PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI IDEOLOGI 3H DALAM LAGU BATAK POPULER SEBAGAI MODAL PERJUANGAN ORANG BATAK TOBA
TESIS Untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Magister Humaniora (M.Hum.) Di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Oleh: MARSIUS PARLY TINAMBUNAN NIM: 116322001
PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI IDEOLOGI 3H DALAM LAGU BATAK POPULER SEBAGAI MODAL PERJUANGAN ORANG BATAK TOBA
TESIS Untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Magister Humaniora (M.Hum.) Di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Oleh: Marsius Parly Tinambunan NIM: 116322001
PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PENGESAHAN
TESIS IDEOLOGI 3H DALAM LAGU BATAK POPULER SEBAGAI MODAL PERJUANGAN ORANG BATAK TOBA Oleh: Marsius Parly Tinambunan NIM: 116322001
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tesis Pada tanggal 21 Juli 2015 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.
Tim Penguji Ketua
Tanda Tangan
: Albertus Bagus Laksana, S.J, S.S., Ph.D.
..……..……………
Sekretaris/Moderator : Y. Tri Subagya, M.A.
.....…………………
Anggota
…………………….
: 1. Dr. des. Vissia Ita Yulianto 2. Dr. Gregorius Budi Subanar, S.J.
…………………….
Yogyakarta 21 Juli 2015 Direktur Program Pascasarjana
Prof. Dr. Augustinus Supratiknya iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertandatangan di bawah ini Nama
: Marsius Parly Tinambunan
NIM
: 116322001
Program
: Magister Ilmu Religi dan Budaya
Universitas
: Sanata Dharma
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan: Judul
: Ideologi 3H Dalam Lagu Batak Populer Sebagai Modal Perjuangan Orang Batak Toba.
Pembimbing : Dr. G. Budi Subanar, S.J.
Tanggal diuji : 21 Juli 2015 Adalah benar-benar hasil karya saya. Di dalam tesis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis aslinya. Apabila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan peraturan yang berlaku di Program Pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, termasuk pencabutan gelar Master Humaniora (M.Hum.) yang telah saya peroleh. Yogyakarta 22 Juli 2015 Yang memberi pernyataan
Marsius P. Tinambunan iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Nama
: Marsius Parly Tinambunan
NIM: NIM
: 116322001
Program
: Magister Ilmu Religi dan Budaya
Demi keperluan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah yang berjudul: IDEOLOGI 3H DALAM LAGU BATAK POPULER SEBAGAI MODAL PERJUANGAN ORANG BATAK TOBA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lainnya demi kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di
: Yogyakarta
Pada tangal: 22 Juli 2015 Yang menyatakan
Marsius P. Tinambunan v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR
Adalah saat yang membanggakan ketika saya masih bisa diberi kesempatan untuk studi S2 oleh Universitas Kristen Duta Wacana, meskipun usia studi lanjut saya telah berakhir sesuai aturan. Saya merasa ini sebuah hadiah yang tidak boleh disia-siakan untuk itulah saya menerima tantangan ini dan kembali ke bangku kuliah dan jadi mahasiswa. Ketertarikan saya pada bidang religi dan budaya, didasarkan atas pentingnya peran budaya dalam memahami agama. Budaya dan agama berjalan bersama, kadang terlihat ketidak keselarasan namun di sisi lain budaya dapat berperan dalam memahami ajaran mengenai Kabar Baik (Injil) bagi masyarakat tradisional yang masih begitu kuat memegang adat dan tradisi. Kekayaan budaya dapat diolah menjadi pengetahuan dan ajaran yang bersifat ideologis sehingga dapat memberi makna bagi kehidupan masyarakat yang masih mengagungkan adat dan tradisi di dalam kehidupan masyarakat tradisional dan modern. Penghargaaan terhadap budaya itulah juga yang memberi arti bagi kehidupan orang Batak Toba yang tetap menjunjung tinggi produk budaya seperti, ideologi: hamoraon, hagabeon, hasangapon, dan dalihan na tolu sebagai sistem musyawarah adat yang dijalankan oleh 3 unsur penting sebagai hula-hula, dongan tubu, dan boru. Berkaitan dengan proses penulisan tesis ini tidak dapat saya lupakan merekamereka yang secara langsung atau tidak telah memberi kontribusinya sehingga tesis ini dapat saya selesaikan dengan baik. Dan ucapan terima kasih yang tak terhingga patut saya sampaikan kepada Pembimbing saya, Dr. G. Budi Subanar, S.J. dan kepada Dr. Albertus Bagus Laksana, S.J. yang memberi masukan yang berharga. Kepada seluruh pengajar IRB yang pernah memberi perkuliahan kepada saya, serta mbak Desy sebagai staf administrasi IRB yang banyak membantu dalam urusan administrasi. Juga tidak lupa saya sampaikan banyak terima kasih kepada responden saya yang begitu bersemangat dalam wawancara, sekaligus berterima kasih atas penerimaan vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI responden di kediaman mereka dengan baik sehingga pelaksanaan wawancara dapat berlangsung dengan baik dengan suasana kekeluargaan yang menyenangkan. Adapun responden yang saya maksudkan adalah: Abidan Tinambunan, Dewi Pangaribuan, Doma Tumanggor, Hotran Simarmata,
Hotman Sihaloho, Kardono Sinaga, Kaston
Pakpahan, L.br Tinambunan, Lukder Tumanggor, M. Simangunsong, Mirando Damanik, N. Ambarita, Manosor Pangaribuan, M. Siahaan, M. Simanjuntak, S. Berutu. Kesediaan dan dukungan mereka selama wawancara sangat berarti dan jawaban mereka atas pertanyaan-pertanyaan saya memberi informasi dan pengetahuan yang menjadi bagian dalam tesis ini. Hormat saya kepada Ayah (almarhum) dan Ibu yang saya cintai di kampung (Bona Pasogit - dulu Kabupaten Tapanuli Utara dan sekarang Kabupaten Humbang Hasundutan) yang sudah memperjuangkan saya untuk sekolah sejak dari SD sampai perguruan tinggi. Akhirnya saya berterima kasih kepada istri dan anak-anak saya yang saya cintai, yang secara bersamaan berjuangan bersama-sama sebagai mahasiswa. Dewi Pangaribuan (istri) yang kuliah di Amerika di bidang: Music dan Counseling, dan kedua anak saya Christina Laviani Tinambunan (Via) di Universitas Sanata Dharma jurusan Sastra Inggris dan Verdy Lamson Tinambunan (Verdy), di Universitas Kristen Duta Wacana jurusan Teknik Informatika.
To God be the Glory, great things He hath done!
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRAK Tesis ini membahas hubungan antara permasalahan hidup, perjuangan yang dikisahkan dalam syair lagu dan tujuan hidup yang bersifat ideologis. Orang Batak Toba sebagai identitas, hidup dalam praktik adat dan tradisi yang kuat baik mereka yang tinggal di kampung maupun mereka yang sudah meninggalkan tanah kelahiran mereka. Permasalahan ekonomi menjadi titik awal bagi orang Batak Toba untuk memulai perjuangan. Kisah perjuangan mereka termuat dalam syair-syair lagu Batak Toba populer. Lagu yang digambarkan dikemas dalam melodi yang sedih dan syair yang mengharukan. Pengalaman hidup yang dikisahkan dalam lagu dan syair justru dijadikan sebagai kekuatan untuk memberi motivasi positif dalam menghadapi tantangan yang dihadapi. Responden sebagai subjek penelitian merepresentasikan pendengar lagu Batak Toba yang mengetahui atau mengalami kisah-kisah perjuangan dalam lagu-lagu Batak populer. Kehidupan orang Batak diperhadapkan dengan suatu pertarungan yang penuh dengan tantangan untuk mencapai kebutuhan material, simbolis dan ideologis. Untuk pengolahan data penelitian maka teori Pierre Bourdieu dijadikan sebagai kerangka acuan. Habistus dipakai untuk melihat kebiasaan yang dimiliki oleh orang Batak Toba dalam menjalankan tata aturan dalam adat. Arena dijadikan sebagai ruang untuk melihat wilayah perjuangan yang mungkin ditempuh, sedangkan modal dijadian sebagai kekuatan untuk mencapai tujuan. Adapun modal-modal yang ingin dimiliki untuk meraih tujuan yang ingin dicapai adalah melalui modal ekonomi, kultural, sosial dan simbolik. Ideologi dijadikan sebagai modal dasar untuk mengentaskan permasalahan ekonomi yang pelik. Permasalahan hidup diatasi dengan perjuangan gigih melalui kekuatan ideologi. Untuk meraih keberhasilan tersebut diperlukan wadah perjuangan melalui pertarungan di arena pendidikan dan lapangan pekerjaan. Kedudukan dan kekuasaan seseorang dalam masyarakat Batak Toba tergantung berapa besar modal yang dimiliki. Kata kunci: Habitus, arena, modal, adat, ideologi (hamoraon, hagabeon, hasangapon), dalihan natolu (hula-hula, dongan tubu, boru), andung, lagu Batak populer, Pierre Bourdieu. viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRAK
This thesis is a study about the relationship between life’s problems and struggles which are expressed in popular songs-lyrics and melodies and an ideology which expresses the purpose of life. Batak Toba people, both those who live in the village as well as those who have left their homeland, secure their identity in life by practicing their customs and strong traditions, Economic problems have become the starting points for their struggle in life. Their stories are expressed in the lyrics of their popular songs. The songs described in this thesis interweave sad melodies and sorrowful poetry. The life experiences expressed in the music and lyrics are specifically used as a force which gives a positive motivation to deal with challenges. Respondents in this research project represents Batak Toba song listeners who know or who have been experiencing the struggle which is described in these popular Batak songs. The lives of Batak people are confronted by complex challenges, symbolic and ideological, in their fight to satisfy their material needs. The data collection for this research study uses Pierre Bourdieu’s theory as a framework. “Habitus” is used to observe their customs in implementing the specific rules and social ordering in their traditions. In Bourdieu’s theory, “arena” refers to the space in which the battle is pursued whereas “capital” describes the power needed to achieve the intended goal. The capital needed to reach the goal includes economic, cultural, social, and symbolic assets. Ideology serves as the fundamental capital necessary to resolve the complicated economic problems. Struggles in life are overcome by the persistent appeal to the power of ideology. To achieve success, a person must enter and win in the educational and employment arenas. One's position and power in Batak Toba society depend on how much capital one has. Keywords: habitus, arena,capital, culture, ideology (hamoraon, hagabeon, hasangapon), Dalihan Natolu (hula-hula, dongan Tubu, Boru), grandmother, popular Batak.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….…….i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………ii LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI……………………………….…….iii SURAT ERNYATAAN KEASLIAN……………………………….…………….iv SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.....v KATA PENGANTAR………………………………………………….……….…vi ABSTRAK…………………………………………………………………..........viii DAFTAR ISI…………………………………………………………………..........x BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….....1 1. Latarbelakang Penelitian………………………………………………………….1 2. Rumusan Masalah…………………………………………………….…………..8 3. Tema……………………………………………………………………………....8 4. Tujuan Penelitian………………………………………………………………...8 5. Manfaat Penelitian………………………………………………………….....…9 6. Studi Pustaka………………………………………………………………...…11 7. Kerangka Teori…………………………………………………………............21 7. 1. Habitus……………………………………………………………………......22 7. 2. Arena…………………………………………………………………….……23 7. 3. Modal (capital) Simbolik……………………………………….……...…......26 7. 4. Kekerasan Simbolik……………………………………………………..........28 7. 5. Ideologi……………………………………………………………………......29 8. Metode Penelitian…………………………………………………………….…30 x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9. Sistematika Penulisan…………………………………………………………...34 BAB II ETNIK BATAK DAN SUKU BATAK TOBA SEBAGAI IDENTITAS ………………………………….………………….…………………………..39 1. Identitas Kebatakan Dipresentasikan dalam Lagu……………………………...41 2. Etnik Batak……………………………………………………………………....46 3. Suku Batak Toba……………………………………………………………...…53 4. Suku Batak Toba Sebelum Injil Masuk di Tanah Batak……………………......57 5. Masuknya Penginjil ke Tanah Batak…………………………………………....59 5. 1. Penginjil Utusan Pekabaran Injil Baptis Inggris…………………………...…59 5. 2. Penginjil Utusan American Board of Commissioners for Foreign Mission….61 5. 3. Penginjil Utusan Rheinische Missionsgesellschaft…………………………...62 6. Adat Batak Toba………………………………………………………………....67 7. Dalihan Natolu…………………………………………………………………...71 7. 1. Hula-hula………………………………………………………………….......75 7. 2. Dongan Tubu……………………………………………………………….....76 7. 3. Boru………………………………………………………………………..….77 8. Ideologi 3 H Sebagai Modal Perjuangan……………………………….…….…79 9. Peta Kemiskinan………………………………………….………………..........84 BAB III LAGU BATAK TOBA POPULER………………………………........90 1. Lagu Batak Toba Populer Era-Sebelum 70-an………………………….……....92 1. 1 Alat Musik Tradisional…………………………………………………….....95 1. 1. 1. Gondang…………………………………………………...........................95 1. 1. 2. Uning-uningan………………………………………………………...…...96 1. 2. Musik Populer Batak Toba..………………………………...…………….....98 1. 3. Musisi Batak Toba Era-Sebelum 70-an…………………………….…….....104 1. 3. 1. Tilhang Gultom (1896)-1973)……………………………………...….....105 1. 3. 2. Nahum Situmorang (1908-1969)………………….……………………...107 1. 3. 3. 1. Lagu Nahum Situmorang……………………………….………….......109 xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Lagu Batak Toba Populer Era-Setelah 70-an………………………………......114 2. 1. Kejayaan Musik Populer Batak………………………………………….......117 3. Isi Syair Lagu Mengisahkan Pengalaman Hidup……………………………....120 3. 1. Lagu Andung dan Lagu Batak Toba Populer……………….……………….122 3. 1. 1. Lagu Andung…………………………………………..............................122 3. 1. 2. Lagu 1: Andung-andung ni Anak Siampudan………………....................124 3. 1. 3. Lagu 2: Andung Anak Buha Baju……………………………...…………128 3. 1. 4. Lagu 3: Andung Anak Sasada…………………………….………….......130 4. Lagu Batak Populer dan Suara Perjuangan………………………………........132 4. 1. Lagu Tentang Kemiskinan…………………………………....…………......133 4. 1. 1. Lagu 4: Tapanuli Peta Kemiskinan…………………………………….....134 4. 1. 2. Lagu 5: Gotap sian Sikkola…………………………………………….....136 4. 1. 3. Lagu 6: Tangis do Au…………………………………….…………….....138 4. 2. Lagu Perjuangan untuk Merantau………………………….………………..140 4. 2. 1. Lagu 7: Putus Sikkola……………………………………………………..141 4. 2. 2. Lagu 8: Anak Parjalang…………………………………………….…......142 4. 3. Lagu Perjuangan untuk Sekolah……………..…………………...………....144 4. 3. 1. Lagu 9: Anakkon hu…………………………………….………………...145 4. 3. 2. Lagu 10: Anakku Naburju………………………………………………...146 4. 4. Lagu Tentang Anak Sebagai Kekayaan…………………………………......148 4. 4. 1. Lagu 11: Anakkonhi do Hamoraon di Au…………………………….......149 4. 5. Lagu Tentang Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon…………………..…......151 4. 5. 1. Lagu 12: Alusi Au…………………………………………………...…....152 4. 5. 2. Lagu 13: Hagabeon…………...…………………………………..............154 BAB IV IDEOLOGI SEBAGAI MODAL PERJUANGAN...........................157 1. Ideologi sebagai Habitus yang Terinternalisasi…………………………....…..158 1. 1. Ideologi Membentuk Habitus……………………………………….……....158 1. 2. Kekuatan Modal dalam Mencapai Tujuan………………………….……...162 2. Pengenalan Orang Batak terhadap Lagu Batak Toba Populer……................166 xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Lagu Batak Toba Populer sebagai Ekspresi Perjuangan……………………....168 3. 1. Lagu Andung sebagai Model Ekspresi Kesedihan……………………….....169 3. 2. Keterpurukan Modal Ekonomi……………………………………………...175 3. 3. Arena Pertarungan di Perantauan………………………………...………....180 3. 4. Arena Pertarungan di Sekolah………………………………………...….....186 4. Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon sebagai Cita-cita Idealis Batak Toba…....190 4. 1. Pentingnya Ideologi bagi Orang Batak………………………………….......191 4. 2. Makna Modal Simbolik bagi Orang Batak……………………………….....198 4. 3. Pemaknaan Kekerasan Simbolik dalam Dalihan Natolu………………........201 4. 4. Lagu Batak Toba Bermuatan Ideologi…………………………...................203 Bab V KESIMPULAN………………………………………………..………....210 DAFTAR PUSTAKA……………...…………………………………….……....224 LAMPIRAN-LAMPIRAN…..……………………………………….................232
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENDAHULUAN
1. Latarbelakang
Dalam mewujudkan cita-cita diperlukan suatu usaha dan kerja keras untuk meraihnya. Selain itu diperlukan suatu dorongan yang bersifat filosofis untuk memperkuat usaha tersebut. Tesis ini akan berfokus pada penelitian yang berhubungan dengan lagu-lagu Batak Toba poluler yang memuat ideologi sebagai modal dasar perjuangan, dan kisahkisah yang menceritakan pergumulan hidup yang dituangkan pada syair-syair lagu sebagai narasinya. Untuk melengkapi penelitian tersebut, akan dijelaskan latarbelakang suku Batak Toba dari berbagai aspek: identitas, tempat tinggal, ideologi adat, pergulatan, dan perjuangan. Adapun bagian budaya yang masih kuat dipegang oleh orang Batak dan menjadi bagian dari penelitian ini menyangkut lagu, ideologi, adat.
Untuk melengkapi sumber data primer akan dilakukan wawancara kepada beberapa responden dan narasumber untuk memperoleh dan mengetahui pengalaman mereka menyangku lagu-lagu pergumulan hidup untuk mewakili pandangan orang Batak Toba. Lagu-lagu Batak populer dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengalaman hidup orang Batak Toba dari berbagai aspek menyangkut kemiskinan. Kisah pengalaman hidup ini dapat ditelaah melalui syair-syair lagu Batak Toba populer, yang menceritakan tentang kemiskinan, sekolah, putus sekolah, merantau, ideologi dan perjuangan. Bagi orang Batak Toba usaha untuk mewujudkan cita-cita tersebut dilandasi oleh ideologi sebagai modal dasar dan sekaligus menjadi motivasi. 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Suku-suku Batak merupakan salah satu etnik terbesar yang ada di Indonesia. Suku-suku ini tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, dan melanglang buana ke seluruh penjuru dunia, itu sebabnya kata Batak tidak asing lagi bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Etnik Batak sendiri terdiri atas enam sub-suku, yaitu: Toba, Simalungun, Karo, Pak-pak, Angkola Sipirok dan Mandailing.1 Sebagian dari enam sub-suku sukuBatak tersebut bermukim di wilayah daratan yang melintang di sepanjang pegunungan Bukit Barisan pedalaman provinsi Sumatera Utara, dan sebagian lagi berdiam di sekeliling Danau Toba. Adapun suku Angkola dan Mandailing bermukim menjauhi Danau Toba dan mendekati perbatasan Sumatera Barat. Dari keenam sub-suku ini, Batak Toba merupakan suku yang paling banyak jumlahnya. Dari hasil studi ditemukan, bahwa selain suku-suku Batak yang terdiri atas enam sub-etnis ada beberapa penulis yang menambahkan bahwa orang Alas, Gayo, orang Pardembang yang ada di pesisir Sungai Asahan, sebagian orang pesisir yang tinggal di pantai barat Pulau Sumatera juga merupakan keturunan orang Batak.2 Penggunaan kata ‘Batak’
bukan hanya untuk satu suku tertentu saja, tetapi
menjadi milik semua suku-suku Batak. Namun, biasanya sebutan ‘batak’ lebih sering ditujukan kepada suku Batak Toba. Berdasarkan studi dan penelitian yang dilakukan beberapa ahli bahwa asal-usul dari suku Batak seperti yang digambarkan oleh Parlindungan tergolong proto Melayu.3 Hal tersebut disimpulkan karena karakteristik 1
Andaya, Leonard Y. The Trans-Sumatra Trade and the Ethnicization of the Batak. In: Bijdragen tot de Taal, Land-en Volkenkunde 158 (2002) No: 3. Leiden. p.367-409. 2
Hodges, William Robert Jr. 2009. Ganti Andung, Gabe Ende (Replacing Laments, Becoming Hymns): The Changing Voice of Grief in the Pre-funeral Wakes of Protestant Toba Batak (North Sumatra, Indonesia). Santa Barbara: Universiry of California. p. 74. 3
Parlindungan, M.O. 1964, Tuanku Rao. Yogyakarta: LKis. p. 19-21.
2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI yang dimiliki oleh orang-orang proto Melayu yang gemar untuk tinggal dan menetap di daerah-daerah pedalaman dan pegunungan serta menghindari daerah tepi pantai. Ketika mereka tiba di kepulauan nusantara, nenek moyang bangsa Batak ini langsung masuk jauh ke pedalaman hutan yang diperkirakan di daerah sekitar Danau Toba, seperti yang diungkapkan Parlindungan berikut ini: “Cikal bakal suku bangsa Batak pertama sekali mendarat di muara sungai Sorkam, kemudian masuk terus ke dalam hutan, melewati daerah Dolok Sanggul dan terus sampai di kaki bukit pusuk buhit. Kemudian suku bangsa Batak pertama kali mendirikan kampung di kaki Pusuk Buhit, yang dikenal dengan nama Sianjur Sagala Limbong Mulana”. 4
Peneliti lain mencoba menemukan arti ‘Batak’ berdasarkan latarbelakang yang ada pada orang Batak itu sendiri, termasuk sumber cerita-cerita mitos. Seperti yang diungkapkan oleh Cunningham bahwa di dalam mitos Batak, nenek moyang orang Batak, Si Raja Batak diturunkan dari langit ke Pusuk Buhit (gunung Pusuk Buhit) di bagian Barat Pulau Samosir. “According to Batak myth, the Batak first ancestor, Si Raja Batak, descended from heaven to Mount Pusuk Buhit in the Samosir island, on the west shore of Lake Toba, North Sumatera”.5 Dari Pusuk Buhit ini diyakini orang Batak berpindah ke wilayah sekitar Danau Toba dan kemudian ke daerah-daerah lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya suku Batak Toba, sebagai salah satu etnik Batak berdiam di wilayah Sumatera Utara. Adapun tempat yang mereka tinggali adalah daerah dataran rendah yang sangat cocok untuk lahan pertanian seperti persawahan, sedangkan dataran tinggi lebih cocok untuk lahan perkebunan.
4
Ibid.
5
Sihombing, Batara. 2004: Batak and Wealth: A Critical Study of Materialism the Batak Churches in Indonesia, ©2004 Koninklijke Brill NV, Mission Studies. p.12.
3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, kebanyakan orang Batak Toba memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan dari hasil pertanian, perkebunan dan peternakan. Berdasarkan data BPS 2005-20076 kondisi daerah yang ditempati orang Batak Toba masih dikategorikan sebagai daerah tertinggal, karena penghasilan yang diperoleh penduduk belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan yang layak. Karena untuk dikatakan layak dan maju, tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan pokok seperti: sandang, papan, dan pangan, tetapi juga harus diperjuangkan kemajuan dari sisi lain seperti pendidikan, pekerjaan, kedudukan di pemerintahan dan bila dimungkinkan terjun di dunia bisnis. Cita-cita kemajuan itu adalah impian semua orang, dan termasuk impian orang Batak Toba. Dalam mewujudkannya, diperlukan suatu perjuangan, perubahan pola pikir, dari tuntutan yang sekedar memenuhi kebutuhan pokok (primer) ke arah pemenuhan kebutuhan yang tidak pokok (sekunder).
Melalui hasil studi dan penelitian kebutuhan hidup orang Batak telah mendapat gambaran dan pemetaan. Melalui penelitian tingkat kelayakan hidup orang Batak Toba telah diketahui seperti apa posisinya bila diukur berdasarkan standar kebutuhan hidup secara Nasional maupun Internasional. Penelitian dan kajian yang sama telah dilakukan di Sumatera Utara khususnya Tapanuli Utara yang dijuluki sebagai daerah miskin, dan digolongkan kepada wilayah Peta Kemiskinan. Salah satu penelitian yang dihasilkan oleh Toga P. Sihotang adalah: “Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten Tapanuli Utara”, 1996, USU.
Hasil penelitian T. Sihotang ini
memberi gambaran
kelayakan hidup orang Batak Toba, yang tinggal di beberapa wilayah Kabupaten di
6
BPS Survey Sosial Ekonomi Nasional 2005-2007.
4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Sumatera Utara, disandingkan dengan Kabupaten-kabupaten yang dihuni oleh etnis Batak lain (Karo, Simalungun, Pakpak, Mandailing, Angkola) dan
etnis non-batak
lainnya.
Penelitian Toga Sihotang yang diangkat pada tesis ini karena masih relevan digunakan sehubungan dengan pergumulan puluhan tahun yang lalu masih berhubungan dengan pergumulan masa kini. Isu kemiskinan yang menjadi topik hangat saat itu masih dialami sekarang ini. Lagu-lagu yang muncul yang mengisahkan pergumulan hidup orang Batak Toba masa lalu masih dikumandangkan sekarang.
Berhubungan dengan musik, aktivitas kehidupan seni musik orang Batak meliputi aktivitas mendengar musik, bermain musik, bernyanyi dan menari. Musik Batak tersebut dapat didengarkan dalam nuansa tradisional dengan iringan musik Gondang, musik rakyat (folk song) dengan iringan Uning-uningan atau gitar akustik, dan musik populer (Pop Batak Toba) yang diiringi dengan alat musik modern. Bermusik, baik sebagai pendengar, pemain alat musik, atau penyanyi sudah menjadi umum bagi masyarakat Batak di mana pun mereka berada. Kebiasaan menikmati musik orang Batak digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi dalam mengungkap perjuangan yang dilakukan oleh orang Batak Toba, baik melalui karya komposisi dari pecipta lagu maupun dari mereka yang aktif sebagai audien musik populer Batak Toba.
Untuk melengkapi penelitian ini maka ada dua unsur musik yang penting diperhatikan, yaitu: syair yang berisi kisah dan lagu sebagai unsur ekspresi. Peran lagu dan syair mengungkap fakta yang sesuai dengan tema-tema pada bahasan tesis. Berkaitan 5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dengan perkembangan musik populer Batak Toba yand dibahas mengenai unsur-unsur yang menjadi latarbelakangnya. Perkembangan musik Batak populer (termasuk musik folk Batak) telah dimulai awal tahun 60-an dan berkembang sampai sekarang. Sejak tahun 60-an peran musisi seperti Nahum Situmorang (1908-1969) mengembangkan musik yang beraliran populer, Gordon Tobing (1925-1993) beraliran folk, dan Tilhang Gultom (1920-1973) beraliran folk Opera Batak. Tokoh-tokoh musisi era-sebelum 70-an telah memberi kontribusi penting dalam pembentukan musik pop Batak pada era selanjutnya. Kontribusi musisi-musisi tersebut sangat berpengaruh dalam pembentukan citra musik baru di kalangan orang Batak Toba. Hal ini dibuktikan dengan perkembangan musik setelah era 70-an, melalui peran musisi yang menciptakan lagu-lagu baru. Lagulagu yang mereka ciptakan dalam berbagai macam tema seperti: percintaan, perjuangan, keindahan alam, keindahan danau Toba bermunculan. Dan tema-tema lagu menarik lainnya adalah mengenai kisah kehidupan orang Batak, yang masih berada dalam kesulitan ekonomi sehingga dibutuhkan suatu perjuangan untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
Sorotan khusus dalam penelitian ini adalah berhubungan dengan Lagu Populer Batak Toba yang bernuansa lagu sedih dan isi syair yang bernafaskan kemiskinan dan perjuangan untuk sekolah atau merantau. Dalam pengamatan peneliti, lagu-lagu populer bernuansa kesedihan dan perjuangan masih sangat banyak dijumpai di rumah-rumah orang Batak, baik di desa-desa maupun di kota-kota. Untuk itulah peneliti tertarik untuk mendalami lagu-lagu yang sangat popular dan masih disukai orang Batak pada zaman yang sudah berubah sekarang ini. Apakah pertanyaan ini masih relevan bila dihubungkan 6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dengan pertanyaan yang sering muncul di kalangan orang Batak yang mempertanyakan: Apakah kemiskinan di Tapanuli Utara masih sebagai kenyataan? Hal menarik lainnya bagi peneliti adalah, meskipun hasil penelitian mengenai kemiskinan di Tapanuli Utara dilakukan Toga Sihotang pada tahun 1996, namun masih relevan digunakan sekarang ini mengingat persoalan yang sama masih dialami banyak orang Batak Toba. Selain penelitian Toga Sihotang sumber data yang lain diambil dari teks-teks lagu yang menceritakan tentang kehidupan dan pergumulan orang Batak Toba. Dua sumber penelitian dan teks-teks lagu menjadi data yang penting digunakan mengingat sumbersumber tersebut lahir pada era yang bersamaan. Relevansinya, lagu-lagu yang diangkat menjadi karya musik populer yang masih digemari oleh orang Batak Toba.
Bagi orang Batak berjuang tanpa lelah adalah tantangan dalam hidup dan menjadi cita-cita untuk mencapai kemajuan (hamajuon). Untuk perubahan, orang Batak menekankan pada suatu gerak langkah untuk maju mencapai hidup yang lebih baik, sejahtera dan terhormat. Itulah sebabnya orang Batak Toba mempunyai cita-cita dan tujuan hidup mulia yang selalu ditanamkan kepada keturunanya, yang terkenal dengan ‘ideologi’ atau semboyan 3H: Hamoraon (kekayaan, kesejahteraan), Hagabeon (mempunyai keturunan laki-laki dan perempuan), Hasangapon (kehormatan-kemuliaan). Ideologi (semboyan atau cita-cita) sudah tertanam di lubuk hati orang Batak. Sampai sekarang nilai dan cita-cita tersebut tidak pernah dilupakan, dilestarikan, dan senantiasa disampaikan dalam setiap kesempatan dalam acara-acara adat.
Berhubungan dengan kehidupan kultural dan spiritual ada dua hal yang sangat penting dipegang oleh orang Batak Toba yaitu ideologi dan agama. 7
Hal ini terbukti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI bahwa mayoritas orang Batak Toba beragama Kristen Protestan atau Katolik. Namun dalam penelitian ini, hubungan dengan keyakinan beragama tidak akan dibahas lebih jauh. Adapun kepentingan pembahasan masuknya agama Kristen ke Tanah Batak, adalah untuk mendapatkan gambaran pengaruh Barat terhadap musik Batak Toba yang dibawa oleh para Missionaris. Kajian utama pada tesis ini adalaha mengenai peran lagu-lagu populer Batak Toba membentuk kehidupan orang Batak dalam memperjuangkan citacita mereka dalam meraih kehidupan yang lebih baik.
2. Rumusan Masalah
2. 1. Bagaimana Identitas Orang Batak Toba Terbentuk? 2. 2. Bagaimana Lagu Batak Toba Populer Bermuatan Ideologi ? 2. 3. Bagaimana Pendengar Mengkonstruksi dan Mengapresiasi Ideologi sebagai Modal Perjuangan?
3. Tema
Ideologi 3H dalam Lagu Batak Populer sebagai Modal Perjuangan Orang Batak Toba.
4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana orang Batak Toba sebagai satu identitas suku, berjuang dalam hidup, menggunakan ideologi sebagai acuan hidup dan lagu sebagai ekspresinya. Pertama. Uuntuk mengetahui bagaimana suku Batak Toba sebagai identitas dari salah satu etnik Batak membangun identitas secara unik. Suku Batak Toba dipengaruhi 8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI oleh latarbelakang tempat tinggal secara geografis bermukin di sekitar Danau Toba sampai ke pedalaman lereng Bukit Barisan. Untuk mengetahui bagaimana orang Batak Toba membiasakan diri mendengar lagu-lagu populer yang berisi ekspresi dan ungkapkan kisah hidup. Untuk mengetahui pentingnya bagi orang Batak Toba mendengarkan lagu sedih dan syair yang bertemakan perjuangan. Untuk mengetahui lagu-lagu Batak Toba yang berisi tentang cita-cita luhur disuarakan dalam lagu populer, sehingga lagu model tersebut sangat dicintai orang Batak Toba. Kedua, untuk memahami bagaimana ideologi hagabeon, hamoraon, hasangapon, berfungsi dalam menggerakkan semangat orang Batak Toba dalam mewujudkan cita-cita mereka. Untuk mengetahui bagaimana ideologi dan lagu difungsikan dalam kaitannya dengan semangat dan inspirasi dalam menjalani perjuangan. Untuk mengetahui lagu populer Batak Toba yang berisi tentang cita-cita luhur yang disuarakan melalui lagu populer, sehingga lagu model tersebut masih dicintai orang Batak Toba. Ketiga. Untuk menemukan gagasan positif dari lagu Batak Toba yang bermuatan ideologi sebagai karya seni yang dijadikan pendengar sebagai bagian dari pengalaman hidup di arena perjuangan. Untuk mengetahui, orang Batak sebagai pendengar lagu-lagu populer mengapresiasi ideologi hagabeon, hamoraon, hasangapon, sebagai inspirasi untuk mewujudkan cita-cita perjuangan mereka. 5. Manfaat Penelitian Suku Batak Toba yang tinggal di wilayah Sumatera Utara, di sekitar danau Toba yang penduduknya memperoleh penghasilan dari pertanian, perkebunan, peternakan, pernah dicatat sebagai daerah tertinggal di Indonesia menjadi kajian dalam penelitian ini. 9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Adapun manfaat yang dapat dipetik dari hasil penelitian ini bagi kalangan akademisi adalah dapat meneliti lebih jauh peran budaya yang sangat kuat dalam kehidupan masyarakat Batak Toba. Budaya dalam wujud ideologi dijadikan sebagai modal dalam mengatasi persoalan dalam kehidupan. Kehidupan masyarakat Batak Toba yang menjunjung tinggi adat menjadikannya terikat dengan aturan-aturan adat dan sekaligus mengaturnya untuk hidup dalam perjuangan bersama sebagai keluarga. Bagi pemerintah daerah sendiri, khususnya daerah Tapanuli Utara dengan adanya hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan program untuk memajukan potensi daerah. Pemerintah daerah akan terbantu untuk mengetahui keadaan dan kondisi daerahnya, mengenai persoalan yang dihadapi dan kemungkinan untuk penyelesaian masalahnya. Bagi orang Batak penelitian ini menjadi penting sehubungan dengan perjuang mereka tanpa lelah untuk mengubah keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan. Untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, sejahtera, makmur, bahagia, dan terhormat, orang Batak Toba melandasinya dengan cita-cita dan tujuan hidup yang terkenal dengan ‘ideologi’ atau semboyan 3H. Peneliti sendiri yang berasal dari latar belakang etnik Batak merasa bahwa, penelitian ini penting untuk mengetahui seberapa jauh lagu dan syairnya berisi nilai dan cita-cita dapat mempengaruhi pola pikir orang Batak dalam menunjang anak-anak mereka untuk memperoleh kemajuan secara ilmu dan ekonomi. Bagi masyarakat Batak Toba, dan masyarakat pada umumnya dapat memetakan kondisi sebuah masyarakat yang ada di wilayahnya, sehingga pengetahuan tersebut dapat dijadian sebagai dasar untuk melakukan pengembangan pembangunan. 10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6. Studi Pustaka Sampai sejauh ini, buku-buku yang dikumpulkan sebagai sumber tertulis untuk menunjang penulisan tesis ini sudah cukup mendukung. Meskipun buku-buku dan artikel yang saya kumpulkan tidak secara langsung membahas hal yang sama dengan apa yang ditulis dalam tesis ini. Di samping saya sudah mengumpulkan buku-buku, dan artikel– artikel, saya juga akan melakukan penelitian lapangan sebagai bagian dari sumber primer untuk penulisan tesisi ini. Di antara sekian banyak buku-buku dan artikel-artikel sebagai sumber tertulis, telah dipilih beberapa buku yang sesuai dengan topik-topik bahasan seperti: Terbentuknya lagu andung dan diadaptasi menjadi lagu populer; Pembentukan musik populer Batak dari musik tradisional dan musik populer Barat; Perjumpaan kekritenan dan agama suku dan budaya Batak; Pembahasan mengenai teori Bourdieu dan Ideologi Althusser; Batak sebagai identitas yang mempraktikkan adat dan tradisi; Kekerabatan dan perjuangan bersama sebagai orang Batak. Beberapa di antara buku-buku penting tersebut disarikan berikut ini. 1. Hodges (2009). Ganti Andung, Gabe Ende (Replacing Laments, Becoming Hymns): The Changing Voice of Grief in the Pre-funeral Wakes of Protestant Toba Batak North Sumatra, Indonesia. Sebuah buku hasil penelitian Hodges di Sumatera Utara selama beberapa tahun untuk penulisan desertasi, bidang etnomusikologi.7 Dalam Buku ini dijelaskan bagaimana proses andung diganti menjadi nyanyian pujian. Andung (ratapan) adalah model kata-kata atau ungkapan dan tangisan yang disampaikan seseorang (biasanya perempuan) pada waktu ada di antara keluarga meninggal dunia
7
Hodges tinggal di Sumatera Utara selama 9 tahun, dan melakukan penelitian intensif pada 2002-2003.
11
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI (terlebih orangtua). Dalam andung terkandung ratapan, kisah dan nyanyian. Kebiasaan ini secara turun temurun masih dipraktikkan di kalangan orang Batak sampai sekarang. Setelah kekristenan masuk di Sumatera Utara, dan banyak orang Batak menjadi Kristen, andung masih tetap menjadi praktik yang belum bisa ditinggalkan. Ada hal yang menarik dalam perjumpan kekristenan dan budaya Batak. Dalam perjumpaan tersebut terjadi kontradiksi ajaran kristiani dengan nilai-nilai yang dipegang oleh orang Batak sebelum kekristenan. Misalnya kepercayaan orang Batak ke pada yang ilahi, yaitu percaya kepada Mulajadi Nabolon.8 Bagi orang Batak, kematian adalah suatu peristiwa kesedihan yang sangat mendalam, karena terjadi perpisahan keluarga secara fisik. Memisahkan yang hidup dan yang mati, karena perpisahan itu menyebabkan anggota keluarga orang Batak biasanya meratap (mangandung). Hodges juga menemukan sesuatu yang menarik dalam penelitiannya bahwa ternyata orang Batak tidak bisa secara total meninggalkan kebiasaan pada praktik ritual tertentu, meskipun itu dianggap secara kristiani kurang sesuai, seperti contoh mangandung pada waktu kematian. Cara mengatasinya bukan dilarang, tetap justru diberi cara lain sebagai jalan tengah, dengan menggantikan nyanyian-nyanyian rohani gereja (dari Buku Ende9) menjadi bahan untuk ratapan rohani. Bila ada (seseorang) yang masih meratap sesuai dengan kebiasaan lama, akan dibiarkan dan keluarga yang lain dan pelayat yang datang akan mulai menyanyikan lagu-lagu gereja. Segi lain yang penting dari tulisan Hodges ini adalah pembahasan tentang, nilai budaya (cultural values) hamoraon, hagabeon, hasangapon yang peneliti sebut sebagai ‘ideologi 8
Nama ‘dewata’ dalam agama asli Batak.
9
Buku Nyanyian yang dipakai di gereja Protestan yang berbahasa Batak Toba.
12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 H’.10 Dasar pemikiran yang ada pada tulisan Hodges ini yang peneliti gunakan untuk mengkaji terjadinya pengaruh andung dalam ekspresi lagu popular yang bertemakan kesedihan, perjuangan dan merantau. Dan bagaimana ideologi 3 H berfungsi dalam masyarakat Batak secara tradisional dan modern. 2. Hodges (2006). Referencing, Reframing, And (Re)presenting Grief Through Pop Laments In Toba Batak (North Sumatera, Indonesia mengulas tentang pembentukan andung yang secara tradisional dinyanyikan oleh wanita, dan setelah terjadi perjumpaan barat dan kekristenan andung kemudian menemukan bentuk baru yang terwujud dalam model lagu populer Batak Toba, yang dinyanyikan oleh pria. Dengan masuknya pengaruh Barat dan kekristenan kemudian lahirlah model andung dalam lagu Batak populer (andung pop) yang dipengaruhi oleh penggunaan instrumen dan unsur musik Barat. Seperti model andung yang baru: yaitu: Andung Anak Sasada (ratapan anak tunggal) yang dinyanyikan oleh artis Pop Batak Edy Silitonga pada acara penggalangan dana untuk pembanguna gereja di Bandung 1989 yang disaksikan Hodges.11 Perkembangan lagu pop daerah pada 1970-an, diikuti perkembangan musik Pop Batak yang sebelumnya diawali dengan musik drama teater rakyat, disebut ‘Opera Batak’ kemudian diikuti dengan perkembangan musik Pop Batak. Peneliti memanfaatkan informasi ini sebagai pendukung untuk menerangkan penggunaan lagu yang sedih untuk
10
Hodges: William Robert Jr. 2009, Ganti Andung, Gabe Ende (Replacing Laments, Becoming Hymns): The Changing Voice of Grief in the Pre-funeral Wakes of Protestant Toba Batak North Sumatra, Indonesia: University of California, Santa Barbara. p. 97-100. 11 Ibid. p. 310-318.
13
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI mengekspresikan keadaan yang serba kekurangan dari segi ekonomi, namn tetap berjuang untuk mencapai kemajuan (hamajuon). 3. Wallach (2008). Modern Noise, Fluid Genres, Popular Music in Indonesia. Sebuah penelitian etnografi yang dilakukan oleh Jeremy Wallach di beberapa kota di Indonesia, bertepatan pada saat gejolak politik dan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia (1997-2001) telah menghasilkan sebuah buku yang membahas tentang Musik Populer Indonesia. Dalam penelitiannya ditemukan bagaimana proses musik pop Indonesia terbentuk pada zaman Orde Baru, apa hambatan yang dihadapi dan bagaimanan musik pop tersebut bertahan. Dan selanjutnya pada zaman sesudah Orde Baru bagaimanan musik pop Indonesia dikembangkan. Dari pembahasan dalam buku ini juga ditemukan bagaimana musik pop Indonesia yang disukai kalangan kelas menengahatas anak muda, sedangkan musik lain seperti dangdut disukai oleh kelas menengahbawah. Juga dalam buku ini dibahas mengenai adanya kategori musik lain yang berkembang di antara musik tradisional (local music), musik daerah (regional music), dan musik pop dunia (global music). Sejalan dengan pembahasan mengenai Musik Pop Indonesia dalam buku ini juga dibahas mengenai Musik Dangdut, Musik Daerah, Musik Underground, musik Hybrida, dan musik Etnik. Berdasarkan pembahasan musik dalam buku Wallach ini, saya gunakan buku untuk membantu menjelaskan mengenai istilah musik populer Batak yang perkembangannya sejalan dengan pembahasan yang sedang saya teliti. 4. Wall (2003). Studying Popular Music Culture. Dalam buku ini diilustrasikan bahwa musik populer dikatakan sebagai soundtrack dalam kehidupan kita, sebab kita 14
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI sangat mudah menemukannya lewat radio, CD, televisi, di toko penyalur rekaman musik. Seperti soundtrack pada film, musik tersebut memunculkan mood dan perasaan kita. Kita mendengarkannya karena musik sebagai sumber kesenangan, kegembiraan, dan semangat. Hubungan antara musik, industri musik dan pendengar musik adalah hubungan yang menghasilkan budaya musik populer. Dalam buku ini juga dijelaskan apa yang dimaksud dengan budaya musik populer. Istilah ‘populer’ itu sendiri dalam buku ini dijelaskan berhubungan dengan 3 hal: sesuatu yang populer berarti disukai secara meluas; dihubungkan dengan nilai budaya rendah dan berhubungan dengan pendidikan rendah; dan sesuatu yang populer adalah milik dari orang biasa. Namun konsep populer tersebut dimaknai berbeda oleh orang dengan latarbelakang yang berbeda dan dengan sudut pandang yang berbeda pula. Pengertian musik populer dengan sederhana dapat dihubungkan dengan musik yang direkam dan dijual secara besar-besaran dan memilik artis yang mempunyai pencita yang besar jumlahnya. Pengertian lain pada musik populer adalah musik yang sederhana dan dapat dinikmati oleh orang yang meskipun hanya mempunyai pengetahuan musik yang sangat terbatas. Proses musik populer terjadi dalam institusi-institusi budaya kita, di tempat-tempat kita mendengarkannya, menonton, membeli dan menari dengan musik, di perusahaan rekaman, di organisasi media yang memproduksi dan sekaligus mendistribusikannya. Institusi adalah sebagai organisasi yang mendirikan lembaga-lembaga seperti Sony Music atau Radio. Institusi-institusi budaya musik populer, pada level tertentu berpusat pada produksi dan distribusi dari rekaman musik populer. Perusahaan rekaman menciptakan, memproduksi musik populer sedangkan stasiun radio menggunakannya sebagai basis dari programa mereka. Isi dalam buku ini secara umum disarikan dalam empat bagian penting: Bagian pertama, 15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI menyentuh latar belakang sejarah. Bagian kedua, membahas perusahaan dan institusi yang memproduksi musik. Bagian ketiga, bicara mengenai analisis lagu-lagu dan bagaimana karya tersebut dimengerti dan dimaknai. Bagian keempat, mengamati budaya musik populer dari pandangan audiennya dan bagaimanan musik tersebut difungsikan. Buku ini akan membantu dalam analisis perilaku audien sebagai penikmat musik. Seperti yang digambarkan oleh Hebdige dalam bahasannya dalam Subculture bagaimana ia menggarisbawahi tiga karakteristik dari konsumsi musik, yaitu: rasa dan pemilihan musik diperoleh secara kultural; makna yang ada dalam musik diproduksi dengan cara tertentu sesuai dengan kebutuhan kita; kebermaknaan dari suatu tindakan konsumsi dihubungkan dengan tindakan konsumsi lain untuk membentuk gaya yang utuh.
Buku ini sangat
bermanfaat dalam membahas mengenai budaya musik populer Batak, karena akan dibahas mengenai perilaku pencinta musik dan bagaimana musik tersebut dikembangkan dan dinikmati oleh audiennya. 5. Cohen (2006). Folk Music: Dalam buku ini dijelaskan bagaimana sejarah Musik Folk pada abad 19 dan 20 di Britania Raya dan Amerika Serikat berkembang. Biasanya musik Folk selalu ada pada wilayah terbatas, karena keterbatasan penyebarannya. Baru pada abad 20 terjadi perubahan yang cukup signifikan sejalan dengan kemajuan teknologi radio dan produksi studio rekaman, sehingga musik folk semakin mudah menyebar. Dalam buku ini juga diberi penjelasan mengenai ciri musik folk yang mencakup beberapa aspek seperti: keasliannya berlokasi pada tempat dan budaya atau daerah tertentu; penulisnya biasanya tidak dikenal; biasanya dimainkan oleh musisi non-profesional dengan alat musik sederhana; komposisinya biasanya sederhana; lagu-lagunya disebarkan melalui tradisi lisan. Dan tipe musik folk ini tidak punya alur 16
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI cerita, namun lirik-liriknya selalu menarik dan sederhana. Syair yang digunakan biasanya bersajak, isi lagunya berhubungan dengan pengalaman dalam pekerjaan, hubungan personal, mengenai kematian atau kehidupan, patriotisme, permainan anak, konteks religius dan sekuler. Alat musik pengiring pada musik folk pada latarbelakang musik di Britania Raya dan Amerika serikat menggunakan gitar akustik dan banjo. Kemudian berkembang dengan menambahkan alat musik lain seperti: biola, harmonika, mandolin, gitar elektrik, alat musik tiup ditambah dengan alat musik perkusi. Buku ini digunakan dalam menjelaskan bagaimanan kedudukan musik folk Batak di antara musik pop Batak. Meskipun dalam penelitian yang akan dilakukan musik folk Batak bukanlah tujuan utama tapi perlu menempatkan musik folk Batak di antara musik pop Batak yang akan diteliti. 6. Schreiner (2003). Adat dan Injil, Perjumpaan Adat Dengan Iman Kristen Di Tanah Batak. Buku ini mebahas mengenai perjumpaan agama Kristen dengan kebudayaan suku bangsa purba. Lalu bagaimanan perjumpaan itu dilihat sebagai sesuatu yang tidak kontradiktif tapi berjalan beriringan. Artinya bagaimana orang Batak masih tetap melangsungkan upacara adat di tengah keberlangsungan ajaran agama. Disebutkan pula bahwa faktor penggerak batiniah dalam sejarah suku-suku bangsa purba yang sudah dikristenkan adalah kekristenan itu sendiri. Pengkristenan di tanah Batak membawa perubahan yang sangat besar bagi masyarakat yang terisolasi. Dan dengan tidak mengabaikan budaya, maka utusan Zending justru menyelamatkan budaya suku bangsa purba itu, dengan cara mempertahankan adat sepanjang tidak bertentangan dengan Injil. (Schreiner: pp.3, 4). Peneliti menggunakan sumber ini sebagai titik pangkal pada perubahan pemikiran baru yang terjadi di kalangan orang Batak. Hal yang sama juga terjadi pada perubahan konsep pada lagu yang kemudian 17
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI menjadi lagu pop Batak. Dimulai dari mendengarkan musik barat menyanyi di gereja dengan satu suara, atau menyanyi dalam empat suara dalam koor. 7. Jenkins (1992). Membaca Pikiran Pierre Bourdieu. Pada bagian awal buku ini dibicarakan pandangan Bourdieu sebagai antropolog dan etnografer mengenai pentingnya strukturalisme dalam mengembangkan kebudayaan dengan contoh kasus kehidupan masyarakat Kabyle di Aljazair. Pada bagian berikut buku ini ada beberapa bagian yang akan digunakan sebagai acuan tentang pandangan Bourdieu mengenai: habitus, arena, modal, dan kekerasan simbolik. Topik-topik yang disebutkan ini dijadikan sebagai bagian penting dari pemikiran Bourdieu yang akan digunakan sebagai dasar teori untuk menilik data yang terkumpul untuk menjawab apa yang dipertanyakan pada rumusan masalah pada tesis ini. 8. Bruner (1973). The Missing Tins of Chicken: A Symbolic Interactionist Approach to Culture. Dalam penelitiannya di kalangan orang Batak, Bruner mengindikasikan bagaimana perubahan terjadi di masyarakat Batak. Dari kehidupan tradisional di kampung berjumpa dengan modernitas di kota. Namun dalam praktik tradisi dan adat tidak terjadi perubahan yang signifikan dalam pelaksanaannya baik di kampung maupun
di kota. Namun yang berubah adalah hal-hal yang berhubungan
dengan non-adat, yang tidak bersentuhan langsung dengan adat, seperti pandangan tentang pendidikan, ekonomi dan teknologi. Buku ini saya gunakan dalam melihat dasar perubahan polapikir orang Batak dari luar adat. Bagaimana perubahan terjadi ketika orang-orang desa bermigrasi ke kota. Ini yang kemudian berdampak pada polapikir
18
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI orang Batak untuk berubah, karena di kota terjadi interaksi budaya, lewat bahasa dan bentuk kultur lainnya. 9. Sihotang (1996). Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten Tapanuli Utara. Hasil penelitian ini memberi gambaran dasar mengenai kondisi masyarakat yang ada di Tapanuli Utara sehingga dapat disimpulkan bahwa Tapanuli Utara menjadi salah satu daerah miskin di Indonesia. Hasil penelitian Sihotang ini sangat berguna sebagai data penunjang dan sebagai bukti otentik bahwa Tapanuli Utara adalah wilayah tertinggal dan disebut sebagai daerah miskin. 10. Silaban (2008). Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon. Artikel ini sangat penting dalam membuat rumusan dan pengertian ideologi orang Batak, dan mengenai cita-cita apa yang diperjuangkan oleh orangtua Batak pada umumnya dan secara khusus terhadap keturunannya. Ideologi 3H ini merupakan cita-cita yang dipegang erat oleh orang Batak. Baik yang masih tinggal di huta (kampung halaman) maupun yang sudah merantau keluar dari kampung halamannya. 11. Andaya (2002). The Trans-Sumatra Trade and the Ethnicization of the 'Batak'. Buku ini membahas mengenai latarbelakang sejarah asal usul orang Toba. Untuk kepentingan tesis penting dilihat latarbelakang pergerakan dan perpindahan orang Batak dari satu daerah ke daerah yang lain melalui jalur bisnis dan perdagangan. Latarbelakang ini memberi manfaat untuk mengetahui bagaimana orang Batak berjuang mengubah keadaan ekonomi, untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak. 12. Sitanggang (2011). Analisis Kontrastif Istilah Kekerabatan, Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Batak (Contrastive Analysis of Kinship Terms in Indonesian and 19
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Batak Toba Language.) Dari buku ini diperoleh gambaran bagaimana sistem kekerabatan yang ada pada orang Batak Toba diatur. Bagi orang Batak kekerabatan adalah suatu ikatan kekeluargaan yang dapat berfungsi dalam setiap kesempatan di mana pun mereka berada. Sistem kekerabatan ini sering dimanfaatkan sebagai jalan bagi
seseorang dalam
mewujudkan perjuangannya. Bagi orang Batak kekerabatan adalah pertalian keluarga (marga) sebagai satu prinsip yang tidak bisa ditawar-tawar. Dalam praktiknya ke mana pun orang Batak pergi biasanya akan mencari orang Batak, apalagi masih ada pertalian hubungan keluarga seperti satu marga. Sampai saat ini, di mana pun orang Batak berada umumnya akan mencari dan bergabung dengan perkumpulan (punguan) marga. Perkumpulan keluarga semacam ini masih sangat kuat dipertahankan baik di daerah maupun kota, terlebih di luar kampung halaman (bona pasogit). 13. Irmawati (2007). Keberhasilan Suku Batak Toba, Tinjauan Psikologis Ulayat. Artikel ini adalah hasil penelitian mengenai orang Batak Toba yang memuat cara mengupayakan kemajuan (hamajuon) sebagai salah satu prinsip mendasar bagi orang Batak Toba. Irawati melihat faktor yang tidak dapat diabaikan adalah sistem nilai yang ada pada ideologi Batak, yaitu hamoraon, hagabeon, hasangapon. Menurut Irawati nilai bagi orang Batak adalah tujuan dan pedoman hidup ideal orang Batak, (Irawati: 3). Hasil penelitian ini relevan sebagai bahan yang digunakan sehubungan dengan pembahasan ideologi dan perjuangan orang Batak Toba. 14. Vergouwen (1986). Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Buku ini mengulas tentang seluk beluk hukum adat Batak Toba. Dimulai dari mitos asal usul, sistem kekerabatan dan struktur silsilah dan marga orang batak Toba. Juga dibahas 20
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI tentang konsep religius yang sudah dikenal oleh orang Batak, sejak awal kehidupan mereka. Uraian utama dalam buku ini adalah mengenai sistem hukum adat yang diuraikan secara lengkap. Misalnya hukum perkawinan, hukum warisan, hak kepemilikan tanah, hukum dalam pelanggaran, dan cara penyelesaiannya. Buku ini digunakan sebagai sumber dari asal usul orang Batak, dan sistem adat dan hukum yang berlaku untuk mengetahui bagaimana perubahan terjadi di kalangan orang Batak Toba dari segi adat, religi, yang dipengaruhi pihak luar, oleh modernisasi (westernisasi) dan agama yang baru masuk ke wilayah yang ditempati orang Batak di kawasan Sumatera Utara. 7. Kerangka Teori Untuk membantu mengurai permasalahan yang dikemukakan dalam tesis ini diperlukan suatu teori sebagai dasarnya, untuk itu kerangka teori yang akan saya gunakan adalah teori Pierre Bourdieu (1930-2002) yang berhubungan dengan: habitus, arena, modal simbolik, dan kekerasan simbolik. Teori ini tepat untuk mengkaji ideologi 3 H dalam lagu Batak populer sebagai modal perjuangan orang Batak Toba. Dalam hubungan ini, arena perjuangan orang Batak melingkupi seluruh kehidupannya, yang ditantang untuk siap menghadapi segala kemungkinan di arena pertarungan yang ada di depan mata. Habitus yang seperti apa yang dimiliki oleh orang Batak dalam kehidupan sehingga mereka mempunyai prinsip bahwa perjuangan adalah sebagai satu cara untuk mencapai keberhasilan. Orang Batak berada pada arena yang mana dalam perjuangan, dan apa modal yang diandalkan sehingga pencapaian tujuan berjuang itu dapat terwujud. Konsep modal simbolik Bourdieu tetap relevan dalam melihat perjuangan yang
21
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI sedang dipertaruhkan orang Batak, supaya modal simbolik yang diperoleh tidak terjebak dan terjerumus ke dalam jurang kekerasan simbolik.
7. 1. Habitus Habitus secara harafiah diambil dari bahasa Latin yang mempunyai arti kebiasaan (habitual). “Pengertian habitus berhubungan dengan kondisi, penampakan, atau situasi yang tipikal atau habitual, khususnya pada tubuh”.12 Kutipan ini ingin menjelaskan pandangan Bourdieu yang merumuskan habitus sebagai appearance atau dapat juga merujuk pada tata pembawaan yang terkait dengan kondisi yang digambarkan berikut ini bahwa habitus adalah: …… “suatu sistem disposisi yang tahan lama, dapat diubah-ubah, struktur yang disusun untuk memengaruhi sebagai penyusun struktur, yaitu, sebagai prinsip-prinsip yang menghasilkan dan mengatur praktik dan gambaran-gambaran yang dapat disesuaikan secara objektif untuk mendapatkan hasil tanpa mensyaratkan kesadaran akan tujuan akhir atau penguasaan khusus atas operasi-operasi yang mutlak diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Secara objektif ‘mengatur’ dan ‘teratur’ tanpa harus menjadi hasil dari kepatuhan pada aturan-aturan, mereka (agen-pen.) secara kolektif dapat disusun seperti musik tanpa menjadi dari pengorganisasian tindakan oleh sang konduktor”.13
Habitus adalah sistem disposisi yang disusun oleh agen. Sistem yang tahan lama dan, disposisi yang dapat berubah-ubah, yang dapat kita peroleh seperti nilai dan cara bertindak di dunia sosial. 14 Pada tingkat pertama habitus dapat kita temukan melalui
12
Jenkins, Richard. 2010. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu. Bantu: Kreasi Wacana. p.107.
13
Mutahir, Arizal. 2011. Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Kreasi Wacana, p. 61.
14
Ibid. p.67.
22
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI pengaruh yang terjadi dalam keluarga, sedangkan pada tingkatan selanjutnya habitus dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan dan lain-lain. Dalam pemahamannya mengenai habitus Bourdieu melihat adanya beberapa aspek yang terkait. Habitus adalah pengetahuan yang dipakai oleh agen untuk mengerti dunia, kepercayaan, dan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Habitus yang dimiliki oleh agen yang didalamnya berhubungan dengan nilai dan cara bertindak dipengaruhi oleh latarbelakang kulturalnya. Habitus dibentuk oleh agen dalam praktik ketika menemui masalah dalam kehidupan. Habitus bekerja di bawah ketidaksadaran agen karena habitus menyatu dalam nilai-nilai yang dianut oleh agen bahkan dalam gerak-gerik tubuh agen.15
7. 2. Arena (field) Arena dalam pandangan Bourdieu merupakan suatu sistem dan relasi, arena tidak bisa dipisahkan dari ruang sosial, karena ruang sosial merupakan arena integral. Arena juga dikatakan Bourdieu sebagai arena kekuatan. Karena di dalamnya terdapat usaha perjuangan perebutan sumber daya (kapital) dan upaya memperebutkan kekuasaan. Perebutan tersebut berfungsi untuk menetapkan kedudukan dalam arena, karena kedudukan agen dalam arena sangat tergantung pada berapa banyak kapital yang dimilik oleh agen. “……… suatu jaringan atau suatu konfigurasi hubungan-hubungan objektif antar berbagai posisi. Posisi secara objektif didefinisikan dalam keberadaannya dan dalam determinasi-determinasi yang dipaksakannya kepada mereka yang menempatinya, yang agen atau lembaga oleh situasi aktual dan situasi potensial (situs) dalam struktur pembagian kekuasaan (atau modal) itu membuka akses ke dalam suatu keuntungan 15
Ibid. p. 63-64.
23
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI yang jadi taruhan di dalam arena. Dia pun juga didefinisikan oleh relasi objektifnya dengan posisi-posisi lain (dominasi, subordinasi, homologi dan lain sebagainya”. 16
Karena itu bagi Bourdieu arena adalah arena perjuangan (“the field is also field of struggles…”).17 Agen pada tatanan tertentu dapat mempertahankan kekuatannya atau bahkan dapat
mengubahnya di dalam
arena. Dua kata penting yaitu strategi dan
pertarungan bagi Bourdieu harus dibedakan. Strategi dipakai individu untuk mengakumulasi modal simbolik untuk memperoleh kekayaan, kekuasaan, dan status. Mereka yang berada pada posisi dominan justru cenderung mempertahankan posisinya sedangkan mereka yang berada pada posisi terdominasi mencari strategi untuk memperbaiki kedudukannya. Sedangkan pertarungan berlangsung antara kolektivitas, sebagai dukungan heterodoksi melawan ortodoksi,18 yang akan membawa kepada perubahan sosial kultural. Dalam konsep kekuasaan simbolik seseorang dapat melakukan dominasi terhadap orang lain tanpa memperlihatkan simbol kekuasaannya. Dalam hal ini Bourdieu menyebutnya sebagai doxa, karena “doxa adalah sudut pandang penguasa atau dominan yang menyatakan diri dan memberlakukan diri sebagai sudut pandang universal”.19
16
Ibid. p. 66
17
Bourdieu and Löic J.D Wacquant, 1996, An Innovation to Reflexive Sociology, Cambridge, UK: Polity Press. p. 101. 18
Bourdieu, Pierre. 1995. Outline of a Theory of Practice, translated by Richard Nice, Cambridge Printed in Great Britain at the University Press. p. 68-69. 19
Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar kekerasan dan Diskriminasi. Jakarta. Gramedia. p. 131.
24
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Dapat dilihat pada diagram berikut ini.
Diagram20
Pada diagram di atas dapat kita perhatikan bagaimana representasi aktor dapat membuat negosiasi pada arena yang sudah ada. Para aktor memulai di dalam arena dari posisi yang berbeda didasarkan atas kesamaan habitus mereka cocok pada arena, dan seberapa banyak kapital yang mereka miliki (ekonomi, sosial, kultur, dan simbolik). Aktor selalu membuat strategi untuk menegosiasi posisi mereka di dalam arena. Pada diagram, ada dua kategori: heterodoxy pada sisi kiri dan orthodoxy pada sisi kanan. Istilah ini menunjukkan bahwa orthodoxy diadopsi oleh aktor yang memilih untuk mengikuti doxa. Pada sisi spektrum lain, minoritas aktor mungkin memilih untuk menyusun disekitar doxa, dan mereka akan termasuk dalam heterodoxy.
20
Bourdieu, Pierre. 1995. Outline of a Theory of Practice, translated by Richard Nice, Cambridge Printed in Great Britain at the University Press. p.168.
25
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7. 3. Modal (capital) Simbolik
Konsep ‘modal’ meskipun merupakan khasanah ilmu ekonomi, namun dipakai Bourdieu karena beberapa cirinya yang mampu menjelaskan hubungan-hubungan kekuasaan, seperti yang telah disebutkan di atas. Berdasarkan hal itu, Bourdieu memberikan konstruksi teoritiknya terhadap modal sebagai berikut:
“…capital is a social relation, i.e., an energy which only exists and only produces its effects in the field in which it is produced and reproduced, each of the properties attached to class is given its value and efficacy by the specific laws of each field”.21
Modal (capital) adalah suatu energi sosial yang terjadi hanya ada dalam arena perjuangan yang terus menerus sampai mendapatkan hasil. Modal mempunya sifat yang dapat diakumulasi melalui investasi, diperoleh sebagai warisan, dan modal dapat memberi keuntungna pada pemiliknya. Modal-modal ini dikatakan Bourdieu sebagai sesuatu yang harus dipertaruhkan dalam arena. Adapun modal22 yang menurut Bourdieu yang harus dipertaruhkan dalam arena adalah: modal ekonomi (alat-alat produksimesin, tanah, tenaga kerja), materi (pendapatan dan benda-benda); modal
sosial
(jaringan, hubungan yang mereproduksi kedudukan sosial); modal kultural (kualifikasi intelektual seperti ijazah, pengetahuan, nilai budaya, tatakrama) dan, warisan keluarga;
21
Dikutip oleh Fauzi Fashri dari Pierre Bourdieu, Distinction, (London: Routledge, 1984), Lihat Fauzi Fashri. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbol: Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Juxtapose,. p. 97. 22
Mutahir, Arizal. 2011. Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu. Bantul: Kreasi Wacana. p. 68-69.
26
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dan modal simbolik yang diperoleh secara fisik maupun ekonomi (rumah mewah, kantor di kawasan elit, dan mobil mewah).23
Bagi Bourdieu, setiap individu memiliki posisi dalam ruang sosial yang multi dimensional, ia tidak dikategorikan oleh keanggotaan dalam kelas sosial, tetapi dengan setiap jenis modal yang dia peroleh melalui hubungan sosial. Ia mendefinisikan modal sosial sebagai kumpulan dari sumber daya potensial dan atau aktual yang dikaitkan dengan kepemilikan suatu jaringan kerja pada waktu tertentu dari hubungan pokok terlembaga dari saling kenal dan saling mengakui. Keanggotaan dalam kelompok memberi kemudahan bagi anggotanya dengan memberi dukungan dari modal yang dimiliki secara kolektif. Modal sosial dibuat dari kewajiban sosial atau koneksi dan dapat dipertukarkan (convertible), pada kondisi tertentu, menjadi modal ekonomi.
Bourdieu menyatakan bahwa muatan modal sosial yang dimiliki seseorang tergantung dari ukuran jaringan koneksi-koneksi yang dapat dia mobilisasi dan muatan modal ekonomi, kultural, dan simbolik yang dimiliki oleh orang yang menjadi koneksinya. Maka dengan demikian, modal sosial menurut Bourdieu disusun ulang menjadi dua unsur: pertama, hubungan sosial, yang memungkinkan individu untuk mengklaim sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki secara kolektif, dan, kedua, kuantitas dan kualitas dari sumberdaya-sumberdaya tersebut. Bourdieu memandang modal sosial sebagai investasi dari kelas dominan untuk menjaga dan mereproduksi solidaritas kelompok dan memelihara posisi dominan kelompok.
23
Ibid. p. 69.
27
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Modal kultural dapat eksis pada tiga keadaan: terkandung (pembawaan dari pikiran dan badan), terungkap secara objektif (benda-benda kultural), dan terlembaga (kualifikasi pendidikan). Beberapa modal kultural dinilai lebih tinggi daripada yang lainnya, dan setiap orang membawa kerangka disposisi yang berbeda-beda (habitus) ke lapangan (field) interaksi. Ruang sosial adalah lapangan bagi kekuatan dan usaha antara agen–agen yang memiliki cara dan tujuan yang berbeda. Lapangan ini dicirikan oleh ‘aturan permainan’, yang eksplisit maupun yang teratur secara sistemik. Karena lapangan ini dinamis, nilai–nilai yang membentuk modal kultural dan modal sosial juga dinamis dan arbitrer (dapat dipertukarkan).24
7. 4. Kekerasan Simbolik
Modal simbolik dimiliki agen ketika ia memiliki prestise, kehormatan, dan atensi. Modal simbolik ini bisa menjadi krusial dan berubah menjadi kekerasan simbolik ketika agen menggunakan kekuasaannya terhadap agen yang lebih lemah. Kekerasan simbolik dapat terjadi ketika ada dominasi dalam komunikasi yang tersembunyi. Penyampaian lemah lembut diterima tanpa sadar, tidak tampak namun ada maksud yang tidak disangka oleh si terdominasi.25 Kekerasan simbolik ini sering terjadi tanpa disadari oleh pihak yang terdominasi. Hal yang sama bisa terjadi kepada siapa saja, contohnya
24
Dika, Sandra L. and Kusum Singh. 2002. “Applications of social capital in educational literature: a critical synthesis. Journal of Educational Research”. London: SAGE Publication. 25
Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar Kekerasan dan Diskriminasi. Jakarta, Gramedia. p. 127-128.
28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dominasi orangtua terhadap anak-anaknya yang menunjukkan bagaimanan kekuasaan yang dimiliki oleh orangtua sehingga anak-anak hanya dapat tunduk dan menerima saja apa yang menjadi tuntutan orangtuanya.
7. 5. Ideologi
Adapun Hagabeon, hamoraon, hasangapon (3H) akan dilihat sebagai ideologi pragmatis yang dibedakan dari ideologi doktriner. Karena di dalam ideologi doktriner terkandung ajaran-ajaran yang dirumuskan secara sistematis, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintah seperti pada ideologi komunisme.26 Sedangkan pendekatan yang akan digunakan adalah ideologi yang pragmatis, yaitu mengenai ajaran-ajaran yang terkandung di dalam ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, namun dirumuskan secara umum hanya prinsip-prinsipnya saja dan disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan, sistem ekonomi, kehidupan agama dan sistem politik.
Ideologi 3H yang berwujud dalam nilai dan cita-cita bagi orang Batak Toba, diyakini berisi kebenaran dan dipraktikkan dalam kehidupan ritual budaya dalam upacara adat. Itu adalah sebuah kekuatan yang dapat digunakan untuk menggerakkan agen untuk mewujudkan cita-citanya dalam meraih kemajuan.
26
Surbakti, Ramlan. (Artikel) Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara. p.3. 29
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8. Metode Penelitian Sumber data primer akan diperoleh dari syair lagu-lagu Batak yang tersedia dan dari tanggapan responden pada wawancara dan diskusi, sedangkan data sekunder akan diperoleh dari dokumen, karya tulis, dan hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya. Pengumpulan data lagu-lagu dan syair-syair diseleksi dari kumpulan lagu yang sudah terdokumentasi dalam rekaman elektronik dan melalui data non-elektronik. Data lagu dan syair yang dikumpulkan adalah yang berhubungan dengan perjuangan yang dilakukan orang Batak Toba, yang bertema ideologis, kemiskinan, perjuangan untuk anak, dan kehidupan di perantauan. Jenis musik yang menjadi data penelitian adalah musik Batak yang sudah dikategorikan sebagai genre musik populer, dan bukan musik tradisional Batak. Untuk mengetahui respon terhadap permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian ini maka telah dilakukan wawancara terhadap beberapa responden dengan cara mendatangi tempat tinggal subjek penelitian. Model wawancara yang diterapkan adalah wawancara dengan pertanyaan terstruktur.27 Dengan pengertian bahwa peneliti telah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang relevan sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan pada bagian rumusan masalah dalam penelitian ini. Selain wawancara perorangan terhadap responden juga dilakukan wawancara kelompok dengan model wawancara FGD (Focus Group Discussions). Wawancara FGD
27
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. p. 190.
30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dilakukan untuk memperdalam materi jawaban atas pertanyaan yang sudah ditanyakan secara mandiri. “A focus group discussion is defined as a group of people brought together to participate in the discussion of an area of interest. The focus group discussion aims to provide an environment in which all members of the group can discuss the area of investigation with each other. A successful focus group discussion has the group members involved as participants in discussing the area of interest. They may argue with each other, try to persuade each other of their point of view, agree or disagree, ask each other questions and generally discuss the topic in an open and usually friendly manner. This results in a broad breadth of discussion as well as discussion in depth”.28
Dalam wawancara FGD pertanyaan terstruktur sama dengan wawancara perorangan, dimulai dengan melakukan pertanyaan kepada perorangan (dalam grup) secara bergiliran, baru setelah itu dilakukan diskusi untuk memperdalam jawaban dalam diskusi kelompok yang sama. Model wawancara FGD ini digunakan untuk kepentingan pendalaman materi pokok tentang pengalaman responden mengenai pengetahuan mereka terhadap usaha mengatasi permasalahan ekonomi yang dialami di kampung halaman, yang dihubungkan dengan semangat ideologi yang termuat dalam syair-syair lagu Batak populer sebagai modal perjuangan orang Batak, dan dihubungkan dengan pengalaman kelompok diskusi dalam mengapresiasi lagu populer tersebut sebagai media ekspresi. Adapun yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian adalah orangtua yang lahir dan berasal dari tanah Batak (Sumatera Utara), dan berdomisili di DIY dan Jawa Tengah.
28
Boddy, Clive. A rose by any other name maysmell as sweet but “group discussion” is not another name for a “focus group” nor should it be. London, UK Middlesex University Business School. Qualitative Market Research: An International JournalVol. 8 No. 3, 2005 pp. 248-255 q Emerald Group Publishing. p. 248.
31
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Para responden diseleksi berdasarkan kriteria: berasal dari Sumatera Utara; lahir dan dibesarkan di Kabutapen Tapanuli Utara; dan dari Kabupaten yang sudah dimekarkan dari Tapanuli Utara menjadi Kabupaten Humbang Hasundutan. Responden yang mempunyai latarbelakang dengan tingkat pendidikan yang beragam; dan pekerjaan yang bermacam-macam. Responden yang diutamakan adalah orangtua yang sudah atau sedang menyekolahkan anak-anak mereka; masih fasih berbahasa Batak Toba; penyuka musik Batak dan sedikit banyak mengenal adat Batak Toba. Pengkategorian ini disengaja mengingat kepentingan pada fokus penelitian adalah orang Batak yang pernah merasakan hidup di kampung halaman dan mengetahui kondisi daerah mereka secara baik, masih lancar berbahasa Batak dan sedikit banyak mengerti tentang adat Batak. Kategori orangtua penting bagi peneliti untuk memberi fokus pada subjek penelit ian karena kata ‘orangtua’ di sini untuk memenuhi kategori bahwa mereka (orangtua) sudah mempunyai anak (anak-anak) yang sedang atau sudah pernah menyekolahkan anak-anak mereka. Penentuan subjek penelitian berhubungan dengan tempat tinggal subjek penelitian menjadi pertimbangan, untuk membatasi wilayah penelitian sehingga tidak terlalu luas dan mudah dijangkau secara geografis. Mengarahkan penelitan ke kelompok orangtua juga menjadi pertimbangan penting lainnya, karena mereka adalah kelompok yang sudah mengalami, merasakan hal-hal yang menjadi pokok persoalan yang akan diteliti. Orangtua yang difokuskan untuk diteliti adalah orang Batak yang berasal dari Tapanuli Utara sudah merantau lebih dari 10 tahun dan sekarang berdomisili di kota Yogyakarta dan Wonosobo.
32
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Untuk memenuhi jawaban pada rumusan masalah, maka peneliti melakukan wawancara perorangan terhadap 10 orang responden mandiri (nomor 1-10 dalam tabel) dan 6 orang narasumber dalam kelompok FGD (nomor 11-16 dalam tabel). 29 Tujuan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah untuk menggali apa yang mereka alami, ketahui dan lakukan sesuai dengan keadaan yang mereka miliki sejak mereka masih di kampung halaman sampai sekarang mereka hidup dan tinggal di perantauan (umumnya di Jawa). Untuk melakukan pendalaman terhadap pertanyaanpertanyan yang sama pada perorangan maka peneliti juga melakukan wawancara kepada responden dengan model diskusi FGD (Focus Group Discussion), dengan maksud supaya peneliti sendiri mendapat jawaban pembanding yang lebih mendalam atas materi pertanyaan yang sama yang diajukan kepada responden perorangan. Untuk tidak menghalangi responden dalam mengekpresikan responnya dari segi bahasa, maka pada saat wawancara peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menyampaikan tanggapan mereka dalam bahasa Batak atau bahasa Indonesia. Beberapa di antara mereka lebih memilih memberi jawaban dan keterangan dalam bahasa Batak, meskipun tidak jarang memberi jawaban dan keterangan dengan mencampurkan dua bahasa tersebut. Demi menjalin hubungan baik dengan responden, pelaksanaan wawancara dilakukan oleh peneliti dengan cara mendatangi rumah-rumah tinggal mereka di Yogyakarta dan Wonosobo. Selama wawancara berlangsung tidak terjadi kesenjangan antara peneliti dan responden, karena beberapa di antara mereka sudah dikenal sebelumnya. Sepanjang wawancara berlangsung responden dapat dengan bebas 29
Lihat pada Lampiran 10: Nama-nama Responden dan Narasumber.
33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI mengungkapkan pandangannya atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Selama wawancara, peneliti berusaha menghindari terlalu banyak mencatat, yang bisa mengakibatkan perhatian pada responden menjadi berkurang. Untuk itu peneliti telah menyiapkan alat perekam suara untuk merekam pembicaraan setelah mendapat persetujuan responden. Hasil rekaman tersebut sangat menolong peneliti dalam membuat transkrip dan dapat mengutip kata-kata responden sebagaimana adannya. Dari hasil perekaman, peneliti memperoleh kata-kata yang akurat dari responden, dan dapat mencatat secara detail apa yang disampaikan responden selama wawancara. Hasil rekaman yang sudah ditraskripkan ini memudahkan peneliti dalam mengolahnya untuk keperluan analisis berikutnya.
9. Sistematika Penulisan Hal yang penting dari judul tesis “Ideologi 3H dalam Lagu Batak Populer sebagai Modal Perjuangan Orang Batak Toba” adalah keterlibatan budaya yang ikut menjunjung tinggi semangat untuk menemukan suatu cita-cita keberhasilan. Persoalan kemiskinan, dikaitkan dengan seruan dan ekspresi melalui lagu, yang ditopang oleh kekuatan ideologi untuk mencapai keberhasilan. Tesis ini akan dibagi ke dalam lima Bab dan disertai dengan pembagian sub-sub babnya. Pada bagian Pendahuluan Bab I akan dibahas mengenai pokok-pokok sebagai berikut: 1. Latarbelakang penelitian, 2. Rumusan masalah, 3. Tujuan penelitian, 4. Manfaat penelitian, 5. Studi pustaka, 6. Kerangka teori, 7. Metode penelitian, dan 8. Sistematika penulisan. 34
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Bab II Etnik Batak dan Suku Batak Toba. Bab ini akan membahas mengenai latarbelakang historis terbentuknya suku Batak Toba yang menjadi bagian dari 6 kelompok besar etnik Batak. Uraian dalam bab ini akan difokuskan pada etnik Batak Toba sebagai kajian utama, yang memiliki latarbelakang budaya yang khas dan memiliki keyakinan agama sebelum dan sesudah Injil masuk ke Tanah Batak. Praktik ritual adat yang masih sangat kuat dipegang menjadikan budaya Batak Toba masih sangat eksis di kampung demikian juga di kota. Praktik kehidupan kultural orang Batak masih tetap kokoh dipegang meskipun telah terjadi perubahan dan perkembangan kemajuan dunia yang sangat cepat. Pengelolaannya sangat tergantung pada peran Dalihan Natolu dalam melakukan musyawarah untuk mengambil keputusan adat. Peran Ideologi 3H (Hamoraon, hagabeon, hasangapon), sebagai modal perjuangan menjadi modal dasar dalam mewujudkan perjuangan untuk meraih cita-cita bagi orang Batak Toba. Ideologi sebagai produk budaya sangat besar perannya dalam membangun semangat orang Batak untuk berjuang. Sehubungan dengan keberadaan hidup orang Batak dalam kenyataan, memiliki persoalan kemiskinan yang memerlukan solusi. Adapun solusi yang dipilih adalah filosofi hidup perjuangan yang didasarkan atas semangat dan modal ideologi yang mengakar dalam hamoraon hagabeon hasangapon. Identitas kebatakan perlu ditelaah melalui praktik budaya yang terlukis dalam musik yang diekspresikan melalui pengalaman hidup yang dikisahkan dalam syair lagu-lagu Batak populer. BAB III Lagu Batak Toba Populer: Pada Bab ini akan dibahas mengenai perkembangan lagu Batak Toba. Lagu-lagu populer telah mengadopsi musik tradisional 35
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Batak dan musik populer Barat. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan, tangga nada tradisional dan tangga nada diatonik Barat, penggunaan alat musik tradisional sampai penggunaan alat musik Barat. Dua era yang sangat penting akan menjadi dasar kajian untuk melihat pembentukan musik Batak Toba yang sangat mengakar mendalam bagi orang Batak. Lagu Batak Toba Populer Era-sebelum 70-an, akan dilihat sebagai era pembentukan musik Batak populer yang diperankan oleh beberapa musisi Batak seperti Nahum Situmorang dan Tilhang Gultom, sedangkan Lagu Batak Toba Populer Era-setelah 70-an menjadi era kedua yang sangat penting dalam perkembangan musik Batak Toba. Perubahan pada musik terjadi pada instrumen yang tidak hanya menggunakan alat musik tradisional seperti, taganing, hasapi dan suling, tetapi sudah semakin luas penggunaan alat musik elektronik seperti gitar listrik, drum set, dan keyboard, walaupun tetap tidak meninggalkan ciri khas musik Batak Toba. Perkembangan pada era-setelah 70-an peran isi syair lagu menjadi sangat penting karena banyak syair lagu mengisahkan tentang perjuangan hidup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sekolah bagi anak-anak, permasalahan pengangguran, dan usaha mencari pekerjaan. Tidak hanya di seputar lagu percintaan, atau keindahan alam, namun pencipta lagu Batak Toba telah memberi corak baru pada isi syair lagu dengan mengungkapkan kisah perjuangan orangtua dalam keadaan miskin. Juga digambarkan bagaimana anak-anak disekolahkan, pengalaman anak yang putus sekolah karena biaya yang tidak mencukupi, dan bagaimanan anak-anak yang dewasa atau menginjak dewasa yang tidak punya pekerjaan di kampung terpaksa harus meninggalkan kampung halamannya untuk merantau. 36
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Bab IV Ideologi Mendasari Modal Dalam Arena Perjuangan: Bab ini akan memuat hasil wawancara terhadap beberapa responden yang diseleksi sesuai dengan kepentingan penelitian. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan telah disesuaikan dengan pengetahuan dan pengalaman responden yang berhubungan dengan topik-topik yang akan dibahas. Sebagai modal dasar, ideologi sebagai habitus yang terinternalisasi, yang terjadi melalui ajaran-ajaran dari orangtua dan lingkungan melalui interaksi dengan pengajaran-pengajaran budaya, lewat ritual adat menjadi perhatian dalam bab ini. Habitus bagi orang Batak terbentuk berdasarkan adat dan tradisi yang dipraktikkan dalam sistem hubungan kekerabatan. Setiap aktivitas dalam adat dan tradisi akan menghasilkan pembelajaran kultural. Pengenalan orang Batak pada lagu Batak Toba populer sangat erat dihubungkan dengan pengalaman keseharian dari lingkungan rumah yang masih membiasakan memutar lagu-lagu Batak, melalui acara-acara adat, dan melalui acara non-formal lainnya. Lagu Batak Toba populer sebagai ekspresi perjuangan yang dikemas dalam lagu Andung, sangat cocok untuk mengekspresikan pengalaman kesedihan, meskipun ceritanya mengisahkan tentang hal yang kurang menyenangkan, namun lagunya memberi motivasi positif. Hamoraon, hagabeon, hasangapon sebagai cita-cita idealis Batak Toba akan dilihat sebagai kekuatan ideologi pragmatis dan bukan ideologi doktriner. Ideologi sebagai kristalisasi pengalaman kultural yang diwujudkan dalam pelaksanaan acara adat yang selalu berulang dilakukan sudah tertanam sejak awal dalam kehidupan masyarakat Batak. Juga pada bab ini akan dibahas mengenai makna modal simbolik bagi orang Batak, yang diterima sebagai sesuatu kedudukan yang dapat saling dipertukarkan sehingga keduddukan seseorang pada posisi terhormat tidak dilihat sebagai praktik 37
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dominasi atas subordinasi. Penerapannya dapat dilihat dalam konsep Dalihan Natolu. Pada bagian akhir dibahas mengenai lagu Batak Toba bermuatan ideologi yang merupakan hal penting dalam mendasari semangat perjuangan. Bab V. Kesimpulan. Pada bagian kesimpulan akan diberikan ulasan mengenai pokok-pokok penting dari seluruh pembahasan dan sekaligus memberi jawababan atas rumusan masalah yang dikemukakan pada bab pendahuluan.
38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II ETNIK BATAK DAN SUKU BATAK TOBA SEBAGAI IDENTITAS
Pada Bab II ini akan diuraikan mengenai latarbelakang orang Batak Toba dari aspek historis, budaya, agama, kehidupan sosial dan musik. Dari latarbelakang tersebut dapat diperoleh gambaran mengenai orang Batak Toba sebagai salah satu suku Batak yang memiliki identitas yang berbeda dari suku-suku Batak lainnya. Ada beberapa topik yang akan dibahas pada Bab II ini yang berhubungan dengan latarbelakang suku Batak Toba yang menjadi bagian dari kelompok besar etnik Batak. 1. Identitas Kebatakan dipresentasikan dalam Lagu. Lagu menjadi bagian penting dalam kehidupan orang Batak karena di dalamnya tertanam makna filosofis kehidupan, menyangkut pengalaman hidup, perjuangan, ajaran dan nasihat. 2. Etnik Batak: Salah satu etnik dengan jumlah penduduk yang cukup besar mendiami beberapa kabupaten di Sumatera Utara adalah etnik Batak. Etnik Batak tersebut digolongkan ke dalam enam suku. Meskipun etniknya sama-sama Batak namun antara satu suku dengan yang lain memiliki perbedaan yang cukup signifikan, contohnya perbedaan bahasa antara bahasa Toba dan bahasa Karo, bahasa Pak-pak dan bahasa Simalungun. Apalagi berhubungan dengan adat, meskipun kelihatannya ada persamaan namun dalam praktik adat lebih banyak ketidaksamaannya. 3. Suku Batak Toba: Suku Batak Toba akan menjadi subjek dalam penelitian ini, oleh karena itu pembahasan selanjutnya tidak akan membicarakan lebih jauh mengenai lima suku Batak lainnya. Secara geografis suku Batak Toba memiliki wilayah, yang berbeda dengan suku-suku lainya. Untuk itulah penelitian ini 39
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
difokuskan pada suku Batak Toba yang berdomisili di beberapa Kabupaten di Sumatera Utara, dan secara khusus wilayah Tapanuli Utara yang menjadi sorotan berdasarkan pemetaan kemiskinan.
4. Suku Batak Toba Sebelum Injil Masuk di Tanah Batak:
Kepercayaan orang Batak Toba sebelum masuknya Injil di Tanah Batak adalah kepercayaan yang disebut sebagai Agama Suku, dengan Debata Mula Jadi Nabolon sebagai Tuhan yang disembah. 5. Masuknya Penginjil ke Tanah Batak: Dengan kedatangan Penginjil dari Amerika dan Eropa memberi bentuk baru pada pola berkeyakinan suku-suku Batak. Terlebih lagi dengan berhasilnya Missionaris dari Eropa membawa Injil ke Tanah Batak, mengokohkan bahwa telah terjadi suatu perubahan yang sangat besar dalam hal berkeyakinan bagi orang Batak Toba. 6. Adat Batak Toba: Praktik ritual adat yang masih sangat kuat dipegang menjadikan budaya Batak Toba masih sangat eksis di kampung demikian juga di kota. Meskipun orang Batak Toba memegang ajaran Kristiani yang sangat kuat namun praktik budaya dalam segala bentuk tetap masih dijalankan. 7. Dalihan Natolu: Salah satu bentuk pengambilan keputusan dalam bermusyawarah adalah dengan menggunakan konsep budaya Dalihan Natolu. Dengan semboyan Tiga Tungku orang Batak melaksanakan musyawarah dalam mengambil keputusan adat. Karena di dalamnya terdapat unsur masyarakat yang distrukturkan dalam fungsi kedudukan masing-masing sebagai: Hula-hula, Dongan Tubu, dan Boru. 8. Ideologi 3H Sebagai Modal Perjuangan: Hamoraon, hagabeon, hasangapon, adalah menjadi prinsip kultural dalam melaksanakan perjuangan untuk meraih cita-cita bagi orang Batak Toba. Karena yang ingin dicapai adalah kekayaan, keturunan dan kehormatan, seperti yang digariskan dalam ideologi 3H budaya Batak Toba. 9. Peta 40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kemiskinan: Kemiskinan menjadi persoalan utama, yang menjadi penghambat kemajuan. Dalam pemetaan wilayah, Tapanuli Utara termasuk Daerah Tertinggal. Untuk itu pemerintah daerah memiliki tanggungjawab untuk memajukan daerah tersebut. Sedangkan orang Batak Toba telah menyadari kelemahan itu dan ikut ambil bagian dalam perjuangan tersebut.
1. Identitas Kebatakan Dipresentasikan dalam Lagu
Mengutip hasil wawancara dan pengamatan Hodges dalam proses penelitiannya menyimpulkan ada dua identitas yang melekat pada orang Batak yaitu: satu yang berhubungan identitas agama sebagai Kristen Protestan dan yang lain berhubungan dengan identitas budaya dan etnik Batak Toba. “My many conversations with the student musicians and with Simamora, the group’s faculty leader, as we traveled to and from these events, along with my own observations (and occasional opportunities for participation), helped me to begin acquiring some understanding of the importance which many Toba Batak place on their sense of religious identity as Protestant Christians as well as on their unique sense of cultural and ethnic identity as Toba Batak.1
Kedua macam identitas, agama dan budaya sangat kental melekat pada orang Batak terutama sejak masuknya Injil di Tanah Batak. Namun yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana kedua identitas itu berkolaborasi. Apakah keduanya menyatu membentuk kekhasan identitas atau saling bertolakbelakang? Salah satu jawaban yang bisa menjadi pertimbangan adalah ketika Hodges mengatakan:
1
Hodges, William Robert Jr. 2009. Ganti Andung, Gabe Ende (Replacing Laments, Becoming Hymns): The Changing Voice of Grief in the Pre-funeral Wakes of Protestant Toba Batak (North Sumatra, Indonesia). Santa Barbara: Universiry of California. p. 5.
41
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“What further impressed me was my growing awareness that these two concepts of identity did not neatly (nor harmoniously) overlay one another but, in fact, seemed to be situated in a dynamic and, at times, dialectic tension with one another”. 2
Meskipun kedua identitas agama dan budaya tersebut menurut Hodges memiliki penekanan dialektis satu dengan yang lainnya. Sama seperti yang dibahas di dalam tesis ini bahwa hubungan keduanya seperti hubungan dialektis, yang berjalan sendiri-sendiri namun memiliki kedekatan, satu dengan yang lain yang tidak bisa diabaikan. Mengenai dua identitas ini menjadi bagian pembahasan, namun yang akan diutamakan adalah yang berhubungan dengan
budaya dalam hal ini musik sebagai bagian dari pembentuk
identitas orang Batak Toba. Seni musik masih tetap menjadi bagian seni budaya yang menggema di hati sanubari orang Batak. Lagu populer dijadikan sebagai ekspresi orang Batak Toba dalam menyuarakan cita-cita dalam perjuangan untuk keberhasilan anak-anak mereka. Penggunaan musik populer tersebut tidak hanya terbatas pada kelompok anak muda, tetapi untuk seluruh kalangan masyarakat Batak, dari anak-anak sampai orang dewasa. Lagu-lagu Batak populer, masih tetap terdengar sepanjang hari di rumah-rumah, di kendaraan angkutan umum, di pedesaan, di kota, di kendaraan antar kota, di Tapanuli Utara, bahkan di kota besar Medan. Penyanyi Trio dengan keunikannya, masih menjadi penyanyi terfavorit dari semua kelompok penyanyi, di samping penyanyi solo. Penyebaran lagu-lagu Batak, di era modern ini semakin mudah mengingat peran teknologi komputer semakin besar dalam memproduksi dan mendistribusikannya. Pada masa sebelum era komputer, media produksi dan distribusi sangat terbatas. Namun, bagi 2
Ibid.
42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
orang Batak penyebaran lagu-lagu tersebut sudah lama berjalan melalui aktivitas seharihari dan melalui kegiatan acara adat. Proses penyebaran lagu-lagu secara alami ini menjadi proses pembelajaran dan pembentukan pengalaman mendalam bagi orang Batak, karena selalu didengar berulang-ulang dalam waktu yang terus berlangsung. Penyerapan pemahaman mendalam terhadap lagu-lagu tersebut didapatkan melalui peran beberapa wadah seperti Lapo dan Pesta Pernikahan yang akan dibahas berikut ini. Kebiasaan mendengar lagu dikonstrusi dalam masyarakat Batak di antaranya melalui tempat-tempat khusus yang sering dikunjungi. Salah satu tempat yang ramai dikunjungi orang Batak (umumnya laki-laki dewasa) adalah Lapo (warung). Di Lapo biasanya dijual berbagai jenis makanan (red:B1- daging anjing, B2- daging babi) dan minuman: seperti teh, kopi, minuman ringan lain, dan minuman yang beralkohol yang paling digemari laki-laki adalah tuak. Selain Lapo sebagai tempat penyedia makanan dan minuman, Lapo juga mempunyai peran penting yang lain, sebab di sana para pemuda bahkan orangtua biasanya berkumpul (umumnya malam hari) sambil menikmati hidangan makanan dan minuman mereka akan bernyanyi, menyanyikan lagu-lagu Batak populer. Segala macam lagu Batak akan dinyanyikan, apakah berisi kesedihan atau kegembiraan, lagu rakyat atau lagu rohani. Intinya mereka ingin menghibur diri dan menampilkan kebolehannya bernyanyi dengan iringan gitar seadanya. Juga secara tidak langsung membangun kebersamaan di Lapo dengan suasana sukacita melalui lagu-lagu Batak, meskipun lagu yang dinyanyikan berisi kesedihan. Lapo menjadi tempat hiburan di malam hari untuk melepas lelah setelah seharian mereka bekerja keras di tempat kerja masing-masing. 43
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Selain Lapo, acara di tempat pesta pernikahan juga biasa dijadikan sebagai ajang dalam menampilkan musik. Pesta Pernikahan adalah salah satu acara budaya yang sakral bagi orang Batak. Dengan rangkaian acara yang cukup padat dan panjang selama sehari penuh (ulaon sadari), orang Batak selalu siap untuk mengikutinya. Rangkaian acara akan dimulai di pagi hari di rumah pengantin perempuan tanda dimulai acara sekitar jam 7 pagi, (sibuha-buhai), lalu dilanjutkan di gereja (yang beragama kristiani), dengan pemberkatan nikah. Kemudian seluruh acara pesta penikahan akan dilaksanakan di gedung tempat pesta berlangsung, dan akhirnya ditutup di rumah pengantin laki-laki sekitar jam 7 malam. Seluruh rangkaian acara akan dikemas tidak lepas dari upacara sakral budaya dengan melakukan ritual adat yang pada umumnya berlaku bagi orang Batak. Salah satu unsur seni budaya yang penting yang tidak dapat ditinggalkan dalam rangkaian ritual adat adalah peran seni musik yang begitu besar. Secara khusus dalam pelaksanaan acara adat di gedung, sejak dimulai acara pembukaan hingga berakhirnya acara musik tetap sangat penting karena musik dijadikan sebagai pendukung, penghubung, penghantar, dan penyambung dalam rangkaian acara. Musik yang digunakan mulai dari yang berjenis tradisional (gondang), musik populer Batak sampai musik popular Indonesia. Musik sangat diperlukan untuk mengiringi setiap rangkaian acara dalam pesta pernikahan. Sebagai contoh, satu bagian dari acara terakhir dalam pesta pernikahan adalah Mangulosi (memberi kain tenun Batak). Di bagian acara mangulosi keluarga-keluarga akan mengekspresikan kasih (holong) kepada kedua mempelai dengan pemberikan ulos 44
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
holong (ulos tanda kasih) sebagai bentuk simbolisasi kasih. Adapun lagu yang diminta dimainkan atau dinyanyikan oleh penyanyi (artis) sangat beragam sesuai dengan maksud nasihat yang akan disampaikan. Dalam acara tersebut, ada satu permintaan doa dari keluarga supaya kedua pengantin yang baru membentuk rumah tangga baru tersebut diberkati dengan istilah maranak-marboru (mempunyai anak laki-laki dan perempuan). Sebelum menyanyi biasanya terlebih dahulu disampaikan pantun yang berbunyi: “Tinampul bulung ni salak laos hona bulung singkoru. Tibu ma hamu mangabing anak laos mangompa boru” (red: intinya kiranya segera memangku anak-laki-laki dan menggendong anak perempuan). Pada bagian acara Mangulosi pihak keluarga biasanya meminta kepada pemusik supaya memainkan, atau menyanyikan lagu yang ada hubungannya dengan maranakmarboru untuk mengiringi pemberian ulos tanda kasih tersebut. Sebelum ulos dikembangkan dan akan diselimutkan kepada kedua mempelai, si Pemberi ulos akan menyampaikan nasihat dan wejangan. Inti nasihat yang tidak bisa dilupakan adalah mengenai ideologi hagabeon: supaya diberkati dengan mendapatkan keturunan yang banyak. Hal ini terdapat dalam pantun Batak berikut ini: “Harangan ni Pansurbatu hatubuan ni singgolom. Maranak ma hamu sampulu pitu marboru sampulu onom”. (red: intinya semoga diberkati memperoleh anak laki-laki 17 dan anak perempuan 16). Sebagaimana yang dicita-citakan dalam ideologi hagabeon, supaya mempelai memperoleh keturunan, mendapatkan rejeki yang melimpah dalam pekerjaan (hamoraon) dan mendapatkan kedudukan yang terhormat dalam masyarakat (hasangapon).
45
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dalam mendengarkan lagu, melalui acara formal dan non-formal, orang Batak telah berada pada suatu proses internaslisasi lagu. Lagu-lagu yang didengarkan secara sengaja atau tidak telah meresap dan mengendap ke dalam batin mereka, sehingga dalam penyerapannya, isi dan lagu-lagu tersebut telah menanamkan makna bagi kehidupan mereka dan menjadikan identitas bagi orang Batak Toba.
2. Etnik Batak Menelusuri istilah ‘Batak’ ternyata tidak mudah untuk menemukan artinya, karena pada penelusuran kata tersebut tidak ditemukan artinya secara gamblang. Namun ada beberapa usaha untuk memberi pengertian terhadap makna kata tersebut sehubungan dengan pengalaman para missionaris bertemu pertama kali dengan ‘suku asing’ (suku-suku pedalaman) tersebut. Menurut Azhari, bahwa kata Batak pada awalnya muncul sebagai ungkapan ejekan penduduk pesisir kepada penduduk pedalaman, bahkan cenderung menghina untuk menyebut penduduk pegunungan itu sebagai kurang beradab, liar, dan tinggal di hutan. Selanjutnya, pada awal abad 20 pengertian Batak mulai muncul sebagai sebutan etnik dan menjadi nama identitas suku-suku Batak.3 Selain itu, ada yang menghubungkan kata Batak dengan latarbelakang kehidupan orang yang bermukim di pedalaman Sumatera dan menghubungkannya dengan praktik kanibalisme yang diyakini pernah terjadi di kalangan suku-suku tersebut.4
3
Azhari, Ichwan. 2011. Nama Batak Bukan dari Orangnya, Medan, Surat Kabar Waspada, November 2011. 4 Marsden, William.1811. The History of Sumatra, Third edition, London: Printed for the Author by J. M’Creery, Black-Horse-Court. p. 217-218.
46
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Untuk menelaah lebih jauh mengenai etnik Batak tersebut penelusuran berikut ini menjadi penting. Dalam missi penjelajahan dunia yang dilakukan oleh bangsa Eropa ke kawasan Asia, Pulau Sumatera menjadi pulau yang memiliki daya tarik tersendiri dan menjadi salah satu wilayah sasaran yang dituju. Hal tersebut dibuktikan dengan missi pengutusan pemerintah Inggris kepada William Marsden pada tahun 1772 dan Sir Thomas Stamford Raffles pada tahun 1820. Dalam penjelajahan mereka, keduanya memasuki wilayah yang ditinggali etnik Batak tersebut dari arah pantai Barat. Sedangkan John Anderson pada penjelajahan berikutnya memasuki wilayah hunian Batak dari pantai Timur.5 John Anderson diutus oleh W.E. Philip, sebagai Gubernur Jenderal Inggris, yang berkedudukan di Pulau Penang melaksanakan tugas dibidang politik dan ekonomi. Perjalanan Anderson cukup panjang memakan waktu selama enam bulan, yang dimulai Januari - Juli 1823. Pengalaman Anderson tersebut dicatat dalam buku hariannya dan kemudian diterbitkan dengan judul: Mission To The East Coast of Sumatra (1826). Dalam perjumpan John Anderson dengan ‘suku asing’ yang ia temui untuk pertama kali, telah mendengar sebutan suku tersebut dengan ‘Batta’. Melalui pengamatan yang lebih mendalam lagi mengenai ‘suku asing’ tersebut Anderson kemudian menyadari bahwa suku terasing tersebut ternyata terbagi dalam beberapa suku yang satu dengan lainnya memiliki tradisi dan bahasa yang berbeda. Berdasarkan perbedaan tradisi dan bahasa yang dimiliki suku-suku Batak tersebut maka Anderson kemudian mengkategorikan dan menyebut suku-suku tersebut dengan: Mandiling untuk suku Mandailing, Tubba untuk suku Toba, Pappak untuk suku Pak-pak, Karau-Karau untuk suku Karo, dan Semilongan 5
Ibid.
47
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
untuk suku Simalungun.6 Meskipun kata ‘Batta’ itu sendiri sudah ada disebut oleh penjelajah-penjelajah asing sebelumnya, tetapi mereka belum menyebut sub-etniknya secara rinci. Baik William Marsden maupun Sir Thomas Stamford Raffles dan juga John Anderson sama-sama menyebut Batta untuk suku-suku yang mereka temui tersebut yang kemudian populer sebutannya sampai sekarang sebagai orang Batak.
Sehubungan dengan wilayah yang ditempati orang Batak jauh masuk ke pedalaman, membuat suku ini lebih terisolasi. Sehingga orang asing justru semakin tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai keberadaan dan keunikan etnik Batak tersebut. Keunikan suku-suku ini sendiri telah disaksikan oleh John Anderson melalui pengalamannya, ketika bertemu dengan orang Batak untuk pertama kali. Anderson mendengar kesaksian seorang dari suku Batak yang mengungkapkan bahwa ia sudah pernah memakan manusia sebanyak tujuh kali, dan ia sangat menyukai bagian tubuh tertentu dari manusia itu.7 Meskipun cerita seperti itu masih diragukan kebenarannya oleh sebagian orang, dan membantah dengan beralasan mengatakan bahwa pandangan mengenai kanibalisme adalah sebagai alasan provokasi supaya orang asing itu tidak menganggu mereka. Karena bagi orang Batak, ‘orang asing’ (missionaris) adalah orang yang tidak termasuk dalam komunitas mereka, karena dianggap tidak memahami adat dan tradisi, orang asing adalah orang di luar kebudayaan, patut dicurigai karena dapat mengganggu keharmonisan mereka.
6
Simanungkalit, Edward. 2012. Memasuki Negeri Batak dari Pantai Timur, Medan, Harian Batak Pos Edisi Sabtu, 10 November, 2012. 7 Andaya, L. The Trans-Sumatera trade and the ethnicization of the Batak, Bijdragen tot de Taal, Land-en Volkenkunde 158 (2000) no. 3. Leiden, p. 367.
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Masih dalam pembahasan pengertian Batak, seorang penulis yang hanya menulis inisial ‘JS’ (bukan J, Simanjuntak) dalam suratkabar Imanuel edisi namanya17 Agustus 1919, mengutarakan pandangannya di antara banyak pendapat tentang istilah Batak. ‘JS’ berargumentasi berdasarkan sebuah tulisan dalam buku berjudul: “Riwayat Poelaoe Soematra”, karangan Dja Endar Moeda yang diterbitkan tahun 1903, yang pada halaman 64 berbunyi: “Adapoen bangsa yang mendoedoeki residetie Tapanoeli itoe, ialah bangsa Batak namanya. Adapoen kata “Batak” itoe pengertiannya: orang pandai berkuda. Masih ada kata Batak yang terpakai, jaitoe “mamatak“, yang ertinya menaiki koeda. Kemoedian hari orang perboeatlah kata itoe djadi kata pemaki kepada bangsa itoe…”.8
Dalam keterangannya, JS memberi pengertian bahwa orang Batak adalah orang yang pandai menunggang kuda. Keterangan JS tersebut diperjelas oleh Amborsius Hutabarat dalam sebuah catatannya di suratkabar Bintang Batak tahun 1938 yang menyimpulkan, pengertian Batak yang dihubungkan dengan, ‘orang pandai berkuda’. Dan penggunaan kuda dalam kalimat ini digambarkan oleh Hutabarat, sebagai perlambang kejantanan, keberanian di medan perang, atau kegagahan dalam menghadapi bahaya atau rintangan. Dan simbolisasi kuda itulah yang juga digambarkan oleh Ambrosius Hutabarat yang melekat pada diri orang Batak.9 Sejalan dengan JS, ada yang lain berpendapat sama yaitu: Pendeta T.L. Sinaga, memberi pengertian bahwa kata ‘batak’ diambil dari kata kerja ‘marbatak’ yang artinya menunggang (kuda).
8
JS. Suratkabar Imanuel, edisi 17 Agustus 1919.Tarutung, HKBP.
9
http://girsangvision.blogspot.com/2012/02/sejak-kapan-dan-memiliki-arti-apakah.html.
49
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Pastor T.L. Sinaga, a lecturer in Batak language at the HKBP Theological Seminary in Pematangsiantar in the 1980s, says that the name “Batak” derives from the verb “marbatak” which means “to race,” that is, it refers to racing buffalo or horse. The noun “batak,” therefore, means “racing.” The same meaning is given by Warneck, a German missionary who used to be a bishop in the Batakland, in his Batak-German dictionary” (Warneck 1977: 30).10
Pandangan mengenai arti ‘batak’ sebagai penunggang kuda lebih realistis mengingat pada zaman itu alat transportasi yang paling diandalkan dapat membawa barang-barang hasil perdagangan ke pasar atau perkotaan selain dipikul oleh manusia juga diangkut dengan menggunakan tenaga kuda. Dan transportasi barang dengan menggunakan tenaga kuda lebih memungkinkan mengingat jarak satu tempat ke tempat yang lain begitu jauh apalagi medan yang dilalui karena jalan yang sulit, khususnya di daerah
pegunungan yang jalannya naik turun. Salah satu contoh
penggunaan ‘pasukan berkuda’ sebagai alat angkut barang masih terdapat sampai tahun 80-an antara Doloksanggul dan Parlilitan (Kabupaten Tapanuli Utara sebelum dimekarkan). Adapun jarak antara Doloksanggul dan Parlilitan kurang lebih 48 km yang dapat ditempuh dengan
berjalan
kaki selama 8-10 jam. Oleh karena keterbatasan
kendaraan bermotor satu-satunya yang dapat diandalkan sebagai transportasi barang adalah tenaga kuda. William Marsden dalam bukunya juga mencatat bagaimanan ketangguhan orang Batak menunggang kuda. Salah satu fungsi berkuda diceritakan oleh Marsden adalah digunakannya kuda untuk berburu rusa, balapan kuda, juga digunakan sebagai ajang hiburan. Ketangguhan berkuda juga cukup hebat karena mereka menunggangnya dengan
10
Sihombing, Batara. 2004. Batak and Wealth: A Critical Study of Materialism in the Batak Churches in Indonesia, Koninklijke Brill NV Mission Studies 21.1. p. 12-13.
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
berani tanpa menggunakan pelana, kadang membentangkan tangannya ke atas sambil memacu kudanya dengan kecepatan tinggi. Sambungan tali kekang terbuat dari besi, yang memiliki beberapa sambungan, pegangan tali kendali terbuat dari rotan; sebagian terbuat dari ijuk, dan juga kayu. “They are said however to hunt deer on horseback, and to be attached to the diversion of horseracing. They ride boldly without a saddle or stirrups, frequently throwing their hands upwards whilst pushing their horse to full speed. The bit of the bridle is of iron, and has several joints; the head-stall and reins of rattan: in some parts the reins, or halter rather, is of iju, and the bit of wood”.11
Usaha lain yang dilakukan untuk mendapatkan pengertian pada ‘Batak’ adalah melalui penelitian. Beberapa tahun yang lalu (2011) sebuah penelitian dilakukan, walaupun menuai kontroversi, oleh Ichwan Azhari ahli sejarah dari Universitas Negeri Medan mengenai sebutan Batak sebagai salah satu nama etnis di Sumatera Utara, pada arsip misionaris di Wuppertal, Jerman. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ichwan Azhari, diketahui bahwa Batak sebagai nama etnik ternyata tidak berasal dari orang Batak sendiri. Namun dikonstruksi oleh orang Barat untuk menyebut orang-orang yang hidup di pegunungan dengan sebutan ‘Batta’ dan kemudian diubah menjadi ‘Batak’ oleh misionaris Jerman yang datang ke tanah Batak tahun 1860-an.12 Untuk mengetahui secara geografis wilayah yang pada umumnya dihuni etnik Batak, maka dapat dilihat pada peta Sumatera Utara berikut ini. Batak yang memiliki sub-etnik seperti yang digambarkan pada umumnya, tergolong ke dalam 6 sub-etnik: 11
Marsden, William. 2005, The History of Sumatra Containing An Account Of The Government, Laws, Customs And Manners Of The Native Inhabitants, Third Edition, London, Printed for the Author, by J. M’Creery, Black-Horse-Court. p. 213. 12
Azhari, Ichwan.2011. Nama Batak Bukan dari Orangnya, Medan, Surat Kabar Waspada, November 2011.
51
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Karo, Simalungun, Pakpak, Toba, Angkola dan Mandailing. Dan semua Etnik Batak tersebut tinggal dan hidup di wilayah geografis Sumatera Utara.
Peta Sumatera Utara13
Secara geografis wilayah yang ditempati etnik Batak adalah di sekitar pegunungan karena di bagian tengah Provinsi Sumatera Utara terbentang pegunungan Bukit Barisan. Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, merupakan daerah padat penduduk karena mereka pada umumnya menggantungkan hidupnya dari hasil danau.
13
http://webapps.lsa.umich.edu/umma/exhibits/Batak2009/Zoom/Batak_map3_large.gif.
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Suku Batak Toba Dalam mitos Batak dikenal bahwa suku Batak Toba berasal dari desa yang disebut Sianjur Mulamula, terdapat di lereng gunung Pusuk Buhit, di sebelah barat Danau Toba. Pusuk Buhit sendiri diyakini orang Batak sebagai tempat asal muasal turunnya nenek moyang orang Batak Toba dari langit, yang disebut Si Raja Batak. Batara Sihombing dalam tulisannya mengutip tulisan Cunningham 1958:1, yang mengukuhkan pendapat tersebut dengan mengatakan: “According to Batak myth, the Batak first ancestor, Si Raja Batak, descended from heaven to Mount Pusuk Buhit in the Samosir island, on the west shore of Lake Toba, North Sumatera”.14
Dari desa Sianjur Mula-mula suku Batak Toba kemudian bermigrasi (marserak) ke sekitar Danau Toba. Ada yang ke arah selatan yaitu Toba-Holbung, ada yang ke arah Barat dan wilayah luar bagian Barat Danau Toba, menjauhi Danau Toba ke daerah dataran tinggi Humbang dan sampai ke lembah Silindung di Tapanuli Utara sekarang. 15 Dalam perkembangan selanjutnya, melalui pengaruh positif modernisasi yang berdampak pada kemajuan kota yang semakin baik, maka orang Batak Toba memilih berurbanisasi menjauhi kampung halamannya dan mulai menerobos masuk ke wilayah pesisir Timur yang lebih maju, yaitu kota Medan. Kota Medan sebagai kota yang lebih cepat pertumbuhannya dari kota-kota lainnya di Sumatera Utara menjadi kota tujuan dari
14
Sihombing, Batara. c 2004. Batak and Wealth: A Critical Study of Materialism in the Batak Churches in Indonesia, Koninklijke Brill NV, Mission Studies 21.1. p.12. 15 Andaya, L. The Trans-Sumatera trade and the ethnicization of the Batak, Bijdragen tot de Taal, Land-en Volkenkunde 158 (2000) no. 3. Leiden, p. 382.
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
berbagai latarbelakang suku. Medan menjadi ibukota provinsi Sumatera Utara sampai sekarang, yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan pusat perekonomian. Kota Medan juga menjadi kota tujuan dari semua suku-suku Batak yang hidup di pedalaman dan di sekitar Danau Toba. Pada bagian pesisir Timur merupakan wilayah provinsi Sumatera Utara yang paling pesat perkembangannya karena memiliki infrastruktur yang relatif lebih maju daripada wilayah pesisir Barat dan Tengah. Dan wilayah pesisir Timur ini juga merupakan wilayah yang relatif paling padat penduduknya dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Bila dicermati lebih jauh mengenai penduduk kota Medan tidak hanya menjadi tujuan etnis Batak saja tetapi juga menjadi kota tujuan dari suku bangsa yang lain seperti: suku Melayu, suku Nias, suku Aceh, suku Jawa. Lebih jauh lagi terjadinya emigrasi etnik Tionghoa dan etnik India. Pada 1863, pedagang tembakau dari Jawa Kuypers dan Nienhuys datang ke Sumatera Timur.16 Mereka mendapat hak konsesi tanah di Martubung dari Sultan Mahmud Deli untuk menanam tembakau Deli yang berkualitas sangat baik, harum dan sangat cocok dipakai sebagai pembalut cerutu. Kemudian Nienhuys berhasil memperoleh kontrak tanah di Tg. Sepassai dari Sultan Deli untuk jangka waktu 99 tahun. Dengan mempekerjakan kuli Cina dari Penang dan Tamil dari India. Kemudian P.W. Janssen, Clemen, Nienhuys dan Cremer membentuk maskapai tembakau disebut: N.V. Deli Maatschappij (Deli Maskapai) yang kemudian menguasai hampir seluruh tanah perkebunan tembakau di wilayah kerajaan Deli. Dan pada 1875 16
Basarsyah II, Tuanku Lukman Sinar, Orang India di Sumatera Utara, Artikel dalam Seminar Nasional Kebudayaan dan Sejarah Etnis India Tamil di Sumatera Utara”, tanggal 28 Mei 2009, di Universitas Negeri Medan.
54
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Maskapai Perkebunan Belanda mendatangkan kuli dari Jawa (Bagelen) yang biayanya murah dan dapat diperlakukan sebagai setengah budak.17 Daerah pesisir Timur dan Barat Sumatera Utara pada umumnya didiami oleh suku Melayu dan suku Mandailing yang mayoritas beragama Islam. Sementara di bagian Tengah daerah pegunungan banyak terdapat suku-suku Batak yang sebagian besar beragama Kristen, termasuk suku Nias yang menempati kepulauan di bagian Barat Pulau Sumatera. Meskipun terjadi urbanisasi cukup besar ke kota Medan, namun suku Batak Toba tetap mendominasi tempat tinggal di wilayah pedalaman dan di sekitar Danau Toba. Sampai pada tahun 1998 sebelum terjadi pemekaran, Sumatera Utara hanya memiliki 19 Kabupaten dan Kota. Setelah terjadi pemekaran pada tahun 1999, Sumatera Utara dimekarkan menjadi 33 Kabupaten dan Kota. Secara geografis ada 4 kabupaten yang didominasi suku Batak Toba, yaitu: Kabupaten Toba Samosir, ibukota Balige, 10 Kecamatan; Kabupaten Samosir, ibukota Pangururan (pemekaran dari Kab. Toba Samosir 2003), 9 Kecamatan; Kabupaten Tapanuli Utara, ibukota Tarutung, 23 Kecamatan; dan Kabupaten Humbang Hasundutan, ibukota Doloksanggul (pemekaran dari Kab. Tapanuli Utara 2003), 10 Kecamatan.18 Interaksi penduduk desa dan kota membuat perubahan dan modernisasi sangat cepat terjadi di lingkungan suku Batak Toba. Seperti yang pernah disaksikan Edward M.
17
Ibid.
18
BPS Sumatera Utara, 2011, http://sumut.bps.go.id/?qw=stasek&ns=01#.
55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bruner, seorang antropolog Amerika pada tahun 1957 dan 1958 di Lintong ni Huta, salah satu desa di Balige.19 Bruner menyaksikan perubahan dan kemajuan dalan kehidupan masyarakat desa namun hal-hal yang berhubungan dengan praktik tradisi dan adat masih sangat kuat dipertahankan. Ada perbedaan pola pikir antara mereka yang hidup di kota dan desa yang sangat bertolakbelakang. Kota yang dihubungkan dengan modernisasi, sedangkan desa yang sarat dengan kehidupan tradisional. Status sosial orang Batak yang berurbanisasi ke kota Medan mengalami perubahan yang sangat luar biasa, karena mereka bisa bekerja di kantor, menjadi pejabat, atau bekerja di dunia bisnis. Sedangkan mereka yang tinggal di desa tidak terlepas dari pekerjaan di bidang pertanian, perkebunan dan peternakan yang kalau dibanding kemajuan di kota cukup jauh perbedaannya. Namun ada hal yang menarik untuk disimak berhubungan dengan tradisi dan adat. Orang Batak yang tinggal di dua tempat yang berbeda di kota dan desa dalam melaksanakan upacara adat tetap dengan pola-pola dan aturan yang sama. Misalnya dalam status dalam konsep Dalihan Natolu, peran hula-hula, dongan tubu, dan boru tetap sama. Kepemilikan status seseorang melalui latarbelakang pedidikan, kedudukan, dan pekerjaan di kota tidak dapat merendahkan orang-orang yang tinggal di desa, yang tidak memiliki latarbelakang tersebut. Dalam menjalankan praktik tradisi dan adat semua harus tunduk pada aturan yang sudah ada dalam tradisi dan adat, artinya seseorang yang sudah tinggal dan bekerja di kota besar tidak selalu berada pada tempat yang tinggi dan pihak yang harus dihormati, sebaliknya seorang petani miskin di desa di 19
Bruner, Edward M. Urbanization and Ethnic Identity in North Sumatra. Author(s): Reviewed work(s): Source: American Anthropologist, New Series, Vol. 63, No. 3 (Jun., 1961), p. 508-521 Published by: Blackwell Publishing on behalf of the American Anthropological Association Stable URL: http://www.jstor.org/stable/667725.
56
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
hadapan tradisi dan adat akan dapat berada pada kedudukan yang lebih tinggi dan terhormat dari pada seseorang yang tinggal di kota. Hal ini dapat terjadi karena ada aturan adat yang sangat kuat, yang dianut dalam sistem demokrasi orang Batak yang dikenal dengan sebutan: Dalihan Natolu.20 Tiga unsur (hula-hula, dongan sabutuha, boru) yang saling terkait di dalam sistem kekerabatan orang Batak Toba yang diatur dalam dalihan natolu akan mengikat semua orang Batak Toba dengan latarbelakang status sosial masing-masing untuk saling hormat dan saling menghargai.
4. Suku Batak Toba Sebelum Injil Masuk di Tanah Batak Sampai sekarang orang Batak sangat kuat memegang tradisi dan adatnya. Unsur perekat hubungan kekerabatan ini dibangun atas dasar kuatnya orang Batak memegang tradisi dan adat yang terdapat dalam sistem marga, silsilah, dalihan natolu, dan ideologi (hamoraon, hagabeon, hasangapon). Sebelum Injil masuk ke Tanah Batak, suku Batak adalah suku yang dikenal sebagai penyembah berhala (Si Pele Begu). Keyakinan beragama bercampur, antara menganut kepercayaan animisme, dinamisme dan magi.21 Ada banyak nama dewa atau begu (setan) yang disembah, seperti begu djau (dewa yang
20
Dalihan Natolu: Tiga Tungku, arti lain: sistem demokrasi dalam masyarakat Batak Toba.
21
M.C. Ricklefs, (terj) 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi. p, 314.
57
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tidak dikenal orang), begu antuk (dewa yang memukul kepala seseorang sebelum ia mati), begu siherut (dewa yang membuat orang kurus tinggal kulit), dan lainnya.22
Sebelum masuk agama-agama besar ke tanah Batak, orang Batak telah memiliki agama suku yang mempercayai Mulajadi na Bolon sebagai Tuhannya. Pada masa Raja Sisingamangaraja XII, sebagai Raja Batak, ia setia memegang keyakinannya dan mewujudkannya dalam agama yang ia sebut agama Parmalim.23
Adat dan kepercayaan adalah dua unsur nilai dan norma yang membentuk kepribadian orang Batak sejak orang Batak dikenal sebagai ‘bangso Batak’. Praktik adat dan kepercayaan yang dimaksud telah mengakar dalam kehidupan orang Batak jauh sebelum Injil masuk ke tanah Batak. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, hampir semua roda kehidupan orang Batak dikuasai oleh aturan-aturan adat yang kuat. Sejak lahirnya seorang anak, masa remaja, beranjak dewasa, menikah, memiliki anak hingga meninggal selalu dihubungkan dengan praktik tradisi dan ritual adat.
Pada masa kolonial, orang Batak tidak suka dengan kedatangan orang lain di wilayahnya sehingga mereka lebih sering menolak kedatangan orang asing yang mereka sebut Si Bontar Mata (si mata putih) bahkan tidak segan untuk membunuhnya kerena mereka dianggap sebagai penjajah. Selain itu, ada paham bagi mereka bahwa orang yang
22
Panitia Distrik IX Perayaan Jubileum, 1961. Seratus Tahun Kekristenan Dalam Sejarah Rakyat Rakyat Batak. Jakarta: Panitia Distrik IX Perayaan Jubileum. 23 Parmalim, par artinya orang, malim artinya suci. Parmalim adalah agama dari orang-orang suci.
58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
berada di luar suku mereka adalah musuh, karena pada masa itu sering terjadi perang antar suku.24
5. Masuknya Penginjil ke Tanah Batak
Masuknya Injil ke tanah Batak membuat pengaruh dan perubahan yang cuku besar terjadi di kalangan masyarakat Batak Toba. Kedatangan missi asing baik dari Inggris, Amerika, Belanda dan Jerman ke tanah Batak mempengaruhi kehidupan tradisi dan keagamaan orang Batak di wilayah pedalaman Sumatera Utara. Kesuksesan missi zending dari Jerman menjadikan banyak orang Batak bertobat dan dibaptis menjadi Kristen. Sedangkan kedatangan Belanda lebih berfokus pada perluasan kekuasaan wilayah secara politis dan untuk meraih keuntungan finansial dari hasil bisnis. Untuk mewujudkan impian politik tersebut Belanda mengangkat petinggi-petinggi adat untuk dijadikan sebagai pekerja demi kepentingan penguasa Belanda.
5. 1. Penginjil Utusan Pekabaran Injil Baptis Inggris Masuknya Pekabaran Injil ke tanah Batak sangat mempengaruhi pola pikir, budaya, kepercayaan bagi orang Batak sendiri. Meskipun pada awalnya dianggap bahwa missi ini kurang berhasil namun kemudian dianggap lebih berhasil dengan pendekatan yang persuasif yang dilakukan Pekabar Injil dari Jerman yang sangat terkenal di Tanah Batak,
24
M.C. Ricklefs, (terj) 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi. p, 314.
59
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
oleh Ludwig Ingwer Nommensen, atau yang sering disebut orang Batak dengan panggilan: Ompu i Nommensen.
Missi pekabaran Injil dimulai oleh Inggris dari gereja Baptis pada tahun 1820 yaitu oleh tiga orang penginjil Nathan Ward, Evans dan Richard Burton yang dikirim ke Bengkulu. Di sana Raffles menyarankan supaya mereka pergi ke Utara, ke daerah tempat tinggal suku Batak yang masih kafir. Untuk missi tersebut merekapun pergi ke utara, dan awalnnya mereka bekerja di pesisir, teluk Tapanuli, Sibolga. “In describing his 1824 journey with Burton, “at the expense of the British Government,” Ward reported that they had moved in a north-westerly direction from the Bay of Tapanuli, to the region of the great lake, in the heart of the Toba country, near the seat of the principal Batak ruler, Si Singamangaraja. After crossing a triple chain of mountains, where there were occasional villages, they came into the clear open Silindung valley”.25
Kemudian tahun 1824 masuk ke daerah lebih dalam lagi, yakni Silindung wilayah suku Batak Toba. Pada awalnya mereka tiba di Silindung, mereka diterima dengan baik oleh raja setempat, namun perjalanan penginjilan mereka terhenti ketika terjadi salah paham dengan penduduk. Sering penduduk salah menafsirkan khotbah penginjil tersebut karena tidak sesuai dengan dasar ajaran kepercayaan masyarakat Batak yang menganut kepercayaan kepada roh (Si Pele Begu). Penduduk menganggap bahwa ajaran Penginjil ini akan melenyapkan ajaran leluhur mereka, karena itu para penginjil tersebut diusir dari lingkungan mereka.26 Pandangan ini telah berakar di hati orang Batak dengan mengacu pada konsep pendirian dari Raja Sisingamangaraja tentang penjajah yang ditulis oleh Idris Pasaribu dalam Harian Analisa Minggu, 24 Jul 2011, dengan judul: Parmalim dan 25
Aritonang, Jan Sihar and Steenbrink, Karel (Ed). 2008. A History of Christianity in Indonesia, Leiden • Boston, Brill. p. 530. 26 Situmorang, Sitor. 2009. Toba Na Sae, Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX, Jakarta, Komunitas Bambu, p. 304.
60
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Perjuangannya, dengan mengatakan: “Perjuangan terakhir dari Sisingamangaraja menyatakan menolak kolonialisme Belanda yang dinilai merusak tatanan kehidupan masyarakat adat dan budaya”. 27 Kemudian prinsip penolakan ini dipegang oleh orang Batak dan diterapkan sama bagi setiap orang asing yang ingin memasuki wilayah tanah Batak, termasuk untuk missi zending.
5. 2. Penginjil utusan American Board of Commissioners for Foreign Mission. Missi penginjilan dari Amerika mengutus Henry Lyman and Samuel Munson oleh American Board of Commissioners for Foreign Mission ke Sumatera 17 Juni 1834.28 Dalam perjalanan berlayar menuju Sumatera pertama, mereka menginjakkan kaki di Hindia Belanda di Batavia. Dalam beberapa saat mereka tinggal di Batavia dalam mempersiapkan diri menuju Sumatera, sekaligus belajar bahasa Melayu. Sambil belajar bahasa, mereka juga sempat bekerja sama dengan missi Inggris di Batavia di bidang kesehatan, karena selain belajar teologia mereka
juga dibekali kemampuan medis,
sehingga selama di Batavia mereka sibuk melayani orang sakit yang datang untuk berobat. Atas izin Gubernur Jenderal Pemerintahan Belanda di Batavia mereka berangkat ke Tanah Batak sebagai tempat impian Munson sejak ia sekolah pendeta di negerinya. Kemudian mereka berdua berlayar ke Sumatera dan tiba di Bengkulu pada 19 April 1834.29 Keduanya kagum melihat keindahan Pulau Sumatera yang terbentang sebagai 27
Pasaribu, Idris. Parmalim dan Perjuangannya. Dalam Harian Analisa, Minggu, 24 Jul 2011. Medan, Harian Analisa. 28 29
Van den end & Weitjens, SJ. 2008, Ragi Carita 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, p. 182. Ibid.
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pegunungan, lembah, dan hutan yang sangat luas. Munson dan Lyman tinggal di Bengkulu selama 4 hari. Lalu mereka melanjutkan perjalanan dan pada tanggal 26 April 1834, sudah menginjakkan kaki di Padang.30 Dalam perjalanan selanjutnya dari Padang, mereka berangkat menuju tanah Batak dan pada 17 Juni 1834, Munson dan Lyman menginjakkan kaki untuk pertama kali di Tanah Batak, dan mereka tinggal di Sibolga.31 Di sana Tuan Bonnet, seorang pejabat Belanda, menyambut mereka dengan hangat. Dalam perencanaan selanjunya memasuki pedalaman tanah Batak, Bonnet turut mempersiapkan mereka dan memberikan perlengkapan secukupnya untuk melanjutkan perjalanan ke arah Silindung. Pada 23 Juni 1834, mereka berangkat menuju pegunungan Silindung. Dalam missi perjalanan akhir ini, malang menimpa mereka, ketika tiba di pinggir lembah Silindung, pada malam hari 28 Juni 1834, mereka dihadang, ditangkap, dan kemudian mereka berdua dibunuh di dekat Lobu Pining.32
5. 3. Penginjil utusan Rheinische Missionsgesellschaft. Pada tahun 1840, seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Franz Wilhelm Junghuhn33 melakukan perjalanan ke daerah Batak dengan tujuan melakukan penelitian alam flora
30
Ibid.
31
Van den End & Weitjens, SJ. 2008, Ragi Carita 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, p. 182. Ibid.
32 33
Situmorang, Sitor.2009. Toba Na Sae, Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX, Jakarta, Komunitas Bambu, p. 306.
62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dan fauna, adat istiadat dan kawasan Danau Toba. Hasil penelitiannya dikemudian hari ia terbitkan menjadi karangan tentang suku Batak. Dari situasi yang ia alami di tanah Batak, Junghuhn memberi saran kepada pemerintah kolonial untuk mengirimkan zending Kristen guna membendung pengaruh Islam yang semakin kuat di bagian Utara Pulau Sumatera. Keterangan tersebut kemudian sampai ke tangan tokoh-tokoh Lembaga Alkitab Nederlandsche Bijbelgenootschap di Belanda, akhirnya mereka berinisiatif untuk mengirimkan seorang ahli bahasa bernama H. Neubronner van der Tuuk untuk meneliti lebih jauh mengenai bahasa Batak dan merencanakan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Batak Toba.34
Kemudian Van der Tuuk menerima tugas itu dan merencanakan melakukan penelitian ilmiah tentang bahasa Batak. Kalau utusan zending yang lain belum pernah berhasil sampai ke Danau Toba, maka Van der Tuuklah orang Eropa pertama yang menginjakkan kaki di Danau Toba (1850) dan bertemu dengan Si Singamangaraja. Dari hasil pertemuan Van der Tuuk dengan orang Batak, ia mendapat gambaran dan kemudian memberi saran kepada lembaga zending untuk mengutus para penginjil ke tanah Batak, langsung ke daerah pedalaman.35
Kemudian pada tahun 1857, pekabar Injil G. Van Asselt, diuts oleh jemaat kecil di Ermelo, Belanda ke wilayah Tapanuli Selatan. Di sana ia berhasil mendekati beberapa pemuda dan sekaligus diberi pengajaran Kristiani. Pada 2 April 1861 Van Asselt
34
Ibid.p. 308.
35
B. Napitupulu, B. 2008. Almanak HKBP, Pematang Siantar: Unit Usaha Percetakan HKBP. p. 442-443.
63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
membaptiskan dua orang Kristen Pertama di Tapanuli Selatan atas nama: Jakobus Tampubolon and Simon Siregar.36 Pada tahun yang sama, pada 7 Oktober 1861, di Sipirok diadakan rapat empat pendeta yang diikuti oleh dua pendeta Jerman, yaitu: Pdt. Heine dan Pdt. Klemmer dan dua pendeta Belanda, yaitu: Pdt. Betz dan Pdt. Van Asselt. Untuk kelanjutan missi, mereka memutuskan untuk menyerahkan penanganan penginjilan kepada Rheinische Missionsgesellschaft.37 Tanggal rapat empat pendeta tersebut menjadi sangat penting bagi catatan sejarah gereja di tanah Batak karena dihubungkan dengan hari penetapan Misi Batak dan menjadi hari berdirinya HKBP. Secara tidak disengaja, dan dianggap bermakna mistis, empat nama penginjil tersebut, yang dimulai dari HKBV(P), Heine, Klemmer, Betz, (P) Van Asselt, (dengan catatan huruf V bagi orang Batak biasa diucapkan P), sama dengan nama organisasi gereja yang didirikan yaitu: HKBP (Huria Kristen Batak Protestan). Sejak terjadinya perang Padri dan terjadinya pengaruh kekuasaan Islam yang semakin kuat di Tapanuli Selatan, maka sudah barang tentu akan mempengaruhi kenyamanan misi zending di wilayah tersebut. Maka Herman Neubronner van der Tuuk sudah mengambil kesimpulan bahwa sangat berbahaya kedudukan missi zending kalau bertahan di wilayah tersebut, oleh karena itu ia menasihatkan supaya personel zending yang masih ada di Angkola dan Mandailing harus segera ditarik, karena banyak warga
36
Aritonang, Jan Sihar and Steenbrink, Karel (Ed). 2008. A History of Christianity in Indonesia, Leiden • Boston, Brill, p. 534. 37
Napitupulu, B. 2008. Almanak HKBP, Pematang Siantar: Unit Usaha Percetakan HKBP. p. 442-443.
64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
di sana sudah masuk menjadi Islam. Mereka harus pindah ke daerah yang masih dianggap jauh dari sentuhan pihak luar dan belum terpengaruh oleh agama-agama lain. Kemudian misi berikut yang dilakukan oleh Ludwig Ingwer Nommensen (18341918) adalah missi yang paling berhasil untuk membawa perubahan bagi orang Batak Toba. Nommensen lahir 6 Februari 1834 di Danish, Nordstrand, Jerman. Ia adalah seorang pemuda yang berasal dari latarbelakang keluarga yang sangat miskin. Sebagai pemuda ia harus mencari pekerjaan untuk bisa menopang hidupnya dan keluarganya. Namun karena Nommensen sakit dalam suatu kecelakaan, ia belum dapat memenuhi tanggungjawabnya untuk mencari nafkah. Dalam proses penyembuhan ia justru berjanji kalau sembuh ingin mengabdikan hidupnya dalam misi penginjilan. Lalu kemudian setelah benar-benar sembuh ia mencoba pergi ke Barmen, ke kantor pusat Rheinish Mission untuk mewujudkan impiannya. Pada awalnya ia mendapat pekerjaan sebagai part-timer dan selanjutnya diterima kuliah di Missionsseminar (Mission Seminary) dengan program 4 tahun bidang pendidikan teologi dan misionaris. Kemudian pada Oktober 1861 ia menyelesaikan pendidikannya dan ditahbiskan menjadi Pendeta Misionaris.38 Sesuai dengan yang ia janjikan ingin mengabdikan hidupnya di bidang penginjilan, maka Nommensen mendapat tawaran untuk menjadi penginjil yang benarbenar jauh dari lingkungannya, dan mungkin sangat bertolakbelakang dari kebiasaan budayanya. Ia menerima tawaran itu, dan mau berpetualang meninggalkan negerinya, menuju negeri yang sama sekali tidak tau dan asing baginya, itulah tanah Batak.
38
Aritonang, Jan Sihar and Steenbrink, Karel (Ed). 2008. A History of Christianity in Indonesia, Leiden • Boston, Brill, p. 536.
65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pada 1 November 1861 Nommensen berangkat dari kota Barmen menuju Netherlands.39 Ia diutus oleh badan Misi Rheinische Missionsgesellschaft. Di sana ia membicarakan strategi dengan pemimpin jemaat Ermelo dan Neubronner van der Tuuk bagaimana strategi mendekati wilayah yang masih sulit dijangkau pihak luar. Pada 24 Desember ia bertolak dari Amsterdam menuju Sumatera, ia tiba di Padang 16 Mei 1862. Dari Padang ia mengambil kapal menuju Barus, dan di sana ia tinggal untuk mempelajari bahasa Melayu dan bahasa Batak. Pada akhir tahun 1862 ia pindah ke Sipirok, karena Barus adalah pesisir yang berpenduduk campuran sehingga kurang nyaman untuk dijadikan sebagai pusat missi Batak. Akhir tahun 1863 Nommensen beranjak dari Sipirok menuju lembah Silindung, setelah mendapat izin dari penguasa Belanda. 40 Di Silindung Nommensen menyiapkan diri dan memulai pekerjaan memperkenalakan Injil kepada orang Batak. Sejak 1864,41 ia sudah berada di daerah Silindung, tinggal di salah satu desa. Di tempat tersebut ia didorong untuk mendirikan Desa Kristen, termasuk membangun sekolah dan gereja. Kemudian ia memberi nama desa tersebut Huta Dame yang artinya Desa Damai, di Pearaja Tarutung (kini menjadi kantor pusat HKBP).42 Usaha Misionaris di bidang kesehatan, pendidikan, dan penanganan narapidana dan budak mendapat apresiasi dari tokoh masyarakat Batak yang demokratis. Nilai sosial
39
Ibid.
40
Ibid, p. 537.
41
Napitupulu, B. 2008. Almanak HKBP, Pematang Siantar: Unit Usaha Percetakan HKBP. p.442-443. Ibid. Napitupulu, B. 2008, p. 442-443.
42
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
yang dipraktikkan para Misionaris mendapat tanggapan positif dan juga diapresiasi oleh tokoh masyarakat. Sebagai seorang tokoh pemuda yang cerdas dari Pearaja, Raja Pontas Lumbantobing sangat tertarik dengan ajaran baru, mengenai kekristenan. Ia merasa bahwa agama yang di bawah kepemimpinan dinasti Sisingamangaraja telah berakhir. Ia kemudian memberi diri untuk dibaptis oleh Nommensen pada tanggal 27 Agustus 1865.43 Kemudian, dalam menyampaikan Injil, Nommensen dibantu oleh Raja Pontas Lumban Tobing (orang Batak pertama yang dibaptis) untuk mengantarnya ke berbagai tempat di tanah Batak. Namun Tobing menyampaikan bahwa ia tidak bertanggung jawab atas keselamatannya. Pada awalnya Nommensen tidak diterima dengan baik oleh penduduk, karena mereka takut kena bala karena menerima orang asing yang tidak memelihara adat dan tradisi. Namun akhirnya orang Batak dapat menerima Nommensen karena dalam tindakannya ia selalu ramah dan lemah lembut, sehingga lama-kelamaan membuat orang yang ditemuinya merasa enggan dan malu berbuat yang tidak pantas terhadapnya.
6. Adat Batak Toba “Ompunta naparjolo martungkot sialagundi, Adat napinungka ni naparjolo sipaihut-ihuton ni na parpudi”. Nenekmoyang kita memakai tongkat kayu sialagundi, Adat yang telah dimulai yang terdahulu, diikuti yang terkemudian.
Adat adalah habitus yang sudah melekat dalam diri aktor yang terbentuk dalam suatu proses yang sangat panjang dan dapat bertahan lama. Adat dipahami sebagai sistem dan 43
Aritonang, Jan Sihar and Steenbrink, Karel (Ed). 2008. A History of Christianity in Indonesia, Leiden • Boston, Brill, p. 538.
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
norma, yang sangat penting dalam kehidupan suatu masyarakat pada umumnya. Apa yang dikemukakan dalam teori Bourdieu mengenai habitus dapat dipakai untuk menjelaskan sistem dan norma yang ada dalam budaya Batak. Karena di dalam adat ada pengetahuan yang memuat sistem, keyakinan dan nilai, yang dapat beroperasi dalam relasi kultural sehari-hari. Habitus dalam konsep Bourdieu yang dijelaskan oleh Arizal Mutahir, sebagai berikut: “Habitus merupakan seperangkat pengetahuan, yakni berkenaan dengan cara bagaimana agen memahami dunia, kepercayaan, dan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan tersebut selalu dibentuk oleh habitus daripada hanya sebatas direkam dalam memori seseorang secara pasif.”44
Dengan terkristalisasinya habitus dalam adat Batak, dan mengingat pentingnya adat dalam masyarakat Batak, maka dengan itu pula para pelaku adat melestarikannya melalui bentuk pepatah yang dikutip di bagian awal tulisan ini. R.P.Tampubolon sebagai praktisi adat Batak Toba mengatakan bahwa adat adalah sebagai norma agama yang memelihara hubungan antara dewa-dewa dan umat manusia demikian juga antara nenek moyang dan keturunannya: “adat is religious norm that looks after the relationship between the gods and the human beings as well as between ancestors and their descendants”.45 Sedangkan Teolog, Pedersen berpendapat: adat is a system established by the ancestors for their protection against each other as well as for preserving the equilibrium of the supernatural powers around them. 46 Tujuan adat 44
Mutahir, Arizal, 2011. Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu, Bantul Kreasi Wacana, p. 63.
45
Purba, Mauly. 2005. “Results of Contact Between the Toba batak People, German Missionaries, and Duth Government Officials: Musical and Social Change”. Etnomusikologi, Vol. 1, No. 2, Medan, USU. p. 108. 46
Ibid.
68
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dipraktikkan adalah untuk menghindari terjadinya malapetaka. Untuk menjaga keharmonisan, menjaga kesuburan, menjaga kemakmuran di desa dan kota, menjaga kesejahteraan warga. Melanggar berarti akan mendatangkan bencana, penyakit, ketidaksuburan, dan gagal panen. Adapun adat dilangsungkan berhubungan dengan pesta adat (ulaon adat) yang dilaksanakan sesuai dengan aturan adat yang sudah baku. Beberapa acara adat yang secara formal dilakukan adalah menyambut kelahiran, pesta pernikahan, upacara pemakaman, menempati rumah baru, musim tanam, musim panen dan lain-lain. Bagi orang Batak Toba apa yang telah ditemukan (aturan dalam tradisi dan adat), dilakukan, dan diajarkan oleh nenek moyang mereka dalam mengatur kehidupan dalam bermasyarakat dalam sistem kekerabatan adalah sesuatu yang harus dipertahankan dan dijalankan oleh keturunannya. Karena sistem hidup dalam kekerabatan itu adalah sesuatu yang harus dilakukan karena diangap sebagai aturan yang baik. Pelestarian dan praktik aturan adat tersebut sampai sekarang masih tetap kokoh dipertahankan. Meskipun ada pengaruh yang sangat besar dari luar, namun tradisi dan adat tersebut masih aktif dijalankan. Salah satu pengaruh yang cukup besar yang seharusnya bisa mengubah tradisi dan adat tersebut adalah dengan masuknya agama-agama besar ke Sumatera Utara seperti Islam dan Kristen pada abad 19. Sebelum masuk agama Islam di Sumatera Barat, seluruh wilayah di Asia Tenggara lain sudah dimasuki agama Buddha dan Hindu, termasuk wilayah Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Masuknya agama Islam di Sumatera Utara dan Timur, juga awalnya dibawa oleh pedagang-pedagang dari Gujarat
69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dan Cina.47 Setelah kembalinya beberapa tokoh Islam dari Mazhab Hambali yang ingin menerapkan alirannya di Sumatera Barat, timbul pertentangan antara kaum adat dan kaum ulama, yang meluas kepada konflik bersenjata. Karena masyarakat adat tidak kuat melawan kaum ulama (Paderi), maka masyarakat adat meminta bantuan Belanda sebagai pembelanya. Namun dibalik pemberian bantuan tersebut Belanda mendapat keuntungan besar karena dapat melapangkan jalan bagi koloninya untuk mempeluas kekuasaanya. Maka pada tahun 1816 sampai 1833 pecahlah Perang Paderi. Selama berlangsungnya Perang Paderi, pasukan kaum Paderi bukan hanya berperang melawan kaum adat dan Belanda, melainkan juga menyerang Tanah Batak Selatan, Mandailing, tahun 1816-1820 dan kemudian mengislamkan Tanah Batak Selatan dengan kekerasan senjata, bahkan di beberapa tempat dengan tindakan yang sangat kejam. 48
Adat sangat kokoh dipegang. Adat sering diterjemahkan sebagai ‘custom’ dalam bahasa Inggris yang dihubungkan dengan pengertian sebagai ‘hukum adat’. Bagi Bruner adat yang dipraktikkan orang Batak adalah: “But the Batak adat is not equivalent to either law, custom, or culture. It is a term used by the people to refer to ceremonial procedures, customary civil law, the kinship and value systems, and the norms of behavior toward relatives”.49
47
Hutagalung, Batara R. 1964. (Artikel) dari Buku Tuanku Rao, Teror Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak: Jakarta, Penerbit Tanjung Pengharapan. http://my.opera.com/Tobing79/blog/2010/02/19/ sejarahislam-di-tanah-batak. 48
Ibid.
49
Bruner, Edward M. Urbanization and Ethnic Identity in North Sumatra. Author(s): Reviewed work(s): Source: American Anthropologist, New Series, Vol. 63, No. 3 (Jun., 1961), p. 508-521 Published by: Blackwell Publishing on behalf of the American Anthropological Association Stable URL: http://www.jstor.org/stable/667725.
70
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Adat menjadi sistem pengelolaan kehidupan sosial dan seremoni. Adat
bagi
masyarakat tradisional Batak diturunkan oleh Ompu Mulajadi Nabolon,50 karena itu patut dijalankan, tidak menjalankan berarti akan mendapatkan hukuman dari roh nenek moyang. Keturunanya akan menderita, sakit, ketidaksuburan dan kerugian ekonomi. Meskipun sekarang tidak semua mempercayainya tapi pada umumnya masih diterima sebagai konsekwensi dari ketidaktaatan pada adat. Kalau pun tidak terjadi hukuman secara spiritual namun akan terjadi penghukuman dari masyarakat yang tidak mengikuti aturan
adat
dikatakan naso maradat (tidak punya adat) dan akan
‘diasingkan’ secara sosial. Keluaraga atau seseorang yang tidak mengikuti seremoni dalam pesta adat akan dengan sendirinya tersingkir, karena kalau ada peristiwa terjadi pada keluarga ini maka keluarga-keluarga yang lain akan enggan menghadirinya.
7. Dalihan Natolu Dalam kehidupan tradisional masyarakat Batak, ada satu warisan budaya
yang
fungsional digunakan setiap hari dalam hubunganya dengan memasak, yaitu tungku. Untuk membuat keseimbangan alat masak yang ditaruh di atasnya, seperti periuk, dengan menggunakan bahan bakar kayu maka dibutuhkan penyangga minimal tiga (tolu) tungku, dalam bahasa batak disebut dalihan.
50
Sebutan kepada yang Ilahi dalam agama suku Batak Toba.
71
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar Dalihan Natolu51
Gambar tiga tungku batu di atas adalah sebagai contoh nyata yang biasa dipergunakan oleh orang Batak di dapur untuk menempatkan alat memasak di atasnya. Dalihan biasanya dibuat dari batu yang agak empuk supaya mudah dibentuk, dan tahan api. Perapian yang ada di dapur dalam rumah, sebagai tempat memasak biasanya langsung di atas tanah, agak lebar untuk menjamin agar api tidak menjalar kemana-mana, karena perapian menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Meletakkan tungku di atas tanah, atau abu kayu yang sudah menumpuk, tentu harus tepat supaya alat memasak tidak miring. Kalau tiga tungku itu belum stabil maka diperlukan batu yang lebih kecil lagi sebagai ganjal (sihal-sihal), supaya tiga tungku itu kokoh berdiri untuk menyangga beban alat memasak yang akan diletakkan di atasnya. Dapur bagi sebagaian orang Batak yang tinggal di sekitar pegunungan yang agak dingin, digunakan tidak hanya untuk kepentingan memasak, tetapi sekaligus sebagai tempat perapian, untuk menghangatkan badan karena udara cukup dingin. Sambil memasak, anggota keluarga biasanya mendekat ke perapian tempat tungku diletakkan, sambil berbincang-bincang sekedar melakukan 51
http://www.google.com/imgres?imgurl=http://batakculture.files.wordpress.com/2012/01/dalihannatolu1.jpg.
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
komunikasi keluarga. Kebiasaan ini dilakukan baik setelah pulang dari pekerjaan setelah matahari terbenam, dan di pagi hari dalam mempersiapkan sarapan pagi sebelum matahari terbit. Dengan begitu eratnya kehidupan orang Batak dengan perapian yang terbuat dari tiga tungku batu, sebagai penopang alat masak yang
diletakkan di atasnya, dan
kehidupan dapur sebagai ruang bercengkrama keluarga sambil memasak, maka lahirlah sebuah falsafah Batak yang sangat populer disebut sebagai Dalihan Natolu. Adapun dalihan natolu difungsikan sebagai falsafah menjadi sistem demokrasi dalam melakukan ritual adat dan dalam menyelesaikan suatu persoalan yang mungkin terjadi di dalam keluarga. Atau bahkan dapat disebut sebagai tatacara dalam melaksanakan musyawarah keluarga. Untuk menciptakan keseimbangan, maka diperlukan tiga unsur sebagai dalihan (tungku) musyawarah, yaitu: Hula-hula, Dongan Tubu, dan Boru. Ada hal yang menarik dalam membahas Dalihan na Tolu, dengan menggunakan pendekatan symbolic power Bourdieu. Menurut Bourdieu kekerasan simbolik dapat terjadi ketika ada dominasi dalam komunikasi yang tersembunyi. Penyampaian lemah lembut diterima tanpa sadar, tidak tampak namun ada maksud yang tidak disangka oleh si terdominasi. Pandangan Bourdieu mengenai kekerasan simbolik diterangkan lebih lanjut oleh Haryatmoko bahwa: “Dalam dominasi simbolis, terlihat cara bagaimana dominasi itu dipaksakan dan diderita sebagai kepatuhan, efek dari kekerasan simbolik, kekerasan halus, tak terasakan, tak dapat dilihat bahkan oleh korbannya sendiri”.52
52
Haryatmoko, 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar kekerasan dan Diskriminasi, Jakarta, gramedia, p.13.
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bila disimak dengan hati-hati, maka sistem demokrasi yang dipraktikkan oleh orang Batak dalam Dalihan na Tolu, sebenarnya tidak lepas dari konsep kekerasan simbolik. Karena di dalam sistem tersebut terdapat dominasi, dan terdapat subordinasi kedudukan dan peran. Kedudukan sebagai hula-hula tidak pernah berada pada kedudukan yang rendah. Dan sebaliknya peran sebagai boru tidak pernah berada pada kedudukan yang lebih tinggi dalam sistem dalihan na tolu. Namun sebagai boru tidak merasa bahwa itu adalah sebagai dominasi, pihak boru menerima hal itu sebagai kepatuhan kepada hulahula yang mempunyai kedudukan lebih tinggi, dan karena tindakan kekerasan itu sangat halus, sehingga tidak dirasakan sebagai bagian dari kekerasan simbolik. Dalam upacara ritual adat yang besar, tidak ada satupun dari tiga unsur (hulahula, dongan tubu, dan boru) ini yang boleh absen. Pesta adat perkawinan misalnya tidak akan dapat berlangsung kalau satu dari tiga unsur ini tidak hadir. Sama seperti fungsi dalihan dalam fungsi memasak, yang menopang alat memasak yang diletakkan di atasnya yang paling ideal untuk menopang adalah tiga tungku tersebut. Dalam pelaksanan adat, tiga unsur, hula-hula, dongan tubu, dan boru harus bekerjasama dalam melangsungkan acara adat. Demikian pula dalam pengambilan keputusan tiga unsur ini harus didengar pendapatnya, yang kemudian akan disimpulkan dan diputuskan oleh pihak hula-hula. Dan satu hal yang sangat unik adalah mengenai peran dalam masing-masing kedudukan juga tidak boleh sama. Hula-hula kalau dilihat dari posisinya lebih tinggi dari dongan tubu sehingga posisi tempat duduknya dalam acara adat berada di tempat yang terhormat dari bagian rumah, tidak mungkin hula-hula dalam pesta adat duduk di dekat pintu atau di dapur, karena hula-hula adalah yang dihormati dan patut dilayani. Dongan tubu dalam 74
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pesta perkawinan adalah sebagai tuan rumah, yang melaksanakan pesta adat. Dia mempunyai kedudukan sejajar dengan saudara semarganya. Tempat duduknya di rumah adalah persis berhadapan dengan hula-hula. Sedangkan Boru kedudukannya dalam pesta adat adalah paling rendah, tempat duduknya adalah di belakang pihak dongan tubu, dekat pintu atau di dapur karena Boru adalah yang akan melayani semua kebutuhan dalam pesta adat. Boru adalah pelayan yang akan menyikapkan segala keperluan dalam pesta adat, mulai dari memasak,
menghidangkan
makanan dan minuman, sampai
membersihkan peralatan masak dan peralatan makan.
7. 1. Hula-hula Adapun motto yang dihubungkan dengan hula-hula adalah: Somba marhula-hula yang artinya hormat (sembah) kepada hula-hula. Hula-hula dalam sistem kekerabatan dalam pesta perkawinan bagi orang Batak adalah pihak keluarga pemberi perempuan (kakakadik ayah perempuan dan keluarga satu marga). Hula-hula patut dihargai karena merekalah pihak yang memberikan putrinya untuk dipinang dan dijadikan istri oleh pihak laki-laki penerima perempuan. Untuk memberi hormat itulah pihak laki-laki yang meminang dan mempersunting putri dari hula-hula patut memberi hormat (somba). Dalam hukum adat, yang tidak hormat (sembah) terhadap hula-hulanya akan disebut: “Naso somba marhula-hula, siraraon ma gadong na” artinya, yang tidak menghormati hula-hulanya sama seperti makan ubi yang hampir busuk tiada rasa (hambar). Ubi yang digambarkan di sini adalah termasuk makana pokok dan sumber hidup. Jadi kalau tidak hormat kepada hula-hula hidupnya akan menghadapi kesusahan di masa yang akan 75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
datang dalam mencari nafkah dan hidupnya tidak akan sejahtera. Hula-hula juga patut dihormati karena mereka adalah sebagai sumber ‘berkat’ (pasu-pasu). Dalam acara adat pihak boru selalu meminta berkat dari hula-hulanya. Oleh karena itu, dalam ajaran adat Batak, aturan ini masih dijalankan sampai sekarang. Sehubungan dengan hukum ini, apabila pihak laki-laki (penerima perempuan) tidak menghormati hula-hulanya (pemberi perempuan), maka dia tidak akan diberkati. Apabila ingin tinggal di kampung hula-hula, maka keluarga ini akan mengalami kesulitan dan tidak akan mendapatkan dukungan dari pihak keluarga hula-hula dan seandainya ada sebidang tanah yang dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan tidak akan diberikan oleh pihak hula-hula-nya.
7. 2. Dongan Tubu Adapun motto yang dihubungkan dengan dongan tubu adalah: “Manat mardongan tubu” yang artinya berhati-hati kepada saudara sekandung. Dongan tubu adalah keluarga ayah dan satu marga dengan pihak laki-laki penerima perempuan. Dongan tubu dikonsepkan sebagai saudara sekandung, karena masih ada hubungan pertalian darah
meskipun
urutannya sudah sangat jauh, sepanjang itu masih satu marga maka akan dianggp masih satu kandung dari keturunan dari satu marga. Sehingga dimanapun orang Batak berada dan bertemu, kalau berkenalan dengan sama marganya maka dengan otomatis mereka menganggap sebagai saudara, meskipun tidak pernah kenal, bahkan orangtuanyapun tidak saling mengenal, tetapi tetap harus mengaku seperti saudara sekandung dan yang tidak mengikuti aturan ini akan dikatakan: “Angka naso manat mardongan tubu, na
76
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tajom ma adopanna’. Artinya, keluarga yang tidak berhati-hati terhadap saudara semarga akan menghadapi permasalahan dan pertengkaran di kemudian hari.
7. 3. Boru Adapun motto yang dihubungkan dengan boru adalah: “Elek marboru” yang artinya tenggang rasa kepada boru karena akan mengakibatkan hal yang tidak mengenakkan semua pihak dalam pesta adat. Jangan sampai boru tersinggung, harus ‘panjang usus’ menghadapinya. Boru adalah keluarga saudara perempuan dari ayah. Dalam hubungan kekerabatan dan melaksanakan adat, boru mendapat peran yang sangat penting, karena merekalah yang akan banyak bekerja untuk melayani (marhobas) untuk kelancaran semua pesta adat. Boru harus disanjung, disayang, dan tidak boleh dimarahi karena tugas mereka dalam pesta adat sangat strategis dan bekerja keras. Yang tidak melaksanakan aturan tersebut akan dikatakan: jala molo so elek marboru, andurabionma tarusanna. Artinya yang tidak elek (sabar, tenggang rasa, mengerti) terhadap borunya akan digambarkan sama seperti minum air susu ibu yang tidak sehat. Falsafah yang termuat dalam dalihan natolu, memberi sistem atau aturan musyawarah yang cukup adil, karena meskipun seolah-olah ada perbedaan dan kedudukan yang terhormat dan kurang terhormat, namun pada akhirnya tidak ada kedudukan seseorang yang tidak pernah berubah. Dominasi hula-hula dalam sistem dalihan na tolu, harus dimaknai dengan konsep yang sangat hati-hati, karena dalam hal posisi sebagai hula-hula, atau posisi sebagai boru, dan dongan tubu, bukanlah predikat yang tidak bisa berubah. Semua posisi (hula-hula, dongan tubu, dan boru) bersifat 77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kondisional, yang artinya hanya berlaku pada kondisi tertentu saja. Mungkin di posisi tertentu dalam keluarga tertentu kedudukan seseorang adalah sebagai boru, tetapi kedudukan pada pesta adat yang berbeda dapat saja boru berkedudukan sebagai hula-hula pada marga yang lain. Dalam sistem dalihan natolu juga tidak memandang seseorang pada kedudukan yang tinggi di masyarakat, misalnya karena pangkat, jabatan dalam pemerintahan, kekayaan, sebagai kedudukan terhormat.
Di dalam pelaksanaan adat
dengan sistem dalihan natolu, semua kedudukan bisa saling dipertukarkan. Misalkan, seorang Gubernur yang posisinya sebagai boru dalam acara pesta adat pernikahan, harus dengan sukarela melayani seorang Camat yang berposisi sebagai hula-hula dalam adat. Seorang camat yang posisinya sebagai hula-hula dalam acara adat tertentu dapat saja menjadi boru pada acara adat yang lain. Dengan demikain, di dalam adat Batak Toba seorang pasti akan pernah berada pada posisi baik sebagai hula-hula, dongan tubu atau boru. Jadi inilah yang disebut sebagai sistem demokrasi dalam masyarakat Batak yang terkristal dalam sebutan dalihan natolu. Dalam kenyataannya dalam sistem adat Batak selalu menghormati semua kedudukan dengan sebutan awal sebagai raja, baik untuk hulahula sebagai Raja ni Hula-hula, dongan tubu sebagai Raja ni Dongan Tubu, dan boru sebagai Raja ni Boru. Dan pada waktu acara adat berlangsung dan ketika parhata (juru bicara) memanggil salah satu dari tiga unsur tersebut maka akan selalu dimulai dengan panggilan, Raja ni Hula-hula, Raja ni Dongan Tubu, dan Raja ni Boru.
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8. Ideologi 3 H Sebagai Modal Perjuangan Ideologi yang berisi ajaran-ajaran dan sebagai cita-cita yang harus dipertarungkan menjadi sangat relevan dalam membahas tentang ideologi 3H orang Batak. Habitus orang Batak telah terjadi melalui suatu proses kultural yang hidup dan diajarkan oleh nenek moyang mereka. Sehingga ideologi tersebut menjadi ajaran dan cita-cita yang harus diperjuangkan melalui usaha di arena pertarungan. Adapun pertarungan untuk mencapai tujuan akhir dari idologi 3H tersebut membutuhkan suatu modal perjuangan yang pada prinsip dasarnya dapat digali dan diperoleh dari semangat dan dorongan yang ada pada ideologi 3H itu sendiri. Hamoraon, Hagabean, Hasangapon, tiga kata di depan adalah sebagai sebuah rumusan nilai dan cita-cita yang memberi makna yang sangat berarti bagi kehidupan orang Batak Toba. Mungkin tidak secara langsung disadari atau dipraktikkan tapi dalam kenyataan bahwa tiga kata tersebut jarang sekali terlupakan dalam setiap pelaksanaan ritual adat, misalnya dalam
pesta
adat
perkawinan.
Sudah menjadi
kebiasaan dalam setiap pesta perkawinan, pihak keluarga dari mempelai laki-laki dan perempuan selalu memberikan nasihat kepada kedua mempelai, dan hal yang selalu diulang adalah tentang makna dari tiga hal tersebut. Sehingga disadari atau tidak penyampaian ideologi 3H tersebut dalam setiap kesempatan akan menjadikannya sebagai cita-cita dalam hidup yang harus diperjuangkan. Selanjutnya membuat setiap orang Batak yang menghargai budayanya dan upacara adatnya akan berupaya menjalaninya. Hamoraon (kekayaan) bagi orang Batak adalah sesuatu yang penting untuk dicapai. Meskipun kekayaan yang dimaksud tetap mempunyai makna 79
yang sangat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
relatif. Kekayaan tidak selalu berarti dengan harta yang melimpah ruah, tapi dapat dalam batas wajar kekayaan, yang dimiliki seseorang melebihi rata-rata yang diperoleh orang pada umumnya. Kekayaan di sini dapat pula diartikan sebagai kelebihan yang dimiliki
seseorang
yang di luar kebutuhan
dimaksud adalah kemampuan seseorang
pokok. Secara
psikologis kekayaan
untuk dapat memperoleh sesuatu benda
yang secara umum sulit untuk dimiliki oleh orang miskin. Namun, kekayaanpun akhirnya
tidak
ada
batasnya,
tergantung
bagaimana
seseorang
meraih
dan
memperjuangkannya. Dengan demikian kata hamoraon, kemudian tidak serta merta bermakna materi yang tidak terhingga, tenyata bagi orang Batak, memiliki anak sudah dikategorikan sebagai memiliki kekayaan. Seperti lagu Nahum Situmorang, ‘Anakkonhi do hamoraon di au’ yang artinya anakku adalah kekayaan bagiku. Sebagai salah satu cita-cita yang membahagiakan apabila orang Batak dapat memilikinya.
Adapun harapan dan pencapaian untuk kekayaan ini telah menjadi bahan pembelajaran kepada keturuannya orang Batak, sehingga dimanapun dan kapan saja, bila pesta adat berlangsung maka perumpamaan atau kiasan-kiasan khas Batak tidak pernah ketinggalan diucapkan. Khususnya mengenai kekayaan (hamoraon) ada beberapa pepatah Batak yang merumuskan betapa pentingnya mencapai kekayaan itu:53
a. Tangkas ma jabu suhat tangkasan ma jabu bona. Tangkas ma hita maduma tangkasan ma hita mamora. Artinya bahwa orang Batak dalam pencapaian
53
http://habinsaran.wordpress.com/2007/07/31/hamoraon-hasangapon-hagabeon/.
80
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kemakmuran adalah sebagai hal yang jelas ingin dicapai, namun lebih jelas lagi dari itu adalah mengenai kekayaan yang jelas-jelas harus dicapai. b. Tonggi ma sibahut tabo ma pora-pora. Gabe ma hita huhut jala sude hita mamora. Artinya, yang akan dicapai selain medapatkan keturunan laki-laki dan perempuan, juga yang diharapkan dicapai adalah supaya kita semua menjadi kaya. c. Simbora gukguk, sai mamora ma hita luhut! Artinya, semoga kita semua menjadi kaya. d. Tinaba hau sampinur di tombak simarhora-hora, sai lam matorop ma hamu maribur lam marsangap jala mamora. Artinya selain punya keturunan yang banyak, semoga semakin dihormati dan juga kaya. e. Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora, tamba ni nagabe, sai tibu ma hamu mamora. Artinya, yang sudah dimiliki semoga semakin bertambah dan cepat menjadi kaya.
Hagabeon (memiliki keturunan), orang Batak dalam sistem kekerabatan dikenal dengan sistem patriarkhal, mengikuti garis keturuan laki-laki. Memiliki anak laki-laki dan perempuan adalah salah satu ujud kebahagiaan dan kekayaan yang diharapkan dalam setiap keluarga orang Batak. Kealpaan satu sisi, tidak punya anak laki-laki berarti masih dianggap tidak lengkap (tidak gabe). Memiliki anak laki-laki dan tidak memiliki anak perempuan dianggap masih dalam kategori gabe, karena masih dapat meneruskan garis keturunan (marga). Tetapi tidak memiliki anak laki-laki dikategorikan tidak gabe, karena garis keturunan akan menjadi terputus. Oleh karena itu, bagi orang Batak Toba pada zaman sebelum masuk agama Islam dan Kristen keluarga yang tidak mendapat anak 81
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
laki-laki akan dianjurkan untuk mencari istri baru dengan maksud supaya keluarga tersebut dikaruniai anak laki-laki sebagai penerus keturunan.
Silsilah (tarombo) adalah salah satu praktik patriarkhal dalam masyarakat Batak Toba. Keturunan dari satu marga akan dapat ditelusuri berdasarkan data yang ada pada silsilah suatu marga. Karena di dalam upacara adat Batak kedudukan seseorang sangat diperlukan. Karena seseorang tidak akan dilibatkan dalam upacara adat apabila tidak mengetahui posisi duduknya (parhundulna) apakah dia sebagai hula-hula, dongan tubu, atau boru. Seseorang yang terlibat dalam upacara adat harus mengetahui, apa peran dalam pesta, dimana tempat duduk dan apa yang harus dikerjakan. Sehingga di dalam setiap upacara adat, tidak akan ada ‘orang lain’ (tidak punya marga) yang akan berperan dalam adat. Karena ‘orang lain’ berarti orang yang tidak punya peran dalam pelaksanaan upacara adat dan tidak terlibat dalam aktivitas adat. Sehubungan hagabeon, memiliki keturunan adalah sebagai salah satu cita-cita yang perlu diraih maka leluhur Batak telah meninggalkan pesan penting untuk itu yang disampaikan dalam bentuk pantun sbb:54
a. Giring-giring ma tu gosta-gosta, tu boras ni sikkoru, sai tibu ma hamu mangiring-iring, huhut mangompa-ompa anak dohot boru. Artinya, diberkati yang baru membentuk keluarga yang baru, semoga cepat dapat momongan, lakilaki dan perempuan.
54
Ibid.
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b. Ruma ijuk tu ruma gorga, sai tubu ma anakmuna na bisuk dohot borumuna na lambok marroha.Artinya, Semoga kalian melahir anak laki-laki dan perempuan yang bijaksana dan rendah hati. c. Gadu-gadu ni Silindung, tu gadu-gadu ni Sipoholon, sai tubu ma anakmuna sampulu pitu dohot borumuna sampulu onom. Artinya, semoga kalian diberkati anak laki-laki 17 dan anak perempuan 16.
Hasangapon (kehormatan), adalah nilai dan cita-cita yang senantiasa menjadi harapan orang Batak Toba. Pangkat, kedudukan dan jabatan adalah bagian dari nilai dan cita-cita yang ingin diraih orang Batak Toba. Untuk itulah orang Batak Toba dari kondisi dan keadaan ekonomi yang mungkin pas-pasan, akan senantiasa mencoba berusaha bagaimana supaya anak-anak mereka dapat sekolah. Kalau tidak berhasil diperjuangkan melalui sekolah maka orangtua akan mendorong anak-anak mereka terutama anak laki-laki supaya pergi merantau. Sekolah dan merantau adalah arena yang sangat populer di kalangan orang Batak dalam mewujudkan cita-cita dalam kehidupan anak-anak mereka. Terlebih dalam mencapai ideologi 3H yang masih sangat teguh dipegang oleh orang Batak. Pada umumnya, anak-anak yang tidak bisa sekolah, atau pengangguran, sering-sering meresahkan orangtuanya, sehingga anak seperti itu lebih baik pergi merantau dengan tujuan dan harapan anak tersebut akan bisa bernasib lebih baik, apalagi bisa bekerja dan kemudian berhasil. Hal ini diungkapkan dalam pepatah berikut ini:55 “Tangki jala hualang, garinggang jala garege. Tubuan anak ma hamu, partahi jala ulubalang, tubuan boru par-mas jala pareme”. Artinya, semoga kalian akan melahirkan 55
Ibid.
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
anak laki-laki menjadi panutan, dan pemimpin, dan anak perempuan kaya emas dan berlimpah padi. Pepatah ini telah merumuskan semua cita-cita dalam ideologi 3H karena telah terangkum dalam pencapaian cita-cita mencakup hamoraon (emas, padi melimpah), hagabeon (lak-laki dan perempuan), dan hasangapon (panutan, pemimpin).
9. Peta Kemiskinan
Mengenai peta kemiskinan di Sumatera Utara, ternyata tidak hanya Kabupaten Tapanuli Utara saja yang tergolong miskin tapi ada beberapa kabupaten lain yang termasuk wilayah Tanah Batak
dan sekitarnya dalam kategori ini, seperti; Tapanuli Utara,
Tapanuli Tengah, Dairi, Karo, termasuk Kabupaten Nias, karena wilayah ini didominasi dengan lahan-lahan kering.
Namun lebih khusus saya akan berfokus pada salah satu Kabupaten sebagai acuan dasar untuk penelitian ini adalah, hasil penelitian yang ditulis oleh Toga P. Sihotang dari Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara 1996, dengan judul: Analisis Penyebab Kemiskinan di Tapanuli Utara. Sebagai pendukung data akan diambil penelitian yang dilakukan oleh Roy Hendra dengan judul: Determinan Kemiskinan Absolut Di Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2007. Hendra melakukan penelitian terhadap 28 Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara untuk membuktikan sampai sejauhmana kemiskinan masih terdapat di wilayah tersebut.
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sihotang dalam penelitiannya mengambil sampel penelitian di empat desa yaitu dua desa di Kecamatan Sipoholon seperti Desa Tapian Nauli dan Desa Hutaraja Hasundutan, kemudian dua desa di Kecamatan Tarutung yaitu Desa Sihujur dan Desa Sitampurung, di Kabupaten Tapanuli Utara.56 Unsur-unsur yang menjadi bahan penelitian Sihotang adalah dari aspek: Pemetaan faktor sumber daya manusia, potensi wilayah, sarana dan prasarana, sistim produksi tanaman pangan secara khusus dan sistim pertanian secara umum, penelaahan persoalan ketahanan pangan; peranan pranata sosial, dan mekanisme pemasaran.
Salah satau bagian yang disorot dalam penelitian Sihotang di Tapanuli Utara adalah mengenai besarnya jumlah anggota dalam satu keluarga yang rata-rata sebanyak 6,23 jiwa. Dampak yang diakibatkan di satu sisi adalah memperkecil pendapatan perkapita, dan sebaliknya bila jumlah ini dijadikan sebagai potensi maka dapat memberikan ketersediaan tenaga kerja yang cukup besar. Ketersediaan tenaga kerja pertahun pada keempat desa penelitian adalah sebanyak 1.768,66 - 1.989,72, namun dalam kenyataannya yang diberdayakan hanya di sekitar 43,92-52,38 porsen saja, sehingga sumbangan dari sisi potensi tenaga kerja tetap tidak bisa menunjang produktifitas yang memadai di empat desa penelitian tersebut.57 Dengan melihat luasan lahan dan jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga petani di desa penelitian, dapat disimpulkan bahwa potensi sumber daya fisik khususnya lahan dan tenaga kerja
56
Sihotang,Toga P.1996.Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten Tapanuli Utara.(Studi Kasus: Dua Desa di Kec. Sipoholon dan Dua Desa di Kec.Tarutung), Medan. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. p. 2 57 Ibid. p.2.
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
manusia
merupakan
penanggulangan
potensi
kemiskinan.
yang Namun
besar
untuk
kendala
dimanfaatkan
besar
yang
dalam
rangka
dihadapai
dalam
pelaksanaannya adalah karena keterbatasan modal, pengetahuan serta ketrampilan petani yang sangat terbatas, sehingga potensi yang tersedia tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Ditambah lagi kendala transportasi dan pemasaran hasil bumi dengan mata rantai yang cukup panjang yang dilakukan oleh pedagang pengumpul dari Desa, ke Kecamatan dan ke Kabupaten. Dengan mata rantai yang panjang tersebut akan mengakibatkan tingginya biaya transportasi yang berdampak pada rendahnya pendapatan para petani.
Adapun standar yang dijadikan sebagai batas garis kemiskinan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh BPS-1992 adalah Rp 255.500 per kapita per tahun. Sedangkan standad Bank Dunia menetapkan penghasilan Rp 730.000 per kapita per tahun. Dengan merujuk pada
dua standar penetapan garis kemiskinan, baik secara
Nasional dan Internasional, menunjukkan bahwa penduduk di ke-empat desa penelitian Sihotang di Tapanuli Utara yang hanya berpenghasilan Rp 174.314 per kapita per tahun, disimpulkan bahwa penduduk di Tapanuli Utara memang benar-benar masuk dalam kategori sangat miskin.58 Untuk mendekatkan ke batas garis kemiskinan yang distandardkan oleh BPS maka Tapanuli Utara harus melipatgandakan potensinya paling sedikit dua kali lipat ukuran BPS Nasional dan empat kali lipat standar Bank Dunia.
58
Ibid.p.2.
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Adalah suatu kenyataan bahwa Tapanuli Utara pernah mendapat predikat ‘Tapanuli Peta Kemiskinan’ (Sinar Harapan, Juni 1984). Predikat itupun diabadikan oleh Jack Marpaung dalam sebuah lagu yang sama judulnya, ‘Tapanuli Peta Kemiskinan’ (2008). Dari hasil penelitian Toga Sihotang membuktikan bahwa sampai pada saat penelitian dilakukan (1966) kemiskinan di Tapanuli Utara masih menjadi kenyataan.
Berdasarkan data BPS Survey Sosial Ekonomi Nasional 2005-2007 sebagai data acuan Hendra, dari 28 kabupaten/kota yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara hanya 6 kabupaten/kota yang jumlah penduduk miskinnya dibawah 10 persen sedangkan selebihnya jumlah penduduk miskinnya masih berada di atas 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak daerah-daerah di Propinsi Sumatera Utara yang bermasalah terhadap tingkat kesejahteraan masyarakatnya. 59 Dalam tabel 3.1. Persentase penduduk miskin (P0) kabupaten/kota Propinsi Sumatera Utara tahun 2005 – 2007 yang ditampilkan Hendra, terlihat bahwa Kabupaten Tapanuli Utara menunjukkan persentase tingkat kemiskinan 21,8% pada tahun 2005, 21,73% pada tahun 2006, dan 20,06% pada tahun 2007. Meskipun terlihat adanya kecenderungan penurunan jumlah orang miskin namun hasilnya masih sangat kecil.60
59
Hendra, Roy. 2010. Determinan Kemiskinan Absolut Di Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2007, Program Studi: Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Jakarta, Universitas Indonesia, p. 11. 60 Ibid.p.40
87
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 3.1. Persentase penduduk miskin (P0) kabupaten/kota Propinsi Sumatera Utara tahun 2005 – 2007.61 Persentase Penduduk Miskin (%) Kabupaten/Kota Kabupaten 1. Nias 2. Mandailing Natal 3. Tapanuli Selatan 4. Tapanuli Tengah 5. Tapanuli Utara 6. Toba Samosir 7. Labuhan Batu 8. Asahan 9. Simalungun 10. Dairi 11. Karo 12. Deli Serdang 13. Langkat 14. Nias Selatan 15. Humbang Hasundutan 16. Pakpak Barat 17. Samosir 18. Serdang Bedagai 19. Batu Bara 20. Padang Lawas Utara 21. Padang Lawas Kota 22. Sibolga 23. Tanjung Balai 24. Pematang Siantar 25. Tebing Tinggi 26. Medan 27. Binjai 28. Padang Sidempuan Sumatera Utara
2005
2006
2007
30,8 21,5 20,41 30,16 21,8 18,99 12,98 13,29 17,09 19,54 17,68 6,3 20,98 38,84 20,42 25,18 23,13 10,53 x x x
36,19 20,40 24,17 31,26 21,73 17,85 14,20 13,38 19,39 22,16 20,96 6,29 19,65 37,66 22,14 23,67 30,59 12,34 x x x
31,75 18,74 20,33 27,47 20,06 15,28 12,33 13,17 14,84 15,82 14,47 5,67 18,23 33,84 18,84 22,42 22,76 11,84 17,89 x x
11 13,92 10,96 10,85 7,06 6,93 11,35 14,68
10,09 12,51 12,07 10,42 7,77 6,38 12,22 15,66
9,73 11,52 9,46 9,67 7,17 5,72 10,92 13,90
Sumber: BPS Survey Sosial Ekonomi Nasional 2005-2007.
61
Ibid.
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dalam keterangan yang dikemukana Roy Hendra yang dimaksud dengan kemiskinan absolut adalah seberapa jauh perbedaan antara tingkat pendapatan seseorang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar (pangan, papan, sandang). Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak miskin. Sedangkan pada tahun 1976 International Labor Organization (ILO) menggunakan ukuran kebutuhan pokok, pangan, papan, sandang dan fasilitas umum seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih dan transportasi sebagai dasar taraf hidup masyarakat miskin. Dengan belum terpenuhinya kebutuhan yang paling dasar, maka Kabupaten Tapanuli Utara masih masuk dalam kategori miskin absolut.62 Seperti kesimpulan Toga Sihotang dalam penelitiannya, Tapanuli Utara yang hanya berpenghasilan Rp 174.314 per kapita per tahun, yang seharusnya oleh BPS-1992 ditetapkan Rp 255.500 per kapita per tahun sehingga disimpulkan bahwa penduduk di Tapanuli Utara masuk dalam kategori sangat miskin.
62
Ibid p. 20.
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Bab III LAGU BATAK TOBA POPULER
Pada Bab III akan dibahas mengenai musik Batak Toba populer, yang menyangkut unsur musik tradisional dan perkembangan ke musik populer. Pembahasan akan dibagi dalam beberapa topik sesuai dengan perkembangan lagu Batak secara periodik, yang disesuaikan dengan era kepopulerannya. 1. Lagu Batak Toba Populer Era-sebelum 70-an: Akan dibahas mengenai bagaimana pengaruh musik dalam pembentukan musik pada era berikutnya. Dari beberapa musisi yang berpengaruh pada era ini, akan diambil dua musisi Batak yang mempunyai peran penting dalam perubahan musik populer Batak yaitu: Nahum Situmorang dan Tilhang Gultom. Kedua musisi ini telah memberi landasan dan memberi corak musik Batak populer yang menjadi acuan untuk perkembangan musik di era-setelah 70-an. 2. Lagu Batak Toba Populer Era-setelah 70-an: Era-setelah 70-an adalah menjadi era kedua yang sangat penting dalam perkembangan musik Batak Toba. Karena pada era ini, semakin banyak orang Batak menjadi seniman musik, baik sebagai pencipta lagu maupun sebagai penyanyi. Perubahan pada musik terjadi pada instrumen yang tidak lagi hanya menggunakan alat musik tradisional seperti, taganing, hasapi dan suling, tetapi sudah semakin luas penggunaan alat musik elektronik seperti gitar listrik, drum set, dan keyboard. Era-setelah 70-an ini juga banyak terlahir teks-teks lagu yang menyuarakan keprihatinan mengenai kemiskinan, putus sekolah dan merantau.3. Isi Syair Lagu Mengisahkan Pengalaman Hidup: Seperti pada perkembangan musik-musik populer lainnya, isi teks lagu semakin bervariasi dengan munculnya kisah-kisah hidup yang menjadi isi teks lagu. Tidak hanya sekedar di seputar lagu percintaan, atau keindahan 90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI alam, tetapi munculnya teks-teks lagu yang mengungkapkan kisah perjuangan karena kemiskinan, perjuangan sekolah anak-anak, anak yang putus sekolah, dan merantau. 4. Lagu Batak Populer dan Suara Perjuangan: Peran lagu Batak menjadi penting mengingat kisah hidup dalam perjuangan orang Batak yang dilukiskan dalam teks-teks lagu. Lagu yang menyuarakan perjuangan, yang mengisahkan bagaimana mencapai kesuksesan telah ditopang oleh ideologi 3H. Melalui ideologi ini banyak orang Batak mendapat inspirasi untuk memperjuangkan anak-anak mereka baik melalui pendidikan maupun melalui usaha mendapatkan pekerjaan. Penggunakan istilah lagu dan bukan musik pada judul tesis adalah untuk mempersempit lingkup bahasan pada melodi dan syair. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diberi arti: lagu1 (melodi dan syair) 1. ragam suara yang berirama (dalam bercakap, bernyanyi, membaca). 2. Nyanyian. Sedangkan musik 2 dalam arti ke 2 adalah nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyibunyi itu. Dengan alasan ini maka pembahasan lebih diutamakan pada melodi dan isi syair lagu yang ada kaitannya dengan judul tesis: Ideologi 3H dalam Lagu Batak Populer sebagai Modal Perjuangan Orang Batak Toba.
1 2
Tim Redaksi KBBI. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Jakarta, Balai Pustaka. p. 552. Ibid. p. 676.
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. Lagu Batak Toba Populer Era-Sebelum 70-an
Berbicara mengenai lagu Batak Toba populer tidak dapat dilepaskan dari peran musik tradisional yang melatarbelakanginya yaitu: Musik Gondang.3 Musik gondang terbentuk dari beberapa alat musik yang dapat dikelompokkan ke dalam permainan musik yang disebut sebagai: Gondang Sabangunan, Gondang Hasapi, dan Gondang Bulu.4 Untuk mengetahui unsur yang terdapat dalam musik tradisional Batak maka berikut ini akan dibahas mengenai tangga nada dan struktur musik tradisional Batak. Di dalam musik tradisional Batak Toba dikenal dua tangga nada pentatonik. Tangga nada pentatonik pertama menggunakan nada 1 2 3 4 5. Sebagai contoh dapat dilihat pada melodi dan ritme pada Melodi Tradisional tangga nada 1 2 3 4 5 berikut ini.
Sedangkan tangga nada pentatonik kedua menggunakan nada 1 2 3 5 6. Sebagai contoh dapat dilihat pada melodi dan ritme Melodi Tradisional tangga nada 1 2 3 5 6 berikut ini. 3
Lihat Tesis Marsius Tinambunan. BAB III. Sub 1.1.1. Gondang. p.97.
4
Purba, Mauly: Review of Research Into The Gondang Sabangunan Musical Genre in Batak Tob Society of North Sumatera: Etnomusikologi Vol. 1 No. 1. Mei 2005: 38-64. Medan: USU.
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dan pada lagu Batak populer cukup banyak lagu yang diciptakan berdasarkan tangga nada diatonik Barat 1 2 3 4 5 6 7 (i). Sebagai contoh pada lagu Anju Au karangan S. Dis (Siddik Sitompul) berikut ini.
Ada dua kelompok alat musik yang akan dibahas yang mengunakan tangga nada pentatonik sebagai dasar pembentukan melodinya. Pertama, alat musik Gondang menggunakan tangga nada pentatonik 1 2 3 4 5, sesuai dengan sistem nada pada alat 93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI musik taganing 1 2 3 4 5. Kedua, alat musik Uning-uningan menggunakan tangga nada 1 2 3 4 5 dan 1 2 3 5 6. Sedangkan lagu yang menggunakan tangga nada diatonik sudah jelas bukan tangga nada musik Batak, tapi mengambil tangga nada musik Barat. Dengan bermodalkan 3 macam tangga nada yang sudah disebutkan, para pencipta lagu erasebelum 70-an dan era-setelah 70-an menciptakan lagu-lagu mereka. Tangga nada pentatonik musik tradisional Batak 1 2 3 4 5 sangat mirip dengan tangga nada mayor musik Barat (1 2 3 4 5 6 7 i). Perbedaannya, pada musik Batak tidak menggunakan nada 6 7 yang terdapat pada musik Barat. Dan pada tangga nada pentatonik musik Batak 1 2 3 5 6, tidak mengunakan nada 4 dan 7. Tangga nada 1 2 3 5 6 sangat banyak dipakai untuk musik vokal seperti pada lagu andung. Sebagai contoh pada lagu Andung-andung ni Anak Siampudan berikut ini.
94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Untuk mengetahui bagaimana peran alat musik dalam proses pembentukan lagu-lagu tradisional ke lagu-lagu Batak populer maka berikut ini akan dibahas dua kelompok alat musik. 1. 1. Alat Musik Tradisional 1. 1. 1. Gondang Musik tradisional sangat ditentukan oleh penggunaan alat musik yang berpola pada ritme dan nada lagu tradisional. Alat musik Gondang5 terdiri atas 4 kelompok alat musik utama. Pertama, 4 gong (ogung ihutan, ogung oloan, ogung panggora, ogung doal); Kedua, 5 taganing, 1 gordang; Ketiga, sarune dan Keempat, hesek. Ogung ihutan, olan, panggora, doal adalah kelompok gong alat musik ritmik (idiophone), yang bahannya dibuat dari besi atau perunggu, dibunyikan dengan cara dipukul secara bergantian sehingga suaranya terdengar sahut menyahut. Taganing dan gordang6 (membranophone) adalah alat musik yang jenis kendang berbentuk silinder yang dipukul dengan kayu, dengan ukuran yang berbeda-beda, dan bahan-bahannya terbuat dari kayu dan kulit. Sarune7 merupakan alat musik tiup (aerophone) dari kayu yang berlidah ganda (double reed) yang berfungsi memainkan melodi dalam musik gondang. Dan hesek8 adalah alat musik perkusi (idiophone) berperan sebagai penjaga tempo (ketukan dasar) dibuat dari bahan plat besi atau botol kaca.
5
Lihat Lampiran 8, Figur1: Empat gong: Ihutan, oloan, panggora, doal
6
Lihat Lampiran 8, Figur 2: 5 Taganing dan 1 gordang.
7
Lihat Lampiran 8, Figur 3: Sarune bolon dan sarune etek.
8
Lihat Lampiran 8, Figur 4: Hesek.
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Musik gondang tidak secara langsung membentuk musik populer karena musik gondang umumnya dimainkan dalam upacara adat yang dipergunakan untuk mengiringi tarian. Bila diperhatikan musik gondang bukanlah musik vokal tapi terutama musik instrumen. Dalam permainan musik gondang, melodi musiknya bukan dinyanyikan oleh penyanyi tetapi dimainkan oleh pemain sarune dan taganing untuk mengiringi tarian. Dan komposisi musik gondang sudah disesuaikan dengan berbagai jenis tarian (tortor)9 yang berhubungan dengan upacara adat yang akan dilangsungkan. Untuk lagu vokal peran gondang pada jenis musik rakyat (folksong) dan populer adalah sebagai pemberi dasar tangga nada, pembuat motif dasar melodi, dan pembentuk sistem
ritme pada lagu.
Pengaruhnya kepada musik populer, lebih kepada imitasi pola permainan ritme gondang, dan pola melodi yang dimainkan oleh instrumen sarune.10
1. 1. 2. Uning-uningan Adapun alat musik yang biasa mengiring musik tradisional, kemudian ke musik rakyat disebut: Gondang Hasapi. Dalam ansambel ini tidak mengikutkan gong sebagai alat musiknya. Gondang hasapi digunakan lebih banyak pada acara yang tidak berhubungan dengan upacara besar ritual adat. Musik Gondang Hasapi atau juga disebut Uninguningan adalah semacam musik ansambel yang banyak digunakan oleh anak muda untuk mengiringi lagu vokal, baik yang tradisional maupun lagu-lagu rakyat.
9
Lihat Lampiran 7, Goar-goar ni Gondang.
10
Lihat Bab III, p. 92-93.
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Ansambel Uning-uningan (gondang hasapi) terdiri atas alat musik:1. Taganing dan gordang
11
berperan sebagai pemberi aba-aba, pemberi ritme dan sebagai melodi.
Hasapi (kecapi)12 yang berperan memainkan melodi. 2. Sarune etek
13
adalah alat musik
tiup dari kayu, lebih pendek dan lebih kecil dari sarune bolon berperan memainkan melodi dengan kecapi. 3. Sulim melodi. 4. Garantung
15
14
adalah seruling bambu memainkan melodi dan variasi
adalah alat musik pukul dari bilah-bilah kayu berbentuk pipih
selain memainkan ritme juga berperan memainkan melodi. 5. Hasapi
16
dan sarune etek
adala alat musik yang memainkan melodi dalam Uning-uningan. 6. Hesek
17
dibuat dari
potongan besi atau botol kosong yang berfungsi menjaga tempo musik. Dari sifat instrumen (hasapi, sarune, sulim, garantung) yang digunakan mengindikasikan bahwa lagu yang diiringi tidak mempunyai konsep harmoni Barat karena kebanyakan alat musik berperan memainkan melodi atau variasi melodi. Dan hal ini membuktikan betapa kuatnya pengaruh instrumen gondang yang menjadi dasar pada pembentukan musik rakyat (folksong). Selain musik Uning-uningan dapat dimainkan secara instrumentalia, justru musik ansambel ini lebih banyak mengiringi musik vokal seperti pada musik Opera Batak karya Tilhang Gultom.
11 12
Lihat Lampiran 8, Figur 2: Taganing dan gordang. Lihat Lampiran 8, Figur 5: Hasapi.
13
Lihat Lampiran 8, Figur 5: Sarune etek.
14
Lihat Lampiran 8, Figur 5: Sulim.
15
Lihat Lampiran 8: Figur 6 Garantung.
16
Lihat Lampiran 8: Figur 5 Hasapi.
17
Lihat Lampiran 8: Figur 4 Hesek.
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. 2. Musik Populer Batak Toba Istilah populer adalah istilah yang masih bisa diperdebatkan. Dalam tulisan Shuker dalam bukunya: Understanding Popular Music menulis: “Historically, the term popular has meant ‘of the ordinary people’. Popular means: appealing to the people, grounded in or ‘of’ the people”.18 Secara historis populer dihubungkan dengan orang-orang biasa, dan berdasar pada orang. Dalam hubungannya dengan musik populer, istilah ini dipakai untuk membedakan musik rakyat (folk) yang yang berorientasi kepada musik akustik, sedangkan musik populer berhubungan dengan produksi rekaman dan komersialisasi. “Many commentarors argue that it is commercialization that is the key to understanding popular music: e.g. ‘When we speak of popular music we speak of music that is commercially oriented’ (Burnett 196: 35)”.19 Pembentukan musik populer di satu tempat dipengaruhi oleh masuknya musik Barat seperti musik populer rock ke dalam unsur musik rakyat. Akibatnya, membuat batas antara musik rakyat (folk) dan musik populer itu sendiri semakin tidak jelas. “Western impact on world music (Nettl 1978,1985), have greatly blurred the distinctions between folk and populer music and placed in doubt the very existence of pure musical heritages”.20
Pada musik populer dunia, tidak dapat diabaikan bahwa ada beberapa unsur penting sebagai pembentuk dalam musik populer antara lain: struktur melodi, harmoni,
18
Shuker, Roy.2001. Understanding Popular Music, London and New York, Routledge. P. 5.
19
Ibid. p. 6.
20
Regev, Motti and Serousi, Edwin. 2004. Popular Music and National Culture in Israel, California, University of California Press. p. 8.
98
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI pola ritme dan penggunaan alat musik. Regev dan Serousi, dalam studi perbandingan mengenai musik populer kontemporer menggarisbawahi. “The global flow of musical materials that is, structures of melody and harmony, patterns of rhythm, use of musical instruments”.21 Regev dan Serousi menggambarkan bahwa musik kultur berbagai negara dipengaruhi oleh jenis musik yang berbagai macam, seperti kutipan berikut ini. “National music cultures in countries like India, Japan, Congo (Zaire), Italy, China – to name but a few – may come to include, in one way or another, stylistic influences of, for example, tango, salsa, samba and flamenco, hip-hop and reggae, swing, rock’n’roll and blues, sentimental ballads and operatic drama, country music, Arab and other “oriental” flavors, Central and West African rhythms – and many more”.22
Pembentukan musik populer Batak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh musik Barat, bahkan musik Amerika Latin seperti yang dialami oleh berbagai negara dunia. Sangat jelas pada musik Batak populer bagaimana Nahum Situmorang memanfaatkan globalisasi musik populer tersebut mengemas musiknya dengan unsur-unsur yang telah disebutkan oleh Regev dan Serousi (struktur melodi, harmoni, pola ritme dan penggunaan alat musik) dalam sebuah penelitian musik populer Israel. Pengaruh musik populer Barat pada musik populer Batak juga tidak dapat dilepaskan dari musik gereja Barat yang dibawa oleh Missionaris, yang memberi kontribusi tersendiri dalam memadukan musik tradisional dengan musik Barat tersebut.23 Adapun pengaruh musik gereja dapat diketahui dari penggunan nyanyian gereja yang
21
Regev, Motti and Serousi, Edwin. 2004. Popular Music and National Culture in Israel, California, University of California Press. p. 10. 22
Ibid. p. 246.
23
Hodges, W. Robert. 2006. Referencing, Reframing, and (Re)Presenting Grief Through Pop Laments in Toba Batak (North Sumatra, Indonesia) dalam, Etnomusikologi, Vol.1 No. 3, Januari 2006. p.289.
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI bersumber dari gereja Barat seperti nyanyian-nyanyian yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Batak Toba dan menjadi Buku Nyanyian Gereja: Buku Ende HKBP.24 Dan lagu lagu gereja tersebut juga menginspirasi para musisi Batak Toba dalam membuat karya lagu-lagu sekuler yang diatonis. Dari perjumpaan musik tradisional Batak dan musik Barat kemudian menghasilkan musik hibriditas populer Batak Toba. Dan selain tangga nada, para musisi Batak juga memanfaatkan kekayaan harmoni musik Barat dan menambahkan nada 6 7 dari unsur tangga nada musik Barat ke musik Batak sehingga akhirnya lahirlah Musik Populer Batak Toba. Untuk membandingkan bagaimana tangga nada musik tradisional Batak dan tangga nada musik Barat dipakai dalam lagu populer Batak maka berikut ini akan ditampilkan dua lagu populer Batak sebagai perbandingan. Contoh tangga nada pentatonik Batak 1 2 3 4 5 dalam lagu: Sinanggar Tullo ciptaan Tilhang Gultom.
24
HKBP. 1989. Buku Ende HKBP, Pinaruar ni HKBP, Original from the University of Michigan, Digitized 14 Mar 2007.
100
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Contoh lagu populer Batak yang menggunakan tangga nada diatonik Barat
123
4 5 6 7 (i) dalam lagu: Aek Sarulla ciptaan Tilhang Gultom.
Kedua lagu tersebut (Sinanggar Tullo dan Aek Sarulla) adalah lagu populer Batak dan dua-duanya sama-sama disukai orang Batak dan masih sering dinyanyikan. Dalam harmonisasi, musik Batak sangat mudah menyesuaikan dengan akor-akor musik Barat (prinsip dasar akor musik barat: tonika, subdominan, dan dominan) karena unsur nada-nada yang dipakai pada musik Batak (1 2 3 4 5) dapat dikatakan sama dengan musik Barat. Oleh karena itu, untuk menciptakan lagu Batak model tradisional, harus berhati-hati karena hasilnya akan tidak bisa dibedakan dengan musik populer pada umumnya, dan unsur pembeda biasanya hanya dari syair karena menggunakan bahasa Batak. Sebagai contoh pada lagu Madekdek ma Gambiri, ciptaan Nahum Situmorang. 101
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lagu Madekdek ma Gambiri menggunakan tangga nada diatonik, kalau syairnya diganti maka akan sangat sulit mengatakan bahwa ini adalah lagu Batak. Sebagai contoh, Lagu Madekdek ma Gambiri telah dijadikan lagu rohani (gereja), dengan cara mengganti syairnya oleh seseorang (NN), dari bahasa Batak yang berisi lagu percintaan ke bahasa Indonesia dengan judul Melayani berisi syair lagu rohani. Dan berikut ini ditampilkan contoh lagu Madekdek ma Gambiri dengan judul baru, Melayani25. Melayani, melayani lebih sungguh. Melayani, melayani lebih sungguh. Tuhan lebih dulu, melayani kepadaku. Melayani, melayani lebih sungguh.
Lain dengan lagu Sinanggar Tullo, meskipun diganti syairnya ke dalam bahasa bukan Batak, ciri khas musik Batak masih terasa karena selain menggunakan tangga nada pentatonik, masih dapat diidentifikasi lewat permainan ritme pada lagu yang sangat
25
Lihat contoh lagu lengkap dengan notasi balok pada Lampiran 9.
102
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kental dalam permainan musik Gondang dan musik Uning-uningan. Dua contoh lagu (Aek Sarulla dan Madekdek ma Gambiri) dapat dijadikan sebagai gambaran umum bagaimana lagu populer Batak Toba dikonstruksi. Dalam lagu rakyat (folksong) ada dua ciri khas penampilan yang menonjol pada musik Batak. Pertama, menggunakan alat musik tradisional Uning-uningan yang sangat dominan seperti yang digunakan Tilhang Gultom dalam Opera Bataknya. Kedua, pada folksong Batak lainnya diberi ciri pada musik akustik dengan menggunakan alat musik yang bukan alat musik tradisional Batak, yang sangat terbatas pada gitar akustik dan ketipung. Selain itu, kekhasan model musik rakyat ini terletak pada kemampuan suara penyanyi baik secara solo atau grup vokal. Model bernyanyi dengan alat musik akustik dilakukan oleh Nahum Situmorang dan penyanyi lain, Gordon Tobing. Terlebih Gordon Tobing dengan grup Impolanya yang hanya menggunakan gitar akustik sebagai musik pengiring untuk berkeliling dunia. Kemudian pada musik Batak populer, telah digabungkan berbagai unsur, mulai dari penggunaan tangga nada tradisional, tangga nada Barat, alat musik tradisional dan alat musik modern. Dan musik populer Batak tersebut sudah diharmonisasi sesuai dengan kaidah-kaidah harmonisasi musik Barat secara penuh, dengan aransemen menggunakan akor-akor mayor, minor, diminished, augmented dll. Unsur yang penting lainnya yang yang tidak bisa dilupakan dalam konstruksi lagu populer Batak adalah besarnya peran alat musik modern seperti gitar elektronik , drum set, keyboard, piano dan alat musik lainnya seperti saxofon dalam musik tersebut. Dan musik populer model inilah yang sangat berkembang pada era-setelah 70-an. Salah seorang pencipta lagu Batak yang sangat populer era-setelah 70-an mengemas lagunya penuh dengan harmonisasi Barat 103
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI adalah Dakka Hutagalung, dengan beberapa judul lagu: Anakkon hu, Dang Turpukta Hamoraon. Didia Rongkap hi. Putus Sikola, dll. Satu hal yang menarik pada lagu populer judul Putus Sikola, Dakka Hutagalung menggunakan tangga nada diatonik mayor dan minor, sekaligus menggunakan tangga nada tradisional.
1. 3 . Musisi Batak Toba Era-sebelum 70-an.
Untuk mengkaji lagu populer Batak yang berlandaskan musik tradisional Batak dan musik populer Barat, berikut ini akan dibahas tiga nama musisi besar Batak dengan peran masing-masing yaitu: Nahum Situmorang dan Tilhang Gultom.
Nahun Situmorang
adalah pencipta lagu dan penyanyi yang berkiprah di dalam negeri yang menciptakan begitu banyak lagu-lagu yang sangat terkenal, antara lain: Nasonang do Hita Nadua, Alusi Ahu, Sitogol, Lissoi, Pulo Samosir do, dll. Tilhang Gultom adalah pencipta ratusan lagu untuk Opera Batak seperti: Harambir ni Silindung naung masak, Jamillah, Tiniptip Sanggar, Simali-mali, Si jara-jiri, Sinanggartullo dan pendiri musik Opera Batak yang berkeliling ke desa-desa dan kota-kota di Sumatera Utara. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
kedua musisi tersebut dalam
mengembangkan musik Batak, berikut ini akan dibahas secara ringkas mengenai siapa Nahum Situmorang dan Tilhang Gultom. Dan dalam uraian berikut akan dibahas telebih dahulu Tilhang Gultom dan terakhir Nahum Situmorang. Nahum Situmorang akan dibahas lebih luas berhubung dengan perannya yang sangat besar dalam pembentukan corak musik Batak populer.
104
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. 3. 1. Tilhang Gultom (1896)-1973)
Nama lengkapnya adalah Tilhang Oberlin Gultom, pencipta ratusan lagu 26 dan pendiri Opera Batak27 yang sangat terkenal di kalangan orang Batak dengan nama Opera Tilhang. Selama karirnya ia telah menciptakan lagu tidak kurang dari 360 lagu. Di antara lagu-lagunya yang sangat populer adalah: Harambir ni Silindung, Jamillah, Tiniptip Sanggar, Simali-mali, Si jara-jiri, Sinanggartullo, dll. Salah satu contoh lagu Opera Batak yang sangat populer karya Tilhang Gultom ditampilkan berikut ini adalah: Harambir ni Silindung (Kelapa dari Silindung).
26
Lihat pada Lampiran 1: Daftar 206 lagu-lagu karangan Tilhang Gultom.
27
Opera Batak adalah seni pertunjukan yang merupakan gabungan dari drama, tari, dan nyanyian yang diiringi alat musik tradisional.
105
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Sebutan Opera Batak dipopulerkan oleh Diego van Biggelar, misionaris Belanda yang datang ke Pulau Samosir pada 1930-an. Misionaris Diego amat terpesona dengan penyajian suatu pertunjukan teater rakyat yang ditampilkan Tilhang Oberlin Gultom dan kawan-kawan28. Opera Tilhang mencapai masa keemasannya tahun 1960-1973. Setelah sang pendiri meninggal pada tahun 1973, para penerusnya Abdul Wahab Kasim Samosir (Pimpinan Opera Serindo) dan Zulkaidah boru Harahap, ratu opera Tilhang ketika itu, bersama suaminya Pontas Gultom, melanjutkan usaha pertunjukan opera Batak. Pada tahun 70-an masih ada sekitar 70 anggota opera Batak ini. Opera Serindo yang juga merupakan penjelmaan Opera Tilhang menggelar pertunjukan keliling dari desa ke desa. Namun hanya mampu bertahan sampai tahun 1985. Perubahan zaman tak bisa dihindari, para pencinta opera Batak yang selama ini mengagumi pertunjukan ini, lama kelamaan tersaingi dengan banyaknya pilihan hiburan, mulai dari pertunjukan musik dan artis populer, juga terutama dengan kehadiran stasiun-stasiun televisi sampai ke pelosok desa. Akhirnya, tahun 1985 grup Opera Batak Serindo yang ketika itu masih mempunyai sebanyak 45 anggota, berhenti berkarya, terpaksa membubarkan diri karena tidak bisa mempertahankan keberadaannya 29.
28
http://www.festivaldanautoba.com/view/105/tilhang-oberlin-gultom-sang-perintis-opera-batak.html (20 Maret 2013). 29
www. komponis batak: Tilhang Gultom, Biografi Tokoh Indonesia Tilhang Oberlin. (15 Mei 2013).
106
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. 3. 2. Nahum Situmorang (1908-1969)30 Nahum Situmorang adalah salah seorang senimam musik Batak yang sangat berperan dalam meletakkan pondasi pada lagu Batak Populer. Mengingat begitu banyak31 lagu ciptaannya masih sangat populer sampai sekarang yang menginspirasi musisi di era setelahnya. Karya musik populernya dapat dibuktikan dengan lagu yang diciptakan menggunakan pola irama musik Barat dan Amerika Latin.32 Nahum Situmorang lahir di Sipirok di Tapanuli Selatan pada tanggal 14 Februari 1908, putra seorang guru, Kilian Situmorang, sebagai anak ke-5 dari 8 bersaudara. Bakat menyanyi sudah terlihat sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, dan bakat tersebut tetap melekat sampai ia menempuh pendidikan di sekolah guru Kweekschool di Lembang, Bandung. Ia menyelesaikan pendidikannya dengan baik dan lulusan tahun 1928.33 Sebagai pemuda yang berbakat dan memiliki visi yang jauh ke depan, Nahum aktif dalam barisan Perintis Kemerdekaan dan duduk sebagai anggota Kongres Pemuda pada tahun 1928. Dalam semangat angkatan 28 itu ia tidak menyianyiakan kesempatan untuk mengembangkan bakatnya. Ia mengikuti kompetisi meskipun akhirnya hasil yang dicapai belum memuaskannya, karena sayembara yang digelar dimenangkan oleh pencipta lain yaitu, WR Supratman (pencipta lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Ia tidak ingin ilmu yang didapatkannya berhenti, ia siap maju sebagai pejuang pendidikan dan 30
Situmorang, Suhunan, Ensiklopedia Tokoh Batak, http://tokohbatak. wordpress.com /2009/09/02/ nahum-situmorang/. (20 Maret 2013). 31 32
Lihat Lampiran 6, Lagu-lagu Ciptaan Nahum Situmorang dan kategori Irama. Ibid.
33
Situmorang, Suhunan, Ensiklopedia Tokoh Batak, http://tokohbatak. wordpress.com /2009/09/02/ nahum-situmorang/. ( 20 Maret 2013).
107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ingin mempraktekkan apa yang ia peroleh di bangku sekolah pendidikan guru. Setahun kemudian ia pulang ke kampung halamannnya di Siboga dan mulai bekerja sebagai guru pada sekolah swasta Bataksche Studiefonds hingga tahun 1932. Hanya beberapa tahun menjadi pengajar di kampung halamannya ia kembali melakukan terobosan baru untuk pindah ke kota lain. Tahun 1932 ia kemudian pindah ke Tarutung untuk bergabung dengan abangnya Guru Sophar Situmorang dan mendirikan HIS-Partikelir Instituut Voor Westers Lager Onderwijs yang berlangsung hingga kedatangan Jepang pada tahun 1942.34 Tahun 1950-1960 adalah merupakan puncak kejayannya, kurun waktu tersebut merupakan saat yang paling produktif dimana ia menciptakan begitu banyak lagu. Dari aktivitasnya sebagai pemusik, komposer dan penyanyi ia mendapatkan berbagai surat penghargaan dari organisasi kebudayaan, masyarakat dan dari pemerintah. Dan penghargaan yang terakhir yang ia peroleh adalah penghargaan Anugerah Seni dari pemerintah Indonesia dalam rangka Ulang Tahun Republik Indonesia pada tanggal 1708-1969. Karena kecintaannya terhadap musik dan kesibukannya dalam berkarya Nahum membiarkan hidupnya sendir tanpa pernah membentuk keluarga. Perjalanan hidup dan kegiatannya berakhir ketika Nahum Situmorang pada akhir tahun 1966 jatuh sakit dan dirawat di RSUP Medan selama hampir 3 tahun, dan pada pada tanggal 20 Oktober 1969
34
Situmorang, Suhunan, Ensiklopedia Tokoh Batak, http://tokohbatak. wordpress.com /2009/09/02/ nahum-situmorang/. (20Maret 2013).
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ia menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah menyumbangkan bakat dan karya seninya untuk orang Batak dan bangsanya Indonesia.35
1. 3. 3. 1. Lagu Nahum Situmorang
Dari seratus lebih (lihat: Lampiran 6 Lagu Nahum Situmorang) lagu yang diciptakan Nahum, hampir semuanya dapat dikategorikan ke dalam jenis musik populer. Instrumen khas pada lagu-lagunya adalah menggunakan iringan gitar akustik. Meskipun lagu-lagu tersebut diciptakan di era-sebelum 70-an namun lagu-lagu Nahum sangat dikenal dan masih dicintai masyarakat Batak sampai sekarang.
Ada sesuatu yang lain dari karya Nahum, dari sekian banyak lagu yang diciptakan sangat sukar untuk menemukan cirri khas musik Batak. Ia lebih banyak menggunakan tangga nada diatonik Barat pada lagu-lagunya dan menggunakan irama musik yang sangat kental dengan musik populer Amerika Latin. Salah satu contoh lagu Nahum ditampilkan berikut ini dengan judul lagu Pulo Samosir berikut ini.
35
Ibid.
109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pada lagu Pulo Samosir ini, Nahum menggunakan irama calypso dan tangga nada diatonik barat, 1 2 3 4 5 6 7 (i), padahal musik Batak Toba juga mempunyai tangga nada sendiri yaitu pentatonik: 1 2 3 4 5 dan 1 2 3 5 6. Satu-satunya unsur yang menjadi ciri khas dari komposisi Nahum pada lagu ini adalah syair lagunya ditulis dalam bahasa Batak Toba. Isi syair yang menceritakan tentang Pulau Samosir sebagai tempat seseorang berasal dan senantiasa dirindukan dan dibanggakan kemanapun pergi. Dari 120 lagu ciptaan Nahum Situmorang yang pernah tercatat,36 lagu-lagu tersebut dapat dimasukkan ke dalam kategori irama musik seperti berikut ini: Ala ni ho (cha-cha); Nunga Tarhirim (samba); Sitogol (calypso); Malala Rohangki (tango); 36
Lihat pada Lampiran 9: Lagu-lagu dan kategori irama lagu karangan Nahum Situmorang.
110
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Ketabo-ketabo (rumba); Lissoi (waltz); Alusi Au (bolero); Dengke Julung-julung (foxtrot); Lontung Sisia Marina (bosa nova); Mansai Hansit Jala Ngot-ngot (blues) dll.37 Dan hal ini membuktikan bahwa Nahum Situmorang telah mengadopsi irama lagu dari luar musik Batak, yang dijadikan sebagai kekayaan musiknya dalam memberi corak baru pada musik populer Batak Toba.
Nama Nahun Situmorang sangat penting dikenang sebagai musisi yang membuat musik populer Batak Toba dengan kemasan ‘rasa’ baru. Lagu dan irama dalam lagu Nahum Situmorang di atas sengaja ditampilkan untuk menunjukkan betapa lagu Batak populer Era-Sebelum 70-an, sangat dipengaruhi musik populer Barat dan Amerika Latin dengan mereduksi kekhasan musik tradisional Batak. Nahum mengemas musik ‘baru’ (musik populer Batak) tersebut dengan mengadaptasi irama-irama: cha-cha, waltz, blues, mars, samba, rumba, tango, calypso, foxtrot, bolero dll, menjadi sebuah fenomena baru dalam kancah musik Batak.
Karena lagu Batak Toba pada umumnya tidak biasa
menggunakan birama ¾ pada musiknya, yang biasa digunakan adalah berbirama duple time (perkalian dua) 2/4, 4/4, 4/8, dll. Pola birama duple time ini, sangat sesuai dengan musik gondang yang sangat ritmik, karena didominasi alat musik perkusi seperti ogung, taganing dan hesek yang cocok untuk mengiringi tarian Batak (tortor). Namun, walaupun birama ¾ asing dalam musik Batak, Nahum tetap dapat mengkonstruksinya dengan sangat bagus. Sebagai contoh lagu yang tidak biasa dalam birama lagu Batak adalah Lissoi dan Nasonang do Hita Nadua. Dua lagu tersebut menggunakan tangga nada diatonik dan
37
Ibid.
111
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI irama waltz dengan birama ¾ yang seharusnya asing bagi orang Batak, namun dalam praktiknya dapat diterima di kalangan orang Batak dengan sangat baik dan lagunya masih sangat populer sampai sekarang. Sebuah lagu yang berisi tentang ajakan minum tuak pada teman-teman yang seperasaan dan sepenanggungan untuk sama-sama melupakan kesusahan dan menikmati minuman tersebut. Dapat dikatakan sebagai lagu persahabatan antar peminum tuak. Sekaligus merayakannya sambil mengajak untuk mengangkat gelas (handit ma galas mi) dan mengajak untuk minum tuak bersama-sama sampai gelasnya kosong (ingkon rumar do i). Kata Lissoi sendiri tidak jelas artinya, namun konteks pada lagu ini sebagai ajakan untuk minum tuak bersama siapa saja yang ada di tempat minum (lapo). Sebagai contoh lagu ¾ berikut ini akan ditampilkan lagu dengan judul: Lissoi, yang diciptakan oleh Nahum Situmorang.
112
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kedua musisi Batak Toba yang telah dibahas mewakili musisi era-sebelum 70-an, yang telah memberi peran dan pengaruh besar dalam pembentukan jenis musik Batak populer era-setelah 70-an. Selanjutnya pada Era-setelah 70-an, perkembangan musik Batak populer jauh lebih pesat lagi, karena besarnya pengaruh modernisasi melalui media rekaman dan televisi yang semakin berkembang. Melalui media tersebut, semakin banyak minat para artis Batak yang memasuki studio rekaman, dan juga semakin banyak kelompok penyanyi yang muncul baik sebagai penyanyi solo, terlebih lagi sebagai penyanyi grup dalam komposisi trio.
113
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Lagu Batak Toba Populer Era-Setelah 70-an
Pada bagian ini, tidak akan dibahas lagi mengenai konstruksi lagu populer secara rinci karena proses pembentukannya hampir sama dan sudah dibahas sebelumnya pada erasebelum 70-an. Berikut ini akan dibahas mengenai isi syair dari beberapa lagu yang berhubungan dengan kepentingan tema-tema bahasan pada tesis ini. Perkembangan yang cukup signifikan musik Populer Batak Toba dari musik tradisional terjadi pada awal abad 20.38 Kelahiran musik Populer Batak tidak bisa dilepaskan dari unsur-unsur musik Barat secara teoritis (melodi, harmoni, ritme). Di samping itu praktik menyanyi musik Barat tersebut telah mempengaruhi orang Batak dalam menyanyi. Lagu-lagu gereja yang diperkenalkan oleh para missionaris sekaligus mengajarkan cara menyanyikan lagu dengan 4 suara. Selain menyanyi, alat musik tiup (brass bands) telah diperkenalkan untuk mengiringi ibadah, terutama semakin populernya penggunaan alat musik organ pompa (pump organs) di gereja-gereja. “Toba Batak popular music early in the 20th century reflects at once the influence of the Protestant Church with its hymn singing, 4-part choral anthems, brass bands and pump organs. 39 Usaha lain yang dikembangkan missionaris adalah penampilan Paduan Suara dengan empat suara menjadi terbiasa di ibadah-ibadah minggu di gereja-gereja. Sebagai contoh, sering terjadi secara spontan ketika ada satu orang memulai menyanyi suara satu 38
Hodges, William Robert Jr. 2009. Ganti Andung, Gabe Ende (Replacing Laments, Becoming Hymns): The Changing Voice of Grief in the Pre-funeral Wakes of Protestant Toba Batak (North Sumatra, Indonesia). Santa Barbara: Universiry of California. p. 64. 39
Hodges, W. Robert. Referencing, Reframing, and (Re)Presenting Grief Through Pop Laments in Toba Batak (North Sumatra, Indonesia) dalam, Etnomusikologi, Vol.1 No. 3, Januari 2006. p.289.
114
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI yang lainnya akan otomatis menyanyikan suara dua, tiga, atau empat. Kebiasaan menyanyi lebih dari satu suara, tidak hanya terjadi di gereja tapi juga terjadi di luar gereja dengan lagu-lagu non-religius. Harmonisasi dan cara menyanyi lebih dari satu suara yang diperkenalkan di gereja, telah turut mempengaruhi cara menanyikan lagu-lagu lagu Batak populer yang kemudian terkenal dengan kelompok penyanyi era-setelah 70-an dengan nama ‘Trio’. Model trio ini menjadi salah satu ciri khas yang sangat populer di kalangan kelompok penyanyi orang Batak Toba. Pada era-sebelum 70-an, Nahum Situmorang telah banyak menggunakan unsurunsur musik Barat dan Amerika Latin dalam lagu-lagunya. Kemudian pada era-setelah 70-an lagu-lagu kembali diciptakan dengan menggunakan tangga nada tradisional 1 2 3 4 5 dan 1 2 3 5 6. Era-setela 70-an, kembali menyanyikan lagu dengan cara menyanyikan lagu andung.40 Dan gaya khas lagu rakyat yang dibawakan oleh kelompok penyanyi Opera Batak dengan karya Tilhang Gultom seperti Harambir ni Silindung menjadi marak kembali. Selain itu, kombinasi penggunaan alat musik Uning-uningan dengan alat musik modern menjadi populer. Lagu-lagu yang diciptakan kembali menggunakan variasi tangga nada tradisional pentatonik 1 2 3 4 5, dan 1 2 3 5 6. Sebagai contoh potongan lagu Andung-andung ni Anak Siampudan berikut ini yang menggunakan tangga nada tradisional 1 2 3 5 6. Lagu yang mengisahkan tentang Anak Bungsu yang berada di perantauan mendapat khabar bahwa Ibunya meninggal dunia. 41
40
Di dalam andung terdapat tangisan yang sering disebut mangangguk bobar, menangis dengan keras dan terisak-isak. Dan dalam menyanyikan lagu andung, seseorang menyanyi sambil menangis terisak-isak. 41
Lihat pada Bab III: Sub 3.1.2. Lagu 1.p.125.
115
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Meskipun lagu-lagunya sudah dikemas dengan harmonisasi musik Barat, dan iringan alat musik band, namun cara menyanyikan lagunya tetap seperti orang menangis dan inilah disebut lagu andung (ratapan).42 Sesudah era-setelah 70-an, musik popoler model andung memasuki kancah lagu populer Batak Toba dengan mengadaptasi unsur ratapan dalam suasana perkabungan dalam tradisi perkabungan orang Batak, sedangkan musiknya tetap menggunakan harmonisasi musik Barat. Di dalam musik populer, lagu andung tidak lagi selalu berhubunga dengan peristiwa kematian tetapi tema-tema lagunya berkembang ke arah peristiwa kehidupan yang dialami oleh orang Batak pada umumnya, seperti lagu
42
Lihat Lampiran: pada Video Lagu Batak, Lagu Andung-andung ni Anak Siampudan yang dinyanyikan oleh The Heart: Simatupang Sister.
116
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI percintaan di kalangan muda-mudi, meskipun lagunya tetap dinyanyikan dalam gaya ratapan. Selain itu juga sangat populer tema-tema lagu kesedihan seperti kehilangan seseorang yang dicintai (orang tua yang meninggal), perpisahan dengan kekasih. Dan juga masih sangat populer mengenai hubungan keluarga, dengan tema, kemiskinan, kematian, merantau, rindu kampung halaman, berjuang untuk sekolah dan putus sekolah.
2. 1 . Kejayaan Musik Populer Batak Musik Populer Batak atau musik yang berkembang di komunitas Batak Toba juga disebut Musik Pop Daerah Batak Toba terjadi di awal tahuan 70-an. Perkembangannya seiring dengan kemajuan industri rekaman kaset di Indonesia pada era yang sama. Dan berpengaruh kepada rekaman-rekaman lagu Batak yang semakin menjamur.43 Tidak dapat dipungkiri bahwa musik populer Batak era-setelah 70-an tidak terlepas dari pengaruh musik yang sudah muncul sebelumnya seperti musik teater rakyat yang terkenal dengan nama Opera Batak. Dan musik populer daerah Batak Toba ini juga tidak bisa dilepaskan dari kelompok penyanyi dengan identitas Vocal Group. Di antaranya, kelompok penyanyi yang banyak melanglang buana ke manca negara, seperti: Impola VG, Tarombo VG. Sedangkan yang lain lebih berkonsentrasi di Sumatera Utara seperti Maduma VG, Parisma 71 VG, dll.44 Setelah masa-masa populeritas penyanyi vocal group sampai awal tahun 70-an, kemudian pada perkembangan berikutnya terjadi perubahan
43
Hutagalung, R.J.M, Trio pada Musik Populer Batak Toba:Analisis Sejarah, Fungsi, dan Struktur Musik. pp 154-184). 44 Ibid.
117
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI bentuk kelompok penyanyi baru sangat terkenal di masyarakat Batak Toba dengan menamakan diri sebagai penyanyi “Trio”.45 Pada periode awal munculnya penyanyi ‘Trio’ industri musik Pop Batak masih didominasi oleh artis penyanyi laki-laki. Tentu sangat beralasan karena laki-laki lebih mudah atau berani untuk pergi merantau untuk berjuang untuk memperoleh kemajuan ke kota besar. Sehingga penyanyi laki-laki lebih dulu mendapat pengaruh modernisasi termasuk dalam belajar musik. Identitas trio kemudian menjadi nama grup penyanyi Batak dan menjadi ciri khas kelompok penyanyi Batak. Di awal pembentukan penyanyi trio tidak dapat dilepaskan dari ide pembentukan kelompok penyanyi dengan nama ‘Trio Golden Heart’ pada awal tahun 70-an.
46
Baru setelah itu, semakin banyak penyanyi-
penyanyi Batak yang membentuk kelompoknya masing-masing dengan memberi identitas nama grup mereka dengan awalan trio. Di antara sekian banyak penyanyi trio, dapat disebut beberapa nama-nama trio sebagai berikut: Trio Amores, Melody Trio, Trio Friendship, Trio Melodi King (1978), Trio Amsisi (70-an), Trio Amsisi 2000, Trio Ambisi, Trio Maduma (70-an), Trio Relasi, Trio Horas (1985), Trio Amigos (1986), Trio The Stars (90-an), Trio Lamtama (1995)47, dan masih banyak trio-trio lainnya. Kemudian perkembangan berikutnya pada tahuan 80-an muncul kembali trio baru dengan nama Trio Lasidos yang memiliki kekhasan dengan menggunakan unsur andung (ratapan) dalam lagu dan cara menyanyikan nyanyian mereka, namun, tangga nadanya tidak lagi bertahan kepada pentatonik 1 2 3 5 6, sudah benar-benar menggunakan tangga
45
Ibid.
46
Ibid.
47
Ibid.
118
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI nada diatonik Barat. Dalam menyanyi trio, mereka tetap mengekspresian tangisan sambil menceritakan isi lagu dalam bentuk ratapan. Sejak munculnya model grup penyanyi trio dan dengan cara menyanyi ala ratapan maka dalam perkembangan musik Batak Toba selanjutnya lagu-lagu Batak sangat dipengaruhi penyanyi dan kelompok penyanyi dengan gaya trio pada era 90 sampai sekarang ini. Kepopuler penyanyi trio-trio ini sampai hari belum bisa terpatahkan, bahkan sampai pada tahun 2010-an penyanyi dengan identitas trio ini terus menunjukkan keberadaannya. Sebenarnya penyanyi trio perempuan juga mengikuti jejak penyanyi laki-laki di awal tahun 70-an, namun sangat langka, mengingat kesempatan yang mereka dapatkan tidak seluas yang diperoleh kaum lelaki. Mereka memberi ciri khas sendiri di kancah kelompok penyanyi dengan membentuk trio berdasarkan hubungan kekeluargaan atau dikenal dengan satu marga seperti Trio Sitompul Sister (70-an), Trio Nainggolan Sister (80-an). Dan pada tahuan 90-an muncul Trio The Heart (Simatupang Sister) dan Trio Simbolon Sister (2000-an).48
Setelah era 70-an, selain penyanyi yang mengidentifikasi diri sebagai penyanyi Trio, bentuk penyanyi mandiri atau penyanyi solo kemudian juga bermunculan sampai sekarang dan yang paling populer adalah: Eddy Silitonga, Victor Hutabarat, Jack Marpaung, Christine Panjaitan, Rita Butar-butar, Tetty Manurung, Herty Sitorus, Joy Tobing, Putri Silitonga, Lina Pandiangan, Margareth Siagian, Dewi Marpaung, dan Viky Sianipar.49
48
Ibid pp. 184-187.
49
http://batakmedansumut.blogspot.com/2011/04/top-koleksi-penyanyi-batak-dan-lagu_24.html. (15 Mei 2013)
119
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Isi Syair Lagu Mengisahkan Pengalaman Hidup
Untuk kepentingan pembahasan tesis: “Ideologi 3H dalam Lagu Batak Populer sebagai Modal Perjuangan Orang Batak Toba”, Penulis akan membatasi diri pada isi syair lagu, dan tidak akan membahas lebih jauh mengenai struktur melodi dan komposisinya. Sebab dalam tesis ini akan lebih banyak diteliti mengenai bagaimana teks lagu dihubungan dengan persistiwa yang dialami oleh orang Batak sendiri. Dan bagaimana pengalaman hidup tersebut termuat dalam syair lagu dan menjadi karya seni yang menyuarakan kisah orang Batak, dan lagu-lagu tersebut masih tetap diperdengarkan di komunitas orang Batak di manapun mereka berada. Adapun 13 lagu50 yang dipakai dalam wawancara disusun ke dalam tabel yang ditampilkan dalam pengelompokan berikut ini. Judul Lagu 1. Andung-andung ni Anak Siampudan 2. Andung Anak Buhabaju 3. Andung Anak Sasada
Kelompok Lagu 1. Lagu Andung
Berisi pengalaman pahit, anak bungsu, anak sulung dan anak tunggal.
Anak sebagai hagabeon
Inti Teks Lagu Anak bungsu di perantauan sedih mendengar ibundanya meninggal. Ia berusaha pulang dan bersusah payah untuk meminjam uang. Anak Sulung di perantauan sedih mendengar ibunya sakit keras dan akhirnya meninggal. Ia merasa tidak berguna sebagai anak sulung, karena belum bisa membahagiakan ibunya. Anak Tunggal di perantauan merasa tak punya harapan apa-apa lagi, karena mendengar ibunya meninggal, ia tinggal sendirian, kedua orangtuanya telah tiada. Anak bungsu, anak sulung, anak tunggal berperan penting bagi orang Batak. Kategori: lagu yang sangat sedih (nyanyian ratapan)
50
Semua lagu (13 lagu) dalam tesis ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Marsius Tinambunan, dengan bantuan, Kamus Batak Indonesia - Indonesia Batak Online (http://kamus. komunitasbatak.com/).
120
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4. Tapanuli Peta Kemiskinan 5. Gotap sian Sikkola 6. Tangis do Au
2. Lagu Tentang Kemiskinan
Masalah utama adalah kemiskinan.
7. Putus Sikkola 8. Anak Parjalang
3.Lagu Tentang Perantau Arena perjuangan di perantauan.
9. Anakkon hu 10. Anakku Naburju
4. Lagu Perjuangan Untuk Sekolah Arena perjuangan lewat sekolah.
11. Anakkonhi do Hamoraon di Au
5. Lagu Tentang Anak Sebagai Kekayaan
Memuat ideologi hamoraon.
12. Alusi au 13. Hagabeon
6. Lagu Tentang Ideologi 3 H
(Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon).
Muatan ideologi
Tapanuli tercatat sebagai wilayah miskin. Lagu ini mengajak parantau untuk pulang membangun daerah tersebut. Anak yang tidak ada biaya untuk sekolah terpaksa berhenti sekolah, meskipun ibunya sudah banting tulang berkerja sendirian karena ayahnya sudah meninggal. Anak diperantauan menangis dan mendoakan ibunya yang miskin supaya sabar karena anaknya belum bisa memberi apap-apa pada ibunya. Kategori : lagu sedih Orangtua menyuruh anaknya merantau, supaya bisa membantu oranguanya yang sudah tidak sanggup bekerja. Dari perantauan si Anak minta ibunya sabar, dan mohon doa supaya ia bisa berhasil. Kategori: lagu sedih.
Ibu berharap supaya anaknya rajin sekolah, karena hanya dengan cara itu anaknya bisa lulus. Karena orangtuanya sudah bekerja keras di ladang sampai memeras keringat. Doa ibu supaya anaknya rajin belajar di tempat yang jauh supaya jerih payah orangtuanya tidak sia-sia. Kategori: sedih dan meyakinkan. Biarpun aku tidak bisa bersenang-senang seperti orang lain, yang penting anakku tidak ketinggalan. Biarpun aku bekerja siang dan malam asal anakku sekolah setinggi-tingginya. Biarpun aku tak punya kekayan mobil dan barang mewah, karena anakku adalah kekayaan bagiku. Kategori: lagu gembira. Manusia mencari hal-hal yang penting. Hamoraon, hagabeon, hasangapon adalah penting, disamping yang lain, cinta. Hamoraon, hagabeon, hasangapon bersumber dari Tuhan, karena itu lakukanlah yang baik, selama hidup di dunia. Jangan sombong, jangan iri, dan jangan dengki. Ketika Tuhan datang kelak semuanya (hamoraon, hagabeon, hasangapon) tak akan berarti. 121
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kategori: Lagu Alusi au, gembira. Lagu Hagabeon: Tenang meyakinkan.
3. 1. Lagu Andung dan Lagu Batak Toba Populer Setelah masa awal musik populer Batak Toba yang mengalami asimilasi dari musik Barat (era-sebelum 70-an). Kemudian musik populer tersebut kembali ke akar musik tradisional gondang (era-setelah 70-an). Hal tersebut terbukti dengan semakin seringnya difungsikan alat musik tradisional Batak seperti hasapi (kecapi), taganing (kendang), sulim (seruling bambu) dalam mengiringi lagu di samping alat musik modern seperti keyboard, gitar, dan drum set, dll.
3. 1. 1. Lagu Andung51 Permulaan lagu andung dilatarbelakangi oleh peristiwa kematian yang dialami oleh keluarga Batak. Karena begitu sedihnya maka keluarga mengekspresikan seluruh kesedihan itu dengan menangis. Dalam andung keluarga meratapi kisah semasa hidup yang meninggal. Orang yang sedang meratap (mangandung) menangis dengan mencucurkan air mata, sambil mengeluarkan kata-kata untuk menyampaikan kisah dalam suasana sedih. Dalam suasana berkabung, andung dapat menjadi pusat perhatian bagi
51
Andung atau andung-andung dapat dikatakan sebagai seni suara dan sastra Batak. Andung-andung selalu berkaitan dengan dukacita, nestapa, dan kemalangan hidup. Andung juga bisa dikatakan sebagai seni tutur. Di dalam andung terdapat tangisan yang sering disebut mangangguk bobar, menangis dengan keras dan terisak-isak.
122
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI keluarga yang berduka dan para pelayat karena mereka ingin mendengar tuturan yang dikisahkan dalam andung tersebut. Andung adalah tangisan, ratapan yang dinyanyikan, dikatakan, diceriterakan, oleh pihak keluarga yang sedang mengalami kemalangan karena ada keluarga yang meninggal. Dalam andung sangat terasa ekspresi kesedihan yang mendalam, dengan suara yang meratap, (atau yang diekspresikan dalam kalimat oleh Hodges……. “rhythmic sobbing and cry breaks, high falsetto wails and noisy ingressive breathing,…..”)52 sehingga orang yang berada disekitar perkabungan justru tertarik untuk mendengar apa yang sedang diceritakan oleh yang
meratap tersebut tentang
yang meninggal itu. Orang yang mendengar yang sedang meratap juga akan larut dalam kesedihan sampai ikut menangis dan mencucurkan air mata, namun suatu hal juga yang menarik bisa terjadi ketika yang meratap mengisahkan tentang yang meninggal dengan sesuatu peristiwa yang lucu, sehingga yang mendengar justru bisa tertawa. Umumnya yang melakukan andung adalah kaum perempuan. Andung sebagi ratapan menjadi sebuah seni bertutur, dengan cara menyanyi dan menangis. Karena dalam menghadapi kematian andung dianggap menjadi sebuah seni, sehingga melestari, selalu dilakukan bila ada kematian keluarga orang Batak Toba. Namun, terasa ada yang kurang bila di antara keluarga tidak ada yang bisa mangandung (meratap) sehingga keluarga akan meminta orang yang pandai meratap untuk menggantikan andung keluarga. Di komunitas masyarakat Batak sudah dikenal adanya orang, biasanya ibu-ibu berkeahlian sebagai tukang andung.
52
Hodges, W. Robert. Referencing, Reframing, and (Re)Presenting Grief Through Pop Laments in Toba Batak (North Sumatra, Indonesia) dalam, Etnomusikologi, Vol.1 No. 3, Januari 2006: p. 287.
123
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Sehubungan dengan lagu andung, berikut ini akan dibahas 3 lagu andung yang mempunyai latarbelakang cerita pengalaman hidup tiga anak. Pemilihan 3 lagu andung didasari atas peran anak Bungsu, Sulung dan anak Tunggal yang sangat penting bagi orang Batak. Dan syair-syair lagu ini sangat sesuai dengan bahasan tentang lagu andung yang mengisahkan tentang kesedihan. 3. 1. 2. Lagu 1: Andung-andung ni Anak Siampudan Lagu Andung-andung ni Anak Siampudan, Cip. JSM. Manullang, dinyanyikan oleh: Eddy Silitonga.
53
Andung-andung ni Anak Siampudan53 Cip. JSM. Manullang Eddy Silitonga
Ratap Tangs Anak Bungsu Cip. JSM. Manullang Eddy Silitonga
Dang begeon hu be Inong, soara mi Dainong hu. Turi-turian nama di au Dainong, dipaninggalhon mi di au. Punsu ni siubeonmi Dainong, au Inong simagoi
Tiadak ‘kan kudengar lagi, suaramu Ibundaku Hanya tinggal cerita bagiku Ibu, setelah dikau meninggalkanku Aku anak bungsumu Bunda, anak yang terkutuk
Dung hubege baritami Dainong, naung jumolo ho Inong Mangangguk bobar ma au Inong, lungun nai di au on Di au siampudan mi Dainong, da siampudan lapungi
Saat kudengar kabar tentangmu Ibu, dikau telah pergi selamanya Ibu. Kumenangis sekeras-kerasnya Bundaku, betapa pilu rasanya. Aku anak bungsumu Ibu, anak bungsu yang merana
Marsalima au Dainong, da tu hombar ni jabu i Asa adong da ongkos hi Dainong, mangeahi udeanmi Inganan na so boi be haulahani Dainong, Tois nai ho Inonghu
Aku meminjam uang Ibu, kepada tetangga. Supaya ada ongkosku Ibu untuk berziarah ke makammu. Tempat yang tidak bisa diulangi Ibu Begitu teganya kau Ibu
Dung sahat au Dainong, di harbangan ni huta i Hubereng ma da ruma mi Dainong,
Ketika ku tiba Ibu, di pintu gerbang kampung. Kumelihat rumahmu Ibu,
http://ryan-banjarnahor.blogspot.com/2011/07/andung-ni-anak-siampudan.html. (14 ) Oktober 2014).
124
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI nungnga balik balatukmi Marduhut ma alaman mi Dainong, nungnga tudos tu natarulangi
sudah terbalik tangganya Halamannya pun penuh ilalang, seperti lahan tak bertuan
Ref. He i…, he i…, He i…, He i…, he i..., He i… Inong… Inong…,Inong… Inong… Inong… Husukkun ma dongan sahuta Dainong, di dia do udean mi Dipatuduhonma tu ahu Dainong, da di pudi ni jabu i. Di hambirang ni da Amangi Dainong, Di toruni harambirmi
Ref. He i…, he i…, He i…, He i… he i... He i… Ibu… Ibu…,Ibu… Ibu… Ibu….. Kutanya teman sekampung di mana pusaramu Ditunjukkan padaku Ibu, ada di belakang rumah. Di sebelah kiri pusara Ayah, Ibu Di bawah pohon kelapamu.
Ungkap potimi Dainong, inganan ni salendangmi. Hape ditongos do tu au Dainong, gabe tinggal ma orbuki Sian rapu rapu tu rere Dainong, ias ias ni jabumi
Buka petimu Bunda tempat selendangmu, Pernah dikirim padaku Ibu, kini yang tinggal hanya debu Serpihan kayu pada jatuh ke tikar Ibu, menghiasi rumahmu.
Lagu menggunakan tangga nada pentatonik 1 2 3 5 6, bertempo lambat, dan tipikal lagu andung asli Batak, Lagu Andung-andung ni Anak Siampudan adalah salah satu contoh lagu andung yang dikemas dalam lagu yang bercorak musik populer. Konstruksi lagu Andung-andung ni Anak Siampudan menjadikan lagunya sangat menyentuh dengan kisah seorang anak bungsu dari keluarga miskin, yang hidup di perantauan, dan dipadu dengan kemasan lagu bercorak ratapan menjadikan lagunya sangat ekspresif, sedih dan haru. Anak Siampudan (bungsu) dimanapun umumnya mendapat perhatian khusus. Apalagi pada masa kecil, si anak bungsu biasanya mendapat perlakua yang agak berbeda dari saudar-saudaranya. Bagi orang Batak Toba, secara tidak tertulis anak bungsu juga mendapat keistimewan dalam warisan, karena selain warisan harta yang lain, (kalau dimiliki orang tuanya) anak bungsu juga mendapat hak untuk
125
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI memiliki rumah orangtua (rumah keluarga). Karena itu, kebanyakan anak bungsu di harapkan tinggal bersama dengan orangtuanya. Lagu Andung-andung Anak Siampudan, mengisahkan tentang seorang anak bungsu yang hidup di perantauan. Pada suatu ketika, ia sangat terkejut menerima berita yang mengatakan bahwa Ibunya meninggal dunia. Berita ini menjadi pukulan berat bagi si anak bungsu tersebut karena persitiwa seperti ini adalah yang sangat menyedihkan, apalagi kematian Ibunya. Bagi orang Batak kematian adalah merupakan kehilangan, yang harus diratapi. Pengalaman itulah yang diekspresikan si anak bungsu dalam kata-kata lagu, bahwa dia tidak akan mendengar lagi suara Ibunya. Hanya cerita saja yang bisa ia dengar dari orang-orang tentang Ibunya yang meninggal (Turi-turian nama di au Dainong, dipaninggalhon mi di au). Kalau diperhatikan dalam masa duka orang Batak Toba, memang sejak seseorang meninggal sampai penguburan yang terjadi penuh dengan tangisan, bukan hanya menangis biasa tapi benar-benar menangis dengan keras dan terisak-isak (mangangguk bobar 54). Apalagi dalam lagu ini yang kehilangan adalah Anak Bungsu yang biasanya sangat dekat dengan Ibunya. Peristiwa yang lebih menyedihkan lagi karena si bungsu tidak bisa bertemu dengan Ibunya seperti pada masa hidupnya. Oleh karena itu si pembuat lagu ini mengekspresikan dalam syair lagu yang sedih dan dengan kata-kata kekecewaan yang sangat mendalam dengan mengatakan Au simago i (aku anak terkutuk). Dan juga yang ia hadapi adalah duka yang sangat mendalam dengan perasaan hati yang pilu dan merana. Kesedihan dalam ratapan semakin menjadi-jadi
54
Angguk Bobar adalah menangis dengan histeris, suara yang menggelegar dan kadang-kadang dengan hempasan tubuh sembarangan.
126
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI karena keadaan si bungsu di perantauan juga mengalami situasi ekonomi yang buruk, dengan menggambarkan bahwa ongkos untuk pulang saja untuk melihat Ibunya tidak punya. Ia harus dengan terpaksa meminjam uang dari tetangga supaya bisa mengunjungi Ibunya (Marsalima au Dainong, da tu hombar ni jabu i, asa adong da ongkos hi Dainong), yang sudah meninggal meskipun tidak bisa dilihat lagi secara langsung karena sudah dikubur. Kesedihan semakin bertumpuk, ketika ia tiba di kampung halamannya dan menyaksikan rumah yang mereka tinggali selama ini sudah rusak dan halamannya penuh dengan ilalang, tidak terawat, dan seolah tak bertuan (Hubereng ma da ruma mi Dainong, nunga balik balatukmi, marduhut ma alaman mi Dainong, nunga tudos tu natarulangi). Pada saat itulah terjadi angguk (menangis terisak-isak) yang sangat memilukan dengan meneriakkan, hei, hei, hei, aduh Ibu, aduh Ibu, aduh Ibu. Keinginan anak dari perantauan adalah bagaimana ia dapat segera melihat kuburan Ibunya. Sesampainya di kampung halamannya, ia lalu menanyakan kepada tetangga di mana Ibunya dikuburkan, lalu mereka memberitahukan bahwa kuburannya di belakang rumah, di bawah pohon kelapa di sebelah kiri kuburan ayahnya (Husukkun ma dongan sahuta Dainong, di dia do udean mi, dipatuduhon ma tu ahu Dainong, da di pudi ni jabu i. Di hambirang ni da Amang i Dainong, di toruni harambirmi). Sampai di kuburan, ia berteriak dan menangis mengatakan: “Bukka potimi da Inong” (buka petimu Ibu - peti jenazah), sambil menangis mengekspresikan betapa si anak bungsu sangat kehilangan dan merasa sangat sedih. Dan sebagai pemuas kesedihannya ia meneriakkan di hadapan kuburan Ibunya dan meminta kepada Ibunya yang sudah di dalam kuburan untuk membuka peti jenazahnya dan menjawab satu kali lagi anaknya yang sudah pulang dari perantauan. Meskipun hal ini tidak mungkin terjadi, namun itulah yang bisa dikatakan si 127
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Bungsu untuk mencurahkan segala beban yang ia alami selama ini, di mana ia terpaksa harus merantau dengan maksud untuk mengubah keadaan ekonomi, namun di perantauan impian perubahan belum dicapai, bahkan lebih menyedihkan lagi karena ia belum bekerja dan belum dapat memberikan sesuatu kepada Ibunya, justru yang ia hadapi adalah beban yang lebih berat karena kematian Ibunya.
3. 1. 3. Lagu 2: Andung Anak Buha Baju Lagu Andung Anak Buha Baju, Cip. Jack Marpaung, dinyanyikan oleh: Trio Santana.
55
Andung Anak Buha Baju55 Cip. Jack Marpaung Trio Santana
Ratapan Anak Sulung Cip. Jack Marpaung Trio Santana
Inong...................... Sambor ni nipikki Inong Dipaninggalhon mi diau (Inong) Di au Inong anak buha bajumon Surat ni damang i do ro tu au (Inong) Na paboahon naung pasang do sahit mi Marturi-turi mago au dainonghu (Inong) Anggiat sanga berengonku bohi mi
Ibu………… Nasibku yang sial, Ibu Sejak Engkau tinggalkanku, hai Ibu Aku anak sulungmu Surat Ayah yang kuterima, hai Ibu Memberitakan penyakitmu semakin, parah, Ibu. Aku berandai-andai, Ibu Kuharap masih dapat melihat wajahmu
Inong... Dung sahat au da inong ku Tu harbangan ni hutai (Inong) Mangangguk bobar ma au Inang marnida i Hubereng ma angka anggi iboto mi (Inong) Sai tumatangis mangadopi bakke mi Dongan sahuta nang dohot sisolhot i (Inong) Tarilu-ilu mangihutton bakke mi
Ibu ……. Ketika aku tiba, Ibuku Di pintu gerbang kampung (Ibu) Aku menangis sekuat-kuatnya melihatnya Aku melihat saudara-saudaramu, Ibu Menangis memandang jenazahmu Para tetangga dan semua keluarga, Ibu Menangis mengikuti jenazahmu
Inong… . Boasa so martona ho Inong Tu au anak buha bajumon (Inong) Di au on da lapa-lapa on Turi-turian nama diau da Inongku (Inong) Di au on anak si mago i Mauja namai damang parsinuan i (Inong)
Ibu……. Mengapa engkau tiada pesan Ibu Padaku anak sulungmu ini (Inang) Aku anak yang tak berguna Hanya tinggal cerita bagiku Pada anakmu yang yang hilang ini
http://meliriklagu.com/trio-santana-andung-anak-buha-baju.html. (15 Mei 2013).
128
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Parsimalolongkon rindang ni siubeon mi
‘Kan berujar Ayah, penanam benih Melihat hasil kandunganmu
Menggunakan tangga nada pentatonik 1 2 3 4 5, lagu bertempo lambat, tipikal lagu andung asli. Kisah syair lagu andung Anak Buhabaju di sini menceritakan bagaimana seorang Anak sulung (laki-laki atau perempuan) yang mengalami kesedihan yang mendalam karena ditinggal mati Ibunya. Anak sulung (khususnya laki-laki) dalam masyarakat Batak adalah sebagai penggangti orangtua apabila orangtuanya sudah tidak ada. Anak sulung akan berperan menggantikan posisi orangtuanya, yang akan bertanggungjawab terhadap adik-adiknya dalam segala hal. Anak sulung juga menjadi nama panggilan (panggoaran) yang lebih sopan untuk orangtua si anak. Karena bagi orang Batak Toba memanggil nama asli khususnya yang sudah punya anak adalah kurang sopan, sehingga untuk mengganti nama asli orangtua akan diganti dengan nama anaknya yang sulung misalanya anak sulungnya bernama, Bonar maka ayahnya akan dipanggil Ama ni Bonar (Bapak si Bonar) atau biasanya disingkat menjadi Pa Bonar. Sedangkan panggilan untuk Ibunya adalah Nai Bonar. Meratap, menangis dengan sekuat-kuatnya (mangangguk bobar) adalah ekspresi spontan dari anak sulung. Sebagai Anak sulung ia merasa dirinya tidak berguna, karena dia tidak bisa melihat lagi ibunya dalam keadaan hidup. Dia mengatakan, (Sambor ni nipikki Inong), terkutuklah aku Ibu. Dalam lagu andung ini dikisahkan si anak sulung sambil menangis menceritakan bagaimana ayahnya memberitahu kepadanya bahwa Ibunya yang sakit keras semakin parah. Dalam rencananya untuk pulang ke kampung si 129
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI anak sulung ini sangat mengharapkan kalau dia masih bisa melihat ibunya dalam keadaan hidup. Ketika dia sampai di gerbang kampung ia justru menangis sekeras-kerasnya karena melihat semua saudara Ibunya dan para tetangga sedang menangis meratapi kepergian dari Ibunya tersebut. Ratapannya berlanjut mengisahkan rasa kehilangan yang dalam, mengapa ibunya tidak memberi pesan apa-apa untuknya sebagai anak yang sulung, ia merasa menjadi anak yang tak berguna, karena hanya tinggal cerita yang ia terima seperti anak yang hilang, karena tidak punya ibu lagi.
3. 1. 4. Lagu 3: Andung Anak Sasada Lagu Andung Anak Sasada, Cip. Erick Silitonga dinyanyikan oleh Andi A. Situmorang. Lagu bertempo lambat lagu yang termasuk lagu andung asli dengan tangga nada pentatonik 1 2 3 4 5.
56
Andung Anak Sasada56 Cip. Erick Silitonga Andi A. Situmorang
Ratapan Anak Tunggal Cip. Erick Silitonga Andi A. Situmorang
Tois ni sipareonmi ma da Inong Tung so marpanarihon do ho. Manghuling ma jo ho Sakkababa da Inong Paungkap ma simalolongmi
Kejamnya pendengaranmu, Ibu Sampai Engkau tidak peduli Bicaralah dulu Dikau Satu patah kata saja Ibu Bukalah matamu
Ho, Inong – Among. Ho, Inong – Among
Engkau Ibu, Ayah, Engkau Ibu, Ayah
Peak di ruma naimbaru ma ho Maruloshon sibolang i Mangeahi damang siadopanmi Tu tano haroburani
Engkau berbaring di tempat baru (kuburan) Memakai kain ulos sibolang (ulos untuk orang mati). Ke tempat penguburan
Ho, Inong – Among, Ho, Inong – Among
Engkau Ibu, Ayah, Engkau Ibu, Ayah
Parpadan na so boi oseon do ho
Perjanjian yang tak dapat diingkari
http://www.youtube.com/watch?v=MaYoXV6vw6Y. (14 Oktober 2014).
130
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Amang raja doli, Inong soripada Bohama pangandungku di ho da, Inong
Oh Ayah, Raja Ibu yang terhormat Bagaimanan aku harus meratapimu, Ibu
Ref. Sinuan tarpunjung do au Soada tudosan Inong Parsori ni ari na so tarandungkon,Inong So marhaha-anggi pinaribot au Nunga ditinggalhon Damang i
Ref. Aku anak yang sendirian Tiada bandingnya, Ibu Kesedihan yang tak bisa diratapi, Ibu Aku tak punya kakak-adik dan sahabat Telah ditinggal Ayah
Ho, Inong – Among. Ho, Inong Among
Engkau Ibu, Ayah, Engkau Ibu Ayah
So malos dope bulung rata, da Inong Na peak di tinambormi Nunga masiait tungadol da Inong Di ugasan tininggalhonmi
Daun-daun hijau yang belum kering hai Ibu Terletak di atas timbunan tanah kuburanmu Sakit dan pedih, hai, Ibu Pada harta peninggalanmu
Ho, Inong – Among. Ho, Inong – Among.
Engkau Ibu, Ayah
Tangihon Inong siadosan mi Alusi Inong pinaribot mi Da Tulang paniroi ni anakmon
Dengarkanlah Ibu, kakak-adikmu Dengar Ibu, saudaramu Paman, pemberi nasihat kepada anakmu
Pengalaman yang diceritakan dalam lagu Andung Anak Sasada sama dengan dua lagu andung lain (Andung-andung ni Anak Siampudan, dan Andung Anak Buhabaju). Ketiga lagu tersebut menggunakan gaya lagu ratapan, yang cocok untuk mengungkapkan kesedihan. Persamaan yang lain adalah mereka berada pada kondisi kurang mampu dan tinggal di perantauan. Perbedaannya hanya pada peran sebagai anak bungsu, anak sulung dan anak tunggal. Perbedaan yang lain lagi adalah pada cara setiap anak mengekspresikan kesedihannya. Anak sasada (anak tunggal) adalah juga mendapat peran penting dalam masyarakat Batak. Dan anya memiliki anak tunggal (anak sasada) belum lengkap sebagai keluarga. Dalam ideologi dan falsafah Batak yang berkaitan dengan anak, kata gabe adalah kata yang sangat penting dan berhubungan dengan keturunan. Karena bagi orang Batak yang disebut gabe adalah apabila sudah memiliki anak laki-laki dan anak 131
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI perempuan, dan terlebih lagi anak laki-laki. Kalau dalam judul lagu ini disebut Anak Sasada, anak satu-satunya, ini juga adalah kesedihan, baik bagi anak sasada itu sendiri, maupun bagi orangtuanya. Dalam lagu juga dilukiskan bahwa betapa nestapanya anak sasada merasakan kesedihan yang mendalam karena tidak punya siapa-siapa lagi, hanya tinggal sendiri saja. Anak Sasada dalam masyarakat Batak adalah kedudukan anak yang kurang menyenangkan. Dalam syair lagu diceritakan pengalaman seorang Anak Tunggal yang sangat menyedihkan, ketika si Anak hanya dapat menyaksikan Ibunya yang sudah berada dalam kuburan. Daun-daun pun belum kering yang ada di atas kuburan Ibunya mengartikan bahwa Ibunya belum lama meninggal. Ia menangis dan meratap sambil bicara supaya Ibunya yang sudah meninggal itu berbicara dan melihat anaknya sekali lagi. Ratapan dilanjutkan dan menceritakan keberadaannya sebagai Anak Tunggal yang merasakan kesedihan yang tidak ada bandingnya. Juga semakin sedih ketika si Anak Sulung mengungkapkan sesuatu yang tidak menyenangkan karena dia tidak punya siapasiapa lagi, tidak punya kakak atau adik, ayahnya sudah meninggal terlebih dahulu.
4. Lagu Batak Populer dan Suara Perjuangan
Lagu Batak populer era-setelah 70-an, bila dibandingkan sebelumnya, lebih banyak menyuarakan perjuangan kehidupan orang Batak yang berada dalam kondisi ekonomi yang sulit. Data ini dapat dilihat dari karya dua pencipta lagu yang sangat produktif di
132
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI era-sebelum 70-an Tilhang Gultom57 dan Nahum Situmorang58 yang banyak mengenai tema-tema tentang alam, marga, lagu percintaan, danau toba. Contoh-contoh lagu yang dipilih untuk kepentingan tesis ini juga lebih banyak terambil dari era-setelah 70-an.
4. 1. Lagu tentang Kemiskinan
Kemiskinan adalah salah satu akar permasalahan yang menjadi bahasan dalam tesis ini. Berdasarkan hasil penelitian Sihotang pada tahun 1996, kemiskin adalah tema penting dalam rangka pembangunan daerah di Sumatera Utara. Salah satu tema kemisinan ini secara khusus dituliskan oleh Jack Marpaung dalam bentuk syair dalam lagu: Tapanuli Peta Kemiskinan. Sebagai tanggapan atas kata miskin tersebut maka orang Batak memunculkan kata hamajuon (kemajuan) sebagai kata yang sangat penting untuk memulai suatu perubahan. Usaha perubahan itu yang akan berdampak pada cita-cita yang dimiliki orang Batak yang akan diwujudkan melalui modal dasar ideologi 3H. Untuk melihat lebih jauh bagaimana tema kemiskinan itu dikemas dalam syairsyair lagu maka berikut ini akan dibahs 3 lagu yang berjudul: Tapanuli Peta Kemiskinan, Gotap sian Sikkola, Tangis do Au. Adapaun pemilihan 3 lagu, didasarkan atas tema yang langsung menyuarakan tentang kemiskinan. Tiga lagu ini dianggap cukup mewakili data yang digunakan, Peta Kemiskinan mengenai fakta kemiskinan di Tapanuli Utara, Gotap Sikkola mewakili sebagai dampak kemiskinan, anak tidak bisa melanjutkan sekolah, dan Tangis do Au untuk mewakili kisah anak yang miskin di perantauan. Melihat syair-syair 57 58
Lihat: Lampiran 1: Daftar Lagu Ciptaan Tilhang Gultom. Lihat: Lampiran 6: Daftar Lagu Ciptaan Nahum Situmorang dan Kategori Irama.
133
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI lagu yang memuat tentang kemiskinan itu menunjukkan bahawa betapa seriusnya persoalan itu sehingga sangat perlu mendapatkan perhatian dari semua kalangan di Tapanuli.
4. 1. 1. Lagu 4: Tapanuli Peta Kemiskinan
Lagu Tapanuli Peta Kemiskinan, Cip: Jack Marpaung, Album Spesial: LASIDOS dinyanyikan oleh: Jack Marpaung & Hilman Padang.
59
Tapanuli Peta Kemiskinan59 Cip: Jack Marpaung Album Spesial: LASIDOS Jack Marpaung & Hilman Padang
Tapanuli Peta Kemiskinan Cip: Jack Marpaung Album Spesial: LASIDOS Jack Marpaung & Hilman Padang
Ho parjalang o.. mulak…. mulak ma ho
Kau perantau pulang…. pulanglah engkau……
Borhat ho Amang, tu bariba uju i Hutaruhon do ho mardongan tangiangki Pola do tagadis hauma Pauseang i Suda do sede parsingkolahon ho
Dulu, engkau berangkat ke seberang Engkau kuhantar dengan iringan doa Kita menjual semua tanah warisan Habis semua untuk menyekolahkanmu
Alai dung dapot ho nasininta ni roham Dung mamora ho, mauli bulung i Lupa do ho Bona ni Pasogit mi Nga digoari, Peta Kemiskinan i
Setelah engkau mencapai cita-citamu Engkau jadi kaya, lagi terpandang Engkau lupa Bonapasogit (tanah asal) Sudah dinamai Peta Kemiskinan
Mulak ma ho bangsokki Bangso Batak bangsokki, bangso na jogi Mulak ma ho bangsokki Bereng ma i undung-undungta i, naung marburbur i
Pulanglah bangsaku Bangsa Batak bangsaku yang tampan Pulanglah kau bangsaku Lihatlah gubuk kita, yang sudah dimakan rayap
Marudur do sude angka dongan sahuta i Pataruhon ho, dinalao borhat i Nungnga jumpang Amang, najinalahanmi Nungnga dapot Amang, naniluluan mi
Teman sekampung kita beramai-ramai Menghantarkanmu, ketika mau berangkat Sudah kau temukan sayang, yang kau inginkan Sudah kau dapatkan yang kau cari
Di sido pusok mi, di toru ni bulu i Huta ni Ompu i, Si Raja Batak i Ou----- bereng mai, hauma i Soada be lao sigotilon i
Di situlah tempat ari-arimu, di bawah pohon bambu Itulah Kampung (asal) Si Raja Batak Oh …Lihatlah semua kebun Tiada yang dapat dipanen
http://liriklagubatak.com/tapanuli-peta-kemiskinan.html. (25 Agustus 2014).
134
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Mulak ma ho bangsokki Bangso Batak bangsokki, bangso na jogi Mulak ma ho bangsokki Bereng ma i undung-undungta i, naung marburbur
Pulanglah kau bangsaku Bangsa Batak bangsaku, bangsa yang tampan Pulanglah kau bangsaku Lihatlah gubuk kita, yang sudah dimakan rayap
Menggunakan tangga nada diatonik, lagu bertempo lambat slow rock. Jack Marpaung adalah seorang pencipta lagu dan dikenal sebagai penyanyi rock Batak. Melalui syair dan lagu Tapanuli Peta Kemiskian, seolah-olah Jack ‘memaksa’ orang Batak di perantauan yang sudah sukses supaya pulang. Teriakan khas penyanyi rock suara Jack, mengindikasikan paksaan tersebut, seakan tidak bisa menerima mengapa Tapanuli Utara menjadi salah satu wilayah di Sumatera Utara disebut sebagai daerah tertinggal, bahkan disebut miskin melalui data penelitian. Jack memulai kisahnya dalam syair lagu ketika orangtua akan memberangkatkan anaknya sekolah ke tempat yang jauh dengan mengadakan sebuah acara. Adapun tempat tujuan sekolah anak tersebut adalah ke seberang (tu bariba) menunjukkan bukan di Sumatera. Dalam sebuah gelar acara keluarga, tidak ketinggalan kehadiran tetangga terdekat untuk memberi doa restu untuk keberangkatan si anak ke seberang. Untuk memenuhi kebutuhan financial si anak tersebut, orangtua terpaksa menjual sebidang tanah warisan, yang nilainya juga tidak seberapa. Dalam bagian akhir, syair mengisahkan perjuangan di arena pendidikan telah usai dan keberhasilan kerja pun telah didapatkan. Harapan orangtua dari si anak adalah kelak dapat memperbaiki kondisi ekonomi di kampung. Namun yang terjadi adalah rasa ketidakpedulian si anak terhadap kampung halamannya. Dalam syair lagu muncullah ekspresi kemarahan ketika orangtuanya mengetahui bahwa anaknya sudah mencapai cita135
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI citanya, lulus dari sekolah dan sukses dalam pekerjaan, sudah kaya (mora) dan terpandang (sangap), namun tidak peduli dengan kampung halamannya. Pada bagian syair berikutnya ada himbawan, permohonan, kepada anaknya dengan panggilan sanjungan (bangso na jogi) sebagai bangsa yang tampan dan gagah perkasa, untuk melihat bahwa rumah mereka dulu yang ditinggalkan sudah rusak dimakan rayap. Dan kondisi ini sekaligus menggambarkan lebih luas lagi betapa sedih perasaan orang Batak di Tapanuli Utara karena mereka sedang menghadapi persoalan besar dengan ketidakberdayaan mereka untuk berjuang karena rumah mereka (Tapanuli) sedang mengalami kesakitan ekonomi. Perantau diingatkan, pulanglah, ingat bagaimana dulu semua tetangga dari kampung beramai-ramai ikut menghantarkanmu, ketika engkau berangkat untuk sekolah ke seberang. Pulanglah ke tempat asalmu, di tempat di mana ditanam ari-arimu, dibawah pohon bambu. Dari situlah kau berasal, yang dari tempat yang sama nenek moyang Raja orang Batak (Ompui Si Raja Batak) berasal. Tempat itu telah menjadi tandus, sehingga tidak ada lagi yang diharapkan, hasil bumi tidak ada yang dapat dipanen. Kata pulang menjadi kata penting, yang bisa diberi pengertian tidak sekedar pulang, tapi bagaimana perhatian, pemikiran, dukungan material, sangat diperlukan dalam memperbaiki kondisi sekarang ini.
4. 1. 2. Lagu 5: Gotap sian Sikkola
Lagu Gotap Sian Sikkola, Cip.Anton Siallagan dinyanyikan oleh Margareth Siagian.
136
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Gotap Sian Sikkola60 Cip.Anton Siallagan Margareth Siagian
Putus Sekolah Cip.Anton Siallagan Penyanyi: Margareth Siagian
Ditaon ho ale Inang didadang ari Marengge - rengge ho di kakilima i Holan pasari-sari gellengmon
Engkau menahan terik matahari Untuk berjualan di kaki lima Hanya untuk memperjuangkan anak-anakmu
Tahuak manuk manogot nai Ai nungga dungo sian podoman mi Disari ho manogot i Asa adong allangon bodanari nai
Ketika ayam berkokok di pagi hari Engkau sudah bangun dari tidur Engkau mencari di pagi hari Untuk kebutuhan makan malam
Tung so sadia pe da pangomoan mi Sabar doho di sude halojaonmi Humongkop hami angka gellengmon Hape so sae niomomi Lao paujungkon parsikolakki Boha bahenon taononnama i Pandokhon ni bagian i
Meskipun keuntunganmu tidak seberapa Engkau sabar meski lelah Berjuang untuk kami anak-anakmu Tapi keuntunganmu tidak mencukupi Untuk membiayai sekolahku Apa mau dikata itulah beban Itu sudah nasib
Gotap di tonga dalan ma hape singkolakki Sudena i alani hapogoson i… Sude nasa gogom dibahen ho do dainong Ai so adong nalaho mangurupui ho
Putus di tengah jalanlah sekolahku Semuanya itu karena kemiskinan Semua tenagamu Ibu engkau telah curahkan Karena tidak ada yang bisa membantumu
Tibu do lao damang parsinuan Tu naso haulahan i Sasada ho nama ale Inang Na marmudumudu au
Ayah pergi terlalu cepat Yang tidak bisa kembali Hanya Engkau seorang diri Ibu Yang memperhatikan aku
Lagu menggunakan tangga nada pentatonik 1 2 3 5 6, lagu termasuk kategori sedih lagu andung asli. Kemiskinan, itulah yang menjadi tema dalam tangisan di lagu ini. Seorang anak menangis (meratap) dengan sedihnya mengungkapkan bagaimana usaha seoran Ibunya untuk memperjuangkan anak-anaknya karena ayahnya sudah lebih dulu meninggalkan mereka. Meskipun si Ibu telah berusaha keras dalam perjuangan untuk anaknya ternyata pada akhirnya tetap tidak bisa mencapai cita-cita anaknya untuk sekolah. Ibuanya bekerja meskipun panas matahari menerpanya sebagai pedagang kecil 60
http://bataklagu.blogspot.com/2013/04/gotap-sian-sikkola.html. (25 Agustus 2014).
137
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI (parengge-rengge) di kaki lima. Pagi-pagi buta, ketika ayam berkokok si Ibu sudah bangun dan langsung pergi berjualan untuk mendapatkan sedikit uang memenuhi kebutuhan makan malam mereka. Meskipun yang didapatkan tidak seberapa dari hasil berjualan, si Ibu tetap sabar dalam usahanya. Karena perjuangan Ibu hanya untuk memenuhi kebutuhan semua anak-anaknya setidak-tidaknya bisa makan. Anak yang sudah sekolah terpaksa harus berhenti sekolah karena Ibunya tidak sanggup lagi untuk melanjutkan menanggung biaya sekolahnya. Tangisan si Anak ditumpahkannya sambil meratap mengatakan bahwa semua penyebabnya adalah karena kemiskinan. Meskipun Ibunya sudah berusaha sekuat tenaga, banting tulang tapi tetap tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga dari hasil yang didapatkan dari jualannya. Seharusnya Ayah adalah harapan penopang utama dalam keluarga, namun karena Ayah mereka telah pergi mendahului untuk selamanya, maka harapan itu tidak dapat terwujud. Terpaksa Ibulah dengan caranya sendiri yang harus bekerja keras untuk membesarkan, memelihara dan mendidik anak-anaknya.
4. 1. 3. Lagu 6: Tangis do Au
Lagu Tangis do Au, Cip. Iran Ambarita, dinyanyikan oleh Trio Axido.
61
Tangis do Au61 Cip. Iran Ambarita Trio Axido
Aku Menangis Cip. Iran Ambarita Trio Axido
Tangis do au ale Inang pangintubu Molo dung golap ari i Dang boi tarbahen, songon nanidokmi Lao hatop madulo ho
Aku menangis Ibu yang kusayang Ketika malam mulai tiba Aku tak bisa melakukan, sperti yang kau minta Untuk segera mengunjungimu
Alani pogos ma hape Dainang Ikkon taonon songonon
Karena kemiskinan Ibu Aku harus menanggung seperti ini
http://lagubatak.wordpress.com/syair/tangis-do-au-2/. (25 Agustus 2014).
138
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Marsiak bagi au diparjalangan on Manaon sude na hansiti
Aku merintih di perantauan ini Untuk menangung semua penderitaan
Pabulus ma roham Inang Inang pangitubu Nangpe dao au sian ho Tondimi manggonggom au
Pasrahkanlah hatimu Ibu Ibu yang melahirkanku Meskipun aku jauh darimu Rohmulah yang melindungi aku
Tangiang mi ale Inang Tondimi ale Inang Mandongani anakmon Di parjalangan on
Doamu hai Ibu Rohmu hai Ibu Melindungi Anakmu ini Di perantauan ini
Menggunakan tangga nada diatonik, lagu bertempo lambat, nuansa sedih tipikal lagu andung. Merantau, itulah tekad semula anak yang tidak bisa sekolah, karena di kampung tidak ada pekerjaan yang menjanjikan. Karena itu perjuangan utama adalah bagaimana supaya bisa merantau, meninggalkan kampung halaman, dengan harapan di tempat baru akan mendapatkan pekerjaaan dan bisa mengubah nasib. Dalam kenyataannya di perantauan harapan si anak ternyata pupus. Apa yang mau dikata ketika si anak sudah terlanjur merantau ke tempat yang jauh. Ketika berangkat dari kampung, Ibunya telah berpesan supaya segera pulang menjenguknya kalau sudah bekerja dan sudah memperoleh penghasilan. Di perantauan, kata-kata Ibunya tersebut selalu terngiang ketika malam tiba yang membuatnya tidak bisa tidur lalu menangis. Kemiskinan itulah yang menjadi persoalan utama, karena ternyata harapannya untuk bekerja mendapatkan penghasilan belum terwujud. Ingin pulang tapi ongkos pulang saja juga tidak cukup, untuk memenuhi permintaan Ibunya pulang kalau sudah ada penghasilan. Rintihan itulah yang yang dialami di perantauan karena susahnya untuk memperjuangkan hidup. Dalam keluh-kesah dalam kesedihan, si Anak masih mempunyai harapan dan sekaligus meyakinkan diri, dan meminta kepada Ibunya yang melahirkannya supaya pasrah dan 139
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI sabar. Permohonan si Anak kepada Ibunya kiranya dengan doa dan dengan penyertaan rohnya senantiasa dapat melindungi anaknya di perantauan, dengan harapan suatu waktu nanti mereka bisa bertemu.
4. 2. Lagu Perjuangan untuk Merantau
Perantauan adalah sebagai arena perjuangan yang diharapkan seseorang menjadi titik awal menuju kesuksesan. Setidak-tidaknya harapan itulah yang didambakan oleh banyak perantau dari Tapanuli untuk memulai kehidupan yang baru dan meraih cita-cita. Karena itu, Anak yang tidak bisa bertarung melalui arena pendidikan di sekolah karena ketidakmampuan dukungan finansial yang memadai, maka pilihannya adalah di arena perantauan. Dan mengapa merantau, karena dianggap tidak ada kemungkinan yang lebih baik dari merantau, karena situasi di kampung tidak memungkinkan memberikan harapan yang lebih baik untuk mencapai suatu perubahan. Berikut ini ada 2 judul lagu, Putus Sikkola dan Anak Parjalang yang akan diangkat isi syairnya sebagai bahan untuk mengetahui seberapa penting masalah ini perlu mendapat perhatian sehingg pencipta lagu pun ikut mengangkat kisah ini ke dalam karyanya. Pemilihan dua lagu adalah untuk mewakili dua kondisi yang berbeda dari dua anak yang gagal dalam pertarungan sekolah. Kisah lagu Putus Sikkola, orangtua menyuruh anaknya merantau karena tidak sanggup menekolahkannya. Dan lagu Anak Parjalang adalah kisah anak yang sudah di perantauan, namun belum berhasil.
140
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4. 2. 1. Lagu 7: Putus Sikkola
Lagu Putus Sikkola, Cip. Firman Marpaung, dinyanyikan oleh Dewi Marpaung.
Putus Sikkola62 Cip. Firman Marpaung Dewi Marpaung
Putus Sekolah Cip. Firman Marpaung Dewi Marpaung
Unang marsak ho Amang sinuan tunas Ala naung suda gogo au Putus sikkola ho hasian nalagu Laho maho Amang Marjalang tu nadao Balao maho tondikku Borhat ma damang, tu luat naleban
Jangan kau sedih Anakkku sayang Karna tenagau sudah habis Sehingga terpaksa kau putus sekolah, sayang Pergilah anakku sayang Merantau ke tempat jauh Pergilah jantung hatiku Berangkatlah sayang ke tempat lain
Ref. Tangiangki ma amang, Na mandongani ho di luat nadao Anggiat horas ho Dapot ho niluluanmu amang (2x) Molo dungkon sahat ho, amang Tu na sinittasitta ni roham Tongos surat paboa baritam Laho paposhon rohakki, amang
Ref. Dengan doaku sayang Menyertaimu di tempat yang jauh Kiranya engkau selamat Engkau dapatkan yang kau cari, sayang Bila engkau sudah tiba, sayang Ketujuan yang kau cita-citakan Kirimlah surat untuk memberi kabar Untuk membuat meyakinkan hatiku, sayang
Menggunakan tangga nada diatonik, lagu yang bertempo lambat, bernuansa sedih. Dalam lagu Putus Sikkola dikisahkan, akibat ketidakmampuan orangtua untuk menyekolahkan anaknya, maka jalan satu-satunya yang dianjurkan orangtua terhadap anaknya adalah menyuruh pergi merantau ke negri orang. Dalam syair lagu diceritakan, supaya anaknya jangan bersedih hati (unang marsak ho), karena tidak bisa sekolah. Harapan yang dimiliki orangtua satu-satunya yang masih mungkin ditempuh anaknya
62
http://ryan-banjarnahor.blogspot.com/2011/07/putus-sikkola.html.(14 Oktober 2014).
141
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI adalah dengan pergi merantau. Dikatakan dalam syair: “Laho maho Amang marjalang tu nadao”, (Pergilah sayang, merantau ke tempat yang jauh), itulah kata-kata yang masih bisa disampaikan orangtuanya kepada anaknya. Hanya doa yang dapat dipanjatkan orangtua kepada Tuhan semoga dalam perjalanan dapat selamat dan bisa sampai di tempat yang ingin dituju dan tercapai yang dicita-citakan. (Tangiangki ma Amang, na mandongani ho di luat nadao, anggiat horas ho, dapot ho niluluanmu amang). Dan juga harapan orangtua melalui doanya terhadap anaknya adalah supaya kelak di perantauan bisa berhasil. Dan untuk meyakinkan keselamatan anaknya kalau sudah sampai di tempat tujuan orangtua meminta, supaya mengirimkan surat member khabar (Tongos surat paboa baritam) sebagai bukti bahwa anaknya sudah sampai dalam keadaan selamat di tempat yang dituju.
4. 2. 2. Lagu 8: Anak Parjalang
Lagu Anak Parjalang, Cip. Annes Purba, dinyanyikan oleh Trio Ganesha.
63
Anak Parjalang63 Cip. Annes Purba Trio Ganesha
Anak Perantau Cipt. Annes Purba Trio Ganesha
Hassit do da Inang Hassit do ahu anakkonmon Parir do parngoluanki Dung borhat ahu sian najolo Tu luat parjalangan on
Begitu sakit hai Ibu Aku sakit anakmu ini Kehidupanku yang pilu Ketika aku berangkat dulu Ke tempat perantauan ini
Hu lului do Inang Hulului do nian Dalan ni ngolu ngolukki So adong dapot ahu na huparsitta Alani sikkolakku na so ada
Aku mencari, Ibu Aku mencari Jalan hidupku Tak kutemukan yang kucita-citakan Karena aku tidak sekolah
Hassit ma Inang bagiakki
Sakit Ibu, nasibku
http://bataklirik.blogspot.com/2011/10/trio-ganesha-anak-parjalang.html.(14 Oktober 2014).
142
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Tu ise nama ahu mangalu alu Aha ma Inang si bahenonku Nalao tongosonku tuho
Kepada siapakah aku mengadu Ibu, Apa yang harus kubuat Untuk mengirimkan (uang) padamu
Inang pangintubu Sabar maho Inang Tangiankon ahu Anakkonmon
Ibu yang melahirkanku Sabarlah engkau Ibu Doakanlah aku Anakmu ini
Sabar ma ho Inang Anju ma ahu Unang pola marsakho Umbege baritakki 2X
Sabarlah engkau Ibu Maafkanlah aku Janganlah sedih Mendengar kabar tentang diriku
Mengunakan tangga nada 1 2 3 5 6, lagu bertempo lambat, bernuansa lagu sedih termasuk lagu tipikal andung. Dalam syair lagu dikisahkan bahwa merantau itulah alternatif pilihan lain bagi anak yang tidak mendapat kesempatan untuk sekolah. Apakah itu karena inisiatif si anak atau justru karena didorong orangtuanya untuk meninggalkan kampung halamannya untuk pergi merantau. Keadaan keluaraga dalam cerita pada lagu ini sedang mengalami ekonomi yang sulit, dan hal ini telah dirasakan ketika anaknya diberangkatkan, keluarga sudah mengalami kepahitan hidup. Begitu sakit aku rasakan anakmu, begitu pedih kualami ketika dulu aku berangkat merantau. Tidak sekolah, yang artinya belum mempunyai ketrampilan untuk bekerja secara profesional, membuat si anak kesulitan untuk mendapatkan pekerjan. Sudah dicari pekerjaan ke sana-kemari tapi tetap belum mendapatkan pekerjaan seperti yang sudah dicita-citakan sebelum keberangkatannya merantau. Si anak menyesali diri, mulai putus asa mengatakan kepada siapa lagi aku harus mengadu, (Tu ise nama ahu mangalu alu). Mendengar hal ini pastilah sebagai orangtua menjadi hkawatir mengenai nasib anaknya yang belum bekerja. Dan sebagai anak yang masih peduli terhadap orangtuanya, ia menyadari dan merasa bersalah mengatakan apa yang bisa aku lakukan untuk mengirimkan sesuatu (uang) 143
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kepadamu Ibuku. Namun dibalik semua itu, ada kerbesaran hati si anak untuk menghibur diri dan meyakinkan Ibunya, supaya ibunya sabar, artinya setia menunggu sampai anaknya mendapat pekerjan. Si anak tetap meminta dukungan doa dari ibunya, dan sekaligus meminta maaf atas keadaan yang dihadapi. Si anak tetap berkeyakinan suatu ketika nanti dapat memenuhi harapan Ibunya, berhasil di perantauan dan dapat mengirimkan sesuatu (uang) kepada Ibunya.
4. 3. Lagu Perjuangan untuk Sekolah
Sebagai ideologi hagabeon, bagi orang Batak yang memiliki anak-anak, adalah suatu kebahagiaan. Anak disebutkan sebagai harta yang begitu berharga dalam lagu Nahum Situmorang (Anakkonhi do hamoraon di au). Karena itu anak-anak harus diperjuangkan, meskipun kemampuan orangtua sangat terbatas dari segi materi. Adapun arena perjuangannya adalah melalui pendidikan di sekolah. Harapan orangtua terhadap anakanak adalah bisa berhasil dalam studi, dan kelak bisa sukses dalam pekerjaan, meskipun jalan yang ditempuh cukup berliku dan mengalami banyak kendala. Berikut ini ada 2 lagu, Anakkon hu dan Anakku na Burju, yang akan dibahas untuk mewakili kisah dalam syair mengenai perjuangan orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Yang menjadi alasan pemilihan lagu adalah berdasarkan dua latarbelakang dalam perjuang untuk sekolah. Lagu Anakkon hu dipilih sebagai yang melatarbelakangi usaha supaya berhasil, sedangkan Anakku na Burju adalah mewakili lagu yang menceritakan keberhasilan sekolah.
144
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4. 3. 1. Lagu 9: Anakkon hu Lagu Anakkon hu, Cip. Dakka Hutagalung, dinyanyikan oleh Dewi Marpaung. Anakkon hu64 Cip. Dakka Hutagalung Dewi Marpaung
Anaku Ciptaan: Dakka Hutagalung Dewi Marpaung
Anakkon hu hasian burju burju ma ho sikkola Sotung marisuang gogokki Bereng ma i Amang mi naung bukkuk nangso matua Holan pasarisari ho Amang Ref. Dang namora au Amang Manang parhauma na bidang o.. Sotung las marisuang Sasudena halojaonki ho…..
Anakku sayang, rajin-rajinlah engkau sekolah Supaya jerih payahku tidak sia-sia Lihatlah Ayahmu bungkuk bukan karena tua Hanya untuk memperjuangkanmu Ref. Aku bukan orang kaya, sayang Atau pemilik tanah yang luas Jangan sampai siasia Semua jerih payahku Menahan udara pagi, terik matahari, Kami ditimpa hujan, sayang, di ladang Hanya, supaya bisa menyekolahkannmu
Martaon ombun, didadang ari Ditinggang udan do hami da Amang, di balian i Holan asa boi pasikkolahon ho Anakkon hu hasian Tangihon pangidoanki Sotung marisuang gogokki Anakkonhu ……
Anakku yang kusayang Dengarkanlah permintaanku Jangan sampai jerih payaku sia-sia Anakku……
Lagu menggunakan tangga nada diatonik, bertempo lambat, tenang berirama slow rock berciri lagu andung populer. Lagu tersebut, berisi nasihat yang dituturkan sangat baik oleh orangtua kepada anaknya. Dalam lagu Anakkon hu, dikisahkan bagaimana orangtua memberi perhatian yang sangat besar terhadap kemajuan anak-anak mereka untuk mencapai masa depan yang lebih baik melalui sekolah. Kemiskinan tetap menjadi inti dasar mengapa orangtua harus bekerja keras tanpa lelah supaya anak-anak mereka bisa sekolah. Kekuatan dan kepercayaan orangtua pada anaknya dalam lagu ini adalah dengan cara memberi nasihat yang sangat sederhana dan mendalam, supaya anak
64
http://lirikbatak.blogspot.com/2009/12/anak-hon-hu_02.html. (14 Oktober 2014).
145
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI mereka mengerti bagaimana orangtuanya sedang berjuang untuknya. Isi nasihat orangtua adalah: “Anakkon hu hasian burju-burju ma ho sikkola, sotung marisuang gogokki”. Anakku sayang, rajinlah belajar jangan sampai sia-sia tenagaku. Karena kalau rajin saja tidak bisa dilakukan oleh anaknya maka kemungkinan yang dicita-citakan di sekolah tidak pernah akan tercapai. Karena orangtuanya menceritakan keadaannya bahwa: “Dang namora au Amang manang parhauma na bidang”. Aku bukanlah orang kaya, atau juga bukan pemilik kebun yang luas. Karena itu jangan sampai kerja keras orangtua menjadi sia-sia. Orangtua yang sudah bekerja, di ladang dari pagi buta, menahan angin pagi, menahan teriknya panas matahari, dan terpaan hujan, semuanya dilakukan orangtua dengan satu tujuan supaya anak mereka bisa sekolah. (Martaon ombun, didadang ari, ditinggang udan do hami da Amang, di balian i, holan asa boi pasikkolahon ho). Satu hal yang diminta orangtuanya kepada anaknya agar mendengar permintaan mereka, sehingga kerja keras mereka tidak menjadi sia-sia.
4. 3. 2. Lagu 10: Anakku Naburju
Lagu Anakku Naburju, Cip. Soaloon Simatupang, dinyanyikan oleh Trio New Lasidos.
65
Anakku Naburju65 Cip. Soaloon Simatupang Trio New Lasidos
Anakku Yang Baik Cip. Soaloon Simatupang Trio New Lasidos
Anakku naburju anak hasianku Anakku nalagu Ingot do ho amang 66diangka podani
Anakku yang baik, anakku sayang, Anakku yang baik Kau ingan anakku nasihat
http://musiklib.org/Lagu_Batak-Anakku_Naburju-Lirik_Lagu.htm. (14 Oktober 2014).
66
Catatan: Amang artinya ayah, tapi kalau amang diterapkan pada anak maka artinya menjadi anak, atau anak tersayang
146
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Natua tua mi
Orangtuamu
Dung hupaborhat ho namarsikkola i Tu luat na dao i amang Benget do ho amang, benget do ho Manaon na dangol i
Setelah kuberangkatkan kau untuk sekolah Ke tempat yang jauh sayang Engkau tabah, engkau tabah Menanggung penderitaan
Molo huingot do sude tahe amang Pangalahom naung salpu i Sipata lomos do natua-tuamon Disihabunion i
Kalau kuingat semua, sayang Kelakuanmu di masa lalu Kadang orangtuamu menjadi cemas Dalam kesunyian
Hutangiangkon do mansai gomos amang Anggiat muba rohami Dijalo do amang dijalo do tangiangki amang Ref. Ipe amang, hasian ku Anakku naburju Pagomos ma tangiang mi Tu Mulajadi Nabolon I Anggiat ma ture, sude hamu Pinopparhi amang Marsiamin-aminan, marsitukkol-tukkolan Songon suhat di robean i
Aku doakan dengan sunguh-sunguh anakku Semoga engkau berubah Doaku dikabulkan anakku doaku dikabulkan
Dung lam dao amang, pangarantoan mi Anakku na lagu Dihaburjuhonho do i sude amang Ditano sileban i
Ketika semakin jauh sayang, tempatmu merantau Anakku yang kusayang Kau berusaha melakukan yang baik, sayang Di tempat yang asing
Mauliate ma tadaok tu Tuhan i Dinaung jinalo mi amang Jumpangmu do amang jumpangmu do Najinalahan mi
Terima kasih kita ucapkan kepada Tuhan Karena Engkau mendapatkan sayang Engkau menemukan, engkau menemukan Yang kau cari
Ref. Hai anakku, yang kusayang, Anakku yang baik Sungguh-sungguhlah dalam doamu Kepada Tuhan Yang Mahakuasa Kiranya kalian menjadi baik semuanya Keturunanku sayang Saling mendoakan, saling memndukung Bagaikan tanaman talas di lereng bukit
Menggunakan tangga nada diatonik, lagu bertempo lambat, tenang berirama slow rock model lagu andung populer. Anak yang baik biasanya dihubungkan dengan anak yang mendengar nasihat orangtua. Karena bagi orang Batak memberi nasihat kepada anak adalah sebuah ritual orangtua atau orang yang dituakan, dan menjadi kewajiban, sedangkan menurutinya adalah kewajiban anak. Sehingga kalau seorang anak bisa mendengar dan melakukan apa yang dinasihatkan oleh orangtuanya, atau orang yang dituakan, maka anak tersebut akan disebut menjadi amang hasianku (anak yang 147
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kusayang). Begitulah dikisahkan dalam lagu Anakku na Burju, ketika orangtua memberangkatkan anaknya ke negri yang jauh untuk sekolah, anak tersebut ingat akan apa yang telah dinasihatkan orangtuanya kepadanya. (Ingot do ho amang diangka poda ni, natua tua mi). Dari hasil nasihat itu, anak tersebut ternyata bisa tekun dan sabar di perantauan meskipun mengalami penderitaan . Karena sebelum diberangkatkan, ada kekhawatiran terhadap anaknya karena selama ini tingkah lakunya kurang baik, sehingga orangtuanya menjadi cemas dan was-was. Namun untuk mengatasi semua itu masih ada ‘senjata’ yang paling ampuh yang masih dimiliki orangtuanya yaitu melalui doa yang dipanjatkan dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan. Doa yang sungguh-sunggu yang dipanjatkan oleh orangtua tersebut, juga diminta dilakukan oleh anaknya yang berada di perantauan agar berdoa kepada Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Agung). Suatu yang dibanggakan oleh orangtuanya ternyata anaknya melakukan dengan sungguhsungguh dan rajin semua tugasnya sebagai seorang pelajar . Sebagai rasa syukur, mereka berterima kasih kepada Tuhan atas segala berkat dan kesuksesan yang diberikan kepada anak mereka dengan meraih cita-citanya yang selama ini diidam-idamkan.
4. 4. Lagu Tentang Anak Sebagai Kekayaan Memiliki anak (laki-laki dan perempuan) adalah harapan semua orangtua Batak yang dimaksud dalam ideologi 3H. Meskipun dalam ideologi tersebut anak dihubungkan dengan hagabeon, tetapi di dalam lagu Nahum Situorang, anak dikategorikan sebagai bagian dari kekayaan. Karena memiliki anak adalah menjadi bagian dari harapan keluarga Batak. Digambarkan berharga seperti kepemilikan dalam bentuk materi uang dan barang. Oleh karena anak begitu berharga, maka orang Batak sangat menjunjung 148
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI tinggi dan harus memperjuangkannya, melalui pendidikan dan usaha lain seperti menyuruh merantau karena dengan jalan itu seorang anak kelak diharapkan dapat memenuhi apa yang terdapat dalam ideologi sebagai kekayaan dan kehormatan. Alasan pemilihan satu lagu pada tema ini: Anakhonhi do Hamoraon di Au, sudah cuku karena lagu ini sangat terkenal. Isi pada lagu ini sudah begitu kuat dipegang oleh orang Batak dari era-sebelum tahu 70-an, era setelah 70-an dan sampai sekarang. Dan buktinya hampir di setiap pesta pernikahan Batak Toba lagu ini dinyanyikan atau dimainkan secara instrumentalia.
4. 4. 1. Lagu 11: Anakkonhi do Hamoraon di Au
Lagu Anakhonhi do hamoraon di Au, ciptaan Nahum Situmorang, dinyanyikan oleh Victor Hutabarat. Anakhonhi do hamoraon di Au67 Cipt. Nahum Situmorang Victor Hutabarat
Anakku adalah kekayaan bagiku Cipt. Nahum Situmorang Victor Hutabarat
Ai tung so boi pe ahu laho tu paredang-edangan Tarsongon dongan dongan hi da na lobi pansarian Alai sude nang geleng hi da dang jadi hahurangan Anakkon hi do naumarga di au.
Meskipun aku tidak bisa pergi jalan-jalan Seperti teman-teman yang berkelimpahan Namn semua anak-anakku jangan sampai kekurangan Anakkulah yang paling berharga bagiku
Nang so tarihut hon au pe angka dongan Ndada pola marsak au disi Alai anakhonhi da dang jadi hatinggalan Sian dongan magodang na i
Biarpun aku tidak bisa mengikuti teman-teman Aku tidak perlu bersusah hati Tetapi anakku tidak boleh ketinggalan Dari teman-teman sebayanya
Hugogo pe mansari arian nang bodari Laho parsikkolahon geleng hi Naingkon marsikkola na satimbo timbo na Singkat ni na tolap gogokki
Biarpun aku bekerja keras, siang dan malam Untuk menyekolahkan anak-anakku (Mereka) harus sekolah sampai setinggi-tingginya Sampai batas kemampuanku
67
http://musiklib.org/Lagu_Batak-Anakkon_Hi_Do_Hamoraon_Di_Au-Lirik_Lagu.htm. (14-10- 2014).
149
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Marhoi hoi pe au laho da tu dolok tu toruan Mangalului ngolu-ngolu na boi parbodarian Asal ma sahat gelleng hi da sai sahat tu tujuan Anakkon hi do hasangapon di au
Biarpun aku bersusah payah ke bukit dan lembah Mencari kehidupan untuk kebutuhan makan Asalkan sampai anakku sampai ke tujuan (Karena) Anakkulah kemuliaan bagiku
Ai tung so boi pe ahu marhonda marnilon marjam tangan Tarsongon dongan dongan hi da marsedan marberlian Alai sude na geleng hi da, ndang jadi hahurangan anakkon hi do hamoraon di au
Meskipun aku tidak punya honda, pakaian mahal dan jam tangan Seperti teman-temanku, punya sedan dan berlian Namun semua anak-anakku, jangan sampai kekurangan (Karena) Anaku itulah kekayaan bagiku
Nang so tarihut hon au pe angka dongan Ndada pola marsak au disi Alai anakhonhi da ndang jadi hatinggalan Sian dongan magodang na i Naikkon marsikkola satimbo timbona Singkap ni natolap gogokki Anakkon hi do hamoraon di ahu .....
Biarpun aku tidak bisa mengikuti teman-teman Aku tidak perlu bersusah hati Karena anakku jangan sampai ketinggalan Dari teman-teman sebayanya Harus bersekolah setinggi-tingginya Sampai batas kemampuanku Anakk itulah kekayaan bagiku
Lagu menggunakan tangga nada pentatonik 1 2 3 4 5, lagu yang cukup lincah bertempo cepat, berirama rumba. Lagu Anakkonhi do Hamoraon di Au, adalah salah satu lagu yang paling popular dan paling disukai oleh orang Batak. Lagunya berirama rumba dan bersuasana riang gembira. Sebagaimana salah satu isi ideologi 3H adalah hagabeon, maka lagu ini juga sangat menjunjung tinggi cita-cita tersebut untuk mempunyai keturunan. Dan dalam syair pada lagu ini dinyatakan bahwa anak adalah yang harus diperjuangkan, karena anak adalah kekayan bagi orangtua. (Anakkonhi do hamoraon di Au). Kata perjuangan untuk sekolah mungkin tidak terlalu menarik bila diperhatikan, karena seolah-olah itu adalah hal yang umum dilakukan setiap orangtua. Menjadi sangat berbeda ketika yang menyekolahkan adalah keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Sehingga dalam lagu digambarkan bagaimana orangtua termotivasi untuk tidak tertarik sama sekalai seperti
teman-teman
orangtua
lain
yang
mampu
untuk
bepergian dengan tujuan bersenang-senang. (Ai tung so boi pe ahu laho tu paredang150
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI edangan, tarsongon dongan dongan hi da na lobi pansarian).Tidak bisa bersenangsenang seperti teman-temannya tidak perlu ambil pusing, yang penting bagaimana supaya dapat
memperjuangkan anak-anaknya supaya
setara
dengan teman-teman
sebayanya. Kerja keras siang dan malam oleh orangtua tidak menjadi masalah asal bisa menyekolahkan anak-anaknya. Anak-anak harus bisa sekolah setinggi-tingginya sampai batas kemampuan orangtua membiayai. Memiliki harta seperti orangtua lain, seperti mempunyai mobil mewah bermerek honda, mempunya pakaian bagus dan mempunyai jam tangan, bahkan memiliki berlian yang mahal tidak mengapa, yang penting jangan sampai anak-anak kekurangan karena bagi orangtua anak adalah kekayaan.
4. 5. Lagu Tentang Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon Dapat dicapai atau tidak, tidak menjadi persoalan utama dalam ideologi ini, namun dalam kenyataan hamoraon, hagabeon, hasangapon masih tetap menjadi perhatian penting di kalangan orang Batak Toba. Bahkan ideologi ini dijadikan sebagai modal dasar dalam perjuangan untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Ideologi 3H tidak hanya bermakna visi masa depan yang hanya tersirat di dalam batin, tetapi di dalam kenyataan orang Batak benar-benar masih memperjuangkannya. Seperti hamoraon (kekayaan) tetap menjadi perjuangan orang Batak meskipun arti kaya tidak selalu bermaksud memiliki kekayaan materi seperti uang dan barang yang berlimpah ruah. Pengertian lain mengenai kaya bagi orang Batak adalah bila keluarga telah mempunyai keturunan laki-laki dan perempuan, seperti pada lagu 4.4.1. Anakkonhi do hamoraon di Au. Bagi orang Batak, hagabeon, sebagai salah satu bagian ideologi, juga sebagai perjuangan yang tidak bisa diabaikan. Memiliki anak laki-laki dan anak perempuan dikategorikan sebagai keluarga yang 151
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI diberkati (dipasu-pasu) dan bahagia. Sebaliknya keluarga yang tidak memiliki anak lakilaki dan perempuan dikategorikan sebagai yang berkekurangan (marhahurangan) dan belum bahagia. Bagian ketiga dari ideologi adalah hasangapon (kehormatan) dan bagian ini adalah bagian yang sulit untuk memenuhinya. Seseorang bisa saja sudah kaya (mamora), sudah mempunyai keturunan (gabe), tetapi belum tentu terhormat (sangap). Mengenai bagaimana orang Batak mewujudkannya, itulah yang tertuang dalam syairsyair lagu yang menjadi bahan utama dari penelitian ini. Sebagai bahan kajian isi syair lagu yang berhubungan dengan ideologi 3H akan diambil 2 contoh lagu dengan judul Alusi Au dan Hagabeon. Dan hal yang penting dari 2 lagu tersebut adalah karena dua-duanya mencantumkan secara lengkap istilah hamoraon, hagabeon, hasangapon, meskipun dengan urutan yang berbeda. Dua lagu dianggap cukup menyuarakan tentang ideologi 3H, meskispun dengan penekanan dimensi yang berbeda.
4. 5. 1. Lagu 12: Alusi Au Lagu Alusi Au, Cip. Nahum Situmorang, dinyanyikan oleh Eddy Silitonga.
68
Alusi Au68 Cip. Nahum Situmorang Eddy Silitonga
Jawablah Aku Cip. Nahum Situmorang Eddy Silitonga
Maragam - ragam do anggo sita – sita, dihita manisia Marasing - asing do anggo pangidoan diganup - ganup jolma Hamoraon, hagabeon, hasangapon ido di lului na deba
Bermacam-macam cita-cita, bagi kita manusia Berbeda-beda permintaan, bagi setiap manusia Kekayaan, keturunan, kehormatan itulah dicari sebagian orang
http://myfavouritesong.wordpress.com/2010/02/27/alusi-au-lagu-batak/. (14 Oktober 2014).
152
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Dinadeba tung asal tarbarita goarna tahe
Bagi sebagian lagi, asalkan namanya tersohor
Anggo di au tung asing do sita-sita Asing pangidoanku Mansai ambal pe unang pola mangissa, hamu tahe diau Sasude na nahugoari i ndadai saut di au Sita - sita di au tung asing situtu do tahe
Kalau bagiku sangat berbeda cita-cita, berbeda permintaanku Biarpun lain jangan sampai menghina kalian padaku Semua yang kusebut itu, bukan itu yang jadi Cita-cita bagiku sangatlah berbeda
Ref. Tung holong ni roham, i sambing do na huparsita-sita Tung denggan ni basam, basami do nahupaima-ima Asi ni roham ma ito, unang loas au maila Beha roham, dok ma hatam, Alusi au... Alu... si... au... Alu... si... au... Alu... si... au… Alu…si…au…
Ref. Hanya sayangmu, Itu sajalah yang kucita-citakan Hanya kebaikanmu itulah yang kunantikan Pengasihanmu sayang, jangan biarkan aku malu Apa katamu, katakanlah, Jawablah aku Jawablah aku Jawablah aku Jawablah aku Jawablah aku
Lagu menggunakan tangga nada diatonik, lagu yang bertempo cepat, rancak, berjenis rumba (Ciptaan Nahum Situmorang, yang dinyanyikan oleh Trio Ambisi) menghantarkan lagu berideologi 3H. Ada sudut pandang yang berbeda mengenai ideologi 3H dalam lagu ini. Inti pada lagu ini bukan untuk mengajarkan bagaimana ideologi 3H itu dijalankan, namun hanya membandingkan bagaimana setiap orang berjuang demi kepentingnnya masing-masing. Syair dalam lagu ini, memuat latarbelakang konteks percintaan, yang dialami oleh dua sejoli muda-mudi. Yang membandingkan betapa sesuatu yang dicari adalah yang berharga sesuai dengan cara memandang mereka masing-masing. Pada umuny semua orang memiliki cita-cita yang ingin diraihnya, dan masing-masing ingin medapatkan apa yang dicarinya. Ada usaha membandingkan apa yang ingin dicapai oleh banyak orang. Bagi sebagian orang hamoraon, hagabeon, hasangapon itu perlu dicapai, (Hamoraon, hagabeon, hasangapon ido di lului na deba) 153
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dan bagi sebahagian orang lagi asalkan namanya dikenal dimana-mana, (Di nadeba tung asal tarbarita goarna tahe) namun bagi si pemuda/si pemudi dalam lagu ini, mempunyai konteks yang berbeda dan keinginan yang berbeda pula. Karena ia mempunyai cita-cita dan permohonan lain dari pada yang lain, namun bila permintannya berbeda tidak perlu orang lain menghinanya, begitu banyak yang sudah disebut yang ingin diraih tapi semua itu bukanlah yang terutama yang ingin dicapai, hanya cinta dari seseorang yang ingin didapatkan, kebaikan seseorang itulah yang dinanti-natikan. (Tung holong ni roham, i sambaing do na huparsita-sita, tung denggan ni basam, basami do nahupaima-ima). Belas kasihan saja dari seseorang itulah yang didambakan, supaya jangan membuatnya menjadi malu. Yang penting ada jawaban sebagai kepastian dan bagaimana isi jawaban itu. Hanya kepastianlah yang ia tunggu: “Beha roham dok ma hatam, alusi au”, (Bagaimana jawabmu jawablah aku) itulah pertanyaan si pemuda/i itu untuk mengakhiri lagu.
4. 5. 2. Lagu 13: Hagabeon Lagu Hagabeon, Cip. Sudiarto Tampubolon, dinyanyikan oleh Trio Perdana.
69
Hagabeon69 Cip. Sudiarto Tampubolon Trio Perdana
Keturunan Cip. Sudiarto Tampubolon Trio Perdana
Hagabeon, Hasangapon, Hamoraon Nasian Tuhan i do i Jala unang lupa ho martangian Mandok mauliate
Keturunan, kehormatan, kekayaan Itu berasal dari Tuhan Dan jangan lupa engkau berdoa Untuk berterima kasih
Disude denggan ni basa-Na Jala unang mian diroham Akka jat ni roha
Atas semua kebaikan-Nya Dan jangan tinggal di dalam hatimu Segala perbuatan jahat
http://bataklyric.blogspot.com/2014/01/lirik-lagu-hagabeon-trio-perdana.html. (14 Oktober 2014).
154
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Sai paserep ma roham, tabolokkon tois ni roha i Jala tabolokkon ma sian rohatta Elat teal hosomi
Kiranya rendahkanlah hatimu, hilangkanlah kesombongan di hati Dan kita hilangkan dari hati kita Dengki, sombong, dendam
Asa taruli ho dingolumi Di tano parsatokkinan on Dihasiangan on
Supaya dapat bagian kau di hidupmu Di tempat sementara ini Di dunia ini
Hagabeon Hasangapon Hamoraon Tinggal doi sude Molo dung juppang Molo dung juppang Molo dung juppang Hamatean i
Hagabeon Hasangapon Hamoraon Akan lenyap Bila tiba Bila tiba Bila tiba, saat kematian
Ulahon na denggan, bissan mangolu ho Songon panakko borngin haroro Nai Jala dang adong mangambati Ai guru di Ibana langit tano on Lan pe di tahi akka jolma i Rohana do na saut
Lakukanlah yang baik, semasa masih hidup Kedatangan-Nya, seperti pencuri di malam hari Tidak ada yang dapat menghalangi Langit dan bumi bergantung pada-Nya Biarpun manusia merencanakan Kehendak-Nyalah yang jadi
Lagu menggunakan tangga nada diatonik, bertempo lambat, slow rock. Dalam lagu Hagabeon ini, Idelogi 3H masih jelas dicantumkan untuk menunjukkan betapa penting ideologi tersebut bagi orang Batak. Sudiarto Tampubolon sebagai pencipta memberi pengertian baru atas ideologi 3H. Pengaruh ajaran Kristiani sangat kuat melatarbelakangi lagu ini. Namun ada suatu pembelajaran baru dalam lagu ini, bahwa tekanan tidak lagi pada sumber kepercayaan agama asli Batak pada Debata Mulajadi Nabolon, tetapi sudah diganti kepada Tuhan sebagai sumber dari ideologi. Bagi orang Batak diingatkan supaya tidak lupa berdoa dan bersyukur kepadaNya. (Hagabeon, hasangapon, hamoraon, nasian Tuhan i do i, jala unang lupa ho martangian, mandok mauliate). Dalam penyebutan urutan ideologi 3H, ada perbedan, yang biasanya dikenal dengan urutan hamoraon, hagabeon, hasangapon (seperti pada lagu Nahum Situmorang, 155
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Alusi Au) menjadi hagabeon, hasangapon, hamoraon. Tidak terlihat perubahan urutan ini karena ada kesengajaan, atau mempunyai penekanan makna. Namun dalam lagu ini, pengaruh ajaran kekristenan sangat kuat melekat. Tuhan yang sudah mengajarkan yang baik kepada manusia, jangan sampai manusia berniat dalam hatinya melakukan hal yang jahat. Ada unsur ajaran alkitabiah dalam lagu ini, dengan menekankan supaya manusia merendahkan hatinya, menghilangkan rasa benci, sombong dan dendam, supaya manusia diberkati selama berada di dunia fana ini. (Sai paserep ma roham, tabolokkon tois ni roha i, jala tabolokkon ma sian rohatta elat, teal, hosom i). Dijelaskan dalam syair lagu, bahwa hagabeon, hasangapon, hamoraon, yang selama ini menjadi ideologi bagi orang Batak, akan lenyap dan tak berarti bila manusia sampai kepada kematian. Ideologi yang selama ini menjadi nilai yang mulia yang diperjuangkan orang Batak, semua harus didasari atas perbuatan manusia yang baik di dunia, dikatakan dalam syair lagu:”Ulahon na denggan, bissan mangolu ho” (lakukan yang baik selama engkau masih hidup) karena Tuhan akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati dalam ajaran Kristiani, dan kedatangnya tidak diketahui manusia, seperti kedatangan pencuri di waktu malam (Songon panakko borngin haroro-Na i). Kedatangan-Nya tidak ada yang dapat menghalanginya (Jala dang adong mangambati). Karena langit dan bumi adalah di bawah kekuasaan-Nya. (Ai guru di Ibana langit tano on). Biarpun manusia sudah merencanakan namun kehendak Tuhanlah yang akan jadi. (Lan pe di tahi angka jolma i, roha-Na do na saut). Lagu ini mengingatkan kepada orang Batak Toba, bahwa ideologi 3H, yang menjadi cita-cita hendaknya diperjuangkan bukan untuk menciptakan sikapsikap yang tidak berkenan kepada ajaran Tuhan.
156
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV IDEOLOGI SEBAGAI MODAL PERJUANGAN
Ada suatu kekuatan yang dibutuhkan dalam menggerakkan seseorang untuk meraih sesuatu. Usaha adalah sebagian dan semangat adalah bagian yang lain. Namun untuk melandasi antara usaha dan semangat diperlukan sesuatu yang lain yang di dalam istilah Bourdieu disebut sebagai modal (capital). Modal dapat berfungsi simbolis dan dapat pula dikonversi menjadi modal yang bersifat material. Perjuangan orang Batak dalam menghadapi persoalan hidup dikelola dengan berbagai cara, ada yang dimulai di arena pertarungan di sekolah dan ada pertarungan di dunia kerja. Sasaran utamanya adalah untuk mengubah situasi keterpurukan di wilayah ekonomi, menujuju pencapaian kesuksesan di wilayah yang sama. Sehubungan dengan perjuangan ini, teori Bourdieu sangat tepat diterapkan sebagai kerangka teori berhubungan dengan pencapaian karena seseorang dapat mencapai kesuksesan tergantung dari berapa besar modal yang dimilikinya. Teori-teori Bourdieu seperti habitus, arena, modal simbolik (modal ekonomi, sosial, kultural, dan simbolik) sangat relevan dalam konteks “Ideologi sebagai modal perjuangan” yang sedang dipertarungkan orang Batak Toba. Teori-teori ini dijadikan sebagai kerangka dasar dalam melihat perjuangan yang sedang diupayakan orang Batak Toba dalam mencapai kesuksesan ideologis tersebut.
157
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. Ideologi sebagai Habitus yang Terinternalisasi Ideologi 3H adalah cita-cita yang telah terinternalisasi dalam kehidupan orang Batak sejak kecil kemudian terakumulasi menjadi suatu kekuatan yang disebut modal (capital) dalam teori Bourdieu. Internalisasi ideologi terjadi melalui ajaran-ajaran dari orangtua dan lingkungan melalui interaksi dengan pengajaran-pengajaran budaya, lewat ritual adat yang penuh dengan pembelajaran ideologis budaya Batak. Dalam meletakkan arena perjuangan yang dibangun oleh orang Batak, perlu dicari landasan kegigihan orang Batak dalam mewujudkan cita-cita mereka dalam berjuang untuk meraih keberhasilan dalam keluarga. Disposisi apa yang telah terbangun di masyarakat orang Batak sehingga mereka dapat secara bersama-sama memiliki tekad untuk berjuang untuk mewujudkan cita-cita mereka? Modal-modal yang seperti apa yang dimiliki oleh orang Batak untuk menggerakkan keinginan mereka dalam merealisasikan perjuangan mereka mengingat modal ekonomi yang seharusnya dapat menjadi solusi justru menjadi sumber permasalahan utama? Untuk melihat persoalan ini peneliti menggunakan pendekatan teori habitus Bourdieu sebagai landasan analisisnya. Di dalam teori habitus Bourdieu ada beberapa aspek yang penting yang dapat dipakai untuk menjelaskan bagaimana modal ekonomi yang menjadi permasalahan dapat ditopang oleh modal ideologi sebagai landasannya.
1. 1. Ideologi Membentuk Habitus Habitus adalah pengetahuan yang dipakai oleh agen untuk mengerti dunia, kepercayaan, dan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Habitus yang dimiliki oleh agen di dalamnya 158
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI berhubungan dengan nilai dan cara bertindak dipengaruhi oleh latarbelakang kulturalnya. Habitus dibawa dan dibentuk agen dalam momen praktik ketika menemui masalah dalam kehidupan. Habitus bekerja di bawah ketidaksadaran agen karena habitus menyatu dalam nilai-nilai yang dianut oleh agen bahkan dalam gerak-gerik tubuh agen, seperti cara berjalan, meludah, cara makan maupun cara berbicara.1 Bourdieu merumuskan konsep habitus sebagai analisis sosiologis dan filsafati atas perilaku manusia. Habitus yang seperti apa yang telah terbangun dalam masyarakat Batak sehingga mereka masih mempraktikkan adat dan tradisi yang begitu kuat? Habitus bagi orang Batak terbentuk berdasarkan adat dan tradisi yang dipraktikkan dalam sistem hubungan kekerabatan. Setiap aktivitas dalam adat dan tradisi akan menghasilkan pembelajaran kultural. Di sana akan tercipta kebiasaan yang menghasilkan suatu ajaran yang kemudian menjadi norma, nilai dan adat (aturan) yang kemudian menjelma dalam tata aturan adat (uhum paradaton). Orang Batak sebagai agen bergerak dalam suatu pengalaman kultural yang tidak dapat dielakkan karena orang Batak hidup di dalamnya. Kebiasaan, dan pengulangan dalam praktik adat dan tradisi membuat mereka tidak dapat mengelak dan tidak dapat mengabaikan bahwa sebagai orang Batak harus berkecimpung di dalamnya. Kristalisasi dari kebiasaan yang selalu diulang untuk dilakukan itulah kemudian yang menghasilkan salah satu sistem nilai dan aturan dalam hubungan kekerabatan orang Batak yang diformulasikan sebagai falsafah atau ideologi hamoraon, hagabeon, hasangapon. Dalam pengalaman hidup orang Batak ketiga unsur ideologi tersebut menjadi tujuan yang selalu ingin dicapai melalui arena perjuangan. Ideologi tesebut ternyata menjadi modal yang sangat mendasar yang dipegang oleh orang Batak sehingga 1
Mutahir, Arizal. 2011. Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu, Sebuah Gerakan Melawan Dominasi, Yogyakarta, Kreasi Wacana. p.63.
159
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI meskpun modal ekonomi menjadi kelemahannya, namun modal ideologi ternyata dapat menjadi pendorong utama dalam mewujudkan cita-cita mereka. Untuk mengetahui pandangan responden terhadap ideologi maka beberapa pertanyaan telah diajukan mengenai pentingnya ideologi 3H bagi orang Batak. Ketika diajukan pertanyaan dalam wawancara mendalam kepada perorangan dan kepada kelompok diskusi FGD (Focus Group Discussion), pada umumnya responden menjawab bahwa ideologi 3H tersebut masih sangat penting. Salah satu jawaban reponden yang dikutip yang disampaikan oleh Hotran Simarmata: “Penting, karena ini merupakan target. Karena bisa dijadikan sebagai dasar, pondasi, sebagai ‘UUD’ bagi orang Batak”. Masih kuatnya ideologi 3H dipegang oleh orang Batak menjadikan mereka seoah-olah tidak pernah patah semangat untuk melanjutkan perjuangan mereka, meskipun modal utama (ekonomi) menjadi persoalan, namun tetap dapat bertahan berjuang dengan adanya dorongan modal ideologi ini. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut, pergulatannya berada di sekitar arena pendidikan (di sekolah) dan dunia kerja (di perantauan). Meskipun di arena pendidikan lebih sering sulit mencapainya, mengingat modal ekonomi yang sangat membatasinya. Sedangkan di arena dunia kerja, lebih menjanjikan dengan menggantungkan diri pada keberuntungan, dengan harapan mudah-mudahan mendapatkan perkerjaan di perantauan. Di arena dunia kerja, seandainya pun mendapatkan pekerjaan, tetap masih menjadi masalah karena umumnya keterbatasan keahlian yang dimiliki calon pekerja bahkan sering tidak memenuhi persyaratan di dunia kerja profesional. Dua arena pertarungan yang sangat sulit ini menjadi harapan orang Batak sebagai batu loncatan yang walaupun sebenarnya mereka sendiri tidak dapat membayangkan akan seperti apa hasilnya. Namun, 160
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI semangat dan dorongan habitus yang telah tertanam dalam diri orang Batak inilah yang membuat mereka tidak akan patah semangat dalam usaha untuk meraihnya. Bermula dari semangat ideologi, “Anakkonhi do hamoraon di au” (Anakku adalah kekayaan bagiku), memotivasi banyak keluarga Batak Toba untuk terjun ke arena perjuangan di bidang pendidikan untuk kemajuan anak-anak mereka. Meskipun banyak di antara mereka tidak memiliki modal finansial yang memadai. Usaha keras orangtua tidak akan pernah patah meskipun untuk mencapai cita-cita yang tinggi untuk menyekolahkan anak-anak mereka, perlu dukungan finansial yang tidak sedikit. Semangat perjuangan itulah yang terus menerus didengungkan dalam setiap aktivitas adat orang Batak Toba. Lagu Anakkonhi do Hamoraon di Au 2, terus berkumandang di hati orang Batak, tidak pernah absen dinyanyikan baik dalam acara formal maupun non-formal adat, dalam acara punguan marga (persekutuan marga), terlebih menjelang malam, di lapo tuak (kedai tuak) yang sehari-harinya dijadikan ‘rumah pertemuan’ bagi warga. Anak seolah-olah ingin dijadikan seperti ‘batu permata’ yang berharga yang terus menerus harus diasah sehingga semakin lama semakin menunjukkan kemilaunya. Meskipun susah payah cara mengasahnya, namun tetap akan dicari cara untuk mewujudkannya. Bila arena pendidikan tidak menjamin sebagai jalur pencapaian kemajuan bagi anak-anak mereka karena keterbatasan finansial maka perjuangan orangtua dan anak belumlah berakhir. Masih ada kemungkinan lain yang dapat ditempuh dengan jalan pergi merantau meninggalkan kampung halaman untuk mendapatkan 2
Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.4.1. Lagu no. 11. p.150
161
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI pekerjaan. Dorongan ini diperkuat oleh pandangan Bungaran Antonius Simanjuntak, Guru Besar Antropologi Universitas Negeri Medan yang mengatakan bahwa: “Migrasi orang Batak keluar dari kampung halamannya didorong oleh pandangan yang melekat pada konsep hamoraon, hagabeon, hasangapon
3
sebagai tujuan dan cita-cita orang
Batak yang harus diperjuangkan. Kepemilikan modal budaya berperan dalam pembentukan perbedaan status sosial yang terjadi dalam masyarakat (systems of distinction). Dalam pandangan Bourdieu, seseorang ingin menunjukkan dirinya sebagai yang tergolong dalam kelas sosial tertentu secara langsung maupun tidak akan ditentukan oleh seberapa banyak modal kultural yang dimilikinya. Hal yang sama dapat diterapkan pada pencapaian orang Batak Toba untuk berjuang meraih status sosial melalui pendidikan. Melalui pendidikan tinggi yang ingin diraih adalah modal sosial yang berdampak pada capaian cita-cita Anakkon hi do hamoraon di au, bukan sebagai kekayaan materi tetapi sebagai kekayaan kultural yang membentuk perbedaan status sosial dalam masyarakat Batak. Status sosial seperti kedudukan terhormat yang termasuk bagian dari ideologi hasangapon (kehormatankemuliaan) jelas-jelas menjadi bagian dari perjuangan orang Batak Toba.
1. 2. Kekuatan Modal untuk Mencapai Tujuan Untuk memperoleh sesuatu diperlukan suatu modal. Adapun ragam modal yang diperlukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Orang Batak dalam pertarungannya 3
Wawancara: Indira Permanasari dan Budi Suwarna. Melacak Jejak Batak di Jakarta. Kompas: Minggu, 3 Februari 2013.
162
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI sangat membutuhkan modal. Tujuan yang digariskan untuk dicapai dalam ideologi 3H adalah mora (kaya), gabe (mempunyai anak), sangap (terhormat). Perjuangan yang sedang dipertarungkan oleh orang Batak adalah kesejahteraan. Perjuangan kesejahteraan telah termuat dalam ideologi 3H. Untuk menjalankannya orang Batak memerlukan suatu strategi. Orang Batak memerlukan modal untuk meraih apa yang telah digariskan dalam ideologi 3H, dan membutuhkan berbagai modal untuk meraih apa yang sedang diperjuangkan di tengah arena. Dalam pandangan Bourdieu untuk berada pada arena kekuasaan dilihat dari berapa besar modal yang dimiliki seseorang. Modal-modal tersebut sangat relevan digunakan oleh orang Batak dalam berusaha mencapai yang diperjuangkan. Adapun modal-modal yang mungkin dicapai untuk sebuah kedudukan dan kekuasaan dapat diperoleh menurut Bourdieu melalui modal ekonomi, modal kultural, modal sosial, dan modal simbolik. Modal-modal yang mungkin dicapai melalui arena pertarungan seperti yang digambarkan Bourdieu dalam empat kategori4 dan penjelasan yang diberikan oleh Hariatmoko5. Empat modal yang akan dibahas sangat relevan dengan perjuangan yang sedang digagas oleh orang Batak untuk mencapai cita-cita. Modal-modal ini sangat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sebagaimana termuat dalam ideologi 3H. Pertama, modal ekonomi (economic capital), yakni berupa harta kekayaan seperti properti, uang, sarana produksi, sarana finansial, kapital yang mudah dikonversikan ke
4
Jenkins, Richard.1992. Pierre Bourdieu Routledge, London, ditejemahkan oleh Nurhadi. 2010. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu, Kreasi Wacana Offset, Bantul, p.125. 5
Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar Kekerasan dan Diskriminasi, Jakarta, Gramedia. pp.17-18.
163
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kapital-kapital lain. 6 Modal (capital) adalah suatu energi sosial yang terjadi hanya ada dalam arena pertarungan yang terus menerus harus diperjuangkan sampai mendapatkan hasil. Salah satu yang menjadi penghambat bagi orang Batak untuk meraih kesuksesan ideologis (hamoraon) adalah karena lemahnya modal ekonomi. Ideologi diperlukan sebagai energi untuk memberi motivasi sehingga perjuangan melalui dukungan modal ekonomi meskipun kecil masih dapat diandalkan untuk menopang perjuangan menuju sukses. Kedua, modal sosial (social capital), yakni berupa sumber-sumber sosial seperti berbagai jenis relasi, jaringan sebagai sumber daya untuk penentuan kedudukan sosial seseorang, akumulasi modal atau efektivitas tindakan. 7 Mencapai modal sosial juga akan berdampak pada pencapaian cita-cita ideologi hasangapon. Seseorang akan diuji dalam kehidupan bermasyarakat dalam hal bersosialisasi dan interaksi. Karena dalam modal sosial dibutuhkan suatu kemampuan sosial untuk menjalin relasi antar pribadi dan antar institusi, dan relasi-relasi lain seperti relasi di bidang bisnis. Kaitan dengan relasi kultural modal sosial akan berfungsi untuk menciptakan suatu hubungan yang saling menghargai. Bagi orang Batak modal sosial seseorang menjadi sangat penting bila dihubungkan dengan peran seseorang pada sistem dalihan natolu. Karena dalam sistem dalihan natolu kedudukan setiap orang sudah tertentu, (ada unsur dominasi-subordinasi) namun dalam upacara adat perbedaan kedudukan dapat diterima sebagai aturan adat (ruhut-ruhut paradaton) yang dapat dipahami.
6
Ibid. p.17.
7
Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar Kekerasan dan Diskriminasi, Jakarta, Gramedia. p.17.
164
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Ketiga, modal kultural (cultural capital), yakni berupa aset-aset informasi seperti pengetahuan yang legitim, ijazah, pengetahuan, kode budaya, cara berbicara, kemampuan menulis, cara bergaul yang berperan dalam penentuan kedudukan sosial.
8
Bagi orang
Batak modal kultural ini juga sebagai bagian dari perjuangan ketika seorang anak telah masuk di arena pendidikan, berhasil memperoleh ijazah, atau gelar. Modal kultural adalah sebagai modal yang akan memberi dampak besar terhadap tercapainya modalmodal lainnya, seperti kekayaan. Logikanya adalah kalau sukses di bidang pendidikan, lulus, itu adalah merupakan jalan untuk bisa meraih modal ekonomi melalui pekerjaan yang layak, dan modal-modal yang lain. Keempat, modal simbolik (symbolic capital), yang wujudnya berupa prestise gengsi sosial, jabatan, mobil mewah, kantor, prestise, gelar, status tinggi, nama besar keluarga.
9
Modal simbolik bagi orang Batak adalah salah satu cita-cita ideologis yang
paling tinggi. Seseorang berada pada atau meraih modal simbolik ini, mengindikasikan bahwa seseorang telah berada pada kedudukan puncak dalam sistem adat masyarakat Batak, karena seseorang telah berada pada kedudukan sangap (terhormat-mulia). Juga dapat diartikan bila seseorang berada pada kedudukan ini sama artinya dengan telah terpenuhinya semua unsur ideologi 3H (hamoraon, hagabeon, hasangapon) yang menjadi cita-cita setiap orang Batak.
8
Ibid.
9
Ibid. p. 18.
165
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Pengenalan Orang Batak terhadap Lagu Batak Toba Populer Lagu-lagu Batak populer baik yang lama maupun yang baru masih sangat disukai oleh orang Batak Toba. Ketika ditanya lebih jauh mengenai pengenalan mereka terhadap materi lagu-lagu yang ditanyakan pada wawancara, umumnya responden menjawab bahwa lagu-lagu tersebut masih sangat kenal. Bahkan beberapa di antara lagu-lagu tersebut sudah mereka kenal ketika masih kecil di kampung. Contoh pertanyaan yang diajukan: “Seberapa jauh Anda menyukai lagu-lagu Batak Populer, dan seberapa sering mendengarkannya?”, dengan spontas jawaban yang dilontarkan oleh N. br. Ambarita
10
adalah: “Lagunya masih disukai mengingat isinya menceritakan mengenai pengalaman yang terjadi di kampung. Dan kalau mendengarnya ya pasti teringat di kampung. Dan lagu-lagu tersebut pun masih sangat sering didengar di rumah”. Ketika ditanyakan pertanyaan yang sama kepada responden yang lain, maka pada umumnya menjawab lagu-lagu populer tersebut masih sangat disukai, dan masih sering didengar baik di rumah maupun di berbagai acara orang Batak. Seperti yang diutarakan oleh: Dewi Pangaribuan: ”Saya sangat senang lagu-lagunya, suka karena sudah biasa menyanyikan lagu-lagu Batak sejak saya berumur 10 tahun, sehingga lagulagu tersebut berakar dalam hati saya”. Pengalaman lain yang mempengaruhi pengenalan lagu-lagu populer tersebut adalah dari lingkungan rumah yang masih membiasakan memutar lagu-lagu Batak. Dan ada juga di antara orangtua masih membiasakan berkomunikasi di rumah dengan menggunakan bahasa Batak. Pengaruh yang lain adalah dari kegiatan upacara adat yang 10
Br di tengan nama adalah singkatan dari boru artinya anak perempuan.
166
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI sering diikuti oleh responden sehingga mau tidak mau sudah biasa mendengar lagu-lagu tersebut dan bahkan juga sering ikut menyanyikannya. Seperti penuturan Marulitua Simangunsong berikut ini.11 “Kebetulan saya dibesarkan dari lingkungan Batak dan sebagai dorongan besar untuk menguasai lagu-lagu Batak. Sungguh suatu dorongan besar untuk menguasai sebanyak mungkin lagu-lagu Batak. Sebagian besar lagu-lagu Batak yang lama ataupun yang baru kita kenal baik syair dan lagunya. Hampir setiap harilah, di rumah karena sering putar lagu Batak, selain di rumah di pertemuan-pertemuan orang Batak, terlebih di pesta adat lagu-lagu tersebut pasti dinyanyikan”.
Secara personal orang Batak masih akrab dengan lagu-lagu tersebut, biarpun tidak aktif sebagai penyanyi, tapi sebagai pendengar, dasarnya adalah tetap masih menyukai jenis lagu dan musik Batak tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Doma Tumanggor berikut ini.12 “Saya kira sebagai orang Batak, jelas menyukai lagu-lagu Batak, itu sudah otomatis. Walaupun saya tidak pintar menyanyi. Kalau mendengarnya sering apalagi sudah saya rekam di Hp, apalagi sendirian, walaupun tidak hafal cuma dengar-dengar saja”.
Terutama lagu-lagu lama yang bernuansa khas Batak masih sangat sering diperdengarkan dimana-mana, sehingga tetap tidak bisa dilupakan. Ketika ada satu orang yang memulai menyanyi lagu tersebut, maka secara otomatis yang lain pun akan segera ikut menyanyikannya. Seperti penuturan responden Mirando Damanik dan Kardono Sinaga:13 “Ya, lagu Batak itu patut kita senangi karena menyentuh hati. Yang menyangkut perasaan, yang cocok di hati kita. Seperti lagu Nahum Situmorang (Anakonhi do Hamoraon di Au), saya kagum kepada lagunya”. Dan tidak ketinggalan apa yang 11
Wawancara dilakukan di Yogyakarta 5 Maret 2014.
12
Wawancara dilakukan di Yogyakarta 3 Maret 2014.
13
Wawancara dilakukan di Wonosobo 29 Maret 2014.
167
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI disampaikan Kardono Sinaga: “Sangat suka lagu Batak karena isi lagunya mengena di hati kita. Lagunya sesuai dengan kejadian, kenyataan bukan hanya karena bahasanya Batak tapi isi lagunya mengena sama kita”.
Pengenalan responden terhadap lagu-lagu yang ditanyakan, juga masih dapat dikatakan sama dengan audien orang Batak umumnya, dengan kategori pendengar berlatarbelakang yang sama. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan beberapa alasan kesukaan terhadap lagu tersebut: Sebagai identitas orang Batak; sering diputar dalam acara-acara adat; lagunya sudah ada yang dikenal sejak kecil; lagu-lagunya menceritakan kehidpan di kampung; menyentuh hati; isinya mengena (sama dengan yang dialami); dan mengingatkan memori di kampung. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, sangat dapat dipahami mengapa lagu-lagu Batak populer tersebut begitu akrab kepada audien yang mempunyai kenangan yang mungkin sama atau mirip dengan yang diceritakan pada syair-syair lagu-lagu tersebut. Dengan alasan responden mengatakan lagunya menceritakan kehidupan di kampung, memberi makna bahwa isi syair lagunya memang benar-benar mengisahkan tentang pergumulan hidup, kemiskinan, perjuangan anak untuk sekolah, dan perjuangan merantau.
3. Lagu Batak Toba Populer sebagai Ekspresi Perjuangan Penggunaan lagu sebagai alat ekspresi perjuangan masih sangat efektif digunakan. Cukup banyak lagu Batak populer yang memuat isi perjuangan, yang dikemas dengan irama lagu ceria dan melankolis. Lagu-lagu model tersebut masih sangat populer di kalangan orang Batak sampai sekarang. Fakta tersebut diketahui berdasarkan wawancara yang dilakukan 168
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI terhadap responden untuk menggali tanggapan mereka terhadap Lagu Batak Toba Populer. Hampir semua responden menjawab kenal dengan lagu-lagu populer yang bertemakan perjuangan tersebut. Meskipun tidak semua bisa hafal kata-katanya, tapi sudah pernah dengar, dan bahkan ada yang sangat sering didengar, seperti: Anakkonhi do Hampraon di Au; Anakkon hu; Anakku na Burju; Putus Sikkola; Andung-andung Anak Siampudan; Alusi Au.
3. 1. Lagu Andung sebagai Model Ekspresi Kesedihan Lagu yang bercorak Andung, sangat cocok untuk mengekspresikan pengalaman kesedihan, meskipun ceritanya mengisahkan tentang hal yang buruk, tapi tetap lagunya dapat menjadi refleksi dan memberi motivasi berfikir positif. Pilihan model lagu andung (ratapan) sangat tepat penggunaannya oleh pencipta lagu, mengingat pesan yang akan disampaikan adalah berhubungan dengan persoalan yang menggambarkan kesedihan bagi orang Batak sendiri. Untuk contoh lagu andung, diambil 3 lagu sebagai bahan analisis berhubungan dengan corak lagu yang bercirikan kesedihan. Lagunya berisikan tiga status anak yang juga mempunyai peran penting dalam masyarakat Batak, yaitu Anak Siampudan, Anak Buhabaju dan Anak Sasada. Tiga status anak tersebut memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan keluarga Batak sebab anak dalam ideologi 3H adalah hagabeon. Pemilihan tiga lagu dari latarbelakang tiga status anak ini memperkuat ekspresi lagu, karena mereka digambarkan berada pada kondisi ekonomi yang sangat 169
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI memprihantinkan. Karena pengalaman pahit anak menjadikan orangtua menjadi sangat sedih. Kekuatan lagu terletak pada perpaduan melodi yang sedih, kata-kata yang berisi tangisan tiga anak, dan dinyanyian dengan cara seperti menangis (meratap). Pada saat wawancara, secara khusus ditanyakan mengenai lagu dengan kategori lagu yang sedih, peristiwa yang diceritakan pada teks lagu, dan bagaimana tanggapan responden sebagai perantau terhadap kategori lagu seperti ini. Dari jawaban yang mereka lontarkan bahwa ada kecocokan dengan situasi yang mereka alami, model lagu seperti itu dapat memberi motivasi kepada mereka untuk lebih peduli keluarga, termasuk peduli kepada kampung halaman mereka.
Ada dampak yang dirasakan ketika mereka
mendengar gaya lagu andung. Dengan membiasakan mendengar lagu andung tersebut justru memberi semangat dan mendorong mereka untuk bekerja keras. Seperti yang ditanyakan kepada responden mengenai: “Apa pendapat Anda ketika mendengarkan lagu-lagu andung)?”, dengan spontan Manosor Pangaribuan menjawab:14 “Lagu sedih (andung), sebagai motivasi untuk berfikir positif, teks lagu berisi kejadiankejadian nyata. Ini cara berekspresi orang Batak, sedih tapi tidak berarti negatif. Jadi lagu ini justru dapat memberi dorongan positif kepada saya”.
Pengalaman Manosor Pangaribuan menunjukan, bahwa lagu sedih tidak dilihat sebagai sesuatu yang negatif, tetapi justru dijadikan sebagai motivasi positif, sebagai refleksi yang mebuatnya terdorong untuk lebih bersemangat berjuang. Selain tanggapan perorangan, juga ditanyakan bagaimana lagu-lagu populer tersebut yang berlatarbelakang cerita di kampung, masih disukai oleh perantau di kota14
Wawancara dilakukan di Wonosobo 29 Maret 2014.
170
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kota besar, mengingat kota-kota besar sudah dipengaruhi modernisasi dan globalisasi. Dan kepada kepada responden juga ditanyakan: “Bagimanan tanggapan Anda terhadap syair dan lagu yang sedih yang pada umumnya masih disukai orang Batak yang tinggal di kota-kota besar di luar Sumatera seperti, Bandung, Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya”? Jawaban yang dilontarkan oleh Dewi Pangaribuan sebagai musisi yang lebih lama tinggal di kota besar seperti Jakarta, Manila (Philippines), dan New York.15 “Suka, merupakan darah daging, karena kita orang Batak, menjadikannya sebagai ciri khas budaya. Orang tidak bisa lupa kacang dari kulitnya. Dimanapun saya berada saya suka dengan lagu Batak yang sedih, atau yang gembira. Kalau mendengar lagu sedih, saya melihat kehidupan keluarga saya yang tidak mampu. Jadi meskipun lagunya sedih tetap penting sebagai pelajaran, supaya jangan hanya tinggal dalam kemiskinan tapi kita bisa berubah”.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pada umumnya responden mengakui lagu-lagu tersebut masih dikenal, masih disukai bahkan mendarah daging. Karena lagu andung tersebut erat dihubungkan dengan peristiwa nyata yang pernah disaksikan atau dialami responden. Lagu andung seperti diterangkan di awal memiliki latar belakang kesedihan karena ada anggota keluarga yang meninggal. Dengan situasi seperti inilah, keluarga sangat bersedih sehingga mereka mengekspresikan dengan menangis mangangguk bobar (menangis sekeras-kerasnya). Khususnya bagi orang Batak yang lahir dan besar di kampung pasti masih dapat merasakan situasi seperti ini dan masih tertarik dengan lagu andung, mengingat peristiwa yang diceritakan dalam tiga lagu masih sangat relevan dalam kehidupan mereka.
15
Wawancara dilakukan: Yogyakarta-Amerika dengan menggunakan Skype, 8 Februari 2014.
171
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Konstruksi lagu Andung-andung ni Anak Siampudan
16
menjadikan lagunya
sangat menyentuh dengan kisah seorang anak bungsu dari keluarga miskin, yang hidup di perantauan, dan dipadu dengan kemasan lagu bercorak ratapan menjadikan lagunya sangat ekspresif, sedih dan haru. Ketika ditanyakan tanggapan responden mengenai lagu andung, maka jawaban yang dilontarkan oleh Doma Tumanggor:17 “Lagu Andung menggugah hati, mengingat kampung, mengingat orang tua, hati menjadi terenyuh ketika menghayati lirik lagunya, sehingga memunculkan keinginan untuk pulang dan ingin selalu mendengar lagu-lagu Batak”.
Ada kaitan erat antara lagu dan pengalaman reponden terhadap keluarganya. Mengingat kampung sama maknanya mengingat orangtua, yang menunjukkan suatu hubungan keluarga yang sama-sama merasakan pengalaman keprihatinan. Ketika ditanyakan kepada responden lain mengenai lagu andung dengan mengajukan pertanyaan: “Bagaimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu “Andung-andung Anak Siampudan”? Responden Mirando Damanik mengekspresikan jawaban sebagai beikut:18 “Lagu itu punya makna, menceritakan keadaan yang dialami perantau. Lagu itu dihubungkan dengan peristiwa yang pernah dialami perantau, anak bungsu. Kalau kita renungi, kalau ada yang memiliki pengalaman yang sama dengan lagu ini, maka peristiwa ini sangat menyedihkan. Enak juga lagunya. Karena lagu itu digali lewat peristiwa, dari kisah yang ada. Jadi isinya ada hubungannya dengan pengalaman perantau”.
Damanik menggambarkan sangatlah sedih bila seorang yang berada di perantauan mengalami hal yang sama seperti apa yang dikisahkan pada syair lagu. Ketika ditanyakan kepada responden yang lain maka jawaban yang diberikan oleh Marulitua Simangunsong
16
Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 3.1.2.. Lagu no.1. p.125.
17
Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 3 Maret 2014.
18
Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 7 Maret 2014.
172
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI lebih kepada pengertian dan pemaknaan isi lagu andung yang dihubungkan dengan doa dan ekspresi hati yang ditujukan kepada Yang Mahakuasa.19 “Ada tradisi bagi orang Batak bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan suasana hatinya disampaikan kepada ‘Yang Mahakuasa’ (Ompu Mulajadi Nabolon), baik ketika senang atau dalam duka. Kata andung sebetulnya itu doa, karena merasuknya doa ini maka seseorang mengeluarkan air mata, sambil menjerit, sehingga muncullah ekspresiekspresi yang berlebihan ketika menangis”.
Sedangkan Simangunsong lebih melihat bahwa syair lagu tersebut sebagai bentuk doa yang cocok untuk mengekspresikan pengalaman hidup seseorang kepada Yang Mahakuasa. Anak sulung (khususnya laki-laki) dalam masyarakat Batak adalah sebagai pengganti orangtua apabila orangtuanya sudah tidak ada. Anak sulung akan mengambil alih tanggungjawab terhadap adik-adiknya dalam segala hal. Selain itu, Anak sulung juga menjadi panggoaran (nama panggilan) yang lebih sopan untuk orangtua si anak. Seperti diketahui bahwa kematian bagi orang Batak Toba adalah kehilangan. Sehingga bagi si Anak Sulung ini, meratap dengan menangis yang sekuat-kuatnya adalah ekspresi yang spontan untuk mengungkapkan perasaan kehilangan tersebut. Sebagai Anak sulung ia merasa dirinya tidak berguna, karena dia tidak bisa melihat ibunya lagi dalam keadaan hidup. Dia mengatakan: Sambor ni nipikki Inong (Aku anak yang terkutuk Ibu). Ketika ditanyakan Lagu Andung Anak Buha Baju
19 20
20
yang berisi syair lagu tentang kemalangan
Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014. Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 3.1.3 Lagu no. 2. p.129.
173
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI karena Ibunya meninggal ketika di perantauan, adapun tanggapan yang dilontarkan oleh Marulitua Simangunsong sebagai berikut:21 “Anak sulung yang merantau adalah bertujuan meningkatkan ekonomi keluarga, dan juga menopang adik-adik untuk sekolah. Tapi dalam lagu ini, si anak sulung justru kehilangan Ibunya ketika diperantauan. Dalam lagu Andung orang tidak menyanyi seperti biasa, lagunya memiliki melodi-melodi khas, kayak orang lagi menangis”.
Anak Sasada (anak tunggal) adalah juga mendapat peran penting dalam masyarakat Batak. Karena kalau hanya memiliki anak tunggal (anak sasada) belum lengkap sebagai keluarga. Karena dalam ideologi dan falsafah Batak yang berkaitan dengan anak, kata gabe adalah kata yang sangat penting dan berhubungan dengan keturunan. Karena bagi orang Batak yang disebut gabe apabil keluarga sudah memiliki anak laki-laki dan anak perempuan, dan terlebih lagi anak laki-laki. Kalau dalam judul lagu ini disebut Anak Sasada, anak satu-satunya, ini juga adalah kesedihan, baik bagi anak sasada itu sendiri, maupun bagi orangtuanya. Dalam lagu juga dilukiskan bahwa betapa nestapanya anak sasada merasakan kesedihan yang mendalam karena tidak punya siapa-siapa lagi, hanya tinggal sendiri saja. Ketika ditanyakan kepada responden mengenai: Bagaimana tanggapan Anda terhadap lagu Andung Anak Sasada? 22, jawaban yang terlontar dari Dewi Pangaribuan adalah:23 “Ketika saya mendengar lagu andung ini, kata-kata lagu tersebut menjamah dan menyentuh hati saya. Dan isi lagu-lagu tersebut juga menjadi tantangan bagi setiap orangtua dalam usaha memperjuangkan anak-anaknya. Kalau saya mendengar, saya menangis, karena saya sendiri pernah berada pada posisi yang tidak mampu, kata sial, 21 22
23
Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014. Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 3.1.4 Lagu no.3. p.131. Wawancara dilakukan: Yogyakarta-Amerikan dengan menggunakan Skype, 2 Februari 2014.
174
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI sama seperti dapat kutukan. Ketidakmampuan untuk berbuat, kehidupan yang diceritakan pada lagu ini adalah keadaan yang sangat memilukan, sebagai anak tidak ada lagi artinya, karena tidak memiliki siapa-siapa, ayah-ibu tidak ada, kakak-adik pun tidak punya. Saya sendiri bisa merasakan kondisi seperti ini. Di dalam ketidakmampuan ini saya hanya banyak menangis dan berdoa”.
Pengalaman yang diceritakan dalam lagu Andung Anak Sasada sama dengan dua lagu andung lainnya, Andung-andung ni Anak Siampudan dan Andung Anak Buhabaju. Ketiga lagu tersebut menggunakan gaya lagu ratapan, dan sangat sesuai untuk mengungkapkan pengalaman kesedihan. Konteksnya, ketiga anak (anak bungsu, sulung dan tunggal) berada pada pengalaman yang sama ketika di perantauan mendapatkan musibah, karena Ibu meninggal. Persamaan yang lain adalah ketiganya berada pada kondisi ekonomi yang kurang mampu. Perbedaannya hanya pada posisi sebagai anak bungsu, anak sulung dan anak tunggal yang mempunyai peran masing-masing dalam keluarga Batak.
3. 2. Keterpurukan Modal Ekonomi Tiga contoh lagu yang dijadikan sebagai bahan analisis berhubungan dengan kemiskinan: Tapanuli Peta Kemiskinan, Gotap sian Sikkola dan Tangis do Au. Untuk mengetahui bagaimana lagu dan syair tersebut dipahami yang isinya menyuarakan tentang kemiskinan. Dalam wawancara kepada perorangan dan kelompok diskusi FGD, juga ditanyakan hal-hal diseputar isi lagu dan kondisi yang sebenarnya yang diceritakan dalam teks lagu tersebut. Bagaimana responden menanggapi, dan pengalaman yang mereka rasakan, dari kenyataan yang ada dalam teks lagu.
175
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Secara khusus lagu Tapanuli Peta Kemiskinan menceritakan tentang kemiskinan daerah Tapanuli Utara, yang dikisahkan dalam teks lagu dalam kisah nyata tahun 80-an dan 90-an. Saat itu pula, Gubernur Sumatera Utara Raja Inal Siregar (periode 19881998), telah menggagas sebuah slogan yang terkenal dengan: MARTABE (Marsipature Hutana Be).24 Melalui latarbelakang kondisi Tapanuli Utara, Jack Marpaung ikut menyemarakkan slogan Gubernur tersebut dengan menciptakan lagu berjudul: Tapanuli Peta Kemiskinan.25 Ketika dilakukan wawancara dan diskusi pada kelompok FGD, responden memberi penjelasan berdasarkan pengalaman ketika mereka masih berada di Tapanuli Utara. Di antara responden yang menceritakan tentang pengalamannya adalah Kaston Pakpahan:26 “Mengenai Tapanuli Peta Kemiskinan, pada tahuan 90-an pertengahan sudah diteliti bahwa Tapanuli Peta Kemiskinan. Suatu hal yang dianjurkan oleh orang tua supaya anakanaknya pergi sekolah. Dari Tapanuli Utara mereka pergi sekolah ke Medan, Jakarta, Bandung. Jadi uang dari Tapanuli begitu deras keluar. Untuk keperluan sekolah anakanak mereka, terpaksa menjual apa yang mereka miliki seperti jual beras, jual sawah, jual kerbau, apapun dijual. Dan mengenai capaian sekolah paling sedikit lulus SMA”.
Harapan orangtua kalau sudah lulus dari sekolah, supaya anaknya bisa bekerja dan menjadi orang sukses. Keberhasilan seharusnya memberi dampak kesejahteraan, seperti yang dicita-citakan dalam ideologi hamoraon, namun yang terjadi adalah ketidakpedulian terhadap kampung halamannya. Kemarahan seolah terjadi ketika orangtuanya mengetahui bahwa anaknya sudah sukses dalam pekerjaan, kaya (mora) dan terpandang (sangap). Hal yang disesalkan orangtua dalam kisah lagunya adalah mengapa 24 25
26
MARTABE (Marsipature hutana be): Artinya membangun kampung masing-masing. Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.1.1. Lagu no. 4. p.135. Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
176
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI perantau justru melupakan Bona Pasogit (tanah asal). Ada keengganan perantau yang sukses untuk pulang, digambarkan seolah-olah tidak peduli dengan kampung halamannya. Hal ini juga ditanyakan kepada responden. Salah satu tanggapan yang dilontarkan oleh Hotran Simarmata, sebagai berikut:27 “Banyak orang Batak yang sukses diperantauan, bisa membangun rumah sampai 3 tingkat, tapi kalau di kampungnya belum tentu dia membangun satu tingkat saja. Banyak yang sudah sarjana-sarjana. Karena banyak sarjana maka melalui lagu ini seharusnya mereka mempraktikkan di kampung ilmu yang sudah didapat itu. Seharusnya ilmu yang mereka dapatkan dipakai dalam pengembangan di berbagai sektor seperti pariwisata”.
Dalam teks lagu terdapat permintaan kepada orang Batak yang berada di perantauan supaya mereka kembali ke kampung, dan supaya mereka membangun daerah yang sudah sangat tertinggal dari kota-kota lainnya. Dalam teks lagu dikatakan Mulak ma ho bangsokki, Bangso Batak bangsokki, bangso na jogi, (pulanglah bangsaku, bangsaku yang gagah berani). Kata mulak (pulang) yang dipakai dalam teks lagu mengindikasikan supaya mereka yang sudah sukses di perantauan memperhatikan kampung halaman yang berada pada status miskin. Sumbangan selain uang, ilmu dan pemikiran sangat dibutuhkan untuk merealisasikan ide pembangunan. Melibatkan perantau untuk membangun dianggap merupakan potensi tersendiri dalam menggerakkan pembangunan di daerah. Sehingga dua model himbauan lewat slogan pemerintah Sumatera Utara dan seniman musik dirasa sangat tepat dan cukup menginspirasi. Himbauan dan ajakan sangat pantas disuarakan, namun bagaimana
27
Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
177
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI tanggapan orang Batak itu sendiri sangat tergantung pada kepekaan masing-masing. Seperti tanggapan yang dilontarkan responden Mirando Damanik berikut ini:28 “Orang Batak hanya membangun kampungnya ketika dia membangun tugu untuk bapaknya, dan untuk dirinya. Kalau dia sudah sukses. Kalau disuruh membangun daerahnya, agak sulit. Jadi Jack Marpaung hebat juga bisa mencetuskan lagu ini, karena merupakan kritikan kepada semua orang Batak”.
Selain tanggapan sinis terhadap perantau, juga tidak seluruhnya benar bahwa perantau tidak peduli kampung halamannya. Sesuatu yang positif sudah mulai terlihat, ketika semakin banyak orang Batak yang ada diperantauan semakin peduli terhadap kampung halamannya, dengan berusaha membangun dengan cara dan kemampuannya masing-masing. Sehubungan dengan isi lagu, juga ditanyakan kepada responden lain mengenai: “Bagimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu yang mengisahkan tentang kemiskinan? Tanggapan dari responden lain seperti yang diutarakan oleh Lukder Tumanggor berikut ini:29 “Tapi kita lihat segi positifnya. Datanglah surat dari kampung, isinya mau bikin ‘tambak’ (tugu). Kiriman cukup besar tapi kurang bermanfaat karena digunakan untuk membangun kuburan (tugu). Meskipun ada juga untuk keperluan membangun desa, untuk menyalurkan air bersih. Ada juga orang Hutagodung yang sukses diperantauan yang membangun daerahnya dengan membangun jembatan yang cukup mahal biayanya. Juga daerah Solok (pedalaman) di Tapanuli Utara sudah bisa dilalui mobil karena perantau sudah berkontribusi untuk membangun jalan dan jembatan. Jadi lagu Tapanuli Peta Kemiskinan ini sudah memotret kenyataan yang sesungguhnya di Tapanuli”.
Isi lagu Gotap sikkola
30
, itulah ratapan seorang anak. Si Anak menyadari bahwa
itu adalah bagian dari kemiskinan, apalagi ayahnya tidak bisa berkontribusi lagi karena
28
Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 7 Maret 2014.
29
Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
30
Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.1.2. Lagu no. 5. p.137.
178
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI sudah pergi meninggalkan mereka untuk selamanya. Perjuangan seorang Ibu untuk anaknya ternyata pada akhirnya tetap tidak bisa mencapai cita-citanya untuk menyekolahkan anak-anaknya. Padahal Ibuanya sudah berusaha keras, bekerja sampai menahan panas matahari sebagai pedagang kecil (parengge-rengge) di kaki lima. Ketika peristiwa dalam lagu ini ditanyakan kepada responden dengan pertanyaan: “Bagaimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu yang berisikan tentang anak yang putus sekolah”. Maka jawaban yang disampaikan oleh Manosor Pangaribuan sebagai berikut:31
“Ini lagu kisah anak yang berniat untuk sekolah namun orangtua tidak mampu membiayai. Kita tau penghasilan di kampung umumnya dari pertanian, sehingga dukungan ekonomi tidak mencukupi. Apalagi kalau kita perhatikan bahwa junmlah anggota keluarga di kampung bisa 4 sampai 6 orang atau bahkan lebih. Sementara penghasilan ibu tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga, apalagi sampai menyekolahkan anak-anaknya”.
Sebagai orangtua tetap berusaha bekerja keras dengan caranya sendiri untuk bisa mendapatkan hasil (pangomoan). Orangtua tetap berjuang meskipun menghadapi kenyataan pahit. Ketika hal ini ditanyakan kepada responden yang lain maka Marulitua Simangunsong menanggapi sebagai berikut:32 “Tinggi hasrat dan keinginan orangtua, supaya anak lebih baik ilmunya, ekonominya, pengetahuan dari pada dirinya (orangtua). Tapi melihat kenyataan, bekerja sebagai pedagang kecil dari pagi sampai sore, usaha tersebut masih belum dapat mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi”.
Kemiskinan itulah yang menjadi momok, karena ternyata harapannya untuk bekerja mendapatkan penghasilan belum terwujud di perantauan. Si Anak merintih, pengalaman pahit menimpanya karena begitu susah berjuang dalam hidup. Namun dalam
31
Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
32
Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
179
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kesedihan tersebut, si anak tetap mohon doa dan penyertaan secara rohani dari Ibunya semoga selalu menyertainya di perantauan. Ketika ditanyakan tanggapan responden tentang isi lagu Tangis do Au33, satu penuturan yang menarik dari responden dalam bahasa Batak dari seorang Ibu N. br Ambarita melalui pengalamannya merantau.34 “Hita mangaranto, naing mamajuhon orangtua do. Molo au dang putus asa, lehononku do hiburan tu orangtuakku. Nasibmu doi Omak, nasibmu doi Bapa, berjuang do au dipangarantoan on asa boi ahu hasea, alai boha ma bahenon, alai unang putus asa ho Omak, sabar ma ho, molo hasea au Omak sai na bahenonku do na denggan tuho. (Kita yang merantau, bertujuan untuk memajukan orangtua. Kalau aku tidak putus asa, aku akan menghibur orangtuaku, mengatakan: itu nasibmu Ibu, nasibmu Ayah, aku sudah berjuang di perantauan supaya bisa berhasil, tapi apa mau dikata, tetapi jangan putus asa Ibu, sabarlah, kalau aku sudah sukses aku akan melakukan yang terbaik (red: memberi sesuatu) untukmu)”
Lagu kesedihan, namun berisi pemikiran yang sangat positif, di dalam ketidakmampuan anak masih bisa berfikir hal yang positif. Memiliki harapan dan masa depan yang menjanjikan, dengan penyertaan dukungan doa orangtuanya.
3. 3. Arena Pertarungan di Perantauan
Bourdieu mendefinisikan arena sebagai arena pertempuran dan juga arena perjuangan, karena di arena tersebut agen dapat memperebutkan modal. Atau dengan pengertian yang lebih sederhana bahwa: “Arena adalah suatu arena sosial yang di dalamnya perjuangan atau manuver terjadi untuk memperebutkan sumber atau pertaruhan dan akses terbatas”.35 33
34
Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.1.3. Lagu no. 6. p.139. Wawancara dilakukan di Wonosobo, 28 Maret 2014.
35
Jenkins, Richard.1992. Pierre Bourdieu Routledge, London, ditejemahkan oleh Nurhadi. 2010. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu, Kreasi Wacana Offset, Yogyakarta. p. 124.
180
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Pertanyaan yang diajukan berhubungan dengan apa motivasi dan tujuan responden dalam perjuangan? Masing-masing responden yang diwawancarai menginginkan suatu perubahan, karena mereka mengakui kehidupan di kampung cukup sulit (miskin), sehingga sangat susah mendapatkan kehidupan yang lebih layak kalau hanya tinggal di kampung. Itulah sebabnya mereka berargumentasi mengapa banyak di antara orang Batak pergi merantau hanya karena terpaksa dan dengan modal ‘nekat’, dan kadang-kadang uang yang dibawa pun hanya pas-pasan untuk ongkos. Seperti yang dikisahkan Doma Tumanggor berikut ini:36
“Merantau itu perlu, karena kondisi daerah sendiri yang tidak memungkinkan untuk bekerja, karena kalau tidak begitu ya tidak mungkin ada perubahan. Karena keterbatasan lapangan pekerjaan di kampung, apalagi kalau semua keluarga tinggal di kampung maka tidak bisa hidup. Seperti saya dulu setelah lulus SMA, dengan modal nekat merantau tahun 72. Naik kendaraan umum dari Siantar ke Jambi yang saya tempuh selama 7 hari 7 malam, dan tidak tau siapa yang dituju”.
Banyak perantau biasanya belum memiliki tujuan yang pasti kemana dan ke alamat siapa mereka harus pergi. Yang ada di pikiran mereka adalah pergi. Sehingga orangtua pun sering hanya melontarkan tujuan kota asal sebut saja, seperti yang dialami oleh M. Siahaan.37 “Kita semua merasakan peristwa ini, tanpa tujuan yang jelas. Tahun 78 saya merantau. Orangtua bertanya kepada saya apakah saya mau lanjut sekolah atau merantau. Tapi sebagai anak sulung, saya putuskan justru mau merantau. Saya sarjana ekonomi, lalu pergi merantau. Pertama di kapal Tangker mulai dari Belawan, Malaysia, sampai ke Singapura. Dulu rencana kalau punya uang ada keinginan melanjutkan kuliah pendeta tapi karena kurang mampu tidak jadi sekolah. Tidak lama kerja di kapal tanker lalu pengangguran. Karena tidak ada kerjaan lalu saya memutuskan merantau ke Pulau Jawa”.
36
Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 3 Maret 2014.
37
Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
181
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ketika ditanyakan tanggapan mengenai merantau kepada seorang responden wanita jawaban yang dilontarkan oleh N. br Ambarita dalam bahasa Batak sebagai berikut:38 “Halak Batak do nabarani mangaranto, soadong pe sikkolana, barani do mangaranto, nekat. Di huta ni halak, nang pe soadong modalna, aha pe diulahon, jadi marmodalhon dugul-dugul ni pat”. (Orang Batak adalah orang yang berani merantau, walaupun tidak ada sekolahnya, berani merantau, nekat, di perantauan walaupun tidak punya modal, apa pun dikerjakan, jadi bermodalkan dengkul).
Sehubungan dengan tujuan, ke kota mana mereka akan pergi merantau maka responden menjawab ke kota-kota seperti: Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Wonosobo, dan sampai ke Samarinda (Kalimantan Timur). Dalam pengalaman mereka pada tempat yang dituju selalu dengan ketidakpastian karena ternyata mereka justru terpaksa berpindah-pindah tempat dan berganti-ganti pekerjaan sampai akhirnya menemukan tempat yang paling sesuai dengan harapan mereka. Pada saat diwawancarai mereka telah merasa nyaman tinggal di kota-kota yang mereka tinggali sekarang ini, yaitu di DIY dan Jawa Tengah. Untuk merantau bagi orang Batak, biasanya ada berbagai cara yang ditempuh, ada dengan inisiatif sendiri untuk pergi dan ada juga karena disuruh keluarganya yang sudah di perantauan untuk datang, seperti yang dituturkan oleh Lukder Tumanggor berikut ini:39 “Dengan melihat kondisi di kampung, keluarga yang berhasil diperantauan justru menarik keluarganya untuk merantau. Perantau tidak mau pulang karena mereka tau bahwa tidak ada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka karena tidak ada lapangan pekerjaan. Karena kalau pulang ke kampung paling-paling hanya bisa bertani.
38
Wawancara dilakukan di Wonosobo, 28 Maret 2014.
39
Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
182
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Biasanya hanya orang Batak yang sudah pensiun yang memilih untuk pulang dan mati di tempat asalnya”.
Dalam lagu dikisahkan bahwa sekolah, adalah hal yang tidak mungkin lagi ditempuh oleh si anak, karena persoalan ekonomi keluarga. Berdiam juga bukanlah pilihan yang baik, karena akan tidak terjadi perubahan. Satu-satunya jalan yang mungkin ditempuh selain sekolah adalah merantau, karena orangtua tidak sanggup lagi untuk memperjuangkan anaknya untuk sekolah. Ketika ditanyakan kepada responden mengenai isi lagu ini Putus Sikkola
40
dengan pertanyaaan: “Bagaimana tanggapan Anda terhadap
syair dan lagu yang berisikan tentang anak yang putus sekolah?”. Lalu tanggapan atas pertanyaan tersebut direspon oleh responden Dewi Pangaribuan sebagai berikut:41
“Kita percaya itulah nasib kita. Putus sekolah bukan karena anak tidak mampu, putus sekolah karena biaya. Tuhan sudah memberi kita kemampuan. Masalahnya adalah kembali kepada masalah kemiskinan, masalah ekonomi. Sehingga sulit mencapainya. Tuntutan filosofi itu bagus, dan banyak lagu berisi perjuangan mati-matian untuk orang Batak”.
Orangtua masih mempunyai harapan untuk anaknya bisa bekerja, selain sekolah. Ada peluang lain yang masih mungkin ditempuh sebagai jalan yang terakhir dengan merantau. Ketika isi lagu ditelisi secara bersama-sama dalam diskusi dan wawancara dan pertanyaan, “Bagaimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu yang berisikan tentang anak yang putus sekolah?”, ditanyakan kepada responden maka jawaban spontan yang dilontarkan oleh Doma Tumanggor adalah:42
40 41
42
Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.2.1. Lagu no. 7. p.142. Wawancara dilakukan: Yogyakarta-Amerikan dengan menggunakan Skype, 2 Februari 2014. Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 3 Maret 2014.
183
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI “Ya, saya juga termasuk di sini karena orangtua tidak mampu, keterbatasan ekonomi orangtua. Mendengar ini ya saya juga sedih. Kita sangat suka mendengar lagu ini. Sebagai dorongan bagi kita untuk maju. Jadi keterbatasan yang ada mendorong kita untuk lebih maju dari kampung”.
Pengalaman pahit yang dialami oleh seorang anak yang sudah berada diperantauan. Tidak bisa berbuat apa-apa karena pekerjaan tidak ada, pada kondisi seperti itulah si anak mengingat ibunya. Keadaan keluarga dalam cerita pada lagu ini yang sedang mengalami ekonomi yang sulit, dan mengalami pahitnya hidup. Pengalaman ini telah dirasakan sejak anaknya diberangkatkan keluarga. Sehubungan dengan hal ini, pertanyaan yang dilontarkan kepada responden masih disekitar lagu yang sedih dan isi teks lagu yang mengharukan: “Bagaimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu Anak Parjalang43 yang mengisahkan tentang Perantau yang kurang berhasil? Adapun jawaban yang dilontarkan oleh Dewi Pangaribuan sebagai berikut:44 “Lagunya menceritakan kesedihan. Tidak berhasil karena tidak sekolah. Pengetahuan bisa memberi kepercayaan, bisa mandiri, kalau tidak punya pengetahuan maka tidak bisa didapatkan. Bagaimanan dia bisa makan, dan bekerja. Kembali kepada filosofi orang Batak, harus pergi sekolah, karena sekolah bisa sebagai sarana transformasi. Yang jelas, saya juga seorang Ibu, mengingat keponakan-keponakan saya yang tidak bisa mencapai cita-ciata mereka. Saya sebagai Ibu pasti sedih karena harapan saya, mereka bisa sukses”.
Di balik semua itu, di dalam lagu diceritakan, ada kebesaran hati si Anak untuk menghibur diri dan meyakinkan Ibunya, supaya Ibunya sabar, artinya setia menunggu sampai anaknya mendapat pekerjaan. Si Anak tetap meminta dukungan doa dari Ibunya, dan sekaligus meminta maaf atas keadaan yang dihadapi. Si Anak tetap berkeyakinan suatu ketika nanti dapat memenuhi harapan Ibunya, berhasil di perantauan dan dapat mengirimkan sesuatu (uang) kepada Ibunya. 43
44
Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.2.2. Lagu no. 8. p.143. Wawancara dilakukan: Yogyakarta-Amerikan dengan menggunakan Skype, 2 Februari 2014.
184
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Motivasi seseorang merantau sangat mungkin berbeda-beda, namun kebanyakan orang Batak yang merantau ke luar Pulau Sumatra adalah untuk mencari pekerjaan, dan sering terdengar kata-kata mereka merantau untuk merubah keadaan. Orang di kampung biasanya tau Jakarta berdasarkan cerita, bahkan mungkin belum pernah ke sana, sehingga kalau bicara merantau langsung mengingat Jakarta yang diyakini menjanjikan banyak pekerjaan, seperti penuturan Lukder Tumanggor berikut ini:45 “Saya lulusan SMA Parlilitan, habis itu saya disuruh orangtua merantau ke Jakarta: ”Kau pergi kalau mati matilah di situ” katanya. Lalu pada suatu hari orangtua mengundang Pendeta untuk memberi nasihat kepada saya, karena saya sudah lulus SMA. Pendeta memberi saran: “kalau kau kuliah orangtua tidak sanggup, berjuanglah, karena di pulau Jawa masih banyak peluang, Irian Jaya masih ada peluang” katanya. Lalu akhirnya saya putuskan untuk merantau. Saya berangkat menuju Jakarta naik bus ALS (Antar Lintas Sumatera), di Jakarta penumpang turun, turun dari ALS sudah mau nangis saya. Semua orang turun saya mau ke mana, gelisah mau kemana”.
Dan ketika responden ditanya mengenai pendapatnya tentang: “Bagaimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu Anak Parjalang yang mengisahkan tentang Perantau yang kurang berhasil?”. Maka jawaban yang terlontar dari responden Hotran Simarmata adalah:46 “Kisah di lagu ini adalah seorang perantau yang berusaha mati-matian dalam menghadapi kesulitan hidup (parir do) yang begitu pedih. Selama berjuang belum dapat apa-apa. Di perantauan si anak berusaha keras bagaimana supaya mendapatkan pekerjaan, tetapi gagal dan gagal lagi. Tujuannya adalah supaya ada penghasilan. Karena bagi orangtua tujuannya supaya berhasi, karena itu disuruh merantau. Meskipun dia belum berhasil selalu memberi kabar kepada orangtuanya, menceritakan keadaannya yang susah. Jadi ini anak baik, meskipun ia punya keterbatasan karena tidak sekolah, tapi dia tidak putus asa dan berusaha untuk bekerja”.
45
Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
46
Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
185
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Sebaliknya bagi anak yang sudah berhasil di perantauan maka akan ada pertanda dengan mengirimkan uang kepada orangtuanya sebagai bukti bahwa si anak sudah mempunyai penghasilan di perantauan. Pengalaman yang seperti ini yang pernah diketahui responden, seperti yang diceritakan oleh Abidan Tinambunan:47 “Keberhasilan anak parjalang (perantau) biasanya juga akan mudah diketahui karena kalau ada kiriman dari anaknya maka biasanya tetangga juga cepat tau. Apalagi zaman dulu mengirim surat juga memakan waktu yang cukup lama, sehingga kalau ada surat yang dikirim dari anak perantau maka biasanya keluarga berkumpul untuk mendengarkan apa beritanya. Apalagi ada kiriman wessel maka dengan cepat diketahui bahwa anak perantau mengirim uang”. Sedangkan dalam lagu yang ditanyakan, bahwa si Perantau belum bisa mengirim sesuatu. Sehingga itulah yang menjadi kisah dalam lagu ini, dan menjadi tangisan si anak yang belum bisa membuktikan keberhasilannya dengan cara mengirimkan sedikit uang kepada orangtuanya di kampung”.
3. 4. Arena Pertarungan di Sekolah Sekolah adalah salah satu arena pertarungan yang digunakan oleh orang Batak untuk mencapai modal kultural, melalui pendidikan. Hal ini sejalan dengan fungsi sekolah sebagai wadah proses pembelajaran ilmiah dan sebagai tempat berinvestas untuk mengumpulkan modal atau mempertahankan kekuasaan, yang digambarkan Haryatmoko berikut ini: “Sekolah menjadi obyek ilmiah sosiologi karena sekolah merupakan arena perjuangan sosial tempat para pelaku sosial melakukan investasi dan mengarahkan strategi mereka untuk mengakumulasi kapital atau mempertahankan kekuasaan”.48
47
Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
48
Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar Kekerasan dan Diskriminasi, Jakarta, Gramedia, p. 187.
186
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Di arena pendidikan perjuangan setiap orangtua terjadi untuk memperjuangkan anak-anak mereka. Sangat tergantung pada modal ekonomi dan modal kultural yang seperti apa yang mereka miliki masing-masing. Bagi orangtua yang kurang mampu, berusaha menyekolahkan anak-anak mereka di kampung, karena sekolah di kampung biasanya paling tinggi sampai SMA. Bagi orangtua yang lebih mampu akan menyekolahkan anak-anak mereka ke kota-kota di Sumatera Utara, seperti Siantar, Tarutung, dan Medan. Sebaliknya bagi orang tua yang memiliki modal (ekonomi, kultural) yang kuat akan menyekolahkan anak-anak mereka ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dll. Dua kisah dalam lagu Anakkon hu (ciptaan Dakka Hutagalung, penyanyi Dewi Marpaung) dan Anakku Naburju (ciptaan Soaloon Simatupang, penyanyi Trio New Lasidos), yang diangkat dalam penelitian ini adalah mewakili lagu-lagu yang berkaitan dengan perjuangan orangtua di arena pendidikan untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Kedua lagu ini masih sangat populer dan sering dinyanyikan dalam acara formal di pesta-pesta orang Batak. Dalam isi teks lagu, bercerita diseputar bagaimanan orangtua bekerja keras di ladang, dan orangtua berharap supaya anak-anak mereka rajin di sekolah. Itulah permintaan orangtua kepada anak-anaknya dan juga supaya nasihat yang disampaikan didengar dan dilaksanakan anak-anaknya, supaya jerih payah mereka tidak sia-sia, mengingat orangtua bukanlah orang kaya. Inti lagu, kemiskinan tetap menjadi dasar mengapa orangtua harus bekerja keras tak kenal lelah supaya anaknya bisa sekolah. Nasihat yang sangat sederhana dan mendalam adalah pegangan yang disampaikan orangtua kepada anaknya dengan harapan 187
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dan keyakinan anak tersebut dapat memahami perjuangan orangtuanya. Ketika dalam wawancara ditanyakan: “Apa tanggapan Anda terhadap syair dan lagu Anakkon hu,49 yang
menceritakan tentang perjuangan
orangtua
untuk meyekolahkan anak-anak
mereka? Jawaban dari responden yang cukup panjang disampaikan oleh: Marulitua Simangunsong:50 “Anak yang sekolah adalah kebanggaan orangtua sehingga pikirannya adalah sekolah dan sekolah. Juga yang diketahui orangtua bahwa melalui pendidikan perubahan bisa terjadi, walaupun mereka tidak kaya. Harta kadang tidak ada artinya kalau anak tidak sekolah. Yang berhasil adalah kalau anak-anak mereka bisa sekolah. Dalam hal ini Pencipta lagu membuat lagunya tidak asal asal tapi berdasarkan suatu kenyataan. Keberhasilan rumahtangga Batak adalah dilihat dari keberhasilan anaknya. Anak, tidak hanya dibesarkan, tapi juga disekolahkan, dan diperjuangkan sampai semua anak-anaknya berhasil. Ada lukisan Batara Lubis yang menggambarkan, seorang ibu yang menaruh anaknya di pundaknya, menggambarkan kebanggaannya pada anak. Kebanggaan orangtua yang lain adalah ketika orang tua datang untuk menyaksikan anaknya bisa diwisuda”.
Karena kalau rajin saja tidak bisa dilakukan oleh anaknya maka orangtua khawatir keberhasilan di sekolah akan tidak bisa tercapai. Karena itulah, orangtua menceritakan keadaan mereka kepada anak-anak bahwa orangtua sebagai orang yang tidak kaya dan tidak memiliki tanah yang luas. Orangtua bekerja di ladang sejak pagi buta, menahan angin pagi, menahan teriknya panas matahari, dan terpaan hujan, sampai menjelang malam, semuanya dilakukan orangtua dengan satu tujuan supaya anak mereka bisa sekolah. Hanya satu hal yang diminta orangtuanya kepada anaknya agar mendengar permintaan mereka, supaya rajin sekolah, agar kerja keras orangtua tidak menjadi sia-sia.
49 50
Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.3.1. Lagu no. 9. p.146. Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
188
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Ketika pertanyaan yang sama ditanyakan kepada responden lainnya maka jawaban yang muncul dari Hotman Sihaloho sebagai berikut:51 “Kalau kita dengar, sangat indah syair-syair yang ditulis dalam lagu Batak ini, banyak lagunya yang menceritakan tentang perantauan, kalau kita resapi lagu tentang merantau kita juga bisa ikut menangis, karena hidup diperantauan, tapi itulah orang Batak walaupun susah, tapi tidak pernah mundur semangatnya. Orangtua berusaha, jangan sampai anak-anaknya juga mengalami penderitaan seperti orangtuanya”
Di arena pendidikan orangtua pun mengeluarkan tenaga dan pikirannya, berjuang bagaimana supaya anak-anak mereka bisa sekolah. Sehubungan dengan lagu ini, juga ditanyakan kepada responden: “Bagaimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu Anakku na Burju? 52 yang menceritakan tentang bagaimanan orangtua memberi nasihat kepada anaknya ketika diberangkatkan untuk sekolah di tempat yang jauh. Adapun tanggapan yang dikutip disampaikan oleh responden Kaston Pakpahan sebagai berikut:53
“Lagu-lagu Batak itu sulit untuk ditinggalkan, seperti lagu ini berisi poda (nasihat). Lagu ini mengingatkan kita. Ini adalah sesuatu kenyataan karena kita semua mengalaminya. Sekolah, orangtua bisa membiayai, jadi jangan disia-siakan. Karena orangtuanya bekerja keras di ladang. Lagu ini dibuat karena banyak anak dikirim dari kampung untuk sekolah di kota besar. Dari pengalaman, ada yang diperjuangkan tetapi tidak serius sekolah, akhirnya mengecewakan orangtua. Anak yang diberangkatkan dari kampung banyak anak miskin”.
Melalui pengakuan responden, masih sangat jelas diingatan mereka yang sekolah di kota besar di Jawa bahwa mereka sangat mengapresiasi lagu ini. Karena nasihat orangtua supaya rajin sekolah adalah nasihat kunci menuju keberhasilan. Orangtua hanya mempercayakan kepada anak-anak mereka supaya belajar dengan sungguh-sungguh 51 52
53
Wawancara dilakukan di Wonosobo, 28 Maret 2014. Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.3.2. Lagu no. 10. p.147. Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
189
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI untuk kesuksesan. Inilah model sebuah perjuangan untuk sukses di arena pendidikan, karena kesungguhan anak untuk belajar dan dukungan dari segi materi dan spiritual dari orangtua. Apa yang dipertarungkan oleh orangtua dari rumah, dan capaian apa yang ingin diperoleh oleh anak di sekolah? Dalam menjelaskan tentang arena perjuangan sosial melalui sekolah penjelasan Haryatmoko dapat memberi gambaran yang lebih jelas mengenai capaian tersebut sebagai berikut: “Yang dipertaruhkan adalah masa depan mereka, dalam hal kepemilikan kapital budaya dan simbolik. Kepemilikan kapital itu memungkinkan bisa menjamin posisi di masa depan karena kapital budaya di dalam konteks hubungan kekuasaan tertentu akan bisa dikonversi ke kapital ekonomi”.54
Melalui gambaran ini dapat dikatakan orangtua Batak pun memiliki persepsi yang sama atas tujuan mereka berjuang. Kelak, akan mendapatkan solusi atas pergulatan yang mereka alami dalam kehidupan mereka yang sebagian di antara mereka tidak memiliki kemapuan ekonomi yang layak. Namun, yang tetap dikejar ialah bagaimana memenuhi cita-cita yang tertuang dalam ideologi 3H, untuk memperoleh, hamoraon, hagabeon, dan hasangapon, sesuai dengan posisi modal yang masing-masing mereka miliki.
4. Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon sebagai Cita-cita Idealis Batak Toba Di dalam konteks budaya Batak, melakukan perubahan tidak perlu menggunakan kekuatan seperti yang dimiliki negara tetapi cukup dengan menggunakan kekuatan ideologi yang penerapannya lebih persuasif. Hagabeon, hamoraon, hasangapon (3H) 54
Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar Kekerasan dan Diskriminasi, Jakarta, Gramedia, p. 188.
190
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dilihat sebagai kekuatan ideologi pragmatis dan bukan ideologi doktriner. Karena prinsip di dalam ideologi doktriner terkandung ajaran-ajaran yang dirumuskan secara sistematis, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintah seperti pada ideologi komunisme. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah ideologi yang pragmatis, yaitu mengenai ajaran-ajaran yang terkandung di dalam ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, namun dirumuskan secara umum, hanya prinsip-prinsipnya saja dan disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan, sistem ekonomi, kehidupan agama dan sistem politik. 55
4. 1. Pentingnya Ideologi bagi Orang Batak Pengajaran moral secara tradisi sangat lekat pada setiap budaya, pola berfikir dan bertindak, tidak luput dari aktivitas masyarakatnya yang dipengaruhi oleh ideologi. Ideologi 3H adalah kristalisasi dari pengalaman kultural yang diwujudkan dalam pelaksanaan acara adat yang selalu berulang dilakukan. Bagi orang Batak pengetahuan tentang ideologi tersebut sudah tertanam sejak awal kehidupan melalui habitus dalam kehidupan masyarakat adat. Hamoraon, hagabeon, hasangapon, selain mempunyai fungsi ideologis sekaligus sebagai tujuan. Selain sebagai fungsi doktrinal (ajaran) budaya juga sebagai harapan masa depan untuk dicapai. Dengan konsep berfikir ideologi
55
Surbakti, Ramlan. (Artikel) Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara. p.3.
191
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI pragmatis perubahan yang diinginkan oleh orang Batak terjadi karena adanya kepatuhan kepada ajaran-ajaran ideologis yang ada pada budaya mereka. Dalam wawancara yang ditujukan kepada kelompok diskusi FGD, ditemukan beberapa jawaban atas pertanyaan mengenai pentingnya ideologi dan maknanya: “Dari mana Anda mengetahui tentang ideologi 3H?”. Salah satu jawaban yang dikutip dari Kaston Pakpahan:56 “Kita tau dari orangtua kita dulu. Adat menjadi pengikat bagi kita, ada hula-hula, dongan tubu, dan boru. Diketahui dari nenek moyang yang sudah menciptakannya dan diturunkan ke keturunannya. Ideologi menjadi prinsip bagi orang Batak. Karena ideologi 3 H adalah 3 cita-cita yang paling dicari orang Batak”.
Karena ideologi 3H ini menjadi bagian dan pusat perhatian dalam penelitian ini, maka juga ditanyakan mengenai maknanya. Apa makna ideologi 3H bagi Anda? Dari jawaban yang diperoleh dari M. Siahaan:57 “Maknanya bangga! Kalau sudah dicapai adalah menjadi kebanggan. Prinsip yang perlu didapatkan. Ada target yang kita mau capai. Ada motivasi untuk bagaimana meraih tiga hal itu. Walaupun mungkin tidak bisa dicapai secara utuh tiga-tiganya”.
‘Bangga’, yang dikatakan dalam jawaban M. Siahaan dapat diartikan sebagai pencapaian sampai tahap ketiga dari ideologi tersebut yaitu hasangapon (kehormatanmulia). Bagi orang Batak belum mencapai hamoraon, belum dianggap sangap, dan belum mencapai hagabeon juga belum dianggap sangap, namun kalau sudah mencapai hasangapon berarti ketiga-tiganya sudah tercapai. Maka kandungan yang ada dalam ideologi tersebut penting untuk diraih, untuk menunjukkan suatu keberhasilan dalam 56 57
Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014. Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
192
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI memenuhi cita-cita yang diharapkan. Ketika hal ini dipertanyakan: Apa pentingnya ideologi 3H bagi Anda? Jawaban yang muncul dari responden Hotran Simarmata: “Penting, karena ini merupakan target. Karena bisa dijadikan sebagai dasar, pondasi, sebagai ‘UUD’ bagi orang Batak”. Ketika ditanyakan pengaruhnya dalam kehidupan responden dengan pertanyaan: “Sampai sejauhmana ideologi 3H berpengaruh dalam kehidupan Anda?” Maka jawaban yang terlontar dari M. Simanjuntak:58 “Secara otomatis sangat berpengaruh, karena dijadikan sebagai target, jadi kita berusaha berjuang untuk anak-anak kita. Sangat penting. Secara manusiawi orang mencari hal semacam ini”.
Bukan hanya untuk pribadi ideologi itu ditanyakan, tetapi juga ditanyakan kepada kepentingan secara kolektif, bagi orang Batak sendiri dengan pertanyaan: “Bagi orang Batak, seberapa penting idelogi 3H menurut Anda?”. Dengan memperluas pemahaman dengan melibatkan orang Batak secara umum maka jawaban yang muncul dari Manosor Pangaribuan:59 “Penting, karena merupakan dorongan bagi orang Batak. Namanya hidup ada tujuan”. Sedangkan menurut Kardono Sinaga: “Hamoraon, hagabeon, hasangapon (3H) sangat penting. Jangan sampai nanti dikatakan sileban (red: orang asing atau bukan orang Batak). Jadi bagi orang Batak sangat penting untuk menjalankannya dimanapun mereka berada”.
Ketika pertanyaan yang sama ditanyakan kepada responden yang lain maka jawaban yang terlontar dari Mirando Damanik adalah sebagai beriut:60
58 59
60
Wawancara dilakukan di Wonosobo, 30 Maret 2014. Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014. Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 7 Maret 2014.
193
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI “Impian orang Batak adalah supaya bisa mencapai hamoraon, hagabeon, hasangapon (3H). Manusia Batak itu senang dengan: kebanggaan, tugu, pesta, dan dihormati. Itulah sangap (red: terhormat). Itulah yang dijalani sampai sekarang, yang diimpikan orang Batak. Namun tetap memperhatikan bagaimana hal ini supaya tidak bertentangan dengan hal yang rohani”.
Kembali kepada persoalan utama pada ideologi, adapun cita-cita yang diperjuangkan oleh orang Batak semuanya bertujuan untuk kepentingan anak-anak mereka. Karena anak bagi orang Batak adalah hal yang sangat berharga yang harus dijaga dan
diperjuangkan
kemajuannya,
seperti
yang
diutarakan
oleh
Marulitua
Simangunsong:61 “Ideologi 3H adalah berisi doa dan cita-cita orang Batak, supaya Tuhan memberkati keturuannya dilukiskan dalam pantun: “Tubuan lak-lak tubuan singkoru, tubu sanggar diparsopoan, tubu ma dihamu anak dohot boru, asa jagar diparngoluan”(intinya red: supaya lahir anak laki-laki dan perempuan agar pantas dalam kehidupan)”. Dan diperkuat oleh: Dewi br Pangaribuan: “Karena bagi orangtua anak itu adalah jantung hati. Oleh karena itu anak-anak harus dijaga, dan untuk kemajuan mereka harus dengan perjuangan”.
Modal utama yang dipegang orang Batak adalah mengenai pengetahuan yang di dapat dari ideologi 3H yang memberi gambaran dalam kehidupan orang Batak bahwa cita-cita tersebut perlu diraih. Meskipun untuk memperolehnya diperlukan suatau usaha yang lebih keras lagi karena ternyata tidak mudah untuk mencapainya. Dalam usaha pencapaian itulah orang Batak selalu berusaha, dengan menggunakan sistem solidaritas kebatakan, sehingga orang Batak begitu percaya pada dirinya bahwa ada orang Batak lainnya yang akan bisa menolongnya ketika menghadapi suatu masalah. Praktik dan sistem kekeluargaan yang dibangun dalam komunitas orang Batak yang disebut dengan
61
Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
194
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Punguan (perkumpulan) menjadikannya semakin yakin bahwa dimana-mana ada saudara, meskipun dalam kenyataannya belum tentu menemukannya di perantauan. Permulaan gerakan perjuangan dimulai dari anak-anak yang ingin keluar dari zona ketidaknyamanan di kampung. Mereka berada pada permasalah hidup karena kondisi modal ekonomi yang lemah dan lapangan pekerjaan yang kurang menjanjikan untuk meraih hamoraon. Sedangkan anak-anak yang beruntung, tinggal di arena yang relatif aman karena mereka bisa disekolahkan ke mana saja karena modal ekonomi yang memungkinkan. Keluarga yang hidupnya pas-pasan harus berusaha dengan susah payah, dengan berpegang pada prinsip ideologis mengatakan: hugogo pe mansari arian nang bodari laho parsikkolahon gellengki (aku bekerja keras siang dan malam untuk menyekolahkan anak-anakku). Bagi anak-anak yang tidak mampu, terpaksa melangkah lebih jauh meninggalkan kampung halaman mereka (merantau) dan mencari tempat yang dalam bayangan mereka lebih menjanjikan. Pertarungan mereka mulai dengan modal keberanian, meskipun belum jelas tempat dan siapa yang akan dituju, namun mereka tetap melangkah meninggalkan kampung halaman mereka. Rasa solidaritas kebatakan yang tinggi sering menguntungkan para perantau, dari yang tidak kenal menjadi kenal, dari yang mengalami kesulitan dapat memberi jalan keluar. Orang Batak yang dikenal dengan ikatan kekeluargaan (marga) menjadi pemersatu yang kuat dalam mewujudkan persaudaraan yang erat. Bagi orang Batak di manapun mereka berada dapat dipastikan akan selalu mencari orang Batak, baik yang
195
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI bukan satu marga terlebih lagi satu marga. Seperti yang diungkapkan Marulitua Simangunsong:62 “Potensi orang Batak untuk saling tolong menolong sangat tinggi. Teman semarga, satu komunitas marga. Walaupun ngomongnya kasar, ada saja solusi yang ditawarkan apalagi sama-sama di perantauan”.
Satu marga, meskipun belum dikenal sebelumnya otomatis dianggap menjadi saudaranya. Orang Batak sangat kuat memegang relasi sesama Batak yang ditunjukkan dalam saling membantu dalam berbagai hal. Seperti pengalaman yang dituturkan oleh Doma Tumanggor:63 ”Ketika berangkat dari Siantar menuju Jambi tidak tau mau ke rumah siapa. Tapi di Jambi ketemu orang Batak dan ikut mereka. Karena di Jambi juga pekerjaan tidak jelas sehingga terpaksa berangkat lagi ke Jakarta, dan di Jakarta juga tidak mendapat pekerjaan yang layak akhirnya memutuskan pergi ke Kalimantan. Di sana bermula dari pengalaman pahit dan dengan pertolongan orang Batak akhirnya bisa bekerja di Pertamina”.
Hubungan tidak satu marga juga akan diakomodasi dalam perkumpulan marga yang ikatan kekeluargaannya selalu diatur dalam sistem kedudukan dan peran sebagai hula-hula, dongan tubu atau boru. Artinya perkumpulan ini menjadi perkumpulan antar marga (komunitas marga) yang berbeda-beda. Penempatan diri (seseorang) pada marga selalu dimulai dengan perkenalan untuk mengetahui posisinya dalam format dalihan natolu. Dalam cara berkenalan orang Batak yang akan ditanya pasti bukan nama tapi marga. Nama bagi orang Batak adalah sebuah identitas dan kedudukan yang harus dihormati, sehingga tidak sembarangan untuk disebut. Marga adalah identitas umum yang 62 63
Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014. Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 3 Maret 2014.
196
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI bebas disebut, dan menjadi panggilan identitas umum. Mengapa demikian, berikut ini akan dijelaskan dengan ilustrasi. Apabila seseorang yang bernama Togar Sihotang berkenalan dengan Bistok Tinambunan, dengan menyebut nama Bistok misalnya, padahal setelah saling memperkenalkan marga ternyata Bistok Tinambunan adalah tulang (paman) dari Togar Sihotang, maka yang terjadi adalah hal yang pantang, karena Togar, tidak boleh menyebut nama Bistok yang tenyata adalah tulangnya. Oleh karena itu orang Batak dalam perkenalan tidak biasa memulai dengan nama, tapi dimulai dengan bertanya tentang marga. Jadi dalam contoh di atas dapat disimpulkan bahwa Bistok Tinambunan sebagai tulang (paman) dari Togar Sihotang, karena Ibu dari Togar Sihotang adalah bermarga Tinambunan (atau satu kelompok marga dalam Parna 64) yang sama dan satu nomor (tingkat) dengan Bistok Tinambunan. Karena Bistok Tinambunan adalah sebagai tulang bagi Togar Sihotang, sehingga di dalam konsep dalihan natolu Bistok Tinambunan berada pada kedudukan terhortmat sebagai hula-hula dari keluarga Togar Sihotang, sedangkan keluarga Togar Sihotang sebagai boru bagi keluarga Bistok Tinambunan. Solidaritas kebatakan dapat semakin meningkat di perantauan dengan banyaknya pengalaman yang dilalui para perantau. Solidaritas itu semakin bertumbuh dan selalu ingin diimplementasikan dalam segala aspek kehidupan orang Batak, dengan mewujudkannya dengan saling membantu. Ada rasa kesamaan karena perantau itu tidak selalu bisa mendapatkan keberuntungan yang sama, ada yang beruntung dan ada yang kurang beruntung. Apalagi ada perasaan yang sama dengan pengalaman keadaan di kampung yang sulit untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga satu-satunya yang dapat 64
Parna: (Pomparan ni Raja Nai Ambaton), yang di dalamnya tergabung lebih dari 52 marga dari seluruh suku Batak, dan kelompok marga yang terbanyak di komunitas orang Batak. Dan dalam aturan marga ini, keturunan mereka tidak boleh saling mengawini.
197
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dilakukan adalah pergi merantau. Keberanian untuk merantau karena didorong oleh motivasi yang ingin merubah situasi. Sehingga meskipun tujuan tidak jelas mau ke mana, seorang perantau tetap memberanikan diri untuk berangkat meninggalkan kampung halamannya, seperti yang diutarakan dalam pengalaman Lukder Tumanggor berikut ini: 65 “Ada pesan yang saya ingat dari kampung kalau ke Jakarta pergilah ke terminal Pulogadung, karena di sana banyak orang Batak. Di terminal Pulogadung saya sapa orang, horas Abang, langsung ditanya: “marga apa kau”, Tumanggor! jawab saya, “dari mana kau”, Saya jawab: Parlilitan. “Sudah makan kau”, belum!.“Kau tinggal di mana”, enggak ada (tidak tau), “sudah ikut aku”, kemana bang?”sudah ikut aja, ini Jakarta ini”. Lalu saya di bawa ke rumahnya dan tinggal di sana untuk beberapa saat”.
Dalam pengalaman Lukder Tumanggor, merasa seolah ada jaminan kalau pergi merantau pasti akan ada yang menolong. “Terminal Pulogadung”, sebagai sasaran tempat, walaupun sebenarnya Lukder Tumanggor sendiri tidak tau di mana tempat tersebut. Orang yang akan menolong juga tidak jelas siapa, namun ada keyakinan dalam hatinya bahwa di sana (di Pulogadung) ada orang Batak sebagai saudara yang akan menolong. Keberanian seperti ini hanya mungkin terjadi karena dilatarbelakangi suatu keyakinan mengenai budaya kekerabatan yang sangat dijunjung tinggi orang Batak.
4. 2. Makna Modal Simbolik bagi Orang Batak Modal awal yang dimiliki orang Batak dalam memperjuangkan anak-anak mereka terlukiskan dalam ideologi hamoraon, hagabeon, hasangapon. Di dalamnya terdapat modal simbolik yang dianut dalam struktur Dalihan Natolu yang diatur dalam strata
65
Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
198
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI sebagai, Hula-hula, Dongan Tubu, dan Boru. Meskipun setiap orang Batak, dalam sistem adat mempunyai hak dan kedudukan yang sama derajatnya, namun pada posisi dan situasi tertentu, seseorang tidak dapat menentukan tempat dan kedudukannya secara bebas dalam pelaksanaan ritual adat. Karena dengan aturan adat, dalam pesta pernikahan misalnya, seseorang sudah ditentukan posisinya dan tempat duduknya (parhundul). Tidak sama dengan ilustrasi yang sering dipakai dalam teori Bourdieu dalam mendapatkan modal kultural dalam pilihan seseorang terhadap jenis musik. Seseorang telah masuk dalam struktur masyarakat yang dicerminkan berdasarkan pilihan apakah akan memilih, musik klasik, tradisional, jazz, musik rock, country, keroncong, dangdut. Meskipun semua orang mempunyai kedudukan dan hak yang sama untuk menentukan pilihannya terhadap jenis musik namun pilihan tersebut sering dihubungkan pada posisi seseorang dalam tatanan sosial. Kalangan mana yang memilih musik klasik, jazz, dan dangdut. Sebenarnya bebas untuk dipertukarkan tapi status sosial mempengaruhi pertimbangan seseorang dalam menentukan pilihannya. Berbeda dengan penempatan posisi seseorang dan kedudukan seseorang dalam adat Batak. Tidak ada kaitannya dengan selera, dan bukan karena latarbelakang pendidikan, dan tidak juga karena kekuasaan. Seseorang berada pada posisi Hula-hula, Dongan tubu, atau Boru, adalah ditentukan dalam status seseorang tersebut dalam kaitan dengan ritual yang sedang dijalankan, dan hubungan apa dengan yang sedang melangsungkan acara tersebut, dan lebih unik lagi bahwa kedudukan-kedudukan tersebut sangat mungkin dipertukarkan pada acara yang berbeda.
199
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Bila diperhatikan jenis modal yang dibicarakan dalam konsep Bourdieu, maka modal simbolik (symbolic capital) tersebut berupa prestise, status, otoritas, dan legitimasi yang terakumulasi dan membentuk modal simbolik yang menjadi pusat utama dalam kekuasaan simbolik. Kepemilikan modal simbolik akan dapat menciptakan kesenjangan karena dapat dipahami sebagai sistem relasi kekuasaan dan relasi nalar antar kelompok atau kelas, sehingga dapat menciptakan lahirnya kekerasan simbolik. Kecenderungan ini ditemukan oleh Bourdieu dalam penelitiannya di kalangan orang Aljazair, (Jenkins:157). Modal simbolik yang digambarkan dalam pemikiran Bourdieu dapat dijadikan untuk mengkaji relasi tiga strata kedudukan dalam sistem dalihan natolu yang disebut sebagai hula-hula, dongan tubu, boru. Dalam adat Batak otoritas hula-hula adalah yang paling tinggi. Karena hula-hula selalu pada posisi kedudukan yang terhormat, wibawa yang tinggi, dan yang harus dihormati, bahkan disembah (disomba). Dalam pelaksanaannya aturan tersebut tidak pernah dipersoalkan, karena sudah menjadi sistem aturan dan nilai yang diterima sebagai kebenaran. Dalam posisi tertentu bila teori Bourdieu mengenai modal simbolik diperhatikan maka akan sangat terasa pemaksaan kekuasaan atau sangat terasa hubungan dominasi dan subordinasi yang membuat kedudukan tidak setara. Kalau teori yang sama diterapkan pada sistem demokrasi orang Batak, maka selintas terasa sama peran seseorang yang memiliki modal simbolik yang lebih dihormati, dijunjung tinggi karena kedudukannya menjadi hula-hula sebagai kedudukan dan otoritas tertinggi dalam sistem pelaksanaan adat.
200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Sebagai ilustrasi akan dijelaskan seperti berikut ini: Sebagai contoh dalam Upacara Pernikahan antar marga Simbolon (pihak perempuan) dengan Pangaribuan (pihak laki-laki). Modal simbolik secara otomatis diperoleh dalam satu marga (keluarga Simbolon) ketika mereka memberikan anak perempuan mereka dijadikan istri oleh satu marga yang berbeda (keluarga Pangaribuan), pada saat itulah pihak keluarga Simbolon menjadi Hula-hula dari keluarga Pangaribuan dan keluarga Pangaribuan menjadi Boru dari keluarga Simbolon. Lalu, bagaimana teori ini diterapkan dalam sistem dalihan natolu? Artinya, bahwa dalam setiap acara adat yang sifatnya kecil atau pun besar, acara keluarga di rumah atau dalam pesta besar seperti pernikahan, pihak keluarga Pangaribuan sebagai boru akan selalu berada pada posisi ‘subordinasi’, mereka harus melayani keluarga Simbolon dari menyiapkan hidangan makanan, sampai menyiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam pesta. Kedudukan hula-hula dan boru tidak boleh dipertukarkan dalam pesta ini, misalnya pihak Simbolon yang melayani pihak Pangaribuan, dan ini temasuk dalam kategori pantang dilakukan.
4. 3. Pemaknaan Kekerasan Simbolik dalam Dalihan Natolu Dalam pembahasan Bourdieu mengenai kekerasan simbolik (symbolic power), seseorang dapat berada pada posisi kekuasaan ketika seseorang itu memiliki modal. Adapun modal yang dimaksud harus diraih melalui suatu pertarungan di arena. Dengan meraih modalmodal ini maka sangat dimungkinkan seseorang akan memiliki kekuasaan yang besar. Kekerasan simbolik menurut Bordieu adalah: ”pemaksaan sistem simbolisme dan makna
201
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI (misalnya kebudayaan) terhadap kelompok atau kelas sedemikian rupa sehingga hal itu dialami sebagai sesuatu yang sah”. 66 Namun bila diperhatikan dari teks dalam syair-syair lagu Batak populer yang sudah dibahas (BAB III) maka modal-modal yang sama juga dipertarungkan oleh keluarga-keluarga Batak di arena. Namun kemudian pertanyaan yang akan muncul adalah: Apakah dengan kepemilikan modal-modal tersebut seorang Batak akan berada pada dominasi kekuasaan? Jawabnya dapat didasarkan atas konsep sistem berdemokrasi orang Batak dalam Dalihan Datolu
67
sebagai hula-hula, dongan tubu, dan boru, yang
mengatur kekuasaan seseorang. Modal-modalnya diperjuangkan melalui modal dasar ideologi 3H, sedangka praktik kekuasaannya diatur dalam ruhut-ruhut paradaton (aturan adat). Namun, makna modal simbolik yang ada dalam sistem dalihan natolu sebagai “pemaksaan” sistem simbolisme dan makna, diterima sebagai sesuatu yang adil. Hal ini bisa terjadi karena sistem kedudukan dalam dalihan natolu dapat dipertukarkan sehingga orang Batak tidak pernah merasa direndahkan meskipun mereka pada kedudukan sebagai Boru. Pada kesempatan dan pelaksanaan adat yang lain seseorang yang berapa pada kedudukan sebagai boru, dapat saja berubah kedudukan sebagai hula-hula untuk marga yang lain. Sehingga dengan pandangan aturan adat seperti ini, orang Batak tidak pernah merasa selalu berada posisi atau kedudukan yang rendah, karena pada kesempatan yang
66
Jenkins, Richard.1992. Pierre Bourdieu Routledge, London, ditejemahkan oleh Nurhadi. 2010. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu, Kreasi Wacana Offset, Bantul. p. 157. 67
Lihat penjelasan pada Bab II. 6. Dalihan Natolu, p. 68-75.
202
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI lain sangat mungkin kedudukannya berubah di tempat yang terhormat sebagai hulahula.68
4. 4. Lagu Batak Toba Bermuatan Ideologi Mengamati peran ideologi 3H yang begitu besar dalam kehidupan kultural orang Batak, maka peneliti merasa sangat penting untuk mengangkat dan melibatkan syair lagu yang memuat ideologi. Meskipun isi syair lagu-lagu menyuarakan keprihatinan dan gerakan perjuangan untuk meraih cita-cita membuat orang Batak masih tetap suka mendengarkan lagu-lagu yang bernuansa kesedihan. Dalam mengekspresikan perjuangan tersebut, orang Batak memiliki cukup banyak lagu yang menyuarakan hal-hal tersebut, dan beberapa di antaranya diangkat dalam tesis ini. Lagu-lagu sangat berperan dalam pelestarian nilai-nilai dan ideologi dalam masyarakat Batak Toba. Isi lagu selalu diajarkan secara persuasif melalui perhelatan acara-acara adat, baik dengan kata-kata secara langsung maupun secara tidak langsung melalui nyanyian yang selalu diperdengarkan. Biasanya pada acara pesta pernikahan, lagu Anakkonhi do hamoraon di Au
69
hampir tidak pernah dilewatkan. Sebagai contoh,
di bagian acara pesta perkawinan, ada acara yang disebut Pemberian Ulos (mangulosi) yang akan disampaikan oleh keluarga-keluarga. Ada pemberian ulos dari pihak keluarga
68
Lihat penjelasan pada BAB II, poin 6. Dalihan Natolu, Sub 6.3. Boru, p. 74-75.
69
Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.4.1. Lagu no. 11. p.150.
203
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI pengantin laki-laki. Lalu dalam acara tersebut pihak keluarga akan memulai dengan pembukaan meminta kepada pemusik70 untuk mengiringi pemberian ulos tersebut. Dalam upacara adat pernikahan, ungkapan berikut adalah tipikal kata-kata yang disampaikan kepada pemusik untuk mengiringi pemberian ulos kepada pengantin berdua: “Amang parende nami, dison rodo hami rombongan ni sian paranak asa pasahathon ulos hami asa baen Damang ma jolo muse ende Anakkonhi do hamoraon di Au”71 (Amang-Bapak, Pemusik/penyanyi kami yang terhormat, di sini kami datang dari rombongan pihak keluarga pengantin laki-laki bermaksud untuk menyampaikan ulos, kiranya mohon dimainkan musik Anakkonhi do Hamoraon di Au). Sambil musik dimainkan atau dinyanyikan rombongan keluarga pihak laki-laki berjalan sambil menari (manortor) dengan ulos di tangan menuju tempat pengantin berdua. Salah satu fokus utama dalam membicarakan ideologi 3H adalah hagabeon (memiliki keturunan). Karena hagabeon ini menyangkut topik yang sangat penting dalam kehidupan kultural orang Batak. Dalam nasihat keluarga kepada penganten baru dalam pesta pernikahan, orangtua tidak akan lupa menyisipkan pesan mulia yang selalu disampaikan dengan mengatakan: “Sai game ma hamu maranak dohot marboru, jala dipasu-pasu Tuhanta ma hamu sai dapotan pansarian”, (Kiranya kalian memiliki anak laki-laki dan perempuan, dan kiranya Tuhan memberkati sehingga berhasil dalam pekerjaan). Anak dohot boru (anak laki-laki dan perempuan) adalah juga diakui sebagai kekayaan yang sangat berarti, lebih penting dari segala bentuk kekayaan yang lain.
70
Pemusik dalam pesta Batak mendapat tempat terhormat, karena perannya dalam mengiringi tortor (tarian) yang senantiasa diperlukan di sepanjang acara, mulai dari memasuki ruangan, penyambutan hulahula memasuki gedung tempat pesta, dan pada waktu pemberian ulos dalam upacara adat. 71 Dikutip dari VCD Anakkonhi do hamoraon di Au, Produksi: Sitepu Simatupang Record.
204
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Sehubungan dengan posisi anak dohot boru yang ditempatkan begitu penting dalam kehidupan
orang Batak,
maka
dalam wawancara yang dilakukan peneliti, juga
menanyakan mengenai hal ini: “Bagaimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu yang sangat menjunjung tinggi Anak, sehingga anak dikatakan sebagai ‘kekayaan’ (hamoraon) berdasarkan lagu Anakhonhi do Hamoraon di Au Cipt. Nahum Situmorang?”. Adapun tanggapan yang dilontarkan oleh Dewi Pangaribuan:72 “Kata-kata dalam lagu itu sangat baik dan realitas dalam kehidupan dan positif dalam perjuanga orangtua terhadap anak-anak mereka. Sekolah menjadi penting, karena dengan sekolah maka dapat memberi kemampuan pada anak-anak dan memberi jalan kepada orangtua untuk memberantas kemiskian ekonomi dan kemiskinan pengetahuan. Perjuangan orangtua itu sungguh untuk kebahagian anak-anaknya kelak. Ketika orangtua tidak bisa lebih maju lagi, maka orangtua memusatkan perhatian mereka kepada anakanak mereka. Karena bagi orangtua anak itu adalah jantung hati mereka. Oleh karena itu anak-anak harus dijaga, dan untuk kemajuan mereka harus diperjuangkan. Lagu ini menjadi message penting bagi orang Batak, karena anak adalah kekayaan mereka. Katakata lagu tersebut masih sangat relevan. Kata orangtua: Anakku itu sangat berharga di dunia ini, untuk anak itulah aku bekerja, supaya mereka bisa kaya, bukan hanya kaya duit, tetapi kaya pengetahuan”.
Apa yang telah dikatakan Dewi Pangaribuan menanggapi teks lagu: Anakkonhi do Hamoraon di Au, pada bait ke 2 dengan jelas disampaikan bagaimana tekad orangtua dilukiskan penyair: “Hugogo pe mansari arian nang bodari” (Biarpun aku bekerja keras, siang dan malam), “Laho parsikkolahon gellenghi” (Demi menyekolahkan anakanakku), “Naikkon marsikkola nasatimbo-timbona” (Mereka harus sekolah sampai setinggi-tingginya), “Singkat ni na tolap gogokki” (Sampai batas kemampuanku).
72
Wawancara dilakukan: Yogyakarta-Amerikan dengan menggunakan Skype, 2 Februari 2014.
205
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Pertanyaan yang sama dilontarkan kepada responden lain dan jawaban yang muncul adalah dari Marulitua Simangunsong:73 “Dalam sistem budaya orang Batak, dikenal ungkapan dalam pantun: “Bintang narumiris ombun nasumorop, anak pe riris boru pe torop”(intinya red: banyak anak laki-laki dan banyak anak perempuan). Kebanggaan orang Batak kalau dia punya anak laki-laki. Kedukaan bagi orangtua kalau tidak punya anak laki-laki dan perempuan. Doa orangtua kepada keturunannya adalah supaya punya anak dohot boru. Anak adalah hamoraon, perlu status, pendidikan, ekonomi, jabatan yang mumpuni. Ideologi 3H adalah berisi doa dan cita-cita orang Batak, supaya Tuhan memberkati keturuannya dilukiskan dalam pantun: “Tubuan lak-lak tubu singkoru, tubu sanggar diparsopoan, tubu ma dihamu anak dohot boru, asa jagar diparngoluan” (intinya red: supaya lahir anak laki-laki dan perempuan agar pantas dalam kehidupan). Itu doa-doa orangtua supaya hidup anak-anak mereka sempurna. Anak adalah asset besar bagi orangtua. Dalam perkenalan orang Batak biasanya ditanya, berapa anaknya. Bukan ditanya berapa mobilnya”.
Bagi orang Batak tidak punya anak masih dianggap belum bahagia karena belum memenuhi ideologi hagabeon. Walaupun banyak harta, kalau anak tidak sekolah tetap belum membahagiakan. Kalau bisa sekolah karena itulah yang dianggap sebagai jalan untuk mendapatkan harta. Sebagai harta, anaklah yang akan membawa nama orangtua, anaklah yang akan membawa nama keturunan. Menurut responden yang diwawancarai, anak diperjuangkan untuk menggantikan kelak kedudukan orangtuanya dan diharapkan hidupnya lebih baik dari mereka. Seperti yang diutarakan oleh Abidan Tinambunan: 74 “Dalam lagu, Anakkonhi do hamoraon di Au ini juga sebagai pertanda, bahwa orangtua di kampung mengalami ketidakmampuan, sehingga yang diharapkan yang bisa membawa nama baik keluarga adalah anak. Oleh karena itulah anak harus dijunjung tinggi dan diperjuangkan bagaimanan supaya sukses, untuk kelak bisa menjadi pengganti orangtuanya. Dan juga diharapkan kehidupan anak-anaknya tidak lagi sama seperti yang dialami orangtuanya tetapi lebih baik dari mereka”.
73
Wawancara dilakukan di Yogyakarta, 5 Maret 2014.
74
Wawancara dilakukan di Wonosobo, 29 Maret 2014.
206
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Dengan kemajuan zaman, pengaruh pendidikan dan terjadinya interaksi sosial melalui perjumpaan budaya yang sangat majemuk membawa perubahan sudut pandang pada orangtua yang ada di perantauan, terhadap anak perempuan. Sehubungan dengan topik dalam bagian ini adalah mengenai anak sebagai hamoraon, maka dalam wawancara juga ditanyakan mengenai pandangan responden terhadap anak laki-laki dan perempuan dengan pertanyaan: “Bagaimana Anda memperlakukan anak laki-laki dan anak perempuan dalam memperjuangkan mereka?”. Dalam diskusi mengenai kedudukan anak laki-laki dan perempuan maka bagi responden yang sebagai perantau, sudah lebih menyadari bahwa demi kemajuan anak, sudah tidak membeda-bedakan anak laki-laki dan perempuan, seperti yang diungkapkan oleh Hotman Sihaloho:75 “Pada zaman modern ini, kita menganggap bahwa anak perempuan dan laki-laki sama saja untuk diperjuangkan. Dulu, memang yang diutamakan adalah anak laki-laki, tapi sekarang semuanya kalau bisa sama-sama harus diperjuangkan”.
Dua lagu berjudul Alusi Au dan Hagabeon akan menjadi bahan analisis untuk mewakili lagu yang secara langsung menyebutkan ideologi hamoraon, hagabeon, hasangapon secara lengkap. Meskipun lagu-lagu yang lain membicarakan tentang ideologi, namun, tidak menyebutkan secara langsung unsur ideologi tersebut. Umumnya lagu-lagu tersebut sudah memuat secara implisit mengenai ideologi itu sendiri, dengan cara pengungkapan yang berbeda. Misalnya mengenai lagu Anakkonhi do Hamoraon di Au, sudah sekaligus membicarakan ideologi hagabeon dan hamoraon. Sedangkan lagulagu lainnya seperti: Anak Bungsu, Anak Sulung dan Anak Tunggal, juga tidak lepas dari konteks ini dan secara otomatis sudah membicarakan tentang ideologi hagabeon. 75
Wawancara dilakukan di Wonosobo, 28 Maret 2014.
207
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Umunya semua orang memiliki cita-cita yang ingin diraihnya, dan masingmasing ingin medapatkan apa yang dicarinya. Ada usaha membandingkan apa yang ingin dicapai banyak orang. Bagi sebagian orang hamoraon, hagabeon, hasangapon itu perlu dicapai, dan bagi sebahagian orang lagi asalkan namanya dikenal dimana-mana, namun bagi si pemuda dalam lagu ini, mempunyai konteks yang berbeda dan keinginan yang berbeda pula yaitu cinta. Dalam wawancara ditanyakan tanggapan responden terhadap lagu ini dengan pertanyaan: “Bagaimana tanggapan Anda terhadap syair dan lagu yang menyuarakan tentang cita-cita dan nilai ideologis (hamoraon, hagabeon, hasangapon) dalam lagu Alusi au
76
. Menurut Mirando Damanik: Holong ni roham, itu penting,
ideologi 3H penting. Holong (kasih) itu tinggi nilainya. Ketika pertanyaan yang sama dianyakan kepada responden lain maka jawaban yang terlontar dari Dewi br Pangaribuan:77 “Filosofi, hamoraon, hagabeon, hasangapon, dan sayang ini dihubungkan dengan sesuatu kebahagiaan. Dihubungkan dengan filosofi kebaikan. Yang menjalankannya akan semangat. Sipenulis lagu mengatakan yang lebih dalam karena sayang itulah yang akan memberi dasar. Untuk realitas ini, kata sayang tidak cukup tapi sayang itu juga dihubungkan dengan keadilan, sayang tidak hanya sayang, tapi harus dibagi. Kalau seseorang tidak punya roti maka sayang kita adalah dengan memberi roti kepada yang tidak punya. Jadi tidak hanya dengan kata-kata tapi dengan perbuatan”
Hal yang penting pada lagu Alusi Au, terletak pada cita-cita yang ingin diraih. Karena setiap orang memiliki capaiannya masing-masing, apakah capaian yang bersifat ideologis untuk umum atau cita-cita seara personal.
76 77
Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.5.1. Lagu no. 12. p.153 Wawancara dilakukan: Yogyakarta-Amerikan dengan menggunakan Skype, 2 Februari 2014.
208
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Dimensi lain tentang lagu yang berisi tentang ideologi 3H, terdapat pada Lagu yang berjudul Hagabeon
78
. Dalalam lagu tersebut dikatakan bahwa: Hagabeon,
Hasangapon, Hamoraon, nasian Tuhan i do i (adapun ideologi, hagabeon, hasangapon, hamoraon, berasal dari Tuhan). Karena itu dalam teks lagu mengingatkan orang Batak supaya tidak lupa bersyukur kepada-Nya. Namun bila dihubungkan dengan pemaknaan kata umunya orang cari dulu materi, yaitu dengan berusaha untuk bekerja supaya mendapatkan harta (hamoraon) dan setelah punya uang, baru memikirkan berkeluarga (hagabeon) dan kalau sudah mora dan gabe maka orang ingin mendapatkan kehormatan (hasangapon), Urutan 3 kata ini sesuai dengan urutan pada lagu Anakkonhi do hamoraon di au ciptaan Nahum Situmorang. Lagu ini mengingatkan kepada orang Batak Toba, bahwa ideologi 3H, yang menjadi cita-cita hendaknya diperjuangkan bukan untuk menciptakan sikap-sikap yang tidak berkenan kepada ajaran Tuhan. Ketika ditanyakan kepada responden mengena: “Apakah ideologi 3H tersebut masih perlu dicapai orang Batak?”, maka jawaban yang terlontar dari N. br. Ambarita adalah:79 “Masih perlu, memang cita-cita kita adalah hamoraon, hagabeon, hasangapon, tapi kalau Tuhan tidak memberi kepada kita ya, tidak apa-apa yang penting kita bisa saling rukun dalam keluarga dan saling mengasihi kepada sesama itu jauh lebih penting”.
Ada unsur ajaran alkitabiah dalam lagu ini, dengan menekankan supaya manusia merendahkan hatinya, menghilangkan rasa benci, sombong dan dendam, supaya manusia diberkati selama berada di dunia fana ini. Hagabeon, hasangapon, hamoraon, yang
78 79
Lihat penjelasan lagu pada BAB III, Sub 4.5.2. Lagu no. 13. p.155. Wawancara dilakukan di Wonosobo, 28 Maret 2014.
209
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI selama ini menjadi ideologi bagi orang Batak, akan lenyap dan tak berarti bila manusia sampai kepada kematian. Ideologi yang selama ini menjadi nilai yang mulia yang diperjuangkan orang Batak, semua harus didasari atas perbuatan manusia yang baik di dunia, dikatakan dalam syair lagu:”Ulahon na denggan, bissan mangolu ho” (lakukanlah yang baik selama engkau masih hidup) karena Tuhan akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati, sebagai credo dalam ajaran Kristiani. Ketika pertanyaan yang sama dilontarkan kepada responden lain maka Hotman Sihaloho memberi tanggapan:80 ”Ideologi 3H masih tetap penting. Kalau kita bisa mencapainya maka kita patut bersyukur, tapi kalau tidak bisa mendapatkannya, maka jangan berputus asa, kita hanya boleh berusaha mencapainya. Sebagai yang berkeluarga kita mengharapkan mempunyai keturunan. Dan untuk hasangapon juga kita menjaga kebaikan dengan orang lain, harus saling menghargai. Dan mengenai kekayaan banyak macamnya tidak hanya soal materi saja. Untuk 3H tidak mudah untuk dicapai oleh setiap orang Batak, yang penting kita berserah kepada Tuhan”.
Dengan mendasarkan pada pandangan dari responden mengenai ideologi 3H, maka diambil kesimpulan bahwa ideologi tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakar Batak, meskipun di antara reponden mengakui berdasarkan dua lagu Alusi Au dan Hagabeon, bahwa ada hal yang penting yang lain selain yang ada pada ideologi 3H. Ideologi kultural tetap menjadi bagian dari ajaran yang melekat pada orang Batak, di samping keyakinan ajaran kristiani yang menjadi sumber dari segala ideologi yang ada. Ideologi budaya tidak akan kekal karena ketika manusia meninggal maka ideologi itu akan ditinggalkan. Melalui lagu Hagabeon dihimbau kepada siapa saja sebelum ajal tiba
80
Wawancara dilakukan di Wonosobo, 28 Maret 2014.
210
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI hendaklah kembali kepada ajaran kristiani untuk melakukan yang baik ketika masih hidup di dunia ini.
211
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V KESIMPULAN
Sebagai kesempulan akan diambil beberapa pokok penting dari uraian yang ada pada tesis dan sekaligus sebagai jawaban atas permasalahan yang dikemukakan pada rumusan masalah. Pertama: Batak Toba sebagai identitas. Pembentukan identitas orang Batak Toba dapat dipengaruhi dari berbagai latarbelakang seperti: wilayah tempat yang ditinggali secara geografis, budaya lokal sebagai kearifan, praktik adat tradsi, kehidupan bermusik dan pengaruh agama yang dibawa missionaris. Kedua: Lagu Batak Toba populer bermuatan ideologi. Ideologi 3H sebagai modal dasar memiliki peran srategis dalam mewujudkan perjuangan yang dituangkan dalam syair-syair lagu. Ketiga: Pendengar mengkonstruksi dan mengapresiasi ideologi sebagai modal perjuangan. Pengalaman orang Batak di arena pertarungan yang dikisahkan oleh reponden dalam kesaksian hidup dalam mewujudkan cita-cita mereka, menggambarkan kenyataan yang masih dialami oleh masyarakat Batak Toba. Pertama: Pembentukan identitas orang Batak Toba dipengaruhi oleh wilayah yang ditempati secara geografis. Pemukiman orang Batak Toba yang ada di sekitar Danau Toba sampai ke pedalaman lereng Bukit Barisan menjadikan mereka hidup dari hasil usaha di sektor agraris. Suku Batak Toba sebagai satu identitas dan lagu sebagai ekspresi dalam mengungkapkan kisah hidup sedang mengupayakan perjuangan demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik. Sebagai masyarakat yang terbentuk dalam suatu komunitas, orang Batak Toba melahirkan budaya, adat dan tradisinya sendiri yang dijalankan dan mempengaruhi pola kehidupan mereka sehari-hari. 212
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Salah satu ciri khas orang Batak Toba yang dapat diamati adalah berhubungan penggunaan lagu dan syair sebagai sarana untuk mengekspresikan dan mengungkapkan pengalaman hidup mereka. Lagu menjadi bagian dari keseharian mereka, yang selalu didengar dan dihayati. Pembentukan identitas kebatakan melalui lagu dapat diketahui ketika andung tidak lagi semata-mata sebagai tangisan tetapi diubah menjadi lagu pujian. Penggantian andung ke lagu pujian, kesedihan ke kegembiraan dimaknai dalam kerangka keimanan kristiani yang kuat. Pemahaman ini terjadi sebagai bukti keberhasilan missionaris menanamkan Injil di “Tanah Batak”. Kemudian andung (dalam arti yang sesungguhnya) diadaptasi dan dijadikan sebagai lagu untuk menyuarakan kehidupan pahit dalam bentuk baru (lagu populer), bukan semata karena kematian seseorang andung digunakan tetapi karena ada pergumulan ekonomi yang membuat banyak orang Batak terpuruk. Lagu yang sedih yang memilukan yang biasa didengar audiennya tidak menjadikan pendengarnya menjadi surut semangat tapi seperti yang dikemukakan oleh responden justru menjadikan mereka berefleksi dan melakukan yang sebaliknya dengan suatu semangat dalam berjuang. Proses lain adalah terjadinya pembentukan identitas dari sosio-budaya dan religius. Dua identitas ini sangat melekat pada orang Batak Toba, karena dalam kenyataan mereka melakukan ritual budaya dengan patuh dan sekaligus menjalankan ajaran agama dengan taat. Peran musik Barat mulai terasa ketika missi Zending menanamkan pengaruhnya di tanah Batak. Bahkan, musik tradisional sempat tersingkir karena musiknya dianggap berhubungan erat dengan penyembahan berhala. Musik tradisional Batak Toba hanya berlaku dalam rangka ritual adat, dan sama sekali tidak bisa bersentuhan dengan upacara gereja. Orang Kristen baru harus mempelajari musik yang masih sangat asing bagi 213
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI mereka.
Musik “asing” yang dimaksud adalah musik gereja yang diperkenalkan
missionaris yang berlatarbelakang musik Barat, yang tidak sama dengan musik tradisional Batak. Perubahan baru pada konsep musik terjadi ketika seorang missionaris yang sangat terkenal di kalangan orang Batak bernama: Ludwig Ingwer Nommensen (1834-1918) mengakomodasi budaya dalam mendekatkan diri pada orang Batak. Sejak kehadiran Nommensen pengetahuan musik Barat menjadi pengetahuan yang sangat berharga bagi banyak orang Batak. Kemudian dalam mengembangkan musik sekuler, musisi Batak mengadopsi tangga nada dan harmoni musik Barat untuk mengolah lagu dan aransemen dasar pada musik populer Batak. Perkenalan musik baru inilah yang dianggap sebagai proses awal asimilasi yang terjadi antara musik tradisional Batak dan musik Barat pada awal masuknya pengaruh agama Kristen di Tanah Batak. Dalam sejarah perkembangan ke musik Batak Toba populer yang telah mewujud sekarang ini, ada tiga nama musisi besar Batak yang patut disebut sebagai pelopor yaitu: Nahum Situmorang, Tilhang Gultom dan Gordon Tobing yang berperan besar pada erasebelum 70-an. Seperti diketahui bahwa Nahun Situmorang adalah pencipta lagu dan penyanyi yang berkiprah di dalam negeri yang menciptakan begitu banyak lagu-lagu yang sangat terkenal, sedangkan Tilhang Gultom adalah pencipta lagu yang karya-karyanya banyak digunakan untuk pertunjukan Opera Batak dan Gordon Tobing lebih dikenal sebagai penyanyi bergaya folksong yang berkeliling baik di dalam negri maupun di luar negri. Salah satu contoh lagu yang menggambarkan ciri identitas orang Batak dalam semangat ideologis tertuang dalam lagu populer: “Anakkon hi do hamoraon di au”, lagu 214
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ciptaan Nahum Situmorang. Lagu ini berirama gembira dan bersyair ekspresif yang menggambarkan kegigihan orangtua memperjuangkan anak-anak mereka untuk sekolah. “Hugogo pe mansari, arian nang bodari laho parsikkolahon gellengki, naikkon do sikkola satimbo-timbona sikkat ni natolap gogokki” (Biarpun aku bekerja keras siang dan malam adalah untuk menyekolahkan anak-anakku, mereka harus sekolah setinggi-tingginya, sampai batas kemampuanku). Melalui syair dan lagu Nahum Situmorang ini mengajak semua orangtua Batak untuk berjuang demi anak-anak mereka. Gambaran yang diberikan Nahum dalam lagu ini dijadikan sebagai tujuan oleh orang Batak dalam mendasari niat dan keinginan mereka untuk bekerja keras memeras keringat demi tercapainya kesuksesan anak-anak mereka. Untuk materi pembahasan dan sumber data tertulis telah dipilih beberapa lagu sebagai dasar untuk pengungkapan pengalaman orang Batak yang dituangkan dalam syair lagu Batak populer. Lagu dan isi syair lagu sangat dekat dan erat melekat pada orang Batak Toba, bahkan sampai mempengaruhi kehidupan mereka. Dari berbagai lagu yang menyuarakan keprihatinan dan perjuangan telah diseleksi beberapa lagu yang berasal dari era-sebelum 70-an dan era-setelah 70-an. Lagu-lagu tersebut dikategorikan ke dalam tema-tema perjuangan yang cukup berpengaruh dalam hidup orang Batak Toba, sebagai berikut: 1. Lagu andung diganti menjadi lagu pujian, yaitu tangisan karena ada yang meninggal diganti menjadi nyanyian rohani yang dinyanyikan bersama sebagai nyanyian penghiburan, lagu sedih diganti menjadi lagu sukacita, pengalaman pahit diganti menjadi pengalaman manis. Adaptasi andung ke musik populer menjadi model lagu yang efektif 215
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI menyuarakan kisah sedih yang dialami oleh anak-anak yang belum sukses dalam meraih cita-cita mereka. Meski lagu andung bernada sedih, bagi pendengarnya lagu tersebut bukan dirasa menjatuhkan semangat tapi justru memberi dorongan untuk lebih giat berjuang. Mengapa, karena lagu sedih diciptakan sebagai ekspresi keprihatinan untuk mengingat kembali keadaan di kampung yang kurang menguntungkan. Sedangkan dampak yang dialami pendengarnya ialah bahwa lagu sedih tersebut dijadikan sebagai refleksi untuk melakukan hal yang sebaliknya, tidak tinggal diam dalam kesedihan tetapi dimaknai sebagai usaha kerja keras untuk dapat mengubah keadaan. Andung tidak dilihat hanya sebagai kesedihan, namun dapat memberi motivasi untuk bergerak dan berfikir yang positif. Karena rasa duka dijadikan sebagai evaluasi diri menuju kepada suatu perbaikan, dan menatap masa depan meskipun mungkin harus melalui suatu perjalanan dengan pengalaman pahit. 2. Lagu kemiskinan (hapogosan) menjadi latarbelakang dari awal permasalahan (ala ni pogos: karena miskin) dan sekaligus menjadi evaluasi awal untuk memulai berfikir tentang perubahan. Kemiskinan sering membuat perputaran roda kehidupan tersendat. Akibatnya, hampir bisa dikatakan menimbulkan ketidakberdayaan untuk melakukan sesuatu yang lebih jauh. Satu masalah yang dihadapi dapat menimbulkan masalah yang lain, kemiskinan bila dibiarkan tetap akan membuat batu sandungan untuk kemajuan. Karena itu, bagi orang Batak kemiskinan tidak bisa dipelihara, dan tidak bisa didiamkan namun harus ada usaha untuk bergerak ke arena pertarungan yang lebih lapang, mencari jalan keluarnya, dengan berbagai macam kemungkinan yang masih bisa ditempuh.
216
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Orangtua berperan sebagai petarung, mengambil inisiatif untuk mendorong supaya roda dapat berputar demi mencapai keberhasilan itu. Orangtua telah menunaikan tugasnya dengan bekerja keras dari pagi, siang hingga petang, sepanjang hari tanpa menghiraukan lelah, meskipun akhirnya hanya mendapatkan hasil yang mungkin tidak setimpal dengan kelelahan mereka. Anak yang diperjuangkan melalui arena pendidikan, juga mengalami maju mundurnya modal ekonomi pendukungnya. Hasil kerja keras orangtua membawa keberuntungan bagi sebagian anak-anak di sekolah. Bagi sebagian anak lainnya hanya dapat menikmati pengalaman di sekolah dengan waktu yang sangat terbatas karena terpaksa berhenti, karena modal ekonomi keluarga tidak dapat menjamin keberlangsungan cita-cita mereka melaui sekolah. Anak di perantauan juga mendapat tanggungjawab, setidaknya supaya dapat menopang dirinya sendiri, bisa hidup mandiri dan harapannya kelak bisa menjadi anak yang sukses (gabe anak na hasea). Dalam kenyataan banyak di antara perantau tetap dalam kondisi yang memprihatinkan, karena pintu sukses belum menghadap ke arah mereka, namun perjuangan mereka tetap tidak berhenti. Sukses dalam pertarungan untuk mewujudkan ideologi 3H, digagas bagi anak-anak melalui arena perjuangan pendidikan di sekolah dan perjuangan bekerja di perantauan. Perjuang tidak boleh berhenti, usaha kecil tetap harus diupayakan, meski tidak bisa bergulat di arena pendidikan, namun peluang lain di arena pekerjaan masih sangat terbuka lebar meskipun masih dalam bayang-bayang ketidakpastian. Petarung sangat diperlukan sesuai dengan porsi masing-masing. Orangtua sebagai sumber pengolah modal ekonomi keluarga memiliki peran yang sangat dominan, meskipun mereka kadang-kadang sering hanya memiliki kemampuan yang sangat terbatas. Anak di sekolah diharapkan dapat menyumbang lewat proses terjadinya realisasi cita-cita, harus belajar sesuai dengan 217
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI langkah prosedural hingga mendapatkan hasil. Perantau sebagai petarung di arena kerja untuk memperoleh modal ekonomi didorong bekerja searah dengan apa yang dicitacitakan ketika memutuskan untuk merantau, demi kesuksesan itu sendiri. 3. Lagu perjuangan merantau. Istilah merantau (mangaranto:baca mangaratto) adalah istilah yang tidak asing bagi orang Batak Toba, karena jalur ini yang dianggap sebagai salah satu alternatif untuk mencapai sukses. Beberapa lagu BatakToba populer menyuarakan tema ini, mengisahkan bagaimana usaha anak yang pergi merantau dengan berbagai capaian. Ada di antara perantau yang sudah dalam perjuangannya dan tentu masih banyak di antara mereka yang belum berhasil sebagaimana yang dicita-citakan. Bagi perantau yang sukses diharapkan dapat ikut memberi solusi dan dapat memberi kontribusi untuk mengatasi masalah ekonomi di Bona Pasogit. Lagu peratau yang bernada kegembiraan memberi isyarat keberhasilan mereka, sedangkan lagu sedih perantau merupakan ungkapan keprihatinan yang masih menjadi nada perjuangan mereka. 4. Perjuangan untuk sekolah. Tema lagu berhubungan dengan sekolah berisi suara orangtua yang sangat mengharapkan anak-anak mereka bisa rajin belajar di sekolah. Seperti kata-kata lagu: “Anakkon hu” ciptaan Dakka Hutagalung berisi nasihat orangtua kepada anaknya: “Burju-burju ma ho sikkola sotung marisuang gogokki” (Rajin-rajinlah sekolah jangan sampai sia-sia tenagaku- red: perjuanganku). Melalui syarat yang sederhana ini, diharapkan anak-anak mereka akan bisa lancar menuju keberhasilan dalam studi. Nasihat seperti inilah yang menjadi bagian dari lagu perjuangan untuk sekolah. Oleh karena itu, bagi orang Batak Toba, poda (nasihat) adalah salah satu unsur pembelajaran
218
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI budaya yang sangat penting disampaikan oleh orangtua kepada anak-anak mereka dalam setiap kesempatan. 5. Anak sebagai kekayaan (Anakkon hi do hamoraon di au). Tema Anak sebagai kekayaan, adalah merupakan salah satu bentuk kehormatan yang tinggi yang diperoleh setiap orangtua Batak Toba ketika mereka memiliki anak (laki-laki dan perempuan). Anak diperbandingkan seperti ‘materi’ yang bernilai sangat mahal. Anak dipersamakan sebagai harta yang sangat berharga yang menjadikan orangtua termotivasi untuk selalu berjuang demi kemajuan anak-anak mereka. Gagasan untuk wilayah pertarungan orangtua ada di arena pendidikan dan bila tidak sanggup menyekolahkan anak-anak mereka maka akan menyuruh mereka untuk mencari pekerjaan di perantauan. Di dalam isi syair lagu-lagu yang diangkat, ada koneksitas yang erat dikemas yang menghubungkan pengalaman kemiskinan, perjuangan orangtua, perjuangan anak di sekolah, perjuangan anak diperantauan, yang diarahkan ke suatu tujuan keberhasilan di bawah bayang-bayang ideologi hamoraon, hagabeon, hasangapon. Ada garis merah yang melintang antara persoalan ekonomi yang di kampung yang sangat menyedihkan, dengan usaha keras para orangtua untuk membuat suatu perubahan di keluarga melalui perjuangan untuk anak-anak mereka dan melandasinya dengan suatu dasar yang begitu kuat yang terumus dalam ideologi 3H. Kedua: Lagu Batak Toba populer bermuatan ideologi. Ideoogi 3H sebagai modal dasar dalam mewujudkan perjuangan disuarakan melalui lagu-lagu Batak populer dan dijadikan sebagai ekspresi dalam mengungkapkan kisah-kisah pengalaman hidup. Ideologi 3H mempunya peran penting dalam kehidupan orang Batak sebagai modal dasar dalam 219
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI perjuangan. Kepemilikan modal ekonomi seharusnya dapat mengatasi masalah finansial yang dihadapai oleh orang Batak Toba dalam memperjuangkan anak-anak mereka, namun karena kelemahan modal ekonomi tersebut justru menimbulkan masalah besar bagi banyak orang Batak Toba dalam memperjuangkan anak-anak mereka. Perjalanan tidak berhenti di situ, dalam keadaan ‘miskin’ ternyata orang Batak masih memiliki semangat untuk melanjutkan perjuangan di arena pertarungan. Ideologi 3H dijadikan sebagai modal dasar yang kuat untuk mendorong hasrat orangtua untuk tetap memperjuangkan anak-anak mereka di arena-arena perjuangan tersebut. Ideolog 3H ini menjadi motivasi fundamental bagi orang Batak Toba untuk meraih apa yang tertera di dalamnya, mengenai: hamoraon (wealth), hagabeon (fecundity), dan hasangapon (honor or glory). Keberhasilan seseorang meraih ideologi 3H tersebut akan dihormati karena ia dianggap memiliki sahala (authority). Penghormatan yang sangat tinggi tersebut diberikan kepada seseorang baik pada masa hidup maupun ketika seseorang sudah meninggal dunia. Itulah menjadi modal budaya yang sangat ampuh dimiliki dan dipegang oleh setiap pejuang yang menginginkan kemajuan itu sendiri. Ada sifat tidak pernah menyerah (kalah) bagi orang Batak Toba yang dapat dijadikan sebagai dorongan dan keinginan untuk meraih sesuatu yang dipraktikkan dalam pertarungan sehari-hari. Kepercayaan, tradisi, adat dan segala aturan-aturannya masih sangat erat melekat dalam kehidupan kultural orang Batak Toba. Mereka mempunyai habitus yang kuat dalam menjalankan semua aturan-aturan tersebut. Habitus bagi orang Batak terbentuk berdasarkan adat dan tradisi yang dipraktikkan dalam sistem hubungan kekerabatan. Setiap aktivitas dalam adat dan tradisi akan menghasilkan pembelajaran kultural. Di sana akan tercipta kebiasaan yang menghasilkan suatu ajaran yang kemudian menjadi norma, 220
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI nilai dan adat (aturan) yang kemudian menjelma dalam tata aturan adat (ruhut-ruhut paradaton). Semua sistem kehidupan orang Batak Toba diatur dalam tata kelola hukum adat. Sehingga keberadaan ideologi 3H tidak terlepas dari bagaimana adat memberi peran untuk menjadikan ideologi sebagai cita-cita yang harus diraih. Tujuan adat yang dipraktikkan adalah untuk menghindari terjadinya malapetaka, menjaga keharmonisan, memberikan kesuburan, melimpahkan kemakmuran di desa dan kota, dan yang ditujukan untuk kesejahteraan warga. Melanggar adat berarti akan mengakibatkan bencana, penyakit, ketidaksuburan, dan gagal panen. Beberapa acara adat yang secara formal dilakukan adalah menyambut kelahiran, pesta pernikahan, upacara pemakaman, menempati rumah baru, musim tanam, musim panen dan lain-lain. Ideolog sebagai modal dasar yang dipraktikkan orang Batak dalam meraih cita-cita sangat mendalam tertanam dalam kehidupan orang Batak Toba. Sukses, sangat erat dihubungkan dengan suatu proses terjadinya sesuatu yang diraih. Pengalaman pendengar lagu mengindikasikan kuatnya ajaran ideologi dalam kehidupan mereka sehari-hari membuat mereka terus berjuang meskipun banyak rintangan yang menghadangnya. Ketiga: Pendengar mengkonstruksi dan mengapresiasi ideologi sebagai modal perjuangan. Bermula dari pengalaman pendengar di kampung semasa kecil, yang biasa mendengar lagu-lagu Batak populer. Pengalaman yang sama dilanjutkan dengan pengalaman baru pada masa dewasa dengan seringnya mengikuti kegiatan adat dan kebiasaan mendengarkan lagu-lagu yang berisi tentang cita-cita dan perjuangan. Dari pengalaman mendengar lagu-lagu tersebut menjadikan ajaran ideologis yang ada pada 221
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI lagu-lagu tersebut terinternalisasi dalam kehidupan orang Batak. Semangat ‘para pejuang’ masih belum pudar, mereka tetap bertarung di arena-arena perjuangan sampai mengahsilkan apa yang mereka cita-citakan. Syair lagu Nahum Situorang: “Na ingkon do singkola sa timbo-timbona” (harus sekolah setinggi-tingginya) masih sangat relevan dan menjadi acuan keberhasilan orangtua dalam memperjuangkan anak-anak mereka yang diamini responden dalam wawancara. Pengalaman orang Batak di arena pertarungan yang dikisahkan perantau dalam kesaksian hidup dalam mewujudkan cita-cita mereka. Bila disimak pengalaman para perantau yang menceritakan mengenai kisah hidup yang sarat dengan keprihatinan, dan bila dihubungkan dengan kisah lagu sedih yang dilantunkan para penyanyi lagu populer Batak Toba, maka sangat tepat dikatakan bahwa perjuangan adalah bagian yang sangat penting untuk diperhatikan oleh orang Batak Toba. Dukungan tersebut tidak terlepas dari pengaruh ideologi yang masih dipegang teguh oleh orang BatakToba dalam hubungannya dengan perwujudan cita-cita mereka. Ideologi terus berkumandang seiring melodi lagu yang indah, dan dengan syair lagu yang menceritakan peristiwa yang kurang beruntung karena kondisi ekonomi yang kurang berpihak. Untuk memperoleh kemajuan tersebut setiap orang Batak Toba seolah diwajibkan bertanggungjawab untuk memberi kontribusinya. Para orangtua yang bekerja di ladang telah memberi bagiannya untuk bekerja keras sejak pagi buta, siang sampai petang, seolah tak memiliki jam kerja, memeras keringat demi anak-anak mereka. Anakanak yang sekolah dituntut untuk bergulat di arena pendidikan, di sekolah mereka diminta untuk rajin sehingga berhasil demi masa depan mereka yang masih belum tau arahnya. 222
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Anak-anak diminta untuk mendengarkan nasihat, tidak menyia-nyiakan kesempatan, harapan dan jerih payah orangtua yang bergulat setiap hari di sawah dan di ladang. Bagi mereka yang belum beruntung, tidak sekolah, tidak mempunyai pekerjaan di kampung, mereka juga harus berusaha berjuang di arena pertarungan lain. Mereka harus pergi menjauh dan meninggalkan Bona Pasogit mengadu nasib ke negeri seberang (tu bariba). Biarlah apa yang mereka alami di perantauan menjadikan mereka belajar, tentang bagaimana memperjuangkan hidup demi tercapainya masa depan yang mereka harapkan. Keberuntungan dan ketidakberuntungan akan menjadi pengalaman setiap orang yang berjuang, ada yang sukses dan ada pula yang tidak sukses. Akan tetapi pertarungan harus dilanjutkan meskipun ada yang mengalami penderitaan hidup, karena belum berhasil, dan bahkan ditimpa kemalangan karena orangtua yang mereka kasihi meninggal di kampung. Namun, hidup berkesusahan dalam perjuangan di sekolah dan di perantauan, tidak dijadikan sebagai alasan untuk mundur atau menarik diri dari pertarungan. Justru kesempatan ini dipakai sebagai dorongan untuk maju, dengan keyakinan bahwa masih ada kesempatan untuk meraih cita-cita, melalui dukungan doa orangtua. Dengan harapan dan keyakinan bahwa Tuhanlah yang akan membuka jalan keberhasilan seperti permintaan doa dan harapan orangtua ketika anak-anak mereka diberangkatkan untuk sekolah dan merantau. Jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden sehubungan dengan pengalaman responden berkaitan dengan perjuangan yang dikisahkan dalam syair-syair lagu memiliki kesamaan dengan apa yang mereka alami. Pengalaman seperti ini menjadikan ideologi 3H sebagai modal dasar dapat diamini sebagai pemberi motivasi dan semangat yang selalu terngiang dalam kehidupan orang Batak. 223
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Althusser, Louis. 1993. Ideology and Ideological State Apparatuses. London & New York, New Left Books. ____________1970. Lenin and Philosophy and Other Essays Ideology and Ideological State Apparatuses. First published: in La Pensée, 1970; Translated: from the French by Ben Brewster; Source: Lenin and Philosophy and Other Essays, Monthly Review Press 1971; Transcribed: by Andy Blunden. New York and London, Monthly Review Press, NLB. Aritonang, J.S.1988. Sejarah Pendidikan di Tanah Batak. Jakarta, BPK Gunung Mulia. Andaya, Leonard Y. 2002. The Trans-Sumatra Trade and the Ethnicization of the 'Batak' In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 158, no:3, Leiden, 367-409 Bakan, Michael, B. 2012. World Music, Traditions and Transformations, second edition, New York, McGraw-Hill. Bangun, Jabatin. Industri Rekaman: Masa Depan Kultur Musik Indonesia: Vol.1.No.2. September 2005: 91-117. USU. Batubara, Junita. Vio: Opera Monolog: Etnomusikologi Vol. 2 No. 1. Mei 2005: 19-3: Medan, USU. Benamou, Marc. 2010. Rasa: Affect and Intuition in Javanese Musical Aesthetics, New York, Oxford University Press. Biddle, Ian, and Knights Vanessa, (Editors). 2007. Music, National Identity and the Politics of Location. Between the Global and the Local. England, Ashgate. Boddy, Clive. VIEWPOINT A rose by any other name maysmell as sweet but “group discussion” is not another name for a “focus group” nor should it be. London, UK Middlesex University Business School. Qualitative Market Research: An 224
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
International JournalVol. 8 No. 3, 2005 pp. 248-255 q Emerald Group Publishing. Bourdieu, Pierre. 1984: Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste. Trans. R. Nice. London, Routledge. ______________ 2000. The Field of Cultural Production. UK. Polity Press, Cambridge. Terj. Yudi Santosa. Cetakan kedua.2012. Arena Produksi Kultural: Sebuah Kajian Sosiologi Budaya. Yogyakrata, Kreasi Wacana. ______________ 1992, Langguage and Symbolic Power, Cambridge, Polity Press ______________ 1977. An Outline of a Theory of Practice. trans. Richard Nice. Cambridge: Cambridge University Press. ______________ and Jean-Claude Passeron. 1977. Reproduction in Education, Society, and Culture. London and Beverly Hills, Sage. ______________(1980). The Logic of Practice. Stanford, Stanford University Press.
Bruner, Edward M. Urbanization and Ethnic Identity in North Sumatra. Author (s): Reviewed work(s): Source: American Anthropologist, New Series, Vol. 63, No. 3 (Jun., 1961), p. 508-521 Published by: New York, Blackwell Publishing. Budiman, Kois. 2003. Semiotika Visual. Yogyakarta, Penerbit Buku Baik. Cunningham, Clark, E. 1958. The Postwar Migration of the Toba-bataks to East Sumatera. New Haven. South East Asia Studies, Yale University. Cohen, Ronald D. 2006, Folk Music:The Basics. London, Routledge, Taylor and Francis Group. Connell, John, and Gibson, Christ. 2001. Sound Tracks Popular Music, Identity and Place. London, Routledge. Dawson, DR Catherine. 2002. Practical Research Methods. How to Books Ltd, Oxford, 225
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
UK. Diterjemahkan oleh Widiono M. 2010. Metode Penelitian Praktis, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. DeNora, Tia. 2004. Music in Everyday Life. United Kingdom, Cambridge University Press. Djohan. 2009. Psikologi Musik. Yogyakarta: Best Publisher. Felluga, Dino. 2003. Modules on Althusser: On Ideology. Introductory Guide to Critical Theory. New York, Routledge. Fiske, Jhon. 2007. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Konprehensif. Yogyakarta, Jalasutra. Fauzi Fashri. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbol: Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta, Juxtapose. Gracyk, Theodore. 2007. Listening to Popular Music, or How I Learned to Stop Worrying and Love Led Zeppelin. USA, The university of Michigan Press. Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat, Akar Kekerasan dan Diskriminasi, Jakarta, Gramedia. Harnish, David D. and Rasmussen Anne K. (co-Editors). 2011. Divine Inspirations. Music and Islam in Indonesia. New York, Oxford University Press. Hendra, Roy. 2010. Determinan Kemiskinan Absolut Di Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2007, Program Studi: Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Jakarta, Universitas Indonesia. Hodges, William Robert Jr. 2009. Ganti Andung, Gabe Ende (Replacing Laments, Becoming Hymns): The Changing Voice of Grief in the Pre-funeral Wakes of Protestant Toba Batak (North Sumatra, Indonesia). Santa Barbara, Universiry of California. Jenkins, Richard.1992. Pierre Bourdieu. London, Routledge. ditejemahkan oleh Nurhadi. 2010. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu, Yogyakarta, Kreasi Wacana Offset. 226
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kraemer, Henryk. 1958. From Missionfield to Independent Church. Report on a Decisive Decade in Growth of Indigenous Churches in Indonesia. London, SCM Press. Marsden, William.1811. The History of Sumatra. Third edition, London, Printed for the Author by J. M’Creery, Black-Horse-Court. Moleong, Lex J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: (cet. ke 30) Remaja Rosdakarya. Mutahir, Arizal. 2011. Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu, Sebuah Gerakan Melawan Dominasi, Yogyakarta, Kreasi Wacana. Napitupulu, B. 2008. Almanak HKBP, Pematang Siantar, Unit Usaha Percetakan HKBP. Parlindungan, M.O. 1964, Tuanku Rao. Yogyakarta, LKis. Pasaribu Ben M. Western Music in Indonesia: A Preliminary historical Observation, Etnomusikologi, Vol.1 No.1, Mei 2005: 83-88. Medan, USU. Pasler, Jann. 2008. Essay on Music, Culture and Politics.New York,Oxford University Press. Regev, Motti and Serousi, Edwin. 2004. Popular Music and National Culture in Israel, California, University of California Press. Spradly, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta, Tiara Wacana. Schreiner, Lothar. 2003. Adat dan Injil, Perjumpaan Adat Dengan Iman Kristen Di Tanah Batak. Jakarta, BPK. Shuker, Roy. 1994. Understanding Popular Music. London, New York, Routledge. Situmorang, Sitor. 2009. Toba Na Sae. Jakarta, Komunitas Bambu. Sitanggang, Cormentyna. 2011. Analisis Kontrastif Istilah Kekerabatan, Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Batak (Contrastive Analysis of Kinship Terms in Indonesian and Batak Toba Language.) 227
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sihotang, Toga P. Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten Tapanuli Utara, 1996, Medan, USU. Silaen, Victor. 2006. Gerakan Sosial Baru: Perlawanan Komunitas Lokal Pada Kasus Indorayon di Toba Samosir. Yogyakarta, IRE Press. Spiller, Hendry. 2004. Gamelan the Traditional Sounds of Indonesia, World Music Series, Santa Barbara, California. Surbakti, Ramlan. 1999. Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Jakarta, Gramedia, Widya Sarana. ______________ 1992. Ideologi Sebagai Dasar Negara. Jakarta, Gramedia, Widya Sarana. Stokes, Jane. 2006. How To Do Media and Cultural Studies: Panduan Untuk Melaksanakan Penelitian dalam Kajian Media dan Budaya. Yogyakarta, PT. Bentang Pustaka. Tambajong, Japi, 1992. Ensiklopedi Musik, Jilid 1-A-L, Jakarta, PT. Cipta Adi Pustaka. _____________ 1992. Ensiklopedi Musik, Jilid 2-M-Z, Jakarta, PT. Cipta Adi Pustaka. Takwin, Bagus, 2003. Akar-Akar Ideologi: Pengantar Kajian Konsep Ideologi dari Plato hingga Bourdieu.Yogyakarta, Jalasutra. ____________ 2006. “Habitus: Perlengkapan dan Kerangka Panduan Gaya Hidup” dalam buku Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas. Yogyakarta, Jalasutra. Tim Redaksi KBBI. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Jakarta, Balai Pustaka. Vergouwen J.C. 1986. Masyarakat dan Hukum Adat Batak. Yogyakarta, LKiS. Wattimena, Reza A.A. Artikel: Berpikir Kritis Bersama Pierre Bourdieu, Surabaya, Fakultas Filsafat UNIKA Widya Mandala. Weintraub, Andrew N. 2012. Dangdut: Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia. Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia. 228
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Wallach, Jeremy. 2008. Modern Noise, Fluid Genres, Popular Music in Indonesia, 19972001. London, The University of Wisconsin Press, Wall, Tim, 2003. Studying Popular Music Culture. New York, Arnold, London and Oxford University Press.
Jurnal dan Artikel
Bruner, Edward. Return to Sumatra: 1957, 1997. Journal: American Anthropologist. Vol. 26. No.2. May 1999. Blackwell Publishing, p. 461-477. _____________ Urbanization and Ethnic Identity in North Sumatra. Journal:American Anthropologist, Vol 63. No.3, Jun 1961. Blackwell Publishing, p. 508-521. Dika, Sandra L. and Kusum Singh. 2002. “Applications of social capital in educational literature: a critical synthesis. Journal of Educational Research”. London: SAGE Publication. Galingging, Kamaluddin. Musik Programa Dalihan Na Tolu: Etnomusikologi Vol. 2 No. 1. Mei 2005: 32-44: Medan: USU. Huda, Mh. Nurul. 2006. (Artikel) Ideologi dan Praktek Kebudayaan. Haryatmoko. Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa: Landasan Teoritis Gerakan Sosial Menurut Pierre Bourdieu, (Majalah BASIS, Nomor 11-12 Tahun Ke-52, November-Desember, 2003) Irmawati. (Artikel) 2007. Keberhasilan Suku Batak Toba, Tinjauan Psikologis Ulayat. Naibaho, Torang. Gondang Hasapi. Fungsinya Pada Upacara Ritual Parmalim Sipahasada Batak Toba: Jurnal Etnomusikologi Vol 1 no 3, Januari 2006: 299309: Medan: USU. Purba, Mauly. Results of Contact Between The Toba Batak People, German 229
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Missionaries, Dutch Government Officials: Musical And Musical Change: Etnomusikologi Vol. 1 No. 2. September 2005: 118-148: Medan: USU. ____________ Review of Research Into The Gondang Sabangunan Musical Genre in Batak Tob Society of North Sumatera: Etnomusikologi Vol. 1 No. 1. Mei 2005: 38-64. Medan: USU. Pasaribu. Ben M. Kaleidoskopik Komponis Dalam Musik Kontemporer Di Indonesia: Etnomusikologi Vol. 1 No. 2. September 2005: 241-248: Medan: USU. Pasaribu, Ben M. Western Music in Indonesia: A Preliminary Historical Observation: Etnomusikologi Vol. 1 No. 1. Mei 2005: 83-88. Medan: USU. Panggabean, A. Ance. Proses Penciptaan Pada Pengenalan Diri: Vol.2. No.2. Mei 2006: 1-9. Medan: USU. Permanasari, Indira dan Suwarna, Budi. Hasil wawancara dalam Kompas: Melacak Jejak Batak di Jakarta, Minggu, 3 Februari 2013. Sihombing, Batara. 2004. Batak and Wealth: A Critical Study of Materialism in the Batak Churches in Indonesia, Koninklijke Brill NV Mission Studies. Silaban, Togar Arifin. 2008. (Artikel) Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon. Takari, Muhammad. Studi Banding Antara Tangga Nada Pentatonik Dan Diatonik: Etnomusikologi Vol. 1 No. 1. Mei 2005: 1-37. Medan: USU.
Sumber Website
1. http://girsangvision.blogspot.com/2012/02/sejak-kapan-dan-memiliki-artiapakah.html. (Diunduh: 15 Maret 213). 2. http://webapps.lsa.umich.edu/umma/exhibits/Batak2009/Zoom/Batak_map3_large.gif (Diunduh 15 Maret 2013).
230
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. http://www.google.com/imgres?imgurl=http://batakculture.files.wordpress.com/2012/ 01/dalihan-natolu1.jpg. (Diunduh: 20 Maret 2013). 4. http://habinsaran.wordpres.com/2007/07/31/hamoraon-hagabeon-hasangapon/. (Diunduh: 20 Maret 2013) 5. http://www.festivaldanautoba.com/view/105/tilhang-oberlin-gultom-sang-perintisopera-batak.html. (Diunduh: 20 Maret 2013).
6. http://www. komponis batak: Tilhang Gultom, Biografi Tokoh Indonesia Tilhang Oberlin. (Diunduh: 15 Mei 2013). 7. http://batakmedansumut.blogspot.com/2011/04/top-koleksi-penyanyi-batak-danlagu_24.html. (Diunduh: 15 Mei 2013). 8. http://ryan-banjarnahor.blogspot.com/2011/07/andung-ni-anak-siampudan.html. (Diunduh: 15 Mei 2013). 9. http://meliriklagu.com/trio-santana-andung-anak-buha-baju.html. (Diunduh: 15 Mei 2013). 10. http://www.youtube.com/watch?v=MaYoXV6vw6Y. (Diunduh: 15 Mei 2013). 11. http://liriklagubatak.com/tapanuli-peta-kemiskinan.html. (Diunduh: 25 Agustus 2014). 12. http://bataklagu.blogspot.com/2013/04/gotap-sian-sikkola.html. (Diunduh: 25 Agustus 2914). 13. http://lagubatak.wordpress.com/syair/tangis-do-au-2/. (Diunduh: 25 Agustus 2014). 14. http://ryan-banjarnahor.blogspot.com/2011/07/putus-sikkola.html. (Diunduh: 14 Oktober 2014) 15. http://bataklirik.blogspot.com/2011/10/trio-ganesha-anak-parjalang.html. (Diunduh: 14 Oktober 2014). 16. http://lirikbatak.blogspot.com/2009/12/anak-hon-hu_02.html. (Diunduh: 14 Oktober 2014). 17. http://musiklib.org/Lagu_Batak-Anakku_Naburju-Lirik_Lagu.htm. (Diunduh: 14 Oktober 2014). 231
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18. http://musiklib.org/Lagu_Batak-Anakkon_Hi_Do Hamoraon_Di_AuLirik_Lagu.htm. (Diunduh: 14 Oktober 2014). 19. http://bataklyric.blogspot.com/2014/01/lirik-lagu-hagabeon-trio-perdana.html. (Diunduh: 14 Oktober 2014). 20. Situmorang, Suhunan, Ensiklopedia Tokoh Batak, http://tokohbatak. wordpress.com /2009/09/02/ nahum-situmorang/. (20 Maret 2013).
232
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN 1: DAFTAR LAGU CIPTAAN TILHANG GULTOM http://serindo.blogspot.com/2008/08/no.html 1
ALA DAO
104
O, PARTUNGKOT BULU
2
ALE ANGGI SIADOSAN / TUMBA SISIR
105
PAHAHE DO SARULLA
3
ANAK TADING-TADINGAN
106
PAHLAWAN RAJA SISINGAMANGARAJA
4
ANDUHUR NAGUNDASAN (INSTRUMENTAL)
107
PANGARATTO
5
ANDUNG-ANDUNG NI NA MARINA PANORONI
108
PANGEOL-EOLMI SOLU
6
ANDUNG-ANDUNG NI NA MARINA PANORONI
109
PANGUNGSI
7
ANDUNG-ANDUNG NI NA SO MARIANAKHON
110
PANOSOLION
8
ANDUNG-ANDUNG NI NA SOPOT SO MARINA
111
PARHABANG NI ANTIALU (INSTRUMENTALIA)
9
ANDUNG-ANDUNG NI NA TADING MAETEK
112
PARHABANG NI LOTE DOLOK (INSTRUMENTALIA)
10 ANDUNG-ANDUNG NI SI BORU TUMBAGA/NA SO MARIBOTO
113
PARHABANG NI RUNGKISA (INSTRUMENTALIA)
11
ANDUNG-ANDUNG NI SIPAHILELENG
114
12
BATU NATINGKO
PARHABANG NI TUKTUK HOLING (INSTRUMENTALIA)
13
BETA HITA TU JOLO ANGGIA
115
PARJALANG
116
PARJUJI TALU
117
PARNA
118
PARNGALANGKA NI HORBO PAUNG (INSTRUMENTALIA)
119
PARSIRANGAN
120
PARSOBAN NATATA
121
PIKNIK PIKNIK CELANA JENGKI
122
PINASA SIDUNGDUNGON
123
POLTAK MA BULAN TULA
124
RAJA SAKTI
125
RAMBU NI PINASA (INSTRUMENTALIA)
126
REVOLUSI
127
RIBAK BULUNG NI BIRA
26 EH, TUDIA HO ? (INSTRUMENTALIA)
128
SAI MADUDUS MA PINING
27 EMBAS-EMBAS (INSTRUMENTALIA)
129
SAKKAE HORBO
28 ENDE-ENDE NI PARTUAEK (INSTRUMENTALIA)
130
SANGGAR NA MASAK NA GANTUNG
29 ENDE-ENDE NI SIBURUK (INSTRUMENTALIA)
131
SAOAN NAHUJUJUNG ON
30 GOAR NI HUTANAMI
132
SARINDAN HUDEGEHON
31 GOTONG ROYONG
133
SELAMAT DATANG
32 GURILLA
134
SIANJUR MULAMULA
33 HABANG ANDUHUR TITI
135
SI ANJUR MULA-MULA
34 HABANG LOTE DOLOK
136
SIANTAR SIMALUNGUN
35 HARAMBIR NI SILINDUNG
137
SIBINTANG NAPURASA (INSTRUMENTALIA)
36 HATA SO PISIK (INSTRUMENTALIA)
138
SIBORU MAULIATE
37 HUABING MAGO BUTET
139
SIBORU MUAS MALE
38 HUHONGKOP DO HO
140
SIBORU NAMURA TARGODA
39 HUTAGAM DO NA RO (INSTRUMENTALIA)
141
SIBORU NI ULUAN (INSTRUMENTALIA)
40 HUTALLIK BULUNG PISANG
142
SI BUNGA-BUNGA NA ANGUR B (INSTRUMENTALIA)
143
SIBUNGA MANGARONDANG
144
SIBUNGA MANGERBANG(INSTRUMENTALIA)
145
SIBUNGA RI (INSTRUMENTALIA)
146
SIBUNGKA PINGKIRAN (INSTRUMENTALIA)
147
SIBURUK
148
SIDOLI PARMINUM
149
SIGODANG HANGALAN
150
SIHUTUR SANGGUL (INSTRUMENTALIA)
14 15
BUDAYAWAN INDONESIA BULAN NA DI GINJANG
16
BULUNG NI BANE-BANE
17
BULU SIHABULUAN
18
BUTET
19
CINCIN PERMATA
20
DANAU TOBA
21 DANGKA NI HAU JIOR 22 DAYUNG SAMPAN 23 DOGE-DOGE 24 DUA SEJOLI 25 EDANG-EDANG (INSTRUMENTALIA)
41 HUTATAP DOLOK SANGGUL (INSTRUMENTALIA) 42 HUTATAP LOBUTUA 43 HUTATAP MA LOBUTUA 44 HUTATAP NA DAO (INSTRUMENTALIA) 45 IBUKU DAN BAPAKU 46 IDANG DO 47 IDEM IDEM 48 INANG SARGE
233
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 INDADA TARTANGISHON
151
SI JAMBE JALANG
50 INDONESIA MERDEKA
152
SI JAMBE JALANG
51
INGOT JANJI NATABAHEN (INSTRUMENTALIA)
153
SIJARI JIRI
52
ITO PARGAULAN
154
SIJOU SANGGINA
53
JAMILAH
155
SIJOU SANGGINA (INSTRUMENTALIA)
54
JANJIM I DO
156
SI LOPIAN NA ANGUR (INSTRUMENTALIA)
55
JANJIM I DO
157
SI LUNDU NI PAHU
56
JANJI PALSU
158
SILUNDU NU PAHU
57
JENGGER JOLO
159
SIMALI MALI
58
JONGJONG AHU DISON
160
SIMARLANGAT ARI
59
JONGJONG AHU MANATAP
161
SI MARLANGAT NI ARI
60
JUJI DO ULAON NI I
162
SINANGGARTULLO
61
JUMOLO MARSANTABI
163
SI RAJA BATAK
62
KERJA BAKTI (INSTRUMENTALIA)
164
SI RAJA OLOAN
63
LANGIT DISEBELAH TIMUR
165
SIRANG SO SIRANG
64
LANGIT DISEBELAH TIMUR / PANCASILA
166
SISADA URANG ANAK
65
LIMA PUAK
167
SITAMPAR API (INSTRUMENTALIA)
66
LUGAHON SOLUM I
168
SITAMTO
67
LUGA-LUGA SOLU (INSTRUMENTALIA)
169
SITAPI-TO
68
LUPA DI JANJI
170
SI TAPI TO
69
MAGORGOR SIHOLHU
171
SITUALLA RUDE
70
MAGULANG BATU BOLON
172
SITUALLA RUDE RUDE
71
MANDUDA / SENDRATARI
173
SI UNTE MANIS
72
MANUK NI PEA LANGGE
174
SOARA NI GITAR
73
MARDALAN AHU MARSADASADA
175
SOGOT MANOGOT I
74
MARGONDANG DAMANG DI JABU
176
SOLMISASI (INSTRUMENTALIA)
75
MARGURILLA
177
SONGON LOMBANG NA MARURUS
76
MARLUGA SOLU BOLON
178
SOPOSURUNG (INSTRUMENTALIA)
77
MARMUTIK INGGIR-INGGIR
179
SULAMAN BARAT (INSTRUMENTALIA)
78
MARMUTIK INGGIR-INGGIR/SUPIR MOTOR
180
SULAMAN (INSTRUMENTALIA)
79
MARSARUDANG SARUDANG
181
SUMOLSOL MA AHU INANG
80
MARSUHUM MARSANTABI
182
SUNGAI ULAR
81
MASAK EME SIPERAK
183
SUPIR MOTOR
82
MELOS BUNGABUNGA
184
TANO GULTOM DO SITAMIANG
83
NAMARIMBANG
185
TERBITLAH BULAN
84
NASUNDAT SINGKOLA
186
TINABA MARE-MARE
85
NATARJOLLUNG
187
TINABA MAREMARE/SEKKA NATINERAWANG
86
NATARSUNGGUL
188
TINGGAL MA HO BUTET
87
NAUNG SAMPULU SADA
189
TINITIP SANGGAR
88
NDADA TARTANGISHON
190
TIO DO TAO TOBA
89
NUNGA LOJA HUHILALA
191
TIO PE MUAL SO TARINUM AHU
90
NUNGA SAE BE JANJINGKI
192
TUDIA MA AHU NA DANGOL ON
91
NUNGA TAHUAK MANUK JAMBE
193
TUDUNG MA PINARTUDUNG
92
NUNGA TUNG NGOLNGOLAN
194
TUGINJANG NINNA PORDA
93
O, AEK SAMPURAN
195
TU GINJANG NINNA PORDA
94
O, ALE ITO PARGAULAN
196
TUKTUK PARPANGIRAN / JOING
95
O ALE ITO PARGAULAN
197
TUMBA REGE-REGE
96
O ALE TONDINGKU
198
TUMBA RIANG-RIANG
97
O, ALE TONDINGKU
199
TUMBA TOBA
98
OH PAHLAWAN YANG SAKTI
200
TUNGKOT SALAGUNDI
99
O INANG PANGINTUBU INANG
201
UCOK
100
O, INANG PANGINTUBU INANG
202
UNANG MA PAGINJANGHU ROHAM/PANSA PANSA
101
O, ITO SIPORIBAN
203
UNANG MASIPAHATA-HATAAN
102
OLI OLI TUMBA
204
UNANG PARSANGGUL BANEBANE
103
O PARTUNGKOT BULU
205
UNANG SAI TANGIS HO BUTET
206
UNANG TADINGKON AHU
234
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 2: DAFTAR PENYANYI BATAK DAN LAGU POPULER BATAK DAFTAR LAGU BATAK POPULER 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58.
DAFTAR LAGU BATAK POPULER
Jamila - Trio Lamtama Marsahit Lungun - Trio Lamtama Napangkat - Trio Lamtama Sarjana Pengangguran - Trio Lamtama Toba Dream (Theme Song) - Viky Sianipar Anak Medan Gondang - Poster Sihotang & Andolin Sib... Nasonang Do Hita Nadua - Lea Simanjuntak Rura Partangisan - Trio Santana Arga Do Bona Ni Pinasa - Sita Siagian & Viky Siani... Inang - Lea Simanjuntak Parsonduk Bolon Na burju - Trio Santana O Tau Toba Nauli - Jhonson Hutagalung & Tetty Manu... Unang Maila Ho - Trio Santana Masihol Au Tu Ho - Trio Santana Ndang Adong Be Holong - Trio Santana Dua Tintin Na Marmata - Trio Santana Aha Ma Natau Siingoton Hu - Herti Sitorus Bulu Sihabuluan - Trio Ambisi Ulos Saput II - Trio Perdana Ulos Saput - Trio Perdana Unang Parmeam Meam Au - Rita Butarbutar GABE MAHO - Herti Sitorus SINAMOT - Trio Santana Molo Habang Ho Lali - Trio Ambisi Nakkok Au Tu Dolok - Trio Ambisi Sopinaboa Ni Gorak - Trio Ambisi Ndang Alani Parsirangan - Trio Ambisi Ramot Di Parpadanan - Trio Ambisi Marheppi Heppi tu Bali - Trio Ambisi Horas Indonesia - Bunthora Situmorang Timpasana - Timpasini (Jhonny Manurung & Hani Siho... Saputangan Na Marmudar - Charles Simbolon Poda Ni Da Inang - Charles Simbolon Anakkonki Do Hanoraon Di Au - Trio Amsisi 2000 Rodi Sadarion - Trio Maduma Paubaonku Namai - Trio Axido Atik - Trio Maduma Boan au tu dalan Mi - Trio Maduma Donna - Trio Axido Sayang - Trio Axido Boasama - Trio Axido Dekkeni Tao Toba - Trio Maduma Asa Sombu Roham - Trio Axido Surat Narara - Jack Marpaung Selalu Songoni - Simatupang Sister Sidoli Partandang - Simatupang Sister Bege Endeni Suruan - Simatupang Sister Nunga Talu Hamatean - Simatupang Sister Hulompit Tanganhi - Nixon Simanjuntak Hodo Rajangki - Trio Amsisi 2000 Nagok Dosa Do Au - Trio Relasi Lomo Lomomma Tuhan - Jack Marpaung Sai Solhot Tu Silang Mi - Posther Sihotang Tudia Ho Dung Mate Ho - Jack Marpaung Unang Tinggalhon - Jack Marpaung Bollo Bollo - Trio Lamtama Saputangan Na Marsulam Goar Mi - Jack Marpaung ft.... Issu Doi - Trio Lamtama
235
143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. 166. 167. 168. 169. 170. 171. 172. 173. 174. 175. 176. 177. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194. 195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204.
Amang Doli - Christine Panjaitan Eme Ni Simbolon - Christine Panjaitan Aut Boi Nian - Christine Panjaitan Pulo Samosir - Christine Panjaitan Borhat Ma Dainang - Christine Panjaitan Marombus Ombus - Christine Panjaitan Madekdek Ma Gambiri - Christine Panjaitan O Tano Batak - Betharia Sonatha O Pio - Betharia Sonatha Di Rondang Ni Bulan - Betharia Sonatha Ketabo - Betharia Sonatha Eme ni Simbolon - Betharia Sonatha O, Tano Batak - Victor Hutabarat Marpasar Pagi - Jack Marpaung Sotung Manarita Tondi mi - Jack Marpaung Kisah Hidup Jack Marpaung dan Lika - LikuHidupnya Sai Anju Ma Au - Jack Marpaung Surat Undangan - Jack marpaung Holong Naso Marbalos - Jack Marpaung Si Jaultop - Jack Marpaung Kamar 13 - Jack Marpaung Pegang Gonting Abang SONGON NIPI - The Heart Simatupang Sister Dalihan Natolu - Trio Perdana Dang Tartodo Turpuk - Trio Santana Dalihan Na Tolu - Trio Ambisi Abang Ganteng - Rani Simbolon Tor Tor Parmabuk - Trio Silopak Dalihan Na Tolu - Trio Lasidos Sotung Mate Marlea - Silalahi Sister Bunga Pansur - Jeges Trio Maila Au Mulak Gorgaokku Goarmi - Arvindo Simatupang Boru Buha Baju - Arvindo Simatupang Boru Sasada - Family Trio Papa Papi - Family Trio Pulo Batam - Andesta Trio Tolu Kaleng Boras - Larosa Trio Sitiruon Ma - Larosa Trio Tangiang Ni Dainang - Larosa Trio Goarmi Pe Pararrokku Pembunuhan Rotua Simanjuntak Dirohangki Nang Di Rohami - Trio Simenstar Unang Jaishon - Trio Simenstar Bangso Batak - Trio Simenstar SIHOL NA DIROHAKKI - Christine Panjaitan Pengusaha Muda - Andesta Trio Boanon Hu Do Ho - Simbolon Sister NAMANCAM MANA DO - Simbolon Sister Tu Sipahutar Ma au Dapothon - Andesta Trio Siantar Simalungun - Korem Sihombing & Lina Pandia... HOLIP SIAN PAMERENGAN - Simbolon Sister Martumba Toba - Korem Sihombing & Lina Pandiangan Unang Ahu Solsoli - Trio Ambisi Manduda Baion - Victor Hutabarat Baju Nabirong - Trio Perdana Sapata Namarsirang - Citra Sianipar Family Trio - Hassit Namarsirang Marorongkap Dung Matua - Trio Jeges Aek Sibundong - Joel Simorangkir and Charles Simbo... Tangiang Ni Dainang - Victor Hutabarat Mauliate Ma Inang - Golden Voice
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122.
Tinggal Nama Au - Trio Lamtama Surat Cinta - Trio Parmasi Baju Batik - Trio Parmasi Holongki Mian Di Ho - Trio Parmasi Gombar Pamasumasuon - Trio Parmasi Agustus Parsirangan - Simanjuntak Stars Laos So Margorak do Roham - Trio Togama Sihumisik Parsiboras - Trio Togama Tahuak Manuk - Simanjuntak Stars Selamat Jalan - Trio New Lasidos Ilu Ni Namborumi - Morang Star Rokkap Ni Napogos - Trio Bonansa Paima ima pahompu - Rapsada Trio & Poster Sihotang... Nunga Lam Sundat - Rapsada Trio & Poster Sihotang Sihol Marparumaen - Toni Van Simarmata SHERLY II - Jack Marpaung & Hilman Padang Sapata - Dewi Marpaung Rokkap ni Tondi - Dewi Marpaung & Jack Marpaung SHERLY - Jack Marpaung & Hilman Padang Didia Rokkap Hi - Dewi Marpaung Podani Dainang - Dewi Marpaung Dang Hu Orai Ho Marhepi-Hepi - Dewi Marpaung Luat Pahae - Eddy Silitonga AnakhonHu - Eddy Silitonga Huboan Pe Ho Tu Bulan - Eddy Silitonga Taparade Ma Siulaonta - Putri Silitonga Sai Marangan Angan - Putri Silitonga Dang Boi Bulan Manghatai - Putri Silitonga O Debatangku - Putri Silitonga Uju Di Nalilu - Nurafni Octavia Dibona Tarutungi - Nurafni Octavia Borhat Ma Dainang - Nurafni Octavia Ise Na Songon Ahu - Nurafni Octavia Sai tu ho - Dewi Marpaung & Jack Marpaung, Inangku Na Burju - Nurafni Octavia Sangap Do Ho Amang - Nurafni Octavia Tangianghon Au Inang - Ervina Simarmata & Ruth Sih... Porompompom - Viky Sianipar Mengkel Na Ma Ahu - Viky Sianipar Sinanggar Tulo - Viky Sianipar TOP KOLEKSI LAGU - LAGU BATAK Sik Sik Sibatumanikam - Viky Sianipar Si Bio Bio - Christine Panjaitan Leleng - Christine Panjaitan Surle Di Surle - Christine Panjaitan Sigulempong - Christine Panjaitan Oh Tuhan - Joy Tobing & Christine Panjaitan Sai Togu Au - Joy Tobing Sai Tudia Ho Marhuta - Joy Tobing Sapata Ni Anaktai - Joy Tobing Molosaut Maho Ingkon Lao - Joy Tobing Dijou Ahu Mulak - Vico Pangaribuan Dung Di Tonga Borngin - Vico Pangaribuan TUSOR (Tuak Sore) - Vico Pangaribuan Dekke Jahir - Vico Pangaribuan Burju Marsimatua - Amigos Aut Boi Nian - Amigos Pulo Samosir - Amigos Anak Medan - BATAK BOYS Dibornginon [Dangdut Batak] - Joel Simorangkir Ho Do Nasora - Charles Simbolon & Ros Hutajulu Boru Panggoaran - Rani Simbolon Marsahit Jantung - Trio Lamtama Marinahon Parjuji - Andesta Trio
236
205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213. 214. 215. 216. 217. 218. 219. 220. 221. 222. 223. 224. 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236. 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245. 246. 247. 248. 249. 250. 251. 252. 253. 254. 255. 256. 257. 258. 259. 260. 261. 262. 263. 264. 265. 266. 267. 268. 269. 270.
Sai Gabe Ma - Golden Voice Ho Di Au Au Di Ho - Golden Voice Hodo Na Hupillit - Agian Trio Unang Tarlalap - Trio Satahi Pahompu Panggoaran - Nurafni Octavia Uju Di Ngoluhon Ma Nian - Trio Santana Arbab - Traditional song NANG HUMUNTAL PE AKKA ROBEAN Goyang Toba - Charles Simbolon SMS - Silaen Sister (Disco BATAK dangdut) Tangis Dipesta natal - Simanjuntak Stars DIPARSOBANAN - Marsada Band Horas Samosir Na Jogi - Marsada Band Boasa Ma - Marsada Band Baringin Sabatola - Marsada Band Marmasak Sandiri - Marsada Band Molo Huingot - Marsada Band Maria - Marsada Band ROSITA - Marsada Band Sada Do - Marsada Band OH TUHAN MAULIATE Tuhan Jesus Siparmahan SAI HUTAGAM - Nainggolan Sister Ho do Tuhan (Sari Simorangkir) NAGAMALUSANG - Trio Amsisi 2000 Unang Parmeam Meam - Joel Simorangkir Unang Gabusi Au - Rita Butarbutar Pajumpang di Pengkolan - Trio Amsisi 2000 Di Tugu Monas - Trio Romansa Haholongi Ma Si Doli - Dompak Sinaga Cinta Hian - Toni Van Simarmata Kota Siantar (Trio Golden Heart) Boru Jawa Vs Boru Raja - Trio Lamtama Na Denggan Basa - Margareth Siagian Sabar Ho Inang - Margareth Siagian Didia Ho Among - Martha Hutagaol - Trio Maduma Medan-Jakarta (Martha Hutagaol - Tigor Panjaitan) Asom na di dolok - Trio Maduma O Tano Batak - Christine Panjaitan Hurippu Gabe Jutawan - Simanjuntak Stars Tataring Parapian - Simanjuntak Stars PHK - Trio Santana Tung So Olo Be Au Marhamlet - Trio Relasi Aha Do Alana - Trio Relasi Lupa Doho - Trio Satahi Marboru Sileban - Trio Satahi Marboru Dayak - Trio Relasi Dang Levelmu Au Ito - Trio Lamtama Mardinding Topas - Trio Maduma Atik - Johny Manurung - Bunthora Situmorang Siantar Hatubuon Jakarta Hamatean Tudia Ho Tusi Do Au - Silaen Sister/Lamtama Trio Sona Rupa Manang Arta Holong Do Rohakki Selendang Parpandanan Unang Jujuri - Nainggolan Sister Nainggolan Sister - Boan Au Parumaen Sitiruon - Nainggolan Sister Joy Tobing - Holong Mangalap Holong Dalani Dalanmu - BBM Joy Tobing - Parsirangan Alani Tuak - BBM Andung Ni Pejabat - BBM Bunga Ni Holong Hu - Trio Perdana Soripada Na Burju - Trio Perdana Burju Do Inang Panggantimi - Trio Santana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138. 139. 140. 141. 142.
Dang Na Makkolit Au - Trio Lamtama Inang Pangittubu - Trio Lamtama INANG - Tigor Panjaitan dan Trio Santana Di Parjalangan - Ros Hutajulu DEKKE SIMUDUR-UDUR - Christine Panjaitan Saor Matua - Nainggolan Sister Rodo Ahu Tu Pestami - 3 Dimensi Si Ose Padan - Trio Ambisi Boru Nabasa - Trio Ambisi Anak Naburju - Emilia Contessa dan Broery Marantik... Siantar Men - Trio Silopak Unang Bolokkon Tandakki - Trio Lamtama Hulului Dalan Na Dumenggan - Trio Lamtama Bulan I do Paboahon Tu Au - Trio Lamtama Gareja Bolon - Rita Butar butar Maridi Hodok - Trio Santana Tapanuli peta KEMISKINAN - Jack Marpaung Inang - Tetty Manurung Dang turpukta hamoraon - Tetty Manurung Salendang Bengbeng - Tetty Manurung
271. 272. 273. 274. 275. 276. 277. 278. 279. 280. 281. 282. 283. 284. 285. 286.
Aek Sibulbulon - Trio Santana Si Hutar Sanggul - Uning Uningan Traditional Batak,Gendang Uning-uningan Modern Gondang Sirahut Soban Tari Tortor Batak Hata Sopisik Rita Butar butar - Haholonganku Do Ho Buni Diate- Ate - Rita Butarbutar HO DO RAJA-KU (Rita Butar Butar) Rita Butar butar - Songon Bulan Roho Saonnari - Rita Butar Butar Burju Maho Butet - Trio Ambisi Anak Na Burju - Trio New Lasidos Anak Medan - Trio Lamtama Poda - Trio Ambisi Trio Ambisi - Unang Ahu Solsoli Victor Hutabarat - Boasa Ia Dungbotari
http://batakmedansumut.blogspot.com/2011/04/top-koleksi-penyanyi-batak-dan-lagu_24.html
237
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 3: LAGU BATAK TERPOPULER
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
Jamila - Trio Lamtama Marsahit Lungun - Trio Lamtama Napangkat - Trio Lamtama Sarjana Pengangguran - Trio Lamtama Toba Dream (Theme Song) - Viky Sianipar Anak Medan Gondang - Poster Sihotang & Andolin Sib... Nasonang Do Hita Nadua - Lea Simanjuntak Rura Partangisan - Trio Santana Arga Do Bona Ni Pinasa - Sita Siagian & Viky Siani... Inang - Lea Simanjuntak Parsonduk Bolon Na burju - Trio Santana O Tau Toba Nauli - Jhonson Hutagalung & Tetty Manu... Unang Maila Ho - Trio Santana Masihol Au Tu Ho - Trio Santana Ndang Adong Be Holong - Trio Santana Dua Tintin Na Marmata - Trio Santana Aha Ma Natau Siingoton Hu - Herti Sitorus Bulu Sihabuluan - Trio Ambisi Ulos Saput II - Trio Perdana Ulos Saput - Trio Perdana Unang Parmeam Meam Au - Rita Butarbutar GABE MAHO - Herti Sitorus SINAMOT - Trio Santana Molo Habang Ho Lali - Trio Ambisi Nakkok Au Tu Dolok - Trio Ambisi Sopinaboa Ni Gorak - Trio Ambisi Ndang Alani Parsirangan - Trio Ambisi Ramot Di Parpadanan - Trio Ambisi Marheppi Heppi tu Bali - Trio Ambisi Horas Indonesia - Bunthora Situmorang Timpasana - Timpasini (Jhonny Manurung & Hani Siho... Saputangan Na Marmudar - Charles Simbolon Poda Ni Da Inang - Charles Simbolon Anakkonki Do Hanoraon Di Au - Trio Amsisi 2000 Rodi Sadarion - Trio Maduma Paubaonku Namai - Trio Axido
238
144.Eme Ni Simbolon - Christine Panjaitan 145.Aut Boi Nian - Christine Panjaitan 146.Pulo Samosir - Christine Panjaitan 147.Borhat Ma Dainang - Christine Panjaitan 148.Marombus Ombus - Christine Panjaitan 149.Madekdek Ma Gambiri - Christine Panjaitan 150.O Tano Batak - Betharia Sonatha 151.O Pio - Betharia Sonatha 152.Di Rondang Ni Bulan - Betharia Sonatha 153.Ketabo - Betharia Sonatha 154.Eme ni Simbolon - Betharia Sonatha 155.O, Tano Batak - Victor Hutabarat 156.Marpasar Pagi - Jack Marpaung 157.Sotung Manarita Tondi mi - Jack Marpaung 158.Kisah Hidup Jack Marpaung dan Lika LikuHidupnya 159.Sai Anju Ma Au - Jack Marpaung 160.Surat Undangan - Jack marpaung 161.Holong Naso Marbalos - Jack Marpaung 162.Si Jaultop - Jack Marpaung 163.Kamar 13 - Jack Marpaung 164.Pegang Gonting Abang 165.SONGON NIPI - The Heart Simatupang Sister 166.Dalihan Natolu - Trio Perdana 167.Dang Tartodo Turpuk - Trio Santana 168.Dalihan Na Tolu - Trio Ambisi 169.Abang Ganteng - Rani Simbolon 170.Tor Tor Parmabuk - Trio Silopak 171.Dalihan Na Tolu - Trio Lasidos 172.Sotung Mate Marlea - Silalahi Sister 173.Bunga Pansur - Jeges Trio 174.Maila Au Mulak 175.Gorgaokku Goarmi - Arvindo Simatupang 176.Boru Buha Baju - Arvindo Simatupang 177.Boru Sasada - Family Trio 178.Papa Papi - Family Trio 179.Pulo Batam - Andesta Trio 180.Tolu Kaleng Boras - Larosa Trio 181.Sitiruon Ma - Larosa Trio 182.Tangiang Ni Dainang - Larosa Trio 183.Goarmi Pe Pararrokku 184.Pembunuhan Rotua Simanjuntak 185.Dirohangki Nang Di Rohami - Trio
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77.
Atik - Trio Maduma Boan au tu dalan Mi - Trio Maduma Donna - Trio Axido Sayang - Trio Axido Boasama - Trio Axido Dekkeni Tao Toba - Trio Maduma Asa Sombu Roham - Trio Axido Surat Narara - Jack Marpaung Selalu Songoni - Simatupang Sister Sidoli Partandang - Simatupang Sister Bege Endeni Suruan - Simatupang Sister Nunga Talu Hamatean - Simatupang Sister Hulompit Tanganhi - Nixon Simanjuntak Hodo Rajangki - Trio Amsisi 2000 Nagok Dosa Do Au - Trio Relasi Lomo Lomomma Tuhan - Jack Marpaung Sai Solhot Tu Silang Mi - Posther Sihotang Tudia Ho Dung Mate Ho - Jack Marpaung Unang Tinggalhon - Jack Marpaung Bollo Bollo - Trio Lamtama Saputangan Na Marsulam Goar Mi Jack Marpaung ft.... Issu Doi - Trio Lamtama Tinggal Nama Au - Trio Lamtama Surat Cinta - Trio Parmasi Baju Batik - Trio Parmasi Holongki Mian Di Ho - Trio Parmasi Gombar Pamasumasuon - Trio Parmasi Agustus Parsirangan - Simanjuntak Stars Laos So Margorak do Roham - Trio Togama Sihumisik Parsiboras - Trio Togama Tahuak Manuk - Simanjuntak Stars Selamat Jalan - Trio New Lasidos Ilu Ni Namborumi - Morang Star Rokkap Ni Napogos - Trio Bonansa Paima ima pahompu - Rapsada Trio & Poster Sihotang... Nunga Lam Sundat - Rapsada Trio & Poster Sihotang Sihol Marparumaen - Toni Van Simarmata SHERLY II - Jack Marpaung & Hilman Padang Sapata - Dewi Marpaung Rokkap ni Tondi - Dewi Marpaung & Jack Marpaung SHERLY - Jack Marpaung & Hilman
239
Simenstar 186.Unang Jaishon - Trio Simenstar 187.Bangso Batak - Trio Simenstar 188.SIHOL NA DIROHAKKI - Christine Panjaitan 189.Pengusaha Muda - Andesta Trio 190.Boanon Hu Do Ho - Simbolon Sister 191.NAMANCAM MANA DO - Simbolon Sister 192.Tu Sipahutar Ma au Dapothon Andesta Trio 193.Siantar Simalungun - Korem Sihombing & Lina Pandia... 194.HOLIP SIAN PAMERENGAN Simbolon Sister 195.Martumba Toba - Korem Sihombing & Lina Pandiangan 196.Unang Ahu Solsoli - Trio Ambisi 197.Manduda Baion - Victor Hutabarat 198.Baju Nabirong - Trio Perdana 199.Sapata Namarsirang - Citra Sianipar 200.Family Trio - Hassit Namarsirang 201.Marorongkap Dung Matua - Trio Jeges 202.Aek Sibundong - Joel Simorangkir and Charles Simbo... 203.Tangiang Ni Dainang - Victor Hutabarat 204.Mauliate Ma Inang - Golden Voice 205.Sai Gabe Ma - Golden Voice 206.Ho Di Au Au Di Ho - Golden Voice 207.Hodo Na Hupillit - Agian Trio 208.Unang Tarlalap - Trio Satahi 209.Pahompu Panggoaran - Nurafni Octavia 210.Uju Di Ngoluhon Ma Nian - Trio Santana 211.Arbab - Traditional song 212.NANG HUMUNTAL PE AKKA ROBEAN 213.Goyang Toba - Charles Simbolon 214.SMS - Silaen Sister (Disco BATAK dangdut) 215.Tangis Dipesta natal - Simanjuntak Stars 216.DIPARSOBANAN - Marsada Band 217.Horas Samosir Na Jogi - Marsada Band 218.Boasa Ma - Marsada Band 219.Baringin Sabatola - Marsada Band 220.Marmasak Sandiri - Marsada Band 221.Molo Huingot - Marsada Band 222.Maria - Marsada Band 223.ROSITA - Marsada Band 224.Sada Do - Marsada Band 225.OH TUHAN MAULIATE 226.Tuhan Jesus Siparmahan 227.SAI HUTAGAM - Nainggolan Sister
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Padang 78. Didia Rokkap Hi - Dewi Marpaung 79. Podani Dainang - Dewi Marpaung 80. Dang Hu Orai Ho Marhepi-Hepi Dewi Marpaung 81. Luat Pahae - Eddy Silitonga 82. AnakhonHu - Eddy Silitonga 83. Huboan Pe Ho Tu Bulan - Eddy Silitonga 84. Taparade Ma Siulaonta - Putri Silitonga 85. Sai Marangan Angan - Putri Silitonga 86. Dang Boi Bulan Manghatai - Putri Silitonga 87. O Debatangku - Putri Silitonga 88. Uju Di Nalilu - Nurafni Octavia 89. Dibona Tarutungi - Nurafni Octavia 90. Borhat Ma Dainang - Nurafni Octavia 91. Ise Na Songon Ahu - Nurafni Octavia 92. Sai tu ho - Dewi Marpaung & Jack Marpaung, 93. Inangku Na Burju - Nurafni Octavia 94. Sangap Do Ho Amang - Nurafni Octavia 95. Tangianghon Au Inang - Ervina Simarmata & Ruth Sih... 96. Porompompom - Viky Sianipar 97. Mengkel Na Ma Ahu - Viky Sianipar 98. Sinanggar Tulo - Viky Sianipar 99. TOP KOLEKSI LAGU - LAGU BATAK 100.Sik Sik Sibatumanikam - Viky Sianipar 101.Si Bio Bio - Christine Panjaitan 102.Leleng - Christine Panjaitan 103.Surle Di Surle - Christine Panjaitan 104.Sigulempong - Christine Panjaitan 105.Oh Tuhan - Joy Tobing & Christine Panjaitan 106.Sai Togu Au - Joy Tobing 107.Sai Tudia Ho Marhuta - Joy Tobing 108.Sapata Ni Anaktai - Joy Tobing 109.Molosaut Maho Ingkon Lao - Joy Tobing 110.Dijou Ahu Mulak - Vico Pangaribuan 111.Dung Di Tonga Borngin - Vico Pangaribuan 112.TUSOR (Tuak Sore) - Vico Pangaribuan 113.Dekke Jahir - Vico Pangaribuan 114.Burju Marsimatua - Amigos 115.Aut Boi Nian - Amigos 116.Pulo Samosir - Amigos 117.Anak Medan - BATAK BOYS 118.Dibornginon [Dangdut Batak] - Joel Simorangkir
240
228.Ho do Tuhan (Sari Simorangkir) 229.NAGAMALUSANG - Trio Amsisi 2000 230.Unang Parmeam Meam - Joel Simorangkir 231.Unang Gabusi Au - Rita Butarbutar 232.Pajumpang di Pengkolan - Trio Amsisi 2000 233.Di Tugu Monas - Trio Romansa 234.Haholongi Ma Si Doli - Dompak Sinaga 235.Cinta Hian - Toni Van Simarmata 236.Kota Siantar (Trio Golden Heart) 237.Boru Jawa Vs Boru Raja - Trio Lamtama 238.Na Denggan Basa - Margareth Siagian 239.Sabar Ho Inang - Margareth Siagian 240.Didia Ho Among - Martha Hutagaol Trio Maduma 241.Medan-Jakarta (Martha Hutagaol Tigor Panjaitan) 242.Asom na di dolok - Trio Maduma 243.O Tano Batak - Christine Panjaitan 244.Hurippu Gabe Jutawan - Simanjuntak Stars 245.Tataring Parapian - Simanjuntak Stars 246.PHK - Trio Santana 247.Tung So Olo Be Au Marhamlet - Trio Relasi 248.Aha Do Alana - Trio Relasi 249.Lupa Doho - Trio Satahi 250.Marboru Sileban - Trio Satahi 251.Marboru Dayak - Trio Relasi 252.Dang Levelmu Au Ito - Trio Lamtama 253.Mardinding Topas - Trio Maduma 254.Atik - Johny Manurung - Bunthora Situmorang 255.Siantar Hatubuon Jakarta Hamatean 256.Tudia Ho Tusi Do Au - Silaen Sister/Lamtama Trio 257.Sona Rupa Manang Arta 258.Holong Do Rohakki 259.Selendang Parpandanan 260.Unang Jujuri - Nainggolan Sister 261.Nainggolan Sister - Boan Au 262.Parumaen Sitiruon - Nainggolan Sister 263.Joy Tobing - Holong Mangalap Holong 264.Dalani Dalanmu - BBM 265.Joy Tobing - Parsirangan 266.Alani Tuak - BBM 267.Andung Ni Pejabat - BBM 268.Bunga Ni Holong Hu - Trio Perdana 269.Soripada Na Burju - Trio Perdana 270.Burju Do Inang Panggantimi - Trio Santana 271.Aek Sibulbulon - Trio Santana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119.Ho Do Nasora - Charles Simbolon & Ros Hutajulu 120.Boru Panggoaran - Rani Simbolon 121.Marsahit Jantung - Trio Lamtama 122.Marinahon Parjuji - Andesta Trio 123.Dang Na Makkolit Au - Trio Lamtama 124.Inang Pangittubu - Trio Lamtama 125.INANG - Tigor Panjaitan dan Trio Santana 126.Di Parjalangan - Ros Hutajulu 127.DEKKE SIMUDUR-UDUR Christine Panjaitan 128.Saor Matua - Nainggolan Sister 129.Rodo Ahu Tu Pestami - 3 Dimensi 130.Si Ose Padan - Trio Ambisi 131.Boru Nabasa - Trio Ambisi 132.Anak Naburju - Emilia Contessa dan Broery Marantik... 133.Siantar Men - Trio Silopak 134.Unang Bolokkon Tandakki - Trio Lamtama 135.Hulului Dalan Na Dumenggan - Trio Lamtama 136.Bulan I do Paboahon Tu Au - Trio Lamtama 137.Gareja Bolon - Rita Butar butar 138.Maridi Hodok - Trio Santana 139.Tapanuli peta KEMISKINAN - Jack Marpaung 140.Inang - Tetty Manurung 141.Dang turpukta hamoraon - Tetty Manurung 142.Salendang Bengbeng - Tetty Manurung 143.Amang Doli - Christine Panjaitan
241
272.Si Hutar Sanggul - Uning Uningan 273.Traditional Batak,Gendang Uninguningan Modern 274.Gondang Sirahut Soban 275.Tari Tortor Batak Hata Sopisik 276.Rita Butar butar - Haholonganku Do Ho 277.Buni Diate- Ate - Rita Butarbutar 278.HO DO RAJA-KU (Rita Butar Butar) 279.Rita Butar butar - Songon Bulan 280.Roho Saonnari - Rita Butar Butar 281.Burju Maho Butet - Trio Ambisi 282.Anak Na Burju - Trio New Lasidos 283.Anak Medan - Trio Lamtama 284.Poda - Trio Ambisi 285.Trio Ambisi - Unang Ahu Solsoli 286.Victor Hutabarat - Boasa Ia Dungbotari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 4: KUMPULAN LAGU BATAK TERBARU DAN TERPOPULER
1. Bege Endeni Suruan – Simatupang Sister 2. Nunga Talu Hamatean – Simatupang Sister 3. Hulompit Tanganhi – Nixon Simanjuntak 4. Hodo Rajangki – Trio Amsisi 2000 5. Nagok Dosa Do Au – Trio Relasi 6. Lomo Lomomma Tuhan – Jack Marpaung 7. Sai Solhot Tu Silang Mi – Posther Sihotang 8. Tudia Ho Dung Mate Ho – Jack Marpaung 9. Unang Tinggalhon – Jack Marpaung 10. Bollo Bollo – Trio Lamtama 11. Saputangan Na Marsulam Goar Mi – Jack Marpaung ft…. 12. Issu Doi – Trio Lamtama 13. Tinggal Nama Au – Trio Lamtama 14. Surat Cinta – Trio Parmasi 15. Baju Batik – Trio Parmasi 16. Holongki Mian Di Ho – Trio Parmasi 17. Gombar Pamasumasuon – Trio Parmasi 18. Agustus Parsirangan – Simanjuntak Stars 19. Laos So Margorak do Roham – Trio Togama
51. Boru Buha Baju – Arvindo Simatupang 52. Boru Sasada – Family Trio 53. Papa Papi – Family Trio 54. Pulo Batam – Andesta Trio 55. Tolu Kaleng Boras – Larosa Trio 56. Sitiruon Ma – Larosa Trio 57. Tangiang Ni Dainang – Larosa Trio 58. Goarmi Pe Pararrokku 59. Pembunuhan Rotua Simanjuntak 60. Dirohangki Nang Di Rohami – Trio Simenstar 61. Unang Jaishon – Trio Simenstar 62. Bangso Batak – Trio Simenstar 63. SIHOL NA DIROHAKKI – Christine Panjaitan 64. Pengusaha Muda – Andesta Trio 65. Boanon Hu Do Ho – Simbolon Sister 66. SMS – Silaen Sister (Disco BATAK dangdut) 67. Tangis Dipesta natal – Simanjuntak Stars 68. DIPARSOBANAN – Marsada Band 69. Horas Samosir Na Jogi – Marsada Band 70. Boasa Ma – Marsada Band
20. Sihumisik Parsiboras – Trio Togama
71. Baringin Sabatola – Marsada Band
21. Sinanggar Tulo – Viky Sianipar
72. Marmasak Sandiri – Marsada Band
22. TOP KOLEKSI LAGU – LAGU BATAK
73. Molo Huingot – Marsada Band
23. Sik Sik Sibatumanikam – Viky Sianipar
74. Maria – Marsada Band
24. Si Bio Bio – Christine Panjaitan
75. ROSITA – Marsada Band
25. Leleng – Christine Panjaitan
76. Sada Do – Marsada Band
26. Surle Di Surle – Christine Panjaitan
77. OH TUHAN MAULIATE
27. Sigulempong – Christine Panjaitan
78. Tuhan Jesus Siparmahan
28. Oh Tuhan – Joy Tobing & Christine Panjaitan
79. SAI HUTAGAM – Nainggolan Sister
29. Sai Togu Au – Joy Tobing 30. Sai Tudia Ho Marhuta – Joy Tobing 31. Sapata Ni Anaktai – Joy Tobing 32. Molosaut Maho Ingkon Lao – Joy Tobing
80. Ho do Tuhan (Sari Simorangkir) 81. NAGAMALUSANG – Trio Amsisi 2000 82. Unang Parmeam Meam – Joel Simorangkir 83. Unang Gabusi Au – Rita Butarbutar 84. Pajumpang di Pengkolan – Trio Amsisi 2000
242
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33. Dijou Ahu Mulak – Vico Pangaribuan
85. Di Tugu Monas – Trio Romansa
34. Dung Di Tonga Borngin – Vico Pangaribuan
86. Aha Do Alana – Trio Relasi
35. TUSOR (Tuak Sore) – Vico Pangaribuan 36. Dekke Jahir – Vico Pangaribuan 37. Burju Marsimatua – Amigos 38. Aut Boi Nian – Amigos 39. Pulo Samosir – Amigos 40. Anak Medan – BATAK BOYS 41. Dibornginon [Dangdut Batak] – Joel Simorangkir 42. Ho Do Nasora – Charles Simbolon & Ros Hutajulu 43. Boru Panggoaran – Rani Simbolon 44. Marsahit Jantung – Trio Lamtama 45. Tor Tor Parmabuk – Trio Silopak 46. Dalihan Na Tolu – Trio Lasidos 47. Sotung Mate Marlea – Silalahi Sister
87. Lupa Doho – Trio Satahi 88. Marboru Sileban – Trio Satahi 89. Marboru Dayak – Trio Relasi 90. Dang Levelmu Au Ito – Trio Lamtama 91. Mardinding Topas – Trio Maduma 92. Atik – Johny Manurung – Bunthora Situmorang 93. Siantar Hatubuon Jakarta Hamatean 94. Tudia Ho Tusi Do Au – Silaen Sister/Lamtama Trio 95. Sona Rupa Manang Arta 96. Holong Do Rohakki 97. Selendang Parpandanan 98. Unang Jujuri – Nainggolan Sister 99. Nainggolan Sister – Boan Au 100. Parumaen Sitiruon – Nainggolan Sister
48. Bunga Pansur – Jeges Trio 49. Maila Au Mulak 50. Gorgaokku Goarmi – Arvindo Simatupang
http://www.silanghati.com/kumpulan-lagu-batak-terbaru-dan-terpopuler/
243
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 5. NAMA-NAMA GONDANG BATAK TOBA.
1. Gondang mula-mula 2. Gondang somba-somba 3. Gondang sampur marmeme 4. Gondang didang-didang 5. Sampur marorot 6. Gondang simonang-monang 7. Gondang sitio-tio 8. Gondang Debata Mulajadi 9. Gondang Debata Guru 10. Gondang Debata Asi-Asi 11. Gondang Mula Jadi 12. Gondang mula horas 13. Gondang mula iang 14. Gondang mula paningaon 15. Gondang mula songti 16. Gondang siatur maranak 17. Gondang siatur marboru 18. Gondang siatur marpahompu 19. Gondang siatur marnini marnono 20. Gondang siatur mar ondok-ondok indik-indik 21. Gondang namarhaha maranggi 22. Gondang sibane-bane 23. Gondang saurmatua 24. Gondang saudara 25. Gondang harajaon 26. Gondang satahi saoloan 27. Gondang amana/boruna 28. Gondang parjugia sopipot 29. Gondang paramak sobalon on 30. Gondang parrambuan so ra mahiang 31. Gondang siantan sidabuan siboto buhu ni taon 32. Gondang siapul na tangis sielek na mardandi 33. Gondang sahala pangajari/panuturi 34. Gondang sidas-das boru muli 35. Gondang siapoi anak mangoli 36. Gondang olop-olop 37. Gondang rompulima hotang marulak 38. Gondang mangaliat 39. Gondang sunini ampang naopat 40. Gondang tarsingot tusahala dohot napinarsahalaan ni mula jadi 41. Gondang batara guru (tuhan debata) 42. Gondang bala bulan 43. Gondang debata sori 44. Gondang sori mangaraja 45. Gondang sorba di banua 46. Gondang sibagot ni pohan 47. Godnang sariburaja
244
61. Gondang Raja Mangalambung 62. Gondang sipongki nangolngolan 63. Gondang tuan ni api 64. Gondang sijonggi paok-paok 65. Gondang sijonggi bujur 66. Gondang tuan jori ni tangan 67. Gondang tampar dasar 68. Gondang pangurason 69. Gondang pane nabolon 70. Gondang pusuk buhit 71. Gondang sianjur mula-mula 72. Gondang simanuk-manuk 73. Gondang dolok surungan 74. Gondang dolok tolong 75. Gondang banua holing 76. Gondang naga baling 77. Gondang padoha 78. Gondang taringot boru (naung dianggap dewi) 79. Gondang siboru deak parujar 80. Gondang si boru donda hatahutan 81. Gondang siboru saniang naga dilaut 82. Gondang si boru Naipospos 83. Gondang siboru daeng namora 84. Gondang siboru parmual sitio-tio 85. Gondang siboru pinta maomasan 86. Gondang siboru saroding 87. Gondang siboru parhorasan 88. Gondang siboru pareme 89. Gondang boru nasindar dolok 90. Gondang siboru tumbaga 91. Gondang siboru lopian nauli 92. Gondang sipiso somalim 93. Gondang situan jori ni tangan 94. Gondang siboru tapiomas palangki 95. Gondang siburuk 96. Gondang sibane doli 97. Gondang sitapitola 98. Gondang siboru illa-illa 99. Gondang siboru enggan 100. Gondang siboru sanggul miling-iling 101. Gondang sibunga jambu 102. Gondang pinasa sidung-dungon 103. Gondang sibintang purasa 104. Gondang silote dolok 105. Gondang alit-alit aman jabatan 106. Gondang marhusip 107. Gondang parhabang ni siruba 108. Gondang sahali tuginjang sahali tutoru 109. Gondang tohur-tohur ni bajar-bajar langit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48. Gondang siraja biak-biak 49. Gondang puraja bonang-bonang 50. Gondang sijonggi raja pareme 51. Gondang Simarimbulubosi 52. Gondang Singamangaraja 53. Gondang patuan nagari patuan anggi 54. Gondang Sagala raja 55. Gondang Silahisabungan 56. Gondang pagar ni aji 57. Gondang Nairasaon 58. Gondang dung dang soaloon mataniari sosuharon 59. Gondang Raja Buntal 60. Gondang Raja Uti
somatombuk tano somagang-gang 110. Gondang pidong patia raja 111. Gondang pidong imbulu buntal 112. Gondang anduhur titi, anduhur tabu 113. Gondang sipitu dai 114. Gondang ni pargonsi sisia sauduran pulik pulik pandohan. 115. Gondang haro-haro mandailing 116. Gondang silima-lima ni hurlang 117. Gondang siratutuslimapulu 118. Gondang tongging 119. Gondang ni napuran silima sabobohan sisada haroburan
https://tanobatak.wordpress.com/2007/04/12/goar-goar-ni-gondang-gonsi-batak-toba/
245
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 6: DAFTAR LAGU CIPTAAN NAHUM SITUMORANG DAN KATEGORI IRAMA
NO
NAMA LAGU
IRAMA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47.
Ala Dao Alani Ho Andor Gotillo Anak Sasada Anakkonki Do Hasangapon Di Au Ansideng Ansidoding Bege Ma Endeni Parsolu Bolon Beha Pandungdung Bulung Boasa Ma Ingkon Saonari Pe Ho Hutanda Borhat Ma Si Doli Tu Luat Na Dao Bulan Pardomuan Bulan Parinsan Bulu So Habuluan Dana Tiniptip Sanggar Dangolna I Dao Pe Ho Marhuta Sada Denggan Ni Lagumi Dengke Julung-julung Dijou Au Mulak Tu Rura Silindung Di Ingot Ho Dope Dorma Sijunde Do Sihabiaran Dunghon Hutanda Ho Endengkon Di Radio Bege Ee Ndang Maila Ho Haleon Holong Ni Roham Do Sinta-sinta Di Ahu ( Alusi Au) Horas Jala Gabe Huandung Ma Damang Ihuthononmu Ma Ahu Indot Do Pahu Ingkon Mulak Do Ahu Ketabo-ketabo Lagumi Ma Da Ito Langge Peta Ho Lissoi Lontung Si Sia Marina Luahon Damang Ma Marhappy-Happy Tung So Boi Malala Rohangki Mangarungkai Si Dangolon Manuk Ni Silangge Mansai Hansit Jala Ngot-ngot Marombus-ombus Do Modom Ma Damang Unsok Molo Borngin Di Silindung Molo Naeng Dohot Ho Ito Molo Tung Marsak Ho
Slow Fox Cha-cha Slow Calypso Tango Rumba Hawai Beat Rumba Slow Fox Waltz Tango & Waltz Waltz Slow Rumba Calypso Tango Bolero Tango Bolero Fox-Trot Rumba Slow Fox Slow Calypso Slow Rock Slow Rock Rumba & Calypso Waltz Bolero Mars Slow Waltz Slow Rumba Slow Fox Slow Fox Waltz Bossa – Cha-cha Calypso Slow Fox Tango Tango & Rumba Waltz Blues Calypso Slow Fox Slow Fox Cha-cha Cha-cha
246
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100.
Nai Rasaon Na Hinali Bangkudu Na Pinalu Tulila Na Sonang Do Hita Na Dua Indada Rupami Na Hu Ida Ito Indada Siririton Indada Tartangishon Nunga Lao Nunga Lao Nunga Lao Tu Na Dao Nunga Tarhirim O Datu Pandorma O Doli Doli O Inang Na Lambok Malilung O Inang Na Lambok Malilung ( Andung ) O Luat Pahae O Tao Toba Pak Jonggi Parirnai Parsorion Ni Parmitu Partungkang Pasabar Ma Roham Por Pe Udani Pulo Samosir Rospita Rura Silindung Rura Na Masilate-latean Sada Ma Ilungki Sai Gabe Ma Ho Sai Gabe Ma Ho Marpaung Na Bolon Sai Tudia Ho Marhuta Salamat Tinggal Sapata Ni Si Doli Sapata Ni Napuran (Kroncong) Sapata Ni Napuran Sarge-sarge Gale-gale Satongkin Do Sega Na Ma Ho Silindung Na Jolo Siraja Hutagalung Si Raja Nai Pos-pos Si Singamangaraja Sitogol Situmorang Na Bonggal Soban Nasa Soban Sonak Malela Surle Ile Di Surle Tabo Hape Naniura Tading Ma Ho Ale Hutangki Tailihon Unju Sogot Tarambe Tangan Simangindo Tarhirim Do Ahu Tarrungka T.D. Pardede
247
Mars Foxtrot Foxtrot Waltz Rumba Rumba Soul Kroncong Rumba Slow Fox Samba Rumba Rumba Slow Fox Slow Fox Calypso Slow Fox Tango Rumba Waltz Kroncong Calypso Foxtrot Calypso Waltz Slow Fox Slow Fox Rumba Rumba Cha-cha Waltz Slow Kroncong Stambul Foxtrot Rumba Slow Rock Jive Waltz Rumba Rumba Calypso Cha-cha Foxtrot Rumba Rumba Hawaian Beat Blues Tango Slow Fox Tango Rumba
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120.
Timbo Dolok Martimbang Tuan So Manimbil Tudia Ho? Tumagon Nama Mate Tumba Do Tung Mansai Borat Unang Sumolsong Di Pudi Utte Malau Namboru Unang Manarita Mariam Tomong Mariam Mortir Di Na Rap Jolo Hita Na Dua Ala Ma Doge Doge Ingot Ma i Sai Tudia Nama Ahu Namboru Molo Naeng Dohot Ho Ito Da Na Uli Do Hape Namarbaju Di Sarulla Tumba Goreng Mitu Do Gelorakan Semangat Pembangunan Guygun Laskar Rakyat
Rumba Foxtrot Blues Rumba Rumba Waltz Waltz Rumba Calypso Rumba Rumba Mars
http://chokytobing.blogspot.com/2009/02/judul-lagu-nahum.html).
248
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 7: NAMA-NAMA PENCIPTA LAGU BATAK POPULER ERA-SESUDAH 70-AN
1. Tagor Tampubolon 2. Tigor Gipsy Marpaung 3. Dakka Hutagalung 4. Anton Siallagan 5. Iran Ambarita 6. Bunthora Situmorang 7. Jack Marpaung 8. Johny S. Manurung 9. Robert Marbun 10.William Naibaho 11.Yamin Panjaitan 12. Gaols Naibaho 13. Abidin Simamora 14. Posther Sihotang 15.Tigor Panjaitan 16.Sakkan Sihombing 17. Soritua Manurung 18.John Ferry Sitanggang 19. Jennifer Simanjuntak 20. Joe Harlen Simanjuntak 21. Mangara T. Manik 22. Pangihutan Manik 23. Hady Rumapea 24. Anton Manik 25.Tagor Pangaribuan 26. Fredy Tambunan 27. Edison Sibuea 28. Korem Sihombing 29. Erick Silitonga 30. Anre Silaen 31. Edward Simangunsong
32. Retta Sitorus 33. Hadi Rumapea 34. Willy Hutasoit 35. Joeharlen Simanjuntak 36. Marlundu Situmorang 37. Bachtiar Panjaitan 38. Acon Sinaga 39. Don Kinol Simbolon 40. Richardo manurung 41. Soritua Manurung 42. Sudiarto Tampubolon 43. Dolok Simanjuntak 44. Dr. Alexander Manurung 45. Sutan Ompu Raja DL. Sitorus 46. Parihutan Manik 47. John Ferry Sitanggang 48. Benny Sinaga 49. Anoy Simanjuntak 50. Lans Hutabarat 51. Ismail Hutajulu 52. Muchtar Simanjuntak 53. A. Manalu 54. Lans Hutabarat 55. Mangara Manik 56. Johannes Hutasoit 57. Fendy Manurung 58. Gaols Naibaho 59.Abidin Simamora 60. Parihutan Manik 61.Soaloon Simatupang 62.Firman Marpaung 63.Annes Purba
https://lagubatak.wordpress.com/category/karya-cipta/page/5/
249
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 8: ALAT MUSIK BATAK TOBA
Figur 1: Gong: ihutan, oloan, panggora,doal1.
Figur 2: Taganing dan Gordang2
Figur 3: Sarune bolon dan sarune etek.3
1 2
3 4
Figur 4: Hesek4
http://bonigorga.blogspot.com/2014_02_23_archive.html, http://www.mahasiswabatak.com/2013/07/mengen-alat-musik-tradisional-batak-toba.html http://www.mahasiswabatak.com/2013/07/mengen-alat-musik-tradisional-batak-toba.html http://id.wikipedia.org/wiki/Hesek
250
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Figur 5: Uning-uningan:5 hasapi, sulim, sarune etek.
5
Figur 6: Garantung.
http://tobatourismboards.blogspot.com/2012/04/musical-of-toba-batak.html.
251
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 9: LAGU MELAYANI
252
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 10: NAMA-NAMA RESPONDEN DAN NARASUMBER No. Nama-nama responden
Umur Lahir Di/ Laki/ Asal Perempuan
Pendidikan
Pekerjaan
Anak Laki/ Perempuan
Tanggal Wawancara
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
48/P 65/L 64/L 42/L 66/L 54/L 50/P 50/L 45/P 48/L 34/L 30/L 45/L 57/L 53/L 46/L
S2 SMA S1 S1 S1 SMP SMA S1 SMA S1 SMA STM S1 S1 S1 SMA
Musisi Pertamina Usaha Travel Pendeta Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Guru Wiraswasta Guru Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Karyawan Wiraswasta
2: 1L+1P 3: 1L+2P 4: 2L+2P 3: 2L+1P 3: 1L+2P 4: 1L+3P 4: 2L+1P 3: 1L+2P 3: 1L+2P 3: 2L+1P 0 2: 1L+1P 2: 2L 4: 2L+2P 4: 1L+3P 3: 2L+1P
8 Feb. 2014 3 Maret 2014 5 Maret 2014 5 Maret 2014 7 Maret 2014 28 Maret 2014 28 Maret 2014 29 Maret 2014 29 Maret 2014 29 Maret 2014 29 Maret 2014 29 Maret 2014 29 Maret 2014 30 Maret 2014 2 Feb. 2014 29 Maret 2014
Dewi br Pangaribuan Doma Tumanggor M. Simangunsong Lukder Tumanggor Mirando Damanik Hotman Sihaloho N. br Ambarita S. Berutu L. br Tinambunan M. Simanjuntak Kardono Sinaga Manosor Pangaribuan Hotran Simarmata M. Siahaan Kaston Pakpahan AbidanTinambunan
Jakarta Tapanuli Bandung Tapanuli Sidamanik Siantar Samosir Tapanuli Tapanuli Medan Tapanuli Tobasa Samosir Siantar Tapanuli Tapanuli
253