PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.): KAJIAN TERHADAP SISTEM HEMATOLOGI PADA TIKUS JANTAN DAN BETINA
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh: Imelda Maria Korbafo NIM : 098114012
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSETUJUAN PEMBIMBING UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.): KAJIAN TERHADAP SISTEM HEMATOLOGI PADA TIKUS JANTAN DAN BETINA
Skripsi yang diajukan oleh: Imelda Maria Korbafo NIM: 098114012
Telah disetujui oleh:
Pembimbing:
Phebe Hendra M. Si., Ph.D., Apt. Tanggal 23 Mei 2013
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PENGESAHAN
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ketakutan kita terdalam adalah bukan karena kita tidak cakap. Ketakutan kita terdalam adalah kekuatan kita dalam mengukur. Kita bertanya pada diri kita sendiri: siapa aku sehingga aku cerdas, hebat, berbakat dan menakjubkan? Sebenarnya, Siapa sebenarnya dirimu? Kita dilahirkan untuk membuat manifestasi kemuliaan Tuhan dalam diri kita. Dan begitu kita biarkan cahaya kita menyala. Kita tanpa sadar berikan orang lain kesempatan untuk lakukan hal yang sama. (Kutipan dari Film “Akeelah and the Bee”) Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal (Kitab Yeremia 31:3b)
Kupersembahkan karya ini kepada: Hati Kudus Yesus dan Hati Kudus Maria atas cinta kekal yang senantiasa menyertai peziarahan saya Persaudaraan konggregasi Franciscanae Filiae Sanctissimae Cordis Jesus et Mariae (FCJM) atas dukungan doa, kepercayaan serta kesempatan pada saya untuk mengembangkan diri Bapak, mama dan adik-adik yang mendoakan dan mengasihiku Para sahabat yang Tuhan hadiahkan bagi saya Almamater tercinta
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
Yogyakarta, 20 Mei 2013 Penulis
(Imelda Maria Korbafo )
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Imelda Maria Korbafo NIM
: 098114012
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: ”Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.): Kajian Terhadap Sistem Hematologi Pada Tikus Jantan dan Betina” Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 23 Mei 2013 Yang menyatakan
Imelda Maria Korbafo
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur pada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas berkat dan kasih setia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak (Annona Muricata L.): Kajian Terhadap Sistem Hematologi Pada Tikus Jantan dan Betina” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam rasa syukur ini pula, penulis mengucapkan terima kasih berlimpah kepada semua pihak yang dengan ketulusan hatinya berkenan membimbing dan menyemangati penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2.
Ibu Phebe Hendra M. Si., Ph.D.,Apt., selaku Dosen Pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang bermanfaat hingga terselesainya skripsi ini.
3.
Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan, perhatian, kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.
4.
Bapak
Ipang Djunarko, M. Sc.,Apt, selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat demi penyempurnaan skripsi ini.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.
Para karyawan dan laboran Farmakologi-Toksikologi (Mas Kayat, Mas Parjiman dan Mas Heru) dan laboran-laboran lainnya, yang telah banyak membantu selama penelitian ini.
6.
Persaudaraan Kongregasi FCJM dan Dewan Pimpinan Provinsi Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu, dukungan doa.
7.
Teman-teman angkatan 2009 khususnya kelas A, spesial teman-teman tim Annona muricata L. (Veronica Dita Ayuningtyas, Niken Ambar Sayekti, Apriliawati Galuh, Christiana Lambang Kristanti, Elisabeth Raras Pramudita, Meita Eryanti) yang baik hatinya memberikan senyum ceria dan semangat kebersamaan. Semangat jiwa muda yang pantang menyerah dalam menggapai cita dan mimpi masing-masing diberkati oleh Yang Maha Kuasa.
8.
Semua pihak yang terlibat, yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini sangat diharapkan. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat menjadi sumbangan kecil bagi ilmu kefarmasian.
Yogyakarta, 20 Mei 2013 Penulis
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. vi PRAKATA ............................................................................................................ vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xx DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xxiv INTISARI........................................................................................................... xxvi ABSTRACT ........................................................................................................ xxvii BAB I. PENGANTAR ............................................................................................1 A. Latar Belakang .............................................................................................1 1. Perumusan masalah .................................................................................4 2. Keaslian penelitian ..................................................................................5 3. Manfaat penelitian ....................................................................................6 ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B.
Tujuan Penelitian..........................................................................................6 1. Tujuan umum...........................................................................................6 2. Tujuan khusus ..........................................................................................6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................................7 A. Tanaman Sirsak (Annona muricata L.) ........................................................7 1. Daerah asal dan penyebaran ....................................................................7 2. Nama daerah ............................................................................................7 3. Jenis tanaman sirsak di Indonesia ............................................................8 4. Sistematika ..............................................................................................9 5. Morfologi .................................................................................................9 6. Kandungan kimia..................................................................................11 7. Khasiat dan kegunaan ............................................................................12 8. Efek samping .........................................................................................13 B.
Sediaan Infusa ............................................................................................14 1. Pengertian infusa ...................................................................................14 2. Pembuatan infusa...................................................................................14
C.
Sistem Hematologi .....................................................................................15
D. Jenis-Jenis Sel Darah ..................................................................................15 1. Sel darah merah (eritrosit) .....................................................................15 2. Sel darah putih (leukosit) .......................................................................17 3. Trombosit ...............................................................................................20
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
E.
Cairan Plasma Darah ..................................................................................21
F.
Pemeriksaan Terhadap Sistem Hematologi (Hitung Darah Lengkap) .......22 1. Tes sel darah merah ...............................................................................23 2. Tes sel darah putih .................................................................................25 3. Pemeriksaan trombosit ..........................................................................26
G. Toksisitas ....................................................................................................26 1. Definisi toksikologi ..............................................................................27 2. Asas umum toksikologi .........................................................................28 3. Mekanisme, wujud, dan sifat efek toksik racun ....................................28 4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketoksikan racun ...........................29 5. Uji ketoksikan ........................................................................................30 H. Toksisitas Subkronis ..................................................................................30 I.
Darah Sebagai Target Efek Toksik ............................................................32
J. Keterangan Empiris .......................................................................................33 BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................34 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................34 B.
Variabel dan Definisi Operasional .............................................................34 1. Variabel penelitian .................................................................................34 2. Definisi Operasional ..............................................................................35
C.
Alat dan Bahan Penelitian ..........................................................................36 1. Alat penelitian .......................................................................................36 2. Bahan Penelitian ....................................................................................37 xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D. Tata Cara Penelitian ...................................................................................38 1. Determinasi daun sirsak.........................................................................38 2. Pengumpulan bahan uji daun sirsak ......................................................38 3. Pembuatan simplisia serbuk daun sirsak ...............................................39 4. Penetapan kadar air daun sirsak............................................................39 5. Penetapan dosis infusa daun sirsak ........................................................39 6. Pembuatan infusa daun sirsak................................................................41 7. Penyiapan hewan uji ..............................................................................41 8. Prosedur pelaksanaan penelitian............................................................41 9. Pengamatan ............................................................................................42 E.
Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian .......................................................42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................44 A. Hasil Determinasi Tanaman .......................................................................44 B.
Penetapan Kadar Air Daun Sirsak ..............................................................45
C.
Hasil Uji Toksisitas Subkronik Infusa Daun Sirsak Terhadap Sistem Hematologi Tikus Jantan dan Betina..........................................................46 1. Hasil pemeriksaan sistem hematologi pada tikus jantan .......................48 2. Hasil pemeriksaan kadar hematologi secara lengkap pada tikus betina .....................................................................................................80
D. Pengamatan Perubahan Berat Badan Tikus Jantan dan Betina Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak ..................................................................108
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
E.
Pengamatan Terhadap Jumlah Konsumsi Makan
Akibat Perlakuan
Infusa Daun Sirsak ...................................................................................111 F.
Pengamatan Terhadap Jumlah Konsumsi Minum
Akibat Perlakuan
Infusa Daun Sirsak ...................................................................................113 G. Rangkuman Pembahasan ..........................................................................115 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................124 A. Kesimpulan .................................................................................................124 B. Saran ............................................................................................................124 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................125 LAMPIRAN .........................................................................................................128 BIOGRAFI PENULIS .........................................................................................156
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hemoglobin tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM ........................................................................................... 51 Tabel II. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus jantan setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ..................................................................... 52 Tabel III. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eritrosit darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM ............................................................................................ 53 Tabel IV. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ....................................................................................... 54 Tabel V. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hematokrit tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk mean±SEM ........................................................................................... 55 Tabel VI. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ....................................................................................... 56 Tabel VII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar leukosit darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM ........................................................................................... 57 Tabel VIII. Hasil uji Scheffe kadar leukosit tikus jantan setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari .................................................................... 58
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel IX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCV darah tikus jantan tiap kelompok dalam bentuk Mean±SEM ... 60 Tabel X. Hasil uji Scheffe kadar MCV setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ..................................................................................... 60 Tabel XI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCH darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM ........................................................................................... 61 Tabel XII. Hasil uji Scheffe kadar MCH setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ....................................................................................... 62 Tabel XIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCHC
darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk
Mean±SEM ........................................................................................ 64 Tabel XIV. Hasil uji Scheffe kadar MCHC setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari .................................................................................... 64 Tabel XV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar RDW darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam benttuk Mean±SEM ........................................................................................ 66 Tabel XVI. Hasil uji Scheffe kadar RDW setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari .................................................................................... 67 Tabel XVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar trombosit
(PLT) darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam
bentuk Mean±SEM ............................................................................ 69
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel XVIII. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ............................................................ 69 Tabel XIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar limfosit darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM .................................................................................... 71 Tabel XX. Hasil uji Scheffe kadar limfosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari .................................................................................... 72 Tabel XXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar monosit tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM ........................................................................................ 73 Tabel XXII. Hasil uji Scheffe kadar monoosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ........................................................................ 74 Tabel XXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar neutrofil darah tikus jantan tiap kelompok....................................... 76 Tabel XXIV. Hasil uji Mann-Whitney kadar neutrofil setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari .............................................................. 76 Tabel XXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eosinofil darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM ................................................................................... 77 Tabel XXVI. Hasil uji Mann-Whitney kadar
eosinofil tikus jantan
setelah
pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari .............................. 78
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel XXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hemoglobin tikus betina tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk Mean±SEM ....................................................................... 81 Tabel XXVIII. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari.................................................. 81 Tabel XXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eritosit (RBC) tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM ................................................................................... 85 Tabel XXX. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit (RBC) tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ................................................... 85 Tabel XXXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hematokrit (HCT) tikus betina tiap kelompok perlakuan disajikan dlm bentuk Mean±SEM.................................................................. 87 Tabel XXXII. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit (HCT) tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ................................. 87 Tabel XXXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar leukosit (WBC) tikus betina tiap kelompok ................................... 89 Tabel XXXIV. Hasil uji Scheffe kadar leukosit (WBC) tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ................................. 90 Tabel XXXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCV tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM ..................................................................................... 91
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel XXXVI. Hasil uji Scheffe kadar MCV tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ........................................................... 92 Tabel XXXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCH tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM ................................................................................ 93 Tabel XXXVIII. Hasil uji Scheffe kadar MCH tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ............................................. 94 Tabel XXXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCHC tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM ............................................................................................. 95 Tabel XL. Hasil uji Scheffe kadar MCHC tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ................................................................. 96 Tabel XLI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar RDW tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM ............................................................................................................. 97 Tabel XLII. Hasil uji Scheffe kadar RDW tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ............................................................... 98 Tabel XLIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar Trombosit (PLT) tikus betina tiap kelompok ................................ 99 Tabel XLIV. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ............................... 100 Tabel XLV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar Limfosit tikus betina tiap kelompok ............................................. 101
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel XLVI. Hasil uji Scheffe kadar limfosit tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ............................................................ 102 Tabel XLVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar neutrofil tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM ......................................................................................... 103 Tabel XLVIII. Hasil uji Scheffe kadar neutrofil tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari .............................................. 104 Tabel XLIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar monosit tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM ................................................................................... 105 Tabel L. Hasil uji Mann-Whitney kadar monosit tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ....................................................... 105 Tabel LI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eosinofil darah tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM ................................................................................................. 106 Tabel LII. Hasil uji Mann-Whitney kadar eosinofil tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari...................................................... 107 Tabel LIII. Purata berat badan±SEM tikus jantan hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28 akibat perlakuan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest ......................................................................................................... 108 Tabel LIV. Purata berat badan±SEM Tikus Betina hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28 akibat pemejanan dan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest ........................................................................................... 109
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar hemoglobin tikus jantan antar kelompok perlakuan ... 51 Gambar 2. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar eritrosit tikus jantan antar kelompok perlakuan ......... 54 Gambar 3. Diagram batang rata-rata ± SEMpengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar hematokrit tikus jantan antar kelompok perlakuan ............................................................................................. 56 Gambar 4. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar leukosit tikus jantan antar kelompok perlakuan ......... 58 Gambar 5. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar MCV tikus jantan antar kelompok perlakuan .. 60 Gambar 6. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar MCH tikus jantan antar kelompok perlakuan .. 62 Gambar 7. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar MCHC tikus jantan antar kelompok perlakuan 64 Gambar 8. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar RDW tikus jantan antar kelompok perlakuan .. 67 Gambar 9. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar trombosit (PLT) tikus jantan antar kelompok perlakuan ............................................................................................. 69
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 10. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar limfosit tikus jantan antar kelompok perlakuan 71 Gambar 11. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar monosit tikus jantan antar kelompok perlakuan74 Gambar 12. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar neutrofil tikus jantan antar kelompok perlakuan ............................................................................................................. 76 Gambar 13. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar eosinofil tikus jantan antar kelompok perlakuan ............................................................................................................. 77 Gambar 14. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar hemoglobin tikus betina antar kelompok perlakuan ............................................................................................. 81 Gambar 15. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar eritrosit tikus betina antar kelompok perlakuan 85 Gambar 16. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar hematokrit (HCT) tikus betina antar kelompok perlakuan ............................................................................................. 87 Gambar 17. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar leukosit (WBC) tikus betina antar kelompok perlakuan ............................................................................................. 89 Gambar 18. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar MCV tikus betina antar kelompok perlakuan .. 92
xxi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 19. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar MCH tikus betina antar kelompok perlakuan .. 94 Gambar 20. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar MCHC tikus betina antar kelompok perlakuan 96 Gambar 21. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar RDW tikus betina antar kelompok perlakuan .. 98 Gambar 22. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar trombosit (PLT) tikus betina antar kelompok perlakuan ........................................................................................... 100 Gambar 23. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar limfosit tikus betina antar kelompok perlakuan ........................................................................................................... 102 Gambar 24. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar neutrofil tikus betina antar kelompok perlakuan ........................................................................................................... 103 Gambar 25. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar monosit tikus betina antar kelompok perlakuan ........................................................................................................... 105 Gambar 26. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar eosinofil tikus betina antar kelompok perlakuan ........................................................................................................... 106 Gambar 27. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian infusa daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada tiap kelompok dosis 110
xxii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 28. Grafik perubahan berat badan tikus betina selama pemberian infusa daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada sesuai kelompok dosis ........................................................................................................... 110 Gambar 29. Grafik jumlah asupan makan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari ................................................................ 112 Gambar 30. Grafik jumlah asupan makan tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari ................................................................ 112 Gambar 31. Grafik jumlah asupan minum tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak ......................................................................................... 114 Gambar 32. Grafik jumlah asupan minum tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak ......................................................................................... 114
xxiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi ....................................................... 128 Lampiran 2. Hasil kunci determinasi tanaman sirsak (Annona muricata L.) ..... 129 Lampiran 3. Gambar tanaman sirsak dan daun sirsak......................................... 129 Lampiran 4. Foto serbuk kering simplisia daun sirsak dan infusa daun sirsak ... 130 Lampiran 5. Gambar rangkaian alat destilator (destilasi toluen) ........................ 130 Lampiran 6. Surat keterangan Ethical Clearence ............................................... 131 Lampiran 7. Perhitungan bobot tetap daun sirsak ............................................... 132 Lampiran 8. Perhitungan rendemen daun sirsak ................................................. 132 Lampiran 9. Perhitungan kadar air dalam daun sirsak ........................................ 132 Lampiran 10. Perhitungan penetapan peringkat dosis infusa daun sirsak pada tiap kelompok perlakuan ....................................................................... 132 Lampiran 11. Uji Normalitas Sistem Hematologi Tikus Jantan Sesudah Perlakuan Infusa Daun Sirsak Selama 30 Hari ............................................... 134 Lampiran 12. Uji Normalitas Sistem Hematologi Tikus Betina Sesudah Perlakuan Infusa Daun Sirsak Selama 30 Hari ............................................... 134 Lampiran 13. Uji T-Test Kadar Eritrosit (RBC) Tikus Jantan........................ 135 Lampiran 14. Uji statistik one way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus jantan ... 136 Oneway
136
Lampiran 15. Uji T-Test Kadar Eritrosit (RBC) Tikus Betina ........................ 137 Lampiran 16. Uji statistik One Way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus betina .. 138 Oneway
138
xxiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 17. Uji Paired T-Test Kadar Eosinofil Tikus jantan .......................... 140 Lampiran 18. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis kadar eosinofil tikus jantan .............................................................................................. 141 Lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus jantan .................................................................................... 142 Lampiran 20. Uji Paired T-Test Kadar Eosinofil Tikus Betina ......................... 151 Lampiran 21. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis kadar eosinofil tikus betina .............................................................................................. 151 Lampiran 22. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus betina .................................................................................... 152
xxv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Makin maraknya penggunaan daun sirsak di masyarakat sebagai obat terutama untuk pengobatan kanker, menjadikan masyarakat mengkonsumsi daun sirsak dalam jangka panjang. Namun belum diketahui secara ilmiah tentang keamanan daun sirsak bila dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wujud efek toksik infusa daun sirsak pada sistem hematologi secara subkronis. Penelitian menggunakan metode eksprimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Subjek uji yang digunakan adalah tikus putih galur Sprague Dawley umur 2-3 bulan, kisaran berat badan 150-250 gram. Sebanyak 50 ekor tikus dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, yaitu empat kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol, setiap kelompok terdiri dari 5 jantan dan 5 betina. Kelompok perlakuan diberikan infusa daun sirsak dengan dosis 108; 180; 301; 503 mg/kgBB dan kontrol aquadest 8333 mg/kgBB, selama 30 hari. Dilakukan pemeriksaan sistem hematologi pada hari ke-0 dan hari ke-31 dan pengamatan terhadap berat badan, asupan makan dan minum setiap harinya. Analisis menggunakan One way Anova dan uji scheffe (distribusi data normal), uji Kruskal Wallis dan Mann-Whitney (distribusi data tidak normal). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap perubahan sistem hematologi dan tidak ditemukan adanya hubungan kekerabatan antara dosis dengan spektrum efek toksik. Kata kunci: Annona muricata L., toksisitas subkronis
daun sirsak, infusa,
xxvi
sistem hematologi,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Increasing usage of Annona muricata L. leaves by people as medicine especially for cancer treatment makes people consume it for long period. But, it has not been examined scientifically for its safety when it is being consumed for long period. So, this study is intended to identify subchronic effect of soursop leaves infusion toxicity upon hematology system. This study uses pure experimental method with complete direct current random plan pattern. Subject research is white Sprague-Dawley rat, 2-3 months of age, 150-250 gram in weight. Fifty rats are divided into 5 groups randomly, four treatment-groups and one control-group. Every group consists of 5 female and 5 male. Treatment groups are given soursop leaves infusion with 108; 180; 301; 503 mg/kg body weight dose and water (aquadest) for control group for 30 days. Examination on hematology system is done on 0th and 31th day and weight observation, meal, and drink examinations are done daily. The analysis uses one way Anova and Scheffe test (normal data distribution), Kruskal Wallis test, and Mann-Whitney (abnormal data distribution). The research result shows that soursop leaves infusion treatment for 30 days does not give significant change on hematology system and no relationship is found between the dosage and toxic effect spectrum. Key words: Annona muricata L. soursop leaves infusa, hematology system, sub-chronic toxicity
xxvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman obat-obatan. Hal ini didukung oleh kondisi alam yang subur sehingga tanaman mudah tumbuh dengan baik di berbagai daerah di Indonesia. Penggunaan tanaman sebagai obat tradisional makin marak dimasyarakat khususnya masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Selain itu dengan adanya isu back to nature di dunia barat yang kembali mengakui tradisi pengobatan timur khususnya Asia yakni pengobatan menggunakan tanaman sebagai obat atau pengobatan menggunakan bahan alam menyebabkan meluasnya penggunaan tanamantanaman yang berkhasiat obat. Obat tradisional merupakan obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahanbahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Depkes RI, 2003). Salah satu dari tanaman yang berkhasiat obat adalah tanaman sirsak. Secara khusus, daun sirsak akhir-akhir ini digunakan sebagai obat tradisional yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Air rebusan daun sirsak/infusa daun sirsak yang dikonsumsi di masyarakat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit atau untuk mencegah penyakit dapat memberikan efek farmakologis misalnya sebagai antikanker, antiplasmodik,
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
antidiare, antidiabetes, dan memiliki efek hepatoprotektif (Arthur, Woode, Terlabi dan Larbie 2011). Pengetahuan masyarakat tentang obat tradisional dapat mencegah, menyembuhkan, memulihkan kesehatan dan meningkatkan kesehatan menjadikan masyarakat mengkonsumsi obat tradisional tersebut secara terus-menerus. Padahal tidak menutup kemungkinan bahwa penggunaan terus-menerus dari obat tradisional tersebut dapat menyebabkan toksisitas. Telah dilakukan penelitian mengenai kegunaan dan kandungan kimia daun sirsak
oleh Mc. Laughin, Liau, dan Alali, (1999) terutama sebagai
antikanker karena mengandung senyawa acetogenins. Kebiasaan masyarakat mengkonsumsi air rebusan daun sirsak dalam jangka waktu yang lama tanpa pengetahuan mengenai dosis yang benar. Belum banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar dosis yang aman jika daun sirsak dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Sistem hematologi/darah merupakan salah satu organ penting dalam tubuh makhluk hidup. Peranan darah dalam tubuh adalah sebagai berikut: sebagai pengangkut/pengedar sari makanan, pengedar hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin yang dilakukan oleh plasma darah, sebagai penyedia bahan pelindung terhadap serangan kuman/mikroorganisme dilakukan oleh sel darah putih, sebagai pengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh sel-sel darah merah, menutupi luka yang dilakukan oleh keping-keping darah dan menjaga kestabilan suhu tubuh (Pearce, 2009). Sistem hematologi/darah yang demikian penting peranannya dalam tubuh, apabila terpapar senyawa-senyawa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
yang dikonsumsi dalam dosis besar yang menyebabkan ketoksikan sistem hematologi/darah maka akan sangat mempengaruhi fungsi dan peranannya tersebut. Pengaruh efek toksik dari senyawa-senyawa dapat berupa perubahan kadar sistem hematologi/darah baik peningkatan maupun penurunan kadar yang tidak sesuai dengan range normal. Sebagai contoh, salah satu komponen darah yakni leukosit. Leukosit berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Jika terjadi peningkatan
leukosit
(leukositosis)
menyebabkan
inflamasi/radang
akut.
Peningkatan leukosit yang sangat tinggi dapat djumpai pada penderita kanker post operasi. Jika terjadi penurunan jumlah leukosit (leukopenia) sistem kekebalan tubuh berkurang untuk melawan kuman penyakit. Leukopenia biasanya disebabkan oleh infeksi virus, leukemia atau disebabkan oleh konsumsi obat antimetabolit, antibiotik, kemoterapi, dan antikonvulsan. (Depkes RI, 2011). Penelitian Arthur et al, (2011) telah melaporkan mengenai uji toksisitas akut dan subkronis ekstrak air daun sirsak (Annona muricata Linn.) yang diberikan pada mencit selama 14 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan limfosit seiring dengan peningkatan dosis namun perubahan tersebut tidak signifikan baik pada jumlah limfosit maupun jumlah White Blood Cell (WBC). Penggunaan air rebusan daun sirsak dalam jangka panjang sebagai anti kanker pada masyarakat membutuhkan informasi ketoksikan jangka panjang. Oleh karena itu, perlu adanya uji toksisitas secara subkronik selama 30 hari pada sistem hematologi/darah tikus yang mencakup nilai hemoglobin, eritrosit,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
hematokrit, RDW (red blood cell distribution width), MCV (mean corpuscular volum), MCH (mean corpuscular hemoglobin), MCHC (mean corpuscular hemoglobin concentration), trombosit (PLT),
leukosit,
limfosit, eosinofil,
monosit, neutrofil, basofil, LED jam I dan LED jam II. Adapun perubahan sistem hematologi merupakan perubahan/kekacauan biokimia yang merupakan salah satu wujud efek toksik. Wujud efek toksik berupa perubahan biokimia ini, dapat menyebabkan peningkatan atau pengurangan aktivitas pada sistem hematologi. Perubahan/kekacauan biokimiawi biasanya merupakan salah satu tahap awal menuju perubahan/kekacauan struktural akibat efek toksik (Donatus, 2001). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat luas agar dapat mengetahui efek toksik yang dapat ditimbulkan pada sistem hematologi/darah akibat konsumsi infusa daun sirsak secara berulang dalam jangka waktu yang lama dengan mengevaluasi perubahan kadar pada sistem hematologi/ darah. 1. Perumusan masalah a. Seberapa besar wujud efek toksik yang dapat ditimbulkan infusa daun sirsak berupa perubahan/kekacauan biokimia sistem hematologi tikus jantan dan betina yang dievaluasi dari perubahan kadar sistem hematologi? b. Apakah terdapat hubungan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak yang diberikan secara subkronik dengan perubahan kadar sistem hematologi pada tikus jantan dan betina?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
2. Keaslian penelitian Penelitian-penelitian yang telah dipublikasikan tentang penggunaan sirsak adalah sebagai berikut: a. Sirsak (Annona muricata L.): Hematologi Darah dan Biokimia Serum pada Tikus Sprague Dawley (Syahida, Maskat, Suri, Mamot, and Hadijah, 2012). Penelitian ini dilakukan secara in vivo, yang dilakukan selama 28 hari pada dosis bertingkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daging buah Annona muricata L. tidak menimbulkan efek negatif terhadap sistem hematologi meskipun terdapat adanya peningkatan secara signifikan secara statistik (p<0,05) pada platelet. Hasil uji biokimia serum menunjukkan bahwa ekstrak Annona muricata L. tidak menimbulkan gagal hati dan ginjal. Total antioxidant status (TAS) menunjukkan peningkatan signifikan seiring peningkatan dosis. Namun, peningkatan ini masih dalam batas normal. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian dilakukan dengan menggunakan bahan uji ekstrak daging buah sirsak sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan bahan uji berupa infusa daun sirsak. b. Uji toksisitas akut dan subkronik ekstrak air Annona muricata Linn. terhadap hewan (Arthur et al., 2011). Penelitian ini dilakukan hanya dalam waktu 14 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan limfosit seiring dengan peningkatan dosis namun perubahan tersebut tidak signifikan baik pada jumlah limfosit maupun jumlah WBC (white blood cell). Menurut penulis, penelitian selama 14 hari belum dapat menggambarkan potensi ketoksikan infusa daun sirsak karena konsumsi infusa daun sirsak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
dimasyarakat dalam jangka waktu lama lebih dari 14 hari. Dan berdasarkan penelusuran, sejauh penulis ketahui belum dilakukan penelitian uji toksisitas subkronis infusa daun sirsak (Annona muricata L.): kajian terhadap sistem hematologi pada tikus jantan dan betina selama 30 hari. 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis. Memberikan informasi mengenai toksisitas subkronis infusa daun sirsak terhadap sistem hematologi. b. Manfaat praktis. Memberikan informasi pada masyarakat luas, mengenai keamanan infusa daun sirsak yang dikonsumsi dalam jangka waktu lama tentang wujud efek toksik berupa perubahan/kekacauan biokimia terhadap sistem hematologi yang dievaluasi dari perubahan kadar sistem hematologi dan menilai hubungan efek toksik dan dosis.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya efek toksik infusa daun sirsak yang diberikan secara subkronik.
2. Tujuan khusus a. Untuk mengungkapkan wujud efek toksik infusa daun sirsak berupa perubahan/kekacauan biokimia terhadap sistem hematologi yang dievaluasi dari perubahan kadar sistem hematologi. b. Untuk mengungkapkan kekerabatan dosis infusa daun sirsak yang diberikan secara
subkronik
terhadap
perubahan
sistem
hematologi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Sirsak (Annona muricata L.) 1. Daerah asal dan penyebaran Tanaman sirsak merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan berbuah sepanjang tahun. Tanaman sirsak ini diperkirakan berasal dari Karibia, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Tanaman sirsak kemudian menyebar hampir ke seluruh benua (Muktiani, 2011). Di Indonesia, tanaman sirsak tumbuh baik pada dataran rendah beriklim kering maupun daerah beriklim basah pada ketinggian 1000 meter dari permukaan laut. Tanaman sirsak yang terdapat di Indonesia didatangkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada abad ke-19. Oleh karena itu, sebutan atau nama lain yang dari tanaman sirsak di Indonesia dikenal dengan nangka belanda atau durian belanda (Muktiani, 2011). 2. Nama daerah Nama sirsak di Indonesia berasal dari bahasa Belanda zuurzak yang berarti ”kantung asam” (Rahima, 2011). Penyebaran tanaman sirsak yang begitu meluas di Indonesia menjadikan sirsak disebutkan dalam berbagai bahasa daerah. Di beberapa daerah di Indonesia, sirsak dikenal dengan beberapa nama yang berbeda yaitu: nangka sebrang/nangka landa (Jawa), jambu landa (Lampung), deureuyan belanda (Aceh), durian betawi (Minangkabau), srikaya jawa (Bali), nangka buris (Madura), nangka walanda/sirsak (Sunda), durio ulondro (Nias) (Rukmana dan Yuniarsih, 2001 ). 7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
3. Jenis tanaman sirsak di Indonesia Ada 4 jenis sirsak yang dikenal di Indonesia yang memiliki rasa yang berbeda yakni: sirsak Ratu, sirsak biasa, sirsak Bali, sirsak Mandalika. Jenis sirsak Ratu dikembangkan di pelabuhan Ratu, Sukabumi (Jawa Barat), sehingga akhirnya dikenal sebagai sirsak Ratu. Buah sirsak Ratu memiliki rasa yang manis. Pada jenis sirsak biasa bercita rasa masam manis dan memiliki kemiripan tampilan seperti sirsak Ratu. Ciri khas (spesifikasi) sirsak Ratu adalah buahnya berukuran kecil sampai besar, berkulit licin dan berduri, dengan daging buah bertepung. Perubahan warna kulit buah sirsak Ratu dari stadium mentah ke stadium matang (masak) berlangsung lambat (Rukmana dan Yuniarsih, 2001 ). Selanjutnya sirsak Bali dikenal dengan nama sirsak gundul karena berkulit licin, tidak berduri dan memiliki rasa masam manis. Karakteristik sirsak Bali buahnya berukuran kecil dengan berat per buah berkisar antara 200-300 gram. Stadium matang ditandai dengan kulit buah yang berwarna coklat kekuningkuningan. Sirsak Bali berasal dari Bali. Laju pertumbuhan sirsak Bali lebih cepat dibandingkan dengan jenis sirsak lainnya (Rukmana dan Yuniarsih, 2001 ). Sirsak biasa memiliki tampilan yang mirip dengan sirsak Ratu. Buah sirsak jenis ini berukuran kecil sampai besar, berkulit licin dan berduri, dengan daging buah yang tidak bertepung, berkadar air tinggi, dan berasa asam manis. Proses matangnya buah sirsak biasa berlangsung cepat (Rukmana dan Yuniarsih, 2001 ).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
Sirsak Mandalika memiliki karakteristik amat mirip dengan sirsak Ratu atau sirsak biasa berasa manis namun berbeda dalam hal jarak duri-duri kulit buah yang jarang dan berbiji banyak (Rukmana dan Yuniarsih, 2001). 4. Sistematika Sistematika tanaman sirsak (Annona muricata L.) sebagai berikut: Kingdom
: Plantae (tanaman)
Subkingdom
: Tracheobionta (tanaman berpembuluh)
Superdivisio
: Spermatohyta (menghasilkan biji)
Divisio
: Magnoliophyta (tanaman berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida/Dicotyledonae (berkeping dua)
Subkelas
: Magnoliidae
Ordo
: Magnoliales
Family
: Annonaceae
Genus
: Annona
Species
: Annona muricata L. (Plantamor, 2008).
5. Morfologi Pemerian daun sirsak secara makroskopik pada daun sirsak berupa daun tunggal, warna kehijauan sampai hijau kecoklatan, helaian daun seperti kulit, bentuk bundar panjang, lanset atau bundar telur terbalik, panjang helaian daun 6 cm sampai 18 cm, lebar 2 cm sampai 6 cm. Ujung daun meruncing pendek, pangkal daun runcing, tepi rata; panjang tangkai daun lebih kurang 0,7 cm,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
permukaan licin agak mengkilat, tulang daun menyirip, ibu tulang daun menonjol pada permukaan bawah (Depkes RI, 1995). Pemerian daun sirsak secara mikroskopik meliputi:
penampang
melintang melalui tulang daun tampak sel epidermis atas bentuk empat persegi panjang dengan dinding bergelombang, kutikula tebal; sel epidermis bawah lebih kecil dari pada atas, bentuk tidak beraturan dengan dinding bergelombang, terdapat stomata, rambut penutup bentuk lurus, terdiri dari 2 sel sampai 3 sel, ujung tumpul (Depkes RI, 1995). Serbuk daun sirsak berwarna kehijauan. Fragmen pengenalnya adalah epidermis atas bentuknya tidak beraturan, dinding bergelombang terdapat stomata tipe anomositik, rambut penutup panjang, dinding tebal, lumen tebal, fragmen pembuluh kayu dengan penebalan tangga, sel batu bundar,
fragmen mesofil
dengan palisade; mesofil dengan sel sekresi bentuk bundar dinding tebal; fragmen parenkim bernokhtah (Depkes RI, 1995). Bunga tanaman sirsak termasuk bunga tunggal (flos simplex). Dalam satu bunga terdapat banyak putik. Bunga berukuran besar, dengan mahkota berjumlah 6 dan sepalum yang terdiri atas 2 lingkaran. Tiga daun mahkota lingkar luar lebih tebal dan besar sedangkan tiga daun mahkota lingkar dalam berukuran lebih kecil. Bunga berwarna kuning keputih-putihan (Muktiani, 2011). Buah tanaman sirsak termasuk buah sejati yaitu buah yang berasal dari satu buah dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah. Buah sirsak memiliki duri sisik yang halus. Apabila buah sudah tua, daging buah berwarna putih, lembek, dan berserat dengan banyak biji berwarna coklat kehitaman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
Bentuk buah bagian ujung agak membulat dengan diameter ± 5 cm, diameter bagian tengah ± 7 cm, serta panjang buah ± 17 cm. Kerapatan duri maksimal 4 cm (diukur pada bagian buah yang durinya paling jarang). Buah yang sudah tua/matang berwarna hijau agak kekuningan dan mengkilap (Muktiani, 2011). Biji berwarna coklat kehitaman, keras, berujung tumpul, permukaan halus mengkilat dengan ukuran panjang kira-kira 16,8 mm dan lebar 9,6 mm. Batang tanaman sirsak berkayu keras dengan arah cabang tidak menentu. Ketinggian batang mencapai 8-10 meter dengan diameter batang 10-30 cm. Akar tanaman sirsak dapat menembus tanah hingga kedalaman 2 meter, memiliki akar samping yang banyak dan kuat (Muktiani, 2011). 6. Kandungan kimia Pada kulit batang mengandung senyawa tanin, fitosterol, Ca-oksalat, muricine dan alkaloid. Biji sirsak mengandung reticuline, solamin, anomuricin, anomurine. Buah sirsak yang kaya serat mengandung karbohidrat. Salah satu jenis karbohidrat yang terkandung dalam buah sirsak adalah gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) dengan kadar 81,9-93,6 persen dari kandungan gula total (Muktiani, 2011). Pada buah sirsak terdapat pula aroma asam yang berasal dari asam organik non volatil terutama asam malat, asam sitrat, dan asam isositrat. Pada buah sirsak segar dapat ditemukan minyak atsiri yang mengandung monoterpen dan seskuiterpen seperti calarene, α-caryophyllene, 1,8-cineole, linalool, R-terpineol, linalyl propionate (Bicas, Molina, Dionisio, Baros, Wagner, and Marostico, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Melalui
12
analisis kualitatif fitokimia pada serbuk daun sirsak, Pathak,
Saraswathy, Vora dan Savai (2010), telah melaporkan bahwa daun sirsak mengandung metabolit sekunder berupa steroid, tannin dan glikosida jantung. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mc Laughin et al. pada tahun 1999, daun sirsak mengandung acetogenins yang merupakan kumpulan senyawa aktif seperti muricatosin A, muricatosin B, annomuricin E, muricapentocin, annopentocin A, annopentocin B, dan annopentocin C. 7. Khasiat dan kegunaan Semua bagian tanaman sirsak mempunyai khasiat dan kegunaan, mulai dari kulit kayu, akar, daun, daging buah, hingga bijinya. Buah sirsak merupakan sumber vitamin dan mineral dengan rasa yang menyegarkan. Buah sirsak yang kaya serat dapat bermanfaat untuk melancarkan pencernaan (antisembelit), meningkatkan nafsu makan, anti-skorbut (kekurangan vitamin C) (Rukmana, 2001). Di negara Brazil, bunga sirsak digunakan untuk mengobati penyakit saluran pernapasan (bronchitis). Kombinasi bunga, daun dan akar dapat menyembuhkan sakit di dada. Kulit batang yang direbus dapat memperbaiki kerja jantung, mengobati hipertensi sedangkan biji sirsak bermanfaat untuk mengatasi masuk angin dan dapat digunakan sebagai pestisida nabati (Muktiani, 2011). . Dalam The Journal of Natural Product (1999), mengungkapkan riset terhadap daun sirsak yang berguna sebagai antikanker. Dalam uji in vitro oleh Mc. Laughin, terbukti keampuhan daun sirsak pada beragam sel kanker seperti sel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
kanker paru-paru, sel kanker payudara, sel kanker usus, sel kanker ginjal, sel kanker prostat dan sel kanker pankreas (Mc Laughin et al., 1999). Daun sirsak mengandung minyak esensial dengan efek parasitisidal, antidiare, rheumatological dan anti-neuralgik. Infusa air matang daun memiliki sifat anti-plasmodik, membantu mengobati diabetes dan gangguan lambung, penyakit kuning dan digunakan dalam mengobati aliments ginjal. Daunnya juga memiliki sifat hepatoprotektif terhadap kerusakan yang diinduksi oleh karbontetraklorida dan acetaminophen (Arthur et al., 2011). Acetogenins menghambat proses mitosis sel kanker dengan menghambat pembentukan adenosin trifospat (ATP) dengan cara menempel pada reseptor dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria yang dapat menyebabkan produksi energi dalam sel kanker terhenti, dengan demikian sel kanker mengalami kematian (Mc Laughin et al., 1999). 8. Efek samping Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa konsumsi sirsak
ditoleransi dengan baik namun konsumsi dosis tinggi sirsak dapat
menyebabkan gangguan pencernaan, hipotensi, disfungsi saraf yang menyebabkan gangguan neurologis, dan myeloneuropathy dari saraf optik. Selain itu, dilaporkan bahwa sirsak menunjukkan aktivitas stimulan rahim dalam studi hewan (tikus) oleh karena itu tidak boleh digunakan selama kehamilan (Rain tree, 2012). Efek samping pada gastrointestinal dilaporkan bahwa dengan pemberian dosis tunggal yang tinggi bisa menyebabkan mual atau muntah. Dalam studi epidemiologi, terdapat hubungan yang kuat konsumsi secara teratur buah sirsak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
atau teh yang terbuat dari berbagai jenis daun sirsak, dapat menimbulkan peningkatan
parkinson
atipikal.
Berdasarkan
penelitian
terhadap
tikus,
neurotoksin yang terdapat dalam sirsak meliputi alkaloid, acetogenins (termasuk annonacin), dan senyawa isoquinolone. Dalam studi ini, konsentrasi tinggi annonacin melintasi penghalang darah-otak dan memasuki parenkim otak, penurunan adenosin trifosfat (ATP) tingkat otak dan merusak ganglia basal dan inti batang otak. Konsumsi sirsak
dapat mempotensiasi obat depresan
antihipertensi dan jantung (Rain tree, 2012).
B. Sediaan Infusa 1. Pengertian infusa Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 900 C selama 15 menit. Infusa dapat diminum panas atau dingin (BPOM RI, 2010). 2. Pembuatan infusa Pembuatan infusa merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan lunak misalnya daun dan bunga. Pembuatan infusa dapat dilakukan dengan cara mencampur simplisia derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, kemudian memanaskannya diatas penangas air selama 15 terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil sesekali diaduk-aduk. Serkai selagi panas melalui kain flannel, menambahkan air panas secukupnya pada ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki. Infusa simplisia yang mengandung minyak atsiri diserkai setelah dingin. Infusa simplisia yang mengandung lendir tidak boleh diperas (BPOM RI, 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
C. Sistem Hematologi Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel-sel darah dan faktor-faktor yang memengaruhi fungsinya (WHO, 2003). Darah merupakan jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yakni sel-sel darah dan plasma darah. Darah terdapat didalam pembuluh darah. Sel-sel darah ini tersuspensi didalam plasma darah. Sel-sel darah terdiri dari tiga komponen penting yakni eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (butir pembeku). Plasma darah tersusun dari air (91%), protein (8 %), mineral (0,9%), bahan organik (0,1%), hormon, enzim, antigen, gas oksigen dan karbondioksida (Pearce, 2009). Peranan darah amat penting yakni untuk pengangkutan sari-sari makanan dan pasokan oksigen, membantu mempertahankan suhu tubuh, mengangkut hormon-hormon dan melawan infeksi. Sel-sel otak secara khusus membutuhkan pasokan oksigen yang
konstan, jika pasokan oksigen terhenti maka akan
menimbulkan kematian pada sel-sel otak dalam waktu yang singkat. Jenis-jenis sel darah yang bertanggung jawab untuk transportasi oksigen dan karbondioksida adalah platelet, limfosit, sel darah putih, dan sel darah merah (Ganong, 2008).
D. Jenis-Jenis Sel Darah 1. Sel darah merah (eritrosit) Sel darah merah (eritrosit) berupa cakram kecil bikonkaf, tidak berinti, dan berbentuk cekung pada kedua sisinya. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 5 juta sel darah. Apabila eritrosit dilihat satu persatu warnanya kuning
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
pucat, tetapi bila dalam jumlah banyak akan kelihatan berwarna merah (Pearce, 2009). Ukuran eritrosit ± 7-8 µm dan konsentrasi normalnya sekitar 4-5 x 1012 per liter (4-5 x 106 per mm3) darah. Produksi sel darah merah (eritrosit) terdapat didalam sumsum tulang merah, limpa dan hati. Eritrosit mengandung hemoglobin yang mengikat dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke berbagai jaringan dan kemudian mengangkut karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dieksresikan (WHO, 2003). Umur sel darah merah normal adalah 120 hari, hal ini berarti bahwa setiap hari terjadi pergantian kurang dari 1% populasi sel darah merah (200 milyar sel atau 2 juta per detik). Umur sel darah merah yang sangat singkat terjadi pada keaadaan anemia hemolitik, pada keadaan ini sumsum tulang berupaya memproduksi jumlah sel darah muda ke dalam sirkulasi untuk mencapai keadaan homeostasisnya (Murray, Granner, and Rodwell, 2006). Hemoglobin merupakan pigmen merah pembawa oksigen dalam sel darah merah vertebrata yaitu suatu protein dengan dengan berat molekul 64.450. Hemoglobin berbentuk molekul bulat dan terdiri atas empat subunit. Tiap-tiap sub unit mengandung satu gugus heme yang terkonyugasi suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida-polipeptida yang terkonyugasi pada heme secara kolektif disebut sebagai globin dari molekul hemoglobin (Ganong, 2008). Pada hemoglobin manusia dewasa normal (hemoglobin A), terdapat dua jenis polipeptida dinamakan rantai α dan masing-masing masing-masing
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mengandung 141 residu asam amino dan rantai β
17
yang masing masing
mengandung 146 residu asam amino. Jadi, hemoglobin A diberi kode α2β2 . Tidak semua hemoglobin didalam darah orang dewasa normal berupa hemoglobin A. Ada derivat hemoglobin A dalam jumlah kecil yang terkait erat dengan hemoglobin A dan merupakan hemoglobin terglikasi. Salah satunya adalah hemoglobin A1c (HbA1c) yang mempunyai satu glukosa yang menempel pada valin terminal di setiap rantai β. Hemoglobin ini sangat menarik karena jumlahnya dalam darah meningkat pada diabetes melitus yang tidak terkontrol (Ganong, 2008). Hemoglobin memiliki afinitas terhadap oksigen dan dengan oksigen membentuk oksihemoglobin didalam sel darah merah. Dengan cara tersebut, maka oksigen dapat dibawa dari paru-paru ke seluruh jaringan. Jumlah hemoglobin dalam dalam darah normal kira-kira 15 gram tiap 100 ml darah (Pearce, 2009). 2. Sel darah putih (leukosit) Sel darah putih (leukosit) berupa sel bulat berinti dengan sitoplasma yang granuler. Ukurannya sekitar 9-20 µm. Pada pemeriksaan mikroskopik leukosit dapat dengan mudah dibedakan dengan eritrosit karena leukosit memiliki inti (WHO, 2003). Pada keadaan normal, darah manusia mengandung 4.000-11.000 sel darah putih per mikroliter. Dari jumlah ini, jenis sel terbanyak adalah granulosit (polimorfonukleus, PMN) (Ganong, 2009). Sel darah putih (leukosit) dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yakni kelompok fagosit dan imunosit. Granulosit yang mencakup tiga jenis sel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
yakni sel netrofil (polimorfonuklear), eosinofil dan basofil beserta monosit membentuk kelompok fagosit (Hoffbrand, Pettit, and Moss, 2005). Sel netrofil memiliki inti padat khas yang terdiri atas dua sampai lima lobus dan sitoplasma yang pucat, dengan garis batas yang tidak beraturan mengandung banyak granula merah muda-biru (azurofilik) atau warna kelabubiru. Prekursor netrofil secara normal tidak tampak dalam darah tepi normal tetapi tedapat dalam sumsum tulang. Prekursor paling awal dapat dikenali adalah mieloblas (Hoffbrand et al, 2005). Waktu paruh rata-rata sel netrofil dalam sirkulasi adalah 6 jam. Untuk dapat mempertahankan kadar normal dalam peredaran darah diperlukan pembentukkan lebih dari 100 miliar neurofil per hari (Ganong, 2008). Neutrofil dalam pewarnaan berwarna ungu/netral karena dapat menyerap pewarna asam maupun basa, sehingga tampaknya berwarna ungu (Pearce, 2009). Monosit biasanya berukuran lebih besar dari leukosit darah tepi lainnya dan mempunyai inti sentral atau berlekuk dengan kromatin yang menggumpal. Sitoplasmanya yang banyak berwarna biru dan mengandung banyak vakuol halus. Prekursor monosit dalam sumsum tulang (monoblas dan promonosit) (Hoffbrand et al, 2005). Eosinofil mirip dengan netrofil, kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar, lebih berwarna merah tua, dan jarang dijumpai lebih dari tiga lobus inti. Sel eosinofil memasuki eksudat inflamatorik dan berperan khusus dalam respons alergi, pertahanan terhadap parasit dan pembuangan fibrin yang terbentuk selama inflamasi (Hoffbrand et al, 2005).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
Eosinofil memiliki waktu paruh dalam sirkulasi yang singkat, dan ditarik ke permukaan endotel oleh selektin berikatan dengan integrin yang melekatkan sel ini ke dinding pembuluh serta masuk ke jaringan melalui diapedesis. Eosinofil akan mengeluarkan berbagai protein, sitokin dan kemokin yang menimbulkan peradangan dan mampu membunuh organisme yang masuk kedalam tubuh (Ganong, 2008). Basofil jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel ini mempunyai granula sitoplasma yang gelap menutupi inti serta mengandung heparin dan histamin (Hoffbrand et al, 2005). Basofil menyerap pewarna basa dan
pada
pengamatan berwarna biru. Peranan basofil memasuki jaringan dan membebaskan beberapa protein dan sitokin. Jumlahnya lebih sedikit dibanding sel leukosit lainnya (Pearce, 2009). Sel darah putih (leukosit) berperan penting dalam sistem pertahanan tubuh (sistem imun). Granulosit dan monosit mempunyai peranan dalam perlindungan tubuh terhadap mikroorganisme dengan cara memakan bakteribakteri yang masuk ke peredaran darah, kemampuan memakan organisme asing oleh granulosit dan monosit ini dinamakan fagositosis. Dengan kekuatan gerakan amuboid pada granulosit dan monosit dapat bergerak bebas masuk keluar pembuluh darah untuk mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera, menangkap organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan kotorankotoran. Secara khusus, pada granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
membuangnya. Dengan cara demikian, jaringan yang sakit atau terluka dapat diperbaiki (Pearce, 2009). Limfosit dihasilkan dari jaringan sistem retikuloendotelial dan kelenjar limfe. Bentuknya ada yang besar dan kecil, jumlahnya sekitar 20-25 % (Ganong, 2009). Limfosit merupakan sel yang kompeten secara imunologik dan membantu fagosit dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi dan invasi asing lain. Limfosit terdiri dari dua jenis yakni sel B dan T.
Pada manusia, sel B berasal dari sel
induk sumsum tulang dan pada sel T awalnya berasal dari sel induk sumsum tulang tetapi bermigrasi ke timus tempat berdiferensiasi menjadi sel T matur (Hoffbrand et al, 2005). 3. Trombosit Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma megakariosit. Pengatur utama produksi trombosit adalah trombopoietin yang dihasilkan oleh ginjal dan hati. Lama hidup trombosit yang normal sekitar 710 hari ( Hoffbrand et al, 2005). Trombosit adalah fragmen megakariosit yang ditemukan pada darah tepi dan berperan dalam proses pembekuan darah. Ukuran trombosit sekitar 2-5 µm. Pada orang dewasa jumlah normal trombosit adalah 150-300 x 109 trombosit per liter darah (WHO, 2003). Trombosit merupakan elemen terkecil dalam pembuluh darah, teraktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia (Depkes RI, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
E. Cairan Plasma Darah Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat sedikit alkali. Komposisi plasma dan bahan-bahan yang terkandung didalam plasma adalah sebagai berikut: air, protein (albumin, fibrinogen, protrombin, globulin), mineral (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium dan besi), bahan organik (asam urat, kreatinin, lemak, glukosa, urea, kolestrol, asam amino), gas (oksigen, karbondioksida), hormon, enzim, antigen (Pearce, 2009). Hampir 90% plasma terdiri atas air. Volume plasma normal adalah sekitar 5% dari berat badan. Plasma menggumpal bila didiamkan dan tetap berwujud cair jika ditambahkan antikoagulan. Bila darah lengkap dibiarkan menggumpal dan gumpalanya diambil, maka sisa cairannya disebut serum. Pada dasarnya plasma dan serum memiliki komposisi yang sama namun ada beberapa kandungan protein yang tidak ada pada serum. Perbedaan plasma dan serum yakni, pada serum tidak terdapat fibrinogen dan pada plasma masih ada fibrinogen (Ganong, 2008). Fungsi plasma darah adalah sebagai medium/pengantara untuk penyaluran makanan, mineral, lemak, glukosa, dan asam amino ke jaringan dan medium untuk mengangkut bahan buangan misalnya urea, asam urat (Pearce, 2009). Salah satu protein plasma adalah
albumin. Albumin dalam keadaan
normal terdapat 3-5 gram albumin dalam tiap 100 ml darah. Albumin berperan pada tekanan osmostik yang mempertahankan volume darah, menyediakan protein
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
untuk jaringan. Protein plasma yang lain lagi adalah globulin, fibrinogen dan protrombin. Globulin merupakan antibodi yang melindungi tubuh. Fibrinogen berperan dalam koagulasi/pembekuan darah. Protrombin, sebagai prekursor terbentuknya trombin dalam mekanisme pembekuan darah (Pearce, 2009).
F. Pemeriksaan Terhadap Sistem Hematologi (Hitung Darah Lengkap) Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang berharga untuk membedakan diagnosis, mengkonfirmasi diagnosis, menilai status klinik pasien, mengevaluasi efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan (Depkes RI, 2011). Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium oleh apoteker bertujuan untuk: a.
Menilai kesesuaian terapi (contoh: indikasi obat, ketepatan pemilihan obat, kontraindikasi obat, penyesuaian dosis obat, risiko interaksi obat),
b.
Menilai efektivitas terapi (contoh: efektivitas pemberian kalium diketahui melalui kadar kalium dalam darah, efektifitas allopurinol di ketahui dari menurunnya kadar asam urat),
c.
Mendeteksi dan mencegah reaksi obat yang tidak dikehendaki (contoh: penurunan dosis siprofloksasin hingga 50% pada kondisi klirens kreatinin <30mL/menit),
d.
Menilai kepatuhan penggunaan obat (contoh: kepatuhan pasien dalam menggunakan obat antidiabetik oral diketahui dari nilai HbA1c, kepatuhan penggunaan statin diketahui dari kadar kolesterol darah), dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
e.
23
Mencegah interpretasi yang salah terhadap hasil pemeriksaan (Depkes RI, 2011). Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan sebagai angka
kuantitatif, kualitatif atau semikuantitatif. Hasil kuantitatif berupa angka pasti atau rentang nilai. Hasil kualitatif dinyatakan sebagai nilai positif atau negatif tanpa menyebutkan derajat positif atau negatifnya. Hasil semikuantitatif adalah hasil kualitatif yang menyebutkan derajat positif atau negatif tanpa menyebutkan angka pasti (contoh: 1+, 2+, 3+) (Depkes RI, 2011). Tes labotratorium yang paling umum dilakukan adalah hitung darah lengkap (HDL). Tes ini dilakukan untuk memeriksa jenis sel dalam
darah
termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit (The Aids InfoNet, 2012). 1. Tes sel darah merah Sel darah merah yang disebut juga sebagai eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru ke seluruh jaringan tubuh. Fungsi ini dapat dapat diukur melalui beberapa macam tes yaitu: a.
Hitung sel darah merah
b.
Tes hemoglobin
c.
Tes hematokrit Pada hitung sel darah merah (Red Blood Cell count/RBC) berguna untuk
menghitung jumlah total sel darah merah. Tes hemoglobin untuk mengetahui jumlah protein hemoglobin dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru ke seluruh jaringan tubuh. Tes hematokrit (Hct) untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
mengukur presentase sel darah merah dalam seluruh volume darah. Eritrosit, hemoglobin dan hematokrit yang sangat rendah menunjukkan adanya anemia (The Aids InfoNet, 2012). Hitung sel darah merah dapat dilakukan dengan menghitung/mengukur MCV, RDW, MCH, dan MCHC. Red Blood Cell Distribution Width (RDW) mengukur kisaran ukuran sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan beberapa vitamin (The Aids InfoNet, 2012) Mean Corpuscular Volume (MCV) adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah. Rentang normal MCV antara 80-100 fl bermanfaat untuk menggolongkan anemia kedalam anemia mikrositik (MCV <80 fl), normositik (MCV=80-100 fl), atau makrositik (MCV>100 fl) (Waterbury, 1998). Implikasi klinik MCV dapat berupa penurunan maupun peningkatan MCV yang signifikan dari range normal. Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik.
Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati,
alcoholism, terapi antimetabolik, kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi valproat, disebut juga anemia makrositik. Pada anemia sel sabit, nilai MCV diragukan karena bentuk eritrosit yang abnormal. Perhitungan/ rumus MCV adalah sebagai berikut: MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/μL) ( Depkes RI, 2011). Indeks Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata (normokromik, hipokromik, hiperkromik) sel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
darah merah. MCH dapat digunakan untuk mendiagnosa anemia ( Depkes RI, 2011). Implikasi Klinik MCH dapat berupa peningkatan atau penurunan MCH yang ekstrim dari batas nilai normal. Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik sedangkan penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik. Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah (Depkes RI, 2011). Indeks
Mean
Corpuscular
Hemoglobin
Concentration
(MCHC)
merupakan indeks untuk mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah. Perhitungan MCHC tergantung pada Hb dan Hct. Rumus perhitungan MCHC adalah: MCHC = hemoglobin/hematokrit dan nilai normal MCHC adalah: 32 – 36 g/dL (Depkes RI, 2011). Implikasi Klinik dari MCHC adalah adanya penurunan MCHC pada pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia karena piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik dan peningkatan MCHC pada sferositosis, bukan anemia pernisiosa (Depkes RI, 2011). 2. Tes sel darah putih Sel darah putih (disebut juga leukosit) membantu melawan infeksi dalam tubuh. Hitung Sel Darah Putih (White Blood Cell Count/WBC) adalah jumlah total leukosit. Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya berarti tubuh sedang melawan infeksi. Leukosit rendah artinya ada masalah dengan sumsum tulang biasanya berupa penurunan proliferasi sumsum tulang, produksi sumsum tulang yang tidak efektif. Leukosit rendah disebut leukopenia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
atau sitopenia, berarti tubuh kurang mampu melawan infeksi.
26
Hitung Jenis
(differential) menghitung lima jenis sel darah putih: limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil, basofil (Waterbury, 1998). Persentase masing-masing hitung jenis leukosit (limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil, basofil) dikalikan leukosit untuk mendapatkan jumlah absolut. Perhitungannya adalah jumlah absolut = total sel darah putih x persen diferensial masing-masing tipe sel. Misalnya, dengan limfosit 30% dan leukosit 10.000, limfosit mutlak adalah 30% dari 10.000 = 3000 (Waterbury, 1998). 3. Pemeriksaan trombosit Pemeriksaan/uji fungsi trombosit berguna untuk mengukur aktivitas agregasi/pembekuan trombosit (Hoffbrand, 2005). Peningkatan trombosit (trombositosis) berhubungan dengan kanker, polisitemia vera, sirosis, dan rheumatoid artritis. Penurunan trombosit (trombositopenia) berhubungan dengan anemia hemolotik, anemia aplastik, anemia pernisiosa, leukemia dan multiple myeloma. Obat-obatan seperti heparin, kinin, asam valproat, antineoplastik, penisilin dapt menyebabkan trombositopenia (Depkes RI, 2011).
G. Toksisitas Toksisitas merupakan kualitas/kemampuan suatu senyawa dalam menimbulkan racun/kerusakan pada organ-organ makhluk hidup. Untuk mengetahui kemampuan dan karakteristik suatu senyawa toksik selama pemejanan maupun setelah pemejanan, perlu dilakukan uji toksisitas. Uji
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
toksisitas memberikan informasi tentang bahaya kesehatan akibat paparan senyawa/bahan tertentu pada tubuh (Dandan, 2012). Manusia biasanya terpejan banyak jenis bahan alami maupun bahan sintesis. Pada keadaan tertentu, pajanan ini berefek buruk bagi kesehatan, yang mungkin menyebabkan kematian atau hanya menimbulkan perubahan biologik saja. Keracunan terjadi ketika ada pemejanan senyawa toksik
pada tubuh
mahkluk hidup. Setelah pemejanan senyawa toksik akan mengalami proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi. Pemejanan senyawa toksik ini akan terabsorbsi dari tempat pemejanan, kemudian racun/metabolitnya akan mengalami distribusi ke tempat sel sasaran/reseptor tertentu. Di tempat aksi inilah kemudian terjadi interaksi antara senyawa toksik/metabolitnya dengan komponen penyusun sel sasaran atau dengan resptor. Semua efek toksik ini terjadi karena interaksi biokimiawi antara senyawa toksik/metabolit toksik dengan struktur reseptor tertentu dalam tubuh (Lu, 1995). Ketoksikan suatu senyawa ditentukan oleh keberadaan (kadar dan lama tinggal) senyawa toksik atau metabolitnya ditempat aksi dan keefektifan interaksinya (mekanisme aksi). Hal ini tergantung pada kondisi pemejanan dan kondisi makhluk hidup (Donatus, 2001). 1. Definisi toksikologi Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakikat dan mekanisme efek toksik berbagai bahan kimia terhadap mahkluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ilmu ini juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
kekerapan efek yang ditimbulkan oleh xenobiotika sehubungan dengan pemejanannya. (Lu, 1995). 2. Asas umum toksikologi Asas umum toksikologi meliputi kondisi pemejanan dan
kondisi
makhluk hidup. Kondisi pemejanan merupakan semua faktor yang menentukan keberadaan racun ditempat aksi tertentu dalam tubuh, yang berkaitan dengan pemejanannya pada diri makhluk hidup. Kondisi pemejanan meliputi jenis, jalur, lama kekerapan dan saat takaran pemejanan racun.
Ada dua jenis pemejanan
yakni pemejanan akut dan pemejanan kronis. Jenis pemejanan ini berkaitan erat dengan lama dan kekerapan pemejanan yang merupakan batas kurun waktu pemejanan terhadap makhluk hidup. Lama dan kekerapan pemejanan dapat mempengaruhi wujud dan ketoksikan racun (Donatus, 2001). Kondisi mahkluk hidup adalah keadaan fisologi serta patologi makhluk hidup yang dapat mempengaruhi ketersediaan racun di sel sasaran dan keefektifan antaraksi antara keduanya (keadaan fisiologi dan patologi makhluk hidup). Keadaan fisilogi mencakup berat badan, umur, jenis kelamin, kehamilan, suhu tubuh, kecepatan pengosongan lambung, kecepatan alir darah, status gizi, genetika, irama siskardian dan diurnal, sedangkan keadaan patologi meliputi keadaan penyakit yang dialami makhluk hidup (Donatus, 2001). 3. Mekanisme, wujud, dan sifat efek toksik racun Mekanisme aksi toksik racun dapat digolongkan menjadi tiga bagian yakni berdasarkan sifat dan tempat kejadian (fenomena patologi), berdasarkan sifat antaraksi racun (toksidinamik) dan tempat aksinya dan berdasarkan resiko
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
penumpukan racun dalam gudang penyimpanan tubuh. Respons efek toksik merupakan sesuatu proses dimana sel, jaringan, dan organ menanggapi adanya luka dan kerusakan dalam diri komponen-komponen tubuhnya (Donatus, 2001).. Wujud efek toksik adalah hasil akhir dari respons toksik. Pada dasarnya wujud efek toksik sesuatu racun dapat berupa perubahan atau kekacauan biokimia, fungsional dan struktural. Ketiga wujud efek toksik ini memiliki sifat yang khas yakni terbalikkan dan tak terbalikkan. Respon biokimiawi dan fungsional bersifat timbal balik atau terbalikkan sedangkan respon struktural terbalikan atau tak terbalikan (Donatus, 2001). 4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketoksikan racun Pada dasarnya, aneka ragam faktor yang dapat mempengaruhi ketoksikan racun dapat digolongkan menjadi dua, yakni faktor yang bersal dari racun (faktor intrinsik racun) dan faktor yang berasal dari makhluk hidupnya (faktor intrinsik makhluk hidup). Racun merupakan zat kimia. Karena itu ketoksikan racun tak lepas dari sifat fisika dan sifat kimia bawaan racun tersebut. Faktor intrinsik racun meliputi faktor kimia, kondisi pemejanan, pengolahan, pengawetan, pengentalan, dan pengepakkan. Bergantung pada sifat dan berbagai proses yang dapat mempengaruhi sifat racun maka berbagai faktor tersebut dapat mempengaruhi keefektifan translokasi atau antaraksi racun dengan tempat aksinya. Faktor intrinsik makhluk hidup merupakan kondisi fisiologi (berat badan, umur, suhu tubuh, kecepatan pengosongan lambung, kapasitas fungsional cadangan, penyimpanan racun, kecepatan alir darah, status gizi, jenis kelamin,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
kehamilan, genetika, irama siskardian, irama diurnal) dan kondisi patologi pada makhluk hidup (penyakit) (Donatus, 2001). 5. Uji ketoksikan Uji ketoksikan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu uji ketoksikan khas dan uji ketoksikan tak khas. Uji ketoksikan tak khas merupakan uji ketoksikan yang dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan atau spektrum efek toksik suatu senyawa pada aneka ragam jenis hewan uji. Uji ketoksikan tak khas meliputi uji ketoksikan akut, subkronis, dan kronis. Uji ketoksikan khas sendiri merupakan uji yang dirancang untuk mengevaluasi secara rinci efek yang khas suatu senyawa pada aneka jenis ragam hewan uji. Yang termasuk pada golongan ini adalah uji potensiasi, uji kekarsinogetikan, kemutagenikan, keteratogenikkan, reproduksi, kulit dan mata, dan perilaku (Donatus, 2001).
H. Toksisitas Subkronis Uji ketoksikan subkronis (biasanya disebut juga uji ketoksikan subakut). Uji ketoksikan ini merupakan uji ketoksikan sesuatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang lebih tiga bulan (Donatus 2001). Meskipun demikian beberapa peneliti menggunakan jangka waktu yang lebih pendek, misalnya pemberian zat selama 14 hari dan 28 hari (Lu, 1995). Uji ketoksikan subkronis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mengungkapkan
spektrum efek toksik senyawa yang diuji
dan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
memperlihatkan apakah spektrum efek toksik senyawa uji tersebut berkaitan denagn takaran dosis (Donatus, 2001). Takaran dosis yang diberikan pada hewan uji terdiri dari beberapa peringkat dosis. Setiap kelompok perlakuan harus menerima dosis toksik yang dapat membunuh beberapa hewan uji atau yang memperlihatkan gejala- gejala toksik yang nyata. Sedangkan kelompok lainnya harus menerima takaran dosis yang sama sekali tidak menimbulkan efek atau gejala toksik. Takaran dosis senyawa ini, diberikan sekali sehari selama kurun waktu uji ketoksikan subkronis berlangsung, melalui jalur pemberian sesuai dengan yang biasanya digunakan oleh manusia (Donatus, 2001). Pengamatan dan pemeriksaan
yang dilakukan dalam uji ketoksikan
subkronis meliputi: 1. Perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak 7 hari sekali 2. Asupan makan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan diukur paling tidak 7 hari sekali 3. Gejala-gejala klinis umum yang diamati setiap hari 4. Pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali, pada awal dan pada akhir uji coba 5. Pemeriksaaan kimia darah, diperiksa pada awal dan pada akhir uji coba 6. Analisis urin paling tidak sekali 7. Pemeriksaan histopatologi pada akhir uji coba (Donatus, 2001). Hasil uji ketoksikan subkronis akan memberikan informasi yang bermanfaat tentang efek toksik utama senyawa uji dan organ-organ sasaran yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dipengaruhinya.
Selain
itu,
dapat
juga
memberikan
informasi
32
tentang
perkembangan efek toksik yang lambat berkaitan dengan takaran dosis yang tidak teramati pada uji ketoksikan akut, kekerabatan antar kadar senyawa dalam darah dan jaringan terhadap perkembangan luka toksik dan keterbalikan (reversibilitas) efek toksik. Selanjutnya hasil yang diperoleh dari uji ketoksikan subkronis dapat digunakan untuk merancang uji ketoksikan kronis (Donatus, 2001).
I. Darah Sebagai Target Efek Toksik Ada banyak zat yang dapat mengganggu fungsi eritrosit misalnya karbonmonooksida (CO), timbal (Pb), nitrit, nitrat, amin aromatis,dan senyawa klorat dapat mengoksidasi besi yang ada pada hemoglobin, yang kemuadian membentuk methemoglobin. Arsen, metilen blue, naftalen, fenilhidrazin dan primaquin dapat mengikat membran eritrosit dan dapat mendenaturasi hemoglobin (Priyanto, 2009). Platelet berperan dalam pembekuan darah, hal ini terjadi bila kehilangan darah akibat cedera. Beberapa zat dapat mengganggu proses pembekuan darah misalnya obat-obatan anti kanker yang mendepresi sum-sum tulang belakang sehingga menghambat produksi platelet, warfarin mencegah pembentukkan fibrin dan asam salisilat mengurangi agregasi trombosit (Priyanto,2009). Sel darah putih (leukosit) berperan dalam fagositosis terhadap sel-sel mikroorganisme patogen. Fungsi lain dari leukosit yakni melakukan respon imun, inflamasi nyeri dan panas. Benzene dan kloramfenikol dapat menyebabkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
proliferasi leukosit berlebihan akibatnya fungsi leukosit menjadi terganggu (Priyanto, 2009).
J. Keterangan Empiris Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun sirsak secara subkronis pada sistem hematologi tikus jantan dan betina.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian uji toksisitas Subkronik daun sirsak (Annona muricata L.): kajian terhadap sistem hematologi pada tikus jantan
dan betina termasuk
penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan penelitian acak, lengkap, pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian a. Variabel bebas Dosis infusa daun sirsak. Dosis infusa daun sirsak adalah sejumlah mg serbuk daun sirsak dalam bentuk sediaan infusa, tiap satuan kilogram berat badan subyek uji. b. Variabel tergantung Sistem hematologi subyek uji (kadar hemoglobin, eritrosit, hematokrit, leukosit, MCV, MCH, MCHC, RDW, trombosit, hitung jenis limfosit, hitung jenis monosit, hitung jenis neutrofil, hitung jenis eosinofil, hitung jenis basofil, LED jam I dan LED jam II). Efek yang ditimbulkan pada perubahan range kadar sistem hematologi
setelah pemberian infusa daun sirsak menjadi parameter
penilaian secara kuantitatif.
34
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
c. Variabel pengacau terkendali 1) Hewan uji Hewan uji terdiri dari tikus putih jantan dan betina galur Sprague Dawley, berat badan 170-280 gram, berumur 2-3 bulan, keadaan fisik berstatus sehat, diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 2) Bahan uji Daun sirsak yang dipilih adalah daun antara pucuk dan pangkal daun, memiliki warna yang hijau dan segar. Daun sirsak yang diperoleh dari Jalan Kaliurang, Km 10, Sleman-Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Mei-Juni, 2012. d. Variabel pengacau tak terkendali Keadaan fisiologi dan patologi hewan uji: walaupun keadaan fisik subjek uji dalam keadaan sehat, hal ini belum menjamin bahwa sistem hematologi juga berstatus sehat/normal. 2. Definisi Operasional a. Infusa daun sirsak Infusa daun sirsak diperoleh dengan cara merebus serbuk kering daun sirsak sebanyak 6,0 gram dalam pelarut aquadest 100,0 ml pada suhu 900C selama 15 menit, kemudian disaring menggunakan kain flannel. b. Uji ketoksikan subkronis Uji ketoksikan Subkronis merupakan uji ketoksikan infusa daun sirsak yang diberikan sekali sehari selama 30 hari secara per oral.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
c. Sistem hematologi Sistem hematologi mencakup komponen-komponen darah rutin lengkap meliputi kadar hemoglobin, kadar eritrosit, kadar hematokrit, leukosit, MCV, MCH, MCHC, RDW, trombosit (PLT), hitung jenis ( limfosit, monosit, neurofil, eosinofil, basofil), LED jam I, dan LED jam II.
C. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a.
Alat-alat gelas (pyrex) yang terdiri dari beaker glass, batang pengaduk, gelas ukur, corong digunakan dalam penyiapan dan pembuatan infusa daun sirsak
b.
Blender digunakan untuk menghancurkan daun sirsak menjadi serbuk
c.
Panci infusa digunakan untuk membuat sediaan infusa daun sirsak
d.
Timbangan (analytical balance) untuk penimbangan berat badan tikus dan pakan tikus
e.
Kandang tikus (metabolic cage) sebagai tempat karantina tikus selama proses penelitian
f.
Jarum suntik per oral yang digunakan sebagai media pemberian infusa daun sirsak secara per oral
g.
Kamera untuk mendokumentasikan hal-hal penting terkait penelitian
h.
Pipa kapiler untuk pengambilan darah tikus jantan dan betina melalui sinus orbitalis
i.
Tabung darah (Aquisel) yang sudah diberi EDTA digunakan untuk menampung darah tikus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
j.
37
Automathic Hematology Analyzers merk Sysmex XT-2000i digunakan untuk pemeriksaan komponen-komponen sistem hematologi
2. Bahan Penelitian a.
Subyek uji Subyek uji yang digunakan adalah tikus putih jantan dan betina galur Sprague
Dawley, berat badan 170-280 gram, berumur 2-3 bulan, keadaan fisik berstatus sehat, diperoleh dari Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. b.
Bahan uji Daun sirsak yang dipilih adalah daun antara pucuk dan pangkal daun,
memiliki warna yang hijau dan segar, mulus tidak berbintik . Daun sirsak ini diperoleh dari Jalan Kaliurang, Km 10 Sleman-Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Mei-Juni, 2012. c.
Kontrol negatif Kontrol negatif berupa aquadest yang diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi-Toksikolgi,
Fakultas
Farmasi,
Universitas
Sanata
Dharma,
Yogyakarta. d.
Air reverse osmosis Air reverse osmosis merupakan minuman subyek uji yang diberikan tiap hari
sejumlah 120 ml, di peroleh dari Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
e.
38
Pelet AD-2 Pelet AD-2 merupakan pakan subyek uji yang diberikan tiap hari sejumlah 20
gram, di peroleh dari Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. f.
Pereaksi Toluene P Pereaksi toluene P sebagai pelarut pada penetapan kadar air serbuk daun
sirsak kering dengan metode destilasi.
D. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi daun sirsak Determinasi daun sirsak dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri tanaman sirsak terutama terkait ciri-ciri daun sirsak dengan buku acuan Flora untuk Sekolah Indonesia karangan Steenis (1975). Determinasi daun sirsak dikaji dan disahkan oleh Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si, sebagai Dosen Farmakognosi dan Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 2. Pengumpulan bahan uji daun sirsak Bahan uji yang digunakan adalah daun sirsak dengan ciri daun yang segar, mulus, tidak berbintik, tidak mengkerut akibat gigitan ulat. Daun yang dipilih adalah daun berkualitas, daun antara pucuk dan pangkal daun, yang tidak terlalu muda dan daun yang berwarna hijau tua. Daun sirsak diperoleh hanya dari satu wilayah yakni wilayah Kaliurang, daerah Sleman, Yogyakarta pada bulan Mei-Juni, 2012.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
3. Pembuatan simplisia serbuk daun sirsak Daun sirsak yang telah dipetik dari kebun, dibersihkan terlebih dahulu dari debu yang menempel pada daun dengan cara diusap dengan tissue kering atau kain lap. Selanjutnya daun sirsak di cuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan lagi dengan tissue kering atau kain lap. Setelah proses pencucian dan pengeringan maka daun sirsak di iris-iris halus dan kemudian di oven dengan suhu 500 C selama 3 hari atau 72 jam. Daun sirsak yang telah dioven, dihaluskan menjadi simplisia serbuk dengan cara diblender, lalu diayak dengan ayakan no.40. Simplisia serbuk daun sirsak ditempatkan dalam stoples kering yang kemudian ditutup rapat untuk meminimalkan kontaminasi dengan lingkungan. 4. Penetapan kadar air daun sirsak Penetapan kadar air serbuk daun sirsak dengan metode destilasi toluene P. Sebanyak 50 mg serbuk daun sirsak dimasukkan ke dalam labu destilasi kemudian ditambahkan 200 ml pelarut toluene selanjutnya labu destilasi dipasang pada rangkaian alat destilasi. Panaskan labu dengan hati-hati selama 15 menit, tunggu sampai toluene mendidih sehingga terjadi penyulingan dengan kecepatan 2 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Destilasi dihentikan setelah 30 menit air tidak lagi bertambah dalam tabung penampung. Kadar air daun sirsak dihitung dalam %. 5. Penetapan dosis infusa daun sirsak Penentuan peringkat dosis berdasarkan pengobatan di masyarakat seharihari, yaitu menggunakan kurang lebih 10 lembar daun sirsak, setara dengan 2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
gram. Maka dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 g/70 kgBB manusia. Diperoleh Konversi manusia (70 kg ke tikus 200 g) = 0,018 (Laurence and Bacharach, 1964). Dosis untuk berat badan tikus 200 g = 0,018 x 2 g = 0,036 g/200gBB tikus Dosis untuk berat badan tikus 1 gram = 1000/200× 0,036 = 0, 18 mg/gBB = 180 mg/kgBB Penetapan dosis infusa daun sirsak berdasarkan hasil orientasi diperoleh konsentrasi infusa daun sirsak (C): 6,0 gram/100 ml. Untuk memperoleh dosis tertinggi infusa daun sirsak, maka dihitung menggunakan konsentrasi 6,0 gram/100ml dengan rumus: D X BB = C X V D x 300 gram = 6 g/100 ml x 2,5 ml D
= 0, 0005 g/gBB
D
= 0, 5 mg/gBB
D
= 500 mg/kg BB
Dari dosis peringkat tinggi dan peringkat rendah dicari faktor pengali yang berguna untuk peringkat dosis. Faktor pengali
= =
= 1, 67
Peringkat dosis yang didapatkan terdiri dari empat peringkat dosis yaitu: Dosis I= 108 mg/kgBB, dosis II= 180 mg/kgBB, dosis III= 301 mg/kgBB, dosis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
IV= 503 mg/kgBB. Kontrol negatif digunakan aquadest dengan volume pemberian 8333 mg/kgBB karena konsentrasi aquadest 1 g/ml. 6. Pembuatan infusa daun sirsak Serbuk ditimbang sebanyak 6,0 gram kemudian dilarutkan dalam panci infusa dengan aquades 150 ml, dipanaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil sekali-sekali diaduk. Diserkai selagi panas dengan kain flanel, kemudian ditambahkan air panas secukupnya pada ampas hingga diperoleh volume infusa sebanyak 150 ml. 7. Penyiapan hewan uji Hewan uji yang digunakan berjumlah 50 ekor (25 ekor jantan dan 25 ekor betina) berasal dari galur Sprague Dawley. Ditempatkan dalam metabolic cage. Pada setiap metabolic cage ditempatkan satu tikus. Sebelum perlakuan hewan uji diadaptasikan dengan lingkungan terutama dalam tempat metabolic cage selama 3 hari. 8. Prosedur pelaksanaan penelitian Lima puluh tikus jantan dan betina yang ditempatkan dalam metabolic cage, dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol negatif berupa aquadest dosis 8333 mg/kgBB, kelompok II – V sebagai kelompok perlakuan yang diberi infusa daun sirsak berturut turut dengan dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kgBB dengan kekerapan sekali sehari selama 30 hari secara per oral. Sebelum diberi perlakuan, semua tikus diambil darahnya, ditampung dalam tabung effendorf yang berisi antikoagulan heparin untuk penentuan pada sistem hematologi. Pada hari ke-31, dilakukan pengambilan darah untuk penentuan pada sistem hematologi (sama seperti diawal penelitian).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
9. Pengamatan a.
Pengamatan perubahan berat badan Pengamatan terhadap berat badan dilakukan dengan cara menimbang berat badan tikus setiap hari.
b.
Pengukuran jumlah konsumsi pakan Jumlah pakan yang diberikan tiap hari sejumlah 20 gram per tikus, kemudian hari berikutnya menimbang sisa pakan yang tidak habis kemudian dan dicatat sebagai jumlah pakan yang dapat dikonsumsi dalam satu hari.
c.
Pengukuran jumlah konsumsi minum (air reverse osmosis) Jumlah air reverse osmosis yang diberikan tiap hari sebanyak 150 ml. Perhitungan jumlah minum tikus dilakukan dengan cara memeriksa sisa minum hari pertama kemudian mengurangkannya dengan jumlah minum hari kedua.
d.
Pemeriksaan komponen-komponen sistem hematologi Pemeriksaan
komponen-komponen
sistem
hematologi
menggunakan
automatic hematology analyzer Sysmex XT-2000i.
E. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian Pemeriksaan komponen-komponen sistem hematologi meliputi: Kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, RDW, jumlah trombosit, hitung jenis (limfosit, monosit, netrofil, eosinofil dan basofil), LED jam I dan LED jam II. Hasil pengamatan pada kelompok hewan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
(tanpa perlakuan sediaan uji) sebagai pembanding bagi hasil pengamatan pada kelompok perlakuan. Data dan profil
darah dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui distribusi data tiap kelompok normal atau tidak normal. Jika analisis distribusi data normal maka dilanjutkan dengan One Way Anova dengan taraf kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan masing masing kelompok perlakuan. Jika hasil analisis data dengan Kolmogorov-Smirnov menunjukan distribusi data tidak normal maka dilakukan uji lanjutan dengan analisis non-parametrik yakni uji Kruskall Wallis untuk melihat perbedaan kadar komponen sistem hematologi antar kelompok dan kemudian dilanjutkan uji Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan uji tiap kelompok perlakuan. Dilakukan juga uji paired-T test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikansi sebelum dan setelah perlakuan untuk tiap kelompok (Dahlan, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek toksik yang disebabkan oleh pemberian infusa daun sirsak secara subkronis pada sistem hematologi tikus jantan dan betina dan secara khusus untuk untuk mengungkapkan wujud efek toksik daun sirsak
berupa perubahan/kekacauan
biokimia terhadap sistem hematologi tikus jantan dan betina yang dievaluasi dari perubahan kadar sistem hematologi yang dibandingkan dengan kontrol serta untuk mengungkapkan kekerabatan dosis infusa daun sirsak yang diberikan secara subkronik terhadap perubahan sistem hematologi tikus jantan dan betina.
A. Hasil Determinasi Tanaman Determinasi tanaman sirsak (Annona muricata L.) bertujuan untuk memastikan kebenaran identitas tanaman tersebut sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan bahan. Determinasi tanaman sirsak dilakukan dibawah bimbingan Bapak Yohanes Dwiatmaka, dosen Farmakognosi Fitokimia, di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Proses determinasi ini di lakukan di laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
44
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Hasil determinasi tanaman sirsak (Annona muricata L.) adalah sebagai berikut: 1b-2b-3b-4b-5b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15a-109b-119b-120b128b-29b-135b-136b-139b-140b-142b-143b-146b-154b-155b-156b-162b163a164b-165b-166a... (50. Annonaceae). ....................................................................1b...2. Annona ....................................................................1a... (Annona muricata L.). Berdasarkan hasil determinasi tersebut maka daun yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar-benar berasal dari tanaman sirsak (Annona muricata L.). Bukti hasil determinasi dinyatakan dalam surat keterangan determinasi dapat dilihat pada lampiran 1.
B. Penetapan Kadar Air Daun Sirsak Penetapan kadar air pada daun sirsak dilakukan dengan metode destilasi toluene. Pemilihan penetapan kadar air menggunakan metode destilasi karena dalam daun sirsak juga terdapat minyak atsiri yang mudah menguap, maka metode destilasi merupakan metode yang sesuai (Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995). Tujuan penetapan kadar air ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kandungan kadar air yang terdapat dalam serbuk daun sirsak sehingga dapat diketahui serbuk yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi persyaratan serbuk yang baik atau tidak. Hal ini terkait kemurnian dan ketahanan serbuk terhadap kontaminan selama penyimpanan dalam jangka waktu tertentu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Persyaratan serbuk yang baik yaitu mengandung kadar air tidak lebih dari 10% (Menteri Kesehatan RI, 1994). Hasil penetapan kadar air serbuk daun sirsak pada penelitian ini setelah replikasi tiga kali dengan rata-rata 4,85 ml yang menunjukkan serbuk daun sirsak mempunyai kadar air sebesar 9,7%. Dengan demikian, serbuk daun sirsak telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik.
C. Hasil Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak Terhadap Sistem Hematologi Tikus Jantan dan Betina Uji toksisitas subkronis ini bertujuan untuk menilai seberapa besar spektrum efek toksik infusa daun sirsak pada sistem hematologi setelah pemberian infusa daun sirsak secara oral selama 30 hari dan untuk melihat apakah ada hubungan spektrum efek toksik yang ditimbulkan dengan takaran dosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perubahan fungsi sistem hematologi apakah terjadi perubahan/kekacauan biokimia berupa peningkatan atau penurunan kadar darah, yang menimbulkan perbedaan range jika dilakukan penilaian terhadap nilai normal komponen-komponen darah yang dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, subyek uji yang digunakan adalah tikus putih galur Sprague Dawley dengan kisaran berat badan 150-300 gram dan berumur 2-3 bulan. Pemilihan hewan uji tikus Sprague Dawley mempunyai alasan karena memiliki kemiripan absorbsi, distribusi, metabolisme maupun eksresi dengan manusia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
Hasil penelitian dan hasil pemeriksaan pada sistem hematologi secara lengkap di peroleh bahwa pada pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari tidak menimbulkan kematian pada hewan uji. Pengamatan dan pemeriksaan terhadap sistem hematologi tikus jantan dan betina dilakukan sebelum diberi perlakuan infusa daun sirsak yaitu pada hari ke-1 penelitian dan sesudah perlakuan yakni pada hari ke 31. Pemeriksaan atau pengukuran kadar hematologi menggunakan alat Sysmex XT- 2000i yaitu suatu sistem alat pengukuran hematologi secara otomatis yang memanfaatkan kekuatan aliran neon cytometry dan hidrodinamik. Prinsip kerja Sysmex XT- 2000i memiliki keunikan, yang dapat memberikan sensitivitas yang diperlukan untuk mengukur dan membedakan jenis sel dalam darah utuh dan cairan sampel tubuh. Teknologi fluorescent dan berfokus hidrodinamik memungkinkan analisa yang mengklasifikasikan WBC normal, RBC, dan populasi trombosit (Syxmex Amerika Inc, 2012). Hasil pemeriksaan sistem hematologi dianalisis sebarannya dengan uji statistik non parametrik yakni Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui normalitas data. Selanjutnya dilakukan uji paired T-test untuk membandingkan nilai pre dan post perlakuan apakah sama atau berbeda serta untuk memperoleh nilai signifikansinya. Selanjutnya dilakukan uji One Way Anova dengan taraf kepercayaan 95%. Tujuan pemilihan analisis dengan One Way Anova adalah untuk membandingkan rata-rata dari tiga kelompok atau lebih dan juga untuk memberikan informasi perbedaan antar kelompok. Tahap analisis lebih lanjut setelah uji One Way Anova adalah uji Scheffe yang bertujuan untuk menegaskan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
perbandingan rata-rata antar kedua kelompok sampel. Apabila hasil uji normalitas menunjukkan distibusi data tidak normal atau data tidak homogen maka uji yang digunakan adalah uji Kruskal-Wallis dan selanjutnya uji Mann-Whitney. 1. Hasil pemeriksaan sistem hematologi pada tikus jantan a.
Pemeriksaan terhadap kadar hemoglobin tikus jantan Hasil analisis hemoglobin tikus jantan (tabel I) menunjukkan perbandingan rata-rata kadar hemoglobin pre dan post perlakuan dosis infusa daun sirsak dan aquadest. Pada kelompok perlakuan dosis infusa daun sirsak 108 mg/kgBB dan 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) kadar hemoglobin pre dan post perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari sedangkan pada perlakuan dosis infusa daun sirsak 180; 301 mg/kgBB menunjukkan perbedaan tak bermakna. Perbedaan bermakna ini mengandung arti bahwa terjadi peningkatan kadar hemoglobin setelah perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari berdasarkan nilai Mean±SEM. Pada perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB data Mean±SEM adalah pre perlakuan 15,82±0,32 dan post perlakuan 16,42±0,15. Analisis pre dan post ini, menunjukkan peningkatan hemoglobin namun apabila dilihat perbandingan antara data hemoglobin post perlakuan dengan kelompok kontrol melalui uji Scheffe menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (tabel II). Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kadar hemoglobin pada dosis 108 mg/kgBB bersifat individual. Fenomena yang sama terlihat pada perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB dengan Mean ±SEM hemoglobin yaitu pre perlakuan 15,40±0,29 dan post perlakuan 16,66±0,20.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB dan 301 mg/kgBB, menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna terhadap kadar hemoglobin tikus jantan artinya perlakuan infusa daun sirsak tidak menimbulkan perubahan kadar hemoglobin setelah perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi fisiologi tikus jantan dalam keadaan sehat dan normal sehingga kadar hemogloabin juga normal. Dapat dievaluasi juga dari penambahan berat badan dari waktu ke waktu (0-30 hari) (tabel LIII ) juga pola makan dan minum yang baik dan normal karena tikus jantan dalam masa perkembangan (gambar 27 ). Setelah analisis pre dan post perlakuan kadar hemoglobin, maka tahap selanjutnya adalah analisis post perlakuan infusa daun sirsak kadar hemoglobin selama 30 hari menggunakan One Way Anova yang akan dibandingkan dengan kontrol. Tujuan analisis One Way Anova adalah untuk membandingkan lebih dari dua rata-rata maka hal ini sesuai karena dalam penelitian ini terdiri dari lebih dari dua rata-rata. Hasil uji normalitas kadar hemoglobin menunjukkan nilai probabilitas 0,144 maka p>0,05. Distribusi data hemoglobin pada tikus jantan adalah normal maka dapat dilakukan analisis lanjutan One Way Anova yang bertujuan untuk menguji signifikansi dan mengambil kesimpulan tentang perubahan kadar hemoglobin tikus jantan setelah perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari dibandingkan dengan kontrol. Hasil uji One Way Anova untuk kadar hemoglobin setelah perlakuan infusa daun sirsak menunjukkan nilai signifikansi/nilai probabilitas sebesar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
0,514 (p>0,05). Nilai probabilitas ini menggambarkan adanya perbedaan tidak bermakna kadar hemoglobin antar kelompok perlakuan. Untuk menegaskan apakah terjadi perbedaan secara nyata perubahan kadar hemoglobin yang bermakna antar kelompok perlakuan infusa daun sirsak dibandingkan dengan kontrol aquadest maka dilakukan analisis post hoct test (uji Scheffe) (lihat tabel II). Uji Scheffe digunakan juga untuk menilai hubungan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis perlakuan infusa daun sirsak. Hasil yang diperoleh pada perlakuan antar kelompok menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna untuk semua dosis jika dibandingkan terhadap kontrol aquadest. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Sebagai penegasannya dapat dilihat pada diagram batang (gambar 1), yang menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksik dan dosis. Perlakuan infusa daun sirsak dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan hemoglobin masih dalam range normal, dan peningkatan ini bersifat individual. Dapat dikatakan juga bahwa konsumsi infusa daun sirsak berguna untuk keadaan orang yang anemia sebab tidak menimbulkan gangguan hemoglobin. Anemia merupakan keadaan kekurangan hemoglobin. Peranan hemoglobin sangat
berguna sebagai
alat
transportasi
oksigen
dan
karbondioksida yang dibawa ke seluruh tubuh. Jadi, jika terjadi anemia maka pasokan oksigen menjadi berkurang sehingga kebutuhan oksigen yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
diperlukan oleh berbagai jaringan dan organ tubuh menjadi berkurang. Gejala dan tanda anemia adalah pusing, lesu, kongjungtiva pucat, cepat lelah (Waterbury, 1998). Tabel I. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hemoglobin tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM
Perlakuan
Kadar Hemoglobin Pre (g/dL) Post (g/dL) Mean ±SEM Mean ±SEM
Nilai p
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB
15,82±0,32
16,42±0,15
0,034B
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB
15,36±0,24
15,92±0,73
0,537TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB
15,62±0,20
15,92±0,54
0,549TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB
15,40±0,29
16,66±0,20
0,001B
Kontrol Aquadest 8333 mg/kg BB 15,46±0,41 17,04±0,54 TB= perbedaan tidak bermakna (p>0,05) B= perbedaan bermakna (p<0,05)
0,077TB
Gambar 1. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar hemoglobin tikus jantan antar kelompok perlakuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Tabel II. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus jantan setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05 IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest
b.
Pemeriksaan terhadap kadar eritrosit tikus jantan Hasil analisis kadar eritrosit (tabel III), menunjukkan perbandingan rata-rata kadar eritrosit tikus jantan pada pre dan post perlakuan. Dapat dilihat pada tabel III bahwa pada dosis infusa daun sirsak 503 mg/kgBB terjadi peningkatan kadar eritrosit dari
nilai Mean±SEM
yakni pre
8,10±0,19 dan post 8,65±0,13 dengan nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (0,004<0,05) artinya terdapat perbedaan bermakna antara pre dan post perlakuan infusa daun sirsak. Namun peningkatan ini, sangat kecil dan masih dalam batas normal serta bersifat individual. Selanjutnya untuk menilai apakah pada dosis ini memiliki perbedaan secara nyata maka di lakukan uji Scheffe. Hasil uji Scheffe yang diperoleh bahwa infusa daun sirsak 503 mg/kgBB memiliki perbedaan yang tidak bermakna (tabel IV). Dengan hasil uji Scheffe ini yang menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada diagram batang (gambar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
2), juga menunjukkan tidak adanya hubungan kekerabatan dengan dosis. Untuk infusa daun sirsak 108 mg/kgBB, 180 mg/kgBB, 301 mg/kgBB, hasil uji paired t-test menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (tabel IV) dengan nilai p>0,05. Untuk uji One Way Anova, hasil analisis menunjukkan p= 0,717 maka P>0,05. Jika diamati pada tabel IV, hasil analisis uji Scheffe menunjukkan bahwa pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak yang dibandingkan dengan kontrol memiliki perbedaan tidak bermakna. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan kekerabatan spektrum efek toksik dan dosis, diagram batang (gambar 2) juga mempertegas hal tersebut. Nilai eritrosit digunakan untuk memantau derajat anemia. Jadi, peningkatan eritrosit dalam menunjukkan bahwa tikus jantan tidak mengalami anemia. Tabel III. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eritrosit darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM
Perlakuan
Kadar Eritrosit Pre (juta/µL) Post (juta/µL) Mean ±SEM Mean ±SEM
p
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB
8,27±0,27
8,42±0,16
0,497TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB
8,16±0,14
8,39±0,41
0,624TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB
8,14±0,24
8,46±0,28
0,377TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB
8,10±0,19
8,65±0,13
0,004B
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 8,20±0,32 9,00±0,29 0,099TB TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05 B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Gambar 2. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar eritrosit tikus jantan antar kelompok perlakuan Tabel IV. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest
c.
Pemeriksaan terhadap kadar hematokrit tikus jantan Hasil analisis kadar hematokrit baik pada tabel V dan Tabel VI menunjukkan bahwa pada pada semua peringkat dosis maupun kontrol aquadest
menunjukkan
perbedaan
tidak
bermakna
karena
nilai
probabilitasnya semuanya lebih besar dari 0,05. Meskipun pada Tabel V menunjukkan hasil uji paired T-test, nilai Mean±SEM untuk dosis tertentu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
mengalami peningkatan maupun penurunan kadar hematokrit namun perubahan kadar tersebut masih dalam batas normal dan bersifat individual. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai p=0,673 (p>0,05), selanjutnya hasil uji Scheffe untuk membandingkan data post kadar hematokrit dengan data pada kelompok kontrol aquadest (tabel VI). Hal ini menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna yang menandakan tidak adanya efek toksisitas yang dialami oleh tikus jantan serta mengungkapkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada diagram batang (gambar 3), dapat diamati bahwa perbedaan mean pada pre dan post perlakuan tidak ada hubungan spektrum efek toksik dengan dosis. Nilai hematokrit menunjukkan presentase sel darah merah dalam seluruh volume darah. Peningkatan nilai hematokrit menunjukkan adanya konsentrasi darah yang semakin kental, diasumsikan bahwa banyak plasma darah yang keluar dari pembuluh darah. Jika terjadi penurunan hematokrit maka konsentrasi darah menurun dan hal ini terjadi pada orang yang anemia. Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa infusa daun sirsak tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai hematokrit. Tabel V. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hematokrit tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk mean±SEM Perlakuan Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB
Kadar hematokrit Pre (%) Post (%) Mean ±SEM Mean ±SEM
Nilai p
50,04±1,48
48,34±0,51
0,172TB
47,44±0,89
45,66±2,5
0,534TB
49,08±0,5 47,20±2,1 0,433TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 48,96±0,73 47,82±0,43 0,135TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 47,72±1,33 48,74±1,02 0,597TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Gambar 3. Diagram batang rata-rata ± SEMpengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar hematokrit tikus jantan antar kelompok perlakuan Tabel VI. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest
d.
Pemeriksaan terhadap kadar leukosit tikus jantan Analisis data kadar leukosit antara pre dan post perlakuan infusa daun sirsak yang di uji dengan paired T-test menunjukkan bahwa data infusa daun sirsak 180 mg/kgBB; 301 mg/kgBB; 503 mg/kgBB berbeda bermakna yakni peningkatan jumlah leukosit setelah perlakuan infusa daun sirsak dilihat dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
nilai Mean±SEM. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai probabilitas 0,103 (p>0,05). Hasil uji Scheffe (tabel VIII) yang membandingkan jumlah leukosit post perlakuan dengan jumlah leukosit kelompok kontrol menunjukkan hasil semua kelompok berbeda tidak bermakna. Hal ini berarti, tidak ditemukan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Diagram batang pada gambar 4, memperlihatkan penegasan tidak ada kekerabatan spektrum efek toksik dan dosis. Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hematopoetik. Peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut sedangkan penurunan jumlah leukosit (leukopenia) menunjukkan infeksi juga terutama pada infeksi virus, malaria, SLE. Pada penelitian ini menunjukkan peningkatan namun peningkatan leukosit ini tidak bermakna, kemungkinan memang terjadi infeksi namun infeksi ini tidak bermakna. Tabel VII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar leukosit darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM Perlakuan
Kadar Leukosit Pre (µL) Mean ±SEM 10.104 ± 1190,06
Post (µL) Mean ±SEM 14.938 ± 1700,79
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB
9.906 ± 1.062, 29
14.660± 737,17
8.384 ± 1166, 12
13.634± 957,72
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB
9.154 ± 1067,33
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB
p 0,080TB 0,025 B 0,045 B 0,003 B
14.098 ± 613,50 18.072 ± 1461, 8.908 ± 345,07 805 0,005 TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05 B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Gambar 4. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar leukosit tikus jantan antar kelompok perlakuan Tabel VIII. Hasil uji Scheffe kadar leukosit tikus jantan setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan (mg/kg BB)
IDS 108
IDS 180
IDS 301
IDS 503
KA 8333
IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05 IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest
e.
Pemeriksaan terhadap kadar MCV tikus jantan Hasil analisis kadar MCV dengan uji paired T-test (tabel IX), pada kelompok infusa daun sirsak 108 mg/kgBB; 180 mg/kgBB memperlihatkan perbedaan tidak bermakna sedangkan untuk infusa daun sirsak 301 mg/kgBB; dan 503 mg/kgBB hasil uji paired T-test menunjukkan perbedaan yang bermakna.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Tahap uji selanjutnya adalah uji One Way Anova diperoleh nilai p= 0,070. Hal ini berarti p>0,05 jadi terdapat perbedaan tidak bermakna antar kelompok perlakuan. Maka untuk melihat ketegasan hasil kebermaknaan dan ketidakbermaknaan yang telah ditunjukkan oleh tabel IX, dilanjutkan uji Scheffe. Sekaligus hasil analisis uji Scheffe (Tabel X) dapat menjadi parameter untuk menilai ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan data kadar MCV post perlakuan dengan kontrol aquadest. Aquadest digunakan sebagai kontrol karena yang menjadi pelarut serbuk daun sirsak dalam pembuatan infusa daun sirsak. Hasil yang diperoleh dari uji Scheffe, menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan dengan infusa daun sirsak maupun pada kelompok kontrol. Dapat dilihat hasil uji Scheffe pada tabel X. Hal ini menandakan bahwa perlakuan infusa daun sirsak dan aquadest tidak menimbulkan perbedaan tidak bermakna terhadap kadar MCV tikus jantan. Diagram batang pada gambar 5, menunjukan bahwa tidak terdapat kekerabatan antara efek toksik dengan dosis. MCV digunakan untuk menunjukkan indeks penentuan ukuran sel darah merah. Hal ini juga untuk menilai jenis anemia apakah termasuk normokromik atau normositik. Pada penelitian ini terlihat dari nilai mean dan SEM seiring peningkatan dosis menunjukkan penurunan MCV, namun dalam penegasan dengan uji Scheffe penurunan MCV yang tidak bermakna.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Tabel IX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCV darah tikus jantan tiap kelompok dalam bentuk Mean±SEM Perlakuan
Kadar MCV
Nilai p
Pre (fl) Mean ±SEM
Post (fl) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB
58,64±1,52
57,48±0,96
0,451TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB
58,18±0,91
54,38±0,80
0,005B
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB
60,48±1,63
55,72±0,92
0,019B
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB
60,48±0,62
55,32±0,53
0,000B
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 58,34±1,44 54,24±0,78 0,017B Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05 B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 5. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar MCV tikus jantan antar kelompok perlakuan Tabel X. Hasil uji Scheffe kadar MCV setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05 IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/gBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
f.
61
Pemeriksaan terhadap kadar MCH tikus jantan Hasil analisis paired T-test pada kadar MCH (tabel XI), infusa daun sirsak 108; 180; 301; 503 (mg/kg BB) serta kontrol aquadest (8333 mg/kgBB) diperoleh nilai p>0,05, hal ini berarti terdapat perbedaan tidak bermakna. Hasil uji One Way Anova juga diperoleh nilai p=0,541. Untuk mempertegas hasil ketidakbermaknaan perbedaan kadar MCH maka dilanjutkan lagi dengan uji Scheffe pada tiap kelompok perlakuan infusa daun sirsak setelah 30 hari dibandingkan dengan kontrol. Hasil uji Scheffe (tabel XII), untuk semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak dibanding kontrol menunjukkan perbedaan tidak bermakna. Dapat dikatakan bahwa pada kadar MCH tidak ada kekerabatan spektrum efek toksik dan dosis. Diagram batang gambar 6, menggambarkan bahwa infusa daun sirsak tidak mempengaruhi kadar MCH tikus jantan. MCH merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui jenis anemia berdasarkan berat hemoglobin rata-rata dalam sel darah merah.
Tabel XI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCH darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM Kadar MCH Perlakuan p Pre (pg) Post (pg) Mean ±SEM Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB
19,16±0,38
19,52±0,32
0,426TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB
18,84±0,17
19,02±0,35
0,651 TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB
19,24±0,45
18,96±0,32
0,226 TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB
19,00±0,31
19,22±0,13
0,410 TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB
18,88±0,33
18,92±0,16
0,916 TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
Gambar 6. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar MCH tikus jantan antar kelompok perlakuan Tabel XII. Hasil uji Scheffe kadar MCH setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/gBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
g.
Pemeriksaan terhadap kadar MCHC tikus jantan Uji paired T-test kadar MCHC (tabel XIII) pada kelompok infusa daun sirsak dan kelompok perlakuan aquadest menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada perlakuan infusa daun sirsak 108, 180, dan 301 mg/kgBB sedangkan pada infusa daun sirsak 503 mg/kgBB dan kelompok kontrol aquadest 8333 mg/kgBB diperoleh perbedaan yang bermakna. Jadi, perbedaan bermakna yang terjadi adalah bersifat individual saja. Hasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
analisis One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,475 maka nilai p>0,05 yang berarti terjadi perbedaan tidak bermakna pada tiap kelompok perlakuan. Untuk mempertegas ada tidaknya kebermaknaan pada hasil uji sebelumnya (tabel XIII), maka dilanjutkan dengan uji Scheffe yang bertujuan membandingkan data post antar kelompok perlakuan infusa daun sirsak dibandingkan dengan kontrol. Dan tujuan uji ini juga dapat digunakan untuk menilai ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji Scheffe (tabel XIV) menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak memberikan pengaruh signifikan. Hasil uji ini juga menjadi parameter penilaian ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada uji ini menunjukkan tidak adanya tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dapat dilihat pada gambar 7, diagram batang rata-rata kadar MCHC juga menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksis dengan dosis. MCHC digunakan untuk menilai jenis anemia berdasarkan konsentrasi rata-rata dalam sel darah merah. Semakin kecil sel darah merah, maka semakin tinggi konsentrasinya. Penurunan MCHC menunjukkan kondisi anemia mikrositik, kekurangan besi sedangkan peningkatan MCHC menunjukkan adanya sferositosis. Pada penelitian ini, terdapat peningkatan kadar MCHC dilihat dari nilai Mean ± SEM perbandingan pre dan post perlakuan infusa daun sirsak (tabel XIII). Namun peningkatan ini tidak signifikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
Tabel XIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCHC darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM Kadar MCHC Perlakuan
Pre (g/dL) Mean ±SEM
Post (g/dL) Mean ±SEM
Nilai p
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 31,66±0,49 33,98±0,12 0,006B Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 32,40±0,25 34,96±0,61 0,005 TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 31,84±0,17 34,04±0,45 0,007 B Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 31,44±0,39 34,70±0,20 0,003 B Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 32,40±0,25 34,94±0,38 0,001 B TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 7. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar MCHC tikus jantan antar kelompok perlakuan Tabel XIV. Hasil uji Scheffe kadar MCHC setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/gBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
h.
65
Pemeriksaan terhadap kadar RDW tikus jantan Pada tabel XV, diperoleh hasil analisis data kadar RDW pre dan post perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari. Pada dosis infusa daun sirsak 301 mg/kgBB; 503 mg/kgBB serta kelompok kontrol diperoleh nilai p<0,05 maka hal ini berarti ada perubahan berbeda bermakna pada kadar RDW dengan dosis infusa daun sirsak 301 mg/kgBB; 503 mg/kgBB dan kontrol 8333 mg/kgBB. Perubahan kadar RDW menunjukkan adanya peningkatan kadar RDW dilihat dari nilai Mean±SEM. Peningkatan ini masih dalam batas normal karena apabila dilihat hasil analisis Scheffe data post perlakuan infusa daun sirsak dibandingkan terhadap kontrol (tabel XVI) terdapat perbedaan tidak bermakna. Pada dosis infusa daun sirsak 108; 180 mg/kgBB hasil analisis data pre dan post menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Jadi untuk kedua dosis ini berbeda tidak bermakna. Selanjutnya setelah pengujian dengan paired t-test, antara data RDW pre dan post maka dilakukan uji One Way Anova untuk melihat pengaruh infusa daun sirsak terhadap tiap-tiap kelompok perlakuan infusa daun sirsak yang dibandingkan dengan kontrol. Hasil One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,972 yang mengandung arti bahwa terjadi perbedaan tidak bermakna pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak pada kadar RDW. Uji lanjutan setelah uji One Way Anova adalah uji Scheffe untuk melihat perbandingan data post kadar RDW dibandingkan dengan data RDW pada kelompok kontrol aquadest . Selain itu juga hasil uji Scheffe dapat digunakan sebagai indikator penilaian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil analisis uji Sheffe (tabel XVI) memperlihatkan perbandingan infusa daun sirsak dibandingkan dengan kontrol maka pada semua dosis berbeda tidak bermakna.
Pada gambar 8, diagram batang rata-rata kadar RDW
menunjukkan tidak adanya kekerabatan spekrum efek toksik dibandingkan dengan kontrol. RDW digunakan untuk mengukur kisaran ukuran sel darah merah, dan menjadi parameter penilaian jenis anemia. Pada penelitian ini, kadar RDW menunjukkan perubahan yang tidak signifikan.
Tabel XV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar RDW darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam benttuk Mean±SEM Kadar RDW Perlakuan
Nilai p
Pre (%)
Post (%)
Mean ±SEM
Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB
17,06±0,51
18,84±0,34
0,086TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB
17,40±0,32
18,92±0,95
0,170 TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB
17,50±0,71
19,16±0,74
0,020 B
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB
17,58±0,37
18,98±0,22
0,032 B
Kontrol aquadest 503 mg/kg BB
16,86±0,45
19,36±0,33
0,001 B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
Gambar 8. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar RDW tikus jantan antar kelompok perlakuan Tabel XVI. Hasil uji Scheffe kadar RDW setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
i.
Pemeriksaan terhadap kadar trombosit (PLT) tikus jantan Analisis data pre dan post perlakuan pada kadar trombosit (PLT) (tabel XVII) menunjukkan infusa daun sirsak 108; 180; 301; 503; dan kontrol aquadest 8333 mg/kgBB berbeda tidak bermakna dilihat dari nilai probabilitas masing-masing dosis ini lebih besar dari 0,05. Hasil uji One Way
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Anova diperoleh nilai probabilitasnya 0,552 (p>0,05), hal ini berarti pengaruh perlakuan infusa daun sirsak pada tiap kelompok perlakuan berbeda tidak bermakna. Uji selanjutnya adalh uji Scheffe untuk membandingkan data kadar trombosit
(PLT) post perlakuan pada tiap kelompok yang dibandingkan
terhadap kontrol. Hasil yang diperoleh menunjukkan pada semua peringkat dosis berbeda tidak bermakna (dapat dilihat pada tabel XVIII). Hasil uji Scheffe ini juga mengungkapkan bahwa tidak ada kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dapat dilihat penegasannya pada diagram batang (gambar 9) yang turut mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dari semua analisis data ini dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak mempengaruhi kadar trombosit pada tikus jantan. Trombosit berguna untuk membantu pembekuan darah. Peningkatan trombosit (trombositosis) berhubungan dengan indikasi adanya kanker, sedangkan penurunan trombosit yang ekstrim berkaitan dengan pendarahan spontan dalam jangka waktu yang lama, peningkatan waktu pendarahan. Pada penelitian ini, terjadi peningkatan trombosit namun peningkatan ini masih dalam batas normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
Tabel XVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar trombosit (PLT) darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM Kadar trombosit (PLT) Pre (µL) Perlakuan Nilai p Post( µL) Mean ±SEM Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 944.800 ± 0 1.077.000 ± 51.087, 18 0,066TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 1.158.000 ± 36.855, 66 1.030.000 ± 59.516, 38 0,198TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 903.800 ± 61.663,11 998.200 ± 64.623,06 0,125TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 823.400 ± 51.903,37 951.600 ± 24.636,55 0,167TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 917.200 ± 38.575,12 964.800 ± 75.135, 47 0,407TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 9. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar trombosit (PLT) tikus jantan antar kelompok perlakuan Tabel XVIII. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
j.
70
Pemeriksaan terhadap kadar limfosit tikus jantan Hasil analisis data kadar limfosit disediakan pada tabel XIX, tabel XX dan gambar 10. Pada analisis data kadar limfosit tabel XIX merupakan hasil analisis data paired T-test yang berguna untuk membandingkan data kadar limfosit sebelum perlakuan infusa daun sirsak dan perlakuan kontrol aquadest dengan data kadar limfosit sesudah perlakuan infusa daun sirsak dan perlakuan dengan kontrol aquadest. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai probabilitas 0,585 maka nilai p>0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan tidak bermakna pada perubahan kadar limfosit sebelum (pre) dan sesudah (post) perlakuan infusa daun sirsak. Untuk menilai dan menegaskan ketidakbermaknaan ini maka dilakukan uji lanjutan yakni uji Scheffe. Tujuan uji Scheffe adalah untuk mengetahui ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji ini terdapat pada tabel XX yang menunjukkan bahwa pada semua peringkat dosis, perlakuan infusa daun sirsak berbeda tidak bermakna. Pada gambar 10, diagram batang juga menunjukkan bahwa tidak ada kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil analisis terhadap kadar limfosit menunjukkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar limfosit. Limfosit berperan dalam proses inflamasi, menyerang dan membunuh kuman, membuat antibodi/immunoglobulin sebagai respon imun seluler tubuh. Peningkatan limfosit (limfosistosis) biasanya terjadi pada orang yang mengidap penyakit virus, penyakit bakteri, gangguan hormonal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
sedangkan penurunan limfosit (limfopenia) biasanya terjadi pada penyakit Hodgkin, luka bakar. Limfopenia ini menandakan bahwa seseorang dalam bahaya/sangat rentan terhadap infeksi terutama terhadap infeksi virus. Berdasarkan laporan penelitian Arthur, Terlabi and Larbie (2011), mengenai uji toksisitas akut dan subkronis ekstrak air daun sirsak yang dilakukan selama 14 hari yang diberikan pada mencit albino bahwa terjadi peningkatan limfosit seiring dengan peningkatan dosis. Namun, dalam penelitian ini ditemukan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan limfosit. Tabel XIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar limfosit darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM Kadar Limfosit Perlakuan p Pre (%) Post (%) Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 76,2±3,54 75,6±2,56 0,822TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 72,2±2,48 70,0±4,37 0,432TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 69,4±1,75 74,8±1,74 0,055TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 76,6±1,53 76,2±1,06 0,845TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 76,0±1,70 75,6±3,78 0,882TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05;B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 10. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar limfosit tikus jantan antar kelompok perlakuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
Tabel XX. Hasil uji Scheffe kadar limfosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
k.
Pemeriksaan terhadap kadar monosit tikus jantan Analisis kadar monosit dengan paired T-test antara kelompok perlakuan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest sebelum dan sesudah perlakuan selama 30 hari. Tujuan uji ini adalah untuk melihat pengaruh perlakuan infusa daun sirsak terhadap kadar monosit sebelum (pre) dan setelah (post) perlakuan di setiap kelompok. Seperti pada analisis data pada komponen sistem hematologi lainnya, data kadar monosit juga dianalisis dengan One Way Anova untuk menilai pengaruh perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari pada tiap kelompok perlakuan. Sesuai tabel XXI, infusa daun sirsak 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan bermakna. Perbedaan bermakna ini, karena terjadi peningkatan kadar monosit yakni pada pre (sebelum perlakuan) 4,6±0,60 dan post (sesudah perlakuan) 6,2±0,73. Untuk melihat penegasan hasil kebermaknaan ini maka dapat dianalisis dengan uji Scheffe sekaligus untuk melihat kekerabatan spektrum
efek toksik dengan dosis. Hasil uji Scheffe
memperlihatkan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB yang dibandingkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
terhadap kontrol berbeda tidak bermakna. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perubahan kadar monosit adalah masih dalam batas normal. Penurunan monosit biasanya tidak mengindikasikan adanya penyakit, namun mengindikasikan
adanya
stress,
penggunaan
obat
glukokortikoid,
myelotoksik, dan imunosupresan. Peningkatan monosit menandakan adanya infeksi virus, bakteri, parasit tertentu. Infusa daun sirsak 108; 180; 301 mg/kgBB yang diuji dengan paired T-test menunjukkan perbedaan tidak bermakna. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai probabilitaas 0,756 maka p>0,05. Hal ini berarti, perlakuan infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar monosit. Pada uji Scheffe, hasil yang diperoleh bahwa pada semua peringkat dosis berbeda tidak bermakna (dapat dilihat pada tabel XXII). Gambar 11 menunjukkan diagram batang rata-rata kadar monosit setelah perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari. Berdasarkan hasil analisis uji Scheffe dan diagram batang (gambar 11), dapat disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari tidak mempengaruhi perubahan kadar monosit. Dalam penelitian ini, tidak ditemukan perubahan kadar monosit yang menunjukkan adanya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Tabel XXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar monosit tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM Perlakuan
Kadar monosit
Nilai p Pre (%) Post (%) Mean ±SEM Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 4,4±1,02 6±0,70 0,256TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 6±0,83 5,8±0,97 0,876TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 7±0,77 5,6±0,87 0,052TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 4,6±0,60 6,2±0,73 0,003B Kontro aquadest 8333 mg/kg BB 5,2±0,86 4,4±1,60 0,654TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Gambar 11. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar monosit tikus jantan antar kelompok perlakuan Tabel XXII. Hasil uji Scheffe kadar monoosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 0,503 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,0 IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
l.
Pemeriksaan terhadap kadar neutrofil tikus jantan Tabel XXIII merupakan data hasil analisis paired T-test pada kadar neutrofil sebelum (pre) dan setelah (post) perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari. Dari data yang disajikan dalam Tabel XXIV, menunjukkan perbedaan tidak bermakna. Selanjutnya untuk mengetahui lebih tegas perbedaan tersebut maka dilanjutkan dengan uji One Way Anova. Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,477. Artinya pemberian infusa daun sirsak yang dibandingkan dengan kontrol
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
selama 30 hari tidak memberikan pengaruh pada tiap-tiap kelompok perlakuan. Analisis uji Scheffe dapat digunakan untuk melihat ada tidak kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji Scheffe (Tabel XX), menampilkan bahwa data kadar neurofil sesudah perlakuan dibandingkan dengan kontrol aquadest berbeda tidak bermakna. Maka, dapat disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari tidak mempengaruhi kadar neutrofil tikus jantan. Dapat dilihat juga pada diagram batang (gambar 12), menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksik denagn dosis. Neutrofil berfungsi sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba melalui fagositosis. Sel neutrofil memiliki peranan penting dalam kerusakan jaringan seperti asma dan radang perut. Peningkatan persentase neutrofil disebabkan oleh infeksi jadi infeksi bakteri dan parasit, gangguan metabolit, pendarahan dan gangguan myeloproliferatif. Peningkatan persentase neutrofil (neutropenia) dapat disebabkan oleh peningkatan kerusakan sel, gangguan hormonal. Pada penelitian ini, hasil uji paired T-test (tabel XI), menunjukkan peningkatan maupun penurunan persentase neutrofil dilihat dari nilai Mean±SEM. Namun peningkatan dan penurunan ini tidak signifikan sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan infusa daun sirsak tidak mempengaruhi perubahan kadar neutrofil.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Tabel XXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar neutrofil darah tikus jantan tiap kelompok Perlakuan
Kadar Neutrofil
p
Pre (%) Mean ±SEM
Post (%) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB
17,8±3,6
17,00±2,12
0,732TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB
19,6±1,91
21,8±4,35
0,520TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB
22,4±1,75
18,6±1,29
0,121TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB
15,6±1,57
15,4±1,74
0,908TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 17,2±1,59 19,4±2,03 0,207TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 12. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar neutrofil tikus jantan antar kelompok perlakuan Tabel XXIV. Hasil uji Mann-Whitney kadar neutrofil setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 0,503 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
m. Pemeriksaan terhadap kadar eosinofil tikus jantan Pada uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov diperoleh kadar eosinofil tikus jantan menunjukkan nilai p<0,05 yaitu 0,006. Nilai probabilitas ini menandakan bahwa distribusi data kadar eosinofil pada tikus jantan antar kelompok perlakuan adalah tidak normal. Dengan demikian analisis data menggunakan analisis/uji non-parametrik Kruskal Wallis dan analisis post hoc untuk uji Kruskal Wallis yakni uji Mann-Whitney. Tabel XXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eosinofil darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM Kadar Eosinofil Perlakuan p Pre (%) Post (%) Mean ±SEM Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB
1,6±0,24 2,2±0,73 1,2±0,20 3,2±2,20
1,4±0,40 2,4±1,40 1±0,44 2,2±0,73
0,749TB 0,799TB 0,621TB 0,719TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB
1,6±0,24
0,6±0,24
0,034B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 13. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar eosinofil tikus jantan antar kelompok perlakuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
Tabel XXVI. Hasil uji Mann-Whitney kadar eosinofil tikus jantan setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB B KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
Pada tabel XXV, menunjukkan uji paired T-test kadar eosinofil pre dan post perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari. Infusa daun sirsak 108, 180, 301 dan 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna artinya perubahan kadar eosinofil tidak berbeda bermakna pada tiap kelompok perlakuan akibat perlakuan infusa daun sirsak. Namun pada kelompok kontrol aquadest terdapat perbedaan yang bermakna. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi patofisiologis tikus jantan. Uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji Kruskal-Wallis yaitu uji non parametrik untuk menguji perbedaan lebih dari dua kelompok tidak berpasangan yang memiliki distribusi data tidak normal. Hasil uji KruskalWallis menunjukkan nilai probabilitas 0,213, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada perubahan kadar eosinofil antar kelompok perlakuan yang dibandingkan terhadap kelompok kontrol aquadest. Dapat juga dikatakan bahwa infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar eosinofil.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan, maka dilakukan lagi analisis post hoc untuk uji Kruskal-Wallis yaitu uji Mann-Whitney. Melalui uji Mann-Whitney ini juga peneliti dapat mengetahui apakah terdapat kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis akibat perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari seperti halnya uji Scheffe pada komponen-komponen sistem hematologi lainnya dalam penelitian ini yang memiliki distribusi data normal. Hasil analisis post hoc (Mann-Whitney) menunjukkan bahwa antar kelompok perlakuan terdapat perbedaan tidak bermakna satu dengan yang lainnya dan tidak ditemukan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dapat juga dilihat profil diagram batang rata-rata kadar eosinofil (gambar 13) menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Peningkatan eosinofil (eosinofilia) lebih dari 6 % menandakan adanya reaksi alergi dan infeksi
parasit sedangkan penurunan eosinofil
(eosipenia) terjadi pada saat tubuh merespon stres (peningkatan produksi glukokortikosteroid). Pada penelitian ini, pemberian infusa daun sirsak tidak memberikan perubahan persentase eosinofil secara signifikan yang dapat dilihat pada tabel XXVI. n.
Pemeriksaan terhadap kadar basofil tikus jantan dan betina Hasil pengukuran dan hasil pemeriksaan kadar basofil pada tikus jantan dan betina menunjukkan bahwa pada tiap peringkat perlakuan dosis serta kelompok kontrol diperoleh nilai 0. Dengan demikian tidak terjadi perubahan pada nilai kadar basofil pada tikus jantan dan betina. Secara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
normal juga, bahwa range kadar normal basofil adalah 0-2 %. Jadi, sesuai data yang diperoleh maka pemberian infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap kadar basofil. Peningkatan basofil berhubungan dengan leukemia granulositik dan reaksi alergi sedangkan penurunan basofil berkaitan dengan infeksi akut, reaksi stres, terapi steroid jangka panjang. o.
Pemeriksaan terhadap kadar LED jam I dan jam II tikus jantan dan betina Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap LED pada jam I dan jam II tidak ditemukan nilai LED baik pada kelompok kontrol maupun tiap tingkat kelompok perlakuan dosis infusa daun sirsak pada tikus jantan dan tikus betina. Maka dapat dikatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak memberikan pengaruh terhadap ada tidaknya LED baik pada jam I maupun LED jam II tikus jantan dan betina. Peningkatan LED terjadi pada kondisi infeksi akut dan kronis sedangkan penurunan LED terjadi pada kondisi anemia sel sabit dan polisitemia.
2. Hasil pemeriksaan kadar hematologi secara lengkap pada tikus betina a.
Pemeriksaan terhadap kadar hemoglobin tikus betina. Dalam penelitian ini,
pemeriksaan terhadap kadar hemoglobin
dilakukan pada tikus jantan dan juga tikus betina. Karena adanya perbedaan kadar hemoglobin pada tikus jantan dan tikus betina. Dan aplikasinya pada manusia juga demikian. Tikus jantan mewakili manusia dengan jenis kelamin laki-laki dan tikus betina mewakili jenis kelamin perempuan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Tabel XXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hemoglobin tikus betina tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk Mean±SEM Perlakuan Kadar hemoglobin P Pre (g/dL) Post (g/dL) Mean ±SEM Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 15,05±0,39 16,18±0,36 0,01 B Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 15,38±0,31 15,86±1,07 0,197 TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 15,38±0,22 14,76±0,62 0,475TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 15,10±0,29 16,02±0,27 0,070TB Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB 15,74± 0,57 16,16±0,59 0,303TB Keterangan: TB= berbeda tidak bermakna jika p>0,05 B= berbeda bermakna jika p<0,05
Gambar 14. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar hemoglobin tikus betina antar kelompok perlakuan Tabel XXVIII. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
Hasil analisis data kadar hemoglobin pada tikus betina (tabel XXVII) menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan yang diberi perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB menampilkan perbedaan yang bermakna. Perbedaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
bermakna yang dimaksud adalah terjadi peningkatan kadar hemoglobin dilihat dari nilai Mean±SEM. Pada perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB data Mean±SEM adalah pre perlakuan15,05±0,39 dan post perlakuan 16,18±0,36. Analisis pre dan post ini, menunjukkan peningkatan namun apabila dilihat perbandingan antara data hemoglobin post perlakuan dengan kelompok kontrol melalui uji Scheffe menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (tabel XXVIII). Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kadar hemoglobin pada dosis 108 mg/kgBB masih dalam batas normal dan bersifat individual. Pada infusa daun sirsak 180; 301; 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada uji paired T-test. Perbedaan tidak bermakna ini berarti infusa daun sirsak tidak menimbulkan pengaruh terhadap kadar hemoglobin tikus betina. Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,067, maka nilai p>0,05. Nilai probabilitas ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan tidak bermakna antar kelompok perlakuan. Uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji Scheffe uji ini berguna untuk menegaskan kelompok mana saja yang memiliki perbedaan bermakna dan sekaligus bertujuan untuk mengetahui kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil yang diperoleh pada uji Scheffe ini adalah
perlakuan antar kelompok menunjukkan perbedaan yang tidak
bermakna untuk semua dosis jika dibandingkan terhadap kontrol aquadest. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Dapat dilihat juga bahwa pada gambar 14 diagram batang kadar hemoglobin menunjukkan bahwa tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
terdapat kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hal yang sama seperti pada hasil pemeriksaan hemoglobin pada tikus jantan. Perlakuan infusa daun sirsak dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan hemoglobin namun peningkatan ini bersifat individual. Konsumsi infusa daun sirsak sesuai hasil penelitian menunjukkan peningkatan hemoglobin maka dapat dikatakan bahwa infusa daun sirsak dapat berguna terutama bagi orang yang mengalami anemia. Karena anemia merupakan keadaan kekurangan hemoglobin. Hemoglobin disini berguna sebagai alat transportasi oksigen dan karbondioksida yang dibawa ke seluruh tubuh sehingga dapat mempertahankan keadaan hemoglobin tetap pada range yang normal. b. Pemeriksaan terhadap kadar eritrosit (RBC) tikus betina. Hasil uji paired T-test pada kadar eritrosit pre dan post perlakuan infusa daun sirsak dan kontrol menunjukkan perbedaan bermakna pada dosis infusa daun sirsak 108 mg/kgBB, perbedaan ini dilihat dari nilai mean±SEM yakni terjadi peningkatan kadar eritrosit. Pada pre perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB nilai mean±SEM adalah 7,80±0,18 dan post perlakuan adalah 8,32±0,12. Perbedaan kebermaknaan ini sesungguhnya masih dalam batas normal karena pada hasil uji Scheffe (Tabel XXV) diperoleh bahwa terdapat perbedaan tidak bermakna pada dosis infusa daun sirsak 108 mg/kgBB dibandingkan terhadap kontrol. Hasil uji paired T-test pada dosis infusa daun sirsak 180; 301; 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna yang berarti perlakuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
infusa daun sirsak selama 30 hari tidak berpengaruh terhadap kadar eritrosit. Setelah uji paired T-test tahap uji selanjutnya adalah uji One Way Anova untuk melihat pengaruh pemberian infusa daun sirsak antar kelompok perlakuan selama 30 hari. Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,031 artinya nilai p<0,05.
Nilai probabilitas ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan dibandingkan terhadap kontrol. Uji selanjutnya adalah uji Scheffe untuk melihat ketegasan kelompok perlakuan mana sajakah yang menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dan tujuan uji Scheffe ini juga untuk melihat kekerabatan spektrum efek toksik yang ditimbulkan infusa daun sirsak dengan dosis pada tiap kelompok perlakuan. Hasil yang diperoleh pada uji ini adalah terdapat perbedaan tidak bermakna tiap kelompok perlakuan infusa daun sirsak dan tidak ada hubungan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada diagram batang (gambar 15), mengungkapkan hubungan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Nilai eritrosit digunakan untuk memantau derajat anemia. Jadi peningkatan eritrosit dalam menunjukkan bahwa tikus jantan tidak mengalami anemia. Penurunan eritrosit menunjukkan anemia leukimia, penurunan fungsi ginjal dan talasemia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
Tabel XXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eritosit (RBC) tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM Kadar eritrosit Perlakuan
Pre (juta/µL) Mean ±SEM
Post (juta/µL) Mean ±SEM
Nilai p
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 7,80±0,18 8,32±0,12 0,040B Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 8,03±0,15 7,01±0,5 0,122TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 8,16±0,12 7,64±0,32 0,285TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 7,88±0,15 8,02±0,10 0,188TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 8,29±0,28 8,30±0,28 0,950TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 15. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar eritrosit tikus betina antar kelompok perlakuan Tabel XXX. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit (RBC) tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05 IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
c. Pemeriksaan terhadap kadar hematokrit (HCT) tikus betina Hasil uji paired T-test pada tabel XXXI menunjukkan perbedaan bermakna pada kelompok kontrol aquadest yakni penurunan kadar/nilai hematokrit dilihat dari nilai Mean ± SEM yaitu pada pre perlakuan 49,06±1,8 dan post adalah 49,06±1,8. Apabila dilihat pada hasil uji Scheffe (tabel XXVII) menunjukkan perbedaan tidak bermakna dan hal ini bersifat individual dan tidak dapat mewakili semua kelompok perlakuan. Sedangkan pada perlakuan infusa daun sirsak 108; 180, 301; dan 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada kadar hematokrit. Pada tabel One Way Anova menunjukkan probabilitas 0,137 yang menunjukkan pengaruh infusa daun sirsak berbeda tidak bermakna terhadap kadar/nilai hematokrit tikus betina. Uji Scheffe yang dilakukan setelah uji One Way Anova bertujuan untuk menegaskan perbedaan bermakna dan tidak bermakna pada tiap kelompok perlakuan. Hasil yang diperoleh adalah pada tiap kelompok perlakuan yang dibandingkan terhadap kontrol aquadest berbeda tidak bermakna. Begitu juga pada diagram batang (gambar 16), menggungkapkan tidak adanya kekerabatan antar spektrum efek toksik dan dosis. Peningkatan nilai hematokrit menunjukkan adanya konsentrasi darah yang semakin kental, diasumsikan bahwa banyak plasma darah yang keluar dari pembuluh darah. Jika terjadi penurunan hematokrit maka konsentrasi darah menurun dan hal ini terjadi pada orang yang anemia. Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa infusa daun sirsak tidak memberikan pengaruh yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
signifikan terhadap nilai hematokrit pada tikus betina seperti halnya pada nilai hematokrit tikus jantan. Tabel XXXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hematokrit (HCT) tikus betina tiap kelompok perlakuan disajikan dlm bentuk Mean±SEM Kadar Hematokrit (HCT) Post (%) Perlakuan p Pre (%) Mean ±SEM Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 47,02±1,32 48,72±1,18 0,157TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 49,46±1,05 41,16±3,7 0,063TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 48,78±1,22 42,88±2,47 0,159TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 47,92±1,09 46,78±0,5 0,310TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 49,06±1,8 49,06±1,8 0,001B Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 16. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar hematokrit (HCT) tikus betina antar kelompok perlakuan Tabel XXXII. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit (HCT) tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/gBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
d. Pemeriksaan terhadap kadar leukosit (WBC) tikus betina Pada tabel XXXIII menunjukkan hasil analisis uji paired T-test kadar leukosit tikus betina sebelum perlakuan maupun setelah perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari.
Hasil yang diperoleh adalah terdapat perbedaan
bermakna pada infusa daun sirsak 180, 301 juga kelompok kontrol aquadest 503 mg/kgBB. Perbedaan bermakna ini dilihat dari nilai Mean±SEM yakni terjadi peningkatan leukosit. Pada infusa daun sirsak 180 mg/kgBB nilai Mean ±SEM pada pre perlakuan adalah 9.220±10.35,35 dan pada post perlakuan adalah 13.658±1.503,59 sedangkan pada infusa daun sirsak 301 mg/kgBB nilai Mean±SEM pre perlakuan adalah 7.530±483,29 dan pada post perlakuan 12.860±1.547,03 tetapi apabila dilihat penegasan kebermaknaan ini dengan uji Scheffe yang membandingkan data post kadar leukosit dengan
kontrol
aquadest namun tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna. Peningkatan kadar leukosit masih termasuk masih dalam batas normal dalam penelitian ini. Untuk infusa daun sirsak 018 mg/kgBB dan 503 mg/kgBB, berdasarkan hasil uji paired T-test menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna. Hasil uji One Way Anova menunjukan nilai probabilitas 0,848. Hal ini berarti pemberian infusa daun sirsak tidak memperngaruhi kadar leukosit. Dan perubahan/peningkatan masih dalam batas normal. Hasil uji Scheffe (tabel XXIV) menegaskan bahwa tidak ada
kekerabatan spektrum efek toksik
dengan dosis. Diagram batang (gambar 17) menunjukkan tidak berbeda bermakna, dan tidak adanya hubungan kekerabatan dengan dosis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Peningkatan jumlah leukosit disebabkan oleh leukemia serta gangguan pada sumsum tulang sedangkan penurunan jumlah leukosit disebabkan oleh infeksi virus, leukemia, anemia aplastik (pernisiosa).
Tabel XXXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar leukosit (WBC) tikus betina tiap kelompok Kadar leukosit (WBC) Post (/µL) Perlakuan Nilai p Pre (/µL) Mean ±SEM Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 7.854±952,48 13.806±3.098,04 0,177TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 9.220±1.035,35 13.658±1.503,59 0,014B Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 7.530±483,29 12.860±1.574, 03 0,010B Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 8.518±419,39 13.454±832,57 0,005TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 8.100± 549,73 15.928±2.237,22 0,030B Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 17. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar leukosit (WBC) tikus betina antar kelompok perlakuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
Tabel XXXIV. Hasil uji Scheffe kadar leukosit (WBC) tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
e.
Pemeriksaan terhadap kadar MCV tikus betina Pada tabel XXXV menunjukkan hasil analisis paired T-test kadar MCV sebelum dan sesudah perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari. Pada infusa daun sirsak 108 mg/kgBB diperoleh hasil berbeda bermakna dilihat dari nilai Mean ± SEM yakni terjadi penurunan MCV pada tikus betina. Apabila dilihat perbandingan pre dan post perlakuan infusa daun sirsak, pada semua kelompok perlakuan serta kelompok kontrol aquadest terjadi penurunan kadar MCV. Penurunan kadar MCV ini bersifat individual karena nilai Mean±SEM pada tiap kelompok perlakuan menunjukkan nilai yang semakin meningkat atau semakin menurun seiring peningkatan dosis. Pada infusa daun sirsak 180; 301, 503 mg/kgBB terdapat perbedaan tidak bermakna. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai p 0,459 maka nilai p>0,05 artinya terdapat perbedaan tidak bermakna pada kadar MCV tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari. Hasil uji Scheffe untuk melihat penegasan hasil kebermaknaan antar kelompok perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol aquadest dan menilai kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji Scheffe
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
XXXVI menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada tiap kelompok perlakuan apabila dibandingkan dengan kontrol dan tidak ditemukan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dapat dilihat juga pada gambar 19, diagram batang rata-rata kadar MCV menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada penelitian ini, terdapat penurunan MCV dilihat dari nilai Mean±SEM (tabel XXXV). Namun penurunan MCV pada tikus betina ini, tidak signifikan setelah di analisis dengan uji Scheffe.
Implikasi klinik
terhadap kadar MCV adalah bahwa pada penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa dan talasemia disebut juga anemia mikrositik. Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi valproat, yang disebut juga anemia makrositik.
Tabel XXXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCV tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM Kadar MCV Perlakuan
Nilai p
Pre (fl)
Post (fl)
Mean ±SEM
Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB
60,26±0,76
58,50±1,04
0,033B
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB
61,64±1,36
58,48±2,27
0,060TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB
59,78±0,84
55,96±1,07
0,089TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB
60,78±0,45
58,36±0,9
0,055TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB
59,16±0,53
56,26±0,73
0,048B
Keterangan; TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
Gambar 18. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar MCV tikus betina antar kelompok perlakuan Tabel XXXVI. Hasil uji Scheffe kadar MCV tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 IDS 108
-
TB
TB
TB
TB
IDS 180
TB
-
TB
TB
TB
IDS 301
TB
TB
-
TB
TB
IDS 503
TB
TB
TB
-
TB
KA 8333
TB
TB
TB
TB
-
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mgk/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
f.
Pemeriksaan terhadap kadar MCH tikus betina Hasil analisis data kadar MCH
tikus betina yang mendapat
perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari yang diuji dengan uji paired T-test menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada
kelompok tikus
betina yang mendapat perlakuan infusa daun sirsak 108;, 180;, 503
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
mg/kgBB sedangkan kelompok tikus betina yang menerima perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB menunjukkan perbedaan bermakna. Untuk melihat secara lebih nyata ada tidaknya perbedaan bermakna dan tidak bermakna ini dilanjutkan dengan uji One Way Anova dan uji Scheffe. Uji One Way Anova untuk melihat pengaruh pemberian infusa daun sirsak antar kelompok perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol aquadest sedangkan uji Scheffe untuk melihat kelompok perlakuan mana sajakah yang berbeda secara nyata apabila dibandingkan dengan kontrol aquadest. Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,595. Nilai p>0,05 menunjukkan perbedaan tidak bermakna terhadap kadar MCH antar kelompok perlakuan bila dibandingkan dengan kontrol. Hal ini berarti infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap kadar MCH yang diberikan pada tiap kelompok perlakuan selama 30 hari. Hasil uji Scheffe (tabel XXXIII) juga menentukan bahwa terdapat perbedaan tidak bermakna pada tiap kelompok perlakuan dan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Diagram batang (gambar 19), yang turut menjelaskan bahwa tidak ada kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Tabel XXXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCH tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM Kadar MCH Perlakuan P Pre (pg) Post (pg) Mean ±SEM Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 19,28±0,11 19,42±0,24 0,544TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 19,16±0,33 19,70±0,41 0,015B Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB
18,86±0,14
19,32±0,96
0,110TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB
19,16±0,81
19,98±0,44
0,093TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 19,00±0,11 19,48±0,21 0,058TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
Gambar 19. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar MCH tikus betina antar kelompok perlakuan Tabel XXXVIII. Hasil uji Scheffe kadar MCH tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
g.
Pemeriksaan terhadap kadar MCHC tikus betina Tabel XXXIX merupakan hasil analisis kadar MCHC dengan paired T-test sebelum dan sesudah perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada semua kelompok perlakuan terdapat perbedaan yang bermakna. Perbedaan bermakna yang dimaksud adalah terjadi
peningkatan kadar MCHC dilihat dari nilai
Mean±SEM pada tiap kelompok perlakuan infusa daun sirsak maupun pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kontrol aquadest.
95
Tetapi apabila dilihat hasil uji Scheffe (tabel XL),
terdapat perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan. Hasil uji One Way Anova juga menunjukkan nilai probabilitas 0,354. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tidak bermakna pada kadar MCHC yang mendapat perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari apabila dibandingkan dengan kontrol. Ditemukan informasi juga
bahwa tidak
terdapat kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis dilihat dari hasil uji Scheffe dan profil diagram batang (gambar 20). Peningkatan pada kadar MCHC dalam penelitian ini, dimungkinkan karena ada kaitanya dengan peningkatan hemoglobin pada tikus betina (tabel 27), namun peningkatan ini juga tidak signifikan dan masih dalam batas normal. Tabel XXXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCHC tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM Kadar MCHC Pre (g/dL) Post (g/dL) Mean Perlakuan Nilai p Mean ±SEM ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB
32±0,25 31,1±0,21 31,56±0,47
33,22±0,49 33,86±0,71 34,56±0,60
0,010B 0,007B 0,029B
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB
31,52±0,25
34,24±0,26
0,001B
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 32,08±0,35 34,64±0,51 0,032B Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
Gambar 20. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar MCHC tikus betina antar kelompok perlakuan Tabel XL. Hasil uji Scheffe kadar MCHC tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
h.
Pemeriksaan terhadap kadar RDW tikus betina Tabel XLI menunjukkan perbedaan bermakna kadar RDW tikus betina pada kelompok
infusa daun sirsak 108 mg/kgBB. Perbedaan
bermakna yang dimaksud adalah
peningkatan kadar RDW dari pre
perlakuan dan post perlakuan dilihat dari nilai Mean ± SEM. Nilai Mean ± SEM pre perlakuan 14,88±0,18 dan post perlakuan 18,16±0,31.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
Akan tetapi bila dilihat pada hasil uji scheffe terdapat perbedaan tidak bermakna maka dapat disimpulkan peningkatan kadar RDW masih dalam batas normal. Hasil uji Anova pada kadar RDW menunjukkan nilai probabilitas 0,037. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan. Hasil uji Scheffe dan profil diagram batang kadar RDW menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Perbedaan bermakna yang diperoleh pada kelompok infusa daun sirsak 108 mg/kgBB bersifat individual. Jadi pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari tidak berpengaruh terhadap kadar RDW. RDW digunakan sebagai parameter pengukuran kisaran ukuran sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan beberapa vitamin. Implikasi klinis terhadap peningkatan Red Blood Cell Distribution Width) (RDW) adalah terjadi anemia makrositik dan sebaliknya penurunan RDW menunjukkan adanya anemia jenis mikrositik. Tabel XLI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar RDW tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM Kadar RDW Pre (%) Post (%) Perlakuan Nilai p Mean ±SEM Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 14,88±0,18 18,16±0,31 0,002B Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 15,72±0,52 15,96±0,65 0,817TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 15,22±0,29 16,06±0,74 0,443TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 15,64±0,67 17,46±0,47 0,131TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 15,12±0,59 17,08±0,33 0,036B Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
Gambar 21. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar RDW tikus betina antar kelompok perlakuan Tabel XLII. Hasil uji Scheffe kadar RDW tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
i.
Pemeriksaan terhadap kadar trombosit (PLT) tikus betina. Hasil analisis terhadap kadar trombosit (PLT) tikus betina, menunjukkan bahwa pada perbandingan Mean ± SEM sebelum (pre) dan sesudah (post) perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tidak bermakna pada kelompok infusa daun sirsak 108;, 180; 301 mg/kgBB dan pada kontrol aquadest 8333 mg/kgBB. Pada infusa daun sirsak 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan yang bermakna
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
yaitu peningkatan kadar trombosit (PLT). Namun apabila dilihat pada tabel hasil uji Scheffe, hal menunjukkan perbedaan tidak bermakna. Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,068 dari nilai probabilitas ini dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan tidak perbedaan bermakna pada tiap kelompok perlakuan dan infusa daun sirsak yang diberikan selama 30 hari tidak berpengarruh terhadap kadar trombosit tikus betina. Hasil uji Scheffe (tabel XLIV) menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dapat dilihat juga pada diagram batang rata-rata kadar trombosit/PLT (gambar 22).
Tabel XLIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar Trombosit (PLT) tikus betina tiap kelompok Kadar trombosit Perlakuan Nilai p Pre (/µL) Post (µL) Mean ±SEM Mean ±SEM Infusa daun sirsak 981.600±44.677,28 929.800±1.0931 0,509TB 108 mg/kg BB Infusa daun sirsak 894.200±71.556,55 961.200±34.249,67 0,204TB 180 mg/kg BB Infusa daun sirsak 838.000±36.246,37 885.800±80.071,46 0,576TB 301 mg/kg BB Infusa daun sirsak 958.400±25.669,41 1.188.400±79.169,18 0,037B 503 mg/kg BB Kontrol aquadest 983.200± 20.703,62 908.600±56.875,83 0,214TB 8333 mg/kg BB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
Gambar 22. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar trombosit (PLT) tikus betina antar kelompok perlakuan Tabel XLIV. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
j.
Pemeriksaan terhadap kadar limfosit tikus betina. Hasil analisis terhadap data kadar limfosit tikus betina dengan membandingkan data kadar sebelum (pre) perlakuan dan sesudah (post) perlakuan infusa daun sirsak menunjukkan perbedaaan tidak bermakna pada kelompok infusa daun sirsak 108; 503 mg/kgBB serta kelompok kontrol aquadest. Pada infusa daun sirsak 180;, 301 mg/kgBB terdapat perbedaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
yang bermakna yaitu terjadi penurunan kadar limfosit, dilihat dari nilai Mean ± SEM. Nilai Mean ± SEM infusa daun sirsak 180 mg/kgBB pre perlakuan infusa daun sirsak adalah 78,8±1,96 dan post perlakuan infusa daun sirsak adalah 67,2±3,58 Sedangkan nilai Mean ± SEM infusa daun sirsak 301 mg/kgBB pre perlakuan infusa daun sirsak adalah 77,8±3,39 dan post perlakuan infusa daun sirsak adalah 66,2±3,9. Apabila dilihat tabel XLV, hasil uji Scheffe menunjukkan perbedaan tidak bermakna antar kelompok perlakuan bila dibandingkan dengan dosis. Dan uji scheffe ini dapat dijadikan juga sebagai indikator penilaian kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada hasil uji ini tidak ditemukan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada gambar 22, profil diagram batang rata-rata kadar limfosit menunjukkan bahwa tidak terdapat kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Tabel XLV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar Limfosit tikus betina tiap kelompok Kadar limfosit Pre (%) Post (%) Perlakuan Nilai p Mean ±SEM Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 75±6,53 69,2±2,49 0,478TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 78,8±1,96 67,2±3,58 0,046B Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 77,8±3,39 66,2±3,9 0,045B Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 77,6±2,27 73,8±2,53 0,139TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 77,6±2,42 71,2±3,27 0,056TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
Gambar 23. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar limfosit tikus betina antar kelompok perlakuan Tabel XLVI. Hasil uji Scheffe kadar limfosit tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
k.
Pemeriksaan terhadap kadar neutrofil tikus betina Hasil uji paired T-test kadar neutrofil menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan. Hal ini berarti infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap perubahan
kadar neutrofil.
Selanjutnya pada uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,152. Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa pada tiap kelompok perlakuan terdapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
perbedaan tidak bermakna yang ditimbulkan oleh pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari. Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa tidak terdapat kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dapat juga dilihat pada gambar 23, profil diagram batang rata-rata kadar neutrofil. Tabel XLVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar neutrofil tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM Perlakuan Kadar neutrofil Nilai p Pre (%) Post (%) Mean ±SEM Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 20,2±6,18 22±2,47 0,813TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 17±1,26 26,6±3,64 0,058TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 19,2±3,31 26,8±4,07 0,153TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 15,6±0,93 16±1,51 0,779TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 16,4±2,27 21,8±3,7 0,090TB Keterangan: TB= berbeda tidak bermakna jika p>0,05 B= berbeda bermakna jika p <0,05
Gambar 24. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar neutrofil tikus betina antar kelompok perlakuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
Tabel XLVIII. Hasil uji Scheffe kadar neutrofil tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan (mg/kg IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
l.
Pemeriksaan terhadap kadar monosit tikus betina Hasil uji normalitas kadar monosit tikus betina dengan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai probabilitas 0,031 dengan demikian p<0,05 yang berarti distribusi data tidak normal. Analisis tidak dapat menggunakan One Way Anova karena distribusi data tidak normal. Untuk data kadar monosit ini di uji dengan paired T-test kemudian di uji dengan uji non parametrik Kruskal-Wallis dan uji post hoc Mann-Whitney. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan nilai probabilitas 0,323 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tiap kelompok perlakuan. Selanjutnya, uji Mann-Whitney untuk membandingkan data post perlakuan infusa daun sirsak dan data kontrol aquadest. Di peroleh bahwa perbandingan perlakuan antar dosis menunjukkan perbedaan tidak bermakna.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
Tabel XLIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar monosit tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM Perlakuan Kadar monosit Nilai p Pre (%) Post (%) Mean ±SEM Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 3,8±0,86 6±0,63 0,020B Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 3±0,84 5,2±1,24 0,086TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 1,8±0,86 5,8±0,66 0,037B Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB
4,8±0,97
8±1,45
0,083TB
4,8±1,46 5,8±0,37 0,430TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 25. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar monosit tikus betina antar kelompok perlakuan Tabel L. Hasil uji Mann-Whitney kadar monosit tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB TB KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
m. Pemeriksaan terhadap kadar eosinofil tikus betina Seperti pada uji normalitas pada kadar monosit, hasil uji normalitas kadar eosinofil juga menunjukkan nilai P<0,05 yaitu 0,009. Maka analisis yang digunakan adalah analisis non parametrik Kruskal-Wallis dan analisis Post hoc (Mann-Whitney). Tabel LI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eosinofil darah tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM Perlakuan Kadar eosinofil Nilai p Pre (%) Post (%) Mean ±SEM Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 1±0 2,8±1,39 0,266TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 1,2±0,37 1±0 0,621TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 1,2±0,20 1,2±0,37 1,00TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 2,0±0,77 2,2±0,96 0,621TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 1,2±0,20 1,2±0,49 1,00TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 26. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar eosinofil tikus betina antar kelompok perlakuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
Tabel LII. Hasil uji Mann-Whitney kadar eosinofil tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari Perlakuan IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333 (mg/kg BB) IDS 108 TB TB TB TB IDS 180 TB TB TB TB IDS 301 TB TB TB TB IDS 503 TB TB TB B KA 8333 TB TB TB TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
Hasil uji paired T-test pada kadar eosinofil pre dan post perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada tiap kelompok perlakuan. Tahap uji selanjutnya adalah uji KruskalWallis. Hasil uji Kruskal-Wallis pada kadar eosinofil post perlakuan menunjukkan nilai probabilitas 0,643. Nilai ini menandakan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada perubahan kadar eosinofil. Untuk mengetahui secara jelas kelompok perlakuan mana yang menunjukkan perbedaan maka dilakukan analisis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil analisis Mann-Whitney menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB yang dibandingkan terhadap kontrol aquadest menunjukkan perbedaan yang bermakna dan fenomena ini bersifat individual sebab pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 108, 180, 301 mg/kgBB, yang dibandingkan terhadap kontrol menunjukkan perbedaan tidak bermakna. Hal ini berarti infusa daun sirsak yang diberikan selama 30 hari tidak berpengaruh terhadap kadar eosinofil dan tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji Mann-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
Whitney juga dapat memberikan informasi mengenai tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada gambar 26, diagram batang rata-rata kadar eosinofil menunjukkan tidak ada kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. D. Pengamatan Perubahan Berat Badan Tikus Jantan dan Betina Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak Perubahan berat badan baik pada tikus jantan dan tikus betina dilakukan dengan menimbang berat badan tikus pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan hari ke-28. Data perubahan berat badan dianalisis dengan One Way Anova dilanjutkan dengan General Linear Model. Semua data di uji dengan taraf kepercayaan 95%. Perubahan berat badan diamati pada masing-masing tikus yakni tikus jantan dan betina, hal ini karena adanya perubahan berat badan yang terjadi merupakan salah satu parameter pendukung jika terjadi gejala toksik pada pemberian infusa daun sirsak. Berkurangnya berat badan merupakan indeks efek toksik sederhana namun sensitif (Lu, 1995).
Tabel LIII. Purata berat badan±SEM tikus jantan hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28 akibat perlakuan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest Mean BB Tikus Jantan ±SEM (gram) Perlakuan Pada Tikus N Jantan 0 7 14 21 IDS 108 mg/kgBB 5 234,9±13,11 246,5±8,34 267,1±9,33 279,1±11,02 IDS 180 mg/kgBB 5 237,1±11,73 252,7±10,55 274,4±11,79 289,1±11,98 IDS 301 mg/kgBB 5 227,3±15,03 256,6±13,67 272,4±9,73 281,6±9,05 IDS 503 mg/kgBB 5 235,8±11,95 256±10,78 270±8,07 283,9±6,65 KA 8333 mg/kgBB 5 239±12,73 255,9±11,50 276,1±11,08 289,6±8,44 Keterangan: IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest N = Jumlah tikus jantan dalam tiap perlakuan
28 295,1±8,94 303,2±9,94 294,9±9,30 298,2±6,56 298,6±7,55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
Tabel LIV. Purata berat badan±SEM Tikus Betina hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28 akibat pemejanan dan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest Mean BB Tikus Betina±SEM (gram ) Perlakuan Pada Tikus N Betina 0 7 14 21 IDS 108 mg/kgBB 5 194,4±8,11 191,7±4,79 196,2±2,81 201,5±3,43 IDS 180 mg/kgBB 5 202,8±9,45 202,7±6,57 206±7,54 212,2±8,07 IDS 301 mg/kgBB 5 192,5±5,14 186,8±5,44 188,2±5,83 192,5±4,48 IDS 503 mg/kgBB 5 195,4±4,21 194,7±6,00 194±8,60 194,1±8,97 KA 8333 mg/kgBB 5 194,8±5,15 191,4±6,57 193±6,25 195±8,39 Keterangan: IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest N = Jumlah tikus betina dalam tiap perlakuan
28 206,3±4,69 224±7,36 197±6,07 202±8,36 199,5±7,83
Data tabel LIII dan tabel LIV, menunjukkan purata berat badan tikus tiap kelompok ± SEM. Dengan demikian, apabila purata berat badan dikurangi atau ditambah dengan SEM akan menunjukkan rentang nilai berat badan tikus dari yang paling ringan sampai berat badan tikus yang
paling tinggi.
Data ini
kemudian dianalisis dengan General Linear Model. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara berat badan pada tikus jantan maupun tikus betina yang menerima perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok perlakuan kontrol. Berat badan tikus jantan (tabel LIII) menunjukkan pertambahan berat badan yang semakin meningkat seiring bertambahnya waktu (hari 0-28). Dan hal yang sama pada berat badan tikus betina (tabel LIV). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap berat badan tikus. Pertambahan berat badan yang terjadi diakibatkan oleh pertumbuhan tikus secara normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
Gambar 27. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian infusa daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada tiap kelompok dosis Keterangan : Dosis 1= pemberian infusa daun sirsak 108 mg/kgBB Dosis 2= pemberian infusa daun sirsak 180 mg/kgBB Dosis 3= pemberian infusa daun sirsak 301 mg/kgBB Dosis 4= pemberian infusa daun sirsak 503 mg/kgBB Kontrol = pemberian aquadest 8333 mg/kgBB
Gambar 28. Grafik perubahan berat badan tikus betina selama pemberian infusa daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada sesuai kelompok dosis Keterangan : Dosis 1= pemberian infusa daun sirsak 108 mg/kgBB Dosis 2= pemberian infusa daun sirsak 180 mg/kgBB Dosis 3= pemberian infusa daun sirsak 301 mg/kgBB Dosis 4= pemberian infusa daun sirsak 503 mg/kgBB Kontrol= pemberian aquadest 8333 mg/kgBB
Gambar 27 dan gambar 28, menunjukkan grafik perubahan berat badan pada tikus jantan dan tikus betina. Penambahan berat badan pada tikus jantan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
tikus betina berbeda karena tergantung juga pada kondisi fisik maupun banyaknya asupan makan dan minum. Berat badan tikus jantan dari hari 0, 7, 14, 21, 28 semakin bertambah dan selanjutnya pada tikus betina juga bahwa seiring pertambahan waktu terjadi juga berat badan tikus betina.
E. Pengamatan Terhadap Jumlah Konsumsi Makan Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak Pengamatan terhadap jumlah konsumsi makan tikus merupakan juga salah satu indikator pendukung dalam evaluasi penilaian terhadap gejala efek toksik yang ditimbulkan oleh perlakuan infusa daun sirsak. Indikator konsumsi ini digunakan untuk menilai pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap pola makan dan minum. Terdapat hubungan antara konsumsi (pola makan) terhadap perubahan berat badan. Jika terjadi penurunan konsumsi (pola makan) maka dapat dikatakan bahwa berat badan) juga berkurang. Konsumsi makanan yang secara nyata berkurang dapat menimbulkan efek toksik atau bahkan memperberat manifestasi toksik zat kimia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
Gambar 29. Grafik jumlah asupan makan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB
Gambar 30. Grafik jumlah asupan makan tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
Pada gambar 29, menunjukkan bahwa jumlah makan tikus jantan adalah normal dari waktu ke waktu (hari). Pada gambar 30, grafik menunjukkan jumlah makan tikus betina cukup bervariasi pada tiap dosis, secara khusus tikus betina yang menerima perlakuan infusa daun sirsak dosis 2, mengalami siklus jumlah makan yang tidak stabil. Namun, perbedaan variasi pola makan ini sesungguhnya merupakan perbedaan yang tidak bermakna. Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi (pola makan) tikus jantan dan betina ditunjukkan pada grafik (gambar 29 dan 30) adalah normal. Dengan demikian, pada pengamatan perubahan berat badan yang semakin meningkat karena proses perkembangan dan pertumbuhan tikus (tabel LIII dan tabel LIV) karena salah satu komponen pendukung pertumbuhan yakni pola makan yang baik.
F. Pengamatan Terhadap Jumlah Konsumsi Minum Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak Pengamatan terhadap jumlah konsumsi minum juga merupakan indikator pendukung untuk menilai gejala toksisitas pengaruh perlakuan infusa daun sirsak. Sama halnya dengan pengamatan terhadap berat badan dan konsumsi (pola makan). Karena ketiga hal ini saling berkaitan satu sama lain. Pada gambar 31 dan 32 menunjukkan bahwa jumlah asupan minum tikus jantan dan betina seiring lamanya hari perlakuan infusa daun sirsak adalah normal. Hasil pengamatan dan perhitungan terhadap jumlah asupan minum pada tikus jantan maupun tikus betina tidak memberikan perbedaan signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak berpengaruh pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
konsumsi (pola minum) tikus jantan dan tikus betina dan tidak menunjukkan efek toksik.
Gambar 31. Grafik jumlah asupan minum tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB
Gambar 32. Grafik jumlah asupan minum tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
G. Rangkuman Pembahasan Pada penelitian ini, perlakuan infusa daun sirsak
secara subkronik
selama 30 hari pada tikus jantan dan betina menunjukkan bahwa infusa daun sirsak tidak menimbulkan efek toksik yang berupa kekacauan atau perubahan biokimiawi terhadap sistem hematologi tikus jantan dan betina (hemoglobin, eritrosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, RDW, leukosit, limfosit, eosinofil, monosit, limfosit, netrofil, trombosit (PLT), LED jam I dan LED jam II). Dalam penelitian ini juga, disimpulkan juga bahwa
tidak ada kekerabatan antara
spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Informasi yang dapat diperoleh dari penelitian ini bahwa terdapat peningkatan hemoglobin, MCH, MCHC dan juga peningkatan leukosit (WBC), namun terjadi penurunan MCV. Namun peningkatan maupun penurunan ini, merupakan fenomena individual saja. Dan terjadi akibat perlakuan dari penelitian yang menyebabkan stress pada hewan uji. Hasil analisis data pada kadar hemoglobin, menunjukkan peningkatan hemoglobin sesudah perlakuan secara bermakna pada dosis infusa daun sirsak 108 mg/kgBB dan 503 mg/kgBB tikus jantan, namun peningkatan ini masih dalam batas normal. Pada analisis
data kadar hemoglobin tikus betina terdapat
peningkatan kadar hemoglobin sesudah perlakuan secara bermakna pada dosis infusa daun sirsak 108 mg/kgBB, hal yang sama juga menunjukkan bahwa peningkatan kadar hemoglobin ini masih dalam batas normal pada tikus betina. Peningkatan kadar hemoglobin setelah perlakuan infusa daun sirsak pada tiap dosis ini memberikan perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol aquadest.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
Hasil pengukuran kadar hemoglobin antar kelompok perlakuan baik pada tikus jantan maupun tikus betina setelah 30 hari menunjukkan perbedaan tidak bermakna. Hal ini berarti perlakuan infusa daun sirsak tidak ditemukan adanya kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Pada analisis data kadar eritrosit tikus jantan terdapat peningkatan eritrosit secara bermakna setelah perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB sedangkan pada kadar eritrosit tikus betina terdapat peningkatan eritrosit setelah perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB. Namun, peningkatan kadar eritrosit pada tikus jantan dan tikus betina ini menunjukkan peningkatan dalam batas normal dan hal ini merupakan fenomena individual. Dapat juga dilihat dari hasil pengukuran kadar eritrosit antar kelompok perlakuan pada tikus jantan maupun tikus betina setelah 30 hari yang menggambarkan perbedaan tidak bermakna jika dibandingkan terhadap kontrol aquadest. Hal ini berarti tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Analisis kadar hematokrit sebelum perlakuan dan setelah perlakuan, menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan. Hal ini berlaku baik pada tikus jantan maupun tikus betina. Selanjutnya, pengukuran kadar hematokrit antar kelompok perlakuan selama 30 hari setelah perlakuan menunjukkan juga perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak yang dibandingkan terhadap kontrol aquadest. Hal ini berarti tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
Hasil pemeriksaan terhadap kadar leukosit tikus jantan menunjukkan peningkatan kadar leukosit setelah perlakuan secara bermakna pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 180, 301, 503 mg/kgBB sedangkan pada tikus betina menunjukkan peningkatan kadar leukosit juga pada kelompok perlakuan 301 mg/kgBB;, 503 mg/kgBB. Pengukuran kadar leukosit tikus jantan maupun tikus betina setelah perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak yang dibandingkan dengan kontrol aquadest. Hal ini berarti tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Untuk hasil pengukuran kadar MCV tikus jantan menggambarkan penurunan kadar MCV setelah perlakuan secara bermakna pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 180;, dan 301 mg/kgBB sedangkan pada kadar MCV tikus betina menggambarkan penurunan kadar MCV setelah perlakuan secara bermakna pada kelompok kontrol aquadest dan kelompok infusa daun sirsak 108 mg/kgBB. Namun penurunan MCV ini masih dalam batas normal dan bersifat individual. Hasil pengukuran kadar MCV tikus jantan maupun tikus betina setelah pemberian infusa daun
sirsak
selama 30 hari
antar kelompok perlakuan
menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan. Hal ini berarti tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak tikus jantan memberikan informasi perubahan kadar MCH sebelum dan setelah pemberian infusa daun sirsak secara tidak bermakna. Pada kelompok perlakuan infusa daun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
sirsak 180 mg/kgBB tikus betina menunjukkan peningkatan kadar MCH yang bermakna dibandingkan dengan kadar MCH sebelumnya, namun peningkatan yang terjadi masih dalam batas normal. Hal ini terlihat pada kadar MCH setelah perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB memberikan perbedaan yang tidak bermakna terhadap kontrol aquadest. Hasil pengukuran kadar MCH pada tikus jantan maupun tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol aquadest. Dengan demikian, berarti tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Hasil pengukuran terhadap kadar MCHC tikus jantan dan betina setelah perlakuan infusa daun sirsak dibandingkan dengan data
sebelum perlakuan
menunjukkan peningkatan kadar MCHC secara bermakna pada semua kelompok dosis kecuali pada kelompok infusa daun sirsak 180 mg/kgBB tikus jantan. Namun peningkatan kadar MCHC yang terjadi masih dalam batas normal. Hal ini dapat terlihat pada kadar MCHC setelah perlakuan infusa daun sirsak pada semua kelompok dosis infusa daun sirsak memberikan perbedaan yang tidak bermakna terhadap kontrol aquadest. Selanjutnya pengukuran kadar MCHC antar kelompok perlakuan pada tikus jantan maupun tikus betina setelah infusa daun sirsak selama 30 hari
antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan tidak bermakna.
Untuk itu dalam penelitian ini, infusa daun sirsak tidak memberikan pengaruh terhadap MCHC dan tidak ditemukan adanya kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
Pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 301;, 503 mg/kgBB tikus jantan dan kelompok kontrol aquadest 8333 mg/kgBB menunjukkan peningkatan kadar RDW setelah perlakuan dibandingkan kadar RDW sebelum perlakuan. Namun peningkatan ini masih dalam batas normal. Hal ini terlihat pada infusa daun sirsak 301, 503 mg/kgBB tikus jantan memberikan perbedaan yang tidak bermakna terhadap kontrol aquadest. Hasil pemeriksaan kadar RDW pada tikus betina setelah perlakuan infusa daun sirsak menunjukkan juga peningkatan kadar
pada kelompok dosis 108
mg/kgBB dan pada kelompok kontrol 8333 mg/kgBB. Seperti halnya pada tikus jantan, peningkatan kadar ini masih dalam batas normal. Pengukuran kadar RDW pada tikus jantan dan tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak yang dibandingkan dengan kontrol aquadest. Maka dapat disimpulkan bahwa perubahan kadar RDW pada tikus dan tikus betina bersifat induvidual dan tidak ditemukan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Hasil pengukuran kadar trombosit (PLT) tikus jantan menunjukkan peningkatan kadar setelah perlakuan dibandingkan dengan sebelum perlakuan pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak namun peningkatan ini berbeda tidak bermakna. Pengukuran kadar trombosit (PLT) tikus betina setelah perlakuan pada kelompok dosis infusa daun sirsak 503 mg/kgBB menunjukkan peningkatan yang berbeda bermakna. Namun peningkatan ini juga masih dalam batas normal. Hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
ini dapat diamati pada kadar trombosit (PLT) setelah perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB memberikan perbedaan yang tidak bermakna terhadap kontrol aquadest. Hasil pengukuran kadar trombosit (PLT) setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini berarti infusa daun sirsak tidak mempengaruhi kadar trombosit (PLT) perubahan kadar trombosit (PLT). Hasil pemeriksaan terhadap kadar limfosit tikus jantan dan tikus betina diperoleh perubahan kadar limfosit pada tikus jantan setelah perlakuan infusa daun sirsak dalam semua kelompok perlakuan menunjukan perbedaan tidak bermakna sedangkan pada tikus betina terdapat penurunan kadar limfosit pada kelompok dosis 301 mg/kgBB setelah perlakuan infusa daun sirsak. Hasil pemeriksaan limfosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini berarti infusa daun sirsak tidak mempengaruhi kadar perubahan kadar limfosit dan tidak ada kekerabatn spektrum efek toksik dengan dengan dosis infusa daun sirsak. Hasil pemeriksaan terhadap jumlah persentase monosit tikus jantan menunjukkan perbedaan bermakna pada kelompok dosis infusa daun sirsak 503 mg/kgBB. Perbedaan bermakna yang dimaksud adalah peningkatan persentase setelah perlakuan infusa daun sirsak dibandingkan dengan sebelum perlakuan sedangkan pada dosis infusa daun sirsak 108;, 180;, dan 301 mg/kgBB menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Peningkatan persentase monosit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
ini, bersifat individual dan masih dalam batas normal sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap kadar perubahan persentase kadar monosit tikus jantan. Pemeriksaan jumlah persentase monosit pada tikus betina menunjukkan peningkatan persentase monosit yang berbeda bermakna pada perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB namun peningkatan ini masih dalam batas normal. Dapat dilihat pada pemeriksaan persentase monosit setelah perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB memberikan gambaran perbedaan yang tidak bermakna terhadap kontrol aquadest. Pemeriksaan persentase monosit tikus jantan dan tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini mengandung arti bahwa tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Hasil pemeriksaan terhadap persentase netrofil tikus jantan dan tikus setelah perlakuan infusa daun sirsak dibandingkan dengan sebelum perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan dosis. Hal yang sama, bahwa pemeriksaan persentase netrofil pada tikus jantan dan tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna yang dibandingkan dengan kontrol aquadest. Hal ini berarti, pemberian infusa daun sirsak tidak mempengaruhi perubahan persentase netrofil baik pada tikus jantan maupun tikus betina.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
Hasil pemeriksaan terhadap persentase eosinofil tikus jantan dan tikus betina setelah perlakuan infusa daun sirsak menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak dibandingkan dengan persentase eosinofil sebelum perlakuan infusa daun sirsak. Pada pemeriksaan persentase eosinofil tikus jantan setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan bermakna antara dosis infusa daun sirsak 503 mg/kgBB dan kontrol aquadest 8333 mg/kgBB. Hasil pemeriksaan persentase eosinofil tikus betina antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini, memberikan informasi bahwa tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Hasil pemeriksaan terhadap persentase basofil pada tikus jantan dan betina menunjukkan bahwa pada semua kelompok dosis infusa daun sirsak diperoleh 0% baik pada sebelum dan sesudah perlakuan infusa daun sirsak. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari pada tiap kelompok perlakuan tidak mempengaruhi perubahan persentase basofil. Hasil pemeriksaan terhadap LED jam I dan LED jam II pada tikus jantan dan tikus betina tidak diperoleh nilai LED baik pada jam I maupun pada LED jam II. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak mempengaruhi ada tidaknya LED pada jam I maupun pada LED jam II. Data lain sebagai informasi tambahan yang dapat mendukung dalam penelitian ini adalah data perubahan berat badan, data jumlah asupan makan, dan data jumlah asupan minum tikus jantan dan betina. Hasil analisis data perubahan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
berat badan menunjukkan perbedaan tidak bermakna baik pada berat badan tikus jantan maupun tikus betina. Perubahan berat badan pada tikus jantan maupun tikus betina disebabkan oleh proses
pertumbuhan dan juga oleh jumlah asupan makan dan minum.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak secara subkronik selama 30 hari tidak memberikan pengaruh terhadap berat badan tikus jantan maupun tikus betina.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Tidak terdapat wujud efek toksik perubahan/kekacauan biokimia pada komponen-komponen sistem hematologi (hemoglobin, eritrosit, hematokrit, leukosit, limfosit, trombosit (PLT), RDW, MCV, MCH, MCHC, neutrofil, monosit, eosinofil, basofil, LED jam I dan LED jam II). 2. Tidak ada hubungan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan peningkatan efek toksik.
B. Saran Perlu dilakukan uji toksisitas dengan jangka waktu yang lebih panjang misalnya uji toksisitas selama 90 hari. Uji toksisitas kronis selama 90 hari bertujuan untuk melacak ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis pada sistem hematologi.
124
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
DAFTAR PUSTAKA Arthur, F. K. N., Woode, E., Terlabi, E.O., and Larbie, C., 2011, Evaluation of Acute and Subchronic Toxicity of Annona Muricata (Linn.) Aqueous Extract in Animals, Euro. J. Exp. Bio., 1 (4), 115 – 124. Bicas, J. L., Molina, G., Dionisio, A. P., Baros, F. F. C., Wagner, R., Marostico, M. R., et al., 2011, Volatile Constituents Of Exotic Fruits From Brazil, Elsevier Ltd., 1843-1855. BPOM RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Volume kelima, edisi pertama, Direktorat Obat Asli Indonesia, Jakarta, pp. 3. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope Indonesia, jilid 4, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 1033-1036. Dandan., L. K., 2012, Uji Toksisitas Obat Herbal Paling Penting, http://health.kompas.com/read/2012/09/24/05403733/ diakses tanggal 16 Januari, 2012 Donatus, I. A., 2001, Toksikologi Dasar, Edisi 2, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pp. 124-126, 141-146, 188 – 189, 201-202. Derelanko, M. J., Hollinger, M. A., 2002, Handbook of Toxicology, 2th Ed., CEC Press LLC, USA, pp 456-464. Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V , pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, pp.41-45.
Direktorat Jenderal
Depkes RI, 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Direktorat Jenderal pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, pp.323-324. Depkes RI, 2011, Pedoman Interpretasi Data Klinik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 8-15, 17-23 Departemen Kesehatan RI, 2012,./KMK-No.-1076-Th-2003-ttg-penyelenggaraanPengobatan-Tradisional.pdf, http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/03 diakses tanggal 13 Januari, 2013 Dahlan, S. M., 2012, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, dan Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS, edisi 5, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, pp. 47-50, 75-80, 88112.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
Enas, Riduwan, Rusyana A., 2011, Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi statistik Penelitian, ALFABETA CV, Bandung, pp. 61-62. Ganong, W. F., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 22, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. pp 533-538 Handayani, W., dan Haribowo, A.S., 2008, Buku ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi, Salemba Medika, Jakarta, pp. 1-21. Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E., Moss P.A.H., 2005, Essential Haematology, edisi 4, diterjemahkan oleh Setiawan. L,. hal.14-17 EGC, Jakarta Laurence, J., Bacharach, M., 1964, Analytical Toxicology, CRC press, Philadelphia. Lu, F.C, 1995, Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko, edisi 2, Universitas Indonesia Press, Jakarta, pp. 96. Murray, R. K., Granner, D. K., Rodwell V. W., 2006, Harper Illustrated Biochemistry, 27th ed., diterjemahkan oleh Pendit, B. U., hal. 636, EGC, Jakarta Muktiani, 2011, Khasiat dan Cara Olah Sirsak untuk Kesehatan dan Bisnis Makanan, Pustaka Baru Press, Yogyakarta, pp. 3-16. Mc Laughin, J.L., Liau, X., and Alali, F.Q., 1999, Annonaceous Acetogenin: In Progress, J. Nat. Prod., 62, 504 – 540. Mehta, A., Hoffbrand V., 2008, At A Glance Hematologi, edisi 2, Erlangga, Jakarta, pp. 67-70. Media, D.T., 2011, Sirsak Penjinak Kanker, Penerbit Delta Media, Surakarta, pp. 34-35. Pathak, Saraswathy, Vora, Savai, 2010, In Vitro Antimicrobial Activity and Phytochemical Analysis of The Leaves of Annona muricata, International Journal of Pharma Research and Development, 3. Plantamor, 2008, Sirsak (Annona muricata L.), plantamor.com, http://www.plantamor.com/index.php?plant=106, diakses tanggal 25 Februari, 2013 Pearce, E., 2009, Anatomy & Fisiology For Nurses, diterjemahkan oleh Handoyo, Y.S., hal. 133-134, 136-140, PT. Gramedia, Jakarta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
127
Priyanto, 2009, Toksikologi, Mekanisme, Terapi Antidotum, dan penilaian Resiko, Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi Indonesia, Jawa Barat, pp. 53-54. Rain Tree, 2012, Tropical Plant Database, Database file for Graviola (Annona muricata) http://www.rain-tree.com/graviola.htm#.UYMielI6-_J, diakses tanggal 2 Mei, 2013 Rahmat R, Yuyun, 2001, Usaha Tani Sirsak, Percetakan Kanisius, Yogyakarta Rahima, E., 2011, Menyembuhkan Kanker dengan Daun Sirsak, Arta Pustaka Yogyakarta Steenis, C. G.G.J van, 1975, Flora untuk Sekolah Indonesia, PT. Pradnya Paramita, Jakarta Syahida M., Maskat M. Y., Suri, R., Mamot, S., and Hadijah, H., 2012, Soursop (Annona muricata L.): Blood Hematology and Serum Biochemistry of Sprague-Dawley Rats, International Food Research Journal, 19 (3), 955-959. Syxmex Amerika Inc., 2012, XT-2000i™ and XT-1800i™ Automated Hematology Analyzers, https://www.sysmex.com/us/en/Brochures/Brochure_XT2000i_and_XT-1800i_MKT-10-1136.pdf, diakses tanggal 6 Maret, 2013 Trubus, R., 2012., My Healthy Life Daun Sirsak Vs Kanker, PT. Trubus Swadaya, Depok, Jakarta, pp. 86,96,108 6-15. The
Aids InfoNet, 2012, The Complete Blood Count (CBC), http://www.aidsinfonet.org/fact_sheets/view/121#THE_COMPLETE_B LOOD_COUNT__CBC__, diakses tanggal 2 Mei 2013
Waterbury, L., 1998, Hematology for House Officer, Ed.3, diterjemahkan oleh Suhandi, S., hal. 179, EGC, Jakarta World Health Organizaation, 2003., Manual of Basic Techniques for a Health Laboratory, Ed. 2., diterjemahkan oleh Chairlan, Biomed. M., Lestari. E., hal. 258-259, EGC, Jakarta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi
128
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
129
Lampiran 2. Hasil kunci determinasi tanaman sirsak (Annona muricata L.)
Lampiran 3. Gambar tanaman sirsak dan daun sirsak
(A) Foto tanaman sirsak
(B) daun sirsak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
130
Lampiran 4. Foto serbuk kering simplisia daun sirsak dan infusa daun sirsak
(A) serbuk kering simplisia daun sirsak
(B) infusa daun sirsak
Lampiran 5. Gambar rangkaian alat destilator (destilasi toluen)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6. Surat keterangan Ethical Clearence
131
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7. Perhitungan bobot tetap daun sirsak Daun sirsak basah : 184,0 g Serbuk kering daun sirsak : 41,04 g Pengayakan I (serbuk daun sirsak) : 39,03 Pengayakan II (serbuk daun sirsak) : 39,03 Bobot tetap yang dipeoleh : 39,03 Lampiran 8. Perhitungan rendemen daun sirsak Daun sirsak basah : 184,0 g Serbuk kering daun sirsak : 41,04 g
Lampiran 9. Perhitungan kadar air dalam daun sirsak Perhitungan kadar air dalam persentasi massa:
Lampiran 10. Perhitungan penetapan peringkat dosis infusa daun sirsak pada tiap kelompok perlakuan Dasar penetapan peringkat dosis : Bobot tertinggi tikus : 300 g Konsentrasi (maksimal) : 6 g/ 100 ml
132
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
133
Pemberian infusa dengan ½ volume maksimal pemberian per oral yaitu 2,5 ml Atas dasar tersebut, maka dapat ditetapkan dosis tertinggi infusa daun sirsak sebagai berikut: Dosis x Berat Badan = Konsentrasi x Volume pemberian D x BB
=CxV
D x 300 g
= 6 g/100 ml x 2,5 ml
D
= 0,0005 g/gBB
D
= 0,5 mg/gBB
D
= 500 mg/kgBB
Dosis yang digunakan berdasarkan pengobatan pada masyarakat seharihari, dosis pada perlakuan ini adalah 2 gram/ 70 kgBB manusia.
Konversi manusia (70 kg ke tikus 200 g) = 0,018 (Laurence and Bacharach, 1964).
Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 2 g = 0,036 g/ 200gBB tikus Dosis untuk 1 kg tikus = 1000/200 x 0,036 = 0,18 g/ kgBB tikus = 180 mg/kgBB tikus
Dosis terapi dijadikan sebagai peringkat dosis kedua
Peringkat dosis pertama dosis 180 mg/kgBB dibagi 1,67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
134
Untuk dua peringkat di atas peringkat 180 mg/kgBB dikali 1,67 kemudian dikali lagi 1,67 Diperoleh 4 peringkat dosis yaitu : 108 mg/kg; 180 mg/kg; 301 mg/kg; 503 mg/kg. Lampiran 11. Uji Normalitas Sistem Hematologi Tikus Jantan Sesudah Perlakuan Infusa Daun Sirsak Selama 30 Hari One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa,b
Mean Std. Deviatio n Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Hemoglobin sesudah perlakuan 25 16.4040 1.08108
RBC sesudah perlakuan 25 8.3604 .59556
HCT sesudah perlakuan 25 47.5520 3.38183
RDW sesudah perlakuan 25 19.0520 1.22206
MCV sesudah perlakuan 25 55.4280 2.04787
.229 .151 -.229 1.146 .144
.153 .104 -.153 .766 .601
.236 .145 -.236 1.178 .125
.188 .188 -.177 .940 .340
.129 .129 -.075 .644 .801
MCH MCHC sesudah sesudah perlakuan perlakuan 25 25 19.1280 34.7080 .60932 .97891
.135 .128 -.135 .676 .751
.142 .142 -.107 .708 .698
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa,b
Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
WBC sesudah perlakuan 25 15080.4000 2874.83402
Limfosit sesudah perlakuan 25 74.4400 6.49410
Monosit sesudah perlakuan 25 5.6000 2.19848
Eosinofil sesudah perlakuan 25 1.5200 1.71075
Neutrofil sesudah perlakuan 25 18.4400 5.64269
PLT sesudah perlakuan 25 1.0043E6 1.26361E5
.133 .133 -.084 .665 .769
.173 .087 -.173 .866 .441
.152 .128 -.152 .762 .607
.339 .339 -.221 1.697 .006
.129 .129 -.088 .645 .800
.088 .088 -.074 .439 .991
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Lampiran 12. Uji Normalitas Sistem Hematologi Tikus Betina Sesudah Perlakuan Infusa Daun Sirsak Selama 30 Hari One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa,b
Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Hemoglobin sesudah perlakuan 25 15.3960 1.62826
RBC sesudah perlakuan 25 7.8600 .79346
HCT sesudah perlakuan 25 45.2480 5.34518
RDW sesudah perlakuan 25 16.9440 1.37722
.165 .114 -.165 .827 .500
.160 .106 -.160 .801 .543
.194 .114 -.194 .970 .303
.202 .108 -.202 1.010 .260
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
MCV sesudah MCH sesudah MCHC sesudah perlakuan perlakuan perlakuan 25 25 25 57.5120 19.5800 34.1040 2.94340 .68252 1.22014 .154 .154 -.067 .772 .590
.187 .187 -.160 .933 .348
.096 .093 -.096 .480 .976
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
N Normal Parametersa,b
Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
WBC sesudah perlakuan 25 13941.2000 4222.72061 .184 .184 -.114 .920 .365
Limfosit sesudah perlakuan 25 69.5200 7.11875 .093 .084 -.093 .467 .981
Monosit sesudah perlakua n 25 6.1600 2.19241 .289 .289 -.122 1.445 .031
Neutrofil sesudah perlakuan 25 22.6400 7.70757 .194 .194 -.101 .970 .303
Eosinofil sesudah perlakuan 25 1.6800 1.79629 .327 .327 -.233 1.637 .009
135
PLT sesudah perlakuan 25 974760.0000 1.91643E5 .171 .171 -.084 .853 .460
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Lampiran 13. Uji T-Test Kadar Eritrosit (RBC) Tikus Jantan Paired Samples Test
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
Dosis_1_pre Dosis_1_post dosis_2_pre Dosis_2_post dosis_3_pre dosis_3_post dosis_4_pre dosis_4_post kontrol_pre kontrol_post
Pair 1
Dosis_1_pre Dosis_1_post dosis_2_pre Dosis_2_post dosis_3_pre dosis_3_post dosis_4_pre dosis_4_post kontrol_pre kontrol_post
Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 8.2700 5 .61041 .27298 8.4240 5 .37713 .16866 8.1580 5 .32942 .14732 8.3860 5 .92716 .41464 8.1400 5 .55687 .24904 8.4620 5 .63712 .28493 8.1020 5 .43095 .19273 8.6500 5 .29232 .13073 8.2020 5 .72662 .32495 9.0020 5 .65217 .29166 Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Std. Error Mean Deviation Mean Lower Upper -.15400 .46161 .20644 -.72716 .41916
df 4
Sig. (2tailed) .497
-.22800
.96024
.42943
-1.42030
.96430
-.531
4
.624
-.32200
.72503
.32424
-1.22224
.57824
-.993
4
.377
-.54800
.20179
.09024
-.79856
-.29744
-6.072
4
.004
-.80000
.83531
.37356
-1.83718
.23718
-2.142
4
.099
Paired Samples Correlations Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
t -.746
Dosis_1_pre & Dosis_1_post dosis_2_pre & Dosis_2_post dosis_3_pre & dosis_3_post dosis_4_pre & dosis_4_post kontrol_pre & kontrol_post
N 5 5 5 5 5
Correlation .655 .075 .268 .915 .270
Sig. .230 .904 .663 .030 .661
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
136
Lampiran 14. Uji statistik one way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus jantan Oneway Descriptives RBC sesudah perlakuan
Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) Total
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 7.9557 8.8923
N 5
Mean 8.4240
Std. Deviation .37713
Std. Error .16866
5
8.3860
.92716
.41464
7.2348
5
8.1400
.55687
.24904
5
8.6500
.29232
5
8.2020
25
8.3604
Minimum 7.86
Maximum 8.89
9.5372
6.78
9.05
7.4486
8.8314
7.42
8.95
.13073
8.2870
9.0130
8.38
9.11
.72662
.32495
7.2998
9.1042
6.99
8.79
.59556
.11911
8.1146
8.6062
6.78
9.11
Test of Homogeneity of Variances RBC sesudah perlakuan Levene Statistic 1.075
df1 4
df2 20
Sig. .395
ANOVA RBC sesudah perlakuan Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares .811 7.702 8.513
df 4 20 24
Mean Square .203 .385
F .527
Sig. .717
Post Hoc Tests Multiple Comparisons RBC sesudah perlakuan Scheffe (I) perlakuan dosis
(J) perlakuan dosis
Mean Difference (I-J) Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) .03800 Dosis III ( 0,301 .28400 mg/gBB) Dosis IV ( 0,503 -.22600 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 .22200 mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) -.03800 Dosis III ( 0,301 .24600 mg/gBB) Dosis IV ( 0,503 -.26400 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 .18400 mg/gBB) Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) -.28400 Dosis II (0,180 mg/gBB) -.24600 Dosis IV ( 0,503 -.51000 mg/gBB)
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -1.2909 1.3669 -1.0449 1.6129
Std. Error .39247 .39247
Sig. 1.000 .969
.39247
.987
-1.5549
1.1029
.39247
.988
-1.1069
1.5509
.39247 .39247
1.000 .982
-1.3669 -1.0829
1.2909 1.5749
.39247
.976
-1.5929
1.0649
.39247
.994
-1.1449
1.5129
.39247 .39247 .39247
.969 .982 .791
-1.6129 -1.5749 -1.8389
1.0449 1.0829 .8189
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis III ( 0,301 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 Dosis I (0,018 mg/gBB) mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Dosis IV ( 0,503 mg/gBB)
137
-.06200
.39247
1.000
-1.3909
1.2669
.22600 .26400 .51000
.39247 .39247 .39247
.987 .976 .791
-1.1029 -1.0649 -.8189
1.5549 1.5929 1.8389
.44800
.39247
.857
-.8809
1.7769
-.22200 -.18400 .06200
.39247 .39247 .39247
.988 .994 1.000
-1.5509 -1.5129 -1.2669
1.1069 1.1449 1.3909
-.44800
.39247
.857
-1.7769
.8809
Homogeneous Subsets RBC sesudah perlakuan Scheffea perlakuan dosis
Subset for alpha = 0.05 N
1
Dosis III ( 0,301 mg/gBB)
5
8.1400
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB)
5
8.2020
Dosis II (0,180 mg/gBB)
5
8.3860
Dosis I (0,018 mg/gBB)
5
8.4240
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB)
5
8.6500
Sig.
.791
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Lampiran 15. Uji T-Test Kadar Eritrosit (RBC) Tikus Betina
T-Test Paired Samples Statistics Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
Dosis_1_pre Dosis_1_post Dosis_2_Pre Dosis_2_post Dosis_3_pre Dosis_3_post Dosis_4_pre Dosis_4_post Kontrol_pre Kontrol_post
Mean 7.8020 8.3240 8.0320 7.0120 8.1580 7.6420 7.8840 8.0240 8.2880 8.2980
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Std. Deviation .41361 .26025 .34658 1.10733 .28367 .72029 .34414 .24048 .62906 .63728
Std. Error Mean .18497 .11639 .15500 .49521 .12686 .32212 .15390 .10755 .28133 .28500
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138
Paired Samples Correlations N 5 5 5 5 5
Dosis_1_pre & Dosis_1_post Dosis_2_Pre & Dosis_2_post Dosis_3_pre & Dosis_3_post Dosis_4_pre & Dosis_4_post Kontrol_pre & Kontrol_post
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
Correlation .406 -.011 -.679 .829 .860
Sig. .498 .986 .207 .082 .062
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference
Std.
Std. Error
Mean
Deviation
Mean
Lower
Upper
t
df
tailed)
Sig.
Pair 1
Dosis_1_pre - Dosis_1_post
-.52200
.38919
.17405
-1.00525
-.03875
-2.999
4
.040
Pair 2
Dosis_2_Pre - Dosis_2_post
1.02000
1.16398
.52055
-.42527
2.46527
1.959
4
.122
Pair 3
Dosis_3_pre - Dosis_3_post
.51600
.93637
.41876
-.64665
1.67865
1.232
4
.285
Pair 4
Dosis_4_pre - Dosis_4_post
-.14000
.19748
.08832
-.38521
.10521
-1.585
4
.188
Pair 5
Kontrol_pre - Kontrol_post
-.01000
.33526
.14993
-.42628
.40628
-.067
4
.950
(2-
Lampiran 16. Uji statistik One Way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus betina Oneway Descriptives RBC sesudah perlakuan
Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Dosis IV (0,503 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) Total
N 5 5 5 5 5 25
Mean 8.3240 7.0120 7.6420 8.0240 8.2980 7.8600
Std. Deviation .26025 1.10733 .72029 .24048 .63728 .79346
Std. Error .11639 .49521 .32212 .10755 .28500 .15869
Test of Homogeneity of Variances RBC sesudah perlakuan Levene Statistic 7.404
df1 4
df2 20
Sig. .001
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 8.0009 8.6471 5.6371 8.3869 6.7476 8.5364 7.7254 8.3226 7.5067 9.0893 7.5325 8.1875
Min 7.98 5.84 6.84 7.74 7.43 5.84
Max 8.63 8.34 8.64 8.29 8.85 8.85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
139
ANOVA RBC sesudah perlakuan
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 6.003
Df 4
Mean Square 1.501
9.107
20
.455
15.110
24
F 3.296
Sig. .031
Post Hoc Tests Multiple Comparisons RBC sesudah perlakuan Scheffe (I) Perlakuan dosis
(J) Perlakuan dosis
Dosis I (0,018 mg/gBB)
Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Dosis IV (0,503 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Dosis IV (0,503 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis IV (0,503 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis III ( 0,301 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Dosis IV (0,503 mg/gBB)
Dosis II (0,180 mg/gBB)
Dosis III ( 0,301 mg/gBB)
Dosis IV (0,503 mg/gBB)
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB)
Mean Difference (IJ) Std. Error 1.31200 .42677 .68200 .42677 .30000 .42677 .02600 .42677
95% Confidence Interval Sig. .088 .641 .972 1.000
Lower Bound -.1330 -.7630 -1.1450 -1.4190
Upper Bound 2.7570 2.1270 1.7450 1.4710
-1.31200 -.63000 -1.01200 -1.28600
.42677 .42677 .42677 .42677
.088 .705 .268 .098
-2.7570 -2.0750 -2.4570 -2.7310
.1330 .8150 .4330 .1590
-.68200 .63000 -.38200 -.65600
.42677 .42677 .42677 .42677
.641 .705 .935 .673
-2.1270 -.8150 -1.8270 -2.1010
.7630 2.0750 1.0630 .7890
-.30000 1.01200 .38200 -.27400
.42677 .42677 .42677 .42677
.972 .268 .935 .980
-1.7450 -.4330 -1.0630 -1.7190
1.1450 2.4570 1.8270 1.1710
-.02600 1.28600 .65600 .27400
.42677 .42677 .42677 .42677
1.000 .098 .673 .980
-1.4710 -.1590 -.7890 -1.1710
1.4190 2.7310 2.1010 1.7190
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
140
Homogeneous Subsets RBC sesudah perlakuan Scheffea Perlakuan dosis
Dosis II (180 mg/kgBB) Dosis III ( 301 mg/kgBB) Dosis IV (503 mg/kgBB) kontrol aquadest (8333 mg/kgBB) Dosis I (108 mg/kgBB) Sig.
Subset for alpha = 0.05 1 7.0120 7.6420 8.0240 8.2980 8.3240 .088
N 5 5 5 5 5
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Lampiran 17. Uji Paired T-Test Kadar Eosinofil Tikus jantan Paired Samples Statistics Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
Dosis_1_pre Dosis_1_post dosis_2_pre Dosis_2_post dosis_3_pre dosis_3_post dosis_4_pre dosis_4_post kontrol_pre kontrol_post
Mean 1.6000 1.4000 2.2000 2.4000 1.2000 1.0000 3.2000 2.2000 1.6000 .6000
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Std. Deviation .54772 .89443 1.64317 3.13050 .44721 1.00000 4.91935 1.64317 .54772 .54772
Std. Error Mean .24495 .40000 .73485 1.40000 .20000 .44721 2.20000 .73485 .24495 .24495
Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1
Dosis_1_pre & Dosis_1_post
5
-.612
.272
Pair 2
dosis_2_pre & Dosis_2_post
5
.953
.012
Pair 3
dosis_3_pre & dosis_3_post
5
.559
.327
Pair 4
dosis_4_pre & dosis_4_post
5
-.408
.495
Pair 5
kontrol_pre & kontrol_post
5
.167
.789
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Pair 1
Dosis_1_pre -
Difference
Std.
Std. Error
Mean
Deviation
Mean
Lower
Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
.20000
1.30384
.58310
-1.41893
1.81893
.343
4
.749
-.20000
1.64317
.73485
-2.24026
1.84026
-.272
4
.799
Dosis_1_post Pair 2
dosis_2_pre Dosis_2_post
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pair 3
dosis_3_pre -
141
.20000
.83666
.37417
-.83885
1.23885
.535
4
.621
1.00000
5.78792
2.58844
-6.18665
8.18665
.386
4
.719
1.00000
.70711
.31623
.12201
1.87799
3.162
4
.034
dosis_3_post Pair 4
dosis_4_pre dosis_4_post
Pair 5
kontrol_pre kontrol_post
Lampiran 18. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis kadar eosinofil tikus jantan NPar Tests Kruskal-Wallis Test Ranks perlakuan dosis
N
Mean Rank
Dosis I (0,018 mg/gBB)
5
13.80
Dosis II (0,180 mg/gBB)
5
14.20
Dosis III ( 0,301 mg/gBB)
5
11.50
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB)
5
17.60
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB)
5
7.90
Total
25
Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
a,b
Eosinofil sesudah perlakuan Chi-square
5.816
Df
4
Asymp. Sig.
.213
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus jantan NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
Dosis I (0,018 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) Total
N 5 5
Mean Rank 6.80 4.20
Sum of Ranks 34.00 21.00
10
b
Eosinofil sesudah perlakuan 6.000 21.000 -1.678 .093 .222a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis Ranks
perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
Dosis II (0,180 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) Total
b
Eosinofil sesudah perlakuan 6.000 21.000 -1.678 .093 .222a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis
N 5 5 10
Mean Rank 6.80 4.20
Sum of Ranks 34.00 21.00
142
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
143
Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus jantan NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) Total
N 5 5
Mean Rank 6.10 4.90
Sum of Ranks 30.50 24.50
Mean Rank 7.40 3.60
Sum of Ranks 37.00 18.00
10
b
Eosinofil sesudah perlakuan 9.500 24.500 -.671 .502 .548a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis Ranks
perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) Total
b
Eosinofil sesudah perlakuan 3.000 18.000 -2.132 .033 .056a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis
N 5 5 10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
144
Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus jantan NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) Total
N 5 5 10
Mean Rank 5.40 5.60
Sum of Ranks 27.00 28.00
b
Eosinofil sesudah perlakuan 12.000 27.000 -.149 .881 1.000a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis Ranks
perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Total
b
Eosinofil sesudah perlakuan 10.000 25.000 -.561 .575 .690a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis
N 5 5 10
Mean Rank 6.00 5.00
Sum of Ranks 30.00 25.00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
145
Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus jantan NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) Total
N 5 5 10
Mean Rank 4.60 6.40
Sum of Ranks 23.00 32.00
N 5 5 10
Mean Rank Sum of Ranks 6.00 30.00 5.00 25.00
b
Eosinofil sesudah perlakuan 8.000 23.000 -1.063 .288 .421a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis Ranks
perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Total
b
Eosinofil sesudah perlakuan 10.000 25.000 -.561 .575 .690a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
146
Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus jantan NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) Total
N 5 5 10
Mean Rank 4.80 6.20
N 5 5 10
Mean Rank 4.40 6.60
Sum of Ranks 24.00 31.00
b
Eosinofil sesudah perlakuan 9.000 24.000 -.827 .408 .548a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis Ranks
perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) Total
b
Eosinofil sesudah perlakuan 7.000 22.000 -1.205 .228 .310a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis
Sum of Ranks 22.00 33.00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 20. Uji Paired T-Test Kadar Eosinofil Tikus Betina Paired Samples Statistics Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
Dosis_1_pre Dosis_1_post dosis_2_pre Dosis_2_post dosis_3_pre dosis_3_post dosis_4_pre dosis_4_post kontrol_pre kontrol_post
Mean 1.0000 2.8000 1.2000 1.0000 1.2000 1.2000 2.0000 2.2000 1.2000 1.2000
N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Std. Deviation .00000 3.11448 .83666 .00000 .44721 .83666 1.73205 2.16795 .44721 1.09545
Std. Error Mean .00000 1.39284 .37417 .00000 .20000 .37417 .77460 .96954 .20000 .48990
Paired Samples Correlations Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
N 5 5 5 5 5
Dosis_1_pre & Dosis_1_post dosis_2_pre & Dosis_2_post dosis_3_pre & dosis_3_post dosis_4_pre & dosis_4_post kontrol_pre & kontrol_post
Correlation . . .535 .932 -.102
Sig. . . .353 .021 .870
Paired Samples Test
Paired Differences
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
Dosis_1_pre Dosis_1_post dosis_2_pre Dosis_2_post dosis_3_pre - dosis_3_post dosis_4_pre - dosis_4_post kontrol_pre - kontrol_post
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -5.66714 2.06714
Mean -1.80000
Std. Deviation 3.11448
Std. Error Mean 1.39284
.20000
.83666
.37417
-.83885
.00000 -.20000 .00000
.70711 .83666 1.22474
.31623 .37417 .54772
-.87799 -1.23885 -1.52072
t -1.292
df 4
Sig. (2tailed) .266
1.23885
.535
4
.621
.87799 .83885 1.52072
.000 -.535 .000
4 4 4
1.000 .621 1.000
Lampiran 21. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis kadar eosinofil tikus betina NPar Tests Kruskal-Wallis Test Ranks Eosinofil sesudah perlakuan
Perlakuan dosis
N
Mean Rank
Dosis I (0,018 mg/gBB)
5
15.90
Dosis II (0,180 mg/gBB)
5
10.50
Dosis III ( 0,301 mg/gBB)
5
12.40
Dosis IV (0,503 mg/gBB)
5
15.00
kontrol aquadest (8,333
5
11.20
mg/gBB)
151
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
152
Ranks Eosinofil sesudah perlakuan
Perlakuan dosis
N
Mean Rank
Dosis I (0,018 mg/gBB)
5
15.90
Dosis II (0,180 mg/gBB)
5
10.50
Dosis III ( 0,301 mg/gBB)
5
12.40
Dosis IV (0,503 mg/gBB)
5
15.00
kontrol aquadest (8,333
5
11.20
mg/gBB) Total
Test Statistics
25
a,b
Eosinofil sesudah perlakuan Chi-square
2.508
Df
4
Asymp. Sig.
.643
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Perlakuan dosis Lampiran 22. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus betina NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks
Perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
N 5 5
Dosis I (0,018 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) Total
Mean Rank 6.30 4.70
Sum of Ranks 31.50 23.50
10
Test Statisticsb Eosinofil sesudah perlakuan 8.500 23.500 -.868 .386 .421a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis Ranks
Perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Dosis II (0,180 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) Total
N 5 5 10
Mean Rank Sum of Ranks 5.50 27.50 5.50 27.50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Test Statistics
153
b
Eosinofil sesudah perlakuan 12.500 27.500 .000 1.000 1.000a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus betina NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks Perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) Total
N 5 5
Mean Rank 5.70 5.30
Sum of Ranks 28.50 26.50
Mean Rank 6.30 4.70
Sum of Ranks 31.50 23.50
10
b
Eosinofil sesudah perlakuan 11.500 26.500 -.224 .822 .841a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Ranks Perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
Dosis IV (0,503 mg/gBB) kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) Total
b
Eosinofil sesudah perlakuan 8.500 23.500 -.941 .347 .421a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
N 5 5 10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
154
Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus betina Ranks Perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
N 5 5 10
Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) Total
Mean Rank 6.50 4.50
Sum of Ranks 32.50 22.50
b
Eosinofil sesudah perlakuan 7.500 22.500 -1.177 .239 .310a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis Ranks Perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Total
N 5 5 10
Mean Rank 6.30 4.70
Sum of Ranks 31.50 23.50
b
Eosinofil sesudah perlakuan 8.500 23.500 -.859 .390 a .421
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus betina Ranks Perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis IV (0,503 mg/gBB) Total
b
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
Eosinofil sesudah perlakuan 11.000 26.000 -.324 .746 .841a
N 5 5 10
Mean Rank 5.80 5.20
Sum of Ranks 29.00 26.00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis Ranks Perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
N 5 5 10
Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Total
Mean Rank 5.00 6.00
155
Sum of Ranks 25.00 30.00
b
Eosinofil sesudah perlakuan 10.000 25.000 -.645 .519 .690a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil betina Ranks Perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
N 5 5 10
Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis IV (0,503 mg/gBB) Total
Mean Rank 4.50 6.50
Sum of Ranks 22.50 32.50
b
Eosinofil sesudah perlakuan 7.500 22.500 -1.491 .136 .310a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis Ranks Perlakuan dosis Eosinofil sesudah perlakuan
Test Statistics
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Dosis IV (0,503 mg/gBB) Total
b
Eosinofil sesudah perlakuan 10.000 25.000 -.565 .572 .690a
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
N 5 5 10
Mean Rank 5.00 6.00
Sum of Ranks 25.00 30.00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
156
BIOGRAFI PENULIS
Imelda Maria Korbafo dilahirkan di Banoco (Timor Leste), 26 Maret 1986 dari pasangan Yulius Elu Korbafo dan Gracinda Cofi. Anak sulung dari lima bersaudari ini mengawali pendidikan formalnya di SDN 13 Makelab (1991-1997), kemudian melanjutkan ke SLTP Katolik Santo Mikhael, Padiae (1997-1999), karena kerusuhan Timor Leste ia pindah ke SLTP Kristen Kefamenanu (1999-2000) dan menamatkan jenjang SLTP disana. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 2 Kefamenanu- NTT (20002003). Atas rahmat panggilan Tuhan, ia memulai hidup membiara dalam kongregasi FCJM, di Sumatera Utara pada tahun 2003 dan mengikrarkan kaul perdana pada tahun 2007. Selanjutnya pada tahun 2009, kongregasi FCJM mempercayakan tugas padanya untuk melanjutkan pendidikan ke Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Selama menempuh masa perkuliahan, penulis juga aktif dalam kegiatan-kegiatan kepanitiaan baik dalam fakultas maupun luar fakultas. Penulis pernah menjadi anggota seksi dana dan usaha untuk kegiatan pelepasan wisuda Sarjana Farmasi (November 2010) dan pada tahun berikutnya menjadi koordinator seksi dana dan usaha untuk kegiatan yang sama yakni pelepasan wisuda Sarjana Farmasi (Oktober 2011), menjadi bendahara dalam Forum Biarawan/Biarawati Kevikepan Yogyakarta (2011-2012). Pernah menjadi anggota tim dalam kegiatan pengabdian masyarakat bersama dosen dengan judul kegiatan ”Pelatihan dan penyuluhan Home Schooling Herbal Medicine” pada Juli - Desember 2012, di Gadingan, Argomulyo, Cangkringan Sleman DIY, ”Pelatihan dan penyuluhan Home Schooling Herbal Medicine” pada September - Desember 2012, di Ngrangkah, Umbulhardjo, Cangkringan Sleman DIY. Penulis pernah menjadi anggota pemenang Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat tahun 2012 dengan judul ” Pemberdayaan Penjual Jamu Gendong Dukuh Watu Desa Argomulyo Kabupaten Bantul dalam Pengolahan Simplisia Empon-Empon Dengan Metode PAIKEM”. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen pada praktikum mata kuliah Komunikasi Farmasi pada tahun ajaran 2012/2013.