa bersama dalam keluarga tersebut dapat membantu menjadikan keluarga sebagai tempat yang nyaman, baik untuk semua anggota keluarga. Berdasarkan hasil penelitian, jelas bahwa gambaran keluarga-keluarga di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 telah menyadari bahwa pembinaan iman dalam keluarga merupakan suatu yang menjadi kebutuhan mereka, hal tersebut merupakan suatu yang penting dan perlu untuk diperhatikan secara serius. Mengingat perkembangan zaman yang begitu luar biasa ini, dan juga menawarkan hal-hal duniawi yang bisa saja membuat setiap pribadi terlena, sehingga perhatian dan niat untuk mewujudkan tujuan keluarga Kristiani menjadi pudar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121
Katekese merupakan salah satu karya Gereja yang dapat digunakan untuk membantu umat memperkembangkan imannya. Melihat keadaan dan situasi yang ada di lingkungan Santo Stefanus Mejing 2, penulis mencoba untuk memberikan usulan program katekese dengan model pengalaman hidup sebagai salah satu bentuk pendampingan untuk membantu keluarga Katolik, dalam meningkatkan doa dalam keluarga sebagai upaya pembinaan iman anggota keluarga. Model katekese ini bertolak dari pengalaman hidup umat dalam kehidupan sehariharinya. Sehingga dengan begitu semua anggota keluarga dapat berkumpul dan berbagi pengalaman hidup dalam terang iman untuk saling meneguhkan satu dengan yang lain, dan pada akhirnya keluarga tersebut dapat menciptakan suasana yang nyaman, damai, bahagia, harmonis untuk semuanya anggota keluarga.
B.
SARAN Demi meningkatkan doa dalam keluarga sebagai upaya pembinaan iman
anggota keluarga, ada beberapa saran : 1.
Bagi Imam a.
Memberikan perhatian secara khusus dan terlibat dalam menangani masalah-masalah kehidupan iman dan doa dalam keluarga, sehingga melalui pewartaan Injil dan dukungan doa, Imam dapat memberikan pencerahan kepada keluarga Kristiani.
b.
Imam juga mendampingi dan memberikan pengarahan kepada keluarga-keluarga mengenai pentingnya doa dalam keluarga, karena dengan demikian iman anggota keluarga pun akan berkembang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122
2.
Bagi Keluarga-Keluarga Katolik a.
Menyadari akan tugas dan panggilannya masing-masing, untuk senantiasa menciptakan suasana yang kondusif, nyaman, damai bagi semua anggota keluarga, sehingga berkumpul untuk melaksanakan doa bersama menjadi sesuatu hal yang diinginkan bersama demi perkembangan iman bersama.
b.
Bertanggungjawab sepenuhnya atas peran keterlibatannya dalam menjalankan dan mengikuti kegiatan doa, baik dalam keluarga maupun lingkungan tempat tinggalnya.
c.
Menciptakan dan membangun keakraban dalam kebersamaan dan berkomunikasi, dengan demikian akan terjalin hubungan batin bagi semua anggota keluarga.
d.
Saling memberikan perhatian, rasa cinta kasih yang mendalam dalam keluarga, menumbuhkan rasa saling percaya satu sama lain, sehingga semua
anggota
keluarga
dapat
dengan
tenang
menjalankan
aktivitasnya masing-masing. Dan pada akhirnya akan tercipta suatu hubungan yang baik, nyaman dan mesra
di dalam kehidupan
berkeluarga. 3.
Bagi Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 a.
Menciptakan dan membangun keakraban dalam kebersamaan serta menjalin hubungan yang baik untuk semua umat lingkungan Santo Stefanus agar menyatu dalam iman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123
b.
Mengupayakan agar ada kaderisasi dalam bidang liturgi lingkungan dalam hal ini, (pemandu doa atau pemandu pendalaman iman) agar dapat menciptakan suasana yang kondusif, variasi, sehingga umat tidak bosan dalam mengikuti kegiatan kerohanian lingkungan.
c.
Hendaknya pertemuan katekese lingkungan terus dilaksanakan, disesuaikan dengan jadwal kegiatan lingkungan, karena dengan begitu banyak umat akan memperoleh maanfaatnya melalui sharing pengalaman iman yang saling meneguhkan satu sama lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
124
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arianto Sam. (2008). (Artikel). Peranan Keluarga. Bekasi Bala Pitu Duan, Yeremias. (2003). Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Bambang Hendarto, L. (Editor). (2006). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma. Darmawijaya, St. (1994). Mengarungi Hidup Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius. _________. (1994). Pembinaan Iman Dalam Keluarga. (Perspektif Katolik), Majalah Pada Pameran Nasional, Yogyakarta. Darminta, J. (1981). Berdoa dari Hari ke Hari Seturut Konstitusi. Yogyakarta Kanisius. _________. (1997). Doa dan Pengolahan Hidup. Yogyakarta: Kanisius. _________. (2006). Peziarahan Keluarga. Yogyakarta: Kanisius. _________. (2006). Hati Pendoa. Yogyakarta: Kanisius. Hadisubrata, M.S. (1990). Keluarga dalam Dunia Modern Tantangan dan Pembinaanya. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Harun, Martin. (1998). Berdoa Bersama Umat Tuhan. Yogyakarta: Kanisius Hardiwiratno, J. (2008). Menuju Keluarga Bertanggungjawab. Jakarta: Obor Heuken, Adolf. (1979). Bangunlah Kebahagiaan Keluargamu. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Karya, Kesukupan Agung Jakarta. Huber, Th. (1981). Katekese Umat. Yogyakarta : Kanisius Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta : Kanisius. __________. (2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor. Konferensi Waligereja Regio Nusa Tenggara. (1995). Katekismus Gereja Katolik. Flores, NTT: Nusa Indah. Kirchberger, Georg dan Vincent de Ornay. (1999). Panggilan Keluarga Kristen. Ende: Percetakan ARNOLDUS. Lembaga Biblika Indonesia (LBI). (1993). Tafsir Kitab Suci. Yogyakarta: Kanisius Lombe, Marcel. (Editor). (2007). Family Matters. Malang: Dioma Marsudi, Thomas E. (2007). Doa Itu Indah, Doa Itu Mudah. Jakarta: Gloria Graffa. Mardi Prasetyo. F. (2000). Unsur-Unsur Hakiki dalam Pembinaan. Yogyakarta: Kanisius. Mariyanto, Ernest. (2005). Doa Dari Alkitab. Yogyakarta: Kanisius Maurice, Eminyan. (2001). Teologi Keluarga. Yogyakarta: Percetakan Kanisius.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
Murniati Sulasti D. (1994). Komunikasi Kunci Kebahagiaan Hidup Berkeluarga. Pameran Buku Nasional, Yogyakarta. Pakpahan, Ombar.(2013). (Artikel). Pengertian dan Fungsi Pembinaan. (Urwick). Yogyakarta. Pai, Rex A. (2003). Harta Karun dalam Doa. Yogyakarta: Kanisius Prajasuta, FX. (1994). Bina Iman Keluarga dengan Doa. Yogyakarta: Kanisius. Piet Go, O.Carm. (1994). Dinamika Pengembangan Keluarga Katolik. Malang: Dioma Peschke, Karl-Heinz. (2003), Etika Kristiani-Jilit III, Maumere: Ledalero. Purwa Hadiwardoyo. (1994). Hakikat Hidup Berkeluarga. (Majalah Pada Pameran Nasional). Yogyakarta. __________. (2007). Menujuh Keluarga Bahagia. Yogyakarta: Percetakan Yayasan Pustaka Nusatama. Riduwan, M.B.A. (2009). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: ALFABETA Ryan Adhi Pratama. (2013). (Artikel). Penyusunan Program dan Anggaran. Samarinda Rukiyanto, B.A. (Editor). (2012). Pewartaan Di Zaman Global. Yogyakarta: Percetakan Kanisius. Sutrisnaatmaka, A.M. (2002). Dinamika Hidup Beriman. Bunga Rampai Refleksi Teologis (hal.47, 71 dan 82 ). Yogyakarta: Percetakan Kanisius. Sukmadinata Syaodih Nana. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Sumarno DS.,M. (2013). Diktat Mata Kuliah Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Semester VI, Program Studi IPPAK, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Suntoro, F.A. Pr. (2008). Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki, Santa Maria Assumpta Gamping. Yogyakarta. Sunarka, J. SJ. (1985). Mengembangkan Kepribadian Lewat Rohani. Yogyakarta. Sutrisno Hadi. (2004). Teknik Penelitian Purposive Sampling. Yogyakarta Syahruddinalga. (2011). (Arikel). Pembinaan Iman. Medan. Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik, Hakekat, Metode dan Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta : Obor. Thomson, J.G.S.S. (1988).(Artikel). Ensiklopedia Aklkitab Masa Kini Jilid I, Jakarta: Buletin Widyamartaya, A. (1994). Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern. Yogyakarta: Kanisius. Wignyasumarta, IG. (2014). Membangun Taman Firdaus dalam Keluarga. Yogyakarta: Kanisius Yudisusanto.(1988).(Artikel).“Mengapa kita harus berdoa?” Jakarta: Kompasiana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Yohanes
126
Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae (R.Hardawiryana,SJ, Penerjemah). Jakarta : Dokpen KWI. __________. (1993). Familiaris Consortio. (R. Hardawiryana, SJ, Penerjemah). Jakarta : Dokpen KWI. __________. (1994). Kedamaian dan Keluarga. (Alfons S suhardi,OFM Penerjemah) Yogyakarta: Kanisius. Zainudin Lubis. (1963). Membina Pribadi. Jakarta: Penerbit Widjaya.
1t
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ffiffiffiffiffiffiffiffi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran
1.
UNIVERSITAS SANATA DITARVIA F'AKTILTAS KEGURUAN DAN ILN{U PENDIDIKAN JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAN,I STUDI IPPAK Jl. Ahmad Jazuli 2, Tromolpos 75, yogyakarta Telp. (0274\ 589035. 541642 Fax. (0274) 541641
Nomor
:
O1/PnII/IPPAWMZOI4
Lampiran:-
Hal
:
Permohonanizinpenelitian
Kepada Yth Ketua Lingkungan Santo Stefanus Mejing 2 Paroki St.Maria Assumpta Gamping-S leman Di Tempat Dengan Flormat. Saya yang bertandatangan di bar.vah ini : Nama Markus'Fatubun NIM 101124046 Prodi Ilmu Pendidikan Kekhususan pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan Semester IX Menyatakan permohonan izin unfuk melaksanakan penelitian untuk menyelesaikan skripsi dengan ketentuan sebagai berikut: Tgmpat : Lingkungan Santo.stefanus Mejing2 Waktu : Bulan November '2OI4 TopiV Judul : PENGARUH PoA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA LTNTUK PEMbINAAN IMAN ANGGOTA KELUARGA DI LINGKUNGAN SANTO STEFANUS MEJING 2 PAROKI MARIA
ASSUMPTA GAMPING
Atas perhatian dan kerjasama yang baik saya ucapkan limpah terima kasih.
Yogyakarta, 13 November 2Ol3
Markus Fatubun
SJ, M.Ed
Ternbusan 1. Romo Paroki Garnping :
(1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lamptran
2.
Paroki St. Maria Assumpta - Gamping, SIeman Gamping, Sleman, DIY 55293 Telepon : (0274) 798-748 Nomor FIal
IrM
:
q6LLA f rr/xt
:
Pemberitahuan Pelaksan€urn Penelitian
Kepada Yth P. Banyrr
Dewa HS, M.Si
Di Tempat Dengan Flormat. Sesuai perihal diatas, maka kami memberitahukan bahwa mahasiswa atas nnmar
Nama
Markus Fatubun
NIM
101124046
Prodi Jurusan
Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Ilrnu Pendidikan
Semester
D(
Telah melaksanakan penelitian
di
Lingkungan Santo Stefanus Mejing
:
2 pada bulan
November 2014 untuk kepentingan penulisan skripsi. Demikian informasi dari kami. AtBs perhatian dan kerjas"'na yang baik karni ucapkan limpah terima kasih.
Gamping, 26 November 2Ol4 tahui,
4. z Bpk. Mikael Suge4g
Barnbang Triantcro, Pr
(2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran
3.
I
i Ntrvcrrrbcr l() I -l
Kepada Yth. Para Orang Tua
Katolik Lingkungan
Santo Stefanus Mejing 2, paroki Maria
Assumpta Gamping di Tempat. Salam dalam kasih Tuhan,
Dalam rangka meningkatkan doa clalam keluarga clan upaya pembinaan iman anggota keluarga, maka perkenankalah saya memohon kesediaan BapaVlbu untuk mengisi angket yang saya bagikan- Bantuan BapaVlbu akan sangat berarti dan bennanfaat sebagai bahan masukan dalam pengumpulan data skripsi saya dan juga bagi peningkatan pembinaan iman dalam keluarga-keluarga Katolik. oleh sebab itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjarvab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jujur dan tulus, demi kelencaran dalam pengumpulan data yang otentik. Atas perhatian dan kesediaan Bapak
-
Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Mengetahui Ketua Lingkungan Sa
Teriring salam dan doa,
Markus Fatubun
!
ir
{ ll
(3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI l.ampiran
4.
Identitas Responden: Nama Bapak/Ibu
Petunjuk pengisian angket
1. 2.
:
Usia
: ...... tahun
Hari/Tanggal
:................../
:
Bacalah dengan saksama pernyataan-pemyataan yangada sebelum anda menjawab.
Ada lima alternatif jawaban yang tersedia untuk menjawab pernyataan yang terdapat dalam tabel antara lain
:
SL: Selalu
P
S : Sering K :Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
:Pernah
Silahkan memilih alternatifjawaban yang sesuai dengan keadaan atau situasi yang anda rasakan atau alami dengan memberi tanda (
I.
) pada kolom yang anda pilih, misalnya
Pernyataan
No 1
{
Meminta maaf
jika
:
SL
S
K
P
TP
SL
S
K
P
TP
berbuat kesalahan
Silahkan memberi tanda (r/) pada pilihan anda.
Pernyataan
No I
Selalu ada waktu untuk berdoa bersama dalam
2.
keluarga And.a selalu menyisihkan
waltu untuk berkumpul
bersama keluarsa
Anda selalu mendoakan keluarga anda 4
Anda selalu memotivasi keluarga anda untuk berdoa
5.
bersama Anda merasa tenang dan damai saat berdoa bersama
keluarsa 6.
Anda fokus dalam berdoa bersama keluarga
7.
Doa bersama dalam keluarga juga mendoakan orang
8.
Doa bersama dapat mengumpulkan keluarga
lain
9.
Saat ada masalah keluarga selalu berkumpul untuk
10.
berdoa bersama Keluarga anda berdoa setiap hari
11
Doa dapat membantu mengatasi masalah keluarga
(4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI t2.
Doa bersama dapat membuat keluarga anda semakin beriman
13.
Persoalan ekonomi
14.
proses pembinaan iman dalam keluarga Selalu berdoa bersama sebelum melakukan aktivitas
15.
dan pekerjaan
menghambat
Saling mengajak untuk berdoa bersama dalam keluarga
16.
Anda sering mengajak anggota keluarga untuk mengikuti kegiatan kerohanian di lingkungan dan
r7.
Anggota keluarga anda mengalami perubahan sikap
18.
Doa bersama dalam keluarga dapat menumbuhkan
gereja setelahberdoa bersama iman pribadi anda
19.
Anda yakin dan percaya doa bersama
akan
memberikan rasa aman.darnai basi keluarsa
20.
II.
Dengan doa bersama keluarga anda akan semakin baik dan harmonis
Jarvablah Pefianyaan dibawah
ini
dengan
jelas sesuai dengan kenyataan kongkrit yang altia
alami dan rasakan dalam hidup sehari-hari.
1)
Apakah perkembangan zaman saat
ini
berpengaruh pada perkembangan
hidup beriman
keluarga anda ?
2)
Hambatan dan kesulitan apa saja yang bapak-ibu alami dalam melaksanakan doa bersama
dalamkeluarga
3)
?
Kegiatan pembinaan iman seperti apa yang bapak-ibu telah laksanakan dalam keluarga ?
(5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4)
Apa saja yang mendukung bapak-ibu dalam melaksanakan doa dalam keluarga dan pembinaan iman keluarga
5)
?
Apakah katekese dipandang sebagai usaha yang tepat untuk meningkatkan pembinaan iman anggota keluarga
?
Terima Kasih...
-
Berkah Dalem Gusti -
(6)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran
5.
Teks Cerita : " Kesetiaan
,,
Seorang raja hendak menikah, hams membuat suatu perjalanan yang larna dan panjang. Hari-hari, bulan-bulan, dan tahun-tahun berlalu tanpa suatu berita
pun dari sang raja. Tunangannya menanti dengan sedih hati, tetapi
tanpa
kehilangan harapan bahwa sang raja akan kembali. Beberapa sahabat dari gaclis
itu berkata dengan rasa belaskasihan yang berpura-pura dan kegembiraan palsu, "taman yang malang, nampaknya kekasihmu sudah melupakan engkau clan tidak pernah akan kembali, sebaiknya lupakan saja dia, sebab masih
begitu
banyak
orang yang sangat mencintaimu". N{endengar perkataan itu, gadis tersebut sangat
sedih dan sakit hati dan kemudian rnengurung dirinya serta menangis terseduh-
seduh, sejadinya, ketika dia ditinggal sendirian. setelah menangis, gadis itu kemudian mengambil surat terakhir dari sang raja lalu memb aaanya, di mana surat
itu di berikan panjang
sang raja sewaktu hendak pergi untuk melakukan perjalanan
itu. Isi surat tersebut adalah bahwa raja bersumpah dia tetap setia dengan
sungguh akancintanya. Ketika selesai membaca surat, gadis
itu mencoba
menenangkan hatinya, merasakan kesungguhan hati sang raja melalui surat itu, ia
pun bahagia, mulai kembali bersemangat dalam mejalani hari-harinya walau pun dalam hati kecilnya gadis itu ingin sekali bertemu kembali dengan sang raja. Gadis itu tetap berharap dan terus menanti kepulangan sang raja.
Penantian
itu pun berakhir, karena
sang raja pulang. Gadis
itu
sangat
senang, bahagia karena penantian panjangnya telah usai. Namun dengan sangat
heran sang raja bertanya kepada gadis calon istrinya itu,
(7)
"
Bagaimana mungkin
\ PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
engkau tetap tinggal dengar) setia menantiku ? apa yang membuatmu bertahan hingga menanti kepulanganku?". Gadis itu pun menjawab sang raja dengan penuh
keyakinan, "Rajaku, aku masih menyimpan surat terakhir yang engkau berikan kepadaku sewaktu dirimu pergi, dan aku masih bertahan karena cinta kita, aku percaya engkau pun demikian".
(8)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI