PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SPIRITUALITAS PELAYANAN PARA SUSTER GEMBALA BAIK DALAM MEMPERKEMBANGKAN KARYA KERASULAN DI INDONESIA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Irmina Catur Reno Amumpuni NIM: 111124032
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada: keluarga besar bapak-ibu, kakak-kakak dan adik-adikku, keluarga besar kongregasi para suster Gembala Baik, komunitas para suster Gembala Baik di Yogyakarta, Gampingan, dan Bantul. keluarga besar alma mater angkatan 2011.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
“Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”
(Yoh 10:10)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PER}TYATAA}I PERSETUJUAI\I PUBLIKASI KARYA ILMIAII UNTI,K KEPENTINGAI\I AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah
ini,
saya mahasiwa Univesitas Sanata Dharma
: Irmina Catur Reno Amumpuni
Nomor Matrasiswa :
llll24032
Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul SPruTUALITAS
PELAYANAN
PARA SUSTER GEMBALA BAIK
MEMPERKEMBANGKAN KARYA KERASTJLAN
DALAM
DI INDONESIA bESETtA
perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lafuL mengelolanya dalam bentuk pangkalan dat* mendistibusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta izin dari saya maupun memberi
royaliti selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikianlatr pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 30 November 2015
Yang menyatakan
vll
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Judul skripsi SPIRITUALITAS PELAYANAN PARA SUSTER GEMBALA BAIK DALAM MEMPERKEMBANGKAN KARYA KERASULAN DI INDONESIA dipilih berdasarkan situasi dan keadaan para suster Gembala Baik dalam mengembangkan karya kerasulan saat ini. Melalui semangat dan kharisma yang diwariskan oleh para pendiri, para suster Gembala Baik berusaha menghadirkan cinta balas kasih Allah dan menjadi saksi akan cinta kasih ilahi yang menyentuh hidup manusia. Penghayatan spiritualitas merupakan hal utama yang harus dihidupi. Dengan menghidupi spiritualitas Yesus Gembala Baik dan semangat pendiri dalam pelayanan, para suster Gembala Baik diharapkan mampu memperkembangkan karya kerasulan mereka dan menjadi gembala baik perempuan yang membawa kehidupan bagi sesama terutama bagi kaum perempuan dan anak-anak. Yesus Gembala Baik, merupakan model sejati yang diteladani oleh para suster Gembala Baik untuk mencapai kesempurnaan dan kesucian dalam hidup. Para suster Gembala Baik berusaha mewujudkan penghayatan spiritualitas Yesus Gembala Baik dalam seluruh perilaku dan karya pelayanannya sehari-hari. Para suster Gembala Baik, berkat spiritualitas yang dihidupi, terpanggil untuk menyerupai Yesus Gembala Baik dan meneladan cinta kasih penggembalaanNya. Berpartisipasi dalam pelayanan cinta kasih Yesus merupakan kurnia yang dianugerahkan oleh Roh Kudus, sekaligus menjadi suatu tugas dan panggilan mereka. Prinsip batin dan penghayatan spiritualitas yang kuat akan menjiwai dan menuntun hidup para suster Gembala Baik untuk menyerupai Kristus Sang Gembala Baik. Untuk meningkatkan kualitas dalam pelayanan secara profesional dan dengan beragamnya karya pelayanan yang dilakukan oleh para suster Gembala Baik terutama bagi perempuan dan anak-anak, maka dibutuhkan penghayatan spiritualitas yang kuat agar pelayanan yang dilakukan lebih mengena dan berdaya guna. Penghayatan spritualitas yang mendalam juga menentukan mutu pelayanan yang dilakukan. Dalam rangka mewujudnyatakan penghayatan spiritualitas Gembala Baik maka para suster ikut ambil bagian dalam karya kerasulan Gereja, sesuai degan kebutuhan gereja setempat. Misi reconciliation menjadi karya utama bagi pelayanan para suster Gembala Baik, pelayanan ditujukan terutama kaum perempuan dan anak-anak yang kondisi hidupnya menjerit dan membutuhkan pertolongan. Dengan semangat dan kharisma kongregasi terutama dalam menghayati semangat Yesus Gembala Baik, para suster diharapkan mampu menjadi pelayan seperti Yesus Gembala Baik. Agar dalam penghayatan spiritualitas bisa berkembang dan dapat diterapkan dalam karya kerasulan maka rekoleksi menjadi sarana yang penting dan efektif untuk membantu para suster mendalami spiritualitas Gembala Baik, sehingga bisa meningkatkan mutu pelayanan secara profesional. Oleh karena itu penulis menawarkan suatu program rekoleksi model Shared Christian Praxis sekaligus dengan penjabarannya.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT This thesis entitled SPIRITUALITY SERVICE OF THE GOOD SHEPHERD SISTERS IN DEVELOPPING THE APOSTOLIC WORK IN INDONESIA. This thesis was selected based on the situation and circumstances of the Sisters of the Good Shepherd in developing apostolate today. Through the spirit and charisma inherited by the founders, Sisters of the Good Shepherd tried to bring back the love of God love and become witness of divine love that touches human life. Appreciation of spirituality is the main thing that we must internalized. Internalizing the spirituality of Jesus the Good Shepherd and the spirit of the founder, the Sisters of the Good Shepherd are expected to develop their apostolic work and be a good shepherd women who bring life to others, especially for women and children. Jesus the Good Shepherd, a truly epitome that is exemplified by the sisters of the Good Shepherd to attain perfection and chastity in life. The Sisters of the Good Shepherd try to actualize the spirituality of Jesus the Good Shepherd in all manners and everyday ministry. The spirituality which is internalized by the Sisters of the Good Shepherd was made them resemble Jesus the Good Shepherd and follow Jesus love. Participating in the service of Jesus love is a gift from the Holy Spirit and also becomes a duty for them. The inner principles and a strong appreciation of spirituality will guide the life of the Sisters of the Good Shepherd to resemble Christ the Good Shepherd. Improving a quality service of the Sisters of the Good Shepherd in various of service work especially for women and children requires strong spirituality to perform a good and useful service work. A strong spirituality also determines the quality of services performed. In order to enhance a professional services, the Sisters of the Good Shepherd then have participated in the apostolates of the Church in which the local church needs. The reconciliation is the main mission of the Sisters of the Good Shepherd. The service of the Sisters of the Good Shepherd is intended especially for women and children whose living conditions are bad and need helping. With the spirit and charisma of the Congregation, especially in keeping the spirit of Jesus the Good Shepherd, the sisters are expected to become a minister like Jesus the Good Shepherd. In order to appreciate the spirituality, a recollection can be developed and applied in the apostolic work. Recollection can help the sisters appreciate more the spirituality of the Good Shepherd, so that it can improve the quality of service in a professional manner. Therefore, the author offer a recollection model of Shared Christian Praxis with the elaboration.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kepada Allah penyelenggara hidup atas
segala berkat,
penyertaan, pengampunan dan rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dengan berkat-Nya telah memampukan penulis menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
SPIRITUALITAS
PELAYANAN
PARA
SUSTER GEMBALA BAIK DALAM MEMPERKEMBANGKAN KARYA KERASULAN DI INDONESIA, merupakan sebuah gagasan pemikiran yang muncul dari kesadaran sekaligus kerinduan penulis untuk memperkembangkan karya kerasulan para suster Gembala Baik di Indonesia. Dewasa ini banyak lembaga atau organisasi sosial yang mengembangkan karya pelayanan dengan baik dan maju, namun dalam memberikan pelayanan mereka kurang melandasi dengan penghayatan spiritual yang kuat. Penghayatan spiritualitas sangatlah penting bagi kehidupan religius. Tanpa penghayatan spiriualitas yang kuat, hidup para religius dan semua karya pelayanan yang dilakukan tidak akan bermakna dan berdaya guna. Kongregasi para suster Gembala Baik juga menekankan bagi para anggotanya untuk menghayati dan menerapkan spiritualitas Gembala Baik dalam pelayanan. Karya tulis ini memberi gambaran betapa pentingnya para suster Gembala Baik menghayati spiritualitas Yesus Gembala Baik dalam hidup mereka seharihari dan dalam memperkembangkan karya pelayanan, sehingga hidup para suster
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gembala Baik dan karya pelayanan yang dilakukan sungguh mampu membuahkan kebaikan dan berkat bagi sesama. Sejak awal hingga akhir, penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini bisa selesai dengan baik karena adanya bantuan dari orang-orang yang ada di sekitar penulis. Bantuan itu bisa berupa materi maupun non materi. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak berterima kasih kepada: 1. Rm. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen penguji pertama dan sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik, yang dengan sabar dan murah hati mendampingi serta memberi semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi hingga selesai. 2. Rm. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku dosen penguji kedua, yang senantiasa mendukung segala perjuangan untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum., selaku dosen penguji ketiga, yang senantiasa memotivasi penulis untuk tetap bersemangat menyelesaikan skripsi sampai selesai. 4. Rm. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung., S.J., M.Ed., selaku kaprodi IPPAK-USD yang telah mendukung dan memberi semangat
kepada
penulis untuk menyusun skripsi ini sampai selesai. 5. Sr. M. Catharina Supatmiayati, Provinsial para suster Gembala Baik, dan Sr. M. Theresia Tjan, mantan Provinsial para suster Gembala Baik, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk memperluas pengetahuan dengan studi di IPPAK USD.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
Para suster Gembala
Baik, terutama di komunitas Yogyakarta yang telah
mendukung dan memberi semangat dalam studi.
7.
Orang tua, kakah adih sahabat dan teman-teman angkatan 2011 atas perhatian, kebersamaaru kehangatan persaudaraan dan dukungan yang di berikan selama penulis menyelesaikan skripsi.
Akhirnya penulis sendiri berharap agar karya tulis
ini
bermanfaat bagi
mereka yang mempunyai hati untuk melayani s€sama yang miskin dan terpinggirkan terutama bagi kaum perempuan dan anak-anak Semoga segala pelayanan kita diberkati dan disemangati oleh Yesus Gembala Yang Baik.
Yogyakart4 30 November 2015
W
Irmina Catur Reno Amumpuni
xll
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………….
ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………….
iv
HALAMAN MOTTO …………………………………………………….
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………..
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................
vii
ABSTRAK ……………………………………………………………….
viii
ABSTRACT ………………………………………………………………..
ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
xiii
DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………
xvi
BAB I . PENDAHULUAN ……………………………………………….
1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………
1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….
5
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................
6
D. Manfaat Penulisan ……………………………………………….
6
E. Metode Penulisan ……………………………………………….
7
F. Sistematika Penulisan ……………………………………………
8
BAB II. SPIRITUALITAS PARA SUSTER GEMBALA BAIK .............
9
A. Pengertian Spiritualitas dalam Gereja………………. ………….
10
1. Pengertian Spritualitas pada Umumnya………………………..
11
2. Spiritualitas Pelayanan dalam Gereja ……………..…………
13
3. Ciri-ciri Kegembalaan Yesus ………………………………….
16
4. Fungsi Kegembalaan Yesus
…….…………………………
19
B. Kekhasan Spiritual Yesus Gembala Baik yang Dihidupi oleh Para Suster Gembala Baik..……………………………………....
22
1. Semangat Yesus Gembala Baik………………………………..
23
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Hati Kudus Yesus dan Maria….………….……………………
24
3. Semangat Cinta Belas Kasih..............………………………….
26
BAB III. SEMANGAT PELAYANAN DALAM SPIRITUALITAS PARA SUSTER GEMBALA BAIK ………………………….
28
A. Pengertian pelayanan dalam Gereja……………………………..
28
1. Tugas Pelayanan dalam Gereja………………………………
29
2. Kekhasan Pelayanan dalam Gereja...…………………………
31
B. Semangat Empat Kaul dalam Pelayanan ………………………
38
1. Kaul Kemurnian
……………………………………………
39
2. Kaul Kemiskinan……………………………………………...
41
3. Kaul Ketaatan…………….………………………………….. .
44
4. Kaul Semangat Merasul.…..…………………………………..
47
C. Semangat dan Kharisma Kongregasi dalam Menanggapi Kebutuhan Gereja Setempat ……………………………………..
48
1. Semangat Para Suster Gembala Baik..……….……………….
49
2. Kharisma Para Suster Gembala Baik.…………………………
51
3. Kebutuhan Gereja Setempat…………..……………………….
52
BAB IV. KARYA KERASULAN PARA SUSTER GEMBALA BAIK SEBAGAI WUJUD PENGHAYATAN SPIRITUALITAS DALAM PELAYANAN PARA SUSTER GEMBALA BAIK………………………………………………
54
A. Bentuk Karya Kerasulan Para Suster Gembala Baik..…….........
55
1. Pelayanan dalam Bidang Pastoral Sosial…………………….
56
2. Karya Kerasulan dalam Bidang Pendidikan….………………
65
B. Nilai yang Didapat dari Pelayanan.......………………………….
66
1. Nilai untuk Kongregasi……………………………………….
67
2. Nilai untuk Karya Pelayanan…………………………………
70
C. Mafaat Karya Pelayanan Bagi Gereja Setempat…………………
70
1. Membantu Karya Pelayanan Gereja…………...………………
71
2. Menjadi Rekan Kerja………………………………………….
72
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D. Penghayatan Spiritualitas dalam Kerasulan………….…………..
73
1. Belas Kasih Allah………………………………………………
74
2. Pengampunan (reconciliation).………………………………..
75
BAB V. USAHA MENGHAYATI SPIRITUALITAS GEMBALA BAIK DALAM MEMPERKEMBANGKAN SEMANGAT PELAYANAN DI INDONESIA…...…………….
78
A. Latar Belakang Pemilihan Program.……………………………….
79
B. Usulan Tema dan Tujuan..................................................................
82
C. Rumusan Tema dan Tujuan………………………………………..
83
D. Penjabaran Program………………………………………………..
85
E. Petunjuk Pelaksanaan………………………………………………
89
F. Contoh Satuan Pelaksanaan Rekoleksi Model Shared Christian Praxis…………………………………………………..
89
BAB VI. PENUTUP………………………………………………………..
115
A. Kesimpulan….…………………………………………………….
115
B. Saran………………………………………………………………
117
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
119
LAMPIRAN.................................................................................................. Lampiran 1 : Instruksi Permainan ’Apa yang Hilang..........................
122 (1)
Lampiran 2 : Teks lagu ’Tuhanlah Gembalaku’..................................
(2)
Lampiran 3 : Teks lagu ’Aspirasi Santa Maria Euphrasia’..................
(3)
Lampiran 4 : Teks lagu ’Bahasa Cinta Kasih’ ....................................
(4)
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, h. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja AG
:
Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965.
GS
:
Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.
KGK
:
Katekismus Gereja Katolik, 11 Oktober 1992.
KHK
:
Codex Iuris Canonici, Kitab Hukum Kanonik diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.
PMWSK
:
Human Trafficking, Sex Tourism, Force Labour, dokumen Gerejawi tentang Perdagangan Manusia, Wisata Seks, Kerja Paksa, 15 mei 2002.
SC
:
Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963.
VC
:
Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II, tentang Hidup Bakti bagi Para Religius, 25 Maret 1996.
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. Singkatan Lain Art
:
Artikel
BK
:
Bacaan Khusus untuk Kongregasi Yesus dan Maria, manuskrip yang ditulis untuk digunakan sebagai bacaan alternatif dalam ibadat harian.
Const RGS :
Constitutions and Statutes Religious Good Shepherd Sisters, manuskrip yang ditulis sebagai peraturan dan cara hidup para suster Gembala Baik.
DKGB
:
Dinamika Kongregasi Gembala Baik, manuskrip yang ditulis dalam rangka peringatan 80 tahun kehadiran para suster Gembala Baik di Indonesia
Dkk
:
Dan kawan-kawan.
H
:
Halaman.
Kan
:
Kanonik
Kebpro
:
Kebijakan provinsi, manuskrip yang ditulis sebagai arah dan rencana kerja para suster Gembala Baik provinsi Indonesia untuk tahun 2014-2020.
Konf SME :
Konferensi Santa Maria Euphrasia, manuskrip yang ditulis untuk
digunakan
sebagai
bacaan
rohani
memperdalam spiritualitas para suster Gembala Baik. KOPTARI :
Konferensi Pemimpin Tarekat Riligius Indonesia.
KWI
Konferensi Waligereja Indonesia.
:
xvii
untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PYLT
:
Penyelamatan, manuskrip yang ditulis untuk digunakan sebagai bahan bacaan rohani para suster Gembala Baik.
SCP
:
Shared Christian Praxis.
SD
:
Sekolah Dasar.
SM
:
Single Mother.
SMK
:
Sekolah Menengah Kejuruan.
SMP
:
Sekolah Menengah Pertama.
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D. Singkatan Lain Art
:
Artikel
BK
:
Bacaan Khusus untuk Kongregasi Yesus dan Maria, manuskrip yang ditulis untuk digunakan sebagai bacaan alternatif dalam ibadat harian.
Const RGS
:
Constitutions and Statutes Religious Good Shepherd Sisters, manuskrip yang ditulis sebagai peraturan dan cara hidup para suster Gembala Baik.
DKGB
:
Dinamika Kongregasi Gembala Baik, manuskrip yang ditulis dalam rangka peringatan 80 tahun kehadiran para suster Gembala Baik di Indonesia
Dkk
:
Dan kawan-kawan.
H
: Halaman.
Kan
:
Kanonik
Kebpro
:
Kebijakan provinsi, manuskrip yang ditulis sebagai arah dan rencana kerja para suster Gembala Baik provinsi Indonesia untuk tahun 2014-2020.
Konf SME
:
Konferensi Santa Maria Euphrasia, manuskrip yang ditulis untuk
digunakan
sebagai
bacaan
rohani
memperdalam spiritualitas para suster Gembala Baik. KOPTARI
:
Konferensi Pemimpin Tarekat Riligius Indonesia.
KWI
:
Konferensi Waligereja Indonesia. xix
untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PYLT
:
Penyelamatan, manuskrip yang ditulis untuk digunakan sebagai bahan bacaan rohani para suster Gembala Baik.
SCP
:
Shared Christian Praxis.
SD
:
Sekolah Dasar.
SM
:
Single Mother.
SMK
:
Sekolah Menengah Kejuruan.
SMP
:
Sekolah Menengah Pertama.
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tugas perutusan karya misi adalah tugas setiap murid Kristus. Gereja mendapatkan tugas misioner dari Tuhan sendiri untuk memberitakan Injil. Hal ini Nampak jelas dalam Injil Markus 16:15-18 “Pergilah keseluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”. Setiap murid Kristus dipanggil dan diutus untuk memberitakan Injil. Pewartaan Injil hendaklah ditanggapi dengan iman dan perbuatan. Upaya misioner yang mengembangkan orang dengan penghayatan iman membutuhkan saksi-saksi iman yang ambil bagian dalam pewartaan. Kegiatan misioner akan dapat terlaksana apabila ada orang-orang yang dipanggil dan diutus untuk ambil bagian dalam tugas perutusan ini. Rasul Paulus dalam Kisah Para Rasul 1:8 mengatakan “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”. Injil Matius 28:9 menyatakan demikian “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan anak dan Roh Kudus”. Untuk itu perlu berbagai upaya untuk melaksanakan karya pewartaan. Katekese merupakan salah satu cara dalam mewujudkan misi pewartaan. Gereja harus bermisi karena telah mengalami sendiri kasih Allah yang menyelamatkan melalui Yesus Kristus. Pada hakekatnya Gereja memiliki semangat misioner. Hal ini ditegaskan oleh para Bapa Konsili Vatikan II yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
menyatakan “Pada hakekatnya Gereja peziarah bersifat misioner, sebab berasal dari perutusan Putera dan perutusan Roh Kudus menurut rencana Allah Bapa”. (AG, art. 2). Perutusan bagi para religius berarti menjalankan misi Yesus Kristus. Tujuan perutusan para religius pertama-tama menghadirkan Kristus bagi dunia melalui kesaksian pribadi. Kesadaran akan karya misi termasuk jantung tiap wahana hidup religius, yang secara khas berpartisipasi dalam tugas misioner Gereja kepada mereka yang belum mengenal Kristus (VC, art. 77-78). Misteri paskah merupakan sumber sifat misioner Gereja, yang dicerminkan dalam seluruh hidup Gereja (VC, art. 25). Hidup bakti para religius dibaktikan bagi perutusan. Kewajiban membaktikan diri seutuhnya bagi misi tercakup dalam panggilan religius. Demikianpun para suster Gembala Baik, misi utama kongregasi para suster Gembala Baik adalah rekonsiliasi. Para suster Gembala Baik dipanggil dan diutus melalui karya kerasulan yang dipercayakan oleh kongregasi kepada mereka untuk mewartakan cinta belas kasih Allah dalam berbagai bidang kerasulan. Karya kerasulan para suster Gembala Baik antara lain dalam bidang pendidikan, asrama untuk anak sekolah, asrama bagi para pemudi yang hamil diluar nikah, human trafficking, pemberdayaan perempuan, single mother, dan pastoral sosial. Dalam melaksanankan karya kerasulan para suster Gembala Baik yang menghayati spiritualitas Yesus Gembala Yang Baik diharapkan mampu menterjemahkan spiritualitas tersebut kepada orang-orang yang dilayani. Seperti Yesus Gembala Baik yang selalu mengutamakan kepentingan domba-domba-Nya dan berani mengorbankan nyawa demi kawanan-Nya maka para suster Gembala Baik juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
dituntut mempunyai sikap dan sifat seperti seorang gembala yang baik dan bukan menjadi seperti seorang gembala upahan. Perkembangan zaman yang semakin maju, juga tuntutan pelayanan yang semakin kompleks maka dibutuhkan kemampuan yang handal dan profesional dalam karya pelayanan. Para suster Gembala Baik telah berusaha untuk mengikuti tuntutan pelayanan
yang ada dengan menyiapkan para susternya untuk
menempuh pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan karya kerasulan yang dimiliki. Namun demikian perlu juga keseimbangan dari dalam yakni dengan menghayati dan melaksanakan semangat Yesus Gembala Baik dan kharisma yang sekaligus menjadi moto Santa Maria Euphrasia yaitu setiap pribadi jauh lebih berharga dari pada seluruh dunia. Kendala yang dialami oleh para suster Gembala Baik, karena berbagai hal terutama kesibukan dalam karya dan sulit untuk mengambil waktu sejenak baik secara bersama dan pribadi untuk mengendapkan dan mendalami lagi semangat Gembala Baik maka kadang mereka kurang mampu menterjemahkan semangat Gembala Baik itu dalam pelayanan dan dalam hidup mereka sendiri terutama bagi kaum perempuan dan anak-anak. Para suster Gembala Baik masih tetap eksis berkarya di Gereja Indonesia dengan memberikan pelayanan secara khusus untuk kaum perempuan dan anak-anak yang membutuhkan pendampingan dan pelatihan demi perkembangan hidupnya dimasa yang akan datang. “Yang hilang akan kucari, yang tersesat akan kubawa pulang, yang luka akan kubalut, yang sakit akan kukuatkan, serta yang gemuk dan kuat akan kulindungi, Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana mestinya“ (Yeh 34:16 ). Nas Kitab Suci ini
menjadi inspirasi dan menyemangati para suster Gembala Baik dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
menjawab tantangan dan keprihatinan Gereja Indonesia. Dalam perang dunia ke dua dan perang kemerdekaan banyak anak yang menjadi yatim piatu dan anak gadis yang membutuhkan pendampingan karena ditinggal pergi oleh orang tuanya, anak yatim piatu dan para gadis itu didampingi dan diberi berbagai pelatihan demi perkembangan hidupnya di masa yang akan datang. Meskipun masa perang sudah berahkir dan Indonesia telah merdeka karya ini masih sangat dibutuhkan hingga saat ini. Para suster Gembala Baik hadir dan berkarya di enam Keuskupan di Indonesia yaitu di Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Bogor, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Ruteng, Keuskupan Ketapang dan Keuskupan Pangkal Pinang dengan berbagai karya kerasulan yang konkrit sesuai dengan situasi dan kebutuhan gereja setempat secara khusus pelayanan bagi kaum perempuan dan anak-anak. Menjadi rekan kerja Gereja setempat dalam mewujudnyatakan Kerajaan Allah bagi orang miskin, lemah dan tesingkirkan menjadi bagian tanggungjawab para suster Gembala Baik. Dengan beragamnya karya kerasulan yang ditangani oleh para suster Gembala Baik di Indonesia ini tentunya membutuhkan banyak anggota untuk terlibat, salah satunya para suster Gembala Baik melibatkan kaum awam sebagi rekan kerja mereka, sehingga karya kerasulan yang dilakukan sungguh dapat
bermanfaat,
tepat guna dan
profesional sehingga mampu
menjawab kebutuhan zaman. Agar dapat memberi manfaat, tepat guna dan professional dalam menjawab kebutuhan zaman, para suster Gembala Baik terus berusaha memperbarui diri melalui berbagai cara yang mampu mengembangkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
anggotanya dengan selalu bertitik tolak dari spiritual Yesus Gembala Baik, para pendiri dan pengalaman hidup para pendahulunya serta menjalin kerja sama dengan awam yang profesional. Usaha-usaha yang dilakukan oleh para suster Gembala Baik agar tetap mampu menghidupi semangat Yesus Gembala Yang Baik dan semangat pendiri dalam pelayanan yakni dengan doa pribadi dan bersama, rekoleksi, bacaan rohani dan retret tahunan serta menerapkan dalam praktek kehidupan dan dalam pelayanan sehari-hari sehingga menjadi seimbang penerapannya dalam hidup. Spiritualitas Yesus Gembala Baik, kharisma pendiri dan pengalaman hidup para pendahulu menjadi inspirasi para suster Gembala Baik untuk terus melanjutkan cita-cita pendiri yaitu mencintai jiwa-jiwa dan mempertahankan dengan cinta yang penuh penghargaan kepada setiap pribadi sebagaimana Tuhan mencintai dengan mencurahkan darahnya untuk menebus mereka dari dosa. Keselamatan jiwa-jiwa menjadi tujuan akhir dari pelayanan para suster Gembala Baik. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis memberi judul skripsi ini: SPIRITUALITAS PELAYANAN PARA SUSTER GEMBALA BAIK DALAM MEMPERKEMBANGKAN KARYA KERASULAN DI INDONESIA.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas
penulis merumuskan
permasalah yang dialami oleh para suster Gembala Baik sebagai berikut: 1.
Apa isi spiritualitas Yesus Gembala Yang Baik yang dihayati oleh para suster Gembala Baik dalam menerapkan dalam karya kerasulan di Indonesia?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
2.
Inspirasi apa yang didapat dari Yesus Gembala Yang Baik untuk memperkembangkan karya kerasulan
para suster Gembala Baik di
Indonesia? 3.
Karya kerasulan apa yang sudah dilakukan oleh para suster Gembala Baik di Indonesia sebagai wujud penghayatan spiritualitas dalam pelayanan?
4.
Usaha apa yang perlu dilakukan untuk menghayati spiritualitas Gembala Baik dalam rangka memperkembangkan karya kerasulan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan 1.
Mengetahui spritualitas Yesus Gembala Baik sebagai sumber penghayatan dalam melaksanakan karya kerasulan bagi para suster Gembala Baik di Indonesia.
2.
Memberi inspirasi kepada para suster Gembala Baik untuk mengembangkan spiritualitas pelayanan Gembala Baik dalam memperkembangkan karya kerasulan untuk menjawab kebutuhan zaman yang semakin kompleks.
3.
Sumbangan pemikiran tentang cara mewujudkan penghayatan spiritualitas dalam karya pelayanan para suster Gembala Baik di Indonesia.
4.
Usaha yang perlu dilakukan untuk menghayati spiritualitas Yesus Gembala Baik dalam rangka memperkembangkan karya kerasulan di Indonesia.
D. Manfaat penulisan Penulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: 1.
Para suster Gembala Baik provinsi Indonesia untuk mengetahui isi pokok spiritualitas Gembala Baik sehingga dapat menemukan inspirasi untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
menghidupi semangat Yesus Gembala Yang Baik dalam memperkembangkan karya kerasulan kongregasi selanjutnya dengan mencari cara-cara baru yang kreatif guna menanggapi kebutuhan dan tuntutan kerasulan zaman sekarang. Penulis semakin
mencintai
dan
bangga
menjadi bagian dari anggota
kongregasi para suster Gembala Baik di Indonesia. 2.
Yayasan Gembala Baik, semakin mampu membuka diri dan berani
untuk
mencari cara-cara baru dalam memperkembangkan karya pelayanan
di
Indonesia sesuai dengan situasi dan tuntutan zaman secara profesional. Membuka wawasan dan pengetahuan dengan belajar dari lembaga lain serta menjalin kerjasama dengan awam yang profesional. 3.
Kongregasi para suster Gembala Baik sebagai refleksi perjalanan sejarah kongregasi suster Gembala Baik dari masa kemasa dan untuk meningkatkan konsitensi para suster Gembala Baik dalam menjalankan karya kerasulan yang dipercayakannya.
4.
Kampus dapat semakin mengenal kongregasi para suster Gembala Baik sehingga bisa menjadi rekan kerja yang baik.
E.
Metode Penulisan Metode penulisan
yang digunakan ini adalah dengan menggunakan
metode deskriptif yaitu dengan studi pustaka sebagai kajian teori, berkaitan dengan
spiritualitas
memperkembangakan
pelayanan
para
suster
Gembala
Baik
dalam
karya kerasulan di Indonesia. Selain itu penulis juga
berusaha mengembangkan refleksi pribadi dengan buku-buku yang mendukung penulisan skripsi ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
F. Sistematika Penulisan Bab I menguraikan pendahuluan yang berisi gambaran umum penulisan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II berisi uraian tentang Spiritualitas Para Suster Gembala Baik, pengertian spiritualitas dalam Gereja, kekhasan spiritualitas Yesus Gembala Baik yang dihidupi oleh para suster Gembala Baik. Bab III menguraikan tentang Semangat Pelayanan dalam Spiritualitas para suster Gembala Baik, pengertian pelayanan dalam Gereja, semangat empat kaul dalam pelayanan, semangat dan kharisma kongregasi dalam menanggapi kebutuhan Gereja setempat. Bab IV berisi uraian tentang karya kerasulan para suster Gembala Baik sebagai wujud penghayatan spiritualitas dalam pelayanan para suster Gembala Baik, bentuk karya kerasulan para suster Gembala Baik, nilai yang didapat dari pelayanan, manfaat karya pelayanan bagi Gereja setempat, penghayatan spiritualitas para suster Gembala Baik dalam kerasulan. Bab V ini berisi uraian mengenai usaha menghayati spiritualitas Gembala Baik dalam memperkembangkan semangat pelayanan di Indonesia, latar belakang pemilihan program, usulan tema dan tujuan, rumusan tema dan tujuan, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan, contoh satuan pelaksanaan rekoleksi model Shared Christian Praxis. Bab VI ini berisi penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
BAB II SPIRITUALITAS PARA SUSTER GEMBALA BAIK
Pertumbuhan dan perkembangan spiritual manusia amat menentukan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dari dunia ciptaan yang lain, apabila pertumbuhan dan perkembangan spiritual manusia baik, benar, sehat dan normal, maka pertumbuhan dan perkembangan dari alam ciptaan juga akan berjalan baik, benar, harmonis dan menyenangkan. Maka bila Gereja menempatkan penghayatan spiritualitas merupakan hal yang utama dan harus dihidupi, maka sudah selayaknya karena spiritualitas menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia (Leteng, 2012: 270) . Spiritualitas yang dihidupi oleh para suster Gembala Baik menggambarkan bagaimana seorang gembala yang menyerahkan
seluruh hidup bagi domba-
domba miliknya. Bagi seorang gembala, kawanan adalah bagian dari hidupnya sendiri dan ia adalah bagian dari kawanan domba. Ia memiliki hubungan yang akrab dengan kawanan domba dan kawanan mengenal suara sang gembala. Ia selalu mencukupi segala kebutuhan dari kawanan. Bagi seorang gembala, kebahagiaan dan kesejahteraan kawanan merupakan prioritas utama. Kawanan domba menjadi pusat perhatian (Warnig, 1985a: 73). Agar spiritualitas
bertumbuh, berkembang dan dihidupi dengan baik
dalam diri manusia maka hendaknya umat Kristiani perlu mendalami pengertian spiritualitas dalam Gereja, spiritualitas Yesus Gembala Yang Baik dan kekhasan spiritualitas Yesus Gembala Yang Baik yang dihidupi oleh para suster Gembala Baik sehingga penghayatan hidup menjadi lebih seimbang baik dari segi jasmani
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
maupun rohani dan mampu menghasilkan buah yang melimpah demi Gereja dan sesame (Leteng, 2012: 273).
A. Pengertian Spiritualitas dalam Gereja Umat Kristiani percaya bahwa Tuhan telah menyatakan diri-Nya di dalam diri Yesus Kristus Putera-Nya oleh kuasa Roh Kudus. Oleh karena itu, spiritualitas dalam Gereja bersumber pada Allah Tritunggal Maha Kudus, yang berpusat kepada pribadi Kristus sang penyelamat karena hanya di dalam nama Kristus umat Kristen diselamatkan (Kis 4:12). Allah Bapa telah menciptakan manusia sesuai dengan gambaran-Nya dan menginginkan agar manusia selalu tinggal di dalam kasih-Nya yang tak terhingga sebagaimana ditunjukkan oleh Kristus dengan wafat dan kebangkitan-Nya, untuk menghapus dosa-dosa manusia (1 Yoh 4:10). Oleh Kristus, manusia diangkat menjadi anak-anak Allah (Rm 8:15) dan dipersatukan dengan Tuhan sendiri; Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus sehingga mereka menjadi satu kesatuan yang utuh (Olla, 2010: 19). Spiritualitas
Kristiani
adalah
kesadaran persekutuan dengan Roh
Kristus yang tidak terputus oleh kedagingan dan dosa, karena Kristus menjadi penebus dan penyelamat umat manusia. Oleh karena itu, orang beriman yang memperbaharui diri dalam spiritualitas Kristiani percaya bahwa mereka sudah dilahirkan kembali sebagai manusia baru, sehingga mereka mampu memutuskan secara konsisten dan terus menerus untuk berserah diri pada pelayanan Roh Kudus dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan menggereja. Mereka digerakkan dan disemangati oleh Roh Kudus hidup dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada sesama (Olla, 2010: 19).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
1.
Pengertian Spiritualitas pada Umumnya Secara etimologis kata ‘spirit’ berasal dari kata Latin spiritus, yang berarti
roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa hidup dan semangat. Dalam perkembangan, selanjutnya kata spirit diartikan secara lebih luas sebagai kekuatan yang menganimasi dan memberi energi pada kosmos, kesadaran yang berkaitan dengan kemampuan, keinginan, dan intelegensi, makhluk immaterial, wujud ideal akal pikiran
(intelektualitas, rasionalitas,
moralitas, dan kesucian atau keilahian) (Olla, 2010: 19; bdk. Poerwadarminta, 1988: 963). Dari perspektif psikologik, spiritualitas dikaitkan dengan berbagai realitas alam pikiran dan perasaan yang bersifat adikodrati, nir-bendawi, dan cenderung timeless & spaceless. Spiritualitas agama yang dihayati oleh orang (religious spirituality, religious spiritualness) berkenaan dengan kualitas mental atau rohani seseorang yang berhubungan dengan moralitas, dan nilai-nilai
(kesadaran), perasaan,
luhur lainnya yang bersumber dari ajaran agama.
Spiritualitas agama bersifat Ilahi, bukan bersifat humanistik karena berasal dari Tuhan (Heryatno, 2008: 95). Sebagai orang Katolik, Gereja percaya bahwa spiritualitas yang dinyatakan oleh para murid Kristus adalah spiritualitas yang otentik, meskipun Gereja Katolik tidak menolak apa yang benar dan kudus yang dinyatakan oleh agama-agama lain. Spiritualitas disebut otentik karena spiritualitas ini berasal dari Tuhan sendiri, yang dalam Gereja Katolik dipimpin oleh penerus rasul Petrus dan para uskup pembantunya, meskipun ada banyak unsur pengudusan dan kebenaran yang ditemukan di luar struktur Gereja Katolik. Berakar dari Firman Tuhan dan ajaran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
Gereja inilah, para murid Kristus mengetahui bahwa panggilan hidupnya sebagai manusia adalah agar hidup kudus dan mengasihi sesamanya, karena Allah itu Kudus dan Kasih baik bagi manusia dan ciptaan-Nya yang lain (Im 19:2; bdk. 1Yoh 4:16). Di sini kekudusan berkaitan erat dengan memegang dan melakukan perintah Tuhan, yang adalah perintah untuk mengasihi Tuhan dan sesama (Mat 22:37-39; bdk. Mrk 12:30-31). Hanya dengan cara hidup seperti yang diperintahkan Tuhan, maka para murid dapat bertumbuh untuk menjadi ‘serupa’ dengan Allah, dan dikuduskan oleh Allah. Panggilan hidup kudus adalah panggilan bagi semua orang Kristen, bahkan panggilan untuk semua orang, karena manusia diciptakan oleh Tuhan yang satu dan sama. Jadi kekudusan bukan monopoli kelompok para pastor, suster dan relegius lainnya tetapi harus menjadi tujuan bagi semua orang. Konsili Vatikan II menyerukan pada semua orang panggilan untuk hidup kudus. Siapapun kita, dalam kondisi yang berbeda satu dengan lainnya, dipanggil Tuhan untuk menjadi kudus, sebab Allah sendiri adalah Kudus. Jadi panggilan ini berasal dari Allah yang satu, dan berlaku untuk semua orang, karena Allah menciptakan semua orang di dalam kesatuan, dan menginginkan kesatuan itu kembali di dalam diriNya, yang berlandaskan kasih (Jacobs, 1978: 201). Spiritualitas Gereja mengarah kepada kekudusan hidup dan kasih di dalam kesatuan yang universal, yaitu yang merangkul semua orang dan alam ciptaan kepada persatuan di dalam Tuhan. Persatuan ini adalah kesempurnaan dari hidup Kristiani, yang dihasilkan dari penerapan pengajaran Tuhan di dalam kehidupan sehari- hari. Jadi spiritualitas yang otentik haruslah diikuti oleh penerapan di dalam perbuatan, sebab jika tidak, spiritualitas menjadi hanya sebatas teori, jadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
spiritualitas adalah suatu ditengah-tengah antara iman kristiani yang umum dan bentuk pelaksanaan yang individual (Jacobs, 1978: 201). Spiritualitas
sejati tidak berpusat pada kegiatan keagamaan
yang
superfisial, spiritualitas sejati tidak didasari pada tatanan nilai moral serta kewajiban-kewajiban di dalamnya. Spiritualitas sejati adalah persekutuan dengan pribadi Kristus Yesus (mystical union). Tuhan Yesus memperingatkan kepada para
murid-murid-Nya agar
menghindari dan
menjauhi praktek-praktek
keagamaan yang sia-sia (Mat 6). Lebih keras lagi teguran Tuhan terhadap jemaat di Efesus dalam Why 2, Tuhan memuji kerajinan dan komitmen mereka dalam beribadah dan dalam melayani namun kehilangan kasih yang semula (spiritualitas yang kosong). Aktivitas rohani yang hebat luar biasa tidak menjamin kualitas spiritualnya.
2.
Spiritualitas Pelayanan dalam Gereja Spiritualitas pelayanan dalam Gereja adalah kemuliaan Tuhan, yang
diwujudkan oleh kasih kepada Tuhan dan sesama. Untuk mencapai hal ini, bukan kesuksesan yang menjadi tolok ukurnya melainkan kesetiaan untuk bergantung pada Kristus, sebab tanpa Dia umat kriatiani tidak bisa berbuah (Yoh 15:15). Bentuk wujud kesatuan dengan Kristus yang paling nyata di dunia ini adalah melalui Ekaristi Kudus, di mana umat kristiani menyambut Tubuh dan Darah, Jiwa dan keilahian Kristus, sehingga oleh-Nya umat dipersatukan dengan Allah Tritunggal. Oleh karena itu, spiritulitas
Katolik selalu berpusat dan
bersumber pada Ekaristi, yang adalah Allah sendiri karena kekudusan adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan (Martasudjita, 1999: 40).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
Melalui Ekaristi, umat kristiani tinggal di dalam Kristus dan dimampukan untuk mengikuti teladan-Nya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat berjalan menuju kekudusan, yaitu persekutuan dengan Allah, yang menjadi sumber kebahagiaan umat. Di sinilah kebahagiaan sebagai manusia menjadi juga kemuliaan bagi Allah, karena Allah menciptakan manusia agar manusia berbahagia bersama-Nya (Martasudjita, 1999: 41). Keserupaan dengan Kristus Kepala yang menghamba dimengerti dalam arti Hamba, sesuai dengan apa yang dikatakan-Nya tentang diri-Nya sendiri: “Anak Manusia datang tidak untuk dilayani melainkan untuk melayani, dan untuk menyerahkan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang” (Mrk. 10:5). Pelayanan-Nya sebagai Hamba nyata dalam pengabdian-Nya dengan memberikan diri-Nya bahkan menyerahkan hidup-Nya di kayu salib. Hamba dalam arti berserah diri sepenuhnya dalam cinta kasih dan kerendahan hati. Ia merendahkan diri sebagai seorang Hamba dan taat sampai mati di salib (Flp 2:78). Semuanya itu dilakukan-Nya dalam kepatuhan sempurna kepada Bapa. Dialah satu-satunya Hamba Allah sejati yang menderita wafat. Menyerupai Kristus Sang Kepala berarti bahwa pelayanan Gereja berpartisipasi dalam kegiatan Kristus sebagai Kepala, sebagai pusat dan dasar kegiatan hidup maupun hidup Gereja (Krispurwa Cahyadi, 2009: 15). Kegiatan-kegiatan pelayanan yang bersumberkan pada otoritas Kristus sendiri dilaksanakan dalam semangat Hamba Kristus sendiri dan dalam pembinaan hidup menggereja sebagai Tubuh Kristus. Dengan kata lain, para murid Kristus menjadi pelayan agar prinsip dan sumber hidup itu (Kristus sendiri) menjadi nyata dan aktual di dalam Gereja (Krispurwa Cahyadi, 2009: 12).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
Gereja berpartisipasi dalam pelayanan Kristus. Ia memberikan diri-Nya kepada dunia yang dilayani-Nya. Penyerahan diri-Nya itulah sebagai wujud pelayanan-Nya. Oleh karena itu, dalam upaya menyerupai Kristus para pelayan harus masuk ke dalam dan ambil bagian dalam pelayanan-Nya dengan bertindak atas nama-Nya untuk membangun tubuh-Nya. Pelayanan Kristus langsung ditujukan kepada komunitas para rasul dan para murid. Pengabdian yang bersifat melayani ini berasal dari Bapa (Yoh 13:1.3; bdk. Mrk 10:40; Mat 20:23) dan dilaksanakan atas dasar kekuatan Roh Kudus untuk melayani sesama yang membutuhkan (Luk 4:18-21). Yesus adalah subyek pelaku pelayanan tidak hanya menjelaskan siapa diri-Nya, tetapi juga memberikan ciri khas tindakan-Nya dalam pelayanan. Ciri khasnya ialah kepentingan keselamatan bagi manusia untuk menjawab kebutuhan orang yang menerima pelayanan-Nya, yang harus diwahyukan oleh Allah sendiri. Yesus taat kepada Bapa-Nya dan inilah wujud hubungan-Nya dengan Allah. Sedangkan hubungan-Nya dengan orang yang dilayani lebih dapat dimengerti dalam hubungan solidaritas seraya tetap mempertahankan otoritas-Nya, otoritas Kepala yang menghamba. Hal ini dimungkinkan oleh dasar pelayanan-Nya yang bukan bersifat timbal balik (take and give) melainkan lepas bebas, yang dalam bahasa penginjil Yohanes disebut pelayanan cinta, cinta Bapa dan cinta Yesus kepada milik-Nya manusia yang dilayani-Nya (Krispurwa Cahyadi, 2009: 10). Karena pelayanan-Nya berdasarkan cinta, maka Yesus tetap melayani meskipun tidak ditanggapi oleh mereka yang dilayani. Cinta Yesus, sebagai kondisi pelayanan itu adalah tanpa syarat dan bersifat transendental, hanya untuk keselamatan manusia terutama mereka yang sangat membutuhkan perhatian yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
miskin dan terlantar baik secara jasmani maupun rohani (Krispurwana Cahyadi, 2009: 27-28; bdk. Kieser, 1991: 143-144).
3.
Ciri-ciri Kegembalaan Yesus Yesus digambarkan sebagai Sang Gembala Baik yang memberikan nyawa-
Nya, mengenal kawanan-Nya serta mau merangkul domba yang sesat. Inilah ciriciri kegembalaan Yesus sebagai Sang Gembala Baik menurut Yoh 10:1-18. Yesus selalu memimpin di depan kawanan dan kawanan mengikuti Dia (Yoh 10: 4). Seorang gembala yang baik selalu berjalan di depan kawanannya dan menuntun mereka ke padang rumput dan sumber air yang segar sehingga kawanan domba tidak haus dan lapar (D’Souza, 2007: 31). Gembala berjalan di depan sedang domba-domba mengikutinya dari belakang (Darmawijaya, 1987: 122). Biasanya seorang gembala memanggil kawanannya dengan siulan tertentu atau seruan khusus dan dengan sendirinya kawanan domba mengikuti suara atau siulan tersebut. Kawanan domba sangat mengenal suara gembalanya dan jika ada domba yang kurang memperhatikan, acungan tongkat gembala akan menyadarkan domba tersebut. Begitu pun gambaran seorang gembala dalam diri Yesus, ia selalu berjalan di depan kawanan dan kawanan selalu mengikuti diri-Nya. Yesus tidak menuntun kawanannya dari belakang namun Ia selalu berjalan di depan kawanan untuk menunjukan jalan yang benar. Ia menjadi pemimpin dan penunjuk jalan bagi kawanan domba-Nya. Yesus selalu mengingatkan kawananNya ketika kawanan melupakan diri-Nya. Ketika diri-Nya memanggil, kawananNya tahu kalau itu adalah suara milik-Nya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
Yesus adalah pintu dan orang yang tidak masuk melewati Dia adalah pencuri (Yoh 10:7-8). Gembala selalu berjaga dan tidur di depan kandang untuk menjaga kawanannya, sehingga domba aman dari para pencuri atau binatang liar. Oleh sebab itu, Yesus dapat digambarkan sebagai batas (pintu) antara bagian luar dengan bagian dalam dan bagi yang tidak masuk melewati diri-Nya (pintu) adalah seorang pencuri. Hal ini pun memberi rasa aman dan tenang bagi kawanan domba, karena sang gembala selalu berjaga di dekat mereka (Eko Riyadi, 2011: 241). Yesus adalah pintu dan orang yang melewati Dia sampai pada keselamatan Allah (Yoh 10:9). Pada masa dahulu, jika domba-domba ingin masuk atau keluar ke kandang, mereka harus melewati gembala yang telah siap dengan gada atau tongkat di depan pintu, untuk menghitung apakah kawanannya telah terkumpul semua atau belum. Siapa yang melewati Yesus (pintu) akan mendapat keselamatan (kandang) dan yang mendapatkan-Nya adalah kawanan domba-Nya (umat-Nya). Seorang gembala selalu membukakan pintu bagi kawanan saat akan masuk ke padang rumput yang baru. Jika hal itu terjadi, kawanan domba akan segera berdiri dan berlari berdesakan menuju ke pintu, karena mereka tahu akan dibawa kepada padang rumput yang lebih segar, subur dan menenteramkan. Pada saat itu, perasaan bahagia akan dirasakan oleh seluruh anggota kawanan, dimana mereka selalu merasa bahagia saat bersama sang gembala. Yesus rela menyerahkan nyawa bagi kawanan-Nya (Yoh 10:11). Sebagai seorang gembala, Yesus rela memberikan nyawa bagi kawanan-Nya. Ia memberikan diri-Nya dengan benar-benar total, karena domba-domba (pengikutNya) hanya percaya kepada-Nya saja. Bagi domba, sang gembala adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
pemimpin yang dapat memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan sejati. Bukti nyata atas totalitas Yesus dalam mencintai pengikut-Nya (domba) ditunjukkan dengan kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya, serta selalu menyertai mereka sampai akhir jaman (Eko Riyadi, 2011: 244). Yesus mengenal dan dikenal kawanan-Nya (Yoh 10:14). Seorang gembala mengenal siapa yang dia gembalakan dan dikenal oleh mereka yang dia gembalai. Hubungan antara gembala dengan kawanan, bahkan dengan setiap domba amat akrab. Mereka mengenal satu persatu, bahkan sering memberi nama pada mereka (Darmawijaya, 1987: 122). Gembala mengenal bagaimana pribadi dari domba gembalaannya, kekurangan yang dimilikinya, kelebihan yang ada padanya dan bagaimana cara mendekatinya. Seorang gembala tahu akan hal ini dan inilah yang menjadi inti kedekatannya dengan domba miliknya. Begitu juga dengan domba, mengenal suara pemiliknya, bukan hanya sekedar tahu, tetapi memiliki hubungan yang akrab dan dekat dengan pemiliknya. Mereka tidak akan pernah jauh dari gembalanya dan selalu berada di samping gembalanya. Oleh karena itu, dapat dikatakan mengenali suara bukan berarti hanya sekedar mengenal saja, namun mengenal keseluruhan pribadi baik kekuatan dan kelemahan dari setiap anggota menerima serta mengasihinya (D’Souza, 2007: 27). Yesus mengenal Bapa dan begitu juga Bapa mengenal akan putera-Nya (Yoh 10:15). Seorang gembala pun harus mengenal Tuhan, mempunyai hubungan erat dan akrab dengan Tuhan. Sebab sumber kekuatan seorang gembala adalah kepercayaan, kepasrahan dan doa kepada Tuhan. Segala tindakan yang dilakukan oleh sang gembala harus mengandalkan Tuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
Yesus mau menerima domba-domba yang tersesat menjadi satu kawanan (Yoh 10:16). Sebagai seorang gembala ia harus terbuka dan mau menerima domba-domba yang tersesat dan menjadikannya satu kawanan dengan miliknya. Ia tidak boleh menelantarkan domba lain yang tersesat, namun ia harus merangkul, menggendong dan menjadikan domba tersebut milik kepunyaannya sendiri (D’Souza, 2007: 27).
4. Fungsi Kegembalaan Yesus Dalam mendampingi kawanan dombanya, tentu seorang gembala melalui proses yang tidak mudah dan lama, pengalaman bersama dengan kawanan domba mengajarkan seorang gembala untuk tahu bagaimana mengenali satu persatu domba gembalaan-Nya. Ia harus memahami, mengerti, merawat, menyembuhkan, mencari domba yang hilang serta mendorong kawanan domba untuk terus maju. Ia tidak pernah merasa putus asa ketika mengalami kesulitan sehingga domba merasa aman dan percaya penuh pada gembalanya. Proses pengembalaan ini pun memiliki fungsi yang cukup penting, seperti yang dikutip oleh Clinebell, (2002: 53-54), bahwa ada yang bisa dirasakan dari buah-buah kegembalaan Yesus yang dialami oleh para kawanan dombanya: menyembuhkan (healing), mendukung (sustaining), membimbing (guiding), memulihkan (reconciling), memelihara atau mengasihi (nuturing).
a.
Menyembuhkan (Healing) Menyembuhkan adalah suatu fungsi kegembalaan yang terarah untuk
mengatasi kerusakan yang dialami orang dengan memperbaiki orang itu menuju
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
keutuhan dan membimbing ke arah kemajuan di luar kondisinya dulu. Dalam penyembuhan ini orang mengalami kasih Allah dalam hidupnya sehingga dia mampu menjadi pribadi yang utuh baik secara jasmani dan rohani sehingga orang semakin berdaya dalam mengembangkan kemampuan mereka (Clinebell, 2002: 53).
b. Mendukung (Sustaining) Mendukung merupakan suatu fungsi menolong orang sakit (terluka) agar dapat bertahan dan mengatasi suatu kejadian yang terjadi pada waktu yang lampau, di mana perbaikan atau penyembuhan atas penyakitnya tidak mungkin lagi diusahakan kemungkinannya sangat tipis sehingga tidak mungkin lagi diharapkan. Dengan dukungan yang diberikan orang menjadi kuat dalam perjuangan hidupnya dan pengalaman dikasihi oleh sesama memampukan mereka bisa melihat kehadiran Allah dalam hidup mereka. Mendukung berarti memberi kekuatan dan semangat lewat tindakan, nasehat dan doa dalam memperjuangkan apa yang menjadi kehendak dan kerinduan orang yang membutuhkan dukungan (Clinebell, 2002: 53).
c. Membimbing (Guiding) Membimbing adalah suatu fungsi untuk membantu orang yang berada dalam kebingungan untuk mengambil pilihan yang pasti (meyakinkan di antara berbagai pikiran dan tindakan alternativ atau pilihan). Membimbing juga membantu orang untuk membuat pilihan yang dipandang mempengaruhi keadaan jiwa mereka sekarang dan pada waktu yang akan datang (Clinebell, 2002: 54).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
d. Pemulihan (Reconciling) Pemulihan adalah suatu fungsi untuk membangun hubungan yang rusak kembali di antara manusia dan sesamanya, antara manusia dengan Allah dan manusia dengan alam ciptaan. Dalam pemulihan ini mereka mengalami pengampunan dan pembebasan secara pribadi dari rasa bersalah dan dari dosadosa yang telah dibuat sehingga komunikasi dan relasi yang rusak dapat kembali terjalin dengan baik. Manusia juga dibebaskan dari rasa bersalah yang kadang mengganggu pertumbuhan secara jasmani maupun rohani sehingga menjadi pribadi yang utuh (Clinebell, 2002: 54).
e.
Memelihara atau Mengasuh (Nuturing) Fungsi memelihara dan mengasuh merupakan suatu sifat yang mendasar
dan motif yang tetap ada dalam sejarah Gereja. fungsi ini merupakan suatu fungsi yang memampukan orang untuk mengembangkan potensi-potensi yang diberikan Allah kepada mereka, sepanjang perjalanan mereka dengan segala suka duka dalam hidup mereka. Allah memelihara Gereja dan umat-Nya seperti Ia menjaga dan memelihara biji mata. Ia selalu mengulurkan tangan dan siap sedia merawat dan menjaga keutuhan Gereja. Dengan pemeliharaan yang diberikan oleh Allah orang mengalami rasa aman karena dilindungi dan dijaga dalam hidupnya (Clinebell, 2002: 55). Allah selalu mengerti dan memahami setiap kebutuhan manusia sehingga rasa kuatir dan cemas akan masa depan dan akan kehidupan yang akan datang tidak perlu kuatir karena Allah sudah mencukupkan semuanya dan Ia akan senantiasa menyertai sampai akhir zaman (Mat 28: 20).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
B. Kekhasan Spiritualitas Yesus Gembala Baik yang Dihidupi oleh Para Suster Gembala Baik Santa Maria Euphrasia Pelletier adalah pendiri Kongregasi Suster-suster Bunda Pengasih Gembala Baik. Ia lahir pada 31 Juli 1796 di sebuah pulau Noirmoutier, pada masa revolusi Perancis. Ia tumbuh dalam keluarga yang memberikan warisan iman katolik yang kuat, cinta kepada Allah dan Gereja serta memiliki semangat melayani dan keberpihakan kepada yang miskin dan menderita. Maria Euphrasia dikenal sebagai seorang pelopor dalam pendekatan terhadap kelemahan manusiawi di bidang pendidikan dan perbaikan moral bagi orang muda dan kaum perempuan pada jamannya. Hasil yang dicapai bukan semata-mata dalam hal pengetahuan dan dalam bidang psikologi saja, melainkan lebih dari itu, yakni pertobatan dan keselamatan, karena cinta yang tanpa batas dan tak kenal lelah kepada orang muda, para perempuan dan anak-anak yang kondisi hidupnya menjerit meminta penyembuhan manusiawi dan rohani. Santa Maria Euphrasia merindukan
seluruh dunia memperoleh manfaat dari karya
penyelamatan yang dimulai oleh Santo Yohanes Eudes. Ia mempunyai motto “setiap pribadi jauh lebih berharga dari pada seluruh dunia” (Konf SME, h. 7). Dengan motto itu ia berharap pelayanan para suster Gembala Baik bisa menjangkau seluruh dunia dalam memberikan pelayanan kepada setiap pribadi yang membutuhkan terutama bagi mereka yang tersingkir dan terpinggirkan. Kerinduan Santa Maria Euphrasia untuk menjangkau seluruh dunia terjawab dengan disyahkan rumah Generalat pada tahun 1835. Dengan adanya Generalat ia bisa mengirim para suster kesegala penjuru dunia sekarang sudah berada di lima
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
benua dan tersebar di 72 negara, termasuk di Indonesia. Selama hidupnya Maria Euphrasia mendirikan 110 rumah, ia meninggal pada 24 April 1868. Pada 2 mei 1940 ia dinyatakan santa oleh Paus Pius XII (PYLT, h. 4).
1.
Semangat Yesus Gembala Baik Kongregasi Bunda Pengasih dari Gembala Baik berpusat pada pribadi
Kristus. Penghayatan ini berhungan erat dengan devosi terhadap Hati Yesus dan Hati Maria. Kasih akan kehendak Allah dan semangat merasul bagi keselamatan jiwa-jiwa merupakan khas yang berasal dari Santo Yohanes Eudes. Dalam kontemplasi pada hati Yesus, suster Maria Euphrasia mengalami belas kasih dan keprihatinan
Gembala
Baik.
Kerinduannya
yang
berkobar-kobar
untuk
menyampaikan perutusan keselamatan Yesus dilaksanakan lewat cinta pada salib, Ekaristi, dan ketaatan yang penuh kasih kepada Gereja. Santa Maria Euphrasia mengenal kembali citra Allah dalam diri setiap orang. Ia menekankan kepada semua suster untuk hormat kepada martabat setiap pribadi (Const RGS, h. iv). Yesus Kristus, Gembala Baik, merupakan model sejati yang harus diteladani agar para suster Gembala Baik dapat mencapai kesempurnaan dalam status kesucian. Dia adalah sumber ilahi yang asli. Para suster Gembala Baik harus berusaha mewujudkannya di dalam seluruh perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Para suster Gembala Baik harus berusaha membentuk diri seturut semangat guru mereka yang pantas disembah, dan menghayati hidup-Nya sendiri (Konf SME, h. 50). Para suster Gembala Baik, berkat spiritualitas yang dihidupi, terpanggil untuk menyerupai Yesus Gembala Baik dan untuk meneladan serta menghayati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
cinta kasih penggembalaan-Nya. Berpartisipasi dalam pelayanan cinta kasih Yesus merupakan kurnia yang semata-mata dianugerahkan oleh Roh Kudus, sekaligus menjadi suatu tugas dan panggilan tersendiri. Oleh karena itu, prinsip batin atau daya kekuatan yang menjiwai dan menuntun hidup para suster Gembala Baik untuk menyerupai Kristus Sang Gembala Baik ialah cinta kasih penggembalaan-Nya. Teladan cinta kasih penggembalaan Yesus Gembala Baik kepada umatNya, memberi semangat kepada para suster Gembala Baik untuk mencontoh Kristus dalam hal penyerahan diri serta pengabdian. Dalam pengabdian bukan pertama-tama apa yang dibuat, melainkan penyerahan dirilah yang menampakkan kasih Kristus terhadap kawanan-Nya. Cinta kasih penggembalaan menentukan cara berpikir (pola pikir) dan cara bertindak (peri laku) serta cara pelayanan yang berhubungan dengan sesama, dan semua ini mengajukan tuntutan-tuntutan khas kepada para para suster Gembala Baik. Dengan demikian, cinta kasih penggembalaan bagi para suster Gembala Baik sendiri menjadi ciri pelaksanaan pelayanan sebagai tugas cinta kasih. Cinta belas kasih tidak mengenal batasan, maka pelayanan para suster Gembala Baik pun berusaha menjangkau seluruh dunia dimana ada jiwa yang butuh diselamatkan.
2. Hati Kudus Yesus dan Maria Hati Kudus Yesus dan Maria adalah sumber perapian cinta yang menyala penuh dengan lautan cinta kasih. Dari dalam hati Yesus dan Maria ini para suster Gembala Baik menimba sumber-sumber kehidupan yang bisa
bagikan pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
sesama. Hati Yesus adalah perapian cinta yang menyebarkan nyala yang hebat ke segala arah, di surga, di bumi dan seluruh jagat raya. Yesus memiliki cinta yang istimewa kepada manusia, yang baik maupun yang jahat, sahabat-sahabat maupun musuh-Nya. Ia mencintai manusia begitu hebat sehingga dosa-dosa mereka yang tak terbilang tidak mampu memadamkan cinta-Nya (BK, h. 154). Menimba dari semangat hati kudus Yesus dan Maria para suster Gembala Baik ditarik untuk semakin mengarah pada kedalaman akan kasih Allah yang senantiasa menjadi sumber dan semangat dalam hidup dan pelayanan. Para suster Gembala Baik menimba dan menggunakan semangat hati Yesus dan Maria dalam hidup dan pelayanan mereka. Hati Yesus dan Maria adalah sumber kekuatan dan semangat para suster Gembala Baik (BK, h. 154). Maria dan Yesus telah memberikan seluruh diri-Nya kepada para suster Gembala Baik untuk menjadi tempat pengungsian mereka dalam kesesakan, menjadi jawaban dalam keragu-raguan dan kesulitan, serta menjadi sumber kekayaan rohani dalam hidup. Lebih dari pada itu Yesus dan Maria memberikan hati-Nya kepada para suster Gembala Baik, tidak hanya untuk menjadi pola dan ukuran hidup mereka, tetapi juga untuk menjadi hati mereka sendiri, sehingga karena hati Yesus dan Maria yang mengagumkan ini mereka dapat memenuhi kewajiban pelayanan kepada Allah dan sesama (BK, h. 141). Keselamatan manusia dari dosa dapat dirasakan dialami oleh manusia berkat hati-Nya yang Maha Kudus. Hati Yesus yang maha kudus selalu berkobar dan rindu kepada manusia. Manusia diundang untuk datang kepada Yesus agar hati Yesus yang maha kudus dan penuh cinta memenuhi hati manusia yang lemah dan mudah jatuh ke dalam dosa (BK, h. 142).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
3.
Semangat Cinta Belas Kasih Allah yang penuh belas kasih melalui Gereja-Nya mempercayakan kepada
para suster Gembala Baik untuk peran serta dalam perutusan rekonsiliasi. Hal ini menuntut kesadaran bahwa diri sendiri selalu membutuhkan pertobatan terus menerus dan kembali kepada Allah yang berbelas kasih. Para suster Gembala Baik menyadari dan menemukan kedalaman kedosaan
serta
keterbukaan
terhadap prakarsa kasih Allah, mereka menemukan kerahiman-Nya. Dipersatukan dengan seluruh umat manusia dalam perjuangan melawan dosa dan kebutuhan akan rekonsiliasi, para suster Gembala Baik dipanggil untuk menjadi saksi di antara mereka akan kuasa kerahiman dan belas kasih Allah (Konst RGS, art. 4). Pengalaman terus-menerus akan kerahiman dan kasih Allah dalam segala aspek hidup mengutus para suster Gembala Baik untuk menjadi tanda kehadiran Yesus Gembala Baik. Para suster Gembala Baik adalah utusan-utusan-Nya, dan melalui mereka Allah memanggil orang yang berdosa dan menjauh dari-Nya bisa kembali dan berdamai dengan diri sendiri, Allah, sesama dan alam ciptaan. Allah berseru melalui para suster Gembala Baik dan seruan yang mereka buat atas nama-Nya ialah berdamailah dengan diri sendiri, sesama, Allah dan alam ciptaan. Hubungan para suster Gembala Baik dengan mereka yang dijumpai haruslah merupakan sarana pertemuan dengan Yesus Gembala Baik. Para suster Gembala Baik berusaha mendekati mereka sebagaimana Dia mendekatinya. Setiap pribadi hadir bagi-Nya dalam keunikan manusiawi, dan Ia menyebut setiap pribadi sahabat. Seorang sahabat tidak pernah meninggalkan sahabatnya ketika sedangan mengalami kesulitan. Begitupun cinta para suster Gembala Baik harus membangkitkan di dalam diri mereka pengertian akan nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
persahabatan dengan Allah dan nilai martabat sebagai anak-anak Allah. Pada saat yang sama, para suster Gembala Baik juga sadar bahwa mereka menerima belas kasih Allah melalui orang yang dilayani dan bahwa mereka tidak dapat memisahkan keselamatannya dari mereka yang dilayani (Const RGS, art. 5).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
BAB III SEMANGAT PELAYANAN DALAM SPIRITUALITAS PARA SUSTER GEMBALA BAIK
Setiap tarekat religius mempunyai ciri khas sesuai dengan kharisma pendiri, namun Gereja mengajak setiap tarekat religius untuk kembali kepada sumber
yakni Yesus Kristus.
Para suster Gembala Baik dipanggil
dan
menyanggupkan diri untuk melayani kerajaan Allah yang hadir dalam kenyataan hidup manusia. Kerajaan Allah untuk masa kini disadari sebagai daya kekuatan untuk mengubah situasi sosial manusia yang ditandai oleh ketidak adilan dalam segala bentuknya. Oleh karena itu para suster Gembala Baik dalam pelayanan mau tidak mau harus ikut serta dalam membangun situasi sosial yang lebih baik. Yesus Gembala Baik menjadi model dan cara hidup para suster Gembala Baik, maka yang menyemangati para suster Gembala Baik dalam melaksanakan pelayanan adalah
spiritualitas kegembalaan Yesus.
Agar lebih mengenal
semangat pelayanan dan spiritualitas para suster Gembala Baik, maka orang perlu mengerti tentang pengertian pelayanan dalam Gereja, semangat empat kaul dalam pelayanan, serta semangat dan kharisma kongregasi Gembala Baik dalam menanggapi kebutuhan Gereja setempat (PYLT, h: 50).
A. Pengertian Pelayanan dalam Gereja Kehadiran Gereja di dunia sekarang disadari sebagai pelayanan terhadap pertumbuhan Kerajaan Allah di dunia. Oleh karena itu Gereja merasa menjadi bagian dari kehidupan manusia. Gereja ingin ikut serta menyumbang
bagi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
pembangunan bangsa manusia. Gereja mempunyai iman bahwa Allah sendiri sedang berkarya membangun dunia. Melihat kenyataan manusia hidup sekarang ini, Gereja sendiri mengadakan pilihan untuk lebih memperhatikan kaum miskin, sebab kepada diri merekalah terutama warta Kristus disampaikan, karena Kerajaan Allah menjadi milik mereka oleh karena itu Gereja menyebut diri Hamba kaum miskin (KOPTARI, 1987: 6).
1.
Tugas Pelayanan dalam Gereja Tugas pelayanan dalam Gereja mengupayakan keserupaan dengan Kristus
sebagai Kepala yang menghamba dan sebagai Gembala Baik. Dengan demikian Gereja berpartisipasi dalam pelayanan Kristus dan menghayati spiritualitas pelayanan. Kristus ‘Kepala’ dimengerti dalam arti Hamba, sesuai dengan apa yang dikatakan tentang diri-Nya sendiri: “Anak Manusia datang tidak untuk dilayani melainkan untuk melayani, dan untuk menyerahkan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang” (Mrk 10:5). Pelayanan-Nya
sebagai
Hamba
nyata
dalam pengabdian
dengan
memberikan diri bahkan menyerahkan hidup-Nya di kayu salib. Hamba dalam arti berserah diri sepenuhnya dalam cinta kasih dan kerendahan hati. Ia merendahkan diri sebagai seorang Hamba dan taat sampai mati di salib (Flp 2:7-8). Semuanya itu dilakukan dalam
kepatuhan sempurna kepada Bapa. Dialah satu-satunya
Hamba Allah sejati yang menderita wafat. Dalam kesesuaian arti Hamba inilah para murid memahami Kristus sebagai Kepala. Demikian kekepalaan-Nya tepat sesuai dengan kehambaan-Nya, otoritas-Nya sebagai Kepala sesuai dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
kehambaan-Nya, otoritas-Nya sebagai Kepala sesuai dengan pengabdian-Nya sebagai Hamba yang merendahkan diri dan mencintai manusia sampai sehabishabisnya (KWI, 1996: 448-449). Yesus sebagai ‘Kepala’ juga berarti menjadi pusat kegiatan hidup seluruh tubuh. Gereja sebagai pelayan harus menyerupai Kristus Sang Kepala. Hal ini berarti bahwa pelayan berpartisipasi dalam kegiatan Kristus sebagai Kepala, sebagai pusat dan dasar kegiatan hidup Gereja. Maka kegiatan para pelayan ialah kegiatan yang bersumberkan pada realitas Kristus sebagai pusat dan prinsip hidup kristiani. Para pelayan otoritas gerejani membangun umat ke dalam kebenaran dan kesucian. Dengan kata lain, otoritas Kristus sebagai Kepala Gereja adalah sebagai prinsip hidup yang menyelamatkan dan memanggil untuk hidup ke kesucian, yang dikehendaki oleh Bapa (1 Tes 4:3; bdk. Ef 1:4). Dalam lingkup itulah
otoritas pelayan kiranya dapat dimengerti
Kristus Kepala. Karena otoritas itu
sebagai partisipasi kepada
bergerak dalam bidang hidup yang menuju
keselamatan dan kesucian, maka otoritas itu merupakan otoritas yang bersifat pelayanan. Seorang pelayan berpartisipasi pada realitas Hamba dari hidup Kristus yang dengan rela menyerahkan diri pada kehendak Bapa dalam melaksanakan perutusan di dunia (Krispurwana Cahyadi, 2009: 31). Kepemimpinan seorang pelayan ikut ambil bagian pada kepemimpinan Kristus Sang Gembala Baik yang memimpin dan menuntun Gereja sebagai prinsip hidup. Dalam kepemimpinan ini, Gereja perlu pengembangan kepemimpinan yang berhati gembala, karena nilai ini bersumber dari Yesus sendiri, melalui hidup, pelayanan dan pengajaran-Nya. Prinsip itu didasarkan pada kebaikan, ketulusan hati, kecakapan, dan kesetiaan dalam kebenaran (Yoh 10:8).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
Dengan pelayanan yang dilakukan
seperti Kristus Sang Gembala Baik
yang memberikan Diri seutuhnya demi umat yang dilayani, maka umat akan mengalami kasih dan keselamatan dalam hidup yang memperkuat kesatuan Gereja yang memimpin umat pada kepenuhan kasih pada Allah dan sesama. Kegiatankegiatan para pelayan yang bersumberkan pada otoritas Kristus sendiri, dilaksanakan dalam semangat Gembala Baik dalam pembinaan hidup menggereja sebagai Tubuh Kristus. Dengan kata lain, seorang pelayan Kristus, prinsip dan sumber hidupnya harus berpusat pada Kristus dan diwujudnyatakan di dalam Gereja (Krispurwana Cahyadi, 2009: 29).
2. Kekhasan Pelayanan dalam Gereja Katekismus Gereja Katolik merumuskan Gereja sebagai “himpunan orangorang yang digerakkan untuk berkumpul oleh Firman Allah, yakni, berhimpun bersama untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi santapan dengan Tubuh kristus, menjadi Tubuh Kristus” (KGK, no. 777). Eksistensi himpunan Umat Allah ini diwujudkan secara lokal dalam hidup berparoki. Hidup dalam paroki inilah himpunan umat Allah mengambil bagian dan
terlibat
dalam
menghidupkan
peribadatan
yang
menguduskan
(leiturgia), mengembangkan pewartaan kabar gembira (kerygma), menghadirkan dan membangun persekutuan (koinonia), memajukan karya cinta kasih/pelayanan (diakonia) dan memberi kesaksian sebagai murid-murid Yesus Kristus (martyria). Kehidupan umat kristiani sesudah ditinggalkan oleh Tuhan Yesus, merupakan buah pendidikan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya selama Dia aktif di tengah masyarakat tiga tahun sebelum dibunuh di salib. Para murid telah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
mewariskan tugas hidup menggereja kepada jemaat perdana dan mereka telah mengungkapkanyan kedalam lima tugas Gereja ini. Lima pengungkapan tugas Gereja bisa dibandingkan dalam Kis 2:41-47: Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Lima kekhasan tugas pelayanan Gereja diwujudnyatakan dalam liturgi (liturgia) dalam ibadat liturgi jemaat berkumpul bersama untuk memecahkan roti dan berdoa, pewartaan (kerygma) mereka bertekun dalam pengajaran para rasul, persekutuan (koinonia) semua orang yang telah percaya berkumpul dan bersatu, mereka hidup rukun dan damai, pelayanan (diakonia) segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama dan digunakan untuk kepentingan bersama sehingga tidak ada dari mereka yang merasa kekurangan, dan kesaksian (martyria) melalui cara hidup yang mereka lakukan banyak orang yang menyukai dan percaya kepada Tuhan. Mereka menjadi saksi cinta kasih dan kebenaran dalam Tuhan sehingga bertambahlah jumlah mereka.
a.
Liturgi (Leiturgia) Liturgi adalah perayaan misteri karya keselamatan Allah dalam Kristus,
yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Agung, bersama Gereja-Nya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
di dalam ikatan Roh Kudus (SC, art. 2). Liturgi merupakan perayaan resmi Gereja atas imannya akan Allah yang mewahyukan diri-Nya melalui Yesus Kristus. Dalam perayaan liturgi, subyek liturgi adalah tubuh mistik Kristus yaitu kepala dan angota-anggota-Nya (SC, art. 7). Kristus dan Gereja merupakan segenap subyek yang merayakan dan membentuk persekutuan liturgis. Roh Kudus yang hadir dalam diri umat dan mempersatukan manusia sebagai umat Allah mempertemukan Allah dan manusia itu dalam Kristus lewat liturgi suci. Perjumpaan itu merupakan medan dan wahana bagi manusia untuk menyadari kehadiran Allah dalam perayaan liturgi. Dalam liturgi umat ikut serta dalam perayaan ibadat resmi yang dilakukan Yesus Kristus dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa. Tiga tugas pokok Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja. Dalam kehidupan menggereja peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup orang beriman. Melalui bidang liturgi setiap anggota menemukan, mengakui dan menyatakan identitas kristiani mereka dalam Gereja Katolik. Iman mereka bertumbuh dan berkembang melalui praktek dalam kehidupan sehari-hari. Liturgi dinyatakan dengan doa, simbol, lambang-lambang dan dalam kebersamaan umat. Partisipasi aktif dalam bidang liturgi diwujudkan dalam memimpin perayaan liturgis tertentu seperti: memimpin ibadat sabda, doa bersama, membagi komuni, menjadi lektor, pemazmur, organis, mesdinar, paduan suara, penghias altar, dan mengambil bagian secara aktif dalam setiap perayaan dengan berdoa bersama, menjawab aklamasi, bernyanyi dan sikap badan (Martasudjita, 2003: 135; bdk. Purwa Hadiwardoyo, 2009: 162).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
b. Pewartaan (Kerygma) Pewartaan berarti ikut serta membawa kabar gembira kepada orang lain bahwa Kerajaan Allah sudah datang dan Allah telah menyelamatkan dan menebus manusia dari dosa melalui Yesus Kristus, Putera-Nya. Oleh karena itu seperti Yesus diutus oleh Bapa, begitupun para rasul diutus mewartakan karya keselamatan Allah kepada setiap makhluk (SC, art. 6). Bidang karya pewartaan ini diharapkan dapat membantu umat Allah untuk mendalami kebenaran firman Allah, menumbuhkan semangat untuk menghayati hidup berdasarkan semangat Injil, dan mengusahakan pengenalan yang semakin mendalam akan pokok iman kristiani supaya tidak mudah goyah dan tetap setia. Karya yang termasuk dalam bidang pewartaan: pendalaman iman, katekese para calon baptis dan persiapan penerimaan sakramen-sakramen dan lain-lain. Dalam pewartaan dilakukan pendalaman iman lebih lanjut bagi orang yang sudah katolik lewat kegiatan-kegiatan katekese (Purwa Hadiwardoyo, 2009: 161).
c.
Persekutuan (Koinonia) Persekutuan berarti ikut serta dalam persekutuan atau persaudaraan
sebagai anak-anak Bapa dengan pengantaraan Kristus dalam kuasa Roh KudusNya untuk membangun umat sebagai koinonia baik dengan Allah maupun dengan sesama umat’ sehati-sejiwa dalam kasih’ (SC, art. 10). Sebagai orang beriman umat kristiani dipanggil dalam persatuan erat dengan Allah Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus, Putera-Nya, dalam kuasa Roh Kudus. Karya ini dapat menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus di tengah dunia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
Persekutuan berhubungan dengan ‘cura animarum’ (pemeliharaan jiwajiwa) dan menyatukan jemaat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Gereja diharapkan dapat menciptakan kesatuan antar umat, umat dengan paroki/keuskupan dan umat dengan masyarakat. Paguyuban ini diwujudkan dalam menghayati hidup menggereja baik secara teritorial (Keuskupan, Paroki, Stasi/Lingkungan, Keluarga) maupun dalam kelompok-kelompok kategorial yang ada dalam Gereja sehingga persekutuan umat ini bisa membuat umat lebih semangat dalam menghayati imannya dalam hidup menggereja (Martasudjita, 2003: 133; bdk. Purwa Hadiwardoyo, 2009: 162).
d.
Pelayanan (Diakonia) Gereja ada dan berkembang bukan hanya untuk kepentingan dirinya
sendiri, melainkan juga untuk kepentingan segenap umat manusia. Gereja ada dan hadir untuk membantu umat lebih dekat dengan Tuhan dan sesama. Gereja adalah pertemuan umat yang dipanggil dari dunia ini oleh Allah melalui Kristus dalam Roh Kudus bagi pelayanan Allah dan sesama. Melalui Gereja mengalirlah rahmat kepada umat untuk melanjutkan karya-karya Gereja yang ada, maka pelayanan merupakan bagian hakiki dari hidup Gereja (SC, art. 10). Dalam pelayanan ini umat perlu ikut serta melaksanakan karya karitatif atau cinta kasih melalui aneka kegiatan amal kasih Kristiani, khususnya kepada mereka yang miskin, telantar, dan tersingkir. Melalui karya ini umat beriman menyadari akan tanggungjawab pribadi mereka akan kesejahteraan dan keselamatan sesama. Oleh karena itu pelayanan dalam Gereja membutuhkan adanya kerjasama antar umat dengan penuh kasih, keterbukaan yang penuh empati, partisipasi dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
keiklasan hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan seluruh jemaat sebagaimana diceritakan dalam Kis 4:32-35 (Martasudjita, 1999: 41; bdk. Purwa Hadiwardoyo, 2009: 163).
e.
Kesaksian (Martyria) Gereja ada karena mendapat tugas perutusan dari Kristus, “Pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mat 28:19). Perutusan tersebut memiliki dimensi kemuridan. Tanda kemuridan sebagaimana dikatakan dalam Injil Yohanes, merupakan panggilan kasih, “Kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh 13:35). Menjadi murid Kristus berarti mau menjadi tanda kasih Allah kepada sesama yang semua berpangkal dari kesatuan relasi yang erat dengan Bapa. Seperti Kristus yang diutus oleh Bapa, begitu pula para rasul yang dipenuhi oleh Roh Kudus diutus oleh Yesus untuk mewartakan Injil kepada semua makhluk (SC, art. 6). Tuhan Yesus mengharapkan dan menghargai kesediaan para pengikut-Nya untuk memberitakan kesaksian tentang iman mereka kepada-Nya. Kesaksian berati ikut menjadi saksi Kristus bagi dunia. Hal ini dapat diwujudkan dalam menghayati hidup sehari-hari sebagai orang beriman di tempat kerja maupun di tengah masyarakat, ketika menjalin relasi dengan umat beriman lain, dan dalam relasi hidup bermasyarakat. Melalui kesaksian ini umat beriman diharapkan dapat menjadi ragi, garam dan terang di tengah masyarakat sekitarnya, sehingga mereka disukai oleh semua orang dimanapun mereka berada dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
mereka dan banyak orang yang diselamatkan (Krispurwana Cahyadi, 2009: 21; bdk. Purwa Hadiwardoyo, 2009: 163). Dari lima kekhasan tugas Gereja tersebut maka
manusia yang sudah
ditebus ke dalam Gereja sejati menjadi anggota Kerajaan Allah. Yang harus mereka dilakukan ialah melayani Dia dengan sungguh-sungguh, dengan rasa bakti, hormat, dan menuruti semua kehendak-Nya. Melayani Tuhan berarti berani memberi diri secara utuh untuk orang lain yang membutuhkan. Dalam
Mat
18:3
Yesus
mengatakan,
“Aku
berkata
kepadamu
sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Syarat penting dalam pelayanan ialah orang harus percaya dan menjadi seperti anak-anak yang polos, jujur dan tulus. Hidup harus sungguh-sungguh tidak munafik, orang harus tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular. Pelayanan yang tulus dan murah hati akan membawa keselamatan bagi orang lain dan bagi diri sendiri. Demikianlah setiap orang Kristiani yang melayani Tuhan harus berwawasan Kerajaan Allah, artinya orang Kristen sejati akan melihat bahwa Kerajaan Allah lebih dari semua denominasi Gereja, berani menembus batas dalam melayani umat. Orang Kristiani sejati tidak hanya melayani denominasinya sendiri, tetapi juga peduli dengan seluruh pekerjaan Allah secara global. Kerajaan Allah secara global, menjangkau keanekaragaman umat yang ada disekitar Gereja. Dalam Gereja denominasi hanya merupakan salah satu pos penginjilan dari Kerajaan Allah yang besar dan universal. Jika orang hanya melayani satu denominasi dan tidak memikirkan seluruh Kerajaan Allah, maka orang tidak melayani Kerajaan Allah melainkan hanya berpihak pada kelompoknya saja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
Pelayanan kristiani tidak hanya berdasarkan belas kasihan atau ketaatan kepada perintah atasan ataupun pimimpinan, melainkan berdasarkan hormat terhadap Allah pencipta, yang membuat manusia menjadi berharga dan bermartabat sesuai dengan citra-Nya sendiri (KWI, 1996: 451).
B. Semangat Empat Kaul dalam Pelayanan Kaul-kaul
religius
dilaksanakan
dalam
Gereja.
Kaul
kemurnian,
kemiskinan dan ketaatan membuat hidup kaum religius mempunyai kharisma yang mendalam dalam Gereja yang berusaha untuk melepaskan dari ikatan hidup duniawi. Dengan menghayati kaul-kaul religius mereka secara intensif menghayati dimensi Triniter dan Kristologis yang menandai seluruh hidup kristiani (VC, art. 21). Kaul semangat merasul, yang merupakan kaul keempat para suster Gembala Baik, merupakan suatu ikatan janji terhadap keprihatinan Allah bagi orang-orang yang memerlukan pelayanan cinta belas kasih-Nya. Ketiga kaul yang ikrarkan oleh para suster Gembala Baik memungkinkan mereka untuk lebih penuh dalam menghayati kaul keempat/semangat merasul mereka. Kaul keempat di dalam Gereja biasanya ditunjukan melalui pelayanan khusus di antara umat Allah, namun kaul keempat yang diikrarkan oleh para suster Gembala Baik bertujuaan untuk memberi arah kepada seluruh hidup mereka dalam pembaktian kepada Allah dan melaksanakan karya kerasulan demi keselamatan jiwa-jiwa dimanapun mereka berada (Warnig, 1985b: 25). Para suster Gembala Baik dipanggil untuk memberikan suatu jawaban atas cinta Allah yang tak terbatas kepada mereka melalui penghayatan kaul semangat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
merasul. Dengan anugerah Roh-Nya para suster Gembala Baik membaktikan diri seutuhnya kepada Allah dengan pengikraran nasehat-nasehat Injili. Mereka berusaha untuk membaharui komitmen dengan membuat pilihan-pilihan yang sesuai dengan hidup bakti. Pembaktian para suster Gembala Baik yang sudah diterima lewat sakramen baptis dikembangkan secara penuh lewat penyerahan diri kepada Allah. Dengan pengikraran nasehat-nasehat injili mempersatukan para suster Gembala Baik secara mendalam dengan Kristus dan Gereja (Const RGS, art. 10). Melalui pembaktian kaul-kaul yang diikrarkan, para suster Gembala Baik bekerja sama dengan kerahiman Allah berusaha agar keprihatinan Allah yang penuh kasih menjadi milik mereka. Para suster Gembala Baik memberi kesaksian kepada setiap orang akan panggilan mereka pada kekudusan dan hidup yang diresapi oleh semangat sabda bahagia. Kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan membebaskan para suster Gembala Baik untuk tujuan pembaktian diri kepada Tuhan dan sesama. Para suster Gembala Baik dikobarkan semangatnya untuk menggungkapkan cinta pembaktian mereka melalui kaul semangat merasul demi keselamatan jiwa-jiwa terutama mereka yang sangat membutuhkan perhatian (Const RGS, art. 11).
1.
Kaul Kemurnian Orang yang mampu mencintai dengan cinta agape akan mampu hidup
murni dan kemudian didorong untuk menghendaki satu hal saja serta mengarahkan diri kepada satu pribadi yang telah dipilihnya yakni Allah. Mereka yang bisa hidup murni dengan mengarahkan pandangannya kepada Allah akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
mampu hidup perawan. Orang yang memilih hidup murni akan menghayati sikap hormat yang terarah kepada sang pencipta sebagai satu-satunya pribadi yang dicintai. Mereka yang hidup murni akan tetap menghormati semua ciptaan lain termasuk dirinya sendiri. Kaul kemurnian yang diterima demi kerajaan Allah menjadi tanda dunia yang akan datang dan merupakan sumber kesuburan melimpah dalam hati yang tak terbagi (Ridick, 1987: 92; bdk. KHK, kan. 599). Kaul kemurnian merupakan persembahan jiwa raga secara total sebagai usaha dan penyempurnaan hidup cinta kasih secara langsung. Kaul kemurniaan adalah persembahan hidup kepada Tuhan di mana seksualitas dipadukan dan disertakan secara terarah untuk
menanggapi panggilan
Tuhan, yaitu hidup
bakti untuk dan kepada Yesus sebagi nilai yang utama dalam rencana hidup dan tugas perutusan. Kemurnian menjadi suatu cara hidup yang merangkum realisasi manusia kristiani lewat pengarahan diri terus-menerus kepada Tuhan sebagai buah dari usaha mengintegrasikan kemampuan hidup kejiwaan manusia yang dikendalikan dalam terang rahmat dan cinta Tuhan (Ridick, 1987: 93). Kaul kemurnian bertujuan untuk memberikan diri kepada Tuhan dengan hati yang tak terbagi (VC, art. 21), ini tidak berarti bahwa kaum selibater lepas dari sesama menjadi asing dan tak berguna. Sebaliknya, hal itu menjadi dorongan untuk berbuat cinta kasih yang menyala bagi Allah dan sesama. Kemurnian memotivasi seluruh aktivitas untuk mencintai Allah. Kaul kemurnian yang mempersatukan dengan Kristus membuat kaum selibater juga bersatu dengan Yesus yang aktif pergi ke segala penjuru melakukan perbuatan baik. Kemurnian menumbuhkan sikap batin yang kaya dan diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam pemberian diri yang intensif dan konkret pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
sesama tanpa mencari keuntungan apa-apa untuk diri sendiri. Cinta kasih pada Kristus dengan hati yang tak terbagi membuat mereka siap untuk berbagi hidup dan perutusan (Mardi Prasetyo, 2000: 308; bdk. Darminta, 2004: 47). Kaul kemurnian yang dibaktikan demi kerajaan Allah merupakan anugerah dan rahmat yang diberikan oleh Allah. Dengan kaul kemurnian yang dihayati, para suster Gembala Baik memberikan hidup kepada Yesus dengan hati yang tak terbagi dan memberi kesaksian akan kebangkitan Yesus melalui iman dan cinta kasih. Persatuan para suster Gembala Baik yang mendalam dengan Yesus membawa mereka untuk menjadi tanda perjanjian antara Kristus dengan GerejaNya (Const RGS, art. 15). Kaul kemurnian membebaskan para suster Gembala Baik untuk memberikan diri kepada orang lain dalam relasi yang diresapi dengan kelembutan kasih Kristus dan memberi kesaksian kesucian relasi dengan Allah dalam dunia yang makin tidak peka terhadap martabat dan nilai setiap pribadi. Cinta selibater menuntut agar para suster Gembala Baik menyadari kerapuhan mereka, menerima kesepian, dan mencari sarana manusiawi dan rohani untuk mencapai kedewasaan yang penuh dalam Kristus. Pemberian diri yang dilakukan bagi Allah dan sesama dapat menjadi sumber kegembiraan batin yang mendalam bagi pelayanan kepada sesama sehingga orang merasakan buah-buah pelayanan yang penuh melalui persembahan diri yang total kepada Allah (Const RGS, art. 17-18).
2.
Kaul Kemiskinan Manusia mengakar pada kecenderungan yang tidak teratur untuk memiliki.
Oleh karena manusia pendosa maka merasa tidak pernah tenteram, rapuh,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
terancam binasa untuk menjadi miskin dan malang, maka perlu melindungi diri dengan kekayaan dan harta milik, hidup religius melawan kecenderungan semacam itu dan membangun keadilan sosial atas dasar terang Injil. Kemiskinan Yesus adalah melawan kecenderungan yang menjadi sumber dosa, begitu pula orang yang didorong oleh cinta kasih pada Kristus dengan hati tak terbagi ikut ambil bagian dalam kemiskinan Kristus. Kemiskinan dihayati dengan sukarela demi cinta kepada Kristus dan sesama (Mardi Prasetyo, 2000: 310). Kemiskinan merupakan keleluasaan atau kebebasan hati dalam menguasai nafsu untuk memiliki
harta kekayaan duniawi. Orang yang memiliki dan
menghayati kemiskinan tidak membiarkan hatinya dikuasai oleh harta duniawi. Sebaliknya ia akan mengintegrasikan semangat memiliki dan semangat melepaskan. Manusia pada umumnya sulit untuk melepaskan harta kekayaan tertentu apabila ia sudah memilikinya, Yesus menyadari kenyataan ini sehingga Ia berkata
kepada
murid - murid-Nya: “Dimana hartamu berada, disitu juga
hatimu berada” (Mat 6:21)
kegembiraan dan kebahagiaan hidup lahir dari
kemiskinan sikap bukan hanya memiliki tetapi juga untuk melepaskan harta kekayaan tertentu, maka dasar kemiskinan konkrit yang dinasehatkan oleh Yesus adalah iman serta kepercayaan total kepada Tuhan (Leteng, 2012: 267-268; bdk. Jacobs, 1979: 198). Kaul kemiskinan tidak mencari tujuan atau jaminan hidup di dunia ini dengan memiliki harta duniawi, melainkan bersikap lepas bebas terhadap semua realita dunia. Sikap lepas bebas dalam hidup dan melaksanakan perutusan menumbuhkan sikap penyerahan diri yang total kepada Allah dan menjadikan Ia sebagai satu-satunya sumber pengharapan dalam hidup, tidak mencari pegangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
lain dalam dunia ini, tidak mencari jaminan hidup dan tidak membangun karier untuk mengusahakan kepastian manusiawi (Jacobs, 1979: 210). Kemiskinan tidak lain adalah kerendahan hati untuk menerima kebenaran tentang eksistensi hidup manusia sendiri, dalam hal ini hendaknya manusia sadar bahwa diri bahwa hidupnya hanyalah ciptaan saja. Manusia tidak bergantung pada dirinya sendiri, pikiran dan kehendaknya, rencana dan proyek-proyeknya tetapi terus-menerus bergantung kepada Tuhan dalam seluruh perjuangan dan usahanya setiap hari, tanpa bantuan Allah manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Manusia tidak boleh sombong dan angkuh di hadapan Tuhan, sebaliknya ia harus bersikap rendah hati karena menyadari kemiskinan diri dan hidupnya (Leteng, 2012: 264). Dalam penghayatan kaul kemiskinan kaum selibater harus menjadi lebih solider dengan orang miskin, lemah dan tersingkirkan, mau ikut serta dalam situasi
kecemasan hidup mereka. Solider berarti menghayati pola hidupnya
dengan lebih sederhana dan tidak konsumerisme. Penghayatan kemiskinan bukan hanya soal ijin, membeli atau memakaian barang-barang tertentu tetapi benarbenar ikut merasakan nasib orang miskin. Menjadi senasib dengan orang miskin berarti mau hidup sederhana, bekerja keras, bersyukur dan menghargai pemberian Tuhan dan tidak mudah mengeluh dalam menghadapi tantangan dan kesulitan hidup (Jacobs, 1987: 227; bdk. KHK, kan. 600). Sikap jujur, rendah hati, sederhana dan pemberian diri yang penuh dalam menjalani hidup membawa para suster Gembala Baik kepada semangat kemiskinan yang ditandai oleh rasa syukur, keterbukaan terhadap orang lain serta sikap murah hati berbagi talenta dan kemampuan dalam perutusan. Saling membantu dan menerima keterbatasan satu sama lain dengan gembira dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
mengingat bahwa Allah selalu memberkati hidup mereka dengan kasih yang berlimpah. Penyerahan diri pada penyelenggaraan Allah membawa mereka pada rasa percaya yang mendalam bahwa Allah merupakan satu-satunya sumber hidup, pengharapan dan belas kasih yang membuat mereka selalu mengucap syukur dalam segala situasi yang mereka hadapi (Const RGS, art. 23).
3.
Kaul Ketaatan Ketaatan yang dihayati dengan meneladan Kristus, yang makanan-Nya
melaksanakan kehendak bapa (Yoh 4:34), menampilkan keindahan yang membebaskan, yang bercirikan kesadaran tanggung jawab yang mendalam dan dijiwai oleh kepercayaan timbal-balik (VC, art. 21). Kaul ketaatan merupakan panggilan suci yang lahir dari ketaatan Kristus. Orang-orang yang telah mengikuti panggilan Kristus dalam undangan-Nya “mari, ikutlah Aku” (Mat 4: 19) memutuskan untuk mengikuti Kristus yang telah menebus dan menguduskan manusia dengan taat sampai mati di salib (Flp 2:8). Ketaatan kristus merupakan jalan penebusan dan pengudusan manusia. Oleh karena Kristus taat kepada kehendak Bapa-Nya sampai mati di kayu salib, manusia ditebus dari dosa dan diselamatkan dari berbagai ancaman atau bahaya maut dalam hidup. Ketaatan Kristus membuat manusia hidup dan selamat, berkat ketaatan-Nya itu manusia ditebus dan dipulihkan dalam martabatnya sebagai anak-anak Allah (Leteng, 2012: 272). Ketaatan bagi kaum religius merupakan sikap hati yang selalu bersedia bukan untuk mencari kehendak sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus mereka (Yoh 4:34). Kaum religius hendaknya selalu menyadari dan menyakini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
kebenaran bahwa mereka diangkat dan diluhurkan dalam roh karena mengabdi kepada Allah.
Dengan menghayati kaul ketaatan mereka sama sekali tidak
direndahkan, tetapi malah diangkat dan diluhurkan dalam misinya (Leteng, 2012: 277). Kaul ketaatan mendorong kaum religius untuk lebih terlibat dalam pelayanan yang efektif dan tahan lama. Ketaatan mendorong pula kearah kehendak yang lebih kuat dan lebih terbuka serta terarahkan pada yang ilahi. Ketaaan membuat akal budi dan pikiran menjadi bebas untuk menerima iman, yang melebihi akal budi. Persembahan kaul ketaatan religius
merupakan
perluasan cinta, yang dianugerahkan sejak permandian dilengkapi dengan karunia Roh (Rm 5:5), terus diperkembangkan hingga sampai ke suatu titik dimana Roh merajai seluruh dimensi hidup mereka dan membawa mereka kepada Bapa secara lebih murni (Ridick, 1987: 172). Ketaatan religius merupakan penerusan penjelmaan Kristus
sebagai
seorang pribadi yang sekaligus Allah sepenuhnya dan manusia seutuhnya. Ketaatan suatu cara manusia yang benar untuk menemukan kehendak Tuhan. Hal ini berlaku baik bagi ketaatan bersama, dimana selurh komunitas sebagai kesatuan mencoba menemukan kehendak ini, maupun bagi ketaatan perorangan, dimana seseorang dengan pimpinannya mencoba mendengarkan sabda Tuhan. Seorang anggota atau para anggota dalam komunitas, berusaha menemukan dalam iman dan doa apa yang dikatakan Tuhan kepada mereka, juga dalam keadaan dimana usul atau permintaan semula datang dari pimpinan, pemikiran dan
penelitaan secara pribadi merupakan tahap
dalam ketaatan.
Ketaatan yang paling matang adalah menyerahkan keputusan kepada pimpinan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
atau komunitas yang lewat pemimpin akan mengatakan apa yang harus dilakukan, karena komunitas dan pimpinan mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas demi perutusan. Ketaatan menuntut jalan konkret dan khusus, dimana orang harus mengatasi individualisme yang mementingkan diri sendiri sehingga ini menuntut kematangan, kerendahan hati dan keiklasan diri. Ketaatan dapat menjadi indah jika orang yang bersangkutan dan pimpinan nyata saling terbuka, tidak mendesakkan pendapatnya sendiri sebagai yang menentukan (Van Breemen, 1983: 226). Kerelaan yang tulus bahwa orang tidak berpegang teguh pada pendapat sendiri, dan mau melepaskan apa yang sudah ditemukan, ketaatan akan menjadi peristiwa suci dan kedua belah pihak akan mengalami kehadiran Tuhan dan kedamaian yang mendalam. Jika ada sikap jujur mau mencari kehendak Tuhan dan kesediaan tanpa sarat untuk melaksanakan kehendak itu, kalau ada suasana iman dan doa serta keterbukaan maka ketaatan religius merupakan sarana paling sesuai, paling sempurna untuk menemukan kehendak Allah (Van Breemen, 1983: 226; bdk. KHK, kan. 601). Dengan
iman yang kuat para suster Gembala Baik berserah dalam
ketaatan yang penuh tanggung jawab kepada Allah yang mencintai. Melalui pengalaman iman akan perutusan Gembala yang Baik, mereka bersama-sama mencari kehendak Allah dalam komunitas. Allah berbicara kepada para suster Gembala Baik melalui suara hati, doa bersama, kebutuhan sesama, peristiwaperistiwa dan situasi hidup yang terjadi disekitar mereka, pencarian itu menuntut penyangkalan diri dan kesiapsiagaan dalam mengikuti suara Roh. Melalui dialog dan kepercayaan mereka menerima keputusan pemimpin dan melaksanakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
perutusan dengan penuh sukacita. Ketaatan yang aktif perlu didukung dengan kerjasama, inisiatif, dan kreatifitas dalam mengembangkan bakat yang dimiliki (Konst RGS, art. 25).
4.
Kaul Semangat Merasul Kaul semangat merasul merupakan pantulan semangat Tuhan demi
kemuliaan-Nya. Semangat merasul merupakan semangat yang berkobar-kobar, kesungguhan yang mendalam, dalam melaksanakan tugas perutusan Tuhan. Semangat merasul menyerap seluruh pribadi seseorang dengan seluruh kekuatan dan setiap perbuatan yang dilakukan dengan memperhatikan rahmat Tuhan demi kemuliaan-Nya dan keselamatan sesama (Warnig, 1985a: 72). Kaul semangat merasul memberi dinamika khusus kepada hidup bakti para suster Gembala Baik dalam melaksanakan perutusan. Anugerah semangat merasul ini bersumber dari hati Yesus dan Maria yang cinta-Nya menjangkau, menyelamatkan dan memulihkan martabat manusia (Const RGS, art. 31). Anugerah semangat merasul menjadi kekuatan batiniah yang membawa para suster Gembala Baik keluar dari dirinya sendiri, semangat ini mendorong mereka untuk berbuat demi kesejahteraan sesama. Hubungan yang dekat dengan Kristus melalui
renungan Kitab Suci, doa yang mendalam dan perayaan Ekaristi,
mempunyai pengaruh yang mendalam untuk menjadikan semangat para suster Gembala Baik seperti semangat Kristus dalam perutusan. Semangat para suster gembala Baik yang berkobar demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa memungkinkan para suster gembala Baik bertumbuh dalam karunia-karunia Roh yang memberi pengetahuan, pengertian dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
penghargaan yang benar terhadap nilai yang Dia berikan kepada setiap jiwa-jiwa. Penghargaan ini memberi mereka cinta penuh hormat kepada pribadi sebagai wujud kuasa dan cinta pencipta terhadap putera Allah (Warnig, 1985a: 72). Kaul semangat merasul memberi hak istimewa bagi para suster Gembala Baik untuk menyalurkan cinta belas kasih kepada sesama dengan murah hati dan rendah hati, karena mereka menyadari bahwa cinta belas kasih ini diperoleh hanya karena kerahiman Allah. Kaul semangat merasul menjadi penggerak cinta para suster Gembala Baik dalam melaksanakan perutusan, oleh karena itu semangat ini harus menjadi sikap dan cara hidup mereka dalam melaksanakan rencana Tuhan (Warnig, 1985a: 73). Kaul semangat merasul menjadi arah dan inti panggilan para suster Gembala Baik dalam melaksanakan karya perutusan. Sebagai suster aktif, para suster Gembala
Baik
menyerahkan diri untuk hidup dan bekerja demi
keselamatan jiwa-jiwa terutama kepada siapa mereka diutus terutama dimana ada pribadi yang membutuhkan keselamatan (Const RGS, art. 29).
C. Semangat dan Kharisma Kongregasi dalam Menanggapi Kebutuhan Gereja Setempat Para suster Gembala Baik ikut ambil bagian dalam karya misi Gereja sesuai dengan kharisma pendiri dan semangat Yesus Gembala Baik yang berbelas kasih dan maharahim. Rekonsiliasi menjadi fokus pelayanan yang dilakukan oleh para suster Gembala Baik. Lewat rekonsiliasi para suster Gembala Baik menjadi saksi kerahiman Allah agar orang yang jatuh dalam dosa dan tersesat dapat kembali dan diperdamaikan dengan Allah dan sesama yang penuh kasih (Const RGS, art. 4).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
Orientasi kerasulan para suster Gembala Baik kepada kaum perempuan dan anak-anak
yang kondisi hidupnya menjerit mohon penyembuhan dan
penyelamatan yang hanya dapat diberikan oleh Yesus. Para suster Gembala Baik melibatkan diri secara mendalam untuk penyembuhan manusiawi dan batin mereka serta perkembangan mereka seutuhnya. Karena kesejahteraan orang yang dilayani berhubungan erat dengan keluarga dan masyarakat dimana mereka tinggal maka para suster Gembala Baik berusaha melayani mereka sesuai dengan konteks kebutuhan mereka (Const RGS, art. 6).
1. Semangat Para Suster Gembala Baik Semangat pelayanan para suster Gembala Baik dalam mengidupi karya kerasulan mereka adalah semangat Yesus Sang Gembala Baik sendiri
yang
dengan penuh belas kasih dan maharahim merengkuh setiap pribadi yang terluka hatinya dan menjerit membutuhkan pertolongan. Akulah Gembala Baik (Yoh 10:11), Aku datang untuk menyelamatkan yang hilang (Mat 8:11). Injil menceritakan bagaimana Yesus menerima Magdalena seorang pendosa, dan bagaimana Ia menunggu satu jiwa seorang perempuan yang dijumpai di sumur Yakup untuk diselamatkan. Yesus menanggung kelelahan karena begitu banyak orang yang datang kepada-Nya minta untuk disembuhkan dan bagaimana hatiNya senantiasa tergerak oleh belas kasihan kepada orang-orang yang menderita. Begitupun para suster Gembala Baik dengan teladan dan semangat Yesus Gembala Baik yang berpihak kepada orang yang lemah, miskin dan tersingkirkan juga berusaha untuk melakukan pelayanan sesuai dengan semangat-Nya (DKGB, h. 28).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
Bapa mengutus Yesus putera-Nya untuk membawa kabar baik kepada kaum miskin, membebaskan yang tertindas, menyembuhkan yang remuk redam hatinya, mencari dan menyelamatkan yang hilang agar orang mengalami keselamatan. Demikian pun para suster Gembala Baik melalui karya kerasulan yang ditangani, berusaha untuk melayani pribadi-pribadi yang mengalami penderitaan/kesulitan
yang Allah mempercayakan kepada mereka untuk
dipulihkan martabatnya agar dapat hidup dengan layak. Para suster Gembala Baik bekerja untuk keselamatan jiwa-jiwa, mereka
menerima setiap pribadi yang
martabatnya direndahkan dan dilecehkan, mereka mencoba menyembuhkan dengan bantuan rahmat Tuhan (Const RGS, art. 3). Misi pelayanan para suster Gembala Baik ialah rekonsiliasi. Dengan misi ini para suster Gembala Baik berusaha untuk membantu setiap pribadi untuk berdamai dengan diri sendiri, Tuhan, sesama dan alam ciptaan sehingga mereka menemukan Allah yang mempunyai makna tertinggi keberadaan-Nya dalam diri mereka dan sesama. Mereka mengetahui bahwa hanya Allah yang diabdinya dapat memenuhi keinginan-keinginan hati manusia yang terdalam, dan tidak pernah akan mencapai kepuasan sepenuhnya akan apa saja yang disajikan oleh dunia. Hanya Allah yang telah menciptakan manusia seturut gambar-Nya dan menebusnya dari dosa, dapat memberi suatu jawaban yang memadai sepenuhnya melalui wahyu yang disampaikan oleh putera-Nya yang menjadi manusia. Injil memaklumkan
dan mewartakan kebebasan putera-puteri Allah,
menolak perbudakan yang pada dasarnya bersumber pada dosa, menghormati dengan sungguh-sungguh martabat hati nurani beserta keputusannya yang bebas, tiada hentinya mengingatan bahwa semua bakat manusia harus disuburkan demi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
pengabdian kepada Allah dan sesama, dan akhirnya mempercayakan cinta kasih kepada siapa saja (Warnig, 1985b: 76).
2. Kharisma Para Suster Gembala Baik Injil menerangi hati manusia, agar manusia meraih tujuan hidupnya yakni hidup bahagia dan mengenal jalan yang membawanya kepada tujuan itu, manusia terpanggil dan wajib mengusahakan apa yang sedang bergerak di dunia sebagai gerakan hak-hak asasi manusia. Dalam terang Injil dilihat bahwa manusia yang diakui dan dipanggil Tuhan untuk bersolidaritas dengan sesama terutama mereka yang lemah miskin dan terpinggirkan (KWI, 1996: 24). Kharisma para suster Gembala Baik secara khusus menangani pelayanan bagi kaum perempuan dan anak-anak.
Dengan menanggapi terang Injil dan
bersolidaritas dengan sesama yang mengalami kesulitan dalam hidup mereka, para suster Gembala Baik berusaha untuk mengangkat dan mengembalikan harkat dan martabat setiap pribadi yang terpuruk untuk kembali menemukan daya keilahian Allah
yang ada dalam diri mereka. Cinta balas kasih dan kerahiman Allah
menjadi daya yang menggerakkan para suster Gembala Baik untuk melayani sesama dengan penuh penghargaan kepada setiap pribadi yang dilayani terutama bagi kaum permpuan dan anak-anak (DKGB, h. 28). Setiap pribadi jauh lebih berharga dari pada seluruh dunia demikianlah St.Maria Euphrasia mewariskan nasehatnya kepada puteri-puterinya para Suster Gembala Baik (Konf SME, h. 7). Untuk mewujudkan kerinduan St. Maria Euphrasia ini para suster Gembala Baik berusaha untuk melayani dengan sepenuh hati setiap pribadi yang berada dalam likup pelayanannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
Penanaman nilai-nilai seperti kejujuran, cinta belas kasih, rekonsiliasi, tanggungjawab, mandiri, penghargaan terhadap diri sendiri maupun orang lain, diajarkan agar mereka mampu menghayati dan menerapkannya dalam hidup. Bila orang yang dilayani diakui dan dihargai keberadaannya maka mereka akan bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yang berharga dan diharapkan akan bisa berkembang secara jasmani maupun rohani. Pengakuan dan penghargaan pada setiap pribadi memberi ruang kepada mereka untuk berkembang dan bertumbuh serta memilik martabat yang luhur sesuai dengan gambar dan rupa Allah (DKGB, h. 112).
3. Kebutuhan Gereja Setempat. Gereja diutus oleh Kristus dalam Roh Kudus untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah yang membebaskan kepada segala bangsa, dengan terlibat dalam kegiatan permasalahan hidupnya. Tugas perutusan itu dipercayakan Tuhan Yesus kepada Gereja. Untuk melaksanakan tugas perutusan itu Gereja dibimbing oleh Roh Kudus yang mengantarnya kedalam segala kebenaran, dipersatukan dalam persekutuan dan pelayanan, serta dilengkapi dengan aneka karunia yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas perutusan (Sumarno, Ds., 2013/2014: 27). Gereja dalam melayani orang kecil menggemakan niat untuk
melalui kerasulan paroki
preferential option for the poor. Secara khusus
kongregasi-kongregasi hidup bakti didesak untuk membaharui diri dengan membuat preferential option for the poor menjadi pola dasar komunitaskomunitas religius dalam hidup kerasulan (Kieser, 1991: 143).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
Seluruh umat Allah mengemban tugas perutusan Gereja untuk mewartakan dan menghadirkan persekutuan hidup ilahi di tengah umat manusia. Umat Allah Keuskupan Angung
Semarang
menghadirkan Kristus yang satu,
kudus,
sebagai Gereja
katolik dan
lokal yang
apostolik itu juga
menyadari hakekat, identitas dan tugas perutusannya untuk menghadirkan misteri
keselamatan yang
bersumber pada
persekutuan Allah Tritunggal
kepada masyarakat. Di tengah masyarakat yang coraknya beraneka ragam umat beriman Keuskupan Agung Semarang ingin mewujudkan dan mengembangkan persekutuan paguyuban-paguyuban yang terbuka, bersahabat, saling mengasihi secara tulus, dan mengutamakan yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir (Sumarno Ds., 2013/2014: 28). Untuk menjawab keprihatinan dalam Gereja lokal dan kebutuhan setempat,
para suster Gembala Baik dengan semangat dan jiwa Sang Gembala
Baik menanggapi keprihatinan pastoral Gereja sebagaimana diungkapkan dalam Kitab Suci: “Yang hilang akan Kucari, yang sesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana mestinya” (Yeh 34:16). Karya-karya para suster Gembala Baik tumbuh atas inisiatif tarekat atau karena diminta oleh Gereja setempat. Dalam menanggapi tuntutan zaman, para suster Gembala Baik aktif mengamati keadaan, disamping selalu memperhatikan usulan dari paroki atau umat setempat. Dengan demikian karya mereka tidak dibatasi oleh bentuk-bentuk yang sudah mapan seperti sekolah, rumah sakit dll tetapi sungguh melihat kebutuhan Gereja dan masyarakat setempat sehingga pelayanan yang dilakukan dapat bermanfaat (PYLT, hh. XV-XVI).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
BAB IV KARYA KERASULAN PARA SUSTER GEMBALA BAIK SEBAGAI WUJUD PENGHAYATAN SPIRITUALITAS DALAM PELAYANAN PARA SUSTER GEMBALA BAIK
Para suster Gembala Baik dipanggil untuk bersatu dengan Yesus Gembala Baik dan melanjutkan karya penyelamatan-Nya dalam Gereja melalui hidup dan karya. Para suster Gembala Baik mengambil bagian dari hidup Yesus yang datang ke dunia untuk membebaskan yang tertindas, menyembuhkan yang terluka hatinya serta mencari dan menyelamatkan yang hilang (Luk 4:18-19, 19:10). Mereka dipanggil untuk mengikuti Yesus Gembala Baik yang senantiasa memenuhi dengan cinta-Nya, untuk melaksanakan karya pelayanan dalam Gereja. Penderitaan dan kelemahan secara manusiawi yang dialami oleh para suster Gembala Baik disatukan dan dipersembahkan demi keselamatan jiwa-jiwa yang mereka layani (DKGB, h. 111). Pokok kerasulan para suster Gembala Baik adalah memaklumkan pesan rekonsiliasi (pengampunan). Hal ini terwujud melalui pelayanan cinta kasih dan penginjilan yang ditujukan kepada orang-orang yang terluka karena dosa dan akibat-akibatnya. Para suster Gembala Baik mendampingi pribadi-pribadi yang dilayani agar mereka dapat bertemu dengan Yesus Gembala Baik dan mengalami pertobatan, sehingga mereka diperdamaikan dengan diri sendiri, Allah, sesama dan alam ciptaan. Berbagai bentuk kerasulan dalam bidang pastoral, sosial dan pendidikan merupakan sarana untuk mewujudkan perutusan tersebut. Orientasi khusus kerasulan para suster Gembala Baik ditujukan kepada para pemudi dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
wanita yang kondisi hidupnya menjerit merindukan penyembuhan dan penyelamatan yang hanya dapat dikerjakan oleh Yesus sendiri. Pada pertemuan Kapitel Umum ke 26 yang diselenggarakan di Angers, para suster Gembala Baik yang berada di seluruh dunia diajak untuk membaharui komitmennya dalam menghayati solidaritas dengan orang miskin yang terpinggirkan, terutama bagi para pemudi dan wanita yang mengalami ketidak adilan dan sedang berjuang untuk mendapatkan keadilan. Di dalam dunia yang ditandai oleh kehausan akan kebebasan dan pencaharian nilai-nilai rohani, meningkatnya kebutuhan akan perdamaian dan solidaritas, pesatnya perubahanperubahan, adanya jurang pemisah yang semakin melebar antara yang miskin dan yang kaya, diskriminasi dan eksploitasi wanita dan anak-anak, Gereja berusaha menghayati pilihan profetik dan preferesial bagi pelayanan kepada orang miskin. Dengan situasi dan kenyataan tersebut para suster Gembala Baik diajak untuk semakin melibatkan diri dan mempersatukan diri dalam membangun Kerajaan Allah. Para suster Gembala Baik juga dipanggil untuk mencari cara-cara baru dan berani hadir di tengah-tengah orang miskin yang terpinggirkan (DKGB, h. 117).
A.
Bentuk Karya Kerasulan Para Suster Gembala Baik Para suster Gembala Baik menanggapi seruan keputusan Kapitel Umum
2015 dengan melaksanakan tugas perutusan pokok institusional dan non institusional dengan melihat situasi dan kebutuhan saat ini. Karya institusional kongregasi merupakan karya khas sesuai dengan kharisma kongregasi, sedangkan karya non institusional adalah karya yang dilakasanakan oleh para suster sesuai dengan situasi dan kebutuhan Gereja setempat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
Para suster Gembala Baik berusaha untuk menanggapi kebutuhan Gereja sesuai dengan situasi, kemampuan, kharisma, dan arah kongregasi. Keterlibatan kongregasi para suster Gembala Baik dalam karya Gereja diwujudkan melalui pelayanan pastoral, pendalaman iman, katekese, pelayanan sosial, dan pelayanan dalam bidang pendidikan. Bentuk pelayanan para suster semakin beraneka ragam, namun misi pelayanan tetap satu dan sama yaitu rekonsiliasi (Konst GB, art. 3). Pelayanan para suster Gembala Baik mengalami perkembangan. Pada waktu kongregasi Gembala Baik mulai berdiri di Indonesia karya utama para suster ialah mengasuh anak-anak Eurasia. Anak-anak Eurasia adalah anak yang ditinggal oleh ayah mereka pulang ke negeri Belanda yang pada waktu itu tinggal di
tempat-tempat
penampungan.
Seiring
berjalannya
waktu,
muncullah
bermacam-macam bentuk karya pelayanan yang perlu ditanggapi. Karya pelayanan yang dilakukan bersifat institusional dan non institusional. Dengan adanya pembaharuan-pembaharuan dalam bidang spiritual, anggota kongregasi semakin terdorong untuk terlibat dalam keprihatinan dan perjuangan Gereja dan masyarakat lokal maupun universal dengan melakukan pelayanan dalam bidang pastoral sosial dan karya kerasulan bidang pendidikan (DKGB, h. 112).
1.
Pelayanan dalam Bidang Pastoral Sosial Pelayanan murah hati mengandaikan pelayanan kreatif dan inovatif.
Kreativitas dalam pelayanan memungkinkan pelayanan yang tidak hanya rutinitas saja. Ide-ide dan gagasan baru dalam melaksanakan pelayanan pastoral untuk menjawab kebutuhan aktual dan kondisi khas yang dihadapi oleh jemaat sangat dibutukan (AG, art. 10).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
Para suster Gembala Baik diajak untuk berani belajar terus-menerus dan mengembangkan diri dalam pelayanan pastoral baru yang konstekstual, kritis dalam menyikapi perkembangan masalah dan kebutuhan umat dewasa ini. Maka dalam menanggapi situasi dan tantangan ini para suster Gembala Baik selain masih melanjutkan karya pastoral sosial
institusional
juga mengembangkan
karya yang sesuai dengan kebutuhan umat saat ini yakni karya sosial non institusional. Dengan pelayanan yang dilakukan dengan beraneka ragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat diharapkan mampu menjawab tantangan zaman dan menjangkau setiap pribadi yang sungguh membutuhkan pendampingan dan pelayanan sehingga mereka mengalami kasih Allah dalam hidup mereka (DKGB, h. 111).
a.
Pelayanan Pastoral Sosial Institusional Dalam menanggapi tuntutan zaman dan situasi saat ini,
para suster
Gembala Baik memberi pelayanan pastoral sosial Institusional. Pelayanan ini sesuai dengan kekhasan dan kharisma kongregasi. Pelayanan institusional ini mengarah pada pelayanan tradisional kongregasi yang
dirasa masih sangat
relevan dan dibutuhkan oleh masyarakat. Para suster Gembala Baik melalui misi rekonsiliasinya berusaha untuk
mempertahankan karya khas kongregasi
ini
dengan menyesuaikan pada kebutuhan situasi sekarang ini. Karya pelayanan yang dilakukan oleh para suster Gembala Baik meliputi karya panti sosial bina remaja Parartasih, rumah ibu dan bayi (asrama bagi para pemudi yang hamil diluar nikah), dan asrama puteri bagi siswi-siswi. Mereka adalah pribadi-pribadi yang sungguh membutuhkan bimbingan dan pendampingan dalam hidup mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
1) Panti Sosial Bina Remaja Parartasih Panti ini merupakan tempat bagi remaja puteri bermasalah, yang disebabkan oleh dirinya sendiri yang kurang disiplin, malas tidak mau belajar, selain itu situasi dalam keluarga yang tidak utuh karena perceraian, bapak tiri yang berlaku kurang baik, kemiskinan, ataupun lingkungan sekitarnya yang kurang mendukung karena pergaulan bebas. Remaja yang mengalami masalah ini perlu mendapatkan pendampingan karena mereka tidak tahu bagaimana cara mengatasi permasalahannya
sendiri, dengan oraang tua maupun dengan
lingkungan. Remaja yang kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua, biasanya sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan dan sesama, sehingga mereka sering dinilai lebih nakal dibandingkan anak-anak lainya. Panti sosial ini berada di Jl. Raya Jatinegara Barat No. 122 dengan nama “Panti Sosial Bina Remaja Parartasih”, kata yang berasal dari bahasa Sansekerta. Parar artinya tempat, tasih artinya kasih. Parartasih berarti tempat untuk mendapatkan kasih sayang (DKGB, h. 113).
2) Rumah ibu dan bayi (asrama para pemudi yang hamil diluar nikah) Rumah ini merupakan tempat perlindungan bagi pemudi yang mengalami kehamilan diluar nikah. Di sini, para suster menerima mereka yang mengalami kebingungan, putus asa, takut, ditolak baik oleh keluarga maupun masyarakat sekitar dan sakit hati karena ditinggalkan oleh pacar yang tidak bertanggung jawab. Tempat bagi para pemudi yang mengalami masalah ini berada di Klodran Bantul Yogyakarta dengan nama “Karya Tasih” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karya itu pelayanan dan Tasih itu kasih, jadi Karya Tasih adalah pelayanan yang memberikan kasih. Selama tinggal di rumah ibu dan bayi mereka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
didampingi dan diarahkan lewat bimbingan secara pribadi dan kelompok agar mampu membuat keputusan demi masa depan ibu dan bayi mereka serta berproses untuk membangun rekonsiliasi dengan dirinya sendiri, keluarga dan orang-orang disekitarnya. Supaya tidak jenuh mereka diberi latihan keterampilan, input-input kesehatan, katekese, dan yang berhubungan dengan kewanitaan (DKGB, h. 113).
3) Asrama puteri bagi siswi-siswi Asrama ini dimaksud untuk memberikan tempat pembinaan dan sekaligus tempat para siswi untuk belajar dengan lebih baik. Anak-anak asrama ini datang dari berbagai daerah. Mereka dikirim oleh orang tuannya agar mendapat pendidikan yang lebih baik. Di samping itu, asrama ini menjadi tempat transit bagi remaja/pemudi unmarried mother yang mau melanjutkan sekolah dan masih membutuhkan pendampingan para suster Gembala Baik. Biara-biara yang mengelola asrama ini di Bogor-Jawa Barat, Gampingan-Yogyakarta, MarauKalimantan Barat, dan Jakarta (DKGB, h. 114).
b.
Pelayanan Pastoral Sosial Non Institusional Pelayanan pastoral sosial non institusional merupakan pelayanan sosial
yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan setempat dan berhubungan dengan keadaan zaman dan masyarakat yang membutuhan perhatian serta pelayanan para suster Gembala Baik. Pada umumnya pelayanan sosial non institusional ini ditujukan pada kaum perempuan dan anak yang hidupnya mengalami kesulitan dan membutuhkan pertolongan secara khusus bagi perempuan pekerja seks komersial, pemdampingan keluarga ekonomi lemah, pastoral paroki, bimbingan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
konseling, perdagangan manusia (human trafficking), dan ibu tunggal (single mother) (DKGB, h. 115).
1) Pelayanan bagi Para Pekerja Seks Komersial Gereja mempunyai tanggung jawab pastoral untuk memajukan martabat pribadi manusia yang mengalami eksploitasi melalui prostitusi dan untuk memperjuangkan pembebasan mereka melalui dukungan ekonomis, edukatif dan formatif. Gereja harus membela hak legitim perempuan (PMWS, art. 7). Para suster Gembala Baik memberi banyak perhatian kepada para pekerja seks komersial khususnya untuk membantu secara mental dan spiritual. Para pekerja seks komersial diberi penyadaran untuk memilih kehidupan yang lebih layak dan bermartabat. Mereka diberi kesempatan untuk bertobat dan berlatih keterampilan demi masa depan hidup mereka yang lebih baik. Komunitas para suster Gembala Baik yang berada di Jakarta bekerja sama dengan Dinas Sosial Jakarta Utara, dan kelompok ibu Magdalena yang mempunyai perhatian khusus terhadap permasalahan para pekerja seks komersial. Para suster Gembala Baik bersama berusaha
dengan
rekan kerja yang lain,
memberi pelayanan kepada para pekerja seks komersial semaksimal
mungkin melalui
pembinaan
mental
dan spiritual, memberikan
bekal
keterampilan wanita seperti menjahit, salon, dan memasak. Setelah mendapat cukup bekal keterampilan dan modal untuk masa depan mereka bisa keluar dari pekerjaannya yang beresiko tinggi untuk memulai hidup baru dengan membuka usaha sesuai dengan keterampilan yang mereka punyai (DKGB, h. 115).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
2) Pendampingan Keluarga Ekonomi Lemah Pendampingan bagi keluarga yang ekonominya lemah dilakukan untuk membantu meningkatkan ekonomi keluarga dan orang-orang masih berada dibawah garis kemiskinan, yang berada dalam pelayanan para suster Gembala Baik. Pelayanan yang dilakukan oleh para suster Gembala Baik adalah: kegiatan bina anggaran; mengelola dana pendidikan dan dana sehat; mengelola bantuan permodalan bagi para orang tua anak beasiswa dan pengemudi becak (Paguyuban St. Yusup); simpan pinjam uang; ekonomi berkeadilan dan pelatihan keterampilan supaya bisa mandiri. Pelayanan ini dilakukan oleh para suster di komunitas Yogyakarta dan Ruteng (Flores) (DKGB, h. 115).
3) Peyanan Pastoral Paroki/Gereja Pelayanan pastoral paroki ini dijalankan oleh semua komunitas para suster Gembala Baik dimanapun mereka berada. Dengan membantu pelayanan pastoral di paroki para suster Gembala Baik berusaha untuk semakin mengenal situasi dan keberadaan umat setempat dan perkembangan iman umat. Gereja, melalui para suster Gembala Baik bisa menjangkau pelayan pastoral paroki lebih luas demi kepentingan umat. Pelayanan pastoral paroki yang dilakukan oleh para suster Gembala Baik meliputi: mengajar agama dan pendalaman iman Katolik;
pembinaan iman
kelompok ibu-ibu; kaum remaja; kaum muda; umat di Lingkungan; perhatian khusus pada lansia dan orang sakit; mendampingi rekoleksi/retret kelompok; pendampingan pastoral bagi para pekerja pabrik dan kunjungan keluarga (DKGB, h. 116).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
4) Memberikan bimbingan rohani/konseling Para suster Gembala Baik memberikan bimbingan rohani/konseling kepada pribadi-pribadi yang datang ke selter dengan permasalahan hidup, dan mendampingi bagaimana mengatasi permasalah mereka. Pendampingan ini dilaksanakan bekerja sama dengan lembaga lain. Dalam memberikan bimbingan rohani/konseling para suster Gembala Baik berusaha untuk
memberikan
pelayanan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan mereka sehingga mereka menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki kedamaian dalam hati serta mengalami kebebasan sebagai anak-anak Allah (DKGB, h. 116).
5) Perdagangan Manusia (Human trafficking) Gereja Katolik menolak perdagangan manusia dan mengembangkan program pelayanan sosial untuk melayani dan melindungi korban yang masih hidup. Gereja Katolik meneguhkan kembali keprihatinannya tentang kerja paksa dengan menegaskan bahwa perbudakan, pelacuran, penjualan permpuan dan anakanak dengan keadaan kerja yang menjijikan, dimana orang diperlakukan lebih sebagai alat laba dari pada manusia yang bermartabat. Perbuatan yang tidak bertanggung jawab ini adalah kejahatan dan penghinaan terhadap nilai-nilai fundamental kemanusiaan dan nilai-nilai yang berakar dari kodrat pribadi manusia (PMWS, art. 18). Di tengah tantangan dunia yang semakin maju dan perkembangan teknologi yang pesat berbagai macam cara orang untuk meraih kesuksesan dengan mengambil jalan pintas, banyak pula orang yang karena kemiskinan, pengetahuan dan pengalaman mudah untuk ditipu oleh orang lain dan dipekerjakan di tempat-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
tempat tertentu dengan imbalan yang mengiurkan, pada akhirnya mereka mengalami masalah karena ternyata pekerjaan yang ditawarkan tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan kepada mereka. Para suster Gembala Baik bekerja sama dengan dinas-dinas terkait berusaha untuk memberi penyuluhan kepada para perempuan khususnya para pemudi dan remaja agar mereka tidak mudah terbujuk oleh tawaran pekerjaan “gelap” yang menjanjikan gaji yang tinggi serta tawaran-tawaran untuk memperoleh uang dengan cara yang mudah dan tanpa harus kerja keras yang akhirnya akan menghancurkan masa depan mereka. Selain itu juga para suster Gembala Baik menangani para korban human trafficking untuk didampingi, dibantu dalam memecahan permasalahan yang mereka hadapi dan pada akhirnya setelah siap secara mental, jasmanai dan rohani, mereka dipulangkan kepada keluarga atau orang tua guna menjalani kehidupan seperti semula di tengah masyarakat luas (DKGB, h. 104).
6) Ibu Tunggal (Single Mother) Perempuan yang harus melahirkan dan membesarkan anak secara tunggal mengalami banyak sekali persoalan dan tantangan. Entah tantangan itu berasal dari
pribadi, keluarga dan masyarakat. Permasalahan yang paling
sulit bila
berhubungan dengan lembaga atau instansi terutama saat harus mengurus surat resmi anak mereka. Mereka harus membuka dan menjelaskan identitas anaknya pada masyarakat dan tentang siapa dirinya karena bila tidak akan mendapat kesulitan, terutama saat mengurus surat resmi, mencari pekerjaan, dan bila akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
menyekolahkan anak dan seterusnya. Bila orang mencintai kehidupan, maka kalau ada perempuan yang hamil tanpa suami dan ingin melanjutkan kehamilannya perlu di dukung dan dihormati dengan tindakan yang nyata bukan justru dipersalahkan (SM, h. ix). Di zaman sekarang ini tidaklah mudah untuk membina keutuhan hidup berkeluarga, entah alasan karena ketidak adanya kecocokan, karena ada orang ketiga, karena kekerasan rumah tangga yang mengancam keselamatan nyawa ibu dan anak, atau alasan yang lain, maka mereka memutuskan untuk hidup tidak bersama lagi. Permasalahan yang dialami oleh ibu tunggal (single mother) setelah berpisah atau ditinggal pergi oleh suami atau pacar mereka yang tidak bertanggungjawab sangatlah sulit, mereka harus berjuang untuk menghidupi, membesarkan dan mendidik putera-puteri mereka supaya bisa mandiri baik secara ekonomi maupun secara mental (SM, h. ix). Perlakuan buruk terhadap perempuan dan anak-anak adalah realitas bahwa kaum perempuan dan anak-anak belum mendapat tempat dan penghargaan yang cukup layak dan ini terjadi dibanyak tempat. Ketidak pedulian terhadap permasalahan perempuan dan anak-anak sangat memprihatinkan. Bila orang mau ikut ambil bagian dalam permasalahan ini berari harus mulai untuk lebih peka terhadap permasalahan disekitarnya terutama penderitaan kaum perempuan dan anak-anak akibat dari kekerasan rumah tangga, pelecehan seksual dan pergaulan bebas (SM, h. 92-95). Para suster Gembala Baik bekerja sama dengan komisi keluarga di parokiparoki yang berada di Yogyakarta untuk memberi pendampingan kepada mereka dan membentuk suatu komunitas ibu tunggal (single mother) sebagai tempat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
pembinaan dan berbagi penderitaan, sharing kehidupan sekaligus pemberdayaan ekomoni dan tempat
untuk pendampingan secara mental (SM, h. 92-95).
2. Karya Kerasulan dalam Bidang Pendidikan Gereja selalu mengakui bahwa pendidikan merupakan dimensi hakiki misi. Guru hidup batin adalah Roh Kudus, yang merasuki lubuk hati manusia yang terdalam dan menyelami perkembangan sejarah rahasia. Seluruh Gereja dihidupi oleh Roh Kudus, dan bersama Dia menyelenggarakan pendidikan (VC, art. 96). Pendidik merupakan bagian yang penting pada masa pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Dengan
pendidikan
yang
baik
maka
anak
bisa
mempersiapkan masa depan mereka dengan lebih baik. Demikian pun para suster Gembala Baik ikut ambil bagian dalam melaksanakan karya pendidikan untuk membantu anak memperoleh pendidikan yang baik demi menyiapkan masa depan mereka, terutama mereka yang kurang mampu dalam ekonomi namun mempunyai keingan untuk berkembang dalam hidupnya. Karya pendidikan yang dilaksanakan oleh para suter Gembala Baik dalam bentuk formal dan informal. Dalam mengembangkan karya pendidikan ini para suster Gembala Baik bekerja sama dengan para guru dan mitra missi Gembala Baik.
a.
Pendidikan Formal Karya kerasulan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh para suster
Gembala Baik berada di Jakarta dan Bogor, dalam karya pendidikan ini para suster Gembala Baik mengutamakan mutu pendidikan bagi anak didik, juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
memberi kesempatan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi untuk memperoleh kesempatan mengenyam
bangku
pendidikan. Karya pendidikan formal yang diselenggarakan oleh para suster Gembala Baik: Taman Kanak-kanak Santa Maria Fatima di Jakarta; SD Santa Maria Fatima di Jakarta; SMP Santa Maria Fatima di Jakarta; SMK Baranangsiang di Bogor (DKGB, h. 116).
b.
Pendidikan Non Formal Pendidikan non formal diberikan kepada para remaja, pemudi dan ibu-ibu.
Pada umumnya mereka beasal dari keluarga yang kurang mampu, yang tidak mempunyai pekerjaan juga mereka yang tinggal di shelter karena permasalahan mereka. Pendidikan non formal ini bertujuan untuk melatih jiwa kewiraswataan, ekonomi berkeadilan juga
keterampilan mereka. Mereka dilatih supaya bisa
percaya diri, terampil, mandiri, dan mampu mengembangkan bakat serta kemampuan dirinya selain itu juga untuk meningkatkan ekonomi dalam keluarga. Keterampilan yang diajarkan kepada mereka
menjahit, memasak, beternak,
kerajinan tangan dari manik-manik, merajut, memotong rambut, dan membuat jamu herbal. Setelah selesai mengikuti pelatihan mereka ikut begabung dalam kelompok permodalan untuk memulai usaha mereka (DKGB, h. 117).
B. Nilai yang Didapat dari Pelayanan Gereja sebagai umat Allah mendapatkan misi untuk melanjutkan karya pelayanan Kristus dalam dunia. Peristiwa pelayanan Kristus merupakan pelayanan kristiani yang dilakukan untuk umat Allah. Berbagai kharisma dan panggilan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
dianugerahkan kepada Gereja, agar Gereja dapat melayani umat secara penuh untuk pertumbuhan dan perkembangan Kerajaan Allah (KOPTARI, 1987: 12). Kongregasi para suster Gembala Baik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Gereja. Mereka dipanggil untuk merealisasikan pelayanan kepada Kerajaan Allah bersama dengan anggota Gereja yang lain menurut kharisma, misi dan pilihan-pilihannya (KOPTARI, 1987: 13). Para suster Gembala Baik dipanggil untuk memberikan kesaksian kenabian dan menanggapi kebutuhan zaman ini dengan kreatif dan inovatif sesuai dengan perkembangan zaman. Dikobarkan oleh terang nilai-nilai Injili dan semangat merasul (zeal) para suster Gembala Baik bertindak untuk membawa masa depan yang penuh harapan bagi orang yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Para suster Gembala Baik diajak untuk menjadi pembawa dan pemelihara kehidupan bagi kaum kecil, lemah, miskin dan tersingkirkan. Kehadiran kongregasi Gembala Baik dan karya pelayanannya ditengah Gereja dan masyarakat, diharapkan mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada sesama yang membutuhkan, sehingga kehadiran mereka sungguh bermanfaat dan dirasakan oleh umat setempat (DKGB, h. 117).
1.
Nilai untuk Kongregasi Karya pelayanan merupakan kesaksian hidup yang seutuhnya diserahkan
kepada Allah dan kepada sesama untuk mengikuti Yesus Sang Juru selamat. Yesus yang karena cinta kasih kepada manusia, mau menyerahkan nyawa demi sahabat-sahabat-Nya agar manusia mengalami kebahagiaan (VC, art. 76).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
Melalui pelayanan yang dilakukan para suster Gembala Baik semakin mampu untuk mewujudkan kerajaan Allah di dunia ini dan memberi kesaksian yang mulia bahwa dunia ini tidak dapat diubah dan dipersembahkan kepada Allah tanpa semangat sabda bahagia yang selalu berpihak kepada orang yang kecil dan miskin (Heuken, 1897: 182). Para suster Gembala Baik dipanggil untuk bersatu dengan Allah, dan melanjutkan karya penyelamatan-Nya dalam Gereja (Const RGS, art. 2). Melalui karya kerasulan yang dilaksanakan, para suster Gembala Baik bisa mengaktualisasikan visi dan misi kongregasi sebagai arah dan gerak serta hasil buah-buah hidup rohani mereka. Dengan semangat dan kharisma yang dihayati para suster Gembala Baik dalam pelayanan maka diharapkan semangat itu juga mampu ditularkan kepada orang-orang yang bekerjasama juga kepada mereka yang dilayani sehingga semangat Gembala Baik bisa dimiliki dan dihayati oleh semua orang. Setiap komunitas menampakkan perutusan kongregasi dengan cara khusus. Keanekaragaman pelayanan para suster Gembala Baik merupakan ungkapan dan partisipasi dalam komitmen komunitas akan perutusan
(Const
RGS, art. 39). Para suster Gembala Baik melaksanakan karya perutusan sesuai dengan kharisma dan kekhasan kongregasi yang telah diwariskan oleh para pendahulu. Dalam melaksanakan kerasulan ini mereka juga mau menunjukan identitasnya sebagai bagian dari anggota tarekat hidup bakti yang dipanggil untuk menjadi saksi cinta belas kasih Allah terutama bagi mereka yang terluka karena dosa dan membutuhkan penyembuhan. Dengan kehadiran kongregasi para suster Gembala Baik yang menghayati semangat Yesus Gembala Baik diharapkan para susternya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
mampu menerapkan nilai-nilai kegembalaan Yesus dan semangat-Nya kepada orang yang dilayani. Para suster Gembala Baik melaksanakan karya pelayanan sebagai wujud penghayatan spiritualitas Yesus Sang Gembala Baik yang menjadi model dalam hidup mereka. Disemangati oleh Spiritualitas Gembala Baik, mereka pergi keseluruh dunia dan menembus batas zona nyaman dalam hidup mereka untuk mewartakan belas kasih Allah dimana ada pribadi yang perlu mendapatkan keselamatan. Sebagaimana Yesus yang telah memilih hidup bersama dengan orang kecil untuk melayani kerajaan Allah, Yesus pun menawarkan suatu totalitas penyerahan diri untuk pelayanan bagi mereka yang miskin dan terpinggirkan (Luk 14:31-35). Demikian pula para suster Gembala Baik yang mengikuti-Nya tinggal dan bersama dengan orang kecil, berpihak pada orang miskin, lemah dan terpinggirkan terutama bagi kaum perempuan dan anak-anak. Para suster Gembala Baik menjadikan perempuan dan anak-anak bagian dari karya pelayanan mereka. Hidup bersama dengan orang kecil, lemah, miskin dan tersingkirkan merupakan tantangan yang tidak mudah dan ini berarti harus berani melepaskan kelekatan diri dari kenyamanan hidup, keluar dari zona nyaman dan mau terbuka untuk memahami dan berpihak kepada mereka seperti Yesus Sang Gembala Baik. Semangat inilah yang dimaksud dengan semangat Yesus Gembala Yang Baik yakni mau berbelarasa, bertindak dan bekerja bagi mereka yang miskin, lemah dan terpinggirkan, memperjuangkan hak-hak mereka dan berani mempertaruhkan nyawa demi domba-domba agar mereka mengalami dan merasakan suka cita hidup yang memberi kebahagian (Heuken, 1897: 183).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
2.
Nilai untuk Karya Pelayanan Karya-karya cinta kasih dikehendaki Kristus Tuhan menjadi tanda
pengenal pengutusan-Nya sebagai Mesias (Mat 11:4-5). Semua karya yang dilakukan oleh para suster Gembala Baik sebagai wujud cinta kasih kepada Kristus dan pada semua orang. Demikan pula melaksanakan karya pelayanan merupakan perwujudan dari proses aktualisasi diri dari pelaksanaan kaul-kaul dan pembentukan hidup religius, sebagai transformasi diri dalam menanggapi tuntutan zaman dalam melaksanakan karya perutusan. Karya kerasulan yang dilaksanakan oleh para suster Gembala Baik diharapkan mampu menghadirkan persekutuan Tritunggal Maha Kudus dalam dunia yang nyata sehingga karya kerasulan para suster Gembala Baik menjadi tanda kehadiran Allah dalam diri setiap orang yang dilayani dengan demikian orang yang dilayani memiliki kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mempunyai martabat utuh sesuai dengan citra Allah dan mengalami belas kasih Allah.
C. Manfaat Karya Pelayanan Bagi Gereja Setempat Titik berat tugas Gereja adalah mewartakan Injil dan membangun Gereja setempat yang sejati. Sebab Gereja setempat adalah perwujudan
dan
pengejawantahan tubuh Kristus dalam dunia sekarang ini. Melalui Gereja setempatlah orang mampu mengenali cara-cara mewartakan Injil, membangun Gereja dan mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Pewartaan Kerajaan Allah dilakukan lewat tindakan dan kesaksian yang nyata. Orang zaman sekarang lebih menaruh kepercayaan pada kesaksian daripada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
ajaran, dalam hidup serta tindakan nyata daripada teori (Krispurwana Cahyadi, 2009: 41). Maka dengan hadirnya Gereja ditengah-tengah umat yang datang untuk melayani, para suster Bembala Baik pun dengan kharisma yang dimiliki diharapkan mampu mewartakan cinta kasih Allah sesuai dengan karya kerasulan mereka dengan menjadi terang dan garam bagi masyarakat setempat khususnya bagi umat yang sangat membutuhkan. Para suster Gembala Baik dengan karyakarya yang ditangani diharapkan mampu melengkapi karya pelayanan yang dilaksanakan dalam Gereja sehingga kebutuhan umat yang beraneka ragam bisa terjawab dan terpenuhi dengan baik.
1.
Membantu Karya Pelayanan Gereja Pelayanan Gereja pertama-tama harus merupakan tanda kasih Allah bagi
manusia. Kerajaan Allah bukan obat penenang, bukan candu. Kerajaan Allah berarti perjuangan, dimana Gereja hanya menjadi saran bukan tujuan agar manusia mengalami keselamatan. Gereja memiliki panggilan dan tanggung jawab yang besar untuk menghadirkan belas kasih Allah dalam dunia yang dikacaukan oleh dosa dan konflik. Gereja mempercayakan kepada para suster Gembala Baik bagian perutusan rekonsiliasi. Para suster Gembala Baik berusaha menghadirkan cinta belas kasih Allah dan menjadi saksi cinta belas kasih ilahi yang menyentuh hidup manusia (DKGB, h. 3). Karena Gereja tidak mungkin menangani semua permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat sendirian, maka tugas para anggota religius yang lain secara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
khusus para suster Gembala Baik adalah ikut ambil bagian dalam tugas misioner Gereja agar warta kasih Allah sungguh sampai kepada umat. Perutusan para suster Gembala Baik berasal dari Gereja, maka sudah sepantasnya kalau para suster Gembala Baik membantu Gereja untuk membawa berkat bagi sesama terutama mereka yang miskin dan tersingkirkan.
2.
Menjadi Rekan Kerja Dalam cahaya misi Gereja yang melayani pertumbuhan Kerajaan Allah
dalam berbagai manifestasi kebutuhan-kebutuhan nyata dalam kehidupan manusia, lahirlah tarekat-tarekat religius atas dorongan Roh Kudus salah satunya tarekat para suster Gembala Baik. Tarekat religius merupakan jawaban konkrit dari Roh Kudus bahwa Allah selalu menyertai umat-Nya, agar Gereja sebagai Umat Allah secara nyata mampu melayani pertumbuhan Kerajaan Allah secara nyata dalam kehidupan Gereja dan masyarakat.
Begitu pula para biarawan-
biarawati merupakan rekan kerja Gereja (KOPTARI, 1987: 6). Bersama dengan Gereja para suster Gembala Baik yang kontemplatif maupun yang apostolik dipanggil untuk melanjutkan pelayanan Kristus bagi pertumbuhan Kerajaan Allah. Meskipun cara hidup berbeda dalam melaksanakan tugas dan kerasulan namun para suster Gembala Baik, baik yang kontemplatif maupun yang aposlotik semua terpanggil dalam pelayanan cinta kasih kepada Kerajaan Allah, dimana setiap pribadi terutama kaum perempuan dan anak-anak memjadi pusat pelayanan mereka. Dengan tantangan zaman dan mengingat reksa pastoral yang meningkat para suster Gembala Baik dapat membantu Gereja dalam melaksanakan karya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
pastoral dan karya-karya kerasulan yang lain sesuai dengan bidang dan kekhasan karya kongregasi sehingga Kerajaan Allah bisa dirasakan oleh orang-orang yang miskin dan tersingkirkan (Heuken, 1987: 182).
D. Penghayatan Spiritualitas dalam Kerasulan Paus Yohanes Paulus II dalam ensikliknya Redemtoris Missio (1990) yang dikutip oleh Krispurwana Cahyadi (2009: 28) menunjukan kedua karakteristik tugas perutusan Tuhan Yesus: penyembuhan dan pengampunan. Keduanya menurut Paus merupakan tanda sikap belas kasih serta belarasa Kristus sehingga Dia hadir membawa pelepasan dan pembebasan, yang semua itu merupakan ajakan Tuhan kepada
umat
manusia untuk beriman kepada Allah, kepada
pertobatan dan dambaan akan pengampunan ilahi. Tugas perutusan merupakan suatu tugas untuk membawakan damai, rekonsiliasi dan kesatuan antar umat manusia, “sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh 13:34). Kasih itu membawa kesatuan kepada umat manusia terlebih lagi kesatuan kepada Allah. Oleh karena itu tugas perutusan Yesus senantiasa menyentuh dan menyapa pribadi serta menanggapi kebutuhan pribadi dan jeritan harapan setiap orang sehingga mereka mengalami keselamatan. Demikian pun tugas perutusan para suster Gembala Baik untuk mewartakan belas kasih Allah dan pengampunan (reconciliation) kepada setiap pribadi yang karena kelemahan manusiawinya jatuh kedalam dosa dan menolak cinta kasih Allah. Berdamai dengan diri sendiri, Allah, manusia dan alam ciptaan merupakan tugas yang tidak mudah, untuk melaksanakan tugas itu dibutuhkann
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
penghayatan spiritualitas yang kuat sehingga pelayanan yang dilakukan sungguh berdaya guna.
1.
Belas Kasih Allah Manusia diciptakan dalam cinta dan untuk mencinta. Mencintai dan
dicintai adalah mutlak bagi hidup manusia. Karena itu ‘hilang’ dari cinta Allah dapat dilihat sebagai penolakan cinta Allah. ‘Hilang’ berarti berada dalam konflik dengan cinta Allah. Pertobatan dan belas kasih Allah membawa kelahiran baru dalam harapan dan cinta. Keselamatan adalah pengalaman cinta dan dapat mencintai (Warnig, 1985b: 6). Cinta belas kasih manusiawi adalah perasaan kekeluargaan. Dengan melupakan diri sendiri, melupakan masalah dan kesulitan pribadi, ingat apa yang membuat penderitaan orang lain dan mencoba meringankan penderitaan orang lain membawa orang pada pemenuhan cinta yang paling mendalam kepada Allah dan sesama. Cinta belas kasih adalah perwujudan kedewasaan emosional yang paling dalam dan paling berarti. Melalui cinta belas kasih seseorang mencapai titik puncak dan hasil terdalam dalam mencari pemenuhan diri. Cinta dalam kodratnya harus mengkomunikasikan diri. Cinta belas kasih harus menjangkau dan menyentuh, mengisi dan menarik cinta itu sendiri dalam kebahagiaan dan kegembiraan, sampai seluruh kekosongan yang disebabkan oleh kebencian dan tidak adanya cinta terisi sampai penuh oleh kasih Allah (Warnig, 1985b: 77). Cinta kasih kristiani ditujukan kepada semua orang tanpa membedabedakan keadaan sosial, suku, ras atau agama. Cinta kasih tidak mengharapkan keuntungan atau ungkapan terima kasih. Seperti Allah telah mengasihi kita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
dengan cinta yang suka rela, begitu pula para suster Gembala Baik dengan penuh perhatian dan belas kasih memperhatikan orang yang berada dalam pelayanan mereka. Cinta kasih merupakan suatu keutamaan, cara hidup atau cara bergaul dengan sesama. Cinta kasih adalah kekuatan hidup yang mencari kesatuan yang lebih mendalam dengan Tuhan. Kalau manusia tidak menyadari arti yang sebenarnya dari cinta itu serta tujuannya yang sejati, maka timbullah kekacauan dalam diri manusia dan hidup bersama dengan orang lain. Cinta kasih merupakan tali penguat dalam hidup bersama (Jacobs, 1985: 99). Dengan cinta yang sama Allah telah mencintai manusia tanpa memandang keadaannya. Allah mencintai manusia dengan tanpa perhitungan, maka dengan cinta belas kasih yang sama para suster Gembala Baik memberi diri dalam pelayanan untuk memulihkan martabat manusia yang telah rusak akibat dosa dan kelemahan manusiawi dengan
belas kasih yang dianugerahkan oleh Kristus
supaya mereka dipulihkan sebagai manusia yang mempunyai martabat yang utuh. Dosa-dosa manusia yang tak terbilang tidak mampu memadamkan cinta belas kasih Allah (Konf SME, h. 154).
2.
Pengampunan (reconciliation) Seluruh umat manusia sudah berdosa. Karena dosa, manusia putus
hubungan dengan Allah. Antara Allah dan manusia ada jurang pemisah yang sangat besar. Bila manusia ingin memperoleh persekutuan dengan Allah, maka dosa harus terlebih dahulu dibereskan. Hal ini berarti manusia perlu terlebih dahulu mendapat pengampunan dosa dari Allah. Hanya belas kasih dan dari kemurahan hati-Nyalah manusia bisa dekat kembali dengan Allah. Pengampunan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
Allah berhubungan dengan keselamatan kekal manusia. Pengampunan yang bersifat kekal diberikan kepada manusia berdosa yang bertobat dan mengimaniNya.
“Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan
darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Ibr 9:22), maka dalam diri Yesus Kristus pengampunan dan keselamatan dapat diterima oleh manusia, tanpa Dia manusia tidak akan selamat. Yesus Kristus datang untuk menyelamatkan manusia, tetapi Ia pertamatama memanggil mereka untuk bertobat dan mengikuti-Nya. Injil memanggil orang untuk bertobat. Bertobat berarti bahwa segala sesuatu yang tidak baik dalam diri manusia harus diubah. Seluruh hidup manusia harus diperbaharui kembali, Allah harus menjadi pusat pikiran dan perbuatan manusia (Heinrich, 2003: 31). Keselamatan yang diberikan kepada manusia adalah utuh, menyeluruh dan tuntas (wholeness) seperti diwujudkan dalam keselamatan yang diwartakan, diwujudkan dan dinyatakan dalam Kristus. Dalam diri Kristus Kerajaan Allah terwujud yakni kerajaan keadilan, cinta kasih dan damai yang tidak dialami secara rohani saja melainkan secara jasmani dan rohani sehingga manusia mengalami keselamatan secara menyeluruh dalam hidup mereka. Pengampunan sejati atas dosa-dosa hanya mungkin dalam Yesus. Di dunia ini orang mengampuni dosa satu sama lain, tetapi tanpa Yesus tidak ada pengampunan dosa. Satu-satunya cara menemukan kedamaian batin dalam Kristus adalah melalui pendamaian dengan saudara-saudaranya. Pikiran-pikiran yang tidak mengampuni mengarah pada perpecahan yang membawa kejahatan batin serta mengarah pada kematian. Kedamaian sempurna menuntut kejujuran yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
sempurna. Manusia dapat hidup dengan saudara-saudarinya jika membawa damai dalam hati dan jujur dalam kasih (Heinrich, 2003: 146). Kuasa pengampunan menebus, yang ada dalam Yesus, harus tetap menjadi pusat hidup Gereja dan pengharapan bagi seluruh dunia. Pengampunan berarti penebusan dan pembebasan pribadi, tetapi harus selalu dilihat dalam konteks yang lebih luas untuk seluruh dunia. Manusia berharap bahwa pengampunan membawa kerajaan damai bagi seluruh bangsa dan semua umat manusia, terlebih bagi manusia yang terpisah dengan Allah karena dosa (Heinrich, 2003: 149). Para suster Gembala Baik mewartakan pesan rekonsiliasi melalui pelayanan kasih dan evangelisasi yang ditujukan kepada manusia yang terluka oleh dosa dan akibatnya. Orientasi khusus para suster Gembala Baik terarah kepada gadis-gadis dan perempuan-perempuan yang kondisi hidupnya menjerit mohon penyembuhan dan penyelamatan yang hanya dapat diberikan oleh Yesus. Para suster Gembala Baik berusaha melayani mereka dalam konteks keluarga dan masyarakat dimana mereka tinggal (Const RGS, art. 6).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
BAB V USAHA MENGHAYATI SPIRITUALITAS GEMBALA BAIK DALAM MEMPERKEMBANGKAN SEMANGAT PELAYANAN DI INDONESIA
Kharisma pelayanan adalah suatu gerakan, suatu panggilan, perutusan dan undangan untuk mewartakan Kerajaan Allah. Demikianlah para suster Gembala Baik dengan kharisma dan spiritualitas Gembala Baik diajak untuk melaksanakan panggilan dan undangan Tuhan dalam memperkembangkan karya perutusan di tengah dunia saat ini (Warnig, 1985a: 22). Melalui kaul semangat merasul para suster Gembala Baik melanjutkan penggembalaan Yesus Gembala Baik untuk pergi dan mewartakan karya cinta kasih Allah dengan
menyelamatkan jiwa-jiwa yang tersesat. Kaul semangat
merasul menentukan cara para suster Gembala Baik mengambil bagian dalam missi Gereja. Dengan penghayati spiritualitas Gembala Baik yang mendalam, para suster Gembala Baik diharapkan mampu menjawab tantangan kebututuhan dunia saat ini dan mampu mengembangkan karya kerasulan secara profesional. Umat kristiani
entah religius atau awam tidak hanya dituntut untuk
memiliki kualitas atau mutu kehidupan manusiawi, tetapi juga kemampuan profesional yang memadai, menyamai dan bahkan melebihi orang-orang lain. Profesional yang dimiliki dimaksud guna memajukan kesejahteraan umum baik secara non institusional dan institusional.
Keuntungan mempunyai keahlian,
pekerjaan dan keterampilan tertentu berguna bagi daya saing panggung hidup dunia (Leteng, 2012: 317).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
A. Latar Belakang Pemilihan Program Gereja mempercayakan kepada para suster Gembala Baik bagian dalam perutusan rekonsiliasi. Melalui semangat dan kharisma yang diwariskan oleh para pendiri, para suster Gembala Baik
berusaha menghadirkan cinta balas kasih
kerahiman Allah dan menjadi saksi akan cinta kasih ilahi yang menyentuh hidup manusia. Namun kenyataannya dalam pelayanan dan dalam hidup sehari-hari begitu sulit untuk mengahadirkan belas kasih Allah karena semangat dan spiritualitas Gembala Baik yang menjadi dasar hidup belum sungguh menjadi milik sehingga penerapan pada kehidupan belum dirasakan sepenuhnya (Const RGS, art. 4). Spiritualitas Yesus Gembala yang Baik haruslah tercermin dan dihidupi oleh para suster Gembala Baik, karena karya kerasulan para suster Gembala Baik berhadapan langsung dengan setiap pribadi yang dilayani. Dalam menghayati spiritualitas Gembala Baik para suster menemukan banyak persoalan terutama bila berhadapan dengan kasus-kasus yang sulit dan berhadapan langsung dengan pribadi-pribadi yang membuat mereka merasa tak tahu harus berbuat apa untuk membantu menangani kasus mereka. Terkadang para suster juga kurang berani mencari terobosan-terobosan baru dalam penanganan
permasalahan yang
berkaitan dengan keselamatan jiwa seseorang. Dengan situasi yang sering dihadapi ini maka penghayatan spiritualitas Gembala Baik haruslah diperdalam dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi kebutuhan saat ini sehingga penghayatannya dapat diterapkan dalam pelayanan dan demi keselamatan setiap pribadi. Sebagai seorang suster sekaligus pemimpin unit karya mereka harus memperkuat kepribadian dan hidup rohani terutama penghayatan spiritualitas yang menjadi pegangan hidup, namun karena kesibukan dan kurang bisa untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
membagi waktu antara bekerja, bacaan rohani dan berdoa maka segi kerohanian sering terabaikan sehingga penghayatan spiritual yang menjadi pegangan hidup kurang mendalam dan akibatnya penerapan spiritualitas Gembala Baik dalam pelayanan yang dilakukan kurang dan seperti seorang pekerja sosial (Kebpro, h. 2). Para suster Gembala Baik harus menjadi seorang gembala perempuan yang memiliki spiritualitas Gembala Baik yang mengenal dengan baik kawanannya. Seorang gembala yang baik harus berani memberikan nyawanya demi kawanannya. Memberi nyawa berarti tidak setengah-setengah dalam pelayanan berani memberikan diri secara total bagi setiap orang yang dilayani sehinga mereka mengalami keselamatan. Dengan pengahatan spiritualitas yang kuat seorang gembala akan lebih peka, mengenal situasi dan kebutuhan kawanan serta mampu memberikan diri secara total sehingga pelayanan yang diberikan selalu mengenai sasaran dan profesionalitas. Namun karena situasi, kemampuan yang terbatas dan keadaan anggota para suster Gembala Baik yang kurang, sementara perkembangan karya menuntut penangganan yang profesional. Yang
menjadi tantangan para suster Gembala Baik saat ini adalah
memperkuat segi penghayatan spiritualitas anggotanya, menanamkan nilai-nilai spiritualitas Gembala Baik dalam pelayanan, memilih dan menyiapkan personil untuk di tempatkan pada karya yang sesuai dengan kemampuan mereka atau sebelum ditugaskan mereka diberi bekal (capacity building) yang cukup sehingga mereka mampu menerapkan semangat Gembala Baik dalam menangani karya secara maksimal sehingga para susternya dan orang yang dilayani mengalami sukacita (Kebpro, h. 3).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
Melalui program rekoleksi ini para suster Gembala Baik diajak untuk kembali
menggali
dan
menghayati
spiritualitas
Gembala
Baik
dalam
memperkembangkan semangat pelayanan agar pelayanan sungguh mempunyai nilai dan magna bagi para suster Gembala Baik
dan juga bagi orang yang
dilayani. Dalam Program ini para suster Gembala Baik diajak untuk membuka wawasan dan pengetahuan agar penghayatan spiritualitas Gembala Baiknya semakin mendalam dan bisa menerapkan dalam setiap pelayanan yang dilakukan sehingga semakin profesionalitas dan mampu menanggapi tantangan dan kebutuhan zaman. Program yang dibuat ini sesuai dengan kebutuhan para suster Gembala Baik sebagai salah satu bentuk refleksi apa yang telah mereka lakukan dalam
kehidupan
sehari-hari
juga
sebagai
salah
satu
bentuk
untuk
mengembangkan diri dalam menghayati spiritualitas Gembala Baik agar lebih tajam dan mendalam. Bila penghayatan spiritualitasnya kuat maka mereka tidak akan mudah putus asa dalam menghadapi setiap tantangan hidup dan kesulitankesulitan yang dihadapi dalam karya pelayanan (Konst GB, art. 50). Untuk menyegarkan kembali dan menumbuhkan semangat baru dalam pelayanan serta penerapan semangat Gembala Baik, para suster diajak untuk sejenak menimba kekuatan dari Yesus Gembala Baik secara bersama dengan mendalami semangat-Nya dalam sebuah rekoleksi. Rekoleksi akan dilaksanakan dalam bentuk Shared Christian Praxis (SCP). Proses rekoleksi model Shared Christian Praxis (SCP) ini bersifat dialogal dan partisipatif, dengan mendorong peserta berdasarkan konfrontasi antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi” Kristiani agar baik secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
Kerajaan Allah lewat kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia. Katekese model SCP diawali dengan pengalaman hidup peserta yang direfleksikan secara kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi Kristiani agar muncul sikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi demi keterlibatan selanjutnya. Model ini lebih mengarah kepada tindakan peserta untuk menindaklanjuti hari berikutnya (Sumarno Ds., 2011: 14).
B. Usulan Tema dan Tujuan Para suster Gembala Baik dalam melaksanakan karya pelayanan kadang kurang menerapkan penghayatan
semangat
Yesus Gembala Baik. Karena
jumlah tenaga suster yang terbatas dan jenis unit pelayanan karya yang beragam serta membutuhkan perhatian yang penuh maka mereka kurang bisa membagi waktu untuk mengembangkan spiritualitas dalam diri sehingga semangat mereka menjadi kendur dan cepat memudar. Untuk meningkatkan spiritualitas Gembala Baik dan semangat dalam pelayanan, maka segi spiritual para suster Gembala Baik harus terlebih dahulu kuat. Untuk itu rekoleksi spiritualitas pelayanan para suster Gembala Baik dalam memperkembangkan karya kerasulan
secara
professional sangatlah cocok agar membantu para suster Gembala Baik mampu menghayati makna dalam setiap pelayanan yang mereka lakukan (DKGB, h. 148). Perkembangan dunia yang semakin pesat dan kemajuan teknologi yang semakin maju membutuhkan penanganan yang lebih profesional dan kontekstual. Selain itu agar pelayanan para suster Gembala Baik tetap mengakar pada kharisma dan spiritualitas Yesus Sang Gembala Baik, maka para suster Gembala Baik perlu mengadakan pendalaman kharisma dan spiritualitas secara bersama-sama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
agar kerinduan untuk menanamkan spiritualitas Gembala Baik dan meningkatkan mutu pelayanan secara profesional dapat dilakukan. Oleh karena itu, didorong kharisma dan spiritualitas Gembala Baik penulis memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk rekoleksi dengan tema: Spiritualitas pelayanan para suster Gembala Baik dalam memperkembangkan karya kerasulan secara profesional. Usulan pemikiran ini kiranya dapat membantu para suster Gembala Baik untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan tugas kerasulannya dan lebih total menghayati kharisma dan spiritualitas Gembala Baik dalam kehidupan sehari-hari. Melalui tema ini para suster Gembala Baik diharapkan menemukan inspirasi dari kharisma dan spiritualitas Gembala Baik bagi perkembangan karya kerasulan mereka. Penulis juga berharap agar para suster Gembala Baik dapat semakin melayani secara profesional bagi pribadi-pribadi yang ada dalam pelayanan mereka. Semoga dengan usulan tema ini para suster Gembala Baik mampu menjadi gembala baik perempuan yang mampu membawa kehidupan dan kedamaian
khususnya
bagi
perempuan
dan
anak-anak
yang
hidupnya
membutuhkan perhatian dan pertolongan (DKGB, h.117).
C. Rumusan Tema dan Tujuan Tema umum dan tujuan umun dijabarkan dalam subtema dengan rumusan sebagai berikut: Tema umum
:
Spiritualitas
pelayanan para suster Gembala Baik dalam
memperkembangkan karya kerasulan secara profesional.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
Tujuan Umum :
Peserta menemukan inspirasi dari spiritualitas Gembala Baik dalam
memperkembangkan
profesional,
sehingga
karya
memiliki
kerasulan
semangat
secara
pelayanan
berdasarkan spiritualitas Gembala Baik dan semakin mampu melayani kaum perempuan dan anak-anak. Tema 1
:
Aku pelayan berspiritualitas Gembala Baik.
Tujuan 1
:
Peserta menemukan inspirasi spiritualitas Gembala Baik dalam gambaran
seorang
pelayan
sehingga
memiliki
semangat Gembala Baik dalam melayani kaum perempuan dan anak-anak. Tema 2
:
Pelayanan Misioner
Tujuan 2
:
Peserta mampu menumbuhkan semangat misionaris yang sejati sehingga mampu menjalankan perutusan bagi kaum perempuan dan anak-anak dimanapun mereka diutus.
Tema 3
:
Profesionalitas dalam kerasulan.
Tujuan 3
:
Peserta mampu melayani secara profesional dan rendah hati sehingga mampu menciptakan ide-ide yang kreatif demi pelayanan kaum perempuan dan anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
D. Penjabaran Program
Tema Umun
:
Spiritualitas pelayanan para suster Gembala Baik dalam memperkembangkan karya kerasulan secara profesional.
Tujuan Umum :
Peserta menemukan inspirasi dari spiritualitas Gembala Baik dalam memperkembangkan karya kerasulan secara profesional, sehingga memiliki semangat pelayanan berdasarkan spiritualitas Gembala Baik dan semakin mampu melayani kaum perempuan dan anak-anak. Tujuan
(1) 1. Aku Pelayan Berspirituali -tas Gembala Baik
(2) Peserta menemukan inspirasi spiritualitas Gembala Baik dalam gambarran seorang pelayan sehingga memiliki semangat Gembala Baik
Judul Pertemuan (3) a. Spiritualitas Yesus Gembala Baik.
Tujuan Pertemuan (4) Peserta menemukan gambaran gembala yang baik dan gembala yang buruk sehingga memiliki semangat pelayanan berdasarkan spiritualitas
Materi
-
-
-
-
(5) Permainan “apa yang hilang” Gambaran gembala yang baik dan yang buruk. Aku seorang gembala perempuan. Aku dipanggil untuk
Sarana (6) - Lap top - LCD - Kertas - Spidol - Pengeras suara - Kitab Suci - Teks lagu - Konstitusi dan Statuta RGS.
Metode
-
(7) Diskusi kelompok Tanya jawab Informasi Sharing Refleksi pribadi
Sumber Bahan (8) - Yoh 10:10-18 - Const RGS, art. 2-3 - Skripsi, h. 8-11.
85
Tema
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
79
(1)
(2) Gembala Baik dalam melayani kaum perempuan dan anak-anak.
(3)
b. Panggilan dan kesaksian.
(4) (5) melayani. dalam melayani kaum perempuan dan orang miskin.
(6)
Peserta mampu - Memahami arti - Kitab Suci mengikut menjadi saksi Lap top Yesus. Allah yang - Mutu yang - LCD adalah kasih dituntut dari - Pengeras kepada setiap suara seorang murid. orang yang - Menjadi - Kertas dilayani - Spidol pewarta gembira yang - Konstitus sehingga i dan sejati. mereka Statuta mengalami RGS kegembiraan dan peneguhan dalam hati.
(7)
(8)
- Diskusi kelompok - Sharing - Tanya jawab - Informasi - Refleksi pribadi
- Mrk 6:6b-13 - Konst RGS, art. 2425.
86
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
80
(1) 2. Pelayanan misioner
(2) Peserta mampu menumbuhkan semangat misionaris yang sejati sehingga mampu menjalankan perutusan bagi kaum perempuan dan anak-anak dimanapun mereka diutus.
(3) a. Jiwa misioner sejati.
(4) (5) kepada Peserta memiliki - Setia Allah. jiwa missioner yang sejati - Pengalaman kesulitan dalam sehingga pelayanan. mampu kepada melayani setiap - Setia pelayanan. pribadi yang ada dalam pelayanannya dengan semangat misioner.
b.
Peserta - Tugas perutusan mempunyai kita. perasaan empati - Pelayanan kepada orang dalam kasih yang menderita yang murni. sehingga - Pelayanan mampu dalam loyalitas sejati. bersolider pada setiap pribadi yang dilayani.
Pelayanan dalam solidaritas .
(6) Kitab Suci Lap top LCD Pengeras suara. - Kertas - Spidol - Konstitusi dan Statuta RGS
(7) (8) - Diskusi - Konst RGS, kelomp art. 28ok 30 - Sharing - Mrk 16: - Tanya 15-20 jawab - Informa si - Refleksi pribadi
-
- Diskusi kelomp ok - Sharing - Tanya jawab - Informa si - Refleksi . pribadi
-
Kitab Suci Lap top LCD Pengeras suara - Kertas - Spidol - Konstitusi dan Statuta RGS
- Konst RGS, art. 2223 - Luk 10:2537
87
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
81
(1) 3. Profesion alitas dalam kerasulan.
(2) (3) Perserta mampu a. Pola pelayanmelayani secara an yang professional dan kreatif. rendah hati sehingga mampu menciptakan ideide yang kreatif demi pelayanan kaum perempuan dan anak-anak. b. Pelayanan yang murah hati.
(4) (5) (6) Yesus - Kitab Suci Peserta mampu - Cara - Lap top melayani. menemukan - Cara murid - LCD ide/gagasan mempraktikkan - Pengeras pelayanan yang suara pelayanan. kreatif sehingga sesuai dengan - Perutusan kita - Kertas - Spidol dan pelayanan. kebutuhan orang - Konstitusi yang dilayani. dan Statuta RGS. demi Peserta mampu - Miskin Kerajaan Allah. mengobarkan - Mempersembah semangat kan kemerdekapelayanan dalam an dalam kasih. hati sehingga - Hidup dalam mau kasih dan memberikan diri kemurahan hati. secara total kepada setiap orang yang dilayani.
-
Kitab Suci Lap top LCD Pengeras suara - Kertas - Spidol - Konstitusi dan Statuta RGS
(7) (8) - Diskusi - Yoh 2:1-11 kelomp - Konst ok RGS, - Sharing art. 4 - Tanya jawab - Informa si - Refleksi pribadi. - Diskusi - Yoh 13:1-20 kelomp - Konst ok RGS, - Sharing art. 5-8 - Tanya jawab - Informa si - Refleksi pribadi
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
E. Petunjuk Pelaksanaan Program ini dibuat dalam bentuk rekoleksi Sabtu sampai Minggu (week and) yang akan dilaksanakan di susteran Gembala Baik Bantul, komunitas Yogyakarta setiap dua bulan sekali sepanjang tahun 2016. Rekoleksi akan mulai Sabtu, 13 Februari 2016 jam 16.00 sampai jam 19.00 dan Minggu, 14 Februari jam 08.00 sampai jam 12.30. Tema rekoleksi yang akan dilaksanakan sepanjang tahun 2016 merupakan satu rangkaian materi yang saling melengkapi dan dilaksanakan secara berurutan sehingga peserta bisa memahami kaitan tema yang satu dengan tema yang lain. Rekoleksi ini dipandu secara tim oleh para suster Gembala Baik. Contoh satuan pelaksanaan rekoleksi yang pertama dibuat oleh penulis dan akan dilaksanakan penulis dengan model Shared Christian Praxis dengan lima hangkah sebagai berikut: mengungkapkan pengalaman peserta, mendalami pengalaman hidup peserta, menggali pengalaman iman kristiani peserta, menerapkan iman kristiani dalam situasi peserta dan mengusahakan suatu aksi konkrit (Sumarno Ds., 2011: 15).
F. Contoh Satuan Pelaksanaan Rekoleksi Model Shared Christian Praxis 1.
Identitas katekese
a.
Tema
: Spiritualitas Yesus Gembala Baik
b.
Tujuan
: Peserta menemukan gambaran gembala baik dan gembala yang buruk sehingga memiliki semangat pelayanan berdasarkan spiritualitas Gembala Baik dalam melayani kaum perempuan dan orang miskin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
c.
Peserta
: Para suster Gembala Baik komunitas Yogyakarta
d.
Tempat
: Susteran Gembala Baik km 9,5 Karang Gede, Bantul
e.
Waktu
: Sabtu, 13 Februari 2016 jam 16.00 - 19.00 dan Minggu, 14 Februari 2016 jam 08.00 - 12.30.
f.
Model
: Shared Christian Praxis (SCP)
g.
Metode
: - Diskusi kelompok - Tanya jawab - Informasi - Sharing - Refleksi pribadi
h.
Sarana
: - Laptop - LCD - Kertas - Sepidol - Pengeras suara - Kitab Suci - Teks lagu - Konstitusi dan Statuta RGS
i.
Sumber bahan : - Injil Yohanes 10:10-18 - Konstitusi dan Statuta Gembala Baik, manuskrip yang ditulis sebagai peraturan dan cara hidup para suster Gembala Baik, art. 2-3 - Skripsi, Spiritualitas Pelayanan Para Suster Gembala Baik dalam Memperkembangkan Karya Kerasulan di Indonesia, h. 8-11
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
j. Jadual acara rekoleksi week and Sabtu, 13 Februari 2015 Pkl. 16.00-16.30
:
Pendahuluan
Pkl. 16.30-17.00
:
Langkah I, Mengungkap pengalaman hidup para suster melalui permainan ‘Apa yang Hilang’
Pkl. 17.00-18.00
:
Refleksi permainan, Sharing bersama
Pkl. 18.00-18.30
:
Ibadat sore
Pkl. 18.30-19.00
:
Makan malam
Minggu, 14 ebruari2015 Pkl. 08.00-08.15
:
Doa pembukaan
Pkl. 08.15-09.15
:
Langkah II, Mendalami pengalaman hidup para suster mengenai
usaha
spiritualitas
meningkatkan
Gembala
penghayatan
Baik
demi
memperkembangkan karya kerasulan. Pkl. 09.15-10.15
:
Langkah III,
Menggali pengalaman
iman dan
penghayatan spiritualitas para suster Gembala Baik melalui Injil Yohanes 10: 1-18 Pkl. 10.15-10.45
:
Makan minun ringan
Pkl. 10.45-11.15
:
Langkah IV, Menerapkan iman Kristiani melalui penghayatan spiritualitas Yesus Gembala Baik dalam karya kerasulan para suster Gembala Baik
Pkl. 11.15-12.00
:
Langkah V, Penutup mengusahakan suatu aksi konkrit para suster Gembala Baik untuk
meningkatkan
penghayatan spiritualitas Yesus Gembala Baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
Pkl. 12.00-12.30
:
Mengungkapkan
niat
pribadi/komunitas
untuk
meningkatkan penghayatan spiritualitas dalam rangka memperkembangkan
karya
kerasulan
secara
profesional. Pkl. 12.30-Sls
:
Doa penutup, makan siang.
2. Pemikiran dasar Dewasa ini kita banyak menyaksikan dan mendengar tindakan kejahatan seperti pemerasan, perdagangan manusia, pelecehan seksual, pembunuhan, korupsi, kekerasan rumah tangga dan anak, peperangan dll, dalam situasi ini masyarakat seperti domba yang ditinggalkan oleh gembala harus berjuang sendirian dan mengalami hidup yang semakin berat. Para pemimpin negara, masyarakat, Gereja dan lembaga-lembaga yang seharusnya menjadi pelindung, pengayom bagi masyarakat malah kurang tanggap, perhatian, menyingkirkan bahkan menindas orang-orang lemah dan miskin dengan berbagai cara sehingga mereka semakin banyak mengalami penderitaan. Dalam situasi memprihatinkan ini yang paling menjadi korban adalah kaum perempuan dan anak-anak. Penderitaan dan jeritan mereka tidak didengarkan. Manusia yang hidup hanya untuk memenuhi kebutuhannya tanpa peduli pada situasi dan keadaan orang lain seperti gembala yang jahat, gembala yang jahat membiarkan kawanannya berjuang sendiri ketika ada bahaya mengancam, ia hanya menyelamatkan dirinya. Tindakan manusia yang berorientasi hanya untuk memenuhi kebutuhan harta duniawi semata bisa membahayakan orang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
Injil Yoh 10:10-18 menguraikan gambaran tentang gembala baik dan gembala yang baik, gembala baik adalah pintu masuk kekandang untuk menemukan domba-domba. Hanya melalui pintu yang benar domba-domba akan menemukan jalan keselamatan. Gembala baik berani mengorbankan nyawa demi kawanannya, ia menjaga, merawat, memimpin, mencari dombanya yang tersesat dan memelihara kehidupan para domba. Gembala mengenal domba-dombanya begitupun domba mengenal gembalanya. Gembala yang tidak baik bila ada kawanan perampok dan binatang buas menyerang dan melukai domba ia lari meninggalkan kawanan dombanya. Dalam perumpamaan gembala baik ini Yesus memberikan petunjuk bagaimana seseorang dapat bersikap dalam mengembalakan dan memimpin orang-orang yang berada dalam pelayanan-Nya. Ia menjadi seorang pemimpin yang sungguh memahami dan mengenal kebutuhan dombadomba-Nya. Ia mempertaruhkan nyawa-Nya demi keselamatan domba-dombaNya. Situasi dan keadaan yang buruk tidak memudarkan dan melemahkan cintaNya kepada para kawanan-Nya. Seperti gambaran gembala yang baik dan gembala yang buruk , begitupun dengan para suster dalam menghayati spiritualitas Gembala Baik, mereka juga mengalami pasang surut dalam setiap perjuangan hidup mereka. Meskipun begitu setiap suster diharapkan untuk terus menerus memperbaiki kualitas hidup rohaninya masing-masing. Oleh sebab itu, dibutuhkan waktu, dimana para suster dapat merefleksikan apa yang telah dilakukan dan menyadari kekurangan serta kelebihan dari dirinya masing-masing, sehingga mereka mampu dan mau memperbaiki diri serta belajar dari setiap proses yang sudah dialami. Dari kesadaran untuk memperbaiki diri inilah mereka diharapkan mampu menimba
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
semangat
Yesus Sang Gembala Baik dalam setiap langkah hidup mereka,
sehingga mereka mampu menjadi pelayan-pelayan yang mempunyai spiritualitas Gembala Baik yang mendalam dan handal dalam melaksankan misi Gembala Baik. Keyakinan bahwa Yesus Gembala Baik akan selalu membimbing, menyertai dalam setiap langkah dan perjuangan hidup mereka akan menjadi sumber kekuatan
dan inspirasi yang tidak pernah habis dalam menghadapi
tantangan hidup dimasa mendatang. Dari pertemuan ini kita akan diajak untuk menyadari rahmat kegembalaan Allah yang senantiasa menyertai kita dan
selalu hadir dalam segala situasi
terutama pada setiap perjuangan hidup kita. Dengan mengembangkan hidup doa dan penghayatan spiritualitualitas Gembala Baik yang mendalam, menemukan dan menyadari bahwa Yesus berkarya didalam diri kita
Gembala Baik
kita dapat
sendirilah yang
sehingga kita memiliki semangat pelayanan
berdasarkan spiritualitas Gembala Baik dalam melayani kaum perempuan dan anak-anak dalam kehidupan kita sehari-hari.
3. Pengembangan langkah-langkah a.
Pendahuluan ( Pkl. 16.00-16.30).
1) Pengantar Para suster yang terkasih kita sering membaca di Koran, melihat di TV atau
internet berita-berita tentang kemiskinan, kelaparan, anak terlantar,
penggusuran rumah
dan tindak kejahatan yang semakin merajalela,
semua
keadaan ini seperti domba yang tidak punya gembala atau gembala yang tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
memperhatikan
domba-dombanya
sehingga
mereka
mengalami
banyak
penderitaan. Manusia sekarang hanya menjalani hidup untuk memenuhi kebutuhan akan harta duniawi dan kurang memperhatikan dunia sekelilingnya entah bagaimana cara mendapatkannya. Manusia yang sungguh menyadari makna menjalani kehidupan, akan lebih dewasa dalam menyikapi tuntutan kebutuhan hidup. Untuk menyikapi tuntutan hidup yang keras dibutuhkan kekuatan yang berasal dari Tuhan yakni spiritualitas. Spiritualitas ini diperoleh bila orang sungguh menyediakan diri untuk lebih dekat dengan Tuhan sehingga walau menghadapi tantangan seberat apapun akan tetap kuat dan tidak cepat menyerah. Sebagai orang-orang yang dipanggil secara khusus kita diajak oleh Yesus untuk meneladan sikap gembala baik dalam penghayatan hidup dan dalam pelayanan, terutama kita diajak untuk berpihak kepada orang-orang kecil miskin dan terpinggirkan. Rekoleksi mengundang kita untuk menyadari dan semakin menghayati spiritualitas Gembala Baik dalam kehidupan kita agar dapat melaksanakan karya kerasulan dengan lebih bersemangat. Kita juga diajak untuk mencari dan menemukan inspirasi baru melalui spiritualitas Gembala Baik agar hidup kita semakin berkembang
secara
rohani maupun jasmani sehingga
memiliki
semangat pelayanan berdasarkan spiritualitas Gembala Baik dalam melayani kaum perempuan dan anak-anak secara profesionalitas. Pengahayatan spiritualitas Gembala Baik bisa diterapkan dalam kehidupan kita dan dalam
pelayanan yang
kita lakukan diunit
karya masing-masing
sehingga kita mampu menjadi saksi belas kasih Allah yang maha rahim dan hidup
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
kita menjadi sumber kegembiraan sejati bagi orang yang mengalami beban berat terutama bagi kaum perempuan dan anak-anak. 2) Lagu Pembukaan : “Tuhanlah Gembala” [Lampiran 1: (1)]. 3) Doa Pembukaan Yesus Gembala yang Baik, Engkau selalu menuntun, menjaga, dan memimpin kawanan dombaMu ketempat yang aman. Sebagai seorang gembala Engkau rela mengorbankan nyawa demi domba-domba-Mu. Engkau adalah pintu yang aman dimana domba bisa masuk dan keluar kandang dengan aman. Engkau senantiasa memberi kehangatan dan kenyamanan bagi kawanan-Mu. Ya Yesus dalam kehidupan kami sehari-hari sering kali kami lalai dan kurang serius dalam meneladan dan mengidupi semangat-Mu sebagai Gembala yang Baik dalam melayani pribadi-pribadi yang berada dalam pelayanan kami. Kami juga kurang mengakar dan menimba dari kedalaman spiritualitas-Mu sebagai Gembala Baik yang menjadi model dan teladan hidup kami. Tuhan bantulah kami agar kami mau belajar meneladan semangat kegembalaan-Mu dalam melaksakan karya perutusan kami, sehingga kami memiliki semangat pelayanan berdasarkan spiritualitas Gembala Baik dalam melayani kaum perempuan dan anak-anak. Kami mempersembahkan seluruh acara kami ini kepada-Mu semoga Engkau berkenan hadir menyemangati dan memberkati kami masing-masing sehingga rekoleksi ini bisa berjalan baik sesuai dengan kehendak-Mu, demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa Amin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
b.
Langkah I: Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta (Pkl. 16.30-18.00).
1) Mengajak bermain game “Apa yang Hilang” kepada peserta dan memberi penjelasan aturan permainannya [Lampiran 2: (2)]. 2) Isi permainan diceriterakan kembali. Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceriterakan kembali dengan singkat tentang isi pokok dari permainan “Apa yang Hilang”. Peserta diminta memperhatikan dengan seksama potongan-potongan kertas berwarna merah, putih, kuning dan biru. Potongan-potongan kertas tersebut diacak dan dimasukkan ke dalam amplop, setelah itu pendamping mengambil satu amplop dan peserta diminta kembali untuk memperhatikan isi amplop kira-kira potongan kertas warna apa yang hilang. 3) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalamai permainan tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan: a)
Bagaimana perasaan para suster saat bermain apa yang hilang?
b) Ceriterakan pengalaman para suster saat mengalami hilang dari semangat untuk menghayati spiritualitas Gembala Baik! 4) Suatu contoh arah rangkuman. Dari permainan tersebut muncul bermacam-macam persaan ada perasaan gembira, penasaran/ingin tahu, tidak sabar dan ingin cepat menebak apa yang hilang dari isi amplop tersebut. Dalam permainan para peserta juga diajak memperhatikan dan menemukan warna apa yang hilang dari isi amplop yang telah diacak oleh pendamping. Setelah menemukan warna dan bentuk potongan kertas yang hilang diminta untuk menyebutkannya, siapa yang bisa menebak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
dengan benar ia menjadi pemenangnya. Seperti potongan kertas yang hilang dari amplop, kadang kita juga hilang dari semangat dan penghayatan spiritualitas Gembala Baik karena kesibukan dalam karya dan tugas-tugas kita yang lain. Begitupun karena kurang bisa membagi waktu antara hidup doa dan karya maka kita merasakan kepenatan dan kejenuhan dalam hidup sehingga kurang bersemangat dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Hilangnya semangat untuk mengahayati spiritualitas Gembala Baik juga berakibat bagi orang yang dilayani sehingga pelayanan menjadi monoton dan kurang berdayaguna. Para suster juga mengalami bahwa sibuk bekerja mengakibatkan hidup hanya seperti robot yang hanya bekerja dan terus bekerja tanpa ada pengendapan untuk melihat nilai dan campur tangan Allah dalam setiap peristiwa dan pengalaman hidup mereka. Menyadari bahwa perilaku atau tindakan yang mereka lakukan dapat menyebabkan kehilangan semangat maka mereka membutuhkan keseimbangan dalam hidup yakni hidup karya, doa, dan komunitas. Penghayatan spiritualitas yang kuat akan membuat kita tidak hilang dari Allah dan tetap memiliki semangat pelayanan kepada siapa kita diutus terutama bagi kaum perempuan dan anakanak. Dengan semangat itu pula kita akan mampu meningkatkan mutu pelayanan dan tidak hilang dari kasih Tuhan maka kita harus memperhatikan diri sendiri dan mereka yang ada disekitar kita dengan semangat yang kuat
dan selalu
memupuk relasi yang lebih dekat dengan Tuhan. c.
Langkah II: Mendalami pengalaman Hidup Peserta (Pkl. 08.15-09.15).
1) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau permainan di atas dengan dibantu pertanyaan sbb:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
•
Usaha apa yang sudah para suster buat dalam miningkatkan penghayatan spiritualitas Gembala Baik sehingga mampu memperkembangkan karya kerasulan secara profesionalitas?
2) Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan arah rangkuman singkat, sebagai berikut: Usaha yang sudah dilakukan oleh para suster untuk meningkatkan mutu penghayatan spiritualitas Gembala Baik yakni, dengan mendalami buku-buku bacaan kongregasi mengenai semangat dan spiritualitas Gembala Baik, doa pribadi, rekoleksi setiap bulan baik pribadi maupun bersama, retret tahunan, mengikuti input-input yang diselenggarakan dari kongregasi dll, dengan usaha yang dilakukan tersebut mereka bisa mengembangkan mutu hidup secara rohani. Melalui sharing tadi kita juga tahu bahwa sebagai seorang suster Gembala Baik, penghayataan spiritualitas Gembala Baik sangatlah penting karena ini yang mendasari seluruh gerak hidup para suster Gembala Baik. Tanpa penghayatan sepiritualitas yang kuat dan mendalam pada Yesus Gembala Baik maka semua tugas atau karya kerasulan akan kehilangan rohnya. Karena tugas pelayanan para suster Gembala Baik itu untuk mewartakan Kerajaan Allah dengan mencari, memelihara dan merawat domba yang hilang dan mengambil bagian dari karya kegembalaan Yesus yang sangat peduli pada umat-Nya maka kedekatan dengan Yesus Gembala Baik itu menjadi modal utama. Kita akan bisa menolong dan meyelamatkan domba yang tersesat jika kita sendiri dalam keadaan selamat dan tidak tersesat. Untuk bisa memperkembangkan karya pelayanan secara profesionalitas diperlukan keterbukaan hati untuk mau belajar terus-menerus dalam hal apa saja sehingga kemampuan diri dalam pelayanan maupun dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
penghayatan hidup rohani pun bisa meningkat. Menjalin kerja sama dengan kaum awan yang mempunyai semangat dan spiritualitas yang sama merupakan bagian dari mengembangkan sikap perduli terhadap pengembangan spiritualitas demi perutusan. Ada juga yang mengungkapkan usaha yang sudah di lakukan adalah dengan menyadari bahwa panggilan kita hanya untuk misi maka seluruh daya usaha diarahkan demi kemajuan dan perkembangan misi tetapi tidak meninggalkan semangat dasar dan spiritualitas kongregasi sehingga orang banyak tertolong dan mengalami keselamatan. Maka kita sebagai seorang religius Gembala Baik yang hadir untuk menyatakan cinta belas kasih Allah di dunia ini harus berusaha mengembangkan pengahayatan spiritualitas Gembala Baik dalam setiap gerak hidup kita sehingga spiritualitas Gembala Baik bisa dirasakan oleh setiap orang yang kita layani dan hidup bersama dengan kita terutama kaum perempuan dan anak-anak. Para suster yang terkasih dari ungkapan sharing tadi nampak bahwa usaha dalam menghayati spiritualitas Gembala Baik dalam memperkembangkan karya kerasulan secara professional sudah ada dan masih harus terus diperjuangkan terus dalam kehidupan kita. Maka marilah kita bersama-sama menggali dan mencari semangat Yesus Gembala Yang Baik agar kita bisa semakin menghayati spiritualitas Gembala Baik dalam melaksanakan karya perutusan secara profesionalitas demi berkembangnya Kerajaan Allah dan sesama kita mengalami keselamatan dan kesejahteraan dalam hidup terutama bagi kaum perempuan dan anak-anak. d.
Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani (Pkl. 09.15-10.15). Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop
langsung dari Kitab Suci, Injil Yoh 10:1-18. Kepada peserta lain dibagikan teks
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
yang sudah dipotocopy sehingga mereka bisa mengikuti dan memperhatikan bacaan dengan baik serta mampu menagkap makna dari isi bacaan tersebut. 1) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara peribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dan dibantu dengan beberapa pertanyaan sbb: a)
Ayat-ayat manakah yang menggambarkan sikap sebagai gembala yang baik?
b) Dari Yoh 10:1-18, sikap dan tindakan apa yang dibuat oleh seorang gembala untuk memelihara dan menjaga kawanan dombanya? 2) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perumpamaan sehubungan dengan jawaban atas 2 (dua) pertanyaan di atas. 3) Pendamping
memberikan
tafsir
dari
Injil
Yoh
10:1–18
dan
menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan misalnya sbb: Dalam Kitab Suci ada banyak gambaran tentang gembala yang baik yang dapat digali oleh setiap orang, begitu pun dengan sebaliknya. Gambaran gembala baik yang diperbandingkan dengan gembala yang tidak baik, seperti dalam Yoh 10:1-18. Di dalam perikop ini diperlihatkan secara jelas bagaimana gambaran seorang
gembala yang baik. Ayat 3, seorang gembala yang baik
menjaga,
membuka pintu, memanggil dengan nama dan mengenal domba-dombanya satu persatu. Yesus adalah pintu masuk yang benar kepada domba-domba. Karena Dia adalah pintu, Dia memilik akses yang sah kepada domba-domba. Siapa yang ingin masuk kedalam kawanan domba haruslah melewati Dia. Tidak jarang gangguan datang dari pencuri dan perampok atau juga dari binatang-binatang buas oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
karena itu gembala harus berjaga-jaga di pintu agar tahu siapa yang keluar atau masuk lewat pintu supaya domba selamat. Suara orang asing tidak mereka ikuti, tetapi suara gembalanya mereka kenal, gembala memanggil mereka dengan namanya satu persatu. Ayat 4, gembala yang baik berjalan di depan domba-dombanya dan menuntun mereka keluar ketempat yang aman. Gembala memimpin kawanan dombanya untuk mencari tempat yang aman agar bisa mendapat makanan dan minuman. Ia menunjukan jalan mana yang harus dilalui agar domba tidak tersesat dan salah jalan. Ia tahu jalan-jalan mana yang harus mereka lalui, bila ada domba yang tersesat ia menghentikan langkah dan mencari domba yang tersesat sampai ketemu. Ia selalu setia menemani, membimbing dan menuntun perjalanan dombadomba-Nya. Ayat 11, gembala yang baik memberikan nyawanya bagi dombadombanya. Yesus harus menyerahkan nyawa bagi domba-domba-Nya. Tidak seorang pun dapat mengambilnya, tetapi Ia memberikan nyawa-Nya menurut kehendak-Nya. Dengan kata lain Allah memenuhi janji-Nya untuk mengutus gembala bagi umat-Nya dengan mengirim Sang Gembala Baik ketengah-tengah mereka. Sang Gembala Baik akan membawa umat mengalami keselamatan. Ayat 14, gembala yang baik mengenal domba-dombanya dan domba-dombanya mengenal dan mendengarkan suara gembalanya. Mengenal tidak berarti tahu secara kognitif, melainkan juga memiliki, membawa ke dalam persatatuan. Di dalamnya orang yang mengenal melibatkan hidupnya dalam hidup orang yang dikenalnya. Allah mengenal umat-Nya berarti Allah menjadikan mereka sebagai umat kepunyaan-Nya, membawa mereka masuk kedalam kesatuan dengan-Nya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
menjamin kehidupan mereka dan memanggil mereka kedalam pelayanan-Nya. Umat mengenal Allah berarti mengenal Allah sebagai Allah mereka, menyadari diri dan membawa diri sebagai orang-orang yang dipilih Allah, dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya. Mengenal berarti mengasihi. Ayat 16, menuntun domba-domba lain yang bukan dari kandang dan menjadikan mereka satu kawanan. Gembala Baik tidak hanya menjadi gembala bagi orangorang Yahudi melainkan bagi setiap orang yang mendengarkan suara-Nya dan mengenal Dia entah itu mereka orang Yahudi atau orang bukan Yahudi. Yesus harus mengembalakan semua domba sehingga semua menjadi satu kawanan dengan satu gembala. Dengan kedatangan Yesus tidak ada lagi domba yang tercecer. Tidak ada lagi perbedaan di antara domba-domba. Sikap dan tindakan yang dibuat oleh seorang gembala untuk memelihara dan menjaga kawanan dombanya yaitu dengan berjaga-jaga supaya pencuri atau perampok tidak masuk kedalam kandang sehingga domba-domba aman dan pencuri tidak dapat masuk untuk mengambil domba-domba kawanannya. Seorang gembala berjalan didepan, memimpin, menuntun kawanan dombanya ketempat yang aman, mencarikan padang rumput yang hijau dan air yang cukup supaya kawanan domba bisa mengalami kelimpahan. Gembala berani mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan domba-dombanya.
Ia harus
berani berhadapan
dengan binatang buas yang mau menyerang kawanan domba, bila tempat tidak aman harus membongkar tenda dan mencari tempat yang lebih aman. Gembala mengenal nama
domba-dombanya, memperhatikan satu-persatu, kalau ada
domba yang tersesat atau hilang ia mencari sampai ketemu, merawat yang luka dan melindungi semua kawanan dombanya. Ia pun mau merangkul dan menuntun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
domba-domba yang bukan kawanannya supaya domba-domba itu menjadi satu kawanan dan selamat. Pesan inti dari injil ini adalah ada banyak orang yang ingin untuk mengalami kasih kegembalaan Yesus melalui pelayanan yang diberikan oleh para pelayan atau pemimpin umat dengan sepenuh hati. Ada pemimpin yang baik ada juga pemimpin yang tidak baik. Pemimpin yang baik ia akan selalu memikirkan kesejahteraan umatnya namun, pemimpin yang tidak baik ia hanya mencari kesenangan dan keuntungan diri sendiri maka umat tidak merasakan kasih seperti gambaran dari perumpamaan tentang Gembala yang Baik. Yesus sebagai “Gembala Baik” Ia sangat memperhatikan domba-domba-Nya. Ia senantisa berjaga dan siap siaga bila ada serangan mendadak dari musuh yang membahayakan para domba. Ia pun selalu peka akan kebutuhan para domba karena ia mengenal domba-dombanya satu persatu dan domba pun mengenal gembalanya. Mengkorbankan nyawa untuk mendapatkan keselamatan para domba adalah kiasan yang dipakai untuk menunjukkan betapa berharganya setiap pribadi yang diciptakan oleh Allah. Kita sudah ditebus oleh Yesus Sang Gembala Baik dengan mengorbankan diri-Nya, harga tebusan ini tidak bisa dibayar oleh apapun, maka demi membalas kasih-Nya ini kita pun diajak untuk mengurbankan diri dengan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama dan mengakar pada spiritualitas kegembalaan-Nya sehingga hidup kita dipenuhi oleh semangat-Nya. Pemberian diri yang utuh dan total sebagai orang beriman sekaligus orang yang terpanggil merupakan persembahan dan komitmen hidup yang diberikan kepada Allah lewat kaul-kaul yang sudah kita janjikan, untuk itu konsekuensinya kita juga harus mau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
memberikan diri kepada orang lain lewat karya kerasulan yang kita buat. Untuk memperoleh penghayatan spiritualitas yang mendalam seperti gambaran gembala baik diperlukan satu sikap dan tindakan yang radikal untuk
mengusahakannya
dengan meninggalkan egoisme, berani berkata cukup dan menghindari sikap seperti gembala upahan yang hanya mencari keuntungan diri. Membangun hidup penuh persaudaraan, perduli pada sesama, hingga sampai sikap dan tindakan pertobatan yaitu “mengorbankan nyawa” demi orang yang dilayani berarti sudah meneladan dan mengidupi semangat dan spiritualitas Yesus Gembala Baik.
e. Langkah IV: Menerapkan iman Kristiani dalam Situasi peserta (Pkl. 10.3011.15 ). 1) Pengantar Para suster yang terkasih dalam permainan apa yang hilang ,diskusi kelompok, sharing pengalaman, dan pembahasan Kitab Suci, kita sudah menemukan gambaran seorang gembala baik dan sikap seorang gembala baik kepada domba-dombanya juga menemukan dalam diri kita masing-masing kelemahan dan kekutan kita dalam penghayatan spiritualitas Gembala baik. Kita pun tahu sejauh mana kita sudah menghayati semangat Gembala Baik dan mengembangkan spiritualitas Gembala Baik secara lebih mendalam dalam hidup dan dalam pelayanan kita. Harapannya kita semakin memiliki semangat pelayanan berdasarkan spiritualitas Gembala Baik dan semakin meningkatkan mutu pelayanan secara profesional untuk melayani kaum perempuan dan anak-anak. Dengan menghayati spiritualitas Gembala Baik dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
terutama
dalam
semangat
pelayanan,
hidup
bermasyarakat,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
berkomunitas dan menggereja kita bisa mengembangkan karya kerasulan ditengah tantangan dunia zaman sekarang secara profesionalitas. Untuk itu kita diajak sungguh berani keluar dari diri sendiri dan zona nyaman. Usaha ini tentu tidak mudah dan perlu diwujudkan dalam kehidupan kita secara kongkrit dan dalam pelayanan. Para suster Gembala Baik di komunitas Yogyakarta Bantul dan Gampingan dalam perjalanan hidup sehari-hari, berusaha untuk mewujudkan semangat pelayanan sesuai dengan spiritualits Gembala Baik bagi orang-orang yang dilayani terutama bagi kaum perempuan dan orang miskin. Kaum perempuan dan orang miskin yang dilayani oleh para suster di komunitas Yogyakarta sangat membutuhkan perhatian yang khusus apalagi dengan kasus dan permasalahan mereka yang beragam ini bukanlah hal yang mudah,
karena
membutuhkan suatu ketekunan dan kesetiaan. Sebagai manusia lemah kadang para suster digoda untuk bertindak sesuai dengan selera dan keinginan sendiri apalagi kalau orang
yang dilayani sulit untuk ditangani atau dibantu untuk
memecahkan permasalahan mereka, tetapi setiap kali mengalami godaan tersebut, para suster diingatkan oleh pesan pendiri
Santa Maria Euphrasia untuk selalu
kembali kepada sumber yakni Yesus Gembala Baik sebagai teladan dan model hidup sehingga selalu disemangati untuk melakukan perbuatan yang baik dengan memberi diri dalam pelayanan secara total. Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menghayati dan menyadari diri sebagai pribadi yang dipanggil untuk menjadi suster yang menghayati spiritual Gembala Baik dan sekaligus melakukan pelayanan yang berspiritualitas gembala baik secara profesionalitas
maka kita sendiri
diharapkan
bisa menemukan
rahmat kegembalaan Yesus dalam kehidupan sehari-hari dan mengupayakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107
dengan berbagai hal agar semangat kegembalaan Yesus itu mengakar dalam diri kita. Marilah kita melihat dalam diri kita dan merenungkan pertanyaan sebagai berikut: •
Apakah para suster sudah mengusahakan sikap untuk menghayati spiritualitas
Gembala
Baik
dalam
pelayanan
dan
dalam
memperkembangkan karya kerasulan secara profesionalitas bagi kaum perempuan dan orang miskin di komunitas Yogyakarta Bantul dan Gampingan? 2) Saat hening diiringi dengan musik instrumental Untuk mengiringi renungan secara pribadi akan pesan Injil dengan situasi konkrit para suster sebagai orang-orang yang terpanggil secara khusus untuk menghayati spiritualitas Yesus Gembala yang Baik dengan panduan pertanyaan di atas. Kemudian diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya itu. 3) Arah rangkuman Sebagai bahan renungan dalam langkah konfrontasi ini dapat diberi arah rangkuman singkat dari hasil-hasil renungan pribadi mereka, misalnya sbb: Yesus Gembala Baik telah memberi teladan dan petunjuk untuk mengembangkan sikapsikap sebagai seorang gembala yang baik dalam penghayatan hidup maupun dalam pelayanan. Kita semua mengalami rahmat kegembalaan Yesus Gembala Baik dalam perjalanan hidup seperti yang telah kita dengar lewat sharing, kita sudah berusaha dan mencoba menghayati spiritualitas Yesus Gembala Baik lewat bacaan rohani, rekoleksi, doa pribadi dan bersama serta retret tahunan namun penghayatan itu kadang kurang mendalam sehingga penerapannya dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
hidup sehari-hari pun belum maksimal. Begitupun penerapan dalam karya pelayanan terkadang masih jauh dari harapan dan profesionalitas. Keterbatasan kemampuan para suster sesuai dengan bidang karya yang dibutuhkan dan sedikitnya anggota tarekat khususnya di Indonesia menjadi kendala utama. Begitu pula penempatan personel dalam karya perutusan sangat menentukan kualitas apa karya itu bisa dilaksanakan secara professional atau tidak, karena sering para suster ditugaskan ditempat unit karya yang bukan bidangnya namun tidak dibekali dengan keterampilan yang dibutuhkan. Juga karena jumlah anggota terbatas kadang sulit untuk menempatkan suster sesuai dengan bidang kemampuaannya dan mengandaikan suster yang ditempatkan dalam karya tersebut bisa menangani dengan baik dan mau belajar sendiri, namun kenyataannya mereka sulit membagi waktu untuk belajar dan penanganan dalam karya. Yang menjadi tantangan dan sekaligus harapan ke depan bagi para suster Gembala Baik yakni terus mengupayakan penghayatan spiriutalitas Gembala Baik bagi setiap suster, meningkatkan
kemampuan para suster dengan menyekolahkan atau memberi
keterampilan yang cukup sesuai dengan bidang karya yang ditangani, menjalin kerja sama dengan kaum awam atau lembaga lain dalam penanganan karya agar semua bisa meningkatkan kualitas dan professionalitas karya. Marilah kita kembali menyadari akan sikap dan tindakan yang akan kita buat untuk mengikuti teladan Yesus Gembala yang Baik. Kita diharapkan semakin menyadari kelemahan-kelemahan kita dan mohon bantuan Tuhan agar Ia memberkati usaha dan niat yang akan kita buat untuk semakin menjadi suster Gembala Baik perempuan yang mampu membawa kehidupan bagi sesama. Untuk menghayati dan menerapkan penghayatan spiritualitas Gembala Baik dalam hidup
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
pribadi dan dalam pelayanan tidak mudah, apalagi sampai mengorbankan nyawa demi orang yang dilayani. Mengorbankan nyawa yang dilakukan oleh para suster Gembala Baik dalam pelayanan misalnya bila ada pemudi yang mau melahirkan tengah malam atau sakit harus berani berjaga sepanjang malam bahkan bila harus mengantar sendirian kerumah sakit dengan sepeda motor dilakukan dengan senang hati. Begitupun dalam pendampingan bagi kaum perempuan dan orang miskin tanpa mengenal lelah mencari cara-cara baru agar mereka berdaya dalam menghadapi situasi dan permasalahan sehingga mereka bisa berkembang dalam hidup. Mengorbankan nyawa berarti berani memberi diri dalam pelayanan secara total, demi kemajuan karya kerasulan yang ditangani sehingga orang yang dilayani mengalami sukacita dalam hidupnya. Dengan bantuan rahmat Allah melalui bacaan rohani, doa pribadi dan bersama, rekoleksi serta retret kita bisa menimba kekuatan spiritualitas dari-Nya untuk kita hidupi dan kita praktikkan dengan sungguh-sungguh dalam hidup kita terutama dalam karya pelayanan sehingga kita semakin dapat meningkatkan mutu pelayanan secara profesionalitas untuk melayani kaum perempuan dan orang miskin dimanapun mereka berada. Tanpa pengenalan dan penghayatan spiritualitas yang kuat, kita tak dapat menemukan jalan menuju Allah, mengerti tentang kebanaran, dan menemukan Yesus Gembala Baik yang hadir dalam hati kita. Dengan mempraktikkan penghayatan spiritualitas Yesus Gembala Baik dalam kehidupan sehari-hari niscaya kita akan menemukan kebahagiaan dalam hidup kita karena Yesus sendirilah yang menuntun kita selalu melalui pertolongan Roh Kudus-Nya akan tinggal dan menyertai kita selama-lamanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
f.
Langkah V. Mengusahakan suatu aksi konkrit (Pkl. 11.15-12.00).
1) Pengantar Para suster yang terkasih dalam Yesus Kristus, dari permaianan apa yang hilang kita menyadari bahwa sebagai orang yang dipanggil secara khusus untuk mengikut Sang Gembala Baik, kita sering kurang peka akan apa yang hilang dalam diri kita yakni memperkuat spiritualitas rohani kita dan juga kebutuhan pelayanan saat ini. Kita
kurang
berani
mencari
terobosan-terobosan
baru
untuk
mengembangkan diri dan karya kita. Rasa aman pada kemapanan akan apa yang sudah dicapai menjadi hambatan dalam berkembang untuk berani menanggung resiko demi kedewasaan dalam hidup rohani dan perutusan yang lebih baik. Gambaran Yesus Gembala Baik sangat jelas diungkapkan dalam Injil Yohanes 10:1-18. Gembala baik menjadi pintu masuk kekandang bagi domba kawanannya, ia selalu berjaga, memimpin, menuntun domba-dombanya agar mengalami keselamatan. Seorang gembala yang baik berani mengorbankan nyawa demi kawanan domba. Ia pun merangkul dan menyatukan kawanan domba yang lain menjadi satu kawanan. Melalui gambaran gembala yang baik tadi kita juga sudah memperoleh gambaran dalam diri masing-masing sejauh mana spiritualitas Gembala Baik sudah kita hidupi. Disisi lain kita juga sudah mengusahakan baik secara pribadi maupun secara bersama dalam kongregasi untuk
menghayati spiritualitas
Gembala Baik untuk menjadi seorang gembala baik perempuan yang membawa kehidupan bagi sesama dalam pelayanan kita sehari-hari. Melalui penghayatan hidup doa, hidup bersama dan karya, kita menemukan gambaran kegembalaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
Yesus Gembala Baik dalam kehidupan kita. Sebagai
seorang religius yang
menghayati spiritualitas Gembala Baik kita pun diajak untuk meneladan dan menerapkan dalam hidup sehari-hari
model
pelayanan seperti kegembalaan
Yesus. Dalam melayani kaum perempuan dan orang miskin baik di Bantul maupun di Yogyakarta, kita diajak sungguh untuk berjuang memulihkan martabat mereka yang terluka akibat dosa yang telah mereka buat maupun karena situasi keluarga yang kurang menerima entah karena kemiskinan maupun karena kenakalan mereka sendiri. Lewat pembinaan katekese, bimbingan konseling, latihan keretampilan dan lain sebagainya kita mencoba untuk mendampingi mereka agar mereka mengalami kasih Yesus Gembala Baik dan bisa berdaya. Untuk mendampingi mereka dibutuhkan kekuatan dari dalam yakni Tuhan, tanpa campur tangan Tuhan kita tidak akan mampu membawa mereka kembali kepada-Nya. Maka dengan penghayatan spiritualitas Yesus Gembala Baik yang kuat, kita diajak untuk terus menghidupi dan menerapkan dalam pelayanan. Betapapun dalam penghayatan spiritualitas kita, namun bila tidak diterapkan dalam perbuatan akan sia-sia. Seperti Yesus Gembala Baik yang memberikan diri kepada domba-domba-Nya, begitupun kita diminta untuk memberikan diri dalam pelayanan seperti Dia. Dengan pelayanan yang kita lakukan kita bisa melihat dan menyadari kelebihan maupun kekurangan yang kita dimiliki terutama dalam menerapkan penghayatan spiritualitas dan dalam melakukan karya secara profesionalitas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
Maka sekarang kita hendak merenungkan tindakan macam apa yang harus kita lakukan supaya kita benar-benar menghayati spiritualitas Gembala Baik dalam hidup kita sehari-hari dan bisa menerapkan dalam mengembangkan karya pelayanan secara profesionalitas, supaya dengan tindakan yang kita lakukan bisa menemukan Yesus Gembala yang Baik dan melayani kaum perempuan dan anakanak dengan sepenuh hati sehingga mereka menemukan gambaran Allah yang penuh belas kasih dan menyelamatkan. Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan baru (pribadi, komunitas atau bersama), untuk lebih meningkatkan penghayatan spiritualitas dan memperkembangkan karya kerasulan
dalam kehidupan sehari-hari di tempat
tugas, gereja, masyarakat dan komunitas, sesuai dengan sikap dan tindakan yang diharapkan oleh Yesus dari kita untuk mencari dan menemukan semangat Yesus Gembala yang Baik. Berikut ini adalah pertanyaan penuntun untuk membantu peserta membuat niat-niat: a) Niat apa yang hendak kita/aku lakukan dalam hidup ini untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas demi memperkembangkan karya kerasulan secara profesionalitas bagi kaum perempuan dan orang miskin di Bantul dan Yogyakarta? b) Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan niat-niat tersebut? 2) Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan sendiri-sendiri tentang niat-niat peribadi/bersama yang akan dilakukan. Sambil merumuskan niat tersebut, dapat diputarkan musik instrumental.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
3) Niat
pribadi
diungkapkan,
kemudian
niat-niat
komunitas/bersama,
dibicarakan dan didiskusikan bersama, guna menentukan niat bersama agar mereka semakin mampu meningkatkan penghayatan spiritualitas Gembala Baik demi perkembangan karya kerasulan secara profesionalitas bagi kaum permpuan dan anak-anak. g.
Penutup
1) Setelah selesai merumuskan niat pribadi kemudian menyanyikan lagu “Aspirasi Santa Maria Euphrasia” [Lampiran 3: (3)]. 2) Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan isi lagu tersebut. Sementara itu lilin dapat dinyalakan dan salib ditempatkan di tengah-tengah peserta. Pendamping menjelaskan makna lilin dan salib adalah lambing kehadiran Yesus di tengah-tengah kita. 3) Kesempatan Doa umat spontan yang diawali oleh pendamping dengan menghubungkan dengan niat-niat baik dari peserta untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas Gembala Baik dalam memperkembangkan karya kerasulan secara professional dalam hidup sehari-hari dan pelayanan mereka. Setelah itu doa umat disusul secara spontan oleh para peserta yang lain. Akhir doa umat ditutup dengan doa penutup dari pendamping yang menutup keseluruhan langkah dalam SCP ini dengan doa. 4) Doa Penutup: Tuhan Yesus Kristus Gembala yang Baik, kami mengucap syukur atas rahmat panggilan dan teladan kegembalaan-Mu yang Engkau berikan kepada kami sehingga kami dapat mengikuti Engkau sebagai suster Gembala Baik. Tuhan kami seringkali lalai untuk menghidupi spiritualitas-Mu karena kesibukan dalam karya, kami juga kurang memberi waktu cukup untuk memperdalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
hidup rohani kami. Bantulah agar kami mampu menghayati semangat dan spiritulitas kegembalaan-Mu
agar hidup kami semakin mendalam dan
mengakar kepada-Mu sehingga kami mampu mewartakan belas kasih-Mu lewat sikap dan tindakan pelayanan kami setiap hari dengan meninggalkan sikap-sikap yang kurang baik dan melaksanakan karya cinta kasih yang telah Engkau sampaikan kepada kami. Melalui hidup doa, dan penghayatan spiritualitas-Mu kami berusaha untuk mengubah kebiasaan lama kami yang buruk dan mencoba untuk memperbaharui diri, namun tanpa bantuan-Mu kami tidak dapat melepaskan kelemahan-kelemahan yang ada pada kami dan kami juga kadang kurang setia dalam melaksanakan kebaikan-kebaikan menuju jalan-Mu. Oleh karena itu buatlah kami menjadi orang yang setia dan tulus dalam menerapkan semangat kegembalaan-Mu untuk melayani orang lain lewat sikap dan tindakan kami dalam pelayanan terutama bagi kaum perempuan dan orang miskin di Bantul dan Yogyakarta
agar mereka
mengalami pertobatan, berdaya dalam hidup dan akhirnya bisa menjadi pribadi yang mandiri dan bermartaba. Semoga kami selalu melaksanakan kehendak-Mu dalam keseluruhan hidup kami agar kelak kami bersatu dengan Engkau dalam Kerajaan Allah, sebab Engkaulah Sang Gembala Baik yang berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin. 5) Sesudah doa penutup, pertemuan diakhiri dengan lagu “Ajarilah Aku Tuhan Bahasa Cinta” Madah Bakti No. 400 [Lampiran 4: (4)].
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
BAB VI PENUTUP
Dengan rumusan permasalahan yang ada di dalam skripsi ini dan usulan rekoleksi untuk mendalami kharisma dan spiritualitas Yesus Sang Gembala Baik, sebagai tindak lanjut maka penulis akan memberkan kesimpulan dan saran yang bertolok dari beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran seperti yang telah tertuang dalam beberapa bagian dari skripsi ini.
A. Kesimpulan Yesus Kristus, Gembala Baik, merupakan model ilahi yang diteladani oleh para suster Gembala Baik agar dapat mencapai kesempurnaan dalam kesucian. Yesus Gembala Baik menjadi teladan bagi para suster Gembala Baik dalam mewujudkan seluruh perilaku kehidupannya sehari-hari. Mereka membentuk diri seturut semangat Yesus Gembala Baik dalam melaksanakan karya perutusan mereka yakni melayani mereka yang kecil, lemah, miskin dan tersingkirkan terutama kaum perempuan dan anak-anak serta menjadi model
dalam
menghayati hidup sehari-hari. Para suster Gembala Baik, berkat spiritualitas yang dihidupi, dipanggil untuk menyerupai Yesus Gembala Baik dalam meneladan serta menghayati cinta kasih penggembalaan-Nya. Berpartisipasi dalam pelayanan cinta kasih Yesus merupakan kurnia yang semata-mata dianugerahkan oleh Roh Kudus, sekaligus menjadi suatu tugas dan panggilan para suster Gembala Baik. Oleh karena itu, prinsip batin atau daya kekuatan yang menjiwai dan menuntun hidup para suster Gembala Baik untuk menyerupai Kristus Sang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
Gembala Baik ialah cinta kasih penggembalaan-Nya. Dengan keutamaan cinta kasih penggembalaan pada umat-Nya, para suster Gembala Baik mencontoh Kristus dalam setiap pelayanannya. Penyerahan diri Yesus Gembala Baik secara utuh, menampakkan kasih-Nya terhadap kawanan domba. Demikian pun cinta kasih penggembalaan para suster Gembala Baik menentukan cara berpikir, cara bertindak, serta cara pelayanan yang berhubungan dengan sesama, dan semua ini mengajukan tuntutan-tuntutan khas kepada para para suster Gembala Baik, untuk mewartakan cinta kasih penggembalaan yang menjadi ciri pelaksanaan pelayanan sebagai tugas cinta kasih. “Setiap pribadi jauh lebih berharga dari pada seluruh dunia” yang menjadi motto Santa Maria Euphrasia pendiri kongregasi Gembala Baik mengajak setiap orang untuk sungguh-sungguh menerima, mengerti, memahami dan mencintai setia individu sebagai citra Allah. Karya kerasulan yang dilakukan oleh para suster Gembala Baik merupakan wujud nyata bahwa mereka juga ikut terlibat dalam karya cinta kasih Allah untuk sesama terutama mereka yang kecil lemah dan tersingkir. Dalam spiritualitas Gembala Baik ada banyak inspirasi yang dapat digali dan diambil maknanya bagi pelayanan para suster Gembala Baik untuk memperkembangkan kerasulan mereka,
antar lain: pengabdian hidup kepada
kawanan, hubungan dekat dengan kawanannya, semangat kerja keras dan pantang menyerah, mencintai kehidupan, rela berkorban demi kawanan dan yang paling utama adalah fokus pada orang yang dilayani terutama mereka yamg kecil miskin dan terlantar. Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa spiritualitas Gembala Baik dapat menjadi sumber inspirasi yang tidak pernah habis digali untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
memperkembangkan karya kerasulan para suster Gembala Baik secara profesionalitas. Gereja mempercayakan kepada para suster Gembala Baik perutusan rekonsiliasi. Pokok kerasulan para suster Gembala Baik adalah memaklumkan pesan rekonsiliasi (pengampunan). Pesan rekonsiliasi ini terwujud melalui pelayanan cinta kasih dan penginjilan yang ditujukan kepada orang-orang yang terluka karena dosa dan akibat-akibatnya. Para suster Gembala Baik mendampingi pribadi-pribadi yang dilayani agar mereka dapat bertemu dengan Yesus Gembala Baik dan mengalami pertobatan, sehingga mereka diperdamaikan dengan Allah dan sesama.
B. Saran Sebagai
tindak
lanjut
berdasarkan
kesimpulan
di
atas,
penulis
menyampaikan beberapa saran sebagai buah refleksi penulis selama ini antara lain:
1.
Bagi para suster Gembala Baik
a.
Agar karya kerasulan para suster Gembala Baik semakin berkembang dan pelayanannya sesuai dengan kebutuhan zaman maka perlu meningkatkan segi kualitas dan profesionalitas dalam karya serta berani mencari terobosan karya sesuai dengan kebutuhan Gereja setempat.
b.
Untuk melayani lebih maksimal maka pengahayatan spiritualitas Gembala Baik perlu diperdalam dan dipertajam baik secara pribadi maupun bersama sehingga dapat diaplikasikan dalam kerasulan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
c.
Mengadakan rekoleksi bersama sebagai sarana untuk menggali dan memperdalam penghayatan spiritualitas Gembala Baik.
d.
Mengingat jumlah anggota para suster Gembala Baik sedikit, dan jumlah pelayanan semakin berkembang maka perlu menjalin kerja sama dengan kaum awam atau lembaga/instansi lain yang berkompeten dalam bidangnya.
e.
Berani keluar dari zona nyaman dan mencari terobosan-terobosan baru agar karya semakin menjangkau orang yang miskin dan tersingkirkan.
2.
Bagi Yayasan Gembala Baik
a.
Agar yayasan mengusahakan segala fasilitas, sarana dan prasarana yang dibutuhkan pada setiap unit karya dengan memadai sehingga pelaksanaan karya dapat lancar.
b.
Segala bentuk administrasi termasuk keuangan karya dipusatkan di fund provinsi, sehingga yang di unit karya tidak merasa berat harus mencari dana sekaligus menangani karya kerasulan.
c.
Setiap suster yang ditugaskan dalam unit karya selalu di up grade diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuan, latihan-latihan atau bekal keterampilan sesuai dengan karya yang ditanganinya (capacity building).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
DAFTAR PUSTAKA Adisusanto, F.X. (1979). Pertobatan menurut Ad Gentes, art. 13: Pertobatan dalam Katekese. (Seri Pastoral, No. 15b.) Yogyakarta: Pusat Pastoral. Clinebell, Howard. (2002). Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral. Yogyakarta: Kanisius. Congrégation de N.D de Charité du Bon Pasteur d’Angers (1992). My Dear Daughters Conferences and Instructions of Saint Mary Euphrasia Pelletier. Angers: Lecoq Rue Beaureqaire. Darmawijaya, St. (1987). Gelar-gelar Yesus. Yogyakarta: Kanisius. ______________. (1988). Pesan Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius. D’Saoza, Anthony. (2007). Proactive Visionary Leadership. Jakarta: Trisewu Nagaswara. Eko Riyadi, St. (2011). Yohanes: Firman Menjadi Manusia. Yogyakarta: Kanisius. Hardjana, M.A. (2005). Religiositas: Agama dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius. Heinrich, Arnold (2003). Discipleship. Yogyakarta: Kanisius. Heryatno Wono Wulung, F.X. (2008). Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Agama Katolik II untuk mahasiswa semester II, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Heuken, Adolf. (1987). Katekismus Konsili Vatikan II. Jakarta: Cipta Loka. Jacobs, Tom. (1979). Dinamika Gereja. Yogyakarta: Kanisius. _______________. (1985). Gereja Yang Kudus. Yogyakarta: Kanisius. _______________. (1987). Hidup Membiara: Makna dan Tantangannya. Yogyakarta: Kanisius. Katekismus Gereja Katolik. (1993). (P. Herman Embuiru SVD, Penerjemah). Ende: Arnoldus. ( Dokumen asli diterbitkan tahun 1995). Keller, W. Philip (1979). A Shepherd Look at The Good Shepherd and His Sheep. Glasgoate: Lowe & Brydone Printer Ltd. _______________. (2006). Gembala Yang Baik. Jakarta: Nafiri Gabriel. Kieser, B. (1991). Mewartakan dalam Kebebasan. Yogyakarta: Kanisius. Kitab Hukum Kanonik. (2006). (V. Kartosiswoyo dkk., Penerjemah). Bogor: Mardiyuana. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1983). Konferensi Pemimpin Tarekat Religius Indonesia. (1987). Spiritualitas Pelayanan: Religius Melayani Kerajaan Allah. Manuskrip yang ditulis dari hasil pertemuan para Pemimpin Tarekat Religius seluruh Indonesia yang diselenggarakan di Jakarta pada 24 Agustus s/d 5 September 1987. Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. Kongregasi Para Suster Gembala Baik. (1994) Penyelamatan. (Ig. Suharyo, Penerjemah). Manuskrip yang ditulis untuk digunakan sebagai bahan bacaan rohani para suster Gembala Baik. _________________. (1995a). Puteri-puteriku Terkasih Konferensi-konferensi dan Instruksi-instruksi Santa Maria Euphrasia (Ig. Suharyo, Penerjemah). Manuskrip yang ditulis untuk digunakan sebagai bacaan rohani untuk memperdalam spiritualitas Gembala Baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120
Kongregasi Para Suster Gembala Baik. (1995b). Bacaan Khusus untuk Kongregasi Yesus dan Maria. (Ig. Suharyo, Penerjemah). Manuskrip yang ditulis untuk digunakan sebagai bacaan alternatif dalam Ibadat Harian. ________________. (2007). Dinamika Komunitas Gembala Baik. Manuskrip yang ditulis dalam rangka Peringatan 80 Tahun Kehadiran Kongregasi Para Suster Gembala Baik di Indonesia. ________________. (2009a). Constitutions and Statutes. Manuskrip yang ditulis sebagai peraturan dan cara hidup para suster Gembala Baik, yang diberikan di Vatikan, pada 19 Agustus 2009. ________________. (2014). Rumusan Kebijakan Propinsi. Manuskrip yang ditulis sebagai arah dan rencana kerja para suster Gembala Baik propinsi Indonesia untuk tahun 2014-2020. Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Krispurwana Cahyadi. (2009). Pastoral Gereja. Yogyakarta: Kanisius. Leteng, Hubertus. (2012). Pertumbuhan Spiritual Jalan Pencerahan Hidup. Jakarta: Obor. Mardiatmadja, B.S. (1985). Beriman dengan Radikal. Yogyakarta: Kanisius. Mardi Prasetyo. (2001). Tugas Pembinaan dalam Hidup Bakti. Yogyakarta: Kanisius. Martasudjita, E. (1999). Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi. Yogyakarta: Kanisius. _________________. (2003). Sakramen-sakramen Gereja. Yogyakarta: Kanisius. Nilakandi, P.D. (1982). Tafsir Alkitab Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Olla, Paulinus. (2009). Teologi Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius. Packer, J.I. (1999). Knowing God. Jakarta: Immanuel. Perdagangan Manusia, Wisata Seks, Kerja Paksa. (2011). (R.P. Piet Go O.Carm., Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2002). Poerwadarminta, W.J.S. (1988). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Purwa Hadiwardoyo. (2009). Gereja yang Melayani dengan Rendah Hati. Dalam E. Martasudjita (Ed.). Bersama Mgr. Ignatius Suharyo. (hh. 159-168). Yogyakarta: Kanisius. Ridick, Joyce. (1987). Kaul Harta Melimpah dalam Bejana Tanah Liat. Yogyakarta: Kanisius. Sitepu. http://www. artikel.net/spiritual/#xzz3JI9TOV00. accessed on April 17, 2015a. _________________. Katolisitas.org/88. Apakah Spiritualitas Katolik. accessed on April 22, 2015b. Sulaiman. Blogdetik.com/ Kategori Spiritual. accessed April 22, 2015. Sumarno Ds. (2013/2014). Pastoral Paroki. Diktat Mata Kuliah Pastoral Paroki untuk mahasiswa semester V, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sumarno Ds. (2014). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk mahasiswa semester VI, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121
Van Breemen. (1983). Kupanggil Engkau dengan Namamu. Yogyakarta: Kanisius. Warnig, Rose Virginie. (1985a). Also I Vow Seal. Manuskrip yang ditulis dalam rangka untuk bacaan rohani para suster Gembala Baik. _________________. (1985b). Saya juga Berkaul Semangat Merasul. Manuskrip yang ditulis dalam rangka untuk bacaan rohani para suster Gembala Baik. _________________. (1990). Reconciliation. Manuskrip yang ditulis dalam rangka peringatan tahun jubile kanonisasi St. Maria Euphrasia.