PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH
34
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
BAB 3 Perbankan Aceh
Kinerja perbankan di Aceh baik dari sisi aset, kredit maupun pengumpulan DPK menunjukkan perkembangan positif.
Bank umum di Aceh secara umum menunjukkan pergerakan meningkat pada penyaluran kredit maupun DPK-nya.
Peran intermediasi perbankan terus menggeliat dengan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) mencapai 95,91%.
Selain itu kualitas kredit tetap terjaga dan masih berada di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%.
Perkembangan BPR terus menunjukkan peningkatan, meski porsi BPR terhadap keseluruhan perbankan di wilayah provinsi Aceh masih sangat kecil, yaitu hanya 0,78%.
3.1.
PERKEMBANGAN BANK UMUM DI PROVINSI ACEH Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Pokok Bank Umum di Provinsi Aceh
2011
Indikator Total Aset
3
12
3
38.077
31.612
30.826
32.327
%
6,70%
35,42%
5,25%
3,36%
16,69%
Pertumbuhan (qtq)
%
-7,11%
37,44%
-16,98%
-2,49%
4,87%
17.922
19.295
20.063
20.333
Rp-miliar
27.705
9
Pertumbuhan (yoy) DPK
Rp-miliar
6
2012
19.706
Pertumbuhan (yoy)
%
6,95%
10,89%
5,75%
8,56%
9,95%
Pertumbuhan (qtq)
%
-4,31%
7,66%
3,98%
1,35%
-3,09%
Kredit
Rp-miliar
17.160
18.142
18.591
18.722
18.900
Pertumbuhan (yoy)
%
29,50%
25,74%
23,09%
15,97%
10,14%
Pertumbuhan (qtq)
%
6,29%
5,72%
2,48%
0,70%
0,95%
LDR
%
95,75%
94,02%
92,67%
92,07%
95,91%
NPL-gross
%
5,51%
5,91%
6,22%
4,10%
4,68%
Rp-miliar
946
1.072
1.157
768
884
NPL-Nominal
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah Aset bank umum di Aceh pada triwulan I-2012 mampu meningkatkan pencapaian pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2012, aset bank umum di Aceh mencapai Rp32,3 triliun, atau tumbuh 16,69% (yoy). Angka ini melesat jauh dibanding pertumbuhan pada triwulan IV-2011 yang sebesar 3,36% (yoy). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)1 di Aceh tercatat mampu mempertahankan pencapaian pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. DPK yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Aceh pada posisi terakhir di triwulan I-2012 adalah sebesar Rp.19,7 triliun atau tumbuh 9,95% (yoy). Angka ini mampu menjaga momentum pertumbuhan pada triwulan IV-2011 yang juga tumbuh dalam kisaran yang sama sebesar 8,56% (yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 22,0% (yoy). Kontribusi peningkatan DPK terbesar berasal dari Deposito, yang jika dibandingkan triwulan sebelumnya tumbuh 16,48% (qtq) menjadi Rp.4 triliun.
1
DPK atau dana pihak ketiga merupakan simpanan masyarakat oleh perbankan, baik dalam bentuk tabungan, giro maupun deposito.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
35
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
Tabel 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Provinsi Aceh Menurut Jenis Simpanan
2011
Giro Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan (qtq)
2012
3
6
9
12
3
Rp-miliar
5.560
6.757
7.789
6.694
6.876
%
22,27%
38,65%
25,57%
55,07%
23,66%
%
28,81%
21,51%
15,28%
-14,05%
2,72%
Rp-miliar
8.019
8.045
8.485
10.204
8.828
Pertumbuhan (yoy)
%
10,89%
14,11%
16,52%
16,43%
10,09%
Pertumbuhan (qtq)
%
-8,50%
0,32%
5,47%
20,26%
-13,48%
Tabungan
Deposito
Rp-miliar
4.342
4.494
3.789
3.435
4.001
Pertumbuhan (yoy)
%
-12,75%
-17,94%
-30,95%
-39,19%
-7,85%
Pertumbuhan (qtq)
%
-23,13%
3,50%
-15,68%
-9,35%
16,48%
Sumber: Laporan Bank Umum BI Banda Aceh, data diolah Penyaluran kredit oleh bank umum di Aceh terus berjalan, kredit konsumsi masih tumbuh tinggi di triwulan I-2012. Total kredit yang disalurkan oleh bank umum di Aceh hingga posisi terakhir di triwulan I-2012 mencapai Rp. 18,9 triliun atau tumbuh melambat 10,14% (yoy). Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,97% (yoy). Meski tidak sekencang pertumbuhan triwulan-triwulan sebelumnya, pertumbuhan kredit konsumsi masih merajai pertumbuhan penyaluran kredit bank umum di Aceh. Total kredit konsumsi yang disalurkan pada triwulan I-2012 mencapai Rp.12 triliun, tumbuh 18,94% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Terdapat kecenderungan bank umum menggarap pasar kredit konsumsi, terutama bagi pegawai dari instansi pemerintahan. Di sisi lain, tingginya kredit konsumsi mencerminkan permintaan konsumsi masyarakat dalam pemenuhan konsumsi barang tahan lama (durable goods) masih tinggi. Pertumbuhan tertinggi kedua terjadi pada kredit investasi yang tumbuh 12,73% dibandingkan tahun lalu menjadi Rp.1,09 triliun terkait dengan banyaknya kegiatan investasi tempat kegiatan usaha oleh pelaku ekonomi swasta. Sementara kredit modal kerja mencapai Rp.5,79 triliun atau mengalami penurunan dengan pertumbuhan yang terkoreksi sebesar 4,85% (yoy). Tabel 3.6 Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum di Provinsi Aceh Menurut Penggunaan
2011 3 Modal Kerja
12
3
6.092
6.418
6.524
6.448
5.796
%
30,07%
23,22%
13,57%
4,80%
-4,85%
Pertumbuhan (qtq)
%
-1,00%
5,36%
1,65%
973
1.067
1.115
1.079
1.097
Rp-miliar %
-9,91%
-7,13%
19,06%
12,78%
12,73%
Pertumbuhan (qtq)
%
1,72%
9,64%
4,49%
-3,22%
1,68%
Rp-miliar
10.095
10.657
10.953
11.194
12.006
Pertumbuhan (yoy)
%
34,83%
32,06%
30,02%
23,91%
18,94%
Pertumbuhan (qtq)
%
11,74%
5,57%
2,78%
2,20%
7,26%
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
Pangsa (%)
30,67
-1,16% -10,11%
Pertumbuhan (yoy) Konsumsi
36
9
Pertumbuhan (yoy) Investasi
Rp-miliar
6
2012
5,81
63,53
BAB 3 Perbankan Aceh
Bank umum di Aceh terlihat semakin tinggi dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Indikator Loan-to-Deposit Ratio (LDR)2 pada triwulan I-2012 menunjukkan sebesar 95,91%, lebih tinggi dibandingkan pada triwulan sebelumnya sebesar 92,07%. LDR semakin tinggi mengingat pertumbuhan penyaluran kredit dipacu lebih tinggi dibandingkan pengumpulan DPK-nya. Hal ini semakin mendorong tingginya tingkat kebutuhan dana yang harus disalurkan dari bank umum maupun lembaga keuangan non-bank lainnya di luar wilayah operasional Aceh untuk memenuhi permintaan kebutuhan kredit. Namun demikian pemacu penyaluran kredit hingga saat ini masih didominasi untuk kegiatan konsumtif dengan pangsa 63,53% dari total kredit. Intermediasi perbankan selain diharapkan dapat berjalan dengan baik, juga semestinya dapat turut menggerakan sektor-sektor ekonomi produktif. Secara umum kondisi bank umum di Aceh berada dalam kondisi baik. Indikator Non-Performing Loan (NPL) pada triwulan I-2012 menunjukkan persentase sebesar 4,68%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,1%. Meski masih di bawah ambang batas maksimum yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%, namun upaya pengawasan dan pengelolaan risiko kredit yang disalurkan perlu terus dilakukan. Hal ini didasari jumlah kredit yang berada dalam kategori dalam perhatian khusus sepanjang IV-2011 dan triwulan I-2012 menunjukkan peningkatan dari Rp. 768 miliar menjadi Rp. 884 miliar. Pengelolaan kredit yang baik akan dapat menekan terjadinya peningkatan NPL 3.
2
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK.
3
Non Performing Loan (NPL) adalah rasio kredit yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
37
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
Box 1.4 REDEFINISI KREDIT UMKM : PENYALURAN KREDIT UMKM DI WILAYAH KERJA BANK INDONESIA PROVINSI ACEH Perkembangan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Aceh tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit kepada UMKM. Setiap tahun
kredit kepada UMKM mengalami
pertumbuhan dan secara umum pertumbuhannya lebih tinggi dibanding total kredit perbankan. Kredit UMKM adalah kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. Berdasarkan UU tersebut, UMKM adalah usaha produktif yang memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan. Sampai akhir 2010, definisi kredit UMKM didasarkan pada definisi plafon, yaitu: (1) kredit mikro dengan plafon s.d Rp50juta, (2) kredit kecil dengan plafon lebih dari Rp50juta s.d Rp500 juta, dan (3) kredit menengah dengan plafon lebih dari Rp500juta s.d Rp5miliar. Dalam definisi tersebut, seluruh jenis penggunaan kredit termasuk kredit konsumtif masuk di dalam kategori kredit UMKM.
Baki Debet Kredit UMKM Wilayah Kerja BI Provinsi Aceh Pada akhir triwulan I 2012, baki debet kredit umkm mencapai Rp3,28triliun atau tumbuh 1,58%(ytd). Kontribusi kredit umkm terhadap total kredit perbankan setelah redefinisi kredit umkm hanya mencapai 33,48% (sudah tidak mengakomodir kredit konsumsi). Sementara, apabila dilihat berdasarkan definisi plafond maka porsi kredit MKM menjadi sebesar 66,54%. Proporsi Penyaluran Kredit UMKM
Penyaluran
Berdasarkan Sektor Ekonomi
dengan SEKTOR PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN SEKTOR PERIKANAN SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR SEKTOR KONSTRUKSI SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN SEKTOR PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM SEKTOR TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI SEKTOR PERANTARA KEUANGAN SEKTOR REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN SEKTOR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB SEKTOR JASA PENDIDIKAN SEKTOR JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL SEKTOR JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA SEKTOR JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA SEKTOR BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA
kredit
kepada
usaha
mikro, kecil, dan menengah baik 3.04% 0.16% 0.33% 4.10% 3.04% 4.01% 45.70% 2.17% 0.45% 0.13% 1.43% 0.01% 0.23% 0.32%
definisi
lama
maupun
definisi baru masih didominasi oleh sektor
perdagangan
dan
sektor
industri pengolahan masing-masing sebesar 45,70% dan 4,10%. Tidak adanya perbedaan yang signifikan untuk penyaluran kredit di kedua sektor ini dapat diindikasikan bahwa sejak berlakunya definisi yang lamapun
kredit
tersebut
merupakan
kredit produktif.
1.62% 0.01% 0.10%
Baki debet terbesar kredit UMKM menurut kelompok bank terdapat pada kelompok bank persero sebesar Rp1,5triliun, diikuti dengan kelompok bank pemerintah daerah sebesar Rp904miliar, dan bank swasta nasional sebesar 26,55%. Berdasarkan klasifikasi usaha, pangsa terbesar kredit UMKM adalah kategori
4
Citra Agustina, Analis, Kantor Perwakilan BI Provinsi Aceh
38
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
BAB 3 Perbankan Aceh
kredit kecil dengan proporsi sebesar 69,43%. Selebihnya, merupakan kredit menengah sebesar 15,98% dan kredit mikro sebesar 14,59%. Perlu diketahui bahwa sesuai dengan UU No.20 Tahun 2008, yang dikategorikan sebagai kredit kecil adalah debitur dengan kekayaan bersih > Rp50juta – Rp500juta atau hasil penjualan bersih >Rp300juta – Rp2,5M. Apabila dilihat berdasarkan tahapan perkembangan UMKM, debitur skala kecil lebih berorientasi pada penguatan akses pemasaran dan jejaring (marketing oriented) dan telah melewati fase penguatan teknis produksi, pembukuan serta akses permodalan kredit mikro. Oleh karena itu, kategori kredit kecil diindikasikan lebih memenuhi persepsi perbankan. Gambar 2. Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan
Gambar 3. Tahapan Perkembangan UMKM
Klasifikasi Usaha
Kredit Menengah 15.98%
Kredit Mikro 14.59%
Kredit Kecil 69.43%
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
39
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH (BUS)5 DI PROVINSI ACEH
3.2.
Bank umum syariah di Aceh terus mengakumulasi peningkatan asetnya. Pada triwulan I-2012 aset bank umum syariah telah mencapai Rp. 3,54 triliun, atau tumbuh sebesar 27,07% (yoy) melanjutkan pertumbuhan yang tinggi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 14,25% (yoy). Akumulasi peningkatan aset diperkirakan akan terus berlanjut mengingat masih besarnya peluang perbankan umum syariah untuk melakukan ekspansi di Aceh. Tabel 3.9. Perkembangan Indikator Pokok Bank Umum Syariah di Provinsi Aceh
2011
Jumlah
3
Total Aset
6
9
Rp-miliar
2.791
2.855
%
44,60%
Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan (qtq)
2012 12
3
2.992
3.141
3.546
26,83%
26,01%
14,25%
27,07%
%
1,52%
2,31%
4,80%
4,96%
12,91%
Rp-miliar
1.313
1.353
1.451
2.016
1.767
Pertumbuhan (yoy)
%
32,81%
19,75%
31,33%
59,99%
34,65%
Pertumbuhan (qtq)
%
4,19%
3,10%
7,21%
38,92%
-12,32%
Rp-miliar
1.936
2.077
2.298
2.336
2.397 23,78%
DPK
Pembiayaan Pertumbuhan (yoy)
%
103,20%
74,30%
68,53%
47,06%
Pertumbuhan (qtq)
%
21,89%
7,25%
10,65%
1,66%
2,59%
%
147,53%
153,47%
158,40%
115,92%
135,63%
%
1,81%
3,04%
4,08%
3,66%
4,16%
FDR NPF-gross NPL-Nominal
Rp-miliar
35
63
94
86
100
Sumber: Laporan Bank Umum Syariah, data diolah Tabel 3.9 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah di Provinsi Aceh Menurut Jenis Simpanan
2011 3 Giro
Rp-miliar
207
6
2012 9
241
256
12 456
3 201
Pertumbuhan (yoy)
%
25,55%
25,70%
39,07%
98,97%
-2,91%
Pertumbuhan (qtq)
%
-9,44%
16,30%
6,19%
77,89%
-55,81%
Tabungan
Rp-miliar
723
710
764
968
%
27,23%
26,08%
25,15%
35,65%
18,52%
Pertumbuhan (qtq)
%
1,34%
-1,77%
7,51%
26,76%
-11,46%
Rp-miliar
382
402
431
592
11,39
857
Pertumbuhan (yoy)
Deposito
Pangsa (%)
48,50
709
Pertumbuhan (yoy)
%
49,99%
7,19%
38,90%
86,61%
85,57%
Pertumbuhan (qtq)
%
20,43%
5,17%
7,30%
37,31%
19,75%
40,10
Sumber: Laporan Bank Umum Syariah, data diolah Dalam penghimpunan DPK-nya, bank umum syariah terus menggenjot pengumpulan DPK melalui peningkatan deposito. Total DPK yang berhasil dihimpun pada posisi triwulan I-2012 mencapai Rp.1,76 triliun, atau mengalami pertumbuhan yang melambat 34,65% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 59,99% (yoy). Jumlah deposito terus terdongkrak mencapai Rp.709 miliar atau tumbuh 19,75% (qtq). Secara umum jenis simpanan berupa giro masih belum banyak digarap oleh bank umum syariah melihat jumlahnya hingga posisi terakhir baru mencapai Rp.201 miliar. Hal ini terjadi karena
5
Data Bank Umum Syariah mencakup data Unit Usaha Syariah (UUS)
40
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
BAB 3 Perbankan Aceh
sebagian besar giro yang disimpan di perbankan Aceh berasal dari dana pemerintah daerah yang cenderung disimpan pada kelompok bank pemerintah berbasis konvensional. Deposito merupakan salah satu komponen DPK yang mengalami pertumbuhan signifikan. Preferensi masyarakat dalam menempatkan kelebihan dananya di bank dalam periode tertentu dengan imbal hasil diatas suku bunga Tabungan dan Giro merupakan katalis penting pemicu pertumbuhan disamping minimnya kebutuhan masyarakat terhadap dana segar. Di sisi lain, meningkatnya porsi Deposito mencerminkan peningkatan biaya operasional bank yang tercermin dari peningkatan kewajiban yang harus dibayar dalam tenor yang lebih pendek dari pembiayaan. Tabel 3.14 Pertumbuhan Penyaluran Pembiayaan Bank Umum Syariah di Provinsi Aceh Menurut Penggunaan
2011 3 Modal Kerja
Rp-miliar
2012
6
614
9
650
12
653
636
Pangsa (%)
3 650
Pertumbuhan (yoy)
%
102,79%
59,66%
29,91%
10,03%
5,98%
Pertumbuhan (qtq)
%
6,21%
5,94%
0,52%
-2,72%
2,30%
Rp-miliar
107
109
146
Investasi
152
163
Pertumbuhan (yoy)
%
17,81%
21,64%
57,21%
44,33%
51,66%
Pertumbuhan (qtq)
%
1,59%
1,37%
34,57%
4,14%
6,75%
Rp-miliar
1.216
1.318
1.499
1.548
1.584
Konsumsi
27,13
Pertumbuhan (yoy)
%
117,32%
89,65%
95,21%
71,00%
30,30%
Pertumbuhan (qtq)
%
34,26%
8,43%
13,68%
3,33%
2,30%
6,78
66,09
Sumber: Laporan Bank Umum Syariah, diolah Tabel 3.14 Pertumbuhan Penyaluran Pembiayaan Bank Umum Syariah di Provinsi Aceh Menurut Sektor Ekonomi
Rp-miliar Total Pembiayaan
2011 3
6
2012 9
12
yoy,%
Pangsa Des 11 Mar 12 Des 11 Mar 12 (%)
3
1.936
2.077
2.298
2.336
Pertanian
9
11
13
14
Pertambangan
0
0
0
0
Industri Pengolahan
7
8
7
27
Listrik Gas dan Air
0
0
1
0
87
93
91
50
43
235
242
268
277
289
0
0
0
0
Jasa Dunia Usaha
341
360
365
361
Jasa Sosial Masy.
37
39
49
1.216
1.318
1.499
Konstruksi Perdagangan Pengangkutan
Lainnya
qtq,%
2.397 20 0 22 0
47,06
23,78
1,66
2,59
100
83,77 114,46
7,18
42,56
0,82
n/a
n/a
n/a
301,72 201,66 288,22 -19,24
0,91
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
-42,25 -50,15 -45,05 -14,09
1,80
29,42
23,27
3,27
4,45
12,06
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
375
65,99
10,01
-1,06
3,68
15,63
54
60
45,02
63,20
9,77
11,32
2,49
1.548
1.584
53,04
30,30
3,33
2,30
66,09
0
Sumber: Laporan Bank Umum Syariah, diolah Penyaluran pembiayaan oleh bank umum syariah terus melaju relatif tinggi. Pembiayaan tumbuh 23,78% (yoy) menjadi Rp.2,39 triliun, meski belum dapat mempertahankan laju ekspansi pembiayaan dari triwulan sebelumnya yang juga tumbuh dua digit mencapai 47,06% (yoy). Namun demikian, dominasi pembiayaan masih berkutat pada kegiatan konsumtif terlihat kontribusinya terhadap total pembiayaan KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
41
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
mencapai 66,09%. Selain itu pembiayaan konsumsi juga menunjukkan pertumbuhan yang fantastis dengan tumbuh mencapai 30,3% (yoy) menjadi Rp.1,58 triliun, melemah dari triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 71% (yoy). Pembiayaan untuk kegiatan produktif masih kalah dominan dibandingkan konsumsi. Pembiayaan untuk modal kerja memiliki pangsa 27,13% dari total pembiayaan, sedangkan untuk investasi hanya 6,78%. Secara sektor ekonomi, bank umum syariah masih sedikit menggarap pada sektor ekonomi utama di Sumbar, khususnya sektor pertanian. Kontribusi pembiayaan di sektor pertanian terhadap total pembiayaan masih hanya sebesar 0,82%, meski dalam dua triwulan terakhir telah tumbuh signifikan. Kegiatan produktif yang dibiayai oleh bank umum syariah di Aceh hanya terlihat jelas pada sektor jasa dunia usaha serta sektor perdagangan, hotel dan restoran, masing-masing memiliki pangsa 15,63% dan 12,06%. Pembiayaan kedua sektor ini tetap tumbuh positif dibandingkan posisi yang sama tahun lalu, meski melambat, masing-masing sebesar 10,01% (yoy) dan 23,27% (yoy). Bank umum syariah masih terus secara konsisten mencatatkan Financing to-Deposit Ratio (FDR) yang terus berada di atas 100%. Indikator ini menggambarkan selain peran intermediasi yang dilakukan oleh bank umum syariah berjalan baik, juga menunjukkan ekspansi pembiayaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan pengumpulan DPK-nya. FDR pada triwulan I-2012 mencapai 135,63%, mengindikasikan bahwa masih perlunya pasokan dana dari luar wilayah operasional Aceh untuk memenuhi permintaan pembiayaan bank umum syariah. Meskipun upaya penyaluran pembiayaan terus digenjot, namun bank umum syariah masih mampu menjaga kualitas pembiayaannya. NPF bank umum syariah pada triwulan I2012 sebesar 4,16%. Hal ini menunjukkan bahwa bank umum syariah masih mampu mengelola risiko pembiayaan dengan baik.
42
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
BAB 3 Perbankan Aceh
3.3.
PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI PROVINSI ACEH
Pada triwulan I-2012 aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Aceh masih menunjukkan pergerakan positif. Total Aset BPR di Aceh mencapai Rp.254,5 miliar, meningkat 15,73% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jika dibandingkan total aset triwulan IV-2011 sebesar Rp.243,39 miliar, hanya terjadi peningkatan aset sebesar 4,57% (qtq). Peningkatan ini relatif kecil bagi perkembangan aset BPR dibandingkan dengan perkembangan aset bank umum, mengingat kontribusi BPR hanya 0,78% dari keseluruhan perbankan di Aceh. Tabel 3.9. Perkembangan Indikator Pokok Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Aceh
2011
Total Aset
Rp-Juta
2012
3
6
9
12
3
219.942
231.172
233.090
243.399
254.532
Pertumbuhan (yoy)
%
17,57%
23,85%
18,94%
18,58%
15,73%
Pertumbuhan (qtq)
%
7,16%
5,11%
0,83%
4,42%
4,57%
DPK
Rp-Juta
82.128
86.651
87.984
99.953
Pertumbuhan (yoy)
%
-13,25%
18,40%
21,09%
29,54%
23,19%
Pertumbuhan (qtq)
%
6,44%
5,51%
1,54%
13,60%
1,23%
Kredit
Rp-Juta
Pertumbuhan (yoy)
%
Pertumbuhan (qtq)
127.961
134.967
-5,49%
137.487
16,44%
101.177
138.941
15,19%
152.374
16,42%
19,08%
%
7,22%
5,48%
1,87%
1,06%
9,67%
LDR
%
155,81%
155,76%
156,26%
139,01%
150,60%
NPL-gross
%
11,84%
12,87%
11,49%
8,91%
8,85%
Rp-Juta
15.153
17.365
15.803
NPL-Nominal
12.383
13.480
Sumber: Laporan BPR, data diolah Senada dengan perkembangan bank umum, DPK BPR di Aceh tumbuh positif dipicu oleh meningkatnya jumlah deposito. Total DPK BPR di Aceh pada posisi triwulan I-2012 mencapai Rp.101,1 miliar, hanya tumbuh 1,23% (qtq) dibandingkan posisi triwulan lalu. Angka pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,6% (qtq). Faktor pendorong utama dipicu oleh peningkatan deposito sebesar 3,8% (qtq). Tabel 3.9 Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR di Provinsi Aceh Menurut Jenis Simpanan
2011 3 Tabungan
Rp-Juta
43.115
Pertumbuhan (yoy)
%
-32,65%
Pertumbuhan (qtq)
%
0,45%
Deposito
6 45.060
2012 9
12
3
46.741
53.286
52.739
7,93%
21,04%
24,15%
22,32%
4,51%
3,73%
14,00%
-1,03%
Rp-Juta
39.014
41.591
41.243
46.666
48.438
Pertumbuhan (yoy)
%
27,23%
32,30%
21,16%
36,30%
24,16%
Pertumbuhan (qtq)
%
13,94%
6,61%
-0,84%
13,15%
3,80%
Pangsa (%)
52,13
47,87
Sumber: Laporan BPR, data diolah Di sisi lain, penyaluran kredit oleh BPR di Aceh cukup kencang. Pada triwulan I-2012 penyaluran kreditnya tumbuh 9,67% (qtq) dari semula Rp.138,9 miliar menjadi Rp.152,3 miliar. Andalan utama penyaluran kredit masih pada kredit modal kerja yang tumbuh 9,69% (qtq). KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
43
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
Tabel 3.14 Pertumbuhan Penyaluran Pembiayaan BPR di Provinsi Aceh Menurut Penggunaan
2011
Modal Kerja
2012
3
6
9
12
3
104.243
109.859
104.974
106.974
117.345
Pertumbuhan (yoy)
-8,19%
17,20%
9,57%
11,16%
12,57%
Pertumbuhan (qtq)
8,33%
5,39%
-4,45%
1,91%
9,69%
8.945
9.264
10.932
10.004
12.949
Pertumbuhan (yoy)
17,90%
27,43%
26,71%
16,83%
44,76%
Pertumbuhan (qtq)
4,46%
3,56%
18,01%
-8,49%
29,44%
21.581
21.963
22.080
Investasi
Konsumsi
14.772
15.844
Pertumbuhan (yoy)
3,48%
6,30%
44,67%
50,90%
49,47%
Pertumbuhan (qtq)
1,50%
7,25%
36,21%
1,77%
0,53%
Pangsa (%)
77,01
8,50
14,49
Sumber: Laporan BPR, diolah Indikator LDR pada BPR di Aceh terus berada di atas 100%. Situasi ini terjadi karena akselerasi pertumbuhan penyaluran kredit berjalan jauh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan pertambahan DPK. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa dalam pemenuhan permintaan kredit, BPR di Aceh tidak hanya bertumpu pada dana yang tersedia di wilayah Aceh. Pengengelolaan kualitas kredit yang disalurkan oleh BPR di Sumbar harus terus mendapat perhatian. Persentase NPL BPR di Aceh pada triwulan I-2012 adalah sebesar 8,85%, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,91%. Penggarapan para nasabah peminjam kredit BPR di sektor mikro membutuhkan pengelolaan secara kreatif oleh BPR agar dapat terus menjaga kualitas kreditnya. Sementara di sisi lain, profesionalisme manajemen dan pengelolaan operasional BPR harus terus ditingkatkan.
44
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
BAB 3 Perbankan Aceh
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
45
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
Pada triwulan laporan, sistem pembayaran non tunai di Aceh yang mayoritas menggunakan sistem BI-RTGS tercatat mengalami pertumbuhan tahunan dan pertumbuhan triwulanan yang negatif.
Mencermati penurunan tersebut cukup menguatkan hipotesis bahwa pelaku ekonomi masih menahan diri baik untuk berinvestasi maupun melakukan ekspansi di awal tahun 2012 menunggu pelaksanaan Pilkada Aceh.
3.4.
TRANSAKSI TUNAI
Kegiatan pembayaran tunai di Kantor Perwakilan BI Provinsi Aceh tercatat terus mengalami net outflow6. Setelah sebelumnya pada triwulan IV-2011 terjadi net outflow yang cukup besar mencapai Rp.781,1 miliar, maka pada triwulan I-2012 ini kembali terjadi net outflow, namun dengan angka yang jauh menurun yaitu sebesar Rp.57,6 miliar. Net ouflow ini disebabkan arus kas yang keluar dari Kantor Perwakilan BI Provinsi Aceh lebih besar daripada arus kas yang masuk. Jika dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya, net outflow mengalami penurunan sebesar minus 67,14% (yoy). Meskipun demikian, pada triwulan I-2012, jumlah uang kas yang masuk ke KPw BI Provinsi Aceh meningkat 91,57% (yoy) sementara uang kas yang keluar hanya tumbuh 30,49% (yoy). Hal ini mengindikasikan bahwa faktor musiman sangat mempengaruhi inflow-outflow kegiatan perkasan. Tabel 3.18 Perkembangan Aliran Uang Kartal di Kantor Perwakilan BI Provinsi Aceh ALIRAN UANG KARTAL
2011 I
II
2012
III
IV
497,6
I
(yoy,%) IV-11
I-12
(qtq,%) IV-11
I-12
Inflow (Rp-miliar)
280,4 278,74
405,4
537,1
182,7
91,57
-18,53
0,32
Outflow (Rp-miliar)
455,7 818,88 1.153,2 1.186,5
594,7
103,3
30,49
2,89
-0,50
Net-Outflow (Rp-miliar)
175,4 540,13
57,6
77,4
-67,14
19,14
-0,93
655,6
781,1
Sumber : KPw BI Provinsi Aceh, diolah
3.5.
PEREDARAN UANG PALSU
Pecahan 100 dan 50 ribu masih menjadi pecahan terbanyak yang dipalsukan. Secara nominal, uang palsu yang ditemukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh selama triwulan I-2012 sebesar Rp.700 ribu atau sebanyak 11 lembar, jauh menurun dibanding triwulan lalu yang sebanyak Rp. 2,2 juta. Uang pecahan besar yaitu Rp. 100 ribu dan Rp. 50 ribu paling banyak dipalsukan oleh masyarakat.
6
Net Outflow adalah kondisi dimana aliran uang masuk (inflow) lebih sedikit dibandingkan aliran uang keluar (ouflow) pada periode yang sama.
46
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
BAB 3 Perbankan Aceh
Tabel 3.19 Perkembangan Temuan Uang Palsu di Kantor Perwakilan BI Provinsi Aceh
2011 I Nominal
II
2012 III
IV
I
250.000
7.790.000
14.820.000
2.220.000
700.000
100.000
200.000
6.300.000
1.100.000
1.400.000
300.000
50.000
50.000
1.450.000
13.700.000
800.000
400.000
20.000
0
0
0
20.000
0
10.000
0
40.000
20.000
0
0
5.000
0
0
0
0
0
3
96
287
31
11
100.000
2
63
11
14
3
50.000
1
29
274
16
8
20.000
0
0
0
1
0
10.000
0
4
2
0
0
5.000
0
0
0
0
0
Jumlah (lembar)
Sumber : KPw BI Provinsi Aceh, diolah
3.6.
TRANSAKSI NON TUNAI
Selama triwulan I-2012, sistem pembayaran non tunai di Aceh yang 98,75% nya menggunakan sistem BIRTGS7 (lihat gambar) tercatat mengalami pertumbuhan tahunan dan pertumbuhan triwulanan yang negatif. Mencermati penurunan tersebut cukup menguatkan hipotesis bahwa pelaku ekonomi masih menahan diri baik untuk berinvestasi maupun melakukan ekspansi di awal tahun 2012 ini karena pelaksanaan Pilkada Aceh pada 9 April lalu. Dengan suksesnya pelaksanaan Pilkada Aceh yang cukup diapresiasi banyak pihak karena berjalan lancar dan damai tersebut, diharapkan kegiatan perekonomian Aceh di masa yang akan datang makin berkibar. Gambar 3.16 Porsi Transaksi Non Tunai Triwulan I-2012 Di Provinsi Aceh
RTGS 98,75 %
Kliring 1,25% Sumber : www.bi.go.id, diolah
7
BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. BI-RTGS memiliki peranan dalam memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System atau transaksi bernilai besar (Rp100 juta ke atas dan bersifat urgent). Metode penyelesaian secara gross to gross settlement, final, real time dan irrevocable.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
47
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
3.6.1.
BI-RTGS (Bank Indonesia Real Time Gross Settlement)
Sistem layanan BI-RTGS yang menyediakan layanan pemindahan dana secara cepat dan minim risiko menjadikan transaksi ini sebagai primadona dalam sistem pembayaran non tunai di hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Aceh. Terbukti dengan masih besarnya porsi penggunaan BI-RTGS (98,75%) dalam transaksi sistem pembayaran non tunai di Aceh. Selama periode triwulan I-2012, pertumbuhan tahunan (yoy) transaksi melalui BI-RTGS tercatat masih terkontraksi meski tidak sedalam pertumbuhan tahunan triwulan IV-2011 lalu. Total transaksi menggunakan BI-RTGS tercatat sebesar Rp.61,25 triliun atau sebanyak 43,09 ribu transaksi. Ditilik pada setiap jenis transaksi menggunakan BI-RTGS, diketahui bahwa kontraksi erjadi pada seluruh jenis transaksi yaitu pemindahan dana ke luar Aceh, dana yang masuk ke Aceh maupun dana yang berputar di Aceh. Tabel 3.16 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Aceh 2011 I Total Nominal Nominal (Rp-triliun)
II
2012 III
IV
(yoy,%)
I
(qtq,%)
IV-11
I-12
IV-11
I-12
41,7% -30,7%
67,77
63,85
62,40
88,43
61,25
-29,53
-9,6%
Dari Aceh
21,17
17,67
18,30
26,91
18,33
-26,08
-13,4%
47,1%
-31,9%
Ke Aceh
35,99
36,08
35,25
48,80
32,16
-24,38
-10,6%
38,4%
-34,1%
-48,19
1,3%
43,7%
-15,4%
Dari-Ke Aceh Total Volume Dari Aceh Volume (Transaksi- Ke Aceh ribu) Dari-Ke Aceh
10,61
10,10
8,85
12,72
10,75
50,83
45,66
51,33
59,65
43,09
28,87
25,14
28,60
32,75
24,23
-3,87
-16,0%
14,5%
-26,0%
16,99
16,18
17,69
20,81
14,48
-34,52
-14,8%
17,6%
-30,4%
4,98
4,34
5,05
6,09
4,37
-6,31
-12,2%
20,7%
-28,2%
-17,55 -15,2%
16,2% -27,8%
Sumber : www.bi.go.id, diolah
KLIRING8
3.6.2.
Tabel 3.17 Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Aceh 2011 I Nominal (Rp-miliar) Volume (warkat)
II
756,1
712,6
2012 III
1.011,1
IV
I
731,8
(yoy,%) IV-11
I-12
(qtq,%) IV-11
I-12
777,3
-40,58
2,81
-27,63
6,22
27.719,0 27.277,4 37.579,0 30.237,0 31.606,0
-34,80
14,02
-19,54
4,53
Penarikan cek/BG kosong - Nominal (Rp-miliar)
13,3
20,3
20,6
22,85
18,6
31,39
39,74
11,00
-18,59
833
1.057
798,0
891
902
34,80
8,28
11,65
1,23
- % Nominal
1,76%
2,84%
2,04%
3,12%
2,39%
- % Volume
3,01%
3,88%
2,12%
2,95%
2,85%
- Volume (warkat)
Sumber : www.bi.go.id, diolah
8
Kliring adalah Sistem tranfer dana dengan pertukaran warkat (bisa berupa cek, giro/bilyet, nota debet/kredit dan lainnya) atau data keuangan elektronik antar peserta (bank) kliring baik atas nama peserta (bank) maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. 48
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
BAB 3 Perbankan Aceh
Berbeda dengan transaksi melalui BI-RTGS, perputaran kliring selama triwulan I-2012 baik secara nominal maupun secara volume mengalami peningkatan pertumbuhan tahunan (yoy). Transaksi melalui Kliring selama triwulan laporan tercatat sebesar Rp. 777,3 miliar atau tumbuh tipis sebesar 2,81% (yoy). Peningkatan transfer dana menggunakan sistem kliring ternyata diikuti dengan peningkatan penarikan cek/BG kosong. Tercatat selama periode laporan, terjadi penarikan cek/BG kosong sebesar Rp.18,6 miliar dengan jumlah warkat sebanyak 902 lembar.
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012
49
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
-
50
HAL INI SENGAJA DIKOSONGKAN -
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 1-2012