KESIAPAN PESERTA DIDIK MENGHADAPI MASA PUBERTAS DAN LAYANAN BK DI KELAS VII SMP NEGERI 31 PADANG Oleh: Nadia Pratiwi *
Fitria Kasih ** Rahma Wira Nita **
*Mahasiswa ** Dosen Pembimbing Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This study departed from the phenomenon lack of readiness students to face puberty change primary and secondary sex and ,Guidance and counseling services in schools. The objective is to describe: students readiness in the face of changes in primary and secondary sex at puberty, Readiness of , Guidance and counseling services teacher provides services for students to face puberty related with primary and secondary sex changes. This research is descriptive quantitative researches with population of whole studentss who have not yet faced of puberty in class VII Junior High School 31 Padang with sample 72 people consist of 35 male students and 37 female students. This research use purposive sampling. The data is collected through questionnaire. Data analyzed using percentage. Based on the research, it is found students readiness to face puberty related changes in sex primer, female students have highest percentage is 67.57% and remaining 45.71% for male students. It means male students and female students belong to the category very ready, while the studentss readiness to face puberty related changes in secondary sex, male students have highest percentage is 82.86% and the second highest percentage is 67.57% for female students. Readiness of , Guidance and counseling services teacher provides services to studentss in facing puberty related with changes in the primary sex shows male students have highest percentage is 75.68% belong to the category very ready and female students is 67.57% belong to the category very ready too, while readiness of BK teacher provides services to students in facing puberty related with changes in secondary sex, female students have highest percentage is 75.68% belong to the category very ready and remaining 54.29% is male also belong to the category very ready. Keyword: Students, Puberty, Guidance and counseling services diartikan pula bahwa pubertas dari kata pubescere yang artinya mendapat pubea atau rambut kemaluan yaitu tanda kelamin primer yang menampakkan perkembangan seksual. Menurut Santrock (2009:192), “Pubertas adalah suatu periode dimana kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja”. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahanperubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan perubahan-perubahan pada ciri-ciri seks primer dan seks sekunder. Setiap manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai perubahan. Tanggapan manusia mengenai perubahan hidup tersebut beraneka ragam. Perubahan ada yang dipersepsikan sebagai ancaman, namun ada pula yang mempersepsi sebagai tantangan. Selama masa remaja seluruh tubuh mengalami perubahan, baik di bagian luar
Pendahuluan Setiap individu akan mengalami perkembangan, sejak masa bayi, periode kanak-kanak, masa pubertas atau masa remaja yang kemudian berkembang menjadi individu dewasa. Kehidupan sebagai remaja merupakan salah satu periode yang mesti dilewati dalam rentang kehidupan manusia. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai irama dan waktu yang relatif berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Dalam persiapan remaja/pra remaja kelenjar-kelenjar dalam reproduksi hormon menunjukkan lebih aktif, yang menyebabkan percepatan pertumbuhan, terlihat pada perubahan pada fisik maupun psikis/mental. Masa remaja awal sering disebut masa puber atau pubertas. Pubertas berasal dari bahasa latin yang artinya dewasa. Dapat
1
maupun di bagian dalam tubuh, baik dalam struktur tubuh maupun fungsinya. Remaja pada tingkat Sekolah Menengah Pertama berada pada tingkat perkembangan yang disebut “masa remaja atau pubertas”. Menurut Dahlan (2001:101) bahwa “remaja yang sedang mengalami proses transisi atau pubertas memiliki ciri-ciri dalam pertumbuhan fisik, Psikologis dan sosialnya”. Pada umumnya remaja mengalami berbagai kesulitan dan masalah dalam dirinya dan lingkungan pada masa pubertas. Perubahan-perubahan fisik menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan yang terjadi pada dirinya. Menurut Harlock (2002: 184), “masa puber adalah periode tumpang tindih karena mencakup tahun-tahun akhir masa kanakkanak dan tahun-tahun awal masa remaja”. Masa pubertas anak laki-laki berbeda dengan masa pubertas anak perempuan. Selanjutnya Harlock (2002: 186), “anak lakilaki puber berumur antara 14-16 tahun dan anak perempuan puber berumur 12-14 tahun”. Sangat terlihat jelas bahwa anak perempuan lebih dulu mencapai kematangan dari pada anak laki-laki. Pada rentangan umur tersebut, remaja mengalami transisi perubahan fisik, gejolak emosi, dan sosial. Pada masa pubertas ini, terjadi perubahan fisik yang terkadang mengganggu karena mempengaruhi semua bagian tubuh, baik di dalam maupun di luar tubuh, sehingga mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis remaja. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Hurlock (2002: 191), “pertumbuhan fisik yang pesat cenderung disertai dengan kelelahan, kelesuan, dan perubahan kelenjer internal antara anak puber sering terganggu dalam perubahan ini”. Selain itu, pertumbuhan fisik yang dialami oleh remaja pada masa pubertas ini terkadang membuat remaja canggung dalam berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini disebabkan karena remaja harus siap dengan perubahan yang terjadi. Perubahan yang terjadi sangat mencolok dan jelas sehingga keseimbangan yang sebelumnya sudah terbentuk berpengaruh pada sikap dan tingkah laku remaja.. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap peserta didik di SMP Negeri 31 Padang, kelas VII sebanyak 8 orang peserta didik pada tanggal 2 September 2013, diperoleh informasi bahwa
peserta didik belum siap menerima perubahan pada dirinya dalam menghadapi masa pubertas. Ada peserta didik yang khawatir bila organ seksnya yang membesar akan terlihat melalui pakaian.Peserta didik malu apabila datang masa haidnya dan mimpi basah akan meninggalkan bekas pada pakainnya. Pesatnya pertumbuhan fisik pada masa remaja sering menimbulkan kejutan pada diri remaja itu sendiri. Pada remaja putri ada perasaan seolah-olah belum dapat menerima kenyataan bahwa tanpa dibayangkan sebelumnya buah dadanya membesar. oleh karena itu seringkali gerak-gerik remaja menjadi serba canggung dan tidak bebas. Ada bentuk tubuh yang diidamkan dan dipikirkan untuk dicapainya. Bila tidak dapat menyamai seperti yang diidamkannya akan menimbulkan rasa cemas bagi remaja. Perilaku, sikapnya akan mengalami perubahan karena dia menilai dirinya berbeda dari teman sebayanya. Selain itu juga terungkap bahwa wawancara peneliti dengan peserta didik di kelas VII SMP Negeri 31 Padang adanya remaja yang khawatir terhadap berat badannya yang gemuk dianggap kurang menarik, adanya remaja yang khawatir terhadap tumbuhnya rambut di sekitar kemaluannya, adanya remaja yang memiliki emosi tinggi seperti cepat marah, sedih, murung, cemas dan menangis. Selanjutnya, untuk kesiapan guru BK menghadapi masa pubertas peserta didik belum maksimal hal ini terungkap dari hasil wawancara dengan Guru BK SMP Negeri 31 Padang pada tanggal 4 September 2013 guru BK menyatakan memiliki kekurangan waktu sehingga pemberian layanan belum maksimal. Selain itu berdasarkan fenomena ada salah satu peserta didik putri yang datang ke ruang BK, Peserta didik tersebut merasa takut untuk menyampaikan kepada orangtua ketika ia mengalami masa haid. Karena kurang informasi yang diberikan orangtua kepada putrinya bahkan ia enggan membicarakan secara terbuka. Kondisi ini menimbulkan kecemasan pada pesdik dan pesdik ketika datang masa tersebut ia tidak tahu cara penanganannya. Sebagian dari mereka ada yang merasa bingung, sedih, gemetar, tidak peduli, dan ada juga yang merasa bangga dengan dirinya (ia merasa sudah menjadi orang dewasa). Apabila peserta didik pubertas tidak diberitahu atau tidak dipersiapkan untuk
2
memasuki masa pubertas maka secara psikologis menjadi pengalaman yang traumatis, akibatnya peserta didik cenderung mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap perubahan. Kurangnya persiapan peserta didik dalam menghadapi masa pubertas merupakan bahaya psikologis yang serius, sehingga dalam menghadapi masa ini perlukan adanya kesiapan, terutama pada remaja yang matangnya lebih awal dan lambat. Hal ini disebabkan perubahanperubahan yang terjadi mendorong remaja untuk berpikir bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya atau perkembangannya, sehingga tidak mungkin sama seperti temanteman yang lain. Anak puber cepat murung, khawatir, cemas,marah dan menangis hanya karena hasutan yang sangat kecil dan suasana hati yang negatif sering terjadi. Pentingnya masalah ini diteliti yaitu untuk dapat membantu peserta didik dalam menghadapi masa pubertasnya dan sesuai dengan perkembangan yang maksimal sesuai dengan usia perkembangannya, dan membantu guru BK mengentaskan masalah yang dialami oleh peserta didiknya. Karena masih banyaknya masalah-masalah pada peserta didik yang belum dapat diatasi terutama ketidaksiapannya menghadapi masa pubertas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada peserta didik tentang “Kesiapan Peserta Didik Menghadapi Masa Pubertas dan Pelayanan Guru BK di Kelas VII SMP N 31 Padang. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: a) kesiapan peserta didik dalam menghadapi perubahan seks primer dan sekunder pada masa pubertas, b) pelayanan guru BK dalam mempersiapkan peserta didik menghadapi masa pubertas terkait dengan perubahan seks primer dan sekunder. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap: a) kesiapan peserta didik dalam menghadapi perubahan seks primer dan seks sekunder pada masa pubertas, b) pelayanan Guru BK terhadap kesiapan peserta didik menghadapi masa pubertas terkait dengan perubahan seks primer dan sekunder. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana kesiapan peserta didik menghadapi masa pubertas dan layanan guru BK di Kelas VII SMPN 31 Padang ?. Menurut Slameto (2003:13), “Kesiapan adalah keseluruhan kondisi yang membuatnya siap untuk memberi respon
atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada kecenderungan untuk memberi respon”. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan tergolong penelitian deskriptif kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisa data hasil penelitian secara ilmiah, analisis data menggunakan perhitungan statistik. Menurut Yusuf (2005: 82) penelitian deskriptif adalah “salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi secara mendetail apa adanya”. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah tanggal 21- 25 Februari 2014 di SMP Negeri 31 Padang dan yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik yang belum menghadapi masa pubertas di kelas VII SMP Negri 31 Padang dengan populasi sebanyak 72 orang dan sampelnya setelah dihitung menggunakan teknik Purpossive Sampling adalah 35 putra dan 37 putri. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dari peserta didik yang menjadi sampel penelitian peneliti di SMP Negeri 31 Padang adalah menggunakan angket. Data diolah dengan menggunakan rumus persentase yang dikemukakan oleh Yusuf (2005:365) dengan rumus sebagai berikut: P = x 100 Keterangan: P = Tingkat persentase jawaban F = Frekuensi jawaban n = Jumlah angka mutlak Hasil dan Pembahasan Penelitian 1. Kesiapan peserta didik menghadapi masa pubertas a. Kesiapan peserta didik menghadapi masa pubertas terkait dalam perubahan seks primer. Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai kesiapan peserta didik menghadapi masa pubertas terkait dalam perubahan seks primer putri tergolong pada kategori siap sebesar 67,57% dengan frekuensi 25 orang dan putra tergolong pada kategori sangat siap sebesar 45,71% dengan frekuensi 16 orang. Menurut AlMighwar (2006-28) pertumbuhan dan perkembangan organ-organ
3
seks. Pertumbuhan teste (bibit atau sperma)yang pesat, pertumbuhan penis pun meningkat pesat, diawali bertambah panjang kemudian bertambah besar secara berangsurangsur. Jika organ reproduksi lakilaki telah matang, maka remaja lakilaki akan mengalami mimpi basah, sedangkan perempuan akan mengalami menstruasi. b.
b.
Kesiapan peserta didik menghadapi masa pubertas terkait dalam perubahan seks sekunder. Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai kesiapan peserta didik menghadapi masa pubertas terkait dalam perubahan seks sekunder putri tergolong pada kategori siap sebesar 67,57% dengan frekuensi 25 orang dan putra tergolong pada kategori sangat siap sebesar 82,86% dengan frekuensi 29 orang. Menurut Havighurst (Elida, 2006:44) “salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai pada periode remaja adalah menerima keadaan fisik dan mempergunakannnya secara efektif”. Remaja yang mampu menerima perubahan tubuhnya akan percaya diri dengan penampilannya Kesiapan perubahan seks sekunder pada masa`pubertas dapat dilihat dari perubahanan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh
kegiatan layanan di sekolah seharusnya memiliki segenap pengetahuan, pemahaman serta keahlian dibidang bimbingan dan konseling itu sendiri, sehingga layanan dapat berjalan sesuai dengan harapan bersama. Pelayanan Guru BK terhadap kesiapan peserta didik menghadapi masa pubertas terkait dengan perubahan seks sekunder. Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai pelayanan guru BK terhadap kesiapan peserta didik menghadapi masa pubertas terkait dengan perubahan seks sekunder putri tergolong pada kategori siap sebesar 75,68% dengan frekuensi 28 orang dan putra tergolong pada kategori sangat siap sebesar 54,29% dengan frekuensi 19 orang.
Kesimpulan dan Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka dalam penelitian ini, saran peneliti adalah kepada : 1. Peserta Didik, diharapkan agar dapat mempersiapkan dalam perubahan fisik yang terjadi pada dirinya, ketika memasuki masa pubertas. 2. Guru BK, diharapkan untuk bisa memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang masa pubertas. Agar peserta didik dapat mempersiapkan diri pada masa pubertas yang dialaminya. 3. Kepala Sekolah, diharapkan untuk mendukung dan membantu memfasilitasi kegiatan pelayanan yang diberikan guru BK kepada peserta didik. 4. Orang Tua, diharapkan untuk lebih berperan aktif memberikan informasi, masukan, serta saran dalam meningkatkan pemahaman perubahan fisik yang dialami anak pada pada masa pubertas, sehingga anak dapat memahami perubahan fisiknya ketika memasuki masa pubertas. 5. Pengelola Program Studi BK, untuk lebih memberikan bekal kepada calon guru BK mengenai masa pubertas dan layanan BK yang diberikan kepada peserta didik. 6. Peneliti selanjutnya, untuk melakukan penelitian dibidang lain tentang kesiapan peserta didik menghadapi masa pubertas dan layanan BK.
2. Pelayanan guru BK terhadap kesiapan peserta didik menghadapi masa pubertas. a. Pelayanan Guru BK terhadap kesiapan peserta didik menghadapi masa pubertas terkait dengan perubahan seks primer. Berdasarkan data yang dikumpulkan mengenai pelayanan guru BK terhadap kesiapan peserta didik menghadapi masa pubertas terkait dengan perubahan seks primer putri tergolong pada kategori siap sebesar 67,57% dengan frekuensi 25 orang dan putra tergolong pada kategori sangat siap sebesar 75,68 dengan frekuensi 28 orang. Menurut Prayitno (2009:189) sejalan dengan arti pentingnya keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah, tentunya tugas dan peran guru BK di sekolah sebagai orang yang menyelenggarakan segenap
4
Kepustakaan AL- Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia. Dahlan Djahwat. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rusdakarya. Elida
Prayitno. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya.
Hurlock. Elizabeth. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi 5). Jakarta: Erlangga. John W. Santrock. 2009. Psikologi Remaja (Edisi 11). Jakarta :Erlangga. Prayitno dan Amti, Erman. 2009. Dasardasar Bimbingan dan Konseling Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Slameto. 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Yusuf,
A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.
5