1. Komposisi Pakan dan Tubuh 1.1. Komposisi Pakan 1.2. Penggunaan Komposisi Pakan 1.3. Nutrient dalam Tubuh 1.4. Pengaturan Metabolisme Nutrien 1.5. Komposisi Tubuh
Aspek nutrisi merupakan bagian kehidupan masyarakat sehari-hari. Individu manusia atau hewan agar dapat hidup, tumbuh, berkarya atau berproduksi dan mendapatkan keturunan memerlukan asupan pakan atau nutrien dengan cara mengkonsumsinya. Individu maupun masyarakat terbiasa dengan memilih makanan, mengkonsumsi bahan makanan dan merasakan manfaatnya. Masyarakat juga telah mengenal bahan pakan yang dapat diberikan kepada ternak. Nutrisi manusia dengan ternak mempunyai kesamaan. Namun nutrisi manusia atau ternak berbeda dengan nutrisi tanaman, namun keduanya berhungan erat satu dengan lainnya. Tanaman umumnya memerlukan unsur inorganik, seperti nitrat, ammonia, CO2, dan energi matahari yang ditangkap oleh chlorophyll tanaman melalui photosynthesis. Manusia dan ternak dapat memanfaatkan komponen tanaman sebagai nutrien untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini menggambarkan bahwa tanaman menyediakan proses antara yang memungkinkan terjadi keterkaitan antara tanah dan hewan. Protein, karbohidrat, lemak dan vitamin adalah molekul organik yang terbentuk dalam tanaman dan merupakan nutrien yang diperlukan manusia atau ternak. Kebutuhan tanaman akan nutrien sangat berbeda dengan ternak, karena nutrien yang diperlukan tanaman sangat sederhana. Tanaman menggunakan nitrat atau ammonia sebagai sumber nitrogen disamping itu diperlukan berbagai unsur mineral inorganic, CO2 dari udara melalui photosynthesis. Rincian kebutuhan nutrien manusia, ternak dan tanaman disajikan dalam Tabel 1.1.
1.1. Komposisi Pakan Salah satu awal perkembangan ilmu nutrisi adalah upaya mendeskripsikan pangan/pakan dalam istilah senyawa kimia atau kelompok senyawa kimia yang mempunyai fungsi yang khas dalam tubuh yang dikenal dengan nutrien. Aspek kajian nutrisi dalam perkembangan selanjutnya adalah nutrien. Nutrien adalah semua unsur atau senyawa kimia dalam pangan/pakan yang menunjang kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, latasi dan reproduksi. Terdapat enam kelompok nutrien yaitu air, protein dan asam amino, karbohodrat, lemak, vitamin dan unsur inorganik atau mineral. Protein, karbohidrat dan lemak disebut sebagai nutrien makro, sedangkan Vitamin dan mineral disebut nutrien
Bab-1: Komposisi Pakan dan Tubuh
I-1
mikro. Nutrien makro dibutuhkan tubuh dalam jumlah banyak sedangkan unsur mikro diperlukan dalam jumlah kecil. Energi yang diperlukan ternak dapat disediakan oleh lemak, karbohidrat dan kerangka karbon asam amino. Nutrien menyediakan air, energi, komponen penyusun dan pengaturan metabolisme sel. Nutrien yang diperlukan keberadaannya dalam pakan dan tidak bisa disintesis dalam tubuh dalam jumlah yang mencukupi disebut nutrien esensial atau indispensible. Kandungan nutrien pangan atau pakan dapat diketahui dengan mengurai (menganalisis) komponen pangan dan pakan secara kimia. Teknik anilisis yang umum untuk mengetahui kadar nutrien dalam pangan atau pakan adalah Analisis Proksimat (Proximate analysis) atau metode Weende. Metode ini tidak menguraikan kandungan nutrien secara rinci namun berupa nilai perkiraan sehingga disebut analisis proksimat. Diagram analisis proksimat disajikan dalam Gambar 1.1. Contoh hasil analisis dan bentuk penyajiannya ditunjukkan dalam Tabel 1.2. Contoh komposisi kimia hasil analisis, yang lebih lengkap dan nilai energi jagung disajikan dalam Tabel 1.3. Tabel 1.1. Nutrien yang diperlukan tanaman (T), ternak (Te) dan manusia (M) Nutrien Air Energi Karbohidrat Lemak Linoleat Linolenat Protein Nitrat, amonia Asam Amino Arginine Hisstidine Isoleucine Leucine Lysine Methionine Phenylalanine Proline Threonine Tryptophan Valine Mineral Br Ca Co Cu Cr Cl F
T x x
Diperlukan Te x x x x x x x
M x x x x x x x
Nutrien
x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x
x
x x x x x x x
Bab-1: Komposisi Pakan dan Tubuh
Fe I Mg Mo P K Na Se Zn Si Al Br Ce Sr Vitamin Vit. A Vit. C Vit. D Vit. E Vit. K Vit. 12 Biotin Choline Folacine Niacine Pantothenat Pyridoxine Riboflavin
T x x x x x x x x x x x x x x
Diperlukan Te M x x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x
I-2
Tabel 1.2. Komposisi kimia hasil analisis proksimat beberapa bahan pakan No A 1 2 3 4 B 1 2 3 4
Bahan Rumput Rumput alam Brachiaria sp. Rumput.gajah Alang-alang
BK (%)
Abu
Komposisi BK (%) PK LK SK
BETN
Ca (%)
P (%)
23.50 27.50 21.30 31.00
14.30 7.07 12.70 6.61
8.82 9.83 9.30 5.25
1.46 2.36 2.48 2.23
32.50 28.90 33.70 4040
42.80 51.80 41.40 40.90
0.40 0.24 0.46 0.40
0.25 0.18 0.37 0.26
Leguminosa Calopogonium sp. Centrocema sp. Stylosanthes sp. Daun kacang tanah
22.60 24.10 21.40 22.80
8.50 9.43 8.86 9.18
30.31 16.80 15.60 13.80
4.73 4.04 2.09 4.94
30.20 33.20 31.80 25.20
26.30 36.50 41.60 46.90
0.76 1.20 1.16 1.68
0.46 0.38 0.42 0.27
C Konsentrat 1 Ampas tahu 14.60 4.98 29.36 10.24 22.70 32.70 0.53 0.38 2 Wheat pollard 88.50 5.90 18.46 3.88 9.70 62.00 0.23 1.10 3 Dedak padi halus 87.60 13.10 13.18 10.08 13.50 50.00 0.22 1.25 4 Jagung 86.80 2.20 10.78 4.33 2.70 80.00 0.21 0.40 Keterangan: BK=bahan kering, PK=protein kasar, LK=lemak kasar, SK=serat kasar
Tabel 1.3. Komposisi kimia hasil analisis lengkap jagung lokal No
Deskripsi
Satuan
Nilai
BK
No
Deskripsi
Satuan
Nilai
1 Berat Kg 1 1 2 Bahan Kering % 83.00 3 Air % 17.00 20.48 4 Protein kasar % 8.00 5 Abu % 1.76 2.12 6 Serat kasar % 2.20 7 Lemak kasar % 3.80 4.58 8 BETN % 84.24 9 Ca % 0.02 0.02 10 P, total % 0.28 11 P, tersedia/avail % 0.09 0.11 12 P, avail Udang % 0.0800 13 P, avail Ikan % 0.0800 0.0964 14 Ca:P 0.21 15 Na % 0.02 0.02 16 Mg ppm 0.01 17 K % 0.30 0.36 18 Cl % 0.04 19 S % 0.08 0.10 20 Cu ppm 3.00 21 Fe ppm 45.00 54.22 22 Mn ppm 5.00 23 Se ppm 0.03 0.04 24 Zn ppm 18.00 25 Lysine % 0.2278 0.2745 26 Methionine % 0.1690 27 Met+Cys % 0.3554 0.4282 28 Threonine % 0.2908 31 Tryptophan % 0.0586 0.0706 32 Histidine % 0.2165 33 Leucine % 0.9756 1.1754 34 Isoleucine % 0.2736 35 Phenylalanine % 0.3576 0.4309 36 Phe+Tyr % 0.6965 37 Arginine % 0.1290 0.1554 38 Valine % 0.3840 39 Cystine % 0.1800 0.2169 40 Tyrosin % 0.3000 41 D. Lysin % 0.1731 0.2086 42 D. Methionin % 0.1386 43 D. Met + Cys % 0.2879 0.3468 44 D. Threonin % 0.2326 45 D. Tryptopan % 0.0451 0.0544 46 D. Histidinne % 0.1797 47 D. Leusin % 0.8000 0.9638 48 D. Isoleucin % 0.2244 49 D. Phenylalanin % 0.3004 0.3620 50 D. Arginin % 0.1084 51 D. Valin % 0.3110 0.3747 52 Vitamin A kIU/k 8.00 53 Vitamin E mg/k 22.00 26.51 54 Thiamin mg/k 3.50 55 Riboflavin mg/k 1.00 1.20 56 Niacin mg/k 24.00 57 Pyridoxine mg/k 7.00 8.43 58 Folic Acid mg/k 0.40 59 Biotin mg/k 0.07 0.08 60 Choline mg/k 620.00 61 Pantothenic Acid mg/k 4.00 4.82 62 Bulk density g/L 610.00 63 Xanthophyll ppm 13.00 15.66 64 Aflatoxin ppb 50.00 65 TDN Sapi % 70 84 66 TDN Domba % 74 67 DE Sapi Mcal/k 2.70 3.25 68 DE Domba Mcal/K 3.28 69 DE Babi Kcal/kg 3525 4247 70 DE Ikan Kcal/kg 3186 71 ME Babi Kcal/kg 3420 4120 72 ME Ayam Kcal/kg 3300 Keterangan: TDN=total digestible nutrient, DE=digestible energy, ME=metabolizable energy
Bab-1: Komposisi Pakan dan Tubuh
BK 83.00 9.64 2.65 101.49 0.34 0.0964 0.21 0.01 0.05 3.61 6.02 21.69 0.2036 0.3504 0.2608 0.3296 0.8391 0.4627 0.3614 0.1670 0.2803 0.2165 0.2703 0.1306 9.64 4.22 28.92 0.48 746.99 734.94 60.24 89 3.95 3839 3976
I-3
Gambar 1.1. menggambarkan bahwa analisis dapat dilakukan terhadap kadar air, abu, lemak atau ether ekstrak, nitrogen total, dan kadar serat. Komponen bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah hasil pengurangan bahan kering dengan komponen, abu, lemak, nitrogen total, dan serat. Komponen lemak, protein dan serat sering disebut lemak kasar, protein kasar dan serat kasar. Metoda analisis proksimat mengahasilkan komponen nutrien yang masih campuran. Komponen dari masing-masing kelompok nutrien dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Diagram Komponen Nutrien Berdasarkan Analisis Metode Proksimat
Hasil analisis metoda proksimat masih menunjukkan kelemahan. Saluran pencernaan monogastrik tidak mampu mencerna komponen serat. Lain halnya dengan ternak ruminansia yang mempunyai perut fermentasi (retikulo-rumen) yang mampu mencerna sebagian komponen serat akibat adanya aktifitas mikroba di dalam bagian perut tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut Van Soest mengembangkan metoda analisis lain khususnya untuk pakan sumber serat seperti rumput. Metoda Van Soest mengelompokan komponen nutrien menjadi isi sel dan dinding sel. Isi sel merupakan komponen yang sangat mudah dicerna. Komponen dinding sel adalah kelompok yang larut dalam deterjen netral (Neutral Detergent Fiber atau NDF) dan konponen NDF ada yang hanya larut dalam deterjen asam (Acid Detergent Fiber atau ADF) dan yang tidak larut. Hubungan antara hasil analisis proksimat dengan metoda Van Soest disajikan dalam Gambar 1.2. Analisis kimia komponen pakan dapat dilakukan lebih detil dengan menggunakan metoda yang lebih kompleks atau menggunakan peralatan yang lebih canggih. Hasil analisis kadar abu yang berupa abu dapat dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui komponen abu tersebut, misalnya menganalisis kadar Ca dan P. Analisis Ca dan P dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi atau menggunakan alat yang modern seperti Atomic Absorption Bab-1: Komposisi Pakan dan Tubuh
I-4
Spectrophotometer (AAS). komponen mineral lainnya.
Alat AAS dapat digunakan untuk menganalisis
Gambar 1.2. Hubungan antara hasil analisis proksimat dengan metoda van Soest Analisis lebih detil dapat dilakukan terhadap bahan sesuai dengan tujuannya. Komponen protein dapat diketahui lebih jauh asam amino penyusunnya dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau Amino Acids Analyzer. Alat HPLC dapat digunakan juga untuk analisis asam lemak sebagai komponen penyusun lemak dan vitamin. Mengingat metode analisis sangat bervariasi baik bahan yang digunakan maupun tingkat ketelitiannya, maka pemilihan dan penetapan metode analisis merupakan suatu keharusan.
1.2. Penggunaan Komposisi Pakan Aspek kuantitatif nutrisi adalah mengetahui kebutuhan berbagai spesies hewan dalam berbagai kondisi lingkungan dan fisiologis, mendefinisikan gejala defisiensi dan mengakumulasi pengetahuan tentang metabolisme nutrien dari hasil penelitian. Percobaan mengenai vitamin, asam amino, asam lemak, mineral, senyawa beracun, metabolisme karbohidrat dan kaitannya dengan insulin telah banyak dilakukan dan memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu nutrisi. Ilmu Nutrisi seperti halnya ilmu biologi lainnya tidak mempunyai tingkat ketepatan yang tinggi seperti pada ilmu fisika. Hal ini disebabkan karena mahluk hidup sangat beragam. Namun ilmu nutrisi telah berkembang cukup cepat berkat adanya berbagai hewan percobaan, kultur jaringan dan bakteri sebagai pengganti hewan ternak dan manusia yang tidak mungkin digunakan karena Bab-1: Komposisi Pakan dan Tubuh
I-5
masalah etis, biaya atau waktu. Hewan model yang sering digunakan seperti monyet, babi, ayam, puyuh dan burung. Saat ini telah dikenal 25 jenis karbohidrat, 15 asam lemak, 20 asam amino, 13 mineral dan 20 vitamin yang diperlukan tubuh namun tergantung dari spesies hewannya. Perkembangan pengetahuan nutrisi telah terbantu dengan perkembangan berbagai teknik analisis yang pesat diantaranya biokimia, dan fisiologi. Kebutuhan ternak misalnya telah dapat didefinisikan dengan lebih detil dan lebih akurat. Perkembangan pengetahuan dalam ilmu nutrisi telah memacu perkembangan industri ransum dan proses produksi ternak yang lebih efisien. Kebutuhan ternak seperti ayam broiler, ayam petelur, babi, sapi perah, domba, kambing, kuda, dan hewan laboratorium telah terdefiniskan dengan baik. Tabel 1.4. menunjukkan contoh daftar kebutuhan nutrien ayam broiler periode starter (umur 0-21 hari) dan grower (umur 22-35 hari). Ransum broiler biasanya tersusun dari beberapa bahan pakan. Penyusunan ransum broiler tersebut dapat dilakukan dengan mempertimbangkan komposisi kimia setiap bahan dan kebutuhan nutrien ayam tersebut. Hal ini berarti bahwa komposisi nutrien pakan sangat berguna dalam penyusunan ransum. Namun informasi kandungan nutrien bahan yang diperlukan tergantung kepada jenis ransum yang akan disusun, setiap ternak mempunyai kebutuhan nutrien yang berbeda-beda. Tabel 1.4. Standar kebutuhan nutrien ayam broiler periode starter dan finisher Deskripsi ME Protein Kasar Asam Amino Arginine Gly+Ser Histidine Isoleucine Leucine Lysine Met+Cys Phe+Tyr Threonine Tryptophan Valine Mineral Makro P, total P, avail Mg Na K
Satuan
Starter
Finisher
Deskripsi
MJ/Kg %
12.6 23.0
12.6 19.0
% % % % % % % % % % %
1.26 1.20 0.50 0.90 1.60 1.25 0.92 1.58 0.80 0.23 1.0
0.95 1.10 0.50 0.80 1.30 1.00 0.80 1.40 0.65 0.19 0.90
% % % % %
1.2 0.50 0.03 0.15 0.30
1.0 0.50 0.03 0.15 0.30
Mineral Mikro Cu I Fe Mn Zn Se Vitamin A D3 E K Thiamine Riboflavine Nicotinate Pantothenate Choline
Satuan
Starter
Finisher
ppm ppm ppm ppm ppm ppm
3.5 0.4 80 100 50 0.15
3.5 0.4 45 100 50 0.15
IU/kg IU/kg IU/kg ppm ppm ppm ppm ppm ppm
2000 500 25 1.3 3 4 28 10 1300
2000 500 25 1.3 4 28 10 1300
1.3. Nutrien dalam Tubuh Hewan mendapatkan pakan sebagai kumpulan nutrien yang kompleks. Nutrien yang berbentuk molekul besar, dan sebelum dapat digunakan tubuh, pakan dicerna atau dihidrolisis lebih dulu menjadi komponrn zat makan utama yang disebut metabolit (asam amino dari protein atau glukosa dari karbohidrat). Pemecahan nutrien terjadi di dalam saluran pencernaan melalui gerakan mekanik dan aktifitas enzim. Komponen nutrien diserap dinding sel saluran pencernaan yang selanjutnya memasuki dan diangkut melalui sitem peredaran darah menuju berbagai organ tubuh (hati, ginjal, otot dan sel di dalam organ lainnya). Di dalam organ, nutrien digunakan untuk menunjang metabolisme yang terjadi dalam jaringan dan sel, serta digunakan untuk pembentukan daging, susu, telur dan wool atau tergantung pada jenis ternaknya.
Bab-1: Komposisi Pakan dan Tubuh
I-6
Senyawa sederhana atau nutrien yang berasal dari pakan membentuk pool metabolis. Transformasi metabolis bahan organik asal tubuh disebut metabolisme endogenous sedangkan senyawa asal pakan mengalami metabolisme exogenious. Jumlah nutrien dalam pool disebut ukuran pool atau pool size yang dinyatakan dengan mol atau satuan berat. Ukuran pool protein otot babi berbobot 50 adalah 3.7 kg. Nutrien yang digunakan sel disusun menjadi senyawa lain (anabolis) atau didegradasi menjadi senyawa yang lebih sederhana (katabolis). Masuk dan keluarnya senyawa dari pool secara berkelanjutan menyebabkan terjadinya perubahan yang terus-menerus pada pool yang selanjutnya dikenal dengan turnover. Laju turnove tergantung pada jenis senyawanya, jaringan, status fisiologis dan nutrisi ternak. Pengukuran kuantitatif dinamika komponen tubuh dapat diukur dengan menggunakan teknik perunutan isotop. Dalam proses biosintesa, metabolit diubah menjadi komponen tubuh atau produk ternak atau mengganti komponen tubuh yang mengalami kerusakan. Energi dalam tubuh terbentuk karena metabolisme nutrien atau produk metabolisnya. Nutrien yang berfungsi sebagai bahan bakar metabolis contohnya adalah glukosa dan asam lemak. Energi yang dihasilkan melalui proses oksidasi untuk sementara tersimpan dalam senyawa kaya energi misalnya adenosin triphosphate (ATP). Senyawa tersebut menyediakan energi untuk berbagai reaksi yang memerlukan energi misalnya sintesis senyawa protein, proses transpor dan absorpsi nutrien dan untuk kerja otot. Energi yang tersimpan dalam tubuh dalam jumlah yang lebih besar dari yang diperlukan terdapat dalam bentuk lemak sedangkan dalam jumlah yang terbatas terdapat dalam bentuk glycogen.
1.4. Pengaturan Metabolisme Nutrien Sel tubuh mengambil nutrien dari larutan sekitarnya misalnya plasma atau cairan ektraseluler lainnya. Karena fungsi sel normal tergantung pada kondisi konstan cairan ekstraseluler, dalam hewan tingkat tinggi terdapat suatu proses untuk mempertahankan konsentrasi suatu senyawa pada kisaran yang sangat sempit meskipun terjadi penubahan suplay nutrien. Batas konsentrasi bervariasi tergantung pada kebutuhan jaringan. Konsep pengaturan tersebut telah diajukan 100 tahun yang lalu oleh Claude Bernard dan oleh W.N. Cannon pada tahun 1920 dengan istilah homeostasis. Definisi homeostasis adalah proses pengaturan berbagai kondisi fisiologis yang membantu mempertahankan keadaan normal, jika kondisi tersebut terganggu. Homeostasis suhu tubuh cukup dikenal, namun terdapat berbagai homestasis biokimia misalnya proses buffer cairan tubuh akibat adanya asam atau alkali, atau pengaturan konsentrasi glukosa plasma. Selama kondisi lingkungan sel normal, maka sel akan berfungsi sebagaimana mestinya. Karena alur metabolis terdiri dari sejumlah reaksi yang dikatalisasi oleh enzim maka pengaturan metabolisme lebih menyangkut perubahan aktifitas enzym. Terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi jalannya metabolisme dalam tubuh adalah (1) ketersediaan substrat, (2) pemindahan produk, (3) ketersediaan kofaktor dan (4) pengaturan feedback yang terkait dengan jumlah produk dan akifitas enzim. Pengaturan metabolis dapat terjadi juga melalui proses pemindahan produk dari satu organel sel ke organel sel lainnya misalnya dari mitochondria ke sitosol atau sebaliknya. Misalnya ATP yang terbentuk dalam mitokondria dipindahkan ke dalam sitosol untuk biosintesa senyawa tertentu misalnya asam
Bab-1: Komposisi Pakan dan Tubuh
I-7
lemak rantai panjang, selanjutnya ADP sisa proses sintesis dikembalikan lagi ke dalam mitokondria. Hormon dapat berperan dalam mengatur metabolisme nutrien dalam tubuh sebagai respon terhadap faktor fisiologis, nutrisi dan psikologis. Hormon dihasilkan oleh kelenjar hormon dan diangkut melalui darah menuju organ target yang menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis. Sintesis dan katabolisme karbihidrat, protein dan lemak dipengaruhi oleh berbagai hormon. Sejumlah hormon meningkatkan ketersediaan substrat untuk sintesis, sebaliknya sebagian hormon lain mempengaruhi reaksi enzim tertentu dalam alur reaksi, yang mengatur jumlah senyawa antara yang terbentuk dan digunakan dalam suatu proses. Transpor substrat melewati mebran sel merupakan proses penting yang dipengaruhi hormon. Kegagalan pengaturan proses metabolisme dapat menyebabkan kelainan metabolis atau penyakit tertentu. Insulin meningkatkan fermeabilitas dinding sel terhadap glukosa sehingga terjadi peningkatan transfer glukosa dari plasma ke dalam sel. Peningkatan kadar insulin dan glukosa dalam darah akan mengakibatkan peningkatan metabolisme glukosa. Oksidasi glukosa, konversi glukosa menjadi glikogen atau lemak terjadi dalam hati. Hormon yang bekerja sebaliknya adalah hormon adrenalin, glukagons dan adrenokortikal. Hormon tersebut meningkatkan kadar glukosa jika glukosa darah turun. Adrenalin merangsang terjadinya pemecahan glycogen menjadi glucosa dan menghambat sintesisnya.
Gambar 1.3. Alur metabolisme nutrien dan komponen tubuh
1.5. Komposisi Tubuh Komponen tubuh manusia atau ternak tersusun dari nutrien yang dikonsumsinya. Sebagian besar nutrien esensial digunakan untuk sintesis komponen tubuh, sebagian nutrien esensial yang berlebih akan digunakan untuk
Bab-1: Komposisi Pakan dan Tubuh
I-8
sintesis molekul lain atau digunakan sebagai sumber energi. Kerangka tubuh tersusun sebagian besar dari unsur mineral dan protein sebagai pengikatnya. Sedangkan jaringan lunak sebagian besar tersusun dari protein dan lemak. Jaringan lunak mengandung mineral dalam jumlah yang sangat sedikit. Karbohidrat ditemukan dalam jumlah sedikit terutama dalam bentuk glukosa dan glikogen. Komposisi kimia tubuh ternak dan manusia disajikan dalam Tabel 1.5. Pola perubahan komposisi tubuh ternak disajikan dalam Gambar 1.4.
Tabel 1.5. Komposisi kimia tubuh ternak pada berbagai kondisi fisiologis Spesies
Air (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Anak sapi, baru lahir 74 19 3 Anak sapi, gemuk 68 18 10 Sapi kebiri, kurus 64 19 12 Sapi kebiri, gemuk 43 13 41 Domba, kurus 74 16 5 Domba, gemuk 40 11 46 Babi, 8 kg 73 17 6 Babi, 30 kg 60 13 24 Babi, 100 kg 49 12 36 Ayam betina 56 21 19 Kuda 61 17 17 Manusia, laki-laki 59 18 18 Keterangan: Kadar air+protein+lemak+abu=100%
Abu (%) 4.1 4.0 5.1 3.3 4.4 2.8 3.4 2.5 2.6 3.2 4.5 4.3
Kering, Bebas Lemak (% BK) Protein Abu 82.2 17.8 81.6 18.4 79.1 20.9 79.5 20.5 78.2 21.8 793 20.7 83.3 16.7 84.3 15.7 82.4 17.6 86.8 13.2 79.2 20.8 80.7 19.3
Gambar 1.4. Pola perubahan komposisi tubuh sapi sejak lahir hingga dewasa
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian mengenai komposisi tubuh adalah sebagai berikut: 1. Ternak muda mempunyai kadar air yang lebih tinggi dari hewan tua. 2. Kadar lemak tubuh berbanding terbalik dengan kadar air tubuh. Korelasi antara kedua komponen tersebut mengikuti persamaan: Y =
Bab-1: Komposisi Pakan dan Tubuh
I-9
355.9+0.36X-202.9.Log X; Y=Kadar lemak (%), X=Kadar air (%). Hubungan tersebut digambarkan dalam Gambar 1.5 3. Kadar air tubuh ternak gemuk lebih rendah dari kadar air tubuh ternak kurus 4. Lemak tubuh adalah komponen yang kadarnya paling bervariasi dibanding komponen lainnya 5. Rasio kadar protein dengan abu pada bahan kering tubuh tanpa lemak adalah tetap 4:1 pada semua jenis dan kondisi fisiologis ternak.
60
Gambar 1.5. Korelasi Antara Kadar Air Tubuh dan Kadar Lemak Tubuh Sapi dengan persamaan Y = 355.9+0.36X-202.9.Log X; Y=Kadar lemak (%), X=Kadar air (%)
Kadar lemak (%)
50 40 30 20 10 0 35
40
45
50
55
60
65
70
Kadar Air (%)
Hasil pengukuran komposisi tubuh domba lokal (priangan) di Indonesia pada usia pertumbuhan dengan menggunakan metoda urea space yang dibandingkan dengan metoda pemotongan langsung menunjukkan hasil seperti pada Tabel 1.6. Tabel 1.6. Komposisi tubuh domba priangan pada fase pertumbuhan Komposisi
Teknik Pemotongan (%)
Air Tubuh
65.87
Teknik Urea Space (%) 68.64
Lemak Tubuh
9.85
9.78
Protein Tubuh
16.53
16.87
Astuti, D.A. dkk. (1999)
Seperti pada umumnya hewan, data domba saat pertumbuhan mempunyai kandungan air tinggi (65 – 68 % BB), sedangkan kandungan lemak masih rendah (9-10 %BB). Data pada Tabel di atas menunjukkan tidak ada perbedaan data antara hasil pengukuran dengan metoda urea space maupun dengan metoda pemotongan. Ini artinya untuk melakukan pengukuran komposisi tubuh dapat dilakukan dengan menggunakan metoda urea space, water space, antipyrine space, NAAP dan deuterium space tanpa mengganggu kehidupan
Bab-1: Komposisi Pakan dan Tubuh
I-10
hewannya (Bartle, et al.,1983; Panaretto dan Till,1963; Rule et al., 1986). Metoda pengukuran komposisi tubuh ini telah dilakukan dengan berbagai jenis hewan coba dan jumlah ulangan yang cukup banyak untuk setiap jenis hewannya (anjing, sapi potong dan sapi perah, domba dan kambing). Perlakuan yang diberikan juga meliputi berbagai macam jenis pakan (jenis rumput dan bijibijian) sehingga didapatkan puluhan persamaan regresi yang mengkorelasikan data urea atau air tubuh dengan protein dan lemak tubuh. Hasil pengukuran komposisi tubuh kambing peranakan etawah (PE), baik yang sedang tumbuh maupun saat laktasi, dengan menggunakan metoda urea space seperti telihat pada Tabel 1.7. Data menunjukkan bahwa kadar air pada kambing tumbuh sedikit lebih rendah (58 %) dibandingkan dengan kadar air pada domba (65 %). Kadar protein kambing PE tumbuh relative sama dengan kambing PE laktasi, sedangkan untuk kadar lemaknya, ada sedikit penurunan pada kambing yang laktasi karena digunakan untuk produksi lemak susu. Tabel 1.7. Komposisi tubuh kambing Peranakan Etawah pada fase pertumbuhan dan laktasi pertama Komposisi
Tumbuh
Laktasi
Air Tubuh
58.60
58.15
Lemak Tubuh
23.36
20.68
Protein Tubuh
15.06
14.91
Astuti D.A., 1995
Tabel 1.8. Komposisi tubuh kambing yang diukur dengan metoda TOH dan antipyrine Space (%BB) No Hewan
BB (kg)
Air Tubuh (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14.6 27.9 22.4 20.7 17.45 10.35 15.7 16.7 26.8 28.7 27.8 25.6 13.0
70 59 58 65 62 68 66 67 60 58 69 69 74
Lemak Tubuh (%) 11 22 20 16 18 12 14 12 21 23 7 8 -
Protein Tubuh (%) 15 14 16 13 12 13 13 15 13 13 16 16 16
Panaretto dan Till (1968) melaporkan hasil pengukuran komposisi tubuh kambing pada berbagai ukuran tubuh yang berbeda dengan menggunakan metoda antipyrine dan TOH space. Tabel 1.8. menunjukan adanya variasi air tubuh mulai dari 58 % sampai dengan 74 % , sedangkan kadar lemak tubuh dari 7 % sampai 23 %. Untuk kadar protein terendah didapatkan 12 % dan tertinggi 16 %.
Bab-1: Komposisi Pakan dan Tubuh
I-11
Sumber Bacaan Astuti,D.A. Evaluasi Pemanfaatan Nutrien Berdasarkan Curahan Melalui Sistem Vena Porta dan Organ Terkait Pada Kambing PE Tumbuh dan Laktasi. Desertasi 1995 IPB Bogor Bartle, S.J., J.R. Males and R.L. Preston, 1983. Evaluation of urea dilution as an estimator body composition in mature Cows. J. Anim Sci., 56: 410-417 Mc Donald P., RA Edwards and JFD Greenhalgh, 2002. Animal Nutrition. 5th Ed. Longman Scientific and Tech. UK. Panaretto B.A. and Till, A.R. 1963. Body composition in vivo. Aust. J. Agric. Res. 14:926-943 Rule, D.C. R.N. Arnold, E.J. Hentges and D.C. Beitz. 1986. Evaluation of urea dilution as a technique for estimation body composition of beef steers in vivo. J. Anim. Sci., 63:1935-1948.
Bab-1: Komposisi Pakan dan Tubuh
I-12