PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 12 PADANG
ARTIKEL E JURNAL
YULLY HASMI YELVI NPM:10060026
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 12 PADANG Oleh: Yully Hasmi Yelvi Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAC This research is motivated by the phenomenon while doing group counseling services in schools, any learners who are less able to establish good relations between groups, how to communicate with students who are not polite, less concerned among fellow friends, unable to control himself, lack of cooperation with the group, teasing, lack of mutual appreciation and respect. This study aimed to describe the role of guidance and counseling teachers in improving interpersonal learners viewed from the implementation of group counseling services. Sampling was performed using total sampling. This study takes students who have followed the guidance of the group as the study sample totaling 62 people. The technique used to analyze the data is the percentage techniques. The results showed: (1) The role of guidance and counseling teachers in improving interpersonal learners are seen on stage in the establishment of criteria for the role. (2) The role of guidance and counseling teachers in improving interpersonal learners are seen from the intermediate stage to the instrumental sufficient criteria. (3) The role of guidance and counseling teachers in improving interpersonal learners are seen on stage at the criteria for instrumental activities. (4) The role of guidance and counseling teachers in improving interpersonal learners are seen on stage at the conclusion of the criteria is quite a role. (5) Guidance and counseling role of teachers in improving interpersonal learners are seen on stage at the termination criterion plays an important role. Keywords: Counselor, Interpersonal Intelligence, Students, Group counseling PENDAHULUAN Setiap orang memiliki kebutuhan untuk terikat dan menjalin hubungan dengan orang lain, mengenali dan memahami kebutuhan satu dengan lainnya, membentuk interaksi dan berusaha mempertahankan interaksi tersebut. Ketika seseorang mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain maka individu tersebut sudah melakukan hubungan interpersonal dibutuhkan suatu kemampuan sosial yang baik sehingga hubungan tersebut bisa bertahan. Menjalin hubungan dengan orang lain pada umumnya menggunakan komunikasi dengan gaya bahasa yang berbeda-beda, kebanyakan perselisihan terjadi karena kesalahpahaman dalam berkomunikasi, selain itu kebanyakan individu tidak bisa memahami atau mengerti keadaan yang ada pada diri orang lain, maka untuk itu perlu menjalin dan menciptakan hubungan-hubungan yang dinamis yang
menyangkut hubungan antar orang (hubungan interpersonal), seperti menegur, berjabat tangan, senyum, berbagi, memahami maksud orang lain, kemampuan berteman dan lain sebagainya, terjadinya perselisihan, pertengkaran dan kesalahpahaman antar individu atau peserta didik berkemungkinan juga karena kurangnya kecerdasan interpersonal peserta didik peserta didik tersebut. Menurut Gardner (Yaumi, 2012:21) Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami pikiran, sikap dan perilaku orang lain. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang indikatorindikator yang menyenangkan bagi orang lain. Sikap-sikap yang ditunjukan oleh anak dalam kecerdasan interpersonal sangat menyejukan dan penuh kedamaian. Begi peserta didik yang memiliki kecerdasan interpersonal ia akan cenderung memiliki banyak teman, disenangi orang lain dan berpartisipasi aktif dalam belajar.
Pelaksanaan pemberian bantuan melalui bimbingan kelompok bermanfaat bagi peserta didik diantaranya bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik. Dalam layanan bimbingan kelompok yang dilaksanakan untuk membantu peserta didik mengembangkan dirinya dan dapat terlatih membahas suatu permasalahan diluar diri peserta didik. Menurut Hartinah (2009:12) Bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah yang terlibat dalam kelompok, dimana masingmasing anggota kelompok tersebut secara perorangan dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan, dan kepentingan dirinya yang bersangkutan dengan masalahnya tersebut. Guru BK dan peserta didik sebagai anggota kelompok membahas dan mencarikan berbagai alternatif pemecahan topik masing-masing peserta didik secara bersama-sama. Keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan dapat menekan peran penting dalam membantu perkembangan potensi diri peserta didik secara optimal. Selanjutnya, Menurut Nurihsan (2009:23) layanan bimbingan kelompok adalah bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktifitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial. Sebagaimana yang peneliti lihat di sekolah tempat peneliti melakukan Praktek Lapangan dari tanggal 12 Juli sampai tanggal 14 Desember 2013 di SMP Negeri 12 Padang bahwa pada saat melakukan layanan bimbingan kelompok, Guru BK menyarankan untuk mengajukan dan memilih topik tugas yang di inginkan peserta didik untuk di bahas. Setelah topik tugas dipilih yaitu salah satu materinya tentang membina hubungan yang baik. Ternyata pada saat pelaksanaan bimbingan kelompok sampai selesai, terlihatlah masih ada peserta didik belum memiliki aspekaspek kecerdasan interpersonal khususnya dalam keterampilan sosial dan komunikasi peserta didik, semua ini bisa dilihat dari tidak terjalinnya hubungan yang baik antar kelompok, kurangnya kekompakan di dalam kelompok, cara berkomunikasi yang tidak sopan atau kasar, kurang peduli antar sesama
temannya, tidak mampu mengendalikan diri dalam mengambil tindakan, kurang kerjasama dengan kelompok, saling mengejek, kurangnya saling menghargai dan menghormati. Hal ini berkemungkinan kurangnya kecerdasan interpersonal peserta didik Kelas VIII di SMP Negeri 12 Padang. Untuk itu dibutuhkan peran guru BK yang banyak lagi dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik agar peserta didik bisa mengubah perilaku yang kurang baiknya. Dimana selama ini guru BK kurang menegaskan kepada peserta didik untuk merubah perilaku yang kurang baiknya. seharusnya guru BK lebih prihatin terhadap peserta didik tersebut dan juga berusaha membantu peserta didik yang bermasalah tersebut. Bertitik tolak dari permasalahan di atas peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Peran Guru BK dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Peserta Didik Kelas VIII melalui Layanan Bimbingan Kelompok di SMP Negeri 12 Padang” Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini adalah peran guru BK dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik dilihat dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran guru BK dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik kelas viii melalui layanan bimbingan kelompok di smp negeri 12 padang ? Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di tetapkan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan peran guru BK dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik dilihat dari tahap-tahap pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian “pengukuran sesudah kejadian PSK – (ex post facto design)”, dengan menggunakan metode kuantitatif. Menurut Arikunto (2010:10) “penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dituntut banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya”.
Sedangkan menurut Arikunto (2013:212) Dimana penelitian PSK (ex post facto design) ini, peneliti tinggal melihat adanya “hasil” atau “efek” yang diperkirakan merupakan akibat dari adanya suatu perlakuan walaupun perlakuan tersebut tidak dipermasalahkan kapan terjadinya dan oleh siapa. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah peserta didik kelas VIII yang telah mengikuti bimbingan kelompok di SMP Negeri 12 padang yaitu berjumlah 62 orang. Dalam penelitian ini pengambilan sampel untuk penelitian adalah Total Sampling. Menurut Sugiyono (2012 : 85) total sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan peneliti sebagai sampel, Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik yang telah mengikuti layanan bimbingan kelompok di SMP Negeri 12 Padang yang berjumlah 62 orang. Jenis data dalam penelitian ini adalah data interval. Adapun data yang diintervalkan dalam penelitian ini adalah peran guru BK dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik melalui bimbingan kelompok di SMP Negeri 12 Padang. Sumber data yang digunakan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari seluruh peserta didik kelas VIII yaitu VIII di SMP Negeri 12 Padang yang mengikuti bimbingan kelompok terdiri dari 62 orang peserta didik. Sedangkan data sekunder pada penelitian ini adalah data yang di peroleh dari guru pembimbing di SMP Negeri 12 Padang, yaitu data tentang jumlah peserta didik kelas VIII yang pernah mengikuti bimbingan kelompok di SMP Negeri 12 padang. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data Persentase yang digunakan untuk menganalisis data adalah secara deskriptif dengan menghitung persentase masingmasing frekuensi yang diperoleh setiap individu, dengan menggunakan teknik analisis persentase yang dikemukakan oleh Sudijono (2010:43):
P = x100
Untuk menafsirkan data penelitian ini agar lebih mudah, peneliti menggunakan kriteria atau kategori hasil penelitian dengan menggunakan kriteria interprestasi skor.
HASIL DAN PEMBAHASAN Peran Guru BK dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Peserta Didik dilihat dari Tahap-Tahap Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok. Berdasarkan hasil angket mengenai peran guru BK dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik kelas VIII melalui layanan bimbingan kelompok di SMP Negeri 12 Padang, dapat diungkapkan bagaimana peran guru BK dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik melalui layanan bimbingan kelompok. Pembahasan ditekankan pada tahap-tahap pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, tahap penyimpulan dan tahap pengakhiran. Berikut uraian pembahasan berdasarkan indikator: 1. Tahap Pembentukan Tahap pembentukan secara umum berada pada kriteria berperan berjumlah sebanyak 47 dari 62 orang dengan persentase 75,81%. Menurut Prayitno (2012:170) “tahap pembentukan, yaitu tahapan untuk membentuk kerumunan sejumlah individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bersama”. Dalam tahap pembentukan ini bertujuan agar tumbuhnya suasana kelompok, tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan kelompok, tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima, dan membantu diantara para anggota, suasana bebas dan terbuka serta dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam kelompok. Peserta didik yang kurang bisa menjalin hubungan interpersonal yang baik, belum bisa berkomunikasi dan memahami perasaan anggota kelompok secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap permusuhan besar kemungkinan disebabkan oleh kurangnya kecerdasan interpersonal di dalam tahap pembentukan.
2. Tahap Peralihan Tahap peralihan secara umum berada pada kriteria cukup berperan berjumlah sebanyak 25 dari 62 orang dengan persentase 40,32%. Menurut Prayitno (2012:170) “tahap peralihan, yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok”. Tahap peralihan merupakan “jembatan” antara tahap pembentukan dan tahap kegiatan. Jika pada tahap peralihan ini masih terdapat anggota kelompok yang sukar untuk memasuki tahap selanjutnya, maka jika perlu beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap pembentukan perlu diulangi, ditegaskan, dan dimantapkan kembali. Pada tahap peralihan ini, peserta didik yang mengikuti bimbingan kelompok tidak ragu-ragu dan tidak takut lagi mengikuti tahap selanjutnya, Mereka yang tadinya kurang bisa mengakrabkan diri, sekarang sudah nampak kebersamaan dan kehangatan di dalam kelompok. 3. Tahap Kegiatan Tahap kegiatan secara umum berada pada kriteria berperan berjumlah sebanyak 44 dari 62 orang dengan persentase 70,97%. Menurut Prayitno (2012:170) “tahap kegiatan, yaitu tahapan “kegiatan inti” untuk membahas topik-topik tertentu pada bimbingan kelompok atau mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok”. Dimana tahap ini bertujuan agar terungkapnya hanya secara bebas topik yang dirasakan, dipikirkan atau dialami oleh anggota kelompok, terbahasnya topik secara mendalam dan tuntas, Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsurunsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan. Di dalam tahap kegiatan ini anggota yang tidak aktif, tidak ikut berpartisipasi, kurang mampu menjalin hubungan dengan orang lain, malu-malu mengeluarkan pendapat, itu disebabkan kurangnya kecerdasan interpersonal peserta didik tersebut. 4. Tahap Penyimpulan Tahap penyimpulan secara umum berada pada kriteria cukup berperan berjumlah sebanyak 50 dari 62 orang dengan persentase 80,65%. Menurut Prayitno (2012:170) “tahap Penyimpulan, yaitu tahapan kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh
kelompok. Peserta kelompok diminta melakukan refleksi berkenaan dengan kegiatan pembahasan yang baru saja mereka ikuti”. Tahap penyimpulan ini bertujuan agar terungkapnya kesan-kesan anggota kelompok tentang pelaksanaan kegiatan, terungkapnya hasil kegiatan kelompok yang telah dicapai. Dan juga dalam tahap penyimpulan ini, terungkapnya kesan-kesan anggota kelompok tentang pelaksanaan kegiatan. Pemimpin kelompok meminta anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan (refleksi BMB3) serta mengemukakan pesan dan harapan mereka setelah mengikuti bimbingan kelompok. Anggota kelompok secara bersama-sama menyimpulkan hasil yang didapat dari tahap kegiatan tadi. Peserta didik yang mampu menyimpulkan, berarti dia memahami apa-apa yang dibahas dalam tahap kegiatan tadi. Dalam tahap ini anggota tetap mempertahankan keakraban, mampu memahami apa yang dirasakan anggota kelompok serta terbinanya hubungan yang baik. Bagi anggota yang masih mempunyai sikap, perasaan yang takut-takut, canggung, kurang bisa bersosialisasi, berkomunikasi dengan baik, semua ini disebabkan anggota tersebut kurang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik. 5. Tahap Pengakhiran/penutupan Tahap pengakhiran secara umum berada pada kriteria cukup berperan berjumlah sebanyak 29 dari 62 orang dengan persentase 46,77%. Menurut Prayitno (2012:170) “tahap penutupan, yaitu merupakan tahap akhir dari seluruh kegiatan. Kelompok merencanakan kegiatan bimbingan kelompok selanjutnya, dan salam hangat perpisahan. Tahap ini bertujuan membahas kegiatan lanjutan, dan kelompok mengakhiri kegiatan. Dan juga tahap ini masih mempertahankan kehangatan, keakraban meskipun kegiatan di akhiri. Tahap Pengakhiran ini, berkenaan dengan pengakhiran kegiatan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu ketika menghentikan pertemuan. Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Pada akhir kegiatan hendaknya para anggota kelompok merasa
telah memetik suatu hasil yang cukup berharga dari kegiatan kelompok yang diikutinya itu. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil dan pembahasan yang peneliti peroleh dapat disimpulkan sebagai berikut peran guru BK dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik kelas VIII melalui layanan bimbingan kelompok di SMP Negeri 12 Padang, yaitu: Gambaran secara umum guru BK berperan dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik melalui layanan bimbingan kelompok. Sedangkan untuk masing-masing indikatornya bahwa pada Tahap Pembentukan guru BK berperan dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik melalui layanan bimbingan kelompok. Tahap Peralihan guru BK cukup berperan dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik melalui layanan bimbingan kelompok. Tahap Kegiatan guru BK berperan dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik melalui layanan bimbingan kelompok. Tahap Penyimpulan guru BK cukup berperan dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik melalui layanan bimbingan kelompok. Tahap pengakhiran guru BK sangat berperan dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik melalui layanan bimbingan kelompok. Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka peneliti ingin mengajukan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait, yaitu: 1. Guru BK agar guru BK lebih meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik dalam pelayanan bimbingan kelompok terkait masalahmasalah yang dihadapi dan segera diberi pelayanan khusus sesuai dengan keilmuannya. 2. Peserta didik lebih bisa membina hubungan interpersonal yang baik agar lebih hangat lagi dalam berhubungan dengan orang lain tentunya dalam pelaksanaan bimbingan kelompok di sekolah.
3. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat untuk lebih menambah wawasan dan pengembangan teori-teori tentang meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik melalui layanan bimbingan kelompok dalam mempersiapkan mahasiswa prodi BK yang berkualitas. 4. Peneliti selanjutnya, agar menjadikan penelitian ini sebagai pedoman untuk penelitian selanjutnya mengenai peran guru BK dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik melalui layanan bimbingan kelompok, untuk menambah wawasan dan pemahaman dalam melaksanakan penelitian. KEPUSTAKAAN Arikunto,
Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Hartinah,
Sitti. 2011. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT. Refika Aditama
Nurihsan, A. Juntika. 2009. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang. UNP Press Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Yaumi, Muhammad. 2012. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Jakarta: PT. Dian Rakyat