PENGARUH MOTIVASI INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK TERHADAP KESIAPAN MENTAL WANITA PRA MENOPOUSE MENGHADAPI MENOPOUSE DI DESA TIBANG KECAMATAN SYIAH KUALA BANDA ACEH
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’budiyah Banda Aceh
Oleh:
SITI JULITA NIM : 10010090
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013
ABSTRAK PENGARUH MOTIVASI INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK TERHADAP KESIAPAN MENTAL WANITA PRA MENOPAUSE MENGHADAPI MENOPOUSE DI DESA TIBANG KECAMATAN SYIAH KUALA BANDA ACEH Siti Julita 1 , Rahmayani 2 Xi + 61 Halaman : 1 Gambar,13 Tabel, 12 Lampiran Latar Belakang :Menurut Depkes RI (2009) wanita Indonesia memasuki masa menopause sebanyak 7,4%.Jumlah meningkat menjadi 11% pada 2005. Kemudian, naik 14% pada 2015. Di Provinsi Aceh tahun 2015 diperkirakan 24,4 juta jiwa (10%). Berdasarkan hasil pengamatan di desa Tibang diketahui bahwa wanita Pra menopause 45 orang, dengan ratarata usia berkisar 40-45tahun. Dari data awal diketahui bahwa wanita pra menopause di Desa tersebut kurang mendapatkan motivasi baik dari dalam diri sendiri dan juga dari luar tentang kesiapan menghadapi menopouse. Tujuan Penelitian:Untuk mengetahui pengaruh motivasi instrinsik dan ektrinstik terhadap kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Metode Penelitian :Jenis penelitian menggunakan metode analitik dilaksanakan di Desa Tibang dengan pendekataan Cross Sectional. Populasi seluruh wanita Pra menopouse yang ada didesa Tibang yang berjumlah 45 orang, pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling, penelitian ini di lakukan pada tanggal 7 – 15 juli 2013 di desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Hasil Penelitian: Dari 45 responden, mayoritas bertanggung jawab 24 (100%), dengan kesiapan mental siap 24 orang (100%). Dari 45 responden mayoritas ada pengakuan 29 (100%), dengan kesiapan mental siap 24 (82,8%).Dari 45 responden, seluruhnya telah kawin/menikah yaitu 100% dan dengan kesiapan mental 24 orang (53,3%). Dari 45 responden mayoritas kondisi lingkungan ibu tinggal baik 25 orang (100%), pada kesiapan mental siap yaitu 19 orang (76,0%). Kesimpulan dan saran : Ada Pengaruh Tanggung Jawab, Pengakuan, Kondisi,danTerhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause. Bagi Responden Agar mempersiapkan diri dan meningkatkan tanggung jawab, pengakuan diri dalam menghadapi menopouse. Bagi tokoh masyarakat Menjaga kondisi lingkungan tempat ibu tinggal agar peran ibu lebih siap. Kata Kunci Sumber
: Tanggung Jawab, Pengakuan, , Kondisi, Kesiapan Mental. : 11 dari buku ( 2004 – 2012 ) + 11 Internet.
Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan STIKes U’budiyah Dosen Pembimbing Prodi D-III Kebidanan STIKes U’budiyah
1 2
PERNYATAAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui Untuk DiPertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh,
September 2013
Pembimbing
( RAHMAYANI,SKM. M. Kes )
MENGETAHUI : KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH
( NUZULUL RAHMI, SST )
PENGESAHAN PENGUJI Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh,
September 2013
Tanda Tangan
PEMBIMBING : RAHMAYANI, SKM. M.Kes
(
)
PENGUJI I
: ISMAIL, SKM, M.PD
(
)
PENGUJI II
: DEWINA SUSANTI, SST
(
)
MENYETUJUI
MENGETAHUI
KETUA STIKES U’BUDIYAH
KETUA PRODI DIPLOMA III
BANDA ACEH
KEBIDANAN
(MARNIATI, M. Kes)
( NUZULUL RAHMI, SST )
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, dimana atas rahmat dan hidayah-Nya peneliti telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pengaruh Motivasi Instrinsik Dan Ekstrinsik Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopouse Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh” . Peneliti Karya Tulis Ilmiah ini merupakan kewajiban yang harus di laksanakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Kebidanan STIKes U’budiyah. Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini peneliti telah banyak menerima bimbingan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Rahmayani, SKM. M. Kes selaku pembimbing saya yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikiran dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dan tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dedi Zefrizal, S.T, Selaku Ketua Yayasan U’Budiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, M. Kes. Selaku Ketua STIKes U’budiyah Banda aceh. 3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST. Selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKes U’budiyah Banda Aceh. 4. Ibu Cut Rosmawar, SST selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
5. Bapak Agussalim, SKM, M.Kes selaku Ketua S-1 Fakultas Kesehatan Masyarakat STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 6. Ibu Emmiyati, Amd. Keb selaku Ka.Pustu Desa Tibang. 7. Bapak Ismail, SKM, M.PD ibu Dewina Susanti, SST selaku penguji I dan II yang telah memberikan masukan dan saran dalam perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Terima Kasih kepada Seluruh Warga Desa Tibang khususnya untuk ibu – ibu Pra Menopuse yang telah memberikan Informasinya tentang kesiapan Mental dalam menghadapi Masa Pramenopouse. 9. Teristimewa buat Abah dan ibunda yang telah memberikan pengorbanan baik material maupun do’a bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan. 10. Teman-teman
seangkatan (2010) yang telah banyak membantu khususnya
untuk kelas IIIB sehingga selesainya Karya Tulis Ilmiah ini. 11. Teman – teman yang berada jauh di Tamiang sana tetapi mereka tetap memberikan motivasi sehingga selesainya Karya Tulis Ilmiah ini. Peneliti menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan yang disebabkan oleh peneliti sendiri. Oleh sebab itu peneliti senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhirnya kepada Allah SWT kita sepantasnya berserah diri, tiada satupun yang terjadi tanpa kehendaknya. Banda Aceh,
Juli 2013
Peneliti
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGESAHAN PENGUJI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
Halaman i ii iii iv v vii ix x xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian
1 1 6 6 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Motivasi B. Beberapa Konsep Teori Tentang Motivasi 1.Teori Maslow 2. Teori McGregor 3. Teori McClellad 4. Teori Hezberg C. Jenis – Jenis Motivasi 1. Motivasi Instrinsik 2. Motivasi Ekstrinsik D. Kesiapan Mental 1. Pengertian E. Pra Menopouse F. Menopouse 1. Pengertian 2. Perubahan Pada Masa Menopouse 3. Tanda – Tanda Dan Gejala Menopouse
8 8 10
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Penelitian B. Definisi Operasional C. Hipotesis
38 38 39 40
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel
42 42 42 42
10 11 12 13 15 15 20 24 24 28 30 30 31 33
D. Tehnik Pengumpulan Data E. Pengolahan Data F. Analisa Data
43 43 44
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian B. Hasil Penelitian C. Pembahasan
46 46 46 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran
59 59 60
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
38
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Defenisi Operasional
39
Tabel 5.1 Tabel Umur Responden
47
Tabel 5.2 Tabel Pendidikan Responden
47
Tabel 5.3 Tabel Pekerjaan Responden
47
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
48
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengakuan Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
48
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kondisi Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
49
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Kesiapan Mental Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
49
Tabel 5.8 Pengaruh Tanggung Jawab Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
50
Tabel 5.9 Pengaruh Pengakuan Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
51
Tabel 5.10 Pengaruh Kondisi Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
52
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Lembaran Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2
: Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3
: Kuesioner
Lampiran 4
: Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 5
: Surat Selesai Pengambilan Data
Lampiran 6
: Surat Penelitian
Lampiran 7
: Surat Selesai Penelitian
Lampiran 8
: Master Tabel
Lampiran 9
: Spss Out Put ( Analisa Univariat )
Lampiran 10
: Spss Out Put ( Analisa Bivariat )
Lampiran 11
: Lembaran Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 12
: Biodata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada keadaan normal, masa reproduksi dimulai ketika siklus haid ovulatorik. Masa ini ditindai dengan pematangan folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus Iuteum. Masa reproduksi berakhir dengan hilangnya fungsi generatif dari ovarium. Lamanya masa reproduksi sangat bergantung pada cadangan folikel yang masih tersedia dalam ovarium (Sarwono Prawirohadjo, 2008). Menopause terjadi pada akhir suatu siklus yang dimulai pada masa remaja dengan munculnya menarche. Umumnya wanita barat pertama kali mendapat menstruasi pada usia 12 tahun, sedangkan haid berakhir pada usia 45 sampai 53 tahun. Relatif sedikit wanita mulai menopause pada usia 40 tahun dan mengalaminya setelah berusia 40 tahun. Masa ini dikenal dengan masa pramenopause (Depkes RI, 2005). Menurut Boyke, 2012 di Indonesia sendiri, usia menopause bervariasi antara 45-50 tahun. Namun, proses perubahan kearah menopause itu sendiri sudah mulai sejak wanita berusia 40 tahun. Masa ini dikenal sebagai masa pra-menopause. Seperti telah diuraikan, umumnya batas terjadinya menopause ialah umur 44 atau 52 tahun. Menopause yang terjadi sebelum 40 tahun dapat dinamakan menopause premature. Diagnosis menopause premature tidak sukar dibuat apabila penghentian haid sebelumnya waktunya disertai dengan hot flushes serta meningkatnya kadar hormon gonadotropin. Apabila kedua gejala yang terakhir ini tidak ada, perlu dilakukan penyelidikan terhadap sebab-sebab lain dari
terganggunya fungsi ovarium. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan menopause premature ialah heriditer,
gangguan gizi yang cukup berat, penyakit-penyakit
menahun, dan penyakit-penyakit merusak jaringan kedua ovarium. Menopause premature tidak memerlukan terapi, kecuali pemberian penerangan kepada wanita yang bersangkutan. Sebab – sebab yang dapat dihubungan dengan menoupouse terhambat ialah: a)Konstituonal, b)Fibromioma uteri dan c)Tumor ovarium yang menghasilkan estrogen. Menurut Novark, Wanita dengan karsinoma endometrium sering dalam anamnesis mengemukakan menoupousenya terlambat (Sarwono Prawiroharjo, 2008). Hezberg mengembangkan teori isi yang dikenal sebagai teori motivasi dua faktor. Kedua faktor disebut dissatisfier – satisfier, motivator higiene, atau faktor ekstrinstik – instrinstik, bergantung pada pembahasan dari teori. Penelitian awal yang memancing munculnya teori ini memberikan kesimpulan spesifik. Pertama, adanya serangkain kondisi ekstrinstik, konteks pekerjaan, yang menimbulkan ketidak puasan ketika kondisi tersebut tidak ada. Jika kondisi tersebut ada, kondisi tersebut tidak selalu memotivasi karyawan. Kondisi ini adalah dissatisfier atau faktor higiene, karena faktor – faktor itu diperlukan untuk mempertahankan, setidaknya, suatu tingkat dari “tidak adanya ketidakpuasan.” Faktor – faktor tersebut diantranya: 1) Gaji; 2) Keamanan kerja; 3) Kondisi kerja; 4) Status; 5) Prosedur perusahaan; 6) Kualitas pengawasan teknis; 7) Kualitas hubungan interpersonal antar rekan. Kedua, serangkaian kondisi instrinstik – isi pekerjaan – ketika ada dalam pekerjaan, dapat membentuk motivasi yang kuat hingga dapat menghasilkan kinerja pekerjaan yang baik. Jika kondisi tersebut tidak ada,
pekerjaan tidak terbukti memuaskan. Faktor – faktor dalam rangkaian ini disebut satisfier atau motivator dan beberapa di antaranya adalah: 1) Pencapaian; 2) Pengakuan; 3) Tanggung jawab; 4) Kemajuan; 5) Pekerjaan itu sendiri; 6) Kemungkinan untuk tumbuh. Meningkatkan motivasi dengan membangun tantangan, tanggung jawab, pengakuan, dan kesempatan tumbuh ke dalam pekerjaan seseorang. Suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Hezberg yang berusaha memperbaiki efesiensi tugas dan kepuasan manusia dengan cara membangun lingkup yang lebih luas akan pencapaian pribadi dan pengakuan, pekerjaan, yang lebih menantang dan bertanggung jawab, dan lebih banyak kesempatan bagi kemajuan dan pertumbuhan individu ( Ivancevich, 2006 ). Motivasi adalah terbentuk ini: dari sikap (attitute) dalam menghadapi situasi ruang lingkupnya (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri untuk terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan. Sikap mental yang pro dan positif terhadap situasi itulah yang memperkuat motivasi (Anwar Prabu, 2009). Sikap mental seseorang haruslah memiliki sikap mental yang siap sedia secara psikologis (siap secara mental, fisik, situasi dan tujuan). Artinya, seseorang secara mental siap, fisik sehat, memahami situasi dan kondisi (Anwar Prabu, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui British Medical Journal yang dilakukan pada 2.130 wanita yang sudah menopause warga Australia, New Zealand dan Inggris menunjukkan bahwa kombinasi terapi hormon estrogen dan progesteron dapat memperbaiki kualitas hidup. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa persentase wanita yang menggunakan terapi kombinasi
ini mengalami penurunan gejala panas tubuh dari 30 persen menjadi 9 persen, sementara insomnia menurun dari 45 persen menjadi 35 persen (Kompas, 2008). Wacana mengenai menopause kini semakin diminati oleh kalangan medis maupun masyarakat luas. Dapat dipahami karena dengan meningkatnya umur harapan hidup kaum perempuan maka proporsi kelompok wanita usia lanjut (wulan) juga mengalami peningkatan yang bermakna. Prakiraan kasar menunjukkan akan terdapat sekitar 30-40 juta kaum wulan dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 240-250 juta pada 2010. Dalam kategori wulan tersebut (usia lebih dari 60 tahun), hampir 100% telah mengalami menopause dengan segala akibat serta dampak yang menyertainya
(Achadiat, 2007).
Menurut Depkes RI (2009) hingga saat ini wanita Indonesia yang memasuki masa menopause sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut meningkat menjadi 11% pada 2005. Kemudian, naik lagi sebesar 14% pada 2015. Meningkatnya jumlah tersebut, sebagai akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup dibarengi membaiknya derajat kesehatan masyarakat. Jumlah dan proporsi penduduk perempuan yang berusia diatas 50 tahun dan diperkirakan memasuki usia menopause dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun 2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5% dari total penduduk (Depkes RI, 2005).
Di Provinsi Aceh sendiri Pada tahun 2015 diperkirakan 24,4 juta jiwa (10%), dan pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 28,8 juta jiwa (11,34 % ) jumlah perempuan menopause (Dinkes NAD, 2008). Berdasarkan hasil pengamatan yang di lakukan di desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh diketahui bahwa jumlah laki – laki dan wanita PUS sebanyak 103 orang dan WUS sebanyak 85 orang dan wanita Pra menopause sebanyak 45 orang, dengan rata-rata usia berkisar 40 - 45 tahun. Dari penelitian data awal didapatkan dari 3 orang wanita pra menopouse tidak mendapatkan motivasi baik dari dalam diri sendiri dan juga dari luar tentang kesiapan menghadapi menopouse. Berdasarkan permasalahan
dilapangan maka penulis
tertarik untuk melihat Bagaimana Pengaruh Motivasi Instrinsik Dan Ekstrinsik Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopouse Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: Adakah Pengaruh Motivasi Instrinstik Dan Ektrinstik Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopouse Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh motivasi instrinstik dan ektrinstik terhadap kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. 2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi Instrinsik dengan kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. a. Mengetahui pengaruh tanggung jawab dengan kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. b. Mengetahui pengaruh pengakuan dengan kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. 2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi Ekstrinsik dengan kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. a. Mengetahui pengaruh Kondisi dengan kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
b. Mengetahui pengaruh Status dengan kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai Bahan untuk pengembangan ilmu dan dapat merupakan temuan teori baru untuk pengembangan teori yang sudah ada. 2. Manfaat Aplikatif Sebagai pengembangan program, dapat menjadi bahan pertimbangan kebijakan bagi STIKes U’Budiyah dan sekaligus memberikan informasi tentang temuan – temuan yang diperoleh.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Motivasi Motif atau motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berprilaku. Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs
atau want. Kebutuhan adalah suatu
“potensi”
perlu
dalam
diri
manusia
yang
ditanggapi
atau
direspons
(Notoatmodjo, 2007). Banyak batasan pengertian tentang motivasi ini antara lain sebagai berikut ini : 1. Pengertian motivasi seperti yang dirumuskan oleh Terry G.(1986) adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan – perbuatan (perilaku). 2. Sedangkan Stooner (1992) mendefenisikan bahwa motivasi adalah sesuatu hal yang menyebabkan dan yang mendukung tindakan atau perilaku seseorang. 3. Knootz(1972) merumuskan bahwa motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan (Motivation refers to the drive and efford to satisfy a want or goal). 4. Berbeda dengan Hasibuan (1995) yang merumuskan bahwa motivasi adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemajuan. ia menambahkan bahwa setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Dari berbagai batasan dan dalam konteks yang berbeda seperti tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi pada dasarnya merupakan interkasi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya.Didalam diri seseorang terdapat “ kebutuhan “ atau “ keinginan “ ( wants ) terhadap objek dilur seseorang tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dimaksud. Oleh sebab itu, motivasi adalah suatu alasan ( reasoning ) seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (Notoatmodjo, 2007). Motivasi adalah terbentuk ini :dari sikap (attitute) dalam menghadapi situasi ruang lingkupnya (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri untuk terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan. Sikap mental yang pro dan positif terhadap situasi itulah yang memperkuat motivasi
(Anwar
Prabu, 2009). Sikap mental seseorang haruslah memiliki sikap mental yang siap sedia secara psikologis (siap secara mental, fisik, situasi dan tujuan). Artinya, seseorang secara mental siap, fisik sehat, memahami situasi dan kondisi
(Anwar Prabu,
2009). Kegiatan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan pekerjaan, senantiasa didasari dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu. Dengan kata lain, kebutuhan itu mendorong manusia melakukan kegiatan tertentu dalam usaha memenuhi kegiatan tersebut. Energi atau tenaga yang mendorong individu melakukan kegiatan didalam usaha memenuhi kebutuhan ini lazimnya disebut motivasi (Mamduh M.Hanafi, 2005).
B. Beberapa Konsep Teori Tentang Motivasi 1. Teori maslow Keburuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjagan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyatann dengn dorongan yang ada dalam diri. Apabila kebutuhannya tidak terpenuhi maka aka nada penunjukan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi maka
akan ada
sikap/perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya (Anwar Prabu, 2009). Abraham Maslow mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut: a. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernafas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar. b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup. c. Kebutuhan untuk rasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk dicintai dan mecintai. d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain. e. Kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri,
yaitu
kebutuhan untuk
menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat
dengan mengemukakan ide-ide memberi penilaian dan kritik terhadap sesuatu. Selanjutnya Abraham Maslow mengemukakan bahwa orang dewasa secara normal memuaskan kira-kira 85% kebutuhan fisiologis, 70% kebutuhan rasa aman, 50% kebutuhan untuk memiliki dan mencintai, 40% kebutuhan harga diri, dan hanya 10% dari kebutuhan aktualisasi diri (Anwar Prabu, 2009). 2. Teori McGregor Berdasarkan penelitiannya, McGregor menyimpulkan teori motivasi itu dalam teori X dan Y.teori ini didasarkan pada pandangan konvensial atau klasik (teori X) dan pandangan baru atau modern (teori Y).Teori X yang bertolak dari pandangan klasik ini bertolak dari anggapan bahwa: a. Pada umumnya manusia itu tidak senang bekerja. b. Pada umumnya manusia cenderung sesedikit mungkin melakukan aktivitas atau bekerja. c. Pada umumnya manusia kurang senang apabila diberi tanggung jawab, melainkan suka diatur dan diarahkan. d. Pada umumnya manusia bersifat egois dan kurang acuh.
Sedangkan teori Y yang bertumpu pada pandangan atau pendekatan baru ini beranggapan bahwa : a. Pada dasarnya manusia itu tidak pasif, tetapi aktif. b. Pada dasarnya manusia itu tidak malas kerja, tetapi suka bekerja. c. Pada umumnya manusia dapat berprestasi dalam menjalankan pekerjaannya.
d. Pada umumnya manusia selalu berusaha mencapai sasaran dan tujuan. e. Pada umumnya manusia itu selalu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan atau sasaran. Mendasarkan teori Mc Gregor, para pimpinan atau manajer perusahaan atau organisasi mempunyai keyakinan bahwa mereka dapat mengarahkan para bawahannya untuk mencapai produktivitas atau tujuan – tujuan mereka. Oleh sebab itu, para pemimpin tersebut dipermudah dalam memotivasi bawahan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan – tujuan. Dengan tercapainya tujuan – tujuan bersama, maka tujuan – tujuan perorangan akan tercapai (Notoatmodjo, 2007). 3. Teori McClellad Menurut McClallend yang dikutip dan diterjemahkan oleh Sahlan Asnawi(2002), mengatakan bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi,yakni motif primer atau motif yang tidak dipelajari, dan motif sekunder atau motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi dengan orang lain.Oleh karena motif sekunder timbul karena dengan orang lain maka, motif ini sering juga disebut motif sosial. Motif primer atau motif yang tidak dipelajari ini secara ilamiah timbul pada setiap manusia secara biologis, Motif ini mendorong seseorang untuk terpenuhinya kebutuhan biologisnya misalnya makan, minum, seks dan kebutuhan – kebutuhan biologis yang lain. Sedangkan motif sekunder adalah motif yang ditimbulkan karena dorongan dari luar akibat akibat interaksi dengan orang lain atau interaksi sosial. Prof.Dr.David C.McClelland, seorang ahli psikologi bangsa Amerika dari
Universitas Harvard, dalam teori motivasinya mengemukakan bahwa produktivitas seseorang sangat ditentukan oleh “virus mental” yang ada pada dirinya. Virus mental adalah kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk mampu mencapai prestasinya secara maksimal. Virus mental yang dimaksud terdiri dari 3 (tiga) dorongan kebutuhan, yaitu: a. Motif untuk berpestasi ( need for achievement ) b. Motif untuk berafiliasi ( need for affliation) c. Motif untuk berkuasa ( need for power ) ( Notoatmodjo, 2007 ). 4. Teori Herzberg Herzberg mengembangkan teori isi yang dikenal sebagai teori motivasi dua faktor. Kedua faktor disebut dissatisfier – satisfier, motivator higiene, atau faktor ekstrinstik – instrinstik, bergantung pada pembahasan dari teori. Penelitian awal yang memancing munculnya teori ini memberikan kesimpulan spesifik. Pertama, adanya serangkain kondisi ekstrinstik, konteks pekerjaan, yang menimbulkan ketidak puasan ketika kondisi tersebut tidak ada. Jika kondisi tersebut ada, kondisi tersebut tidak selalu memotivasi karyawan. Kondisi ini adalah dissatisfier atau faktor higiene, karena faktor – faktor itu diperlukan untuk mempertahankan, setidaknya, suatu tingkat dari “ tidak adanya ketidakpuasan.” Faktor – faktor tersebut diantaranya : a. Gaji. b. Keamanan Pekerjaan. c. Kondisi kerja. d. Status.
e. Prosedur Perusahaan. f. Kualitas pengawasan teknis. g. Kualitas hubungan interpersonal antar rekan. Kedua, serangkaian kondisi instrinstik – isi pekerjaan – ketika ada dalam pekerjaan, dapat membentuk motivasi yang kuat hingga dapat menghasilkan kinerja pekerjaan yang baik. Jika kondisi tersebut tidak ada, pekerjaan tidak terbukti memuaskan. Faktor – faktor dalam rangkaian ini disebut satisfier atau motivator dan beberapa di antaranya adalah : a. Pencapaian. b. Pengakuan. c. Tanggung Jawab. d. Kemajuan. e. Pekerjaan itu sendiri. f. Kemungkinan untuk tumbuh ( Ivancevich, 2006 ). C. Jenis – jenis motivasi 1. Motivasi Instrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang mendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dalam diri individu tersebut, faktor femotivasian antara lain ialah, ( Anwar, 2009 ): 1. Achievement (Keberhasilan atau pencapaian ) Keberhasilan seseorang dapat dilihat dari apa yang diraihnya Agar seseorang dapat berhasil dalam melakasanakan suatu yang menjadi tanggung jawabnya sendiri, maka harus mempelajari dan terus berusaha agar mencapai
hasil yang baik dan sesuai dengan yang di inginkan dan juga lingkungan disekitar harus menyatakan keberhasilan seseorang tersebut. 2. Recognition (pengakuan/penghargaan) Sebagai lanjutan dari keberhasilan pelaksanaan, seseorang harus memberi pernyataan pengakuan terhadap dirinya sendiri. Imam Ghazali dalam kitab Ihya' Ulum ad-din menulis, "Jika pada seseorang anak menonjol akhlak baik dan perbuatan terpujinya, maka ia patut dimuliakan, digembirakan dan dipuji di depan orang banyak untuk memberikan semangat berakhlak mulia dan berbuat terpuji." Memuliakan anak dan memberi semangat dengan hadiah atau dengan ucapan yang manis sesuai dengan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani, "Saling memberi hadiahlah agar kalian saling mencintai"(Abu, 2012). Karakter setiap manusia, apalagi seorang wanita Pra menopouse pasti lebih menyukai mendapat penghargaan yang sifatnya berwujud maupun tidak berwujud. Dan ia pun akan berusaha keras mendapatkannya. Karena itu, seorang suami hendaknya merespons apa yang disukai seorang istrinya. suami harus bisa memberikan hadiah-hadiah yang tepat kesempatan yang tepat. Maka, tidak salah bila pujian yang merupakan penghargaan menjadi salah satu bentuk motivasi bagi seorang wanita, Manakala seorang wanita mendapatkan penghargaan secara langsung dari lingkungannya. Karena itu, pemberian penghargaan berupa pujian berperan sangat signifikan dalam upaya peningkatan motivasi, Dan hal itu akan memberikan semangat bagi ibu pra menopouse terhadap pekerjaan dan kesiapan mental (Abu, 2012 ).
3. Responsibility (Tanggung jawab) Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta menanggung akibatnya. Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya sikap tanggung jawab karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Macam-macam tanggung jawab ( Peby, 2012 ) :
a. Tanggung Jawab terhadap diri sendiri contoh : Ibu Pra Menopouse di saat berjalan ibu tersandung batu, lalu ibu terjatuh, akibatnya ibu harus beristirahat dirawat di rumah dan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. konsekuensi tidak bekerja dan tinggal dirumah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri ( Peby, 2012). b. Tanggung Jawab terhadap keluarga contoh : seorang ibu Pra Menopouse hidup dengan tiga anak, karena suaminya meninggal dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya, walapun harus menjadi pelacur sekalipun, karena demi memberikan kehidupan dan bertanggung jawab atas ketiga anaknya ( Peby, 2012 ). c. Tanggung Jawab terhadap masyarakat
contoh : seorang ketua RT yang menjabat saat itu di daerah tempat tinggalnya harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kesejahteraan warganya. misalnya bila pada saat hari raya qurban, ketua RT setempat harus sudah mempunyai data warga miskin yang akan menerima santunan qurban. ketua RT juga harus sigap membantu bilamana ada warganya yang meninggal dunia, lalu ketua RT juga menggerakan ibu-ibu PKK ditempatnya untuk membangun pos kesejahteraan untuk kesehatan, lingkungan dan pendidikan untuk warganya ( Peby, 2012 ).
d. Tanggung Jawab terhadap bangsa dan negara contoh : pada zaman penjajahan dahulu, para pemuda Indonesia bertanggung jawab untuk membela negara, turut berperang untuk memerdekakakn negara kesatua republik Indonesia. para pemuda sangat ingin memiliki kebebasan dalam bernegara, maka para pemuda menanamkan dalam hatinya mempunyai tekad yang kuat untuk membela negara dan bertanggung jawab atas semua permasalahan yang ada di negara Indonesia ( Peby, 2012 ). e. Tanggung jawab terhadap Tuhan contoh : manusia telah di beri kehidupan yang sangat mencukupi dan layak. semua itu atas pemberian sang pencipta yaitu Allah SWT. Allah sangat pengasih, penyayang dan pengampun. Allah pun tak meminta halhal yang menyusahkan manusia untuk mewujudkan rasa bersyukur manusia terhadap semua kebaikan-Nya. Manusia hanya diperintahkan
untuk Shalat 5 waktu dan beramal sholeh, berbuat baik sesama manusia dan berbuat baik kepada Allah SWT. semua yang diberikan Allah SWT sudah sepatutnya menimbulkan rasa tanggung jawab manusia kepada Allah
SWT.
tanggung
jawab
untuk
menunaikan
semua
yang
diperintahkan-Nya dan meninggalkan yang dilarang-Nya. Tanggung jawab untuk menjalankan sholat 5 waktu dan amalan yang baik lainnya. Menjaga alam yang sdah diciptakan, diberikan Allah dengan sukarela, merawatanya untuk kehidupan selanjutnya adalah sebuah bentuk tanggung jawab dan ungkapan rasa bersyukur yang tiada tara kepada sang pencipta yaitu Allah SWT
( Peby, 2012 ).
Diantara banyaknya tanggung jawab tersebut, bahwa kita harus melakukan semua tanggung jawab kita dengan iklas dan akan mendapatkan hak kita pada saat nya setelah kita melakukan semua tanggung jawab kita ( Peby, 2012 ). Agar tanggung jawab benar menjadi faktor motivator bagi diri sendiri, dengan membiarkan diri sendiri menimbulkan perasaan tanggung jawab, Agar dia mampu menghadapi berbagai situasi. 4. Kemajuan Rasa yang ingin selalu terus bangkit dan tidak ada kata menyarah sebelum mencapai apa yang diinginkan. 5. Work it self (Pekerjaan itu sendiri)
Seseorang membuat uasaha-usaha ril dan meyakinkan, sehingga mengerti akan pentingnya apa yang telah dilakukan dan berusaha menghindari dari kebosanan dalam melakukan suatu hal. 6. Advencement (Pengembangan / Kemungkinan untuk tumbuh ) Pengembangan merupakan salah satu faktor motivator bagi seseorang. Faktor pengembangan ini benar-benar berfungsi sebagai motivator, maka seseorang dapat memulainya dengan melatih untuk menjadi lebih bertanggung jawab.
2. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang yang dikenal dengan teori hygiene factor. yang tergolong sebagai hygiene factor antara lain sebagai berikut ( Anwar Prabu, 2009 ): 1. Wages (Gaji / penghasilan ) Pada umumnya masing-masing orang tidak dapat menentukan sendiri seberapa besar penghasilannya. 2. Keamanan Kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup (Anwar prabu, 2009). 3. Working Condition (Kondisi Kerja)
Dalam dunia kerja pada suatu perusahaan banyak sekali apsek penunjang yang mendukung berjalanya suatu perusahaan antara lain contohnya adalah karyawan, peralatan kerja, lingkungan kerja dan lain-lain. Hal-hal tersebut perlu sekali diperhatikan agar pencapaian tujuan dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik. Yang akan kita bahas di sini adalah masalah lingkungan kerja karena lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap keadaan karyawan yang ada pada suatu perusahaan. Dengan memperhatikan lingkungan kerja diharapkan dapat menambah semangat dalam bekerja. Apabila semangat kerja karyawan meningkat maka otomatis produktivitas karyawan juga akan meningkat. Apabila hal ini dapat berjalan dengan baik maka pencapaian tujuan suatu perusahaan akan berjalan dengan baik. Berikut ini merupakan beberapa pengertian dari lingkungan kerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Sedarmayanti berpendapat
bahwa
lingkungan kerja adalah “Keseluruhan alat pekakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitar di mana ia bekerja, metode kerjanya baik perorangan maupun kelompok” (Sedarmayanti, 2002:1). Menurut Ahmad Tohari “Lingkungan kerja fisik walaupun di yakini bukanlah faktor utama dalam meningkatkan produktivitas karyawan, namun faktor lingkungan kerja fisik merupakan variabel yang perlu diperhitungkan oleh para pakar manajemen dalam pengaruhnya untuk meningkatkan produktivitas” ( Anonimous, 2011 ) Para karyawan yang melaksanakan tugas dan pekerjaanya harus diberikan perhatian,
salah
satunya
adalah
memperhatikan
lingkungan
kerja
karyawannya. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat
mendorong karyawan bekerja secara maksimal untuk kemajuan perusahaan. Sedangkan menurut Gauzali Saydam mengemukakan bahwa lingkungan kerja adalah “Keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada disekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi perkerjaan itu sendiri” ( Anonimous, 2011 ) Dari beberapa pendapat di atas maka jelaslah bahwa yang dimaksud dengan kondisi lingkungan kerja adalah suatu kondisi atau keadaan yang ada disekitar lingkungan tempat bekerja yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya baik secara langsung maupun tidak langsung dan mempengaruhi optimalisasi hasil yang diperoleh dan berpengaruh juga terhadap produktivitas perusahaan secara umum ( Anonimous, 2011 ) Dengan melihat adanya korelasi fisik terhadap mental, maka kita perlu mendesain lingkungan kerja yang kondusif untuk bekerja. Lingkungan kerja yang kondusif dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain penerangan, suhu udara, kelembaban udara, penggunaan warna, ruang gerak dan keamanan. Hal-hal tersebut merupakan faktor yang penting yang dapat membuat karyawan memberikan semangat dan gairah dalam bekerja. Hal ini pula yang menjadi penunjang dalam meningkatkan produktivitas, Masingmasing orang dapat berperan dalam berbagai hal agar keadaan masing-masing menjadi lebih sesuai. Misalnya ruangan khusus bagi unitnya, penerangan, perabotan suhu udara dan kondisi fisik lainnya. Menurut Hezberg seandainya kondisi lingkungan yang baik dapat tercipta, prestasi yang tinggi dapat
tercipta, prestasi tinggi dapat dihasilkan melalui kosentrasi pada kebutuhankebutuhan ego dan perwujudan diri yang lebih tinggi ( Anonimous, 2011 ) 4. Status Seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YME (Lembaga Demografi FE UI,2000:146). Berdasarkan pendapat Soerjono Soekanto dalam bukunya Kamus Sosiologi menyatakan bahwa kata perkawinan (marriage) adalah ikatan yang sahantara seorang pria dan wanita yang menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara mereka maupun keturunannya. Salah satu riset menunjukkan bahwa karyawan yang menikah lebih sedikit absensinya, mengalami pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas dengan lebih termotivasi untuk melakukan suatu pekerjaan ( Teguh, 2007 ). Motivasi yang rendah sering kali menyebabkan produktivitas sumber daya manusia Indonesia menjadi rendah pula. Dalam penelitian ini peneliti berusaha mengungkap masalah motivasi seseorang ditinjau dari status pernikahannya karena pernikahan adalah suatu fase alamiah yang akan dilalui dalam perjalanan kehidupan umat manusia. Setelah melakukan analisa tarhadap data yang diperoleh dari beberapa responden maka peneliti bisa melihat bahwa ada perbedaan antara karyawan yang masih lajang dengan yang sudah menikah dalam hal motivasi yang akan berpengaruh juga secara langsung terhadap produktivitasnya (Petra, 2004). 5. Policy and Administration (Kebijakan dan administrasi / prosedur )
Yang menjadi sorotan disini adalah kebijaksanaan personalia. Seseorang yang membuat suatu prosedur umumnya dibuat dalam bentuk tertulis. Biasanya yang dibuat dalam bentuk tertulis adalah baik, karena itu yang utama
adalah
bagaimana
pelaksanaan
dalam
praktek.
Pelaksanaan
kebijakansanaan dilakukan masing masing orang yang bersangkutan. Dalam hal ini supaya mereka berbuat seadil-adilnya dan dapat mencapai suatu pencapaian yang maksimal. 6. Kualitas Pengawasan Bagaimana seseorang dapat mempertahankan akan kualitas dirinya yang dimana kualitas selalu didalam sebuah pengawasan orang lain yang tidak diketahuinya. 7. Interpersonal Relation (Hubungan antar prbadi) Inteprsonal relation menunjukkan hubungan perseorangan dengan orang lain, dimana kemungkinan seseorang tersebut tidak dapat bergaul dengan yang lainnya.
D. Kesehatan Mental 1. Pengertian Kesehatan mental adalah keadaan di mana seseorang menyadari aspek-aspek potensial dalam dirinya, dapat mengatasi tekanan-tekanan normal dalam hidup, menjadi pekerja produktif, dan dapat membuat kontribusi yang positif di dalam komunitasnya. Jika Anda bermasalah dengan aspek-aspek tersebut, mungkin Anda termasuk orang dengan kesehatan mental yang terganggu (Rian, 2010).
Menurut Erikson (psikososial) : Konsep kesehatan mental sendiri mempunyai arti yang sangat luas. Kesehatan mental bukan sekedar berarti tidak sakit melainkan pengertiannya bisa lebih luas dari itu. Menurut kamus bahasa Indonesia modern, kata sehat berarti : dalam keadaan yang baik sekujur badan serta bagian-bagiannya, bebas dari penyakit, dalam keadaan waras ; mendatangkan kebaikan pada badan ; baik dalam keadaan biasa atau normal pikirannya; berjalan sebagaimana mestinya. Dalam definisi lain,sehat adalah kondisi seseorang dimana seluruh bagian dari manusia dapat bekerja sama dengan baik,sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Sedangkan kata kesehatan mental atau mentalitas berarti : cara berfikir dan berperasaan (afeksi,kognisi,dan konasi). Dengan kata lain mengacu pada kondisi internal individu. Kes-Men : Metode / usaha-usaha untuk mencapai mental yang sehat (Rian, 2010). Kesehatan Mental menurut WHO, seseorang yang sehat mental/jiwanya : merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup, menerima orang lain apa adanya (ber-empati dan tidak berprasangka) , serta bersikap positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Kes-Men juga dapat dilihat dari berbagai Aspek : Intelektual, Sosial, Spiritual-Moral, Emosional. MESANA EN CORPORESANO : Dalam Tubuh Yang Sehat Terdapat Jiwa yang kuat, CORPORESANO EN MENASA : Dalam Jiwa yang Kuat terdapat Tubuh Yang Sehat. (Rian, 2010). Ada empat cara untuk menghindari gangguan kesehatan mental: a. Keseimbangan dalam berpikir
Selalu memikirkan hal-hal negatif adalah cara yang ampuh untuk menenggelamkan diri Anda ke dalam masalah. Pemikiran Anda tidak hanya berpengaruh pada perlakuan Anda terhadap diri sendiri, tetapi juga terhadap orang lain. Hanya fokus pada sisi negatif hanya akan membuat Anda merasakan hal yang buruk terhadap sebuah situasi dan diri sendiri. Oleh karena itu, sangat penting bagi Anda untuk mampu menjaga kesehatan mental dan belajar menyeimbangkan pikiran dengan melihat keseluruhan sisi dalam setiap masalah sehingga Anda dapat menemukan penyelesaian yang tepat. Keseimbangan berpikir adalah ketika Anda dihadapkan pada masalah, Anda harus mempertimbangakan fakta, pendapat Anda sendiri, perasaan Anda, dan bagaimana Anda bereaksi terhadap masalah tersebut. Jika Anda hanya memperdulikan salah satu aspek, contohnya perasaan Anda, mengontrol logika berpikir Anda, maka pikiran Anda pun akan menyimpang. Masalah Anda pun dapat menjadi lebih buruk. b. Olahraga Berolahraga tidak hanya baik untuk kesehatan tubuh, tetapi juga mental. Berolahraga dapat meningkatkan endorphins, serotonin, dan dopamine pada tubuh yang dapat memberikan perasaan senang dan tenang. Zat-zat tersebut juga dapat mengatur perasaan gelisah, stres, dan depresi. Aktivitas ini dapat dengan lancar mengalirkan darah ke otak dan ke seluruh tubuh sehingga membuat otot dan mental lebih tenang. Ingatlah bahwa ketika Anda dapat berpenampilan bagus, maka Anda akan merasa
senang. Dalam jangka panjang, memelihara kebugaran fisik akan menambah kepercayaan diri Anda dan mengubah cara berpikir Anda terhadap diri Anda sendiri sehingga kesehatan mental pun terjaga. c. Relaksasi Ketika pikiran kita didominasi dengan masalah yang terjadi di masa lalu atau kekhawatiran menghadapi masa depan, maka akan tercipta kekhawatiran yang berlebihan. Jika mental Anda dalam keadaan sehat, maka Anda akan mudah untuk menenangkan pikiran Anda dan konsentrasi pada apa yang dikerjakan. Anda dapat melatih meditasi untuk mengistirahatkan pikiran Anda dan membantunya untuk fokus terhadap apa yang sedang terjadi. Meditasi dapat dilakukan dengan tutuplah mata Anda, fokus pada pernapasan Anda, kosongkan pikiran Anda dari apapun yang tidak berhubungan dengan yang terjadi saat ini. Hal ini dapat membantu tubuh Anda lebih tenang dan membiarkan pikiran Anda beristirahat sejenak. d. Berekspresi Memendam emosi sama halnya dengan membiarkan penyakit memburuk tanpa diobati. Emosi yang terpendam dapat memberikan dampak buruk terhadap fisik dan mental. Jika Anda tidak dapat membicarakan apa yang Anda rasakan atau tidak tahu bagaimana membicarakannya,
cobalah
untuk
mencari
cara
lain
mengekspresikan perasaan Anda dan mengeluarkan emosi Anda.
untuk
Mengekspresikan diri Anda adalah salah satu alternatif untuk melepaskan emosi dan menghilangkan stres. Mengekspresikan diri dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan seni seperti bermain musik, menulis sebuah cerita, atau belajar mengenai cara mengekspresikannya. Pikirkan sebuah hobi baru untuk detoksifikasi emosi negatif sembari mencari kemampuan lain pada diri Anda. Ingatlah, tidak ada yang salah dari mengekspresikan diri, selama Anda yakin hal tersebut membantu Anda untuk melepaskan energi negatif pada diri Anda (Rian,2010).
E. Pra Menopouse Pra menopouse adalah masa perubahan yang lambat laun menuju menopouse (Ronald Hutafea, 2005). Fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium. Gejala-gejala yang timbul pada fase pra menopause antara lain siklus haid yang tidak teratur, perdarahan haid yang memanjang, jumlah darah yang banyak, serta nyeri haid
(
Sarwono Prawirohardjo, 2003). Perimenopause atau pre menopause pada wanita menunjukkan bahwa tahap menopause mendekati, haid tidak teratur dan perubahan dalam aliran darah adalah tanda-tanda khas pra menopause. Ditandai berkurangnya produksi hormon estrogen oleh indung telur. Di sisi lain, menopause merupakan tahap ketika siklus menstruasi berakhir atau indung telur berhenti memproduksi telur.
Sejauh usia perimenopause yang bersangkutan, dimulai beberapa tahun sebelum masa menopause yang sebenarnya. Dengan demikian, fase transisi ini biasanya terjadi pada wanita yang berada dalam usia 40-an (atau 30-an terlambat dalam beberapa kasus). Pada rata-rata, fase terus selama 4 tahun, yang diikuti dengan menopause. Namun demikian, pengecualian memang terjadi, dan perempuan mengalami gejala perimenopause kurang dari satu tahun, atau selama 10 tahun. Pada awal perimenopause, perubahan kecil terjadi di dalam tubuh wanita. Tak perlu menyebutkan, hormon estrogen memainkan peran penting dalam menjamin fungsi tubuh normal. Dengan tingkat estrogen berkurang, mereka mendapatkan gangguan, mengakibatkan berbagai masalah kesehatan. Meskipun demikian, tandatanda dan gejala perimenopause berbeda-beda pada setiap wanita. Untuk memahami perimenopause lebih baik, lihat tanda-tanda berikut yang menyertai masa transisi ini seperti dikutip buzzle.com. a. Menstruasi tidak teratur. Siklus ini dapat menjadi lebih singkat atau bahkan lebih lama. b. Serupa dengan menopause, pada masa ini wanita rentan terhadap perubahan suasana hati berupa depresi yang datang mendadak. Mereka menjadi emosional dan mudah marah akibat fluktuasi hormonal. c. Keringat berlebih dan gangguan tidur adalah indikasi lain perimenopause khususnya pada malam hari terjadi peningkatan keringat dengan rasa panas yang datang tiba-tiba selama sekian menit.
d. Produk hormon estrogen berkurang secara tidak langsung terkait dengan naiknya kolesterol lipoprotein (jahat) sehingga periode ini dikaitkan dengan kolesterol tinggi dan harus dipantau dengan baik. e. Pada tahun-tahun kesuburan, sekresi normal hormon estrogen terjadi dengan terjadinya kekeringan pada organ vital. f. Ovulasi tidak lagi normal yang mengakibatkan kesuburan menurun dan peluang kehamilan menjadi lebih kecil. g. Beberapa wanita melaporkan terjadinya perubahan kebiasaan seksual dan penurunan libido selama masa transisi. Turunnya kadar hormon estrogen dapat mengakibatkan perut kembung, sakit perut dan infeksi saluran kemih
(
Rima, 2010).
F. Menopouse 1. Pengertian Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (indung telur). Menopause mulai pada umur yang berbeda umumnya adalah sekitar umur 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an (Sarwono Prawirohardjo, 2008).
Menopouse adalah saat di dalam pertengahan kehidupan seseorang wanita di mana dia mengalami menstruasi terakhir kalinya. Pada saat ini kelenjar kandung telur atau ovarium tidak menghasilkan telur lagi, secara lambat laun (Ronald Hutafea, 2005). Penghentian haid yang merupakan keadaan normal pada wanita berusia lanjut (Tiran, 2005). Haid yang terakhir kali dan satu tahun berikutnya tidak pernah haid lagi serta hormon – hormon kelamin wanita menghilang dengan cepat hampir tidak ada (Siti Maimunah, 2005).
2. Perubahan pada masa menopause Perubahan bahan pada masa menopause adalah perubahan-perubahan yang bersifat drastis. Perubahan pada masa menopause itu menyangkut perubahan organ reproduksi, perubahan hormon, perubahan fisik, maupun perubahan psikologis. Seorang yang berada pada masa menopause, harus siap menjalani masa ini, karena masa menopause adalah masa peralihan, yang biasanya seseorang mengalami masalah pada masa transisi ini. Menurut Lastiko (2004), perubahan yang terjadi selama masa menopause adalah: a. Perubahan Organ Reproduksi Organ reproduksi disebabkan oleh berhentinya haid, berbagai reproduksi akan mengalami perubahan. Sel telur tidak lagi di produksi, sehingga juga akan mempengaruhi komposisi hormon dalam organ reproduksi.
b. Perubahan Hormon Sesuatu yang berlebihan atau kurang, tentu mengakibatkan timbulnya suatu reaksi pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah perubahan hormon estrogen yang menjadi berkurang. Meski perubahan terjadi juga pada hormon lainnya, seperti progesteron, tetapi perubahan yang mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh maupun organ reproduksi, juga psikis adalah perubahan hormon estrogen. Menurunnya kadar hormon ini menyebabkan terjadi perubahan haid menjadi sedikit, jarang, dan bahkan siklus haidnya mulai terganggu. Hal ini disebabkan tidak tumbuhnya selaput lendir rahim akibat rendahnya hormon estrogen. c. Perubahan Fisik Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh pada masa menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan ini berupa keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. d. Perubahan Emosi Selain fisik perubahan psikis juga sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopause sangat tergantung pada masing-masing individu, pengaruh ini sangat tergantung pada pandangan masing-masing wanita terhadap menopause, termasuk pengetahuannya tentang masa menopause. 3. Tanda-tanda dan gejala menopause
Tanda dan gejela menopause mempunyai ciri-ciri khusus, baik tanda dan gejala menopause karena perubahan fisik maupun karena perubahan psikologis. Gejala-gejala menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih sedikit estrogen dan progesteron dan tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami sedikit gejala, sedangkan wanita lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan sampai berat. Hal ini adalah normal.Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon, tetapi pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat. Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan ovarium ( Jeusafaria, 2012 ). Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala menopause
(
Jeusafaria, 2012 ): a. Ketidakteraturan siklus haid Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur. Perdarahan seperti ini terjadi terutama diawal menopause. Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan yang kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala peralihan. b. Gejolak rasa panas (Hot Flashes) Ini gejala klasik yang sekaligus menjadikan para wanita ketika mengalami menopause mendapatkan perawatan. Pada saat memasuki menopause wanita akan mengalami rasa panas yang menyebar dari wajah menyebar keseluruh
tubuh. Rasa panas ini terutama terjadi pada dada, wajah dan kepala. Rasa panas ini sering diikuti timbulnya warna kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa ini sering terjadi selama 30 detik sampai dengan beberapa menit. Hal ini disebabkan karena hipotalamus dan terkait dengan pelepasan LH (Leutenizing Hormone). Diduga disebabkan adanya fluktuasi hormon estrogen. Seperti diketahui, pada masa menopause kadar hormon estrogen dalam darah menurun drastis sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Penurunan estrogen akan mengenai sistem alfa-adrenergik sentral yang selanjutnya berakibat pada pusat thermoregulasi dan neuron pelepas LH. Sampai sekarang fenomena ini masih cukup menjadi misteri. Belum ada hasil riset mendetail membahas masalah ini. Rasa panas terkadang terjadi bahkan sebelum seorang wanita memasuki masa menopause. Gejala ini biasanya akan menghilang dalam 5 tahun. Berkas panas yang diderita ini biasanya berhubungan dengan cuaca panas dan lembab. Selain itu, juga berhubungan dengan ruang sempit, kafein, alkohol, atau sisa makanan pedas. Hal yang menyusahkan wanita selain merasa panas dan muncul kemerahan di tubuhnya, juga keluarnya keringat pada malam hari. Hal ini menjadikan tidur terasa tidak nyaman. Keluhan hot flushes mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan kadar estrogen yang rendah. Meskipun demikian, sekitar 25 % penderita masih mengeluhkan hal ini sampai lebih dari 5 tahun. Pemberian estrogen dalam bentuk terapi efektif dalam bentuk terapi dalam meredakan keluhan hot flushes pada 90 % kasus.
c. Keluar keringat di malam hari Keluar keringat di malam hari disebabkan karena hot flushes. Semua wanita akan mengalami arus panas ini. Arus panas mungkin sangat ringan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh orang lain. Mungkin hanya terasa seolah-olah suhu meningkat secara tiba-tiba sehingga menyebabkan kemerahan disertai keringat yang mengucur diseluruh tubuh anda. Arus ini tidak membahayakan dan akan cepat berlalu. Sisi buruknya adalah tidak nyaman tetapi tidak pernah disertai rasa sakit. d. Kekeringan vagina Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis. Ini disebabkan karena penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu, juga muncul rasa gatal pada vagina. Yang lebih parah lagi adalah rasa sakit saat berhubungan seksual, dikarenakan perubahan pada vagina, maka wanita menopause biasanya rentan terhadap infeksi vagina. Inter course yang teratur akan menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan rasa sakit pada saat kencing ( Jeusafaria, 2012 ). e. Perubahan kulit
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika mensturasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada sekitar wajah, leher dan lengan ( Jeusafaria, 2012 ). f. Sulit tidur Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam. g. Perubahan pada mulut Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal. h. Kerapuhan tulang Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis (kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur. Osteoporosis paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Kehilangan 1% tulang dalam setahun dapat akibat proses penuaan, tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya. i.
Badan menjadi gemuk Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause, rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan.
j.
Penyakit Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause, dari sudut pandang medik ada 2 perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis).
k. Linu dan nyeri otot sendi Linu dan nyeri yang dialami wanita menopause berkaitan dengan pembahasan
kurangnya
penyerapan
kalsium
yang
telah
ditemukan
sebelumnya. l.
Perubahan pada indra prasa Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan kepekaan pada indra pengecapnya. Sementara wanita yang memiliki riwayat penyakit gigi dan gusi, maka kemungkinan giginya akan lebih cepat tanggal ( Jeusafaria, 2012 ).
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian ini sesuai dengan teori Herzberg mengembangkan teori isi yang dikenal sebagai teori motivasi dua faktor Kedua faktor disebut dissatisfier – satisfier, motivator higiene, atau faktor ekstrinsik – instrinsik maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut
(Ivancevich,
2006): Variabel independent Motivasi Instrinstik - Tanggung Jawab - Pengakuan Motivasi Ekstrinstik - Kondisi
Variabel Dependent
Kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
B. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2007). Tabel 3.1 Defenisi Operasional No
Variabel
Defenisi Operasional Variabel Dependent 1 Kesiapan Siap tidaknya mental ibu Pra wanita pra Menopouse menopouse menghadapi menghadapi menopouse menopouse Variabel Independent Motivasi Instrinsik 1 Tanggung Segala Jawab
sesuatu yang
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Menyebar kan Angket
Kuesio ner
Siap
Ordinal
Menyebar kan Angket
Kuesio ner
Menyebar kan Angket
Kuesio ner
Tidak Siap x
Ada
Ordinal
Tidak Ada
menjadi pertanggung jawaban dari seseorang dalam menghadapi menopouse 2
Pengakuan
Segala bentuk
Ada Tidak Ada
Ordinal
tersirat maupun tersurat yang diberikan pihak lain untuk diri kita ataupun diri kita sendiri
Motivasi Ekstrinsik 4 Kondisi Keadaan lingkungan seseorang mempengaru hi kesiapan mental menghadapi menopouse
Menyebar kan Angket
Kuesio ner
Baik
Ordinal
Tidak baik
C. Hipotesis
1. Ada atau tidak hubungan Motivasi Instrinsik terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopouse Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
a. Ha: Ada hubungan tanggung jawab dengan kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Ho: Tidak ada hubungan tanggung jawab dengan kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. b. Ha: Ada hubungan Pengakuan dengan kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Ho: Tidak ada hubungan Pengakuan dengan kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. 2. Ada atau tidak hubungan Motivasi Ekstrinsik terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopouse Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. a. Ha: Ada hubungan Kondisi dengan kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Ho: Tidak ada hubungan Kondisi dengan kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
b. Ha: Ada hubungan Status dengan kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Ho: Tidak ada hubungan Status dengan kesiapan mental wanita pra menopouse menghadapi menopouse Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini adalah dengan menggunakan Analitik dengan menggunakan pendekatan cross secctional yaitu variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini dikumpulkan dalam waktu bersamaan untuk mengetahui Pengaruh Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopouse di Desa Tibang Kecamatan Syah Kuala Banda Aceh.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1.Tempat Penelitian ini dilakukan di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. 2. Waktu Penelitian ini telah dilakukan pada Tanggal 7 - 15 Juli 2013.
C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita Pra menopouse yang ada di desa Tibang kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh yang berjumlah 45 orang.
2. Sampel Tehnik pengambilan sampel dengan metode total samping yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel.
D. Tehnik Pengumpulan Data 1. Data Primer Data Primer diperolah langsung dari responden melalui penyebaran kuesioner penelitian. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Bidan Desa di desa Tibang.
E. Pengolahan Data Menurut Budiarto (2001) pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Oleh karena itu,harus dilakukan dengan baik dan benar. 1. Editing yaitu kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir kuesioner sehingga jawaban sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten. 2. Coding yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. 3. Tabulating yaitu data yang telah dikumpulkan ditabulasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 4. Analysis yaitu data yang sudah dikumpulkan dan di-entry, dianalisis dengan menggunakan uji statistik.
F. Analisa Data Setelah dilakukan pengolahan data maka analisis data yang akan dilakukan dengan menggunakan program komputer yaitu program Statistical Program For Social Science (SPSS) versi 16.00 yang akan dilakukan secara statistik Analitik. Analisis data yang dilakukan meliputi : 1. Analisia Univariat Analisa Univariat dilakukan terhadap tiap – tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel ( Notoatmodjo, 2005) kemudian ditentukan presentase ( p ) dengan menggunakan Rumus sebagai berikut :
P=
Keterangan : P = Presentase f = frekuensi yang teramati n = Jumlah sampel
2. Analisa Bivariat Analisa Bivariat merupakan hasil dari variabel independen yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel dependen. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa di lakukan analisa statistik dengan menggunakan uji data chi- square test pada tingkat kemaknaanya
adalah 95 % (P<0,05), sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan program perhitungan uji chisquer selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila P lebih kecil dari alpha (P<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel dependent dengan variabel independent.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Tibang merupakan salah satu kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Desa Tibang mempunyai 3 Dusun yaitu dusun Tgk. Meulagu, dusun Meurah, dusun Melinjo. Desa Tibang berbatasan langsung dengan : Sebelah Utara
: Berbatasan Dengan Jalan Raya
Sebelah Barat
: Berbatasan Dengan SD Tibang
Sebelah Timur
: Berbatasan Dengan Desa Lingke
Sebelah Selatan
: Berbatasan Dengan Tambak
B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Dari data yang dikumpulkan terdapat 45 orang sampel ibu pra menopause di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Data yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner. Data dari hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi yaitu sebagai berikut :
1. Analisa Univariat 5.1. Tabel Umur Responden NO
Umur
Jumlah
1
40
9
2
41
7
3
42
10
4
43
13
5
45
6
5.2. Tabel Pendidikan Responden NO
Umur
Jumlah
1
SD
11
2
SMP
10
3
SMA
12
4
D3
4
5
D4
1
6
S1
7
5.3. Tabel Pekerjaan Responden NO
Pekerjaan
Jumlah
1
IRT
17
2
WIRASWASTA
20
3
GURU
4
4
PNS
4
a. Tanggung Jawab Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh No Tanggung Jawab 1. Tidak ada 2.
Ada Jumlah
Frekuensi 21
Persentasi 46,7
24
53,3
45 Sumber : Data primer diolah tahun 2013
100
Berdasarkan Tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa dari 45 orang (100%) responden, mayoritas bertanggung jawab yaitu 24 orang (53,3%). b. Pengakuan Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengakuan Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh No Pengakuan 1. Tidak ada 2.
Ada Jumlah
Frekuensi 16
Persentasi 35,6
29
64,4
45 Sumber : Data primer diolah tahun 2013
100
Berdasarkan Tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa dari 45 orang (100%) responden mayoritas ada pengakuan yaitu 29 orang (64,4%)
c. Kondisi Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kondisi Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
No Kondisi 1. Tidak baik 2.
Frekuensi 20
Persentasi 44,4
25
55,6
Baik Jumlah
45 Sumber : Data primer diolah tahun 2013
100
Berdasarkan Tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa dari 45 orang (100%) responden mayoritas kondisi lingkungan ibu baik yaitu 25 orang (55,6%). d. Kesiapan Mental Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Kesiapan Mental Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh No Kesiapan Mental 1. Tidak siap 2.
Siap Jumlah
Frekuensi 21
Persentasi 46,7
24
53,3
45 Sumber : Data primer diolah tahun 2013
100
Berdasarkan Tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 45 orang (100%) responden mayoritas kesiapan mental ibu siap yaitu 24 orang (53,3%).
6. Analisa Bivariat a. Pengaruh Tanggung Jawab Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Tabel 5.8 Pengaruh Tanggung Jawab Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
No
Tanggung Jawab
1.
Ada
Kesiapan Mental Jumlah Siap Tidak Siap F % F % F % 24 100 0 24 100
2.
Tidak Ada
0
-
21
100
21
100
Jumlah 24 100 21 Sumber : Data primer diolah tahun 2013
100
45
100
Uji Statistik
0,000
Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa dari 24 responden yang bertanggung jawab, 24 orang ( 100%) mempunyai kesiapan mental dalam menghadapi menopouse, sedangkan dari 21 responden yang tidak ada tanggung jawab, 21 orang (100%) yang tidak mempunyai kesiapan mental dalam menghadapi menopouse. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% di peroleh nilai p-value 0.000 yang berarti lebih kecil dari α – value (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara tanggung jawab terhadap kesiapan mental wanita pra menopause menghadapi menopause di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. b. Pengaruh Pengakuan Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
Tabel 5.9 Pengaruh Pengakuan Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
1.
Ada
Kesiapan Mental Jumlah Siap Tidak Siap F % F % F % 24 82,8 5 17,2 29 100
2.
Tidak Ada
0
-
16
100
16
Jumlah
24
53,3
21
46,7
45
No
Pengakuan
Uji Statistik
100 100
0,000
Sumber : Data primer diolah tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.7 diatas diketahui bahwa dari 24 responden yang ada Pengakuan, 24 orang ( 82,8%) mempunyai kesiapan mental dalam menghadapi menopouse dan 5 orang (17,2%), sedangkan dari 16 responden yang tidak ada pengakuan,16 orang (35,6%) yang tidak siap. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% di peroleh nilai p-value 0.000 yang berarti lebih kecil dari α – value (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara pengakuan terhadap kesiapan mental wanita pra menopause Menghadapi menopause di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda.
c. Pengaruh Kondisi Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Tabel 5.10 Pengaruh Kondisi Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
1.
Baik
Kesiapan Mental Jumlah Siap Tidak Siap F % F % F % 19 76,0 6 24,0 25 100
2.
Tidak Baik
5
No
Kondisi
25,0
15
75,0
20
100
Jumlah 24 53,3 21 Sumber : Data primer diolah tahun 2013
46,7
45
100
Uji Statistik
0,002
Berdasarkan tabel 5.9 diatas diketahui bahwa dari 25 responden yang mempunyai kondisi baik, 19 orang (76,0%) mempunyai kesiapan mental dalam menghadapi menopouse dan 6 orang (24,0%) yang tidak siap, sedangkan dari 20 responden yang mempunyai kondisi tidak baik, 5 orang (25,0%) mempunyai kesiapan mental dalam menghadapi menopouse dan 15 orang (75,0%) yang tidak siap. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% di peroleh nilai p-value 0.002 yang berarti lebih kecil dari α – value (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kondisi terhadap kesiapan mental wanita pra menopause menghadapi menopause di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
C. Pembahasan 1. Pengaruh Tanggung Jawab Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa dari 24 responden yang bertanggung jawab, 24 orang ( 100%) mempunyai kesiapan mental dalam
menghadapi menopouse, sedangkan dari 21 responden yang tidak ada tanggung jawab, 21 orang (100%) yang tidak mempunyai kesiapan mental dalam menghadapi menopouse. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% di peroleh nilai p-value 0.000 yang berarti lebih kecil dari α – value (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara tanggung jawab terhadap kesiapan mental wanita pra menopause menghadapi menopause di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Penelitian sejenis yang peneliti temui adalah penelitian yang dilakukan Angkasa (2008) dengan judul penelitian “Hubungan Tanggung Jawab Ibu Dalam Menghadapi Masa Klimakterium Di Desa Di Wilayah Kerja Kepala Pitu Kabupaten Toraja Utara”. Didapatkan ada hubungan antara tanggung jawab ibu dalam menghadapi klimakteriun (p-value = 0.049). Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta menanggung akibatnya. Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya sikap tanggung jawab karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam ( Peby, 2012 ).
Peneliti berasumsi bahwa tanggung jawab ibu mempengaruhi kesiapan mental ibu dalam menghadapi masa pra menopause, sebab tanggung jawab dalam diri individu yang dapat menentukan bagaimana sikap ibu tersebut dalam menghadapi hal – hal atau keluhan yang akan dialami dalam masa sebelum menopause. Agar tanggung jawab benar menjadi faktor motivator bagi diri sendiri, dengan membiarkan diri sendiri menimbulkan perasaan tanggung jawab. Agar dia mampu menghadapi berbagai situasi. Pada penelitian yang peneliti lakukan di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh di dapatkan hasil uji statistic chi-square 0.000 yang berarti ada pengaruh antara tanggung jawab ibu terhadap kesiapan mental wanita pra menopause menghadapi menopause. 2. Pengaruh Pengakuan Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Berdasarkan tabel 5.7 diatas diketahui bahwa dari 24 responden yang ada Pengakuan, 24 orang ( 82,8%) mempunyai kesiapan mental dalam menghadapi menopouse dan 5 orang (17,2%), sedangkan dari 16 responden yang tidak ada pengakuan,16 orang (35,6%) yang tidak siap. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% di peroleh nilai p-value 0.000 yang berarti lebih kecil dari α – value (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara pengakuan terhadap kesiapan mental wanita pra menopause Menghadapi menopause di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda.
Penelitian sejenis yang peneliti temui adalah penelitian yang dilakukan Rini Sugiarti (2008) dengan judul penelitian “Pengaruh Pengakuan diri dan dukungan keluarga terhadap kecemasan menghadapi menopouse”. Didapatkan ada hubungan antara Pengakuan diri menghadapi menopouse
(p-value =
0.016). Pengakuan merupakan lanjutan dari keberhasilan pelaksanaan, seseorang harus memberi pernyataan pengakuan terhadap dirinya sendiri, Karakter setiap manusia, apalagi seorang wanita Pra menopouse pasti lebih menyukai mendapat penghargaan yang sifatnya berwujud maupun tidak berwujud Maka, tidak salah bila pujian yang merupakan penghargaan menjadi salah satu bentuk motivasi bagi seorang wanita, Manakala seorang wanita mendapatkan penghargaan secara langsung dari lingkungannya. Karena itu, pemberian penghargaan berupa pujian berperan sangat signifikan dalam upaya peningkatan motivasi, Dan hal itu akan memberikan semangat bagi ibu pra menopouse terhadap pekerjaan dan kesiapan mental (Abu, 2012 ). Peneliti berasumsi bahwa pengakuan atau hal – hal yang dikeluhkan oleh ibu mempunyai pengaruh terhadap kesiapan mental wanita pra menopause dalam menghadapi masa menopause dimana banyak ibu – ibu yang mengeluhkan bahwa pada saat umur ibu sekitar 50 tahun ibu sudah merasa bahwa dirinya tidak berguna, tidak bisa membahagiakan suami, merasa dirinya tidak cantik lagi dan banyak lagi hal lainnya. Akan tetapi pada penelitian yang peneliti lakukan di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh didapatkan hasil uji statistic chi-square 0.000 yang berarti ada pengaruh
pengakuan terhadap kesiapan mental wanita pra menopause dalam menghadapi menopause. 3. Pengaruh Kondisi Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Berdasarkan tabel 5.9 diatas diketahui bahwa dari 25 responden yang mempunyai kondisi baik, 19 orang (76,0%) mempunyai kesiapan mental dalam menghadapi menopouse dan 6 orang (24,0%) pyang tidak siap, sedangkan dari 20 responden yang mempunyai kondisi tidak baik, 5 orang (25,0%) mempunyai kesiapan mental dalam menghadapi menopouse dan 15 orang (75,0%) yang tidak siap. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% di peroleh nilai p-value 0.002 yang berarti lebih kecil dari α – value (0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kondisi terhadap kesiapan mental wanita pra menopause menghadapi menopause di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
Penelitian lain yang peneliti temui yaitu penelitian Candrawinata (2005) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara kondisi disekitar ibu tinggal dengan kesiapan mental ibu dalam menghadapi gejala – gejala masa pra menopause. Dapat dilihat dari hasil uji statistic dengan menggunakan uji – chiquare p-value 0.031 dengan tingkat kepercayaan 95%. Masing-masing orang dapat berperan dalam berbagai hal agar keadaan masing-masing menjadi lebih sesuai. Misalnya ruangan khusus bagi unitnya,
penerangan, perabotan suhu udara dan kondisi fisik lainnya. Menurut Hezberg seandainya kondisi lingkungan yang baik dapat tercipta, prestasi yang tinggi dapat tercipta, prestasi tinggi dapat dihasilkan melalui kosentrasi pada kebutuhan-kebutuhan ego dan perwujudan diri yang lebih tinggi (Ivvench, 2008). Peneliti berasumsi bahwa kesiapan mental ibu pra menopause dalam menghadapi masa menopause salah satunya dipengaruhi oleh faktor motivasi instrintik yaitu kondisi lingkungan ibu itu sendiri. Jika kondisi lingkungan ibu tinggal nyaman dan bisa memberikan dukungan dan motivasi kepada ibu maka akan lebih mudah dan percaya diri bagi ibu dalam menghadapi gejala – gejala pada masa pra atau pun masa menopause. pada penelitian yang peneliti lakukan di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala didapat hasil uji statistic p – value 0,002 yang berarti ada pengaruh antara kondisi lingkungan terhadap kesiapan mental wanita pra menopause dalam menghadapi masa menopause.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
D. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil penelitian pada bab sebelumnya, didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada Pengaruh Tanggung Jawab Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji statistic chi-square dengan nilai p-value = 0.000 yang berarti lebih besar dari α – value 0.05. 2. Ada Pengaruh Pengakuan Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji statistic chi-square dengan nilai p-value = 0.000 yang berarti lebih besar dari α – value 0.05. 3. Ada Pengaruh Kondisi Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji statistic chi-square dengan nilai p-value = 0.002yang berarti lebih besar dari α – value 0.05.
E. Saran 1. Bagi Responden Diharapkan kepada responden agar mempersiapkan diri dan meningkatkan tanggung jawab. Pengakuan diri dalam menghadapi menopause. di desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh 2. Bagi institusi pendidikan Diharapkan agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian terhadap teori yang telah diperoleh mahasiswi selama mengikuti kegiatan belajar mengajar sekaligus sebagai bahan bacaan di perpustakaan institusi pendidikan. 3. Bagi tokoh masyarakat Untuk menjaga kondisi lingkungan tempat ibu tinggal agar peran ibu lebih siap dan nyaman dalam menghadapi masa menopause.
DAFTAR PUSTAKA Abu Nadir, 2012 Perlunya Penghargaan Bagi Siswa: Jakarta diakses tanggal 30 maret 2013 Achadiat, 2007 Data Penduduk Indonesia Pra Menopouse, http://www.Google.com. di akses pada tanggal 27 Desember 2012 Anwar Prabu, 2009 Evaluasi Kinerja SDM, PT Refika Aditama: Bandung Anonimous, 2012 Pengertian Lingkungan Kerja, Copyright © 2011 Powered by Blogger diakses 30 maret 2013 Budiarto Eko, 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat, buku kedokteran EGC: Jakarta Depkes RI, 2005, Menopouse, Jakarta Dinkes NAD, 2008 Data Provinsi Aceh Menopouse, http://www.Google.com. di akses pada tanggal 12 januari 2013 Hanafi, Mahmud,Kepemimpinan 2003. Erlangga: Jakarta Hidayat Alimul, 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data, Salemba medika: Jakarta Ivancevich M.John, dkk 2006 Prilaku dan Manajement Organisasi , Edisi Ketujuh, Erlangga: Jakarta Jeusafaria, 2012. Makalah Pra Menopouse Wanita, Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger diakses 15 Januari 2013 Kompas, 2008 WHO, http://www.Google.com. di akses pada tanggal 27 Desember 2012 Maimunah Siti, 2005. Kamus Istilah Saku Kebidanan: Jakarta Notoadmodjo Soekidjo, 2007 Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku, PT Rineka Cipta: Jakarta Notoadmojo soekidjo, 2005 Metodelogi Penelitian. PT Rineka Cipta: Jakarta Peby, 2012 Pengertian Dan Macam – Macam Tanggung Jawab: Jakarta diakses tanggal 30 maret 2013
Prawirohardjo Sarwono, 2008. Ilmu Kandungan, edisi keenam, Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta Petra, 2004. Analisa pengaruh status pernikahan terhadap motivasi dan produktivitas karyawan restoran Imari di JW Marriott Surabaya,
[email protected]. diakses 24 januari 2013 Rima, 2010. Kenali Gejala Awal Sebelum Menopause Tiba, Tentang Kami l @2010 RIMAnews.com. diakses 15 Januari 2013 Rian, 2010. Menjaga Kesehatan Mental, Kuliahpsikologi.dekRizky.com dan irwan.web. id.diakses 24 januari 2013
Tiran, 2005. Kamus Saku Bidan, edisi 10: Jakarta Teguh Setiawan, 2007. Hubungan Antara Karakteristik Individu Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Bayumanik: Semarang diakses tanggal 30 Maret 2013
Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth, Calon Responden Penelitian Di,Tempat Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Siti Julita Nim
: 10010090
Adalah mahasiswi akademi kebidanan STIKes U’Budiyah yang akan mengadakan penelitian untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh ahli madya kebidanan. Adapun penelitian yang dimaksud berjudul “Pengaruh Motivasi Instrinsik Dan Ekstrinsik Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopouse Di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh”. Untuk maksud tersebut saya memerlukan data atau informasi yang nyata dan akurat dari ibu melalui pengisian observasi yang saya lampirkan dalam surat ini. Ibu berhak berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini, namun demikian penelitian ini sangat berdampak positif terhadap kemajuan dalam bidang kebidanan bila semua pihak ikut berpartisipasi. Ibu setuju terlibat dalam penelitian ini, mohon menandatangani lembar persetujuan yang di sediakan. Kesediaan ibu menjadi responden sangat saya harapkan, atas kerja samanya saya ucapkan terimakasih. Diploma III Kebidanan U’Budiyah Peneliti,
(Siti Julita)
Lampiran 2
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah bersedia menjadi responden yang akan di lakukan oleh mahasiswa akademi STIKes U’Budiyah Banda Aceh :
Nama
: Siti Julita
Nim
: 10010090
Judul
: “Pengaruh Motivasi Instrinsik Dan Ekstrinsik Terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopouse Menghadapi Menopouse Di Desa Tibang Kecamaatan Syiah Kuala Banda Aceh”.
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya bagi pengembangan Kebidanan di Indonesia dan Aceh khususnya. Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden bagi saya semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Banda Aceh, April 2013 Responden
(………………………)
Lampiran 3 KUESIONER PENGARUH MOTIVASI INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK TERHADAP KESIAPAN MENTAL WANITA PRA MENOPOUSE MENGHADAPI MENOPOUSE DI DESA TIBANG KECAMATAN SYIAH KUALA BANDA ACEH Tgl. Wawancara
:
No. Identitas Responden
:
A. Identitas Responden Umur ibu
:
Pekerjaan ibu
:
Alamat
:
Pendidikan
: SD S
SMP
SMA
LAIN-LAIN
Petunjuk Soal. 1. Berilah tanda ceklist ( √ ) pada item jawaban yang anda pilih. B. Status 1. Apakah status ibu sekarang Kawin
Tidak Kawin
Janda
2. Berilah tanda ceklist ( √ ) pada item jawaban yang anda pilih. STS
= Sangat Tidak Setuju
TS
= Tidak Setuju
R
= Ragu - Ragu
S
= Setuju
SS
= Sangat Setuju
C. Kesiapan Mental No 2.
Pertanyaan Saya
Khawatir
tidak
dapat
STS
TS
R
S
SS
STS
TS
R
S
SS
memenuhi
kebutuhan seksual pada saat Pra Menopouse 3.
Saya Mengalami perasaan kurang enak / tidak nyaman tanpa alasan dalam menghapi masa Pra Menopouse
4.
Saya
Mengalami
gangguan
tidur
saat
menghadapi pada masa Pra Menopouse 5.
Saya mengganggap Pra Menopouse sebagai suatu hal yang akan mengancam kehidupan saya
6.
Saya tidak cemas menghadapi Pra Menopouse meskipun sering dikaitkan dengan usia rentan akan penyakit
D. Tanggung Jawab No
Pertanyaan
7.
Saya mampu memenuhi kebutuhan seksual suami pada Pra Menopouse
8.
Saya mampu melakukan aktivitas Rumah Tangga pada saat Pra Menopouse
9.
Saya tidak akan berolah raga untuk menurunkn berat badan pada saat Pra Menopouse
10. Saya mampu bersosialisasi dengan masyarakat pada saat Pra Menopouse 11. Saya akan memperbanyak mengkonsumsi buah – buahan pada saat masa Pra Menopouse
E. Pengakuan No Pertanyaan
STS
TS
R
S
SS
STS
TS
R
S
SS
12. Menurut saya pengetahuan tentang Reproduksi wanita Pra Menopouse tidak terlalu penting 13. Saya akan berobat ke Dokter untuk memastikan saat datangnya Pra Menopouse 14. Saya akan mengkonsumsi obat – obatan untuk mencegah proses penuan 15. Saya
tidak
malu
menghadapi
masa
Pra
Menopouse 16. Saya
dapat
menyesuaikan
diri
dengan
perubahan yang terjadi saat Pra Menopouse
F. Kondisi No Pertanyaan 17. Saya akan selalu mengikuti berbagai kegiatan masyarakat di saat masa Pra Menopouse 18. Saya
khawatir
bahwa
ketertarikan
suami
terhadap saya pada saat Pra Menopouse tidak akan sama seperti ketika saat muda dahulu 19. Saya akan selalu percaya diri dalam bergaul dengan masyarakat sekitar pada saat masa Pra Menopouse 20. Saya tidak akan mengasingkan diri dari masyarakat pada saat masa Pra Menopouse 21. Saya tidak akan berekreasi dengan anak – anak dan suami saat masa Pra Menopouse
SPSS OUT PUT
ANALISA UNIVARIAT Frequencies Statistics Kesiapanmenta Tanggung_jaw l ab
Status N
Valid
45
45
45
45
0
0
0
0
0
25
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
50
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
75
1.0000
2.0000
2.0000
2.0000
2.0000
Frequency Table
Kesiapanmental
Frequency Valid
Kondisi
45
Missing Percentiles
Pengakuan
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Siap
24
53.3
53.3
53.3
Tidak siap
21
46.7
46.7
100.0
Total
45
100.0
100.0
Tanggung_jawab
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Ada
24
53.3
53.3
53.3
Tidak ada
21
46.7
46.7
100.0
Total
45
100.0
100.0
Pengakuan
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Ada
29
64.4
64.4
64.4
Tidak ada
16
35.6
35.6
100.0
Total
45
100.0
100.0
Kondisi
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Baik
25
55.6
55.6
55.6
Tidak baik
20
44.4
44.4
100.0
Total
45
100.0
100.0
SPSS OUT PUT
ANALISA BIVARIAT Crosstabs
Case Processing Summary Cases Valid N Tanggung_jawab * Kesiapanmental
Missing
Percent 45
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 45
100.0%
Tanggung_jawab * Kesiapanmental Crosstabulation Kesiapanmental Siap Tanggung_jawab
Ada
Count
Total
24
0
24
12.8
11.2
24.0
% within Tanggung_jawab
100.0%
.0%
100.0%
% within Kesiapanmental
100.0%
.0%
53.3%
53.3%
.0%
53.3%
0
21
21
11.2
9.8
21.0
Expected Count
% of Total Tidak ada
Tidak siap
Count Expected Count
Total
% within Tanggung_jawab
.0%
100.0%
100.0%
% within Kesiapanmental
.0%
100.0%
46.7%
% of Total
.0%
46.7%
46.7%
24
21
45
24.0
21.0
45.0
% within Tanggung_jawab
53.3%
46.7%
100.0%
% within Kesiapanmental
100.0%
100.0%
100.0%
53.3%
46.7%
100.0%
Count Expected Count
% of Total
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1sided) sided) sided)
df
45.000a
1
.000
Continuity Correctionb
41.072
1
.000
Likelihood Ratio
62.183
1
.000
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
.000 44.000
N of Valid Casesb
1
.000
45
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,80. b. Computed only for a 2x2 table
.000
Crosstabs
Case Processing Summary Cases Valid N Pengakuan * Kesiapanmental
Missing
Percent 45
100.0%
N
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 45
100.0%
Pengakuan * Kesiapanmental Crosstabulation Kesiapanmental Siap Pengakuan
Ada
Count Expected Count % within Pengakuan % within Kesiapanmental % of Total
Tidak ada
Count Expected Count % within Pengakuan
Tidak siap
Total
24
5
29
15.5
13.5
29.0
82.8%
17.2%
100.0%
100.0%
23.8%
64.4%
53.3%
11.1%
64.4%
0
16
16
8.5
7.5
16.0
.0%
100.0%
100.0%
Total
% within Kesiapanmental
.0%
76.2%
35.6%
% of Total
.0%
35.6%
35.6%
24
21
45
24.0
21.0
45.0
53.3%
46.7%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
53.3%
46.7%
100.0%
Count Expected Count % within Pengakuan % within Kesiapanmental % of Total
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
df
28.374a
1
.000
Continuity Correctionb
25.147
1
.000
Likelihood Ratio
35.521
1
.000
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
Exact Sig. (1-sided)
.000 27.744
N of Valid Casesb
1
.000
45
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,47. b. Computed only for a 2x2 table Crosstabs
.000
Case Processing Summary Cases Valid N Kondisi * Kesiapanmental
Missing
Percent 45
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 45
Kondisi * Kesiapanmental Crosstabulation Kesiapanmental Siap Kondisi
Baik
Count
Tidak siap
Total
19
6
25
13.3
11.7
25.0
% within Kondisi
76.0%
24.0%
100.0%
% within Kesiapanmental
79.2%
28.6%
55.6%
% of Total
42.2%
13.3%
55.6%
5
15
20
10.7
9.3
20.0
% within Kondisi
25.0%
75.0%
100.0%
% within Kesiapanmental
20.8%
71.4%
44.4%
% of Total
11.1%
33.3%
44.4%
Expected Count
Tidak baik Count Expected Count
100.0%
Total
Count
24
21
45
24.0
21.0
45.0
53.3%
46.7%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
53.3%
46.7%
100.0%
Expected Count % within Kondisi % within Kesiapanmental % of Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square
df
11.612a
1
.001
9.653
1
.002
12.136
1
.000
Continuity Correctionb Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. sided) (2-sided)
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
Exact Sig. (1-sided)
.001 11.354
N of Valid Casesb
1
.001
45
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,33. b. Computed only for a 2x2 table
.001
BIODATA PENULIS A.Identitas Diri Nama Lengkap
: SITI JULITA
Nim
: 10010090
Tempat / Tgl.Lahir : Alur Jambu,17 September 1990 Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jln.Rawa Sakti 3 No : 52 Jeulingke Kec.Syiah Kuala
Banda
Aceh B.Identitas Orang Tua Nama Orang Tua : a. Ayah
: Syafaruddin
b. Ibu
: Ramlah
c. Alamat
: Desa Alur Jambu Kec.Bandar Pusaka Kab.Aceh Tamiang
C. Riwayat Pendidikan : a. Tahun 1997 – 2003 : SD Negeri Alur Jambu Bandar Pusaka AcehTamiang b. Tahun 2003 – 2006 : SMP Negeri 1 Kuala Simpang Aceh Tamiang c. Tahun 2006 – 2009 : SMA Negeri 2 Kejuruan Muda Aceh Tamiang d. Tahun 2010 -2013 : Stikes U’budiyah Banda Aceh Kebidanan