1 PENGARUH EKSTRAK ETANOLIK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) TERHADAP EFEK HIPOGLIKEMIK JAMU ANTIDIABETES AD PADA TIKUS...
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PENGARUH EKSTRAK ETANOLIK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) TERHADAP EFEK HIPOGLIKEMIK JAMU ANTIDIABETES “AD” PADA TIKUS PUTIH JANTAN TERBEBANI GLUKOSA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Lusia Andika Kris Pratiwi NIM : 048114054
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
i
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PENGARUH EKSTRAK ETANOLIK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) TERHADAP EFEK HIPOGLIKEMIK JAMU ANTIDIABETES “AD” PADA TIKUS PUTIH JANTAN TERBEBANI GLUKOSA HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Lusia Andika Kris Pratiwi NIM : 048114054
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
ii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
iii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
HALAMAN PENGESAHAN
iv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Deep within each heart There lies a magic spark That lights the fire of our imagination And since the dawn of man The strenght of just "I can" Has brought together people of all nations
there is nothing ordinary In the living of each day there is a special part Every one of us will play
Feel the flame forever burn Teaching lessons we must learn To bring us closer to the power of the dream As the world gives us its best To stand apart from all the rest It is the power of the dream that brings us here
(The Power of Dream _ Celine Dion)
Skripsi ini kupersembahkan untuk Yesus Kristus Juru Selamat dan Junjunganku Bapak, Ibu, Bulek Uun, Mas Aan Angkatan 2004 dan almamaterku
v
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama
: Lusia Andika Kris Pratiwi
Nomor Mahasiswa
: 048114054
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “PENGARUH EKSTRAK ETANOLIK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) TERHADAP EFEK HIPOGLIKEMIK JAMU ANTIDIABETES “AD” PADA TIKUS PUTIH JANTAN TERBEBANI GLUKOSA ” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Tidak memberikan hak untuk mempublikasikannya di Internet atau media lain
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 5 Agustus 2008 Yang menyatakan
Lusia Andika Kris Pratiwi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PRAKATA Sembah syukur penulis haturkan ke hadirat Yesus Kristus disurga karena hanya dengan bimbingan, karunia, dan berkatNya yang tiada batas penyusunan laporan skripsi dengan judul “Pengaruh Ekstrak Etanolik Daging Buah Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Terhadap Efek Hipoglikemik Jamu antidiabetes “AD” Pada Tikus Putih Jantan Terbebani Glukosa“ ini dapat selesai dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak dari awal hingga dapat selesainya skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2.
Ibu Christine Patramurti, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3.
Ibu Yustina Sri Hartini, S.Si., Apt., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi nasehat dan masukan kepada penulis
4.
Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang dengan kesabarannya telah membimbing, memberi masukan, dan arahan kepada penulis
5.
Bapak Yosef Wijoyo, S.Si., Apt., yang telah bersedia meluangkan waktu sebagai sekertaris panitia penguji dan dosen penguji
6.
dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK., yang telah bersedia meluangkan waktu sebagai dosen penguji
vi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
7.
IOT. Sari Sehat – PT. CIA Magelang yang telah bersedia menyediakan bahan penelitian, dan bekerjasama dengan penulis
8.
Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si., yang telah membantu penulis
dalam pengolahan statistik data 9.
Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat selaku laboran dan karyawan Fakultas Farmasi USD, atas bantuan dan canda yang hangatnya
10.
Mas Ottok, Mas Wagiran, Mas Sarwanto, Mas Andre, Mas Sigit, Mas Parlan, Mas Kunto, Mas Bimo selaku laboran dan karyawan Fakultas Farmasi USD
11.
Staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang dengan sabar telah membimbing penulis dalam menuntut ilmu dan pengetahuan
12.
Keluarga tercinta, Stefanus Sudarto, S.E., Roberta Maria Widiyanti, serta Mas Alloysius Andri Silawidarta yang secara tulus memberikan cinta, semangat, dan dukungan sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar
13.
Petrus Kanisius Widiyanta, atas kasih dan kesabarannya, memberikan semangat, dorongan, keceriaan serta penghiburan
14.
Mas Alex atas bantuan Cermin Dunia Kedokteran dan bantuan analisis statistiknya
15.
Liza, Rizky, Feri, Chika, atas canda, keceriaan, dan kehangatan selama perjuangan bersama di laboratorium
16.
Nana, Keke, Angel yang telah menjadi teman setia selama kuliah, dan memberikan semangat dan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini
vii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
17.
Teman-teman KKN XXXIV kelompok 9, Lutfi, Nice, Astrid, Aily, Verty, Wiwin, Yanu, Iwan, Patce atas pengalaman hidup bersama di Dusun Kepuh, Bantul yang begitu indah dan berwarna
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Akhir
kata, penulis menyadari bahwa saran yang membangun akan bermanfaat untuk perbaikan bagi penulis, terima kasih dan Tuhan Yesus memberkati.
Penulis
viii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
ix
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
INTISARI Penelitian dilakukan untuk mengetahui seberapa besar efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) dan mengetahui adanya pengaruh ekstrak tersebut terhadap efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik mahkota dewa ditetapkan melalui uji toleransi glukosa oral (UTGO). Tiga puluh ekor tikus dibagi menjadi enam kelompok perlakuan. Kelompok I mendapat aquadest 12,5 ml/kgBB, kelompok II mendapat CMC 1% 12,5 ml/kgBB, keduanya sebagai kontrol negatif, kelompok III mendapat larutan glibenklamid 0,45 mg/kgBB sebagai kontrol positif, dan kelompok IV sampai VI mendapat perlakuan jamu antidiabetes “AD” 12,6 ml/kgBB dengan penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa dengan peringkat dosis 63 mg/kgBB, 189 mg/kgBB, dan 567 mg/kgBB secara per-oral. Kadar glukosa darah ditetapkan dengan metode enzimatik Glucose Oxidase Phenol Antipirin (GOD-PAP). Data kadar glukosa darah pada tiap waktu sampling pada tiap kelompok dianalisis secara statistik menggunakan metode GLM Repeated Measure, dan nilai LDDK0-300 glukosa darah dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis dilanjutkan uji Mann Whitney bertaraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa dosis 63 mg/kgBB, 189 mg/kgBB, dan 567 mg/kgBB memberikan penurunan kadar glukosa darah sebesar 28,1% sampai 33,1% terhadap kontrol negatif aquadest, sebesar 11,5% sampai 17,6% terhadap kontrol negatif CMC 1%, dan sebesar 0,1 sampai 6,8 terhadap jamu antidiabetes “AD”. Penambahan ekstrak etanolik mahkota dewa pada jamu antidiabetes “AD” tidak mempengaruhi efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD” tersebut. Kata kunci : jamu antidiabetes “AD”, ekstrak etanolik mahkota dewa, efek hipoglikemik, diabetes mellitus
x
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ABSTRACT The aim of this research is to know the hypoglycemic effect of the antidiabetes jamu “AD” with Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) fruit pericarp ethanolic extract addition and the influence of the extract to the hypoglycemic effect of the antidiabetic jamu “AD”. This research was experimental with randomized controlled design. The hypoglycemic effect on male rat induced glucose was tested through Oral Glucose Tolerance Test (OGTT). Thirty mice were divided into six groups with six different kinds of treatment for each group. Group I was treated with aquadest 12,5 ml/kg bw, group II treated with CMC 1% 12,5 ml/kg bw, both of them as negative control, group III was treated with glibenclamide 0,45 mg/kg bw as positive control, group IV, V, and VI were treated antidiabetic jamu 12,6 ml/kg bw with Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) ethanolic extract addition which have equivalent dose 63 mg/kg bw, 189 mg/kg bw, and 567 mg/kg bw by oral administration. Blood glucose level was determined by Glucose Oxidase Phenol Antipirin (GOD-PAP) enzymatic method. The data of blood glucose level from each sampling time on each group were statistically analyzed using GLM Repeated Measure. The AUC0-300 of blood glucose were statistically analyzed using Kruskal Wallis test and then continued with Mann Whitney test with 95% level of confidence. The result showed that antidiabetic jamu “AD” with Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) ethanolic extract addition with 63 mg/kg bw, 189 mg/kg bw, and 567 mg/kg bw dose decreased blood glucose level 28.1% until 33.1% to aquadest negative control, 11.5% until 17.6% to CMC 1% negative control, and 0.1 until 6.9 to antidiabetic jamu “AD”. There was no influence of the extract to the hypoglycemic effect of the antidiabetic jamu “AD”. Keyword : antidiabetic jamu “AD”, Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.), hypoglycemic effect, diabetes mellitus
xi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................iii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v PRAKATA ............................................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................... ix INTISARI
................................................................................................................ x
ABSTRACT ............................................................................................................... xi DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii DAFTAR TABEL................................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. xx BAB I. PENGANTAR ................................................................................................. 1 A.
Latar Belakang ..................................................................................................... 1 1. Permasalahan ................................................................................................... 3 2. Keaslian penelitian ........................................................................................... 3 3. Manfaat penelitian............................................................................................ 4
B.
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5 1. Tujuan umum ................................................................................................... 5 2. Tujuan khusus .................................................................................................. 5
xii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.......................................................................... 6 A.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2. Gejala ............................................................................................................. 20 3. Klasifikasi ...................................................................................................... 21 4. Cara dan kriteria diagnosis............................................................................. 24 G.
Metode Penetapan Kadar Glukosa Darah .......................................................... 30 1. Metode kondensasi dengan gugus amina....................................................... 30 2. Metode enzimatik........................................................................................... 30 3. Metode oksidasi-reduksi ................................................................................ 31
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 34 A.
Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................................... 34
B.
Variabel dan Definisi Operasional ..................................................................... 34 1. Variabel utama ............................................................................................... 34 2. Variabel pengacau.......................................................................................... 34
C.
Bahan dan Alat Penelitian.................................................................................. 35
xiv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
1. Bahan penelitian............................................................................................. 35 2. Alat penelitian ................................................................................................ 37 D.
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 72 LAMPIRAN .............................................................................................................. 77 BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................. 111
xvi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL halaman Tabel I.
Diagnosis diabetes mellitus gestasional dengan pemberian glukosa oral .............................................................................................................. 26
Tabel II.
Nilai glukosa plasma puasa dan toleransi glukosa oral........................ 26
Tabel III.
Kemampuan klinik dari terapi farmakologi obat antidiabetes oral pada pemakaian tunggal ............................................................................... 28
Volume pengukuran kadar glukosa darah............................................ 45
Tabel VII.
Data hasil penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa standar..... 49
Tabel VIII. Hubungan kadar dan resapan glukosa pada panjang gelombang maksimum 502 nm............................................................................... 52 Tabel IX.
Hasil UTGO dan perhitungan prosentase selisih LDDK0-300 larutan glibenklamid dosis 0,45 mg/ kgBB...................................................... 54
Tabel X.
Data kadar glukosa darah rata-rata dan LDDK0-300 setiap kelompok perlakuan .............................................................................................. 57
Tabel XI.
Hasil analisis GLM Repeated Measure kadar glukosa darah .............. 62
Tabel XII.
Pengaruh praperlakuan jamu antidiabetes ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa terhadap LDDK0-300 kadar glukosa darah tikus putih jantan dan prosentase perbedaan terhadap kelompok negatif dan positif .............................................................................................................. 63
xvii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel XIII.
Pengaruh praperlakuan jamu antidiabetes ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa terhadap LDDK0-300 kadar glukosa darah tikus putih jantan dan prosentase perbedaan terhadap kelompok perlakuan jamu antidiabetes “AD” ................................................................................ 65
Tabel XIV. Hasil analisis homogenitas variansi menggunakan uji Anova One Way .............................................................................................................. 67 Tabel XV.
Test Mean LDDK0-300 keenam kelompok perlakuan dengan uji Kruskal-Wallis ..................................................................................... 67
Tabel XVI. Hasil uji Mann-Whitney LDDK0-300 glukosa darah tikus putih jantan terbebani glukosa ................................................................................. 69
xviii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 1.
Sekresi insulin akibat peningkatan kadar glukosa dalam darah........... 18
Gambar 2.
Insulin memperantarai transport glukosa ke dalam sel ........................ 19
Gambar 3.
Mekanisme kerja obat diabetik oral ................................................... 28
Gambar 4.
Struktur Glibenklamid.......................................................................... 30
Gambar 5.
Reaksi enzimatik antara glukosa dan reagen GOD-PAP ( DiaSys, 2006) .............................................................................................................. 49
Gambar 6.
Grafik hubungan antara resapan dan waktu resapan stabil reaksi glukosa standar pada λ 500 nm ............................................................ 50
Gambar 7.
Kurva hubungan antara λ dan resapan maksimum glukosa selama operating time ...................................................................................... 51
Gambar 8.
Kurva baku glukosa pada panjang gelombang maksimum 502 nm..... 53
Gambar 9.
Diagram pengaruh selang waktu pemberian glibenklamid terhadap % selisih LDDK ....................................................................................... 55
Gambar 10. Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa darah akibat pemberian aquadest, CMC, glibenklamid, dan jamu antidiabetes “AD” yang ditambah ekstrak mahkota dewa................... 58 Gambar 11. Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa darah akibat pemberian jamu, dan jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak mahkota dewa..................................................... 61 Gambar 12. Diagram LDDK0-300 glukosa darah masing-masing perlakuan............ 66
xix
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN halaman Lampiran 1. Foto jamu antidiabetes “AD” dan foto ekstrak etanolik mahkota dewa .............................................................................................................. 77 Lampiran 2.
Foto hewan uji percobaan (tikus putih jantan)................................... 78
Proses ekstraksi mahkota dewa.......................................................... 80
Lampiran 5.
Preparasi bahan .................................................................................. 81
Lampiran 6.
Data kadar glukosa darah darah pada tiap perlakuan dan waktu sampling ............................................................................................. 87
Lampiran 7.
Tabel dan kurva hasil penetapan waktu pemberian jamu antidiabetes ............................................................................................................ 90
Lampiran 8.
Hasil Uji Distribusi Data dengan Tes Kolmogorov Smirnov ............. 91
Lampiran 9.
Hasil Uji GLM Repeated Measure Kadar Glukosa Darah................. 92
Lampiran 10. Hasil uji Kruskal Wallis ..................................................................... 95 Lampiran 11. Hasil uji Mann Whitney...................................................................... 96 Lampiran 12. Leaflet GOD-PAP ............................................................................ 107 Lampiran 13. Proses pembuatan ekstrak Mahkota dewa........................................108 Lampiran 14. Surat pernyataan PT. Capung Indah Abadi.......................................109
xx
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB I. PENGANTAR PENGANTAR
A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu, hal ini terbukti dari adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang nDalem dan relief candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya (Sukandar, 2004). Menurut WHO, Negara - negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer. Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara maju salah satunya adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat (Sukandar, 2004). Salah satu di antara penyakit kronis yang berkaitan erat dengan penyakit metabolisme dan cenderung akan mengalami peningkatan sebagai akibat dari adanya perubahan perilaku pola konsumsi gizi makanan adalah diabetes mellitus (Suharmiati, 2003). Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang disertai dengan sekumpulan gejala seperti poliuria, polidipsia, polifagi dan ditandai dengan kadar glukosa yang melebihi nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Indonesia menduduki peringkat ke-4 terbesar
1
2
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
di dunia dalam jumlah penderita diabetes mellitus. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang menderita penyakit diabetes mellitus, dan diperkirakan pada tahun 2006 jumlah penderita meningkat tajam menjadi 14 juta penduduk (Soegondo, 2007). Kasus diabetes mellitus terbanyak adalah diabetes mellitus tipe-2 dan prevalensinya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Diabetes mellitus tipe-2 umumnya disebabkan karena resistensi insulin. Resistensi insulin berarti bahwa ada ketidaksanggupan insulin memberikan efek biologis yang normal pada kadar glukosa darah, sehingga diperlukan kadar insulin yang lebih banyak untuk mencapai kadar glukosa yang normal (Merentek, 2006), maka akan menjadi suatu berita yang sangat berarti bagi pasien diabetes mellitus tipe-2 bila muncul suatu produk herbal yang dapat membantu dalam memperbaiki kondisi akibat resistensi insulin tersebut. IOT. Sari Sehat-PT. Capung Indah Abadi merupakan suatu industri obat tradisional yang akan mengeluarkan produk baru jamu antidiabetes. Industri ini bekerja sama dengan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma untuk meneliti khasiat dari formula jamu antidiabetes “AD” dalam bentuk tunggal dan dalam bentuk kombinasi dengan ekstrak etanolik mahkota dewa untuk mendapatkan formulasi jamu antidiabetes “AD” yang paling optimal. Penelitian ini sebagai bagian dari uji praklinik untuk membuktikan kebenaran khasiat jamu antidiabetes “AD”, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dan masyarakat terhadap produk jamu antidiabetes “AD”. Penelitian yang dilakukan oleh Nursalim (2008) menunjukkan hasil bahwa jamu antidiabetes “AD” mampu menurunkan kadar glukosa darah pada hewan uji,
3
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
yaitu dengan dosis efektif 12,6 ml/ kgBB, namun belum begitu optimal, maka penelitian ini menjadi penting karena diharapkan kombinasi antara jamu antidiabetes “AD” dengan ekstrak etanolik mahkota dewa mampu memberikan efek penurunan kadar glukosa darah yang lebih optimal dibandingkan jamu antidiabetes “AD”. 1. Permasalahan a. Seberapa besar efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) ? b. Adakah pengaruh ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD” ? 2. Keaslian penelitian Penelitian yang menggunakan mahkota dewa sudah banyak dilakukan di antaranya : a. Widowati (2003) meneliti daya hipoglikemik ekstrak mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada tikus diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTI). Hasilnya penelitian yaitu pada dosis 110 mg/200g BB ekstrak mahkota dewa mampu menurunkan kadar glukosa darah (Anonim, 2007). b. Saragih (2001) meneliti daya hipoglikemik rebusan daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada tikus diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI). Hasilnya penelitian yaitu terjadi penurunan glukosa darah tikus DMTI dengan dosis efektif 27,649 g/kgBB. c. Bestari (2001) meneliti efek hipoglikemik perasan daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada tikus diabetes mellitus tidak
4
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
tergantung insulin (DMTTI). Hasil penelitian adalah dengan dosis sebesar 52,63; 5,263; dan 0,5263 g/kgBB perasan daging buah mahkota dewa dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan kemampuan yang hampir sama dengan tolbutamid. d. Sisilia (2001) meneliti efek hepatoprotektif air perasan buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada mencit jantan terinduksi parasetamol. Dosis efektif air perasan buah mahkota dewa adalah 0,67 ml/kgBB. e. Yustriwani (2005) meneliti toksisitas akut-oral ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.). Dosis letal median (LD50) yang diperoleh berupa LD50 semu yaitu > 16,670 g/kgBB. Potensi toksik akut dari ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa tergolong praktis tidak toksik. Penelitian mengenai pengaruh penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) terhadap daya hipoglikemik campuran jamu antidiabetes “AD” pada tikus putih jantan terbebani glukosa sepanjang pengetahuan penulis belum pernah ada yang melakukan. Perbedaan dengan penelitian tentang mahkota dewa sebelumnya terletak pada mahkota dewa yang dikombinasikan dengan jamu antidiabetes “AD”. 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan mengenai manfaat tanaman dalam bidang kefarmasian khususnya bidang farmakologi , dan bukti pentingnya uji praklinik pada jamu.
5
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, informasi, bukti dan masukan kepada IOT. Sari Sehat - PT.Capung Indah Abadi, dan masyarakat mengenai daya antidiabetes mahkota dewa, dan jamu antidiabetes “AD”, serta mendapatkan formula kombinasi optimum dari jamu antidiabetes “AD” sehingga dalam penggunaannya jamu ini dapat memberikan efek sesuai dengan klaim khasiatnya. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini dilakukan untuk membantu IOT. Sari Sehat-PT. Capung Indah Abadi dalam melakukan uji praklinik terhadap jamu antidiabetes “AD” sehingga memberikan bukti kebenaran khasiat dari jamu antidiabetes tersebut. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui seberapa besar efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.). b. Mengetahui adakah pengaruh ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) terhadap efek hipoglikemik jamu
antidiabetes “AD”.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA PENELAAHAN PUSTAKA
A. Mahkota Dewa 1. Sinonim Phaleria papuana Warb. var. Wichnannii (Val.) Back. (Seputra, 2008) 2. Nama daerah Di Indonesia, tanaman ini memiliki berbagai nama seperti Makuto dewo (Jawa), Makuto rojo (Jawa), Makuto ratu (Jawa), Raja obat (Banten), Simalakama (Jawa), Mahkota dewa (Indonesia) atau Simalakama (Sumatera/Melayu. Dalam bahasa Cina disebut Pau, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut the crown of god (Winarto, 2005). 3. Sistematika Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta Super divisio : Spermatophyta Divisio
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Familia
: Thymelaeaceae
Genus
: Phaleria
Spesies
: Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.
6
(Harmanto, 2008)
7
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
4. Morfologi tanaman Asal tanaman mahkota dewa masih belum diketahui. Mahkota dewa memiliki nama botaninya Phaleria papuana, banyak orang yang memperkirakan tanaman ini populasi aslinya dari tanah Papua, Irian Jaya, karena disana memang dapat ditemukan tanaman ini. Mahkota dewa tumbuh subur di tanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-1.200 m dari permukaan laut. Perdu menahun ini tumbuh tegak dengan tinggi 1-2,5 m. Batangnya bulat, permukaannya kasar, warnanya cokelat, berkayu dan bergetah, percabangan simpodial. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, warnanya hijau tua, panjang 7-10 cm dan lebar 2-5 cm. Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya tersebar di batang atau ketiak daun, bentuk tabung, berukuran kecil, berwarna putih dan harum. Buah bentuknya bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin, beralur, ketika muda warnanya hijau dan merah setelah masak. Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair. Biji bulat, keras dan berwarna cokelat. Berakar tunggang dan berwarna kuning kecokelatan (Seputra, 2008). 5. Kandungan kimia Zat aktif yang terkandung antara lain icariside C3, phalerin, dan mengiferine (Morita, 2007). Aktivitas hipoglikemik yang dihasilkan oleh Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) adalah dengan cara menghambat enzim α-gukosidase (Sugiwati dkk, 2006).
8
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
B. Obat Tradisional Obat bahan alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu jamu yang merupakan ramuan tradisional yang belum teruji secara klinis, obat herbal yang merupakan obat bahan alam yang sudah melewati tahap uji praklinis, yang ketiga adalah fitofarmaka yaitu obat bahan alam yang sudah melewati uji praklinis dan klinis (Winarto dan Karyasari, 2006). Obat tradisional menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim, 1992). Keunggulan obat bahan alam antara lain : 1. Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil bila digunakan secara benar dan tepat, baik tepat takaran, waktu penggunaan, cara penggunaan, ketepatan pemilihan bahan, dan ketepatan pemilihan obat tradisional atau ramuan tanaman obat untuk indikasi tertentu. 2. Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat/ komponen bioaktif tanaman obat. Suatu ramuan obat tradisional umumnya terdiri dari beberapa jenis tanaman obat yang memiliki efek saling mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan. 3. Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Zat aktif pada tanaman obat umumnya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu
9
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
tanaman
bisa
menghasilkan
beberapa
metabolit
sekunder,
sehingga
memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi. 4. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeratif. Contoh penyakit metabolik antara lain diabetes (kencing manis), hiperlipidemia (kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal, dan hepatitis. Penyakit yang termasuk penyakit degeneratif antara lain rematik (radang persendian), asma (sesak nafas), ulser (tukak lambung). Untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut diperlukan waktu lama sehingga penggunaan obat alam lebih tepat karena efek sampingnya relatif lebih kecil. (Winarto dan Karyasari, 2006) Di samping keunggulannya, obat bahan alam juga memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional antara lain: efek farmakologisnya lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai mikroorganisme (Winarto dan Karyasari, 2006). Upaya-upaya pengembangan obat tradisional dapat ditempuh dengan berbagai cara dengan pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk obat
tradisional
yang
telah
teruji
khasiat
dan
keamanannya,
bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta memenuhi indikasi medis, yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka. Untuk mendapatkan produk fitofarmaka harus melalui beberapa tahap (uji farmakologi, toksisitas, dan uji klinik) hingga bisa menjawab dan mengatasi kelemahan tersebut (Winarto dan Karyasari, 2006).
10
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
C. Jamu Antidiabetes “AD” Jamu antidiabetes “AD” merupakan formula suatu jamu antidiabetes dari IOT. Sari Sehat-PT.Capung Indah Abadi yang sedang dalam proses optimasi khasiat dari jamu tersebut. Bentuk sediaan jamu antidiabetes “AD”
berupa serbuk.
Komposisi dari jamu antidiabetes “AD” adalah sebagai berikut: Phellodendri Cortex; Rhizome Anemarrheanae; Asparagi Radix; Ophiopogonis Radix; Trichosanthis Radix; Puerariae Radix; Glycyrrhizae Radix; dan Astragali Radix. 1. Cortex Phellodendri Phellodendri cortex berasal dari tumbuhan Phellodendron amunense Rupr. var. japonicum. Phellodendron amunense termasuk dalam famili Rutaceae dan genus Phellodendron. Tumbuhan ini memiliki nama lain Phellodendron chinensis Schneid dan lebih dikenal dengan nama Huang bo (Anonim, 1997). Komponen utama dari Phellodendri cortex meliputi: berberine, palmatine, jatrorrhizine,
phellodendrine,
menisperine,
candicine,
obacunone,
lactones
obakulactone dan obakunone (Chang and But, 1987; Anonim, 1997). Berberin merupakan komponen yang mempunyai aktivitas biologi seperti anti bakteri (Thomson, 2007). Dalam artikel Xie Min-hua dan Wu Hong yang berjudul “The Treatment of 32 Cases of Diabetic Peripheral Neuropathy with Jia Wei Er Miao San (Added Flavors Two Wonders Powder) Combined with Externally Applied Chinese Medicinals." disebutkan bahwa kombinasi antara Cortex Phellodendri (Huang Bai) and Rhizome Atractylodis (Cang Zhu) dapat digunakan dalam memperbaiki kondisi diabetes peripheral neuropathy (Anonim, 1997).
11
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Phellodendri cortex panjang dan lebarnya bervariasi, tebal antara 3-6 mm . permukaan luarnya coklat kekuning-kuningan, permukaan bagian dalam kuning gelap atau coklat muda. Teksturnya terang dan keras, berserabut. Baunya ringan; rasanya sangat pahit, dan kenyal bila dikunyah (Anonim, 2006). 2. Rhizoma Anemarrheanae Rhizoma Anemarrheanae merupakan rhizoma dari tanaman Anemarrhena asphodeloides Bunge, genus Anemarrhena dan famili Asphodelaceae. Nama lain dari Rhizoma Anemarrheanae adalah Zhi mu. Tanaman ini berasal dari Cina dan Jepang (Fern, 1996). Rhizoma Anemarrheanae mengandung sekitar saponin, markogenin, neogitogenin, chimonin (mangiferin) dan isomangiferin. Ekstrak dari Rhizoma Anemarrheanae dapat menurunkan level glukosa darah, dengan meningkatkan uptake glukosa di diafragma dan jaringan adipose (Chang and But, 1987). Kandungan mangiferin pada simplisia ini dapat meningkatkan sensitifitas insulin (Thomson, 2007). Simplisia Rhizoma Anemarrheanae ini memiliki panjang antara 3-15 cm, dan diameter antara 0,8-1,5 cm. Warnanya coklat kekuning-kuningan hingga coklat. Tekstur dari Rhizoma Anemarrheanae keras, mudah patah. Baunya ringan, rasanya sedikit manis, sedikit pahit dan kenyal bila dikunyah (Anonim, 2006). 3. Asparagi Radix Asparagi radix merupakan akar dari tumbuhan Asparagus cochinchinensis (Lour.) Merr. Tumbuhan ini termasuk dalam genus Asparagus dan famili
12
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Noctuoidea. Nama lain dari Asparagi radix adalah Tian Dong dan Ming Tian Dong (Anonim, 2008). 4. Ophiopogonis Radix Ophiopogonis Radix merupakan akar dari tanaman Ophiopogon japonicus (Thunb.) Ker-Gawl., Liriope spicata, famili Liliaceae. Nama lain dari simplisia ini adalah Mai Dong, Cun Dong, Cun Mai Dong, dan Sheng Mai Dong (Anonim, 1997) Dwarf Lilyturf Tuber (Inggris). Ophiopogonis Radix merupakan herbal yang memiliki efek hipoglikemik (Choate, 1999). Bentuknya fusi dengan dua tepi akhir lonjong. Panjang dari Ophiopogonis Radix antara 1,5-3 cm, dan diameter antara 3-6 cm. Bagian luarnya berwarna putih kekuning-kuningan. Tekstur dari simplisia ini adalah keras. Rasa dari simplisia ini adalah manis, sedikit pahit dan sedikit dingin (Anonim, 2006). 5. Trichosanthis Radix Trichosanthin Radix berasal dari tanaman Trichosanthes kirilowii Maxim. var. japonica (Miq.). Tanaman ini memiliki sinonim Trichosanthes japonica Regel. Simplisia juga dikenal dengan nama Tian Hua Fen (Anonim, 1997). Simplisia ini mengandung Trichosanthin yang mempunyai berbagai efek seperti antitumor, dan asam bryonolik yang dapat menghambat proliferasi sel kanker (Thomson, 2007). 6. Puerariae Radix Puerariae Radix merupakan akar dari Pueraria lobata (Willd.), atau Pueraria thomsonii Benth. Tanaman ini termasuk dalam famili Leguminosae.
13
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Simplisia ini juga dikenal dengan nama Kudzuvine Root (Inggris), Tiange, Fenge, dan Gegen (Chang and But, 1987). Puerariae Radix mengandung senyawa flavonoid diadzin, diadzein, puerarin, daidzein-4, 7-diglukosida, puerarin-7-xylosida dan 4’6’-o-diasetilpuerarin (Chang and But, 1987). Puerariae Radix pada Pueraria lobata (Willd.), bentuknya panjang segi empat, atau segi empat kecil, panjangnya 5-15 cm, dan diameter 0,5-1 cm. Bagian luar dari kulit kayu berwarna coklat dengan kerutan yang memanjang, kasar, permukaan potongan berwarna kuning keputihan. Teksturnya lunak, namun kuat, berbau menyengat dan rasanya sedikit manis (Anonim, 2006). 7. Glycyrrhizae Radix Glycyrrhizae radix merupakan simplisia dari tanaman Glycyrrhiza glabra L, dan disebut juga dengan nama Gan cao. Tanaman ini termasuk dalam famili Leguminosae, dan genus Glycyrrhiza. Glycyrrhizae radix sudah popular sejak selama 5.000 tahun di Cina, dan kadang disebut dengan “kakek dari herbal”. Gan Cao ini dipercaya dapat mengeluarkan racun dan zat toksin dari sistem dan mengeliminasi efek samping herbal yang dikonbinasikan dengannya (Anonim, 1999). Dalam Glycyrrhizae radix terkandung beberapa senyawa aktif seperti: 215% triterpenoid saponin; ammonium dan garam kalsium dari asam Glycyrrhizinic; dan 24-hydroxyglycyrrhizin. Sterol: beta amirin; onocerin; stigmasterol. Lebih dari 30 flavonoid dan isoflavonoid, termasuk liquiritigenon, yaitu 4’-o-glukosida (= liquiritin) dan 4’-o-apiosyl-β1-2-glucoside, dan lain-lain (Csygon, Frohne, Hotzel, Nagell, Pfanders, Willuhn, and Buff, 2001). Tanaman ini tumbuh di bagian utara
14
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Cina, dan senyawa aktif utamanya adalah glycyrrhizin. Pada uji pharmaceutical ditemukan bahwa glycyrrhizin memiliki fungsi yang sama dengan hormon adrenal cortical, dan hampir identik dengan adrenal steroid (Anonim, 2008). Tekstur akar atau rhizome dari Glycyrrhiza glabra relatif rapat, beberapa bercabang, bagian luar dari kulit kayu kasar, sebagian besar unggu kecoklatan, lenticels kecil dan tidak terang (Anonim, 2006). 8. Astragali Radix Astragali Radix merupakan akar dari tumbuhan Astragalus membranaceus (Fisch.) Bge., atau Astragalus membranaceus Bge. Var. Mongholicus (Bge.) Hsiao. Nama lain dari simplisia ini adalah Sheng Huang Qi, Sheng Huang Qi, Sheng Jian Qi,dan Huang Qi (Be) (Chang and But, 1987). Beta sitosterol, copper, isoliquiritigenin, manganese yang terkandung dalam Astragali radix menghasilkan efek hipoglikemik (Duke, 2007). Bentuk dari simplisia ini silindris, kadang bercabang, permukaan bagian relatif padat, panjangnya antara 30-90 cm, diameternya sekitar 1-3,5 cm. Batas luar cokelat kekuningan atau cokelat, dengan galur yang tidak rata. Teksturnya keras dan kuat, tidak mudah rusak, kayu berwarna kuning, bau lemah, rasanya sedikit manis dan sedikit segar bila dikunyah (Anonim, 2006).
D. Teknik Penyarian 1. Penyarian Penyarian merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut dengan pelarut cair sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut. Struktur
15
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa aktif terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat dan derajat keasaman. Bila senyawa aktif yang dikandung telah diketahui maka akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Anonim, 2000). Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani atau pelikan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995). Cairan penyari menggunakan air, eter atau campuran etanolik dan air (Anonim, 1979). Etanolik dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanolik 20 % keatas, tidak beracun, netral, absorbsinya baik dan dapat bercampur dengan air (Anonim, 1986). 2. Maserasi Beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain : metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut, destilasi uap dan metode ekstraksi lainnya. Maserasi merupakan proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. Secara teknologi, maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada kesetimbangan (Anonim, 2000). Bahan yang umumnya telah terpotong-potong atau diserbuk kasarkan (sesuai dengan syarat farmakope) disatukan dengan bahan ekstraksi. Deposisi tersebut disimpan (terlindungi dari cahaya
16
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
langsung untuk mencegah terjadinya reaksi dikatalis cahaya atau perubahan warna), dan dikocok kembali (Voigt, 1994). Dalam maserasi dapat dilakukan modifikasi untuk meningkatkan efektifitas penyarian, seperti pelarut, biaya produksi dan waktu. Bentuk modifikasi yang dilakukan antara lain adalah digesti. Digesti adalah cara maserasi menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 400C-500C. Keuntungan dari metode digesti yaitu kekentalan pelarut akan berkurang dan kemampuan cairan penyari dalam melarutkan zat aktif akan meningkat (Anonim, 1986).
E. Transport Glukosa Karbohidrat glukosa adalah karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan penyediaan energi di dalam tubuh, hal ini dikarenakan semua jenis karbohidrat baik monosakarida, disakarida, maupun polisakarida yang dikonsumsi manusia akan terkonversi menjadi glukosa di dalam tubuh. Glukosa ini akan berperan sebagai salah satu molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh. Glukosa yang telah diserap (diabsorpsi) oleh usus halus kemudian akan terdistribusi ke dalam semua sel tubuh melalui aliran darah (Irawan, 2007). Glukosa di dalam tubuh selain tersimpan dalam bentuk glikogen di dalam otot dan hati, juga tersimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose). Di dalam tubuh glukosa berperan sebagai bahan bakar bagi proses metabolisme, dan sumber energi utama bagi kerja otak. Glukosa digunakan untuk mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate) melalui proses oksidasi. ATP merupakan molekul-molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. Dalam
17
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
kebutuhan seharian, glukosa menyediakan hampir 50-75% dari total kebutuhan energi tubuh (Irawan, 2007). Sekresi insulin oleh sel beta tergantung oleh 3 faktor utama yaitu kadar glukosa darah, ATP-sensitive K channels dan Voltage-sensitive Calsium Channels sel beta pankreas. Mekanisme kerja faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: pada keadaan puasa, kadar glukosa darah turun, ATP-sensitive K channels pada membrane sel beta akan terbuka sehingga ion kalium akan meninggalkan sel beta, dan Ca-channels tertutup, akibatnya kalsium tidak dapat masuk ke dalam sel beta, dan perangsangan sel beta untuk mensekresi insulin menurun (Merentek, 2006). Pada saat keadaan setelah makan, kadar glukosa darah akan meningkat dan akan ditangkap oleh sel beta melalui glucose transporter 2 (GLUT2) dan dibawa ke dalam sel. Di dalam sel, glukosa akan mengalami fosforilase menjadi glukosa-6fosfat (G6P) dengan bantuan enzim glukokinase. Glukosa-6-fosfat akan mengalami glikolisis menjadi asam piruvat. Proses glikolisis juga menghasilkan produk 6-8 ATP. Penambahan ATP ini akan meningkatkan rasio ATP/ADP dan menutup terowongan kalium. Penumpukan kalium dalam sel mengakibatkan depolarisasi membran sel sehingga membuka terowongan kalsium dan kalsium akan masuk kedalam sel dan insulin akan dilepaskan ke dalam sel (Merentek, 2006).
18
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 1. Sekresi insulin akibat peningkatan kadar glukosa dalam darah (Cartailler, 2004)
Sekresi insulin pada orang non diabetes meliputi 2 fase, yaitu early peak (fase 1) yang terjadi dalam 3–10 menit pertama setelah makan. Insulin yang disekresi pada fase ini adalah insulin yang disimpan dalam sel beta (siap pakai). Fase 2 atau disebut juga fase lanjut adalah sekresi insulin yang dimulai 20 menit setelah stimulasi glukosa. Pada fase 1 pemberian glukosa meningkatkan sekresi insulin untuk mencegah kenaikan kadar glukosa darah, dan kenaikan glukosa darah selanjutnya akan merangsang fase 2 untuk meningkatkan produksi insulin. Pada diabetes mellitus tipe-2, sekresi insulin pada fase 1 tidak mampu menurunkan glukosa darah sehingga merangsang fase 2 untuk menghasilkan insulin lebih banyak, tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang non diabetes (Merentek, 2006).
19
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 2. Insulin memperantarai transport glukosa ke dalam sel Insulin berikatan dengan reseptor insulin, dan meningkatkan sinyal transduksi. Sinyal ini kemudian akan merangsang glucose transporter 4 (GLUT4) untuk membawa glukosa kedalam sel (Cartailler, 2004)
F. Diabetes mellitus 1. Definisi Diabetes mellitus merupakan suatu kondisi akibat gangguan metabolit yang disebabkan karena adanya resistensi sel terhadap aksi insulin, ketidak mampuan mensekresi insulin, atau keduanya. Defisiensi insulin dan/atau resistensi insulin juga berhubungan dengan gangguan pada metabolisme lemak dan protein (Reasner and DeFronzo, 2006). Dalam tulisannya yang berjudul Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes mellitus yang Baru, Adam (2000) menyatakan bahwa penyerta diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme hidrat arang, protein dan lemak. Walaupun pada diabetes mellitus ditemukan gangguan metabolisme semua sumber makanan tubuh kita, kelainan metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme hidrat
20
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
arang, oleh karena itu diagnosis diabetes mellitus selalu berdasarkan meningginya kadar glukosa dalam darah (hipoglikemia). Hipoglikemia pada penderita diabetes mellitus timbul karena terhambatnya penyerapan glukosa ke dalam sel, serta terganggunya metabolisme karbohidrat. Pada keadaan yang normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak, sedangkan pada diabetes mellitus semua proses metabolisme tersebut terganggu, dan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel (Handoko dan Suharto, 1995). 2. Gejala Poliuria, polidipsi, dan polifagia yang disebut juga dengan istilah trio-P gejala klasik dari penyakit diabetes mellitus. a. Poliuria Pada manusia normal kadar glukosa normal jarang melampaui 120 mg/dl, namun kadar yang lebih tinggi selalu dijumpai pada pasien dengan defisiensi insulin. Setelah kadar tertentu glukosa plasma dicapai dimana pada manusia umumnya > 180 mg/dl, taraf maksimal reabsorbsi glukosa pada tubulus renalis akan dilampaui, dan glukosa akan diekskresikan ke dalam urin (glikosuria). Glukosa bersifat diuresis osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat (poliuria) disertai dengan hilangnya elektrolit. b. Polidipsi Banyaknya elektrolit yang hilang bersamaan dengan urin menyebabkan terjadinya dehidrasi dan kekurangan elektrolit pada penderita diabetes mellitus.
21
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Terjadinya dehidrasi (hiperosmolaritas), menimbulkan rasa haus pada penderita diabetes mellitus, dan badan berusaha untuk mengatasinya dengan banyak minum air (polidipsi). c. Polifagia Pada keadaan diabetes mellitus, sel tubuh kekurangan glukosa karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam tubuh, walaupun kadar glukosa dalam darah tinggi. Tubuh menerima sinyal dari sel tubuh dan timbul rasa lapar akibat berkurangnya cadangan glukosa dalam tubuh tersebut, hal inilah yang menyebabkan pada diabetes mellitus cenderung timbul rasa lapar (polifagia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap g glukosa yang diekskresi. (Syahputra, 2003; Handoko dan Suharto, 1995) 3. Klasifikasi Pada
akhir
tahun
1997
American
Diabetes
Association
(ADA)
mempublikasikan suatu klasifikasi dan kriteria diagnosis yang baru. Klasifikasi yang baru ini membagi Diabetes mellitus atas empat kelompok yaitu Diabetes mellitus Tipe-1, Diabetes mellitus Tipe-2, Diabetes mellitus Bentuk Khusus, dan Diabetes mellitus Gestasional (Adam, 2000). a. Diabetes mellitus tipe-1 Diabetes ini terdiri dari dua bentuk yaitu otoimun dan idiopatik, dan disebabkan karena terjadi kerusakan pada sel β-pankreas yang mengakibatkan defisiensi insulin absolut. Walaupun bentuk diabetes ini kebanyakan terjadi pada anak-anak dan remaja, namun tipe ini dapat terjadi juga pada semua umur. Pada bentuk otoimun dapat ditemukan beberapa penanda imun yang menunjukkan
22
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
pengrusakan sel beta pankreas untuk mendeteksi kerusakan sel beta, contohnya islet cell autoantibodies (ICAs). Sebagian penderita diabetes mellitus tipe-1 memiliki penyebab yang tidak jelas (idiopatik), pada mereka ini jelas ditemukan insulinopeni tanpa petanda imun, dan mudah sekali mengalami ketoasidosis (Adam, 2000; Reasner and DeFronzo, 2006). b. Diabetes mellitus tipe-2 Disebut juga dengan diabetes tidak tergantung insulin. Bentuk ini bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin defisiensi insulin relatif, sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. Diabetes mellitus tipe-2 merupakan jenis diabetes mellitus yang paling sering ditemukan, diperkirakan sekitar 90% dari semua penderita diabetes mellitus di Indonesia. Sebagian besar diabetes mellitus tipe-2 diderita oleh orang gemuk (di negara barat sekitar 85%, di Indonesia 60%), disertai dengan resistensi insulin, dan tidak membutuhkan insulin untuk pengobatan. Sekitar 50% penderita sering tidak terdiagnosis karena hiperglikemi meningkat secara perlahan-lahan sehingga tidak memberikan keluhan (Adam, 2000). c. Diabetes mellitus gestasional Diartikan sebagai intoleransi glukosa yang ditemukan pada saat hamil dan diperkirakan insidens sebesar 1-3%. Pada umumnya mulai ditemukan pada kehamilan trimester kedua atau ketiga. Pada saat itu terjadi keadaan resistensi insulin. Keadaan ini dapat mengakibatkan kalainan bahkan kematian dari janin, oleh karena itu dianjurkan dilakukan skrining diabetes mellitus gestasi pada semua wanita hamil. Pada wanita yang memiliki sejarah keluarga positif diabetes mellitus, mengalami kegemukan atau memiliki sejarah diabetes mellitus gestasi dianjurkan
23
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
untuk menjalani skrining pada minggu 24-48 usia kehamilannya. Deteksi awal ini sangat penting karena dapat mengurangi angka kelahiran bayi yang abnormal, dan kematian bayi (Adam, 2000; Reasner and DeFronzo, 2006; Triplitt, Reasner, and Isley, 2005). d. Diabetes mellitus bentuk khusus Pada tahun 1997, The American Diabetes Association mempublikasikan klasifikasi baru dari diabetes mellitus non tipe-1 dan non tipe-2 yaitu : 1) Defek genetik fungsi sel beta a) Chromosom 20, HNF-4alpha (formerly MODY1) b) Chromosom 7, glucokinase (formerly MODY2) c) Dan lain-lain 2) Defek genetik insulin a) Leprechaunism b) Sindrom Rabson-Mendelhall c) Dan lain-lain 3) Lipoatrophic diabetes a) Penyakit eksokrin pankreas b) Pancreatitis c) Dan lain-lain 4) Endokrinopati a) Acromegaly b) Pheochomocytoma c) Dan lain-lain
24
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
5) Karena obat atau zat kimia a) Glukokortikoid b) Diuretik Thiazid c) Dan lain-lain 6) Infeksi a) Congential rubella b) Cytomegalovirus c) Dan lain-lain 7) Sebab imunologi yang jarang a) Sindrom “Stiff-man” b) Antibodi reseptor anti-insulin 8) Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes a) Down's syndrome b) Turner's syndrome ( Reasner and DeFronzo, 2006; Rushakoff and Goldfine, 2006) 4. Cara dan kriteria diagnosis a. Berdasarkan glukosa plasma vena sewaktu Dengan keluhan klinis yang jelas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu sudah dapat menegakkan diagnosis diabetes mellitus. Keluhan-keluhan klinis tersebut misalnya haus dan banyak kencing, berat badan menurun, glukosuria, bahkan kesadaran menurun sampai koma. Seseorang dikatakan masuk kriteria diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah sewaktu 200 mg% (plasma vena).
25
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
b. Berdasarkan glukosa plasma vena puasa Glukosa plasma dalam keadaan puasa dibagi atas tiga nilai, yaitu <110 mg/dl, antara >110 mg/dl sampai <126 mg/dl, dan ≥ 126 mg/dl. Kadar glukosa plasma puasa <110 mg/dl dinyatakan normal, ≥ 126 mg/dl adalah diabetes mellitus, sedangkan antara 110-126 mg/dl disebut glukosa darah puasa terganggu (GDPT). Sehingga pada mereka dengan kadar glukosa plasma vena setelah puasa sedikitnya 10 jam > 126 mg/dl sudah cukup untuk membuat diagnosis diabetes mellitus. c. Dengan menggunakan tes toleransi glukosa oral Apabila pada pemeriksaan glukosa darah sewaktu kadar glukosa plasma tidak normal, yaitu antara 140-200 mg/dl, maka harus dilakukan pemeriksaan tes toleransi glukosa oral untuk meyakinkan apakah diabetes mellitus atau bukan. Sesuai dengan kesepakatan WHO maka tes toleransi glukosa oral harus dilakukan dengan beban glukosa 75 g setelah berpuasa minimal 10 jam. Penilaiannya adalah sebagai berikut, toleransi glukosa normal apabila < 140 mg/dl, toleransi glukosa terganggu (TGT) apabila kadar glukosa >140 mg/dl , dan diabetes mellitus jika > 200mg/dl. (Adam, 2000)
26
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel I. Diagnosis diabetes mellitus gestasional dengan pemberian glukosa oral (Triplitt et al, 2005)
Pemberian glukosa oral 100 g
Puasa
≥ 95 mg/dl (5,3 mmol/L)
1 jam
≥ 180 mg/dl (10,0 mmol/L)
2 jam
≥ 155 mg/dl (8,6 mmol/L)
3 jam
≥ 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
Pemberian glukosa oral 75 g
Puasa
≥ 95 mg/dl (5,3 mmol/L)
1 jam
≥ 180mg/dl (10,0 mmol/L)
2 jam
≥ 155 mg/dl (8,6 mmol/L)
Tabel II. Nilai glukosa plasma puasa dan toleransi glukosa oral (Triplitt et al, 2005)
G. Obat Antidiabetik Oral Evans dan Rushakoff (2007) menyatakan bahwa ada 5 golongan obat antidiabetik oral yaitu : 1. Sulfonilurea Mekanisme kerja dari golongan ini adalah dengan perangsangan sekresi insulin di pankreas yaitu pada sel beta pankreas. Merupakan derivat dari asam sulfonik dan urea. Contohnya adalah : tolbutamid (generasi pertama) dan glibenklamid (generasi kedua).
27
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2. Biguanid Mekanisme kerja dari golongan ini adalah menekan produksi dari glukosa hepar, sehingga menurunkan glukosa plasma puasa. Contohnya adalah : metformin. 3. Meglitinid Mekanismenya
sama
dengan
golongan
sulfonilurea
yaitu
dengan
merangsang sekresi insulin pada sel beta pankreas. Contohnya : repaglinid. 4. Thiazolidine Efek utama dari thiazolidine adalah mereduksi resistensi insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin. Contohnya : rosiglitazone. 5. Inhibitor alfa glukosidase Cara kerja dari golongan ini adalah menghambat degradasi enzimatik dari kompleks karbohidrat di usus halus. Penghambatan ini akan memperlambat pemecahan polisakarida menjadi monosakarida, sehingga memperlambat absorpsi komponen glukosa ke dalam peredaran darah. Akibatnya peningkatan kadar glukosa plasma setelah makan menjadi kecil. Contoh obat: acarbose (Dollery, 1999).
28
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 3. Mekanisme kerja obat diabetik oral (Evans and Rushakoff, 2007)
Tabel III. Kemampuan klinik dari terapi farmakologi obat antidiabetes oral pada pemakaian tunggal (Evans and Rushakoff, 2007)
Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh ↓TG↓LDL ↑HDL ↓ TG, -LDL ↑ HDL; -TG, ↓ LDL,↑HDL Tidak berpengaruh
Berat badan
Bertambah Bertambah Berkurang
Bertambah Tidak berpengaruh
Masing-masing golongan obat antidiabetes oral memiliki mekanisme kerja sendiri-sendiri dalam menurunkan kadar glukosa plasma. Golongan α-glukosidase inhibitor memiliki kemampuan menurunkan kadar glukosa plasma puasa yang paling
29
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
rendah dibandingkan dengan golongan-golongan lainnya, hal ini dikarenakan αglukosidase inhibitor bekerja menghambat absorpsi glukosa dari usus masuk ke peredaran darah, sehingga lebih berefek menurunkan kadar glukosa darah postprandial dibanding menurunkan kadar glukosa plasma puasa. Efek samping utama dari golongan sulfonilurea, dan meglitinid adalah hipoglikemik. Efek samping golongan biguanid dan α-glukosidase inhibitor adalah gangguan pada saluran gastrointestinal, sedangkan efek samping dari golongan tiazolidin adalah retensi cairan dan menurunkan jumlah hemoglobin (Evans and Rushakoff, 2007; Trevor, Katzung, and Masters, 2002).
H. Glibenklamid Glibenklamid merupakan obat hipoglikemik oral yang digunakan secara luas di dalam pengobatan diabetes mellitus tipe-2, merupakan sulfonilurea paling poten dan dikenal sebagai sulfonilurea generasi kedua (Dollery, 1999). Mekanisme kerja glibenklamid sama dengan obat antidiabetik golongan sulfonilurea lainnya yaitu dengan merangsang sekresi insulin pada sel beta pankreas (Handoko dan Suharto, 2003). Efek utama dari glibenklamid adalah menstimulasi pelepasan insulin dengan meningkatkan fungsi sel-sel islet beta pankreas. Pada pemakaian jangka pendek, glibenklamid menyebabkan degranulasi sel beta pada pankreas (Dollery, 1999). Pada subyek normal puasa, peningkatan konsentrasi insulin dalam plasma dan penurunan kadar glukosa plasma terjadi 15-60 menit setelah pemberian glibenklamid oral dan mencapai maksimum setelah 1-2 jam sebelum kembali ke nilai
30
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
dasar setelah 3 jam. Obat ini 200 kali lebih kuat daripada tolbutamid. Glibenklamid dimetabolisme dalam hati menjadi produk dengan aktifitas yang sangat rendah, hanya 25% metabolit diekskresi melalui urin dan sisanya diekskresi melalui empedu dan tinja. Obat ini efektif dalam penggunaan tunggal (Handoko dan Suharto, 2003). Dosis awal pemberian adalah sebesar 2,5 mg/hari yang diberikan sebagai dosis tunggal pada pagi hari, dan tidak dianjurkan untuk memberikan dosis pemeliharaan lebih dari 20 mg/hari (Nolte dan Karam, 2002). Cl
CO
NH
CH2
CH2
O2 S
NH
CO2
NH
OCH3
Gambar 4. Struktur Glibenklamid (Evans dan Rushakoff, 2007)
I. Metode Penetapan Kadar Glukosa Darah Secara umum menurut Widowati, Dzulkarnain dan Sa’roni (1997) metode penentuan glukosa darah dapat ditentukan dengan beberapa cara yaitu: metode kondensasi dengan gugus amina, metode enzimatik, atau metode oksidasi-reduksi. 1. Metode kondensasi dengan gugus amina Prinsip dari metode ini adalah aldosa dikondensasikan dengan orto-toluidin dalam suasana asam dan setelah dipanaskan akan menghasilkan larutan yang berwarna hijau. Kadar glukosa darah dapat ditentukan sesuai dengan intensitas warna yang dihasilkan, yang diukur dengan spektofotometer. 2. Metode enzimatik Glukosa dapat ditentukan secara enzimatik, dengan menggunakan enzim glukosa oksidase (GOD), dengan adanya glukosa oksidase ini, maka glukosa
31
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
dioksidasi oleh udara (O2) menjadi asam glukuronat disertai pembentukan hidrogen peroksida. Adanya enzim peroksidase (POD), H2O2 akan membebaskan O2 yang mengoksidasi akseptor kromogen yang sesuai serta memberikan warna merah. Akseptor kromogennya dapat berupa senyawa aminoantipirin dan fenol atau orthodianisidin, kadar glukosa darah ditentukan berdasarkan intensitas warna yang terjadi, dan diukur secara spektrofotometri. 3. Metode oksidasi-reduksi Penentuan kadar glukosa darah dilakukan dengan cara dioksidasi dengan menggunakan suatu oksidan ferrisianida. Oksida ini direduksi menjadi ferrosianida oleh glukosa dalam suasana basa dengan pemanasan, kemudian kelebihan ferri dititrasi secara iodometri.
J. Spektrofotometri Menurut Mulja dan Suharman (1995) spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis fisika-kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang 190 – 380 nm (UV) dan 380 – 780 nm (Vis) dengan memakai instrumen spektrofotometer . Prinsip kerja spektrofotometer adalah berdasarkan atas interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan materi. Materi dapat berupa atom, ion, atau molekul, sedang radiasi elektromagnetik merupakan salah satu jenis energi yang ditransmisikan dalam ruang dengan kecepatan tinggi (Khopkar, 1990). Panjang gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan serapan maksimum
32
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
disebut sebagai panjang gelombang serapan maksimum (Mulja dan Suharman, 1995). Prinsip spektroskopi didasarkan adanya interaksi dari energi radiasi elektromagnetik dengan zat kimia, dengan mengetahui interaksi yang terjadi, maka dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari interaksi tersebut. Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan satu atau lebih peristiwa seperti: pemantulan, pembiasan, penyerapan (absorpsi) dan lain-lain (Sudarmadji, Haryono, dan Suhardi, 1989). Dalam suatu analisis kuantitatif, pengukuran serapan dilakukan pada panjang gelombang saat serapan maksimum, hal ini disebabkan karena sensitivitas maksimum diperoleh dengan mengerjakan pada pita maksimum, karena untuk konsentrasi yang diberikan panjang gelombang tersebut memberikan respon yang paling kuat. Pada pita maksimum, perubahan yang kecil pada panjang gelombang akan memberikan perubahan serapan yang minimal (kecuali bila pita absorpsi sangat tajam), dengan demikian kesalahan kecil dalam meletakkan tanda pemilih panjang gelombang pada instrumen tidak akan mengakibatkan kesalahan besar pada pengukuran serapan (Fatah, 1989).
33
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
K. Landasan Teori Jamu antidiabetes “AD” merupakan suatu formula jamu antidiabetes IOT. Sari Sehat - PT.Capung Indah Abadi. Pada penelitian mengenai efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD”, jamu tersebut telah terbukti mampu menurunkan kadar glukosa darah pada tikus jantan galur wistar, dengan dosis efektif 12,6 ml/kgBB sebesar 28,146% terhadap kontrol aquadest (Nursalim, 2008).
Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff. ) Boerl.) merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki daya hipoglikemik. Pada dosis 110 mg/200gBB, mahkota dewa sudah mampu menurunkan kadar glukosa darah (Anonim, 2007). Mekanisme utama penurunan kadar glukosa darah oleh mahkota dewa adalah secara intra pankreatik dan ekstra pankreatik. Mekanisme intra pankreatik yaitu dengan cara memperbaiki (regenerasi) sel pankreas dan merangsang pelepasan insulin. Mekanisme ekstra pankreatik dengan cara menghambat absorpsi glukosa di usus, meningkatkan transportasi glukosa di dalam darah, merangsang sintesis glikogen dan menghambat sintesis glukosa dengan cara menghambat enzim glukosa-6-fosfatase dan fruktosa1,6-bifosfatase (Santoso dan Saryono, 2005).
L. Hipotesis Penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff. ) Boerl.) pada jamu antidiabetes “AD” mampu meningkatkan daya penurunan kadar glukosa darah jamu antidiabetes “AD” tersebut.
34
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian eksperimental murni yang dikerjakan mengikuti rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel utama a. Variabel bebas
: Dosis ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa
yang ditambahkan pada jamu antidiabetes “AD”. Dosis ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa yang ditambahkan pada jamu antidiabetes “AD” adalah jumlah gram (g) serbuk ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa yang ditambahkan pada jamu antidiabetes “AD” tiap satuan kilogram (kg) berat badan subyek uji yang bersangkutan. b. Variabel tergantung
: LDDK0-300 kadar glukosa dalam darah.
LDDK0-300 kadar glukosa dalam darah adalah besaran yang menggambarkan berapa jumlah kadar glukosa dalam darah pada tiap rentang waktu mulai dari menit ke-0 sampai dengan menit ke-300 yang dihitung dengan menggunakan metode trapezoid. 2. Variabel pengacau a. Variabel pengacau terkendali 1. Hewan uji
: Tikus putih
35
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2. Jenis kelamin
: Jantan
3. Galur spesies hewan uji
: Galur Wistar
4. Berat badan subjek uji
: Antara 175 g – 225 g
5. Umur subyek uji
: Antara 2 bulan – 3 bulan
6. Cara pemberian
: per oral (p.o)
b. Variabel pengacau tak terkendali Variabel pengacau tak terkendali dari penelitian ini adalah keadaan patologi hewan uji yang digunakan, sifat fisika kimia dari sediaan jamu serta kandungan dalam ekstrak mahkota dewa.
C. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan penelitian a. Hewan uji Tikus putih jantan galur Wistar, umur 2 - 3 bulan, berat badan 175-225 g, dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. b. Bahan uji Bahan yang digunakan adalah jamu antidiabetes “AD” dan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) yang
diperoleh dari IOT. Sari Sehat - PT.Capung Indah Abadi.
36
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
c. Senyawa pembanding Yang digunakan berupa kaplet generik glibenklamid yang diproduksi oleh PT. Indofarma. d. Pereaksi untuk pengukuran kadar glukosa darah Pereaksi yang digunakan adalah enzim Glucose GOD FS* dari DiaSys (Diagnostic System), International, Holzheim Germany yang terdiri atas : Tabel IV. Isi pereaksi enzim Glucose GOD-PAP
e. Natrium oksalat sebagai antikoagulan (Cooper and McDaniel, 1966). f. Glukosa monohidrat p.a (Merck) dengan dosis 1,75 g/kgBB (Anonim, 1991) sebagai larutan untuk pembuatan kurva baku dan untuk uji toleransi glukosa oral yang diperoleh dari LPPT Universitas Gadjah Mada . g. Larutan asam benzoat 0,1% b/v, sebagai pelarut glukosa monohidrat (Cooper and McDaniel, 1966) yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. h. Carboxymethylcellulose-natrium
(Dai-Ichi
Seiyaku
Co.,
Ltd.)
sebagai
pensuspensi ekstrak etanolik Mahkota dewa yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. i. Aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
37
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
j. Parafin cair sebagai pelancar aliran darah dalam pengambilan sampel darah dari hewan uji, yang diperoleh dari Laboratorium Biofarmasetika dan Bioanalisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Alat penelitian a. Seperangkat alat gelas ( Beaker glass, labu takar, gelas ukur, pengaduk) merk pyrex b. Jarum suntik (injeksi peroral) yaitu jarum suntik yang ujungnya diberi bulatan kecil dengan lubang ditengahnya agar tidak melukai hewan uji c. Mikropipet d. Sentrifuge (Hettich WBA SS, Germany) ,yellow tipe, microtube, surgical blande e. Spektrometer Ultraviolet –Visibel (Optima® SP300, Japan) dan kuvet f. Alat neraca elektrik (Mettler Toledo AB 204, Switzerland) g. Vortex (Janke-Kankel IKA® - Labortechnik) h. Holder
D. Jalannya Penelitian 1. Penentuan dosis jamu antidiabetes “AD” Penggunaan pada manusia adalah 15 g serbuk jamu antidiabetes “AD” diseduh dengan 200 ml air panas, dengan asumsi manusia dewasa Indonesia adalah 50 kg, maka untuk manusia 70 kg adalah sebesar 21 g . Perhitungan dosis untuk tikus adalah sebagai berikut : 21 g 200 ml
=
140 ml 200 ml
38
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Dari penyeduhan 21 g serbuk jamu antidiabetes “AD” dalam 200 ml air diperoleh larutan jamu sebanyak 140 ml. Jadi untuk takaran orang dewasa 70 kg adalah sebesar 140 ml, maka untuk tikus 200 g adalah sebesar : 140 ml 2,52 ml x 0,018 = 70 kg 200 g
= 12,6 ml / kgBB
2. Penentuan dosis ekstrak Mahkota dewa Ekstrak etanolik Mahkota dewa diperoleh dengan menyari daging buah mahkota dewa dengan pelarut etanolik. Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dan disediakan oleh IOT. Sari Sehat-PT. Capung Indah Abadi. Proses pembuatan ekstrak etanolik mahkota dewa adalah sebagai berikut : Daging buah mahkota dewa digiling kasar, kemudian dimaserasi dengan 12 liter etanolik 30% selama ½ jam, setelah itu diinfusa selama ± 1 jam, kemudian disaring. Hasil ekstraksi kemudian dipekatkan dan selanjutnya ditambah corn starch (tepung jagung) 200 g sebagai bahan pengisi (filler), dicampur merata kemudian dioven pada suhu 75-800 C. Hasil ekstrak powder adalah 399,25 g. Dosis mahkota dewa dari IOT. Sari Sehat-PT. Capung Indah Abadi adalah 1.500 mg untuk manusia 50 kg. Dosis ini kemudian dikonversikan pada pemberian terhadap tikus seberat 200 g.
dosis untuk manusia 70 kg
x
⇓ dosis untuk manusia 70 kg
1.500 mg 50 kg
=
2.100 mg 70 kg
⇒
faktor konversi x 0,018
2.100 mg x 0,018 = 37,8 mg 200 gram 70 kg = 189 mg kg BB tikus
39
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Besarnya dosis pada hewan uji tikus hasil perhitungan yaitu 189 mg/kgBB, selanjutnya dibuat peringkat dosisnya, yaitu 1/3 dosis penggunaan dan 3 kali dosis penggunaan ekstrak mahkota dewa yaitu 63 mg/kgBB dan 567 mg/kgBB. Perhitungan volume pemberian ekstrak berdasarkan rumus :
Volume (V ) × Konsentrasi (C ) = Berat badan (BB ) × Dosis (D )
Karena keterbatasan volume pemberian maksimal pada tikus untuk pemberian secara peroral adalah 5 ml (Ritschel,1974), maka 3 larutan yang akan diperlakukan kepada tikus secara peroral, yaitu glibenklamid, larutan jamu dengan ekstrak mahkota dewa, dan larutan glukosa harus disesuaikan agar tidak melebihi voleme pemberian maksimal. 3. Preparasi bahan a. Pembuatan larutan asam benzoat 0,1% b/v Serbuk asam benzoat p.a. ditimbang sebanyak 0,5 g dan dilarutkan dengan aquadest panas dalam labu takar 500 ml sampai tanda. b. Pembuatan larutan stok glukosa 1% b/v Glukosa monohidrat p.a. ditimbang sebanyak 1 g dan dilarutkan dengan larutan asam benzoat 0,1% b/v dalam labu takar 100 ml sampai tanda. c. Pembuatan Natrium oksalat 2% b/v Natrium oksalat p.a. ditimbang sebanyak 1 mg dan dilarutkan dengan aquadest dalam labu takar 50 ml sampai tanda.
40
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
d. Pembuatan CMC-Na 1 % Timbang 1 g CMC-Na, disuspensikan sampai 100 ml dengan aquadest hangat, kemudian aduk sampai diperoleh larutan yang homogen. e. Penentuan keseragaman bobot kaplet glibenklamid Penentuan keseragaman bobot kaplet glibenklamid mengacu pada Anonim (1979). Timbang 20 tablet, kemudian hitung bobot tablet. Jika ditimbang satu-satu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Nilai penyimpangan bobot rata-rata kolom A dan B dapat dilihat pada tabel V. Tabel V. Keseragaman bobot tablet
Bobot rata-rata 25 mg atau kurang 26 mg sampai dengan 150 mg 151 mg sampai dengan 300 mg Lebih dari 300 mg
Penyimpangan bobot rata-rata dalam % A B 15 % 30 % 10 % 20 % 7.5 % 15 % 5% 10 %
f. Penetapan dosis pemberian glibenklamid Dosis glibenklamid yaitu 5 mg pada manusia dengan berat badan 70 kg, dikonversikan ke tikus 200 g dengan faktor konversi 0,018. 5 mg glibenklamid × 0,018 = 0,09 mg glibenklamid / 200 g = 0,45 mg glibenklamid / kg BB tikus
Berdasarkan perhitungan maka besarnya dosis glibenklamid pada hewan uji tikus yaitu 0,45 mg/ kgBB.
41
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
g. Penetapan konsentrasi pemberian larutan glibenklamid pada hewan uji Volume pemberian glibenklamid ditetapkan sebesar 0,8 ml sehingga diperoleh konsentrasi sebagai berikut : volume =
h. Pembuatan larutan glibenklamid 0,1125 mg/ml Timbang serbuk glibenklamid setara dengan 25 mg glibenklamid murni, larutkan dengan CMC dalam labu takar 10 ml sampai tanda sebagai larutan induk glibenklamid. Buat dengan konsentrasi 0,1125 mg/ml dalam labu ukur 10 ml dari larutan induk glibenklamid tersebut. i. Penetapan konsentrasi larutan glukosa monohidrat 1,75 g/kgBB Volume pemberian glukosa dibuat seminimal mungkin,yaitu sebesar 1,5 ml, dengan demikian konsentrasi yang ditetapkan untuk tikus 200 g adalah : Konsentras i (C ) =
Dosis ( D ) × BeratBadan ( BB ) Volume (V )
1,75 g / kgBB × 0,200kgBB 1,5 ml 0,350 g 350 mg ⇒ Konsentras i = = = 233,333 mg ml 1,5 ml 1,5 ml
⇒ Konsentras i =
⇒ Konsentrasi = 23,333 g 100 ml = 23% b v 4. Percobaan pendahuluan a. Penetapan waktu resapan stabil glukosa standar (operating time) Sebanyak 25,00 μl larutan glukosa standar direaksikan dengan 2,5 ml pereaksi GOD-PAP. Campuran larutan tersebut kemudian divortex dan segera diukur
42
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
resapannya pada panjang gelombang 500 nm (sesuai dengan yang tertulis dalam leaflet Glucose GOD FS*) dengan selang waktu 5 menit selama 60 menit. Waktu resapan stabil yang digunakan adalah waktu inkubasi yang memberikan resapan stabil. b. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum (λ maksimal) Sebanyak 25,00 μl larutan glukosa standar direaksikan dengan 2,5 ml pereaksi GOD-PAP. Campuran larutan tersebut kemudian divortex dan diinkubasi pada suhu kamar. Setelah mencapai operating time dilakukan pengukuran pada rentang panjang gelombang 400 - 600 nm dengan selang waktu 10 nm. Panjang gelombang yang menunjukkan serapan yang paling tinggi adalah panjang gelombang serapan maksimum (λ maksimal). c. Pembuatan kurva baku Larutan glukosa monohidrat 1% b/v dipipet sebanyak 0,75 ml ; 1 ml ; 1,5 ml ; 2 ml dan 2,25 ml. Penetapan kadar glukosa dilakukan seperti pada penetapan kadar glukosa darah dengan metode GOD-PAP. Serapan diukur secara spektrofotometri visibel pada panjang gelombang serapan maksimum (λ maksimal). 5. Orientasi waktu pemberian a. Penetapan waktu pemberian glibenklamid Orientasi menggunakan 6 ekor tikus yang terbagi dalam 3 kelompok dimana masing-masing kelompok mendapat perlakuan kontrol positif dan kontrol negatif. Perlakuan tersebut dilakukan terhadap masing-masing kelompok yaitu pada menit ke-15 sebelum UTGO untuk kelompok kesatu, menit ke-30 sebelum UTGO untuk kelompok kedua, dan menit ke-45 sebelum UTGO untuk kelompok ketiga.
43
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Semua pemberian dilakukan secara peroral, selanjutnya dilakukan UTGO dengan perlakuan larutan glukosa monohidrat 15% b/v; 1,75 g/kgBB. Pengambilan cuplikan darah dilakukan sesaat sebelum perlakuan sebagai menit ke-0 dan pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, dan 300 setelah UTGO. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan metode GOD-PAP, selanjutnya dibuat kurva UTGO dan perhitungan harga LDDK0-300. Penentuan waktu pemberian glibenklamid didasarkan pada harga selisih LDDK0-300 kontrol positif dan negatif terbesar. b. Penetapan waktu pemberian jamu antidiabetes “AD”. Orientasi ini menggunakan 6 ekor tikus yang dibagi menjadi 3 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 2 ekor tikus, masing-masing mendapat perlakuan jamu antidiabetes “AD” pada menit ke-15, 30, dan 45 sebelum UTGO. Semua pemberian dilakukan secara peroral, selanjutnya dilakukan UTGO dengan pemberian larutan glukosa monohidrat 15% b/v; 1,75 g/kgBB. Pengambilan cuplikan darah dilakukan sesaat sebelum perlakuan sebagai menit ke-0 dan pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, dan 300 setelah UTGO. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan metode GOD-PAP. Selanjutnya dibuat kurva UTGO dan perhitungan harga LDDK0-300. Penentuan waktu pemberian jamu antidiabetes “AD” didasarkan pada harga LDDK0-300 terendah. 6. Uji daya hipoglikemik a. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji Penelitian dilaksanakan mengikuti rancangan acak pola searah dimana 30 ekor tikus jantan dibagi secara acak menjadi 6 kelompok. Tiap hewan uji
44
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
diadaptasikan dengan kondisi yang sama, jauh dari kebisingan dan dihindarkan dari stress. Sebelum mendapat perlakuan, masing-masing kelompok dipuasakan selama 18 jam dengan tetap diberi minum ad libitum, Masing-masing kelompok terdiri atas 5 ekor tikus. Kelompok I yaitu kontrol negatif dengan perlakuan 12,5 ml/kgBB aquadest. Kelompok II yaitu kontrol negatif dengan perlakuan 12,5 ml/kgBB CMC 1%. Kelompok III yaitu kontrol positif glibenklamid dengan dosis 0,45 mg/kgBB. Kelompok IV, V, dan VI memperoleh perlakuan jamu antidiabetes dengan dosis 12,6 ml/ kgBB dan ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa dengan dosis 63 mg/kgBB untuk kelompok IV, 189 mg/kgBB untuk kelompok V, dan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa untuk kelompok VI. Semua pemberian dilakukan secara peroral, selanjutnya dilakukan UTGO dengan perlakuan larutan glukosa monohidrat 23% b/v; 1,75 g/kgBB. b. Penetapan kadar glukosa darah Kadar glukosa darah ditetapkan secara spektrofotometri visibel dengan metode GOD-PAP. Pada tiap kelompok dilakukan pengambilan cuplikan darah sebanyak 0,5 ml melalui vena lateralis ekor sesaat sebelum perlakuan sebagai menit ke-0 dan pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, dan 300 setelah UTGO, dan ditampung dalam microtube yang berisi 50,00 µl Natrium oksalat 2% b/v, kemudian disentrifuge pada 3000 rpm selama 10 menit, selanjutnya diambil 25,00 µl plasma darah, dan dimasukkan ke dalam masing-masing tabung untuk diukur kadar glukosanya. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan seperti berikut :
45
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel VI. Volume pengukuran kadar glukosa darah
No 1 2 3 4
Bahan Supernatan Larutan baku glukosa Asam benzoat 1% b/v Pereaksi GOD-PAP
Sampel (ml) 0,025 2,5
Standar (ml) 0,025 2,5
Blangko (ml) 0,025 2,5
Bahan-bahan tersebut dicampur dan diinkubasikan pada suhu kamar selama waktu operating time, kemudian kadar glukosa darah ditetapkan secara spektrofotometri visibel menggunakan metode GOD-PAP. Resapan diukur pada panjang gelombang maksimum, kemudian kadar glukosa darah dihitung dengan rumus :
Kadar
Keterangan :
⎛A ⎞ glukosa = ⎜⎜ S ⎟⎟ x 100 mg % ⎝ ASt ⎠
As = resapan sampel Ast = resapan standar
Kadar glukosa darah yang diperoleh selanjutnya dibuat kurva UTGO yang menggambarkan hubungan nilai kadar glukosa darah lawan waktu sampling darah. Dari kurva UTGO kemudian dihitung luas di bawah kurva dalam rentang waktu tertentu dengan menggunakan metode trapezoid (LDDK0-300) dan rumus digunakan adalah sebagai berikut:
LDDK t 0−tn
Keterangan: t C LDDKto-tn
=
t1 − t 0 t −t x (C 0 + C1 ) + 2 1 x (C1 + C 2 ) 2 2 + t 3 − t 2 x (C 2 + C 3 ) + t n − t n −1 x (C n − C n −1 )
= waktu (jam-1/menit-1) = konsentrasi zat dalam darah (mg/dl) = luas daerah di bawah kurva dari waktu ke-0 sampai ke-n
yang
46
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
E. Analisis Hasil Data kadar glukosa darah pada setiap kelompok perlakuan dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji General-Linier Model Repeated Measured. Harga LDDK0-300 glukosa darah diuji menggunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk menguji distribusinya, jika distribusinya normal dilanjutkan dengan analisa Anova One Way dan Posh Hoc test Tukey dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika nilai LDDK0-300 glukosa darah mempunyai variansi yang berbeda maka dilakukan uji Kruskal Wallis dan dilanjutkan uji Mann Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penentuan Dosis Jamu Penentuan ini berdasarkan pada penggunaan pada manusia, yaitu diseduh dengan air panas. Dosis yang digunakan adalah dosis efektif hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh Nursalim (2008) yaitu 12,6 ml/ kgBB hasil penyeduhan 21 gram serbuk jamu antidiabetes “AD” dalam 200 ml air panas. Gambar serbuk jamu dan larutan jamu dapat dilihat pada lampiran 1. Preparasi bahan sesuai dengan tata cara yang tertera pada halaman 39 sampai 41, dan untuk lebih lengkapnya preparasi bahan dapat dilihat pada lampiran 5 dan data nilai LDDK0-300 penelitian Nursalim (2008) pada lampiran 6.
B. Penentuan Dosis Ekstrak Mahkota dewa Ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa dibuat oleh IOT. Sari SehatPT. Capung Indah Abadi dengan tata cara yang tertera pada lampiran 4. Proses pembuatan ekstrak etanolik mahkota dewa meliputi proses maserasi, infusa, kemudian dipekatkan dan ditambah dengan bahan pengisi tepung jagung dan terakhir dioven. Perhitungan pembuatan dosis ekstrak etanolik mahkota dewa tercantum pada lampiran 5 dan gambar ekstrak mahkota dewa dapat dilihat pada lampiran 1.
47
48
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
C. Percobaan Pendahuluan 1. Penetapan operating time Pengukuran kadar glukosa darah ini menggunakan pereaksi GOD-PAP. Reaksi yang terjadi antara glukosa dengan pereaksi GOD-PAP merupakan reaksi enzimatis yang menghasilkan senyawa berwarna, sehingga perlu dilakukan suatu uji untuk mengetahui operating time (OT) dari reaksi tersebut. Tujuan penentuan operating time ini adalah mengetahui
kapan waktu
resapan senyawa berwarna kuinonimin hasil reaksi GOD-PAP dengan glukosa yang memberikan resapan yang stabil saat dilakukan pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer visibel. Sesuai dengan informasi pada leaflet GOD-PAP, maka pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 500 nm selama 60 menit. Prinsip kerja dari reagen GOD-PAP adalah GOD (Glucose oxidase) akan mengkatalisis oksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida, kemudian hidrogen peroksida dengan 4-amino-antipirin dan fenol akan membentuk senyawa kuinonimin dengan bantuan enzim peroksidase. Senyawa kuinonimin ini berwarna merah muda, dan intensitas warnanya akan meningkat sebanding dengan konsentrasi glukosa. Semakin tinggi konsentrasi glukosa yang terdapat dalam plasma darah, maka warna yang dihasilkan dari reaksi ini akan semakin pekat (tinggi).
49
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
CH2OH O
H
H OH
OH
H
GOD
H
OH H
H
+ O2 OH
OH
glukosa
+
H2O2
CH2OH O OH H C H OH
+ H2O2 OH
H
OH hidrogen peroksida
asam glukonat
H2N
CH3
PAP
+
O
CH3
N
N CH3
hidrogen peroksida
O
+ H2O
N CH3
N
O
N
OH fenol
kuinonimin (berwarna merah muda)
4 amino-antipirin
Gambar 5.
Reaksi enzimatik antara glukosa dan reagen GOD-PAP ( DiaSys, 2006)
Data penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa standar 100 mg/dl ditunjukkan pada tabel VII. Tabel VII. Data hasil penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa standar
Waktu (menit)
Resapan
Waktu (menit)
Resapan
5
0,336
35
0,363
10
0,361
40
0,362
15
0,365
45
0,361
20
0,365
50
0,361
25
0,364
55
0,361
30
0,364
60
0,360
50
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Grafik Waktu Resapan Stabil Glukosa standar 0.450
Resapan
0.400 0.350 0.300 0.250 0.200 0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
Waktu (menit)
Gambar 6. Grafik hubungan antara resapan dan waktu resapan stabil reaksi glukosa standar pada λ 500 nm
Hubungan antara resapan glukosa standar dengan waktu inkubasi dapat dilihat pada gambar 6. Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa dari menit ke-15 sampai menit ke-30 memberikan grafik yang relatif datar, sehingga diperkirakan pada menit ke-15 sampai menit ke-30 terjadi reaksi yang stabil antara glukosa standar dengan pereaksi GOD-PAP. Berdasarkan hasil uji penetapan operating time, maka penetapan kadar glukosa darah dengan spektrofotometer visibel dapat dilakukan pada menit ke-15 sampai menit ke-30 setelah pemberian pereaksi GODPAP. 2. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum (λ maksimum) Penetapan ini bertujuan untuk menentukan panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum senyawa kuinonimin. Pengujian menggunakan rentang panjang gelombang 400-600 nm, yaitu 100 nm di bawah sampai 100 nm di atas panjang gelombang yang tertera pada leaflet Dyasis. Dalam penetapan panjang gelombang maksimum ini digunakan dua konsentrasi yang berbeda yaitu 100 mg/dl
51
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
dan 50 mg/dl dengan tujuan untuk memastikan panjang gelombang serapan maksimum larutan glukosa standar. Panjang Gelombang Maksimum Glukosa Standar 0.4 0.35 0.3
Gambar 7. Kurva hubungan antara λ dan resapan maksimum glukosa selama operating time
Pada leaflet Dyasis tertera bahwa panjang gelombang yang memberikan resapan maksimum terjadi pada panjang gelombang 500 nm, sedangkan berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa resapan maksimum terjadi pada panjang gelombang 502 nm. Perbedaan panjang gelombang ini dapat disebabkan perbedaan instrumen yang digunakan. 3. Pembuatan kurva baku Penetapan kadar glukosa yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan secara spektrofotometri, sedangkan dalam penelitian yang menggunakan metode spektrofotometri harus memenuhi persyaratan hukum Lambert-Beer. Hukum ini
52
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
menjelaskan bahwa seiring dengan meningkatnya kadar, maka resapan yang diberikan juga akan meningkat. Pembuatan kurva baku bertujuan untuk mengetahui linearitas dari alat yang digunakan. Glukosa yang digunakan dalam pembuatan kurva baku adalah larutan glukosa monohidrat dengan konsentrasi 10 mg/ml, dan berlaku sebagai larutan stok glukosa. Glukosa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, sehingga aquadest yang digunakan sebagai pelarut ditambah dengan asam benzoat dengan tujuan untuk mengawetkan glukosa selama disimpan dalam kurun waktu tertentu. Jika larutan glukosa standar yang digunakan menjadi tempat pertumbuhan mikroorganisme, maka dapat mengganggu penetapan kadar glukosa darah. Kurva baku yang digunakan dibuat dengan kadar 75 mg/dl, 100 mg/dl, 150 mg/dl, 200 mg/dl dan 250 mg/dl. Penetapan kadar glukosa ini dilakukan pada rentang waktu menit ke-15 hingga menit ke-30 setelah pemberian reagen GOD-PAP, dan panjang gelombang 502 nm. Data hasil penetapan kadar glukosa kurva baku ditunjukkan pada tabel VIII. Tabel VIII. Hubungan kadar dan resapan glukosa pada panjang gelombang maksimum 502 nm
Kadar (mg/dl)
Resapan
75, 3705
0,266
100,4940
0,343
150,7410
0,478
200,9880
0,668
Persamaan Regresi Linear
226,1115
0,717
Y = 0,003066 X + 0,032169
A
= 0,032169
B
= 0,00306639 x 10-3
r
= 0,99762
Pada tabel VIII diketahui bahwa koefisien regresi (r) hubungan kadar dan resapan glukosa pada panjang gelombang 502 nm mendekati ± 1 yaitu 0,99762.
53
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Harga r tabel dengan taraf kepercayaan 95% dengan df3 (df; degree of freedom) adalah 0,878. Harga r hasil percobaan lebih besar bila dibandingkan dengan harga r tabel, hal ini berarti bahwa persamaan kurva baku memiliki linearitas yang baik. Pada persamaan kurva baku, sudut yang dibentuk oleh kurva hubungan konsentrasi dan serapan sangat kecil (hampir datar) sehingga dari segi sensitifitas, kurva ini tidak dapat disajikan. Diperlukan suatu manipulasi (faktor koreksi) agar kurva dapat disajikan, yaitu dikalikan 300 agar menjadi lebih besar. Setelah dikalikan 300 maka persamaan kurva baku menjadi y = 0,9199 X + 9,6508. Gambar kurva baku glukosa setelah dikalikan faktor koreksi ditunjukkan pada gambar 8. Kurva Baku Gukosa 250 y = 0.9199x + 9.6508 Resapan x 300
200 150 100 50 0 0
25
50
75
100
125
150
175
200
225
250
Konsentrasi (mg/dl)
Gambar 8. Kurva baku glukosa pada panjang gelombang maksimum 502 nm
4. Penetapan selang waktu pemberian glibenklamid Tujuan dari penetapan pemberian glibenklamid adalah untuk melihat pengaruh selang waktu pemberian terhadap daya hipoglikemik glibenklamid, agar pada saat uji toleransi glukosa oral (UTGO) yaitu pemberian perlakuan larutan glukosa monohidrat, glibenklamid sudah memberikan efek penurunan kadar glukosa darah yang optimal. Waktu pemberian glibenklamid pada hewan uji, didasarkan pada
54
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
penurunan harga luas daerah di bawah kurva dari menit ke-0 hingga menit ke-300 (LDDK0-300), yaitu waktu pemberian yang memberikan prosentase selisih LDDK terbesar antara kontrol negatif (CMC 1%) dengan glibenklamid dosis 0,45 mg/kgBB. Hasil UTGO dan perhitungan prosentase selisih LDDK0-300 glibenklamid dengan kontrol negatif CMC 1% dapat dilihat pada tabel IX. Tabel IX. Hasil UTGO dan perhitungan prosentase selisih LDDK0-300 larutan glibenklamid dosis 0,45 mg/ kgBB
Selang Waktu
LDDK0-300 (mg.menit/dL)
pemberian larutan
Selisih
glibenklamid
Kontrol
Perlakuan
LDDK0-300
sebelum UTGO
Negatif (CMC)
(glibenklamid)
15
40.435,517
25.659,985
14.775,532
36,541
30
46.982,475
19.380,681
27.601,794
58,749
45
45.915,025
31.039,283
14.875,742
32,398
(mg.menit/dL)
% Selisih LDDK0-300
(menit ke- )
Tabel menunjukkan bahwa glibenklamid pada menit ke-30 sebelum UTGO (Uji Toleransi Glukosa Oral) memberikan nilai prosentase selisih LDDK0-300 terbesar bila dibandingkan dengan menit ke-15 dan menit ke-45, sehingga ditetapkan pemberian glibenklamid yang digunakan adalah 30 menit sebelum UTGO.
55
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Diagram Pengaruh Selang Waktu Pemberian Glibenklamid 58.749
% selisih LDDK
60.000 36.541
32.398
40.000 20.000 0.000 15
30
45
Selang Waktu (menit)
Gambar 9. Diagram pengaruh selang waktu pemberian glibenklamid terhadap % selisih LDDK
Pada gambar 9 dapat dilihat dengan jelas bahwa pada pemberian menit ke30 sebelum UTGO memberikan persen selisih tertinggi terhadap kontrol negatif CMC 1% dibandingkan dua menit yang lain yaitu dengan nilai sebesar 58,749%. Glibenklamid pada menit ke-30 diperkirakan telah mencapai onsetnya sehingga memiliki kemampuan menurunkan kadar glukosa darah tertinggi. 5. Penetapan selang waktu pemberian jamu antidiabetes “AD” Penetapan waktu
pemberian jamu antidiabetes “AD” digunakan untuk
melihat pengaruh selang waktu pemberian terhadap efek penurunan kadar glukosa darah, agar pada saat dilakukan UTGO, jamu antidiabetes “AD” sudah memberikan efek dalam menurunkan kadar glukosa darah. Dalam penelitian ini, pemberian jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak mahkota dewa didasarkan pada hasil penetapan selang waktu pemberian jamu antidiabetes “AD”, yaitu 30 menit sebelum UTGO seperti hasil penetapan waktu pemberian jamu antidiabetes “AD” yang paling optimal yang telah dilakukan oleh Nursalim (2008), untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7. Tujuan dari penambahan ekstrak mahkota dewa pada jamu
56
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
antidiabetes “AD” adalah untuk mengetahui apakah penambahan ekstrak etanolik mahkota dewa akan memberikan peningkatan efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD”, sehingga waktu pemberian campuran jamu antidiabetes “AD” dengan ekstrak mahkota dewa ini mengikuti waktu pemberian optimal dari jamu antidiabetes “AD” tersebut.
D. Efek Hipoglikemik Jamu antidiabetes “AD” dengan Penambahan Ekstrak Etanolik Daging Buah Mahkota Dewa Dalam penelitian ini dilakukan penetapan kadar glukosa darah dengan kelompok I sebagai kontrol negatif dengan perlakuan 12,5 ml/kgBB aquadest, kelompok II sebagai kontrol negatif dengan perlakuan 12,5 ml/kgBB CMC 1%, kelompok III sebagai kontrol positif dengan perlakuan glibenklamid dosis 0,45 mg/ kgBB. Kelompok IV menerima perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa, kelompok V menerima perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa, dan kelompok VI menerima perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Pada penelitian ini digunakan aquadest untuk melarutkan jamu antidiabetes “AD”, dan CMC-Na 1% digunakan sebagai pensuspensi glibenklamid dan ekstrak etanolik mahkota dewa. Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan instrumen spektrofotometer visibel, dengan metode enzimatik GOD-PAP. Data kadar glukosa darah pada tiap perlakuan dan waktu sampling dapat dilihat pada tabel X.
57
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel X. Data kadar glukosa darah rata-rata dan LDDK0-300 setiap kelompok perlakuan Kelompok
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Perlakuan
I
II
III
IV
V
IV
jamu
0
128,581
122,674
98,990
118,453
115,095
99,064
104,002
15
159,251
160,288
127,354
135,715
131,141
120,577
134,905
30
195,821
164,160
129,357
145,265
130,943
116,842
128,830
45
189,402
138,408
105,815
141,102
122,821
114,269
119,783
60
176,109
129,128
73,570
127,635
125,991
110,831
114,303
90
142,975
112,656
45,770
109,638
111,794
108,609
109,416
120
147,385
113,517
40,761
107,495
116,020
100,996
102,219
180
138,955
111,120
49,464
97,762
101,162
96,347
96,078
240
132,212
108,907
46,959
79,948
87,031
83,473
102,681
300
129,359
113,824
58,167
78,846
80,626
82,096
94,097
44.166,250
35.872,583
18.573,372
31.245,771
31.756,653
29.567,124
31.735,357
Kadar glukosa darah rata-rata (mg/dl) tikus putih jantan
Kelompok
LDDK 0-300 (mg.menit/d l)
Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Grafik hubungan antara kadar glukosa darah dan waktu sampling tiap-tiap kelompok perlakuan yaitu aquadest, CMC, glibenklamid, dan jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak mahkota dewa dapat dilihat pada gambar 10. Kurva Hubungan Antara Waktu Sampling dan Kadar Glukosa Darah 200 180 160
Kadar (mg/dL)
140 120 100 80 60 40 20 0 0
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
Waktu Sampling (menit) Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Kelompok V
Kelompok IV
Gambar 10. Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa darah akibat pemberian aquadest, CMC, glibenklamid, dan jamu antidiabetes “AD” yang ditambah ekstrak mahkota dewa Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV
Gambar 10 menunjukkan respon kadar glukosa darah dari hewan uji akibat pembebanan glukosa saat UTGO dari berbagai perlakuan. Kelompok kontrol aquadest menunjukkan kadar glukosa paling tinggi dibandingkan perlakuan yang
59
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
lain. Kelompok kontrol CMC menunjukkan kadar glukosa tertinggi kedua setelah kontrol aquadest. Kadar glukosa yang tinggi ini disebabkan pada kontrol negatif tikus hanya diberi aquadest atau CMC saja yang tidak memiliki efek terapetik, sehingga kadar glukosa darah ditentukan oleh kemampuan tubuh tikus itu sendiri untuk mampu menurunkan kadar glukosa. Kontrol positif yaitu glibenklamid memberikan rata-rata kadar glukosa yang paling rendah dibandingkan perlakuan-perlakuan lainnya. Kelompok kontrol positif mendapatkan perlakuan larutan glibenklamid yang merupakan obat antidiabetik oral golongan sulfonilurea yang memiliki efek terapetik menurunkan kadar glukosa darah dengan mekanisme kerja merangsang sekresi insulin pada sel beta pankreas. Bila sekresi insulin meningkat maka glukosa dalam darah yang meningkat akibat pembebanan glukosa dapat masuk ke dalam sel dengan perantara insulin tersebut, sehingga kelompok yang mendapatkan perlakuan glibenklamid ini memiliki kadar glukosa darah yang paling rendah dibandingkan kelompok perlakuan yang lain. Pada kelompok-kelompok perlakuan jamu antidiabetes “AD” yang ditambah ekstrak mahkota dewa, kelompok VI yang menerima perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa memberikan efek penurunan kadar glukosa darah yang paling besar dibanding kedua kelompok lainnya, hal ini dapat dilihat dari harga LDDK0-300 dari kelompok VI yang paling kecil dibandingkan kelompok IV dan V. Urutan penurunan kadar glukosa darah dari yang paling baik adalah kelompok VI (perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa), kelompok IV (perlakuan jamu
60
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa), dan kelompok campuran V (perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa). Gambar 10 menunjukkan bahwa kurva perlakuan jamu yang ditambah ekstrak mahkota dewa menurun secara perlahan-lahan sedangkan kurva glibenklamid menurun secara drastis mulai menit ke-30. Penurunan kadar glukosa darah kelompok glibenklamid yang drastis ini bisa disebabkan oleh sekresi insulin sel beta pankreas yang meningkat karena perlakuan glibenklamid, sehingga dengan cepat mampu membawa glukosa masuk ke dalam sel, akibatnya kadar glukosa plasma menurun secara drastis. Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa darah jamu antidiabetes “AD” dan jamu antidiabetes “AD” yang ditambah ekstrak mahkota dewa, ditunjukkan pada gambar 11. Baik kurva jamu antidiabetes “AD”, maupun kurva jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak mahkota dewa memiliki tipe yang relatif sama, yaitu menurun secara perlahan. Data kadar rata-rata glukosa darah jamu antidiabetes “AD” untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
61
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Kurva Hubungan Antara Waktu Sampling dan Kadar Glukosa Darah 200 180 160
Kadar (mg/dL)
140 120 100 80 60 40 20 0 0
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
Waktu sampling (menit) Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Gambar 11. Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa darah akibat pemberian jamu, dan jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak mahkota dewa Keterangan: (*) kelompok I Kelompok II
Data kadar glukosa darah dianalisis menggunakan rancangan GLM Repeated Measure untuk melihat perbedaan harga kadar glukosa darah pada setiap waktu cuplikan akibat berbagai perlakuan. Hasil analisis statistik secara GLM Repeated Measure menunjukkan adanya perbedaan
yang bermakna apabila
probability (p) < 0,05 dan perbedaan yang tidak bermakna apabila p > 0,05. Ringkasan hasil analisis secara GLM Repeated Measure ditunjukkan pada tabel XI.
62
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel XI. Hasil analisis GLM Repeated Measure kadar glukosa darah
Subjek variasi Tes antar subyek Di antara Subyek
Jumlah kuadran
Db
Periode (waktu)
11.3915,183
9
Periode (perlakuan)
3.5189,750
Perlakuan (dosis)
16.0931,662
Rata-rata
F
P
12.657,243
67,643
0,000BB
45
781,994
4,179
0,000BB
5
32.186,332
71,378
0,000BB
kuadran
Keterangan: BB = berbeda bermakna (p<0,05) TB = berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Pada tabel XI dapat diketahui adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,05) antara purata kadar glukosa darah hewan uji yang dipengaruhi oleh periode waktu (p = 0,000). Secara statistik terjadi perbedaan kadar glukosa darah yang bermakna (signifikan) dari setiap waktu sampling darah (menit ke-0 sampai menit ke-300) pada taraf kepercayaan 95%. Perbedaan yang bermakna (p<0,05) juga terlihat antara purata kadar plasma hewan uji yang dipengaruhi oleh perlakuan (dosis), sehingga perlakuan antar kelompok terbukti memberi pengaruh signifikan terhadap perbedaan kadar glukosa darah pada menit ke-0 hingga menit ke-300 dengan taraf kepercayaan 95%. Kemampuan jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik mahkota dewa dalam menurunkan kadar glukosa darah dapat diperjelas dengan membandingkan nilai LDDK0-300 (Luas Daerah Di bawah Kurva) glukosa darah dari masing-masing kelompok. LDDK0-300 merupakan besaran yang menggambarkan jumlah glukosa darah yang diamati pada menit ke-0 sampai menit ke-300 pada setiap kelompok perlakuan. jamu antidiabetes “AD” yang ditambah ekstrak etanolik
63
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
mahkota dewa dibandingkan dengan kontrol negatif aquadest sebagai kontrol pelarut jamu antidiabetes “AD” dan dibandingkan dengan kontrol CMC karena CMC ini digunakan sebagai pensuspensi ekstrak mahkota dewa. Jamu antidiabetes “AD” yang ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa juga dibandingkan dengan kontrol positif yaitu glibenklamid untuk melihat seberapa besar efek hipoglikemik yang ditimbulkan oleh jamu ini, bila dibandingkan dengan obat antidiabetik oral. Tabel XII. Pengaruh praperlakuan jamu antidiabetes ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa terhadap LDDK0-300 kadar glukosa darah tikus putih jantan dan prosentase perbedaan terhadap kelompok negatif dan positif
Kelompok perlakuan
N
Mean LDDK0-300 ± SE (mg.menit/dL)
Prosentase (%) perbedaan terhadap Kelompok
Kelompok
Kelompok
I
II
III
Kelompok I
5
44.166,250 ± 1198,945
0
23,120BB
137,793BB
Kelompok II
5
35.872,583 ± 392,180
-18,778BB
0
93,140BB
Kelompok III
5
18.573,372 ± 328,880
-57,947BB
-48,224BB
0
Kelompok IV
5
31.245,771 ± 1266,038
-29,254BB
-12,898BB
68,229BB
Kelompok V
5
31.756,653 ± 731,460
-28,097BB
-11,474BB
70,979BB
Kelompok VI
5
29.567,124 ± 541,118
-33,055BB
-17,577BB
59,191BB
5
31.735,357 ± 1293,827
-28,146BB
-11,533BB
70,865BB
Jamu antidiabetes “AD” Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV
: : : :
Kelompok V
:
Kelompok VI
:
Jamu antidiabetes “AD” BB TB
: : :
Aquadest 12,5 ml/kgBB CMC 1% 12,5 ml/kgBB Glibenklamid dengan dosis 0,45 mg/kgBB Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB Beda Bermakna Beda Tidak Bermakna
64
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel XII menunjukkan adanya perbedaan antara kelompok kontrol glibenklamid, kelompok IV (perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB ditambah 63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa), kelompok V (perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB ditambah 189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa), dan kelompok VI (perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB ditambah 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa), terhadap kontrol CMC, dengan perbedaan nilai LDDK0-300 berturut-turut sebesar 48,2%; 12,9%; 11,5%; dan 17,6%. Perbedaan nilai LDDK0-300 yang paling besar terlihat pada kontrol positif yang mendapat perlakuan glibenklamid. Pada kelompok perlakuan jamu antidiabetes “AD”, kelompok VI dengan penambahan dosis ekstrak mahkota dewa sebesar 567 mg/kgBB memberikan perbedaan nilai LDDK0-300 yang paling besar yaitu 17,6%. Perbedaan harga LDDK0-300 kelompok IV, V, dan VI, terhadap kontrol negatif aquadest, berturut-turut adalah sebesar 29,3%; 28,1%; dan 33,1%. Perbedaan nilai LDDK0-300yang paling besar terlihat pada kelompok VI yaitu kelompok yang memperoleh perlakuan campuran jamu antidiabetes “AD” dengan dosis 12,6 ml/ kgBB dan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Jamu antidiabetes “AD” dalam memiliki perbedaan harga LDDK0-300 terhadap kontrol negatif aquadest sebesar 28,1%. Perbedaan harga LDDK0-300 antara kelompok kontrol negatif aquadest, kontrol negatif CMC, kelompok IV, V, VI, dan kelompok jamu antidiabetes “AD” terhadap kontrol positif glibenklamid, berturut-turut sebesar 137,8%; 93,1%; 68,2%; 71,0%; 59,2%; dan 70,9. Perbedaan yang paling kecil terdapat pada kelompok
65
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
perlakuan jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak mahkota dewa dengan dosis 567 mg/kgBB, yaitu kelompok VI. Pada tabel XIII dapat dilihat bahwa kelompok perlakuan dengan dosis penambahan ekstrak mahkota dewa tertinggi yaitu kelompok VI, memiliki prosentase perbedaan nilai LDDK0-300 terbesar terhadap jamu antidiabetes “AD” dibanding 2 kelompok yang lain yaitu sebesar 6,8%, namun nilai LDDK0-300 ketiga jamu antidiabetes “AD” yang mendapat penambahan ekstrak mahkota dewa dengan dosis yang berbeda tersebut memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap nilai LDDK0-300 jamu antidiabetes “AD” dalam bentuk tunggal. Tabel XIII. Pengaruh praperlakuan jamu antidiabetes ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa terhadap LDDK0-300 kadar glukosa darah tikus putih jantan dan prosentase perbedaan terhadap kelompok perlakuan jamu antidiabetes “AD”
0-300
Kelompok perlakuan
N
Mean LDDK
± SE
(mg.menit/dL)
Prosentase (%)
Makna
perbedaan terhadap
Perbedaan terhadap
Jamu antidiabetes
jamu antidiabetes
“AD”
“AD”
Jamu antidiabetes “AD”
5
31.735,357 ± 1293,827
0
-
Kelompok IV
5
31.245,771 ± 1266,038
-1,543
TB
Kelompok V
5
31.756,653 ± 731,460
0,067
TB
Kelompok VI
5
29.567,124 ± 541,118
-6,832
TB
Keterangan: Jamu antidiabetes “AD” Kelompok IV
: :
Kelompok V
:
Kelompok VI
:
TB BB
: :
Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Beda tidak bermakna Beda bermakna
66
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Diagram LDDK
0-300
Glukosa Darah Masing-Masing Perlakuan
44166.250
45000
35872.583
30000
LDDK
31245.771
31756.653
29567.124
18573.372
0-300
(mg.menit/dL)
60000
15000 0 Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI Perlakuan
Gambar 12. Diagram LDDK0-300 glukosa darah masing-masing perlakuan Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV
: : : :
Kelompok V
:
Kelompok VI
:
Aquadest 12,5 ml/kgBB CMC 1% 12,5 ml/kgBB Glibenklamid dengan dosis 0,45 mg/kgBB Perlakuan campuran jamu antidiabetes “AD” dengan dosis 12,6 ml/ kgBB dan 63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Perlakuan campuran jamu antidiabetes “AD” dengan dosis 12,6 ml/ kgBB dan 189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Perlakuan campuran jamu antidiabetes “AD” dengan dosis 12,6 ml/ kgBB dan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Data LDDK0-300 dari keenam kelompok perlakuan termasuk nilai LDDK0-300 dosis efektif dari jamu antidiabetes “AD” kemudian dianalisis menggunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk menguji distribusi datanya, karena distribusinya normal maka dilanjutkan dengan uji Anova One Way untuk terlebih dahulu mengetahui homogenitas variansi data LDDK0-300. Data penelitian jamu antidiabetes yang dilakukan oleh Nursalim (2008) disertakan dalam analisis statistik karena uji statistik ini juga bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan yang bermakna pada efek penurunan kadar glukosa darah terhadap hewan uji antara jamu antidiabetes “AD” dengan jamu antidiabetes “AD” yang mendapat penambahan ekstrak etanolik mahkota dewa.
67
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Hasil uji menunjukkan bahwa variansi data LDDK0-300 berbeda, sehingga uji Anova One Way tidak dapat dilanjutkan. Syarat yang harus dipenuhi dalam uji Anova One Way, antara lain data mempunyai distribusi normal, variansi data sama, dan masing-masing data berdiri sendiri. Perbedaan variansi data LDDK0-300 dapat dilihat dari tabel XIV yang menunjukkan nilai p < 0,05 yaitu 0,002. Tabel XIV. Hasil analisis homogenitas variansi menggunakan uji Anova One Way
Levene Statistic
Df1
Df2
Sig.
4,833
6
28
0,002
Data LDDK0-300 kemudian dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai LDDK0-300 yang bermakna dari kelompokkelompok perlakuan. Berdasarkan pada tabel XV dapat diketahui bahwa semua kelompok perlakuan memiliki rata-rata LDDK0-300 (Mean) yang memang berbeda, hal ini berdasarkan pada nilai probabilitas data LDDK0-300 tersebut yang menunjukkan nilai sebesar 0,000 atau p < 0,05. Tabel XV. Test Mean LDDK0-300 keenam kelompok perlakuan dengan uji Kruskal-Wallis
LDDK Chi-Square Df Asymp. Sig.
28,084 6 0,000
68
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Ada perbedaan LDDK0-300 yang signifikan di antara keenam kelompok perlakuan. Analisis Kruskal-Wallis kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda dan tidak berbeda, juga untuk mengetahui pengaruh peringkat dosis ekstrak etanolik mahkota dewa yang ditambahkan pada jamu antidiabetes “AD” pada masing-masing kelompok. Hasil uji dinyatakan berbeda bermakna antar kelompok perlakuan bila nilai p < 0,05. Hasil ini dapat dilihat pada lampiran 11 dan secara ringkas dapat dilihat pada tabel XVI. Hasil uji Mann-Whitney LDDK0-300 glukosa darah pada tabel XVI menunjukkan bahwa kelompok perlakuan glibenklamid (kelompok III) dan kelompok perlakuan jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik mahkota dewa (kelompok IV, V, dan VI) bila dibandingkan dengan kedua kontrol negatif yaitu aquadest dan CMC, menunjukkan nilai LDDK0-300 yang berbeda bermakna. Kontrol positif glibenklamid dan tiga kelompok perlakuan jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak mahkota dewa dapat menurunkan kadar glukosa darah bila dibandingkan dengan kontrol negatif aquadest dan CMC. Jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik mahkota dewa memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah yang lebih kecil bila dibandingkan glibenklamid, hal ini ditunjukkan dari nilai LDDK0-300 yang berbeda bermakna dengan kontrol positif glibenklamid.
69
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel XVI. Hasil uji Mann-Whitney LDDK0-300 glukosa darah tikus putih jantan terbebani glukosa
Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
1
_
BB
BB
BB
BB
BB
BB
2
BB
_
BB
BB
BB
BB
BB
3
BB
BB
_
BB
BB
BB
BB
4
BB
BB
BB
_
TB
TB
TB
5
BB
BB
BB
TB
_
TB
TB
6
BB
BB
BB
TB
TB
_
TB
7
BB
BB
BB
TB
TB
TB
_
Keterangan: Kelompok I Kelompok II Kelompok III (*) Kelompok IV Kelompok V
: : : : :
Aquadest 12,5 ml/kgBB CMC 1% 12,5 ml/kgBB Glibenklamid dosis 0,45 mg/kgBB Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Kelompok VI : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Kelompok VII : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. BB : Berbeda bermakna (p<0,05) TB : Berbeda tidak bermakna (p>0,05) (*)merupakan hasil penelitian Nursalim (2008)
Kelompok perlakuan jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak mahkota dewa, menunjukkan perbedaan nilai LDDK0-300 yang tidak bermakna dengan jamu antidiabetes “AD”. Perbedaan yang tidak bermakna ini disebabkan karena peningkatan daya penurunan kadar glukosa darah yang dihasilkan oleh ekstrak etanolik mahkota dewa tidak besar, yaitu sebesar 1,543%, 0,067%, dan 6,832%, dan secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan tanin pada komposisi jamu antidiabetes “AD” yang dimungkinkan telah mengikat senyawa aktif dalam ekstrak etanolik mahkota dewa, sehingga mengurangi
70
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
aktivitasnya dalam menurunkan kadar glukosa darah. Tanin memiliki kemampuan untuk membentuk kompleks senyawa dengan senyawa lain (Anonim, 2005).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) dengan dosis 63
mg/kgBB, 189 mg/kgBB, dan 567 mg/kgBB memberikan penurunan kadar glukosa darah sebesar 28,1% sampai 33,1% terhadap kontrol negatif aquadest, sebesar 11,5% sampai 17,6% terhadap kontrol negatif CMC, dan sebesar 0,1 sampai 6,9 terhadap jamu antidiabetes “AD”. 2. Penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada jamu antidiabetes “AD” tidak memberikan pengaruh terhadap efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD”.
B. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan frekuensi pemberian kombinasi jamu antidiabetes “AD” dengan ekstrak etanolik mahkota dewa(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) yang lebih sering (pemakaian berulang).
71
72
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Adam, M.F., 2000, Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes mellitus yang Baru, Majalah Cermin Dunia Kedokteran, No.127, 37 – 39, Jakarta Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, ed III, 9, 32, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1986, Sediaan Galenik, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan departemen Kesehatan Republik Indonesia, 16-19, Jakarta Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik (Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka) 233-240, Balai Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam, Jakarta Anonim, 1992, Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Fitofarmaka, dalam kumpulan Undang-undang Farmasi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1997, Pure Herbal Extract Procesing & http://www.mdidea.com/idea/ diakses tanggal 28 Mei 2008
Formulator,
Anonim, 1999, Licoride Root, http://www.healthymagnets.com/licorideroot.htm, diakses tanggal 28 Mei 2008 Anonim, 2005, Tannins, http://www.ansci.cornell.edu.plants/toxicagents/tannin/, diakses tanggal 15 Juni 2005 Anonim, 2006, Herbasin Chinese Herb http://www.herbasin.com/database, diakses tanggal 28 Mei 2008
Database,
Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan pertama, hal 6, 13-38, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 2008, Zipcodezoo: Taxonomy, http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD /xhtml1-transitional.dtd, diakses tanggal 28 Mei 2008 Bestari, T., 2001, Efek Hipoglikemi Perasan Daging Buah Makuto Dewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Pada Tikus Diabetes mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI), Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
73
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Cartailler, J.P., 2004, Insulin - from secretion to action, www.betacell.org/content/ articles/print.php?aid=1, diakses tanggal 30 April 2008 Chang, H.M., and But, P.P.H., 1987, Pharmacology and Applications of Chinese Materia Medica, translated by Yeung, S.C.S., Yao, S.C., and Wang, L.L., Vol 2, hal 802, 1163,1041, World Scientific, Singapore Choate, C.J., 1999, Modern Medicine And Traditional Chinese Medicine Diabetes Mellitus, The Journal of Chinese Medicine No 60, 5 Cooper, G.R., and McDaniel, V., 1966, Workshop Manual of Methods For The Determination of Glucose, 24, 29-31, US Departement of Health, Education, and Welfare, Geoegia Czygon, F.C., Frohne, F., Hotzel, C., Nagell, A., Pfander, H.J., Willuhn, G., Buff, W., 2001, Herbal Grugs & Phytopharmaceutical 2nd Ed, hal 302, Medpharm, Germany Dollery, S.C., 1999, Therapeutic Drugs, 2th Edition, Vol I, G 64 – 69, Churchill Livingstone, London Duke, 2007, Dr. Duke's Phytochemical and Ethnobotanical Databases. http:// www.ars-grin.gov, diakses tanggal 30 Oktober 2007 Evans, J.L., and Rushakoff, R.J., Diabetes and Carbohydrate Metabolism: Oral Pharmacological Agents for Type 2 Diabetes: Sulfonilureas, Meglitinides, Metformin, Thiazolidinediones, α-Glucosidase Inhibitors and emerging approaches,http://www.endotext.org/diabetes/diabetes16/diabetesframe16, diakses tanggal 21 April 2008 Fatah,A.M., 1989, Spektroskopi, 45-46, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Fern, K., 1997, Plants For A Future : Sophora japonica-L, http://www.pfaf.org/ database/plants.php?. Diakses tanggal 28 Mei 2008 Handoko, T., dan Suharto, B., 1995, Insulin, Glukagon dan antidiabetik Oral dalam Ganiswara, (Ed), Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, 469, 471, 476,477, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Harmanto, N., 2008, Plantamor Situs Dunia Kedokteran : Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa(Scheff) Boerl), http://www.plantamor.com/spcdtail.php. diakses tanggal 21 April 2008
74
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Irawan,M.A., 2007, Glukosa dan Metabolisme Energi, http://www.pssplab.com/ journal/06.pdf, diakses tanggal 25 April 2008 Khopkar, 1990, Basic Concepts of Analytical Chemistry diterjemahkan oleh Saptoraharjo, A., 193, 204, Universitas Indonesia Press, Jakarta Merentek, E., 2006, Resistensi Insulin Pada Diabetes mellitus Tipe 2, Majalah Cermin Dunia Kedokteran, No 150,38, 39, Jakarta Morita, H., 2007, Studies on the constituents from the fruits of Phaleria macrocarpa Journal of Natural Medicines Vol 62, http://www.springerlink.com /favicon.ico">SpringerLink Journal Article