63
LAMPIRAN
64 60
Lampiran 1. Komposisi media yang digunakan Tryptic soy agar (Difco)
Motility indole ornithine medium (MIO) (Difco)
OF medium (Difco)
Bahan Pereaksi sitochrom oksidase
:
:
:
:
Komposisi formula perliter Pancreatic digest of casein Enzymatic digest of soybean meal Sodium chloride Agar
15 g 5g 5g 15 g
Komposisi formula perliter Yeast extract Peptone Tryptone L-Ornithine HCl Dextrose Agar Bromcresol purple
3g 10 g 10 g 5g 1g 2g 0,02 g
Komposisi formula perliter Pancreatic digest of casein Sodium chloride Dipotassium phosphate Bromthymol blue Agar
2g 5g 0,3 g 0,08 g 2g
Tetramethy-p-phenylenediamine dihydrochloride Aquades
1g 15 ml
65 61
Lampiran 2. Dokumentasi proses pembuatan produk fermentasi telur ikan tambakan
1. Ikan disiangi dan telur dikeluarkan dari perut ikan
2. Telur ikan dicuci dengan air
3. telur ditimbang
4. pemberian garam pada telur ikan
5. Telur ikan yang telah digarami dimasukkan ke dalam topless
6. Produk fermentasi telur ikan tambakan.
66
62
Lampiran 3. Prosedur total plate count (BSN 2009) 1.
Teknik Preparasi Suspensi Sampel yang telah diambil berupa produk fermentasi telur ikan tambakan
kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Tujuan dari teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Cara yang dilakukan adalah sebagai berikut: sampel yang berbentuk padat dapat ditumbuk dengan mortar dan pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat terlepas kemudian dilarutkan ke dalam air. Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama adalah 1 : 9 (w/v).
Penghancuran sampel menggunakan mortar dan pastel 2.
Teknik Pengenceran Bertingkat Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi
jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya. Adapun Cara Kerjanya sebagai berikut : a) Sampel sebanyak 10 gram yang mengandung bakteri dimasukan ke dalam tabung pengenceran pertama (1/10 atau 10-1) yang berisi larutan garam fisiologis 0,85% secara aseptis (dari preparasi suspensi) sebanyak 90 ml. Perbandingan berat sampel dengan volume tabung pertama adalah 1 : 9 b) Diambil 1 ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung 10-2 secara aseptis kemudian dikocok dengan membenturkan tabung ke
63
telapak tangan sampai homogen. Pemindahan dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama, hal yang perlu diingat bahwa pipet ukur yang digunakan harus selalu diganti, artinya setiap tingkat pengenceran digunakan pipet ukur steril yang berbeda/baru. Prinsipnya bahwa pipet tidak perlu diganti jika memindahkan cairan dari sumber yang sama.
Teknik pengenceran bertingkat 3.
Teknik Penanaman Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Sebanyak 4 gram trpytic soy agar (TSA) dilarutkan dalam 100 ml akuades di dalam labu Erlenmeyer untuk pembuatan media TSA dengan menambahkan NaCl masing-masing TSA tanpa NaCl, TSA+NaCl 5%, dan TSA+NaCl 10%. Larutan tersebut kemudian dipindahkan kedalam tabung reaksi sebanyak
10-15 ml lalu disterilisasi dalam autoclave selama 1,5
jam pada tekanan 1 atm dengan suhu 121 oC. 2) Setelah media TSA dikeluarkan autoclave maka dinginkan sampai mencapai
suhu (>45oC). lalu menyiapkan cawan steril, tabung
pengenceran yang akan ditanam dan media padat yang masih cair . 3) Teteskan 1 ml secara aseptis.suspensi sel kedalam cawan kosong 4) Tuangkan media yang masih cair ke cawan kemudian putar cawan untuk
menghomogenkan suspensi bakteri dan media, kemudian diinkubasi dengan posisi terbalik didalam inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam.
64
Teknik penanaman Cara perhitungan hasil analisis TPC sebagai berikut: cawan yang dipilih dan dihitung jumlah bakterinya adalah yang mengandung koloni antara 30-300. Jika semua pengenceran menghasilkan koloni kurang dari 30, maka jumlah koloni yang dihitung hanya pada pengenceran yang terendah. Sebaliknya, jika semua pengenceran menghasilkan lebih dari 300 koloni, maka hanya jumlah koloni tertinggi yang dihitung. Jika cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan koloni antara 30-300 koloni dan perbandingan hasil tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran tersebut kurang dari atau sama dengan dua, maka kedua nilai tersebut
dirata-ratakan
dengan
memperhitungkan
pengencerannya.
Jika
perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari atau sama dengan dua maka yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil. Apabila menggunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran maka data yang diambil adalah dari kedua cawan petri tersebut.
Pertumbuhan koloni bakteri dalam cawan
65
Lampiran 4. Prosedur pewarnaan Gram (BSN 2009) 1) Bersihkan object glass dengan kapas 2) Menulis kode atau nama bakteri pada sudut object glass 3) Mengambil biakan dengan jarum inokulum lalu pindahkan satu ulasan saja kemudian diberi akuades dan disebarkan supaya sel merata. 4) Mengeringkan ulasan tersebut sambil memfiksasinya dengan api bunsen (lewatkan di atas api 2-3 kali). Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada object glass tanpa merusak struktur selnya.
Cara mengambil biakan 5) Selanjutnya meneteskan Kristal violet sebagai pewarna utama pada preparat lalu tunggu selama ± 1 menit lalu cuci dengan akuades mengalir 6) Meneteskan moerdant (lugol’s iodine) lalu tunggu ± 1 menit setelah itu cuci dengan akuades mengalir 7) Beri larutan pemucat (ethanol 96%) setetes demi setetes hingga etanol yang
jatuh
berwana
jernih
namun
jangan
terlalu
banyak
(overdecolorize) lalu cuci dengan akuades mengalir 8) Terakhir meneteskan safranin dan tunggu ± 45 detik lalu dicuci kembali dengan akuades
66
9) Mengeringkan preparat dengan kertas tissue yang ditempelkan di sisi ulasan namun jangan sampai merusak ulasan lalu di biarkan mengering di udara. 10) Setelah itu periksa dengan mikroskop (perbesaran 100 x 10).
Pewarnaan gram
67
Lampiran 5. Prosedur uji motilitas (BSN 2009) a) Mengambil isolat dengan jarum Őse lurus dan inokulasikan dengan menusukkan pada media semi solid SIM atau MIO media. b) Selanjutnya inkubasikan pada suhu 25 °C dan 37 °C selama 24 jam - 48 jam. c) Reaksi positif ditandai oleh adanya pertumbuhan bakteri yang menyebar hasil negatif menunjukan bakteri hanya tumbuh pada daerah tusukan saja. Berikut gambar 13 reaksi motility
Reaksi motilitas
68
Lampiran 6. Prosedur uji katalase (BSN 2009) a) Koloni bakteri diambil satu ose secara aseptis dan diinokulasikan pada Object glass b) Dengan menggunakan pipet tetes, 3% H2O2 diteteskan pada Object glass secukupnya. c) Amati adanya gelembung untuk hasil positif dan tidak ada gelembung untuk hasil negatif (hati-hati membedakan antara gelembung yang muncul dari sel dengan kumpulan sel yang mengambang akibat ditambahi reagen).
Reaksi katalase
69
Lampiran 7. Prosedur uji oksidase (BSN 2009) a) Membasahi kertas saring (filter paper) dengan pereaksi oksidase. b) Mengambil 1 loop isolat bakteri dengan jarum Őse (Őse platinum atau Őse plastic disposable),lalu digoreskan pada kertas saring yang sudah diberi pereaksi oksidase atau gunakan stik oksidase. c) Hasil berupa reaksi negatif jika tidak ada perubahan warna pada kertas saring dan positif jika terjadi perubahan warna biru keunguan pada goresan dalam waktu singkat. Berikut Gambar 15 hasil reaksi oksidase.
Gambar 15. Reaksi oksidase
70
Lampiran 8. Uji Oksidatif-Fermentatif (BSN 2009)
a) Menyiapkan 2 tabung berisi media O/F. b) Lalu mengambil isolat bakteri dengan jarum Őse lurus steril. c) Menginokulasikan isolat bakteri ke dalam tabung yang berisi media O/F dengan cara ditusukkan. d) Satu tabung diisi dengan parafin cair steril hingga ketinggian 1 cm di atas permukaan media O/F, sedangkan tabung lainnya tanpa parafin cair. e) Selanjutnya inkubasikan pada suhu 30 °C selama 24 jam. f) Reaksi negatif jika tidak ada perubahan warna pada kedua tabung reaksi. g) Reaksi oksidatif positif jika terjadi perubahan warna media pada tabung tidak tertutup parafin cair dari hijau ke kuning. h) Reaksi fermentatif positif jika terjadi perubahan warna dari hijau ke kuning pada tabung yang tidak tertutup parafin cair maupun yang tertutup.
71
Lampiran 9. Prosedur BBL Crystal ID GP 1. Keluarkan produk dari pembungkusnya, setelah dikelurkan harus segera digunakan karena tidak boleh dibiarkan lebih dari 1 jam karena akan merusak kandungan kimia didalamnya.
2. Ambil isolat bakteri yang digunakan lalu di masukkan dalam tabung reaksi yang berisi larutan saline yang sudah tersedia dalam paket. Setelah dimasukkan dalam larutan saline lalu divortex yang kekeruhannya 0,5 McFarland. Isolat dalam tabung reaksi kemudian dituangkan kedalam sumur BBL Crystal ID GP,
3. Ratakan larutan dalam sumur dengan menggoyang secara perlahan dan lembut hingga larutan terisi sampai permukaan lubang sumur BBL Crystal.
4. Setelah itu ditutup dengan penutup yang berisi bahan kimia yang berbentuk kristal, tutup hingga rapat hingga berbunyi “klik”
72
5. Setelah itu inkubasi selama 20-24 jam, lalu hasilnya dapat dilihat dengan terjadinya perubahan warna.
6. Lalu hasil yang diperoleh berupa data-data kemudian dimasukkan dalam data bank BBL Crystal.
73
Lampiran 10. Analisis asam amino (AOAC 1995) Preparasi Sampel 1. Menentukan kadar protein dari sampel dengan metode Kjeldahl 2. Masukkan sampel yang mengandung 3 mg protein kedalam ampul, tambahkan 1 mL HCl 6 N 3. Membekukan campuran tersebut dalam es kering-aseton. Gunakan “Freeze dryer” yang dihubungkan dengan pompa vakum, untuk mengeringbekukan sampel. 4. Mengeluarkan udara yang ada dalam sampel yang telah dibekukan dengan cara : Keluarkan ampul dari dalam es kering-aseton. Pada saat campuran mencair, udara yang terlarut dalam sampel akan keluar. Jika gelembung udara terlalu banyak, atau keluar terlalu cepat, masukkan kembali ampul ke dalam es kering-aseton, dan divakum kembali. Cara ini diulangi sampai udara yang ada dalam sampel keluar seluruhnya. Jika masih ada gelembung udara, tambahkan 1 atau 2 tetes n-oktil alkohol sebagai anti bubbling. 5. Ampul divakum kembali selama 20 menit, kemudian tutup bagian tengah tabung dengan cara memanaskannya di atas api. 6. Memasukkan ampul yang telah ditutup ke dalam oven pada suhu 110ºC selama 24 jam. 7. Mendinginkan sampel yang telah dihidrolisis pada suhu kamar. Pindahkan isinya ke dalam labu evaporator 50 mL, bilas ampul dengan 2 mL HCl 0,01 N dan masukkan cairan bilasan ke dalam labu evaporator, ulangi 2-3 kali. 8. Mengeringkan sampel dengan menggunakan “freeze dryer” dalam keadaan vakum, untuk mengubah sistein menjadi sistin tambahkan 10 – 20 mL air ke dalam sampel dan keringkan dengan freeze dryer, ulangi 2 – 3 kali. 9. Menambahkan 5 mL HCl 0,01 N ke dalam sampel yang telah dikeringkan, larutan sampel ini siap untuk dianalisis
74
Pembuatan pereaksi OPA Larutan stok pereaksi OPAterdiri dari OPA : 50
mg
Metanol
: 4
mL
Merkaptoetanol
: 0,025 mL
Brij-30 30%
: 0,050 mL
Buffer borat 1M, pH = 10,4
: 1
mL
Melarutkan 50 mg OPA dalam 4 mL metanol dan tambahkan merkaptoetanol. Di kocok dengan hati-hati campuran tersebut, lalu menambahkan larutan brij-30 30% dan buffer borat. Simpan larutan dalam botol berwarna gelap pada suhu 4ºC dan akan stabil selama 2 minggu. Pereaksi derivatisasi dibuat dengan cara mencampurkan satu bagian larutan stok dengan dua bagian larutan buffer Kalium Borat pH 10,4 dan harus dibuat segar setiap hari. Fase Mobil Bufer A :
Na-Asetat (pH 6,5)
0,025 M
Na-EDTA
0,05 %
Metanol
9,00 %
THF
1,00 %
Buffer A : terdiri dari komposisi di atas yang dilarutkan dalam 1 liter air HP. Buffer ini harus disaring dengan kertas milipore 0,45 µm dan akan stabil selama 5 hari pada suhu kamar bila disimpan dalam botol berwarna gelap yang diisi dengan gas He atau Nitrogen. Buffer B : terdiri dari metanol 95 % dan air HP. Lakukan penyaringan dengan kertas milipore 0,45 mikron. Larutan ini akan stabil dalam waktu tak terbatas. Kondisi Alat Mengatur kondisi HPLC sebagai berikut: Kolom : Ultra techspere Laju aliran fase mobil : 1 mL/menit Detektor : Fluoresensi Fase mobil : Buffer A dan Buffer B dengan gradient sebagai berikut:
75
Waktu (menit) 0 1 2 5 13 15 20 22 26 28 38
Laju aliran fase mobil (mL/menit) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
% Buffer B 0 0 15 15 42 42 70 100 100 0 0
Membuat grafik hubungan antara waktu (menit) sebagai absis dengan % B sebagai ordinat. Analisis asam amino 1. Melarutkan sampel yang telah dihidrolisis (B-9) dalam 5 mL HCl 0,01N kemudian saring dengan kertas milipore. 2. Menambahkan Buffer Kalium Borat pH 10,4 dengan perbandingan
1 : 1.
Lalu kedalam vial kosong yang bersih masukkan 10 µl sampel dan tambahkan 25 µl pereaksi OPA, biarkan selama 1 menit agar derivatisasi berlangsung sempurna. 3. Menginjeksikan ke dalam kolom HPLC sebanyak 5 µl kemudian tunggu sampai pemisahan semua asam amino selesai. Waktu yang diperlukan sekitar 25 menit.Konsentrasi asam amino (dinyatakan dalam µmol AA) dalam sampel.
Perhitungan
Konsentrasi asam amino (dinyatakan dalam µmol AA) dalam sampel
76
Persen asam amino dalam sampel adalah:
= µmol AA x Mr. AA x 100 µg sampel AA
Asp
Glu Ser
Mr
133.1
147.1
His Gly Thr Arg Ala Tyr Met
105.09 155.16 75.07 119.12 174.2
Val Phe Ileu Leu Lys
89.09 181.19 149.21 117.15 165.19 131.17 131.17 146.19
Kadar asam amino dalam sampel (mg/g protein)
Kadar protein (Apriyantono et al. 1989)
Skor asam amino (Mc Laughlan et al. 1959 diacu dalam Muchtadi 2010)
Contoh perhitungan : Kadar protein sampel (% b/k)
Kadar asam amino fenilalanin dalam sampel (mg/g protein) :
77
Lampiran 11. Analisis asam lemak (AOAC 1995) Preparasi contoh (hidrolisis & esterifikasi) 1. Menimbang 20 – 30 mg contoh lemak atau minyak dalam tabung bertutup teflon 2. Menambahkan 1 mL NaOH 0,5 N dalam metanol dan panaskan dalam penangas air selama 20 menit 3. Selanjutnya tambahkan 2 mL BF3 16 % dan 5 mg/mL standar internal, panaskan lagi selama 20 menit 4. Kemudian didinginkan, lalu menambahkan 2 mL NaCl jenuh dan 1 mL heksana, kocok dengan baik 5. Memindahkan lapisan heksana dengan bantuan pipet tetes ke dalam tabung yang berisi 0,1 g Na2SO4 anhidrat, biarkan 15 menit 6. Memisahkan fasa cair selanjutnya diinjeksikan ke kromatografi gas Analisis komponen asam lemak, sebagai FAME 1. Mengatur kondisi alat sebagai berikut : Kolom Dimensi kolom Film Tickness Laju alir N2 Laju alir H2 Laju alir udara Suhu injektor Suhu detektor Suhu kolom - kolom temperatur
Ratio Inject Volum Linier Velocity
: Cyanopropil methyl sil (capillary column) : p = 60 m, Ø dalam = 0.25 mm, 025 m : 20 mL/menit : 30 mL/menit : 200 – 250 mL/menit : 200ºC : 230ºC : Program temperatur : awal 190oC diam 15 menit Akhir 230 oC diam 20 menit Rate 10oC/ menit :1:8 :1 L : 20 cm/sec
2. Menginjeksikan pelarut sebanyak 1 µl ke dalam kolom. Bila aliran gas pembawa dan sistem pemanasan sempurna, puncak pelarut akan nampak dalam waktu kurang dari 1 menit
78
3. Setelah pena kembali ke nol (baseline) injeksikan 5 µl campuran standar FAME. Bila semua puncak sudah keluar, injeksikan 5 µl contoh yang telah dipreparasi (A) 4. Ukur waktu retensi dan puncak masing-masing komponen. Jika rekorder dilengkapi dengan integrator, waktu retensi dan luas puncak langsung diperoleh dari integrator 5. Bandingkan waktu retensinya dengan standar untuk mendapatkan informasi mengenai jenis dari komponen-komponen dalam contoh 6. Untuk metode internal standar, jumLah dari masing-masing komponen dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : Cx = Ax . R Cs As Dimana: Cx Cs Ax As R
= = = = =
Konsentrasi komponen x Konsentrasi standar internal Luas puncak komponen x Luas puncak standar internal Respon detektor terhadap komponen x relatif terhadap standar
7. Untuk metode eksternal standar, lakukan preparasi yang sama, hanya contoh dan standar dilakukan secara terpisah, tidak ada penambahan larutan standar kedalam contoh. JumLah kandungan komponen dalam contoh dihitung sebagai berikut : Ax x C standar x V contoh x 100 % As
100
gram contoh Cara Penentuan R Membuat suatu campuran X (murni) dan S dengan jumLah W x dan Ws yang diketahui dan dibuat kromatogramnya. Dalam hal ini, Wx Ws
= Ax . Rx dan = As . Rs
Dari hubungan ini, maka R dapat dihitung sebagai R = Rx = Rs
Wx . As Ws . Ax
79
Lampiran 12. Contoh penghitungan total bakteri Jumlah koloni per pengenceran 10 10-2 10-3 10-4 TBUD 129 87 4 TBUD 169 28 14
Jumlah total bakteri (koloni/g)
-1
1,5 x 104
Cara penghitungan jumlah total bakteri adalah sebagai berikut : Koloni per ml = jumlah koloni per cawan x Koloni per ml = 149 x 1/10-2 = 149 x 104
80
Lampiran 13. Hasil streak kuadran isolat
Isolat 1
Isolat 2
Isolat 3
Isolat 4
Isolat 5
81
Lampiran 14. Morfologi bentuk bakteri
Sumber : Hadioetomo 1993
82
Lampiran 15. Standar McFarland Dalam mikrobiologi standar McFarland digunakan untuk mengetahui kekeruhan bakteri dalam larutan. Adapun kandungan dalam standar McFarland adalah sebagai berikut : McFarland Nephelometer Standards : McFarland Standard 1.0% Barium chloride (ml) 1.0% Sulfuric acid (ml) Approx. cell density (1X10^8 CFU/mL) % Transmittance* Absorbance*
0.5 0.05 9.95 1.5 74.3 0.132
1 0.1 9.9 3.0 55.6 0.257
2 0.2 9.8 6.0 35.6 0.451
Berikut adalah gambar kekeruhan standar McFarland
0.5
1
2
3 0.3 9.7 9.0 26.4 0.582
4 0.4 9.6 12.0 21.5 0.669
83
Lampiran 16. Hasil perubahan warna dan deteksi menggunakan sinar UV (ultra violet) setelah diinkubasi
Isolat iso 1
Isolat iso 2
Isolat iso 3
Isolat iso 4
Isolat iso 5
84
Lampiran 17. Kunci identifikasi bakteri Gram positif (Cowan 1974)
85
Lampiran 18. Hasil identifikasi BBL crystal isolat 1
Lampiran 19. Hasil identifikasi BBL crystal isolat 2
86
87
Lampiran 20. Hasil identifikasi BBL crystal isolat 3
88
Lampiran 21. Hasil identifikasi BBL crystal isolat 4
89
Lampiran 22. Hasil identifikasi BBL crystal isolat 5
93
Lampiran 23. Hasil perubahan warna dan deteksi sinar uv serta hasil identifikasi bakteri Hasil Kode
Substrat
(+)
(-)
FCT
Fluorescent negative control
n/a
n/a
FGC
4MU-β-Dglucoside
blue fluorescence
blue fluorescence
>FCT well
≤FCT well
blue fluorescence
blue fluorescence
>FCT well
≤FCT well
FVA
FPH
FGS
FPY
FTR
L-valineAMC
Lblue phenylalanine- fluorescence AMC >FCT well
blue fluorescence
4MU-α-Dcellobioside
blue fluorescence
blue fluorescence
>FCT well
≤FCT well
Lpyroglutamic acid-AMC
blue fluorescence
blue fluorescence
>FCT well
≤FCT well
L-tryptophanAMC
blue fluorescence
blue fluorescence
>FCT well
≤FCT well
Hasil Positif Negatif Positif Negatif Positif Negatif Positif Negatif Positif Negatif Iso 1
Iso 2
√
√
√
√
√
√
Iso 3
Iso 4
Iso 5
√
√
√
√
√
√
√
√
√
≤FCT well
√
√
90
94 91
Lanjutan dari lampiran 23…… FAR
FGA
FHO
FGN
FIS
L-arginineAMC
blue fluorescence
blue fluorescence
>FCT well
≤FCT well
4MU-Nacetyl-β-Dglucosaminide
blue fluorescence
blue fluorescence
>FCT well
≤FCT well
4MUphosphate
blue fluorescence
blue fluorescence
>FCT well
≤FCT well
blue fluorescence
blue fluorescence
>FCT well
≤FCT well
blue fluorescence
blue fluorescence
>FCT well
≤FCT well
4MU-β-Dglucuronide
L-isoleucineAMC
√
√
√
TRE
Trehalose
Emas/kuning
Orange/merah
LAC
Lactose
Emas/kuning
Orange/merah
MAB Methyl-α & βglucoside
Emas/kuning
Orange/merah
SUC
Sucrose
Emas/kuning
Orange/merah
√
MNT
Mannitol
Emas/kuning
Orange/merah
√
MTT
Maltotriose
Emas/kuning
Orange/merah
ARA
Arabinose
Emas/kuning
Orange/merah
√
95
Lanjutan dari lampiran 23……… GLR
Glycerol
Emas/kuning
Orange/merah
FRU
Fructose
kuning
Tak berwarna
√
BGL
p-n-p-β-Dglucoside
kuning
Tak berwarna
√
PCE
p-n-p-β-Dcellobioside
kuning
Tak berwarna
√
PLN
Proline & Leucine-pnitroanilide
kuning
Tak berwarna
PHO
p-n-pphosphate
kuning
Tak berwarna
PAM
p-n-p-α-Dmaltoside
kuning
Tak berwarna
√
PGO
ONPG & kuning
Tak berwarna
√
Aqua/biru
Kuning/hijau
Coklat/maroon
bening
√
ungu
Kuning/abuabu
√
p-n-p-α-Dgalactoside URE
Urea
ESC
Esculin
ARG
Arginine
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan : (√) menunjukkan adanya aktivitas
92
93
Lampiran 24. Kromatogram asam amino produk fermentasi telur ikan tambakan
94
Lampiran 25. Kromatogram asam amino bebas produk fermentasi telur ikan tambakan
95
Lampiran 26. Kromatogram asam lemak produk fermentasi telur ikan tambakan