LAPORAN TRIWULANAN
PERKEMBANGAN EKONOMI, KINERJA PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN PROVINSI MALUKU UTARA
BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-21217, 21218, Fax : 24017
LAPORAN TRIWULANAN
PERKEMBANGAN EKONOMI, KINERJA PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN PROVINSI MALUKU UTARA
TRIWULAN III-2008
BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-21217, 21218, Fax : 24017
VISI BANK INDONESIA “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
MISI BANK INDONESIA “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan”
TUGAS BANK INDONESIA (Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran, Mengatur dan mengawasi bank.
Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik, Survey dan Pengawasan Bank Kantor Bank Indonesia Ternate Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate Telp : (0921) 21217, 21218 Fax : (0921) 24017
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara. Laporan ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah. Laporan Triwulan ini meliputi perkembangan inflasi regional; ekonomi, moneter dan Perbankan; sistem pembayaran dan prospek ekonomi. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di waktu yang akan datang. Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, November 2008 BANK INDONESIA TERNATE
Endih santosa Pemimpin
i
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN KBI TERNATE
i ii iv vi vii
RINGKASAN EKSEKUTIF
viii
BAB I
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1.1 Gambaran Umum …………………………………………………………. 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Lapangan Usaha..................................... 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Permintaan........................................
1 1 4 11
BOKS 1
Pengembangan Perkebunan di Halmahera Utara
16
BAB II
PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 2.1 Gambaran Umum………………………………………………………….. 2.2 Inflasi Menurut Berdasarkan Kelompok Komoditas …........................... 2.3 Inflasi Berdasarkan Sub Kelompok Komoditas …………………………...
20 20 21 22
BAB III
PERKEMBANGAN MONETER DAN PERBANKAN ................................... 3.1 Perkembangan Moneter …………………………………………………... 3.2 Perkembangan Perbankan ……………………………….……………….. a. Perkembangan Aset Bank Umum ………………………………..... b. Penghimpunan Dana Bank Umum ..……………………………... c. Penyaluran Kredit ……………………...…………………………… c.1. Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor …................. c.2 Persetujuan Kredit Baru ..………………………………….... d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum …………..…….……… e. Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum …………..…….…….
27 28 29 31 33 36 36 39 41 42
BAB IV
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH …………………………………... 4.1 Pendapatan Daerah ……………………………………............................ 4.2 Belanja Daerah ..................................................................................... 4.3 Surplus (Defisit) …………….………………………...………………….…
45 46 47 48
BAB V
PERKENBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ……………….….……………… 5.1 Aliran Uang Kartal ( outflow / inflow) ..................………………………. 5.2 Pemusnahan Uang Kartal ..................................................................... 5.3 Perkembangan Kliring Lokal ................................................................. 5.4 Uang Palsu …………………………………………………………………. 5.5 Perkembangan Transaksi RTGS ……………………………….................
50 52 56 58 59 60
Boks II
Program “Maitaraku” Bank Indonesia Ternate ………………………………
61
BAB VI
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH ………………………… 6.1 Kondisi Umum…................ …………………………………………........ 6.2 Angkatan Kerja Dan Pengangguran........................................................ 6.3 Lapangan Pekerjaan Utama...................................................................
65 65 67 70
ii
6.4 Status Pekerjaan Utama ........................................................................
72
BAB VII
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH................................................ 7.1 Kondisi Umum...................................................................................... 7.2 Prospek Pertumbuhan Ekonomi............................................................. 7.3 Prosoek Inflasi Daerah...........................................................................
74 74 74 75
Boks III
Dampak Krisis Finansial Global Terhadap Perekonomian Maluku Utara..
76
iii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel
1.1
PDRB Maluku Utara Sektor Pertanian ...................................................
5
Tabel
1.2
Perubahan No. Telepon di Wilayah Maluku Utara .................................
9
Tabel
1.3
PDRB Sektoral maluku Utara ADHK 2000 ............................................
11
Tabel
1.4
PDRB Penggunaan Maluku Utara ADHK 2000 ......................................
15
Tabel
2.1
Inflasi Kelompok Komoditas .……………………..................................
21
Tabel
2.2
Ranking Inflasi Sub Kelompok Komoditas Triwulan III-2008 ..................
22
Tabel
2.3
Laju Inflasi Terendah Berdasarkan Sub Kelompok Komoditas ................
23
Tabel
2.4
IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan makanan ...................
23
Tabel
2.5
Tabel
2.6
Tabel
2.7
IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ………....................
24
Tabel
2.8
IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ............................
25
Tabel
2.9
Tabel
2.10
Tabel
3.1
Indikator Perbankan di Maluku Utara ……............................................
28
Tabel
3.2
Perkembangan Indikator Perbankan di Wilayah BI Ternate …………….
29
Tabel
3.3
Perkembangan Perbankan di Wilayah Kerja KBI Ternate ………………
30
Tabel
3.4
Komposisi Kepemilikan Aset Perbankan di Maluku Utara………..…....
33
Tabel
3.5
Perkembangan DPK Perbankan …………………................................
35
Tabel
3.6
Perkembangan Kredit Perbankan …………………................................
39
Tabel
3.7
Perkembangan Kredit Bermasalah Pada Perbankan Daerah ………….
44
Tabel
4.1
Realisasi APBD Tahun 2008 ..................................................................
46
Tabel
4.2
Komposisi Penerimaan Daerah .............................................................
47
Tabel
5.1
Perkembangan DPK dan Kredit Perbankan di Provinsi Maluku Utara ....
53
Tabel
5.2
Perkembangan Penukaran Uang Kecil di Bank Indonesia Ternate ……..
53
Tabel
5.3
Realisasi RDU Tahun 2008 ………………………………………………...
56
Tabel
5.4
Jumlah Peracikan Uang Kertas di BI Ternate .........................................
56
Tabel
5.5
Perbandingan Penemuan Uang Palsu di KKBI .......................................
60
IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Rokok dan Tembakau ........................................................................................... IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ……………………………………………. ...................
IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga ............................................................................................ IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan .....................................................................................
24 24
25 26
iv
Tabel
6.1
Penduduk MU Usia 15 tahun keatas Menurut Kegiatan .......................
65
Tabel
6.2
Perkembangan garis Kemiskinan Provinsi Maluku Utara .......................
66
Tabel
6.3
Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di Maluku Utara ....................
67
Tabel
6.4
Penduduk MU Usia 15 tahun keatas Menurut Lap. Pekerjaan Utama ....
71
Tabel
6.5
Penduduk MU Usia 15 tahun keatas Menurut Status Pekerjaan Utama .
73
v
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik
1.1 Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara ………………………………………….
2
Grafik
1.2 Perkembangan Sektor Ekonomi Terhadap PDRB di Maluku Utara .................
3
Grafik
1.3 Proporsi Sektor ekonomi Terhadap Perekonomian Daerah ............................
4
Grafik
1.4 Perkembangan PDRB Penggunaan Triwulan III-2008 .....................................
11
Grafik
2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Ternate dan Nasional ...........................
20
Grafik
3.1 Perkembangan Besaran Moneter di Maluku Utara ………........……..............
29
Grafik
3.2 Perkembangan Aset Perbankan Maluku Utara .......….............……………….
32
Grafik
3.3 Proporsi DPK Perbankan Berdasarkan Produk Bank .......................……….....
34
Grafik
3.4 Proporsi DPK Perbankan Berdasarkan Golongan Debitur ...............……….....
34
Grafik
3.5 Proporsi Pemberian Kredit Baru Triwulan III-2008 .........................................
41
Grafik
3.6 Perkembangan LDR Bank Umum ..................................................................
42
Grafik
3.7 Perkembangan NPL’s Perbankan ………..................................…………......
43
Grafik
4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara ……...........…………............................
45
Grafik
5.1
Perkembangan Aliran Kas di KBI Ternate …..……...…………………………..
51
Grafik
5.2 Perkembangan Penukaran Uang Kecil di Bank Indonesia Ternate ..................
54
Grafik
5.3 Perbandingan Jml. Kas Keliling dengan Uang Masuk Ke BI Ternate …………
55
Grafik
5.4 Perkembangan Peracikan Uang di BI Ternate .….............……………………..
57
Grafik
5.5 Perkembangan Kegiatan Kliring .................................................................... 59
Grafik
6.1 Perbandingan Penduduk Bekerja dan Menganggur .…………….............…..
Grafik
6.2 Lapangan Kerja Utama Penduduk Malut .…….................................……….. 72
70
vi
INDIKATOR
2008
2007
Trw. I
Besaran Moneter (miliar Rp) -
Uang Giral
910.69
-
Uang Kuasi
1,709.37
Trw. II
Trw. III
-54.91%
127.93%
-1.34%
1016.178
955.34
919.08
1,737.06
1,737.31
1,650.77
Jumlah Bank dan Kantor Bank -
Jumlah Bank Umum
8
9
9
-
Jumlah Kantor Bank Umum (tdk termasuk 20 BRI Unit)
8
20
36
36
-
Jumlah BPR
1
1
1
1
-
Jumlah Kantor BPR
1
1
1
1
Asset Bank Umum (Miliar Rp)
2,747.14
2743.878
2793.594
2818.853
-54.91%
127.93%
-1.34%
910.69
1,016.18
955.34
919.08
1,296.38
120.02
1,272.13
1,247.26
Dana Pihak Ketiga (miliar Rp) -
Giro
-
Tabungan
-
Deposito
-
Total
412.99 2,620.06
y-o-y Kredit
45.05 1,181.26
464.93 2,692.40
-45.91%
25.35%
6.16%
14.65%
q-t-q
1,052.83
490.05 2,656.39 20.19%
-
Kredit (miliar Rp)
865.08
918.34
-
KUK (% Kredit)
16.13%
20.09%
14.50%
1,187.04
-
NPL Gross (%)
3.38%
3.73%
3.47%
3.41%
-
Rasio Kredit thd DPK (LDR)
33.02
77.74
39.10
44.69
357.95
0.00%
Cash Flow KBI (miliar Rp) -
Posisi Kas
109.02
216.60
198.42
-
Inflow
200.27
95.86
22.63
25.19
-
Outflow
233.28
321.47
(38.20)
(210.65)
(296.28)
-
MRUK
30.28
28.89
28.09
31.59%
127.65%
111.51%
-
-
-
48.6
Net Inflow (+)/Net Outflow (-) Rasio MRUK dgn Inflow (%) -
1,034.71 (834.45)
134.06
140.41 -416.67%
Jumlah Uang Palsu (lbr)
-
Kliring (rata-rata harian) -
Jumlah Warkat (lembar)
34
48.81
47.7
-
Nominal Kliring (miliar Rp)
1.61
1.92
2.43
2.1
-
Jumlah Cek/BG ditolak dgn Alasan Kosong (lembar) 0.20
0.68
0.41
0.51
-
Nominal Cek/BG ditolak dgn Alasan Kosong (juta 17.51 Rp)
14.84
484.47
36.33
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (miliar Rp) -
Penerimaan
-
Belanja
501.72 516.71
621.47 636.47
PDRB (Harga Konstan, dlm juta Rp) -
Nilai (juta $)
*)
*)
**)
2501.175
637.896
655.304
680.08
6.01%
-0.69%
2.73%
3.78%
Kliring -
Jumlah Warkat (lembar)
-
Nominal Kliring (miliar Rp)
8,448
3.026
3.005
3.063
404.36
118.76
152.93
132.33
-
Jumlah Cek/BG ditolak dgn Alasan Kosong (lembar)49
42
-
Nominal Cek/BG ditolak dgn Alasan Kosong (juta 4,396 Rp)
920.24
-
Jumlah Hari Kliring
251
62
26 30,521.42 63
32 2,288.88 63
Catt.: Data perbankan termasuk Bank Syariah
vii
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ringkasan Eksekutif
GAMBARAN UMUM Kinerja perekonomian Maluku Utara pada triwulan IIIPerekonomian Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2008 tumbuh sebesar 3,78% (q-t-q) ...
2008 yang tergambar pada PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 menunjukkan perkembangan positif sebesar 3,78%
(q-t-q)1
bila
dibandingkan
dengan
kinerja
perekonomian pada triwulan II-2008. Bila dihitung secara nominal pada triwulan laporan aktivitas ekonomi sebesar Rp680,08 miliar. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada triwulan IIITingkat inflasi di Ternate sebesar 16,63% (y-o-y) lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi nasional ...
2008 diikuti oleh peningkatan harga barang dan jasa. Secara tahunan, pada bulan September 2008 inflasi di Kota Ternate sebagai kota di Maluku Utara yang disurvey oleh Badan Pusast Statistik (BPS) menunjukkan terjadinya inflasi tahunan sebesar 16,63% (y-o-y). Tingkat inflasi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi Nasional yang tercatat sebesar 12,14 % (y-o-y).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Pertumbuhan ekonomi daerah tercermin dari peningkatan kinerja sebagian besar sektor ekonomi ...
Pertumbuhan
ekonomi
daerah
tercermin
dari
peningkatan sebagian besar sektor ekonomi. Seiring dengan membaiknya situasi kemananan di Maluku Utara serta peningkatan aktivitas masyarakat dalam menyambut HUT kemerdekaan RI serta bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan beberapa sektor ekonomi. Lesunya perekonomian global tidak memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap aktifitas
Ringkasan Eksekutif
viii
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
ekonomi masyarakat. Hal ini terkait dengan aktivitas masyarakat Maluku Utara yang didominasi oleh ekonomi Mikro, kecil dan menengah. Kebutuhan masyarakat sebagian besar dipasok oleh daerah di sekitar Maluku Utara, hanya sektor pertambangan yang memiliki keterkaitan langsung dengan dunia internasional. Terjadinya dinamika pertumbuhan secara sektoral Sektor pertanian, PHR dan pengangkutan dan komunikasi masih mendominasi ...
pada triwulan III-2008 belum mampu menggeser komposisi sektor ekonomi yang mendominasi perekonomian daerah. Sektor ekonomi unggulan (leading sector) di Provinsi Maluku Utara antara lain: sektor pertanian; perdagangan, hotel dan restoran;
serta
pengangkutan
dan
komunikasi
masih
mendominasi aktivitas masyarakat. Ditinjau
dari
sisi
permintaan
(penggunaan),
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara ditopang Secara umum kegiatan konsumsi masih menjadi mesin pertumbuhan ...
oleh aktivitas internal Maluku Utara. Kegiatan konsumsi masih mendominasi aktivitas masyarakat dengan tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada konsumsi rumah tangga. Disamping itu kegiatan investasi di wilayah Maluku Utara juga memberikan kontribusi positif terhaap pertumbuhan triwulan laporan. Kegiatan ekonomi yang melibatkan pelaku ekonoi dari daerah lain seperti rkspor dan impor justru mengalami penurunan. Pada kedua kategori tersebut, hanya sub
kategori
ekspor
antar
pulau
yang
mengalami
peningkatan. Meskipun demikian penurunan pada beberapa sub sektor yang lain tidak mampu dibendung oleh peningkatan tersebut. Perkembangan ekonomi tahunan Maluku Utara Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara secara tahunan tahunan sebesar 6,94% ...
memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi bila kita mengamati dan melakukan perbandingan data secara tahunan. Pada triwulan III-2008 perekonomian Maluku Utara mengalami pertumbuhan sebesar 6,94% bila dibandingkan dengan kondisi perekonomian pada triwulan III-2007.
1
Suber: BPS, 22 Juli 2008, data sangat sementara
Ringkasan Eksekutif
ix
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2007.
INFLASI REGIONAL Mulai tanggal 1 Juli 2008, perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan tahun dasar 2007 = 100 (sebelumnya 2002 = 100) yang didasarkan pada hasil Survey Biaya Hidup (SBH) 2007. Perubahan tersebut berdampak pada bertambahnya cakupan kota dari 45 kota menjadi 66 kota, peningkatan keranjang/paket komoditas yang disurvey dari 744 pada tahun 2002 menjadi 774 pada tahun 2007. Pada Triwulan III 2008 inflasi tahunan (y.o.y) kota Inflasi tahunan daerah Maluku Utara sebesar 16,63% ...
Ternate mencapai 16,63% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya tercatat sebesar 6,78% dan inflasi yang dicatat triwulan II 2008 sebesar 12,25%. Pada
triwulan
laporan
secara
tahunan
semua
kelompok barang dan jasa mengalami inflasi terutama didominasi oleh kelompok bahan makanan, kelompok Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tertinggi ...
transpor, komunikasi dan jasa keuangan, dan kelompok makanan jadi yang rata-rata mengalami laju inflasi diatas 10%. Laju pertumbuhan inflasi tertinggi di daerah terjadi pada kelompok bahan makanan baik secara tahunan, kumulatif, triwulanan maupun bulanan yang masing-masing mencatat angka 35,41% (y.o.y), 37,24% (y.t.d), 15,20% (q.t.q), 3,25% (m.t.m).
PERKEMBANGAN MONETER DAN PERBANKAN Pertumbuhan ekonomi triwulanan yang terjadi di Jumlah uang beredar di daerah mengalami penurunan sebesar 1,34% ...
daerah Maluku Utara pada triwulan III-2008 yang tercatat sebesar 3,78% (q-t-q) diiringi oleh perbaikan beberapa indikator utama kinerja perbankan daerah. Secara triwulanan jumlah uang beredar secara total menunjukkan adanya penurunan sebesar minus 1,34%. Total uang beredar dalam
Ringkasan Eksekutif
x
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
perekonomian daerah pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,66 trilyun. Pada Triwulan III-2008, kinerja perbankan di daerah Maluku Utara terus menunjukkan peningkatan. Membaiknya kinerja perbankan tersebut dapat dilihat dari membaiknya Pertumbuhan ekonomi daerah diiringi perbaikan indikator perbankan ...
kemampuan
bank
dalam
masyarakat
dalam
bentuk
menyalurkan kredit,
dana
kepada
peningkatan
asset
perbankan serta kualitas kredit yang diberikan. Stau-satunya indikator perbankan yang mengalami penurunan adalah dana masyarakat yang dikelola perbankan (DPK). Total asset perbankan di Provinsi Maluku Utara pada akhir Triwulan III-2008 tercatat sebesar Rp2,82 trilyun
Asset perbankan tumbuh sebesar 0,9% (q-t-q) ...
atau
mengalami
peningkatan
sebesar
0,90%
(q-t-q).
Penyebaran asset bank umum masih didominasi di Kota Ternate dengan porsi aset sebesar 73,53%, diikuti oleh Halmahera Tengah sebesar 16,24% sedangkan sisanya (10,23%) terdapat didaerah lain di daerah Maluku Utara. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan
DPK perbankan turun sebesar minus 1,34% (q-t-q) ...
di Maluku Utara selama Triwulan III-2008 mengalami penurunan sebesar minus 1,34% (q-t-q). Berdasarkan pada kelompok bank, Kontribusi DPK pada triwulan laporan, didominasi
oleh
bank
pemerintah
sebesar
86,72%,
sedangkan bank swasta nasional mempunyai porsi mencapai 13,28%. Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit perbankan di Provinsi Maluku Utara pada Triwulan III-2008 mengalami kenaikan sebesar 12,75% (q-tq). Pertemuan antara pihak perbankan dengan pelaku usaha di Maluku Utara yang semakin intensif baik melalui forum Kredit perbankan meningkat sebesar 12,75% (q-t-q) ...
Semiloka, penyelenggaraan bantuan tenis kepada pelaku usaha oleh Bank Indonesia yang melibatkan pihak perbankan dan kegiatan ekspo produk UKM diperkirakan menjadi pemicu meningkatnya kredit perbankan terhadap UKM di daerah. Disamping itu budaya sebagian masyarakat Maluku
Ringkasan Eksekutif
xi
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Utara yang merasa malu/tidak enak hati bila memiliki tunggakan
kepada
perbankan
turut
mempengaruhi
membaiknya kualitas penyaluran kredit di daerah. LDR perbankan Provinsi Maluku Utara pada Triwulan III-2008 mengalami pertumbuhan dari 39,10% pada triwulan LDR perbankan meningkat diikuti penurunan NPL’s...
II-2008 menjadi 44,69%. Rasio kredit bermasalah (NPL’s) pada triwulam III-2008 mengalami penurunan dari 3,47% pada triwulan II-2008 menjadi 3,41% pada triwulan laporan.
KEUANGAN DAERAH Dalam susunan APBD Provinsi Maluku Utara pada tahun 20082 dapat diketahui bahwa pendapatan daerah Provinsi Maluku Utara ditargetkan sebesar Rp621,47 miliar sedangkan belanja daerah dianggarkan sebesar Rp636,47 miliar. Dengan demikian anggaran pembangunan daerah pada tahun 2008 mengalami dfisit sebesar Rp15 miliar. Baik pendapatan maupun belanja daerah pada tahun 2008 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan dana yang
dianggarkan
pada
tahun
sebelumnya
dengan
pendapatan diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 23,87% sedangkan belanja daerah mengalami kenaikan Realisasi APBD sampai triwulan III-2008 masih rendah ...
sebesar 34,70%. Dalam APBD tahun 2008, pendapatan daerah provinsi Maluku Utara diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 23,87% dari pendapatan daerah pada tahun 2007 yang tercatat sebesar Rp501,72 miliar. Peningkatan pendapatan tersebut didominasi oleh penerimaan yang bersumber dari dana perimbangan pemerintah pusat dibandingkan dengan sumber pendapatan yang berasal dari PAD Maluku Utara. Share dana perimbangan terhadap total penerimaan daerah sebesar 90,57%.
2
Sumber: Biro Keuangan Provinsi
Ringkasan Eksekutif
xii
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Realisasi
belanja
daerah
tahun
2008
cukup
memprihatinkan. Sampai bulan Mei 2008 tingkat realisasinya baru mencapai 21,52% dari target tahun 2008. Realisasi anggaran
belanja
sebesar
Rp136,989
miliar
menurut
informasi yang diterima oleh Bank Indonesia Ternate merupakan belanja pemerintah untuk pegawai/pembayaran gaji. Kondisi ini tentu sangt merugikan bagi masyarakat daerah karena kegiatan belanja modal pemerintah daera yang notabene memiliki efek bergulir yang leibih besar bagi masyarakat justru masih sangat minim.
SISTEM PEMBAYARAN Pada Sistem pembayaran mengalami peningkatan ...
pembayaran peningkatan.
triwulan di
III-2008
wilayah
Sistem
secara
umum
sistem
Maluku
Utara
mengalami
pembayaran
tunai
mengalami
peningkatan baik dalam jumlah uang yang masuk maupun keluar dari kas Bank Indonesia Ternate bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu meskipun secara nominal
mengalami
sedikit
penurunan
tetapi volume
transaksi non-tunai mengalami peningkatan. Aliran uang kartal mengalami net outflow ...
Pada triwulan III-2008, total aliran uang kartal keluar dan masuk ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp346,66 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 35,46% bila dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 255,91 miliar. Pada triwulan laporan, aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Ternate (inflow) sebesar Rp25,19 miliar, sedangkan aliran uang kartal keluar (outflow) dari Bank Indonesia pada Triwulan III-2008 sebesar
Rp321,47
miliar.
Pada
triwulan
III-2008,
perbandingan antara nilai nominal uang yang masuk dan yang keluar dari Bank Indonesia Ternate adalah 1 : 13. Sampai dengan akhir triwulan laporan tidak terdapat Penemuan dan pelaporan uang palsu nihil ...
Ringkasan Eksekutif
pengaduan ditemukannya uang palsu yang beredar di masyarakat. Dengan demikian selama triwulan III-2008 di
xiii
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
wilayah kerja Bank Indonesia Ternate tidak ditemukan kasus uang palsu. Kondisi tersebut memperpanjang catatan tidak adanya penemuan maupun pengaduan mengenai uang palsu sejak tahun 2006 yang lalu.
TENAGA KERJA Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara sampai bulan Februari 2008 diperkirakan mengalami perbaikan. Kondisi
tersebut
terlihat
dari
beberapa
indikasi
ketenagakerjaan, misalnya jumlah angkatan kerja di daerah sampai bulan Februari 2008 mencapai 417,45 ribu orang mengalami
kenaikan
sebanyak
12,65
ribu
orang
dibandingkan dengan data bulan Februari 2007; jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 17,08
ribu
orang
sedangkan
jumlah
pengangguran
mengalami penurunan sebanyak 4,43ribu orang. Terjadi peningkatan angkatan kerja diiringi penurunan pengangguran ...
Dalam kurun waktu satu tahun terakhir (Februari 2007 – Februari 2008) peningkatan jumlah angkatan kerja laki-laki jauh lebih besar dibandingkan peningkatan jumlah angkatan kerja penduduk perempuan. Angkatan kerja berjenis kelamin laki-laki pada Februari tercatat sebesar 258,9 ribu orang, mengalami peningkatan sebesar 3,40% (y-o-y) sedangkan angkatan kerja perempuan berjumlah 158,55 ribu orang atau mengalami peningkatan sebesar 2,67% (y-o-y). Tingkat pengangguran terbuka di Maluku Utara pada Februari 2008 sebesar 7,03% atau mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2007 yang tercatat sebesar 8,34%. Meskipun sama-sama mengalami penurunan, tingkat pengangguran terbuka penduduk perempuan di Maluku Utara lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pengangguran terbuka laki-laki. Tingkat pengangguran terbuka kaum laki-laki sebesar 5,72% sedangkan kaum perempuan tercatat sebesar 9,16%.
Ringkasan Eksekutif
xiv
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Lapangan Lapangan kerja utama yang ditekuni tenaga kerja lokal adalah sektor pertanian ...
pekerjaan
utama
yang
digeluti
oleh
penduduk di wilayah Maluku Utara adalah pertanian, perdagangan dan jasa kemasyarakatan. Data bulan Februari 2008 menunjukkan bahwa sebanyak 60,44% penduduk Maluku Utara menggeluti pekerjaan di sektor pertanian, 12,56% bekerja di sektor perdagangan dan 10,68% menggeluti pekerjaan di sektor jasa.
PROSPEK EKONOMI REGIONAL Perekonomian Maluku Utara pada triwulan IV-2008 diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan yang positif dan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 1,75 ± 0,5% (q-t-q). Beberapa
event yang
diperkirakan akan mampu menjadi pemicu pertumbuhan Perekonomian daerah diperkirakan tetap tumbuh...
ekonomi daerah antara lain penyelenggaraan lPOPWIL Sulampua, kegiatan bazar UMKM dalam rangka menyambut HUT Kota Ternate serta liburan pada masa pergantian tahun baru. Disamping itu penetapan Gubernur Definitif di Provinsi Maluku Utara diharapkan mampu menjadi pemicu bagi peningkatan kinerja perekonomian daerah Tingkat harga barang dan jasa di Maluku Utara pada triwulan IV-2008 diperkirakan akan mengalami kenaikan yang melambat dan berada pada kisaran 4,37 ± 0,5% (q-t-q). Bahan
makanan
dperkirakan
masih
akan
mengalami
pertumbuhan inflasi tertinggi disusul kenaikan harga pada transportasi dan komunikasi. Tingkat harga akan tumbuh melambat ...
Beberapa faktor yang dapat memperlambat laju inflasi daerah diantaranya: penurunan harga komoditas pertanian seiring dengan pelaksanaan panen raya, semakin gencarnya perang tarif murah antar operator telepon seluler sehingga biaya percakapan maupun pengiriman pesan akan semakin murah, serta isu positif seputar penurunan harga BBM.
Ringkasan Eksekutif
xv
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Bab I 1.1
Perkembangan Ekonomi Makro
Gambaran Umum Di tengah kelesuan peekonomian global akibat kasus sub prime mortgage,
geliat perekonomian di daerah masih terus berlangsung. Kinerja perekonomian Maluku Utara pada triwulan III-2008 yang tergambar pada PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 menunjukkan perkembangan positif sebesar 3,78% (q-t-q)1 bila dibandingkan dengan kinerja perekonomian pada triwulan II-2008. Bila dihitung secara nominal pada triwulan laporan aktivitas ekonomi masyarakat sebesar Rp680,08 miliar. Perkembangan yang terjadi pada kegiatan ekonomi riil seiring dengan membaiknya perkembangan yang terjadi pada perbankan daerah. Dengan demikian dua motor utama penggerak perekonomian daerah dapat saling bersinergi dalam menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan. Pertumbuhan ekonomi daerah tercermin dari peningkatan sebagian besar sektor ekonomi. Seiring dengan membaiknya situasi kemananan di Maluku Utara serta peningkatan aktivitas masyarakat dalam menyambut HUT kemerdekaan RI serta bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan beberapa sektor ekonomi. Lesunya perekonomian global tidak memiliki pengaruh yang siginikan terhadap aktivitas ekonomi masyarakat. Hal ini terkait dengan aktivitas masyarakat Maluku Utara yang didominasi oleh ekonomi mikro, kecil dan menengah. Kebutuhan masyarakat sebagian besar dipasok dari daerah di wilayah Maluku Utara dan sekitarnya, hanya sektor pertambangan dan sebagian kecil pertanian yang memiliki keterkaitan langsung dengan dunia internasional. Sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama masyarakat Maluku Utara mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya. Sementara sektor pertambangan dan penggalian serta bangunan; sektor dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap perekonomian di luar daerah mengalami pertumbuhan yang negatif. Disamping aktivitas pertambangan
Perkembangan Ekonomi Makro
1
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
dan pembangunan infrastruktur yang relatif lebih rendah menjelang perayaan HUT kemerdekaan dan bulan Ramadhan, penurunan kinerja juga dipengaruhi oleh berkurangnya pelaku yang bergerak dalam sektor tersebut. Grafik 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara PDRB (kiri)
Rp. juta
%
q-t-q (kanan)
700,000
8
680,000
7 6
660,000
5 640,000 4 620,000 3 600,000
2
580,000
1
560,000
0 I
II
III 2007
IV
I
II
III
2008
Terjadinya dinamika pertumbuhan secara sektoral pada triwulan III-2008 belum mampu
menggeser komposisi sektor ekonomi yang
mendominasi
perekonomian daerah. Sektor ekonomi unggulan (leading sector) di Provinsi Maluku Utara antara lain: sektor pertanian; perdagangan, hotel dan restoran; serta pengangkutan dan komunikasi masih mendominasi aktivitas masyarakat. Ditinjau dari sisi permintaan ekonomi (penggunaan), pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara ditopang oleh aktivitas internal Maluku Utara. Kegiatan konsumsi masih mendominasi aktivitas masyarakat dengan tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada konsumsi rumah tangga. Disamping itu kegiatan investasi di wilayah Maluku Utara juga memberikan kontribusi positif terhaap pertumbuhan triwulan laporan. Kegiatan ekonomi yang melibatkan pelaku ekonomi 1
Sumber: BPS, 20 Oktober 2008, data sangat sementara
Perkembangan Ekonomi Makro
2
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
dari daerah lain seperti ekspor dan impor justru mengalami penurunan. Pada kedua kategori tersebut, hanya sub kategori ekspor antar pulau yang mengalami peningkatan. Meskipun demikian penurunan pada beberapa sub sektor yang lain tidak mampu dibendung oleh peningkatan tersebut. Perkembangan
ekonomi
tahunan
Maluku
Utara
memiliki
tingkat
pertumbuhan yang lebih tinggi bila kita mengamati dan melakukan perbandingan data secara tahunan. Pada triwulan III-2008, perekonomian Maluku Utara mengalami pertumbuhan sebesar 6,94% (y-o-y) bila dibandingkan dengan kondisi perekonomian pada triwulan III-2007. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2007. Bila diamati secara tahunan, semua sisi permintaan ekonomi daerah mengalami pertumbuhan positif. Kegiatan konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi sedangkan pertumbuhan terendah dialami oleh konsumsi swasta. Sementara dari sisi penawaran pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor angkutan dan komunikasi serta pertumbuhan terendah dialami oleh sektor industri pengolahan. Grafik 1.2
Perkembangan Sektor Ekonomi Maluku Utara Triwulan III-2008
20
%
y-o-y
q-t-q
15 10 5 0 -5 -10 -15
Perkembangan Ekonomi Makro
3
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
1.2
Perkembangan PDRB dari Sisi Lapangan Usaha Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan ditandai oleh meningkatnya
kinerja sebagian besar sektor ekonomi di Maluku Utara. Akan tetapi bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan yang minus lebih banyak. Pertumbuhan sebagian besar sektor ekonomi yang ada didorong oleh peningkatan aktivitas masyarakat menghadapi peringatan HUT kemerdekaan Indonesia serta pelaksanaan ibadah bulan Ramadhan dan persiapan menjelang Idul Fitri. Adapaun penurunan kinerja pada beberapa sektor ekonomi disebabkan oleh dampak kelesuan ekonomi dunia, kendala transportasi antar daerah serta preferensi musiman masyarakat. Pada triwulan III-2008 pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara didorong oleh sektor unggulan di daerah, yaitu sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran serta sektor angkutan dan komunikasi. Ketiga sektor ekonomi tersebut memberikan kontribusi terhadap perekonomian di daerah sebesar 70,26%. Seiring dengan kontribusi yang diberikan, pertumbuhan ketiga sektor ekonomi tersebut relatif terjaga dari periode ke periode laporan. Grafik 1.3
Proporsi Sektor Ekonomi Terhadap Perekonomian Daerah 7%
3%
37%
8%
26% 2%
1%
12%
4%
Pertan ian
Pertambangan
Industri Peng olahan
Listrik, Gas & Air
Bangun an
PHR
Peng angkutan & Komunikasi
Keuang an
Jasa-jasa
Perkembangan Ekonomi Makro
4
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
a. Sektor Pertanian Seperti periode-periode sebelumnya, sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar bagi perkembangan perekonomian di Maluku Utara, yaitu sebesar 36,83%. Kondisi ini didukung oleh fakta bahwa wilayah Maluku Utara sudah sejak zaman dahulu dikenal sebagai penghasil rempah-rempah yang nota bene merupakan salah satu produk sektor pertanian. Sampai periode laporan, sektor pertanian masih merupakan sektor unggulan di Maluku Utara. Sub sektor tanaman perkebunan merupakan sub sektor yang paling dominan dengan share terhadap kinerja sektoral sebesar 48,68%, sementara sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya memiliki share terendah dalam sektor pertanian, yaitu sebesar 3,61%. Kondisi tersebut tidak bisa dilepaskan dari visi dan misi beberapa daerah yang ada di Maluku Utara yang ingin menjadikan daerahnya sebagai sentra produksi pertanian, khusunya perkebunan. Misalnya Kabupaten Halmahera Utara sebagai kabupaten kelapa. Masyarakat Maluku Utara juga kurang memiliki ketertarikan dengan usaha peternakan, kalaupun ada sebagian besar masih bersifat sub sistem. Hal ini didukung oleh isu yang berkembang di masyarakat bahwa kegiatan peternakan lebih merepotkan dan membutuhkan perhatian dan tenaga yang lebih besar dibandingkan dengan kegiatan berkebun. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 7,38% (q-t-q) bila dibandingkan dengan kondisi pada triwulan II-2008. pertumbuhan di sektor pertanian merupakan pertumbuhan tertinggi diantara sembilan sektor ekonomi. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sub sektor kehutanan sebesar 22,50% (q-t-q) diikuti oleh sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 20,53% (q-t-q). Meskipun memiliki share terbesar, pertumbuhan sub sektor perkebunan sebesar 0,45% (q-t-q) merupakan pertumbuhan terendah diantara seluruh sub sektor pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan dipengaruhi oleh musim panen yang mulai dilaksanakan di beberapa daerah di Maluku Utara. Hal tersebut tercermin dari nilai kredit perbankan kepada sektor pertanian yang pada periode yang sama mengalami penurunan sebesar minus 3,28% (q-t-q). Tabel 1.1 PDRB Maluku Utara Sektor Pertanian LAPANGAN USAHA 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
Perkembangan Ekonomi Makro
III
2007 IV
224,699.07 54,299.70 115,778.70 8,431.78 14,619.62 31,569.27
222,555.83 56,957.73 114,651.84 8,576.82 13,468.55 28,900.90
2008 I
II 222,898.37 55,650.13 115,996.09 8,603.75 13,824.46 28,823.95
III 233,269.07 62,305.23 121,390.12 8,742.95 11,073.42 29,757.36
250,479.30 75,098.69 121,932.85 9,046.46 13,565.09 30,836.21
5
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Sementara secara tahunan pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan III2008 tercatat sebesar 11,47% (y-o-y). Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sub sektor tanaman bahan makanan (38,30%). Sementara sub sektor kehutanan dan perikanan justru mengalami pertumbuhan minus sebesar minus 7,21% dan minus 2,32%. Penurunan tersebut disebabkan menurunnya jumlah perusahaan yang bergerak di sub sektor kehutanan dibandingkan dengan periode triwulan III-2007 dan menurunnya aktivitas penangkapan dan hasil tangkapan ikan oleh nelayan b. Sektor Pertambangan dan Penggalian Pertumbuhan Sektor Pertambangan & Penggalian pada triwulan III-2008 tercatat mengalami perlambatan sebesar minus 10,36% (q-t-q). Penurunan kinerja tersebut tercermin dari penurunan kinerja sub sektor yang ada, yaitu sub sektor pertambangan sebesar minus 10,25% dan sub sektor penggalian sebesar minus 11,45%. Penurunan tersebut terkait dengan penutupan perusahaan tambang PT. Kemakmuran serta penurunan aktivitas penggalian pada saat pelaksanaan puasa Ramadhan. Sementara jika diamati secara tahunan, sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan negatif yang lebih rendah, yaitu sebesar minus 2,54%. Penurunan kinerja sektor pertambangan dan penggalian juga terjadi pada seluruh sub sektor yang ada. c. Sektor Industri Pengolahan Setelah mengalami pertumbuhan yang negatif pada triwulan sebelumnya, pada triwulan laporan sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan triwulanan sebesar 4,09% (q-t-q). Hal ini disebabkan oleh naiknya produksi di sub sektor industri tanpa migas menjelang hari besar yaitu bulan puasa dan lebaran demikian pula dibagian makanan, minuman dan tembakau mengalami kenaikan sebesar 5,26%. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan jumlah kebutuhan aneka pangan menjelang hari raya Idul Fitri 1429 H, sementara komoditi barang, kayu dan hasil hutan lainnya mengalami pertumbuhan sebesar 3,68%. Pertumbuhan yang positif pada sektor industri pengolahan secara dominan dipengaruhi oleh perbaikan kinerja sub sektor kayu dan hasil hutan lainnya yang pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar minus 13,315 (q-t-q) peningkatan tersebut dipengaruhi oleh mogok kerja para sopir truk angkutan di
Perkembangan Ekonomi Makro
6
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
pulau Halmahera sudah tidak terjadi lagi pada triwulan laporan sehingga transportasi kayu dan hasil hutan yang sebagian besar berada di pulau Halmahera menjadi lebih lancar. d. Sektor Listrik, Gas & Air bersih Pemadaman listrik masih menjadi kejadian harian bagi sebagian besar masyarakat di Maluku Utara. Demikian pula dengan pelayanan air bersih dari PDAM setempat yang masih sering mengalami kemacetan. Meskipun demikian bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor listrik, gas dan air bersih mengalami pertumbuhan sebesar 3,01% (q-t-q). Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan kinerja PLN di daerah dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar minus 0,72% menjadi 3,04% (q-t-q) pada kondisi tersebut dipengaruhi oleh perbaikan beberapa pembangkit listrik yang sudah mulai terasa manfaatnya, disamping penambahan pembangkit listrik baru, seperti pembangkit listrik tenaga hibrid (surya dan diesel) di Pulau Meti, Halmahera Utara. Sementara kinerja sub sektor air bersih relatif stabil pada kisaran 2 – 3 % (q-t-q). e.Sektor Bangunan Sektor bangunan pada periode laporan mengalami kontraksi sebesar minus 10,21% (q-t-q). Penurunan tersebut sejalan dengan penurunan kinerja sektor pertambangan dan penggalian yang merupakan sektor terkait. Beberapa faktor yang diduga turut menurunkan kinerja sektor konstruksi adalah meningkatnya harga bahan bangunan, meningkatnya biaya transportasi/pengiriman barang, serta aktivitas pembangunan oleh pemerintah maupun swasta dan rumah tangga pada saat pelaksanaan ibadah puasa dan hari raya. Peningkatan harga bahan bangunan dapat diamati dengan peningkatan kredit perbankan kepada sektor tersebut sedangkan kinerja sektor pada periode yang sama justru mengalami kontraksi. Secara triwulanan kredit konstruksi mengalami peningkatan sebesar 52,44% (q-t-q). e. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Selama triwulan III-2008 mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,69% (qt-q). Pertumbuhan yang terjadi diikuti oleh pertumbuihan seluruh sub sektor yang
Perkembangan Ekonomi Makro
7
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
ada. Perdagangan besar dan eceran mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 4,73% diikuti oleh pertumbuhan sub sektor hotel dan restoran masing-masing sebesar 2,98% dan 1,35%. Membaiknya kinerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran diduga terkait dengan peningkatan kinerja di sektor pertanian serta membaiknya kinerja angkutan dan komunikasi di daerah. Peningkatan
kinerja
di
sektor
perdagangan
tercermin
pula
dalam
peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat secara umum, kegiatan ekspor antar pulau di Maluku Utara serta transportasi di daerah. f. Sektor Pengangkutan dan komunikasi Pertumbuhan Sektor Pengangkutan & Komunikasi pada triwulan III-2008 sebesar 4,92%(q-t-q). Peningkatan kinerja tersebut tercermin dari peningkatan seluruh sub sektor yang ada. Sub sektor pengangkutan memiliki nilai pertumbuhan sebesar 4,28% sedangkan sub sektor pos dan telekomunikasi sebesar 6,25%. Seluruh sarana angkutan yang ada juga mengalami pertumbuhan dengan pertumbuhan
tertinggi terjadi pada
moda
angkutan
sungai,
danau
dan
penyeberangan sebesar 20,33% dan pertumbuhan terendah terjadi pada angkutan jalan raya yang tercatat hanya mengalami pertumbuhan sebesar 1,79%. Peningkatan kinerja seluruh angkutan transpotasi yang ada diperkirakan terjadi akibat kenaikan permintaan terutama karena datangnya waktu liburan sekolah pada saat bulan puasa dan hari raya Idul Fitri serta dibukanya jalur baru kapal fery dengan rute pelayanan Daruba - Tobelo. Disisi lain, sub sektor komunikasi mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,25% (q-t-q). Semakin gencarnya promosi tarif murah baik untuk pengiriman pesan singkat (sms) maupun biaya percakapan telepon serta semakin maraknya merk alat komunikasi dan sarana pendukung turut menjadi pemicu meningkatnya permintaan masyarakat terhadap telepon seluler. Beroperasinya telepon tetap yang mobile (flexy) diwilayah kotamadya Ternate semakin menarik minat masyarakat untuk menggunakan sarana telepon tersebut. Peningkatan kinerja pos dan telekomunikasi juga dipengaruhi oleh peningkatan pengiriman melalui jasa posindo serta meningkatnya silaturahmi melalui sarana komunikasi baik melalui pesan singkat maupun sambungan langsung. Sehubungan dengan Peraturan Pemerintah; Menteri Komunikasi dan Informatika No. 06/M.KOMINFO/5/2005 bahwa nomor telepon di Maluku Utara
Perkembangan Ekonomi Makro
8
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
selain kode area harus terdiri dari 7 angka (digit), maka PT. Telkom melakukan perubahan semua nomor telepon yang berlaku mulai tanggal 1 November 2008. Tabel 1.2 Perubahan Nomor Telepon di Wilayah Maluku Utara
Lokasi Ternate
Nomor Lama
Nomor Baru
21.xxx
3121.xxx
22.xxx
3122.xxx
23.xxx
3123.xxx
24.xxx
3124.xxx
25.xxx
3125.xxx
326.xxx
3126.xxx
327.xxx
3127.xxx
328.xxx
3128.xxx
61.xxx
3161.xxx
62.xxx
3162.xxx
Jailolo
21.xxx
2221.xxx
Morotai
21.xxx
2221.xxx
Tobelo
21.xxx
2621.xxx
Galela
611.xxx
2611.xxx
Labuha
21.xxx
2321.xxx
22.xxx
2322.xxx
Sanana
21.xxx
2221.xxx
Mangole
61.xxx
2261.xxx
Soa Siu
Sumber: PT. Telkom cabang Ternate
g. Sektor Keuangan Pada triwulan III-2008 sektor keuangan mengalami pertumbuhan sebesar 2,62% (q-t-q) atau mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 5,34%. Meskipun pertumbuhan yang terjadi di sektor keuangan cukup moderat, tetapi sektor ini mampu menjaga trend kenaikan yang sudah terjadi dari awal tahun 2007. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh pertumbuhan sub sektor perbankan sebesar 6,02% dan lembaga keuangan non bank sebesar 6,20%. Peningkatan jumlah kantor layanan nasabah maupun sarana transkasi keuangan yang ada di
Perkembangan Ekonomi Makro
9
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Maluku Utara semakin mendekatkan dunia perbankan kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan lebih merasakan manfaat dari produk dan jasa layanan yang disediakan oleh perbankan. Kondisi ini juga sejalan dengan membaiknya beberapa indikator utama kinerja perbankan seperti tingkat kredit, aktiva perbankan serta kualitas kredit yang disalurkan. Sementara kehadiran beberapa lembaga asuransi baru di wilayah Maluku Utara turut mendongkrak kinerja lembaga keuangan non bank. Pertumbuhan terendah dialami oleh sub sektor sewa bangunan sebesar 1,14% (q-t-q). Kondisi tersebut sejalan dengan penurunan kinerja di sektor bangunan sehingga harga sewa bangunan menjadi relatif lebih mahal. Disamping itu semakin banyaknya hotel yang beroperasi di wilayah Maluku Utara membuat harga sewa kamar yang ditawarkan menjadi semakin kompetitif. h. Sektor Jasa-jasa Sektor jasa-jasa meliputi jasa pemerintahan, jasa hiburan, jasa sosial kemasyarakatan dan jasa swasta termasuk jasa perorangan. Pada triwulan III-2008 sektor ini mengalami kontraksi tingkat pertumbuhan sebesar minus 3,96% (q-t-q). Penurunan tersebut dipengaruhi oleh penurunan kinerja jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan sebesar minus 6,55% (q-t-q). Beberapa faktor yang diduga menurunkan kinerja pemerintahan umum adalah berakhirnya tugas aparat BKO dari jakarta sebagai penambahan pengamanan di Maluku Utara, kondisi keamanan di daerah yang relatih terkendali serta menurunnya aktivitas pelayanan administrasi pemerintahan selama bulan puasa. Di sisi lain kinerja jasa-jasa swasta justru mengalami peningkatan sebesar 3,31% (q-t-q). Jasa perorangan dan rumah tangga mendominasi pertumbuhan jasa swasta sebesar 5,08%.
Perkembangan Ekonomi Makro
10
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Tabel 1.3
PDRB Sektoral Maluku Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Rp juta LAPANGAN USAHA 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
1.3
I
2007 III
II 210,638.09 29,323.07 92,959.86 3,112.98 9,522.63 148,972.46 44,749.03 20,507.71 47,404.00 607,189.83
212,298.67 31,890.69 92,287.22 3,140.80 9,885.55 151,570.57 45,455.24 20,636.84 48,540.08 615,705.67
2008 IV
224,699.07 31,089.36 92,814.57 3,171.91 10,591.71 157,031.85 46,698.22 20,994.91 48,831.71 635,923.31
222,555.83 31,105.75 93,419.29 3,199.79 10,704.06 161,714.46 48,734.98 21,555.82 49,366.35 642,356.32
I
II 222,898.37 32,762.13 90,272.95 3,157.16 10,084.06 158,838.76 49,125.14 21,760.73 48,996.66 637,895.95
III 233,269.07 33,801.59 81,173.75 3,176.49 11,526.55 165,951.24 51,102.31 22,923.25 52,379.84 655,304.09
250,479.30 30,298.50 84,496.83 3,272.15 10,349.63 173,735.71 53,618.60 23,524.17 50,304.79 680,079.67
Perkembangan Ekonomi dari Sisi Permintaan Dilihat dari sisi permintaan terhadap barang dan jasa, pertumbuhan
ekonomi daerah pada triwulan III-2008 sebesar 3,78% (q-t-q) tercermin dari peningkatan interaksi antar pelaku ekonomi di daerah. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh konsumsi rumah tangga yang tercatat sebesar 4,79%. Peningkatan kinerja beberapa komponen permintaan di masyarakat sedikit tertahan dengan penurunan kinerja pelaku ekonomi antar daerah. kontraksi terbesar dialami oleh kegiatan ekspor barang dan jasa sebesar minus 3,79% (q-t-q).
Grafik 1.4
Perkembangan PDRB Penggunaan Triwulan III-2008 %
y-o-y
q-t-q
20
15
10
5
0 Kons. RT
Kon. SWS
Kons. Pemth
Invest
Ekspor
Impor
Inventory
-5
Perkembangan Ekonomi Makro
11
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
a. Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga selama triwulan III-2008 mengalami peningkatan sebesar 4,79% (q-t-q) sehingga pada triwulan laporan secara nominal tercatat sebesar Rp520,49 miliar. Konsumsi masyarakat terhadap barang makanan dan non makanan mengalami peningkatan dengan besaran masing-masing 4,97% dan 4,51%. Peningkatan konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain peningkatan kinerja sektor pertanian yang merupakan sumber pendapatan utama sebagian besar penduduk Maluku Utara, peningkatan kebutuhan masyarakat menjelang hari raya Idul Fitri, relatif lancarnya distribusi barang dengan perbaikan kinerja transportasi di daerah serta peningkatan kredit konsumsi perbankan. Konsumsi rumah tangga memiliki porsi sebesar 76,53% dari total penggunaan sumber daya pada triwulan laporan. Bila diamati lebih mendalam meskipun tingkat pertumbuhan kedua komponen konsumsi hampir sama besar akan tetapi konsumsi masyarakat terhadap barang makanan memiliki porsi sebesar 61,60% dari total konsumsi rumah tangga. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Maluku Utara masih memiliki orientasi utama pada pemenuhan kebutuhan pokok. b. Pengeluaran Pemerintah dan Lembaga Swasta Nirlaba Nilai konsumsi pemerintah pada triwulan III-2008 menunjukkan peningkatan sebesar 4,57% (q-t-q) sedangkan konsumsi lembaga swasta hanya mengalami kenaikan sebesar 1,97%(q-t-q). Peningkatan konsumsi pemerintah selain didukung oleh peningkatan anggaran belanja dalam APBD 2008 juga didukung oleh kenaikan gaji pegawai negeri sipil, penerimaan CPNS serta pembayaran gaji ke-13 yang dibayarkan di tengah triwulan laporan. Pelaksanaan beberapa proyek pembangunan yang sempat tertunda pada triwulan sebelumnya juga turut mendongkrak kinerja konsumsi pemerintah. Lembaga swasta nirlaba yang tercatat di kantor BPS Provinsi Maluku Utara sampai akhir triwulan laporan masih belum mengalami perubahan, yaitu berjumlah 137 buah. Akan tetapi pada kenyataanya tidak semua lembaga yang tercatat tersebut memiliki aktivitas yang rutin (intensitas kegiatanya tidak terjaga). Bebrapa lembaga
tersebut
menggantungkan
kegiatan
yang
dilaksanakan
pada
pengalokasian dana sumbangan dari pemerintah daerah ataupun dari instansi lain.
Perkembangan Ekonomi Makro
12
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Dengan tingkat kemandirian finansial yang masih rendah maka perkembangan konsumsi lembaga swasta tersebut juga relatif rendah. Secara tahunan konsumsi pemerintah daerah mengalami pertumbuhan sebesar 10,18% sementara konsumsi lembaga swasta hanya tumbuh sebesar 1,64%. Kondisi ini menunjukkan agresifitas pengembangan lembaga swasta masih belum banyak mengalami perubahan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Disisi lain peningkatan konsumsi pemerintah yang cukup tinggi perlu memdapatkan perhatian serius. Apalagi di era reformasi sekarang banyak temuan kasus korupsi di lembaga pemerintahan. c. Investasi Kegiatan investasi di daerah yang tergambar dari nilai pembentukan modal tetap bruto pada triwulan III-2008 mengalami peningkatan sebesar 3,54% atau secara nominal tercatat sebesar Rp39,82 miliar. Meskipun sektor pertambangan dan penggalaian pada periode yang sama mengalami penurunan kinerja, pertumbuhan investasi di sektor lainnya masih mampu mendorong peningkatan investasi daerah. Secara triwulanan kredit perbankan daerah guna membiayai kegiatan investasi pada triwulan III-2008 juga mengalami peningkatan. Disamping biaya investasi yang semakin meningkat peningkatan nilai kredit tersebut juga mengindikasikan terjadinya investasi baru di daerah. Secara tahunan kegiatan investasi di daerah pada triwulan III-2008 mengalami pertumbuhan sebesar 9,23% bila dibandingkan dengan kegiatan investasi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Kepastian hukum yang semakin
ditingkatkan
baik
ditingkat nasional maupun
daerah,
pelayanan
pengurusan izin investasi di daerah yang semakin cepat dengan dilaksanakannya program pelayanan satu atap (Sintap) serta meningkatnya kepercayaan masyarakat dan kalangan pengusaha terhadap prospek perekonoian Maluku Utara diperkirakan menjadi penggerak pertumbuhan investasi tahunan. d. Ekspor dan Impor Pada triwulan III-2008 kinerja ekspor dan impor Provinsi Maluku Utara secara umum menunjukkan adanya penurunan. Kondisi tersebut sedikit berbeda dengan pertumbuhan yang terjadi pada sektor pengangkutan, perdagangan, hotel dan restoran serta pertanian.
Perkembangan Ekonomi Makro
13
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Pada triwulan laporan kegiatan ekspor secara umum mengalami kontraksi sebesar minus 3,79% (q-t-q). Penurunan kinerja ekspor tersebut dipicu oleh kegiatan ekspor ke luar negeri yang tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 4,94% sementara kegiatan ekspor antar pulau justru mengalami peningkatan sebesar 1,37%. Penurunan ekspor ke luar negeri dipengaruhi oleh penurunan permintaan terhadap barang tambang sebagai komoditas yang mendominasi kinerja ekspor daerah. hal ini sejalan dengan penurunan kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada periode yang sama. Secara tahunan ekspor Maluku Utara mengalami kenaikan sebesar 6,12% (y-o-y). Berbeda dengan perkembangan triwulanan, ekspor luar negeri secara tahunan justru mengalami peningkatan sedangkan ekspor antar pulau yang mengalami penurunan. Kegiatan impor yang dilakukan pelaku ekonomi di daerah pada triwulan laporan mengalami kontraksi sebesar minus 2,33% (q-t-q). Penurunan kinerja impor terjadi pada semua sub kegiatan impor yang ada. Penurunan tertinggi dialami oleh kegiatan impor luar negeri, yaitu sebesar minus 4,67% sedangkan impor antar pulau hanya mengalami kontraksi sebesar minus 2,06%. Kelesuan di sektor bangunan memberikan andil besar terhadap penurunan kegiatan impor antar daerah karena sebagian besar bahan bangunan didatangkan dari luar daerah. Berdasarkan data BPS Maluku Utara, Ekspor Maluku Utara pada Triwulan III2008 mencapai sebesar Rp251,04 miliar, sedangkan nilai impor mencapai sebesar Rp154,23 miliar sehingga terjadi net ekspor sebesar Rp96,82 miliar. Kondisi net ekspor ini dipengaruhi oleh komoditas ekspor utama Maluku Utara yang berupa barang tambang (nikel dan emas) sementara kegiatan impor yang dilakukan sebagian besar hanya mendatangkan barang kebutuhan pokok yang secara ekonomis nilainya jauh dibawah komoditas ekspor tersebut.
Perkembangan Ekonomi Makro
14
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Tabel 1.4
PDRB Penggunaan Maluku Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Rp JUTA PENGGUNAAN Kons. RT Kon. SWS Kons. Pemth Invest Ekspor Impor Inventory Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
2007 I
II
III
2008 IV
I
II
III
458,720.61 464,018.46 473,969.00 494,149.55 489,736.35 496,693.68 520,491.48 6,027.18 6,056.68 6,078.59 6,047.98 5,986.47 6,058.68 6,178.22 138,075.00 140,498.57 156,848.78 160,237.89 147,216.88 165,256.56 172,815.47 32,586.19 32,983.94 36,458.16 37,357.25 35,267.89 38,464.28 39,824.61 238,339.67 240,167.20 236,573.43 242,142.89 247,033.91 260,927.59 251,041.33 136,093.82 138,340.60 140,256.90 148,442.22 148,746.97 157,913.14 154,226.20 (130,465.00) (129,678.57) (133,747.75) (149,137.02) (138,598.58) (154,183.56) (156,045.24) 607,189.83 615,705.67 635,923.31 642,356.32 637,895.95 655,304.09 680,079.67
Perkembangan Ekonomi Makro
15
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
BOX 1 PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DI HALMAHERA UTARA Halmahera Utara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Maluku Utara yang dimekarkan pada tanggal 31 Mei 2003. Kabupaten Halmahera Utara terdiri dari 9 kecamatan dan 173 desa dengan Tobelo sebagai ibukota kabupaten. Secara geografis Kabupaten Halmahera Utara terdiri dari sebagian Halmahera bagian utara dan beberapa pulau besar dan kecil disekitarnya seperti Kao, Galela, Morotai Utara, Morotai Selatan, Loloda dan Malifut. Meskipun tergolong kabupaten yang baru, Halmahera Utara sudah memiliki pandangan ke depan mengenai perekonomian daerah. Halmahera Utara memiliki visi untuk menjadi kabupaten kelapa di Indonesia, dengan misi mewujudkan Halmahera Utara sejahtera dan berbudaya. Penetapan visi dan misi tersebut didukung oleh ketersediaan lahan pertanian di daerah serta besarnya produksi dari masing-masing komoditas.
Tabel 1.5 Perbandingan Luas Areal dan Produksi Beberapa Komoditas Perkebunan Di Halmahera Utara Komoditas kelapa kakao pala cengkeh kopi lada panili
Luas Areal (Ha)
Produksi (Ton)
55,764 6,465 2,582 3,180 507 16 273
71,324 299 958 367 94 2 3
16
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Penetapan visi dan misi Kabupaten Halmahera Utara sebagai kabupaten kelapa tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan komoditas lain di wilayah Halmahera Utara. Ir. Hein Namotemo MSP selaku Bupati Halmahera Utara memandang
bahwa
pengembangan
komoditas
lain
sebagai
komoditas
pendamping sangat mungkin dikembangakan. Salah satu komoditas yang saat ini mulai dikembangkan adalah jagung. Pada tahun 2008 pemerintah daerah menargetkan realisasi penanaman jagung seluas 2500 Ha. Pada rencana musim tanam I ditergetkan seluas 382 Ha dengan luas panen tahap I diprediksikan mencapai 187,5 Ha di daerah Kusuri, kemudian disusul pelaksanaan panen di tiga kecamatan yaitu: Malifut seluas 20 Ha, Kao seluas 10 Ha dan Galela seluas 33 Ha. Dengan perkiraan sementara bahwa produktivitas per hektar mencapai 8 ton jagung kering pipil dan harga jual mencapai Rp1.250/kg maka petani akan memperoleh pendapatan kotor sebesar Rp10.000.000/hektar. Pada panen perdana di daerah Kusuri bulan Juli 2008 produktivitas jagung ternyata melebihi perkiraan semula. Sesuai penjelasan dari Ir. Johni Banne selaku Kepala Dinas Pertanian Halut bahwa produktivitas panen jagung di Kususri mencapai 11,34 ton/Ha. Selain mendapat dukungan dari pemerintah daerah, hal lain yang tak kalah menggembirakan adalah PT. Comexindo International, Jakarta yang merupakan pembeli berkunjung ke Halmahera Utara. Lebih jauh lagi panen jagung di wilayah Halmahera Utara dinilai memiliki produktivitas tertinggi di wilayah Indonesia.
17
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Kebijakan pengembangan jagung di Halmahera Utara mengedepankan pengembangan pembangunan sistem dan usaha agrobisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Sampai saat ini telah terdapat beberapa sentra produksi di wilayah Halmahera Utara, diantaranya sentra produksi Tobelo dengan pusat pengembangan Kususri; sentra produksi Kao dengan pusat pengembangan
HTI
Gamlaha;
sentra
produksi
Malifut
dengan
pusat
pengembangan KM 9 Desa Tafasoho; sentra produksi Galela dengan pusat pengembangan Global Ngidiho dan sentra produksi Morotai Selatan dengan pusat pengembangan KM 4 Desa Daruba. Dengan program pengembangan jagung sebagai pendamping komoditas kelapa,
masyarakat
diharapkan
bisa
memanfaatkan
dan
meningkatkan
kesejahteraannya terutama para petani.
Grafik 1.5 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Di wilayah Maluku Utara Tahun 2008
99
%
98 97 96 95 94 93 92 91 Jan
Feb
mar
Apr
May
Jun
Jul
18
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Upaya peningkatan sub sektor tanaman perkebunan turut meningkatkan kinerja sektor pertanian daerah. Kondisi tersebut tergambar dari peningkatan kinerja sektor pertanian dalam PDRB Maluku Utara dari triwulan ke triwulan. Akan tetapi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan
pertanian
tersebut
masih
mengalami
beberapa
kendala.
Pengembangan pemasaran produk pertanian, proses pengeringan jagung yang sebagian besar masih tergantung pada sinar matahari (ketergantungan terhadap cuaca), semangat petani di daerah yang relatif labil serta penanganan pasca produksi guna meningkatkan nilai ekonomis produk masih perlu ditingkatkan.
19
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Perkembangan Inflasi Regional
Bab II 2.1
Gambaran Umum Tekanan inflasi kota Ternate pada Triwulan III 2008 mengalami
peningkatan dibandingkan dengan triwulan II 2008 maupun periode yang sama pada tahun 2007. Kondisi tersebut terjadi sebagai akumulasi kenaikan harga komoditas dunia, kenaikan harga BBM, buruknya jalur distribusi dari daerah pasokan serta buruknya cuaca yang terjadi di dua triwulan terakhir. Laju inflasi tahunan yang dicatat kota Ternate pada dua triwulan terakhir lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi Nasional. Hal ini berbeda dengan laju inflasi yang dicatat pada periode tahun 2007 yang rata-rata masih dibawah nasional. Kondisi ini menunjukan bahwa pengaruh shock gejolak harga secara global dan nasional mempunyai dampak yang lebih besar terhadap inflasi karena faktor-faktor pembentuk harga di kota Ternate yang lebih variatif dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia terutama permasalahan biaya distribusi. Grafik 2.1 PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN KOTA TERNATE DAN NASIONAL
25.00
YoY Nas YOY Ternate
20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 1
3
5
7
2004
9 11 1
3
5
7
2005
9 11 1
3
5
7
2006
9 11 1
3
5
7
2007
9 11 1
3
5
7
9
2008
Pada Triwulan III 2008 inflasi tahunan (y.o.y) kota Ternate mencapai 16,63% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu hanya tercatat sebesar 6,78% dan inflasi yang dicatat triwulan II 2008 sebesar 12,25%. Dengan tingginya
20
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
tekanan terhadap inflasi dari sisi eksternal berupa kenaikan harga-harga komoditas dan dari sisi internal berupa kegagalan panen komoditas tanaman bahan makanan seperti sayur-sayuran dan rendahnya produksi ikan tangkap perlu mendapatkan perhatian pemerintah daerah. Meskipun sangat sulit mencapai besaran inflasi dalam kisaran 6% ±1% hingga akhir tahun sebagaimana yang terjadi pada tahun 2007 diharapkan dalam waktu 3 bulan kedepan diharapkan inflasi dapat ditekan pada kisaran 15% ±1%. Hal ini mungkin saja terjadi melihat kondisi musim yang sudah mulai kondusif sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan produksi komoditas sayur-sayuran dan ikan segar sehingga dapat menekan laju inflasi pada akhir tahun. 2.2
Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas Pada triwulan laporan secara tahunan semua kelompok barang dan jasa
mengalami inflasi terutama didominasi oleh kelompok bahan makanan, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan, serta kelompok makanan jadi yang ratarata mengalami laju inflasi diatas 10%. Tabel 2.1 Inflasi Kelompok Komoditas Kelompok Pengeluaran UMUM Bahan makanan Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Perumahan, listrik, gas, air, dan bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan olah raga Transpor, komunikasi dan jasa keuangan
m-t-m 1.55 3.85 1.31 0.90 1.81 -1.13 0.03 0.01
q-t-q 4.30 7.48 4.54 1.83 2.15 0.16 13.40 2.02
y-t-d 12.29 21.55 9.18 12.47 4.18 1.04 12.93 6.01
y-o-y 16.63 38.73 9.95 13.78 5.41 -0.57 12.72 6.73
Laju pertumbuhan inflasi tertinggi di daerah terjadi pada kelompok bahan makanan baik secara tahunan, kumulatif, triwulanan maupun bulanan yang masingmasing mencatat angka 38,73% (y.o.y), 21,55% (y.t.d), 7,48% (q.t.q), 3,85% (m.t.m). Tingginya laju inflasi pada kelompok ini terjadi lebih diutamakan oleh buruknya musim akibat hujan yang terjadi sepanjang triwulan laporan sehingga menyebabkan penurunan produksi ikan tangkap dan tanaman bahan makanan terutama sub kelompok sayur-sayuran dan kacang-kacangan ditambah oleh terganggunya jalur distribusi di Trans Halmahera sebagai pemasok utama
21
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
kebutuhan komoditas sayur-sayuran kota Ternate. Kelompok selanjutnya yang mengalami laju inflasi tertinggi setelah kelompok bahan makanan adalah kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang mencatat laju inflasi sebesar 16,32%(y.o.y). Laju inflasi pada kelompok ini terjadi karena kenaikan harga BBM bersubsidi pada bulan Mei 2008 yang sangat berpengaruh pada sub kelompok transpor yang pada bulan September 2008 mencatat laju inflasi sebesar 29,16% (y.o.y) sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan dengan yang dicatat pada bulan Juni dan Juli 2008 sebesar 29,19%. 2.3
Inflasi Berdasarkan Sub Kelompok Komoditas Berdasarkan sub kelompok, komoditas sayur-sayuran mencatat laju
pertumbuhan tertinggi secara tahunan (y.o.y) yakni sebesar 87,55%. Tingginya inflasi pada sub kelompok komoditas ini terjadi karena buruknya cuaca sehingga mengakibatkan gagal panen dari daerah pemasok komoditas tersebut di kota Ternate. Tabel 2.2 Ranking Inflasi Sub kelompok Komoditas Triwulan III 2008 Sub Kelompok Komoditas Sayur-sayuran Ikan Segar Kacang - kacangan Ikan Diawetkan Buah - buahan Daging dan Hasil-hasilnya Pendidikan Lemak dan Minyak Bumbu - bumbuan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Transpor Biaya Tempat Tinggal Sarana dan Penunjang Transpor Makanan Jadi Bahan Bakar, Penerangan dan Air Penyelenggaraan Rumahtangga Sandang Laki-laki Tembakau dan Minuman Beralkohol Barang Pribadi dan Sandang Lain Perlengkapan Rumahtangga Sumber: BPS
YOY 87.55 78.90 44.09 40.20 30.95 30.48 24.02 22.65 20.17 17.46 16.28 15.29 13.80 13.54 13.17 9.43 8.14 8.07 7.34 7.26
SubKelompok Komoditas Perawatan Jasmani dan Kosmetika Sayur-sayuran Ikan Diawetkan Kacang - kacangan Ikan Segar Buah - buahan Pendidikan Daging dan Hasil-hasilnya Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Transpor Biaya Tempat Tinggal Lemak dan Minyak Makanan Jadi Penyelenggaraan Rumahtangga Sarana dan Penunjang Transpor Bahan Bakar, Penerangan dan Air Tembakau dan Minuman Beralkohol Kursus-kursus / Pelatihan Perlengkapan Rumahtangga Sandang Laki-laki
YTD 158.74 44.16 43.09 40.98 34.98 28.93 24.02 17.39 16.77 15.26 14.29 12.20 11.77 11.49 10.19 10.16 8.19 7.01 5.30 5.23
Sub kelompok ikan segar selanjutnya mencatat laju pertumbuhan tertinggi (y.o.y) dengan laju pertumbuhan sebesar 78,90%.
22
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Pada Sub kelompok transpor yang terkena dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan laju inflasi sebesar 16,28% (y.o.y) dan 15,26% (y.t.d). Sub kelompok komoditas komunikasi dan pengiriman adalah sub kelompok yang mengalami pertumbuhan terendah baik secara tahunan maupun secara kumulatif yakni tercatat sebesar minus14,34%(y.o.y) dan minus 14,34% (y.t.d). Perang tarif komunikasi antara operator penyelenggara GSM yang terjadi saat ini menjadi penyebab rendahnya laju inflasi pada sub kelompok komunikasi. Tabel 2.3 Laju inflasi terendah berdasarkan Sub kelompok Komoditas Triwulan III 2008 Sub Kelompok Komoditas
Komunikasi Dan Pengiriman Olahraga Obat-obatan Jasa Kesehatan Jasa Perawatan Jasmani Perlengkapan / Peralatan Pendidikan
YOY
-14.34 -11.08 -4.66 -3.65 -1.87 0.64
SubKelompok Komoditas
Komunikasi Dan Pengiriman Olahraga Jasa Kesehatan Jasa Perawatan Jasmani Obat-obatan Bahan Makanan Lainnya
YTD
-14.34 -3.25 -1.14 -0.76 0.07 0.99
Sumber: BPS
Pada kelompok komoditas bahan makanan tercatat inflasi sebesar 38,73% (y.o.y) dengan sub kelompok sayur-sayuran dan ikan segar mencatat pertumbuhan tertinggi. Tabel 2.4 IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sub Kelompok Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang - kacangan Buah - buahan Bumbu - bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya Bahan Makanan
m-t-m 0.10 9.82 5.60 14.48 1.92 10.66 -2.57 5.67 -2.15 -3.04 -0.23 3.85
September 2008 q-t-q y-t-d -0.04 3.82 15.32 17.39 12.65 34.98 17.86 43.09 6.21 16.77 16.85 44.16 2.53 40.98 9.06 28.93 0.72 3.27 -6.07 12.20 0.37 0.99 7.48 21.55
y-o-y 6.10 30.48 78.90 40.20 17.46 87.55 44.09 30.95 20.17 22.65 5.03 38.73
Sumber: BPS
23
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Pada kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sub kelompok makanan jadi mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 13,54%. Tabel 2.5 IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Sub Kelompok Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
m-t-m 2.22 1.08 0.00 1.31
September 2008 q-t-q y-t-d y-o-y 4.52 11.77 13.54 2.96 3.02 2.62 5.28 8.19 8.07 4.54 9.18 9.95
Sumber: BPS
Pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sub kelompok biaya tempat tinggal mencatat pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 15,29% (y.o.y). Tabel 2.6 IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air Perlengkapan Rumahtangga Penyelenggaraan Rumahtangga Perumahan, Listrik Air, Gas & BB
m-t-m 1.05 0.05 1.33 1.52 0.90
September 2008 q-t-q y-t-d y-o-y 2.39 14.29 15.29 0.00 10.16 13.17 1.24 5.30 7.26 2.39 11.49 9.43 1.83 12.47 13.78
Sumber: BPS
Pada Kelompok sandang sub kelompok barang pribadi dan sandang laki-laki mencatat pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 8,14% (y.o.y). Tabel 2.7 IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Kelompok Sandang Laki-laki Sandang Wanita Sandang Anak-anak Barang Pribadi dan Sandang Lain Sandang
m-t-m 1.25 3.43 1.87 0.49 1.81
September 2008 q-t-q y-t-d y-o-y 1.80 5.23 8.14 3.84 4.73 1.80 3.50 2.99 4.04 -1.08 2.69 7.34 2.15 4.18 5.41
Sumber: BPS
24
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Pada kelompok kesehatan semua sub kelompok mengalami deflasi, sub kelompok obat-obatan mencatat deflasi terendah yaitu sebesar minus 4,66% (y.o.y). Tabel 2.8 IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Kelompok Jasa Kesehatan Obat-obatan Jasa Perawatan Jasmani Kesehatan
m-t-m 0.00 -5.37 0.00 -1.13
September 2008 q-t-q y-t-d y-o-y -1.06 -1.14 -3.65 -1.23 0.07 -4.66 -0.38 -0.76 -1.87 0.16 1.04 -0.57
Sumber: BPS
Pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sub kelompok pendidikan mencatat pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 24,02% (y.o.y). Tabel 2.9 IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Pendidikan Kursus-kursus / Pelatihan Perlengkapan / Peralatan Pendidikan Rekreasi Olahraga Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
m-t-m 0.00 2.56 0.00 0.00 0.00 0.03
September 2008 q-t-q y-t-d 24.01 24.02 7.01 7.01 0.33 1.14 4.89 3.01 -5.20 -3.25 13.40 12.93
y-o-y 24.02 7.00 0.64 3.19 -11.08 12.72
Sumber: BPS
Pada kelompok transpor, komunikasi dan Jasa Keuangan mencatat inflasi tahunan sebesar 6,73%(y-o-y). Sub kelompok transport mencatat pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 16,28% (y.o.y) dan 15,26% (y.t.d). Tingginya laju inflasi pada kelompok ini dapat ditekan oleh deflasi pada sub kelompok komunikasi dan pengiriman mencatat pertumbuhan terendah yakni sebesar minus 14,63% (y.o.y) dan minus 14,34% (y.t.d). Rendahnya inflasi pada sub kelompok ini disebabkan oleh penurunan permintaan terhadap fixed telephone dan rendahnya tarif telephone selular terutama GSM akibat persaingan tarif antar operator.
25
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Tabel 2.10 IHK dan Perkembangan Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kelompok Transpor Komunikasi Dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor Jasa Keuangan Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
m-t-m 0.02 0.00 0.00 0.00 0.01
September 2008 q-t-q y-t-d y-o-y 2.84 15.26 16.28 0.00 -14.34 -14.34 0.00 10.19 13.80 2.55 5.17 5.17 2.02 6.01 6.73
Sumber: BPS
26
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Bab III
Perkembangan Moneter dan Perbankan
Pertumbuhan ekonomi triwulanan yang terjadi di daerah Maluku Utara pada triwulan III-2008 yang tercatat sebesar 3,78% (q-t-q) diiringi adanya perbaikan beberapa indikator utama kinerja perbankan daerah. Secara triwulanan jumlah uang beredar secara total menunjukkan adanya penurunan, akan tetapi bila dilihat lebih rinci melalui pendekatan uang giral dan uang kuasi terjadi pertumbuhan yang lebih bervariasi. Pada triwulan laporan uang giral menunjukkan adanya pertumbuhan yang negatif sementara uang kuasi mengalami pertumbuhan yang positif. Kinerja perbankan daerah (Bank umum konvensional dan Syariah serta BPR) secara umum juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Nilai aset perbankan, nilai intermediasi perbankan (penyaluran kredit) serta kualitas kredit (NPL’s) mengalami perbaikan meskipun dana pihak ketiga yang dikelola oleh perbankan mengalami penurunan. Pertumbuhan kredit yang lebih besar dari pertumbuhan penghimpunan dana tercermin dari rasio kredit terhadap dana masyarakat yang berhasil diterima oleh pihak perbankan atau LDR (loan to Deposit Ratio) pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Perkembangan penyaluran kredit oleh perbankan juga diiringi dengan membaiknya kualitas pendanaan yang dilakukan. Kondisi tersebut tercermin dari rasio NPL’s (Non Performing Loans) perbankan secara umum yang menunjukkan adanya penurunan. Penggunaan jasa perbankan oleh masyarakat guna menyelesaikan transaksi ekonomi baik secara tunai maupun non tunai juga mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya adalah meningkatnya nilai kliring perbankan melalui sistem kliring nasional yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia serta aliran uang kartal melalui perbankan. Kondisi tersebut cukup realistis mengingat pertumbuhan ekonomi daerah juga mengalami peningkatan sehingga dapat diasosiasikan dengan peningkatan nilai transaksi keuangan. Meskipun demikian, penyelesaian transaksi keuangan melalui perbankan di wilayah Maluku Utara juga menunjukkan kualitas transaksi yang cukup baik. Hal ini tercermin dari tidak adanya laporan/temuan transaksi ekonomi yang menggunakan uang palsu di wilayah Maluku Utara selama
Perkembangan Moneter dan Perbankan
27
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
beberapa
tahun terakhir.
Penemuan penyelesaian
transaksi tunai dengan
menggunakan uang palsu terakhir kali ditemukan di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2005. Tabel 3.1
Indikator Perbankan di Maluku Utara
DPK (Rp.Triliun)
Kredit
I II III IV I II III
2.15 2.21 2.29 2.62 2.67 2.69 2.66
0.70 0.78 0.84 0.86 0.92 1.05 1.19
2008
2007
Periode
LDR 32.44% 35.17% 36.73% 32.89% 34.43% 39.10% 44.69%
NPL's 4.29% 4.15% 3.51% 3.38% 3.73% 3.47% 3.41%
S umber: B ank Indones ia
3.1
Perkembangan Moneter Perkembangan moneter di wilayah Maluku Utara pada triwulan III-2008
dapat diamati dengan melihat indikator jumlah uang beredar dalam perekonomian setempat yang dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan uang giral dan uang kuasi. Secara keseluruhan, jumlah uang beredar di Provinsi Maluku Utara secara triwulan (q-t-q) mengalami penurunan sebesar minus 1,34%. Total uang beredar dalam perekonomian daerah pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,66 trilyun. Pada triwulan III-2008 jumlah uang giral mengalami penurunan sebesar minus 3,80% (q-t-q) atau mengalami penurunan sebesar Rp36,26 miliar.semenara jumlah uang kuasi pada triulan laporan mengalami peningkatan sebesar 0,01% atau sebesar Rp0,25 miliar. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama triwulan laporan tidak tercermin dalam perkembangan uang giral dan kuasi di wilayah Maluku Utara. Penurunan jumlah uang beredar (uang giral dan uang kuasi) secara keseluruhan dipengaruhi oleh preferensi masyarakat lebih menyukai pembayaran secara tunai (menggunakan uang kartal). Pembayaran gaji ke 13 pada triwulan III-2008 tidak mampu mendongkrak jumlah besaran moneter. Menigkatnya kebutuhan uang tunai menjelang perayaan
Perkembangan Moneter dan Perbankan
28
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
ibadah puasa maupun hari raya Idul Fitri yang terjadi pada triwulan laporan serta pembayaran dana kompensasi BBM yang dilakukan secara tunai kepada masyarakat turut mempegaruhi perkembangan besaran moneter pada triwulan laporan. Grafik 3.1
Perkembangan Besaran Moneter Daerah Rp. Miliar
Uang Giral
Uang Kuasi
2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 I
II
III
IV
I
II
2007
3.2
III
2008
Perkembangan Perbankan Pada Triwulan III-2008, kinerja perbankan di daerah Maluku Utara terus
menunjukkan peningkatan. Membaiknya kinerja perbankan tersebut dapat dilihat dari membaiknya kemampuan bank dalam menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit, peningkatan asset perbankan serta kualitas kredit yang diberikan. Satu-satunya indikator perbankan yang mengalami penurunan adalah dana masyarakat yang dikelola perbankan (DPK). Tabel 3.2
Perkembangan Indikator Utama Perbankan Di Wilayah Kerja Bank Indonesia Ternate Indikator
Satuan
TW III-2008
qtq
Aset
Miliar
2,818.85
0.90%
DPK
Miliar
2,656.39
-1.34%
Kredit
Miliar
1,187.04
12.75%
LDR
%
44.69
14.28%
NPL's
%
3.41
-1.67%
Perkembangan Moneter dan Perbankan
29
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Selama Triwulan III-2008 terdapat penambahan jumlah kantor pelayanan bank umum yang beroperasi di Maluku Utara khusunya kota Halteng. Tetapi kemungkinan terjadinya penambahan pada triwulan mendatang sangat besar karena masih ada beberapa bank yang masih dalam proses permohonan izin dari Bank Indonesia baik penambahan bank baru maupun penambahan kantor pelayanan nasabah. Data yang dimiliki Bank Indonesia Ternate menunjukkan bahwa sampai dengan Bulan September 2008 terdapat sebanyak 9 (sembilan) bank umum (konvensional dan syariah) dan 1 (satu) bank BPR yang beroperasi di wilayah Maluku Utara. Dari seluruh Bank yang ada di Maluku Utara, pelayanan kepada nasabah dilakukan oleh perbankan melalui 48 kantor bank umum termasuk BRI Unit dan Kantor Kas / Setara Kas dan 1 BPR, serta beberapa ATM dan payment point yang masih terpusat kota Ternate. Tabel 3.3
Perkembangan Perbankan Di Wilayah Kerja Bank Indonesia Ternate September No 1
Nama Bank PT.B.Mandiri (persero)
Status Kantor KC
Kotamadya Tidore Ternate Kep 1 -
KCP 2
3
PT.BNI (persero) Tbk
PT.BRI (persero)
-
PT. Bank Muamalat Ind. PT. Bank Mega Tbk.
TOTAL
Kep. Sula -
Total
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
1 1
-
-
-
-
1
KC
1
-
-
-
-
-
-
-
1 2
KCP
-
1
1
-
-
-
-
-
KK
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
2
-
1
-
-
-
-
-
1
2
2
1
1
2
1
1
13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
1
1
4
KC
1 3 1
1
-
1
-
-
-
-
2
KK
1
-
-
-
-
-
-
-
1
KC KC KC KK KC KC
1 1 1 3 1 1
1 -
2 -
2 -
2 -
2 -
1 -
1 -
1 1 1 14 1 1
KC KCP KK Unit
9 5 3
1 2 1 2
1 2 2 2
1 2 1
2 1.00
1 2 2
1 1 1
1 1 1
13 6 16 13
17
6
7
4
3
5
3
3
48
1
-
-
-
-
-
-
-
1
18
6
7
4
3
5
3
3
49
Jumlah 1 PT.BPR Malifut Danatama
Halsel
-
KCP
8 9
Haltim
-
KK
PT.BDI PT.Bank Artha Graha PT. Bank Tabungan Negara
Halteng
-
KC
5 6 7
Halbar
1
Unit PT.BPDM
Halut
KK
KCP
4
Kabupaten
KP
-
-
Perkembangan Moneter dan Perbankan
30
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Dari 9 Bank umum yang beroperasi di Maluku Utara, sebanyak 69,23% kantor cabangnya beroperasi di wilayah kota Ternate mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 66,67%. Dengan persebaran perbankan yang demikian, perkembangan sektor keuangan dalam menopang kegiatan ekonomi masyarakat masih didominasi di Kota Ternate. Bila rencana kepindahan ibukota Provinsi maluku Utara ke Sofifi pada awal tahun 2009 maka persebaran perbankan diperkirakan akan menjadi lebih merata ke wilayah Halmahera dan Tidore Kepulauan. a. Perkembangan Aset Bank Umum Total asset perbankan (bank umum) di Provinsi Maluku Utara selama Triwulan III-2008 tercatat sebesar Rp2,82 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 0,90% (q-t-q) bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,79 trilyun. Peningkatan asset perbankan di Maluku Utara dialami oleh perbankan swasta sebesar 8,64% sedangkan asset bank pemerintah justru mengalami penurunan sebesar minus 0,15% (q-t-q). Hal ini dipengaruhi oleh keberadaan bank swasta yang relatif baru yang sedang berkembang sedangkan perbankan pemerintah relatif tetap. Bila dilihat dari denominasi asset, maka asset perbankan dalam valas mengalami kenaikan yang signifikan bila dibandingkan asset yang berdenominasi rupiah. Secara umum asset valas perbankan mengalami pertumbuhan triwulanan sebesar 85,62% (q-t-q) sementara asset dalam rupiah hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0,32% (q-t-q). meskipun demikian, asset perbankan didominasi oleh mata uang rupiah sebesar 98,75 dari total asset perbankan. Secara tahunan (y-o-y) asset perbankan masih mengalami pertumbuhan sebesar 18,02% dari Rp2,39 trilyun pada triwulan III-2007. Pertumbuhan aset bank swasta sebesar 37,97% (y-o-y) lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan aset bank pemerintah yang tercatat sebesar 15,55% (y-o-y). Bila dilihat denominasinya, aset dalam mata uang rupiah mengalami kenaikan sebesar 18,55% sedangkan aset dalam valas mengalami penurunan sebesar minus 12,82% (y-o-y). Penurunan asset perbankan dalam valas tersebut dipengaruhi oleh penurunan aktivitas ekspor daerah dan ketatnya likuiditas perbankan akibat krisis keuangan global.
Perkembangan Moneter dan Perbankan
31
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Seiring
dengan
penurunan
asset
perbankan
pemerintah,
dominasi
kepemilikan asset bank pemerintah juga mengalami penurunan, yaitu dari sebesar 88,04% menjadi 87,12% pada triwulan laporan. Grafik 3.2
Perkembangan Aset Perbankan di Maluku Utara Rp miliar 3000
20%
2500
15%
2000
10%
1500 5%
1000
0%
500 0
-5% I
II
III 2007 TOTAL ASSET
IV
I
II
III
2008 GROWTH (q-t-q)
Penyebaran asset bank umum masih didominasi di Kota Ternate dengan porsi aset sebesar 73,53%, diikuti oleh Halmahera Tengah sebesar 16,24% sedangkan sisanya (10,23%) terdapat didaerah lain di daerah Maluku Utara. Pembagian daerah tersebut masih mengikuti pembagian yang lama karena kondisi riil saat ini di Maluku Utara terbagi atas 9 (delapan) Dati II yaitu 2 (dua) kotamadya dan 7 (enam) Kabupaten. Kondisi ini dipengaruhi oleh persebaran perbankan yang tidak merata dalam artian di suatu Dati II ada yang baru terdapat 1 (satu) buah bank sehingga tidak dapat dilakukan eksposure data perbankan secara detail. Ditinjau per Dati II, pertumbuhan aset tertinggi terjadi di luar kota Ternate dan Halmahera Tengah dengan tingkat pertumbuhan mencapai 13,48% (q-t-q) dari Rp488,54 miliar pada triwulan II-2008 menjadi Rp288,24 miliar pada triwulan laporan. Aset perbankan di wilayah Halmahera Tengah justru mengalami penurunan sebesar minus 6,27% (q-t-q). Penurunan tersebut seiring dengan penurunan jumlah DPK yang dihimpun di wilayah tersebut sebesar minus 7,27% (q-t-q).
Perkembangan Moneter dan Perbankan
32
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Tabel 3.4
Komposisi Kepemilikan Aset Perbankan Di Maluku Utara Rp miliar KETERANGAN Jenis Bank Bank Pemerintah Bank Swasta Jenis Valuta Rupiah Valas
2007 IV 2,747.14
I 2,743.88
2008 II 2,793.59
2,125.45 263.03
2,414.41 332.73
2,452.78 291.10
2,459.54 334.05
2,455.95 362.91
2,291.93
2,388.48
2,747.14
2,743.88
2,793.59
2,818.85
2,228.84 63.10
2,347.93 40.55
2,702.60 44.54
2,641.28 102.60
2,774.55 19.05
2,783.50 35.36
I 2,211.25
II 2,291.93
1,978.06 233.19
2,030.88 261.05
2,139.76
71.49 71.49
III 2,388.48
III 2,818.85
Sumber data : LBU diolah
b. Penghimpunan Dana Bank Umum Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan di Maluku Utara selama Triwulan III-2008 mengalami penurunan sebesar minus 1,34% (q-t-q) bila dibandingkan dengan dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh perbankan pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar Rp2,69 trilyun menjadi Rp2,66 trilyun. Penurunan tersebut terkat dengan kebutuhan masyarakat akan uang tunai yang mengalami peningkatan dalam ranga perayaan HUT Kemerdekaan RI, pelaksanaan ibadah puasa dan perayaan hari raya Idul Fitri. Akan tetapi secara tahunan DPK bank umum masih mengalami kenaikan sebesar 16,01% (y-o-y) dibandingkan posisi triwulan III-2007 yang tercatat sebesar Rp2,29 triliun. Berdasarkan pada kelompok bank, Kontribusi DPK selama triwulan laporan, didominasi oleh bank pemerintah sebesar 86,72%, sedangkan bank swasta nasional mempunyai porsi mencapai 13,28%. Produk perbankan yang relatif diminati masyarakat daerah adalah tabungan. Produk tersebut menjadi sumber utama pengumpulan dana dari masyarakat dengan proporsi sebesar 46,95% sementara giro dan deposito masing-masing hanya memiliki proporsi sebesar 34,60% dan 18,45% terhadap total DPK. Jika dilihat dari golongan debitur perbankan maka debitur perorangan memiliki porsi terbesar yaitu 72,14% disusul pemerintah daerah sebesar 19,04%.
Perkembangan Moneter dan Perbankan
33
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Grafik 3.3
Proporsi DPK Perbankan Triwulan III-2008 Berdasarkan Produk Bank
18.45 34.60 Giro Tabungan Deposito 46.95
Grafik 3.4
Proporsi DPK Perbankan Triwulan III-2008 Berdasarkan Golongan Debitur
72%
7%
19%
2%
Pemda Perorangan
Perkembangan Moneter dan Perbankan
Bdn/Lemb. Pemerintah Lainnya
34
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) mencapai 9,5% belum berpengaruh secara signifikan terhadap penarikan dana nasabah di daerah. Dengan kondisi keamanan di Maluku Utara yang realtif lebih baik; berkurangnya aktivitas demonstrasi serta dimulainya masa kepemimpinan Guberbur yang baru diharapkan dapat menjadi stimulus peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat termasuk kegiatan perbankan di daerah. Secara tahunan seluruh komponen DPK mengalami perkembangan posistif dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada produk tabungan sebesar 23,48% (y-oy) sedangkan giro mencatatkan pertumbuhan terendah yaitu tercatat sebesar 4,24% (y-o-y). Secara keseluruhan DPK perbankan mengalami pertumbuhan secara tahunan sebesar 16,01% (y-o-y). Berdasarkan daerah penghimpunan DPK, Kota Ternate masih menjadi penghimpun DPK perbankan terbesar dengan nilai nominal sebesar Rp1,96 trilyun atau sebesar 73,8% dari total dana yang dihimpun perbankan. Kabupaten Halmahera Tengah menduduki peringkat kedua dengan nilai Rp448,15 miliar (16,87%), sisanya tersebar di Kabupaten lainnya di Maluku Utara dengan proporsi terhadap total DPK sebesar 9,33%. Kondisi tersebut cukup rasional karena sesuai dengan kegiatan perekonomian dan perputaran uang di provinsi Maluku Utara yang masih terpusat di kota Ternate. Pembagian Dati II di Maluku Utara tersebut masih berpedoman pada pembagian yang lama karena persebaran bank yang belum merata di seluruh Kota/Kab yang sekarang ada (di beberapa kabupaten baru terdapat 1 bank sehingga datanya tidak dapat dieksposure secara individu). Tabel 3.5
Perkembangan DPK Perbankan (Rp. Miliar) Keterangan
2007 I
II
2008 III
IV
I
II
III
Komponen Giro Tabungan Deposito
2,147.88 880.96 858.75 408.17
2,210.20 866.55 928.86 414.79
2,289.77 881.71 1,010.11 397.95
2,620.06 910.69 1,296.38 412.99
1,181.26 1,016.18 120.02 45.05 165.08
2,692.40 955.34 1,272.13 464.93 1,737.06
2,656.39 919.08 1,247.26 490.05
Dati II Kota Ternate Kab. Maluku Utara Kab. Halteng Kab/Kota Lainnya
2,147.88 1,634.44 231.78 281.66
2,210.20 1,645.33 239.95 324.92
2,289.77 1,672.16 266.32 351.30
2,620.06 1,968.46 215.02 436.57
2,666.95 1,983.78 241.36 441.81
2,692.40 2,006.43 202.67 483.30
2,656.39 1,960.40 247.84 448.15
Jenis Bank Bank Pemerintah Bank Swasta
2,147.88 1,917.76 230.13
2,210.20 1,959.85 250.36
2,289.77 2,036.70 253.08
2,620.06 2,299.32 320.74
2,666.95 2,380.93 286.02
2,692.40 2,365.97 326.42
2,656.39 2,303.75 352.64
Jenis Valuta Rupiah Valas
2,147.88 2,075.83 72.05
2,210.20 2,146.37 63.84
22,513.67 22,471.00 42.67
2,620.06 2,575.11 44.95
2,666.95 2,561.17 105.78
2,692.40 2,667.65 24.75
2,656.39 2,614.19 42.20
Perkembangan Moneter dan Perbankan
35
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Penghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan dalam bentuk rupiah di Maluku Utara secara triwulan mengalami penurunan sebesar minus 2,00% (q-t-q) menjadi Rp2,61 trilyun atau memiliki porsi sebesar 98,41% dari total DPK. Kondisi DPK perbankan dalam valas pada triwulan laporan mengalami perkembangan yang signifikan yaitu sebesar 70,50% (q-t-q) sehingga share terhadap total DPK naik menjadi sebesar 1,59%. c. Penyaluran Kredit c.1.Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit perbankan di Provinsi Maluku Utara pada Triwulan III-2008 mengalami kenaikan sebesar 12,75% dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,05 triliun. Pertumbuhan yang terjadi pada sisi pemberian kredit secara keseluruhan diikuti dengan pertumbuhan kredit perbankan kepada usaha kecil di daerah (UMKM) baik yang tergolong dalam KUK maupun non KUK sebesar 12,29% (q-t-q) sehingga pada triwulan laporan tercacat sebesar 1,11 triliun atau memiliki porsi sebesar 93,40% dari total kredit yang disalurkan perbankan. Besarnya proporsi pembiayaan perbakan daerah terhadap usaha rakyat UMKM merupakan dukungan nyata perbankan terhadap usaha pembangunan ekonomi daerah yang berbasis kerakyatan, disamping jumlah pengusaha besar di Maluku Utara yang relatif sedikit dan wewenang memberikan kredit oleh pimpinan perbankan daerah yang relatif kecil. Meskipun penyaluran kredit didominasi oleh sektor UKM akan tetapi kualitas kredit yang diberikan dapat dipertahankan, bahkan mengalami perbaikan dari triwulan sebelumnya. Pertemuan antara pihak perbankan dengan pelaku usaha di Maluku Utara yang semakin intensif baik melalui forum Semiloka, penyelenggaraan bantuan tenis kepada pelaku usaha oleh Bank Indonesia yang melibatkan pihak perbankan dan kegiatan ekspo produk UKM diperkirakan menjadi pemicu meningkatnya kredit perbankan terhadap UKM di daerah. Disamping itu budaya sebagian masyarakat Maluku Utara yang merasa malu bila memiliki tunggakan kepada perbankan turut mempengaruhi membaiknya kualitas penyaluran kredit di daerah. Secara tahunan, intermediasi perbankan di wilayah Maluku Utara tumbuh sebesar 41,19% (y-o-y) bila dibandingkan dengan posisi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp840,74 miliar. Sejalan dengan
Perkembangan Moneter dan Perbankan
36
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
pertumbuhan kredit (total) secara tahunan, kredit kepada sektor UKM juga mengalami pertumbuhan sebesar 42,59% (y-o-y). Pertumbuhan kredit tersebut secara langsung maupun tidak turut mendorong peningkatan ekonomi masyarakat pada periode laporan. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa perbankan di Maluku Utara tetap konsisten dalam memajukan sektor riil di daerah. Mengutip pernyataan Gubernur Bank Indonesia dalam acara Banker’s Dinner tahun 2008 bahwa ”Meningkatnya kegiatan sektor moneter/perbankan dan sektor riil diibaratkan sebagai sinergi positif dari dua mesin pertumbuhan ekonomi”. Peningkatan penyaluran kredit oleh perbankan pada triwulan laporan tetap mengindahkan kaidah kehati-hatian. Disamping itu penerapan managemen kredit yang lebih baik juga ditunjukkan oleh perbankan di Maluku Utara pada periode laporan yang mana kondisi politik dan keamanan relatif membaik turut mendukung perbaikan kualitas kredit perbankan daerah. Kondisi tersebut tercermin dari nilai kredit perbankan yang semakin besar ternyata diikuti dengan penurunan rasio kredit bermasalah (NPL’s) perbankan menjadi 3,41% pada periode laporan dari 3,47% pada triwulan sebelumnya. Kredit lancar perbankan mengalami kenaikan sebesar 12,75% (q-t-q) sedangkan kredit dalam kategori macet mengalami penurunan sebesar minus 1,64% (q-t-q). Akan tetapi seiring dengan kondisi perekonomian dunia yang mengalami kelesuan akibat krisis global, perbankan di daerah perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan meningkatnya kredit macet. Hal ini terlihat dari peningkatan kredit perbankan daerah yang masuk dalam kategori kurang lancar dan diragukan pada triwulan laporan yang besarnya mencapai lebih dari 50% dari triwulan sebelumnya. Bila ditinjau dari sisi penggunaan kredit, proporsi penyaluran kredit masih menunjukkan trend yang sama. Kredit Konsumsi masih mendominasi intermediasi perbankan di triwulan laporan dengan proporsi sebesar 57,21% dari total kredit yang disalurkan, disusul oleh kredit modal kerja dan investasi dengan porsi masingmasing sebesar 33,56% dan 9,23%. Meskipun demikian pertumbuhan kredit investasi pada triwulan III-2008 tercatat memeiliki nilai tertinggi bila dibandingkan jenis penggunaan kredit lainnya. Kredit investasi tumbuh sebesar 62,37% (q-t-q) kredit konsumsi tumbuh sebesar 16,02% sedangkan kredit modal kerja tumbuh sebesar 4,62%. Dengan perbandingan pertumbuhan kredit tersebut, kita bisa berharap perekonomian ke depan akan lebih baik karena kegiatan investasi akan
Perkembangan Moneter dan Perbankan
37
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
memiliki efek berganda dalam perekonomian (antara lain: pendapatan pekerja, produksi, pajak daerah). Secara sektoral, pada triwulan III-2008 Pertumbuhan pembiayaan/ kredit perbankan tertinggi terjadi pada sektor konstruksi yaitu sebesar 52,44% (q-t-q) kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa dunia usaha dengan pertumbuhan sebesar 42,96%. Tingginya kredit kepada sektor konstruksi dipengaruhi oleh tingginya harga barang-barang bangunan seperti semen, pasir dan cat tembok karena kebutuhan domestik hampir seluruhnya didatangkan dari luar Provinsi Maluku Utara. Disamping itu budaya sebagian masyarakat daerah yang berupaya untuk melakukan renovasi/perbaikan menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI maupun dalam menyambut hari raya Idul Fitri membuat lonjakan permintaan bahan bangunan semakin tinggi sedangkan ketersediaan barang relatif tetap atau bahkan berkurang dengan terganggunya sistem transportasi antar wilayah di Maluku Utara. Kondisi ini tercermin dari pertumbuhan sektor bangunan dalam struktur PDRB Maluku Utara pada triwulan laporan yang mengalami penurunan. Pemberian kredit oleh perbankan daerah kepada sektor pertanian dan industri pada triwulan laporan justru mengalami penurunan masing-masing sebesar minus 3,28% (q-t-q) dan minus 22,67% (q-t-q). Penurunan kredit pada kedua sektor tersebut dipengaruhi oleh masa tanam di sektor pertanian yang sudah berlangsung pada triwulan sebelumnya bahkan sudah memasuki musim panen, antisipasi peningkatan kebutuhan pangan masyarakat yang sudah diantisipasi oleh pemerintah beserta pihak terkait, maraknya industri makanan yang bermodal sendiri pada saat bulan Ramadhan serta demonstrasi supir angkutan (truk) di Halmahera yang sudah berakhir membuat transportasi hasil hutan menjadi relatif lebih lancar dibandingkan triwulan sebelumnya. Dengan demikian meskipun kredit perbankan mengalami penurunan, kinerja kedua sektor dalam PDRB maluku Utara justru mengalami peningkatan.
Perkembangan Moneter dan Perbankan
38
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Tabel 3.6
Perkembangan Kredit Perbankan (Miliar rupiah) 2007
Keterangan
III
IV
I
2008 II
I
II
Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Golongan Kredit (jt) UKM - KUK (inc. PKT) UKM - Non KUK Non UKM Jenis Bank (jt) Bank Pemerintah Bank Swasta Sektor Ekonomi (jt) Pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas, Air Konstruksi Perdag, Resto & Hotel Pengaktan, Pergud & Kom Jasa-jasa Dunia Usaha
710.75 249.44 54.06 407.25 710.75 138.73 525.02 47.00 710.75 649.74 61.02 710.75 44.92
777.40 282.54 61.23 433.64 777.40 171.24 555.96 50.20 777.40 703.76 73.64 777.40 52.15
840.74 316.42 67.47 456.85 840.74 156.32 621.21 63.21 840.74 765.06 75.68 840.74 56.18
865.08 317.04 67.85 480.19 865.08 154.24 639.80 71.04 865.08 788.71 76.37 865.08 55.62
918.34 336.65 68.71 512.98 918.34 167.24 68.24 68.69 918.34 841.11 77.23 918.34 58.08
1,052.83 380.82 86.68 585.33 1,052.83 199.00 788.37 65.46 1,052.83 968.45 84.38 1,052.83 61.69
1,187.04 398.41 109.55 679.08 1,187.04 192.44 916.26 78.33 1,187.04 1,095.49 91.55 1,187.04 59.66
III
2.79 0.03 16.25 202.31 15.14 4.46
3.74 0.03 22.03 223.04 15.84 8.33
0.77 0.03 25.72 254.39 15.59 6.14
6.16 0.03 23.20 261.62 13.79 7.35
1.67 0.03 31.90 274.51 14.31 7.49
1.75 0.03 58.18 305.00 12.85 7.80
1.35 0.03 88.69 313.11 13.47 11.14
Jasa-jasa Sos/Masyarakat Lain-lain
15.94 408.92
16.95 435.31
15.85 459.11
15.13 482.18
15.65 514.69
17.40 588.14
17.58 682.00
Sedikit berbeda dengan tingkat pertumbuhan kredit, share penyaluran kredit tertinggi justru dimiliki oleh sektor lain-lain (diluar sembilan sektor ekonomi) sebesar 57,45%. Dari sembilan sektor ekonomi yang ada, sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki share tertinggi yaitu sebesar 26,38% sedangkan sektor jasa-jasa dunia usaha yang notabene mengalami pertumbuhan kredit triwulanan tertinggi hanya memiliki share sebesar 0,94% dari total kredit perbankan. Kondisi tersebut secara dominan dipengaruhi oleh relatif lebih mahalnya kegiatan investasi di sektor PHR dibandingkan sektor lainnya. Sementara kredit kepada sektor pertambangan nilai kreditnya nol karena para investor di sektor ini sebagian besar menggunakan dana dari luar Maluku Utara karena keterbatasan wewenang kantor cabang perbankan yang ada di Maluku Utara dalam memberikan kredit kepada nasabah. c.2 Persetujuan Kredit Baru Nilai persetujuan kredit baru pada triwulan III-2008 tercatat sebesar Rp79,35 miliar atau secara triwulanan mengalami penurunan sebesar minus 63,75% (q-t-q) dibandingkan
total
persetujuan
kredit
baru
pada
triwulan
sebelumnya.
Memburuknya perekonomian global, penyelesaian / penetapan pemenang Pilkada Maluku Utara yang baru dilaksanakan pada akhir triwulan III-2008 mempengaruhi
Perkembangan Moneter dan Perbankan
39
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
persepsi masyarakat dalam mencari sumber pembiayaan serta kalangan perbankan lebih cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kreditn. Sejalan dengan penyebaran bank yang masih terkonsentrasi di Kota Ternate, penurunan persetujuan kredit baru didominasi di Kota Ternate. Penurunan tersebut didorong oleh penurunan persetujuan kredit konsumsi dan investasi masing-masing sebesar minus 72,90% dan minus 47,19%. Sementara kredit modal kerja masih menunjukkan penigkatan sebesar 24,07% (q-t-q). Dilihat dari jenis bank pemberi kredit, bank swasta mengalami penurunan yang tajam sebesar minus 95,94%. Penurunan kredit baru perbankan daerah sedikit tertahan dengan kinerja pemberian kredit baru oleh bank pemerintah yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 9,94% (q-t-q). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Bank Indonesia, petugas (Account officer) bank milik pemerintah lebih intensif dalam mengikuti kegiatan pertemuan dengan pelaku usaha UKM, baik dalam bentuk seminar, dengar pendapat maupun program bantuan teknis yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Dalam kegiatan tersebut dihadirkan pelaku usaha (UKM) yang belum memperoleh kredit dari perbankan. Setelah berlangsungnya kegiatan beberapa UKM langsung ditinjau oleh petugas bank dan tidak jarang yang akhirnya memperoleh fasilitas kredit. Penurunan persetujuan kredit baru tidak terjadi bila kita melakukan perbandingan
secara
tahunan.
Nilai
persetujuan
kredit
baru
mengalami
pertumbuhan yang sangat signifikan yaitu sebesar 113,08% (y-o-y). Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat semakin bank minded dari tahun ke tahun. Disamping itu peningkatan ini juga memberikan gambaran bahwa kebutuhan masyarakat akan sumber dana di luar pendapatan semakin meningkat, baik untuk kegiatan ekonomi produktif maupu konsumtif. Dana perbankan yang diberikan untuk kredit konsumsi mengalami pertumbuhan terendah, dengn tingkat pertumbuhan sebesar 90,10% sementara kredit investasi meningkat dengan laju sebesar 453,19%. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi pada periode yang akan datang diharapkan mengalami pergeseran dari pertumbuhan karena konsumsi menuju ke pertumbuhan investasi.
Perkembangan Moneter dan Perbankan
40
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Grafik 3.5
Proporsi Pemberian Kredit Baru Triwulan III-2008
27% 65% 8%
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum LDR perbankan Provinsi Maluku Utara pada Triwulan III-2008 mengalami pertumbuhan dari sebesar 39,10% pada triwulan II-2008 menjadi 44,69%. Bila diperbandingkan secara tahunan, rasio LDR perbankan menunjukkan peningkatan yang lebih besar, yaitu dari sebesar 36,72% pada triwulan III-2007. Peningkatan rasio tersebut menandakan ekspansi kredit yang dilakukan oleh pihak perbankan melebihi dana yang berhasil diserap perbankan. Tingkat inflasi di daerah yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan peningkatan pendapatan masyarakat maka untuk memenuhi kebutuhan yang sama masyarakat membutuhkan dana yang lebih besar. Salah satu sumber dana yang menjadi pilihan adalah perbankan, disamping lembaga keuangan non bank maupun para pemberi pinjaman uang informal di masyarakat.
Perkembangan Moneter dan Perbankan
41
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Grafik 3.6
Perkembangan LDR Bank Umum Di maluku Utara TriliunRp
DPK
Kredit
LDR
3
50% 45%
3
40% 35%
2
30% 2
25% 20%
1
15% 10%
1
5% 0
0% I
II
III
IV
2007
I
II
III
2008
Peningkatan rasio LDR pada triwulan laporan ditopang oleh kenaikan rasio LDR yang terjadi pada bank pemerintah, sementara itu LDR pada bank swasta relatif stagnan. Pada triwulan III-2008, rasio LDR bank pemerintah sebesar 47,55% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 40,93%. sementara bank swasta mencatat nilai LDR sebesar 25,96% sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 25,85%. Kondisi tersebut searah dengan tingginya persetujuan kredit baru yang dilakukan oleh perbankan. e. Non Performing Loans (NPL’s) Bank Umum Jumlah kredit bermasalah (yaitu kredit dengan kategori kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet) pada perbankan Maluku Utara di Triwulan III-2008 menunjukkan terjadinya peningkatan sebesar minus 10,86% dari triwulan sebelunya sehingga pada triwulan III-2008 tercatat sebesar Rp40,52 miliar. Sementara jumlah kredit yang tergolong lancar mengalami peningkatan sebesar 11,52% (q-t-q) sehingga pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,06 triliun. Dengan kondisi yang demikian maka rasio kredit bermasalah (NPL’s) pada triwulam III-2008 mengalami penurunan dari sebesar 3,47% pada triwulan II-2008 menjadi 3,41% pada triwulan laporan.
Perkembangan Moneter dan Perbankan
42
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Grafik 3.7
Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah
5.00% NPL's
4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% I
II
III
IV
I
II
III
Peningkatan kualitas kredit tersebut ikut dipengaruhi oleh membaiknya kondisi keamanan dan politik di daerah dan perkembangan perekonomian daerah pada umumnya. Disamping itu penerapan prinsip kehati-hatian perbankan melalui kebijakan KYC (know your customer’s) serta pemeliharaan/pemantauan nasabah turut meningkatkan kualitas pengembalian kredit perbankan. Secara tahunan (y-o-y), NPL’s masih menunjukkan penurunan dengan nilai NPL’s pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,51%. Kultur masyarakat Maluku utara yang masih menjunjung tinggi kejujuran dan budaya malu bila tidak menepati janji (cicilan kredit) yang masih kuat serta kesadaran bahwa kredit merupakan suatu kewajiban bukan pemberian cuma-cuma yang semakin meningkat membuat penyaluran kredit semakin membaik meskipun nilai kreditnya juga mengalami peningkatan. Secara
triwulanan
komponen
kredit
bermasalah
yang
mengalami
peningkatan hanya terjadi pada kredit modal kerja sebesar 24,07%. Sedangkan bila dilihat dari jenis bank, komponen kredit bermasalah didominasi oleh bank pemerintah sebesar 84,53%. Kondisi tersebut cukup rasional karena jumlah keseluruhan kredit sebagian besar juga disumbangkan oleh perbankan milik pemerintah.
Perkembangan Moneter dan Perbankan
43
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Table 3.7
Perkembangan Kredit Bermasalah Pada Perbankan Daerah Tahun 2008 Rp juta
Keterangan Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Jenis Bank Bank Pemerintah Bank Swasta
Perkembangan Moneter dan Perbankan
TW I 34,209 19,479 5,447 9,283 34,209 28,739 5,470
TW II 36,548 20,209 7,273 9,066 36,548 30,623 5,925
TWIII 40,517 25,074 6,860 8,583 40,517 34,251 6,266
44
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Bab IV
Perkembangan Keuangan Daerah
Pembahasan perkembangan keuangan derah dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pelaksanaan anggaran di Maluku Utara pada tahun 2008 mengikuti sistem anggaran defisit. Dalam susunan APBD Provinsi Maluku Utara pada tahun 20081 dapat diketahui bahwa pendapatan daerah Provinsi Maluku Utara ditargetkan sebesar Rp621,47 miliar sedangkan belanja daerah dianggarkan sebesar Rp636,47 miliar. Dengan demikian anggaran pembangunan daerah pada tahun 2008 mengalami defisit sebesar Rp15 miliar. Baik pendapatan maupun belanja daerah pada tahun 2008 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan dana yang dianggarkan pada tahun sebelumnya dengan pendapatan diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 23,87% sedangkan belanja daerah mengalami kenaikan sebesar 34,70%. Grafik 4.1
Perkembangan APBD Maluku Utara
miliar
miliar
120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 (20.000) (40.000)
700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 2005
2006
Pendapatan
1
2007 Belanja
2008 Surplus/Defisit
Sumber: Biro Keuangan Provinsi
Keuangan Daerah
45
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Peningkatan nilai APBD tersebut merupakan sinyal awal bahwa pemerintah daerah siap mendukung perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat. Akan tetapi peningkatan anggaran tersebut perlu diiringi dengan peningkatan efektifitas pelaksanaan/realisasi anggaran sehingga diharapkan dapat memberikan dorongan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Disamping itu, transparansi data mengenai realisasi anggaran secara berkala (misalnya triwulanan) perlu dilakukan guna melakukan evaluasi kinerja yang telah dicapai terhadap target tahunan. Tabel 4.1
Realisasi APBD Tahun 2008 Provinsi Maluku Utara Rp Juta
No.
Uraian
I
Pendapatan Daerah I.1 Pendapatan Asli Daerah I.2 Dana Perimbangan I.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah II Belanja daerah Surplus/Defisit
Anggaran 621.473 58.612 562.861 636.473 (15.000)
Realisasi TW II* % 247.473 21.732 225.741 136.989 110.484
39,82 37,08 40,11 21,52
* data sampai Mei 2008 Sumber: Biro Ekonomi Provinsi Maluku Utara
4.1
Pendapatan Daerah Dalam APBD tahun 2008, pendapatan daerah provinsi Maluku Utara
diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 23,87% dari pendapatan daerah pada tahun 2007 yang tercatat sebesar Rp501,72 miliar. Peningkatan pendapatan tersebut didominasi oleh penerimaan yang bersumber dari dana perimbangan pemerintah pusat dibandingkan dengan sumber pendapatan yang berasal dari PAD Maluku Utara. Share dana perimbangan terhadap total penerimaan daerah sebesar 90,57% sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan share pada tahun 2007 tercatat sebesar 91,01% dari total penerimaan daerah Maluku Utara. Pendapatan Asli Daerah di Maluku Utara pada tahun 2008 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 29,95% sehingga menjadi Rp58,61 miliar yang didominasi oleh pendapatan dari pajak dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Kedua sumber pendapatan asli daerah tersebutmemerikan sumbangan sebesar 81,12% dari total pendapatan asli daerah yang ditargetkan selama tahun 2008 sebesar Rp47,54 miliar.
Keuangan Daerah
46
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Tabel 4.2
Komposisi Penerimaan Daerah (RP juta)
Th
DBH
2005
36,126
2006
55,990
2007
70,893
DAU
Total SHARE THD Total Dana Penerimaa PENERIMA Perimbangan n Daerah AN DERAH
DAK
PAD
-
260,126
383,278
68
20,953
338,605
-
394,595
426,598
92.50
32,002
370,724
15,000
456,617
501,719
91.01
45,103
36,452
562,861
621,473
90.57
58,612
224,000
74,928 2008 451,481 sumber: Biro Keuangan Provinsi, diolah
Pelaksanaan anggaran daerah yang tepat dan sesuai dengan perencanaan dapat memicu perkembangan ekonomi masyarakat dengan transfer dana maupun lapangan pekerjaan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pelaksanaan APBD Maluku Utara tahun 2008 terkesan tidak dimaksimalkan oleh pemerintah daerah. Salah satu indikasinya adalah tingkat realisasi penerimaan daerah sampai bulan Mei 2008 baru mencapai sebesar 39,82% sedangkan tingkat penggunaan APBD yang dilaksanakan baru mencapai 21,52%. Tingkat realisasi pendapatan daerah yang baru mencapai 37,08% dari targt yang ditetapkan dalam APBD sebesar Rp21,732 miliar. Sumber pendapatan asli daerah tertinggi disumbagkan oleh pajak daerah yaitu sebesar Rp12,358 miliar meskipun tingkat realisasinya baru mencapai 36,46% dari target tahun 2008. Disisi lain, pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan baru mencapai sebesar 40,11% atau nominal Rp225,74 miliar. Sejumlah pendapatan tersebut seluruhnya berasal dari 50% realisasi dana alokasi umum sedangkan Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Khusus belum direalisasikan. 4.2
Belanja Daerah Guna mendukung perekonomian daerah yang memiliki trend positif dalam
beberapa triwulan terakhir, pemerintah menetapkan dana untuk kegiatan belanja daerah sebesar Rp636,47miliar pada tahun 2008. Anggaran untuk belanja pemerintah
daerah
tersebut mengalami peningkatan
sebesar 34,7%
bila
dibandingkan dengan anggaran pada pos yang sama pada tahun 2007. Efektifitas
Keuangan Daerah
47
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
peggunaan dana belanja daerah sangat diharapkan oleh masyarakat sehingga keberadaan/peranan pemerintah semakin dirasakan manfaatnya. Tingkat realisasi belanja daerah tahun 2008 cukup memprihatinkan. Sampai bulan Mei 2008 tingkat realisasinya baru mencapai sebesar 1,52% dari target tahun 2008. Realisasi anggaran belanja sebesar Rp136,989 miliar menurut informasi yang diterima oleh Bank Indonesia Ternate merupakan belanja pemerintah untuk pegawai/pembayaran gaji. Kondisi ini tentu sangat merugikan bagi masyarakat daerah karena kegiatan belanja modal pemerintah daerah yang notabene memiliki efek bergulir yang leibih besar bagi masyarakat justru masih sangat minim. Kondisi APBD yang masih minim tersebut akan mempengaruhi pencapaian realisasi anggaran tahunan. Bila pemerintah daerah hanya mengejar realisasi pada akhir tahun maka ada kemungkinan pelaksanaan kegiatan/proyek pembangunan yang dianggarkan terkesan asal jalan atau peningkatan peluang terjadinya pelanggaran, misalnya terjadinya beberapa proyek fiktif, pencairan anggaran yang sudah mencapai sebesar 100% tetapi realisasi pembangunan belum selesai dikerjakan ataupun realisasi anggaran yang jauh berada dibawah nilai yang dianggarkan. Pendapat berbagai kalangan mengenai berbagai faktor yang menjadi penyebab rendahnya tingkat realisasi anggaran daerah antara lain belum ditetapkannya pemenang Pemilihan Kepala Daerah (Gubernur Definitif) yang mempengaruhi tingkat realisasi proyek/kegiatan yang sifatnya strategis dan jangka panjang, kondisi keamanan daerah yang akhir-akhir ini menjadi sorotan masyarakat baik di daerah maupun di tingkat nasional seiring seringnya demonstrasi yang berjalan kurang simpatik serta kurang efektifnya kegiatan penyelenggara pemerintahan yang ada serta minimnya sarana pendukung dan infrastruktur di daerah. 4.3
Surplus (Defisit) Baik sisi penerimaan maupun belanja daerah Maluku Utara pada tahun 2008
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan anggaran tahun sebelumnya. Disamping prosentase peningkatan belanja yang lebih besar dari peningkatan penerimaan daerah, nilai nominal belanja pemerintah daerah yang dianggarkan dalam APBD 2008 juga melebihi nilai pendapatan yang direncanakan. Dengan demikian pada tahun 2008 Pemerintah menganut sistem anggaran yang defisit dengan nilai sebesar Rp15 milair.
Keuangan Daerah
48
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Penyelenggaraan anggaran yang defisit menuntut pemerintah daerah sebagai
unsur
penyelanggara
anggaran
untuk
lebih
berhati-hati
dalam
menggunakan anggaran dan lebih kreatif dala mencari sumber-sumber pendapatan daerah yang sah guna menutupi tingkat defisit yang direncanakan. Bila hal itu tidak dijlankan dengan baik maka akibat terburuknya adalah pemerintah daerah tidak mampu mendanai pengeluarannya dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini akan menggiring pemerintah masuk dalam jebakan hutang (debt trap) ataupun ketergantungan yang tinggi terhadap kucuran dana dari pemerintah pusat.
Keuangan Daerah
49
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Bab V Sistem
Perkembangan Sistem Pembayaran Pembayaran
dapat
didefinisikan
sebagai
sistem
yang
mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang dipakai untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi1. Perkembangan ekonomi dan peradaban manusia membuat kebutuhan akan alat pembayaran semakin meningkat dan kompleks. Pada zaman pra modern, masyarakat mengakui dan melaksanakan pertukaran antar barang (barter) sebagai alat pembayaran. Alat pembayaran selanjutnya berkembang menjadi satuan tertentu yang memiliki nilai pembayaran (uang). Perkembangan selanjutnya adalah penggunaan alat pembayaran tanpa mengunakan uang secara langsung (non cash). Penggunaan uang (cash based) sebagai alat pembayaran masih mendominasi kegiatan ekonomi di masyarakat dibandingkan alat pembayaran non tunai (paper based, card based, digital). Sesuai dengan Undang-Undang Bank Indonesia, salah satu tugas pokok Bank
Indonesia
adalah
mengatur
dan
menjaga
kelancaran
sistem
pembayaran. Secara umum, kebijakan Bank Indonesia dalam mendukung sistem pembayaran tunai adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik secara nominal, jenis pecahan yang sesuai, ketepatan waktu distribusi dan kondisi fisik uang yang layak edar (clean money policy). Sementara kebijakan dalam sistem pembayaran non tunai diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan terhadap konsumen. Sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia, penyelesaian transaksi tunai dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran yang sah (uang kartal, dalam hal ini uang rupiah untuk Indonesia) sedangkan penyelesaian transaksi non tunai dapat dilakukan menggunakan cek, giro, kartu kredit, dll. Pemantauan perkembangan penyelesaian transaksi pembayaran tunai dapat dilakukan dengan mengamati aliran uang yang masuk dan keluar dari kas Bank Indonesia, sedangkan 1
www.bi.go.id
Sistem Pembayaran
50
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
untuk transaksi pembayaran non tunai dipantau melalui kegiatan kliring dan RTGS (Real Time Gross Settlement). Pada triwulan III-2008 secara umum sistem pembayaran di wilayah Maluku Utara mengalami peningkatan. Sistem pembayaran tunai mengalami peningkatan baik dalam jumlah uang yang masuk maupun keluar dari kas Bank Indonesia Ternate bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Aliran uang tunai pada triwulan laporan mengalami nilai tertinggi sejak awal tahun 2008. Kondisi tersebut terkait dengan perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia, menjelang bulan puasa dan perayaan Idul fitri serta pencairan dana kompensasi kenaikan BBM (BLT) dan pembayaran gaji ke 13 kepada pegawai negeri sipil. Sementara itu meskipun secara nominal mengalami sedikit penurunan tetapi volume transaksi non-tunai mengalami peningkatan. Hal ini terkait dengan budaya dan preferensi masyarakat yang masih lebih menyukai melaksanakan transaksi secara tunai bila dibandingkan dengan transaksi non tunai. Disamping itu ketersediaan dan distribusi sarana pendukung pembayaran non tunai (ATM, EDC, dll) relatif lebih minim bila dibandingkan dengan sarana tunai. Grafik 5.1
Perkembangan Aliran Kas Bank Indonesia Ternate Miliar Rp
600 400 200 I (200)
II
III
IV
2006
I
II
III
IV
2007
I
II
III
2008
(400) (600) Inflow
Sistem Pembayaran
Outflow
Net (inflow/outflow)
51
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
5.1.
Aliran Uang Kartal (Outflow / Inflow) Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.3 Tahun 2004, BI menyelenggarakan pelayanan perkasan di setiap satuan kerja kas Kantor Bank Indonesia. Selain itu BI memberikan pelayanan kas di luar kantor berupa kas keliling, kas titipan dan kerjasama penukaran dengan pihak ketiga. Aliran uang kartal di Bank Indonesia pada triwulan III-2008 mengalami peningkatan
dibandingkan
menggambarkan
dengan
kebutuhan
uang
triwulan
sebelumnya.
masyarakat
Maluku
Kondisi Utara
tersebut
mengalami
peningkatan guna penyelesaian transaksi ekonomi yang dilakukan secara tunai (cash based). Pada triwulan III-2008, total aliran uang kartal keluar dan masuk ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp346,66 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 35,46% bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 255,91 miliar. Pada triwulan laporan, aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Ternate (inflow) sebesar Rp25,19 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 11,34% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp22,63 miliar. Disisi lain, aliran uang kartal keluar (outflow) dari Bank Indonesia pada Triwulan III-2008 sebesar Rp321,47 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 37,80% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp233,28 miliar. Dengan demikian, aliran uang kartal secara keseluruhan masih terjadi net outflow. Kondisi net outflow terjadi di setiap bulan di triwulan III-2008. Pada triwulan III-2008, perbandingan antara nilai nominal uang yang masuk dan yang keluar dari Bank Indonesia Ternate adalah 1 : 13. Bila diamati secara tahunan (y-o-y) kegiatan perkasan di bank indonesia Ternate pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 18,36% (y-o-y) atau sebesar Rp 53,77 miliar bila dibandingkan dengan kondisi pada triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp292,89 miliar. Secara triwulanan, lebih dari 90% data aliran uang kartal di Bank Indonesia Ternate menunjukkan terjadinya net outflow. Relatif lebih tingginya nilai outflow bila dibandingkan dengan nilai inflow di Bank Indonesia Ternate kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: terjadinya perkembangan kegiatan ekonomi yang membutuhkan dana langsung/tunai lebih tinggi; kenaikan tingkat inflasi; daya jangkau perbankan di daerah yang tidak merata (terkonsentrasi di pulau
Sistem Pembayaran
52
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Ternate); tingkat kelusuhan uang di masyarakat yang relatif lama serta pengetahuan masyarakat tehadap perbankan yang masih rendah sehingga menimbulkan keengganan untuk melakukan transaki uang lusuh dengan perbankan. Perkembangan kegiatan perkasan di Bank Indonesia juga terkait dengan aktivitas masyarakat terhadap perbankan secara umum. Pada triwulan laporan, kenaikan kredit perbankan jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK perbankan. Dengan demikian aliran dana masyarakat ke bank lebih kecil dibandingkan dengan aliran dana perbankan ke masyarakat atau inflow perbankan lebih rendah bila dibandingkan dengan outflow dana perbankan.
Tabel 5.1
Perkembangan DPK dan Kredit Perbankan Di Provinsi Maluku Utara Rp Juta Keterangan DPK Total Kredit Total
2007:I 2,147,882 710,752
2007:II 2,210,204 777,404
2007:III 2,289,774 840,739
2007:IV 2,620,055 865,082
2008:I 2,666,948 918,336
2008:II 2,692,396 1,052,831
2008:III 2,656,388 1,187,038
Pada saat bulan September, aliran uang di Bank Indonesia mencapai nilai tertinggi. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas umat muslim selama bulan Ramadha dan persiapan perayaan hari raya Idul Fitri. Kegiatan penukaran uang pecahan kecil2 di Bank Indonesa selama bulan Septemer mencapai Rp6,28 miliar. Secara nominal, penukaran uang pecahan kecil oleh masyarakat tertinggi adalah pecahan Rp5.000,00 sebesar Rp2miliar. Sedangkan bila dilihat dari volumenya, penukaran uang pecahan kecil oleh masyarakat didominasi oleh pecahan Rp1.000,00 sebanyak 1,68 juta lembar. Tabel 5.2
Perkembangan Penukaran Uang Kecil Di Bank Indonesia Ternate Bulan September 2008
Pecahan 20,000 10,000 5,000 1,000
2
TE 2004 2005 2001 2000
Nominal (Rp Juta) 1,080 1,520 1,995 1,684
volume (lembar) 54,000 1,520 399,000 1,684,000
Uang pecahan kecil berdenominasi antara Rp1.000,00 – Rp20.000,00
Sistem Pembayaran
53
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Grafik 5.2
Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil Di Bank Indonesia Ternate Bulan September 2008
Rp Juta 300 250 200 150 100 50 0
Tgl. 1
4
8
11 15 16 17 18 19 22 23 24 25 26 29
20,000
10,000
5,000
1,000
Disamping membuka penukaran uang pecahan kecil secara langsung kepada masyarakat melalui Kantor Bank Indonesia, Bank Indonesia juga melaksanakan kas keliling ke berbagai daerah yang dianggap strategis bagi kegiatan ekonomi masyarakat, seperti pasar-pasar dan kawasan pemukiman yang relatif padat penduduk. Sampai akhir triwulan III-2008 telah dilaksanakan kas keliling di wilayah Maluku Utara sebanyak 3 (tiga) kali berbagai pecahan kecil dengan jumlah total sebanyak Rp3,70 miliar.
Sistem Pembayaran
54
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Grafik 5.3 Perbandingan Jumlah Kas Keliling Dengan Uang Yang Masuk Ke BI
satuan
Miliar Rp
7
120
6
100
5
80
4
60
3
40
2 1
20
0
I
II
III 2007 Jml. Kas Keliling
IV
I
II
III
2008 inflow (kanan)
Guna memenuhi kebutuhan uang tunai di daerah, Kantor Bank Indonesia Ternate juga berkoordinasi dengan Kantor Bank Indonesia lainnya. Salah satu bentuk kerjasamanya adalah dengan dilaksanakannya pengiriman uang cetakan sempurna (HCS) dari/ke Kantor Bank Indonesia Ternate. Sejak triwulan II-2006 Kantor Bank Indonesia Ternate selalu mendapat pengiriman uang dari Bank Indonesia Manado, dalam artian Bank Indonesia Ternate tidak lagi mengambil sejumlah uang yang dibutuhkan sendiri. Hal ini terkait erat dengan ketersediaan sumber daya manusia yang masih belum memenuhi seluruh struktur jabatan yang ada di Bank Indonesia Ternate. Pada triwulan III-2008, Bank Indonesia Ternate mendapat pasokan uang HCS sebesar Rp264,28 miliar atau mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan triwulan II-2008 yang tercatat sebesar Rp220,47 miliar. Secara keseluruhan, realisasi kegiatan remise Kantor Bank Indonesia Ternate telah mencapai 100%. Hal ini disebabkan realisasi remise triwulan IV-2008 telah dilaksanakan pada Bulan September 2008 dengan nilai sebesar Rp219,62 miliar. Dengan demikian selama tahun 2008 telah dilaksanakan kegiatan remise sebesar Rp881,31 miliar atau mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp971,62 miliar.
Sistem Pembayaran
55
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Tabel 5.3 Realisasi RDU Tahun 2008 Kantor Bank Indonesia Tenate
Uang Kartal
Keterangan Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Tahun 2008
5.2.
176,900 220,300 264,200 219,400 880,800
Uang L ogam
(R p J uta) J umlah T otal
50 166 76 219 511
176,950 220,466 264,276 219,619 881,311
Pemusnahan Uang Kartal Sistem pembayaran yang baik didukung oleh kelayakan alat pembayaran
yang dipakai selain ketersediaan alat dan sarana penunjang pembayaran itu sendiri. Oleh karena itu, sebagai lembaga yang bertindak sebagai Otoritas Moneter di wilayah NKRI, Bank indonesia senantiasa menjaga uang yang beredar di masyarakat berada dalam kondisi yang layak edar (fit for circulation). Uang yang sudah tidak layak edar (UTLE) akan dihancurkan/diracik dengan menggunakan mesin racik uang kertas (MRUK). Tabel 5.4
Jumlah Pemusnahan Uang Kertas dan Persentase Pemusnahan Terhadap Uang Masuk Pemusnahan Uang TRIWULAN
Inflow Nomial (miliar)
2007
2008
I II III IV I II III
78.65 35.38 34.17 52.07 95.86 22.63 25.19
40.06 37.74 36.97 25.64 30.28 28.89 28.09
%
50.94 106.66 108.21 49.25 31.59 127.67 111.48
Sumber : Bank Indonesia
Jumlah uang kartal yang sudah tidak layak edar di Maluku Utara bersumber dari setoran dari perbankan, dari counter penukaran uang dan kegiatan kas di luar kantor (kas keliling) di beberapa tempat seperti pasar-pasar baik di wilayah
Sistem Pembayaran
56
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
kotamadya Ternate maupun dibeberapa kota lain di Maluku Utara. Dengan diberlakukannya kebijakan setoran bayaran (uji coba cash centre) kepada perbankan di Maluku Utara maka bank hanya menyetorkan uang dengan kategori tidak layak edar, sementara uang yang masih masuk dalam kategori layak edar harus diedarkan kembali kepada nasabahnya. Jumlah uang yang dimusnahkan di Bank Indonesia tidak harus sama dengan jumlah uang yang masuk ke kas BI. Hal ini disebabkan karena uang tidak layak edar tidak serta merta dimusnahkan di BI akan tetapi masuk dahulu dalam kas 014 (UTLE). Pada triwulan laporan, jumlah uang yang diracik di Bank Indonesia Ternate sebesar Rp28,09 miliar lebih besar dibandingkan dengan inflow yang terjadi pada triwulan yang sama sebesar Rp25,19 miliar. Secara triwulanan (q-t-q) jumlah uang yang dimusnahkan mengalami
penurunan dari Rp28,89 miliar pada triwulan
sebelumnya. Pada triwulan laporan, rasio jumlah peracikan uang dibandingkan dengan jumlah inflow uang kartal sebesar 111,48%, mengalami penurunan dari rasio pada triwulan II-2008 yang tercatat hanya sebesar 127,67%. Dengan jumlah inflow mengalami kenaikan sedangkan jumlah uang tidak layak edar pada kas 014 yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya membuat perbandingan uang yang dimusnahkan terhadap uang yang masuk kas BI mengalami penurunan. Disamping itu, selama bulan Juli - September 2008 Bank Indonesia Ternate hanya melaksanakan pemusnahan uang kertas sebanyak 8 kali atau dua kali lebih sedikit bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik 5.4
Perkembangan Pemusnahan Uang Di Bank Indonesia Ternate miliar Rp % 120
140 120
100
100
80
80 60 60 40
40
20
20
-
0 I
II
III
IV
2007 Inflow
Sistem Pembayaran
Pemusnahan Uang (nominal)
I
II
III
2008 Pemusnahan Uang (%)
57
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
5.3.
Perkembangan Kliring Lokal Salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai yang diselenggarakan
oleh Bank Indonesia adalah kliring. Secara triwulanan, kegiatan perbankan dalam mengikuti sistem kliring (SKN BI) di Maluku Utara pada Triwulan III-2008 megalami peningkatan dari sisi jumlah transaksi namun mengalami penurunan bila dilihat dari sisi nimonal. Pada triwulan laporan tercatat nilai nominal transaksi kliring sebesar Rp132,33 miliar atau mengalami penurunan sebesar minus 13,47% bila dibandingkan dengan nilai nimonal transaksi yang tercatat pada triwulan sebelumnya, yaitu sebesar Rp152,93 miliar. Sementara itu, volume kliring pada triwulan laporan tercatat sebanyak 3.065 lembar atau mengalami peningkatan sebesar 19,30% dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 3.005 lembar. Bila diamati lebih teliti, peningkatan volume kliring hanya terjadi pada sarana pembayaran berupa cek sedangkan bilyet giro mengalami penurunan baik dari sisi jumlah maupun nominal. Kegiatan kliring dengan bilyet giro tercatat sebesar Rp65,79 miliar atau mengalami penurunan sebesar minus 2,02% (q-t-q) dengan jumlah bilyet sebanyak 1.942 lembar sedangkan cek mengalami penurunan yang lebih besar yaitu 22,32% (q-t-q) atau mengalami penurunan sebesar Rp19,12 miliar dengan jumlah cek yang dipakai sebanyak 1.121 lembar. Kegiatan ekonomi masyarakat yang masih didominasi oleh kegiatan yang bersfat lokal dan preferensi serta sarana pendukung pembayaran tunai yang lebh baik merupakan beberapa penyebab masih rendahnya penggunaan sarana pembayaran non unai. Kondisi yang terjadi pada perputaran kliring juga tercermin dari rata-rata harian perputaran kliring pada triwulan III-2008. Volume rata-rata perputaran warkat kliring per hari pada triwulan laporan mengalami peningktan sedangkan secara nominal rata-rata perputaran warkat kliring per hari mengalami penurunan.
Sistem Pembayaran
58
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Grafik 5.5
Perkembangan Kegiatan Kliring Bank Indonesia Ternate % 35
Lbr
q-t-q
40
y-o-y
30
20
25
0
20 -20 15 -40
10
-60
5 ribu Rp
-80
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Nom
q-t-q
300
y-o-y
250 200 150 100 50 0 -50 -100
I
II
III
IV
I
II
III
Miliar Rp 2007
5.4.
2008
%
Uang palsu Sejalan dengan kebijakan yang diterapkan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia
dalam menjaga kualitas uang beredar, maka Kantor Bank Indonesia Ternate berupaya menerapkan kebijakan clean money policy serta pemberantasan uang palsu di masyarakat. Atas dasar laporan yang masuk di Bank Indonesia dan pihak berwajib, sampai dengan akhir triwulan laporan tidak terdapat pengaduan ditemukannya uang palsu yang beredar di masyarakat. Dengan demikian selama triwulan III-2008 di wilayah kerja Bank Indonesia Ternate tidak ditemukan kasus uang palsu. Kondisi tersebut memperpanjang catatan tidak adanya penemuan maupun pengaduan mengenai uang palsu sejak tahun 2006 yang lalu. Bank Indonesia Ternate tetap berupaya melakukan pencegahan terhadap peredaran uang palsu dengan melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah berbagai pecahan dan edisi kepada masyarakat, baik masyarakat umum, pegawai pemerintahan maupun kalangan akademisi.
Sistem Pembayaran
59
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Tabel 5.5
Perbandingan Persentase Penemuan Uang Palsu di KKBI Seluruh Indonesia Periode
2007
I II III IV I II Jul-08 Aug-08
Kantor Pusat
KKBI Medan
KKBI Padang
KKBI Bandung
KKBI Semarang
KKBI Surabaya
KKBI Banjarmasin
KKBI Makasar
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
2008
33.59 45.05 61.04 20.97 67.99 57.74 22.36 41.85
2.91 0.1 0 4.57 0 0.31 1.69 0.66
0.56 0.6 0.19 0 0.38 0.64 0.8 8.15
6.04 5.15 6.5 6.56 0.94 3.99 50.79 15.46
11.25 14.53 1.13 18.92 0.88 15.69 12.59 11.26
29.35 33.94 22.76 48.26 27.8 19.82 11.34 21.79
2.13 0.13 6.32 0.61 2.01 1.37 0.36 0.1
14.16 0.5 2.06 0.11 0 0.46 0.07 0.73
Keterangan: KKBI = Kantor Koordinator Bank Indonesia
Dari tabel di atas, kita dapat melihat bahwa persentase penemuan atau pelaporan kasus uang palsu di wilayah Sulampua relatif rendah, bahkan pada triwulan I-2008 presentase penemuan uang palsu di Sulampua 0%. Pada awal triwulan III-2008 penemuan uang palsu di Sulampua hanya mencapai 0,07% yang merupakan tingkat terendah bila dibandingkan dengan KKBI lainnya. Akan tetapi dengan kondisi geografis wilayah yang didominasi oleh kepulauan, tingkat akses dengan perekonomian internasional yang relatif lebih mudah, tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah, kontrol pemerintah yang relatif rendah serta persiapan
menjelang
pemilu
maka
kewaspadaan
terhadap
kemungkinan
penggunaan uang palsu perlu ditingkatkan. Kegiatan edukasi perbankan sebagai langkah awal edukasi system keuangan kepada masyarakat perlu ditingkatkan. 5.5.
Perkembangan Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) Analisa mengenai perkembangan penyelesaian transaksi ekonomi melalui
sarana RTGS di Bank Indonesia untuk triwulan III-2008 tidak dapat disajikan secara menyeluruh karena ketersediaan data yang tidak lengkap.
Sistem Pembayaran
60
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
BOX 2 PROGRAM “MAITARAKU” BANK INDONESIA TERNATE
Dewasa ini sistem pembayaran non tunai menunjukkan perkembangan yang cepat seiring dengan perkembangan teknologi dan inovasi di pasar uang. Namun demikian, keberadaan uang kertas dan uang logam yang disebut dengan uang kartal masih memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Uang kartal masih merupakan alat pembayaran yang efisien khususnya untuk transaksi yang bersifat retail dan bernilai nominal relatif kecil. Sebagai Otoritas Moneter, salah satu tugas yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana pembayaran. Disamping itu Bank Indonesia juga melaksanakan tugas memberikan edukasi kepada masyarakat. Salah satu bentuk edukasinya adalah sosialisasi keaslian uang rupiah. Salah satu tujuan program tersebut adalah meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pemberantasan uang palsu dan meminimalisir kemungkinan masyarakat menjadi korban peredaran uang palsu. Pada tahun 2008, kegiatan sosialisasi keaslian uang rupiah Bank Indonesia Ternate dikemas dengan nama “Maitaraku”. Salah satu alasan yang mendasari pengambilan nama tersebut adalah Pulau Maitara sebagai salah satu aset Maluku Utara telah diabadikan dalam uang kertas pecahan seribu rupiah memberikan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat pulau Maitara khususnya dan seluruh masyarakat Maluku Utara.
61
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Sebagai program kegiatan yang berkesinambungan, Bank Indonesia Ternate menargetkan melaksanakan sosialisasi keaslian uang rupiah minimal 2 (dua) kali dalam satu tahun. Adapun target utama daripelaksanaan kegiatan tersebut adalah masyarakat umum dengan asumsi pengatahuan mereka terhadap keaslian rupiah masih minim dan sebagian besar korban peredaran uang palsu adalah masyarakat melalui transaksi retail. Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan komponen masyarakat lain seperti pegawai, pelajar, maupun unsure pemerintahan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Idealnya pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan di seluruh daerah yang masuk dalam wilayah kerja Bank Indonesia Ternate. Akan tetapi dengan berbagai keterbatasan dan hambatan/tantangan yang dihadapi, sampai tahun 2008 belum seuruh wilayah kerja BITernate disosialisasikan. Beberapa faktor tersebut antara lain: keterbatasan sumber daya manusia, anggaran pelaksanaan setia tahun, kondisi geigrafis di Maluku Utara serta prioritas pelaksanaan tugas yang ada. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi keaslian uang rupiah KBI Ternate tahun 2008 telah dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali yakni: 1. Di kota Labuha Kabupaten Halmahera Selatan pada tanggal 5 Juli 2008 dengan jumlah peserta ± 70 Orang. 2. Di Pulau Maitara Kota Tidore Kepulauan pada tanggal 30 Agustus 2008 dengan jumlah peserta 112 Orang.
62
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Pada saat pelaksanaan kegiatan sosialisasi, Bank Indonesia dan masyarakat menjadikan moment tersebut untuk dapat berinteraksi dan saling bertukar informasi mengenai peran dari uang rupiah di masyarakat. Terjadi dialog dan diskusi menarik yang tentunya sangat bermanfaat bagi Bank Indonesia untuk dapat menerima berbagai masukan, tanggapan dan informasi-informasi penting lainnya dari masyarakat secara langsung. Dalam 2 (dua) tahun terakhir ini, jika melihat tingkat peredaran uang palsu di Maluku Utara dari sisi penemuan maupun pengaduan dari masyarakat dan perbankan baik kepada Bank Indonesia maupun kepada aparat penegak hukum masih sangat minim serta belum memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap perekonomian di Maluku Utara. Grafik 5.6 Perkembangan Penemuan Uang Palsu di KKBI Makassar
63
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Dengan demikian perekonomian Maluku Utara menjadi bumper atau peredam perkebangan penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Koordinator Bank Indonesia Makassar (wilayah Sulampua; Sulawesi, Maluku dan Papua). Meskipun
demikian
kewaspadaan
pelaku
ekonomi
di
daerah
terhadap
kemungkinan peredaran uang palsu tidak boleh berkurang. Salah satu yang mendasarinya adalah wilayah geografis Maluku Utara yang merupakan daerah kepulauan, akses terhadap perekonomian dari luar provinsi maupun luar negeri yang cukup terbuka serta tingkat pendidikan masyarakat daerah yang relatif rendah.
64
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Bab VI 6.1
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
Kondisi Umum Perkembangan penduduk di suatu daerah merupakan fenomena yang
menarik untuk dibicarakan dan ditelaah lebih lanjut baik dari sisi Pemerintah maupun ketenagakerjaan. Bagi pemerintah perkembangan jumlah penduduk akan mempengaruhi kebijakan yang akan diambil, misalnya kebijakan subsidi, kebijakan penyediaan sarana pendidikan dan kesehatan, pengembangan wilayah maupun kebijakan pengendalian populasi penduduk. Sementara dari kalangan akademisi dinamika kependudukan memberikan beberapa topik yang menarik untuk dipelajari lebih lanjut, misalnya masalah pengangguran, tingkat melek huruf, pemerataan pendapatan dan fenomena sosial lainnya. Kondisi ketenagakerjaan di Povinsi Maluku Utara diwarnai dengan perubahan beberpa indikator utama.ke arah yang lebih baik. Tabel 6.1
Penduduk Maluku Utara Usia 15 tahun keatas Menurut Kegiatan (ribu orang) Kegatan Utama Penduduk usia 15 tahun ke atas Angkatan kerja Bekerja Penganggur Bukan angkatan kerja Tingkat partisipasi angkatan kerja Tingkat pengangguran terbuka
2006 Februari
2007 Februari
2008 Februari
573,43 405,83 371,18 34,65 167,59 75,80% 8,50%
583,03 404,79 371,03 33,77 178,23 69,43% 8,34%
624,44 417,45 388,11 29,34 206,99 66,85% 7,03%
Jumlah penduduk di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2006 berdasarkan data hasil proyeksi SUPAS 2005 sebesar 919,16 ribu jiwa. Berdasarkan publikasi data statistika Indonesia, penduduk di Maluku Utara pada tahun 2007 berjumlah
Ketenagakerjaan Daerah
65
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
922,2 ribu jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,33% dibandingkan data tahun 2006. Sementara pada tahun 2008 diperkirakan pertumbuhan penduduk di Provinsi Maluku Utara sebesar 1,47% sehingga pada akhir tahun 2008 jumlah total penduduk diperkirakan sebesar 935,80 ribu jiwa. Lapangan pekerjaan utama penduduk di Maluku Utara diperkirakan masih belum mengalami perubahan yang drastis. Sebagian besar penduduk Maluku Utara bekerja di sektor pertanian serta perdagangan dan jasa-jasa. Dari data pada tahun 2007, jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih masih lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan di Maluku Utara. Kondisi ini tercermin dari angka sex ratio antara penduduk laki-laki dan perempuan yang nilainya lebih dari 1. Penentuan penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh kriteria yang ditetapkan sebagai pedoman pembatas penduduk misklin (garis kemiskinan). Secara umum penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Dari periode Maret 2007 sampai dengan Maret 2008, garis kemiskinan di Provinsi Maluku Utara mengalami peningkatan sebesar 13,71%. Dengan kenaikan tersebut pada tahun 2008 garis kemiskinan di daerah ditetapkan sebesar Rp187.671,00 per kapita per bulan. Tabel 6.2 Perkembangan garis Kemiskinan Provinsi Maluku Utara Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/ Tahun Perkotaan
Makanan
Bukan Makanan
Total
Penduduk Miskin Jml (rb)
%
Perkotaan Maret 2007 Maret 2008
140.30 72.96% 157.07 73.57%
51.99 27.04% 56.43 26.43%
192.29 100.00% 213.51 100.00%
11.70
4.29
9.00
3.27
122.88 80.04% 142.37 80.54%
30.64 19.96% 34.39 19.46%
153.53 100.00% 176.76 100.00%
98.20
15.22
96.00
14.67
128.06 77.59% 146.73 78.19%
36.98 22.41% 40.94 21.81%
165.04 100.00% 187.67 100.00%
109.90
11.97
105.00
11.28
Perdesaan Maret 2007 Maret 2008 Kota+Desa Maret 2007 Maret 2008
Sumber: Diolah dari data Susenas, Panel Maret 2007 dan Panel Maret 2008.
Ketenagakerjaan Daerah
66
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Sementra itu, jumlah maupun presentase penduduk miskin di Maluku Utara pada periode 2005 – 2008 terus mengalami penurunan. Selama tiga tahun terakhir jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 13,5 ribu orang. Pada tahun 2008 telah terjadi penurunan sebesar 11,28% meskipun belum berakhir satu tahun. Pengurangan kemiskinan yang terjadi tidak merata di seluruh wilayah aik kota maupun desa. Selama periode tahun 2005-2008, jumlah dan persentase penduduk miskin di daerah perkotaan terus mengalami penurunan yaitu dari 29,3 ribu orang (10.99 persen) pada tahun 2005 menjadi 9.0 ribu orang (3,27 persen) pada tahun 2008. Sedangkan daerah perdesaan menunjukkan kenaikan dari 89.3 ribu orang (14,17 persen) pada tahun 2005 menjadi 96.0 ribu orang (14.67 persen) pada tahun 2008. Kondisi tersebut dipengaruhi tingkat pendidikan, persebaran lapangan pekerjaan serta fasilitas dan infrastruktur yang jauh berbeda antara kota dan desa. Table 6.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Di Maluku Utara Tahun 2005 – 2008
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (rb)
2005 2006 2007 2008
Keberadaan / Posisi Penduduk Miskin (%)
Persentase Penduduk Miskin (%)
K
D
K+D
K
D
K+D
K
D
29.30 20.70 11.70 9.00
89.30 96.10 98.20 96.00
118.60 116.80 109.90 105.00
24.70 17.72 10.65 8.57
75.30 82.28 89.35 91.43
100.00 100.00 100.00 100.00
10.99 7.53 4.29 3.27
14.17 14.95 15.22 14.67
K+D 13.23 12.73 11.97 11.28
Sumber: BPS Provisi Maluku Utara Ket: K = perkotaan; D = perdesaan; K+D = Perkotaan + Perdesaan
6.2
Angkatan Kerja dan Pengangguran Kondisi ketenagakerjaan di Maluku Utara sampai bulan Februari 2008
diperkirakan mengalami perbaikan. Kondisi tersebut terlihat dari beberapa indikasi ketenagakerjaan, misalnya jumlah angkatan kerja di daerah sampai bulan Februari 2008 mencapai 417,45 ribu orang mengalami kenaikan sebanyak 12,65 ribu orang dibandingkan dengan data bulan Februari 2007; jumlah penduduk yang bekerja mengalami
peningkatan
sebanyak
17,08
ribu
orang
sedangkan
jumlah
pengangguran mengalami penurunan sebanyak 4,43ribu orang.
Ketenagakerjaan Daerah
67
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Dalam kurun waktu satu tahun terakhir (Februari 2007 – Februari 2008) peningkatan jumlah angkatan kerja laki-laki jauh lebih besar dibandingkan peningkatan jumlah angkatan kerja penduduk perempuan. Angkatan kerja berjenis kelamin laki-laki pada Februari tercatat sebesar 258,9 ribu orang atau mengalami peningkatan sebesar 3,40% (y-o-y) sedangkan angkatan kerja perempuan berjumlah 158,55 ribu orang atau mengalami peningkatan sebesar 2,67% (y-o-y). Meskipun demikian, dari sejumlah angkatan kerja tersebut jumlah penduduk perempuan yang bekerja mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan jumlah angkatan kerja laki-laki yang bekerja. Jumlah angkatan kerja perempuan yang bekerja mengalami peningkatan sebesar 5,25% (y-o-y) sehingga pada Februari 2008 tercatat sebanyak 144,03 ribu orang sedangkan jumlah angkatan kerja lakilaki yang bekerja hanya mengalami peningkatan sebesar 4,23% (y-o-y) sehingga pada periode yang sama tercatat sebesar 244,08 ribu orang. Fenomena tersebut diperkirakan didukung oleh semakin terbukanya kesempatan kerja di berbagai sektor yang banyak menampung tenaga kerja perempuan di Maluku Utara seperti pertanian, pertambangan, andustri, keuangan dan jasa perusahaan. Adanya penerimaan pegawai pada beberapa sektor usaha yang berkomitmen menggunakan dan memajukan tenaga kerja perempuan di daerah turut memicu peningkatan jumlah wanita yang bekerja di daerah. Disamping itu, kondisi ekonomi yang semakin sulit membuat kaum perempuan merasa terpanggil untuk dapat membantu
menambah
penghasilan
keluargaguna
menjaga
kelangsungan
perekonomian keluarga. Dengan mengatahui data angkatan kerja dan penduduk usia kerja (usia 15 tahun keatas) maka kita dapat mengatahui tingkat pertisipasi angkatan kerja. Secara umum, tingkat partisipasi angkatan kerja di Maluku Utara pada bulan Februari 2008 sebesar 66,85% atau mengalami penurunan sebesar 3,71% bila dibandingkan dengan kondisi setahun yang lalu. Kondisi tersebut mengindikasikan pertumbuhan lapangan pekerjaan di daerah yang lebih rendah dari tingkat pertambahan angkatan kerja. Hal ini semakin diperburuk dengan kerusuhan-kerusuhan antar pendukung yang mewarnai proses pemilihan kepala daerah di Maluku Utara serta kondisi ekonomi secara global yang mengalami perlambatan pertumbuhan. Bila diamati secara lebih detail, tingkat partisipasi kaum laki-laki masih lebih besar dibandingkan dengan tingkat partisipasi perempuan. Data bulan Februari 2008 menunjukkan
Ketenagakerjaan Daerah
68
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki sebesar 81,62% sedangkan TPAK kaum perempuan baru mencapai 51,61%. Dari sejumlah angkatan kerja yang terdapat di Maluku Utara tidak semuanya memiliki kesempatan untuk dapat menikmati pekerjaan atau yang sering kita sebut dengan golongan pengangguran. Jumlah penduduk angkatan kerja yang masuk kategori menganggur pada Februari 2008 tercatat sebanyak 29,34 ribu orang. Secara tahunan jumlah penganggur di Maluku Utara mengalami penurunan sebesar 13,12%. Kondisi tersebut sesuai dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara yang terus mengalami pertumbuhan secara tahunan. Dengan demikian terjadi peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat di daerah yang membuka peluang usaha baru yang membutuhkan tenag kerja tambahan. Secara tahunan penurunan jumlah penganggur perempuan lebih besar dibandingkan penurunan jumlah penganggur berjenis kelamin laki-laki. Penganggur perempuan pada Februari 2008 tercatat sebanyak 14,52 ribu orang atau mengalami penurunan sebesar 17,36% (y-o-y) sedangkan jumlah penganggur laki-laki berjumlah 14,82 ribu orang atau mengalami penurunan sebesar 8,52 (y-o-y). Dengan membandingkan jumlah penganggur yang ada dengan jumlah angkatan kerjanya kita dapat mengetahui tingkat pengangguran terbuka selama periode tertentu. Dengan membandingkan data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran terbuka di Maluku Utara pada Februari 2008 sebesar 7,03% atau mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2007 yang tercatat sebesar 8,34%. Meskipun sama-sama mengalami penurunan, tingkat pengangguran terbuka penduduk perempuan di Maluku Utara lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pengangguran terbuka laki-laki. Tingkat pengangguran terbuka kaum laki-laki sebesar 5,72% sedangkan kaum perempuan tercatat sebesar 9,16%.
Ketenagakerjaan Daerah
69
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Grafik 6.1
Perbandingan Penduduk Bekerja dan Menganggur
laki-laki bekerja
laki-laki penganggur
wanita bekerja
wanita penganggur
agustus
februari
250 200 150 100 50 0 agustus
februari
2006
6.3
2007
2008
Lapangan Pekerjaan Utama Pertambahan jumlah angkatan kerja dan jumlah penduduk yang bekerja di
wilayah Maluku Utara pada bulan Februari 2008 sampai saat ini tidak mengubah lapangan pekerjaan utama di daerah. Dari tahun 2004 hingga tahun 2008, lapangan pekerjaan utama yang digeluti oleh penduduk di wilayah Maluku Utara adalah pertanian, perdagangan dan jasa kemasyarakatan. Data bulan Februari 2008 menunjukkan bahwa sebanyak 60,44% penduduk Maluku Utara menggeluti pekerjaan di sektor pertanian, 12,56% bekerja di sektor perdagangan dan 10,68% menggeluti pekerjaan di sektor jasa. Dominasi ketiga sektor ekonomi tersebut diperkirakan masih akan terjadi sampai akhir triwulan II-2008. Lapangan pekerjaan di sektor listrik, gas dan air memiliki porsi tenaga kerja yang terendah dengan porsi 0,11% dari total penduduk yang bekerja diikuti oleh sektor keuangan dan jasa sebesar 0,58%. Kondisi tersebut sejalan dengan tingkat pendidikian yang relatif masih rendah di wilayah Maluku Utara dan sejarah yang ada bahwa Maluku Utara termasyur dengan hasil rempah-rempahnya.
Ketenagakerjaan Daerah
70
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Tabel 6.4
Penduduk Usia 15 tahun keatas Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (ribu orang)
lapanga pekerjaan pertanian pertambangan industri listrik, gas, air bangunan perdagangan angkutan & pergudangan keuangan dan jasa perusahaan jasa kemasyarakatan total Bila
ditinjau
2006 februari
2007 februari
263,67 0,22 5,63 0,33 13,29 48,50 16,83 0,62 22,10 371,19
dari lapangan pekerjaannya,
228,56 9,45 16,13 0,75 14,62 50,01 22,69 0,30 28,52 371,03 selama
2008 februari 234,57 7,84 16,70 0,43 12,78 48,76 23,36 2,23 41,45 388,12 setahun
terakhir
peningkatan jumlah penduduk yang bekerja tertinggi terjadi pada sektor keuangan dan jasa perusahaan sebesar 643,33% (y-o-y) dari 0,3 ribu orang pada Februari tahun 2007 menjadi 2,23 ribu orang pada Februari 2008. Pertumbuhan di sektor ini dipengaruhi oleh beroperasinya beberapa bank baru dan pembukaan kantor layanan nasabah di wilayah Maluku Utara. Preferensi masyarakat untuk bekerja di sektor jasa kemasyarakatan juga mengalami peningkatan dalam setahun terahkhir. Hal ini tercermin dari peningkatan jumlah penduduk yang bekerja di sektor tersebut sebesar 45,34% (y-o-y) sehingga pada Februari2008 tercatat sebesar 41,45 ribu orang. Perkembangan jumlah tenaga kerja di beberapa sektor ekonomi justru mengalami penurunan. Penurunan jumlah tenaga kerja terbesar terjadi di sektor listrik, gas dan air yaitu sebesar 42,67% (y-o-y) diikuti sektor pertambangan dan bangunan masing-masing sebesar 17,04% dan 12,58%. Meskipun demikian bila dikaitkan dengan kinerja perekonomian, ketiga sektor yang mengalami penurunan tenaga kerja tersebut kinerja tahunannya tetap mengalami peningkatan.
Ketenagakerjaan Daerah
71
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Grafik 6.2
Lapangan Kerja Utama Penduduk Maluku Utara
1% 7%
9%
pertanian pertambangan
14%
industri 60%
4% 4%
bangunan perdagangan angkutan & pergudangan jasa
1%
6.4
lainnya (listrik & keuangan)
Status Pekerjaan Utama Dari seluruh penduduk usia kerja yang bekerja di sektor ekonomi tertentu
secara umum dapat dibedakan menjadi tujuh kategori status pekerjaan. Ketujuh kategori tersebut adalah: usaha sendiri, usaha dibantu buruh tidak tetap, usaha dibantu buruh tetap, buruh/karyawan, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di non pertanian, dan pekerja yang tak dibayar (relawan). Dari ketujuh kategori tersebut dapat diklasifikasikan lagi menjadi dua yaitu pekerjaan formal dan non formal. Pekerjaan formal terdiri dari kelompok pekerjaan dengan status berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan, sedangkan lima status pekerjaan lainnya masuk dalam kategori pekerjaan non formal. Berdasarkan kategori pekerjaannya, jumlah penduduk usia kerja yang bekerja di sektor formal sebanyak 17,44% atau sejumlah 67,68 ribu orang sementara sisanya sebesar 82,56% atau sebanyak 320,43 ribu orang menggeluti pekerjaan dengan kategori non formal. Pekerja di sektor formal didominasi oleh pekerja dengan status sebagai buruh/karyawan sebanyak 57,8 ribu orang sedangkan pekerja pada usaha yang dibantu buruh tetap sebanyak 9,88 ribu orang. Sementara pekerjaan di sektor non formal didominasi oleh pekerja dengan status usaha dibantu buruh tidak tetap sebanyak 111,39 ribu orang diikuti oleh pekerja yang tak dibayar serta pekerja yang memiliki usaha sendiri masing-masing sebanyak
Ketenagakerjaan Daerah
72
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
94,44 ribu orang dan 89,08 ribu orang. Persebaran pekerja di daerah sesuai dengan status pekerjaan tersebut secara dominan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan pekerja di daerah yang rata-rata memeliki pendidikan yang rendah, sedangkan tuntutan pekerjaan sektor formal memiliki beban tugas dan tuntutan pekerjaan yang tinggi guna memenangi persaingan yang semakin tinggi, disamping itu budaya daerah dan sejarah juga turut mempengaruhi preferensi masyarakat dalam memilih bidang pekerjaan yang ditekuni. Pereknomian yang semakin global membuat persaingan usaha dengan pelaku usaha sejenis dari daerah lain semakin sulit untuk dihindari. Disamping itu kekuatan modal dalam menjalankan usaha cukup mendominasi kelangsungan usaha ditengah harga barang dan jasa yang terus mengalami peningkatan. Kondisi tersebut tercermin dari jumlah pekerja yang menjalankan usaha sendiri secara tahunan
mengalami
penurunan
sebesar
15,43%
(y-o-y).
Demikian
pula
perkembangan jumlah pekerja bebas non pertanian juga mengalami penurunan dengan tingkat penurunan sebesar 1,15% (y-o-y) yang pada Februari 2008 tercatat sebanyak 8,23 ribu orang. Sementara pekerja bebas di pertanian jumlahnya justru mengalami lonjakan yang cukup tajam yaitu sebesar 77,17% (y-o-y) . jumlah pekerja yang tak dibayar secara tahunan juga mengalami peningkatan sebesar 12,24% pada Februari 2008 yang tercatat sebanyak 94,44 ribu orang. Tabel 6.5
Penduduk Usia 15 tahun keatas Menurut Status Pekerjaan Utama (ribu orang) status pekerjaan usaha sendiri usaha dibantu buruh tidak tetap usaha dibantu buruh tetap buruh/karyawan pekerja bebas di pertanian pekerja bebas di non pertanian pekeja tak dibayar total
Ketenagakerjaan Daerah
2006 februari agustus 111,7 101,4 12,13 36,37 8,68 9,41 91,5 371,18
140,65 86,77 9,53 50,39 14,88 8,05 79 389,28
februari 105,33 105,7 7,96 47,74 7,14 13,02 84,14 371,03
2007 agustus 98,31 83,12 11,99 73,45 14,65 8,23 82,59 372,34
2008 februari 89,08 111,39 9,88 57,8 12,65 12,87 94,44 388,11
73
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Bab VII 7.1
Prospek Perekonomian Daerah
Kondisi Umum Perkembangan ekonomi di Maluku Utara yang terjadi pada triwulan III-2008
memiliki arah sesuai dengan yang perkiraan pada triwulan II-2008. Akan tetapi, pertumbuhan sebesar 3,78% (q-t-q) melebihi perkiraan sebelumnya sekitar 1,6 ± 0,5% (q-t-q). Pertumbuhan tersebut memberikan harapan baru akan kondisi ekonomi daerah pada periode yang akan datang. Dari sisi penawaran (sektoral), sebagian besar sektor ekonomi pada triwulan laporan menunjukkan pertumbuhan yang positif meskipun ada beberapa sub sektor yang mengalami perlambatan pertumbuhan. Demikian pula dari sisi permintaan/penggunaan sumber daya ekonomi di daerah. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada triwulan III-2008 diikuti oleh peningkatan harga barang dan jasa. Secara tahunan, pada bulan September 2008 inflasi di Kota Ternate sebagai kota di Maluku Utara yang disurvey oleh BPS menunjukkan terjadinya inflasi tahunan sebesar 16,63% (y-o-y). Tingkat inflasi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi Nasional yang tercatat sebesar 12,14 % (y-o-y). Inflasi yang terjadi di Maluku Utara didominasi oleh kenaikan tingkat harga pada kelompok bahan makanan. Fluktuasi harga pada kelompok bahan makanan tergolong cukup besar di kota Ternate. Sebagian besar kebutuhan bahan makanan masyarakat kota Ternate didatangkan dari luar daerah seperti padi dari Wasile dan Subaim, pisang dari Tobelo, sayur-sayuran dari Tidore dan Jailolo. Tidak hanya itu, sebagian bahan makanan juga didatangkan dari Gorontalo, Manado dan Makassar. 7.2
Prospek Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan kondisi ekonomi dan politik serta keamanan yang terjadi pada
triwulan III-2008, perekonomian Maluku Utara pada triwulan IV-2008 diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan yang positif dan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 1,75 ± 0,5% (q-t-q). Beberapa event yang diperkirakan akan
Prospek Perekonomian Daerah
74
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
mampu menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi daerah antara lain penyelenggaraan POPWIL Sulampua, kegiatan bazar UMKM dalam rangka menyambut HUT Kota Ternate serta liburan pada masa pergantian tahun baru. Disamping itu penetapan Gubernur Definitif di Provinsi Maluku Utara diharapkan mampu menjadi pemicu bagi peningkatan kinerja perekonomian daerah Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang diperkirakan masih akan didorong oleh pertumbuhan produksi terutama di sektor pertanian, perdagangan hotel & restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai sektor unggulan daerah. pasokan energi listrik dan air bersih pada akhir tahun juga akan mengalami peningkatan seiring selesainya pemeliharaan pada beberapa pembangkit yang ada. Dari sisi pengeluaran, kegiatan konsumsi diperkirakan masih akan menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi daerah. Konsumsi pemerintah diperkirakan akan mengalami kenaikan seiring dengan realisasi target pelaksanaan APBD tahun 2008. 7.3
Prospek Inflasi Daerah Tingkat harga barang dan jasa di Maluku Utara pada triwulan IV-2008
diperkirakan akan mengalami kenaikan yang melambat dan berada pada kisaran 4,37 ±
0,5% (q-t-q). Bahan makanan dperkirakan masih akan mengalami
pertumbuhan inflasi tertinggi disusul kenaikan harga pada transportasi dan komunikasi. Beberapa faktor yang dapat memperlambat laju inflasi daerah diantaranya: penurunan harga komoditas pertanian seiring dengan pelaksanaan panen raya, semakin gencarnya perang tarif murah antar operator telepon seluler sehingga biaya percakapan maupun pengiriman pesan akan semakin murah, serta isu positif seputar penurunan harga BBM. Sedangkan beberapa faktor yang diprediksi dapat meningkatkan tingkat inflasi daerah antar lain cuaca yang relatif kurang stabil menjelang pergantian musim akan mengganggu kelancaran transportasi barang dan jasa, peningkatan konsumsi dan mobilitas masyarakat menjelang pergantian tahun serta penerimaan CPNS pada akhir tahun yang dapat meningkatkan kemampuan / daya beli masyarakat.
Prospek Perekonomian Daerah
75
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
BOX 3 DAMPAK KRISIS FINANSIAL GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN MALUKU UTARA
Krisis ekonomi yang terjadi di USA akan berdampak pada dua hal secara
umum pada kinerja perekonomian nasional, yakni pengeringan likuiditas dan pelambatan ekonomi global. Seretnya likuiditas global dapat berpengaruh pada kondisi neraca pembayaran Indonesia. Akibatnya volatilitas nilai tukar Rupiah akan lebih tinggi. Tingginya volatilitas nilai tukar Rupiah ini diperkirakan akan berlangsung selama enam bulan. Sementara pemulihan ekonomi global akibat krisis diperkirakan akan memerlukan waktu selama dua tahun.
Selama bulan
November 2008 kurs rupiah masih berada diatas nilai psikologis Rp.10.000/USD yaitu diatas Rp.11.000,-/USD.
76
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Pada indikator inflasi secara nasional, krisis ekonomi juga turut mengerek inflasi menjadi 11,77% (y-o-y) posisi Oktober 2008, dimana hal ini diakibatkan oleh faktor ketidakpastian harga komoditas dunia yang berimbas pada proyeksi inflasi di dalam negeri.
Indikator inflasi di Maluku Utara sendiri pada bulan Oktober 2008 tercatat minus 0,64% (m-t-m) atau mengalami deflasi yang dominan disumbang oleh bahan makanan (bumbu-bumbuan, ikan segar, sayur-mayur dan daging) sebesar
minus 2,97% dimana hal ini disebabkan oleh mulainya masa panen hasil bumi
sehingga pasokan melimpah. Laju inflasi tahun 2008 (y-t-d) tercatat 11,57%.
77
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Secara umum inflasi di Maluku Utara dominan dipengaruhi oleh volatile food yang bersifat seasonal. Dampak krisis finansial global yang berimbas pada
perlambatan ekonomi termasuk penurunan harga komoditi telah dirasakan oleh Maluku Utara. Lihat saja beberapa komoditi unggulan berbasis rempah dan
pertanian telah mengalami kemerosotan harga jual antara lain Kakao dan Kopra.
Pada indikator kinerja Ekspor-impor di Maluku Utara, berdasarkan data KPBC terjadi penurunan kinerja ekspor sebesar minus -51,33% (posisi Juli 2008 = USD 26.770 ribu). Penurunan ini dipicu oleh menurunnya permintaan komoditi ekspor oleh beberapa Negara (USA, Korea, Taiwan, dan beberapa Negara Eropa), namun kontinuitas permintaan masih ditunjukkan oleh Jepang dan RRC.
78
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Kinerja Ekspor-impor Maluku Utara masih menunjukkan net export, dimana komoditi ekspor masih didominasi oleh hasil mineral / penggalian (nikel) sedangkan hasil / produk hewani (ikan) terjadi penurunan permintaan. Selain itu pada komoditi kayu dan olahannya sudah tidak terdapat permintaan ekspor sejak awal tahun 2008 dimana hal ini ditenggarai oleh tutupnya sejumlah industri pengolahan kayu (PT. Mangoli Timber dan PT. Taiwi). 100,000
90,000
Mineral Hew ani/perikanan kayu
80,000
60,000 50,000
40,000 30,000
20,000
10,000 0 -10,000
Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul
USD (ribu)
70,000
2006
2007
2008
79
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
Kinerja perbankan menunjukkan gejala yang sama dengan kondisi nasional, dimana
terjadi penurunan DPK (posisi September 2008) sebesar minus 1,34% (q-t-q), dimana
penurunan DPK perbankan Maluku Utara lebih didominasi oleh isu lokal seperti kebutuhan masyarakat menjelang Lebaran, realisasi APBD, realisasi program sosial
(BLT Tahap I dan Tahap II) dan biaya menjelang kampanye PEMILU 2009 (biaya
iklan/poster). Perbankan Maluku Utara tidak mengalami pengeringan likuiditas dalam denominasi valas karena motif spekulasi dan instrumen derivatif masih sangat minim.
Dari sisi kredit terus terjadi peningkatan intermediasi perbankan kepada sektor
ekonomi unggulan (pertanian/perikanan, PHR, konstruksi dan Jasa usaha & lainya).
Peningkatan kinerja intermediasi tercatat 12,75% yaitu menjadi Rp.1,18 trilyun (posisi September 2008). Salah satu pendorong meningkatnya intermediasi adalah minat
sektor riil yang tinggi dan makin bankable sektor usaha yang akan dibiayai serta
program-program pemerintah yang mendukung intermediasi perbankan seperti KUR, Sertifikasi tanah UMK oleh BPN dan dana bergulir lainnya dengan chanelling melalui perbankan. Dari sisi manajemen resiko kredit yaitu indikator NPLs menunjukkan rentang yang aman (dibawah 5%) yaitu terjadi penurunan kredit non lancar sebesar - 1,67% sehingga NPLs perbankan Maluku Utara yaitu 3,41%.
Berdasarkan survey Bank Indonesia Ternate kepada perbankan terkait dampak
krisis finansial global di Maluku Utara terdapat beberapa poin kondisi terkini menurut
persepsi perbankan, yaitu :
80
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara
1. Aktivitas (kinerja) perbankan di daerah belum merasakan dampak krisi global
yang terjadi (pengaruhnya tidak signifikan). 2. Kredit perbankan masih menunjukkan trend peningkatan, dengan kualitas kredit yang relatif lebih baik (Rasio NPL’s perbankan masih mengalami
penurunan). 3. Penurunan DPK perbankan terutama disebabkan oleh penarikan giro
pemerintah cukup dominan, sementara DPK masyarakat masih menunjukkan
peningkatan.
4. Beberapa upaya menghadapi krisis keuangan global yang dilaksanakan oleh
perbankan daerah antara lain: a. Menginformasikan kepada nasabah bahwa perekonomian dan perbankan daerah maupun nasional masih cukup kuat dalam menghadapi krisis yang terjadi. b. Menginformasikan kepada nasabah mengenai kebijakan yang telah ditempuh baik oleh pemerintah, otoritas moneter maupun lembaga terkait guna menjaga kepercayaan masyarakat terhadap keamanan asetnya di perbankan c. Meningkatkan monitoring terhadap debitur-debitur yang potensial d. Melakukan upaya efisiensi biaya maupun waktu serta peningkatan pelayanan terhadap nasabah dan diharapkan langkah serupa juga dilakukan oleh Pemda dengan mendukung sektor riil – UMKM melalui relaksasi fiskal (kemudahan perizinan dan keringanan pajak). e. Menanggapi keluhan nasabah dengan lebih arif guna meminimalisir isu negatif yang mungkin timbul. Disamping itu perbankan di daerah menyatakan kesiapannya untuk meningkatkan koordinasi dengan Bank Indonesia setempat. Selain itu, di tingkat pusat antisipasi dampak krisis terus ditingkatkan oleh Bank Indonesia dengan tetap berkoordinasi dengan Pemerintah dalam memilih kebijakan moneter. Bank Indonesia di daerah juga akan senantiasa berkoordinasi dengan Pemerintah daerah untuk memberikan informasi dan advisory langkah-langkah meminimalisir dampak krisis finansial global di daerah.
81