MIMBAR SEKOLAH DASAR ISSN: 2355-5343 ~ Berkala terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober ~ Ketua Umum Julia, M.Pd Wakil Ketua Indra Safari, M.Pd Ketua Dewan Editor Diah Gusrayani, M.Pd Dewan Editor Dr. Tatang Muhtar, M.Si Dr. Ayi Suherman, M.Pd Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd Dr. Nurdinah Hanifah, M.Pd Atep Sujana, M.Pd Maulana, M.Pd Ani Nur Aeni, M.Pd Bendahara Aah Ahmad Syahid, M.Pd Karmah Setiawati, S.Pd Publikasi Online Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd
Berkala Mimbar Sekolah Dasar diterbitkan oleh Program Studi PGSD, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang. Pelindung: Dr. Herman Subarjah, M.Si (Direktur). Pembina: Dr. Nurdinah Hanifah, M.Pd (Wakil Direktur). Penanggung Jawab: Drs. Dadan Djuanda, M.Pd & Dr. Tatang Muhtar, M.Si (Ketua Prodi PGSD Kelas dan PGSD Penjas). Berkala Mimbar Sekolah Dasar terbit pertama kali pada tahun 2014.
Alamat Redaksi: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang, Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang 45322 Jawa Barat. Telp & Fax (0261) 201244. Email:
[email protected]. Alamat Publikasi: http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
~~~
MIMBAR SEKOLAH DASAR VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2015 Halaman 133 – 246 DAFTAR ISI 1. Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Berbasis Media Realita Terhadap Hasil Belajar Matakuliah Konsep Dasar IPA 1…… hal. 133-142 ~ Idam Ragil Widianto Atmojo 2. Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Experiental Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial…… hal. 143-154 ~ Jenny Indrastoeti, SP, & Hasan Mahfud 3. Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Prasekolah (TK dan Non TK) …… hal. 155-169 ~ Ipah Saripah & Lia Mulyani
Program One Day One Juz (ODOJ)…… hal. 215-225 ~ Ani Nur Aeni 9. Persepsi Guru Mengenai Sex Education di Sekolah Dasar Kelas VI …… hal. 226237 ~ Regina Lichteria Panjaitan, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah 10. Pengaruh Pendekatan Open-Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sekolah Dasar Kelas V …… hal. 238-246 ~ Egi Agustian, Atep Sujana, dan Yedi Kurniadi
4. Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary Terhadap Karakter Siswa Pada Sekolah Dasar Internasional Berbasis International Baccalaureate …… hal. 170-177 ~ Cucun Sunaengsih 5. Penerapan Media Monosa (Monopoli Bahasa) Berbasis Kemandirian Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar …… hal. 178-192 ~ Sri Suciati, Ika Septiana, dan Mei Fita Asri Untari 6. Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Bahasa Kedua Dalam Karangan Siswa Kelas V SD …… hal. 193-201 ~ Hastuti 7. Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Sejarah Lokal Lampung Untuk Sekolah Dasar …… hal. 202-214 ~ Yulia Siska 8. Menjadi Guru SD Yang Memiliki Kompetensi Personal-Religius Melalui Redaksi berkala Mimbar Sekolah Dasar menerima tulisan hasil penelitian, hasil ide/gagasan, atau resensi buku baru, yang merupakan kajian-kajian baik dalam tataran praktek maupun teori pendidikan, dan khusus berkaitan dengan ke-SD-an.
Regina Lichteria Panjaitan, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah, Persepsi Guru Mengenai Sex Edu
PERSEPSI GURU MENGENAI SEX EDUCATION DI SEKOLAH DASAR KELAS VI Regina Lichteria Panjaitan, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah PGSD UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang Email:
[email protected]
ABSTRACT The role of technology, especially information technology in Indonesia in building society XXI century. Indonesia has begun to enter the stage of the telematics community will certainly have a major impact on all levels of life of the Indonesian nation, especially in children. The emergence of a great revolution to the world of children's playground, internet presence replaces the open airy space for children's play, besides presenting impressions internet pornography and violence can harm the development of children's personality. sexual deviance behavior at the level of schooling is quite surprising, of course, this is a challenge for education and should be used as a rationale for the need for innovation in learning. Things into consideration is for this, sex education for early childhood is considered taboo in society. Guru is one of the determining factors of high and low quality of education has a strategic position in transforming sex education to learners therefore this study tries to analyze how perceptions of teachers on sex education at primary school level, the research method used is descriptive method. Keywords: Perception of teachers, education, learners in primary schools.
sex
ABSTRAK Peranan teknologi, khususnya teknologi informasi di dalam membangun masyarakat Indonesia abad XXI. Indonesia sudah mulai masuk pada tahapan masyarakat telematika tentunya akan berdampak besar pada seluruh aras kehidupan bangsa Indonesia terutama pada anak-anak. Munculnya revolusi besar terhadap dunia bermain anak, kehadiran internet menggantikan ruang lapang terbuka untuk bermain anak, selain itu internet menghadirkan tayangan yang berbau pornografi serta kekerasan yang bisa merugikan perkembangan kepribadian anak-anak, yang mengarahkan perilaku seksual anak. Prilaku penyimpangan seksual di tingkat persekolahan cukup mengejutkan, tentunya ini merupakan tantangan bagi dunia pendidikan dan perlu dijadikan dasar pemikiran bagi perlunya pembaharuan dalam pembelajaran. Hal yang menjadi bahan pertimbangan adalah selama ini, pendidikan seks untuk anak usia dini dianggap tabu di kalangan masyarakat. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis dalam mentransformasikan sex education pada peserta didik oleh karena itu penelitian ini mencoba untuk menganalisis bagaimana persepsi guru terhadap sex education di tingkat sekolah dasar, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Kata kunci: Persepsi guru, sex education, peserta didik di sekolah dasar.
PENDAHULUAN ~ Pembangunan sebagai
… perubahan dan transformasi sosial budaya melahirkan ekses yang memerlukan perhatian serius, antara lain melemahnya nilai-nilai lama yang telah memperkuat struktur masyarakat. Sementara itu, nilai-nilai baru yang dibutuhkan belum muncul, sehingga akan menimbulkan kesenjangan budaya antara format perubahan sosial budaya dengan nilai-nilai baru yang relevan.
bagian dari perubahan dan transformasi sosial budaya ternyata melahirkan dampak seperti melemahnya nilai-nilai lama yang telah
memperkuat
sementara muncul,
itu,
struktur
nilai-nilai
sehingga
akan
masyarakat baru
belum
menimbulkan
kesenjangan. Seperti yang diuraikan oleh Al-Muchtar, (2011, hal 225) bahwa
[226]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
Gejala yang muncul dalam masyarakat
Degradasi
kita sekarang yang sangat memprihatinkan
dehumanisasi di era globalisasi informasi ini
berbagai
nampaknya
kalangan,
melemahnya
moral,
antara
lain,
solidaritas
sosial,
nilai-nilai,
demoralisasi
memang
dibendung.
mengenai
perlakukan
penyimpangan
seksual
Pemberitaan
remaja, perlakuan penyimpangan seksual,
media
akhir-akhir
merupakan gejala – gejala yang dapat
mengejutkan,
menimbulkan masalah sosial.
sekolah Taman Kanak-kanak (TK) di Jakarta
meningkatnya
individualistik,
Khususnya
sulit
dan
kenakalan
telah
massa
sejumlah
menjadi
korban
ini
peserta kekerasan
cukup didik dan
Indonesia menyadari sepenuhnya betapa
pelecehan seksual. Terbongkarnya kasus
besar
khususnya
tersebut bermula dari kecurigaan orang
teknologi informasi di dalam mebangun
tua yang melihat adanya perubahan sikap
masyarat
anaknya, murung, takut ke sekolah dan
peranan
teknologi
Indonesia
pada
abad
XXI.
Melalui instruksi presiden No. 6 Tahun 2001
tidak
tentang
dan
mencoreng wajah pendidikan nasional,
pendayagunaan Telematika di Indonesia,
serta merendahkan harkat dan martabat
menyiratkan
bangsa
membangun
pengembangan adanya
tujuan
masyarakat
untuk
ceria
lagi.
Kasus
Indonesia.
tersebut
Beberapa
telah
data
Indonesia
mencatat mengenai asus pelecehan anak
dengan pendayagunaan telematika. Tilaar
di Indonesia telah berulang kali terjadi,
(2012, hal 452) menggaris bawahi bahwa
diantaranya
“bagi dunia pendidikan memanfaatkan
Indonesia (Komnas PA) mencatat kasus
teknologi merupakan hal yang penting
pelecehan seksual sepanjang tahun 2013
dalam
sebanyak 3.039 kasus, atau naik sekitar 87%
proses
pengembangan
Salah
tidak bisa dipungkiri akan muncul dampak
menghebohkan
lain yang berpengaruh besar pada seluruh
sekolah menengah negeri di Jakarta Timur,
aras
Indonesia
pelakunya adalah seorang wakil kepala
terutama pada anak-anak. Mutrofin (2007,
sekolah. Di tahun sebelumnya, telah terjadi
hal 267) menyebutnya sebagai revolusi
kasus
besar terhadap dunia bermain anak
beberapa orang siswi yang dilakukan oleh
terjadi
pelecehan
di
seksual
satu
Anak
dari
bangsa
2012.
Perlindungan
warganegara yang intellegen” walaupun
kehidupan
tahun
Komisi
salah
kasus satu
menimpa
Kepala Sekolah di Kalimantan Tengah.
Munculnya revolusi besar terhadap dunia bermain anak, kehadiran internet menggantikan ruang lapang terbuka untuk bermain anak, selain itu internet menghadirkan tayangan yang berbau pornografi serta kekerasan yang bisa merugikan perkembangan kepribadian anakanak, yang mengarahkan perilaku seksual anak belakangan yang disinyalir nyaris mengalami perkembangan tak terkendali.
Sebagai catatan tambahan dari Komnas PA telah menghimpun data pada tahun 2012,
menerima
laporan
kekerasan
terhadap anak dari masyarakat sebanyak 2.637 kasus, dengan rincian 62% kasus kejahatan seksual, dan 38% kekerasan fisik. Pada umumnya, kasus pelecehan tersebut [227]
Regina Lichteria Panjaitan, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah, Persepsi Guru Mengenai Sex Edu
dilakukan oleh orang-orang dekat korban,
Pendidikan
seks
baik paman, orang tua, guru, teman,
memberikan
pemahaman
penjaga, petugas kebersihan sekolah dan
kondisi
lain
Selanjutnya
lawan jenisnya, dan pemahaman untuk
data tambahan berdasarkan data KPAI,
menghindarkan dari kekerasan seksual.
pada
Pendidikan seks yang dimaksud di sini
sebagainya. (BIN,2014). Januari
hingga
Mei
2014,
usia
tubuhnya,
dini
dapat
anak
akan
pemahaman
akan
pengaduan kekerasan seksual terhadap
adalah
anak
mulai
anak mencapai lebih dari 400 aduan.
identitas
diri
Padahal sepanjang 2013 hanya ada 502
anggota-anggota
aduan anak berhadapan dengan hukum
dapat
(ABH) untuk kasus kekerasan seksual. (KPAI,
Pemahaman pendidikan seks di usia dini ini
2014).
diharapkan
dan
mengenal
keluarga, tubuh
memperoleh
mengenal
mereka,
menyebutkan anak
akan
ciri-ciri
agar
informasi
serta tubuh.
anak
dapat
yang
tepat
Anak adalah generasi penerus bangsa dan
mengenai seks. Hal ini dikarenakan adanya
penerus
generasi
media lain yang dapat mengajari anak
subjek
mengenai pendidikan seks ini, yaitu media
yang
pembangunan, dipersiapkan
pelaksana
yaitu
sebagai
pembangunan
berkelanjutan
dan
pemegang
yang
informasi.
Sehingga
anak
dapat
kendali
memperoleh informasi yang tidak tepat
masa depan suatu negara, tidak terkecuali
dari media massa terutama tayangan
Indonesia. Perlindungan anak Indonesia
televisi yang kurang mendidik.
berarti melindungi potensi sumber daya insani dan membangun manusia Indonesia
Dengan
mengajarkan
seutuhnya, menuju masyarakat yang adil
pada
anak,
dan makmur, materiil spiritual berdasarkan
menghindarkan anak dari risiko negatif
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
perilaku
Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 23
menyimpang.
Dengan
Tahun 2002 tentang Perlindungan
diharapkan
akan
mengisyaratkan terhadap
anak
perhatian serius
pelecehan perlu
Anak, seksual
seksualitas
mendapatkan
pendidikan
diharapkan
seksual
dan
maupun
dapat perilaku
sendirinya tahu
seks
anak
mengenai
akibat-akibatnya
bila
dilakukan tanpa mematuhi. Pendidikan
mengingat akibat dari
seks
diperlukan
untuk
menjembatani
kekerasan seksual terhadap anak akan
antara rasa keingintahuan anak tentang
menyebabkan anak mengalami trauma
hal itu dan berbagai tawaran informasi
yang
ini
yang vulgar, dengan cara pemberian
dunia
informasi tentang seksualitas yang benar,
dasar
jujur, lengkap, yang disesuaikan dengan
pemikiran bagi perlunya pembaharuan
kematangan usianya. Berbicara tentang
dalam pembelajaran.
pendidikan
berkepanjangan.Tentunya
merupakan pendidikan
tantangan dan
perlu
bagi dijadikan
seks
tentunya
tidak
akan
terlepas dengan pemahaman seseorang [228]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
terhadap apa dan bagaimana pendidikan
menjelaskan definisi persepsi adalah proses
seks itu sendiri. Perbedaan pemahaman
kognitif yang dialami oleh setiap orang
tentang pendidikan seks ini tergantung
dalam memahami setiap informasi tentang
pada bagaimana sudut pandang yang
lingkungannya baik melalui penglihatan,
mereka
pendengaran,
gunakan
dalam
memberikan
penghayatan,
perasaan,
definisi tersebut. Mengingat pentingnya sex
dan penciuman. Pemahaman yang sama
education diberikan pada peserta didik,
mengenai persepsi diuraikan oleh Walgito
dan
memegang
(2002: 271), bahwa “persepsi merupakan
memfasilitasi
proses
tentunya
kendali
disini
guru
dalam
pengembangan
pembelajaran
psikologis
dan
hasil
dari
yang
penginderaan serta proses terakhir dari
bermuatan sex education. Oleh karena itu
kesadaran, sehingga membentuk proses
penelitian ini difokuskan pada bagaimana
berpikir”.
persepsi guru terhadap sex education?
memaparkan definisi mengenai persepsi adalah
Selanjutnya Sarwono
ahli
lainnya
(1983:89),
persepsi
beliau
Berdasarkan latar belakang yang sudah
menguraikan
merupakan
diuraikan sebelumnya, focus penelitian ini
kemampuan
adalah mengenai bagaimana persepsi
mengorganisir
guru terhadap sex education? Tujuan yang
kemampuan
tersebut
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
kemampuan
untuk
untuk mendeskripsikan mengenai persepsi
kemampuan untuk mengelompokan, dan
guru terhadap sex education?
kemampuan untuk memfokuskan. Oleh
seseorang suatu
untuk
pengamatan, antara
lain:
membedakan,
karena itu seseorang bisa saja memiliki Tinjauan Tentang Persepsi Persepsi
merupakan
proses
persepsi akhir
yang
berbeda,
walaupun
dari
objeknya sama. Terakhir definisi mengenai
pengamatan yang diawali oleh proses
persepsi disebutkan oleh Mar’at (l981:11)
penginderaan, yaitu proses diterimanya
sebagai
stimulus oleh alat indera, kemudian individu
seseorang yang berasal dari kemampuan
ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan
kognitif,
baru kemudian individu menyadari tentang
dipikirkan mengenai obyek pengamatan.
sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan
Persepsi merupakan apa yang dialami
persepsi
individu
dengan segera oleh seseorang. Persepsi
mengerti
tentang
menyadari keadaan
dapat
lingkungan
suatu
proses
menyangkut
menghubungkan
jalan
pengamatan sesuatu
kealam
yang
sekitar
yang ada di sekitarnya maupun tentang
untuk mengetahui, mendengar, mencium,
hal yang ada dalam diri individu yang
merasa juga membau dengan segera
bersangkutan, proses mengerti tersebut
berdasarkan
didukung oleh kemampuan indera yang
adalah
menurut Thoha (1999:123-124) merupakan
pemberian makna atas suatu informasi
proses
terhadap stimulus. Stimulus sendiri didapat
kognitif,
lebih
jelas
lagi
Thoha [229]
alat
proses
indra.
Jadi
pemahaman
persepsi ataupun
Regina Lichteria Panjaitan, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah, Persepsi Guru Mengenai Sex Edu
dari proses penginderaan terhadap objek,
harapan,
motif,
kepribadian,
peristiwa, atau hubungan-hubungan antar
keadaan fisik individu.
dan
gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses Pembentukan Persepsi Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Proses
Menurut Tagiuri (dalam Harvey dan Smith,
dengan
1977) ada 3 faktor yang mempengaruhi
berbagai sumber melalui panca indera
persepsi, yaitu
yang dimiliki, setelah itu diberikan respon
(1) keadaan stimulus yang diamati; (2)
sesuai dengan penilaian dan pemberian
situasi
arti
sosial
tempat
pengamatan
itu
terjadi, dan (3) karakteristik pengamatan.
pembentukan penerimaan
terhadap
persepsi
dimulai
rangsangan
rangsang
lain.
dari
Setelah
diterima rangsangan atau data yang ada diseleksi.
Untuk
menghemat
perhatian
Lebih jauh Walgito (1991) menjelaskan
yang digunakan rangsangan-rangsangan
mengenai syarat persepsi di atas adalah
yang telah diterima diseleksi lagi untuk
1) Mengenai
diproses pada tahapan yang lebih lanjut.
stimulus,
agar
dapat
dipersepsi, stimulus harus cukup kuat,
Setelah
diseleksi
rangsangan
melampui ambang batas, berwujud
diorganisasikan berdasarkan bentuk sesuai
manusia atau tidak (bila tidak berwujud
dengan rangsangan yang telah diterima.
manusia, ketepatan persepsi ada pada
Setelah data diterima dan diatur, proses
individu.
selanjutnya individu menafsirkan data yang
2) Keadaan individu dari segi fisiologis dan
diterima dengan berbagai cara. Dikatakan
psikologis, di mana dari segi fisiologis
telah terjadi persepsi setelah data atau
sistem syaraf harus dalam keadaan
rangsang
baik,
sedangkan
tersebut
berhasil
ditafsirkan.
secara
psikologis,
Sedangkan faktor-faktor fungsional yang
kerangka
acuan,
menentukan persepsi seseorang berasal
perasaan, kemampuan berpikir dan
dari kebutuhan, pengalaman masa lalu,
motivasi
dan
pengalaman, akan
berpengaruh
dalam
persepsi seseorang, dan terakhir.
hal-hal
sebagai
lain
yang dapat disebut
faktor-faktor
personal,
yang
3) Lingkungan atau situasi, di mana bila
menentukan persepsi bukan jenis atau
objeknya manusia, maka objek dengan
bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang
lingkungan yang melatar belakanginya
yang memberi respon terhadap stimuli
merupakan
(Rakhmat,
1998).
dipisahkan. Demikian ini maka, dapat
tersebut,
maka
disimpulkan bahwa persepsi itu sangat
ditentukan oleh dua faktor utama yaitu
subyektif karena disamping dipengaruhi
pengalaman masa lalu dan faktor pribadi
oleh stimulus dan situasi pengamatan
(Sugiharto, 2001).
kesatuan
yang
sulit
juga dipengaruhi oleh pengalaman,
[230]
Sejalan persepsi
dengan
hal
seseorang
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
Dalam
penelitian
yang
kurang mendidik.Melalui pendidikan sek
dimaksud adalah mengenai pemahaman
anak dapat diberikan pemahaman akan
guru
kondisi
tentang
berdasarkan adalah
ini
persepsi
fenomena inderanya
pemahaman
yang
terjadi
dalam hal mengenai
Tentang
Pendidikan
pemahaman
lawan jenisnya, dan pemahaman untuk
sex
menghindarkan dari kekerasan seksual. Pendidikan seks yang dimaksud di sini
Sex
adalah
anak
identitas
diri
mulai dan
mengenal
keluarga,
anggota-anggota
Pengertian Sex Education
dapat menyebutkan ciri-ciri tubuh.
upaya
seksual
mendidik
merupakan
mereka,
serta
suatu
mengarahkan
Meninjau berbagai fenomena yang terjadi
perilaku seksual secara baik dan benar.
di Indonesia, agaknya masih timbul pro-
Artinya, perilaku seks yang menekankan
kontra di masyarakat, lantaran adanya
aspek
anggapan bahwa
fisik
dan
tubuh
akan
mengenal
Education Pendidikan
akan
ini
education, (instrument terlampir) Tinjauan
tubuhnya,
maupun
psikis
akan
membicarakan
seks
menimbulkan atau mengakibatkan seks
adalah hal yang tabu dan pendidikan seks
yang sehat baik bagi diri maupun orang
akan
lain (Widjanarko, 1994). Jadi pendidikan
berhubungan
seksual merupakan suatu kegiatan untuk
masyarakat
mengkondisikan peserta didik tahu bagai
pendidikan seks seolah sebagai suatu hal
mana perilaku seksual yang baik dan
yang
benar. Bickmore (1999, hal 4) memberikan
pandang psikologis, pendidikan seksual
definisi mengenai pendidikan seks sebagai
sangat diperlukan bagi perkembangan
berikut,
are
remaja, dengan harapan agar remaja
generally intended to provide students with
tidak memiliki kesalahan persepsi terhadap
background knowledge and to increase
seksualitas
their
perilaku-perilaku
yang
decisions regarding intimate relationships
bertanggungjawab
baik
and
kesehatan maupun psikologis.
“Sex
education
capacity sexual
to
curricula
make
behavior”.
responsible Pemahaman
mendorong seks.
remaja
untuk
Sebagian
besar
masih
vulgar
tapi
dan
memandang
berdasarkan
tidak
terjebak
sudut
pada kurang
dari
segi
pendidikan seks di usia dini ini diharapkan anak
agar
anak
dapat
memperoleh
Tujuan Pendidikan seks menurut Student
informasi yang tepat mengenai seks. Hal ini
Health Service (2010) adalah:
dikarenakan adanya media lain yang
a. to help children understand the body structures of men and women and acquire the knowledge about birth b. Teach children to establish and accept the role and responsibility of their own gender by acquiring the knowledge of sex. Understanding the differences and similarities between two genders in terms of body and mind will set up a
dapat
mengajari
anak
mengenai
pendidikan seks ini, yaitu media informasi. Sehingga
anak
dapat
memperoleh
informasi yang tidak tepat dari media massa terutama tayangan televisi yang [231]
Regina Lichteria Panjaitan, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah, Persepsi Guru Mengenai Sex Edu
peran guru dalam pembelajaran yaitu,
foundation for the future development in their acquaintance with friends and lovers and their interpersonal relationship c. Sex education is a kind of holistic education. It teaches an individual about self-acceptance and the attitude and skills of interpersonal relationship. It also helps an individual to cultivate a sense of responsibility towards others as well as oneself.
guru
teladan,
penasehat,
(innovator),
pribadi,
kreativitas,
pengajar,
pelatih,
pembaharu
model
peneliti,
dan
pendorong
pembangkit
pandangan,
pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita,
aktor,
emansivator,
evaluator,
pengawet, dan sebagai kulminator. WF Connell (1972) membedakan tujuh peran
Definisi Guru
seorang guru yaitu
Undang-undang nomor 14 Tahun 2005
1) Pendidik (nurturer) Peran guru sebagai
tentang guru dan dosen. Guru adalah
pendidik (nurturer) merupakan peran-
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar,
peran yang berkaitan dengan tugas-
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai
mengevaluasi
peserta
didik
tugas memberi bantuan dan dorongan
dan
(supporter), tugas-tugas pengawasan
pada
dan
pendidikan anak usia dini melalui jalur menengah.
Pengertian
guru
pendidikan.
sekolah
Usman
pengajaran
contoh
pada
dalam
bagi
anak.
Setiap
anak
menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik
memerlukan keahlian khusus dalam tugas membimbing,
hidup
mengharapkan guru mereka dapat
23), guru adalah jabatan atau profesi yang mendidik,
norma
2) Model. Peran guru sebagai model atau
lembaga pendidikan formal. Imran (2010:
seperti
dan
keluarga dan masyarakat.
bertugas dan berwenang dalam dunia dan
serta
menjadi patuh terhadap aturan-aturan
(1996: 15) guru adalah setiap orang yang pendidikan
(supervisor)
mendisiplinkan anak agar anak itu
diperluas
menjadi pendidik yang dibutuhkan secara tentang
pembinaan
tugas-tugas yang berkaitan dengan
formal pendidikan dasar dan pendidikan
utamanya
pendidik,
pembimbing,
Tinjauan Tentang Konsep Guru
dikotomis
sebagai
baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh
mengajar,
masyarakat
mengarahkan,
norma-norma
melatih,menilai, dan mengevaluasi peserta
masyarakat,
didik pada pendidikan anak usia dini jalur
harus
sesuai
yang bangsa
dengan
dianut dan
oleh
negara.
Karena nilai nilai dasar negara dan
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
bangsa Indonesia adalah Pancasila,
menengah.
maka tingkah laku pendidik harus selalu
Peran Guru
diresapi oleh nilai-nilai Pancasila. Mulyasa sedikitnya
(2007:
37)
sembilan
3) Peranan guru sebagai pengajar dan
mengidentifikasikan belas
peran
pembimbing
guru
dalam
pengalaman
belajar. Setiap guru harus memberikan
dalam pembelajaran. Kesembilan belas [232]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
pengetahuan,
keterampilan
dan
7) Guru sebagai administrator. Seorang
pengalaman lain di luar fungsi sekolah
guru tidak hanya sebagai pendidik dan
seperti
pengajar,
persiapan
perkawinan
dan
tetapi
juga
sebagai
kehidupan keluarga, hasil belajar yang
administrator pada bidang pendidikan
berupa
tingkah
dan
spiritual
dan
masyarakat,
laku
pribadi
memilih hasil
dan
pekerjaan belajar
di
pengajaran.
Oleh
karena
itu
seorang guru dituntut bekerja secara
yang
administrasi
teratur.
Segala
berkaitan dengan tanggurfg jawab
pelaksanaan dalam kaitannya proses
sosial tingkah laku sosial anak.
belajar
4) Peran guru sebagai pelajar (leamer).
mengajar
diadministrasikan secara baik. Sebab
Seorang guru
dituntut untuk selalu
administrasi
menambah
pengetahuan
membuat
keterampilan
agar
perlu
dan
yang
dikerjakan
rencana
seperti
mengajar,
supaya
mencatat hasil belajar dan sebagainya
pengetahuan dan keterampilan yang
merupakan dokumen yang berharga
dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
bahwa
Pengetahuan dan keterampilan yang
tugasnya dengan baik.
ia
telah
melaksanakan
dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan
METODE
pengembangan
profesional,
Adapun tempat penelitian yang akan
kemasyarakatan
digunakan adalah guru sekolah dasar kelas
tetapi
juga
tugas
tugas
maupun tugas kemanusiaan.
VI
5) Peran guru sebagai setiawan dalam
di
Kecamatan
Tanjungsiang
Kab.
Subang.
lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan
dapat
membantu
Metode Penelitian
kawannya yang memerlukan bantuan
Metode yang digunakan dalam penelitian
dalam
mengembangkan
ini adalah metode penelitian deskriptif,
kemampuannya.
Bantuan
dapat
dengan pertimbangan yang diambil dari
secara langsung melalui pertemuan-
pemaknaan definisi dari metode penelitian
pertemuan resmi maupun pertemuan
tersebut diantaranya yang dikemukakan
insidental.
oleh Sugiyono (2011) “penelitian desktiptif
6) Peranan
guru
sebagai
komunikator
adalah sebuah penelitian yang bertujuan
pembangunan masyarakat. Seorang
untuk
memberikan
guru diharapkan dapat berperan aktif
suatu
keadaan
dalam pembangunan di segala bidang
terjadi saat ini dengan menggunakan
yang
prosedur ilmiah untuk menjawab masalah
sedang
dilakukan.
mengembangkan
Ia
dapat
kemampuannya
atau
atau
fenomena
secara aktual”. Kemudian
pada bidang-bidang dikuasainya.
(2006)
menyatakan
penelitian [233]
deskriptif
menjabarkan yang
Sukmadinata
bahwa
metode
adalah
sebuah
Regina Lichteria Panjaitan, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah, Persepsi Guru Mengenai Sex Edu
metode yang berusaha mendeskripsikan,
dalam
menginterpretasikan
menerangkan saling hubungan, menguji
kondisi
atau
sesuatu,
hubungan
misalnya
yang
ada,
arti
hipotesis,
pendapat yang berkembang, proses yang
tidak
mencari
membuat
atau
ramalan,
atau
melakukan penarikan kesimpulan.
sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang sedang berlangsung. Jadi Metode
Jumlah
penelitian deskriptif merupakan salah satu
dibagikan ada 20 eksemplar, sedangkan
metode
yang kembali untuk dianalisis ada 11
penelitian
yang
banyak
instrumen
penelitian
digunakan pada penelitian yang bertujuan
eksemplar.
untuk menjelaskan suatu kejadian.
adalah sebagai berikut:
Subjek Penelitian
Persepsi guru mengenai pendidikan seks
Subjek Penelitian ini adalah peserta didik
sebagai sesuatu
sekolah dasar kelas VI di Kecamatan
orang guru (55%) menyatakan bahwa
Tanjungsiang Subang.
pendidikan seks merupakan hal yang tabu dengan
Instrumen Penelitian Instrumen
Adapun
sangat
sensitif,
memahami pentingnya pendidikan seks
digunakan
untuk
selain itu sebagian anak masih polos. 5
mengetahui bagaimana pandangan guru
orang guru (45%) menyatakan pendidikan
mengenai
yang
seks bukan hal yang tabu dengan alasan
belajar
Anak perlu tahu tentang pendidikan seks
mengajar. Wawancara digunakan untuk
karena pendidikan seks harus diajarkan
memperoleh data untuk memperkuat data
sedini mungkin tergantung tingkatan usia
yang diperoleh melalui angket.
anak,
Angket sex
diintegrasikan
education
dalam
proses
materi
masih
dan
format
wawancara.
tua
kita
angket,
adalah,
orang
masyarakat
sebagai
ini
digunakan
seks
di
dalam
penelitian
yang
penelitiannya
hal yang tabu ada 6
alasan
pendidikan
hasil
yang
yang
belum
disampaikan
berbau/tidak bisa dihindari dari sekitar alat Teknik analisis data
reproduksi manusia, pendidikan seks itu
Analisis statistik deskriptif adalah statistik
sangat penting untuk diajarkan di kelas
yang digunakan untuk menganalisis data
dan bukan merupakan suatu yang tabu di
dengan
atau
jaman yang modern ini jadi anak harus
telah
mengenal
cara
mendeskripsikan
menggambarkan
data
yang
terkumpul sebagaimana adanya tanpa
pendidikan
seks
sejak
dini,
minimal tahu.
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Persepsi guru mengenai pernyataan saya
Analisis ini hanya berupa akumulasi data
akan
dasar
memberikan materi mengenai organ tubuh
dalam
bentuk
deskripsi
semata [234]
malu
ketika
diminta
untuk
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
pada anak didik saya ada 2 orang guru
anak yang ingin tahu itu lebih baik supaya
(18%) menyatakan iya, dengan alasan
tahu sisi baiknya.
Karena siswa belum mengetahui betul fungsi tersebut
jika yang dimaksud alat
Persepsi
guru
mengenai
siswa
perlu
reproduksi manusia sedangnya 9 orang
pendidikan seks sehingga mereka dapat
guru (82%) menyatakan tidak dengan
tumbuh
alasan Tidak karena pemahaman tentang
bertanggung jawab, ada sekitar 9 orang
organ tubuh manusia poembahasannya
guru (82%) menyatakan iya dengan alasan
tidak terlalu vulgar; Anak perlu tahu nama-
sebab anak dengan memahami hal-hal
nama
fungsinya,
tersebut akan tahu bahayanya pengaruh
termasuk alat reproduksi ; anak-anak harus
seks bebas; siswa perlu tahu kapan seks
mengenal organ tubuh sendiri; sangat
dapat dilakukan dan perlu ditanamkan ke
penting memberikan materi tersebut untuk
anak sejak dini; setidaknya anak yang
pengetahuan anak didik; anak-anak harus
sudah tahu pendidikan seks bisa menjaga
mengetahui bagian-bagian organ tubuh
diri sendiri; sampai pada saat dewasa
dan fungsinya; ada pembelajaran tentang
terjadi kelainan seks; dengan ilmu yang
masa puber pada pelajaran IPA; anak
mereka dapatkan akan mengerti tentang
harus tahu organ tubuh mana yang tidak
seks di kemudian hari; terbebas dari seks
boleh disentuh orang lain, juga agar anak
bebas;
dapat
tubuhnya
menjaga dirinya dengan baik, sedangkan
dengan baik. Kemudian persepsi guru
ada 2 (18%) menyatakan tidak dengan
mengenai Setiap siswa yang berbicara
alasan karena yang diperlukan hanya
tentang
mengenai
organ
tubuh
dan
memelihara
seks
ditemukan
organ
adalah
ada
2
anak
orang
guru
nakal,
menjadi
dewasa
orang
nanti
dewasa
dia
bagaimana
tahu
yang
cara
memelihara
(18%)
kesehatan alat reproduksi; untuk tumbuh
menyatakan iya, karena usia SD masih
dewasa dan bertanggungjawab bukan
kekanak-kanakan;
hanya dari pendidikan seks saja.
bilamana
yang
dibicarakan bukan mengenai kesehatan, sedangkan
ada
(82%)
Selanjutnya
menyatakan tidak dengan alasan anak
pernyataan
tersebut sudah terdorong masa puber;
memasukan kesehatan seksual pendidikan
semua
pasti
di sekolah ada sekitar 8 orang guru (73%)
mengetahui
menyatakan iya dengan alasan: banyak
batasan –batasan seks; bicara tentang seks
anak-anak yang tertular penyakit akibat
untuk
nanti;
seks bebas ; anak tidak boleh tabu tentang
merupakan ilmu yang mereka dapatkan
pendidikan seks usia dini; perlu supaya
tentang seks agar mereka mengetahui
anak mengetahui sejak dini;
fungsi dari organ tubuh;
tergantung dari
tahu kenapa pentingnya kesehatan; siswa
apa pokok bahasan yang anak bicarakan;
harus mengetahui pentingnya pendidikan
anak
membicarakan
9
orang
yang seks;
normal
anak
pengetahuan
guru
kelas
[235]
persepsi
guru
mengenai
saya merasa perlu untuk
agar anak
Regina Lichteria Panjaitan, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah, Persepsi Guru Mengenai Sex Edu
kesehatan seksual itu; hal tersebut penting
orang guru (18%) menyatakan iya dengan
buat anak yang masih polos secara diri,
alasan pembelajaran jadi lebih efektif,
sedangkan ada sekitar 3 orang guru (27%)
sedangkan
menyatakan tidak dengan alasan : karena
menyatakan tidak dengan alasan bisa
pembelajaran harus disesuaikan dengan
disisipkan pada pelajaran tertentu; cukup
perkembangan anak; perlu supaya anak
pengenalan dalam pendidikan seks; cukup
mengetahui
diintegrasikan
sejak
dini;
harus
dilihat
porsinya.
9
yangsesuai;
orang
dengan
guru
mata
karena
(82%)
pelajaran
pembelajaran
pendidikan seks untuk tingkatan SMP dan Persepsi guru mengenai pernyataan saya
SMA saja; banyak hal yang lebih penting
setuju pendidikan seks harus diintegrasikan
daripada
dalam pembelajaran pada setiap mata
pendidikan seks tersebut sudah ada dalam
pelajaran di kelas rutin, bukan dipisah
pelajaran IPA; sudah cukup tidak harus
menjadi suatu mata pelajaran ada sekitar 7
difokuskan mengenai pembelajaran seks.
mengenai
masalah
seks;
orang guru (64%) menyatakan iya dengan alasan pendidikan seks harus diajarkan
Persepsi guru mengenai pendidikan seks
oleh guru yang memahami tentang hal itu;
seharusnya mulai diajarkan di kelas VI SD
nanti siswa akan selalu membahas seks
ada
dalam setiap belajar; sebab anak harus
menyatakan iya, dengan alasan karena
sering dinasehati agar mereka ada rem
masa-masa
bila
negatif;
memasuki fase remaja; supaya tahu sisi
(56%)
baik dan buruk sejak dini; perempuan
menyatakan tidak dengan alasan karena
sudah mulai menstruasi; pada usia tersebut
pada
ada
anak selalu penasaran; pendidikan seks
pelajaran seks; pendidikan seks cukup
harus diajarkan mulai dari usia dini agar
diintegrasikan dalam pendidikan agama
mereka paham, sedangkan ada 2 orang
dan IPA; mengajarkan akan lebih baik jika
guru (18%) menyatakan tidak, karena tidak
pendidikan
sesuai dengan kurikulum.
akan
Sedangkan
melakukan
hal
4
guru
mata
orang pelajaran
seks
tertentu
tersebut
diintegrasikan
sekitar
9
orang
puber;
guru
usia
anak
(82%) sudah
dalam IPA PKN dan oleh guru agama; nanti siswa akan selalu membahas seks
SIMPULAN
dalam
sangat
Persepsi guru mengenai pendidikan seks di
kurikulum; pada
sekolah memperlihatkan bahwa menurut
mata pelajaran tertentu materi tentang
guru pendidikan seks penting mengingat
seks selalu dikaitkan.
jaman modern seperti sekarang diperlukan
setiap
belajar;
bertentangan dengan
suatu Persepsi
guru
mengenai
pernyataan
materi
pemahaman
yang
bisa
kepada
peserta
tersebut.
didik
pembelajaran mengenai pendidikan seks
mengenai
harus masuk dalam kurikulum ada sekitar 2
penting tapi ternyata umumnya guru masih [236]
materi
memberikan Walaupun
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
memandang
seks
Kompasiana (2014) Perkembangan Moral
masih merupakan hal yang tabu untuk
Pelaku Kampanye Hitam diakses dari
dibicarakan. Mengenai materinya tidak
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan
harus dipisahkan menjadi mata pelajaran
/2014/05/09/perkembangan-moral-dan-
yang khusus tapi cukup diintegrasikan
pelaku-kampanye-hitam-655166.html.
dengan mata pelajaran tertentu yang
KPAI (2014) Pengaduan Pelecehan Seksual
sesuai.
bahwa
Para
guru
pendidikan
melihat
bahwa
terhadap
Anak
Melonjak.
pendidikan seks penting karena nantinya
http://www.kpai.go.id/berita/pengadua
akan memberikan dasar supaya anak
n-pelecehan-seksual-terhadap-anak-
dapat tumbuh menjadin orang dewasa
melonjak/.
yang bertanggungjawab. Guru memiliki persepsi
kalau
pendidikan
seks
Muchtar, Suwarma Al . (2001). Pendidikan
tepat
Masalah Sosial Budaya . Bandung: Gelar
dibelajarkan di kelas VI dengan alasan
Pustaka Mandiri.
karakteristik dan kondisi psikologi anak kelas
Murtofin
(2007)
Otokritik
Pendidikan,
VI yang dinilai sudah memasuki masa
Gagasan-Gagasan Evaluatif. LaksBang
puber.
PRESSindo Yogyakarta. Muslimin, Z. I. (2004). Penalaran Moral pada
REFERENSI
Peserta didik SLTP Umum dan Madrasah
Bickmore, Kathy Sexuality
in
(1999) Why Discuss Elementary
Tsanawiyah.
School?
1999),Teaching
Sukmadinata,
Queerly:
Penelitian
Affirming Diversity in Elementary Schools
Tilaar.
Waspadai Kekerasan Seksual
S.
(2007).
Metode
Pendidikan:
Penerbit:
(2013)
Pengantar
Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia . Rineka
Terhadap Anak di Lingkungan Sekolah diakses
N
Bandung : Remaja Rosdakarya.
(RowmanLittlefield Publishers). BIN (2014)
Indonesian
Psychological Journal 1 (2), 25-32.
OISE/UTforthcoming in W. Letts & J. Sears (Editors,
Humanitas:
Cipta.
dari
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
http://www.bin.go.id/awas/detil/274/4/2
tentang
9/04/2014/waspadai-kekerasan-seksual-
Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
terhadap-anak-di-lingkungan-
Kesejahteraan Anak.
sekolah#sthash.mlC4Itm2.dpuf.
Perlindungan
Anak,Undang-
Widjanarko, A. 1994. Sex Education dalam
Dowell, Josh Mc dan Ed Stewart,(2015)
Pandangan Islam. Jakarta: Palingga.
Pelecehan Seksual, Cet. II, Yogyakarta: Gloria Usaha Mulia, 2005
[237]
Indeks Penulis Berkala Mimbar Sekolah Dasar Volume 2 Maulana, “Interaksi Pbl-Murder, Minat Penjurusan, Dan Kemampuan Dasar Matematis Terhadap Pencapaian Kemampuan Berpikir Dan Disposisi Kritis”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 1-20. Asiah, “Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Di Kelas IV SD”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 21-36. Isrok’ Atun, “Menemukan Kembali Rumus Luas Persegi Panjang Dengan Konstruktivisme (Studi Kasus Pada Mahasiswa PGSD)”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 37-47. Ocih Sukaesih, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran Mengidentifikasi Jenis Makanan Hewan Di SD”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 48-63. Rana Gustian Nugraha, “Meningkatkan Ecoliteracy Siswa SD Melalui Metode Field-Trip Kegiatan Ekonomi Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 64-76. Fine Reffiane, Henry Januar Saputra, dan Taufik Hidayat, “Identifikasi Tingkat Kejujuran Siswa Sekolah Dasar Melalui Gerobak Kejujuran Di Kota Semarang”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 77-83. Rif’at Shafwatul Anam, “Efektivitas Dan Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Pada Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 84-93. Yena Sumayana, “Penggunaan Metode Index Card Match Pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Mengenal Sejarah Uang”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 94-100. Maylan Sofian, “Siaran Radio Citra 99.4 FM Sebagai Media Pelestarian Tembang Sunda Bagi Siswa Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 101-120. Diah Gusrayani, “Learning Tasks’ What And How: Perspektif Dosen Dan Mahasiswa Mengenai Tugas Pembelajaran”, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal. 121-132. Idam Ragil Widianto Atmojo, “Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Berbasis Media Realita Terhadap Hasil Belajar Matakuliah Konsep Dasar IPA 1”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 133-142. Jenny Indrastoeti, SP, & Hasan Mahfud, “Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Experiental Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 143-154. Ipah Saripah & Lia Mulyani, “Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Prasekolah (TK dan Non TK)”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 155-169. Cucun Sunaengsih, “Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary Terhadap Karakter Siswa Pada Sekolah Dasar Internasional Berbasis International Baccalaureate”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 170-177. Sri Suciati, Ika Septiana, dan Mei Fita Asri Untari, “Penerapan Media Monosa (Monopoli Bahasa) Berbasis Kemandirian Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 178-192. Hastuti, “Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Bahasa Kedua Dalam Karangan Siswa Kelas V SD”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 193-201. Yulia Siska, “Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Sejarah Lokal Lampung Untuk Sekolah Dasar”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 202-214. Ani Nur Aeni, “Menjadi Guru SD Yang Memiliki Kompetensi Personal-Religius Melalui Program One Day One Juz (ODOJ)”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 215-225. Regina Lichteria Panjaitan, Dadan Djuanda, dan Nurdinah Hanifah, “Persepsi Guru Mengenai Sex Education di Sekolah Dasar Kelas VI”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 226-237. Egi Agustian, Atep Sujana, dan Yedi Kurniadi, “Pengaruh Pendekatan Open-Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sekolah Dasar Kelas V”, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015, hal. 238-246.
Ucapan Terima Kasih Redaksi berkala Mimbar Sekolah Dasar mengucapkan terima kasih kepada Mitra Bestari yang telah mereview naskah pada terbitan Volume 2 tahun 2015 ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Totok Sumaryanto, M.Pd. (FBS – Universitas Negeri Semarang) 2. Prof. Dr. Dwi Atmono, M.Pd., M.Si. (FKIP – Universitas Lambung Mangkurat) 3. Dr. Edy Suyanto, M.Pd. (FKIP – Universitas Lampung) 4. Andika Arisetyawan, M.Pd. (Prodi PGSD – Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang)
PEDOMAN BAGI PENULIS BERKALA MIMBAR SEKOLAH DASAR (Terbit April & Oktober) 1. Jenis Artikel Artikel dapat berupa kajian hasil penelitian, kajian setara penelitian (ide/gagasan), dan resensi buku baru. Semua jenis artikel belum pernah dimuat di media apapun. 2. Format Tulisan Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia dalam bentuk ESAI dengan extensi file docx (Microsoft Word) dan menggunakan acuan sebagai berikut: - Margin : Atas & Bawah (2,5 cm), Kanan & Kiri (2,5 cm) - Ukuran Kertas : A4 (21 cm x 29,7 cm) - Jenis huruf : Century Gothic - Ukuran Font : 10 pt - Spasi : 1,5 (kecuali judul, identitas penulis, abstrak dan referensi: 1 spasi) Penulisan pada judul dan sub-bagian artikel menggunakan aturan sebagai berikut: Tulisan level 1 (Huruf besar semua/UPPERCASE, rata kiri, cetak tebal) Tulisan level 2 (Huruf besar kecil/Capitalize Each Word, rata kiri, cetak tebal) Tulisan level 3 (Huruf besar kecil/Capitalize Each Word, rata kiri, cetak tebal & miring) Semua bagian penulisan level 1 dan 2 tidak menggunakan pointer – jika diperlukan keterangan atau penjelasan tambahan pada tubuh artikel gunakan footnote. Untuk keterangan tabel disimpan di atas tabel, untuk keterangan gambar atau diagram disimpan di bawahnya. Ukuran huruf di dalam tabel atau diagram lebih kecil, yakni dari 8-9 pt, spasi 1. Jumlah halaman termasuk tabel, diagram, foto, dan referensi adalah 1020 halaman. 3. Struktur Artikel a. Untuk artikel hasil penelitian menggunakan struktur sebagai berikut: Judul (Tidak lebih dari 15 kata); Identitas Penulis (Baris pertama: nama tanpa gelar. Baris kedua: prodi/jurusan/instansi. Baris ketiga: alamat lengkap instansi. Baris keempat: alamat email dan nmr HP); Abstrak (Dibuat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimal 200 kata, disertai kata kunci masing-masing maksimal lima kata); Pendahuluan (Berisi latarbelakang disertai tinjauan pustaka, tujuan dan urgensi penelitian); Metode (Berisi metode/pendekatan, subjek, waktu dan tempat, teknik pengumpulan data dan analisis data); Hasil; Pembahasan; Simpulan (Sesuai dengan pendahuluan/rumusan masalah); dan Referensi (Memuat referensi yang diacu saja, minimal 80% terbitan 10 tahun terakhir). b. Untuk artikel setara penelitian (ide/gagasan) menggunakan struktur sebagai berikut: Judul (Tidak lebih dari 15 kata); Identitas Penulis (Baris pertama: nama tanpa gelar. Baris kedua: prodi/jurusan/instansi. Baris ketiga: alamat lengkap instansi. Baris keempat: alamat email dan nmr HP); Abstrak (Dibuat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimal 200 kata; disertai kata kunci masing-masing maksimal lima kata); Pendahuluan (Berisi latarbelakang disertai tinjauan pustaka dan tujuan); Pembahasan (Judul bahasan disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat dibagi ke dalam sub-bagian); Simpulan (Sesuai dengan pendahuluan); dan Referensi (Memuat referensi yang diacu saja, minimal 80% terbitan 10 tahun terakhir). c. Untuk artikel resensi buku menggunakan struktur sebagai berikut: Judul (Tidak lebih dari 15 kata); Identitas Penulis (Baris pertama: nama tanpa gelar. Baris kedua: prodi/jurusan/instansi. Baris ketiga: alamat lengkap instansi. Baris keempat: alamat email dan nmr HP); Identitas Buku (Berisi judul buku, penulis, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, ISBN, dan foto cover/sampul depan); Pembahasan (Judul bahasan disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat dibagi ke dalam sub-bagian).
Penerbit Prodi PGSD UPI Kampus Sumedang http://kd-sumedang.upi.edu/
4. Referensi (Sumber Rujukan) Cara pengutipan mengacu pada model American Psychological Association (APA) yang telah diadaptasi sesuai kebutuhan Universitas Pendidikan Indonesia. Contoh dapat melihat pada artikel yang telah dimuat, atau selengkapnya dapat dilihat di akhir pedoman penulisan ini. 5. Penyuntingan a. Artikel dikirim kepada tim redaksi dengan alamat email:
[email protected]. Jika diperlukan, tim redaksi akan meminta file dalam CD dan print-out sebanyak tiga eksemplar yang dikirim ke alamat: Redaksi Jurnal Mimbar Sekolah Dasar, Prodi PGSD UPI Kampus Sumedang - Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang Jawa Barat 45322. b. Artikel yang telah dievaluasi oleh tim penyunting atau reviewer berhak untuk ditolak atau dimuat dengan pemberitahuan secara tertulis, dan apabila diperlukan tim penyunting akan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan revisi sesuai dengan rekomendasi hasil penyuntingan. Untuk keseragaman format, penyunting berhak untuk melakukan pengubahan artikel tanpa mengubah substansi artikel. c. Semua isi artikel adalah tanggung jawab penulis, dan jika pada masa pracetak ditemukan masalah di dalam artikel yang berkaitan dengan pengutipan atau HAKI, maka artikel yang bersangkutan akan dicancel untuk dimuat. Untuk artikel yang dimuat, penulis akan mendapatkan dua eksemplar berkala sebagai tanda bukti pemuatan serta 10 eksemplar cetak lepas untuk keperluan masing-masing penulis, dan wajib memberikan kontribusi biaya pencetakan sesuai ketentuan tim berkala Mimbar Sekolah Dasar sebesar Rp. 250.000 di luar ongkos kirim. CONTOH PENULISAN KUTIPAN DAN REFERENSI: JENIS RUJUKAN Seorang penulis
Dua orang penulis
Tiga s.d. 5 penulis
Penulis sebagai penerbit
DI DALAM TEKS A symbol is connected to its referent in the world by our sense of organs (Pinker, 2009 p.80) atau Pinker (2009, p. 80) claimed that a symbol .. A set of verbs with individually similar meanings can be juxtaposed with a set of nouns with individually similar meanings ... (Hunston & Oakey, 2010) atau Hunston dan Oakey (1991) mengklaim bahwa … Penjelasan (Coyle, Hood, & Marsh, 2010) menyimpulkan bahwa ... Kutipan berikutnya dalam teks: (Coyle et al., 2001) (Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan [Balitbang Depdiknas], 2010) Atau Badan Penelitian dan Pengembangan,
DI DALAM PUSTAKA ACUAN/REFERENSI/BIBLIOGRAFI Pinker, S. (2009). How the mind works. New York, NY: W.W. Norton & Company, Inc.
Hunston, S. & Oakey, D. (2010). Introducing applied linguistics: Concepts and skills. New York, NY: Routledge.
Coyle, D., Hood, P. And Marsh, D. (2010). CLIL: Content and language integrated learning. Cambridge: Cambridge University Press.
Badan Penelitian dan Pengembangan [Balitbang] (2007). The assessment of curriculum policy of language subjects: Assessment report. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan. Balitbang. (2008). The assessment of curriculum policies in secondary education: Assessment report. Jakarta: Badan Penelitian dan
Buku ber editor
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan [Balitbang Depdiknas], (2010) menunjukan bahwa .... Kutipan berikutnya: (Balitbang Depdiknas, 2010) (Waugh & Monville-Burston, 1990)
Beberapa karya dipublikasikan oleh seorang penulis pada tahun yang sama
(Sukyadi, 2011a, 2011b)
Buku yang disusun oleh sebuah lembaga atau institusi
Badan Standar Nasional Pendidikan (2012) merekomendasikan bahwa ... (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2012) (Laporan Tahunan Universitas Pendidikan Indonesia, BHMN, 2009)
Buku elektronik
Buku terjemahan
Most authors begin their articles by explaining what caused them to conduct their empirical investigations (Huck, 2012) (Young & Rang, 2005)
Bab dalam sebuah buku
(Richards, 2002) Gunakan penulis Bab, bukan editor buku tersebut
Kutipan lebih dari 1 halaman
Kutipan pertama: (Rush, Waldrop, Mitchell, & Dyches, 2005, pp. 283-284) Kutipan berikutnya dar sumber yang sama: (Rush et al., 2005, p. 291) (Crystal, 1987)
Dari ensiklopedia
Pengembangan. Balitbang. ....
Waugh, L.R., & Monville-Burston, M. (eds.). (1990). On language: Roman Jakobson. Cambridge, MA: Harvard University Press. Sukyadi, D., Setyarini, S. & Junida, A.I. (2011a). A Semiotic Analysis of Cyber Emoticons (A Case Study of Kaskus Emoticons in The Lounge Forum at Kaskus-the Largest Indonesian Community. K@ta: A Biannual Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 37-50, Sukyadi, D. & Mardiani, R. (2011b). The Washback Effect of National Examination (ENE) on English teachers’ Classroom Teaching and Students’ Learning. K@ta: A Biannual Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 96-111, (susun secara alfabetis berdasarkan judul) Badan Standar Nasional Pendidikan. (2010). Pedoman penulisan buku ajar untuk perguruan tinggi. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Laporan Tahunan Universitas Pendidikan Indonesia, Badan Hukum Milik Negara. (2009).Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia BHMN. Huck, S.W. (2012). Reading statistics and research. Boston, MA: Pearson Education, Inc. Available from NetLibrary database.
Young, Y. S. & Rang, K. I. (2005). Semua yang jorok ada di sini: Buku pengetahuan paling jorok sedunia (M. Ayudiah, Trans.). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. Richards, J. C. (2002) Theories of Teaching in Language Teaching. In Richards, J.C. and Renandya, W.A. (Eds.). (2002). Methodology in language teaching: An anthology of current practice. Cambridge: Cambridge University Press. Rush, K. L., Waldrop, S., Mitchell, C., & Dyches, C. (2005). The RN-BSN distance education experience: From educational limbo to more than an elusive degree. Journal of Professional Nursing, 21, 283-292. Crystal, D. (1987). The Cambridge encyclopedia of language). Cambridge: Cambridge University Press. Jika ada beberapa edisi dan volume, tuliskan
Dari artikel majalah Dari artikel koran cetak dengan penulis Dokumen pemerintah
(Aisy, 2012)
Undang-undang
Law of the Republic of Indonesia Number 2, 1989 on National Education System, Article 5, Verse 1, states that .. (Sukyadi, 2011)
Makalah seminar atau konferensi atau prosiding
Artikel jurnal dengan satu penulis Artikel jurnal dengan 3-6 penulis
(Kunaefi, 2012) Jalal, Samani, Chang, Stevenson, Ragats, and Negara (2009) report that despite the positive contributions of MGMP, there are also ..
(Karjo, 201) Atau Karjo (2011) berpendapat bahwa … (Sukyadi, Setyarini, & Junida, 2011)
Berasal dari tesis individu atau institusi
(Amalia, 2012)
Skripsi/tesis/di sertasi dari database
McNiel (2006) (MCNiel, 2006)
Abstrak dari basis data
(Morrissey, 2004)
Abstrak seminar atau simposisum
Brier, Pandelaere, Dewitte, & Warlop (2006)
volumenya setelah edisi. Misalnya (2nd ed., Vols. 1-5). Aisy, R. (2012, Maret 8-14). Jalma kufur, jadi mamala keur dirina. Mangle, 2364, pp.14-15. Kunaefi, R. Mengidamkan postur polisi ideal. (2012, January 4). The Republika, p. 4. Jalal, F., Samani, M., Chang, M. C., Stevenson, R., Ragats, A.B. and Negara, S.D. (2009). Teacher certification in Indonesia: A strategy for teacher quality improvement. Jakarta: Ministry of National Education and World bank. Retrived March 6, 2012, from: http://ddp-ext.worldbank.org/EdStats/ IDNprwp09c.pdf Law of the Republic of Indonesia, Number 2, 1989, on National Education System.
Pemakalah, A. A., & Pemakalah, B. B. (tahun). Judul Makalah atau prosiding. Dalam A. Editor (Ed.), Judul simposium atau konferensi pp. x-x). tempat: Penerbit. Penyaji, A. A. (Tahun, Bulan). Judul Makalah. Makalah disajikan dalam pertemuan nama organisasi, tempat Sukyadi, D. (2011). The metaphorical use of English address terms in indonesian blog comments (A pragmatic analysis of Indonesian bloggers). Disajikan pada Conference on English Studies (CONEST) 8, Unika Atma Jaya, Jakart Karjo, C.H. (2011). Investigation of scalar implicature of Binus University students. K@ta: A Biannual Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 56-75, Sukyadi, D., Setyarini, S. & Junida, A.I. (2011). A semiotic analysis of cyber emoticons (A case study of kaskus emoticons in The Lounge Forum at Kaskus-the Largest Indonesian Community. K@ta: A Biannual Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 37-50, Amalia, A. (2012). The use of video in teaching writing procedural text: A quasi-experimental study in one of Senior High Schools in Bandung (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, Tidak diterbitkan) McNiel, D. S. (2006). Meaning through narrative: A personal narrative discussing growing up with an alcoholic mother. Retrieved from ProQuest Digital Dissertations. (AAT 1434728) Morrissey, J. P. (2004). Medicaid benefits and recidivism of mentally ill persons released from jail (NCJ No. 214169) [Abstract]. Retrieved from National Criminal Justice Reference Service abstracts database. Briers, B., Pandelaere, M., Dewitte, S., & Warlop, L. (2006, June). Hungry for money: The desire for caloric resources increases the desire for
Skripsi/tesis/di sertasi dari Repositori
(Amalia, 2012)
Book review (Telaah Buku)
Cramond (2007)
Laman web dengan penulis
(Ljungberg, 2012)
Laman web tanpa tahun
(Sound Symbolism Checksheet, n.d.)
Bila kutipan dari laman web sebuah institusi
(Perpustakaan UPI, 2011) Sebagaimana dikatakan oleh Perpustakaan UPI (2011) (Sekolah Pascasarjana UPI, n.d.)
Gambar dari Web
Photo Paris Van JavaBandung-Indonesia (ID: 5081183ID, n.d.)
financial resources and vice versa. In S. Dewitte (Chair), Food & eating. Symposium conducted at the 18th annual meeting of the Human Behavior and Evolution Society. Abstract retrieved from http://www.hbes .com/HBES/abst2006.pdf. Amalia, A. (2012). The use of video in teaching writing procedural text: A quasi-experimental study in one of Senior High Schools in Bandung (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2012). Retrieved from http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_s kripsi=11587 Cramond, B. (2007). Enriching the brain? Probably not for psychologists [Review of the book Enriching the brain: How to maximize every learner’s potential]. PsycCRITIQUES, 52(4), Article 2. Retrieved from http://www.apa.org/psyccritiques/ Ljungberg, C.( 2012). Shadows, mirrors, and smoke screens: zooming on iconicity. Retrieved March 22, 2012, from http://www.iconicity.ch/en/iconicity/index.php Ling 131: Language & Style. (n.d.) Sound symbolism checksheet. Retrieved March 22, 2012, from http://www.lancs.ac.uk/fass/projects/stylistics/ topic5a/7soundchecksheet.htm Perpustakaan UPI. (2011). Menyimak fungsi perpustakaan. Retrieved March 26, 2012, from http://perpustakaan.upi.edu/index.php?option =com_content&task=view&id=26&Itemid=1 Sekolah Pascasarjana UPI. (n.d.). Sejarah. Diakses pada tanggal 26 Maret 2012 dari: http://sps.upi.edu/tentang-sps/sejarah/ Paris Van Java-Bandung-Indonesia [Photo] (n.d.). Retrieved March 25, 2012 from http://www.panoramio.com/photo/5081183
***