MIMBAR SEKOLAH DASAR ISSN: 2355-5343 ~ Berkala terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober ~ Ketua Umum Julia, M.Pd Wakil Ketua Indra Safari, M.Pd Ketua Dewan Editor Diah Gusrayani, M.Pd Dewan Editor Dr. Tatang Muhtar, M.Si Dr. Ayi Suherman, M.Pd Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd Dr. Nurdinah Hanifah, M.Pd Atep Sujana, M.Pd Maulana, M.Pd Ani Nur Aeni, M.Pd Tata Usaha Achdi, M.Pd Karmah Setiawati Pemasaran Drs. Dadan Djuanda, M.Pd Pelaksana Teknis Hj. Sri Utami, S.Pd Layout dan Publikasi Online Ariana, S.Kom Yudi Kusumah, M.Pd
Berkala Mimbar Sekolah Dasar diterbitkan oleh Program Studi PGSD, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang. Pelindung: Dr. Herman Subarjah, M.Si (Direktur). Pembina: Drs. H. Dede Tatang Sunarya, M.Pd (Sekretaris). Penanggung Jawab: Riana Irawati, M.Si & Respati Mulyanto, M.Pd (Ketua Prodi PGSD Kelas dan PGSD Penjas). Berkala Mimbar Sekolah Dasar terbit pertama kali pada tahun 2014.
Alamat Redaksi: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang, Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang 45322 Jawa Barat. Telp & Fax (0261) 201244. Email:
[email protected]. Alamat Publikasi: http://jurnal.upi.edu/mimbar-sekolah-dasar
~~~
MIMBAR SEKOLAH DASAR VOLUME 2, NOMOR 1, APRIL 2015 HALAMAN 1 – 132
DAFTAR ISI 1. INTERAKSI PBL-MURDER, MINAT PENJURUSAN, DAN KEMAMPUAN DASAR MATEMATIS TERHADAP PENCAPAIAN KEMAMPUAN BERPIKIR DAN DISPOSISI KRITIS …… HAL. 1-20 ~ MAULANA 2. PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DI KELAS IV SD …… HAL. 21-36 ~ ASIAH 3. MENEMUKAN KEMBALI RUMUS LUAS PERSEGI PANJANG DENGAN KONSTRUKTIVISME (STUDI KASUS PADA MAHASISWA PGSD) …… HAL. 37-47 ~ ISROK’ATUN 4. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI JENIS MAKANAN HEWAN DI SD …… HAL. 48-63 ~ OCIH SUKAESIH
7. EFEKTIVITAS DAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR …… HAL. 84-93 ~ RIF’AT SHAFWATUL ANAM 8. PENGGUNAAN METODE INDEX CARD MATCH PADA MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN MENGENAL SEJARAH UANG …… HAL. 94-100 ~ YENA SUMAYANA 9. SIARAN RADIO CITRA 99.4 FM SEBAGAI MEDIA PELESTARIAN TEMBANG SUNDA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR …… HAL. 101-120 ~ MAYLAN SOFIAN 10. LEARNING TASKS’ WHAT AND HOW: PERSPEKTIF DOSEN DAN MAHASISWA MENGENAI TUGAS PEMBELAJARAN …… HAL. 121-132 ~ DIAH GUSRAYANI
5. MENINGKATKAN ECOLITERACY SISWA SD MELALUI METODE FIELD-TRIP KEGIATAN EKONOMI PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL …… HAL. 64-76 ~ RANA GUSTIAN NUGRAHA 6. IDENTIFIKASI TINGKAT KEJUJURAN SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI GEROBAK KEJUJURAN DI KOTA SEMARANG …… HAL. 77-83 ~ FINE REFFIANE, HENRY JANUAR SAPUTRA, TAUFIK HIDAYAT
REDAKSI BERKALA MIMBAR SEKOLAH DASAR MENERIMA TULISAN HASIL PENELITIAN, HASIL IDE/GAGASAN, ATAU RESENSI BUKU BARU, YANG MERUPAKAN KAJIAN-KAJIAN BAIK DALAM TATARAN PRAKTEK MAUPUN TEORI PENDIDIKAN, DAN KHUSUS BERKAITAN DENGAN KE-SD-AN.
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
INTERAKSI PBL-MURDER, MINAT PENJURUSAN, DAN KEMAMPUAN DASAR MATEMATIS TERHADAP PENCAPAIAN KEMAMPUAN BERPIKIR DAN DISPOSISI KRITIS Maulana
PGSD UPI Kampus Sumedang Jalan Mayor Abdurahman No. 211 Sumedang 45322 Email:
[email protected] ABSTRACT Selection of appropriate learning approaches and strategies, will facilitate the achievement of these learning activities. Similarly, in mathematics learning activities in PGSD (department of elementary school preservice teacher), which is demanding the development of a high level of mathematical ability as well as critical thinking skills. However, not many people are trying to look for other factors in addition to the approach/learning strategy, which is possible to contribute to the development of critical thinking skills, such as interest factor majors students (IPA [science] and non-IPA [non-science]) as well as mathematical prior knowledge which has been owned previously. In addition, affective aspects that accompany any critical thinking skills (critical disposition) is a study that is still rare. This paper briefly present to peel the election factor of approaches and learning strategies, ie, problem based learning with "MURDER" strategy, shared interests and their interaction majors and mathematical prior knowledge of the result of performance of critical thinking skills and dispositions of PGSD students. Keywords: problem-based learning, the "MURDER" strategy, the interest of majors, mathematical prior knowledge, critical thinking skills, critical thinking disposition.
PENDAHULUAN
~
Isu
aktual
ABSTRAK Pemilihan pendekatan dan strategi yang tepat, tentu akan memudahkan tercapainya tujuan kegiatan pembelajaran tersebut. Begitu pula dalam kegiatan pembelajaran matematika di PGSD, yang memang menuntut pengembangan kemampuan matematis tingkat tinggi seperti halnya kemampuan berpikir kritis. Akan tetapi, tidak banyak orang yang mencoba melihat adanya faktor lain di samping pendekatan/strategi pembelajaran, yang dimungkinkan ikut berkontribusi dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis tersebut, misalnya saja faktor minat penjurusan mahasiswa (IPA dan Non-IPA) serta kemampuan dasar matematis yang telah dimiliki sebelumnya. Selain itu, aspek afektif yang mengiringi kemampuan berpikir kritis pun (disposisi kritis) merupakan kajian yang masih jarang ditemui. Tulisan ini hadir untuk mengupas secara singkat mengenai faktor pemilihan jenis pendekatan dan strategi pembelajaran, yakni problem based learning berstrategi “MURDER” dan interaksinya bersama minat penjurusan serta kemampuan dasar matematis terhadap hasil capaian kemampuan berpikir dan disposisi kritis matematis mahasiswa PGSD. Kata kunci: problem based learning, strategi “MURDER”, minat penjurusan, kemampuan dasar matematis, kemampuan berpikir kritis matematis, disposisi berpikir kritis matematis.
dalam
kemandirian
dalam
berpikir,
seringkali
pembelajaran matematika saat ini adalah
melibatkan suatu ketidakpastian sehingga
bagaimana
membutuhkan
mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi (high
interpretasi,
order
beragam
thinking
skills—HOTS),
serta
pertimbangan
melibatkan dan
kriteria
terkadang
dan yang memicu
menjadikannya sebagai tujuan penting
timbulnya konflik, menghasilkan solusi yang
yang harus dicapai dalam pembelajaran
terbuka, juga membutuhkan upaya yang
matematika.
sungguh-sungguh
matematis algoritmik,
Kemampuan tingkat
tinggi
kompleks,
berpikir
bersifat
non-
dalam
melakukannya
(Resnick, 1987; Arends, 2004).
melibatkan [1]
Maulana, Interaksi PBL-Murder, Minat Penjurusan, dan Kemampuan Dasar Matematis
Sehubungan
dengan
berpikir
harus dilakukan. Berpikir kritis bukan hanya
matematis tingkat tinggi, Schoenfeld (1992)
untuk mencari jawaban saja, melainkan
membaginya menjadi beberapa hal yang
lebih
meliputi: mencari dan mengeksplorasi pola,
kebenaran jawaban, fakta, atau informasi
memahami
yang
struktur
kegiatan
dan
hubungan-
penting ada,
untuk
sehingga
menanyakan bisa
ditemukan
hubungan matematis, menggunakan data,
alternatif solusi yang terbaik (Ennis, 2000).
merumuskan dan memecahkan masalah,
Kemampuan berpikir kritis tentunya dapat
bernalar
estimasi,
dikembangkan
rasional,
matematika di sekolah ataupun perguruan
menggeneralisasi, mengomunikasikan ide-
tinggi, yang menitikberatkan pada sistem,
ide
struktur, konsep, prinsip, serta kaitan yang
analogis,
menyusun
melakukan
alasan
yang
matematis,
serta
bagaimana
memeriksa kebenaran suatu jawaban.
melalui
pembelajaran
ketat antara suatu unsur dan unsur lainnya. Matematika dengan hakikatnya sebagai
Salah
satu
yang
ilmu yang terstruktur dan sistematis, sebagai
termasuk ke dalam kemampuan berpikir
suatu kegiatan manusia melalui proses
tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir
yang aktif, dinamis, dan generatif, serta
kritis.
mengenai
sebagai ilmu yang mengembangkan sikap
mengembangkan
berpikir kritis, objektif, dan terbuka, menjadi
kritis,
(1)
sangat penting dikuasai oleh peserta didik
tuntutan zaman yang menghendaki warga
dalam menghadapi laju perubahan ilmu
negara
pengetahuan dan teknologi yang begitu
Ada
perlunya
kemampuan
empat
desakan
dibiasakan
kemampuan
berpikir
dapat
berpikir
mencari,
yakni:
memilih,
dan
menggunakan informasi untuk kehidupan
pesat.
bermasyarakat dan bernegara, (2) setiap warga negara senantiasa berhadapan
Kenyataannya, seperti yang diungkapkan
dengan berbagai masalah dan pilihan
oleh Maier (1985) dan Begle (Darhim, 2004),
sehingga dituntut mampu berpikir kritis dan
tidak dapat dimungkiri bahwa anggapan
kreatif,
(3)
yang saat ini berkembang pada sebagian
sesuatu
dengan
kemampuan cara
memandang
yang
berbeda
peserta
didik
adalah
matematika
dalam memecahkan masalah, dan (4)
merupakan bidang studi yang sulit dan
berpikir
aspek dalam
tidak disenangi, hanya sedikit yang mampu
memecahkan permasalahan secara kreatif
menyelami dan memahami matematika
agar peserta didik dapat bersaing secara
sebagai
adil dan mampu bekerja sama dengan
kemampuan
bangsa lain (Wahab, 1996; Maulana, 2007).
mereka sendiri tahu bahwa matematika itu
Berpikir kritis merupakan suatu proses yang
penting
berujung pada pembuatan kesimpulan
anggapan buruk peserta didik terhadap
atau keputusan yang logis tentang apa
matematika,
yang harus diyakini dan tindakan apa yang
berpendapat pula bahwa pada model
kritis merupakan
[2]
ilmu
bagi
yang berpikir
dapat kritis.
kehidupannya. Slettenhaar
melatih Padahal, Selain (2000)
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
pembelajaran sekarang ini, secara umum
dirasakan kurang bermakna. Guru dalam
aktivitas peserta didik hanya mendengar
pembelajarannya
dan menonton pengajarnya melakukan
mengaitkan
kegiatan
itu
sebelumnya (prior-knowledge) yang telah
menyelesaikan masalah dengan satu solusi,
dimiliki oleh peserta didik dan mereka
diakhiri
kurang
matematis, pemberian
diselesaikan
lalu
pengajar
soal
latihan
untuk
sendiri oleh peserta didik.
di
kelas
dengan
diberikan
menemukan
tidak
pengetahuan
kesempatan
kembali
untuk
(reinvention)
dan
Kegiatan pembelajaran seperti itu, menurut
mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika.
Rif’at (2001) disebut sebagai rote learning,
Wahyudin
yakni
hanya
salah satu penyebab peserta didik lemah
cenderung
dalam matematika adalah kurang memiliki
kegiatan
membuat
belajar
peserta
yang
didik
(1999)
mengatakan
menghafal dan tanpa memahami atau
kemampuan
tanpa
(pemahaman), untuk mengenali konsep-
mengerti
sementara
si
apa
yang
pengajar
menyadarinya.
Hal
diajarkan,
sering senada
peserta
didik
memahami
tidak
konsep dasar matematika yang berkaitan
juga
dengan pokok bahasan yang sedang
diungkapkan oleh Abdi (2004), bahwa sebagian
untuk
bahwa
dibicarakan.
merasakan
kesulitan dalam menyerap dan memahami
Bersandar pada alasan yang dikemukakan
pelajaran
di
matematika,
tetapi
sulitnya
atas,
jelaslah
bahwa
kemampuan
memahami pelajaran matematika yang
berpikir kritis peserta didik sangat penting
diajarkan
berkaitan
untuk dikembangkan. Oleh karena itu, guru
dengan cara mengajar guru di kelas yang
atau dosen hendaknya mengkaji dan
tidak
memperbaiki
itu
diperkirakan
membuat
senang
peserta
dan
didik
simpatik
merasa
kembali
praktik-praktik
terhadap
pengajaran yang selama ini dilaksanakan,
matematika, pendekatan yang dilakukan
yang mungkin hanya sekadar rutinitas
guru matematika pada umumnya kurang
belaka.
bervariasi. Memang Jenning & bahwa
Dunne
(1998)
kebanyakan
mengalami
mengatakan
peserta
kesulitan
mengaplikasikan
matematika
benar
bahwa
saat
ini
pembelajaran matematika sudah cukup
didik
banyak
yang
menekankan
pada
dalam
pendekatan yang berorientasi perubahan
dalam
dan mengenalkan pentingnya pelibatan
kehidupan sehari-harinya, karena pada
peserta
pembelajaran matematika, dunia nyata
matematika melalui suatu proses aktif.
hanya dijadikan tempat mengaplikasikan
Dalam proses pembelajaran matematika,
konsep.
sudah cukup banyak guru/dosen yang
Hal
lain
yang
menyebabkan
didik
dalam
sulitnya matematika bagi peserta didik
menciptakan
adalah karena pembelajaran matematika
memungkinkan siswa/mahasiswanya untuk [3]
situasi
dan
memanfaatkan
kondisi
yang
Maulana, Interaksi PBL-Murder, Minat Penjurusan, dan Kemampuan Dasar Matematis
mengembangkan
kemampuan
berpikir
keberhasilan
kemampuan
berpikir
kritis,
kritis matematis (Gokhale (1995), Oleinik
kreatif, dan investigatif pada mahasiswa
(2002), Mǎrcuṱ (2005), Jacob dan Sam
calon
(2007), Aizikovitsh & Amit (2009). Beberapa
PGSD). Jika
studi
kritis,
kreatif, dan investigatif para mahasiswa
pernah juga dilakukan oleh Leader dan
calon guru SD tidak dikembangkan selama
Middleton (2004), Yesildere dan Turnuklu
mengenyam pendidikan kesarjanaannya,
(2006), serta Aizikovitsh dan Amit (2010)
maka bukan mustahil setelah mereka lulus
yang
disposisi
dan menjadi guru SD, mereka kesulitan
berpikir kritis di antaranya: (1) pencarian
pula untuk mengembangkan kemampuan
kebenaran,
berpikir
mengenai
disposisi
mengungkap
berpikir
indikator
dengan
fleksibilitas
dalam
menunjukkan
guru
Padahal,
mempertimbangkan
sekolah
dasar
kemampuan
dan
disposisi
mahasiswa
(mahasiswa berpikir
kritis
kritis,
siswanya.
Pendidikan
Guru
beragam alternatif dan pendapat; (2)
Sekolah Dasar (PGSD) adalah mahasiswa
keterbukaan pikiran, yang menunjukkan
yang disiapkan untuk menjadi guru kelas
pemahaman
yang profesional di SD, yang seharusnya
pendapat
dan
orang
rasa lain;
menghargai
(3)
dengan kegigihan/ketabahan kesulitan;
(4)
menunjukkan melakukan relevan,
saat
(5)
kemampuan berpikir dan disposisi kritis
menghadapi
siswanya seperti yang diamanahkan oleh
informasi
kepercayaan
kurikulum di Indonesia.
dengan
rajin/tekun
pencarian
menumbuhkembangkan
menunjukkan sistematisitas, sikap
mampu
analitisitas,
diri,
dalam yang
Keadaan yang ironis terjadi karena di satu
yang
sisi kemampuan berpikir kritis peserta didik
mengacu pada rasa percaya diri siswa
sangat
atas
untuk
dikembangkan, akan tetapi di sisi lain
memberikan alasan/penalaran; (6) rasa
ternyata kemampuan berpikir kritis peserta
ingin
menunjukkan
didik tersebut masih kurang. Hal ini dapat
bersangkutan
dilihat dari hasil studi pendahuluan yang
kemampuannya tahu,
bagaimana memiliki
sendiri
dengan siswa
perhatian
yang untuk
terus
penting
untuk
dimiliki
dan
dilakukan oleh Maulana (2007) selama
peka (7)
beberapa semester terhadap mahasiswa
kedewasaan, dengan menunjukkan kehati-
program D-2 dan S-1 PGSD yang memiliki
hatian dalam membuat atau mengubah
background pendidikan terakhir sangat
keputusan.
beragam. Mahasiswa tersebut berasal dari
terhadap
informasi
(well-informed);
SMA, SMK, MA, dan SPG (khusus pada kelas Terlepas dari masalah itu, semua kajian
lanjutan
mengenai
dan
program studi yang mereka ambil adalah
disposisi kritis yang sudah dilakukan di
IPA, Bahasa, IPS, Manajemen, dan Teknik.
jenjang sekolah menengah dan perguruan
Jika mahasiswa tersebut dikelompokkan
tinggi, belum menunjukkan bagaimana
menjadi kelompok besar, maka terdapat
kemampuan
berpikir
[4]
dan
dualmodes).
Adapun
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
dua kelompok besar yakni mahasiswa
peserta didik untuk berpikir dan berbuat
yang berlatar belakang IPA dan NON-IPA.
secara
Dalam
positif dan didasari dengan iman, taqwa,
studi
dilakukan,
pendahuluan
diberikan
yang
tes
telah
kemampuan
dan
matematis dengan ahlak
mulia
cara yang
(Sumarmo,
2011).
berpikir kritis dengan hasilnya bernilai rata-
Pengertian disposisi matematis seperti di
rata kurang dari 50% dari skor maksimal
atas
untuk kedua kelompok tersebut (Maulana,
makna
2007, 2011).
pendidikan budaya dan karakter bangsa.
pada
yang
Dengan Semua
informasi
yang
sejalan
dengan
terkandung
dalam
demikian
pengembangan
di
budaya dan karakter, kemampuan berpikir
lapangan tersebut—mengenai rendahnya
dan disposisi matematis pada dasarnya
kemampuan
matematis
dapat ditumbuhkan pada diri peserta didik
mahasiswa calon guru, khususnya PGSD—
secara bersama-sama. Disposisi matematis
tidak selayaknya dibiarkan begitu saja.
yang
Akan
berpikir kritis, dalam hal ini diistilahkan
berpikir
tetapi,
perlu
ditemukan
dasarnya
kritis
kiranya
dilakukan
sebuah upaya untuk menindaklanjutinya dalam
rangka
perbaikan,
salah
berkaitan
dengan
kemampuan
sebagai disposisi kritis.
satu
alternatifnya adalah dengan menerapkan
Ketika
suatu
pendekatan
aktivtas berpikir kritis, maka “aku” atau
pembelajaran yang lebih inovatif. Dalam
pribadi orang itu memegang peranan
hal
penting. Si “aku” bukanlah faktor yang
strategi ini
dan
Ausubel
(Ruseffendi,
1992)
seseorang
sedang
menyarankan agar sebaiknya digunakan
pasif,
pendekatan yang menggunakan metode
mengemudikan perbuatan standar (Kulpe
pemecahan masalah, inkuiri, dan metode
dalam Permana, 2010). Apalagi pribadi
belajar
tersebut masih berusia remaja yang masih
yang
menumbuhkembangkan
kemampuan berpikir kritis.
melainkan
melakukan
faktor
yang
cenderung labil dalam tingkat emosinya. Pada
usia
remaja
seperti
ini,
kondisi
Seiring dengan kemampuan berpikir kritis
pembelajaran yang tidak kondusif serta
yang harus dikembangkan, maka tak lepas
kurangnya
dari
dasar bermatematika akan mempengaruhi
ketiga
disposisi
kemampuan
matematis
tersebut ada
yang
harus
turut
disposisi
penguasaan
peserta
didik
kemampuan dalam
belajar
ditumbuhkembangkan secara bersamaan
matematika.
pula. Dalam pembelajaran matematika,
Hasil penelitian Sumarmo, dkk. (Hulukati,
pembinaan
2005)
komponen
semacam (mathematical
ranah
disposisi disposition)
afektif
matematis
memberikan
pembelajaran
gambaran
matematika
bahwa
dewasa
ini
akan
antara lain memiliki karakteristik sebagai
membentuk keinginan, kesadaran, dedikasi
berikut: pembelajaran lebih berpusat pada
dan kecenderungan yang kuat pada diri
guru, pendekatan yang digunakan lebih [5]
Maulana, Interaksi PBL-Murder, Minat Penjurusan, dan Kemampuan Dasar Matematis
bersifat
ekspositoris,
guru
lebih
yang
melekat
selamanya.
Proses
mendominasi proses aktivitas kelas, latihan-
mengkonstruksi
pengetahuan
dapat
latihan yang diberikan lebih banyak yang
dilakukan
peserta
sendiri
sifatnya
berdasarkan
rutin.
Sementara
itu
kurikulum
oleh
pengalaman
telah
dapat
pula
dimiliki
yang student-centered, mengembangkan
berupa hasil penemuan yang melibatkan
kreativitas siswa, menciptakan kondisi yang
faktor lingkungan.
tetapi
mengembangkan bermuatan
atau
yang
menuntut suatu suatu proses pembelajaran
menyenangkan
sebelumnya,
didik
menantang,
kemampuan nilai,
yang
Berdasarkan pandangan konstruktivisme,
menyediakan
suatu
strategi
pembelajaran
haruslah
pengalaman belajar yang beragam serta
memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
belajar melalui perbuatan (learning by
penggunaan waktu yang lebih banyak
doing). Oleh karena itu, perlu ada upaya
untuk
yang ekstra keras dari semua pihak yang
yang dapat meningkatkan kemampuan
terkait dengan proses pendidikan untuk
peserta
secara
berusaha
pengetahuan, melibatkan peserta didik
memperbaiki proses pembelajaran yang
dalam proses belajar sehingga konsep
terjadi saat ini.
yang
bersama-sama
mengembangkan didik
untuk
abstrak
pemahaman
mengalihgunakan
disajikan
lebih
konkret,
penerapan diskusi dalam kelompok kecil, Menyadari pentingnya suatu strategi dan
serta penyajian masalah-masalah yang
pendekatan
bersifat tidak rutin.
pembelajaran
mengembangkan mahasiswa,
untuk
kemampuan
maka
mutlak
berpikir
diperlukan
Salah
satu
pendekatan
pembelajaran
adanya pembelajaran matematika yang
matematika
yang
lebih
pandangan
konstruktivisme
secara aktif dalam proses pembelajaran itu
pembelajaran
berbasis
sendiri. Hal ini dapat terwujud melalui suatu
atau sering pula disebut dengan istilah
bentuk
problem
banyak
melibatkan
pembelajaran
dirancang
sedemikian
mencerminkan
mahasiswa
alternatif rupa
keterlibatan
yang
sehingga
based
prosesnya,
mahasiswa
didasari
adalah
masalah
learning
pembelajaran
menyuguhkan
oleh
suatu
(PBL).
(PBM) Dalam
seperti
ini
lingkungan
secara aktif dan konstruktif. Mahasiswa
pembelajaran dengan masalah sebagai
sebagai peserta didik perlu dibiasakan
basisnya. Masalah dimunculkan sedemikian
untuk
rupa
mampu
mengkonstruksi
pengetahuannya mentransformasikan
dan
sendiri mampu
sehingga
menginterpretasi
pengetahuannya
peserta suatu
didik
perlu
masalah,
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan,
tersebut ke dalam situasi lain yang lebih
menilai
alternatif
solusi,
kompleks sehingga pengetahuan tersebut
mempresentasikan
solusi
akan menjadi milik peserta didik itu sendiri,
dipilihnya. Ketika peserta didik mencoba [6]
memilih
dan
yang
telah
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
mengembangkan suatu prosedur dalam
dapat
menyelesaikan
maka
keterampilan metakognitif peserta didik,
sedang
karena proses belajar diawali dengan
pengetahuan
konflik kognitif dan diatasi oleh peserta
permasalahan,
sebenarnya
mereka
mengintegrasikan konseptual
dengan
keterampilan
memicu
tumbuh
kembangnya
yang
didik itu sendiri melalui pengaturan diri (self–
dimilikinya. Oleh karena itu, dalam hal ini
regulation), yang akhirnya dalam proses
secara keseluruhan para peserta didiklah
belajar
yang
sendiri
membangun
dengan
pengetahuannya,
ditopang
oleh
keberadaan
itu
peserta
didik
membangun
pengetahuannya
melalui
pengalaman dari hasil interaksi dengan
pengajar yang berperan besar sebagai
lingkungannya.
fasilitator pembelajaran. Salah satu strategi yang digunakan dalam Pembelajaran menyediakan
berbasis suatu
masalah
lingkungan
menerapkan
belajar
masalah
pembelajaran
adalah
berbasis
dengan
yang memberikan banyak kesempatan
“MURDER”.
kepada
untuk
memberikan penekanan bahwa interaksi
berpikir
dan kolaborasi dengan orang lain adalah
pembelajaran
bagian penting dalam belajar (Santyasa,
peserta
mengembangkan matematisnya. berbasis
didik
kemampuan
Dengan
masalah,
menggali,
mereka
mengadaptasi,
mencoba
Strategi
strategi
2008). Istilah
mengubah
akronim
dari
“MURDER”
“MURDER” ini kata
ini
merupakan
Mood-Understand-
prosedur penyelesaian, juga memverifikasi
Recall-Detect-Elaborate-Review.
Dalam
solusi yang sesuai dengan situasi masalah
fase Mood, pembelajaran lebih diarahkan
baru yang diperoleh.
untuk mengatur suasana hati (mood) yang tepat dengan cara relaksasi dan berfokus
Pembelajaran sangat
berbasis
kental
masalah
dengan
juga
pada
tugas
belajar.
Fase
kedua,
nuansa
Understand, peserta didik diajak untuk
metakognitif, yang menitikberatkan pada
memahami bagian materi tertentu dari
aktivitas
naskah tanpa menghafalkan. Pada fase
belajar,
membantu
dan
membimbing peserta didik jika menemui
Recall,
kesulitan,
membantu
memberikan
kesadaran
mengulang materi yang dibaca. Lalu fase
dan
mengembangkan
salah
satu sajian
kelompok
lisan
dengan
metakognisinya, baik dalam hal memilih,
Detect,
mengingat,
kembali,
mengkritisi munculnya kesalahan, kealpaan
yang
catatan, atau perbedaan pandangan.
dihadapinya, sampai kepada bagaimana
Fase kelima, sesama pasangan meng-
menyelesaikan masalah (Suzana, 2003).
Elaborate langkah-langkah 2, 3, 4, dan 5,
Pembelajaran
yang
diulang untuk bagian materi selanjutnya.
berdasarkan pandangan konstruktivisme ini
Terakhir, pada fase Review, peserta didik
mengorganisasi
mengenali informasi
berbasis
masalah
[7]
anggota
anggota
mencermati
dan
Maulana, Interaksi PBL-Murder, Minat Penjurusan, dan Kemampuan Dasar Matematis
mengulas kembali hasil pekerjaannya dan
penelitian
mentransmisikan
Design
dalam
pada
pasangan
kelompoknya.
lain
Melalui
desain
didaktis
Research—DDR).
dikatakan
oleh
(Didactical
Sebagaimana
Suryadi
(2010),
DDR
pembelajaran berbasis masalah berstrategi
merupakan sebuah metodologi penelitian
“MURDER” ini, diharapkan peserta didik
yang dikembangkan dari tacit didactical
(mahasiswa
PGSD)
dan pedagogical knowledge.
mengembangkan
kemampuan
dapat berpikir
dan disposisi matematisnya.
Suryadi (2010) menjelaskan bahwa DDR ini memliki tiga tahapan, yaitu:
Berdasarkan
uraian
dikemukakan kiranya
di
atas,
dilakukan
mengenai
yang
telah
maka
perlulah
suatu
alternatif
matematika
oleh
penelitian
dosen dalam pengembangan
bahan
ajar
sebelum
dalam peristiwa pembelajaran. ASD
dapat
berupa sintesis hasil pemikiran dosen
kemampuan
berpikir
tentang
dan disposisi kritis matematis. Dalam hal ini,
respons
mahasiswa
dilakukanlah
akan
muncul
penelitian
mengimplementasikan Learning
berstrategi
diujicobakan
pembelajaran
yang
mengembangkan
1. Analisis situasi didaktis (ASD) dilakukan
yang
berbagai
Problem
Based
pembelajaran
“MURDER”
untuk
antisipasinya.
meningkatkan kemampuan berpikir dan
2. Analisis
kemungkinan yang
diprediksi
pada
dan
peristiwa
langkah-langkah
metapedadidaktik
(AM)
disposisi kritis matematis mahasiswa PGSD
dilakukan dosen sebelum, pada saat,
yang
dan setelah uji coba bahan ajar. AM
diperkirakan
kebutuhan
dengan
mahasiswa
mengembangkan dan
sesuai
disposisi
kemampuan
kritis
dari
yang
dalam
berupa
berpikir
dapat
berlatar
kemampuan
dosen
memandang
pembelajaran
secara
untuk
peristiwa komprehensif,
belakang berbeda (dalam hal ini tingkat
mengidentifikasi dan menganalisis hal-
kemampuan
hal
dasar,
maupun
asal
sekolah/minat penjurusannya).
penting
yang
terjadi,
serta
melakukan tindakan cepat dan tepat (scaffolding)
untuk
mengatasi
METODE
hambatan
pembelajaran
(learning
Desain dan Prosedur Penelitian
obstacles)
sehingga
tahapan
Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap,
pembelajaran dapat berjalan lancar
yaitu: 1) tahap persiapan, dan 2) tahap
dan hasil belajar mahasiswa menjadi
pelaksanaan.
optimal.
dilakukan
Pada
penelitian
(developmental
tahap
persiapan
pengembangan
research)
retrosfektif
(AR),
dilakukan
ajar
dosen setelah uji coba bahan ajar. Dari
pembelajaran berbasis masalah berstrategi
AR dilakukan revisi terhadap bahan
“MURDER”
ajar
dengan
bahan
3. Analisis
menggunakan [8]
yang
telah
dikembangkan
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
sebelumnya sehingga akan dihasilkan
Berdasarkan hasil TKDM, mahasiswa pada
suatu bahan ajar yang ideal, yaitu
setiap kelas dikelompokkan menjadi tiga
bahan ajar yang sesuai kebutuhan
kategori, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah.
mahasiswa, dapat memprediksi dan
Pengelompokan
mengantisipasi
matematis
setiap
hambatan
kemampuan
mahasiswa
ini
awal
ditentukan
pembelajaran yang muncul, sehingga
berdasarkan
pengkategorian
dengan
tahapan pembelajaran dapat berjalan
kriteria pengelompokan berdasarkan rata-
lancar dan hasil belajar mahasiswa
rata skor gabungan seluruh mahasiswa dan
menjadi optimal.
simpangan bakunya. Dengan demikian, penelitian kuasi eksperimen dengan the
Akhir dari tahap persiapan ini adalah
non-equivalent
dengan diperolehnya: (1) bahan ajar untuk
secara
pembelajaran berbasis masalah berstrategi
berikut (Fraenkel & Wallen, 1993; Ruseffendi,
“MURDER” dengan DDR, pembelajaran
2003).
berbasis masalah berstrategi “MURDER” tanpa
DDR,
dan
konvensional;
(2)
tes
kemampuan dasar matematis (TKDM), tes kemampuan berpikir kritis (TKBK) yang telah memenuhi
persyaratan:
ringkas
group
digambarkan
design sebagai
0 X1 0 0 X2 0 0 0 Keterangan: X1 : Pembelajaran berbasis masalah berstrategi “MURDER” dengan bahan ajar hasil didactical design research. X1 : Pembelajaran berbasis masalah berstrategi “MURDER”. 0 : Pemberian tes dan non-tes di awal dan akhir pembelajaran.
pembelajaran
seperangkat
control
validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda; dan (3) skala disposisi berpikir kritis (SDBK). Jika tahap persiapan telah selesai, maka dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan
Populasi dan Sampel
penelitian yang menggunakan metode
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa
kuasi eksperimen dengan desain kelompok
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
kontrol non-ekuivalen (the non-equivalent
Dasar
(PGSD)
control
Negeri
yang
group
design).
Penggunaan
pada
Perguruan
mengontrak
Tinggi
matakuliah
metode kuasi eksperimen ini karena tidak
Pendidikan Matematika II, yang berada di
dimungkinkan
melakukan
lingkup Provinsi Jawa Barat dan Banten.
terhadap
Dari populasi tersebut, kemudian diambil
pengontrolan
untuk secara
penuh
sampel penelitian, sehingga subjek tidak
sejumlah
dikelompokkan secara acak, dan keadaan
sebanyak 119 orang, yang terdistribusikan
subjek diterima apa adanya (Ruseffendi,
menjadi 3 kelas. Dari ketiga kelas tersebut
2003).
dipilih 2 kelas sebagai kelas eksperimen
sampel
dalam penelitian
ini,
dan 1 kelas lainnya sebagai kelas kontrol. [9]
Maulana, Interaksi PBL-Murder, Minat Penjurusan, dan Kemampuan Dasar Matematis
Pada kelas eksperimen, diselenggarakan
macam kegiatan, yakni: (1) orientasi
kegiatan perkuliahan dengan pendekatan
atau
pembelajaran berbasis masalah berstrategi
eksplorasi,
“MURDER”, sedangkan mahasiswa di kelas
integrasi (dikembangkan dari Karlimah,
kontrol
2010).
memperoleh
kegiatan
pembelajaran konvensional.
persiapan, (4)
(2)
organisasi,
negosiasi,
dan
(3) (5)
5. Strategi “MURDER” merupakan akronim dari Mood, Understand, Recall, Detect,
Variabel dan Definisi Operasional
Elaborate, dan Review (diadopsi dari
1. Variabel bebas dinotasikan dengan X.
Santyasa, 2008).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pembelajaran
6. Kemampuan berpikir kritis matematis
berbasis
dalam
masalah berstrategi “MURDER” dengan berbasis
tinggi
masalah
berupa
kontrol
dalam
minat
(d)
(b)
merekonstruksi
(dikembangkan
7. Disposisi
berpikir
kecenderungan
rendah.
bersikap
3. Variabel terikat dinotasikan dengan Y.
dari
kritis
untuk
dengan
terhadap
Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah
berpikir
dan
yang
kritis
cara
matematika.
Indikator
disposisi berpikir kritis ini meliputi: (a)
berupa kemampuan berpikir kritis dan
Bertanya secara jelas dan beralasan.
disposisi kritis matematis.
(b) Berusaha untuk memahami dengan
4. Problem Based Learning (PBL) adalah
baik. (c) Menggunakan sumber yang
pembelajaran yang dimulai dengan
terpercaya.
persiapan menuju orientasi masalah untuk
memperoleh
konsep,
relasi
konsep,
pengkomunikasian
bagian
pemahaman
antarkonsep,
kompleks.
aplikasi
atau
dari (e)
keseluruhan
yang
Kembali/relevan
ke
strategi. (g) Bersifat terbuka, fleksibel dalam berpikir dan merespons, toleran
mengevaluasi dan mempresentasikan
terhadap perbedaan pendapat. (h)
solusi dari masalah menurut penemuan
Berani mengambil posisi. (i) Bertindak
sendiri. Secara umum, pembelajaran dari
Bersikap
masalah pokok. (f) Mencoba berbagai
konsep,
menentukan,
terdiri
(d)
berpandangan bahwa sesuatu adalah
nyata atau masalah yang disimulasikan
masalah
(a)
Maulana, 2007).
tiga kategori, yakni: tinggi, sedang, dan
berbasis
aspek:
mengeksplorasi,
kemampuan
argumen
matematis mahasiswa, yang terdiri dari
mencari,
meliputi
(c) kemampuan mengklarifikasi, dan
penjurusan/latar
IPA), serta tingkat kemampuan awal
untuk
adalah
kemampuan mengidentifikasi relevansi,
penelitian
belakang pendidikan (IPA dan Non-
serta
yang
kemampuan
berstrategi “MURDER” biasa (X2). 2. Variabel
ini
kemampuan berpikir matematis tingkat
bahan ajar sesuai hasil DDR (X 1), dan pembelajaran
penelitian
cepat. (j) Bersikap sensitif terhadap
lima
perasaan [10]
orang
lain.
(k)
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
Memanfaatkan cara berpikir orang lain
9 unggul, 22 papak, dan 9 asor. Pada kelas
yang kritis (diadopsi dari Sumarmo,
eksperimen 2, dari 40 mahasiswa terdapat
2011).
9 unggul, 22 papak, dan 9 asor. Kemudian pada kelas kontrol, ada 7 unggul, 23
Keseluruhan
data
yang
terjaring
perangkat
tes
kemampuan
dari
papak, dan 9 asor.
dasar
matematis, tes kemampuan berpikir kritis matematis,
dan
skala
disposisi
Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis
kritis
Matematis
matematis mahasiswa tersebut kemudian diolah
secara
kuantitatif,
Statistika deskriptif memberikan penjelasan
atau
bahwa pada kelas eksperimen 1, rata-rata
dikuantitatifkan dengan harapan dapat menjawab berkaitan
permasalahan dengan
pencapaian
penelitian
interaksi
ini.
Adapun
analisis
68,75
diperoleh
Two-Way
Anova,
simpangan
pada
kelas
rata-rata
kemampuan
asumsi normalitas dan homogenitas, OneAnova,
dengan
Sementara
data
dilakukan secara bertahap, dari mulai uji Way
kemampuan
berpikir
kritis matematis mahasiswa PGSD adalah
variabel-
variabel bebas, kontrol, dan terikat dalam penelitian
akhir
baku
eksperimen
pencapaian
berpikir
11,62.
kritis
2,
akhir
matematis
sebesar 61,81 dengan simpangan baku
serta
11,56.
beberapa uji post-hoc.
Kemudian
diketahui
pada
rata-rata
kelas
kontrol
pencapaian
akhir
kemampuan berpikir kritis matematisnya HASIL DAN PEMBAHASAN
53,08 dengan simpangan baku 9,48.
Analisis Kemampuan Dasar Matematis Berdasarkan
hasil
uji
statistik
One-Way
Pada
Anova terhadap data TKDM, diperoleh
kelompok adalah homogen (p-value =
eksperimen 2, dan kelas kontrol, sehingga
0,342).
sebelum perlakuan berupa PBL-MURDER
kategori
KDM
sedang/papak rendah/asor
kelompok,
tinggi/unggul (𝑥 − 𝑠 < 𝑥
Pada taraf signifikansi 5% diketahui bahwa
(𝑥 ≤ 𝑥 − 𝑠).
terdapat
yaitu
Pada
perbedaan
yang
signifikan
antara ketiga kelompok (p-value = 0,000).
(𝑥 > 𝑥 + 𝑠),
≤ 𝑥 + 𝑠),
adalah
kritis matematis dengan One-Way Anova.
tes ini juga, seluruh kelompok sampel tiga
berikutnya
rata-rata pancapaian kemampuan berpikir
tersebut
secara signifikan adalah sama. Dari hasil menjadi
Langkah
menentukan apakah terdapat perbedaan
dilakukan, keadaan kemampuan dasar
dibagi
dengan
kritis matematis mahasiswa pada ketiga
matematis mahasiswa kelas eksperimen 1,
kelompok
5%,
data pencapaian kemampuan berpikir
tidak ada perbedaan kemampuan dasar
ketiga
signifikansi
menggunakan uji Levene, diketahui bahwa
informasi bahwa pada taraf signifikansi 5%,
matematis
taraf
Uji lanjutan Scheffe memberikan informasi
dan
bahwa
kelas
ternyata
rata-rata
pencapaian
kemampuan berpikir kritis matematis ketiga
eksperimen 1, dari 40 mahasiswa diketahui
kelompok tersebut seluruhnya berbeda [11]
Maulana, Interaksi PBL-Murder, Minat Penjurusan, dan Kemampuan Dasar Matematis
(semua p-value kurang dari 0,05). Artinya,
pembelajaran PBL-MURDER biasa pun lebih
perlakuan berupa PBL-MURDER dengan
baik daripada pembelajaran konvensional
menggunakan bahan ajar hasil kajian DDR
dalam pencapaian kemampuan berpikir
lebih baik daripada pembelajaran PBL-
kritis matematis mahasiswa PGSD.
MURDER biasa dan konvensional, serta Tabel 1. Uji Lanjutan Scheffe terhadap Kemampuan Berpikir Kritis (I) Kelas
(J) Kelas
Eksperimen_1
Eksperimen_2
Eksperimen_2
Mean Difference (I-J)
Sig.
2.44712
.021
Kontrol
15.67308*
2.46276
.000
Eksperimen_1
-6.93750*
2.44712
.021
8.73558*
2.46276
.003
Eksperimen_1
-15.67308*
2.46276
.000
Eksperimen_2
-8.73558*
2.46276
.003
Kontrol Kontrol
Std. Error
6.93750*
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Pencapaian Disposisi Berpikir Kritis
rata-rata pancapaian disposisi berpikir kritis
Matematis
matematis dengan One-Way Anova. Pada
Statistika deskriptif memberikan penjelasan
taraf
bahwa pada kelas eksperimen 1, rata-rata
terdapat
pencapaian akhir disposisi berpikir kritis
antara ketiga kelompok (p-value = 0,019).
matematis mahasiswa PGSD adalah 87,38
Uji lanjutan Scheffe memberikan informasi
dengan simpangan baku 7,38. Sementara
bahwa
pada kelas eksperimen 2, diperoleh rata-
disposisi berpikir kritis matematis pada kelas
rata pencapaian akhir disposisi berpikir kritis
eksperimen
matematis
eksperimen 2, sementara kelas kontrol
sebesar
82,92
dengan
signifikansi
5%
diketahui
perbedaan
ternyata 1
yang
rata-rata
berbeda
signifikan
pencapaian
dengan
memiliki
kelas
rata-rata
eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2.
pencapaian akhir disposisi berpikir kritis
Temuan ini memberikan informasi berharga
matematisnya 84,49 dengan simpangan
bahwa
baku 6,02.
menggunakan pendekatan/strategi sama,
diketahui
kegiatan
dengan
kelas
simpangan baku 7,68. Kemudian pada kontrol
kesamaan
bahwa
pembelajaran
kelas
yang
akan terjadi perbedaan jika ditinjau dari Pada
taraf
signifikansi
dengan
penggunaan bahan ajarnya. Dalam hal ini,
menggunakan uji Levene, diketahui bahwa
pembelajaran yang menggunakan bahan
data pencapaian disposisi berpikir kritis
ajar hasil kajian penelitian desain didaktis
matematis
ketiga
(DDR) memberikan pengaruh yang lebih
kelompok adalah homogen (p-value =
baik daripada pembelajaran yang tidak
0,486).
menggunakan bahan ajar hasil kajian DDR.
mahasiswa
Langkah
5%,
pada
berikutnya
adalah
menentukan apakah terdapat perbedaan [12]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
Tabel 2. Uji Lanjutan Scheffe terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
(I) Kelas
(J) Kelas
Eksperimen_1 Eksperimen_2 Kontrol
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Eksperimen_2
4.45000*
1.58140
.022
Kontrol
2.88782
1.59150
.197
Eksperimen_1
-4.45000*
1.58140
.022
Kontrol
-1.56218
1.59150
.619
Eksperimen_1
-2.88782
1.59150
.197
Eksperimen_2
1.56218
1.59150
.619
(PBL)
berstrategi
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Interaksi antara PBL-MURDER, Minat
berbasis
Penjurusan, dan Kemampuan Dasar
“MURDER”,
Matematis
kemampuan dasar matematis yang dimiliki
Dengan menggunakan Two-Way Anova
mahasiswa PGSD. Ringkasan mengenai
pada
hasil uji Two-Way Anova tersebut disajikan
taraf
signifikansi
5%,
diperoleh
beberapa temuan menarik sehubungan dengan
interaksi
antara
masalah minat
penjurusan,
serta
dalam tabel berikut ini.
pendekatan
Tabel 3. Interaksi PBL-MURDER, Minat Penjurusan, dan Kemampuan Dasar Matematis, terhadap Pencapaian Akhir Kemampuan Berpikir dan Disposisi Kritis Mahasiswa PGSD Tests of Between-Subjects Effects Source Corrected Model Intercept Kelompok_KDM Minat_Jurusan Kelas
Dependen Type III Sum of t Variable Squares
Df
Mean Square
KB_Kritis
9816.021a
17
D_Kritis
1836.762b
17
KB_Kritis
332280.072
1
D_Kritis
625491.344
1
KB_Kritis
1582.959
D_Kritis
259.119
KB_Kritis D_Kritis
577.413
F
Sig.
6.520
.000
108.045
2.496
.003
332280.072
3.752E3
.000
625491.344
1.445E4
.000
2
791.480
8.937
.000
2
129.559
2.993
.055
984.217
1
984.217
11.113
.001
479.718
1
479.718
11.080
.001
KB_Kritis
3681.698
2
1840.849
20.786
.000
D_Kritis
204.824
2
102.412
2.365
.099
Kelompok_KDM * Minat_Jurusan
KB_Kritis
47.895
2
23.947
.270
.764
D_Kritis
101.811
2
50.905
1.176
.313
Kelompok_KDM * Kelas
KB_Kritis
371.455
4
92.864
1.049
.386
D_Kritis
242.999
4
60.750
1.403
.238
KB_Kritis
608.363
2
304.182
3.435
.036
Minat_Jurusan * Kelas
D_Kritis
116.032
2
58.016
1.340
.266
Kelompok_KDM * Minat_Jurusan * Kelas
KB_Kritis
295.406
4
73.852
.834
.507
D_Kritis
199.331
4
49.833
1.151
.337
Error
KB_Kritis
8944.798
101
88.562
[13]
Maulana, Interaksi PBL-Murder, Minat Penjurusan, dan Kemampuan Dasar Matematis D_Kritis Total Corrected Total
4372.700
101
KB_Kritis
465656.250
119
D_Kritis
864625.000
119
KB_Kritis
18760.819
118
D_Kritis
6209.462
118
43.294
a. R Squared = .523 (Adjusted R Squared = .443) b. R Squared = .296 (Adjusted R Squared = .177)
Tabel 3 di atas mengindikasikan beberapa
5. Interaksi antara kemampuan dasar dan
hasil temuan sebagai berikut ini.
jenis pendekatan pembelajaran yang
1. Kemampuan dasar matematis sangat
dipilih, ternyata tidak memiliki pengaruh
berpengaruh akhir
terhadap
kemampuan
pencapaian berpikir
kritis
gabungan
terhadap
perbedaan
dalam
besarnya pencapaian
matematis mahasiswa PGSD (p-value =
kemampuan berpikir dan disposisi kritis
0,000). Akan tetapi kemampuan dasar
mahasiswa
matematis tersebut tidak berpengaruh
masing sebesar 0,386 dan 0,238).
terhadap pencapaian akhir disposisi
pendekatan
2. Minat penjurusan memiliki pengaruh signifikan
masing-
pengaruh
pembelajaran
yang
signifikan
memiliki terhadap
terhadap
pencapaian kemampuan berpikir kritis
pencapaian akhir, baik kemampuan
matematis (p-value = 0,036), namun
berpikir
tidak
kritis
terhadap
(p-value
6. Interaksi antara minat penjurusan dan
kritisnya (p-value = 0,055). yang
PGSD
matematis
maupun
memiliki
pengaruh
terhadap
disposisi kritis mahasiswa PGSD (masing-
besarnya
masing p-value = 0,001).
pencapaian disposisi kritis mahasiswa
3. Pendekatan pengaruh
pembelajaran
yang
signifikan
memiliki
perbedaan
dalam
PGSD (p-value = 0,266).
terhadap
7. Secara keseluruhan, interaksi antara
pencapaian kemampuan berpikir kritis
pendekatan
matematis mahasiswa PGSD (p-value =
kemampuan
0,000). Akan tetapi adanya perbedaan
minat penjurusan mahasiswa, ternyata
pendekatan
tidak
tersebut
berpengaruh
terhadap
tidak
pencapaian
pengaruh
tidak
gabungan
besarnya
masing-masing
terhadap
sebesar
0,507
dan
dalam Melalui serangkaian uji hipotesis, diketahui bahwa raw input mahasiswa PGSD yang
disposisi kritis mahasiswa PGSD (p-value sebesar
gabungan
0,337).
pencapaian kemampuan berpikir dan masing-masing
pengaruh
disposisi kritis mahasiswa PGSD (p-value
memiliki
perbedaan
memiliki
matematis, dan
pencapaian kemampuan berpikir dan
4. Interaksi antara kemampuan dasar dan penjurusan
dasar
terhadap besarnya perbedaan dalam
akhir disposisi kritisnya (p-value = 0,099). minat
pembelajaran,
0,764
menjadi
dan
subjek
penelitian
memiliki
kemampuan awal atau kemampuan dasar
0,313). [14]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
matematis yang relatif sama. Dengan kata
bahan ajar hasil kajian penelitian desain
lain,
seluruh
didaktis (DDR) memberikan pengaruh yang
mahasiswa baru yang lulus dalam seleksi
lebih baik daripada pembelajaran yang
masuk PGSD di lokasi penelitian memang
tidak menggunakan bahan ajar hasil kajian
melalui tahapan yang sama sehingga
DDR, dengan catatan pendekatan yang
kemampuan
digunakan adalah sama.
dapat
dipahami
bahwa
generik,
khususnya
kemampuan dasar matematisnya tidak berbeda. Begitu pula setelah dilakukan
Di samping optimalisasi bahan ajar melalui
persebaran subkelompok unggul, papak,
serangkaian kajian DDR, diketahui pula
dan asor, di ketiga kelas penelitian proporsi
bahwa
ketiga subkelompok tersebut relatif merata.
sangat
kemampuan
berpikir
kritis
matematis
kritis
matematis
berpengaruh
pencapaian Kemampuan
dasar
akhir
matematis
terhadap
kemampuan mahasiswa
PGSD.
mengandung
ternyata memiliki perbedaan, ditinjau dari
dengan temuan Suryadi (2005), Maulana
sudut pandang kegiatan pembelajaran
(2007),
yang digunakan. Dari hasil analisis data
mahasiswa
dan uji hipotesis statistik, diperoleh informasi
berkemampuan
berharga
PBL-
memiliki kecenderungan untuk mencapai
MURDER dengan menggunakan bahan
kemampuan berpikir kritis yang tinggi pula.
ajar hasil kajian DDR lebih baik daripada
Di
pembelajaran konvensional,
pembelajaran
PBL-MURDER serta
dan
Ibrahim
biasa
dan
memiliki
pembelajaran
PBL-
pencapaian
pada
dasar
bahwa awalnya
unggul
kemampuan
pengaruh
sejalan
(2011),
yang
samping
yang
Ini
mahasiswa PGSD di akhir pembelajaran
bahwa
pengertian
berpikir
akan
dasar
signifikan
kemampuan
yang
terhadap
berpikir
kritis
MURDER biasa pun lebih baik daripada
mahasiswa, ternyata minat penjurusan pun
pembelajaran
memiliki
pencapaian matematis
konvensional kemampuan
mahasiswa
dalam
berpikir
PGSD.
Dari
kritis
pengaruh
yang
signifikan
terhadap terhadap pencapaian akhir, baik
sini
kemampuan
berpikir
maupun
belajar peserta didik akan lebih optimal jika
Mahasiswa
bahan
rupa
kelompok IPA memiliki kemampuan berpikir
sehingga hambatan belajar peserta didik
dan disposisi kritis yang lebih baik daripada
tersebut
kelompok Non-IPA.
2010).
didesain
dapat Temuan
(kemampuan
sedemikian
diminimalisasi pada berpikir
aspek kritis)
(Suryadi,
PGSD
kritis
matematis
dapat diketahui dengan jelas bahwa hasil ajar
disposisi
kritis
yang
mahasiswa. berasal
dari
kognitif tersebut
Dari
sudut pandang pendekatan dan
nyatanya diperkuat pula dengan temuan
strategi
lain pada aspek afektif (disposisi kritis).
pengaruhnya
Temuan ini memberikan informasi penting
pencapaian
bahwa pembelajaran yang menggunakan
matematis [15]
pembelajaran, yang
diketahui
signifikan
kemampuan mahasiswa
terhadap
berpikir
PGSD.
kritis
Artinya,
Maulana, Interaksi PBL-Murder, Minat Penjurusan, dan Kemampuan Dasar Matematis
pembelajaran PBL-MURDER, memberikan
terhadap
kesempatan
kemampuan berpikir kritis matematis
untuk
kepada
lebih
mahasiswa
mampu
PGSD
mencapai
pencapaian
mahasiswa
PGSD.
akhir
Mahasiswa
yang
kemampuan berpikir kritis matematis yang
pada awalnya berkemampuan dasar
lebih
dibandingkan
unggul akan memiliki kecenderungan
pembelajaran yang bersifat konvensional.
untuk mencapai kemampuan berpikir
Akan
kritis yang tinggi pula.
tinggi tetapi
jika di
sisi
lain,
perbedaan
pendekatan tersebut tidak berpengaruh terhadap
perbedaan
2. Pencapaian akhir berupa kemampuan
rata-rata
berpikir
kritis
matematis
mahasiswa
pencapaian akhir disposisi kritisnya. Hal ini
PGSD yang mengikuti pembelajaran
bisa saja dipahami, sebagaimana teori
berbasis
conditioning dari Pavlov (Ruseffendi, 1992),
learning) berstrategi mood-understand-
bahwa
menumbuhkembangkan
recall-detect-elaborate-review dengan
aspek sikap (afektif) dalam diri peserta
menggunakan bahan ajar hasil kajian
didik, tidak bisa dilakukan secara instan,
didactical
tetapi pembiasaan dalam waktu yang
MURDER dan DDR) lebih baik daripada
cukup lama.
pembelajaran PBL-MURDER biasa dan
untuk
masalah
(problem
design
based
research
(PBL-
konvensional, serta pembelajaran PBLPaparan pembahasan di atas memberikan
MURDER biasa pun lebih baik daripada
gambaran, bahwa minat penjurusan dan
pembelajaran
jenis pembelajaran memberikan dampak
pencapaian kemampuan berpikir kritis
yang
perolehan
matematis mahasiswa PGSD. Dengan
matematis
demikian, upaya untuk meminimalisasi
mahasiswa. Kemudian setelah dilakukan uji
hambatan belajar (learning obstacles)
interaksi antara keduanya, semakin kuat
melalui perancangan bahan ajar yang
temuan tersebut karena diketahui bahwa
baik
terdapat pengaruh gabungan (interaksi)
kebutuhan peserta didik, akan dapat
dari minat penjurusan dan pendekatan
mengoptimalkan hasil belajar peserta
pembelajaran terhadap perbedaan rata-
didik tersebut.
signifikan
kemampuan
rata
terhadap
berpikir
pencapaian
kritis
akhir
kemampuan
dan
3. Dengan
berpikir kritis matematis mahasiswa PGSD.
konvensional
lebih
sesuai
pendekatan
pembelajaran
yang
atau sama
dalam
dengan
strategi tetapi
berbeda dalam penggunaan bahan SIMPULAN
ajarnya, akan memberikan dampak
1. Raw input mahasiswa PGSD memiliki
berbeda pada pencapaian disposisi
kemampuan awal atau kemampuan
kritis peserta didik. Dalam hal ini, PBL-
dasar matematis yang relatif sama.
MURDER
Kemampuan dasar matematis (unggul,
pengaruh yang lebih baik daripada
papak, dan asor) sangat berpengaruh [16]
dengan
DDR
memberikan
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
PBL-MURDER biasa terhadap disposisi
kemampuan berpikir kritis matematis dan
kritis mahasiswa PGSD.
skala disposisi akhir saja, tanpa melibatkan
4. Minat penjurusan memiliki pengaruh yang
signifikan
terhadap
hasil perhitungan kemampuan berpikir kritis
terhadap
awal, disposisi kritis awal, serta normalized
pencapaian kemampuan berpikir kritis
gain
matematis dan disposisi kritis mahasiswa
peningkatannya.
PGSD.
pembahasan berikutnya lebih lengkap,
8. Interaksi antara minat penjurusan dan pendekatan pengaruh
pembelajaran
yang
signifikan
maka
memiliki
untuk
perlu
mengukur
seberapa
Untuk
kiranya
tinggi
itu,
agar
dilakukan
analisis
terhadap data kemampuan berpikir dan
terhadap
disposisi awal serta perkembangannya.
perbedaan rata-rata kemampuan akhir berpikir kritis matematis, namun tidak
REFERENSI
memiliki pengaruh terhadap besarnya
Abdi, A. (2004). Senyum Guru matematika
perbedaan
dalam
pencapaian
dan Upaya Bangkitkan Gairah Siswa.
disposisi kritis mahasiswa PGSD. 9. Interaksi
antara
pembelajaran,
[Online].
pendekatan
kemampuan
matematis,
dan
minat
mahasiswa,
ternyata
http://www.waspada.co.id/serba_serbi/
dasar
pendidikan/ artikel.php?article_id=6722
penjurusan
tidak
Tersedia:
Aizikovitsh, E. & Amit, M. (2009). Promoting
memiliki
Critical Thinking Abilities via Probability
pengaruh
gabungan
terhadap
Instruction. In M. Tzekaki, M. Kaldrimidou,
besarnya
perbedaan
rata-rata
and C. Sakonidis (Eds.). Proceedings of
pencapaian kemampuan berpikir dan
the 33rd Conference of the International
disposisi kritis mahasiswa PGSD.
Group
for
the
Psychology
of
Mathematics Education (Vol. 2, pp.17Di
bagian
penutup
tulisan
ini,
ada
24).
Greece:
PME.
Tersedia:
beberapa saran yang bisa dikemukakan.
http://www.sciencedirect.com/
Pertama, kajian mengenai interaksi antara
science?_ob=ArticleURL
jenis pendekatan/strategi pembelajaran,
5016P5K-
minat penjurusan, serta kemampuan dasar
SK&_user=10&coverDate=12%2F31%2F20
matematis mahasiswa PGSD tidak hanya
10
dilihat pengaruhnya pada kemampuan
&_rdoc=1&_fmt=high&_orig=search&_ori
berpikir dan disposisi kritis matematis saja,
gin=search&_sort=d&_docanchor=&vie
tetapi
pada
w=c&_searchStrId=1600710392&_rerunOr
kemampuan berpikir dan disposisi kreatif
igin=google&_acct=C000050221&_versio
maupun investigatif.
n=1&_urlVersion=0&_userid=10&md5=65
bisa
juga
diperluas
&_udi=B9853-
b3585c996ecc531ee8b3bec43cda4b&s Kedua, dilakukan
pembahasan pada
data
kali hasil
ini tes
hanya
earchtype=a [13 Oktober 2010].
akhir [17]
Maulana, Interaksi PBL-Murder, Minat Penjurusan, dan Kemampuan Dasar Matematis
Aizikovitsh, E. & Amit, M. (2010). Evaluating
http://www.
an Infusion Approach to the Teaching of
Scholar.libvt.edu/ejournals/JTE/jte-
Critical
v7nl/gokhale.jte-v7nlhtml. [04 September
Thinking
Mathematics.
Skills
and
2010].
Behavioral Sciences. Volume 2, Year
Hulukati,
2010,
pp.
Procedia
Through
3818
–
Social
3822.
Tersedia:
E.
(2005).
Kemampuan
Mengembangkan
Komunikasi
dan
http://www.sciencedirect.com/science
Pemecahan Masalah Siswa SMP melalui
?ob=Article
Pembelajaran Generatif. Disertasi PPs UPI
URL&_udi=
B98535016P5KSK&_user=10&_coverDate=
Bandung: Tidak dipublikasikan.
12%2F31%2F2010&_rdoc=1&_fmt=high&_
Ibrahim. (2011). Peningkatan Kemampuan
orig=search&_origin=search&_sort=d&_d
Komunikasi,
ocanchor=&view=c&_searchStrId=15136
Matematis, serta Kecerdasan Emosional,
08195&_rerunOrigin=google&_acct=C00
melalui Pembelajaran Berbasis Masalah
0050221&_version=1&_urlVersion=0&_use
pada Siswa Sekolah Menengah Atas.
rid=10&md5=bfdbc41018a6a5c5717fa55
Disertasi pada SPs Universitas Pendidikan
cf2b47df1&searchtype=a [13 Oktober
Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
2010].
Penalaran,
Pemecahan
Jacob, S.M. dan Sam, H.K. (2008). Critical
Arends, R.I. (2004). Learning to Teach. New
Thinking
York: Mc Graww Hill, Co. Inc.
in
Online
Mathematics
Discussion Forums and Mathematical
Darhim. (2004). Pengaruh Pembelajaran
Achievement.
Proceedings
of
the
Matematika Kontekstual terhadap Hasil
Thirteenth Asian Technology Conference
Belajar dan Sikap Siswa Sekolah Dasar
in
Kelas Awal dalam Matematika. Disertasi
Rajabhat University, Bangkok, Thailand,
pada
15 - 19 December, 2008. ISBN 978-0-
PPs
Universitas
Pendidikan
Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Mathematics,
Suan
Sunandha
9821164-1-8
Ennis, R.H. (2000). A Super-Streamlined
Jennings,
S.
dan
Dunne,
R.
Conception of Critical Thinking [Online].
Discussion
Tersedia:
http://www.ex.ac.uk/telematics/T3/mat
http://www.criticalthinking.net/SSConcC
hs/mathfram.htm
TApr3. html. [22 Agustus 2005].
Karlimah.
Fraenkel, J.C. dan Wallen, N.E. (1993). How
Papers.
(1998).
(2010).
Kemampuan
to Design and Evaluate Research in
Pemecahan
Education
Matematis
2nd
Edition.
New
York:
McGraw-Hill Inc. Gokhale, Learning
A.A.
(1995).
Enhances
Collaborative
Critical
Mengembangkan Komunikasi
Masalah Mahasiswa
Pembelajaran
Tersedia:
dan
serta
Disposisi
PGSD
melalui
Berbasis
Masalah.
Disertasi pada SPs Universitas Pendidikan
Thinking.
Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Journal of Technology Education (JTE).
Leader, L.F. dan Middleton, J.A. (2004).
Fall 1995, Volume 7, Number 1, p.1-9
Promoting Critical Thinking Dispositions [18]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
by Using Problem School
Solving in Middle
Mathematics.
Y.
(2010).
Mengembangkan
Online
Kemampuan Pemahaman, Komunikasi,
(Research in Middle Level Education—
dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah
Online). Volume 28, No. 1, Year 2004, pp.
Menengah Atas melalui Model-Eliciting
1
Tersedia:
Activities. Disertasi pada SPs Universitas
http://www.nmsa.org/portals/0/pdf/publ
Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak
ications/RMLE/rmle_vol28_no1_article3.p
diterbitkan.
–
RMLE
Permana,
13.
df. [10 November 2010]. Maier,
H.
(1985).
Matematika.
Resnick, L.B. (1987). Education and Learning
Kompedium
Bandung:
CV.
Didaktik
to
Remaja
http://www.nap.edu/catalog/1032.html
Karya.
Think.
CRMSTE.
Tersedia:
[12 Desember 2010].
Mǎrcuṱ, Ioana. (2005). Critical Thinking—
Rif’at,
M.
(2001).
Pengaruh
of
Pembelajaran
Journal
Meningkatkan
Kemampuan
Educaṱia Matematicǎ. Vol.1, No.1, 57-66.
Menyelesaikan
Masalah-Masalah
Applied
to
Teaching
the
Methodology
Mathematics.
dengan
Metakognitif
untuk
Dalam
Matematika. Disertasi
Maulana. (2007). Alternatif Pembelajaran Matematika
Visual
Pola-Pola Rangka
pada Sekolah
Pasca Sarjana UPI : tidak diterbitkan.
Pendekatan
Ruseffendi, E.T. (1992). Pengantar kepada
Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
Membantu
PGSD. Tesis pada Program Pascasarjana
Kompetensinya
Universitas
Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Pendidikan
Indonesia.
Guru
Mengembangkan
dalam
Pengajaran
Bandung: Tarsito.
Bandung: Tidak diterbitkan.
Ruseffendi,
Maulana. (2011). Mathematical Creative
E.T.
(2003).
Thinking Which is Necessary. Proceeding
Penelitian
the 2nd International Conference on
Eksakta Lainnya. Semarang: Unnes Press. Santyasa,
Basic Education, Indonesia University of
Proceeding
Mathematics of
the
3rd
(2008).
Bidang
Pembelajaran
Kooperatif. Makalah pada Pelatihan
Oleinik, T. (2002). Development of Critical in
I.W.
dan
Berbasis Masalah dan Pembelajaran
Education, 28-29 October 2011. Thinking
Pendidikan
Dasar-dasar
tentang Pembelajaran dan Asesmen
Course.
Inovatif
International
bagi
Guru-Guru
Sekolah
Society
Menengah di Kecamatan Nusa Penida,
Conference. Copenhagen: Center for
tanggal 22 - 24 Agustus 2008 di Nusa
Research in Learning Mathematics, pp.
Penida.
Mathematics Education and
Schoenfeld, A.H. (1992). Learning to Think
1-3. Editor: P. Valero & O. Skovsmose. Tersedia:
Mathematically:
Problem
Solving,
http://www.mes3.learning.aau.dk/Projec
Metacognition, and Sense-Making in
ts/Oleinik.pdf [11 Oktober 2010]
Mathematics.. In D. A. Grouws (Ed.). Handbook of research on mathematics [19]
Maulana, Interaksi PBL-Murder, Minat Penjurusan, dan Kemampuan Dasar Matematis
teaching and learning (pp. 334-370).
Wahab,
Reston, VA: National Council of Teachers
Wahyudin.
(2000).
Mathematics Indonesian
Adapting
Realistic
Education Context.
in
Majalah
dan
Ilmiah
Matematika
Indonesia
(Prosiding
Konferensi
Nasional
Disposisi
Kemampuan
Guru
Siswa
dalam
Mata
Pelajaran
pada Sekolah
Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan. Yesildere, S. & Turnuklu, E.B. (2006). The Effect of Project-Based Learning on Pre-
Karakter serta Pengembangan dan
Pendidikan
Pasca Sarjana Universitas Pendidikan
Sumarmo, U. (2011). Pendidikan Budaya Berfikir
(1999).
Matematika. Disertasi
Matematika X ITB, 17-20 Juli 2000). dan
(1996).
Matematika, Calon Guru Matematika,
the
Himpunan
A.
Kewarganegaraan. Jakarta: Depdikbud.
of Mathematics. Slettenhaar.
A.
service Primary Mathematics Teachers’
Matematik:
Critical
Thinking
Dispositions.
Pengertian dan Implementasinya dalam
International Journal of Science and
Pembelajaran. Makalah disajikan dalam
Mathematics Education. Oktober 2006,
seminar
Volume 6, halaman 1 – 11. Tersedia:
pendidikan
matematika
di
Universitas Siliwangi Tasikmalaya, pada
http://www.upd.edu.ph/~ismed/online/
tanggal 15 Oktober 2011.
articles/project/Vol6_The%20Effect.pdf
Suryadi,
D.
(2005).
Pendekatan
Penggunaan
Pembelajaran
[01 November 2010].
Tidak
Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka
Meningkatkan
Kemampuan
Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Suryadi,
D.
(2010).
Didactical
Design
Research (DDR) dalam Pengembangan Pembelajaran
Matematika.
Makalah
Seminar Nasional Pembelajaran MIPA di UM Malang, 13 November 2010. Suzana,
Y.
Kemampuan
(2003).
Meningkatkan
Pemahaman
dan
Penalaran Matematis Siswa SMU melalui Pembelajaran
dengan
Pendekatan
Metakognitif. Tesis pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
[20]
PEDOMAN BAGI PENULIS BERKALA MIMBAR SEKOLAH DASAR (Terbit April & Oktober) 1. Jenis Artikel Artikel dapat berupa kajian hasil penelitian, kajian setara penelitian (ide/gagasan), dan resensi buku baru. Semua jenis artikel belum pernah dimuat di media apapun. 2. Format Tulisan Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia dalam bentuk ESAI dengan extensi file docx (Microsoft Word) dan menggunakan acuan sebagai berikut: - Margin : Atas & Bawah (2,5 cm), Kanan & Kiri (2,5 cm) - Ukuran Kertas : A4 (21 cm x 29,7 cm) - Jenis huruf : Century Gothic - Ukuran Font : 10 pt - Spasi : 1,5 (kecuali judul, identitas penulis, abstrak dan referensi: 1 spasi) Penulisan pada judul dan sub-bagian artikel menggunakan aturan sebagai berikut: Tulisan level 1 (Huruf besar semua/UPPERCASE, rata kiri, cetak tebal) Tulisan level 2 (Huruf besar kecil/Capitalize Each Word, rata kiri, cetak tebal) Tulisan level 3 (Huruf besar kecil/Capitalize Each Word, rata kiri, cetak tebal & miring) Semua bagian penulisan level 1 dan 2 tidak menggunakan pointer – jika diperlukan keterangan atau penjelasan tambahan pada tubuh artikel gunakan footnote. Untuk keterangan tabel disimpan di atas tabel, untuk keterangan gambar atau diagram disimpan di bawahnya. Ukuran huruf di dalam tabel atau diagram lebih kecil, yakni dari 8-9 pt, spasi 1. Jumlah halaman termasuk tabel, diagram, foto, dan referensi adalah 1020 halaman. 3. Struktur Artikel a. Untuk artikel hasil penelitian menggunakan struktur sebagai berikut: Judul (Tidak lebih dari 15 kata); Identitas Penulis (Baris pertama: nama tanpa gelar. Baris kedua: prodi/jurusan/instansi. Baris ketiga: alamat lengkap instansi. Baris keempat: alamat email dan nmr HP); Abstrak (Dibuat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimal 200 kata, disertai kata kunci masing-masing maksimal lima kata); Pendahuluan (Berisi latarbelakang disertai tinjauan pustaka, tujuan dan urgensi penelitian); Metode (Berisi metode/pendekatan, subjek, waktu dan tempat, teknik pengumpulan data dan analisis data); Hasil; Pembahasan; Simpulan (Sesuai dengan pendahuluan/rumusan masalah); dan Referensi (Memuat referensi yang diacu saja, minimal 80% terbitan 10 tahun terakhir). b. Untuk artikel setara penelitian (ide/gagasan) menggunakan struktur sebagai berikut: Judul (Tidak lebih dari 15 kata); Identitas Penulis (Baris pertama: nama tanpa gelar. Baris kedua: prodi/jurusan/instansi. Baris ketiga: alamat lengkap instansi. Baris keempat: alamat email dan nmr HP); Abstrak (Dibuat dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, masing-masing maksimal 200 kata; disertai kata kunci masing-masing maksimal lima kata); Pendahuluan (Berisi latarbelakang disertai tinjauan pustaka dan tujuan); Pembahasan (Judul bahasan disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat dibagi ke dalam sub-bagian); Simpulan (Sesuai dengan pendahuluan); dan Referensi (Memuat referensi yang diacu saja, minimal 80% terbitan 10 tahun terakhir). c. Untuk artikel resensi buku menggunakan struktur sebagai berikut: Judul (Tidak lebih dari 15 kata); Identitas Penulis (Baris pertama: nama tanpa gelar. Baris kedua: prodi/jurusan/instansi. Baris ketiga: alamat lengkap instansi. Baris keempat: alamat email dan nmr HP); Identitas Buku (Berisi judul buku, penulis, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, ISBN, dan foto cover/sampul depan); Pembahasan (Judul bahasan disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat dibagi ke dalam sub-bagian).
Penerbit Prodi PGSD UPI Kampus Sumedang http://kd-sumedang.upi.edu/
4. Referensi (Sumber Rujukan) Cara pengutipan mengacu pada model American Psychological Association (APA) yang telah diadaptasi sesuai kebutuhan Universitas Pendidikan Indonesia. Contoh dapat melihat pada artikel yang telah dimuat, atau selengkapnya dapat dilihat di akhir pedoman penulisan ini. 5. Penyuntingan a. Artikel dikirim kepada tim redaksi dengan alamat email:
[email protected]. Jika diperlukan, tim redaksi akan meminta file dalam CD dan print-out sebanyak tiga eksemplar yang dikirim ke alamat: Redaksi Jurnal Mimbar Sekolah Dasar, Prodi PGSD UPI Kampus Sumedang - Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang Jawa Barat 45322. b. Artikel yang telah dievaluasi oleh tim penyunting atau reviewer berhak untuk ditolak atau dimuat dengan pemberitahuan secara tertulis, dan apabila diperlukan tim penyunting akan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan revisi sesuai dengan rekomendasi hasil penyuntingan. Untuk keseragaman format, penyunting berhak untuk melakukan pengubahan artikel tanpa mengubah substansi artikel. c. Semua isi artikel adalah tanggung jawab penulis, dan jika pada masa pracetak ditemukan masalah di dalam artikel yang berkaitan dengan pengutipan atau HAKI, maka artikel yang bersangkutan akan dicancel untuk dimuat. Untuk artikel yang dimuat, penulis akan mendapatkan dua eksemplar berkala sebagai tanda bukti pemuatan serta 10 eksemplar cetak lepas untuk keperluan masing-masing penulis, dan wajib memberikan kontribusi biaya pencetakan sesuai ketentuan tim berkala Mimbar Sekolah Dasar sebesar Rp. 250.000 di luar ongkos kirim. CONTOH PENULISAN KUTIPAN DAN REFERENSI: JENIS RUJUKAN Seorang penulis
Dua orang penulis
Tiga s.d. 5 penulis
Penulis sebagai penerbit
DI DALAM TEKS A symbol is connected to its referent in the world by our sense of organs (Pinker, 2009 p.80) atau Pinker (2009, p. 80) claimed that a symbol .. A set of verbs with individually similar meanings can be juxtaposed with a set of nouns with individually similar meanings ... (Hunston & Oakey, 2010) atau Hunston dan Oakey (1991) mengklaim bahwa … Penjelasan (Coyle, Hood, & Marsh, 2010) menyimpulkan bahwa ... Kutipan berikutnya dalam teks: (Coyle et al., 2001) (Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan [Balitbang Depdiknas], 2010) Atau Badan Penelitian dan Pengembangan,
DI DALAM PUSTAKA ACUAN/REFERENSI/BIBLIOGRAFI Pinker, S. (2009). How the mind works. New York, NY: W.W. Norton & Company, Inc.
Hunston, S. & Oakey, D. (2010). Introducing applied linguistics: Concepts and skills. New York, NY: Routledge.
Coyle, D., Hood, P. And Marsh, D. (2010). CLIL: Content and language integrated learning. Cambridge: Cambridge University Press.
Badan Penelitian dan Pengembangan [Balitbang] (2007). The assessment of curriculum policy of language subjects: Assessment report. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan. Balitbang. (2008). The assessment of curriculum policies in secondary education: Assessment report. Jakarta: Badan Penelitian dan
Buku ber editor
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan [Balitbang Depdiknas], (2010) menunjukan bahwa .... Kutipan berikutnya: (Balitbang Depdiknas, 2010) (Waugh & Monville-Burston, 1990)
Beberapa karya dipublikasikan oleh seorang penulis pada tahun yang sama
(Sukyadi, 2011a, 2011b)
Buku yang disusun oleh sebuah lembaga atau institusi
Badan Standar Nasional Pendidikan (2012) merekomendasikan bahwa ... (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2012) (Laporan Tahunan Universitas Pendidikan Indonesia, BHMN, 2009)
Buku elektronik
Buku terjemahan
Most authors begin their articles by explaining what caused them to conduct their empirical investigations (Huck, 2012) (Young & Rang, 2005)
Bab dalam sebuah buku
(Richards, 2002) Gunakan penulis Bab, bukan editor buku tersebut
Kutipan lebih dari 1 halaman
Kutipan pertama: (Rush, Waldrop, Mitchell, & Dyches, 2005, pp. 283-284) Kutipan berikutnya dar sumber yang sama: (Rush et al., 2005, p. 291) (Crystal, 1987)
Dari ensiklopedia
Pengembangan. Balitbang. ....
Waugh, L.R., & Monville-Burston, M. (eds.). (1990). On language: Roman Jakobson. Cambridge, MA: Harvard University Press. Sukyadi, D., Setyarini, S. & Junida, A.I. (2011a). A Semiotic Analysis of Cyber Emoticons (A Case Study of Kaskus Emoticons in The Lounge Forum at Kaskus-the Largest Indonesian Community. K@ta: A Biannual Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 37-50, Sukyadi, D. & Mardiani, R. (2011b). The Washback Effect of National Examination (ENE) on English teachers’ Classroom Teaching and Students’ Learning. K@ta: A Biannual Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 96-111, (susun secara alfabetis berdasarkan judul) Badan Standar Nasional Pendidikan. (2010). Pedoman penulisan buku ajar untuk perguruan tinggi. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Laporan Tahunan Universitas Pendidikan Indonesia, Badan Hukum Milik Negara. (2009).Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia BHMN. Huck, S.W. (2012). Reading statistics and research. Boston, MA: Pearson Education, Inc. Available from NetLibrary database.
Young, Y. S. & Rang, K. I. (2005). Semua yang jorok ada di sini: Buku pengetahuan paling jorok sedunia (M. Ayudiah, Trans.). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. Richards, J. C. (2002) Theories of Teaching in Language Teaching. In Richards, J.C. and Renandya, W.A. (Eds.). (2002). Methodology in language teaching: An anthology of current practice. Cambridge: Cambridge University Press. Rush, K. L., Waldrop, S., Mitchell, C., & Dyches, C. (2005). The RN-BSN distance education experience: From educational limbo to more than an elusive degree. Journal of Professional Nursing, 21, 283-292. Crystal, D. (1987). The Cambridge encyclopedia of language). Cambridge: Cambridge University Press. Jika ada beberapa edisi dan volume, tuliskan
Dari artikel majalah Dari artikel koran cetak dengan penulis Dokumen pemerintah
(Aisy, 2012)
Undang-undang
Law of the Republic of Indonesia Number 2, 1989 on National Education System, Article 5, Verse 1, states that .. (Sukyadi, 2011)
Makalah seminar atau konferensi atau prosiding
Artikel jurnal dengan satu penulis Artikel jurnal dengan 3-6 penulis
(Kunaefi, 2012) Jalal, Samani, Chang, Stevenson, Ragats, and Negara (2009) report that despite the positive contributions of MGMP, there are also ..
(Karjo, 201) Atau Karjo (2011) berpendapat bahwa … (Sukyadi, Setyarini, & Junida, 2011)
Berasal dari tesis individu atau institusi
(Amalia, 2012)
Skripsi/tesis/di sertasi dari database
McNiel (2006) (MCNiel, 2006)
Abstrak dari basis data
(Morrissey, 2004)
Abstrak seminar atau simposisum
Brier, Pandelaere, Dewitte, & Warlop (2006)
volumenya setelah edisi. Misalnya (2nd ed., Vols. 1-5). Aisy, R. (2012, Maret 8-14). Jalma kufur, jadi mamala keur dirina. Mangle, 2364, pp.14-15. Kunaefi, R. Mengidamkan postur polisi ideal. (2012, January 4). The Republika, p. 4. Jalal, F., Samani, M., Chang, M. C., Stevenson, R., Ragats, A.B. and Negara, S.D. (2009). Teacher certification in Indonesia: A strategy for teacher quality improvement. Jakarta: Ministry of National Education and World bank. Retrived March 6, 2012, from: http://ddp-ext.worldbank.org/EdStats/ IDNprwp09c.pdf Law of the Republic of Indonesia, Number 2, 1989, on National Education System.
Pemakalah, A. A., & Pemakalah, B. B. (tahun). Judul Makalah atau prosiding. Dalam A. Editor (Ed.), Judul simposium atau konferensi pp. x-x). tempat: Penerbit. Penyaji, A. A. (Tahun, Bulan). Judul Makalah. Makalah disajikan dalam pertemuan nama organisasi, tempat Sukyadi, D. (2011). The metaphorical use of English address terms in indonesian blog comments (A pragmatic analysis of Indonesian bloggers). Disajikan pada Conference on English Studies (CONEST) 8, Unika Atma Jaya, Jakart Karjo, C.H. (2011). Investigation of scalar implicature of Binus University students. K@ta: A Biannual Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 56-75, Sukyadi, D., Setyarini, S. & Junida, A.I. (2011). A semiotic analysis of cyber emoticons (A case study of kaskus emoticons in The Lounge Forum at Kaskus-the Largest Indonesian Community. K@ta: A Biannual Publication on the Study of Language and Literature, 13(1), pp. 37-50, Amalia, A. (2012). The use of video in teaching writing procedural text: A quasi-experimental study in one of Senior High Schools in Bandung (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, Tidak diterbitkan) McNiel, D. S. (2006). Meaning through narrative: A personal narrative discussing growing up with an alcoholic mother. Retrieved from ProQuest Digital Dissertations. (AAT 1434728) Morrissey, J. P. (2004). Medicaid benefits and recidivism of mentally ill persons released from jail (NCJ No. 214169) [Abstract]. Retrieved from National Criminal Justice Reference Service abstracts database. Briers, B., Pandelaere, M., Dewitte, S., & Warlop, L. (2006, June). Hungry for money: The desire for caloric resources increases the desire for
Skripsi/tesis/di sertasi dari Repositori
(Amalia, 2012)
Book review (Telaah Buku)
Cramond (2007)
Laman web dengan penulis
(Ljungberg, 2012)
Laman web tanpa tahun
(Sound Symbolism Checksheet, n.d.)
Bila kutipan dari laman web sebuah institusi
(Perpustakaan UPI, 2011) Sebagaimana dikatakan oleh Perpustakaan UPI (2011) (Sekolah Pascasarjana UPI, n.d.)
Gambar dari Web
Photo Paris Van JavaBandung-Indonesia (ID: 5081183ID, n.d.)
financial resources and vice versa. In S. Dewitte (Chair), Food & eating. Symposium conducted at the 18th annual meeting of the Human Behavior and Evolution Society. Abstract retrieved from http://www.hbes .com/HBES/abst2006.pdf. Amalia, A. (2012). The use of video in teaching writing procedural text: A quasi-experimental study in one of Senior High Schools in Bandung (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2012). Retrieved from http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_s kripsi=11587 Cramond, B. (2007). Enriching the brain? Probably not for psychologists [Review of the book Enriching the brain: How to maximize every learner’s potential]. PsycCRITIQUES, 52(4), Article 2. Retrieved from http://www.apa.org/psyccritiques/ Ljungberg, C.( 2012). Shadows, mirrors, and smoke screens: zooming on iconicity. Retrieved March 22, 2012, from http://www.iconicity.ch/en/iconicity/index.php Ling 131: Language & Style. (n.d.) Sound symbolism checksheet. Retrieved March 22, 2012, from http://www.lancs.ac.uk/fass/projects/stylistics/ topic5a/7soundchecksheet.htm Perpustakaan UPI. (2011). Menyimak fungsi perpustakaan. Retrieved March 26, 2012, from http://perpustakaan.upi.edu/index.php?option =com_content&task=view&id=26&Itemid=1 Sekolah Pascasarjana UPI. (n.d.). Sejarah. Diakses pada tanggal 26 Maret 2012 dari: http://sps.upi.edu/tentang-sps/sejarah/ Paris Van Java-Bandung-Indonesia [Photo] (n.d.). Retrieved March 25, 2012 from http://www.panoramio.com/photo/5081183
***