PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN SMARTPHONE PADA ORANG TUA DENGAN PERSEPSI KUALITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DAN ANAK PADA MASA KANAK-KANAK AWAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh : Annety Lensiana Putri NIM : 119114009
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu. (Yer 29:11) Tuhan telah mendengar permohonanku, Tuhan menerima doaku. (Mzm 6:10)
Karya ini saya persembahkan untuk :
Tuhan Yang Maha Esa, Orang Tua terkasih Bapak Suwito dan Ibu Anita, Adikku tersayang Bramantya Surya, Teman-teman seperjuangan, dan Almamaterku, Universitas Sanata Dharma.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
RELATIONSHIP BETWEEN THE INTENSITY OF USING SMARTPHONE ON PARENTS WITH THE PERCEPTION OF QUALITY INTERPERSONAL COMMUNICATION BETWEEN PARENTS AND CHILDREN IN EARLY CHILDHOOD
Annety Lensiana Putri
ABSTRACT
This study aimed to measured the correlation between intensity of using smartphone on parents with the perception about quality of interpersonal communication between parents and children in early childhood. Quantitative research methods applied to 104 parents that has smartphone and children on early chilhood. This study used the Spearman correlation to analysis. Correlation coeficient of this reasearch was -0,585 with a significant value 0,000 p < 0,05). This findings means that there was a negative correlation between intensity of using smartphone on parents with the perception about quality of interpersonal communication between parents and children in early childhood. Keywords : smartphone, interpersonal communication, parents, early childhood.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN SMARTPHONE PADA ORANG TUA DENGAN PERSEPSI KUALITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DAN ANAK PADA MASA KANAK-KANAK AWAL
Annety Lensiana Putri
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif bersifat korelasional yang dilakukan terhadap 104 subjek yang merupakan orang tua yang menggunakan smartphone serta memiliki anak yang berada pada masa kanak-kanak awal. Analisis data yang digunakan adalah teknik uji korelasi Spearman. Koefisien korelasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebesar -0,585 dengan nilai signifikansi p = 0,000 (p < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal.
Kata kunci : smartphone, komunikasi interpersonal, orang tua, masa kanak-kanak awal.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, karunia dan berkat yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Intensitas Penggunaan Smartphone Pada Orang Tua dengan Persepsi Kualitas Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dan Anak Pada Masa Kanak-kanak Awal” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tugas Akhir ini dapat terselesaikan berkat dukungan, bantuan, dan doa dari banyak pihak. Maka dari itu, melalui tulisan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak, Ibu, dan Adikku yang telah memberikan semangat, dukungan moral maupun materi, kasih sayang, serta doa yang tak pernah henti kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan. 2. Eyang Kakung dan Eyang Putri yang selalu mendoakan penulis demi kedamaian jiwa dan semangat untuk meraih gelar sarjana. 3. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sekaligus dosen penguji skripsi. Terimakasih atas kepemimpinan selama saya menjadi mahasiswa dan telah memberi saran dan kritik dalam pengerjaan skripsi ini. 4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku kepala progam studi sekaligus dosen pembimbing skripsi. Terimakasih atas kesedian Ibu dalam mendampingi serta membimbing juga mendiskusikan terkait skripsi ini dengan sabar dan penuh
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
perhatian. Terima kasih sudah menjadi Ibu Kaprodi yang hebat dan bertanggung jawab. 5. Sylvia Carolina, M. Psi. selaku dosen penguji. Terimakasih atas dukungan, semangat, dan saran yang membangun dalam proses pengerjaan skripsi ini. 6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang memberi bimbingan dan pengetahuan yang sangat berguna. 7. Ibu Nanik Pitarso, Mas Gandung, dan Pak Giyono selaku staff sekretariat dan keluarga baru saya yang selalu memberi semangat serta dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Selalu memberi canda tawa dan kemudahan dalam administrasi di sekretariat. 8. Sahabat paling gondes Albertus Juannino Prabowo yang selalu nemenin suka duka dan sabar menghadapi penulis. Selalu menyempatkan waktu untuk nemenin ngerjain skripsi. Membantu menyiapkan segala sesuatu dalam pengambilan data, serta selalu mendukung penulis. Orang yang jadi pelampiasan saat penulis sedang stress mengerjakan skripsi. Semangat buat profesi Apt-nya. Tuhan memberkati. 9. Sahabat-sahabatku yang luar biasa, Yohanna Viscanesia Sinaga; Bernadheta Ken Sulanjari; Sadriyah Pratiwi; Yosi Dian Permata Pertiwi; Nining Widya Handayani; dan Olga Sancaya Dyah Permatasari yang selalu memberi dukungan, semangat, bantuan, dan doa dari awal hingga akhir penyelesaian skripsi ini. Saling berbagi suka dan duka baik urusan pribadi maupun tentang skripsi. 10. Teman-teman Student Staff Sekretariat dan Wakaprodi sekaligus staff akreditasi, Clara; Silla; Arum; Hervy; Jojo; dan Mbak Tirza yang tiada henti
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
memberikan dukungan, semangat, diskusi dan canda tawa selama proses pembuatan skripsi ini. Selalu kompak dan gak jelas di setiap momennya. I love you to the moon and back guys! 11. Kakak tingkat yang selalu memberi bantuan baik pengetahuan dan pengalaman, Mbak Nani; Ko Engger; dan Mbak Tyas. Terima kasih banyak tanpa kalian aku mah apa atuh. 12. Anggota kelompok KKN XLVIII 30 “cen angel og” Olga; Randy; Iyah; Nino; dan Dini. Kita emang kelompok blong. Makasih atas keluarga baru selama 39 hari lebih yang selalu mendukung, saling sayang sebagai diri sendiri, ayo yang lain semangat skripsinya dan pakai toga bareng. 13. Teman-teman DPMF periode 2013/2014, Lala; Mitha; Risca; Elga; Felinsa; Edwin; Rio; Chopie; Vita; Benny; Vero; David; dan Praba. Makasih atas kebersamaan selama setahun dengan penuh canda tawa dan rasa kekeluargaan. 14. Teman-teman angkatan seperjuangan 2011, terima kasih atas pertemanan yang tak terlupakan selama empat tahun (lebih) ini dan semangat ya! 15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman. Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama bidang psikologi dan bagi masyarakat pada umumnya. Penulis (Annety Lensiana Putri)
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ v LEMBAR
PERNYATAAN
PERSETUJUAN
PUBLIKASI
KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................. vi ABSTRACT ........................................................................................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii PRAKATA ............................................................................................................ ix DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii BAB I PENGANTAR ............................................................................................ 1 A. Latar Belakang ................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 12 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 13 D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 13 1. Manfaat Teoritis ...................................................................................... 13 2. Manfaat Praktis ....................................................................................... 13 BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 14 A. Penggunaan Smartphone ................................................................................ 14
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Pengertian Smartphone ............................................................................ 14 2. Pengertian Intensitas Penggunaan Smartphone ....................................... 15 3. Dampak Penggunaan Smartphone ........................................................... 16 B. Komunikasi Interpersonal .............................................................................. 19 1. Pengertian Komunikasi ............................................................................ 19 2. Pengertian Komunikasi Interpersonal ...................................................... 22 3. Pentingnya Komunikasi Interpersonal ..................................................... 24 4. Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak ..................................... 25 5. Persepsi .................................................................................................... 26 6. Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Anak ............................................. 27 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak .................................................................................................. 30 8. Peran Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak pada Masa Anakanak Awal ................................................................................................. 32 C. Perkembangan Masa Anak-anak Awal .......................................................... 36 1. Karakteristik Perkembangan .................................................................... 37 D. Dinamika Antar Variabel ............................................................................... 42 E. Hipotesis ......................................................................................................... 46 F. Skema ............................................................................................................. 47 BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 48 A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 48 B. Variabel Penelitian ......................................................................................... 48 C. Definisi Operasional ....................................................................................... 49 1. Intensitas Penggunaan Smartphone ......................................................... 49
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak ..................................... 49 D. Subjek Penelitian ............................................................................................ 51 1. Populasi .................................................................................................... 51 2. Sampel ...................................................................................................... 51 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data .............................................................. 52 1. Skala Intensitas Penggunaan Smartphone ................................................ 53 2. Skala Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak ............. 54 F. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data ................. 57 1. Validitas ................................................................................................... 57 2. Seleksi Item .............................................................................................. 58 3. Reliabilitas ............................................................................................... 62 G. Analisis Data ................................................................................................. 62 1. Uji Normalitas ......................................................................................... 63 2. Uji Linearitas .......................................................................................... 63 3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 63 H. Pelaksanaan Uji Coba ................................................................................... 64 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 65 A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 65 B. Deskripsi Subjek ............................................................................................ 66 C. Deskripsi Data Penelitian ............................................................................... 68 D. Kategorisasi ..................................................................................................... 70 E. Analisis Data Penelitian ................................................................................. 73 1. Uji Asumsi ................................................................................................ 73 2. Uji Hipotesis ............................................................................................. 75
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
F. Pembahasan .................................................................................................... 77 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 86 A. Kesimpulan .................................................................................................... 86 B. Saran ............................................................................................................... 87 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 89 LAMPIRAN ......................................................................................................... 95
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Pemberian Skor Skala Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua ...................................................................................... 54
Tabel 3.2
Blueprint dan Distribusi Item Skala Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua Sebelum Uji Coba .......................... 54
Tabel 3.3
Pemberian Skor Skala Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak ..................................................................... 56
Tabel 3.4
Blueprint dan Distribusi Item Skala Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Sebelum Uji Coba ................. 56
Tabel 3.5
Blueprint dan Distribusi Item Skala Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua Setelah Uji Coba ............................. 60
Tabel 3.6
Blueprint dan Distribusi Item Skala Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Setelah Uji Coba ................... 61
Tabel 4.1
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin............................... 66
Tabel 4.2.
Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia .............................................. 66
Tabel 4.3
Deskripsi Subjek Berdasarkan Kepemilikan Smartphone ............ 68
Tabel 4.4
Deskripsi Data Penelitian .............................................................. 68
Tabel 4.5
Norma Kategorisasi ....................................................................... 70
Tabel 4.6
Norma Kategorisasi Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua...................................................................................... 71
Tabel 4.7
Norma Kategorisasi Kualitas Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dan Anak ..................................................................... 72
Tabel 4.8.1
Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 73
Tabel 4.8.2
Hasil Uji Linearitas ....................................................................... 75
Tabel 4.8.3
Hasil Uji Hipotesis ........................................................................ 76
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Bentuk Skala Intensitas Penggunaan Smartphone dan Skala Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak ............ 95
Lampiran 2.
Hasil Seleksi Item Skala.............................................................. 105
Lampiran 3.
Reliabilitas Skala......................................................................... 111
Lampiran 4.
Uji Deskriptif Mean Empirik ...................................................... 113
Lampiran 5.
Uji Normalitas ............................................................................. 114
Lampiran 6.
Uji Linearitas ............................................................................... 116
Lampiran 7.
Uji Hipotesis ............................................................................... 117
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, teknologi merupakan salah satu produk ilmu pengetahuan yang saat ini berkembang sangat pesat. Teknologi digunakan oleh berbagai kalangan usia, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak. Teknologi dapat ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan dengan harapan mampu mempermudah dan menunjang aktifitas manusia yang kini telah menjadi gaya hidup (Sulistyaningtyas, Jaelani, & Waskita 2012). Salah satu teknologi yang berkembang pesat saat ini adalah teknologi informasi. Teknologi informasi adalah salah satu teknologi yang digunakan dalam mengolah,
memproses,
mendapatkan,
menyusun,
menyimpan,
dan
memanipulasi data dengan berbagai cara (Subadri, 2008). Teknologi informasi termasuk di dalamnya adalah telepon pintar atau smartphone. Smartphone atau telepon pintar adalah salah satu perangkat teknologi yang memiliki fungsi seperti komputer. Smartphone memiliki fitur berupa akses internet, dan sistem operasi yang mampu mengunduh berbagai macam aplikasi
seperti
games,
media
sosial,
email,
dan
aplikasi
lain
(www.oxforddictionaries.com). Pada jaman sekarang, teknologi informasi khususnya smartphone dapat dengan mudah ditemui. Saat ini, hampir setiap orang dan sebagian besar merupakan orang dewasa memiliki perangkat mobile atau smartphone
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
(Sulistyaningtyas dkk., 2012). Berdasarkan hasil survei dari lembaga survei dunia yaitu Mobility Report Ericsson, menunjukkan bahwa pengguna perangkat mobile di dunia pada tahun 2019 akan mencapai 5,6 miliar dengan 60% diantaranya adalah pengguna smartphone (www.biskom.web.id). Survei yang dilakukan oleh APIJI (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) pada tahun 2012 menemukan bahwa jumlah pengguna smartphone di Indonesia mencapai 65,7%. Survei yang dilakukan oleh APIJI (2012) juga menemukan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia yang menggunakan smartphone merupakan kalangan usia dewasa. APIJI (2012) menyebutkan bahwa 15,3% pengguna internet merupakan ibu rumah tangga dan 53,3% merupakan orang tua yang bekerja. APIJI juga menemukan bahwa sebesar 92% masyarakat Indonesia menggunakan smartphone pada saat mereka berada di rumah. Secara garis besar dapat dilihat bahwa rata-rata pengguna smartphone yang memiliki jaringan internet merupakan orang dewasa khususnya ibu rumah tangga dan orang tua bekerja. Mereka menggunakan perangkat smartphone mereka rata-rata saat mereka berada di rumah. Melalui fitur yang dimiliki smartphone, orang tua memanfaatkan smartphone yang mereka miliki untuk menunjang aktivitas mereka dalam berkomunikasi dengan teman, keluarga, dan juga rekan bisnis. Orang tua menggunakan smartphone mereka dalam berkomunikasi dengan anak mereka seperti menanyakan keberadaan dan juga memantau anak-anak mereka apabila mereka berada dalam jarak jauh. Pada konteks pekerjaan, smartphone
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
digunakan untuk meningkatkan mobilitas pekerjaan mereka. Mereka dapat dengan mudah mengakses berkas-berkas dengan cepat melalui email serta berkomunikasi secara cepat dengan kolega yang berada pada jarak jauh (Sulistyaningtyas dkk, 2012). Menurut hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei Nielsen (2014) yang berjudul “Nielsen on Device Meter” menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia rata-rata menggunakan smartphone selama 189 menit per hari atau setara dengan 3 jam. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan smartphone untuk berkomunikasi jarak jauh, media hiburan, menggunakan aplikasi, dan penggunaan akses internet. Hal ini juga didukung oleh hasil survei yang dilakukan oleh seorang analis yaitu Meeker (2014) yang melaporkan bahwa penduduk Indonesia menghabiskan waktu selama 181 menit atau setara dengan 3 jam untuk menggunakan smartphone (www.kompas.com). Masyarakat cenderung terus-menerus menatap perangkat mobile mereka dimana pun dan kapan pun mereka berada. Sulistyaningtyas dkk. (2012) menemukan bahwa sebagian besar masyarakat terdorong untuk segera membalas sms, melihat notifikasi di media sosial, membalas chatting, internet, dan telepon. Munculnya smartphone memberikan perubahan-perubahan pada elemen masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh University of Maryland menemukan bahwa seseorang dapat berubah menjadi lebih egois dan antisosial saat sedang menggunakan ponsel. Faktanya, disaat para pengguna ponsel merasa bahwa mereka memiliki hubungan yang dekat dengan orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
lain yang berada di jarak jauh, justru mereka lebih mengabaikan orang-orang yang
berada
di
jarak
yang
lebih
dekat
dengan
mereka
(www.tabloidbintang.com). Turkle dari Institute Technology Massachusset (MIT) mengatakan bahwa individu akan terus menerus menggunakan ponsel mereka sehingga individu tidak merasa kesepian. Namun ternyata mereka justru
mengabaikan
orang-orang
dan
dunia
di
sekitarnya
(www.tabloidpulsa.com). Smartphone sangat berguna untuk menunjang kehidupan manusia di era modern. Smartphone telah mengubah gaya hidup seseorang dalam kehidupan mereka di lingkungan masyarakat (Sulistyaningtyas dkk., 2012). Akan tetapi, smartphone menimbulkan perubahan yang signifikan terjadi pada sikap, mental, dan cara pandang seseorang. Salah satunya merupakan perubahan sikap sosial. Perubahan sosial yang terjadi pada lingkungan masyarakat berkaitan dengan cara individu berkomunikasi secara interpersonal dengan
lingkungannya
(Putra,
2014).
Fuad
(dalam
Putra,
2014)
mengemukakan bahwa teknologi cenderung memungkinkan terjadinya transformasi dalam masyarakat. Transformasi tersebut memunculkan berbagai perubahan dalam hubungan antar manusia, khususnya pada komunikasi antar pribadi. Merujuk pada hasil survei yang dilakukan oleh APIJI (2012) yang menyebutkan bahwa sebagian besar pengguna smartphone merupakan kalangan usia dewasa yang merupakan orang tua, maka perubahan sikap sosial yang terjadi pada masyarakat saat ini tidak menutup kemungkinan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
mempengaruhi perubahan komunikasi antar pribadi diantara orang tua dengan anak mereka. Hasil penelitian dari Radesky (Boston Medical Center) pada tahun 2014 mengungkapkan bahwa orang tua yang cenderung sibuk dengan email, games, atau aplikasi lain memiliki interaksi negatif dengan anak-anak mereka. Hasil dari penelitian Radesky tersebut mengungkapkan bahwa 40 dari 55 kelompok orangtua selalu menatap gadget selama makan, dan mereka lebih banyak menaruh perhatian ke perangkat mobile ketimbang anak-anak mereka (www.liputan6.com). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa saat ini perilaku orang tua dalam menggunakan smartphone tersebut tidak menutup kemungkinan mempengaruhi perubahan komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak mereka. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Panji & Mahardeka (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan smartphone dengan interaksi anak kepada orang tua. Subjek pada penelitian ini merupakan anak Sekolah Dasar usia 10 hingga 12 tahun. Anak menggunakan smartphone pada umumnya untuk bermain atau sebagai media hiburan. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi penggunaan smartphone oleh anak, maka semakin rendah interaksi anak dengan orang tua, demikian pula sebaliknya jika penggunaan smartphone pada anak semakin rendah maka interaksi anak kepada orang tua semakin tinggi (r = -0,522). Penelitian yang sama menemukan bahwa terdapat pengaruh menggunakan smartphone dengan interaksi anak kepada orang tua (27,2%).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Seiring dengan meningkatnya penggunaan smartphone di kalangan masyarakat termasuk pada orang tua, banyak perubahan-perubahan sikap yang terjadi di kalangan masyarakat (Sulistyaningtyas dkk., 2012). Saat ini masyarakat cenderung lebih suka untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui jaringan internet yang terdapat pada smartphone (Veronika, 2013). Fenomena ini dapat terjadi di kalangan orang tua yang menggunakan smartphone untuk menunjang pekerjaan mereka. Orang tua cenderung memperhatikan gadget mereka dibandingkan berkomunikasi dengan anakanak mereka disaat mereka sedang melakukan aktivitas bersama (Radesky, 2014). Hasil survei APIJI (2012) juga menyebutkan bahwa sebagian besar pengguna smartphone menggunakan perangkat mereka pada saat berada di rumah. Hal ini tentu saja berkaitan dengan komunikasi orang tua dengan anak saat mereka sedang melakukan aktivitas bersama di rumah. Komunikasi merupakan suatu proses tindakan memperoleh dan mendapatkan informasi. Seseorang berbicara tentang sesuatu maupun menanggapi pemikiran orang lain atau melakukan sesuatu sebagai respon atas apa yang dipahami (Beebe, Beebe, & Redmond, 1996). Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi merupakan bentuk khusus dari human communication dimana dapat terjadi ketika kita berinteraksi secara bersamaan dengan orang lain dan saling mempengaruhi satu sama lain (Beebe et al., 1996). Komunikasi tidak hanya terjadi antar orang dewasa. Komunikasi terjadi dalam kaitannya hubungan antar keluarga. Hubungan interaksi dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
suatu keluarga tidak terlepas dari komunikasi interpersonal yang terjadi di dalam keluarga tersebut (Djamarah, 2004). Komunikasi dalam keluarga terjadi dalam berbagai cara diantaranya isyarat, ungkapan emosional, bicara, dan bahasa tulisan. Tetapi komunikasi yang paling efektif umumnya berorientasi pada percakapan atau bicara (Hurlock, 1978). Komunikasi interpersonal pada keluarga umumnya merupakan komunikasi langsung atau tatap muka dimana pesertanya dapat langsung memberi tanggapan (Effendy,1986). Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak tidak hanya diukur berdasarkan kuantitas terjadinya komunikasi diantara kedua belah pihak, melainkan kualitas dari komunikasi yang terjadi (DeVito, 2011). Kualitas komunikasi interpersonal dapat diidentifikasikan berdasarkan lima karakteristik yaitu : keterbukaan (openness), empati (emphaty), sikap mendukung (supportive-ness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak menunjukkan bagaimana hubungan antar pribadi dalam suatu keluarga. Hubungan antar pribadi dalam keluarga sebagai salah satu faktor dalam mempengaruhi dasar hidup anak pada masa kanak-kanak awal dan berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa mendatang (Berk, 2006; Santrock, 2007). Anak-anak yang berada pada tahap masa kanak-kanak awal atau prasekolah adalah anak-anak yang memiliki usia sekitar dua tahun hingga enam tahun (Hurlock, 1978; Bukatko, 2008). Menurut Bijou (dalam Hurlock, 1978), anak-anak pada usia prasekolah ini adalah masa paling penting dimana dasar struktur perilaku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
kompleks diletakkan dan akan dibangun sepanjang hidup anak. Dasar hidup anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat anak tinggal selama tahuntahun pembentukan
awal
hidupnya.
White
(dalam
Hurlock, 1978)
mengemukakan bahwa pada masa ini, adalah penting dalam meletakkan pola untuk penyesuaian pribadi dan sosial anak. Memberi kehidupan sosial yang kaya pada anak adalah hal yang dapat dilakukan guna menjamin pikiran baik pada anak. Penyesuaian pribadi dan sosial anak dapat ditanamkan melalui komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak. Pada masa kanak-kanak awal, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan sosialnya terhadap lingkungan sosial (McDEvitt, 2010). Seiring dengan perkembangan sosial anak, hubungan antara orang tua dan anak menjadi penting untuk diperhatikan. Hubungan tersebut dapat dilihat melalui komunikasi interpersonal yang terjalin diantara mereka. Anak-anak berusaha untuk memperoleh perhatian dan penerimaan dari orang dewasa khususnya orang tua mereka. Apabila mereka telah memperoleh kepuasan terhadap hubungan mereka dengan orang tua, mereka akan tetap berusaha untuk menjalin hubungan yang bersahabat dengan keluarga terutama orang tua mereka. Selain itu, pada masa kanak-kanak awal, lingkungan keluarga merupakan figur paling penting dalam pembentukan sosialisasi anak (McDevitt, 2010) Pada tahap ini, anak-anak mulai mengalami berbagai perkembangan diantara perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan emosi, dan perkembangan psikososial (Papalia, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
Berdasarkan beberapa penelitian menemukan bahwa komunikasi orang tua dengan anak mereka mempengaruhi perkembangan anak pada usianya dan pada perkembangan selanjutnya (Hastuti, 2014; Setyowati, 2005; Ramadhani, 2013; Hodijah, 2008; Hillaker, 2008). Komunikasi antara orang tua dengan anak juga mempengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi pada saat dewasa (Beebe et al., 2009). Beberapa penelitian menemukan bahwa hubungan yang bermakna antara komunikasi dalam keluarga dengan perkembangan anak. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2014) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara komunikasi dalam keluarga dengan perkembangan anak khususnya perkembangan bahasa. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2005) menemukan dalam penelitian kualitatif bahwa penerapan pola komunikasi keluarga sebagai bentuk interaksi antara orang tua dengan anak maupun antar anggota keluarga memiliki implikasi terhadap proses perkembangan emosi anak. Dalam proses komunikasi tersebut, anak akan belajar mengenal dirinya maupun orang lain, serta memahami perasaannya sendiri maupun orang lain. Ramadhani (2013) menemukan dalam sebuah penelitian kualitatif interaktif bahwa efektifitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dapat membentuk sikap positif pada anak. Hodijah (2008) turut menemukan bahwa intensitas komunikasi antara orang tua dan anak secara signifikan memiliki korelasi positif terhadap motivasi belajar pada anak. Hillaker (2008) mengungkapkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
bahwa komunikasi yang positif dalam keluarga memiliki hubungan yang positif terhadap kompetensi sosial dan nilai-nilai positif pada anak. Perkembangan anak tidak lepas dari keluarga dimana mereka dibesarkan. Hurlock (1978) mengemukakan sumbangan keluarga pada perkembangan anak ditentukan oleh sifat hubungan antara anak dengan dengan anggota keluarganya. Hubungan yang baik di dalam keluarga dapat dilihat melalui komunikasi antara orang tua dan anak (Djamarah, 2004). Hubungan ini dipengaruhi oleh pola kehidupan keluarga dan juga sikap serta perilaku dari berbagai anggota keluarga khususnya orang tua terhadap anak dalam keluarga tersebut. Sikap orang tua tidak hanya mempengaruhi hubungan di dalam keluarga melainkan juga mempengaruhi sikap dan perilaku anak. Hubungan antara orang tua dan anak yang sehat dan positif akan mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya. Hubungan yang sehat dan positif dengan orang tua akan menghasilkan anak yang bahagia, ramahtamah, dianggap menarik oleh orang lain, relatif bebas dari kecemasan, dan menjadi anggota kelompok yang pandai bekerja sama. Sebaliknya apabila anak memiliki hubungan yang tidak baik dengan orang tuanya, mereka cenderung memiliki penyesuaian pribadi dan sosial yang cenderung buruk. Hubungan yang tidak baik dengan orang tua akan menghasilkan anak yang haus akan kasih sayang, takut dikesampingkan, terlampau ingin menyenangkan orang lain, dan melakukan apapun untuk orang lain. Hal ini sebagai kompensasi dan usaha untuk mencari perhatian dengan cara apapun (Hurlock, 1978).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak dilihat melalui bagaimana orang tua mempersepsikan kualitas komunikasi interpersonal diantara keduanya yang diukur melalui lima aspek kualitas komunikasi DeVito. Persepsi merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu hal dengan menginterpretasi dan memproses stimulus yang diterima. Persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak merupakan cara pandang orang tua terhadap kualitas komunikasi yang terjalin antara mereka dan anak mereka. Munculnya
smartphone
di
kalangan
meningkatnya intensitas penggunaan
masyarakat
memicu
smartphone di masyarakat.
Penggunaan smartphone pada masyarakat menimbulkan perubahanperubahan khususnya pada sikap sosial (Sulistyaningtyas dkk., 2012; Veronika, 2013). Perubahan sikap sosial juga terjadi pada orang tua yang memiliki smartphone (Radesky, 2014). Perubahan sikap pada orang tua ini turut mempengaruhi hubungan antar pribadi dalam keluarga (Hurlock, 1978). Hubungan antar pribadi dalam keluarga dapat dilihat berdasarkan komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak khususnya pada masa kanak-kanak awal. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal merupakan komunikasi yang pada dasarnya dibentuk oleh orang tua. Pada komunikasi ini, orang tua sebagai penentu dasar pola komunikasi yang terjalin diantara keduanya. Hal ini berbeda dengan komunikasi yang terjalin antara orang dewasa dimana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
diantara kedua belah pihak telah memiliki pola komunikasi masingmasing. Selain itu, komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal penting dalam peletakkan dasar hidup anak (Bijou dalam Hurlock, 1978). Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak juga mempengaruhi perkembangan anak pada usianya dan pada perkembangan selanjutnya (Hurlock, 1978; Hastuti, 2014; Setyowati, 2005; Ramadhani, 2013; Hodijah, 2008; Hillaker, 2008) dan menentukan perilaku anak yang mengarah pada perilaku sosial dan tidak sosial pada masa kanak-kanak
awal
(Hurlock, 1978).
Hal
ini
selanjutnya
mempengaruhi kemampuan komunikasi anak pada saat dewasa (Beebe et al., 2009). Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu apakah terdapat hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal orang tua dan anak pada usia masa kanak-kanak awal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi penelitian-penelitian lain terutama pada ranah psikologi perkembangan khususnya terhadap pentingnya komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan informasi tentang pentingnya komunikasi interpersonal orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. b. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan mampu memberikan informasi kepada orang tua terkait bagaimana membangun kualitas komunikasi interpersonal yang baik dengan anak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
B. Penggunaan Smartphone 1. Pengertian Smartphone Menurut Oxford Dictionaries, smartphone atau telepon pintar adalah salah satu perangkat teknologi yang memiliki fungsi seperti komputer. Smartphone memiliki fitur berupa akses internet, dan sistem operasi yang mampu mengunduh berbagai macam aplikasi seperti games, media sosial, email, dan aplikasi lain (www.oxforddictionaries.com). Hernawati (2012) mengemukakan bahwa smartphone adalah suatu perangkat yang memungkinan untuk melakukan komunikasi (telepon dan sms) serta memiliki kemampuan layaknya komputer. Smartphone memiliki software aplikasi yang mampu menjalankan berbagai fungsi dan mampu meningkatkan produktifitas dan mendukung kegiatan sehari-hari. Smartphone atau telepon pintar adalah telepon seluler yang memiliki fungsi-fungsi seperti komputer pribadi dengan tampilan layar sentuh dan memiliki akses internet nirkabel (DepDikNas, 2011). Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai smartphone di atas, maka dapat disimpulkan bahwa smartphone atau telepon pintar merupakan salah satu perangkat teknologi yang memiliki fungsi seperti komputer dimana dapat digunakan untuk berkomunikasi jarak jauh,
14
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
media hiburan, games, media sosial, email, dan aplikasi lain serta akses internet yang mampu meningkatkan produktifitas dan mendukung kegiatan sehari-hari.
2. Pengertian Intensitas Penggunaan Smartphone Tubbs & Moss (1983) mengemukakan bahwa intensitas dipengaruhi oleh waktu. Intensitas dapat dilihat berdasarkan frekuensi dan durasi yang digunakan untuk melakukan kreatifitas tersebut (Marhaeni, 2012). Frekuensi (DepDikNas, 2011) adalah kekerapan pemakaian suatu unsur dalam kurun waktu tertentu. Frekuensi dilihat dari seberapa
sering
orang
melakukan
aktifitas.
Sedangkan
durasi
(DepDikNas, 2011) adalah lamanya sesuatu berlangsung atau rentang waktu. Durasi dapat dilihat dari seberapa lama orang melakukan suatu aktifitas. Definisi intensitas menurut Kamus Psikologi (Reber Arthur S. & Reber Emili S., 2010: 481) adalah suatu pengukuran kuantitas dari sebuah energi yang dilihat berdasarkan stimulus fisik. Derajat intensitas dilihat dari jumlah dari stimulus fisik yang dirasakan. Intensitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (DepDikNas, 2011: 542) adalah keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. Intens dapat berarti kuat, tinggi, bergelora, penuh semangat, bergelora, berapi-api, dan berkobar-kobar. Sedangkan tingkatan menggambarkan ukuran kuantitas yang dilihat berdasarkan frekuensi dari penggunaan suatu benda dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
hal ini adalah smartphone. Penggunaan adalah proses, pembuatan, cara memakai, dan pemakaian (DepDikNas, 2011) Merujuk pada beberapa pengertian intensias di atas, maka dapat disimpulkan bahwa intensitas adalah suatu pengukuran kuantitas tingkatan dari sebuah energi yang merupakan keadaan tingkatan dimana dapat diukur berdasarkan frekuensi dan durasi terjadinya stimulus fisik. Berdasarkan pengertian intensitas, maka yang dimaksudkan dengan intensitas penggunaan smartphone adalah kuantitas tingkatan penggunaan smartphone yang diukur dengan frekuensi dan durasi penggunaannya. Frekuensi dilihat dari seberapa sering orang melakukan aktifitas. Durasi dapat dilihat dari seberapa lama orang melakukan suatu aktifitas.
3. Dampak Penggunaan Smartphone Everett M. Rogers (dalam Hendrastomo, 2008) membuat tipologi dampak sosial kehadiran teknologi komunikasi yaitu : a. Dampak yang diinginkan atau tidak diinginkan Dampak ini berkaitan dengan efek fungsional dan disfungsional secara individu maupun sistem sosial yang diharapkan dengan adanya inovasi. Smartphone mampu memberikan fungsi sebagai alat komunikasi yang efektif dan efisien untuk saling berkomunikasi dengan orang lain pada jarak yang jauh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
b. Dampak langsung atau tidak langsung Dampak ini berkaitan dengan perubahan terhadap individu maupun sistem sosial yang muncul sebagai akibat dari respon yang cepat atas kehadiran suatu inovasi. Secara langsung smartphone mengubah tatanan komunikasi tatap muka yang kemudian digantikan dengan teknologi dan secara tidak langsung terjadi perubahan pola komunikasi intimacy dalam komunikasi antarpribadi. c. Dampak antisipatif atau tidak antisipatif Dampak ini berkaitan dengan perubahan yang terjadi akibat dari inovasi yang disadari dan ditujukan kepada anggota masyarakat. Komunikasi via smartphone mereduksi proses komunikasi tatap muka dan degradasi perilaku akibat menurunnya interaksi secara langsung. Veronika
(2013)
mengungkapkan
bahwa
smartphone
memberikan dampak terhadap orang dewasa yaitu: a. Mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan melalui internet diandingkan bertemu secara langsung (face to face). b. Smartphone mampu memberikan perubahan pola masyarakat dalam berinteraksi. Orang dewasa cenderung malas untuk bersosialisasi dengan teman, keluarga, atau lingkungan di sekitar mereka. Dengan menggunakan smartphone, segala sesuatu dapat dilakukan dengan berada pada satu tempat. Hal ini mengakibatkan orang dewasa cenderung tidak peduli dengan rasa sosial.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Ngafifi (2014) menerangkan pengaruh kemajuan teknologi bagi kehidupan sosial budaya masyarakat masa kini yaitu : a.
Adanya kemerosatan moral di kalangan masyarakat khususnya bagi remaja dan pelajar. Mereka cenderung menekankan pada pemenuhan keinginan-keinginan materi dibandingkan kekayaan moral.
b.
Berubahnya pola interaksi antarmanusia. Kehadiran teknologi dirumah mengakibatkan berubahnya pola interaksi dalam keluarga. Teknologi di dalam rumah memberikan peluang bagi setiap anggota keluarga
untuk
berhubungan
dengan
dunia
luar.
Hal
ini
mengakibatkan orang cenderung asyik sendiri menghabiskan waktunya sendiri dengan teknologi. Piliang (dalam Sulistyaningtyas., dkk 2012) menyebutkan bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial. Piliang menyatakan bahwa teknologi membentuk suatu ruang virtual antara satu orang dengan yang lainnya. Hal ini mengakibatkan masyarakat cenderung mengabaikan realitas sosial yang sebenarnya. Berdasarkan tipologi dampak yang diungkapkan oleh Everett M. Rogers (dalam Hendrastomo, 2008) serta berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa smartphone memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif smartphone adalah untuk membantu komunikasi yang efektif dan efisien antar pribadi dengan jarak yang jauh. Namun di sisi lain, hal ini juga berdampak negatif terhadap komunikasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
interpersonal tatap muka antara pengguna smartphone dengan orang disekitar perubahan
mereka. sikap
Pengguna sosial
di
smartphone
cenderung
lingkungannya.
Mereka
mengalami lebih
suka
berkomunikasi dengan menggunakan smartphone atau jaringan internet dibandingkan
melalui
komunikasi
langsung
atau
tatap
muka
(Sulistyaningtyas dkk., 2012; Veronika, 2013). Komunikasi via smartphone mereduksi proses komunikasi tatap muka dan degradasi perilaku akibat menurunnya interaksi secara langsung (Rogers dalam Hendrastomo, 2008).
C. Komunikasi Interpersonal 1.
Pengertian Komunikasi Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin “communicatio” yang bersumber dari kata kerja “communis”. Arti dari kata “communis” sendiri adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan
makna
mengenai
suatu
hal
yang
dikomunikasikan.
Komunikasi berlangsung ketika saling mengerti apa yang dibicarakan oleh orang lain (Effendy, 1986). Komunikasi secara terminologis merupakan proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
kepada orang lain. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang melibatkan manusia di dalamnya atau disebut dengan
human
communication (Effendy, 1986). Menurut DeVito (2011), komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang dapat terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, memiliki pengaruh tertentu, dan terdapat kesempatan untuk melakukan umpan balik (feedback). Komunikasi menurut Dictionary of Behavioral Science (dalam Rakhmat, 2008) adalah penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, penerimaan dan pengolahan informasi dan proses saling mempengaruhi diantara berbagai sistem dalam diri organisme dan di antara organisme. Hurlock (1978) mengemukakan bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran dan perasaan yang dapat dilaksanakan dengan setiap bentuk bahasa seperti : isyarat, ungkapan, emosional, bicara, atau bahasa tulisan. Tetapi, komunikasi yang paling umum dan paling efektif digunakan dilakukan dengan menggunakan bahasa. Berdasarkan berbagai pengertian komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan isyarat, ungkapan, emosional, bicara, atau bahasa dari satu orang ke orang yang lain dimana dapat mempengaruhi, mengubah sikap seseorang, dan terdapat kesempatan untuk memberi umpan balik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Effendy (1986) mengemukakan bahwa proses komunikasi terjadi atas beberapa komponen yang berperan di dalamnya meliputi : komunikator sebagai orang yang menyampaikan pesan, pesan berupa pernyataan yang didukung oleh lambang yang pada umumnya adalah bahasa, komunikan sebagai orang yang menerima pesan, media sebagai sarana atau saluran yang mendukung pesan apabila komunikan berada pada jarak yang jauh atau jumlah yang banyak, dan efek yang merupakan dampak atau pengaruh dari pesan. Menurut Effendy (1986), proses komunikasi terdiri atas proses komunikasi tidak langsung dan proses komunikasi langsung. Proses komunikasi tidak langsung (indirect) atau disebut juga dengan proses komunikasi bermedia merupakan komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan atau menyampaikan pesan kepada komunikan yang berada pada jarak jauh, atau jumlah komunikan yang banyak. Proses komunikasi langsung (direct) atau disebut juga proses komunikasi tatap muka merupakan komunikasi yang terjadi dimana komunikator dan komunikan saling berhadapan dan saling menatap. Komunikator dapat secara langsung mengamati
komunikan dan
mengetahui efek dari komunikasi pada saat itu juga. Pesan, tanggapan, dan juga respon diperoleh secara langsung saat berlangsungnya proses komunikasi. Oleh sebab itu, sering dikatakan bahwa dalam komunikasi tatap muka, umpan balik (feedback) terjadi secara langsung. Berdasarkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
jumlah komunikan yang dihadapi oleh komunikator, komunikasi langsung (tatap muka) diklasifikasikan menjadi dua yaitu komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok.
2.
Pengertian Komunikasi Interpersonal Menurut
Beebe
(1996),
Komunikasi
interpersonal
atau
komunikasi antarpribadi merupakan bentuk khusus dari human communication dimana dapat terjadi ketika kita berinteraksi secara bersamaan dengan orang lain dan saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi bersamaan berarti bahwa kita dan pasangan bicara kita saling bertukar informasi di waktu dan tempat yang sama. Sedangkan yang dimaksud dengan saling mempengaruhi adalah ketika kita dengan pasangan bicara kita mendapatkan pengaruh dari interaksi tersebut. Interaksi tersebut dapat mempengaruhi cara berpikir, perasaan, dan cara pandang orang lain dalam menginterpretasikan apa yang sedang diterimanya dalam interaksi tersebut. Effendy (1986) mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal bersifat dialogis dimana terjadi saling menanggapi antara komunikator dan komunikan. Komunikasi interpersonal dapat terjadi secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung antara komunikator dan komunikan. Komunikasi tatap muka terjadi penyampaian umpan balik (feedback) secara langsung antara keduanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Komunikasi
interpersonal
merupakan
komunikasi
23
yang
berlangsung secara tatap muka yang terjadi antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada suatu kerumunan (Wiryanto, 2004).
Laing,
Phillipson,
dan
Lee
(dalam
Wiryanto,
2004)
mengungkapkan adanya komunikasi interpersonal berdasarkan hubungan diadik. Hubungan diadik yang dimaksudkan merupakan suatu hubungan yang didalamnya menggambarkan interaksi dan pengalaman bersama orang tersebut. Hubungan ini terjadi pada suatu hubungan yang mantap dan jelas. Trenholm dan Jensen (dalam Wiryanto, 2004) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi yang terjalin antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka. Komunikasi diadik bersifat spontan dan informal dimana peserta komunikasi dapat saling memberi umpan balik (feedback) secara maksimal dan fleksibel. Trenholm dan Jensen (dalam Wiryanto, 2004) juga mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal secara diadik dapat dilihat pada struktur jaringan keluarga. Dimana komunikasi yang terjalin didalam keluarga berlangsung secara bebas. Berdasarkan
pada
pengertian-pengertian
komunikasi
interpersonal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpesonal adalah salah satu bentuk human communication dimana terjadi pertukaran informasi dan saling mempengaruhi
antara
komunikator dan komunikan yang terjadi secara langsung (tatap muka)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
atau tidak langsung dan dapat saling memberikan umpan balik (feedback). Komunikasi interpersonal juga dapat berlangsung secara diadik yang terjalin pada hubungan yang jelas dan mantap seperti pada struktur keluarga.
3. Pentingnya Komunikasi Interpersonal Supratiknya (1995) mengungkapkan bahwa komunikasi penting untuk meningkatkan kebahagiaan hidup seseorang. Johnson (dalam Supratiknya,
1995)
menjabarkan
beberapa
peranan
komunikasi
interpersonal bagi kebahagiaan hidup individu. Diantaranya adalah: a. Membantu Perkembangan Intelektual dan Sosial Perkembangan dimulai sejak individu berada pada masa bayi. Pada masa itu individu mulai membangun komunikasi yang intens dengan orang tua khususnya ibu. Sejak saat itu, lingkaran ketergantungan individu mulai meluas seiring dengan bertambahnya usia. Bersama dengan hal tersebut, perkembangan intelektual dan sosial individu sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi individu tersebut dengan orang lain. b. Membentuk Identitas dan Jati Diri Melalui komunikasi dengan orang lain, individu mampu menemukan
identitas
dan
jati
dirinya.
Ketika
individu
berkomunikasi, secara sadar maupun tidak sadar individu dapat mengamati, memperhatikan, dan mencatat segala tanggapan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
diberikan oleh orang lain. Hal ini membantu individu melihat bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya. Komunikasi interpersonal membantu individu untuk mengenal dan mengetahui siapa diri mereka sebenarnya. c. Memahami Realitas Melalui komunikasi individu dapat memahami bagaimana realitas
dan
kesan-kesan
serta
pengertian
terhadap
dunia.
Komunikasi membantu individu melihat cara pandangnya dan mampu mebandingkannya dengan cara pandang orang lain. d. Menentukan Kesehatan Mental Kesehatan mental seseorang dapat ditentukan berdasarkan kualitas komunikasi interpersonal dan hubungan individu tersebut dengan orang lain. Kualitas komunikasi dan hubungan dengan orang lain yang tidak baik tentu akan berdampak terhadap kesehatan mental individu.
4.
Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak berada dalam ruang lingkup komunikasi dalam keluarga. Menurut Beebe (1996), komunikasi dalam keluarga merupakan suatu proses dalam memberi, menerima, dan menginterpretasikan pesan dalam ruang lingkup keluarga. Effendy (1986) menyatakan bahwa komunikasi dalam keluarga biasanya berbentuk komunikasi interpersonal (face to face) yang pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
intinya merupakan komunikasi langsung dimana masing-masing peserta komunikasi dapat beralih fungsi baik sebagai komunikator maupun komunikan Hurlock (1978) mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dimaksudkan untuk memenuhi fungsi pertukaran pikiran dan perasaan. Pada umumnya komunikasi yang efektif dilakukan dengan berbicara tatap muka antara anak dengan orang tua mereka. Mereka saling memahami makna dari apa yang dibicarakan oleh kedua belah pihak. Komunikasi interpersonal orang tua dan anak pada masa anakanak awal tidak terlepas dari perkembangan bahasa pada anak. Bahasa berperan penting sebagai dasar terbentuknya suatu komunikasi (Bee, 1997; Vygotsky, 1978). Komunikasi interpersonal orang tua dan anak pada masa anakanak awal adalah proses dari komunikasi yang pada umumnya terjadi secara tatap muka antara orang tua dan anak yang memberi, menerima, dan menginterpretasikan pesan secara langsung atau tatap muka untuk memenuhi fungsi pertukaran pikiran dan perasaan yang berlangsung dengan berbicara menggunakan bahasa.
5.
Persepsi Menurut Halonen & Santrock (1999), persepsi adalah proses otak dalam
mengorganisasi
dan
memproses
informasi
sensorik
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
memberikan arti. Persepsi bekerja ketika reseptor sesori menerima stimulus dari luar dan organ sensori memproses dan mengubahnya menjadi informasi yang disalurkan ke otak. Informasi tersebut merupakan dasar individu menginterpretasikan atau memandang sesuatu. Feldman (2011) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses menyortir, menginterpretasikan, menganalisis, dan mengintegrasikan rangsangan yang dibawa oleh organ indera dan otak. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu hal dengan menginterpretasikan dan memproses stimulus yang diterima. Persepsi komunikasi interpersonal merupakan cara pandang orang tua dengan menginterpretasi dan memproses informasi mengenai komunikasi yang terjadi antara diri dan anak mereka.
6.
Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Baik atau buruknya komunikasi interpersonal tidak dipandang dari seberapa sering orang tua dan anak saling berbicara satu sama lain. Melainkan dilihat berdasarkan kualitas dari apa yang sedang dibicarakan oleh kedua belah pihak (DeVito, 2011). Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pun juga dilihat berdasarkan kualitas komunikasi yang terjadi (Hopson dalam Pitriawanti, 2010). Hopson (dalam Pitriawanti, 2010) mengungkapkan bahwa komunikasi yang berkualitas baik antara orang tua dan anak menunjukkan bahwa diantara kedua belah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
pihak memiliki rasa saling memahami, mengerti, mempercayai, dan saling menyayangi satu sama lain. Sebaliknya, komunikasi yang kurang baik antara orang tua dan anak menunjukkan bahwa kurangnya rasa memahami, mengerti, mempercayai, dan kurangnya kasih sayang diantara kedua belah pihak. Hal ini dapat dilihat melalui persepsi orang tua terhadap kualitas komunikasi interpersonal dengan anak mereka. Untuk mencapai kualitas komunikasi yang baik, DeVito (2011) mengemukakan bahwa terdapat lima aspek kualitas umum komunikasi interpersonal. Lima aspek kualitas umum tersebut meliputi: a. Keterbukaan (openness) Kualitas komunikasi berdasarkan keterbukaan mengacu pada tiga aspek dalam komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator harus bersedia untuk membuka diri dan terbuka dalam mengungkapkan informasi kepada orang yang diajaknya berbicara. Kedua, aspek keterbukaan mengacu pada kesediaan komunikator untuk bersikap dan bereaksi secara jujur dan spontan terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga mengacu pada “kepemilikan” atas suatu pikiran dan perasaan (Bochner & Kelly dalam DeVito, 2011). Dalam pengertian bahwa seorang komunikator mengakui bahwa apa yang diutarakannya merupakan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya yang ia miliki dan memiliki tanggung jawab atas hal tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
b. Empati (emphaty) Henry Backrack (dalam DeVito, 2011) mendefinisikan empati sebagai “kemampuan seseorang untuk „mengetahui‟ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu”. Dalam arti bahwa berempati adalah merasakan sesuatu seperti apa yang dirasakan oleh orang lain. c. Sikap mendukung (supportive-ness) Jack Gibb (dalam DeVito, 2011) mengungkapkan bahwa komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung begitu saja tanpa adanya suasana yang mendukung. Maka dari itu perlu dikembangkan sikap mendukung dalam suatu komunikasi. Terdapat tiga sikap yang perlu dimiliki oleh seseorang untuk menunjukkan sikap mendukung dalam suatu komunikasi interpersonal. Ketiga sikap tersebut
merupakan
berkomunikasi
tanpa
(1)
deskriptif,
memberi
bukan
penilaian
evaluatif,
terhadap
apa
yaitu yang
dikemukakan oleh lawan bicara. 2) spontan, bukan strategik, yaitu berterus terang dalam mengutarakan pikiran tanpa menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. dan (3) provisional, bukan sangat yakin, yaitu mampu bersikap tentatif (sementara) dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengarkan pandangan lawan bicara dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan tanpa memiliki keyakinan yang kuat untuk menciptakan suasana yang mendukung. d. Sikap positif (possitive-ness)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
DeVito (2011) mengungkapkan bahwa terdapat dua cara untuk mengomunikasikan
sikap
positif
dalam
suatu
komunikasi
interpersonal. Cara tersebut adalah dengan (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang lain untuk berinteraksi bersama kita, yaitu mampu mendorong menghargai keberadaan dan pentingnya lawan bicara. Dorongan positif dapat ditunjukkan secara verbal dan nonverbal. e. Kesetaraan (equality) Pengertian
kesetaraan
dalam
komunikasi
interpersonal
dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana kedua belah pihak yang sedang berkomunikasi memiliki pengakuan bahwa kedua pihak samasama bernilai dan berharga serta memiliki sesuatu hal yang penting untuk disumbangkan dalam komunikasi tersebut. Carl Rogers (dalam DeVito, 2011) memberi istilah kesetaraan merupakan pemberian “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang yang sedang kita ajak berkomunikasi.
7.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Djamaludin (dalam Marhaeni, 2012) mengungkapkan bahwa dalam kaitannya komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dipengaruhi oleh dua hal yaitu bagaimana anak mempunyai persepsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
(pandangan) terhadap orang tua dan bagaimana kemampuan orang tua menjadi orang tua yang baik di mata anak. a.
Persepsi anak terhadap orang tua Kualitas komunikasi interpersonal antara anak dan orang tua dimulai dari bagaimana persepsi anak terhadap orang tua. Anak cenderung memiliki hubungan yang baik dengan orang tua mereka saat mereka memiliki persepsi atau pandangan positif kepada orang tuanya. Komunikasi interpersonal yang baik terjalin ketika anak memiliki pandangan bahwa orang tua mereka memiliki sifat-sifat yang baik, menyayangi mereka, dan bertanggung jawab.
b.
Kemampuan menjadi orang tua yang baik Kesan orang tua yang dimiliki oleh anak sangat menentukan keberhasilan komunikasi diantara keduanya. Orang tua yang baik adalah mereka yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak seperti kasih sayang, perhatian, pendidikan, dan sebagainya. Selain itu, kemampuan menjadi orang tua yang baik dapat dilihat dari sikap orang tua terhadap anak saat mereka berkomunikasi. Sikap orang tua yang baik adalah memperlakukan anak sebagai partner dalam berkomunikasi. Kedua faktor di atas merupakan landasan untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik. Hubungan-hubungan yang telah terbentuk tersebut berlangsung secara baik atau tergantung kepada interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Djamarah (2004) megungkapkan bahwa hubungan yang baik di dalam keluarga dapat dilihat melalui komunikasi antara orang tua dan anak. Hubungan ini dipengaruhi oleh pola kehidupan keluarga dan juga sikap serta perilaku dari berbagai anggota keluarga khususnya orang tua terhadap
anak
dalam
keluarga
tersebut.
Hurlock
(1978)
juga
mengemukakan bahwa sikap orang tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak akan mempengaruhi sikap anak kepada mereka dan perilaku mereka. Pada dasarnya hubungan orang tua dan anak tergantung kepada sikap orang tua terhadap anak. Kaitannya dengan komunikasi antara orang tua dan anak, penekanan berada pada sikap orang tua dalam menjalin komunikasi dengan anak. Bagaimana orang tua mampu menjalin komunikasi yang baik dan akrab serta terdapat pemenuhan-pemenuhan kebutuhan anak.
8.
Peran Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Pada Masa Kanakkanak Awal White (dalam Hurlock, 1978) mengemukakan bahwa pada masa prasekolah, dua tahun pertama adalah penting dalam meletakkan pola untuk penyesuaian pribadi dan sosial anak. Memberi kehidupan sosial yang kaya pada anak adalah hal yang dapat dilakukan guna menjamin pikiran baik pada anak. Penyesuaian pribadi dan sosial anak dapat ditanamkan melalui komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Hubungan antar pribadi yang menyenangkan dalam keluarga sebagai salah satu faktor dalam mempengaruhi dasar hidup anak pada masa kanak-kanak awal (Berk, 2006; Santrock, 2007). Hubungan tersebut dapat diamati berdasarkan komunikasi yang terjalin di dalam suatu keluarga khususnya pada komunikasi orang tua dan anak. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak pada masa kanakkanak awal diharapkan memiliki kualitas yang baik. Kualitas komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dapat turut mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan anak tidak lepas dari keluarga dimana mereka dibesarkan. Hurlock (1978) mengemukakan sumbangan keluarga pada perkembangan anak ditentukan oleh sifat hubungan antara anak dengan dengan anggota keluarganya. Hubungan ini dipengaruhi oleh pola kehidupan keluarga dan juga sikap serta perilaku dari berbagai anggota keluarga khususnya orang tua terhadap anak dalam keluarga tersebut. Hurlock (1978) juga mengemukakan bahwa sikap orang tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak akan mempengaruhi sikap anak kepada mereka dan perilaku mereka. Pada dasarnya hubungan orang tua dan anak tergantung kepada sikap orang tua anak. Sikap orang tua tidak hanya mempengaruhi hubungan di dalam keluarga melainkan juga mempengaruhi sikap dan perilaku anak. Hubungan antara orang tua dan anak yang sehat dan positif akan mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
Hubungan yang sehat dan positif dengan orang tua akan menghasilkan anak yang bahagia, ramah-tamah, dianggap menarik oleh orang lain, relatif bebas dari kecemasan, dan menjadi anggota kelompok yang pandai bekerja sama. Sebaliknya apabila anak memiliki hubungan yang tidak baik dengan orang tuanya, mereka cenderung memiliki penyesuaian pribadi dan sosial yang cenderung buruk. Hubungan yang tidak baik dengan orang tua akan menghasilkan anak yang haus akan kasih sayang, takut dikesampingkan, terlampau ingin menyenangkan orang lain, dan melakukan apapun untuk orang lain. Hal ini sebagai kompensasi dan usaha untuk mencari perhatian dengan cara apapun (Hurlock, 1978). Hurlock
(1978)
menjelaskan
bahwa
peran
komunikasi
interpersonal dengan berbicara antara orang tua dan anak dapat berpengaruh terhadap penyesuaian sosial dan pribadi anak. Adapun pengaruhnya sebagai berikut : a.
Pemenuhan kebutuhan dan keinginan Melalui komunikasi dengan bicara, anak mampu menjelaskan tentang kebutuhan dan keinginan mereka kepada orang lain khususnya kepada orang tua mereka.
b.
Perhatian dari orang lain Dengan berbicara kepada orang tua mereka, anak-anak dapat merasa senang apabila mereka mendapatkan perhatian dengan saling berbicara kepada orang tua mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
35
Hubungan sosial Bila diantara orang tua dan anak terjalin komunikasi yang baik, maka hal tersebut dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi di lingkungannya. Kemampuan berkomunikasi yang baik pada anak akan membantu anak dalam menjalin hubungan sosial yang baik dengan lingkungannya serta dapat membantu menjadi anggota dari kelompok. Menjadi anggota kelompok dapat memberi
kesempatan
anak
dalam
memainkan
peran
kepemimpinannya. d.
Penilaian sosial Penilaian sosial terhadap diri anak juga dapat dinilai berdasarkan kemampuan komunikasi anak dengan lingkungannya. Komunikasi orang tua dan anak menjadi tolak ukur bagaimana kemampuan anak dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.
e.
Penilaian diri Melalui komunikasi, khususnya komunikasi antara orang tua dan anak turut mempengaruhi bagaimana anak menilai diri mereka. Mereka dapat mengetahui bagaimana tanggapan dan kesan yang diberikan oleh orang tua kepada dirinya dan hal tersebut mampu membentuk dasar anak bagi penilaian diri mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
D. Perkembangan Masa Kanak-kanak Awal Hurlock (1978) mengemukakan bahwa anak yang berada pada masa kanak-kanak awal adalah anak dengan rentang usia dua sampai enam tahun. Pada masa ini anak disebut juga berada pada masa prasekolah. Sependapat dengan Hurlock, Bukatko (2008) juga mengatakan bahwa masa kanak-kanak awal adalah anak-anak dengan usia dua hingga enam tahun. Menurut Hurlock (1978), masa pada tahun-tahun awal kehidupan merupakan saat kritis bagi perkembangan anak. Erikson (dalam Hurlock, 1978) menarik kesimpulan bahwa masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia sebagai manusia. Erikson (dalam Hurlock, 1978) juga menerangkan bahwa apa yang akan dipelajari oleh seorang anak bergantung kepada bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, dan cinta kasih. Bijou (dalam Hurlock, 1978) menyimpulkan bahwa pada tahun-tahun awal kehidupan atau masa prasekolah adalah tahap paling penting dari seluruh tahapan perkembangan manusia. Tidak dipungkiri lagi bahwa periode ini adalah periode dimana dasar struktur perilaku kompleks yang dibangun sepanjang kehidupan anak. White (dalam Hurlock, 1978) mengemukakan bahwa pada masa prasekolah, dua tahun pertama adalah penting dalam meletakkan pola untuk penyesuaian pribadi dan sosial anak. Memberi kehidupan sosial yang kaya pada anak adalah hal yang dapat dilakukan guna menjamin pikiran baik pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
anak. Penyesuaian pribadi dan sosial anak dapat ditanamkan melalui komunikasi antara orang tua dan anak. Berdasarkan pendapat tokoh-tokoh perkembangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masa kanak-kanak awal adalah masa ketika anak-anak berada pada rentang usia dua hingga enam tahun dimana merupakan tahap paling penting dari seluruh tahap perkembangan manusia. Masa kanak-kanak awal merupakan gambaran awal manusia dan merupakan periode dasar peletakkan struktur perilaku kompleks dalam penyesuaian pribadi dan sosial di masa mendatang.
1.
Karakteristik Perkembangan a. Perkembangan Fisik Pada masa kanak-kanak awal, perkembangan fisik terjadi lebih cepat dibandingkan pada masa bayi. Anak yang berada pada masa anak-anak awal mengalami pertumbuhan yang pesat. Mereka menalami peningkatan berat badan dan juga tinggi badan. Selain itu, ukuran otak mereka telah mencapai 80% dari ukuran otak orang dewasa (Bukatko, 2008). Perkembangan motorik kasar dan halus juga meningkat pada masa ini. Anak-anak telah mampu berjalan tanpa bantuan orang lain, mampu mengendalikan keseimbangan, mampu mengendarai sepeda roda tiga, mampu menangkap, melempar, dan menendang bola (Meggitt; 2013, Bukatko; 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
b. Perkembangan Kognitif Perkembangan kognisi pada masa kanak-kanak awal tidak terlepas dari teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget. Menurut teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget (dalam Bukatko, 2008), anak pada masa kanak-kanak awal berada pada tahap praoperasional kongkrit. Pada tahap ini mereka mampu berpikir tentang hal kemarin dan akan datang yang mampu membantu mereka dalam menggunakan bahasa. Menurut Piaget (dalam Bukatko, 2008 : 278), bahasa tidak akan mampu berkembang tanpa karakteristik pemikiran pada tahap ini. Anak harus memiliki kemampuan kognitif secara umum untuk menggunakan suatu hal sebelum hal yang lain untuk memungkinkan anak dalam menggunakan kata-kata untuk menunjukkan suatu objek, kejadian, dan suatu hubungan.
c. Perkembangan Bahasa dan Komunikasi Menurut Meggit (2013), perkembangan bicara dan komunikasi berkembang sangat cepat pada masa ini. Anak pada masa kanak-kanak awal telah mengenal berbagai kosakata dan mampu berbicara dengan kalimat yang utuh yang terdiri atas kata benda, kata sifat, dan kata kerja. Pada masa ini, anak-anak berusaha untuk mengungkapkan pemikiran mereka walaupun kata-kata yang diucapkan tidak lengkap. Hal ini dikarenakan mereka berpikir lebih cepat dari menggerakkan mulut untuk mengucapkan apa yang mereka inginkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
Meggitt (2013) juga mengungkapkan bahwa orang tua diharapkan untuk memperlihatkan ketertarikan dan memberi respon atas apa yang telah diungkapkan oleh anak. Hal ini dilakukan untuk menstimulasi perkembangan bahasa dan komunikasi anak. Vygotsky (1978) mengungkapkan bahwa pada masa kanakkanak, anak-anak mulai belajar berbicara dan berkomunikasi dengan orang disekitarnya. Mereka berbicara untuk mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas mereka. Anak-anak berbicara tidak hanya tentang apa yang mereka lakukan, melainkan sebagai bagian dari fungsi psikologis yang lebih kompleks. Pembicaraan mereka terarah terhadap solusi dari masalah mereka. Menurut Vygotsky (1978), anakanak menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan berbicara dan berkomunikasi.
d. Perkembangan Emosi Pada masa kanak-anak kawal, anak-anak mulai memahami perasaan dan juga emosi yang mereka alami (Bukatko; 2008, Santrock; 2007). Emosi yang pertama kali muncul pada masa ini adalah bangga, malu, dan rasa bersalah (Santrock; 2007). Ekspresi dari emosi-emosi ini menunjukkan bahwa anak sudah mulai memahami peraturan dan norma sosial disekitarnya untuk menilai diri mereka sendiri. Bukatko (2008) mengungkapkan bahwa pada tahun kedua, anak mulai memahami dirinya dan hubungannya dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
lingkup sosialnya. Campos & Lewis (dalam Bukatko, 2008 : 309) menyatakan bahwa anak-anak mulai menyadari emosi yang mereka alami dan hubungannya dengan orang lain. Emosi yang berhubungan dengan orang lain diantaranya perasaan bersalah, iri, malu, dan bangga (Lewis dalam Santrock, 2007)
e. Perkembangan Sosial Hurlock (1978) mengungkapkan bahwa anak-anak pada masa kanak-kanak awal mulai mengenal lingkungan disekitarnya. Mereka mulai memiliki teman-teman baru di lingkungan mereka. Seiring dengan itu, minat sosial mereka terhadap teman sebayanya semakin kuat. Anak-anak mulai menginginkan kebebasan dan mulai melawan otoritas orang dewasa. Meski demikian, anak-anak juga berusaha untuk memperoleh perhatian dan penerimaan dari orang dewasa khususnya orang tua mereka. Apabila mereka telah memperoleh kepuasan terhadap hubungan mereka dengan orang tua, mereka akan tetap berusaha untuk menjalin hubungan yang bersahabat dengan keluarga terutama orang tua mereka. Berhubungan perilaku sosial anak dalam bergaul dengan teman-temannya, perlu ditinjau perihal landasan yang diletakkan pada masa
anak-anak
awal
mengenai
cara
berkomunikasi
dan
menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Hal ini untuk melihat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
perkembangan perilaku sosial anak selanjutnya mengarah pada perilaku sosial atau tidak sosial (Hurlock, 1978). Pengalaman sosial pada anak meliputi kemampuan anak dalam berprilaku
sesuai
dengan
tuntutan
sosial
(Hurlock,
1978).
Perkembangan sosial berjalan seiring dengan berkembangnya kemampuan komunikasi pada anak. Seiring dengan perkembangan emosinya, anak-anak ini telah mampu mengkomunikasikan perasaan dan pikiran-pikiran mereka terhadap orang lain (Santrock, 2007; Bukatko, 2008). Komunikasi penting dibangun pada masa awal kehidupan anak karena menentukan kemampuan sosialisasi anak di masa mendatang (Hurlock, 1978). Selain itu, pada masa kanak-kanak awal, lingkungan keluarga merupakan agen sosialisasi yang terpenting bagi anak (Hurlock, 1978 : 252). Meggit (2013) mengungkapkan bahwa anak-anak pada masa ini telah mampu mengekspresikan diri mereka melalui kata-kata. Mereka mulai memahami apa yang dirasakan oleh orang lain dan mengambil bagian untuk membantu atau terlibat dengan orang lain. Anak-anak
juga
telah
mampu
mendebat,
menbantah,
dan
menunjukkan sikap agresi mereka. Pada masa ini, anak-anak telah menunjukkan ketertarikan mereka terhadap orang disekitarnya serta mulai belajar untuk meniru orang lain atau teman-temannya. Akan tetapi, anak-anak pada masa ini juga sangat memerlukan perhatian dari keluarganya khususnya orang tua mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
E. Dinamika Hubungan antara Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua dengan Persepsi Kualitas Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dan Anak pada Masa Kanak-kanak Awal Pada era globalisasi, penggunaan teknologi telah menjadi suatu gaya hidup baru di masyarakat. Salah satu teknologi yang sedang berkembang di masyarakat saat ini adalah teknologi informasi. Teknologi informasi yang sedang marak digunakan saat ini adalah smartphone. Smartphone atau telepon pintar adalah salah satu perangkat teknologi yang memiliki fungsi seperti komputer dimana dapat digunakan untuk berkomunikasi jarak jauh, media hiburan, games, email, media sosial, dan akses internet yang mampu meningkatkan produktifitas dan mendukung kegiatan sehari-hari. Saat ini pengguna smartphone berasal dari berbagai kalangan masyarakat. Namun, pengguna smartphone terbanyak adalah orang tua. Orang tua lebih sering menggunakan smartphone ketika mereka berada di rumah. Maraknya penggunaan smartphone saat ini dapat dilihat berdasarkan intensitas masyarakat menggunakan smartphone. Intensitas dapat secara kuantitatif dengan melihat frekuensi dan durasi dari penggunaan (Tubbs & Moss (1983). Frekuensi adalah seberapa sering orang melakukan aktifitas dan durasi merupakan seberapa lama orang melakukannya (DepDikNas, 2011). Penggunaan smartphone (teknologi) berdampak terhadap perubahan sikap sosial yang terjadi pada masyarakat tidak terkecuali pada orang tua. Perubahan sikap pada orang tua berdampak terhadap kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak. Komunikasi interpersonal adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
salah satu bentuk human communication dimana terjadi pertukaran informasi dan saling mempengaruhi antara komunikator dan komunikan yang terjadi secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung dan dapat saling memberikan umpan balik. Komunikasi interpersonal orang tua dan anak adalah proses dari komunikasi interpersonal yang terjadi antara orang tua dan anak yang memberi, menerima, dan menginterpretasikan pesan yang pada umumnya dilakukan secara langsung atau tatap muka untuk memenuhi fungsi pertukaran pikiran dan perasaan yang berlangsung dengan berbicara menggunakan bahasa. Penggunaan smartphone mampu mengubah sikap orang tua terhadap anak pada saat mereka berkomunikasi secara langsung ketika berada di rumah. Orang tua yang menggunakan smartphone dengan intensitas tinggi cenderung malas untuk bersosialisasi dengan teman, keluarga, atau lingkungan di sekitar mereka. Dengan menggunakan smartphone, segala sesuatu dapat dilakukan dengan berada pada satu tempat. Hal ini mengakibatkan orang dewasa cenderung tidak peduli dengan rasa sosial (Veronika, 2013). Orang dewasa cenderung lebih suka berhubungan melalui internet dibandingkan berkomunikasi secara langsung (face to face). Perubahan perilaku pada orang tua ini mengakibatkan berubahnya pola interaksi dalam keluarga. Teknologi di dalam rumah memberikan peluang bagi setiap anggota keluarga untuk berhubungan dengan dunia luar (Ngafifi, 2014). Hal ini mengakibatkan orang cenderung asyik sendiri menghabiskan waktunya dengan teknologi sehingga mampu mereduksi proses komunikasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
langsung (tatap muka) dan adanya degradasi perilaku akibat menurunnya interaksi secara langsung sehingga berdampak pada kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak (Rogers dalam Hendrastomo, 2008). Sikap orang tua terhadap anak menunjukkan bagaimana kemampuan orang tua menjadi orang tua yang baik (Djamaludin dalam Marhaeni, 2012). Kemampuan menjadi orang tua yang baik dapat berdampak terhadap komunikasi
interpersonal
antara orang tua
dan anak. Komunikasi
interpersonal yang baik antara orang tua dan anak ialah komunikasi yang menunjukkan rasa saling memahami, mengerti, mempercayai, dan saling menyayangi. Sedangkan komunikasi yang tidak baik ialah komunikasi yang menunjukkan kurangnya rasa saling memahami, mengerti, mempercayai, dan kurangnya kasih sayang di kedua belah pihak. Kualitas komunikasi antara orang tua dan anak dapat ditinjau melalui lima kualitas umum komunikasi interpersonal menurut DeVito (2011) yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Perubahan sikap yang terjadi pada orang tua pada masa ini berdampak terhadap hubungan antar pribadi orang tua dan anak. Hubungan antar pribadi antara orang tua dan anak dapat ditinjau melalui kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak. Kualitas komunikasi yang baik penting untuk penyesuaian sosial dan pribadi anak pada masa anak-anak awal. Masa kanak-kanak awal adalah masa ketika anak-anak berada pada rentang usia dua hingga enam tahun. Pada masa ini, anak-anak mulai berkembang membangun sosialisasi dengan lingkungan mereka. Hal ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
memerlukan kondisi lingkungan yang mendukung dan mendorong anak untuk berkomunikasi. Sikap orang tua dalam mendorong dan mendukung anak dalam komunikasi menjadi dasar karena orang tua adalah agen sosialisasi utama bagi anak pada masa kanak-kanak awal. Apabila orang tua asyik dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar mereka, ini akan menghambat kesempatan anak untuk menjalin komunikasi dengan orang tua mereka. Sebaliknya apabila orang tua memiliki waktu lebih banyak bersama anak, akan memberi peluang anak untuk berkomunikasi dengan orang tua mereka. Selain itu, masa kanak-kanak awal merupakan gambaran awal manusia dan merupakan periode dasar peletakkan struktur perilaku kompleks dalam penyesuaian pribadi dan sosial di masa mendatang sehingga penting dalam membentuk kualitas komunikasi yang baik. Pada dasarnya komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak mampu menunjukkan hubungan antar pribadi antara orang tua dan anak (Hurlock, 1978). Komunikasi interpersonal yang terjalin baik antara orang tua dan anak akan menghasilkan hubungan antar pribadi yang sehat dan positif. Hubungan antar pribadi yang sehat dan positif akan membentuk penyesuaian pribadi dan sosial yang baik dimana anak tumbuh menjadi anak yang bahagia, ramah, dianggap menarik, relatif bebas dari kecemasan, dan menjadi anggota kelompok yang pandai bekerja sama. Sebaliknya bahwa hubungan antar pribadi yang tidak baik antara orang tua dan anak akan membentuk penyesuaian pribadi dan sosial yang cenderung buruk dimana anak tumbuh menjadi anak yang haus akan kasih sayang, takut dikesampingkan, terlampau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
ingin menyenangkan orang lain, dan melakukan apapun untuk orang lain. Hal ini sebagai kompensasi dan usaha untuk mencari perhatian dengan cara apapun.
F.
Hipotesis Berlandaskan kepada landasan teori terkait dengan hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal maka diperoleh hipotesis sebagai berikut : Terdapat hubungan negatif antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dan persepsi kualitas komunikasi interpersonal orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
SKEMA HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN SMARTPHONE PADA ORANG TUA DENGAN KUALITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DAN ANAK PADA MASA KANAK-KANAK AWAL Penggunaan Smartphone
- Intensitas penggunaan rendah
- Intensitas penggunaan tinggi
- Frekuensi penggunaan rendah
- Frekuensi penggunaan tinggi
Perilaku :
Perilaku :
- Memiliki keinginan untuk bersosialisasi. - Peduli terhadap rasa sosial. - Mampu memanfaatkan waktu bersama dengan orang lain. - Lebih suka berhubungan secara langsung.
- Malas untuk bersosialisasi. - Tidak peduli dengan rasa sosial. - Asyik sendiri menghabiskan waktunya dengan teknologi. - Lebih suka berhubungan melalui internet diandingkan berkomunikasi secara langsung.
Berlangsungnya komunikasi tatap muka dan meningkatnya interaksi secara langsung.
Reduksi proses komunikasi tatap muka dan degradasi perilaku akibat menurunnya interaksi secara langsung.
Menunjukkan memahami, mempercayai, menyayangi.
Kurangnya rasa saling memahami, mengerti, mempercayai, dan kurangnya kasih sayang di kedua belah pihak.
rasa
saling mengerti, dan saling
Meningkatnya kualitas komunikasi interpersonal orang tua dan anak.
Menurunnya kualitas komunikasi interperonal orang tua dan anak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011), metode penelitian kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan oleh peneliti. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian korelasional. Azwar (1998) mengemukakan bahwa penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain. Hasil dari penelitian ini adalah informasi terkait taraf hubungan yang terjadi antara satu variabel dengan variabel lainnya.
B. VARIABEL PENELITIAN Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu : 1.
Variabel bebas : Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua
2.
Variabel terikat : Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
C. DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Intensitas Penggunaan Smartphone Intensitas penggunaan smartphone dapat diukur berdasarkan frekuensi dan durasi seseorang menggunakan smartphone. Intensitas memiliki arti kedalaman, bergelora, atau berapi-api. Kedalaman penggunaan smartphone dapat dilihat melalui waktu penggunaan suatu perangkat. Seseorang memiliki ketertarikan yang dalam apabila ia menggunakan perangkat tersebut dengan sering atau lama. Apabila seseorang tidak memiliki ketertarikan, ia akan cenderung tidak sering atau lama menggunakan perangkat tersebut. Sehingga intensitas penggunaan
smartphone
dalam
penelitian
ini
diukur
dengan
menggunakan skala yang mengukur seberapa sering dan seberapa lama penggunaan smartphone. Semakin sering dan semakin lama individu menggunakan smartphone, maka semakin tinggi skor intensitas penggunaan smartphone. Demikian pula sebaliknya. Semakin jarang dan semakin sebentar individu menggunakan smartphone maka semakin rendah skor intensitas penggunaan smartphone.
2.
Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Komunikasi komunikasi
dimana
interpersonal terjadi
merupakan
pertukaran
salah
satu
bentuk
informasi
dan
saling
mempengaruhi antara komuikator dan komunikan yang terjadi dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
terjadi secara langsung atau tidak langsung dan dapat saling memberi umpan balik. Komunikasi interpersonal dapat terjadi secara diadik dalam struktur keluarga salah satunya adalah komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak. Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak adalah proses komunikasi yang pada umumnya terjadi secara tatap muka yang terjadi antara orang tua dan anak yang memberi, menerima, dan menginterpretasikan pesan secara langsung (tatap muka) untuk memenuhi fungsi pertukaran pikiran dan perasaan yang berlangsung dengan
berbicara
menggunakan
bahasa.
Kualitas
komunikasi
interpersonal antara orang tua dan anak pada penelitian ini diukur dengan melihat persepsi orang tua terhadap kualitas komunikasi interpersonal mereka dengan anak mereka menggunakan skala persepsi kualitas komunikasi interpersonal berdasarkan lima aspek kualitas umum komunikasi yang dikemukakan oleh DeVito, yaitu aspek keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Tinggi rendahnya kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak diungkap dari skor kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin baik persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin buruk persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
D. SUBJEK PENELITIAN 1.
Populasi Penelitian ini adalah penelitian yang melihat hubungan antara intensitas orang tua menggunakan
smartphone dengan kualitas
komunikasi orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Dimana penggunaan smartphone dilakukan oleh orang tua. Subjek pada penelitian ini adalah para orang tua yaitu ayah atau ibu yang memiliki anak pada masa kanak-kanak awal dengan rentang usia 2 hingga 6 tahun, serta anak pada masa kanakk-anak awal berusia antara 2 hingga 6 tahun yang memiliki ayah atau ibu yang menggunakan smartphone.
2.
Sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian menggunakan nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana unsur pada populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu purposive sampling. Purposive
sampling
adalah
pengambilan
sampel
berdasarkan
pertimbangan atau kriteria tertentu. Penelitian ini akan melibatkan subjek dengan karakteristik sebagai berikut: a. Pria atau wanita (orang tua) yang memiliki smartphone yang dapat mengakses internet, hiburan, games, dan aplikasi karena smartphone berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
b. Pria atau wanita (orang tua) yang telah berkeluarga dan memiliki anak yang berusia 2 hingga 6 tahun yang berada pada tahap masa kanakkanak awal dimana komunikasi interpersonal penting dikembangkan. c. Anak yang berusia 2-6 tahun yang tinggal dalam satu rumah bersama ayah atau ibu yang memiliki smartphone, karena untuk mengetahui pandangan anak terhadap kualitas komunikasi interpersonal dengan orang tua.
E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode kuantitatif.
Pengumpulan
data
secara
kuantitatif
dilakukan
dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa skala. Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa dua skala dan wawancara sebagai pendukung hasil penelitian. Dua skala yang akan disajikan adalah skala intensitas penggunaan smartphone dan skala persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak. Serta awancara dilakukan kepada anak berusia 2 hingga 6 tahun untuk mendukung data penelitian secara kuantitatif. Pada skala intensitas penggunaan smartphone dan skala persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak, metode penskalaan yang digunakan adalah skala likert. Skala likert merupakan salah satu metode penskalaan yang meminta subjek untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya dalam sebuah kontinum yang terdiri atas beberapa respon jawaban (Supratiknya, 2014).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
1. Skala Intensitas Penggunaan Smartphone Penyusunan skala intensitas penggunaan smartphone didasarkan pada pengukuran intensitas yang dikemukakan oleh Tubbs & Moss (1983) yaitu dengan melihat frekuensi dan durasi terjadinya perilaku tersebut. Skala ini menyajikan pertanyaan-pertanyaan untuk melihat seberapa sering dan seberapa lama subjek menggunaan smartphone. Skala ini terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu “Sangat Setuju (SS)”, “Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”, dan “ Sangat Tidak Setuju (STS)”. Skor bergerak dari angka 1 hingga angka 4 dengan tidak adanya respon netral. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan subjek untuk memilih jawaban tengah serta subjek mampu dengan tegas menunjukkan responnya. Pernyataan-pernyataan yang disajikan pada skala ini terdiri dari dua bentuk, yaitu pernyataan favorable dan unfavorable. Pertanyaan favorable adalah pernyataan yang mendukung aspek-aspek dari intensitas penggunaan smartphone. Sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan
yang
tidak
mendukung
penggunaaan smartphone (Azwar, 2012).
aspek-aspek
dari
intensitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Tabel 3.1 Pemberian Skor Skala Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua Pernyataan
Pernyataan
Favorable
Unfavorable
Sangat Setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak Setuju
2
3
Sangat Tidak Setuju
1
4
Alternatif Jawaban
Tabel 3.2 Blueprint dan Distribusi Item Skala Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua Sebelum Uji Coba Aspek
Frekuensi
Durasi
2.
Item 9, 10, 11, Favorable 15, 16, 17, 26 4, 12, 13, Unfavorable 19, 22, 23, 25 2, 3, 7, 8, Favorable 14, 18, 24 1, 5, 6, 20, Unfavorable 21, 27, 28 Jumlah
Jumlah
Persentase
7 50% 7 7 50% 7 28
100%
Skala Persepsi Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Penyusunan skala persepsi kualitas komunikasi interpersonal orang tua dan anak didasarkan pada lima aspek kualitas umum komunikasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
interpersonal yang dikemukakan oleh DeVito, yaitu aspek keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Lima aspek kualitas komunikasi ini memiliki proporsi yang sama pada skala dikarenakan menurut peneliti, lima aspek ini merupakan aspek yang memiliki kepentingan yang sama dalam membangun kualitas komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Skala ini terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu “Sangat Setuju (SS)”, “Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”, dan “ Sangat Tidak Setuju (STS)”. Skor bergerak dari angka 1 hingga angka 4 dengan tidak adanya respon netral. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan subjek untuk memilih jawaban tengah serta subjek mampu dengan tegas menunjukkan responnya. Pernyataan-pernyataan yang disajikan pada skala ini terdiri dari dua bentuk, yaitu pernyataan favorable dan unfavorable. Pertanyaan favorable adalah pernyataan yang mendukung aspek-aspek dari kualitas komunikasi interpersonal. Sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang tidak mendukung aspek-aspek dari kualitas komunikasi interpersonal (Azwar, 2012). Pernyataan-pernyataan yang disajikan pada skala ini disusun dalam konteks komunikasi interpersonal yang terjadi antara orang tua dan anak. Penentuan penilaian untuk pernyataan favorable dan unfavorable adalah sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Tabel 3.3 Pemberian Skor Skala Persepsi Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Pernyataan
Alternatif Jawaban
Pernyataan Favorable
Sangat Setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak Setuju
2
3
Sangat Tidak Setuju
1
4
Unfavorable
Tabel 3.4 Blueprint dan Distribusi Item Skala Persepsi Kualitas Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dan Anak Sebelum Uji Coba Aspek
Keterbukaan
Empati
Sikap Mendukung
Item 1, 5, 30, 45, Favorable 56, 60, 65, 66, 69, 100 12, 19, 38, 49, Unfavorable 61, 73, 74, 80, 91, 92 2, 9, 20, 22, Favorable 24, 41, 44, 59, 81, 82 31, 36, 39, 72, Unfavorable 63, 76, 86, 87, 88, 98 3, 10, 17, 32, Favorable 51, 53, 67, 94, 96, 99 15, 23, 25, 27, Unfavorable 40, 47, 57, 64, 79, 95
Jumlah
Persentase
10 20% 10
10 20% 10
10 20% 10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Favorable Sikap Positif Unfavorable
Favorable Kesetaraan Unfavorable Jumlah
6, 11, 13, 18, 26, 28, 54, 75, 84, 85 7, 8, 16, 29, 37, 52, 83, 90, 93, 97 4, 14, 42, 43, 48, 50, 55, 70, 71, 89 21, 33, 34, 35, 46, 58, 62, 68, 77, 78
57
10 20% 10
10 20% 10 100
100%
F. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data 1.
Validitas Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang mampu menunjukkan secara valid bahwa hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan dari alat ukur itu sendiri (Azwar, 2009). Validitas adalah taraf sejauh mana penafsiran terhadap suatu tes bersangkutan secara sunguh-sungguh dapat dipertanggungjawakan. Validitas melihat apakah aspek yang diukur pada suatu alat tes benar-benar sesuai dengan tujuan alat tes tersebut (Supratiknya, 2014). Uji validitas pada penelitian ini menggunakan uji validitas isi. Uji validitas isi dilakukan dengan cara melakukan meminta professional judgment untuk melihat kembali kesesuaian antara atribut dan aspek yang diukur pada skala (Supratiknya, 2014). Professional judgment pada penelitian ini merupakan dosen pembimbing skripsi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
58
Seleksi Item Seleksi item item bertujuan untuk melihat skor masing-masing item pada suatu alat ukur. Seleksi item ini dapat dilihat dengan daya beda atau daya diskriminasi item. Daya diskriminasi adalah sejauh mana item mampu membedakan antara satu individu dengan kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2009). Daya diskriminasi merupakan indikator dari konsistensi antara fungsi item dengan fungsi dari skala. Item yang baik adalah item yang memiliki fungsi yang selaras dengan fungsi dari skala yang disusun oleh penyusun (Azwar, 2009). Daya diskriminasi dilakukan dengan cara melihat korelasi antara skor item dengan skor item total. Korelasi antara skor item dengan skor item total ini disebut dengan koefisien korelasi item total (rix). Korelasi item yang digunakan pada penelitian ini diperoleh menggunakan komputasi korelasi product-moment Pearson. Hal ini dikarenakan skor pada item-item skala merupakan skor pada taraf interval. Besar koefisien korelasi item total bergerak dari 0 hingga 1.00 baik itu positif maupun negatif.
Koefisien
korelasi
yang
mendekati
angka
1.00
baik
mengindikasikan terdapat daya diskriminasi item yang baik pada skala tersebut. Sedangkan apabila koefisien korelasi semakin mendekati angka 0, hal ini menunjukkan bahwa item tersebut memiliki daya diskriminasi yang rendah (Azwar, 2009).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Pemilihan item yang baik pada penelitian ini memiliki batasan nilai rix adalah ≥0.30 dimana item yang memiliki daya diskriminasi memiliki skor ≥0.30 adalah item yang memiliki daya diskriminasi yang tinggi. Sebaliknya, item yang memiliki skor ≤0.30 adalah item yang memiliki daya diskriminasi yang rendah. Penelitian ini menggunakan nilai rix 0.30 dengan taraf signifikansi 0.05. Item yang digunakan pada skala ini adalah item yang memiliki koefisien korelasi item total ≥0.30. Komputasi pada skala ini menggunakan software SPSS 16.0 for windows. Pada skala intensitas penggunaan smartphone, terdapat 28 pernyataan atau item yang terdiri dari 14 item favorable dan 14 unfavorable yang masing-masing menunjukkan aspek frekuensi dan durasi. Seluruh item diseleksi melalui nilai rix hasil kompetensi. Item yang memiliki rix ≥0,30 merupakan item yang dipilih untuk digunakan pada skala final. Hal ini dikarenakan item tersebut memiliki daya diskriminasi yang baik. Sedangkan item yang memiliki nilai rix ≤0.30 tidak digunakan dalam skala final karena memiliki daya diskriminasi yang kurang baik. Hasil dari pengujian data skala intensitas penggunaan smartphone menunjukkan bahwa terdapat 21 item yang memiliki nilai rix ≥0.30. Sedangkan item yang memiliki nilai rix ≤0,30 adalah item nomor 4, 6, 16, 17, 18, 21, dan 22.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Tabel 3.5 Blueprint dan Distribusi Item Skala Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua Setelah Uji Coba Aspek
Item Favorable
Frekuensi Unfavorable Favorable Durasi Unfavorable Jumlah
3, 6, 9, 13, 18 4, 10, 14, 17, 20 2, 5, 8, 12, 15 1, 7, 11, 16, 19
Jumlah
Persentase
5 50% 5 5 50% 5 20
100%
Pada skala persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak terdapat 100 item yang terdiri dari 50 item favorable dan 50 item unfavorable yang masing-masing menunjukkan aspek keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Berdasarkan hasil komputasi, terdapat 67 item yang memiliki nilai rix ≥0.30. Sedangkan item yang memiliki nilai rix ≤0.30 adalah item nomor 1, 6, 7, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 19, 22, 23, 25, 32, 38, 42, 45, 46, 49, 51, 56, 58, 61, 65, 67, 76, 78, 79, 86, 88, 93, 94, dan 95. Total item yang gugur adalah 33 item. Item yang digunakan pada skala final adalah 50 item dari 67 item yang baik. 50 item ini dipilih berdasarkan nilai rix yang paling baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Tabel 3.6 Blueprint dan Distribusi Item Skala Persepsi Kualitas Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dan Anak Setelah Uji Coba Aspek
Item Favorable
Keterbukaan Unfavorable
Favorable Empati Unfavorable
Sikap Mendukung
Sikap
Favorable
Unfavorable
Favorable
Positif Unfavorable
Favorable Kesetaraan Unfavorable
Jumlah
7, 12, 19, 29, 35 2, 24, 34, 41, 50 10, 17, 31, 38, 46 3, 21, 26, 37, 42 5, 8, 14, 30, 47 6, 13, 18, 25, 32 1, 23, 28, 43, 39 9, 11, 20, 40, 45 4, 15, 27, 33, 49 16, 22, 36, 44, 48
Jumlah
Persentase
5 20% 5
5 20% 5
5 20% 5
5 20% 5
5 20% 5
50
100%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
62
Reliabilitas Nunnally
(dalam
Supratiknya,
2014)
menyatakan
bahwa
reliabilitas adalah ketepatan pengukuran tanpa menghiraukan atribut yang diukur. Reliabilitas dapat diukur berdasarkan konsistensi internal atau konsistensi antar bagian-bagian di dalam tes tersebut serta konsistensi antar waktu dari hasil tes. Reliabilitas pada penelitian ini diukur dengan menggunakan uji reliabilitas Alpha-Cronbach dengan melihat konsistensi antar bagianbagian pada skala. Koefisien reliabilitas minimun adalah 0.70. Apabila koefisien reliabilitas tidak lebih besar dari 0.70 maka dapat dikatakan sebuah tes atau skala kurang memadai untuk digunakan. Berdasarkan hasil komputasi data pada skala intensitas penggunaan smartphone, diperoleh koefisien Alpha-Cronbach (r) setelah uji coba sebesar 0.904. Pada skala komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak, koefisien
Alpha-Cronbach
(r) setelah uji
coba sebesar 0.975.
Berdasarkan nilai Alpha-Cronbach (r) yang diperoleh pada masingmasing skala, maka dapat dikatakan bahwa kedua skala memiliki reliabilitas yang baik.
G. Analisis Data Analisis data atau pengolahan data dilakukan sebagai suatu cara untuk mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga data tersebut daat dibaca dan dapat ditafsirkan (Azwar, 1998). Penelitian ini bertujuan untuk melihat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi dengan menguji normalitas dan linearitas data yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows.
1.
Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk melihat distribusi skor variabel tertentu pada suatu sampel. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov Test. Komputasi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows.
2.
Uji Linearitas Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat hubungan antara variabel-variabel yang bersangkutan. Teknik yang digunakan pada uji linearitas ini adalah teknik Compare Means untuk melihat apakah kedua variabel memiliki hubungan yang linear atau tidak. Komputasi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows.
3.
Uji Hipotesis Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik Correlation Product Moment dari Karl Pearson dengan tujuan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
menguji korelasi antara dua variabel yaitu intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dengan asumsi kedua variabel ini bersifat linear.
H. Pelaksanaan Uji Coba Uji coba skala intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dan persepsi kualitas komunikasi antara orang tua dan anak dilakukan pada tanggal 20 Juni 2015 hingga 28 Juli 2015. Uji coba skala dilakukan terhadap 54 orang tua yang memiliki anak berusia dua hingga enam tahun serta memiliki smartphone. 54 skala uji coba seluruhnya disebarkan pada orang tua anak pada TK Kanisius Demangan Baru Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2015 hingga 22 Agustus 2015. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner yang berjumlah 218 kepada orang tua yang memiliki anak usia dua sampai enam tahun. Penelitian seluruhnya dilaksanakan di kota Yogyakarta yang melibatkan beberapa sekolah yaitu TK-SD Kanisius Sengkan, TK Kanisius Kotabaru, SD Kanisius Demangan Baru, TK Ceria Demangan Baru, dan TK Ceria Timoho. Teknis pengambilan data menggunakan kuisioner ini dilakukan dengan memberikan sejumlah kuisioner melalui guru TK dan SD kemudian diberikan kepada anak untuk diisi oleh orang tua mereka. Berdasarkan 218 kuisioner yang disebar, terdapat 129 kuisioner yang kembali dan 89 kuisioner lainnya tidak kembali kepada peneliti. Dari 129 kuisioner yang telah kembali, peneliti memilih kembali kuisioner yang memenuhi syarat untuk diproses lebih lanjut dalam pengolahan data berdasarkan pada kepemilikan smartphone dan usia anak yang dimiliki. Terdapat 11 kuisioner tidak digunakan (gugur) karena tidak memenuhi syarat dan 14 kuisioner tidak diisi. Sehingga terdapat 104 kuisioner yang dipilih peneliti karena telah memenuhi syarat berdasarkan kepemilikan smartphone dan usia anak yang dimiliki.
65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
B. Deskripsi Subjek Subjek pada penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak berusia dua hingga enam tahun dan memiliki anak yang berusia antara dua hingga enam tahun yang termasuk dalam masa kanak-kanak awal dan memiliki smartphone dengan definisi smartphone yang dimaksudkan oleh peneliti. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 104 orang. Adapun deskripsi subjek berdasrkan jenis kelamin, usia, dan kepemilikan smartphone dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-laki/Ayah
19
18,26%
Perempuan/Ibu
85
81,74%
Total
104
100%
Tabel 4.2 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia Usia
Jumlah
Persentase
26 tahun
1
0,96%
27 tahun
2
1,92%
28 tahun
1
0,96%
29 tahun
2
1,92%
30 tahun
3
2,88%
31 tahun
4
3,84%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32 tahun
8
7,69%
33 tahun
6
5,76%
34 tahun
8
7,69%
35 tahun
12
11,53%
36 tahun
7
6,73%
37 tahun
3
2,88%
38 tahun
5
4,80%
39 tahun
2
1,92%
40 tahun
5
4,80%
41 tahun
4
3,84%
42 tahun
7
6,73%
43 tahun
6
5,76%
44 tahun
3
2,88%
45 tahun
2
1,92%
48 tahun
2
1,92%
49 tahun
1
0,96%
Tidak terisi
10
9,61%
Total
104
100%
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Tabel 4.3 Deskripsi Subjek Berdasarkan Kepemilikan Smartphone Jumlah Kepemilikan
Jumlah
Persentase
1
72
69,23%
2
28
26,92%
3
4
3,84%
Total
104
100%
Smartphone
C. Deskripsi Data Penelitian Tabel 4.4 Deskripsi Data Penelitian Teoretis
Sig Skala
Empiris
N (p)
Min
Max
Mean
SD
Min
Max
Mean
SD
Smartphone
20
0,000
20
80
50
16,67
20
49
33,41
6,82
Komunikasi
50
0,000
50
200
125
41,67
137
200
170,14
16,75
Pada deskripsi data penelitian, peneliti ingin membandingkan nilai mean empiris dan mean teoretis untuk memperoleh informasi tentang skor subjek pada masing-masing variabel penelitian. Nilai mean empiris diperoleh melalui perhitungan dengan program SPSS 16.0 for windows. Sedangkan nilai mean teoretis diperoleh perhitungan manual yaitu :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
Hasil perhitungan SPSS menunjukkan bahwa pada variabel intensitas penggunaan smartphone pada orang tua diperoleh nilai empiris sebesar 33,41 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05) dan mean teoretis sebesar 50. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoretis. Perbedaan mean empiris dan mean teoretis ini menunjukkan bahwa rata-rata skor subjek pada variabel ini lebih rendah dibandingkan rata-rata skor subjek secara teoretis. Artinya, rata-rata skor subjek pada penelitian ini adalah rendah. Pada variabel persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak diperoleh nilai mean empiris sebesar 170,14 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05) dan mean teoretis sebesar 125. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean teoretis. Perbedaan mean empiris dan mean teoretis ini menunjukkan bahwa rata-rata skor subjek pada variabel ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor subjek secara teoretis. Artinya, rata-rata skor subjek pada penelitian ini adalah tinggi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
D. Kategorisasi Kategorisasi dilakukan untuk menempatkan individu dalam kelompok tertentu dalam posisi yang berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur yatu dari rendah ke tinggi. Kategorisasi pada penelitian ini mengasumsikan bahwa skor pada populasi terdistribusi secara normal sehingga dapat membuat skor teoretis yang terdistribusi secara normal (Azwar, 2012). Pada penelitian ini, skor subjek pada variabel intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal akan dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu sangat rendah; rendah; sedang; tinggi; sangat tinggi. Berikut merupakan norma kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini: Tabel 4.5 Norma Kategorisasi Skor
Kategorisasi
X ≤ (µ - 1,5σ)
Sangat Rendah
(µ - 1,5σ) < X ≤ (µ - 0,5σ)
Rendah
(µ - 0,5σ) < X ≤ (µ + 0,5σ)
Sedang
(µ + 0,5σ) < X ≤ (µ + 1,5σ)
Tinggi
X > (µ + 1,5σ)
Sangat Tinggi
Keterangan : µ : Mean teoretis σ : Standar deviasi teoretis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Pada tabel deskripsi data penelitian (lihat tabel 4.4) dapat diketahui bahwa skor mean teoretis variabel intensitas penggunaan smartphone pada orang tua sebesar 50 dan standar deviasi sebesar 16,67. Maka dapat dihitung norma kategorisasi skor pada variabel intensitas penggunaan smartphone pada orang tua sebagai berikut: Tabel 4.6 Norma Kategorisasi Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua Skala
Rentang
Kategorisasi
Jumlah
Persentase
X ≤ 25
Sangat Rendah
0
0%
25 < X ≤ 41
Rendah
95
91,3%
41 < X ≤ 58
Sedang
9
8,7%
58 < X ≤ 75
Tinggi
0
0%
> 75
Sangat Tinggi
0
0%
104
100%
Skor Intensitas Penggunaan Smartphone pada Tua
Orang
Total
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui sebanyak 95 subjek (orang tua) atau 91,3% subjek memiliki tingkat intensitas penggunaan smartphone yang rendah. Sedangkan terdapat 9 subjek atau 8,7% subjek memiliki tingkat intensitas penggunaan smartphone yang sedang. Selain itu, pada tabel deskripsi penelitian (lihat tabel 4.4) diketahui bahwa mean teoretis dari variabel persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak sebesar 125 dan standar deviasi sebesar 41, 67. Maka, dapat ditentukan norma kategorisasi persepsi kualitas komunikasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
interpersonal antara orang tua dan anak pada masa anak-anak awal sebagai berikut : Tabel 4.7 Norma Kategorisasi Persepsi Kualitas Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dan Anak Skala
Rentang Skor
Kategorisasi
Jumlah
Persentase
Komunikasi
X ≤ 62,5
Sangat Rendah
0
0%
Interpersonal
62,5 < X ≤ Rendah
0
0%
Sedang
2
1,9%
Tinggi
82
78,9%
Sangat Tinggi
20
19,2%
104
100%
104,16 104,16 < X ≤ 145,84 145,84 < X ≤ 187,5 > 187,5
Total
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui sebanyak 2 subjek (orang tua) atau 1,9% subjek memiliki persepsi kualitas komunikasi interpersonal yang sedang dengan anak mereka. Sebanyak 82 subjek atau 78,9% subjek memiliki persepsi kualitas komunikasi interpersonal yang tinggi dengan anak mereka. Sedangkan terdapat 20 subjek atau 19,2% memiliki persepsi kualitas komunikasi interpersonal yang sangat tinggi dengan anak mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
E. Analisis Data Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan sebelum menganalisa data untuk melihat apakah
data
yang
diperoleh
memenuhi
syarat
untuk
dianalisa
menggunakan metode parametrik atau non-parametrik. Uji asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas dan linearitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah sampel data terdistribusi normal atau tidak. Sampel yang terdistribusi secara normal dianggap merupakan sampel yang berasal dari populasi yang normal. Sedangkan apabila sampel data tidak terdistribusi normal, dapat dianggap bahwa sampel tidak berasa dari populasi yang normal (Azwar, 2009). Metode yang digunakan dalam uji normalitas adalah teknik Kolmogorov-Smirnov Test dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Data dikatakan terdistribusi normal apabila Asymp.sig (p) lebih besar dari 0,05. Berikut adalah tabel hasil uji normalitas data. Tabel 4.8.1 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
Smartphone
.104
104
.007
.970
104
.018
Komunikasi
.087
104
.049
.962
104
.005
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Berdasarkan tabel di atas, variabel intensitas penggunaan smartphone pada orang tua memiliki nilai p = 0,007. Sedangkan variabel persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak memiliki nilai p = 0,049. Kedua hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel data pada skala intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dan skala persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak tidak terdistribusi secara normal. Hal ini berarti bahwa sampel yang didapatkan dianggap tidak berasal dari populasi normal.
b. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan
yang linear antara variabel intensitas penggunaan
smartphone pada orang tua dengan variabel persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan dengan program SPSS 16.0 for windows yang menghasilkan tabel test of linearity. Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan linear apabila signifikan dari tabel test of linearity lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Tabel 4.8.2 Hasil Uji Linearitas Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Komunikasi * Between (Combined) 14940.106 26 574.619 3.169 .000 Smartphone Groups Linearity 10380.479 1 10380.479 57.253 .000 Deviation from Linearity
4559.627
25
182.385
Within Groups
13960.731 77
181.308
Total
28900.837 103
1.006 .471
Berdasarkan tabel test of linearity di atas, dapat dilihat hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak memiliki nilai F sebesar 57,253 dengan nilai signifikan p sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal.
2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan oleh peneliti (H1) diterima atau ditolak. Pada penelitian ini uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan negatif antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
kanak-kanak awal. Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah teknik uji korelasi Spearman. Hal ini dikarenakan sampel data yang diperoleh tidak terdistribusi normal sehingga menggunakan metode non-parametrik. Tabel 4.8.3 Hasil Uji Hipotesis Smartphone Komunikasi Spearman's Smartphone Correlation rho Coefficient
1.000
-.585**
.
.000
104
104
-.585**
1.000
Sig. (1-tailed)
.000
.
N
104
104
Sig. (1-tailed) N Komunikasi Correlation Coefficient
Berdasarkan tabel uji korelasi menggunakan metode nonparametrik (Spearman) di atas, dapat dilihat bahwa koefisien korelasi (r) antara variabel intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dan variabel persepsi kualitas komunikasi antara orang tua dan anak pada masa anak-anak awal sebesar -0,585 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi intensitas penggunaan smartphone pada orang tua, maka semakin rendah persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah intensitas penggunaan smartphone pada orang tua maka semakin tinggi persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima. Berdasarkan koefisien korelasi (r) yang didapatkan, maka dapat pula dilihat koefisien determinasinya. Koefisien determinasi dapat melihat sejauh mana suatu variabel berpengaruh terhadap variabel lain. Koefisien determinasi dapat dihitung dengan mengkuadratkan nilai dari koefisien korelasi. Koefisien detrminasi yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebesar 0,342. Hal ini menunjukkan bahwa variabel intensitas penggunaan smartphone pada orang tua memiliki pengaruh sebesar 34,2% terhadap variabel persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Sedangkan 65,8% merupakan faktor lain yang mempengaruhi variabel persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanakkanak awal yang tidak diteliti pada penelitian ini.
F. Pembahasan Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Analisis korelasi yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis uji
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
korelasi Spearman dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Hal ini dikarenakan sampel data yang didapatkan oleh peneliti merupakan sampel data yang tidak terdistribusi secara normal. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, didapatkan koefisien korelasi (r) sebesar -0,585 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Berdasarkan data analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa intensitas penggunaan smartphone pada orang tua memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Dengan demikian, semakin tinggi intensitas penggunaan smartphone pada orang tua maka semakin rendah persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak. Begitu sebaliknya, semakin rendah intensitas penggunaan smartphone pada orang tua maka semakin tinggi persepsi kualitas komunikasi antara orang tua dan anak. Penelitian ini mengungkap bahwa terdapat 95 (91,3%) orang tua menggunakan smartphone dengan intensitas yang rendah, dan 9 orang menggunakan smartphone dengan intensitas yang sedang (8,7%).
Dapat
dikatakan sebagian besar sampel pada penelitian ini menggunakan smartphone dengan intensitas yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar waktu yang digunakan oleh orang tua di rumah adalah untuk beraktifitas
bersama
Menghabiskan
waktu
anggota bersama
keluarga
mereka
dengan
keluarga
(McGrath, akan
2012).
mendorong
terbentuknya kualitas komunikasi yang baik di dalam keluarga tersebut (Mesch dalam McGrath, 2012)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Djamaludin
(dalam
Marhaeni,
2012)
mengungkapkan
79
bahwa
komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dipengaruhi oleh bagaimana persepsi anak terhadap orang tua mereka dan bagaimana kemampuan orang tua menjadi orang tua yang baik bagi anak. Persepsi anak terhadap orang tua yang baik adalah anak yang melihat bahwa orang tua mereka memiliki hubungan yang baik, sifat-sifat yang baik, menyayangi mereka, dan bertanggung jawab atas kebutuhan anak. Menjadi orang tua yang baik dilihat melalui bagaimana sikap orang tua saat berkomunikasi dengan anak. Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu memposisikan anak mereka sebagai partner dalam berkomunikasi. Hurlock (1978) juga mengungkapkan bahwa sikap orang tua saat berkomunikasi dengan anak mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak akan mempengaruhi sikap anak kepada mereka dan perilaku mereka. Pada dasarnya hubungan orang tua dan anak tergantung kepada sikap orang tua terhadap anak. DeVito
(2011)
mengungkapkan
bahwa
baik
atau
buruknya
komunikasi interpersonal tidak dipandang dari seberapa sering orang tua dan anak saling berbicara satu sama lain. Melainkan dilihat berdasarkan kualitas dari apa yang sedang dibicarakan oleh kedua belah pihak. Dalam sebuah keluarga, komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak juga dilihat berdasarkan kualitas komunikasi yang terjadi (Hopson dalam Pitriawanti, 2010). Hopson (dalam Pitriawanti, 2010) mengungkapkan bahwa komunikasi yang berkualitas baik antara orang tua dan anak menunjukkan bahwa diantara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
kedua belah pihak memiliki rasa saling memahami, mengerti, mempercayai, dan saling menyayangi satu sama lain. Sebaliknya, komunikasi yang kurang baik antara orang tua dan anak menunjukkan bahwa kurangnya rasa memahami, mengerti, mempercayai, dan kurangnya kasih sayang diantara kedua belah pihak. Smith (dalam McGrath, 2012) mengungkapkan bahwa hubungan yang baik dalam keluarga dapat dilihat berdasarkan komunikasi yang positif dalam keluarga tersebut. Komunikasi yang positif adalah komunikasi yang terjalin dimana terdapat pengiriman dan penerimaan pesan yang jelas, menunjukkan rasa empati, memberikan saran yang mendukung, dan menunjukkan penyelesaian masalah yang baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 82 orang memiliki persepsi kualitas komunikasi interpersonal yang tinggi, sebanyak 20 orang memiliki persepsi kualitas komunikasi interpersonal yang sangat tinggi, dan sebanyak 2 orang memiliki persepsi kualitas komunikasi interpersonal yang sedang dengan anak mereka. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang tua yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah orang tua yang menggunakan smartphone dengan intensitas rendah dan memiliki persepsi kualitas komunikasi interpersonal yang baik dengan anak mereka. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Mesch (dalam McGrath, 2012) yang menemukan bahwa individu yang menggunakan teknologi khususnya internet dengan penggunaan yang rendah, memiliki hubungan yang lebih baik dengan keluarga mereka dibandingkan dengan individu yang penggunaan teknologinya tinggi. Meski memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
subjek yang berbeda, hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Panji & Mahardeka (2014) yang menemukan bahwa terdapat hubungan negatif
antara penggunaan smartphone dengan interaksi anak
kepada orang tua. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi penggunaan smartphone oleh anak, maka semakin rendah interaksi anak dengan orang tua, demikian pula sebaliknya jika penggunaan smartphone pada anak semakin rendah maka interaksi anak kepada orang tua semakin tinggi. Orang tua yang menggunakan smartphone dengan intensitas yang rendah memiliki persepsi kualitas komunikasi yang baik dengan anggota keluarga mereka khususnya adalah anak. Komunikasi yang baik yang terjalin antara orang tua dan anak ialah komunikasi dimana orang tua mampu memenuhi kebutuhan anak mereka seperti perhatian, dan kasih sayang (Djamaludin dalam Piriawanti, 2010). Pemberian kasih sayang, perhatian, dan kebutuhan lainnya terhadap anak dapat ditinjau melalui bagaimana sikap orang tua kepada anak. Penyaluran kasih sayang dan perhatian disalurkan melalui komunikasi yang antara orang tua dan anak. Komunikasi ini dapat dilihat melalui lima aspek kualitas komunikasi yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan (DeVito, 2011). Mereka juga mampu menunjukkan bahwa diantara kedua belah pihak (orang tua dan anak) memiliki rasa saling memahami, mengerti, mempercayai, dan saling menyayangi satu sama lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Sejalan dengan penelitian sebelumnya dan terlepas pada tahap perkembangan anak, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas penggunaan smartphone pada orang tua tergolong rendah, maka dapat dilihat bahwa orang tua memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan keluarga mereka dan memiliki rasa peduli terhadap anak mereka khususnya anak pada masa anak-anak awal. Orang tua yang memiliki intensitas penggunaan smartphone yang rendah cenderung memiliki komunikasi yang baik dengan anggota keluarga mereka. Orang tua memiliki keinginan untuk bersosialisasi, peduli terhadap rasa sosial, mampu memanfaatkan waktu bersama dengan orang lain, serta lebih suka berhubungan secara langsung. Hal ini memungkinkan orang tua untuk menjalin komunikasi yang baik dengan anak mereka. Hasil dari analisis kuantitatif ini juga didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa anak yang berada pada masa kanak-kanak awal. Anak yang salah satu orang tuanya menjadi sampel dalam subjek penelitian ini (Rara, 6 tahun) mengatakan bahwa ibunya tidak sering atau jarang menggunakan smartphone. Ia menyatakan bahwa ibunya menggunakan hanya sesekali dalam sehari. Ibunya lebih banyak melakukan pekerjaan-perkerjaan ibu rumah tangga ketika berada di rumah. Anak tersebut mengungkapkan bahwa Ibunya selalu mendengarkan saat ia sedang bercerita serta turut bercerita dalam suatu percakapan. Anak tersebut mengungkapkan bahwa Ibunya tidak pernah memarahi, tidak menghukum, menyayangi, dan berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Rahma (6 tahun) bercerita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
bahwa ibunya memiliki smartphone namun tidak sering menggunakannya. Ia bercerita bahwa ibu dan ayahnya menggunakan smartphone hanya untuk mengirim pesan via sms dan juga telepon. Namun, Rahma mengaku bahwa dirinya jarang bercerita atau mengobrol dengan kedua orang tuanya. Rastra (6 tahun) bercerita bahwa ayah dan ibunya memiliki smartphone. Diantara kedua orang tuanya, Rastra mengatakan bahwa ayahnya sering menggunakan smartphone dan ibunya jarang menggunakan smartphone. Rastra mengaku bahwa Ibunya lebih banyak melakukan aktifitas rumah tangga. Berdasarkan cerita, Rastra menceritakan bahwa ibunya merupakan ibu yang asyik untuk diajak bercerita. Mereka sering mengobrol mengenai kejadian-kejadian di sekolah Rastra. Menurut Rastra, ibunya selalu membantunya apabila ia mengalami kesulitan dalam belajar. Selain itu, hipotesis yang menerangkan bahwa terdapat hubungan negatif antara intensitas penggunaan smartphone dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Veronika (2013) yang mengungkapkan bahwa smartphone memberikan perubahan pola masyarakat dalam berinteraksi. Orang dewasa yang menggunakan
smartphone
dengan
sering
cenderung
malas
untuk
bersosialisasi dengan teman, keluarga, atau lingkungan di sekitar mereka. Dengan menggunakan smartphone, segala sesuatu dapat dilakukan dengan berada pada satu tempat. Hal ini mengakibatkan orang dewasa cenderung tidak peduli dengan rasa sosial.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
Sependapat dengan Veronika (2013), Ngafifi (2014) mengungkapkan bahwa kemajuan teknologi memiliki dampak pada berubahnya pola interaksi antarmanusia. Kehadiran teknologi dirumah mengakibatkan berubahnya pola interaksi dalam keluarga. Teknologi di dalam rumah memberikan peluang yang besar bagi setiap anggota keluarga untuk berhubungan dengan dunia luar. Hal ini mengakibatkan orang cenderung asyik sendiri menghabiskan waktunya
dengan
teknologi.
Rogers
(dalam
Hendrastomo,
2008)
mengungkapkan bahwa smartphone mengubah tatanan komunikasi tatap muka yang kemudian digantikan dengan teknologi dan secara tidak langsung terjadi perubahan pola komunikasi intimacy dalam komunikasi antarpribadi. Smartphone mampu mereduksi proses komunikasi tatap muka dan degradasi perilaku akibat menurunnya interaksi secara langsung. Koefisien determinasi yang dihasilkan pada penelitian ini adalah sebesar 0,342. Hasil ini menunjukkan bahwa sebesar 34,2% variabel persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanakkanak awal dipengaruhi oleh variabel intensitas penggunaan smartphone pada orang tua. Sedangkan sebesar 65,8% variabel persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek mendapatkan skor yang rendah dalam mengungkapkan intensitas menggunakan smartphone pada diri mereka. Hal ini tidak sesuai dengan fenomena peningkatan penggunaan smartphone pada orang tua yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
sedang terjadi pada jaman globalisasi ini. Oleh sebab itu, peneliti menduga terdapat faktor yang berpengaruh terhadap perolehan skor yang rendah pada sampel data. Peneliti menduga bahwa skor yang rendah pada subjek diakibatkan adanya social desirablity yang terkandung dalam item atau pernyataan-pernyataan pada skala intensitas penggunaan smartphone. Itemitem yang disajikan sangat memungkinkan subjek untuk menjawab sesuai dengan norma sosial yang berlaku pada masyarakat. Sehingga hal tersebut mempengaruhi penilaian mereka terhadap suatu item atau pernyataan. Pada akhirnya subjek akan memilih jawaban yang mungkin tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Selain itu, pengukuran terhadap intensitas penggunaan smartphone tidak dapat melihat situasi-situasi tertentu yang memungkinkan orang tua dalam
menggunakan
smartphone
di
waktu
mereka
sedang
tidak
berkomunikasi dengan anak. Penelitian ini belum mampu melihat situasi secara spesifik terkait pada waktu kapan saja orang tua menggunakan smartphone. Kemungkinan orang tua menggunakan smartphone pada saat anak mereka sedang bersekolah, bermain dengan teman-temannya, atau tidur yang pada saat itu tidak memungkinkan terjadinya komunikasi interpersonal diantara keduanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima yaitu terdapat hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Hal ini dapat dilihat berdasarkan koefisien korelasi (r) = -0,585 dengan nilai signifikansi (p) = 0,000 (p < 0,05). Perolehan hasil analisis uji hipotesis ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Semakin tinggi intensitas penggunaan smartphone pada orang tua, maka semakin rendah persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Berlaku sebaliknya apabila semakin rendah intensitas penggunaan smartphone pada orang tua, maka semakin tinggi persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal.
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Saran Berdasarkan temuan pada penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini masih memiliki berbagai keterbatasan. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan baik secara teoretis dan praktis, peneliti memberikan saran sebagai berikut : a. Bagi Orang Tua Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak berdampak sangat besar kepada perkembangan anak khususnya pada masa kanak-kanak awal karena merupakan masa peletakkan dasar hidup anak. Peningkatan kualitas komunikasi antara orang tua dapat ditunjukkan dengan sikap orang tua kepada anak. Komunikasi yang baik akan terjalin apaila orang tua mampu terbuka terhadap perasaan dan pikiran terhadap anak, menunjukkan rasa empati terhadap apa yang dialami oleh anak, mendorong dan mendukung anak, menunjukkan sikap positif terhadap anak, memposisikan anak sebagai partner
dalam
berkomunikasi,
memberikan
perhatian,
dan
menunjukkan rasa saling meyayangi satu sama lain. Apabila hal ini diwujudkan dalam komunikasi keluarga, anak akan tumbuh menjadi anak yang bahagia, ramah, dianggap menarik, relatif bebas dari kecemasan, dan menjadi anggota kelompok yang pandai bekerja sama. b. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat membuat item atau pernyataan yang sebisa mungkin tidak mengandung social
87
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
desirability. Hal ini dilakukan untukmendapatkan respon yang sesuai dengan keadaan subjek tanpa memperhitungkan norma yang sosial yang dianut oleh subjek. Peneliti selanjutnya juga diharapkan mampu mencari sampel data yang lebih banyak dibandingkan pada penelitian ini untuk mendapatkan data yang lebih luas terkait sedikitnya responden berupa ayah pada penelitian ini.
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Daftar Pustaka : Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2012). Profil Pengguna Internet Indonesia 2012. Jakarta : Author. Azwar, Saifuddin. (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, Saiffudiin. (1980). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, Saiffudin (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Azwar, Saiffudin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Bee, Helen. (1997). The Developing Child Eighth Edition. United States : Addison Wesley Educational Publisher Inc. Beebe, Steven A, et al. (2009). Interpersonal Communication Relating to Others Sixth Edition. United States : Allyn & Bacon. Beebe, Steven A, et al. (1996). Interpersonal Communication Relating to Others. United States : Allyn & Bacon. Berk, Laura E. (2006). Seventh Edition Child Development. United State : Pearson Education Inc. Bukatko, Danuta. (2008). Child and Adolescent Development : A Chronological Approach. New York : Houghton Mifflin Company. Departemen Pendidikan Nasional. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. DeVito, Joseph A. (2011). Komunikasi Antarmanusia Edisi Kelima. Tangerang : Kharisma Publishing Group
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
Djamarah, Syaiful Bahri. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta. PT : Reneka Cipta. Effendy, Onong Uchjana. (1986). Dinamika Komunikasi. Bandung : Remadja Karya. Feldman, Robert S. (2011). Pengantar Psikologi Understanding Psychology. Jakarta : Salemba Humanika. Halonen & Santrock (1999). Psychology Context & Application Third Edition. New York : McGraw-Hill. Hastuti, Widya. (2014). Hubungan antara Komunikasi dalam Keluarga dengan Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Prasekolah di TK Baso Jorong Baso Kabupaten Agam. Diunduh dari www.jurnal.umsb.ac.id/?p=427 diunduh pada 12 November 2014. Hillaker, et al. (2008). The Contributions of Parenting to Social Competencies and Positive
Values
in
Middle
School
Youth:
Positive
Family
Communication, Maintaining Standards, and Supportive Family Relationships. Family Relations, 57 (Desember 2008), 591-601. Wiley Periodicals, Inc. Hendrastomo, Grendi. (2008). Representasi Telepon Seluler dalam Relasi Sosial. Socia, 2008, Volume 5 Nomor 2 Hernawati, Kuswari. (2012). “Pengenalan Teknologi Sejak Dini dengan Belajar Sambil Bermain Melali Smartphone”. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. ISBN :978-979-16353-8-7 Hurlock, Elizabeth. (1978). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Hurlock, Elizabeth. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Hodijah. (2008). “Hubungan Antara Intensitas Komunikasi Orang Tua dan Anak dengan Motivasi Belajar Anak”. Fakultas Psikologi. Universitas Gunadarma. Marhaeni, Dwi Pangastu. Intensitas Peran Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga Untuk Mencegah Kenakalan Remaja. Acta diurnA, 2012, Vol 8 No 2. McDevitt, Teresa M. (2010). Child Development & Education Fourth Edition. United State : Pearson Education International. McGrath, Siobhan. (2012). The Impact of New Media Technologies on Social Interaction in the Household. SO303H Electronic Culture and Social Change. Meggitt, Carolyn. (2013). Memahami Perkembangan Anak. Jakarta : PT Indeks. Ngafifi, Muhammad. (2014). Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspekstif Sosial Budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan : Fondasi dan Aplikasi Volume 2, Nomor 1, 2014. Panji, R. Dnananjaya & Mahardeka. (2014). Pengaruh penggunaan Smartphone Terhadap Interaksi Anak Kepada Orang Tua (Studi Kasus di Kalangan Murid SD di Kecamatan Klaten Utara Kabupaten Klaten). Diunduh dari www.eprints.upnyk.ac.id/1331/ Papalia, Diane E, et al. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi Kesembilan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Pitriawanti, Arista. (2010). “Pengaruh Intensitas Menonton Televisi dan Komunikasi Orang tua – Anak terhadap Kedisiplinan Anak dalam Mentaati Waktu Belajar”. Jurusan Ilmu Komunikasi. Universitas Diponegoro. Semarang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
Putra, Aucky. (2014). “Peran Smartphone dalam Interaksi Sosial Anak Muda”. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Brawijaya. Malang. Rakhmat, Jalaluddin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Ramadhani, Rio. (2013). Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak dalam Membentuk Perilaku Positif Anak pada Murid SDIT Cordova Samarinda. eJournal lmu Komunikasi, 2013, 1 (3) : 112-121 Reber, Arthur S. (2010). Kamus Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Setyowati, Yuli. (2005). Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi Anak (Studi Kasus Penerapan Pola Komunikasi Keluarga dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Emosi Anak pada Keluarga Jawa). Jurnal Ilmu Komunikasi VOLUME 2, NOMOR 1, JUNI 2005: 67-78 Subadri, Tata. (2008). Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta : Andi Offsett. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta. Sulistyaningtyas T., Jaelani J., & Waskita D. Pengaruh Cara Pandang dan Sikap Masyarakat Kota Bandung Akibat pengaruh Gaya Hidup Digital. Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012. Supratiknya, Dr. A. (1995). Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta : Kanisius. Supratiknya, Dr. A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tribunnews
edisi
31
Mei
2011.
93
www.tabloidbintang.com/gaya-
hidup/psikologi/21056-ponsel-membuat-orang-egois-dan-anti-sosialhtml. (diakses pada 03 Oktober 2014) Tubbs, Stewart L, & Sylvia, Moss. (1983). Human Communication Fourth Edition. United States : Random House, Inc. Veronika, Desi. (2013). Pengaruh Penggunaan Telepon Seluler Sebagai Media Komunikasi Terhadap Sikap Siswa SMP Negeri 30 Samarinda. eJournal Ilmu Komunikasi, 2013, 1(2) : 375 – 388. Vygotsky, L.S. (1978). Mind In Society The Development of Higher Psychological Processes. England : President and Fellows of Harvard College. Wahyudi,
Reza.
(2013).
Pengguna
Internet
Duia
Capai
2,4
Milyar.
http://tekno.kompas.com/read/2013/05/31/14232198/Pengguna.Internet. Dunia.Capai.2.4.Miliar..Indonesia.55.Juta. (diakses pada 05 Oktober 2014). Wiryanto, Dr. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo Gramedia Widiasarana Indonesia. Andri.
(2014).
2019,
Pengguna
Smartphone
Capai
5,6
Miliar.
http://www.biskom.web.id/2014/01/22/2019-pengguna-smartphonecapai-56-miliar.bwi. (diakses pada 03 Oktober 2015) Agmal. (2015). Media Sosial Malah Menjadikan Manusia Anti-Sosial?. www.tabloidpulsa.co.id/news/3241-media-sosial-menjadikan-manusiaanti-sosial. (diakses pada 03 Oktober 2015) International Telecommunication Union. (2014). ICT Indicators Database. Diunduh dari http://www.itu.int/en/ITU-D/Statistics/Pages/default.aspx. pada 15 Oktober 2014.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
Maulana, Adhi. (2014). Orang Tua Masa Kini Lebih Peduli Gadget Dibanding Anak.
http://tekno.liputan6.com/read/2041368/orangtua-masa-kini-
lebih-peduli-gadget-dibanding-anak (diakses pada 03 Oktober 2015). www.oxforddictionaries.com
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
Lampiran 1 Bentuk Skala Intensitas Penggunaan Smartphone dan Skala Persepsi Kualitas Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dan Anak
Pengantar Pada kesempatan ini, perkenankan saya selaku mahasiswa Fakultas Psikologi Sanata Dharma memohon ijin kepada saudara/i untuk membantu saya terkait pengambilan data dalam penyusunan tugas akhir saya. Saudara/i diminta kesediaannya untuk menjawab sejumlah pernyataan-pernyataan yang terdapat pada skala di bawah ini. Skala ini terdiri dari dua bagian yaitu skala A dan skala B. Saya memohon kepada saudara/i untuk mengisi skala ini dengan lengkap tanpa terlewat satu pun. Informasi yang saudara/i berikan sangat berguna bagi saya dalam melakukan penelitian ini. Saya menjamin kerahasiaan identitas diri dan jawaban yang anda berikan pada skala ini. Data yang anda berikan tidak akan disalahgunakan dan benar-benar digunakan untuk tujuan penelitian saya. Selain itu, data tidak dilihat secara khusus melainkan akan diolah secara bersama-sama. Maka dari itu, besar harapan saya agar saudara/i berkenan untuk memberikan informasi sesuai dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya. Pada skala ini tidak terdapat jawaban benar atau salah sehingga tidak memberikan pengaruh pada penilaian baik atau buruk terhadap diri saudara/i. Atas kesediaan saudara/i membantu saya dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih. Selamat mengerjakan. Hormat saya, Annety Lensiana Putri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
Pernyataan Kesediaan Subjek Penelitian Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan kesediaan saya untuk berpartisipasi sebagai subjek dalam penelitian pada proses pengambilan data terkait tugas akhir yang disusun oleh Annety Lensiana Putri selaku mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Saya bersedia memberikan jawaban dan informasi untuk keseluruhan pernyataan pada skala ini sesuai dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari saya dan bukan atas pandangan masyarakat secara umum. Saya berharap agar informasi yang saya berikan tidak disalahgunakan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja. . . . . . . . . . . . . . , ............................ 2015
(Nama/Inisial & Tanda Tangan)
IDENTITAS SUBJEK Nama/Inisial
:
Pekerjaan
:
Jenis Kelamin
: P/L (lingkari salah satu)
Usia
:
tahun
Jumlah anak Usia anak I salah satu) Usia anak II salah satu) Usia anak III salah satu) Status anak Memiliki smartphone Jumlah smartphone : yang dimilikI
: :
tahun
Jenis kelamin : P/L (lingkari
:
tahun
Jenis kelamin : P/L (lingkari
:
tahun
Jenis kelamin : P/L (lingkari
: Kandung/Angkat (lingkari salah satu) : Ya/Tidak (lingkari salah satu)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
Skala A Petunjuk Pengerjaan Berikut ini terdapat beberapa pernyataan terkait dengan situasi sehari-hari saat saudara/i saat menggunakan smartphone. Baca dengan cermat
setiap
pernyataan yang tertulis. Saudara/i diminta secara jujur menyatakan seberapa jauh pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan dan situasi saudara/i dengan cara memberikan tanda (√) pada kolom pilihan jawaban yang telah tersedia. Berikut adalah pilihan jawaban yang tersedia : SS
: bila pernyataan SANGAT SESUAI dengan keadaan atau siuasi
saudara/i S
: bila pernyataan SESUAI dengan keadaan atau siuasi saudara/i
TS
: bila pernyataan TIDAK SESUAI dengan keadaan atau siuasi saudara/i
STS
: bila pernyataan SANGAT TIDAK SESUAI dengan keadaan atau
siuasi saudara/i Setiap orang memiliki jawaban
yang berbeda pada masing-masing
pernyataan. Tidak ada jawaban yang salah pada skala ini. Maka dari itu, pilihlah jawaban yang paling tepat menggambarkan keadaan atau situasi saudara/i. Contoh : No 1.
Pernyataan Saya suka bermain smartphone
SS
S
TS
STS
√
Sebelum anda menjawab pertanyaan, peneliti akan memberikan penjelasan dari pengertian smartphone. Hal ini ditujukan untuk menyamakan pengetahuan saudara/i terhadap apa yang peneliti maksud dengan smartphone. “Smartphone atau telepon pintar adalah salah satu perangkat teknologi yang memiliki fungsi seperti komputer dimana dapat digunakan untuk berkomunikasi jarak jauh, media hiburan, akses internet, dan media sosial seperti facebook, twitter, whatsapp, line, email, dan lain-lain yang mampu meningkatkan produktifitas dan mendukung kegiatan sehari-hari.” Selamat mengerjakan, jangan ada yang terlewatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No
Pernyataan
SS
1
Saya memiliki batasan waktu saat sedang menggunakan smartphone
2
Saya menikmati kegiatan bermain smartphone dalam waktu lama
3
Saya merasa cemas apabila tidak menggunakan smartphone dalam sehari
4
Tidak masalah bagi saya apabila saya tidak menggunakan
smartphone
dengan
sering
dalam sehari 5
Saya
menghabiskan
waktu
berjam-jam
menggunakan smartphone saya dalam sehari 6
Saya
memilih
bermain
menggunakan
smartphone dibandingkan mengobrol dengan keluarga 7
Saya bosan bermain smartphone terlalu lama
8
Tidak
ada
yang
lebih
mengasyikkan
dibandingkan menikmati waktu luang dengan bermain smartphone 9
Saya
merasa
hidup
saya
hampa
tanpa
smartphone 10
Saya menaruh smartphone saya apabila saya sedang melakukan pekerjaan lain
11
Sebagian besar waktu saya dalam sehari, saya gunakan untuk bekerja atau berkumpul dengan keluarga
12
Saya
menghabiskan
waktu
saya
untuk
menggunakan smartphone saat saya sedang libur
S
TS
99
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No
Pernyataan
SS
13
Saya menggunakan smartphone saya setiap saat sekalipun saya sedang memiliki pekerjaan lain
14
Saya menaruh smartphone saya apabila orang lain mengajak saya berbicara
15
Saya lupa waktu apabila saya sedang bermain smartphone
16
Saya
memiliki
prioritas
pekerjaan
lain
dibandingkan menghabiskan waktu bermain smartphone 17
Saya
enggan
menggunakan
smartphone
apabila tidak ada hal yang penting
18
Saya
tidak
mengganggu
suka saya
apabila saat
saya
seseorang sedang
menggunakan smartphone 19
Banyak hal lain yang lebih mengasyikkan dibandingkan bermain smartphone
20
Saya merasa bahwa saya tidak masalah apabila saya tidak membawa smartphone
S
TS
100
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
Skala B Petunjuk Pengerjaan Berikut ini terdapat beberapa pernyataan terkait dengan situasi sehari-hari saat saudara/i bersama dengan anak saudara/i khususnya anak yang berusia dua hingga enam tahun.
Baca dengan cermat
setiap pernyataan yang tertulis.
Saudara/i diminta secara jujur menyatakan seberapa jauh pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan dan situasi saudara/i dengan cara memberikan tanda (√) pada kolom pilihan jawaban yang telah tersedia. Berikut adalah pilihan jawaban yang tersedia : SS
: bila pernyataan SANGAT SESUAI dengan keadaan atau siuasi
saudara/i S
: bila pernyataan SESUAI dengan keadaan atau siuasi saudara/i
TS
: bila pernyataan TIDAK SESUAI dengan keadaan atau siuasi saudara/i
STS
: bila pernyataan SANGAT TIDAK SESUAI dengan keadaan atau
siuasi saudara/i Setiap orang memiliki jawaban
yang berbeda pada masing-masing
pernyataan. Tidak ada jawaban yang salah pada skala ini. Maka dari itu, pilihlah jawaban yang paling tepat menggambarkan keadaan atau situasi saudara/i. Contoh : No 1.
Pernyataan Saya mencintai anak saya
Selamat mengerjakan, jangan ada yang terlewatkan
SS √
S
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No
Pernyataan
SS
1
Saya adalah orang tua yang asyik untuk diajak berbagi cerita
2
Saya enggan menceritakan apa yang saya lakukan hari ini kepada anak saya
3
Saya tidak terbiasa memeluk dan mencium anak saya saat ia merasa sedih
4
Pendapat
anak
saya
sama
pentingnya
dengan
pendapat saya 5
Saya
menyadari
bahwa
anak
saya
memiliki
kehendaknya, dan saya berusaha mendukungnya semampu saya 6
Saya tidak melakukan apa-apa saat anak saya berprestasi
7
Anak saya berani mengungkapkan segala pemikiranpemikirannya kepada saya
8
Saya memahami kesalahan yang dilakukan oleh anak saya
9
Anak saya kurang antusias apabila berceita dengan saya
10
Saya mengetahui perasaan anak saya yang sebenarnya sekalipun anak saya menutupinya
11
Saya merasa anak saya kurang cerdas dan kurang berbakat
12
Saya meluangkan waktu saya untuk bercerita dengan anak saya
13
Saya tidak perlu memberi semangat kepada anak saya karena
saya
merasa
melakukannya sendiri
bahwa
anak
saya
dapat
S
TS
102
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No
Pernyataan
SS
14
Saya mendukung apapun yang dilakukan oleh anak saya
15
Saya dapat menerima kritik atau saran dari anak saya
16
Pendapat saya lebih penting dibandingkan pendapat anak saya
17
Saya memeluk atau mencium anak saya saat ia merasa sedih
18
Saya
enggan
membantu
anak
saya
dalam
mengerjakan pekerjaan rumahnya 19
Anak saya menceritakan apa saja yang ia lakukan di sekolah
20
Saya merasa bosan saat berbagi cerita dengan anak saya
21
Saya kurang memahami kebiasaan-kebiasaan anak saya
22
Saya lebih berkuasa dibanding anak saya saat kami sedang bercerita
23
Saya berusaha untuk mendengarkan sedetail apapun cerita anak saya
24
Saya kurang memiliki waktu untuk bercerita dengan anak saya
25
Saya merasa anak saya adalah anak yang suka membantah orang tua
26
Saya merasa biasa saja saat anak saya memiliki kesulitan
27
Anak saya memiliki kewenangan untuk mengutarakan pendapatnya sama hal nya seperti saya
28
Saya suka memuji anak saya
S
TS
103
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No
Pernyataan
29
Saya dan anak saya selalu bercerita ketika kami sedang bersama
30
Saya memberi semangat pada anak saya untuk pantang menyerah saat menghadapi kesulitan
31
Saya peka terhadap perasaan anak saya
32
Saya kurang dapat menuruti keinginan-keinginan anak saya
33
Saya memandang anak saya seperti teman saya sendiri saat kami sedang bercerita
34
Anak saya tidak pernah menceritakan mengenai perasaannya kepada saya
35
Anak saya bercerita tentang perasaannya kepada saya
36
Saya tidak mentoleransi pendapat antara saya dan anak saya
37
Saya kurang dapat memahami kesulitan yang dialami oleh anak saya
38
Saya berusaha menghibur anak saya saat ia merasa sedih atau kecewa
39
Saya antusias apabila tiba saatnya untuk berbagi cerita dengan anak saya
40
Saya tidak dapat menikmati aktifitas bercerita dengan anak saya
41
Anak saya tidak menceritakan mengenai apa saja yang ia lakukan di sekolah
42
Saya kurang peka terhadap perasaan anak saya
43
Saya menikmati aktifitas bercerita dengan anak saya
44
Saya lebih berwenang untuk mengutarakan pendapat dibandingkan anak saya
SS
S
TS
104
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No
Pernyataan
45
Saya adalah orang tua yang sulit untuk membangun pembicaraan dengan anak saya
46
Saya mengenal pola pikir anak saya
47
Saya berusaha membuat anak saya tersenyum saat ia sedang sedih
48
Pikiran dan perasaan saya lebih penting dibandingkan pikiran dan perasaan anak saya
49
Saya mempertimbangkan pikiran dan perasaan anak saya sebelum saya memutuskan sesuatu
50
Saya tidak pernah mengatakan perasaan sayang saya kepada anak saya
SS
S
TS
105
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
Lampiran 2 Hasil seleksi Item Skala Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua dan Persepsi Kualitas Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dan Anak pada Masa Kanak-kanak Awal
1.
Hasil Seleksi Item Skala Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Deleted
Item Deleted
Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Correlation
Item Deleted
N1
52.44
78.931
.355
.870
N2
51.83
75.802
.502
.866
N3
51.91
73.482
.689
.861
N4
51.63
81.407
.083
.878
N5
52.30
78.363
.346
.870
N6
52.06
78.884
.256
.873
N7
51.94
75.525
.475
.867
N8
52.06
76.053
.435
.868
N9
52.20
75.109
.748
.861
N10
52.19
73.663
.742
.860
N11
52.02
75.415
.596
.864
N12
51.91
76.161
.566
.865
N13
51.74
77.479
.370
.870
N14
52.04
75.923
.521
.866
N15
51.83
76.104
.673
.863
N16
51.46
78.367
.368
.870
N17
51.33
84.151
-.117
.884
N18
51.06
85.638
-.223
.886
N19
52.22
78.289
.485
.868
N20
52.02
76.396
.595
.865
N21
52.22
79.723
.266
.872
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
N22
51.78
78.893
.299
.872
N23
51.91
75.180
.656
.863
N24
51.72
78.204
.353
.870
N25
52.15
79.072
.422
.869
N26
51.89
75.044
.683
.862
N27
52.26
77.441
.570
.866
N28
51.89
78.327
.403
.869
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
108
Hasil Seleksi Item Skala Persepsi Kualitas Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dan Anak pada Masa Kanak-kanak Awal Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Deleted
Item Deleted
Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Correlation
Item Deleted
N1
308.75
746.112
.371
.968
N2
308.49
740.485
.701
.968
N3
308.55
744.560
.572
.968
N4
308.53
740.985
.647
.968
N5
308.38
740.547
.664
.968
N6
309.00
752.538
.180
.969
N7
309.25
755.458
.089
.969
N8
308.64
744.696
.492
.968
N9
308.47
741.908
.550
.968
N10
308.21
741.514
.645
.968
N11
308.49
738.832
.587
.968
N12
308.85
748.823
.313
.968
N13
308.42
749.440
.340
.968
N14
308.57
746.750
.450
.968
N15
309.45
764.368
-.155
.969
N16
309.26
756.352
.056
.969
N17
308.28
747.361
.321
.968
N18
308.36
740.773
.653
.968
N19
308.85
748.438
.307
.968
N20
308.55
743.829
.551
.968
N21
308.77
743.948
.594
.968
N22
308.62
744.239
.536
.968
N23
309.09
755.510
.084
.969
N24
308.42
741.209
.646
.968
N25
308.94
751.554
.210
.969
N26
308.53
741.062
.644
.968
N27
308.53
738.485
.552
.968
N28
308.74
744.583
.577
.968
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
N29
308.68
739.914
.646
.968
N30
308.60
739.744
.749
.968
N31
308.70
742.407
.621
.968
N32
308.89
751.448
.247
.968
N33
308.70
746.138
.478
.968
N34
308.60
738.552
.640
.968
N35
308.47
739.677
.625
.968
N36
308.47
734.562
.711
.968
N37
308.51
735.178
.792
.968
N38
309.00
752.269
.142
.969
N39
308.60
733.436
.637
.968
N40
308.83
741.913
.593
.968
N41
308.60
739.936
.563
.968
N42
308.68
746.837
.358
.968
N43
308.60
737.975
.659
.968
N44
308.74
740.237
.692
.968
N45
309.02
747.980
.350
.968
N46
308.91
748.087
.378
.968
N47
308.47
742.985
.551
.968
N48
308.72
743.976
.533
.968
N49
309.15
751.246
.197
.969
N50
308.66
740.190
.725
.968
N51
308.92
750.802
.253
.968
N52
308.57
736.520
.841
.968
N53
308.68
742.645
.551
.968
N54
308.53
741.177
.696
.968
N55
308.64
738.734
.704
.968
N56
308.66
747.806
.391
.968
N57
309.09
744.779
.427
.968
N58
308.85
751.669
.222
.969
N59
308.40
739.205
.666
.968
N60
308.57
742.366
.676
.968
N61
308.89
747.756
.374
.968
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
N62
308.64
739.773
.623
.968
N63
308.70
741.753
.646
.968
N64
308.53
734.600
.661
.968
N65
309.00
746.462
.344
.968
N66
308.34
739.536
.609
.968
N67
309.75
763.266
-.138
.969
N68
308.70
745.099
.518
.968
N69
308.51
741.024
.690
.968
N70
308.51
738.601
.786
.968
N71
308.64
734.504
.714
.968
N72
308.70
744.369
.504
.968
N73
308.75
738.919
.587
.968
N74
308.68
738.645
.691
.968
N75
308.13
744.848
.549
.968
N76
309.00
747.538
.313
.968
N77
308.62
741.470
.640
.968
N78
309.40
748.359
.237
.969
N79
309.13
755.309
.092
.969
N80
308.85
744.323
.575
.968
N81
308.58
743.440
.647
.968
N82
308.60
745.090
.537
.968
N83
308.49
741.870
.557
.968
N84
308.53
738.446
.740
.968
N85
308.42
739.671
.703
.968
N86
309.32
747.491
.288
.969
N87
308.60
741.821
.667
.968
N88
309.72
758.668
-.004
.969
N89
308.60
741.321
.687
.968
N90
308.58
735.978
.758
.968
N91
308.53
736.062
.771
.968
N92
308.36
738.888
.596
.968
N93
309.00
746.269
.333
.968
N94
309.11
764.756
-.195
.969
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
N95
308.83
748.067
.268
.969
N96
308.40
741.013
.603
.968
N97
308.85
738.784
.572
.968
N98
308.62
740.547
.737
.968
N99
308.57
743.173
.542
.968
N100
308.51
736.293
.753
.968
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
Lampiran 3 Reliabilitas Skala Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua dan Skala Persepsi Kualitas Komunikasi Iterpersonal antara Orang Tua dan Anak pada Masa kanak-kanak Awal
1.
Reliabilitas Skala Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua Case Processing Summary N
Cases
Valid a
Excluded Total
% 54
100.0
0
.0
54
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .904
20
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
113
Skala Persepsi Kualitas Komunikasi Iterpersonal antara Orang Tua dan Anak pada Masa Kanak-kanak Awal Case Processing Summary N
Cases
Valid a
Excluded Total
% 53
97.2
1
1.8
54
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .975
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
Lampiran 4 Uji Deskriptif Mean Empirik
One-Sample Statistics N
Mean
Smartphone
104
Std. Deviation
33.41
Std. Error Mean
6.826
.669
One-Sample Test Test Value = 50 95% Confidence Interval of the Difference
Mean t Smartphone
df
-24.780
Sig. (2-tailed) 103
Difference
.000
Lower
-16.587
Upper
-17.91
-15.26
One-Sample Statistics N
Mean
Komunikasi
104
Std. Deviation
170.14
Std. Error Mean
16.751
1.643
One-Sample Test Test Value = 125 95% Confidence Interval of the Mean t Komunikasi
27.484
df
Sig. (2-tailed) 103
.000
Difference 45.144
Difference Lower 41.89
Upper 48.40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
Lampiran 5 Uji Normalitas Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
df
Shapiro-Wilk Sig.
Statistic
df
Sig.
Smartphone
.104
104
.007
.970
104
.018
Komunikasi
.087
104
.049
.962
104
.005
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
Lampiran 6 Uji Linearitas
ANOVA Table Sum of Squares Smartphone *
Between
Komunikasi
Groups
(Combined)
3075.754
Linearity
1723.764
Deviation from
Mean df
Square 50
61.515
Sig.
1.892
.012
1 1723.764 53.009
.000
1351.991
49
27.592
Within Groups
1723.467
53
32.518
Total
4799.221
103
Linearity
F
.848
.719
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
Lampiran 7 Uji Hipotesis
Correlations Smartphone Spearman's rho
Smartphone
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (1-tailed)
-.585
**
.
.000
104
104
**
1.000
Sig. (1-tailed)
.000
.
N
104
104
N Komunikasi
Komunikasi
Correlation Coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
-.585