No. 40/07/17/X, 18 Juli 2016
KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU MARET 2016 -
JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 MENCAPAI 328,61 RIBU ORANG (17,32 PERSEN) PERSENTASE KEMISKINAN MARET 2016 TURUN JIKA DIBANDINGKAN MARET 2015 (17,88 PERSEN) Pada bulan Maret 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Bengkulu mencapai 328,61ribu orang (17,32 persen), berkurang sebesar 5,46 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2015 yang sebesar 334,07 ribu orang (17,88 persen). Selama periode Maret 2015 – Maret 2016, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan di daerah pedesaan mengalami penurunan. Namun jika dilihat dari jumlah penduduk miskin di Perdesaaan mengalami kenaikan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2015 sebesar 17,79 persen turun menjadi 16,19 persen pada Maret 2016 dan di daerah perdesaan turun dari 17,93 persen menjadi 17,85 persen pada Maret 2016. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan komoditi Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2016 tercatat sebesar 78,01 persen, kondisi ini mengalami penurunan dibanding dengan kondisi Maret 2015 sebesar 78,55 persen. Nilai Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, cabe merah. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, bensin,listrik, dan pendidikan. Pada periode Maret 2015 – Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan, ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin menyempit.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 40/07/17/X, 18 Juli 2016
1
1.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2015–Maret 2016
Jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin di Provinsi Bengkulu pada periode Maret 2015 – Maret 2016 mengalami penurunan. Pada periode tersebut jumlah penduduk miskin turun sebesar 5,46 ribu orang, yaitu dari 334,07 ribu orang pada Maret 2015 menjadi 328,61 ribu orang pada Maret 2016. Dalam kurun waktu tersebut, persentase penduduk miskin mengalami penurunan dari 17,88 persen menjadi 17,32 persen atau turun sebesar 0,56 persen. Jika ditinjau dari klasifikasi wilayah pada periode Maret 2015 – Maret 2016, jumlah dan persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan. Sedangkan di daerah perdesaan jumlah penduduk miskin meningkat. Pada daerah perkotaan terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 5,79 ribu orang sedangkan di daerah perdesaan naik sebesar 0,33ribu orang. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu, Maret 2015-Maret 2016 Daerah/Tahun
JumlahPenduduk Miskin (ribu jiwa)
Persentase PendudukMiskin (%)
(1)
(2)
(3)
Perkotaan Maret 2015
103,13
17,79
September 2015
106,00
18,15
Maret 2016
97,34
16,19
Maret 2015
230,94
17,93
September 2015
216,83
16,71
Maret 2016
231,27
17,85
Maret 2015
334,07
17,88
September 2015
322,83
17,16
Maret 2016
328,61
17,32
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2015, September2015, dan Maret 2016
2.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2012- Maret 2016
Selama periode Maret 2012 – Maret 2016 tingkat kemiskinan di Provinsi Bengkulu mengalami perkembangan yang fluktuatif. Angka kemiskinan tertinggi terjadi pada bulan Maret 2013 sebesar 18,44 persen. Penurunan terjadi pada bulan September 2013 sebesar 17,75 persen dan terus menurun sampai pada bulan September 2014. Angka kemiskinan kembali meningkat pada bulan Maret 2015 sebesar 17,88 persen. Pada bulan Maret 2016, angka kemiskinan kembali meningkat (17,32 persen) jika dibandingkan bulan September 2015 (17,16). Perkembangan tingkat kemiskinan dari Maret 2012 –Maret 2016 ditunjukkan oleh gambar berikut:
2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 40/07/17/X, 18 Juli 2016
Grafik 1 Perkembangan Kemiskinan Provinsi Bengkulu, Maret 2012 – Maret 2016
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2012 – Maret 2016
3.
Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2015 – Maret 2016
Garis Kemiskinan merupakan suatu angka yang digunakan untuk mengelompokan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.Tabel 2 menyajikan perkembangan garis kemiskinan pada Maret 2015 sampai dengan Maret 2016. Tabel 2. Garis Kemiskinan Menurut Daerah,Maret 2015 – Maret 2016 Daerah/Tahun (1)
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan
Bukan Makanan
Total
(2)
(3)
(4)
288.387 313.872 315.710 8,84 0,59
109.102 111.770 114.862 2,45 2,77
397.489 425.642 430.572 7,08 1,16
303.059 329.667 333.753 8,78 1,24
69.112 74.513 76.110 7,81 2,14
372.171 404.179 409.863 8,60 1,41
298.505 324.764 324.851 8,80 0,03
81.523 86.076 91.576 5,58 6,39
Perkotaan Maret 2015 September 2015 Maret 2016 Perubahan Maret 15 – Sep’15 (%) Perubahan Sep’15 – Maret 2016 (%) Perdesaan Maret 2015 September 2015 Maret 2016 Perubahan Maret 15 – Sep’15 (%) Perubahan Sep’15 – Maret 2016 (%) Perkotaan + Perdesaan Maret 2015 September 2015 Maret 2016 Perubahan Maret 15 – September’15 (%) Perubahan Sep’15 – Maret 2016 (%)
380.029 410.840 416.427 8,11 1,36
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2015, September 2015, dan Maret 2016
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 40/07/17/X, 18 Juli 2016
3
Pada periode Maret 2015 – Maret 2016, Garis Kemiskinan naik sebesar 9,58 persen, yaitu dari Rp 380.029,- per kapita per bulan pada Maret 2015, menjadi Rp 416.427,- per kapita per bulan pada Maret 2016. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2016, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 78,01 persen sementara sumbangan GKBM terhadap GK sebesar 21,99 persen. Pada Maret 2016, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, yaitu beras yang memberi sumbangan 21,52 persen di perkotaan dan 35,25 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan sebesar 10,22 persen di perkotaan dan sebesar 5 ,84 persen di perdesaan. Komoditi lainnyaa dalah cabe merah (5,97 persen di perkotaan dan 5,68 persen di perdesaan). Disisi lain yang tercatat beberapa komoditi lainnya yang memberi pengaruh berbeda terhadap garis kemiskinan di perkotaan dan di perdesaan misalnya mie instan dan daging ayam ras berpengaruh di perkotaan dan gula pasir, telur ayam ras, serta kopi berpengaruh di pedesaan serta,. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di tabel 3. Tabel 3. Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%), Maret 2016 Komoditi
Kota
Komoditi
Desa
(2)
(3)
(1) Makanan Beras
21,52
Beras
35,25
Rokok kretek filter
10,22
Rokok kretek filter
5,84
Cabe Merah
5,97
Cabe Merah
5,68
Telur ayam ras
3,76
Gula pasir
3,28
Daging ayam ras
3,25
2,62
Mie instan
2,71
Bawang Merah
2,44
Telur ayam ras Kopi bubuk & kopi instan (sachet) Bawang Merah
Gula pasir Kopi bubuk& kopi instan (sachet) Tongkol/tuna/cakalang
2,31
Mie instan
1,96
1,73
Daging ayam ras
1,77
1,66
Cabe rawit
1,75
Perumahan
8,86
Perumahan
6,02
Bensin
3,06
Bensin
2,36
Listrik
2,39
Listrik
1,44
Pendidikan
2,61
Pendidikan
1,17
Perlengkapan Mandi
1,15
Perlengkapan Mandi
0,82
2,34 2,10
BukanMakanan
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2016
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 40/07/17/X, 18 Juli 2016
Komoditi Bukan makanan yang memberikan sumbangan besar adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi. Sementara itu terdapat komoditi bukan makanan lainnya yang memberi sumbangan yang cukup besar namun berbeda pada GK di perkotaan dan perdesaan, yaitu angkutan terhadap GK di perkotaan dan kayu bakar terhadap GK di perdesaan. 4.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin saja, ada dimensi lain yang juga perlu diperhatikan, yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga perlu dikaitkan bagaimana mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pada periode Maret 2015 – Maret 2016,Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari3,48 pada Maret 2015 menjadi 3,14 pada Maret 2016 dan Indeks Keparahan Kemiskinan juga menurun dari 0,97 menjadi 0,77 pada Maret 2016. Penurunan nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin kecil. Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Daerah, Maret 2015–Maret 2016 Daerah/Tahun
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(3)
Maret 2015
3,93
3,28
3,48
September 2015
4,19
3,38
3,63
Maret 2016
2,83
3,29
3,14
Maret 2015
1,21
0,86
0,97
September 2015
1,32
1,09
1,16
Maret 2016
0,70
0,81
0,77
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2015, September 2015 dan Maret 2016
Pada Periode Maret 2015 dibandingkan dengan September 2015 antara daerah perkotaan dan perdesaan, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di daerah perdesaan. Namun pada Maret 2016 justru Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk daerah perkotaan mencapai 2,83 sementara di daerah perdesaan lebih tinggi, yaitu sebesar 3,29. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan sebesar 0,70 sementara di perdesaan sebesar 0,81. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perkotaan lebih cenderung mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin menyempit dibandingkan di perdesaan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 40/07/17/X, 18 Juli 2016
5
5.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan BukanMakanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar bukanmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2016 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan Maret 2016. Jumlah sampel di Provinsi Bengkulu sebesar ±5.120 rumah tangga supaya data kemiskinan dapat disajikan. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masingmasing komoditi pokok bukan makanan.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 40/07/17/X, 18 Juli 2016
Informasi lebih lanjut hubungi : Kepala Bidang Statistik Sosial DuaksaAritonang, SE, MM
Telepon: 0736-349117 Email:
[email protected] Web: http//bengkulu.bps.go.id
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 40/07/17/X, 18 Juli 2016
7