PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN SEKSUAL PARA TOKOH DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI KAJIAN STRUKTUR DAN PSIKOLOGI SASTRA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Strata 1 (S-1) Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia
Oleh Paulina Vianti Eka Permata 114114027
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,31 Agustus 2015 Penulis
Paulina Vianti Eka Permata
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Paulina Vianti Eka Permata NIM : 114114027 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Penyimpanganpenyimpangan Seksual Para Tokoh dalam Novel Saman karya Ayu Utami Kajian Struktural dan Psikologi Sastra”. Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalam data, mendistribusi secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal, 31 Agustus 2015 Yang menyatakan,
Paulina Vianti Eka Permata
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan kasihnya untuk menuntun penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalahPenyimpangan-penyimpangan Seksualitas Para Tokoh dalam Novel Saman Karya Ayu Utami, ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra Indonesia. Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, karena itu penulis mau mengucapkan limpah terima kasih kepada: 1. Dr. Yosep Yapi Taum, M.Hum., yang berkenan menjadi pembimbing I penulis dalam menyusun skripsi ini. Beliau telah memberikan banyak masukan, pinjaman buku referensi, teori-teori yang digunakan dalam skripsi ini, dan terus memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 2.
Peni Adji S.S, M. Hum, yang berkenan menjadi pembimbing II, selaku dosen pembimbing akademik penulis. Beliau juga memberikan masukan dan terus memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Para dosen Program Studi Sastra Indonesia USD yang belum disebut: Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum., Drs. Hery Antono, M.Hum., dan Drs. F.X. Santosa, M.S., serta dosen-dosen pengampu mata kuliah tertentu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Pengabdian mereka untuk dunia pendidikan sangat berharga dan patut dihormati. 4. Bapak Yohanes Suparlan dan ibu Siti Rohani, keluargaku tercinta yang telah membiayai dan selalu mendoakan penulis setiap saat. 5. Yoseph Charolus Leba yang selalu memotivasi dan selalu membantu serta dengan sabar menemani penulis untuk mencari buku referensi dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Staf secretariat fakultas Sastra dan BAAK yang selalu mempermudah urusan administrasi. 7. Karayawan/i perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah mempermudah peminjaman buku-buku referensi.
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8. Anggota keluarga besar yang selalu memberi dukungan doa dan dorongan semangat kepada penulis. 9. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2011, yang selalu membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman kos Cantik, atas kebersamaannya selama ini, yang telah mengajarkan begitu banyak hal kepada penulis dalam pergaulan Terima kasih atas dukungan dan doanya. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun telah banyak memberikan dukungan dan perhatian sampai selesai skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis menerima segala bentuk kritik dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis juga berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, terima kasih.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Penulis Paulina Vianti Eka Permata
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:5-6)
Pergilah dan jadilah bijak dengan berpijak pada kegagalan masalalumu Sebagai cambuk dan bergurulah pada keberhasilan untuk terus maju mengukir keceriaan masa depanmu.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Permata. Paulina Eka Vianti. 2011. “ Penyimpangan-Penyimpangan Seksual Para Tokoh dalam Novel Saman Karya Ayu Utami kajian Struktur dan Psikologi Sastra”. Skripsi Sastra 1 (S1) Yogyakarta: Prodi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini menganalisis penyimpangan-penyimpangan seksualitas para tokoh dalam novel Saman karya Ayu Utami kajian Struktur dan Psikologi Sastra. Penelitian ini bertujuan pertama, memaparkan kajian struktural yang meliputi tokoh dan penokohan, latar, dan alur. Kedua, menganalisis penyimpanganpenyimpangan seksualitas para tokoh dalam novel Saman karya Ayu Utami. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktur dan psikologi sastra. Pendekatan struktur digunakan untuk menganalisis tokoh penokohan dalam Novel Saman guna mengetahui pribadi-pribadi para tokoh, memahami latar tempat dan latar waktu kejadian yang terdapat dalam cerita pada novel. Psikologi sastra dengan menggunakan teori Sigmun Freud sebagai ladasan teori tentang penyimpangan-penyimpangan seksual serta teori penyimpangan seksual secara sosial. Pendekatan psikologi sastra tersebut digunakan untuk menganalisis tentang penyimpangan-penyimpangan seksuali para tokoh dalam novel Saman karya Ayu Utami. Hasil kajian struktural, menunjukkan bahwa tokoh utama dalam novel Saman ini adalah tokoh Saman. Tokoh tambahan adalah Laila, Sihar, Yasmin, Shakuntala dan Upi. Latar terbagi menjadi tiga bagian yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat terbagi menjadi tiga lokasi yaitu Pantai Laut Cina Selatan, Prabumulih, dan New York. Latar waktu terbagi menjadi dua, yang pertama latar waktu pada periode Saman sebelum keluar dari biara dan latar waktu pada periode setelah Saman keluar dari biara. Latar sosial dalam novel Saman karya Ayu Utami yaitu latar sosial agama Katolik, latar dunia mistik latar budaya Jawa dan latar kehidupan seks. Alur yang digunakan dalam novel Saman adalah alur flashback. Hasil kajian psikologi menunjukkan bahwa permasalahan utama para tokoh dalam novel Saman adalah permasalahan seksual. Para tokoh dalam novel Saman mengalami penyimpangan-penyimpangan seksual yang berbeda-beda. tokoh Shakuntala dalam memperoleh tujuan sesualnya mengalami penyimpangan seksualitas inverse (pembalikan). Penyimpangan seksual yang dialami Shakuntala yaitu penyimpangan pribadi yang terbalik dalam dua arah (amphigenouslly inverted) dan pribadi yang hanya kadang-kadang memperlihatkan inversi (occasionally inverted). Penyimpangan yang berhubungan dengan tujuan seksual.Tokoh Upi mengalami penyimpangan seksual yang tidak lazim yang disebut fetitisme. Tokoh Saman dan Laila mengalami penyimpangan seksual secara sosial dalam bentuk perzinahan. Tokoh Sihar dan Yasmin mengalami penyimpangan seksual secara sosial dalam bentuk perselingkuhan.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Permata, Paulina Eka Vianti. 2011. "Deviations Sexuality in Novel Saman Ayu Utami Work". Thesis Literature 1 (S1) Yogyakarta: Indonesian Literature Department, Faculty of Arts, University of Sanata Dharma.
This study analyzes the distortions of sexuality of the characters in the novel Saman masterpiece Ayu Utami study of the structure and Psychology Literature. The first aim of this study, explain structural studies that include character and characterization, setting, and plot. The second goal, analyze deviations sexuality of the characters in the novel Saman materpiece Ayu Utami. This research approach and structure of psychology literature. Approach used to analyze the structure of the characters in the novel Saman characterization to determine of the personalities of the character, to understand the background of the place and time occurrence background contained in the story of the novel. Psychology literature using Sigmund Freud’s theory as the theoretical basis of sexual deviations and social theory of sexual deviation. The psychology approach is to analyze the literature about sexual deviation of the characters in the novel saman masterpiece Ayu Utami. The structural study result showed that the main character in saman novel is the character saman. Additional characters are Laila, Sihar, Yasmin, Shakuntala and Upi. A background divided into three location, place setting, time setting, and social background. A background place is divided into three locations: the South China Sea, Prabumulih, and NewYork. Setting time is divided into two, the first background on the period of time before exiting te abbey summons and setting a second period of time after the wrant out of the convent. Social background in the novel Saman masterpiece Ayu Utami ,Catholic religion is the background, the background of the mystical world Javanese cultural background and foreground sex life. Groove used in novel Saman is flashback groove. Psychology study results showed that the main problem of the characters in the novel saman is a sexual problem. The characters in the novel saman experiencing sexual deviations vary. Figure Shakuntala in obtaining the irregularities sexuality sexual purposes inversion (reversal). Shakuntala experienced sexual deviationis a deviation personal reversed in two directions (amphigenously inverted) and private shows only occasional inversion (occasionally inverted). Irregularities related to sexual purposes. Figure Upi experience unusual sexual perversion called fetitisme. Saman figures and Laila socially experienced sexual perversion in the form of adultery. Sihar figures and Yasmin suffered sexual deviation socially in the form of infidelity.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING........................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI................................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..................................................... v KATA PENGANTAR.............................................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................... viii ABSTRAK................................................................................................................ ix ABSTRACT................................................................................................................ x DAFTAR ISI…………………………………………………………………….... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah………………………………………………..1 1.2 RumusanMasalah……………………………………………………..6 1.3 TujuanPenelitian………………………………………………………6 1.4 ManfaatPenelitian……………………………………………………..7 1.5 TinjauanPustaka…………………………………………………….....7 1.6 LandasanTeori…………………………………………………………10 1.6.1 KajianStruktural…………………………………………………10 1.6.2 PendekatanPsikologiSastra………………………………………17 1.7 MetodePenelitian………………………………………………………23 1.7.1 MetodedanTeknikPengumpulan Data…………………………. 23 1.7.2 MetodedanTeknikAanalisis Data……………………………… 24 1.7.3 TeknikPenyajianHasilAnalisis Data…………………………… 24 1.8 SistematikaPenyajian…………………………………………………..25 BAB II
ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN, LATAR DAN ALUR PADA NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI 2.1 TokohdanPenokohan………………………………………………… 26 2.1.1 TokohUtamaDalam Novel Saman……………………………... 27 2.1.2 TokohTambahanDalam Novel Saman………………………..... 32 2.1.2.1 TokohdanPenokohanLaila…………………………..... 32 2.1.2.2 TokohdanPenokohanSihar…………………………......35 2.1.2.3 TokohdanpenokohanShakuntala……………………… 37 2.1.2.4 TokohdanPenokohanYasmin………………………..... 40 2.1.2.5 TokohdanPenokohanUpi……………………………… 43 xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2 Latar…………………………………………………………………. 44 2.2.1 LatarTempat…………………………………………………….. 45 2.2.1.1 PantaiLautCina Selatan………………………………. 45 2.2.1.2 KotaPerabumulih……………………………………... 46 2.2.1.3 Kota New York……………………………………….. 47 2.2.2 LatarWaktu……………………………………………………. ..48 2.2.2.1 PeriodeKehidupanSamanSebelumKeluardari Biara…..48 2.2..2.2PeriodeKehidupanSamanSetelahKeluardariBiara……...51 2.2.3 LatarSosial……………………………………………………… 53 2.2.3.1 LatarSosialAgama…………………………………… 54 2.2.3.2 LatarBudayaMistik………………………………….. 54 2.2.3.3 LatarBudayaJawa……………………………………. 55 2.2..3.4LatarTentangKehidupanSeks……………………….. 56 2.2.4 Plot danAlur…………………………………………………….. 58 2.2.5 Rangkuman……………………………………………………… 60 BAB III
PENYIMPANGAN SEKSUALITAS PARA TOKOH DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI 3.1 Pengantar……………………………………………………………… 63 3.2 Penyimpangan yang BerhubungandenganObjekSeksual……………... 65 3.2.1 PribadiMenyimpangTerbalikdalamDuaArah…………………… 65 3.2.2 PribadiMenyimpangyangKadangkadangMemperlihatkaninversi………………………………….. 67 3.3 Penyimpangan yang BerhubungandenganTujuanSeksual…………. .. 70 3.4 PenyimpanganSeksualSosial………………………………………….. 72 3.4.1 TokohSaman: HubunganSeksual diluarPernikahan/Perzinahan…73 3.4.2 TokohLaila: HubunganSeksual diluarPernikahan/Perzinahan......77 3.4.3 TokohSihar: Perselingkuhan……………………………………..79 3.4.4 TokohYasmin: Perselingkuhan…………………………………..81 3.4.5 Rangkuman……………………………………………………….84
BAB 1V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……………………………………………………………..85
B. Saran…………………………………………………………………....87 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 89 BIOGRAFI PENULIS……………………………………………………………… …92
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Karya sastra membicarakan kehidupan manusia dengan segala kompleksitas, maka karya sastra dengan manusia memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Sastra merupakan cerminan dari kehidupan manusia yang di dalamnya tersirat sikap, tingkah laku, pemikiran, pengetahuan, imajinasi, tanggapan, serta spekulasi mengenai manusia itu sendiri. Menurut Wellek dan Warren (1989:109-110), sastra “menyajikan kehidupan” dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga “meniru” alam dan dunia subjektif manusia. Lebih jelas lagi kalau dikatakan sastra mencerminkan dan mengekspresikan hidup. Novel sebagai karya sastra adalah sebuah dunia kecil yang diciptakan pengarang dan merupakan representasi tiruan kehidupan manusia yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan (Esten, 1989:8). Sebagai tiruan kehidupan manusia, novel akan menampilkan sebagian konflik yang dihadapi manusia dalam kehidupannya yang diwakili oleh tokoh-tokoh dalam novel tersebut.
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Novel Saman karya Ayu Utami sering disebut sebagai contoh karya dengan ciri “keterbukaan baru” dalam membicarakan seksualitas. Pada bagian-bagian novel yang menceritakan tokoh-tokoh pada novel yakni Saman, Sihar, Laila, Shakuntala, Yasmin, dan Upi seks yang menjadi tema utama. Perilaku seksual yang diceritakan hampir sepenuhnya bertentangan dengan norma masyarakat (Indonesia), dalam arti bahwa yang diceritakan bukanlah hubungan heteroseksual yang disahkan oleh surat nikah. Shakuntala cenderung biseksual, Laila jatuh cinta pada seorang laki-laki yang sudah menikah, Yasmin mengkhiati suaminya dengan sekaligus “memurtatkan” seorang pastor, Sihar yang sudah mempunyai istri berselingkuh dengan Laila, dan Upi yang melakukan hubungan seksual dengan benda-benda yang tidak lazim. Kiranya tidak salah bila kita menyimpulkan bahwa dalam novel tersebut seksualitas direpresentasikan dengan cara yang provokatif. Novel Saman karya Ayu Utami (1998) menjadi titik awal trend sensasi seputar pengarang perempuan yang berlangsung sampai sekarang. Saman, dengan kalimat akhirnya “perkosalah aku” yang provokatif itu, menjadi buah bibir terutama
karena
“pendobrakan”
dan
“keterbukaan”-nya
dalam
hal
seksualitas. Berdasarkan fenomena tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai penyimpangan-penyimpangan
seksualitas yang terjadi dalam
novel Saman dengan kajian psikologi sastra. Ada beberapa persoalan yang ingin diungkapkan dalam novel Saman karya Ayu Utami yang penulis jadikan sebagai objek penelitian ini.Pertama, dalam novel Samanterdapat
2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
masalah seksualitas yang merupakan problem yang dihadapi oleh para tokoh yang terdapat dalam novel tersebut. Masalah seksual yang terungkap tertuang dalam karya sastra layak untuk didalami karena telah melalui proses refleksi sastra. Kedua, kajian psikologis yang secara khusus akan membahas penyimpangan seksual belum banyak dilakukan, jadi penelitian ini untuk mengisi kelangkaan tersebut. Justina Ayu Utami lahir di Bogor, Jawa Barat, 21 November 1968. Ia menamatkan kuliah di jurusan Sastra Rusia, Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Ayu dikenal sebagai novelis sejak novel Saman memenangi sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Dalam waktu tiga tahun Saman terjual 55.000 eksemplar. Berkat Saman pula, ia mendapat Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, yang mempunyai misi mendukung dan memajukan kegiatan di bidang budaya dan pembangunan. Novel keduanya, Larung, yang merupakan seri lanjutan dari novel Saman, terbit tahun 2001. Baru tujuh tahun kemudian, Ayu menghasilkan novel Bilangan Fu, setelah sebelumnya sempat diselingi penerbitan kumpulan esai-nya “Si Parasit Lajang” (GagasMedia, Jakarta 2003). Ayu meluncurkan novel terbarunya, seri Bilangan Fu, Manjali dan Cakrabirawa. Seksual berasal dari kata seks dan seksualitas. Seks berasal dari kata sexus (bahasa latin) yang berarti alat kelamin. Seks dalam arti luas disebut seksualitas. Ini berarti menyangkut segala sesuatu yang ada hubunganya
3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
perwujudan naluri seksuil, serta segala sesuatu yang ada pada manusia yang mendapatkan dayanya dari naluri dorongan seksuil itu. Seksual diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksual berhubungan dengan bagaimana
mengkomunikasikan perasaan kepada lawan jenis melalui
tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan melalui perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerakan tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata (Freud, 2010:45). Di antara
beberapa aspek
pemikiran Freud, ia memberi tempat khusus pada masalah seksualitas, dan masalah ini pula yang banyak menimbulkan kritik dan penolakan terhadap dirinya. Banyak orang memahami seksualitas berkaitan semata pada masalah alat-alat reproduksi. Gunawan (1993:8) mendefenisikan seks sebagai keadaan anatomis dan biologis yang merupakan pengertian sempit dari apa yang dimaksudkan dengan seksualitas, yaitu keseluruhan kompleksitas emosi, perasaan, keperibadian, dan sikap seseorang yang berkaitan dengan perilaku serta orientasi seksualnya. Arti seks yang dikonotasikan dengan persentuhan termaksud sebagai sex acts, yang berdasarkan tujuannya dapat dibedakan menjadi tiga macam. Pertama bertujuan untuk memiliki anak (sex as procreational), kedua; untuk sekedar mencari kesenangan (sex as recreational); dan ketiga, dimaksudkan sebagai bentuk ungkapan penyatuan rasa seperti cinta (sex as relational). 4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Psikologi sastra adalah suatu cara analisis berdasarkan sudut pandang psikologi dan bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia yang merupakan pancaran dalam menghayati dan menyikapi kehidupan (Harjana dalam kutipan Sartika, 2011). Jadi, pendekatan psikologi ini adalah analisis atau kritik terhadap suatu karya sastra yang menitik beratkan pada keadaan jiwa manusia, baik terhadap pengarang, karya sastra, maupun pembaca. Asumsi dasar pengertian psikologi sastra antara lain dipengaruh oleh beberapa hal. Pertama, adanya anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar atau subconcius setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk secara dasar (conscious). Antara sadar dan tak sadar selalu mewarnai dalam proses imajinasi pengarang. Kekuatan karya sastra dapat dilihat seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu ke dalam sebuah cipta sastra (Endraswara 2013:96). Kedua, kajian psikologi sastra selain meneliti perwatakan tokoh secara psikologis juga aspek-aspek pemikiran dalam perasaan pengarang ketika menciptakan karya tersebut. Seberapa jauh pengarang mampu menggambarkan
perwatakan
tokoh
sehingga
karya
menjadi
hidup
(Endraswara, 2013:96). Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan
5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
karya dalam berkarya (Endraswara, 2013:96). Aktivitas kejiwaan tersebut, terlihat pada struktur novel Saman. Oleh karena itu, analisis struktur pada novel akan diterapkan terlebih dahulu, lalu akan dilanjutkan pada kajian psikologi. Analisis struktur dalam penelitian, dibahas tentang tokoh penokohan, latar dan alur dan unsur tersebut akan memudahkan peneliti dalam mencari gagasan tentang penyimpangan-penyimpangan seksualitas yang terdapat pada novel. Dalam novel Saman segala permasalahan dan penyimpangan mengenai seksualitas yang dialami oleh para tokoh yang ada pada novel tersebut merupakan salah satu daya tarik yang melatarbelakangi mengapa peneliti mengambil ini sebagai bahan penelitian. 1.2
Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas. Maka permasalahan yang di bahas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur novel Saman karangan Ayu Utami? 2. Bagaimana penyimpangan seksual yang dilakukan oleh para tokoh yang terdapatdalam novel Saman karya Ayu Utami. 1.3Tujuan Penelitian Penelitian terhadap novel Saman Karya Ayu Utami memiliki dua tujuan pokok, yaitu: 1.
Mendeskripsikan struktur novel Saman Karya Ayu Utami.
6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Mendeskripsikan penyimpangan seksual yang terdapat dalam novel Saman karya Ayu Utami.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini adalah serangkaian struktur tokoh penokohan dari beberapa tokoh dalam novel, yaitu tokoh Saman, Laila, Sihar, Yasmin, Shakuntala dan Upi dan penyimpangan-penyimpangan seksual yang dialami para tokoh dari sudut pandang Sigmun Freud. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah perbehandaraan kritik sastra yang meninjau karya
sastra secara psikologi sastra yang
menggunakan teori psikoanalisis Sigmun Freud. Sementara
itu
secara
praktis,
hasil
penelitian
ini
dapat
dimanfaatkan pembaca untuk mengetahui sastra secara psikoanalisis. 1.5 Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini berisi pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah seksualitas di kehidupan sosial masyarakat dalam novel Saman karya Ayu Utami. Penelitian mengenai masalah seksualitas yang terdapat dalam novel Saman karya Ayu Utami telah diteliti oleh Teguh Candra (1999), Katrin Bandel (2006), Indra Yenni Sugiarto (2007), Andri Wicaksono (2011), dan Hani Solinkha (2011). Teguh Candra mahasiswa Universitas Sanata Dharma tahun 1999 dalam skripsinya yang berjudul “Pandangan Wanita tentang Seksualitas dalam Saman Karya Ayu Utami Suatu Tinjauan Strukturalisme Genetik” pada novel Saman permasalahan yang dibahas yaitu analisis struktural yang di 7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
fokuskan pada keempat tokoh wanita yaitu Laila, Shakuntala, Yasmin dan Cok guna untuk memahami bentuk-bentuk pandangan seksualitas keempat tokoh yang terdapat pada novel Saman. Selanjutnya Candra ingin mendeskripsikan pandangan keempat tokoh yaitu: Laila, Shakuntala, Yasmin dan Cok tentang seksualitas dalam novel Saman karya Ayu Utami menurut kajian strukturalisme Genetik. Kartin Bandel (2006) dalam bukunya yang berjudul “Sastra, Perempuan, dan Seks,” mengatakan bahwa dalam novel Saman disamping pesan-pesan eksplisit dan provokatif yang menentang falosentrisme, diungkapkan perempuan sebagai pihak yang aktif, dan mengakui berbagai macam orientasi seksual, pada banyak adegan yang membicarakan seksualitas justru terdapat kecendrungan falosentris, hal ini dapat dilihat dalam cerita Saman, dikatakan seksulitas tokoh Upi awalnya digambarkan seperti dalam kutipan “Gadis itu terkenal di kota ini karena satu hal. Dia biasa berkeliaran di jalan-jalan dan menggosok-gosokan selangkangannya pada benda-benda seperti binatang yang merancap.Tentu saja beberapa laki-laki iseng pernah memanfatkan tubuhnya.Konon, anak perempuan ini menikmatinya juga. Karena itu, kata orang-orang, dia selalu saja kembali ke kota ini, mencari lakilaki atau tiang listrik” (Utami, 1998:68). Indra Yenni Sugiarto mahasiswa Universitas Sanata Dharma 2007 membahas seksualitas dalam skripsinya yang berjudul “Perilaku Seksual Lima Tokoh Perempuan dalam Cantik Itu Luka
Karya Eka Kurniawan
(sebuah pendekatan psikoanalisis)”. Dalam skripsinya pemasalahan yang 8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dibahas adalah dinamika keperibadian dan struktur keperibadian tokoh serta prilaku seksualitas tokoh dalam dalam novel Cantik Itu Luka . Andri Wicaksono (2011) dari Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam skripsinya yang berjudul Analisis Strukturalisme Genetik Novel Saman. Andri berpendapat bahwa
keberanian Ayu Utami berani
melakukan
aksentuasi terhadap sesuatu yang tadinya bermakna tabu. “Ini juga patut dihargai, ia telah mengaksentuasikan sesuatu nilai yang tadinya sangat tabu dikatakan oleh kaum perempuan”. Novel Saman karya Ayu Utami sangat menarik dan perlu dikaji, karena novel Saman mempunyai hubungan antara lingkungan sosial saat novel tersebut diciptakan dengan lingkungan sosial pengarang. Hani Solinkha (2011) dalam makalahnya yang berjudul
Potret
Seksualitas dan Kritik Sosial dengan Kajian Semiotika, berpendapat bahwa Novel Saman
adalah novel yang menggambarkan sebuah potret perilaku
seksual yang di dalamnya mengkaji tentang gambaran perilaku seksual, perilaku seks menyimpang, serta yang terutama adalah keterkaitan antara seksual dengan hak-hak perempuan. Berdasarkan kajian pustaka di atas, tampak bahwa terdapat persamaan subjek kajianya yaitu novel Saman karya Ayu Utami, tetapi dengan objek kajian yang berbeda. Ada juga persamaan objek kajiannya yaitu psikologis sastra hanya dengan subjek yang berbeda. Jadi kebaharuan peneliti ingin melakukan penelitian secara serius mengenai penyimpangan seksual terhadap
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
novel Saman karya Ayu Utami dengan pendekatan Struktural dan Psikologi Sastra. 1.6 Landasan Teori Dalam skripsi ini akan digunakan teori struktural, teori psikoanalisis, pengertian seksualitas dan penyimpangan-penyimpangan seksual. 1.6.1. Kajian Struktural Menurut Teeuw (1983:61) pendekatan struktural merupakan pekerjaan pendahulu yang harus dilakukan oleh seorang peneliti sastra sebelum ia melakukan analisis lebih lanjut terhadap suatu karya sastra. Masih menurut Teeuw, karya sastra sebagai dunia, dan kata mempunyai kebulatan makna instrinsik yang hanya dapat digali dari karya itu sendiri.Analisis struktural juga dilakukan agar diperoleh kesistematisan pemahaman yang lebih mendalam terhadap karya sastra, sehingga analisis selanjutnya yang hendak dilakukan menjadi lebih mudah. A.Teeuw (1984:135) berpendapat bahwa, pendekatan struktural mempunyai tujuan yaitu membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin, keterkaitan dan keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Damono, (1984:2) juga mengungkapkan bahwa dalam penelitian karya sastra, analisis atau pendekatan objektif terhadap unsur-unsur intrinsik atau struktur karya sastra merupakan tahap awal untuk meneliti
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
karya sastra sebelum memasuki penelitian lebih lanjut.Batasan ini menunjukkan bahwa pendekatan struktural akan tergantung kepada karya sastra yang hendak dianalisis. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu dari karya fiksi, misalnya peristiwa, alur, latar, tokoh, dan lain sebagainya. Akan tetapi, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antara unsur dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetika dan seluruh makna yang ingin dicapai. Hal ini perlu dilakukan mengingat bahwa karya sastra merupakan salah satu kajian yang membedakan antara karya sastra satu dengan karya sastra yang lain. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis struktural berusaha memaparkan dan menunjukkan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra.
Aspek intrinsik yang dipilih dalam
penelitian meliputi tiga unsur yaitu: tokoh dan penokohan, latar, plot atau alur. Ketiga unsur struktural ini dipilih karena merupakan langkah awal dalam memahami penyimpangan-penyimpangan seksualitas yang akan dibahas selanjutnya.
1.Tokoh dan Penokohan Nurgiyantoro (2005:165) mengungkapkan bahwa tokoh cerita adalah individu orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
11
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kecenderungan seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Penokohan dan karakterisasi - karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjukan pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak (-watak) tertentu dalam sebuah cerita. Atau seperti yang dikatan oleh Jones (1968:33), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama.Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round character).Tokoh datar adalah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini. Jika dilihat dari peran tokoh-tokoh dalam pengembangan plot dapat dibedakan adanya tokoh tokoh utama ( central character, main character), dan tokoh tambahan ( peripheral character). Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang bersangkutan ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.
12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sedangkan tokoh tambahan dalam pemunculan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkang, dan kehadiranya hanya jika ada keterkaitan dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung ( Nurgiyanto, 1995 :176-177).
2. Latar Menurut Semi (1998:46) latar atau landas tumpu cerita adalah tempat peristiwa terjadi.Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjdinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitanya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Latar waktu dan fiksi dapat menjadi dominan atau fungsional jika dianggap secara teliti, terutama jika dihubungkan dengan waktu sejarah. Pengangkatan unsur sejarah dalam karya fiksi akan menyebabkan waktu yang diceritakan menjadi bersifat khas, tipikal, dan sangat menjadi fungsional sehingga tak dapat diganti dengan waktu lain tanpa mempengaruhi perkembangan cerita. Latar waktu menjadi koheren dengan unsure cerita yang lain. Nurgiyantoro (2010: 2016) mengungkapkan bahwa latar atausetting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan (Abrams,1981:175 melalui Nugiyantoro, 2010; 216). Stanton (1965) mengelompokkan latar, bersama dengan tokoh, dan
13
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
plot ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi, dan dapat diimajinasi oleh pembaca secara faktual jika pembaca cerita fiksi. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. 2.1 Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinyaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Latar tempat tanpa nama jelas biasanya hanya berupa penyebutan jenis dan sifat umum tempattempat tertentu, misalnya desa,sungai,jalan,hutan, kota, kecamatan, dan sebagainya (Nurgiantoro,2007:227). 2.2 Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitanya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah (Nurgiantoro, 2007: 230).
2.3
Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup
14
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
berbagai masalah dalam lingkup yang kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas (Nurgiyantoro, 2007:233-234).
3. Plot atau Alur Menurut Semi (1988:43), alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dari keseluruhan fiksi. (Stanton dalam Nurgiyantoro 2007:130) menyatakan bahwa plot adalah cerita berisi urutan kejadian, namun setiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Plot sebuah cerita bagaimanapun tentulah mengandung unsur urutan waktu, baik dikemukakan secara eksplisit maupun emplisit.Oleh karena itu, dalam sebuah cerita, sebuah teks naratif, tentulah ada awal kejadian. Kejadian-kejadian berikutnya, dan barangkali ada pula akhirnya.Namun, plot sebuah karya fiksi sering tidak menyajikan urutan peristiwa secara kronologis dan runtut, melaikan penyajian yang dapat dimulai dan diakhiri dengan kejadian yang manapun juga tanpa adanya keharusan untuk memulai dan mengakhiri dengan kejadian awal cerita atau di bagian akhir cerita. Dengan demikian, tahap awal cerita tidak harus di awal cerita atau
15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
di bagian awal teks, melainkan dapat terletak di bagian mana pun (Nurgiantoro, 2007:141). Urutan waktu yang dimaksud adalah waktu yang terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang bersangkutan. Atau lebih tepatnya, urutan penceritaan peristiwa- peristiwa yang ditampilkan. Urutan waktu, dalam hal ini, berkaitan dengan logika cerita dengan mendasarkan diri pada logika cerita itu, pembaca akan dapat menentukan peristiwa mana yang akan terjadi lebih dahulu dan mana yang lebih kemudian, terlepas dari penempatanya yang mungkin berada di awal, tengah, dan akhir teks ( Nurgiyantoro 2007: 153). Plot atau alur dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu: pertama,plot lurus adalah sebuah karya dikatakan progesif atau lurus jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa (-peristiwa) yang pertama diikuti oleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau, secara runtun cerita dimulai dari tahap awal (penyesuaian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik, meningkat, klimaks) dan akhir (penyesalan), (Nurgiyantoro, 2007:153-154) Kedua, plot sorot balik, flashback, adalah urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal (yang benar-benar merupakan awal cerita secara logika), melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan dari tahap akhir baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan (Nurgiyantoro 2007: 156).
16
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.6.2
Pendekatan Psikologi Sastra Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa, dan
logos yang artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa (Abu Ahmadi, Psikologi Umum:2003). Pendekatan psikologi sastra adalah suatu cara analisis berdasarkan sudut pandang psikologi dan bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia yang merupakan pancaran dalam menghayati dan menyikapi kehidupan (Harjana, dalam kutipan:2011). Jadi, pendekatan psikologi ini adalah analisis atau kritik terhadap suatu karya sastra yang menitik beratkan pada keadaan jiwa manusia, baik terhadap pengarang, karya sastra, maupun pembaca. Psikologi sastra adalah sebuah interdisipliner antara psikolog dan sastra (Endraswara, 2008:16). Pendekatan psikologis terhadap karya sastra muncul setelah Sigmund Freud memperkenalkan teori psikoanalisis, bagi Freud cipta rasa merupakan ambisi alam tak sadar yang tidak terwujud dalam realita. Secara fiktif diaktualisasikan dalam sastra.Pendekatan secara psikologis inilah yang disebut psikologi sastra. Psikologi sastra adalah suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiawaan dan menyangkut batiniah manusia, lewat tinjauan psikologi akan tampak bahwa fungsi dan peran sastra adalah untuk menghindarkan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk memancarkan bahwa karya sastra pada hakekatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia (Andrea Hardjana, 1994:66).
17
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Teori Psikoanalisis dari Freud Di antara beberapa aspek pemikiran Freud, ia memberi tempat khusus pada masalah seksualitas, dan masalah ini pula yang menimbulkan kritik dan penolakan terhadap dirinya. Banyak orang memahami seksualitas
berkaitan
semata
pada
masalah
dan
alat-alat
reproduksi.Penolakan besar-besaran terhadap Freud terjadi ketika ia membahas masalah seksualitas pada anak-anak. Orang berpendapat, mana mungkin anak-anak memiliki pengalaman yang berhubungan dengan seksualitas. Bagi Freud, masalah seksualitas lebih jauh, lebih luas, dan lebih awal usianya daripada sekedar seksualita genetikal (Minderop, 2010:45). Freud membedakan tiga periode kehidupan seksual infantile: pertama, periode kegiatan seksual awal. Menurutnya, pulsi seksual bersumber pada rangsangan yang datang dari bagian-bagian tubuh tertentu (daerah erogen). Pada anak-anak seluruh tubuhnya merupakan daerah erogen (daerah rangsangan) yang menjadi sumber kesenangan. Pada anakanak, kepuasan seksual berpusat pada daerah pencernaan, selanjutnya pada organ genital.Pulsi alimentasi atau kebutuhan untuk makan/minum dan kesenangan yang terpenuhi merupakan pulsi seksual (Minderop, 2010:46). 2. Penyimpangan Seksualitas Problem atau masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong
18
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
oleh hasrat seksual baik lawan jenis maupun sesama jenis (Sarwano, 1986:137) Seksualitas meliputi sebuah perasaan, hubungan manusia serta konikasi antar pasangan sehingga tidak dibatasi oleh fisik seseorang. Seksualitas adalah aspek penting dalam kehidupan yang mempengaruhi cara kita memperlihatkan kasih sayang, menilai diri sendiri dan hubungan dengan orang lain. Identitas seksual adalah jenis kelamin
seseorang yang
lebih
tertarik secara seksual. Identitas seksual dikategorikan menjadi dua yaitu hoteroseksual (penyuka lawan jenis) dan homoseksual (penyuka sejenis). Sesama lelaki disebut gay dan sesama perempuan disebut lesbian. Dalam pembahasan di atas ada dua pemikiran yang masih tersisa; pertama, kecendrungan biseksual diasumsikan sebagai inverse meski kita tidak mengerti detailnya selain formasi-formasi yang terjadi; dan kedua, kita berhadapan dengan bentuk-bentuk gangguan yang dialami insting seksual selama proses perkembangannya (Freud, 2014:13). Dalam penyimpangan seksual, Freud berpijak pada konsep; objek seksual (sexual object) dan tujuan seksual (sexual aim). Objek seksual berhubungan dengan arah pilihan sasaran aktivitas seksual, apakah diarahkan kepada sesama jenis (homosexual), lain jenis ( heterosexual) ataukah kombinasi antar keduanya (bisexual). Mengenai penyimpangan berdasarkan tujuan seksual, Freud berangkat dari titik pijak bahwa tujuan
19
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
seksual yang mendasar adalah penyatuan alat kelamin (sexsual union), penetrasi penis ke dalam vagina. Namun, di luar tujuan tersebut, ternyata Freud menemukan banyak kasus yang tidak lazim.Cara memperoleh tujuan seksual yang “aneh” seperti ditemui pada kasusgangguan dan penyimpangan seksual diperoleh dengan mempertontonkan alat kelamin kepada orang yang tidak menaruh curiga atau biasa disebut dengan istilahekshibionisme (Freud,20014). 3. Penyimpangan yang Berhubungan dengan Tujuan Seksual Pertemuan (penyetuan) alat kelamin pada saat aktivitas khas persenggamaan dianggap sebagai tujuan seksual normal. Aktivitas ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan seksual dan mematikan hasrat seksual secara temporer (sensasi kepuasaan yang biasa disamakan dengan kepuasan mengatasi rasa lapar). Meski demikian, dalam perilaku seksual paling normal sekalipun, ada aspek-aspek tambahan yang bias dibedakan. Perkembangan aspek-aspek tersebut mungkin akan menampakkan suatu kecenderungan menyimpang yang disebut perverse. Perverse adalah bentuk perilaku sksual menyimpang yang secara sosial tidak dapat diterima ( Freud, 2014:18-19). Pada penyimpangan yang berhubungan dengan tujuan seksual akan dibahas mengnai objek seksual yang tidak lazim. Aktivitas seksual yang mengunakan “objek-objek yang tidak lazim”, misalnya dalam kasus fatisisme, atau cara memperoleh tujuan seksual yang “aneh” seperti ditemui
20
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pada kasus
fetitisme.
Fetitisme adalah aktivitas
seksual
dengan
menggunakan benda-benda yang tidak lazim. Pengganti objek lain biasanya adalah salah satu bagian tubuh yang agak tidak layak untuk menjalankan fungsi-fungsi seksual, seperti kaki, rambut, atau benda-benda mati lainnya (potongan baju, tembok, kayu, tiang listrik dan benda-benda mati lainya), yang memiliki hubungan jelas dengan pribadi seksual, terutama dengan seksualitasnya. Objek pengganti ini tidak bisa disamakan dengan fetish oleh masyarakat tempo dulu dianggap sebagai penjelmaan Tuhan. Tradisi atau peralihan ke arah fetitisme, berikut munculnya penolakan terhadap tujuan seksual normal atau tujuan seksual menyimpang, dibentuk melalui kasuskasus yang menunjukan bahwa suatu keadaan fetisisme dibutuhkan. 4. Penyimpangan yang Berhubungan dengan Objek Seksual Teori insting seksual popular mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kisah puitik seputar pemisahan umat manusia dalam dua bagian pria dan wanita dengan cinta akan berjuang menjadi satu. Sangat mengherankan jika kemudian kita menemukan bahwa kondisi sejumlah pria mempunyai objek seksual bukan wanita, melainkan sesama pria atau sebaliknya.Pada penyimpangan yang berhubungan dengan objek sosial akan dibahas mengenai perilaku invert atau pembalikan perilaku seksual yang dialami oleh tokoh yang terdapat pada novel Saman. Perilaku invert yang akan dibahas dalam pembahasan ini ada dua yaitu; kelompok yang terbalik dalam dua arah (amphigenously inverted) dan pribadi yang hanya kadang-kadang memperlihatkan inversi (accasionally inverted). 21
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Kelompok yang terbalik dalam dua arah (amphigenously inverted),
atau
(psychosexually
secara
psikoseksual
hermaphroditic);
objek
hermaprodit
seksual
mereka
mungkin ditunjukan secara umum, baik sesama jenis maupun lawan jenis. Dalam kasus ini, inversi tidak memperlibatkan karakternya yang khas. 2. Pribadi
yang
hanya
inversi(occasionally
kadang-kadang
inverted).
Dalam
memperlihatkan kondisi
tertentu,
terutama jika objek seksual normal tidak dapat dijangkau, atau melalui tindakan-tindakan imitasi, kelompok ini mampu beranggapan sesama jenisnya sebagai objek seksual,dan meraih seksual bersamanya (Freud, 2014: 1-4). 5.
Penyimpangan Seksual Sosial Dari berbagai pengertian tentang defenisi penyimpangan sosial,
dapat dikatakan bahwa penyimpangan sosial di pahami sebagai tindakan yang dilakuakan oleh individu atau kelompok sosial yang tidak sesuai atau melawan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Kaidah yang berlaku di masyarakat tersebut berwujud nilai dan norma yang mengatur perbuatan mana yang baik dan yang kurang baik untuk dilakukan. Perilaku seksual di luar pernikahan merupakan perilaku atau tindakan yang melanggar norma masyarakat atau norma agama, di katakan melanggar norma karena hubungan seksual tanpa adanya status pernikahan.
22
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
seorang yang tidak setia pada pasangannya yang terjalin dalam sebuah
komitmen
dalam
masa
pacaran
atau
sudah
menikah.
Perselingkuhan disebut suatu penyimpangan seksual sosial karena perilaku yang dilakukan tokoh merupakan perbuatan yang melanggar norma-norma agama dan masyarakat.
1.7 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (i) metode dan teknik pengumpulan data, (ii) metode dan teknik pada tahap analisis data, dan (iii) metode penyajian hasil analisis data. Berikut akan diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian ini. 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka. Teknik tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan referensi sastra dan novel Saman. Studi pustaka juga dilakukan terhadap artikel atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan objek tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Judul Buku
: Saman
Pengarang
: Ayu Utami
Tahun Terbit : 1998 Terbitan
:Kepustakaan PopulerGramedia
Pengumpulan data dilakukan dengan metode baca. Metode baca adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan 23
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menyimak langsung dari data sumber tertulis yang sesuai dengan objek penelitian Teknik lanjutan yang digunakan dari metode baca yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik catat. Teknik catat dilakukan dengan cara mencatat kembali hal-hal yang perlu dan penting dalam penelitian dari sumber tertulis. 1.7.2
Metode dan Teknik Analisis Data Setelah data dikumpulkan, langkah berikutnya adalah analisis data.
Metode yang digunakan pada tahap ini antara lain adalah metode analisis isi, karena teknik ini sangat mendukung dalam memperoleh gambaran yang jelas tentang penyimpangan-penyimpangan seksualitas para tokoh yang terdapat dalam novel Saman karya Ayu Utami. 1.7.3
Tehnik Penyajian Hasil Analisis Data Penulis menggunkan metode deskriptif untuk menyajikan hasil
analisis data. Metode deskriptif bertujuan membuat pendeskripsian secara sistematis, aktual, akurat mengenai fakta-fakta yang ditemukan. berkaitan dengan penyimpangan-penyimpangan
seksual para tokoh dalan novel
Saman karya Ayu Utami . Metode deskriptif analisis dirasa tepat oleh penulis dalam menguraikan penelitian terhadap para tokoh dalam novel Saman karya Ayu Utami.
24
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.8 Sistematika Penyajian Hasil penelitian ini disusun dalam empat bab. Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penyajian. Latar belakang menguraikan alasan mengapa penulis melakukan penelitian ini. Rumusan masalah menjelaskan masalahmasalah
yang
ditemukan
dalam
penelitian
ini.Tujuan
penelitian
mendiskripsikan tujuan diadakan penelitian ini. Manfaat penelitian memaparkan manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini.Tinjauan pustaka mengemukakan pustaka yang pernah dibahas berkaitan dengan penelitian ini. Landasan teori menyamapaikan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Metode penelitian mendiskripsikan secara terperinci tahap-tahap dan teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyampaian hasil analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini. Sistematika dan penyajian menguraikan urutan hasil penelitian dalam skripsi ini. Bab II mendiskripsikan cerita dan struktur dalam novel Samandari tokoh penokohan, latar, dan alur. Bab III mendeskripsikan penyimpangan seksual para tokoh dalam novel Saman karya Ayu Utami Sebuah Kajian struktur dan Psikologi Sastra. Bab IV adalah Penutup, berisi kesimpulan, dan saran dari hasil penelitian yang dibahas.
25
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN, LATAR , DAN ALUR PADA NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI
Dalam analisis sebuah karya sastra, analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, sedetail, dan sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersamasama menghasilkan makna yang menyeluruh (Teeuw,1984:135). Analisis unsur-unsur terhadap struktur pencitraan novel Saman karya Ayu Utami akan difokuskan pada tokoh penokohan, latar, dan alur. Alasan pemilihan analisis tokoh dan penokohan, latar serta alur karena dalam pemilihan analisis ini pengarang dapat mengekspresikan dan mengungkapkan gagasan-gagasan melalui unsur-unsur struktural bagaimana keadaan para tokoh, latar dalam cerita tersebut, serta dapat mengetahui bagaimana alur tersebut dibangun.
2.1 Tokoh dan Penokohan Banyak tokoh yang terdapat dalam novel Saman karya Ayu Utami, tetapi dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan pada tokoh Laila, Saman, Shakuntala, Yasmin, Sihar, dan Upi .Alasannya karena intesitas kemunculan para tokoh dalam novel tersebut yakni, untuk menemukan identitas seksual serta penyimpangan-penyimpangan seksual yang dialami para tokoh didalam novel tersebut. Dalam novel ini akan dibahas tentang tokoh
26
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
penokohan yang menfokuskan pada tokoh utama ( central character, main character), dan tokoh tambahan (peripheral character). Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang bersangkutan,ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh tambahan dalam pemunculan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadiranya hanya jika ada keterkaitan dengan tokoh utama, secara langsung, atau pun tak langsung (Nurgiyanto, 1995 :176-177).
2.1.1
Tokoh utama dalam Novel Saman Tokoh utama adalalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaanya.
Dalam novel Saman karya Ayu Utami tokoh utamanya adalah Saman. Dikatakan tokoh utama karena kedua tokoh tersebut merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.Tokoh Saman juga paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, ia juga mengalami banyak permasalahan, dan tokoh Saman merupakan tokoh yang paling banyak waktu penceritaan.
2.1.1 Tokoh dan penokohan Saman Athanasius Wisanggeni sebelum memakai nama Saman adalah seorang anak muda yang baru saja menamatkan sekolah Teologi di Driyakarya dan belajar di Institut Pertanian Bogor. Setelah Wisanggeni menamatkan sekolahnya, acara sakramen presbiterat serta mengucapkan kaul dan pelantikan
27
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dilaksanakan. Sejak saat itu orang-orang memanggil dia Pater Wisanggeni atau Romo Wis. Tugas untuk melayani umat dimana pun dan kapan pun telah siap diemban Wis. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini. “Terang yang paling kecil datang dari lilin-lilin yang dinyatakan koster sebelum misa pentahbisan dimulai. Tiga pemuda itu berjubah putih, lumen de lumine,dan Bapak Uskup dengan mitra keemasan memanggil nama mereka satu per satu. Juga namanya: Athanasius Wisanggeni ( Utami, 1998:40). Sakramen presbiterat.Tiga lelaki tak berkasut itu lalu telungkap mencium ubin katedral yang dingin.Mereka telah mengucapkan kaulnya.Pada mereka telah dikenakan stola dan kasula.Sejak hari itu, orang-orang memanggil mereka pater. Dan namanya menjadi Pater Wisanggeni, atau Romo Wis (Utami, 1998:41).
Saman adalah seorang yang mempunyai jiwa sosial yang sangat tinggi. Hatinya akan cepat tergerak jikamelihat orang yang membutuhkan bantuan. Hal tersebut terlihat ketika dia untuk pertama kali melihat kondisi penduduk dusun Sei Kumbang. Dia sangat merasakan betapa keterbelakangan serta kemiskinan sehingga untuk membeli beras saja tidak mampu sangat menggangu jiwanya untuk turut membantu.Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.
“Ia merebus dua mie instan dan menyodorkan setengahnya pada Upi.Gadis itu Nampak bersemangat, tetapi tak segera makan.Ia mengulang-ulang sesuatu dengan nada pertanyaan. Wis baru bisa menduga maknanya ketika malam itu si ibu menanak nasi dengan sayur daun alas rebus dan mi instan yang ia serahkan tadi pagi. Sebungkus supermi untuk lauk berlima.Tidak dimakan sebagai menu utama karbohidrat (Utami, 1998:74). “Malam itu ia tidur di rumah keluarga Argani yang nyaris tak bersekat. Cuma ada satu bilik disana, dua kali tiga meter, kamar tidur orang tua. Abang, adik Anson, dan Nasri, juga Wis, tidur bergeletakan di serambi, tiga kali tiga meter saja luas lantainya. (Utami, 1998:74).
28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Ia memutuskan: meringankan penderitaan si gadis dengan membangun sangkar yang lebih sehat dan menyenangkan, seperti membikin kurungan besar bagi perkutut dan cacakrawa ayahnya sebab melepaskan mereka hampir sama dengan membunuh mereka,(Utami, 1998: 74).
Saman adalah seorang laki-laki yang mempunyai rasa keperdulian yang sangat tinggi dan ia juga mempunyai sifat yang ringan tangan. Ia Selalu ingin membatu siapapun yang membutuhkan bantuan tanpa membedabedakannya.Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.
“Dia? Aduh, kasihan….” Terdengar suara salah seorang perempuan. “jadi Ibu kenal dia?” Tanya Wis antusias namun gelisah karena orang-orang itu seperti lambat mengambil keputusan.Identitas si gadis gila seperti membuat kerumunan itu jadi malas bertindak, (Utami, 1998:66). Wis meminta selendang untuk menutup hidung dan mulutnya. “Tolong ikatkan tali ke tubuh saya.” Ia juga menyuruh salah satu menyusul Rogam, sebab pemuda itu tentu bisa mencarikan topeng gas yang biasanyadimiliki perusahaan penggalian (Utami, 1998:66). Sekitar dua puluh meter dari mulut sumur, dilihatnya gadis itu telah terkulai dengan tubuh tertengkuk. Ia sendiri merasa lunglai. Cepat-cepat diambilnya tambang yang kedua dan dijalinnya simpul kursi terhadap perempuan itu.Ia memberi tanda pada orang-orang agar segera menarik mereka.Tetapi sentolopnya jatuh, Wis tak sadarkan diri (Utami, 1998:67)
Selain mempunyai rasa keperdulian yang tinggi terhadap sesama, Saman mempunyai sikap yang bertanggung jawab.Ia sadar telah melanggar aturan gereja karena bertindak yang tidak sesuai dengan peraturan pada tugas pelayanannya sebagai imam. Tetapi hal tersebut dapat diselesaikannya dengan rasa percaya diri dan rasa tanggung tanggung jawab. Ia pun
berusaha
semaksimal mungkin sehingga dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini. 29
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Wis terdiam.Lalu meminta maaf.“Saya sama sekali tidak bermaksud menyepelekan pekerjaan gereja.Saya cuma tak bisa tidur setelah pergi ke dusun itu.Ia ingin mengatakan rasanya berdosa berbaring di kasur yang nyamandan makan rantangan lezat yang dimasak ibu-ibu umat secara bergiliran. Bahkan rasanya berdosa jika jika hanya berdoa.Ia tak tahan melihat kemunduran yang menurut dia bisa diatasi dengan beberapa proposalnya.Dengan agak memelas ia memohon agar diberi kesempatanmelakukan itu” (Utami,1998:81). Jika kamu bisa mengusahakan dana sendiri, saya bersedia memberi kamu waktu tiga minggu dalam satu bulan. Satu minggu sisanya kamu harus ada di paroki.Jika saya melihat hasinya, saya berani mengusulkan agar uskup memberimu pekerjaan kategorial di perkebunan (Utami, 1998:82). Kali ini, tak hanya berisi cerita dan kerinduan seperti biasanya, namun juga permohonan agar si ayah memberikan modal sekitar lima atau enam juta rupiah, bukan jumlah yang besar dari tabungan bapaknya (Utami,1998:83). Ayahnya memberikan jawaban setuju. Lalu wis segera kembali ke Lubukrantau. (Utami,1998:83).
Selain sikap Saman yang selalu perduli dengan lingkungan sekitar yang membutuhkanya, Ia mempunyai kisah
percintaan yang dialaminya.
Percintaanya dengan Yasmin hingga membuat iaakhirnya melakukan hubungan seksual dengan Yasmin.Padahal hal tersebut sangat ditentang oleh agama karena Saman adalah seorang pastor.
Sejak hari itu, orang-orang memanggil mereka pater. Dan namanya menjadi pater Wisanggeni, atau Romo Wis (Utami,1998:41) Yasmin menangis.Aku memeluknya, hendak menenangkanya.Ia terus menangis pilu bagaikan anak kecil, sehingga aku mendekapnya erat. Namun, tanpa aku pahami akhirnya justru akulah yang menjadi seperti anak kecil, terbenam di dadanya yang kemudian terbuka, seperti bayi yang haus. Tubuh kami terhimpit. Gemetar, selesai sebelum mulai, seperti tak sempat mengerti apa yang baru saja terjadi tapi ia tak perduli, ia menggandengku ke kamar. Aku tak tau bagaimana aku akhirnya melakukanya.Ketika usai aku menjadi begitu malu.Namun ada perasaan lega yang luar biasa sehingga aku terlelap (Utami, 1998:177) 30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Terjaga dini hari atau tengah malam karena ada yang menggigit dekat ketiakku.Kulihat tanganya masturbasi.Ia naik diatasku setelah mencapainya.Aku tahu aku tak tahu cara memuaskanya (Utami,1998:177). 23 April terbangun dengan kacau.Sejak kabur dari paroki, aku tak pernah berfikir betul-betul meniggalkan kaulku.Kini tubuhku penuh pagutan.Tak tau bagaimana Yasmin tertarik padaku yang kurus dan dekil?Ia begitu cantik dan bersih. Hari itu ia terus membuat badanku terutul, aku sering garangan yang ditangkap. Ia menghisap habis tenagaku (Utami, 1998:177).
Hubungan Yasmin dan Saman semakin terjalin lebih dekat selayaknya sepasang kekasih yang dilanda asmara. Terbukti ketika Saman selalu terbayang-bayang tentang Yasmin, bahkan ia merasa cemburu bila mendengar Yasmin berhubungan seksual dengan suaminya. Saman dan Yasmin sudah menganggap hubungan seksual tanpa pernikahan yang kerap ia lakukan itu adalah hal yang biasa. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.
Yasmin, New York, 14 Mei 1994 Taukah kamu bahwa kisah ini telah menginspirasikan keputusan-keputusan yang tidak adil bagi perempuan selama berabad-abad?Kita tidak dalam kegetaranpada seks, tetapi laki-laki tidak mau dipersalahkan sehingga kami melepaskan dosa itu kepada perempuan. Tapi, ya, kamu memang penggoda (Utami, 1998:183). Yasmin, New York, 13 Juni 1994 Aku cemburu.Kamu bersetubuh, aku tidak.Bukankah Lukas lebih perkasa?Aku terlalu cepat… kalaupun aku bias menghamili kamu, tentulah aku orang efisien, yang membereskan suatu pekerjaan dalam waktu amat singkat (Utami, 1998:195). Yasmin,New York, 21 Juni 1994 Ajarilah aku. Perkosalah aku (Utami,1998:197).
31
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.1.2
Tokoh Tambahan dalam Novel Saman Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itupun dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Dalam novel Saman karya Ayu Utami ini, yang termasuk sebagai tokoh tambahan adalah tokoh Laila, Sihar, hakuntala, Yasmin, dan Upi. Ketiga tokoh tersebut disebut tokoh tambahan karena mereka hanya dimunculkan sesekali saja dalam cerita tetapi tokoh tambahan tersebut mempengaruhi terhadap cerita serta konflik dari keseluruhan peristiwa yang terjadi. 2.1.2.1 Tokoh dan Penokohan Laila Laila memilih berpenampilan yang sesuai dengan profesinya. Penampilanya menunjukan kepada kepribadiannya yang dinamis. Dia mempunyai potongan rambut bob, dan ia berprofesi sebagai seorang fotografer pada sebuah rumah produksi yang dikelola dengan seorang temannya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini. Perempuan itu memberi isyarat agar pilot berputar hingga sudut yang baik bagi dia untuk memotret tiang-tiang eksplorasi minyak bumi di bawah mereka. Potonganya bob, tapi perias disalon membujuk dia agar dia juga memberibingblight bestnut. Dan iamenurut,(Utami,1998:7).
Laila juga mempunyai sifat yang perduli dengan apa yang terjadi disekitarnya. Rasa simpatinya sangat besar, terlebih jika terjadi sesuatu terhadap orang yang sangat berarti bagi dirinya.Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.
32
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Jangan lakukan itu lagi” “Dia sahabat saya.kami selalu berpasangan kemana-mana” “saya punya betadine, biar saya bersihkan dulu kamu”(Utami,1998:18).
luka
Selain sifatnya yang perduli dan simpati, Laila juga seorang yang penuh dengan alternatif pemikiran yang luas. Dia mampu memunculkan ide-ide yang masuk akal. Hal tersebut menunjukan bahwa Laila bukanlah orang yang bodoh melainkan termasuk orang yang pintar dan berpendidikan tidak rendah. Hal tersebut dapat
dilihat pada kutipan
dibawah ini.
“kenapa kasus ini tidak diajukan ke pengadilan saja?kelalaian yang menyebabkan kematian juga termasuk pidana”(Utami, 1998:21). “apa salahnya usul saya dicoba? Saya punya teman pengacara. Dia pasti mau bantu. Paling tidak kalau kita bikin tekanan, Texcoil harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membungkam orang-orang.Itu membuat dosa Rosano pada Texcoil lebih besar. Kalau tidak masuk penjara, sedikitnya dia harus dipecat….” (Utami, 1998:22). “Di samping menggugat Texcoil, kasus ini harus dibuka dan dikampanyekan di media massa.Harus ada orang-orang yang mau mendukung keluarga korbanjika terjadi tekanan-tekanan. Harus ada LSM-LSM yang memprotes dan mengusiknya terus. dan saya punya teman yang bisa menyelesaikan itu?” (Utami,1998: 22-23).
Selain Laila seorang wanita yang cerdas dan berpendidikan, dia jugaselalu memberikan perhatian yang besar kepada laki-laki yang dicintainya, bahkan ia pun rela berkorban demi laki-laki yang dicintainya. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.
33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“setiap kali mencintai, laila begitu penuh perhatian. Jika hari ini si pria bilang kepingin sop konro, atau toge goreng, kaset atau kompakdisk lagu baru atau lama, atau pernik lain, dia akan berusaha mampir dan membelikanya ia tak pernah alpa memberi hadiah ulang tahun . Ia suka mengirim kartu, surat dan kata-kata”(Utami, 1998:155).
Sikap keraguan Laila sering muncul ketika ia ingin mengakui sesuatu hal yang sebenarnya ia lakukan tetapi, karena dalam diri Laila selalu muncul rasa gengsi
sehingga terkadang ia menyangkal dengan
semua prilaku-prilaku yang ia lakukan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.
“Kamu yakin akan begituan kalau betul-betul ketemu Sihar?” ia menggeleng, ”Gak tau deh.Menurutmu gimana?”(Utami, 1998:127). Jika sekali atau dua kali lagi kalian kencan, sanggupkan kamu tetap bertahan?.“Entah ya. Harus bias ahh,” jawabnya,(Utami. 1998:131). “Jadi apa sebetulnya yang kamu cari? Perkawinan bukan, seks bukan” “Aku cuman pengen sama-sama dia”(Utami, 1998: 131).
Laila mempunyai sikap yang sangat romantis, ia mampu merangkai kata-kata untuk mengungkapkan isi hatinya kepada laki-laki yang sangat dicintainya. Seperti pada umumnya wanita lain, Laila juga mempunyai gairah seksual kepada pasangan yang dicintainya.Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini. “Kalau kekasihku muncul dari gerbang itu, saya akan katakan padanya, kita sudah tidak berjumpa tigaratus enam puluh sembilan hari lamanya. Dan ia akan tertegun akan penantian saya. Dan ia akan terharu. Ia akan mengecup dahi saya. Lembut, seperti orang yang menyanyangi, yang tak
34
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
melulu birahi. Tapi akan saya katakana bahwa kali ini saya telah siap. Dan saya telah memilihnya sebagai lelaki yang pertama,(Utami, 1998:29). Lalu ia akan berkata, “sudah lama saya menunggu saat ini,” dan mengecup bibir saya. Dan saya akan membalasnya dengan gemas sampai ia tak sanggup menahan lagi. Barangkali kami melakukanya di taman ini, disini, di bangku sebelah gelandangan yang tidur nyenyak, di antara bijibiji kitiran yang diterbangkan angin. Kami melakukanya tanpa melepaskan seluruh pakaian, sebab hari masih terlalu dingin untuk telanjang. Setelah itu mengulanginya di kamar hotel, tanpa berlekas-lekas, di mana kulit saya bias menikmati kulitnya, dan kulitnya menikmati kulit saya, sebab kami telah menanggalkan semua pakaian. Dan kami berkeringat. Lalu, setelah usai, kami akan bercinta satu sama lain.tentang apa saja,(Utami, 1998:30). Laila juga
seorang wanita yang berusaha bersikap setia kepada
kekasihnya meskipun kekasihnya sudah mempunyai istri. Sebagai seorang wanita, Laila sadar bahwa keberadaanya diantara sihar dan istrinya serta keluarga Laila merupakan suatu hal yang tidak dapat diterima oleh orang-orang terdekatnya.
2.1.2.2 Tokoh dan Penokohan Sihar Sihar adalah seorang Insyinyur analisis kandungan minyak. Ia mempunyai badan yang kekar, tidak putih, berkaca mata, beberapa helai uban telah tumbuh dan ada yang khas yaitu bau tembakau atau keringat. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan; Lelaki itu memang selera temanku: atletis, tidak putih, berkaca mata, kalem, beberapa helai uban telah tumbuh dan odor yang khas tembakau atau keringat (Utami, 1998: 131) Yang pertama adalah Sihar Situmorang, Insinyur analisis kandungan minyak, orang yang membuat Laila tertarik karena ketidakacuhannya dan posturnya yang liat. Juga rambutnya yang terlihat kelabu karena serat-serat putih mulai tumbuh berjarakan (Utami, 1998: 10).
Sihar yang berumur 35 tahun ini bekerja sebagai “ Compani Man” atau orang perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini;
35
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ia menyebut “ orang servis” mereka menyebut dia “Company Man” atau “orang perusahaan” (Utami, 1998: 9). Keduannya sebetulnya seusia, sekitar tiga puluh lima. Barangkali Rasono lebih muda (Utami, 1998:10).
Terkadang Sihar orang yang tidak bisa menahan emosinya dan ia dapat berbicara kasar kepada atasannya dalam pekerjaan. Tetapi tidak kepada perempuan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini;
Sihar orang yang bisa bicara dengan kasar kepada atasannya atau dalam pekerjaan, seperti pada Rasono. Tetapi dengan perempuan tak ada satu kata omongannya yang keluar. Tidak juga canda yang cabul (Utami, 1998: 25).
Tokoh Sihar sudah menikah dan mempunyai seorang istri. Seorang laki-laki seperti dia mestinya menikah dengan perawan yang manis, tetapi dia mengawini seorang janda beranak satu, anak perempuan (Utami, 1998: 25).
Meskipun Sihar sudah menikah, Laiala masih saja mengagumi Sihar. Sehingga mereka hubungan yang lebih dari seorang teman, keduanya saling menyukai. Hari itu kami jadi berciuman. Ketika ia mengantar saya pulang, dia bilang ingin mengecup kening saya, yang ternyata adalah pagutan (Utami, 1998: 26).
Sihar yang sudah mempunyai istri dan anak tidak merasa segan mengajak Laila untuk bertemu disebuah hotel di tepi pantai. Akhirnya ia membawa saya ke sebuah hotel di tepi pantai. Sebab ternyata ia masih mencintai laut. Tanggal 22 April 1995 itu. Tetapi itu justru menjadi klimaks pertemuan-pertemuan kami (Utami, 1998: 27).
36
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Suatu hari, Sihar memutuskan untuk berangkat ke Amerika. Mendengar hal itu Laila tiba-tiba memutuskan untuk kesana juga. Suatu hari kira-kira dua bulan sebelum hari ini, saya dengar ia akan ke Amerika. Saya memberanikan diri memutar nomornya (Utami,
1998: 27).
“Aku juga akan kesan. Aku punya teman di New York” saya memutuskan tiba-tiba. Tak saya piker, tapi putusan itu bulat (Utami, 1998: 28).
Sihar yang sudah mempunyai istri bertemu dengan Laila di New York dan mereka hubungan semakin dekat. Sehingga pada waktu itu Sihar dan Laila melakukan hubungan seksual. Barangkali, kami melakukannya di taman ini, disini, di bangku sebelah gelandangan yang tidur nyenyak di antara biji-biji yang diterbangkan angin. Kami melakukan tanpa melepaskan seluruh pakian, sebab hari masih terlalu dingin untuk telanjang. Setelah itu, mengulanginya dikamar hotel, tanpa berlekas-lekas, dimana kulit saya bisa menikmati kulitnya, dan kulitnya menikmati kulit saya, sebab kami telah menanggalkan semua pakian, dan kami berkeringat. Lalu, setelah usai, kami akan bercerita satu sama lain, tentang apa saja (Utami, 1998: 30).
Sihar yang bekerja sebagai “company man” menjalin hubungan dengan Laila. Mereka saling mencintai satu sama lainnya. Sihar yang sudah mempunyai istri dan seorang anak tidak mempengaruhi keinginannya bersama Laila yang masih perawan telah memberikan keperawanannya kepada Sihar laki-laki yang sangat
dicintainya.
Hubungan percintaan yang dialami oleh Sihar hanya sebatas itu saja tanpa ada pernikahan diantara mereka.
37
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.1.2.3 Tokoh dan Penokohan Shakuntala Shakuntala dilukiskan sebagai wanita yang mempunyai kehidupan sangat bebas.Ia tidak terikat dengan laki-laki karena, ia juga berhubungan erat dengan perempuan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini;
Namaku Shakuntala. Ayah dan kakak perempuanku menyebutku Sundal. Sebab aku telah tidur dengan beberapa lelaki dan beberapa perempuan.Meski tidak menarik bayaran.Kakak dan ayahku tidak menghormatiku.Sebab bagiku hidup adalah menari dan menari pertamatama adalah tubuh.Seperti Tuhan baru meniupkan nafas pada hari keempatpuluh setelah sel telur dan sperrma menjadi gumpalan dalam Rahim, maka roh berhutang kepada tubuh.Tubuhku menari.Sebab menari adalah eksplorasi yang tak habis-habis dengan kulit dan tulang-tulangku, yang dengannya aku rasakan perih, ngilu, gigil, juga nyaman dan kelak ajal.Tubuhku menari.Ia menuruti bukan nafsu melainkan gairah. Yang sublime. Libidinal Libirin. (Utami, 1998: 115-116)
Shakuntala yang mempunyai kebebasan dalam hidupnya, ia mempunyai pandangan tersendiri tentang suatu pernikahan. Ia tidak menganggap bahwa pernikahan itu penting bahkan, ia tidak perduli dengan pernikahan. Dalam pemikiranya ia biasa saja melakukan hubungan seksbebas tanpa adanya status
pernikahan.Ia lebih bebas melakukan
hubungan seks dengan laki-laki dan perempuan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini. Laila bukanlah aku atau Cok, orang-orang dari jenis yang tak perduli betul pada pernikahan atau neraka, selain berpendapat bahwa keduanya adalah himpunan yang diantaranya ada irisan ( Utami, 1998:127).
38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Shakuntala sosok wanita yang mempunyai keperdulian terhadap sahabat-sahabatnya. Ia sangat khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak baik tentang sahahatnya terutama perihal permasalahan percintaan yang dialami Laila. Hal tersebut terlihat pada percakpan antara Laila dengan Syakuntala; “Kamu yakin akan begituan kalau benar-benar ketemu Sihar?” ia menggeleng. “Enggak tau, deh. Menurutmu bagaimana?” “menurutku jangan” “ Kenapa?” “ lebih baik jangan.” (Utami, 1998:127)
Shakuntala tidak menyetujui adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang seolah-olah derajat wanita lebih rendah dari pada lakilaki. Derajat laki-lakidipandang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Maka dari itu, ia juga tidak dapat menerima adanya adat Jawa yang cenderung meninggikan laki-laki. Baginya laki-laki dan perempuan itu mempunyai derajat yang sama. Seorang wanita tak perlu mempertahankan keperawananya sebab laki-laki juga tidak dituntut untuk mempertahankan kesucianya (keperjakaan).Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.
Yasmin Monika orang Manado, tapi ia setuju saja menikah dengan adat Jawa yang rumit itu.ia juga rela mencuci kaki Lukas sebagai tanda sembah bakti istri pada suami, yang tak ada pada upacara ala Manado. “kok mau-maunya sih pakai cara begitu?” aku protes. Tapi ia menjadi ketus.“ah, Yesus juga mencuci kaki murid-muridnya. Lagipula, kamu sendiri orang jawa!” aku mau memberondongkan argumen panjang tentang Yesus-nya dan Jawa-ku. Misalnya, cuci-cucian Yesus itu adalah sebuah penjungkiran nilai-nilai, sementara yang dilakukan istri Jawa adalah kepatuhan dan ketidakberdayaan (Utami, 1998:154).
39
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Shakuntala adalah wanita yang mempunyai kehidupan sangat bebas.Ia mempunyai sikap hidup yang jelas.Ia menganggap perbedaan genre antara laki-laki dan perempuan mempunyai derajat yang sama. Apabila laki-laki tidak menghormati perempuan ia pun sebaliknya, sekalipun itu adalah keluarganya, Ayah dan kakaknya. Laki-laki tak berbeda dengan perempun yang memiliki kewajiban yang sama.
2.1.2.4 Tokoh dan Penokohan Yasmin Yasmin digambarkan sebagai seorang wanita yang sempurna dibandingkan teman-temannya. Secara fisik ia mempunyai daya tarik yang tinggi. Selain itu ia juga mempunyai rasa keperdulian yang tinggi kepada orang-orang yang hak ciptanya dilanggar. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
Yasmin Monika adalah perempuan yang mengesankan banyak lelaki karena kulitnya yang bersih dan tubuhnya yang langsing (Utami, 1998:24). Yasmin memang sering mengurusi orang-orang yang hak-haknya dilanggar.Kadang dia menyebut dirinya aktivis, (Utami, 1998:146-147).
Yasmin adalah wanita yang sangat menghargai orang tuanya.Ia selalu menuruti apa yang perintahkan orang tuanya. Keinginan orang tuannya selalu ia turuti meskipun terkadang ia merasa terpaksa. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sejak kecil, ia dibentuk orangtuanya untuk menghabiskan waktu dengan hal yang produktif. Ibunya memaksanya kursus balet, piano, berenang, dan bahasa inggris sejak kelas 2 SD, dan ia menjadi serba bisa, (Utami, 1998: 146). Tapi, orang tua sayang pada kita, guru tidak-Yasmin bertahan. Ayah ibu memelihara kita, bekerja untuk kita, melahirkan kita, (Utami, 1998:148).
Yasmin
awalnya
merupakan
sosok
wanita
yang
setia.Ia
menganggap hubungan seks yang tanpa didasari dengan pernikahan menurut dia adalah suatu perzinahan.Ia selalu bersikap dingin terhadap laki-laki lain selain kekasihnya.Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut. Kemudian, dengan malu-malu, Yasmin mengaku kepada kami bahwa ia sudah tidur dengan Lukas.“tapi kami mau menikah” tambahnya cepatcepat, sebab ia merasa telah berzinah,(Utami, 1998: 153).
Setelah menikah, Yasmin bersikap bahwa ia tak biasa bersikap hanya dengan satu laki-laki saja. Ia tidak lagi setia kepada satu pasangan saja. Menurutnya, ia dapat memperdaya laki-laki. Fantasi- fantasi seks ia lakukan bukan dengan suaminya saja tetapi ia juga sudah berhubungan seks dengan seorang pastor dan sudah memurtatkan seorang pastor. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini. Yasmin menagis.Aku memeluknya, hendak menenangkanya.Ia terus menangis, pilu bagaikan anak kecil, sehingga aku mendekapnya erat. Namun, tanpa aku pahami akhirnya justru akulah yang menjadi seperti anak kecil: terbenam di dadanya yang kemudian terbuka, seperti bayi yang haus. Tubuh kami terhimpit. Gemetar, selesai sebelum mulai, seperti tak sempat mengerti apa yang baru saja terjadi tapi ia tak perduli, ia menggandengku ke kamar. Aku tak tau bagaimana, aku akhirnya melakukanya.Ketika usai aku menjadi begitu malu.Namun ada perasaan lega yang luar biasa sehingga aku terlelap (Utami, 1998:177)
41
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Terjaga dini hari atau tengah malam karena ada yang menggigit dekat ketiakku.Kulihat tanganya masturbasi.Ia naik diatasku setelah mencapainya. Aku tak tahu cara memuaskanya, (Utami, 1998:177). 23 April- terbangun dengan kacau.Sejak kabur dari paroki, aku tak pernah berfikir betul-betul meniggalkan kaulku.Kini tubuhku penuh pagutan.Tak tau bagaimana Yasmin tertarik padaku yang kurus dan dekil?Ia begitu cantik dan bersih. Hari itu ia terus membuat badanku terutul, aku sering garangan yang ditangkap. Ia menghisap habis tenagaku, (Utami, 1998:177). Saman, Forgive me. Please. Setelah kamu keluar dari diosesan, setelah kamu mengganti nama dan mengubah penampilan, setelah sering kamu meragukan keadilan Tuhan, bahkan keberadaan Tuhan, aku tidak menyangka kalau kamu masih punya keinginan kembali menjadi pastor. Aku tidak tau bagaimana harus meminta maaf, sampai-sampai dua hari ini aku tak berani membalas suratmu. Aku menyesal sekali, apakah kamu menganggap aku hawa yang menggoda Adam? (Utami, 1998:183). Yasmin, Aku tak tahu lagi apakah masih ada dosa.Seks terlalu indah. Barangkali karena itu Tuhan begitu cemburu sehingga ia menyuruh Musa merajam orang-orang yang berzinah? Tetapi perempuan selalu disesah dengan lebih bergairah.Kemanakah pria bersetubuh dengan wanita yang dibawa orang-orang Farisi untuk dilempari batu di luar gerbang yerusalem? Aku mencintaimu.Aku mencintaimu. Aku tidak ingin kamu dihukum. Tetapi kamu sungguh cantik, seperti dinyanyikan Kidung Raja Salomo. (tubuhmu seumpama pohon kurma, dan buah dadamu gugusnya kataku: aku ingin memanjat pohon itu dan memegang gugusnya, (Utami, 1998:184).
Yasmin mempunyai sikap ketergantungan terhadap Saman.Ia tidak dapat dengan mudah melupakan kejadian-kejadian yang sudah dialami bersama Saman. Fantasi-fantasi seksualnya yang tinggi dilakukan bersama Saman, hingga setiap Yasmin berhubungan seks dengan suaminya hanya wajah Saman yang selalu ia bayangkan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini.
42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Saman, JAKARTA, 12 JUNI 1994 Aku terkena aloerotisme.Bersetubuh dengan Lukas tetapi membayangkan kamu.Ia bertanya-tanya, kenapa sekarang aku semakin sering minta agar lampu dimatikan. Sebab yang aku bayangkan adalah wajah kamu, tubuh kamu, (Utami, 1998:195). Saman, JAKARTA, 16 JUNI 1994 Orgasme dengan penis bukan suatu yang mutlak.Aku selalu orgasme jika membayangkan kamu.Aku orgasme karena keseluruhanmu. Saman, JAKARTA, 20 JUNI 1994 Tahukan kamu, malam itu yang aku inginkan adalah menjamah tubuhmu, dan menikmati wajahmu ketika ejakulasi. Aku ingin datangke sana. Aku perkosa kamu. (Utami, 1998:196) 2.1.2.5 Tokoh dan Penokohan Upi
Upi digambarkan sebagai gadis yang mempunyai keterbelakangan mental. Nama gadis itu Upi. Kemudian si ibu bercerita tentang anak perempuaannya yang gila (Utami, 1998:71)
Selain
Upi
mempunyai
keterbelakangan
mental
ia
juga,
mempunyai sifat yang aneh dalam melampiaskan gairah seksualnya. Ia sering
melampiaskan
gairah
seksualnya
dengan
menggosokan
selangkangannya pada benda-benda seperti pada tongkat, pagar, dan sudut-sudut tembok. Gadis itu dikenal di kota ini karena satu hal. Dia biasa berkeliaran di jalan-jalan dan menggosok-gosokan selangkangannya pada benda-benda, seperti: tongkat, pagar, sudut tembok seperti binatang yang merancap (Utami, 1998: 68).
43
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Selain itu, ia juga melampiaskan seksualnya secara tidak lazim. Ia kerap terlihat melampiaskan seksualnya pada pohon-pohon, balok kayu serta hewan-hewan. Semula, ketika orang-orang menyadap karet, dia malah suka merancap dengan pohon-pohon itu, menggosok-gosok selangkangannya, untungnya tanpa membuka celana (Utami, 1998: 71) Lama-kelamaan ia juga tertarik pada binatang-binatang terutama kambing. Setiap kali, ia juga menganiaya hewan-hewan itu kadang sampai mati. Karena ia juga memperkosa dan menyiksa ternak tetangga, kami terpaksa memasungnya (Utami, 1998:71).
Upi yang mempunyai keterbelakangan mental mempunyai gairah seksual yang sama dengan manusia normal. Tetapi, untuk melampiaskan seksualnya ia tidak mempunyai objek seksual pada umumnya. Sehingga setiap ia bergairah dan ingin melakukan hubungan seksual, ia melampiaskan gairah seksualnya dengan benda-benda yang tidak wajar dan binatang-binatang juga sebagai objek seksual agar ia mendapat kepuasan seksualnya.
2.2
Latar Latar merupakan salah satu unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Latar merupakan suatu landasan bagi peristiwa yang dilakukan. Unsur latar dapat dibedakan kedalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataanya saling berkaitan dengan saling mempengaruhi satu dengan yang lainya, (Nurgiyantoro,1995:227).
44
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dalam novel ini penulis ingin menjabarkan latar yang paling dominan yang berpengaruh pada gambaran identitas seksual yang di alami para tokoh yaitu Laila, Saman, Shakuntala, Yasmin, dan Upi.
2.2.1 Latar Tempat Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.Unsur tersebut yang digunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tersebut tanpa nama yang jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak bertentangan
dengan
sifat
dan
keadaan
geografis
tempat
yang
bersangkutan, (Nurgiyantoro, 1995: 227). Secara garis besar dalam novel Saman, terdapat tiga latar tempat yang melatarbelakangi konflik-konflik itu terjadi. Seperti, pantai laut cina, Prabumilih dan New York. 2.2.1.1
Pantai Laut Cina Selatan Di pabrik kilang di lepas pantai laut Cina selatan, dalam
penceritaan tersebut adalah tempat awal pertemuan Laila dan Sihar di sebuah Ring. Lalu ia memperkenalkan orang-orang sevis itu kepada kedua tamunya. Yang pertama adalah Sihar Situmorang, Insinyur analisis kandungan minyak, orang yang membuat Laila tertarik karena ketidakacuhannya dan posturnya yang liat (Utami, 1998: 10).
45
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ring adalah tempat
Sihar bekerja kepada Sarono sebagai
“Company man”. Tempat inilah adalah tempat pertama kalinya
Laila
dikenalkan oleh Rasono pimpinan kerja Sihar kepada Sihar. Dari awal pertemuannya di ring Laila sudah menyukai dan mengagumi Sihar. . 2.2.1.2
Kota Perabumulih Kota
Prabumulih
merupakan
tempat
tinggal
Saman
dan
keluarganya sewaktu Saman masih kecil. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini. Wisanggeni lahir di sana. Saat umurnya empat tahun, bapaknya dipindahkan ke Perabumulih, sebuah kota sebrang yang panjang, jalan utamanya kira-kira Cuma lima kilometer. Prabumulih masih kota minyak di tengah Sumatera Selatan yang sunyi masa itu(Utami, 1998:45).
Tidak hanya itu, setelah tumbuh menjadi dewasa Saman menyerahkan sepenuh hati dan dirinya kepada Tuhan dan ia memutuskan untuk menjadi pastor. Hingga pada akhirnya ia bersama dua temanya menerima sakramen presbiterat. Mereka mengucapkan kaulnya dan sejak hari itu juga ia dipanggil pater Wisanggeni atau Romo Wis. Tiga pemuda itu berjubah putih, lumen de lumine, dan Bapak Uskup dengan mitra keemasan memanggil nama mereka satu per satu. Juga namanya Athanasius Wisanggeni.Sakramen presbiterat mencium ubin yang dingin.Mereka telah mengabulkan kaulnya.Pada mereka telah dikenakan stola dan kasula. Sejak hari itu orang-orang memanggil ia pater. Dan namanya menjadi pater Wisanggeni atau Romo Wis (Utami, 1998:41).
Setelah Saman dithabiskan menjadi seorang Romo, ia meminta kepada Romo baru agar ia di tugaskan di Perabumulih. Hal itu
46
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dilakukanya karena ia ingin melayani masyarakat ditempat ia dibesarkan. Keinginanya untuk kembali lagi ketempat tersebut sangat besar. Saman mengunjungi tempat dimana ia dahulu di besarkan. Ia merasa sangat senang karena bisa kembali ketempat ini meskipun ia tidak lagi menemukan keluarganya, tetapi ia cukup senang karna ia bias membantu masyarat Lubukrantauyang berkesusahan.
2.2.1.3 Kota New York Kota New York adalah tempat Saman bersembunyi dari buronan. Yasmin yang menyamar seperti amoy Singapura yang paling menor sehingga ia berhasil melarikan Saman ke luar negeri. Ia muncul dengan dandanan seperti amoy Singapura yang paling menorcelana panjang ketat motif kulit macan. Jaket hitam plastic, kaca mata matahari besar aku tak mengenali.Rupanya ia menyamar sebagai rekan bisnis pemilik butik yang kutempati. Menurut lobi ayahnya di kepolisian Jakarta, aku termasuk lima orang yang paling diburu ia membujukku untuk melarikan diri keluar negeri (Utami, 1998:175).
Laila dan sihar menghabiskan waktu untuk bersama dengan Sihar.Tanpa ada istri sihar dan tanpa ada orang tua dari Laila.Hubungan mereka semakin dekat.Perselingkuhan mereka semakin jelas terlihat. Dan kita di New York.Beribu-ribu mil dari Jakarta.Tak ada orang tua, tak ada istri.Tak ada dosa.Kecuali pada Tuhan, barangkali. Tapi kita bisa kawin sebentar, lalu bercerai. Tak ada yang perlu ditangisi.bukankah kita saling mencintai? Atau pernah saling mencintai?Apakah Tuhan memerintahkan lelaki dan perempuan untuk mencintai ketika mereka kawin?Rasanya tidak,(Utami, 1998:30).
Kota New York digambarkan sebagai suatu kota yang penuh dengan kebebasan. Buktinya, Saman dan Yasmin menjalin hubungan tanpa
47
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
adanya ketakutan dari suaminya terjadi di kota ini. Laila pun juga bisa secara bebas menjalin hubungan bersama yang sudah mempunyai istri dan anak. Hubungan seksual Sihar dan Laiala terjadi di New York serta kisah percintaan yang mereka alami dapat tercurahkan ketika mereka ada di kota New York ini. 2.2.2
Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Kejelasan waktu yang diceritakan amat penting dilihat dari segi waktu penceritaanya, (Nurgiyantoro, 1995: 230-231). Menurut urutan waktu yang terjadi di dalam novel Saman, latar waktu dapat dibedakan menjadi dua. Yang pertama latar waktu
pada
periode kehidupan Saman sebelum keluar dari Biara. Yang kedua pada periode kehidupan Saman setelah keluar dari Biara. 2.2.2.1 Periode Kehidupan Saman Sebelum Keluar dari Biara Latar waktu pada periode kehidupan Saman sebelum keluar dari Biara akan mencakup masa hidup Saman dari iadilahirkan dengan nama Wisanggeni hingga ia menghadapi permasalahan yang sangat sulit dalam tugasnya di Perabumulih, sehingga ia mengganti nama Wisanggeni menjadi Saman. 1. Saman dilahirkan padaTahun 1962
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Saman dilahirkan di Perabumulih pada tahun 1962 dan ia dibesarkan di kota ini juga. Kota ini masih sangat sepi dan jauh dari keramaiandan kota Perabumulih pada masa itu masih merupakan kota yang kecil. Ia merupakan anak tunggal karena kedua adiknya tak pernah diizinkan untuk hidup di dunia. Adik pertamanya hilang pada saat masih di dalam kandungan sedangkan, adik keduanya meninggal saat berusia tiga hari. Saman tumbuh menjadi anak yang baik, dan ia juga merupakan laki-laki yang kurang bergaul dengan perempuan.
PERABUMULIH 1962 Barangkali ia beruntung. Dia adalah anak yang berhasil lahir dari Rahim ibunya dan hidup.Dua adiknya tak pernah lahir, satu mati pada hari ketiga, (Utami, 1998:44). Perabumulih masih kota minyak ditengah Sumatra Selatan yang sunyi masa itu. Cuman ada satu bioskop, sehingga orang-orang bisa membawa anaknya bertamsya ke luar kota, melihat mesin penimba minyak mengangguk-angguk seperti dinosaurus, (Utami,1998:45).
2. Saman dithabiskan menjadi Frater pada tahun 1983 Saman yang pada waktu itu masih bernama Wisanggeni mempunyai keinginan untuk menjadi seorang frater atau Romo. Bapaknya tidak mendukung sepenuhnya dengan keinginannya karena Saman merupakan anak satu-satunya. Menurut bapaknya apabila Saman kelak menjadi seorang imam, ia tidak dapat memberikan keturunan. Tetapi alasan itu tidak membuat Saman mundur.Ia tetap berusaha memwujudkan keinginannya. Pada tahun 1983 ia dithabiskan menjadi pater atau Romo.
49
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sehingga pada waktu itu orang-orang memanggilnya pater wisanggeni atau Romo Wis. Sakramen presbiterat.Tiga lelaki berkasut itu lalu telungkup mencium ubin katedral yang dingin.Mereka telah mengucapkan kaulnya.Pada mereka telah dikenakan stola dan kasula.Sejak hari itu, orang-orang memanggil mereka pater. Dan namanya menjadi pater Wisanggeni, atau Romo Wis(Utami, 1998:41).
Setelah Saman dithabiskan menjadi seorang imam, ia berharap ditugaskan di Perabumulih. Kota Prabumulih adalah salah satu tempat yang sangat ia rindukan. Tempat tersebut adalah tempat ia dibesarkan, dan apalagi setelah ia mendengar ibunya telah tiada ia semakin berkeinginan
untuk
mendatangi
tempat
itu.
Dengan
berbagai
pertimbangan, Saman pun diizinkan untuk bertugas dan melayani masyarakat yang ada di Perabumulih. Tahun 1984, akhirnya ditempuhnya perjalanan itu.Usianya kini dua puluh enam.Ia telah menyebrangi selat Sunda dengan kapal feri yang sesak dan pikuk oleh orang dan kendaraan, dari Merak, turun di Bangkauheni, lalu naik kereta kearah utara. Di Perabumulih stop(Utami, 1998:57). Barangkali Tuhan mengutusnya.Barangkali Tuhan Cuma mengabulkan harapannya. Uskup menugaskan dia sebagai pastor paroki Parid, yang melayani kota kecil Perabumulih dan Karang Endah, wilayah keuskupan Palembang (Utami, 1998:57). 3.
Tahun 1990 Nama Wisanggeni diubahnya Menjadi Saman Pada tahun ini, Saman menjalani kehidupan dengan masyarakat
yang ada di Perabumulih. Ia sangat perihatin dengan keadaan masyarakat disana. Segala upaya telah diberikanya untuk membantu masyarakat disana. Ia sangat peduli dengan keadaan disekitarnya.Ia juga membantu gadis yang gila yang ada di daerah itu. Gadis itu bernama Upik.
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Nama gadis itu Upi. Kemudian si ibu bercerita tentang anak perempuanya yang gila, (Utami, 1998:71).
Saman dalam tugasnya ternyata tidak berjalan dengan mulus, pada tahun itu kejadian aneh telah menimpa daerah tersebut, tiba-tiba Upi perempuan gila itu diperkosa oleh dua orang tak dikenal. Kemudian, pada waktu itu Saman ditangkap karena ia difitnah telah menghasut masyarakat perkebunan karet untuk mengadakan pemberontakan kepada pemerintah karena tidak mau manyerahkan tanahnya kepada PT Anugerah Lahan Makmur untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Akhirnya Saman ditahan dan dipenjara.
Tapi dua orang berseragam hitam-hitam itu menangkap dan mengunci lenganya, mendorong punggungnya hingga dada serta pelepisnya menghantam tanah, dan memborgol pergelangan sebelum ia sempat mengerang nyeri(Utami, 1998: 101). Wis merasa beberapa orang menyeret dan melempar tubunya kedalam mobil yang mesinnya segera bergemuruh meninggalkan tempat itu.Ia mencium percik api dan bau karet terbakar. Dan suara salawat semakin sayup, semakin jauh, akhirnya tak terdengar(Utami, 1998:101-102).
Setalah ia ditangkap kemudian ia disiksa oleh sekelompok orang yang kontrak terhadap dirinya sebagai pembela para petani,tetapi ia berhasil lolos. Ia ditolong oleh temannya yang berada diperkebunan karet. Tetapi untuk penyamaran lari dari kejaran musuh-musuhnya ia mengganti nama Wisanggeni menjadi Saman.
51
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dan ia mengganti identitasnya, sampai peristiwa itu selesai di pengadilan kira-kira dua tahun kemudian. Ia memilih nama: Saman. Tanpa alasan khusus, tiba-tiba saja itu yang terlintas di benaknya. (Utami, 1998: 114).
2.2.2.2 Periode Kehidupan Saman Setelah Keluar dari Biara Latar waktu pada periode kehidupan Saman setelah keluar dari Biara mencakup bagaimana kehidupan Saman setelah keluar menjadi pastor atau Romo. Sekarang ia hanya manusia biasa hidupnya tidak terikat pada aturan-aturan Gereja. Pada masa ini Samantelah mengenal wanita secara lebih mendalam. Ia sudah mengerti bagaimana dicintai dan mencintai dan Yasmin adalah wanita yang ia cintainya. Saat ini juga ia telah mengenal hubungan seksual yang dulu sangat tidak mungkin ia lakukan sewaktu masih di dalam himpunan Gereja tetapi sekarang ia dapat melakukanya dengan sesuka hatinya. Hingga sekarangseks telah dianggapnya penting dalam kehidupanya.
1. Tahun 1990 Saman keluar dari Biara Pada tanggal 11 Desember 1990 Saman mengirim surat kepada ayahnya. Ia memberitahukan pada ayahnya bahwa ia telah keluar dari biara. Pada suratnya ia juga menceritakan bahwa banyak para wanita yang menolongnya serta merawatnya dengan sabar. Hal itu yang membuat ia teringat pada sosok ibunya. Perabumulih, 11 Desember 1990 (halaman 156) Tapi bapak tak perlu cemas, berkat para wanita yang baik hati, yang merawat selama saya sakit dan senantiasa berusaha mencungkupi sampai saat ini. Mereka teramat aten, terkadang saya ingat ibu. Bukan karena mirip, melaikan karena berbeda.Ibu begitu hangat, gayeng, cantik, dan
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
misterius.Ibu adalah sosok yang sanggup membuat semua mahluk jatuh cinta, (Utami, 1998:157). 2. Tahun 1994 kisah percintaan Saman dan Yasmin Pada tahun 1994 Yasmin dan Saman saling surat-suratan dari New York ke Jakarta begitu pun sebaliknya.Disitulah kenangan-kenangan Saman dan Yasmin tertuang di internet. Mereka saling bercerita satu sama lain. Isi surat tersebut berawal cerita pada waktu Yasmin menolong Saman untuk bersembunyi ke Amerika. Saman tak berdaya karena Yasmin.Ia mengetahui tentang seks karena yasmin.Iamendapatkan pengalamanyang luar biasa tentang seks dari Yasmin dan disitulah saman berubah pikiran sehingga pada akhirnya keluar dari biara.
Jakarta, 13 Mei 1994 Saman, Forgive me. Please. Setelah kamu keluar dari diosesan, setelah kamu mengganti nama dan mengubah penampilan, setelah sering kamu meragukan keadilan Tuhan, bahkan keberadaan Tuhan, aku tidak menyangka kalau kamu masih punya keinginan kembali menjadi pastor. Aku tidak tau bagaimana harus meminta maaf, sampai-sampai dua hari ini aku tak berani membalas suratmu.Aku menyesal sekali.Apakah kamu menganggap aku hawa yang menggoda Adam? (Utami, 1998: 183). New York, 14 Mei 1994 Yasmin, Tahukah kamu bahwa kisah itu telah menginspirasikan jeputusankeputusan yang tidak adil bagi perempuanselama berabad-abad?Kita hidup dalam kegentaran pada seks, tetapi laki-laki tidak mau dipersalahkan sehingga kami melemparkan dosa itu kepada perempuan. Tapi, ya, kiamu memang penggoda (Utami, 1998: 183).
2.2.3
Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencangkup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan sikap, dan lain-lain, yang tergolong latar spiritual seperti dikemukakan sebelumnya. Disamping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas, (Nurgiyantoro, 1995:233-234). Pada pembahasan ini, Latar sosial akan dibedakan menjadi empat yaitu latar sosial agama katolik, latar sosial budaya mistik, latar sosial budaya jawa, dan latar tentang kehidupan seks para tokoh.
2.2.3.1 Latar Sosial Agama Latar sosial agama khususnya agama Katolik sangat terlihat ketika di dalam cerita tokoh utama yaitu Saman dithabiskan menjadi seorang Pater atau Romo. Perayaan misa penthabisan seseorang menjadi imam itu hanya dilakukan dan dipercayai oleh kepercayaan agama katolik. Setelah Saman dithabiskan menjadi seorang Pater atau Romo ia tinggal di Biara. Biara adalah suatu tempat tinggal para biarawan, mereka melayani Tuhan dan umat-umat Katolik lainya.Ia hidup menggereja rela hidup sederhana, patuh dengan perintah dan pelayanan bagi umatnya serta tanpa adanya pernikahan. Terang yang paling kecil datang dari lilin-lilin yang dinyalakan koster sebelum misa penthabisan dimulai. Tiga pemuda itu berjubah putih, lumen de lumine, dan uskup dengan mitra keemasan memanggil nama mereka satu per satu. Juga namanya Athanasius Wisanggeni.Sakramen presbiterat.Tiga lelaki tak berkasut mencium ubin katedral yang 54
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dingin.Mereka telah mengucapkan kaulnya.Pada mereka telah dikenakan stola.Sejak hari itu, orang-orang memanggil mereka Pater. Dan namanya menjadi Pater Wisanggeni, atau Romo Wis (Utami, 1998:41).
2.2.3.2 Latar Budaya Mistik Latar budaya mistik terlihat dalam novel ini, hal tersebut terlihat pada kejadian ketika Saman masih kecil. Ibunya yang masih raden ayu itu mempunyai kebiasaan-kebiasaan aneh. Terkadang sikap ibunya tidak bisa dijelaskan oleh akal.Ia sering nampak ditempat yang ia ada, atau berada ditempat ia tidak ada. Selain itu kejadian aneh lainnya pada saat bayi yang tiba-tiba hilang begitu saja dari kandunganya. Ibunya sering menembang yang bisa mendamaikan hati,
tetapi pada saat ia menembang tanpa
seorang bayi yang dapat dilihat oleh orang lain, ibu Saman terlihat aneh, tidak hanya itu Saman juga pernah melihat ibunya sedang momong seorang bayi kecil bersama seorang laki-laki dan itu bukan ayahnya. Kejadian aneh lainya yaitu ketika adik kedua Saman juga meninggal pada umur tiga hari.
Ibunya yang masih raden ayu adalah sosok yang tak selalu bisa dijelaskan oleh akal.Ia sering Nampak tidak berada di tempat ia ada, atau berada ditempat ia tidak ada, (Utami, 1998:44). Lalu terdengar suara lelaki, tiba-tiba berada di ruang itu.Ia bercakapcakap dengan ibu, tetapi Wis tidak mengerti bahasa mereka.Ia hanya menangkap intonasi yang melantun dalam gelombang tenang seperti angina yang tertiup malam itu.Rasanya mereka sedang memomong si bayi dengan bahagia. Lelaki itu mendengarkan ibu menggumam: lela lela ledhung… lelaki itu bukan Bapak (Utami, 1998:52).
55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.3.3 Latar Budaya Jawa Dalam novel ini budaya Jawa juga terlihat ketika terjadi pro dan kontra antara Shakuntala dan Yasmin. Shakuntala adalah orang Jawa tetapi ia tidak setuju dengan budaya Jawa yang menganggap derajat wanita rendah dibandingkan derajat laki-laki. Perempuan dianggap rendah dan laki-laki dianggap lebih tinggi.Sedangkan Yasmin orang Manado yang menikah dengan orang Jawa menyetujui adanya adat jawa yang mempunyai ketentuan mutlak bahwa wanita harus hormat kepada suami karena derajat laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal tersebut terlihat
ketika ia menyaksikan
Yasmin
menikah dengan
Lukas
menggunakan budaya Jawa. Yasmin Monika orang Manado, tapi ia setuju saja menikah dengan adat Jawa yang rumit itu.ia juga rela mencuci kaki Lukas sebagai tanda sembah bakti istri pada suami, yang tak ada pada upacara ala Manado. “Kok mau-maunya sih pakai cara begitu?” aku protes. Tapi ia menjadi ketus. “Ah, Yesus juga mencuci kaki murid-muridnya. Lagipula, kamu sendiri orang Jawa!” Aku mau memberondongkan argumen panjang tentang Yesus-nya dan Jawa-ku. Misalnya, cuci-cucian Yesus itu adalah sebuah penjungkiran nilai-nilai, sementara yang dilakukan istri Jawa adalah kepatuhan dan ketidakberdayaan (Utami, 1998:154).
2.2.3.4 Latar Tentang Kehidupan Seks Dalam novel ini terlihat bahwa seks adalah suatu masalah yang dialami hampir semua tokoh.Gambaran bagaimana seks tersebut dialami oleh para tokoh hingga menimbulkan banyak konfik terhadap perilakuperilaku seksual para tokoh. Dalam novel ini telah banyak menceritakan
56
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bagaimana hubungan seks dianggap sebagai kebutuhan dalam hidup mereka. Lalu ia akan berkata, “sudah lama saya menunggu saat ini,” dan mengecup bibir saya. Dan saya akan membalasnya dengan gemas sampai ia tak sanggup menahan lagi. Barangkali kami melakukanya di taman ini, disini, di bangku sebelah gelandangan yang tidur nyenyak, di antara bijibiji kitiran yang diterbangkan angin. Kami melakukanya tanpa melepaskan seluruh pakaian, sebab hari masih terlalu dingin untuk telanjang. Setelah itu mengulanginya di kamar hotel, tanpa berlekas-lekas, di mana kulit saya bias menikmati kulitnya, dan kulitnya menikmati kulit saya, sebab kami telah menanggalkan semua pakaian. Dan kami berkeringat. Lalu, setelah usai, kami akan bercinta satu sama lain. Tentang apa saja (Utami, 1998:30).
Fantasi-fantasi seks terlihat pada para tokoh ketika mereka mempunyai fantasi-fantasi seks tersendiri. Yasmin yang sudah mempunyai istri berselingkuh dengan Saman seorang Romo.
Yasmin menangis.Aku memeluknya, hendak menenangkanya.Ia terus menangis, pilu bagaikan anak kecil, sehingga aku mendekapnya erat. Namun, tanpa aku pahami akhirnya justru akulah yang menjadi seperti anak kecil: terbenam di dadanya yang kemudian terbuka, seperti bayi yang haus. Tubuh kami terhimpit. Gemetar, selesai sebelum mulai, seperti tak sempat mengerti apa yang baru saja terjadi tapi ia tak perduli, ia menggandengku ke kamar. Aku tak tahu bagaimana aku akhirnya melakukanya.Ketika usai aku menjadi begitu malu. Namun ada perasaan lega yang luar biasa sehingga aku terlelap (Utami, 1998:177).
Terjaga dini hari atau tengah malam karena ada yang menggigit dekat ketiakku.Kulihat tanganya masturbasi.Ia naik diatasku setelah mencapainya. Aku tahu aku tak tahu cara memuaskanya(Utami, 1998:177).
Shakuntala
yang
seorang
biseksual
sehingga
ayah
dan
kakaknyanya menyebutnya sundal, Laila menjalin hubungan dengan Sihar yang sudah mempunyai istri .
57
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Namaku Shakuntala. Ayah dan kakak perempuanku menyebutku Sundal. Sebab aku telah tidur dengan beberapa lelaki dan beberapa perempuan.Meski tidak menarik bayaran.Kakak dan ayahku tidak menghormatiku (Utami, 1998:115).
2.2.4
Plot atau Alur Plot atau alur adalah cerita berisi urutan kejadian, namun setiap
kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan
atau
menyebabkan
terjadinya
peristiwa
yang
lain,
(Nurgiyantoro,1995:130). Dalam novel Saman karya Ayu Utami alur yang dipergunakan adalah alur sorot-balik, atau flash-back.Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal (merupakan awal cerita secara logika), mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan(Nurgiyantoro,1995: 154). Dalam novel Saman, penulis menggunakan alur sorot-balik atau flashback, karena jelas sekali dalam novel Saman, penulis membuat latar waktu yang berbolak balik. Pada awal telah diceritakan bahwa pada tahun 1996 ketika Laila sedang berada di New York untuk menunggu Sihar. Saya akan pelukan, ciuman, jalan-jalan dan minum di Russian Tea Room beberapa blok ke barat daya. Mahal sedikit tidak apa-apa. Sebab hari ini Cuma sekali.Sebab saya sedang menunggu Sihar di tempat ini (Utami, 1998: 2).
Kemudian diceritakan pada awal mula pertemuan antara Laila dan Sihar yaitu pada tahun 1993 di pertambangan sekitar Laut Cina Selatan. Lalu ia memperkenalkan orang-orang servis itu kepada kedua tamunya. Yang pertama adalah Sihar Situmorang, Insinyur analisis 58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kandungan minyak, orang yang membuat Laila tertarik karena ketidakacuhannya dan posturnya yang liat. Juga rambutnya yang terlihat kelabu karena serat-serat putih mulai tumbuh berjajakan (Utami, 1998:10).
Selanjutnya penulis menceritakan sosok Wisanggeni yang menjadi pastor pada tahun 1983. Tiga pemuda itu berjubah putih, lumen de lumine, dan Bapak Uskup dengan mitra keemasan memanggil nama mereka satu per satu. Juga namanya Athanasius Wisanggeni. Sakramen presbiterat. Tiga lelaki tak berkasut itu lalu telungkap mencium ubin katerdal yang dingin. Mereka telah mengucapkan kaulnya. Pada mereka telah dikenakan stola dan kasula. Sejak hari itu, orang-orang memanggil mereka pater. Dan namanya menjadi Pater Wisanggeni, atau Romo Wis, (Utami, 1998:40-41).
Diceritakan kejadian yang dialami Wisanggeni di masa kecilnya di daerah Perabumulih pada tahun 1962. Cerita tentang masa kecil Saman ketika ia masih tinggal bersama-sama dengan kedua orang tuanya. Barangkali dia beruntung. Dia adalah satu-satunya anak yang berhasil lahir dari rahim ibunya dan hidup. Dua adiknya tak pernah lahir, satu mati pada hari ketiga, (Utami, 1998:44).
Kejadian aneh dialami oleh ibunya. Ibunya sering berdiam diri tanpa alasan yang jelas. Terkadang Saman tidak mengerti apa yang dialami oleh ibunya. Ibunya yang masih raden ayu adalah sosok yang tak selalu bisa dijelaskan oleh akal. Ia sering nampak tidak berada di tempat ia ada, atau berada di tempat ia tidak ada. Pada saat itu, sulit mengajaknya bercakap-cakap, sebab ia tak mendengarkan orang yang berbicara di dekatnya. Kadang kebisuanya diakhiri dengan pergi ketempat yang tidak diketahui orang, barangkali suatu ruang yang tidak dimanamana: suatu suwung, (Utami, 1998:44).
59
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kejadian aneh juga dirasakanya kembali ketika pada saat ibunya mengandung adik pertama Saman. Tiba-tiba sesuatu terjadi pada ibunya, bayi yang ada didalam kandungannya telah hilang begitu saja. Tidak hanya itu, pada beberapa waktu ketika Saman hendak memiliki adik yang kedua, pada akhirnya adiknya juga meninggal di hari ke tiga. Tatkala ibunya pulang, entah dari mana, wanita itu tak lagi mengandung. Perutnya tak lagi besar. Ia Nampak kelelahan. Ia rebah pada dipan di teras belakang, lalu menatap pepohonan, yang semakin jauh semakin rapat (Utami, 1998:48).
Setelah itu penceritaan kembali ke tahun 1984 ketika Wis ditugaskan untuk menjadi Pastor di Perabumulih tempat tinggal ia sewaktu kecil yang setelah sekian lama ditinggalkannya. Tugasnya di Prabumulih tidak berjalan dengan mulus, pada waktu itu ia dituduh dan ditangkap karena ia difitnah telah menghasut masyarakat perkebunan karet untuk mengadakan pemberontakan kepada pemerintah karena tidak mau manyerahkan tanahnya kepada PT Anugerah Lahan Makmur untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Akhirnya Saman ditahan dan dipenjara.
Tapi dua orang berseragam hitam-hitam itu menangkap dan mengunci lenganya, mendorong punggungnya hingga dada serta pelepisnya menghantam tanah, dan memborgol pergelangan sebelum ia sempat mengerang nyeri (Utami, 1998:101). Wis merasa beberapa orang menyeret dan melempar tubunya kedalam mobil yang mesinnya segera bergemuruh meninggalkan tempat itu.Ia mencium percik api dan bau karet terbakar. Dan suara salawat semakin sayup, semakin jauh, akhirnya tak terdengar (Utami, 1998:101-102).
60
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.5
Rangkuman Berdasarkan gambaran tokoh dan penokohan tokoh Saman, Sihar,
Laila, Yasmin, Shakuntala, dan Upi di atas, terlihat bahwa tokoh Saman dalam novel ini adalah tokoh utama cerita. Penggambaran tentang tokohtokoh tersebut adalah sebagai berikut: Tokoh Saman adalah laki-laki yang menjadi seorang Romo serta mengabdikan dirinya di biara. Tokoh Laila seorang perempuan yang bekerja sebagai fotografer serta ia adalah wanita yang menjalin hubungan dengan laki-laki yang sudah mempunyai istri. Tokoh Yasmin adalah ia adalah salah satu teman Laila. Diantara teman-temannya, ia terlebih dahulu memutuskan menikah. Yasmin yang mempunyai penampilan paling menarik di antara teman-temannya, ia juga menjalin hubungan dengan Saman tanpa adanya status pernikahan. Tokoh Shakuntala adalah seorang perempuan biseksual. Ia telah melakukan hubungan seksual dengan lakilaki, selain itu ia juga melakukan hubungan seksual dengan perempuan. Shakuntala mempunyai gaya hidup yang bebas, tidak menyukai adanya banyak aturan-aturan dalam hidup dan tidak menyetujui bahwa pernikahan sangat penting, karena baginya melakukan hubungan seksual bisa ia lakukan dengan bebas tanpa adanya ikatan apa pun antara satu dengan lainnya. Upi adalah seorang wanita yang mempunyai keterbelakangan mental, kebanyakan orang menyebutnya gila. Selain ia mempunyai keterbelakangan mental ia juga mempunyai gairah seksual yang aneh. Ia
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
sering memuaskan gairah seksnya dengan benda-benda yang tidak lazim seperti; pagar, tembok, pohon, balok kayu serta binatang-binatang. Latar yang terdapat dalam dalam novel ini ada tiga yaitu, latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat yang terdapat pada Novel Saman adalah pantai laut Cina Selatan, tempat pertemuan anatara Sihar dan Laila di sebuah ring. Kota Prabumulih adalah tempat tinggal Saman dan keluarganya, dan New York adalah tempat persembunyian Saman dari buronan. Kota New York juga merupakan tempat pertemua Sihar dan Laila. Latar waktu pada novel ini dibagi menjadi dua; pertama, periode kehidupan Saman sebelum keluar dari biara. Kedua, periode kehidupan Saman setelah keluar dari biara. Latar sosial pada novel ini di bagi menjadi tiga. Pertama, latar sosial agama khatolik menceritakan tokoh Saman yang dithabiskan menjadi seorang Romo dan ia tinggal di biara. Kedua, latar budaya mistik diceritakan mengenai ibu Saman seorang Raden Ayu mempunyai kebiasaan-kebiasaan aneh dan terkadang sikap ibunya tidak bisa dijelaskan dengan akal. Ketiga, latar budaya Jawa diceritakan bahwa dalam novel ini tokoh Shakuntala tidak menyetujui adanya ketentuan dalam bahasa Jawa yang menggagap derajat wanita lebih rendah dari pada lakilaki. Latar tentang kehidupan seks diceritakan bahwa dalam novel ini, seks adalah salah satu permasalahan utama yang dialami oleh para tokoh dalam novel Saman karya Ayu Utami. Plot atau alur dalam novel ini adalah alur sorot atau flashback.
62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dari analisis struktur pada Bab II tergambar adanya penyimpangan-penyimpangan seksual dalam diri tokoh-tokoh. penyimpangan seksual yang dialami para tokoh akan dibahas pada Bab III.
63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III PENYIMPANGAN SEKSUALITAS PARA TOKOH DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI
3.1 Pengantar Dalam Bab III ini akan dibahas mengenai penyimpanganpenyimpangan seksual yang dialami tokoh Saman, Shakuntala, Yasmin, dan Upi. Telah dijelaskan bahwa seksualitas adalah suatu konsep, kontruksi sosial terhadap nilai, orientasi, perilaku yang berkaitan dengan seks ( Raharjo, 1996: 260). Sementara itu, penyimpangan seksual adalah aktivitas seks yang tidak wajar yang dilakukan untuk mendapat kenikmatan seksual. Pada umumnya perilaku penyimpangan seksual menggunakan alat atau objek yang tidak biasa untuk menyalurkan hasratnya. Dalam hal ini para tokoh dalam novel Saman karya Ayu Utami seperti toko Saman, Shakuntala, Yasmin, dan Upi mempunyai fantasifantasi seks yang berbeda-beda. Tanpa disadari oleh para tokoh, fantasifantasi
seks yang mereka lakukan merupakan suatu penyimpangan
seksual karena perilaku seks yang mereka lakukan tidak seperti perilaku seks pada umumnya, yaitu perilaku seks yang normal. Penyimpangan seksual menurut Freud. Secara garis besar, dalam penelitian ini pembahasan mengenai penyimpang seksual
akan
difokuskan pada dua jenis penyimpangan pokok menurut Freud. Yang pertama yaitu penyimpangan seksual yang berhubungan dengan objek
64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
seksual dan yang kedua penyimpangan seksual yang berhubungan dengan tujuan seksual dari masing-masing tokoh yang terdapat dalam novel tersebut. Penyimpangan yang berhubungan dengan objek seksual adalah suatu penyimpangan yang mengenai perilaku invert atau pembalikan perilaku seksual yang dialami oleh para tokoh yang terdapat pada novel Saman. Sedangkan penyimpangan yang berhubungan dengan tujuan seksual adalah fetitisme. Fetisisme adalah suatu perilaku menyimpang yang
menyalurkan kepuasan seksnya atau menjalankan fungsi-fungsi
seksual dengan cara ononi/ mastrubasi dengan mengunakan benda-benda mati seperti pohon, binatang, potongan baju, dan pakaian dalam yang memiliki hubungan jelas dengan pribadi seksual, terutama dengan seksualitasnya. Selain
penyimpangan-penyimpangan
menurut
Freud,
dalam
pembahasan ini telah ditemukan beberapa penyimpangan-penyimpangan seksual secara sosial. Penyimpangan seksual sosial dipahami sebagai tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok sosial yang tidak sesuai atau melawan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Kaidah yang berlaku di masyarakat tersebut berwujud nilai dan norma yang mengatur perbuatan mana yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Penyimpangan seksual sosial yang dialami para tokoh yaitu pertama, penyimpangan seksual sosial di luar pernikahan (perzinahan) yang dialami oleh Saman dan Laila serta Sihar dan Yasmin. Kedua,
65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
penyimpangan seksual sosial perselingkuhan yang dialami oleh tokoh Yasmin dan Sihar. Hal tersebut disebut suatu penyimpangan karena perilaku seksual yang dialami para tokoh dalam novel Saman telah melanggar norma-norma yang ada.
3.2 Penyimpangan yang Berhubungan dengan Objek Seksual Penyimpangan yang berhubungan dengan objek sosial adalah suatu penyimpangan yang mengenai perilaku invert atau pembalikan perilaku seksual yang dialami oleh para tokoh yang terdapat pada novel Saman.Penyimpangan mengenai perilaku invert atau pembalikan dalam analisis ini akan dibahas perilaku invert kelompok terbalik dalam dua arah dan perilaku invert yang kadang-kadang memperlihatkan inversi.
3.2.1
Pribadi
Menyimpang
Terbalik
dalam
Dua
Arah
(Amphigenously Inverted) Objek seksual yang terbalik dalam dua arah adalah objek seksual yang dialami oleh mereka yang mungkin ditunjukan secara umum, baik sesama jenis maupun lawan jenis. Dalam kasus ini, inversi tidak memperlihatkan karakternya yang khas. Dalam novel ini tokoh Shakuntala yang mengalami penyimpangan yang terbalik dalam dua arah. Tokoh Shakuntala dalam aktivitas seks yang ia lakukan merupakan perilaku seks yang tidak wajar. Dalam perilaku seksualnya, Shakuntala sering menunjukan perilaku seksual yang terbalik dalam dua arah. Ia
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis dan ia juga melakukan hubungan seks dengan sesama jenis.
Dalam novel Saman karya Ayu Utami penyimpangan terbalik dalam dua arah (amphigenously inverted) dialami oleh tokoh Shakuntala. Dalam kehidupan seksualnya, Shakuntala adalah seseorang yang beseksual. Disebut biseksual karena ia telah melakukan hubungan seksual dengan laki-laki dan juga melakukan hubungan seksual dengan perempuan. Hasrat seks dapat ia dapatkan ketika ia berhubungan seks dengan lawan jenis tetapi juga kepada sesama jenis. Ia tidak mempunyai kepastian
dalam
objek
seksualnya,
hal
tersebut
adalah
suatu
penyimpangan seksual yang terbalik dalam dua arah karena tidak ada kapastian pada objek seksual yang ia lakukan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini. Sebab aku telah tidur dengan beberapa lelaki dan beberapa perempuan. Meski tidak menarik bayaran (Utami, 1998:115).
Karena perilaku Shakuntala yang biseksual maka ayah dan kakak perempuanya menyebut dia sundal. Namaku Shakuntala. Ayah dan kakak perempuanku menyebutku sundal (Utami, 1998:115)
Selain itu, Ayah dan kakaknya juga tidak menghormati Shakuntala begitupun ia juga sebaliknya tidak menghormati ayah dan kakaknya. Kakak dan ayahku tidak menghormati aku. Aku tidak menghormati mereka ( Utami, 1998:115)
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Perilaku seksual yang dialami Shakuntala adalah suatu bentuk penyimpangan seks yang tidak wajar, karena hubungan seks dengan objek yang sama(sesama jenis) atau biasa disebut lesbian merupakan hubungan seks tidak normal. Sedangkan hubungan seksual yang normal yaitu hubungan seks yang dilakukan pada ojek seksual berlawanan jenis ( antara laki-laki dan perempuan) sebagai pasangannya seksualnya.
3.2.2
Pribadi
Menyimpang
yang
Hanya
Kadang-kadang
Memperlihatkan Inverse (Occasionally Inverted). Dalam novel Saman karya Ayu Utami perilaku seksual tokoh Shakuntala dapat dikategorikan pula ke dalam bentuk penyimpangan yang kadang-kadang inverse pribadi yang hanya kadang-kadang memperlihatkan inversi dalam kondisi tertentu, terutama jika objek seksual normal tidak dapat dijangkau, atau melalui tindakan-tindakan imitasi, pribadi ini mampu beranggapan sesama jenisnya sebagai objek seksual, dan meraih kepuasan seksual bersamanya. Dalam hal ini penyimpangan tersebut di alami oleh tokoh Shakuntala. Di dalam novel Saman, tokoh Shakuntala mengalami suatu penyimpangan sebagai pribadi yang kadang-kadang memperlihatkan inversi (occasionally inverted). Terlihat pada pengakuanya bahwa kadangkadang Shakuntala
melakukan hubungan seks dengan sesama jenis.
Dalam kondisi ini ia telah melakukan hubungan seks dengan sesamanya dan dikatakan bahwa ia
berperiku sebagai seorang lesbian. Tindakan
68
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
seksual yang dilakukan oleh tokoh ini mempunyai anggapan bahwa sesama jenisnya sebagai objek seksual dan ia dapat meraih kepuasaan seksual bersamanya.
Namaku Shakuntala. Ayah dan kakak perempuanku menyebutku sundal. Sebab aku telah tidur dengan beberapa lelaki dan beberapa perempuan. Meski tidak menarik bayaran (Utami, 1998:115)
Pada kutipan di atas terlihat bahwa Shakuntala bersikap biseksual karena dorongan dari dirinya sendiri bukan suatu paksaan dari orang lain atau pun karena suatu imbalan tertentu. Baginya hal tersebuat sudah dianggap sebagai tindakan yang biasa saja. Tetapi perilaku seksual yang dilakukan Shakuntala adalah suatu penyimpangan seksual dan dalam hal ini, seksual yang dialaminya bukan termasuk perbuatan seks yang normal. Tokoh Shakuntala dikatakan mengalami penyimpangan yang berhubungan dengan objek seksual dan ia mengalami pembalikan
sebagai
peribadi
yang
terbalik
dalam
inversi atau dua
arah
(amphigenously inverted), dan ia juga mengalami pribadi yang kadangkadang memperlihatkan inversi (occasionally inverted). Hal tersebut dilakukan karena tokoh Shakuntala dalam kehidupan seksualnya mengalami penyimpang seks yang berhubungan dengan objek seksual. Terkadang ia mengalami inversi atau pembalikan dalam perilaku seksualnya. Shakuntala adalah seorang yang beseksual. Dalam kehidupan seksualnya, terkadang ia berhubungan seksual dengan sesama jenis untuk mencapai kepuasan seksualnya, ia pun juga merupakan pribadi yang 69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kadang-kadang memperlihatkan seksualnya dengan lawan jenis sebagai objek seksualnya. Jadi tokoh Shakuntala tidak mempunyai kepastian dalam menentukan objek seksualnya sehingga dalam kehidupan seksualnya ia kadang-kadang
mengalami suatu pembalikan perilaku
seksualnya. 3.3 Penyimpangan yang Berhubungan dengan Tujuan Seksual Penyimpangan yang berhubungan dengan tujuan seksual adalah suatu penyimpangn seksual yang tidak lazim. Disebut tidak lazim karena aktivitas seksual ini objek seksual yang digunakan tidak normal, kerena objek seksualnya bukan objek seksual pada umumnya. Pada pembahasan ini akan dibahas mengenai penyimpangan yang berhubungan dengan objek seksual pengganti yang tidak lazim. Objek penggati seksual yang tidak lazim tersebut yaitu Fetisisme. Fetitisme
adalah
suatu
perilaku
menyimpang
yang
suka
menyalurkan kepuasan seksnya atau menjalankan fungsi-fungsi seksual dengan cara masturbasi dengan mengunakan benda-benda mati yang memiliki hubungan jelas dengan pribadi seksual, terutama dengan seksualitasnya. Dalam novel Saman,
tokoh yang mengalami penyimpangan
seksual yang berhubungan dengan tujuan seksual seperti fetisisme adalah Upi. Dikatakan mengalami penyimpangan seksual yang berhubungan dengan objek seksual karena objek seksual yang biasa digunakan tokoh
70
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Upi dalam memuaskan gairah seksualnya yaitu dengan menggunakan objek seksual yang tidak lazim seperti; pohon, tiang, binatang dan balok kayu. Tokoh Upi juga mengalami penyimpangan seksual dalam bentuk Eksbisisme. Di sebut mengalami penyimpangan seksual Eksbisisime karena Dalam memperoleh tujuan seksual, tokoh Upi memamerkan atau mempertontonkan alat kelaminnya kepada orang lain. TokohUpi Upi adalah seorang gadis yang mempunyai keterbelakangan mental dan ia juga biasa disebut perempuan yang gila. Nama gadis itu Upi. Kemudian si ibu bercerita tentang anak perempuannya yang gila. Ketika lahir kepalanya begitu begitu kecil sehingga ayahnya menyesal telah membunuh seekor penyu di dekat tasik ketika istrinya hamil muda. Dan anak itu akhirnya tak pernah biasa berbicara, meski tubuhnya kemudian tumbuh dewasa (Utami, 1998:71).
Upi dalam keterbelakangan mentalnya mempunyai birahi seks yang tinggi. Ia sering mencari kepuasan seks dengan objek seksual yang tidak lazim. Dalam memaskan gairah seksualnya dengan benda-benda seperti yang dilakukanya ketika ia mengosokkan keselangkanganya pada pohon-pohon. Semula, ketika orang-orang menyadap karet, dia malah suka merancap dengan pohon-pohon itu, menggosokan selangkannganya, untungnya tanpa membuka celana (Utami, 1998:71). Dia biasa berkeliaran dijalan-jalan dan menggosokkan selangkanganya pada benda-benda tonggak, pagar, sudut tembok, -seperti binatang yang merancap. Tentu saja beberapa laki-laki pernah iseng memanfaatkan tubuhnya . konon anak perempuan itu juga menikmatinya juga. Konon anak perempuan ini selalu saja kembali kekota ini untuk mencari lakilaki atau tiang listrik. Dan ia selalu mendapatkan keduanya: tiang listrik yang pasif dan laki-laki yang agresif (Utami, 1998:68).
71
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Selain ia memuaskan hasrat seksualnya dengan benda-benda tersebut, ia juga memuaskan gairah seksnya pada binatang-binatang yang ada di sekitarnya. Tidak hanya itu terkadang ia juga menyiksa binatang tersebut tetapi suatu kali ia juga bisa sampai membunuh binatang tersebut. Lama-kelamaan ,ia juga tertarik pada binatang-binatang terutama kambing. Setiap kali ia juga menganiayanya hewan-hewan itu, kadang sampai mati. Karena ia juga memperkosa dan menyiksa ternak tetangga, kami terpaksa memasungnya (Utami, 1998:71).
Melihat perilaku Upik yang tidak wajar dalam masalah gairah seksualnya,
Saman
yang
melihat
kejadian
tersebut
berinisiatif
membuatkan Upik suatu patung yang menyerupai manusia. Upi sangat senang karena ketika ia mulai bergairah dan ingin melampiaskan hasyrat seksualnya ia dapat melakukannya dengan sebuah balok yang diukir menyerupai seorang laki-laki itu. Patung seadanya itu dipanggulnya ke bilik Upi yang baru, dan ia tegakkan dengan patri semen. “upi! Kenalkan, ini pacarmu! Namanya Totem. Totem Phallus. Kau boleh mastrubasi dengan dia. Dia laki-laki yang baik dan setia” (Utami, 1998:78)
Upi adalah
seorang wanita yang mempunyai keterbelakangan
mental tetapi gairah seks yang dimiliki Upi sama seperti hasrat seks yang dimiliki oleh manusia normal pada umumnya. Terkadang, ia selalu mempunyai keinginan untuk melakukan hubungan seksual, karena tidak ada pasangan untuk melampiasakan gairah seksualnya, Upik sering berperilaku seksual yang tidak wajar. Ia melampiaskan gairah seksualnya dengan menggosok-gosokkan selangkangannya pada tembok, pohon, tiang dan hewan-hewan. Perilaku seksual Upi merupakan suatu perilaku seksual yang
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menyimpang. Disebut sebagai perilaku seksual yang menyimpang karena perilaku seks yang ia lakukan bukan dengan objek seksual pada umumnya. Ia mempergunakan objek seksual yang tidak lazim sebagai pengganti objek seksualnya. Objek seksual yang
tidak lazim tersebut
binatang, dan kayu tidak seperti yang
seperti
pohon,
dilakukan oleh manusia pada
umumnya.
3.4 Penyimpangan Seksual Sosial Dari berbagai pengertian tentang defenisi penyimpangan sosial, dapat dikatakan bahwa penyimpangan sosial di pahami sebagai tindakan yang dilakuakan oleh individu atau kelompok sosial yang tidak sesuai atau melawan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Kaidah yang berlaku di masyarakat tersebut berwujud nilai dan norma yang mengatur perbuatan mana yang baik dan yang kurang baik untuk dilakukan. Dalam analisis ini, penyimpangan seksual sosial dialami oleh para tokoh dalam novel Saman. Penyimpangan seksual sosial yang dialami oleh para tokoh adalah penyimpangan seksual sosial di luar pernikahan dan penyimpangan seksual sosial dalam bentuk perselingkuhan. Kedua bentuk penyimpangan tersebut dialami oleh tokoh Saman, Sihar, Yasmin, dan Laila. Perilaku seksual di luar pernikahan merupakan perilaku atau tindakan yang melanggar norma masyarakat atau norma agama, di katakan
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
melanggar norma karena hubungan seksual tanpa adanya status pernikahan. Perselingkuhan adalah bentuk penyimpangan yang dilakukan seorang yang tidak setia pada pasangannya yang terjalin dalam sebuah komitmen dalam masa pacaran atau sudah menikah. Perselingkuhan disebut suatu penyimpangan seksual sosial karena perilaku yang dilakukan tokoh merupakan perbuatan yang melanggar norma-norma agama dan masyarakat.
3.4.1 Tokoh
Saman
:
Hubungan
Seksual
di
Luar
Pernikahan/Perzinahan
Saman adalah seorang Pastor, dalam agama Katolik Romo adalah sebutan bagi pemimpin agama di lingkungan Gereja Khatolik. Seorang Romo dipanggil untuk hidup dalam kesederhanaan sebagai seorang pelayan Tuhan dan pelayan untuk seluruh umat manusia. Ketika seorang dipanggil untuk jabatan imamat atau sudah mengikrarkan kaulnya, berati seorang Romo telah berjanji atas
nama Allah dan Gereja akan
mengabdikan diri secara total untuk jabatan imamatnya. Seorang Romo memfokuskan dirinya
pada tugas pelayanan bagi umatnya dan tidak
menyita kesibukan dengan hal-hal duniawi. Larangan tidak menikah dan tidak melakukan hubungan seksual adalah salah satu peraturan yang sudah ditetapkan dalam suatu himpunan para Romo hal tersebut dilakukan
74
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
supaya menjadai pedoman bagi mereka yang terpanggil untuk menjadi seorang Romo. Sakramen presbiterat. Tiga lelaki tak berkasut itu lalu telungkup mencium ubin katedral yang dingin. Mereka telah mengucapkan kaulnya. Pada mereka telah dikenakan stola dan kasula. Sejak hari itu, orangorang memanggil mereka Pater Wisanggeni, atau Romo Wis (Utami, 1998: 41).
Setelah Saman sudah menjadi seorang Romo dan sudah mengikrarkan janji kepada Tuhan dan gereja, ia telah melanggar perjanjian yang telah ia ikrarkannya, tanpa sepengetahuan siapapun, Saman menjalin hubungan denganYasmin yang sudah mempunyai suami. Mereka saling mencintai dan ia juga telah melakukan hubungan seksual dengan Yasmin di luar pernikahan, padahal perbuatan yang telah dilakukan oleh Saman dan Yasmin adalah suatu hubungan yang tidak seharusnya mereka dilakukan. Aku mencintai kamu. Aku mencintai kamu. Aku tidak ingin kamu dihukum (Utami, 1998:184).
Seiring berjalannya waktu, kisah percintaan mereka terjalin begitu dekat. Yasmin yang sudah mempunyai suami bersikap masa bodoh dan tidak perduli. Saman tidak berpikir tentang jati dirinya yang pada kenyataannya adalah seorang Romo. Bahkan ia juga telah semakin jauh menjalin hubungan dengan Yasmin tanpa menghiraukan Lukas suami Yasmin, dan ia pun tanpa memikirkan tentang status pernikahan di antara mereka.
75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dalam
peraturan
gereja,
seorang Romo yang melakukan
hubungan seksual sangat ditentang oleh Allah dan peraturan gereja. Hubungan seks yang dilakukan Saman adalah suatu hal yang tabu karena perbuatan tersebut dilakukan oleh Saman yang seorang Romo. Tidak hanya dosa yang mereka dapatkan karena telah berhubungan seksual tanpa adanya ikatan pernikahan, tetapi hubungan mereka disebut sebagai perzinahan karena Yasmin dan Saman melakukan hubungan seksual tanpa adanya status pernikahan yang sah.
Saman, Forgive me. Please.Setelah kamu keluar dari diosesan, setelah kamu mengganti nama dan mengubah penampilan, setelah sering kamu meragukan keadilan Tuhan, bahkan keberadaan Tuhan, aku tidak menyangka kalau kamu masih punya keinginan kembali menjadi pastor. Aku tidak tau bagaimana harus meminta maaf, sampai-sampai dua hari ini aku tak berani membalas suratmu. Aku menyesal sekali. Apakah kamu menganggap aku hawa yang menggoda adam? (Utami, 1998: 183). Yasmin, Tahukah kamu bahwa kisah itu telah menginspirasikan keputusankeputusan yang tidak adil bagi perempuan selama berabad-abad? Kita hidup dalam kegetaran pada seks, tetapi laki-laki tidak mau dipersembahkan sehingga kami melemparkan dosa itu kepada perempuan. Tapi, ya, kamu memang penggoda (Utami, 1998: 183). Saman, Apakah aku berdosa? (Utami, 1998: 183) Yasmin, Aku tak tahu lagi apakah masih ada dosa. Seks terlalu indah. Barangkali karena itu Tuhan begitu cemburu sehingga ia menyuruh Musa merajam orang-orang yang berzinah? Tetapi perempuan selalu didesak dengan lebih begairah. Ke manakah pria bersetubuh dengan wanita yang dibawa orang-orang Farisi untuk dilempari batu di luar gerbang Yerusalem?
76
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Yasmin yang mengetahui tentang pribadi Saman sebagai seorang Romo, tetapi sikap dan perbuatan Yasmin masa bodoh sampai pada akhirnya ia memurtatkan Saman yang seorang Romo. Hal ini adalah suatu perbuatan yang sangat dilarang oleh agama khususnya agama khatolik. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu Aku tidak ingin kamu dihukum. Tetapi kamu sungguh cantik, seperti dinyanyikan Kidung Raja Salomo. (tubuhmu seumpama pohon kuma, dan buah dadamu gugusnya kataku: aku ingin memanjat pohon itu dan memegang gugusnya (Utami, 1998: 184). Yasmin, NEW YORK, 11 JUNI 1994 Aku masturbasi (Utami, 1998: 195). Saman, JAKARTA, 12 JUNI 1994 Aku terkena aloerotisme. Bersetubuh dengan Lukas tetapi membayangkan kamu. Ia bertanya-tanya, kenapa sekarang aku semakin sering minta agar lampu dimatikan. Sebab yang aku bayangkan adalah wajah kamu, tubuh kamu (Utami, 1998: 195). Saman, JAKARTA, 16 JUNI 1994 Orgasme dengan penis bukan suatu yang mutlak. Aku selalu orgasme jika membayangkan kamu. Aku orgasme karena keseluruhanmu. Saman, JAKARTA, 20 JUNI 1994 Tahukah kamu, malam itu yang aku inginkan adalah manjamah tubuhmu, dan menikmati wajahmu ketika ejakulasi. Aku ingin datang ke sana. Aku perkosa kamu (Utami, 1998: 196). Yasmin, ajari aku. Perkosalah aku (Utami, 1998: 197)
Kutipan dalam percakapan di atas telah menunjukan bahwa mereka melakukan hubungan seksual dengan alasan suka sama suka tidak ada unsur keterpaksaan. Dapat dilihat dengan jelas bahwa Yasmin merasa nyaman berhubungan seks dengan Saman dari pada dengan Lukas suaminya. Hal tersebut dapat dilihat dari pengakuannya bahwa ia melakukan hubungan seks dengan Lukas tetapi selalu membayangkan
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
wajah Saman. Dalam kutipannya, terlihat bahwa ia sama sekali tidak melihat jati dirinya sebagai seorang Romo. Ia melakukan perbuatan tersebut dengan senang hati tanpa adanya rasa beban dalam hidupnya. Hubungan seksual Saman dan Yasmin merupakan hubungan yang terlarang karena Yasmin yang sudah mempunyai suami serta Saman seorang Romo dan diantara mereka tidak ada status pernikahan yang sah sehingga perilaku tersebut disebut sebagai penyimpangan seksual sosial. Dikatakan suatu perilaku yang menyimpang karena perilaku yang mereka lakukan telah melanggar norma-norma yang ada baik dalam norma masyarakat maupun norma agama.
3.4.2
Tokoh Laila:Hubungan Seksual di Luar Pernikahan/ Perzinahan
Laila adalah seorang wanita yang belum menikah dan ia bekerja sebagai fotografer. Dalam kehidupan percintaannya dulu ia pernah mengagumi dan jatuh hati pada teman masa lalu nya bernama Saman. Karena Saman pergi dan tidak ada kabar, saat ini Laila menemukan kembali laki-laki yang bisa menarik hatinya, laki-laki itu bernama Sihar salah satu pekerja di Ring. Sayangnya laki-laki itu telah mempunyai istri dan seorang anak. Tetapi, Laila tidak gentar meskipun Sihar sudah berkelurga ia tetap mengaguminya dan mencintainya.
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Barangkali hampir sepuluh tahun kami tidak bertemu. Ada perasaan geli namun rindu mengingat bahwa saya pernah begitu menyukai dia. Tapi itu sudah lalu. Dan hati saya kini terarah kepada Sihar (Utami, 1998: 24). Yang pertama adalah Sihar Situmorang, Insinyiur analisis kandungan minyak, orang yang membuat Laila tertari karena ketidakacuhannya dan posturnya yang liat, juga rambutnya yang terlihat kelabu karena seratserat putih mulai tumbuh berjarakan. Yang kedua, juga telah mulai kelabu rambutnya namun matanya nakal dan ada sikap bahasanya yang terasa kurang terpelajar, setidaknya bagi prasangaka Laila (Utami, 1998:10-11).
Laila yang sudah mengetahui Sihar sudah mempunyai istri, ia pun tetap menaruh hati pada Sihar, sangat perhatian padanya dan sangat takut bila kehilangan Sihar. Pada suatu ketika Laila merasa cemburu pada Sihar karena ia memikirkan istrinya dan beberapa waktu tidak mau bertemu dengannya lagi. Semakin lama itu semakin menghantuinya sehingga suatu hari saya begitu kesal sebab beberapa kali ia membatalkan janji karena rasa bersalahnya, dan saya berkata “ Ternyata kamu laki-laki Batak yang takut istri” Sihar, apakah kamu tidak memfikirkan bahwa aku juga punya rasa salah kepada orang tua? Tapi aku tak pernah membatalkan janji karenanya? Apa kamu berani kalau aku teruskan hubungan ini? “saya terdiam beberapa saat (Utami, 1998: 26-27).
Hubungan Laila dan Sihar terjalin semakin dekat tidak hanya bertemu untuk makan dan minum bersama saja, tetapi Laila dan Sihar juga bertemu disebuah hotel. Akhirnya ia membawa saya ke sebuah hotel di tepi pantai. Ternyata ia masih mencintai laut. Tanggal 22 April 1995 (Utami, 1998: 27).
Suatu
hari
Sihar
memutuskan
untuk
pergi
ke
Amerika
menyelesaikan pekerjaannya di sana. Laila yang mendengar hal itu tanpa berfikir panjang juga berkeinginan untuk pergi ke New York. Hal tersebut
79
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dilakukannya karena ia takut jauh dari Sihar dan ia juga sangat takut bila harus kehilangan Sihar. Di kota New York ini Laila dan Sihar dapat bertemu sesuka hati mereka, dapat memadu kasih satu sama lainnya. Di kota New York ini Laila dan Sihar telah melakukan hubungan seksual tanpa adanya status pernikahan. Sihar, umurku sudah tiga puluh. Dan kita di New York beribu-ribu mil dari Jakarta. Tak ada orang tua, tak ada istri, tak ada dosa. Tak perlu ada yang ditangisi bukankah kita saling mencintai? Atau pernah saling mencintai? Apakah Tuhan memerintahkan laki-laki dan perempuan untuk mencintai ketika mereka kawin? Rasanya tidak (Utami, 1998: 30).
Hubungan seksual yang dilakukan Sihar dan Laila di kota New York adalah suatu perbuatan yang seharusnya tidak mereka lakukan. Tanpa adanya status pernikahan mereka telah melakukan hubungan seksual tersebut. perbuatan seksual yang mereka lakukan adalah suatu perzinahan dan perilaku seksual yang mereka lakukan disebut suatu penyimpangan seksual secara sosial karena telah melanggar norma-norma serta nilai-nilai yang ada, dalam hal ini norma agama dan norma masyarakat. 3.4.3 Tokoh Sihar: Perselingkuhan Sihar yang berusia 35 tahun bekerja sebagai “Company man” di sebuah Ring adalah laki-laki yang mempuyai istri janda beranak satu. Seorang laki-laki seperti dia mestinya menikah dengan perawan yang manis, tetapi dia mengawini seorang janda beranak satu. Anak perempuan (Utami, 1998:25).
Sihar yang sudah mempunyai istri dan anak juga menjalin hubungan dengan Laila, wanita yang bekerja sebagai fotografer.
80
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Hubungan kami tentu bukan hal yang indah bagi orang-orang terdekat kami. Istri dan anaknya (Utami, 1998: 26).
Sihar dan Laila sering bertemu dan memadu kasih di tempat yang jauh agar tidak terlihat oleh istri Sihar dan keluarga Laila. Kami bertemu, makan dan minum, menonton ditempat yang jauh dari istrinya atau keluargaku, lalu ciuman dalam mobil (Utami, 1998: 20).
Terkadang Sihar merasa menyesal menghianati istrinya dan menjalin hubungan dengan Laila tanpa adanya status pernikahan. Lalu cinta menjadi sesuatu yang salah. Karena hubungan ini tidak tercangkup dalam konsep yang dinamakan perkawinan. Ia sering merasa berdosa pada istrinya ( Utami, 1998: 26).
Penyesalan Sihar hanya bersifat sementara saja. Karena, setelah Laila membicarakan tentang hubungan yang terjalin di antara mereka, rasa penyesalan itu sudah tidak ada lagi dalam hatinya. Hubungan perselingkuhan mereka masih saja berlangsung. Akhirnya ia membawa saya ke sebuah hotel di tepi pantai. Sebab ternyata ia masih mencintai laut. Tanggal 22 April 1995 itu (Utami, 1998: 27).
Sihar harus pergi ke Amerika untuk menyelesaikan tugasnya dalam pekerjaan. Mendengar hal tersebut Laila kekasih Sihar tanpa berfikir panjang memutuskan untuk pergi ke New York. Alasanya karena Laila takut bila harus jauh dengan Sihar. Suatu hari kira-kira dua bulan sebelum hari ini, saya dengar ia akan ke Amerika. Saya memberanikan diri memutar nomernya. “Saya baru mau menelfon,” terdengar suaranya cerah. “Katanya kamu mau ke Amerika.” “Saya baru mau member tahu.” “Ngapain kesana?”. “Seismoclypse mau mengganti peralatan dengan teknologi baru. Saya diminta mempelajari.”
81
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Aku juga akan ke sana. Aku punya teman di New York” saya memutuskan tiba-tiba. Tak saya fikir, tapi putusan itu bulat ( Utami, 1998:28).
Sihar dan Laila bertemu di kota New York. Mereka satu sama lainya berusaha menyempatkan waktu untuk bertemu di tempat ini. Di kota ini tanpa ada istri Sihar dan keluarga Laila mereka bisa dengan bebas bertemu hingga pada akhirnya Sihar dan Laila telah melakukan hubungan seksual di kota New York ini tanpa adanya status pernikahan. Barangkali, kami melakukannya di taman ini, di sini, di bangku sebelah gelandangan yang tidur nyenyak di antara biji-biji ketiran yang diterbangkan angin. Kami melakukanya tanpa melepaskan seluruh pakaian, sebab hari masih terlalu dingin untuk telanjang. Setelah itu, mengulanginya di kamar hotel, tanpa berlekas-lekas, di mana kulit saya bisa menikmati kulitnya, dan kulitnya menikmati kulit saya, sebab kami telah menanggalkan semua pakaian. Dan kami berkeringat. Lalu, setelah usai, kami akan bercinta satu sama lain. Tentang apa saja (Utami, 1998: 30).
Hubungan
perselingkuhan
oleh
Sihar
merupakan
perilaku
penyimpangan seksual secara sosial karena perilaku yang yang dilakukan Sihar sudah melanggar norma-norma agama dan norma yang ada dalam masyarakat pada umumnya. Tokoh Sihar disebutkan melakukan perzinahan karena ia juga telah berhubungan seksual dengan Laila tanpa adanya status pernikahan.
3.4.4
Tokoh Yasmin: Perselingkuhan Tokoh Yasmin adalah orang wanita Manado yang sudah menikah
dengan Lukas orang Jawa. Tetapi meskipun status Yasmin sudah menikah, ia mejalin hubungan dan berselingkuh dengan Saman seorang Romo. 82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lukas Hadi Prasetyo orang Jawa. Yasmin Monika orang Manado, tetapi ia setuju saja untuk menikah dengan adat yang rumit itu. Ia juga rela mencuci kaki Lukas sebagai tanda sembah bakti istri pada suami, yang tak ada pada upacara ala Manado ( Utami, 1998: 154).
Terlihat jelas bahwa seorang yang sudah menikah tidak diperbolehkan untuk menjalin hubungan dengan laki-laki lain dan dilarang melakukan hubungan seksual dengan laki-laki yang bukan suaminya. Tetapi, dalam novel Saman ini tokoh Yasmin tanpa sepengetahuan suaminya menjalin hubungan percintaan dengan Saman. Perselingkuhan di antara mereka tidak diketahui oleh Lukas suami Yasmin. Yasmin telah melakukan hubungan seksual dengan Saman. Perbuatan tersebut tidak seharusnya mereka lakukan karena perbuatan tersebut merupakan hal yang tabu bagi Saman yang seorang imam. Jakarta, 12 Juni 1994 Saman, aku terkena aloerotisme. Bersetubuh dengan Lukas tetapi membayangkan kamu. Ia bertanya-tanya, kenapa sekarang aku semakin sering minta agar lampu dimatikan. Sebab yang aku bayangkan adalah wajah kamu, tubuh kamu (Utami, 1998: 195).
Perbuatan Yasmin adalah perbuatan yang salah. Ia telah menjalin hubungan dengan Yasmin sehingga ia menghianati Lukas suaminya serta ia telah melakukan hubungan seksual dengan Saman yang seorang Romo. Perbuatan yang dilakukannya telah melanggar norma-norma yang ada pada umumnya. Hal ini dikatakan sebagai penyimpangan seksual secara sosial karena perbuatan yang dilakukan Yasmin tanpa adanya status pernikahan yang sah.
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.5 Rangkuman Berdasarkan teori Freud tentang penyimpangan-penyimpangan seksual para tokoh dalam novel Saman karya Ayu Utami, dapat diketahui bahwa para tokoh dalam novel Saman mengalami penyimpangan-penyimpangan seksualitas yang berbeda-beda. Berpijak
dari
teori
Freud
tentang
penyimpangan-penyimpangan
seksualitas, dalam novel Saman telah ditemukan dua penyimpangan seksualitas yang dialami para tokoh. Pertama, penyimpangan seksual yang berhubungan dengan objek seksual dan kedua, penyimpangan seksual yang berhubungan dengan tujuan seksual. Dalam penyimpangan yang berhubungan dengan objek seksual, tokoh Shakuntala mengalami penyimpangan seksualitas inversi atau pembalikan. Inversi yang dialami oleh tokoh Shakuntala yaitu pribadi yang terbalik dalam dua arah atau (amphigenously inverted) dan
ia juga merupakan pribadi yang kadang-
kadang memperlihatkan inversi (occasionally inverted). Dalam penyimpangan yang berhubungan dengan tujuan seksual, tokoh Upi mengalami bentuk penyimpangan yang tidak lazim yang biasa disebut dengan Fetitisme. Untuk memperoleh tujuan seksualnya, objek seksual yang digunakan oleh tokoh Upi sangat tidak wajar, ia sering memuaskan gairah seksualnya dengan menggunakan benda-benda seperti menggosok-gosokkan selangkangannya pada pagar, tembok, pohon-pohon, dan binatang-binatang. Selain penyimpangan-penyimpangan menurut Freud yang dialami para tokoh, terdapat juga penyimpangan-penyimpangan seksual lainnya yang dialami
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
para tokoh. penyimpangan lainya yang dialami para tokoh adalah penyimpangan seksual secara sosial. Penyimpangan seksual secara sosial yang dialami para tokoh yaitu penyimpangan dalam bentuk perselingkuhan dan perzinahan. Tokoh Saman dan Laila mengalami penyimpangan seksual secara sosial yang disebut perzinahan. Dikatakan demikian karena kedua tokoh tersebut telah melakukan hubungan seksual tanpa adanya status pernikahan. Tokoh Sihar dan Yasmin mengalami penyimpangan seksual secara sosial yang disebut dengan perselingkuhan. Tokoh Sihar yang sudah mempunyai istri dan anak menjalin hubungan dengan Laila.
Tokoh Yasmin yang sudah
mempunyai suami berselingkuh dengan Saman seorang Romo. Hubungan Yasmin dan Saman tanpa adanya status pernikahan yang sah tetapi mereka telah melakukan hubungan seksual diluar pernikahan hungga pada akhirnya Yasmin memurtatkan Saman yang seorang Romo.
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Novel Saman karya Ayu Utami adalah sebuah novel yang menceritakan tentang kehidupan seksual para tokoh yang terdapat dalam novel tersebut. tokoh utama dalam novel ini adalah tokoh Saman dan tokoh tambahan dalam novel ini adalah Laila, Sihar, Shakuntala dan Upi. Dalam kehidupannya, tokoh-tokoh tersebut mengalami permasalahan seksual yang berbeda-beda. Dalam novel ini tokoh Saman diceritakan adalah seorang Romo yang mengabdikan dirinya pada Tuhan serta ai tinggal di biara. Tokoh Laila adalah seorang perempuan yang bekerja sebagai fotografer dan ia adalah wanita yang berselingkuh dengan Sihar. Sihar adalah seorang laki-laki yang berusia 35 tahun. Ia bekerja sebagai “Company man” di sebuah Ring. Tokoh Shakuntala adalah seorang perempuan yang biseksual. Ia telah melakukan hubungan seksual dengan laki-laki, tetapi ia juga melakukan hubungan seksual dengan perempuan. Ia mempunyai gaya hidup yang bebas ia idak menyukai dannya aturan-aturan. Ia tidak menyetujui bahwa suatu pernikahan adalah hal yang penting karena baginya melakukan hubungan seksual biasa ia lakukan dengan bebas tanpa ada ikatan pernikahan yang sah. Tokoh Upi adalah seorang wanita yang mempunyai keterbelakangan mental.
Kebanyakan orang menyebutnya
gila. Selain ia mempunyai
keterbelakangan mental ia juga mempunyai gairah seks yang aneh. Ia sering
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
memuaskan gairah seksualnya dengan benda-benda yang tidak lazim seperti;pagar tembok, pohon-pohon, balok, kayu dan binatang-binatang. Latar yang terdapat dalam novel ini ada tiga yaitu; latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat yang terdapat pada novel Saman adalah pantai Laut Cina Selatan tempat pertemuan antara Sihar dan Laila di sebuah Ring. Kota Prabumulih adalah tempat tinggal Saman dan kelurganya, dan Kota New York adalah tempat persembunyian Saman dari Buronan. Kota New York juga merupakan tempat yang bebas untuk pertemuan Sihar dan Laila. Latar waktu pada novel ini dibagi menjadi dua.
Pertama, periode
kehidupan Saman sebelum keluar dari biara. Kedua, periode kehidupan Saman setelah keluar dari biara. Latar sosial pada novel ini dibagi tiga, yaitu: Pertama, latar sosial agama Katolik menceritakan tokoh Saman yang dithabiskan menjadi seorang Romo dan ia tinggal di Biara. Kedua, latar budaya mistik diceritakan ibu Saman yang seorang Raden Ayu mempunyai kebiasaan-kebiasaan aneh dan terkadang sikap ibunya tidak bisa dijelaskan dengan akal. Ketiga, latar budaya Jawa diceritakan bahwa dalam novel ini, tokoh Shakuntala tidak menyetujui adanya ketentuan dalam adat Jawa yang menganggap derajat wanita lebih rendah daripada laki-laki. Latar tentang kehidupan seks diceritakan bahwa dalam novel ini seks adalah salah satu permasalahan utama yang dialami oleh para tokoh dalam Saman karya Ayu Utami. Plot atau alur dalam novel ini adalah alur sorot atau flashback. Berdasarkan teori Freud tentang penyimpangan seksual, tokoh-tokoh dalam novel Saman mengalami penyimpangan seksual yang berbeda-beda. Pada
87
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
penyimpangan yang berhubungan dengan objek seksual tokoh Shakuntala mengalami inversi (pembalikan). Inversi yang ia alami yaitu amphigenously inverted atau pribadi yang terbalik dalam dua arah, yang kedua yaitu inverse accasionally inverted atau pribadi yang hanya kadang-kadang memperlihatkan inverse (pembalikan). Masih berdasarkan teori Freud tentang penyimpangan seksual, tokoh Upi pada novel ini mengalami penyimpangan yang disebut fetitisme. Dalam mencapai kepuasan seksualnya, ia mempergunakan objek seksual yang tidak lazim. Objek seksual yang tidak lazim seperti menggosokan selangkangannya di tembok, pagar, pohon-pohon, dan hewan. Berdasarkan pendapat para ahli tentang penyimpangan seksual secara sosial, tokoh Saman dan Laila mengalami penyimpangan seksual sosial dalam bentuk
perzinahan,
sedangkan
tokoh
Yasmin
dan
Sihar
mengalami
penyimpangan seksual sosial perselingkuhan.
B. Saran . Studi ini menggunakan pendekatan struktural dan psikologi sastra yang membahas tentang penyimpangan seksual yang berhubungan dengan tujuan seksual dan penyimpangan seksual yang berhubungan dengan objek seksual para tokoh dalam novel Saman karya Ayu Utami Banyaknya penyimpangan-penyimpangan seksual yang dialami para tokoh dalam novel Saman karya Ayu Utami dapat disarankan agar peneliti selanjutnya dapat menganalisis novel Saman dengan mengunakan pendekatan
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
sosiologi sastra karena para tokoh dalam novel Saman berada di dilingkungan masyarakat yang mayoritas tidak menyetujui dengan perilaku penyimpanganpenyimpangan seksual yang dialami oleh para tokoh dalam novel Saman.
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Albertine, Menderop. 2010. Psikologi Sastra, Karya Sastra, Metode, Teori dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Bandel, Katrin. 2006. Sastra, Perempuan, dan Seks. Yogyakarta: Jalasutra Candra, Teguh. 1999. Pandangan Wanita Tentang Seksualitas dalam Saman Karya Ayu Utami Suatu Tinjauan Struktur Genetik. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi penelitian sastra. Yogyakarta: Media Pressindom Fananie, Zainuddin. 2002. Perspektif Idiologi Dalam Sastra Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. Freud, Sigmund. 2014. Manifesto Seksualitas. Yogyakarta: Titah Surga. Harjana, Andre. 1994. Kritik Sastra Sebuah Pengantara. Jakarta: Gramedia. Junaedi, Didi. 2010. 17+ Seks Menyimpang. Jakarta: Semesta Rakyat Merdeka. Minderop, Alberine. 2010. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Nurgiantoro, Burhan. 2007. Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta. Gajah Mada University Prees. Penyimpangan
Seksual.
2008.
Didownload
dari:
http://www.diffy.com/cmm/artikel definisi. penyimpangan1.html Semi, Altar. 1988. Anatomi sastra. Jakarta: Angkasa Raya. ______________. Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Gramedia. ______________. Kritik Sastra. Bandung: PT Angkasa.
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Solinkha, Hani. 2011. Makalah Potret Seksual dan Kritik sosial dengan Kajian Semiotika. Yogyakarta. Sumardi, dkk. 1976. Seksualitas diantara Persoalan-persoalan Para Remaja dan pembimbingnya. Yogyakarta: Pusat bagian Publikasi Teew, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta : Pustaka Jaya. Utami, Ayu. 1998. Saman. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Wellek dan Waren. 1990. Teori Kesustraan. Jakarta: PT Gramedia. Wicaksono, Andri. 2011. Makalah Potret Seksual dan Kritik Sosial dengan Kajian Semiotika. Surakarta. Yenni, Indra. 2007. Perilaku Seksual Lima Tokoh Perempuan dalam Cantik Itu Luka. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Paulina Vianti Eka Permata lahir pada 07 Juni 1993 di desa Sindang Jaya, Bengkulu. Merupakan putrid pertama dari tiga bersaudara. Mengawali pendidikannya semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) Negeri 30 Sindang Jaya pada tahun 1999-2005. Dilanjutkan ke tingkat menengah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 02 Sindang Kelinggi pada tahun 2005-2008. Pada tahun 2008-2011 penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah atas di Sekolah Menengah Atas (SMA) Xaverius Curup. Pendidikan terahir yang ditempuh penulis pada tahun 2011 hingga sekarang di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
92