PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH PELATIHAN MANAJEMEN WAKTU TERHADAP KEMAMPUAN MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA AWAL
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh : Dominica Xyannie Mariave 099114090
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Halaman Persembahan
Karyaku ini kupersembahkan untuk :
Papaku tercinta yang ada di surga, (Alm) Vincentius Wisnu
Wardhono
terimakasih
atas
penyertaan,
bimbingan, motivasi dan doa papa kepada Xyannie yang selalu papa berikan selama papa hidup dan Xyannie yakin hingga sekarang pun papa selalu mendoakan Xyannie dari surga. Terimakasih papa, terimakasih
juga
untuk
mamaku
dukungan, perhatian dan doanya.
iv
tercinta
atas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
“ Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu ” (Sang Pemimpi)
“ Dia akan menjadikan segala-galanya baik “ (Mrk 7:37)
“Menjadi sukses itu bukanlah suatu kewajiban namun yang menjadi kewajiban adalah perjuangan kita untuk menjadi sukses”
“Otium Sine Literis Mors Est – Waktu luang yang berjalan tanpa berkarya adalah malapetaka” (Pepatah Latin)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH PELATIHAN MANAJEMEN WAKTU TERHADAP KEMAMPUAN MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA AWAL
Dominica Xyannie Mariave ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan manajemen waktu terhadap kemampuan manajemen waktu mahasiswa awal. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dengan menggunakan desain Nonrandomized Pretest-posttest Control Group Design. Jumlah subjek pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 25 subjek dan jumlah subjek pada kelompok eksperimen sebanyak 25 subjek. Hasil pengujian Independent Sample T-Test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok (t = 5.903; p = 0.000) dalam hal kemampuan manajemen waktu. Dari perhitungan uji beda gain score didapatkan bahwa rata-rata gain score kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata gain score kelompok kontrol (7.32 > -6.56). Hasil pengujian One Sample T-Test terhadap evaluasi reaksi peserta pelatihan manajemen waktu menunjukkan bahwa ada penilaian positif dari peserta pelatihan terhadap materi dan metode pelatihan (39.92), fasilitator (62.16), sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelatihan (51.52) serta pelatihan secara keseluruhan (153.6) dengan p = 0.000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pelatihan manajemen waktu yang diberikan, efektif untuk meningkatkan kemampuan manajemen waktu mahasiswa awal. Kata Kunci : Pelatihan Manajemen Waktu, Kemampuan Manajemen Waktu
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
THE EFFECTS OF TIME MANAGEMENT TRAINING TO NEW STUDENTS’ TIME MANAGEMENT SKILL Dominica Xyannie Mariave ABSTRACT This research aimed to find how time management training has an influence time management skill for new students. This research was an quasi experimental and use Nonrandomized Pretest Posttest Control Group Design. Research participans were 25 in experimental group and 25 in control group. The results of Independent Sample T-Test between control group and experimental group showed that any significantly difference between both of group (t = 5.903; p = 0.000) in time management skill. The result of difference test of gain score show mean of gain score in experiment group higher than mean of gain score in control group (7.32 > -6.56). The results of One Sample T-test about participants’ reaction show that any positive appraisal from participants about materials and training method (39.92), facilitators (62.16), tools (51.52) and training totality (153.6) with p = 0.000. The data analysis results showed there were time management training was effective toward time management skill for new students. Keywords: Time Management Training, Time Management Skill
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih juga kepada semuanya yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. 1. Tuhan Yesus Kristus yang telah menuntun, membimbing serta memberkati penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. 2. Bapak C. Siswa Widiyatmoko, M.Psi selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak Y. Heri Widodo, M.Psi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak informasi, ilmu, kesabaran dan semangat dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi dan Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si selaku dosen pembimbing akademik. 5. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis. 6. Drs. H. Wahyudi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis. 7. Bapak Didik Suryo Hartoko, M.Si selaku dosen mata kuliah Seminar yang telah membimbing peneliti dan memberi masukan sehingga topik seminar tersebut dapat direalisasikan dalam skripsi.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8. Semua Bapak/Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan tentang psikologi dan semua karyawan (Mas Gandung, Ibu Nani, Mas Mudji, Mas Doni dan Pak Gie) atas perhatiannya kepada penulis dalam pemberian fasilitas-fasilitas. 9. Para DPA angkatan 2012, Drs. H. Wahyudi, M.Si., Suster Lidwina Tri Ariastuti, FCJ., M.A., Ratri Sunar Astuti, M.Si., MM Nimas Eki S., M.Si., Psi., Suster Th. Dewi I. Gallang, FCJ., Psi., MM. yang telah membantu mempersuasi mahasiswa psikologi angkatan 2012 untuk mengikuti pelatihan manajemen waktu ini. 10. Kedua orangtuaku (Alm) Vincentius Wisnu Wardhono dan Florentina Kus Siti Yanuri selaku orang tua penulis yang telah memberikan kasih sayang dan pengorbanan yang luar biasa. Terimakasih juga atas doa, bimbingan, motivasi yang telah diberikan untuk penulis. “Papa, walaupun papa udah nggak ada, tapi Xyannie yakin banget kalau papa selalu beserta Xyannie dan mendoakan Xyannie selalu dari surga. Papa, ini hasil kerja keras Xyannie lho. Ini semua Xyannie persembahkan buat papa. Semoga papa bangga sama Xyannie ya. Xyannie bangga karena bisa menepati janji ke papa buat lulus tahun ini, semoga papa juga bangga ya”. 11. Yth. Pastor Marcell Manggau, CICM. Terimakasih dukungan dan doanya selalu, Romo. 12. Sahabatku selama di psikologi yakni Asthy dan Ichan. Terimakasih udah mau bantuin nyebar skala ke kelas-kelas dan terimakasih juga buat ichan
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
udah mau ikut nginep di kaliurang demi bantuin trainingku dan rela repotrepot jadi observer, hehehe makasih teman-teman. 13. Terimakasih untuk teman-teman dari “Witgedhang Consulturement”. Wah, kalian emang luar biasa, rela membantu time management training ini tanpa kenal lelah dan menyiapkan semua dari mulai program sampai hal teknis. Yang pasti terimakasih banget buat Mas Acong, Mas Agung, Mas Anton, Mas Andhi, Mas Andika, Mas Lasro, Mas Eko, Mas Bembi, Mbak Intan. Tanpa bantuan kalian, aku bukanlah apa-apa, hhehehe. 14. Fardian Bazra makasih ya udah dibikinin posternya, makasih juga udah rela repot-repot bantuin selama training. Makasih juga buat doa dan dukungannya selalu. 15. Andreas Yudha Ferry Nugroho yang selalu memberi semangat, motivasi, doa kepada peneliti. Terimakasih karena selalu mengajarkan dengan sabar mendengar keluh kesah, membantu dan mengajarkan ketika aku bingung sama skripsi ini, hehehehe.. 16. Teman-teman angkatan 2009 yang selama 2 jam rela nungguin aku pendadaran, Stenny, Rani, Fhenny, Angel, aduhh kemarin banyak banget yang nungguin hihihi makasih ya buat support dan doanya teman-teman. 17. Makasih buat 25 peserta pelatihan manajemen waktu yang luar biasa. You are rock, guys! Semoga training ini bermanfaat buat kalian kedepannya ya. 18. Pak Yoko Taufan dan Bu Upi selaku pengurus Wisma GHCC Duta Wacana Kaliurang, terimakasih telah menerima saya dan teman-teman ya bu, pak. Terimakasih juga karena sarana prasarana yang disediakan sangat memadai.
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19. Terimakasih juga untuk Tante Liza Hastari dan keluarga buat dukungan, doa
dan semangatnya
kepada
penulis.
Terimakasih Tante buat
perhatiannya. Tuhan memberkati Tante Liza dan keluarga. 20. Sahabat-sahabat KKN Ceria, Silvia Pristi Werdininggar, Etri Silviana, Diah Intan, Bonaventura Dinar dan semuanya. Terimakasih kalian selalu ada di saat aku ngerasa jatuh, kalian selalu bisa buat aku bangkit. Terimakasih teman-teman, walaupun kita baru kenal Juli 2012 tapi aku bener-bener ngerasa kalian emang sahabat aku. Terimakasih ya temanteman.
21. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang turut serta membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap segala saran dan masukan yang dapat melengkapi skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Terima kasih.
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ......................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................
iv
HALAMAN MOTTO.............................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ...........
vi
ABSTRAK ..............................................................................................
vii
ABSTRACT............................................................................................
viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .........
ix
KATA PENGANTAR ...........................................................................
x
DAFTAR ISI ..........................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................... xviii DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xx
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
7
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
8
1. Manfaat Teoretis ........................................................................
8
2. Manfaat Praktis .........................................................................
8
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II. LANDASAN TEORI ..............................................................
9
A. Mahasiswa Awal ............................................................................
9
B. Manajemen Waktu .........................................................................
10
1. Pengertian Manajemen Waktu ...................................................
10
2. Kuadran Manajemen Waktu ........................................................
11
3. Aspek-aspek dalam Manajemen Waktu ......................................
13
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Waktu ...............
15
5. Keuntungan Manajemen Waktu ..................................................
16
C. Pelatihan .......................................................................................
19
1. Definisi Pelatihan .......................................................................
19
2. Tahapan Pelatihan ......................................................................
19
3. Manfaat Pelatihan .......................................................................
24
4. Metode Pembelajaran Eksperensial (Experiential Learning) .......
25
5. Cara-cara dalam Metode Pembelajaran Eksperensial ...................
27
D. Dinamika Pengaruh Pelatihan Manajemen Waktu terhadap Kemampuan Manajemen Waktu Mahasiswa Awal ..........................
30
E. Hipotesis ........................................................................................
35
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................
36
A. Jenis Penelitian ..............................................................................
36
B. Identifikasi Variabel ......................................................................
37
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. Definisi Operasional .......................................................................
38
1. Mahasiswa Awal .........................................................................
38
2. Manajemen Waktu .....................................................................
38
3. Pelatihan ....................................................................................
38
D. Subjek Penelitian ...........................................................................
39
E. Sampling ........................................................................................
39
F. Prosedur Penelitian .........................................................................
39
1. Tahap Persiapan Penelitian .........................................................
39
2. Tahap Pelaksanaaan Penelitian ...................................................
41
G. Alat Ukur .......................................................................................
43
I. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur.................................................
47
1. Validitas .....................................................................................
47
2. Seleksi Aitem ..............................................................................
47
3. Reliabilitas .................................................................................
49
J. Teknik Analisis Data .....................................................................
49
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................
50
A. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................
50
1. Tahap Pre - Test .........................................................................
50
2. Tahap Manipulasi dan Pemberian Treatment ..............................
50
3. Tahap Post – Test .......................................................................
55
B. Deskripsi Data Penelitian ................................................................
56
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. Deskripsi Data Evaluasi Reaksi Peserta terhadap Pelatihan ..........
58
D. Hasil Penelitian ............................................................................
61
1. Uji Asumsi .............................................................................
61
2. Uji Hipotesis ..........................................................................
64
E. Pembahasan .................................................................................
65
BAB V. KESIMPULAN DAN PENUTUP ............................................
71
A. Kesimpulan ..................................................................................
71
B. Keterbatasan Penelitian .................................................................
71
C. Saran ............................................................................................
72
1. Bagi Universitas......................................................................
72
2. Bagi Sujek Penelitian .............................................................
72
3. Bagi Peneliti Selanjutnya .......................................................
72
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
74
LAMPIRAN – LAMPIRAN .................................................................
80
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1. Blue Print Uji Coba Skala Kemampuan Manajemen Waktu ...
44
Tabel 3.2. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban .......................................
45
Tabel 3.3. Blue Print Evaluasi Reaksi Peserta Pelatihan Manajemen Waktu ....................................................................................
46
Tabel 3.4. Blue Print Skala Kemampuan Manajemen Waktu Pre-Test ...
48
Tabel 3.5. Blue Print Skala Kemampuan Manajemen Waktu Post-Test ...
48
Tabel 4.1. Hasil Data Skala Kemampuan Manajemen Waktu .................
56
Tabel 4.2. Hasil Data Gain Score Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ............................................................................
57
Tabel 4.3. Hasil Analisis Deskriptif .........................................................
58
Tabel 4.4. Manajemen Waktu Mahasiswa di Kedua Kelompok Secara Umum ....................................................................................
xviii
60
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Matriks Kuadran Waktu .....................................................
12
Gambar 2.2. Skema Metode Experiential Learning .................................
25
Gambar 2.3. Skema Pelatihan Manajemen Waktu dengan Metode Experiential Learning ..........................................................
34
Gambar 3.1. Skema Variabel Penelitian ..................................................
36
Gambar 3.2. Ilustrasi Desain Penelitian Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group Design ........................................................
37
Gambar 4.1. Diagram Evaluasi Reaksi Peserta Pelatihan ........................
59
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Uji Reliabilitas Skala Kemampuan Manajemen Waktu ......
79
Lampiran 2. Data Penelitian Skala Kemampuan Manajemen Waktu .....
82
Lampiran 3. Rata-rata Manajemen Waktu Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen .....................................................
83
Lampiran 4. Persepsi Peserta terhadap Materi dan Metode Pelatihan .....
84
Lampiran 5. Persepsi Peserta terhadap Fasilitator atau Trainer ..............
85
Lampiran 6. Persepsi Peserta terhadap Sarana dan Prasarana saat Pelatihan ...........................................................................
86
Lampiran 7. Persepsi Peserta terhadap Keseluruhan Training ...............
87
Lampiran 8. Diagram Rata-rata Reaksi Peserta Pelatihan Manajemen Waktu ...............................................................................
88
Lampiran 9. Uji Normalitas ..................................................................
89
Lampiran 10. Uji Homogenitas ...............................................................
90
Lampiran 11. Uji Hipotesis .....................................................................
91
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 12. Personal Action Plan Peserta Pelatihan Manajemen Waktu ...............................................................................
92
Lampiran 13. Skala Kemampuan Manajemen Waktu .............................
93
Lampiran 14. Rundown Pelatihan Manajemen Waktu ............................. 100 Lampiran 15. Modul Pelatihan Manajemen Waktu .................................. 104 Lampiran 16. Lembar Kerja Individual .................................................... 113 Lampiran 17. Lembar Evaluasi Reaksi Peserta terhadap Pelatihan Manajemen Waktu ............................................................ 116 Lampiran 18. Laporan Observasi Dinamika Kelompok I ........................ 126 Lampiran 19. Laporan Observasi Dinamika Kelompok II ....................... 135 Lampiran 20. Laporan Observasi Dinamika Kelompok III ...................... 141 Lampiran 21. Laporan Observasi Dinamika Kelompok IV ...................... 150 Lampiran 22. Foto-foto Pelatihan Manajemen Waktu ............................. 161
xxi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Waktu merupakan sumber yang sangat berharga bagi kehidupan manusia karena dengan adanya waktu, individu dapat melakukan berbagai macam kegiatan yang berguna dalam hidupnya. Selain itu, individu juga dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Hal ini serupa dengan yang dikemukakan oleh Lakein (1992). Ia mengemukakan bahwa waktu adalah hidup yang tidak dapat diganti apalagi diulang. Dengan membuang-buang waktu maka seseorang membuat hidup menjadi sia-sia. Akan tetapi, jika seseorang mampu mengelola waktu dengan baik maka hidup akan lebih bermanfaat karena banyak hal penting yang dapat dilakukan. Setiap manusia memiliki waktu 24 jam dalam sehari untuk melakukan aktivitasnya namun terkadang waktu 24 jam tersebut dirasakan kurang untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Hal ini menandakan bahwa individu tersebut terlalu banyak memiliki kegiatan sedangkan waktu yang dimilikinya terbatas sehingga individu harus dapat mengatur waktu sebaik mungkin agar dapat mencapai tujuannya. Inilah alasan mengapa manajemen waktu sangat diperlukan (Das dan Mishra, 2010). Manajemen waktu sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Covey (1994) mengatakan jika individu mampu mengatur waktunya dengan baik maka ia akan mampu memilah mana yang harus dilakukan terlebih dahulu,
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
sehingga individu dapat efisien dalam menggunakan waktu. Efisien yang dimaksud yakni dapat menyelesaikan segala sesuatu dalam waktu yang singkat sehingga banyak hal lebih bisa dikerjakan tanpa membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna sehingga individu mampu menyelesaikan tugasnya sehingga hidupnya akan tertata serta dapat hidup sejahtera. Banyak definisi manajemen waktu yang dikemukakan oleh para ahli. Covey (1994) mengemukakan bahwa manajemen waktu adalah kemampuan untuk memilih aktivitas yang harus dilakukan terlebih dahulu berdasarkan prioritas utama. Hal yang sama diungkapkan oleh Lakein (1992). Ia mengungkapkan bahwa individu harus melakukan sesuatu berdasarkan prioritas utama yang berarti harus dapat memutuskan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya. Kemampuan manajemen waktu menggunakan beberapa prinsip, yaitu menetapkan tujuan dan menyusun prioritas, melakukan perencanaan dan penjadwalan serta mengatur area kerja (Macan, 1994). Manajemen waktu perlu dimiliki oleh semua orang terutama mahasiswa awal. Hal ini diperkuat oleh survei awal yang dilakukan pada tanggal 2 Mei 2012 pada empat puluh mahasiswa Psikologi angkatan 2011, Universitas Sanata Dharma. Sebanyak dua puluh dua subjek mengatakan bahwa kesulitan yang mereka alami saat menjadi mahasiswa awal yaitu sulit beradaptasi dalam hal jadwal karena berbeda pada saat SMA. Mereka harus lebih mandiri dalam hal mengurus jadwal serta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
kesulitan membagi jadwal antara kegiatan akademis dan non-akademis sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah yang ada pada mahasiswa awal,
Fakultas
Psikologi,
Universitas
Sanata
Dharma
adalah
ketidakmampuan untuk mengatur waktu. Mahasiswa awal masih berada di masa transisi, yakni peralihan dari remaja menuju ke dewasa. Santrock (2009) mengatakan bahwa dalam masa transisi tersebut banyak terjadi perubahan dalam diri mereka termasuk dalam hal autonomi. Mahasiswa awal sedang berada pada masa transisi dari sekolah menengah atas (SMA) ke masa dewasa, yakni ke dunia perkuliahan. Pada saat SMA, mereka masih hidup serba teratur, pendidikan masih diatur oleh pihak guru serta masih berada di bawah pengawasan orang tua. Sedangkan saat masuk dunia perkuliahan, mereka dituntut untuk lebih dapat bertanggung jawab serta dapat mandiri dalam mengatur jadwal, membagi waktu antara kegiatan akademik dan non-akademik (Hurlock, 1967; Johnson, 2008) sehingga manajemen waktu perlu dimiliki oleh para mahasiswa yang sedang dalam masa peralihan dari sekolah menengah atas (SMA) ke perguruan tinggi. Hal ini disebabkan karena tugas perkembangan dalam bidang pendidikan akan lebih kompleks sehingga butuh kemampuan manajemen waktu yang baik. Nonis (1998) mengemukakan bahwa mahasiswa memiliki tugas-tugas yang kompleks sehingga menyebabkan stres akademik sehingga diperlukan kemampuan manajemen waktu yang baik agar stres akademik berkurang dan performansi akademik meningkat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
yakni mahasiswa mampu mengerjakan tugas selesai tepat waktu dan berpengaruh pada hasil akhir atau Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Manajemen waktu yang kurang baik dapat terwujud dalam berbagai perilaku. Chu dan Choi (2005) mengungkapkan bahwa salah satu perilaku dari manajemen waktu yang kurang baik adalah prokrastinasi. Prokrastinasi merupakan perilaku penundaan tugas. Individu yang melakukan penundaan berarti mengesampingkan apa yang menjadi tugastugasnya. Sansgiry, et al (2006) mengungkapkan bahwa ketika kita mampu mengatur jadwal belajar dengan baik, bekerja berdasarkan prioritas utama maka akan berpengaruh pada performansi akademik yang terlihat dalam Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Sansgiry, et al (2006) juga mengatakan bahwa manajemen waktu yang baik mutlak diperlukan karena itu merupakan cara penting atau kunci sukses dalam kesuksesan performansi akademik. Dengan tidak adanya prokrastinasi, seseorang mampu untuk memprioritaskan hal-hal yang sekiranya harus dilakukan dan berpengaruh pada performansi akademik. Perilaku yang terlihat ketika individu memiliki kemampuan manajemen waktu adalah kemampuan estimasi waktu secara akurat (Smythe dan Robertson, 1999). Jika seseorang tidak memiliki estimasi waktu yang akurat maka individu tidak dapat mengukur kemampuan dan jangka waktu dalam mengerjakan suatu tugas maupun pekerjaan lainnya sehingga seseorang yang kurang memiliki kemampuan estimasi waktu tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Macan
(dalam
Luthfiana,
2010)
mengungkapkan
5
bahwa
manajemen waktu dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Semakin bertambah umur seseorang maka orang tersebut semakin dapat mengatur waktu dengan baik. Jenis kelamin juga mempengaruhi kemampuan manajemen
waktu
seseorang.
Perempuan
memiliki
kemampuan
manajemen waktu yang baik daripada laki-laki. Perempuan cenderung melakukan aktivitas berdasarkan prioritas utama dan melakukan sesuatu yang
bermanfaat
bagi
dirinya
sedangkan
laki-laki
cenderung
menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan yang tidak berguna. Kemampuan manajemen waktu yang dimiliki seseorang juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan sehingga apabila individu tinggal di sekitar orangorang yang memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik maka ia juga memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik. Hal ini disebabkan karena individu mempelajari hal-hal dari lingkungan sekitarnya (Burt, et al, 2009). Faktor kebiasaan juga merupakan hal yang dapat mempengaruhi kemampuan manajemen waktu. Dengan adanya kebiasaan yang dimiliki individu, ia selalu melakukan setiap kegiatan dengan teratur. Keteraturan yang dimiliki individu akan membuat dirinya selalu terbiasa untuk melakukan hal tersebut. Olochwoku
(dalam
Haastrup,
2010)
menyatakan
bahwa
kemampuan untuk mengatur waktu merupakan hal yang dapat dipelajari seperti keterampilan ataupun kecakapan lainnya. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan manajemen waktu seseorang yakni dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
pelatihan atau training. Pelatihan manajemen waktu merupakan suatu cara yang efektif untuk meningkatkan kemampuan manajemen waktu pada mahasiswa yakni mahasiswa awal. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Kirby (1977) yang menunjukkan hasil bahwa efek instruksi manajemen waktu yang diberikan oleh trainer kepada trainee yang notabene adalah mahasiswa sangat efektif sehingga mahasiswa dapat menggunakan waktu seefisien mungkin. Macan (1994) juga mengatakan bahwa salah satu hal yang dapat mengasah kemampuan manajemen waktu seseorang adalah pelatihan manajemen waktu. Dengan pelatihan manajemen waktu, seseorang diharapkan memiliki pengorganisasian waktu yang efektif, memiliki tujuan dan prioritas serta dalam hal teknis, yakni membuat planning dan jadwal kegiatan. Pelatihan yang dilakukan oleh Van Eerde (2003) juga terbukti efektif untuk mengurangi kebiasaan orang melakukan prokrastinasi. Dengan adanya sebuah treatment berupa pelatihan manajemen waktu diharapkan perilaku manajemen waktu individu berubah menjadi lebih baik. Kolb (1984) mengatakan bahwa ada banyak model pelatihan namun salah satu metode yang dianggap efektif yakni pelatihan yang bersifat
pembelajaran eksperensial (experiential
learning).
Dalam
pembelajaran eksperensial, trainee mengalami sendiri sebuah pengalaman kemudian ia memproses pengalaman tersebut dan mengambil poin penting dari pengalaman tersebut yang dapat direalisasikan dalam hidupnya (Supratiknya, 2011). Metode pembelajaran eksperensial (experiential
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
learning) ini digunakan oleh beberapa ahli untuk melatih kemampuan manajemen waktu seseorang, misalnya yang dilakukan oleh Macan (1994, 1996). Model pelatihan yang dilakukan adalah model pembelajaran eksperensial yang mencakup diskusi kasus, games, role-play, diskusi kelompok, latihan individual, presentasi dan modelling perilaku (menonton film). Hasilnya, individu yang mengikuti pelatihan dapat bekerja berdasarkan prioritas utama dibandingkan dengan individu yang tidak mengikuti pelatihan. Oleh karena itu, dengan adanya model pelatihan seperti ini mahasiswa diharapkan cakap dalam manajemen waktu dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin menguji pengaruh pelatihan manajemen waktu dengan metode experiential learning terhadap kemampuan manajemen waktu mahasiswa.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah pokok penelitian ini adalah : Apakah pelatihan manajemen waktu berpengaruh terhadap kemampuan manajemen waktu mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan manajemen waktu terhadap kemampuan manajemen waktu mahasiswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat menambah khazanah pengetahuan dalam bidang psikologi pendidikan yakni dalam hal kemampuan manajemen waktu bagi mahasiswa dan psikologi perkembangan yakni pentingnya kemampuan manajemen waktu bagi mahasiswa awal yang sedang berada pada masa transisi dari SMA ke perguruan tinggi.
2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi mahasiswa awal dalam kaitannya dengan kemampuan manajemen waktu. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan dasar untuk melakukan penelitian lain dalam mengukur pengaruh pelatihan atau training.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Mahasiswa Awal Mahasiswa merupakan kalangan yang berada di usia remaja. Remaja merupakan individu yang sedang menuju ke tahap dewasa dan mencakup kematangan mental emosional, fisik maupun sosial. Hurlock (1999) mengemukakan bahwa remaja terdiri dari tiga bagian yakni praremaja, remaja awal dan remaja akhir. Masa pra-remaja berada pada rentang usia 12-14 tahun. Remaja awal mencakup usia 14-17 tahun sedangkan remaja akhir mencakup usia 17-21 tahun. Mahasiswa awal adalah kalangan muda yang berada dalam tahap remaja akhir dan berada pada rentang usia antara 17-21 tahun. Pada masa ini, mereka sedang berada di masa peralihan dari sekolah menengah atas (SMA) ke perguruan tinggi. Santrock (2003) mengemukakan bahwa dalam tahap ini, mahasiswa memiliki tugas perkembangan yakni mencapai kemandirian atau otonomi serta mulai belajar menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Hal ini disebabkan karena mereka sudah mulai terlepas dari pengawasan orang tua sehingga mereka belajar menjadi individu yang independen. Santrock juga menyebutkan bahwa dalam tahap ini, mereka mulai bebas mengikuti kegiatan di luar dan lebih bebas untuk melakukan apapun. Jersild (1965) juga mengemukakan hal yang sama dengan Santrock bahwa dalam masa
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
remaja, individu mulai belajar mandiri atau independen, serta belajar untuk meregulasi dirinya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai mahasiswa, mereka harus lebih bertanggung jawab atas dirinya sendiri terutama dalam hal manajemen waktu yakni membagi waktu antara kegiatan akademis dan non-akademis agar semuanya berjalan dengan baik dan seimbang. Berdasarkan pemaparan di atas, maka yang disebut sebagai mahasiswa awal dalam penelitian ini adalah kalangan muda pada tahap remaja akhir dan berada pada rentang usia antara 17-21 tahun yang sedang menempuh kuliah di semester awal. Pada masa ini, mereka masih berada pada masa peralihan dari SMA ke perguruan tinggi.
B. Manajemen Waktu 1. Pengertian Manajemen Waktu Manajemen waktu adalah kemampuan untuk mengatur waktu seefisien mungkin serta mampu memilih aktivitas yang harus dilakukan terlebih dahulu berdasarkan prioritas utama (Covey, 1994). Lakein (1992) mengemukakan bahwa manajemen waktu adalah kemampuan mengontrol waktu dengan melakukan aktivitas berdasarkan tingkat kepentingannya. Selain itu, dalam manajemen waktu, individu mampu memilah kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan kebutuhan dan keinginan. Das dan Mishra (2010) mendefinisikan manajemen waktu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
sebagai sebuah proses pengorganisasian tugas, memprioritaskan serta menjadwalkan kegiatan untuk penggunaaan waktu agar efektif. Menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen waktu adalah kemampuan individu untuk mengelola waktu secara efisien sehingga individu tersebut mampu membuat prioritas.
2. Kuadran Manajemen Waktu Covey (1994) membagi waktu menjadi dua unsur yaitu pentingtidak penting dan mendesak - tidak mendesak. Lalu, dari kedua unsur tersebut terbentuklah empat kuadran waktu, yaitu penting - mendesak; penting - tidak mendesak; tidak penting - mendesak; tidak penting tidak mendesak. Konsep kuadran waktu milik Covey merupakan sesuatu yang dapat memfasilitasi individu untuk mengetahui kegiatan yang seharusnya dilakukan dan yang tidak perlu dilakukan serta kegiatan yang penting dan tidak penting. Di bawah ini adalah matriks kuadran waktu menurut Covey:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
Gambar 2.1. Matriks Kuadran Waktu (Sumber: Covey, 1994) Urgen (Mendesak)
Penting
Tidak Penting
Kuadran I Aktivitas : Pekerjaan yang segera harus selesai Masalah yang mendesak Persiapan yang dikejar deadline (batas akhir) Kuadran III Aktivitas : Melayani interupsi yang tidak penting Melaksanakan sesuatu berdasar tekanan teman
Tidak Urgen (Tidak mendesak) Kuadran I Aktivitas : Merencanakan tugas Menjalin relasi baru Rekreasi
Kuadran IV Mengerjakan hal-hal sepele Kegiatan yang bersifat “pelarian”
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing kuadran: a.
Kuadran I Aktivitas yang termasuk dalam Kuadran I adalah semua aktivitas yang mendesak dan penting. Namun, perlu disadari bahwa banyak kegiatan yang dianggap penting dan mendesak yang disebabkan karena penundaan tugas-tugas sehingga individu perlu membuat perencanaan atau planning terlebih dahulu agar tugas-tugas tidak terbengkalai.
b.
Kuadran II Kuadran II meliputi kegiatan-kegiatan yang penting, tetapi tidak mendesak. Dalam kuadran ini, individu dapat melakukan perencanaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
jangka panjang, antisipasi ketika menghadapi masalah. Kuadran ini dapat meningkatkan kemampuan untuk berbuat, agar tidak selalu fokus pada Kuadran I yang dapat membuat individu stres. Kuadran ini dapat menciptakan keseimbangan dalam hidup seseorang. c. Kuadran III Kegiatan dalam Kuadran III adalah semua kegiatan yang mendesak tetapi tidak penting. Kegiatan di Kuadran III ditandai dengan usaha untuk selalu menyenangkan orang lain dan menanggapi keinginan atau ajakan orang lain sesuai dengan kesenangan orang lain tersebut. Kuadran III berisi aktivitas-aktivitas yang penting bagi orang lain namun sebenarnya tidak penting bagi individu. d. Kuadran IV Kegiatan dalam Kuadran IV adalah semua kegiatan yang tidak mendesak dan tidak penting. Jika individu hidup pada kuadran IV maka sama halnya dengan membuang waktu. Orang tersebut hanya mengerjakan hal-hal yang tidak penting dan hanya melakukan hal-hal yang menyenangkan dirinya saja.
3.
Aspek-aspek dalam Manajemen Waktu Macan (1994) mengemukakan tiga aspek dalam manajemen waktu, yakni: a. Penetapan Tujuan dan Prioritas Bagian utama dari pengelolaan waktu adalah menetapkan tujuan dari hal-hal yang ingin dicapai atau yang akan dikerjakan sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
dengan menetapkan tujuan maka individu dapat lebih berfokus pada suatu tujuan yang ingin dicapai sehingga dapat mencapai target yang diinginkannya. Untuk mencapai semua target atau tujuan, diperlukan juga penyusunan prioritas. Penyusunan prioritas sangat penting dalam melakukan kegiatan karena dengan melakukan aktivitas berdasakan prioritas utama terlebih dahulu dapat membantu individu untuk mencapai tujuan. b. Mekanisme Manajemen Waktu Mekanisme manajemen waktu merupakan perilaku individu untuk mengatur jadwal, yakni melakukan planning atau perencanaan atas kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dengan membuat to do list dan jadwal kegiatan. c. Pengorganisasian Tugas dan Lingkungan Kerja Aspek manajemen waktu yang lain yakni kebiasaan individu untuk mengorganisasikan pekerjaan atau teratur dalam bekerja dan keteraturan individu yang terlihat secara fisik, misalnya dalam menata area kerja dan meja kerja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
15
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Waktu Macan (dalam Luthfiana, 2010) mengemukakan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan manajemen waktu seseorang, yakni: a. Usia Hasil penelitian Macan, et al (1990) menunjukkan bahwa semakin bertambah usia seseorang maka semakin baik pula kemampuan manajemen waktunya. Hal ini disebabkan karena proses pendewasaan. Dalam hal ini semakin bertambahnya usia maka semakin banyak pengalaman yang dipelajari sehingga kemampuan manajemen waktu mereka semakin baik. b. Jenis Kelamin Macan, et al (1990) mengemukakan bahwa kemampuan manajemen waktu seorang perempuan lebih baik daripada laki-laki. Hal ini disebabkan karena perempuan lebih banyak menggunakan waktunya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan mengesampingkan hal-hal yang tidak penting dengan kata lain ia mengetahui serta melakukan aktivitas berdasarkan prioritas utama. Akan tetapi, laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, misalnya bersantai-santai. Hal ini didukung juga oleh penelitian Ogonor dan Nwadiani (2006) serta Misra (2000) yang mengatakan bahwa kemampuan manajemen waktu perempuan lebih baik daripada laki-laki.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
5. Keuntungan Manajemen Waktu Taylor (2012) mengemukakan beberapa keuntungan manajemen waktu, yakni: a.
Kemampuan mengontrol waktu Seseorang yang memiliki kemampuan manajemen waktu, dapat mengetahui apa yang harus dilakukan terlebih dahulu karena mampu mempertimbangkan apa yang menjadi prioritas utama. Individu juga mengetahui kapan harus melakukan dan menyelesaikannya sehingga dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.
b.
Mencapai tujuan Kemampuan seseorang dalam hal planning menandakan bahwa individu tersebut mampu mengatur waktunya. Planning merupakan sebuah komitmen untuk melakukan kegiatan di masa yang akan datang. Hal ini penting dilakukan sebab dengan adanya planning, individu dapat mengatur tugas-tugas yang harus dikerjakan. Kemampuan manajemen waktu yang baik juga membantu individu untuk menghindari kebiasaan prokrastinasi dan cara tersebut akan membantu individu untuk mencapai tujuannya.
c.
Memelihara keseimbangan dalam hidup Apabila individu memiliki banyak kegiatan maka biasanya individu tersebut akan lebih berfokus pada pekerjaannya sehingga waktu untuk orang lain, misalnya teman atau keluarga pun berkurang. Kemampuan manajemen waktu sangat diperlukan sebab dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
manajemen waktu yang baik maka individu dapat menyeimbangkan antara waktu untuk diri sendiri dengan waktu untuk orang lain. d.
Mengurangi stres Manajemen waktu sangatlah efektif untuk mengurangi stres akibat pekerjaan yang menumpuk. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Nonis (1998) yang membuktikan bahwa kemampuan mahasiswa dalam mengatur waktu dapat menekan stres akibat tugastugas yang banyak.
e.
Menikmati hidup Taylor (2012) mengatakan bahwa jika seseorang mampu mengatur waktu dengan baik maka hidup akan terasa tenteram karena tugas-tugas dapat terselesaikan tepat waktu sehingga tidak ada tugas yang menumpuk sehingga individu dapat menikmati hidupnya.
Menurut alamat website dari http://www.discover-time-management.com/ keuntungan yang didapatkan apabila individu memiliki kemampuan manajemen waktu, yaitu: a. Kontrol Jika seseorang mengatur waktunya dengan baik, maka ia dapat mengatur tindakan yang tepat untuk mengontrol hidup mereka. Dengan membuat rencana aktivitas terlebih dahulu, hari-hari seorang individu akan lebih teratur. Sesuatu yang mendadak dapat mengubah rencana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
seseorang tetapi dengan mengontrolnya, itu akan membentuk seorang individu untuk mendapatkan kembali tujuan atau sasaran awal mereka. b. Produktivitas Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya dapat membantu individu untuk lebih produktif. Ketika seseorang tidak dapat mengatur waktu dengan baik, mereka seringkali melakukan aktivitas yang berlebihan bahkan untuk melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat bagi dirinya. Untuk menghindari hal tersebut, maka penting untuk membuat to do list sebelum melakukan kegiatan. c. Keyakinan Mengatur waktu sebaik-baiknya dapat memberikan keyakinan atau kepercayaan diri. Hal ini sangat penting sebab kita dapat mengontrol kehidupan individu. Dengan memeriksa daftar to do list dan menyadari bila tugas-tugas telah terselesaikan maka individu dapat semakin yakin dan percaya diri. d. Kesenangan (Fun) Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya dapat membuat sesorang memiliki waktu untuk bersenang-senang. Dengan membuat prioritas utama individu dapat memiliki banyak waktu untuk bersenangsenang, misalnya melakukan hobinya. e. Kemampuan untuk memenuhi target dan tujuan Apabila seorang individu menghabiskan waktu dengan kegiatan yang tidak berguna maka hal tersebut dapat menyebabkan individu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
tidak dapat mencapai tujuan atau targetnya. Dengan mengatur waktu sebaik-baiknya, seseorang dapat mencapai target atau tujuannya.
C. Pelatihan 1. Definisi Pelatihan King (1964) berpendapat bahwa pelatihan merupakan sebuah kegiatan yang mengkondisikan individu untuk belajar, meningkatkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills) dan kemampuan (ability) yang mereka miliki. Selain itu, pelatihan adalah sebuah kegiatan
yang
bertujuan
untuk
mendapatkan
perilaku
baru
berdasarkan pengalaman yang dialami oleh peserta pelatihan dan perilaku baru yang dimiliki peserta tersebut diharapkan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari (Jewell dan Siegall dalam Hendrayani, 2008). Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan
kegiatan
yang
dirancang
secara
khusus
untuk
meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan kemampuan seseorang yang nantinya akan berpengaruh dalam performansi kerja seseorang.
2.
Tahapan Pelatihan Rae (1990), Tracey dan Tews (1995) serta Goldstein (1986) mengungkapkan bahwa ada tiga tahapan dalam melakukan pelatihan, yaitu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
a. Assesment Sebelum melakukan sebuah pelatihan ada hal penting yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu melakukan assesment untuk menganalisis kebutuhan peserta pelatihan. Hal ini sangat diperlukan untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan peserta pelatihan sehingga dapat menetapkan materi dan metode yang cocok untuk pelatihan tersebut.
b.
Training Performance Performansi peserta saat mengikuti sebuah pelatihan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (dari dalam diri peserta) dan faktor eksternal (dari luar diri peserta). Tracey dan Tews (1995) mengemukakan ada beberapa faktor internal, yaitu: 1.
Ability (Kemampuan) Peserta pelatihan perlu memiliki kemampuan untuk mampu memahami isi pelatihan serta mampu untuk mempelajari keterampilan dan pengetahuan pada saat pelatihan.
2.
Attitude (Sikap) Sikap merupakan pernyataan kejelasan terhadap sebuah objek atau peristiwa. Sikap yang dinilai pada pelatihan manajemen waktu yaitu ketika peserta pelatihan memberikan sebuah respon yang nampak terhadap pelatihan. Sikap positif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
ditunjukkan dengan perilaku yang kooperatif saat pelatihan dilaksanakan. 3.
Motivasi Motivasi perlu dimiliki oleh individu saat mengikuti pelatihan. Motivasi dapat terlihat dari perilaku verbal dan non-verbal, misalnya keaktifan individu saat mengikuti pelatihan dan antusiasme peserta pelatihan.
Motivasi
merupakan faktor yang mendorong individu dalam proses belajar dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut
ini merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi
performansi peserta saat pelatihan : 1.
Materi dan Metode Materi dan metode adalah sebuah faktor yang sangat penting dalam sebuah pelatihan (Nikandrou, et al, 2009; Kirkpatrick, 2009). Materi yaitu isi yang akan disampaikan sesuai dengan kebutuhan peserta. Metode yaitu alat atau cara untuk mendukung materi dapat disampaikan kepada peserta pelatihan. Materi dan metode yaitu sebuah kesatuan yang akan membuat pelatihan menjadi bermanfaat.
2.
Fasilitator King (1964); Fecteau (dalam Chiaburu dan Tekleab, 2005); Kirkpatrick (2009) ; Afsar, et al (2010) dan Soemarman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
(2010) mengemukakan bahwa fasilitator memiliki peran penting dalam
sebuah
pelatihan.
Fasilitator
bertugas
untuk
menyampaikan, mendampingi dan memfasilitasi peserta supaya materi pelatihan dapat diterima oleh peserta pelatihan dengan baik. 3.
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana memiliki peran yang cukup penting dalam pelatihan (Kirkpatrick, 2009). Sarana dan prasarana merupakan alat-alat yang dipakai dan mendukung setiap kegiatan pelatihan.
c. Evaluasi Tahap yang terakhir dalam sebuah pelatihan adalah evaluasi. Evaluasi merupakan komponen dari sebuah pelatihan yang dianggap sangat penting. Evaluasi adalah proses penilaian dan peninjauan hasil dari sebuah kegiatan yang telah dilakukan. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil atau pencapaian yang telah dilakukan. Kirkpatrick (2009) mengemukakan ada empat level evaluasi pelatihan, yaitu: 1) Level I (Reaction) : Level ini mengukur kepuasan peserta pelatihan terhadap proses pembelajaran atau pelatihan yang dilakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
2) Level II (Learning) : Level ini mengukur peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan setelah mengikuti proses pembelajaran atau pelatihan. 3) Level III (Behavior): Level ini mengukur perubahan pada performansi kerja peserta pelatihan setelah mengikuti proses pembelajaran atau pelatihan, yakni mengukur sejauh mana peserta pelatihan mengaplikasikan keterampilan yang baru dipelajari dalam pekerjaannya. Evaluasi pada level ini dilakukan dengan jangka waktu 3-6 bulan setelah pelatihan. 4) Level IV (Result): Mengukur hasil akhir dari pelatihan, misalnya dilihat dari keuntungan atau dampak bagi organisasi
setelah
anggotanya
mengikuti
proses
pembelajaran atau pelatihan. Evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Level I dan Level II, yaitu evaluasi reaksi, skala kemampuan manajemen waktu (pre-post test) dan follow-up. Kirkpatrick (2009) mengemukakan
bahwa
evaluasi
reaksi
masuk
dalam
tahapan
pembelajaran level I (Reaction). Pada level pertama, peserta merespon proses pembelajaran atau pelatihan yang mereka lakukan. Tahap ini mengukur kepuasan mereka terhadap materi dan metode, fasilitator, sarana dan prasarana serta pelatihan secara keseluruhan yang mereka ikuti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Skala pre-post test juga digunakan sebagai alat ukur evaluasi. Pada tahap ini, pemberian skala pre-post test kemampuan manajemen waktu berada pada level II (Learning). Level ini dapat melihat pengetahuan atau keterampilan individu setelah mengikuti proses pembelajaran atau pelatihan. Peneliti melakukan perbandingan skala pre-test dan post-test untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki subjek setelah mengikuti proses pelatihan manajemen waktu. Penelitian ini hanya menggunakan dua level yaitu level I dan level II. Hal ini dilakukan karena pada penelitian kuasi eksperimen ini diasumsikan telah memenuhi kriteria. Untuk level III (Behavior) dan level IV (Result) digunakan untuk pelatihan di bidang psikologi industri karena level III dan level IV menilai hasil pelatihan secara objektif dan evaluasi jangka panjang.
3.
Manfaat Pelatihan Soemarman (2010) mengungkapkan bahwa pelatihan memiliki beberapa manfaat yakni untuk mendukung kinerja seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas atau pekerjaan sehari-hari. Selain itu, pelatihan juga memiliki manfaat sebagai kesempatan dan peluang jangka pendek untuk membekali diri agar peserta memiliki kemampuan serta kompetensi untuk dapat melakukan tugas atau pekerjaannya saat ini. Acton dan Golden (2003) juga mengungkapkan manfaat dari pelatihan, yaitu membantu individu memperbaiki diri dalam hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
performansi agar menjadi lebih baik dalam menyelesaikan segala pekerjaan, pengembangan pengetahuan dan perilaku sehingga mendukung individu dalam mencapai tujuannya.
4.
Metode Pembelajaran Eksperensial (Experiential Learning) Metode pembelajaran eksperensial dianggap efektif digunakan dalam pelatihan. Lewin dalam Kolb (1984) menyebutkan bahwa metode experiential learning ini merupakan pusat dari proses belajar dalam diri individu dan metode ini melibatkan pengalaman individu. Berikut ini merupakan skema dari metode pembelajaran eksperensial (experiential learning):
Gambar 2.2. Skema Metode Experiential Learning
Concrete Experience
Reflective Observation
Active Experimentation
Abstract Conceptualism
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
a. Concrete Experience Tahap ini merupakan tahap pertama dalam pembelajaran eksperensial. Tahap ini merupakan dasar atau basis dalam proses pembelajaran karena pada tahap ini, individu menekankan pengalaman yang dialaminya sebagai pembelajaran. b. Reflective Observation Tahap ini merupakan tahap yang kedua saat individu melihat kembali serta merefleksikan pengalamannya. c. Abstract Conceptualism Abstract Conceptualism adalah tahapan yang ketiga dalam pembelajaran eksperensial. Pada tahap ini, individu mulai belajar dari pengalaman tersebut. Selain itu, individu mulai menganalisis konsep-konsep yang ada serta mengambil poin penting dari pengalaman yang dialaminya. d. Active Experimentation Tahap ini merupakan tahap yang terakhir dalam pembelajaran eksperensial. Individu mulai mengaplikasikan poin penting yang didapatkannya selama proses pembelajaran serta merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.
27
Cara-cara dalam Metode Pembelajaran Eksperensial Abella (dalam Supratiknya, 2011) mengemukakan delapan cara dalam pembelajaran eksperensial, yaitu: a. Latihan gugus tugas Dalam latihan ini, peserta masuk ke dalam kelompok-kelompok. Satu kelompok berisi 3 hingga 8 orang kemudian mereka diminta untuk mengerjakan suatu tugas dan setelah selesai, mereka mempresentasikan hasilnya tersebut. Metode ini menuntut peserta untuk terlibat aktif dalam kelompoknya. b. Diskusi kasus Dalam diskusi kasus, peserta diminta untuk mendiskusikan sebuah kasus yang berbentuk tertulis, video maupun audio. Lalu, fasilitator kemudian akan memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan kasus tersebut. Cara ini bertujuan melatih peserta untuk dapat mengambil inti yang terdapat pada kasus tersebut dan tidak hanya sekedar menerima dari fasilitator saja. c. Simulasi dan games “Games adalah aktivitas bermain yang diformalkan dan peserta diharapkan mencapai tujuan tertentu dalam batas-batas yang ditetapkan lewat serangkaian aturan main. Sedangkan simulasi merepresentasikan situasi kehidupan nyata tertentu tetapi komponen-komponen dan hubungan antarkomponen ditampilkan sedemikian rupa sehingga bisa dikendalikan oleh peserta mengikuti kerangka waktu yang ditentukan. Simulasi atau permainan sama-sama bertujuan untuk menciptakan atau menghadirkan kembali proses, kejadian atau serangkaian situasi yang bersifat kompleks. Hal ini dapat membantu peserta dalam menghayati dan memanipulasikan situasi tanpa perlu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
menanggung resiko yang biasanya timbul, dan selanjutnya mampu menganalisis yang terjadi.” d. Latihan bermain peran Dalam metode ini, peserta diminta untuk bermain peran (misalnya: drama). Peserta memainkan sebuah situasi dan biasanya setelah itu dilakukan disukusi serta analisis bagaimana interaksi tersebut dirasakan oleh para peserta. Peserta juga dapat memperoleh feedback tentang tingkah lakunya saat bermain peran. Latihan ini bertujuan agar peserta dapat menghayati sebuah interaksi dengan cara yang biasa dilakukannya maupun cara yang baru. e. Diskusi kelompok Metode ini bertujuan untuk memberikan kesempatan pada peserta untuk bertukar pendapat antar anggota kelompok maupun dalam kelompok besar. Selain itu, fasilitator biasanya membuat pertanyaan pertanyaan untuk kelompok agar dapat di diskusikan kemudian menyatukan berbagai gagasan yang muncul dan kemudian dibuat kesimpulan. f. Latihan individual Dalam metode ini, peserta diminta untuk bekerja secara individu kemudian mereka juga diminta untuk menerapkan pengetahuan yang mereka dapat dari kegiatan tersebut ke dalam situasi kehidupan mereka. Tujuan latihan individual ini adalah menguji pemahaman dari hasil pembelajaran yang mereka dapat agar bisa diterapkan dalam situasi kehidupannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
g. Presentasi atau lekturet “Presentasi atau lekturet merupakan suatu bentuk komunikasi atau penyampaian terstruktur yang disiapkan oleh penyaji kepada khalayak peserta. Metode ini bertujuan untuk menyampaikan informasi berupa pengetahuan, pandangan atau pendekatan baru yang penting kepada peserta.” h. Modelling perilaku Dalam metode ini, peserta diminta untuk mencontoh perilaku misalnya lewat menonton film. Tujuannya yakni mengajarkan kepada peserta tentang cara-cara tertentu yang dilakukan untuk menghadapi situasi tertentu serta memberikan kesempatan kepada peserta untuk melatih tingkah laku yang baru agar mereka percaya diri dalam menghadapi sebuah situasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D. Dinamika
Pengaruh
Pelatihan
Manajemen
Waktu
30
terhadap
Kemampuan Manajemen Waktu Mahasiswa Awal Manajemen waktu adalah pengaturan diri dalam menggunakan waktu seefesien mungkin dengan melakukan perencanaan kemudian membuat jadwal aktivitas. Individu yang memiliki manajemen waktu yang baik juga akan melakukan aktivitas dengan selalu berpedoman pada tujuannya. Individu juga terorganisasi dalam berbagai hal. Hal ini dapat terlihat dari perilaku mereka seperti keteraturan dalam bekerja dan keteraturan yang terlihat dari lingkungan kerjanya, seperti ruang kerja dan meja kerja. Sedangkan pelatihan adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan dengan harapan bahwa peserta pelatihan dapat menambah pengetahuan, mengubah perilaku ke arah yang lebih baik. Sebuah pelatihan bertujuan untuk mendapatkan sebuah hasil yang maksimal dan memiliki hasil yang bersifat permanen. Salah satu metode yang representatif yaitu metode pembelajaran eksperensial (Kolb, 1984). Metode pembelajaran eksperensial yakni sebuah pembelajaran dimana individu yang mengalaminya menjadi agen atau pusat sehingga pembelajaran ini berpusat pada masing-masing individu. Metode pembelajaran eksperensial memiliki empat tahap, yaitu: memiliki pengalaman (concrete experience), merefleksikan pengalaman (reflective observation), belajar dari pengalaman (abstract conceptualism), dan mengaplikasikan (active experimentation).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Pada tahap concrete experience, individu diberikan bentuk-bentuk kegiatan seperti gugus tugas, games, latihan individual dan modelling perilaku. Kegiatan tersebut diberikan secara dinamis, yaitu dapat diberikan untuk semua kalangan. Bentuk kegiatan pada tahap concrete experience diberikan kepada peserta dengan harapan supaya mereka memiliki pandangan tentang materi yang akan disampaikan. Bentuk kegiatan yang pertama yakni gugus tugas. Dalam kegiatan gugus tugas ini, peserta diminta untuk melakukan sebuah tugas dalam kelompok yang berguna untuk melatih kemampuan mereka dalam mengorganisasikan pekerjaan yang diberikan dan kemampuan menata area kerja. Bentuk kegiatan yang lainnya yaitu games. Games yang digunakan adalah games yang representatif dengan tema manajemen waktu sehingga dengan games tersebut, peserta dapat mengetahui mana yang harus didahulukan untuk mendapatkan poin yang telah ditentukan dalam waktu yang singkat. Dalam games ini diperlukan strategi individu untuk mengatur prioritas. Kegiatan lainnya yaitu latihan individual. Pada kegiatan ini, peserta menulis apa yang menjadi tujuan jangka pendek dan jangka panjangnya serta mengenali hambatan dalam mencapai tujuan tersebut. Peserta juga dikenalkan dengan kuadran manajemen waktu dimana dalam kuadran tersebut, peserta dapat melakukan kegiatan berdasarkan prioritas utama. Dan bentuk yang terakhir adalah modelling perilaku. Pada tahap ini trainee akan menyaksikan film pendek atau video yang diputar oleh trainer. Dari film tersebut, peserta pelatihan diharapkan dapat mempelajari nilai-nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
yang terkandung dalam film tersebut, khususnya dalam kajian manajemen waktu. Pada tahap kedua, yakni reflective observation, peserta mulai untuk memahami dan menganalisis meteri yang diberikan oleh para trainer. Dengan adanya gugus tugas, peserta diharapkan dapat memahami, mengerti dan sadar akan tugas dan kewajiban yang harus dilakukan. Pada tahap
reflective
observation,
peserta
diwajibkan
menggunakan
kemampuan kognitifnya untuk memecahkan masalah dan setelah menyelesaikan tugas, peserta diminta untuk melaporkan hasilnya. Tahap yang ketiga yaitu abstract conceptualism, pada tahap ini peserta pelatihan melakukan sebuah kegiatan yaitu diskusi kelompok. Dalam
diskusi kelompok,
masing-masing
peserta
diminta
untuk
menceritakan poin penting apa yang didapatkan saat melakukan kegiatan. Selain itu, peserta dapat saling menanggapi satu dengan yang lain dalam kelompok besar. Tahap yang terakhir yakni active experimentation. Pada tahap ini, peserta diharapkan memiliki satu bentuk pandangan yang sama tentang manajemen waktu serta menerapkan dalam kehidupan nyata sehingga pelatihan tersebut dapat berguna dan bersifat permanen. Dari tahap-tahap pelatihan yang telah dilalui, peserta diharapkan memahami akan konsep manajemen waktu. Konsep-konsep manajemen waktu tersebut mampu dilakukan secara nyata dalam kehidupan seharihari. Dengan adanya gugus tugas, peserta mampu untuk mengelola waktu,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
mengorganisasikan tugas dan mampu untuk menata area kerja dengan baik. Bentuk kegiatan seperti games dan latihan individual melatih peserta untuk dapat menetapkan tujuan, melakukan perencanaan dan menyusun prioritas kegiatan. Individu juga diharapkan mampu menyusun jadwal dan to do list. Modelling perilaku diberikan dengan harapan agar peserta mengetahui apa yang menjadi tujuannya serta mengerti apa yang harus dilakukan
untuk
mencapai
tujuannya
kemudian
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
peserta
dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 2.3. Skema Pelatihan Manajemen Waktu dengan Metode Experiential Learning
34
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
E. Hipotesis Setelah mengkaji landasan teori dari pengaruh pelatihan dengan kemampuan manajemen waktu, maka hipotesis dari penelitian ini adalah ada pengaruh pelatihan
manajemen waktu terhadap kemampuan
manajemen waktu mahasiswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen. Seniati, dkk (2005) mengungkapkan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang berfungsi untuk menyelidiki hubungan kausal atau sebab akibat antara variabel bebas dengan variabel tergantung sehingga peneliti ingin menyelidiki apakah pelatihan manajemen waktu efektif untuk mengembangkan kemampuan manajemen waktu.
Gambar 3.1. Skema Variabel Penelitian Pelatihan Manajemen Waktu
Kemampuan Manajemen Waktu
VB
VT
Jenis eksperimen dalam penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu). Seniati, dkk (2005) mengemukakan bahwa tujuan penelitian quasi experiment yakni menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara memberikan satu kondisi perlakuan pada suatu kelompok (kelompok eksperimen) dan membandingkan hasilnya kepada kelompok lain yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol). Namun, dalam kuasi
36
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
eksperimen tidak dilakukan manipulasi terhadap variabel bebas, tidak melakukan kontrol terhadap variabel tergantung dan tidak ada randomisasi subjek sehingga desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group Design (Seniati dkk, 2005). Gambar 3.2. Ilustrasi Desain Penelitian Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group Design
X
Kelompok Eksperimen
\
Kelompok Kontrol
(Treatment)
PRE TEST
-X (Non Treatmet)
POST TEST
B. Identifikasi Variabel Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian dan faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Suryabrata, 2011). Variabel yang digunakan pada penelitian ini, yaitu : 1. Variabel Bebas
: Pelatihan manajemen waktu
2. Variabel Tergantung : Kemampuan Manajemen Waktu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
C. Definisi Operasional 1. Mahasiswa Awal Mahasiswa awal adalah kalangan muda pada tahap remaja akhir dan berada pada rentang usia antara 17-21 tahun yang sedang menempuh kuliah di semester awal. Pada masa ini, mereka sedang berada di masa peralihan dari sekolah menengah atas (SMA) ke perguruan tinggi.
2. Manajemen Waktu Manajemen
waktu
adalah
kemampuan
individu
untuk
mengelola waktu secara efisien sehingga individu tersebut mampu membuat prioritas berdasarkan tujuannya. Seseorang dapat dikatakan memiliki manajemen waktu yang baik jika mampu menyusun jadwal, memiliki keteraturan dalam bekerja dan mampu menata lingkungan kerja dengan baik. Hal ini sesuai dengan aspek-aspek kemampuan manajemen waktu. Kemudian aspek-aspek ini dibuat dalam bentuk skala sebagai alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen waktu seseorang.
3. Pelatihan Pelatihan merupakan kegiatan yang dirancang secara khusus untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan kemampuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
seseorang yang nantinya akan berpengaruh dalam perilaku seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
D. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah mahasiswa awal yang berada pada tahap remaja akhir yang berusia di rentang usia 17-21 tahun.
E. Sampling Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Peneliti kemudian mengambil sejumlah sampel dari populasi. Sampel penelitian ini yaitu mahasiswa awal program studi Psikologi. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan aksidental sampling.
Aksidental sampling
berarti teknik
penentuan sampel
berdasarkan kemudahan sehingga siapapun dapat menjadi sampel penelitian jika orang tersebut cocok sebagai sumber data (Prasetyo dan Jannah, 2005).
F. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan Penelitian a. Assessment Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat assessment berupa survei pada tanggal 2 Mei 2012 terhadap 40 mahasiswa Psikologi, Universitas Sanata Dharma, angkatan 2011. Dari hasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
survei didapatkan data bahwa sebagian besar dari mereka yakni 22 orang menyatakan bahwa permasalahan saat memasuki dunia perkuliahan yang dihadapi adalah kesulitan beradaptasi dalam hal jadwal karena berbeda saat SMA. Mereka harus lebih mandiri dalam hal mengurus jadwal serta kesulitan membagi jadwal antara kegiatan akademis dan non-akademis. Dari hasil assessment ini, peneliti
membuat
sebuah
kesimpulan
bahwa
kemampuan
manajemen waktu perlu dimiliki oleh mahasiswa awal yang sedang dalam masa peralihan dari SMA ke perguruan tinggi. b. Peneliti membuat desain pelatihan berdasarkan hasil assessment bagi kelompok eksperimen. Peneliti membuat desain penelitian pada tanggal 3 Oktober 2012. Peneliti mulai mencari lokasi untuk pelatihan, membuat rundown pelatihan, modul dan estimasi jadwal pelatihan yang akan diadakan. c. Peneliti mengadakan pelatihan bagi para trainer yang akan melatih para peserta pelatihan pada tanggal 17 Februari 2013. Rekan-rekan trainer berasal dari Witgedhang Consulturement. Pemilihan trainer berdasarkan rekomendasi dan track record yang telah dilalui oleh Witgedhang Consulturement. d. Peneliti membuat alat ukur berupa skala kemampuan manajemen waktu yang akan digunakan pada tanggal 19 Desember 2012. Alat ukur terdiri dari 33 aitem dari tiga aspek yang digunakan oleh Macan (1994). Namun, sebelum skala disebar, skala di uji coba
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
terlebih dahulu untuk melihat validitas dan reliabilitas dari alat ukut tersebut. e. Peneliti menyusun aitem-aitem dan beberapa pertanyaan terbuka yang akan digunakan sebagai alat ukur reaksi peserta pelatihan terhadap pelatihan tersebut. f. Peneliti membuka pendaftaran bagi mahasiswa yang nantinya akan menjadi subjek penelitian sebagai kelompok eksperimen. Peneliti membuat sejumlah poster yang berisi ajakan untuk mengikuti pelatihan manajemen waktu. Peneliti berkoordinasi dengan dosen pembimbing akademik angkatan 2012 dalam hal persuasi untuk keikutsertaan pelatihan.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian a. Pengukuran Pada Kelompok Eksperimen Pre-Test: Peneliti membagikan alat ukur berupa skala kemampuan manajemen waktu bagi peserta pada kelompok ini sebelum dilakukan pelatihan manajemen waktu. Penyebaran skala dilakukan pada tanggal 26-28 Februari 2013 yang dilakukan di kelas. Pemberian Perlakuan: Pemberian perlakuan yakni pelatihan manajemen waktu yang dilakukan oleh beberapa orang trainer yang dilaksanakan pada tanggal 2-3 Maret 2013 di Wisma GHCC Duta Wacana, Kaliurang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
Evaluasi: Kirkpatrick (2009) mengemukakan bahwa pemberian evaluasi reaksi kepada peserta pelatihan dan post-test merupakan cara yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas pelatihan. Evaluasi reaksi langsung diberikan setelah pelatihan selesai. Sedangkan post-test diberikan kepada peserta dengan jangka waktu satu bulan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi bias atau faking good. Peneliti juga melanjutkan proses evaluasi selanjutnya yaitu follow-up. Follow-up juga dilakukan dengan jangka waktu satu bulan setelah pelatihan dilakukan. Post-test dan follow-up ada kelompok kelompok eksperimen diberikan pada tanggal 3 April 2013. Hal ini bertujuan untuk melihat keefektifan dari pelatihan. Diharapkan bahwa dengan jangka waktu satu bulan, peserta dapat menerapkan pengetahuan maupun keterampilan yang didapatkan saat pelatihan dan dapat melaporkan kemajuan atau progress setelah mendapatkan pelatihan (Phillips, 1997). Johnson (2008) juga mengungkapkan hal yang sama bahwa post-test dan follow-up sebaiknya dilakukan satu bulan setelah pelatihan diadakan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan pada peserta agar mempelajari hal-hal yang didapatkan dari pelatihan dalam hal kemampuan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
b. Pengukuran Pada Kelompok Kontrol Pre-Test: Peneliti membagikan alat ukur berupa skala kemampuan manajemen waktu bagi peserta pada kelompok ini. Pengambilan data pre-test kelompok kontrol dilakukan pada tanggal 26-28 Februari 2013 yang dilakukan di kelas. Post-Test: Peneliti membagikan skala kemampuan manajemen waktu dengan jarak waktu satu bulan setelah pelatihan manajemen waktu dilakukan bagi kelompok eksperimen, yaitu pada tanggal 26 April 2013.
G. Alat Ukur Kirkpatrick (1994) mengemukakan bahwa pengukuran pre-post test dan evaluasi reaksi adalah hal yang penting dilakukan dalam pelatihan untuk mengukur efektivitas pelatihan. Pengukuran pre-test dan post-test masuk dalam level kedua dalam tahapan pembelajaran Kirkpatrick, yaitu pada tahap learning. Kirkpatrick mengemukakan bahwa penilaian peserta terhadap pelatihan dapat mendukung peserta mencapai level yang selanjutnya, yakni tahap pembelajaran yaitu saat peserta mengaplikasikan kemampuan atau keterampilan yang didapatkan dari sebuah pelatihan. Berikut ini adalah dua alat ukur yang dibuat untuk mengukur efektivitas pelatihan manajemen waktu yang akan diadakan: 1.
Skala
: Skala merupakan kumpulan pernyataan yang ditulis,
disusun dan dianalisis sedemikian rupa sehingga respon individu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
terhadap pernyataan tersebut dapat diberi skor dan kemudian dapat diinterpretasi (Azwar, 2001). Skala ini akan diberikan kepada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dan berupa pre-post test. Skala ini mengacu pada tiga aspek manajemen waktu, yakni penetapan tujuan dan prioritas, mekanisme manajemen waktu atau pembuatan jadwal dan keadaan lingkungan kerja.
Tabel 3.1. Blue Print Uji Coba Skala Kemampuan Manajemen Waktu
Aspek No aitem 1. Tujuan dan 1, 4, 8, 11, 14, 16, 19, Prioritas 24, 26, 28, 32 2. Mekanisme 2, 6, 7, 10, 15, 18, 20, Manajemen Waktu 22, 23, 29, 33 3. Keadaan 3, 5, 9, 12, 13, 17, 21, Lingkungan Kerja 25, 27, 30, 31 Total
Total 11 11 11 33
Semua aitem pada skala kemampuan manajemen waktu terdiri dari pernyataan yang bersifat favorable. Pada setiap aspek, ada lima pilihan jawaban yakni sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Rentang skor pada setiap butir aitem yakni 5 sampai 1.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Tabel 3.2. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban Jawaban Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Netral (N) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)
Bobot 5 4 3 2 1
Pada skala kemampuan manajemen waktu, jika skor subjek tinggi maka kemampuan manajemen waktu subjek sangat baik. Akan tetapi, jika skor yang diperoleh subjek rendah maka kemampuan manajemen waktu subjek kurang baik.
2.
Alat ukur yang kedua yakni evaluasi reaksi peserta pelatihan. Alat ukur reaksi ini sangat penting sebab alat ukur ini digunakan untuk
mengetahui
pendapat
peserta
terhadap
pelatihan
manajemen waktu dari segi materi dan metode, fasilitator, sarana dan prasarana serta pelatihan manajemen waktu secara keseluruhan. Melalui evaluasi reaksi, dapat terlihat apakah pelatihan yang dilakukan itu efektif atau tidak. Pelatihan manajemen waktu dapat dikatakan efektif apabila nilai mean empirik atau rata-rata yang didapatkan pada masing-masing kategori di evaluasi reaksi lebih besar daripada mean teoritik. Alat ukur yang digunakan bagi peserta pelatihan yakni alat ukur sikap yang digunakan untuk mengukur reaksi peserta terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
pelatihan. Tahap ini termasuk dalam level pertama dalam tahap pembelajaran
Kirkpatrick,
yaitu
tahap
reaction,
karena
mengukur hasil evaluasi reaksi dari peserta pelatihan yang dilakukan saat akhir sebuah pelatihan.
Tabel 3.3. Blue Print Evaluasi Reaksi Peserta Pelatihan Manajemen Waktu
Aspek 1. Metode dan Materi 2. Fasilitator
3. Sarana dan Prasarana
No aitem 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39 Total
Total 10 16
13 39
Setelah pelatihan selesai, peserta pelatihan diminta untuk mengisi lembar evaluasi reaksi. Lembar evaluasi terdiri dari dua bagian yakni 39 aitem mengenai metode dan materi, fasilitator serta sarana dan prasarana. Subjek mengisi dengan cara memberikan tanda silang pada jawaban yang dianggap sesuai dan akan diberi skor dengan rentang antara 5 sampai 1. Pada bagian kedua, subjek diminta untuk mengisi pertanyaan terbuka yang terdiri dari empat soal mengenai aktivitas yang berkesan saat pelatihan, hal yang dipelajari dari pelatihan, target setelah pelatihan dan masukan bagi pelatihan manajemen waktu ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
H. Uji Coba Alat Ukur Setelah menyusun skala, peneliti melakukan uji coba skala untuk mengetahui apakah aitem-aitem yang dibuat dapat dijadikan alat ukur. Uji coba skala dilakukan pada beberapa mahasiswa psikologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2011 yang berjumlah 117 orang. Uji coba skala dilakukan pada tanggal 31 Januari 2013 dan 4 Februari 2013. Uji coba skala dilakukan di dalam kelas. Peneliti membagikan skala kepada 117 mahasiswa angkatan 2011, Fakultas Psikologi, Univeritas Sanata Dharma kemudian peneliti membacakan petunjuk pengisian. Setelah seluruh subjek mengisi semua aitem dengan lengkap, mereka mengumpulkannya kembali pada peneliti.
I.
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Pengujian
validitas
dalam penelitian
ini dilakukan
oleh
professional judgement. Peneliti meminta pertimbangan dari dosen pembimbing sebelum penyebaran skala yang bertujuan agar aitemaitem yang ada pada skala sesuai dengan aspek-aspek yang akan diukur.
2. Seleksi Aitem Seleksi aitem menggunakan bantuan SPSS 16 for windows. Kriteria pemilihan aitem yakni korelasi aitem total dengan rix ≥ 0.30. Jika aitem berada di bawah 0.30 berarti aitem tersebut memiliki daya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
diskriminasi yang rendah dan harus digugurkan. Setelah melakukan penghitungan dengan menggunakan SPSS 16 for windows, tidak ditemukan skor yang berada di bawah 0.30. Hal ini menandakan bahwa tidak ada aitem yang harus digugurkan. Pada skala perilaku manajemen waktu, korelasi aitem total berkisar dari 0.409-0.735.
Tabel 3.4. Blue Print Skala Kemampuan Manajemen Waktu Pre - Test
Aspek 1. Tujuan dan Prioritas
No aitem 1, 4, 8, 11, 14, 16, 19, 24, 26, 28, 32 2. Mekanisme 2, 6, 7, 10, 15, 18, 20, Manajemen Waktu 22, 23, 29, 33 3. Keadaan Lingkungan 3, 5, 9, 12, 13, 17, 21, Kerja 25, 27, 30, 31 Total
Total 11 11 11 33
Tabel 3.5. Blue Print Skala Kemampuan Manajemen Waktu Post - Test Aspek 1. Tujuan dan Prioritas
No aitem 1, 3, 10, 11, 12, 18, 22, 24, 25, 30, 31 2. Mekanisme 4, 6, 9, 15, 16, 17, 19, 20, Manajemen Waktu 26, 27, 29 3. Keadaan Lingkungan 2, 5, 7, 8, 13, 14, 21, 23, Kerja 28, 32, 33 Total
Total 11 11 11 33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
3. Reliabilitas Reliabilitas adalah bagaimana alat ukur tersebut dapat mengukur aspek-aspek yang akan diukur. Tinggi rendahnya reliabilitas dapat terlihat dari koefisien reliabilitas (Azwar, 2011). Pengukuran koefisien reliabilitas skala perilaku manajemen waktu menggunakan Alpha Cronbach pada SPSS 16 for windows. Koefisien reliabilitas untuk skala ini yakni sebesar 0.945 dari 33 aitem skala manajemen waktu. Hal ini menandakan bahwa skala perilaku manajemen waktu ini reliabel.
J.
Teknik Analisis Data Teknik analisis
yang digunakan untuk penelitian ini yakni
Independent Sample T-Test dan One Sample T-Test. Independent Sample TTest digunakan untuk mengukur perbedaan perilaku antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Trihendradi, 2009). Sedangkan One Sample T-Test digunakan untuk melakukan perhitungan terhadap evaluasi reaksi peserta terhadap pelatihan dan manajemen waktu mahasiswa baru secara keseluruhan. Penghitungan ini dilakukan dengan SPSS 16 for windows.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Pre - Test Tahap pre-test dilakukan pada tanggal 26 - 28 Februari 2013 kepada seluruh mahasiswa angkatan 2012. Pengambilan data pre-test melibatkan dua kelompok, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subjek diminta untuk mengisi 33 aitem pada skala kemampuan manajemen waktu. Sebelum subjek mengisi aitem-aitem pada skala kemampuan manajemen waktu, peneliti memberikan instruksi agar subjek mengisi identitas diri dengan jelas dan lengkap. Kemudian peneliti membacakan petunjuk pengisian. Subjek yang telah selesai mengerjakan skala kemampuan manajemen waktu, diminta untuk memeriksa kembali jawaban agar tidak ada yang terlewat sebelum dikumpulkan pada peneliti.
2. Tahap Manipulasi atau Pemberian Treatment Tahap perencanaan pelatihan terdiri dari beberapa tahap. Hal ini dikemukakan oleh Rae (1990) yang mengatakan bahwa tahap perencanaan pelatihan terdiri dari assesement kebutuhan peserta pelatihan, menetapkan tujuan, materi dan metode yang digunakan dalam pelatihan. Pengambilan data atau assesment dilakukan jauh
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
sebelum penelitian dirancang. Selain itu, sarana dan prasarana yang akan digunakan juga perlu dipersiapkan agar dapat mendukung proses pelatihan. Tahap selanjutnya yang harus dilakukan yakni menghubungi para fasilitator atau trainer yang akan mendampingi para peserta pelatihan. Para fasilitator merupakan orang-orang yang memiliki pengalaman di bidang pelatihan. Rekan-rekan fasilitator berasal dari Witgedhang
Consulturement.
Pemilihan
fasilitator
berdasarkan
rekomendasi dan track record yang telah dilalui oleh Witgedhang Consulturement. Ada empat orang fasilitator yang mendampingi peserta dalam kelompok kecil. Selain itu, masing-masing fasilitator ini juga didampingi oleh seorang asisten fasilitator yang juga berperan sebagai observer dalam kelompok kecil dan terdapat dua orang lagi yang membantu dalam hal teknis sehingga tim yang ada berjumlah sepuluh orang. Dua minggu sebelum pelatihan, para fasilitator dan asisten fasilitator (observer) mendapatkan briefing dari peneliti terlebih dahulu mengenai materi yang akan diberikan, aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan saat pelatihan dan hal-hal yang harus diamati dan dinilai dalam kelompok kecil. Selain itu, dijelaskan juga mengenai isi yang ada di dalam modul yang akan diberikan kepada peserta. Tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap pelatihan yang dilakukan dengan memberikan skala perilaku manajemen waktu pada subjek lewat pretest dan post-test serta evaluasi reaksi peserta pelatihan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Pelatihan manajemen waktu diberikan bagi mahasiswa baru angkatan 2012, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Jumlah peserta yang mengikuti pelatihan ini yaitu 25 orang. Pelatihan diadakan dua hari - satu malam yakni pada tanggal 2-3 Maret 2013 di Wisma GHCC Duta Wacana, Kaliurang, Yogyakarta. Sebelum berangkat ke lokasi pelatihan, para peserta diharapkan berkumpul di Kampus III Universitas Sanata Dharma pada pukul 14.00 WIB. Akan tetapi, karena hujan yang cukup deras maka para peserta datang terlambat dan baru berkumpul pukul 15.15 WIB. Setelah itu, peserta beberapa anggota tim berangkat bersama menuju lokasi pelatihan. Peserta sampai di lokasi pelatihan pada pukul 16.00 WIB dan pelatihan baru dimulai pada pukul 16.15 WIB. Pelatihan terdiri dari babak awal, babak tengah dan babak akhir. Babak awal dimulai dari perkenalan para fasilitator, penjelasan singkat mengenai metode yang dipakai dalam pelatihan serta tujuan pelatihan dan peraturan-peraturan saat mengikuti pelatihan. Pada babak tengah, terbagi menjadi tiga sesi yaitu “Menetapkan Tujuan dan Prioritas”, “Mengatur Area Kerja” dan “Membuat List Pekerjaan”. Hampir di semua sesi, peserta melakukan aktivitas di luar ruangan (outdoor), akan tetapi ada beberapa kegiatan juga yang dilakukan di dalam ruangan yakni di aula (indoor). Sesi pertama diawali dengan perkenalan tim selain itu leader fasilitator juga menyampaikan peraturan saat pelatihan berlangsung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Kemudian leader fasilitator membacakan kelompok-kelompok kecil yang telah dibentuk oleh panitia sebelumnya. Ada empat kelompok dalam pelatihan ini dan masing-masing kelompok terdiri dari enam hingga tujuh orang. Setelah berkumpul dalam kelompok kecil, mereka saling berkenalan dengan memainkan warm speed. Setelah itu, terdapat aktivitas
my
dreams
and
fear
yakni
masing-masing
peserta
menceritakan cita-citanya. Hampir semua memiliki cita-cita dan citacita mereka beragam. Setelah itu, masing-masing peserta menuliskan cita-citanya tersebut di kertas dan juga menuliskan hambatan yang ada untuk mencapai tujuannya tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop tertutup dan nantinya akan dibuka kembali saat follow-up. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan kembali peserta akan harapan dan cita-cita serta komitmen mereka untuk meraih cita-citanya tersebut. Setelah sesi satu selesai, masuk sesi kedua yaitu mengatur area kerja pada pukul 18.00 WIB. Aktivitas yang akan dilakukan pada sesi kedua ini yaitu memasak. Dalam sesi ini banyak hal unik yang ditemukan misalnya satu kelompok yang tidak membuat list sama sekali. Ada beberapa orang dalam satu kelompok yang berbuat curang karena saat memasak, mereka diam-diam mengambil peralatan lagi tanpa izin fasilitator, ada juga yang masakannya tidak jadi sama sekali karena mereka salah mengambil peralatan memasak. Hal ini disebabkan karena mereka lupa dengan letak bahan atau peralatan tersebut. Pada jam 20.30 WIB mereka makan bersama dan membersihkan alat-alat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
memasak dan peralatan makan hingga pukul 21.00 WIB. Setelah itu peserta dikumpulkan di dalam aula, kemudian panitia memutarkan film “Kiwi” dan sharing tentang pelajaran yang dapat diambil dari film tersebut. Mereka sharing di kelompok kecil kemudian melaporkan hasilnya dalam kelompok besar. Setelah itu, mereka pun sharing tentang hal-hal yang terjadi saat memasak. Hari kedua merupakan sesi terakhir dalam pelatihan ini yakni membuat list pekerjaan. Dalam hal ini aktivitas yang diadakan yakni games worst case scenario. Dalam games ini, masing-masing kelompok harus memiliki perencanaan agar mendapatkan poin dalam waktu tertentu. Dalam aktivitas ini, masing-masing kelompok sudah memiliki inisiatif untuk menuliskan prioritas kelompoknya dan membuat list prioritas. Pada pelatihan babak akhir, leader fasilitator mengumpulkan keseluruhan kelompok menjadi kelompok besar kemudian leader fasilitator meminta perwakilan kelompok untuk sharing mengenai apa yang didapatkan atau dipelajari selama dua hari satu malam ini. Setelah itu, leader fasilitator menyampaikan kesimpulan umum dalam pelatihan manajemen waktu atau pelajaran yang diambil dari masing-masing sesi dan integrasi dari keseluruhan sesi. Kemudian, leader fasilitator juga menekankan kembali mengenai konsep-konsep atau teori yang diolah selama training, perilaku yang seharusnya dilakukan oleh para peserta setelah
training
kemudian
melakukan
evaluasi
pelatihan
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
menyampaikan kata penutup serta memberikan doorprize bagi dua orang yang dianggap benar-benar berpartisipasi aktif saat pelatihan manajemen waktu berlangsung.
3. Tahap Post – Test Pemberian post-test pada kelompok kontrol dilakukan pada tanggal 26 Maret 2013 sedangkan pemberian post-test pada kelompok eksperimen dilakukan pada tanggal 3 April 2013. Follow-up bagi peserta pelatihan juga akan diadakan bertepatan saat post-test. Jarak antara pemberian pre-test dengan post-test yakni satu bulan. Diharapkan bahwa dengan jangka waktu satu bulan, peserta dapat menerapkan pengetahuan maupun keterampilan yang didapatkan saat training dan dapat melaporkan kemajuan atau progress setelah mendapatkan
training
(Phillips,
1997).
Johnson
(2008)
juga
mengungkapkan hal yang sama bahwa post-test dan follow-up sebaiknya dilakukan satu bulan setelah pelatihan diadakan. Hal ini bertujuan
untuk
memberikan
kesempatan
pada
peserta
agar
mempelajari hal-hal yang didapatkan dari training dalam hal kemampuan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
B. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data penelitian pengaruh pelatihan manajemen waktu terhadap kemampuan manajemen waktu pada mahasiswa baru angkatan 2012 yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Hasil Data Skala Kemampuan Manajemen Waktu
Keterangan Jumlah subjek Total Skor Rata-rata SD p
Kelompok Kontrol Pretest Posttest 25 3117 2953 124.68 4091.44
Kelompok Eksperimen Pretest Posttest 25 2991 3194
118.12 119.64 4496.64 8551.76 0.000
127.76 4710.56
Dalam penelitian ini, dapat digambarkan bahwa total jumlah subjek dalam dua kelompok yaitu 50 orang. Kelompok eksperimen berjumlah 25 orang dan kelompok kontrol berjumlah 25 orang. Nilai total skor pre-test pada kelompok kontrol sebesar 3117 dan skor posttest pada kelompok ini sebesar 2953. Mean atau rata-rata saat pre-test yakni sebesar 124.68 dan mean post-test sebesar 118.12. Kemudian untuk skor standar deviasi pre-test didapatkan hasil sebesar 4091.44 dan post-test sebesar 4496.64. Nilai total skor pre-test pada kelompok eksperimen sebesar 2991 dan skor post-test pada kelompok ini sebesar 3194. Mean atau rata-rata saat pre-test yakni sebesar 119.64 dan mean post-test sebesar 127.76. Kemudian untuk skor standar deviasi pre-test didapatkan hasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
sebesar 8551.76 dan post-test sebesar 4710.56. Kemudian didapatkan nilai p sebesar 0.000 (p < 0.05) yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dalam hal kemampuan manajemen waktu. Tabel 4.2. Hasil Data Gain Score Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Jumlah subjek Total Skor
Gain Score Kelompok Kontrol 25 -164
Gain Score Kelompok Eksperimen 25 183
Rata-rata SD
-6.56 948.16
7.32 2369.44
Keterangan
Dalam penelitian ini, jumlah subjek di kelompok eksperimen 25 orang dan kelompok kontrol 25 orang. Total gain score pada kelompok kontrol sebesar -164 dan kelompok eksperimen sebesar 183. Rata-rata gain score untuk kelompok kontrol sebesar -6.56 dan rata-rata gain score kelompok eksperimen sebesar 7.32. Standar deviasi untuk kelompok kontrol sebesar 948.16 dan kelompok eksperimen sebesar 2369.44.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
C. Deskripsi Data Evaluasi Reaksi Peserta terhadap Pelatihan Berikut ini adalah hasil analisis deskriptif evaluasi reaksi dari proses pelatihan manajemen waktu: Tabel 4.3. Hasil Analisis Deskriptif Statistik N Skor Maksimu m Skor Minimum Mean SD
Materi (10) Teoritik Empirik 25 50 46
Fasilitator (16) Teoritik Empirik 25 80 72
Sarana (13) Teoritik Empirik 25 65 62
10
29
16
49
13
39
*30 6.6
39.92 2.83
*48 10.6
62.16 3.83
*39 8.6
51.52 3.83
Subjek yang mengikuti pelatihan manajemen waktu (kelompok eksperimen) berjumlah 25 orang. Lalu dalam lembar evaluasi reaksi pelatihan dibagi menjadi tiga kriteria penilaian yaitu materi dan metode, fasilitator serta sarana dan prasarana. Untuk kriteria materi dan metode didapatkan hasil skor maksimum teoritik sebesar 50 dan skor empirik sebesar 46. Kemudian untuk skor minimum teoritik sebesar 10 dan skor minimum empirik sebesar 29. Kemudian untuk mean teoritik didapatkan hasil sebesar 30 dan mean empirik sebesar 39.92. Untuk standar deviasi teoritik didapatkan hasil sebesar 6.6 dan standar deviasi empirik sebesar 2.8. Untuk kriteria fasilitator didapatkan hasil skor maksimum teoritik sebesar 80 dan skor empirik sebesar 72. Kemudian untuk skor minimum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
teoritik sebesar 16 dan skor minimum empirik sebesar 49. Kemudian untuk mean teoritik didapatkan hasil sebesar 48 dan mean empirik sebesar 62.16. Untuk standar deviasi teoritik didapatkan hasil sebesar 10.6 dan standar deviasi empirik sebesar 3.83. Untuk kriteria sarana-prasarana didapatkan hasil skor maksimum teoritik sebesar 65 dan skor empirik sebesar 62. Kemudian untuk skor minimum teoritik sebesar 13 dan skor minimum empirik sebesar 39. Kemudian untuk mean teoritik didapatkan hasil sebesar 39 dan mean empirik sebesar 51.52. Untuk standar deviasi teoritik didapatkan hasil sebesar 8.6 dan standar deviasi empirik sebesar 3.83. Berikut ini adalah diagram empirik persepsi peserta terhadap pelatihan manajemen waktu dalam hal materi, fasilitator, sarana dan prasarana serta keseluruhan training: Gambar 4.1. Diagram Evaluasi Reaksi Peserta Pelatihan 180 160
153,6
RATA-RATA TOTAL
140
RATA-RATA MATERI
120 RATA-RATA FASILITATOR
100 80 60
62,16 39,92
51,52
40 20 0 RATA-RATA RATA-RATA RATA-RATA RATA-RATA TOTAL MATERI FASILITATOR SARANA
RATA-RATA SARANA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Dari diagram diatas terlihat bahwa rata-rata persepsi peserta terhadap materi dan metode pelatihan sebesar 39.92. Kemudian ratarata persepsi peserta terhadap fasilitator sebesar 62.16 dan rata-rata persepsi peserta terhadap sarana dan prasarana pelatihan sebesar 51,52. Berikut ini merupakan data pre-test untuk mengetahui nilai atau skor manajemen waktu secara umum pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Tabel 4.4. Manajemen Waktu Mahasiswa di Kedua Kelompok Secara Umum Statistik N Skor Maksimum Skor Minimum Mean
Kel Kontrol (Pre-Test) Teoritik Empirik 25 165 148
Kel Eksperimen (Pre-Test) Teoritik Empirik 25 165 164
33
101
33
88
*99
124,68
*99
119.64
Subjek pada kelompok kontrol berjumlah 25 orang dan kelompok eksperimen berjumlah 25 orang. Untuk kelompok kontrol didapatkan skor maksimum teoritik sebesar 165 dan skor maksimum empirik sebesar 148. Untuk skor minimum teoritik didapatkan hasil sebesar 33 dan nilai minimum empirik sebesar 101. Sedangkan hasil mean teoritik sebesar 99 dan mean empirik sebesar 124.68. Untuk kelompok eksperimen didapatkan skor maksimum teoritik sebesar 165 dan skor maksimum empirik sebesar 164. Untuk skor minimum teoritik didapatkan hasil sebesar 33 dan nilai minimum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
empirik sebesar 88. Sedangkan hasil mean teoritik sebesar 99 dan mean empirik sebesar 119.64. Dilihat dari one sample t-test, kemampuan manajemen waktu secara keseluruhan pada kelompok eksperimen sebelum training dan kelompok kontrol sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari nilai mean kelompok kontrol saat pre-test (KKpretest) sebesar 124.68 yang berarti KKpretest > mean teoritik (124.68 > 99) dan mean kelompok eksperimen saat pre-test (KEpretest) memperoleh skor 119.64 yang berarti KEpretest > mean teoritik (119.64 > 99).
D. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas pada penelitian dilakukan untuk menguji normalitas sebaran data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan One Sample KolmogorovSminorov Test dengan bantuan SPSS versi 16.0 for windows. Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 atau p > 0.05 maka H0 diterima atau dengan kata lain sebaran data pada populasi normal. Akan tetapi, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 atau p < 0.05 maka H0 ditolak atau sebaran data tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data pada skala
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
manajemen waktu yakni nilai p = 0.036 yang berarti p > 0.05. Hal ini berarti sebaran data pada dua kelompok, yakni kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak berdistribusi normal. Hal ini disebabkan karena adanya skor ekstrim pada subjek. Data yang tidak normal pada penelitian ini terjadi karena adanya faking good yang dilakukan oleh subjek.
b. Uji Homogenitas Uji Homogenitas berfungsi untuk menguji perbedaan varian
antar
kelompok.
Uji
homogenitas
menggunakan
Independent Sample T-Test yakni Levene’s Test pada SPSS 16 for windows. Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 atau p > 0.05 maka H0 diterima atau dengan kata lain varian dua kelompok sama atau homogen. Akan tetapi, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 atau p < 0.05 maka H0 ditolak atau varian kedua kelompok berbeda. Dari hasil penghitungan, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.015, hal ini menandakan bahwa p < 0.05 yang berarti H0 diterima atau varian dari kedua kelompok berbeda atau tidak homogen.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
63
Robustness of T - Test Pada penelitian ini, uji normalitas memiliki skor 0.036 dan uji homogenitas 0.015. Pada uji normalitas, dikatakan bahwa penelitian ini memiliki sebaran data yang tidak berdistribusi normal karena p > 0.05. Pada uji homogenitas, penelitian ini dikatakan tidak homogen karena p < 0.05. Dari perhitungan didapatkan hasil bahwa uji normalitas dan uji homogenitasnya tidak normal dan tidak homogen atau heterogen. Akan tetapi, peneliti masih dapat meneruskan proses perhitungannya yakni uji - t, sesuai dengan yang diungkapkan oleh Howell (1982) bahwa pelanggaran asumsi ini memiliki efek yang kecil apabila jumlah sampling kedua kelompok sama. Selain itu, Santoso (2010) mengemukakan bahwa jika ketidaknormalannya tidak berada pada skor yang jauh maka memungkinkan untuk melakukan perhitungan selanjutnya, yakni uji - t. Seperti yang dikatakan Santoso (2010): “Kita perlu mengecek apakah ketidaknormalannya parah atau tidak. Memang betul tidak ada patokan tentang tingkat keparahan ini tetapi kita bisa mengira-ngira jika nilai p = 0,049 maka ketidaknormalannya tidak parah.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
64
Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh training manajemen waktu terhadap kemampuan manajemen waktu pada mahasiswa
baru
angkatan
2012.
Pengujian
hipotesis
dilakukan
menggunakan Independent Sample T-Test dengan bantuan SPSS 16 for windows untuk menghitung perbedaan antara dua kelompok yakni kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dari hasil penghitungan uji beda terhadap gain score didapatkan skor mean gain score pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada gain score kelompok kontrol (7.32 > -6.56) dengan skor signifikansi yaitu atau p sebesar 0.000 (syarat p < 0.01). Hal ini membuktikan bahwa pelatihan manajemen waktu efektif untuk meningkatkan kemampuan manajemen waktu mahasiswa awal. Perhitungan One Sample T-Test dengan bantuan SPSS 16 for windows digunakan untuk menghitung evaluasi reaksi peserta pelatihan manajemen waktu dan didapatkan rata-rata persepsi peserta terhadap materi dan metode pelatihan sebesar 39.92, rata-rata persepsi peserta terhadap fasilitator sebesar 62.16 dan rata-rata persepsi peserta terhadap sarana dan prasarana pelatihan sebesar 51.52. Kemudian rata-rata persepsi peserta terhadap keseluruhan training diperoleh skor sebesar 153.6. Hal ini menunjukkan bahwa peserta pelatihan memberikan penilaian yang sangat positif terhadap pelatihan manajemen waktu. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan pada kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Ada peningkatan kemampuan pada kelompok eksperimen sesudah mengikuti pelatihan manajemen waktu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelatihan manajemen waktu ini efektif untuk meningkatkan kemampuan manajemen waktu bagi mahasiswa.
E. Pembahasan Berdasarkan analisis uji hipotesis diperoleh hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pelatihan manajemen waktu terhadap kemampuan
manajemen
waktu
mahasiswa.
Adanya
peningkatan
kemampuan dalam hal manajemen waktu menandakan bahwa training efektif untuk meningkatkan kemampuan manajemen waktu pada mahasiswa awal yang notabene sedang berada pada masa transisi dari SMA ke perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Orphen (1994) mengungkapkan bahwa pelatihan manajemen waktu efektif meningkatkan kemampuan subjek dalam hal mengatur waktu. Eerde (2003) juga mengungkapkan hal yang sama bahwa pelatihan manajemen waktu sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan manajemen waktu dan juga membantu individu mengurangi kebiasaan mereka menunda-nunda pekerjaan atau prokrastinasi sehingga pekerjaan mereka selesai tepat waktu. Macan (1994) mengemukakan bahwa dengan pelatihan manajemen waktu, seseorang dapat mengorganisasikan waktu dengan baik untuk mencapai tujuan dan prioritas serta selalu menata area kerjanya dengan rapi dan membuat planning atau jadwal kegiatan untuk mendukung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
tercapainya tujuan individu. Kirby (1997) juga mengungkapkan hal yang sama dengan beberapa tokoh diatas, yakni bahwa pelatihan manajemen waktu sangat efektif bagi mahasiswa yang sedang berada dalam masa peralihan dari sekolah menuju dunia perkuliahan. Hal ini bertujuan agar para mahasiswa baru lebih tertata dalam hal manajemen waktu. Kolb (1984) mengemukakan bahwa metode pembelajaran eksperensial adalah salah satu metode yang representatif. Pembelajaran eksperensial merupakan metode yang sering digunakan dalam proses pelatihan dan banyak
menstimulasi
individu
untuk
sungguh-sungguh
mengikuti
pelatihan dan terlibat aktif. Dalam pelatihan manajemen waktu ini terlihat masing-masing peserta cukup aktif dalam setiap aktivitas. Noyé dan Pivetan (dalam Fragoulis, 2008) mengemukakan bahwa ketika peserta pelatihan terlibat aktif dalam pelatihan menandakan bahwa pengetahuan dan kemampuan mereka bertambah dan itu akan mendukung mereka dalam mengaplikasikan hal-hal yang didapat dari pelatihan dalam kehidupan mereka. Tracey dan Tews (1995) juga mengungkapkan bahwa sikap dan motivasi para peserta pelatihan dapat terlihat dari keaktifan para peserta pelatihan manajemen waktu ketika mengikuti pelatihan, misalnya saat sharing di kelompok kecil maupun besar, mengemukakan pendapat di kelompok besar dan aktif bertanya pada fasilitator. Mereka pun bersikap kooperatif pada saat pelatihan manajemen waktu diadakan. Pelatihan manajemen waktu yang dilakukan bagi mahasiswa awal angkatan
2012,
Fakultas
Psikologi,
Universitas
Sanata
Dharma
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
menggunakan metode pembelajaran eksperensial (experiential learning). Metode ini merupakan metode dimana subjek menjadi agen atau pusat pembelajaran, subjek juga mengalami sendiri suatu pengalaman, merefleksikan pengalaman tersebut, kemudian mempelajarinya dan menerapkan dalam kehidupan. Dengan metode pembelajaran eksperensial ini, individu secara langsung dapat merasakan dan akhirnya bisa mengaplikasikan dalam kegiatan mereka sehari-hari. Fragoulis dan Phillips (2008) mengemukakan bahwa metode pembelajaran eksperensial sangat cocok digunakan bagi subjek pelatihan yang masih berada pada usia remaja yakni mahasiswa. Hal ini disebabkan karena fisik mereka sangat mendukung untuk melakukan banyak aktivitas dalam pelatihan, dari segi kognitif mereka pun sudah sangat berkembang dan kreatif. Peserta pelatihan juga mampu mengeksplorasi diri mereka sehingga metode pembelajaran eksperensial efektif bagi para peserta pelatihan manajemen waktu yang merupakan mahasiswa awal. Setelah pelatihan ini selesai, diukur beberapa aspek dalam pelatihan. Pengukuran tersebut mencakup aspek materi dan metode, fasilitator, sarana prasarana dan pelatihan secara keseluruhan. Dari hasil perhitungan, didapatkan kesimpulan bahwa peserta memiliki penilaian yang sangat positif pada pelatihan manajemen waktu ini. Selain itu, aspek fasilitator memiliki nilai yang paling tinggi diantara dua aspek lainnya. Sesuai dengan hasil yang di dapat dari respon peserta, fasilitator memiliki kemampuan dalam performa. Fecteau (dalam Chiaburu dan Tekleab,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
2005); Afsar, et al (2010); Soemarman (2010); Kirkpatrick (2009) dan King (1964) mengemukakan bahwa seorang trainer merupakan hal penting yang menentukan efektivitas pelatihan. Afsar, et al (2010) mengatakan bahwa trainer yang mampu berkomunikasi yang baik dengan peserta, memiliki attitude yang baik, percaya diri, menjadi salah satu faktor yang mendukung peserta dapat memahami isi training yang diberikan. Fecteau, et al dalam Chiaburu (2005) mengatakan bahwa trainer sangat berpengaruh karena mereka menjadi model atau contoh bagi peserta sehingga peserta tentu akan mengaplikasikan apa yang diberikan oleh trainer terutama jika trainer memiliki sikap yang bisa menjadi panutan bagi mereka. Hal ini akan memunculkan motivasi bagi masingmasing peserta. Dari analisis data didapatkan kesimpulan bahwa kemampuan manajemen waktu pada kedua kelompok yakni kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sudah baik. Hal ini disebabkan karena subjek penelitian sudah pernah mengikuti sebuah pelatihan yaitu PPKM (Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa). Akan tetapi, dari hasil survei yang dilakukan kepada 40 mahasiswa psikologi angkatan 2011 dan angkatan 2012, PPKM dinilai sebagai rutinitas tahunan yang wajib diikuti oleh mahasiswa awal. Selain itu, dengan banyaknya materi yang ada pada PPKM dan waktu yang terbatas membat subjek terkesan hanya mengikuti sebuah prasyarat dari universitas. Dengan hasil tersebut, peneliti muncul untuk memberikan sebuah pemikiran dasar yaitu membuat sebuah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
pelatihan dengan metode experential learning, sesuai dengan kebutuhan mahasiswa awal yakni manajemen waktu. Pada akhir pelatihan, peserta juga diminta untuk mengisi Personal Action Plan (PAP). PAP ini terdiri dari empat aitem pertanyaan terbuka, yakni mengenai aktivitas paling mengesankan dalam training, hal yang dapat dipelajari dari training ini, target setelah mengikuti training dan saran bagi training ini. Dari PAP pada aitem pertama, didapatkan bahwa sepuluh orang memilih games worst case scenario sebagai kegiatan yang paling menarik. Dalam games ini, peserta diminta untuk melakukan berbagai aktivitas, misalnya mengambil bola dari dalam lingkaran dan lain sebagainya untuk mengumpulkan poin dalam jangka waktu tertentu. kemudian lima peserta menyukai aktivitas memasak. Lima orang lagi menyukai kegiatan sharing dalam kelompok, tiga orang menyukai kegiatan menonton film “Kiwi” dan dua orang menganggap bahwa semua aktivitas dalam pelatihan sangat mengesankan. Pada aitem kedua, yang paling banyak peserta dapatkan dari training ini yaitu sebelas orang menjawab bahwa perencanaan matang sangat diperlukan sebelum melakukan kegiatan, kemudian lima peserta juga belajar bahwa ketika bertindak harus berdasarkan prioritas utama. Lalu, lima peserta juga belajar berjuang untuk mencapai tujuan, dan mempelajari cara mengatur waktu atau memiliki estimasi waktu lebih baik. Empat peserta juga mempelajari bahwa area kerja yang bersih lebih dapat mendukung dalam melakukan serta menyelesaikan tugas dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
Target yang diinginkan mereka setelah pelatihan yaitu tiga belas peserta menjawab ingin dapat mengatur waktu dengan baik agar dapat mencapai tujuan, empat peserta juga menjawab bahwa mereka ingin merealisasikan hal-hal yang didapatkan dari training. Sebanyak tiga orang menjawab target yang mereka inginkan yaitu dapat membuat prioritas serta lebih menghargai waktu dan lebih disiplin lagi. Tiga orang juga mengatakan bahwa dari pelatihan ini mereka lebih menghargai waktu dan dua orang lagi ingin lebih disiplin dalam hal waktu. Selain itu, saran paling banyak dari peserta yaitu sebanyak delapan peserta menyarankan agar pelatihan diperlama lagi. Lima orang juga menyarankan agar games dalam pelatihan diperbanyak. Selain itu, lima peserta juga memberikan saran agar masih ada orang-orang yang terus peduli dengan mahasiswa baru yang notabene sedang mencari jati diri dengan cara membuat pelatihan yang serupa dengan pelatihan manajemen waktu ini. Empat peserta menyarankan agar peserta lebih banyak lagi dan tiga orang mengatakan agar fasilitas lebih baik lagi. Dari hasil di atas disimpulkan bahwa banyak peserta yang merasakan bahwa waktu pelatihan kurang lama hal ini disebabkan karena pelatihan ini terpaksa dimulai pada sore hari karena hampir setengah dari peserta mengikuti weekend moral dan acara tersebut baru selesai pada pukul 13.30 WIB sehingga waktu pelatihan diundur dari rencana semula yang direncanakan mulai pukul 08.00 WIB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data penelitian dan pembahasan dari data penelitian, diperoleh skor signifikansi sebesar 0.000 (syarat p < 0.01). Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dalam hal kemampuan manajemen waktu. Selain itu, pelatihan manajemen waktu efektif karena peserta pelatihan memberikan penilaian yang sangat positif terhadap pelatihan ini. Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh pelatihan manajemen waktu pada kemampuan manajemen waktu bagi mahasiswa.
B. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini yaitu tidak memakai metode random assignment dalam pemilihan subjek. Keterbatasan lain yaitu waktu pelaksanaan pelatihan yang pendek, dilakukan hanya satu hari.
71
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
C. Saran 1.
Bagi Universitas Pihak universitas hendaknya melakukan pelatihan serupa dengan
menggunakan
metode
experiential
learning
untuk
meningkatkan kualitas manajemen waktu pada mahasiswanya, khususnya bagi para mahasiswa baru.
2.
Bagi Subjek Penelitian Bagi subjek penelitian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan manajemen waktu efektif untuk meningkatkan kemampuan manajemen waktu bagi mahasiswa. Disarankan mahasiswa dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari maupun mengikuti pelatihan atau training yang sejenis. Selain itu, subjek disarankan untuk secara aktif mengembangkan kemampuan manajemen waktu dengan metode atau cara sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu.
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji tentang pengaruh pelatihan terhadap manajemen waktu disarankan untuk: a.
Melakukan random assignment dalam proses pemilihan subjek untuk mengurangi tingkat bias. Apabila pemilihan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
random assignment dilakukan hasil akan lebih representatif dan hasilnya dapat digeneralisasikan ke populasi.
b.
Jangka waktu pelaksanaan pelatihan diperlama agar proses pelatihan dapat lebih intensif karena pelatihan manajemen waktu baru diadakan pada pukul 16.00 WIB karena hampir sebagian besar peserta mengikuti weekend moral dan baru selesai pada pukul 14.00 WIB.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Acton, T. & Golden, W. (2003). Training the knowledge worker: A descriptive study of training practices in Irish Software Companies. Journal of European Industrial Training. 137-146. Afsar, et al. (2010). Leader’s Influences On Training Effectiveness. Annales Universitatis Apulensis Series Oeconomica, 12(2), 597-607. Azwar, S. (2001). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Burt, et al. (2009). Development Of The Time Management Environment (Time) Scale. Journal Of Managerial Psychology, 25(6), 649-668. Chiaburu, D.S. & Tekleab, A.G. (2005). Individual And Contextual Influences On Multiple Dimensions Of Training Effectiveness. Journal Of European Industrial Training; 29 (8), 604-626. Chu, A.H.C & Choi, J.N. (2005). Rethinking Procrastination: Positive Effects of "Active" Procrastination Behavior on Attitudes and Performance. The Journal of Social Psychology, 145 (3), 245-264. Covey, S. (1994). First Things First: Dahulukan yang Utama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Das, et al. (2010). Effect of Depression upon Time Management of Undergraduate Students. J. Psychosoc, 5 (2), 291-298. Discover Time Management (2007). Benefits of Time Management. Diunduh pada tanggal 28 Agustus 2012 dari http://www.discover-timemanagement.com/benefits-of-time management.html Eerde, V. (2003). Procrastination at work and time management training. The Journal of Psychology, 137 (5), 421-434. Fragoulis, I. & Phillips, N. (2008). The Benefits Of Experiential Learning In Corporate Training: Trainees' Attitudes And Beliefs. Training and Management Development Methods, 22 (5), 107-119. Goldstein, I. (1986). Training In Organizations: Needs Assessment, Development, And Evaluation. California: Brooks / Cole Publishing Company.
74
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Haastrup, et al. (2010). Towards Effective Time Management among Lecturers in Nigerian Universities. Journal of Emerging Trends in Educational Research and Policy Studies, 1 (1) 22-24. Hendrayani, R. (2008). Mengembangkan Kompetensi Personal Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Sebagai Calon Guru Melalui Soft Competency Training. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 3 (2) 257-270. Howel, D. (1982). Statistical Methods for Psychology. Boston: PWS Publishers. Hurlock, E. (1967). Adolescent Development, 3rd ed. New York: McGraw-Hill, Inc. Hurlock, E. (1999). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Jersild, A. (1965). The Psychology of Adolescence, 2nd ed. New York: The Macmillan Company. Johnson, D. (2008). Evaluating Training: Thinking Outside the Borders. Johnson & Johnson Consulting, 17-23. Johnson. W. (2008). Student’s time management at the undergraduate level. New York: United States Military Academy. King, D. (1964). Training Within The Organization. Chicago: Educational Methods, Inc. Kirby, A. (1977). An analysis of the effects of instruction on college students’ time management. Desertation. University of Florida. Kirkpatrick, D. L. & Kirkpatrick, J. D. (2009). Evaluating Training Programs, 3rd ed. Berrett-Koehler Publishers. Kolb, D.A. (1984): Experiential learning: experience as the source of learning and development. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Lakein. (1992). Langkah-langkah Keberhasilan Menguasai Waktu dan Hidup. Jakarta: Pustaka Tangga. Luthfiana, V. (2010). Kontribusi Manajemen Waktu terhadap Produktivitas Kerja Wartawan, Bibliografi 39 (1955-2008). Jakarta: Universitas Gunadarma. Macan, T. H. (1994). Time Management: Test of a process model. Journal of Applied Psychology, 79 (3), 381-391.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Macan, T. H. (1996). Time Management Training: Effects on Time Behaviors, Attitudes, and Job Performance. The Journal of Psychology, 130 (3), 229-236. Misra, R. & McKean, M. (2000). College students' academic stress and its relation to their anxiety, time management, and leisure satisfaction. American Journal of Health Studies, 16 (1); 41-51. Nikandrou. (2009). Trainee Perceptions Of Training Transfer: An Empirical Analysis. Journal Of European Industrial Training, 33 (3), 255-270. Nonis, et al. (1998). Influence Of Perceived Control Over Time On College Students’ Stress And Stress-Related Outcomes. Research In Higher Education, 39(5), 587-605. Ogonor, B dan Nwadiani, M. (2006). An Analysis Of Non-Instructional Time Management Of Undergraduates In Southern Nigeria. College Student Journal, 40 (1), 204-217. Orphen, C. (1994). The effect of time-management training on employee attitudes and behavior: A field experiment. The Journal of Psychology, 128 (4), 393-396. Phillips, J. (1997). Handbook of Training Evaluation and Measurement Methods, 3rd edition. Taylor and Francis Group. Prasetyo dan Jannah. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Rae, L. (1990). Mengukur Efektivitas Pelatihan. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo. Sansgiry, et al. (2006). Factors That Affect Academic Performance Among Pharmacy Students. American Journal of Pharmaceutical Education, 70 (5), Article 104. Santoso, A. (2010) Statistik Untuk Psikologi: Dari Blog Menjadi Buku, Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Santrock, J. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja, ed. ke-6. Jakarta: Erlangga. Santrock, J. (2009). Life Span Development, 12th ed. New York: McGraw-Hill Higher Education.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
Seniati, dkk. (2005). Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT. Indeks. Smythe, et al. (1999). On The relationship between time management and time estimation. British Journal Of Psychology, 90, 333-347. Soemarman, T. (2010). Maximizing Training: Memaksimalkan Pelatihan Demi Hasil yang Optimal. Malang: Penerbit Dioma. Supratiknya, A. (2011). Psikoedukasi: Merancang Program dan Modul. Yogyakarta: Penerbit Sanata Dharma. Suryabrata, S. (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada. Taylor, H. (2012). Benefits of Time Management. Diunduh pada tanggal 28 Agustus 2012 dari http:// www.taylorintime.com/index.php?option=com_content&view=article& id=548<emid=200080 Tracey, J.B & Tews, M.J. (1995). Training Effectiveness: Accounting For Individual Characteristics And The Work Environment. Cornell Hospitality Quarterly 36 (6); 36-42. Trihendradi, C. (2008). Step by step Statistik.Yogyakarta: Penerbit Andi.
SPSS
16.
Analisis
Data
Uyanto, S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Lampiran 1. Uji Reliabilitas Skala Kemampuan Manajemen Waktu
Case Processing Summary N Cases
Valid
% 117
100.0
0
.0
117
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .945
N of Items .946
33
Summary Item Statistics Maximum / Mean
Item Means
3.817
Minimum
3.316
Maximum
4.214
Range
.897
Minimum
1.271
Variance
.077
N of Items
33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted Total Correlation Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001
121.8291
293.815
.596
.
.943
VAR00002
122.1197
290.313
.594
.
.943
VAR00003
121.7521
297.723
.515
.
.944
VAR00004
121.8462
293.097
.657
.
.943
VAR00005
121.9658
293.792
.567
.
.944
VAR00006
122.3932
290.327
.569
.
.944
VAR00007
122.5470
286.905
.596
.
.943
VAR00008
121.9744
293.749
.564
.
.944
VAR00009
121.7949
296.458
.502
.
.944
VAR00010
122.5641
286.955
.660
.
.943
VAR00011
121.9231
296.296
.459
.
.944
VAR00012
122.0342
293.395
.468
.
.945
VAR00013
122.3761
286.409
.586
.
.944
VAR00014
121.7778
296.398
.452
.
.945
VAR00015
122.1709
289.384
.657
.
.943
VAR00016
122.1709
291.315
.581
.
.943
VAR00017
121.9231
291.761
.540
.
.944
VAR00018
122.6496
283.574
.680
.
.942
VAR00019
121.8803
296.589
.513
.
.944
VAR00020
122.4957
283.373
.735
.
.942
VAR00021
122.1026
291.955
.525
.
.944
VAR00022
122.5641
287.834
.682
.
.943
VAR00023
122.5897
286.658
.709
.
.942
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
VAR00024
122.4103
286.330
.587
.
.944
VAR00025
122.4444
288.025
.604
.
.943
VAR00026
122.2137
292.807
.527
.
.944
VAR00027
122.0000
291.862
.567
.
.944
VAR00028
122.1624
294.241
.515
.
.944
VAR00029
122.4103
293.192
.504
.
.944
VAR00030
121.9573
292.110
.534
.
.944
VAR00031
121.8632
290.326
.617
.
.943
VAR00032
121.9744
295.560
.409
.
.945
VAR00033
122.0256
290.267
.584
.
.943
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Lampiran 2. Data Penelitian Skala Kemampuan Manajemen Waktu
Subyek (KK) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Pretest
Posttest
GS
129 123 144 101 138 126 137 132 109 126 105 123 129 121 148 124 140 143 127 121 107 112 126 103 123
126 115 141 92 119 119 127 120 108 114 98 124 125 116 142 121 135 144 118 119 107 111 99 97 116
-3 -8 -3 -9 -19 -7 -10 -12 -1 -12 -7 1 -4 -5 -6 -3 -5 1 -9 -2 0 -1 -27 -6 -7
Subyek (KE) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Pretest
Posttest
GS
109 110 109 149 137 123 126 164 137 99 126 134 105 125 117 108 138 105 135 119 92 131 88 88 117
113 115 121 150 138 125 120 160 139 121 127 129 133 127 124 118 139 124 159 121 102 133 112 115 129
4 5 12 1 1 2 -6 -4 2 2 1 -5 28 2 7 10 1 19 24 2 10 2 24 27 12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Lampiran 3. Rata-rata Manajemen Waktu Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen One-Sample Statistics N KKpretest
Mean 25
Std. Deviation
1.2468E2
Std. Error Mean
13.05667
2.61133
One-Sample Test Test Value = 99 95% Confidence Interval of the Difference t KKpretest
df
9.834
Sig. (2-tailed) 24
.000
Mean Difference 25.68000
Lower
Upper
20.2905
31.0695
One-Sample Statistics N KEpretest
Mean 25
Std. Deviation
1.1964E2
18.87653
Std. Error Mean 3.77531
One-Sample Test
Test Value = 99 95% Confidence Interval of the Difference t KEpretest
5.467
df
Sig. (2-tailed) 24
.000
Mean Difference 20.64000
Lower 12.8482
Upper 28.4318
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
Lampiran 4. Persepsi Peserta terhadap Materi dan Metode Pelatihan One-Sample Statistics N MATERI
Mean 25
Std. Deviation
39.9200
Std. Error Mean
3.95727
.79145
One-Sample Test Test Value = 30 95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2t MATERI
df 12.534
tailed) 24
.000
Mean Difference 9.92000
Lower 8.2865
Upper 11.5535
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
Lampiran 5. Persepsi Peserta terhadap Fasilitator atau Trainer One-Sample Statistics Std. N FASILITATOR
Mean 25
Deviation
62.1600
Std. Error Mean
4.98899
.99780
One-Sample Test Test Value = 48 95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2t FASILITATOR
14.191
df 24
tailed) .000
Mean Difference 14.16000
Lower 12.1006
Upper 16.2194
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
Lampiran 6. Persepsi Peserta terhadap Sarana dan Prasarana saat Pelatihan
One-Sample Statistics N SARANA
Mean 25
Std. Deviation
51.5200
Std. Error Mean
5.93099
1.18620
One-Sample Test Test Value = 39 95% Confidence Interval of the Difference t SARANA
10.555
df 24
Sig. (2-
Mean
tailed)
Difference
.000
12.52000
Lower 10.0718
Upper 14.9682
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Lampiran 7. Persepsi Peserta terhadap Keseluruhan Training One-Sample Statistics N
Mean
TOTAL
25
Std. Deviation
1.5360E2
Std. Error Mean
10.66927
2.13385
One-Sample Test Test Value = 103 95% Confidence Interval of the Difference t TOTAL
23.713
df 24
Sig. (2-
Mean
tailed)
Difference
.000
50.60000
Lower 46.1959
Upper 55.0041
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
Lampiran 8. Diagram Rata-rata Reaksi Peserta Pelatihan Manajemen Waktu 180 160
153,6
RATA-RATA TOTAL
140
RATA-RATA MATERI
120 RATA-RATA FASILITATOR
100 80 60
62,16 39,92
RATA-RATA SARANA
51,52
40 20 0 RATA-RATA RATA-RATA RATA-RATA RATA-RATA TOTAL MATERI FASILITATOR SARANA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 9. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test MnjmWkt N
50 a
Normal Parameters
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
.3800 1.08098E1
Absolute
.200
Positive
.200
Negative
-.093 1.417 .036
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 10. Uji Homogenitas
Levene's Test for Equality of Variances
F MnjmWkt
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sig. 6.388
.015
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Lampiran 11. Uji Hipotesis
Group Statistics Kelompok MnjmWkt
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
KelEksperimen
25
7.3200
9.93613
1.98723
KelKontrol
25
-6.5600
6.28543
1.25709
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F
Sig.
t
df
Sig. (2-
Std. Error
tailed)
Mean Difference Difference
Lower
Upper
Mnjm Equal Wkt
variances
6.388
.015 5.903
48
.000 13.88000
2.35145 9.15209 18.60791
5.903 40.557
.000 13.88000
2.35145 9.12957 18.63043
assumed Equal variances not assumed
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 12. Personal Action Plan Peserta Pelatihan Manajemen Waktu
Kegiatan yang paling disukai saat pelatihan manajemen waktu: Games WCS 10 subjek Memasak 5 subjek Sharing kelompok 5 subjek Menonton film “Kiwi” 3 subjek Semua aktivitas 2 subjek Hal yang dapat dipelajari dari pelatihan manajemen waktu: Pentingnya perencanaan dan 11 subjek melakukan kegiatan berdasarkan prioritas Tujuan pasti bisa dicapai 5 subjek Mengatur waktu, estimasi waktu 5 subjek Kebersihan dan kerapihan tempat 4 subjek kerja Target setelah mengikuti pelatihan manajemen waktu: Mengatur waktu lebih baik untuk 13 subjek mencapai tujuan Merealisasikan hal yang didapat dari 4 subjek training Membuat prioritas kegiatan 3 subjek Menghargai waktu 3 subjek Disiplin dalam hal waktu 2 subjek Saran untuk pelatihan: Pelatihan diperlama Games diperbanyak Masih ada orang-orang yang peduli dengan mahasiswa baru yang notabene sedang mencari jati diri dan membuat pelatihan serupa dengan time management training Peserta diperbanyak Fasilitas lebih baik
8 subjek 5 subjek 5 subjek
4 subjek 3 subjek
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 13. Skala Kemampuan Manajemen Waktu
SKALA KEMAMPUAN MANAJEMEN WAKTU
Disusun Oleh : Dominica Xyannie Mariave 099114090
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
Kepada Yth. Teman-teman Di tempat.
Sehubungan dengan penelitian untuk tugas akhir saya, perkenankanlah saya meminta bantuan dari teman-teman untuk mengisi skala berikut ini. Skala ini berisi beberapa pernyataan yang berhubungan dengan kemampuan manajemen waktu. Dalam mengisi skala ini, teman-teman diharapkan untuk memberikan jawaban dengan jujur dan apa adanya sesuai dengan keadaan teman-teman. Hasil skala ini digunakan untuk kepentingan akademik, sehingga semua informasi diri teman-teman terjamin kerahasiaannya. Atas perhatian dan bantuan teman-teman, saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Dominica Xyannie Mariave 09/ PSI/ USD
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
Petunjuk Pengisian: Berikut ini akan disajikan beberapa pernyataan. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi anda dengan memberikan tanda silang (X) pada:
a. Jawaban Sangat Setuju (SS), bila anda sangat setuju dengan pernyataan tersebut. b. Jawaban Setuju (S), bila anda setuju dengan pernyataan tersebut. c. Jawaban Netral (N), bila anda netral dengan pernyataan tersebut d. Jawaban Tidak Setuju (TS), bila anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut. e. Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS), bila anda sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
IDENTITAS DIRI Nama Lengkap : Jenis Kelamin : L / P (Lingkari salah satu) Usia
:
Contoh cara menjawab:
No.
Pernyataan
Pilihan Jawaban SS
1.
Saya memiliki cita-cita di masa depan dan saya mengetahui apa yang harus saya lakukan untuk mencapainya
X
S
N
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
Apabila anda ingin mengganti jawaban, coret pada jawaban yang anda pilih sebelumnya kemudian ganti dengan jawaban yang anda rasa lebih sesuai dengan keadaan anda:
No.
Pernyataan
Pilihan Jawaban SS
1.
Saya memiliki cita-cita di masa depan dan saya mengetahui apa yang harus saya lakukan untuk mencapainya
No.
X
Pernyataan
Saya memiliki tujuan yang jelas dari setiap kegiatan saya
2.
Bagi
saya,
membuat
jadwal
kegiatan
merupakan hal yang penting 3.
Keteraturan dalam bekerja memudahkan saya dalam menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu
4.
Saya mengetahui apa yang menjadi prioritas utama saya
5.
Teratur dalam hal belajar dan bekerja membuat saya menjadi pribadi yang mampu mencapai tujuan
6.
Saya merencanakan semua kegiatan pada pagi hari sebelum memulai aktivitas
N
TS
STS
X
Pilihan Jawaban SS
1.
S
S
N
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7.
Saya
membuat
jadwal
harian
untuk
memudahkan saya dalam melakukan kegiatan 8.
Sebelum
membuat
perencanaan,
saya
memiliki target yang harus dicapai dalam hidup saya 9.
Saya senang dan merasa puas ketika saya mampu teratur dalam belajar dan bekerja
10.
Saya biasa membuat agenda kegiatan yang harus dilakukan pada hari esok
11.
Demi
mencapai
impian,
saya
membuat
prioritas dalam kegiatan saya 12.
Saya merasa nyaman mengerjakan tugas di meja belajar yang rapi dan tidak berantakan
13.
Saya
langsung
membersihkan
dan
membereskan tempat belajar saya jika terlihat kotor dan berantakan 14.
Saya memiliki cita-cita di masa depan dan saya mengetahui apa yang harus saya lakukan untuk mencapainya
15.
Saya membuat perencanaan apa yang harus dilakukan pada setiap awal semester
16.
Saya menetapkan sasaran yang harus saya capai untuk beberapa minggu atau beberapa bulan ke depan
17.
Saya merasa senang bekerja di tempat yang
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bersih dan tertata dibandingkan bila bekerja di tempat yang berantakan 18.
Saya mencatat kegiatan yang akan saya kerjakan sepanjang hari ini
19.
Saya biasa melakukan serta menyelesaikan kegiatan yang penting terlebih dahulu
20.
Saya membuat jadwal aktivitas yang harus dikerjakan dan diselesaikan dalam satu minggu ke depan
21.
Saya menyusun buku-buku kuliah dengan rapi di rak buku atau laci
22.
Saya memiliki daftar kegiatan yang harus diselesaikan dalam satu hari
23.
Saya biasa mengecek setiap kegiatan yang telah saya lakukan dalam satu hari untuk mengetahui apakah kegiatan tersebut sudah terselesaikan dengan baik atau belum
24.
Saya telah memikirkan apa yang harus saya lakukan pada satu tahun bahkan lima tahun ke depan
25.
Selesai
belajar,
saya tidak
lupa
untuk
merapikan ruang belajar 26.
Saya membuat daftar sasaran-sasaran yang ingin saya capai untuk beberapa waktu ke depan
98
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27.
Saya dapat menemukan segala sesuatu yang saya butuhkan dengan mudah bila tempat belajar saya rapi
28.
Saya memiliki tujuan jangka pendek dan jangka panjang di hidup saya
29.
Saya melihat serta mengevaluasi kegiatan yang sudah saya kerjakan dalam satu hari
30.
Saya senang belajar di kamar yang tertata dengan baik
31.
Tempat yang bersih dan rapi membuat saya betah untuk belajar
32.
Saya melakukan aktivitas yang saya anggap kurang penting ketika semua aktivitas yang saya anggap penting sudah selesai
33.
Saya akan menjadikan hari esok lebih baik lagi dari hari ini karena saya mengevaluasi kegiatan yang saya lakukan setiap harinya
Periksa kembali jawaban anda dan pastikan semuanya telah dijawab. Terimakasih.
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
Lampiran 14. Rundown Pelatihan Manajemen Waktu
WAKTU
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN/ SASARAN
PERALATAN
HARI I 16.00 - 16.30
OPENING & GROUPING
16.30 – 17.00
CONDITIONING SMALL GROUP
Perkenalan tim fasilitator dan pendukung teknis crew kegiatan Penjelasan tentang metode pelatihan; Experiential Learning Aturan selama pelatihan Penjelasan mengenai sikap-sikap positif yang diperlukan/ komitmen dasar yang dapat mendukung terlaksana dan tercapainya sasaran pelatihan Pembagian kelompok kecil Penjelasan 5 pengantar kegiatan: sejarah Outward Bound, metode Experiential Learning, 3 jenis tantangan (alam, fasilitator/ aktivitas, internal kelompok), 3 peran fasilitator (challenge presenter, safety guard, group facilitator), mekanisme aktivitas (briefing, action, debriefing). Penguatan mengenai metode kegiatan dan tujuan pelatihan, komitmen dasar, aturan selama pelatihan
Sound system, papan jalan, alat tulis, kertas HVS kosong, rundown untuk fasilitator
Matras duduk sejumlah peserta & fasilitator, kertas HVS, papan jalan, amplop dan alat tulis sejumlah peserta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
WAKTU
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN/ SASARAN
101
PERALATAN
HARI I 17.00 - 18.05
ICE BREAKING SMALL GROUP -
18.05 – 18.30
Warp Speed My Dreams and Fear
TRANSFERING SKILL “Cook Craft”
Mencairkan suasana kaku dalam kelompok kecil Proses penyesuaian diri antara peserta dengan diri sendiri, peserta dengan peserta lain, peserta dengan fasilitator, dan peserta dengan lingkungan
Pengenalan cara penggunaan alat memasak seperti kompor portable dan peralatan lainnya.
18.30 – 20.00
COOKING FRESH FOOD TOGETHER & DINNER
Merencanakan aktivitas berdasarkan urutan kebutuhan & prioritas Mengendalikan waktu berdasarkan tugas, tanggung jawab dan prioritas kebutuhan Merencanakan pembuatan jadwal kerja berkaitan dengan prioritas kebutuhan Tahap melaksanakan rencana kegiatan. Sudut pandangnya adalah kerapian, penataan, kebersihan area kerja
Bola plastik 2x jumlah grup, stopwatch sejumlah group Kertas HVS, papan jalan, alat tulis, amplop
5 set peralatan memasak Kompor, panci, penggorengan, serok, dll Ration makanan untuk 4 kelompok, beberapa meja besar, penutup mata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20.30 – 21.30
DAILY REVIEW • Kiwi Film & Big Group Sharing • Sharing Goal & Fear Small Group
102
Kesadaran akan Laptop, sound system, pentingnya visi/ mimpi/ screen, viewer, clip on tujuan hidup Langkah nyata untuk mencapai visi/ mimpi/ tujuan hidup Evaluasi pencapaian pembelajaran selama 1 hari kegiatan Membuat komitmen baru untuk esok hari sebagai bentuk improvement kinerja pribadi dan kelompok
HARI II 06.00-06.30
ENERGIZER
06.30-07.30
MORNING ROUTINE & BREAKFAST
08.00 – 08.40
- Games Zenni Bridge
08.40 – 11.00
WORST CASE SCENARIO (Mencari poin dengan target dan durasi yang telah ditentukan)
Penyemangat sebelum melakukan aktivitas
Penetapan tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang Pembuatan strategi untuk mencapai tujuan Improvement dari semua aspek yang telah didapat/ dipelajari di hari sebelumnya Implementasi dari komitmen yang telah dibuat di hari sebelumnya
Tali, ban mobil, papan panjang
Kertas brief, perhitungan poin, & durasi waktu untuk 4 kelompok berkaitan dengan semua tugas dalam WCS Papan jalan, HVS kosong, alat tulis 1 grup 1 set
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4 set games dengan lokasi yang tidak saling terlihat. Permainan sistem rotasi disesuaikan dengan prioritas kelompok berkaitan dengan target poin yang akan dicapai
- Kick Out The Ball - Keep The Fire On - Safe The Water - Moving Ball
11.00 - 12.30
103
13.30-14.30
Modul, 4 set papan Sharing refleksi peserta terhadap pengalaman dan jalan, hvs kosong & alat pemaknaannya tulis Menstrukturkan pengalaman peserta untuk dapat menjadi sebuah insight Lembar evaluasi reaksi PERSONAL Komitmen personal peserta untuk peserta, papan jalan, ACTION PLAN pengembangan diri setelah amplop panjang, hvs & EVALUASI mengikuti pelatihan PELATIHAN kosong, alat tulis Feedback dari peserta sejumlah peserta berkaitan dengan: manfaat program bagi peserta & kemampuan fasilitator, fasilitas, dll. PEMBAGIAN DOORPRIZE DAN MAKAN SIANG
14.30 WIB
PULANG
12.30-13.30
GENERAL REVIEW
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
Lampiran 15. Modul Pelatihan Manajemen Waktu
TIME MANAGEMENT TRAINING
Disusun Oleh: Dominica Xyannie Mariave 099114090 / Psi / USD
WISMA GHCC DUTA WACANA KALIURANG - Yogyakarta 2-3 MARET 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
PENGANTAR Sebagian orang menganggap bahwa waktu adalah sesuatu yang unik dan tidak dapat dihentikan maupun diganti. Setiap manusia dibekali waktu yang sama yakni 24 jam sehari namun ada yang dapat memanfaatkannya dengan baik, tetapi ada pula yang tidak dapat menggunakannya dengan baik. Hal ini sangat berkaitan dengan bagaimana seseorang mengatur waktunya. Manajemen waktu sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Manajemen waktu adalah kemampuan seseorang untuk dapat memilih aktivitas yang harus dilakukan terlebih dahulu berdasarkan prioritas utama. Kemampuan manajemen waktu penting dimiliki oleh semua orang terutama mahasiswa baru sebab mahasiswa baru sedang berada di dalam masa peralihan dari sekolah menengah atas ke dunia perkuliahan. Ketika SMA, mereka masih hidup serba teratur, pendidikan masih diatur oleh pihak guru serta masih berada di bawah pengawasan orang tua. Sedangkan saat masuk dunia perkuliahan, mereka dituntut untuk lebih dapat bertanggung jawab serta dapat mandiri dalam mengatur jadwal dan lain sebagainya. Inilah yang mendasari mengapa manajemen waktu penting dimiliki oleh mahasiswa, terutama mahasiswa baru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
SESI I MENETAPKAN TUJUAN DAN PRIORITAS
You must keep your goals in sight, labor toward them day and night - Wittner Bynner Individu harus melakukan kegiatan dari prioritas yang paling utama hingga yang paling rendah. Tujuannya yakni agar individu mampu mencapai target-target yang telah ditetapkannya entah itu target atau tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Salah satu cara untuk mengetahui apa yang menjadi prioritas utama kita yakni membuat matriks atau kuadran waktu. Dengan membuat kuadran manajemen waktu diharapkan individu mengetahui apa kegiatan yang seharusnya dilakukan dan kegiatan yang seharusnya tidak dilakukan karena membuang waktu. Berikut ini adalah contoh kuadran waktu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
MATRIKS KUADRAN WAKTU Urgen (Mendesak)
Penting
Kuadran I Aktivitas : Pekerjaan yang segera harus selesai Masalah yang mendesak Persiapan yang dikejar deadline (batas akhir) Kuadran III
Tidak Penting
Aktivitas : Melayani interupsi yang tidak penting Melaksanakan sesuatu berdasar tekanan teman
Tidak Urgen (Tidak mendesak) Kuadran II Aktivitas : Merencanakan tugas Menjalin relasi baru Rekreasi
Kuadran IV Aktivitas : Mengerjakan hal-hal sepele Kegiatan yang bersifat “pelarian”
Penetapan tujuan erat kaitannya dengan perencanaan yang dilakukan individu. Perencanaan yang baik mencakup: Menetapkan sasaran Menyusun langkah-langkah tindakan Menjadwalkan langkah-langkah tindakan Membuat tanggal untuk memulainya yang memungkinkan pencapaian sasaran sesuai dengan yang diinginkannya Melakukan peninjauan kembali terhadap segala aktivitasnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
SESI II MENGATUR AREA KERJA
Buatlah
tempat
kerja
atau
belajar anda senyaman mungkin !
Ruang kerja atau ruang belajar merupakan salah satu sarana yang dapat mendukung pekerjaan kita. CARA MENATA AREA BELAJAR/ KERJA:
Menentukan barang-barang yang diperlukan dan singkirkan yang tidak diperlukan
Siapkan tempat yang mudah, aman dan teratur untuk menyimpan dan menaruh semua barang
Klasifikasikan barang sesuai fungsinya agar mudah dicari jika sewaktuwaktu diperlukan; misalnya alat tulis, buku, kertas-kertas
Selalu membersihkan agar rapi, tidak kotor dan tertata setelah selesai bekerja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
APA MANFAATNYA ?
Menciptakan lingkungan kerja yang bersih, aman dan menyenangkan
Mempermudah mencari barang-barang yang diperlukan sehingga tidak membuang tenaga untuk mencarinya karena sudah tertata rapi
Membantu individu mencapai disiplin pribadi karena tugas-tugas terselesaikan dengan baik dan didukung oleh lingkungan kerja yang nyaman dan rapi
Membuat rileks karena area belajar/kerja yang rapi, enak dipandang mata.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
SESI III MEMBUAT “TO-DO LIST”
Membuat jadwal harian merupakan salah satu hal yang penting karena dengan membuat jadwal harian, kita dapat dengan mudah melakukan segala aktivitas. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya aktivitas yang berbenturan karena telah direncanakan sebelumnya. Jadwal harian harus disusun menurut prioritas agar kita terpusat pada sasaran-sasaran yang terpenting dan dapat mencapai hasil yang diinginkan. Keuntungan jika kita membuat jadwal: o Jadwal tertulis membuat rasa tanggung jawab lebih mudah diatur o Tugas-tugas yang terjadwal lebih dapat diselesaikan o Mengetahui apa yang menjadi target atau sasaran kita o Memanfaatkan
waktu
semaksimal
mungkin
sehingga
dapat
mengabaikan aktivitas yang tidak penting dan memprioritaskan yang utama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
KEUNTUNGAN JIKA KITA MAMPU MENGATUR WAKTU DENGAN BAIK: Memiliki kontrol waktu dan estimasi waktu yang akurat Kemampuan manajemen waktu membantu kita untuk dapat melakukan apa yang harus dilakukan terlebih dahulu serta kapan harus melakukannya sehingga pekerjaan dapat tertata dan dapat diselesaikan dengan baik. Selain itu, kita juga mampu mengestimasi waktu sehingga kita dapat memperkirakan serta menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai deadline yang telah ditentukan.
Mencapai tujuan Kemampuan
seseorang
dalam
hal schedulling
serta
planning
menandakan bahwa individu tersebut mampu mengatur waktunya. Jika individu mampu merencanakan semuanya dengan baik maka akan membantu individu untuk mencapai tujuannya.
Memelihara keseimbangan dalam hidup Kemampuan manajemen waktu sangat diperlukan sebab dengan manajemen waktu yang baik maka individu dapat menyeimbangkan antara waktu untuk diri sendiri/ pekerjaan dengan waktu untuk orang lain.
Mengurangi stres Manajemen waktu sangatlah efektif untuk mengurangi stress akibat pekerjaan yang menumpuk. Misalnya jika mahasiswa mampu mengatur waktu dengan baik maka ia dapat menekan stres akibat tugas-tugas yang banyak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
Menikmati hidup Waktu adalah hidup, jadi dengan mengatur waktu dengan baik maka sama halnya mengatur hidup. Ketika kita mengatur waktu, aktivitas serta tugas-tugas maka hidup akan terasa tenteram, seimbang dan terasa lebih berharga.
DAFTAR PUSTAKA: Atkinson, P.E. (1990). Manajemen Waktu yang Efektif. Jakarta: Binarupa Aksara Bittel. L. R. (1991). Right On Time. New York: McGraw-Hill, Inc Covey. S.R. (1994). First Thing First: Dahulukan yang Utama. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Haynes. M. E. (1990). Manajemen Waktu untuk Diri Sendiri. Jakarta: Binarupa Aksara www.conectique.com/life_skill_tips/article.php?article_id=7497 www.stdygs.net/indon/scheduling.htm www.bppk.depkeu.go.id
“Otium sine literis mors est ” Waktu luang yang berjalan tanpa berkarya adalah malapetaka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
Lampiran 16. Lembar Kerja Individual
SASARAN JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG Tuliskan apa tujuan atau sasaran jangka pendek anda yang harus dikerjakan satu bulan ini dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut! _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________ _________________________________________________________________________
Tuliskan apa tujuan atau sasaran jangka pendek anda yang harus dikerjakan satu tahun ke depan ini dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut! ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ _______________________________________________________________________
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
Tuliskan apa tujuan atau sasaran jangka pendek anda yang harus dikerjakan lima tahun ke depan ini dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut! ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________ ______________________________________________________________________
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
115
Hambatan-hambatan utama dalam menggunakan waktu secara efektif dan efisien adalah ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________
2.
Cara-cara yang saya lakukan untuk dapat menggunakan waktu lebih baik, misalnya: ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________
3.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus saya lakukan untuk mencapai mimpimimpi saya: ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________
4.
Setelah mengikuti pelatihan manajemen waktu ini, saya memiliki rencana perubahan sikap. Berikut ini merupakan beberapa rencana perubahan sikap saya: ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
Lampiran 17. Lembar Evaluasi Reaksi Peserta terhadap Pelatihan Manajemen Waktu
LEMBAR EVALUASI REAKSI PESERTA TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN WAKTU
Disusun Oleh : Dominica Xyannie Mariave 099114090
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
LEMBAR EVALUASIREAKSI PESERTA PELATIHAN
Nama Lengkap
:
Jenis Kelamin
: L / P (Lingkari salah satu)
Petunjuk : Berilah tanda silang pada jawaban yang anda pilih. Jika anda ingin mengganti jawaban yang sebelumnya, coretlah pada tanda silang di jawaban pertama kemudian ganti dengan memberikan tanda silang di jawaban yang anda rasa lebih sesuai. 1. Apakah anda memahami tujuan diadakannya pelatihan ini? a. Sangat paham b. Paham c. Cukup paham d. Kurang paham e. Tidak paham 2. Apakah anda memahami materi yang diberikan dalam pelatihan ini? a. Sangat paham b. Paham c. Cukup paham d. Kurang paham e. Tidak paham 3. Apakah materi pelatihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan Anda? a. Sangat sesuai b. Sesuai c. Cukup sesuai d. Kurang sesuai e. Tidak sesuai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
4. Apakah materi pelatihan yang diberikan dapat membantu Anda mengatasi permasalahan dalam diri Anda, yakni dalam hal manajemen waktu? a. Sangat membantu b. Membantu c. Cukup membantu d. Kurang membantu e. Tidak membantu 5. Bagaimana metode yang dipakai dalam pelatihan ini? a. Sangat menarik b. Menarik c. Cukup menarik d. Kurang menarik e. Tidak menarik 6. Banyaknya materi yang diberikan oleh para fasilitator: a. Sangat memadai b. Memadai c. Cukup memadai d. Kurang memadai e. Tidak memadai 7. Bagaimanakah materi yang diberikan oleh para fasilitator? a. Sangat mudah dipahami b. Mudah dipahami c. Cukup mudah dipahami d. Kurang mudah dipahami e. Tidak mudah dipahami 8. Apakah materi yang diberikan dalam pelatihan ini bermanfaat bagi saya yakni dalam hal manajemen waktu? a. Sangat bermanfaat b. Bermanfaat c. Cukup bermanfaat d. Kurang bermanfaat e. Tidak bermanfaat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
9. Isi materi yang disampaikan oleh fasilitator: a. Sangat terstruktur b. Terstruktur c. Cukup terstruktur d. Kurang terstruktur e. Tidak terstruktur 10. Bagaimana alur materi yang disampaikan fasilitator? a. Sangat jelas b. Jelas c. Cukup jelas d. Kurang jelas e. Tidak jelas 11. Bagaimana wawasan atau pengetahuan yang dimiliki oleh fasilitator? a. Luas sekali b. Luas c. Cukup luas d. Agak sempit e. Sempit 12.
Bagaimana keterampilan teknis yang dimiliki oleh para fasilitator terhadap aktivitas yang dilakukan? a. Sangat baik b. Baik c. Cukup baik d. Kurang baik e. Tidak baik
13.
Bagaimana kemampuan public speaking yang dimiliki fasilitator kepada peserta pelatihan? a. Sangat baik b. Baik c. Cukup baik d. Kurang baik e. Tidak baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
14.
Gaya mengajar para fasilitator: a. Sangat baik b. Baik c. Cukup baik d. Kurang baik e. Tidak baik
15.
Bagaimana sikap yang dimiliki oleh para fasilitator? a. Sangat ramah b. Ramah c. Cukup ramah d. Kurang ramah e. Tidak ramah
16.
Sikap yang dimiliki fasilitator saat peserta menghadapi masalah dalam pelatihan: a. Sangat sabar b. Sabar c. Cukup sabar d. Kurang sabar e. Tidak sabar
17.
Menurut anda, bagaimana efektivitas memanfaatkan waktu saat pelatihan? a. Sangat baik b. Baik c. Cukup baik d. Kurang baik e. Tidak baik
18.
Bagaimana kemampuan fasilitator dalam hal memberikan teladan bagi para peserta pelatihan? a. Sangat baik b. Baik c. Cukup baik d. Kurang baik e. Tidak baik
para
fasilitator
dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
19.
Bagaimana kemampuan fasilitator saat memimpin diskusi pada saat pelatihan? a. Sangat baik b. Baik c. Cukup baik d. Kurang baik e. Tidak baik
20.
Kemampuan para fasilitator dalam memberikan informasi kepada peserta pelatihan: a. Sangat mudah dimengerti b. Mudah dimengerti c. Cukup mudah dimengerti d. Kurang mudah dimengerti e. Tidak mudah dimengerti
21.
Bagaimana rasa humor yang dimiliki oleh para fasilitator? a. Sangat baik b. Baik c. Cukup baik d. Kurang baik e. Tidak baik
22.
Bagaimana penampilan serta cara berpakaian para fasilitator? a. Sangat rapi dan sopan b. Rapi dan sopan c. Cukup rapi dan sopan d. Kurang rapi dan kurang sopan e. Tidak rapi dan tidak sopan
23.
Menurut anda, bagaimana suara yang dimiliki fasilitator? a. Sangat jelas dan lantang b. Jelas dan lantang c. Cukup jelas dan lantang d. Kurang jelas dan kurang lantang e. Tidak jelas dan tidak lantang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
24.
Bagaimana tempo suara para fasilitator? a. Sangat baik b. Baik c. Cukup baik d. Kurang baik e. Tidak baik
25.
Para fasilitator saat memberikan informasi kepada pesera pelatihan: a. Sangat baik b. Baik c. Cukup baik d. Kurang baik e. Tidak baik
26.
Cara penyampaian materi oleh fasilitator: a. Sangat mudah dipahami b. Mudah dipahami c. Cukup mudah dipahami d. Kurang mudah dipahami e. Tidak mudah dipahami
27.
Bagaimana wisma atau penginapan yang digunakan untuk pelatihan? a. Sangat memadai b. Memadai c. Cukup memadai d. Kurang memadai e. Tidak memadai
28.
Bagaimana konsumsi yang disediakan selama pelatihan? a. Sangat memadai b. Memadai c. Cukup memadai d. Kurang memadai e. Tidak memadai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29.
30.
123
Menurut anda, bagaimana kondisi kamar yang digunakan di penginapan? a. Sangat memadai b. Memadai c. Cukup memadai d. Kurang memadai e. Tidak memadai Bagaimana kondisi aula serta perlengkapan yang ada di aula tersebut (viewer, soundsystem)? a. Sangat memadai b. Baik c. Cukup baik d. Kurang baik e. Tidak baik
31.
Bagaimana kualitas peralatan yang digunakan dalam pelatihan tersebut (viewer, soundsystem)? a. Sangat memadai b. Memadai c. Cukup memadai d. Kurang memadai e. Tidak memadai
32.
Bagaimana kelengkapan alat bantu yang digunakan dalam games pada pelatihan ini? a. Sangat memadai b. Memadai c. Cukup memadai d. Kurang memadai e. Tidak memadai
33.
Bagaimana kondisi lapangan yang digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas? a. Sangat memadai b. Memadai c. Cukup memadai d. Kurang memadai e. Tidak memadai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34.
Bagaimana kondisi ruang makan yang ada di penginapan? a. Sangat memadai b. Memadai c. Cukup memadai d. Kurang memadai e. Tidak memadai
35.
Bagaimana kondisi di sekitar tempat pelatihan? a. Sangat memadai b. Memadai c. Cukup memadai d. Kurang memadai e. Tidak memadai
36.
Bagaimanakah kamar mandi yang ada di wisma tersebut? a. Sangat memadai b. Memadai c. Cukup memadai d. Kurang memadai e. Memadai
37.
Kelengkapan seminar kit yang disediakan untuk pelatihan ini: a. Sangat memadai b. Memadai c. Cukup memadai d. Kurang memadai e. Tidak memadai
38.
Modul yang diberikan para fasilitator kepada peserta pelatihan: a. Sangat mudah dipahami b. Mudah dipahami c. Cukup mudah dipahami d. Kurang mudah dipahami e. Tidak mudah dipahami
39.
Transportasi yang digunakan oleh para peserta: a. Sangat memadai b. Memadai c. Cukup memadai d. Kurang memadai e. Tidak memadai
124
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
REFLEKSI DAN EVALUASI PROGRAM (P.A.P) 1.
Aktivitas yang paling berkesan selama pelatihan adalah: ________________________________________________ Alasan saya karena: ________________________________________________ ________________________________________________ ________________________________________________ ________________________________________________
2. Pelajaran utama yang dapatkan dari pelatihan ini adalah: ________________________________________________ ________________________________________________ ________________________________________________ ________________________________________________
3. Target saya setelah mengikuti pelatihan ini adalah: ________________________________________________ ________________________________________________ ________________________________________________ ________________________________________________ 4. Usulan-usulan untuk mengembangkan program pelatihan ini: ________________________________________________ ________________________________________________ ________________________________________________ ________________________________________________ Terima kasih atas partisipasi Anda dalam mengikuti kegiatan “Time Management Training” di Wisma GHCC Duta Wacana, Kaliurang, Yogyakarta, 2-3 Maret 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
Lampiran 18. Laporan Observasi Dinamika Kelompok I H 1 (Sabtu, 2 Maret 2013) Opening and Grouping Opening kegiatan dimulai pada pukul 16.00 oleh Dian Wibowo sebagai Course Director (CD). Setelah seluruh peserta berkumpul, CD mulai mengingatkan kembali tentang metode pelatihan yang akan digunakan selama 2 hari kedepan yaitu experiential learning. Selain itu, CD juga menegaskan tentang 3 komitmen dasar yang diharapkan peserta selalu mengaplikasikannya dalam setiap aktivitas, yaitu Positive Thinking, Out of The Box, dan Do the Best. Grouping dilakukan dengan cara peserta mencari nama yang tertulis di kertas yang dipegang oleh masing-masing fasilitator. Conditioning Small Group Pada saat aktivitas ini, fasilitator mempersilahkan para peserta untuk mengenalkan diri satu per satu. Para peserta dengan antusias memperkenalkan diri masing-masing, meski sebelumnya sudah saling mengenal satu persatu tapi tetap saling mendengarkan. Suasana dapat mencair ketika perkenalan dibubuhi dengan menceritakan cita-cita, hobi dan asal sekolah mereka. Kemudian fasilitator mencoba masuk ke ranah apa yang yang sebenarnya akan kita lakukan bersama. Fasilitator menjelaskan lagi secara singkat tentang maksud dan tujuan dari metode experiential learning. Dilanjutkan fasilitator menjelaskan tentang mekanisme aktivitas dan peran fasilitator dalam pelatihan tersebut. Respon peserta ketika itu cukup antusias dan mendengarkan serta memahami yang dimaksudkan oleh fasilitator. Fasilitator juga menjelaskan bagaimana aturan main selama pelatihan. Fasilitator berusaha menyampaikan beberapa hal penting tersebut dengan cara yang santai namun serius. Setelah itu, fasilitator mengajak berdiskusi tentang harapan peserta terhadap pelatihan tersebut. Ada beberapa alasan yang mereka lontarkan seperti: ajakan teman, disuruh orang tua, dan karena pilihan pribadi. Setelah itu fasilitator mencoba menguatkan kembali akan tiga komitmen dasar. Fasilitator mencoba mengarahkan bahwa setiap manusia memiliki tujuan. Kemudian peserta diminta untuk menuliskan mimpi atau harapan atau tujuan hidup nya. Fasilitator tidak lupa untuk memberikan clue penulisan Hope. Hope tersebut bisa dituliskan berdasarkan aspek kehidupan: keluarga, teman, sosial lingkungan, dan akademik perkuliahan. Fasilitator kemudian mencoba masuk membahas tentang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
127
Hambatan. Mereka tuliskan pada kertas origami lalu di masukan ke amplop dan dikembalikan lagi kepada fasilitator. Ice Breaking Small Group Warp Speed and My Dreams Pada sesi ini, fasilitator mengajak peserta untuk sedikit bermain-main agar masingmasing peserta, fasilitator dan asisten fasilitator dapat lebih saling mengenal dan semakin akrab. Para peserta dengan antusias mengikuti games tersebut. Fasilitator memberikan instruksi tentang permainan tersebut dan sempat mengalami kesalahan dalam penyampaian instruksi. Hal tersebut membuat peserta sedikit bingung. Tetapi, hal tersebut mampu dikondisikan kembali sehingga peserta paham dengan aturan mainnya. Dalam permainan sederhana ini, peserta mampu dengan baik menyelesaikan tugas yang seharusnya mereka lakukan. Di samping itu, canda tawa dan senyum juga terpancar dari muka masing-masing peserta. Mereka mampu melemparkan bola kepada peserta yang ditunjuk oleh pemegang bola sebelumnya. Dan itu sangat mencairkan suasana. Pada kegiatan my dreams, semua menceritakan cita-citanya dan cita-cita mereka bermacam-macam. Cooking Tujuan dari aktivitas tersebut adalah : 1. Peserta mampu merencanakan aktivitas berdasarkan urutan kebutuhan dan prioritas. 2. Peserta mampu mengendalikan waktu berdasarkan tugas, tanggung jawab dan prioritas kebutuhan. 3. Peserta mampu merencanakan pembuatan jadwal kerja berkaitan dengan prioritas kebutuhan. Dalam pelaksanaannya dinilai melalui sudut pandang kerapian, penataan dan kebersihan. Pada saat aktivitas ini, para peserta diminta untuk memasak. Sebelum memasak, ada dua perwakilan kelompok untuk diberikan penjelasan dan melihat daftar peralatan dan bahan. Sedangkan teman-teman lainnya membuat list yang harus diambil oleh dua orang ini. Kemudian dua orang tersebut merapikan peralatan dan bahan-bahan yang berantakan tersebut dan menghapalkan letaknya dan menghapalkan yang ada di list tersebut. Saat waktu memasak dimulai, peserta kemudian panik sendiri karena mereka hanya diberikan waktu 1,5 jam untuk mandi, masak dan makan. Ketika berdinamika tersebut, banyak persepsi yang muncul dalam kelompok, seperti ibu Mitha jika memasak sop menggunakan panci, sedangkan ibu Rosa menggunakan wajan, hal itu membuat kelompok semakin bingung. Tapi peserta mampu mengambil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
128
jalan tengahnya untuk menggunakan panci untuk memasak sop. Untuk peserta lakilaki, mereka merasa kebingungan dengan apa yang harus mereka lakukan. Tapi lama-lama mereke mencari kesibukan masing-masing, baik memompa air ataupun hanya mengaduk-aduk sop yang dibuat. Lalu, kelompok juga mampu membagi waktu antara yang mandi dengan yang masak. Hasil akhir dari aktivitas ini adalah peserta dapat makan semua dengan makanan yang ala kadarnya secara bersamasama. Setelah aktivitas selesai, fasilitator membawa kesuatu tempat untuk dilakukannya sharing. Dalam sharing yang asyik tersebut mereka sangat antusias membahas halhal teknis tentang aktifitas memasak. Fasilitator mencoba merangkum apa yang didapat oleh peserta. Berdasarkan aktifitas yang telah berlangsung, peserta mencoba mengoreksi dan menemukan beberapa kekurangan dalam melaksanakannya seperti : Gede
: Hanya mengandalkan yang sekiranya diingat, perencanaan kurang
Komang : Bingung dengan yang harus dilakukan. Banyak list yang miss. Mitha
: Ada perbedaaan persepsi dan kurang fokus.
Rosa
: Pembagian tugas kurang, sehingga hasil tidak konsisten.
Berdasarkan hal diatas, maka pembelajaran yang diperoleh melalui sharing kelompok adalah : Rosa : Perlu prioritas dan perencanaan dalam melakukan aktivitas. Gede : Lebih teliti dalam membuat rencana dan juga dalam perencanaannya dan area kerja harus rapi agar lebih gampang mencari yang dibutuhkan. Mukti : Fokus pada pekerjaan, harus tenang dan yakin. Daily Review : Kiwi Film Seluruh kelompok dijadikan satu dalam ruang Aula. Ketika mereka berbaur menjadi satu, suasana yang ada yakni cukup ramai dan saling berbicara keras satu dengan yang lain. Antonius Septian sebagai leader dalam sesi ini mencoba mengkondisikan peserta untuk menciptakan suasana tenang. Setelah semua siap untuk menyaksikan film tersebut, untuk kali pertama film yang berdurasi 3 menit tersebut ditayangkan. Anton mencoba mengajak peserta untuk merespon atau memberikan feedback terhadap tayangan tersebut. Ada dua orang yang mencoba menyampaikan pendapatnya. Anton mengajak peserta untuk lebih memberikan perhatiannya pada “apa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
129
dilakukan tokoh Kiwi itu dan mengapa ia melakukan itu”. Framing tersebut dilakukan bertujuan untuk memberikan ruang lingkup pemikiran peserta tentang kesadaran akan pentingnya visi dan tujuan hidup yang akan berproses melalui sharing di kelompok kecil. Setelah para peserta menonton cuplikan film Kiwi yang kedua kalinya dalam kelompok besar. Lalu peserta kembali dalam kelompok kecil. Pada saat de briefing para peserta diminta untuk menceritakan apa yang diperoleh dari menonton cuplikan tersebut. Hal yang mereka dapatkan antara lain : Mitha : Hidup itu adalah ketika kamu punya mimpi dan kamu berjuang untuk mendapatkannya walau kita harus berkorban. Faris : Kita bebas bermimpi. Rosa : Bermimpi itu realistis dan wujudkanlah selagi muda Komang : Teruslah berusaha pasti akan bisa! Gede : Burung kiwi punya 3 dasar yaitu positive thinking, out of the box dan do the best Mukti : Tidak ada mimpi yang mustahil, yang penting adalah usaha dan doa Yanti : Untuk mencapai yang spontan tidak ada yang spontan, namun yang dibutuhkan adalah proses dan dalam proses itu tidak ada yang mustahil. Sharing Hope & Fear Para peserta dengan sukarela diminta untuk menceritakan mimpi-mimpi yang mereka miliki. Semua peserta menceritakan mimpi-mimpi atau harapannya. Gede : Dapat memperbaiki diri, menyadari. Menyeimbangkan kegiatan kampus akademik dan non-akademik. Mengatur diri, berkembang secara optimal, berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Mukti : Jadi sarjana berkualitas, membahagiakan orang tua, membahagiakan orang lain dan dapat dipercaya. Komang : Pribadi mandiri, lulus 4 tahun, bisa travelling. Faris
: Kebahagiaan tentang kebenaran bukan atas nama Tuhan.
Mitha : Bisa teratur, mengatur waktu, tidak membolos, membahagiakan ibu. Yanti
: Berusaha berjuang, ke satu titik keberhasilan.
Rosa :Membahagiakan orang tua, kebahagiaan diri, mempertanggung jawabkan pilihan, perempuan yang mandiri, tangguh dan percaya diri. Setelah peserta mampu mengungkapkan harapannya. Fasilitator menggunakan teknik refleksi sederhana untuk tahap berikutnya. Fasilitator memilih teknik ini dengan tujuan, peserta lebih mampu merefleksikan harapan yang ingin dicapainya dengan tidak mengabaikan hambatan yang ada. Serta bertujuan untuk saling menguatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
130
satu sama lain karena mereka akan berproses bersama di satu wadah yaitu Psikologi USD. Pertama kali, fasilitator mengajak untuk duduk lebih rapat, bergandengan tangan dan memejamkan mata. Fasilitator memberikan prolog tentang mimpi dan harapan. Setelah itu, fasilitator meminta peserta satu persatu menyampaikan hambatan yang dimiliki yang bisa menghambat pencapaian impian / harapan. Bukan hanya sekedar menyampaikan melainkan mereka harus mengungkapkan bahwa hambatan itu mampu dia kalahkan dan dihadapi guna mencapai harapan masing-masing individu. Setelah semua menyampaikan dalam posisi dan suasana yang tenang, maka fasilitator memberikan penguatan dengan menyampaikan beberapa hal untuk memberikan dukungan kepada seluruh kelompok dan mengajak satu persatu dari anggota untuk saling mengingatkan bahwa masing-masing pribadi memiliki harapan dan jangan pernah berhenti untuk meraihnya. Hambatan yang terungkap antara lain: kesulitan untuk membagi waktu, masih tidak bisa menolak ajakan teman (Mukti), tidak percaya diri, dan ada yang mengungkapkan hambatan berupa tekanan dari orang tua (Mitha). Setelah selesai mengungkapkan, fasilitator memberikan penguatan agar peserta tetap yakin dan percaya serta tetap membawa mimpinya selalu. Setelah suasana dapat dikondisikan, peserta mengikuti kegiatan selanjutnya yaitu daily review. Daily Review Sesi ini menjadi sesi penutup hari pertama. Peserta menyampaikan pembelajaran sekaligus komitmen pribadi maupun kelompok untuk akfitas besok. Gede : Kelompok sudah solid, sudah saling kenal dari semester I. Komitmen untuk selalu melakukan 3 prinsip dasar yaitu Do the best, Positive thinking, dan Out of the box. Rosa : Nyaman dan menikmati dinamika. Komitmen akan bekerja lebih baik. Tetap fokus dan bekerja sama. Komang : Besok lebih diangkat lagi, prioritas, komitmen, sama-sama bagi tugas, secara umum solid dan aktif dan harus lebih berpartisipasi. Mitha : Menikmati semua momen meski kehujanan dan tersesat. Hidup terkadang tidak tepat waktu dan berjuang itu tidak ada batas. Belajar kepercayaan, pengorbanan, kebersamaan. Mukti : Out of the box, belajar ketelitian, belajar menahan diri. Komitmen besok akan lebih berkoordinasi dengan kelompok. Yanti : (tidak ada yang dikatakan) Faris : “Ibaratnya nggak ada lo gak rame!” Kebersamaan itu penting. Ke
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
131
depannya kita bisa survive dalam lingkungan. Hari 2, (Minggu, 19 Januari 2013) Sharing Pagi Aktifitas pagi hari yang semula diagendakan senam pagi, ketika itu ada perubahan skenario. Perubahan tersebut di pimpin oleh CD melalui koordinasi dengan fasilitator dan asisten fasilitator. Perubahan tersebut dilakukan karena peserta terlambat 25 menit untuk berkumpul dari kesepakatan yang sudah dibuat semalam. Beberapa pembelajaran peserta yang didapat melalui diskusi antara lain : Rosa : Menyesal ketika itu sudah terjadi, perasaan tidak enak. Gede : Setiap pilihan yang diambil akan ada konsekuensinya. Komang : Belajar untuk mengalahkan diri sendiri. Mitha : Tidak bisa mengalahkan diri sendiri, masih suka “nyolong” waktu untuk tidur lagi. Faris : Lebih menghargai waktu dan mengikuti segala proses. Mukti : Saya egois dan “kemrungsung” orangnya. Mulai sekarang, saya akan membuat skala prioritas dan jadwal. Yanti : Keinginan untuk tepat waktu dalam segala hal. Akan lebih disiplin karena waktu adalah uang. Initiative & Problem Solving Games : Zeni Bridge Dalam aktivitas ini, fasilitator memberikan instruksi. Tugas peserta adalah memindahkan seluruh anggota kelompok dari start menuju finish. Hanya dengan menggunakan alat bantu yaitu tali, kayu, dan ban. Fasilitator juga menjelaskan tentang aturan main dan beberapa resiko yang akan dihadapi peserta apabila mereka tidak mempertimbangkan faktor safety. Ketika diminta untuk mulai melakukan, para peserta terlihat masih terdiam beberapa menit untuk menemukan caranya. Fasilitator bertanya kepada seluruh peserta, “berapa waktu yang teman-teman butuhkan untuk mendiskusikan caranya?”. Dan salah satu peserta menjawab 2 menit. Lalu seluruhnya juga sepakat dengan itu. Mereka mulai mencari strategi yang paling benar dari permainan ini. Mereka saling beradu pendapat dan mulai muncul banyak persepsi. Ketika semua papan sudah di ikat, semua peserta yang terdiri dari 7 orang tersebut naik ke dua papan tersebut, karena mengalami kebingungan lalu diulang kembali. Pada saat mengulangi, peserta naik semua tapi hanya disatu papan. Kemudian papan yang satunya diletakkan di depan peserta yang paling depan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
132
Namun, hasilnya tetap jatuh. Peserta tidak lelah untuk mencoba meski telah gagal berkali-kali. Para peserta mampu melakukan hal itu secara bersama-sama. Dan dalam waktu 15 menit para peserta dinyatakan gagal pada aktivitas ini. Ketika sesi untuk sharing, ada poin penting yang mereka sadari itulah sebab dari kegagalan dalam permainan tersebut yaitu kurangnya perencanaan yang matang. Beberapa pembelajaran yang didapat antara lain : Mitha : Perlu adanya harapan atau target jangka pendek. Rosa : Kurang pengalaman. Sudah ada jadwal harian, perlu ada evaluasi di setiap minggunya. Worst Case Scenario (WCS):
Kick Out The Ball Keep The Fire On Save The Water Moving Ball
Aktivitas WCS bertujuan untuk mengaplikasikan semua aspek yang didapat dan dipelajari di hari sebelumnya dan melakukan improvement dari komitmen-komitmen yang sudah dibuat. Aktivitas ini dimulai oleh Faris dan Komang yang dipilih kelompok untuk mewakili penyampaian materi WCS oleh Dika (fasilitator). Kedua anggota tersebut bertugas menyampaikan tujuan permainan tersebut kepada anggota kelompok lainnya. Setelah seluruh kelompok memahami aturan main, kemudian 6 buah alat yang sudah dipilih kelompok adalah : Tongkat, Koran, Korek Api, Peniti, Sedotan, dan Sendok Bebek. Kelompok menyelesaikan setiap tantangan dengan urutan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Moving Ball Kick Out the Ball Save the Water Keep the Fire On
Secara keseluruhan, kelompok tidak dapat melakukan tugas disetiap tantangan dengan baik. Menurut anggota kelompok, ketidakberhasilan mereka dikarenakan oleh beberapa hal seperti :
-
Terburu-buru mengambil keputusan dan berakibat pada kurang tepatnya pemilihan alat (Gede), (Faris) Kurang teliti dalam mempersiapkan (Gede)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
-
133
Salah persepsi masalah jarak zona (Komang) setelah dikonfrontasikan, itu disebabkan karena dalam transfer briefing kepada anggota kelompok, tidak semua membaca intruksi dan memahami yang dimaksudkan dalam permainan. (Gede)
Melalui proses sharing aktifitas, beberapa pembelajaran yang mereka dapatkan adalah : Gede : Perlu lebih fokus dan teliti Mukti : Menyempurnakan rencana agar tidak gagal lagi. Perlu memilih peluang. Komang : Perlu sekali adanya prioritas. Faris : Perlu menyesuaikan diri dengan keadaan. General Review: Aktivitas ini, fasilitator meminta para peserta untuk mengungkapkan apa yang mereka peroleh selama mengikuti pelatihan tersebut. Beberapa hal yang mereka pelajari adalah : Mukti : Belajar menghargai waktu dengan cara mengerjakan apa yang menjadi prioritas. Selama ini masih suka bermain game. Dan setelah ini ingin mengurangi porsi main. Akan merencanakan sesuatu lebih matang dan menyusun tujuan, memilih peluang dalam merencanakan perlu prioritas. Dari semua kegiatan, saya ingin lebih menghargai waktu, mengutamakan prioritas dan membuat catataan untuk semua perencanaan. Komang : Selama ini kalau kuliah atau janjian dengan orang lain suka telat, berdampak ke belakang, apabila tidak disiplin sampai tua juga akan berantakan. Maka ingin bisa mengalahkan diri sendiri. Ketika kita membuat suatu rencana, kita membuatnya secara step by step. Mau lebih disiplin dalam mengatur waktu dan bangun pagi secara konsisten. Rosa : Belajar untuk menyiapkan segala sesuatunya lebih detail lagi. Gede : Mau mengatur waktu lebih bijaksana. Memperbaiki diri dengan membuat skala prioritasnya Yanti : Ingin membuat self contract. Akan lebih memperbaiki jadwal. Faris : Ingin melakukan penambahan jadwal untuk berjuang lebih keras.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
134
Personal Action Plan & Evaluasi Pelatihan: Setelah seluruh aktivitas selesai dalam kelompok kecil, seluruh peserta berkumpul dalam kelompok besar. CD melakukan review secara keseluruhan dengan meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk sharing akan beberapa hal yang didapat selama pelatihan. Berdasarkan pengalaman yang sudah dialami oleh peserta selama pelatihan, peserta diminta untuk membuat rencana aksi yang nyata secara pribadi (Personal Action Plan). Selanjutnya pelatihan ditutup oleh CD. Closing
Yogyakarta, 22 Januari 2013
Group Facilitator
: Antonius Septian Nugroho
Asisten Facilitator
: Elisabeth Intan Dyah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
135
Lampiran 19. Laporan Observasi Dinamika Kelompok II H 1 (Sabtu, 2 Maret 2013) Opening and Grouping: Pembukaan pelatihan dilakukan pada pukul 16.30 oleh Dian Wibowo selaku Course Director (CD). Pembukaan ini merupakan suatu pembekalan awal dengan mengingatkan kembali mengenai tiga komitmen awal pelatihan, yaitu Positive Thinking, Out of Routine dan Do the Best. Setelah itu dijelaskan mengenai aturan selama pelatihan dan pembagian kelompok kecil. Conditioning Small Group: Setelah masuk ke dalam kelompok kecil, pada sesi Conditioning peserta diberi penjelasan mengenai : 1. Tujuan pelatihan. 2. Metode pelatihan luar ruang dengan menggunakan metode Experiential Learning. 3. Sejarah singkat Outward Bound / Outdoor Training. 4. Tiga tantangan terbesar dalam berkegiatan (dari alam, diri masing-masing peserta dan tantangan yang diberikan oleh fasilitator). 5. Tiga peran fasilitator (Challenge Presenter, Fasilitator, Safety Guard). 6. Tiga komitmen dalam berkegiatan (Positive Thinking, Out of Routine & Do the Best). Setelah sesi Conditioning, peserta diberi tugas untuk menuliskan tentang harapan / mimpi dan ketakutan mereka pada 2 lembar kertas yang nantinya akan dibacakan pada sesi Daily Review. Setelah itu peserta diajak untuk sharing mengenai tujuan dan kecemasan mereka dalam mengikuti pelatihan ini, Pras bercerita bahwa selama ini sudah ada managemen waktu namun masih belum disiplin dalam pelaksanakannya. Dengan mengikuti pelatihan ini, ia berharap agar bisa mengatur waktu lebih baik. Dan semua peserta sutuju bahwa tujuan dari pelatihan ini agar bisa mengatur waktu lebih baik. Walaupun Tika dan Nata baru saja mengikuti weekend moral pada hari yang sama, namun mereka tetap berniat untuk mengikuti pelatihan ini. Mengenai kecemasan, hanya Mocca yang memiliki kecemasan dalam mengikuti pelatihan, ini disebabkan karena Ia sakit dan takut kalau sakitnya bertambah parah dan tidak bisa mengikuti pelatihan hingga selesai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
136
Ice Breaking Small Group: Karena suasana dalam peserta sudah mencair dan sudah saling mengenal satu sama lain maka fasilitator memutuskan untuk meniadakan aktivitas Ice Breaking. Cooking Pada sesi ini, peserta diajak untuk merencanakan aktivitas berdasarkan urutan prioritas, mengendalikan waktu berdasarkan tugas dan tanggung jawab serta adanya pembuatan jadwal dan mengatur area kerja dari sudut pandang kerapian. Pada aktivitas ini peserta diberi tugas untuk memasak makan malam, makan dan mandi berdasarkan prioritas. Setelah diberikan briefing pada perwakilan kelompok masing-masing, kelompok mulai berdiskusi dan membuat daftar alat-alat masak apa saja yang dibutuhkan dan bahan-bahan makanan yang diperlukan. Dari semua daftar peralatan dan bahan makanan, hampir semuanya dapat dipenuhi. Dinamika yang terjadi adalah setiap orang bekerja dengan tugas masing-masing, namun tanpa pembagian tugas yang jelas, tidak adanya time table dan pengerjaan cenderung mengalir begitu saja. Dari waktu yang ditetapkan, peserta tidak dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Dari aktivitas memasak ini, terjadi keterlambatan waktu sehingga pada saat waktu yang ditentukan sudah habis, beberapa peserta belum selesai makan dan peralatan belum dicuci dan dirapikan. Dari tugas mandi, hanya 2 orang yang mandi sedangkan 4 peserta belum sempat mandi. Dari hasil de brief yang dilakukan, beberapa kekurangan yang diungkapkan peserta sehingga aktivitas ini tidak berhasil dilakukan, antara lain : 1. Kurang adanya komunikasi, tidak ada pembagian tugas dan rencana berubah ditengah jalan sehingga terjadi kebingungan (Sonia). 2. Tidak adanya koordinator atau leader (Mocca). 3. Tidak adanya time keeper (Tika). 4. Terlalu banyak yang berbicara (Pras). 5. Sempat berpikir untuk membagi-bagi tugas namun karena belum bisa mengontrol diri sehingga tidak bisa mengutarakannya dalam kelompok (Nata). Dari kekurangan tersebut, pembelajaran yang diperoleh adalah : 1. Setelah instruksi diberikan seharusnya tenang terlebih dahulu sehingga bisa berpikir jernih dan tidak reaktif (Clara). 2. Seharusnya ada pembagian tugas yang jelas seperti memilih koordinator, ada yang tukang potong, juru masak, mencuci peralatan dan penataan (Nata). 3. Membuat rencana yang jelas dan lebih detail (Mocca). 4. Mengetahui apa yang dikerjakan terlebih dahulu berdasarkan perencanaan (prioritas)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
137
Daily Review : Kiwi Film Sharing Hope & Fear Daily Review Beberapa pembelajaran yang didapat dari film Kiwi adalah : 1. Sonia : kita harus bisa mengenali diri sendiri, walaupun kita memiliki sayap yang kecil tetapi kita harus mempunyai mimpi yang besar. Dengan adanya mimpi kita bisa terbang (menggapai). Dream, believe, make it happen. 2. Nata : Sangat memberi inspirasi. Kita harus bisa break the limit, walaupun kita tidak memiliki apa-apa tetapi dengan menembus batasan diri, kita pasti bisa. 3. Pras : Kalau menjadi luar biasa itu mungkin, kenapa harus menjadi orang yang biasa. 4. Clara : Segala sesuatu bisa dicapai dengan perjuangan dan kerja keras. 5. Tika : Ketika kita memiliki mimpi kita harus percaya dan membuat itu menjadi nyata. 6. Mocca : Terkadang ketika kita mempunyai mimpi, terkadang orang lain menganggap itu sesuatu yang tidak masuk akal, namun kita sendiri lah yang tahu alasan dibalik mimpi itu dan akan sangat memberi kepuasan ketika mimpi itu bisa direalisasikan. Pada sesi hope and fear, peserta diajak untuk berbagi harapan dan ketakutan mereka dalam menggapai mimpi tersebut. Berikut adalah harapan dan ketakutan mereka dalam menggapai mimpi tersebut : 1. Mocca. Hope : Bisa bekerja dengan tanpa adanya kekangan dari orang lain. Bisa menikah dengan wanita cantik, mapan dan memiliki rumah sendiri. Fear : Ketika menikah takut kalau suatu saat hidupnya belum mapan. 2. Sonia. Hope : Bisa membuat orang tua bangga, menjadi seorang psikolog sehingga bisa membantu orang lain dan harus bisa merealisasikannya. Fear : Takut ketika semua mimpi itu hanya omong kosong, takut kehilangan arah dan menyerah. 3. Clara. Hope : Bisa membahagiakan orang tua, bisa sukses dan kehidupan sekarang lebih baik dan bisa membantu orang lain. Fear : Takut semangat menjadi menurun, kurang bisa memanfaatkan peluang dan takut hanya sebatas mimpi saja. 4. Tika. Hope : Hidup menjadi lebih baik, bisa menghargai wakti dan bisa lebih rajin dan bertanggung jawab. Fear : Adanya rasa malas, terlalu banyak menonton televisi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138
5. Nata. Hope : ingin menjadi wanita karir dan melanjutkan sekolah sampai jenjang S2. Fear : Ketika apa yang kita inginkan tidak sejalan dengan keinginan orang tua. 6. Pras. Hope : ingin bahagia, hidup tidak memiliki masalah, bisa menyelesaikan masalah sendiri dan menjadi contoh bagi orang lain. Fear : Takut down ditengah jalan. Setelah sharing hope and fear, peserta diajak untuk menggali pembelajaran yang telah didapat selama satu hari, berikut ini adalah pembelajaran yang didapat oleh kelompok 2 dan menjadi komitmen untuk kegiatan esok harinya : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Percaya pada diri (Clara). Percaya pada orang lain (Pras, Sonia) Berani mengambil resiko (Mocca). Memahami instruksi dan prosedur (Sonia). Bisa mengatur diri sendiri dan bisa mengatur waktu dengan baik (Pras). Memiliki rencana yang lebih detail dan membuat tahapan-tahapan dalam mengerjakan sesuatu (Mocca). 7. Memilih koordinator dan membagi-bagi tugas (Nata). Hari 2, (Minggu, 3 Maret 2013) Sharing Pagi Setelah mengalami keterlambatan untuk melakukan morning activity, peserta diajak untuk berdiskusi dan membuat komitmen pribadi, berikut adalah komitmen dari kelompok 2 : 1. Sonia : Lebih tepat waktu dan tidak mengulangi kesalahan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. 2. Pras : Lebih bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan dan tepat waktu. 3. Tika : Lebih tepat waktu. 4. Nata : Komitmen dengan apa yang kita ucapkan. 5. Clara : Mengetahui apa yang harus dikerjakan dan membagi tugas. 6. Mocca : Kalau mempunyai tujuan, kita harus commit dengan tujuan tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
139
Initiative & Problem Solving Games : Zeni Bridge Tujuan dari aktivitas ini adalah penetapan tujuan, baik tujuan jangka pendek, menengah dan tujuan jangka panjang dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Dinamika yang terjadi pada aktivitas Zeni Bridge adalah pada tahap awal setelah fasilitator memberikan instruksi, peserta langsung membuat strategi dan langsung mengikat pada papan yang telah disiapkan dan menjalankan tugas tersebut. Beberapa hal unik yang terjadi pada proses berjalan adalah adanya perubahan rencana di tengah jalan dan Nata mengingatkan teman-temannya untuk tidak mreubah rencana di tengah jalan. Namun dari target waktu yang diberikan, aktivitas ini tidak berhasil diselesaikan. Dari de brief yang dilakukan, pembelajaran dari aktivitas ini adalah : 1. Perencanaan seharusnya disusun lebih matang (Nata). 2. Konsep dan strategi didapatkan pada saat proses berjalan, tetapi seharusnya harus dipikirkan di awal (Sonia). 3. Seharusnya ada time keeper untuk mengingatkan waktu (Tika). Worst Case Scenario: Kick Out The Ball Keep The Fire On Save The Water Moving Ball Pada fase WCS ini, peserta diharapkan mampu mengimplementasikan dari seluruh pembelajaran yang diperoleh. Setelah perwakilan kelompok menerima instruksi, Pras dan Nata kembali ke dalam kelompok dan berdiskusi mengenai aktivitas ini dan mulai memilih 6 peralatan yang telah disediakan. Peralatan yang dipilih dari kelompok 2 adalah : penggaris, benang kasur, sedotan, korek api, koran dan sendok bebek. Urutan pengerjaan tugas ini dimulai dengan Save The Water, Keep The Fire On, Moving Ball dan yang terakhir adalah Kick Out The Ball. Secara umum, tugas ini tidak berhasil diselesaikan dengan baik, kelompok 2 hanya mampu menyalakan 1 lilin pada aktivitas Keep The Fire On dan point total adalah 75. Dari hasil de brief yang dilakukan, ada beberapa kekurangan yang diungkapkan oleh peserta sehingga aktivitas ini tidak berhasil dilakukan, penyebabnya antara lain : 1. Kurang memahami detail dari tugas yang diberikan dan cenderung reaktif sehingga pada pemilihan alat tidak terlalu sesuai (Nata). 2. Tidak adanya skala prioritas dan perencanaan yang belum matang karena dari awal sudah berpikir mana yang dikerjakan terlebih dahulu (Tika). 3. Pengaturan waktu yang kurang baik (Pras) 4. Setelah gagal baru sadar kalau ada strategi yang lebih baik (Sonia).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
140
Inti pembelajaran dari aktivitas ini adalah : 1. Mengetahui inti dan rangkuman dari tugas lalu menetapkan pemilihan alat dan membuat perencanaan yang matang (Tika). 2. Membuat skala prioritas, mana yang dikerjakan terlebih dahulu berdasarkan kebutuhan yang penting dan mendesak (Pras). 3. Membuat jadwal yang lebih detail / step of work (Tika). General Review Dalam General review, setiap peserta mengungkapkan mengenai pengalaman dan pembelajaran mereka selama 2 hari berkegiatan. Inti dari pembelajaran tersebut adalah : 1. Ketika kita memiliki mimpi, dream, believe and make it happen. 2. Perlunya koordinasi dan perencanaan yang detail dan menentukan tahapantahapan dari pengerjaan dan pembagian tugas yang jelas. 3. Mencoba untuk mengatur waktu lebih baik agar prioritas yang diinginkan dapat tercapai. 4. Lebih bisa mengatur diri sendiri dan mengatur waktu dan mengatur situasi yang ada. 5. Lebih belajar bertanggung jawab, mengatur diri sendiri dan konsekuen dalam berkomitmen. 6. Dalam mencapai tujuan harus ada niat terlebih dahulu lalu dibarengi dengan usaha lalu dibungkus dengan doa. Personal Action Plan, Evaluasi Pelatihan dan Closing Pada akhir pelatihan, peserta diminta untuk membuat rencana pribadinya (Personal Action Plan) dan mengisi umpan balik pelatihan dengan tujuan untuk perbaikan pada pelatihan selanjutnya dan masukan bagi fasilitator. Pelatihan ditutup oleh Course Director sebagai tanda bahwa pelatihan telah selesai.
Yogyakarta, 6 Maret 2013
Group Facilitator
: Lasro Bonaventura Situmorang
Co. Facilitator
: Dhendy Daru Pamungkas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
141
Lampiran 20. Laporan Observasi Dinamika Kelompok III H 1 (Sabtu, 2 Maret 2013) Opening and Grouping: Pada saat sesi opening and grouping ini dilakukan di lapangan pada pukul 16.30. Sesi Opening dibuka dan dipimpin oleh Dian Wibowo, S.Psi selaku Course Director. Pada sesi opening ini, CD memperkenalkan seluruh tim yang akan mengikuti kegiatan ini hingga akhir. CD juga kembali mengingatkan secara singkat beberapa hal yang sudah dijelaskan pada saat briefing di hari H- 2, yaitu: mengenai metode yang akan digunakan dalam pelatihan, yakni Experiental Learning, 3 modal dasar yang harus selalu diingat, yakni: positive thingking, out of the box, dan do the best, serta menegaskan pertauran yang akan dipakai ketika pelatihan ini, contohnya: seluruh tim dan peserta tidak boleh merokok kegiatan berjalan dan tidak diperbolehkan menggunakan handphone ketika sedang beraktifitas. Sedangkan sesi grouping sudah dirancang sedemikian rupa oleh peneliti, sehingga ketika sesi ini tugas fasilitator hanya mengangkat kertas yang berisikan nama-nama peserta dalam kelompok yang akan didampinginya. Conditioning Small Group: Di sesi conditioning small group ini, fasilitator kembali menjelaskan beberapa hal, yaitu: 1. Tujuan dari Pelatihan Manajemen Waktu 2. 3 modal dasar (positive thinking, out of the box, dan do the best) 3. Menjelaskan fungsi fasilitator (challenge presenter, safety guard, dan Facilitator) 4. Memperkenalkan dan menjelaskan fungsi co-fasilitator (observer) Namun, ketika sesi Hope and Fear akan dimulai, hujan deras mulai turun. Di sesi ini teman-teman kelompok 3 diminta untuk menuliskan apa yang menjadi harapan dan ketakutan (hope and fear) mereka di masa depan dan harapan dan ketakutan selama mengikuti pelatihan. Di sesi ini, awalnya teman-teman mensharingkan apa yang menjadi harapan dan ketakutan mereka dalam pelatihan Manajemen Waktu, misalnya: 1. Ananta Hope: Mempunyai prioritas jangka panjang, bisa mengatur jadwal dengan baik. Fear : Malas, tidak disiplin, kurang semangat (moody).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
142
2. Yuan Hope: Belajar bagaimana menyusun/menjadwalkan kegiatan yang sedang dijalani dengan baik. Fear : Tidak punya pendirian, pelupa, suka menunda-nunda. 3. David Hope: Punya komitmen dengan tujuan yang akan kita capai dalam pelatihan ini. Fear : Kurang kontrol diri, kurang proaktif. 4. Amell Hope: Mampu mengatur jadwal dan waktu dengan lebih baik, agar mencapai tujuan yang diharapkan. Fear : Saat rencana tidak berjalan sesuai yang diinginkan. 5. Fani Hope: Belajar bagaimana mengatur jadwal dengan baik ketika mengikuti pelatihan ini. Fear : Kurang percaya diri, kurang disiplin dengan waktu. 6. Edo Hope: Belajar bagaimana dapat membagi waktu dengan baik. Fear : Kurang fokus pada yang dihadapi. Kemudian teman-teman diminta untuk menuliskan harapan dan ketakutannya di masa depan, lalu semua yang dituliskan oleh teman-teman dimasukkan ke dalam amplop yang sudah disediakan. Ice Breaking Small Group: Warp Speed Teman-teman peserta sudah cukup mengenal, dan sudah terlihat nyaman dalam melakukan aktifitas. Sehingga fasilitator tidak melakukan sesi Ice Breaking ini. Cooking Pada sesi ini, peserta diajak untuk merencanakan aktivitas berdasarkan urutan prioritas, mengendalikan waktu berdasarkan tugas dan tanggung jawab serta adanya pembuatan jadwal dan mengatur area kerja dari sudut pandang kerapian. Pada aktivitas ini peserta diberi tugas untuk memasak makan malam, makan dan mandi berdasarkan prioritas. Di sesi cooking ini, teman-teman diharuskan menyelesaikan beberapa tugas, yaitu makan malam, mandi, dan membereskan peralatan yang sudah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
143
dipakai. Ketika sesi memasak, teman-teman peserta mempercayakan sepenuhnya kepada Ananta dan Yuan ketika diminta memilih wakil dari kelompok untuk mendapatkan briefing ditempat yang terpisah. Dan ketika di tempat pemilihan bahan-bahan yang akan digunakan dalam memasak, Ananta dan Yuan harus mengambil barang-barang yang ada di list dengan mata tertutup. Yang menarik dari sesi memasak ini adalah, dimana ada seorang teman yang tidak boleh makan bawang putih dan dia merupakan seorang vegetarian, yaitu Fani. Sehingga seluruh teman-teman dalam kelompok harus teliti dalam memasak. Karena Fani terbiasa memasak di asramanya, dengan cekatan dia memasak apa yang sudah disiapkan, teman-teman yang lain juga saling membantu dan mengikuti instruksi dari Fani. Pembagian tugas dalam sesi ini terlihat sangat baik, untuk bagian membereskan barang-barang dan membersihkan sampah, sudah ada Edo dan David. Sedangkan teman yang lain seperti Amell menyiapkan bahan yang akan dimasak, sepeti memotong bawang dan sayuran. Sedangkan Ananta, dan Yuan, mereka terlihat membantu dalam menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam menyajikan makanan. Di saat Fani memasak ada 2 orang lainnya yang mandi terlebih dahulu, yaitu Yuan dan David. Kemudian disusul Fani dan Amell, disaat ini tugas memasak diserahkan kepada Ananta. Namun, diakhir waktu ternyata Ananta dan Edo belum mandi. Pada saat sesi debrief teman-teman banyak mengungkapkan tentang prioritas dan pengaturan area kerja. Fani juga tidak merasa keberatan ketika diberikan tugas untuk memasak makan malam kelompoknya. Hal tersebut karena sudah terbiasa memasak serta dia tidak mau merepotkan orang lain dengan keunikan dia yang seorang vegetarian dan tidak bisa memakan bawang putih. Sehingga dia harus bisa memasak masakan yang dia dan teman-teman lainnya juga tetap bisa menikmatinya. Di sesi ini ada intervensi dari CD yang tertarik untuk masuk dan memberikan sumbangsih dalam pengimplementasian apa yang sudah teman-teman dapatkan dalam sesi cooking ini pada kehidupan perkuliahan. Hasil dari sesi de brief adalah: 1. Fani : Pentingnya menentukan tujuan dan memprioritaskan apa yang sudah kita pilih, serta kita harus bisa menyusun jadwal dengan baik. 2. Edo : Ketika kita memiliki jadwal yang baik, maka kita bisa tahu mana yang menjadi prioritas utama. 3. David: Menyusun jadwal dengan baik dan benar pada akhirnya akan baik dan benar pula bagaimana kita mencapai tujuan yang kita harapkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
144
4. Ananta: Penjadwalan yang baik akan memudahkan memprioritaskan kegiatan, agar mudah mencari yang dibutuhkan memang harus rapi dan tidak berantakan 5. Amell : Ketika kita sudah memiliki impian atau tujuan, kita harus fokus dalam mencapinya. 6. Yuan : Kalau kita malas, kita pasti akan kehilangan waktu dalam mencapai tujuan. Daily Review : Kiwi Film Sharing Hope & Fear Daily Review Ketika sesi ini, sebelumnya teman-teman diajak untuk menonton film dari seekor kiwi atau kiwi film. Hasil review dan pembelajaran teman-teman dari melihat kiwi film, adalah: 1. David : Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, kita harus memiliki kepercayaan diri dan keyakinan. 2. Fani : Dibutuhkannya sebuah jadwal yang baik dalam menjalani aktifitas yang sudah dipilih, sehingga kita jadi tahu mana yang harus kita prioritaskan terlebih dahulu. 3. Edo : Film yang sangat inspiratif, jika kita punya mimpi, wujudkanlah. 4. Yuan : Hidup itu penuh perjuangan, dan mimpi adalah salah satu yang harus kita perjuangkan. 5. Amell : Perlu kerja keras untuk bisa mewujudkan apa yang kita impikan. 6. Ananta : Jangan terlalu memaksakan yang sekiranya kita tidak mampu.
Ketika diminta untuk menceritakan harapan dan ketakutakan di masa depan, temanteman menceritakan apa yang mereka tulis, yaitu: 1. Yuan Hope : Menjadi seorang yang sukses dalam hal pendidikan, keluarga, dana agama. Fear
: Kurang ada pendirian.
2. Amell Hope : Bisa selalu membuat orang tua tersenyum bangga. Fear
: Tidak bisa membagi waktu dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
145
3. David Hope : Ingin membuat orang lain bahagia. Fear
: Serakah dan kurang kontrol diri.
4. Edo Hope : Punya kehidupan yang lebih baik dari kedua orang tua, serta bisa membahagiakan mereka. Fear 5. Fani Hope
Fear
: Tidak bisa menyelesaikan tugas dengan baik.
: Membuktikan kepada kedua orang tua, bahwa mampu berhasil dengan pilihan sendiri. : Kurang percaya diri, dan kurang disiplin waktu.
6. Ananta Hope : Lulus kuliah dengan nilai yang bagus dan sesuai target waktu. Fear
: Masih suka malas-malasan, terlalu banyak yang hanya di pikiran.
Kemudian, ketika teman-teman diminta untuk menceritakan pembelajaran dari kegiatan satu hari tersebut yang dapat digunakan sebagai komitmen untuk esok hari, yaitu: 1. Ananta mengatakan akan berusaha menjadwalkan prioritas dengan lebih baik lagi. 2. Sedangkan David mengatakan bahwa harus bisa menyiapkan segala sesuatu dengan lebih matang dan harus memiliki pemikiran jangka panjang. 3. Edo pun mengatakan bahwa dibutuhkannya pembuatan jadwal yang sederhana untuk mengetahui apa yang akan dilakukan, minimal dalam satu minggu ke depan. 4. Amell mengutarakan bahwa kita harus percaya diri dalam menjalani hidup. 5. Lalu Yuan mengatakan prioritaskan hal yang penting. 6. Fani juga mengatakan bahwa membuat jadwal dengan baik ketika melakukan aktifitas dan memprioritaskan hal yang utama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
146
Hari 2, (Minggu, 19 Januari 2013) Sharing Pagi Di hari kedua ini, ada satu kejadian yang membuat kegiatan morning activity harus ditiadakan,yaitu keterlambatan. Kemudian teman-teman peserta diajak berdiskusi dan membuat komitmen pribadi yang akan digunakan mereka dalam berkegiatan selama satu hari. Adapun komitmen yang muncul adalah: 1. Ananta: tidak akan mengulangi kegagalan, dan akan do the best. 2. Amell : harus bisa tepat waktu. 3. Edo : jangan sampai terlambat dalam mengerjakan sesuatu. 4. David : ketika sudah berkomitmen, harus punya tanggung jawab. 5. Yuan : jangan bermalas-malasn, harus semangat. 6. Fani : jangan pernah menunggu, harus proaktif. Initiative & Problem Solving Games : Zeni Bridge Tujuan dari kedua aktivitas ini adalah penetapan tujuan, baik tujuan jangka pendek, menengah dan tujuan jangka panjang dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Ketika bermain di zeni bridge game teman-teman kelompok 3 sudah bisa merencanakan dengan baik apa yang akan dilakukan, bagaimana setrategi yang akan dipakai, dan menganalisis peralatan yang ada dengan baik. Namun, ada juga yang mencoba mengamati terlebih dahulu, contohnya Amell dan Fani. Mereka berdua mengatakan bahwa ada baiknya jika mengamati terlebih dahulu apa yang sudah teman-teman lainnya kerjakan, sehingga dapat belajar dari kesalahan atau trial and error. Sedangkan Ananta lebih cenderung memikirkan strategi bagaimana agar tugas yang diberikan bisa berjalan dengan baik, seperti memindahkan semua temantemannya. Hasil dari debrief permainan ini adalah: 1. Ananta mengatakan bahwa pentingnya menetapkan tujuan sehingga kita bisa mengetahui mana yang seharusnya kita lakukan terlebih dahulu. 2. David dan Edo mengatakan bahwa betapa pentingnya membuat perencanaan sebelum kita melakukan segala sesuatunya. 3. Sedangkan Fani mengatakan bahwa kita harus mengetahui area kerja kita dimana, bagaimana mengaturnya, dan harus seperti apa menjalankannya. Worst Case Scenario:
Kick Out The Ball Keep The Fire On Save The Water Moving Ball
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
147
Pada fase WCS ini, peserta diharapkan mampu mengimplementasikan dari seluruh pembelajaran yang diperoleh setelah satu hari kemarin atau dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Setelah perwakilan dari kelompok mendapatkan instruksi untuk aktifitas ini, kemudian teman-teman berdiskusi dengan serius, bagaimana caranya agar bisa mendapatkan poin maksimal, yaitu 400 poin. Pilihan games pertama adalah kick out the ball. Disini teman-teman terlihat sangat bagus dalam mencari strategi yang. Pada akhirnya mereka menggunakan tongkat sebagai alat utnuk mengeluarkan bola. Edo bertindak sebagai pemukul bola, karena menurut teman-teman yang lain, Edo memiliki tangan yang lebih panjang. Namun, di games ini kelompok 3 tidak dapat menyelesaikan permainan, hal ini diakibatkan tidak dapat ditangkapnya bola oleh teman yang lain. Kemudian mereka menuju ke games kedua, yaitu keep the fire on. Di permainan kedua ini, teman-teman kelompok 3 berusaha untuk lebih mematangkan strategi yang akan digunakan. Pada awalnya mereka akan melompati zona bahaya, hal itu dikarenakan mereka sempat melihat di kelompok lain ada yang bisa melompatinya. Akan tetapi ada teman lain yang mengusulkan hal atau strategi yang beda yaitu David. Mungkin karena kurang percaya jika mampu melompati dan takut kehilangan poin, maka diputuskan oleh teman-teman kelompok 3 untuk menggunakan strategi yang diutarakan David, yaitu dengan menggabungkan tongkat dan koran, kemudian dibakar. Dan di games ini kelompok 3 berhasil menyelesaikan permainan kurang dari 5 menit, sehingga mereka mendapatkan poin tambahan. Games ketiga yang dimainkan adalah moving ball. Karena keberhasilan di games kedua, dan mendapatkan poin tambahan, semangat teman-teman dalam menyusun strategi yang baik mulai meningkat. Di games ini ada keteledoran dari kelompok, yang mana mengakibatkan ada 1 alat bantu yang telah dipilih tertinggal di games kedua, yaitu sendok makan. Setelah alat bantu yang tertinggal diambil, teman-teman kelompok 3 mulai menjalankan strategi yang telah disusun dan didiskusikan dimana mereka menggabungkan tongkat dan sendok makan. Di permainan ini pun, kelompok 3 berhasil dengan baik, mereka pun juga mendapatkan poin tambahan karena berhasil kurang dari 3 menit, meskipun ketika memindahkan bola mereka sempat terkejut karena ada 1 bola yang nilainya tinggi ternyata menempel di mangkoknya. Permainan terakhir adalah save the water. Di permainan ini banyak terjadi diskusi yang sulit dalam menentukan strategi apa yang akan digunakan, sehingga di permainan ini memakan waktu yang sedikit lama dibandingkan dari permainanpermainan sebelumnya. Pada awalnya salah satu teman akan melompati zona bahaya untuk mencapai zona aman, tetapi karena untuk keselamatan, maka fasilitator mengintervensi strategi tersebut. Hingga akhirnya mereka mencari strategi lain yang lebih aman, yaitu dengan mengikat balon yang berisi air pada tongkat dan kemudian melubangi balon tersebut. Namun, mereka gagal dalam 2 kali kesempatan yang diberikan, karena balon mereka pecah sebelum mencapai gelas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
148
Pada sesi WCS ini, kelompok 3 mendapatkan skor 215, dan menyelesaikan 2 dari 4 permainan yang ada. Kemudian lanjut ke sesi debrief untuk WCS, hasil pembelajaran yang diceritakan oleh teman-teman peserta adalah: 1. Ananta: harus memiliki strategi yang baik dalam menjalani suatu aktifitas. 2. Edo : harus bisa memprioritaskan mana yang harus dikerjakan/diselesaikan terlebih dahulu. 3. David : harus membuat rencana dan memprediksikan hasilnya. 4. Amell : ketika kita sudah menjadwalkan sesuatu, jangan lupakan bahwa kita juga harus memikirkan rencana lain ketika jadwal kita melenceng. Hasil dari pembelajaran selama 2 hari tersebut, kemudian teman-teman mencoba mengimplementasikan dalam kehidupan yang sesungguhnya, hasil implementasi itu sendiri adalah: 1. Ananta : ketika kita sudah menentukan pilihan, jadikanlah itu sebagai prioritas. Dan ketika kita menjalani pilihan tersebut, kita harus punya komitmen dan jadwal dalam menjalaninya. 2. Amell : harus memiliki jadwal yang baik, dan punya target dalam mencapai tujuan. General Review: Di sesi general review ini, teman-teman peserta mengungkapkan banyak hal yang dia dapat dalam 2 hari pelatihan time management ini. Beberapa teman mengatakan bahwa mereka masih kurang dalam menyusun strategi atau jadwal untuk menjalani aktifitas yang dipilihnya. Dan beberapa teman yang lain mengatakan jika kita memiliki strategi/pengaturan jadwal yang baik, maka tujuan/hasil yang akan kita capai pun pasti baik. Hal lain yang diutarakan adalah tentang pentingnya waktu dalam mencapai tujuan, oleh karena itu kita harus bisa mengatur waktu dan memprioritaskan hal yang terpenting dahulu. Kemudian ada yang mengatakan bahwa ketika kita berada di zona aman, sebenarnya kita dikelilingi oleh zona bahaya yang mungkin akan mengganggu perjalanan kita dalam mencapai tujuan yang akan kita capai. Selain itu juga tentang bagaimana kita harus bisa mengatur area kerja kita agar kita sendiri nyaman dalam mengerjakan pekerjaan kita atau pun untuk kelancaran dalam menyelesaikan tugas. Hasil dari general review yang didapat teman-teman kelompok 3 dan pembelajaran yang mereka dapat ketikan CD memberikan debrief adalah: 1. 2. 3. 4.
Harus memiliki strategi yang baik. Jangan meremehkan hal-hal kecil. Di zona aman kita, kita selalu dikelilingi zona bahaya. Strategi yang dijalankan dengan baik, akan menghasilkan hasil yang baik pula.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
149
5. Kesadaran kadang datang terlambat. 6. Kemauan dan tindakan dalam menjalankan jadwal yang sudah kita buat. 7. Tidak perlu menjadi hebat dahulu untuk mencapai tujuan, tetapi bagaimana kita mau untuk memulainya. Hal lain yang perlu diketahui adalah, beberapa teman dalam kelompok 3 ini, contohnya Ananta, David, Fani, dan Amell, pada dasarnya mengerti akan konsep Time Management, akan tetapi mereka belum mampu mengaplikasikannya dengan baik. Seperti yang diceritakan oleh Amell, bahwa dia sebenarnya sudah memiliki rencana jangka pendek untuk satu semester ke depan, juga mempunyai catatan yang dia buat untuk dia jadikan sebagai jadwal dalam melakukan aktivitas. Begitu pula Fani yang menceritakan bahwa ketika rencana yang kita buat sebelumnya itu tidak berjalan dengan baik, maka seharusnya kita memiliki rencana cadangan untuk situasi yang mendadak. Personal Action Plan & Evaluasi Pelatihan Pada akhir pelatihan, peserta diminta untuk membuat rencana pribadinya (Personal Action Plan) dan mengisi umpan balik pelatihan dengan tujuan untuk perbaikan pada pelatihan selanjutnya dan masukan bagi fasilitator. Pelatihan ditutup oleh Course Director sebagai tanda bahwa pelatihan telah selesai. Closing
Yogyakarta, 7 Maret 2013
Group Facilitator : R. Andhika Mahardhika, S.Psi. Co. Facilitator
: Ursula Kanindya Chrysanthea
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
150
Lampiran 21. Laporan Observasi Dinamika Kelompok IV H 1 (Sabtu, 2 Maret 2013) Opening and Grouping Opening dilakukan dilapangan utama pada pukul 16.00 dan dipimpin langsung oleh Dian Wibowo Utomo, S.Psi selaku Course Director (CD). Opening dilakukan dengan memperkenalkan seluruh tim pendamping kegiatan. CD mengulang secara singkat mengenai metode pelatihan yang akan dipergunakan, yakni experiential learning. CD kembali menegaskan mengenai aturan selama pelatihan dan menjelaskan mengenai 3 modal dasar yang akan digunakan dalam pelatihan, modal dasar tersebut yakni positive thinking, out of the box juga out of routine dan do the best. CD dalam hal ini hanya mengulangi dan menekankan kembali beberapa hal tersebut karena telah disampaikan pada proses briefing dan technical meeting yang telah dilakukan pada H-2 di kampus paingan. Grouping yang digunakan dalam pelatihan ini merupakan grouping yang telah dirancang oleh peneliti, sehingga pada pelaksanaannya fasilitator hanya mengangkat kertas yang berisikan nama-nama peserta dalam kelompok yang akan didampinginya. Conditioning Small Group: Pada sesi ini, fasilitator bersama co-fasilitator melakukan pengulangan dan penguatan kepada peserta berkaitan dengan : Mengulas dan menekankan mengenai sejarah Outward Bound dimana pada saat tersebut lebih banyak karyawan tua yang selamat dibandingkan karyawan muda. Metode Experiential Learning dimana metode ini akan mengolah pengalaman peserta sehingga peserta dapat menemukan dan mengalami serta mencapai pembelajaran. Tiga jenis tantangan yang akan dihadapi peserta selama pelatihan, yakni tantangan dari alam, tantangan dari internal kelompok, dan tantangan yang diberikan oleh fasilitator. Menekankan kembali tugas dan peran fasilitator, yakni sebagai penyaji tantangan, safety guard dan sebagai group facilitator yang akan mendampingi peserta selama pelatihan. Menjelaskan dan menekankan mekanisme umum pelatihan yakni setiap aktivitas akan diawali oleh sebuah proses briefing, lalu peserta akan melakukan actions dalam aktivitas, dan akan diakhiri dengan kegiatan review atau debriefing. Menekankan kembali modal dasar dan komitmen dasar dalam pelatihan, yakni positive thinking, out of the box juga out of routine dan do the best.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
151
HOPE AND FEAR Sesi ini dilakukan di ruang makan karena hujan cukup deras sehingga tidak dimungkinkan untuk melakukan tugas yang berkaitan dengan tulis menulis dan menggunakan media kertas. Pada sesi ini, fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk sharing dalam kelompok mengenai harapan-harapan dan kecemasan-kecemasan yang dihadapi dalam proses pelatihan. Adapun sharing peserta mengenai harapan dan kecemasan, yakni: 1. Eni, Amel dan Esthy: bayangannya dalam pelatihan ini hanya akan main-main dan bersenang-senang sambil belajar. 2. Leo dan Bayu: bayangannya adalah seminar dalam ruangan, bukan di luar dan bukan dengan permainan yang diulas. 3. Sakti: Out of the box, karena akan outbound maka harus menghadapi tantangan. Kecemasan umum peserta karena metode pelatihan dan diawali dengan pembukaan dan briefing yang cukup tegas dan panjang maka peserta cemas dengan pelatihan yang mungkin akan ada perpeloncoan di dalamnya. Harapan umum peserta adalah mampu mempelajari sesuatu, sehingga dapat dipergunakan dalam kuliah dan memperbaiki cara hidupnya agar lebih teratur, hal ini terkait dengan judul pelatihan yakni “TIME MANAGEMENT” Peserta juga diminta untuk menuliskan harapan-harapan dan kecemasan-kecemasan yang dihadapinya dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan berkuliah dan pasca kuliah yang kemudian dimasukan dalam amplop yang telah disediakan. Setelah peserta memasukan harapan dan kecemasan ke dalam amplop, kemudian peserta diminta untuk menitipkan amplop tersebut kepada fasilitator kelompok. Ice Breaking Small Group: Warp Speed Sesi ini dilakukan kembali di lapangan kecil di samping cottage B karena hujan sudah berhenti, dan karena alasan safety. Pada sesi ini, fasilitator memberikan ice breaking dengan melakukan simulasi Warp Speed dimana peserta diminta melempar sebuah bola kepada setiap anggota dengan aturan setiap orang hanya akan menerima dan memberi sebanyak satu kali, bola tidak boleh jatuh, ketika memberi harus jelas dari siapa ditujukan kepada siapa, ketika menerima harus ada ungkapan rasa terimakasih. Simulasi ini dilakukan sebanyak 4 kali, dimana pada pertama memainkan peserta tidak tahu jika waktu rotasi dihitung dan peserta dapat menyelesaikan dalam waktu 27
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
152
detik, setelah mengetahuinya, fasilitator meminta pesertanya untuk menentukan target waktu, sehingga ada 3 target waktu yang ditentukan dan dapat dicapai oleh peserta, yaitu 20 detik, 15 detik dan 10 detik. Setelah pencapaian target 10 detik, fasilitator melakukan debrief singkat, dimana ada beberapa hal yang menarik yang muncul dari peserta, diantaranya : 1. Leo: perlu ada strategi yang baik untuk dapat menyelesaikan tugas dengan baik. 2. Esthy: perlu ada pengkondisian lingkungan, sehingga dapat mempermudah menyelesaikan tugas. 3. Amel: perlu tindakan yang kooperatif supaya strategi yang ada bisa tercapai. 4. Sakti: perlu ada strategi yang disepakati, supaya tugas dapat dilakukan dengan cara yang tepat dan cepat. Cooking Sesi ini memiliki tujuan untuk dapat memberikan insight kepada peserta agar peserta dapat merencanakan aktivitas dengan membuat jadwal yang didasarkan pada tugas, tanggung jawab, dan prioritas. Peserta juga diharapkan dapat membuat langkahlangkah dalam melaksanakan jadwal yang telah disusun. Pada sesi ini, Sakti dan Bayu dikirim sebagai perwakilan kelompok untuk mendapatkan briefing dari Lasro Bonaventura mengenai tugas yang diberikan kepada mereka berdua. Selain hal tersebut, Sakti dan Bayu memiliki tugas untuk mengingat dan mengambil bahan makanan serta alat memasak yang akan dipergunakan kelompok. Hal yang menarik adalah Sakti dan Bayu berusaha mengingat-ingat peralatan memasak dan jenis bahan makanan yang diperlukan padahal kelompok sama sekali tidak membuat list. Anggota kelompok yang lain menentukan tempat yang menurut mereka paling representatif dan memungkinkan untuk memasak, sehingga kelompok memilih tempat memasak di depan Cottage B. Kelompok IV memiliki satu unit kompor gas, namun tidak memiliki wajan untuk menggoreng, hal ini membuat kelompok ini berada dalam posisi stagnan. Kemudian fasilitator memutuskan untuk memberikan “sentilan” dengan formulasi “STOP DO” (Sit, Stop; Think; Observe; Plan; Do) karena kelompok terlihat sudah cukup putus asa dengan keadaan yang terjadi. Amel menenangkan kelompok dengan memberikan penjelasan bahwa nesting dapat dipergunakan untuk memasak atau pun menggoreng. Pada saat ini, klompok mulai fokus kembali mengerjakan persiapan memasak. Masalah kembali muncul karena kompor yang tersedia, langsung dipergunakan untuk memasak nasi yang notabene memilki waktu memasak paling panjang. Hal ini cukup membuat kelompok menjadi stagnan kembali. Akan tetapi Leo mulai mengusulkan untuk memakan sisa snack yang ada terlebih dahulu, kemudian ditambah dengan usulan Sakti yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153
mengusulkan memakan nasinya saja dulu ketika sudah matang. Esthy mengusulkan untuk menggoreng lauk tahu telur untuk makan, Bayu dan Eni mengusulkan untuk menggoreng tempe dan tahu telur sambil makan. Dalam cara kerja dan pembagian area kerja di kelompok tidak nampak karena kelompok lebih memilih untuk mengerjakan secara bersama-sama. “Ban berjalan” atau pengaturan area kerja menjadi nampak ketika kelompok memutuskan untuk makan sambil memasak, dimana ada pembagian area yang jelas, area untuk memasak, area untuk makan, bahkan pada proses memasak menjadi nampak jelas. Esthy mengelola area untuk memasukan bahan makanan ke dalam penggorengan. Amel mengelola area memasak bahan makanan, lalu area makanan panas dan pengeringan minyak dikelola oleh Eni. Sementara area untuk mengambil nasi dan lauk serta area makan yang sudah siap yang dikelola oleh Sakti. Pada saat de brief ada beberapa hal menarik yang terjadi diantaranya : 1. Leo: Karena kendala bahasa maka kami tidak mendapatkan wajan, karena menurut Leo, di daerah asalnya yaitu medan, panci adalah wajan. 2. Amel: ”Saya tetap senang karena walaupun tidak berhasil mandi, tapi berhasil makan dengan penuh kebersamaan”. 3. Sakti: Lebih baik memilih untuk makan tetapi tidak mandi. Dibuat batasan supaya bisa makan tetapi bisa masak dengan aman. Daily Review : Kiwi Film Sharing Hope & Fear Daily Review Pada sesi ini memiliki tujuan untuk memunculkan insight peserta mengenai visi dan tujuan hidup, menata langkah untuk mencapai tujuan, dan melakukan review aktivitas dan proses yang telah dijalani selama sehari. Pada sesi pemutaran video Kiwi, sesi ini dilakukan di dalam aula dan dilakukan pemutaran film kiwi sebanyak 2 kali. Dan dilanjutkan dengan review yang dilakukan di kelompok-kelompok kecil. Kelompok kami memilih ruang makan sebagai tempat untuk melakukan review. Pada sesi ini, anggota kelompok melakukan sharing yang kemudian dilanjutkan dengan sharing mengenai harapan-harapan atau tujuan hidup, dan juga sharing mengenai kecemasan-kecemasan yang dihadapi. Adapun ringkasan sharing kelompok sebagai berikut : 1. Leo : Merasa pada saat pemutaran, ia belum mengetahui apa masalah dari video Kiwi, karena ia merasa tidak tahu latar belakang kenapa tokoh Kiwi dalam video
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
3.
4.
5. 6.
154
melakukan hal tersebut. Namun pada saat pemutaran kedua, ia merasakan bahwa ada tujuan atau impian yang sedang diwujudkan oleh tokoh Kiwi. “Orang hidup harus memiliki mimpi, dan cara terbaik untuk meraih mimpi itu adalah dengan melangkah dan memulai”. Eni : Merasa bahwa tokoh Kiwi menangis dengan bahagia, karena sebelum ia mati impiannya bisa terwujud, dan meraih impian itu tidak mudah. Tokoh Kiwi menata pohon di dinding tebing agar ketika ia jatuh, ia merasa sedang terbang, bukan terjun bebas. Esthy : Merasa bahwa untuk meraih impian atau tujuan memerlukan totalitas, memberikan apa yang dimiliki secara utuh. Ada pengorbanan yang harus dilakukan oleh tokoh Kiwi agar bisa mewujudkan impiannya untuk merasakan terbang. Bayu : Hidup itu harus memiliki tujuan, akan ada banyak kelebihan dan kekurangan dalam usaha meraih impian. Tetapi hal yang paling penting adalah berusaha sebisa kita yang disertai dengan keyakinan untuk dapat melakukannya. Amel : Membutuhkan pengorbanan untuk dapat mencapai impian, hanya tinggal kita yang mau melakukannya atau tidak. Sakti : Hidup itu harus memiliki visi, kita juga harus fokus dengan visi yang telah kita tetapkan dan harus fokus untuk bisa meraih impian karena akan ada banyak impian kecil yang perlu diraih dulu untuk dapat meraih impian utama atau impian besar dalam hidup. Perlu ada prioritas yang jelas, tokoh Kiwi memasang banyak pohon tidak mungkin dalam satu hari, ia harus bisa membagi prioritas dan mengatur untuk bisa tetap bertahan hidup (mencari makan) agar pohon yang dibawah tidak kering atau layu. Mengutarakan kalimat “Age Quod Agis” yang memiliki arti lakukanlah apa yang semestinya kamu lakukan. Kita juga harus bisa mengatur strategi yang baik. Tokoh Kiwi dalam video menata pohon secara acak (bukan sebuah garis lurus) agar bisa terlihat seperti terbang di atas hutan. Kita juga harus bisa out of the box karena perubahan kamera membuat kita mengerti bahwa Kiwi itu terlihat terbang bukan terjun bebas, terkadang dalam hidup kita juga harus berpikir yang “aneh-aneh” agar bisa melampaui tapal batas yang ada.
Dalam sesi ini, ada beberapa orang yang bersedia sharing mengenai harapan atau impian dan kecemasannya, antara lain : 1. Amel : - Hope : ingin menjadi psikolog klinis pada rumah sakit jiwa - Fear : takut untuk tidak bisa menjadi pendengar yang baik 2. Sakti : - Hope : ingin bisa untuk mengatur waktu dan prioritasnya agar bisa lebih serius kuliah, juga bisa melanjutkan studi di luar negeri. - Fear : tidak bisa mengatur prioritas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
155
Pada sesi ini kelompok melakukan evaluasi untuk semua aktivitas yang telah dilakukan sepanjang hari dalam pelatihan, adapun beberapa hasil evaluasi dan refleksi yang diperoleh : 1. Amel : kelompok seperti tidak bergerak dengan cepat dan tepat, dan tidak ada kepekaan dari anggota kelompok untuk anggota kelompok yang lain. 2. Eni : kelompok memiliki semangat yang cepat pudar, terkadang seperti kehilangan semangat dan putus asa. 3. Bayu : perlu ada ketelitian dalam melakukan tugas dan peka terhadap lingkungan sehingga bisa lebih mempermudah kerja untuk mencapai tujuan. 4. Sakti : perlu ada komunikasi yang baik sehingga setiap anggota tahu tujuan yang akan diraih dan semua anggota bisa tahu strategi yang akan digunakan kelompok. 5. Leo : setiap anggota perlu mengambil peran sekecil apapun agar dapat mempermudah kelompok dalam menyelesaikan tugas. Hasil tersebut membuat kelompok untuk membuat komitmen agar kinerja kelompok pada kegiatan selanjutnya dapat lebih efektif, diantaranya : Bekerja dengan cepat dan tepat sesuai dengan strategi yang disepakati, lebih aktif dan komunikatif, dan berpikiran positif. Hari 2, (Minggu, 19 Januari 2013) Pada hari kedua rangkaian kegiatan mengalami keterlambatan dalam memulai acara, dari tim memang dengan sengaja tidak membangunkan atau tidak mengingatkan peserta. Alasan kuatnya adalah untuk melatih tanggung jawab peserta baik dalam hal pengaturan strategi, penetapan tujuan, dan pembuatan jadwal. Karena keterlambatan peserta, jadwal kumpul pukul 05.30 untuk olah raga, baru berkumpul dan mulai pukul 05.56, maka perubahan skenario pun dilakukan oleh Course Director dengan berdiskusi terlebih dahulu dengan semua fasilitator. Kami melakukan review singkat dalam kelompok besar mengenai keterlambatan. Setelah itu berkumpul dalam kelompok kecil untuk melakukan penguatan dan membentuk kembali komitmen bersama. Pada dasarnya kelompok kami menyadari bahwa setiap hal akan membawa konsekuensi. Dalam menghadapi keterlambatan pagi hari kelompok kami menyadari bahwa kembali harus menerima konsekuensi logis dari keterlambatan yang terjadi, diantaranya adalah aktivitas oleh raga harus dihilangkan dan jadwal yang akan semakin mundur. dalam kelompok, kami membangun kembali komitmen untuk dapat melalui kegiatan kami pada hari kedua, diantaranya : 1. Esthy : totalitas yang dimaksudkan harus melakukan sesuatu dengan fokus pada hal yang harus dikerjakan. 2. Bayu : totalitas yang dimaksudkan adalah melakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuan kita, totalitas dalam merencanakan strategi dengan sadar dan melakukannya. 3. Sakti : prioritas dengan maksud menyusun dan memilah hal penting dan tidak penting, yang mendukung dan tidak mendukung yang berkaitan dengan tujuan serta membuat to do list.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
156
4. Amel : berusaha semaksimal mungkin dari diri sendiri agar dapat mengatasi gangguan lingkungan. Sesi ini dilakukan dari pukul 06.15 – 07.00 yang dilanjutkan dengan kegiatan rutin pagi sampai pukul 08.00. Initiative & Problem Solving Games : Zeni Bridge Sesi ini memiliki tujuan untuk dapat memunculkan insight peserta mengenai pentingnya menetapkan tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dan pentingnya mengenai pembuatan strategi untuk mencapai tujuan. ZENI BRIDGE Pada aktivitas ini, peserta diminta untuk menyeberang dari garis start ke garis finish dengan aturan anggota badan tidak boleh menyentuh tanah. Disediakan 3 alat bantu untuk menyeberang, yaitu ban, papan kayu, dan webbing. Aturan dalam aktivitas ini adalah seluruh anggota harus menyeberang dari garis start ke garis finish, dengan aturan hanya ban yang boleh menyentuh tanah, hanya kayu yang yang boleh menjadi tempat berpijak. Peserta diberikan waktu untuk berdiskusi dan merangkai alat bantu yang diberikan untuk mempermudah perpindahan anggota kelompok. Dalam diskusi kelompok memiliki 3 buah rencana, yaitu: kedua papan diikatkan pada ban sehingga pergerakan dari kelompok akan memindahkan kayu dan ban secara bersamaan; ban akan digunakan untuk membuat lintasan kayu dan kayu akan dipergunakan sebagai alas melangkah dengan sistem seperti bakiak; dan rencana terakhir kelompok akan membuat jembatan kayu dengan menggunakan ban sebagai penambat atau tumpuan dari kayu. Pada aktivitas ini, fasilitator memberhentikan aktivitas dan meminta kelompok untuk mengulangi kembali dari awal karena alasan safety. Karena kehabisan waktu kelompok tidak berhasil menyeberangkan seluruh anggota tim, hanya ada Amel yang bisa sampai finish, Bayu dan Sakti sedang dalam perjalanan kembali ke garis start untuk menjemput Leo, Eni, dan Esthy. Setelah selesai, kami melakukan review dan de brief mengenai aktivitas kami, adapun hasil sharing sebagai berikut : 1. Leo : tujuan kita sudah jelas, namun strategi yang dipilih menjadi kurang pas karena tidak mempertimbangkan jumlah orang yang bisa ditampung oleh instalasi yang dibuat. 2. Amel : strategi setengah matang karena diskusi penetapan tujuan dan langkah dalam mencapai tujuan tidak tersampaikan dengan baik dalam kelompok.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
157
3. Bayu : perubahan strategi di tengah aktivitas membuat bingung dalam menentukan langkah selanjutnya. 4. Sakti : memiliki banyak rencana namun masih belum bisa menentukan prioritas pada setiap rencana, sehingga di tengah jalan ada banyak perubahan rencana yang membuat eksekutor menjadi bingung, ditambah dengan tidak tau resiko yang bisa saja terjadi sehingga fasilitator harus memotong usaha kelompok yang sedang dilakukan. Worst Case Scenario: Kick Out The Ball Keep The Fire On Save The Water Moving Ball Sesi ini memiliki tujuan untuk memunculkan insight peserta mengenai time management dengan mengimplementasikan setiap pembelajaran yang didapatkan oleh peserta selama pelatihan dan mengaplikasikan komitmen yang telah dibuat. Aktivitas WCS diawali dengan briefing yang dilakukan oleh Andhika dengan mengirim perwakilan kelompok. Pada kelompok kami, Esthy dan Leo menawarkan diri untuk dapat menjadi perwakilan kelompok. Esthy dan Leo mendapatkan briefing dan menjelaskan kembali kepada anggota kelompok kami. Hal yang menarik dalam kelompok kami adalah briefing dari Leo dan Esthy yang tidak satu suara dan menyampaikan briefing dengan tergesa-gesa membuat kelompok kehilangan fokus dan langung membagi peran, sehingga kelompok kami tidak membaca dengan cermat lembar manual WCS yang diberikan. Kelompok kami memilih peniti, tongkat, sendok, kertas koran, lakban, dan benang. Namun pada saat pengambilan alat, Esthy merubah pengambilan alat. Esthy mengganti lakban dengan penggaris. Kelompok tidak memiliki tujuan yang jelas akan memilih jadwal aktivitas tetapi cenderung menunggu, hingga Sakti mengarahkan kelompok untuk mengisi aktivitas yang kosong terlebih dahulu. Aktivitas pertama kami adalah Keep the Fire On. Pada aktivitas ini kami tidak dapat melakukan hal apapun karena tidak membaca lembar manual WCS dengan baik sehingga kami tidak memiliki korek api untuk menyalakan lilin. Kelompok sempat menjadi sangat putus asa, lalu mengusulkan untuk berpindah namun Sakti mengajak kelompok untuk berdiskusi, dengan mengingatkan kembali mengenai formulasi “STOP DO” dan mereka membaca ulang lembar manual WCS.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
158
Aktivitas kami yang kedua adalah Moving Ball, pada aktivitas ini kami berhasil memindahkan bola orange, tetapi gagal memindahkan bola putih karena masalah waktu. Aktivitas ketiga kami yang kami lakukan adalah Kick Out the Ball. Pada aktivitas ini kelompok tidak tidak dapat menyelesaikan tugas karena kelompok tidak memiliki strategi yang dilakukan kelompok hanyalah trial and eror. Aktivitas terakhir dalam WCS, kami melakukan aktivitas Save the Water. Pada aktivitas ini kelompok berhasil mengisi ¾ gelas, namun karena balon kedua kelompok sobek karena tergesagesa mengikat, maka pada aktivitas ini pun kami masih belum berhasil menyelesaikan tugas. Pada saat selesai aktivitas, kelompok kami berpindah ke ruang makan untuk review dan debrief. Hal yang sangat menarik pada saat debrief adalah setiap orang memiliki rasa bersalah atas ketidak berhasilan kelompok menyelesaikan rangkaian kegiatan WCS. Dalam aktivitas WCS merupakan implementasi dari seluruh rangkaian kegiatan pelatihan, maka kelompok melakukan review dan debrief WCS yang dilanjutkan dengan review rangkaian kegiatan pelatihan, diantaranya : 1. Leo : pada awalnya merasa bersalah karena tidak menyampaikan informasi dengan baik dan jelas, merasakan bahwa benar-benar membutuhkan penetapan tujuan, prioritas dan strategi, tetapi karena kurang hati-hati serta kurang cepat dan tepat maka tidak memiliki peluang. 2. Amel : setiap hal ada proses yang harus dilalui, tidak mungkin mendapatkan hasil yang maksimal jika prosesnya sudah kurang tepat. 3. Eni : terkadang ada waktu untuk kita berpacu dengan waktu, tetapi harus paham dulu mengenai tugas yang akan dikerjakan. Karena jika tidak paham dengan tugas, maka dalam menentukan strategi ada kemungkinan strategi yang dibuat benarbenar tidak mendukung ke arah pencapaian target. 4. Bayu : harus bisa memilih prioritas agar lebih efektif dalam mencapai tujuan. 5. Esthy : harus memiliki kesabaran dalam bertindak, sehingga bisa memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal. 6. Sakti : harus ada proses dan belajar dari pengalaman. Melalui proses dan pengalaman yang ada baru menentukan strategi dan prioritas untuk mengejar tujuan. Menurut Sakti, peluang itu harus diciptakan dan dimanfaatkan dengan baik, tetapi apabila harus menunggu peluang itu muncul kita harus mempersiapkan diri agar dapat memanfaatkan secara maksimal ketika peluang itu sudah ada. Kelompok juga merasa bosan dengan penekanan-penekanan dan kesimpulankesimpulan yang diambil dari setiap aktivitas yang berkaitan dengan prioritas, penetapan tujuan, membuat jadwal. Kelompok juga menyadari bahwa setiap hal harus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
159
dilakukan dengan dilandasi oleh pikiran positif dan kemauan untuk berbuat yang terbaik. Namun di sisi lain, kelompok sangat menyadari bahwa mereka mengetahui hal-hal tersebut merupakan hal yang penting, namun masih belum dapat melakukannya dalam setiap aktivitas yang diberikan. Pada saat kelompok kami menunggu kelompok lain untuk berkumpul dan melakukan general review, kelompok kami melakukan sharing, beberapa hal yang menarik pada sharing kelompok adalah : 1. Sakti : Setiap kegiatan yang dilakukan dapat memberikan makna pada saat evaluasi, kemudian akan sangat dibutuhkan usaha untuk melakukan setiap kegiatan yang disajikan. Terkadang dalam menetapkan tujuan kita harus memikirkan beberapa hal yang dikenal dengan istilah “SMART” yaitu harus spesifik, harus measureable (dapat diukur), harus achievebel (dapat diraih), harus realistis, dan harus ada time-bound (target waktu yang akan dipergunakan untuk mencapai target). 2. Amel : Perlu membuat strategi dan komitmen utuk melakukan strategi yang sudah ditentukan, jangan membuang waktu, memiliki rencana utama dan rencana cadangan bukan hanya sekedar banyak rencana serta memiliki prioritas dan percaya pada diri sendiri bahwa kita mampu menjalaninya. 3. Leo : Kita harus melakukan semuanya itu step by step (melakukan sesuatu yang besar dengan melakukan dari hal-hal terkecil); memiliki prioritas dalam menyusun strategi; punya tujuan yang SMART. General Review: General review dipimpin langsung oleh Dian Wibowo selaku CD pada pelatihan ini. General review dilakukan dikelompok besar dan bertempat dilapangan utama. Pada saar general review CD meminta perwakilan dari kelompok untuk membacakan hasil diskusi mengenai hal-hal yang menarik dan yang didapat selama pelatihan berlangsung. Pada akhirnya CD menyimpulkan mengenai pendapat kelompok. Adapun hasil pembelajaran yang dapat ditemukan oleh kelompok adalah, sebagai berikut: 1. Sakti : Setiap kegiatan dapat memberikan makna (evaluasi), akan diperlukan usaha untuk dapat memulai suatu pekerjaan. 2. Amel : Diperlukan strategi, percaya diri, komitmen, tidak membuang waktu, peka dengan lingkungan, komunikatif, mengkondisikan lingkungan, mempraktekkan 3 modal dasar, memiliki rencana cadangan, prioritas. Lalu kita harus mengetahui impian dan kecemasan (ketakutan) sehingga kita bisa merencanakan apa yang akan dilakukan selanjutnya. 3. Esthy : Totalitas dalam artian fokus pada hal yang harus dilakukan pada saat ini dan kini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
160
4. Bayu : Totalitas yang memiliki makna melakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuan kita. Dapat membuat perencanaan dan dengan sadar melakukanya, sehingga dapat menentukan prioritas. 5. Sakti : Menyusun hal-hal penting dan tidak penting yang berkaitan dengan tujuan (membuat to do list). Kelompok memiliki 3 kesimpulan yang disimpulkan oleh Leo dan Sakti, sebagai berikut : Step by step yakni memulai sesuatu yang besar dengan melakukan dari hal yang kecil Prioritas dalam menyusun strategi Memiliki tujuan atau impian yang “SMART” (spesifik, measureable, achieveble, realistic, time bound) Personal Action Plan & Evaluasi Pelatihan Personal Action Plan (PAP) dilakukan dilapangan utama dan dipimpin oleh CD. Peserta diminta untuk mengisi PAP dengan menggunakan kertas yang sudah diberikan format dan memasukan pada amplop peserta yang sudah berisikan mengenai Hope and Fear peserta dan kembali menitipkannya pada faslitator. Setelah pengisian PAP, CD menutup rangkaian acara. CD juga mengumumkan 2 peserta paling aktif saat mengikuti pelatihan (menurut hasil observasi peneliti) dam diberi kenang-kenangan oleh peneliti. Evaluasi pelatihan dilakukan di ruang makan dan kamar peserta karena terkendala cuaca, dimana hujan turun dengan cukup lebat, sehingga untuk pengisian evaluasi diserahkan pada fasilitator dengan tempat yang menyesuaikan. Closing Yogyakarta, 8 Maret 2013 Group Facilitator : Agung Sudarmanto Group Co.Facilitator : M. Fardian Bazra
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 22. Foto-foto Pelatihan Manajemen Waktu
161
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
162
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
163
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
164