PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MASALAH KEMISKINAN DALAM NOVEL 9 SUMMERS 10 AUTUMNS: DARI KOTA APEL KE THE BIG APPLE KARYA IWAN SETYAWAN: SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI, SEMESTER 1
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh: Elisabeth Setiyaningsih 091224021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MASALAH KEMISKINAN DALAM NOVEL 9 SUMMERS 10 AUTUMNS: DARI KOTA APEL KE THE BIG APPLE KARYA IWAN SETYAWAN: SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI, SEMESTER 1
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh : Elisabeth Setiyaningsih 091224021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus atas semua untaian berkat dalam hidupku. Ibuku, Christiana Ngatinem untuk doa, kasih sayang, dan semangat dalam hidupku. Bapakku, Alm. Yohanes Supono untuk nasihat dan inspirasi hidup yang tak pernah padam. Saudara-saudariku yang selalu mendukung dan memberi semangat: Yusuf Setiyono, Veronika Setiyani , dan Paulus Setiadi.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO Dalam setiap ujian hidup pasti ada pelajaran berharga. Tetaplah berdoa, berusaha, dan bersyukur. (Penulis)
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. (Korintus, 15:58)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Setiyaningsih, Elisabeth. 2013. Masalah Kemiskinan dalam Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple Karya Iwan Setyawan: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya dalam Materi Pembelajaran Sastra Di SMA Kelas XI, Semester 1. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple adalah novel yang terinspirasi kisah nyata kehidupan sang pengarang. Novel ini menceritakan perjuangan lima anak seorang tukang sopir angkot dalam memperoleh pendidikan di saat keluarga mereka mengalami masalah ekonomi. Penelitian ini mengkaji masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan dan implementasinya dalam materi pembelajaran sastra di SMA Kelas XI, Semester 1. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Sosiologi Sastra. Jenis penelitian adalah penilitian kepustakaan dengan metode diskriptif analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak dan teknik catat. Adapun langkah konkret yang akan ditempuh peneliti sebagai berikut: Pertama, menentukan novel yang akan dijadikan obyek, yaitu novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Kedua, melakukan studi pustaka. Ketiga, mengidentifikasi struktur pembentuk novel (tokoh, latar, alur, tema, dan bahasa) dengan menggunakan pendekatan struktural. Keempat, mendeskripsikan novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple dengan tinjauan Sosiologi Sastra menurut pendekatan Damono. Kelima, menghubungkan antara struktur pembentuk novel dan deskripsi masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple. Keenam, mengimplementasikan dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) SMA kelas XI, semester 1. Ketujuh, menarik kesimpulan. Kedelapan, menyajikan dalam bentuk laporan. Analisis permasalahan sosial dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple fokus pada masalah kemiskinan karena permasalahan ini merupakan masalah utama yang terkandung dalam novel tersebut. Adapun masalah kemiskinan ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: faktor individual, faktor keluarga, faktor sub-budaya, dan faktor struktur sosial. Dampak dari masalah kemiskinan tersebut bagi para tokoh terlihat adanya kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan primer (pangan, papan, dan sandang), kebutuhan pendidikan, dan kebutuhan dalam bersosialisasi. Berdasarkan aspek psikologis, aspek lingkungan, aspek taraf kemampuan, dan aspek bakat siswa, analisis terhadap novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple dapat diimplementasikan dalam materi pembelajaran sastra di SMA kelas XI, semester 1 dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum KTSP.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Setiyaningsih, Elisabeth. 2013. The Poverty Problems in 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple Novel by Iwan Setyawan: A Sociology Literature Overview and Implementation on The Literature Learning in The Eleventh Grade of Senior High School, Semester I. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma Novel of 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple is inspired by the writer’s life. This novel tells about the effort five of bus driver’s Children to get education when their family was getting the economy problem. This research examined poverty problems in the novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple by Iwan Setyawan and implementation on the literature learning in the eleventh grade of Senior High School, at first semester. The approach used in this research was a literature sociology approach. The type of research is documentation study research with analysis descriptive method. The data collection was obtained by using two techniques which refer to reading technique and note technique. The concrete steps that researcher through to doing her research: first, the researcher determined novel which would be the object of the research, it is novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple by Iwan Setyawan. Second, the researcher conducted a literature view. Third, identified the characters, setting, plot, theme, and language by used structural approach. Fourth, the researcher described the novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple using Damono’s sociology literature approach. Fifth, the researcher connected the novel structure with the description of poverty problems in the novel. Sixth, the researcher implemented the research finding in syllabus and lesson plan. Seventh, the researcher made her research conclusion. At last, the researcher presented her research in the form of report. The social problem analysis in novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple focus in the poverty problem because poverty problem is the main problem in the novel. The factors caused the poverty problem are: the individual factor, the family factor, the culture factor, and the social structure factor. The problem effect are the characters difficult to sufficient the primary requirement, education, and society requirement. Based on psychological aspect, environmental aspect, ability level, and the talent of the student, it can be concluded that the analysis of 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple especially on its poverty problem can be used as a material of literature learning for senior high school in the eleventh grade at first semester. The research findings are on form of Syllabus and Lesson plan in accordance with School-Based Curriculum.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Masalah Kemiskinan Dalam Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel Ke The Big Apple Karya Iwan Setyawan: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya dalam Materi Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI, Semester 1. Penulis menyusun skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan. Penulis banyak mendapatkan bimbingan, arahan, saran, dan dukungan dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini. Sebagai wujud syukur atas terselesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. 2. Caecilia Tutyanti, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi PBSI yang telah memberikan motivasi dan bantuan bagi penulis selama menempuh studi di PBSI. 4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 5. Bapak Setya Tri Nugraha, S. Pd., M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan pengarahan, petunjuk, dan saran yang sangat bermanfaat dalam terselesaikannya skripsi ini. 6. Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan dan saran hingga terselesaikannya skripsi ini. 7. Seluruh Dosen PBSI dan semua dosen MKK dan MKDK yang dengan tulus mendidik dan membimbing penulis dari awal hingga akhir perkuliahan. 8. Staf sekretariat PBSI, seluruh staf Dekanat, staf Perpustakaan, dan staf BAA yang telah membantu dalam segala urusan administrasi.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………..........
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………..........
ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………...........
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………... …..…………..
iv
MOTTO……………………………………………………………………..
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA…………………………………………………………………….
vii
ABSTRAK…………………………………………………………………
vii
ABSTRACT…………………………………………………………………
ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………..
x
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….
1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………..
1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………
6
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………….
7
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………...
7
1.5 Batasan Istilah……………………………………………………….
8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………
10
1.7 Sistematika Penyajian………………………………………………..
10
BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………
12
2.1 Penelitian yang Relevan………………………………………………
12
2.2 Kajian Teori…………………………………………………………...
15
2.2.1 Struktur Karya Sastra…………………………………………..
15
2.2.1.1 Tokoh dan Penokohan…………………………………
17
2.2.1.2 Latar…………………………………………………..
23
2.2.1.3 Alur…………………………………………………….
25
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.1.4 Tema……………………………………………………
28
2.2.1.5 Bahasa………………………………………………….
30
2.2.2 Sosiologi Sastra………………………………………………...
31
2.2.3 Permasalahan Sosial……………………………………………
33
2.2.4 Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA)………
37
2. 2.4.1 Silabus…………………………………………………
39
2. 2.4.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……………
43
2. 2.4.3 Materi Pembelajaran Sastra……………………………
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………
48
3. 1 Jenis Penelitian……………………………………………………….
48
3. 2 Metode Penelitian…………………………………………………….
48
3. 3 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………...
49
3. 4 Instrumen Penelitian………………………………………………….
50
3.5 Teknik Analisis Data………………………………………………….
51
3.6 Sumber Data…………………………………………………………..
51
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN……………………...
52
4.1 Analisis Tokoh dan Penokohan, latar, Alur, Tema, dan Bahasa dalam Novel 9 Summers10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple ……………………………………………………..
52
4. 1. 1 Tokoh dan Penokohan…………………………………………
52
4. 1. 2 Latar…………………………………………………………..
83
4. 1. 3 Alur……………………………………………………………
106
4. 1. 4 Tema…………………………………………………………..
110
4. 1. 5 Bahasa…………………………………………………………
110
4.2 Masalah Kemiskinan…………………………………………………
113
4.2.1 Faktor Penyebab Kemiskinan…………………………………..
114
4.2.1.1 Faktor Individu………………………………………….
114
4.2.1.2 Faktor Sub-Budaya………………………………………
115
4.2.1.3 Faktor Struktural Sosial………………………………….
115
4.2.1.4 Faktor Keluarga…………………………………………
116
4.2.2 Dampak Masalah Kemiskinan Bagi Keluarga Iwan……………
117
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.3 Hubungan antara Tokoh dan Penokohan, Latar, Alur, Tema, dan Bahasa dengan Masalah Kemiskinan dalam Novel 9 Summers10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple Karya Iwan Setyawan…………………………......
120
4.3.1 Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan Masalah Kemiskinan.. 120 4.3.2 Hubungan Latar dengan Masalah Kemiskinan…………………
121
4.3.3 Hubungan Alur dengan Masalah Kemiskinan………………….
122
4.3.4 Hubungan Tema dengan Masalah Kemiskinan…………………
122
4.3.5 Hubungan Bahasa dengan Masalah Kemiskinan…………….....
123
BAB V IMPLEMENTASI HASIL ANALISIS NOVEL 9 SUMMERS 10 AUTUMNS: DARI KOTA APEL KE THE BIG APPLE KARYA IWAN SETYAWAN DALAM MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI, SEMESTER 1……………………………..
125
5. 1 Gambaran Ringkas Hasil Analisis……………………………………
125
5.2 Potensi novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple Karya Iwan Setyawan sebagai Pembelajaran Sastra di SMA……….
127
5.3 Model Pemanfaatan novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple Karya Iwan Setyawan sebagai Pembelajaran Sastra di SMA………………………………………………………………. BAB VI PENUTUP………………………………………………………..
134 181
6. 1 Kesimpulan…………………………………………………………..
181
6. 2 Implikasi……………………………………………………………...
183
6.3 Saran………………………………………………………………….
184
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...
185
LAMPIRAN………………………………………………………………..
188
BIODATA PENULIS……………………………………………………...
223
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple adalah novel pertama karya Iwan Setyawan. Novel ini pernah menjadi novel national Best Seller dan mendapatkan penghargaan sebagai Buku Fiksi Terbaik Jakarta Book Award 2011 IKAPI DKI Jakarta. Penghargaan tersebut layak dianugrahkan pada novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karena banyak nilai-nilai kehidupan yang terkandung didalamnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sudjiman (1988:15) yang mengemukakan bahwa karya sastra yang baik juga membekali kita dengan sesuatu yang bermanfaat bagi hidup kita selanjutnya. Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple adalah novel yang terinspirasi dari kisah nyata sang pengarang. Novel ini menceritakan kehidupan seorang anak tukang sopir angkot dari Kota Batu yang bernama Iwan Setyawan. Ia sukses menjadi Direktur di salah satu perusahaan besar di New York, Amerika Serikat. Mata pencaharian sang ayah sebagai sopir angkot dan ibunya sebagai ibu rumah tangga telah membuat Iwan dan saudara-saudaranya harus menjalani masa kecil dengan bersikap nrimo terhadap segala keterbatasan pemenuhan kebutuhan keluarga mereka. Masa muda Iwan dan keempat saudaranya lebih sering dihabiskan di rumah untuk belajar dan membantu orang tua karena keterbatasan ekonomi keluarga turut membatasi sosialisasi dengan teman-teman mereka. Ketekunan mereka dalam belajar membuahkan prestasi
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
yang membanggakan di sekolah. Iwan dan saudara-saudaranya mampu diterima di perguruan tinggi negeri berkat prestasi akademik yang mereka capai. Pada akhirnya, mereka menjadi orang-orang sukses dan merentaskan keluarga mereka dari kemiskinan. Masalah kemiskinan dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple yang terjadi pada keluarga Iwan karena beberapa hal. Pertama, keluarga mereka berasal dari kalangan menengah ke bawah. Kedua, tradisi “mangan ora mangan sing penting kumpul” membuat kakek-nenek Iwan tidak dapat keluar kota menemukan pekerjaan yang lebih baik, sedangkan di Kota Batu tidak banyak pekerjaan yang menjanjikan pendapatan layak. Ketiga, keluarga Iwan berasal dari keluarga yang berpendidikan rendah sehingga bapak dan semua saudara laki-laki ibunya hanya memiliki keterampilan terbatas, yaitu menjadi sopir angkot. Masalah kemiskinan biasanya menjadi hambatan bagi seseorang untuk hidup maju namun cerita dalam novel ini adalah bukti nyata dari sang pengarang dalam menyikapi kemiskinan menjadi semangat untuk mengejar kesuksesan melalui pendidikan. Iwan dan saudara-saudaranya mampu mengubah garis hidup keluarganya menjadi lebih baik karena keberhasilan mereka di dunia pendidikan. Hal ini semakin memperlihatkan fungsi pendidikan tidak hanya mencerdaskan namun juga mampu menjadi akses terjadinya mobilitas sosial yang positif dalam kelas sosial di masyarakat. Gambaran tersebut terdapat dalam kutipan teks novel 9 Summers 10 Autumns: dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan dibawah ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Perjuangan keluargaku bagaikan sesuatu yang tak mungkin dilakukan. Seorang sopir truk dengan dua anak kuliah, di Bogor dan di Malang, dua anak lagi masih di SMA dan SMP! Gelombang semakin besar, tapi pelayaran kami tak berhenti. Kami terus maju, kami terus memberanikan diri, karena berdiam hanya menunggu badai. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 99). Barusan aku dipromosikan menjadi Senior Manager, Operations Nielsen Consumer Research New York! Nggak menyangka sama sekali, setelah lima tahun di New York, dengan berbekal ijazah lokal, aku bisa meraih posisi ini. Siapa sangka, anak sopir bisa hidup di New York dan mendapatkan penghargaan seperti ini. Ini lebih dari mimpiku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 113). Kesuksesan novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple di Indonesia membuat novel ini diterjemahkan ke dalam versi Bahasa Inggris untuk memperluas pemasarannya. Selain itu, cerita dari novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple juga diangkat ke film dengan judul 9 Summer 10 Autumns. Rasa sayang pada ibunya dan Kota Batu tidak cukup diceritakan oleh Iwan Setyawan di novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple sehingga ia kembali mengeluarkan novel yang berjudul Ibuk dan Melankoli Kota Batu yang merupakan buku kumpulan fotografi dan narasi puitis. Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple menarik untuk diteliti karena beberapa hal. Pertama, kisah novel ini sangat inspiratif dan penuh dengan nilai-nilai kehidupan yang dapat diteladani. Kedua, novel ini terinspirasi kisah nyata dari sang pengarang sehingga banyak pelajaran hidup yang terkandung dalam novel ini relevan untuk diterapkan dalam kehidupan kita. Ketiga, Iwan Setyawan sebagai pengarang sangat detail dalam mendeskripsikan tokoh, tempat, dan setiap peristiwa yang terjadi didalam novel ini dengan bahasa yang sederhana.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Hillway dalam Nasir (1988:13) mengungkapkan bahwa penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Melakukan penelitian karya sastra dibutuhkan metode penelitian yang tepat agar menghasilkan telaah karya sastra yang benar. Penelitian akan dilakukan dengan mengunakan pendekatan Sosiologi Sastra. Pendekatan sosiologi sastra dilatarbelakangi oleh fakta bahwa keberadaan karya sastra tidak dapat terlepas dari realitas sosial yang tejadi dalam masyarakat. Sebagai salah satu pendekatan dalam kritik sastra, sosiologi sastra dapat mengacu pada cara memahami dan menilai sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan (sosial) (Wiyatmi, 2006:98). Karya sastra diciptakan oleh pengarang dan pengarang adalah bagian dari masyarakat sehingga dapat disimpulkan bahwa karya sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat. Di antara genre utama karya sastra, yaitu puisi, prosa dan drama, genre prosalah, khususnya novel, yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial. Alasan yang dapat dikemukakan, diantaranya: a) novel menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang paling luas, menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang paling luas, b) bahasa novel cenderung merupakan bahasa sehari-hari, bahasa yang paling umum digunakan dalam masyarakat (Ratna, 2004:335-336). Oleh karena itulah, dikatakan bahwa novel merupakan genre yang paling sosiologis dan responsif sebab sangat peka terhadap fluktuasi sosiohistoris. Selain itu kebebasan sekaligus kemampuan karya sastra
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
untuk memasukkan hampir seluruh aspek kehidupan manusia menjadikan karya sastra sangat dekat dengan aspirasi masyarakat (Ratna, 2004). Pendekatan sosiologi sastra dipilih untuk menjabarkan pengaruh masyarakat terhadap sastra dan kedudukan sastra dalam masyarakat. Penulis tertarik menganalisis permasalahan sosial khususnya mengenai masalah kemiskinan yang terkandung dalam cerita novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Selain menganalisis masalah-masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, Penulis juga akan menganalisis tokoh, latar, alur, tema, dan bahasa dalam novel tersebut. Sebagai calon guru, penulis akan berusaha mengimplementasikan hasil pengkajian novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan ini dalam materi pembelajaran sastra di SMA kelas XI, semester 1. Alasan peneliti ingin mengimplementasikan hasil penelitian ini dalam materi pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester 1 karena hasil penelitian ini sesuai jika digunakan dalam materi pembelajaran sastra dengan Standar Kompetensi di SMA kelas XI semester 1, yaitu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Kompetensi Dasar : menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Selain itu cerita novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple juga mengandung nilainilai karakter yang sedang digalakkan pada setiap materi pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA, seperti nilai: religius, kerja keras, disiplin, mandiri, menghargai prestasi, dan tanggung jawab. Cerita novel 9 Summers 10 Autumns:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Dari Kota Apel ke The Big Apple juga menyajikan peristiwa-peristiwa ringan yang umum dialami keluarga menengah ke bawah di Indonesia sehingga siswa akan mudah memahami isi cerita novel ini. Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan akan dianalisis dengan menggunaan pendekatan sosiologi sastra. Analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Hasil deskripsi ini akan diimplementasikan dalam materi pembelajaran satra di SMA kelas XI semester 1. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang ada dalam latar belakang, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana tokoh, penokohan, latar, alur, tema, dan bahasa dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan? 2. Apa sajakah masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Auntumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan? 3. Bagaimana implementasi dari hasil analisis sosiologi sastra novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple untuk materi pada pembelajaran sastra di kelas XI semester 1?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan tokoh, penokohan, latar, alur, tema, dan bahasa dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. 2. Mendeskripsikan masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. 3. Mendeskripsikan implementasi dari hasil analisis sosiologi sastra novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan untuk materi pada pembelajaran sastra di kelas XI semester 1. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Mengembangkan ilmu pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah, khususnya memberikan sumbangan indikator-indikator yang sesuai dengan standar kompetensi membaca memahami buku biografi, novel, dan hikayat yang telah ada dalam silabus pelajaran bahasa Indonesia kelas XI, semester 1. b. Memberikan pandangan pemikiran berupa teori atau konsep dalam bidang Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya mengenai kajian sosiologi sastra novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
8
Manfaat Praktis a.
Memberi jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
b.
Penelitian ini bermanfaat meningkatkan apresiasi sastra Indonesia bagi masyarakat.
1.5
Batasan Istilah Di bawah ini terdapat beberapa batasan istilah yang memudahkan
pembaca dalam memahami penelitian ini. Batasan-batasan istilah tersebut berikut. 1.
Tokoh: Individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990:79).
2.
Penokohan: Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh (Sudjiman, 1990: 23).
3.
Latar: Landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan
sosial
tempat
terjadinya
peristiwa-peristiwa
yang
diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007:216). 4.
Alur: Struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007:113).
5.
Tema: Gagasan dasar umum yang menopang sebuahkarya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko& Rahmanto dalam Nurgiyantoro, 2007:68).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
9
Bahasa : Sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Depdiknas, 2008:116).
7.
Kemiskinan: Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok itu (Soekanto, 2002: 365).
8.
Sosiologi
sastra:
Pemahaman
terhadap
karya
sastra
dengan
mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya (Ratna, 2003:2). 9.
Pembelajaran sastra: Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menjunjung pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).
10.
Materi pembelajaran sastra: Bahan yang disusun secara sistematis untuk digunakan dalam pembelajaran sastra yang menampilkan kompetensikompetensi yang harus dikuasai siswa.
11.
Silabus: Suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajarari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar (Muslich, 2007:23).
12.
RPP: Rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007:53).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.6
10
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah 1) struktur yang membangun novel 9
Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan yang meliputi tokoh, penokohan, latar, alur, tema, dan bahasa, 2) masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan, 3) implementasi masalah kemiskinan dari novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan dalam materi pembelajaran sastra Indonesia di SMA kelas XI, semester1. 1.7
Sistematika Penyajian Sistematika penyajian yang dijabarkan dalam skripsi ini terdiri dari enam
bab. Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II merupakan landasan teori.
Bab ini memaparkan tentang
penelitian yang relevan dan landasan teori tentang struktur karya sastra, tokoh, tema, penokohan, latar, bahasa, sosiologi sastra, permasalahan sosial, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan pembelajaran sastra di kelas XI semester 1. Bab III merupakan metodologi penelitian. Bab ini memaparkan jenis penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sumber data. Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini memaparkan tokoh, penokohan, latar, tema, bahasa, dan masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Bab V merupakan implementasi Novel 9 Summers
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan dalam pembelajaran sastra kelas XI semester 1. Bab VI merupakan penutup. Bab ini memaparkan kesimpulan, implikasi, dan saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
2. 1 Penelitian yang Relevan Berdasarkan permasalahan yang diteliti, peneliti menemukan beberapa penelitian serupa yang berhubungan dengan topik penelitian. Penelitian pertama, penelitian dari Laurentia Erika Hartantri (2011) dengan judul Aspek Sosial Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA Kelas XII Semester 2. Penelitian ini mendeskripsikan aspek sosial dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata berkaitan dengan permasalahan sosial yang dihadapi para tokoh dalam novel tersebut. Aspek sosial yang dibahas dalam penelitian ini terdiri dari tiga aspek, yaitu permasalahan lingkungan hidup, kemiskinan, dan kesenjangan sosial. Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti terdapat dalam fokus masalah yang akan diteliti yaitu masalah sosial namun penelitian peneliti lebih spesifik meneliti masalah kemiskinan dalam novel ini. Persamaan lainnya terdapat pada analisis yang digunakan yaitu sosiologi sastra. Perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah objek penelitian. Objek penelitian Laurentia Erika Hartantri (2011) ini yaitu novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata sedangkan penelitian peneliti adalah novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Penelitian terdahulu yang relevan kedua adalah penelitian dari Achmad Chudori (2012) yang berjudul Pemaknaan Ilustrasi Dari Kota Apel ke The Big
12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Apple: Studi Semiotika Terhadap Ilustrasi Cover “Dari Kota Apel ke The Big Apple” Pada Cover Novel 9 Summers 10 Autumns. Penelitian ini mendeskripsikan sistem tanda berupa gambar, tulisan, maupun warna pada ilustrasi “Dari Kota Apel ke The Big Apple” yang terdapat pada cover novel 9 Summers 10 Autumns yang diinterpretasikan baik secara denotative maupun konotatif, sesuai dengan kerangka referensi yang diperoleh peneliti melalui interaksi sosial, pengetahuan, maupun sebagai penggunaan tanda dari kelompok masyarakat atau budaya tertentu. Penelitian Achmad Chudori (2012) ini menggunakan metode semiotika Charles Sanders Pierce yang menekankan pada objek tanda yang dibagi kedalam ikon, indeks, dan simbol. Interpretasi tersebut mampu mengungkapkan muatan pesan yang terdapat pada ilustrasi “ Dari Kota Apel ke The Big Apple” yang terdapat pada cover novel 9 Summers 10 Autumns. Persamaan penelitian Achmad Chudori (2012) ini dengan penelitian peneliti adalah objek penelitian berasal dari novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah analisis penelitian dan fokus penelitian. Penelitian ini menganalisis aspek semiotika pada cover novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan, sedangkan penelitian peneliti menganalisis sosiologi sastra yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Fokus penelitian Achmad Chudori (2012) ini adalah pemaknaan ilustrasi “ Dari Kota Apel ke The Big Apple “ pada cover novel 9 Summers 10 Autumns. Penelitian peneliti fokus pada masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Apple karya Iwan Setyawan dan implemantasinya dalam materi pembelajaran sastra kelas XI semester 1. Penelitian ketiga yang relevan adalah penelitian yang terdapat dalam http://agztncy.wordpress.com/2012/01/24/analisis-unsur-intrinsik-novel-9summer-10-autumns-dari-kota-apel-ke-the-big-apple-karya-iwan-setyawan-danusulan-pembelajaran-dengan-menggunakan-model-sinektik-pada-siswa-kelas-ixsmp/ dengan judul Analisis Unsur Intrinsik Novel 9 Summer 10 Autumns Dari Kota Apel Ke The Big Apple Karya Iwan Setyawan Dan Usulan Pembelajaran Dengan Menggunakan Model Sinektik Pada Siswa Kelas IX SMP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik dari novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan dan upaya mencari alternatif bahan ajar yang layak sebagai apresiasi sastra di sekolah dengan menggunakan model sinektik pada siswa kelas IX SMP. Metode sinektik adalah metode yang berorientasi pada pengembangan pribadi dan keunikan individu, penekanannya pada proses membantu individu dalam membentuk dan mengorganisasikan realita yang unik. Kelebihan lain dari model ini adalah lebih banyak memperhatikan kehidupan emosional siswa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti terdapat pada objek penelitian, yaitu novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti terdapat pada analisis penelitian dan fokus penelitian. Penelitian ini menganalisis unsur-unsur intrinsik novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan dan usulan metode sinektik dalam pembelajaran di kelas XI SMP. Penelitian peneliti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
menganalisis masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan dan implementasinya dalam materi pembelajaran sastra di SMA kelas XI, semester 1. Selain ketiga penelitian di atas, novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan pernah dibahas dalam artikel yang dimuat di internet dengan judul novel '9 Summers 10 Autumns': Anak Sopir Angkot Jadi Direktur di New York yang membahas tentang isi novel dan tanggapan sang pengarang terhadap novel tersebut. Novel ini pernah diresensi oleh Stanley Wijaya dengan alamat situs http://www.yousaytoo.com/resensinovel-9-summers-10-autumns/3436566. 2.2 Kajian Teori 2.2.1
Struktur Karya Sastra Karya sastra itu merupakan struktur makna atau struktur yang bermakna.
Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Untuk menganalisis struktur sistem tanda ini perlu adanya kritik struktural untuk memahami makna tanda-tanda yang terjalin dalam sistem (struktur) tersebut (Pradopo, 2011:141). Menurut Abrams (dalam Wahyuningtyas & Santoso, 2011:1) Teori struktural termasuk dalam pendekatan objektif, yaitu pendekatan yang menganggap karya sastra sebagai “makhluk” yang berdiri sendiri, menganggap bahwa karya sastra bersifat otonom, terlepas dari alam sekitarnya, baik pembaca, bahkan pengarangnya sendiri.
Analisis strukturalisme merupakan prioritas pertama
sebelum diterapkannya analisis lain. Tanpa analisis struktural tersebut, kebulatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
makna yang digali dari karya tersebut tidak dapat ditangkap (Wahyuningtyas & Santoso, 2011:1). Sejalan dengan teori di atas Teeuw (dalam Pradopo, 2011:141) juga menyatakan analisis struktural ini merupakan prioritas pertama sebelum yang lain-lain, tanpa itu kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat digali dari karya sastra sendiri tidak akan tertangkap. Menurut Kurniawan (2012:13) sosiologi sastra juga mengutamakan analisis struktur karya sastra sebagai bahan penelaahan. Unsur intrinsik novel perlu dianalisis terlebih dahulu sebelum menganalisis unsur lainnya. Hal ini perlu dilakukan karena unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 2007:23). Unsur-unsur ini akan dijumpai saat membaca karya sastra karena kepaduan unsurunsur intrinsik yang membuat sebuah novel berwujud. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai struktur karya sastra di atas dapat disimpulkan bahwa analisis struktur sastra merupakan proses pertama dalam analisis karya sastra yang harus dilakukan sebelum diterapkannya analisis lain agar terjadi kebulatan makna intrinsik dari karya sastra tersebut. Unsur-unsur intrinsik menurut Nurgiyantoro (2007:23) terdiri dari peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa. Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam penelitian ini terbatas pada tokoh dan penokohan, tema, latar, alur, dan bahasa karena unsurunsur intrinsik tersebut yang dibutuhkan peneliti untuk menganalisis masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns:Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.1.1
17
Tokoh dan Penokohan Tokoh cerita (character), menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro,
2007:165), adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sudjiman (1988:16) dalam bukunya Memahami Cerita Rekaan mengartikan tokoh sebagai individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat saja dikategorikan ke dalam tiga jenis (Nurgiyantoro, 2007:176-183). Pertama, berdasarkan tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita. Kedua, berdasarkan fungsi penampilan tokoh. Ketiga, berdasarkan perwatakannya. Berdasarkan tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, tokoh dibedakan menjadi: a.
Tokoh Utama Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Menurut Sudjiman (1988:18) kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan frekuensi kemunculan tokoh itu di dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita. Sejalan dengan pendapat Sayuti (2000:74) yang mengungkapkan tiga cara untuk menentukan tokoh utama atau sentral. Pertama, tokoh itu yang paling terlibat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
dengan makna atau tema. Kedua, tokoh itu yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain. Kedua, tokoh itu yang paling banyak membutuhkan waktu penceritaan. b. Tokoh Tambahan Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama (Wahyuningtyas & Santoso, 2011:3). Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dibedakan menjadi: a.
Tokoh Protagonis Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi—yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero—tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita (Altenbernd& Lewis dalam Nurgiyantoro, 2007:178). Menurut Sudjiman (1988:18), tokoh protagonis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam cerita.
b. Tokoh Antagonis Tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik (Nurgiyantoro, 2007:179). Sudjiman (1988:19) berpendapat bahwa tokoh yang merupakan penentang utama dari tokoh protagonis disebut antagonis atau tokoh lawan. Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi: a.
Tokoh Sederhana Tokoh sederhana dalam bentuknya yang asli, adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak yang tertentu saja (Nurgiyantoro, 2007:181-182). Dalam bukunya yang berjudul Memahami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
Cerita Rekaan, Sudjiman (1988) menyebut tokoh sederhana sebagai tokoh datar. Tokoh datar menurutnya adalah tokoh yang bersifat statis; di dalam perkembangan lakuan, watak tokoh itu sedikit sekali berubah, bahkan ada kalanya tidak berubah sama sekali. b. Tokoh Bulat Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkapkan berbagai kemungkinan sisi
kehidupannya, sisi
(Nurgiyantoro, 2007:183).
kepribadian dan
jati
dirinya
Sejalan dengan pendapat Sudjiman (1988:21),
jika tokoh memiliki lebih dari satu ciri segi watak yang ditampilkan atau digarap di dalam cerita sehingga tokoh itu dapat dibeda-bedakan dari tokohtokoh yang lain, maka tokoh itu disebut tokoh bulat atau tokoh kompleks. Peneliti akan membahas jenis tokoh berdasarkan tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita dan berdasarkan fungsi penampilan tokoh. Hal tersebut dilakukan karena penelitian ini memfokuskan pada analisis masalah kemiskinan dalam novel 9 Summers 10 Autumns:Dari Kota Apel ke The Big Apple dan kedua jenis tokoh tersebut sudah cukup membantu peneliti untuk menganalisis masalah kemiskinan tersebut. Dalam sub-bab ini juga akan dibahas mengenai penokohan untuk memberi penjelasan pada jenis tokoh berdasarkan fungsi penampilan tokoh, yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis dan untuk membantu peneliti menganalisis masalah kemiskinan dalam novel 9 Summers 10 Autumns:Dari Kota Apel ke The Big Apple. Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya—atau pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal lain yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
berhubungan dengan jati diri tokoh dapat dibedakan ke dalam dua cara atau teknik, yaitu teknik penjelasan, ekspositori dan teknik dramatik atau istilah lainnya pelukisan secara langsung dan pelukisan secara tidak langsung (Nurgiyantoro, 1995). Berikut penjelasan kedua teknik tersebut. a. Teknik Ekspositori Teknik pelukisan tokoh ini memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya. Biasanya hal tersebut terungkap dalam tahap perkenalan. b. Teknik Dramatik Penampilan tokoh cerita, dalam teknik dramatik, artinya mirip dengan yang ditampilkan pada drama, dilakukan secara tak langsung. Pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melaui peristiwa yang terjadi. Wujud penggambaran teknik dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik. Berbagai teknik yang dimaksud sebagian di antaranya akan dikemukakan berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
(1) Teknik Cakapan Percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. Namun tidak semua percakapan mampu mencerminkan kedirian tokoh hanya percakapan yang baik, efektif, dan fungsional yang mampu menunjukkan perkembangan plot dan sekaligus mencerminkan sifat kedirian tokoh. (2) Teknik Tingkah Laku Teknik tingkah laku menyaran pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Wujud tindakan dan tingkah laku menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya meskipun tidak semua tingkah laku yang dilakukan tokoh dapat mencerminkan hal tersebut. (3) Teknik Pikiran dan Perasaan Keadaan dan jalan pikiran serta perasaan yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh, dalam banyak hal akan mencerminkan sifat sifat kedirian tokoh tersebut. Perbuatan dan kata-kata merupakan wujud konkret tingkah laku pikiran dan perasaan. Meskipun tidak semua pikiran dan perasaan diwujudkan secara konret dalam bentuk perbuatan dan kata-kata. (4) Teknik Arus Kesadaran Arus kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, di mana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:206). Arus kesadaran sering disamakan dengan interior monologue, monolog batin. Monolog batin, percakapan yang hanya terjadi dalam diri sendiri, yang umumnya ditampilan dengan gaya “aku”, berusaha menangkap kehidupan batin, urutan suasana kehidupan batin, pikiran, perasaan, emosi, tanggapan, kenangan, nafsu, dan sebagainya. (5) Teknik Reaksi Tokoh Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap-tingkah-laku orang lain, dan sebagainya yang berupa “rangsang” dari luar diri tokoh yang bersangkutan. (6) Teknik Reaksi Tokoh Lain Reaksi tokoh(-tokoh) lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lain-lain. Penilaian kedirian tokoh (utama) diceritakan oleh tokoh-tokoh cerita yang lain dalam sebuah karya. (7) Teknik Pelukisan Latar Suasana latar (tempat) sekitar tokoh sering dipakai untuk melukiskan kediriannya. Pelukisan suasana latar dapat lebih mengitensifkan sifat kedirian tokoh seperti yang telah diungkapkan dengan berbagai teknik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
yang lain. Keadaan latar tertentu dapat menimbulkan kesan yang tertentu di pihak pembaca. (8) Teknik Pelukisan Fisik Keadaan fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya, atau paling tidak, pengarang sengaja mencari dan memperhubungkan adanya keterkaitan itu. Keadaan fisik tokoh perlu dilukiskan, terutama jika
ia
memiliki
bentuk
fisik
khas
sehingga
pembaca
dapat
menggambarkan secara imajinatif. Adapun pendapat berdasarkan Aminudin dalam Siswanto (2008:145) menyebutkan beberapa cara memahami watak tokoh, yaitu: a) melalui tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya, b) gambaran yang diberikan pengarang
lewat
gambaran
lingkungan
kehidupannya
maupun
caranya
berpakaian, c) menunjukkan bagaimana perilakunya, d) melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri, e) memahami jalan pikirannya, f) melihat bagaimanakah tokoh lain berbincang tentangnya, g) melihat tokoh lain berbincang dengannya, h) melihat bagaimanakah tokoh-tokoh yang lain itu member reaksi terhadapnya, dan i) melihat bagaimanakah tokoh itu mereaksi dalam yang lain. 2.2.1.2
Latar Latar atau setting disebut juga landasan tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007:216). Latar mempunyai fungsi sebagai pijakan cerita agar memberikan kesan realistis pada pembaca. Fungsi lain dari latar adalah (a) memberikan informasi situasi (ruang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
dan tempat) sebagaimana adanya, (b) berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh; latar menjadi metafor dari keadaan emosional dan spiritual tokoh, (c) latar juga dapat menciptakan suasana. Unsur latar menurut Nurgiyantoro (2007:227-233) dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. a. Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. b. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. c.
Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain. Latar sosial menurut Hudson dalam Sudjiman (1988) mencakup penggambaran
keadaan
masyarakat,
kelompok-kelompok
sosial
dan
sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa dan lain-lain yang melatari peristiwa. Perlu diketahui bahwa tidak semua latar cerita itu ada di dalam sebuah cerita rekaan. Mungkin dalam sebuah cerita rekaan, latar cerita yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
menonjol adalah latar waktu dan tempat. Mungkin dicerita lainnya yang menonjol adalah latar sosial. Penggambaran latar ini ada yang terperinci, ada pula yang tidak. Ada latar yang dijelaskan secara persis seperti kenyataannya; ada yang gabungan antar kenyataan dan khayalan; ada juga latar yang merupakan hasil imajinasi sastrawannya (Siswanto, 2008:150). 2.2.1.3 Alur Alur adalah peristiwa yang diurutkan membangun tulang punggung cerita (Sudjiman, 1988:29). Alur juga dapat diartikan sebagai struktur peristiwaperistiwa yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007:113). Stanton dalam Nurgiyantoro ( 2007:113) pun mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Sejalan dengan pendapat Kenny dalam Nurgiyantoro (2007:113) mengemukakan bahwa plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat
sederhana,
karena
pengarang
menyusun
peristiwa-peristiwa
itu
berdasarkan kaitan sebab akibat. Plot juga diartikan sebagai bagan atau kerangka kejadian dimana para peran berbuat (Hamzah,1985:69). Berdasarkan pengertianpengertian mengenai alur di atas dapat disimpulkan bahwa alur adalah urutan peristiwa dalam cerita. Ditinjau berdasarkan urutan waktu dikenal dengan Alur Lurus (Maju) atau progresif, Alur Sorot-Balik (Mundur) atau regresif, dan Alur Campuran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a.
26
Alur Lurus (Maju) atau Progresif Sebuah novel dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa (-peristiwa) yang pertama diikuti atau menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau, secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penituasian, pengenalan,pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimak), dan akhir (penyelesaian).
b.
Alur Sorot- Balik (Mundur) atau regresif Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang beralur regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.
c.
Alur Campuran Alur yang didalamnya mengandung alur progresif dan regresif. Alur berdasarkan kriteria jumlah dapat dibagi menjadi dua yaitu alur tunggal
dan alur sub-sub plot. a.
Alur Tunggal Karya fiksi yang beralur tunggal biasanya hanya mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh utama protagonis yang sebagai hero. Cerita pada umumnya hanya mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut, lengkap dengan permasalahan dan konflik yang dialaminya.
b.
Alur sub-subplot Karya fiksi yang memiliki lebih dari satu alur yang dikisahkan, atau terdapat lebih dari seorang tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
dan konflik yang dihadapi. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:158) subplot, hanya merupakan bagian dari plot utama. Ia berisi cerita “kedua” yang ditambahkan yang bersifat memperjelas dan memperluas pandangan kita terhadap plot utama dan mendukung efek keseluruhan cerita. Alur berdasarkan kriteria kepadatan adalah padat atau tidaknya pengembangan dan perkembangan cerita pada karya fiksi. kriteria ini dibedakan menjadi dua yaitu alur padat dan alur longgar. a. Alur Padat Alur padat adalah alur yang cara penyajian ceritanya cepat dan peristiwaperistiwa fungsional terjadi susul-menyusul dengan cepat, hubungan antar peristiwa juga terjalin erat, dan pembaca seolah-olah selalu dipaksa untuk terus-menerus mengikutinya. b. Alur Longgar Dalam cerita yang beralur longgar, pergantian peristiwa demi peristiwa penting berlangsung lambat. Alur berdasarkan kriteria isi adalah sesuatu, masalah, kecenderungan masalah, yang diungkap dalam cerita. Kriteria ini dapat dibagi dua, yaitu alur peruntungan dan alur tokohan. a.
Alur Peruntungan Alur peruntungan berhubungan dengan cerita yang mengungkapkan nasib, peruntungan, yang menimpa tokoh (utama) cerita yang bersangkutan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
b. Alur Tokohan Alur tokohan menyaran pada adanya sifat pementingan tokoh, tokoh yang menjadi fokus perhatian. c.
Alur Pemikiran Alur Pemikiran mengungkapkan sesuatu yang menjadi bahan pemikiran, keinginan, perasaan, berbagai macam obsesi, dan lain-lain hal yang menjadi masalah hidup dan kehidupan manusia. (Nurgiyantoro, 1995:153-162).
2.2.1.4 Tema Gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko & Rahmanto dalam Nurgiyantoro, 2007:68). Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu (Nurgiyantoro, 2007:68). Hal ini seperti yang diungkapkan Sudjiman (1988:50) bahwa gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Menurut Stanton
dan Kenny dalam Nurgiyantoro
(2007:67) tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema dalam karya fiksi dapat disimpulkan dengan menyimpulkan keseluruhan cerita. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, tema dapat disimpulkan sebagai gagasan yang mendasari cerita suatu karya sastra. Dalam usaha menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel secara lebih khusus dan rinci, Stanton dalam Nurgiyantoro (2007:87-88) mengemukakan adanya sejumlah kriteria sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
Pertama, penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap detail cerita yang menonjol. Kriteria ini merupakan hal yang paling penting. Hal itu disebabkan pada detil-detil yang menonjol (atau: ditonjolkan) itulah— yang dapat diidentifikasi sebagai tokoh-masalah-konflik utama—pada umumnya sesuatu yang ingin disampaikan ditempatkan. Kedua, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan detil cerita. Novel, sebagai salah satu genre sastra, merupakan suatu sarana pengungkapan keyakinan, kebenaran, ide, gagasan, sikap dan pandangan hidup pengarang, dan lain-lain yang tergolong unsur isi dan sebagai sesuatu yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, tentunya pengarang tak akan “menjatuhkan” sendiri sikap dan keyakinannya yang diungkapkan dalam detil-(detil) tertentu cerita yang lainnya. Ketiga, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang bersangkutan. Tema cerita tak dapat ditafsirkan hanya berdasarkan perkiraan, sesuatu yang dibayangkan ada dalam cerita, atau informasi lain yang kurang dapat dipercaya. Keempat, penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita. Menurut Sudjiman (1988:50-52) terdapat beberapa tema yaitu: 1)
Tema yang bersifat didaktis, yaitu tema yang dinyatakan dengan pertentangan baik dan buruk.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2)
30
Tema eksplisit, yaitu tema cerita yang secara jelas dinyatakan, misalnya tema yang terlihat pada judul.
3)
Tema simbolik, yaitu tema yang biasanya dinyatakan secara implisit (tersirat).
4)
Tema yang terungkap oleh dialog.
2.2.1.5
Bahasa
Bahasa menurut KBBI (2008:116) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa meliputi segala macam tindak komunikasi yang menyangkut pemakaian lambang bunyi (Rahmanto, 1988:11). Bahasa merupakan unsur penting dalam karya sastra karena bahasa adalah sarana pengungkapan sastra itu sendiri. Jika sastra dikatakan ingin menyampaikan sesuatu, mendialogkan sesuatu, sesuatu tersebut hanya dapat dikomunikasikan lewat bahasa (Nurgiyantoro, 2007:272). Sastra juga disebut sebagai institusi sosial yang memakai medium bahasa (Wellek dan Warren, 1990:109). Sejalan dengan pendapat Siswanto (2008:19) yaitu pesan yang disampaikan sastrawan kepada pembacanya, yaitu berbentuk karya sastra. Kemudian karya sastra tersebut disampaikan dengan medium bahasa. Oleh sebab itu, untuk memperoleh efektifitas pengungkapan, bahasa dalam sastra disiasati, dimanipulasi, dan didayagunakan secermat mungkin sehingga tampil dengan sosok yang berbeda dengan bahasa non sastra. Sebagai bahasa, karya sastra sebenarnya dapat dibawa ke dalam keterkaitan yang kuat dengan dunia sosial tertentu yang nyata, yaitu lingkungan sosial tempat dan waktu bahasa yang digunakan oleh karya sastra itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
hidup dan berlaku. Apabila bahasa dipahami sebagai sebuah tata simbolik yang bersifat sosial dan kolektif, karya sastra yang menggunakan bahasa itu terbagi tata simbolik yang sama dengan masyarakat pemilik dan pengguna bahasa itu. Apabila sebagai tata simbolik bahasa dimengerti sebagai alat perekam dan reproduksi pengalaman para pemakai dan penggunanya, karya sastra, dapat ditempatkan sebagai aktivitas simbolik yang terbagi pula secara sosial (Faruk, 2012:46). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa memiliki peran penting dalam karya sastra, yaitu sebagai sarana penyampaian karya sastra itu sendiri dan sebagai tanda untuk mengenali lingkungan sosial dan waktu bahasa yang digunakan oleh karya sastra saat karya sastra itu hidup dan berlaku. 2.2.2 Sosiologi Sastra Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata sosio (Yunani: socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, atau teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan, atau perumpaan). Sastra dari kata sas (sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, atau memberi petunjuk. Akhiran tra berarti alat. Hakikat sosiologi adalah objektivitas, sedangkan hakikat karya sastra adalah subyektivitas dan kreativitas (Ratna, 2003:4). Sosiologi sastra secara umum menjelaskan hubungan faktor kehidupan sosial manusia dengan karya sastra. Oleh karena itu, Damono (1978:2) membuat menyimpulkan bahwa pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan disebut sosiologi sastra.
Endraswara (2011:5) dalam bukunya yang berjudul
Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra memberikan pengertian sosiologi sastra adalah ilmu yang memanfaatkan faktor sosial sebagai pembangun sastra.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Karya sastra adalah gambaran masyarakat yang memakai medium bahasa, oleh sebab itu pemahaman sastra tidak hanya ditentukan oleh struktur karya sastra namun juga dari sosiologi karya sastra tersebut. Dasar pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksudkan disebabkan oleh: a) karya sastra dihasilkan oleh pengarang, b) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, dan c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan d) hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat (Ratna, 2004:60). Hal tersebut membuktikan bahwa kehidupan sosial masyarakat pengarang mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya. Analisis sosiologi sastra berkaitan dengan analisis sosial terhadap karya sastra, baik ideologi sosial pengarang, pandangan dunia pengarang, pengaruh strukturasi masyarakat terhadap karya sastra atau sebaliknya, dan fungsi sosial sastra (Kuniawan, 2012:6). Wellek dan Warren dalam Kurniawan (2012:11) juga mengemukakan tiga paradigma pendekatan dalam sosiologi sastra. Pertama, sosiologi pengarang; inti dari analisis sosiologi pengarang ini adalah memaknai pengarang sebagai bagian dari masyarakat yang telah menciptakan karya sastra. Kedua, sosiologi karya sastra; analisis aspek sosial dalam karya sastra dilakukan dalam rangka untuk memahami dan memaknai hubungannya dengan keadaan sosial masyarakat di luarnya. Ketiga, sosiologi pembaca; kajian pada sosiologi pembaca ini mengarah pada dua hal, yaitu kajian pada sosiologi terhadap pembaca yang memaknai karya sastra dan kajian pada pengaruh sosial yang diciptakan karya sastra. Menurut Damono (1978:2) terdapat dua kecenderungan utama dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
telaah sosiologis terhadap sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa, sastra merupakan cermin proses sosial-ekonomis belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra untuk membicarakan sastra; sastra hanya berharga dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar sastra itu sendiri. Jelas bahwa dalam pendekatan ini teks sastra tidak dianggap utama, ia hanya merupakan epiphenomenon (gejala kedua). Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan. Metode yang dipergunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks mengetahui strukturnya, untuk kemudian dipergunakan memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang diluar sastra. Penelitian ini akan menggunakan kedua pendekatan sosiologi sastra dari Damono tersebut. 2.2.3
Permasalahan Sosial Menurut Soekanto (1986) dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar,
gejala dimana unsur-unsur tertentu dari masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan bahkan penderitaan bagi warga-warga masyarakat dinamakan problema-problema sosial. Menurut Hendropuspito (1989:315) masalah sosial didefinisikan sebagai kesenjangan antara nilai budaya yang ideal dan tingkah laku yang ada dalam masyarakat, dan yang menimbulkan bentrokan antara sejumlah nilai sosial. Soekanto (1989) juga menyimpulkan bahwa pada dasarnya, problema-problema sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral sehingga problema-problema sosial tak mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
Soekanto (2002:360) menyebutkan faktor-faktor yang melatarbelakangi timbulnya masalah sosial yaitu: 1) Faktor Ekonomi Problem-problem yang termasuk dalam faktor ini dapat dicontohkan misalnya, kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dan pengangguran. 2) Faktor Psikologi Problem-problem yang termasuk dalam faktor ini dapat dicontohkan, misalnya, penyakit syaraf, bunuh diri, dan disorganisasi jiwa. 3) Faktor Biologis Problem-problem yang termasuk dalam faktor ini dapat dicontohkan, misalnya, penyakit. 4) Faktor Kebudayaan Problem-problem yang termasuk dalam faktor ini dapat dicontohkan, misalnya, perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik ras, dan keagamaan. Masalah sosial yang menonjol pada novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan adalah masalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor ekonomi sehingga penelitian ini memfokuskan pada permasalahan tersebut. Masalah Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok itu (Soekanto, 2002:365).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
Teori-teori kemiskinan pada umumnya bermuara pada dua paradigma besar yang
juga
berpengaruh
pada
pemahaman
mengenai
kemiskinan
dan
penanggulangan kemiskinan. Dua paradigma yang dimaksud adalah Neo-Liberal dan Demokrasi-Sosial. 1. Neo-Liberal Pada paradigma ini individu dan mekanisme pasar bebas menjadi fokus utama dalam melihat kemiskinan (Syahyuti via Febriana, 2010:15). Pendekatan ini menempatkan kebebasan individu sebagai komponen penting dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu dalam melihat kemiskinan, pendekatan ini memberikan penjelasan bahwa kemiskinan merupakan persoalan individu yang merupakan akibat dari pilihan-pilihan individu. Bagi pendekatan ini kekuatan pasar merupakan kunci utama untuk menyelesaikan masalah kemiskinan. Hal ini dikarenakan kekuatan pasar yang diperluas dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menghapuskan kemiskinan (Syahyuti via Febriana, 2010:15). Kelemahan paradigma ini adalah terlalu memandang kemiskinan hanya melalui pendapatan dan kurang melibatkan orang miskin sebagai subyek dalam permasalahan kemiskinan (Satterthwaite via Febriana, 2010:16). 2. Demokrasi-Sosial Paradigma ini tidak melihat kemiskinan sebagai persoalan individu, melainkan lebih melihatnya sebagai persoalan struktural (Cheyne, O’Brien dan Belgrave via Febriana, 2010:16). Pendekatan ini juga menekankan pada kesetaraan sebagai prasyarat penting dalam memperoleh kemandirian dan kebebasan (Syahyuti via Febriana,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
2010:16). Kemandirian dan kebebasan ini akan tercapai jika setiap orang memiliki atau mampu menjangkau sumber-sumber bagi potensi dirinya, seperti pendidikan, kesehatan yang baik dan pendapatan yang cukup. Kebebasan disini bukan sekedar bebas dari pengaruh luar namun bebas pula dalam menentukan pilihan-pilihan. Ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakatlah yang mengakibatkan kemiskinan ada dalam masyarakat. Bagi pendekatan ini tertutupnya akses-akses bagi kelompok tertentu menjadi penyebab terjadinya kemiskinan. Kelemahan teori ini adalah adanya ketergantungan yang tinggi pada negara dalam membentuk struktur dan institusi untuk menanggulangi kemiskinan. Padahal pencapaian pembentukan struktur dan institusi yang tepat dalam menangani kemiskinan itu sendiri tergantung pada kapabilitas kelompok miskin. Berdasarkan pengertian kedua paradigma di atas dapat disimpulkan bahwa paradigma Demokrasi-Sosial lebih sesuai dengan masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan karena masalah kemiskinan yang terdapat dalam cerita novel tersebut terstruktur bukan masalah individual namun masalah yang terstruktur karena dialami secara turun-temurun oleh keluarga Iwan. Pada akhirnya pendidikan menjadi jalan pemecahan masalah kemiskinan dalam novel ini. Penyebab kemiskinan pada umumnya bermacam-macam. Menurut Soekanto (1982:320) persoalan kemiskinan disebabkan tidak mampu memenuhi kebutuhankebutuhan primer sehingga timbul tuna karya, tuna susila, dan lain sebagainya. Secara sosiologis, sebab-sebab timbulnya masalah tersebut adalah karena salah-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
satu lembaga kemasyarakatan tidak berfungsi dengan baik, yaitu lembaga kemasyarakatan di bidang ekonomi. Menurut pendapat Miko Saputra dalam Blognya yang dimuat di http://mikokuantan.blogspot.com/2011/04/beberapa-konsepkemiskinan.html pada tanggal 19 April 2011 menyebutkan beberapa faktor penyebab timbulnya kemiskinan, yaitu: a.
Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
b.
Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
c.
Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
d.
Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
e.
Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial. Beberapa penyebab kemiskinan di atas merupakan penyebab masalah
kemiskinan pada novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan, kecuali penyebab agensi karena cerita dalam novel ini tidak melibatkan adanya pengaruh aksi orang lain atau kebijakan pemerintah. 2.2.4 Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA) Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menjunjung pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16). Dalam kaitannya dengan pengajaran sastra, ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1) aspek psikologis, 2) aspek lingkungan, 3) aspek taraf kemampuan, dan 4) aspek bakat (Jabrohim, 1994:23). Selain itu pengajaran sastra haruslah diorientasikan kepada pemahaman pembaca karya sastra, bukan pada keterampilan menghafal teori. Keterampilan proses komunikasi yang diharapkan hadir dari hasil pemahaman membaca karya satra yaitu kemampuan merekonstruksi struktur bangun sastra secara faktual yang berwujud pengalaman-pengalaman hidup yang berharga. Hasil pemahaman membaca karya sastra prosa yang diharapkan muncul dari peserta ajar sekurangnya: (1) peserta ajar dapat melakukan rekonstruksi alur cerita, (2) menyusun peta setting (latar: tempat kejadian) dalam cerita, (3) menyusun perwatakan tiap pelaku dalam cerita, (4) menyimpulkan pesan pengarang terhadap zamannya, (5) maksud pengarang menulis cerita dari persoalan zaman yang dipaparkan dalam cerita (Jabrohim, 1994:141). Penelitian ini memfokuskan pada pengimplementasian hasil penelitian untuk materi pembelajaran sastra yang akan diaplikasikan pada silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus dan RPP ini dirancang berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Komponen KTSP meliputi empat komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2) struktur dan muatan KTSP, (3) Kalender pendidikan, dan (4) silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP). Materi pembelajaran akan digunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
untuk pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI semester 1 dengan Standar Kompetensi
(SK):
Memahami
berbagai
hikayat,
novel
Indonesia/novel
terjemahan. serta Kompetensi Dasar (KD): Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Berikut akan dijelaskan pengertian dari silabus, RPP, dan materi pembelajaran. 2.2.4.1 Silabus Suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajarari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar (Muslich, 2007:23). Prinsip pengembangan silabus menurut Muslich (2007:25-26) antara lain: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan. 2. Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. 3. Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
4. Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajek, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. 5. Memadai Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 6. Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. 7. Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. 8. Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). Muslich (2007:28-30) mengungkapkan langkah-langkah pengembangan silabus meliputi:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum pada Standar Isi, dengan memerhatikan hal-hal berikut: -
Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi;
-
Keterkaitan antarstandar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
-
Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi daar antarmata pelajaran.
2. Mengidentifikasi materi pokok Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: -
Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik;
- Kebermanfaatan bagi peserta didik; - Struktur keilmuan; - Kedalaman dan keluasan materi; - Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; - Alokasi waktu. 3. Mengembangkan pengalaman belajar Pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar melaui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
4. Merumuskan indikator keberhasilan belajar Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik, dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. 5. Penentuan jenis penilaian Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. 6. Menentukan alokasi waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, tingkat kesulitan, dan kepentingan kompetensi dasar. 7. Menentukan sumber belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Format silabus menurut Muslich (2007:30-35) paling tidak memuat sembilan komponen, yaitu: 1. Komponen Identifikasi 2. Komponen Standar Kompetensi 3. Komponen Kompetensi Dasar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
4. Komponen Materi Pokok 5. Komponen Pengalaman Belajar 6. Komponen Indikator 7. Komponen Jenis Penilaian 8. Komponen Alokasi Waktu 9. Komponen Sumber Belajar 2.2.4.2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007:53). RPP adalah pegangan guru dalam mengajar sesuai kompetensi dasar yang telah ditentukan sehingga isi dari RPP harus memuat rangkaian kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar tersebut. Menurut Muslich (2007:46), langkah-langkah yang patut dilakukan guru dalam menyusun RPP, yaitu: 1) Ambilah satu unit pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran 2) Tuliskan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit itu 3) Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar 4) Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator 5) Rumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran itu 6) Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/ dikenakan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
7) Pilihlah metode yang dapat yang mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran 8)
Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran, yang bias dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
9)
Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari dua jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bias didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau sifat/ tipe / jenis materi pembelajaran.
10)
Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian/ unit pertemuan.
11)
Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
2.2.4.3 Materi Pembelajaran Sastra Terdapat
beberapa
pengertian
tentang
materi
ajar
dalam
http://yuni_yuven.blog.undip.ac.id/2012/05/23/strategi-menyiapkan-bahan-ajar/, diakses tanggal 19 Desember 2012, antara lain:
Menurut University of
Wollongong NSW 2522 Australia, 2007, bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan. Teaching (melaksanakan pembelajaran) diartikan sebagai proses menciptakan dan mempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif . Sedangkan material merupakan bahan/alat atau sumber yang yang dapat dipakai dalam teaching.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Rangkuman dari hal diatas oleh Dikmenum dikemukakan : bahwa, bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan Paulina Pannen (2001) menyebutkan bahwa bahan ajar sebagai bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Adapun Andi Prastowo (2011) menyatakan pemahaman bahan ajar sebagai segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Berdasarkan pengertian-pengertian
yang telah dikemukakan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa materi ajar adalah bahan yang disusun secara sistematis untuk digunakan dalam pembelajaran yang menampilkan kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai siswa. Menurut Rahmanto (1988) dalam bukunya Metode Pengajaran Sastra terdapat tiga aspek penting dalam memilih bahan pengajaran sastra, yaitu: pertama dari sudut bahasa, kedua dari segi kematangan jiwa (psikologi), dan ketiga dari sudut latar belakang kebudayaan para siswa. Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Aspek Psikologi membagi tingkatan psikologis anak-anak sekolah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
dasar dan menengah: 1) Tahap pengkhayalan (8-9 tahun); 2) Tahap romantik (1012 tahun); 3) Tahap realistik (13-16 tahun); 4) Tahap generalisasi (16 tahun dan selanjutnya). Aspek latar belakang, siswa biasanya akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang-orang di sekitar mereka. Dalam banyak hal tuntutan semacam ini sehat, karena: pertama, tuntutan ini mencerminkan adanya kesadaran bahwa karya sastra hendaknya menghadirkan sesuatu yang erat hubungannya dengan kehidupannya siswa dan kedua, siswa hendaknya terlebih dahulu memahami budayanya sebelum mencoba mengetahui budaya orang lain. Berikut daftar SK dan KD di kelas XI semester 1 dan 2 yang berkaitan dengan pembelajaran sastra. Daftar SK dan KD Kelas XI Semester 1 Standar Kompetensi Membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan.
Kompetensi Dasar 7.1 Menemukan unsur-unsur intrinsik
dan
ekstrinsik hikayat. 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
Daftar SK dan KD Kelas XI Semester 2 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik Membaca 15. Memahami buku biografi, dan dapat diteladani dari tokoh. novel, dan hikayat. 15.2 Membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan dengan hikayat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
Hasil analisis masalah kemiskinan dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan akan diimplementasikan dalam materi pembelajaran salah satu SK dan KD di atas. Peneliti memilih salah satu Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) kelas XI semester 1, yaitu SK: Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan KD:
Menganalisis
unsur-unsur
intrinsik
dan
ekstrinsik
novel
Indonesia/terjemahan. Alasan memilih SK dan KD tersebut karena hasil analisis penelitian ini berkaitan dengan analisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel sehingga sesuai dengan KD: Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi di bawah ini meliputi jenis penelitian, pendekatan, teknik pengumpulan data, dan sumber data. Berikut diuraikan keenam bagian metode penelitian berikut. 3. 1 Jenis Penelitian Berdasarkan sumber bahan yang digunakan, jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau kajian pustaka. Penelitian kepustakaan yakni serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah bahan penelitian yang berkaitan dengan topik, yaitu masalah kemiskinan dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Penelitian ini menggunakan sosiologi sastra menurut pendapat Damono. Pertama, peneliti akan yang menggunakan teks sastra yaitu novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan sebagai bahan penelahaan. Kedua, sastra akan ditelaah berdasarkan anggapan bawa sastra adalah cermin proses sosial-ekonomis. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra untuk membicarakan sastra. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskripsi analisis. Metode ini dilakukan dengan mendeskripsikan fakta-fakta kemudian dianalisis (Ratna,
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
2004:53). Penelitian ini tidak hanya menganalisis dan mengumpulkan data, melainkan menguraikan dan memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya tentang data-data tersebut. Pertama, peneliti akan mengumpulkan dan mendeskripsikan data tentang tokoh, penokohan, latar, alur, tema, dan bahasa yang terdapat pada novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Kemudian peneliti mengumpulkan data dan mendeskripsikan masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple dan menguraikan lebih dalam kaitan semua data tersebut. Hasil analisis tersebut diimplementaikan dalam materi pembelajaran sastra di SMA kelas XI, semester 1. 3.3
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik baca dan
teknik catat. Penelitian dilakukan dengan pembacaan dan pencatatan. Teknik baca digunakan untuk membaca teks sastra dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Teknik catat digunakan peneliti untuk mencatat hal-hal yang sesuai dan mendukung pemecahan masalah yang telah dirumuskan. Berdasarkan kedua teknik diatas, peneliti menggunakan sumber tertulis. Sumber tertulis adalah novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan sebagai obyek kajian, buku-buku kesusastraan yang memuat uraian tentang unsur-unsur intrinsik karya sastra dan masalah kemiskinan yang relevan dengan masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan, dan buku-buku yang menguraikan tentang pembelajaran sastra di sekolah. 3.4
Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian ini
menggunakan alat bantu bibliografis yang berupa buku-buku referensi dengan menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu teknik baca dan teknik catat. 3.5
Teknik Analisis Data Langkah-langkah penelitian ini terdapat beberapa langkah, yaitu sebagai berikut: 1. Menentukan novel yang dijadikan objek penelitian, yaitu novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. 2. Melakukan studi pustaka dengan mencari dan mengumpulkan bahan dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, dan internet yang relevan dengan penelitian ini. 3. Mengidentifikasi struktur pembentuk dalam novel tersebut yang berupa unsur-unsur intrinsik (tokoh, penokohan, latar, alur, tema, dan bahasa). 4. Mendeskripsikan novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan dengan tinjuan sosiologi sastra menurut pendekatan Damono, yaitu mendeskripsikan masalah kemiskinan dalam novel tersebut. 5. Menghubungkan antara struktur pembentuk novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple dengan deskripsi masalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple. 6. Mengimplementasikan dalam bentuk materi pembelajaran sastra yang akan digunakan dalam silabus dan RPP SMA kelas XI, semester 1. 7. Menarik kesimpulan. 8. Menyajikan dalam bentuk laporan. 3.6
Sumber Data Menurut Siswantoro (2005:64) sumber data adalah subjek penelitian dari mana data diperoleh. Sumber data pada penelitian ini adalah: Judul
: 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple
Pengarang
: Iwan Setyawan
Terbitan
: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahun Terbit
: 2011
Tebal Buku
: 221 halaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab empat ini akan dideskripsikan hasil analisis struktur intrinsik karya sastra yang dibatasi pada tokoh dan penokohan, latar, alur, tema, dan bahasa. Unsur-unsur tersebut dianggap cukup memadai oleh penulis untuk memahami masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Selain itu, dalam bab empat ini juga dianalisis hubungan antara tokoh, latar, alur, tema, dan bahasa dengan masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple. 4.1 Analisis Tokoh, Latar, Alur, Tema, Bahasa, dan Masalah Kemiskinan dalam Novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple 4.1.1 Tokoh dan Penokohan Tokoh cerita (character), menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:165), adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh-tokoh yang ada dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple yaitu: Iwan, Bocah Kecil, Abdul Hasim, Ngatinah, Wagini, Ngatemun, Isa, Inan, Rini, Mira, Prawira Dikrama, Tukinem, Ucup, Mami, Mimi, Yani, Audrey, Nico, Teguh, Imam, Mul, Tukeri, Andi Hakim Nasution, Dindin, Yanti, Daus, Juliar, Kalista, Ati, Rima, dan Tata. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, tokoh dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
(Nurgiyantoro, 2007:176-183). Pertama, berdasarkan tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Kedua, berdasarkan fungsi penampilan tokoh dibedakan menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Ketiga, berdasarkan perwatakannya dibedakan menjadi tokoh sederhana dan tokoh bulat. Dalam penelitian ini hanya membahas tokoh berdasarkan tingkat pentingnya tokoh dalam cerita dan berdasarkan fungsi penampilan tokoh. Selain tokoh, peneliti juga akan membahas mengenai penokohan untuk memberi penjelasan pada jenis tokoh berdasarkan fungsi penampilan tokoh, yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Penokohan merupakan pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan jati diri tokoh. Berikut dipaparkan tokoh-tokoh dalam novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple berdasarkan tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita dan tokoh berdasarkan fungsi penampilan tokoh beserta penokohannya. 4.1.1.1 Iwan Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple menceritakan perjalanan hidup tokoh Iwan sehingga secara langsung tokoh Iwan merupakan tokoh yang memiliki intensitas keterlibatan paling banyak dengan peristiwa-peristiwa yang membangun cerita dan berhubungan dengan tema novel. Berdasarkan hal tersebut tokoh Iwan dapat disimpulkan sebagai tokoh utama dalam novel ini. Ia digambarkan sebagai tokoh “aku”. Hal ini dibuktikan dengan kutipan berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
(1) Biasanya, aku bertemu dengan beberapa anak-anak muda di sepanjang gang, yang selalu memberikan pujian, “Pak Iwan, Pak Iwan, kecil-kecil udah kerja neh. Wah, hebat neh Pak Iwan.” (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 183). Tokoh Iwan semasa sekolah secara fisik digambarkan bertubuh kecil dan lebih pendek dari teman-teman di sekolahnya. Namun ia termasuk anak yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap keluarga, pekerja keras, pintar, dan mempunyai bakat dalam bidang sastra dan seni, khususnya puisi, menyanyi, dan teater. Terkadang ia digambarkan sebagai anak yang kurang percaya diri karena harus berteman dengan siswa-siswa berprestasi dari keluarga mampu. Namun akhirnya keadaan keluarga teman-temannya tersebut memberikannya inspirasi tentang gambaran kesuksesan sehingga ia lebih bersemangat belajar agar dapat seperti mereka di kemudian hari. Prestasi akademiknya selalu menonjol diantara teman-temannya. Penggambaran watak dan sifat tokoh Iwan tersebut dapat dijadikan teladan dan mampu memberikan rasa empati kepada pembaca sehingga tokoh Iwan dapat dikatakan sebagai tokoh protagonis. Berdasarkan perwatakan yang digambarkan dalam novel ini, tokoh Iwan atau “aku” menjadi tokoh bulat karena tokoh ini diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupan, sisi kepribadian, dan jati dirinya sehingga dapat dibedakan dengan tokoh yang lainnya. Pengarang menggunakan teknik penokohan secara langsung untuk menggambarkan karakter tokoh Iwan. hal ini terlihat jelas dari kutipan berikut. (2)
Memasuki dunia baru ini pula aku menyadari bahwa aku tidak bisa mengandalkan kegiatan fisik karena tubuhku yang lebih kecil dan pendek dibandingkan teman-teman seusiaku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 68).
(3)
Memasuki SMP, aku merasa dekat dengan”tantangan” bahwa seorang laki-laki, apalagi anak laki-laki satu-satunya, harus bisa mandiri dan kelak bisa membantu nafkah keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 68). (4)
Dengan kerja keras, aku selalu bertahan di ranking tiga besar dari kelas 1 sampai kelas 3 dan aku juga berhasil lolos mendapatkan PMDK di Institut Pertanian Bogor Jurusan Statistika. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 85-86). (5)
Aku pernah menang lomba nyanyi solo di tingkat Kecamatan Batu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 64).
(6)
Selain kegiatan bernyanyi, aku juga pernah mewakili SD untuk lomba puisi dengan prestasi yang membanggakan. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 65).
(7)
Ada beberapa pementasan yang ia produksi selama aku mengikuti kegiatan teater ini dan aku belajar banyak mengenai etos kerja di teater: kerja keras, disiplin, dan kesabaran. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 75). Aku kebetulan berada di kelompok yang “baik-baik” dan berprestasi. Grup ini juga kebetulan mewakili grup anak dari orangtua mampu, seperti pengusaha anggrek, petani apel yang sukses, petambak, guru, atau pedagang besar di pasar. Aku satu-satunya anak sopir angkot di grup ini. Aku sering sekali merasa “kecil” dan ingin menyendiri, tapi aku harus berlayar, aku tak bisa diam sendiri. Di persahabatan inilah aku mendapatkan banyak inspirasi. Aku termotivasi dan ingin seperti mereka. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 84).
(8)
Prestasi
akademik
Iwan
akhirnya
memberikannya
jalan
menuju
kesuksesan lebih dari yang ia mimpikan. Kerja keras dan doa keluarga membuat Iwan diberikan kepercayaan dari atasannya untuk bekerja di New York. Beberapa tahun setelah bekerja di New York, ia dipromosikan menjadi Senior Menager, Operations Nielsen Consumer Research New York dan terakhir dipromosikan menjadi Director Internal Client Management. Kesibukannya di New York membuatnya
senang
melakukan
pikirannya. Berikut kutipannya.
yoga
untuk
menyeimbangkan
kembali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
(9)
Barusan aku dipromosikan menjadi Senior Manager, Operations Nielsen Consumer Research New York… . (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 113).
(10) Anakmu ini dipromosikan jadi Direktur Internal Client Management. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 164). (11) “As always, yoga class is healing. Aku selalu menemukan kesegaran baru di tengah-tengah hiruk pikuk kota ini. Yoga memberi napas baru. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 30). Berdasarkan kutipan (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8), (9), (10), dan (11) dapat disimpulkan bahwa tokoh Iwan adalah tokoh “aku” dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple. Iwan secara fisik bertubuh kecil dan pendek. Iwan digambarkan seorang anak yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap keluarga, pekerja keras, pintar dan memiliki bakat dalam bidang seni dan sastra, khususnya menyanyi, puisi dan teater. Iwan menjadi anak sopir angkot yang berhasil menjadi Direktur dan terakhir menjabat sebagai senior manager di salah satu perusahaan Consumer Research New York. 4.1.1.2 Bocah Kecil Bocah kecil digambarkan sebagai tokoh imajinatif yang selalu muncul tiba-tiba dihadapan Iwan dan membuat Iwan mampu menceritakan kembali masa lalunya. Ia merupakan tokoh tambahan karena tidak banyak diceritakan dan tidak memiliki intensitas hubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel. Tokoh ini tidak digambarkan secara jelas dari segi perwatakan dan peranannya dalam cerita, namun penggambaran fisiknya sedikit diungkapkan. Hal ini dibuktikan dengan kutipan berikut. (12)
Dan setelah peristiwa penodongan itu, aku sering melihat bocah kecil berbaju merah putih itu di sekelilingku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 5).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
(13)
Di tengah kepanikan, sekelebat kulihat bocah kecil memakai celana pendek merah dan baju putih berkerah, persis seperti seragam SD-ku dulu, berdiri di atas jembatan. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 3).
(14) Sambil melihat lalu-lalang anak-anak muda di jalan East Village, beberapa yellow cab yang meluncur di sela-sela hujan salju, dan Mr.lan yang sibuk mengantarkan makanan untuk “delivery” dengan sepeda tuanya, tiba-tiba seorang anak lakilaki yang sangat aku kenal muncul di balik jendela kaca. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 67). Berdasarkan kutipan (12), (13), dan (14) dapat dijelaskan bahwa tokoh Bocah Kecil adalah anak laki-laki yang diceritakan sering muncul mengunjungi Iwan. Ia digambarkan memakai celana pendek merah dan baju putih berkerah seperti seragam SD. 4.1.1.3 Abdul Hasim Tokoh “Aku” atau Iwan memiliki bapak yang bernama Abdul Hasim. Ia merupakan tokoh tambahan karena tidak banyak berhubungan dengan tokoh lain dan intensitas penceritaan tokoh ini tidak banyak. Selain itu, ia juga merupakan tokoh protagonis berdasarkan penokohannya, tokoh ini digambarkan sebagai sosok yang pekerja keras dan mandiri namun kondisi hidup terkadang membuatnya menjadi temperamental dan menimbulkan konflik di keluarga. Berikut ini kutipan mengenai tokoh Abdul Hasim. (15)
Bapakku, Abdul Hasim, hanya bisa mengingat tahun kelahirannya, 1948. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 23).
(16)
Sayangnya, bapak harus putus sekolah karena tidak ada biaya. Ia hanya mengecap pendidikan sampai kelas 2 SMP dan memutuskan untuk bekerja penuh sebagai kenek angkot bersama Pak Ucup. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 25).
(17)
Setelah beberapa tahun menyopir, Bapak berusaha mandiri. Berkat tabungan berpuluh-puluh tahun, ia berhasil membeli
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
mobil bekas seharga sekitar dua juta pada tahun 1980. Sukses yang besar saat itu dan membanggakan kami. Bapak tak lagi harus menyetorkan sebagian uang hasil kerjanya ke “juragannya”. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 26). (18)
Malam itu, sehabis ayahku pulang kerja, pulang dari angkotnya, something happened. Ia capek dan mungkin putus asa karena tidak mendapatkan uang cukup hari itu. Mungkin juga karena anaknya yang lain, angkot tuanya, harus masuk bengkel lagi setengah hari. Sementara kebutuhan minggu itu sudah menumpuk. Kami harus makan, bayar listrik dan uang sekolah. Bapak melemparkan emosinya ke Ibu. Ini bukanlah pertama kalinya mereka beradu pendapat, tapi malam itu things were so bad. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm.210).
(19)
Memasuki tingkat dua, aku harus membayar uang kuliah dan kos, bersamaan dengan Mbak Inan yang harus membayar uang kuliahnya juga. Kami mencoba apa pun yang kami bisa! Bapak bekerja lebih malam sebagai sopir truk,… (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 114).
Berdasarkan kutipan (15), (16), (17), (18) dan (19) dapat disimpulkan bahwa Abdul Hasim adalah bapak dari Iwan. Ia tidak memiliki pendidikan tinggi dan bersifat temperamental namun digambarkan sebagai sosok kepala keluarga yang pekerja keras karena selalu berusaha mencukupi kebutuhan keluarganya. 4.1.1.4 Ngatinah Ngatinah digambarkan sebagai tokoh “Ibu”.
Ia merupakan tokoh
tambahan dalam novel ini karena tidak banyak memiliki intensitas hubungan dengan peristiwa yang membangun novel dan porsi penceritaannya sama dengan penceritaan tokoh tambahan yang lain. Tokoh Ngatinah merupakan tokoh protagonis yang. Pernokohan tokoh ini digambarkan memiliki sifat tegar, sederhana, bijak dan tekun. Berikut beberapa kutipan yang mencerminkan hal tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
(20)
Ibuku, Ngatinah, adalah cinta, kesederhanaan, dan ketegaran. Ibu yang lahir dan dibesarkan di Batu, 10 Mei 1953, tidak pernah merantau keluar kota. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 30-31). (21)
Ibu dengan ketegarannya menghidupi dirinya, Mbak Isa, dan bayi di kandungannya dengan menjual atau menggadaikan barang-barang yang tersisa di rumah. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 27).
(22)
Kami sering melihat awan gelap di atas rumah, kadang badai. Apalagi kami menginjak besar. Biaya seragam, dan buku-buku membengkak. Kebijakan Ibu menyelamatkan kami semua. Ketegarannya menghadapi kesulitan ini, ketekunannya, airmatanya, membawa kami melalui awan gelap itu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 35).
(23)
Ibu tidak bisa menyelesaikan sekolahnya di SD Taman Siswa Batu karena penyakit gatalnya ketika memasuki ujian akhir. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 33).
Berdasarkan kutipan (20), (21), (22), dan (23) dapat disimpulkan bahwa Ngatinah adalah ibu dari Iwan. Ia memiliki sifat tegar dan sederhana. Ngatinah juga digambarkan tidak memiliki pendidikan tinggi dan tidak pernah merantau keluar kota. 4.1.1.5 Wagini Wagini atau Mak Gini digambarkan sebagai nenek dari Iwan, Ibu dari Ngatinah. Ia merupakan salah satu tokoh tambahan karena tidak banyak diceritakan dalam novel ini. Ia termasuk dalam tokoh protagonis karena tokoh ini tidak menimbulkan adanya pertentangan dalam cerita. Selain itu penggambaran watak tokoh Mak Gini yang selalu semangat untuk belajar hal-hal baru yang belum ia ketahui walaupun usianya tak lagi muda mampu memberikan suatu keteladanan yang baik bagi pembaca. Berikut beberapa kutipan yang menggambarkan tokoh Wagini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Ibu Wagini, nenekku, yang kupanggil dengan sebutan “Mak Gini” berkulit putih. (9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 32).
(24)
(25)
Kecantikannya memancar dan ia selalu memakai kebaya. Ia tidak pernah mengenyam dunia sekolah dan hanya bekerja sebagai calo ditempat pegadaian setengah hari. Dari sinilah ia mulai mengenal angka dan huruf. Dari sinilah ia mulai bisa menggerakkan pena, mengeja kata-kata sederhana. (9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 32).
Berdasarkan kutipan (24) dan (25) dapat disimpulkan bahwa Wagini adalah nenek dari Iwan yang memiliki fisik cantik. Ia tidak pernah sekolah namun tidak berhenti belajar dan pekerja keras. 4.1.1.6 Ngatemun Tokoh Ngatemun digambarkan sebagai kakek dari Iwan dan merupakan tokoh tambahan. Ia merupakan sosok protagonis yang memiliki sifat pendiam dan pernah menjadi polisi. Jika dilihat dari pernokohannya, tokoh ini digambarkan sebaai sosok suami yang menyayangi keluarga dan patuh terhadap prinsip hidup leluhurnya. Berikut kutipan yang menggambarkan tokoh Ngatemun. (26)
Orangtua mereka adalah pasangan bapak Ngatemun dan Ibu Wagini. (9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm.31).
(27)
Bapak Ngatemun adalah bekas polisi yang pernah ikut berlayar sampai ke Mekah, tapi harus meninggalkan pekerjaannya karena Mbok Pah, mertuanya menginginkan dia tinggal di Batu, mengikuti prinsip “ mangan ora mangan sing penting kumpul”. Bapak Ngatemun yang sangat pendiam ini akhirnya memilih menjadi penjual jam tangan bekas di Pasar Batu. (9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 31).
Berdasarkan kutipan (26) dan (27) dapat dikatakan bahwa tokoh Ngatemun adalah kakek Iwan yang digambarkan pendiam. Ia mantan polisi yang akhirnya memilih menjadi penjual jam tangan bekas karena prinsip hidup keluarganya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
4.1.1.7 Isa Siti Aisyah atau biasa dipanggil Isa digambarkan sebagai tokoh “Kakak Sulung” juga merupakan salah satu tokoh tambahan dalam novel ini karena tokoh ini tidak memiliki banyak interaksi dengan peristiwa-peristiwa yang membangun cerita novel ini. Tokoh ini digambarkan sebagai sosok perempuan pintar, rajin, dan gigih sehingga tokoh Isa dapat dikategorikan sebagai tokoh protagonis karena perwatakan yang digambarkan dari tokoh ini mampu memberikan rasa simpati pembaca. (28)
Kakak pertamaku, Siti Aisyah, lahir 1 Maret 1971 adalah pembuka jalan. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 38).
(29)
Dia menjadi terkenal di SD karena ranking dan kemampuan matematikanya di atas rata-rata. Kepintaran dan kedekatannya dengan buku-buku pelajaran menjadi inspirasi kami. Kami ingin pintar seperti Mbak Isa. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 38).
(30)
Meskipun rangkingnya pernah turun ke peringkat 16 di puncak serangan penyakit asma, kakakku juga pernah menjadi juara umum di SMA. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 39).
(31)
Mbak Isa menikah dengan Papik di usia ke -28 dan dikaruniai dua buah hati, Danii dan Aulia. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 40).
(32)
Ia berhasil menembus tes pegawai negeri di urutan nomor 5 dari ratusan peserta yang ikut saat itu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 41).
Berdasarkan kutipan (28), (29), (30), (31), dan (32) dapat disimpulkan bahwa Isa adalah saudara tertua Iwan. Ia termasuk anak yang pintar di sekolah namun memiliki penyakit asma yang sering menganggu prestasinya. Isa memiliki suami dan dua anak. Selain itu ia berhasil bekerja menjadi pegawai negeri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
4.1.1.8 Inan Tokoh Inan adalah tokoh tambahan karena tokoh ini tidak berhubungan langsung dengan makna atau tema novel namun hanya sebagai pendukung cerita. Inan atau Rohani adalah kakak kedua Iwan yang tegas, kuat, tangguh, percaya diri dan berani. Ia juga sosok yang pandai, menyukai puisi dan sastra. Berdasarkan penggambaran karakter tokoh Inan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tokoh Inan termasuk tokoh protagonis karena memiliki sifat dan watak yang dapat diteladani. Berikut kutipan yang menggambarkan tokoh Inan. (33)
Ia bernama Rohani, lahir 16 Agustus 1972 di Batu juga. Mbak Inan, begitu kami memanggilnya, adalah anak bangsa yang tegas, tangguh, dan kuat. Ketika anak-anak lain merengek waktu akan berangkat sekolah, ia selalu siap dengan cerianya, dengan bedak yang tidak rata dimukanya. Ketika anak-anak lain malu-malu maju ke depan kelas untuk menyanyi, kakakku yang jago baca puisi ini mengacungkan tangan, ingin tampil ke depan . kami tidak tahu dari mana keberanian itu lahir. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 43).
(34)
Tiba-tiba aku terkenang kakak keduaku yang menyukai puisi dan sastra. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 43).
(35)
Bahkan untuk mendorong mobil angkot Bapak yang sering rewel di pagi hari, kami selalu mengandalkan Mbak Inan yang kelihatan besar daripada kami semua. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 45).
(36)
Mbak Inan sekarang menjadi staf pengajar di salah satu universitas swasta di Malang dan staf KPU di Batu. Ia menikah dengan Mas Hari Nugroho dan memiliki dua permata hati, Alya dan Ari. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 48).
Berdasarkan kutipan (33), (34), (35), dan (36) dapat disimpulkan bahwa Inan adalah kakak kedua Iwan yang memiliki keberanian dan kepercayaan yang tinggi Ia secara fisik lebih besar dan kuat daripada semua saudaranya. Inan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
bekerja menjadi staf pengajar di universitas swasta Malang dan staf KPU di Batu. Ia pun memiliki seorang suami dan dua anak. 4.1.1.9 Rini Tokoh Rini memiliki peranan sebagai tokoh tambahan karena tidak memiliki kedudukan sebagai tokoh sentral dalam cerita. Rini atau Rini Agustina merupakan adik pertama Iwan. Rini secara fisik digambarkan berkulit lebih putih dari semua saudaranya dan berambut hitam tebal. Rini juga digambarkan sebagai sosok yang tekun, tegar, dan gigih dalam mencari uang. Ia menikah dengan seorang laki-laki bernama Agus dan telah dikaruniai satu anak. Berdasarkan penggambaran sifatnya tersebut, tokoh Rini merupakan salah satu tokoh protagonis. Berikut kutipannya. (37)
Dihatiku, ada tempat khusus untuk adikku ini, Rini Agustina yang lahir 8 Agustus 1976. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 49).
(38)
Rini yang berkulit lebih putih dari kami semua dan rambut hitam yang tebal, dengan ketekunannya, dengan kebesaran hatinya, melalui hari-hari bersama alat-alat dapur, buku-buku pasien, sapu, dan kain pel. Ia selalu bangun pagi, naik angkot oranye ke Desa Junggo tempat Mbak Mami berpraktik, menghabiskan siang di sana dan kembali pada malam hari dengan angkot oranye. Ketekunan, ketegarannya untuk mencari uang, melelehkan hati kami semua. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 51).
(39)
Rini menjadi adik kelasku di SD Ngaglik I dan terlihat ia lebih menyukai ilmu keterampilan, seperti menyulam, membuat boneka gajah dari kapas, atau membuat durian dari bola plastik. Tangan kecilnya begitu terampil. Prestasinya hanya rata-rata tetapi ia selalu berhasil masuk sekolah negeri. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 50).
(40)
Setelah lulus kuliah, Rini mengikuti tes calon pegawai negeri dan lolos!... . (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 52).
(41) Adikku yang menikah dengan Agus ini telah dikaruniai satu putra, Ridho.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 52). Berdasarkan kutipan (37), (38), (39), (40), dan (41) dapat disimpulkan bahwa Rini merupakan adik pertama Iwan yang secara fisik memiliki kulit lebih putih dari saudara-saudaranya dan berambut hitam tebal. Ia tidak begitu pintar seperti kakak-kakaknya namun memiliki minat dalam ilmu keterampilan. Rini juga berhasil menjadi pegawai negeri. Selain itu ia pun memiliki suami dan seorang putra. 4.1.1.10 Mira Tokoh Mira merupakan tokoh tambahan dalam novel ini karena tokoh ini bukan tokoh sentral dalam penceritaan novel. Mira memiliki nama panjang Mira Fatmawati digambarkan sebagai “Adik” dan sekaligus anak bungsu yang memiliki fisik bertubuh kecil, berkulit coklat, dan wajah manis. Mira juga tidak dapat menyanyi. Ia lugu dan sederhana seperti ibunya. Selain itu ia selalu rendah diri. Berikut kutipannya. (42)
Rumah yang warnanya bertambah dengan kehadiran adik tercinta kami, Mira Fatmawati. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 55).
(43)
Tubuh kecilnya, kulit coklatnya yang sedikit gelap, dan wajahnya yang manis memberikan kesegaran pada rumah ini. Ia yang tak bisa bernyanyi (selalu fals), adalah cermin keluguan, kesederhanaan, dan kelembutan hati. Aku melihat ibuku dalam jiwanya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 55).
(44)
Mira yang selalu rendah diri dan tak jarang minder ini bertemu dengan orang-orang “besar” di kota ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 58).
(45)
Semasa SMA, Mira juga mengikuti kegiatan teater, tempat ia menguji kerapuhan jiwa… . (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 56).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
(46)
Prestasi Mira di SD dan SMP selalu di atas rata-rata dan memperlihatkan prestasi yang menonjol ketika ia memasuki bangku SMA. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 56).
(47)
Berkat Bu Tata pula Mira bisa bekerja di Komisi Flu Burung Indonesia Jakarta. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 58).
(48)
Mira yang telah menikah dengan Kendik, Teman SMA-nya dulu, tinggal di rumah kecilnya di Karawang. Pasangan ini dikaruniai seorang putri bernama Ayu Medina. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 58).
Berdasarkan kutipan (41), (42), (43), (44), (45), (46), (47), dan (48) tokoh Mira merupakan adik dari Iwan dan merupakan adik terakhir Iwan. Ia secara fisik memiliki tubuh kecil, berkulit coklat yang sedikit gelap, dan berwajah manis. Mira tidak dapat menyanyi dan sedikit rendah diri namun ia pintar di sekolahnya dan juga memiliki bakat di dunia teater. Cerita terakhir, Mira bekerja di Komisi Flu Burung Indonesia Jakarta. Ia memiliki seorang suami dan satu putri. 4.1.1.11 Prawira Dikrama Prawira Dikrama merupakan kakek dari Iwan, bapak dari Abdul Hasim. Tokoh ini juga merupakan tokoh tambahan untuk mendukung cerita tokoh utama yaitu, tokoh Iwan. Ia juga menjadi tokoh protagonis karena kemunculan tokoh ini tidak mengakibatkan adanya konflik dalam cerita. Tidak ada penggambaran penokohan tokoh ini secara jelas karena tidak banyak diceritakan. Berikut kutipannya. (49)
Bapakku, Abdul Hasim, hanya bisa mengingat tahun kelahirannya, 1948. Orang tuanya yang berasal dari Sleman, Yogyakarta, pun tak bisa memngingatnya. Hanya 1948. Orang tuanya, Pak Prawira Dikrama, petani padi yang menikah dengan Bu Tukinem, ibu rumah tangga yang kadang berjualan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
tempe dan kadang membantu bertani. Keduanya tidak pernah duduk di bangku sekolah. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 23-24). Berdasarkan kutipan (49) dapat dijelaskan bahwa Prawira Dikrama adalah kakek dari Iwan, bapak dari Abdul Hasim yang berasal dari Sleman, Yogyakarta. Ia bekerja menjadi petani dan memiliki istri bernama Tukinem. Baik Prawira Dikrama atau Tukinem tidak mengenyam pendidikan. 4.1.1.12 Tukinem Tukinem merupakan nenek dari Iwan, ibu dari Abdul Hasim. Porsi penceritaan dan peran kemunculan tokoh ini sama seperti tokoh Prawiro Dikrama sehingga dapat disimpulkan bahwa tokoh Tukinem pun dapat dikategorikan tokoh tambahan. Jika dilihat berdasarkan fungsi penampilannya, tokoh ini termasuk tokoh protagonis. Tokoh ini digambarkan sebagai sosok istri yang mau membantu perekonomian keluarga dengan bekerja menjual tempe atau membantu bertani. Berikut kutipannya. (50)
Bapakku, Abdul Hasim, hanya bisa mengingat tahun kelahirannya, 1948. Orang tuanya yang berasal dari Sleman, Yogyakarta, pun tak bisa memngingatnya. Hanya 1948. Orang tuanya, Pak Prawira Dikrama, petani padi yang menikah dengan Bu Tukinem, ibu rumah tangga yang kadang berjualan tempe dan kadang membantu bertani. Keduanya tidak pernah duduk di bangku sekolah. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 23-24). Berdasarkan kutipan (50) dapat digambarkan bahwa Tukinem adalah nenek dari Iwan, ibu dari Abdul Hasim. Ia menjadi ibu rumah tangga dan memiliki suami bernama Prawira Dikrama. Tukinem tidak mengenyam pendidikan seperti suaminya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
4.1.1.13 Ucup Ucup atau biasa dipanggil Pak Ucup merupakan teman kerja Abdul Hasim saat menjadi kenek angkot sehingga dapat dikatakan bahwa tokoh ini juga merupakan salah satu tokoh tambahan. Pak Ucup juga termasuk tokoh protagonis karena mempunyai pandangan hidup yang modern dan etos kerja yang baik. Berikut kutipan yang menggambarkan sososk Pak Ucup. (51)
Sepulang sekolah, Bapak bekerja sebagai kenek mobil angkutan bersama Bu Agik, Pak Ucup. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 24).
(52)
Pak Ucup yang kukenal mempunyai pandangan hidup yang modern dan etos kerja yang sangat luar biasa. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 24).
Berdasarkan kutipan (51) dan (52) dapat dijelaskan bahwa Pak Ucup adalah teman kerja Abdul Hasim saat menjadi kenek mobil angkutan. Ia digambarkan memiliki pandangan maju dan etos kerja yang luar biasa. 4.1.1.14 Mami Tokoh Mami atau yang biasa dipanggil Mbak Mami merupakan salah satu tokoh tambahan yang tidak begitu banyak diceritakan dalam novel ini. Mbak Mami adalah bibi dari Iwan. Ia seorang bidan desa. Tokoh ini juga merupakan tokoh protagonis karena bukan tokoh yang menyebabkan adanya konflik. Tokoh Mami tidak digambarkan perwatakannya secara jelas namun tokoh ini merupakan tokoh yang membantu Rini mendapat pekerjaan. Berikut kutipannya. (53)
Ia memutuskan untuk bekerja membantu Mbak Mami, adik ibuku yang menjadi bidan desa. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 51).
(54)
Akhirnya, berkat dorongan Ibu dan Mbak Mami, Rini mencoba sesuatu yang baru. Ia menjadi guru kontrak di salah satu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
sekolah negeri di Junggo yang saat itu sedang membutuhkan tambahan guru. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 51-52). Berdasarkan kutipan (53) dan (54) dapat terlihat bahwa Bu Mami adalah bibi dari Iwan yang bekerja menjadi bidan desa dan yang telah mendorong Rini menjadi guru kontrak di salah satu sekolah negeri di Junggo. 4.1.1.15 Mimi Bu Mimi adalah tetangga Iwan. Ia digambarkan sebagai wanita berusia hampir 50 tahun yang melajang dan bekerja sebagai pedagang di pasar sayur Batu. Tokoh ini tidak banyak diceritakan sehingga dapat disimpulkan bahwa tokoh ini adalah tokoh tambahan. Selain itu, ia menjadi tokoh protagonis karena kebaikannya menawari tempat tinggal dan pekerjaan untuk Iwan dan Rini. Berdasarkan perwatakannya, tokoh Mimi digambarkan sebagai sosok yang murah hati karena mau menolong orang lain dalam kesusahan. Hal tersebut digambarkan dalam kutipan berikut. (55)
Bu Mimi, tetanggaku yang masih melajang di usianya yang sudah hampir 50 tahun, seorang pedagang di pasar sayur Batu, mungkin tak tega melihat rumah kecil kami yang penuh sesak untuk tujuh orang. Ia menawari Rini untuk tidur di rumah besarnya yang berkamar tiga. Rini mengurusi rumah Bu Mimi, menyapu, mengepel lantai, atau mencuci piring. Ia mendapatkan 150 rupiah per hari untuk kerjanya, untuk tangan kecilnya. Bu Mimi juga menawariku untuk membantu berdagang di pasar sayur, seperti membuat teh panas, mengantar dan mengambil barang dari toko, atau ikut menjaga toko. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 71).
Berdasarkan kutipan (55) dapat dijelaskan bahwa Bu Mimi adalah tetangga Iwan yang menjadi pedagang sayur. Ia berumur 50 tahun dan masih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
lajang. Bu Mimi ini yang memberikan pekerjaan sampingan kepada Iwan dan adiknya, Rini. 4.1.1.16 Yani Tokoh Yani adalah tokoh tambahan karena kemunculannya dalam cerita tidak begitu banyak. Yani atau Mas Yani adalah sahabat Iwan dan juga guru teaternya di SMA. Tokoh ini digambarkan sebagai sosok yang bersemangat dalam dunia teater dan pemimpin yang kuat.Tokoh ini termasuk tokoh protagonis karena memiliki sifat-sifat yang dapat diteladani. Berikut kutipan yang menggambarkan sosok Yani. (56)
Aku mulai mendayung dan di perjalanan ini aku bertemu dengan Mas Yani, seorang sahabat, seorang guru teater SMA. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 74).
(57)
Mas Yani seorang nakhoda kuat yang membawa perahu besar untuk kami, Teater Pandu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 74).
(58)
Tidak mudah bekerja dengannya, karena ia selalu meminta kesempurnaan. Semuanya, mulai dari casting, kostum, musik, panggung, make-up, sampai dengan tiket. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 75).
Berdasarkan kutipan (56), (57), dan (58) dapat dikatakan bahwa Mas Yani adalah guru teater sekaligus sahabat Iwan Saat SMA. Ia digambarkan memiliki sifat perfectionis karena selalu menuntut kesempurnaan di pertunjukan teaternya. 4.1.1.17 Audrey Tokoh Audrey digambarkan sebagai sosok wanita yang sempat menjalin hubungan dekat dengan Iwan sehingga ia merupakan tokoh tambahan dalam novel ini. Ia termasuk tokoh protagonis karena tidak menimbulkan ketegangan dalam cerita. Tokoh ini pun digambarkan sebagai wanita muda yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
memiliki karier matang, berpenampilan menarik, dan taat pada permintaan orang tua. Berikut kutipannya. (59)
Namanya, mari kita sebut saja Audrey. Ia bukan orang Indonesia. Ia dibesarkan di Connecticut dan bekerja di salah satu accounting and consulting firm ternama di dunia. Usianya tiga tahun lebih muda dariku tapi kariernya sudah matang. Audrey yang berambut pendek ini lebih tinggi dariku, apalagi jika ia mengenakan high heel-nya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 78). “I know it’s not a problem for both of us to have different religion,” katanya di sepanjang perjalanan pulang dari kelas yoga. Ada kegelisahan yang dalam di wajahnya. “My parents has been asking me,” lanjutnya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 81).
(60)
(61)
Kami tak lagi ke kelas yoga bersama. Meskipun masih ada kesedihan tersisa, aku masih berteman baik dengan Audrey. Dia menikah di musim gugur yang ke-9. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 82).
Kutipan (59), (60) dan (61) menunjukkan tokoh Audrey berasal dari Connecticut. Ia digambarkan berusia lebih muda, memiliki pekerjaan yang matang, berambut pendek dan lebih tinggi dari Iwan. Iwan dan Audrey sempat menjalin hubungan yang cukup dekat namun mereka harus berpisah karena orang tua Audrey memintanya. 4.1.1.18 Nico Tokoh Nico juga merupakan salah satu tokoh tambahan dalam novel ini. Kemunculan tokoh ini bukan menjadi tokoh sentral dalam novel ini. Ia merupakan teman “bule” pertama Iwan. Nico digambarkan sebagai sosok yang pemberani karena mau mencoba kehidupan yang jauh berbeda dengan kehidupan modern di negara asalnya. Selain itu, ia digambarkan sebagai tokoh yang mencintai Indonesia walaupun ia bukan orang asli Indonesia. Nico menjadi tokoh protagonis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
dalam novel ini karena ia digambarkan sebagai sosok yang mampu memberikan inspirasi positif bagi Iwan. (62)
Di masa SMA dulu, kami pernah menerima seorang pelajar dari Kanada untuk program pertukaran pelajar. Ia adalah bule pertama yang menginjakkan kaki di sekolah di bawah Gunung Panderma. Nicolas Auclair berasal dari Montreal, Quebec, Kanada dan Indonesia adalah negar pertama yang ia kunjungi untuk pertama kalinya, sendiri, di usianya yang baru 16 tahun. Anak muda berkulit putih yang terbiasa dengan kehidupan modern ini, dengan keberanian dan keingintahuannya tentang dunia yang lain, yang berbeda, memilih Indonesia. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm.91-92). (63)
Dikesempatan inilah, aku mengucapkan terima kasih kepada Nico atas inspirasi dan pertemuan yang mengubah hidupku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 93).
(64)
Pada banyak kesempatan, Nico yang mempunyai tato bendera merah putih di pergelangan tangannya sering terlihat berkacakaca mengenang kembali Indonesia. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 93).
Berdasarkan kutipan (62), (63), dan (64) dapat disimpulkan bahwa Nico atau Nicolas Auclair adalah teman Iwan yang berasal dari Kanada. Ia datang ke Indonesia saat berusia 16 tahun karena adanya pertukaran pelajar. Ia digambarkan berkulit putih, terbiasa hidup modern, dan terakhir memiliki tato bendera merah putih di pergelangan tangan. Nico pun selalu berkaca-kaca saat mengenang Indonesia. 4.1.1.19 Imam Imam atau biasa dipanggil Mas Imam ini merupakan kakak kelas Iwan saat di SMA yang juga kuliah di IPB. Tokoh ini merupakan tokoh tambahan dalam novel ini. Tokoh ini tidak banyak diceritakan sehingga peokohannya kurang terlihat jelas ia dapat dikatakan sebagaisalah satu tokoh protagonis. Hal ini ditandai dengan kebaikannya memberikan tempat menginap untuk Iwan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
temannya saat mereka belum mendapatkan kos sendiri di Bogor.
72
Hal ini
tercermin dalam kutipan (65) di bawah ini. (65)
Kami dijemput Mas Imam, kakak kelas dari SMAN 1 Batu yang kuliah di IPB. Aku bersama Teguh, salah satu teman yang lolos PMDK menginap di tempat Mas Imam untuk sementara waktu sebelum mendapatkan kos. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 97).
Berdasarkan kutipan (65) dapat diterlihat bahwa Imam adalah kakak kelas saat SMA yang memberikan tempat menginap bagi Iwan dan temannya sebelum mendapat kos sendiri. 4.1.1.20 Teguh Tokoh Teguh merupakan tokoh tambahan dan menjadi salah satu teman Iwan yang lolos PMDK. Hal ini ditandai dengan tidak begitu banyaknya tokoh Teguh ini diceritakan. Ia digambarkan sebagai teman yang tegar dan setia menemani Iwan sehingga tokoh ini termasuk tokoh protagonis karena memiliki perwatakan yang baik sebagai seorang teman . Berikut kutipannya. (66)
Kami dijemput Mas Imam, kakak kelas dari SMAN 1 Batu yang kuliah di IPB. Aku bersama Teguh, salah satu teman yang lolos PMDK menginap di tempat Mas Imam untuk sementara waktu sebelum mendapatkan kos. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 97).
(67)
Teguh yang pendiam ini begitu teguh, tidak pernah meledak menjadi tangis seperti diriku. Ia selalu menemaniku pergi ke wartel setelah pukul sembilan malam untuk menunggu diskon sambungan langsung jarak jauh, duduk di pinggir jalan, mendalami jiwa satu sama lain dan mencoba “melepas” kerinduan yang tak bisa terlepaskan. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 98).
Berdasarkan kutipan (66) dan (67) dapat disimpulkan bahwa tokoh Teguh adalah teman Iwan yang pendiam, tegar, dan setia menemani Iwan saat ke wartel malam hari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
4.1.1.21 Mul Mul atau dipanggil Mas Mul merupakan teman sekamar Iwan. Ia juga merupakan tokoh tambahan dalam novel ini karena karena tokoh ini tidak banyak dimunculkan dalam cerita. Tokoh Mul digambarkan memiliki sifat sabar dan rajin beribadah sehingga tokoh ini pun salah satu tokoh protagonis. Berikut kutipan yang menggambarkan tokoh Mul. (68)
Mas Mul, yang menjadi teman sekamarku. Ia mahasiswa Statistika tingkat akhir yang selalu sabar menjawab banyak keingintahuanku akan hidupnya di Jakarta, tentang agama, keluarga, musik, masa lalu, rencana masa depan, dan terutama seluk-beluk perkuliahan di jurusan Statistika. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 102). (69) Mas Mul mengajariku mengaji selepas Subuh atau Magrib. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 110).
Berdasarkan kutipan (68) dan (69) dapat disimpulkan bahwa tokoh Mul adalah teman sekamar Iwan dan merupakan mahasiswa Statistika tingkat akhir yang sabar menjawab keingintahuan Iwan dan juga mengajari Iwan mengaji. 4.1.1.22 Tukeri Tokoh ini dipanggil Lek Tukeri yang juga merupakan paman Iwan, saudara dari bapaknya yang menjadi pedagang sayur di Jakarta. Tokoh ini menjadi tokoh tambahan karena bukan merupakan tokoh sentral. Lek Tukeri juga merupakan tokoh protagonis. Hal ini ditandai dengan penggambaran karakteristik tokoh Tukeri yang memiliki sifat pekerja keras, sederhana, dan memiliki kebaikan jiwa. Berikut kutipannya. (70)
Karena tidak ada jalan keluar lain, Bapak akhirnya harus meminjam uang ke saudaranya yang bekerja sebagai pedagang sayur di daerah Pulomas, Jakarta. Lek Tukeri bukanlah pedagang besar, tetapi mempunyai uang lebih dibandingkan kami. Ia seorang pekerja keras yang berhasil membangun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
hidupnya di Jakarta. Sayangnya, kesederhanaan, kebaikan jiwa, dan keberhasilan usahanya tidak mampu menahan kekerasan kehidupan di Jakarta. Anak laki-laki tertua mereka, Sugeng, meninggalkan raganya setelah lulus dari SMA karena obatobatan terlarang. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 115). (71)
Uang pinjaman dari Lek Tukeri aku pakai untuk membayar uang kuliah dan kos. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 116).
Berdasarkan kutipan (70) dan (71) dapat disimpulkan bahwa tokoh Tukeri adalah saudara dari ayah Iwan yang menjadi pedagang sayur di Jakarta. Ia memiliki uang lebih daripada keluarganya. Tokoh Tukeri digambarkan memiliki sifat pekerja keras, sederhana, dan memiliki kebaikan jiwa karena Lek Tukeri juga yang membantu meminjamkan uang untuk membiayai kuliah dan kos Iwan. Namun, ia tidak dapat menahan kerasnya hidup di Jakarta karena anak tertuanya meninggal oleh obat-obatan terlarang. 4.1.1.22 Andi Hakim Nasution Andi Hakim Nasution adalah pembimbing skripsi Iwan saat kuliah di IPB. Ia juga merupakan salah satu tokoh tambahan karena kemunculan tokoh ini tidak berhubungan langsung dengan makna atau tema novel. Tokoh ini juga merupakan tokoh protagonis. Hal ini nampak pada peranannya saat membimbing skripsi Iwan hingga Iwan dapat lulus kuliah kurang dari empat tahun. Tokoh Andi Hakim Nasution jika dilihat dari perwatakannya merupakan tokoh bersahaja sehingga disegani oleh banyak orang, seorang dosen yang pintar di bidangnya sehingga mampu melahirkan para intelek muda, dan tokoh yang rendah hati karena meskipun ia orang “besar” namun mau memberikan pelayanan bimbingan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
skripsi dengan sepenuh hati kepada Iwan. Berikut kutipan mengenai sosok Andi Hakim Nasution. (72)
Setelah menyelesaikan KKN, aku kembali ke Bogor untuk menyelesaikan skripsi. Pembimbingku adalah “orang besar” di jurusan Statistika, seorang statistikan yang tak hanya disegani di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara. Bapak Andi Hakim Nasution. Guru Besar Statistika dan Generatika Kuantitatif ini adalah pendiri jurusan MIPA di IPB dan pernah menjabat sebagai rektor IPB tahun 1978 sampai 1987. Tangan “besar”nya telah melahirkan intelek-intelek muda, yang tak hanya belajar ilmu statistika tetapi belajar tentang filosofi, semangat, dan keindahan ilmu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 146).
(73)
Pak Andi tak hanya memberikan bimbingan dan merekomendaian buku-buku penting dalam skripsiku, ia juga memberian jiwanya. Aku merasa bangga dan bersyukur, seorang “besar” seperti Pak Andi telah menjadi bagian dari hidupku. Seperti hamparan padi yang berbenturan dengan pantai-pantai di Bali, aku melihat keindahan dan kemegahan dalam dirinya. Dengan tekad besar dan bimbingan Pak Andi, akhirnya aku bisa menyelesaikan skripsi dalam waktu kurang dari empat tahun. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 147).
Berdasarkan kutipan (72) dan (73) dapat digambarkan tokoh Andi Hakim Nasution adalah “orang besar” di jurusan Statistika dan disegani di Indonesia dan di Asia Tenggara. Ia juga pernah menjabat menjadi rektor. Tokoh Andi juga diceritakan sebagai orang yang membimbing Iwan dalam mengerjakan skripsi hingga dapat selesai kurang dari empat tahun. 4.1.1.23 Dindin Tokoh Dindin bernama lengkap Dindin Kusdinar. Ia merupakan tokoh tambahan. Hal ini karena tokoh Dindin tidak banyak diceritakan dan tidak banyak digambarkan perwatakannya namun ia termasuk tokoh protagonis karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
peranannya membantu Iwan mendapatkan pekerjaan di Data Processing. Hal ini dapat tercermin dalam kutipan berikut. (74)
Di antara mahasiswa yang datang malam itu ada kakak kelasku di jurusan Statistika, Mas Dindin Kusdinar. Saat itu ia telah bekerja di departemen Customized Research, Nielsen, Jakarta, sebagai Data Processing Executive, sementara aku sendiri sedang mencari-cari pekerjaan sambil menunggu wisuda. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 147).
(75)
Malam itu, Mas Dindin, menunjukkan jalan besar yang tak aku sadari. Ia bercerita tentang pekerjaannya di perusahaan multinasional itu dan seluk beluk data processing executive. Malam itu juga, aku memberikan surat lamaran pekerjaan kepadanya, meskipun lowongan untuk posisi seperti dia belum tentu ada. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 152).
Berdasarkan kutipan (74) dan (75) dapat disimpulkan bahwa tokoh Dindin Kusdinar yang biasa dipanggil Mas Dindin ini bekerja di departemen Customized Research, Nielsen, Jakarta, sebagai Data Processing Executive dan yang menunjukkan jalan besar dan menceritakan seluk beluk data processing executive kepada Iwan. 4.1.1.24 Yanti Yanti bernama lengkap Yanti Nisro. Yanti adalah rekan kerja Iwan yang digambarkan memiliki sifat penolong karena selalu membantu Iwan di kantor. Selain itu tokoh Yanti digambarkan sebagai tokoh yang pintar karena memiliki prestasi yang baik di kantornya sehingga membuatnya menjadi direktur muda di tempanya bekerja. Berbagai tindakan berani yang terkadang ia ambil menjadikannya sosok yang menginspirasi Iwan sehingga tokoh ini juga dapat dikategorikan sebagai tokoh protagonis. Tokoh Yanti ini merupakan tokoh tambahan karena kemunculan tokoh ini tidak memiliki intensitas hubungan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
banyak terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel. Berikut kutipan yang menggambarkan peranan tokoh Yanti dalam cerita. (76)
Memasuki lantai 15, Mbak Yunita, resepsionis, menyambutku dan mengantarku ke kantor Mbak Yanti Nisro, Director Data Processing dan Management Information System. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 153).
(77)
Mbak Yanti yang berasal dari Semarang adalah lulusan Statistika IPB yang memulai karier di Nielsen Jakarta sebagai data processing executive juga. Prestasi professional yang bagus tahun demi tahun mengantarnya menjadi salah satu direktur paling muda di sana, di antara direktur-direktur lain yang sebagian besar ekspatriat. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 153).
(78)
Mbak Yanti melihat kemampuan kerjaku dan mulai mempercayaiku untuk mengolah data dari negera lain, sesuatu yang belum pernah kami lakukan sebelumnya. Keberanian Mbak Yanti yang sempat terlihat “nekad” saat itu, menjadi inspirasi besar di kemudian hari. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 176).
Berdasarkan kutipan (76), (77), dan (78) dapat disimpulkan bahwa tokoh Yanti Nisro atau biasa di panggil Mbak Yanti adalah Director Data Processing dan Management Information System di tempat Iwan bekerja. Mbak Yanti berasal dari Semarang adalah lulusan Statistika IPB yang memulai karier di Nielsen Jakarta sebagai data processing executive. Selain itu, Mbak Yanti juga yang telah mempercayakan Iwan mengolah data dari luar negeri dan menginspirasi Iwan dikemudian hari. 4.1.1.25 Daus Daus bernama lengkap Firdaus Ria Herlambang. Tokoh ini juga merupakan salah satu tokoh tambahan karena peranannya dalam cerita tidak berhubungan langsung dengan tema cerita. Ia digambarkan sebagai teman Iwan yang memiliki antusiasme tinggi karena selalu menghadapi kehidupannya dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
keingintahuan layaknya anak muda dan terkadang bersikap ceroboh. Ia pun digambarkan sebagai anak yang polos seperti Rini, salah satu adik Iwan. Berdasarkan penokohan tersebut, tokoh ini termasuk dalam tokoh protagonis. Berikut kutipan yang mencerminkan sosok Daus. (79)
Firdaus Ria Herlambang, mahasiswa tingkat dua jurusan Biologi dari Bekasi yang berambut keriting dan jago main bola. Berbeda dengan Mas Mul, Daus adalah anak muda yang baru saja melepas seragam putih abu-abunya. Ia melihat dunia barunya dengan segar, dengan ribuan tanya dan mungkin dengan kecerobohannya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 138).
(80)
Daus adalah saudara laki-laki yang tak pernah aku punya dan mengingatkan pada adik terkecilku, Mira. Keduanya begitu putih. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 138).
Berdasarkan kutipan (79) dan (80) dapat disimpulkan bahwa tokoh Daus memiliki nama lengkap Firdaus Ria Herlambang. Ia mahasiswa jurusan Biologi dan berasal dari Bekasi. Daus digambarkan memiliki rambut keriting, dan pintar bermain bola. Ia sudah seperti seperti saudara laki-laki bagi Iwan. 4.1.1.26 Juliar Juliar biasa dipanggil Pak Juliar bernama lengkap Juliar Arfandi atau biasa dipanggil Babe. Ia juga merupakan salah satu tokoh tambahan yang menjadi rekan kerja Iwan. Tidak banyak hal yang diceritakan mengenai sosok Pak Juliar ini sehingga perwatakan yang digambarkannya pun cenderung statis. Ia juga menjadi tokoh protagonis karena penggambaran pembawaannya yang tenang dan membuat nyaman orang disekitarnya. (81)
Setelah kurang-lebih empat puluh lima menit, Mbak Yanti mengundang senior manager dari departemen Data Processing, Bapak Juliar Arfandi untuk bergabung bersama kami di kantornya. Bapak Juliar atau „Babe‟ berumur sekitar 60 tahun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 154). (82)
Ketika Babe memasuki kantor Mbak Yanti, aku langsung merasakan kenyamanan dan ketenangan dari pembawaannya. Babe menyambutku seperti menyambut saudaranya, bukan anak kuliahan yang akan bekerja untuk timnya. Aku pun mengalir untuk “membuka diri”. Aku merasa diterima dan sekali lagi, hasil wawancara tidak penting lagi bagiku. Karena Babe dan Mbak Yanti memberikan banyak bekal dari wawancara itu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 154).
Berdasarkan kutipan (81) dan (82) dapat disimpulkan tokoh Juliar atau yang biasa dipanggil Babe ini memiliki nama lengkap Juliar Arfandi. Ia merupakan senior manager dari departemen Data Processing tempat Iwan bekerja. Pak Juliar ini secara fisik digambarkan berusia sekitar 60 tahun serta memiliki pembawaan yang nyaman dan tenang. 4.1.1.27 Kalista Kalista merupakan teman Iwan yang dikenal lewat Facebook. Tokoh ini merupakan tokoh tambahan yang sempat membuat Iwan jatuh cinta. Ia merupakan tokoh protagonis karena kehadirannya tidak memunculkan konflik dalam cerita dan penggambaran karakteristiknya yang menarik. Tidak banyak perwatakkan yang diceritakan untuk menggambarkan watak tokoh ini namun diceritakan bahwa tokoh ini senang berpetualang mengunjungi banyak tempat, pencinta alam dan terlihat sebagai sosok yang menyayangi keluarga dan anak kecil. Hal tersebut terlihat dari foto-foto di FBnya. Berikut kutipan mengenai tokoh Kalista. (83)
Kalista, biar kupanggil dia demikian. Kami bertemu melalui situs Facebook kurang lebih setahun yang lalu. Dari album fotonya, aku menemukan keindahan. Bukan hanya dari wajahnya tapi juga refleksi jiwanya, melalui kota-kota yang pernah ia kunjungi. Very well-travelled, pikirku… Ada beberapa fotonya yang sedang berpesta di Jakarta, tapi lebih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
banyak fotonya bersama keluarga dan anak-anak. A little good sign, pikirku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 158). (84)
Matanya sedikit sipit, hidungnya tak seberapa mancung, alis tipisnya tertata rapi, tulang pipinyanya sedikit menonjol, tak seperti kebanyakan tulang pipi orang Indonesia. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 160).
(85)
Tak ada I love you. Tak ada good bye. Hanya I will miss you. Kalista pulang ke Jakarta. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 161).
(86)
Kami berteman baik sampai sekarang dan tak tahu kemana masa depan akan membawa daun kecilku, daun kecilnya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 162).
Berdasarkan kutipan (83), (84), (85), dan (86) dapat disimpulkan bahwa Kalista merupakan teman Iwan yang dikenal lewat Facebook. Kalista digambarkan menyukai travelling. Ia memiliki mata sedikit sipit, hidung yang tidak mancung, alis tipis yang tertata rapi, tulang pipi yang sedikit menonjol. Iwan sempat memendam rasa cinta kepada Kalista namun sampai sekarang mereka berteman baik. 4.1.1.28 Ati Mbak Ati atau Mbak Nurati Sinaga adalah salah satu manajer di Departemen Customized Research. Tokoh Ati tidak banyak diceritakan kehidupan dan perwatakannya sehingga tokoh ini merupakan salah satu tokoh tambahan. Selain itu karena peranannya sebagai pembantu cerita tokoh utama, yaitu Iwan. tokoh Ati hanya digambarkan sebagai salah satu rekan kerja Iwan yang merupakan lulusan sekolah luar negeri dan tokoh yang memberikan peluang bagi Iwan untuk dapat bekerja di New York. Berdasarkan peranannya bagi utama tersebut, tokoh Ati ini pun dapat dikategorikan sebagai tokoh protagonis. Berikut kutipan mengenai tokoh Ati.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
(87)
Mbak Nurati Sinaga adalah manajer Mas Fidi di Departemen Customized Research. Aku hanya mengenalnya di bulan-bulan pertama saat bergabung dengan Nielsen Jakarta. Seperti halnya Mas Fidi, Mbak Ati juga lulusan dari Amerika dan aku dulu begitu segan untuk mendekati anak-anak lulusan luar ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 184).
(88)
Kini, Mbak Ati mencariku dan menawarkan pekerjaan sebagai data processing executive di New York. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 185).
Berdasarkan kutipan (87) dan (88) dapat dismpulkan bahwa tokoh Mbak Ati atau Mbak Nurati Sinaga adalah salah satu manajer di Departemen Customized Research. Ati merupakan lulusan dari Amerika dan sudah pindah ke Nielsen International Research di New York. Ia yang menawari Iwan untuk bekerja di New York sebagai data processing executive. 4.1.1.29 Rima Rima merupakan guru yoga dan guru spiritual Iwan. Berdasarkan kedudukannya dalam cerita dapat disimpulkan bawa tokoh ini merupakan tokoh tambahan karena tidak berhubungan langsung dengan tema cerita. Tidak banyak yang diceritakan mengenai tokoh ini namun jika dilihat dari fungsi penampilannya, tokoh Rima ini termasuk tokoh protagonis yang selalu memberikan pesan spiritual terhadap peserta yoganya. Berikut kutipan yang menggambarkan tokoh Rima. (89)
Pada Sabtu sore itu, seperti biasa aku mengikuti kelas yoga yang dipimpin guru favoritku, Rima. Hampir lima kai seminggu aku pergi ke kelasnya. Energy di kelasnya selalu luar biasa. Pesan spiritual talk-nya sederhana dan selalu membuka salah satu celah mata hati. Meditasi di akhir kelas memberikan istirahat yang dalam buat jiwaku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 78-79).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
4.1.1.33 Tata Tokoh Tata atau yang biasa dipanggil Bu Tata. Tokoh ini sebagai tokoh tambahan karena kehadirannya tidak berhubungan langsung dengan tema cerita dan tidak banyak memiliki intensitas penceritaan. Berdasarkan penokohannya, tokoh Tata digambarkan sebagai wanita yang pintar. Hal tersebut terlihat dari pendeskripsian tokoh yang berlatar pendidikan luar negeri dan memiliki pemikiran yang diperhitungkan dari dalam maupun luar negeri. Ia menjadi tokoh protagonis karena bantuannya untuk Mira dalam memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan wataknya yang digambarkan mampu menginspirasi Mira. Berikut kutipan mengenai tokoh Bu Tata. (90)
Berkat Bu Tata pula, Mira bisa bekerja di Komisi Flu Burung Indonesia Jakarta. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 58).
(91)
Di masa kuliahnya, ia mengenal Bu Tata, wanita yang berpandanagn luas, yang menjadi inspirasi adikku. Bu Tata yang berlatar pendidikan luar negeri, dengan pengalaman yang luar biasa dan buah pikiran yang diperhitungkan tak hanya di dalam negeri,menjadi jendela baru buat adikku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 57).
Berdasarkan kutipan (90) dan (91) dapat dijelaskan tokoh Tata atau yang biasa dipanggil Bu Tata adalah orang yang membantu Mira agar dapat bekerja di Komisi Flu Burung Indonesia Jakarta. Ia digambarkan sebagai tokoh yang berpandangan luas dan berlatar pendidikan luar negeri, dengan pengalaman yang luar biasa dan buah pikiran yang tidak hanya diperhitungkan di dalam negeri. Ia pun menjadi inspirasi bagi Mira. Berdasarkan analisis tokoh-tokoh dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple tersebut dapat disimpulkan bahwa novel ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
menyoroti perjalanan hidup satu tokoh, yaitu tokoh “Aku” atau tokoh Iwan yang sekaligus menjadi tokoh utama dalam novel ini. Beberapa tokoh yang terlibat berperan sebagai tokoh tambahan yang mendukung kisah perjalanan hidup tokoh utama sehingga tokoh-tokoh tambahan tersebut digambarkan memiliki kaitan dengan kehidupan tokoh utama. Selain itu, sebagian besar tokoh merupakan tokoh bulat karena penggambaran semua tokoh sangat detail sehingga terlihat berbagai sisi kehidupannya. Hal tersebut untuk memperjelas keterkaitan tokoh tambahan dengan kehidupan tokoh utama dan memberikan kesan bahwa tokoh utama mengenal baik terhadap tokoh-tokoh tambahan yang disebutkan dalam novel ini. Novel ini juga kurang membahas adanya pertentangan antar tokoh sehingga hampir sebagian tokoh berperan sebagai tokoh protagonis yang memihak pada tokoh utama. 4.1.2
Latar Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2005:216). Latar dapat dianalisis dalam tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. 4.1.2.1 Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra (Nurgiyantoro, 2007:227). Latar tempat pada novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple mengambil latar tempat di tiga kota besar di Indonesia dan salah satu kota terbesar di Amerika. Keempat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
kota tersebut adalah Kota Malang, Kota Bogor, Kota Jakarta, dan Kota New York. Berikut latar tempat yang ada dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple. 1.
Malang Latar kota Malang menjadi latar tempat dimana Iwan dan keluarganya
tinggal. Berikut penggambaran beberapa tempat yang menjadi latar tempat di saat Iwan tinggal di kampung halamannya tersebut. a. Kota Batu, Malang Kota Batu di Malang merupakan latar tempat dimana Iwan dan keluarganya tinggal. Selain itu, Kota ini juga menjadi tempat Bapaknya mencari nafkah. Udara Kota Batu sangat dingin daripada kota lain di Jawa Timur. Cuaca demikian membuat udara kota ini terasa segar setiap harinya, namun kondisi tersebut sering membuat Iwan batuk di malam. Tidak banyak angkutan umum di Kota Batu pada saat Bapak Iwan masih menjadi kenek angkot sehingga tidak ada jalur angkot khusus saat itu. Hal ini tercermin dalam kutipan-kutipan berikut. (92)
Tak banyak kenangan indah masa kecilku di Batu, Malang. Tak banyak warna-warni yang muncul dari masa kecilku, dan tak banyak tawa yang bisa kuingat. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 8).
(93)
Sering juga pada malam hari, aku terbangun, terbatuk-batuk karena dinginnya Kota Batu. Ibu selalu bangun membuatkan kopi panas untukku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 9).
(94)
Ia akhirnya mengunjungi rumahku di bawah kaki Gunung Paderman. Menginjakkan kaki kembali di Kota Batu, selalu memberi napas baru yang menyegarkan. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 200).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
(95)
Kerjaan menyopir ini memberi dia segalanya. Dengan pekerjaan ini, Bapak membawa kami ke perjalanan ke depan, bersama debu-debu jalanan, bersama polusi, bersama semilir angin Kota Batu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 26).
(96)
Tidak ada jalur angkot khusus saat itu. Mereka bisa mengambil jalur Batu-Malang, Batu Pujon, atau Batu-Punten, tergantung ke mana kebanyakan penumpang saat itu. Pukul empat sore, ketika Kota Batu sudah mulai sepi, mereka kembali ke rumah. Bapakku mengantongi 5 rupiah sebagai upah kenek. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 25).
Berdasarkan kutipan (92), (93), (94), (95), dan (96) dapat dijelaskan bahwa Kota Batu adalah kota tempat tinggal Iwan dan keluarganya serta merupakan tempat Bapaknya mencari nafkah. b. Rumah Keluarga Iwan Rumah ini merupakan rumah tempat tinggal Iwan dan keluarganya yang beranggotakan tujuh orang. Rumah kecil ini didiskripsikan berukuran kecil dan memiliki ruangan yang terbatas sehingga Iwan dan saudaranya harus berbagi ruangan. Situasi tersebut yang membuat Iwan memiliki cita-cita sederhana memiliki kamar sendiri. Setiap hari, Iwan dan saudara-saudaranya mengepel lantai rumah ini tiga kali sehari. Kondisi rumah ini telah membuat Iwan dan saudara-saudaranya belajar untuk selalu berbagi satu sama lain. Hal ini tercermin dalam kutipan (97), (98) dan (99) berikut. (97)
Di rumah mungil berukuran 6x7 meter dan hampir tak berhalaman ini, kami bertujuh berbagi dua kamar tidur, satu ruang tamu kecil, satu dapur, dan satu kamar mandi. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 8).
(98)
Di rumah mungil inilah cita-cita sederhana pertamaku mulai bersemi. Mempunyai sebuah kamar tidur sendiri, di lantai dua. Di atas dapur. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 7).
(99)
Meskipun rumah kecil ini bukanlah rumah yang indah, kami selalu mencintainya. Kami selalu menjaga kebersihannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
Sedikitnya, kami mengepel lantai tiga kali sehari. Kakakku bahkan menemukan teknik tersendiri untuk mengepel lantai rumah ini dan dia selalu meyakinkan kami melakukan teknik itu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 16). Berdasarkan kutipan (97), (98), dan (99) dapat didiskripsikan bahwa rumah tinggal Iwan dan keluarganya kecil dan sederhana namun dijaga kebersihannya. c. Ruang Tamu Ruang tamu merupakan tempat berkumpul keluarga Iwan dan terkadang menjadi tempat berkumpul tetangga dan saudara-saudaranya untuk menonton TV bersama. Ruang ini merupakan ruangan yang paling besar dirumahnya sehingga berbagai aktivitas, seperti bermain, menonton TV, dan belajar dilakukan di ruangan ini. Terkadang kedatangan tetangga dan kerabat tersebut mengganggu aktivitas
yang akan
dilakukan
Iwan dan
saudara-saudaranya
sehingga
menimbulkan kemarahan di hati mereka. Berikut kutipan (100) dan (101) yang memberikan gambaran latar ruang tamu. (100) Di ruang tamu ini lima bersaudara berkumpul, bercerita, bertengkar, bercanda, dan berbagi kepahitan hidup tanpa katakata. Di ruang tamu ini aku mengenal dan mencintai keempat saudara perempuan dan orangtuaku. Di ruang tamu ini kami bisa melihat rumah bertingkat tetangga dengan ruang tamu yang lebih besar, lantai bertegel, dan pagar yang bagus. Di ruang tamu ini kami membaca, menulis, menangis, dan tumbuh bersama. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 8). (101) Kadang ruang tamu ini begitu penuh ketika kami kedatangan tetangga dan saudara-saudara dekat untuk menonton TV bersama. Aku salah satu yang paling galak dan suka sekali melototi tamu-tamu itu agar mereka tidak betah dan cepat pulang. Rumah kami begitu kecil dan aku merasa mereka mengambil ruang bermainku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 13-14).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
d. Polresta Malang dan Kompleks Penjara Lowokwaru Malang Polresta Malang dan Komplek Penjara Lowokwaru Malang adalah tempat Bapak Iwan pernah ditahan karena menabrak orang saat mengendarai angkotnya. Berikut kutipannya. (102) Sebelum sidang dimulai, bapak mendekam sebagai tahanan di Polresta Malang selama seminggu. Tak ada uang angkot, Ibu harus menjual piring, baju bekas, atau mencari pinjaman ke sana-sini. Setelah sidang, Bapak masuk sel di Kompleks Penjara Lowokwaru Malang. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 27). e. Terminal Batu Terminal Batu adalah salah satu tempat yang digunakan Bapak Iwan dan Pak Ucup mencari penumpang oplet hijaunya dulu. Berikut kutipannya. (103) Setelah sarapan dengan Pak Ucup di warung jalanan, mereka mulai mencari penumpang di terminal Batu dengan oplet hijau merek Dodge tahun 1938 yang sebagian bodinya terbuat dari kayu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 25). f.
SD Ngaglik 1 SD Ngaglik 1 adalah tempat Iwan, Rini, dan Mira mengenyam sekolah dasar.
SD Ngaglik adalah salah satu SD negeri di Kota Batu. Berikut kutipannya. (104) Rini menjadi adik kelasku di SD Ngaglik 1… . (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 50). (105) Seperti saudara-saudara yang lain, Mira juga memasuki sekolah-sekolah negeri, dari SD Ngaglik I, SMPN I, dan SMAN I Batu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 56). g. SMP Negeri Batu Di masa SMP Iwan pertama kalinya berteman dengan siswa-siswa dari latar belakang keluarga mampu dari segi perekonomian. Hal tersebut membuat Iwan dihinggapi rasa kurang percaya diri. Selain itu semakin ketatnya persaingan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
prestasi karena tempat ia sekolah merupakan SMP favorit yang terdiri dari siswasiswa berprestasi. Hal tersebut membuat Iwan bertambah dewasa dan semakin meningkatkan waktu belajar. Berikut kutipannya. (106) Masa SMP adalah masa ketika aku merasa semain “kecil”. Aku ingin menjadi besar. Di sini aku mulai melihat keragaman teman-temanku dari berbagai sudut Kota Batu, aku melihat kompetisi yang baru, aku mulai melihat hidupku dari sisi yang berbeda, yang lebih dewasa. Mereka yang masuk SMP negeri ini adalah mereka yang kepintarannya di atas rata-rata, meerka yang sanggup membayar biaya sekolah yang tidak murah (untuk ukuran kami). Ada beberapa teman yang mempunyai latar belakang sama denganku, tapi bisa dihitung jari. Di sini aku merasa „kecil”, dan pada waktu yang sama, aku merasa api mulai memasuki tubuh kecilku. ….Aku belajar dengan tekun, mungkin lebih daripada teman-temanku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 69). h. SMAN 1 Batu Iwan dan semua saudaranya mengenyam pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Batu ini. Isa, kakak tertua Iwan mengalami penyakit asma yang paling parah saat duduk di sekolah SMAN I Batu. Namun meskipun demikian, Isa mampu mempertahankan prestasinya. Tidak hanya Isa yang mampu sekolah di SMA 1 Batu, namun Inan pun sekolah di SMA negeri satu-satunya di Kota Batu ini. Inan menjadi siswa yang aktif berorganisasi kegiatan sekolah saat di SMAN 1 Batu. Begitu pula dengan Iwan, ia mulai mengenal jati dirinya dan bertemu dengan Yani yang memperkenalkan dia dengan dunia teater ketika sekolah di SMAN 1 Batu. Sosok Yani menjadi salah satu sosok yang Iwan kagumi. Berikut kutipannya. (107) Memasuki SMAN 1, satu-satunya SMA negeri di Kota Batu, kakakku bisa mempertahankan prestasinya di tengah-tengah penyakit asma yang semakin parah. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 39).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
(108) Setelah lulus dari SMPN 1, Mbak Inan yang rajin mengaji ini melanjutkan sekolah di SMAN 1 Batu. Disamping bisa mempertahankan prestasi akademiknya, Mbak Inan juga aktif di OSIS dan mengikuti kegiatan teater. Sebagai adiknya, aku mengikuti jejaknya. Aku juga aktif di teater setelah memasuki SMA. Di teater ini kami mulai melihat pemandangan yang lebih luas daripada pemandangan dari jendela rumah kami. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 46). (109) Aku memakai seragam putih abu-abu di SMAN I Batu dan mulai mengenal diriku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 74). (110) Rini berhasil masuk SMPN 2 dan kemudian meneruskan ke SMA Negeri 1 Batu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 50). (111) Seperti saudara-saudara yang lain, Mira juga memasuki sekolah-sekolah negeri, dari SD Ngaglik I, SMPN I, dan SMAN I Batu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 56). 2. Bogor a. Kos Tegal Mangga Tegal Mangga adalah tempat kos kakak kelas Iwan yang bernama Imam. Iwan dan temannya, Teguh tinggal sementara di kos tersebut karena belum mendapatkan kos sendiri. Selain itu di Tegal Mangga ini juga Iwan yaitu Imam tinggal. Berikut kutipannya. (112)
Aku bersama Teguh, salah satu teman yang lolos PMDK menginap di tempat Mas Imam untuk sementara waktu sebelum mendapat kos sendiri. Mas Imam tinggal di daerah Tegal Mangga, sebuah kampung di tengah-tengah Bogor yang penuh sesak dengan rumah kos, mahasiswa-mahasiswa daerah yang hidup dengan keprihatinan dan penduduk lokal Tegal Mangga. Kampus IPB Baranangsiang sendiri bisa ditempuh kira-kira sepuluh menit dengan berjalan kaki dari tempat ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 96).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
b. Kos di Daerah Bapeund Kos di Daerah Bapeund ini adalah kos yang berhasil didapat Iwan dan Teguh untuk tinggal selama kuliah di IPB. Kos ini digambarkan sederhana dan berada ditengah-tengah kampung yang padat. Berikut kutipan yang menggambarkan kos di Daerah Bapeund. (113) Setelah berkeliling seputar kampus Baranangsiang, aku dan Teguh ke kos di daerah Bapeund di belakang terminal Baranangsiang. Sebuah rumah kos sederhana yang berlantai keramik tua dan cukup bersih, di tengah-tengah kampung yang sangat padat, di sepanjang aliran Sungai Ciliwung. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 102). c. IPB IPB atau Institut Pertanian Bogor adalah institut tempat Iwan dan Mira mengenyam kuliah. Di IPB ini, Iwan diterima di jurusan Statistika dan Mira di jurusan Kedokteran. Jurusan Statistika merupakan salah satu jurusan favorit dan sekaligus jurusan yang menakutkan di IPB. Jurusan ini hanya menampung 40 sampai 50 mahasiswa dan merupakan jurusan Statistika terbaik di Indonesia sehingga
mempunyai
standar
yang
sangat
tinggi
dalam
penerimaan
mahasisiwanya. Tak heran jika persaingan antar mahasiswa sangat tinggi. Berikut kutipannya. (114) Dengan kerja keras, aku selalu bertahan di ranking tiga besar dari kelas 1 sampai kelas 3 dan aku juga berhasil lolos mendapatkan PMDK di Institut Pertanian Bogor Jurusan Statistika. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 85-86). (115) Prestasi Mira di SD dan SMP selalu di atas rata-rata dan memperlihatkan prestasi yang menonjol ketika ia memasuki bangku SMA. Dengan prestasi ini, ia berhasil lolos PMDK dan masuk jurusan Kedokteran Hewan di IPB. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 56).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
(116) Jurusan Statistika saat itu adalah salah satu jurusan favorit di IPB yang juga jurusan paling menakutkan. Jurusan yang hanya menerima sekitar 40 sampai 50 mahasiswa per tahun ini merupakan jurusan Statistika terbaik di Indonesia dan mempunyai standar sangat tinggi dalam penerimaan mahasiswanya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 102). 3.
Jakarta Perkantoran di Jalan Jenderal Sudirman Perkantoran di Jalan Jenderal Sudirman merupakan kawasan bisnis di
Jakarta. Iwan melihat tempat ini pertama kalinya saat berkeliling kota Jakarta dengan bus kota. Ia langsung terpesona dengan pemandangan yang ia lihat di tempat itu. Iwan melihat gedung-gedung bertingkat dan para professional muda dengan penampilan rapi. Pada akhirnya Iwan pun dapat bekerja di salah satu perusahaan pengelolahan data yang terdapat di Jalan Jenderal Sudirman ini. (117) Ingatanku justru tak bisa terlepas dari pemandangan gedunggedung bertingkat sekitar Jalan Jenderal Sudirman, di sepanjang perjalanan bus kota dari Rawasari ke Blok M. Pusat bisnis di Jakarta ini terlihat megah. Beberapa profesional muda dengan rambut rapi, berdasi, membawa tas kerja sedang berjalan di sekitar gedung-gedung sungguh pemandangan yang tak pernah aku lihat langsung sebelumnya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 133). (118) Memasuki kantor Nielsen adalah pengalaman pertama kalinya aku memasuki perkantoran di jalan Sudirman, juga pertama kalinya aku memasuki sebuah kantor “executive”. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 152). 4. New York a. Studio kecil di Sullivan Street, SoHo, Manhattan. Studio kecil di Sullivan, SoHo, Manhattan adalah tempat tinggal Iwan saat di New York dan menjadi tempat untuk meluangkan waktu sendirian. Hal ini tercermin dalam kutipan berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
(119) Dari beberapa apartemen yang pernah aku tempati di New York, akhirnya aku menemukan tempat yang paling nyaman, sebuah studio kecil di Sullivan Street, SoHo, Manhattan. Disinilah, aku bisa menyebutnya rumah keduaku. Di tengah keramaian SoHo, di antara butik-butik mewah, apartemen-aperteman tua yang masih gagah da legan, ratusan restoran, bar, atau kafe yang selau sibuk aku banyak meluangkan waktu sendirian di studio ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 11). b.
Studio Jivamukti Yoga Studio Jivamukti Yoga adalah tempat Iwan rehab dari kepenatan bekerja saat
Di New York dan tempat pertama kali Iwan bertemu Audrey. Berikut kutipannya. (120) Meditasi di akhir kelas memberikan istirahat yang dalam buat jiwaku. Kelasnya selalu penuh. Yoga mat berjajar, berimpitan di dalam studio yang bisa memuat kurang-lebih 65 orang itu. Kelas sore itu berjalan seperti biasa, hingga mataku menangkap kesejukan di mata Audrey. Our eyes met and talked. Perhatianku ke kelas yoga pecah, aku tak bisa lagi mengikuti kelas sepenuhnya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 79). c.
Kantor Nielsen di New York Rekan kerja Iwan di New York memiliki tradisi memberikan kejutan kepada
setiap rekan kerja yang berulang tahun. Suatu hari, Iwan berulang tahun dan ia mendapatkan kejutan di meeting room. Berikut kutipannya. (121) Keesokan harinya, beberapa teman di kantor memberikan kejutan. Ketika makan siang tiba, aku dipanggil ke sebuah meeting room. Semua rekan kerja sudah berkumpul dan menyanyikan lagu Happy Birthday ketika aku membuka pintu. Beberapa macam pizza, termasuk tomato basil mozzarella pizza kesukaanku, sebuah chocolate cake, kartu ulang tahun gift certificate juga menantiku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 123). Latar tempat yang disebutkan dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple sangat banyak karena digambarkan tokoh utama sangat senang travelling. Secara garis besar perjalanan hidup tokoh utama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
mengambil latar tempat di Kota Malang, Kota Bogor, Kota Jakarta, dan Kota New York. Keempat kota tersebut merupakan kota besar dan memiliki ciri khas tersendiri sehingga pendeskripsian keempat kota tersebut sangat berbeda. Selain itu, tokoh utama digambarkan sebagai tokoh dari keluarga kurang mampu sehingga untuk mendukung kondisi tersebut, latar tempat mengambil tempattempat yang biasa dihuni masyarakat kelas menengah ke bawah yang terdapat dalam keempat kota tersebut. 4.1.2.2 Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 2007: 230). Peristiwa yang diceritakan dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple adalah peristiwa lampau yang diceritakan kembali (flashback). Latar waktu dalam novel 9 Summers 10 Autumns: dari Kota Apel ke The Big Apple dimulai saat pengarang menceritakan riwayat singkat kelahiran Bapak Abdul Hasim pada tahun 1948 dan berakhir saat pengarang menceritakan kepulangan Iwan dari New York pada tahun 2009. Berikut beberapa peristiwa yang menunjukkan adanya latar waktu dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple. Abdul Hasim sebagai Bapak Iwan lahir tahun 1948. Abdul Hasim awalnya menjadi kenek angkot namun sejak tahun 1969 ia memiliki Surat Izin Mengemudi sehingga mulai menjadi sopir angkot. Ia berhenti menjadi sopir angkot pada tahun 2005. Berikut kutipan yang menggambarkan riwayat Bapak Iwan. (122) Bapakku, Abdul Hasim, hanya mengingat tahun kelahirannya, 1948.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 23). (123) Sayangnya, Bapak harus putus sekolah karena tidak ada biaya. Ia hanya mengecap pendidikan sampai kelas 2 SMP dan memutuskan untuk bekerja penuh sebagai kenek angkot bersama Pak Ucup. Ia memulai harinya sekitar jam 6 pagi. Setelah sarapan dengan Pak Ucup di warung jalanan, mereka mulai mencari penumpang di terminal Batu dengan oplet hijau merek Dodge tahun 1938 yang sebagian bodinya terbuat dari kayu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 25). (124) Tahun 1969, setelah empat-lima tahun menjadi kenek, Bapak mendapatkan Surat Izin Mengemudi dan memulai kerja baru sebagai sopir angkot. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 26). (125) Bapak tumbuh bersama asap jalanan sampai tahun 2005, sepanjang 36 tahun. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 26). Abdul Hasim menikah dengan Ngatinah. Ia berselisih umur lima tahun dengan istrinya tersebut karena Ngatinah lahir pada tahun 1953. Abdul Hasim dan Ngatinah menikah pada tahun 1970. Mereka mulai membangun rumah enam tahun setelah mereka menikah, yaitu pada tahun 1976. Berikut kutipan yang menceritakan riwayat anggota keluarga Iwan. (126) Ibu yang lahir dan dibesarkan di Batu, 10 Mei 1953 tidak pernah merantau keluar kota. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm.30-31). (127) Cinta bersemi selama 6 bulan di Pasar Batu dan mereka menikah pada tahun 1970. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 33). (128)
Rumah ini dibangun pada tahun 1976, di atas tanah seluas 7 x 6 meter, seharga Rp 40.000. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 35).
Orang tua Iwan memiliki lima anak, empat perempuan dan satu laki-laki. Mereka lahir dalam jarak yang cukup dekat. Hal ini terlihat pada tahun lahir mereka yang berselisih sekitar satu sampai dua tahun saja. Hanya anak terakhir
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
yang memiliki jarak lebih dari dua tahun dari kakaknya. Iwan merupakan anak ketiga dan tidak diceritakan pada tahun berapa ia lahir. Namun jika dilihat tahun lahir kakak keduanya yang lahir tahun 1972 dan adik pertamanya lahir pada tahun 1976 dapat dipastikan Iwan lahir tahun 1974 atau 1975. Berikut kutipannya. (129) Kakak pertamaku, Siti Aisyah, lahir 1 Maret 1971 adalah pembuka jalan. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 39). (130) Ia bernama Rohani, lahir 16 Agustus 1972 di Batu juga. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 43). (131) Di hatiku, ada tempat khusus untuk adikku ini, Rini Agustina yang lahir 8 Agustus 1976. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 49). (132) Kehadiran Mira, 10 Mei 1981, adalah sebuah kado, sebuah boneka untuk kami. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 55). Iwan dan saudara-saudaranya merupakan siswa-siswi berprestasi. Mereka selalu lolos menjadi siswa di sekolahan negeri favorit di Kota Batu dan ranking yang mereka dapat di kelas selalu tinggi. Tidak banyak latar waktu yang diungkapkan pengarang untuk memperjelas perjalanan hidup dan pendidikan saudara-saudara Iwan karena novel ini lebih menyoroti tentang kehidupan Iwan. Kesuksesan karier Iwan dimulai saat Iwan berhasil masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk jurusan Statistika. Ia mampu kuliah dan tinggal di Bogor setelah Bapaknya menjual angkot yang biasa digunakannya untuk bekerja. Iwan akhirnya berangkat ke Bogor pada Jumat pagi dengan di antarkan oleh beberapa temannya di SMA. Hanya salah satu kakaknya yang mewakili pihak keluarga mengantar Iwan. Iwan dan kedua temannya yang lulus PMDK tiba di Bogor keesokan harinya. Berikut kutipannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
(133) Setelah Bapak menjual mobil angkot untuk biaya kuliahku, beberapa sahabat SMA mengantar kepergianku ke Bogor pada Jumat pagi itu, di terminal bus Lorena Malang. Hanya Mbak Inan dari keluargaku yang mengantar saat itu. Dengan bawaan seadanya, aku dan dua temanku yang juga lulus PMDK di IPB tiba di Bogor keesokan harinya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 96). Pada tahun 1997 Iwan lulus dari bangku kuliah dan dimulailah perjalanan karirnya. Pada suatu malam, ia makan di warung makan dan bertemu salah satu kakak tingkat yang bernama Dindin. Dindin menceritakan pekerjaannya di Nielsen Jakarta dan Iwan pun menitipkan surat lamaran pekerjaan kepadanya. Akhirnya ia diterima di perusahaan itu, lima hari sebelum wisuda. Berikut kutipannya. (134) 4 Oktober 1997 adalah salah satu hari yang paling indah dan paling menyentuh dalam hidupku. Sebuah perayaan hidup, sebuah kemenangan. Orangtua dan kakak pertamaku, Mbak Isa, datang ke Bogor untuk menghadiri wisudaku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 148). (135) Malam itu, Mas Dindin, menunjukkan jalan besar yang tak aku sadari. Ia bercerita tentang pekerjaannya di perusahaan multinasional itu dan seluk-beluk data processing executive. Malam itu juga, aku memberikan surat lamaran pekerjaan kepadanya, meskipun lowongan untuk posisi seperti dia belum tentu ada. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 152). (136) Pada suatu pagi, aku mendapatkan pesan dari bapak kos ada telepon dari Nielsen Jakarta untuk wawancara kerja. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 152) (137) Akhirnya berita datang. Beberapa minggu sebelum wisuda, Jalan Sudirman memanggilku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 197). Kerja keras Iwan di Nielsen Jakarta membuat salah satu rekan kerjanya yang bekerja di New York menawari pekerjaan di sana. Ia berhasil tes interview dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
akhirnya bekerja di Nielsen, New York pada tahun 2000. Berikut kutipan perjalanan karier Iwan. (138) Ini telepon interview pertama yang pernah aku lakukan. Karena perbedaan waktu 2 jam antara New York dan Jakarta, kami memutuskan untuk melakukannya di pagi hari waktu Jakarta. Pada hari Selasa itu, sekitar jam 7 pagi, sebelum AC diaktifkan, aku sudah menunggu telepon dari New York di meja kerjaku yang terbuka. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 188). (139) Pagi itu, 1 Oktober 2000, sekitar pukul sepuluh pagi setelah lebih dari 20 jam, pesawatku mendarat di John F. Kennedy Airport, New York. Sebelum mendarat di salah satu bandara tersibuk di dunia ini, aku terperangah melihat pemandangan New York dari udara. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 197). Kerja keras Iwan selama bekerja di New York membuahkan hasil yang luar biasa. Lima tahun setelah bekerja di New York, ia dipromosikan menjadi Senior Manager, Operations Nielsen Consumer Reasearch New York. Prestasinya terus meningkat hingga delapan tahun bekerja di New York atau tepatnya tahun 2008, Iwan dipromosikan lagi ke jabatan yang lebih tinggi yaitu menjadi Director Internal Client Management. Suatu jabatan yang tidak pernah terlintas di impian Iwan selama ini. Berikut kutipan yang menggambarkan karir Iwan di New York. (140) Barusan aku dipromosikan menjadi Senior manager, Operations Nielsen Consumer Research New York! Nggak menyangka sama sekali sama sekali, setelah lima tahun di New York, dengan berbekal ijazah lokal, aku bisa meraih posisi ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 113). (141) Anakmu ini dipromosikan jadi Director Internal Client management. Opo iku? Entar aku telpon jelaskan. Pokoke iki gede Buk. Aku diberikan kepercayaan yang lebih besar di kantor ini. Setelah 8 tahun di New York, Buk, setelah ingin pulang tiap tahunnya, promosi ini lebih dari mimpiku, mungkin lebih dari mimpi kita semua digabungkan jadi satu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 164).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
Iwan memutuskan berhenti bekerja di New York untuk kembali ke kampung halamannya di Batu pada tahun 2009. Suatu keputusan yang berani karena ia belum lama menikmati puncak kariernya di New York. Iwan akhirnya membulatkan tekad untuk keluar dari Nielsen New York demi kerinduannya dengan orang tua, saudara dan kampung halamannya. Berikut kutipannya. (142) New York City, Januari 2009. Dengan pertimbangan yang berat, dengan kerinduan akan rumah kecilku yang selalu muntah dalam setiap langkah melalui jalanan di New York, dengan keberanian yang luar biasa, aku memutuskan berhenti dari Nielsen. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 195). Latar waktu dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple memiliki rentang waktu penceritaan yang cukup lama, tahun 1948 sampai 2009 karena novel ini menceritakan perjalanan hidup dua generasi yaitu perjalanan hidup orang tua Iwan dan perjalanan hidup dirinya bersama saudarasaudaranya. 4.1.2.3 Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2007:233). Cerita pada novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple selain terdapat keberagaman latar tempat juga terdapat keberagaman latar sosial.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
Keluarga Iwan berasal dan tinggal di Kota Batu Malang, Jawa Timur. Orang tua Iwan, saudara orang tuanya, dan leluhurnya digambarkan masih percaya dengan mitos Jawa dan prinsip hidup yang masih kolot. Hal ini terlihat dalam beberapa kutipan dibawah ini. (143) Jika tamu duduk berlama-lama, Ibu akan mengambil cobek dan menggosok-gosokkan ulekannya di pintu dapur. Menurut dia dan kepercayaan Jawa, hal itu akan membantu mengusir tamu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 13) (144) Bapak Ngatemun adalah bekas polisi yang pernah ikut berlayar sampai ke Mekah, tapi harus meninggalkan pekerjaannya karena Mbok Pah, mertuanya menginginkan dia tinggal di Batu, mengikuti prinsip “mangan ora mangan sing penting kumpul”. Bapak Ngatemun yang sangat pendiam ini akhirnya memilih menjadi penjual jam tangan bekas di Pasar Batu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 31). Prinsip hidup yang kolot tersebut juga telah mempengaruhi kehidupan orang tua Iwan di masa muda. Mereka enggan mengadu nasib di luar Kota Batu. Sedangkan Kota Batu tidak menjanjikan banyak pekerjaan yang layak. Pada umumnya masyarakat dan keluarga Iwan tergolong masyarakat kelas bawah. Hal ini dapat dilihat dari penggambaran cerita yang menyebutkan sebagian besar kerabat Iwan dan masyarakat sekitarnya bekerja sebagai sopir angkot, buruh pabrik, dan lain sebagainya. Sangat sedikit pekerjaan layak di Kota Batu hingga membuat Iwan dan teman-temannya di masa kecil tidak memiliki inspirasi mengenai jenis pekerjaan lain untuk dijadikan cita-cita di masa kecil. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut. (145) Ibu yang lahir dan dibesarkan di Batu, 10 Mei 1953 tidak pernah merantau keluar kota. Ia anak pertama dari tujuh bersaudara yang juga tidak pernah merantau jauh dari Kota Batu. Dua adiknya meninggal dunia pada usia 40-an, meninggalkan anak-anak dan istri mereka di kaki Gunung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
Panderman. Kehidupan dan rantai ketidakberuntungan membunuh mereka. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 31). (146) Semua saudara laki-laki ibuku menjadi sopir, bapakku seorang sopir, banyak sekali tetanggaku yang menjadi sopir, buruh pabrik, pedagang di pasar sayur. Hanya sedikit yang menjadi polisi atau pegawai negeri. Bagaimana aku akan membantu menafkahi keluargaku nantinya? Pernah tetanggaku bertanya apa cita-citaku, dan aku menjawab ingin jadi hansip. Tertawalah orang-orang disekitarku. Aku pikir hansip adalah militer juga. Aku tak ingin menjadi presiden saat itu karena semua anak kecil lainnya bercita-cita menjadi presiden, wakil presiden, atau menteri, hanya karena tidak ada inspirasi di sekitar mereka! Inspirasi di sekitar begitu kecil tapi begitu dekat, seakan-akan aku akan terlahir menjadi sopir. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 62). Tradisi untuk tidak merantau jauh dari keluarga juga memberikan dampak terhadap cara pandang Abdul Hasim terhadap pekerjaan yang layak. Cara pandangnya menjadi lebih sempit. Baginya menjadi sopir angkot sudah merupakan pekerjaan yang bagus saat itu. Selain itu kerasnya persaingan sesama sopir angkot di jalanan telah membuat sikap bapaknya berubah menjadi lebih temperamental. Berikut kutipan yang mencerminkan cara pandang Abdul Hasim dan perubahan sikapnya. (147) Menurut bapak, sopir adalah pekerjaan yang sangat bagus pada saat itu. Cita-cita tinggi hanya menjadi angan-angan. Kerjaan menyopir ini memberi dia segalanya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 26). (148) Jutaan kilometer yang ia lalui tak hanya mengubah warna kulitnya menjadi legam, di perjalanan panjang itu pula hatinya tergores dan terpolusi. Bapak menjadi seseorang yang temperamental. Ia sempat berkenalan dengan minuman keras untuk memberi ruang pada rasa penatnya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 27). Lingkungan yang seperti itu sempat membuat Iwan takut jika kelak ia juga akan bernasib sama seperti bapaknya. Menghabiskan hidup menjadi sopir
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
angkot. Hal itu membuat Iwan mulai giat belajar agar dapat memperbaiki taraf hidup keluarga terutama karena ia adalah anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga. Berikut kutipannya. (149) Memasuki SMP, aku merasa semakin dekat dengan “tantangan” bahwa seorang laki-laki, apalagi anak laki-laki satu-satunya, harus bisa mandiri dan kelak bisa membantu nafkah keluarga. … Dengan keterbatasan itu pula, aku meyakinkan diri bahwa harus “bermain” serius dengan buku-bukuku, dengan otakku. Aku tak bisa melihat diriku melalui jalan yang ditempuh bapakku, jalanan yang mengubah warna kulit dan hatinya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 68). Iwan dan saudara-saudaranya semasa kecil tidak pernah meminta perayaan ulang tahun pada orang tua mereka. Mereka menyadari kondisi perekonomian keluarga sehingga mereka berpandangan bahwa perayaan ulang tahun adalah sesuatu yang mewah dan tidak penting. Berikut kutipannya. (150) Di bawah atap rumah kecil ini, kami tak pernah merayakan ulang tahun, tak ada acara tiup lilin, balon warna-warni atau kue tart berhiaskan angka ulang tahun. Kami tak pernah minta perayaan ulang tahun, kami bahkan sering tak ingat ulang tahun satu sama lain ataupun ulang taun sendiri. Ritual ulang tahun saat itu adalah luxury yang tak penting. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 125). Prinsip “ mangan ora mangan sing penting kumpul” tidak berlaku di masa muda Iwan karena orang tuanya mengizinkan ia kuliah di Bogor, tepatnya di IPB. Ketika Iwan kuliah di IPB, ia sempat mengalami keputusasaan karena temanteman kuliahnya memiliki latar belakang prestasi yang lebih tinggi darinya serta persaingan kuliah yang sangat ketat. Namun dalam persaingan yang ketat tersebut, teman-teman kuliah dan lingkungan kosnya juga telah mengubah Iwan menjadi sosok yang lebih rajin beribadah. berikut kutipannya. (151) Aku mungkin salah satu siswa terbaik di Batu, tapi di sini aku menjadi sangat “kecil” di tengah siswa berprestasi lainnya:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
siswa teladan nasional, finalis olimpiade matematika internasional, juara karya ilmiah nasional, dan sederet prestasi panjang lainnya. Aku pernah bilang kepada Ibu, jika aku gagal di sini, aku akan menabung dan mengembalikan semua uang biaya kuliah.” Coba dulu, belajar yang rajin, jangan takut”sebuah nasihat sederhana dan bijaksana dari Ibu yang meyakinkan diriku bahwa menjalani proses adalaha menjalankannya sekarang. Saat itu, dengan kerja keras dan melepaskan ketakuatan akan hasil yang didapat. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 103). (152) Di kampus hijau ini nilai-nilai keagamaan dipegang begitu kuat, begitu dalam, begitu baru di depan mataku, yangtidak disiplin menjalankan ritual keagamaan sebelumnya. Aku sempat terkejut melihat tempat duduk yang terpisah antara mahasiswa laki-lai dan perempuan, pengajian harian di tempat kos, rutinnya salat Tahajud, membaca Alquran setelah salat Magrib sembari menunggu Isya, banyaknya organisasi mahasiswa Islam atau Kristen yang tak perna aku ketahui sebelumnya, mahasiswa dengan celana di atas mata kaki, jenggot panjang, atau banyaknya mahasiswi berjilbab. Pengetahuan agama dan praktik keseharianku yang sangat minim, menempatkan aku menjadi sebuah pencilan di kampus ini. Aku belajar salat lebih dalam. Aku menghafalkan ayat-ayat baru, menggali artinya, bahkan mengulas sedikit sejarahnya. Mas Mul mengajariku mengaji selepas Subuh atau Magrib. Aku mulai pergi ke mesjid untuk salat berjamaah dan mengikuti beberapa pengajian di kos maupun di kampus. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 110). Kondisi lingkungan yang sangat berbeda dari kampung halamannya, sedikit demi sedikit mengubah kebiasaan dan cara pandang Iwan. Ketika Iwan masih tinggal bersama keluarganya di Batu, ia dan saudara-saudaranya sering melewatkan hari ulang tahun mereka dan menganggap perayaan ulang tahun adalah hal yang terlalu mewah dan tidak penting. Namun sejak Iwan kuliah di IPB ada perbedaan cara pandang dalam diri Iwan mengenai arti hari ulang tahun. Ia mulai memiliki kebiasaan menanti tanggal kelahirannya. Ia merayakannya dengan kesederhanaan, yaitu melakukan perenungan diri dan makan di tempat makan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
favoritnya atau terkadang teman kuliahnya memberikan kejutan ulang tahun dengan makan bersama di tempat makan sederhana. Berikut kutipannya. (153) Semenjak pindah ke Bogor, aku mempunyai kebiasaan baru. Aku selalu menanti tanggal kelahiranku dan “merayakannya”. Masih tanpa acara tiup lilin, tanpa balon warna-warni ataupun kue tart berhiaskan angka ulang tahun. Aku selalu menghabiskan malam ulang tahun bersama diriku, bersama malam dan warna-warni perenungan… . Aku biasanya keluar sekitar jam Sembilan malam, makan di tempat favoritku (sebagai kado kecil) dan berjalan kaki di sekitar kampus atau Kebun Raya Bogor. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 126). (154) Keesokan harinya, kadang ada teman-teman iseng merayakan ulang tahunku, makan-makan di warung di kampus atau KFC. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 127). Akhirnya dalam waktu kurang dari empat tahun, Iwan dapat lulus dari IPB. Setelah lulus kuliah, Iwan berhasil bekerja di salah satu perusahaan yang terletak di Jalan Sudirman seperti yang pernah ia impikan. Pendidikan tinggi, rekan-rekan kerja yang profesional, dan tempat kerjanya yang terletak di kota besar telah meningkatkan gaya hidup Iwan. Cara hidup, cara berinteraksi, dan cara pandang Iwan menjadi lebih dewasa dan modern.
Berikut kutipan yang
menggambarkan hal tersebut. (155) Di perusahaan multinasional ini, aku mulai melihat dunia luar. Aku mulai berinteraksi dengan rekan-rekan kerja kantor Nielsen di luar negeri, seperti Malaysia, Hong Kong dan Singapura. Aku mulai menyegarkan bahasa Inggrisku kembali, mempelajari bagaimana menulis e-mail yang cerdas dan bagaimana berkomunikasi lewat telepon “This is Iwan! How are you doing today?”. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 75). (156) Sebagai seseorang yang baru memulai karier di Jakarta dan tinggal di daerah Tanah Abang, aku merasakan Jakarta tidak bersahabat tapi dinamikanya telah mematangkan jiwa mudaku, memunculkan “laki-laki” di diriku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 172).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
Perubahan hidup Iwan semakin terlihat ketika ia diterima bekerja di perusahan besar di New York, Amerika. Pada awalnya, Iwan mengalami permasalahan dalam beradaptasi di lingkungan barunya tersebut. Selain itu ia juga dilanda krisis percaya diri saat harus masuk dalam kelas sosial yang lebih tinggi karena mengingat ia dulu anak sopir angkot. Hal ini terlihat dari kutipan berikut. (157) Aku selalu berperang dengan diriku, selalu berat memilih antara kesendirian atau hiruk pikuk kehidupan NYC; seperti perayaan ulang tahun, nongkrong di bar, piknik di Central Park, brunch bersama pada hari Minggu, pesta kecil di apartemen teman atau makan malam bersama di restoran favorit pada akhir pekan. Aku telah terbiasa sendiri dalam hidupku, belasan tahun. And let me also tell you, dear reader. Aku sebenarnya tak percaya diri untuk berkumpul dengan orang-orang di New York. anda kini telah tahu semua, bagaimana masa laluku. Tak mudah bagi anak seorang sopir angkot untuk masuk ke dalam kelas sosial yang lebih tinggi, jauh lebih tinggi. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 106). Sedikit demi sedikit Iwan mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kebiasaan rekan-rekan kerjanya di New York. Ia mulai menghadiri berbagai acara dan tempat-tempat yang biasa didatangi kelompok sosial kelas atas. Cara memperingati hari ulang tahunnya pun tidak sesederhana dulu lagi. Rekan-rekan kerja Iwan mampu merayakannya dengan berbagai makanan lezat sebagai kejutan ulang tahunnya. Ia pun tidak sungkan mentraktir teman-temannya di restoran mahal. Berikut kutipan yang menggambarkan kehidupan Iwan di New York. (158) Selalu ada pertarungan besar di hatiku! Kadang aku paksakan juga untuk bergabung ke dalam kegiatan sosial ini. Karena kesendirian yang dalam, akan membunuh, pada akhirnya. Malam itu kami bertemu di Meat Packing District untuk makan malam. Canda tawa, makanan lezat, minuman yang menggoda, dan NYC crowd yang stylish menghiasi malam. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 107).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
(159) Keesokan harinya, beberapa teman di kantor memberikan kejutan. Ketika makan siang tiba, aku dipanggil ke sebuah meeting room. Semua rekan kerja sudah berkumpul dan menyanyikan lagu Happy Birthday ketika aku membuka pintu. Beberapa macam pizza, termasuk tomato basil mozzarella pizza kesukaanku, sebuah chocolate cake, kartu ulang tahun beserta gift certificate juga menantiku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 123). (160) Seperti tahun-tahun sebelumnya, sudah menjadi tradisi kami merayakan ulang tahun bersama. Siapa yang berulang tahun, dia yang mentraktir. Dan yang ditraktir biasanya membawa kado. Beda sekali dengan budaya Amerika, yang ditraktir adalah yang berulang tahun. Kai ini, aku mengajak mereka makan malam di restoran Italia di daerah Meat Packing District, pilihan Ms. Social, Indira. Aku juga mentraktir beberapa teman dekat di kantor. Ada rezeki tambahan saat itu, sekalian syukuran. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 124). New York merupakan salah satu kota bisnis di Amerika sehingga sebagian besar masyarakatnya merupakan pekerja kantor yang selalu sibuk. Hal tersebut yang membuat kelas-kelas yoga di New York selalu ramai didatangi para pencari ketenangan. Yoga menjadi salah satu gaya hidup masyarakat New York untuk menyeimbangkan pikiran. Kegiatan yoga ini pun juga menjadi gaya hidup Iwan selama di New York. Berikut kutipannya. (161) Jivamukti Yoga seperti tempat rehab bagiku, rumah spiritualku, tempat pencucian kotoran hidup, pemurnian diri. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 30). Setelah beberapa lama tinggal di New York, kepercayaan diri Iwan semakin tumbuh. Ia mulai memberanikan diri mendekati wanita. Wanita tersebut bernama Audrey. Audrey didiskripsikan sebagai wanita muda namun matang dalam karier dan berwawasan luas sehingga ia tidak mempermasalahkan perbedaan agama di antara mereka. Pada akhirnya, hubungan mereka mengalami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
kendala karena orang tua Audrey tidak menginginkan hubungan mereka berlanjut dan mereka memilih berteman. Berikut kutipannya. (162) Namanya, mari kita sebut saja Audrey. Ia bukan orang Indonesia. Ia dibesarkan di Connecticut dan bekerja di salah satu accounting and consulting firm ternama di dunia. Usianya tiga tahun lebih muda dariku tapi kariernya sudah matang. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 78). (163) Setelah saling bertukar beberapa e-mail siang itu, keesokan harinya, seperti tak mau menunda lagi, aku bertemu dengan Audrey seusai yoga. Kami berbincang selama berjam-jam tentang hidupnya, yoga, dan spirituality di Blue Ribbon, restoran Jepang favoritnya di West Village. Sangat mudah untuk terus menggulirkan bola perbincangan dengannya. This is quite a connection, pikirku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 81). (164) “I Know it’s not problem for both of us to have different religion,” katanya di sepanjang perjalanan pulang dari kelas yoga. Ada kegelisahan yang dalam di wajahnya. “My parents has been asking me,” lanjutnya. “I can totally understand them,” kataku singkat, tak mampu melanjutkan perbincangan. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 81-82). Melalui latar sosial ini dapat terlihat bahwa perubahan tempat tinggal dan masyarakat sekitar memberikan perubahan-perubahan sikap, cara pandang, dan gaya hidup dari tokoh utama, yaitu tokoh Iwan. 4.1.3
Alur Alur
dapat
diartikan
sebagai
struktur
peristiwa-peristiwa
yaitu
sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 113). Alur dalam buku yang berjudul Teori Pengkajian Fiksi (Nurgiyantoro, 1995: 153-162) dapat dibedakan menjadi empat jenis. Pertama, alur ditinjau berdasarkan urutan waktu dibagi menjadi alur maju (progresif), alur mundur (regresif), dan alur campuran. Kedua, alur berdasarkan kriteria jumlah dapat dibedakan menjadi alur tunggal dan alur sub-subplot. Ketiga, alur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
berdasarkan kepadatan dapat dikategorikan menjadi alur padat dan alur longgar. Keempat, alur berdasarkan kriteria isi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu alur peruntungan dan alur tokohan. Alur dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan ini jika dilihat berdasarkan urutan waktu, menggunakan alur campuran karena cerita yang disajikan pengarang tidak semua diceritakan secara mundur namun juga diselingi alur maju didalamnya. Novel ini menceritakan dua sisi kehidupan tokoh Iwan, yaitu kehidupan Iwan saat bekerja di New York dan kehidupan Iwan saat tinggal bersama keluarganya di Batu. Kehidupan Iwan di New York diceritakan dengan alur mundur dengan diawali peristiwa-peristiwa selama Iwan di New York kemudian dilanjutkan dengan perjuangannya hingga dapat bekerja di New York. Saat menceritakan kehidupan Iwan bersama keluarganya di Batu, pengarang menceritakan dengan alur maju karena diawali dengan menceritakan riwayat hidup orangtua Iwan kemudian dilanjutkan dengan riwayat hidup saudara-saudaranya dan Iwan dari kecil hingga memiliki keluarga. (165) Siang itu, 4 Juli 2001, sekitar pukul dua. Mungkin semuanya akan berakhir, sebelum aku bisa membangun kepingan hidup di sini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 2). (166) Tak banyak kenangan indah dari masa kecilku di Batu, Malang. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 8). Kutipan (165) adalah cerita pembukaan novel ini yang menceritakan pengalaman pertama yang dirasakan Iwan saat di New York. Sedangkan kutipan (166) adalah awal dari penceritaan riwayat kehidupan keluarga Iwan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
Jika dilihat berdasarkan kriteria jumlah, novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple menggunakan alur sub-subplot karena terdapat lebih dari seorang tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan, dan konflik yang dihadapi. Novel ini tidak hanya menceritakan riwayat hidup tokoh Iwan sebagai tokoh utama namun juga menceritakan semua anggota keluarga Iwan sebagai pendukung cerita tokoh utama. Berikut kutipan yang menandai bahwa novel novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple menggunakan alur sub-subplot. (167) Aku pun menguatkan diri bercerita tentang Ibu walau sedikit khawatir jika cerita ini terlalu muram untuknya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 30). (168) Duduk di TKS, salah satu tempat nongkrong umum di Times Square, sambil melihat-lihat kegagahan New York di malam hari itu, aku bercerita tentang kakak pertamaku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 38). Kutipan (167) adalah saat tokoh Iwan menceritakan riwayat singkat kehidupan Ibunya. Kutipan (168) merupakan permulaan dari penceritaan kehidupan kakak pertama Iwan. Berdasarkan kedua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa novel ini tidak menceritakan riwayat satu tokoh saja. Novel ini jika dilihat berdasarkan kepadatannya, menggunakan alur padat karena pengarang menyajikan banyak peristiwa dalam cerita ini sehingga pergantian setiap peristiwa menuju peristiwa berikutnya terjadi dengan cepat. Semua peristiwa dan tokoh yang terlibat dalam novel ini berkaitan dengan kehidupan tokoh utama. Berikut kutipan yang membuktikan banyak peristiwa yang diceritakan dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
(169) Lembaran kenangan pun melayang, menelusuri hidup bapakku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 23). (170) Aku pun menguatkan diri bercerita tentang Ibu walau sedikit khawatir jika cerita ini terlalu muram untuknya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 30). (171) Duduk di TKS, salah satu tempat nongkrong umum di Times Square, sambil melihat-lihat kegagahan New York di malam hari itu, aku bercerita tentang kakak pertamaku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 38). (172) Tiba-tiba aku terkenang kakak keduaku yang menyukai puisi dan sastra. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 43). (173) Akhirnya, kutuliskan saja sebuah cerita tentang adikku, untuknya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 49). Kutipan (169), (170) (171), (172), dan (173) adalah kutipan saat Iwan memulai menceritakan satu persatu kehidupan anggota keluarganya. Selain itu, kehidupan kerabat dan teman-teman Iwan juga diceritakan secara singkat di novel ini. Setiap penceritaan tokoh-tokoh tersebut memunculkan peristiwa-peristiwa tersendiri namun tetap membangun keutuhan cerita utama yaitu cerita kehidupan tokoh Iwan sebagai tokoh sentral dalam novel ini. Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple jika dilihat berdasarkan kriteria isi, menggunakan alur peruntungan karena cerita utama dalam novel ini mengungkapkan nasib, peruntungan, yang menimpa tokoh utama cerita. Novel ini menceritakan proses keberhasilan yang mampu diraih tokoh utama melalui usaha dan kerja kerasnya. Berikut beberapa kutipan yang menunjukkan keberhasilan tokoh utama. (174) Dengan kerja keras, aku selalu bertahan di ranking tiga besar dari kelas 1 sampai kelas 3 dan aku juga berhasil lolos mendapatkan PMDK di Institut Pertanian Bogor Jurusan Statistika.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 85-86). (175) Akhirnya berita datang. Beberapa minggu sebelum wisuda, jalan Sudirman memanggilku. Aku kembali merasakan tetesan air hujan di kepalaku, di depan rumah kecilku bersama Bapak tercinta. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 164-165). (176) Barusan aku dipromosikan menjadi Senior Manager, Operations Nielsen Consumer Research New York! Nggak menyangka sama sekali, setelah lima tahun di New York, dengan berbekal ijazah lokal, aku bisa meraih posisi ini. Siapa sangka, anak sopir bisa hidup di New York dan mendapatkan penghargaan seperti ini. Ini lebih dari mimpiku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 113). Kutipan (174) merupakan kutipan yang menceritakan keberhasilan Iwan lolos PMDK di IPB jurusan Statistika. Kutipan (175) adalah gambaran peristiwa ketika Iwan diterima bekerja di salah satu perusahaan yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta. Kutipan (176) merupakan bukti kesuksesan karier Iwan, yaitu menjadi Senior Manager perusahaan Nielsen New York. Dari beberapa kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa cerita dalam novel ini lebih banyak mengungkapkan nasib, peruntungan yang menimpa tokoh utama cerita. Dari berbagai alur yang digunakan, alur peruntungan sangat dominan digunakan karena pengarang ingin menekankan pada keberhasilan tokoh utama. Hal tersebut dilakukan pengarang karena novel ini bertujuan memberikan suatu bukti bahwa kemiskinan tidak menghalangi seseorang untuk mendapatkan kesuksesan sehingga diharapkan para pembaca terinspirasi oleh kisah Iwan tersebut . 4.1.4
Tema Tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya
sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko & Rahmanto dalam Nurgiyantoro, 2007:68). Tema pokok dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan yaitu Pendidikan. Tema khususnya adalah “Perjuangan memperoleh pendidikan di dalam keterbatasan ekonomi untuk taraf hidup yang lebih baik”. Hal ini didasarkan pada kutipan berikut. (177) Perjuangan keluargaku bagaikan sesuatu yang tak mungkin dilakukan. Seorang sopir truk dengan dua anak kuliah, di Bogor dan di Malang, dua anak lagi masih di SMA dan SMP! Gelombang semakin besar, tapi pelayaran kami tak berhenti. Kami terus maju, kami terus memberanikan diri, karena berdiam hanya menunggu badai. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 99). (178) Dengan keterbatasan itu pula, aku meyakinkan diri bahwa harus “bermain” serius dengan buku-bukuku, dengan otakku. Aku tak bisa melihat diriku melalui jalan yang ditempuh bapakku, jalanan yang mengubah warna kulit dan hatinya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 68). Kutipan (177) menunjukkan perjuangan orang tua Iwan yang begitu berat dalam membiayai pendidikan kelima anaknya namun mereka terus berusaha memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak mereka tanpa harus menunggu bantuan orang lain. Kutipan (178) memberikan gambaran tentang salah satu alasan Iwan rajin belajar karena ia tidak ingin mengikuti jejak bapaknya menjadi sopir angkot. Hal tersebut menjadi motivasi awal bagi Iwan untuk terus berprestasi di sekolahnya. Tema novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple yaitu “Perjuangan memperoleh pendidikan di dalam keterbatasan ekonomi untuk taraf hidup yang lebih baik”. Berdasarkan tema tersebut dapat dilihat adanya upaya dari pengarang untuk menyakinkan pembaca bahwa pendidikan tidak hanya membuat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
seseorang bertambah pintar namun juga memberikan jalan untuk mengubah taraf hidup menjadi lebih baik. Hal itu yang memperkuat alasan pengarang mengajak pembaca untuk berjuang memperoleh pendidikan melalui kisah dalam novel ini. 4.1.5
Bahasa Peranan bahasa dalam karya sastra adalah sebagai sarana penyampaian
karya sastra itu sendiri dan sebagai tanda untuk mengenali lingkungan sosial dan waktu bahasa yang digunakan oleh karya sastra itu hidup dan berlaku. Bahasa yang digunakan dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple terdiri dari beberapa bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Jawa namun bahasa yang paling dominan digunakan adalah bahasa Indonesia. Selain itu, terdapat beberapa puisi di dalam novel ini baik puisi Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris. Berikut kutipannya yang menggambarkan adanya penggunaan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Jawa serta puisi Bahasa Indonesia dan puisi Bahasa Inggris dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. (179) Karena aku sering batuk-batuk pada malam hari, Bapak membuatkan ranjang bambu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 9). (180) “How? I have only seen you two days ago. Where have you been before?” aku taruh pizza di tanganku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 7). (181) Aku teringat kalimat yang aku sampaikan ke Ibu suatu hari karena keputusasaanku, “Buk, aku kesel, mlarat terus” –Ibu, aku capek, miskin terus. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 115). (182) And I’m going On an ill wind That carries me Here and there, Like a
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
Dead leaf (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 82). (183)
Sepi. Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencekung punda Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 53).
4.2 Masalah Kemiskinan Salah satu klasifikasi masalah sosiologi sastra menurut Wellek dan Warren adalah sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri. Permasalahan tersebut bertujuan membahas sejauh mana sastra dianggap sebagai mencerminkan keadaan masyarakat. Dalam hal ini Iwan Setyawan selaku pengarang novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple berusaha menampilkan keadaan sosial keluarganya dan sebagaian besar masyarakat Kota Batu saat ia masih kecil. Apa yang Iwan ceritakan dalam novel ini berusaha menggambarkan kondisi keluarga Iwan dan masyarakat Kota Batu pada tempo dulu yang cenderung berada dalam kondisi keterbatasan perekonomian dan keterbatasan lapangan pekerjaan sehingga keluarga Iwan dan beberapa masyarakat sekitarnya mengalami masalah kemiskinan. Masalah kemiskinan itu sendiri sebenarnya merupakan salah satu masalah sosial. Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok itu (Soekanto, 2002:365).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
4.2.1 Faktor Penyebab Kemiskinan Masalah kemiskinan dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor individu, faktor sub-budaya, faktor struktural, dan faktor keluarga. 4.2.1.1 Faktor Individu Faktor individu terlihat dari perjalanan hidup keluarga Iwan terutama dilihat dari sisi hidup sang Ayah selaku kepala keluarga dan pencari nafkah. Sosok Bapak dalam novel ini digambarkan sebagai seorang yang memiliki cara pandang yang sempit terhadap pengertian pekerjaan yang layak karena adanya sikap pesimis untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari menjadi sopir angkot. Kemudian adanya sikap ceroboh dari bapaknya tersebut sehingga kurang berhati-hati saat bekerja dan mengakibatkannya masuk penjara karena menabrak pengendara vespa. Peristiwa ini membuat keluarga Iwan sejenak tidak memiliki sumber pendapatan karena ibunya hanya menjadi ibu rumah tangga dan terpaksa sang ibu menggadaikan barang-barang berharga dirumah untuk bertahan hidup. Selain itu, bapak Iwan terkadang muncul sifat mudah putus asa dan sayangnya keputusasaan tersebut dilampiaskan ke hal yang kurang baik yaitu minum minuman keras. Alhasil mengurangi pendapatannya sebagai sopir angkot berkurang.
Berikut kutipannya. (184) Menurut bapak, sopir adalah pekerjaan yang sangat bagus pada saat itu. Cita-cita tinggi hanya menjadi angan-angan. Kerjaan menyopir ini memberi dia segalanya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 26). (185) Dalam perjalanan itu, ia sempat mendekam di penjara selama sebulan karena menabrak dua orang yang sedang mengendarai Vespa. Beruntung tidak ada nyawa yang terenggut atau cedera yang menyebabkan cacat seumur hidup, tapi Bapak tak mampu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
membiayai mereka yang harus masuk rumah sakit untuk beberapa hari… . Ibu dengan ketegarannya menghidupi dirinya, Mbak Isa, dan bayi di kandungannya dengan menjual atau menggadaikan barang-barang yang tersisa di rumah. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 26). (186) Bapak menjadi seseorang yang temperamental. Ia sempat berkenalan dengan minum-minuman keras untuk memberi ruang pada rasa penatnya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 27). 4.2.1.2 Faktor Sub-budaya Faktor sub-budaya dapat terlihat pada kisah Bapak Ngatemun, kakek Iwan. Ia seharusnya memiliki pekerjaan yang bagus, yaitu menjadi polisi. Prinsip keluarga “mangan ora mangan sing penting kumpul” kurang memihak pada pekerjaan tersebut. Ia memilih menjadi penjual jam tangan bekas. Secara tidak langsung prinsip keluarga tersebut menjadi penyebab awal keluarga Iwan tidak dapat keluar dari kemiskinan. Berikut kutipannya. (187) Bapak Ngatemun adalah bekas polisi yang pernah ikut berlayar sampai ke Mekah, tapi harus meninggalkan pekerjaannya karena Mbok Pah, mertuanya menginginkan dia tinggal di Batu, mengikuti prinsip “ mangan ora mangan sing penting kumpul”. Bapak Ngatemun yang sangat pendiam ini akhirnya memilih menjadi penjual jam tangan bekas di Pasar Batu. (9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 31). Masyarakat Kota Batu pada saat itu sebagian besar tidak pernah merantau. Mereka tidak mencoba menemukan pekerjaan yang lebih baik di luar kota karena prinsip mangan ora mangan sing penting kumpul sudah menjadi tradisi. Hal ini membuat masyarakat Kota Batu sulit berkembang dalam perekonomiannya. 4.2.1.3 Faktor Struktural Sosial Selain itu faktor struktur sosial juga menjadi masalah kemiskinan berikutnya. Kota Batu tidak begitu banyak tersedia pekerjaan yang menjanjikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
Hampir semua masyarakat kota Batu pada saat itu hanya memiliki pekerjaan kecil dengan penghasilan rendah, seperti sopir angkot dan buruh. Berikut kutipannya. (188) Semua saudara laki-laki ibuku menjadi sopir, bapakku seorang sopir, banyak sekali tetanggaku yang menjadi sopir, buruh pabrik, pedagang di pasar sayur. Hanya sedikit yang menjadi polisi atau pegawai negeri. Bagaimana aku akan membantu menafkahi keluargaku nantinya? (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 62). Hal ini yang menandakan struktur sosial di Kota Batu saat itu tidak ada pembaharuan dari segi lapangan pekerjaan. Struktur sosial di kota tersebut sudah menjadikan pekerjaan sopir angkot, buruh, dan pedagang sebagai profesi turuntemurun dan membudaya. Profesi ini pun tidak luput ditanamkan oleh bapak Iwan kepada anaknya, Iwan. 4.2.1.4 Faktor Keluarga Faktor pendidikan keluarga yang menjadi penyebab terjadinya kemiskinan terlihat dari cara Iwan menjelaskan cita-citanya di masa kecil. Ketika kecil ia menganggap pekerjaan hansip sama dengan militer. Begitu pula dengan temantemannya yang memilih bercita-cita menjadi presiden, wakil presiden, atau menteri karena tidak ada jenis pekerjaan lainnya yang mereka ketahui. Itu membuktikan bahwa orang tua dan lingkungan kurang memberikan bekal pengetahuan tentang jenis-jenis pekerjaan yang menghasilkan pendapatan tinggi selain jenis pekerjaan yang Iwan dan teman-temannya lihat di lingkungannya. Berikut kutipannya. (189) Pernah tetanggaku bertanya apa cita-citaku, dan aku menjawab ingin jadi hansip. Tertawalah orang-orang disekitarku. Aku pikir hansip adalah militer juga. Aku tak ingin menjadi presiden saat itu karena semua anak kecil lainnya bercita-cita menjadi presiden, wakil presiden, atau menteri, hanya karena tidak ada inspirasi di sekitar mereka! Inspirasi di sekitar begitu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
kecil tapi begitu dekat, seakan-akan aku akan terlahir menjadi sopir. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 62). Latar belakang pendidikan orang tua Iwan tidak begitu baik. Mereka tidak memiliki pendidikan tinggi sehingga keterampilan kerja yang mereka miliki terbatas. Berikut kutipan (190) dan (191) yang mencerminkan riwayat singkat orang tua Iwan. (190) Sayangnya, bapak harus putus sekolah karena tidak ada ada biaya. Ia hanya mengecap pendidikan sampai kelas 2 SMP dan memutuskan untuk bekerja penuh sebagai kenek angkot bersama Pak Ucup. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 25). (191) Ibu tidak bisa menyelesaikan sekolahnya di SD Taman Siswa Batu karena penyakit gatalnya ketika memasuki ujian akhir. (9 Summers10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 33). 4.2.2 Dampak Masalah Kemiskinan Bagi Keluarga Iwan Berbagai faktor penyebab kemiskinan di atas memberikan dampak yang sangat komplek bagi keluarga Iwan. Beberapa diantaranya adalah kesulitan dalam mencukupi kebutuhan primer, seperti : sandang, papan, pangan, dan pendidikan. Selain kebutuhan primer, Iwan dan saudara-saudaranya memiliki kesulitan untuk mengikuti pergaulan teman-temannya saat itu karena keterbatasan uang yang mereka miliki. Mereka terpaksa membantu perekonomian keluarga dengan bekerja di salah satu kerajinan boneka milik tetangganya. Berikut kutipannya. (192) Ibu yang tahu barang apa yang harus digadaikan untuk membeli sepatu baru untuk anaknya dan mengatur pembayaran uang sekolah kami. Ibulah yang membelah satu telur dadar untuk dua atau tiga orang. Ibulah yang selalu menyembunyikan tempe goreng supaya tidak dihabiskan salah satu anaknya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 33-34). (193) Di rumah mungil berukuran 6x7 meter dan hampir tak berhalaman ini, kami bertujuh berbagi dua kamar tidur, satu ruang tamu kecil, satu dapur, dan satu kamar mandi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 8). (194) Pada saat Lebaran, Ibu selalu bertarung untuk membelikan baju baru untuk kami. Inilah pengeluaran “termewah” untuk anakanaknya, dan dia selalu mencari pilihan terbaik sesuai dengan uang yang ada. Pernah, dia baru membelikan baju baru untukku setelah salat Ied, itu pun setelah mendapat pinjaman uang. Sementara, aku sendiri dengan teganya, bahkan sampai menangis, meminta baju baru jauh sebelum Lebaran. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 34). (195) Pada saat Mbak Inan memasuki Universitas Brawijaya, kami telah menjual sebagian dari tanah warisan Bapak di Yogya ke Lek Tukeri. Kami sengaja tidak menjual semua tanah warisan yang tak seberapa luas ini karena ingin mempunyai sesuatu untuk dikenang di Yogya. Kami kemudian menjadikan sebagian tanah warisan ini sebagai jaminan utang lainnya ke Lek Tukeri. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 115). (196) Sering kali aku harus tinggal di rumah ketika teman-teman mengajak berenang di Pemandian Songgoriti atau Selecta. Demikian juga kakak-kakakku. Mereka harus lebih banyak tinggal di rumah ketika teman-teman mengajak nonton bioskop, makan-makan di luar atau pergi jalan-jalan ke Kota Malang. Kami juga sering tidak hadir di undangan pesta ulang tahun karena malu, tidak bisa membawa kado… . Selain “berteman” dengan buku-buku pelajaran, aku dan saudarasaudaraku juga mulai menggunakan tangan-tangan kecil kami untuk membantu meringkankan beban keluarga: untuk uang jajan sekolah, membeli cwie mie di pasar Plastik atau ikut menonton bioskop bersama teman-teman sekolah. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm.70). Kutipan (192) menceritakan cara Ibu Iwan mencukupi kebutuhan makanan anak-anaknya secara adil. Kutipan (193) mendeskripsikan kondisi tempat tinggal Iwan dan keluarganya saat Iwan masih sekolah dulu. Pakaian baru di saat Lebaran merupakan suatu barang mewah di keluarga Iwan karena Ibunya terkadang harus meminjam uang terlebih dahulu untuk membelikan mereka pakaian baru. Hal tersebut tercermin di dalam kutipan (194). Kutipan (195) menggambarkan pemenuhan pendidikan Iwan dan saudara-saudaranya perlu perjuangan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
sangat berat karena harus menggadaikan tanah warisan Bapaknya untuk mencukupi biaya kuliah mereka. Begitu banyak pengeluaran keluarga yang harus dibiayai orang tua mereka sehingga Iwan dan saudara-saudaranya berinisiatif bekerja untuk mendapatkan uang jajan, uang untuk berjalan-jalan dengan temanteman mereka atau membeli perlengkapan sekolah yang belum mampu dibelikan orang tua mereka. Hal ini terlihat pada kutipan (196). Masalah kemiskinan ini tidak semuanya memberikan dampak yang negatif namun ada sisi positifnya. Iwan menjadi lebih bersemangat dalam belajar karena ia ingin mengubah kondisi keluarganya tersebut. Penderitaan hidup tersebut membuatnya terpacu untuk selalu bekerja semaksimal mungkin. Selain itu Masalah kemiskinan dalam keluarganya juga menumbuhkan rasa prihatin dan mendidik Iwan hidup sederhana. Pada akhirnya Perjuangan orang tua Iwan dalam memberikan pendidikan yang tinggi
kepada anak-anak mereka membuahkan
hasil. Berkat pendidikan tersebut, Iwan dan saudara-saudaranya dapat memperoleh pekerjaan dengan pendapatan tinggi. Akhirnya Iwan dan saudarasaudaranya mampu merentaskan keluarga mereka dari kemiskinan. Orang tua mereka tidak perlu bekerja keras lagi di hari tua mereka. Disinilah peran besar tokoh Iwan terlihat dalam mengubah kondisi perekonomian keluarga mereka menjadi lebih baik. Berikut kutipan yang menggambarkan perjuangan Iwan. (197) Aku mencoba lebih prihatin, lebih irit. Aku ingin menyelesaikan kuliah secepatnya. Membantu kami dari kemiskinan ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 115). (198) Setiap akhir bulan, aku menyisihkan sedikit gajiku untuk rumah kecilku. Selain untuk orangtua, aku membuka tabungan untuk adik-adikku, Mira dan Rini, sehingga bisa langsung mengirimi mereka juga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm.171). (199) Senang sekali dapat telepon dari rumah dua minggu lalu dan dengar bahwa Bapak sudah tidak nyetir lagi, setelah 36 tahun. Semoga ia bisa menikmati masa tuanya di rumah dengan damai, mengurus cucu-cucunya dan kos-kosan yang telah kita bangun untuk masa pensiunnya. Hatiku benar-benar penuh mendengar berita ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm.113). 4.3 Hubungan antara Tokoh dan Penokohan, Latar, Alur, Tema, dan Bahasa dengan Masalah Kemiskinan dalam Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple Karya Iwan Setyawan 4.3.1 Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan Masalah Kemiskinan Tokoh dan penokohan memiliki hubungan yang sangat erat dengan masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple. Tokoh dalam hal ini keluarga Iwan merupakan tokoh yang diceritakan mengalami permasalahan kemiskinan sehingga gambaran hidup keluarga Iwan dideskripsikan sebagai keluarga yang tidak mampu dan sering mengalami masalah keuangan ketika harus mencukupi kebutuhan keluarga. Penokohan memberikan gambaran mengenai karakter setiap tokoh. Dalam hal ini karakter Bapak Iwan yang digambarkan mudah puas dengan apa yang ia peroleh membuatnya hanya mengandalkan penghasilan sopir angkot sebagai sumber pendapatannya. Selain itu sikap ceroboh dan mudah putus asanya juga memberikan dampak buruk bagi perekonomian keluarga. Dari beberapa karakter sang Bapak ini terlihat bahwa karakter tokoh menjadi salah satu penyebab timbulnya masalah kemiskinan. Berikut hubungan tokoh dan penokohan dengan timbulnya masalah kemiskinan. (200) Dalam perjalanan itu, ia sempat mendekam di penjara selama sebulan karena menabrak dua orang yang sedang mengendarai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
Vespa. Beruntung tidak ada nyawa yang terenggut atau cedera yang menyebabkan cacat seumur hidup, tapi Bapak tak mampu membiayai mereka yang harus masuk rumah sakit untuk beberapa hari… . Ibu dengan ketegarannya menghidupi dirinya, Mbak Isa, dan bayi di kandungannya dengan menjual atau menggadaikan barang-barang yang tersisa di rumah. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 26). (201) Bapak menjadi seseorang yang temperamental. Ia sempat berkenalan dengan minum-minuman keras untuk memberi ruang pada rasa penatnya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 27). 4.3.2 Hubungan Latar dengan Masalah Kemiskinan Latar tempat, latar waktu, dan latar sosial dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple memiliki hubungan dengan masalah kemiskinan yang terkandung di dalam novel tersebut terutama ketika latar tempat di Kota Batu. Kota Batu pada saat Iwan kecil, yaitu sekitar tahun 1970 an digambarkan sebagai daerah kurang maju dari segi sumber daya manusia dan cara berpikir masyarakatnya terlihat dari pendidikan orang tua Iwan yang rendah dan keluarga Iwan yang sebagian besar anggota keluarganya hanya bekerja menjadi sopir angkot. Selain itu latar tempat berada di Kota Batu di daerah Jawa Timur sehingga tradisi Jawa terutama prinsip hidupnya yang kolot masih berkembang, yaitu mangan ora mangan sing penting kumpul. Prinsip hidup dari tradisi Jawa ini membuat orang enggan merantau memperbaiki perekonomian. Hal ini cukup membuat Kota Batu lambat dalam perkembangannya dan menciptakan masalah kemiskinan pada saat itu. Berikut kutipannya. (202) Sayangnya, bapak harus putus sekolah karena tidak ada biaya. Ia hanya mengecap pendidikan sampai kelas 2 SMP dan memutuskan untuk bekerja penuh sebagai kenek angkot bersama Pak Ucup. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 25).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
(203) Semua saudara laki-laki ibuku menjadi sopir, bapakku seorang sopir, banyak sekali tetanggaku yang menjadi sopir, buruh pabrik, pedagang di pasar sayur. Hanya sedikit yang menjadi polisi atau pegawai negeri. Bagaimana aku akan membantu menafkahi keluargaku nantinya? (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 62). (204) Bapak Ngatemun adalah bekas polisi yang pernah ikut berlayar sampai ke Mekah, tapi harus meninggalkan pekerjaannya karena Mbok Pah, mertuanya menginginkan dia tinggal di Batu, mengikuti prinsip “mangan ora mangan sing penting kumpul”. Bapak Ngatemun yang sangat pendiam ini akhirnya memilih menjadi penjual jam tangan bekas di Pasar Batu. ( 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 31). 4.3.3 Hubungan Alur dengan Masalah Kemiskinan Alur adalah urutan peristiwa dalam cerita (novel). Urutan peristiwa tersebut membantu pembaca menangkap jalan cerita dalam novel tersebut. Dalam hal ini alur dan masalah kemiskinan berhubungan. Dengan adanya alur, pembaca dapat memahami runtutan penyebab timbulnya masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple dan cara penyelesaiannya. Alur yang baik juga membuat jalan cerita menjadi tidak terasa monoton. Dalam novel ini alur menggunakan alur campuran yang menceritakan perjalanan hidup keluarga Iwan saat masih hidup berkekurangan dan ketika Iwan telah sukses mengentaskan keluarganya dari kemiskinan tersebut. Kedua peristiwa tersebut disajikan secara bergantian sehingga pembaca tidak merasa jalan cerita disajikan secara monoton. 4.3.4 Hubungan Tema dengan Masalah Kemiskinan Tema adalah gagasan dasar yang menopang isi cerita dalam sebuah karya sastra. Tema dengan masalah kemiskinan yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple saling berhubungan karenamasalah kemiskinan merupakan masalah pokok dalam novel tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
sehingga permasalahan ini membangun tema novel. Tema novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple adalah “Perjuangan memperoleh pendidikan di dalam keterbatasan ekonomi untuk taraf hidup yang lebih baik”. Tokoh utama, yaitu Iwan merupakan tokoh yang mengalami permasalahan kemiskinan. Tokoh ini berusaha membebaskan diri dari kemiskinan dengan berjuang mendapatkan pendidikan yang tinggi supaya kelak mendapatkan pekerjaan yang layak dan dapat mengentaskan keluarganya dari permasalahan kemiskinan. Dalam novel ini diceritakan penyebab kemiskinan, dampak dari kemiskinan bagi keluarga Iwan, dan cara Iwan bersama keluarganya menangani permasalahan kemiskinan tersebut. Penjabaran tersebut pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan mengenai tema novel yaitu tentang masalah kemiskinan dan perjuangan memperoleh pendidikan. Berikut kutipan yang membuktikan masalah kemiskinan menjadi bagian dari tema. (205) Aku mencoba lebih prihatin, lebih irit. Aku ingin menyelesaikan kuliah secepatnya. Membantu kami dari kemiskinan ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 115). (206) Selain “berteman” dengan buku-buku pelajaran, aku dan saudara-saudaraku juga mulai menggunakan tangan-tangan kecil kami untuk membantu meringankan beban keluarga: untuk uang jajan sekolah, membeli alat-alat tulis, naik angkot, membeli cwie mie di Pasar Plastik atau ikut menonton bioskop bersama teman-teman sekolah. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 70). 4.3.5 Hubungan Bahasa dengan Masalah Kemiskinan Karya sastra seperti novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple bertujuan menyampaikan sesuatu terhadap pembaca, maka sesuatu tersebut dapat dikomunikasikan melalui bahasa. Bahasa dan masalah kemiskinan sangat berkaitan erat karena masalah kemiskinan merupakan masalah utama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
124
dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple dan bahasa sebagai alat penyampaiannya ke pembaca. Selain itu bahasa juga dapat memberikan penanda mengenai status sosial pembicara dan tingkat pendidikan yang ia miliki. Adanya suatu perubahan gaya bahasa yang dialami Iwan dari seorang yang tergolong kurang mampu menjadi seorang yang berada di kalangan masyarakat mampu. Hal ini terlihat ketika Iwan menceritakan pengalamannya dan keluarganya menghadapi kemiskinan di Kota Batu terdapat pencampuran bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa sehingga memperkuat kelas sosialnya saat itu. Ketika Iwan telah bekerja di New York dan masuk dalam masyarakat kelas atas terdapat bahasa Inggris dalam pencampurannya. Sehingga dalam novel ini menggunakan tiga bahasa meskipun bahasa Indonesia yang paling dominan penggunaannya. Berikut kutipan penggunaan ketiga bahasa tersebut. (207) Aku teringat kalimat yang aku sampaikan ke Ibu suatu hari karena keputusasaanku, “Buk, aku kesel, mlarat terus” –Ibu, aku capek, miskin terus. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 115). (208) Aku selalu berperang dengan diriku, selalu berat memilih antara kesendirian atau hiruk pikuk kehidupan NYC; seperti perayaan ulang tahun, nongkrong di bar, piknik di Central Park, brunch bersama pada hari Minggu, pesta kecil di apartemen teman atau makan malam bersama di restoran favorit pada akhir pekan. Aku telah terbiasa sendiri dalam hidupku, belasan tahun. And let me also tell you, dear reader. Aku sebenarnya tak percaya diri untuk berkumpul dengan orang-orang di New York. anda kini telah tahu semua, bagaimana masa laluku. Tak mudah bagi anak seorang sopir angkot untuk masuk ke dalam kelas sosial yang lebih tinggi, jauh lebih tinggi. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 106).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V IMPLEMENTASI HASIL ANALISIS NOVEL 9 SUMMERS 10 AUTUMNS: DARI KOTA APEL KE THE BIG APPLE KARYA IWAN SETYAWAN DALAM MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI, SEMESTER 1
Bab V ini merupakan pendeskripsian pengimplementasian hasil analisis novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple Karya Iwan Setyawan dalam pembelajaran Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA), semester 1. 5.1 Gambaran Ringkas Hasil Analisis Permasalahan sosial yang ditemukan dalam Bab IV adalah masalah kemiskinan yang terjadi di Kota Batu, Malang. Masalah kemiskinan menjadi permasalahan utama yang melatarbelakangi cerita novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan. Permasalahan tersebut mengambil latar tempat di Kota Batu, Malang sehingga dapat disimpulkan bahan penelitian diambil di Kota Batu, Malang. Masalah kemiskinan yang nampak dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan tercermin pada kondisi kehidupan keluarga Iwan. Masalah kemiskinan ini merupakan masalah kemiskinan struktural karena terjadi secara turun temurun dengan penyebab yang bermacam-macam. Beberapa penyebab kemiskinan tersebut yaitu faktor lingkungan, faktor pendidikan, dan faktor gaya hidup atau prinsip hidup. Faktor
125
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
lingkungan disebabkan karena keluarga Iwan tinggal di daerah yang sebagian besar masyarakatnya menjadikan pekerjaan sopir dan buruh sebagai pekerjaan favorit mereka. Hal ini yang membuat masyarakat, termasuk Bapak dari Iwan tidak berfikir tentang pekerjaan yang lebih baik lagi. Faktor pendidikan terlihat dari latar pendidikan orang tua Iwan yang tidak tinggi. Bapaknya hanya dapat mengenyam pendidikan sampai SMP dan hanya memiliki keterampilan menjadi sopir angkot. Ibunya tidak lulus SD dan hanya memiliki pengalaman sebaagai penjual baju bekas di pasar. Pendidikan yang rendah daan keterampilan terbatas ini membuat mereka sulit mendapatkan peluang pekerjaan yang lebih baik. Faktor gaya hidup atau prinsip hidup yang menyebabkan terjadinya kemiskinan nampak pada prinsip hidup yang dipegang leluhur Iwan, yaitu ―Mangan ora mangan sing penting kumpul‖. Prinsip ini yang membuat keluarga leluhur Iwan tidak dapat merantau ke luar kota padahal lapangan pekerjaan yang tersedia di kotanya tidak menjanjikan pendapatan yang tinggi. Prinsip ini pula yang membuat kakek Iwan berhenti menjadi polisi karena pekerjaan ini menuntutnya sering ke luar kota bahkan ke luar negeri. Kakeknya memutuskan hanya menjadi penjual jam tangan bekas di pasar agar tidak jauh dari keluarga. Penyebab-penyebab tersebutlah yang membuat keluarga Iwan secara turun-temurun selalu berada dalam lingkaran kemiskinan. Prinsip ―Mangan ora mangan sing penting kumpul‖ tidak dialami Iwan dan saudara-saudaranya. Hal tersebut terbukti dari kesediaan orang tua Iwan mengijinkan Iwan dan saudara-saudaranya kuliah di luar kota Batu dan bahkan Iwan mampu bekerja di New York sebagai manager di salah satu perusahaan pengelolaan data. Peristiwa ini merupakan suatu pencapaian terbesar dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
127
sejarah hidup keluarga Iwan. Dampak dari hal tersebut adalah terhentinya lingkaran kemiskinan di dalam keluarga Iwan. Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple merupakan kisah yang terinspirasi dari kisah nyata sang pengarang dan menjadi bukti bahwa pendidikan selain mencerdaskan juga mampu menjadi akses keluar dari kemiskinan jika dilakukan dengan tekat dan bekerja keras. 5.2 Potensi novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple Karya Iwan Setyawan sebagai Materi Pembelajaran Sastra di SMA Berbagai aspek pendidikan dapat diperoleh melalui pengajaran sastra; misalnya aspek pendidikan moral, keagamaan, kemasyarakatan, sosial, sikap, keindahan, kebahasaan dan sebagainya. Tetapi sesuai dengan hakikat sastra itu sendiri, ada dua tujuan pokok yang harus diusahakan dapat dicapai dengan pengajaran sastra tersebut, ialah dihasilkannya subyek didik yang memiliki apresiasi dan pengetahuan sastra yang memadai (Jabrohim, 1994:70). Rahmanto (1988:16) mengungkapkan pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran sastra penting diajarkan di sekolah karena memiliki banyak manfaat bagi siswa. Prinsip penting dalam pengajaran sastra adalah penyajian bahan pengajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa pada tahapan pengajaran tertentu. Dengan kata lain, pengajaran memerlukan pentahapan. Agar bahan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
128
pengajaran sesuai dengan tahap-tahap kemampuan siswa, maka bahan pengajaran harus diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesukaran dan kriteria-kriteria lainnya. Menurut Rusyana (1982:6) dalam pengajaran sastra, kita harus menyediakan kesempatan agar murid mengalami kegiatan membaca atau mendengarkan hasil sastra, dan mengalami kegiatan mengarang sehingga kita mendorong murid untuk berbuat kreatif, dan mendorong agar mereka mampu menikmati keindahan dalam kehidupannya. Pengajaran sastra berdasarkan KTSP diharapkan guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya. Dalam kaitannya dengan penyajian bahan pengajaran sastra, ada hal-hal yang perlu diperhatian agar pengajaran itu
mencapai hasil yang sebesar-besarnya.
Beberapa hal itu antara lain: (1) aspek psikologis, (2) aspek lingkungan, (3) aspek taraf kemampuan, dan (4) aspek bakat (Jabrohim, 1994:23). Aspek kematangan jiwa meliputi perkembangan psikologis pembelajar. Ada empat tahap perkembangan psikologis: (1) tahap pengkhayalan (8 sampai 9 tahun), (2) tahap romantik (10 sampai 12 tahun), (3) tahap realistik (13 sampai 16 tahun), dan (4) tahap generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya). Pembelajar SMA XI termasuk dalam tahap kematangan jiwa keempat, yaitu tahap generalisasi karena pada umumnya siswa kelas XI berusia 16-17 tahun. Anak-anak pada tahap ini sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Analisis ini membuat anak berusaha menemukan dan merumuskan penyebab
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
129
fenomena dan mengarah ke pemikiran filsafati untuk menentukan keputusankeputusan moral. Aspek lingkungan meliputi latar belakang kehidupan dan kebudayaan siswa. Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang-orang disekitar mereka. Karya sastra yang akan dijadikan bahan pengajaran harus disesuaikan dengan latar belakang kehidupan siswa agar mereka lebih mudah tertarik dan paham dengan karya sastra tersebut . Aspek taraf kemampuan siswa meliputi kemampuan daya pikir, kepekaan rasa estetik, dan juga kemampuan bahasa yang dimilikinya. Hal ini perlu dipertimbangkan mengingat masing-masing siswa mempunyai taraf kemampuan berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, karya sastra juga harus diperhatikan dari aspek kebahasaan, aspek isi karya sastra, dan tujuan dari karya sastra tersebut agar tidak bertentangan dengan taraf kemampuan siswa. Aspek bakat meliputi bakat-bakat yang dimiliki setiap siswa, khusus dalam hal ini bakat dalam kebahasaan dan kesastraan. Jika terdapat siswa yang memiliki bakat tulis-menulis maka pengajar harus pintar menghubungkan pengajaran sastra dengan bakat siswa tersebut. Berdasarkan kriteria tersebut di atas novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra Indonesia di SMA dengam pertimbangan sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a.
130
Aspek Kematangan Jiwa Ditinjau dari aspek kematangan jiwa, novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple relevan untuk materi pembelajaran sastra bagi peserta didik SMA. Peserta didik yang duduk di bangku SMA sudah termasuk dalam tahap generalisasi (usia 16 tahun ke atas) sehingga sudah selayaknya diajarkan tentang fenomena kehidupan atau realita hidup dan melatih mereka menentukan keputusan-keputusan bermoral berdasarkan fenomena tersebut. Hal ini sesuai dengan bobot cerita dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple. Cerita dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple memberikan pengajaran pada peserta didik tentang cara memecahkan permasalahan hidup secara bijak yaitu melalui dunia pendidikan. Berikut kutipan yang memberikan pendeskripsian salah satu masalah kemiskinan yang sering dihadapi masyarakat dan cara yang dilakukan tokoh untuk menghadapinya. (1)
Perjuangan keluargaku bagaikan sesuatu yang tak mungkin dilakukan. Seorang sopir truk dengan dua anak kuliah, di Bogor dan di Malang, dua anak lagi masih di SMA dan SMP! Gelombang semakin besar, tapi pelayaran kami tak berhenti. Kami terus maju, kami terus memberanikan diri, karena berdiam hanya menunggu badai. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 99).
(2)
Aku belajar dengan tekun, mungkin lebih daripada temantemanku. Aku lebih sering bangun pagi sekai dan belajar lebih lama. Tak jarang aku bangun sekitar jam satu pagi, di bawah lampu redup dan di tengah ketakutan akan hantu-hantu yang sering diceritakan orang-orang tua di sekitarku. Akyu melawan rasa kantuk dan rasa takut untuk belajar, untuk melawan rasa takut akan kegagalan. Aku memulai perjuangan untuk membebaskan rasa kecilku ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 69).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
131
Aspek lingkungan Ditinjau dari aspek lingkungan yaitu latar belakang kehidupan dan kebudayaan peserta didik, latar belakang cerita novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple relevan diajarkan untuk semua peserta didik SMA di Indonesia. Hal ini terlihat dari pemilihan latar tempat dan jenis profesi masyarakat dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya. Novel ini sebagian besar cerita mengambil latar tempat di Kota Batu, malang dan diceritakan bahwa masyarakat Kota Batu saat itu berprofesi sebagai sopir angkot, pedagang, dan pekerjaan kecil lainnya. Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple juga mengambil latar tempat di Amerika sehingga selain sesuai untuk materi pembelajaran sastra di SMA juga memberikan wawasan pengetahuan mengenai nama-nama tempat di Amerika dan beberapa kebudayaan masyarakat di sana. Berikut kutipan yang menggambarkan latar tempat Kota Batu, profesi masyarakat Kota Batu, dan latar tempat Amerika beserta beberapa kebudayaannya. (3)
Sering juga pada malam hari, aku terbangun, terbatuk-batuk karena dinginnya Kota batu. Ibu selalu bangun membuatkan kopi panas untukku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 9).
(4)
Semua saudara laki-laki ibuku menjadi sopir, bapakku seorang sopir, banyak sekali tetanggaku yang menjadi sopir, buruh pabrik, pedagang di pasar sayur. Hanya sedikit yang menjadi polisi atau pegawai negeri. Bagaimana aku akan membantu menafkahi keluargaku nantinya? (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 62).
(5)
Summer selalu ―membakar‖ New York City, membuat kota yang tak pernah tidur itu menjadi sebuah playground raksasa. Semuanya menjadi lebih hidup. Tempat-tempat perbelanjaan di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
132
sepanjang Fifth Avenue, Madison Avenue, SoHo ataupun Meat Packing District dipadati oleh New Yorker ataupun turis dari segala penjuru dunia, sibuk keluar-masuk butik, toko souvenir, restaurant, kafe, atau took buku. Panggung hiburan terbuka tersebar dari Battery Park sampai Herlem. Pemain musik jalanan menggelar konser kecil di subway station, taman-taman kota, sudut-sudut kota. Mereka memainkan jazz, acapella, hiphop, R&B, bahkan musik klasik. Rumput hijau di Great Lawn Central Park dipenuhi oleh mereka yang sedang sunbathing. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 128). c. Aspek Taraf Kemampuan Ditinjau dari aspek taraf kemampuan peserta didik, pengajar harus memperhatikan beberapa aspek dari novel yang harus dipenuhi untuk dijadikan materi pembelajaran sastra. Beberapa aspek tersebut meliputi aspek kebahasaan, aspek isi cerita novel, dan aspek tujuan atau pesan dari novel tersebut. Bahasa yang digunakan dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa lain yang digunakan yaitu bahasa Inggris dan bahasa Jawa. Kata-kata berbahasa Inggris yang digunakan dalam novel ini adalah kata-kata umum sehingga mudah diterjemahkan. Penggunaan bahasa Jawa sangat sedikit dan pengarang telah memberikan keterangan untuk menjelaskan arti bahasa Jawa tersebut. Berikut kutipan yang menggambarkan penggunaan bahasa dalam novel ini. (6)
Karena aku sering batuk-batuk pada malam hari, Bapak membuatkan ranjang bambu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 9).
(7)
―How? I have only seen you two days ago. Where have you been before?‖ aku taruh pizza di tanganku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 7).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
133
(8)
Aku teringat kalimat yang aku sampaikan ke Ibu suatu hari karena keputusasaanku, ―Buk, aku kesel, mlarat terus‖ –Ibu, aku capek, miskin terus. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 115). Isi cerita novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple merupakan perjalanan hidup tokoh Iwan dalam memperoleh pendidikan di tengah masalah kemiskinan yang dihadapi keluarganya sehingga isi cerita novel ini termasuk sesuai untuk materi pembelajaran satra karena mengandung nilai-nilai perjuangan hidup. Pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple juga sangat relevan untuk kehidupan kaum muda yang sedang menuntut ilmu. Berikut kutipan yang menggambarkan perjuangan memperoleh pendidikan dan pesan yang ingin disampaikan pengarang. (9)
Memasuki tingkat dua, aku harus membayar uang kuliah dan kos, bersamaan dengan Mmbayar Mbak Inan yang harus membayar uang kuliahnya juga. Kami mencoba apa pun yang kami bisa! Bapak bekerja lebih malam sebagai sopir truk, Mbak Isa menambah murid les privatnya, dan Ibu juga bekerja kecil-kecilan. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 114). (10) ―Coba dulu, belajar yang rajin, jangan takut‖—sebuah nasihat sederhana dan bijaksana dari Ibu yang meyakinkan diriku bahwa menjalani proses adalah menjalankannya sekarang, saat ini, dengan kerja kears dan melepaskan ketakutan akan hasil yang didapat. Kegagalan ataupun keberhasilan sebuah proses adalah dimensi lain yang akan melahirkan pelajaran baru untuk proses selanjutnya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 103). d. Aspek bakat Ditinjau dari aspek bakat, diharapkan peserta yang membaca dan menganalisis novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
134
dapat terinspirasi dengan sikap yang ditunjukkan tokoh utama novel tersebut. Berikut kutipan yang menggambarkan sikap tokoh utama. (11) Menggambarkan SMP, aku merasa dekat dengan ―tantangan‖ bahwa seorang laki-laki, apalagi anak laki-laki satu-satunya, harus bisa mandiri dan kelak bisa membantu nafkah keluarga. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 103). (12) Dengan kerja keras,aku selalu bertahan di ranking tiga besar dari kelas 1 sampai kelas 3 dan aku juga berhasil lolos mendapatkan PMDK di Institut Pertanian Bogor jurusan Statistika. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 85-86). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple cocok digunakan sebagai materi pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XI semester 1 pada kompetensi dasar: menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Indikator yang diharapkan tercapai yaitu siswa mampu menyebutkan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terkandung dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari
Kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan. 5.3 Model Pemanfaatan novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple Karya Iwan Setyawan sebagai Materi Pembelajaran Sastra di SMA Setiap materi pembelajaran yang disampaikan haruslah saling berkaitan satu sama lain dan mampu mengasah kompetensi yang dimiliki siswa. Metode dan strategi pengajaran juga memiliki peranan yang penting karena terlibat dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar di kelas. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode pengajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
135
Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) merupakan salah satu jenis metode Inkuiri. Metode Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dana analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006:194). Metode Inkuiri memiliki berbagai macam jenis, salah satunya adalah Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) tersebut. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) merupakan suatu model pembelajaran Inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru meyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagaian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah (Sanjaya dalam http://zifararaca.blogspot.com/2012/07/inkuiri-terbimbing.html diakses 29 Juli 2013). Dalam pembelajaran Inkuiri Terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa sehingga setiap kegiatan pembelajaran mendapatkan arahan guru. Adanya metode Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) bertujuan untuk membantu siswa yang belum terbiasa memiliki pengalaman belajar dengan menggunakan metode Inkuiri. Metode Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Dalam penggunaan metode Inkuiri, guru garus memperhatikan beberapa prinsip, sebagai berikut. a.
Berorientasi pada pengembangan intelektual karena tujuan utama metode ini adalah pengembangan kemampuan berpikir. Metode ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
b.
Prinsip interaksi, metode ini menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
136
Prinsip bertanya yaitu peran guru dalam penggunaan metode Inkuiri sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
d.
Prinsip belajar untuk berpikir adalah memanfaatkan dan menggunakan otak secara maksimal
e.
Prinsip keterbukaan yaitu mendasarkan bahwa belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan (Sanjaya, 2006:196-199). Menurut Sanjaya (2006:199-203) secara umum proses pembelajaran
dengan menggunakan Inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Orientasi Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada penelitian ini tahap orientasi akan dilakukan guru dengan bertanya novel-novel yang pernah siswa baca dan menyuruh perwakilan siswa menceritakan kembali salah satu novel yang pernah ia baca secara singkat. Diharapkan kegiatan awal tersebut menumbuhkan rasa antusiasme dalam diri siswa sehingga siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Tahapan ini juga digunaan guru untuk bertanya mengenai kesulitan yang dihadapi siswa saat mereka harus menganalisis unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik novel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
137
2. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki tersebut. Dalam penelitian ini, tahap merumuskan masalah dilakukan guru dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan tersebut mengarahkan siswa agar mengingat kembali komponen-komponen yang siswa temukan saat membaca novel. Diharapkan siswa terpancing menyebutkan komponen-komponen yang menjadi bagian dari unsurunsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik. 3. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Potensi berpikir dimulai dari kemampuan setiap individu untuk
menebak
atau
mengira-ngira
(berhipotesis)
dari
suatu
permasalahan. Guru dapat mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada siswa dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini, tahap merumuskan hipotesis dilakukan guru dengan cara mencatat jawaban-jawaban dari siswa berdasarkan pertanyaan di tahapan sebelumnya. Berdasarkan jawaban siswa tersebut, siswa dibantu guru merangkai hipotesis awal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138
mengenai pengertian unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik beserta komponen kedua unsur pembangun karya sastra tersebut. 4. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk
menguji
hipotesis
yang
diajukan.
Tahap
mengumpulkan data di dalam penelitian ini terlihat pada saat kegiatan diskusi kelompok dengan bahan diskusi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik sebuah penggalan novel. Kegiatan diskusi kelompok ini diharapkan siswa dapat semakin mendalami unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik dan dapat memberikan kesempatan kepada siswa yang lebih paham mengenai kedua unsur tersebut untuk dapat mengajari temannya yang belum paham dalam kegiatan diskusi. Diskusi kelompok dilanjutkan dengan diskusi kelas untuk menyamakan konsep. Penyamaan konsep ini untuk mempermudah siswa menentukan analisis novel berikutnya. 5. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Pada penelitian ini, tahap menguji hipotesis terlihat saat guru memerintahkan siswa mengubungkan hipotesis tentang unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik yang telah siswa buat di awal dengan hasil akhir diskusi kelas. Kegiatan ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
139
untuk menguji kebenaran hipotesis atau merevisi hipotesis jika ditemukan hipotesis kurang lengkap dan benar. 6. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh
berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis.
Dalam
perencanaan pembelajaran yang dijabarkan di dalam penelitian ini, merumuskan kesimpulan dilakukan ketika siswa dibantu guru telah merevisi hipotesis hingga didapatkan sebuah konsep tentang unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik pada novel. Peneliti memilih metode Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) karena peneliti melihat metode ini memiliki beberapa keunggulan yang mampu membuat siswa aktif menemukan informasi yang sedang mereka pelajari secara mandiri tanpa menghilangkan peran guru sebagai pembimbing. Berikut keunggulan metode Inkuiri berdasarkan Sanjaya (2006:206). a. Inkuiri
merupakan
pembelajaran
yang
menekankan
kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui stategi ini dianggap lebih bermakna. Pengembangan aspek kognitif pada rancangan pembelajaran yang dijabarkan dalam penelitian dapat dialami siswa saat mereka berusaha menemukan konsep tentang unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik secara mandiri. Pengembangan aspek afektif dapat terlihat saat siswa melakukan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Mereka diharapkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
140
saling membantu dan saling melengkapi informasi saat berdiskusi sehingga tidak terjadi kesenjangan pengetahuan diantara siswa. b. Inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Keunggulan tersebut terlihat pada setiap kegiatan
pembelajaran
di
dalam
penelitian
ini
yang
bervariasi.memberikan kesempatan siswa untuk belajar dengan cara yang mereka anggap cocok dengan gaya belajar mereka. Siswa dapat belajar dengan langsung mempraktikkan menganalisis unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik atau belajar dengan mengajarkannya kepada teman. Siswa juga dapat belajar secara individu maupun kelompok. c. Inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan
tingkah
laku
berkat
adanya
pengalaman.
Kegiatan
pembelajaran di dalam penelitian ini memberikan siswa kesempatan menemukan sendiri apa yang akan mereka pelajari, yaitu unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik novel sehingga mereka mendapatkan pengalaman mencari informasi secara mandiri setiap kegiatan yang mereka lakukan. d. Inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Dalam penelitian ini, rancangan pembelajaran dirancang agar siswa melakukan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Kegiatan tersebut dapat memberikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
141
kesempatan kepada siswa yang lebih paham mengenai kedua unsur tersebut untuk dapat mengajari temannya yang belum paham dalam kegiatan diskusi. Mereka diharapkan saling membantu dan saling melengkapi informasi saat berdiskusi sehingga tidak terjadi kesenjangan pengetahuan diantara siswa. Pembelajaran sastra pada penelitian ini akan diwujudkan dalam bentuk silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hasil analisis novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple akan diimplementasikan sebagai materi pembelajaran sastra SMA kelas XI semester pada KD: menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
Silabus dan RPP
didasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Penyusunan KTSP yang dipercayakan pada setiap tingkat satuan pendidikan hampir senada dengan prinsip implementasi KBK yang disebut Kurikulum Berbasis Sekolah (KBS). Prinsip ini diimplementasikan untuk memberdayakan daerah dan sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengelola serta menilai pembelajaran sesuai dengan kondisi dan aspirasi mereka. Setiap standar kompetensi yang terdapat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan, pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan saatra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Peneliti memilih novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
142
Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan sebagai materi pembelajaran sastra di SMA kelas XI, semester 1, karena cerita dalam novel tersebut mengandung nilainilai kehidupan, khususnya mengenai perjuangan memperoleh pendidikan dan kegigihan mewujudkan cita-cita. Nilai-nilai kehidupan tersebut kiranya dapat dihayati dan dijadikan pedoman bagi siswa dalam menimba ilmu dan menentukan masa depan mereka dikemudian hari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SILABUS Sekolah
:
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester
: XI/1
Standar Kompetensi : Membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan Kompetensi
Materi
Indikator
Dasar
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Alat/Bahan/
Waktu
Sumber Belajar
(JP) 7.
2
Menganalisis
Novel Indonesia -
Unsur-unsur
1.
Kognitif 1. Siswa
mampu
mengidentifikasi
Membaca novel
9
penggalan Bentuk Summers
10 tagihan:
4 JP
Alat
intrinsik novel
ciri-ciri unsur-unsur intrinsik dan
Autumns: Dari Kota Apel Tugas
intrinsik
(alur,
ekstrinsik novel.
ke The Big Apple karya individu
Bahan:
Iwan Setyawan.
Kerja
ekstrinsik novel Indonesia/terj emahan
tema,
penokohan,
2. Siswa mampu menganalis unsur-
sudut
unsur intrinsik dan ekstrinsik novel 2. Mengidentifikasi
pandang, latar,
Indonesia: 9 Summers 10 Autumns:
unsur intrinsik dan unsur- kelompok
Sumber:
dan amanat)
Dari Kota Apel ke The Big Apple
unsur
Davonar,
ekstrinsik
Novel,
Viewer, Laptop
unsur-unsur dan
:
Lembar
unsur- Tugas
novel
Agnes.
143
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
-
Unsur-unsur
Indonesia: 9 Summers 10 Bentuk
2008. Surat Kecil
3. Siswa mampu menjelaskan unsur-
Autumns: Dari Kota Apel Instrumen:
untuk
(latar
unsur intrinsik dan unsur-unsur
ke The Big Apple karya Soal uraian
Jakarta:
belakang,
ekstrinsik
Iwan Setyawan.
Lembar
Percetakan Penebar
pendidikan,
Summers 10 Autumns: Dari Kota 3.
Menganalisis
pengamatan
Swadaya
ekonomi
Apel ke The Big Apple karya Iwan
Indonesia: 9 Summers 10
pengarang,
Setyawan.
Autumns: Dari Kota Apel
Nurgiyantoro,
ke The Big Apple karya
Burhan.
kembali cerita novel 9 Summers
Iwan Setyawan.
Teori
10 Autumns: Dari Kota Apel ke 4.
Mencatat
The
Iwan
merangkum unsur-unsur
Gajah
Setyawan dan menghubungkan
intrinsik dan unsur-unsur
University Press
nilai-nilai
ekstrinsik
ekstrinsik
dan lain)
lain-
karya Iwan Setyawan.
4. Siswa
novel
mampu
Big
Apple
Indonesia:
9
menuliskan
karya
kehidupan
yang
novel
dan
Tuhan. PT
guru
1990. Pengkajian
Fiksi.Yogyakarta: Mada
novel
terkandung dalam novel dengan
Indonesia: 9 Summers 10
Setyawan,
kehidupan sehari-hari siswa secara
Autumns: Dari Kota Apel
2011. 9 Summers
sistematis dan dengan EYD yang
ke The Big Apple karya
10 Autumns: Dari
benar.
Iwan Setyawan.
Kota Apel ke the
5. Siswa rangkuman
menuliskan singkat
Big
Iwan.
Apple.
Jakarta:Gramedia
144
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mengenai cerita 9 Summers
Afektif
10 Autumns: Dari Kota
a. Karakter Siswa
terlibat
aktif
dalam
Apel ke The Big Apple dan
pembelajaran dengan memperlihatkan
menghubungkan nilai-nilai
kemajuan dalam berperilaku, seperti
kehidupan
kerja sama dan kritis.
terkandung dalam novel dalam kehiduan sehari-hari
b. Keterampilan sosial Siswa
terlibat
aktif
yang
dalam
siswa.
pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan
dalam
keterampilan
bertanya dengan bahasa yang baik dan benar, menyumbang ide, dan menjadi pendengar yang baik. Yogyakarta, 24 Agustus 2013
Kepala Sekolah
Guru Bidang Studi
NIP:
NIP:
145
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah
:
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: XI/1
Standar Kompetensi : Membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan Kompetensi Dasar
: 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan
Alokasi Waktu
: 4 jam pelajaran (2 kali pertemuan)
A. Indikator: Kognitif 1. Siswa mampu mengidentifikasi ciri-ciri unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel 2. Siswa mampu menganalis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia: 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. 3. Siswa mampu menjelaskan unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik novel Indonesia: 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. 4. Siswa mampu menuliskan kembali cerita novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan dan
146
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
147
menghubungkan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam novel dengan kehidupan sehari-hari siswa. Afektif a.Karakter 1. Siswa mampu bekerja sama saat berdiskusi. 2. Siswa mampu bersikap kritis saat diberi kesempatan mengemukakan pendapat dan memberi penilaian terhadap teman. 3.Siswa mampu bersikap jujur saat memberikan penilaian terhadap teman. b. Keterampilan sosial 1. Siswa mampu bertanya dengan bahasa yang baik dan benar terhadap guru dan teman saat berdiskusi. 2. Siswa mampu aktif menyumbang ide saat berdiskusi. 3. Siswa mampu menjadi pendengar yang baik saat guru dan teman memberi tanggapan dan penjelasan. B. Tujuan Pembelajaran Kognitif 1. Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel dalam diskusi kelompok dengan tepat. 2. Siswa dapat
menganalis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia: 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan sebagai tugas individu di rumah dengan tepat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
148
3. Siswa dapat menjelaskan unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik novel Indonesia: 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan sebagai tugas individu di rumah dengan sistematis dan benar. 4. Siswa dapat menuliskan kembali cerita dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan dan menghubungkan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam novel dengan kehidupan sehari-harinya secara sistematis dan dengan EYD yang benar sebagai tugas individu. Afektif a. Karakter Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam berperilaku seperti kerja sama dan kritis. b. Keterampilan sosial Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam keterampilan bertanya dengan bahasa yang baik dan benar, menyumbang ide, dan menjadi pendengar yang baik. C. Materi Pembelajaran 1. Pengertian Novel Novel dalam istilah Indonesia adalah sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiantoro, 2007 :9-10). Novel dapat mengemukakan sesuatu
secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
149
lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks daripada cerpen. 2. Unsur-unsur intrinsik Unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra (Nurgiyantoro, 2007:23). Novel menyajikan suatu cerita lebih banyak dan lebih rinci daripada cerita fiksi lainnya sehingga unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam novel juga lebih rinci dan kompleks. Unsur-unsur intrinsik yang biasa kita temukan dalam novel sebagai berikut. a. Tema Tema adalah gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasari suatu karya sastra Sudjiman (1988:50). Tema dalam karya fiksi dapat disimpulkan dengan menyimpulkan keseluruhan cerita. b. Alur atau plot Alur atau plot merupakan rangkaian atau jalinan kisah. Alur juga dapat
diartikan
sebagai
struktur
peristiwa-peristiwa
yaitu
sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007:113).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
150
c. Tokoh Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Karya sastra biasanya menghadirkan beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama dan yang lainnya sebagai tokoh tambahan. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama (Wahyuningtyas & Santoso, 2011:3). Tokoh dilihat dari segi perwatakannya dapat dibagi menjadi dua jenis tokoh yaitu tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round character). Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis ialah tokoh yang kita kagumi karena tokoh ini merupakan pengejawantahan norma-norma, nilainilai,
yang
Nurgiyantoro,
ideal
bagi
2007:178).
kita
(Altenbernd&
Antagonis
ialah
Lewis
dalam
tokoh
yang
menyebabkan terjadinya konflik dalam cerita. Tokoh ini biasanya tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
151
d. Penokohan atau perwatakan Penokohan ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh. Penokohan disebut juga perwatakan. Watak adalah karakteristik atau sifat dari para pemainnya. Ada beberapa cara menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah cara penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang. Jadi pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. Cara dramatik, ialah cara menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh dalam suatu cerita. e. Latar Latar atau setting disebut juga landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007:216). Latar mempunyai fungsi sebagai pijakan cerita agar memberikan kesan realistis pada pembaca. Unsur latar menurut Nurgiyantoro (2007:227-233) dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya cerita. Latar waktu merupakan latar yang menunjukkan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita. Latar sosial menyaran pada kehidupan sosial yang terdapat pada cerita.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
152
f. Sudut Pandang Sudut pandang, point of view, menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ini merupakan cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007:248). Sudut pandang yang digunakan bisa berupa sudut pandang orang pertama, orang ketiga, orang ketiga serba tahu, dan pengarang sebagai pengamat. g. Amanat Amanat atau pesan ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makna yang termuat dalam karya sastra tersebut. h. Bahasa Bahasa merupakan sarana pengungkapan sastra. Bahasa sastra terkadang menggunakan bahasa konotatif, bahasa denotatif, dan bahasa-bahasa kias untuk menciptakan kesan emotif bagi pembaca.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153
3. Unsur-Unsur Ekstrinsik Unsur-unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur-unsur ekstrinsik mencakup: a. Subjektivitas pengarang Subjektivitas pengarang sama halnya dengan sikap, keyakinan, dan pandangan hidup pengarang yang mempengaruhi karya sastranya. Hal ini dapat diketahuai dari latar belakang kehidupan pengarang atau biograi pengarang. b. Psikologi Psikologi pengarang maupun penerapan psikologi yang dituangkan dalam karya sastra yang membuat tokoh-tokoh dalam karya sastra tersebut memiliki kepribadian atau sikap yang khas. c. Lingkungan Keadaan lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial juga akan berpengaruh terhadap karya sastra dan hal tersebut juga termasuk unsur ekstrinsik. d. Nilai-nilai hidup atau prinsip hidup Nilai-nilai
hidup,
seperti
nilai
agama,
nilai
sosial,
nilai
nasionalisme, dan lain-lainnya yang dianut pengarang juga mampu mempengaruhi amanat yang ingin disampaikan melalui karya sastra yang ia buat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
154
D. Model dan Metode Pembelajaran Model: Kooperatif Metode: Inkuiri terbimbing dan diskusi kelompok. E. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Nama Kegiatan
Alokasi Waktu
Pertemuan I Kegiatan pendahuluan Guru memberi salam dan mempresensi siswa
2 menit
Guru melakukan apersepsi
1 menit
Guru menjelaskan KD yang akan dibahas dan tujuan 2 menit pembelajaran. (Tahap Orientasi) Kegiatan inti Eksplorasi
Guru bertanya kepada siswa mengenai novel yang 5 menit pernah mereka baca. Perwakilan siswa menceritakan kembali secara singkat salah satu novel yang pernah ia baca. (Tahap Orientasi)
Guru menunjukkan novel sambil bertanya ciri-ciri novel 3 menit kepada siswa. (Tahap Merumuskan Masalah)
Guru menyuruh siswa membuat kesimpulan mengenai 3 menit pengertian novel berdasarkan ciri-ciri novel tersebut. Siswa diharapkan aktif menyumbangkan ide.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
155
(Tahap Merumuskan hipotesis)
Guru bertanya komponen-komponen yang biasa siswa
4 menit
temukan ketika membaca novel. Diharapkan siswa terarah menyebut beberapa unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. (Tahap Merumuskan masalah).
Guru mencatat setiap jawaban siswa dan menyuruh 5 menit siswa mengklasifikasikan jawaban tersebut menjadi dua berdasarkan komponen yang membangun dari dalam isi cerita/intrinsik dan dari luar cerita/ekstrinsik. (Tahap Merumuskan hipotesis). Elaborasi
Guru membagikan penggalan novel Surat Kecil untuk 1 menit Tuhan.
Siswa membuat kelompok beranggotakan 3 siswa.
1 menit
Semua siswa membaca penggalan novel tersebut.
5 menit
Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang telah 20 menit disediakan
guru.
Pertanyaan
membimbing
siswa
menemukan unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik penggalan novel tersebut. Siswa diharapkan aktif menyumbangkan ide. (Tahap mengumpulkan data). Konfirmasi
Setiap kelompok menukarkan hasil kerja mereka.
Siswa
dan
guru
membahas
bersama
pertanyaan
1 menit 15 menit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mengenai penggalan novel Surat Kecil untuk Tuhan tersebut. Siswa diharapkan dapat aktif menyumbangkan ide, bertanya dengan bahasa yang baik dan benar, dan menjadi pendengar yang baik.
Guru menyuruh siswa menghubungkan jawaban dari
4 menit
pertanyaan dengan komponen-komponen novel yang menjadi hipotesi di awal apakah sudah sesuai atau perlu diperbaiki dalam kelompok. Siswa diharapkan dapat aktif menyumbangkan ide.
(Tahap mengumpulkan
data).
Berdasarkan
ciri-ciri
unsur-unsur
intrinsik
dan 4 menit
ekstrinsik, siswa merangkum pengertian unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik beserta komponen masingmasing unsur yang telah didiskusikan dalam kelompok. Siswa diharapkan dapat aktif menyumbangkan ide. (Tahap menguji hipotesis).
Semua
siswa
dibantu
guru
merangkai
menjadi
5 menit
pengertian unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang utuh berdasarkan persamaan dari setiap rangkuman sehingga terjadi persamaan konsep. (Tahap merumuskan kesimpulan). Kegiatan penutup
Guru memberikan pekerjaan rumah secara individu
3 menit
156
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
157
untuk membaca novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan secara menyeluruh dengan cara meminjam novel tersebut di perpustakaan atau membeli. Kemudian siswa membuat rangkuman
cerita
dan
menghubungkan
nilai-nilai
kehidupan yang terkandung dalam novel tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Siswa kemudian harus menganalisis unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik
novel
tersebut
berdasarkan
pertanyaan
bantuan.
Siswa membuat kesimpulan akhir mengenai pelajaran 3 menit kali
ini.
Diharapkan
siswa
aktif
memberikan
ide/masukan. Pertemuan II Kegiatan pendahuluan Guru memberi salam dan mempresensi siswa
3 menit
Guru menanyakan materi yang sudah dipelajari di 3 menit pertemuan sebelumnya kepada siswa. Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam 3 menit mengerjakan pekerjaan rumah. (Tahap orientasi). Kegiatan Inti Eksplorasi
Guru memilih 3 anak maju ke depan secara acak. Ketiga 10 menit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
158
siswa memberikan perbandingan antara novel Surat Kecil untuk Tuhan dan 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. (Tahap orientasi).
Siswa mengumpulkan lembar rangkuman cerita novel 9 1 menit Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple yang telah dikerjakan di rumah. Elaborasi
Siswa membuat kelompok yang beranggotakan 3 siswa 2 menit dan menentukan ketua kelompok.
Setiap siswa presentasi hasil analisis unsur-unsur 20 menit intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan secara bergiliran. Siswa diharapkan menjadi pendengar yang baik. (Tahap merumuskan hipotesis).
Setiap kelompok merangkum semua hasil presentasi 5 menit anggotanya menjadi satu jawaban. (Tahap merumuskan hipotesis).
Perwakilan
setiap
kelompok
rangkuman
presentasi
para
membacakan anggotanya.
hasil 15 menit (Tahap
mengumpulkan data). Konfirmasi
Siswa dan guru membahas bersama unsur-unsur 20 menit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
159
intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan. Siswa diharapkan bertanya kepada guru dengan bahasa yang baik dan benar, menjadi pendengar yang
baik
dan
aktif
menyumbang
ide.
(Tahap
merumuskan kesimpulan). Kegiatan penutup
Siswa mengumpulkan hasil pekerjaan.
Guru memberikan peneguhan dengan bertanya secara
1 menit
acak mengenai pengertian unsur-unsur intrinsik dan 5 menit ekstrinsik dan komponen-komponen di dalam kedua unsur tersebut.
Siswa membuat kesimpulan akhir mengenai pelajaran kali
ini.
Diharapkan
siswa
aktif
memberikan 5 menit
ide/masukan F. Alat dan Bahan Alat: Novel, Viewer, Laptop Bahan: Lembar kerja, lembar penilaian G. Sumber: Davonar, Agnes. 2008. Surat Kecil untuk Tuhan. Jakarta: PT Percetakan Penebar Swadaya Nurgiyantoro, Burhan. 1990. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gajah Mada University Press
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
160
Setyawan, Iwan. 2011. 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple. Jakarta:Gramedia Mendiknas. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional H. Penilaian Penilaian kognitif = tugas kelompok dan tugas individu (terlampir) Penilaian afektif = pengamatan guru (terlampir) Instrumen: Uraian bebas (terlampir) Lembar pengamatan guru (terlampir)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
161
Lampiran RPP Bacalah teks di bawah ini dengan seksama! Teks penggalan novel Surat Kecil untuk Tuhan SURAT KECIL UNTUK TUHAN Hai sobat, kenalkan namaku Gitta Sessa Wanda Cantika. Terlalu panjang ya.. ok! Biar gampang sebut saja namaku Keke. Aku anak ke-tiga dari tiga saudara. Aku mempunyai dua kakak laki-laki, namanya juga dipersingkat saja. Panggil mereka Koko dan Kiki. Koko, kakak tertuaku sekarang telah menikah dan memberikan Aku seorang keponakan imut dan lucu, sedangkan Kiki, kakakku kedua sibuk dengan kerajaan pendidikan dia. Anaknya rajin dan pandai sekali. Terkadang setiap aku mengalami kesusahan dalam pelajaran sekolah, Dia yang terdepan menjadi guru privatku. Keluarga kami keluarga yang bahagia, walau Ibu dan Ayah telah bercerai namun hubungan masih terjalin dengan baik. Aku dan kedua kakakku tinggal bersama Ayah. Ops.. tak lupa kukenalkan pahlawan dalam keluarga kami. Dia ini ada raja dari istana kami. Hm.. di hari ini! Saatnya aku ceritakan tentang bagian dari istana kami. Sejak kecil aku mempunyai hobby menyanyi dan modeling. Gak percaya? Silakan saja lihat koleksi kamarku. Bukan sombong ya. Tapi itu kan waktu kecil, sekarang Aku sibuk dengan sekolah saja kok! Masih terbayang oleh aku, ketika aku beberapa kali menjadi juara model di beberapa kejuaraan dan Aku juga sempat membuat album cilik. Tapi rasanya itu bagian dari masa kecil yang indah. Walau terkadang aku masih merindukan masa-masa itu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
162
Sekarang Aku duduk di bangku kelas 1 SLTP Al-Kamar. Aku baru menginjak sekolah ini saat aku masuk pertengahan semester. Karena beberapa masalah dalam keluarga kami, khususnya ketika perceraian orang tua. Aku dan kedua kakakku sempat memutuskan untuk berhenti sekolah. Namun akhirnya Aku rindu juga terhadap dunia pendidikan. Suatu ketika ayah mendapatkan tawaran pekerjaan di sebuah yayasan pendidikan. Sehingga akhirnya setelah berdiskusi kami memutuskan untuk kembali sekolah. Dan ternyata pilihan ini tidak salah. Aku sangat bahagia karena memiliki beberapa teman yang baik dan sayang padaku. Rasanya menjadi anak remaja adalah bagian dari hidupku saat ini. Terlepas dari semua itu Aku masih berusia 13 tahun. Namun aku juga mempunyai hobby jalan-jalan ke Mall atau pun sekedar hal rahasia yang ingin aku ungkapkan. Temen-temenku suka mengeluh jika sedang berpergian denganku. Aku suka menghilang secara tiba-tiba? Mereka terkadang sibuk mencari aku ke mana-mana, padahal sesungguhnya Aku suka sekali menuju tempat bacaan di setiap Mall. Dari sekedar membaca komik sampai novel semua aku suka! Makanya tak heran aku bisa berjam-jam berdiri sambil membaca buku di sebuah kios atau toko buku. Buat aku pendidikan adalah segalanya. Dan segala sesuatu yang bisa aku baca untuk menambah pengetahuan otakku, selalu kulahap. Mulai dari buku pintar sampai kamus bahasa Indonesia. Aku sih, sip-sip aja! Oh ya Aku suka sekali komik keluaran Jepang. Bahkan Aku bercita-cita untuk menjadi penulis komik. Di sela-sela waktuku, aku selalu mengambar Manga atau tokoh kartun Jepang. Entah sudah berapa banyak tokoh kartun imanijasiku terlukis di kertas fileku.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
163
Tak lupa kukenalkan beberapa sahabat terbaikku yang selalu kukenang dan kusayangin. Mereka adalah Maya yang cantik, Syifa yang unik, Echda yang selalu bikin lucu, terus Chika yang pemalu namun gak malu-maluin. Andini yang selalu tertawa dengan kencang. Kemudian ada Nelly yang mirip Krisdayanti, Idha yang ceriwis. Githon dan Sysca yang selalu berebut hobby yang sama. Dan yang terakhir Nozia yang mirip Rei si Sailor Mars. Kami adalah geng yang selalu bersama, susah atau senang. Duka atau tangis. Apapun kami lakukan bersama. Banyak hal yang nyaris tidak pernah kami lakukan tanpa bersama. Karena kami adalah kelompok paling ngetop dan menghebohkan di sekolah kami. Tak kalah dari geng apapun. Karena kami punya motto ”Biar kecil tapi cabe rawit. Biar masih SMP tapi kelakuan SMU”. Tak terlupa satu sisi lain yang ingin kukatakan akan perjalanan cinta. Aku pun tak bisa terlepas dari jatuh cinta. Cinta yang mungkin orang lain bilang cinta monyet. Tapi buat aku, cukup cinta yang indah. Untuk seseorang yang kusayang. Andi, dia adalah pangeran dalam hidupku. Anugerah Tuhan yang membuat aku serasa seperti putri dalam dongeng. Mungkin aku pernah bangga karena terpilih menjadi siswa terladan oleh Pemerintah dan Aku sempat juga mendapatkan pelukan dari Ibu Megawati yang ketika itu menjabat menjadi Presiden. Namun aku juga harus menghadapi sebuah kenyataan orang tuaku bercerai. Bukankah dunia itu cukup adil untuk manusia. Kebahagian dan kesedihan selalu ada dalam dunia. Apakah aku layak mengeluh? Tidak. Aku tidak mengeluh. Aku jalanin semua dengan baik-baik saja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
164
Umurku 13 tahun ketika aku divonis mengalami penyakit kanker ganas bernama Rabdomiosarkoma, sulit bagiku untuk mengerti penyakit apa yang menyerang bagian wajahku itu bahkan untuk menyebut ulang nama penyakit itu, aku sangat kesulitan. Dokter bilang aku terkena kanker jaringan lunak yang sangat langkah dan menjadi orang pertama di Indonesia yang mengalami penyakit itu. Aku sedih ketika ayahku menangis menolak permintaan dokter untuk melakukan operasi di wajahku. Dokter bilang: bila aku tidak melakukan operasi, maka hidupku tidak akan bertahan lama lebih dari 3 bulan. Aku sangat terkejut, karena penyakit itu tidak memiliki tanda-tanda apapun selain aku mengalami sakit mata yang diikuti dengan mimisan yang terjadi selama seminggu. Kanker itu hanya seukuran kuku jariku dan bersarang di bagian pelipis mataku, tapi operasi itu mengharuskan aku kehilangan sebagian wajah kiri dan mataku. Ayahku tentu tidak akan rela aku kehilangan bagian wajahku karena aku adalah seorang anak gadis yang akan tumbuh dewasa bagaimanapun kelak. Aku tidak pernah paham seberapa menakutkan penyakit itu hingga aku merasakan sendiri bagian wajahku mulai membengkak sebesar bola tenis dan buta. Ketika aku menangis merasakan kesakitan, ayahku tidak pernah mau jujur mengatakan penyakit itu. Hingga akhirnya aku berjuang hidup selama 3 bulan mencari pengobatan tradisional dan seseorang ulama mengatakan padaku aku terserang kanker. Perasaanku saat itu sangat hancur, aku tahu hidupku tidak akan lama lagi dengan keadaan buta dan kehilangan pernafasan hidung sebelah kiriku. Aku menangis dan protes kepada Tuhan, mengapa ia tega merenggut masa remajaku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
165
dan kesempatanku untuk menjadi penyanyi dan model. Air mata yang berjatuhan setiap harinya tak pernah kulewatkan ketika rasa sakit kanker itu datang. Walau demikian aku sungguh beruntung, sahabat-sahabatku, keluargaku dan kekasihku selalu ada disampingku untuk memberikan dukungan tanpa henti. Ketika aku mulai pasrah Tuhan menjemputku, Aku hanya berdoa berharap kepada Tuhan agar ia memberikan aku waktu lebih lama di dunia ini untuk mengucapkan selama berpisah dengan sahabat, kekasihku dan terutama untuk membuat ayahku bahagia lebih lama. Disaat itu aku tidak mampu berdiri dan mengalami kritis. Tuhan mendengar doaku, di saat itulah aku mendapatkan sebuah mujizat, seorang dokter menyelamatkanku dari penyakit itu disaat-saat terakhir hidupku. aku sembuh dan kanker diwajahku menghilang secara ajaib. Aku merasakan kebaikan Tuhan padaku dan melawan vonis kematian yang dikatakan dokter padaku, aku pun berjanji padanya mulai saat itu untuk bersyukur akan kehidupan yang ia berikan padaku. Usai penyakit itu hilang dalam hidupku, Aku melewatkan hari-hariku dengan bahagia bersama keluarga dan teman-temanku, aku menghabiskan waktuku dengan belajar kitab suci dan mendekatkan diriku pada Tuhan. Hidup-hidupku pun berlalu dengan bahagia walaupun pada akhirnya hal yang tak kuharapkan terjadi lagi dalam hidupku ketika kanker itu kembali padaku, kini ia menyerang wajah sebelah kananku. Walau air mata berjatuhan disampingku, aku berusaha untuk tegar dan mengatakan kepada semua orang, kalau ujian dalam hidupku adalah tanda sayang Tuhan kepadaku.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
166
Dokter yang menyelamatkan hidupku pertama kalinya menyerah, ia tidak sanggup lagi menyelamatkanku. Aku hanya tersenyum dan berjanji untuk bertahan hidup hingga aku bisa melewatkan ujian terakhirku di dunia ini agar bisa lulus di bangku SMP. Walau aku buta dan lumpuh, aku berjanji pada Tuhan dan sahabat-sahabatku untuk lulus dan memakai seragam SMA. Sobat, hidup adalah anugerah yang indah. Atas kebaikan Tuhan, aku mampu mengikuti ujian sekolah dengan kondisiku yang semakin parah. Aku bersyukur karena bisa lulus dengan baik dan sampai akhirnya mampu memakai seragam rok abu-abu bersama sahabat-sahabatku walau hanya sehari disaat sebelum aku harus dilarikan ke rumah sakit karena darah terus mengalir di hidungku. Kematianku semakin dekat dan itu bisa kurasakan di saat hembusan nafasku semakin berat. Tapi aku tidak ingin pergi dari dunia ini tanpa menuliskan suratku kepada Tuhan. Surat yang telah membuatku hidup sebagai seorang gadis yang berjuang untuk hidup dan ribuan anak-anak lain yang mengalami penyakit kanker yang sama denganku. Aku berharap ketika aku tidak ada lagi di dunia ini, kisahku menjadi inspirasi bagi siapapun yang ada di dunia ini untuk bersyukur akan hidup. Karena Tuhan begitu mencintai kita dengan cobaannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
167
TUGAS Petunjuk: a. Siswa membuat kelompok beranggotakan 3 siswa. b. Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang telah disediakan di bawah ini. Pertanyaan 1. Siapa sajakah tokoh yang terlibat dalam penggalan novel Surat Kecil untuk Tuhan? (Skor 1) 2. Jelaskan karakter para tokoh dalam penggalan novel Surat kecil untuk Tuhan! Berikan alasannya! (Skor 2) 3. Apa tema yang terkandung dalam penggalan novel Surat Kecil untuk Tuhan? Jelaskan! (Skor 1) 4. Bagaimana alur digunakan dalam penggalan novel Surat Kecil untuk Tuhan? Jelaskan! (Skor 1) 5. Dimana tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam penggalan novel Surat Kecil untuk Tuhan? (Skor 1) 6. Kapan waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam penggalan novel Surat kecil untuk Tuhan? (Skor 1) 7. Bagaimana suasana dan kondisi lingkungan tempat tinggal tokoh dalam penggalan novel Surat Kecil untuk Tuhan? Ceritakan! (Skor 1) 8. Sebutkan kata ganti orang yang digunakan pengarang dalam penggalan novel Surat Kecil untuk Tuhan dan jelaskan tokoh yang dimaksud kata ganti orang tersebut! (Skor 1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
168
9. Bagaimana penggunaan bahasa dalam penggalan novel Surat Kecil untuk Tuhan? 10. Amanat apa yang terkandung dalam penggalan novel Surat Kecil untuk Tuhan? (Skor 1) 11. Bagaimana pandangan hidup pengarang yang dapat anda lihat dari cara pandang tokoh Keke saat menghadapi masalah hidupnya? (Skor 2) 12. Jika anda mengalami permasalahan hidup seperti yang dialami tokoh Keke atau melihat orang di sekitar anda mengalami hal serupa, apa yang sebaiknya anda perbuat? Ceritakan alasannya! (Skor 2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
169
Kunci Jawaban 1. Tokoh: Keke, Kiki, Ibu, Ayah, Maya, Syifa, Echda, Chika, Andini, Nelly, Idha, Githon, Sysca, Nozia, Andi, Ibu Megawati, dan dokter. 2. Tokoh Keke memiliki karakter pandai bergaul karena memiliki banyak teman, pintar karena sempat menjadi siswa teladan, menjadi model, memiliki hobi menyanyi, menggambar, dan jalan-jalan. Ia anak yang tabah karena kuat mengadapi penyakit kankernya. Kiki digambarkan sebagai anak yang pintar dan menjadi guru bagi Keke Tokoh Ayah digambarkan memiliki wajah tampan seperti anggota F4 dan tabah menjalani hidup walau telah bercerai dann harus menghadapi anaknya yang menderita kanker. Teman-teman Keke: Maya yang cantik, Syifa yang unik, EChda yang selalu bikin lucu, terus Chika yang pemalu namun tidak malu-mauin. Andini yang selau tertawwa dengan kencang. Nelly yang mirip Krisdayanti, Idha yang ceriwis. Githon dan Sysca yang selalu berebut hobby yang sama dan yang terakhir Nozia yang mirip Rei si Sailor Mars. Mereka digambarkan teman yang kompak dan setia dalam suka dan duka. Tokoh Andi: pacar pertama Keke yang selalu member perhatian Dokter: bersikap pesimis dengan kanker yang diderita Keke 3. Tema: Karunia kehidupan karena menceritakan karunia yang didapatkan Keke selama hidup. 4. Menggunakan alur maju karena menceritakan perjalanan hidup Keke dari hari ke hari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
170
5. Rumah Keke, SLTP Al-Kamar dan rumah sakit. 6. Saat Keke berusia 13 tahun atau saat Keke duduk di kelas 1 SLTP sampai Keke masuk SMU. 7. Keke tinggal di perkotaan karena ia memiliki hobi ke Mall, Keke berada di dalam keluarga yang broken home karena orang tuanya bercerai namun ia memiliki pergaulan yang baik karena teman-temannya yang selalu member Keke semangat dalam menghadapi kankernya. 8. Pengarang menggunakan kata ganti orang pertama yaitu “Aku” untuk menyebutkan tokoh Keke. 9. Novel ini menggunakan Bahasa Indonesia yang kurang baku terlihat dari kalimat: Gak percaya? Silahkan saja lihat koleksi kamarku. Bukan sombong ya, Tapi itu kan waktu kecil, sekarang Aku sibuk dengan sekolah saja kok! 10. Amanat yang disampaikan pengarang yaitu member tahu bahwa hidup adalah anugrah yang indah dan harus terus bersyukur dengan segala cobaan-Nya. 11. Pengarang memiliki pandangann hidup yang tabah dan bersyukur terlihat dari cara Keke menghadapi penyakitnya. 12. Pendapat harus relevan dengan cerita Surat Kecil untuk Tuhan dan mencerminkan sikap yang positif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
171
Tugas Rumah 1. Bacalah novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Applekarya Iwan Setyawan! 2. Buatlah rangkuman cerita novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan dan ceritakan nilai-nilai kehidupan dalam novel tersebut yang relevan dengan kehidupan kalian! (Maksimal 1halaman). 3. Jelaskan unsur-unsur intrinsik (tokoh, perwatakan, tema, tema, alur, latar, amanat, sudut pandang, dan bahasa). 4. Jelaskan permasalahan utama dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan! 5. Jelaskan unsur-unsur ekstrinsik dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan!
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
172
Kunci jawaban hasil analisis novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple 1. Tokoh: Iwan atau “Aku”, Abdul Hasim, Ngatinah, Pak Prawira Dikrama, Mbok Pah, Bu Tukinem, Bapak Ngatemun, Ibu Wagini, Isa/Siti Aisyah, Inan/Rohani, Rini/Rini Agustina, Mira, Dindin Kusdinar, Ati, Teguh, Lek Tukeri, Ucup, Mami, Mimi, Yani, Audrey, Nico, Imam, Teguh, Mul, Tukeri, Andi Hakim Nasution, Yanti, Daus, Juliar, Kalista, Ati, Roby, Tika, Esther, Dody, dan Rima. 2. Perwatakan: Tokoh utama: tokoh “Aku”/Iwan karena tokoh ini merupakan tokoh yang paing banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh protagonis: tokoh “Aku”/Iwan, Ngatinah, Abdul Hasim, Pak Prawira Dikrama, Mbok Pah, Bu Tukinem, Bapak Ngatemun, Ibu Wagini, Isa/Siti Aisyah, Inan/Rohani, Rini/Rini Agustina, Mira, Dindin Kusdinar, Ati, Teguh, Lek Tukeri Ucup, Mami, Mimi, Yani, Audrey, Nico, Imam, Teguh, Mul, Tukeri, Andi Hakim Nasution, Yanti, Daus, Juliar, Kalista, Ati, Roby, Tika, Esther, Dody, dan Rima. Alasan; tokoh-tokoh tersebut digambarkan memiliki sifat-sifat sesuai norma atau ideal dan biasanya juga sesuai dengan pandangan pembaca sehingga biasanya tokoh-tokoh tersebut memiliki sifat-sifat yang dapat diteladani. 3. Tema: Perjuangan mendapatkan pendidikan di tengah keterbatasan ekonomi untuk taraf hidup yang lebih baik. Tema tersebut dipilih karena isi cerita menggambarkan kehidupan sebuah keluarga kurang mampu yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
173
berusaha memberikan pendidikan tinggi kepada kelima anaknya agar tidak memiliki nasib yang sama seperti orang tua mereka. 4. Alur: Menggunakan alur campuran karena tokoh “Aku” atau Iwan terkadang diceritakan menceritakan pengalaman masa kecilnya di Kota batu dengan keluarganya serta menceritakan kehidupannya sekarang yang telah hidup berkecukupan. 5. Latar (Tempat, waktu, sosial): Latar waktu: latar waktu novel ini mengambil tahun 1948 saat menceritakan riwayat orang tua Iwan sampai 2009 saat Iwan memutuskan kembali dari New York. Latar sosial: latar sosial yang digunakan latar sosial pada masyarakat kelas menengah ke bawah, terlihat dari penggambaran pekerjaan orang tua si “Aku” yang sebagai sopir dan tetangga-tetangganya yang sebagian besar berprofesi sama, menjadi sopir atau buruh. Kemudian latar sosial pada masyarakat kelas sosial atas terlihat dari penggambaran tokoh “Aku” saat bekerja di perusahaan Nielsen yang berada di Jalan Sudirman, Jakarta. 6. Sudut pandang: menggunakan sudut pandang orang pertama karena penggunaan kata ganti “Aku” untuk menunjukkan tokoh utama yang bernama Iwan. 7. Bahasa: Penggunaan bahasa pada novel ini menggunakan Bahasa Indonesia namun beberapa kaimat menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa. Contoh: “I Know it’s not problem for both of us to have different religion,” katanya di sepanjang perjalanan pulang dari kelas yoga. “Mangan ora mangan sing penting kumpul”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
174
8. Amanat:
Pentingnya pendidikan untuk mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup.
Tidak ada kerja keras yang tidak membuahkan hasil
Jangan menjadikan keterbatasan sebagai halangan meraih kesuksesan.
Sabar dan selalu bersyukur, dll.
9. Permasalahan utama: orang tua Iwan mengalami keterbatasan ekonomi dan harus membiayai pendidikan dan kebutuhan 5 anaknya sedangkan pekerjaan di Kota Batu pada umumnya hanya sebagai sopir angkot. 10. Unsur-unsur ekstrinsik: novel ini merupakan novel yang terinspirasi dari kisah nyata yang dialami pengarang sehingga unsur-unsur ekstrinsik novel merupakan wujud kajian kehidupan pengarang. Beberapa diantaranya ialah a. Mengkaji psikologi pengarang yang tergambar dalam konflik-konflik batin yang dialami tokoh si “Aku” saat merasakan rendah diri saat bersama teman-teman yang lebih pintar dan lebih kaya. b. Mengkaji pendidikan pengarang dengan menceritakan perjalanan masa-masa sekolah tokoh “aku”. c. Mengkaji perekonomian keluarga pengarang dengan mendeskripsikan keluarga yang kuarang mampu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
175
Penilaian I (Tugas kelompok): Pedoman penilaian kognitif untuk hasil analisis penggalan novel Surat Kecil untuk Tuhan Soal 1
2
Kriteria
Skor
Siswa menjawab semua tokoh denga lengkap.
1
Siswa kurang lengkap menjawab semua tokoh.
1/2
Siswa menjawab perwatakan setiap tokoh dengan alasan.
2
Siswa tidak menjawab perwatakan setiap tokoh namun dengan alas an 1 atau menjawab semua perwatakan tokoh namun tanpa alasan 3
Siswa menyebutkan tema yang menggambarkan keseluruhan cerita 1 dengan alasan yang relevan. Siswa tidak menyebutkan tema yang mengambarkan keseluruhan cerita 1/2 dengan alasan yang relevan.
4
5
Siswa menyebutkan alur novel dengan tepat beserta alasannya.
1
Siswa tidak menyebutkan alur novel dengan tepat beserta alasannya.
1/2
Siswa menyebutkan semua latar tempat novel dengan tepat.
1
Siswa menyebutkan latar tempat novel dengan kurang tepat atau kurang 1/2 lengkap. 6
Siswa menyebutkan latar waktu cerita dalam novel dengan tepat.
1
Siswa menyebutkan latar waktu novel dengan kurang tepat atau kurang 1/2 lengkap. 7
Siswa menyebutkan latar sosial dalam novel dengan tepat.
1
Siswa menyebutkan latar sosial dalam novel dengan kurang tepat atau 1/2 kurang lengkap.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
176
Siswa menyebutkan kata ganti yang digunakan dalam novel dengan tepat.
1
Siswa menyebutkan kata ganti yang digunakan dalam novel dengan 1/2 kurang tepat atau kurang lengkap. 9
Siswa menyebutkan berbagai bahasa yang digunakan dalam novel dengan 1 tepat beserta bukti. Siswa menyebutkan berbagai bahasa yang digunakan dalam novel dengan 1/2 kurang tepat namun beserta bukti atau menyebutkan bahasanya dengan tepat namun tanpa bukti.
10
Siswa menyebutkan amanat yang terkandung dalam novel dengan tepat.
1
Siswa menyebutkan amanat yang terkandung dalam novel dengan kurang tepat atau kurang lengkap. 11
1/2
Siswa menyebutkan suatu pandangan hidup pengarang yang tercermin 2 dari tokoh Keke sesuai dengan cerita novel. Siswa menyebutkan suatu pandangan hidup pengarang yang tercermin 1 dari tokoh Keke kurang sesuai dengan novel.
12
Siswa memberikan pendapat-pendapat mereka yang relevan dengan 2 permaalahan yang dialami tokoh Keke dan merupakan pendapat yang positif. Siswa memberikan pendapat-pendapat mereka yang kurang relevan 1 dengan permasalahan yang dialami tokoh Keke atau merupakan pendapat yang kurang positif. Skor maksimal
15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
177
Penilaian 2 (Tugas Individu): Pedoman Kognitig untuk penilaian hasil analisis novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple Skor 5
Skor 3
Skor 1
Menyebutkan tokoh secara Menyebutkan tokoh setengah Menyebutkan tokoh kurang lengkap.
atau lebih dari setengah dari dari setengah dari jumlah jumlah keseluruhan tokoh keseluruhan dalam novel.
Mampu
mengelompokkan Mampu
tokoh
novel.
mengelompokkan Tidak
semua
semua tokoh sesuai karakter semua tokoh sesuai karakter dikelompokkan tokoh
dengan
alasan.
sesuai
disertai alasan yang tepat.
Tema yang dipilih mampu Tema yang dipilih kurang Tema
keseluruhan novel.
tokoh
disertai tokoh namun tidak disertai karakter tokoh dan tidak alasan yang tepat.
mengganbarkan
dalam
isi menggambarkan keseluruhan novel.
yang dipilih
isi menggambarkan
tidak isi
keseluruhan novel.
Mampu menyebutkan jenis Mampu menyebutkan jenis Tidak mampu menyebutkan alur dalam novel dengan alur dalam novel dengan jenis tepat beserta alasan yang tepat sesuai.
namun
tidak dengan
alur
dalam
tepat
dan
novel tidak
menyebutkan alasan dengan menyebutkan alasan dengan tepat atau tidak menyebutkan tepat atau tidak menyebutkan alasaan sama sekali.
Mampu
menyebutkan Menyebutkan
semua
alasan sama sekali. latar Hanya
menyebutkan
semua latar dengan tepat namun sebagian kurang tepat sebagian latar dan kurang dan lengkap dengan disertai atau kurang lengkap dengan tepat dan alasan yang kurang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
alasan.
disertai alasan.
178
lengkap.
Mampu menyebutkan sudut Menyebutkan sudut pandang Tidak menyebutkan sebagian pandang yang digunakan yang digunakan dalam novel latar dan kurang tepat dan dalam novel dengan tepat dengan kurang tepat atau alasan yang kurang lengkap. beserta alasan. Mampu semua
tanpa disertai alasan. menyebutkan Mmapu menyebutkan semua Tidak mampu menyebutkan
bahasa
digunakan
yang bahasa
dalam
yang
digunakan semua
bahasa
yang
novel dalam novel namun tidak digunakan dalam novel dan
beserta penjelasannya.
disertai penjelasannya.
tidak disertai penjelasannya.
Mampu memaparkan lebih Memaparkan kurang dari 2 Memaparkan 1 amanat yang dari 2 amanat yang relevan amanat yang relevan dengan relevan dengan isi cerita dengan isi cerita novel. Mampu
isi cerita novel.
memberikan Mampu
penjabaran
novel. memberikan Tidak mampu memberikan
mengenai penjabaran
mengenai penjabaran
mengenai
permasalahan pokok dalam permasalahan pokok dalam permasalahan pokok dalam novel secara singkat dan novel dengan tepat namun novel dengan tepat dan tidak jelas. Menyebukan
tidak singkat atau tidak jelas. unsur-unsur Menyebutkan
ekstrinsik dengan lengkap ekstrinsik beserta alasannya.
secara singkat dan jelas.
unsur-unsur Menyebutkan
kurang lengkap ekstrinsik
kurang lengkap
namun disertai alasan yang atau tidak disertai alasan. tepat.
Total Nilai Masimal
unsur-unsur
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
179
Penilaian 3: Pedoman penilaian afektif siswa di kelas Aspek Penilaian Antusiasme/menj adi
Skor 2 Siswa
Skor 1
menunjukkan
apresiasi Siswa kurang menunjukkan
pendengar pada teman yang membacakan apresiasi pada teman yang
yang baik.
hasil
pekerjaannya
dengan membacakan
menjadi pendengar yang baik.
hasil
pekerjaannya.
Menyumbangkan
Siswa aktif menyumbangkan ide Siswa
ide.
saat berdiskusi.
kurang
menyumbangkan
aktif ide
saat
berdiskusi. Kerja sama.
Siswa menunjukkan kerja sama Siswa kurang menunjukkan saat kerja kelompok.
kerja
sama
saat
kerja
kelompok. Kritis.
Siswa
mampu
memberikan Siswa
kurang
tanggapan terhadap novel yang memberikan
aktif tanggapan
mereka baca dengan alasan yang terhadap novel yang telah sesuai. Bahasa digunakan.
mereka baca.
yang Siswa menggunakan bahasa yang Siswa kurang menggunakan sopan saat bertanya kepada guru bahasa atau siswa lain.
yang
saat
bertanya kepada guru atau siswa lain.
Total nilai maksimal
sopan
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
180
Penilaian 4 (tugas individu): Pedoman penilaian kognitif merangkum novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple Aspek penilaian EYD
Skor 2,5 Maksimal
Skor 1,5
terdapat
kesalahan EYD. Diksi
Menggunakan
kesalahan EYD. bahasa Terdapat
baku Pemahaman
5 Terdapat lebih dari 5
kata-
kata/kalimat tidak baku.
nilai-nilai Mmapu menghubungkan Terdapat
yang terkandung dalam nilai-nilai
kehidupan dalam
kesalahan menghubungkan
novel dengan kehidupan yang terkandung dalam nilai-nilai sehari-hari
kehidupan
novel dengan kehidupan yang terkandung dalam sehari-hari.
novel dengan kehidupan sehari-hari.
Penulisan
Rangkuman yang dibuat Rangkuman yang dibuat singkat namun jelas.
terlalu kurang.
Total nilai maksimal
10
Nilai maksimal: P. 1+P.2+P.3+P.4 = 10 8
panjang
atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan Hasil analisis terhadap tokoh, latar, alur, tema, bahasa, dan masalah kemiskinan dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan sebagai berikut. Pertama, tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple antara lain: Iwan, Bocah Kecil, Abdul Hasim, Ngatinah, Wagini, Ngatemun, Isa, Inan, Rini, Mira, Prawira Dikrama, Tukinem, Ucup, Mami, Mimi, Yani, Audrey, Nico, Teguh, Imam, Teguh, Mul, Tukeri, Andi Hakim Nasution, Dindin, Yanti, Daus, Juliar, Kalista, Ati, Roby, Tika, Esther, Dody, dan Rima.
Semua tokoh
digambarkan berperan sebagai tokoh protagonis karena pada dasarnya semua tokoh yang terlibat dalam novel ini adalah tokoh-tokoh yang mendukung perjalanan hidup tokoh utama, yaitu tokoh Iwan. Pengarang menggunakan teknis pelukisan langsung dalam menghadirkan perwatakan setiap tokoh karena pengarang langsung mengemukakan watak mereka dan dibuktikan dengan pendeskripsian watak setiap tokoh melalui tingkah laku tokoh dan ciri fisik mereka. Kedua, latar dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple terbagi dalam tiga bagian yaitu: latar tempat, latar waktu, latar sosial. Latar tempat antara lain: Kota Batu Malang yang mengambil tempat diantaranya rumah keluarga Iwan di Gang Buntu, ruang tamu, Polresta Malang dan Kompleks
181
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
182
Penjara Lowokwaru, Terminal Batu, SD Ngaglik 1, SMP Negeri Batu, dan SMAN 1 Batu. Kota kedua yang menjadi latar tempat yaitu Kota Bogor yang mengambil tempat di Kos Tegal Mangga, Kos di Daerah Bapeund, dan IPB. Kota ketiga yaitu Jakarta yang mengambil tempat di Perkantoran di jalan Jenderal Sudirman. Kota terakhir yang menjadi latar tempat yaitu Kota New York. Di New York terdapat beberapa lokasi yang menjadi latar tempat, diantaranya studio kecil di Sullivan Street, SoHo, Manhattan, Studio Jivamukti Yoga, dan Kantor Nielsen di New York. Latar waktu dalam novel ini ditunjukkan dengan tahun, yaitu tahun 1948 saat pengarang menceritakan kembali riwayat orang tua Iwan dan cerita berakhir di tahun 2009 ketika pengarang menceritakan kepulangan Iwan dari New York. Latar sosial antara lain: berhubungan dengan kehidupan sosial tokoh utama dengan masyarakat yang diceritakan dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple. Kehidupan sosial tokoh utama dan masyarakat dalam novel ini pada umumnya digambarkan berada dalam garis kemiskinan. Masalah kemiskinan ini yang menjadi alasan tokoh utama, yaitu Iwan bersemangat mendapatkan pendidikan yang tinggi supaya kelak dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya. Terdapat perubahan cara pandang yang lebih modern dari tokoh utama dalam menghadapi kemiskinan daripada cara pandang orang tua, leluhurnya, dan masyarakat di sekelilingnya yang hanya mengandalkan mata pencarian yang biasa dilakukan warga Kota Batu, yaitu menjadi sopir, pedagang, dan buruh. Ketiga, alur yang digunakan dalam novel ini yaitu alur campuran jika dilihat berdasarkan urutan waktu. Jika dilihat berdasarkan kriteria jumlah, novel ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
183
menggunakan alur sub-subplot karena terdapat lebih satu tokoh yang diceritakan. Jika dilihat berdasarkan kepadatannya, novel ini menggunakan alur padat. Jika dilihat berdasarkan kriteria isi, novel ini menggunakan alur peruntungan. Keempat, tema sentral dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple yaitu pendidikan, sedangkan tema khususnya adalah “ Perjuangan memperoleh pendidikan di dalam keterbatasan ekonomi untuk taraf hidup yang lebih baik”. Kelima, bahasa yang digunakan dalam cerita novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple lebih banyak menggunakan Bahasa Indonesia, namun terdapat pula sedikit penggunaan Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa. Keenam, analisis masalah kemiskinan dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple. Permasalahan kemiskinan dalam novel ini merupakan masalah kemiskinan terstruktural karena penyebab kemiskinan berkaitan dengan berbagai hal, antara lain: faktor individu, faktor sub-budaya, faktor struktural, dan faktor keluarga. Berdasarkan analisis penelitian tersebut, peneliti berusaha mengimplementasikan hasil penelitian tersebut sebagai materi pembelajaran sastra di SMA kelas XI, semester 1 untuk KD: menganalisis unsurunsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan dalam bentuk silabus dan RPP. 6.2 Implikasi Penelitian terhadap novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan membuktikan ada masalah kemiskinan yang dapat digali sebagai pembelajaran Bahasa Indonesia dan dapat digunakan sebagai bahan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
184
refleksi dalam kehidupan bermasyarakat. Analisis struktural yang meliputi: tokoh, penokohan latar, alur, bahasa, dan tema juga dapat menambah pengetahuan untuk bidang kajian sastra. Dalam bidang pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA, khususnya untuk siswa kelas XI semester 1. Langkah konkret pembelajaran novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan sebagai materi pembelajaran sastra disajikan dalam bentuk Silabus dan rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Silabus dan RPP tersebut digunakan untuk kelas XI semester 1 karena disesuaikan dengan kemampuan siswa dan perkembangan materi yang sudah dan harus dikuasai siswa. 6.3 Saran Penelitian terhadap novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan diharapkan bermanfaat terhadap ilmu sastra. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan alternatif untuk pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini baru menganalisis tokoh, latar, alur, bahasa, tema, dan masalah kemiskinan. Masih banyak permasalahan yang menarik dalam novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan yang dapat dijadikan bahan penelitian. Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat mengangkat permasalahan yang berbeda dari sudut pandang lain sebagai obyek penelitiannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Daftar Pustaka
Agusariyanto, Catur. 2012. Inkuiri Terbimbing. http://zifararaca.blogspot.com/2012/07/inkuiri-terbimbing.html, diakses 29 Juli 2013. Andespi, Miko Saputra. 2011. Beberapa Konsep http://mikokuantan.blogspot.com/2011/04/beberapa-konsepkemiskinan.html, diakses 24 Mei 2013.
Kemiskinan.
Ariefana, Pebriansyah. 2011. Novel '9 Summers 10 Autumns': Anak Sopir Angkot Jadi Direktur di New York. http://hot.detik.com/read/2011/03/25/103810/1601039/1059/novel-9summers-10-autumns-anak-sopir-angkot-jadi-direktur-di-new-york, diakses 27 Maret 2013. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Davonar, Agnes. 2008. Surat Kecil untuk Tuhan. Jakarta: PT Percetakan Penebar Swadaya. Diastara, Vinsens. 2011. Kesenjangan sosial. http://vidi1702.blogspot.com/2011/11/kesenjangan-sosial.html, diakses tgl 19 Desember 2012. Djoko Damono, Sapardi. 1978. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat. Djoko Pradopo, Rachmat. 2011. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Caps. Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturakisme Genetik sampai Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Febriana, Enny. 2010. Teori Kemiskinan. http://www.google.com/search?q=enny+febriana+teori+kemiskinan&ie=ut f-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a. Diakses 27 Maret 2013.
185
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
186
Hamzah, Adjib. 1985. Pengantar Bermain Drama. Bandung: CV Rosda. Hendropuspito OC.1989. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Kanisius. Jabrohim. 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kurniawan, Heru. 2012. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. Muslich, Masnur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan): Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara. ____________. 2007. KTSP: Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Berbasis
Kompetensi
dan
Nasir, Mohammad.1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nasoetion, Andi Hakim. 2012. Iwan Setyawan : Penulis Buku “9 Summers 10 Autumns, dari Kota Apel ke The Big Apple”. http://cda.ipb.ac.id/new/ina/?p=2375, diakses 1 Juli 2013. Ninghandayani. http://www.damandiri.or.id/file/ninghandayaniumsaddbab2.pdf. diakses 27 Maret 2013. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Rahmanto.1988. Metode Pengajaran Sastra.Yogyakarta:Penerbit Kanisius. Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _________________. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari Strukturalisme hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang. Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta. Gama Media.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
187
Setyawan, Iwan. 2011. 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple. Jakarta: PT Gramedia. Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Soekanto, Soerjono. 1986. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali. _______________. 2002. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. ______________. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI-Press. Wahyuningtyas, Sri, dan Wijaya Heru Santosa. 2011. Sastra: Teori dan Implementasinya. Surakarta: Yuma Pustaka. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia. Stanley. Resensi Novel 9 Summers Autumns.http://www.yousaytoo.com/resensi-novel-9-summers-10autumns/3436566, diakses 27 Maret 2013.
Wijaya,
10
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra.Yogyakarta: Pustaka. Wordpress. Agztncy. 2012. Analisis Unsur Intrinsik Novel 9 Summer 10 Autumns Dari Kota Apel Ke The Big Apple Karya Iwan Setyawan Dan Usulan Pembelajaran Dengan Menggunakan Model Sinektik Pada Siswa Kelas IX SMP. http://agztncy.wordpress.com/2012/01/24/analisis-unsur-intrinsiknovel-9-summer-10-autumns-dari-kota-apel-ke-the-big-apple-karya-iwansetyawan-dan-usulan-pembelajaran-dengan-menggunakan-model-sinektikpada-siswa-kelas-ix-smp/, diakses 27 Maret 2013. Yuventia, Yuniwati BYPM. 2012. http://yuni_yuven.blog.undip.ac.id/2012/05/23/strategi-menyiapkanbahan-ajar/,diakses tgl 19 Desember 2012.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1: Kutipan novel 9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan yang mengandung unsurunsur intrinsik (tokoh, penokohan, latar, alur, tema, dan bahasa) dan masalah Kemiskinan No
1
Judul Novel
9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple
Unsur-Unsur Intrinsik dan Masalah Kemiskinan Tokoh
Kode Data
Deskripsi Data
(1)
Biasanya, aku bertemu dengan beberapa anak-anak muda di sepanjang gang, yang selalu memberikan pujian, “Pak Iwan, Pak Iwan, kecil-kecil udah kerja neh. Wah, hebat neh Pak Iwan.” (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 183). (5) Aku pernah menang lomba nyanyi solo di tingkat Kecamatan Batu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 64). (6) Selain kegiatan bernyanyi, aku juga pernah mewakili SD untuk lomba puisi dengan prestasi yang membanggakan. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 65 (7) Ada beberapa pementasan yang ia produksi selama aku mengikuti kegiatan teater ini dan aku belajar banyak mengenai etos kerja di teater: kerja keras, disiplin, dan kesabaran. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 75). (9) Barusan aku dipromosikan menjadi Senior Manager, Operations Nielsen Consumer Research New York… . (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 113). (10) Anakmu ini dipromosikan jadi Direktur Internal Client Management. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 164). (11)
“As always, yoga class is healing. Aku selalu menemukan kesegaran baru di tengah-tengah hiruk pikuk kota ini. Yoga memberi napas baru.
188
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 30). (12)
(13)
(14)
(15) (16)
(23)
(24) (26)
Dan setelah peristiwa penodongan itu, aku sering melihat bocah kecil berbaju merah putih itu di sekelilingku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 5). Di tengah kepanikan, sekelebat kulihat bocah kecil memakai celana pendek merah dan baju putih berkerah, persis seperti seragam SD-ku dulu, berdiri di atas jembatan. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 3). Sambil melihat lalu-lalang anak-anak muda di jalan East Village, beberapa yellow cab yang meluncur di sela-sela hujan salju, dan Mr.lan yang sibuk mengantarkan makanan untuk “delivery” dengan sepeda tuanya, tiba-tiba seorang anak laki-laki yang sangat aku kenal muncul di balik jendela kaca. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 67) Bapakku, Abdul Hasim, hanya bisa mengingat tahun kelahirannya, 1948. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 23). Sayangnya, bapak harus putus sekolah karena tidak ada biaya. Ia hanya mengecap pendidikan sampai kelas 2 SMP dan memutuskan untuk bekerja penuh sebagai kenek angkot bersama Pak Ucup. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 25). Ibu tidak bisa menyelesaikan sekolahnya di SD Taman Siswa Batu karena penyakit gatalnya ketika memasuki ujian akhir. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 33). Ibu Wagini, nenekku, yang kupanggil dengan sebutan “Mak Gini” berkulit putih. (9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 32). Orangtua mereka adalah pasangan bapak Ngatemun dan Ibu Wagini. (9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm.31).
189
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(28)
Kakak pertamaku, Siti Aisyah, lahir 1 Maret 1971 adalah pembuka jalan (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 38).
(31)
Mbak Isa menikah dengan Papik di usia ke -28 dan dikaruniai dua buah hati, Danii dan Aulia. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 40). Tiba-tiba aku terkenang kakak keduaku yang menyukai puisi dan sastra. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 43).
(34) (36)
(37)
(41) (42)
(45)
(47) (48)
Mbak Inan sekarang menjadi staf pengajar di salah satu universitas swasta di Malang dan staf KPU di Batu. Ia menikah dengan Mas Hari Nugroho dan memiliki dua permata hati, Alya dan Ari. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 48). Dihatiku, ada tempat khusus untuk adikku ini, Rini Agustina yang lahir 8 Agustus 1976. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 49). Adikku yang menikah dengan Agus ini telah dikaruniai satu putra, Ridho. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 52). Rumah yang warnanya bertambah dengan kehadiran adik tercinta kami, Mira Fatmawati. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 55). Semasa SMA, Mira juga mengikuti kegiatan teater, tempat ia menguji kerapuhan jiwa… . (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 56). Berkat Bu Tata pula Mira bisa bekerja di Komisi Flu Burung Indonesia Jakarta. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 58). Mira yang telah menikah dengan Kendik, Teman SMA-nya dulu, tinggal di rumah kecilnya di Karawang. Pasangan ini dikaruniai seorang putri bernama Ayu Medina.
190
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(49), (50)
(51)
(53)
(54)
(56)
(61)
(63)
(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 58). Bapakku, Abdul Hasim, hanya bisa mengingat tahun kelahirannya, 1948. Orang tuanya yang berasal dari Sleman, Yogyakarta, pun tak bisa memngingatnya. Hanya 1948. Orang tuanya, Pak Prawira Dikrama, petani padi yang menikah dengan Bu Tukinem, ibu rumah tangga yang kadang berjualan tempe dan kadang membantu bertani. Keduanya tidak pernah duduk di bangku sekolah. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 23-24). Sepulang sekolah, Bapak bekerja sebagai kenek mobil angkutan bersama Bu Agik, Pak Ucup. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 24). Ia memutuskan untuk bekerja membantu Mbak Mami, adik ibuku yang menjadi bidan desa. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 51). Akhirnya, berkat dorongan Ibu dan Mbak Mami, Rini mencoba sesuatu yang baru. Ia menjadi guru kontrak di salah satu sekolah negeri di Junggo yang saat itu sedang membutuhkan tambahan guru (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 51-52). Aku mulai mendayung dan di perjalanan ini aku bertemu dengan Mas Yani, seorang sahabat, seorang guru teater SMA. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 74). Kami tak lagi ke kelas yoga bersama. Meskipun masih ada kesedihan tersisa, aku masih berteman baik dengan Audrey. Dia menikah di musim gugur yang ke-9. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 82). Dikesempatan inilah, aku mengucapkan terima kasih kepada Nico atas inspirasi dan pertemuan yang mengubah hidupku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 93).
191
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(65), (66) (69) (71) (74)
(76)
(81)
(84)
(85)
Kami dijemput Mas Imam, kakak kelas dari SMAN 1 Batu yang kuliah di IPB. Aku bersama Teguh, salah satu teman yang lolos PMDK menginap di tempat Mas Imam untuk sementara waktu sebelum mendapatkan kos. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 97). Mas Mul mengajariku mengaji selepas Subuh atau Magrib. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 110). Uang pinjaman dari Lek Tukeri aku pakai untuk membayar uang kuliah dan kos. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 116). Di antara mahasiswa yang datang malam itu ada kakak kelasku di jurusan Statistika, Mas Dindin Kusdinar. Saat itu ia telah bekerja di departemen Customized Research, Nielsen, Jakarta, sebagai Data Processing Executive, sementara aku sendiri sedang mencari-cari pekerjaan sambil menunggu wisuda. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 147). Memasuki lantai 15, Mbak Yunita, resepsionis, menyambutku dan mengantarku ke kantor Mbak Yanti Nisro, Director Data Processing dan Management Information System. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 153). Setelah kurang-lebih empat puluh lima menit, Mbak Yanti mengundang senior manager dari departemen Data Processing, Bapak Juliar Arfandi untuk bergabung bersama kami di kantornya. Bapak Juliar atau „Babe‟ berumur sekitar 60 tahun. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 154). Matanya sedikit sipit, hidungnya tak seberapa mancung, alis tipisnya tertata rapi, tulang pipinyanya sedikit menonjol, tak seperti kebanyakan tulang pipi orang Indonesia. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 160). Tak ada I love you. Tak ada good bye. Hanya I will miss you. Kalista pulang ke Jakarta. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 161).
192
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kami berteman baik sampai sekarang dan tak tahu kemana masa depan akan membawa daun kecilku, daun kecilnya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 162). (87) Mbak Nurati Sinaga adalah manajer Mas Fidi di Departemen Customized Research. Aku hanya mengenalnya di bulan-bulan pertama saat bergabung dengan Nielsen Jakarta. Seperti halnya Mas Fidi, Mbak Ati juga lulusan dari Amerika dan aku dulu begitu segan untuk mendekati anak-anak lulusan luar ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 184). (2) Memasuki dunia baru ini pula aku menyadari bahwa aku tidak bisa mengandalkan kegiatan fisik karena tubuhku yang lebih kecil dan pendek dibandingkan teman-teman seusiaku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 68). (3) Memasuki SMP, aku merasa dekat dengan”tantangan” bahwa seorang laki-laki, apalagi anak laki-laki satu-satunya, harus bisa mandiri dan kelak bisa membantu nafkah keluarga. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 68). (4) Dengan kerja keras, aku selalu bertahan di ranking tiga besar dari kelas 1 sampai kelas 3 dan aku juga berhasil lolos mendapatkan PMDK di Institut Pertanian Bogor Jurusan Statistika. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 85-86). (8) Aku kebetulan berada di kelompok yang “baik-baik” dan berprestasi. Grup ini juga kebetulan mewakili grup anak dari orangtua mampu, seperti pengusaha anggrek, petani apel yang sukses, petambak, guru, atau pedagang besar di pasar. Aku satu-satunya anak sopir angkot di grup ini. Aku sering sekali merasa “kecil” dan ingin menyendiri, tapi aku harus berlayar, aku tak bisa diam sendiri. Di persahabatan inilah aku mendapatkan banyak inspirasi. Aku termotivasi dan ingin seperti mereka. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 84). (86)
2
9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple
Penokohan
193
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
Setelah beberapa tahun menyopir, Bapak berusaha mandiri. Berkat tabungan berpuluhpuluh tahun, ia berhasil membeli mobil bekas seharga sekitar dua juta pada tahun 1980. Sukses yang besar saat itu dan membanggakan kami. Bapak tak lagi harus menyetorkan sebagian uang hasil kerjanya ke “juragannya”. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 26). Malam itu, sehabis ayahku pulang kerja, pulang dari angkotnya, something happened. Ia capek dan mungkin putus asa karena tidak mendapatkan uang cukup hari itu. Mungkin juga karena anaknya yang lain, angkot tuanya, harus masuk bengkel lagi setengah hari. Sementara kebutuhan minggu itu sudah menumpuk. Kami harus makan, bayar listrik dan uang sekolah. Bapak melemparkan emosinya ke Ibu. Ini bukanlah pertama kalinya mereka beradu pendapat, tapi malam itu things were so bad. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm.210). Memasuki tingkat dua, aku harus membayar uang kuliah dan kos, bersamaan dengan Mbak Inan yang harus membayar uang kuliahnya juga. Kami mencoba apa pun yang kami bisa! Bapak bekerja lebih malam sebagai sopir truk,… (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 114). Ibuku, Ngatinah, adalah cinta, kesederhanaan, dan ketegaran. Ibu yang lahir dan dibesarkan di Batu, 10 Mei 1953, tidak pernah merantau keluar kota. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 30-31). Ibu dengan ketegarannya menghidupi dirinya, Mbak Isa, dan bayi di kandungannya dengan menjual atau menggadaikan barang-barang yang tersisa di rumah. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 27). Kami sering melihat awan gelap di atas rumah, kadang badai. Apalagi kami menginjak besar. Biaya seragam, dan buku-buku membengkak. Kebijakan Ibu menyelamatkan kami semua. Ketegarannya menghadapi kesulitan ini, ketekunannya, airmatanya, membawa kami melalui awan gelap itu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 35).
194
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(25)
(27)
(29)
(30)
(32)
(33)
Kecantikannya memancar dan ia selalu memakai kebaya. Ia tidak pernah mengenyam dunia sekolah dan hanya bekerja sebagai calo ditempat pegadaian setengah hari. Dari sinilah ia mulai mengenal angka dan huruf. Dari sinilah ia mulai bisa menggerakkan pena, mengeja kata-kata sederhana. (9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 32). Bapak Ngatemun adalah bekas polisi yang pernah ikut berlayar sampai ke Mekah, tapi harus meninggalkan pekerjaannya karena Mbok Pah, mertuanya menginginkan dia tinggal di Batu, mengikuti prinsip “ mangan ora mangan sing penting kumpul”. Bapak Ngatemun yang sangat pendiam ini akhirnya memilih menjadi penjual jam tangan bekas di Pasar Batu. (9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 31). Dia menjadi terkenal di SD karena ranking dan kemampuan matematikanya di atas ratarata. Kepintaran dan kedekatannya dengan buku-buku pelajaran menjadi inspirasi kami. Kami ingin pintar seperti Mbak Isa. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 38). Meskipun rangkingnya pernah turun ke peringkat 16 di puncak serangan penyakit asma, kakakku juga pernah menjadi juara umum di SMA. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 39). Ia berhasil menembus tes pegawai negeri di urutan nomor 5 dari ratusan peserta yang ikut saat itu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 41). Ia bernama Rohani, lahir 16 Agustus 1972 di Batu juga. Mbak Inan, begitu kami memanggilnya, adalah anak bangsa yang tegas, tangguh, dan kuat. Ketika anak-anak lain merengek waktu akan berangkat sekolah, ia selalu siap dengan cerianya, dengan bedak yang tidak rata dimukanya. Ketika anak-anak lain malu-malu maju ke depan kelas untuk menyanyi, kakakku yang jago baca puisi ini mengacungkan tangan, ingin tampil ke depan . kami tidak tahu
195
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(34)
(38)
(39)
(40) (43)
(44)
dari mana keberanian itu lahir. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 43). Bahkan untuk mendorong mobil angkot Bapak yang sering rewel di pagi hari, kami selalu mengandalkan Mbak Inan yang kelihatan besar daripada kami semua. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 45). Rini yang berkulit lebih putih dari kami semua dan rambut hitam yang tebal, dengan ketekunannya, dengan kebesaran hatinya, melalui hari-hari bersama alat-alat dapur, buku-buku pasien, sapu, dan kain pel. Ia selalu bangun pagi, naik angkot oranye ke Desa Junggo tempat Mbak Mami berpraktik, menghabiskan siang di sana dan kembali pada malam hari dengan angkot oranye. Ketekunan, ketegarannya untuk mencari uang, melelehkan hati kami semua. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 51). Rini menjadi adik kelasku di SD Ngaglik I dan terlihat ia lebih menyukai ilmu keterampilan, seperti menyulam, membuat boneka gajah dari kapas, atau membuat durian dari bola plastik. Tangan kecilnya begitu terampil. Prestasinya hanya rata-rata tetapi ia selalu berhasil masuk sekolah negeri. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 50). Setelah lulus kuliah, Rini mengikuti tes calon pegawai negeri dan lolos!... . (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 52). Tubuh kecilnya, kulit coklatnya yang sedikit gelap, dan wajahnya yang manis memberikan kesegaran pada rumah ini. Ia yang tak bisa bernyanyi (selalu fals), adalah cermin keluguan, kesederhanaan, dan kelembutan hati. Aku melihat ibuku dalam jiwanya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 55). Mira yang selalu rendah diri dan tak jarang minder ini bertemu dengan orang-orang “besar” di kota ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 58).
196
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(46)
(52)
(55)
(57) (58)
(59)
(60)
Prestasi Mira di SD dan SMP selalu di atas rata-rata dan memperlihatkan prestasi yang menonjol ketika ia memasuki bangku SMA. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 56). Pak Ucup yang kukenal mempunyai pandangan hidup yang modern dan etos kerja yang sangat luar biasa. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 24). Bu Mimi, tetanggaku yang masih melajang di usianya yang sudah hampir 50 tahun, seorang pedagang di pasar sayur Batu, mungkin tak tega melihat rumah kecil kami yang penuh sesak untuk tujuh orang. Ia menawari Rini untuk tidur di rumah besarnya yang berkamar tiga. Rini mengurusi rumah Bu Mimi, menyapu, mengepel lantai, atau mencuci piring. Ia mendapatkan 150 rupiah per hari untuk kerjanya, untuk tangan kecilnya. Bu Mimi juga menawariku untuk membantu berdagang di pasar sayur, seperti membuat teh panas, mengantar dan mengambil barang dari toko, atau ikut menjaga toko. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 71) Mas Yani seorang nakhoda kuat yang membawa perahu besar untuk kami, Teater Pandu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 74). Tidak mudah bekerja dengannya, karena ia selalu meminta kesempurnaan. Semuanya, mulai dari casting, kostum, musik, panggung, make-up, sampai dengan tiket. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 75). Namanya, mari kita sebut saja Audrey. Ia bukan orang Indonesia. Ia dibesarkan di Connecticut dan bekerja di salah satu accounting and consulting firm ternama di dunia. Usianya tiga tahun lebih muda dariku tapi kariernya sudah matang. Audrey yang berambut pendek ini lebih tinggi dariku, apalagi jika ia mengenakan high heel-nya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 78). “I know it’s not a problem for both of us to have different religion,” katanya di sepanjang perjalanan pulang dari kelas yoga. Ada kegelisahan yang dalam di wajahnya. “My
197
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(62)
(64)
(67)
(68)
(70)
parents has been asking me,” lanjutnya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 81). Di masa SMA dulu, kami pernah menerima seorang pelajar dari Kanada untuk program pertukaran pelajar. Ia adalah bule pertama yang menginjakkan kaki di sekolah di bawah Gunung Panderma. Nicolas Auclair berasal dari Montreal, Quebec, Kanada dan Indonesia adalah negar pertama yang ia kunjungi untuk pertama kalinya, sendiri, di usianya yang baru 16 tahun. Anak muda berkulit putih yang terbiasa dengan kehidupan modern ini, dengan keberanian dan keingintahuannya tentang dunia yang lain, yang berbeda, memilih Indonesia. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm.91-92). Pada banyak kesempatan, Nico yang mempunyai tato bendera merah putih di pergelangan tangannya sering terlihat berkaca-kaca mengenang kembali Indonesia. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 93). Teguh yang pendiam ini begitu teguh, tidak pernah meledak menjadi tangis seperti diriku. Ia selalu menemaniku pergi ke wartel setelah pukul sembilan malam untuk menunggu diskon sambungan langsung jarak jauh, duduk di pinggir jalan, mendalami jiwa satu sama lain dan mencoba “melepas” kerinduan yang tak bisa terlepaskan. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 98). Mas Mul, yang menjadi teman sekamarku. Ia mahasiswa Statistika tingkat akhir yang selalu sabar menjawab banyak keingintahuanku akan hidupnya di Jakarta, tentang agama, keluarga, musik, masa lalu, rencana masa depan, dan terutama seluk-beluk perkuliahan di jurusan Statistika. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 102). Karena tidak ada jalan keluar lain, Bapak akhirnya harus meminjam uang ke saudaranya yang bekerja sebagai pedagang sayur di daerah Pulomas, Jakarta. Lek Tukeri bukanlah pedagang besar, tetapi mempunyai uang lebih dibandingkan kami. Ia seorang pekerja keras yang berhasil membangun hidupnya di Jakarta. Sayangnya, kesederhanaan,
198
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(71) (72)
(73)
(75)
kebaikan jiwa, dan keberhasilan usahanya tidak mampu menahan kekerasan kehidupan di Jakarta. Anak laki-laki tertua mereka, Sugeng, meninggalkan raganya setelah lulus dari SMA karena obat-obatan terlarang. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 115). Uang pinjaman dari Lek Tukeri aku pakai untuk membayar uang kuliah dan kos. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 116). Setelah menyelesaikan KKN, aku kembali ke Bogor untuk menyelesaikan skripsi. Pembimbingku adalah “orang besar” di jurusan Statistika, seorang statistikan yang tak hanya disegani di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara. Bapak Andi Hakim Nasution. Guru Besar Statistika dan Generatika Kuantitatif ini adalah pendiri jurusan MIPA di IPB dan pernah menjabat sebagai rektor IPB tahun 1978 sampai 1987. Tangan “besar”nya telah melahirkan intelek-intelek muda, yang tak hanya belajar ilmu statistika tetapi belajar tentang filosofi, semangat, dan keindahan ilmu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 146). Pak Andi tak hanya memberikan bimbingan dan merekomendaian buku-buku penting dalam skripsiku, ia juga memberian jiwanya. Aku merasa bangga dan bersyukur, seorang “besar” seperti Pak Andi telah menjadi bagian dari hidupku. Seperti hamparan padi yang berbenturan dengan pantai-pantai di Bali, aku melihat keindahan dan kemegahan dalam dirinya. Dengan tekad besar dan bimbingan Pak Andi, akhirnya aku bisa menyelesaikan skripsi dalam waktu kurang dari empat tahun. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 147). Malam itu, Mas Dindin, menunjukkan jalan besar yang tak aku sadari. Ia bercerita tentang pekerjaannya di perusahaan multinasional itu dan seluk beluk data processing executive. Malam itu juga, aku memberikan surat lamaran pekerjaan kepadanya, meskipun lowongan untuk posisi seperti dia belum tentu ada. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 152).
199
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(77)
(78)
(79)
(80)
(82)
(83)
Mbak Yanti yang berasal dari Semarang adalah lulusan Statistika IPB yang memulai karier di Nielsen Jakarta sebagai data processing executive juga. Prestasi professional yang bagus tahun demi tahun mengantarnya menjadi salah satu direktur paling muda di sana, di antara direktur-direktur lain yang sebagian besar ekspatriat. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 153). Mbak Yanti melihat kemampuan kerjaku dan mulai mempercayaiku untuk mengolah data dari negera lain, sesuatu yang belum pernah kami lakukan sebelumnya. Keberanian Mbak Yanti yang sempat terlihat “nekad” saat itu, menjadi inspirasi besar di kemudian hari. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 176). Firdaus Ria Herlambang, mahasiswa tingkat dua jurusan Biologi dari Bekasi yang berambut keriting dan jago main bola. Berbeda dengan Mas Mul, Daus adalah anak muda yang baru saja melepas seragam putih abu-abunya. Ia melihat dunia barunya dengan segar, dengan ribuan tanya dan mungkin dengan kecerobohannya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 138). Daus adalah saudara laki-laki yang tak pernah aku punya dan mengingatkan pada adik terkecilku, Mira. Keduanya begitu putih. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 138). Ketika Babe memasuki kantor Mbak Yanti, aku langsung merasakan kenyamanan dan ketenangan dari pembawaannya. Babe menyambutku seperti menyambut saudaranya, bukan anak kuliahan yang akan bekerja untuk timnya. Aku pun mengalir untuk “membuka diri”. Aku merasa diterima dan sekali lagi, hasil wawancara tidak penting lagi bagiku. Karena Babe dan Mbak Yanti memberikan banyak bekal dari wawancara itu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 154). Kalista, biar kupanggil dia demikian. Kami bertemu melalui situs Facebook kurang lebih setahun yang lalu. Dari album fotonya, aku menemukan keindahan. Bukan hanya dari
200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(88)
(89)
(90) (91)
3
9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple
Latar
L. Tempat
(92)
(93)
(94)
wajahnya tapi juga refleksi jiwanya, melalui kota-kota yang pernah ia kunjungi. Very well-travelled, pikirku… Ada beberapa fotonya yang sedang berpesta di Jakarta, tapi lebih banyak fotonya bersama keluarga dan anak-anak. A little good sign, pikirku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 158). Kini, Mbak Ati mencariku dan menawarkan pekerjaan sebagai data processing executive di New York. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 185). Pada Sabtu sore itu, seperti biasa aku mengikuti kelas yoga yang dipimpin guru favoritku, Rima. Hampir lima kai seminggu aku pergi ke kelasnya. Energy di kelasnya selalu luar biasa. Pesan spiritual talk-nya sederhana dan selalu membuka salah satu celah mata hati. Meditasi di akhir kelas memberikan istirahat yang dalam buat jiwaku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 78-79). Berkat Bu Tata pula, Mira bisa bekerja di Komisi Flu Burung Indonesia Jakarta. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 58). Di masa kuliahnya, ia mengenal Bu Tata, wanita yang berpandanagn luas, yang menjadi inspirasi adikku. Bu Tata yang berlatar pendidikan luar negeri, dengan pengalaman yang luar biasa dan buah pikiran yang diperhitungkan tak hanya di dalam negeri,menjadi jendela baru buat adikku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 57). Tak banyak kenangan indah masa kecilku di Batu, Malang. Tak banyak warna-warni yang muncul dari masa kecilku, dan tak banyak tawa yang bisa kuingat. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 8). Sering juga pada malam hari, aku terbangun, terbatuk-batuk karena dinginnya Kota Batu. Ibu selalu bangun membuatkan kopi panas untukku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 9). Ia akhirnya mengunjungi rumahku di bawah kaki Gunung Paderman. Menginjakkan kaki kembali di Kota Batu, selalu memberi napas baru yang menyegarkan.
201
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 200). Kerjaan menyopir ini memberi dia segalanya. Dengan pekerjaan ini, Bapak membawa kami ke perjalanan ke depan, bersama debu-debu jalanan, bersama polusi, bersama semilir angin Kota Batu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 26). Tidak ada jalur angkot khusus saat itu. Mereka bisa mengambil jalur Batu-Malang, Batu Pujon, atau Batu-Punten, tergantung ke mana kebanyakan penumpang saat itu. Pukul empat sore, ketika Kota Batu sudah mulai sepi, mereka kembali ke rumah. Bapakku mengantongi 5 rupiah sebagai upah kenek. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 25). Di rumah mungil berukuran 6x7 meter dan hampir tak berhalaman ini, kami bertujuh berbagi dua kamar tidur, satu ruang tamu kecil, satu dapur, dan satu kamar mandi. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 8). Di rumah mungil inilah cita-cita sederhana pertamaku mulai bersemi. Mempunyai sebuah kamar tidur sendiri, di lantai dua. Di atas dapur. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 7). Meskipun rumah kecil ini bukanlah rumah yang indah, kami selalu mencintainya. Kami selalu menjaga kebersihannya. Sedikitnya, kami mengepel lantai tiga kali sehari. Kakakku bahkan menemukan teknik tersendiri untuk mengepel lantai rumah ini dan dia selalu meyakinkan kami melakukan teknik itu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 16).
202
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(100) Di ruang tamu ini lima bersaudara berkumpul, bercerita, bertengkar, bercanda, dan berbagi kepahitan hidup tanpa kata-kata. Di ruang tamu ini aku mengenal dan mencintai keempat saudara perempuan dan orangtuaku. Di ruang tamu ini kami bisa melihat rumah bertingkat tetangga dengan ruang tamu yang lebih besar, lantai bertegel, dan pagar yang bagus. Di ruang tamu ini kami membaca, menulis, menangis, dan tumbuh bersama. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 8). (101) Kadang ruang tamu ini begitu penuh ketika kami kedatangan tetangga dan saudarasaudara dekat untuk menonton TV bersama. Aku salah satu yang paling galak dan suka sekali melototi tamu-tamu itu agar mereka tidak betah dan cepat pulang. Rumah kami begitu kecil dan aku merasa mereka mengambil ruang bermainku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 13-14). (102) Sebelum sidang dimulai, bapak mendekam sebagai tahanan di Polresta Malang selama seminggu. Tak ada uang angkot, Ibu harus menjual piring, baju bekas, atau mencari pinjaman ke sana-sini. Setelah sidang, Bapak masuk sel di Kompleks Penjara Lowokwaru Malang. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 27). (103) Setelah sarapan dengan Pak Ucup di warung jalanan, mereka mulai mencari penumpang di terminal Batu dengan oplet hijau merek Dodge tahun 1938 yang sebagian bodinya terbuat dari kayu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 25). (104) Rini menjadi adik kelasku di SD Ngaglik 1… . (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 50). (105) Seperti saudara-saudara yang lain, Mira juga memasuki sekolah-sekolah negeri, dari SD Ngaglik I, SMPN I, dan SMAN I Batu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 56).
203
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(106) Masa SMP adalah masa ketika aku merasa semain “kecil”. Aku ingin menjadi besar. Di sini aku mulai melihat keragaman teman-temanku dari berbagai sudut Kota Batu, aku melihat kompetisi yang baru, aku mulai melihat hidupku dari sisi yang berbeda, yang lebih dewasa. Mereka yang masuk SMP negeri ini adalah mereka yang kepintarannya di atas rata-rata, meerka yang sanggup membayar biaya sekolah yang tidak murah (untuk ukuran kami). Ada beberapa teman yang mempunyai latar belakang sama denganku, tapi bisa dihitung jari. Di sini aku merasa „kecil”, dan pada waktu yang sama, aku merasa api mulai memasuki tubuh kecilku. ….Aku belajar dengan tekun, mungkin lebih daripada teman-temanku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 69). (107) Memasuki SMAN 1, satu-satunya SMA negeri di Kota Batu, kakakku bisa mempertahankan prestasinya di tengah-tengah penyakit asma yang semakin parah. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 39). (108) Setelah lulus dari SMPN 1, Mbak Inan yang rajin mengaji ini melanjutkan sekolah di SMAN 1 Batu. Disamping bisa mempertahankan prestasi akademiknya, Mbak Inan juga aktif di OSIS dan mengikuti kegiatan teater. Sebagai adiknya, aku mengikuti jejaknya. Aku juga aktif di teater setelah memasuki SMA. Di teater ini kami mulai melihat pemandangan yang lebih luas daripada pemandangan dari jendela rumah kami. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 46). (109) Aku memakai seragam putih abu-abu di SMAN I Batu dan mulai mengenal diriku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 74). (110) Rini berhasil masuk SMPN 2 dan kemudian meneruskan ke SMA Negeri 1 Batu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 50). (111) Seperti saudara-saudara yang lain, Mira juga memasuki sekolah-sekolah negeri, dari SD Ngaglik I, SMPN I, dan SMAN I Batu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 56).
204
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(112) Aku bersama Teguh, salah satu teman yang lolos PMDK menginap di tempat Mas Imam untuk sementara waktu sebelum mendapat kos sendiri. Mas Imam tinggal di daerah Tegal Mangga, sebuah kampung di tengah-tengah Bogor yang penuh sesak dengan rumah kos, mahasiswa-mahasiswa daerah yang hidup dengan keprihatinan dan penduduk lokal Tegal Mangga. Kampus IPB Baranangsiang sendiri bisa ditempuh kira-kira sepuluh menit dengan berjalan kaki dari tempat ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 96). (113) Setelah berkeliling seputar kampus Baranangsiang, aku dan Teguh ke kos di daerah Bapeund di belakang terminal Baranangsiang. Sebuah rumah kos sederhana yang berlantai keramik tua dan cukup bersih, di tengah-tengah kampung yang sangat padat, di sepanjang aliran Sungai Ciliwung. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 102). (114) Dengan kerja keras, aku selalu bertahan di ranking tiga besar dari kelas 1 sampai kelas 3 dan aku juga berhasil lolos mendapatkan PMDK di Institut Pertanian Bogor Jurusan Statistika. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 85-86). (115) Prestasi Mira di SD dan SMP selalu di atas rata-rata dan memperlihatkan prestasi yang menonjol ketika ia memasuki bangku SMA. Dengan prestasi ini, ia berhasil lolos PMDK dan masuk jurusan Kedokteran Hewan di IPB. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 56). (116) Jurusan Statistika saat itu adalah salah satu jurusan favorit di IPB yang juga jurusan paling menakutkan. Jurusan yang hanya menerima sekitar 40 sampai 50 mahasiswa per tahun ini merupakan jurusan Statistika terbaik di Indonesia dan mempunyai standar sangat tinggi dalam penerimaan mahasiswanya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 102). (117) Ingatanku justru tak bisa terlepas dari pemandangan gedung-gedung bertingkat sekitar Jalan Jenderal Sudirman, di sepanjang perjalanan bus kota dari Rawasari ke Blok M.
205
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pusat bisnis di Jakarta ini terlihat megah. Beberapa profesional muda dengan rambut rapi, berdasi, membawa tas kerja sedang berjalan di sekitar gedung-gedung sungguh pemandangan yang tak pernah aku lihat langsung sebelumnya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 133). (118) Memasuki kantor Nielsen adalah pengalaman pertama kalinya aku memasuki perkantoran di jalan Sudirman, juga pertama kalinya aku memasuki sebuah kantor “executive”. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 152). (119) Dari beberapa apartemen yang pernah aku tempati di New York, akhirnya aku menemukan tempat yang paling nyaman, sebuah studio kecil di Sullivan Street, SoHo, Manhattan. Disinilah, aku bisa menyebutnya rumah keduaku. Di tengah keramaian SoHo, di antara butik-butik mewah, apartemen-aperteman tua yang masih gagah da legan, ratusan restoran, bar, atau kafe yang selau sibuk aku banyak meluangkan waktu sendirian di studio ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 11). (120) Meditasi di akhir kelas memberikan istirahat yang dalam buat jiwaku. Kelasnya selalu penuh. Yoga mat berjajar, berimpitan di dalam studio yang bisa memuat kurang-lebih 65 orang itu. Kelas sore itu berjalan seperti biasa, hingga mataku menangkap kesejukan di mata Audrey. Our eyes met and talked. Perhatianku ke kelas yoga pecah, aku tak bisa lagi mengikuti kelas sepenuhnya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 79).
206
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(121) Keesokan harinya, beberapa teman di kantor memberikan kejutan. Ketika makan siang tiba, aku dipanggil ke sebuah meeting room. Semua rekan kerja sudah berkumpul dan menyanyikan lagu Happy Birthday ketika aku membuka pintu. Beberapa macam pizza, termasuk tomato basil mozzarella pizza kesukaanku, sebuah chocolate cake, kartu ulang tahun gift certificate juga menantiku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 123). L. Waktu
(122) Bapakku, Abdul Hasim, hanya mengingat tahun kelahirannya, 1948. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 23). (123) Sayangnya, Bapak harus putus sekolah karena tidak ada biaya. Ia hanya mengecap pendidikan sampai kelas 2 SMP dan memutuskan untuk bekerja penuh sebagai kenek angkot bersama Pak Ucup. Ia memulai harinya sekitar jam 6 pagi. Setelah sarapan dengan Pak Ucup di warung jalanan, mereka mulai mencari penumpang di terminal Batu dengan oplet hijau merek Dodge tahun 1938 yang sebagian bodinya terbuat dari kayu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 25). (124) Tahun 1969, setelah empat-lima tahun menjadi kenek, Bapak mendapatkan Surat Izin Mengemudi dan memulai kerja baru sebagai sopir angkot. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 26). (125) Bapak tumbuh bersama asap jalanan sampai tahun 2005, sepanjang 36 tahun. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 26). (126) Ibu yang lahir dan dibesarkan di Batu, 10 Mei 1953 tidak pernah merantau keluar kota. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm.30-31). (127) Cinta bersemi selama 6 bulan di Pasar Batu dan mereka menikah pada tahun 1970. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 33). (128) Rumah ini dibangun pada tahun 1976, di atas tanah seluas 7 x 6 meter, seharga Rp 40.000. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 35).
207
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(129) Kakak pertamaku, Siti Aisyah, lahir 1 Maret 1971 adalah pembuka jalan. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 39). (130) Ia bernama Rohani, lahir 16 Agustus 1972 di Batu juga. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 43). (131) Di hatiku, ada tempat khusus untuk adikku ini, Rini Agustina yang lahir 8 Agustus 1976. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 49). (132) Kehadiran Mira, 10 Mei 1981, adalah sebuah kado, sebuah boneka untuk kami. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 55). (133) Setelah Bapak menjual mobil angkot untuk biaya kuliahku, beberapa sahabat SMA mengantar kepergianku ke Bogor pada Jumat pagi itu, di terminal bus Lorena Malang. Hanya Mbak Inan dari keluargaku yang mengantar saat itu. Dengan bawaan seadanya, aku dan dua temanku yang juga lulus PMDK di IPB tiba di Bogor keesokan harinya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 96). (134) 4 Oktober 1997 adalah salah satu hari yang paling indah dan paling menyentuh dalam hidupku. Sebuah perayaan hidup, sebuah kemenangan. Orangtua dan kakak pertamaku, Mbak Isa, datang ke Bogor untuk menghadiri wisudaku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 148). (135) Malam itu, Mas Dindin, menunjukkan jalan besar yang tak aku sadari. Ia bercerita tentang pekerjaannya di perusahaan multinasional itu dan seluk-beluk data processing executive. Malam itu juga, aku memberikan surat lamaran pekerjaan kepadanya, meskipun lowongan untuk posisi seperti dia belum tentu ada. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 152). (136) Pada suatu pagi, aku mendapatkan pesan dari bapak kos ada telepon dari Nielsen Jakarta untuk wawancara kerja. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 152) (137) Akhirnya berita datang. Beberapa minggu sebelum wisuda, Jalan Sudirman
208
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
memanggilku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 197). (138) Ini telepon interview pertama yang pernah aku lakukan. Karena perbedaan waktu 2 jam antara New York dan Jakarta, kami memutuskan untuk melakukannya di pagi hari waktu Jakarta. Pada hari Selasa itu, sekitar jam 7 pagi, sebelum AC diaktifkan, aku sudah menunggu telepon dari New York di meja kerjaku yang terbuka. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 188). (139) Pagi itu, 1 Oktober 2000, sekitar pukul sepuluh pagi setelah lebih dari 20 jam, pesawatku mendarat di John F. Kennedy Airport, New York. Sebelum mendarat di salah satu bandara tersibuk di dunia ini, aku terperangah melihat pemandangan New York dari udara. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 197). (140) Barusan aku dipromosikan menjadi Senior manager, Operations Nielsen Consumer Research New York! Nggak menyangka sama sekali sama sekali, setelah lima tahun di New York, dengan berbekal ijazah lokal, aku bisa meraih posisi ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 113). (141) Anakmu ini dipromosikan jadi Director Internal Client management. Opo iku? Entar aku telpon jelaskan. Pokoke iki gede Buk. Aku diberikan kepercayaan yang lebih besar di kantor ini. Setelah 8 tahun di New York, Buk, setelah ingin pulang tiap tahunnya, promosi ini lebih dari mimpiku, mungkin lebih dari mimpi kita semua digabungkan jadi satu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 164). (142) New York City, Januari 2009. Dengan pertimbangan yang berat, dengan kerinduan akan rumah kecilku yang selalu muntah dalam setiap langkah melalui jalanan di New York, dengan keberanian yang luar biasa, aku memutuskan berhenti dari Nielsen. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 195
209
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
L. Sosial
(143) Jika tamu duduk berlama-lama, Ibu akan mengambil cobek dan menggosok-gosokkan ulekannya di pintu dapur. Menurut dia dan kepercayaan Jawa, hal itu akan membantu mengusir tamu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 13) (144) Bapak Ngatemun adalah bekas polisi yang pernah ikut berlayar sampai ke Mekah, tapi harus meninggalkan pekerjaannya karena Mbok Pah, mertuanya menginginkan dia tinggal di Batu, mengikuti prinsip “mangan ora mangan sing penting kumpul”. Bapak Ngatemun yang sangat pendiam ini akhirnya memilih menjadi penjual jam tangan bekas di Pasar Batu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 31). (145) Ibu yang lahir dan dibesarkan di Batu, 10 Mei 1953 tidak pernah merantau keluar kota. Ia anak pertama dari tujuh bersaudara yang juga tidak pernah merantau jauh dari Kota Batu. Dua adiknya meninggal dunia pada usia 40-an, meninggalkan anak-anak dan istri mereka di kaki Gunung Panderman. Kehidupan dan rantai ketidakberuntungan membunuh mereka. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 31). (146) Semua saudara laki-laki ibuku menjadi sopir, bapakku seorang sopir, banyak sekali tetanggaku yang menjadi sopir, buruh pabrik, pedagang di pasar sayur. Hanya sedikit yang menjadi polisi atau pegawai negeri. Bagaimana aku akan membantu menafkahi keluargaku nantinya? Pernah tetanggaku bertanya apa cita-citaku, dan aku menjawab ingin jadi hansip. Tertawalah orang-orang disekitarku. Aku pikir hansip adalah militer juga. Aku tak ingin menjadi presiden saat itu karena semua anak kecil lainnya bercitacita menjadi presiden, wakil presiden, atau menteri, hanya karena tidak ada inspirasi di sekitar mereka! Inspirasi di sekitar begitu kecil tapi begitu dekat, seakan-akan aku akan terlahir menjadi sopir. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 62). (147) Menurut bapak, sopir adalah pekerjaan yang sangat bagus pada saat itu. Cita-cita tinggi
210
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
hanya menjadi angan-angan. Kerjaan menyopir ini memberi dia segalanya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 26). (148) Jutaan kilometer yang ia lalui tak hanya mengubah warna kulitnya menjadi legam, di perjalanan panjang itu pula hatinya tergores dan terpolusi. Bapak menjadi seseorang yang temperamental. Ia sempat berkenalan dengan minuman keras untuk memberi ruang pada rasa penatnya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 27). (149) Memasuki SMP, aku merasa semakin dekat dengan “tantangan” bahwa seorang laki-laki, apalagi anak laki-laki satu-satunya, harus bisa mandiri dan kelak bisa membantu nafkah keluarga. … Dengan keterbatasan itu pula, aku meyakinkan diri bahwa harus “bermain” serius dengan buku-bukuku, dengan otakku. Aku tak bisa melihat diriku melalui jalan yang ditempuh bapakku, jalanan yang mengubah warna kulit dan hatinya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 68). (150)
Di bawah atap rumah kecil ini, kami tak pernah merayakan ulang tahun, tak ada acara tiup lilin, balon warna-warni atau kue tart berhiaskan angka ulang tahun. Kami tak pernah minta perayaan ulang tahun, kami bahkan sering tak ingat ulang tahun satu sama lain ataupun ulang taun sendiri. Ritual ulang tahun saat itu adalah luxury yang tak penting. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 125). (151) Aku mungkin salah satu siswa terbaik di Batu, tapi di sini aku menjadi sangat “kecil” di tengah siswa berprestasi lainnya: siswa teladan nasional, finalis olimpiade matematika internasional, juara karya ilmiah nasional, dan sederet prestasi panjang lainnya. Aku pernah bilang kepada Ibu, jika aku gagal di sini, aku akan menabung dan mengembalikan semua uang biaya kuliah.” Coba dulu, belajar yang rajin, jangan takut”sebuah nasihat sederhana dan bijaksana dari Ibu yang meyakinkan diriku bahwa menjalani proses adalaha menjalankannya sekarang. Saat itu, dengan kerja keras dan
211
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(152)
(153)
(154)
(155)
melepaskan ketakuatan akan hasil yang didapat. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 103). Di kampus hijau ini nilai-nilai keagamaan dipegang begitu kuat, begitu dalam, begitu baru di depan mataku, yangtidak disiplin menjalankan ritual keagamaan sebelumnya. Aku sempat terkejut melihat tempat duduk yang terpisah antara mahasiswa laki-lai dan perempuan, pengajian harian di tempat kos, rutinnya salat Tahajud, membaca Alquran setelah salat Magrib sembari menunggu Isya, banyaknya organisasi mahasiswa Islam atau Kristen yang tak perna aku ketahui sebelumnya, mahasiswa dengan celana di atas mata kaki, jenggot panjang, atau banyaknya mahasiswi berjilbab. Pengetahuan agama dan praktik keseharianku yang sangat minim, menempatkan aku menjadi sebuah pencilan di kampus ini. Aku belajar salat lebih dalam. Aku menghafalkan ayat-ayat baru, menggali artinya, bahkan mengulas sedikit sejarahnya. Mas Mul mengajariku mengaji selepas Subuh atau Magrib. Aku mulai pergi ke mesjid untuk salat berjamaah dan mengikuti beberapa pengajian di kos maupun di kampus. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 110). Semenjak pindah ke Bogor, aku mempunyai kebiasaan baru. Aku selalu menanti tanggal kelahiranku dan “merayakannya”. Masih tanpa acara tiup lilin, tanpa balon warna-warni ataupun kue tart berhiaskan angka ulang tahun. Aku selalu menghabiskan malam ulang tahun bersama diriku, bersama malam dan warna-warni perenungan… . Aku biasanya keluar sekitar jam Sembilan malam, makan di tempat favoritku (sebagai kado kecil) dan berjalan kaki di sekitar kampus atau Kebun Raya Bogor. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 126). Keesokan harinya, kadang ada teman-teman iseng merayakan ulang tahunku, makanmakan di warung di kampus atau KFC. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 127). Di perusahaan multinasional ini, aku mulai melihat dunia luar. Aku mulai berinteraksi dengan rekan-rekan kerja kantor Nielsen di luar negeri, seperti Malaysia, Hong Kong
212
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(156)
(157)
(158)
(159)
dan Singapura. Aku mulai menyegarkan bahasa Inggrisku kembali, mempelajari bagaimana menulis e-mail yang cerdas dan bagaimana berkomunikasi lewat telepon “This is Iwan! How are you doing today?”. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 75). Sebagai seseorang yang baru memulai karier di Jakarta dan tinggal di daerah Tanah Abang, aku merasakan Jakarta tidak bersahabat tapi dinamikanya telah mematangkan jiwa mudaku, memunculkan “laki-laki” di diriku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 172). Aku selalu berperang dengan diriku, selalu berat memilih antara kesendirian atau hiruk pikuk kehidupan NYC; seperti perayaan ulang tahun, nongkrong di bar, piknik di Central Park, brunch bersama pada hari Minggu, pesta kecil di apartemen teman atau makan malam bersama di restoran favorit pada akhir pekan. Aku telah terbiasa sendiri dalam hidupku, belasan tahun. And let me also tell you, dear reader. Aku sebenarnya tak percaya diri untuk berkumpul dengan orang-orang di New York. anda kini telah tahu semua, bagaimana masa laluku. Tak mudah bagi anak seorang sopir angkot untuk masuk ke dalam kelas sosial yang lebih tinggi, jauh lebih tinggi. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 106). Selalu ada pertarungan besar di hatiku! Kadang aku paksakan juga untuk bergabung ke dalam kegiatan sosial ini. Karena kesendirian yang dalam, akan membunuh, pada akhirnya. Malam itu kami bertemu di Meat Packing District untuk makan malam. Canda tawa, makanan lezat, minuman yang menggoda, dan NYC crowd yang stylish menghiasi malam. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 107). Keesokan harinya, beberapa teman di kantor memberikan kejutan. Ketika makan siang tiba, aku dipanggil ke sebuah meeting room. Semua rekan kerja sudah berkumpul
213
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dan menyanyikan lagu Happy Birthday ketika aku membuka pintu. Beberapa macam pizza, termasuk tomato basil mozzarella pizza kesukaanku, sebuah chocolate cake, kartu ulang tahun beserta gift certificate juga menantiku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 123). (160) Seperti tahun-tahun sebelumnya, sudah menjadi tradisi kami merayakan ulang tahun bersama. Siapa yang berulang tahun, dia yang mentraktir. Dan yang ditraktir biasanya membawa kado. Beda sekali dengan budaya Amerika, yang ditraktir adalah yang berulang tahun. Kai ini, aku mengajak mereka makan malam di restoran Italia di daerah Meat Packing District, pilihan Ms. Social, Indira. Aku juga mentraktir beberapa teman dekat di kantor. Ada rezeki tambahan saat itu, sekalian syukuran. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 124). (161) Jivamukti Yoga seperti tempat rehab bagiku, rumah spiritualku, tempat pencucian kotoran hidup, pemurnian diri. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 30). (162) Namanya, mari kita sebut saja Audrey. Ia bukan orang Indonesia. Ia dibesarkan di Connecticut dan bekerja di salah satu accounting and consulting firm ternama di dunia. Usianya tiga tahun lebih muda dariku tapi kariernya sudah matang. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 78). (163) Setelah saling bertukar beberapa e-mail siang itu, keesokan harinya, seperti tak mau menunda lagi, aku bertemu dengan Audrey seusai yoga. Kami berbincang selama berjam-jam tentang hidupnya, yoga, dan spirituality di Blue Ribbon, restoran Jepang favoritnya di West Village. Sangat mudah untuk terus menggulirkan bola perbincangan dengannya. This is quite a connection, pikirku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 81).
214
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple
Alur
(164) “I Know it’s not problem for both of us to have different religion,” katanya di sepanjang perjalanan pulang dari kelas yoga. Ada kegelisahan yang dalam di wajahnya. “My parents has been asking me,” lanjutnya. “I can totally understand them,” kataku singkat, tak mampu melanjutkan perbincangan. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 81-82). (165) Siang itu, 4 Juli 2001, sekitar pukul dua. Mungkin semuanya akan berakhir, sebelum aku bisa membangun kepingan hidup di sini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 2). (166) Tak banyak kenangan indah dari masa kecilku di Batu, Malang. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 8). (167) Aku pun menguatkan diri bercerita tentang Ibu walau sedikit khawatir jika cerita ini terlalu muram untuknya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 30). (168) Duduk di TKS, salah satu tempat nongkrong umum di Times Square, sambil melihatlihat kegagahan New York di malam hari itu, aku bercerita tentang kakak pertamaku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 38). (169) Lembaran kenangan pun melayang, menelusuri hidup bapakku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 23). (170) Aku pun menguatkan diri bercerita tentang Ibu walau sedikit khawatir jika cerita ini terlalu muram untuknya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 30). (171) Duduk di TKS, salah satu tempat nongkrong umum di Times Square, sambil melihatlihat kegagahan New York di malam hari itu, aku bercerita tentang kakak pertamaku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 38). (172) Tiba-tiba aku terkenang kakak keduaku yang menyukai puisi dan sastra. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 43). (173) Akhirnya, kutuliskan saja sebuah cerita tentang adikku, untuknya.
215
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple
Tema
6
9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple
Bahasa
(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 49). (174) Dengan kerja keras, aku selalu bertahan di ranking tiga besar dari kelas 1 sampai kelas 3 dan aku juga berhasil lolos mendapatkan PMDK di Institut Pertanian Bogor Jurusan Statistika. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 85-86). (175) Akhirnya berita datang. Beberapa minggu sebelum wisuda, jalan Sudirman memanggilku. Aku kembali merasakan tetesan air hujan di kepalaku, di depan rumah kecilku bersama Bapak tercinta. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 164-165). (176) Barusan aku dipromosikan menjadi Senior Manager, Operations Nielsen Consumer Research New York! Nggak menyangka sama sekali, setelah lima tahun di New York, dengan berbekal ijazah lokal, aku bisa meraih posisi ini. Siapa sangka, anak sopir bisa hidup di New York dan mendapatkan penghargaan seperti ini. Ini lebih dari mimpiku. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 113). (177) Perjuangan keluargaku bagaikan sesuatu yang tak mungkin dilakukan. Seorang sopir truk dengan dua anak kuliah, di Bogor dan di Malang, dua anak lagi masih di SMA dan SMP! Gelombang semakin besar, tapi pelayaran kami tak berhenti. Kami terus maju, kami terus memberanikan diri, karena berdiam hanya menunggu badai. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 99). (178) Dengan keterbatasan itu pula, aku meyakinkan diri bahwa harus “bermain” serius dengan buku-bukuku, dengan otakku. Aku tak bisa melihat diriku melalui jalan yang ditempuh bapakku, jalanan yang mengubah warna kulit dan hatinya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 68). (179) Karena aku sering batuk-batuk pada malam hari, Bapak membuatkan ranjang bambu. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 9). (180) “How? I have only seen you two days ago. Where have you been before?” aku taruh pizza di tanganku.
216
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple
Masalah Kemiskinan
(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 7). (181) Aku teringat kalimat yang aku sampaikan ke Ibu suatu hari karena keputusasaanku, “Buk, aku kesel, mlarat terus” –Ibu, aku capek, miskin terus. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 115). (182) And I’m going On an ill wind That carries me Here and there, Like a Dead leaf (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm 82). (183) Sepi. Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencekung punda Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 53). (184) Menurut bapak, sopir adalah pekerjaan yang sangat bagus pada saat itu. Cita-cita tinggi hanya menjadi angan-angan. Kerjaan menyopir ini memberi dia segalanya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 26). (185) Dalam perjalanan itu, ia sempat mendekam di penjara selama sebulan karena menabrak dua orang yang sedang mengendarai Vespa. Beruntung tidak ada nyawa yang terenggut atau cedera yang menyebabkan cacat seumur hidup, tapi Bapak tak mampu membiayai mereka yang harus masuk rumah sakit untuk beberapa hari… . Ibu dengan ketegarannya menghidupi dirinya, Mbak Isa, dan bayi di kandungannya dengan menjual atau menggadaikan barang-barang yang tersisa di rumah.
217
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 26). Bapak menjadi seseorang yang temperamental. Ia sempat berkenalan dengan minumminuman keras untuk memberi ruang pada rasa penatnya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 27). (187) Bapak Ngatemun adalah bekas polisi yang pernah ikut berlayar sampai ke Mekah, tapi harus meninggalkan pekerjaannya karena Mbok Pah, mertuanya menginginkan dia tinggal di Batu, mengikuti prinsip “ mangan ora mangan sing penting kumpul”. Bapak Ngatemun yang sangat pendiam ini akhirnya memilih menjadi penjual jam tangan bekas di Pasar Batu. (9 Summers 10 Autumns : Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 31). (188) Pernah tetanggaku bertanya apa cita-citaku, dan aku menjawab ingin jadi hansip. Tertawalah orang-orang disekitarku. Aku pikir hansip adalah militer juga. Aku tak ingin menjadi presiden saat itu karena semua anak kecil lainnya bercita-cita menjadi presiden, wakil presiden, atau menteri, hanya karena tidak ada inspirasi di sekitar mereka! Inspirasi di sekitar begitu kecil tapi begitu dekat, seakan-akan aku akan terlahir menjadi sopir. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 62). (189) Ibu yang tahu barang apa yang harus digadaikan untuk membeli sepatu baru untuk anaknya dan mengatur pembayaran uang sekolah kami. Ibulah yang membelah satu telur dadar untuk dua atau tiga orang. Ibulah yang selalu menyembunyikan tempe goreng supaya tidak dihabiskan salah satu anaknya. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 33-34). (190) Di rumah mungil berukuran 6x7 meter dan hampir tak berhalaman ini, kami bertujuh berbagi dua kamar tidur, satu ruang tamu kecil, satu dapur, dan satu kamar mandi. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 8). (191) Pada saat Lebaran, Ibu selalu bertarung untuk membelikan baju baru untuk kami. Inilah pengeluaran “termewah” untuk anak-anaknya, dan dia selalu mencari pilihan terbaik (186)
218
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
sesuai dengan uang yang ada. Pernah, dia baru membelikan baju baru untukku setelah salat Ied, itu pun setelah mendapat pinjaman uang. Sementara, aku sendiri dengan teganya, bahkan sampai menangis, meminta baju baru jauh sebelum Lebaran. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 34). (192) Pada saat Mbak Inan memasuki Universitas Brawijaya, kami telah menjual sebagian dari tanah warisan Bapak di Yogya ke Lek Tukeri. Kami sengaja tidak menjual semua tanah warisan yang tak seberapa luas ini karena ingin mempunyai sesuatu untuk dikenang di Yogya. Kami kemudian menjadikan sebagian tanah warisan ini sebagai jaminan utang lainnya ke Lek Tukeri. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 115). (193) Sering kali aku harus tinggal di rumah ketika teman-teman mengajak berenang di Pemandian Songgoriti atau Selecta. Demikian juga kakak-kakakku. Mereka harus lebih banyak tinggal di rumah ketika teman-teman mengajak nonton bioskop, makan-makan di luar atau pergi jalan-jalan ke Kota Malang. Kami juga sering tidak hadir di undangan pesta ulang tahun karena malu, tidak bisa membawa kado… . Selain “berteman” dengan buku-buku pelajaran, aku dan saudara-saudaraku juga mulai menggunakan tangantangan kecil kami untuk membantu meringkankan beban keluarga: untuk uang jajan sekolah, membeli cwie mie di pasar Plastik atau ikut menonton bioskop bersama temanteman sekolah. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm.70). (194) Aku mencoba lebih prihatin, lebih irit. Aku ingin menyelesaikan kuliah secepatnya. Membantu kami dari kemiskinan ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm. 115). (195) Setiap akhir bulan, aku menyisihkan sedikit gajiku untuk rumah kecilku. Selain untuk orangtua, aku membuka tabungan untuk adik-adikku, Mira dan Rini, sehingga bisa langsung mengirimi mereka juga. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm.171).
219
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(196)
Senang sekali dapat telepon dari rumah dua minggu lalu dan dengar bahwa Bapak sudah tidak nyetir lagi, setelah 36 tahun. Semoga ia bisa menikmati masa tuanya di rumah dengan damai, mengurus cucu-cucunya dan kos-kosan yang telah kita bangun untuk masa pensiunnya. Hatiku benar-benar penuh mendengar berita ini. (9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple, hlm.113).
220
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2: Sinopsis 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple
9 SUMMERS 10 AUTUMNS: DARI KOTA APEL KE THE BIG APPLE Iwan Setyawan Novel ini menceritakan perjalanan hidup seorang anak laki-laki dan keempat saudara perempuannya. Mereka merupakan anak dari seorang sopir angkot yang tinggal di Kota Batu, Malang. Novel yang telah mendapatkan beberapa penghargaan ini merupakan novel yang terinspirasi kisah hidup pengarang, yaitu Iwan Setyawan. Sosok Iwan Setyawan digambarkan pada diri anak laki-laki yang menjadi tokoh utama dalam novel ini. Cerita dari riwayat singkat orang tua Iwan, yaitu Abdul Hasim dan Ngatinah hanya berpendidikan rendah. Sang bapak memutuskan menjadi sopir angkot. Ngatinah digambarkan sebagai ibu rumah tangga yang sederhana dan tegar. Orang tuanya bernama Bapak Ngatemun dan Ibu Wagini. Bapak Ngatemun adalah bekas polisi yang pernah ikut berlayar, tetapi harus meninggalkan pekerjaannya tersebut karena mertuanya menginginkan dia tinggal di Batu. Mereka mengikuti prinsip “mangan ora mangan sing penting kumpul”. Bapak Ngatemun akhirnya memilih menjadi penjual jam tangan bekas di Pasar Batu. Prinsip hidup “mangan ora mangan sing penting kumpul” telah menjadi tradisi sehingga baik Abdul Hasim maupun Ngatinah tidak pernah terlintas untuk merantau ke luar Kota Batu dan mencari pekerjaan yang layak. Cerita dilanjutkan dengan menceritakan perjalanan hidup saudari-saudari Iwan. Iwan merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Ia merupakan anak lakilaki satu-satunya di keluarganya. Kedudukannya sebagai anak laki-laki satusatunya tersebut membuatnya bertekad untuk hidup mandiri dan kelak dapat 221
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
222
mengentaskan kehidupan keluarganya dari keterbatasan ekonomi yang selalu menjadi masalah utama di dalam keluarganya tersebut. Ia dan saudari-saudarinya selalu belajar lebih giat. Kerja keras mereka dalam belajar membuat mereka selalu berprestasi di sekolah sehingga mereka dapat bersekolah di sekolahan negeri favorit di Kota Batu. Walaupun biaya sekolahan negeri tidak mahal namun orang tua Iwan selalu mengalami kesulitan dalam membiayai sekolah anak-anaknya. Ibunya yang hanya menjadi ibu rumah tangga terkadang harus menggadaikan barang berharga di rumahnya. Ketekunan Iwan dan saudari-saudarinya mulai membuahkan hasil. Kedua kaka Iwan dapat lolos menjadi PNS setelah susah payah kuliah dan berjuang mendapatkan pekerjaan. Iwan dapat berhasil lolos PMDK di Institut Pertanian Bogor jurusan Statistika. Kedua adiknya pun mengikuti jejak kesuksesan kakakkakaknya. Pengorbanan orang tua mereka dalam membiayai pendidikan mereka tidak sia-sia. Setelah lulus dari IPB, Iwan bekerja di pengelolaan data di Nielsen Jakarta.kerja kerasnya dalam bekerja membuat rekan kerjanya yang bekerja di New York menawari pekerjaan di sana. Perjalanan karier Iwan di New York pun berjalan lancar hingga ia dapat menjadi Director Internal Client Management di perusahaannya bekerja tersebut. Kisah yang penuh nilai-nilai kehidupan ini adalah bukti dari kerja keras Iwan dan saudari-saudarinya mengentaskan keluarganya dari kemiskinan melalui pendidikan dan ketekunannya dalam bekerja. Banyak hal-hal positif dari pengalaman hidup Iwan Setyawan dan novel ini adalah salah satu caranya berbagi pengalaman hidupnya tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
223
BIODATA PENULIS
Elisabeth
Setiyaningsih
lahir
di
Bantul,
18
November 1990. Penulis masuk Sekolah Dasar pada tahun 1997. Pada tahun 2003, penulis terdaftar sebagai siswi di SMP
Kanisius
Bambanglipuro.
Pada
tahun
2006
melanjutkan ke SMA Stella Duce Bantul dan lulus tahun 2009. Sejak tahun 2009 hingga 2013 terdaftar sebagai sebagai mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis selama menjadi mahasiswi PBSID aktif terlibat dalam kepanitiaan kegiatan program studi dan kegiatan fakultas, seperti menjadi CO Dampok di MAKRAB PBSID 2010 dan Dampok di SIMAK 2010. Pada tahun 2013, penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul Masalah Kemiskinan dalam Novel 9 Summers 10 Autumns: Dari Kota Apel ke The Big Apple Karya Iwan Setyawan: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI, Semester 1.