PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERIBAHASA YANG BERUNSUR NAMA BINATANG DALAM BAHASA INDONESIA Skripsi Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia
Oleh: Suyanti NIM: 104114012
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERIBAHASA BERUNSUR NAMA BINATANG DALAM BAHASA INDONESIA
Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia
Oleh: SUYANTI NIM: 104114012
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tulisan ini ku persembahkan untuk:
Bapakku, Sudardiharjo Ibuku, Parinem Pamanku, Trudo Anas Jafar Nurhairani Terima kasih atas dukungan, kasih sayang, perhatian, dan bimbingannya Kakak-kakakku tercinta, Ninik Sunarti, Sutari, dan Ismiyati dan adikku tersayang, Deni Setiyawan.
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat kesehatan dan perlindunganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peribahasa Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia”. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang sangat membantu dari awal sampai akhir penulisan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis, serta banyak memberikan rekomendasi buku bacaan sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
2.
Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan memberikan arahan serta masukan dalam proses penyusunan sekripsi ini.
3.
Drs. Hery Antono, M.Hum., Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Drs. FX. Santosa, M.S., Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum. atas segala bimbingan selama penulis menjalani studi di Universitas Sanata Dharma.
4.
Dr. F.X. Siswadi, M.A. sebagai Dekan Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
5.
Segenap staf dan karyawan Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
6.
Sudardiharjo dan Parinem, orang tua penulis yang selalu memberikan kasih sayang yang tidak terhingga, doa, materi, dorongan, semangat, dan perhatian kepada penulis.
7.
Trudi Anas Jafar Nurhairani, paman penulis yang sudah penulis anggap seperti orang tua sendiri yang telah memberikan kasih sayang, semangat, nasihat, dan dukungan finansial selama ini kepada penulis.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Suyanti. 2014. “Peribahasa Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia”. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Objek penelitian ini adalah peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia. Ada dua permasalahan yang dibahas pertama, nama bianatang apa saja yang digunakan dalam peribahasa bahasa Indonesia, dan kedua maksud apa yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak, yaitu dengan menyimak peribahasa yang berunsur nama binatang dalam buku Kumpulan Peribahasa & Pantun Plus Majas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan Kamus Peribahasa. Teknik yang digunakan adalah teknik catat. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah padan referensial. Hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan metode formal. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, ada 63 nama binatang yang berunsur satu nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia yang secara alfabetis meliputi, (1) anjing, (2) ayam, (3) babi, (4) badak, (5) balam, (6) bangau, (7) banteng, (8) belacan, (9) belalang, (10) belut, (11) beruk, (12) biawak, (13) buaya, (14) burung, (15) cacing, (16) capung, (17) cecak, (18) elang, (19) enggang, (20) gagak, (21) gajah, (22) harimau, (23) ikan, (24) itik, (25) kambing, (26) katak, (27) keledai, (28) kepiting, (29) kera, (30) kerbau, (31) kerong, (32) kijang, (33) kodok, (34) kucing, (35) kuda, (36) kuman, (37) kumbang, (38) kurakura, (39) kutu, (40) laba-laba atau labah-labah, (41) lalat, (42) langau, (43) lebah, (44) lembu, (45) merak, (46) merpati, (47) monyet, (48) musang, (49) nyamuk, (50) pelanduk, (51) pipit, (52) rusa, (53) sapi, (54) semut, (55) sepat, (56) serigala, (57) tikus, (58) tuma, (59) tupai, (60) udang, (61) ular, (62) ulat, dan (63) unta. Selain itu ada 70 gabungan dua nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia yang secara alfabetis meliputi (1) anjing dan babi, (2) anjing dan kucing, (3) anjing dan kuda, (4) anjing dan musang, (5) anjing dan gajah, (6) ayam dan elang, (7) ayam dan itik, (8) ayam dan musang, (9) ayam dan penyu, (10) balam dan ketitiran, (11) bangau dan badak, (12) bangau dan kerbau, (13) beruk dan kera, (14) buaya dan harimau, (15) buaya dan ikan, (16) burung dan ketam, (17) burung dan punai, (18) cacing dan ular, (19) cecak dan kaper, (20) elang dan agas, (21) elang dan ayam, (22) elang dan belalang, (23) elang dan buaya, (24) elang dan burung pungguk, (25) elang dan murai, (26) elang dan musang, (27) elang dan punai, (28) enggang dan pipit, (29) gagak dan bangau, (30) gagak dan murai, (31) gajah dan babi, (32) gajah dan harimau, (33) gajah dan kancil, (34) gajah dan katak, (35) gajah dan kera, (36) gajah dan kuman, (37) gajah dan pelanduk, (38) gajah dan rusa, (39) gajah dan tuma, (40) gajah dan udang, (41) gajah dan ular, (42) harimau dan kambing, (43) harimau dan pelanduk, (44) harimau dan tikus, (45) ikan dan belalang, (46) ikan dan burung, (47) ikan dan kucing, (48) kambing dan kerbau, (49) katak dan lembu, (50) kera
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dan belacan, (51) kerbau dan ayam, (52) kerbau dan harimau, (53) kerbau dan kuda, (54) kerbau dan sapi, (55) kucing dan harimau, (56) kucing dan tikus, (57) kuda dan keledai, (58) kuda dan lembu, (59) lalat dan kerbau, (60) langau dan gajah, (61) musang dan ayam, (62) pipit dan enggang, (63) pipit dan gajah, (64) semut dan belalang, (65) sepat dan cacing, (66) serigala dan domba, (67) tikus dan kucing, (68) udang dan ikan, (69) ular dan belut, serta (70) ular dan ikan. Kedua, ada 10 maksud yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia, yaitu (1) maksud memuji, (2) maksud menyindir, (3) maksud menasehati, (4) maksud menggambarkan perilaku baik, (5) maksud menggambarkan perilaku buruk, (6) maksud menggambarkan keadaan wajar, (7) maksud menggambarkan keadaan menyenangkan, (8) maksud menggambarkan keadaan menyedihkan, (9) maksud menggambarkan keadaan kecelakaan, dan (10) maksud menggambarkan keadaan sosial. Kata kunci
: peribahasa, nama binatang, bahasa Indonesia, makna, maksud.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Suyanti. 2015. “The Proverbs Containing Names of the Animal in Indonesian”. Undergraduate Thesis. Indonesian Letters Study Programme. Faculty of Letters. Sanata Dharma University. The object of this research is the Indonesian proverbs containing names of animal. There are two problems discussed the first one is, the names of the animal used in Indonesian proverbs and the second is the meaning presented by names of the animal in Indonesian proverbs. In data gathering, the writer employed reading method, in which the writer read the proverbs with elements of animal names in Kumpulan Peribahasa dan Pantun Plus Majas, the unabridged dictionary of Indonesian Language (Kamus Besar Bahasa Indonesia), and proverbs dictionary (Kamus Peribahasa). The technique used in this research was recording technique. Method used in analyzing the data was referential identity method (metode padan referensial). In data presentation the writer applied informal method and formal method. The results of this research showed that. First, there are 63 animal names by one kind of animal in Indonesian proverbs that alphabetically covering, (1) anjing, (2) ayam, (3) babi, (4) badak, (5) balam, (6) bangau, (7) banteng, (8) belacan, (9) belalang, (10) belut, (11) beruk, (12) biawak, (13) buaya, (14) burung, (15) cacing, (16) capung, (17) cecak, (18) elang, (19) enggang, (20) gagak, (21) gajah, (22) harimau, (23) ikan, (24) itik, (25) kambing, (26) katak, (27) keledai, (28) kepiting, (29) kera, (30) kerbau, (31) kerong, (32) kijang, (33) kodok, (34) kucing, (35) kuda, (36) kuman, (37) kumbang, (38) kura-kura, (39) kutu, (40) laba-laba atau labah-labah, (41) lalat, (42) langau, (43) lebah, (44) lembu, (45) merak, (46) merpati, (47) monyet, (48) musang, (49) nyamuk, (50) pelanduk, (51) pipit, (52) rusa, (53) sapi, (54) semut, (55) sepat, (56) serigala, (57) tikus, (58) tuma, (59) tupai, (60) udang, (61) ular, (62) ulat, and (63) unta. And there are 70 animal names by two kinds of animal in Indonesian proverbs which alphabetically invoving (1) anjing and babi, (2) anjing and kucing, (3) anjing and kuda, (4) anjing and musang, (5) anjing and gajah, (6) ayam and elang, (7) ayam and itik, (8) ayam and musang, (9) ayam and penyu, (10) balam and ketitiran, (11) bangau and badak, (12) bangau and kerbau, (13) beruk and kera, (14) buaya and harimau, (15) buaya and ikan, (16) burung and ketam, (17) burung and punai, (18) cacing and ular, (19) cecak and kaper, (20) elang and agas, (21) elang and ayam, (22) elang and belalang, (23) elang and buaya, (24) elang and burung pungguk, (25) elang and murai, (26) elang and musang, (27) elang and punai, (28) enggang and pipit, (29) gagak and bangau, (30) gagak and murai, (31) gajah and babi, (32) gajah and harimau, (33) gajah dan kancil, (34) gajah dan katak, (35) gajah dan kera, (36) gajah and kuman, (37) gajah and pelanduk, (38) gajah and rusa, (39) gajah and tuma, (40) gajah and udang, (41) gajah and ular, (42) harimau and kambing, (43) harimau and pelanduk, (44) harimau and tikus, (45) ikan and belalang, (46) ikan and burung, (47) ikan and kucing, (48) kambing
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
and kerbau, (49) katak and lembu, (50) kera and belacan, (51) kerbau and ayam, (52) kerbau and harimau, (53) kerbau and kuda, (54) kerbau and sapi, (55) kucing and harimau, (56) kucing and tikus, (57) kuda and keledai, (58) kuda and lembu, (59) lalat and kerbau, (60) langau and gajah, (61) musang and ayam, (62) pipit and enggang, (63) pipit and gajah, (64) semut and belalang, (65) sepat and cacing, (66) serigala and domba, (67) tikus and kucing, (68) udang and ikan, (69) ular and belut, and (70) ular and ikan. Second, there are 10 meanings presented by animal names in Indonesian proverbs. They are (1) meaning to praise, (2) meaning to satirize, (3) meaning to give and advice, (4) meaning to depict a good character, (5) meaning to depict a bad character, (6) meaning to depict a reasonable condition, (7) meaning to depict a pleasant condition, (8) meaning to depict a sad condition, (9) meaning to depict a condition of accident, and (10) meaning to depict social condition. Keywords
: proverbs, names of the animal, Indonesian language, meaning, purpose.
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMBANG „…..‟
: untuk menyatakan makna peribahasa
“…..”
: untuk menyatakan tuturan langsung
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI........................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.......................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi KATA PENGANTAR.................................................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... ix ABSTRACT ...................................................................................................... xi DAFTAR LAMBANG .................................................................................. xiii DAFTAR ISI ................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 6 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 6 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 7 1.5 Tinjauan Pustaka .................................................................................. 7 1.6 Landasan Teori ..................................................................................... 9 1.6.1 Peribahasa................................................................................... 9 1.6.2 Representasi ............................................................................. 10 1.6.3 Konteks..................................................................................... 10 1.6.4 Makna ....................................................................................... 11 1.6.5 Maksud ..................................................................................... 12 1.7 Metode, dan Teknik Penelitian .......................................................... 13
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................... 14 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................ 14 1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis data ...................................... 16 1.8 Sistematika Penyajian ........................................................................ 16
BAB II NAMA BINATANG YANG DIGUNAKAN DALAM BAHASA INDONESIA .......................................................... 18 2.1 Pengantar ............................................................................................. 18 2.2 Peribahasa yang Berunsur Satu Nama Binatang ................................. 20 2.2.1 Anjing ....................................................................................... 20 2.2.2 Ayam ........................................................................................ 22 2.2.3 Babi .......................................................................................... 25 2.2.4 Badak ........................................................................................ 25 2.2.5 Balam ....................................................................................... 26 2.2.6 Bangau ...................................................................................... 26 2.2.7 Banteng..................................................................................... 27 2.2.8 Belacan ..................................................................................... 27 2.2.9 Belalang .................................................................................... 27 2.2.10 Belut ....................................................................................... 28 2.2.11 Beruk ...................................................................................... 29 2.2.12 Biawak .................................................................................... 29 2.2.13 Buaya ...................................................................................... 30 2.2.14 Burung .................................................................................... 31 2.2.15 Cacing..................................................................................... 32 2.2.16 Capung ................................................................................... 33 2.2.17 Cecak ...................................................................................... 33 2.2.18 Elang....................................................................................... 33
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.19 Enggang .................................................................................. 34 2.2.20 Gagak ..................................................................................... 34 2.2.21 Gajah ...................................................................................... 35 2.2.22 Harimau .................................................................................. 37 2.2.23 Ikan ......................................................................................... 38 2.2.24 Itik .......................................................................................... 40 2.2.25 Kambing ................................................................................. 41 2.2.26 Katak ...................................................................................... 42 2.2.27 Keledai ................................................................................... 43 2.2.28 Kepiting .................................................................................. 43 2.2.29 Kera ........................................................................................ 43 2.2.30 Kerbau .................................................................................... 44 2.2.31 Kerong .................................................................................... 46 2.2.32 Kijang ..................................................................................... 46 2.2.33 Kodok ..................................................................................... 47 2.2.34 Kucing .................................................................................... 48 2.2.35 Kuda ....................................................................................... 49 2.2.36 Kuman .................................................................................... 50 2.2.37 Kumbang ................................................................................ 50 2.2.38 Kura-Kura............................................................................... 51 2.2.39 Kutu ........................................................................................ 51 2.2.40 Laba-Laba/Labah-Labah ........................................................ 52 2.2.41 Lalat ........................................................................................ 52 2.2.42 Langau .................................................................................... 53 2.2.43 Lebah ...................................................................................... 53 2.2.44 Lembu..................................................................................... 54 2.2.45 Merak ..................................................................................... 54
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.46 Merpati ................................................................................... 55 2.2.47 Monyet ................................................................................... 55 2.2.48 Musang ................................................................................... 55 2.2.49 Nyamuk .................................................................................. 56 2.2.50 Pelanduk ................................................................................. 57 2.2.51 Pipit ........................................................................................ 57 2.2.52 Rusa ........................................................................................ 58 2.2.53 Sapi ......................................................................................... 58 2.2.54 Semut ...................................................................................... 59 2.2.55 Sepat ....................................................................................... 59 2.2.56 Serigala ................................................................................... 60 2.2.57 Tikus ....................................................................................... 60 2.2.58 Tuma....................................................................................... 61 2.2.59 Tupai....................................................................................... 61 2.2.60 Udang ..................................................................................... 62 2.2.61 Ular ......................................................................................... 62 2.2.62 Ulat ......................................................................................... 63 2.2.63 Unta ........................................................................................ 64 2.3 Peribahasa yang Berunsur Dua Nama Binatang .................................. 65 2.3.1 Anjing dan Babi ....................................................................... 65 2.3.2 Anjing dan Kucing ................................................................... 65 2.3.3 Anjing dan Kuda ...................................................................... 66 2.3.4 Anjing dan Musang .................................................................. 66 2.3.5 Anjing dan Gajah ..................................................................... 67 2.3.6 Ayam dan Elang ....................................................................... 67 2.3.7 Ayam dan Itik ........................................................................... 68 2.3.8 Ayam dan Musang ................................................................... 68
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.3.9 Ayam dan Penyu ...................................................................... 69 2.3.10 Balam dan Ketitiran ............................................................... 70 2.3.11 Bangau dan Badak .................................................................. 70 2.3.12 Bangau dan Kerbau ................................................................ 71 2.3.13 Beruk dan Kera....................................................................... 71 2.3.14 Buaya dan Harimau ................................................................ 72 2.3.15 Buaya dan Ikan ....................................................................... 72 2.3.16 Burung dan Ketam ................................................................. 73 2.3.17 Burung dan Punai ................................................................... 73 2.3.19 Cacing dan Ular ...................................................................... 74 2.3.20 Cecak dan Kaper .................................................................... 74 2.3.21 Elang dan Agas....................................................................... 75 2.3.22 Elang dan Ayam ..................................................................... 75 2.3.23 Elang dan Belalang................................................................. 76 2.3.24 Elang dan Buaya..................................................................... 76 2.3.25 Elang dan Burung Pungguk.................................................... 77 2.3.26 Elang dan Murai ..................................................................... 77 2.3.27 Elang dan Musang .................................................................. 78 2.3.28 Elang dan Punai ...................................................................... 78 2.3.29 Enggang dan Pipit .................................................................. 79 2.3.30 Gagak dan Bangau ................................................................. 79 2.3.31 Gagak dan Murai .................................................................... 80 2.3.32 Gajah dan Babi ....................................................................... 80 2.3.33 Gajah dan Harimau................................................................. 81 2.3.34 Gajah dan Kancil .................................................................... 81 2.3.35 Gajah dan Katak ..................................................................... 82 2.3.36 Gajah dan Kera ....................................................................... 83
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.3.37 Gajah dan Kuman ................................................................... 83 2.3.38 Gajah dan Pelanduk ................................................................ 84 2.3.39 Gajah dan Rusa....................................................................... 84 2.3.40 Gajah dan Tuma ..................................................................... 85 2.3.41 Gajah dan Udang .................................................................... 85 2.3.42 Gajah dan Ular ....................................................................... 86 2.3.43 Harimau dan Kambing ........................................................... 86 2.3.44 Harimau dan Pelanduk ........................................................... 87 2.3.45 Harimau dan Tikus ................................................................. 88 2.3.46 Ikan dan Belalang ................................................................... 88 2.3.47 Ikan dan Burung ..................................................................... 88 2.3.48 Ikan dan Kucing ..................................................................... 89 2.3.49 Kambing dan Kerbau ............................................................. 89 2.3.50 Katak dan Lembu ................................................................... 90 2.3.51 Kera dan Belacan ................................................................... 91 2.3.52 Kerbau dan Ayam................................................................... 91 2.3.53 Kerbau dan Harimau .............................................................. 92 2.3.54 Kerbau dan Kuda .................................................................... 92 2.3.55 Kerbau dan Sapi ..................................................................... 93 2.3.56 Kucing dan Harimau .............................................................. 93 2.3.57 Kucing dan Tikus ................................................................... 94 2.3.58 Kuda dan Keledai ................................................................... 95 2.3.59 Kuda dan Lembu .................................................................... 95 2.3.60 Lalat dan Kerbau .................................................................... 96 2.3.61 Langau dan Gajah................................................................... 96 2.3.62 Musang dan Ayam ................................................................. 97 2.3.64 Pipit dan Enggang .................................................................. 97
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.3.65 Pipit dan Gajah ....................................................................... 98 2.3.66 Semut dan Belalang ................................................................ 98 2.3.67 Sepat dan Cacing .................................................................... 99 2.3.68 Serigala dan domba ................................................................ 99 2.3.69 Tikus dan Kucing ................................................................. 100 2.3.70 Udang dan Ikan .................................................................... 100 2.3.71 Ular dan Belut ...................................................................... 101 2.3.72 Ular dan Ikan ........................................................................ 101 2.4 Tabel dan Penjelasan ........................................................................ 102 2.4.1 Peribahasa yang Berunsur Satu Nama Binatang .................... 102 2.4.2 Peribahasa yang Berunsur Dua Nama Binatang .................... 104
BAB III MAKSUD YANG DIREPRESENTASIKAN OLEH NAMA BINATANG DALAM BAHASA INDONESIA .................... 109 3.1 Pengantar .......................................................................................... 109 3.2 Maksud Memuji ............................................................................... 109 3.3 Maksud Menyindir ........................................................................... 113 3.4 Maksud Memberi Nasihat ................................................................ 116 3.5 Maksud Menggambarkan Perilaku Baik .......................................... 119 3.6 Maksud Menggambarkan Perilaku Buruk ....................................... 122 3.7 Maksud Menggambarkan Keadaan Wajar ....................................... 125 3.8 Maksud Menggambarkan Keadaan Menyenangkan ........................ 128 3.9 Maksud Menggambarkan Keadaan Menyedihkan ........................... 131 3.10Maksud Menggambarkan Keadaan Kecelakaan ............................. 134 3.11 Maksud Menggambarkan Keadaan Sosial ..................................... 138
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 142
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 142 4.2 Saran ................................................................................................. 144
DARTAR PUSTAKA........................................................................... 145 LAMPIRAN .......................................................................................... 147
xxi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Objek penelitian ini adalah peribahasa yang berunsur nama binatang dalam
bahasa Indonesia. Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan maksud tertentu (dulu peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan) (Sugono, dkk., 2008: 1055). Peribahasa juga disebut sebagai ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku. Peribahasa juga merupakan ungkapan yang dibentuk dari kalimat ringkas dan padat, yang biasa berisikan perbandingan, perumpamaan, sindiran, dan nasihat (Widjoputri, 2009: iii). Peribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Kata-kata seperti, bagai, bak, laksana, dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa. Memang banyak juga peribahasa yang tanpa menggunakan kata-kata tersebut, namun kesan peribahasanya itu tetap saja tampak (Chaer, 1990: 79). Binatang tahan palu, manusia tahan kias (Sarwono, 2003: 54) peribahasa tersebut memiliki makna mengajar binatang dengan pukulan, mengajar manusia dengan kiasan dan sindiran. Memberi sindiran dan memberi nasihat dengan peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia, dianggap oleh penulis sebagai kekuatan dalam mengidentifikasi pengetahuan masyarakat lokal terhadap perilaku binatang juga sikap mereka terhadap binatang tersebut untuk
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
menyindir dan memuji anggota masyarakat yang menyimpang dari konvensi. Artinya, ada tuntutan dari masyarakat secara keseluruhan agar anggota masyarakat yang menyimpang tersebut dapat membaik dengan cara disindir dan diberi nasihat dengan menggunakan peribahasa yang diambil dari nama binatang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa binatang mempunyai peran penting dalam kebudayaan masyarakat suatu bangsa. Dalam suatu bangsa, penilaian baikburuknya binatang-binatang tertentu mempunyai dampak psikologis terhadap penggunaan bahasa dan pandangan hidup masing-masing individunya. Peribahasa dapat berunsur berbagai referen seperti kalah jadi abu menang jadi arang „pertengkaran tak akan menguntungkan pihak mana pun‟ (Sarwono, 2003: 1), dan air beriak tanda tak dalam „orang yang banyak cakap (sombong) biasanya kurang ilmu‟ (Sarwono, 2003: 3) termasuk peribahasa yang berunsur benda, yaitu abu dan air. Cepat kaki ringan tangan „suka menolong‟ (Sarwono, 2003: 161), hilang di mata di hati jangan „walau jauh jangan melupakan orang yang ditinggalkan‟ (Sarwono, 2003: 229) termasuk peribahasa yang berunsur bagian tubuh manusia, yaitu kaki, tangan, mata dan hati. Penelitian ini membatasi diri pada peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia. Hal pertama yang dibahas dalam skripsi ini adalah nama binatang apa saja yang digunakan dalam peribahasa bahasa Indonesia, seperti tampak pada contohcontoh berikut: (1) (2) (3)
Bagai katak di dalam tempurung (Widjoputri, 2009: 15) Anak harimau tak akan menjadi anak kambing (Widjoputri, 2009: 7) Mati semut karena manisan (Widjoputri, 2009: 67)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Uraian (1), (2), dan (3) membuktikan bahwa peribahasa dalam bahasa Indonesia memiliki unsur nama binatang, yaitu katak, harimau + kambing, dan kera. Katak pada (1), harimau serta kambing pada (2), dan semut pada (3) merupakan unsur nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia. Uraian (1) Katak merupakan binatang amfibi pemakan serangga yang hidup di air tawar atau di daratan, berkulit licin, berwarna hijau atau merah kecokelat-cokelatan, kaki belakang lebih panjang daripada kaki depan, pandai melompat dan berenang (Sugono, dkk., 2008: 634). Pada contoh (2), harimau merupakan binatang buas, pemakan daging, wujud seperti kucing besar (Sugono, dkk., 2008:484). Dan semut pada contoh (3), merupakan serangga kecil yang berjalan merayap, hidup secara bergerombol, termasuk suku Formicidae, terdiri atas bermacam jenis (Sugono, dkk., 2008: 1265). Masalah kedua yang dikaji dalam penelitian ini adalah apa maksud yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia, seperti terlihat dalam contoh berikut: (4) (5) (6)
Seperti anjing berebut tulang (Sarwono, 2003: 16) Ayam bertelur di padi (Sarwono, 2003: 24) Berhakim kepada beruk (Widjoputri, 2009: 23)
Uraian (4), seperti anjing berebut tulang, bermakna „orang tamak yang memperebutkan harta‟. Dari makna tersebut, anjing merepresentasikan orang yang tamak. Pada kenyataannya anjing menyukai tulang. Apabila di suatu tempat terdapat beberapa ekor anjing dan di tempat itu terdapat tulang, sudah pasti para anjing itu berebut tulang tersebut satu dengan yang lainnya. Berebut tulang di sini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
dimaknai dengan memperebutkan harta. Orang yang suka memperebutkan harta dimaknai dengan orang yang tamak. Berdasarkan makna tersebut, contoh (4) mempunyai maksud menggambarkan perilaku buruk seseorang, yakni satu tuturan yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur dengan tujuan menggambarkan tingkah laku, budi pekerti, dan tabiat yang jahat atau tidak menyenangkan. Uraian (4) misalnya diucapkan seseorang untuk menggambarkan perilaku buruk suatu keluarga yang saling berebut harta warisan keluarga. Perebutan harta warisan itu sampai terdengar ke tetangga-tetangga kampung. Hingga ada satu orang yang menuturkan peribahasa tersebut seperti tampak dalam kalimat berikut: “Lihatlah keluarga itu seperti anjing berebut tulang”. Uraian (5), ayam bertelur di padi bermakna „hidup senang dan mewah‟. Dari makna tersebut ayam merepresentasikan kehidupan seseorang yang menyenangkan. Pada kenyataannya seekor ayam apabila bertelur di padi sudah tentu ayam itu tidak perlu mengais di luar untuk memperoleh makanan, karena ia sudah bertelur di padi. Padi merupakan makanan ayam. Padi mendeskripsikan „kemewahan‟,
sedangkan
ayam
bertelur
mendeskripsikan
„kesenangan‟.
Berdasarkan makna tersebut, maksud dari penutur adalah menggambarkan keadaan menyenangkan, yakni satu tuturan yang diberikan penutur dengan tujuan memberi gambaran tentang rasa senang hati, memuaskan, menarik (hati) kepada mitra tutur. Uraian (5), menjadi wajar ketika dituturkan untuk menggambarkan kehidupan seorang perempuan yang dulunya hidupnya sederhana kini setelah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
menikah hidup dengan kemewahan karena mendapatkan suami yang kaya raya. Peribahasa tersebut muncul seperti berikut: “Lihatlah Rini sekarang bagai ayam bertelur di padi”. Uraian (6), berhakim kepada beruk bermakna „meminta pertimbangan kepada orang yang tamak‟. Dari makna tersebut, beruk merepresentasikan orang yang tamak. Pada kenyataannya seekor beruk merupakan binatang yang rakus atau tamak. Seekor beruk jika melihat makanan kesukaannya entah itu milik siapa sudah pasti ia akan merebutnya. Karena sifatnya yang suka merebut makanan beruk terkenal dengan binatang yang tamak. Berhakim di sini dimaknai dengan meminta pertimbangan. Jika kita meminta pertimbangan kepada orang yang tamak, kita tidak akan mendapatkan solusi yang benar. Seharusnya kita meminta pertimbangan kepada orang yang murah hati atau baik hati dan bijaksana. Berdasarkan maknanya tersebut, contoh (6), mempunyai maksud mengejek, yakni satu tuturan yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur dengan tujuan memberi kritikan (celaan, ejekkan, dsb) kepada mitra tutur . Dalam konteks ini, misalnya penutur memberi celaan kepada mitra tuturnya yang meminta pertimbangan kepada orang yang tamak. Celaan muncul karena bagi penutur apa yang dilakukan oleh mitra tuturnya itu perbuatan yang salah, seharusnya mitra tutur meminta pertimbangan kepada orang yang murah hati dan bijaksana. Munculah tuturan seperti contoh berikut: “Apa yang kau dapatkan jika kau berhakim kepada beruk”?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.2
6
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dalam butir 1.1, permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.2.1
Nama binatang apa saja yang digunakan dalam peribahasa bahasa Indonesia?
1.2.2
Apa maksud yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia?
1.3
Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peribahasa yang
berunsur nama binatang. Secara khusus penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: 1.3.1
Mendeskripsikan nama binatang apa saja yang digunakan di dalam peribahasa bahasa Indonesia.
1.3.2
Mendeskripsikan maksud yang direpresentasikan oleh nama-nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.4
7
Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang nama-nama binatang yang
digunakan di dalam peribahasa bahasa Indonesia dan deskripsi tentang maksud yang direpresentasikan oleh nama-nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretisnya adalah memperkaya khazanah linguistik, terutama dalam kajian semantik dan pragmatik. Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah mendokumentasikan atau mendaftar peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia. Bagi pengguna bahasa hasil penelitian tentang peribahasa nama binatang dapat menjadi rujukan untuk digunakan kembali dalam kehidupan sehari-hari.
1.5
Tinjauan Pustaka Tulisan
tentang
peribahasa
Bahasa
Indonesia
telah
dikemukakan
sebelumnya oleh Kartono (2004: 62-66) dan Antono (2011: 59-66). Kartono (2004: 62-66), dalam artikel yang berjudul “Pembelajaran Peribahasa: Mengasah Budi Membangun Pekerti” dalam buku Bahasa Merajut Sastra Merunut Budaya, menjelaskan peribahasa adalah bahasa berkias yang berupa kalimat atau kelompok kata yang tetap susunannya. Kartono memberi sumbangan tentang pembelajaran peribahasa, yakni tentang budi pekerti. Kartono memaparkan pembelajaran peribahasa tentang budi pekerti kepada siswa adalah makna bijak yang terkandung di dalamnya. Tidak ada yang mengingkari bahwa setiap peribahasa memuat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
nasihat yang tidak terbantahkan.
8
Setiap siswa diajak untuk merefleksikan
peribahasa yang akan mendorong mereka mengambil setiap pengalamannya yang berkaitan dengan pesan-pesan nan bertuah. Antono (2011: 59-66), dalam artikel yang berjudul “Kreativitas dalam Peribahasa dan Pemendekan” dalam buku Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia dalam Jebakan Kapitalisme, menjelaskan bahwa peribahasa merupakan sesuatu yang dimiliki masyarakat yang bersifat mapan. Antono memberi sumbangan tentang kreativitas yang terjadi dalam peribahasa yang memberikan nuansa lain dalam berbahasa. Setelah dilakukan tinjauan pustaka dari Kartono (2004) dan Antono (2011), dapat dicatat bahwa sudah dilakukan kajian tentang peribahasa. Hal tersebut berupa peribahasa secara umum. Namun, Peribahasa Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia belum pernah diteliti. Oleh karena itu, penelitian tentang Peribahasa Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia ini layak dilakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.6
9
Landasan Teori Dalam landasan teori ini dipaparkan pengertian peribahasa, pengertian
representasi, pengertian konteks, pengertian makna, dan pengertian maksud. 1.6.1 Peribahasa Topik tentang peribahasa secara luas telah dikemukakan antara lain oleh Widjoputri (2009: iii). Widjoputri merumuskan peribahasa adalah bentuk pengucapan atau kata kiasan yang sering dijumpai dalam kesusasteraan lama yang mengandung makna tersembunyi. Peribahasa juga merupakan ungkapan yang dibentuk dari kalimat ringkas dan padat, yang biasa berisikan perbandingan, perumpamaan, sindiran, dan nasihat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1055), peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan maksud tertentu (dulu peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan). Peribahasa juga disebut sebagai ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku. Menurut Sadikin (2010 : 31-32), peribahasa ialah bentuk pengucapan yang banyak dijumpai dalam kesusastraan lama, sebagai wakil cara berpikir bangsa kita di zaman lama itu. Perhubungan mereka yang rapat dengan sekelilingnya menimbulkan ilham dan kaca perbandingan bagi mereka terutamanya ahli-ahli fikirnya waktu itu. Peribahasa banyak digunakan dalam kehidupan keseharian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
orang pada masa dahulu untuk memberi nasihat, teguran atau sindiran dan mudah pula ditangkap oleh pihak yang dinasehatinya. 1.6.2 Representasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1167), representasi adalah perbuatan mewakili, keadaan diwakili, dan apa yang mewakili; perwakilan. Menurut Barker (2005: 259), representasi merupakan suatu ekspresi langsung realitas sosial dan atau suatu distorsi potensial dan distorsi aktual atas realitas tersebut. 1.6.3 Konteks Menurut Lubis (2011) dalam Analisis Wacana Pragmatik, konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu; (1) konteks fisik (physical context) yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu; (2) konteks epistemis (epistemic context) atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara ataupun pendengar; (3) konteks linguistik (linguistics context) yang terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau satu tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi; (4) konteks sosial (social context), yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara pembicara (penutur) dengan pendengar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
Dalam bahasa, tuturan patut dilandasi oleh konteks. Mengenai hal ini, Baryadi (2002) dalam Dasar-dasar Analisis Wacana Dalam Ilmu Bahasa-nya, perihal wacana dan konteks, mencantumkan apa yang pernah Hymes kemukakan, yakni: SPEAKING. Setiap huruf pada akronim tersebut bila dipanjangkan satu persatu, ialah: S (setting and scene), P (participants), E (end), A (act sequences), K (key), I (instrumentalities), N (norms), dan G (genres). Baryadi menyatakan (2002: 40), “Dari delapan butir konteks tersebut, sebenarnya yang mendasar hanyalah tiga jenis, yaitu pembicara (speaker/addresser/writer), isi bicara (topic/information), dan mitra bicara (listener/hearer/reader/addressee).” Begitu pula peribahasa juga membutuhkan setidaknya tiga butir kontesk yang mendasar tersebut. Aminuddin (2002: 36) mengutarakan, “Konteks ujaran merupakan konteks pertuturan berupa situasi, lokasi, persona yang terlibatkan, kondisi saat pertuturan berlangsung dan berbagai situasi dan kondisi pada umumnya yang memungkinkan terjadinya peristiwa tuturan.” Apa yang dinyatakan oleh Hamid Hasan Lubis, Baryadi, dan Aminuddin memacu kerangka pikir peneliti dalam memandang konteks tuturan. Dalam hal ini, konteks bersifat luas dan dinamis. 1.6.4
Makna
Makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti (Aminuddin, 1988: 53). Dari batasan pengertian itu dapat diketahui adanya tiga unsur pokok yang tercakup di dalamnya., yakni (1) makna adalah hasil hubungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
antara bahasa dengan dunia luar, (2) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, serta (3) perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling mengerti. Harimurti (2008: 148) berpendapat makna (meaning, linguistic meaning, sense) yaitu: (1) maksud pembicara, (2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia, (3) hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya, (4) cara menggunakan lambing-lambang bahasa. Hubungan antara bentuk dan makna bersifat arbitrer dan konvensional. Sifat arbitrer mengandung pengertian tidak ada hubungan klaisal, logis, alamiah ataupun historis, dsb. antara bentuk dan makna itu. Sementara itu, sifat konvensional menyarankan bahwa hubungan antara bentuk dan kebahasaan dan maknanya terwujud atas dasar konvensi atau kesepakatan bersama (Wijana, 2011: 3). Makna bersifat umum dan tidak tertentu. Makna juga bersifat internal, jadi unsur ini ada di dalam bahasa. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa makna merupakan arti dari suatu kata atau maksud pembicara yang membuat kata-kata tersebut berbeda dengan kata-kata lain. 1.6.5 Maksud Chaer (1989: 35), dalam bukunya yang berjudul Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, menjelaskan maksud adalah suatu gejala yang ada di luar ujaran. Maksud dapat dilihat dari segi si pengujar, orang yang berbicara, atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
pihak subjeknya. Di sini orang yang berbicara itu mengujarkan suatu ujaran entah berupa kalimat maupun frase, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri. Maksud banyak digunakan dalam bentuk-bentuk ujaran yang disebut metafora, ironi, litotes, dan bentuk-bentuk gaya bahasa lain. Selama masih menyangkut segi bahasa, maka maksud itu masih dapat disebut sebagai persoalan bahasa. Baryadi (2012: 17), bagi penutur, maksud merupakan kehendak yang dijadikan pangkal tolak melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Tuturan beserta informasi yang dikandungnya adalah sarana mengungkapkan maksud. Bagi mitra tutur, maksud merupakan sesuatu yang diperjuangkan untuk dipahami. Sarana untuk memahami maksud itu adalah tuturan berikut informasi yang ada di dalamnya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan ciri-ciri maksud. Pertama, maksud merupakan unsur luar-tuturan (ekstralingual). Kedua, maksud bersifat subjektif, yaitu ada di dalam subjek penutur. Ketiga, maksud menjadi titik tolak penutur melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Keempat, maksud merupakan sesuatu yang dikejar untuk dipahami mitra tutur. Kelima, maksud berada dibalik tuturan yang mengandung informasi. Keenam, maksud sangat terikat konteks, yaitu diungkapkan dan dipahami melalui tuturan yang berada dalam konteks tertentu. ( Baryadi 2012:17).
1.7
Metode dan Teknik Penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut akan diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian ini. 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Objek penelitian ini adalah peribahasa berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia. Objek ini berada dalam data yang berupa kalimat. Data diperoleh dari sumber tertulis, yaitu buku Kumpulan Peribahasa & Pantun Plus Majas karya Widjoputri, Kamus Peribahasa karya Sarwono Pusposaputro, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia karya Dendy Sugono, dkk., (edisi. 2008). Data yang dikumpulkan adalah berupa peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak langsung penggunaan bahasa. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa peribahasa dalam bahasa Indonesia yang berunsur nama binatang. Data yang sudah terkumpul diklasifikasikan berdasarkan referen nama binatang dan maksud yang terkandung di dalam peribahasa bahasa Indonesia. 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data Langkah kedua adalah menganalisis data. Setelah data terklasifikasikan, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan. Metode padan adalah metode yang alat penentunya ada di luar bahasa, terlepas dan tidak menjadi bagian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13). Dalam penelitian ini metode padan yang dipilih adalah metode padan referensial dan metode padan pragmatis. Metode padan referensial adalah metode yang alat penentunya berupa referen (Sudaryanto, 1993: 15). Metode padan referensial digunakan untuk menentukan identitas satuan kebahasaan menurut referen yang dirujuk. Metode ini diterapkan untuk menjawab masalah “nama binatang apa saja yang digunakan dalam peribahasa bahasa Indonesia”, sebagai contoh: (7)
Anjing galak babi berani (Widjoputri, 2009: 8)
Dengan metode padan referensial, anjing galak babi berani dalam contoh (7) dapat ditentukan apakah peribahasa itu berunsur nama binatang atau tidak. Kata anjing galak babi berani menunjukkan bahwa peribahasa tersebut berunsur nama binatang, yakni anjing dan babi. Anjing adalah binatang menyusui yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dsb. (Sugono, dkk., 2008: 71), sedangkan babi adalah binatang menyusui yang bermoncong panjang, berkulit tebal, dan berbulu kasar (Sugono, dkk., 2008: 108). Jadi anjing galak babi berani termasuk peribahasa yang berunsur nama binatang. Metode padan pragmatis adalah metode padan yang alat penentunya lawan atau mitra tutur. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, misalnya, satuan kebahasaan menurut reaksi atau akibat yang terjadi atau timbul pada lawan atau mitra wicaranya ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicaranya (Kusuma, 2007: 49).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(8)
16
Seperti tikus jatuh ke beras (Widjoputri, 2009: 96)
Pada (8), seperti tikus jatuh ke beras, bermakna „mendapatkan tempat yang membahagiakan dan menguntungkan‟ ditemukan maksud menggambarkan keadaan menyenangkan. Penentuan seperti itu dilakukan menurut jalur kerja metode padan pragmatis, yaitu contoh (8), ditentukan sebagai maksud menggambarkan keadaan menyenangkan, yakni ketika penutur (penulis) melihat temannya (mitra tutur) yang sedang bahagia karena ia baru saja diangkat menjadi direktur di sebuah perusahaan maka tuturan ini pun muncul seperti berikut ini: “Kau ini Ta seperti tikus jatuh ke beras saja”. 1.7.3
Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal. Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode informal, yaitu dengan menggunakan kata-kata yang biasa, yaitu kata-kata yang bersifat denotatif dan bukan kata yang bersifat konotatif. Penyampaian hasil analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan metode formal, yaitu memanfaatkan berbagai lambang, tanda, singkatan dan sejenisnya.
1.8
Sistematika Penyajian Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab. Bab I pendahuluan.
Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi tentang daftar peribahasa yang berunsur nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia. Bab III berisi uraian dan analisis maksud yang direpresentasikan oleh nama-nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia. Bab IV berisi penutup, kesimpulan, dan saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II NAMA BINATANG YANG DIGUNAKAN DALAM PERIBAHASA BAHASA INDONESIA 2.1 Pengantar Dalam bab ini dibahas tentang nama binatang apa saja yang digunakan dalam peribahasa bahasa Indonesia. Binatang yang dipakai sebagai unsur pembentuk peribahasa bahasa Indonesia yang berupa satu nama binatang berjumlah 63 peribahasa dan yang berupa dua nama binatang berjumlah 70 peribahasa. Peribahasa bahasa Indonesia yang berunsur satu nama binatang berjumlah 63 yang secara alfabetis meliputi, (1) anjing, (2) ayam, (3) babi, (4) badak, (5) balam, (6) bangau, (7) banteng, (8) belacan, (9) belalang, (10) belut, (11) beruk, (12) biawak, (13) buaya, (14) burung, (15) cacing, (16) capung, (17) cecak, (18) elang, (19) enggang, (20) gagak, (21) gajah, (22) harimau, (23) ikan, (24) itik, (25) kambing, (26) katak, (27) keledai, (28) kepiting, (29) kera, (30) kerbau, (31) kerong, (32) kijang, (33) kodok, (34) kucing, (35) kuda, (36) kuman, (37) kumbang, (38) kura-kura, (39) kutu, (40) laba-laba atau labah-labah, (41) lalat, (42) langau, (43) lebah, (44) lembu, (45) merak, (46) merpati, (47) monyet, (48) musang, (49) nyamuk, (50) pelanduk, (51) pipit, (52) rusa, (53) sapi, (54) semut, (55) sepat, (56) serigala, (57) tikus, (58) tuma, (59) tupai, (60) udang, (61) ular, (62) ulat, dan (63) unta. Peribahasa bahasa Indonesia yang berunsur dua nama binatang berjumlah 70 yang secara alfabetis meliputi, (1) anjing dan babi, (2) anjing dan kucing, (3)
18
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
anjing dan kuda, (4) anjing dan musang, (5) anjing dan gajah, (6) ayam dan elang, (7) ayam dan itik, (8) ayam dan musang, (9) ayam dan penyu, (10) balam dan ketitiran, (11) bangau dan badak, (12) bangau dan kerbau, (13) beruk dan kera, (14) buaya dan harimau, (15) buaya dan ikan, (16) burung dan ketam, (17) burung dan punai, (18) cacing dan ular, (19) cecak dan kaper, (20) elang dan agas, (21) elang dan ayam, (22) elang dan belalang, (23) elang dan buaya, (24) elang dan burung pungguk, (25) elang dan murai, (26) elang dan musang, (27) elang dan punai, (28) enggang dan pipit, (29) gagak dan bangau, (30) gagak dan murai, (31) gajah dan babi, (32) gajah dan harimau, (33) gajah dan kancil, (34) gajah dan katak, (35) gajah dan kera, (36) gajah dan kuman, (37) gajah dan pelanduk, (38) gajah dan rusa, (39) gajah dan tuma, (40) gajah dan udang, (41) gajah dan ular, (42) harimau dan kambing, (43) harimau dan pelanduk, (44) harimau dan tikus, (45) ikan dan belalang, (46) ikan dan burung, (47) ikan dan kucing, (48) kambing dan kerbau, (49) katak dan lembu, (50) kera dan belacan, (51) kerbau dan ayam, (52) kerbau dan harimau, (53) kerbau dan kuda, (54) kerbau dan sapi, (55) kucing dan harimau, (56) kucing dan tikus, (57) kuda dan keledai, (58) kuda dan lembu, (59) lalat dan kerbau, (60) langau dan gajah, (61) musang dan ayam, (62) pipit dan enggang, (63) pipit dan gajah, (64) semut dan belalang, (65) sepat dan cacing, (66) serigala dan domba, (67) tikus dan kucing, (68) udang dan ikan, (69) ular dan belut, serta (70) ular dan ikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
2.2 Peribahasa yang Berunsur Satu Nama Binatang 2.2.1
Anjing
Anjing adalah binatang menyusui yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dsb. (Sugono, dkk., 2008: 71). Berdasarkan penelitian ada 33 peribahasa nama binatang anjing, berikut ini 33 peribahasa nama binatang anjing. (9) (10)
(11)
(12) (13)
(14) (15) (16) (17) (18)
(19) (20)
(21) (22)
Anjing diberi makan nasi, bilakah kenyang? Tak ada gunanya menanamkan kebaikan pada orang yang jahat Anjing ditepuk menjungkit ekor Orang yang tidak berbudi kalau dihormati malah menyombongkan diri Anjing itu jika dipukul sekalipun, berulang juga dia ke tempat yang banyak tulang Orang jahat pasti akan mengulang kejahatannya meskipun kerap mendapat hukuman Anjing mengulangi bangkai Laki-laki yang mengulangi perbuatan tak senonoh Anjing tiada bercawat ekor Sesuatu yang hina tak indah dan tak berguna bagi mata sekalian orang Anjing manyalak kafilaf berlalu Jalan terus, tak mengindahkan rintangan Anjing menyalak tak akan menggigit Ancaman yang tidak berbahaya Anjing bersepit ekor Lari Arangnya tak termakan oleh anjing Bicaranya tajam dan sangat menyinggung perasaan Anjing itu meskipun dirantai dengan rantai emas sekalipun, niscaya berulang-ulang juga ia ke tempat najis Orang yang dasarnya hina tidak akan dapat mengubah tingkah lakunya, meskipun ia diberi tempat yang baik dan layak Bagai anjing beranak enam Perihal orang yang kurus sekali bagai tidak terurus Bagai anjing kedahuluan Hal seseorang yang sangat kecewa dan gelisah, karena laba yang diharap-harap telah didapat orang lain Bagai anjing melintang denai Seorang yang sombong menunjukkan kesombongannya Bagai anjing tersepit di pagar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Seseorang yang dalam kesusahan; halnya serba salah (23) Bagai disalak anjing bertuah Tak dapat bertangguh, permintaan pasti dikabulkan (anak-anak yang tak dapat ditolak kehendaknya) (24) Bangsa anjing kalau biasa makan tahi, tak dimakan, dicium ada juga Orang yang biasa berbuat jahat walau bagaimana teringat berbuat jahat juga (25) Habis minyak sepasu, ekor anjing tak mau lurus Mengubah/memperbaiki orang yang pada dasarnya jahat itu sangat susah, karena apabila ada kesempatan ia akan berbuat jahat lagi (26) Intan itu jika keluar dari mulut anjing sekalipun, akan tetap intan juga Kebenaran nasihat yang baik itu harus diterima, dari siapapun datangnya (27) Licin bagai dijilat anjing kurus Makanan habis licin tandas (28) Masakan gunung akan runtuh, walaupun seribu anjing menyalak Keagungan (kemuliaan) yang telah nyata itu, sulit untuk menghindarinya (29) Meskipun sepuluh kapal masuk, anjing bercawat ekor juga Orang yang dungu, tidak mengindahkan perubahan yang terjadi di sekitarnya (30) Rakus seperti anjing kurus Sangat rakus (31) Seperti anjing beroleh bangkai Orang yang sangat rakus dengan mudah mendapatkan benda (32) Seperti anjing berebut tulang Orang yang suka memperebutkan harta benda orang lain (33) Seperti anjing kepala busuk Jika sudah diketahui kejahatannya kemanapun dia pergi pasti dihina orang (34) Seperti anjing makan muntahannya Perihal seseorang yang memuji atau menyenangi sesuatu yang dahulu dicela dan dianggap jijik (35) Seperti anjing makan tulang Perihal seseorang yang bersungut-sungut seolah-olah tidak senang atas sesuatu yang diperolehnya karena kurang memuaskan (36) Seperti anjing menggonggong tulang Orang yang berusaha merebut harta benda orang lain (37) Seperti anjing terpanggang ekor Orang yang kesusahan minta pertolongan kesana-kemari (38) Seperti anjing lapar mendapat tulang, daging segumpal dan sekeping apam Orang yang melakukan kebajikan hanya karena mengharap keuntungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
(39) Seperti anjing menggonggong bangkai Orang laki-laki membawa perempuan jahat (40) Sepuluh kapal datang, anjing masih bercawat ekor Meskipun banyak orang yang berilmu/pandai, tetapi kalau yang dididik tidak mau meniru dan tetap malas, tentu mereka akan tetap bodoh (41) Waktu seribu anjing menyalak, gunung bolehkah runtuh Perkataan orang kecil tidak akan mempengaruhi orang besar
2.2.2
Ayam
Ayam termasuk unggas yang pada umumnya tidak dapat terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara, berjengger, yang jantan berkokok dan bertaji, sedangkan yang betina berkotek dan tidak bertaji (Sugono, dkk., 2008: 105). Berdasarkan penelitian ada 46 peribahasa nama binatang ayam, berikut ini 46 peribahasa nama binatang ayam. (42) Ayam putih terbang siang Mudah ketahuan (tentang perkara dan sebagainya) (43) Ayam hitam terbang malam Sukar ketahuan (tentang perkara dan sebagainya) (44) Ayam baru belajar berkokok Baru cukup umur (untuk inginkan perempuan) (45) Ayam bertelur di atas padi mati kelaparan Orang menderita kesusahan di tempat yang mewah (46) Ayam hitam terbang malam,siapa tahu berdebus bunyinya Perkara gelap, dasar penentuan pun gelap pula Debus: bunyi burung terbang (47) Ayam menang kampuh tergadai Orang dapat uang lalu ditagih hutangnya, terpaksa menggadaikan selimut; menerima uang yang tak mencukupi Kampuh: selimut rangkap 3 helai (48) Ayam seekor bertambang dua Seorang bapak yang merundingkan hubungan menikahkan anak gadisnya dengan dua tiga bujang yang ingin menikahinya (49) Ayam patah kalau-kalau dapat menikam Orang yang sudah jatuh melarat, mungkin kelak dapat bangun kembali (50) Ayam berinduk, sirih berjunjung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
Melindungi yang lemah supaya selamat (51) Ayam beroga itu kalau diberi makan di pinggan emas sekalipun, ke hutan juga perginya Orang yang merantau, biarpun senang di negeri orang, pada suatu masa akan pulang juga ke negerinya. (52) Ayam hitam terbang malam, hinggap ke rimba dalam, bertali ijuk bertambang tanduk Perkara kejahatan yang amat sukar dilacak (53) Ayam laga sekandang Pertengkaran dalam suatu rumah tangga atau dalam suatu keluarga (54) Ayam lepas, tangan bertahi Suatu usaha yang gagal, sedangkan orang yang mengerjakan mendapat malu juga (55) Ayam putih terbang siang, hinggap di kayu merarasi, bertali benang, bertambang tulang Sesuatu perkara kejahatan yang sudah benar-benar jelas, cukup dengan saksi keterangannya (56) Ayam tangkas di gelanggang Orang pandai berbicara dan berpidato di muka umum (57) Baik membawa resmi ayam betina Tak usah menyombongkan keberanian, karena itu akan membawa kemeralatan (58) Bagai ayam dibawa ke lampok Tercengang-cengang seperti orang desa masuk kota besar Lampok: onggokan padi yang telah disabit (59) Bagai ayam mabuk tahi Pucat lesi lemah karena sakit (60) Bagai ayam mengerang telur Paras elok kemerah-merahan (61) Bagai ayam lepas bertaji Seseorang tertimpa kesusahan dibiarkan; serba susah. Orang lain dalam bahaya diurus, tapi diri sendiri tertimpa bahaya (62) Bagai ayam kena kepala Tak dapat menjawab atau berbuat sesuatu lagi, karena tepat benar kenanya (63) Bagai ayam kurik panjang ekornya Seseorang yang cantik dan pandai berdandan (64) Celaka malang berayam, padi masak makan ke hutan Sudah berjirih-payah melakukan pekerjaan dan hampir berhasil tapi tiba-tiba harus ditinggalkan karena kemalangan (65) Cabik-cabik bulu ayam, cencang air tidak putus Persaudaraan berdasarkan pertalian darah tidak akan putus hubungan hanya karena perselisihan (66) Carik-carik bulu ayam, lama-lama tercantum pula Perselisihan antar keluarga, tidak lama pasti akan berbaik kembali (67) Ibarat ayam gadis bertelur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Berganti hari atau tidak tetap mengerjakan suatu pekerjaan (68) Ibarat ayam, tidak mengais tidak makan Untuk mencukupi segala kebutuhan kita harus bekerja keras (69) Kusut-kusut bulu ayam Perselisihan keluarga, lama-lama juga akan rukun kembali (70) Muncung seperti seekor ayam Selalu mau berkata-kata, tak mau diam Muncung: moncong (71) Menerka ayam di dalam telur Menentukan sesuatu yang mustahil dapat ditentukan/diketahui (72) Nasib seperti ayam, mengais dahulu baru makan Seseorang yang miskin, sehingga terpaksa bekerja keras dahulu untuk dapat makan (73) Panas-panas tahi ayam Bekerja giat hanya pada waktu permulaan saja (74) Seekor ayam tak berkokok hari tak siangkah Bukan seorang saja yang pandai dalam suatu negeri; bukan karena seorang saja pekerjaan selesai, orang lain masih banyak (75) Seperti ayam, kais pagi makan pagi, kais petang makan petang Orang miskin kalau tak bekerja keras tak dapat makan (76) Seperti ayam termakan rambut Napas orang bengek (77) Seperti ayam gadis bertelur Tak tetap melakukan pekerjaan, terhenti-henti (78) Seperti ayam mendapat ubi Girang mendapatkan barang yang disukainya (79) Sedap bagai ayam, sedencing bagai besi Orang yang senasib sepenanggungan/seia sekata (80) Seperti anak ayam kehilangan induknya Menderita kesusahan karena kehilangan panutan/pemimpinnya (81) Seperti ayam betina Orang laki-laki tetapi penakut (82) Seperti ayam makan rumput Orang yang kesusahan menanggung hidup (83) Seperti menggili induk ayam Menggalakkan orang penakut supaya timbul keberanian (84) Terbulang di ayam betina Menyuruh orang yang dikira pemberani, ternyata sangat penakut (85) Tuah ayam boleh dilihat, tuah manusia siapa tahu Tidak ada seorang pun yang dapat menentukan nasibnya (86) Yang buta peniup lesung, yang peka pelepas bedil, yang lumpuh menghalau ayam Tenaga atau keahlian tiap-tiap orang itu dapat dipergunakan menurut kemampuannya masing-masing (87) Yang pekak pelepas bedil, yang buta menghembus lesung, yang lumpuh penghalau ayam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Setiap orang ada gunanya, sesuai dengan kelebihan yang dimilikinya
2.2.3
Babi
Babi adalah binatang menyusui yang bermoncong panjang, berkulit tebal, dan berbulu kasar (Sugono, dkk., 2008: 108). Berdasarkan penelitian ada dua peribahasa nama binatang babi, berikut ini dua peribahasa nama binatang babi. (88) Bagai babi merasai gulai Orang hina tak layak mendapatkan bantuan dari bangsawan (89) Diidam seperti babi Musuh itu selalu dicari untuk dibinasakan
2.2.4
Badak
Badak adalah binatang menyusui yang berkulit tebal, ada yang bercula satu, ada yang bercula dua, termasuk keluarga Rhinocerotidae (Sugono, dkk., 2008: 110). Berdasarkan penelitian ada lima peribahasa nama binatang badak, berikut ini lima peribahasa nama binatang badak. (90) Anak badak dihambat-hambat Dengan sengaja mencari bahaya (91) Berkulit badak Tak tahu malu (tak berperasaan) (92) Sayang anak badak tamping, cucu konon badak raya Heran seseorang bukan bangsawan mengaku kerabat raja (93) Pekak-pekak badak Pura-pura tak dengar; dikatakan tentang anak gadis atau bujang yang dipercakapan orang tua bahwa orang akan memperistri atau mempersuamikan dia; padahal ia ingin sekali. (94) Badak makan anak Ayah membuang anaknya karena takut akan musnah kebesarannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.5
26
Balam
Balam termasuk tekukur; burung yang hidup berpasangan, kadang-kadang membentuk kelompok kecil, dan bersuara merdu (Sugono, dkk., 2008:125 dan 1423). Berdasarkan penelitian ada empat peribahasa nama binatang balam, berikut ini empat peribahasa nama binatang balam. (95) Ibarat seekor balam, mata lepas badan terkurung Orang yang tidak mempunyai kebebasan (96) Memikat balam dengan balam Menangkap penjahat harus dengan penjahat pula (97) Seperti tanah pelempar balam Mencoba-coba melakukan sesuatu, kalau berhasil bersyukur, jika tidak berhasil tidak kecewa (98) Sangkar sudah balam terlepas Keperluan untuk sesuatu sudah dipersiapkan, tiba-tiba yang diperlukan lepas dari tangan (misal persiapan untuk berumah tangga sudah selesai, tiba-tiba tunangan diambil orang)
2.2.6
Bangau
Bangau termasuk _ngags besar yang kaki, leher, dan paruhnya panjang, pemangsa ikan, hidup di tempat yang berair, seperti tepi pantai, sawah, paya-paya, jenisnya bermacam-macam (Sugono, dkk., 2008: 132). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang bangau. Berikut ini peribahasa nama binatang bangau. (99) Setinggi-tinggi bangau terbang, surutnya ke kubangan Sejauh-jauh orang merantau, akhirnya kembali ke tempat asalnya (kampung halamannya) juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.7
27
Banteng
Banteng termasuk lembu hutan (lembu yang masih liar) (Sugono, dkk., 2008: 137). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang banteng. Berikut ini peribahasa nama binatang banteng. (100) Terajar pada banteng pincang Tidak ada gunanya mengajar orang keras kepala
2.2.8
Belacan
Belacan termasuk kucing hutan (Sugono, dkk., 2008: 159) atau dapat disebut sebagai kuwuk, yakni kucing liar berukuran kecil, bulu berwarna dasar kuning kecokelatan dengan tutul-tutul hitam, pandai memanjat dan berenang, makanannya, seperti tikus, kelelawar, burung, ular, kadal, hidup berpasangpasangan, tidak mengenal musim kawin, yang jantan ikut mengasuh anaknya (Sugono, dkk., 2008: 749). Berdasarkan penelitian ada dua peribahasa nama binatang belacan, berikut ini dua peribahasa nama binatang belacan. (101) Bagai belacan dikerat dua, yang pergi busuk, yang diam anyir Kedua-duanya menjadi aib/buruk (102) Karam Kantam oleh Kuantan, karam sambal oleh belacan Seseorang yang kita kasihi dan kita sayangi merusakkan sesuatu yang telah kita berikan kepadanya
2.2.9
Belalang
Belalang termasuk serangga yang bersayap dua lapis dan mempunyai sepasang kaki belakang yang panjang, makanannya rumput-rumputan atau daun-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
daunan (Sugono, dkk., 2008: 160). Berdasarkan penelitian ada enam peribahasa nama binatang belalang, berikut ini enam peribahasa nama binatang belalang. (103) Bagai mencari belalang di atas akar Pekerjaan yang tidak mendapatkan hasil/sia-sia (104) Belalang dapat menuai Mendapat rejeki yang tidak sengaja diperoleh (105) Tenung-tenung Pak Belalang Diterka-terka dan pura-pura tidak tahu, padahal ia sudah tahu benar dimana benda itu berada (106) Mata belalang belum pecah sudah hendak membuta Tidur malam terlalu awal (sore) (107) Bagai belalang di atas kacang Mengerjakan pekerjaan yang mustahil akan berhasil (108) Pak Belalang Orang yang selalu mujur tanpa sengaja
2.2.10
Belut
Belut termasuk ikan air tawar dan payau, berbentuk memanjang mencapai 100 cm, hidup di dasar perairan tropis dan berlumpur, tersebar di perairan sungai dan lembah wilayah Asia (Sugono, dkk., 2008: 166). Berdasarkan penelitian ada 11 peribahasa nama binatang belut, berikut ini 11 peribahasa nama binatang belut. (109) Bagai belut dalam lumpur Karena kecerdikannya maka tidak mudah kena tipu orang (110) Bagai belut digetir ekor Orang yang sangat tangkas/serba cepat (111) Belut kena ranjau Orang yang licik atau licin tapi kena tipu juga (112) Licin bagai belut Tak pernah tertangkap karena sangat cerdik dan waspada (113) Seperti belut jatuh ke lumpur Seseorang yang telah pulang ke kampung halaman jangan harap akan kembali lagi (114) Menyukat belut Pekerjaan yang sia-sia atau tidak mungkin berhasil (115) Belut kena ranjau Orang yang licik (cerdik) sekali tertipu juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
(116) Belut pulang ke lumpur Kembali ke asalnya (117) Kena kecipak orang berbelut Terlibat dalam perkara orang lain (kena kecelakaan karena kesalahan orang lain) (118) Bagai si kudung pergi berbelut Pekerjaan sia-sia karena tidak berupaya melakukannya (119) Bagai belut diregang Orang tinggi kurus
2.2.11
Beruk
Beruk termasuk kera besar yang berekor pendek dan kecil, dapat diajar memetik buah kelapa (Sugono, dkk., 2008: 181). Berdasarkan penelitian ada enam peribahasa nama binatang beruk, berikut ini enam peribahasa nama binatang beruk. (120) Bagai beruk kena ipuh Menggeliat-geliat kesakitan (121) Anak dipangku dilepaskan, beruk dirimba disusukan Menyelesaikan urusan orang lain, sedangkan urusannya sendiri diabaikan/dilupakan (122) Di rumah beraja-raja, di rimba berberuk-beruk Berbuat sesuatu, hendaklah menurut keadaan tempatnya (123) Dirintang beruk berayun Asyik melihat sesuatu dengan menghabiskan waktu (124) Mabuk melihat beruk berayun Mengharapkan sesuatu yang tak mungkin bisa tercapai (125) Terambil muka beruk Maksud hendak memperoleh pujian, tetapi celaan yang didapat
2.2.12
Biawak
Biawak adalah binatang melata serupa dengan bengkarung besar, panjang seluruh tubuhnya kira-kira 2,5 m (dapat lebih), jenis Varamus dan banyak macamnya (Sugono, dkk., 2008: 186). Berdasarkan penelitian ada enam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
peribahasa nama binatang biawak, berikut ini enam peribahasa nama binatang biawak. (126) Biawak kudung masuk kampung Tersesat di daerah musuh (127) Lidah biawak Orang yang tidak mempunyai pendirian tetap (128) Mendukung biawak hidup Melakukan sesuatu (mempunyai anak-bini) yang sangat menyusahkan (129) Bila pula biawak duduk Hal yang mustahil (130) Bercabang bagai lidah biawak Orang palsu, lain hati lain bicara (131) Merendah terbang biawak Perempuan yang mempertontonkan diri kepada lelaki yang menginginkannya
2.2.13
Buaya
Buaya adalah binatang melata (reptilia) berdarah dingin bertubuh besar dan berkulit keras, bernapas dengan paru-paru, hidup di air (sungai, laut) (Sugono, dkk., 2008: 213). Berdasarkan penelitian ada lima peribahasa nama binatang buaya, berikut ini lima peribahasa nama binatang buaya. (132) Adakah buaya menolak bangkai Orang yang serakah dan tamak itu, tidak akan menolak keuntungan yang datang kepadanya, biarpun sedikit (133) Air yang tenang jangan disangka tidak berbuaya Orang yang pendiam jangan disangka orang yang baik-baik saja (134) Tak terlawan buaya menyelam air Orang kecil yang melawan orang yang besar, tidak akan bisa menang (135) Tak usah diajar anak buaya berenang ia sudah pandai juga Orang yang sudah tahu tak usah diajar (136) Buaya melangsar Pemuda yang mengintai-intai 2 gadis yang sedang menumbuk padi di muka rumahnya (Palembang) Melangsar: beringsut-ingsut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.14
31
Burung
Burung adalah binatang berkaki dua, bersayap dan berbulu, dan biasanya dapat terbang; unggas (Sugono, dkk., 2008: 228). Berdasarkan penelitian ada 17 peribahasa nama binatang burung, berikut ini 17 peribahasa nama binatang burung. (137) Bagai burung terbang di udara Kehidupan yang sangat bebas dan tidak ada yang mengganggu (138) Burung membadai di atas langit, merendah diharap jangan Barang yang belum sampai di tangan janganlah terlampau diharapkan (139) Burung tergenggam terlepas Barang yang telah ada di tangan tiba-tiba hilang (140) Dengarkan cerita burung, anak dipangku dilepaskan Karena mendengar pengaduan orang, kita tidak mempercayai sahabat atau kekasih kita (141) Lebih manusia karena akal, lebih burung karena sayap Segala sesuatu yang diciptakan Tuhan memiliki kelebihan masingmasing (142) Niat hati menggetah bayan, tergetah burung selindit Lain yang dimaksud atau diingini, lain pula yang didapat (143) Satu sangkar dua burung Dua orang perempuan sama-sama menghendaki seorang lelaki (144) Burung terbang dipipiskan lada Sudah bersedia untuk bersenang-senang dan sebagainya karena barang sesuatu yang belum lagi diperoleh (145) Kuat burung karena sayap Tiap-tiap orang ada kemampuannya atau kekuatannya (146) Burung gagak itu jikalau dimandikan dengan air mawar sekalipun, tiada akan menjadi putih warnanya Orang yang sudah bertabiat jahat tak dapat diperbaiki lagi (147) Burung yang liar jangan dilepaskan, kabar yang mustahil jangan didengarkan Jangan mempercayai kabar yang belum diketahui dengan sah kebenarannya (148) Harapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan Karena mengharapkan keuntungan besar yang belum tentu, keuntungan kecil yang pasti, dilepaskan (149) Ibarat burung, mata terlepas badan terkurung Walau terpelihara baik, tetapi tak mempunyai kebebasan (150) Ibarat burung, mulut manis jangan dipakai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Kata yang manis-manis selalu mengandung semu (orang bodoh mudah terpengaruh) (151) Laksana burung diam dalam sangkar Seseorang yang tidak bebas (152) Umpama burung, tumpang beramai kawan yang banyak Orang dagang itu tak tetap hatinya di negeri orang (153) Seperti telur burung Bentuk tumit wanita yang elok
2.2.15
Cacing
Cacing adalah binatang melata yang bertubuh kecil yang hidup dalam tanah, air, dsb (Sugono, dkk., 2008: 157). Berdasarkan penelitian ada enam peribahasa nama binatang cacing, berikut ini lima peribahasa nama binatang cacing. (154) Bagai minum air bercacing Mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak disukainya (155) Di mana tanah yang dingin, di sanalah banyak cacing Di tempat yang banyak mata pencaharian, maka banyak pula orang ke sana mencari rezekinya (156) Seperti cacing kepanasan Orang yang selalu gelisah, karena kehidupannya penuh dengan masalah (157) Cacing naik ke mata Kelakuan yang terlalu (158) Seperti melihat cacing Sangat benci dan jijik (159) Bagai cacing gila Ibarat perempuan yang tidak betah di rumah dan suka bertandang ke rumah orang lain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.16
33
Capung
Capung termasuk serangga bersayap dua pasang dan berbadan panjang (Sugono, dkk., 2008: 245). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang capung. Berikut ini peribahasa nama binatang capung. (160) Selama capung cebok Sebentar saja, pekerjaan yang lekas sekali selesai
2.2.17
Cecak
Cecak adalah binatang merayap, biasa hidup di rumah (pada langit-langit, di dekat lampu), makanannya binatang kecil (nyamuk dsb), sering berbunyi “cek, cek”; cicak (Sugono, dkk., 2008: 249). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang cecak. Berikut ini peribahasa nama binatang cecak. (161) Seperti cecak termakan kapur Orang yang mendapat malu dalam suatu majelis karena kesalahan perbuatannya
2.2.18
Elang
Elang termasuk burung buas yang mempunyai daya penglihatan tajam, paruhnya bengkok dan cengkeramannya kuat, menangkap mangsanya dengan menyambar; Accipitridae (Sugono, dkk., 2008: 362). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang elang. Berikut ini peribahasa nama binatang elang. (162) Seperti elang menyongsong ngina Kiasan seorang yang gagah perkasa dalam menerima tantangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.19
34
Enggang
Enggang termasuk burung besar anggota suku Bucerotidae, di atas paruhnya yang besar terdapat tonjolan menyerupai cula, makanannya buahbuahan, terutama buah beringin, juga serangga, kadal, cecak, ular, tikus, kelelawar, rangkok; Buceros rhinoceros (Sugono, dkk., 2008: 374). Berdasarkan penelitian ada empat peribahasa nama binatang enggang, berikut ini empat peribahasa nama binatang enggang. (163) Enggang lalu atah jatuh, anak raja mati ditimpanya Orang yang tak bersalah, dituduh melakukan kejahatan, karena ia kebetulan ia berada di tempat kejadian (164) Mendengarkan cakap enggang Mendengarkan bujukan musuh (165) Dengar cakap enggang, makan buah beluluk, dengar cakap orang, terjun masuk lubuk Pekerjaan bila tak dipikirkan sendiri masak-masak dan hanya dengar cakap orang akhirnya rugi atau gagal (166) Selama enggang mengeram Sangat lama
2.2.20
Gagak
Gagak termasuk burung yang berbulu hitam, bentuk badannya besar, pemakan bangkai, dan suaranya keras (Sugono, dkk., 2008: 404). Berdasarkan penelitian ada enam peribahasa nama binatang gagak, berikut ini enam peribahasa nama binatang gagak. (167) Bagai gagak menggonggong telur Suami istri yang tidak sepadan (168) Burung gagak itu walaupun dimandikan dengan air mawar sekalipun, tidaklah akan putih Orang yang jahat walau dinasehati seperti apapun, tetap tidak akan berubah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
(169) Selama air hilir, selama gagak hitam Kiasan terhadap sesuatu hal yang selama-lamanya, misalnya dendam yang terus menerus (170) Seperti burung gagak pulang ke benua Meskipun sudah pergi merantau (ke luar negeri) tetapi setelah sama saja halnya (171) Gagak lalu punggur rebah Orang yang mau menunjukkan kekuasaannya (berlaku tak adil kepada yang lemah) (172) Gagak gonggong telur Perempuan buruk berdandan bagus hanya menambah keburukan paras
2.2.21
Gajah
Gajah adalah binatang menyusui, berbelalai, bergading, berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih), berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan (terdapat di Asia dan Afrika) (Sugono, dkk., 2008: 405). Berdasarkan penelitian ada 22 peribahasa nama binatang gajah, berikut ini 22 peribahasa nama binatang gajah. (173) Akan menangkap gajah yang liar itu, hendaklah dengan gajah yang jinak jua Kalau kita mengharapkan keuntungan yang besar, hendaklah kita bermodal besar pula (174) Bangkai gajah tak dapat ditutup dengan nyiru Kejahatan yang besar sangat sulit untuk disembunyikan (175) Gajah mati karena gadingnya Perihal orang besar yang jatuh martabatnya karena membanggakan kebesarannya (176) Gajah mati tulang setimbun Jika orang besar atau raja meninggal, banyak meninggalkan harta atau pusakanya (177) Jika gajah jatuh ke telaga, melainkan gajah juga yang dapat mengambil dia Jika orang besar mendapat bahaya, hanya orang besar pulalah yang akan dapat menolongnya (178) Menangkap gajah yang liar itu dengan gajah pula Menagkap penjahat harus dengan penjahat pula (179) Seperti gajah masuk kampung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
Orang yang berkuasa dapat berbuat sekehendak hati di lingkungan orang yang lemah (180) Terdorong gajah karena besarnya Berbuat sesuatu yang kurang baik karena kekuasaannya (181) Gajah mati meninggalkan tulang Jasa baik seseorang yang telah mati, dikenang juga (182) Gajah seekor gembala dua Satu pekerjaan yang dikepalai dua orang (dipimpin dua orang) (183) Gajah lalu dibeli, kusa tidak terbeli Mengerjakan sesuatu yang penting, dengan melupakan hal-hal kecil yang sebenarnya sangat perlu untuk menyelesaikan sesuatu yang sangat penting itu (184) Seperti ditempuh gajah lalu Sesuatu yang tak dapat ditutup-tutup (disembunyikan) (185) Gajah turun di tengah rumah Sungkan (enggan) karena menerima tamu agung (186) Bangkai gajah bolehkah ditutup dengan nyiru seperti ditempuh gajah lalu Kejadian besar tak dapat disembunyikan (187) Seperti gajah putih ditambat Merugikan kita karena menanggung sengasara hidupnya (188) Seperti gajah rempong belalai Raja yang kehilangan kuasanya (189) Kasihan gajah berusung Orang besar-besar itu bila kehilangan kebesarannya masih banyak lebihnya, tetapi kita kasihan akan halnya; kasihan yang tak pada tempatnya= kasihan akan raja di atas usungan (190) Seperti gajah dengan sengkelanya Orang besar-besar pun ada juga mendapat kesusahan Sengkela : pasung kaki (191) Sedangkan gajah yang besar dan berkaki empat lagi terkandang terserondong dan jatuh tersungkur ke bumi Sedangkan orang besar-besar ada kalanya kehilangan kebesarannya, maka jangan sombong dan mengangkat-angkat diri (192) Tidakkah gajah dapat ke tangan manusia? _ampong yang tak mungkin, asal mau dan berani berusaha (193) Gajah masuk _ampong kalau kayu tak tumbang, rumput layu juga Kalau orang besar-besar masuk dusun sedikit banyak pasti ada kesusahan rakyat kecil (194) Gajah pengangkut lada Orang muda yang jadi suruh-suruhan (tak kenal lelah)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.22
37
Harimau
Harimau adalah binatang buas, pemakan daging, wujud seperti kucing besar (Sugono, dkk., 2008:484). Berdasarkan penelitian ada 21 peribahasa nama binatang harimau, berikut ini 21 peribahasa nama binatang harimau. (195) Bagai harimau beranak muda Orang yang galak dengan isterinya sendiri (196) Harimau ditakuti karena giginya Orang ditakuti karena kekuasaanya/kedudukannya (197) Harimau mati meninggalkan belang Orang-orang pandai jika mati meninggalkan jasa (198) Harimau memperlihatkan kuku Orang-orang besar memperlihatkan kebesarannya (199) Harimau terlompat karena belangnya Orang-orang besar itu adakalanya rusak binasa karena memegahkan kekuasannya (200) Harimau mati karena belangnya Mendapat kecelakaan karena menunjukkan keunggulannya (201) Harimau mengaum takkan menangkap Orang yang mengancam dengan perkataan keras-keras, biasanya tak sampai berbuat apa-apa (202) Harimau bertempik tak akan makan orang Orang marah berteriak-teriak biasanya tak sampai memukul (203) Anak harimau diajar makan daging Orang yang lalim digalakkan membunuh (204) Harimau menyurukkan kuku Menyembunyikan pengetahuannya (205) Jangan diajar anak harimau makan daging Anak raja-raja jangan diajar merajalela, bila terbiasa kelak rakyat yang akan celaka (206) Mulut harimau mengerkah kepalanya sendiri Berhati-hati dalam berkata agar tidak dapat mendapatkan kesusahan di keudian hari (207) Mulut kamu, harimau kamu, merekah batu kepalamu Keselamatan dan harga diri seseorang bergantung pada dirinya sendiri (208) Mengajar anak harimau Mengajar anak orang terpelajar lekas pandai (209) Menggendangkan anak harimau Memelihara musuh hingga akhirnya merugikan kita (210) Kecil-kecil anak harimau Anak bangsawan disegani orang walau sewaktu kecil pun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
(211) Seperti harimau menyembunyikan kuku Orang pandai seringkali tidak memamerkan kepandaiannya (212) Seperti harimau menunjukkan belangnya Harimau menyurukkan kuku Kelakuan dan perkataannya menunjukkan baik/buruknya (213) Sudah masuk ke mulut harimau Sudah pasti binasa (214) Siapa berani menangkap harimau? Orang kuasa ditakuti orang banyak (215) Tak akan harimau memakan anaknya sendiri Tidak ada orang tua yang hendak mencelakakan anaknya
2.2.23
Ikan
Ikan adalah binatang bertulang belakang yang hidup di air, berdarah dingin, umumnya bernapas dengan insang, tubuhnya biasanya bersisik, bergerak dan menjaga keseimbangan badannya dengan menggunakan sirip (Sugono, dkk., 2008: 518). Berdasarkan penelitian ada 30 peribahasa nama binatang ikan, berikut ini 30 peribahasa nama binatang ikan. (216) Ada air ada ikan Perihal keyakinan seseorang terhadap sesuatu (217) Air jernih ikannya jinak Negeri yang aman pasti rakyatnya akan hidup tentram dan bahagia (218) Bagai ikan keluar dari air Diibaratkan kepada seseorang yang hidupnya selalu gelisah, cemas dan merasa ketakutan (219) Ikan terkilat jala tiba Selalu awas dan tidak menyia-nyiakan waktu yang akan mendatangkan keuntungan (220) Ikan yang diam di dalam tujuh lautan sekalipun, masuk juga ke dalam pukat Walau bagaimanapun kepandaian seseorang, kadang-kadang akan berbuat kesalahan juga (221) Kelebihan ikan karena sirip, kelebihan manusia karena akal Masing-masing mempunyai kelebihan (222) Mati ikan karena umpan, mati saya karena budi Orang bisa celaka karena tingkah lakunya sendiri yang kurang baik (223) Seperti ikan dalam belat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
Orang yang selalu dikekang, kemanapun pergi terhalang (224) Seperti ikan kena tuba Orang sekampung terkena penyakit secara bersamaan (225) Terkena pada ikan, bersorak, terkena pada batang, masam Bersahabat jika sedang mendapatkan keuntungan saja (226) Umpan habis ikan tak dapat Melakukan sesuatu yang hanya mendatangkan kerugian saja (227) Ikan belum dapat, airnya sudah keruh Pekerjaan yang tidak bijaksana (keadaan memburuk sebelum pekerjaan selesai) (228) Ikan biar dapat serampang jangan pukah Pekerjaan yang dikerjakan supaya berfaedah hingga jirih payah tak hilang percuma (229) Ikan di laut, asam di gunung, bertemu dalam belanga Biar berjauhan, kalau jodoh akan menjadi suami-isteri juga (230) Ikan lagi di laut, lada garam sudah di sengkalan Bersiap-siap mengecap hasil pekerjaan yang belum pasti berhasil (231) Ikan seekor rusakkan ikan setajau Sebab yang sedikit, rusak habis yang banyak Tajau : belanga (232) Ikan sekambu rusak oleh ikan seekor Sebab yang sedikit, rusak habis yang banyak Kambu : bakul (233) Anak-anak ikan kecil menjadi makanan ikan besar Orang kecil selalu di bawah perintah orang besar (234) Dituba sajakah ikan dijala, _arring bukankah ikan? Pada orang yang tidak malu, sama saja bernikah atau berjahat (235) Jangan disangka ikan lais-lais tiada menyengat Jangan dianggap ringan orang yang lemah, ada kalanya ia menyusahkan orang kuat (236) Seperti ikan pulang ke lubuk Orang yang balik ke tempat asalnya sulit untuk berdagang lagi (237) Terkilat ikan di dalam air aku sudah tahu jantan betinanya Orang bijaksana dapat mengetahui maksud (dangkal dalamnya ilmu) seseorang dari gerak-geriknya (238) Tersaukkan ikan suka, tersaukkan batang, masam Bersuka ria bila dapat untung, tetapi lekas marah bila rugi (239) Walau ikan yang diam di dalam tujuh lautan sekalipun, termasuk ke dalam pukat juga Sekuat-kuat manusia ada kalanya silap juga (240) Seperti ikan dalam air Merasa senang sekali (241) Kuat ikan karena radai Tiap orang memiliki kekuatan diri (242) Hilang ikan dalam kerabu, hilang kilat dalam kilau Sesuatu yang sudah jadi biasa, tak penting lagi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
(243) Tertangkap pada ikan kalang Bersaing dengan orang yang lebih berani, kaya, dan kuat (244) Ikan di laut dipipiskan lada Rezeki yang belum diperoleh, sudah dipastikan (245) Seperti ikan dalam belanga Keuntungan yang sudah pasti, tak akan lepas lagi
2.2.24
Itik
Itik termasuk unggas yang hidupnya di darat, pandai berenang, badannya seperti angsa, tetapi lebih kecil, termasuk binatang piaraan (Sugono, dkk., 2008: 553). Berdasarkan penelitian ada delapan peribahasa nama binatang itik, berikut ini delapan peribahasa nama binatang itik. (246) Bagai itik pulang petang Sangat lamban dalam mengerjakan sesuatu (247) Itik berenang di air, mati kehausan Meskipun memiliki pangkat yang tinggi dan harta yang banyak, ia selalu mengalami kesusahan (248) Seperti itik mendengar guntur Orang yang mengharapkan keuntungan yang belum tentu diperolehnya (249) Tak tersudu oleh itik Perkataan orang tidak layak didengar sebab terlampau kasar dan ceroboh (250) Tak usah itik diajar berenang Tidak ada gunanya kita mengajari orang yang sudah pandai/tahu (251) Itik bertaji Orang sangat penakut tetapi sombong (252) Bagai itik berebutkan tembolok Pembantahan karena sebab yang terlampau kecil (253) Tak ada itik yang bertengger Perkara mustahil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.25
41
Kambing
Kambing adalah binatang pemamah biak dan pemakan rumput (daundaunan), berkuku genap, tanduknya bergerongga, biasanya dipelihara sebagai binatang ternak untuk diambil daging, susu, kadang-kadang bulunya (Sugono, dkk., 2008: 612). Berdasarkan penelitian ada 14 peribahasa nama binatang kambing, berikut ini 14 peribahasa nama binatang kambing. (254) Bagai kambing dalam biduk Orang yang takut dengan sesuatu, tetapi tidak dapat menyelamatkan diri (255) Kambing diparak, panjang janggutnya; orang tak hendak, banyak sebutnya Karena tidak suka, alasanpun dicari-cari (berdalih) untuk melepaskan diri (256) Seperti kambing dikuliti hidup-hidup Menderita sakit yang sangat parah (257) Seperti kambing harga tiga kupang Orang kecil yang baru berkuasa biasanya membanggakan kekuasaannya (258) Bagai kambing harga dua kupang Kekanak-kanakan tingkah lakunya (259) Bagai kambing diseret ke air Malas dan enggan kalau disuruh melakukan sesuatu (260) Bagai kambing dijunjung Teriak seorang penakut (261) Bagai kambing lepas ke parak Dapat memilih apa saja di tempat yang mewah (262) Menanti pelir kambing terputus Menantikan sesuatu yang mustahil (263) Umpama kambing kecil merentak tidak memutus tali, berantuk tidak melambung bumi Orang enteng karena tak berkuasa apa-apa jadi tak dapat menolong (264) Kambing keramat Orang yang ditakuti dan bebas bertindak sekehendak hati (265) Bagai kambing menanduk bukit Pekerjaan sia-sia, malah mendatangkan rugi (266) Hari hujan kambing lari Perkara yang telah putus; tak ada kelanjutannya lagi (267) Kambing hitam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
Orang/kelompok yang dicurigai dan dijadikan sumber kesusahan oleh masyarakat
2.2.26
Katak
Katak adalah binatang amfibi pemakan serangga yang hidup di air tawar atau di daratan, berkulit licin, berwarna hijau atau merah kecokelat-cokelatan, kaki belakang lebih panjang daripada kaki depan, pandai melompat dan berenang (Sugono, dkk., 2008: 634). Berdasarkan penelitian ada sembilan peribahasa nama binatang katak, berikut ini sembilan peribahasa nama binatang katak. (268) Bagaimana hari takkan hujan, katak betung dalam telaga berteriak selalu Kalau selalu berusaha, lambat laun tentu akan berhasil juga (269) Di mana kubangan yang tidak berkatak? Tiap-tiap tempat itu ada kekurangan atau celanya (270) Ilmu katak, apabila teringat melompat Kerja yang tergopoh-gopoh, tanpa dipikirkan terlebih dahulu (271) Katak ditimpa kemarau Sangat ramai memperbincangkan sesuatu (272) Laksana katak, sedikit hujan banyak main Orang yang suka membesar-besarkan masalah (273) Seperti katak dalam tempurung Orang mempunyai sedikit pengetahuan (274) Alim bagai katak di tepi air Kaya ilmu tapi tak mendapat faedah dari ilmunya (275) Terkilap-kilap bagai katak tersemburi Diam saja dalam suatu pembicaraan/perbincangan (276) Tiada akan licin katak puru, jika senantiasa berhujan sekalipun Orang jelek jika memakai perhiasan pun tak jadi elok
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.27
43
Keledai
Keledai adalah binatang berkuku satu, mirip kuda kecil, bertelinga panjang dengan ekor yang hanya pada ujungnya berbulu (Sugono, dkk., 2008: 653). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang keledai. Berikut ini peribahasa nama binatang keledai. (277) Seperti keledai Bodoh _ank eras kepala
2.2.28
Kepiting
Kepiting termasuk ketam yang hidup di pantai, berkaki sepuluh, dua diantaranya berupa supit yang tajam, punggungnya keras berwarna hijau kehitamhitaman selebar telapak tangan, dapat dimakan (Sugono, dkk., 2008: 672). Berdasarkan penelitian ada tiga peribahasa nama binatang kepiting, berikut ini tiga peribahasa nama binatang kepiting. (278) Sebagai kepiting batu Sangat kikir (279) Macam kepiting jalan Orang berjalan miring karena cacat pada tubuh (280) Seperti kepiting tidak tahu bungkuknya Orang yang tidak tahu akan cacatnya, tidak sadar akan kebodohan dan kekurangannya
2.2.29
Kera
Kera adalah binatang menyusui (yang tergolong paling sempurna), bentuk tubuhnya mirip manusia, berbulu pada seluruh tubuhnya, memiliki otak yang relative lebih besar dan lebih cerdas daripada hewan lain, termasuk hewan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
pemakan buah, biji-bijian, dan sebagainya (Sugono, dkk., 2008: 673). Berdasarkan penelitian ada sepuluh peribahasa nama binatang kera, berikut ini sepuluh peribahasa nama binatang kera. (281) Anak di rimba dilepaskan, kera di hutan disusui Urusan orang lain dikerjakan, urusan sendiri diabaikan (282) Laksana kera dapat bunga Orang yang tidak bisa menghargai sesuatu karena tidak mengerti (283) Kera menegurkan tahinya Membukakan kehinaan sendiri (284) Sebagai kera dapat canggung Merapatkan dirinya kepada orang yang telah memberi pertolongan (285) Memberi barang kepada tangan kera Mempercayai orang (dengan pekerjaan) yang tak dapat dilaksanakannya (286) Seperti kera sumbang Orang yang takut bergaul dengan khalayak ramai (287) Seperti kera bercukur Orang bodoh memakai perkakas yang sulit akhirnya celaka (288) Macam kera kelaparan Berkomat-kamit tanpa suara dan _aka da yang dimakan (untuk orang tua) (289) Seperti kera kasih akan anaknya Kasih yang sempit (mengepit anaknya kemana-mana), akhirnya merugikan anaknya sendiri (290) Genggam kera Keras sekali, tak dapat dilepas
2.2.30
Kerbau
Kerbau adalah binatang memamah biak yang diternakkan untuk diambil dagingnya atau untuk dipekerjakan (membajak, menarik pedati), rupanya seperti lembu dan agak besar, tanduknya panjang, suka berkubang, umumnya berbulu kelabu kehitam-hitaman (Sugono, dkk., 2008: 677). Berdasarkan penelitian ada 26 peribahasa nama binatang kerbau, berikut ini 26 peribahasa nama binatang kerbau.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
(291) Bagai kerbau menarik dokar Meletakkan sesuatu yang tidak pada tempatnya, sehingga tampak janggal (292) Baru dapat gading berubah, terbuang tanduk kerbau mati Karena ada teman baru, teman lama tidak dipedulikan lagi (293) Bermain-main dengan kerbau, dilontarnya muka dengan ekor Dalam bergaul kita harus berhati-hati, karena pergaulan yang bebas dapat menjerumuskan kita (294) Ditanduk kerbau badul Ditipu oleh orang yang bodoh (295) Emas berpeti, kerbau berkandang Meskipun banyak uang kita harus tetap berhemat dan menjaga harta kita dengan baik (296) Jika kerbau dipegang talinya, manusia dipegang mulutnya Manusia itu harus bertanggung jawab atas segala perkataannya, karena yang dipegang atau dipercaya adalah perkataannya (297) Kerbau dipegang talinya, manusia dipegang mulutnya Perihal menepati janji atas apa yang pernah diucapkan (298) Seperti kerbau dicocok hidungnya Seseorang yang karena kebodohannya mau saja menuruti perintah orang lain, meskipun akan menyusahkan diri (299) Seperti kerbau terjepit leher, dihela tanduk panjang, dilakukan badaan sudah besar Suatu pekerjaan yang disangka baik, tetapi tidak sesuai dengan harapannya (300) Takkan rintang kerbau oleh tanduknya Orang bijaksana itu tidak akan terganggu oleh pekerjaannya yang banyak (301) Terbeli kerbau bertuntun Tertipu atau terkecoh karena tidak dilihat atau diteliti terlebih dahulu (302) Kerbau runcing tanduk Orang yang telah terkenal kejahatannya (303) Kerbau sekawan boleh dikandang, manusia seorang tiada terkawal Sulitnya menjaga gadis supaya tak tercemar nama baiknya (304) Bagai kerbau terkejut oleh gong Tercengang keheranan (305) Bagai telonjak kerbau rampung Orang bodoh dan sombong tak sadar diperbodohkan orang (306) Bagai melulutkan jebat pada kerbau Pemberian yang tak pada tempatnya (307) Jangan buat kerbau tanduk panjang Jangan mencampuri perkara orang lain (308) Laksana kerbau, di mana rumput hijau di sana terkam Orang yang melupakan bahaya bila menemukan sesuatu yang digemarinya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
(309) Mencongak rupa kerbau jantan kemudian Lelaki yang berjalan di belakang isterinya (310) Menghambat kerbau berlabuh Menghalang perbuatan orang yang akan mendatangkan kesenangan baginya (311) Seekor kerbau berkubang, sekandang kena loloknya Seorang yang melakukan kesalahan, semuanya terlibat sama (312) Seperti kerbau menanduk anak dengan kaparan tanduk, bukan dengan hujungnya Menghukum anak untuk memperbaikinya bukan untuk menyiksa (313) Terambu kerbau karena rumput muda Orang yang lekas tergoda oleh kecantikan perempuan muda (314) Berkerbau seperempat ekor, berkandang sebagai orang Orang miskin berlagak seperti orang kaya (315) Hidup berkerbau-kerbau saja Hidup bersama sebagai suami-isteri tanpa nikah (316) Membeli kerbau di ading Tertipu, membeli sesuatu tanpa melihat barangnya
2.2.31
Kerong
Kerong termasuk ikan laut, payau, atau air tawar, ukurannya mencapai 36 cm, hidup di dasar perairan tropis dengan kedalaman 20-350 m (Sugono, dkk., 2008: 683). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang kerong, berikut ini peribahasa nama binatang kerong. (317) Habis umpan, kerong-kerong tak dapat Telah banyak uang dibelanjakan karena mengharap laba yang besar, tetapi ternyata tak ada hasilnya
2.2.32
Kijang
Kijang adalah binatang menyusui, sebangsa rusa kecil, cepat larinya, dan bertanduk pendek (Sugono, dkk., 2008: 696). Berdasarkan penelitian ada lima peribahasa nama binatang kijang, berikut ini lima peribahasa nama binatang kijang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
(318) Dapat kijang teruit Seseorang yang mendapat keuntungan dengan tidak perlu bersusah payah (319) Kijang itu walau dirantai dengan rantai emas sekalipun, kalau lepas lari juga ke hutan Perantau itu walau bagaimanapun senangnya di negeri orang, jika ada kesempatan ingin juga ia pulang ke negeri asalnya (320) Seperti kijang masuk kampung Terbengong-bengong melihat sesuatu yang belum pernah dilihat (321) Walau kijang dirantai dengan rantai emas sekalipun, jika lepas larinya ke hutan jua Betapapun senangnya di negeri orang, negeri sendiri tidak akan pernah dilupa (322) Seperti kijang lepas ke rimba Pulang ke asalnya, sukar dicari
2.2.33
Kodok
Kodok termasuk katak, yakni binatang amfibi pemakan serangga yang hidup di air tawar atau di daratan, berkulit licin, berwarna hijau atau merah kecokelat-cokelatan, kaki belakang lebih panjang daripada kaki depan, pandai melompat dan berenang (Sugono, dkk., 2008: 711). Berdasarkan penelitian ada lima peribahasa nama binatang kodok, berikut ini lima peribahasa nama binatang kodok. (323) Seperti kodok dapat bunga sekuntum Orang yang tidak dapat mengambil keuntungan dari barang yang sebenarnya sangat bermanfaat (324) Seperti kodok merindukan bulan Sesuatu yang mustahil bisa terjadi (325) Tak ada kubangan yang tidak berkodok Setiap orang pasti ada cacat dan kekurangannya (326) Tertungging bagai kodok dalam lubang Seseorang yang sangat miskin dan hidup menderita (327) Seperti kodok ditimpa kemarau Berkeluh kesah tak karuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.34
48
Kucing
Kucing adalah binatang mamalia pemakan daging termasuk suku Felidae, berukuran kecil sampai sedang,cakar berbentuk arit, dapat keluar masuk kantong jari-jarinya, bermata sangat tajam, mempunyai perilaku kewilayahan yang sangat kuat (Sugono, dkk., 2008: 784). Berdasarkan penelitian ada 19 peribahasa nama binatang kucing, berikut ini 19 peribahasa nama binatang kucing. (328) Bagai kucing dibawakan lidi Hal seseorang yang sangat takut, karena membuat suatu kesalahan (329) Bagai kucing kehilangan anak Seseorang yang sangat gelisah karena berpisah dengan seseorang yang sangat dicintainya (330) Bagai mengail kucing hanyut Melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat dan sia-sia (331) Biarpun kucing pergi, pulangnya mengeong juga Sifat seseorang tidak akan berubah, meskipun ia pergi kemanapun (332) Memukul kucing di dapur Menyakiti keluarga sendiri (333) Menjual kucing dalam karung Menipu orang untuk mendapatkan keuntungan (334) Seperti kucing tidur di lantai Sudah tidak kekurangan lagi (335) Menantikan kucing bertanduk Menantikan sesuatu yang mustahil (336) Bagai kucing lepas senja Sukar dicari, merasa senang (337) Bagai kucing dengan panggang Laki dan perempuan yang selalu dekat akhirnya terjadi jua hal yang kurang baik (338) Bagai kucing main daun Kehebatan seseorang (pahlawan) (339) Bagai kucing menjemput api Yang diusahakan tidak berhasil sedang alatnya malah hilang (340) Bagai kucing takut akan balur Hidup senang dan mewah (341) Berburu kucing di dapur Laki perempuan kumpul tanpa nikah (342) Seperti kucing berarakkan rambut Keluh-kesah karena kesakitan, atau gelisah karena kesusahan (343) Seperti kucing biang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Berkeluh kesah (344) Seperti kucing di atas tampuk Mempunyai dua tugas, dan tak tahu mana yang harus diprioritaskan (345) Terkejar-kejar bagai kucing jatuh anak Tergopoh-gopoh karena kesusahan (346) Dinanti sampai kucing bertanduk pun tak akan tiba Sia-sia
2.2.35
Kuda
Kuda adalah binatang menyusui, berkuku satu, biasa dipiara orang sebagai kendaraan (tunggangan, angkutan) atau penarik kendaraan tersebut (Sugono, dkk., 2008: 784). Berdasarkan penelitian ada sembilan peribahasa nama binatang kuda, berikut ini sembilan peribahasa nama binatang kuda. (347) Minta tanduk kepada kuda Menghendaki sesuatu yang mustahil di dapat (348) Berbalik-balik bagai kuda tercirit Masalah yang sudah terselesaikan tetapi timbul kembali (349) Rumput mencari kuda Yang dibutuhkan mencari yang butuh (350) Seperti kuda lepas dari pingitan Orang yang sangat bahagia karena terlepas dari masalah (351) Tidak ada gunanya mencambuk kuda mati Adalah sia-sia dan buang-buang waktu apabila kita bertengkar mengenai hal yang sudah terjadi (352) Anak kuda bulu kasap Anak muda yang riang gembira (353) Bak rasa kuda pula kukuran Orang miskin yang berlagak seperti orang kaya (354) Kuda pelajang bukit Orang muda yang jadi suruh-suruhan (tak kenal lelah) (355) Jadi bapak kuda Lelaki yang suka kawin di mana-mana, dan bersenang-senang di rumah isteri, tak mau mencari nafkah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.36
50
Kuman
Kuman adalah binatang yang amat kecil yang menyebabkan penyakit kudis (Sugono, dkk.,2008: 755). Berdasarkan penelitian ada tiga peribahasa nama binatang kuman, berikut ini tiga peribahasa nama binatang kuman. (356) Kuman menjadi barah (pekung) Perkara kecil menjadi besar, karena dibiarkan (357) Matilah kuman kena pelantik sekalian alam limpah darahnya Orang kebanyakan kawin dengan orang bangsawan, menjadi buah mulut orang (358) Mencungkil kuman dengan alu Membuat pekerjaan sia-sia
2.2.37
Kumbang
Kumbang termasuk serangga yang besar dan hitam berkilap warnanya, serangga yang berkepak dua pasang, kepak depan menebal keras menutupi tubuhnya, kepak belakang tipis (Sugono, dkk., 2008: 755). Berdasarkan penelitian ada tujuh peribahasa nama binatang kumbang, berikut ini tujuh peribahasa nama binatang kumbang. (359) Bunga layu kumbang berlalu Sudah tidak bisa dipakai/digunakan lagi, maka ditinggalkan (360) Di mana bunga yang kembang, di situlah banyak kumbang Di mana banyak wanita cantik, maka di sana banyak pula laki-laki (361) Ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak berurat, di tengah-tengah digerak kumbang Perihal seseorang yang tidak berwibawa baik kepada keluarga yang di bawah maupun yang di atasnya, yang disebabkan oleh pribadi tersebut tidak mampu mengatur dirinya sendiri (362) Kumbang tidak seekor, bunga tidak sekaki Kiasan bahwa tidak hanya satu orang laki atau perempuan di dunia ini, masih banyak yang bisa dijadikan pasangan hidup (363) Nyanyian seperti kumbang dicolok Nyanyian buruk dan menyakitkan telinga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(364) Kumbang melilit gedung Orang yang bersiul-siul mengelilingi disayanginya (365) Kumbang terbang bunga pun layu Bila ditinggalkan kekasih lalu kuyu
2.2.38
rumah
gadis
51
yang
Kura-Kura
Kura-kura adalah binatang melata berkaki empat, punggungnya berkulit keras, hidup di air dan di darat (Sugono, dkk., 2008: 760). Berdasarkan penelitian ada lima peribahasa nama binatang kura-kura, berikut ini lima peribahasa nama binatang kura-kura. (366) Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu Bertanya tentang sesuatu yang sudah diketahuinya. (367) Kura-kura hendak memanjat kayu Sesuatu yang mustahil tercapai (terjadi dan sebagainya). (368) Seperti kura-kura hendak memanjat pohon Hendak melakukan sesuatu yang mustahil dapat dilaksanakannya (369) Kura-kura pandai kerabat kayu Mustahil, di hari kemudian yang mustahil _ating (370) Kura-kura tiada basah kakinya Mendapat untung tanpa bersusah payah
2.2.39
Kutu
Kutu termasuk serangga parasit tidak bersayap yang menghisap darah binatang atau manusia (Sugono, dkk., 2008: 765). Berdasarkan penelitian ada lima peribahasa nama binatang kutu, berikut ini lima peribahasa nama binatang kutu. (371) Di mana kutu makan kalau tidak di kepala Sudah sewajarnya jika seorang anak meminta kepada orang tuanya, orang miskin meminta pada yang kaya, orang yang bodoh bertanya pada yang pintar (372) Mencari kutu dalam injuk Mengerjakan pekerjaan yang sangat sulit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
(373) Sudah mati kutunya Sudah hilang kekuatannya (tidak berbuat apa-apa lagi) (374) Pantang kutu dicukur pantang manusia dihinakan Tiap orang mempunyai harga diri (375) Ibarat kutu boleh diselisik Kesalahan atau tipu walau disembunyikan akhirnya akan diketahui orang
2.2.40
Laba-laba atau Labah-Labah
Laba-laba atau labah-labah adalah binatang berkaki delapan, berwarna abu-abu kehitam-hitaman, menjalin jaring benang sutra dari perutnya yang berfungsi sebagai perangkap mangsa (Sugono, dkk., 2008: 767). Berdasarkan penelitian ada enam peribahasa nama binatang laba-laba atau labah-labah, berikut ini enam peribahasa nama binatang laba-laba atau labah-labah. (376) Masuk ke sarang laba-laba Masuk ke perangkap musuh (377) Akal labah-labah di gua buruk suka merakut Orang jahat yang suka menipu orang (378) Seperti labah-labah cinta kepada telurnya Cinta yang mendalam sekali (379) Sebesar labah-labah Orang lemah yang panjang akal (380) Laksana labah-labah membuat sarang Pekerjaan yang sulit tapi hasilnya rapuh (381) Berkelahi seperti labah-labah dalam gelas Dasyat dan di tempat yang sempit, berusaha saling menewaskan
2.2.41
Lalat
Lalat termasuk serangga kecil berasal dari bernga, dapat terbang, berwarna hitam, suka hinggap pada barang yang busuk (bangkai, kotoran, dbs) dan dapat menyebarkan penyakit (Sugono, dkk., 2008: 777). Berdasarkan penelitian ada tiga peribahasa nama binatang lalat, berikut ini tiga peribahasa nama binatang lalat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
(382) Bagai lalat mencari puru Membuat pekerjaan terlalu tergesa-gesa, atau terlalu rakus mengejar keuntungan (383) Seperti lalat buta Berpusing-pusing tak tentu arah (384) Belum terbang lalat Pagi buta
2.2.42
Langau
Langau termasuk lalat besar yang suka menghisap darah hewan, seperti kuda, lembu (Sugono, dkk., 2008: 783). Berdasarkan penelitian ada tiga peribahasa nama binatang langau, berikut ini tiga peribahasa nama binatang langau. (385) Masuk langau ke mulutnya Teralu heran hingga mulut ternganga (386) Diratapi langau hijau Nasib malang seorang saudagar mati di negeri orang, tak ada yang menangisi kecuali lalat hijau (387) Hinggap bak langau titik bak hujan Sesuatu yang terjadi dengan tiba-tiba
2.2.43
Lebah
Lebah termasuk serangga penyengat, bersayap empat dan hidup dari madu kembang (Sugono, dkk., 2008: 800). Berdasarkan penelitian ada dua peribahasa nama binatang lebah, berikut ini dua peribahasa nama binatang lebah. (388) Seperti lebah, mulut membawa madu, pantat membawa sengat Berwajah rupawan, namun punya sifat yang sangat sombong (389) Dagu bagai lebah bergantung Amat elok
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.44
54
Lembu
Lembu termasuk sapi; binatang pemamah biak, bertanduk, berkuku genap, berkaki empat, bertubuh besar, dipiara untuk diambil daging dan susunya (Sugono, dkk., 2008: 810 dan 1225). Berdasarkan penelitian ada enam peribahasa nama binatang lembu, berikut ini enam peribahasa nama binatang lembu. (390) Lembu dogol jangan dibalun Orang yang tidak melawan jangan diusik, jika melawan ia sungguh-sungguh (391) Lembu tanduk panjang, tidak menanduk pun dikata orang menanduk juga Orang yang sudah terkenal jahatnya (392) Laksana lembu dogol tak boleh ditanduk hanya disondol a) Orang yang suka menggertak tapi tak berdaya b) Melawan dengan sekuatnya dalam perkelahian (393) Laksana lembu kasi Badan besar, tetapi hati penakut Kasi= kebiri (sudah dimandulkan) (394) Menghela lembu dengan talinya, menghela manusia dengan akalnya Manusia harus diperlakukan dengan lemah lembut (395) Lembu dongkol hendak menyondol Mengancam tapi tak kuat menanduk
2.2.45
Merak
Merak termasuk burung besar yang kepalanya kecil, leher dan kakinya panjang, sayapnya pendek, yang jantan mempunyai ekor lebih panjang daripada yang betina, bulu ekornya indah dihiasi dengan lingkaran-lingkaran hijau biru dan apabila dibentangkan menyerupai bentuk kipas atau setengah lingkaran (Sugono, dkk., 2008: 903). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang merak, berikut ini peribahasa nama binatang merak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
(396) Apa gunanya merak mengigal dalam hutan Tak ada gunanya seseorang mempertontonkan kecantikkannya di tempat yang sunyi dan tidak dilihat orang
2.2.46
Merpati
Merpati termasuk burung, termasuk bangsa Columbiformes, seperti tekukur,
perkutut,
dalam
kepercayaan
dan
kebudayaan
melambangkan
perdamaian; burung dara (Sugono, dkk., 2008: 906). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang merpati, berikut ini peribahasa nama binatang merpati. (397) Jinak-jinak merpati Kelihatannya mau tetapi setelah didekati malah lari
2.2.47
Monyet
Monyet termasuk kera yang bulunya berwarna keabu-abuan dan berekor panjang, tetapi kulit muka, telapak tangan, dan telapak kakinya tidak berbulu (Sugono, dkk., 2008: 929). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang monyet, berikut ini peribahasa nama binatang monyet. (398) Monyet mendapat bunga, akankah ia tahu akan faedah bunga itu, melainkan dioyak-koyaknya lalu dibuang ke tanah Tidak tahu menghargai sesuatu barang yang berharga
2.2.48
Musang
Musang adalah binatang menyusui suku Viverrividae, bentuknya mirip kucing, bertungkai pendek, tetapi badannya lebih besar, warna bulunya dari abuabu sampai abu-abu kehitam-hitaman, ekornya panjang, biasa keluar malam untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
mencari makan, terutama buah-buahan atau ayam (Sugono, dkk., 2008: 942). Berdasarkan penelitian ada empat peribahasa nama binatang musang, berikut ini empat peribahasa nama binatang musang. (399) Dimana kayu bengkok, di sana musang meniti Di tempat yang tidak terjaga, di situlah pencuri akan melakukan kejahatannya (400) Kelakuannya seperti musang, siang tidur malam berjaga Perihal orang jahat yang melakukan pekerjaannya dengan sembunyi-sembunyi (401) Musang terjun lantai terjungkat Ada tanda-tanda kejahatan yang telah diperbuat (402) Hidup seperti musang Hidup seorang penjahat: siang tak kelihatan malam merayap mencari mangsa
2.2.49
Nyamuk
Nyamuk termasuk serangga kecil bersayap, yang betina memiliki sepasang sungut yang dipakai sebagai penghisap darah (manusia dan binatang), bertelur di air yang tergenang (Sugono, dkk., 2008: 971). Berdasarkan penelitian ada dua peribahasa nama binatang nyamuk, berikut ini dua peribahasa nama binatang nyamuk. (403) Nyamuk mati, gatal tak lepas Perihal seseorang yang tetap menyimpan rasa dendam kepada orang yang telah menyakitinya meskipun orang tersebut sudah mendapatkan hukumannya; dendam yang tak berkesudahan (404) Menepak nyamuk menjadi daki Melawan orang lemah tidak akan mendapat nama baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.50
57
Pelanduk
Pelanduk termasuk kijang kecil; kancil (Sugono, dkk., 2008: 1039). Berdasarkan penelitian ada tiga peribahasa nama binatang pelanduk, berikut ini tiga peribahasa nama binatang pelanduk. (405) Pelanduk melupakan jerat, tetapi jerat tidak melupakan pelanduk Seseorang yang melupakan bahaya yang masih mengintainya (406) Bagai pelanduk di dalam carang Gelisah karena ketakutan (407) Seperti pelanduk terlepas dari jerat Terlepas dari sengsara
2.2.51
Pipit
Pipit termasuk burung kecil (banyak macamnya seperti pipit rumah, pipit uban) (Sugono, dkk., 2008: 1080). Berdasarkan penelitian ada tujuh peribahasa nama binatang pipit, berikut ini tujuh peribahasa nama binatang pipit. (408) Bagai betung bulat tak bersegi, pipit jantan tak bersarang Tiada berkampung halaman dan tidak berumah tangga tetap, selalu mengembara (409) Betang bulat tak bersegi, pipit jantan tak bersarang Pergi kemanapun tidak ada yang melarang (410) Menangis pipit inginkan jagung, tidak harus makanan sendiri Perihal orang yang miskin hendak mempersunting orang yang kaya (411) Seperti pipit makan jagung Kiasan kepada orang kecil yang hendak menyamai perilaku orang besar (412) Pipit pekak makan berhujan Amat rajin dalam pekerjaan tidak peduli akan bahaya yang hendak menimpanya (413) Pipit yang makan padi merbah terbawa rendong Orang lain yang mendapat kesenangan, orang lain yang harus bertanggung jawab (414) Pipit jantan tidak bersarang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Anak laki-laki tidak perlu dibuatkan rumah, dia boleh pergi kemana-mana, tetapi anak perempuan harus dibuatkan (adat Minang)
2.2.52
Rusa
Rusa adalah binatang menyusui, pemakan tanaman, termasuk famili Carvidae, tanduknya panjang dan becabang-cabang, bulunya berwarna cokelat tua dan bergaris-garis (bintik-bintik putih), (Sugono, dkk., 2008: 1193). Berdasarkan penelitian ada empat peribahasa nama binatang rusa, berikut ini empat peribahasa nama binatang rusa. (415) Rusa masih di hutan, kancah sudah dijerangkan Seseorang yang telah membuat sesuatu rencana dari keuntungan yang belum tentu diperolehnya (416) Seperti rusa masuk kampung Perihal orang yang keheranan melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya (417) Mati rusa karena tanduknya Celaka karena sesuatu yang menjadi kemegahannya (418) Tak akan rintang rusa oleh tanduknya Orang cakap tidak akan terhambat melakukan pekerjaannya
2.2.53
Sapi
Sapi adalah binatang pemamah biak, bertanduk, berkuku genap, berkaki empat, bertubuh besar, dipiara untu diambil daging dan susunya (Sugono, dkk., 2008: 1225). Berdasarkan penelitian ada dua peribahasa nama binatang sapi, berikut ini dua peribahasa nama binatang sapi. (419) Dahulu bajak dari sapi Pekerjaan yang dikerjakan tidak menurut aturan (420) Jadi sapi perahan Dijadikan tempat mencari keuntungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.54
59
Semut
Semut termasuk serangga kecil yang berjalan merayap, hidup secara bergerombol, termasuk suku Formicidae, terdiri atas bermacam jenis (Sugono, dkk., 2008: 1265). Berdasarkan penelitian ada dua peribahasa nama binatang semut, berikut ini dua peribahasa nama binatang semut. (421) Ada gula ada semut Dimana banyak mata pencaharian, banyak pula orang datang ke sana untuk mencari rezeki (422) Semut terpijak tidak mati, alu tertarung patah tiga Jalan seorang perempuan yang baik lagi teratur (tidak terlalu cepat tidak terlalu lambat)
2.2.55
Sepat
Sepat termasuk ikan yang hidup di air tawar berbentuk pipih, bersisik halus, berwarna keperak-perakan, biasanya dijadikan ikan kering atau ikan asin (Sugono, dkk., 2008: 1278). Berdasarkan penelitian ada tiga peribahasa nama binatang sepat, berikut ini tiga peribahasa nama binatang sepat. (423) Bagai anak sepat ketohoran Berbaring bermalas-malasan (424) Bodoh-bodoh sepat, tak makan pancing emas Meskipun bodoh, dapat juga memilih mana yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya (425) Tersendeng-sendeng bagai sepat di bawah mengkuang Orang yang kecil dan hina hendak mendekat kepada orang besar dan mulia, nyatanya kelihatan takut dan malu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.56
60
Serigala
Serigala adalah binatang liar yang bentuk badannya seperti anjing dan warna bulunya kuning kelabu (Sugono, dkk., 2008: 1287). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang serigala, berikut ini peribahasa nama binatang serigala. (426) Serigala dengan anggur Sikap seseorang yang mencela sesuatu yang sangat diingininya dan berusaha memperolehnya, tetapi gagal
2.2.57
Tikus
Tikus adalah binatang pengerat termasuk suku Muridae, merupakan hama yang mendatangkan kerugian, baik di rumah maupun di sawah berbulu, berekor panjang, pada rahangnya terdapat sepasang gigi seri berbentuk pahat, umumnya berwarna hitam atau kelabu, tetapi ada juga yang berwarna putih (Sugono, dkk., 2008: 1462). Berdasarkan penelitian ada tujuh peribahasa nama binatang tikus, berikut ini tujuh peribahasa nama binatang tikus. (427) Benci akan tikus, rangkiang (rangkiang=lumbung padi) dibakar Karena benci kepada seseorang yang bersalah, kaum yang tidak berdosa dihukum semuanya (428) Kalau akan menjadi tikus, dari kecil telah bulat ekornya Anak yang akan menjadi baik atau jahat itu, sejak kecil sudah ada tanda-tandanya (429) Seperti tikus jatuh ke beras Mendapatkan tempat yang membahagiakan dan menguntungkan (430) Bagai tikus membaiki labu Orang yang mencoba memperbaiki sesuatu yang tidak diketahuinya, akhirnya merusakkannya (431) Rumah terbakar tikus habis keluar Bila terjadi malapetaka maka penduduk negeri dan para saudagarnya meningalkannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
(432) Seperti tikus masuk roman Kecewa karena tidak mendapat apa yang diharapkannya (433) Seperti tikus masuk perangkap Sangat gelisah
2.2.58
Tuma
Tuma termasuk kutu (di kepala dsb) (Sugono, dkk., 2008: 1497). Berdasarkan penelitian ada dua peribahasa nama binatang tuma, berikut ini dua peribahasa nama binatang tuma. (434) Sembunyi tuma (kepala tersuruk) ekor kelihatan Merasa tidak ada yang mengetahui, tetapi sebenarnya sudah diketahui orang banyak (435) Takutkan tuma, dibuang (kan) kain Sayang akan sesuatu yang tidak berharga, tetapi dapat kerugian besar
2.2.59
Tupai
Tupai adalah binatang pengunggis buah-buahan, berbulu halus, berwarna kuning atau cokelat, hidup di atas pohon (Sugono, dkk., 2008: 1507). Berdasarkan penelitian ada tiga peribahasa nama binatang tupai, berikut ini tiga peribahasa nama binatang tupai. (436) Sepandai-pandai tupai melompat, sesekali akan jatuh juga Sepintar-pintarnya seseorang pasti akan berbuat kekeliriuan juga (437) Bagai tupai bergelut Kehebatan pendekar ketika menarik pedang (438) Negeri tidak bertupai Negeri yang lengang, bahkan tidak didiami orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.60
62
Udang
Udang adalah binatang tidak bertulang, hidup dalam air, berkulit keras, berkaki sepuluh, berekor pendek, dan bersepit dua pada kaki depannya (Sugono, dkk., 2008: 1516). Berdasarkan penelitian ada tujuh peribahasa nama binatang udang, berikut ini tujuh peribahasa nama binatang udang. (439) Ada udang di balik batu Punya maksud tersembunyi (440) Banyak udang banyak garamnya, banyak orang banyak ragamnya Setiap orang mempunyai kegemaran masing-masing (441) Seperti otak udang Orang yang sangat bodoh (442) Udang tak tahu di bungkuknya, orang tak tahu di buruknya Orang yang tidak menyadari keburukan atau kesalahannya sendiri (443) Udang merentak dalam tangguk Orang tidak tetap laku dan kedudukannya (444) Bagai udang dalam tangguk Menggelepar karena kesukaran (445) Tiada berudang di balik batu Tiada orang selain „aku‟ (sombong)
2.2.61
Ular
Ular adalah binatang melata, tidak berkaki, tubuhnya agak bulat memanjang, kulitnya bersisik, hidup di tanah atau di air, ada yang berbisa ada yang tidak (Sugono, dkk., 2008: 1521). Berdasarkan penelitian ada 17 peribahasa nama binatang ular, berikut ini 17 peribahasa nama binatang ular. (446) Bersahabat dengan orang-orang besar, seperti berjinak-jinakan dengan ular yang berbisa Mendekati orang berkuasa hendaklah pandai membawa diri, supaya jangan beroleh aib (447) Jangan dibangunkan ular tidur Musuh yang sedang tenang jangan dibangkitkan amarahnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
(448) Jika ular menyusur akar, tiada akan hilang bisanya Orang yang berpangkat tinggi, sekalipun merendahkan diri tidaklah akan berkurang derajatnya (449) Seperti ular dicubit ekor Sangat pemarah atau pergi dengan terburu-buru karena mendapat malu yang tak disangka-sangka (450) Ular berkepala dua Tidak berpendirian, hanya mencari keuntungan sendiri saja (451) Ular dipukul jangan mati, pemukul jangan patah, tanah dipadu jangan lembang Memutuskan suatu perkara hendaklah dengan seadil-adilnya (452) Bagai ular menyusur akar Merendahkan diri tapi tak hilang gengsinya (453) Melangkahi ular Melakukan sesuatu yang sangat berbahaya (454) Bagai ular dengan orang Dua bersaudara yang tak mau saling kenal (455) Biar ular mati dan kayu tiada patah Binasakanlah musuh tanpa harus merusak diri (456) Kerosok ular di rumpun bambu Jangan takut akan ancaman orang, bualnya besar tapi takut bertindak (457) Macam ular kekenyangan Orang buncit dan jalannya tak betul (458) Seperti ular kena palu Meronta karena sakit dan marah (459) Sudah tampak kaki ular Sudah diketahui kelakuan seseorang yang buruk (sebelumnya tak diketahui) (460) Mendengarkan siul ular Mendengarkan cakap orang yang hendak menjatuhkannya (461) Ular dipalu biar mati Lawan musuh yang berbahaya, jangan tanggung-tanggung, habisi saja (462) Perempuan itu langkah ular tiada lepas Wanita seburuk itu jangan coba-coba cari kesempatan
2.2.62
Ulat
Ulat adalah salah satu tahap bentuk dalam daur kehidupan kupu-kupu, berupa binatang kecil melata, gilik memanjang, dan umumnya berkaki enam,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
adakalanya berbulu-bulu, memakan daun, buah, atau bangkai, jika sudah waktunya berubah bentuk menjadi kepompong lalu menjadi kupu-kupu (Sugono, dkk., 2008: 1522). Berdasarkan penelitian ada delapan peribahasa nama binatang ulat, berikut ini delapan peribahasa nama binatang ulat. (463) Berbulu mata melihat ulat Benci sekali melihat wajahnya (464) Buah manis berulat di dalamnya Kata-katanya manis tapi hatinya jahat (465) Buah yang terlalu manis berulat Perkataan yang manis/muluk-muluk biasanya mengandung sesuatu yang tidak baik (466) Bagai ulat nangka terhempas ke batu Orang jahat itu tak merasa jera oleh kesusahan kejahatannya (467) Bagai melihat ulat Sangat benci melihat sesuatu (468) Terloncat-loncat bagai ulat pinang Gelisah. Biasa dikiaskan pada anak gadis yang lincah (469) Korek lubang ulat Sengaja mencari perselisihan (470) Ulat di dalam batu, apa dimakannya Kekuasaan Allah tak terbatas; manusia harus berusaha sekuat tenaga, sambil bertawakal kepadanya
2.2.63
Unta
Unta adalah binatang berkuku belah, berleher panjang, dan punggungnya berpunuk, ada yang berpunuk satu, ada yang berpunuk dua, diapaki sebagai binatang pengangkut (Sugono, dkk., 2008: 1531). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang unta, berikut ini peribahasa nama binatang unta. (471) Bagai unta menyerahkan diri Amat patuh menurut perintah; mengaku salah dan bertobat; menyerah dan menurut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
2.3 Peribahasa yang Berunsur Dua Nama Binatang 2.3.1
Anjing dan Babi
Anjing adalah binatang menyusui yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dsb. (Sugono, dkk., 2008: 71), sedangkan babi adalah binatang menyusui yang bermoncong panjang, berkulit tebal, dan berbulu kasar (Sugono, dkk., 2008: 108). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang anjing dan babi, berikut ini peribahasa nama binatang anjing dan babi. (472) Anjing galak babi berani Pertemuan antara kedua orang yang sama-sama pemberani atau juara dengan juara
2.3.2
Anjing dan Kucing
Anjing adalah binatang menyusui yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dsb. (Sugono, dkk., 2008: 71), sedangkan kucing adalah binatang mamalia pemakan daging termasuk suku Felidae, berukuran kecil sampai sedang,cakar berbentuk arit, dapat keluar masuk kantong jari-jarinya, bermata sangat tajam, mempunyai perilaku kewilayahan yang sangat kuat (Sugono, dkk., 2008: 784). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang anjing dan kucing, berikut ini peribahasa nama binatang anjing dan kucing. (473) Seperti anjing dengan kucing Tidak pernah akur, selalu berselisih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.3.3
66
Anjing dan Kuda
Anjing adalah binatang menyusui yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dsb. (Sugono, dkk., 2008: 71), sedangkan kuda adalah binatang menyusui, berkuku satu, biasa dipiara orang sebagai kendaraan (tunggangan, angkutan) atau penarik kendaraan tersebut (Sugono, dkk., 2008: 784). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang anjing dan kuda, berikut ini peribahasa nama binatang anjing dan kuda. (474) Tuah anjing, celaka kuda Hal yang membahagiakan terkadang menyusahkan orang lain
2.3.4
Anjing dan Musang
Anjing adalah binatang menyusui yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dsb. (Sugono, dkk., 2008: 71), sedangkan musang adalah binatang menyusui suku Viverrividae, bentuknya mirip kucing, bertungkai pendek, tetapi badannya lebih besar, warna bulunya dari abu-abu sampai abu-abu kehitam-hitaman, ekornya panjang, biasa keluar malam untuk mencari makan, terutama buah-buahan atau ayam (Sugono, dkk., 2008: 942). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang anjing dan musang, berikut ini peribahasa nama binatang anjing dan musang. (475) Anak anjing itu bolehkah menjadi anak musang jebat? Orang kecil akankah ia mencapai martabat tinggi? Bila dapat tak akan kekal juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.3.5
67
Anjing dan Gajah
Anjing adalah binatang menyusui yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dsb. (Sugono, dkk., 2008: 71), sedangkan gajah adalah binatang menyusui, berbelalai, bergading, berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih), berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan (terdapat di Asia dan Afrika) (Sugono, dkk., 2008: 405). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang anjing dan gajah, berikut ini peribahasa nama binatang anjing dan gajah. (476) Bagai anjing menyalak di ekor gajah Seorang yang hina dan lemah hendak melawan orang berkuasa dan mulia
2.3.6
Ayam dan Elang
Ayam termasuk unggas yang pada umumnya tidak dapat terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara, berjengger, yang jantan berkokok dan bertaji, sedangkan yang betina berkotek dan tidak bertaji (Sugono, dkk., 2008: 105), sedangkan elang termasuk burung buas yang mempunyai daya penglihatan tajam, paruhnya bengkok dan cengkeramannya kuat, menangkap mangsanya dengan menyambar; Accipitridae (Sugono, dkk., 2008: 362). Berdasarkan penelitian ini ada dua peribahasa nama binatang ayam dan elang, berikut ini dua peribahasa nama binatang ayam dan elang. (477) Ayam ditambat disambar elang Sesuatu yang dijaga dengan baik, tetapi dapat juga jatuh ke tangan orang lain (478) Sepantun elang dengan ayam, lambat laun disambar juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Orang tua harus bisa menjaga anak gadisnya, jika dibiarkan bergaul dengan bujang, maka akibatnya tidak akan baik
2.3.7
Ayam dan Itik
Ayam termasuk unggas yang pada umumnya tidak dapat terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara, berjengger, yang jantan berkokok dan bertaji, sedangkan yang betina berkotek dan tidak bertaji (Sugono, dkk., 2008: 105), sedangkan itik termasuk unggas yang hidupnya di darat, pandai berenang, badannya seperti angsa, tetapi lebih kecil, termasuk binatang piaraan (Sugono, dkk., 2008: 553). Berdasarkan penelitian ini ada lima peribahasa nama binatang ayam dan itik, berikut ini lima peribahasa nama binatang ayam dan itik. (479) Asal ayam pulang ke lesung, asal itik ke pelimbahan Suatu kebiasaan yang sukar diubah (480) Ayam bertelur di padi mati kelaparan, itik berang di air mati kehausan Orang yang tinggal di negeri kaya raya sekalipun, bila tidak pandai berusaha, ia tetap melarat (481) Ayam itik raja pada tempatnya Setiap orang berkuasa pada tempatnya/di lingkungannya (482) Ayam menetaskan telur itik, anaknya itu ke air juga ditujunya Perangai asal, tidak akan berubah (483) Ayam tak patuk itik tak sudu Seseorang yang hina atau sesuatu yang tidak berharga
2.3.8
Ayam dan Musang
Ayam termasuk unggas yang pada umumnya tidak dapat terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara, berjengger, yang jantan berkokok dan bertaji, sedangkan yang betina berkotek dan tidak bertaji (Sugono, dkk., 2008: 105), sedangkan musang adalah binatang menyusui suku Viverrividae, bentuknya mirip
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
kucing, bertungkai pendek, tetapi badannya lebih besar, warna bulunya dari abuabu sampai abu-abu kehitam-hitaman, ekornya panjang, biasa keluar malam untuk mencari makan, terutama buah-buahan atau ayam (Sugono, dkk., 2008: 942). Berdasarkan penelitian ini ada dua peribahasa nama binatang ayam dan musang, berikut ini dua peribahasa nama binatang ayam dan musang. (484) Seperti ayam melihat musang Girang mendapatkan barang yang disukainya (485) Ayam dapat musang pun dapat Orang jahat tertangkap dan barang curian dikembalikan
2.3.9
pun
berhasil
Ayam dan Penyu
Ayam termasuk unggas yang pada umumnya tidak dapat terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara, berjengger, yang jantan berkokok dan bertaji, sedangkan yang betina berkotek dan tidak bertaji (Sugono, dkk., 2008: 105), sedangkan penyu termasuk kura-kura yang hidup di laut, apabila ingin bertelur, naik ke darat dan menyimpan telurnya dalam pasir, kulitnya yang keras biasanya dibuat sisir, tusuk sanggul, dsb (Sugono, dkk., 2008: 1048). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang ayam dan penyu, berikut ini peribahasa nama binatang ayam dan penyu. (486) Ayam bertelur sebutir ribut seluruh negeri, penyu telur beribu-ribu seorang pun tak tahu Orang yang miskin mendapatkan untung sedikit saja, sekampung tahu, tetapi orang kaya yang memperoleh untung yang besar, seorang pun tidak tahu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
2.3.10 Balam dan Ketitiran Balam termasuk tekukur atau burung yang hidup berpasangan, kadangkadang membentuk kelompok kecil, dan bersuara merdu (Sugono, dkk., 2008: 125 dan 1423), sedangkan ketitiran termasuk burung kecil yang suaranya nyaring dan panjang, biasa dipertandingkan suaranya (Sugono, dkk., 2008: 690). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang balam dan ketitiran, berikut ini peribahasa nama binatang balam dan ketitiran. (487) Seperti balam dengan ketitiran Dua orang yang tidak semufakat, karena saling membanggakan kelebihan masing-masing
2.3.11 Bangau dan Badak Bangau termasuk unggas besar yang kaki, leher, dan paruhnya panjang, pemangsa ikan, hidup di tempat yang berair, seperti tepi pantai, sawah, paya-paya, jenisnya bermacam-macam (Sugono, dkk., 2008: 132), sedangkan badak adalah binatang menyusui yang berkulit tebal, ada yang bercula satu, ada yang bercula dua, termasuk keluarga Rhinocerotidae (Sugono, dkk., 2008: 110). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang bangau dan badak, berikut ini peribahasa nama binatang bangau dan badak. (488) Bangau-bangau minta aku leher, badak-badak minta aku daging Seseorang yang selalu iri melihat kekayaan dan kelebihan orang lain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
2.3.12 Bangau dan Kerbau Bangau termasuk unggas besar yang kaki, leher, dan paruhnya panjang, pemangsa ikan, hidup di tempat yang berair, seperti tepi pantai, sawah, paya-paya, jenisnya bermacam-macam (Sugono, dkk., 2008: 132), sedangkan kerbau adalah binatang memamah biak yang diternakkan untuk diambil dagingnya atau untuk dipekerjakan (membajak, menarik pedati), rupanya seperti lembu dan agak besar, tanduknya panjang, suka berkubang, umumnya berbulu kelabu kehitam-hitaman (Sugono, dkk., 2008: 677). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang bangau dan kerbau, berikut ini peribahasa nama binatang bangau dan kerbau. (489) Seperti bangau di ekor kerbau Selalu menjadi penurut tak memiliki pendapat sendiri
2.3.13 Beruk dan Kera Beruk termasuk kera besar yang berekor pendek dan kecil, dapat diajar memetik buah kelapa (Sugono, dkk., 2008: 181), sedangkan kera adalah binatang menyusui (yang tergolong paling sempurna), bentuk tubuhnya mirip manusia, berbulu pada seluruh tubuhnya, memiliki otak yang relative lebih besar dan lebih cerdas daripada hewan lain, termasuk hewan pemakan buah, biji-bijian, dan sebagainya (Sugono, dkk., 2008: 673). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang beruk dan kera, berikut ini peribahasa nama binatang beruk dan kera. (490) Bertukar beruk dengan kera
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
Dua hal yang sama jeleknya
2.3.14 Buaya dan Harimau Buaya adalah binatang melata (reptilia) berdarah dingin bertubuh besar dan berkulit keras, bernapas dengan paru-paru, hidup di air (sungai, laut) (Sugono, dkk., 2008: 213), sedangkan harimau adalah binatang buas, pemakan daging, wujud seperti kucing besar (Sugono, dkk., 2008:484). Berdasarkan penelitian ini ada tiga peribahasa nama binatang buaya dan harimau, berikut ini tiga peribahasa nama binatang buaya dan harimau. (491) Bergalah hilir tertawa buaya, bersuluh di bulan terang tertawa harimau Melakukan pekerjaan yang tidak berguna, tentu akan dicemooh/ditertawakan orang yang pandai/berakal (492) Di laut jadi buaya, di darat jadi harimau Dimana-mana ia membahayakan orang lain (493) Lepas dari mulut buaya, masuk ke dalam mulut harimau Terlepas dari kemalangan yang kecil, datang lagi kemalangan yang lebih besar
2.3.15 Buaya dan Ikan Buaya adalah binatang melata (reptilia) berdarah dingin bertubuh besar dan berkulit keras, bernapas dengan paru-paru, hidup di air (sungai, laut) (Sugono, dkk., 2008: 213), sedangkan ikan adalah binatang bertulang belakang yang hidup di air, berdarah dingin, umumnya bernapas dengan insang, tubuhnya biasanya bersisik, bergerak dan menjaga keseimbangan badannya dengan menggunakan sirip (Sugono, dkk., 2008: 518). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
nama binatang buaya dan ikan, berikut ini peribahasa nama binatang buaya dan ikan. (494) Kalau menyeberang sungai biar ditelan oleh buaya, tapi jangan dipagut ikan-ikan kecil Lebih baik mendapat teguran dari orang besar dan berkuasa daripada diperdayai oleh orang kecil
2.3.16 Burung dan Ketam Burung adalah binatang berkaki dua, bersayap dan berbulu, dan biasanya dapat terbang; unggas (Sugono, dkk., 2008: 228), sedangkan ketam termasuk kepiting berkaki enam dan bersepit, hidup di lumpur di tepi pantai, sungai, parit, atau di pematang sawah (Sugono, dkk., 2008: 688). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang burung dan ketam, berikut ini peribahasa nama binatang burung dan ketam. (495) Kuat burung karena sayap, kuat ketam karena sepit Masing-masing orang mempunyai kekuatan untuk menjaga dirinya
2.3.17 Burung dan Punai Burung adalah binatang berkaki dua, bersayap dan berbulu, dan biasanya dapat terbang; unggas (Sugono, dkk., 2008: 228), sedangkan punai termasuk burung yang bulu kepala dan ehernya berwarna biru ke keabu-abuan, punggung dan sayap bagian atas berwarna cokelat tua kemerah-merahan, sedangkan bagian sayap yang lain berwarna hitam (Sugono, dkk., 2008: 1116). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang burung dan punai, berikut ini peribahasa nama binatang burung dan punai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
(496) Harapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan Karena menghendaki untung besar yang belum tentu akan diperoleh, keuntungan sedikit yang telah ada di tangan disia-siakan, sehingga akhirnya menyesal
2.3.18 Cacing dan Ular Cacing adalah binatang melata yang bertubuh kecil yang hidup dalam tanah, air, dsb (Sugono, dkk., 2008: 157), sedangkan ular adalah binatang melata, tidak berkaki, tubuhnya agak bulat memanjang, kulitnya bersisik, hidup di tanah atau di air, ada yang berbisa ada yang tidak (Sugono, dkk., 2008: 1521). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang cacing dan ular, berikut ini peribahasa nama binatang cacing dan ular. (497) Cacing hendak menjadi ular Perihal orang yang lemah yang ingin melawan orang yang kuat. Atau orang yang miskin hendak meniru kelakuan orang kaya
2.3.19 Cecak dan Kaper Cecak adalah binatang merayap, biasa hidup di rumah (pada langit-langit, di dekat lampu), makanannya binatang kecil (nyamuk dsb), sering berbunyi “cek, cek”; cicak (Sugono, dkk., 2008: 249), sedangkan kaper termasuk kupu-kupu kecil (biasa terbang malam) (Sugono, dkk., 2008: 622). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang cecak dan kaper, berikut ini peribahasa nama binatang cecak dan kaper. (498) Seperti cecak makan kaper Orang makan dengan tidak sabar, lahap, keenakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
2.3.20 Elang dan Agas Elang termasuk burung buas yang mempunyai daya penglihatan tajam, paruhnya bengkok dan cengkeramannya kuat, menangkap mangsanya dengan menyambar; Accipitridae (Sugono, dkk., 2008: 362), sedangkan agas termasuk nyamuk kecil, yang sengatannya terasa pedih sekali, warnanya abu-abu (Sugono, dkk., 2008: 16). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang elang dan agas, berikut ini peribahasa nama binatang elang dan agas. (499) Elang terbang mengawan, agas hendak mengawan juga Orang miskin mau meniru kelakuan orang kaya
2.3.21 Elang dan Ayam Elang termasuk burung buas yang mempunyai daya penglihatan tajam, paruhnya bengkok dan cengkeramannya kuat, menangkap mangsanya dengan menyambar; Accipitridae (Sugono, dkk., 2008: 362), sedangkan ayam termasuk unggas yang pada umumnya tidak dapat terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara, berjengger, yang jantan berkokok dan bertaji, sedangkan yang betina berkotek dan tidak bertaji (Sugono, dkk., 2008: 105). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang elang dan ayam, berikut ini peribahasa nama binatang elang dan ayam. (500) Sepantun elang dengan ayam, lambat laun disambar juga Jika sesuatu yang berlawanan berhampiran, maka suatu saat terjadi juga hal yang tak baik (misalnya: gadis dan bujang)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
2.3.22 Elang dan Belalang Elang termasuk burung buas yang mempunyai daya penglihatan tajam, paruhnya bengkok dan cengkeramannya kuat, menangkap mangsanya dengan menyambar; Accipitridae (Sugono, dkk., 2008: 362), sedangkan belalang termasuk serangga yang bersayap dua lapis dan mempunyai sepasang kaki belakang yang panjang, makanannya rumput-rumputan atau daun-daunan (Sugono, dkk., 2008: 160). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang elang dan belalang, berikut ini peribahasa nama binatang elang dan belalang. (501) Kalau tak ada elang, belalang menjadi elang Kalau tak ada orang pandai, orang bodoh mengaku dirinya pandai
2.3.23 Elang dan Buaya Elang termasuk burung buas yang mempunyai daya penglihatan tajam, paruhnya bengkok dan cengkeramannya kuat, menangkap mangsanya dengan menyambar; Accipitridae (Sugono, dkk., 2008: 362), sedangkan buaya adalah binatang melata (reptilia) berdarah dingin bertubuh besar dan berkulit keras, bernapas dengan paru-paru, hidup di air (sungai, laut) (Sugono, dkk., 2008: 213). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang elang dan buaya, berikut ini peribahasa nama binatang elang dan buaya. (502) Elang menerap buaya Dikiaskan seorang pemuda yang merenggut bunga dari sanggul gadis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
2.3.24 Elang dan Burung Pungguk Elang termasuk burung buas yang mempunyai daya penglihatan tajam, paruhnya bengkok dan cengkeramannya kuat, menangkap mangsanya dengan menyambar; Accipitridae (Sugono, dkk., 2008: 362), sedangkan burung pungguk termasuk elang malam (burung hantu) yang suka memandang bulan (Sugono, dkk., 2008: 1116). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang elang dan burung punnguk, berikut ini peribahasa nama binatang elang dan burung pungguk. (503) Dahulu elang pulau, kini telah menjadi burung pungguk Dulu mulia sekarang hina, habis hartanya
2.3.25 Elang dan Murai Elang termasuk burung buas yang mempunyai daya penglihatan tajam, paruhnya bengkok dan cengkeramannya kuat, menangkap mangsanya dengan menyambar; Accipitridae (Sugono, dkk., 2008: 362), sedangkan murai termasuk burung kicau kecil, berekor panjang, berwarna hitam, sedikit bercampur dengan warna putih (Sugono, dkk., 2008: 941). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang elang dan murai, berikut ini peribahasa nama binatang elang dan murai. (504) Cerdik elang bingung sikikih, lamun murai terkecoh juga Orang besar-besar walau cerdik atau bodoh, orang rendahan juga yang terpedaya (rugi)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
2.3.26 Elang dan Musang Elang termasuk burung buas yang mempunyai daya penglihatan tajam, paruhnya bengkok dan cengkeramannya kuat, menangkap mangsanya dengan menyambar; Accipitridae (Sugono, dkk., 2008: 362), sedangkan musang adalah binatang menyusui suku Viverrividae, bentuknya mirip kucing, bertungkai pendek, tetapi badannya lebih besar, warna bulunya dari abu-abu sampai abu-abu kehitam-hitaman, ekornya panjang , biasa keluar malam untuk mencari makan, terutama buah-buahan atau ayam (Sugono, dkk., 2008: 942). Berdasarkan penelitian ini ada dua peribahasa nama binatang elang dan musang, berikut ini dua peribahasa nama binatang elang dan musang. (505) Rezeki elang takkan dapat oleh musang Rezeki seseorang, takkan dapat dirampas oleh orang lain karena sudah ada yang mengatur (506) Makanan elang tak akan dimakan musang Rezeki awak tinggal pada awak
2.3.27 Elang dan Punai Elang termasuk burung buas yang mempunyai daya penglihatan tajam, paruhnya bengkok dan cengkeramannya kuat, menangkap mangsanya dengan menyambar; Accipitridae (Sugono, dkk., 2008: 362), sedangkan punai termasuk burung yang bulu kepala dan ehernya berwarna biru keabu-abuan, punggung dan sayap bagian atas berwarna cokelat tua kemerah-merahan, sedangkan bagian sayap yang lain berwarna hitam (Sugono, dkk., 2008: 1116). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang elang dan punai, berikut ini peribahasa nama binatang elang dan punai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
(507) Elang disambar punai tanah Orang kuasa dikalahkan orang lemah
2.3.28 Enggang dan Pipit Enggang termasuk burung besar anggota suku Bucerotidae, di atas paruhnya yang besar terdapat tonjolan menyerupai cula, makanannya buahbuahan, terutama buah beringin, juga serangga, kadal, cecak, ular, tikus, kelelawar, rangkok; Buceros rhinoceros (Sugono, dkk., 2008: 374), sedangkan pipit termasuk burung kecil (banyak macamnya seperti pipit rumah, pipit uban) (Sugono, dkk., 2008: 1080). Berdasarkan penelitian ini ada empat peribahasa nama binatang enggang dan pipit, berikut ini empat peribahasa nama binatang enggang dan pipit. (508) Enggang sama enggang, pipit sama pipit Pergaulan atau perjodohan itu hendaklah dengan orang yang berpadanan derajatnya (509) Makanan enggang hendak dimakan pipit Orang kecil tidak pantas meniru kesukaan orang besar (510) Seperti pipit dengan burung enggang Pasangan yang tidak sepadan (511) Pipit meminang anak enggang Orang miskin (derajat rendah) meninang orang kaya (derajat tinggi)
2.3.29 Gagak dan Bangau Gagak termasuk burung yang berbulu hitam, bentuk badannya besar, pemakan bangkai, dan suaranya keras (Sugono, dkk., 2008: 404), sedangkan bangau termasuk unggas besar yang kaki, leher, dan paruhnya panjang, pemangsa ikan, hidup di tempat yang berair, seperti tepi pantai, sawah, paya-paya, jenisnya bermacam-macam (Sugono, dkk., 2008: 132). Dalam penelitian ini hanya ada satu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
peribahasa nama binatang gagak dan bangau, berikut ini peribahasa nama binatang gagak dan bangau. (512) Ketika gagak putih, bangau hitam Zaman dahulu sekali
2.3.30 Gagak dan Murai Gagak termasuk burung yang berbulu hitam, bentuk badannya besar, pemakan bangkai, dan suaranya keras (Sugono, dkk., 2008: 404), sedangkan murai termasuk burung kicau kecil, berekor panjang, berwarna hitam, sedikit bercampur dengan warna putih (Sugono, dkk., 2008: 941). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang gagak dan murai, berikut ini peribahasa nama binatang gagak dan murai. (513) Gagak bersuara murai Orang bodoh tetapi bersuara dan berbudi bahasa baik
2.3.31 Gajah dan Babi Gajah adalah binatang menyusui, berbelalai, bergading, berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih), berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan (terdapat di Asia dan Afrika) (Sugono, dkk., 2008: 405), sedangkan babi adalah binatang menyusui yang bermoncong panjang, berkulit tebal, dan berbulu kasar (Sugono, dkk., 2008: 108). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang gajah dan babi, berikut ini peribahasa nama binatang gajah dan babi. (514) Gajah sehasta gading, babi sedang menjarah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Hal anak muda yang sedang naik badannya dan berdarah panas, dengan berani menyebut kebenaran dan mempertahankan haknya
2.3.32 Gajah dan Harimau Gajah adalah binatang menyusui, berbelalai, bergading, berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih), berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan (terdapat di Asia dan Afrika) (Sugono, dkk., 2008: 405), sedangkan harimau adalah binatang buas, pemakan daging, wujud seperti kucing besar (Sugono, dkk., 2008:484). Berdasarkan penelitian ini ada empat peribahasa nama binatang gajah dan babi, berikut ini empat peribahasa nama binatang gajah dan babi. (515) Gajah dipandang karena gadingnya, harimau dipandang karena belangnya Manusia itu dipandang orang segala apa yang ada padanya, misalnya kepandaian atau kekayaannya (516) Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang Nama baik orang mulia kalau meninggal akan selalu dikenang (517) Gajah terdorong karena gadingnya, harimau terlompat karena belangnya Kebiasaan yang dilakukan oleh orang yang besar karena kekayaan dan kekuasaan yang dimilikinya (518) Kalau gajah hendaklah dipandang gadingnya, kalau harimau hendaklah dipandang belangnya Seseorang itu dipandang berdasarkan apa yang ada padanya baik kepandaian maupun kekayaan
2.3.33 Gajah dan Kancil Gajah adalah binatang menyusui, berbelalai, bergading, berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih), berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan (terdapat di Asia dan Afrika) (Sugono, dkk.,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
2008: 405), sedangkan kancil adalah binatang pemakan tanaman yang cepat larinya, berbadan langsing, kaki depan lebih pendek daripada kaki belakang, bulunya berwarna cokelat kemerah-merahan, jenis jantan bertaring, mencuat keluar dari atas rahang (Sugono, dkk., 2008: 615). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang gajah dan babi, berikut ini peribahasa nama binatang gajah dan babi. (519) Gajah berak besar kancil hendak berak besar juga, akhirnya kebebangan juga Orang miskin menderita karena mencontoh kehidupan orang kaya
2.3.34 Gajah dan Katak Gajah adalah binatang menyusui, berbelalai, bergading, berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih), berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan (terdapat di Asia dan Afrika) (Sugono, dkk., 2008: 405), sedangkan katak adalah binatang amfibi pemakan serangga yang hidup di air tawar atau di daratan, berkulit licin, berwarna hijau atau merah kecokelat-cokelatan, kaki belakang lebih panjang daripada kaki depan, pandai melompat dan berenang (Sugono, dkk., 2008: 634). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang gajah dan katak, berikut ini peribahasa nama binatang gajah dan katak. (520) Gajah mati dicatuk katak Anak ningrat diperisteri orang kebanyakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
2.3.35 Gajah dan Kera Gajah adalah binatang menyusui, berbelalai, bergading, berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih), berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan (terdapat di Asia dan Afrika) (Sugono, dkk., 2008: 405), sedangkan kera adalah binatang menyusui (yang tergolong paling sempurna), bentuk tubuhnya mirip manusia, berbulu pada seluruh tubuhnya, memiliki otak yang relatif lebih besar dan lebih cerdas daripada hewan lain, termasuk hewan pemakan buah, biji-bijian, dan sebagainya (Sugono, dkk., 2008: 673). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang gajah dan kera, berikut ini peribahasa nama binatang gajah dan kera. (521) Gajah memamah aris, baik diikat kera kecil yang memakan buah kayu Daripada mengharapkan sesuatu yang besar yang tak mungkin didapat (yaitu gajah yang memamah aris) lebih baik disenangkan dengan sedikit tetapi sudah di tangan (sekalipun kera kecil yang memakan kayu); jadi jangan harapkan yang mustahil, tapi puaslah dengan apa yang dapat dicapai dengan kepastian Aris : getah yang sudah beku
2.3.36 Gajah dan Kuman Gajah adalah binatang menyusui, berbelalai, bergading, berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih), berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan (terdapat di Asia dan Afrika) (Sugono, dkk., 2008: 405), sedangkan kuman adalah binatang yang amat kecil yang menyebabkan penyakit kudis (Sugono, dkk., 2008: 755). Berdasarkan penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
ini ada dua peribahasa nama binatang gajah dan kuman, berikut ini dua peribahasa nama binatang gajah dan kuman. (522) Gajah di pelupuk mata tiada tampak, kuman di seberang lautan tampak Kesalahan orang yang sedikit tampak, tetapi kesalahan sendiri yang jauh lebih besar, tiada kelihatan (523) Gajah dipandang seperti kuman Orang marah tak gentar terhadap lawan besar
2.3.37 Gajah dan Pelanduk Gajah adalah binatang menyusui, berbelalai, bergading, berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih), berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan (terdapat di Asia dan Afrika) (Sugono, dkk., 2008: 405), sedangkan pelanduk termasuk kijang kecil; kancil (Sugono, dkk., 2008: 1039). Berdasarkan penelitian ini ada tiga peribahasa nama binatang gajah dan pelanduk, berikut ini tiga peribahasa nama binatang gajah dan pelanduk. (524) Gajah berak besar, pelanduk pun hendak berak besar pula Orang kecil yang meniru perbuatan orang besar akhirnya mendapat kesusahan oleh perbuatannya itu (525) Gajah bertarung dengan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah Kalau ada peperangan/perselisihan antara orang yang berkuasa, yang kecil juga pasti akan menjadi korban (526) Gajah dikalahkan oleh pelanduk Orang yang kuat dikalahkan oleh orang yang lemah
2.3.38 Gajah dan Rusa Gajah adalah binatang menyusui, berbelalai, bergading, berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih), berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan (terdapat di Asia dan Afrika) (Sugono, dkk.,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
2008: 405), sedangkan rusa adalah binatang menyusui, pemakan tanaman, termasuk famili Carvidae, tanduknya panjang dan becabang-cabang, bulunya berwarna cokelat tua dan bergaris-garis (bintik-bintik putih), (Sugono, dkk., 2008: 1193). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang gajah dan rusa, berikut ini peribahasa nama binatang gajah dan rusa. (527) Gajah lalu dibeli, rusa tidak terbeli Mengerjakan sesuatu yang penting dengan melupakan hal-hal yang kecil yang sebenarnya sangat perlu untuk menyelesaikan sesuatu yang penting itu
2.3.39 Gajah dan Tuma Gajah adalah binatang menyusui, berbelalai, bergading, berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih), berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan (terdapat di Asia dan Afrika) (Sugono, dkk., 2008: 405), sedangkan tuma termasuk kutu (di kepala dsb) (Sugono, dkk., 2008: 1497). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang gajah dan tuma, berikut ini peribahasa nama binatang gajah dan tuma. (528) Daging gajah sama dilapah, daging tuma sama dicecah Kalau banyak dibagi sama banyak, kalau sedikit dibagi sama sedikit (adil)
2.3.40 Gajah dan Udang Gajah adalah binatang menyusui, berbelalai, bergading, berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih), berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan (terdapat di Asia dan Afrika) (Sugono, dkk.,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
2008: 405), sedangkan udang adalah binatang tidak bertulang, hidup dalam air, berkulit keras, berkaki sepuluh, berekor pendek, dan bersepit dua pada kaki depannya (Sugono, dkk., 2008: 1516). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang gajah dan udang, berikut ini peribahasa nama binatang gajah dan udang. (529) Hitam hitam gajah, putih udang kepai Yang hina itu hina jua walau elok rupanya, sedang yang mulia itu mulia jua waktu buruk rupa
2.3.41 Gajah dan Ular Gajah adalah binatang menyusui, berbelalai, bergading, berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih), berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan (terdapat di Asia dan Afrika) (Sugono, dkk., 2008: 405), sedangkan ular adalah binatang melata, tidak berkaki, tubuhnya agak bulat memanjang, kulitnya bersisik, hidup di tanah atau di air, ada yang berbisa ada yang tidak (Sugono, dkk., 2008: 1521). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang gajah dan ular, berikut ini peribahasa nama binatang gajah dan ular. (530) Gajah ditelan ular lidi Anak ningrat diperisteri anak kebanyakan
2.3.42 Harimau dan Kambing Harimau adalah binatang buas, pemakan daging, wujud seperti kucing besar (Sugono, dkk., 2008:484), sedangkan kambing adalah binatang pemamah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
biak
dan
pemakan
rumput
(daun-daunan),
berkuku
genap,
87
tanduknya
bergerongga, biasanya dipelihara sebagai binatang ternak untuk diambil daging, susu, kadang-kadang bulunya (Sugono, dkk., 2008: 612). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang harimau dan kambing, berikut ini peribahasa nama binatang harimau dan kambing. (531) Seperti kambing dengan harimau Perihal seseorang penakut yang tidak akan menjadi orang pemberani
2.3.43 Harimau dan Pelanduk Harimau adalah binatang buas, pemakan daging, wujud seperti kucing besar (Sugono, dkk., 2008:484), sedangkan pelanduk termasuk kijang kecil; kancil (Sugono, dkk., 2008: 1039). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang harimau dan pelanduk, berikut ini peribahasa nama binatang harimau dan pelanduk. (532) Harimau putung kena penjara, pelanduk kecil menolak mara Orang kecil itu adakalanya dapat menolong orang besar yang berkuasa
2.3.44 Harimau dan Tikus Harimau adalah binatang buas, pemakan daging, wujud seperti kucing besar (Sugono, dkk., 2008:484), sedangkan tikus adalah binatang pengerat termasuk suku Muridae, merupakan hama yang mendatangkan kerugian, baik di rumah maupun di sawah berbulu, berekor panjang, pada rahangnya terdapat sepasang gigi seri berbentuk pahat, umumnya berwarna hitam atau kelabu, tetapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
ada juga yang berwarna putih (Sugono, dkk., 2008: 1462). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang harimau dan tikus, berikut ini peribahasa nama binatang harimau dan tikus. (533) Rupa harimau, hati tikus Orang yang kelihatannya pemberani, tetapi sebenarnya penakut
2.3.45 Ikan dan Belalang Ikan adalah binatang bertulang belakang yang hidup di air, berdarah dingin, umumnya bernapas dengan insang, tubuhnya biasanya bersisik, bergerak dan menjaga keseimbangan badannya dengan menggunakan sirip (Sugono, dkk., 2008: 518), sedangkan belalang termasuk serangga yang bersayap dua lapis dan mempunyai sepasang kaki belakang yang panjang, makanannya rumput-rumputan atau daun-daunan (Sugono, dkk., 2008: 160). Berdasarkan penelitian ini ada dua peribahasa nama binatang ikan dan belalang, berikut ini dua peribahasa nama binatang ikan dan belalang. (534) Ikan dapat bersiang, belalang dapat menuai Untung yang tiada diangan-angan waktu mengerjakan suatu pekerjaan yang penting (535) Lain lading lain belalang, lain lubuk lain ikannya Tiap-tiap negeri berlainan adat istiadatnya
2.3.46 Ikan dan Burung Ikan adalah binatang bertulang belakang yang hidup di air, berdarah dingin, umumnya bernapas dengan insang, tubuhnya biasanya bersisik, bergerak dan menjaga keseimbangan badannya dengan menggunakan sirip (Sugono, dkk.,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
2008: 518), sedangkan burung adalah binatang berkaki dua, bersayap dan berbulu, dan biasanya dapat terbang; unggas (Sugono, dkk., 2008: 228). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang ikan dan burung, berikut ini peribahasa nama binatang ikan dan burung. (536) Lebih ikan karena sirip, lebih burung burung karena sayap Tiap-tiap ahli (orang) itu mempunyai kelebihan di bidang masingmasing
2.3.47 Ikan dan Kucing Ikan adalah binatang bertulang belakang yang hidup di air, berdarah dingin, umumnya bernapas dengan insang, tubuhnya biasanya bersisik, bergerak dan menjaga keseimbangan badannya dengan menggunakan sirip (Sugono, dkk., 2008: 518), sedangkan kucing adalah binatang mamalia pemakan daging termasuk suku Felidae, berukuran kecil sampai sedang,cakar berbentuk arit, dapat keluar masuk kantong jari-jarinya, bermata sangat tajam, mempunyai perilaku kewilayahan yang sangat kuat (Sugono, dkk., 2008: 784). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang ikan dan kucing, berikut ini peribahasa nama binatang ikan dan kucing. (537) Ikan bergantung, kucing menunggu Menginginkan sesuatu, tetapi sulit untuk mendapatkannya
2.3.48 Kambing dan Kerbau Kambing adalah binatang pemamah biak dan pemakan rumput (daundaunan), berkuku genap, tanduknya bergerongga, biasanya dipelihara sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
binatang ternak untuk diambil daging, susu, kadang-kadang bulunya (Sugono, dkk., 2008: 612), sedngkan kerbau adalah binatang memamah biak yang diternakkan untuk diambil dagingnya atau untuk dipekerjakan (membajak, menarik pedati), rupanya seperti lembu dan agak besar, tanduknya panjang, suka berkubang, umumnya berbulu kelabu kehitam-hitaman (Sugono, dkk., 2008: 677). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang kambing dan kerbau, berikut ini peribahasa nama binatang kambing dan kerbau. (538) Masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang kerbau menguak Dimanapun kita tinggal hendaklah kita turut adat istiadat negeri itu
2.3.49 Katak dan Lembu Katak adalah binatang amfibi pemakan serangga yang hidup di air tawar atau di daratan, berkulit licin, berwarna hijau atau merah kecokelat-cokelatan, kaki belakang lebih panjang daripada kaki depan, pandai melompat dan berenang (Sugono, dkk., 2008: 634), sedangkan lembu termasuk sapi; binatang pemamah biak, bertanduk, berkuku genap, berkaki empat, bertubuh besar, dipiara untuk diambil daging dan susunya (Sugono, dkk., 2008: 810 dan 1225). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang katak dan lembu, berikut ini peribahasa nama binatang katak dan lembu. (539) Katak hendak menjadi lembu Orang yang hendak meniru perbuatan orang lain, yang ia tidak mungkin sanggup melaksanakannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
2.3.50 Kera dan Belacan Kera adalah binatang menyusui (yang tergolong paling sempurna), bentuk tubuhnya mirip manusia, berbulu pada seluruh tubuhnya, memiliki otak yang relative lebih besar dan lebih cerdas daripada hewan lain, termasuk hewan pemakan buah, biji-bijian, dan sebagainya (Sugono, dkk., 2008: 673), sedangkan belacan termasuk kucing hutan (Sugono, dkk., 2008: 159) atau dapat disebut sebagai kuwuk, yakni kucing liar berukuran kecil, bulu berwarna dasar kuning kecokelatan dengan tutul-tutul hitam, pandai memanjat dan berenang, makanannya, seperti tikus, kelelawar, burung, ular, kadal, hidup berpasangpasangan, tidak mengenal musim kawin, yang jantan ikut mengasuh anaknya (KBBI, 2008: 749). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang kera dan belacan, berikut ini peribahasa nama binatang kera dan belacan. (540) Seperti kera kena belacan Gelisah karena memikirkan sesuatu hal
2.3.51 Kerbau dan Ayam Kerbau adalah binatang memamah biak yang diternakkan untuk diambil dagingnya atau untuk dipekerjakan (membajak, menarik pedati), rupanya seperti lembu dan agak besar, tanduknya panjang, suka berkubang, umumnya berbulu kelabu kehitam-hitaman (Sugono, dkk., 2008: 677), sedangkan ayam termasuk unggas yang pada umumnya tidak dapat terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara, berjengger, yang jantan berkokok dan bertaji, sedangkan yang betina berkotek dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
tidak bertaji (Sugono, dkk., 2008: 105). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang kerbau dan ayam, berikut ini peribahasa nama binatang kerbau dan ayam. (541) Kerbau jangan dimaling orang, ayam jangan dimusang Orang tua harus menjaga anak gadisnya dengan baik agar tidak diganggu orang
2.3.52 Kerbau dan Harimau Kerbau adalah binatang memamah biak yang diternakkan untuk diambil dagingnya atau untuk dipekerjakan (membajak, menarik pedati), rupanya seperti lembu dan agak besar, tanduknya panjang, suka berkubang, umumnya berbulu kelabu kehitam-hitaman (Sugono, dkk., 2008: 677), sedangkan harimau adalah binatang buas, pemakan daging, wujud seperti kucing besar (Sugono, dkk., 2008:484). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang kerbau dan harimau, berikut ini peribahasa nama binatang kerbau dan harimau. (542) Menolong kerbau ditangkap harimau Menolong orang yang berbuat salah akhirnya mendapat kesusahan sendiri
2.3.53 Kerbau dan Kuda Kerbau adalah binatang memamah biak yang diternakkan untuk diambil dagingnya atau untuk dipekerjakan (membajak, menarik pedati), rupanya seperti lembu dan agak besar, tanduknya panjang, suka berkubang, umumnya berbulu kelabu kehitam-hitaman (Sugono, dkk., 2008: 677), sedangkan kuda adalah binatang menyusui, berkuku satu, biasa dipiara orang sebagai kendaraan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
(tunggangan, angkutan) atau penarik kendaraan tersebut (Sugono, dkk., 2008: 784). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang kerbau dan kuda, berikut ini peribahasa nama binatang kerbau dan kuda. (543) Kerbau diberi berpelana, kuda diberi berpasangan Melakukan sesuatu tidak pada tempatnya, sehingga tidak cocok
2.3.54 Kerbau dan Sapi Kerbau adalah binatang memamah biak yang diternakkan untuk diambil dagingnya atau untuk dipekerjakan (membajak, menarik pedati), rupanya seperti lembu dan agak besar, tanduknya panjang, suka berkubang, umumnya berbulu kelabu kehitam-hitaman (Sugono, dkk., 2008: 677), sedangkan sapi adalah binatang pemamah biak, bertanduk, berkuku genap, berkaki empat, bertubuh besar, dipiara untu diambil daging dan susunya (Sugono, dkk., 2008: 1225). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang kerbau dan sapi, berikut ini peribahasa nama binatang kerbau dan sapi. (544) Kerbau punya susu, sapi punya nama Kita yang berusaha dan bekerja keras, tetapi orang lain yang mendapatkan hasilnya
2.3.55 Kucing dan Harimau Kucing adalah binatang mamalia pemakan daging termasuk suku Felidae, berukuran kecil sampai sedang,cakar berbentuk arit, dapat keluar masuk kantong jari-jarinya, bermata sangat tajam, mempunyai perilaku kewilayahan yang sangat kuat (Sugono, dkk., 2008: 784), sedangkan harimau adalah binatang buas,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
pemakan daging, wujud seperti kucing besar (Sugono, dkk., 2008:484). Berdasarkan penelitian ini ada dua peribahasa nama binatang kucing dan harimau, berikut ini dua peribahasa nama binatang kucing dan harimau. (545) Duduk seperti kucing, melompat seperti harimau Kelihatannya diam, tetapi setelah berbuat akan kelihatan ketangkasan dan keganasannya (546) Anak kucing menjadi anak harimau Anak orang miskin jadi kaya atau anak rakyat jadi pandai
2.3.56 Kucing dan Tikus Kucing adalah binatang mamalia pemakan daging termasuk suku Felidae, berukuran kecil sampai sedang,cakar berbentuk arit, dapat keluar masuk kantong jari-jarinya, bermata sangat tajam, mempunyai perilaku kewilayahan yang sangat kuat (Sugono, dkk., 2008: 784), sedangkan tikus adalah binatang pengerat termasuk suku Muridae, merupakan hama yang mendatangkan kerugian, baik di rumah maupun di sawah berbulu, berekor panjang, pada rahangnya terdapat sepasang gigi seri berbentuk pahat, umumnya berwarna hitam atau kelabu, tetapi ada juga yang berwarna putih (Sugono, dkk., 2008: 1462). Berdasarkan penelitian ini ada tiga peribahasa nama binatang kucing dan tikus, berikut ini tiga peribahasa nama binatang kucing dan tikus. (547) Kalau kucing tidak bermisai, tidak ditakuti tikus lagi Jika seseorang sudah tidak mempunyai kekuasaan lagi, maka tidak akan disegani atau ditakuti orang (548) Kucing lalu, tikus berdecit lagi Bila seseorang yang ditakuti ada maka semuanya akan diam, setelah ditinggal pergi akan berisik lagi (549) Seperti kucing dengan tikus Selalu bertengkar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
2.3.57 Kuda dan Keledai Kuda adalah binatang menyusui, berkuku satu, biasa dipiara orang sebagai kendaraan (tunggangan, angkutan) atau penarik kendaraan tersebut (Sugono, dkk., 2008: 784), sedangkan keledai termasuk binatang berkuku satu, mirip kuda kecil, bertelinga panjang dengan ekor yang hanya pada ujungnya berbulu (Sugono, dkk., 2008: 653). Berdasarkan penelitian ini ada dua peribahasa nama binatang kuda dan keledai, berikut ini dua peribahasa nama binatang kuda dan keledai. (550) Asal kuda itu kuda juga dan asal keledai itu keledai juga Segala sesuatu kembali menurut asalnya, baik ataupun buruk (551) Keledai hendak dijadikan kuda Perihal orang yang bodoh yang ingin dipandang sebagai orang pandai
2.3.58 Kuda dan Lembu Kuda adalah binatang menyusui, berkuku satu, biasa dipiara orang sebagai kendaraan (tunggangan, angkutan) atau penarik kendaraan tersebut (Sugono, dkk., 2008: 784), sedangkan lembu termasuk sapi; binatang pemamah biak, bertanduk, berkuku genap, berkaki empat, bertubuh besar, dipiara untuk diambil daging dan susunya (Sugono, dkk., 2008: 810 dan 1225). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang kuda dan lembu, berikut ini peribahasa nama binatang kuda dan lembu. (552) Kuda hendak dijadikan lembu Orang yang pandai hendak disamaratakan dengan orang yang bodoh, tentu saja tidak mau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
2.3.59 Lalat dan Kerbau Lalat termasuk serangga kecil berasal dari bernga, dapat terbang, berwarna hitam, suka hinggap pada barang yang busuk (bangkai, kotoran, dbs) dan dapat menyebarkan penyakit (Sugono, dkk., 2008: 777), sedangkan kerbau adalah binatang memamah biak yang diternakkan untuk diambil dagingnya atau untuk dipekerjakan (membajak, menarik pedati), rupanya seperti lembu dan agak besar, tanduknya panjang, suka berkubang, umumnya berbulu kelabu kehitam-hitaman (Sugono, dkk., 2008: 677). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang lalat dan kerbau, berikut ini peribahasa nama binatang lalat dan kerbau. (553) Seperti lalat di ekor kerbau Selalu menurut pada orang lain yang membawanya
2.3.60 Langau dan Gajah Langau termasuk lalat besar yang suka menghisap darah hewan, seperti kuda, lembu (Sugono, dkk., 2008: 783), sedangkan gajah adalah binatang menyusui, berbelalai, bergading, berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih), berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan (terdapat di Asia dan Afrika) (Sugono, dkk., 2008: 405). Berdasarkan penelitian ini ada dua peribahasa nama binatang langau dan gajah, berikut ini dua peribahasa nama binatang langau dan gajah. (554) Bagai langau di ekor gajah Orang yang suka ikut-ikutan, tidak punya pendirian (555) Seperti langau di ekor gajah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
Perihal orang yang selalu menuruti kemauan orang besar atau orang pandai 2.3.61 Musang dan Ayam Musang adalah binatang menyusui suku Viverrividae, bentuknya mirip kucing, bertungkai pendek, tetapi badannya lebih besar, warna bulunya dari abuabu sampai abu-abu kehitam-hitaman, ekornya panjang, biasa keluar malam untuk mencari makan, terutama buah-buahan atau ayam (Sugono, dkk., 2008: 942), sedangkan ayam termasuk unggas yang pada umumnya tidak dapat terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara, berjengger, yang jantan berkokok dan bertaji, sedangkan yang betina berkotek dan tidak bertaji (Sugono, dkk., 2008: 105). Berdasarkan penelitian ini ada tiga peribahasa nama binatang musang dan ayam, berikut ini tiga peribahasa nama binatang musang dan ayam. (556) Memperlapang kandang musang, mempersempit kandang ayam Memberi kesempatan kepada orang untuk berbuat kejahatan dan tidak melindungi orang yang kena bahaya (557) Musang berbulu ayam Berbuat baik hanya untuk menutupi perbuatan jahat yang telah diperbuat (558) Seperti musang berbulu ayam Pura-pura menjadi orang baik untuk menyembunyikan kesalahan/kekurangan
2.3.62 Pipit dan Enggang Pipit termasuk burung kecil (banyak macamnya seperti pipit rumah, pipit uban) (Sugono, dkk., 2008: 1080, sedangkan enggang termasuk burung besar anggota suku Bucerotidae, di atas paruhnya yang besar terdapat tonjolan menyerupai cula, makanannya buah-buahan, terutama buah beringin, juga serangga, kadal, cecak, ular, tikus, kelelawar, rangkok; Buceros rhinoceros
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
(Sugono, dkk., 2008: 374). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang pipit dan enggang, berikut ini peribahasa nama binatang pipit dan enggang. (559) Burung pipit sama enggang (mana boleh sama terbang) Perjodohan tak sepadan, sulit diselamatkan
2.3.63 Pipit dan Gajah Pipit termasuk burung kecil (banyak macamnya seperti pipit rumah, pipit uban) (Sugono, dkk., 2008: 1080), sedangkan gajah adalah binatang menyusui, berbelalai, bergading, berkaki besar, berkulit tebal, berbulu abu-abu (ada juga yang putih), berdaun telinga lebar, dan hidupnya menggerombol di hutan (terdapat di Asia dan Afrika) (Sugono, dkk., 2008: 405). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang pipit dan gajah, berikut ini peribahasa nama binatang pipit dan gajah. (560) Seperti pipit hendak menelan gajah Perihal orang miskin yang selalu sombong dan selalu menghamburhamburkan sedikit harta yang dimilikinya
2.3.64 Semut dan Belalang Semut termasuk serangga kecil yang berjalan merayap, hidup secara bergerombol, termasuk suku Formicidae, terdiri atas bermacam jenis (Sugono, dkk., 2008: 1265), sedangkan belalang termasuk serangga yang bersayap dua lapis dan mempunyai sepasang kaki belakang yang panjang, makanannya rumputrumputan atau daun-daunan (Sugono, dkk., 2008: 160). Dalam penelitian ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
hanya ada satu peribahasa nama binatang semut dan belalang, berikut ini peribahasa nama binatang semut dan belalang. (561) Umpama semut mempersembahkan pada belalang kepada raja Pemberian yang amat sedikit
2.3.65 Sepat dan Cacing Sepat termasuk ikan yang hidup di air tawar berbentuk pipih, bersisik halus, berwarna keperak-perakan, biasanya dijadikan ikan kering atau ikan asin (Sugono, dkk., 2008: 1278), sedangkan cacing adalah binatang melata yang bertubuh kecil yang hidup dalam tanah, air, dsb (Sugono, dkk., 2008: 157). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang sepat dan cacing, berikut ini peribahasa nama binatang sepat dan cacing. (562) Sebodoh-bodoh sepat tak makan cacing emas Sebodoh apapun manusia, masih bisa juga membedakan yang baik dan yang buruk
2.3.66 Serigala dan Domba Serigala adalah binatang liar yang bentuk badannya seperti anjing dan warna bulunya kuning kelabu (Sugono, dkk., 2008: 1287), sedangkan domba termasuk kambing yang berbulu tebal (bulunya dipakai bahan membuat wol); kambing kibas (Sugono, dkk., 2008: 339). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang serigala dan domba, berikut ini peribahasa nama binatang serigala dan domba. (563) Serigala berbulu domba
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
Orang yang kelihatannya baik dan penurut, padahal kejam dan berbahaya
2.3.67 Tikus dan Kucing Tikus adalah binatang pengerat termasuk suku Muridae, merupakan hama yang mendatangkan kerugian, baik di rumah maupun di sawah berbulu, berekor panjang, pada rahangnya terdapat sepasang gigi seri berbentuk pahat, umumnya berwarna hitam atau kelabu, tetapi ada juga yang berwarna putih (Sugono, dkk., 2008: 1462), sedangkan kucing adalah binatang mamalia pemakan daging termasuk suku Felidae, berukuran kecil sampai sedang,cakar berbentuk arit, dapat keluar masuk kantong jari-jarinya, bermata sangat tajam, mempunyai perilaku kewilayahan yang sangat kuat (Sugono, dkk., 2008: 784). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang tikus dan kucing, berikut ini peribahasa nama binatang tikus dan kucing. (564) Awak tikus hendak menampar kepala kucing Tidak berdaya mencapai sesuatu yang dicita-citakan atau diharapkan
2.3.68 Udang dan Ikan Udang adalah binatang tidak bertulang, hidup dalam air, berkulit keras, berkaki sepuluh, berekor pendek, dan bersepit dua pada kaki depannya (Sugono, dkk., 2008: 1516), sedangkan ikan adalah binatang bertulang belakang yang hidup di air, berdarah dingin, umumnya bernapas dengan insang, tubuhnya biasanya bersisik, bergerak dan menjaga keseimbangan badannya dengan menggunakan sirip (Sugono, dkk., 2008: 518). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
nama binatang udang dan ikan, berikut ini peribahasa nama binatang udang dan ikan. (565) Udang hendak mengatai ikan Kesalahan orang lain tampak tetapi kesalahan sendiri tak disadari
2.3.69 Ular dan Belut Ular adalah binatang melata, tidak berkaki, tubuhnya agak bulat memanjang, kulitnya bersisik, hidup di tanah atau di air, ada yang berbisa ada yang tidak (Sugono, dkk., 2008: 1521), sedangkan belut termasuk ikan air tawar dan payau, berbentuk memanjang mencapai 100 cm, hidup di dasar perairan tropis dan berlumpur, tersebar di perairan sungai dan lembah wilayah Asia (Sugono, dkk., 2008: 166). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang ular dan belut, berikut ini peribahasa nama binatang ular dan belut. (566) Sekerat ular sekerat belut Perihal seseorang yang sulit dipercayai, karena tidak tetap pendiriannya
2.3.70 Ular dan Ikan Ular adalah binatang melata, tidak berkaki, tubuhnya agak bulat memanjang, kulitnya bersisik, hidup di tanah atau di air, ada yang berbisa ada yang tidak (Sugono, dkk., 2008: 1521), sedangkan ikan adalah binatang bertulang belakang yang hidup di air, berdarah dingin, umumnya bernapas dengan insang, tubuhnya biasanya bersisik, bergerak dan menjaga keseimbangan badannya dengan menggunakan sirip (Sugono, dkk., 2008: 518). Dalam penelitian ini hanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
ada satu peribahasa nama binatang ular dan ikan, berikut ini peribahasa nama binatang ular dan ikan. (567) Ular bukan ikan pun bukan Seseorang yang tak dapat ditentukan baik buruknya
2.4 Tabel dan Penjelasan Berikut ini tabel jumlah peribahasa berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia yang diurutkan berdasarkan jumlah peribahasa dari yang banyak ke yang sedikit dan penjelasannya. 2.4.1
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Peribahasa yang Berunsur Satu Nama Binatang
NAMA BINATANG Ayam Anjing Ikan Kerbau Gajah Harimau Kucing Burung Ular Kambing Belut Kera Katak Kuda Itik Ulat Kumbang Pipit
JUMLAH PERIBAHASA 46 33 30 26 22 21 19 17 17 14 11 10 9 9 8 8 7 7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
Tikus Udang Belalang Beruk Biawak Cacing Gagak Laba-laba/Labah-labah Lembu Badak Buaya Kijang Kodok Kura-kura Kutu Balam Enggang Musang Rusa Kepiting Kuman Lalat Langau Pelanduk Sepat Tupai Babi Belacan Lebah Nyamuk Sapi Semut Tuma Bangau Banteng Capung Cecak Elang Keledai
7 7 6 6 6 6 6 6 6 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
103
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58 59 60 61 62 63
2.4.2
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kerong Merak Merpati Monyet Serigala Unta JUMLAH TOTAL
1 1 1 1 1 1 463
Peribahasa yang Berunsur Dua Nama Binatang
NAMA BINATANG Ayam dan Itik Enggang dan Pipit Gajah dan Harimau Buaya dan Harimau Gajah dan Pelanduk Kucing dan Tikus Musang dan Ayam Ayam dan Elang Ayam dan Musang Elang dan Musang Gajah dan Kuman Ikan dan Belalang Kucing dan Harimau Kuda dan Keledai Langau dan Gajah Anjing dan Babi Anjing dan Kucing Anjing dan Kuda Anjing dan Musang Anjing dan Gajah Ayam dan Penyu Balam dan Ketitiran Bangau dan Badak Bangau dan Kerbau Beruk dan Kera
JUMLAH PERIBAHASA 5 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
104
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
Buaya dan Ikan Burung dan Ketam Burung dan Punai Cacing dan Ular Cecak dan Kaper Elang dan Agas Elang dan Ayam Elang dan Belalang Elang dan Buaya Elang dan Burung Pungguk Elang dan Murai Elang dan Punai Gagak dan Bangau Gagak dan Murai Gajah dan Babi Gajah dan Kancil Gajah dan Katak Gajah dan Kera Gajah dan Rusa Gajah dan Tuma Gajah dan Udang Gajah dan Ular Harimau dan Kambing Harimau dan Pelanduk Harimau dan Tikus Ikan dan Burung Ikan dan Kucing Kambing dan Kerbau Katak dan Lembu Kera dan Belacan Kerbau dan Ayam Kerbau dan Harimau Kerbau dan Kuda Kerbau dan Sapi Kuda dan Lembu Lalat dan Kerbau Pipit dan Enggang Pipit dan Gajah Semut dan Belalang
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
105
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65 66 67 68 69 70
Sepat dan Cacing Serigala dan Domba Tikus dan Kucing Udang dan Ikan Ular dan Belut Ular dan Ikan JUMLAH TOTAL
106
1 1 1 1 1 1 96
Berdasarkan analisis BAB II dan tabel dapat dikemukakan beberapa catatan berikut. Pertama, jumlah total peribahasa yang berunsur satu nama binatang ada 463 (empat ratus enam puluh tiga) buah dengan menggunakan 63 (enam puluh tiga) nama binatang. Ayam, anjing, ikan, kerbau, gajah, harimau, kucing, burung, ular, kambing, belut, dan kera adalah binatang yang banyak digunakan dalam peribahasa yang berunsur satu nama binatang dalam bahasa Indonesia karena peribahasanya berjumlah 46 (empat puluh enam) sampai 10 (sepuluh). Katak, kuda, itik, ulat, kumbang, pipit, tikus, udang, belalang, beruk, biawak, cacing, gagak, laba-laba/labah-labah, lembu, badak, buaya, kijang, kodok, kura-kura, kutu, balam, enggang, musang, dan rusa adalah binatang berjumlah sedang yang digunakan dalam peribahasa yang berunsur satu nama binatang dalam bahasa Indonesia karena peribahasanya berjumlah 9 (sembilan) sampai 4 (empat). Kepiting, kuman, lalat, langau, pelanduk, sepat, tupai, babi, belacan, lebah, nyamuk, sapi, semut, tuma, bangau, banteng, capung, cecak, elang, keledai, kerong, merak, merpati, monyet, serigala, dan unta adalah binatang berjumlah sedikit yang digunakan dalam peribahasa berunsur satu nama binatang dalam bahasa Indonesia karena jumlah peribahasanya adalah 3 (tiga) sampai 1 (satu). Nama binatang yang paling banyak digunakan dalam peribahasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
berunsur satu nama binatang dalam bahasa Indonesia adalah ayam. Jumlah peribahasanya 46 (empat puluh enam). Ayam dapat digunakan dalam peribahasa berunsur satu nama binatang dalam bahasa Indonesia dengan jumlah paling banyak karena ayam sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tingkah laku ayam bermacam-macam. Kedua, jumlah total peribahasa yang berunsur dua nama binatang dalam bahasa Indonesia ada 96 (sembilan puluh enam) buah dengan menggunakan 70 (tujuhpuluh) nama binatang. Ayam dan itik, enggang dan pipit, serta gajah dan harimau adalah binatang yang banyak digunakan dalam peribahasa yang berunsur dua nama binatang dalam bahasa Indonesia karena peribahasanya berjumlah 5 (lima) sampai 4 (empat). Buaya dan harimau, gajah dan pelanduk, kucing dan tikus, serta musang dan ayam adalah binatang berjumlah sedang yang digunakan dalam peribahasa berunsur dua nama binatang dalam bahasa Indonesia karena jumlah peribahasanya adalah 3 (tiga). Ayam dan elang, ayam dan musang, elang dan musang, gajah dan kuman, ikan dan belalang, kucing dan harimau, kuda dan keledai, langau dan gajah, anjing dan babi, anjing dan kucing, anjing dan kuda, anjing dan musang, anjing dan gajah, ayam dan penyu, balam dan ketitiran, bangau dan badak, bangau dan kerbau, beruk dan kera, buaya dan ikan, burung dan ketam, burung dan punai, cacing dan ular, cecak dan kaper, elang dan agas, elang dan ayam, elang dan belalang, elang dan buaya, elang dan burung pungguk, elang dan murai, elang dan punai, gagak dan bangau, gagak dan murai, gajah dan babi, gajah dan kancil, gajah dan kancil, gajah dan katak, gajah dan kera, gajah dan rusa, gajah dan tuma, gajah dan udang, gajah dan ular, harimau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
dan kambing, harimau dan pelanduk, harimau dan tikus, ikan dan burung, ikan dan kucing, kambing dan kerbau, katak dan lembu, kera dan belacan, kerbau dan ayam, kerbau dan harimau, kerbau dan kuda, kerbau dan sapi, kuda dan lembu, lalat dan kerbau, pipit dan enggang, pipit dan gajah, semut dan belalang, sepat dan cacing, serigala dan domba, tikus dan kucing, udang dan ikan, ular dan belut, serta ular dan ikan adalah binatang berjumlah sedikit yang digunakan dalam peribahasa berunsur dua nama binatang dalam bahasa Indonesia karena jumlah peribahasanya adalah 2 (dua) sampai 1 (satu). Ayam dan itik dapat digunakan dalam peribahasa berunsur dua nama binatang dalam bahasa Indonesia dengan jumlah paling banyak karena ayam dan itik sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
dan
tingkah
laku
ayam
dan
itik
bermacam-macam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III MAKSUD YANG DIREPRESENTASIKAN OLEH NAMA BINATANG DALAM PERIBAHASA BAHASA INDONESIA 3.1 Pengantar Dalam bab ini dibahas tentang maksud apa saja yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia. Maksud yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia meliputi, (1) maksud memuji, (2) maksud menyindir, (3) maksud menasehati, (4) maksud menggambarkan perilaku baik, (5) maksud menggambarkan perilaku buruk, (6) maksud menggambarkan keadaan wajar, (7) maksud menggambarkan keadaan menyenangkan, (8) maksud menggambarkan keadaan menyedihkan, (9) maksud menggambarkan keadaan kecelakaan, dan (10) maksud menggambarkan keadaan sosial. 3.2 Maksud Memuji Memuji memiliki definisi melahirkan kekaguman dan penghargaan kepada sesuatu atau yang dianggap baik, indah, gagah berani, dsb (Sugono, dkk., 2008: 1112). Maksud memuji adalah satu tuturan yang diberikan oleh penutur dengan tujuan memberi rasa kagum atau memberi penghargaan kepada mitra tutur. Peribahasa dapat dipakai untuk tujuan memuji seseorang. Satu peribahasa yang diucapkan untuk memberi pujian kepada seseorang akan lebih menghasilkan simpati di hati daripada dikemukakan dengan tuturan kalimat pernyataan.
109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
Peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia dengan maksud memuji tampak pada contoh berikut: (568) Ayam tangkas di gelanggang (Widjoputri, 2009: 11) (569) Duduk seperti kucing, melompat seperti harimau (Widjoputri, 2009: 38) (570) Bagai belut digetir ekor (Widjoputri, 2009: 13)
Contoh (577), ayam tangkas di gelanggang bermakna „orang pandai berbicara dan berpidato di muka umum‟ (Widjoputri, 2009: 11). Dari makna tersebut, ayam merepresentasikan orang yang pandai berbicara dan berpidato. Pada kenyataannya ayam memiliki sifat tangkas saat diadu, ayam tangkas mendeskripsikan satu keahlian yang ada dalam diri seseorang. Ketangkasan di sini bisa dimaknai sebagai suatu “keahlian”. Dalam konteks ini, keahlian yang dimaksud adalah keahlian sebagai seorang yang pandai berpidato atau sering disebut sebagai orator. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh (577) adalah memberi pujian kepada orang yang pandai berbicara atau berpidato di muka umum, misalnya di sini pujian tersebut ditujukan untuk Presiden RI pertama, yakni Soekarno atau Bung Karno. Bung Karno sudah sangat dikenal dengan kemampuan orasinya. Siapa pun tahu Bung Karno pandai sekali berpidato. Berdasarkan konteks di atas, peribahasa tersebut ditujukan untuk memuji Bung Karno, seperti terlihat dalam kalimat berikut: “Jika kita mengenang Bung Karno, salah satu yang patut kita puji adalah kepandaiannya dalam berpidato. Ia layak kita sebut sebagai ayam tangkas di gelanggang”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
Contoh (578), duduk seperti kucing, melompat seperti harimau bermakna „kelihatannya diam, tetapi setelah berbuat akan kelihatan ketangkasan dan ketegasannya‟
(Widjopurti,
merepresentasikan
2009:
seseorang
38).
yang
Dari
makna
pendiam,
tersebut,
sedangkan
kucing harimau
merepresentasikan seseorang yang tegas. Pada kenyataannya, seekor harimau ketika dalam posisi duduk pasti akan terlihat seperti seekor kucing, setelah melompat baru tampaklah bahwa dia adalah seekor harimau. Duduk seperti kucing mendeskripsikan satu sifat seseorang yang pendiam, sedangkan melompat seperti harimau mendeskripsikan satu sifat ketangkasan seseorang. Berdasarkan maknanya, uraian (578) mempunyai maksud memuji seseorang, yakni memuji seseorang yang kelihatannya pendiam, akan tetapi setelah bertindak akan memunculkan ketegasan. Dalam konteks ini, misalnya diucapkan oleh seorang dosen saat mengajar di kelas dan tuturan ini ditujukan kepada salah satu mahasiswanya yang pendiam (misalnya Sari). Di kelas Sari terkenal sebagai seorang anak yang pendiam, tetapi ketika Sari berbuat sesuatu, misalnya menjawab
pertanyaan
dari
dosennya
baru
kelihatan
ketangkasan
dan
ketegasannya. Seperti tampak dalam kalimat berikut: Dosen
: “Sari, coba kamu jawab pertanyaan nomor empat”.
Sony
: (Menjawab dengan benar dan tegas dengan jawabannya).
Dosen
: “Saya salut denganmu Sari, kau ini duduk seperti kucing,
melompat seperti harimau”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
Contoh (579), bagai belut digetir ekor bermakna „orang yang sangat tangkas/serba cepat (Widjoputri, 2009: 13). Dari makna tersebut belut merepresentasikan dengan seseorang yang tangkas atau serba cepat. Pada kenyataannya, belut merupakan binatang yang sulit untuk ditangkap dengan tangan kosong. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang licin. Hal inilah yeng mendeskripsikan sikap tangkas dan serba cepat dari seekor belut. Peribahasa ini juga berarti jika manusia pun ada yang mempunyai sifat tangkas atau serba cepat dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan (dalam hal ini bekerja cepat dengan hasil yang sangat memuaskan). Berdasarkan maknanya, contoh
(579)
mempunyai
maksud
memuji
seseorang,
yakni
memuji
ketangkasannya atau kerja cepatnya dalam mengerjakan sesuatu. Peribahasa ini sangat sesuai jika dituturkan dalam konteks olahraga. Salah satu contohnya dalam bidang sepak bola. Hal ini tampak dalam kalimat berikut: “Lionel Messi itu bagai belut digetir ekor”. Tuturan di atas dapat dimaknai sebagai pujian karena Lionel Messi merupakan pesepakbola yang memiliki ketangkasan dan kecepatan dalam berlari. Hal ini yang memungkinkan Messi susah dihentikan oleh pemain lain. Inilah yang mendekati sifat belut, yaitu licin dan tangkas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
3.3 Maksud Menyindir Definisi menyindir adalah mengkritik (mencela, mengejek, dsb) seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang (Sugono, dkk., 2008: 1311). Maksud menyindir adalah satu tuturan yang diberikan oleh penutur dengan tujuan memberi kritikan (celaan, ejekkan, dsb) kepada mitra tutur. Peribahasa dapat dipakai untuk tujuan menyindir. Dengan sebuah peribahasa dapat dihindarkan perkataan-perkataan yang berkonotasi negatif, jika akan menyindir perbuatan seseorang. Peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia dengan maksud menyindir tampak pada contoh berikut: (571) Anjing itu meskipun dirantai dengan rantai emas sekalipun, niscaya berulang-ulang juga ia ke tempat najis (Widjoputri, 2009: 9) (572) Laksana kera dapat bunga (Widjoputri, 2009: 62) (573) Katak hendak menjadi lembu (Widjoputri, 2009: 56)
Contoh (580), anjing itu meskipun dirantai dengan rantai emas sekalipun, niscaya berulang-ulang juga ia ke tempat najis bermakna „orang yang dasarnya hina tidak akan dapat mengubah tingkah lakunya, meskipun ia diberi tempat yang baik
dan layak (Widjoputri,
2009:
9). Dari makna tersebut,
anjing
merepresentasikan orang yang hina. Pada kenyataannya dalam masyarakat kita, terutama umat Muslim menganggap anjing sebagai binatang yang dianggap najis atau kotor karena liurnya. Anjing dalam peribahasa ini mendeskripsikan orang yang hina. Orang yang hina di sini dimaknai dengan orang yang mempunyai tabiat buruk yang sukar untuk dihilangkan. Peribahasa ini juga mempunyai arti bahwasannya orang pun ada yang dianggap hina karena perilakunya yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
dianggap menyimpang, misalnya seorang penjahat atau pencuri yang sudah diterima oleh masyarakat akan tetapi ia mengulangi perbuatan mencuri lagi dan tidak mempunyai sikap menyesal atas perbuatannya. Berdasarkan maknanya, contoh (580) mempunyai maksud menyindir, yakni penutur memberi celaan kepada mitra tutur yang dasarnya hina tidak akan dapat mengubah tingkah lakunya meski ia sudah diberi tempat yang layak. Dalam konteks ini, misalnya diucapkan oleh masyarakat di lingkungan tempat tinggal si pencuri tadi (sebut saja Gondrong) dengan maksud menyindir perilakunya. Seperti tampak dalam kalimat berikut: “Anjing itu meskipun dirantai dengan rantai emas sekalipun, niscaya berulang-ulang juga ia ke tempat najis. Jika melihat Gondrong dia pantas menerima peribahasa itu, lihat saja sekarang dia masuk penjara lagi gara-gara mencuri ayam semalam. Untung saja dia tidak mati dihakimi masa”. Contoh (581), laksana kera dapat bunga bermakna „orang yang tidak bisa menghargai sesuatu karena tidak mengerti‟ (Widjoputri, 2009: 62). Dari makna tersebut, kera merepresentasikan orang yang tidak bisa mengerti. Pada kenyataannya, kera itu jika diberi bunga tidak akan mengerti fungsi bunga karena seekor kera itu berelasi (berhubungan) dengan pisang bukan dengan bunga. Berbeda jika lebah yang diberi bunga karena pada dasarnya lebah berelasi dengan bunga. Jadi sangat wajar jika kera tidak akan mengerti kalau dia diberi bunga karena tidak sesuai dengan duniannya. Kera dapat bunga mendeskripsikan suatu hal yang tidak bisa dimengerti seseorang karena tidak tahu apa fungsi dan kegunaannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
Peribahasa ini dimaknai, bahwa seseorang tidak akan bisa menghargai sesuatu yang telah diperolehnya jika orang tersebut tidak mengerti fungsi dan kegunaannya. Berdasarkan maknanya, contoh (581) mempunyai maksud menyindir seseorang yang tidak bisa menghargai sesuatu karena tidak mengerti. Sindiran di sini ditujukan untuk orang yang telah memberi sesuatu yang tidak sesuai dengan kebutuhan si penerima. Konteks di sini misalnya seorang ayah memberikan hadiah kepada seorang anaknya yang tunanetra. Kado yang diberikan adalah kursi roda. Pemberian kursi roda ini, bisa ditafsirkan sebagai sesuatu yang tidak menghargai karena memang bukan itu yang dibutuhkannya. Untuk itu peribahasa yang tepat adalah: “Anak itu laksana kera dapat bunga”. Contoh (582), katak hendak menjadi lembu bermakna „orang yang hendak meniru perbuatan orang lain, yang ia tidak mungkin mampu melaksanakannya‟ (Widjoputri, 2009: 56). Dari makna tersebut, katak merepresentasikan orang yang tidak mampu (miskin), sedangkan lembu merepresentasikan orang yang mampu (kaya). Pada kenyataannya, katak yang memaksakan untuk menjadi lembu sangatlah mustahil, misalnya katak yang terus menggelembungkan tubuhnya supaya bisa menjadi besar seperti lembu akhirnya pecahlah tubuhnya itu, dan binasalah dia. Katak mendeskripsikan orang miskin yang hendak berlaga menjadi orang kaya, orang kaya di sini dideskripsikan dengan lembu. Peribahasa ini dimaknai bahwa orang miskin yang hendak meniru perilaku orang kaya sangatlah mustahil, misalnya dilihat dari segi ekonominya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
Berdasarkan maknanya, contoh (582) mempunyai maksud menyindir, yaitu penutur memberi sindiran kepada mitra tuturnya yang miskin hendak meniru perilaku orang kaya yang ia tidak mungkin mampu melaksanakannya. Dalam konteks di sini misalnya diucapkan kepada pengemis yang ingin membeli rumah mewah seperti yang dimiliki tetangganya yang berprofesi sebagai pejabat. Sungguhlah tidak mungkin pengemis tadi bisa membeli rumah mewah yang berharga ratusan juta bahkan milyaran rupiah. Bisa saja terjadi tetapi butuh waktu yang lama dan panjang. Untuk itu peribahasa yang tepat untuk menyindir adalah: “Orang itu bagai katak hendak jadi lembu”.
3.4 Maksud Memberi Nasihat Nasihat secara leksikal memiliki makna yaitu ajaran atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik (Sugono, dkk., 2008: 953). Maksud memberi nasihat adalah satu tuturan yang diberikan oleh penutur dengan tujuan memberi ajaran atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) kepada mitra tutur. Peribahasa dipakai sebagai tujuan memberi nasihat akan lebih banyak memberikan hasil daripada berterus terang, sebab nasihat yang berterus terang itu adakalanya bukan saja kasar bunyinya, tetapi kadang-kadang dapat melukai perasaan orang yang dinasehati. Memberi nasihat yang pahit sekalipun jika menggunakan sebuah peribahasa tidaklah akan tajam terdengarnya, karena jika diungkangkan dengan terus terang akan melukai hati yang mendengar. Peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia dengan maksud memberi nasihat ada pada contoh berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
(574) Tidak ada gunanya mencambuk kuda mati (Widjoputri, 2009: 106) (575) Burung membadai di atas langit, merendah diharap jangan (Widjoputri, 2009: 30) (576) Jangan dibangunkan ular tidur (Widjoputri, 2009: 49) Contoh (583), tidak ada gunanya mencambuk kuda mati bermakna „adalah sia-sia dan buang-buang waktu apabila kita bertengkar mengenai hal yang sudah terjadi
(Widjoputri,
2009:
106).
Dari
makna
tersebut,
kuda
mati
merepresentasikan kejadian yang sudah terjadi. Pada kenyataannya kuda yang sudah mati tidak akan hidup kembali, kuda mati mendeskripsikan satu keadaan yang sudah terjadi tidak pantas untuk dipertengkarkan lagi. Dalam konteks ini, kejadian yang dimaksud adalah kejadian yang dianggap buruk. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh (583) adalah memberi nasihat berupa anjuran atau teguran untuk orang yang masih bertengkar mengenai hal yang sudah terjadi. Konteks di sini, misalnya diperbincangkan dalam bidang perlombaan atau kompetisi. Dalam sebuah kompetisi pastilah ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah. Pihak yang kalah tidak terima dengan kekalahan mereka dan mencoba untuk mengulangi pertandingan lagi, akan tetapi keputusan dari juri sudah bulat bahwa mereka kalah. Untuk itu peribahasa yang bertujuan memberi nasihat dalam kasus ini adalah: “Tidak
ada gunanya mencambuk
kuda mati, dalam
sebuah
pertandingan memang harus ada yang menang dan memang harus ada yang kalah”. Contoh (584), burung membadai di atas langit, merendah diharap jangan bermakna „barang yang belum sampai di tangan, janganlah terlampau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
diharapkan‟. Dari makna tersebut, burung merepresentasikan suatu barang yang belum sampai ditangan. Pada kenyataannya burung yang sudah terbang jauh ke atas sudah pasti lama hinggapnya. Burung yang terbang tinggi mendeskripsikan barang yang belum jatuh ke tangan kita, sedangkan kata lama hinggapnya mendeskripsikan
„pengharapan‟.
Pengharapan
di
sini
dimaknai
dengan
pengharapan yang berlebihan. Berdasarkan maknanya, contoh (584) penutur bermaksud memberi nasihat kepada mitra tutur agar jangan terlalu berharap bila barang yang kita harapkan belum tentu kita peroleh. Konteks di sini misalnya, diberikan untuk orang yang sedang menunggu pengumuman undian mobil dan rumah mewah. Undian belum tentu dia yang memperolehnya, tetapi dia yakin dia yang akan mendapatkannya, padahal orang lainlah yang justru mendapatkannya. Peribahasa dengan maksud memberi nasihat tampak pada contoh berikut: “Burung membadai di atas langit, merendah diharap jangan, karena kamu bisa merugi sendiri”.
Contoh (585), jangan dibangunkan ular tidur bermakna „musuh yang sudah tenang jangan dibangkitkan amarahnya‟ (Widjoputri, 2009: 49). Dari makna tersebut, ular merepresentasikan seorang musuh. Pada kenyataannya ular yang sedang tidur jika diusik akan marah, ular tidur mendeskripsikan musuh yang sudah tenang. Musuh di sini bisa dimaknai dengan seseorang yang sedang dalam keadaan marah. Berdasarkan maknanya, contoh (585) dituturkan dengan maksud memberi nasihat kepada mitra tutur supaya jangan membangkitkan amarah seseorang yang sudah tenang. Konteks di sini, misalnya diucapkan kepada orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
yang suka mengusik permusuhan orang lain. Misalnya si A sedang bermusuhan dengan si B, di sini si C hadir untuk mengusik permusuhan yang terjadi di antara kedua temannya tersebut padahal si A dan si B sudah melupakan permusuhan tersebut. Penutur memberi nasihat untuk si C agar tidak mengusik pertengkaran di antara kedua temannya tersebut dengan peribahasa seperti berikut: “Jangan dibangunkan ular tidur nanti bisa menimbulkan permasalahan yang baru”.
3.5 Maksud Menggambarkan Perilaku Baik Definisi perilaku baik, yaitu sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku; budi pekerti; tabiat yang baik atau tidak jahat (Sugono, dkk., 2008: 118 & 1558). Maksud menggambarkan perilaku baik adalah satu tuturan yang diberikan oleh penutur kepada mitra tuturnya dengan tujuan menggambarkan tingkah laku, budi pekerti, dan tabiat yang baik atau tidak jahat. Melalui sebuah peribahasa akan timbul maksud dengan tujuan yang berbeda-beda, salah satunya yaitu maksud menggambarkan perilaku baik seseorang. Peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia ini ada yang mengandung maksud menggambarkan perilaku baik seseorang yang dapat dijadikan contoh dalam kehidupan kita. Peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia dengan maksud menggambarkan perilaku baik tersebut tampak seperti pada contoh berikut: (577) Kerbau dipegang talinya, manusia dipegang mulutnya (Widjoputri, 2009: 58)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
(578) Seperti harimau menyembunyikan kuku (Widjoputri, 2009: 91) (579) Gagak bersuara murai (Sarwono, 2003: 105)
Contoh (586), kerbau dipegang talinya, manusia dipegang mulutnya bermakna „perihal menepati janji atas apa yang pernah diucapkan‟ (Widjoputri, 2009: 58). Dari makna tersebut, kerbau merepresentasikan sifat seseorang yang tepat janji. Pada kenyataannya, kerbau jika dipegang talinya saat membajak sudah pastilah dia akan berjalan membajak sawah tidak mungkin kerbau itu hanya diam saja. Kerbau yang dipegang talinya mendeskripsikan satu perilaku baik. Dalam konteks ini, perilaku baik yang dimaksud adalah hal menepati janji atas apa yang pernah diucapkan. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh (586) adalah memberi gambaran tentang perilaku baik seseorang yang menepati janji atas apa yang pernah diucapkannya. Misalnya di sini, janji seorang anak kepada orang tuanya. Si anak berjanji kepada orang tuanya akan memberikan kado berupa baju jika ia diterima bekerja di perusahaan yang ia impikan. Pihak perusahaan pun menerima si anak ini bekerja di perusahaannya. Setelah menerima gaji pertamanya, si anak tadi pergi ke sebuah toko baju dan membelikan baju untuk kedua orang tuanya. Baju tersebut langsung diberikan kepada kedua orang tuanya sesampai di rumah. Peribahasa yang tepat di sini adalah: “Anak itu, bagai kerbau dipegang talinya, manusia dipegang mulutnya”. Contoh (587), seperti harimau menyembunyikan kuku bermakna „orang pandai seringkali tidak memamerkan kepandaiannya‟. Dari makna tersebut,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
harimau merepresentasikan orang yang pandai, sedangkan menyembunyikan kuku diperbandingkan dengan sifat tidak pamer. Pada kenyataannya, seekor harimau ketika menyembunyikan kukunya menandakan bahwa harimau tersebut sedang tidak memperlihatkan kebuasannya, „kebuasan‟ di sini dimaknai dengan kepandaian seseorang, sedangkan menyembunyikan kuku dimaknai dengan sifat tidak pamer. Harimau menyembunyikan kuku mendeskripsikan orang pandai yang tidak memamerkan kepandaiannya. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh (587) adalah memberi gambaran perilaku baik yang dimiliki oleh seseorang yakni tidak pamer atau rendah diri. Peribahasa ini sangat sesuai ketika konteks dituturkan kepada seorang Profesor yang tidak pernah pamer dengan kepandaiannya saat berada di depan umum, seperti tampak dalam kalimat berikut: “Prof. Suprapto itu seperti harimau menyembunyikan kuku ya?” Contoh (588), gagak bersuara murai bermakna „orang bodoh tetapi bersuara dan berbudi bahasa baik‟. Dari makna tersebut, gagak merepresentasikan orang bodoh, sedangkan murai merepresentasikan orang yang bersuara dan berbudi bahasa baik. Pada kenyataannya, seekor gagak itu bersuara keras, sedangkan murai itu burung yang kicauannya kecil. Suara gagak yang keras mendeskripsikan satu keadaan orang yang bodoh, sedangkan kicauan kesil dari seekor murai mendeskripsikan satu sifat baik yakni berbudi bahasa baik. Berdasarkan maknanya, maksud contoh (588) adalah memberi gambaran perilaku baik, yakni perilaku berbudi bahasa baik atau tentang kesopanan, misalnya di sini penutur memiliki teman yang bodoh akan tetapi dia berbudi bahasa baik kepada semua orang. Penutur menuturkan peribahasa ini kepada anaknya (mitra tuturnya)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
dengan maksud memberi contoh gambaran perilaku yang baik dari temannya tersebut. seperti tampak dalam kalimat berikut: “Lihatlah Pak Budi itu nak, dia itu bagai gagak bersuara murai”.
3.6 Maksud Menggambarkan Perilaku Buruk Definisi dari perilaku buruk, yaitu sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku; budi pekerti; tabiat yang jahat atau tidak menyenangkan (Sugono, dkk., 2008: 227& 1558). Maksud menggambarkan watak buruk adalah satu tuturan yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur dengan tujuan menggambarkan tingkah laku, budi pekerti, dan tabiat yang jahat atau tidak menyenangkan. Manusia terkadang ada yang memiliki perilakuperilaku buruk di dalam menjalani kehidupannya. Peribahasa juga dapat digunakan untuk menggambarkan perilaku buruk seseorang. Peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia dengan tujuan menggambarkan perilaku buruk tersebut tampak seperti pada contoh berikut: (580) Seperti lebah, mulut membawa madu, pantat membawa sengat (Widjoputri, 2009: 93) (581) Badak makan anak (Sugono, dkk., 2008: 110) (582) Memukul kucing di dapur (Widjoputri, 2009: 65)
Contoh (589), seperti lebah, mulut membawa madu, pantat membawa sengat bermakna „berwajah rupawan, namun punya sifat yang sangat sombong‟. Dari makna tersebut, lebah merepresentasikan orang yang berwajah rupawan akan tetapi dia sombong. Pada kenyataannya seekor lebah itu merupakan serangga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
penyengat, seekor lebah yang membawa sengat mendeskripsikan satu perilaku buruk yang dimiliki seseorang. Dalam konteks ini, perilaku buruk yang dimaksud adalah perilaku sombong atau congkak. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh (589) adalah memberi gambaran tentang perilaku buruk seseorang, perilaku buruk di sini yaitu sombong atau congkak, misalnya di sini penutur ingin menggambarkan perilaku buruk mitra tutur yang berwajah rupawan akan tetapi mempunyai sifat sombong, misalnya seperti tampak dalam peribahasa berikut: “Kau ini seperti lebah, mulut membawa madu, pantat membawa sengat”. Contoh (590), badak makan anak bermakna „ayah membuang anaknya karena takut akan musnah kebesarannya (pada raja-raja zaman dahulu) (Sugono, dkk., 2008: 110)‟. Dari makna tersebut, badak merepresentasikan seorang ayah yang egois dan tidak bertanggung jawab. Pada kenyataannya seekor badak adalah binatang pemakan rumput akan tetapi jika secara fisik badak tidak kuat bisa juga badak makan anaknya sendiri. Badak makan anak mendeskripsikan seorang ayah yang membuang anaknya sendiri. Membuang anaknya sendiri dimaknai sebagai bagian dari perilaku buruk seseorang karena dia tidak bertanggung jawab sebagai orang tua yang seharusnya merawat sang anak sampai tumbuh dewasa, bukan malah membuangnya. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh (590) adalah memberi gambaran perilaku buruk seseorang, perilaku buruk di sini adalah perilaku tidak bertanggung jawab perihal ayah yang membuang anaknya sendiri untuk kepentingan kekuasaannya. Dalam konteks ini misalnya peribahasa ini dituturkan kepada seorang Raja yang telah membuang anak perempuannya karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
124
yang diharapkan adalah seorang anak lelaki yang dapat meneruskan tahtanya. Misalnya tampak dalam kalimat berikut: “Raja Senopati bagai badak makan anak”. Contoh (591), memukul kucing di dapur bermakna „menyakiti keluarga sendiri‟ (Widjoputri, 2009: 65). Dari makna tersebut, kucing merepresentasikan sebuah keluarga. Pada kenyataannya kucing biasanya menjadi binatang piaraan di rumah dan bisa dijadikan binatang kesayangan seseorang. Dalam konteks ini menjadi binatang kesayangan dimaknai sebagai keluarga sendiri. Ketika kucing dipukul dimaknai dengan seperti kita menyakiti keluarga kita sendiri. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh (591) adalah menggambarkan perilaku buruk seseorang, perilaku buruk di sini yakni menyakiti keluarga sendiri. Konteks di sini misalnya dituturkan kepada seorang anak (misalnya Malin) yang tidak mau mengakui ibunya di depan teman-temannya karena ibunya adalah seorang pengemis. Suatu ketika ibu Malin sedang mengemis di tempat di mana Malin sedang berkumpul dengan teman-temannya. Karena Malin malu kalau itu ibunya Malin langsung mengusir sang ibu agar pergi dan salah satu tetangganya melihat kejadian tersebut, lalu munculah tuturan seperti contoh berikut: “Malin kau ini telah memukul kucing di dapur, karena sebenarnya yang kau usir itu adalah ibumu sendiri”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
3.7 Maksud Menggambarkan Keadaan Wajar
Kata wajar secara leksikal memiliki makna biasa sebagaimana adanya tanpa tambahan apa pun, menurut keadaan yang ada atau sebagaimana mestinya (Sugono, dkk., 2008: 1553). Maksud menggambarkan keadaan wajar adalah satu tuturan yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur dengan tujuan memberi gambaran tentang keadaan yang sebagaimana adanya tanpa tambahan apapun, menururt keadaan yang ada atau sebagaimana mestinya. Dalam kehidupan masyarakat, seseorang sudah tentu melakukan kebiasaan-kebiasaan umum, perilaku umum, hal yang biasa, hal yang lumrah, atau melakukan sesuatu yang memang sudah wajar dilakukan seseorang. Sebuah peribahasa juga dapat digunakan untuk menggabarkan keadaan wajar seseorang dalam menjalani kehidupannya sebagai manusia. Peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia dengan maksud menggambarkan keadaan wajar
tersebut
tampak seperti pada contoh berikut:
(583) Setinggi-tinggi bangau terbang, surutnya ke kubangan (Sugono, dkk., 2008: 132) (584) Ibarat ayam, tidak mengais tidak makan (Widjoputri, 2009: 46) (585) Bangkai gajah tak dapat ditutup dengan nyiru (Widjoputri, 2009: 19)
Contoh (592), setinggi-tinggi bangau terbang, surutnya ke kubangan bermakna „sejauh-jauh orang merantau, akhirnya kembali ke tempat asalnya (kampung halamannya) juga (Sugono, dkk., 2008: 132). Dari makna tersebut, bangau terbang merepresentasikan seorang perantau. Pada kenyataannya bangau itu sejenis unggas dan hidupnya di tempat berair. Bangau yang terbang tinggi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
mendeskripsikan orang yang pergi jauh, pergi jauh di sini dimaknai dengan orang yang merantau, sedangkan surutnya ke kubangan mendeskripsikan bangau itu memang hidupnya di air sama halnya dengan orang yang pergi jauh akan kembali ke tempat asalnya juga. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh (592) adalah penutur menggambarkan suatu keadaan wajar, yakni seseorang yang jauh merantau pasti akan kembali juga ke tempat asalnya (kampung halamannya). Peribahasa ini sangat sesuai jika dituturkan dalam konteks sebuah keluarga. Dalam hal ini seorang anak yang jauh-jauh pergi merantau akhirnya kembali pulang ke rumah orang tuanya karena ingin meminta restu menikah. Hal ini tampak dalam kalimat berikut: “Lihatlah si Bujang itu setinggi-tinggi bangau terbang, surutnya ke kubangan juga bukan?” Tuturan di atas dapat dimaknai sebagai gambaran keadaan wajar karena Bujang adalah seorang anak yang harus menghargai kedua orang tuanya dengan cara meminta doa restu sebelum akhirnya dia akan menikah. Contoh (593), ibarat ayam, tidak mengais tidak makan bermakna „untuk mencukupi segala kebutuhan, kita harus bekerja keras‟ (Widjoputri, 2009: 46). Dari makna tersebut, ayam merepresentasikan seorang pekerja keras. Pada kenyataannya, ayam mencari makanannya dengan cara mengais, ayam mengais mendeskripsikan satu usaha kerja keras yang dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi segala kebutuhan hidup. Dalam konteks ini, kerja keras yang dimaksud adalah bekerja dengan sungguh-sungguh, sekuat daya dan tenaga, penuh semangat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
127
dan pantang menyerah untuk mencukupi segala kebutuhan hidup. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh (593) adalah penutur ingin menggambarkan suatu keadaan wajar, yakni manusia itu harus bekerja keras supaya dapat mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Peribahasa ini misalnya dituturkan dalam konteks pekerjaan, seperti tampak dalam kalimat berikut: “Jika kita hanya diam tidak bekerja, darimana kita dapat uang? Ibarat ayam, tidak mengais tidak makan”. Tuturan di atas dapat dimaknai sebagai gambaran keadaan wajar, yakni jika kita sebagai manusia hanya diam saja tidak bekerja bagaimana kita dapat mencukupi kebutuhan hidup kita. Untuk itu sudah hal wajar kita sebagai manusia harus bekerja keras untuk mencukupi segala kebutuhan, ibarat ayam yang selalu mengais agar dapat makanan. Contoh (594), bangkai gajah tak dapat ditutup dengan nyiru bermakna „kejahatan yang besar sangat sulit untuk disembunyikan‟ (Widjoputri, 2009: 19). Dari makna tersebut, bangkai gajah merepresentasikan suatu kejahatan yang besar. Pada kenyataannya seekor gajah memiliki tubuh yang besar, apabila gajah itu mati sudah tentu bangkai tubuhnya besar pula, sedangkan nyiru merupakan alat rumah tangga, berbentuk bundar, dibuat dari bambu yang dianyam, gunanya untuk menampi beras, dsb. Berdasarkan kenyataan tersebut, sudah tentu bangkai gajah yang besar jika hanya ditutup dengan nyiru, bangkai gajah tersebut tidak akan tertutup sepenuhnya. Bangkai gajah mendeskripsikan satu perilaku besar. Perilaku besar di sini dimaknai sebagai suatu “kejahatan yang besar”, sedangkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
128
nyiru mendeskripsikan satu benda yang lebih kecil. Benda kecil di sini dimaknai dengan sesuatu yang tidak mungkin dapat dijadikan tempat persembunyian. Berdasarkan
maknanya,
maksud
dari
contoh
(594)
adalah
penutur
menggambarkan suatu keadaan wajar, yakni kejahatan yang besar sangat sulit untuk disembunyikan. Misalnya konteks di sini tentang kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Seperti tampak dalam kalimat berikut: “Akhirnya Komisi Pemberantasan Korupsi menyatakan Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka dalam kasus sengketa Pilkada Kabupaten Lebak, karena sesungguhnya bangkai gajah tak dapat ditutup dengan nyiru”.
3.8 Maksud Menggambarkan Keadaan Menyenangkan Kata menyenangkan secara leksikal mempunyai makna, yaitu menjadikan senang atau membuat bersuka hati, membangkitkan rasa senang hati; memuaskan; menarik (hati), dan merasa senang atau puas akan; menyukai (Sugono, dkk., 2008: 1267). Maksud menggambarkan keadaan yang menyenangkan adalah satu tuturan yang diberikan penutur kepada mitra tutur dengan tujuan memberi gambaran tentang rasa senang hati, memuaskan, menarik (hati). Dalam kehidupan manusia pasti ada yang merasakan keadaan menyenangkan ketika mendapatkan sesuatu. Dengan sebuah peribahasa kita dapat menggambarkan keadaan menyenangkan yang dialami oleh seseorang. Peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia dengan maksud menggambarkan keadaan menyenangkan tampak seperti pada contoh berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
129
(586) Seperti tikus jatuh ke beras (Widjoputri, 2009: 96) (587) Seperti kucing tidur di lantai (Widjoputri, 2009: 93) (588) Seperti kuda lepas dari pingitan (Widjoputri, 2009: 93)
Contoh (595), bermakna „mendapatkan tempat yang membahagiakan dan menguntungkan. Dari makna tersebut, tikus merepresentasikan orang yang sedang merasa senang atau bahagia. Pada kenyataannya, beras adalah salah satu makanan yang disukai tikus. Jika tikus itu jatuh ke beras, sudah tentu itu menjadi tempat yang menguntungkan karena beras-beras tersebut akan dimakan. Tikus jatuh ke beras
mendeskripsikan
seseorang
yang
mendapatkan
tempat
yang
membahagiakan dan menguntungkan. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh (595) adalah penutur menggambarkan suatu keadaan yang menyenangkan yang dialami oleh seseorang, yakni mendapatkan tempat yang membahagiakan dan menguntungkan. Peribahasa ini sangat cocok dituturkan dalam bidang pekerjaan. Misalnya salah satu karyawan memperoleh kenaikan pangkat di perusahannya karena prestasinya dalam bekerja, seperti tampak dalam kalimat berikut: “Ratri dulu itu cuma bawahan sekarang setelah jadi supervisor seperti tikus jatuh ke beras”. Tuturan di atas dapat dimaknai sebagai keadaan yang menyenangkan karena mitra tutur (Ratri) yang dulunya hanya pegawai bawahan kini ia menjadi supervisor. Sudah tentu Ratri merasa bahagia dan beruntung karena kini dia menjadi pegawai yang akan disegani oleh teman-temannya dan gajinya pun juga lebih banyak dari gaji yang sebelumnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
130
Contoh (596), seperti kucing tidur di lantai bermakna „sudah tidak kekurangan
lagi‟
(widjoputri,2009:
93).
Dari
makna
tersebut,
kucing
merepresentasikan seseorang yang merasa puas karena sudah tidak kekurangan lagi. Pada kenyataannya, seekor kucing (yang tidak dipelihara) biasanya hanya tidur di sembarang tempat dan mencari makanannya sendiri. Dalam peribahasa ini, kucing yang sudah tidur di lantai dimaknai sebagai satu hal yang sudah tidak kekurangan lagi (sudah dipelihara) dan kucing yang sudah dipelihara biasanya diberi makan oleh yang memelihara. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh (596) adalah penutur menggambarkan keadaan menyenangkan yang dialami oleh seseorang, yakni merasa puas dengan keadaan yang sudah tidak kekurangan lagi. Konteks di sini misalnya dituturkan untuk menggambarkan keadaan seorang anak gelandangan (misalnya Hasan) yang telah diangkat menjadi seorang anak oleh keluarga yang berada. Tuturan tersebut muncul seperti contoh berikut: “Lihatlah Hasan sekarang seperti kucing tidur di lantai setelah ia diangkat menjadi anak Pak Lurah”. Contoh (597), seperti kuda lepas dari pingitan bermakna „orang yang sangat bahagia karena terlepas dari masalah‟ (Widjoputri, 2009: 93). Dari makna tersebut, kuda merepresentasikan orang yang bahagia. Pada kenyataannya kuda yang dipingit (dikurung) tidak akan dapat pergi ke tempat dimana banyak rumput (ladang). Dalam konteks ini kuda yang lepas dari pingitan (kurungan) mendeskripsikan bahwa orang yang lepas dari masalah (pingitan) sudah pasti dia merasa bahagia. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh (597) adalah penutur menggambarkan keadaan menyenangkan yang dialami oleh mitra tutur, yakni
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
131
seseorang merasa bahagia karena terlepas dari masalah. Masalah di sini misalnya perjodohan. Ada seorang anak gadis (misalnya Ratna) yang telah dijodohkan dengan seorang lelaki yang tidak dicintainya. Akan tetapi Ratna berhasil menggagalkan perjodohan tersebut dengan cara mengenalkan lelaki pilihan Ratna di depan keluarganya yang lebih baik dari calon yang dijodohkan oleh orang tuanya. Akhirnya kedua orang tua Ratna membatalkan perjodohan itu dan merestui Ratna menikah dengan lelaki pilihannya. Untuk itu peribahasa ini muncul seperti berikut: “Lihatlah ratna seperti kuda lepas dari pingitan”.
3.9 Maksud Menggambarkan Keadaan Menyedihkan Kata menyedihkan memiliki arti, yaitu menimbulkan rasa sedih (pilu); menyusahkan hati, atau bersedih hati tentang sesuatu (Sugono, dkk., 2008: 12381239). Maksud menggambarkan keadaan yang menyedihkan adalah satu tuturan yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur dengan tujuan memberi gambaran tentang perasaan sedih, menyusahkan hati, atau bersedih hati tentang sesuatu hal. Seseorang terkadang ada yang mengalami permasalahan dalam kehidupannya yang
membuatnya
merasa
sedih.
Dengan
peribahasa
seseorang
dapat
menggambarkan keadaan menyedihkan yang dialami oleh orang lain. Peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia dengan maksud menggambarkan keadaan menyedihkan tersebut tampak seperti pada contoh berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
132
(589) Seperti anak ayam kehilangan induknya (Widjoputri, 2009: 88) (590) Bagai kucing kehilangan anak (Widjoputri, 2009: 15) (591) Seperti cacing kepanasan (Widjoputri, 2009: 90)
Contoh (598), seperti anak ayam kehilangan induknya bermakna „menderita kesusahan karena kehilangan panutan/pemimpinnya‟ (Widjoputri, 2009:88). Dari makna tersebut, anak ayam merepresentasikan seorang anak buah (dalam organisasi), sedangkan induk ayam merepresentasikan seorang pemimpin. Pada kenyataannya apabila anak ayam kehilangan induknya sudah tentu anak ayam tadi akan kebingungan lari kesana-kemari untuk mencari induknya. Kebingungan di sini mendeskripsikan rasa susah. Berdasarkan maknanya, maksud contoh (598) adalah penutur menggambarkan keadaan menyedihkan yang dialami oleh mitra tutur, yakni seseorang merasa kesusahan karena kehilangan panutan/pemimpinnya. Misalnya peribahasa ini dituturkan untuk menggambarkan sebuah organisasi yang kehilangan figur seorang pemimpin karena pemimpin sibuk dengan dunianya sendiri. Seperti terlihat dalam kalimat berikut: “Sungguh malang nasibmu anak buah. Kamu tuh seperti anak ayam kehilangan induknya”. Contoh (599), bagai kucing kehilangan anak bermakna „seseorang yang sangat gelisah karena berpisah dengan seseorang yang sangat dicintainya (Widjoputri, 2009: 15). Dari makna tersebut, kucing merepresentasikan seseorang yang mencintai sesuatu. Pada kenyataannya, kucing merupakan binatang penyanyang. Apabila seekor kucing betina yang kehilangan anaknya (meninggal) pasti kucing ini akan mengeong tanpa henti dan berlarian kesana-kemari untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
133
mencari anak yang disanyanginya. Mengeong tanpa henti merepresentasikan perasaan gelisah. Dalam hal ini gelisah dimaknai dengan rasa sedih karena berpisah dengan orang yang sangat dicintai. Berdasarkan makna tersebut, maksud dari contoh (599) adalah penutur menggambarkan keadaan menyedihkan yang dialami oleh mitra tuturnya, yakni rasa gelisah karena berpisah dengan orang yang sangat dicintainya. Peribahasa ini sangat sesuai dituturkan ketika ada seorang perempuan yang baru saja putus dengan kekasihnya, dimana perempuan ini hanya berdiam diri di kamar dan tidak mau makan atau keluar dari kamar. Seperti tampak dalam kalimat berikut: “Lihatlah Rani, sudah tiga hari dia tidak makan dan hanya di kamar terus. Dia itu bagai kucing kehilangan anak setelah Hendi meninggalkannya”. Tuturan di atas diucapkan oleh Ibu Rani selaku penutur dan mitra tuturnya di sini adalah ayah Rani. Ibu Rani bermaksud menggambarkan keadaan menyedihkan yang dialami Rani setelah kehilangan kekasihnya kepada ayah Rani. Contoh (600), seperti cacing kepanasan bermakna „orang yang selalu gelisah, karena kehidupannya penuh dengan masalah‟ (Widjoputri, 2009: 90). Dari makna tersebut, cacing merepresentasikan orang yang selalu gelisah. Pada kenyataanya cacing itu bernapas dengan kulit mereka yang tipis, jika kulit cacing mongering, cacing tanah akan mati lemas. Cacing sangat sensitif terhadap cahaya matahari lansung ataupun suhu panas yang dapat membuat kulit mereka kering. Dalam konteks ini cacing yang terkena cahaya matahari langsung atau suhu panas sudah tentu cacing akan menggeliat-liat bahkan bisa sampai mati karena kulitnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
134
mengering. Menggeliat-liat di sini dimaknai dengan satu perasaan gelisah, sedangkan suhu panas di sini dimaknai sebagai satu masalah. Berdasarkan maknanya tersebut, maksud dari contoh (600) adalah penutur menggambarkan keadaan menyedihkan yang dialami oleh seseorang (mitra tuturnya), yakni seseorang yang selalu gelisah karena kehidupannya penuh dengan masalah. Peribahasa ini sangat sesuai dituturkan kepada mahasiswa angakatan “tua” yakni mahasiswa yang telah mengambil tugas akhir lebih dari satu tahun. Misalnya dalam konteks ini Galih mahasiswa yang selalu mengalami permasalahan dalam hidupnya. Tugas akhir terbengkalai, orang tua sudah tidak mampu membiayai sehingga harus bekerja sendiri untuk membayar uang kuliah, di pekerjaan dia dipecat karena banyak absen, dan Galih harus di DO (Drop Out) dari kampusnya karena tidak menyelesaikan tugas akhir sampai batas waktu yang telah disepakati. Dengan permasalahannya tersebut Galih pun merasa gelisah dengan kehidupannya yang penuh dengan masalah. Peribahasa ini pun muncul dari salah satu temannya (Jono), seperti berikut ini: “Galih sungguh malang sekali kau, kau ini seperti cacing kepanasan saja”.
3.10 Maksud Menggambarkan Keadaan Kecelakaan Kata kecelakaan secara leksikal memiliki makna, yaitu perihal celaka; bencana; kemalangan; kesusahan, mendapat celaka, dan kejadian (peristiwa) yang menyebabkan orang celaka (Sugono, dkk., 2008: 253). Maksud menggambarkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
135
keadaan kecelakaan adalah satu tuturan yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur dengan tujuan memberi gambaran suatu keadaan celaka, bencana, kemalangan, dan kesusahan. Dalam kehidupan manusia sering adanya kecelakaan yang menimpa dalam kehidupan mereka. Kecelakaan di sini adalah peristiwa yang terjadi secara tidak sengaja. Seseorang dapat mengalami hal celaka, malang, atau kesusahan dalam hidupnya. Dengan sebuah peribahasa dapat digambarkan keadaan kecelakaan yang dialami oleh seseorang. Peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia dengan tujuan menggambarkan keadaan kecelakaan tersebut tampak pada contoh berikut: (592) Sangkar sudah balam terlepas (Sarwono, 2003: 31) (593) Lepas dari mulut buaya, masuk ke dalam mulut harimau (Widjoputri, 2009: 63) (594) Seperti ikan kena tuba (Widjoputri, 2009: 91) Contoh (601), sangkar sudah balam terlepas bermakna „keperluan untuk sesuatu sudah dipersiapkan, tiba-tiba yang diperlukan lepas dari tangan (misal persiapan untuk berumah tangga sudah selesai, tiba-tiba tunangan diambil orang)‟ (Sarwono, 2003: 31). Dari makna tersebut, balam merepresentasikan calon istri atau tunangan. Pada kenyataannya balam merupakan burung yang hidupnya berpasangan, hidup berpasangan di sini dimaknai dengan seorang calon istri. Memelihara balam pun membutuhkan sangkar, sangkar di sini dimaknai dengan sebuah rumah karena rumah juga perlu dipersiapkan sebelum menikah. Jika sangkar sudah dipersiapkan atau rumah sudah jadi tetapi balam lepas atau tunangan diambil orang dapat dimaknai dengan satu hal celaka dalam hidup seseorang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Berdasarkan
makna
di
atas,
contoh
(601)
memiliki
136
maksud
menggambarkan keadaan kecelakaan, yakni persiapan untuk berumah tangga sudah selesai, tiba-tiba tunangan diambil orang. Dalam konteks ini penutur mempunyai teman lelaki yang akan merencanakan pernikahan. Rumah sudah dibangun dan persiapan pernikahan lainnya pun sudah dipersiapkan, akan tetapi tunangannya tiba-tiba direbut oleh lelaki lain. Peribahasa ini pun muncul, seperti tampak dalam kalimat berikut: “Kau ini sungguh malang kawan, sangkar sudah balam terlepas semoga kau bisa tabah menghadapi cobaan ini”. Contoh (602), lepas dari mulut buaya, masuk ke dalam mulut harimau bermakna „terlepas dari kemalangan yang kecil, datang lagi kemalangan yang lebih
besar‟
(Widjoputri,
2009:
63).
Dari
makna
tersebut,
buaya
merepresentasikan satu kemalangan kecil, sedangkan harimau merepresentasikan satu kemalangan besar. Pada kenyataannya kekuatan seekor harimau jika dibandingkan dengan kekuatan seekor buaya jelaslah kekuatan harimau lebih besar. Jika ada binatang lain yang terlepas dari mulut buaya, lalu masuk ke mulut harimau sudah tentu binatang itu akan mati. Binatang yang terlepas dari mulut buaya mendeskripsikan seseorang yang terlepas dari kemalangan kecil. Sedangkan masuk ke mulut harimau mendeskripsikan datangnya kemalangan yang lebih besar. Berdasarkan
makna
di
atas,
contoh
(602)
memiliki
maksud
menggambarkan keadaan kecelakaan, yakni seseorang yang terlepas dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
137
kemalangan kecil datang lagi kemalangan yang lebih besar. Dalam konteks ini misalnya penutur menggambarkan kemalangan yang menimpa temannya misalnya di sini Dani. Suatu ketika Dani sedang terburu-buru ke kampus karena hari itu ada ujian dan dia bangun kesiangan. Karena terburu-buru Dani dengan sengaja menerobos rambu lalu lintas. Petugas pun langsung mengejar Dani, tetapi Dani berhasil lolos dari kejaran polisi. Setiba di kampus ternyata Dani tidak boleh mengikuti ujian dikarenakan terlambat dan dia harus mengulang semester depan. Peribahasa ini pun muncul dari penutur setelah mendengar cerita dari Dani (mitra tuturnya) seperti tampak dalam contoh berikut: “Dani sungguh kasihan kau ini lepas dari mulut buaya, masuk ke mulut harimau”. Contoh (603), seperti ikan kena tuba bermakna „orang sekampung terkena penyakit secara bersamaan‟ (Widjoputri, 2009: 91). Dari makna tersebut, ikan merepresentasikan
orang
merepresentasikan
satu
sekampung penyakit.
atau
Pada
masyarakat, kenyataannya
sedangkan ikan
itu
tuba hidup
bergerombolan, gerombolan di sini dimaknai dengan orang sekampung. Dan ikan yang terkena tuba (racun ikan) sudah tentu akan banyak yang mati, terkena racun ikan di sini dimaknai dengan terkena penyakit. Berdasarkan makna di atas, maksud dari contoh (603) adalah penutur ingin menggambarkan keadaan yang bersifat celaka, yakni orang sekampung terkena penyakit secara bersamaan. Misalnya konteks di sini dalam suatu kampung sedang ada acara hajatan, dimana dalam hajatan itu banyak makanan. Masyarakat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138
yang datang ke acara tersebut pun sudah tentu memakan makanan yang tersedia. Setelah acara itu selesai, banyak warga mengeluh sakit perut dan harus di bawa ke rumah sakit. Ternyata setelah diselidiki, makanan yang ada di acara tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi atau kadaluarsa. Dari kasus di atas, penutur pun menuturkan peribahasa ini untuk menggambarkan keadaan kecelakaan yang dialami oleh masyarakat di kampung tersebut, seperti dalam kalimat berikut: “Sungguh kasihan mereka, seperti ikan kena tuba”.
3.11 Maksud Menggambarkan Keadaan Sosial Kata sosial memiliki definisi, yaitu berkenaan dengan masyarakat; suka memperhatikan kepentingan umum atau suka menolong, menderma dan sebagainya (Sugono, dkk., 2008: 1331). Maksud menggambarkan keadaan sosial adalah satu tuturan yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur dengan maksud memberi gambaran yang berkenaan dengan masyarakat; suka memperhatikan kepentingan umum atau suka menolong, menderma dan sebagainya. Peribahasa juga mengandung gambaran keadaan sosial dalam kehidupan masyarakat. Peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia dengan tujuan menggambarkan keadaan sosial tersebut tampak seperti pada contoh berikut: (595) Ayam berinduk, sirih berjunjung (Widjoputri, 2009: 11) (596) Masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang kerbau menguak (Widjoputri, 2009: 66) (597) Gajah mati meninggalkan tulang (Sarwono, 2003: 106)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
139
Contoh (604), ayam berinduk, sirih berjunjung bermakna „melindungi yang lemah supaya selamat‟ (Widjoputri, 2009: 11). Dari makna tersebut, ayam dan sirih merepresentasikan seseorang yang memiliki gambaran sifat melindungi atau menolong. Pada kenyataannya, seekor ayam membutuhkan induk untuk melindunginya hingga dewasa, di sini induk ayam dimaknai sebagai orang yang mampu melindungi anaknya. Sama halnya dengan sirih, tanaman ini juga memerlukan junjungan atau tempat tanaman menjalar atau melilit agar tanaman ini dapat tumbuh. Berdasarkan makna di atas, contoh (604) memiliki gambaran keadaan sosial, yakni berkaitan dengan masyarakat yang mampu melindungi yang lemah supaya selamat. Konteks di sini misalnya dituturkan untuk menggambarkan program pemerintah yang peduli dengan keluarga miskin di Indonesia. Seperti dalam kalimat berikut: “Pemerintah akan membagikan Kartu Keluarga Sejahtera bagi keluarga yang kurang mampu, sudah sewajarnya pemerintah itu seperti ayam berinduk, sirih berjunjung”. Tuturan di atas dapat dimaknai sebagai gambaran keadaan sosial yang ada di Indonesia, dimana pemerintah melindungi keluarga kurang mampu supaya kehidupan rakyatnya sejahtera. Contoh (605), masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang kerbau menguak bermakna „dimanapun kita tinggal hendaklah kita turut adat istiadat negeri itu‟ (Widjoputri, 2009: 66). Dari makna tersebut, kambing dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
140
kerbau merepresentasikan seseorang yang sopan atau seseorang yang pandai menyesuaikan diri apabila berada di negeri orang. Pada kenyataannya, kambing itu bersuara mengembik dan kerbau itu bersuara menguak. Kambing mengembik dan kerbau menguak dimaknai dengan penyesuaian diri seseorang di suatu tempat. Gambaran keadaan sosial di sini adalah sopan santun atau penyesuaian diri seseorang ketika berada di negeri orang. Berdasarkan makna di atas, contoh (605) memiliki gambaran keadaan sosial yang terpancar dari perilakunya yakni seseorang yang diharuskan turut adat istiadat ketika berada di negeri orang. Konteks di sini misalnya, penutur menggambarkan keadaan seorang lelaki bujang yang baru saja pindah rumah dan kini tinggal di suatu tempat yang memiliki aturan tertentu (misalnya aturan perempuan dan laki-laki tidak boleh tinggal satu rumah jika belum resmi menikah). Sebagai masyarakat yang menghargai aturan di tempat itu sudah seharusnya dia tidak melanggar aturan tersebut. Munculah peribahasa seperti berikut: “Sudah
seharusnya
warga
baru
itu
masuk
kandang
kambing
mengembik, masuk kandang kerbau menguak”. Contoh (606), gajah mati meninggalkan tulang bermakna „jasa baik seseorang yang telah mati, dikenang juga‟ (Sarwono, 2003: 106). Dari makna tersebut, gajah merepresentasikan seseorang yang berjasa baik semasa hidupnya. Pada kenyataannya, gajah binatang yang hidupnya berkelompok dan memiliki perilaku kesetiakawanan yang sangat tinggi. Gajah selalu berjalan bersama, tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
141
pernah meninggalkan yang kecil atau yang sakit. Perilaku kesetiakawanan inilah yang mendeskripsikan jasa baik seseorang. Ketika gajah mati tentu saja meninggalkan tulang-tulang berharga yang dapat dimuseumkan guna pengetahuan anak cucu di masa mendatang. Gambaran keadaan sosial di sini ialah jasa baik dari seseorang pasti akan dikenang ketika sudah tiada. Berdasarkan
makna
di
atas,
contoh
(606)
memiliki
maksud
menggambarkan keadaan sosial seseorang yakni jasa baik seseorang yang dapat dijadikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Dalam konteks ini misalnya peribahasa ini dituturkan untuk menggambarkan jasa Raden Ajeng Kartini yang telah memperjuangkan kesetaraan hak bagi kaum perempuan. Seperti tampak dalam kalimat berikut: “Bagai gajah mati meninggalkan tulang, itulah sebabnya setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Masalah dalam penelitian ini adalah (1) nama binatang apa saja yang digunakan dalam peribahasa bahasa Indonesia, dan (2) maksud apa yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa Indonesia. Semua permasalahan tersebut telah dibahas pada Bab II dan Bab III. Setelah dilakukan pembahasan dari Bab II s.d. Bab III, dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut. Pertama, ada 63 nama binatang yang berunsur satu nama binatang dalam peribahasa bahasa Indnesia, yaitu (1) anjing, (2) ayam, (3) babi, (4) badak, (5) balam, (6) bangau, (7) banteng, (8) belacan, (9) belalang, (10) belut, (11) beruk, (12) biawak, (13) buaya, (14) burung, (15) cacing, (16) capung, (17) cecak, (18) elang, (19) enggang, (20) gagak, (21) gajah, (22) harimau, (23) ikan, (24) itik, (25) kambing, (26) katak, (27) keledai, (28) kepiting, (29) kera, (30) kerbau, (31) kerong, (32) kijang, (33) kodok, (34) kucing, (35) kuda, (36) kuman, (37) kumbang, (38) kura-kura, (39) kutu, (40) laba-laba atau labah-labah, (41) lalat, (42) langau, (43) lebah, (44) lembu, (45) merak, (46) merpati, (47) monyet, (48) musang, (49) nyamuk, (50) pelanduk, (51) pipit, (52) rusa, (53) sapi, (54) semut, (55) sepat, (56) serigala, (57) tikus, (58) tuma, (59) tupai, (60) udang, (61) ular, (62) ulat, dan (63) unta.
142
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
143
Dan ada 70 nama binatang yang berunsur dua binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia, yaitu (1) anjing dan babi, (2) anjing dan kucing, (3) anjing dan kuda, (4) anjing dan musang, (5) anjing dan gajah, (6) ayam dan elang, (7) ayam dan itik, (8) ayam dan musang, (9) ayam dan penyu, (10) balam dan ketitiran, (11) bangau dan badak, (12) bangau dan kerbau, (13) beruk dan kera, (14) buaya dan harimau, (15) buaya dan ikan, (16) burung dan ketam, (17) burung dan punai, (18) cacing dan ular, (19) cecak dan kaper, (20) elang dan agas, (21) elang dan ayam, (22) elang dan belalang, (23) elang dan buaya, (24) elang dan burung pungguk, (25) elang dan murai, (26) elang dan musang, (27) elang dan punai, (28) enggang dan pipit, (29) gagak dan bangau, (30) gagak dan murai, (31) gajah dan babi, (32) gajah dan harimau, (33) gajah dan kancil, (34) gajah dan katak, (35) gajah dan kera, (36) gajah dan kuman, (37) gajah dan pelanduk, (38) gajah dan rusa, (39) gajah dan tuma, (40) gajah dan udang, (41) gajah dan ular, (42) harimau dan kambing, (43) harimau dan pelanduk, (44) harimau dan tikus, (45) ikan dan belalang, (46) ikan dan burung, (47) ikan dan kucing, (48) kambing dan kerbau, (49) katak dan lembu, (50) kera dan belacan, (51) kerbau dan ayam, (52) kerbau dan harimau, (53) kerbau dan kuda, (54) kerbau dan sapi, (55) kucing dan harimau, (56) kucing dan tikus, (57) kuda dan keledai, (58) kuda dan lembu, (59) lalat dan kerbau, (60) langau dan gajah, (61) musang dan ayam, (62) pipit dan enggang, (63) pipit dan gajah, (64) semut dan belalang, (65) sepat dan cacing, (66) serigala dan domba, (67) tikus dan kucing, (68) udang dan ikan, (69) ular dan belut, serta (70) ular dan ikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
144
Kedua, ada sepuluh maksud yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia, yaitu (1) maksud memuji, (2) maksud menyindir, (3) maksud menasehati, (4) maksud menggambarkan perilaku baik, (5) maksud menggambarkan perilaku buruk, (6) maksud menggambarkan keadaan wajar, (7) maksud menggambarkan keadaan menyenangkan, (8) maksud menggambarkan keadaan menyedihkan, (9) maksud menggambarkan keadaan kecelakaan, dan (10) maksud menggambarkan keadaan sosial.
4.2 Saran Penelitian tentang peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia dapat diperluas lagi permasalahannya. Penelitian tidak hanya tentang peribahasa yang berunsur nama binatang saja melainkan dapat berunsur referen lainnya, misalnya peribahasa yang berunsur nama tumbuhan, peribahasa yang berunsur nama benda, dan peribahasa yang berunsur nama bagian tubuh manusia. Penelitian tentang peribahasa juga dapat diperluas dengan mengambil data dari surat kabar, tabloid, dan karya-karya sastra. Demikian saran penulis untuk peneliti selanjutnya. Semoga penelitian ini bermanfaat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Aminuddin, dkk. 1988. Semantik: Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: CV Sinar Baru. . 2002. Analisis Wacana dari Linguistik sampai Dekonstruksi. Yogyakarta: Penerbit Kanal. Antono, Hery. 2011. ”Kreativitas dalam Peribahasa dan Pemendekan”. Dalam Taum, Yoseph Yapi; I. Praptomo Baryadi; S.E, Peni Adji. 2011. Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia dalam Jebakan Kapitalisme. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma, hlm. 59-67. Barker, Chris. 2005. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Baryadi, I. Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondosuli. . 2012. Bahasa, Kekuasaan, dan Kekerasan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Chaer, Abdul. 1989. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. . 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kartono, ST. 2004. “Pembelajaran Peribahasa: Mengasah Budi Membangun Pekerti”. Dalam Taum, Yoseph Yapi; I. Praptomo Baryadi; S.E Peni Adji. 2004. Bahasa Merajut Sastra Merunut Budaya. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, hlm. 62-66. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kusuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatibooks. Lubis, A. Hamid Hasan. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.
145
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
146
Pusposaputro, Sarwono. 2003. Kamus Peribahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sadikin, Mustofa. 2010. Kumpulan Sastra Indonesia Pantun Puisi Majas Peribahasa Kata Mutiara. Jakarta: Gudang Ilmu. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Kebudayaan secara Linguitis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Widjoputri, A. 2009. Kumpulan Peribahasa & Pantun Plus Majas. Jakarta: Talenta Media. Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2011. Semantik: Teori dan Analisis. Surakarta: Yama Pustaka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
A. Peribahasa yang Berunsur Satu Nama Binatang 1. Anjing (598) Anjing diberi makan nasi, bilakah kenyang? (Widjoputri, 2009: 8) Tak ada gunanya menanamkan kebaikan pada orang yang jahat (599) Anjing ditepuk menjungkit ekor (Widjoputri, 2009: 8) Orang yang tidak berbudi kalau dihormati malah menyombongkan diri (600) Anjing itu jika dipukul sekalipun, berulang juga dia ke tempat yang banyak tulang (Widjoputri, 2009: 8) Orang jahat pasti akan mengulang kejahatannya meskipun kerap mendapat hukuman (601) Anjing mengulangi bangkai (Sarwono, 2003: 15) Laki-laki yang mengulangi perbuatan tak senonoh (602) Anjing tiada bercawat ekor (Sarwono, 2003: 16) Sesuatu yang hina tak indah dan tak berguna bagi mata sekalian orang (603) Anjing manyalak kafilaf berlalu (Sarwono, 2003: 17) Jalan terus, tak mengindahkan rintangan (604) Anjing menyalak tak akan menggigit (Sarwono, 2003: 17) Ancaman yang tidak berbahaya (605) Anjing bersepit ekor (Sarwono, 2003: 97) Lari (606) Arangnya tak termakan oleh anjing (Widjoputri, 2009: 9) Bicaranya tajam dan sangat menyinggung perasaan (607) Anjing itu meskipun dirantai dengan rantai emas sekalipun, niscaya berulang-ulang juga ia ke tempat najis (Widjoputri, 2009: 9) Orang yang dasarnya hina tidak akan dapat mengubah tingkah lakunya, meskipun ia diberi tempat yang baik dan layak (608) Bagai anjing beranak enam (Widjoputri, 2009: 12) Perihal orang yang kurus sekali bagai tidak terurus (609) Bagai anjing kedahuluan (Widjoputri, 2009: 12) Hal seseorang yang sangat kecewa dan gelisah, karena laba yang diharap-harap telah didapat orang lain (610) Bagai anjing melintang denai (Sarwono, 2003: 16) Seorang yang sombong menunjukkan kesombongannya (611) Bagai anjing tersepit di pagar (Sarwono, 2003: 16) Seseorang yang dalam kesusahan; halnya serba salah (612) Bagai disalak anjing bertuah (Sarwono, 2003: 16) Tak dapat bertangguh, permintaan pasti dikabulkan (anak-anak yang tak dapat ditolak kehendaknya) (Sarwono, 2003: 16)
147
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
148
(613) Bangsa anjing kalau biasa makan tahi, tak dimakan, dicium ada juga (Sarwono, 2003: 16) Orang yang biasa berbuat jahat walau bagaimana teringat berbuat jahat juga (614) Habis minyak sepasu, ekor anjing tak mau lurus (Widjoputri, 2009: 42) Mengubah/memperbaiki orang yang pada dasarnya jahat itu sangat susah, karena apabila ada kesempatan ia akan berbuat jahat lagi (615) Intan itu jika keluar dari mulut anjing sekalipun, akan tetap intan juga (Widjoputri, 2009: 48) Kebenaran nasihat yang baik itu harus diterima, dari siapapun datangnya (616) Licin bagai dijilat anjing kurus (Sarwono, 2003: 17) Makanan habis licin tandas (617) Masakan gunung akan runtuh, walaupun seribu anjing menyalak (Widjoputri, 2009: 66) Keagungan (kemuliaan) yang telah nyata itu, sulit untuk menghindarinya (618) Meskipun sepuluh kapal masuk, anjing bercawat ekor juga (Widjoputri, 2009: 73) Orang yang dungu, tidak mengindahkan perubahan yang terjadi di sekitarnya (619) Rakus seperti anjing kurus (Widjoputri, 2003: 17) Sangat rakus (620) Seperti anjing beroleh bangkai (Widjoputri, 2009: 88) Orang yang sangat rakus dengan mudah mendapatkan benda (621) Seperti anjing berebut tulang (Widjoputri, 2009: 88) Orang yang suka memperebutkan harta benda orang lain (622) Seperti anjing kepala busuk (Widjoputri, 2009: 88) Jika sudah diketahui kejahatannya kemanapun dia pergi pasti dihina orang (623) Seperti anjing makan muntahannya (Widjoputri, 2009: 88) Perihal seseorang yang memuji atau menyenangi sesuatu yang dahulu dicela dan dianggap jijik (624) Seperti anjing makan tulang (Widjoputri, 2009: 88) Perihal seseorang yang bersungut-sungut seolah-olah tidak senang atas sesuatu yang diperolehnya karena kurang memuaskan (625) Seperti anjing menggonggong tulang (Widjoputri, 2009: 88) Orang yang berusaha merebut harta benda orang lain (626) Seperti anjing terpanggang ekor (Widjoputri, 2009: 88) Orang yang kesusahan minta pertolongan kesana-kemari (627) Seperti anjing lapar mendapat tulang, daging segumpal dan sekeping apam (Sarwono, 2003: 16) Orang yang melakukan kebajikan hanya karena mengharap keuntungan (628) Seperti anjing menggonggong bangkai (Sarwono, 2003: 16)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
149
Orang laki-laki membawa perempuan jahat (629) Sepuluh kapal datang, anjing masih bercawat ekor (Widjoputri, 2009: 97) Meskipun banyak orang yang berilmu/pandai, tetapi kalau yang dididik tidak mau meniru dan tetap malas, tentu mereka akan tetap bodoh (630) Waktu seribu anjing menyalak, gunung bolehkah runtuh (Widjoputri, 2009: 110) Perkataan orang kecil tidak akan mempengaruhi orang besar 2. Ayam (631) Ayam putih terbang siang (Sarwono, 2003: 24) Mudah ketahuan (tentang perkara dan sebagainya) (632) Ayam hitam terbang malam (Sarwono, 2003: 24) Sukar ketahuan (tentang perkara dan sebagainya) (633) Ayam baru belajar berkokok (Sarwono, 2003:24) Baru cukup umur (untuk inginkan perempuan) (634) Ayam bertelur di atas padi mati kelaparan (Sarwono, 2003: 24) Orang menderita kesusahan di tempat yang mewah (635) Ayam hitam terbang malam,siapa tahu berdebus bunyinya (Sarwono, 2003: 26) Perkara gelap, dasar penentuan pun gelap pula Debus: bunyi burung terbang (636) Ayam menang kampuh tergadai (Sarwono, 2003: 26) Orang dapat uang lalu ditagih hutangnya, terpaksa menggadaikan selimut; menerima uang yang tak mencukupi Kampuh: selimut rangkap 3 helai (637) Ayam seekor bertambang dua (Sarwono, 2003: 27) Seorang bapak yang merundingkan hubungan menikahkan anak gadisnya dengan dua tiga bujang yang ingin menikahinya (638) Ayam patah kalau-kalau dapat menikam (Sarwono, 2003: 27) Orang yang sudah jatuh melarat, mungkin kelak dapat bangun kembali (639) Ayam berinduk, sirih berjunjung (Widjoputri, 2009: 11) Melindungi yang lemah supaya selamat (640) Ayam beroga itu kalau diberi makan di pinggan emas sekalipun, ke hutan juga perginya (Widjoputri, 2009: 11) Orang yang merantau, biarpun senang di negeri orang, pada suatu masa akan pulang juga ke negerinya. (641) Ayam hitam terbang malam, hinggap ke rimba dalam, bertali ijuk bertambang tanduk (Widjoputri, 2009: 11) Perkara kejahatan yang amat sukar dilacak (642) Ayam laga sekandang (Widjoputri, 2009: 11) Pertengkaran dalam suatu rumah tangga atau dalam suatu keluarga (643) Ayam lepas, tangan bertahi (Widjoputri, 2009: 11)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
150
Suatu usaha yang gagal, sedangkan orang yang mengerjakan mendapat malu juga (644) Ayam putih terbang siang, hinggap di kayu merarasi, bertali benang, bertambang tulang (Widjoputri, 2009: 11) Sesuatu perkara kejahatan yang sudah benar-benar jelas, cukup dengan saksi keterangannya (645) Ayam tangkas di gelanggang (Widjoputri, 2009: 11) Orang pandai berbicara dan berpidato di muka umum (646) Baik membawa resmi ayam betina (Sarwono, 2003: 26) Tak usah menyombongkan keberanian, karena itu akan membawa kemeralatan (647) Bagai ayam dibawa ke lampok (Sarwono, 2003: 26) Tercengang-cengang seperti orang desa masuk kota besar Lampok: onggokan padi yang telah disabit (648) Bagai ayam mabuk tahi (Sarwono, 2003: 25) Pucat lesi lemah karena sakit (649) Bagai ayam mengerang telur (Sarwono, 2003: 25) Paras elok kemerah-merahan (650) Bagai ayam lepas bertaji (Sarwono, 2003: 26) Seseorang tertimpa kesusahan dibiarkan; serba susah. Orang lain dalam bahaya diurus, tapi diri sendiri tertimpa bahaya (651) Bagai ayam kena kepala (Widjoputri, 2009: 12) Tak dapat menjawab atau berbuat sesuatu lagi, karena tepat benar kenanya (652) Bagai ayam kurik panjang ekornya (Widjoputri, 2009: 12) Seseorang yang cantik dan pandai berdandan (653) Celaka malang berayam, padi masak makan ke hutan (Sarwono, 2003: 25) Sudah berjirih-payah melakukan pekerjaan dan hampir berhasil tapi tiba-tiba harus ditinggalkan karena kemalangan (654) Cabik-cabik bulu ayam, cencang air tidak putus (Widjoputri, 2009: 30) Persaudaraan berdasarkan pertalian darah tidak akan putus hubungan hanya karena perselisihan (655) Carik-carik bulu ayam, lama-lama tercantum pula (Widjoputri, 2009: 31) Perselisihan antar keluarga, tidak lama pasti akan berbaik kembali (656) Ibarat ayam gadis bertelur (Widjoputri, 2009: 46) Berganti hari atau tidak tetap mengerjakan suatu pekerjaan (657) Ibarat ayam, tidak mengais tidak makan (Widjoputri, 2009: 46) Untuk mencukupi segala kebutuhan kita harus bekerja keras (658) Kusut-kusut bulu ayam (Widjoputri, 2009: 61) Perselisihan keluarga, lama-lama juga akan rukun kembali (659) Muncung seperti seekor ayam (Sarwono, 2003: 26) Selalu mau berkata-kata, tak mau diam Muncung: moncong
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
151
(660) Menerka ayam di dalam telur (Widjoputri, 2009: 70) Menentukan sesuatu yang mustahil dapat ditentukan/diketahui (661) Nasib seperti ayam, mengais dahulu baru makan (Widjoputri, 2009: 75) Seseorang yang miskin, sehingga terpaksa bekerja keras dahulu untuk dapat makan (662) Panas-panas tahi ayam (Widjoputri, 2009: 78) Bekerja giat hanya pada waktu permulaan saja (663) Seekor ayam tak berkokok hari tak siangkah (Sarwono, 2003: 25) Bukan seorang saja yang pandai dalam suatu negeri; bukan karena seorang saja pekerjaan selesai, orang lain masih banyak (664) Seperti ayam, kais pagi makan pagi, kais petang makan petang (Sarwono, 2003: 25) Orang miskin kalau tak bekerja keras tak dapat makan (665) Seperti ayam termakan rambut (Sarwono, 2003: 26) Napas orang bengek (666) Seperti ayam gadis bertelur (Sarwono, 2003: 26) Tak tetap melakukan pekerjaan, terhenti-henti (667) Seperti ayam mendapat ubi (Sarwono, 2003: 27) Girang mendapatkan barang yang disukainya (668) Sedap bagai ayam, sedencing bagai besi (Widjoputri, 2009: 85) Orang yang senasib sepenanggungan/seia sekata (669) Seperti anak ayam kehilangan induknya (Widjoputri, 2009: 88) Menderita kesusahan karena kehilangan panutan/pemimpinnya (670) Seperti ayam betina (Widjoputri, 2009: 89) Orang laki-laki tetapi penakut (671) Seperti ayam makan rumput (Widjoputri, 2009: 89) Orang yang kesusahan menanggung hidup (672) Seperti menggili induk ayam (Widjoputri, 2009: 94) Menggalakkan orang penakut supaya timbul keberanian (673) Terbulang di ayam betina (Widjoputri, 2009: 104) Menyuruh orang yang dikira pemberani, ternyata sangat penakut (674) Tuah ayam boleh dilihat, tuah manusia siapa tahu (Widjoputri, 2009: 108) Tidak ada seorang pun yang dapat menentukan nasibnya (675) Yang buta peniup lesung, yang peka pelepas bedil, yang lumpuh menghalau ayam (Widjoputri, 2009: 111) Tenaga atau keahlian tiap-tiap orang itu dapat dipergunakan menurut kemampuannya masing-masing (676) Yang pekak pelepas bedil, yang buta menghembus lesung, yang lumpuh penghalau ayam (Widjoputri, 2009: 112) Setiap orang ada gunanya, sesuai dengan kelebihan yang dimilikinya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
152
3. Babi (677) Bagai babi merasai gulai (Widjoputri, 2009: 13) Orang hina tak layak mendapatkan bantuan dari bangsawan (678) Diidam seperti babi (Widjoputri, 2009: 36) Musuh itu selalu dicari untuk dibinasakan 4. Badak (679) Anak badak dihambat-hambat (Sugono, dkk., 2008: 110) Dengan sengaja mencari bahaya (680) Berkulit badak (Sarwono, 2003: 28) Tak tahu malu (tak berperasaan) (681) Sayang anak badak tamping, cucu konon badak raya (Sarwono, 2003: 28) Heran seseorang bukan bangsawan mengaku kerabat raja (682) Pekak-pekak badak (Sarwono, 2003: 28) Pura-pura tak dengar; dikatakan tentang anak gadis atau bujang yang dipercakapan orang tua bahwa orang akan memperistri atau mempersuamikan dia; padahal ia ingin sekali. (683) Badak makan anak (Sugono, dkk., 2008: 110) Ayah membuang anaknya karena takut akan musnah kebesarannya 5. Balam (684) Ibarat seekor balam, mata lepas badan terkurung (Widjoputri, 2009: 47) Orang yang tidak mempunyai kebebasan (685) Memikat balam dengan balam (Widjoputri, 2009: 68) Menangkap penjahat harus dengan penjahat pula (686) Seperti tanah pelempar balam (Widjoputri, 2009: 96) Mencoba-coba melakukan sesuatu, kalau berhasil bersyukur, jika tidak berhasil tidak kecewa (687) Sangkar sudah balam terlepas (Sarwono, 2003: 31) Keperluan untuk sesuatu sudah dipersiapkan, tiba-tiba yang diperlukan lepas dari tangan (misal persiapan untuk berumah tangga sudah selesai, tiba-tiba tunangan diambil orang)
6. Bangau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153
(688) Setinggi-tinggi bangau terbang, surutnya ke kubangan (Sugono, dkk., 2008: 132) Sejauh-jauh orang merantau, akhirnya kembali ke tempat asalnya (kampung halamannya) juga 7. Banteng (689) Terajar pada banteng pincang (Sarwono, 2003: 35) Tidak ada gunanya mengajar orang keras kepala 8. Belacan (690) Bagai belacan dikerat dua, yang pergi busuk, yang diam anyir (Widjoputri, 2009: 13) Kedua-duanya menjadi aib/buruk (691) Karam Kantam oleh Kuantan, karam sambal oleh belacan (Widjoputri, 2009: 55) Seseorang yang kita kasihi dan kita sayangi merusakkan sesuatu yang telah kita berikan kepadanya 9. Belalang (692) Bagai mencari belalang di atas akar (Widjoputri, 2009: 17) Pekerjaan yang tidak mendapatkan hasil/sia-sia (693) Belalang dapat menuai (Widjoputri, 2009: 20) Mendapat rejeki yang tidak sengaja diperoleh (694) Tenung-tenung Pak Belalang (Widjoputri, 2009: 104) Diterka-terka dan pura-pura tidak tahu, padahal ia sudah tahu benar dimana benda itu berada (695) Mata belalang belum pecah sudah hendak membuta (Sarwono, 2003: 42) Tidur malam terlalu awal (sore) (696) Bagai belalang di atas kacang (Sarwono, 2003: 42) Mengerjakan pekerjaan yang mustahil akan berhasil (697) Pak Belalang (Sarwono, 2003: 42) Orang yang selalu mujur tanpa sengaja 10. Belut (698) Bagai belut dalam lumpur (Widjoputri, 2009: 13) Karena kecerdikannya maka tidak mudah kena tipu orang (699) Bagai belut digetir ekor (Widjoputri, 2009: 13) Orang yang sangat tangkas/serba cepat (700) Belut kena ranjau (Widjoputri, 2009: 21)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
154
Orang yang licik atau licin tapi kena tipu juga (701) Licin bagai belut (Widjoputri, 2009: 63) Tak pernah tertangkap karena sangat cerdik dan waspada (702) Seperti belut jatuh ke lumpur (Widjoputri, 2009: 89) Seseorang yang telah pulang ke kampung halaman jangan harap akan kembali lagi (703) Menyukat belut (Sarwono, 2003: 45) Pekerjaan yang sia-sia atau tidak mungkin berhasil (704) Belut kena ranjau (Sarwono, 2003: 45) Orang yang licik (cerdik) sekali tertipu juga (705) Belut pulang ke lumpur (Sarwono, 2003: 45) Kembali ke asalnya (706) Kena kecipak orang berbelut (Sarwono, 2003: 45) Terlibat dalam perkara orang lain (kena kecelakaan karena kesalahan orang lain) (707) Bagai si kudung pergi berbelut (Sarwono, 2003: 45) Pekerjaan sia-sia karena tidak berupaya melakukannya (708) Bagai belut diregang (Sarwono, 2003: 45) Orang tinggi kurus 11. Beruk (709) Bagai beruk kena ipuh (Widjoputri, 2009: 13) Menggeliat-geliat kesakitan (710) Anak dipangku dilepaskan, beruk dirimba disusukan (Widjoputri, 2009: 7) Menyelesaikan urusan orang lain, sedangkan urusannya sendiri diabaikan/dilupakan (711) Di rumah beraja-raja, di rimba berberuk-beruk (Widjoputri, 2009: 35) Berbuat sesuatu, hendaklah menurut keadaan tempatnya (712) Dirintang beruk berayun (Widjoputri, 2009: 37) Asyik melihat sesuatu dengan menghabiskan waktu (713) Mabuk melihat beruk berayun (Widjoputri, 2009: 64) Mengharapkan sesuatu yang tak mungkin bisa tercapai (714) Terambil muka beruk (Widjoputri, 2009: 104) Maksud hendak memperoleh pujian, tetapi celaan yang didapat 12. Biawak (715) Biawak kudung masuk kampung (Widjoputri, 2009: 28) Tersesat di daerah musuh (716) Lidah biawak (Widjoputri, 2009: 63) Orang yang tidak mempunyai pendirian tetap (717) Mendukung biawak hidup (Sarwono, 2003: 51)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
155
Melakukan sesuatu (mempunyai anak-bini) yang sangat menyusahkan (718) Bila pula biawak duduk (Sarwono, 2003: 51) Hal yang mustahil (719) Bercabang bagai lidah biawak (Sarwono, 2003: 51) Orang palsu, lain hati lain bicara (720) Merendah terbang biawak (Sarwono, 2003: 51) Perempuan yang mempertontonkan diri kepada lelaki yang menginginkannya 13. Buaya (721) Adakah buaya menolak bangkai (Widjoputri, 2009: 5) Orang yang serakah dan tamak itu, tidak akan menolak keuntungan yang datang kepadanya, biarpun sedikit (722) Air yang tenang jangan disangka tidak berbuaya (Widjoputri, 2009: 6) Orang yang pendiam jangan disangka orang yang baik-baik saja (723) Tak terlawan buaya menyelam air (Widjoputri, 2009: 101) Orang kecil yang melawan orang yang besar, tidak akan bisa menang (724) Tak usah diajar anak buaya berenang ia sudah pandai juga (Sarwono, 2003: 58) Orang yang sudah tahu tak usah diajar (725) Buaya melangsar (Sarwono, 2003: 59) Pemuda yang mengintai-intai 2 gadis yang sedang menumbuk padi di muka rumahnya (Palembang) Melangsar: beringsut-ingsut 14. Burung (726) Bagai burung terbang di udara (Widjoputri, 2009: 14) Kehidupan yang sangat bebas dan tidak ada yang mengganggu (727) Burung membadai di atas langit, merendah diharap jangan (Widjoputri, 2009: 30) Barang yang belum sampai di tangan janganlah terlampau diharapkan (728) Burung tergenggam terlepas (Widjoputri, 2009: 30) Barang yang telah ada di tangan tiba-tiba hilang (729) Dengarkan cerita burung, anak dipangku dilepaskan (Widjoputri, 2009: 34) Karena mendengar pengaduan orang, kita tidak mempercayai sahabat atau kekasih kita (730) Lebih manusia karena akal, lebih burung karena sayap (Widjoputri, 2009: 63)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
156
Segala sesuatu yang diciptakan Tuhan memiliki kelebihan masingmasing (731) Niat hati menggetah bayan, tergetah burung selindit (Widjoputri, 2009: 75) Lain yang dimaksud atau diingini, lain pula yang didapat (732) Satu sangkar dua burung (Sarwono, 2003: 67) Dua orang perempuan sama-sama menghendaki seorang lelaki (733) Burung terbang dipipiskan lada (Sarwono, 2003: 67) Sudah bersedia untuk bersenang-senang dan sebagainya karena barang sesuatu yang belum lagi diperoleh (734) Kuat burung karena sayap (Sarwono, 2003: 67) Tiap-tiap orang ada kemampuannya atau kekuatannya (735) Burung gagak itu jikalau dimandikan dengan air mawar sekalipun, tiada akan menjadi putih warnanya (Sarwono, 2003: 67) Orang yang sudah bertabiat jahat tak dapat diperbaiki lagi (736) Burung yang liar jangan dilepaskan, kabar yang mustahil jangan didengarkan (Sarwono, 2003: 67-68) Jangan mempercayai kabar yang belum diketahui dengan sah kebenarannya (737) Harapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan (Sarwono, 2003: 68) Karena mengharapkan keuntungan besar yang belum tentu, keuntungan kecil yang pasti, dilepaskan (738) Ibarat burung, mata terlepas badan terkurung (Sarwono, 2003: 68) Walau terpelihara baik, tetapi tak mempunyai kebebasan (739) Ibarat burung, mulut manis jangan dipakai (Sarwono, 2003: 68) Kata yang manis-manis selalu mengandung semu (orang bodoh mudah terpengaruh) (740) Laksana burung diam dalam sangkar (Sarwono, 2003: 68) Seseorang yang tidak bebas (741) Umpama burung, tumpang beramai kawan yang banyak (Sarwono, 2003: 68) Orang dagang itu tak tetap hatinya di negeri orang (742) Seperti telur burung (Sarwono, 2003: 68) Bentuk tumit wanita yang elok 15. Cacing (743) Bagai minum air bercacing (Widjoputri, 2009: 17) Mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak disukainya (744) Di mana tanah yang dingin, di sanalah banyak cacing (Widjoputri, 2009: 35) Di tempat yang banyak mata pencaharian, maka banyak pula orang ke sana mencari rezekinya (745) Seperti cacing kepanasan (Widjoputri, 2009: 90)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
157
Orang yang selalu gelisah, karena kehidupannya penuh dengan masalah (746) Cacing naik ke mata (Sarwono, 2003: 71) Kelakuan yang terlalu (747) Seperti melihat cacing (Sarwono, 2003: 71) Sangat benci dan jijik (748) Bagai cacing gila (Sarwono, 2003: 71) Ibarat perempuan yang tidak betah di rumah dan suka bertandang ke rumah orang lain 16. Capung (749) Selama capung cebok (Sarwono, 2003: 73) Sebentar saja, pekerjaan yang lekas sekali selesai 17. Cecak (750) Seperti cecak termakan kapur (Sarwono, 2003: 74) Orang yang mendapat malu dalam suatu majelis karena kesalahan perbuatannya 18. Elang (751) Seperti elang menyongsong _ngina (Widjoputri, 2009: 90) Kiasan seorang yang gagah perkasa dalam menerima tantangan 19. Enggang (752) Enggang lalu atah jatuh, anak raja mati ditimpanya (Widjoputri, 2009: 39) Orang yang tak bersalah, dituduh melakukan kejahatan, karena ia kebetulan ia berada di tempat kejadian (753) Mendengarkan cakap enggang (Sugono, dkk., 2008: 374) Mendengarkan bujukan musuh (754) Dengar cakap enggang, makan buah beluluk, dengar cakap orang, terjun masuk lubuk (Sarwono, 2003: 71) Pekerjaan bila tak dipikirkan sendiri masak-masak dan hanya dengar cakap orang akhirnya rugi atau gagal (755) Selama enggang mengeram (Sarwono, 2003: 102) Sangat lama 20. Gagak (756) Bagai gagak menggonggong telur (Widjoputri, 2009: 14)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
158
Suami istri yang tidak sepadan (757) Burung gagak itu walaupun dimandikan dengan air mawar sekalipun, tidaklah akan putih (Widjoputri, 2009: 30) Orang yang jahat walau dinasehati seperti apapun, tetap tidak akan berubah (758) Selama air hilir, selama gagak hitam (Widjoputri, 2009: 86) Kiasan terhadap sesuatu hal yang selama-lamanya, misalnya dendam yang terus menerus (759) Seperti burung gagak pulang ke benua (Sarwono, 2003: 105) Meskipun sudah pergi merantau (ke luar negeri) tetapi setelah sama saja halnya (760) Gagak lalu punggur rebah (Sarwono, 2003: 105) Orang yang mau menunjukkan kekuasaannya (berlaku tak adil kepada yang lemah) (761) Gagak gonggong telur (Sarwono, 2003: 105) Perempuan buruk berdandan bagus hanya menambah keburukan paras 21. Gajah (762) Akan menangkap gajah yang liar itu, hendaklah dengan gajah yang jinak jua (Widjoputri, 2009: 7) Kalau kita mengharapkan keuntungan yang besar, hendaklah kita bermodal besar pula (763) Bangkai gajah tak dapat ditutup dengan nyiru (Widjoputri, 2009: 19) Kejahatan yang besar sangat sulit untuk disembunyikan (764) Gajah mati karena gadingnya (Widjoputri, 2009: 40) Perihal orang besar yang jatuh martabatnya karena membanggakan kebesarannya (765) Gajah mati tulang setimbun (Widjoputri, 2009: 41) Jika orang besar atau raja meninggal, banyak meninggalkan harta atau pusakanya (766) Jika gajah jatuh ke telaga, melainkan gajah juga yang dapat mengambil dia (Widjoputri, 2009: 51) Jika orang besar mendapat bahaya, hanya orang besar pulalah yang akan dapat menolongnya (767) Menangkap gajah yang liar itu dengan gajah pula (Widjoputri, 2009: 69) Menagkap penjahat harus dengan penjahat pula (768) Seperti gajah masuk kampung (Sugono, dkk., 2008:406) Orang yang berkuasa dapat berbuat sekehendak hati di lingkungan orang yang lemah (769) Terdorong gajah karena besarnya (Sugono, dkk., 2008:406) Berbuat sesuatu yang kurang baik karena kekuasaannya (770) Gajah mati meninggalkan tulang (Sarwono, 2003: 106)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
159
Jasa baik seseorang yang telah mati, dikenang juga (771) Gajah seekor gembala dua (Sarwono, 2003: 106) Satu pekerjaan yang dikepalai dua orang (dipimpin dua orang) (772) Gajah lalu dibeli, kusa tidak terbeli (Sarwono, 2003: 106) Mengerjakan sesuatu yang penting, dengan melupakan hal-hal kecil yang sebenarnya sangat perlu untuk menyelesaikan sesuatu yang sangat penting itu (773) Seperti ditempuh gajah lalu (Sarwono, 2003: 106) Sesuatu yang tak dapat ditutup-tutup (disembunyikan) (774) Gajah turun di tengah rumah (Sarwono, 2003: 107) Sungkan (enggan) karena menerima tamu agung (775) Bangkai gajah bolehkah ditutup dengan nyiru seperti ditempuh gajah lalu (Sarwono, 2003: 107) Kejadian besar tak dapat disembunyikan (776) Seperti gajah putih ditambat (Sarwono, 2003: 107) Merugikan kita karena menanggung sengasara hidupnya (777) Seperti gajah rempong belalai (Sarwono, 2003: 107) Raja yang kehilangan kuasanya (778) Kasihan gajah berusung (Sarwono, 2003: 107) Orang besar-besar itu bila kehilangan kebesarannya masih banyak lebihnya, tetapi kita kasihan akan halnya; kasihan yang tak pada tempatnya= kasihan akan raja di atas usungan (779) Seperti gajah dengan sengkelanya (Sarwono, 2003: 107) Orang besar-besar pun ada juga mendapat kesusahan Sengkela : pasung kaki (780) Sedangkan gajah yang besar dan berkaki empat lagi terkandang terserondong dan jatuh tersungkur ke bumi (Sarwono, 2003: 107) Sedangkan orang besar-besar ada kalanya kehilangan kebesarannya, maka jangan sombong dan mengangkat-angkat diri (781) Tidakkah gajah dapat ke tangan manusia? (Sarwono, 2003: 107) _ampong yang tak mungkin, asal mau dan berani berusaha (782) Gajah masuk _ampong kalau kayu tak tumbang, rumput layu juga (Sarwono, 2003: 107) Kalau orang besar-besar masuk dusun sedikit banyak pasti ada kesusahan rakyat kecil (783) Gajah pengangkut lada (Sarwono, 2003: 107) Orang muda yang jadi suruh-suruhan (tak kenal lelah)
22. Harimau (784) Bagai harimau beranak muda (Widjoputri, 2009: 14) Orang yang galak dengan isterinya sendiri (785) Harimau ditakuti karena giginya (Widjoputri, 2009: 43) Orang ditakuti karena kekuasaanya/kedudukannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
160
(786) Harimau mati meninggalkan belang (Widjoputri, 2009: 43) Orang-orang pandai jika mati meninggalkan jasa (787) Harimau memperlihatkan kuku (Widjoputri, 2009: 43) Orang-orang besar memperlihatkan kebesarannya (788) Harimau terlompat karena belangnya (Widjoputri, 2009: 44) Orang-orang besar itu adakalanya rusak binasa karena memegahkan kekuasannya (789) Harimau mati karena belangnya (Sarwono, 2003: 127) Mendapat kecelakaan karena menunjukkan keunggulannya (790) Harimau mengaum takkan menangkap (Sarwono, 2003: 127) Orang yang mengancam dengan perkataan keras-keras, biasanya tak sampai berbuat apa-apa (791) Harimau bertempik tak akan makan orang (Sarwono, 2003: 127) Orang marah berteriak-teriak biasanya tak sampai memukul (792) Anak harimau diajar makan daging (Sarwono, 2003: 127) Orang yang lalim digalakkan membunuh (793) Harimau menyurukkan kuku (Sarwono, 2003: 128) Menyembunyikan pengetahuannya (794) Jangan diajar anak harimau makan daging (Sarwono, 2003: 128) Anak raja-raja jangan diajar merajalela, bila terbiasa kelak rakyat yang akan celaka (795) Mulut harimau mengerkah kepalanya sendiri (Widjoputri, 2009: 74) Berhati-hati dalam berkata agar tidak dapat mendapatkan kesusahan di keudian hari (796) Mulut kamu, harimau kamu, merekah batu kepalamu (Widjoputri, 2009: 74) Keselamatan dan harga diri seseorang bergantung pada dirinya sendiri (797) Mengajar anak harimau (Sarwono, 2003: 127) Mengajar anak orang terpelajar lekas pandai (798) Menggendangkan anak harimau (Sarwono, 2003: 127) Memelihara musuh hingga akhirnya merugikan kita (799) Kecil-kecil anak harimau (Sarwono, 2003: 128) Anak bangsawan disegani orang walau sewaktu kecil pun (800) Seperti harimau menyembunyikan kuku (Widjoputri, 2009: 91) Orang pandai seringkali tidak memamerkan kepandaiannya (801) Seperti harimau menunjukkan belangnya Harimau menyurukkan kuku (Sarwono, 2003: 128) Kelakuan dan perkataannya menunjukkan baik/buruknya (802) Sudah masuk ke mulut harimau (Sarwono, 2003: 127) Sudah pasti binasa (803) Siapa berani menangkap harimau? (Sarwono, 2003: 128) Orang kuasa ditakuti orang banyak (804) Tak akan harimau memakan anaknya sendiri (Widjoputri, 2009: 100)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
161
Tidak ada orang tua yang hendak mencelakakan anaknya 23. Ikan (805) Ada air ada ikan (Widjoputri, 2009: 4) Perihal keyakinan seseorang terhadap sesuatu (806) Air jernih ikannya jinak (Widjoputri, 2009: 6) Negeri yang aman pasti rakyatnya akan hidup tentram dan bahagia (807) Bagai ikan keluar dari air (Widjoputri, 2009: 15) Diibaratkan kepada seseorang yang hidupnya selalu gelisah, cemas dan merasa ketakutan (808) Ikan terkilat jala tiba (Widjoputri, 2009: 47) Selalu awas dan tidak menyia-nyiakan waktu yang akan mendatangkan keuntungan (809) Ikan yang diam di dalam tujuh lautan sekalipun, masuk juga ke dalam pukat (Widjoputri, 2009: 47) Walau bagaimanapun kepandaian seseorang, kadang-kadang akan berbuat kesalahan juga (810) Kelebihan ikan karena sirip, kelebihan manusia karena akal (Widjoputri, 2009: 57) Masing-masing mempunyai kelebihan (811) Mati ikan karena umpan, mati saya karena budi (Widjoputri, 2009: 67) Orang bisa celaka karena tingkah lakunya sendiri yang kurang baik (812) Seperti ikan dalam belat (Widjoputri, 2009: 91) Orang yang selalu dikekang, kemanapun pergi terhalang (813) Seperti ikan kena tuba (Widjoputri, 2009: 91) Orang sekampung terkena penyakit secara bersamaan (814) Terkena pada ikan, bersorak, terkena pada batang, masam (Widjoputri, 2009: 105) Bersahabat jika sedang mendapatkan keuntungan saja (815) Umpan habis ikan tak dapat (Widjoputri, 2009: 109) Melakukan sesuatu yang hanya mendatangkan kerugian saja (816) Ikan belum dapat, airnya sudah keruh (Sarwono, 2003: 139) Pekerjaan yang tidak bijaksana (keadaan memburuk sebelum pekerjaan selesai) (817) Ikan biar dapat serampang jangan pukah (Sarwono, 2003: 139) Pekerjaan yang dikerjakan supaya berfaedah hingga jirih payah tak hilang percuma (818) Ikan di laut, asam di gunung, bertemu dalam belanga (Sarwono, 2003: 139) Biar berjauhan, kalau jodoh akan menjadi suami-isteri juga (819) Ikan lagi di laut, lada garam sudah di sengkalan (Sarwono, 2003: 139) Bersiap-siap mengecap hasil pekerjaan yang belum pasti berhasil (820) Ikan seekor rusakkan ikan setajau (Sarwono, 2003: 139)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
162
Sebab yang sedikit, rusak habis yang banyak Tajau : belanga (821) Ikan sekambu rusak oleh ikan seekor (Sarwono, 2003: 139) Sebab yang sedikit, rusak habis yang banyak Kambu : bakul (822) Anak-anak ikan kecil menjadi makanan ikan besar (Sarwono, 2003: 139) Orang kecil selalu di bawah perintah orang besar (823) Dituba sajakah ikan dijala, _arring bukankah ikan? (Sarwono, 2003: 139) Pada orang yang tidak malu, sama saja bernikah atau berjahat (824) Jangan disangka ikan lais-lais tiada menyengat (Sarwono, 2003: 139) Jangan dianggap ringan orang yang lemah, ada kalanya ia menyusahkan orang kuat (825) Seperti ikan pulang ke lubuk (Sarwono, 2003: 140) Orang yang balik ke tempat asalnya sulit untuk berdagang lagi (826) Terkilat ikan di dalam air aku sudah tahu jantan betinanya (Sarwono, 2003: 140) Orang bijaksana dapat mengetahui maksud (dangkal dalamnya ilmu) seseorang dari gerak-geriknya (827) Tersaukkan ikan suka, tersaukkan batang, masam (Sarwono, 2003: 140) Bersuka ria bila dapat untung, tetapi lekas marah bila rugi (828) Walau ikan yang diam di dalam tujuh lautan sekalipun, termasuk ke dalam pukat juga (Sarwono, 2003: 140) Sekuat-kuat manusia ada kalanya silap juga (829) Seperti ikan dalam air (Sarwono, 2003: 140) Merasa senang sekali (830) Kuat ikan karena radai (Sarwono, 2003: 140) Tiap orang memiliki kekuatan diri (831) Hilang ikan dalam kerabu, hilang kilat dalam kilau (Sarwono, 2003: 140) Sesuatu yang sudah jadi biasa, tak penting lagi (832) Tertangkap pada ikan kalang (Sarwono, 2003: 140) Bersaing dengan orang yang lebih berani, kaya, dan kuat (833) Ikan di laut dipipiskan lada (Sarwono, 2003: 140) Rezeki yang belum diperoleh, sudah dipastikan (834) Seperti ikan dalam belanga (Sarwono, 2003: 140) Keuntungan yang sudah pasti, tak akan lepas lagi 24. Itik (835) Bagai itik pulang petang (Widjoputri, 2009: 15) Sangat lamban dalam mengerjakan sesuatu (836) Itik berenang di air, mati kehausan (Widjoputri, 2009: 48)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
163
Meskipun memiliki pangkat yang tinggi dan harta yang banyak, ia selalu mengalami kesusahan (837) Seperti itik mendengar guntur (Widjoputri, 2009: 91) Orang yang mengharapkan keuntungan yang belum tentu diperolehnya (838) Tak tersudu oleh itik (Widjoputri, 2009: 101) Perkataan orang tidak layak didengar sebab terlampau kasar dan ceroboh (839) Tak usah itik diajar berenang (Widjoputri, 2009: 101) Tidak ada gunanya kita mengajari orang yang sudah pandai/tahu (840) Itik bertaji (Sarwono, 2003: 144) Orang sangat penakut tetapi sombong (841) Bagai itik berebutkan tembolok (Sarwono, 2003: 144) Pembantahan karena sebab yang terlampau kecil (842) Tak ada itik yang bertengger (Sarwono, 2003: 144) Perkara mustahil 25. Kambing (843) Bagai kambing dalam biduk (Widjoputri, 2009: 19) Orang yang takut dengan sesuatu, tetapi tidak dapat menyelamatkan diri (844) Kambing diparak, panjang janggutnya; orang tak hendak, banyak sebutnya (Widjoputri, 2009: 54) Karena tidak suka, alasanpun dicari-cari (berdalih) untuk melepaskan diri (845) Seperti kambing dikuliti hidup-hidup (Widjoputri, 2009: 91) Menderita sakit yang sangat parah (846) Seperti kambing harga tiga kupang (Widjoputri, 2009: 91) Orang kecil yang baru berkuasa biasanya membanggakan kekuasaannya (847) Bagai kambing harga dua kupang (Sarwono, 2003: 162) Kekanak-kanakan tingkah lakunya (848) Bagai kambing diseret ke air (Sarwono, 2003: 162) Malas dan enggan kalau disuruh melakukan sesuatu (849) Bagai kambing dijunjung (Sarwono, 2003: 162) Teriak seorang penakut (850) Bagai kambing lepas ke parak (Sarwono, 2003: 162) Dapat memilih apa saja di tempat yang mewah (851) Menanti pelir kambing terputus (Sarwono, 2003: 162) Menantikan sesuatu yang mustahil (852) Umpama kambing kecil merentak tidak memutus tali, berantuk tidak melambung bumi (Sarwono, 2003: 162) Orang enteng karena tak berkuasa apa-apa jadi tak dapat menolong (853) Kambing keramat (Sarwono, 2003: 163) Orang yang ditakuti dan bebas bertindak sekehendak hati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
164
(854) Bagai kambing menanduk bukit (Sarwono, 2003: 163) Pekerjaan sia-sia, malah mendatangkan rugi (855) Hari hujan kambing lari (Sarwono, 2003: 163) Perkara yang telah putus; tak ada kelanjutannya lagi (856) Kambing hitam (Sarwono, 2003: 163) Orang/kelompok yang dicurigai dan dijadikan sumber kesusahan oleh masyarakat 26. Katak (857) Bagaimana hari takkan hujan, katak betung dalam telaga berteriak selalu (Widjoputri, 2009: 18) Kalau selalu berusaha, lambat laun tentu akan berhasil juga (858) Di mana kubangan yang tidak berkatak? (Widjoputri, 2009: 34) Tiap-tiap tempat itu ada kekurangan atau celanya (859) Ilmu katak, apabila teringat melompat (Widjoputri, 2009: 47) Kerja yang tergopoh-gopoh, tanpa dipikirkan terlebih dahulu (860) Katak ditimpa kemarau (Widjoputri, 2009: 56) Sangat ramai memperbincangkan sesuatu (861) Laksana katak, sedikit hujan banyak main (Widjoputri, 2009: 62) Orang yang suka membesar-besarkan masalah (862) Seperti katak dalam tempurung (Widjoputri, 2009: 91) Orang mempunyai sedikit pengetahuan (863) Alim bagai katak di tepi air (Sarwono, 2003: 168) Kaya ilmu tapi tak mendapat faedah dari ilmunya (864) Terkilap-kilap bagai katak tersemburi (Sarwono, 2003: 168) Diam saja dalam suatu pembicaraan/perbincangan (865) Tiada akan licin katak puru, jika senantiasa berhujan sekalipun (Sarwono, 2003: 168) Orang jelek jika memakai perhiasan pun tak jadi elok 27. Keledai (866) Seperti keledai (Sarwono, 2003: 175) Bodoh _ank eras kepala 28. Kepiting (867) Sebagai kepiting batu (Sarwono, 2003: 180) Sangat kikir (868) Macam kepiting jalan (Sarwono, 2003: 181) Orang berjalan miring karena cacat pada tubuh (869) Seperti kepiting tidak tahu bungkuknya (Sugono, dkk., 2008: 672) Orang yang tidak tahu akan cacatnya, tidak sadar akan kebodohan dan kekurangannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
165
29. Kera (870) Anak di rimba dilepaskan, kera di hutan disusui (Widjoputri, 2009: 7) Urusan orang lain dikerjakan, urusan sendiri diabaikan (871) Laksana kera dapat bunga (Widjoputri, 2009: 62) Orang yang tidak bisa menghargai sesuatu karena tidak mengerti (872) Kera menegurkan tahinya (Sugono, dkk., 2008: 673) Membukakan kehinaan sendiri (873) Sebagai kera dapat canggung (Sugono, dkk., 2008: 673) Merapatkan dirinya kepada orang yang telah memberi pertolongan (874) Memberi barang kepada tangan kera (Sarwono, 2003: 181) Mempercayai orang (dengan pekerjaan) yang tak dapat dilaksanakannya (875) Seperti kera sumbang (Sarwono, 2003: 181) Orang yang takut bergaul dengan khalayak ramai (876) Seperti kera bercukur (Sarwono, 2003: 181) Orang bodoh memakai perkakas yang sulit akhirnya celaka (877) Macam kera kelaparan (Sarwono, 2003: 181) Berkomat-kamit tanpa suara dan _aka da yang dimakan (untuk orang tua) (878) Seperti kera kasih akan anaknya (Sarwono, 2003: 181) Kasih yang sempit (mengepit anaknya kemana-mana), akhirnya merugikan anaknya sendiri (879) Genggam kera (Sarwono, 2003: 181) Keras sekali, tak dapat dilepas 30. Kerbau (880) Bagai kerbau menarik dokar (Widjoputri, 2009: 15) Meletakkan sesuatu yang tidak pada tempatnya, sehingga tampak janggal (881) Baru dapat gading berubah, terbuang tanduk kerbau mati (Widjoputri, 2009: 20) Karena ada teman baru, teman lama tidak dipedulikan lagi (882) Bermain-main dengan kerbau, dilontarnya muka dengan ekor (Widjoputri, 2009: 24) Dalam bergaul kita harus berhati-hati, karena pergaulan yang bebas dapat menjerumuskan kita (883) Ditanduk kerbau badul (Widjoputri, 2009: 37) Ditipu oleh orang yang bodoh (884) Emas berpeti, kerbau berkandang (Widjoputri, 2009: 39) Meskipun banyak uang kita harus tetap berhemat dan menjaga harta kita dengan baik (885) Jika kerbau dipegang talinya, manusia dipegang mulutnya (Widjoputri, 2009: 51)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
166
Manusia itu harus bertanggung jawab atas segala perkataannya, karena yang dipegang atau dipercaya adalah perkataannya (886) Kerbau dipegang talinya, manusia dipegang mulutnya (Widjoputri, 2009: 58) Perihal menepati janji atas apa yang pernah diucapkan (887) Seperti kerbau dicocok hidungnya (Widjoputri, 2009: 92) Seseorang yang karena kebodohannya mau saja menuruti perintah orang lain, meskipun akan menyusahkan diri (888) Seperti kerbau terjepit leher, dihela tanduk panjang, dilakukan badaan sudah besar (Widjoputri, 2009: 92) Suatu pekerjaan yang disangka baik, tetapi tidak sesuai dengan harapannya (889) Takkan rintang kerbau oleh tanduknya (Widjoputri, 2009: 102) Orang bijaksana itu tidak akan terganggu oleh pekerjaannya yang banyak (890) Terbeli kerbau bertuntun (Widjoputri, 2009: 104) Tertipu atau terkecoh karena tidak dilihat atau diteliti terlebih dahulu (891) Kerbau runcing tanduk (Sugono, dkk., 2008: 677) Orang yang telah terkenal kejahatannya (892) Kerbau sekawan boleh dikandang, manusia seorang tiada terkawal (Sarwono, 2003: 182) Sulitnya menjaga gadis supaya tak tercemar nama baiknya (893) Bagai kerbau terkejut oleh gong (Sarwono, 2003: 183) Tercengang keheranan (894) Bagai telonjak kerbau rampung (Sarwono, 2003: 183) Orang bodoh dan sombong tak sadar diperbodohkan orang (895) Bagai melulutkan jebat pada kerbau (Sarwono, 2003: 183) Pemberian yang tak pada tempatnya (896) Jangan buat kerbau tanduk panjang (Sarwono, 2003: 183) Jangan mencampuri perkara orang lain (897) Laksana kerbau, di mana rumput hijau di sana terkam (Sarwono, 2003: 183) Orang yang melupakan bahaya bila menemukan sesuatu yang digemarinya (898) Mencongak rupa kerbau jantan kemudian (Sarwono, 2003: 183) Lelaki yang berjalan di belakang isterinya (899) Menghambat kerbau berlabuh (Sarwono, 2003: 183) Menghalang perbuatan orang yang akan mendatangkan kesenangan baginya (900) Seekor kerbau berkubang, sekandang kena loloknya (Sarwono, 2003: 183) Seorang yang melakukan kesalahan, semuanya terlibat sama (901) Seperti kerbau menanduk anak dengan kaparan tanduk, bukan dengan hujungnya (Sarwono, 2003: 183) Menghukum anak untuk memperbaikinya bukan untuk menyiksa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
167
(902) Terambu kerbau karena rumput muda (Sarwono, 2003: 183) Orang yang lekas tergoda oleh kecantikan perempuan muda (903) Berkerbau seperempat ekor, berkandang sebagai orang (Sarwono, 2003: 184) Orang miskin berlagak seperti orang kaya (904) Hidup berkerbau-kerbau saja (Sarwono, 2003: 184) Hidup bersama sebagai suami-isteri tanpa nikah (905) Membeli kerbau di _ading (Sarwono, 2003: 184) Tertipu, membeli sesuatu tanpa melihat barangnya 31. Kerong (906) Habis umpan, kerong-kerong tak dapat (Widjoputri, 2009: 42) Telah banyak uang dibelanjakan karena mengharap laba yang besar, tetapi ternyata tak ada hasilnya 32. Kijang (907) Dapat kijang teruit (Widjoputri, 2009: 33) Seseorang yang mendapat keuntungan dengan tidak perlu bersusah payah (908) Kijang itu walau dirantai dengan rantai emas sekalipun, kalau lepas lari juga ke hutan (Widjoputri, 2009: 59) Perantau itu walau bagaimanapun senangnya di negeri orang, jika ada kesempatan ingin juga ia pulang ke negeri asalnya (909) Seperti kijang masuk kampung (Widjoputri, 2009: 92) Terbengong-bengong melihat sesuatu yang belum pernah dilihat (910) Walau kijang dirantai dengan rantai emas sekalipun, jika lepas larinya ke hutan jua (Widjoputri, 2009: 110) Betapapun senangnya di negeri orang, negeri sendiri tidak akan pernah dilupa (911) Seperti kijang lepas ke rimba (Sarwono, 2003: 188) Pulang ke asalnya, sukar dicari 33. Kodok (912) Seperti kodok dapat bunga sekuntum (Widjoputri, 2009: 92) Orang yang tidak dapat mengambil keuntungan dari barang yang sebenarnya sangat bermanfaat (913) Seperti kodok merindukan bulan (Widjoputri, 2009: 92) Sesuatu yang mustahil bisa terjadi (914) Tak ada kubangan yang tidak berkodok (Widjoputri, 2009: 100) Setiap orang pasti ada cacat dan kekurangannya (915) Tertungging bagai kodok dalam lubang (Widjoputri, 2009: 106) Seseorang yang sangat miskin dan hidup menderita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
168
(916) Seperti kodok ditimpa kemarau (Sarwono, 2003: 188) Berkeluh kesah tak karuan 34. Kucing (917) Bagai kucing dibawakan lidi (Widjoputri, 2009: 15) Hal seseorang yang sangat takut, karena membuat suatu kesalahan (918) Bagai kucing kehilangan anak (Widjoputri, 2009: 15) Seseorang yang sangat gelisah karena berpisah dengan seseorang yang sangat dicintainya (919) Bagai mengail kucing hanyut (Widjoputri, 2009: 17) Melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat dan sia-sia (920) Biarpun kucing pergi, pulangnya mengeong juga (Widjoputri, 2009: 28) Sifat seseorang tidak akan berubah, meskipun ia pergi kemanapun (921) Memukul kucing di dapur (Widjoputri, 2009: 65) Menyakiti keluarga sendiri (922) Menjual kucing dalam karung (Widjoputri, 2009: 72) Menipu orang untuk mendapatkan keuntungan (923) Seperti kucing tidur di lantai (Widjoputri, 2009: 93) Sudah tidak kekurangan lagi (924) Menantikan kucing bertanduk (Sarwono, 2003: 193) Menantikan sesuatu yang mustahil (925) Bagai kucing lepas senja (Sarwono, 2003: 193) Sukar dicari, merasa senang (926) Bagai kucing dengan panggang (Sarwono, 2003: 193) Laki dan perempuan yang selalu dekat akhirnya terjadi jua hal yang kurang baik (927) Bagai kucing main daun (Sarwono, 2003: 193) Kehebatan seseorang (pahlawan) (928) Bagai kucing menjemput api (Sarwono, 2003: 193) Yang diusahakan tidak berhasil sedang alatnya malah hilang (929) Bagai kucing takut akan balur (Sarwono, 2003: 193) Hidup senang dan mewah (930) Berburu kucing di dapur (Sarwono, 2003: 193) Laki perempuan kumpul tanpa nikah (931) Seperti kucing berarakkan rambut (Sarwono, 2003: 194) Keluh-kesah karena kesakitan, atau gelisah karena kesusahan (932) Seperti kucing biang (Sarwono, 2003: 194) Berkeluh kesah (933) Seperti kucing di atas tampuk (Sarwono, 2003: 194) Mempunyai dua tugas, dan tak tahu mana yang harus diprioritaskan (934) Terkejar-kejar bagai kucing jatuh anak (Sarwono, 2003: 194) Tergopoh-gopoh karena kesusahan (935) Dinanti sampai kucing bertanduk pun tak akan tiba (Sarwono, 2003: 194)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
169
Sia-sia 35. Kuda (936) Minta tanduk kepada kuda (Sarwono, 2003: 335) Menghendaki sesuatu yang mustahil di dapat (937) Berbalik-balik bagai kuda tercirit (Widjoputri, 2009: 22) Masalah yang sudah terselesaikan tetapi timbul kembali (938) Rumput mencari kuda (Widjoputri, 2009: 82) Yang dibutuhkan mencari yang butuh (939) Seperti kuda lepas dari pingitan (Widjoputri, 2009: 93) Orang yang sangat bahagia karena terlepas dari masalah (940) Tidak ada gunanya mencambuk kuda mati (Widjoputri, 2009: 106) Adalah sia-sia dan buang-buang waktu apabila kita bertengkar mengenai hal yang sudah terjadi (941) Anak kuda bulu kasap (Sarwono, 2003: 194) Anak muda yang riang gembira (942) Bak rasa kuda pula kukuran (Sarwono, 2003: 194) Orang miskin yang berlagak seperti orang kaya (943) Kuda pelajang bukit (Sarwono, 2003: 194) Orang muda yang jadi suruh-suruhan (tak kenal lelah) (944) Jadi bapak kuda (Sarwono, 2003: 194) Lelaki yang suka kawin di mana-mana, dan bersenang-senang di rumah isteri, tak mau mencari nafkah 36. Kuman (945) Kuman menjadi barah (pekung) (Sarwono, 2003: 196) Perkara kecil menjadi besar, karena dibiarkan (946) Matilah kuman kena pelantik sekalian alam limpah darahnya (Sarwono, 2003: 196) Orang kebanyakan kawin dengan orang bangsawan, menjadi buah mulut orang (947) Mencungkil kuman dengan alu (Sarwono, 2003: 196) Membuat pekerjaan sia-sia 37. Kumbang (948) Bunga layu kumbang berlalu (Widjoputri, 2009: 30) Sudah tidak bisa dipakai/digunakan lagi, maka ditinggalkan (949) Di mana bunga yang kembang, di situlah banyak kumbang (Widjoputri, 2009: 34) Di mana banyak wanita cantik, maka di sana banyak pula laki-laki (950) Ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak berurat, di tengah-tengah digerak kumbang (Widjoputri, 2009: 56)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
170
Perihal seseorang yang tidak berwibawa baik kepada keluarga yang di bawah maupun yang di atasnya, yang disebabkan oleh pribadi tersebut tidak mampu mengatur dirinya sendiri (951) Kumbang tidak seekor, bunga tidak sekaki (Widjoputri, 2009: 60) Kiasan bahwa tidak hanya satu orang laki atau perempuan di dunia ini, masih banyak yang bisa dijadikan pasangan hidup (952) Nyanyian seperti kumbang dicolok (Widjoputri, 2009: 76) Nyanyian buruk dan menyakitkan telinga (953) Kumbang melilit gedung (Sarwono, 2003: 196) Orang yang bersiul-siul mengelilingi rumah gadis yang disayanginya (954) Kumbang terbang bunga pun layu (Sarwono, 2003: 196) Bila ditinggalkan kekasih lalu kuyu 38. Kura-Kura (955) Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu (Widjoputri, 2009: 60) Bertanya tentang sesuatu yang sudah diketahuinya. (956) Kura-kura hendak memanjat kayu (Sugono, dkk., 2008: 760) Sesuatu yang mustahil tercapai (terjadi dan sebagainya). (957) Seperti kura-kura hendak memanjat pohon (Sarwono, 2003: 198) Hendak melakukan sesuatu yang mustahil dapat dilaksanakannya (958) Kura-kura pandai kerabat kayu (Sarwono, 2003: 198) Mustahil, di hari kemudian yang mustahil _ating (959) Kura-kura tiada basah kakinya (Sarwono, 2003: 198) Mendapat untung tanpa bersusah payah 39. Kutu (960) Di mana kutu makan kalau tidak di kepala (Widjoputri, 2009: 35) Sudah sewajarnya jika seorang anak meminta kepada orang tuanya, orang miskin meminta pada yang kaya, orang yang bodoh bertanya pada yang pintar (961) Mencari kutu dalam injuk (Widjoputri, 2009: 69) Mengerjakan pekerjaan yang sangat sulit (962) Sudah mati kutunya (Sugono, dkk., 2008: 765) Sudah hilang kekuatannya (tidak berbuat apa-apa lagi) (963) Pantang kutu dicukur pantang manusia dihinakan (Sarwono, 2003: 199) Tiap orang mempunyai harga diri (964) Ibarat kutu boleh diselisik (Sarwono, 2003: 199) Kesalahan atau tipu walau disembunyikan akhirnya akan diketahui orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
171
40. Laba-laba atau Labah-Labah (965) Masuk ke sarang laba-laba (Widjoputri, 2009: 66) Masuk ke perangkap musuh (966) Akal labah-labah di gua buruk suka merakut (Sarwono, 2003: 200) Orang jahat yang suka menipu orang (967) Seperti labah-labah cinta kepada telurnya (Sarwono, 2003: 105) Cinta yang mendalam sekali (968) Sebesar labah-labah (Sarwono, 2003: 105) Orang lemah yang panjang akal (969) Laksana labah-labah membuat sarang (Sarwono, 2003: 105) Pekerjaan yang sulit tapi hasilnya rapuh (970) Berkelahi seperti labah-labah dalam gelas (Sarwono, 2003: 200) Dasyat dan di tempat yang sempit, berusaha saling menewaskan 41. Lalat (971) Bagai lalat mencari puru (Sarwono, 2003: 203) Membuat pekerjaan terlalu tergesa-gesa, atau terlalu rakus mengejar keuntungan (972) Seperti lalat buta (Sarwono, 2003: 203) Berpusing-pusing tak tentu arah (973) Belum terbang lalat (Sarwono, 2003: 203) Pagi buta 42. Langau (974) Masuk langau ke mulutnya (Sarwono, 2003: 105) Teralu heran hingga mulut ternganga (975) Diratapi langau hijau (Sarwono, 2003: 105) Nasib malang seorang saudagar mati di negeri orang, tak ada yang menangisi kecuali lalat hijau (976) Hinggap bak langau titik bak hujan (Sarwono, 2003: 204) Sesuatu yang terjadi dengan tiba-tiba 43. Lebah (977) Seperti lebah, mulut membawa madu, pantat membawa sengat (Widjoputri, 2009: 93) Berwajah rupawan, namun punya sifat yang sangat sombong (978) Dagu bagai lebah bergantung (Sarwono, 2003: 210) Amat elok 44. Lembu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
172
(979) Lembu dogol jangan dibalun (Sarwono, 2003: 212) Orang yang tidak melawan jangan diusik, jika melawan ia sungguh-sungguh (980) Lembu tanduk panjang, tidak menanduk pun dikata orang menanduk juga (Sarwono, 2003: 212) Orang yang sudah terkenal jahatnya (981) Laksana lembu dogol tak boleh ditanduk hanya disondol (Sarwono, 2003: 212) c) Orang yang suka menggertak tapi tak berdaya d) Melawan dengan sekuatnya dalam perkelahian (982) Laksana lembu kasi (Sarwono, 2003: 212) Badan besar, tetapi hati penakut Kasi= kebiri (sudah dimandulkan) (983) Menghela lembu dengan talinya, menghela manusia dengan akalnya (Sarwono, 2003: 212) Manusia harus diperlakukan dengan lemah lembut (984) Lembu dongkol hendak menyondol (Sarwono, 2003: 212) Mengancam tapi tak kuat menanduk 45. Merak (985) Apa gunanya merak mengigal dalam hutan (Widjoputri, 2009: 9) Tak ada gunanya seseorang mempertontonkan kecantikkannya di tempat yang sunyi dan tidak dilihat orang 46. Merpati (986) Jinak-jinak merpati (Widjoputri, 2009: 52) Kelihatannya mau tetapi setelah didekati malah lari 47. Monyet (987) Monyet mendapat bunga, akankah ia tahu akan faedah bunga itu, melainkan dioyak-koyaknya lalu dibuang ke tanah (Widjoputri, 2009: 74) Tidak tahu menghargai sesuatu barang yang berharga 48. Musang (988) Dimana kayu bengkok, di sana musang meniti (Widjoputri, 2009: 37) Di tempat yang tidak terjaga, di situlah pencuri akan melakukan kejahatannya (989) Kelakuannya seperti musang, siang tidur malam berjaga (Widjoputri, 2009: 57)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
173
Perihal orang jahat yang melakukan pekerjaannya dengan sembunyi-sembunyi (990) Musang terjun lantai terjungkat (Sarwono, 2003: 237) Ada tanda-tanda kejahatan yang telah diperbuat (991) Hidup seperti musang (Sarwono, 2003: 237) Hidup seorang penjahat: siang tak kelihatan malam merayap mencari mangsa 49. Nyamuk (992) Nyamuk mati, gatal tak lepas (Widjoputri, 2009: 75) Perihal seseorang yang tetap menyimpan rasa dendam kepada orang yang telah menyakitinya meskipun orang tersebut sudah mendapatkan hukumannya; dendam yang tak berkesudahan (993) Menepak nyamuk menjadi daki (Sarwono, 2003: 243) Melawan orang lemah tidak akan mendapat nama baik 50. Pelanduk (994) Pelanduk melupakan jerat, tetapi jerat tidak melupakan pelanduk (Widjoputri, 2009: 79) Seseorang yang melupakan bahaya yang masih mengintainya (995) Bagai pelanduk di dalam carang (Sarwono, 2003: 263) Gelisah karena ketakutan (996) Seperti pelanduk terlepas dari jerat (Sarwono, 2003: 264) Terlepas dari sengsara 51. Pipit (997) Bagai betung bulat tak bersegi, pipit jantan tak bersarang (Widjoputri, 2009: 13) Tiada berkampung halaman dan tidak berumah tangga tetap, selalu mengembara (998) Betang bulat tak bersegi, pipit jantan tak bersarang (Widjoputri, 2009: 27) Pergi kemanapun tidak ada yang melarang (999) Menangis pipit inginkan jagung, tidak harus makanan sendiri (Widjoputri, 2009: 69) Perihal orang yang miskin hendak mempersunting orang yang kaya (1000) Seperti pipit makan jagung (Widjoputri, 2009: 95) Kiasan kepada orang kecil yang hendak menyamai perilaku orang besar (1001) Pipit pekak makan berhujan (Sarwono, 2003: 274) Amat rajin dalam pekerjaan tidak peduli akan bahaya yang hendak menimpanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
174
(1002) Pipit yang makan padi merbah terbawa rendong (Sarwono, 2003: 275) Orang lain yang mendapat kesenangan, orang lain yang harus bertanggung jawab (1003) Pipit jantan tidak bersarang (Sarwono, 2003: 275) Anak laki-laki tidak perlu dibuatkan rumah, dia boleh pergi kemana-mana, tetapi anak perempuan harus dibuatkan (adat Minang) 52. Rusa (1004) Rusa masih di hutan, kancah sudah dijerangkan (Widjoputri, 2009: 82) Seseorang yang telah membuat sesuatu rencana dari keuntungan yang belum tentu diperolehnya (1005) Seperti rusa masuk kampung (Widjoputri, 2009: 95) Perihal orang yang keheranan melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya (1006) Mati rusa karena tanduknya (Sarwono, 2003: 295) Celaka karena sesuatu yang menjadi kemegahannya (1007) Tak akan rintang rusa oleh tanduknya (Sarwono, 2003: 295) Orang cakap tidak akan terhambat melakukan pekerjaannya 53. Sapi (1008) Dahulu bajak dari sapi (Widjoputri, 2009: 32) Pekerjaan yang dikerjakan tidak menurut aturan (1009) Jadi sapi perahan (Sarwono, 2003: 302) Dijadikan tempat mencari keuntungan 54. Semut (1010) Ada gula ada semut (Widjoputri, 2009: 4) Dimana banyak mata pencaharian, banyak pula orang datang ke sana untuk mencari rezeki (1011) Semut terpijak tidak mati, alu tertarung patah tiga (Sarwono, 2003: 309) Jalan seorang perempuan yang baik lagi teratur (tidak terlalu cepat tidak terlalu lambat)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
175
55. Sepat (1012) Bagai anak sepat ketohoran (Sugono, dkk., 2008: 1278) Berbaring bermalas-malasan (1013) Bodoh-bodoh sepat, tak makan pancing emas (Sugono, dkk., 2008: 1278) Meskipun bodoh, dapat juga memilih mana yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya (1014) Tersendeng-sendeng bagai sepat di bawah mengkuang (Sugono, dkk., 2008: 1278) Orang yang kecil dan hina hendak mendekat kepada orang besar dan mulia, nyatanya kelihatan takut dan malu 56. Serigala (1015) Serigala dengan anggur (Sugono, dkk., 2008: 1287) Sikap seseorang yang mencela sesuatu yang sangat diingininya dan berusaha memperolehnya, tetapi gagal 57. Tikus (1016) Benci akan tikus, rangkiang (rangkiang=lumbung padi) dibakar (Widjoputri, 2009: 21) Karena benci kepada seseorang yang bersalah, kaum yang tidak berdosa dihukum semuanya (1017) Kalau akan menjadi tikus, dari kecil telah bulat ekornya (Widjoputri, 2009: 53) Anak yang akan menjadi baik atau jahat itu, sejak kecil sudah ada tanda-tandanya (1018) Seperti tikus jatuh ke beras (Widjoputri, 2009: 96) Mendapatkan tempat yang membahagiakan dan menguntungkan (1019) Bagai tikus membaiki labu (Sarwono, 2003: 353) Orang yang mencoba memperbaiki sesuatu yang tidak diketahuinya, akhirnya merusakkannya (1020) Rumah terbakar tikus habis keluar (Sarwono, 2003: 353) Bila terjadi malapetaka maka penduduk negeri dan para saudagarnya meningalkannya (1021) Seperti tikus masuk roman (Sarwono, 2003: 353) Kecewa karena tidak mendapat apa yang diharapkannya (1022) Seperti tikus masuk perangkap (Sarwono, 2003: 353) Sangat gelisah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
176
58. Tuma (1023) Sembunyi tuma (kepala tersuruk) ekor kelihatan (Sugono, dkk., 2008: 1497) Merasa tidak ada yang mengetahui, tetapi sebenarnya sudah diketahui orang banyak (1024) Takutkan tuma, dibuang (kan) kain (Sugono, dkk., 2008: 1497) Sayang akan sesuatu yang tidak berharga, tetapi dapat kerugian besar 59. Tupai (1025) Sepandai-pandai tupai melompat, sesekali akan jatuh juga (Widjoputri, 2009: 87) Sepintar-pintarnya seseorang pasti akan berbuat kekeliriuan juga (1026) Bagai tupai bergelut (Sarwono, 2003: 353) Kehebatan pendekar ketika menarik pedang (1027) Negeri tidak bertupai (Sarwono, 2003: 353) Negeri yang lengang, bahkan tidak didiami orang 60. Udang (1028) Ada udang di balik batu (Widjoputri, 2009: 4) Punya maksud tersembunyi (1029) Banyak udang banyak garamnya, banyak orang banyak ragamnya (Widjoputri, 2009: 19) Setiap orang mempunyai kegemaran masing-masing (1030) Seperti otak udang (Widjoputri, 2009: 95) Orang yang sangat bodoh (1031) Udang tak tahu di bungkuknya, orang tak tahu di buruknya (Widjoputri, 2009: 109) Orang yang tidak menyadari keburukan atau kesalahannya sendiri (1032) Udang merentak dalam tangguk (Sarwono, 2003: 367) Orang tidak tetap laku dan kedudukannya (1033) Bagai udang dalam tangguk (Sarwono, 2003: 367) Menggelepar karena kesukaran (1034) Tiada berudang di balik batu (Sarwono, 2003: 367) Tiada orang selain „aku‟ (sombong) 61. Ular (1035) Bersahabat dengan orang-orang besar, seperti berjinak-jinakan dengan ular yang berbisa (Widjoputri, 2009: 25) Mendekati orang berkuasa hendaklah pandai membawa diri, supaya jangan beroleh aib
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
177
(1036) Jangan dibangunkan ular tidur (Widjoputri, 2009: 49) Musuh yang sedang tenang jangan dibangkitkan amarahnya (1037) Jika ular menyusur akar, tiada akan hilang bisanya (Widjoputri, 2009: 52) Orang yang berpangkat tinggi, sekalipun merendahkan diri tidaklah akan berkurang derajatnya (1038) Seperti ular dicubit ekor (Widjoputri, 2009: 96) Sangat pemarah atau pergi dengan terburu-buru karena mendapat malu yang tak disangka-sangka (1039) Ular berkepala dua (Widjoputri, 2009: 109) Tidak berpendirian, hanya mencari keuntungan sendiri saja (1040) Ular dipukul jangan mati, pemukul jangan patah, tanah dipadu jangan lembang (Widjoputri, 2009: 109) Memutuskan suatu perkara hendaklah dengan seadil-adilnya (1041) Bagai ular menyusur akar (Sarwono, 2003: 369) Merendahkan diri tapi tak hilang gengsinya (1042) Melangkahi ular (Sarwono, 2003: 369) Melakukan sesuatu yang sangat berbahaya (1043) Bagai ular dengan orang (Sarwono, 2003: 369) Dua bersaudara yang tak mau saling kenal (1044) Biar ular mati dan kayu tiada patah (Sarwono, 2003: 369) Binasakanlah musuh tanpa harus merusak diri (1045) Kerosok ular di rumpun bambu (Sarwono, 2003: 369) Jangan takut akan ancaman orang, bualnya besar tapi takut bertindak (1046) Macam ular kekenyangan (Sarwono, 2003: 369) Orang buncit dan jalannya tak betul (1047) Seperti ular kena palu (Sarwono, 2003: 370) Meronta karena sakit dan marah (1048) Sudah tampak kaki ular (Sarwono, 2003: 370) Sudah diketahui kelakuan seseorang yang buruk (sebelumnya tak diketahui) (1049) Mendengarkan siul ular (Sarwono, 2003: 370) Mendengarkan cakap orang yang hendak menjatuhkannya (1050) Ular dipalu biar mati (Sarwono, 2003: 370) Lawan musuh yang berbahaya, jangan tanggung-tanggung, habisi saja (1051) Perempuan itu langkah ular tiada lepas (Sarwono, 2003: 370) Wanita seburuk itu jangan coba-coba cari kesempatan 62. Ulat (1052) Berbulu mata melihat ulat (Widjoputri, 2009: 22) Benci sekali melihat wajahnya (1053) Buah manis berulat di dalamnya (Widjoputri, 2009: 29) Kata-katanya manis tapi hatinya jahat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
178
(1054) Buah yang terlalu manis berulat (Widjoputri, 2009: 29) Perkataan yang manis/muluk-muluk biasanya mengandung sesuatu yang tidak baik (1055) Bagai ulat nangka terhempas ke batu (Sarwono, 2003: 370) Orang jahat itu tak merasa jera oleh kesusahan kejahatannya (1056) Bagai melihat ulat (Sarwono, 2003: 370) Sangat benci melihat sesuatu (1057) Terloncat-loncat bagai ulat pinang (Sarwono, 2003: 371) Gelisah. Biasa dikiaskan pada anak gadis yang lincah (1058) Korek lubang ulat (Sarwono, 2003: 371) Sengaja mencari perselisihan (1059) Ulat di dalam batu, apa dimakannya? (Sarwono, 2003: 371) Kekuasaan Allah tak terbatas; manusia harus berusaha sekuat tenaga, sambil bertawakal kepadanya 63. Unta (1060) Bagai unta menyerahkan diri (Sugono, dkk., 2008: 1531) Amat patuh menurut perintah; mengaku salah dan bertobat; menyerah dan menurut
B. Peribahasa yang Berunsur Dua Nama Binatang 1.
Anjing dan Babi (1061) Anjing galak babi berani (Widjoputri, 2009: 8) Pertemuan antara kedua orang yang sama-sama pemberani atau juara dengan juara
2.
Anjing dan Kucing (1062) Seperti anjing dengan kucing (Widjoputri, 2009: 88) Tidak pernah akur, selalu berselisih
3.
Anjing dan Kuda (1063) Tuah anjing, celaka kuda (Widjoputri, 2009: 108) Hal yang membahagiakan terkadang menyusahkan orang lain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
179
Anjing dan Musang (1064) Anak anjing itu bolehkah menjadi anak musang jebat? (Sarwono, 2003: 16) Orang kecil akankah ia mencapai martabat tinggi? Bila dapat tak akan kekal juga
5.
Anjing dan Gajah (1065) Bagai anjing menyalak di ekor gajah (Sarwono, 2003: 17) Seorang yang hina dan lemah hendak melawan orang berkuasa dan mulia
6.
Ayam dan Elang (1066) Ayam ditambat disambar elang (Widjoputri, 2009: 11) Sesuatu yang dijaga dengan baik, tetapi dapat juga jatuh ke tangan orang lain (1067) Sepantun elang dengan ayam, lambat laun disambar juga (Widjoputri, 2009: 87) Orang tua harus bisa menjaga anak gadisnya, jika dibiarkan bergaul dengan bujang, maka akibatnya tidak akan baik
7.
Ayam dan Itik (1068) Asal ayam pulang ke lesung, asal itik ke pelimbahan (Widjoputri, 2009: 10) Suatu kebiasaan yang sukar diubah (1069) Ayam bertelur di padi mati kelaparan, itik berang di air mati kehausan (Widjoputri, 2009: 11) Orang yang tinggal di negeri kaya raya sekalipun, bila tidak pandai berusaha, ia tetap melarat (1070) Ayam itik raja pada tempatnya (Sarwono, 2003: 24) Setiap orang berkuasa pada tempatnya/di lingkungannya (1071) Ayam menetaskan telur itik, anaknya itu ke air juga ditujunya (Sarwono, 2003: 25) Perangai asal, tidak akan berubah (1072) Ayam tak patuk itik tak sudu (Sarwono, 2003: 25) Seseorang yang hina atau sesuatu yang tidak berharga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8.
Ayam dan Musang (1073) Seperti ayam melihat musang (Sarwono, 2003: 27) Girang mendapatkan barang yang disukainya (1074) Ayam dapat musang pun dapat (Sarwono, 2003: 27) Orang jahat tertangkap dan barang curian pun dikembalikan
9.
180
berhasil
Ayam dan Penyu (1075) Ayam bertelur sebutir ribut seluruh negeri, penyu telur beriburibu seorang pun tak tahu (Widjoputri, 2009: 11) Orang yang miskin mendapatkan untung sedikit saja, sekampung tahu, tetapi orang kaya yang memperoleh untung yang besar, seorang pun tidak tahu
10. Balam dan Ketitiran (1076) Seperti balam dengan ketitiran (Widjoputri, 2009: 89) Dua orang yang tidak semufakat, karena saling membanggakan kelebihan masing-masing 11. Bangau dan Badak (1077) Bangau-bangau minta aku leher, badak-badak minta aku daging (Widjoputri, 2009: 19) Seseorang yang selalu iri melihat kekayaan dan kelebihan orang lain 12. Bangau dan Kerbau (1078) Seperti bangau di ekor kerbau (Sarwono, 2003: 33) Selalu menjadi penurut tak memiliki pendapat sendiri 13. Beruk dan Kera (1079) Bertukar beruk dengan kera (Widjoputri, 2009: 26) Dua hal yang sama jeleknya 14. Buaya dan Harimau (1080) Bergalah hilir tertawa buaya, bersuluh di bulan terang tertawa harimau (Widjoputri, 2009: 23)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
181
Melakukan pekerjaan yang tidak berguna, tentu akan dicemooh/ditertawakan orang yang pandai/berakal (1081) Di laut jadi buaya, di darat jadi harimau (Widjoputri, 2009: 34) Dimana-mana ia membahayakan orang lain (1082) Lepas dari mulut buaya, masuk ke dalam mulut harimau (Widjoputri, 2009: 63) Terlepas dari kemalangan yang kecil, datang lagi kemalangan yang lebih besar 15. Buaya dan Ikan (1083) Kalau menyeberang sungai biar ditelan oleh buaya, tapi jangan dipagut ikan-ikan kecil (Widjoputri, 2009: 54) Lebih baik mendapat teguran dari orang besar dan berkuasa daripada diperdayai oleh orang kecil 16. Burung dan Ketam (1084) Kuat burung karena sayap, kuat ketam karena sepit (Widjoputri, 2009: 60) Masing-masing orang mempunyai kekuatan untuk menjaga dirinya 17. Burung dan Punai (1085) Harapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan (Widjoputri, 2009: 43) Karena menghendaki untung besar yang belum tentu akan diperoleh, keuntungan sedikit yang telah ada di tangan disia-siakan, sehingga akhirnya menyesal
18. Cacing dan Ular (1086) Cacing hendak menjadi ular (Widjoputri, 2009: 31) Perihal orang yang lemah yang ingin melawan orang yang kuat. Atau orang yang miskin hendak meniru kelakuan orang kaya 19. Cecak dan Kaper (1087) Seperti cecak makan kaper (Sarwono, 2003: 74) Orang makan dengan tidak sabar, lahap, keenakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
182
20. Elang dan Agas (1088) Elang terbang mengawan, agas hendak mengawan juga (Sarwono, 2003: 98) Orang miskin mau meniru kelakuan orang kaya 21. Elang dan Ayam (1089) Sepantun elang dengan ayam, lambat laun disambar juga (Sarwono, 2003: 98) Jika sesuatu yang berlawanan berhampiran, maka suatu saat terjadi juga hal yang tak baik (misalnya: gadis dan bujang) 22. Elang dan Belalang (1090) Kalau tak ada elang, belalang menjadi elang (Sarwono, 2003: 98) Kalau tak ada orang pandai, orang bodoh mengaku dirinya pandai 23. Elang dan Buaya (1091) Elang menerap buaya (Sarwono, 2003: 59) Dikiaskan seorang pemuda yang merenggut bunga dari sanggul gadis 24. Elang dan Burung Pungguk (1092) Dahulu elang pulau, kini telah menjadi burung pungguk (Sarwono, 2003: 98) Dulu mulia sekarang hina, habis hartanya 25. Elang dan Murai (1093) Cerdik elang bingung sikikih, lamun murai terkecoh juga (Sarwono, 2003: 98) Orang besar-besar walau cerdik atau bodoh, orang rendahan juga yang terpedaya (rugi) 26. Elang dan Musang (1094) Rezeki elang takkan dapat oleh musang (Widjoputri, 2009: 82) Rezeki seseorang, takkan dapat dirampas oleh orang lain karena sudah ada yang mengatur (1095) Makanan elang tak akan dimakan musang (Sarwono, 2003: 98)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
183
Rezeki awak tinggal pada awak 27. Elang dan Punai (1096) Elang disambar punai tanah (Sarwono, 2003: 98) Orang kuasa dikalahkan orang lemah 28. Enggang dan Pipit (1097) Enggang sama enggang, pipit sama pipit (Widjoputri, 2009: 39) Pergaulan atau perjodohan itu hendaklah dengan orang yang berpadanan derajatnya (1098) Makanan enggang hendak dimakan pipit (Widjoputri, 2009: 65) Orang kecil tidak pantas meniru kesukaan orang besar (1099) Seperti pipit dengan burung enggang (Widjoputri, 2009: 95) Pasangan yang tidak sepadan (1100) Pipit meminang anak enggang (Sugono, dkk., 2008: 374) Orang miskin (derajat rendah) meninang orang kaya (derajat tinggi) 29. Gagak dan Bangau (1101) Ketika gagak putih, bangau hitam (KBBI, 2008: 404) Zaman dahulu sekali 30. Gagak dan Murai (1102) Gagak bersuara murai (Sarwono, 2003: 105) Orang bodoh tetapi bersuara dan berbudi bahasa baik 31. Gajah dan Babi (1103) Gajah sehasta gading, babi sedang menjarah (Widjoputri, 2009: 40) Hal anak muda yang sedang naik badannya dan berdarah panas, dengan berani menyebut kebenaran dan mempertahankan haknya 32. Gajah dan Harimau (1104) Gajah dipandang karena gadingnya, harimau dipandang karena belangnya (Widjoputri, 2009: 40) Manusia itu dipandang orang segala apa yang ada padanya, misalnya kepandaian atau kekayaannya (1105) Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang (Widjoputri, 2009: 40)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
184
Nama baik orang mulia kalau meninggal akan selalu dikenang (1106) Gajah terdorong karena gadingnya, harimau terlompat karena belangnya (Widjoputri, 2009: 41) Kebiasaan yang dilakukan oleh orang yang besar karena kekayaan dan kekuasaan yang dimilikinya (1107) Kalau gajah hendaklah dipandang gadingnya, kalau harimau hendaklah dipandang belangnya (Widjoputri, 2009: 53) Seseorang itu dipandang berdasarkan apa yang ada padanya baik kepandaian maupun kekayaan 33. Gajah dan Kancil (1108) Gajah berak besar kancil hendak berak besar juga, akhirnya kebebangan juga (Sarwono, 2003: 106) Orang miskin menderita karena mencontoh kehidupan orang kaya 34. Gajah dan Katak (1109) Gajah mati dicatuk katak (Sarwono, 2003: 106) Anak ningrat diperisteri orang kebanyakan 35. Gajah dan Kera (1110) Gajah memamah aris, baik diikat kera kecil yang memakan buah kayu (Sarwono, 2003: 107) Daripada mengharapkan sesuatu yang besar yang tak mungkin didapat (yaitu gajah yang memamah aris) lebih baik disenangkan dengan sedikit tetapi sudah di tangan (sekalipun kera kecil yang memakan kayu); jadi jangan harapkan yang mustahil, tapi puaslah dengan apa yang dapat dicapai dengan kepastian Aris : getah yang sudah beku 36. Gajah dan Kuman (1111) Gajah di pelupuk mata tiada tampak, kuman di seberang lautan tampak (Widjoputri, 2009: 40) Kesalahan orang yang sedikit tampak, tetapi kesalahan sendiri yang jauh lebih besar, tiada kelihatan (1112) Gajah dipandang seperti kuman (Sarwono, 2003: 106) Orang marah tak gentar terhadap lawan besar 37. Gajah dan Pelanduk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
185
(1113) Gajah berak besar, pelanduk pun hendak berak besar pula (Widjoputri, 2009: 40) Orang kecil yang meniru perbuatan orang besar akhirnya mendapat kesusahan oleh perbuatannya itu (1114) Gajah bertarung dengan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah (Widjoputri, 2009: 40) Kalau ada peperangan/perselisihan antara orang yang berkuasa, yang kecil juga pasti akan menjadi korban (1115) Gajah dikalahkan oleh pelanduk (Widjoputri, 2009: 40) Orang yang kuat dikalahkan oleh orang yang lemah 38. Gajah dan Rusa (1116) Gajah lalu dibeli, rusa tidak terbeli (Sugono, dkk., 208:405) Mengerjakan sesuatu yang penting dengan melupakan hal-hal yang kecil yang sebenarnya sangat perlu untuk menyelesaikan sesuatu yang penting itu 39. Gajah dan Tuma (1117) Daging gajah sama dilapah, daging tuma sama dicecah (Sarwono, 2003: 107) Kalau banyak dibagi sama banyak, kalau sedikit dibagi sama sedikit (adil) 40. Gajah dan Udang (1118) Hitam hitam gajah, putih udang kepai (Sarwono, 2003: 108) Yang hina itu hina jua walau elok rupanya, sedang yang mulia itu mulia jua waktu buruk rupa 41. Gajah dan Ular (1119) Gajah ditelan ular lidi (Sarwono, 2003: 106) Anak ningrat diperisteri anak kebanyakan 42. Harimau dan Kambing (1120) Seperti kambing dengan harimau (Widjoputri, 2009: 96) Perihal seseorang penakut yang tidak akan menjadi orang pemberani
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
186
43. Harimau dan Pelanduk (1121) Harimau putung kena penjara, pelanduk kecil menolak mara (Widjoputri, 2009: 43) Orang kecil itu adakalanya dapat menolong orang besar yang berkuasa 44. Harimau dan Tikus (1122) Rupa harimau, hati tikus (Widjoputri, 2009: 82) Orang yang kelihatannya pemberani, tetapi sebenarnya penakut 45. Ikan dan Belalang (1123) Ikan dapat bersiang, belalang dapat menuai (Widjoputri, 2009: 47) Untung yang tiada diangan-angan waktu mengerjakan suatu pekerjaan yang penting (1124) Lain lading lain belalang, lain lubuk lain ikannya (Widjoputri, 2009: 61) Tiap-tiap negeri berlainan adat istiadatnya 46. Ikan dan Burung (1125) Lebih ikan karena sirip, lebih burung burung karena sayap (Sarwono, 2003: 68) Tiap-tiap ahli (orang) itu mempunyai kelebihan di bidang masingmasing 47. Ikan dan Kucing (1126) Ikan bergantung, kucing menunggu (Widjoputri, 2009: 47) Menginginkan sesuatu, tetapi sulit untuk mendapatkannya 48. Kambing dan Kerbau (1127) Masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang kerbau menguak (Widjoputri, 2009: 66) Dimanapun kita tinggal hendaklah kita turut adat istiadat negeri itu 49. Katak dan Lembu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
187
(1128) Katak hendak menjadi lembu (Widjoputri, 2009: 56) Orang yang hendak meniru perbuatan orang lain, yang ia tidak mungkin sanggup melaksanakannya 50. Kera dan Belacan (1129) Seperti kera kena belacan (Widjoputri, 2009: 92) Gelisah karena memikirkan sesuatu hal 51. Kerbau dan Ayam (1130) Kerbau jangan dimaling orang, ayam jangan dimusang (Widjoputri, 2009: 58) Orang tua harus menjaga anak gadisnya dengan baik agar tidak diganggu orang 52. Kerbau dan Harimau (1131) Menolong kerbau ditangkap harimau (Sarwono, 2003: 183) Menolong orang yang berbuat salah akhirnya mendapat kesusahan sendiri 53. Kerbau dan Kuda (1132) Kerbau diberi berpelana, kuda diberi berpasangan (Widjoputri, 2009: 58) Melakukan sesuatu tidak pada tempatnya, sehingga tidak cocok 54. Kerbau dan Sapi (1133) Kerbau punya susu, sapi punya nama (Widjoputri, 2009: 58) Kita yang berusaha dan bekerja keras, tetapi orang lain yang mendapatkan hasilnya 55. Kucing dan Harimau (1134) Duduk seperti kucing, melompat seperti harimau (Widjoputri, 2009: 38) Kelihatannya diam, tetapi setelah berbuat akan kelihatan ketangkasan dan keganasannya (1135) Anak kucing menjadi anak harimau (Sarwono, 2003: 193) Anak orang miskin jadi kaya atau anak rakyat jadi pandai 56. Kucing dan Tikus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
188
(1136) Kalau kucing tidak bermisai, tidak ditakuti tikus lagi (Widjoputri, 2009: 54) Jika seseorang sudah tidak mempunyai kekuasaan lagi, maka tidak akan disegani atau ditakuti orang (1137) Kucing lalu, tikus berdecit lagi (Widjoputri, 2009: 60) Bila seseorang yang ditakuti ada maka semuanya akan diam, setelah ditinggal pergi akan berisik lagi (1138) Seperti kucing dengan tikus (Widjoputri, 2009: 92) Selalu bertengkar 57. Kuda dan Keledai (1139) Asal kuda itu kuda juga dan asal keledai itu keledai juga (Widjoputri, 2009: 10) Segala sesuatu kembali menurut asalnya, baik ataupun buruk (1140) Keledai hendak dijadikan kuda (Widjoputri, 2009: 58) Perihal orang yang bodoh yang ingin dipandang sebagai orang pandai 58. Kuda dan Lembu (1141) Kuda hendak dijadikan lembu (Widjoputri, 2009: 60) Orang yang pandai hendak disamaratakan dengan orang yang bodoh, tentu saja tidak mau 59. Lalat dan Kerbau (1142) Seperti lalat di ekor kerbau (Widjoputri, 2009: 93) Selalu menurut pada orang lain yang membawanya 60. Langau dan Gajah (1143) Bagai langau di ekor gajah (Widjoputri, 2009: 16) Orang yang suka ikut-ikutan, tidak punya pendirian (1144) Seperti langau di ekor gajah (Widjoputri, 2009: 93) Perihal orang yang selalu menuruti kemauan orang besar atau orang pandai 61. Musang dan Ayam (1145) Memperlapang kandang musang, mempersempit kandang ayam (Widjoputri, 2009: 68) Memberi kesempatan kepada orang untuk berbuat kejahatan dan tidak melindungi orang yang kena bahaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
189
(1146) Musang berbulu ayam (Widjoputri, 2009: 74) Berbuat baik hanya untuk menutupi perbuatan jahat yang telah diperbuat (1147) Seperti musang berbulu ayam (Widjoputri, 2009: 94) Pura-pura menjadi orang baik untuk menyembunyikan kesalahan/kekurangan 62. Pipit dan Enggang (1148) Burng pipit sama enggang (mana boleh sama terbang) (Sarwono, 2003: 101) Perjodohan tak sepadan, sulit diselamatkan 63. Pipit dan Gajah (1149) Seperti pipit hendak menelan gajah (Widjoputri, 2009: 95) Perihal orang miskin yang selalu sombong dan selalu menghamburhamburkan sedikit harta yang dimilikinya 64. Semut dan Belalang (1150) Umpama semut mempersembahkan pada belalang kepada raja (Sarwono, 2003: 309) Pemberian yang amat sedikit 65. Sepat dan Cacing (1151) Sebodoh-bodoh sepat tak makan cacing emas (Widjoputri, 2009: 85) Sebodoh apapun manusia, masih bisa juga membedakan yang baik dan yang buruk 66. Serigala dan Domba (1152) Serigala berbulu domba (Widjoputri, 2009: 97) Orang yang kelihatannya baik dan penurut, padahal kejam dan berbahaya 67. Tikus dan Kucing (1153) Awak tikus hendak menampar kepala kucing (Sarwono, 2003: 353)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
190
Tidak berdaya mencapai sesuatu yang dicita-citakan atau diharapkan 68. Udang dan Ikan (1154) Udang hendak mengatai ikan (Sarwono, 2003: 367) Kesalahan orang lain tampak tetapi kesalahan sendiri tak disadari 69. Ular dan Belut (1155) Sekerat ular sekerat belut (Widjoputri, 2009: 86) Perihal seseorang yang sulit dipercayai, karena tidak tetap pendiriannya 70. Ular dan Ikan (1156) Ular bukan ikan pun bukan (Sarwono, 2003: 369) Seseorang yang tak dapat ditentukan baik buruknya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
191