LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GLOBAL TELAGA KABUPATEN GORONTALO Oleh SRI APIPATRI LAHABU NIM : 841 410 068
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasi
PEMBIMBING I
PEMBIMBING II
Rini Fahriani Zees, S.Kep, Ns, M.Kep dr. Vivien Novarina A. Kasim, M.Kes NIP. 19811014 200501 2 002 NIP. 19830519 200812 2 002
HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GLOBAL TELAGA KABUPATEN GORONTALO Sri Apipatri Lahabu NIM 841410068 Program Studi Ilmu Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] ABSTRAK Sri Apipatri Lahabu1. 2014. Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Global Telaga Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Rini Fahriani Zees S.Kep, Ns, M.Kes dan dr. Vivien Novarina Kasim M.Kes Pembimbing II. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Global Telaga Kabupaten Gorontalo. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang bersalin di Puskesmas Global Telaga pada tahun 2013 dengan jumlah sampel 48 ibu menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji fisher. Instrument penelitian yang digunakan adalah kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,000, α=0,05). Penelitian ini diharapkan bagi tenaga kesehatan agar dapat lebih intens dalam melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan lebih mensosialisasikan pemberian ASI eksklusif. Kata Kunci : Inisiasi Menyusui Dini (IMD), ASI eksklusif
1
Sri Apipatri Lahabu, 841410068. Jurusan Keperawatan FIKK UNG
Rini Fahriani Zees, S.Kep,Ns,M.Kep, dr. Vivien Novarina Kasim, M.Kes
Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik dan paling sempurna yang disediakan untuk bayi. Keunggulan ASI perlu ditunjang dengan cara pemberian ASI yang benar, antara lain pemberian ASI segera setelah lahir atau IMD (30 menit pertama bayi harus sudah disusukan) kemudian pemberian ASI saja sampai bayi umur 6 bulan (ASI eksklusif). Selanjutnya pemberian ASI sampai 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI yang benar. Sehingga diperlukan usaha- usaha atau pengelolaan yang benar, agar setiap ibu dapat menyusui sendiri bayinya (Agustina, 2012). IMD terbukti dapat mencegah 22% risiko kematian pada bayi baru lahir. Selain itu, bayi bisa menyusu dalam 20-30 menit pertama setelah lahir. Hal ini akan membangun reflex mengisap pada bayi sehingga proses menyusu berikutnya akan lebih baik. Sebaliknya, bayi yang tidak segera menyusu hanya akan bertahan menyusu selama tiga bulan. Selama ini, masih banyak ibu-ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya. Hal ini disebabkan kemampuan bayi untuk mengisap ASI kurang sempurna sehingga secara keseluruhan proses menyusu terganggu. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi dan menunjukkan kecenderungan menurun selama 3 tahun terakhir. Pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan 62% pada tahun 2007 turun menjadi 56% pada tahun 2008. Sedangkan di tahun 2008 pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan turun menjadi 24% (Prasetyawati, 2012). Proses IMD menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Stimulasi produksi ASI akan terbentuk sejak bayi menyusu dini
sehingga ibu dapat menyusui bayinya secara eksklusif. Tidak ada alasan lagi ASI kurang, atau ASI tidak keluar yang sering kali menjadi penghambat Ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan (Depkes RI, dalam Juliastuti, 2011: 19) Penelitian oleh Fika dan Syafiq (2003) menunjukkan bahwa bayi yang diberi kesempatan untuk menyusui segera stelah lahir, hasilnya delapan kali lebih berhasil dalam menajalani ASI eksklusif. Berdasarkan data RISKESDAS 2013, presentase Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada bayi baru lahir di Indonesia sebesar 34,5% sedangkan presentase pemberian ASI saja tanpa makanan pendamping lain sejak bayi berusia 0 bulan hingga 6 bulan (ASI eksklusif) adalah sebesar 30,2 %. Gorontalo mendapatkan peringkat ke 4 tertinggi dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yaitu sebanyak 42,7% bayi mendapat ASI dalam 1 jam kelahirannya (IMD) (Trihono, 2013). Cakupan pemberian ASI eksklusif di Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo pada tahun 2009 sebesar 27,2%, meningkat pada tahun 2010 menjadi 37,4%, pada tahun 2011 sebesar 49,6% dan menetap di angka 49,9% di tahun 2012 kemudian kembali terjadi peningkatan menjadi 51,8% pada tahun 2013. Sedangkan untuk Kabupaten Gorontalo mendapatkan peringkat 5 terendah untuk pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 66,9% pada tahun 2013%. Hasil studi pendahuluan dengan 10 orang ibu yang mempunyi bayi berusia ≥ 6 bulan. 3 orang di antaranya tidak melaksanakan inisiasi menyusui dini dan
hanya dapat memberikan ASI saja sampai bayi berusia 3 bulan. 7 orang ibu di antarnya melaksanakan inisiasi menyusui dini dan dapat memberikan ASI saja hingga 6 bulan. Dari latar belakang tersebut penulis ingin mengetahui Hubungan pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Global Telaga. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 Maret – 11 April 2014. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yaitu satu penelitian dimana factor resiko/penyebab dan efeknya diambil pada saat yang bersamaan (Supardi & Rustika 2013). Variabel independen dalam penelitian ini yaitu pelaksanaan inisiasi menyusu dini dan variabel dependen dalam penelitian ini yaitu keberhasilan pemberian ASI eksklusif diidentifikasikan pada saat ini. Menurut sifat dasar penelitian, penelitian ini termasuk jenis penelitian survey, yaitu penelitian yang menggunakan sampel dalam mengambil kesimpulan pada populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di Puskesmas Global Telaga pada bulan Januari – Desember 2013 berjumlah 159 ibu. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling sampel dengan jumlah sampel 48 ibu.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisa Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan gambaran dari variabel yang diteliti yaitu pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Global Telaga Kabupaten Gorontalo. Responden yang diteliti sebanyak 48 orang. 1. Karakteristik Responden a. Umur Ibu Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Global Telaga Kabupaten Gorontalo disajikan sebagai berikut : Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur Ibu (Tahun) Frekuensi % < 20 2 4,2 20 – 35 40 83,3 > 35 6 12,5 Total 48 100 Sumber Data Primer Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur terlihat bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu 40 orang (83,3%). Kemudian untuk kelompok umur < 20
tahun berjumlah 2 orang (4,2%).
Kelompok umur > 35 tahun berjumlah 6 orang (12,5%). b. Lama Menyusui Distribusi responden berdasarkanlama menyusui disajikan sebagai berikut:
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menyusui Bayi
Lama Menyusui (Bulan) Frekuensi % 0- 6 28 58,3 >6 6 12,5 <6 14 29,2 Total 48 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan distribusi frekuensi responden menunjukkan bahwa sebagian kecil kelompok responden dengan waktu lama menyusui 0-6 bulan berjumlah 28 orang (58,3%), sebagian lagi berada di kelompok < 6 bulan dengan jumlah 14 orang (29,2%), sedangkan 6 orang (12,5%) lainnya berada di kelompok lama menyusui > 6 bulan. c. Pendidikan Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan responden disajikan sebagai berikut: Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
% Pendidikan Frekuensi SD 12 25 SMP 11 22,9 SMA 16 33,3 PT (Perguruan Tinggi) 9 18,8 Total 48 100 Sumber : Data Primer Distribusi frekuensi responden menurut pendidikan menunjukkan bahwas ebagian besar responden dengan tingkat pendidikan SMA berjumlah 16 orang (33,3%) dan responden dengan tingkat pendidikan lebih tinggi yaitu perguruan tinggi hanya sebanyak 9 orang (18,8%).
d. Pekerjaan Distribusi responden berdasarkan status pekerjaan disajikan sebagai berikut: Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja
Frekuensi 38 10 48
% 79,2 20,8 100
Total Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak memiliki pekerjaan sebanyak 38 orang (79,2%) dan sebagian kecil yang memiliki pekerjaan berjumlah 10 orang (20,8%). 2. Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Distribusi responden berdasarkan pelaksanaan IMD disajikan sebagai berikut: Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Frekuensi Tidak melaksanakan IMD 19 Melaksanakan IMD 29 Total 48 Sumber : Data Primer Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar
% 39,6 60,4 100 responden
melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan jumlah 29 orang (60,4%) dan sebagian kecil tidak melaksanakan IMD berjumlah 19 orang (39,6%). 3. Pemberian ASI Ekslusif
Distribusi responden berdasarkan pemberian ASI ekslusif disajikan sebagai berikut: Tabel 6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian ASI
Ekslusif Keberhasilan Pemberian ASI Frekuensi % eksklusif Tidak berhasil 20 41,7 Berhasil 28 58,3 Total 48 100 Sumber :Data Primer Berdasarkan distribusi frekuensi responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dengan jumlah responden 28 orang (58,3%), dan responden yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif pada bayinya berjumlah 20 orang (41,7 %). Analisa Bivariat Tabel 7
Distribusi Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif
Pelaksanaan IMD
Keberhasilan ASI eksklusif Tidak Berhasil Berhasil N % N % 19 39,6 0 0 1 2,1 28 58,3 27 41,7 28 58,3
Total
N Tidak melaksanakan IMD 19 Melaksanakan IMD 29 Total 48 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa ibu yang tidak
p value % 39,6 60,4 100
0,000
melaksanakan
IMD dan tidak berhasil memberikan ASI eksklusif berjumlah 19 orang (39,6%), tidak didapatkan ibu yang tidak melaksanakan IMD dan berhasil dalam pemberian ASI eksklusif. Ibu yang melaksanakan IMD dan tidak berhasil dalam memberikan
ASI eksklusif berjumlah 1 orang (2,1%), ibu melaksanakan IMD dan berhasil memberikan ASI eksklusif berjumlah 28 orang (58,3%).
Pembahasan 1. Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan jumlah 29 orang (60,4%). 19 responden yang tidak melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) berdasarkan data sekunder dari buku partus Puskesmas Global Telaga dan wawancara dengan responden menyatakan bahwa 19
orang responden yang tidak melaksanakan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) disebabkan karena adanya gangguan atau komplikasi pada persalinan misalnya perdarahan. Dari hasil penelitian dapat di analisa bahwa sebagian besar responden di wilayah kerja Puskesmas Global Telaga sudah cukup baik dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Hal ini disebabkan karena bidan penolong di wilayah kerja Puskesmas Global Telaga sudah dilatih untuk melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan sudah menjadi protap di Puskesmas Global Telaga untuk melaksanakan IMD kepada ibu yang bersalin di Puskesmas tersebut, sehingga akan membantu keberhasilan pemberian ASI eksklusif sebab salah satu faktor keberhasilan ASI eksklusif di mulai dari terlaksananya Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
Sejalan dengan peraturan pemerintah RI No.33 tahun 2012 tentang pemberian ASI ekslusif dinyatakan bahwa tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas kesehatan wajib melakukan Inisiasi Menyusui Dini terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 jam (Sejatiningsih, 2010). Berdasarkan hal tersebut program Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sangat perlu dilakukan, dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) juga akan membantu kelancaran ibu dalam memberikan ASI eksklusif. 2. Pelaksanaan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Global Telaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden yang berhasil
memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Global Telaga berjumlah 28 responden (58,3%). Sebagian besar responden yang dapat memberikan ASI eksklusif tersebut merupakan responden yang tingkat pendidikannya sedang dan tidak bekerja (IRT). Dari hasil penelitian dapat dianalisa bahwa sebagian besar ibu di wilayah kerja Puskesmas Global Telaga berhasil memberikan ASI eksklusif. Responden yang dapat memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Global Telaga tersebut dikarenakan anjuran dari dokter/bidan dan mendapat pemahaman melalui penyuluhan yang dilaksanakan di posyandu di masing-masing desa responden, kemudian responden mempunyai banyak waktu di rumah untuk menyusui bayinya secara eksklusif. Hal ini ditunjukkan dengan hasil jawaban kuisioner, bahwa sebagian besar responden yang dapat memberikan ASI eksklusif tidak memiliki pekerjaan di luar
rumah sehingga responden mempunyai banyak waktu luang di rumah untuk mengasuh dan menyusui bayinya maka pemberian ASI eksklusif akan terpenuhi. 19 responden yang tidak dapat memberikan ASI eksklusif disebabkan karena adanya keyakinan responden bahwa belum genap 6 bulan masa ASI eksklusif, bayinya sudah minta diberi makanan. Kemudian sebagian kecil responden berpendidikan tinggi dan memiliki pekerjaan di luar rumah. Hal ini ditunjukkan melalui jawaban salah satu responden pada kuisioner yang menyatakan bahwa “bayi saya sudah minta makan, ASI tidak cukup“ dan responden lainnya mengatakan “saya tidak punya banyak waktu di rumah untuk menyusui” sehingga responden sudah memberikan makanan pendamping ASI dan susu formula kepada bayinya. Sejalan dengan hasil penelitian Syamsyianah (2010), bahwa alasan ibu balita tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan karena harus membantu suami mencari nafkah serta kemudahan mengganti pemberian ASI dengan susu formula. 3. Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Global Telaga Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian bahwa Ibu yang dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya telah melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), dan dapat memahami pentingnya ASI eksklusif. Hal ini dapat ditunjukkan pada pertanyaan “Apakah ibu memberikan ASI saja secara terus menerus kepada bayi
ibu sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa diberikan makanan/minuman tambahan lainnya?” sebanyak 28 (58,3%) responden menjawab ya, dengan alasan cenderung karena ibu memahami pemberian ASI eksklusif dan tidak sedikit juga yang dianjurkan oleh dokter, bidan atau tenaga kesehatan lainnya pada saat penyuluhan di posyandu dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Global Telaga Kabupaten Gorontalo. Hal ini didasarkan pada hasil uji korelasi fisher yang diperoleh ρ value 0,000 (ρ < 0,05). Peneliti menggunakan uji korelasi fisher karena uji fisher merupakan uji alternatif ketika uji chi square tidak memenuhi syarat untuk digunakan, yaitu adanya nilai expectasi tabel 2,1 % dan 0%. Penelitian yang dilaksanakan oleh Dinartiana & Sumini pada ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan di kota Semarang didapatkan hasil hubungan yang signifikan antara pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan di Kelurahan Gunungpati Kota Semarang. Penelitian ini melibatkan 40 orang ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan di kelurahan Gunungpati Kota Semarang, dengan hasil penelitian ibu yang berhasil memberikan ASI secara eksklusif yaitu sebesar 85,0% dan yang tidak memberikan ASI secara eksklusif sebesar 15%. Kesimpulan
1. Sebagian besar responden berumur 20-35 tahun (83,3%) dengan lama menyusui bayinya 0-6 bulan (58,3%), berpendidikan SMA (33,3%), dan tidak bekerja (79,2%). 2. Sebagian besar ibu di wilayah kerja Puskesmas Global Telaga melaksanakan IMD (60,4%). 3. Sebagian besar ibu di wilayah kerja puskesmas Global Telaga berhasil memberikan ASI eksklusif (58,3%). 4. Ada hubungan antara pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Global Telaga Kabupaten Gorontalo (p = 0,000) (p ≤ 0,05). Saran 1. Bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan promosi ASI eksklusif serta lebih mensosialisasikan ASI eksklusif kepada ibu bekerja dan tidak bekerja, hal ini dapat dilaksanakan sejak ibu memeriksakan kehamilannya kepada petugas kesehatan. 2. Bagi ibu agar lebih menyiapkan diri untuk memberikan ASI eksklusif sejak hamil, sehingga ASI dapat keluar dengan lancar setelah bersalin dengan cara mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga kesehatan tubuh. 3. Bagi institusi agar dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan sumber informasi yang bermanfaat untuk perkembangan pengetahuan mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif.
4. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan dan meneliti variabel yang berbeda yang berhubungan dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif.
Daftar Pustaka Agustina F. 2012. Gambaran Posisi Menyusui yang Paling Sering dilakukan Ibu di Kecamatan Medan Helvetia. Skripsi, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Dinartiana &Sumini. 2011. Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 Bulan di Kota Semarang. 1(2): 3. jurnal.abdihusada.ac.id diakses 08 Januari 2014. Fikawati S. 2003. Hubugan antara Menysui Segera (immediate breastfeeding) dan Pemberian Asi Eksklusif sampai dengan Empat Bulan. Juliastuti R. 2011. Hubungan Pengetahuan, Status Pekerjaan Ibu dan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dengan Pemberian ASI Eksklusif. Tesis, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Prasetyono, D. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif, Pengenalan Praktek dan Kemanfaatannya. Yogyakarta: Diva Press.
Prasetyawati A. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) : Dalam Millenium Development Goals (MDGs). Yogyakarta: Muha Medika. Roesli. 2007. Air Susu Ibu (ASI) Anugerah Tuhan yang Tersia-siakan: Informasi Terpilih untuk pra Insan Pers. Depkes RI Jakarta.
Roesli. 2008. Mengenal Inisiasi Menyusui Dini (IMD) plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda. Syamsyianah. 2010. Hubugan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu tentang ASI dan Lama Pemberian ASI Eksklusif pada Balita Usia 6-24 Bulan Di Desa Kebonagung Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur. Vol 6(2). jurnal.unimus.ac.id. diakses 26 Juli 2014.