CIRI MUSIKAL DAN PERAN ALAT DAWAI DALAM ENSAMBEL | 71
Ciri Musikal dan Peran Alat Dawai dalam Ensambel/Komposisi
5.1 CIRI MUSIKAL Pembahasan mengenai ciri musikal alat dawai meliputi sistem nada serta ciri amplifikasi suara. Sistem nada meliputi pembahasan bagaimana bunyi yang dihasilkan berhubungan dengan konsep susunannada-nada musikalnya. Ciri musikal alat dawai meliputi konsep dan praktik pelarasan, nada tunggal, multi-nada, nada dawai simpatetis, nada drone, dan nada harmonik. Ciri amplifikasi suara dari alat musik dawai juga akan dibicarakan dengan fokus memperlihatkan karakteristik teknis dari bunyi/suara yang dihasilkan oleh alat dawai dan hubungannya dengan media resonansi alat (resonator).
72 | ALAT MUSIK DAWAI 5.1.1 Pelarasan Di dalam musik, istilah pelarasan dipakai untuk menjelaskan bagaimana bunyi dari nada-nada dalam sebuah alat musik diatur/ ditentukan. Sebagaimana halnya dengan kelompok alat-alat musik lainnya, alat dawai juga memiliki cara maupun teknik yang khusus dalam hal pelarasannya. Bahkan jenis yang berbeda juga memiliki teknik pelarasan sendiri-sendiri. Pada umumnya mekanisme pelarasan alat musik dawai dilakukan dengan cara mengencangkan atau mengendurkan dawai. Proses mengencangkan atau mengendurkan dawai dilakukan dengan cara memutar kupingan alat musik (tuning peg). Jika ingin mengencangkan dawai, kita harus memutar kupingan dengan cara berlawanan arah dari jembatan dawai. Sebaliknya, jika ingin mengendurkannya, kita harus memutar kupingan ke arah arah jembatan dawai. Cara seperti ini berlaku untuk sebagian besar alat-alat daKupingan dawai wai untuk semua golongan (lira, (tuning peg) harpa, lut, maupun siter). Untuk jenis lut, mekanisme pelarasan seperti tersebut dijumpai pada gitar, selo, mandolin, hasapi Batak Toba, gambus Melayu, sitar India, al ‘ud Arab, pipa Cina, dan shamisen Jepang. Untuk jenis siter, pelarasan dilakukan dengan cara menggeser tiang tumpuan dawai. Dawai diregangkan terlebih dahulu pada kedua ujung tambatan dawai (daSangkutan pat berupa kupingan/tuning pegs dawai CD 2 Track 4, 5, 8, 19, 20, 21 Memperlihatkan Cara Pelarasan Gambar 5.1: Harpa
CIRI MUSIKAL DAN PERAN ALAT DAWAI DALAM ENSAMBEL | 73
atau juga sangkutan dawai permaCD 2 Track 4, 5, 8, 19, 20, 21 nen). Siter memiliki jembatan yang Memperlihatkan dapat digeser yang fungsinya untuk Pelarasan menyesuaikan nada-nada dawai. Cara seperti ini kita temukan pada kacapi di Sunda, siter di Jawa, sasando di NTT, kayagum di Korea, dan santur di Persia. Pelarasan untuk jenis alat siter tabung seperti keteng-keteng Karo atau hitek Flores, pada prinsipnya dilakukan dengan cara yang sama. Namun terdapat perbedaan yang kontras dalam hal ciri sangkutan dawainya. Konstruksi sangkutan dawai keteng-keteng atau hitek berasal langsung dari badan alat musiknya. Beberapa alat dawai memiliki kekecualian tertentu untuk pelarasannya, misalnya kora Afrika. Kora Afrika, jenis dawai campuran (harp-lut), memiliki cara pelarasan berbeda. Ketegangan dawai-dawai kora diperoleh dari sisi ujung dawai yang diikat pada batang kayu atau Tali pengikat tiang penyangga bagian bawah, dawai dengan sisi lainnya yang diikat dengan tali pengikat, dan juga dari Jembatan dawai jembatan dawai yang terdapat pada alat musik. Proses mengencangkan dan mengendurkan dawai dilakukan dengan cara mengeser sisi dawai yang diikat dengan tali pengikat. Jika ingin nada yang lebih tinggi, maka tali pengikat digeser ke arah jembatan dawai. Sebaliknya jika ingin nada yang lebih rendah, tali pengikat digeser ke arah Gambar 5.2: Kora Afrika Dawai diikat dengan tali pengikat yang berlawanan dengan jembatan dawai dapat bergeser ke arah mendekati atau (lihat ilustrasi gambar). menjauhi jembatan dawai
74 | ALAT MUSIK DAWAI Contoh lain dari alat dawai yang cukup khusus pelarasannya adalah siter petik dan bao dari Vietnam. Dan bao tidak memiliki kupingan dawai. Dawai diikatkan langsung pada kedua ujung alat musik, di mana ujung ikatan yang satu bersifat permanen, sementara ujung lainnya diikat pada sebuah tongkat. Tinggi-rendahnya nada-nada dan bao diatur lewat manipulasi tongkat senar, yakni dengan cara menekannya.
tongkat senar
Gambar 5.3: Dan bao Vietnam
5.1.2
Nada Lepas dan Sistem Pengelompokan Nada
Pelarasan berbagai jenis alat dawai pada umumnya sangat terkait dan sekaligus juga ditentukan oleh jumlah dawai dari masingmasing alat. Acuan dasar dari laras nada dawai umumnya ditentukan oleh apa yang disebut dengan nada lepas (opened string). Nada-nada lepas pada alat dawai sangat beragam, baik dalam hal penentuan nada awal sebagai acuan pelarasan maupun jarak interval nada dari hasil pelarasan yang dilakukan. Untuk jenis lut seperti gitar, umumnya memiliki nada lepas dengan susunan interval keenam senarnya dimulai dari nada terendah hingga nada dawai tertinggi, e-a-d-g-b-e(oktaf). Susunan nada-nada lepas pada gitar seperti di atas pada dasarnya telah menjadi sistem pelarasan nada lepas yang standar, baik dalam permainan gitar klasik Barat maupun dalam berbagai permainan gitar dalam musik populer.
CIRI MUSIKAL DAN PERAN ALAT DAWAI DALAM ENSAMBEL | 75
Nada-nada lepas dari jenis dawai lut lainnya juga cukup bervariasi. Nada lepas dari kedua dawai hasapi di Batak Toba, jika kita analogikan dengan interval nada dalam musik Barat, lebih kurang berjarak ters mayor (nada c-e). Susunan nada-nada lepas dengan jarak c-e dalam pelarasan hasapi dipakai dalam permainan lagu-lagu gondang (komposisi musik Batak Toba), di mana untuk jenis lagu-lagu di luar gondang, kadangkala hasapi dilaras dengan interval kwint murni (c-g). Sementara itu, nada lepas dua dawai kulcapi Karo memiliki interval lebih kurang kwint murni (c-g). Alat dawai lut lain yang juga terdiri dari dua buah senar di antaranya adalah rebab Sunda, dan kacapi Bugis. Rebab Sunda, dua dawainya memiliki nada lepas dengan interval kwint murni (cg). Rebab Jawa, dua dawainya memiliki nada lepas dengan interval kwart (c-f). Kacapi Bugis Sulawesi Selatan, dua dawainya memiliki nada lepas berjarak seksta mayor (c-a) dengan nada A lebih rendah. Contoh nada-nada lepas dari alat dawai yang memiliki jumlah dawai lebih dari dua adalah shamisen Jepang, gambus Melayu, dan saz Turki. Shamisen memiliki tiga dawai dengan nada lepas dimulai dari nada terendah berjarak kwint dan oktafnya (c-g-goktaf). Nadanada lepas dari ketujuh dawai gambus terbagi atas empat tingkatan. Masing-masing tingkatan dimulai dari nada terendah ke nada berikutnya berjarak kwart. Nada terendah terdiri dari satu buah, diikuti dengan nada dawai ganda yang lebih tinggi dengan interval kwart. Kemudian diikuti lagi dengan nada dawai ganda berikutnya, satu kwart lebih tinggi dari dawai ganda pertama. Dan nada dawai ganda tertinggi berjarak kwart dari nada dawai ganda yang kedua. Jadi, jika nada terendahnya kita anggap nada c, maka urutan nada lepas dari gambus adalah interval c-f-bes-es. Saz Turki memiliki tujuh dawai. Masing-masing dawai dikelompokkan dalam tiga bagian, yakni dua bagian dawai ganda dan satu bagian dawai tripel. Kedua bagian dari dawai ganda terletak pada bagian atas dan tengah papan jari, sedangkan dawai tripel pada bagian bawah papan jari. Adapun jarak nada dawai ganda atas dan tengah adalah kwart dengan nada atas lebih tinggi. Sementara itu jarak nada dawai tengah dengan nada dawai tripel berjarak kwart
76 | ALAT MUSIK DAWAI dengan nada dawai tripel lebih tinggi. Jika kita analogikan dengan interval musik Barat, maka interval nada saz lebih kurang g-c-f. Meskipun secara garis besar kita mendapatkan susunan nada lepas itu, namun masing-masing dari dawai ganda maupun dawai tripel memiliki laras berbeda. Dawai ganda yang di atas memiliki nada g dan oktafnya, dawai ganda di tengah memiliki nada c dan oktafnya, dawai tripel yang di bawah memiliki nada f dan dua dawai lainnya adalah oktafnya. Jika nada-nada lepas saz disusun, maka interval keseluruhan nadanya adalah ggoktaf-ccoktaf-ffoktaffoktaf.
Gitar
Shamisen Jepang
Hasapi Batak Toba:
Kulcapi Karo:
Saz Turki Gambar 5.4: Beberapa Contoh Susunan Interval Nada Lepas:: gitar, hasapi Toba, shamisen Jepang, saz Turki, kulcapi Karo
CD 1 Track 22, 29, 30, 31, 32 Dawai Lepas Siter
VCD 1 Track 8,38, 39 VCD 2 Track 19, 20, 21 Contoh Dawai Lepas Lut
CIRI MUSIKAL DAN PERAN ALAT DAWAI DALAM ENSAMBEL | 77
Nada-nada lepas pada siter umumnya berbeda deNada-nada dalam sistem tangga ngan lut. Pada jenis siter, nada musik Sunda disebut dengan nada–nada dawai lepas itu da (1), mi (2), na (3), ti (4), dan la sendiri yang menjadi acuan (5). Tanda titik digunakan untuk dalam menghasilkan nadamembedakan wilayah nada. Titik nada melodisnya. Berbeda di bawah menunjukkan wilayah halnya dengan jenis lut, nadaoktaf nada tinggi, sedangkan titik nada melodis dihasilkan dari di atas menunjukkan wilayah oktaf kombinasi nada-nada lepas nada rendah. dengan nada-nada yang Tangga nada kacapi Sunda lebih ditekan pada papan jari. Kakurang memiliki interval mulai rakteristik nada lepas sekalinada teratas c (1), b (2), g(3), f(T), gus menjadi nada-nada melodan e(5). dis pada siter juga sama dengan jenis harpa dan lira. Di Nusantara contoh siter dengan karakteristik seperti di atas, adalah kacapi Sunda dan sasando Nusa Tenggara Timur. Berbagai jenis dawai pukul di Asia, seperti santur Persia dan yang qin Cina, juga memiliki karakteristik yang sama.
Oktaf nada bawah
Oktaf nada atas
Gambar 5.5: Ilustrasi gambar Nada Lepas Pada Kacapi Sunda
78 | ALAT MUSIK DAWAI Hal ini berbeda dengan siter kayagum, ajaeng Korea dan koto Jepang. Nada-nada melodis dari kayagum, ajaeng dan koto dihasilkan dari kombinasi dawai lepas dengan nada-nada yang muncul dari teknik menekan dawai (bending-notes). Hal yang tak kalah penting untuk diketahui bahwa tidak semua jenis alat dawai yang dilaras memiliki kaitan khusus dengan susunan nada-nada alat musik lainnya. Sebagai contoh, jika kacapi Sunda dimainkan bersama alat musik lainnya seperti suling, penyesuaian nada-nada dari kacapi akan mengacu pada nada-nada suling. Tidak demikian halnya dengan keteng-keteng Karo yang juga dimainkan bersama alat musik lainnya. Keteng-keteng tidak harus persis sama dengan nada-nada yang terdapat pada kulcapi. Nada-nada pada keteng-keteng dilaras lebih mendekati kepentingan meniru bunyi gong untuk dawai tertentu, dan dawai lainnya meniru bunyi gendang. Beberapa alat dawai sejenis, seperti gondang bulu Mandailing, tengtung di Simalungun, hitek di Flores, juga memiliki prinsip yang sama. Berbagai jenis alat dawai yang terdapat di kebudayaan musik dunia memiliki sistem nada yang beragam. Beberapa di antaranya memiliki sistem dan cara-cara VCD 2 Track 3, 11 tersendiri dalam mengelompokPelarasan kannya. Ada yang memiliki istilah sendiri untuk menamakan kelompok nada-nada musiknya, ada pula yang tidak mempunyai istilah khusus untuk itu. Di masyarakat Jawa dan Sunda, sebagai contoh, dikenal tangga nada pentatonik, seperti pelog dan slendro. Di masyarakat Batak Toba dan Karo juga ada tangga nada pentatonik, meski masyarakatnya tidak memiliki sebutan khusus untuk itu. Jika meminjam nada-nada diatonis Barat maka tangga nada pentatonik Jawa memiliki susunan nada lebih kurang c-d-f-g-a (untuk pelog). Sementara di Batak Toba susunan nadanya lebih kurang seperti c-de-f-g, sedangkan di Karo susunan nadanya lebih kurang e-f-a-b-c. Di masyarakat Melayu Sumatera Timur, terdapat beberapa jenis tangga nada heptatonis. Salah satu di antaranya berjarak lebih
CIRI MUSIKAL DAN PERAN ALAT DAWAI DALAM ENSAMBEL | 79
kurang c-des-e-f-g-as-bes. Sedangkan di masyarakat Bugis Sulawesi susunan nada heptatonis tersusun dengan interval lebih kurang b-c-d-e-f-g-a, atau ada yang susunan nadanya a-b-c-d-e-fis-gis. 5.1.3
Nada Tunggal, Multi-Nada, Nada Dawai Simpatetis, Nada Drone dan Nada Harmonik
Dalam konteks permainan alat dawai beberapa ciri musikal dapat ditandai secara spesifik. Di antaranya adalah kelompok nada tunggal, multi nada, nada dawai simpatetis, nada drone, dan nada harmonik. Nada tunggal bermakna nada yang dimainkan terdiri dari susunan nada-nada yang berdiri sendiri. Multi nada bermakna bahwa nada-nada terdiri dari dua atau lebih nada yang dimainkan sekaligus atau variasi di antara satu dan lebih nada. Bentuk permainan pada berbagai jenis alat dawai umumnya merupakan kombinasi antara permainan nada tunggal dan multi-nada. Contoh alat dawai berciri menggunakan nada tunggal di antaranya adalah dan bao Vietnam, kayagum Korea, hasapi ende di Toba, selo Kroncong, selo Flores, dan stembas Dalam peristilahan musik, berbagai Irian. Beberapa alat dawai jenis tangga nada yang ada dapat tersebut tidak memiliki aldikelompokkan pada: 1) jenis tangga ternatif menghasilkan nada nada yang hanya terdiri dari satu buah lebih dari satu, seperti dan nada (disebut dengan istilah monotonik bao Vietnam, selo Flores dan tonik), 2) jenis tangga nada yang terditonik diri dari dua buah nada (ditonik ditonik), 3) stembas Papua, berbeda dejenis tangga nada yang terdiri dari ngan hasapi Toba, selo tritonik tiga buah nada (tritonik tritonik), 4) jenis tangKroncong dan kayagum ga nada yang terdiri dari empat buah Korea, yang kadang bisa metetratonik nada (tetratonik tetratonik), 5) jenis tangga nada lakukan permainan dengan penyang terdiri dari lima buah nada (penmembunyikan dua senar tatonik tatonik), 6) jenis tangga nada yang sekaligus. heksaterdiri dari enam buah nada (heksaBentuk permainan nada tonik tonik), dan 7) jenis tangga nada yang tunggal namun kadang “terterdiri dari tujuh buah nada (heptatonik heptatonik). heptatonik kesan” menjadi dua nada atau
80 | ALAT MUSIK DAWAI
Tangga nada adalah susunan nadanada yang pada dasarnya ditentukan dari nada terendah/awal hingga nada tertinggi dalam tingkatan oktafnya. Umumnya kita mengenal tangga nada mayor atau minor. Hal ini kelihatan wajar, karena kita memang telah diperkenalkan dengan musik Barat sejak di sekolah dasar. Tangga nada mayor tersusun dari tujuh buah nada, jika kita mulai dari nada C, maka susunan nadanya adalah C-DE-F-G-A-B-dan C oktaf (tangga nada ini disebut dengan C mayor). Tangga nada diatonik minor juga terdiri dari tujuh buah nada yang sama, tetapi dimulai dari nada awal yang berbeda, yakni dimulai dari nada A dalam susunan tangga nada C mayor. Susunan tangga nadanya adalah A-B-C-D-E-F-G-dan A oktaf (disebut dengan tangga nada A minor). Meskipun nada dasar dalam permaian musik Barat dapat berubah-ubah sesuai
dengan kepentingannya, pada umumnya penggunaan tangga nadanya dilandasi oleh dua bentuk tangga nada ini, termasuk sebagai acuan dasar dari nada-nada yang dimainkan dalam berbagai jenis alat musik dawai yang ada di Barat. Hal yang penting untuk diingat adalah, jarak dari masing-masing interval nada, baik yang terdapat pada tangga nada pelog dan slendro di Jawa, tangga nada pentatonik yang ada di Batak Toba dan Karo, maupun jenis susunan tangga nada lain yang terdapat pada musik di masyarakat Bugis Sulawesi, pada dasarnya tidak persis sama dengan susunan jarak interval nada yang terdapat dalam tradisi musik Barat. Masing-masing memiliki kekhususan tersendiri dalam hal perhitungan jarak interval nadanya. Pembahasan mengenai topik ini tidak dibicarakan secara detail dalam buku ini.
lebih akibat teknik bermain yang menghadirkan nada lepasnya, juga dijumpai di beberapa wilayah Asia termasuk di Nusantara. Al ‘ud Arab, sarangi India, shamisen Jepang, gambus Melayu, kulcapi Karo, kacapi Bugis dan Sape’ Kayan Kalimantan merupakan contoh yang memiliki ciri di atas. Hal yang sama juga terjadi pada jenis siter, seperti kacapi Sunda dan santur Persia. Pada permainan kacapi Sunda atau santur Persia, ada juga cara bermain seperti di atas, namun nada-nada yang dimainkan umumnya pada oktaf rendah atau nada kelima dari dawai tunggal yang sedang dibunyikan. Bentuk permainan alat dawai yang menggunakan kombinasi permainan nada tunggal dan multi-nada juga merupakan fenomena yang umum dijumpai. Beberapa contoh alat yang menggunakan teknik seperti ini di antaranya adalah ajaeng Korea, saz Turki,
CIRI MUSIKAL DAN PERAN ALAT DAWAI DALAM ENSAMBEL | 81
biwang Tibet, rebab Pariaman, biola Lombok, rebab Sunda dan rebab Jawa. Di Afrika, alat dawai harp-lut kora juga memiliki ciri permainan seperti di atas. Pada umumnya, penggunaan multi-nada dapat kita lihat dalam permainan gitar. Penggunaan sistem akord (tiga atau lebih nada) memperlihatkan bentuk terapan sekaligus bunyi multi-nada. Contoh pemakaian multi-nada juga kita jumpai pada sasando Kupang. Relasi nada-nada pada alat musik itu dimainkan oleh jari tangan kanan dan kiri juga membentuk akord tertentu. Nada dawai simpatetis merupakan fenomena lain dari multinada. Nada dawai simpatetis terbentuk akibat dari respons bunyi yang ditimbulkan dari dawai utama alat musik. Jenis alat dawai yang menggunakan dawai simpatetis sangat terbatas di dunia, satu di antaranya adalah sitar di India dan biola hardanger di Skandinavia Eropah. Fungsi dawai simpatetis adalah untuk memperkaya warna bunyi, melalui resonansi bunyi yang ditimbulkan dari dawai utama saat dawai dipetik. Jadi, bentuk multi-nada yang terdapat pada gitar atau sasando merupakan hasil dari beberapa dawai utama alat musik, sedangkan bentuk multi-nada alat dawai dengan dawai simpatetis merupakan gabungan antara bunyi nada dawai utama ditambah dengan bunyi nada dawai simpatetisnya. Nada drone pada prinsipnya merupakan nada yang berbunyi secara terus menerus yang dipertahankan lama. Nada drone bisa dihasilkan nada tunggal atau multi-nada. Pada alat dawai, penggunaan nada drone umumnya tidak mutlak harus berbunyi secara terus menerus, kecuali pada jenis lut tanpura di India. Di dalam tradisi musik India, tanpura merupakan alat dawai yang fungsinya memang dikhususkan untuk menghasilkan nada drone sebagai latar bunyi dari setiap permainan musik yang ada. Tanpura memiliki empat senar, dengan masing-masing nada lepas dari yang terendah-tertinggi tersusun dari interval kwart-prima-oktaf rendah (dalam notasi India disebut pa-sa-sa-sa(oktaf rendah), atau dalam pendekatan interval nada Barat lebih kurang g-coktaf-coktaf-c). Tidak seperti alat dawai lainnya, tanpura hanya menggunakan nada-nada lepas yang ada.
82 | ALAT MUSIK DAWAI
Keempat dawai tanpura Posisi jari tangan memetik keempat dawai lepas tampura Jembatan dawai Benda bulat berlubang, dimasukkan di antara dawai, berfungsi untuk penyesuaian ketepatan nada sekaligus mengatur harmonik suara alat (kadangkala juga digunakan tambahan benang wol).
Gambar 5.6: Tanpura India
Karakteristik penggunaan nada drone pada alat dawai lainnya dapat ditandai dengan adanya perulanganperulangan nada tertentu yang dilakukan secara terus menerus di antara nada-nada yang menjadi acuan melodi lagu. Pada harpa dan lira hampir tidak ditemukan penggunaan dawai drone. Pada jenis lut, nadanada drone umumnya dihasilkan dari permainan nada-nada lepas dalam nada oktaf atau nada kelima/fifth rendah. Begitu pula pada jenis siter, nada-nada drone dari dari alat dawai juga menggunakan nada oktaf atau nada kelima rendah. Namun yang harus diingat, tidak
CATATAN: Pada dasarnya kategori dawai yang menggunakan dawai ganda, tripel, maupun lebih menghasilkan lebih dari satu nada. Namun dalam konteks penjelasan di sini, pembagian jenis alat dawai yang berkaitan dengan nada tunggal dan multi-nada dianggap satu unit nada.
VCD 1 Track 12, 35, 36, 39 Alat Dawai dengan Ciri Nada Drone
CIRI MUSIKAL DAN PERAN ALAT DAWAI DALAM ENSAMBEL | 83
semua alat dawai menggunakan nada-nada drone. Beberapa alat dawai yang menggunakan nada drone adalah biwang Tibet, shamisen Jepang, dan sampe’ Kalimantan. Nada harmonik adalah kumpulan nada-nada yang timbul akibat efek layang bunyi dari nada-nada fundamental. Mekanisme terbentuknya nada harmonik sangat tergantung dari materi dawai, konstruksi jembatan dawai, serta berbagai elemen lain. Jenis alat dawai yang dapat menghasilkan nada harmonik yang sangat unik dan sangat jarang dijumpai adalah sitar dan tanpura di India. 5.1.4 Ciri Amplifikasi Suara Ciri amplifikasi suara pada alat dawai pada umumnya berkaitan dengan kotak atau tabung resonansi suara alat. Tabung resonansi disebut juga dengan kotak suara/resonator. Sebagaimana yang pernah dibahas pada bab dua mengenai konsep resonansi bunyi, fungsi kotak resonator adalah sebagai tempat berkumpulnya bunyi/suara yang ditimbulkan getaran dawai. Dengan adanya kotak resonator, bunyi yang ditimbulkan oleh getaran membuat dawai menjadi semakin lebih keras. Mekanisme hasil bunyi dawai yang keras/kuat akibat adanya kotak resonansi disebut dengan amplifikasi suara. Proses amplifikasi suara pada alat dawai dapat terjadi melalui beberapa cara. Untuk jenis busur musikal, seperti yang terdapat di Afrika ataupun di Brazil Amerika Selatan, para pemusiknya menggunakan bantuan rongga mulut sebagai resonator alat musik. Jenis harpa, lira, lut dan siter umumnya memiliki kotak resonator suara, meskipun bentuk maupun cara penempatannya berbeda-beda. Pada umumnya amplifikasi suara dipantulkan lewat lubang suara atau permukaan kotak suara dari masing-masing alat. Beberapa contoh alat dawai dengan lubang suara di depan adalah gitar, biola, ukulele, saz Turki, dan stembas Irian. Alat dawai dengan lubang suara di belakang di antaranya hasapi Toba, kulcapi Karo, kecapi Sunda, kecapi Bugis, dan sape’ Kalimantan. Ada alat-alat dawai yang tidak memiliki lubang suara. Permukaan resonator pada alat-alat dawai itu yang menjadi media
84 | ALAT MUSIK DAWAI amplifikasinya. Umumnya, alat-alat dawai dengan kotak resonator tertutup, menggunakan kulit atau materi sintetis lainnya sebagai alas permukaan kotak resonator. Beberapa contoh alat dawai dengan ciri seperti ini adalah shamisen Jepang, banjo Amerika, gambus Melayu (meski ada juga yang menggunakan lubang suara), dan juga umum terdapat pada jenis dawai lut gesek seperti, rebab Jawa, rebab Sunda, tehyan Betawi, dan tror Kamboja. Lubang suara dari alat dawai kadangkala juga digunakan untuk memanipulasi warna bunyi dari alat musik. Hasapi Toba dan kulcapi Karo merupakan dua contoh alat dengan lubang suara di bagian belakang resonator. Lubang suara tersebut digunakan tidak hanya sebagai media amplifikasi, akan tetapi juga dapat dimanipulasi lewat teknik tertentu untuk memperVCD 1 Track 7, 22, 27, 38, 39 kaya warna bunyi dari alat yang VCD 2 Track 20 dimainkan. Mendengarkan Warna Bunyi Memanfaatkan permukaan kulit resonator dawai sebagai bagian dari kombinasi warna bunyi di samping bunyi yang dihasilkan oleh dawainya juga menjadi satu ciri yang unik, misalnya pada shamisen Jepang. Nada-nada melodi shamisen kadangkala tidak hanya berasal dari petikan dawainya, tetapi juga dari hentakan alat pemetik dawai yang menyentuh permukaan dari kulit resonator alat. Ciri resonator alat dawai lainnya dapat dilihat pada ketengketeng Karo dan letor Flores. Resonator keteng-keteng berupa tabung tertutup yang memiliki lubang suara pada sisi alat. Fungsi lubang suara dengan dawai tepat berada di atasnya dan dijepitkan dengan bilahan kayu, dipakai untuk menghasilkan bunyi gong pada permainan alat musiknya. Ini berbeda dengan letor Flores, meski keduanya tergolong dalam jenis yang sama. Badan letor terbuat dari ruas batang bambu yang dibelah dua menjadi tabung resonator alat. Amplifikasi suara letor terdengar lemah jika alat dimainkan dengan sisi bawah terbuka. Oleh karena itu, sebagaimana ditemukan di masyarakatnya, letor dimainkan dengan posisi alat diletakkan di atas tanah atau dengan menggunakan bahan penutup lain pada bagian bawah alat.
CIRI MUSIKAL DAN PERAN ALAT DAWAI DALAM ENSAMBEL | 85
5.2 Peranan Alat Musik Dawai dalam Ensambel/Komposisi Alat dawai pada umumnya dapat dimainkan secara tunggal (solo), atau sebagai iringan nyanyian (baik oleh pemainnya sendiri atau oleh penyanyi tertentu), atau dimainkan bersama beberapa alat musik lainnya dalam bentuk ensambel. Beberapa contoh alat dawai yang dimainkan secara VCD 1 Track 7, 13, 34, 40 tunggal misalnya biwang Tibet, Alat Dawai Tunggal dan bao Vietnam, kora Afrika dalam Ensambel Instrumental Barat, gitar lampung, gitar Sumba, hasapi Toba, letor Flores. Ada yang dimainkan sebagai intrumen tunggal (instrumental), atau dimainkan sambil bernyanyi, atau hanya dengan nyanyian gumaman tanpa teks bermakna. Di India, sitar dimainkan secara tunggal dengan iringan gendang tabla. Sitar berperan sebagai pembawa melodi utama, sedangkan tabla berperan sebagai pengiring ritem. Di samping itu, ada pula alat dawai yang mengiringi vokal dengan fungsi yang berbeda; ada yang memainkan melodi seperti sarangi, dan ada yang hanya memainkan nada-nada lepas yang berfungsi sebagai bunyi drone, seperti tanpura. Kayagum di Korea dapat dimainkan sebagai instrumen solo, atau juga dimainkan dalam bentuk ensambel bersama alat musik sejenis, dengan atau tanpa iringan vokal. Kayagum berperan sebagai pembawa melodis, baik dalam format solo maupun dalam ensambel. Contoh lain dari Korea adalah siter gesek ajaeng, di mana alat tersebut dimainkan sebagai pembawa melodi utama, sementara alat pengiringnya adalah gendang. Banjo Amerika Serikat sering dimainkan dalam ensambel bersama mandolin, gitar, biola, dan kontrabas. Peran banjo dalam ensambel sering menjadi pembawa melodi utama, di samping VCD 1 Track 12, 17, 18, 19, 27, 37 biola dan mandolin. Selama diEnsambel Alat Dawai mainkan dalam bentuk ensambel Instumental instrumental, ensambel ini juga
86 | ALAT MUSIK DAWAI sering dimainkan untuk iringan vokal. Alat Dawai Tunggal Dalam musik Nusantara beberapa alat dawai ada yang dimainkan solo atau dalam bentuk ensambel. Sebagai contoh, kacapi Sunda. Dalam konteks hiburan pribadi, kacapi Sunda biasanya dimainkan sebagai instrumen solo, atau sebagai iringan nyanyian. Berbeda halnya ketika dimainkan dalam konteks upacara perkawinan, kacapi bermain dalam bentuk ensambel. Dalam konteks ensambel, kacapi terdiri atas dua kategori fungsi musikal, yakni kacapi rincik dan kacapi indung. Kacapi indung berfungsi memainkan pola-pola melodi mengikuti pola permainan suling atau nyanyian, sedangkan kecapi rincik berfungsi memberi variasi melodi dan ritmis pada melodi kacapi indung. Di masyarakat Batak Toba, hasapi dapat dimainkan sebagai instrumen solo. Namun alat ini juga menjadi alat utama dalam salah satu ensambel musik yang disebut dengan gondang hasapi. Dalam ensambel gondang hasapi, hasapi berfungsi sebagai alat melodis dimainkan bersama-sama dengan alat-alat musik melodis lainnya, seperti sulim (suling bambu), garantung (perkusi bilah kayu), dan sarune etek (alat tiup seperti klarinet kecil), dengan alat hesek (perkusi besi) yang berfungsi memberikan pola ritem ketukan dasar. Dalam konteks ensambel gondang hasapi, hasapi terbagi atas dua jenis, yakni hasapi ende dan hasapi doal. Hasapi ende berperan memainkan melodi secara paralel dengan sulim dan sarune etek, sedangkan hasapi doal berperan memainkan pola-pola melodi ostinato (melodi tetap yang berulang-ulang). Di masyarakat Melayu, gambus berperan membawa melodi. Dalam format ensambel musik tradisi, gambus biasanya dimainkan bersama dengan dua atau lebih gendang kecil yang disebut dengan marwas. Di samping memainkan lagu-lagu instrumental, gambus VCD 1 Track 15, 29, 35, 41 juga dimainkan untuk mengiringi VCD 2 Track 16 nyanyian. Sasando di Nusa Vokal dan Iringan Alat Dawai Tenggara Timur umumnya VCD 1 Track 9, 27, 34, 36, 43 CVD 2 Track 20
CIRI MUSIKAL DAN PERAN ALAT DAWAI DALAM ENSAMBEL | 87
dimainkan dalam bentuk intrumen solo. Namun alat musik itu juga dapat dimainkan dalam ensambel bersama alat musik sejenis ditambah dengan alat perkusi gendang. Di samping peran sasando sebagai alat pembawa melodis utama dalam memainkan lagu-lagu yang bersifat instrumental, sasando juga umum dimainkan untuk mengiringi nyanyian. Begitu juga dengan sampeq di Kenyah di Kalimantan; sampeq juga dapat dimainkan solo atau dimainkan dalam ensambel. Sementara itu, di wilayah Papua, alat-alat dawai seperti gitar dan stembas dimainkan dalam ensambel musik yang disebut Yospan. Alat-alat musik tersebut dimainkan untuk mengiringi nyanyian bersama.
88 | ALAT MUSIK DAWAI