HUBUNGAN UMUR,PARITAS DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA WANITA USIA SUBUR DI GAMPONG KLIENG COT ARON KECAMATAN BAITUSSALAM ACEH BESAR TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Oleh :
GIDUL SULIAWATI 121010210125
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013
ABSTRAK HUBUNGAN UMUR,PARITAS DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA WANITA USIA SUBUR DI GAMPONG KLIENG COT ARON KECAMATAN BAITUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR Gidul Suliawati¹, Ismail² xii + 55 Halaman : 12 Tabel, 2 Gambar, 12 Lampiran Latar Belakang : Dismenore merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang,punggung bagian bawah dan paha.Dismenore lebih jarang terjadi pada mereka yang sudah pernah melahirkan anak atau minum pil pengendali kelahiran.Dismenore akan meningkat pada wanita yang mengalami kegemukan,kurang nutrisi,peminum kopi,alkohol,perokok,tidak aktif secara seksual dan tidak pernah melahirkan. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan umur, paritas dan status gizi dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif dan analitik dengan menggunakan desain cross sectional, dengan populasi 205 WUS, sampel dalam penelitian ini adalah 205orang WUS. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Cara pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner dan wawancara Penelitian ini telah dilaksanakan di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar pada tanggal 08 s/d 10 Februari 2014. Hasil Penelitian:Hasil penelitian hubungan umur dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur bahwa dari 73 responden yang pada kategori remaja akhir sering mengalami dismenore sebanyak 1 responden (1.4 %). Hubungan paritas dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur bahwa dari 71 responden yang pada kategori Nulipara sering mengalami dismenore sebanyak 69 responden (97.2%) dan Hubungan status gizi dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur bahwa dan dari 67 responden dengan status gizi obesitas sering mengalami dismenore sebanyak 33 responden (49.3%). Kesimpulan dan Saran :Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur (P = 0.000), paritas (P = 0,000) dan status gizi (P = 0,001) dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur, diharapkan dapat menambah wawasan khususnya dalam kejadian dismenore. Kata Kunci : Dismenore, Umur, Paritas Dan Status Gizi Sumber : 38 dari Buku (2001-2010) + 4 Internet 1. Mahasiswi Prodi D-IV Kebidanan U’Budiyah 2. Dosen Pembimbing Prodi D-IV Kebidanan U’Budiyah
ABSTRACT RELATIONSHIP AGE , PARITY AND NUTRITIONAL STATUS IN THE EVENT DYSMENORRHEA WOMEN OF CHILDBEARING AGE IN GAMPONG KLIENG DISTRICT COT ARON BAITUSSALAM DISTRICT OF ACEH Gidul Suliawati ¹ , Ismail² xii + 55 pages : 12 Tables , Figure 2 , Appendix 12 Background : Dysmenorrhea is lower abdominal pain that sometimes the pain extends to the waist, lower back and paha.Dismenore less common in those who had ever given birth to a child or drinking kelahiran.Dismenore control pills will increase in women who are overweight, undernourished , coffee drinkers, alcohol, smoking, not sexually active and have never given birth. Objective: The relationship of age , parity and nutritional status with the incidence of dysmenorrhea in women of childbearing age in the Village Klieng Cot Aron Baitussalam District of Aceh Besar in 2013 Methods: This study used a descriptive and analytical survey method using a cross-sectional design , with a population of 205 WUS , the sample in this study was 205orang WUS . The sampling technique is the total sampling . The data collected by distributing questionnaires and interviews of this research has been conducted in the Village Klieng Cot Aron Baitussalam District of Aceh Besar district on December 08, s / d February 10, 2014 Results: The results of univariate analysis of dysmenorrhea that 104 people ( 50.7 % ) . Age late teens as many as 73 people ( 35.6 ) . Primiparous parity by 74 people ( 36.1 % ) . Nutritional status nutritional status obesity by 67 people ( 32.7 % ) and bivariate analysis based on the relationship of age to the incidence of dysmenorrhea in women of childbearing age that of the 73 respondents in the category of late adolescents often experience dysmenorrhea as one respondent ( 1.4 % ) . Parity relationship with the incidence of dysmenorrhea in women of childbearing age that of the 71 respondents were in the category of nulliparous often experience dysmenorrhea by 69 respondents ( 97.2 % ) and nutritional status relationship with the incidence of dysmenorrhea in women of childbearing age and of 67 respondents that the nutritional status of obese often experience dysmenorrhea total of 33 respondents ( 49.3 % ) . Conclusions and Recommendations : Based on the results of this study concluded that there is a relationship between age , parity and nutritional status with the incidence of dysmenorrhea in women of childbearing age , women of childbearing age are expected to receive more counseling about dimenore Keywords : Dysmenorrhea , age , parity and Nutritional Status Sources : 38 from the Book ( 2001-2010 ) + 4 Free 1 . Prodi D - IV student of Midwifery U'Budiyah 2 . Supervisor Prodi D - IV Midwifery U'Budiyah
KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT dengan berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “HUBUNGAN UMUR, PARITAS DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA WANITA USIA SUBUR DI GAMPONG KLIENG COT ARON KECAMATAN BAITUSSALAM ACEH BESAR TAHUN 2013”. Dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak menerima bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun skripsi ini, masih banyak kekurangan-kekurangan yang ada. Kritik dan saran yang membangun, peneliti harapkan agar dapat memperbaiki skripsi ini dan pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1.
Bapak Dedi Zefrijal, S.T selaku ketua Yayasan Pendidikan U’budiyah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) U’budiyah Banda Aceh
2.
Ibu Marniati, M.Kes selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) U’Budiyah Banda Aceh
3.
Raudhatun Nuzul ZA, S.ST selaku ketua Prodi D-IV Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) U’Budiyah Banda Aceh
4.
Bapak Ismail, SKM, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini
5.
Ibu Magfirah, SST. MPH penguji I skripsi yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
6.
Bapak Mustafa, SKM, M.Kes selaku penguji II skripsi yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
7.
Ayahanda dan ibunda tercinta serta keluarga yang telah memberikan dorongan dan do’a.
8.
Suami dan ananda tercinta yang telah memberikan dukungan dan doanya.
9.
Teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu sehingga selesainya penulisan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kesalahan baik dalam
merangkai kata maupun dalam pengetikannya. Oleh karena itu, peneliti dengan lapang dada dan tangan terbuka menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun guna melengkapnya karya skripsi ini dan harapan peneliti skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Aamiin Yarabbal ‘alamin
Banda Aceh, Februari 2014 Penulis
GIDUL SULIAWATI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................... i ABSTRACK........................................................................................... ii PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................ PENGESAHAN PENGUJI. .......................................................................... KATA PENGANTAR.................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................... DAFTAR TABEL............................................................................................ DAFTAR GAMBAR....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.................................................................................... B. Rumusan Masalah............................................................................... C. Tujuan Penulisan................................................................................. D. Manfaat Penulisan..............................................................................
iv vi vii ix x xi xii 1 4 5 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Dismenore............................................................................................ 7 2. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dismenore....................... 12 3. Konsep WUS........................................................................................ 31 4. Kerangka Teori..................................................................................... 34 5. Kerangka Konsep................................................................................. 35 6. Hipotesis Penelitian................................................................................36 7. Definisi Operasional............................................................................. 37 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian..................................................................................... B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ C. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................ D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data....................................................... E. Pengolahan dan Analisa Data.............................................................. 1. Pengolahan Data.............................................................................. 2. Analisa Data.....................................................................................
38 38 38 39 39 39 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian......................................................................................42 B. Pembahasan............................................................................................48 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................ 54 B. Saran...................................................................................................... 54 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Penilaian status gizi antropometri berdasarkan indeks BB/TB, TB/U, dan BB/U.......................................................................................
27
Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas IMT untuk indonesia....................................
27 28
Tabel 2.3 Definisi Operasional.............................................................................
27 37
Tabel 4.1 Distribusi Pendidikan Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013................................................
27 42
Tabel 4.2 Distribusi Pekerjaan Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013.................................................
27 29
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dismenore Pada Wanita Usia Subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013.....................................................................................
27
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Umur Pada Wanita Usia Subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013................................................................................................. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Paritas Pada Wanita Usia Subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013................................................................................................ Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Wanita Usia Subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013..................................................................................... Tabel 4.7 Hubungan Umur Dengan Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013.............................................................................. Tabel 4.8 Hubungan Paritas Dengan Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia ubur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013............................................................................. Tabel 4.9 Hubungan Umur Dengan Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013............................................................................
29 27 29 27 29 27 29 27 29 27 29 27 29 27
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori......................................................................
34
Gambar 2.2 Kerangka Konsep..................................................................
25
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Permohonan Menjadi Respoden
Lampiran 2
: Persetujuan Menjadi Respoden
Lampiran 3
: Lembaran Kuesioner
Lampiran 4
: Tabel Skor Kuesioner
Lampiran 5
: Master Tabel
Lampiran 6
: Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 7
: Surat Balasan Pengambilan Data Awal
Lampiran 8
: Surat Penelitian
Lampiran 9
: Surat Selesai Penelitian
Lampiran 10 : Lembar Konsul Lampiran 11 : Daftar Hadir Seminar Lampiran 12 : Biodata
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan menstruasi disertai keluhan sehingga mengakibatkan rasa ketidaknyamanan berupa dismenore. Dismenore merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di Amerika persentase kejadian dismenore sekitar 60%, Swedia 72% dan di Indonesia 55%. Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dismenore dialami oleh 30%50% wanita usia reproduksi dan 10%-15% diantaranya kehilangan kesempatan kerja, mengganggu kegiatan belajar di sekolah dan kehidupan keluarga. Begitu pula angka kejadian dismenore di Indonesia cukup tinggi, namun yang berobat ke pelayanan kesehatan sangatlah sedikit, yaitu hanya 1% - 2% (Abidin,2004).
Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dismenore dialami oleh 30%-50% wanita usia reproduksi dan 10%-15% diantaranya kehilangan kesempatan kerja, mengganggu kegiatan belajar disekolah dan kehidupan keluarga. Begitu pula angka kejadian dismenore diIndonesia cukup tinggi, namun yang berobat ke pelayanan kesehatan sangatlah sedikit,yaitu hanya 1% 2% (Henderson, 2005).
Dismenore adalah kejang perut bagian bawah yang hebat dan sangat sakit terjadi sebelum atau selama menstruasi.Lebih mungkin terjadi pada wanita yang mempunyai saudara satu generasi diatasnya yang mengalami dismenore dan lebih jarang terjadi pada mereka yang sudah pernah melahirkan anak atau minum pil pengendali kelahiran (Rayburn, 2001). Sekitar 50% dari wanita yang sedang haid mengalami dismenore, dan 10% mempunyai gejala yang hebat sehingga memerlukan istirahat di tempat tidur.Wanita dengan dismenore mempunyai lebih banyak hari libur kerja dan prestasinya kurang begitu baik di sekolah dari pada wanita yang tidak mengalaminya (Hacker, 2001).Dismenore mungkin merupakan keluhan ginekologi yang umum terjadi, menyerang 75% dari seluruh wanita, dimana 50% mengalami gejala ringan, 30% mengalami gejala sedang, dan 20% mengalami gejala berat. Intensitas dismenore dapat berkurang setelah hamil atau pada usia sekitar 30 tahun (Baradero, 2008). Astuti (2005), menyatakan bahwa dismenore akan meningkat pada wanita yang mangalami kegemukan, kurang nutrisi, peminum kopi dan alkohol, perokok, tidak aktif secara seksual dan tidak pernah melahirkan juga dialami oleh wanita yang dalam keluarga mempunyai riwayat dismenore dan olahraga dapat mengurangi nyeri dismenore dapat segera menghilang setelah perkawinan dan jarang menetap setelah melahirkan. Dismenore primer dialami oleh 60-75% wanita muda. Pada 75% wanita yang mengalaminya intensitas kram ringan atau sedang, sedangkan pada 25% nyerinya berat dan membuat penderita tidak berdaya.Dismenore primer
biasanya terjadi pada perempuan muda nulipara dengan pemeriksaan pelvis normal (Llewellyn, 2001).Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore dan penyebabnya adalah endometritis, fibroid,adenomiosis, peradangan tuba fallopi, perlekatan abnormal antara organ diperut dan pemakaian IUD(Intra Uterin Device) (Wirawan, 2007) Perempuan semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi maka leher rahim bertambah lebar, sehingga pada usia tua kejadian dismenore jarang ditemukan. Menarche pada usia lebih awal (< 12 tahun) menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi(Bare dan Smeltzer, 2002). Status Gizi merupakan faktor risiko terjadinya dismenore. Pada wanita yang memilki kelebihan berat badan terjadi hyperplasia pembuluh darah pada organ reproduksi sehingga dapat mengakibatkan dismenore (Novia & Puspitasari, 2008). Selain itu, menurut Jeffcoate wanita dengan indeks massa tubuh lebih dari normal memiliki kadar prostaglandin yang tinggi dapat memicu terjadinya dismenore (Nataria, 2011). Namun di sisi lain ternyata seseorang dengan underweight juga dapat mengalami dismenorea primer (Tangchai, Titapant, & Boriboonhirunsarn, 2004). Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan mengalami penurunan, serta menyebabkan leher rahim melebar sehingga sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang. Oleh sebab itu semakin sering
seorang perempuan melahirkan atau semakin sering seorang perempuan mengalami kehamilan, maka semakin kecil resiko dismenore terjadi padanya (Tangchai, 2004). Dari hasil survei awal di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar didapatkan jumlah penduduk sebanyak 822 orang, jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) sebanyak 150 orang dan jumlah WUS (Wanita Usia Subur) adalah 205 orang. Data dari bulan Januari sampai dengan November 2013 jumlah kunjungan pasien dengan keluhan nyeri perut bagian bawah di sertai dengan mual dan pusing pada saat mentruasi sebanyak 19 orang, dan rata-rata pasien tersebut berusia antara 18-20 tahun (Data Polindes Gampong Klieng Cot Aron, 2013) Berdasarkan uraian dan fenomena diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Hubungan umur, paritas dan status gizi dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu ” Apakah ada hubungan antara umur, paritas dan status gizi dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan umur, paritas dan status gizi dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan umur dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar tahun 2013. b. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar tahun 2013. c. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan dan peningkatan keterampilan dalam penulisan Skripsi di Jurusan Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh. 2. Tempat penelitian Dapat dijadikan bahan masukan bagi tempat penelitian mengenai umur, paritas, status gizi dan dismenore.
3. Institusi pendidikan Untuk menambah literatur atau bacaan di perpustakaan mengenai umur, paritas, status gizi dan dismenore dan juga sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Dismenore 1. Pengertian dismenore Istilah dismenore berasal dari bahasa “Greek” yaitu dysmenorrhoea, yang artinya adalah dys (gangguan nyeri yang hebat), meno (bulan), rrhoea (aliran).Dismenore
adalah
gangguan
aliran
haid
atau
nyeri
haid
(Widjanarko, 2006).Sedangkan menurut Dorland (2005),dismenore adalah haid yang nyeri. Menurut Manuaba (2005),dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Mansjoer (2001),dismenore adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur.Morgan (2009) mendefinisikan sebagai menstruasi yang sangat nyeri, tidak berkaitan dengan penyebab fisik yang nyata. Definisi dismenore adalah kejang perut bagian bawah yang hebat dan sangat sakit terjadi sebelum atau selama menstruasi.Lebih mungkin terjadi pada wanita yang mempunyai saudara satu generasi diatasnya yang mengalami dismenore dan lebih jarang terjadi pada mereka yang sudah pernah melahirkan anak atau minum pil pengendali kelahiran (Rayburn, 2001). 2. Insidens Terjadi merata pada 40-80% wanita, dimana 5-10% mengalami dismenore berat dan tidak tertahankan (Morgan, 2009).Sedangkan menurut
Llewellyn (2002), dismenore spasmodik atau dismenore primer dialami oleh 60-75% wanita muda.Keadaan ini mengenai 60-70% dari wanita yang mengalami menstruasi (Rayburn, 2001). 3. Etiologi Berdasarkan teori, Jones (2009) mengatakan karena kekejangan otot rahim yang disebabkan aliran darah tidak lancar, terasa hebat saat keluarnya darah.Sedangkan menurut Morgan (2009) dismenore primer terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah tinggi, mencapai puncak maksimum pada awal menstruasi.Keadaan ini disebabkan oleh kelebihan
produksi
prostaglandin
oleh
endometrium
fase
sekresi,
menyebabkan perangsangan pada otot-otot polos, dan bukan disebabkan oleh penyebab organik (Rayburn, 2001). 4. Tanda dan Gejala Dismenore Dismenore merupakan nyeri siklis pada panggul atau abdomen bagian bawah nyeri dapat menjalar ke arah punggung dan paha bagian depan, terjadi sebelum atau selama periode haid (Widjanarko, 2006). Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncak dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih (Wirawan, 2007). Dismenore primer muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah, bersifat spasmoid yang dapat menyebar ke punggung atau paha
bagian dalam. Umumnya ketidaknyamanan dimulai 1-2 hari sebelum menstruasi, namun nyeri paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan mulai berkurang pada hari kedua, dimulai 1-3 tahun setelah menstruasi dan bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 23-27 tahun, lalu mulai mereda, umumnya terjadi pada wanita nulipara, kasus ini kerap menurun signifkasi setelah kelahiran anak, lebih sering terjadi pada wanita obesitas (Morgan, 2009). Gejala-gejalanya kram pada perut bagian bawah terutama selama 2 hari pertama haid, dan yang bisa menjalar ke punggung.Rasa mual, muntah, diare, lesu, dan sakit kepala adalah gejala-gejala yang menyertainya (Rayburn, 2001). 5. Jenis-Jenis Dismenore a. Dismenore primer Dismenore primer merupakan suatu ciri-ciri siklus ovulasi dan biasanya timbul pada 6 sampai 12 bulan setelah menarche (Hacker, 2001). Pada kasus dismenore primer pemeriksaan pelvis adalah normal (Scott, 2002). Semata-mata berkaitan dengan aspek hormonal yang mengendalikan uterus dan tidak dijumpai kelainan anatomis (Manuaba, 2008) Nyeri dismenore primer biasanya timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam 24 jam dan biasanya setelah 2-3 hari akan menghilang bersamaan dengan keluarnya darah haid (Wirawan, 2007). Dismenore primer sering dijumpai pada wanita dengan siklus haid berevolusi (Mansjoer, 2001).Dismenore primer
biasanya mulai pada saat siklus telah menjadi ovulasi dalam tahun-tahun pertama usia reproduksi dan siklus regular (Rayburn, 2001). Faktor-faktor etiologi terjadinya dismenore primer, diantaranya: 1) Faktor-faktor psikogenik Faktor-faktor pskologis dapat mengubah persepsi tetapi tidak bersifat khas bagi masalah dismenore (Hacker, 2001). 2) Hiperaktifitas otot uterus Dismenoreprimer
terjadi
akibat
endometrium
mengandung
prostaglandin dalam jumlah tinggi.Dibawah pengaruh progesterone selama fase luteal siklus menstruasi, endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat, mencapai tingkat maksimum pada awal menstruasi.Prostaglandin menyebabkan kontraksi miometrium yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah, mengakibatkan iskemia,disintegrasi endometrium, perdarahan dan nyeri (Morgan, 2009). 3) Faktor lainnya Keluhan dismenore akan meningkat pada wanita yang mengalami kegemukan, kurang nutrisi, peminum kopi dan alkohol, perokok, tidak aktif secara seksual dan tidak pernah melahirkan. Juga biasa dialami wanita yang dalam keluarga mempunyai riwayat dismenore (Astuti, 2005). Dismenore primer terjadi pada wanita usia antara 15-25 tahun dan kemudian hilang pada usia akhir 20-an atau awal 30-an. Dismenore
primer biasanya menghilang setelah perkawinan dan jarang menetap setelah melahirkan (Junizar dkk, 2001). b. Dismenore Sekunder Dismenore dimulai setelah usia 20 tahun, dan nyerinya bersifat unilateral (Morgan, 2009). Menurut Mansjoer (2001), terjadi pada usia tua dan berhubungan dengan kelainan pelvik.Dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada wanita yang lebih tua (tiga puluh tahun atau empat puluh tahun), dan dapat disertai dengan gejala yang lain, seperti :dispareunia, kemandulan, dan perdaraham abnormal (Hacker, 2001). Dismenore sekunder disebabkan oleh penyebab organik yang bisa diidentifikasi. Gejala sering timbul pada usia pertengahan atau lewat reproduksi setelah usia 20 tahun (Rayburn, 2001). 6. Pembagian Klinis a. Ringan: Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkankerja seharihari b. Sedang:Diperlukan
obat
penghilang
rasa
nyeri,
tanpa
perlu
meninggalkan pekerjaannya c. Berat: Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakitkepala, kram pinggang, diare, dan rasa tertekan (Manuaba, 2005). 7. Penatalakanaan Rasa nyeri juga dapat dikurangi dengan istirahat yang cukup, olahraga yang teratur, pemijatan, yoga, orgasme pada aktivitas seksual, dan kompres
hangat pada perut (Wirawan,2007).Jika pengobatan gagal mengurangi dismenore, maka pengobatan lain dapat dicoba. Sekitar 70% wanita menjalani neurektomi atau simpatektomi berhasil meredakan dismanore (Llewellyn, 2001).Pengobatan diarahkan kepada penyebab.Obat-obat antiinflamasi non-steroid atau kontrasepsi oral berguna terlepas dari etiologi.Antibiotika
berguna
bila
dicurigai
ada
penyakit-penyakit
peradangan dalam rongga panggul (Rayburn, 2001). Untuk beberapa kasus ringan, hampir semua kasus sedang dan beberapa kasus berat digunakan ibuprofen 400-800 mg setiap 6 jam, naproksen 250-500 mg setiap 6 jam, natrium naproksen 275-550 mg setiap 6 jam dan asam mefenamat 250-500 mg setiap 6 jam biasanya dapat mengurangi rasa nyeri (Benson dan Pernoll, 2009).
B. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dismenore Menurut Teori Srianti (2006), Hanifa (2005) dan Tangchai (2004) faktorfaktor yang berhubungan dengan dismenore adalah Umur, Paritas, dan Status Gizi. Dibawah ini ada beberapa Faktor-faktor yang berhubungan dengan dismenore, antara lain : 1. Umur a. Konsep umur Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang
mati. Contohnya, umur manusia dikatakan 15 tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh karena itu, umur itu diukur dari sejak ia lahir sampai saat ini (Aulia,2009). Jenis perhitungan usia di bagi menjadi : a) Usia kronologis Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia. b) Usia mental Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang. Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empattahun akan tetapi masih merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun, maka dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu tahun. c) Usia biologis Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang. Menstruasi pertama dalam bahasa kedokterannya menarche yang berhasil dari bahasa yunani yang berarti “Permulaan bulan”.Berlaku pada kisaran umur 12 tahun atau bahasa agama akhir balig (Aulia, 2009). Pendarahan (menstruasi) untuk pertama kali disebut menarch pada umur 12-13 tahun ( Manuaba, 1999).
Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-rata 12,5tahun. Statisik menunjukan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umur (Hanifa, 2005).Proses menstruasi bermula sekitar umur 12 atau 13 tahun walaupun ada yang lebih cepat sekitar umur 9 tahun dan selambat –lambatnya umur 16 tahun (Aulia, 2009). Menurut Harlow (1996) salah satu faktor resiko dismenore primer adalah menstruasi pertama pada usia amat dini (earlier age at menarche). Laurel D Edmundson (2006) telah mencatat faktor risiko pada dismenorea primer antara lain usia saat menstruasi pertama <12 tahun (Anugroho, 2008).Nyeri haid sering terjadi pada wanita usia muda,karena belum mencapai kematangan biologis (khususnya kematangan alat reproduksi yaitu pertumbuhan endometrium belum sempurna) dan psikologis. Dismenore primer biasanya mulai pada saat siklus telah menjadi ovulasi dalam tahun-tahun usia reproduksi dan siklus reguler (William F.Raybun, 2001). Puncak umur insiden wanita yang mengalami dismenore adalah 20 sampai 24 tahun (Neville F.Hacker, 2001). Frekwansi nyeri akan menurun sesuai dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena adanya kemunduran saraf rahim akibat penuaan (Llewellyn, 2001).
b. Pembagian umur Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009): 1) Masa balita
= 0 - 5 tahun
2) Masa kanak-kanak
= 5 - 11 tahun
3) Masa remaja Awal
=12 - 1 6 tahun
4) Masa remaja Akhir
=17 - 25 tahun
5) Masa dewasa Awal
=26- 35 tahun
6) Masa dewasa Akhir
=36- 45 tahun
7) Masa Lansia Awal
= 46- 55 tahun
8) Masa Lansia Akhir
= 56 - 65 tahun
9) Masa Manula
= 65 - sampai atas
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang
No.4
tahun
2005
tentang
pemberian
bantuan
penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan
adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas. Namun demikian masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk lanjut usia. Dalam penelitan ini digunakan batasan umur 56 tahun untuk menyatakan orang lanjut usia. c. Hubungan umur dengan kejadian dismenore Bedasarkan penelitian Srianti (2006) yang di lakukan terhadap 54 responden dengan variasi umur 12 – 29 tahun. Pada usia 12 – 14 tahun kami mendapat responden yang rata-rata mengalami menarche pada kisaran usia tersebut. Responden tersebut belum mengalami siklus yang teratur dan belum merasakan nyeri haid (dismenore). Hal ini dikarenakan belum sempurnanya sekresi hormonal pada portal hipotalamus Pada tingkat usia 12 tahun, beberapa responden telah mengalami nyeri haid (dismenore). Dengan lama nyeri 1-2 hari. Sedangkan pada tingkat usia 16 tahun rata-rata responden mengalami dismenore selama 1,08 hari. Hal disebabkan karena adanya respon hipotalamus pituitary ovarian endocrine axis, adanya respon folikel dalam ovarium dan fungsi uterus yang mulai normal( Srianti, 2006 ). Pada tingkat usia 17 terjadi peningkatan yang signifikan, dimana lama dismenore yang dirasakan oleh responden meningkat hingga 1,7 hari. Rata-rata pada usia ini seseorang telah dikatakan matang secara hormonal. Pada usia 18 dan 19 tahun responden mengalami penurunan
dismenore yaitu dalam jangka waktu 1,6 hari.Pada tingkatan usia yang lebih tinggi yaitu pada usia 20, 21 dan 22 lama nyeri haid (dismenore) yang dirasakan cukup fluktuatif, kurang lebih 1.6, 1.02, 1.04. Pada tingkat usia ini terjadi peningkatan lama dismenore dengan selisih yang tidak begitu signifikan( Srianti, 2006 ). Pada tingkat usia 23,dan 24 lama dismenore berkisar antara 0.66, dan 1.14.Pada tingkat usia 25 nyeri haid (dismenore) yang dirasakan ratarata 1,6 hari. Hal ini berkaitan erat dengan produktifitas sistem reproduksi wanita yang mana pada umur tersebut fungsi sistem reprodiksi telah sempurna.Sedangkan pada usia 26 rata-rata lama nyeri haid yang dirasakan adalah 2 hari. Dan jangka waktu dismenore ini kembali menurun pada usia 27 tahun menjadi 1 hari( Silvi, 2006 ). Pada usia 26,28 dan 29 merupakan puncak tertinggi lama dismenore dirasakan yaitu 2 hari. Terjadi variasi pada usia ini. Dimana pada usia ini sebagian responden telah menikah dan sebagian menggunakan KB. KB yang digunakan pun bervariasi.Pada kategori KB yang bersifat hormonal responden cenderung tidak merasakan dismenore saat menstruasi. Hal ini disebabkan karena KB yang bersifat hormonal, khususnya pil KB dan Susuk KB, mempunyai manfaat mengurangi atau meminimalisir terjadinya dismenore dan mempunyai cara kerja menekan terjadinya ovulasi. Proses terjadinya dismenore adalah setelah ovulasi dan sebelum terjadinya menstruasi. ( Sarwono, 2006 ).
Dikarenakan setelah terjadinya ovulasi, akan terjadi ketegangan pada
mulut
rahim
dan
mulut
rahim
menjadi
sempit(Ning
Harmanto.2009). Pada penggunaan KB hormonal, akseptor masih mengalami menstruasi namun tanpa adanya fase ovulasi. Pada proses kerjanya, KB hormonal bekerja untuk mencegah penebalan endometrium juga. Sehingga saat menstruasi, perdarahan sedikit dan tanpa adanya dismenore.Selain itu, KB hormonal setiap harinya mengeluarkan hormon dalam dosis kecil. Contoh, Implant. Implant per harinya hanya mengeluarkan 0,3 mg Levonorgestrel. Sehingga tidak akan terjadi kelebihan hormon dalam siklus menstruasi tersebut ( Leon,2003). Dan pada penggunaan KB dengan kategori AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) mengalami dismenore akibat mineral yang terkandung
dalam
KB
tersebut
dapat
meningkatkat
sekresi
prostaglandin.Selain itu, kerja kontraseptif dari IUD yaitu membuat radang steril di dalam uterus dikarenakan deposisi garam kalsium pada IUD
dapat
menghasilkan
endometrium(Leon,
sebuah
2005).Namun
struktur
penggunaan
yang
iritatif
AKDR
ini
bagi tidak
seterusnya mengalami nyeri haid yang sangat secara terus menerus. Dismenore yang sangat hanya dialami pasca pemasangan, sedangkan setelahnya mengalami dismenore namun tidak sampai mengganggu aktivitas (Ari Sulistyawati,2011). Dismenore yang terjadi pada hal ini dinamakan sebagai dismenore sekunder.Karena dismenore yang terjadi disebabkan oleh penggunaan AKDR (Debrytha Ayu, 2009).
Sedangkan dismenore yang terjadi pada kalangan umur remaja awal hingga tahap dewasa awal, disebut sebagai dismenore primer.Hal ini masih normal karena di dalam siklus menstruasi terdapat fase-fase yang dapat menyebabkan ketegangan pada mulut rahim sehingga terjadi dismenore. Selain itu,nyeri pada dismenore primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh hormon prostaglandin. Hormon prostaglandin itu sendiri mempengaruhi kontraksi pada rahim(Debrytha Ayu,2009) Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan melewati serviks, terutama jika saluran serviksnya sempit. Selain itu wanita yang mengalami dismenore memiliki kadar prostaglandin 5 – 13 kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak mengalami dismenore(Debrytha Ayu,2009). 2. Paritas a. Pengertian Kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario, yang berarti menghasilkan. Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas (Stedman, 2008) Menurut kamus besar bahasa Indonesia(2002) paritas adalah Pengalaman melahirkan keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang di lahirkan, semakin banyak paritas maka semakin banyak pula
pengalaman tentang malahirkan.Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008).Sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. b. Pembagian paritas Bobak (2004), mendefinisikan paritas adalah jumlah kehamilan yang
menghasilkan
janin
hidup,
bukan
jumlah
janin
yang
dilahirkan.Janin yang lahir hidup atau mati setelah viabilitas dicapai mempengaruhi paritas. Pembagian paritas berdasarkan jumlah kehamilan yang dialami, yaitu: 1. Nulipara: Seorang wanita yang belum pernah menjalani kehamilan sampai janin mencapai tahap viabilitas. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari 28 minggu atau belum pernah melahirkan janin yang mampu hidup diluar rahim(Manuaba, 2008). 2. Primipara: Seorang wanita yang sudah menjalani kehamilan sampaijanin mencapai viabilitas. Primipara adalah wanita yang telah
melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006) 3. Multipara: Seorang wanita yang sudah menjalani dua atau lebihkehamilan dan menghasilkan janin sampai tahap viabilitas. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009). Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008). Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih (Varney, 2006) 4. Grandemultipara:
Grandemultipara
adalah
wanita
yang
telah
melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008). Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati (Rustam, 2005). Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Varney, 2006). Dismenore primer biasanya terjadi pada perempuan muda nulipara dengan pemeriksaan pelvis normal. Frekuensi menurun sesuai dengan pertambahan usia dan biasanya berhenti setelah melahirkan (Llewellyn, 2001). Intensitas dismenore dapat berkurang setelah hamil atau pada usia sekitar 30 tahun (Baradero, 2006).
c. Hubungan paritas dengan kejadian dismenore Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan mengalami penurunan, serta menyebabkan leher rahim melebar sehingga sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang. Oleh sebab itu semakin sering seorang perempuan melahirkan atau semakin sering seorang perempuan mengalami kehamilan, maka semakin kecil resiko dismenore terjadi padanya (Tangchai, 2004). Beberapa faktor telah dihubungkan dengan penyebab terjadinya dismenore termasuk merokok, depresi, paritas dan indeks massa tubuh (BMI). Selain itu,dismenore dapat meningkat karena berbagai faktor seperti Usia < 20 tahun, Berat badan yang menurun drastis, Depresi/cemas, Menstruasi berat, Nulipara, Merokok (Linda French, 2005) 3. Status Gizi a. Pengertian Supariasa (2001), mengatakan bahwa: “Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesiti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energi”.Status
gizi
adalah
ekspresi
dari
keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
b. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagi metode untuk mengidentifiksi populasi atau individu yang beresiko atau dengan stastus gizi buruk. Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi 2, yaitu secara langsung yang meliputi : antropometri, biokimia, klinis dan biofisik dan secara tidak langsung yang meliputi : survei makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa, 2001). c. Pengukuran Antropometri Jellife
(1996)
dalam
Supariasa
(2001),
mengungkapkan:
“nutritional Anthropometry is Meansurement of the Variations of the Physical Dimensions and the Gross Cmposition of the Human Body at Different Age Levels and Degree of Nutrition”.Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
antropometri gizi adalah
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagi tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Sedangkan indeks antropometri adalah kombinasi beberapa parameter, diantaranya:
1) Berat badan menurut umur (BB/U) Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak.Indeks berat badan menurut umur digunakan untuk menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status). a) Kelebihan Indeks BB/U Indeks BB/U mempunyai beberapa kelebihan antara lain: (1) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum. (2) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronik (3) Berat badan dapat berfluktuasi (4) Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil (5) Dapat mendeteksi kegemukan (over weight) b) Kelemahan Indeks BB/U Disamping mempunyai kelebihan, Indeks BB/U juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain: 1) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites 2) Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit sitaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik
3) Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun 4) Sering terjadi kasalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan 5) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan, dan sebagainya. 2) Tinggi badan menurut umur (TB/U) Tinggi badan merupakan antropoetrik yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif sama. Indeks
ini digunakan untuk
menggambarkan status gizi masa yang lalu. a) Keuntungan Indeks TB/U Keuntungan dari indeks TB/U, antara lain: 1. Baik untuk menilai status gizi masa lampau 2. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa b) Kelemahan Indeks TB/U Adapun kelemahan indeks TB/U adalah: 1. Tinggi badan tidak dapat naik, bahkan tidak mungkin turun
2. Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya 3. Ketepatan umur sulit didapat 3) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks ini merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini dan independen terhadap umur. a) Keuntungan BB/TB Adapun keuntungan indeks ini adalah: 1) Tidak memerlukan data umum 2) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus) b) Kelemahan indeks BB/TB Kelemahan indeks ini adalah: 1) Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak dipertimbangkan 2) Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok balita 3) Membutuhkan dua macam alat ukur 4) Pengukuran relatif lebih lama 5) Membutuhkan dua orang untuk melakukannya
6) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila dilakukan pleh kelompok non-profesional Tabel 2.1 Penilaian status gizi antropometri berdasarkan indeks BB/TB, TB/U, dan BB/U: Indikator Nilai Batas BB/TB >2SD -2SD sampai +2SD <-2SD sampai-3SD -3 TB/U 2SD 2SD sampai +2SD 2SD sampai -3SD -3 BB/U >2SD -2SD sampai +2SD -2SD sampai -3SD -3
Klasifikasi Gemuk Normal Kurus Sangat kurus Jangkung Normal Pendek Sangat pendek Berat badan lebih Normal Berat badan rendah Berat badan sangat rendah
(Sumber : Diarly, 2007) WHO menggunakan untuk penelitian dan untuk memantau pertumbuhan dimana : a) 1 SD unit (1 Z-Skor) kurang lebih sama dengan 11% dari median BB/U b) 1 SD unit (1 Z-Skor) kira-kira 10% dari median BB/TB c) 1 SD unit (1 Z-Skor) kira-kira 5% dari median TB/U (Supariasa, 2001) Rumus perhitungan z-skor adalah: nilai individu subjek−nilai median buku rujukan z-skor = nilai simpang baku rujukan
4) Indeks Massa Tubuh (IMT) Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus lainnya seperti edema, asites, dll. IMT/U merupakan yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan. Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur. IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB atau BB/TB. Ketika melakukan interpretasi resiko kelebihan berat badan, perlu mempertimbangkan berat badan orang tua. IMT merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh, dan dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) di bagi dengan kuadrat tinggi (dalam ukuran meter):
BB TB² MT =
Keterangan BB = Berat Badan (dalam Kg) TB = Tinggi Badan (dalam meter) Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kurus
Kategori
IMT
Kekurangan BB tingkat berat
< 17,0
Kekurangan BB tingkat ringan
17,0 - < 18,5 18,5 – 22,9
Normal Kelebihan BB tingkat ringan Gemuk
Kelebihan BB tingkat moderat (Obes I) Kelebihan BB tingkat berat (Obes II)
23 – 24,9 > 25 – 29,9 > 30,0
Sumber. Sirajuddin 2012. Kegemukan (obesitas) ini dapat didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Seseorang bisa dikatakan kelebihan berat badan bila indeks massa tubuh (IMT) lebih besar atau sama dengan 25 (Agtadwimawanti, 2012). Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Suryoprajoyo, 2009). Obesitas diukur melalui perkiraan lemak tubuh secara tidak langsung (antropometri).Indeks massa tubuh atau Body Mass Index (BMI) adalah ukuran standar yang digunakan untuk anak berusia 2 tahun ke atas. Ukuran lain seperti rasio berat badan terhadap tinggi badan (terutama untuk anak dibawah 2 tahun) atau distribusi lemak (lingkar pinggang dan rasio pinggang terhadap panggul) juga dapat
digunakan. Patokan BMI untuk obesitas pada anak bervariasi sesuai jenis kelamin dan usia. Ketika anak mencapai usia dewasa, patokan BMI untuk overweight dan obesitas adalah 25 dan 30 (Poltekkes, 2010) d. Hubungan status gizi dengan dismenorea Masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (Gsianturi, 2002). Remaja putri sering melewatkan dua kali waktu makan dan lebih memilih kudapan.“Makanan sampah” (junk food) kini semakin digemari oleh remaja, baik sebagai kudapan maupun “makan besar”. Disebut makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak sama sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C, sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol, dan natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% total kalori yang terkandung dalam makanan itu (Arisman, 2004). Prostaglandin adalah semua kelompok yang diturunkan dari asam lemak 20-karbon tak jenuh, terutama asam arakidonat melalui jalur siklooksigenase; prostaglandin terlibat dalam berbagai proses fisiologis (Dorland, 2005). Diaz, 1998 menyatakan semakin banyak lemak semakin banyak pula prostaglandin yang dibentuk, sedangkan peningkatan kadar prostaglandin dalam sirkulasi darah diduga sebagai penyebab dismenore (Utami, 2009)
Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut syaraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya, kontraksi miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenorea timbul pula diare, mual, dan muntah (Okparasta, 2003). Hubungan Status Gizi Kurang dengan Nyeri Hiad (Dismenore) Faktor konstitusi merupakan penyebab nyeri haid. Faktor ini, yang erat hubunganya dengan faktor tersebut diatas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri.Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat memengaruhi timbulnya dismenorea (Hanifa, 2005). Masalah status gizi makro dan mikro menyebabkan tubuh menjadi kurus, berat badan turun, anemia, dan mudah sakit. Status gizi merupakan gambaran secara makro akan zat gizi tubuh kita, termasuk salah satunya adalah zat besi. Dimana bila status gizi tidak normal dikhawatirkan status zat besi dalam tubuh juga tidak baik.Sehingga dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya anemia (Nisaak, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan Gunawan (2002) di empat SLTP di Jakarta menunjukkan bahwa nyeri haid ditemukan tinggi pada siswi SLTP dengan faktor gizi kurang, kurang melakukan kegiatan fisik, siswi dengan kecemasan sedang sampai berat (Anugroho, 2008).
C. Konsep WUS Wanita Usia Subur (WUS) Berdasarkan konsep Departemen kesehatan (2003) adalah wanita dalam usia reproduktif, yaitu usia 15 – 49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum nikah. WanitaUsia Subur (WUS) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20 – 45 tahun. pada wanita usia subur ini berlagsung lebih cepat dari pada pria. puncak kesuburan ada pada rentang usia 20 – 29 tahun. pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95 % untuk hamil. pada usia 30 -an presentasenya menurun sehingga 90%. sedangkan memasuki usia 40 tahun kesempatan untuk hamil hingga menjadi 40% setelah usia 40 tahun hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil. Masalah kesuburan alat repeoduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. dimana dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan merawat personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminnya dengan rajin membersihkankannya, oleh karena itu dianjurkan untuk merawat diri (Baradero, 2006) Kurangnya pengetahuan tentang kesuburan alat reproduksi khususnya pada wanita. sering kali di kaitkan dengan berbagai macam penyakit, padahal
tingkat masa kesuburan setiap orang berbeda – beda tergantung kondisi fisik, mental dan kebersihanya. ketidaksuburan alat reproduksi sering kali juga dikaitkan dengan berbagai penyakit yang diderita oleh salah satu pasangan yang mengidapnya, diantaranya 40% lain oleh sebab pria, dan sisa 20% karena keduanya (Baradero, 2006) Oleh karena itu Wanita Usia Subur (WUS) harus melakukan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan alat kelamin) walaupun ia memiliki siklus haid yang teratur. Hal ini bukan tanda bahwa wanita itu subur.Artinya WUS harus sehat bebas dari penyakit kelamin.Sebelum menikah WUS sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan agar mengetahui kondisi organ reproduksinya apakah berfungsi dengan baik. Dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan maka akan mencegah penyakit alat kelamin. Alat kelamin wanita sangat berhubungan dengan dunia luar yang melalui liang senggama, saluran mulut rahim, rongga rahim (Hanifa, 2005) Saluran telur (tuba falopi) yang bermuara dalam ruang perut. Karena adanya hubungan yang langsung ini infeksi alat kelamin wanita disebabkan oleh hubungan seks yang tidak sehat, sehingga infeksi bagian luarnya berkelanjutan dapat berjalan menuju ruang perut dalam bentuk infeksi selaput dinding perut atau disebut juga peritonitis (Arisman, 2004)
D. Kerangka Teori Umur Pembagian umur menurut WHO : - Masa balita - Masa kanak-kanak - Masa remaja Awal - Masa remaja Akhir - Masa dewasa Awal - Masa dewasa Akhir - Masa Lansia Awal - Masa Lansia Akhir - Masa Manula o Usia pertengahan o Lanjut usia o Lanjut usia tua o Usia sangat tua
Paritas Pembagian paritas menurut(Bobak, 2004) : - Nulipara - Primipara - Multipara - Grandemultipara
Status Gizi Penilaian status gizi (Diarly, 2007): - Kurus - Normal - Gemuk - Obesitas
Dismenore adalah kejang perut bagian bawah yang hebat dan sangat sakit terjadi sebelum atau selama menstruasi. (Rayburn,2001)
Tanda/Gejala Menurut Widjanarwo, 2006 : - Nyeri panggul - Nyeri paha bagian depan - Terjadi sebelum / selama haid Menurut Wirawan, 2007 : - Nyeri - Sakit kepala - Mual - Sembelit Menurut Morgan, 2009 : - Nyeri ringan - Nyeri paha bagian tengah - Nyeri paling berat 24 jam pertama haid - Sering terjadi pada wanita obesitas Menurut Rayburn, 2001 : - Kram perut bagian bawah - Terjadi 2 hari pertama haid - Mual dan muntah - Diare, lesu dan sakit kepala
Gambar 2.1 Kerangka Teori
E. Kerangka Konsep Menurut Teori Srianti (2006), Hanifa (2005) dan Tangchai (2004) faktorfaktor yang berhubungan dengan dismenore adalah Umur, Paritas, dan Status Gizi. Berdasarkan pernyataan di atas maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut: Variable Independen
Variabel Dependen
Umur Paritas Paritas Paritas
Dismenore
Status Gizi
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
F. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara umur dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013. 2. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013. 3. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
G. Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
Variabel Dependen 1. Dismenore Nyeri perut sebelum atau selama menstruasi
Variable Independen 1. Umur Usia responden dari sejak lahir sampai saat dilakukan penelitian
2.
Paritas
3.
Status Gizi
Tabel 2.3 Definisi Operasional Dan Metode Pengukuran Terhadap Beberapa Variabel Penelitian Cara Alat Hasil Ukur Ukur Ukur Dengan menyebarkan kuesioner dengan kriteria: - Sering bila mengalami dismenore - Tidak Sering bila tidak mengalami dismenore Dengan menyebarkan kuesioner dengan kriteria: - Remaja awal 12-16 tahun - Remaja akhir 17-25 tahun - Dewasa awal 26-35 - Dewasa akhir 36-45
Kuesioner - Sering - Tidak Sering
Kuesioner - Remaja awal 12-16 tahun - Remaja akhir 17-25 tahun - Dewasa awal 26-35 - Dewasa akhir 36-45 Jumlah Dengan menyebarkan Kuesioner - Nulipara kehamilan yang kuesioner dengan kriteria : - Primipara pernah dialami - Nulipara (jumlah kehamilan - Multipara responden yang 0) - Grande dapat - Primipara (jumlah Multipara melahirkan janin kehamilan 1) yang mampu - Multipara (jumlah hidup kehamilan >2 - Grande multipara >5) Keadaan tubuh Dengan menyebarkan Kuesioner - Kurus sebagai akibat kuesioner dengan - Normal konsumsi kategori: - Gemuk makanan dan - Obesitas - Kurus <17,0 – 18,5 penggunaan zat - Normal 18,5-22,9 gizi - Gemuk 23- 24,9 - Obesitas >25
Skala Ukur Ordinal
Nominal
Ordinal
Ordinal
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif dan analitik yaitu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi secara objektif dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dimana pengumpulan data dilakukan secara bersamaan atau sekaligus dimana variabel-variabel yang temasuk faktor resiko dan variabel yang termasuk efek diteliti (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur, paritas dan status gizi dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksakan di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar pada tanggal 08 s/d 10 Februari 2014
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang tinggal di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar dengan jumlah populasi 205 orang.
2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah 205 dengan kriteria sampel inklusi dan eklusi, kriteria inkluasi adalah karakteristik sampel dapat dimasukkan atau layak diteliti adalah : 1. Semua wanita usia subur yang tinggal di gampong Klieng Cot Aron 2. Wanita usia subur yang berumur diatas 17-25 tahun yang sudah menikah dan bersedia untuk diteliti dengan menandatangani surat persetujuan peserta penelitian. 3. Tidak ada kelainan jiwa 4. Tidak dalam keadaan sakit Sedangkan kriteria ekslusi adalah sampel dapat dimasukkan atau tidak layak untuk diketahui yaitu 1. Tidak bersedia untuk diteliti 2. Usia subur yang berumur dibawah 12-16 tahun (Remaja awal belum menikah) 3. Orang tinggal sementara Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciriciri dan keberadaan populasi yang sebenarnya. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling, yaitu pengambilan sampel diambil dari keseluruhan populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2006). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 205 orang.
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden dengan cara menyebarkan kuesioner dan wawancara mengenai umur, paritas dan dismenore pada wanita usia subur, sedangkan status gizi adalah untuk melihat berat badan menurut umur.
E. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Data dalam penelitian ini akan diolah sebagai berikut: a. Editing (Pemeriksaan Data) Dalam proses editing ini dihitung jumlah semua instrument yang telah terkumpul apakah sama dengan besarnya sampel. Setelah itu lembar instrumen yang sudah diisi diteliti apakah semua pertanyaan telah terisi secara benar. b. Coding (Pemberian Kode) Dalam proses coding adalah pemberian kode pada variabel dan data yang telah terkumpul melalui lembar instrument. Biasanya kode berupa nomor atau huruf. c. Tabulasi (Penyusunan Data) Dalam proses tabulasi adalah memasukkan semua data yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang diukur dan dimasukkan ke dalam tabel (Budiarto, 2002).
2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005), kemudian ditentukan presentase (P) dengan menentukan rumus Budiarto (2002), sebagai berikut: P
100%
Keterangan : P = Persentase f = Frekuensi yang teramati N = Jumlah sampel b. Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan hasil dari variabel
yang diduga
mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95% (P<0,05) sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan program SPSS for windows. Melalui perhitungan uji chi-square test selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai P lebih besar dari alpha (P>0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dan jika nilai P lebih kecil dari alpha (P<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
menunjukkan adanya hubungan antara variabel dependen dan variabel independent. Aturan yang berlaku pada uji chi-square adalah sebagai berikut: 1. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang dibaca di Fisher Exact. 2. Bila pada tabel 2x2, dan tidak dijumpai nilai E kurang dari 5, maka hasil yang dibaca di Continuity Correction. 3. Bila tabelnya lebih dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3 dll, maka hasil yang dibaca di Pearson Chi-square
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian Gampong Klieng Cot Aron merupakan salah satu gampong yang berada di Wilayah Kabupaten Aceh Besar Kecamatan Baitussalam yang mempunyai luas Wilayah ± 5,4 Ha yang berpenduduk sebesar 822 jiwa, laki-laki berjumlah 431 jiwa dan perempuan 391 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 213 jiwa.Sarana dan prasarana Gampong Klieng Cot Aron terdiri dari 322 Rumah,1 Kantor Geucik,1 Poskesdes,1 Meunasah,1 SD,dan 1 SMU.Gampong Klieng Cot Aron berjarak ±9,5 Km dari Ibu Kota Provinsi Aceh.Gampong Klieng Cot
Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar terdiri dari 5 dusun yang meliputi: 1. Dusun Aman 2. Dusun Bahagia 3. Dusun Tgk.Dja 4. Dusun TM.Alibasyah 5. Dusun Pola Batas-batas Wilayah Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar adalah :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cot Paya 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Miruk Taman 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kajhu Lamseunong 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Klieng Meuria
B. Hasil Penelitian Pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh responden, setiap data yang terkumpul diperiksa kelengkapannya maka diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Data Demografi Data Demografi dalam penelitian ini yaitu Pendidikan dan Pekerjaan, data demografi tersebut dapat dilihat pada tabel distribusi berikut ini : a. Pendidikan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Pendidikan Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013 No Pendidikan F % Tinggi 1. 25 12.2 2. Menengah 120 58.6 3. Dasar 60 29.2 Jumlah 205 100 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014) Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa, dari 205 responden yang diteliti sebagian responden berpendidikan menengah sebanyak 120 orang (58.6%). b. Pekerjaan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013 No Pekerjaan F % Siswa 1. 70 34.1 Mahasiswa 2. 73 35.6 PNS 3. 50 24.4 4. IRT 12 5.85 Jumlah 205 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)
100
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa, dari 205 responden yang diteliti sebagian responden bekerja sebagai Mahasiswa sebanyak 73 orang ( 35.6%). 2. Analisa Univariat a. Dismenore Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dismenore Pada Wanita Usia Subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013 No Dismenore F % 1 Sering 104 50.7 2 Tidak Sering 101 49.3 Jumlah 205 100 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014) Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 205 responden mayoritas sering mengalami dismenore yaitu 104 orang (50.7%). b. Umur Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Umur Pada Wanita Usia Subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013 No Umur F % 1. Remaja awal : 12-16 tahun 70 34.1 2. Remaja akhir :17-25 tahun 73 35.6 3. Dewasa awal : 26-35 tahun 62 30.2 Jumlah 205 100 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014) Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa, dari 205 responden mayoritas berada pada usia remaja akhir sebanyak 73 orang (35.6%)
c. Paritas Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Paritas Pada Wanita Usia Subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013 No Paritas f % 1 Nulipara 71 34.6 Primipara 2 74 36.1 3
Multipara
Jumlah Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)
60 205
29.3 100
Berdasarkan Tabel 4.5 menujukkan bahwa dari 205 responden mayoritas dengan paritas primipara sebanyak 74 orang (36.1%). d. Status Gizi Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Wanita Usia Subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013 No Status Gizi f % 1 Kurus 28 13.7 2 Normal 61 29.8 3 Gemuk 49 23.9 4 Obesitas 67 32.7 Jumlah 205 100 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014) Berdasarkan Tabel 4.6 menujukkan bahwa dari 205 responden mayoritas dengan status gizi obesitas sebanyak 67 orang (32.7%)
3. Analisa Bivariat a. Hubungan Umur Dengan Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur Tabel 4.7 Hubungan Umur Dengan Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013 Total P Dismenore Value Sering Tidak No Umur Sering f % F % f % 1 Remaja Awal 68 97.1 2 2.9 70 100 0.000 2 Remaja Akhir 1 1.4 72 98.6 73 100 3 Dewasa Awal 35 56.5 27 43.5 62 100 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014) Berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa dari 70 responden yang berumur remaja awal ternyata sering mengalami dismenore sebanyak 68 responden (97.1%) dari 73 responden yang pada kategori remaja akhir sering mengalami dismenore sebanyak 1 responden (1.4 %) dan dari 62 responden yang pada kategori dewasa awal sering mengalami dismenore sebanyak 35 responden (56.5%). Hasil uji statistik didapatkan nilai P value (0.000) berarti ada hubungan antara usia dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013
∝ 0.05
b. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur Tabel 4.8 Hubungan Paritas Dengan Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013 Total P Dismenore Value Sering Tidak No Paritas Sering f % f 1 Nulipara 69 97.2 2 2 Primipara 1 1.4 73 3 Multipara 34 56.7 26 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)
% 2.8 98.6 43.3
f 71 74 60
% 100 100 100
0.000
Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa dari 74 responden pada kategori primipara sering mengalami dismenore sebanyak 1responden (1.4 %) dari 71 responden yang pada kategori Nulipara sering mengalami dismenore sebanyak 69 responden (97.2%) dan dari 60 responden pada kategori multipara sering mengalami dismenore 34 responden (56.7%). Hasil uji statistik didapatkan nilai P value (0.000) berarti ada hubungan antara paritas dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013
∝
0.05
c. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur Tabel 4.9 Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013 Total P Dismenore Value Sering Tidak No Status Gizi Sering f % f 1 Kurus 24 85.7 4 2 Normal 25 41.0 36 3 Gemuk 22 44.9 27 4 Obesitas 33 49.3 34 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)
% 14.3 59.0 55.1 50.7
f 28 61 49 67
% 100 100 100 100
0.001
Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa dari 28 responden dengan status gizi kurus sering mengalami dismenore sebanyak 24 responden (85.7%), dari 61 responden dengan status gizi normal sering mengalami dismenore sebanyak 25 responden (41.0%), dari 49 responden dengan status gizi gemuk sering mengalami dismenore sebanyak 22 responden (44.9%) dan dari 67 responden dengan status gizi obesitas sering mengalami dismenore sebanyak 33 responden (49.3%). Hasil uji statistik didapatkan nilai P value (0.001) berarti ada hubungan antara paritas dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013
∝
0.05
C. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulisan pembahasan berdasarkan variabel-variabel yang ada pada tujuan khusus. 1. Hubungan Umur Dengan Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur Berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa dari 70 responden pada kategori remaja awal sering mengalami dismenore sebanyak 68 responden (97.1%) dari 73 responden yang pada kategori remaja akhir sering mengalami dismenore sebanyak 1 responden (1.4 %) dan dari 62 responden yang pada kategori dewasa awal sering mengalami dismenore sebanyak 35 responden (56.5%). Setelah dilakukan uji statistik diperoleh P value = 0,000 (P < 0,05), sehingga hipotesa alternatif (Ha) yang ditegakkan dapat diterima yaitu ada hubungan antara umur dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur. Sesuai dengan pendapat Llewellyn (2001) nyeri haid sering terjadi pada wanita usia muda, karena belum mencapai kamatangan biologis (khususnya alat reproduksi yaitu pertumbuhan endometrium masih belum sempurna), psikologis (gadis yang emosinya masih labil) maupun sosial. Frekuensi nyeri akan menurun sesuai dengan bertambahnya usia. Hal ini diduga terjadi karena adanya kemunduran saraf rahim akibat penuaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanto dkk (2008) di Kotamadaya Makassar, dari 997 remaja putri yang menjadi responden 93,8 % diantaranya mengalami dismenorea primer. Pada usia 13 -15 tahun merupakan usia terbanyak yang mengeluhkan dismenorea sebanyak 53,9 %
kasus. Hal ini menunjukkan tingginya prevalensi kejadian dismenorea primer pada remaja. Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil pengelolahan data tersebut menunjukkan bahwa responden kebanyakan pada kategori remaja akhir tidak mengalami dismenore sebanyak 72 responden tetapi pada kategori remaja awal sering mengalami dismenore sebanyak 68 responden, disebabkan karena remaja awal cepat mengalami pubertas di usia remaja awal, dikarenakan organ reproduksi yang belum berfungsi sempurna sehingga pada saat menstruasi timbul rasa sakit. 2. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa pada kategori primipara sering mengalami dismenore sebanyak 1 responden. pada kategori Nulipara sering mengalami dismenore sebanyak 69 responden dan dari 60 responden pada kategori multipara sering mengalami dismenore 34 responden. Setelah dilakukan uji statistik diperoleh, sehingga hipotesa alternatif (Ha) yang ditegakkan dapat diterima yaitu ada hubungan antara paritas dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur. Ganong (2002) dan IMCW (2007) pada umumnya keram menstruasi berat yang sering terjadi pada wanita muda sering menghilang setelah kehamilan pertama. Hal ini diduga terjadi karena hilangnya sebagian saraf rahum pada akhir kehamilan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puji Rahayu (2008) perubahan derajat Dismenorrhea pada WUS yang pernah melahirkan di Dusun Sidokumpul Desa Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dari 112
responden, dimana 52,08% primipara mengalami penurunan derajat Dismenore, 63,63% multipara dismenore menghilang,sedangkan pada grandemultipara semua tidak mengalami dismenore setelah melahirkan anak.
Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil pengelolahan data tersebut menunjukkan bahwa responden pada wanita usia subur yang belum menikah lebih banyak mengalami dismenore dibandingkan dengan wanita usia subur yang sudah menikah disebabkan karena wanita yang sudah menikah dan pernah melahirkan organ reproduksinya sudah berfungsi dengan cukup baik.Beda halnya dengan wanita yang belum menikah mereka lebih cenderung sering mengalami dismenore. Berdasarkan hasil wawancara pada saat penelitian kebanyakan wanita usia subur yang belum menikah mengalami dismenore disebabkan karena perubahan mood yang bisa membuat stres. 3. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur. Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa dari 28 responden dengan status gizi kurus sering mengalami dismenore sebanyak 24 responden (85.7%), dari 61 responden dengan status gizi normal sering mengalami dismenore sebanyak 25 responden (41.0%), dari 49 responden dengan status gizi gemuk sering mengalami dismenore sebanyak 22 responden (44.9%) dan dari 67 responden dengan status gizi obesitas sering mengalami dismenore sebanyak 33 responden (49.3%). Setelah dilakukan uji statistik diperoleh P value = 0,001
(P < 0,05), sehingga hipotesa
alternatif (Ha) yang ditegakkan dapat diterima yaitu ada hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore pada wanita usia subur. Sesuai dengan pendapat Paath (2004), Status gizi yang kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan berdampak pada gangguan haid, tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Pada remaja wanita
perlu
mempertahankan
status
gizi
yang
baik,
dengan
cara
mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat haid. Pada saat haid fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Dan bila hal ini diabaikan maka dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus haid.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Frenita (2013) proporsi dismenore tertinggi pada status gizi rendah (underweight) yaitu 88,00% dan yang terendah pada status gizi lebih yaitu 62,50%. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,043 artinya secara umum terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian dismenore pada siswi SMK Negeri 10 Medan tahun 2013. Sedangkan jika dibandingkan status gizi rendah (underweight) dengan status gizi normal, hasil uji statistik dengan menggunkan uji chi square diperoleh nilai p=0,006 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian dismenore. Rasio prevalens kejadian dismenore pada siswi dengan status gizi rendah (underweight) dengan status gizi normal adalah 1,238 (0,329– 0,819). Artinya siswi dengan status gizi rendah (underweight) memiliki kemungkinan resiko 1,2 kali lebih besar mengalami dismenore dibandingkan dengan siswi
dengan status gizi normal Untuk siswi dengan status gizi normal jika dibandingkan dengan siswi dengan status gizi lebih (overweight) dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,039 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian dismenore. Rasio prevalens kejadian dismenore pada siswi dengan status gizi lebih (overweight) dengan siswi yang berstatus gizi normal adalah 1,117 (0,328 – 0,729). Artinya siswi dengan status gizi lebih (overweight) memiliki kemungkinan resiko 1,1 kali lebih besar mengalami dismenore dibandingkan dengan siswi yang berstatus gizi normal.
Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil pengelolahan data tersebut menunjukkan bahwa responden dengan status gizi obesitas dan status gizi kurus sering mengalami dismenore. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden pada saat penelitian sebagian responden dengan status gizi kurus lebih sering mengalami dismenore disebabkan karena kurangnya asupan makanan termasuk asupan zat besi,dilihat dari hasil wawancara bahwa responden tidak suka mengkonsumsi sayur atau makanan yang mengandung zat besi lainnya.Dimana kita ketahui bahwa dengan kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi akan menyebabkan terjadinya anemia.Jika mengalami anemia maka daya tahan tubuh akan berkurang sehingga akan meningkatkan rasa nyeri disaat haid.Begitu juga pada status gizi obesitas responden sering mengalami dismenore disebabkan karena gizi yang tidak seimbang.sangat berpengaruh karena apabila asupan yang kita makan kurang kita akan mengalami masalah yang bisa membuat kita sakit, atau bisa mengakibatkan anemia,
pada saat menstruasi kita banyak mengeluarkan darah, apabila kita mengalami anemia maka akan berakibat fatal untuk nantinya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada 205 responden didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara Umur Dengan Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur ( P value = 0,000) Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013 2. Ada hubungan antara Paritas Dengan Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur ( P value = 0,000) Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013 3. Ada hubungan antara Status Gizi Dengan Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur ( P value = 0,001) Di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013
B. Saran 1. Bagi Peneliti Lain Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan ilmu pada bidang asuhan kebidanan khususnya dalam kejadian dismenore 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi kajian keilmuan dalam meningkatkan kemampuan peserta didik dengan mengembangkan ilmu pengetahuan.
3. Bagi Lahan penelitian Dapat menambah wawasan wanita usia subur di gampong Klieng Cot Aron dengan bantuan bidan desa dan kader khususnya dalam kejadian dismenore.
DAFTAR PUSTAKA A.P,Sylvia & Lorraine, 2006. Patofisiologi I Edisi 6 Jakarta: EGC Abidin,2004.Nyeri Haid pada Remaja.http: perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/dismenore-nyeri-padasaatmenstruasi.html. dikutip pada tanggal 15 Desember 2013
//
Alwi, Hasan dkk, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Balai Pustaka: Jakarta Arikunto, 2005.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Asdi Mahasadya. Arisman., 2004.Gizi Dalam Daur Kehidupan, Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC Astuti,
N.H., 2005.Dismenore Alias Nyeri Menstruasi 1),)http://niex-klaten.blogspot.com. (26 April 2010)
(Health
Ed-
Aulia, 2009. Kupas Tuntas Menstruasi. Yogyakarta: Milestone. Badan Pusat Statistik., 2008.Indonesia Dalam 2008, Jakarta: EGC Badziad., 2003. Endokrinologi dan Ginekologi. Edisi ke-2. Jakarta: Media Baradero, M., Marry, W.D., dan Yakobus, 2000. Seri asuhan keperawatan klien gangguan reproduksi dan seksualitas. Jakarta: EGC Baradero,et al, 2008.Klien Gangguan Sistem Reproduksi Dan Seksualitas, Jakarta : EGC Benson, R.C,2008. Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi, Jakarta : EGC BKKBN, 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN Bobak, et al,2004. Buku Keperawatan Maternitas, Jakarta : EGC Budiarto, 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC Data Polindes Gampong Klieng Cot Aron, 2013 Debrytha
Ayu, 2009. http://midwifeyanti.wordpress.com/2012/03/07/gambaran-tingkatusia-terhadap-kejadian-dismenore/ dikutip 15 Desember 2013
Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta Dorland., 2005. Kamus Kedokteran., Jakarta : EGC French, Linda., 2005. Dysmenorrhea. America Family Physician. Volume 71 Number 2. 285 Frenita,2013. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Dismenore pada Siswi Smk Negeri 10 Medan Tahun 2013, dikutip tanggal 15 Desember 2013 Ganong, William, 2002. Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta Gsianturi, 2001. Obat Tradisional untuk Hipertensi.Jakarta :EGC Gunawan, D, 2002. Faktor –Faktor Yang Berpengaruh Dan Perilaku Remaja Dalam Mengatasinya (Survei Pada 4 SLTP Di Jakarta), Thesis Bagian Obstetri-Ginekologi. FKUI Hacker
Neville F, Moore J.George, 2001. Esensial Obstetri Ginekologi.Edisi kedua.Jakarta.Hipokrates. pp: 379-85
dan
Hacker, N. F., 2001. Esensial Obstetri Dan Ginekologi, Hipokrates Henderson, C, 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan, Jakarta: EGC html.
Akses 15 Desember 2013. http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/dismenore-nyeripada-saatmenstruasi.
Junizar, G, et al, 2005. Pengobatan Dismenore Secara Akupuntur, Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran knowledge of treatment. J Med Llewellyn, D dan Jones, 2001. Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi, Jakarta: Hipokrates Kristina,2010. http://kitinszone.blogspot.com/. tanggal 15 Desember 2013
Anugroho
2008.
Diakses
Llewellyn-Jones, Derek,2001. Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates Mansjoer Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aesculaplus. Jakarta
Manuaba, I. G. B. 2005. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB,Jakarta: EGC Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC Morgan, G dan Hamilton G, 2009. Obstetri Dan Ginekologi Panduan Praktis, Jakarta: EGC Nataria,2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dismenore Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta , Dikutip Tanggal 15 Desember 2013 NingHermanto,2009. http://midwifeyanti.wordpress.com/2012/03/07/gambaran-tingkatusia-terhadap-kejadian-dismenore/ dikutip 15 Desember 2013 Notoadmodjo, Soekidjo,2000. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Jakarta Notoadmodjo, Soekidjo,2003. Pendidikan dan perilaku Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta Notoatmodjo, S,2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar), Jakarta: PT. Rineka Cipta Novia, 2008. Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore Primer Di Desa Banjar Kematren Kecamatan Bunduran Kabupaten Sidoarjo, 2008http://adln.fkm.unair.ac.id (27 april 2010) Okparasta,
Andika, 2003. Dismenore.Available from: http://fkunsri.wordpress.com/2008/02/06/dismenore-part-1. [Accesed 13 april 2011]
Paath, E. F,2004. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta:EGC Poltekkes
Depkes Jakarta I,2010. Kesehatan Solusinya.Salemba Medika: Jakarta
Remaja
Problem
Dan
Prawirohardjo,2009. Ilmu Kebidanan, Jakarta: EGC. Puji Rahayu,2008. Gambaran Perubahan Derajat Dismenorrhea Pada Wanita Usia Subur Yang Pernah Melahirkan Di Dusun Sidokumpul Desa Blimbing Kecamatan Paciran Raybun, W.F. dan Carey, J.C,2001. Obstetri Dan Ginekologi, Jakarta: EGC
Rustam, 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC Sarwono, Sarlindo, W,2006. Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada Scott, J. R,2002. Danforth Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi,Jakarta,: Widiya Medika Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk, EGC, Jakarta. Sulistyawati Ari,2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan.Jakarta: Salemba Medika Supariasa, I.D.N. 2002. Penilaian Status Gizi,Jakarta: EGC Suryoprajogo M, 2009. Keajaiban Menyusui.Yogyakarta: Keyword Dorland. 2005. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC. Hal: 2327. Tangchai K, Titapant V, Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo Widjanarko, Bambang. 2006. Dismenore Tinjauan Terapi pada Dismenore Primer. Majalah Kedokteran Damianus. Volume 5. No1 Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidana. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Wirawan, I. M. C. Dismenore (Nyeri Haid), 2007. http://blogdokter.net (27 april 2010)
Lampiran 1 LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth Saudara/Saudari Responden Penelitian DiTempat Dengan Hormat Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :Gidul Suliawati Nim : 121010210125 Alamat :Desa Klieng Cot Aron Kec.Baitussalam Adalah mahasiswa Program Studi Diploma IV Kebidanan (STIKes) U’budiyah Banda Aceh, yang akan mengadakan penelitian untuk menyelesaikan Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sain Terapan (SST) Adapun judul Penelitian yaitu HUBUNGAN UMUR,PARITAS DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA WANITA USIA SUBUR DI GAMPONG KLIENG COT ARON KECAMATAN BAITUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013 ”. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian pada saudari,kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudari bersedia menjadi Responden, maka tidak ada ancaman atau paksaan bagi saudari, dan jika terjadi hal-hal yang memungkinkan saudari untuk tidak mengundurkan diri dan menyutujuinya, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab dengan sesunguhnya dan sejujurnya pertanyaan-pertanyaan yang saya sebarkan pada surat ini. Atas perhatian dan kesediaan Saudari sebagai responden saya ucapkan terima kasih. Banda Aceh, Januari 2014 STIKes U’Budiyah Peneliti
Gidul Suliawati NIM :121010210125
Lampiran 2
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Diploma IV Kebidanan (STIKes) U’Budiyah Banda Aceh dengan judul “HUBUNGAN UMUR,PARITAS DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA WANITA USIA SUBUR DI GAMPONG KLIENG COT ARON KECAMATAN BAITUSSALAM KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013”. Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kebidanan. Demikian pernyataan persetujuan ini saya perbuat semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Banda Aceh, Januari2014 Responden
(
)
Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN UMUR, PARITAS DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA WANITA USIA SUBUR DI GAMPONG KLIENG COT ARON KECAMATAN BAITUSSALAM ACEH BESAR TAHUN 2013
A. Identitas Responden No. Responen
:
Alamat
:
Umur
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
a.
Tidak tamat SD / Sederajat
b.
Tamat SD / Sederajat
c.
Tamat SMP / Sederajat
d.
Tamat SMA / Sederajat
e.
Tamat Perguruan Tinggi / Sederajat
:
B. Dismenore 1. Apakah anda merasa sakit perut bagian bawah saat menstruasi ? a. Selalu b. Sering c. Tidak pernah (Tidak di lanjutkan ke soal selanjutnya)
2. Apakah disertai dengan sakit kepala, mual, sembelit dan diare? a. Ya b. Tidak 3. Berapa lama anda mengalami sakit tersebut? a. Sehari sebelum atau 2-3 hari menstruasi b. Selama menstruasi 4. Apakah anda mengkonsumsi obat untuk mengurangi rasa sakit pada saat mentruasi ? a. Selalu b. Sering c. Tidak pernah C. Paritas 1. Apakah anda telah menikah ? a. Ya b. Tidak 2. Berapa kali anda melahirkan? a. Belum pernah b. 1-2 kali c. >2 kali d. >5 kali
D. Status gizi 1. Berat badan..............kg 2. Tinggi Badan.............m a. IMT 1. Kurus 2. Normal 3. Kurang 4. Obesitas
Lampiran 4 TaSbel Skor Variabel
No Kuesioner
Skor Selalu
Dismenore Primer
Sering
Rentang Skor Tidak Pernah
1
Umur
1
Remaja Remaja akhir awal
Paritas
1
Nulipara
Status Gizi
1
Kurus
Dewasa awal
Dewasa akhir
Primipara
Multipara
Grandemultipara
Normal
Gemuk
Obesitas
Jika menjawab selalu/sering maka tergolong dismenore, jika menjawab tidak pernah maka tidak tergolong dismenore - Remaja awal : 12-16 tahun - Remaja akhir :17-25 tahun - Dewasa awal : 26-35 tahun - Dewasa akhir : 3645 tahun - Nuli Para (jumlah kehamilan 0) - Primipara (jumlah Kehamilan 1) - Multipara (jumlah Kehamilan >2 - Grande Multipara >5) - Kurus <17,0 – 18,5 - Normal 18,5-22,9 - Gemuk 23- 24,9 - Obesitas >25