PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Yohana Puji Asri NIM: 121134046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Yohana Puji Asri NIM: 121134046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN Karya tulisanku ini dipersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menuntun setiap langkahku dan tiada henti memberikan berkat yang melimpah. Kedua orang tuaku, Bp. Alexius Hartono dan Ibu Ch. Suyani yang selalu memberiku semangat dan tidak pernah lupa untuk mendoakanku. Kakakku tercinta Ch. Ratna Hastuti dan adikku terkasih Afra Woro Dhuwarti yang selalu memberikan semangat dan selalu memberikan waktunya 24 jam. Dionisius Ryan Widyastoro yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan selalu siap sedia untuk membantu ketika aku menghadapi kesulitan. Seluruh keluargaku yang selalu mendoakan untuk kesuksesanku. Para sahabatku sekalikus teman seperjuangan yang selalu ada untuk memberikan semangat, motivasi, dan bantuannya, yaitu Ratna, Dita, Rani, Dika, Luky, dan mbak Titan. Teman-teman sepayung yang selalu berjuang dan bertukar pikiran bersamasama: Dita, Ratna, Rani, Dika, Luky, Puput, Vero, Pungki, Ones, Pipin, Marsel, Ardi, Anas, dan Lukas. Teman-teman alumni PGSD A. Para dosen pembimbingku.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
“When you’ve done everything you can do, that’s when God will step in and do what you can’t do.” (2 Corinthians 12:10)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SD NEGERI SEMESTER 2 SE-KECAMATAN NGEMPLAK
Yohana Puji Asri Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep IPA Fisika pada siswa kelas V yang mengakibatkan terjadinya miskonsepsi. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan miskonsepsi IPA siswa kelas V SD semester 2 seKecamatan Ngemplak. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak yang berjumlah 563 siswa, sedangkan sampel penelitian berjumlah 221 siswa. Seluruh siswa tersebut tersebar di 21 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak. Pengambilan sampel dilakukan dengan membuat undian. Data dikumpulkan melalui wawancara, studi dokumenter, dan tes tertulis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi miskonsepsi pada siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak. Miskonsepsi yang dialami siswa terjadi pada 4 konsep IPA, yaitu konsep gaya, pesawat sederhana, sifat-sifat cahaya, dan pelapukan. Persentase tertinggi miskonsepsi pada instrumen pilihan ganda terjadi pada konsep pelapukan, yaitu 65% sedangkan persentase miskonsepsi terendah terjadi pada konsep pesawat sederhana yaitu 10%. Persentase tertinggi miskonsepsi pada instrumen uraian terjadi pada konsep pelapukan, yaitu 78,28% sedangkan persentase miskonsepsi terendah terjadi pada konsep pesawat sederhana jenis bidang miring, yaitu 30,77%. Kata kunci: miskonsepsi, IPA Fisika, Kecamatan Ngemplak.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
THE FIFTH GRADE OF STUDENTS’ MISCONCEPTION ABOUT SCIENCE - PHYSICS IN SEMESTER 2 IN NGEMPLAK DISTRICT
Yohana Puji Asri Sanata Dharma University Yogyakarta 2016
This research was conducted based on the low comprehension about physics concept on students fifth grade, which lead to misconception. This research aims to describe the misconception about science lesson made by the fifth grade elementary school students in semester two in Ngemplak District. This research was a quantitative – descriptive research with survey method. The research population was all of the fifth grade elementary school students in Ngemplak District. It consisted of 563 students, while the research sample consisted of 221 students. This research used random sampling technique, which the data colected from interview, documenter study, and paper tests. The result of the research showed that the fifth grade elementary school students in Ngemplak District made misconception. The misconception occured in four scientific concepts, such as force, lever, visible light, and disintegration concept. In multiple choice instrument, the highest presentage of misconception occured in the disintegration concept, which was 65%, while the lowest presentage occured in the lever concept, which was 10%. Besides, in essay instrument, the highest presentage of misconception occured in the disintegration concept, which was 78,28%, whereas the lowest presentage occured in inclined plane of lever, which was 30,77%.
Keywords: misconception, science-physics, Ngemplak District
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman” disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini, perkenankanlah peneliti mengucapkan terima kasih dengan tulus hati kepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. 3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. 4. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan ide, saran, kritik, dan bimbingan yang sangat berguna selama penelitian.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan ide, saran, kritik, dan bimbingan yang sangat berguna selama penelitian. 6. Kepala UPT Pelayanan Pendidikan Kecamatan Ngemplak yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak. 7. Kepala Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Ngemplak yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SD yang bersangkutan. 8. Bapak dan Ibu wali kelas V SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak yang telah bersedia menyempatkan waktu untuk menunggui siswa mengisi instrumen penelitian. 9. Siswa-siswi kelas V SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak yang telah bersedia menyempatkan waktu untuk mengerjakan instrumen penelitian. 10. Prof. Dr. Paulus Suparno, SJ., M.ST., dan Ir. Sri Agustini, M.Si., selaku Dosen Pendidikan Fisika, Universitas Sanata Dharma sekaligus validator instrumen penelitian yang memberikan saran dan kritik dalam penyusunan instrumen penilitian. 11. Ari Trisnawati, S.Pd., selaku Guru SD Negeri Denggung sebagai validator instrumen penelitian yang memberikan saran dan kritik dalam penyusunan instrumen penilitian.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12. Agustinus Tarmadi, S.Pd., selaku Guru SD di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sebagai validator instrumen penelitian yang memberikan saran dan kritik dalam penyusunan instrumen penilitian. 13. Orangtuaku tercinta, Alexius Hartono dan Ch. Suyani yang dengan tulus hati memberikan doa, dukungan, serta motivasi. 14. Kakakku dan adikku tercinta Ch. Ratna Hastuti dan Afra Woro Dhuwarti serta penyemangatku Dionisius Ryan Widyastoro yang selalu memberi motivasi dan selalu siap sedia untuk memberikan bantuannya. 15. Sahabatku Dita, Ratna, Rani, Luky, Dika, mbak Titan yang telah memberikan dukungan selama proses studi dan penyusunan penelitian. 16. Teman- teman satu kelompok studi Miskonsepsi IPA Fisika kelas V semester 2 SD Negeri se-Kabupaten Sleman yang telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi selama pelaksanaan penelitian. 17. Teman-teman PGSD angkatan 2012, yang telah memberikan dukungan dan doa selama pelaksanaan penelitian.
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ...................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................... iv HALAMAN MOTTO ..................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................................... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................ vii ABSTRAK ....................................................................................................................... viii ABSTRACT ...................................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ..................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xxi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 7 C. Batasan Masalah ................................................................................................. 7 D. Rumusan Masalah ............................................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian................................................................................................. 8 F. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 9 G. Definisi Operasional ........................................................................................... 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ........................................................................................12 1. Konsep .............................................................................................. 12 2. Konsepsi ............................................................................................ 15 xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Miskonsepsi ........................................................................................16 4. Hakikat Pembelajaran IPA ..................................................................29 5. Pembelajaran IPA di Kelas V .............................................................33 6. Miskonsepsi IPA ............................................................................... 42 B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................43 C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 51 D. Hipotesis Penelitian ................................................................................53 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .......................................................................................54 B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 55 1. Tempat Penelitian ...............................................................................55 2. Waktu Penelitian .......................................................................................... 56 C. Populasi dan Sampel ............................................................................. 57 1. Populasi ....................................................................................................... 57 2. Sampel ........................................................................................................... 58 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 63 1. Wawancara .................................................................................................... 63 2. Tes Tertulis .................................................................................................... 64 3. Studi Dokumenter ........................................................................................ 65 F. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 66 1. Instrumen Tes............................................................................................. 66 2. Kisi-kisi Wawancara ................................................................................ 70 3. Daftar Cek ......................................................................................... 71 G. Teknik Pengujian Instrumen .......................................................................... 72 1. Validitas ..................................................................................................... 72 2. Reliabilitas .................................................................................................... 83 H. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 85
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 89 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 89 2. Deskripsi Responden Penelitian ................................................................ 92 3. Deskripsi Miskonsepsi ............................................................................... 93 a. Deskripsi Soal Pilihan Ganda ................................................................ 94 b. Deskripsi Soal Uraian ........................................................................... 117 B. Pembahasan ........................................................................................... 128 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................... 130 B. Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 130 C. Saran............................................................................................................... 131 133 DAFTAR REFERENSI ................................................................................................ 136 LAMPIRAN ..................................................................................................................
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1
Standar Isi Sekolah Dasar ..................................................................... 33
Tabel 2.2
Jenis-jenis Tuas ..................................................................................... 37
Tabel 2.3
Jenis-jenis Katrol .................................................................................. 39
Tabel 2.4
Sifat-sifat Cermin ................................................................................... 40
Tabel 3.1
Jumlah Populasi Penelitian .................................................................... 58
Tabel 3.2
Penentuan Sampel dari Populasi ............................................................ 59
Tabel 3.3
Perhitungan Penentuan Sampel .............................................................. 61
Tabel 3.4
Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda .................................................................. 68
Tabel 3.5
Kisi-kisi Soal Uraian ............................................................................. 69
Tabel 3.6
Pedoman Wawancara Guru ................................................................... 70
Tabel 3.7
Daftar Cek Dokumentasi ................................................................ 71
Tabel 3.8
Ketentuan Pelaksanaan Revisi Instrumen ............................................. 75
Tabel 3.9
Rekapitulasi Hasil Validitas Isi Instrumen Soal Pilihan Ganda ............. 76
Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Valisitas Isi Instrumen Soal Uraian ........................ 77 Tabel 3.11 Pedoman Wawancara Validitas Muka ........................................... 79 Tabel 3.12 Hasil Wawancara Siswa ........................................................................ 79 Tabel 3.13 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Konstruk Instrumen Soal Pilihan Ganda ............................................................... 81 Tabel 3.14 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Konstruk Instrumen Soal Uraian ........................................................................... 82 Tabel 3.15 Koefisien Reliabilitas ............................................................................ 84 Tabel 3.16 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Pilihan Ganda ............................. 84 Tabel 3.17 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Uraian ........................................ 84 Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 91
Tabel 4.2
KD dan Aitem yang Termuat dalam Instrumen Soal Pilihan Ganda ................................................................................. 94
Tabel 4.3
KD dan Aitem yang Termuat dalam Instrumen Soal Uraian ................ 118 xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 4.4
Data Miskonsepsi Siswa Tentang Konsep Pesawat Sederhana Jenis Tuas ............................................................................................... 119
Tabel 4.5
Data Miskonsepsi Siswa Tentang Konsep Pesawat Sederhana Jenis Bidang Miring .............................................................................. 121
Tabel 4.6
Data Miskonsepsi Siswa Tentang Konsep Pelapukan .......................... 123
Tabel 4.7
Data Miskonsepsi Tentang Konsep Sifat-sifat Cahaya ......................... 125
Tabel 4.8
Data Miskonsepsi Tentang Sifat-sifat Cahaya ...................................... 126
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1
Seorang anak sedang melempar bola ke atas .......................... 35
Gambar 2.2
Model alur pada ban mobil........................................................36
Gambar 2.3
Linggis untuk memudahkan memindahkan batu besar .............37
Gambar 2.4
a. Jalannya sinar dari medium rapat ke kurang rapat............
Gambar 2.4
b. Jalannya sinar dari medium kurang rapat ke rapat ................41
Gambar 2.5
Literature Map Penelitian yang Relevan ................................ 50
Gambar 3.1
Rumus Menghitung Sampel Penelitian .....................................60
Gambar 4.1
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD
41
Negeri Semester 2 se-Kecamatan Ngemplak untuk Seluruh KD .............................................................................................95 Gambar 4.2
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 1 .........................................................................................96
Gambar 4.3
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 2 .........................................................................................97
Gambar 4.4
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 3 .........................................................................................98
Gambar 4.5
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 6 .........................................................................................99
Gambar 4.6
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 18 .......................................................................................100
Gambar 4.7
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 4 .........................................................................................102
Gambar 4.8
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 5 .........................................................................................103
Gambar 4.9
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 7 .........................................................................................104
Gambar 4.10
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Soal 8 .........................................................................................105 Gambar 4.11
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 9 .........................................................................................106
Gambar 4.12
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 20 .......................................................................................107
Gambar 4.13
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 10 .......................................................................................108
Gambar 4.14
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 11 .......................................................................................109
Gambar 4.15
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 12 .......................................................................................110
Gambar 4.16
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 13 .......................................................................................111
Gambar 4.17
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 14 .......................................................................................112
Gambar 4.18
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 15 .......................................................................................113
Gambar 4.19
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 16 .......................................................................................114
Gambar 4.20
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 19 .......................................................................................115
Gambar 4.21
Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 17 .......................................................................................116
Gambar 4.22
Persentase Miskonsepsi Siswa pada Soal Uraian ......................118
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1a. Kisi-kisi Instrumen Soal Pilihan Ganda sebelum Expert Judgments .................................................................................... 137 Lampiran 1b. Kisi-kisi Instrumen Soal Uraian sebelum Expert Judgment ......... 138 Lampiran 2a. Hasil Validitas Isi Instrumen Soal Pilihan Ganda ........................ 139 Lampiran 2b. Hasil Validitas Isi Instrumen Soal Uraian .................................... 147 Lampiran 2c. Pedoman Wawancara dan Hasil Validitas Muka .......................... 149 Lampiran 2d. Sampel Pekerjaan Siswa Uji Validitas Muka ............................... 150 Lampiran 2e. Jawaban Wawancara Guru............................................................ 157 Lampiran 3a. Identitas Responden Penelitian ..................................................... 158 Lampiran 3b. Prosedur Pengerjaan Soal ............................................................. 159 Lampiran 3c. Pedoman Penskoran Soal Uraian .................................................. 160 Lampiran 4a. Instrumen Soal Pilihan Ganda sebelum Uji Empiris .................... 166 Lampiran 4b. Instrumen Soal Uraian sebelum Uji Empiris ................................ 177 Lampiran 5a. Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Pilihan Ganda ....................... 179 Lampiran 5b. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Pilihan Ganda ................... 181 Lampiran 5c. Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Uraian ................................... 182 Lampiran 5d. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Uraian ............................... 183 Lampiran 6a. Instrumen Soal Pilihan Ganda setelah Uji Empiris ...................... 184 Lampiran 6b. Instrumen Soal Uraian setelah Uji Empiris ................................. 189 Lampiran 6c. Sampel Hasil Pekerjaan Siswa ...................................................... 190 Lampiran 6d. Koding Sampel Penelitian........................................................... 194 Lampiran 7. Hasil Rekapitulasi Miskonsepsi IPA Fisika Instrumen Soal Pilihan Ganda ................................................................................. 195 Lampiran 8a. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ........................................................................................ 205 Lampiran 8b. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Kesatuan Bangsa ............... 206 xxi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 8c. Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA ........................................... 207 Lampiran 8d. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari UPT Pelayanan Pendidikan Kecamatan Ngemplak ............................ 208 Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 209 Biodata Penulis ................................................................................................... 210
xxii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian BAB I, peneliti membahas tentang latar belakang yang menjadi landasan diadakannya penelitian ini, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa erat sekali dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang ada di negara tersebut. Ahmadi (dalam UNESCO 2014: 48) menegaskan bahwa pendidikan menjadi agen utama transformasi ke arah pembangunan yang berkelanjutan. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman yang didapatkan dari pendidikan formal, non formal, dan informal akan berlangsung seumur hidup guna menjadikan seorang individu yang lebih berkualitas agar dikemudian hari mampu menjalankan peran hidupnya secara tepat Mudyaharjo (dalam Triwiyanto, 2014: 22).
Proses
pendidikan
pada
setiap
orang
akan
berlangsung
secara
berkesinambungan dan memiliki korelasi antara pendidikan yang didapatkan dengan kualitas hidup. Pendidikan memiliki peran penting untuk hidup di masa depan, baik bagi setiap individu maupun bagi suatu negara. Pendapat tersebut didukung oleh Mudyahardjo (2006: 506-508) yang menyebutkan bahwa pendidikan memiliki lima peranan dalam pembangunan. Pertama, orang yang berpendidikan dapat mengembangkan teknologi baru. Kedua, orang terdidik mampu secara aktif
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
bekerja di perusahaan dan pabrik yang menghasilkan barang dan jasa bagi kebutuhan hidup. Ketiga, orang terdidik dapat menjadi masukan bagi pabrikpabrik dan perusahaan sebagai tenaga kerja produktif. Keempat, seorang yang terdidik mampu melakukan perbaikan dan menciptakan unsur-unsur budaya baru berdasarkan budaya lama yang telah dimilikinya. Kelima, orang terdidik mampu mengkritisi produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh pabrik dan perusahaan bila dibandingkan dengan orang yang kurang terdidik. Proses pendidikan formal yang paling mendasar dimulai pada pendidikan sekolah dasar (SD). Pendidikan pada jenjang SD menekankan pada lima pelajaran pokok, yaitu Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan PKn. Ilmu Pendidikan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan. IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Pembelajaran IPA berusaha menumbuhkembangkan ketertarikan manusia untuk meningkatkan kepandaian dan pemahamannya mengenai alam semesta beserta misteri di dalamnya (Samatowa, 2011: 4). Selain itu melalui pembelajaran IPA diharapkan dapat menanamkan sikap ilmiah mengenai konsep dasar Ilmu Pengetahuan Alam (Sutanto, 2013: 170). Konsep adalah gagasan atau ide berdasarkan pengalaman yang relevan dan yang dapat digeneralisasi (Amien, 1987: 15). Pembelajaran IPA juga diharapkan dapat menimbulkan pembelajaran yang hidup dan aktif. Samatowa (2011: 4) menyebutkan empat alasan IPA perlu diajarkan di SD. Pertama, IPA merupakan dasar teknologi atau sering disebut-sebut sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
tulang punggung pembangunan. Persentase kesejahteraan suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh kemampuan bangsa itu dalam menguasai bidang IPA, karena IPA berperan penting dalam tonggak pembangunan suatu bangsa. Kedua, IPA memberikan kesempatan bagi anak untuk berlatih dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Ketiga, IPA menjadi sebuah mata pelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak bila dikemas menggunakan metode pembelajaran yang tepat. IPA tidak selalu bersifat hafalan saja, karena pada hakikatnya pembelajaran IPA dikemas menggunakan pembelajaran secara langsung. Keempat, IPA mengandung nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Ketika seorang anak sedang mempelajari IPA, anak tersebut secara tidak langsung sedang dilatih untuk berpikir secara kritis dan objektif. Anak dilatih untuk mencari pengetahuan baru berdasarkan tolak ukur kebenaran ilmu yang rasional (masuk akal dan dapat diterima akal sehat). Pembelajaran IPA yang ada di SD lebih mengajarkan tentang pemahaman konsep sehari-hari. Setiap harinya siswa selalu mendapatkan pengalaman baru yang berhubungan tentang peristiwa kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah perubahan waktu siang dan malam. Peristiwa itu menunjukkan bahwa bumi berotasi atau berputar terhadap porosnya sehingga menyebabkan adanya perubahan waktu siang dan malam. Konsep IPA penting untuk dipahami siswa, namum faktanya pemahaman konsep ketika siswa berada di sekolah masih rendah. Fakta tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
beberapa guru kelas V di SD Negeri Kecamatan Ngemplak, yang menuturkan bahawa prestasi belajar siswa kelas V masih rendah, hal tersebut ditunjukkan melalui nilai hasil ulangan harian ataupun semesteran, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Rendahnya prestasi belajar siswa terhadap IPA juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2007 melakukan penelitian tentang pencapaian kemampuan pelajar Indonesia dalam mata pelajaran sains, hasi penelitian menunjukkan bahwa Indonesia berada pada posisi ke-35 dari 49 negara peserta, skor rata-rata yang diperoleh Indonesia yaitu 427. Tahun 2006 Programme Internationale for Student Assesment (PISA) menyatakan bahwa kemampuan sains pelajar Indonesia berada pada peringkat ke-50 dari 75 negara peserta. Skor rata-rata yang diperoleh pelajar Indonesia, yaitu 393. Rendahnya prestasi belajar siswa Indonesia pada bidang IPA dipengaruhi karena pemahaman konsep tentang IPA masih rendah. Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi adanya miskonsepsi IPA di berbagai jenjang pendidikan. Hal ini didukung oleh Gill-Perez (dalam Suparno, 2005: 7) yang menyatakan bahwa miskonsepsi menghinggapi semua level siswa, mulai dari siswa sekolah dasar sampai dengan mahasiswa. Miskonsepsi adalah salah konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu (Suparno, 2005: 4). Pendapat lain tentang miskonsepsi diungkapkan oleh Fowler (dalam Suparno, 2005: 5) menjelaskan bahwa miskonsepsi adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
penertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep yang berbeda. Pemahaman tentang konsep IPA masih rendah karena prakonsepsi siswa tentang konsep IPA berperan untuk memberikan makna atas pengalaman nyata melalui proses belajar informal dalam membetuk konsepsi ilmiah Trumper (dalam Suniati, 2013: e-Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Volume 4 tahun). Prakonsepsi yang secara terus menurus terjadi dapat mengganggu pembentukan ilmiah. Dampak yang ditimbulkan adalah siswa akan mengalami kesulitan belajar. Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan di negara-negara maju selama dua dasa warsa terakhir menunjukkan bahwa salah satu sumber kesulitan belajar siswa adalah adanya miskonsepsi siswa (Van Den Berg, 1991). Suparno (2005) juga menjelaskan bahwa bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep dan gagasan intuitif. Faktor yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi dapat berasal dari siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar (Suparno, 2005: 29). Miskonsepsi IPA yang terjadi pada siswa terjadi karena pemahaman konsep IPA masih rendah. Apabila miskonsepsi terjadi sejak pendidikan sekolah dasar, maka akan berdampak pada kesalahan pemahaman konsep sains di jenjang pendidikan selanjutnya. Miskonsepsi IPA yang dialami siswa akan berdampak pada rendahnya prestasi siswa terhadap sains, karena kesalahan dalam memahami konsep. Selain itu, dampak jangka panjang karena adanya miskonsepsi dapat terjadi pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
pembangungan teknologi yang ada dilingkungan sekitar, karena seperti yang telah disebutkan di atas bahwa IPA merupakan tulang punggung dari pembangunan teknologi. Banyak penelitian terdahulu yang meneliti tentang miskonsepsi. Beberapa diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Pujayanto (2006) meneliti tentang miskonsepsi IPA Fisika pada guru. Pada tahun 2011 Nurazizah melakukan penelitian tentang analisis miskonsepsi tumbuhan tingkat tinggi pada buku teks IPA SMP Negeri se-Kota Medan. Selain itu Saputra (2011) melakukan penelitian tentang upaya mengatasi miskonsepsi siswa melalui model pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) berbasis simulasi komputer pada pokok bahasan listrik dinamis. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Taufiq (2012) yang meneliti tentang remidiasi miskonsepsi calon guru Fisika pada konsep gaya melalui penerapan model siklus belajar Learning Cycle (LC). Penelitian yang terakhir, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Iriyanti (2012) meneliti tentang identifikasi miskonsepsi pada materi pokok wujud zat siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bawang tahun ajaran 2009/2010. Berdasarkan kelima penelitian terdahulu sudah ada tiga penelitian yang meneliti tentang miskonsepsi IPA Fisika, namun belum ada penelitian yang meneliti tentang miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V semester 2. Selain itu berdasarkan paparan wawancara tentang rendahnya prestasi belajar IPA pada siswa kelas V di SD Negeri Kecamatan Ngemplak, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
judul penelitian sebagai berikut ini “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian ini didasari pada beberapa masalah, adapun masalah-masalah tersebut adalah: 1. Prestasi belajar IPA yang masih tergolong rendah pada siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak. 2. Penggunaan konsep IPA yang masih kurang tepat pada siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.
C. Batasan Masalah Batasan masalah bertujuan agar penelitian dapat dilakukan secara terarah dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak. Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran IPA kelas V semester 2. Tidak semua Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat pada semester 2 digunakan dalam penelitian. Pertimbangan yang digunakan oleh peneliti dalam memilih KD, yaitu berdasarkan tingkat kesulitan materi yang terdapat dalam KD tersebut. Pemilihan KD didasarkan pada hasil hasil validitas yang dilakukan oleh expert judgments dan validitas empiris serta reliabilitas pada instrumen penelitian yang telah dibuat. Pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari beberapa kendala, yaitu keterbatasan tenaga dan waktu, maka peneliti mengambil beberapa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
sampel penelitian dengan menggunakan random sampling. Adapun KD yang digunakan oleh peneliti dalam membuat instrumen penelitian yaitu KD 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, dan gaya magnet), KD 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat, KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, dan KD 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.
D. Rumusan Masalah Latar belakang masalah dan batasan masalah yang dikemukakan melandasi rumusan masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD semester 2 seKecamatan Ngemplak?”.
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Ngemplak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut ini: 1. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Bagi guru penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai tingkat miskonsepsi yang dialami siswa kelas V pada mata pelajaran IPA semester 2. b. Bagi Sekolah Bagi sekolah penelitian ini dapat menjadi masukan supaya sekolah dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada selama ini. c. Manfaat bagi peneliti Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang penelitian. Selain itu penelitian ini dapat mengetahui tingkat miskonsepsi IPA Fisika pada siswa, sehingga kelak jika menjadi guru dapat merancang sebuah pembelajaran yang mampu menekan tingkat miskonsepsi pada siswa. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berkaitan dengan miskonsepsi yang terjadi pada siswa SD kelas V terutama pada mata pelajaran IPA semester 2.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
G. Definisi Operasional Ada beberapa istilah yang perlu disepakati bersama agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini. Beberapa istilah tersebut adalah: 1. Miskonsepsi adalah keadaan dimana seseorang telah memiliki suatu pemahaman awal tentang sesuatu, namun pemahaman tersebut tidak sesuai dengan teori yang telah diakui oleh para ahli. 2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. IPA menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang ada disetiap jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, dan SMA. 3. Miskonsepsi IPA adalah keadaan dimana seseorang telah memiliki sebuah pemahaman tentang IPA, namun pemahaman tersebut tidak sesuai dengan teori yang telah disepakati oleh para ahli yang berkompeten dalam bidang IPA. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika menjawab soal dengan salah, namun ia memiliki keyakinan bahwa jawabannya benar (yakin benar). 4. Siswa kelas V SD adalah siswa yang sedang duduk ditingkatan satuan pendidikan kelas V Sekolah Dasar dengan rentang usia 11-12 tahun. 5. Kecamatan Ngemplak adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Sleman. Luas daerah dari kecamatan ini adalah 35,71 km² atau sekitar 6,21% dari luas seluruh wilayah Kabupaten Sleman. Secara geografis bagian utara dari kecamatan ini berbatasan dengan
Kecamatan Pakem dan Kecamatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
Cangkringan, bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Ngaglik, sedangkan bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Depok, dan di bagian timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh, pedagang, karyawan swasta, dan pegawai negeri. Kecamatan Ngemplak mempunyai 23 Sekolah Dasar yang terdiri dari 21 Sekolah Dasar berstatus Negeri dan 2 Sekolah Dasar berstatus Swasta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II pada penelitian ini akan membahas empat sub bab, yaitu kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. A. Kajian Pustaka 1. Konsep a. Pengertian Konsep Konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciriciri umum (Hamalik, 1990: 198). Hamalik menjelaskan bahwa stimuli adalah obyek-obyek atau orang. Konsep yang dimiliki antar pribadi tidak selalu sama karena berkaitan dengan pengalaman yang dialaminya, tetapi melalui konsep dapat mengklasifikasikan beberapa pengalaman. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Rosser (dalam Dahar, 1984) yang menjelaskan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut atau sifat yang sama. Seseorang membentuk konsep berdasarkan pengelompokan stimulus dengan cara tertentu. Dahar menjelaskan lebih lanjut bahwa konsep merupakan abstraksi-abstraksi yang berdasarkan pengalaman dan tidak ada orang yang mempunyai pengalaman sama persis, sehingga konsep yang dibentuk oleh setiap orang selalu berbeda.
12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Pendapat dari kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep adalah sebuah ide abstrak yang dimiliki oleh seseorang berdasarkan pengalaman yang dialaminya. Setiap orang mempunyai konsep yang berbeda-beda, karena pengalaman yang dialami oleh setiap orang juga berbeda. Konsep merupakan sebuah abstrak yang sangat luas. Contohnya adalah konsep mahkluk hidup, yaitu seluruh golongan mahkluk yang hidup, tidak melihat ciri-ciri khusus seperti bentuk tubuh, jenis makanan, warna, dan lain sebagainya. b. Jenis-jenis Konsep Hamalik (1990: 200) mengelompokkan konsep menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Konsep konjungtif berkaitan dengan nilai-nilai tertentu atau yang terpenting dari berbagai atribut disajikan bersama-sama. Konsep konjungtif menambahkan nilai-nilai dan atribut secara bersama-sama. 2) Konsep disjungtif adalah sesuatu yang dapat dirumuskan dalam sejumlah cara yang berbeda-beda. Antara atribut-stribut dan nilai-nilai dapat disubtitusikan satu dengan yang lainnya. 3) Konsep hubungan adalah suatu konsep yang mempunyai hubunganhubungan khusus antara atribut-atribut. c. Ciri-ciri Konsep Konsep memiliki empat ciri-ciri, berikut ini adalah penjelasan mengenai keempat ciri tersebut menurut Hamalik (1990: 199).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
1) Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara konsep satu dengan konsep lainnya. Misalnya adalah konsep pesawat sederhana. Alat pemecah biji dan tang merupakan beberapa contoh pesawat sederhana, namun kedua alat tersebut berbeda berdasarkan atribut jenis golongan tuas. 2) Atribut nilai-nilai adalah variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut. Salah satu contohnya adalah atribut gaya mempunyai tiga nilai, yaitu gaya gesek, gaya gravitasi, dan gaya magnet. 3) Jumlah atribut yang terdapat pada setiap konsep selalu bermacammacam. Semakin kompleks suatu konsep, akan semakin banyak jumlah atributnya dan semakin sulit untuk mempelajarinya. 4) Kedominanan atribut merujuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih dominan (abvious) dari pada yang lainnya.
Konsep dominan
memiliki atribut dominan, jika atributnya nyata maka lebih mudah menguasai konsep. Pengertian di atas menjelaskan bahwa konsep memiliki empat ciri-ciri, yaitu atribut konsep berkaitan dengan sifat yang membedakan setiap konsep, atribut nilai-nilai adalah variasi yang terdapat pada setiap konsep, jumlah atribut pada setiap konsep dan kedominanan atribut yang merujuk pada atribut yang nyata akan lebih menguasai konsep.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
d. Pembentukan Konsep Konsep terbentuk dari sesuatu yang kongkret dan dipengaruhi oleh latar belakang pengalamannya (Mertodiharjo & Mulyono, 1980: 14). Pengalaman yang diperoleh dapat membantu untuk menggolongkan konsep-konsep
yang
telah
dimiliki.
Mertodiharjo
dan
Mulyono
menjelaskan lebih lanjut bahwa pembentukan konsep dan generalisasi sebaiknya berjalan secara induktif melalui penyajian fakta menjadi konsep dan dari konsep menjadi generalisasi. 2. Konsepsi Konsepsi dapat diartikan sebagai pemahaman yang dimiliki oleh seorang murid terhadap suatu konsep Berg (dalam Suryanto, 2002: 13). Misalnya adalah ketika sedang berada di dalam mobil dan disepanjang jalan terdapat banyak pepohonan. Ada beberapa anak yang beranggapan bahwa pohon yang menjauhi mobil, sehingga seolah-olah pohon tersebut dapat berjalan. Beberapa anak ada yang mempunyai konsepsi bahwa mobilah yang berjalan dan menjauhi pohon. Setiap orang memiliki konsepsi yang berbeda-beda (Rustaman, 2012: 26). Sedangkan Budi (1992: 114-115) menjelaskan bahwa konsepsi adalah kemampuan untuk memahami konsep, baik yang diperoleh dari indera maupun dari kondisi lingkungan. Berdasarkan tiga pendapat mengenai konsepsi menurut para ahli, maka peneliti menyimpulkan bahwa konsepsi adalah kemampuan untuk memahami konsep, dimana setiap orang akan memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
konsepsi yang berbeda-beda. Setiap orang dapat memiliki konsepsi yang berbeda-beda, karena setiap orang memiliki pemahaman awal yang berdasarkan pada pengalaman yang diperolehnya dan kondisi lingkungan yang berbeda-beda pula. 3. Miskonsepsi a.
Pengertian Miskonsepsi Miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para pakar dalam bidangnya (Suparno, 2005: 4). Fowler (dalam Suparno, 2005: 5) juga menjelaskan hal yang sama bahwa miskonsepsi adalah pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar. Suparno lebih menjelaskan bahwa bentuk dari miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, dan gagasan intuitif. Konsep awal biasanya didapatkan sewaktu siswa berada di jenjang pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah, dan dari pengalaman serta melalui pengamatan di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Seorang siswa mampu menggunakan konsep ganda. Mereka akan menggunakan konsep ilmiah ketika berada di sekolah dan akan menggunakan konsep seharihari ketika berada di masyarakat. Miskonsepsi yang terjadi dalam diri siswa, terkadang sulit untuk diperbaiki dan dihilangkan selama dalam pendidikan sekolah dasar. Hal ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
disebabkan karena meskipun menggunakan konsep yang tidak cocok dengan konsep ilmiah, mereka dapat menjelaskan beberapa persoalan yang sedang mereka alami dalam hidup mereka. Salah satu contoh miskonsepsi yang dialami oleh seorang siswa adalah pernyataan tentang matahari mengelilingi bumi. Seorang anak mampu menjelaskannya dalam kehidupan sehari-hari, karena matahari terbit dari Timur dan tenggelam di Barat. Hal itu menunjukkan bahwa mataharilah yang bergerak terhadap bumi. Menggunakan konsep tersebut seorang anak dapat membuat jam waktu berdasarkan gerak matahari terbit, bergerak, dan tenggelam. Oleh karena itu, miskonsepsi sulit untuk dihilangkan. Berdasarkan dua pengertian tentang miskonsepsi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa miskonsepsi adalah penggunaan konsep yang salah, karena kekacauan konsep yang dialami dalam kehidupan sehari-hari dimana konsep tersebut tidak sesuai dengan konsep ilmiah. b. Penyebab Terjadinya Miskonsepsi Miskonsepsi dapat terjadi diseluruh bidang sains, seperti biologi, kimia, fisika, dan astronomi (Suparno, 2005: 9). Sub bidang fisika yang sering terjadi miskonsepsi, yaitu mekanika, termodinamika, optika, bunyi dan gelombang, listrik dan magnet, dan fisika modern. Suparno (2005: 29) menyebutkan bahwa penyebab miskonsepsi dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
1). Siswa Miskonsepsi dalam bidang Fisika banyak terjadi pada diri siswa. Miskonsepsi yang berasal dari diri siswa dikelompokkan menjadi delapan hal, yaitu prakonsepsi atau konsep awal siswa, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, reasoning yang tidak lengkap atau salah, intuisi yang salah, tahap perkembangan siswa, kemampuan siswa, dan minat belajar siswa Suparno (2005: 34). Pertama, prakonsepsi atau konsep awal sudah dimiliki siswa sebelum mereka mengikuti pelajaran formal di bawah bimbingan guru. Konsep awal yang dimiliki siswa sering mengandung miskonsepsi. Hal ini dikarenakan prakonsepsi ini diperoleh dari orang tua, teman, sekolah awal, dan pengalaman di lingkungan siswa. Salah satu contohnya adalah matahari mengelilingi bumi. Konsep ini diperoleh siswa dari pengalaman sehari-hari. Prakonsepsi yang dimiliki siswa menunjukkan bahwa pikiran siswa selalu aktif berkembang untuk memahami sesuatu. Miskonsepsi pada diri siswa akan bertambah banyak, jika yang mempengaruhi pembentukan konsep pada siswa tersebut juga mempunyai banyak miskonsepsi, seperti orang tua, tetangga, teman, dan lain-lain (Suparno, 2005: 35). Kedua, pemikiran asosiatif siswa. Marshall & Gilmour (dalam Suparno, 2005) menjelaskan bahwa pengertian berbeda dari kata-kata antara siswa dan guru dapat menimbulkan miskonsepsi. Kata dan istilah yang digunakan guru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
ketika pembelajaran di kelas, akan diasosiasikan lain oleh siswa. Hal ini dikarenakan kata dan istilah itu mempunyai arti yang lain. Ketiga, pemikiran humanistik. Gilbert, Watts & Osborne (dalam Suparno, 2005) menjelaskan bahwa siswa lebih sering memandang sebuah benda dari sudut pandang manusiawi. Benda-benda dan situasi dipikirkan dalam term pengalaman orang dan secara manusiawi. Contoh miskonsepsi tentang gaya adalah siswa menganggap bahwa jika ada seseorang yang duduk di atas sepeda, namun tidak menggenjot sepeda tersebut maka seseorang tersebut tidak melakukan gaya. Keempat, adalah reasoning yang tidak lengkap. Comins (dalam Suparno, 2005) menjelaskan bahwa miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah. Penalaran yang dilakukan siswa tidak lengkap, karena data atau informasi yang didapatkan oleh siswa tidak lengkap. Selain itu reasoning yang salah juga dipengaruhi karena pengambilan kesimpulan yang tidak tepat, karena logika yang digunakan juga salah. Kelima, adalah intuisi yang salah juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang, yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan rasional diteliti (Suparno, 2005: 38). Suparno juga menjelaskan bahwa pemikiran atau pengertian intuitif itu berasal dari pengamatan akan benda atau kejadian yang terus-menerus, akhirnya secara spontan, jika siswa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
dihadapkan pada persoalan Fisika siswa langsung teringat akan pengertian spontan tersebut. Hal inilah yang juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Contohnya adalah siswa telah mempunyai pengertian spontan bahwa benda padat bila dimasukkan ke air akan tenggelam, kemudian jika mereka dihadapkan pada persoalan apakah gabus jika dimasukkan ke air akan tenggelam, mereka pasti akan menjawab „ya‟. Keenam, adalah tahap perkembangan kognitif siswa. Secara umum siswa SD masih berada pada tahap perkembangan kognitif pada tahap operasional konkret. Proses berpikir seorang siswa berawal dari hal konkret ke abstrak. Siswa yang berada pada tahap konkret masih terbatas untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka, terlebih pengetahuan abstrak. Mereka masih memiliki keterbatasan untuk menggeneralisasi, mengabstraksi, dan berpikir sistematis logis. Sehingga tidak jarang konsep yang mereka pelajari tidak lengkap atau bahkan salah konsep. Ketujuh, adalah kemampuan siswa. Kemampuan siswa juga mempunyai pengaruh pada miskonsepsi siswa. Suparno (2005: 40) menjelaskan bahwa siswa yang tingkat intelegensi matematis-logisnya kurang tinggi, akan mempengaruhi tingkat pemahaman tentang konsep Fisika terlebih hal yang abstrak. Sedangkan siswa yang IQ-nya rendah juga mudah melakukan miskonsepsi. Hal ini dikarenakan mereka sulit mengkonstruksi pengetahuan Fisika, mereka tidak dapat mengkonstruksi secara lengkap dan utuh. Mayoritas dari mereka tidak menangkap konsep yang benar dan merasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
bahwa itulah konsep yang benar, maka terjadi miskonsepsi (Suparno, 2005: 41). Kedelapan, adalah minat belajar. Mayotitas siswa yang mempunyai ketertarikan dalam bidang Fisika, cenderung mempunyai miskonsepsi lebih rendah bila dibandingkan dengan siswa yang tidak berminat dalam bidang Fisika (Suparno, 2005: 41). Suparno menjelaskan bahwa siswa yang tidak berminat dalam Fisika lebih cenderung kurang memperhatikan penjelasan guru mengenai pengertian Fisika yang baru. Ketika mereka salah menangkap suatu bahan, sering kali mereka tidak berminat untuk mencari mana yang benar dan mengubah konsep yang salah. Akibat dari menumpuk kesalahan itulah yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi. 2). Guru atau Pengajar Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat pula terjadi karena miskonsepsi yang dibawa oleh guru. Arons & Iona (dalam suparno, 2005) menyebutkan bahwa beberapa guru Fisika tidak memahami konsep Fisika dengan baik, sehingga mereka mengajar dengan beberapa miskonsepsi. Suparno juga menjelaskan bahwa guru yang penguasaan bahan materinya tidak mendalam, sering dalam mengajar, bersikap sebagai ditaktor dan otoriter. Suparno mengatakan bahwa banyak siswa Indonesia yang enggan untuk menyampaikan miskonsepsinya kepada guru, karena mereka merasa takut untuk menyampaikannya. Banyak guru yang tidak memiliki kedekatan secara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
emosional kepada siswa, sehingga siswa enggan untuk menyampaikan miskonsepsinya. Selain itu guru juga disebabkan, karena guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan konsepnya. Beberapa hal di atas menjadi salah satu faktor yang memupuk lestarinya miskonsepsi yang terjadi pada siswa. 3) Buku Teks Miskonsepsi pada siswa juga dapat disebabkan oleh miskonsepsi yang terdapat pada buku teks atau buku yang berisi penjelasan materi mengenai mata pelajaran Fisika. Para peneliti menemukan bahwa beberapa miskonsepsi datang dari buku teks menurut Iona & Renner (dalam Suparno, 2005). Miskonsepsi pada buku teks disebabkan karena bahasa yang digunakan sulit untuk dipahami oleh siswa atau uraian penjelasan yang terkandung di dalamnya tidak benar. Selain itu pemilihan buku teks yang terlalu sulit bagi level siswa SD juga dapat menyebabkan miskonsepsi, karena siswa tidak bisa menangkap seluruh konsep secara utuh melainkan hanya mampu menangkap sebagian dari isi konsep tersebut. 4) Konteks Faktor selanjutnya yang mempengaruhi miskonsepsi siswa adalah Konteks. Konteks meliputi pengalaman, bahasa sehari-hari, teman lain, dan keyakinan serta ajaran agama. Pertama, adalah pengalaman. Sebelum siswa mendapatkan pendidikan secara formal dibawah bimbingan guru, siswa telah mendapatkan beberapa konsep yang berasal dari pengalaman dalam kehidupan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
sehari-hari. Stavy (dalam Suparno, 2005) menjelaskan bahwa pengertian yang diperoleh siswa melalui pengalaman sifatnya hanya terbatas dan tidak dalam pengertian luas. Kedua, adalah bahasa sehari-hari. Beberapa miskonsepsi datang dari penggunaan bahasa sehari-hari yang memiliki arti lain dengan bahasa Fisika, Gilbert, Watts & Osborne (dalam Suparno, 2005). Konteks yang ketiga adalah teman lain atau teman sejawat. Ketika siswa sedang berdiskusi atau kerja kelompok tidak jarang jika didominasi oleh beberapa siswa saja. Bila siswa yang dominan itu memberikan sebuah pengertian yang mengandung miskonsepsi, maka teman lain juga akan terpengaruh dan bahkan dapt percaya dengan penjelasan yang dijelaskannya. Konteks yang keempat adalah keyakinan dan ajaran agama. Keyakinan dan ajaran agama juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Pernyataan tersebut didukung oleh Commins (dalam Suparno, 2005) yang meneliti miskonsepsi tentang Astronomi. Commins menjelaskan bahwa keyakinan atau ajaran agama yang diyakini secara kurang tepat sering membuat siswa tidak dapat menerima penjelasan ilmu pengetahuan. 5) Metode Mengajar Metode mengajar yang diterapkan oleh guru juga dapat menyebabkan miskonsepsi pada siswa. Guru yang hanya menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti juga dapat memunculkan miskonsepsi pada diri siswa. Beberapa metode pembelajaran seperti metode ceramah, praktikum,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
demonstrasi, diskusi, dan penggunaan analogi juga dapat menyebabkan miskonsepsi pada siswa. Kebiasaan buruk yang ada pada guru juga dapat menyebabkan miskonsepsi pada siswa. Salah satu contohnya adalah kebiasaan guru yang terlambat atau terlalu lama memberikan hasil pekerjaan siswa yang sudah dikoreksi kepada siswa itu sendiri. Hal ini dapat menyebabkan miskonsepsi, karena siswa merasa benar akan jawabannya dikarenakan tidak adanya pembetulan. Berdasarkan paparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa guru harus selalu kritis dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Selain itu guru
harus
selalu
mengevaluasi
metode
pembelajaran
yang
telah
diterapkannya, mengingat beberapa metode pembelajaran yang dinilai sudah bagus justru dapat menjadi salah satu penyebab miskonsepsi pada siswa. c. Mendeteksi Adanya Miskonsepsi Miskonsepsi dapat dideteksi melalui enam cara yang dikelompokkan sebagai berikut ini (Suparno, 2005: 121). 1). Peta Konsep (Concept Map) Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi Fisika yang dialami oleh siswa. Identifikasi miskonsepsi dengan menggunakan peta konsep dapat diimbangi dengan wawancara. Menggunakan peta konsep, siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan pokok tentang konsep yang dianggap menggandung miskonsepsi dengan disusun secara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
hirarkis (Suparno, 2005: 121). Miskonsepsi dapat dilihat dari proporsisi yang salah dan tidak ada hubungan yang lengkap antar konsep Novak & Gowin (dalam Suparno, 2005). 2). Tes Multiple Choice dengan Reasoning terbuka Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat diidentifikasi dengan menggunakan tes multiple choice (pilihan ganda) dengan reasoning (alasan) terbuka. Tipe tes ini mengharuskan siswa untuk menjawab soal pilihan ganda dan menuliskan alasan mengapa ia mempunyai jawaban seperti itu Amir dkk (dalam Suparno, 2005). Berdasarkan jawaban dan alasan
yang
telah
dituliskan
siswa,
maka
peneliti
dapat
mengklasifikasikannya sehingga dapat diketahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa. 3). Tes Esai Tertulis Miskonsepsi dapat pula dideteksi dengan menggunakan tes esai tertulis, namun guru harus mempersiapkan tes esai terlebih dahulu. Untuk mengetahui lebih mendalami tentang miskonsepsi yang dialami oleh siswa pada setiap bidangnya, maka guru dapat melakukan wawancara. 4). Wawancara Diagnosis Wawancara diagnosis dapat digunakan juga untuk mendeteksi miskonsepsi pada siswa. Wawancara adalah teknik pengumpulan data menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka maupun melalui saluran media tertentu (Sukmadinata, 2008: 216). Guru dapat menggunakan teknik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
wawancara bebas maupun terstruktur. Untuk wawancara bebas, guru dapat bertanya dengan bebas dan siswa juga dapat menjawab sebebas mungkin. Sedangkan untuk wawancara terstruktur guru sudah menyiapkan garis besar daftar pertanyaan. Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh siswa, maka guru dapat mendeteksi miskonsepsi yang dialami oleh siswa. 5). Diskusi dalam Kelas Diskusi adalah metode pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu permasalahan dengan tujuan supaya
siswa tersebut
dapat
memecahkan masalah tersebut (Majid, 2013: 200). Melalui metode diskusi dalam kelas, miskonsepsi pada siswa dapat dilihat dari gagasan-gagasan yang diungkapkan oleh siswa. Saat menggunakan metode ini untuk mengetahui miskonsepsi pada siswa, guru atau peneliti berperan sebagai fasilitator yang dapat menumbuhkan keberanian dalam diri siswa untuk mengungkapkan seluruh gagasannya. 6). Praktikum dengan Tanya Jawab Praktikum adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa membuktikan sebuah teori yang telah didapatkan mengenai suatu konsep dengan menggunakan percobaan. Selama kegiatan praktikum berlangsung guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Guru atau peneliti dapat mengetahui miskonsepsi pada siswa dengan cara memperhatikan setiap uraian jawaban yang diungkapkan oleh siswa terhadap setiap soal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
d. Kiat Mengatasi Miskonsepsi Suparno (2005: 55) menjelaskan bahwa secara garis besar untuk mengatasi masalah miskonsepsi adalah sebagai berikut ini. Pertama, mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa. Kedua, mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut. Ketiga, mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi. Berdasarkan ketiga hal tersebut, hal yang paling penting untuk mengatasi miskonsepsi pada siswa adalah mencari penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa tersebut. Untuk dapat mengetahui penyebab miskonsepsi pada siswa, guru harus memahami kerangka berpikir pada siswa. Melalui cara tersebut guru dapat mengetahui cara berpikir, cara menangkap, dan gagasan siswa, sehingga guru dapat mengetahui letak miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Langkah pertama yang dapat dilakukan guru untuk memahami gagasan yang ada dalam diri siswa adalah sebagai berikut ini (Suparno, 2005: 56). 1). Siswa dibebaskan mengungkapkan gagasan dan pemikirannya mengenai bahan yang sedang dibicarakan, Mestre & Brouwer (dalam Suparno, 2005). Hal ini dapat dilakukan secara lisan atau pun terlutis. 2). Guru dapat memberikan pertanyaan kepada siswa tentang konsep yang biasanya membuat siswa bingung dan siswa diminta untuk menjawabnya secara jujur. 3). Guru mengajak siswa untuk berdiskusi tentang bahan tertentu, yang biasanya mengandung miskonsepsi, dan guru membiarkan siswa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
berdiskusi dengan bebas. Guru dapat memantau dari jalannya diskusi mengenai konsep-konsep yang salah. Langkah kedua adalah langkah yang paling penting, yakni mencari penyebab miskonsepsi. Guru dapat menggali penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa melalui wawancara yang dilakukan baik secara pribadi maupun klasikal. Selain itu guru juga dapat memberikan pertanyaan tertulis kepada siswa yang nantinya akan disatukan dengan miskonsepsi siswa. Langkah ketiga adalah mencari jalan untuk mengatasi miskonsepsi pada siswa. Pemilihan cara yang akan digunakan pada langkah terakhir ini sangat dipengaruhi oleh penyebab dan situasi siswa sendiri. Guru dapat mencari dan memilih metode atau strategi yang cocok untuk mengatasi miskonsepsi pada siswa. Berdasarkan uraian kiat-kiat mengatasi miskonsepsi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa guru harus benar-benar mengetahui letak miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Selain itu penting juga guru mengetahui penyebab utama seorang siswa mengalami miskonsepsi. Kedua hal tersebut berpengaruh terhadap pemilihan metode atau strategi untuk mengatasi miskonsepsi pada siswa, sehingga guru dapat memilih metode atau strategi secara tepat dan efisien.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
6) Hakikat Pembelajaran IPA a. Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari alam beserta isinya. Sumanto (dalam Putra, 2013: 41) menjelaskan bahwa IPA adalah salah satu cara untuk mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk mendapatkan fakta-fakta dan konsep. IPA adalah salah satu cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena lain Nash (dalam Samatowa, 2011: 3). Wisudawati (2014: 22) menjelaskan bahwa IPA adalah ilmu yang memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena-fenomena alam yang faktual baik berupa kenyataan maupun kejadian dan hubungan sebab akibat. Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala dan fenomena alam yang terjadi secara faktual melalui kegiatan mengamati secara sistematis untuk menemukan sebuah fakta dan pemahaman konsep. b. IPA sebagai Produk Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin disebut juga sebagai produk IPA (Iskandar, 1997: 2). Produk IPA merupakan kumpulan hasil dari kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Iskandar juga menjelaskan bahwa bentuk IPA sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
Apabila ditelaah lebih lanjut fakta merupakan hasil dari kegiatan empirik dalam IPA, sedangkan konsep, prinsip, dan teori dalam IPA merupakan hasil dari kegiatan analitik. c. IPA sebagai Proses IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang bendabenda atau mahkluk-mahkluk serta kumpulan fakta-fakta. Iskandar (1997: 4) menjelaskan bahwa IPA mencakup tentang cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Iskandar juga menjelaskan bahwa memahami IPA berarti
juga
memahami
proses
IPA,
yaitu
memahami
bagaimana
mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana menghubungkan faktafakta untuk mengintepretasikannya. Usaha yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam memahami IPA sebagai proses, yaitu dengan menerapkan prosedur empirik dan prosedur analitik. Prosedur-prosedur inilah yang disebut sebagai proses ilmiah atau proses sains. Iskandar lebih menjelaskan bahwa keterampilan proses IPA atau keterampilan sains disebut juga keterampilan belajar seumur hidup, karena keterampilan ini digunakan untuk kehidupan sehari-hari dan untuk bidang studi lainnya. d. IPA sebagai Pembentukan Sikap IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidik IPA menjadi penting untuk diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Proses pembelajaran IPA di sekolah harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitifnya. Sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
sikap ilmiah dan sikap berpikir kritis. Selain diminta untuk mempelajari faktafakta seperti jenis hewan atau pun tumbuhan, siswa juga diajarkan untuk menggunakan metode-metode guna memecahkan masalah dengan baik, melatih kemampuan untuk mengambil keputusan secara bertanggungjawab, melatih bersifat objektif dan tidak terburu-buru dalam mengambil kesimpulan, melatih bekerja sama dalam kelompok, dan melatih menghargai pendapat orang lain (Iskandar, 1997: 18). e. Tujuan Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menjadi mata pelajaran wajib yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan, khususnya bagi sekolah dasar. Isi mata pelajaran IPA memuat beberapa hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Sumatowa (2011: 6) menjelaskan bahwa tujuan IPA dimasukkan ke dalam suatu kurikulum sekolah, yaitu IPA dapat memberikan manfaat bagi perkembangan suatu bangsa, karena IPA merupakan dasar teknologi atau berperan sebagai tulang punggung pembangunan. Tujuan yang kedua adalah melalui mata pelajaran IPA akan melatih siswa untuk berpikir secara kritis. Tujuan yang ketiga adalah IPA bukanlah sebuah mata pelajaran yang bersifat hafalan, melainkan banyak memberikan pengalaman belajar kepada siswa melalui percobaan-percobaan. Tujuan yang keempat adalah melalui mata pelajaran IPA dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan dan menumbuhkan sikap ilmiah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Sedangkan tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1). Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2). Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3). Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, tekonologi, dan masyarakat. 4). Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5). Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan alam lingkungan. Berdasarkan kedua tujuan di atas peneliti menyimpulkan bahwa IPA adalah salah satu mata pelajaran yang penting dan wajib untuk diberikan disetiap jenjang pendidikan, khususnya sekolah dasar. Kedua tujuan yang dipaparkan di atas sama-sama memiliki tujuan yang dapat mengembangkan siswa menjadi siswa yang lebih kritis, ilmiah, objektif, dan memiliki kepedulian terhadap alam sekitar. Selain itu IPA dapat diimplikasikan dalam kehidupan sehari-hari guna meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan suatu bangsa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
7) Pembelajaran IPA di SD Kelas V Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Peneliti mengambil materi pelajaran untuk kelas V semester 2. Adapun Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini. Tabel 2.1 Standar Isi Sekolah Dasar Standar Kompetensi (SK) Energi dan Perubahannya 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karrya atau model.
Bumi dan Alam Semesta 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
Kompetensi Dasar (KD) 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, dan gaya magnet). 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. 6.2 Membuat suatu karya atau model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. 7.1Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.
Materi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini mengacu pada SK dan KD yang telah dipaparkan di atas. Secara garis besar materi yang digunakan, yaitu gaya, pesawat sederhana, sifat-sifat cahaya, merancang karya atau model dengan menerapkan sifat cahaya, dan tentang batuan. Uraian materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini diambil dari Buku Elektronik Sekolah atau BSE (Sulisyanto & Wiyono, 2009). a. Gaya Setiap hari banyak aktivitas manusia yang berhubungan dengan gaya. Contoh sederhananya adalah ketika kita sedang membuka atau menutup
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
pintu, kegiatan membuka atau menutup pintu sudah termasuk melakukan gaya yang berupa dorongan dan tarikan. Gaya terhadap suatu benda dapat mengakibatkan benda bergerak, berubah bentuk, dan berubah arah. Berdasarkan sumbernya, gaya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu gaya gravitasi, gaya gesek, dan gaya magnet. 1). Gaya Gravitasi Gaya gravitasi sering disebut juga sebagai gaya tarik bumi. Buah mangga yang berada di atas pohonnya dapat jatuh ke bawah, karena adanya gaya gravitasi bumi. Contoh lainnya adalah air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah dan bola yang dilempar ke atas kemudian akan jatuh kembali ke bawah. Gaya gravitasi yang terjadi pada benda yang jatuh dari ketinggian tertentu tentunya berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena gaya gravitasi dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk benda tersebut. Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa di alam semesta. Bumi yang mempunyai massa sangat besar menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik benda-benda di sekitarnya, termasuk bendabenda yang ada di bumi. Gaya gravitasi juga dapat menarik benda-benda yang ada di luar angkasa seperti meteor, satelit buatan manusia, dan bulan. Gaya tarik ini yang menyebabkan benda-benda tersebut selalu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
berada di tempatnya. Apabila tidak ada gaya gravitasi bumi, maka semua benda termasuk manusia akan melayang-layang di udara.
Gambar 2.1 Seorang anak sedang melempar bola ke atas Sumber: Buku BSE (Sulistyanto, 2009: 98)
2). Gaya Gesek Ketika kita sedang mendorong kardus yang berada di atas lantai, maka akan terjadi gesekan antara permukaan kardus dengan lantai. Gaya gesekan tersebut akan menghambat gerakan kardus. Kekuatan hambatan akibat gesekan inilah yang disebut gaya gesek. Jadi gaya gesek adalah gaya yang menimbulkan hambatan ketika dua permukaan benda saling bersentuhan. Gaya gesek antara dua benda dapat diperkecil dan diperbesar. Untuk memperkecil gaya gesek dapat dilakukan dengan cara memperhalus permukaan benda. Contohnya adalah melumasi rantai sepeda dengan minyak pelumas, sehingga sepeda akan lebih mudah dikayuh. Gaya gesek juga dapat dimanfaatkan dalam kehidupan seharihari. Contohnya adalah ketika sedang mengerem sepeda. Rem sepeda akan mencengkeram roda untuk menghambat putaran roda. Selain itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
ban sepeda, motor, dan mobil dibuat model beralur, supaya saat kita sedang berkendara tidak tergelencir.
Gambar 2.2 Model alur pada ban mobil Sumber: Buku BSE (Sulistyanto, 2009: 101)
3). Gaya Magnet Gaya magnet berasal dari batuan yang mengandung logam besi. Batuan logam tersebut diolah sampai pada akhirnya menjadi magnet. Tarikan atau dorongan yang disebabkan oleh magnet disebut gaya magnet. Tidak semua benda dapat ditarik oleh magnet. Hanya bendabenda yang memiliki sifat tertentu saja yang dapat ditarik oleh magnet. b. Pesawat Sederhana Pesawat sederhana adalah semua jenis alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia. Kesederhanaan dalam penggunannya menyebabkan alat-alat tersebut dikenal dengan sebutan pesawat sederhana. Pesawat sederhana dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu tuas, bidang miring, katrol, dan roda berporos.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
1). Tuas Tuas atau sering disebut dengan nama pengungkit. Pada umumnya tuas menggunakan batang besi atau kayu yang digunakan untuk mengungkit suatu benda. Terdapat tiga titik yang menggunakan gaya ketika kita mengungkit suatu benda, yaitu beban (B), titik tumpu (TT), dan kuasa (K). beban merupakan berat benda, sedangkan titik tumpu merupakan tempat bertumpunya suatu gaya. Gaya yang bekerja pada tuas tersebut disebut kuasa.
Gambar 2.3 Linggis untuk memudahkan memindahkan batu besar. Sumber: Buku BSE (Sulistyanto, 2009: 110)
Berdasarkan posisi atau kedudukan beban, titik tumpu, dan kuasa, tuas digolongkan menjadi tiga, yaitu tuas golongan pertama, tuas golongan kedua, dan tuas golongan ketiga. Perbedaan dari ketiga tuas tersebut adalah sebagai berikut ini. Tabel 2.2 Jenis-jenis Tuas Tuas Jenis KeTuas Jenis ke-1
Keterangan Kedudukan titik tumpu terletak diantara beban dan kuasa.
Contoh
Jungkat-jungkit Linggis Pencabut paku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tuas Jenis KeTuas Jenis ke-2
Keterangan Kedudukan beban terletak diantara titik tumpu dan kuasa.
38
Contoh
Alat pemecah kemiri Pembuka tutup botol Tuas Jenis ke-3
Kedudukan kuasa terletak diantara titik tumpu dan beban.
Sekop Sapu Sumber: Buku BSE (Sulistyanto, 2009)
2). Bidang Miring Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali peralatan sederhana yang menggunakan prinsip kerja bidang miring. Salah satu contohnya adalah jalan di pegunungan yang dibuat berkelok-kelok. Bidang miring adalah permukaan rata yang menghubungkan dua tempat yang berbeda ketinggiannya. Tujuan jalanan di pegunungan dibuat berkelok-kelok supaya pengendara kendaraan bermotor lebih mudah melewati jalan yang menanjak. Keuntungan menggunakan bidang miring adalah dapat dengan mudah memindahkan benda ke tempat yang lebih tinggi dengan gaya yang lebih kecil. Kelemahannya adalah jarak yang ditempuh untuk memindahkan benda menjadi lebih jauh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
3). Katrol Katrol adalah roda yang berputar pada porosnya. Berdasarkan cara kerjanya, katrol merupakan jenis pengungkit karena memiliki titik tumpu, kuasa, dan beban. Katrol digolongkan menjadi tiga, yaitu katrol tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk. Perbedaan dari ketiga katrol tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.3 Jenis-jenis Katrol Jenis Katrol Katrol Tetap
Keterangan Katrol tetap tidak akan pernah berpindah tempat ketika digunakan.
Contoh
Sumur timba Katrol tiang bendera Katrol Bebas
Kedudukannya dapat berubah, biasanya ditempatkan di atas tali.
Alat pengangkat peti kemas di pelabuhan Katrol Majemuk
Gabungan antara katrol tetap dan katrol bebas. Beban akan dikaitkan pada katrol bebas, sedangkan satu ujung tali dikaitkan pada katrol tetap.
Sumber: Buku BSE (Sulistyanto, 2009)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
c. Sifat-sifat Cahaya dan Pemanfaatannya Kita dapat melihat benda yang ada di sekeliling kita, karena ada cahaya. Cahaya akan mengenai benda dipantulkan ke mata kita. Cahaya berasal dari sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Tiga sifat cahaya, yaitu merambat lurus, menembus benda bening, dan dapat dipantulkan. Sifat cahaya yang dihasilkan oleh cermin tentunya berbeda-beda sesuai
dengan
bentuk
permukaan
cermin
tersebut.
Berdasarkan
permukaannya, cermin dikelompokkan menjadi tiga, yaitu cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Tabel 2.4 Sifat-sifat Cermin Jenis Cermin Cermin Datar
Cermin Cekung
Sifat Bayangan yang Dibentuk Tegak dan semu Besar dan tinggi bayangan sama dengan besar dan tinggi benda sebenarnya. Jarak benda dengan cermin sama dengan jarak bayangannya. Bagian kiri pada bayangan merupakan bagian kanan pada benda dan sebaliknya. Semu, lebih besar, dan tegak jika letak benda dekat dengan cermin cekung. Nyata dan terbalik jika letak benda dijauhkan dari cermin cekung.
Contoh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Jenis Cermin Cermin Cembung
Sifat Bayangan yang Dibentuk Semu, tegak, dan diperkecil.
41
Contoh
Sumber: Buku BSE (Sulistyanto, 2009)
Sifat cahaya yang selanjutnya adalah dapat dibiaskan atau dibelokkan. Contohnya adalah pensil yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air, maka pensil tersebut seperti tampak patah. Hal ini disebabkan karena cahaya merambat melalui dua medium yang berbeda kerapatannya, sehingga cahaya tersebut dibiaskan atau dibelokkan. Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Sebalikknya jika cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Garis normal adalah garis yang tegak lurus pada bidang batas kedua permukaan.
Gambar a Gambar b Gambar 2.4 a. Jalannya sinar dari medium rapat ke kurang rapat. b. Jalannya sinar dari medium kurang rapat ke rapat. Sumber: Sumber: Buku BSE (Sulistyanto, 2009)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
d. Pembentukan Tanah Daratan yang menjadi tempat tinggal kita ini merupakan lapisan bumi yang padat dan tersusun dari tanah dan batuan. Lapisan ini disebut kerak bumi atau litosfer. Tanah merupakan hasil dari pelapukan yang terjadi pada batuan. Batuan yang berada di atas permukaan tanah akan mengalami perubahan secara terus menerus karena adanya pengaruh dari lingkungan. Perubahan cuaca, suhu, dan tekanan udara dapat menyebabkan batuan memuai kemudian pecah menjadi batuan-batuan yang lebih kecil lagi. Batuan-batuan ini lama-kelamaan akan menjadi butiran-butiran halus. Apabila terjadi hujan, butiran-butiran halus tersebut kemudian akan terbawa oleh air dan mengendap di daerah aliran. Pengendapan inilah yang nantinya menyebabkan munculnya tumpukan atau lapisan tanah yang kaya akan mineral. Selain pengaruh suhu, curah hujan, dan tekanan, pelapukan pada batuan juga dapat disebabkan oleh tumbuhan. Tumbuhan yang hidup di atas batuan dapat menyebabkan lapuknya berbagai jenis batuan. Apabila berlangsung dalam waktu yang cukup lama maka batuan akan pecah menjadi butiran-butiran halus. 8) Miskonsepsi IPA Seorang siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran formal di sekolah sudah mempunyai konsep awal Fisika (Suparno, 2005: 2). Konsep awal didapatkan melalui berbagai macam pengalaman hidup sehari-hari, namun tidak semua konsep awal tersebut benar sesuai dengan konsep ilmiah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Suparno menjelaskan lebih lanjut bahwa konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah dapat disebut miskonsepsi atau salah konsep. Suparno (2005: 1) memberikan contoh siswa SD yang mengalami miskonsepsi IPA, ketika ada pertanyaan “Manakah yang bera antara bumi mengelilingi matahari atau matahari mengelilingi bumi?”. Secara mantap dan yakin siswa tersebut menjawab: “matahari mengelilingi bumi”. Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh siswa, dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut mengalami miskonsepsi atau salah konsep. Konsep ilmiah yang benar berdasarkan pertanyaan tersebut, yaitu bumi mengelilingi matahari.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian pertama yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Pujayanto (2006) tentang Miskonsepsi IPA Fisika pada Guru SD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya miskonsepsi IPA Fisika guru kelas
V
SD
di
Kecamatan
Tasikmadu
Kabupaten
Karanganyar
dan
mendiskripsikan profil miskonsepsi IPA Fisika pada guru kelas V SD di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Expose Facto. Teknik pengambilan data menggunakan teknik tes dan instrumen tesnya berupa tes diagnostik miskonsepsi pada pokok bahasan Gaya dan Cahaya. Untuk menjawab hipotesis penelitian digunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu berupa analisis kualitatif tentang ada tidaknya miskonsepsi. Dari hasil penelitian ternyata terbukti bahwa guru mengalami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
miskonsepsi IPA Fisika pada pokok bahasan Gaya dan Cahaya serta profil miskonsepsi yang dimiliki guru lebih dari 30%. Adapun besar miskonsepsinya adalah sebagai berikut ini: 1). gaya dapat berupa tarikan atau dorongan, gaya magnet selalu berupa tarikan (45%); 2). gaya gravitasi dapat berupa dorongan maupun tarikan (40%); 3). massa benda di bumi sama dengan massa benda di bulan, berat benda di bumi sama dengan berat benda di bulan (60%); 4). setiap dua benda bersentuhan muncul gaya gesekan (60%); 5). pesawat sederhana meringankan kerja manusia, berarti pada umumnya dengan menggunakan pesawat sederhana gaya (kuasa) dan energi yang digunakan menjadi lebih kesil (100%); 6). cahaya dapat merambat lurus, berarti cahaya tidak dapat dipantulkan oleh permukaan tembok tetapi dapat dibiaskan oleh sebuah medium (85%); 7). benda dapat dilihat jika benda tersebut sebagai sumber cahaya atau ada cahaya dari mata yang sampai ke benda (50%); 8). cahaya lampu neon dapat diurai menjadi cahaya warna pelangi, karena cahaya lampu neon adalah cahaya putih seperti cahaya putih matahari (55%). Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah samasama membahas tentang miskonsepsi IPA Fisika dengan materi kelas V. Hasil penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Taufiq (2012) dengan judul penelitian Remidiasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika Pada Konsep Gaya melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi miskonsepsi mahasiswa berkaitan dengan konsep gaya menggunakan Certainty of Response Index (CRI) dan wawancara. Hasil analisis data menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
miskonsepsi berkaitan dengan konsep gaya dengan berbagai tingkatan yang berbeda-beda yaitu tingkat tinggi, sedang, dan redah. Penggunaan tes model CRI sangat membantu penelitian khususnya untuk memetakan tingkat miskonsepsi yang dialami oleh mahasiswa. Implementasi model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) 5E efektif mampu untuk meningkatkan proporsi penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yakni meneliti tentang miskonsepsi IPA Fisika. Penelitian tersebut juga memiliki perbedaan dengan penelitian ini, yaitu penelitian tersebut meneliti tentang remidiasi miskonsepsi mahasiswa calon guru fisika pada konsep gaya melalui penerapan model siklus belajar (learning cycle) 5E, sedangkan penelitian ini meneliti tentang miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD. Penelitian relevan yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2013). Penelitian ini tentang Upaya Mengatasi Miskonsepsi Siswa melalui Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) Berbasis Simulasi Komputer pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana model pembelajaran CLIS berbasis simulasi computer dapat mengurangi kuantitas miskonsepsi siswa pada pembelajaran
listrik
dinamis.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Saputra
menggunakan jenis penelitian kuantitatif pre eksperimental dengan subjek penelitian siswa kelas X disalah satu SMA di Kabupaten Aceh Barat Daya. Data penelitian diperoleh melalui tes penguasaan konsep pada materi listrik dinamis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
serta hasil wawancara dengan siswa yang terjaring miskonsepsi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran CLIS berbasis simulasi computer secara signifikan dapat mengurangi kuantitas miskonsepsi siswa pada pokok bahasan listrik dinamis. Penurunan kuantitas miskonsepsi siswa diketahui dari selisih nilai presentase hasil pretest dan posttest, yakni dari 55,60% turun menjadi 42,65%. Relevansi dari penelitian yang dilakukan oleh Saputra dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang miskonsepsi. Penelitian relevan yang keempat adalah milik Iriyanti (2012) tentang Identifikasi Miskonsepsi pada Materi Pokok Wujud Zat Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada materi pokok wujud zat pada siswa SMPN 1 Bawang, Kecamatan Bawang, Kabupaten Bawang tahun ajaran 2009/2010. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus (case study). Penentuan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan cara purposive sampling (sampel bertujuan). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan tes tertulis yang berupa soal pilihan ganda dengan jawaban terbuka dan dilengkapi dengan CRI. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irianti menunjukkan adanya miskonsepsi pada materi pokok wujud zat siswa kelas VII SMPN 1 Bawang. Miskonsepsi yang terjadi adalah konsep sifat zat padat, cair, dan gas; sifat partikel penyusun zat sama dengan zat yang disusunnya; konsep suhu dan kalor; konsep titik didih zat; kecepatan pendidihan sama dengan suhu saat mendidih; konsep submilasi dan deposisi; konsep
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
pemuaian zat; konsep perubahan wujud sebagai perubahan yang dihasilkan zat baru; gelembung dalam proses mendidih berisi udara bukan uap air. Sebanyak 51,2% siswa mengalami miskonsepsi pada konsep kalor sebagai suatu energi dan pengaruh kalor dalam perubahan suhu suatu zat, 32,4% siswa mengalami miskonsepsi pada kelompok konsep perubahan wujud zat, 25,6% siswa mengalami miskonsepsi pada konsep suhu sebagai besaran yang menyatakan derajad panas dingin suatu benda, dan sebanyak 21,9% siswa mengalami miskonsepsi pada konsep wujud zat dan sifatnya. Penelitian yang dilakukan oleh Iriyanti relevan dengan penelitian ini, karena sama-sama meneliti tentang miskonsepsi. Perbedaannya terletak pada materi pokok, subjek penelitian, dan jenis penelitiannya. Materi pokok dalam penelitian ini adalah wujud zat, sedangkan subjek penelitiannya adalah siswa SMP dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian relevan yang terakhir adalah milik Nurazizah (2011) yang meneliti tentang Analisis Miskonsepsi Tumbuhan Tingkat Tinggi pada Buku Teks IPA SMP Negeri se-Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis miskonsepsi dalam buku teks IPA yang digunakan oleh SMP Negeri se-kota Medan khususnya pada materi respirasi, fotosintesis, reproduksi, klasifikasi, pertumbuhan, struktur tumbuhan, gerak tropisme pada tumbuhan. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, sedangkan teknik pengambilan sampel buku teks IPA dalam penelitian ini, dengan menggunakan sampel wilayah atau area probability sample. Objek penelitian ini terdiri dari seluruh materi yang berkaitan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
dengan tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat pada buku kelas VII, VIII, dan IX. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persentase buku yang paling tinggi miskonsepsinya adalah buku VIII-IT (20,68%). Persentase miskonsepsi pada tiap sub konsep Tumbuhan Tingkat Tinggi, menunjukkan bahwa sub konsep yang paling tinggi miskonsepsi adalah sub konsep fotosintesis (34,28%) dan yang paling rendah sub konsep struktur tumbuhan (3,44%). Per
sentase miskonsepsi
pada tiap kelas, menunjukkan bahwa persentase miskonsepsi buku kelas VIII (58,62%), kelas VII (34,48%) dan kelas IX (6,89%). Kategori miskonsepsi terbesar pada buku teks IPA SMP di Medan adalah pada kategori overgeneralization (37,93%), dan terkecil adalah misidentification (3,44%). Hasil penelitian menunjukkan secara umum buku teks IPA menggunakan miskonsepsi, terutama buku kelas VIII. Penelitian yang dilakukan oleh Nurazizah relevan dengan penelitian ini, karena sama-sama meneliti tentang miskonsepsi. Bedanya penelitian yang dilakukan oleh Nurazizah meneliti tentang miskonsepsi pada buku Biologi SMP. Kelima penelitian tersebut memberi dorongan kepada peneliti untuk melakukan penelitian mengenai miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Ngemplak. Penelitian dilakukan pada seluruh siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak, dengan jumlah populasi 563 siswa. Peneliti menggunakan sistem random sampling untuk menentukan sampel penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui miskonsepsi IPA Fisika yang dialami oleh siswa kelas V SD pada semester 2 se-Kecamatan Ngemplak. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui adakah perbedaan miskonsepsi yang dialami oleh siswa berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Berdasarkan kelima penelitian yang relevan tersebut, peneliti membuat sebuah bagan tentang literature map penelitian terdahulu sampai dengan penelitian yang sekarang. Literature map akan menunjukkan hubungan antara penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Literature map penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.5.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pujayanto (2006) Miskonsepsi IPA Fisika pada Guru SD
Nurazizah (2011) Analisis Miskonsepsi Tumbuhan Tingkat Tinggi pada Buku Teks IPA SMP Negeri se-Kota Medan
Saputra (2011) Upaya Mengatasi Miskonsepsi Siswa melalui Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLSI) Berbasis Simulasi Komputer pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis
Asri, (2015) Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD Semester 2 seKecamatan Ngemplak
Iriyanti (2012) Identifikasi Miskonsepsi pada Materi Pokok Wujud Zat Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Tahun Ajaran 2009/2010.
Taufiq (2012) Remidiasi Miskonsepsi Calon Guru Fisika pada Konsep Gaya melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E.
Gambar 2.5 Literature Map Penelitian yang Relevan
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Gambar 2.5 memaparkan bagan tentang penelitian relevan yang digunakan oleh peneliti. Penelitian relevan yang digunakan oleh peneliti ada lima. Penelitian yang dilakukan oleh Pujayanto (2006) memiliki hubungan dengan penelitian ini, karena pada penelitan tersebut meneliti tentang miskonsepsi IPA Fisika guru SD pada konsep gaya dan cahaya. Berdasarkan uraian tentang penyebab terjadinya miskonsepsi yang diungkapkan oleh Suparno (2005: 29) salah satunya ada guru. Oleh karena itu, peneliti berpendapat bahwa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pujayanto (2006) dapat memberikan pengaruh terhadap penelitian ini khususnya bagi siswa dan konsep IPA Fisika yang mengalami miskonsepsi.
C. Kerangka Berpikir Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang alam semesta ini termasuk semua peristiwa yang terjadi di dalamnya. IPA merupakan ilmu yang sangat penting bagi dunia pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan sekolah dasar karena IPA menjadi salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa. Hal yang dipelajari dalam IPA, yaitu tentang konsep-konsep yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Beberapa contohnya, yaitu konsep pesawat sederhana, konsep cahaya, konsep pelapukan, dan konsep gaya. IPA penting dipelajari, karena IPA berperan sebagai tulang punggung atau dasar ilmu bagi pembangunan teknologi. Pembangunan teknologi pada suatu negara memiliki peran yang penting bagi kemajuan negara tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Faktanya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah. Hal tersebut ditunjukkan oleh masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA dipengaruhi oleh penguasaan konsep IPA yang masih rendah pula. Pengusaan konsep IPA yang masih rendah dapat dipengaruhi, karena adanya miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Pendapat tersebut didukung oleh pernyataan dari Fowler (dalam Suparno, 2005: 5) yang menjelaskan bahwa miskonsepsi adalah pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contohcontoh yang salah, kekacauan konsep yang berbeda. Miskonsepsi dapat dialami oleh siswa pada seluruh jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Miskonsepsi yang dialami oleh siswa dapat disebabkan oleh siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar (Suparno, 2005: 29). Hasil penelitian terdahulu tentang “Miskonsepsi IPA Fisika pada Guru SD” yang dilakukan oleh Pujiyanto (2006) menunjukkan bahwa guru mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada pokok bahasan gaya dan cahaya. Berdasarkan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pujayanto (2006), maka peneliti tertarik untuk meneliti miskonsepsi yang dialami oleh siswa pada mata pelajaran IPA Fisika. Peneliti melakukan penelitian pada konsep gaya, pesawat sederhana, cahaya, dan pelapukan, karena pada keempat konsep tersebut penguasaan konsep siswa rendah. Miskonsepsi pada mata pelajaran IPA harus dihindari, karena IPA merupakan mata pelajaran yang penting. Jika siswa SD
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
mengalami kesalahan pada pemahaman konsep, maka akan berdampak pada kesalahan pemahaman konsep di jenjang pendidikan selanjutnya dan berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu bahwa miskonsepsi IPA Fisika terjadi pada siswa kelas V SD semester 2 di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang meliputi pada konsep gaya, pesawat sederhana, sifat-sifat cahaya, dan macam-macam batuan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III membahas tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode survei. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada salah satu populasi atau sampel tertentu dengan menggunakan instrumen penelitian sebagai pengambilan data dan kemudian data dianalisis dengan menggunakan statistik (Sugiyono, 2012: 8). Sugiyono juga menjelaskan bahwa tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Selaras dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Sugiyono, Suharsaputra (2014: 49) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan menggunakan angka-angka yang dijumlahkan sebagai data yang kemudian dianalisis. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang data penelitiannya berupa angka yang nantinya akan dianalisis dengan menggunakan statistik. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok 54
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
(Effendi & Tukiran, 2012: 3). Senada dengan pendapat tersebut, Kountour (2003) menjelaskan bahwa penelitian survei adalah metode penelitian yang memperoleh informasi dari sekumpulan orang yang diperoleh melalui beberapa pertanyaan. Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa penelitian survei adalah metode penelitian yang dilakukan untuk meneliti sampel dari populasi tertentu dengan menggunakan kuesioner atau pertanyaan untuk memperoleh informasi. Penelitian mendekripsikan
deskriptif
adalah
fenomena-fenomena
suatu kegiatan
bentuk
penelitian
pendidikan,
untuk
pembelajaran,
implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang dan datuan pendidikan (Sukmadinata, 2008: 72). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui miskonsepsi IPA SD kelas V se-Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di seluruh SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian hanya dilakukan pada SD yang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut. a. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa guru, mayoritas sekolah di SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
permasalahan yang sesuai dengan permasalahan miskonsepsi yang ada. b. Di SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak belum pernah dilakukan penelitian mengenai miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa. 2. Waktu Waktu penelitian ini berlangsung selama 9 bulan, yaitu pada bulan Maret sampai dengan November 2015. Penelitian ini diawali dengan penyusunan proposal penelitian terlebih dahulu pada bulan Maret. Kemudian pada bulan April, peneliti mengurus surat perizinan untuk melaksanakan penelitian di Kantor Kesatuan Bangsa dan BAPPEDA. Pada bulan yang sama, peneliti juga sudah memulai untuk menyusun instrumen penelitian. Setelah instrumen penelitian selesai disusun, pada awal bulan Mei peneliti melakukan uji validasi instrumen dan melakukan revisi. Selanjutnya pada pertengahan bulan Mei, peneliti melakukan uji coba empiris terhadap beberapa siswa dari beberapa sekolahan yang telah dipilih. Kemudian setelah dilakukan uji coba empiris, peneliti masih harus menganalisis tiap butir soal untuk dipilih 20 soal pilihan ganda dan 5 uraian yang benar-benar valid. Pada akhir bulan Mei sampai dengan awal bulan Juni, peneliti melakukan pengumpulan
data
penelitian.
Pengumpulan
data
penelitian
berupa
memberikan soal IPA Fisika kepada seluruh sampel siswa kelas V SDN seKecamatan Ngemplak. Bulan Juli sampai Agustus, peneliti mengolah dan menganalisis seluruh data yang telah didapatkan. Kemudian pada bulan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
September sampai dengan November proses penyusunan laporan skripsi. Pada bulan Desember peneliti melaksanakan ujian skripsi dan melakukan revisi setelah ujian skripsi.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah semua objek penelitian yang bisa berwujud manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,gejala, nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian, Nawawi (dalam Mahdi & Mujahidin, 2003). Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Sugiyono (2012: 80) bahwa populasi adalah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Peneliti menyimpulkan bahwa populasi adalah semua objek penelitian yang mempunyai jumlah, kualitas, dan karakteristik guna diteliti atau dipelajari oleh peneliti yang pada akhirnya akan ditarik kesimpulan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SD Negeri kelas V se-Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman Yogyakarta. Adapun populasi penelitian ini disajikan di pada tabel 3.1 berikut ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Nama Sekolah Dasar SD Negeri Banjarharjo SD Negeri Jaten SD Negeri Kejambon 1 SD Negeri Koroulon 2 SD Negeri Koroulon 1 SD Negeri Kejambon 2 SD Negeri Karanganyar SD Negeri Pencar 2 SD Negeri Pokoh 2 SD Negeri Sempu SD Negeri Ngemplak 2 SD Negeri Ngemplak 3 SD Negeri Malangrejo SD Negeri Krapyak 2 SD Negeri Krawitan SD Negeri Randusari SD Negeri Krapyak 1 SD Negeri Pokoh 1 SD Negeri Ngemplak 1 SD Negeri Umbulwidodo SD Negeri Ngemplak 4 TOTAL
Jumlah Siswa 17 17 18 34 12 29 34 32 18 36 32 21 34 16 29 39 31 36 34 23 21 563
Tabel 3.1 adalah tabel yang menerangkan tentang jumlah populasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti melakukan penelitian di seluruh SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan jumlah 21 SD. Jumlah total populasi pada penelitian ini adalah 536 siswa. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah populasi dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012: 81). Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Sangaji & Sophiah (2010) yang menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
populasi. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Peneliti tidak mampu melakukan penelitian pada seluruh populasi, hal ini dikarenakan banyaknya populasi penelitian serta keterbatasan dana, waktu, dan tenaga. Sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan tabel Krejcie dan Morgan dengan taraf kepercayaan 95% dan kesalahan 5%. Adapun penentuan sampel mengacu pada aturan tabel Krejcie dan Morgan, Sumanto (dalam Suharsaputra, 2014) menyatakan aturannya seperti yang tersaji dalam tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3.2 Penentuan Sampel dari Populasi Berdasarkan Krejcie dan Morgan N 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 110 120 130 140 150 160 170
S 10 14 19 24 28 32 36 40 44 48 52 56 59 63 66 70 73 76 80 86 92 97 103 108 113 118
N 220 230 240 250 260 270 280 290 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 550 600 650 700 750 800 850
S 140 144 148 152 155 159 162 165 169 175 181 186 191 196 201 205 210 214 217 226 234 242 248 254 260 265
N 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3500 4000 4500 5000 6000 7000 8000 9000 10000 15000 20000 30000
S 291 297 302 306 310 313 317 320 322 327 331 335 338 341 346 351 354 357 361 364 367 368 370 377 379 380
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
180 123 190 127 200 132 210 136 Keterangan : N = Populasi S = Sampel
900 950 1000 1100
269 274 278 285
40000 50000 75000 1000000
60
381 382 382 384
Populasi penelitian ini berjumlah 563 siswa. Berdasarkan aturan tabel Krejcie dan Morgan di atas, maka peneliti mengambil jumlah populasi 550 siswa dengan sampel penelitian berjumlah 226 siswa. Peneliti mengambil populasi 550 siswa dengan sampel penelitian 226 siswa, karena populasi tersebut yang paling mendekati dengan jumlah populasi siswa SD Negeri seKecamatan Ngemplak. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung sampel adalah sebagai berikut ini.
Gambar 3.1 Rumus Menghitung Sampel Penelitian Keterangan: SP N Jp
: Sampel Penelitian : Jumlah siswa kelas V masing-masing SD :Jumlah populasi siswa kelas V SD se-Kecamatan Ngemplak Jumlah Sampel : Jumlah sampel sesuai dengan tabel krejcie Berikut ini adalah perhitungan cara penentuan sampel peneliti yang disajikan pada tabel 3.3.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 3.3 Perhitungan Penentuan Sampel No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Nama Sekolah Dasar SD Negeri Banjarharjo SD Negeri Jaten SD Negeri Kejambon 1 SD Negeri Koroulon 2 SD Negeri Koroulon 1 SD Negeri Kejambon 2 SD Negeri Karanganyar SD Negeri Pencar 2 SD Negeri Pokoh 2 SD Negeri Sempu SD Negeri Ngemplak 2 SD Negeri Ngemplak 3 SD Negeri Malangrejo SD Negeri Krapyak 2 SD Negeri Krawitan SD Negeri Randusari SD Negeri Krapyak 1 SD Negeri Pokoh 1 SD Negeri Ngemplak 1 SD Negeri Umbulwidodo SD Negeri Ngemplak 4
Jumlah Siswa 17
Sampel Penelitian 6,8
Pembulatan 7
17
7
18
7
34
11,6
12 29
12 5
13,6
14
34
14
32
13
18
7
36
14
32
12,8
13
21
8
34
14
16
6
29
12
39
16
31
12
36
14
34
14
23
9
21
8 TOTAL SAMPEL
226
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
Berdasarkan alasan yang telah disebutkan di atas, maka peneliti memutuskan untuk menentukan sampel dengan menggunakan teknik probability sampling dengan membuat undian berdasarkan nomor absen siswa. Sugiyono (2012: 82) menjelaskan bahwa teknik probability sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan memberikan peluang yang sama untuk setiap unsur dari populasi yang dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi tersebut (Sugiyono, 2012: 82). Ada tiga cara yang bisa digunakan untuk mnentukan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling, yaitu undian, ordinal, dan randomisasi (Mahdi & Mujahidin, 2014: 113). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan cara undian. Peneliti membuat nomor undian terlebih dahulu berdasarkan jumlah populasi, kemudian mengambilnya secara acak. Peneliti memperhatikan aturan seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2012: 91) yaitu nomor yang sudah keluar dari undian, harus dimasukkan kembali ke dalam undian. Apabila nomor yang sudah keluar muncul lagi, maka dianggap tidak sah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara lisan dalam tatap muka secara individual (Sukmadinata, 2011: 216). Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Sanjaya (2009: 96) bahwa wawancara adalah teknik pengumpulan data menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka maupun melalui saluran media tertentu. Sukmadinata juga menjelaskan bahwa sebelum melakukan wawancara seorang pewawancara harus membuat pedoman wawancara terlebih dahulu. Isi dari pedoman wawancara berupa pertanyaan atau pernyataan yang nantinya akan dijawab oleh narasumber. Dari dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara individual dengan menggunakan bahasa lisan dengan mengacu pada pedoman wawancara yang telah dibuat. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis wawancara terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dilakukan, peneliti tidak perlu menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap (Sugiyono, 2011: 140). Sugiyono menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam wawancara tidak terstruktur peneliti hanya membuat pedoman pertanyaan secara garis besar sesuai dengan permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara dilakukan terhadap beberapa guru kelas V SD Negeri Kecamatan Ngemplak dan terhadap lima siswa kelas V SDN Candiroto
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
Temanggung pada saat uji validitas muka. Tujuan peneliti melakukan wawancara, yaitu untuk mengetahui permasalahan secara umum yang dialami oleh responden terhadap mata pelajaran IPA dan untuk mengetahui pengetahuan awal pada responden yang dapat dijadikan sebagai data untuk merumuskan latar belakang. Selain itu peneliti juga menggali informasi tentang tingkat kesukaran soal berdasarkan hasil wawancara terhadap lima siswa SDN Candiroto Temanggung ketika mengadakan uji validitas muka. 2. Tes Tertulis Tes adalah suatu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek, seperti kecakapan peserta didik, minat, dan motivasi (Widoyoko, 2009: 45). Taniredja (2011: 49) menjelaskan bahwa tes merupakan cara yang dapat digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, tes dapat berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan sehingga dapat dihasilkan nilai yang dapat melambangkan prestasi siswa tersebut. Berdasarkan dua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tes tertulis adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan atau prestasi siswa. Cara mengukur kemampuan siswa dapat dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan hal yang ingin diukur. Tujuan peneliti menggunakan alat ukur tes tertulis, yaitu untuk mengetahui prestasi belajar atau pemahaman konsep siswa terhadap mata pelajara IPA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Fisika. Tes tertulis yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda berjumlah 20 soal dan tes uraian berjumlah 5 soal. 3. Studi Dokumenter Studi dokumenter (documentary study) merupakan salah satu teknik pengumpulan data pada penelitian. Studi dokumenter adalah teknik pengumpulan data yang menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik (Sukmadinata, 2011: 221). Pendapat yang serupa juga diungkapkan oleh Mahdi & Mujahidin (2014: 119) yang menjelaskan bahwa studi dokumenter adalah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti melakukan analisis terhadap dokumendokumen yang diperlukan selama penelitian. Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa studi dokumenter adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti mengumpulkan dan menganalisis setiap dokumendokumen yang diperlukan selama penelitian berlangsung. Studi dokumenter yang diperoleh selama penelitian ini berlangsung berupa data-data yang didapatkan dari Kantor UPTD Pendidikan Kecamatan Ngemplak. Data-data tersebut antara lain daftar nama-nama SD seKecamatan Ngemplak, data jumlah siswa, data alamat sekolah, data daftar nama kepala sekolah, dan data daftar akreditasi sekolah. Selain itu dokumen yang didapatkan oleh peneliti adalah dokumen berupa foto pelaksanaan pengambilan data saat di sekolah. Tujuan peneliti menggunakan teknik pengumpulan data jenis studi dokumenter, yaitu supaya peneliti mempunyai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
data fisik yang dapat dijadikan sebagai bukti pelaksanaan penelitian. Untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan daftar cek atau check list untuk mendata setiap data yang diperoleh dari UPT.
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian (Sugiyono, 2010: 148). Sedangkan Trianto (2010) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data hasil penelitian. Peneliti menyimpulkan dari kedua pendapat tersebut bahwa instrumen tes adalah alat ukur yang digunakan dalam suatu penelitian guna memperoleh data-data yang diinginkan. Secara umum instrumen penelitian ada tiga macam, yaitu tes, kuesioner, dan skala (Suharsaputra, 2014: 95). Penelitian ini menggunakan instrumen tes dan non tes. Instrumen tes yang digunakan yaitu tes berupa soal pilihan ganda dan uraian, sedangkan instrumen non tes yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur. 1. Tes Tes adalah alat ukur untuk mengukur kemampuan individu atau responden yang bersangkutan dengan cara mendapatkan jawaban baik secara lisan ataupun tulisan (Suharsaputra, 2014: 95). Sedangkan Djemari (dalam, Widoyoko 2008: 67) menjelaskan tes adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan sesorang secara tidak langsung, dengan melihat respon dari stimulus atau pertanyaan yang diberikan. Berdasarkan kedua
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tes adalah salah satu alat ukur yang berupa stimulus atau pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk mengukur tingkat kemampuannya. Tipe instrumen tes yang digunakan oleh pada penelitian ini berupa tes pilihan ganda (multiple choice) dan uraian bebas. Pada penelitian ini instrumen tes digunakan untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas V semester 2 di SD Negeri seKecamatan Ngemplak. Tes pilihan ganda adalah tes di mana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu (Widoyoko, 2009: 59). Tes pilihan ganda yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai 5 alternatif jawaban dan kemudian responden diminta untuk memilih salah satu dari kelima jawaban tersebut. Selain menggunakan tes pilihan ganda, peneliti juga menggunakan tes uraian bebas. Tes uraian bebas adalah bentuk tes yang memberi kebebasan kepada responden untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tes (Widoyoko, 2009: 79). Widoyoko juga menjelaskan bahwa jawaban yang diberikan oleh responden bersifat terbuka, fleksibel, dan tidak terstruktur. Dalam penyusunan instrumen penelitian ini, peneliti menggunakan materi IPA kelas V semester 2 dengan mengacu pada KI dan KD Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Peneliti membuat 50 soal pilihan ganda dan 9 soal uraian bebas sebelum dilakukan uji validitas. Kisi-kisi soal pilihan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
ganda dapat dilihat pada tabel 3.4, sedangkan kisi-kisi soal uraian dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda sebelum Validasi No
1.
2.
3.
Standar Kompetensi
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubunganny a dengan penggunaan sumber
Kompetensi Dasar
Indikator
Nomor Butir Soal
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
5.1.1 Menyebutkan macammacam gaya melalui percobaan
1, 2, 3
5.1.2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gaya
4, 5, 6
5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya
5.2.1 Mengidentifikasi ciriciri pesawat sederhana 5.2.2 Menyebutkan contoh jenis tuas atau pengungkit jenis pertama 5.2.3 Menyebutkan penerapan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari 6.1.1 Menyebutkansifat-sifat cahaya 6.1.2 Menjelaskan sifat bayangan pada cermin 6.2.1 Mengetahui alatdan bahan yang digunakan untuk membuat karya/model yang menerapkan sifat-sifat cahaya
7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan
7.1.1 Menggolongkan jenisjenis batuan 7.1.2 Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan
7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah
7.2.1 Mengetahui jenis-jenis tanah
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
7.3.1 Mendeskripsikan struktur permukaan bumi
7, 8, 9, 10, 11, 12 13, 14, 15
16, 17, 18
19, 20, 21, 22, 23 24, 25, 26, 27, 28
29, 30, 31
32, 33, 34, 35, 36, 37, 38 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48 49, 50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Uraian sebelum Validasi No 1.
2.
3.
Standar Kompetensi 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi serta fungsinya.
Kompetensi Dasar 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet). 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
6.Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model
6.1 Mendeskripsikan sifatsifat cahaya
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungann ya dengan penggunaan sumber daya alam.
7.1 Mendiskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan
7.2 Mengidentifikasi jenisjenis tanah.
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
Indikator 5.1.1 Menjelaskan hubungan gaya magnet.
Nomor Butir Soal 2
5.2.1 Menjelaskan perbedaan golongan pengungkit 5.2.2 Menjelaskan fungsi bidang miring 6.1.1Mengidentifikasi sifat-sifat cahaya 6.1.2Menjelaskan sifat bayangan pada cermin
1
7.1.1Menggolongkan jenis-jenis batuan 7.1.2 Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan 7.2.1 Mampu menjelaskan salah satu jenis tanah 7.3.1 Mendeskripsikan struktur bumi
8
6
4
5
7
10, 11
3, 9
Uji validitas dilakukan pada tanggal 11 Mei 2015. Pengujian soal diberikan kepada 7 SD dari jumlah populasi 21 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak. Siswa yang mengerjakan soal dalam uji validitas ada 65 siswa. Peneliti melakukan pengujian soal kepada 7 sekolah dengan jumlah responden 65 siswa, karena peneliti merasa bahwa 65 responden sudah mewakili seluruh responden penelitian yang ada di SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak. Setelah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
melalui proses revisi, didapatkan 20 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian yang benar-benar sudah valid. Pada tanggal 25 - 31 Mei 2015 peneliti melakukan pengumpulan data dengan mengujikan soal tersebut ke seluruh sampel terpilih di 21 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.
2. Kisi-kisi Wawancara Kisi-kisi wawancara adalah sebuah daftar pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti untuk mewawancarai narasumber. Narasumber pada wawancara ini, yaitu guru kelas V SD. Peneliti melakukan wawancara di salah satu SD Negeri Kecamatan Ngemplak. Pedoman wawancara dibuat untuk membantu peneliti supaya lebih terarah dalam menggali informasi dari narasumber terhadap prestasi belajar siswa kelas V terhadap mata pelajaran IPA. Pedoman wawancara dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.6. Tabel 3.6 Pedoman Wawancara Guru Pertanyaan Bagaimana prestasi belajar siswa kelas V pada materi IPA Fisika di semester 2? Upaya apa yang dilakukan oleh guru jika prestasi belajar siswa masih tergolong rendah? Langkah apa yang digunakan oleh guru supaya siswa lebih mudah memahami materi IPA Fisika di semester 2?
Peneliti membuat 3 pertanyaan secara garis besar tentang prestasi belajar siswa kelas V terhadap mata pelajaran IPA. Pertanyaan pertama, bertanya tentang tingkat prestasi belajar siswa kelas V terhadap mata pelajaran IPA. Pada pertanyaan kedua peneliti ingin mengetahui langkah yang dilakukan guru untuk mengatasi jika prestasi siswa masih rendah. Pertanyaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
yang terakhir yaitu berkaitan dengan langkah yang dilakukan guru supaya materi IPA dapat dipahami dengan mudah oleh siswa. Jawaban dari guru terhadap pertanyaan yang telah ditanyakan oleh peneliti dapat dilihat pada lampiran 2e.
3. Daftar Cek atau Check List Daftar cek yaitu daftar tempat responden memberikan tanda check (√) pada kolom yang sesuai (Sopiah, 2010: 151). Peneliti menggunakan daftar cek untuk membantu mengorganisir data penelitian yang dibutuhkan atau dicari. Berikut peneliti sajikan daftar cek yang digunakan dalam menguji dokumentasi penelitian pada tabel 3.7. Tabel 3.7 Daftar Cek Dokumentasi No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Data Sekolah
SD Negeri Banjarharjo SD Negeri Jaten SD Negeri Kejambon 1 SD Negeri Koroulon 2 SD Negeri Koroulon 1 SD Negeri Kejambon 2 SD Negeri Karanganyar SD Negeri Pencar 2 SD Negeri Pokoh 2 SD Negeri Sempu SD Negeri Ngemplak 2
Alamat
Kragilan, Bimomartani, Negmplak Balong, Bimomartani, Ngemplak Sorobayan, Sidomartani, Ngemplak Rogobangsan, Bimomartani Koroulon, Bimomartani, Ngemplak Joholanang, Sindumartani, Ngemplak Jangkang, Widodomartani, Ngemplak Pencar, Sindumartani, Ngemplak Kregan, Wedomartani, Ngemplak Sempu, Wedomartani, Ngemplak Ngemplak, Umbulmartani, Ngemplak
Jumlah Sampel Penelitian 7 7 7 12 5 14 14 13 7 14 13
Keterangan Sesuai Tidak Sesuai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No
Data Sekolah
Alamat
12.
SD Negeri Ngemplak 3 SD Negeri Malangrejo SD Negeri Krapyak 2 SD Negeri Krawitan SD Negeri Randusari SD Negeri Krapyak 1
Kwadungan, Wedomartani, Ngemplak Jetis, Wedomartani, Ngemplak Tegalrejo, Wedomartani, Ngemplak Umbulmartani, Umbulmartani, Ngemplak Cokrogaten, Bimomartani, Ngemplak Krapyak, Wedomartani, Ngemplak Pokok, Wedomartani, Ngemplak Jangking, Wedomartani, Ngemplak Grogolan, Umbulmartani, Ngemplak Jetis, Wedomartani, Ngemplak
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
SD Negeri Pokoh 1 SD Negeri Ngemplak 1 SD Negeri Umbulwidodo SD Negeri Ngemplak 4
Jumlah Sampel Penelitian 8
72
Keterangan Sesuai Tidak Sesuai
14 6 12 16 12 14 14 9 8
Tabel 3.7 adalah daftar cek dokumentasi yang berisi tentang data sekolah, alamat, dan jumlah sampel penelitian. Daftar cek di atas digunakan ketika peneliti mengumpulkan data dokumentasi dari UPT dan ketika peneliti mendistribusikan instrumen penelitian. Penelitian memeberikan tanda cek (√) pada kolom sesuai atau tidak sesuai.
F. Teknik Pengujian Instrumen 1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Sangadji, 2010: 160). Sependapat dengan Sangadji, Sukmadinata (2008: 228) juga berpendapat bahwa
validitas
menunjukkan
suatu
pengukuran
yang
mampu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
menggambarkan segi atau aspek yang diukur.Uji validitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan instrumen penelitian dalam melakukan pengukuran (Azwar, 2012: 173). Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebaliknya apabila instrumen yang digunakan tidak dapat memberikan hasil yang relevan atau tidak sesuai dengan tujuannya, maka instrumen tersebut tidak valid.Ada tiga tipe validitas, yaitu validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity), dan validitas kriteria (criterion validity) (Suwarno, 2006: 100). a. Validitas Isi Validitas isi adalah validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat para ahli (expert judgement) (Handrianto, 2013: 42). Sedangkan Sukardi (2008: 33) menjelaskan bahwa validitas isi berkaitan dengan ketepatan instrumen dalam mengukur isi yang akan diukur. Peneliti menyimpulkan bahwa validitas isi adalah uji kelayakan sebuah instrumen penelitian yang menyoroti tentang ketepatan instrumen dan isi yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Uji validitas isi dilakukan oleh validator yang ahli dalam bidangnya atau berkompeten. Para ahli yang dipilih untuk melakukan uji validitas isi adalah dua dosen pendidikan Fiska, yaitu „PS dan SI‟ serta dua guru kelas V SD, yaitu „AT dan ATI‟.Validitas isi khususnya kualitas isi soal tentang miskonsepsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
dilakukan oleh PS, karena beliau sangat berkompeten dalam bidang tersebut selain itu beliaulah yang menyusun buku mengenai miskonsepsi IPA Fisika. Sedangkan
SI
meneliti
tentang
kualitas
isi
soal
yang
mencakup
tentangkesinambungan antara soal dengan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator. Para ahli yang berasal dari guru kelas V SD bertugas untukmelakukan validasi isi tentang tingkat kesukaran soal untuk anak kelas V dan penggunaan bahasa. Para validator memberikan penilaian pada lembar penilaian yang sudah disediakan oleh peneliti. Lembar penilaian yang digunakan menggunakan pedoman skala Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur skala sikap, pendapat, dan persepsi orang (Sugiyono, 2012: 93). Sugiyono juga menjelaskan bahwa variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Indikator tersebut akan dijadikan acuan untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban untuk setiap item instrumen mempunyai perbedaan dari sangat positif sampai sangat negatif. Skala skor yang digunakan untuk menilai instrumen, yaitu skor 1: Tidak Sesuai, skor 2: Kurang Sesuai, skor 3: Ragu-ragu, skor 4: Sesuai, dan skor 5: Sangat Sesuai. Ketika menggunakan skala Likert terkadang ada kecenderungan validator untuk memiliki skor 3 yaitu ragu-ragu. Untuk menghindari hal tersebut, maka peneliti menghapuskan kategori skor 3 yaitu ragu-ragu. Penghapusan kategori skor 3, supaya hasil penilaian yang didapatkan jelas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : skor 1 : Tidak Sesuai, skor 2 : Kurang Sesuai, skor 3 : Sesuai, skor 4 : Sangat Sesuai. Pemberian nilai setiap variabel pada penggunaan skala Likert dengan menggunakan tanda bilangan atas variabel konsep yang diteliti. Proses pembuatan lembar penelitian didasarkan pada indikator dan hasil akhir yang didapatkan dengan cara mengakumulasikan, kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan. Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh validator, ada beberapa instrumen yang harus direvisi. Pada tabel 3.8 akan dipaparkan tentang ketentuan pelaksanaan revisi. Tabel 3.8 Ketentuan Pelaksanaan Revisi Instrumen Penilaian Kuantitatif >3
Penilaian Kualitataif Positif
>3
Negatif
<3 <3
Positif Negatif
Keputusan Tidak Revisi Revisi pada bagian tertentu Revisi Revisi
Rentang nilai yang digunakan pada penilaian kuantitatif antara >3 dan <3, kategori penilaian kualitatif yang digunakan adalah positif dan negatif. Keputusan tidak revisi apabila penilaian kuantitatif >3 dan penilaian kualitatifnya adalah positif. Sebuah instrumen diputuskan untuk direvisi pada bagian tertentu jika penilaian kuantitatif >3 dan penilaian kualitatifnya negatif. Jika penilaian kuantitatif yang didapatkan <3 dan penilaian kualitatifnya positif atau negatif , maka instrumen tersebut harus direvisi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Kisi-kisi dan instrumen sebelum expert judgment dapat dilihat pada lampiran 2a dan 2b. Berikut peneliti sajikan hasil rangkuman perhitungan validitas isi/skor instrumen soal pilihan ganda expert judgments oleh para ahli pada tabel 3.9. Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Validitas Isi Instrumen Soal Pilihan Ganda oleh Expert Judgments Aitem 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
1 3 3 2 3 2 1 1 3 4 3 3 3 4 4 4 3 1 2 1 2 1 1 3 3 3 4 4 1 4 1 3 4 3 4 4 4 4 3
Nilai Validator 2 3 4 3 4 2 4 2 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
4 2 2 4 3 3 4 3 2 2 4 1 4 4 3 4 3 2 3 4 1 1 4 3 4 4 3 4 2 2 3 2 4 3 4 3 3 3
Ratarata 3 2.75 3 3.5 3.25 2.5 3 3.25 3.5 3.75 3 3.75 4 3.75 4 3.5 2.75 2.5 3 3.5 0.5 0.5 3.75 3.5 3.75 4 3.75 3.25 3.25 2.75 3.5 3.5 3.75 3.75 3.75 3.75 3.75 3.75
Tindak Lanjut Revisi pada bagian tertentu Revisi Revisi pada bagian tertentu Revisi pada bagian tertentu Revisi pada bagian tertentu Revisi Revisi pada bagian tertentu Tidak revisi Revisi pada bagian tertentu Revisi pada bagian tertentu Revisi pada bagian tertentu Tidak revisi Tidak revisi Tidak revisi Tidak revisi Revisi pada bagian tertentu Revisi Revisi Revisi pada bagian tertentu Revisi pada bagian tertentu Revisi Revisi Tidak revisi Tidak revisi Tidak revisi Tidak revisi Tidak revisi Revisi pada bagian tertentu Revisi pada bagian tertentu Revisi Tidak revisi Tidak revisi Tidak revisi Tidak revisi Tidak revisi Tidak revisi Tidak revisi Tidak revisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Aitem 1 1 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Nilai Validator 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4
Ratarata 3.25 4 4 3.75 3.5 3.75 4 3.75 3.5 3.75 3.75 3
77
Tindak Lanjut Revisi pada bagian tertentu Tidak revisi Tidak revisi Tidak revisi Revisi pada bagian tertentu Tidak revisi Tidak revisi Tidak revisi Revisi pada bagian tertentu Revisi pada bagian tertentu Revisi pada bagian tertentu Revisi pada bagian tertentu
Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Validitas Isi Instrumen Soal Uraian oleh Expert Judgments Nomor Butir Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nilai Validator 1
2
3
4
4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 2 4 4 3 4 4 3 3 4 4
1 2 4 3 2 2 3 4 4 -
Rata-rata
3 2.75 3.75 3.5 3.25 3.25 3.5 3.75 3.75 3 3
Tindak Lanjut
Revisi pada bagian tertentu Revisi Revisi pada bagian tertentu Tidak revisi Tidak revisi Tidak revisi Revisi pada bagian tertentu Tidak revisi Tidak revisi Revisi pada bagian tertentu Revisi pada bagian tertentu
Tabel rekapitulasi hasil validitas instrumen soal pilihan ganda dan uraian termuat nomor butir soal, nilai dai keempat validator, rata-rata nilai, dan tindak lanjut. Jumlah nomor butir soal pilihan ganda ada 50 butir dan soal uraian berjumlah 11 butir. Rentang skor yang digunakan dalam uji validitas isi ini antara 1 – 4. Tindak lanjut yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan pada nilai rata-rata dan komentar yang diberikan oleh para validator. Tidak direvisi jika rata-rata nilai ≥ 3,5 dan tidak terdapat komentar. Direvisi pada bagian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
tertentu, jika nilai rata-rata ≤ 3,5 dan terdapat beberapa komenatar yang penting, sedangkan direvisi jika nilai rata-rata < 3. Rangkuman hasil uji validitas isi yang dilakukan oleh expert judgments secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5a untuk soal pilihan ganda dan 5b untuk soal uraian. 2. Validitas Muka Validitas muka (Face Validity) adalah validitas yang menunjukkan apakah instrumen penelitian dari segi rupanya tampak mengukur apa yang ingin diukur, validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen (Suharsaputra, 2014: 99). Validitas muka dilakukan oleh siswa kelas V di SDN Candiroto Temanggung. Peneliti memilih siswa kelas V, karena sesuai dengan subjek penelitian ini yaitu siswa SD kelas V. Siswa diminta untuk mengerjakan instrumen yang sudah dibuat dan dilakukan wawancara terhadap
siswa tersebut
mengenai
kesukaran instrumen.
Berdasarkan hasil validitas muka terdapat beberapa soal yang masih sulit dipahami mulai dari pemahaman soal dan pilihan jawabannya. Soal tersebut antara lain soal nomor 18, 20, 24, 34, dan 35 untuk pilihan ganda serta soal nomor 9 untuk uraian bebas. Berikut ini pada tabel 3.11 akan disajikan pertanyaan wawancara dan pada tabel 3.12 akan disajikan rekapitulasi hasil jawaban siswa. Tabel 3.11 Pedoman Wawancara Validitas Muka No. 1. 2. 3.
Pertanyaan Soal pilihan ganda nomor berapa yang anda anggap sulit? Soal uraian nomor berapa yang anda anggap sulit? Mengapa soal tersebut anda anggap sulit?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Tabel 3.11 adalah tabel pedoman wawancara yang digunakan untuk mewawancarai siswa ketika validitas muka. Pertanyaan yang dibuat peneliti berjumlah 3 butir. Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan secara garis besar. Tabel 3.12 Hasil Wawancara Siswa No
Nama Siswa
No Soal PG
No Soal Uraian
1
AX
18
9
2
BD
20
9
3
ZX
24
9
4
BG
34
5
YN
35
Hasil Wawancara soal pilihan ganda bahasa sulit untuk dipahami soal uraian sulit, karena soal sulit dipahami dan menggambarnya sulit soal pilihan ganda, karena soal membingungkan soal uraian, karena sulit dan membingunkan dalam menjelakan soal pilihan ganda, karena membingungkan soal uraian, karena bahasa sulit dipahami soal pilihan ganda, karena kata-kata pada pilihan b dan d susah dipahami soal pilihan ganda, karena tidak paham arti fisis
Tabel 3.12 adalah tabel yang berisi rekapitulasi hasil jawaban siswa terhadap beberapa soal wawancara. Peneliti mewawancarai lima siswa dengan menyamarkan nama siswa yang diwawancarai. Beberapa siswa mengalami kesulitan, karena soal dan beberapa pilihan jawaban sulit dipahami. 3. Validitas Konstruk Validitas konstruk (Construct Validity) adalah kerangka dari suatu konsep dan yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya (Suharsaputra, 2014: 99). Uji validitas konstruk pada penelitian ini dilakukan dengan uji coba lapangan yang dilakukan pada 65 siswa SD kelas V yang tersebar di 7 SD Negeri se-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Kecamatan Ngemplak. Uji coba lapangan ini dilakukan dengan responden yang memiliki karakteristik sama yaitu masih dalam satu wilayah Kecamatan Ngemplak dan sudah pernah mendapatkan materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini. Pencarian kriteria butir soal yang dinyatakan valid atau tidak valid dilakukan dengan menggunakan bantuan program Statistical Packages for Social Science (SPSS) 20.00 for windows melalui Bivariate Correlations Pearson Product Moment. Aitem valid dan tidak valid dianalisis dengan membandingkan
>
(Sugiyono, 2011: 631). Sugiyono
menjelaskan bahwa
dengan jumlah responden 60 siswa pada taraf
kepercayaan 90% dan taraf signifikansi 5%, bernilai 0,254. Jika maka aitem tersebut dinyatakan valid, sebaliknya apabila
> <
pada
taraf kepercayaan 90% dan taraf signifikansi 5%, maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Apabila dilihat dari perhitungan SPSS Statistics 20.00 for windows, butir valid dapat diketahui dengan nilai sig (2.tailed) < 0,05 dan ada tanda bintang dalam hasil Pearson Correlation. Aitem yang dinyatakan valid dan memiliki tanda (*), artinya memiliki taraf kepercayaan sebesar 95%, sedangkan aitem yang memiliki tanda (**) artinya memiliki taraf kepercayaan 99%. Hasil dari uji validitas instrumen pilihan ganda dapat dilihat pada lampiran 5a. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil validitas konstruk yang dapat dilihat pada tabel 3.13.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Tabel 3.13 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Konstruk Instrumen Soal Pilihan Ganda No. Butir Soal
r tabel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254
r hitung Pearson Correlation .156 .208 .324** .415** .290* .320** .332** .494** .324** .126 .127 .365** 340** .218 .114 .326** .242 .069 .110 .254* .163 .365** .220 .268* .267* .485** .246* .457** .059 .120 .137 .245* .059 .444** .345** .205 .571** -.014
Sig. (2tailed)
Keputusan
.214 .096 .008 .001 .019 .009 .007 .000 .008 .316 .313 .003 .006 .081 .366 .008 .052 .583 .382 .041 .194 .003 .078 .031 .031 .000 .048 .000 .642 .341 .278 .049 .642 .000 .005 .101 .000 .912
Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid
Berdasarkan dari hasil perhitungan dengan menggunakan output SPSS 20.00 for Windows untuk uji validitas 38 soal pilihan ganda terhadap 60
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
responden diperoleh 21 butir soal dinyatakan valid. Aitem yang dinyatakan valid dan memiliki tanda (*), yaitu aitem 5, 20, 24, 25, 27, dan 32. Aitem yang dinyatakan valid dan memiliki tanda (**), yaitu aitem 3, 4, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 16, 22, 26, 28, 34, 35, dan 37. Aitem yang dinyatakan valid berjumlah 21 aitem, namun dalam penelitian ini peneliti akan memilih 20 aitem yang dijadikan sebagai instrumen penelitian. Instrumen penelitian soal pilihan ganda dapat dilihat pada lampiran 6a. Hasil perhitungan validitas konstruk pada instrumen soal uraian dapat dilihat secara lebih lengkap pada lapiran 5c. Hasil validitas konstruk pada instrumen soal uraian secara lebih ringkas dapat dilihat pada tabel 3.14. Tabel 3.14 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Konstruk Instrumen Soal Uraian No. Butir Soal
r tabel
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,245 0,245 0,245 0,245 0,245 0,245 0,245 0,245 0,245
r hitung Pearson Correlation .682** .722** .678** .631** .607** .623** .715** .598** .642**
Sig. (2-tailed)
Keputusan
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan output SPSS 20.00 for Windows untuk uji validitas 9 soal uraian terhadap 60 responden seluruh butir soal dinyatakan valid dan memiliki tanda (**). Peneliti akan memilih 5 butir soal sebagai instrumen penelitian. Instrumen penelitian soal uraian dapat dilihat pada lampiran 6b.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
2. Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen sudah baik (Sangadji, 2010: 163). Suharsaputra (2014: 104) menambahkan bahwa instrumen pengukuran dikatakan reliable apabila instrumen tersebut dapat dipergunakan secara berulang dan memberikan hasil ukur yang sama. Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen layak untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian. Perhitungan uji
reliabilitas pada penelitian ini menggunakan
Cronbach-Alpha pada reliability analysis dengan menggunakan bantuan program SPSS Statistics versi 20.00 for Windows. Uji reliabilitas dilakukan dengan cara menganalisis butir item yang sudah dinyatakan valid, kemudian akan dihitung atau diproses dengan menggunakan program SPSS Statistics versi 20.00 for Windows. Output hasil pengujian reliabilitas instrumen soal pilihan ganda dan uraian menggunakan SPSS Statistics versi 20.00 for Windows dapat dilihat pada lampiran 5b dan 5d. Berikut ini peneliti sajikan rangkuman hasil uji reliabilitas instrumen soal pilihan ganda dan uraian dengan menggunakan SPSS Statistics versi 20.00 for Windows. Hasil perhitungan reliabilitas dibandingkan dengan r tabel dengan taraf signifikansi 0,05. Jika r tabel > r hitung maka tidak reliabel, sedangkan r tabel < r hitung maka dinyatan reliabel. Kriteria untuk menentukan tinggi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
rendahnya suatu koefisien reliabilitas suatu tes menurut Sugiyono (2011) dapat dilihat pada tabel 3.15. Tabel 3.15 Koefisien Reliabilitas Interval Koefisien Reliabilitas 0,91 – 1,00 0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 Negatif – 0,20
Kualitatif Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
Tabel 3.15 adalah tabel yang berisi interval koefisien reliabilitas dan keterangan kualitatifnya. Interval koefisien reliabilitas antara negatif – 0,02 memiliki tingkat reliabilitas sangat rendah, 0,21 – 0,40 tingkat reliabilitasnya rendah, 0,41 – 0,70 tingkat reliabilitasnya cukup, 0,71 – 0,90 tingkat reliabilitasnya tinggi, dan 0,91 – 1,00 tingkat reliabiltasnya sangat tinggi. Hasil uji reliabilitas instrumen soal pilihan ganda dapat dilihat pada tabel 3.16, sedangkan hasil uji reliabilitas instrumen soal uraian dapat dilihat pada tabel 3.17. Tabel 3.16 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Pilihan Ganda Coronbach Alpha Jumlah Item Kategori Keterangan .628
21
Cukup
Reliabel
Tabel 3.16 menunjukkan bahwa koefisiesn reliabilitas pada instrumen dengan jumlah aitem 21 soal, yaitu .628 dikategorikan cukup dan dinyatakan reliabel. Tabel 3.17 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Uraian Coronbach Alpha .833
Jumlah Item 9
Kategori Tinggi
Keterangan Reliabel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
Tabel 3.17 menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas pada instrumen soal uraian dengan jumlah aitem 9 soal, yaitu .833 dikategorikan tinggi dan dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil kualifikasi reliabilitas, maka instrumen soal pilihan ganda dan uraian dinyatakan layak digunakan sebagai alat ukur penelitian.
G. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian kuantitatif adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2012: 147). Sugiyono juga menjelaskan kegiatan analisis data meliputi: mengelompokkan data, mentabulasi, menyajikan data, dan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah teknik analisis yang memberikan informasi mengenai data yang diamati dan tidak bertujuan untuk menguji hipotesis serta menarik kesimpulan yang digeneralisasikan terhadap populasi (Purwanto & Sulistyastuti, 2007). Data penelitian yang telah dikumpulkan oleh peneliti berupa respon siswa terhadap miskonsepsi IPA fisika. Peneliti menggunakan bantuan program SPSS versi 20.00 for Windows dalam melakukan analisis deskriptif. Pada bagian berikut ini peneliti akan menjelaskan alur teknik analisis data yang dipakai peneliti untuk mengolah data penelitian. Adapun langkahlangkah analisis data instrumen soal pilihan ganda adalah sebagai berikut ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
1. Data penelitian yang harus diolah untuk mengetahui adanya miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak adalah hasil pekerjaan siswa yang berupa jawaban atas soal-soal pilihan ganda dan uraian. 2. Setelah seluruh data diperoleh, maka peneliti harus mengkoreksi hasil pekerjaan siswa sesuai dengan kunci jawaban yang telah dibuat. 3. Data penelitian yang telah selesai dikoreksi, kemudian dikelompokkan sesuai dengan Kompetensi Dasarnya dan per aitem soal berdasarkan jawaban benar-salah dan yakin benar-tidak yakin benar atau kepercayaan siswa ketika menjawab soal tersebut. Untuk mempermudah peneliti mengelompokkan jawaban siswa, peneliti menggunakan coding dan tabulasi. Coding digunakan untuk mengkode nama-nama SD dan tingkat pendidikan
orang
tua,
sedangkan
tabulasi
digunakan
untuk
mengelompokkan jawaban siswa. Format pengelompokan data penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 (Rekapitulasi Miskonsepsi IPA Fisika Instrumen Soal Pilihan Ganda). 4. Setelah data dikelompokkan berdasarkan jawaban benar-salah dan yakin benar-tidak yakin benar, selanjutnya data tersebut dihitung jumlah jawaban untuk keempat pilihan jawaban (a, b, c, dan d) berdasarkan jawaban salah dan yakin benar. 5. Langkah selanjutnya adalah mengitung persentase dari jawaban yang telah dikelompokkan sebelumnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
6. Langkah berikutnya adalah mempresentasikan hasil dari persentase setiap jawaban siswa ke dalam bentuk diagram. Peneliti menyajikan data miskonsepsi siswa melalui 2 cara. Cara pertama yaitu secara umum, artinya data miskonsepsi IPA Fisika pada soal pilihan ganda disajikan berdasarkan seluruh aitem menggunakan diagram batang. Cara kedua yaitu secara khusus, artinya data miskonsepsi IPA Fisika disajikan khusus per aitem berdasarkan kelompok KD-nya dengan menggunakan diagram pie. 7. Langkah yang terakhir adalah mendeskripsikan membuat deskripsi tentang miskonsepsi IPA Fisika yang dialami oleh siswa dengan melihat persentase miskonsepsi yang paling tinggi pada setiap aitem soal. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika jawaban yang diberikan adalah salah dan yakin benar. Setelah menganalisis data miskonsepsi IPA Fisika pada instrumen soal pilihan ganda, maka peneliti juga akan menganalisis data miskonsepsi pada instrumen soal uraian. Langkah-langkah yang digunakan untuk menganalisis instumen soal uraian, yaitu: 1. Langkah pertama, yaitu mengkoreksi hasil pekerjaan siswa pada soal uraian berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat. 2. Langkah kedua, yaitu mengkelompokkan jawaban seluruh siswa ke dalam beberapa alternatif jawaban.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
3. Langkah ketiga adalah menghitung jumlah siswa seluruh Kecamatan Ngemplak
berdasarkan
beberapa
alternatif
jawaban
yang
telah
dikelompokkan, kemudian menghitung persentase miskonsepsi. 4. Langkah keempat adalah menyajikan hasil persentase ke dalam bentuk tabel lengkap dengan beberapa alternatif jawaban siswa dan jumlah persentasenya. 5. Langkah kelima, yaitu membuat deskripsi miskonsepsi yang dialami oleh siswa dengan melihat persentase yang paling tinggi dalam satu konsep atau aitem soal tersebut. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika uraian jawaban yang diberikan oleh siswa tidak sesuai dengan pedoman penskoran yang sudah dibuat oleh peneliti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif. Peneliti memperoleh data kuantitatif dari hasil pengumpulan data penelitian dengan menggunakan instrumen tes dan non tes. Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pelayanan Pendidikan Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman terdapat 23 SD yang terdiri dari 21 SD berstatus Negeri dan 2 SD berstatus Swasta. Penelitian ini dilakukan pada seluruh SD Negeri diseluruh Kecamatan Ngemplak dengan subjek penelitian siswa kelas V semester 2. Alasan peneliti memilih SD Negeri karena di SD yang bersangkutkan terdapat masalah berupa rendahnya prestasi belajar siswa terhadap konsep IPA yang salah satunya dipengaruhi oleh adanya miskonsepsi. Selain itu, pertimbangan peneliti memilih SD Negeri berkenaan dengan ketersediaan sekolah tersebut untuk menjadi tempat penelitian. Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian ini adalah meminta surat pengatar untuk melaksanakan penelitian di SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak dari kampus Universitas Sanata Dharma. Setelah itu, peneliti juga mengurus surat perizinan untuk melaksanakan penelitian di daerah Sleman khususnya Kecamatan Ngemplak di Kantor
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
Kesatuan Bangsa dan BAPPEDA. Surat pengantar yang sudah didapatkan dari kedua kantor tersebut, kemudian diberikan ke Kantor Kecamatan Ngemplak dan Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pelayanan Pendidikan Kecamatan Ngemplak. Langkah terakhir dalam mengurus perizinan untuk penelitian adalah meminta izin kepada seluruh kepala sekolah SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak secara lisan. Ketika meminta izin kepada kepala sekolah, peneliti juga bertemu dengan guru kelas V untuk melakukan koordinasi berkaitan dengan waktu pelaksanaan penelitian. Pada pelaksanaan penelitian ini, peneliti menyesuaikan waktu penelitian dengan jadwal mata pelajaran IPA yang ada di sekolah tersebut. Ketika melaksanakan penelitian ini, peneliti tidak bisa menunggui jalannya penelitian di seluruh SD. Hal tersebut dikarenakan banyaknya jumlah SD dengan jarak yang cukup jauh. Oleh karena itu peneliti berkoordinasi dengan guru kelas V untuk membatu menunggui jalannya proses penelitian. Selama pengumpulan data berlangsung peneliti bisa menunggui 3 SD, yaitu SDN Krapyak 2, SDN Pokoh 1, dan SDN Randusari. Rincian jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian No. 1.
Hari/Tanggal Senin, 25 Mei 2015
2.
Selasa, 26 Mei 2015
3.
Rabu, 27 Mei 2015
Waktu 07.00-08.30
Lokasi Penelitian SDN Krapyak 1
09.30-10.00 11.00-12.30 07.00-08.00 08.30-09.00 09.30-10.00 10.30-11.00 07.00-07.30
SDN Krapyak 2 SDN Pokoh 1 SDN Ngemplak 1 SDN Ngemplak 2 SDN Ngemplak 3 SDN Ngemplak 4 SDN Umbulwidodo
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
Hari/Tanggal
4.
Kamis, 28 Mei 2015
5.
Jumat, 29 Mei 2015
6.
Sabtu, 30 Mei 2015
Waktu 08.15-09.15 10.00-10.30 11.00-11.30 08.00-08.30 09.00-09.30 10.00-10.30 11.00-11.30 12.00-12.30 08.00-08.30 09.00-10.30 08.00-08.30 09.00-09.30 10.00-10.30
91
Lokasi Penelitian SDN Banjarharjo SDN Jaten SDN Koroulon 1 SDN Koroulon 2 SDN Kejambon 1 SDN Kejambon 2 SDN Karanganyar SDN Sempu SDN Pencar 2 SDN Randusari SDN Krawitan SDN Malangrejo SDN Pokoh 2
Tabel 4.1 adalah tabel yang memuat jadwal penelitian, di dalamnya terdapat hari/tanggal penelitian, waktu penelitian, dan nama SD tempat penelitian. Pelaksanaan pengerjaan soal dilakukan satu kali, apabila ada salah satu siswa yang menjadi sampel penelitian tidak hadir ketika jadwal tes sedang berlangsung, maka guru kelas mempunyai wewenang untuk mengganti dengan siswa lain yang dipilih secara acak dengan catatan siswa pengganti belum pernah menjadi sampel uji validitas ketika peneliti melakukan uji validitas konstruk. Setiap SD mendapatkan satu paket instrumen soal pilihan ganda dan uraian, sesuai dengan jumlah sampel penelitian di SD tersebut. Alokasi waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal pilihan ganda dan uraian adalah 90 menit. Cara pengerjaan soal pilihan ganda pada penelitian ini adalah siswa diminta untuk memilih salah satu jawaban yang paling tepat dari empat pilihan jawaban yang ada dengan cara memberi tanda silang (x). Selain itu siswa juga diminta untuk melingkari poin yakin benar dan tidak yakin benar sesuai dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
keyakinannya ketika menjawab soal pilihan ganda. Cara mengerjakan soal uraian, siswa cukup menguraikan jawabannya sesuai dengan soal. Selama proses penelitian berlangsung, peneliti tidak memberikan perlakuan atau treatment kepada siswa. Data penelitian yang didapatkan berupa hasil jawaban siswa atas instrumen soal pilihan ganda dan uraian. Setelah data penelitian didapatkan, maka data tersebut dianalisis sesuai dengan langkahlangkah analisis data untuk melihat adanya miskonsepsi pada Kompetensi Dasar ataupun aitem soal yang terdapat pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian. 2. Deskripsi Responden Penelitian Jumlah populasi seluruh siswa kelas V SD Negeri Kecamatan Ngemplak pada tahun pelajaran 2014/2015 semester 2 adalah 563 siswa. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 226 siswa.
Sampel penelitian
dihitung menggunakan tabel Krejcie dan Morgan. Peneliti mengambil jumlah populasi pada tabel Krecjie sebesar 550, karena jumlah populasi penelitian (563 siswa) tidak terdapat di dalam tabel, oleh karena itu peneliti mengambil jumlah populasi yang mendekati dengan jumlah populasi penelitian. Pemilihan sampel penelitian untuk setiap sekolah dilakukan dengan random sampling. Setelah dihitung menggunakan rumus, maka didapatkan jumlah sampel penelitian untuk setiap SD. Rincian dari jumlah sampel penelitian di SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak adalah sebagai berikut ini: SDN Krapyak 1 (12 siswa), SDN Krapyak 2 (6 siswa), SDN Pokoh 1 (14
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
siswa), SDN Pokoh 2 (7 siswa), SDN Ngemplak 1 (14 siswa), SDN Ngemplak 2 (12 siswa), SDN Ngemplak 3 (8 siswa), SDN Ngemplak 4 (8 siswa), SDN Umbulwidodo (9 siswa), SDN Banjarharjo (6 siswa), SDN Jaten (6 siswa), SDN Koroulon 1 (4 siswa), SDN Koroulon 2 (12 siswa), SDN Kejambon 1 (7 siswa), SDN Kejambon 2 (14 siswa), SDN Karanganyar (14 siswa), SDN Sempu (14 siswa), SDN Pencar 2 (12 siswa), SDN Krawitan (12 siswa), SDN Malangrejo (14 siswa), dan SDN Randusari (16 siswa). 3. Deskripsi Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD se-Kecamatan Ngemplak Deskripsi data pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V se-Kecamatan Ngemplak. Analisis deskripsi miskonsepsi dilakukan pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian. Miskonsepsi yang terjadi pada instrumen soal pilihan ganda dapat dilihat dari jawaban siswa yang salah, namun siswa memiliki keyakinan bahwa jawaban itu yakin benar. Pada tabel 4.2 disajikan tentang Kompetensi Dasar (KD) yang termuat dalam instrumen soal pilihan ganda beserta nomor aitemnya. Tabel 4.2 KD dan Aitem yang Termuat dalam Instrumen Soal Pilihan Ganda No. 1.
2. 3. 4.
Kompetensi Dasar (KD) KD 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet). KD 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya KD 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan
Aitem 1, 2, 3, 6, dan 18 4, 5, 7, 8, 9, dan 20 10, 11, 12, 13, 14, 15,16, dan 19 17
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
Tabel 4.2 adalah tabel yang memuat KD dan aitem soal yang terdapat dalam instrumen soal pilihan ganda. Pada instrumen soal pilihan ganda terdapat 4 KD dengan 20 butir soal yang tersebar pada ke-4 KD tersebut. a. Deskripsi Soal Pilihan Ganda Deskripsi soal pilihan ganda dianalisis menggunakan dua cara, yaitu secara umum dan khusus. Analisis miskonsepsi pada soal pilihan ganda disajinakn secara umum, artinya persentase miskonsepsi dipaparkan secara kesuluruhan berdasarkan pada seluruh KD, sedangkan secara khusus berarti persentase miskonsepsi dipaparkan per KD dan per aitem soal. Pada bagian pertama penulis menyajikan miskonsepsi instrumen pilihan ganda secara umum. Persentase miskonsepsi secara umum dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD Negeri Semester 2 se-Kecamatan Ngemplak untuk Seluruh KD. Gambar 4.1 adalah sebuah diagram yang menunjukkan tingkat miskonsepsi yang dialami siswa kelas V terhadap instrumen soal pilihan ganda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
yang dilihat secara keseluruhan dari keempat Kompetensi Dasar (KD). Berdasarkan gambar 4.1 di atas dari ke-20 aitem soal, persentase miskonsepsi yang paling tinggi terdapat pada aitem soal 17 yang membahas tentang konsep macam-macam batuan dengan persentase 65%. Sedangkan persentase miskonsepsi yang paling rendah terdapat pada aitem soal 7 dan 9 dimana keduanya memiliki jumlah persentase yang sama yaitu dibawah 10%. Kedua aitem tersebut membahas tentang konsep pesawat sederhana. Konsep gaya gesek yang terdapat pada aitem soal 2 memiliki persentase di atas 50%. Miskonsepsi pada konsep gaya gravitasi, bidang miring, penerapan gaya gesek dalam kehidupan sehari-hari, sifat-sifat cahaya, dan cermin memiliki persentase di bawah 50%. Kelima konsep tersebut terdapat pada aitem soal 1, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, dan 20. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak siswa SD Negeri kelas V semester 2 seKecamatan Ngemplak yang mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada KD yang telah diujikan. Setelah menganalisa persentase miskonsepsi secara umum, pada bagian kedua ini penulis menganalisa persentase miskonsepsi secara khusus yang ditinjau dari setiap KD dan aitem soal yang berada di dalam KD tersebut. Berikut ini adalah analisa persentase miskonsepsi instrumen soal pilihan ganda secara khusus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
1) KD 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet). Aitem soal yang terdapat pada KD 5.1, yaitu aitem soal 1, 18, 2, 3, dan 6.
Pada KD 5.1 memiliki 2 indikator, yaitu 5.1.1 Menyebutkan
macam-macam gaya dan 5.1.2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gaya. Hasil persentase miskonsepsi pada KD 5.1 disajikan dalam bentuk gambar diagram pie berikut ini. a) Aitem Soal 1
Gambar 4.2 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 1 Aitem soal 1 membahas tentang konsep penerapan gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari. Konsep yang benar tentang contoh penerapan gaya gravitasi ditunjukkan oleh pada pilihan jawaban opsi C, yaitu air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika mendawab pilihan jawaban opsi A, B, ataupun D dan yakin benar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa 46% siswa menjawab pilihan jawaban opsi A, yaitu jarum kompas dapat menunjukkan arah utara dan selatan. Siswa yang menjawab pilihan jawaban opsi B ada 35% siswa, yakni bahwa penerapan gaya gravitasi adalah ketika Adi mengerem sepedanya saat melewati turunan. Sebanyak 19% siswa menjawab pilihan jawaban opsi D bahwa orang yang sedang berenang dapat bergerak maju. a) Aitem Soal 2
Gambar 4.3 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 2 Gambar 4.3 adalah diagram yang menampilkan persentase miskonsepsi IPA Fisika pada konsep gaya gesek yang terdapat pada aitem soal 2. Pada aitem soal 2 membahas tentang cara untuk memperkecil gesekan antara poros sumbu dan roda mobil. Konsep yang benar adalah dengan memasang laker. Pilihan jawaban yang tepat sesuai dengan konsep terdapat pada opsi B. Siswa dikatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
mengalami miskonsepsi jika menjawab pilihan jawaban opsi A, C, ataupun D dan yakin benar. Berdasarkan
gambar
4.3,
44%
siswa
mengalami
miskonsepsi dengan mejawab opsi D yaitu dengan memasang ban. Sebanyak 36% siswa juga
mengalami miskonsepsi dengan
menjawab opsi C yaitu dengan memasang ruji-ruji. Siswa yang menjawab opsi A yaitu dengan memasang sekrup untuk memperkecil gesekan antara poros sumbu dan roda mobil ada 15% siswa. b) Aitem Soal 3
Gambar 4.4 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 3 Pada aitem soal 3 membahas tentang konsep gaya gravitasi, dimana pada aitem ini terdapat 4 pilihan jawaban yang 3 diantaranya adalah pengaruh gaya gravitasi dan 1 pilihan jawaban bukan pengaruh gravitasi. Konsep benar yang bukan pengaruh dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
adanya gaya gravitasi adalah opsi B yaitu benda cepat mengalami pelapukan. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika menjawab pilihan jawaban opsi A, C, ataupun D dan yakin benar. Gambar 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 49% siswa mengalami miskonsepsi dengan menjawab opsi D yaitu permukaan air selalu datar. Selain itu 36% siswa megalami miskonsepsi dengan menjawab opsi C bahwa benda yang jatuh ke bahwah bukan pengaruh gaya gravitasi. Siswa yang mengalami miskonsepsi dengan menjawab opsi A ada 15% yang menyatakan bahwa benda memiliki berat bukan pengaruh gaya gravitasi. c) Aitem Soal 6
Gambar 4.5 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 6 Aitem soal 6 membahas tentang konsep gaya gesek. Konsep yang benar untuk tidak memperbesar gaya gesek adalah dengan cara memperhalus permukaan benda. Pilihan jawaban yang tepat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
sesuai dengan konsep adalah D. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika menjawab pilihan jawaban opsi A, B, ataupun C dan yakin benar. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa 58% siswa mengalami miskonsepsi, karena menjawab pilihan jawaban opsi C yaitu 3 (memberi pul atau paku-paku pada sepatu sepak bola). Sebanyak 25% siswa juga mengalami miskonsepsi, karena menjawab pilihan jawaban opsi A yaitu 1 (melapisi permukaan benda dengan karet), sedangkan 17% siswa menjawab pilihan jawaban opsi B (memperluas bidang permukaan). d) Aitem Soal 18
Gambar 4.6 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 18 Gambar 4.6 adalah digram yang menampilkan tentang persentase miskonsepsi IPA Fisika pada aitem soal 18. Konsep yang dibahas pada aitem soal 18 adalah gaya gesek. Konsep yang benar terhadap pernyataan roda yang digelindingkan lama-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
kelamaan akan berhenti, peristiwa tersebut terjadi karena adanya pengaruh gaya gesek. Pilihan jawaban yang tepat sesuai dengan konsep terdapat pada opsi D. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika menjawab pilihan jawaban opsi A, B, ataupun C dan yakin benar. Berdasarkan gambar 4.6 sebanyak 65% siswa mengalami miskonsepsi dengan menjawab pilihan jawaban opsi C, yaitu bahwa roda yang menggelinding lama-kelamaan akan berhenti karena dipengaruhi
oleh
gaya
gravitasi.
Siswa
yang
mengalami
miskonsepsi dengan menjawab pilihan jawaban opsi A bahwa roda yang
menggelinding
lama-kelamaan
akan
berhenti
karena
dipengaruhi oleh gaya pegas ada 35% siswa, sedangkan tidak ada siswa yang menjawab opsi B yaitu karena pengaruh gaya magnet. 2) Kompetensi Dasar yang kedua adalah 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Aitem soal yang terdapat pada KD 5.2, yaitu aitem soal 4, 5, 7, 8, 9, dan 20. Pada KD 5.2 memiliki 3 indikator, yaitu 5.2.1 Mengidentifikasi ciri-ciri pesawat sederhana, 5.2.2 Menyebutkan contoh jenis tuas atau pengungkit jenis pertama, dan 5.2.3 Menyebutkan penerapan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Hasil persentase miskonsepsi pada KD 5.2 disajikan dalam bentuk gambar diagram pie di bawah ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
a) Aitem Soal 4
Gambar 4.7 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 4 Soal yang terdapat pada aitem 4 menggunakan konsep pesawat sederhana khususnya jenis-jenis pengungkit. Pada aitem ini siswa diminta untuk menunjukkan kedudukan titik tumpu, titik kuasa, dan titik beban pada gunting. Konsep yang benar adalah kedudukan titik tumpu gunting berada diantara beban dan kuasa. Pilihan jawaban yang tepat berdasarkan konsep terdapat pada opsi B. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika menjawab pilihan jawaban opsi A, C, ataupun D dan yakin benar. Gambar 4.7 menunjukkan bahwa sebanyak 48% siswa mengalami miskonsepsi karena menjawab pilihan jawaban opsi A, yaitu kedudukan titik beban gunting berada diantara titik tumpu dan kuasa. Siswa yang menjawab bahwa kedudukan titik kuasa gunting berada diantara titik tumpu dan beban juga mengalami miskonsepsi sebanyak 34% dengan memilih opsi C. Siswa yang memilih opsi D
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
ada 18% yang menyatakan bahwa kedudukan titik beban gunting berada diantara titik kuasa dan titik tumpu. b) Aitem Soal 5
Gambar 4.8 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 5 Konsep yang digunakan dalam aitem soal 5 adalah pesawat sederhana. Pada aitem ini siswa diminta untuk mengidentifikasi letak titik tumpu, beban, dan kuasa pada gambar gerobak dorong beroda satu. Konsep yang benar adalah letak titik beban berada diantara titik tumpu dan kuasa, pilihan jawaban tersebut terdapat pada opsi A. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika menjawab pilihan jawaban opsi B, C, ataupun D dan yakin benar. Berdasarkan gambar 4.8, sebanyak 57% siswa mengalami miskonsepsi karena memilih opsi D dan memiliki keyakinan bahwa jawabannya itu yakin benar. Jawaban yang terdapat pada opsi D adalah letak titik tumpu, beban, dan kuasa berada pada satu tempat yang sama. Sebanyak 43% siswa menjawab opsi B dimana titik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
tumpu berada di antara beban dan kuasa. Tidak ada siswa yang menjawab opsi C yaitu letak titik kuasa berada diantara titik tumpu dan beban. c) Aitem Soal 7
Gambar 4.9 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 7 Pada aitem soal 7 ini membahas tentang konsep pesawat sederhana, dimana siswa diminta untuk mengidentifikasi ciri-ciri katrol tetap. Ciri-ciri dari katrol tetap adalah dipasang pada tempat tertentu dengan posisi tetap. Pilihan jawaban yang tepat sesuai dengan konsep terdapat pada pilihan jawaban opsi A. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika menjawab pilihan jawaban opsi B, C, ataupun D dan yakin benar. Gambar 4.9 menunjukkan bahwa 40% siswa mengalami miskonsepsi dengan menjawab opsi C, bahwa ciri-ciri katrol tetap adalah gabungan antara katrol tetap dan katrol lepas. Konsep yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
benar mengenai ciri-ciri katrol tetap adalah katrol yang dipasang pada tempat tertentu dengan posisi tetap. Siswa yang menjawab opsi B ada 33% bahwa ciri-ciri katrol tetap adalah katrol yang dapat bergerak bebas dan dapat dipindah-pindahkan. Opsi D dijawab oleh 27% siswa yang menyatakan bahwa ciri-ciri katrol tetap adalah beberapa roda katrol yang disusun secara berdampingan dalam satu poros. d) Aitem Soal 8
Gambar 4.10 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 8 Konsep yang dibahas pada aitem 8 adalah pesawat sederhana. Pada aitem soal ini siswa diminta untuk memberikan contoh benda yang termasuk pada tuas jenis pertama. Konsep benar mengenai contoh tuas jenis pertama adalah gunting yang terdapat pada opsi A. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika menjawab opsi B, C, ataupun D dan yakin benar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
Berdasarkan gambar 4.10 menunjukkan bahwa sebanyak 47% siswa mengalami miskonsepsi dengan menjawab opsi C yaitu sekop, sedangkan 28% siswa menjawab bahwa gerobak pasir adalah contoh tuas jenis pertama yang terdapat pada opsi B. Siswa yang menjawab bahwa pemecah biji pada opsi D ada 25%. e) Aitem Soal 9
Gambar 4.11 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 9 Konsep yang dibahas pada aitem soal 9 adalah pesawat sederhana. Pada aitem ini siswa diminta untuk mengidentifikasi prinsip kerja dari gambar pembuka tutup botol. Pembuka tutup botol menggunakan prinsip kerja pengungkit, pilihan jawaban yang benar sesuai dengan konsep terdapat pada opsi A. Siswa mengalami miskonsepsi jika menjawab opsi B, C, ataupun D dan yakin benar. Gambar 4.11 memunjukkan bahwa banyak siswa yang mengalami miskonsepsi dengan menjawab opsi D yaitu prinsip kerja bidang miring sebanyak 57% dan 43% siswa menjawab opsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
B yaitu pengungkit, sedangkan tidak ada siswa yang menjawab opsi C dengan prinsip kerja gravitasi. f) Aitem Soal 20
Gambar 4.12 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 20 Aitem soal 20 membahas tentang konsep pesawat sederhana, yaitu jalan di pegunungan dibuat dengan lintasan berkelok-kelok dengan menggunakan prinsip kerja bidang miring. Jawaban yang paling tepat sesuai dengan konsep terdapat pada pilihan jawaban opsi C. Masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi pada aitem soal ini, dengan menjawab opsi A, B, ataupun D dan yakin benar. Gambar 4.12 menunjukkan bahwa miskonsepsi paling banyak terjadi pada pilihan jawaban opsi A yaitu prinspsi kerja roda berporos sebanyak 68%. Siswa yang menjawab pilihan jawaban opsi B yaitu dengan menggunakan prinsip kerja katrol ada 23%,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
sedangkan siswa yang menjawab pilihan jawaban opsi D yaitu dengan menggunakan prinsip pengungkit ada 9%. 3) KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Kompetensi Dasar yang ketiga adalah KD 6.1 yaitu Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Aitem soal yang terdapat pada KD 6.1, yaitu aitem soal 10, 11, 12, 19, 13, 14, 15, dan 16. Pada KD 6.1 memiliki 2indikator, yaitu 6.1.1 Menyebutkan sifat-sifat cahaya dan 6.1.2 Menjelaskan sifat bayangan pada cermin. Hasil persentase miskonsepsi pada KD 6.1 disajikan dalam bentuk gambar diagram pie di bawah ini. a) Aitem Soal 10
Gambar 4.13 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 10 Aitem soal 10 membahas tentang konsep sifat cahaya, yakni cahaya merambat lurus. Pada aitem ini siswa diminta untuk menunjukkan peristiwa yang bukan merupakan contoh dari sifat cahaya merambat lurus. Pilihan jawaban yang paling tepat dan bukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
merupakan sifat cahaya merambat lurus adalah opsi C, yaitu terbentuknya pelangi setelah hujan. Berdasarkan
diagram
4.13
masih
banyak
siswa
yang
mengalami miskonsepsi dengan menjawab opsi A, B, ataupun D. Miskonsepsi terbesar terdapat pada opsi B yaitu sebesar 49% dengan peristiwa rambatan cahaya matahari yang menembus genting kaca. Siswa yang menjawab opsi A ada 28%, yaitu dengan peristiwa pantulan sinar kendaraan bermotor pada malam hari. Miskonsepsi paling kecil pada aitem soal 20 terdapat pada opsi D yaitu 23% dengan peristiwa sorotan lampu senter ketika sedang mati lampu. a) Aitem Soal 11
Gambar 4.14 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 11 Konsep yang dibahas pada aitem 11 adalah sifat cahaya, yaitu peristiwa terbentuknya pelangi setelah hujan menunjukkan adanya peristiwa dispersi cahaya. Pada aitem soal ini, siswa diminta untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
memberikan definisi dari dispersi cahaya. Konsep yang benar mengenai definisi dispersi cahaya terdapat pada opsi A, yaitu peristiwa penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna-warni. Diagram 4.14 menunjukkan bahwa masih ada siswa yang mengalami miskonsepsi. Siswa yang mengalami miskonsepsi jika menjawaba pilihan jawaban opsi B, C, ataupun D. Pilihan jawaban opsi B dan D memiliki persentase yang sama, yaitu 34% dengan definisi dispersi cahaya adalah peristiwa terpantulnya cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna. Siswa yang menjawab pilihan jawaban opsi C ada 32%, yang menyatakan bahwa dispersi cahaya adalah peristiwa terbiasnya cahaya putih oleh air hujan. b) Aitem Soal 12
Gambar 4.15 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 12 Pada aitem soal 12 siswa diminta untuk mengidentifikasi jarak bayangan yang dibentuk ketika sedang bercermin menggunakan cermin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
datar. Konsep yang benar ketika sedang bercermin pada cermin datar, maka jarak bayangan yang dibentuk adalah sama dengan jarak bayangan dengan cermin. Pilihan jawaban yang tepat terdapat pada pilihan jawaban opsi B. Siswa dikatakan miskonsepsi jika menjawab pilihan jawaban opsi A, C, ataupun D dan yakin benar. Berdasarkan diagram 4.15 miskonsepsi yang paling banyak terdapat pada pilihan jawaban opsi C yakni sebesar 54% siswa menjawab dekat. Siswa yang menjawab pilihan jawaban opsi A ada 36% yaitu lebih jauh, sedangkan siswa yang menjawab D ada 10% yaitu sangat dekat.
a) Aitem Soal 13
Gambar 4.16 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 13 Aitem soal 13 membahas tentang konsep sifat bayangan yang dibentuk oleh kaca spion pada motor/mobil. Sifat yang dibentuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
adalah semu, tegak, dan diperkecil terdapat pada pilihan jawaban opsi A. Berdasarkan gambar 4.16 masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi.
Siswa
dikatakan
mengalami
miskonsepsi,
jika
menjawab pilihan jawaban opsi B, C, ataupun D dan yakin benar. Gambar 4.16 menunjukkan bahwa miskonsepsi paling banyak terdapat pada pilihan jawaban opsi B yaitu sebanyak 47% siswa menjawab bahwa sifat bayangan yang dibentuk oleh kaca spion motor/mobil adalah semu, tegak, dan diperbesar. Sebanyak 46% siswa menjawab pilihan jawaban opsi D, yaitu nyata, tegak, dan diperkecil sedangkan 7% siswa menjawab pilihan jawaban opsi C, yaitu nyata dan terbalik. a) Aitem Soal 14
Gambar 4.17 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 14 Aitem soal 14 membahas tentang konsep pembiasan cahaya. Konsep yang benar mengenai pembiasan cahaya adalah cahaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
merambat dari zat yang rapat ke zat yang kurang rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Pilihan jawaban yang tepat sesuai dengan konsep terdapat pada pilihan jawaban opsi C. Siswa yang mengalami miskonsepsi jika menjawab pilihan jawaban opsi A, B, ataupun D dan yakin benar. Gambar 4.17 menunjukkan bahwa miskonsepsi paling banyak, yaitu 39% siswa menjawab pilihan jawaban opsi B yakni garis vertikal. Sebanyak 38% siswa menjawab pilihan jawaban opsi A, yaitu garis horizontal sedangkan 23% siswa menjawab pilihan jawaban opsi D yaitu garis lurus. b) Aitem Soal 15
Gambar 4.18 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 15 Konsep yang dibahas pada aitem soal 15 adalah sifat-sifat cahaya. Alat yang arah pandangnya dapat dibelokkan sehingga benda/objek yang diihat tidak harus berada di depan mata disebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
periskop. Pilihan jawaban yang benar terdapat pada opsi B. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika menjawab pilihan jawaban opsi A, C, ataupun D dan yakin benar. Berdasarkan gambar 4.18 siswa yang paling banyak mengalami miskonsepsi menjawab pilihan jawaban opsi D yaitu mikroskop ada 40%. Sebanyak 32% siswa menjawab pilihan jawaban opsi A, yaitu lup sedangkan 28% siswa menjawab opsi C, yakni kacamata. a) Aitem Soal 16
Gambar 4.19 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 16 Konsep yang benar dari bahan utama untuk membuat model periskop adalah kotak pasta gigi dan cermin. Pilihan jawaban yang tepat sesuai dengan konsep adalah pilihan jawaban opsi C. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika menjawab pilihan jawaban opsi A, B, ataupun D dan yakin benar. Gambar 4.19 menunjukkan bahwa 65% siswa menjawab pilihan jawban opsi D, yaitu cermin dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
lem. Sebanyak 30% siswa menjawab pilihan jawaban opsi B, yaitu karton dan isolasi sedangkan 5% siswa menjawab pilihan jawaban opsi A, yaitu gunting dan lem. a) Aitem Soal 19
Gambar 4.20 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 19 Konsep yang dibahas pada aitem soal 19, yaitu tentang pembiasan
cahaya.
Pada
aitem
ini
siswa
diminta
untuk
mengidentifikasi pembiasan cahaya yang merambat dari udara ke air, berdasarkan konsep yang benar maka cahaya tersebut akan dibiaskan ke arah mendekati garis normal. Pilihan jawaban yang tepat terdapat pada pilihan jawaban opsi B. Masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi dengan ditunjukkan pada gambar 4.20. Siswa dikatan mengalami miskonsepsi jika menjawab piliha jawaban opsi A, C, ataupun D dan yakin benar. Siswa mengalami miskonsepsi paling banyak pada pilihan jawaban opsi A yaitu menjauhi garis normal sebanyak 70%. Sebanyak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
18% siswa menjawab pilihan jawaban opsi D, yaitu dibiaskan berlawanan arah dengan garis normal sedangkan sebanyak 12% siswa menjawab pilihan jawaban opsi C yaitu dibiaskan sejajar garis normal.
4) KD 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Kompetensi Dasar yang ketiga adalah KD 7.1 yaitu Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.
Aitem soal yang terdapat pada KD
7.1, yaitu aitem soal 17. Pada KD 7.1 memiliki 1 indikator, yaitu 7.1.1 Menggolongkan jenis-jenis batuan. Hasil persentase miskonsepsi pada KD 7.1 disajikan dalam bentuk gambar diagram pie di bawah ini.
Gambar 4.21 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Aitem Soal 17 Konsep yang dibahas pada aitem soal 17 adalah konsep batuan. Pada soal ini siswa diminta untuk mendefinisikan batuan sedimen. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan lumpur dan mineral dalam air sungai. Pilihan jawaban yang tepat berdasarkan konsep yang benar terdapat pada pilihan jawaban opsi D. Siswa dikatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
mengalami miskonsepsi jika menjawab pilihan jawaban opsi A, B, ataupun C dan yakin benar. Gambar 4.21 menunjukkan bahwa 37% siswa menjawab pilihan jawaban opsi B, yaitu batuan yang terbentuk dari proses pengendapan magma. Sebanyak 34% siswa menjawab pilihan jawaban opsi A, yaitu batuan yang terbentuk dari magma yang membeu sedangkan 29% siswa menjawab pilihan jawaban opsi C, yaitu batuan yang terbentuk karena mengalami peningkatan tekanan atau suhu. b. Deskripsi Soal Uraian Pada bagian kedua ini, peneliti menganalisis miskonsepsi pada soal uraian. Berbeda halnya dengan soal pilihan ganda, pada soal uraian ini tidak terdapat pilihan yakin benar dan tidak yakin benar. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat dilihat pada jawaban yang telah diuraikan oleh siswa. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika jawaban siswa tidak sesuai dengan kunci jawaban yang telah dibuat oleh peneliti atau tidak mendapatkan skor 4. Analisis pada soal uraian ini disajikan berdasarkan kelompok konsepnya atau per soal. Soal uraian ini berjumlah 5 soal. Konsep yang terdapat pada kelima soal tersebut, yaitu konsep tentang pesawat sederhana, pelapukan, dan sifatsifat cahaya. Pada tabel 4.3 disajikan Kompetensi Dasar (KD) yang termuat dalam instrumen soal uraian beserta nomor aitemnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
Tabel 4.3 KD dan Aitem yang Termuat dalam Instrumen Soal Uraian No. 1.
2. 3.
Kompetensi Dasar 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya 7.1 Mendiskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan
Konsep Pesawat Sederhana
Aitem Soal 1 dan 3
Sifat Cahaya
4 dan 5
Pelapukan
2
Tabel 4.3 adalah tabel yang memuat KD, konsep dan aitem soal yang terdapat dalam instrumen soal uraian. Pada instrumen soal uraian terdapat 3 KD, 3 konsep yaitu konsep pesawat sederhana, sifat cahaya, dan pelapukan, serta terdapat 5 aitem soal. Persentase miskonsepsi siswa pada instrumen soal uraian dapat dilihat pada gambar 4.22 .
Gambar 4.22 Persentase Miskonsepsi Siswa pada Soal Uraian Berdasarkan gambar 4.22 persentase tertinggi miskonsepsi siswa pada instrumen soal uraian terjadi pada aitem 2 yaitu tentang konsep pelapukan, siswa yang mengalami miskonsepsi ada 78,28%. Persentase terendah terdapat pada aitem soal 3 yaitu 30,77% yang membahas tentang konsep pesawat sederhana jenis bidang miring. Berikut ini persentase miskonsepsi siswa pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
instrumen soal uraian akan dianalisis secara lebih spesifik dengan menampilkan beberapa jawaban miskonsepsi dari siswa. Analisis dilakukan berdasarkan konsep yang dibahas pada soal tersebut. 1) Konsep Pesawat Sederhana Materi pesewat sederhana pada IPA Fisika kelas V semester 2 mencakup tentang tuas, bidang miring, katrol, dan roda berporos. Soal uraian tentang pesewat sederhana dalam penelitian ini diwakili oleh dua soal, yaitu aitem soal 1 tentang tuas dan aitem soal 3 tentang bidang miring. a) Aitem Soal 1 Konsep yang dibahas pada aitem soal 1, yaitu tentang pesawat sederhana. Cara peneliti untuk mengetahui konsep dasar tentang pesawat sederhana jenis tuas terhadap siswa SD kelas V semseter 2 dengan memberikan pertanyaan sebagai berikut ini: “Mengapa alat pemecah biji dan tang digolongkan ke dalam jenis pengungkit atau tuas yang berbeda? Jelaskan!”. Tabel 4.4 berikut ini adalah penjelasan beberapa jawaban siswa tentang pesawat sederhana jenis tuas. Tabel 4.4 Data Miskonsepsi Siswa tentang Konsep Pesawat Sederhana Jenis Tuas No. 1.
2.
Jawaban Gambar a merupakan pengungkit jenis kedua yang memiliki ciri beban berada diantara posisi kuasa dan titik tumpu. Gambar b merupakan pengungkit jenis pertama yang memiliki ciri titik tumpu berada antara beban dan kuasa. Alat A digunakan untuk memecah kemiri, sedangkan alat B digunakan untuk memasang sekrup atau memasang paku
Jumlah
Persentase
152
68,78%
21
9,50%
Keterangan Siswa tidak mengalami miskonsepsi 68,78%
Siswa yang mengalami miskonsepsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No. 3.
Jawaban Karena alat tersebut beda jenis pengungkit
5.
Gambar A jenis pengungkit ke III dan gambar B jenis pengungkit ke II Tidak termasuk dalam konteks Tidak menjawab Karena benda tersebut berbeda bentuk
7. 8. 9. 11.
Gamabr A jenis pengungkit golongan I: TT diantara TB dan TK. Gambar B jenis pengungkit golongan II: TB diantara TT dan TK Jumlah
Jumlah
Persentase
22
9,95%
10
4,52%
8 3
3,62% 1,36%
3
1,36%
2
0,90%
221
100%
120
Keterangan 32,22%
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak mengalami miskonsepsi, karena 152 siswa dengan persentase 68,78% telah menjawab sesuai dengan konsep yang benar. Konsep yang benar mengenai perbedaan dari alat pemecah biji (gambar a) dan tang (gambar b), yaitu gambar a merupakan pengungkit jenis kedua yang memiliki ciri beban berada diantara posisi kuasa dan titik tumpu, sedangkan gambar b merupakan pengungkit jenis pertama yang memiliki ciri titik tumpu berada antara beban dan kuasa. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan konsep atau tidak mendapatkan nilai 4. Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa persentase terbanyak siswa yang mengalami miskonsepsi ada 22 siswa atau 9,95%. Siswa mengalami miskonsepsi paling banyak terjadi, karena siswa menjawab perbedaan kedua alat tersebut adalah beda jenis pengungkit. Jawaban tersebut dapat digolongkan menjadi salah satu jawaban miskonsepsi, karena jawaban tersebut belum menjawab pertanyaan pada soal ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
Seharusnya dijelaskan perbedaan letak titik tumpu, titik beban, dan titik kuasnya serta golongan jenis pengungkit dari kedua gambar tersebut. Ada 8 siswa atau 3,62% siswa menjawab tidak sesuai dengan konteks dan 3 siswa atau 1,36% siswa tidak menjawab. b) Aitem Soal 3 Aitem soal 3 membahas tentang konsep pesawat sederhana jenis bidang miring. Soal yang terdapat pada aitem soal ini adalah “Mengapa jalan di daerah pegunungan dibuat berkelok-kelok?”. Konsep yang tepat terhadap pertanyaan di atas adalah jalan dibuat berkelak-kelok dengan memanfaatkan prinsip cara kerja bidang miring, hal tersebut dikarenakan
agar orang dapat dengan mudah mencapai tempat
ketinggian tertentu dengan tenaga yang lebih kecil dan pengendara kendaraan bermotor lebih mudah melewati jalan yang menanjak. Tabel 4.5 di bawah ini menyajikan data miskonsepsi siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Ngemplak tentang konsep pesawat sederhana jenis bidang miring. Tabel 4.5 Data Miskonsepsi Siswa tentang Konsep Pesawat Sederhana Jenis Bidang Miring No. 1.
2. 3. 4.
Jawaban Jalan berkelok-kelok memanfaatkan cara kerja bidang miring. Karena agar orang dapat dengan mudah mencapai tempat ketinggian tertentu dengan tenaga yang lebih kecil. Karena dengan dibuat berkelok-kelok pengendara kendaraan bermotor lebih mudah melewati jalan yang menanjak. Karena menggunakan bidang miring Agar mesin motor tidak cepat panas Karena agar tidak tergelincir
Jumlah
Persentase
153
69,23%
22 2 27
9,95% 0,90% 12,22%
Keterangan Siswa tidak mengalami miskonsepsi 69,23%
Siswa yang mengalami miskonsepsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jawaban Karena memperbesar gaya gesek Tidak termasuk dalam konteks Karena dipegunungan banyak batu-batuan Karena jalan dipegunungan sangat miring, naik Karena untuk mengurangi kecepatan Tidak menjawab Jumlah
Jumlah 2 9 1
Persentase 0,90% 4,07% 0,45%
3 1 1 221
122
Keterangan 30,77%
1,36% 0,45% 0,45% 100%
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sebanyak 153 siswa atau 69,23% siswa tidak mengalami miskonsepsi karena dapat memberikan uraian jawaban sesuai dengan konsep yang benar. Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa siswa yang paling banyak mengalami miskonsepsi karena menjawab jalan di pegunungan dibuat berkelakkelok supaya tidak mudah tergelincir ada 27 siswa atau 12,22%. Alasan supaya tidak tergelincir dikatak miskonsepsi, karena supaya tidak tergenlincir dapat disiasati dengan memperbesar gaya gesek ban dengan jalan raya. Siswa yang menjawab tidak sesuai dengan konteks ada 9 siswa atau 4,07% dan 1 siswa atau 0,45% siswa tidak menjawab. 2) Konsep tentang Pelapukan Nomor butir soal uraian tentang konsep pelapukan diwakili oleh satu butir soal, yaitu aitem soal 2. Materi konsep pelapukan yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui miskonsepsi pada konsep pelapukan adalah dengan memberikan pertanyaan berikut ini “Jelaskan perbedaan antara batuan beku dengan batuan sedimen!”. Tabel 4.6 di bawah ini menyajikan data miskonsepsi siswa kelas V SD Negeri seKecamatan Ngemplak tentang konsep pelapukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
Tabel 4.6 Data Miskonsepsi Siswa tentang Konsep Pelapukan. No. 1.
2.
3.
4. 5.
6. 7.
8.
9. 10. 11. 12.
13.
Jawaban Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan lumpur dan mineral dalam air sungai. Batuan beku terbentuk dari magma yang membeku, sedangkan batuan sedimen terbentuk dari proses pengendapan magma. Batuan beku terbentuk dari pengendapan lumpur dan mineral, sedangkan batuan sedimen terbentuk dari proses pengendapan magma. Batuan beku berwarna putih, sedangkan batuan sedimen berwarna hijau Batuan beku terbentuk karena lava yang membeku, sedangkan batuan sedimen terbentuk karena mengalami peningkatan tekanan atau suhu Batuan beku akan membeku lalu mengendap menjadi batuan sedimen Batuan beku dapat dibuat aksesoris, sedangkan batuan sedimen dipergunakan untuk bahan bangunan
Jumlah
Persentase
48
21,72%
96
43,44%
1
0,45%
1
0,45%
45
20,36%
6
2,71%
1
0,45%
2
0,90%
Batuan beku terbentuk karena magma yang membeku dipermukaan bumi. Batuan sedimen terbentuk karena magma yang membeku di dalam perut bumi Batuan beku: batuan alami. Batuan sedimen: batuan yang membeku Tidak termasuk dalam konteks Tidak menjawab Batuan beku: batuan yang sulit dipecahkan. Batuan sedimen: batuan yan mudah dipecahkan Batuan beku: berasal dari tumbuhan dan hewan yang membusuk. Batuan sedimen: berasal dari magma yang membeku
4
1,81%
10 2
4,52% 0,90%
3
1,36%
2
0,90%
Jumlah
221
100%
Keterangan Siswa tidak mengalami miskonsepsi 21,72% Siswa yang mengalami miskonsepsi 78,28%
Konsep yang benar mengenai perbedaan batuan beku dan batuan sedimen, yaitu batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku, sedangkan batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan lumpur dan mineral dalam air
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
124
sungai. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa siswa yang tidak mengalami miskonsepsi ada 48 siswa atau 21,72% siswa yang sudah mampu membedakan antara batuan beku dan sedimen sesuai dengan konsep yang benar. Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa persentase miskonsepsi terbanyak yakni 43,44% atau 96 siswa menjawab bahwa batuan beku terbentuk dari magma yang membeku, sedangkan batuan sedimen terbentuk dari proses pengendapan magma. Sebanyak 4,52% atau 10 siswa menjawab tidak sesuai dengan konteks dan 0,90% atau 2 siswa tidak menjawab. 3) Konsep Sifat-sifat Cahaya Instrumen soal uraian yang membahas tentang konsep sifat-sifat cahaya ada 2 aitem soal, yaitu aitem soal 4 dan 5. Konsep yang dibahas pada aitem soal 4 yaitu tentang sifat-sifat bayangan pada cermin dan aitem soal 5 membahas tentang sifat-sifat cahaya. a) Aitem Soal 4 Aitem soal 4 membahas tentang konsep sifat-sifat yang dibentuk oleh cermin. Cara peneliti untuk mengetahui adanya miskonsepsi pada aitem soal ini, yaitu dengan memberikan pertanyaan berikut ini “Apakah bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung selalu terbalik? Jelaskan jawabanmu!”. Persentase miskonsepsi pada aitem soal 4 disajikan pada tabel 4.7.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
Tabel 4.7 Data Miskonsepsi tentang Konsep Sifat-sifat Cahaya (sifat bayangan pada cermin cekung). No. 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Jawaban Tidak karena sifat bayangan dibentuk oleh cermin cekun bergantung pada letak benda di depan cermin. jika benda terletak diantara F (fokus) dan P (pusat kelengkungan) dan seterusnya, maka bayangan yang terbentuk nyata, terbalik. Jika benda terletak diantara O (pusat optis) dan F maka bayangan terletak di belakang cermin, maya, diperbesar, dan tegak. Cerimin cekung tidak terbalik Nyata dan terbalik Tidak masuk konteks Ya, karena bayangan sama dengan aslinya Ya, karena cermin cekung melengkung dan bayangannya selalu terbalik Karena bayangannya memantul Semu, diperkecil, terbalik Tidak, karena cermin cekung ada 2 macam Cahaya merambat lurus Tidak menjawab Tidak, karena cermin cekung memberkecil bayangan Karena cermin cekung terbentuk dari cermin cekung Ya, karena cermin cekung kacanya diperbesar Ya, karena permukaannya cekung Tidak, karena bayangan akan terbalik jika kita menjauhi cermin saja Ya, karena jarak bayangan dengan cermin tidak sama Jumlah
Jumlah
Persentase
60
27,15%
5 19 40 2
2,26% 8,60% 18,10% 0,90%
22
9,95%
2 48 1 2 5
0,90% 21,72% 0,45% 0,90% 2,26%
3
1,36%
7
3,17%
1
0,45%
2
0,90%
1
0,45%
1
0,45%
221
100%
Keterangan Siswa tidak mengalami miskonsepsi 27,15%
Siswa yang mengalami miskonsepsi 72,85%
Konsep yang benar mengenai pertanyaan yang ada di atas, yaitu bahwa bayangan yang dibentuk cermin cekung tidak selalu terbalik, karena sifat bayangan dibentuk oleh cermin cekun bergantung pada letak benda di depan cermin. Jika benda terletak diantara F (fokus) dan P (pusat kelengkungan) dan seterusnya, maka bayangan yang terbentuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
nyata, terbalik. Jika benda terletak diantara O (pusat optis) dan F maka bayangan terletak di belakang cermin, maya, diperbesar, dan tegak. Berdasarkan tabel 4.7 ada 27,15% siswa atau 60 siswa yang tidak mengalami miskonsepsi, karena siswa sudah mampu memberikan jawaban sesuai dengan konsep yang benar. Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa persentase yang paling banyak mengalami miskonsepsi, karena menjawab semu, diperkecil, dan terbalik yang menjawab ada 48 siswa atau 21,72%. Siswa yang menjawab tidak sesuai dengan konsep ada 40 siswa atau 18,10% dan siswa yang tidak menjawab ada 5 siswa yaitu dengan persentase 2,26%. b) Aitem Soal 5 Aitem soal 5 membahas tentang konsep sifat-sifat cahaya. Cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui adanya miskonsepsi pada aitem ini, yaitu dengan memberikan pertanyaan berikut ini “Mengapa pensil pada gambar tampak seperti patah?”.
Persentase
miskonsepsi aitem soal 5 disajikan pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Data Miskonsepsi tentang Sifat-sifat Cahaya No. 1.
2. 3. 4.
5.
Jawaban Cahaya datang dari zat yang lebih rapat (benda di air) menuju ke udara (kurang rapat) dibiaskan menjauhi garis normal. Karena pensil dimasukkan ke dalam air yang tidak penuh Karena ada gaya pegas Karena bayangan air lebih padat dan pesil akan terlihat bengkok itu yang dimaksud gaya gravitasi yang disebut bayangan Karena cahaya tidak merambat lurus
Jumlah
Persentase
148
66,97%
35
15,84%
1
0,45%
1
0,45%
3
1,36%
Keterangan Siswa tidak mengalami miskonsepsi 66,79% Siswa yang mengalami miskonsepsi 33,21%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
16. 17. 18.
Jawaban Karena pensil dilihat dari jauh Karena adanya gaya gesek Karena merambat dari zat yang rapat ke zat yang rapat Karena terkena pantulan Karena terkena garis normal Karena dibiaskan mendekati garis normal Tidak termasuk dalam konteks Karena cahaya dapat ditembus Karena pensil panjang Karena pensil dibiasan dari zat yang kurang rapat menuju zat yang lebih rapat Karena air mempunyai zat yang rapat Karena cahaya menembus gelas dan diteruskan ke benda bening/air Karena cahaya dapat dibelokkan Jumlah
Jumlah 1 2
Persentase 0,45% 0,90%
1
0,45%
5 2
2,26% 0,90%
9
3,62%
4 2 1
1,81% 0,90% 0,45%
4
1,81%
1
0,45%
1
0,45%
1 221
0,45% 100%
127
Keterangan
Konsep yang benar dari pensil yang dimasukkan dalam gelas berisi air akan tampak patah, karena cahaya datang dari zat yang lebih rapat (benda di air) menuju ke udara (kurang rapat) dibiaskan menjauhi garis normal sehingga pensil yang dimasukkan ke dalam air berisi air akan nampak patah. Berdasarkan tabel 4.8 siswa yang tidak mengalami miskonsepsi berjumlah 148 siswa dengan persentase 66,97%. Siswa yang tidak mengalami miskonsepsi, karena sudah mampu memberikan jawaban sesuai dengan konsep yang benar. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa 35 siswa atau 15,84% siswa berada pada persentase miskonsepsi paling banyak karena menjawab bahwa pensil yang dimasukkan ke dalam gelas berisi air nampak seperti patah, karena gelas tidak diisi air dengan penuh. Ada 4 siswa atau 1,81% siswa menjawab tidak sesuai dengan konteks.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
128
B. Pembahasan Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi IPA siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Ngemplak. Miskonsepsi adalah salah konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu (Suparno, 2005: 4). Miskonsepsi dapat dideteksi melalui peta konsep yang meliputi, tes multiple choice (pilihan ganda), tes esai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi dalam kelas, praktikum dan tanya jawab (Suparno, 2005: 121). Peta konsep yang digunakan untuk mengetahui adanya miskonsepsi pada penelitian ini, yaitu tes multiple choice (pilihan ganda) dan tes esai tertulis. Ciri khas soal pilihan ganda pada penelitian ini, yaitu terdapat tambahan pilihan jawaban yakin benar dan tidak yakin benar. Penambahan kedua pilihan tersebut bertujuan untuk mengetahui kepercayaan dalam diri siswa ketika menjawab soal, apakah siswa menjawab soal dengan keyakinan yakin benar atau tidak yakin benar. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi jika menjawab soal dengan jawaban salah dan yakin benar. Cara mendeteksi adanya miskonsepsi pada soal uraian, yaitu jika siswa memberikan uraian jawaban yang tidak sesuai dengan pedoman penskoran yang telah dibuat oleh peneliti. Berdasarkan analisis miskonsepsi pada instrumen soal pilihan ganda miskonsepsi terjadi pada seluruh KD, yaitu KD 5.1 yang membahas tentang konsep gaya, KD 5.2 yang membahas tentang konsep pesawat sederhana, KD 6.1 yang membahas tentang konsep cahaya, dan KD 7.1 yang membahas tentang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
129
konsep pelapukan. Persentase tertinggi miskonsepsi siswa pada instrumen soal pilihan ganda terjadi pada konsep pelapukan yaitu 65%, sedangkan persentase terendah terjadi pada aitem soal 7 dan 9 yang membahas tentang konsep pesawat sederhana yaitu di bawah 10%. Persentase tertinggi miskonsepsi siswa pada instrumen soal uraian terjadi pada aitem soal 2 yang membahas tentang konsep pelapukan yaitu 78,28%, sedangkan persentase terendah terjadi pada aitem soal 3 yang membahas tentang konsep pesawat sederhana khususnya bidang miring. Penelitian relevan yang dilakukan oleh Pujayanto (2006) menunjukkan bahwa miskosnepsi terjadi pada konsep gaya dan cahaya. Berdasarkan analisis miskonsepsi siswa pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian juga menunjukkan bahwa konsep gaya dan cahaya mengalami miskonsepsi. Pada penelitian ini, miskonsepsi yang terjadi pada konsep cahaya tergolong cukup tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dari persentase miskonsepsi siswa soal uraian pada konsep cahaya khususnya cermin yaitu 72,85%. Artinya lebih dari setengah sampel penelitian di SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak mengalami miskonsepsi pada konsep cahaya khususnya cermin. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa rentan mengalami miskonsepsi pada konsep pelapukan dan cahaya khususnya cermin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
BAB V membahas tentang kesimpulan pada penelitian ini, keterbatasan penelitian, dan saran. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman. Miskonsepsi terjadi pada konsep gaya, pesawat sederhana, sifat-sifat cahaya, dan macam-macam batuan. Pada instrumen soal pilihan ganda, miskonsepsi paling tinggi terdapat pada aitem soal 17 tentang konsep macam-macam batuan yaitu 65% siswa yang mengalami miskonsepsi, sedangkan miskonsepsi yang paling rendah terdapat pada aitem soal 7 dan 9 tentang konsep pesawat sederhana yaitu 10% siswa. Persentase tertinggi miskonsepsi pada instrumen soal uraian terjadi pada konsep macam-macam batuan yaitu 78,28%, sedangkan persentase terendah pada konsep pesawat sederhana yaitu 30,77%. B. Keterbatasan Penelitian Peneliti dalam melakukan penelitian ini menyadari masih banyak kelemahan dan keterbatasan yang dialami. Beberapa kelemahan dan keterbatasan tersebut, yaitu:
130
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
131
1. Waktu pengambilan data yang tidak sesuai dengan jadwal kegiatan pembelajaran yang ada di kelas. Hal tersebut mengakibatkan peneliti tidak bisa menunggui siswa yang mengerjakan soal penelitian ini yang tersebar dalam 21 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak. 2. Peneliti hanya membahas mengenai aspek tingkat miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas V semester 2 SDN se-Kecamatan Ngemplak. Masih banyak aspek, seperti faktor-faktor penyebab dan metode untuk menekan tingkat miskonsepsi. 3. Penelitian ini hanya meninjau adanya miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD semester 2. Masih banyak sudut pandang lain yang dapat mempengaruhi adanya miskonsepsi, seperti: akreditasi sekolah, jenis kelamin, tingkat pendidikan orang tua, dan jenis pekerjaan orang tua. 4. Penelitian ini hanya membahas mengenai adanya miskonsepsi IPA Fisika, tidak melihat hubungan antar variabel dan juga tidak membahas secara mendalam mengenai faktor penyebab dan metode untuk meminimalisir miskonsepsi yang terjadi pada siswa. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Guru kelas V SD se-Kecamatan Ngemplak diharapkan lebih memahami secara matang konsep bahan ajar yang akan diberikan kepada siswa,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
132
sehingga guru dapat menjelaskan materi secara jelas dengan menggunakan metode pelajaran yang mampu memperjelas antara prakonsep yang diperoleh siswa dengan konsep teori yang benar. Metode pembelajaran yang dapat diterapkan, misalnya metode pembelajaran eksperimental. Sehingga diharapkan tingkat miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat berkurang. 2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian dengan melihat aspek lain, seperti faktor-faktor yang mempengaruhi miskonsepsi dan metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengurangi tingkat miskonsepsi pada siswa. 3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian dengan meninjau variabel yang mempengaruhi miskonsepsi, seperti: akreditasi sekolah, jenis kelamin, tingkat pendidikan orang tua, dan jenis pekerjaan orang tua. 4. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian dengan melihat antar variabel atau melihat faktor penyebab adanya miskonsepsi secara mendalam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR REFERENSI Ahmadi, R. (2014). Pengantar pendidikan: asas & filsafat pendidikan. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. Amien. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan metode discovery dan inquiry. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Belagata, F. H. (2013). Deskripsi wilayah Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman. Yogyakarta: Universitas Muhamadiyah. (http://frendahervano.blogspot.co.id/2013/07/deskripsi-wilayah-kecamatanngemplak.html) diunduh pada 29 Desember 2015 pukul 14.49 WIB. Berg, E. V. (1991). Miskonsepsi fisika dan remidiasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Budi, K. (1992). Pemahaman konsep dan beberapa salah konsepsi yang terjadi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Hamalik, O. (1990). Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Iriyanti. (2012). Identifikasi miskonsepsi pada materi pokok wujud zat siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Tahun Ajaran 2009/2010. Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1, No. 1 . HYPERLINK "http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia/article/view/85/59" http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia/article/view/85/59 . Diakses pada tanggal 7 Juli 2015 pukul 21:33 WIB. Iskandar, S. M. (1997). Pendidikan ilmu pengetahuan alam. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Kontour. (2003). Metode penelitian untuk penulisan skripsi dan tesis. Jakarta: Teruna Grafika. Majid, A. (2013). Strategi pembelajaran. Bandung: Rosdakarya. Mertodihardjo. (1980). Mengajarkan konsep ilmu pengetahuan sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 133
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
134
Mujahidin. (2014). Panduan penelitian praktis untuk menyusun skripsi, tesis, dan sisertasi. Bandung: Alfabeta. Pujayanto. (2006). Miskonsepsi IPA fisika pada guru SD . Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF), Vol. 1, No. 1. HYPERLINK "http://core.ac.uk/download/pdf/16506554.pdf" http://core.ac.uk/download/pdf/16506554.pdf . Diakses pada tanggal 27 Juni 2015 pukul 13:45 WIB. Putra. (2013). Desain belajar mengajar kreatif berbasis sains. Yogyakarta: Diva Press. Samatowa. (2011). Pembelajaran IPA di sekolah dasar. Jakarta: PT. Indeks. Saputra. (2011). Upaya mengatasi miskonsepsi siswa melalui model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) berbasis simulasi komputer pada pokok bahasan listrik dinamis. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI). http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JPSI/article/view/979/923 . Diakses pada tanggal 7 Juli 2015 pukul 08:43. Sopiah. (2010). Metode penelitian pendekatan praktis dalam penelitian. Yogyakarta: CV. Andi Offset . Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsaputra. (2014). Metode penelitian: kuantitatif, kualitatif, dan tindakan. Bandung: PT. Refika Aditama. Sukmadinata. (2011). Metode penelitian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sukmadinata. (2008). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sulistyanto. (2008). Ilmu pengetahuan alam 5: untuk SD dan kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
135
Suniati. (2013). Pengaruh implementasi pembelajaran kontekstual berbantuan multimedia interaktif terhadap penurunan miskonsepsi. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Ganesha Vol 4 . Suparno. (2005). Miskonsepsi dan perubahan konsep dalam pendidikan fisika. Jakarta: PT. Grasindo. Suryanto. (2002). Pemahaman murid Sekolah Dasar (SD) terhadap konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berbasis biologi: suatu diagnosis adanya miskonsepsi . Sutanto. (2013). Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Taniredja. (2011). Penelitian kuantitatif. Bandung : Alfabet. Taufiq. (2012). Remidiasi miskonsepsi mahasiswa calon guru fisika pada konsep gaya melalui penerapan model siklus belajar (learning cycle) 5E. HYPERLINK "http://journal.unnes.ac.id/" http://journal.unnes.ac.id/ . Diakses Tanggal 7 Juli 2015 pukul 08:23 WIB Triwiyanto. (2014). Pengantar pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Tukiran. (2012). Metode penelitian survei. Jakarta: LP3ES, Anggota Ikapi. Widoyoko. (2009). Evaluasi program pembelajaran panduan praktis bagi pendidik dan calon pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wisudawati. (2014). Metodologi pembelajaran IPA. Jakarta : Bumi Aksara. Yuni. (2002). Pemahaman murid Sekolah Dasar terhadap konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berbasis biologi: suatu diagnosis adanya miskonsepsi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
136
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
137
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1a. Kisi-Kisi Instrumen Soal Pilihan Ganda sebelum Expert Judgments KISI-KISI INSTRUMEN SOAL PILIHAN GANDA SEBELUM VALIDITAS ISI ATAU EXPERT JUDGMENTS No.
Standar Kompetensi
1.
5.Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.
2.
3.
6. Menerapkan sifatsifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model.
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet). 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
Indikator 5.1.1 Menyebutkan macam-macam gaya melalui percobaan. 5.1.2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gaya 5.2.1 Mengidentifikasi ciri-ciri pesawat sederhana. 5.2.2 Menyebutkan contoh jenis tuas atau pengungkit jenis pertama. 5.2.3 Menyebutkan penerapan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari. 6.1. Menyebutkansifat-sifat cahaya. 6.1.2 Menjelaskan sifat bayangan pada cermin.
6.2
Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.
6.2.1 Mengetahui alatdan bahan yang digunakan untuk membuat karya/model yang menerapkan sifat-sifat cahaya. 7.1.1 Menggolongkan jenis-jenis batuan.
7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah.
7.1.2 Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan. 7.2.1 Mengetahui jenis-jenis tanah.
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi.
7.3.1 Mendeskripsikan struktur permukaan bumi.
Nomor Butir Soal 1, 2, 3 4, 5, 6 7, 8, 9, 10, 11, 12 13, 14, 15 16, 17, 18 19, 20, 21, 22, 23 24, 25, 26, 27, 28 29, 30, 31
32, 33, 34, 35, 36, 37, 38 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48 49, 50
137
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber.
Kompetensi Dasar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1b. Kisi-kisi Instrumen Soal Uraian sebelum Expert Judgment
KISI-KISI INSTRUMEN SOAL URAIAN SEBELUM VALIDITAS ISI ATAU EXPERT JUDGMENT No. 1.
2.
3.
Standar Kompetensi 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi serta fungsinya.
6. Menerapkan sifatsifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model. 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
Kompetensi Dasar 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet). 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
Indikator
Nomor Butir Soal
5.1.1 Menjelaskan hubungan gaya magnet. 2 5.2.1 Menjelaskan perbedaan golongan pengungkit. 5.2.2 Menjelaskan fungsi bidang miring.
1
6.1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat cahaya. 6.1.2 Menjelaskan sifat bayangan pada cermin.
4
6
5 7.1 Mendiskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah. 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi.
7.1.1 Menggolongkan jenis-jenis batuan. 7.1.2 Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan. 7.2.1 Mampu menjelaskan salah satu jenis tanah. 7.3.1 Mendeskripsikan struktur bumi.
8 7 10, 11 3, 9
138
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2a. Hasil Validitas Isi Instrumen Soal Pilihan Ganda
HASIL REKAP NILAI EXPERT JUDGMENT INSTRUMEN PILIHAN GANDA Nomor Butir Soal
1
Nilai Validator 2 3 4
Rata-rata
3
4
3
2
3
2
3
4
2
2
2.75
3
2
4
2
4
3
4
3
4
4
3
3.5
5
2
4
4
3
3.25
Validator 1: Validator 2 : Validator : Bagian indikator disajikan gambar siswa dapat menyebutkan macam-macam gaya Validator 4: Pilihan jawaban diganti menjadi induksi, elektro magnet, dan gosok. Validator 1: Kalimat yang digunakan untuk pertanyaan jelek butuh subjek, dan mengganti alternative pegasnya Validator 2: Percobaan diganti dengan peristiwa Validator 3: Tolong diperbaiki soalnya, misalnya roda yang digelindingkan akan berhenti hal ini terjadi karena Validator 4: Pernyataannya sudah jelas, tidak memerlukan “percobaan”, karena itu ada dalam kehidupan sehari-hari. Validator 1: Pernyataan nomor 1 dan 3 jelek, sulit dilihat miskonsepsinya karena ada yang benar dan ada yang salah. Validator 2 : Validator 3: Bagian indikator = disajikan contoh peristiwa siswa dapat mengelompokan salah satu jenis gaya Validator 4: Validator 1: Kalimat soalnya tidak baik Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Pernyataan pada nomor 1 membingungkan karena mempunyai 2 kemungkinan dapat benar
139
1
Komentar, Saran, Perbaikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Nomor Butir Soal
1
Nilai Validator 2 3 4
Rata-rata
1
4
1
4
2.5
7
1
4
4
3
3
8
3
4
4
2
3.25
9
4
4
4
2
3.5
10
3
4
4
4
3.75
11
3
4
4
1
3
dapat tidak Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Pernyataan dapat benar semua pada pilihan, dapaat membuat siswa pandai bingung. Validator 2: Validator 3: Tolong soal diperbaiki memakai misalnya gerobak yang di dorong bergerak karena apa…. Validator 4: Validator 1: Perlu ada gambar dan membingungkan Validator 2: Validator 3: Bagian indikator = disajikan sifat-sifat roda siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri pesawat sederhana Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Sebaiknya antara soal dan jawaban tidak mengandung kata yang sama nomer 8 dan 9. Soal diganti menjadi: Gambar disamping adalah pengungkit jenis 2 cirinya adalah Validator 1: Soal penting atau tidak diberikan. Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Gambar tidak jelas Validator 2: Validator 3: Bagian indiktor = disajikan gambar skrup siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri pesawat
140
6
Komentar, Saran, Perbaikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Nomor Butir Soal
1
Nilai Validator 2 3 4
Rata-rata
3
4
4
4
3.75
13
4
4
4
4
4
14
4
4
4
3
3.75
15
4
4
4
4
4
16
3
4
4
3
3.5
17
1
4
4
2
2.75
sederhana Validator 4 Apakah no. 2 tidak memakai prinsip bidang miring? Kasat mata sudah terlihat jelas. Pilihan jawaban ditambahi, menjadi: a. I & IV b. II & I c. III & II d. IV & III Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Belum tentu semua anak tahu pemecah kemiri seperti apa Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Salah dalam menulis kunci jawaban
141
12
Komentar, Saran, Perbaikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Nomor Butir Soal
1
Nilai Validator 2 3 4
Rata-rata
2
4
3
-
2.5
19
1
-
4
3
3
20
2
4
4
4
3.5
21
1
-
4
1
0.5
22
1
-
4
1
0.5
23
3
4
4
4
3.75
Validator 2: Kunci jawaban diganti C bukan B Validator 3: Validator 4: Apa iya jawabannya B? Validator 1: Gambar tidak jelas Validator 2: Validator 3: Bagian indikator disajikan gambar siswa dapat menyebutkan penerapan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Gambar kurang jelas Validator 4: Pilihan jawaban membingungkan. Pemotong kuku ada 2 prinsip bidang miring & pengungkit. Validator 1: Membingungkan Validator 2: Kunci jawaban diganti B bukan A Validator 3: Validator 4: Validator 1: Kalimat membingungkan siswa, dapat terjadi salah jawab karena kalimatnya. Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Membingungkan Validator 2: Validator 3: Validator 4: Soal sama dengan no. 19 Validator 1: Membingungkan Validator 2: Validator 3: Validator 4: Soal sama dengan no. 19 Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: -
142
18
Komentar, Saran, Perbaikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Nomor Butir Soal
1
Nilai Validator 2 3 4
Rata-rata
3
4
4
3
3.5
25
3
4
4
4
3.75
26
4
4
4
4
4
27
4
4
4
3
3.75
28
1
-
4
4
3.25
29
4
4
3
2
3.25
30
1
4
4
2
2.75
31
3
4
4
3
3.5
Validator 1: Kalimat harus diperbaiki Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Membingungkan Validator 2: Kunci jawaban A bukan C Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Tolong diperjelas untuk kata-kata batas pandang apakah terlalu kecil atau terlalu jauh Validator 4: Bahasa kiasan kurang tepat untuk anak. Diganti menjadi: “untuk melihat benda angkasa …. Validator 1: Tergantung siapa yang mengajarkan, dengan apa mereka membuatnya. Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: -
143
24
Komentar, Saran, Perbaikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Nomor Butir Soal
1
Nilai Validator 2 3 4
Rata-rata
4
4
4
2
3.5
33
3
4
4
4
3.75
34
4
4
4
3
3.75
35
4
4
3
4
3.75
36
4
4
4
3
3.75
37
4
4
4
3
3.75
38
3
4
4
3
3.75
Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2 : Diganti hurufnya Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: -
144
32
Komentar, Saran, Perbaikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Nomor Butir Soal
1
Nilai Validator 2 3 4
Rata-rata
1
4
4
4
3.25
40
4
4
4
4
4
41
4
4
4
4
4
42
4
4
4
3
3.75
43
3
4
3
4
3.5
44
3
4
4
4
3.75
45
4
4
4
4
4
Validator 3: Validator 4: Validator 1: Dalam buku ada 4 jenis penyusun tanah, diperhatikan lagi. Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Tanah yang memiliki susunan tanah yang sangat rapat sehingga perbedaan udara dan air pada tanah kurang baik disebut tanah Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: -
145
39
Komentar, Saran, Perbaikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Nomor Butir Soal
1
Nilai Validator 2 3 4
Rata-rata
46
3
4
4
3
3.75
47
3
4
4
3
3.5
48
4
4
4
3
3.75
49
4
4
4
3
3.75
50
4
4
4
4
3
Komentar, Saran, Perbaikan Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Pasir dalam ingatan anak terutama Sleman yang lereng merapi identik dengan fungsi sebagai bahan bangunan Validator 1: Validator 2: Validator 3: Bagian indicator disajikan gambar lapisan bumi, siswa dapat mendiskripsikan struktur permukaan bumi Validator 4: “Gambar di atas menunjukkan lapisan penyusun bumi” dihapus. Soal diganti menjadi: “Urutan lapisan penyusun bumi dari yang paling dalam sesuai gambar di atas adalah”. Validator 1: Validator 2: Validator 3: Bagian indicator disajikan gambar bagan gunung siswa dapat mendiskripsikan struktur permukaan bumi Validator 4: -
146
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2b. Hasil Validitas Isi Instrumen Soal Uraian HASIL REKAP NILAI EXPERT JUDGMENT INSTRUMEN URAIAN Nomor Butir Soal
Nilai Validator 1 2 3 4
Rata-rata
4
4
3
1
3
2
3
4
2
2
2.75
3
3
4
4
4
3.75
4
3
4
4
3
3.5
5
4
4
3
2
3.25
Validator 1: Validator 2: Validator 3: Disediakan gambar siswa dapat menjelaskan perbedaan golongan pengungkit, Gambar kurang jelas Validator 4: Soal kurang jelas, diganti sesuai dengan komentar validator menjadi: “Gambar disamping adalah contoh pengungkit. Jelaskan perbedaannya!” Validator 1: Validator 2: Validator 3: Bagian indikator disajikan gambar, siswa dapat…., Gunakan data valid, ketika pintu kulkas dibuka lebih dari 450 belum tentu pintu secara otomatis tertutup sendiri (kemungkinan hanya produk-produk tertentu), Mungkin soal diperbaiki dengan menggunakan mainan anak-anak beralaskan besi bias menempel di pintu kulkas karena…… Validator 4: Perintah soal diganti sesuai dengan komentar validator menjadi: “Jelaskan apa yang terjadi!” Validator 1: Kalimat diperbaiki agar tidak membingungkan Validator 2: Validator 3: Disediakan gambar struktur lapisan bumi, siswa dapat mendiskripsikan struktur bumi Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: -
147
1
Komentar, Saran, Perbaikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Nomor Butir Soal
Nilai Validator 1 2 3 4
Rata-rata
6
3
4
4
2
3.25
7
3
4
4
3
3.5
8
4
4
3
4
3.75
9
4
4
3
4
3.75
10
4
4
4
-
3
11
4
4
4
-
3
Komentar, Saran, Perbaikan
148
Validator 4: “sebutkan sifat cermin cekung!” Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Diberikan contoh penyebabnya, soal direvisi menjadi: “Apakah yang dimaksud dengan pelapukan biologi? Sebutkan contoh penyebabnya!” Validator 1: Validator 2: Validator 3: Bagian indikator = ada datanya/ ciri-ciri batuaan Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Sebaiknya dari pasir saja, missal menjelaskan sifat tanah saja atau menyebutkan contoh tanaman untuk jenis tanah tertentu. Validator 1: Validator 2: Validator 3: Validator 4: Sebaiknya dari pasir saja, misal menjelaskan sifat tanah saja atau menyebutkan contoh tanaman untuk jenis tanah tertentu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
149
Lampiran 2c. Pedoman Wawancara dan Hasil Validitas Muka
PEDOMAN WAWANCARA No. 1. 2.
Pertanyaan Soal pilihan ganda nomor berapa yang anda anggap sulit ? Soal uraian nomor berapa yang anda anggap sulit? Mengapa soal tersebut anda anggap sulit ?
3.
HASIL VALIDITAS MUKA No.
Nama Siswa
Nomor Butir Soal Pilihan Ganda
Nomor Butir Soal Uraian
1
AX
18
9
2
BD
20
9
3
ZX
24
9
4
BG
34
5
YN
35
Hasil Wawancara Soal pilihan ganda bahasa sulit untuk dipahami. Soal uraian sulit, karena soal sulit dipahami dan menggambarnya sulit. Soal pilihan ganda, karena soal membingungkan. Soal uraian, karena sulit dan membingunkan dalam menjelakan. Soal pilihan ganda,, karena membingungkan Soal uraian, karena bahasa sulit dipahami. Soal pilihan ganda, karena kata-kata pada pilihan b dan d susah dipahami. Soal pilihan ganda, karena tidak paham arti fisis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
150
Lampiran 2d. Sampel Pekerjaan Siswa Uji Validitas Muka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
151
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
152
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
154
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
155
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
156
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
157
Lampiran 2e. Jawaban Wawancara Guru
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Pertanyaan Bagaimana prestasi belajar siswa kelas V pada materi IPA Fisika di semester 2? Upaya apa yang dilakukan oleh guru jika prestasi belajar siswa masih tergolong rendah? Langkah apa yang digunakan oleh guru supaya siswa lebih mudah memahami materi IPA Fisika di semester 2?
JAWABAN GURU Respon Guru Masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM, namun ada juga siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM tetapi hanya sedikit. Melakukan remidiasi dan memberikan penugasan lanjutan. Terkadang menjelaskan materi dengan menggunakan alat peraga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
158
Lampiran 3a. Identitas Responden Penelitian
IDENTITAS RESPONDEN PENELITIAN
Isilah identitas di bawah ini dengan lengkap! Identitas Siswa Nama
: .....................................................................
Umur
: ......................................................................
Jenis kelamin
: ......................................................................
Nama Sekolah
: ......................................................................
Identitas Orang tua Nama Orang tua
: ......................................................................
Pekerjaan Orang tua : ...................................................................... Pendidikan terakhir Orang tua: ......................................................................
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
159
Lampiran 3b. Prosedur Pengerjaan Soal
PROSEDUR PENGERJAAN SOAL
Prosedur Pengerjaan Soal 1. Siswa yang mengerjakan soal harus sesuai dengan nama siswa yang terpilih dalam undian. 2. Guru dimohon untuk mengawasi siswa dalam mengerjakan soal. 3. Guru tidak boleh membantu siswa dalam mengerjakan soal. 4. Guru dimohon untuk menyampaikan prosedur pengerjaan soal kepada siswa. 5. Soal tidak boleh dibawa pulang 6. Lembar soal dan lembar jawab yang telah dikerjakan siswa harus dimasukkan kedalam amplop. 7. Waktu pengerjaan soal: 90 menit 8. Siswa dalam mengerjakan soal tidak boleh membuka buku paket atau catatan sejenisnya. 9. Siswa dalam mengerjakan soal tidak boleh melihat pekerjaan teman (mencontek). 10. Siswa mengerjakan soal harus menggunakan bolpoin.
CP: Nama : Yohana Puji Asri No HP : 08995227456
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3c. Pedoman Penskoran Soal Uraian
160
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
161
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
162
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
163
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
164
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
165
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
166
Lampiran 4a. Instrumen Soal Pilihan Ganda sebelum Uji Empiris
SOAL PILIHAN GANDA SEBELUM UJI EMPIRIS
Nama :..................................... Kelas :..................................... Sekolah :..................................... I. Berilah tanda silang (X)
b. magnet c. gesek d. pegas
pada huruf a, b, c, atau d
Yakin Benar
pada jawaban yang benar.
Tidak Yakin Benar
II. Lingkarilah
point
yakin
2. Roda yang digelindingkan akan
atau tidak yakin di bawah
berhenti, hal ini terjadi karena
jawaban!
ada pengaruh gaya ….
Yakin Benar
:
a. pegas
(jika kamu yakin dengan
b. magnet
jawaban yang kamu
c. gravitasi
pilih)
d. gesek
Tidak Yakin Benar :
Yakin Benar
(jika kamu tidak yakin dengan jawaban yang kamu pilih)
Tidak Yakin Benar 3. Perhatikan pernyataan berikut! 1. Jarum
kompas
dapat
menunjukkan arah utara 1. Perhatikan gambar berikut!
dan selatan. 2. Adi
mengerem
sepedanya saat melewati turunan. Percobaan di atas menunjukkan
3. Air mengalir dari tempat
bahwa paku-paku kecil dapat
yang tinggi ke tempat
menempel pada paku besar
yang rendah.
karena adanya gaya …. a. gravitasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
167
4. Orang
sedang
3. Memberi pul atau paku-
berenang dapat bergerak
paku pada sepatu sepak
maju
bola
Penerapan
yang
gaya
gravitasi
4. Memperhalus permukaan
ditunjukkan oleh nomor ....
benda
a. 1
Yang bukan termasuk cara
b. 2
untuk memperbesar gaya gesek
c. 3
adalah ....
d. 4
a. 1 Yakin Benar Tidak Yakin Benar
4. Yang pengaruh
bukan
termasuk
gaya
gravitasi
b. 2 c. 3 d. 4 Yakin Benar
terhadap benda adalah .... a. benda memiliki berat b. benda cepat mengalami pelapukan c. benda jatuh ke bawah d. permukaan air selalu datar
Tidak Yakin Benar 6. Cara
memperkecil
gesekan
antara poros sumbu dan roda mobil
adalah
dengan
memasang .... a. sekrup b. laker
Yakin Benar Tidak Yakin
c. ruji-ruji d. ban
Benar
Yakin Benar
5. Perhatikan pernyataan di bawah ini! 1. Melapisi permukaan benda dengan karet 2. Memperluas bidang permukaan
Tidak Yakin Benar 7. Cermati sifat-sifat roda berikut ini! 1. Semakin kecil ukurannya, maka gaya kuasanya semakin kecil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
168
2. Semakin kecil ukurannya, maka gaya kuasanya
antara titik tumpu dan beban
semakin besar
d. pengungkit yang
3. Semakin besar ukurannya,
bebannya terletak di
maka gaya kuasanya
antara kuasa dan titik
semakin besar
tumpu
4. Semakin besar ukurannya, maka gaya kuasanya
Yakin Benar Tidak Yakin Benar
semakin kecil
9. Perhatikan gambar berikut!
Yang bukan merupakan sifat roda ditunjukkan oleh nomor .... a. 1 dan 2 Posisi titik tumpu, beban, dan
b. 1 dan 3
kuasa pada alat di atas yaitu ....
c. 1 dan 4 d. 2 dan 3
a. beban berada di antara
Yakin Benar
titik tumpu dan kuasa
Tidak Yakin Benar 8. Pengungkit dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan kedudukan titik
tumpu,
beban,
dan
kuasanya. Gunting termasuk .... a. pengungkit yang bebannya terletak di
b. titik tumpu berada di antara beban dan kuasa c. kuasa berada di antara titik tumpu dan beban d. titik tumpu, beban, dan kuasa berada pada satu tempat
antara titik tumpu dan
Yakin Benar
kuasa
Tidak Yakin Benar
b. pengungkit yang titik tumpunya terletak di antara beban dan kuasa c. pengungkit yang kuasanya terletak di
10. Perhatikan gambar berikut!
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
169
Pada waktu menyapu, titik
a. katrol yang dipasang
tumpu terletak pada bagian
pada tempat tertentu
yang bernomor ....
dengan posisi tetap b. katrol yang dapat
a. I
bergerak bebas dan
b. II
dapat dipindah-
c. III
pindahkan
d. IV
c. gabungan antara katrol Yakin Benar
tetap dan katrol lepas
Tidak Yakin Benar 11. Perhatikan gambar berikut! I
d. beberapa roda katrol yang disusun secara berdampingan dalam satu poros
IV V
II
Yakin Benar Tidak Yakin
III
Benar Bagian pada sekrup yang menggunakan prinsip kerja bidang miring yaitu nomor
13. Berikut yang termasuk tuas jenis pertama adalah …. a. gunting b. gerobak pasir
….
c. sekop a. I dan II b. II dan III c. III dan I d. IV dan III Yakin Benar Tidak Yakin Benar 12. Berikut ini salah satu ciri-ciri katrol tetap adalah ....
d. pemecah biji Yakin Benar Tidak Yakin Benar 14. Perhatikan gambar berikut!
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
170
Gambar di atas adalah contoh
Alat pembuka tutup botol
jenis tuas golongan ….
seperti
gambar
di
atas
menggunakan prinsip kerja
a. pertama
….
b. kedua
a. pengungkit
c. ketiga
b. katrol
d. keempat Yakin Benar
c. gravitasi d. bidang miring
Tidak Yakin Benar
Yakin Benar
15. Perhatikan gambar berikut! 4
Tidak Yakin Benar
1
17. Jalan di pegunungan dibuat
2
dengan
lintasan
berkelok-
kelok,
merupakan
jenis
penerapan …. 3
a. roda berporos
Gambar di atas adalah contoh tuas jenis ketiga. Letak titik kuasa pada sekop di atas
b. katrol c. bidang miring d. pengungkit Yakin Benar
ditunjukkan oleh nomor ….
Tidak Yakin Benar a. 1
18. Saat membuka kancing baju,
b. 2
kita
c. 3
kerja
d. 4
berupa ....
menggunakan pesawat
sederhana
Yakin Benar
a. pengungkit
Tidak Yakin Benar
b. roda dan poros
16. Perhatikan gambar berikut!
prinsip
c. katrol d. bidang miring Yakin Benar Tidak Yakin Benar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
171
19. Apabila
cahaya
merambat
21. Peristiwa terbentuknya
dari udara ke air, maka
pelangi setelah hujan
cahaya
menunjukkan adanya dispersi
tersebut
akan
dibiaskan dengan arah .... a. menjauhi garis normal b. mendekati garis normal
cahaya. Dispersi cahaya adalah .... a. peristiwa penguraian
c. sejajar garis normal
cahaya putih menjadi
d. berlawanan arah dengan
berbagai cahaya
garis normal
berwarna
Yakin Benar Tidak Yakin
cahaya matahari
Benar
terhadap bulir-bulir air
20. Salah satu sifat cahaya yaitu merambat lurus. Peristiwa di bawah
b. peristiwa terpantulnya
ini
yang
menunjukkan
tidak cahaya
merambat lurus adalah .... a. pantulan sinar kendaraan
hujan c. peristiwa terbiasnya cahaya putih oleh air hujan d. peristiwa terpantulnya cahaya putih menjadi
bermotor pada malam
berbagai cahaya
hari
berwarna Yakin Benar
b. rambatan cahaya matahari yang menembus
Tidak Yakin
genting kaca
Benar
c. terbentuknya pelangi setelah hujan d. sorotan lampu senter ketika sedang mati lampu Yakin Benar
22. Ketika seseorang sedang bercermin pada cermin datar, maka jarak benda dengan cermin …. dengan jarak bayangan dengan cermin.
Tidak Yakin
a. lebih jauh
Benar
b. sama c. dekat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
172
d. sangat dekat
d. nyata, tegak, dan diperkecil
Yakin Benar
23. Yang
Tidak Yakin
Yakin Benar
Benar
Tidak Yakin
dimaksud
dengan
bayangan maya adalah .... a. bayangan yang arahnya
25. Sifat
bayangan
terbentuk
jika
yang benda
terbalik terhadap
dijauhkan dari cermin cekung
bendanya
adalah ....
b. bayangan yang letaknya di depan cermin atau di belakang lensa
a. semu,
oleh sinar-sinar pantul d. bayangan yang dapat kita lihat dalam cermin, tetapi
tegak,
dan
tegak,
dan
diperkecil b. nyata,
c. bayangan yang terbentuk
diperkecil c. nyata dan terbalik d. semu,
tegak,
dan
diperbesar
di tempat bayangan
Yakin Benar
tersebut tidak terdapat
Tidak Yakin Benar
cahaya pantul
26. Jika cahaya merambat dari
Yakin Benar
zat yang rapat ke zat yang
Tidak Yakin
kurang rapat, maka cahaya
Benar
akan dibiaskan mendekati ….
24. Sifat bayangan yang dibentuk oleh
Benar
kaca
spion
mobil/motor adalah …. a. semu, tegak, dan diperkecil b. semu, tegak, dan diperbesar c. nyata dan terbalik
pada
a. garis horizontal b. garis vertikal c. garis normal d. garis lurus Yakin Benar Tidak Yakin Benar 27. Alat yang arah pandangannya dapat dibelokkan sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
173
benda/objek
yang
dilihat
30. Batuan memiliki sifat dan ciri
tidak harus berada di depan
yang
berbeda.
Hal
ini
mata disebut ….
disebabkan oleh perbedaan ….
a. lup b. periskop
a. kandungan mineralnya
c. kacamata
b. tempat ditemukannya
d. mikroskop
c. kegunaannya
Yakin Benar Tidak Yakin
Yakin Benar
Benar
Tidak Yakin Benar
28. Bahan utama yang digunakan untuk
d. proses pelapukannya
membuat
model
periskop adalah ….
31. Perhatikan ciri-ciri batuan berikut ! 1. Terbentuk dari lava yang
a. gunting dan lem
membeku dengan sangat
b. karton dan isolasi
lama
c. kotak pasta gigi dan
2. Dapat digunakan untuk
cermin
pelapis dinding atau ubin
d. cermin dan lem
3. Tidak mengandung banyak gas
Yakin Benar Tidak Yakin
4. Terbentuk dari endapan air sungai.
Benar 29. Bahan utama pada pembuatan kaca
pembesar
sederhana
adalah ….
Ciri
dari
batuan
granit
ditunjukkan oleh nomor .... a. 1, 2, dan 3
a. bola lampu b. kardus
b. 1, 2, dan 4 c. 2, 3, dan 4
c. karet gelang d. air
d. 1, 3, dan 4 Yakin Benar
Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Tidak Yakin Benar 32. Batuan sedimen adalah ....
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
174
a.
b.
c.
batuan yang terbentuk
Pernyataan
dari magma yang
merupakan
membeku
batuan basal adalah ....
atas
yang
ciri-ciri
dari
batuan yang terbentuk
a. 1, 2, dan 3
dari proses
b. 1, 2, dan 4
pengendapan magma
c. 2, 3, dan 4
batuan yang terbentuk
d. 1, 3, dan 5
karena mengalami
Yakin Benar
peningkatan tekanan
Tidak Yakin Benar
atau suhu d.
di
batuan yang terbentuk
34. Pelapukan batuan di gurun pasir terjadi karena ....
dari proses
a. getaran permukaan bumi
pengendapan lumpur
b. perubahan suhu yang
dan mineral dalam air sungai Yakin Benar Tidak Yakin Benar 33. Perhatikan ciri-ciri batuan di
drastis c. terbenturnya batuan satu sama lain karena angin d. pengaruh paparan panas sinar matahari
bawah ini.
Yakin Benar
1. memiliki warna hijau
Tidak Yakin
keabu-abuan 2. Berasal dari magma 3. berasal dari endapan
Benar 35. Pelapukan fisis adalah .... a. proses pelapukan
hasil pelapukan batuan
batuan karena pengaruh
tanah
suhu, hujan, dan angin
4. memiliki rongga-rongga kecil 5. terdiri dari butiranbutiran kapur yang halus
b. pelapukan yang terjadi karena peran makhluk hidup c. pelapukan yang menghasilkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
175
perubahan zat mineral
Urutan
pembentuk batuan
bumi dari yang paling dalam
d. proses pelapukan
deras dan arus air
a. inti dalam bumi, kerak bumi, mantel bumi, inti
Yakin Benar Tidak Yakin Benar
luar bumi b. kerak bumi, mantel bumi, inti dalam bumi, inti luar
penyebab
pelapukan biologi adalah .... a. lumut, lumut kerak, akar tanaman dan
bumi c. inti dalam bumi, inti luar bumi, kerak bumi, mantel bumi
batuan
d. inti dalam bumi, inti luar
b. lumut, angin, lumut kerak dan akar tanaman c. akar tanaman, humus dari daun, batuan dan lumut d. lumut kerak, lumut, humus dari daun dan akar tanaman Yakin Benar Tidak Yakin Benar 37. Perhatikan gambar berikut!
Gambar di atas menunjukkan lapisan
penyusun
adalah ....
batuan karena hujan
36. Beberapa
lapisan
penyusun
bumi.
bumi, mantel bumi, kerak bumi Yakin Benar Tidak Yakin Benar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
176
38. Perhatikan gambar berikut!
Magma pada gambar di atas, ditunjukkan dengan huruf .... a. A b. B c. C d. D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
177
Lampiran 4b. Instrumen Soal Uraian sebelum Uji Empiris
SOAL URAIAN SEBELUM UJI EMPIRIS Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar pada lembar jawab yang tersedia ! 1. Perhatikan kedua gambar berikut!
A B Kedua alat di atas tampak sama. Namun, kedua alat tersebut dimasukkan ke dalam jenis pengungkit yang berbeda. Mengapa demikian? Jelaskan! 2. Apakah paku kecil yang dipasang penghalang plastik dapat dipengaruhi magnet? Jelaskan! 3. Perhatikan gambar berikut! 1 2 4 3
Sebut dan jelaskan lapisan penyusun bumi berdasar gambar di atas!
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
178
4. Perhatikan gambar pensil di dalam gelas berisi air berikut!
Mengapa pensil pada gambar di samping tampak seperti patah? 5. Apakah bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung selalu terbalik? Jelaskan jawabanmu! 6. Mengapa jalan di daerah pegunungan dibuat berkelok-kelok? 7. Apakah yang dimaksud dengan pelapukan biologi? Sebutkan penyebabnya! 8. Jelaskan perbedaan antara batuan beku dengan batuan sedimen ! 9. Gambarkan dan jelaskan lapisan-lapisan penyusun atmosfer !
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
179
Lampiran 5a. Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Pilihan Ganda
HASIL VALIDITAS INSTRUMEN SOAL PILIHAN GANDA Total Total
Pearson Correlation
Total 1 aitem10
Sig. (2tailed) aitem1
aitem2
aitem3
aitem4
aitem5
aitem6
aitem7
aitem8
aitem9
N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
65 .156 .214
aitem11
65 .208 .096
aitem12
65 .324** .008
aitem13
65 .415** .001
aitem14
65 .290* .019
N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
65 .320**
N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
65 .332**
N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
65 .324**
.009
.007
aitem15
aitem16
aitem17
65 .494** .000
.008
aitem18
aitem19
N Pearson Correlation
65 .126
Sig. (2tailed)
.316
N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
65 .127 .313 65 .365** .003
N Pearson Correlation
65 .340**
Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation
.006
Sig. (2tailed)
.366
65 .218 .081 65 .114
N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
65 .326**
N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
65 .242
N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
65 .069
N Pearson Correlation
65 .110
.008
.052
.583
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Total Sig. (2tailed) aitem20
aitem21
aitem22
aitem23
aitem24
aitem26
N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
65 .163
N Pearson Correlation
65 .365**
aitem29
.041 aitem31
.194 aitem32
Sig. (2tailed)
.003
N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
65 .220
N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
65 .268*
aitem34
aitem35 65
N Pearson Correlation
65 .485**
N Pearson Correlation
.031 aitem36
.000 aitem37 65 .246* .048 aitem38 65 .457**
Sig. (2tailed)
.000
N Pearson Correlation
65 .059
Sig. (2tailed)
.642
N Pearson Correlation
65 .120
Sig. (2tailed)
.341
N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
65 .137
N Pearson Correlation
65 .245*
.278
Sig. (2tailed)
.049
N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
65 .059
N Pearson Correlation
65 .444**
Sig. (2tailed)
.031
.267*
N Pearson Correlation
aitem33
.078
Pearson Correlation Sig. (2tailed)
Sig. (2tailed) aitem28
aitem30 65 .254*
Sig. (2tailed) aitem27
.382
N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
N aitem25
Total
.642
.000
N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
65 .345**
N Pearson Correlation
65 .205
Sig. (2tailed)
.101
.005
N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
65 .571**
N Pearson Correlation
65 -.014
Sig. (2tailed) N
.000
.912 65
180
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
181
Lampiran 5b. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Pilihan Ganda
HASIL RELIABILITAS INSTRUMEN SOAL PILIHAN GANDA
Case Processing Summary N Cases Valid Excludeda Total
% 53
100,0
0
0,0
53
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .628
N of Items 21
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
182
Lampiran 5c. Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Uraian
HASIL VALIDITAS INSTRUMEN SOAL URAIAN Total Total
Aitem1
Aitem2
Aitem3
Aitem4
Aitem5
Aitem6
Aitem7
Aitem8
Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N Pearson Correlation Sig. (2tailed)
Total 1 Aitem9
65 ** .682 .000 65 ** .722 .000 65 ** .678 .000 65 ** .631 .000 65 ** .607 .000 65 ** .623 .000 65 ** .715 .000 65 ** .598 .000
N Pearson Correlation Sig. (2tailed) N
65 ** .642 .000 65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
183
Lampiran 5d. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Uraian
HASIL RELIABILITAS INSTRUMEN SOAL URAIAN
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 65
100.0
0
0.0
65
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.833
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
184
Lampiran 6a. Instrumen Soal Pilihan Ganda setelah Uji Empiris
SOAL PILIHAN GANDA SETELAH UJI EMPIRIS
Nama: ......................................... Kelas: .......................................... Sekolah: ...................................... III. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar. IV. Lingkarilah poin yakin atau tidak yakin di bawah jawaban! YakinBenar : (jika kamu yakin dengan jawaban yang kamu pilih) Tidak Yakin Benar: (jika kamu tidak yakin dengan jawaban yang kamu pilih) 1. Perhatikan pernyataan berikut! 1. Jarum kompas dapat menunjukkan arah utara dan selatan. 2. Adi mengerem sepedanya saat melewati turunan. 3. Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. 4. Orang yang sedang berenang dapat bergerak maju
Penerapan gaya gravitasi ditunjukkan oleh nomor ... . a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 Yakin Benar Tidak Yakin Benar 2. Cara memperkecil gesekan antaraporos sumbu dan roda mobil adalahdenganmemasang ... . a. sekrup b. laker c. ruji-ruji d. ban Yakin Benar Tidak Yakin Benar 3. Yang bukan termasuk pengaruh gaya gravitasi terhadap benda adalah ... . a. benda memiliki berat b. benda cepat mengalami pelapukan c. benda jatuh ke bawah d. permukaan air selalu datar Yakin Benar Tidak Yakin Benar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
185
4. Pengungkit dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan kedudukan titik tumpu, beban, dan kuasanya. Gunting termasuk ... . a. Pengungkit yang bebannya terletak di antara titik tumpu dan kuasa b. Pengungkit yang titik tumpunya terletak di antara beban dan kuasa c. Pengungkit yang kuasanya terletak di antara titik tumpu dan beban d. Pengungkit yang bebannya terletak di antara kuasa dan titik tumpu Yakin Benar Tidak Yakin Benar 5. Perhatikan gambar berikut!
Posisi titik tumpu, beban, dan kuasa pada alat di atas yaitu ... . a. beban berada di antara titik tumpu dan kuasa b. titik tumpu berada di antara beban dan kuasa c. kuasa berada di antara titik tumpu dan beban d. titik tumpu, beban, dan kuasa berada pada satu tempat Yakin Benar
Tidak Yakin Benar 6. Perhatikan pernyataan di bawah ini! 1. Melapisi permukaan benda dengan karet 2. Memperluas bidang permukaan 3. Memberi pul atau pakupaku pada sepatu sepak bola 4. Memperhalus permukaan benda Yang bukan termasuk cara untuk memperbesar gaya gesek adalah ... . a. b. c. d.
1 2 3 4 Yakin Benar Tidak Yakin Benar
7. Berikut ini salah satu ciri-ciri katrol tetap adalah ... . a. katrol yang dipasang pada tempat tertentu dengan posisi tetap b. katrol yang dapat bergerak bebas dan dapat dipindahpindahkan c. gabungan antara katrol tetap dan katrol lepas d. beberapa roda katrol yang disusun secara berdampingan dalam satu poros Yakin Benar Tidak Yakin Benar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
186
8. Berikut yang termasuk tuas jenis pertama adalah … . a. Gunting b. gerobak pasir c. sekop d. pemecah biji Yakin Benar Tidak Yakin Benar
9. Perhatikan gambar berikut!
Alat pembuka tutup botol seperti gambar di atas menggunakan prinsip kerja … . a. pengungkit b. katrol c. gravitasi d. bidang miring Yakin Benar Tidak Yakin Benar 10. Salah satu sifat cahaya yaitu merambat lurus. Peristiwadi bawah ini yang tidakmenunjukkan cahaya merambat lurus adalah... . a. pantulan sinar kendaraan bermotor pada malam hari b. rambatan cahaya matahari yang menembus genting kaca c. terbentuknya pelangi setelah hujan d. sorotan lampu senter ketika sedang mati lampu Yakin Benar
Tidak Yakin Benar 11. Peristiwa terbentuknya pelangi setelah hujan menunjukkan adanya dispersi cahaya. Dispersi cahaya adalah ... . a. peristiwa penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarnawarni. b. peristiwa terpantulnya cahaya matahari terhadap bulir-bulir air hujan c. peristiwa terbiasnya cahaya putih oleh air hujan d. peristiwa terpantulnya cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna Yakin Benar Tidak Yakin Benar 12. Ketika seseorang sedang bercermin pada cermin datar, maka jarak benda dengan cermin …. dengan jarak bayangan dengan cermin. a. lebih jauh b. sama c. dekat d. sangat dekat Yakin Benar Tidak Yakin Benar 13. Sifat bayangan yang dibentuk oleh kaca spion pada mobil/motor adalah… . a. semu, tegak, dan diperkecil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
187
b. semu, tegak, dan diperbesar c. nyata dan terbalik d. nyata, tegak, dan diperkecil Yakin Benar Tidak Yakin Benar 14. Jika cahaya merambat dari zat yang rapat ke zat yang kurang rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati … . a. garis horizontal b. garis vertikal c. garis normal d. garis lurus Yakin Benar Tidak Yakin Benar 15. Alat yang arah pandangannya dapat dibelokkan sehingga benda/objek yang dilihat tidak harus berada di depan mata disebut … . a. lup b. periskop c. kacamata d. mikroskop Yakin Benar Tidak Yakin Benar 16. Bahan utama yang digunakan untuk membuat model periskop adalah … . a. gunting dan lem b. karton dan isolasi c. kotak pasta gigi dan cermin d. cermin dan lem Yakin Benar Tidak Yakin Benar 17. Batuan sedimen adalah ... .
a. batuan yang terbentuk dari magma yang membeku b. batuan yang terbentuk dari proses pengendapan magma c. batuan yang terbentuk karena mengalami peningkatan tekanan atau suhu d. batuan yang terbentuk dari proses pengendapan lumpur dan mineral dalam air sungai Yakin Benar Tidak Yakin Benar 18. Roda yang digelindingkan lama kelamaanakan berhenti, hal ini terjadi karena adapengaruhgaya… . a. pegas b. magnet c. gravitasi d. gesek Yakin Benar Tidak Yakin Benar 19. Apabila cahaya merambat dari udara ke air, maka cahaya tersebut akan dibiaskan ke arah ... . a. menjauhi garis normal b. mendekati garis normal c. sejajar garis normal d. berlawanan arah dengan garis normal Yakin Benar Tidak Yakin Benar 20. Jalan di pegunungan dibuat dengan lintasan berkelokkelok,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
188
contohinimenerapkanprinsipp esawatsederhanajenis … . a. roda berporos b. katrol c. bidang miring d. pengungkit Yakin Benar Tidak Yakin Benar
SelamatMengerjakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
189
Lampiran 6b. Instrumen Soal Uraian setelah Uji Empiris
SOAL URAIAN SETELAH UJI EMPIRIS Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar pada lembar jawab yang tersedia ! 1. Perhatikan kedua gambar berikut!
A
B
Kedua alat di atas tampak sama. Namun, kedua alat tersebut dimasukkan ke dalam jenis pengungkit yang berbeda. Mengapa demikian? Jelaskan! Jawab:……………………………………………………………………….. …………………...........……………………………………………………... …………………………………………………………………….................. 2. Jelaskan perbedaan antara batuan beku dengan batuan sedimen ! Jawab:……………………………………………………………………….. …………………...........……………………………………………………... ……………………………………………………………………………….. 3. Mengapa jalan di daerah pegunungan dibuat berkelok-kelok? Jawab:……………………………………………………………………….. …………………...........……………………………………………………... ……………………………………………………………………………….. 4. Apakah bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung selalu terbalik? Jelaskan jawabanmu! Jawab:……………………………………………………………………….. …………………...........……………………………………………………... ……………………………………………………………………………….. 5. Perhatikan gambar pensil di dalam gelas berisi air berikut! Mengapa pensil pada gambar di samping tampak seperti patah? Jawab:………………………………………………………… ………………………………...........………………………… …………………………………………………………………
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
190
Lampiran 6c. Sampel Hasil Pekerjaan Siswa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
191
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
192
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
193
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
194
Lampiran 6d. Koding Sampel Penelitian
KODING PER SD KECAMATAN NGEMPLAK No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Nama SDN Banjarharjo Jaten Kejambon 1 Koroulon 2 Koroulon 1 Kejambon 2 Karanganyar Pencar Pokoh 2 Sempu Ngemplak 2 Ngemplak 3 Malangrejo Krapyak 2 Krawitan Randusari Krapyak 1 Pokoh 1 Ngemplak 1 Umbulwidodo Ngemplak 4
Kode NGP I NGP II NGP III NGP IV NGP V NGP VI NGP VII NGP VIII NGP IX NGP X NGP XI NGP XII NGP XIII NGP XIV NGP XV NGP XVI NGP XVII NGP XVIII NGP XIX NGP XX NGP XXI
Sampel Penelitian 7 7 7 12 5 14 14 13 7 14 13 8 14 6 12 16 12 14 14 9 8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
195
Lampiran 7. Hasil Rekapitulasi Miskonsepsi IPA Fisika Instrumen Soal Pilihan Ganda
KOMPETENSI DASAR 5.1 Aitem Soal 1 Pilihan Jawaban Jumlah Siswa Persentase 27 12,22% A 25 11,31% Yakin Benar 2 0,90% Tidak Yakin Benar B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
19 19 0
8,60% 8,60% 0,00%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
164 161 3
74,21% 72,85% 1,36%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
11 10 1
4,98% 4,52% 0,45%
Aitem Soal 2 Pilihan Jawaban Jumlah Siswa Persentase 24 10,86% A 19 8,60% Yakin Benar Tidak Yakin Benar 5 2,26% B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
67 58 9
30,32% 26,24% 4,07%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
48 46 2
21,72% 20,81% 0,90%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
82 63 19
37,10% 28,51% 8,60%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
196
Aitem Soal 3 Pilihan Jawaban Jumlah Siswa Persentase 15 6,79% A Yakin Benar 11 4,98% 4 1,81% Tidak Yakin Benar B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
129 112 17
58,37% 50,68% 7,69%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
23 19 4
10,41% 8,60% 1,81%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
53 45 8
23,98% 20,36% 3,62%
Aitem Soal 6 Pilihan Jawaban A Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Jumlah Siswa Persentase 33 25 8
14,93% 11,31% 3,62%
B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
22 17 5
9,95% 7,69% 2,26%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
64 58 6
28,96% 26,24% 2,71%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
102 95 7
46,15% 42,99% 3,17%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
197
KOMPETENSI DASAR 5.2 Aitem Soal 18 Pilihan Jawaban Jumlah Siswa Persentase 12 5,43% A 12 5,43% Yakin Benar 0 0% Tidak Yakin Benar B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
0 0 0
0% 0% 0%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
22 22 0
9,95% 9,95% 0%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
187 185 2
84,62% 83,71% 0,90%
Aitem Soal 4 Pilihan Jawaban A Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Jumlah Siswa Persentase 32 30 2
14,48% 13,57% 0,90%
B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
148 135 13
66,97% 61,09% 5,88%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
25 21 4
11,31% 9,50% 1,81%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
16 11 5
7,24% 4,98% 2,26%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
198
Aitem Soal 5 Pilihan Jawaban A Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Jumlah Siswa Persentase 157 147 10
71,04% 66,52% 4,52%
B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
39 37 2
17,65% 16,74% 0,90%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
23 19 4
10,41% 8,60% 1,81%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
2 1 1
0,90% 0,45% 0,45%
Aitem Soal 7 Pilihan Jawaban A Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Jumlah Siswa Persentase 199 194 5
90,05% 87,78% 2,26%
B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
7 5 2
3,17% 2,26% 0,90%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
7 6 1
3,17% 2,71% 0,45%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
8 4 4
3,62% 1,81% 1,81%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
199
Aitem Soal 8 Pilihan Jawaban A Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Jumlah Siswa Persentase 184 181 3
83,26% 81,90% 1,36%
B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
9 9 0
4,07% 4,07% 0%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
20 15 5
9,05% 6,79% 2,26%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
8 8 0
3,62% 3,62% 0%
Aitem Soal 9 Pilihan Jawaban A Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Jumlah Siswa Persentase 184 181 3
83,26% 81,90% 1,36%
B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
7 6 1
3,17% 2,71% 0,45%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
1 1 0
0,45% 0,45% 0%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
13 9 4
5,88% 4,07% 1,81%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
200
Aitem Soal 20 Pilihan Jawaban A Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Jumlah Siswa Persentase 15 15 0
6,79% 6,79% 0%
B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
5 5 0
2,26% 2,26% 0%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
199 199 0
90,05% 90,05% 0%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
2 2 0
0,90% 0,90% 0%
KOMPETENSI DASAR 6.1 Aitem Soal 10 Pilihan Jawaban Jumlah Siswa Persentase 35 15,84% A 28 12,67% Yakin Benar Tidak Yakin Benar 7 3,17% B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
56 50 6
25,34% 22,62% 2,71%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
103 95 8
46,61% 42,99% 3,62%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
27 23 4
12,22% 10,41% 1,81%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
201
Aitem Soal 11 Pilihan Jawaban A Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Jumlah Siswa Persentase 141 132 9
63,80% 59,73% 4,07%
B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
26 23 3
11,76% 10,41% 1,36%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
26 22 4
11,76% 9,95% 1,81%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
28 23 5
12,67% 10,41% 2,26%
Aitem Soal 12 Pilihan Jawaban A Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Jumlah Siswa Persentase 16 14 2
7,24% 6,33% 0,90%
B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
175 169 6
79,19% 76,47% 2,71%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
25 21 4
11,31% 9,50% 1,81%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
6 4 2
2,71% 1,81% 0,90%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Aitem Soal 13
Pilihan Jawaban A Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Jumlah Siswa Persentase 106 91 15
47,96% 41,18% 6,79%
B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
50 43 7
22,62% 19,46% 3,17%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
10 6 4
4,52% 2,71% 1,81%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
55 44 11
24,89% 19,91% 4,98%
Aitem Soal 14 Pilihan Jawaban A Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Jumlah Siswa Persentase 30 25 5
13,57% 11,31% 2,26%
B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
41 26 15
18,55% 11,76% 6,79%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
130 111 19
58,82% 50,23% 8,60%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
20 15 5
9,05% 6,79% 2,26%
202
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Aitem Soal 15 Pilihan Jawaban A Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Jumlah Siswa Persentase 36 25 11
16,29% 11,31% 4,98%
B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
117 106 11
52,94% 47,96% 4,98%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
29 22 7
13,12% 9,95% 3,17%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
39 32 7
17,65% 14,48% 3,17%
Aitem Soal 16 Pilihan Jawaban A Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Jumlah Siswa Persentase 5 3 2
2,26% 1,36% 0,90%
B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
20 17 3
9,05% 7,69% 1,36%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
151 141 10
68,33% 63,80% 4,52%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
45 37 8
20,36% 16,74% 3,62%
203
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Aitem Soal 19 Pilihan Jawaban A Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Jumlah Siswa Persentase 89 68 21
40,27% 30,77% 9,50%
B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
87 75 12
39,37% 33,94% 5,43%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
18 12 6
8,14% 5,43% 2,71%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
27 18 9
12,22% 8,14% 4,07%
KOMPETENSI DASAR 7.1 Aitem Soal 17 Pilihan Jawaban A Yakin Benar Tidak Yakin Benar
Jumlah Siswa Persentase 64 50 14
28,96% 22,62% 6,33%
B Yakin Benar Tidak Yakin Benar
69 55 14
31,22% 24,89% 6,33%
C Yakin Benar Tidak Yakin Benar
57 42 15
25,79% 19,00% 6,79%
D Yakin Benar Tidak Yakin Benar
31 20 11
14,03% 9,05% 4,98%
204
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
205
Lampiran 8a. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
206
Lampiran 8b. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Kesatuan Bangsa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
207
Lampiran 8c. Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
208
Lampiran 8d. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari UPT Pelayanan Pendidikan Kecamatan Ngemplak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
209
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
SAMPEL DOKUMENTASI PENELITIAN
Pelaksanaan Penelitian di SDN Krapyak 1
Pelaksanaan Penelitian di SDN Krapyak 2
Pelaksanaan Penelitian di SDN Kejambon 1
Pelaksanaan Penelitian di SDN Kejambon 2
Bapak Kepala Sekolah dan Guru Kelas V SDN Krawitan
Foto Bersama Ibu Guru Kelas V SDN Krawitan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
210
Biodata Penulis Penulis bernama Yohana Puji Asri, lahir di Klaten, Jawa Tengah pada tanggal 17 September 1994. Penulis adalah anak kedua tiga bersaudara dari pasangan Bp. Alexius Hartono dan Ibu Ch. Suyani. Penulis menyelesaikan pendidikan awal di TK Sta. Theresia Wedi, Klaten pada tahun 2000. Peneliti menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Kanisius Murukan Wedi pada tahun 2006, kemudian peneliti melanjutkan pendidikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten dan lulus pada tahun 2009. Setelah menempuh pendidikan SMP, peneliti melanjutkan pendidikan di SMA Padwawijaya Klaten dan lulus pada tahun 2012. Setelah tamat SMA, peneliti melanjutkan pendidikan pada jenjang Perguruan Tinggi dengan mengambil Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ketika menjadi mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma, peneliti juga mengembangkan kemampuannya baik di bidang akademik maupun non akademik dengan mengikuti beberapa kegiatan kepanitian yang diselenggarakan di dalam kampus. Beberapa kegiatan tersebut antara lain, Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM) I dan II, Kursus Mahir Dasar (KMD) Pembina Pramuka, English Club, pada tahun 2014 berhasil lolos pada kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan judul “BASIK JA KLASIK di SD Winongo” dengan didanai oleh DIKTI, panitia kegiatan inisiasi mahasiswa baru Program Studi PGSD, mengikuti seminar desiminasi hasil magang IB-PYP, dan seminar pendidikan lainnya.