GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA PASANGAN USIA SUBUR TIDAK MENJADI AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTERAJA KECAMATAN PANTERAJA KABUPATEN PIDIE JAYA
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Oleh :
MIRAWATI NPM. 10010148
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013
ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA PASANGAN USIA SUBUR TIDAK MENJADI AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTERAJA KABUPATEN PIDIE JAYA Mirawati1, Hamdani2 vi + 43 halaman : 8 tabel + 1 gambar + 9 lampiran Latar Belakang: Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh minat terhadap pemakaian kontrasepsi. Dari beberapa temuan fakta memberikan implikasi program, yaitu manakala pengetahuan dari wanita kurang maka minat dalam penggunaan kontrasepsi juga menurun, jika hanya sasaran pada wanita saja yang selalu diberikan informasi, sementara para suami kurang pembinaan dan pendekatan, suami kadang melarang istrinya karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan (Suparyanto, 2010). Tujuan Penelitian: untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi wanita pasangan usia subur tidak menjadi akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kabupaten Pidie Jaya ditinjau dari pengetahuan, dukungan suami dan informasi. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode survey yang bersifat deskriptif dengan pendekatan crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita pasangan usia subur di Puskesmas Panteraja Kecamatan Panteraja, dan yang menjadi sampel adalah 88 orang. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan pengetahuan, mayoritas responden berada pada kategori pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 30 responden (56,6%). Berdasarkan dukungan keluarga, mayoritas responden mendapatkan dukungan keluarga untuk menjadi Akseptor KB yaitu sebanyak 39 responden (73,6%). Berdasarkan informasi, mayoritas responden berinformasi kurang tentang akseptor KB, yaitu sebanyak 40 responden (75,5%). Kesimpulan dan Saran: Dari 53 responden yang menjadi target penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling dominan yang mempengaruhi PUS tidak menjadi akseptor KB adalah faktor dukungan suami. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh petugas kesehatan dan kader kesehatan dalam mempromosikan dan dapat menjadi bahan masukan untuk keperluan penyuluhan dan promosi sehingga dapat meningkatkan jumlah peserta yang mengikuti KB. Kata kunci : Pasangan Usia Subur, pengetahuan, dukungan suami dan informasi Sumber buku : 19 buku (2005 – 2012) + 7 situs internet (2013) 1. 2.
Mahasiswi Prodi D-III Kebidanan STIKes U`Budiyah Dosen Pembimbing Prodi D-III Kebidanan STIKes U`Budiyah
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL............................................................................................ PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................... PENGESAHAN PENGUJI .................................................................................. KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI….. .................................................................................................. DAFTAR TABEL ................................................................................................ DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ BAB
I
BAB II
i ii iii iv vi viii ix x
PENDAHULUAN ............................................................................ A. Latar Belakang ............................................................................ B. Rumusan Masalah dan Permasalahan .......................................... C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6 1.Tujuan Umum ......................................................................... 2. Tujuan Khusus ....................................................................... D. Manfaat Penelitian ......................................................................
1 1 5
TIJAUAN KEPUSTAKAAN ........................................................ A. Keluarga Berencana ................................................................... 1. Pengertian Keluarga Berencana ............................................ 8 2. Perkembangan KB di Indonesia ............................................ ............................................................................................... 9 3. Tujuan dan Sasaran KB ......................................................... 4. Sasaran Keluarga Berencana ................................................. 5. Program keluarga berencana ................................................. 6. Pelayanan Keluarga berencana Terpadu................................ 7. Kotrasepsi .............................................................................. B. Pasangan Usia Subur ................................................................... C. Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita usia subur tidak Menjadi akseptor KB .................................................................. 1. Pengetahuan .......................................................................... 2. Dukungan .............................................................................. 3. Informasi ............................................................................... 4. Kerangka Teoritis ..................................................................
8 8
BAB III KERANGKA PENELITIAN ........................................................ A. Kerangka Konsep ...................................................................... B. Definisi Operasional...................................................................
6 6 6
11 12 15 15 16 17 18 18 21 23 26 27 27 28
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN ................................................... A. Jenis Penelitian ........................................................................... B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... C. Populasi dan Sampel................................................................... 1. Populasi .................................................................................. 2. Sampel .................................................................................... D. Cara pengumpulan Data ............................................................. 1. Data Primer ............................................................................ 2. Data Skunder .......................................................................... E. Instrumen Penelitian ................................................................... F. Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................. 1. Pengolahan Data..................................................................... 2. Analisa Data ...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
30 30 30 30 30 31 33 33 33 33 33 33 34
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ”GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
WANITA
PASANGAN
USIA
SUBUR
TIDAK
MENJADI AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PANTERAJA KABUPATEN PIDIE JAYA”. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih kepada: 1. Bapak Dedy Zefrizal, ST selaku Ketua Yayasan STIKes U`Budiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, M. Kes selaku ketua STIKes U`Budiyah Banda Aceh. 3. Nuzulul Rahmi, SST selaku ketua prodi Diploma III kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh. 4. Bapak H. Muslem, S. Sos selaku Ketua Pengelola Kampus STIKes U`Budiyah Sigli. 5. Bapak Hamdani, SKM. M. Kes
selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan dan saran terhadap kesempurnaan isi KTI peneliti ini. 6. Seluruh staf Pengajar Akademi Kebidanan STIKes U`budiyah Banda Aceh yang mendidik dan mengajari peneliti menjadi orang yang berguna bagi Agama dan Bangsa.
7. Ayahanda dan Ibunda serta seluruh keluarga tersayang yang telah banyak menyumbangkan segala bantuan dan semangat sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Selanjutnya dengan lapang dada dan tangan terbuka peneliti menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun sehingga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Amien Ya Rabbal `Alamin
Sigli,
September
2013 Peneliti
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................. 20 Tabel 5.1 Distribusi Pengetahuan Wanita Usia Subur yang Tidak Menjadi Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kabupaten Pidie Jaya ................................................ 36 Tabel 5.2 Distribusi Dukungan Keluarga Wanita Usia Subur yang Tidak Menjadi Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kabupaten Pidie Jaya ................................................. 37 Tabel 5.3 Distribusi Informasi Wanita Usia Subur yang Tidak Menjadi Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kabupaten Pidie Jaya ................................................. 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembaran Kuesioner Lampiran 2 Lembaran Hasil Pengolahan Data Lampiran 3 Lembaran Permohonan Menjadi Responden Lampiran 4 Lembaran Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari D-III Kebidanan STIKes U`budiyah Banda Aceh Lampiran 6 Surat Izin Selesai Penelitian Lampiran 7 Lembaran Jadwal Kegiatan Lampiran 8 Lembaran Konsultasi Lampiran 9 Biodata Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Jumlah penduduk yang terus meningkat merupakan masalah besar bagi Negara-negara di dunia khususnya Negara berkembang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Dari data sensus tahun 2010 didapat penduduk Indonesia berjumlah 203,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% (Benson R, dkk, 2010). Pertumbuhan penduduk dunia meningkat dengan pesat dimana setiap tahunnya meningkat dengan lebih dari 90 juta. Pada akhir abad ini jumlah penduduk dunia diperkirakan akan menjadi 6,25 milyar. Pada 2025 diperkirakan akan bertambah sebesar 2 milyar atau menjadi 8,5 milyar. Selanjutnya seabad dari sekarang penduduk dunia baru akan berhenti tumbuh pada angka 10 milyar. Dari jumlah tersebut sebagian besar tinggal di negara-negara sedang berkembang, karena dinegara-negara maju jumlah penduduknya sudah semakin terkendali pertumbuhannya atau sudah berada pada keseimbangannya. Sebagai akibatnya dari permasalahan diatas banyak yang menderita kekurangan makanan dan gizi, tingkat kesehatan yang buruk, pendidikan yang rendah dan kekurangan lapangan kerja (Prawirohardjo, 2008). Paradigma baru program Keluarga Berencana (KB) Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) menjadi visi mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin AB, 2008). Kontrasepsi (mencengah kehamilan) dilakukan karena berbagai alasan seperti, perencanaan kehamilan, pembatasan jumlah anak, penghindaran resiko medis kehamilan (terutama pada ibu-ibu dengan penyakit jantung, akibat Melitus atau tuberkulosis) dan pengendalian jumlah penduduk dunia, pengguna kontrasepsi meningkat di negara-negara maju tetapi sebagian bentuk kontrasepsi masih diluar jangkauan ekonomi, penduduk di negara yang sedang berkembang (Benson R, dkk, 2010). Pelayanan dan informasi Keluarga Berencana merupakan suatu intervensi kunci dalam upaya meningkatkan kesehatan perempuan dan anak, serta merupakan hak asasi manusia. Di lain pihak masih sangat banyak pasangan usia subur diseluruh dunia yang belum mendapat akses terhadap pelayanan Keluarga Berencana karena berbagai faktor seperti masalah logistik, sosial, perilaku, organisasi dan prosedur dalam sistem pelayanan kesehatan yang perlu diperbaiki. Klien harus memilih informasi yang cukup sehingga dapat memilih sendiri metode kontrasepsi yang sesuai untuk mereka. Informasi tersebut meliputi pemahaman tentang efektivitas, metode kontrasepsi, cara kerja, efek samping, manfaat dan kerugian metode tersebut (Saifudin AB, 2008). Dengan tujuan KB jangka panjang adalah mewujudkan keluarga berkualitas pada tahun 2015. Salah satu faktor yang memberikan kontribusi yang
besar terhadap keberhasilan program KB di Indonesia adalah keberhasilan pemerintah dalam melibatkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam melaksanakan program KB. Masalah lainnya adalah distribusi penduduk yang tidak merata, baik antara daerah pedesaan dan perkotaan maupun antar pulau sehingga
apabila
tingkat
pertumbuhan
penduduk
ini
tidak
diusahakan
penanganannya maka penduduk Indonesia dapat menjadi 360 juta sebelum 2025 (Sujiyatini, 2009). Dalam Islam, KB atau perencanaan kelahiran anak tidaklah dilarang, sejauh pelaksanaan tersebut ditujukan guna menegakkan kegawadaruratan serta dibutuhkan dalam kesejahteraan keluarga. KB diartikan sebagai pengaturan kelahiran, yakni pasangan suami istri yang telah mempunyai perencanaan yang konkret mengenai kapan anak-anaknya diharapkan lahir. Sedangkan dari beberapa pendapat ulama mengenai hal ini, Sayid Sabiq yang menegaskan bahwa Islam tidak melarang membatasi kelahiran dengan cara pengobatan atau lainnya. Imam Ghazali, sebagaimana dikutip Sayid Sabiq, menegaskan bahwa KB tidak dilarang, Karena kesukaran si Ibu disebabkan sering melahirkan (Pambudi, 2009). Menurut BKKBN (2008) Pendapat suami mengenai KB cukup kuat pengaruhnya untuk menentukan penggunaan metode KB oleh istri, karena wanita mempunyai semacam kendali apabila mereka bertanggung jawab penggunaan kontrasepsi dilain pihak mereka juga dapat merasa kecewa karena harus menolak permintaan seks pasangannya, baik tentang KB maupun mempunyai anak. Akhirnya beberapa wanita memilih penggunaan kontrasepsi tanpa sepengetahuan pasangannya.
Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh minat terhadap pemakaian kontrasepsi. Dari beberapa temuan fakta memberikan implikasi program, yaitu manakala pengetahuan dari wanita kurang maka minat dalam penggunaan kontrasepsi juga menurun. Jika hanya sasaran para wanita saja yang selalu diberi informasi, sementara para suami kurang pembinaan dan pendekatan, suami kadang melarang istrinya karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan (Suparyanto, 2010) Di Indonesia pada tahun 2010 terdapat sekitar 50.490 juta wanita PUS. Berdasarkan status penggunaan KB diketahui 3,8% sedang menggunakan KB, dan yang pernah atau tidak menggunakan lagi adalah sebanyak 26,5% serta tang tidak pernah menggunakan sama sekali berjumlah 29,8%. Dimana terdapat berbagai alasan wanita PUS tidak menggunkan cara atau alat keluarga berencana, diantaranya 14,0% dengan alasan tidak membutuhkan, 15,1% dengan alasan belum atau tidak ingin mempunyai anak dan 9,3% karena tidak perlu lagi menggunakan alat kontrasepsi tersebut serta yang termasuk kedalam alasan lainlain yaitu 5,4% (Depkes RI, 2010). Profil kesehatan Provinsi Aceh mencatat bahwa jumlah PUS di tahun 2010 sebanyak 623.148. pasangan sedangkan yang mengikuti program KB sebagai peserta baru dan peserta aktif sebanyak 403.430 pasangan atau mencapai 64,74%. Dimana alasan wanita PUS yang tidak menggunakan KB terdiri dari 23,1% karena tidak membutuhkan KB dan 19,1% dengan alasan belum atau tidak ingin punya anak serta 6,8% dengan alasan tidak perlu lagi menggunakan KB, sementara 7,2% adalah termasuk kedalam alasan lain-lainnya (Depkes RI, 2010).
Data dari Dinas Kesehatan Pidie Jaya tercatat jumlah aseptor KB seluruhnya yaitu 21.081 orang dimana diantaranya peserta KB baru 4.500 orang dan peserta KB aktif yaitu 1.317 orang dari 8 Kecamatan. Untuk klasifikasi jenis kontrasepsi yaitu IUD 546 orang, implant yaitu 747 orang, suntuikan yaitu 43.465 orang, pil 30.936 orang dan kondom 4.367 orang. Berdasarkan studi awal yang penulis lakukan diwilayah kerja puskesmas panteraja jumlah wanita pasangan usia subur yaitu 1.448 orang dimana akseptor KB yang aktif berjumlah 717 orang (49,5%) sehingga jumlah ini masih jauh dari target yang tidak mengikuti program yaitu 731 orang pasangan wanita usia subur. Dari hasil wawancara ibu yang tidak mengikuti KB disebabkan oleh berbagai alasan diantaranya karena tidak membutuhkan KB, ingin punya anak lagi, tidak di izinkan suami, takut terhadap efek samping dari penggunaan kontrasepsi serta dengan alasan tidak perlu lagi menggunakan KB dan lain-lain. Berdasarkan data tersebut, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul” Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Pasangan Usia Subur Tidak Menjadi Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kecamatan Panteraja Kabupaten Pidie Jaya” B. Rumusan Masalah dan Permasalahan Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Pasangan Usia Subur Tidak Menjadi Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kecamatan Panteraja Kabupaten Pidie Jaya”.
C.
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Pasangan Usia Subur Tidak Menjadi Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kecamatan Panteraja Kabupaten Pidie Jaya.
2.
Tujuan Khusus a. Untuk Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Pasangan Usia Subur Tidak Menjadi Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kecamatan Panteraja Kabupaten Pidie Jaya ditinjau dari pengetahuan. b. Untuk Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Pasangan Usia Subur Tidak Menjadi Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kecamatan Panteraja Kabupaten Pidie Jaya ditinjau dari dukungan suami. c. Untuk Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Pasangan Usia Subur Tidak Menjadi Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kecamatan Panteraja Kabupaten Pidie Jaya ditinjau dari informasi.
D.
Manfaat Penelitian 1.
Bagi Petugas Kesehatan Untuk Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh petugas kesehatan dan kaderkader kesehatan dalam mempromosikan dan dapat menjadi bahan masukan
untuk keperluan penyuluhan dan promosi sehingga dapat meningkatkan jumlah peserta yang mengikuti KB 2. Bagi Tempat Penelitian Sebagai bahan masukan bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana peran petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana. 3. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa tentang efek samping yang sering terjadi pada aseptor yang menggunakan KB.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga Berencana 1. Pengertian Keluarga berencana Menurut WHO Expert Committee (1970) keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk: a. Mendapatkan tindakan objektif-objektif tertentu b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan d. Mengatur interval diantara kehamilan e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri f.
Menentukan jumlah anak dalam keluarga Hanafi Hartanto (2008) menjelaskan secara garis besar definisi ini
mencakup beberapa komponen dalam pelayanan kependudukan atau KB yang dapat diberikan sebagai berikut: a. Komunikasi, informasi dan Edukasi (KIE) b. Konseling c. Pelayanan Kontrasepsi (PK) d. Pelayanan infertilitas e. Pendidikan seks (sex education) f.
Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
g. Konsultasi genetic h. Tes keganasan i.
Adopsi
2. Perkembangan KB di Indonesia Menurut Meilani (2010) secara historis organisasi BKKBN dimulai dari suatu organisasi yang murni berstatus swasta pada tahun 1957, kemudian menjadi organisasi semi pemerintah tahun 1968. Pada tahun 1970 menjadi organisasi resmi pemerintah sebagai pelaksana dan pengelola program KB nasional sampai dengan saat ini. Berikut secara ringkas perkembangan organisasi BKKBN: a. Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) Dibentuk dengan tugas mencakup dua hal yakni melembagakan KB dan mengelola segala jenis bantuan untuk KB b. BKKBN berdasarkan Keppres RI No.8 Tahun 1970 Dalam melaksanakan tugasnya BKKBN bertannggung jawab kepada presiden yang sehari-hari didampingi oleh Musyawarah Pertimbangan KB Nasional. c. BKKBN berdasarkan Keppres RI No.33 tahun 1972 Dalam Keppres ini BKKBN menjadi lembaga pemerintah non departemen yang berkedudukan langsung dibawah presiden. d. BKKBN berdasarkan Keppres RI No.38 tahun 1978 Dalam Keppres ini wilayah program KB diperluas lagi ke sebelas provinsi lainnya diluar Jawa dan Bali.
e. BKKBN berdasarkan Keppres RI No.64 tahun 1983 Keppres ini dilandasi pertimbangan bahwa penyelenggaraan program Kb nasional
sebagai
bagian
integral
pembangunan
nasional
perlu
ditingkatkan dengan jalan lebih memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber daya yang tersedia. f.
BKKBN berdasarkan Keppres RI No.109 tahun 1993 Bertujuan untuk terwujudnya keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera yang dipandang perlu untuk lebih meningkatkan peran serta semua pihak.
g. BKKBN berdasarkan Keppres RI No. 20 tahun 2000 Seiring dengan perkembangan program KB, pembangunan nasional, era reformasi dan globalisasi dalam era bartu program KB nasional yang bertujuan untuk mempercepat terwujudnya keluarga berkualitas, maju, mandiri dan sejahtera. h. BKKBN berdasarkan Keppres RI No. 166 tahun 2000 Dalam Keppres ini BKKBN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang KB dan KS sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. i.
BKKBN berdasarkan Keppres RI No. 103 tahun 2001 Berdasarkan Keppres ini maka kewenangan BKKBN telah diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota. Demikian pula kelembagaan BKKBN
Kabupaten/kota
telah
diserahkan
kepada
pemerintah
Kabupaten/Kota per-Januari 2004 sehingga lembaga yang menangani
program KB di kabupaten dan kota bentuknya bervariasi, ada yang berbentuk Dinas/Badan Merger dan ada yang berbentuk Kantor KB.
3. Tujuan dan Sasaran KB a. Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. b. Tujuan
lain
meliputi
pengaturan
kelahiran,
pendewasaan
usia
perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. c. Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi (Meilani dkk, 2010). Menurut Meilani, dkk (2010) pada tahap awal program Keluarga Berencana ditujukan kepada tujuan ganda yaitu: a. Secara fisiologis menurunkan tingkat kelahiran sekitar 50% dari angka kelahiran tahun 1970 agar dicapai pada tahun 2000, yang selanjutnya dipercepat harus terrcapai tahun 1990. b. Secara demografis menurunkan tingkat kelahiran sekitar 50% dari angka kelahiran tahun 1970 agar dicapai pada tahun 2000, yang selanjutnya dipercepat harus tahun 1990.
4. Sasaran Keluarga Berencana Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi: a. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun. b. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan. c. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need)menjadi 6 persen. d. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5persen. e. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien. f.
Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
g. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak. h. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera yang aktif dalam usaha ekonomi produktif. i.
Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional (Mansjoer, 2007) Menurut Hanafi Hartanto (2008) program KB diarahkan pada dua
bentuk sasaran yaitu:
a. Sasaran langsung: Pasangan usia subur (PUS) (15-49 tahun), dengan jalan mereka secara tetap menjadi peserta KB aktif lestari, sehingga memberi efek langsung penurunan fertilitas. b. Sasaran tidak langsung: Organisasi atau lembaga kemasyarakatan, instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita da pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS. Menurut Hartanto (2008) Untuk mencapai sukses yang diidamkan tersebut maka ditempuh strategi tiga dimensi yaitu): a. Perluasan jangkauan Semua jajaran pembangunan diajak ikut serta untuk menangani program KB dengan sebaik-baiknya. Sekaligus mengajak semua PUS yang potensial untuk menjadi akseptor KB yang lestari. Istri Pegawai Negeri, ABRI dan masyarakat diajak menjadi pelopor yang diandalkan agar masyarakat mengikutinya dengan senang hati dan penuh kebanggaan. b. Pembinaan Organisasi yang sudah mulai ikut serta menangani program diajak serta mendalami lebih terinci apa yang terjadi, dan kepada mereka makin diberi kepercayaan untuk ikut menangani program KB dalam lingkingannya sendiri. Para akseptor diajak untuk memilih metode KB yang lebih dapat diandalkan dan tujuan KB lebih diperluas untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan mengikutsertakan para akseptor itu sendiri untuk menjadi sumber daya manusia, menjadi petugas sukarela, untuk lingkungannya sendiri. Serta mulai dikenalkan program-program KB, posyandu, kegiatan peningkatan pendapatan keluarga, pembinaan anak-anak dan sebagainya. c. Pelembagaan dan pembudayaan Dimulai dengan alih kelola dan alih peran oleh masyarakat sendiri dan akhirnya sampai kepada tahapan awal KB mandiri yaitu masyarakat akan mencapai suatu tingkat kesadaran dimana ber KB bukan hanya ajakan atau suruhan semata melainkan atas dasar kesadaran dan keyakinan sendiri. Dengan pengertian KB atas kesadaran dan keinginan itu sendiri tersebut kini tengah digalakkan program KB mandiri. Strategi ini dilengkapi dengan pendekatan Panca Karya yang mempertajam sasaran dan memperjelas target, yitu pasangan usia muda dengan paritas rendah, Pasangan Usia Subur dengan jumlah anak yang cukup, generasi muda, remaja dan anak-anak, pelembagaan fisik dan pengelolaan yang professional dan pelembagaan non fisik yang ikut menjamin ketenangan batin, pengetahuan dan sikap yang mantap serta keikutsertaan yang dilandasi dengan kepuasan batiniah yang tidak tergoyahkan.
Dengan
penajaman
pendekatan
yang
bersifat
kemasyarakatan dan wilayah paripurna tersebut, maka program KB tidak menunggu sasarannya lagi, tetapi bersifat aktif dan berupaya menolong
yang lemah dan membantu mereka untuk siap mengambil alih dan berperan dalam gerakan KB yang makin mandiri (Hartanto, 2008). 5. Program Keluarga Berencana Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan angka kematian ibu dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; Peningkatan kesejahteraan keluarga; Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan mutu dan layanan Keluarga Berencana-Kesehatan Reproduksi; Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas Sumber Daya Manusia; Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar (Hartanto, 2008). 6. Pelayanan Keluarga Berencana Terpadu Pelayanan Keluarga Berencana Terpadu meliputi pelayanan tekhnis dan pelayanan penyuluhan dari enam program utama yaitu: a. Pelayanan gizi: penimbangan balita, pemberian paket gizi, penyuluhan gizi. b. Pelayanan KIA: pemeriksaan kehamilan, bayi, penimbangan bayi, pemeriksaan ibu menyusui, penyuluhan KIA dan pemeriksaan anak Balita. c. Pelayanan KB: pelayanan kontrasepsi, penyuluhan KB, pemeriksaan ulang kontrasepsi. d. Pelayanan imunisasi: pemberian imunisasi pada ibu hamil dan bayi serta penyuluhan imunisasi.
e. Pelayanan diare: pemberian oralit, penyuluhan diare, pembuatan larutan gula garam. f.
Pelayanan kesehatan lingkungan: pengadaan jamban keluarga, sarana air bersih, sarana pembuangan air limbah dan penyuluhan kesehatan lungkungan (Hartanto, 2008).
7. Kontrasepsi. Kontrasepsi adalah suatu upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap dan dapat dilakukan tanpa menggunakan alat secara mekanis, menggunakan obat atau alat atau secara operasi (Mansjoer, 2007). Pelayanan kontrasepsi mempunyai dua tujuan yaitu: a. Tujuan umum: pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS. b. Tujuan pokok: penurunan angka kelahiran yang bermakna (Hartanto, 2008) Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran, yaitu: a. Fase menunda perkawinan/kesuburan b. Fase menjarangkan kehamilan c. Fase menghentikan kehamilan atau kesuburan Maksud kebijaksanaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2008).
B. Pasangan Usia Subur (PUS) Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan yang berstatus menikah (suami istri) yang istri dan suaminya berusia 15-49 tahun dimana pasangan tersebut lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat atau cara KB (Kemenkes RI, 2010). Menurut Pedoman Podes 2008, PUS atau pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang masih berpotensi untuk mempunyai keturunan atau biasanya ditandai dengan belum datangnya waktu menopouse (terhenti menstruasi bagi istri). Peserta KB (akseptor) adalah pasangan usia subur (PUS) dimana salah seorang menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program (BKKBN, 2008). Menurut Dharmayanti (2011) Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan. Kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Meskipun tidak selalu diakui demikian, peningkatan dan perluasan pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional Keluarga Berencana, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Pasangan Usia Subur Tidak Menjadi Akseptor KB Pemakaian alat kontrasepsi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor secara langsung ataupun faktor tidak langsung. Faktor yang secara langsung berpengaruh dengan pemakaian alat kontrasepsi adalah permintaan KB, persepsi klien dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. sedangkan faktor yang secara tidak langsung berpengaruh dengan pemakaian alat kontrasepsi antara lain pengembangan program, penyediaan pelayanan KB, akses, kualitas pelayanan, image/penerimaan KB, faktor sosial dan individu meliputi usia, pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan paritas, nilai dan demand terhadap anak. Karakteristik sosiodemografi dan sosial dapat mempengaruhi keinginan ukuran keluarga. Permintaan KB menunjukan adanya niat atau motivasi individu untuk mengontrol fertilitas. Hal tersebut secara langsung dipengaruhi oleh keberadaan anak dengan melihat beban dan manfaat dari segi ekonomi dan psikososial terhadap anak yang dimilikinya. Permintaan KB dibagi menjadi 2 komponen yaitu permintaan untuk mengatur jarak kelahiran dan permintaan untuk membatasi kelahiran (Maryatun, 2009). 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Rogers (dalam Sunaryo, 2008) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial, dimana individu sudah mulai mencoba prilaku baru. e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau keadaan yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan/ menguraikan atau menganalisis suatu material atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f.
Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau Kuesioner yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Menurut Depkes RI (2010) setiap pria dan wanita usia subur berhak mendapatkan informasi dan pelayanan KB serta bertanggung jawab terhadap KB. Mereka perlu mengetahui tentang manfaat KB bagi kesehatan dan berbagai pilihan yang tersedia. Menurut Depkes RI (2010) Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak. Pelayanan KB memberikan pasangan suami istri pengetahuan dan kemampuan untuk merencanakan kapan akan mulai punya anak, berapa jumlah anak yang akan dimiliki, berapa tahun jarak usia antara anak, dan kapan akan berhenti melahirkan. Terdapat banyak pilihan alat kontrasepsi yang aman, efektif dan dapat diterima untuk mencegah kehamilan.
2. Dukungan Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak), suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami
mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk merencanakan keluarga (Chaniago, 2006). Siegel dalam Referensi Kesehatan (2008) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. “ Social support is information from others that one is loved and cared for, esteemed and valued, and part of a network of communication and mutual obligation“. Dari beberapa definisi, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama. Sumber dari dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi dengan individu sehingga individu tersebut dapat merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Orang lain ini terdiri dari pasangan hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, staf medis serta anggota dalam kelompok kemasyarakatan (Referensi Kesehatan, 2008). Faktor yang berhubungan langsung dengan pemakaian kontrasepsi lainnya adalah persepsi.ibu Persepsi ibu dan berbagai dukungan terhadap pemakaian alat kontrasepsi terutama suami ataupun masyarakat akan
berpengaruh terhadap klien. Suami dihubungan dengan orang terdekat dengan pasangannya dan masyarakat dihubungkan dengan norma yang dianut klien dalam hidup dimasyarakat. Penelitian yang dilakukan di beberapa negara akan peran suami dalam keluarga berencana antara lain : Duong dkk melakukan penelitian di Mexico akan pengaruh suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada wanita. Penelitian ini menunjukan bahwa 33% wanita menolak memakai alat kontrasepsi setelah pasca persalinan disebabkan tidak terdapat dukungan dari suami. Penelitian yang dilakukan Mistik dkk di negara Turki juga menyebutkan bahwa 27% suami, tidak menghendaki istri mereka menggunakan IUD dan 32% tidak setuju jika istrinya menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Iran, yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan suami adalah faktor yang paling berpengaruh dalam menggunaan metode kontrasepsi. Dalam kenyataannya dengan melibatkan suami pada saat konseling keluarga berencana akan membantu dalam pengambilan keputusan dan mendorong istri mereka dalam pemakaian alat kontrasepsi (Maryatun, 2009).
3. Informasi Menurut Notoatmodjo (2005), sumber informasi mempengaruhi pengetahuan baik dari media maupun orang-orang dalam terkaitnya dengan kelompok manusia memberi kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota. Seseorang di dalam proses pendidikan juga memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu. Alat
Bantu media akan membantu dalam melakukan penyuluhan. Agar pesan kesehatan dapat disampaikan dengan jelas. Dengan media orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan. Alat Bantu media menurut Notoatmodjo (2005), dapat dibagi dalam tiga macam: 1) Media Cetak Yaitu sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan kesehatan dengan variasi seperti: (1) Booklet. Suatu media untuk menyampaikan pesanpesan kesehatan dalam bentuk tulisan maupun gambar. (2) Leafer. Bentuk penyampaian informasi melalui lebaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun dalam bentuk gambar. (3) Selebaran. (4) Lembar balik (Flip Chart). Bentuk penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik di mana tiap lembar berisi gambaran peragaan dan di baliknya berisi kalimat yang berkaitan dengan gambar tersebut. (5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang berkaitan dengan kesehatan. (6) Foster. Bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum. 2) Media Elektronika Media sarana komunikasi merupakan sarana komunikasi dengan menggunakan elektronik terdiri dari televisi, radio, video, dan lain-lain. Untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi
3) Media Papan Papan yang dipasang di tempat-tempat umum yang diisi dengan pesanpesan atau informasi kesehatan. Informasi adalah keterangan pemberitahuan kabar berita tentang suatu media dan alat (sarana) komunikasi seperti Koran, majalah, radio, televisi, poster, spanduk, internet. Media komunikasi adalah media yang digunakan pembaca untuk mendapatkan informasi sesuatu atau hal tentang pengetahuan. Berkaitan dengan penyediaan informasi bagi manajemen dalam pengambilan keputasan, informasi yang diperoleh harus berkualitas (Nasrul, 2010) kulitas informasi tergantung tiga hal yaitu : 1) Akurat, bebas dari kesalahan, tidak bias atau menyesatkan 2) Tepat waktu, Informasi yang disampaikan tidak terlambat 3) Relevan, informasi mempunyai manfaat bagi pemakainya. Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa media informasi kesehatan adalah semua sasaran atau upaya untuk menyampaikan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator baik melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang nantinya diharapkan dapat berubah prilakunya kearah positif terhadap kesehatan. Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang caracara KB berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara konstrasepsi sebaiknya mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien. KB merupakan
program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (ferundity) (Dharmayanti, 2011). 4. Kerangka Teoritis Notoatmodjo, 2003; 2005 - Umur - Pendidikan - Sumber Informasi - Pengetahuan
Maryatun, (2009): - Dukungan Suami
Wanita Pasangan usia subur tidak Menjadi Akseptor KB
BAB III KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep Berdasarkan teori Green dalam Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku kesehatan termasuk didalamnya pemilihan alat kontrasepsi dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, pendidikan, ekonomi, keluarga), faktor pendukung (ketersediaan alat kesehatan, sumber informasi), serta faktor pendorong (dukungan keluarga/ tokoh masyarakat), sehingga dapat digambarkan pada suatu kerangka konsep seperti pada gambar berikut ini:
Variabel independen
Variabel dependen
Pengetahuan Dukungan keluarga
Wanita Pasangan Usia Subur Tidak Menjadi Akseptor KB
Informasi
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional
Tabel 3.2.1. Definisi Operasional Definisi Operasional Variabel dependen 1 Wanita alasan dari akseptor untuk Pasangan Usia Subur tidak Tidak menggunakan Menjadi kontrasepsi Akseptor KB
No
1
2
Variabel
Variabel independen Pengetahua Kemampuan n responden untuk memahami dan mengetahui tentang menjadi akseptor kontarsepsi KB Dukungan Segala sesuatu Keluarga tingkah laku suamidan keluarga dalam mengambil keputusan menjadi akseptor KB
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Menyebarkan kuesioner Kuesioner a. Ya b. Tidak tentang pemakaian kontrasepsi suntikan dengan kriteria: a. Ya, jika akseptor masih atau menggunakan kontrasepsi. b. Tidak, jika akseptor awalnya menggunakan dan kemudian berhentiatau tidak pernah menggunakan kontrasepsi.
Skala ukur Nominal
Ordinal Menyebarkan kuesioner Kuesioner a. Baik b. Cukup tentang pendidikan c. Kurang dengan kriteria: a. Baik : 76-100 % jawaban benar b. Cukup :56-75% jawaban benar c. Kurang: ≤ 55% jawaban benar Menyebarkan kuesioner Kuesioner a. Menduk Ordinal ung tentang dukungan dengan b. Tidak kriteria: menduk a. Mendukung, bila x ≥ ung x b. Tidak mendukung, bila x < x
3
Informasi
Segala sumber yang berasal dari media cetak dan elektronik yang berhubungan dengan kontrasepsi IUD
Penyebaran angket Kuesionera. Cukup dengan kriteria: b. Kurang a. Cukup jika jawaban responden > 5 informasi yang diperoleh. b. Kurang jika jawaban < 5 informasi yang diperoleh
C. Cara Pengukuran Variabel 1. Pasangan Wanita Usia Subur Tidak Menjadi Aseptor KB yaitu dibagi 2 katagori: a. Ya, jika akseptor masih menggunakan atau menggunakan kontrasepsi KB. b. Tidak, jika akseptor awalnya menggunakan dan kemudian berhenti menggunakan kontrasepsi atau tidak pernah menggunakan kontrasepsi KB 2. Pengetahuan ibu di bagi 3 katagori yaitu: a. Pengetahuan tinggi, bila 76%-100%, jika jawaban responden benar. b. Pengetahuan cukup , bila 56%-75%, jika jawaban responden benar. c. Pengetahuan rendah, bila <56%, jika jawaban responden benar. 3. Dukungan Keluarga di bagi 2 katagori yaitu: a. Mendukung, bila x ≥ x dari total skore b. Tidak mendukung, bila x < x dari total skore.
Ordinal
4. Informasi dibagi 2 katagori yaitu: a. Cukup bila responden mendapatkan sumber informasi > 5 b. Kurang bila responden mendapatkan sumber informasi ≤ 5
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Pasangan Usia Subur Tidak Menjadi Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kecamatan Panteraja Kabupaten Pidie Jaya dimana cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada saat yang bersamaan. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kecamatan Panteraja Kabupaten Pidie Jaya . 2. Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan pada bulan Juli 2013.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita pasangan usia subur diwilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kecamatan Panteraja Kabupaten Pidie Jaya yaitu berjumlah 1.448 orang.
2. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua wanita pasangan usia subur diwilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kecamatan Panteraja Kabupaten Pidie Jaya. Pengambilan sampel penelitian ini dengan menggunakan Teknik Achidental Sampling yaitu:. Perhitungan besar sampel diperoleh berdasarkan rumus Slovin (Notoadmodjo, 2007) sebagai berikut: n=
N __ 1 + N (d)²
Keterangan:
n = Besar Sampel N = Besar populasi d = Tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan (0,1%)
Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sample yang akurat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
n=
N 1 + N (d)²
=
731 1 + 731 (0,1)²
=
731
= 87,9
8,31
Maka jumlah sample yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah lebih kurang 88 orang.
D.
Cara Pengumpulan Data 1.
Data Primer.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada semua pasangan wanita usia subur diwilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kecamatan Panteraja Kabupaten Pidie Jaya. 2.
Data Sekunder Didapat dari bagian KIA Puskesmas Panteraja Kabupaten Pidie Jaya serta referensi buku-buku perpustakaan yang berhubungan dengan penelitian serta pendukung lainnya.
E. Instrumen Penelitian Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi 22 pertanyaan yaitu tentang 1 pertanyaan tentang aseptor tidak mengunakan KB, 10 pertanyaan tentang pengetahuan, 10 pertanyaan tentang dukungan keluarga dan 1 pertanyaan tentang informasi, sehingga responden dapat mejawab 1 diantara yang sesuai dengan keadaannya. F. Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Menurut Budiarto (2002) data yang telah didapatkan akan diolah dengan tahap-tahap berikut: a. Editing, Kegiatan pengeditan dimaksudkan untuk meneliti kembali atau melakukan pengecekan pada setiap jawaban yang masuk.
Apabila terdapat kekeliruan akan dilakukan pencocokan segera pada responden. b. Coding, Setelah selesai editing, peneliti melakukan pengkodean data yakni untuk pertanyaan tertutup melalui symbol setiap jawaban. c. Transfering, Kegiatan mengklasifikasikan jawaban, data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan variabel yang diteliti. d. Tabulating, Kegiatan memindahkan data, pengelompokan responden yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi 2. Analisa Data Penelitian ini bersifat deskriptif, maka dalam analisanya menggunakan perhitungan-perhitungan statistik secara sederhana berdasarkan hasil penyebaran data menurut frekuensi antar kategori (Budiarto, 2005). Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variable. Kemudian ditentukan persentase (P) dengan menentukan rumus (Budiarto,2005) sebagai berikut.
P=
F X 100% n
Keterangan : P
= Persentase
n
= Sampel
F
= Frekuensi Teramati
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Panteraja merupakan salah satu Puskesmas yang berada di Kabupaten Pidie Jaya. Adapun batas-batas wilayah Puskesmas Panteraja adalah sebagai berikut: a.
Sebelah Utara berbatasan Selat Malaka/ Laut
b.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Bukit Barisan/ Pegunungan
c.
Sebelah Timur berbatasan dengan Meureudu
d.
Sebelah Barat berbatasan dengan Bandar Baru
B. Hasil Penelitian Berdasarkan kuesioner yang telah penulis sebarkan dan penulis lakukan pengolahan data serta penulis analisa, maka
memperoleh hasil
sebagai berikut : 1. Pengetahuan Berikut ini disajikan distribusi frekuensi pengetahuan wanita usia subur yang tidak menjadi akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kabupaten Pidie Jaya;
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Wanita Usia Subur yang Tidak Menjadi Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kabupaten Pidie Jaya No 1 2 3
Pengetahuan Baik Cukup Kurang
Jumlah Sumber:Data Primer (diolah)2013
Frekuensi (F) Persentase (%) 9 30 14 53
17.0 56.6 26.4 100
Berdasarkan tabel 5.1 di atas terlihat bahwa dari 100 responden, mayoritas berada pada kategori pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 30 responden (56,6%)
2. Dukungan Keluarga Berikut ini disajikan distribusi frekuensi dukungan keluarga wanita usia subur yang tidak menjadi akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kabupaten Pidie Jaya Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Wanita Usia Subur yang Tidak Menjadi Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kabupaten Pidie Jaya No 1 2
Dukungan Keluarga Cukup
Kurang' Jumlah Sumber:Data Primer (diolah)2013
Frekuensi (F) Persentase (%) 39
73.6
14 53
26.4 100
Berdasarkan tabel 5.2 di atas terlihat bahwa dari 100 responden, mayoritas responden mendapatkan dukungan keluarga yang cukup untuk menjadi Akseptor KB yaitu sebanyak 39 responden (73,6%).
3. Informasi Berikut ini disajikan distribusi frekuensi informasi wanita usia subur yang tidak menjadi akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kabupaten Pidie Jaya
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Informasi Wanita Usia Subur yang Tidak Menjadi Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Panteraja Kabupaten Pidie Jaya No
Informasi
1
Cukup
2
Kurang Jumlah Sumber:Data Primer (diolah)2013
Frekuensi (F) Persentase (%) 13
24.5
40 53
75.5 100
Berdasarkan tabel 5.3 di atas terlihat bahwa dari 100 responden, mayoritas responden berinformasi kurang tentang akseptor KB, yaitu sebanyak 40 responden (75,5%).
C. Pembahasan 1. Pengetahuan Responden Berdasarkan tabel 5.1 di atas terlihat bahwa dari 100 responden, mayoritas berada pada kategori pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 30 responden (56,6%)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Parinduri (2011) tentang faktor-faktor ketidakikutsertaan pasangan usia subur menjadi Akseptor KB di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas berumur 31-35 tahun sebanyak 26 responden (54.2%). Berdasarkan pekerjaan
sebagai
ibu
rumah
tangga
yaitu
31
responden
(64.6%).Berdasarkan pendapatan keluarga yaitu dalam klasifikasi sedang 33 responden (68.8%). Berdasarkan pengetahuan responden berada dalam klasifikasi cukup yaitu 28 responden (58.3%). Berdasarkan agama mayoritas agama islam sebanyak 40 responden (83.3%). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa penyebab responden berpengetahuan cukup dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya faktor umur, sumber informasi, dan faktor pengalaman. Pendapat yang penulis sampaikan sesuai yang dikemukakan oleh Ahyan (2012) yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor pendidikan, umur, sumber informasi, sosial budaya dan pengalaman.
2. Dukungan Keluarga Berdasarkan tabel 5.2 di atas terlihat bahwa dari 100 responden, mayoritas responden mendapatkan dukungan keluarga yang cukup untuk menjadi Akseptor KB yaitu sebanyak 39 responden (73,6%). Dukungan keluarga didefinisi dari dukungan sosial. Definisi dukungan sosial sampai saat ini masih diperdebatkan bahkan menimbulkan kontradiksi. Dukungan sosial sering dikenal dengan istilah lain yaitu dukungan emosi yang berupa simpati, yang merupakan bukti kasih sayang, perhatian, dan keinginan untuk mendengarkan keluh kesah orang lain. Sejumlah orang lain yang potensial memberikan dukungan tersebut disebut sebagai Significant Other, misalnya sebagai seorang istri Significant Other nya adalah suami, anak, orang tua, mertua, dan
saudara-saudara
(Notoatmodjo, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Bustami (2009) tentang faktorfaktor yang mempengaruhi rendahnya keinginan pasangan usia subur untuk menjadi akseptor KB di Desa Waringin Kecamatan Kutai Barat Tahun 2013 diperoleh hasil bahwa mayoritas berumur 31-35 tahun sebanyak 39 responden (54.2%). Berdasarkan pengetahuan responden berada dalam klasifikasi cukup yaitu 39 responden (83.3%), dan berdasarkan dukungan keluarga berada dalam klasifikasi rendah yaitu 9 responden (13,2%). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa dukungan keluarga turut mempengaruhi responden untuk menjadi akseptor KB,
karena dengan dukungan keluarga, responden merasa diberikan support untuk menjadi akseptor KB. Asumsi yang peneliti ajukan sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Maryatun (2009) yang menyatakan bahwa faktor yang berhubungan langsung dengan menjadi Akseptor KB adalah mendapatkan dukungan terhadap menjadi akseptor, terutama suami ataupun keluarga yang berpengaruh terhadap klien.
3. Informasi Berdasarkan tabel 5.3 di atas terlihat bahwa dari 100 responden, mayoritas responden berinformasi kurang tentang akseptor KB, yaitu sebanyak 40 responden (75,5%). Informasi adalah penerangan, pemberitahuan kabar atau berita tentang sesuatu atau lingkungan keseluruhan makna yang menunjang amanat yang terlihat dalam bagian amanat-amanat itu (Depdiknas, 2005). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irham (2010) tentang gambaran pengetahuan pasangan usia subur tidak menjadi akseptor KB di Desa Ingin Jaya Cianjur Kabupaten Jawa Barat didapatkan hasil bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup sebanyak 33 responden (21,9%), berdasarkan dukungan keluarga sebanyak 10 responden (11,2%) mendapatkan dukungan keluarga dan responden yang bersumber informasi rendah sebanyak 10 responden (11,2%) yang bersumber informasi cukup. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa informasi yang didapatkan oleh responden turut mempengaruhi untuk menjadi
akseptor KB. Responden yang cukup mendapatkan sumber informasi, tentunya mempunyai kesadaran tersendiri untuk menjadi akseptor. Asumsi yang peneliti ajukan sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005) yang menyatakan bahwa sumber informasi mempengaruhi pengetahuan, baik dari media maupun dari orang-orang dalam terkaitnya dengan kelompok manusia memberikan kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1.
Berdasarkan pengetahuan, mayoritas responden berada pada kategori pengetahuan cukup.
2.
Berdasarkan
dukungan
keluarga,
mayoritas
responden
mendapatkan
dukungan keluarga yang cukup untuk menjadi Akseptor KB. 3.
Berdasarkan informasi, mayoritas responden berinformasi kurang.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, peneliti dapat memberikan beberapa saran, antara lain; 1. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh petugas kesehatan dan kader kesehatan dalam mempromosikan dan dapat menjadi bahan masukan untuk keperluan penyuluhan dan promosi sehingga dapat meningkatkan jumlah peserta yang mengikuti KB. 2. Bagi Tempat Penelitian Sebagai bahan masukan bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana peran petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana.
3. Bagi institusi pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan informasi bagi mahasiswa tentang efek samping yang terjadi pada akseptor yang menggunakan KB.
DAFTAR PUSTAKA
Benson. R 2008. Komunitas Penduduk dengan kontrasepsi http//www.ceriabkkbn go.id/referensi/substansi/detail/7. (dikutip tgl 10/7/2013) BKKBN. 2008. http//www.ceria-bkkbn go.id/referensi/substansi/detail/7. (dikutip tgl 3/1/2013) _______, 2010. Profil Keluarga Indonesia, Jakarta Budiarto, 2005. Biostatika untuk kedokteran dan kesehatan Masyarakat, EGC. Jakarta. Chaniago. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. Depkes RI, 2010, Penuntun Hidup Sehat, Depkes RI, Jakarta. ________, 2010, Riset Kesehatan Dasar, Depkes RI, Jakarta. Dharmayanti, 2011, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaa N Kontrasepsi Oleh Pus, Jurnal Kamiilah, Volume:III No.5, Jakarta. Hartanto Hanafi, 2008. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi, EGC, Jakarta. Kemenkes RI, 2010, KB Pada Pasangan Usia Subur, www.depkes.go.id, Dikutip Tanggal 14 Juli 2013 Mansjoer, Arief, 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I Media Aesculapius, FKUI. Jakarta Maryatun, 2009, Analisis Faktor-Faktor Pada Ibu Yang Berpengaruh Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Iud Di Kabupaten Sukoharjo, Jurnal Kesehatan, Jakarta. Meilani, 2010. Pelayanan KB. Fitramaya, Yogjakarta Niken, Dkk, 2010.Pelayanan Keluarga Berencana, Fitramaya. Yokyakarta.
Nasrul,
2010, Sumber Informasi, http://referensiparamedis.blogspot.com/2012/08/sumber-informasiposted-by-cahyo.html, Dikutip Tanggal 13 Juli 2013
Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. __________________, 2005. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta. __________________, 2007. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta. Jakarta. Pambudi, DS. 2009. Keluarga Berencana (KB) Menuju Keluarga Sakinah, http://prov.bkkbn.go.id. (dikutip tgl 10/7/2013) Prawirohardjo, 2008, Ilmu Kebidanan, YBPSP, FKUI, Jakarta. Referensi Kesehatan, 2008, Definisi Dukungan http://creasoft.wordpress.com, Diakses Tanggal 13 Juli 2013
Sosial,
Saifuddin, 2008, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP, JHIPIEGO, Jakarta. Sujiatini, 2009, Hubungan Pendidikan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi, http://www.midewife.home.blogspot.com/2012/07(dikutip tgl 10/7/2013) Suparyanto, 2010, Konsep Suami, suparyanto.blogspot.com/2011/05/konsep-suami.html 10/7/2013) Sunaryo, 2008, Psikologi Keperawatan, EGC, Jakarta.
http://dr(dikutip tgl
KUESIONER PENELITIAN
Identitas Responden No Responden : Tanggal Penelitian : Nama : Petunjuk Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang dianggap benar. Wanita Pasangan Usia Subur Menjadi Akseptor KB Apakah ibu selama ini mengikuti program keluarga berencana: a. Ya, ..... Sebutkan.................. b. Tidak
Pengetahuan Tentang Program Keluarga Berencana Berilah tanda (x) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar! 1. Yang dimaksud dengan program KB adalah......... a. Suatu program untuk mengatur kelahiran/menjarangkan kehamilan b. Suatu program untuk menggunakan alat kontrasepsi c. Suatu program untuk mewujudkan norma kesejahteraan keluarga 2. Salah satu tujuan program KB adalah............. a. Mencegah terjadinya kehamilan b. Menyarankan masyarakat untuk memperoleh anak sebanyaknya c. Memperolah anak 3. Penyuluhan tentang KB dapat diperoleh pasangan dari.......... a. Konseling dari tenaga kesehatan b. Konsultasi pra perkawinan c. Konsultasi perkawinan 4. Sasaran dari program KB adalah............. a. Menurunnya angka kelahiran b. Menurunkan partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak
c. Menurunnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 5. Pasangan Usia Subur adalah............. a. Pasangan suami istri yang berusia 15-49 tahun b. Pasangan suami istri yang telah memiliki anak c. Pasangan suami istri yang belum memiliki anak 6. Pelayanan keluarga berencana terpadu adalah.............. a. Pelayanan yang meliputi pelayanan teknis dan pelayanan penyuluhan program KB b. Pelayanan KB yang dilaksanakan secara terpadu dan bersamam masyarakat c. Pelayanan yang melibatkan masyarakat 7. Maksud dari kebijakan dalam program kontrasepsi adalah a. Menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan usia muda b. Menyelamatkan ibu dan anak akibat jarak kelahiran yang terlalu dekat c. Menyelamatkan ibu dan anak akibat jarak kelahiran yang terlalu jauh 8. Salah satu program utama dari pelayanan keluarga berencana terpadu adalah..... a. Pelayanan gizi dan imunisasi b. KIA dan KB c. Kesehatan lingkungan 9. Yang dimaksud dengan pelayanan kontrasepsi adalah........ a. Suatu upaya untuk mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap baik menggunakan alat, obat maupun operasi b. Suatu upaya mencegah terjadinya kehamilan c. Suatu upaya untuk mengatur kehamilan 10. Salah satu tujuan dari pelayanan kontrasepsi adalah........... a. Menghentikan kehamilan b. Membatasi kehamilan c. Memberi dukungan dan pemantapan penerimaan program KB
Dukungan Tentang Program Keluarga Berencana
1. Apakah suami ibu pernah menganjurkan ibu untuk ber KB? a. Ya b. Tidak 2. Apakah suami ikut mengantarkan untuk mendapatkan pelayanan KB yang ibu harapkan? a. Ya b. Tidak 3. Apakah suami setuju apabila ibu ikut menjadi akseptor KB? a. Ya b. Tidak 4. Apakah suami ibu mendukung sepenuhnya bila ibu menggunakan kontrasepsi? a. Ya b. Tidak 5. Apakah suami ibu mengeluh apabila ibu menggunakan kontrasepsi? a. Ya b. Tidak 6. Apakah suami ibu ikut serta dalam menentukan kontrasepsi yang akan ibu gunakan? a. Ya b. Tidak 7. Apakah suami ibu melarang ibu untuk menjadi akseptor KB? a. Ya b. Tidak 8. Apakah suami ibu turut mendengarkan konseling tentang keluarga berencana? a. Ya b. Tidak
9.
Apakah keluarga juga mendukung ibu untuk menjadi akseptor KB? a. Ya
b. Tidak 10. Apakah suami hanya mendukung ibu untuk ber-KB secara alami? a. Ya b. Tidak
Informasi Tentang Program Keluarga Berencana Dari mana ibu menerima informasi tentang KB: Ya 1. Koran 2. Telivisi 3. Internet 4. Petugas kesehatan 5. Majalah/ Buletin 6. Teman 7. Orang tua 8. Kader 9. Poster/ spanduk 10. Radio 11. Sumber lain................
Tidak
KUNCI JAWABAN
Pengetahuan Tentang Program KB 1. C 2. B 3. A 4. C 5. A 6. A 7. C 8. C 9. A 10. C