FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMEULUE TIMUR KECAMATAN SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE
SKRIPSI Diajukan Untuk Memehuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Oleh :
AGNES INDRILIA NIM. 121010210051
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT dengan berkat rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana
LEMBARAN PERSETUJUAN
JUDUL
:FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMEULUE TIMUR KECAMATAN SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUETAHUN 2013
NAMA MAHASISWA NIM
:AGNES INDRILIA : 121010210051
MENYETUJUI : PEMBIMBING
( ISYADIN, SKM, MPH )
PENGUJI I
PENGUJI II
( AGUSALIM, SKM, MPH )
(
)
KETUA STIKes U’BUDIYAH
KETUA PRODII D-IV KEBIDANAN
MARNIATI, M.Kes
CUT ROSMAWAR, SST
i
LEMBARAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Akademi Diploma D IV Kebidanan STIKES U’Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh,
2013 Tanda Tangan
PEMBIMBING
: ISYADIN, SKM,MPH
(___________________)
PENGUJI I
: AGUS SALIM, SKM,MPH
(___________________)
PENGUJI II
:
(___________________)
MENYETUJUI KETUA STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH
MENGETAHUI KETUA PRODI
MARNIATI, M.Kes
CUT ROSMAWAR, SST
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Banda Aceh,
Penulis
iii
Juni 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013” telah dapat penulis selesaikan, tidak lupa pula salawat dan salam penulis hantarkan ke pangkuan alam Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kegelapan ke alam terang benderang yang penuh ilmu pengetahuan sehingga banyak hamba Allah yang berpikir dan berilmu. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Ahli Madya Kebidanan (Amd.Keb) di Akademi Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ketua Yayasan Pendidikan U’Budiyah Indonesia Bapak Dedy Zefrizal, ST. 2. Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh Ibu Marniati, SE, M.Kes. 3. Ketua Program studi D-IV Ibu Cut Rosmawar, SST. 4. Bapak Isyadin, SKM, MPH, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan arahan demi kesempurnaan Skirpsi ini. 5. Dosen penguji I dan penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan. 6. Bapak dr. Armidin selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue. 7. Bapak Heri Herwanto, SKM selaku Kepala Puskesmas Simeulue Timur Kabupaten Simeulue. 8. Para Staf-staf dosen U’Budiyah Banda Aceh yang telah membantu. 9. Suami dan anak-anak tercinta serta kedua orang tua yang telah mendukung dan mendoakan penulis. 10. Teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu sehingga selesainya penulisan Skirpsi ini. iv
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Skripsi ini dimasa yang akan datang. Akhirnya semoga jasa dan amal baik yang telah disumbangkan penulis serahkan kepada Allah SWT untuk membalasnya. Harapan penulis semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan pendidikan kearah yang lebih baik. Amin ya rabbal a’lamin.
Banda Aceh,
Juni 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. KATA PENGANTAR ...................................................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ABSTRAK ........................................................................................................
i ii iii iv vi viii ix x xi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. A. Latar Belakang ............................................................................. B. Rumusan Masalah ........................................................................ C. Tujuan Penelitian.......................................................................... D. Keaslian Penelitian ....................................................................... E. Manfaat Penelitian........................................................................
1 1 4 4 5 5
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ......................................................... A. Konsep Partisipasi ........................................................................ B. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Rendahnya Partisipasi Pria dalam ber-KB ....................................................................... C. Konsep Kontrasepsi...................................................................... D. Konsep Kontrasepsi Pria .............................................................. E. Kerangka Konsep ........................................................................ F. Kerangka Teori ............................................................................ G. Hipotesa........................................................................................
6 6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... A. Jenis Penelitian .............................................................................. B. Waktu & Tempat Penelitian .......................................................... C. Populasi dan sampel ...................................................................... D. Instrumen Penelitian ...................................................................... E. Defisi Operasional ........................................................................ F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................ G. Pengolahan dan Analisa Data .......................................................
27 27 27 29 30 30 31 32
BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. B. Hasil Penelitian .............................................................................. C. Pembahasan.....................................................................................
36 36 36 42
vi
7 14 16 24 24 26
BAB VI PENUTUP ......................................................................................... 49 A. Kesimpulan .................................................................................... 49 B. Saran ............................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2
Populasi dan Sampel ...............................................................
29
Tabel 1
Definisi Operasional ................................................................
30
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur, Pendidikan dan Jumlah Anak Yang Dimiliki Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 .............................................................................. 37 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 ............................................................................. 38 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Suami Tentang Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 .................
38
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Tentang Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 .................
39
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Informasi Yang Diperoleh Tentang Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 ..............................................................................
39
Tabel 5.6 Hubungan Pengetahuan Dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 .............................................................................. 40 Tabel 5.7 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 ............................................
41
Tabel 5.8 Hubungan Informasi Dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 ............................................
42
viii
DAFTAR SINGKATAN
KB
: Keluarga Berencana
BKKBN
: Badan Koordinasi Keluarga Berencana nasional
HIV
: Human Immunodefisiensi Virus
AIDS
: Aiqured Immuno Defisiensi Virus
IUD
: Intera Uterine Divice
PUS
: Pasangan Usia Subur
MOP
: Metode Operatif Pria
MOW
: Metode Operatif Wanita
PMS
: Penyakit Menuar Seksual
KIE
: Komunikasi Informasi Edukasi
Alkon
: Alat Kontrasepsi
IMS
: Infeksi Menular Seksual
HBV
: Hepatitis Born Virus
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Izin Permohonan Responden
Lampiran 2
Surat Izin Bersedia Menjadi Responden
Lampiran 3
Kuesioner
Lampiran 4
Kunci Jawaban
Lampiran 5
Tabel SPSS
Lampiran 6
Surat Izin Penelitian
Lampiran 7
Surat Izin Selesai Penelitian
Lampiran 8
Biodata
x
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur peneliti Panjatkan kehadirat Allah SWT. Dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “ Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan KeikutsertaanSuami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013”. Dalam penelitian skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan arahan dari berbagai pihak maka Alhamdulillah dalam penyusunan skripsi penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih
yang
sebesar-besarnya kepada : 1.
Ketua Yayasan Pendididkan U’Budiyah Indonesia Bapak dedy Zefrizal, ST.
2.
Ketua STIKes U,Budiyah Banda Aceh Ibu Marniati, SE, M.Kes.
3.
Ketua Program studi D-IV Ibu Nurlaila Ramadhan, SST.
4.
Bapak Isyadin, SKM, MPH< selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan arahan demi kesempurnaan Skripsi ini.
5.
Dosen penguji I dan penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan.
6.
Bapak dr. Armidin selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupatan Simeulue.
7.
Bapak Heri herwanto, SKM selaku Kepala Puskesmas Simeulue Timur Kabupaten Simeulue
8.
Para Staf-Staf Dosen U’Budiah Banda Aceh yang telah membantu.
9.
Suami dan Anak-Anak tercinta setra kedua orang tua yang telah mendukung dan mendoakan Peneliti.
10. Teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu sehingga selesainya penulisan Skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang peneliti miliki. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Skripsi ini dimasa yang akan datang. Akhirnya semoga jasa dan amal baik yang telah disumbangkan peneliti serahkan kepada Allah SWT untuk membalasnya. Harapan peneliti semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan pendidikan kearah yang lebih baik. Amin ya rabbal a’lamin.
Banda Aceh, Juni 2013
Peneliti
iii
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMEULUE TIMUR KECAMATAN SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE TAHUN 2013 Agnes Indrilia1, Isyadin 2 Xi + 51 halaman: 7 tabel, 8 lampiran Latar Belakang: Rendahnya partisipasi pria/suami dalam progran KB dan Kesehatan Reproduksi pada prinsipnya berhubungan dengan faktor yaitu kondisi lingkungan sosial, budaya dan masyarakat yang masih menggangap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan, pengetahuan dan kesadaran pria serta dukungan keluarganya dalam ber KB rendah, dan keterbatasan penerimaan serta aksesibilitas terhadap pelayanan KB dan Kesehatan reproduksi pria. Berdasarkan Data dari Puskesmas Simeulue timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue periode 2013, dari jumlah PUS sebanyak 5300 PUS, dimana akseptor pria hanya menggunakan kontrasepsi kondom sebanyak 25 orang, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi pria masih rendah. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue timur Kecamatan Simeulue timur Kabupaten Simeulue tahun 2013. Metodelogi Penelitian: Penelitian ini bersifat survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang istrinya akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue, dan sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik proportional sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 05 s/d 20 agustus 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue timur Kabupaten Simeulue. Hasil penelitian: Menunjukkan bahwa dari dari 97 responden yang berpengetahuan kurang terdapat 88,9% tidak ikutserta menjadi akseptor KB, dari responden 97 yang kurang mendapatkan dukungan keluarga terdapat 71,2%. tidak ikutserta menjadi akseptor KB, dari97 responden yang pernah mendapatkan informasi terdapat 65,3% tidak ikut serta menjadi akseptor KB. Kesimpulan dan Saran: Ada hubungan pengetahuan dengan partisipasi suami dengan p=0,000 (p<0,05), ada hubungan dukungan keluarga dengan partisipasi suami dengan p=0,004 (p<0,05), ada hubungan informasi dengan partisipasi suami dengan p=0,029 (p<0,05), oleh karena itu bagi tempat penelitian, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan faktor-faktor penghambat yang berhubungan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue timur Kabupaten Simeulue tahun 2013. Kata Kunci Kepustakaan
: Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Informasi, Partisipasi, Alat Kontrasepsi, Suami : 17 Buku (2000-2010), 4 situs Internet
1. Mahasiswa Studi Diploma IV Kebidanan STKes U’Budiyah Banda Aceh 2. Dosen Pembimbing Studi Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Visi program Keluarga Berencana Nasional yaitu “Keluarga Berkualitas pada tahun 2015”. Visi ini dimaksudkan untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Visi ini juga dimaksudkan untuk mewujudkan partisipasi pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi. Partisipasi pria menjadi penting dalam KB dan kesehatan reproduksi karena pria adalah “patner” dalam reproduksi dan seksual, sehingga sangat beralasan apabila pria dan wanita berbagi tanggung jawab dan berperan secara seimbang untuk mencapai kepuasan kehidupan seksual, pria secara nyata terlibat dalam fertilitas dan mereka mempunyai peranan yang penting dalam memutuskan kontrasepsi yang akan dipakai dan digunakan istrinya serta memberikan dukungan kepada pasangannya terhadap kehidupan reproduksinya (BKKBN, 2004). Kondisi lingkungan sosial, budaya, masyarakat, dan keluarga yang masih menganggap partisipasi pria belum penting dilakukan, menjadi penyebab rendahnya partisipasi pria. Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Masalah KB dan kesehatan reproduksi masih dipandang sebagai tanggung jawab perempuan. Pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarga mengenai KB masih relatif rendah (Kompas, 2012). Rendahnya partisipasi pria/suami dalam progran KB dan Kesehatan Reproduksi pada prinsipnya berhubungan dengan faktor yaitu kondisi lingkungan sosial, budaya dan masyarakat yang masih menggangap partisipasi pria belum atau
1
tidak penting dilakukan, pengetahuan dan kesadaran pria serta dukungan keluarganya dalam ber KB rendah, dan keterbatasan penerimaan serta aksesibilitas terhadap pelayanan KB dan Kesehatan reproduksi pria (BKKBN, 2004). Ada keterbatasan penerimaan dan aksesabilitas pelayanan kontrasepsi pria, kurangnya pengetahuan pria terhadap alat kontrasepsi seperti kondom dan vasektomi, dimana pria beranggapan bahwa penggunaan kontrasepsi kondom ditakutkan akan menyebabkan impoten. Sedangkan kondom dianggap mengurangi kenikmatan dalam hubungan seksual, merepotkan, dan dipersepsikan hanya untuk penderita atau mencegah penyakit kelamin dan HIV/AIDS (Yulianti, 2011). Angka penggunaan kontrasepsi di seluruh dunia di perkirakan adalah berjumlah 460 juta, metode spesifik yang di gunakan adalah sterilisasi wanita sebanyak 26%, sterilisasi pria sebanyak 10%, IUD sebanyak 19%, pil sebanyak 15%, kontrasepsi suntik sebanyak 30%, dan penggunaan kontrasepsi pria hanya sebanyak 10% untuk kondom, senggama terputus sebanyak 8%, metode keluarga berencana alami sebanyak 7% (WHO, 2009). Angka kesertaan pria dalam ber KB di Dunia masih relatih rendah seperti di Pakistan sekitar 5,2%, Bangladesh 13,9%, Malaysia 16,8%. Berdasarkan Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, bahwa dari jumlah 30.931 wanita , pemakaian suatu alat/KB berstatus kawin mengalami peningkatan dari 50% pada tahun 1991 menjadi 61% pada tahun 2007, namun pemahaman tentang kesetaraan gender dalam ber KB baru berjumlah 1,3% dengan perincian kondom 0,9% dan MOP 0,4%, dimana angka kesetaraan pria tersebut relatif rendah. Rendahnya partisipasi pria tersebut menjadi salah satu penyebab derajat kesehatan ibu dan anak menjadi rendah (BKKBN, 2004).
2
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinkes Provinsi Aceh (2010), jumlah PUS yaitu 737.091 jiwa, PUS yang menggunakan akseptor KB meliputi suntik 50%, pil 39%, Kondom 31,3%, IUD 2,3%, obat vagina 2%, Implant 1,7%, Metode Operatif Pria (MOP) 0,3% dan Metode Operatif Wanita (MOW) 0,0%. Data dari Dinkes Kabupaten Simeulue (2010), jumlah PUS yaitu 1.165 jiwa, PUS yang menggunakan akseptor KB meliputi suntik 52,1%, pil 31,6%, Kondom 9,3%, IUD 2,9%, obat vagina 0,0%, Implant 3,6%, MOP 0,6% dan MOW 0,0% (Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2010). Data dari Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue periode 2011 s/d 2013, dari jumlah PUS sebanyak 5300 PUS, dimana akseptor pria hanya menggunakan kontrasepsi kondom sebanyak 25 orang, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi pria masih rendah. Hasil wawancara dengan 5 orang akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue diperoleh bahwa 3 dari 5 akseptor KB pria masih enggan menggunakan kontrasepsi kondom dengan alasan kurang nyaman pada saat berhubungan dan 2 orang akseptor KB pria mengemukakan bahwa penggunaan kondom memiliki kekhawatiran akan bocornya kondom, sedangkan untuk alat KB vasektomi ke 5 akseptor KB mengemukakan enggan untuk ber-KB vasektomi karena harus melalui proses tindakan operasi dan harus membuang bagian tubuh mereka yang sangat berharga, hal ini disebabkan kurang lengkapnya informasi yang dimiliki akseptor KB pria baik tentang alat kontrasepsi kondom dan vasektomi, baik dari manfaat dan keuntungannya, dan dari segi dukungan keluarga ke-5 akseptor KB pria mendapatkan dukungan keluarga terutama dari sang istri, namun akseptor KB pria mengganggap dukungan tersebut masih kurang. Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan
3
penelitian mengenai “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013”.
B. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran hubungan pengetahuan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013. b. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013.
4
c. Untuk mengetahui hubungan informasi dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013. D. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran kepustakaan penelitian sebelumnya, penelitian tentang partisipasi/keikutsertaan pria menjadi akseptor KB sudah pernah dilakukan oleh Suryani (2010), tentang Gambaran Partisipasi Suami Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Rosmeity Rose Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh Tahun 2010, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang diolah secara manual, adapun perbedaan yang sangat mendasari penelitian ini sebelumnya adalah variabel penelitian.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan faktor penghambat partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi. 2. Bagi tempat penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang signifikan baik dalam membantu
mengetahui faktor penghambat yang berhubungan dengan
rendahnya partisipasi suami menjadi akseptor keluarga berencana. 3. Bagi institusi pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam membimbing dan menambah pengetahuan mahasiswi kebidanan tentang pentingnya partisipasi suami menjadi akseptor keluarga berencana.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Partisipasi/ keikutsertaan 1. Pengertian Partisipasi/ keikutsertaan Partisipasi adalah keterlibatan berbagai pihak terkait didalam proses pengambilan keputusan dan menetapkan berbagai langkah yang di perlukan untuk melaksanakan keputusan yang sudah di ambil (Andika, 2007). Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan kesertaan ber KB dan Kesehatan Reproduksi, serta perilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangannya dan keluarganya (BKKBN, 2004). 2. Bentuk Partisipasi Pria dalam ber KB BKKBN (2004), mengemukakan partisipasi pria tersebut dalam ber KB, meliputi : a. Sebagai peserta KB dengan menggunakan salah satu cara/metode pencegahan kehamilan seerti Kondom dan Vasektomi, disamping metode senggama terputus dan pantang berkala b. Mendukung istri dalam ber KB c. Sebagai motivator d. Merencanakan jumlah anak dan jarak kelahiran anak bersama istri e. Membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan ibu hamil
6
f. Merencanakan persalinan yang aman dan bersih oleh tenaga kesehatan terlatih g. Menghindari keterlambatan dalam mencari pertolongan medis h. Membantu perawatan ibu dan bayi setelah persalinan i. Menjadi suami yang bertanggung jawab j. Menghindari dan mengakhiri kekerasan terhadap perempuan k. Mencegah penularan PMS termasuk HIV/AIDS l. Menjadi calon pasangan yang bertanggung jawab
B. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Keikutsertaan Pria dalam ber KB Rendahnya keikutsertaan suami dalam progran KB dan Kesehatan Reproduksi pada prinsipnya berhubungan dengan faktor yaitu kondisi lingkungan sosial, budaya dan masyarakat yang masih menggangap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan, pengetahuan dan kesadaran pria serta dukungan keluarganya dalam ber KB rendah, dan keterbatasan penerimaan serta aksesibilitas terhadap pelayanan KB dan Kesehatan reproduksi pria (BKKBN, 2004). Dalam penelitian ini peneliti hanya membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya partisipasi pria dalam ber KB ditinjau dari : 1. Pengetahuan Secara umum pengetahuan tentang kontrasepsi modern sudah meningkat pada tahun 2003, tingkat pengetahuan wanita pernah kawin dan berstatus kawin mencapai 98,5%, sedangkan pria sebesar 96,3%, namun
7
demikian pengetahuan mereka tentang metode kontrasepsi pria masih rendah. Pengetahuan wanita pernah kawin dan berstatus kawin tentang vasektomi 39%, sedangkan pengetahuan prianya 31,9%. (BKKBN, 2004). Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan terjadi
melalui
panca
indera
manusia
yakni
indra
penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan ada 2 macam
yaitu pengetahuan umum dan
pengetahuan khusus, dimana keduanya menjadi milik manusia berdasarkan pengalaman, baik pengalaman sendiri atau orang lain, yang amat penting adalah pengetahuan ini harus sesuai dengan aspek objek yang diketahui, persesuaian pengetahuan objek adalah pengetahuan objektif dalam pengetahuan benar (Notoatmodjo, 2007). Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers dalam Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerima perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
8
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang diinginkan didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu : a.
Tahu (Know) Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya untuk mengukur bahwa orang tahu tentang sesuatu dengan menggunakan kata kerja antara lain menyebutkan, mendefinisikan, menguraikan dan sebagainya.
b.
Memahami (Comprehension) Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Bila telah paham secara objek, maka kita harus menjelaskan, menerangkan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c.
Aplikasi (Aplication) Merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
d.
Analisis (Analysis) Merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen tertentu, tetapi dalam struktur organisasi tersebut dan mempunyai hubungan satu sama lain.
9
e.
Sintesis (Syntesis) Menunjukkan
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f.
Evaluasi (Evaluating) Merupakan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan criteria yang telah ditentukan. Setelah orang mendapatkan pengetahuan, selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap yang diketahuinya itu. Pengetahuan menjadi landasan penting untuk menentukan suatu
tindakan. Pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang akan kesehatan merupakan faktor yang menentukan dalam mengambil suatu keputusan. Orang yang berpengetahuan baik akan mengupayakan kemampuan menerapkan pengetahuannya didalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Dengan adanya pengetahuan dalam diri seseorang, merupakan suatu kemampuan untuk menentukan suatu tindakan yang dianggap baik bagi dirinya, dimana pengetahuan menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi yang diterima dibidang kesehatan khususnya tentang KB (BKKBN, 2004).
10
2. Dukungan keluarga Dukungan adalah dorongan moril yang diberikan oleh salah satu anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain untuk mencapai tujuan tertentu (KKBI, 2000). Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu-individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling tergantung, yang terorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu, yakni fungsi-fungsi keluarga atau tujuantujuan. Jadi dalam sebuah keluarga dikembangkanlah nilai-nilai dengan keyakinan tertentu yang dimiliki, sebagai ketentuan bagi anggotanya (Hamillton, 2002). Hamillton (2002), juga mengemukakan bahwa kebutuhan dasar manusia merupakan sumber kekuatan yang mendorong kearah tujuan tertentu secara disadari maupun tidak disadari. Dorongan itu disebut dengan motivasi, motivasi bisa timbul dari dalam diri individu itu sendiri maupun yang datang dari lingkungan sekitarnya khususnya dukungan suami atau keluarga terdekat. Dukungan keluarga menurut Friedman (2002) adalah dukungandukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga yang berupa memberikan dukungan. Jadi dukungan keluarga sangatlah penting, sehingga keluarga menyadari bahwa memiliki anak bukan hanya memberikan kebutuhan anak balita dari segi ekonomi tetapi tanggung jawab (sharing responsibility) dalam bentuk memberikan dukungan moril (seperti kasih sayang dan perhatian) akan
11
membantu anak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik dalam lingkungan keluarga. Dukungan keluarga memiliki peranan penting dalam pemilihan alat kontrasepsi. Masih minimnya dukungan keluarga disebabkan leh aspek sosial budaya masyarakat Indonesia, yang juga menjadi faktor penyebab rendahnya kesadaran pria untuk berperan menyukseskan program KB (Issac, 2012). Peningkatan dukungan baik secara politis, sosial, budaya dan keluarga akan lebih mengutamakan pendekatan atau kegiatan advokasi, promosi dan KIE secara intensif kepada para pengambilan keputusan (BKKBN, 2004). 3. Informasi Informasi adalah suatu keterangan, penerangan, atau data yang telah di proses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata, sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk mengambil keputusan untuk masa yang akan datang (Jajang, 2005). Kemudahan untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak dan Chayatin, 2009). Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Informasi yang didapat seseorang tergantung pada 3 hal, yaitu keakuratan berarti informasi harus bebas dari kesalahankesalahan dan tidak bias atau menyesatkan/ informasi harus jelas
12
mencerminkan maksudnya, tepat pada waktunya,berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terhambat, dan relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya (Hidayat, 2007). Pengetahuan seseorang tidak secara mutlak dipengaruhi oleh pendidikan karena pengetahuan dapat juga diperoleh dari pengalaman masa lalu, namun tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi yang diterima yang kemudian menjadi dipahami (Notoatmodjo, 2007). Partisipasi pria untuk mengikuti program KB masih rendah. Salah satunya disebabkan minimnya akses laki-laki terhadap perolehan informasi, pelayanan KB, dan kesehatan reproduksi. Menurut Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Issac (2012), kurangnya promosi atau sosialiasi tentang KB pria dikarenakan kebijakan KB di Indonesia yang masih berfokus pada pencapaian target peserta KB perempuan. Perempuan masih tetap menjadi sasaran utama sosialisasi program KB dengan harapan istri yang akan mengkomunikasikan dan menegosiasikan pemakaian alat kontrasepsi (alkon) kepada suaminya, hal ini tentunya menjadi tidak sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan peran serta pria dan kesetaraan gender dalam konteks keluarga berencana karena tidak secara serius menjadikan pria sebagai target sasaran program KB. BKKBN (2004), mengemukakan bahwa rendahnya pengetahuan PUS tentang metode kontrasepsi pria antara lain disebabkan oleh :
13
a. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) yang dilakukan lebih banyak sasaran wanita. b. Media KIE, konseling yang tersedia, informasi yang diberikan oleh petugas, dan di tempat pelayanan yang masih ada bias gender. c. Terbatasnya
cakupan
promosi/KIE
partisipasi
pria
dalam
KB/kesehatan reproduksi karena dukungan dana yang terbatas. d. Masih minimnya penggunaan media elektronik (radio/TV) sebagai media promosi KB pria. BKKBN
(2004),
juga
mengemukakan
untuk
meningkatkan
partisipasi tersebut maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Mendorong meningkatnya dukungan penentu kebijakan, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat terhadap upaya peningkatan partisipasi pria dalam ber KB dan kesehatan reproduksi. b. Meningkatkan pengetahuan semua orang, perempuan dan laki-laki mengenai kontrasepsi pria dan partisipasinya dalam KB dan kesehatan reproduksi. c. Meningkatakan akses dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi bagi pria. d. Meningkatkan kesertaan pria dalam ber KB
C. Konsep Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang
14
telah matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan (Sarwono, 2003). Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2005). Suratun (2008), juga mengemukakan bahwa KB adalah tindakan membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan umur ibu serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008). Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat atau obatobatan yang bertujuan untuk mengatur jumlah dan jarak waktu kelahiran (Mochtar, 2002). Sarwono (2003), juga mengemukakan bahwa dalam memilih metode kontrasepsi, hendaknya kontrasepsi tersebut memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Amannya pemakaian dan dapat dipercaya 2. Efek samping yang merugikan tidak ada 3. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan 4. Tidak menggangu hubungan persetubuhan 5. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya 6. Cara penggunaannya sederhana
15
7. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas 8. Dapat diterima oleh pasangan suami istri (PUS) Sesungguhnya belum ada alat kontrasepsi yang betul-betul ideal dan dapat memenuhi semua syarat-syarat tersebut diatas, yang ada ialah kontrasepsi yang memenuhi sebagian syarat, atau hampir memenuhi syarat, yang penting adalah memakai salah satu kontrasepsi jauh lebih baik daripada tidak menggunakan kontrasepsi sama sekali (Mochtar, 2002).
D. Konsep Kontrasepsi Pria Yulianti (2011), mengemukakan kontrasepsi untuk pria yang paling banyak dikenal orang mungkin adalah kondom, tetapi selain itu masih ada beberapa pilihan kontrasepsi lain untuk pria, baik yang sudah tersedia ataupun yang masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut. Berikut adalah beberapa ragam pilihan kontrasepsi untuk pria, yaitu : 1. Koitus Interuptus (Senggama Terputus) a. Pengertian Koitus Interuptus Koitus Interuptus (senggama terputus) adalah suatu metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadinya ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna wanita (Hartanto, 2004). Yulianti (2011), mengemukakan bahwa metode ini dilakukan dengan cara menarik keluar penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi, sehingga ejakulasi dilakukan di luar vagina. Metode ini kurang efektif dalam mencegah terjadinya kehamilan karena
16
membutuhkan kesadaran yang tinggi dari pihak pria untuk melakukannya dan juga sebelum terjadinya ejakulasi pun bisa jadi sudah terdapat air mani yang keluar dan mengandung sperma. b. Keuntungan Koitus Interuptus Hartanto (2004), mengemukakan bahwa keuntungan dari koitus interuptus (senggama terputus), yaitu : 1) Tidak memerlukan alat/murah 2) Tidak menggunakan zat kimiawi 3) Selalu tersedia setiap saat 4) Tidak mempunyai efek samping c. Kerugian Koitus Interuptus Hartanto (2004), mengemukakan bahwa kerugian dari koitus interuptus (senggama terputus), yaitu : 1) Angka kegagalannya cukup tinggi 2) 16-23 kehamilan per 100 wanita pertahun 3) Faktor-faktor yang menyebabkan angka kegagalan yang tinggi ini adalah adanya cairan pra ejakulasi (yang sebelumnya sudah tersimpan dalam kelenjar prostat, uretra, kelenjar cowper), yang dapat keluar setiap saat dan setiap tetes sudah dapat mengadung berjuta-juta spermatozoa. Kurangnya kontrol diri pria, yang pada metode ini justru sangat penting. 4) Kenikmatan seksual berkurang bagi suami-istri, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan perkawinan.
17
d. Kontra indikasi Koitus Interuptus Hartanto (2004), mengemukakan bahwa kontra indikasi dari koitus interuptus (senggama terputus), yaitu ejakulsi prematur pada pria. 2. Kondom a. Pengertian kondom Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewan) yang di pasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektifitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktifitas seksual (Saifuddin, 2003). Kondom
adalah
suatu
alat
kontrasepsi
yang bertujuan
menghalangi masuknya spermatozoa kedalam traktus genetalia interna wanita (Hartono, 2004) b. Cara kerja 1) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan.
18
2) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil) (Saifuddin, 2003). c. Efektifitas Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah hanya didapatkan sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun (Saifuddin, 2003). d. Keuntungan Menurut Hartono (2004), kontrasepsi kondom memiliki beberapa keuntungan, antara lain : mencegah kehamilan, memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seksual (PHS), dapat diandalkan, relatif murah, sederhana, ringan, disposible, tidak memerlukan pemeriksaan medik, supervisi atau follow up, reversible dan pria ikut serta dalam program KB. e. Kerugian 1) Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seksual guna memasang kondom 2) Perlu dipakai secara konsistens, hati-hati dan terus-menerus pada setiap senggama (Hartono, 2004).
19
f. Indikasi kondom 1) Pria a) Penyakit genetalia b) Sensitifitas penis terhadap sekret vagina c) Ejakulasi prematur 2) Wanita a) Vaginitis, termasuk yang dalam pengobatan. b) Kontraindikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan pemasangan diafragma atau kap serviks secara anatomis atau psikologis tidak memungkinkan. c) Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan didalam vagina. d) Metode temporer (Hartanto, 2004). 3. Vasektomi a. Pengertian Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang sangat singkat dan tidak memerlukan anastesi umum, efektifitas setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan (Hartanto, 2004). Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Sarwono, 2003).
20
Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang terbentuk dari dua kata yaitu vas dan ektomi. Vas atau vasa deferensia artinya adalah saluran benih yaitu saluran yang menyalurkan sel benih jantan (spermatozoa) keluar dari buah zakar (testis) yaitu tempat sel benih itu diproduksi menuju kantung mani (vesikulaseminalis) sebagai tempat penampungan sel benih jantan sebelum dipancarkan keluar pada saat puncak sanggama (ejakulasi). Ektomi atau ektomia artinya pemotongan sebagian. Jadi vasektomi artinya adalah pemotongan sebagian (0,5 cm-1cm) saluran benih sehingga terdapat jarak diantara ujung saluran benih bagian sisi testis dan saluran benih bagian sisi lainya yang masih tersisa dan pada masing-masing kedua ujung saluran yang tersisa tersebut dilakukan pengikatan sehingga saluran menjadi buntu/tersumbat (Asri, 2008). b. Cara Kerja Kontrasepsi Vasektomi Sarwono (2003),
mengemukakan cara kerja kontrasepsi
vasektomi, yaitu : 1) Sangat efektif dan permanen 2) Tidak ada efek samping jangka panjang 3) Tindakan bedah yang aman dan sederhana 4) Efektif setelah 20 kali ejakulasi atau 3 bulan 5) Konseling dan informed consent mutlak diperlukan c. Efektivitas Kontrasepsi Vasektomi Hartanto (2004), mengemukakan efektivitas vasektomi, terdiri dari :
21
1) Angka kegagalan 0-2,2%, umumnya <1% 2) Kegagalan vasektomi umumnya disebabkan oleh : a) Senggama yang tidak terlindungi sebelum semen/ejakulasi bebas sama sekali dari spermatozoa b) Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah pembentukkan granuloma spermatozoa c) Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi d) Jarang terjadi duplikasi kongenital dari vas deferens d. Keuntungan Vasektomi Hartanto (2004), mengemukakan bahwa vasektomi memiliki beberapa keuntungan, antara lain : 1) Sangat efektif 2) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas 3) Sederhana 4) Cepat hanya memerlukan waktu 5-10 menit 5) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal saja 6) Biaya rendah 7) Secara kultural, Sangat dianjurkan untuk wanita yang merasa malu untuk ditangani dokter pria atau kurang tersedianya dokter wanita dan paramedis wanita. e. Keterbatasan Vasektomi Hartanto (2004), mengemukakan bahwa vasektomi memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :
22
1) Diperlukan suatu tindakan operatif 2) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi 3) Vasektomi belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferns, dikeluarkan. 4) Masalah psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria. f. Kontra-Indikasi Vasektomi Hartanto (2004), mengemukakan bahwa vasektomi memiliki beberapa kontra indikasi, antara lain : 1) Infeksi kulit lokal, misalnya scabies 2) Infeksi truktus genetalia 3) Kelainan skrotum dan sekitarnya : varicocele, hidrocele besar, filariasis, hernia inguinalis, orchiopexy, luka parut bekas hernia, skrotum yang sangat tebal. 4) Penyakit sistemik : penyakit-penyakit perdarahan, DM, Penyakit jantung koroner 5) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil g. Efek Samping dan Komplikasi Vasektomi Hartono (2004), mengemukakan bahwa vasektomi tidak menimbulkan efek sistemik, dan efek vasektomi pada fungsi testis dan
23
hormon pria, sedangkan komplikasi yang ditimbulkan vasektomi , antara lain : Komplikasi minor 1) Ecchymosis, terjadi 2-65% 2) Pembengkakan (0,8-67%) 3) Rasa sakit/rasa tidak enak Komplikasi mayor 1) Hematomap 2) Infeksi 3) Sperm granuloma
E. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep yang dari masalah yang ingin diteliti, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung, agar dapat diamati dan diukur maka konsep tersebut digambarkan dalam variabel-variabel (Notoatmodjo, 2010).
F. Kerangka Teori Menurut BKKBN (2004) Rendahnya partisipasi pria/suami dalam progran KB dan Kesehatan Reproduksi pada prinsipnya berhubungan dengan faktor yaitu kondisi lingkungan sosial, budaya dan masyarakat yang masih menggangap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan, pengetahuan dan kesadaran pria serta dukungan keluarganya dalam ber KB rendah, dan keterbatasan penerimaan serta aksesibilitas terhadap pelayanan KB dan
24
Kesehatan reproduksi pria. Oleh karena keterbatasan waktu penelitian peneliti hanya meneliti tentang pengetahuan, dukungan keluarga dan informasi.
Menurut BKKBN (2004) : Pengetahuan Kesadaran pria Partisipasi/ Keikutsertaan
Dukungan keluarga Keterbatasan penerimaan informasi Kurangnya aksesibilitas -
-
Berdasarkan teori tersebut, maka secara skematis kerangka teori
penelitian ini dapat dilihat pada bagian di bawah ini : Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan Keikutsertaan Suami
Dukungan keluarga Informasi
25
G. Hipotesa a. Ada hubungan pengetahuan dengan partisipasi suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013 b. Ada hubungan dukungan keluarga dengan partisipasi suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue timur Kabupaten Simeulue tahun 2013. c. Ada hubungan informasi dengan partisipasi suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Kabupaten Simeulue tahun 2013.
26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriftif dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue timur Kecamatan Simelue timur Kabupaten Simeulue 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 05 s/d20 Agustus 2013.
C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Menurut Notoatmodjo (2010) populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang istrinya akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas
27
Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue berjumlah 2890 orang. 2. Sampel Menurut Notoatmodjo (2010) sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh dari populasi. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :
n
N 1 N (d 2 )
Keterangan : N
: Besar populasi
n
: Besar sampel
d
: Tingkat kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) sebesar 90 %
n
N 1 N (d ) 2
n
2890
1 28900,1
2
n
2890 1 28900,01
n
2890 96,6 dibulatkan 29,90
menjadi
97
penelitian
ini
orang suami akseptor Supaya
sampel
menggunakan
lebih
teknik
proportional, propotional
28
maka sampling,
dalam
dengan
cara
acak
menggunakan rumus untuk menentukan jumlah sampel perdesa sampai berjumlah 97 orang suami, yaitu sebagai berikut :
SPI
n xJS N
Keterangan : SPI
= Jumlah sampel pada tiap-tiap subpopulasi
n
= Jumlah responden dalam sub populasi
N
= Jumlah responden dalam populasi
Js
= Jumlah sampel yang dibutuhkan
Tabel 1. Populasi dan Sampel No Nama Desa
Jumlah Populasi Jumlah Sampel (orang) (orang) 1 Air pinang 170 6 2 Ujung tinggi 124 4 3 Kw.makmur 134 4 4 Ganting 196 7 5 Sefoyan 85 3 6 Linggi 115 4 7 Lugu 89 3 8 Amaiteng 324 11 9 Sk. Karya 126 4 10 Sk. Maju 526 18 11 Sinabang 223 7 12 Sk. Jaya 450 15 13 Ameria Bahagia 328 11 Total 2890 97 Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : a. Bersedia menjadi responden b. Dapat membaca dan menulis c. Suami yang istrinya usia reproduksi (20-35 tahun)
29
D. Instrumen penelitian Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner yang berbentuk pilihan multiple choise untuk mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013, dimana kuesioner berisikan pertanyaan tentang variabel penelitian yang terdiri dari 2 soal untuk partisipasi, 15 soal untuk pengetahuan, 3 soal untuk dukungan keluarga, 2 soal untuk informasi, dengan nilai benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0 (Notoatmodjo, 2010).
E. Definisi Operasional Tabel 2. Definisi Operasional No 1
2
Variabel
Definisi Operasional
Dependen Keikutsertaan Partisipasi suami suami dalam kegiatan Keluarga Berencana (KB)
Independen Pengetahuan Segala sesuatu suami tentang yang diketahui KB suami dalam ber KB
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Kuesioner sebanyak 2 pertanyaan, dengan kriteria : - Ya bila berpartisipasi dalam ber-KB - Tidak bila tidak berpartisipasi dalam ber-KB
Kuesioner - Ya - Tidak
Kuesioner sebanyak 15 pertanyaan, dengan kriteria : - Baik bila
Kuesioner - Baik Ordinal - Kurang
30
Ordinal
x 8,97
Dukungan keluarga
Informasi
- Kurang bila x 8,97 Dorongan yang Kuesioner diberikan sebanyak 3 anggota pertanyaan, keluarga dengan kriteria : kepada suami - Baik bila baik dalam x 0,67 bentuk - Kurang mengumpulkan bila x 0,67 informasi dan terlibat dalam pengambilan keputusan dalam ber KB Segala informasi yang didapat tentang alat kontrasepsi yang dapat digunakan suami
Kuensioner dengan soal sebanyak 2 pertanyaan, dengan kriteria : - Pernah - Tidak Pernah
Kuesioner Ordinal Menduku ng - Kurang menduku ng
Kuesioner
- Pernah - Tidak Pernah
Ordinal
Kesehatan
dan
F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 1. Data Skunder Data
yang
diperoleh
dari
laporan
Dinas
catatan/laporan Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue timur Kabupaten Simeulue, tinjauan kepustakaan dan berbagai informasi yang ada kaitannya dengan penelitian ini. 2. Data Primer Data yang langsung diperoleh dari lapangan dengan cara menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai variabel penelitian.
31
G. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Proses pengolahan data dapat dilakukan melalui beberapa tahap. Menurut Budiarto (2001) tahap pengolahan data meliputi : a. Editting, adalah melakukan pemeriksaan data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan, kartu ataupun buku register, yang dilakukan pada kegiatan pemeriksaan data adalah menjumlahkan data dan melakukan pengkoreksian, dengan memeriksa apakah semua pertanyaan telah diisi dan apakah jawaban sesuai dengan pertanyaan. b. Coding, adalah memberikan kode untuk semua variabel berupa nomor pada setiap kuesioner yang di isi oleh responden pda saat penelitian. c. Transfering, adalah memindahan data dari kuesioner kedalam tabel pengolahan data secara berurutan sesuai dengan variabel penelitian d. Tabulating, adalah pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisa. 2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisis data yang digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabel-variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun variabel dependen. dengan kriteria untuk penilaian masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut :
32
1) Keikutsertaan, dengan kriteria : a) Ya bila berpartisipasi dalam ber-KB b) Tidak bila tidak berpartisipasi dalam ber-KB 2) Pengetahuan, dengan kriteria: a) Baik bila x 8,97 b) Kurang bila x 8,97 3) Dukungan keluarga, dengan kriteria a) Mendukung bila x 0,67 b) Kurang mendukung bila x 0,67 4) Informasi, dengan kriteria : a) Pernah bila pernah mendapatkan informasi b) Tidak pernah bila tidak pernah mendapatkan informasi Untuk variabel pengalaman, digunakan nilai mean atau rata-rata ( x ) dengan rumus:
x
x n
Keterangan :
x
: Nilai rata-rata
∑x
: Hasil penjumlahan observasi
n
: Jumlah responden menjadi sampel
Selanjutnya data dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi, menurut Sudjana (2005) analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dengan rumus sebagai berikut : 33
P
f1 100% n
Keterangan P
: Persentase
f1
: Frekuensi teramati
n
: Jumlah responden menjadi sampel
b. Analisis data bivariat Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen melalui uji chi-square. Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik antara 2 variabel digunakan batas kemaknaan (CI) 0,05% (95%).
O E
2
x
2
Rumus :
E
Keterangan : χ² : Chi-Square Tes O : frekuensi observasi e : frekuensi harapan Uji statistik dalam penelitian ini diolah dengan komputer menggunakan SPSS versi 15, untuk menentukan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen melalui uji Chi-Square Tes (x 2 ), Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik antara 2 variabel digunakan batas kemaknaan (CI) 0,05 (95%) (Arikunto, 2006), dengan ketentuan bila nilai p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha 34
diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas. Untuk menentukan nilai p-value pada Chi-Square Tes (x 2 ) tabel, memiliki ketentuan sebagai berikut : 1) Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah “Fisher’s Excact test”. 2) Bila pada tabel 2x2 dan tidak dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka nilai yang digunakan adalah “Countinuity Correction”. 3) Bila tabelnya lebih dari 2x2, misalnya tabel 3x2, 3x3 dan sebagainya, maka digunakan uji “Pearson Chi-Square”. 4) Uji “Likelihood Ratio” dan “Linear-by-Linear Assciation”, biasanya digunakan untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisis stratifikasi pada bidan epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linear dua variabel katagorik, sehingga kedua jenis ini jarang digunakan. Analisa data dilakukan dengan komputerisasi program SPSS 15 untuk membuktikan hipotesa jika p value < 0,05 (Ho ditolak) sehingga disimpulkan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna.
35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Simeulue Timur Kabupaten Simeulue merupakan salah satu Puskesmas dari 8 (delapan) Puskesmas di wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue, terletak di Kelurahan Suka Karya Kecamatan Simeulue Timur Kota Sinabang dan terletak diujung Timur Pulau Simeulue dengan luas wilayah 381,73 km, terdiri dari daerah pegunungan dataran dan rawa-rawa, yang meliputi 29 Desa dengan jumlah penduduk 31.179 jiwa. Adapun batasbatas wilayah Kecamatan Simeulue Timur adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Teupah Barat 2. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Dalam 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lautan Hindia 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Teupah Selatan
B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Kabupaten Simeulue, dengan jumlah responden sebanyak 97 orang, mulai tanggal 5 s/d 20 Agustus 2013, adapun hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini :
36
1. Gambaran Demografi Responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur, Pendidikan dan Jumlah Anak Yang Dimiliki Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 No
Kriteria Umur Responden 1 a. < 20 tahun b. 20-35 tahun c. > 35 tahun Jumlah 2 Pendidikan a. Tinggi b. Menengah c. Dasar Jumlah 3 Jumlah Anak a. 1 orang b. 2-5 orang c. > 5 orang Jumlah Sumber : Data primer (diolah Tahun 2013)
Frekuensi
Persentase (%)
0 31 66 97
0 32 68 100
17 59 21 97
17,5 60,8 21,7 100
35 42 0 97
36,1 63,9 0 100
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 97 responden yang diteliti, mayoritas responden berusia >35 tahun sebanyak 66 orang (68%), mayoritas responden berpendidikan menengah sebanyak 59 orang (60,8%), dan mayoritas responden memiliki 2-5 orang anak sebanyak 42 orang (63,9%).
37
2. Analisa Univariat a. Keikutisertaan Responden Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Wilayah Kerja Puskesmas Simelue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 No 1 2
Keikutsertaan Suami
Frekwensi Ya 40 Tidak 57 Jumlah 97 Sumber : Data primer (diolah Tahun 2013)
% 41,2 58,8 100
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 97 responden yang diteliti, sebagian besar responden tidak ikutserta menjadi akseptor KB sebanyak 57 orang (58,8%).
b. Pengetahuan Responden Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Suami Tentang Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 No 1 2
Pengetahuan Frekwensi Baik 52 Kurang 45 Jumlah 97 Sumber : Data primer (diolah Tahun 2013)
% 53,6 46,4 100
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa dari 97 responden yang diteliti, sebagian besar responden berpengetahuan baik tentang keikutsertaan menjadi akseptor KB sebanyak 52 orang (53,6%).
38
c. Dukungan Keluarga Responden Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Tentang Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 No 1 2
Dukungan Keluarga Frekwensi Mendukung 38 Kurang Mendukung 59 Jumlah 97 Sumber : Data primer (diolah pTahun 2013)
% 39,2 60,8 100
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 97 responden yang diteliti, sebagian besar responden kurang mendapatkan dukungan keluarga menjadi akseptor KB sebanyak 59 orang (60,8%).
d. Informasi Responden Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Informasi Yang Diperoleh Tentang Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 No 1 2
Informasi Pernah Tidak pernah Jumlah Sumber : Data primer (diolah Tahun 2013)
Frekwensi 75 22 97
% 77,3 22,7 100
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 97 responden yang diteliti, sebagian responden pernah memperoleh informasi tentang KB sebanyak 75 orang (77,3%), yang bersumber dari tenaga kesehatan sebanyak 37 orang (3,1%), dan majalah sebanyak 21 orang (21,6%).
39
3. Analisa Bivariat a. Hubungan pengetahuan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan Dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 N o
Pengetahuan
1 2
Baik Kurang Jumlah
Keikutsertaan Suami Tidak Ya f % f % 35 67,3 17 32,7 5 11,1 40 88,9 40 41,2 57 58,8
Total F 52 45 97
% 100 100 100
p-value
0,000
0,05
Sumber : Data primer (diolah Tahun 2013)
Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh hasil penelitian bahwa persentase suami yang tidak ikutserta menjadi akseptor KB lebih banyak pada responden yang berpengetahuan kurang yaitu 88,9% dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik yaitu 32,7%. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan bahwa nilai p-value 0,000 (p<0,05) sehingga disimpulkan bahwa hipotesa kerja (Ha) diterima yang berarti ada hubungan pengetahuan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue.
40
b. Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tabel 4.7 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 N o
Dukungan Keluarga
1 2
Mendukung Kurang mendukung Jumlah
Keikutsertaan Suami Tidak Ya F % f %
Total f
%
39,5 71,2
38
100
59
100
40 41,2 57 58,8 Sumber : Data primer (diolah Tahun 2013)
97
100
23
60,5
15
17
28,8
42
pvalue
0,004
0,05
Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh hasil penelitian bahwa persentase suami yang t idak ikutserta menjadi akseptor KB lebih banyak pada responden yang kurang memperoleh dukungan keluarga yaitu 71,2% dibandingkan dengan responden yang baik memperoeh dukungan keluarga yaitu 39,5%. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan bahwa nilai p-value 0,004 (p<0,05) sehingga disimpulkan bahwa hipotesa kerja (Ha) diterima yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue.
41
c. Hubungan informasi dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tabel 4.8 Hubungan Informasi Dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2013 N o
Informasi
Keikutsertaan Suami Tidak Ya
Total
F
f
%
75 22 97
100 100 100
%
f
%
26 34,7 49 65,3 36,4 14 63,6 8 40 41,2 57 58,8 Sumber : Data primer (diolah Tahun 2013)
1 2
Pernah Tidak pernah Jumlah
pvalue 0,029
0,05
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh hasil penelitian bahwa persentase suami yang tidak ikutserta menjadi akseptor KB lebih banyak pada responden yang pernah mendapatkan informasi yaitu 65,3%
dibandingkan
dengan
responden
yang
tidak
pernah
mendapatkan informasi yaitu 36,4%. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan bahwa nilai p-value 0,029 (p<0,05) sehingga disimpulkan bahwa hipotesa kerja (Ha) diterima yang berarti ada hubungan informasi dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue.
C. Pembahasan 1. Hubungan pengetahuan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue
42
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil penelitian bahwa persentase suami yang tidak ikut serta menjadi akseptor KB lebih banyak pada responden yang berpengetahuan kurang yaitu 88,9% dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik yaitu 32,7%. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan bahwa nilai p-value 0,000 (p<0,05) sehingga disimpulkan bahwa hipotesa kerja (Ha) diterima yang berarti ada hubungan pengetahuan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue.. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Andika (2007), partisipasi adalah keterlibatan berbagai pihak terkait didalam proses pengambilan keputusan dan menetapkan berbagai langkah yang di perlukan untuk melaksanakan keputusan yang sudah di ambil. Partisipasi seseorang dalam ber-KB dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan pengetahuan. Teori ini juga didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) juga mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan kemampuan pengetahuan seseorang yang memiliki pengaruh terhadap tindakan yang dilakukan seseorang, pengetahuan/ intelektual juga
43
mempengaruhi pola pikir/cara berpikir seseorang, tinggi rendahnya tingkat pengetahuan seseorang akan mempengaruhi tindakan seseorang dalam melakukan suatu tindakan khususnya dibidang kesehatan terutama dalam menggunakan alat kontrasepsi Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Desi (2011), diperoleh hasil penelitian bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan rendahnya partisipasi suami dalam ber-KB dengan nilai p-value=0,023, hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki suami berhubungan dengan tindakan suami ikut dalam mensejahterakan keluarganya melalui KB. Peneliti berasumsi bahwa keikutsertaan responden berhubungan dengan pengetahuan responden dalam berpartisipasi menjadi akseptor keluarga berencana, dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden yang berpengetahuan kurang tidak ikutsertaan menjadi akseptor KB, hal ini disebabkan karena responden yang berpengetahuan kurang
pernah
mendapatkan
penyuluhan
dan
sosialisasi
tentang
kontrasepsi kondom sebagai alat kontrasepsi pria namun penyuluhan tersebut kurang lengkap dan akurat sehingga tidak dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang keuntungan dari kontrasepsi dan suami tidak
termotivasi
untuk
ikutserta
menjadi
mensejahterakan keluarganya melalui ber-KB.
44
akseptor
KB
dalam
2. Hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.7 diperoleh hasil penelitian bahwa persentase suami yang tidak ikutserta menjadi akseptor KB lebih banyak pada responden yang kurang memperoleh dukungan keluarga yaitu 71,2% dibandingkan dengan responden yang baik memperoeh dukungan keluarga yaitu 39,5%. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan bahwa nilai p-value 0,004 (p<0,05) sehingga disimpulkan bahwa hipotesa kerja (Ha) diterima yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Kabupaten Simeulue. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Friedman (2002), dukungan keluarga adalah dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga yang berupa memberikan dukungan. Teori ini juga didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Caplan dalam Friedman (2002), juga mengemukakan bahwa dukungan keluarga memiliki empat fungsi dukungan, termasuk dukungan informasi (dimana keluarga berfungsi sebagai pengumpul dan penyebar tentang suatu informasi baik yang diterima secara langsung dari istri, orang dekat dan tenaga kesehatan atau tidak langsung dari media cetak dan elektronik), dukungan penilaian (dimana keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan
45
umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan pengambil keputusan dalam ber-KB), dukungan instrumental (dukungan keluarga yang merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit seperti menyediakan anggran khusus untuk ber-KB), dan dukungan emosional (dimana keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk beristirahat dan pemulih serta membantu pengontrolan emosi seseorang seperti memberikan dukungan secara moril). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Desi (2011), diperoleh hasil penelitian bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan rendahnya partisipasi suami dalam ber-KB dengan nilai p-value=0,019, hal ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang dimiliki suami dalam bentuk informasi dan tindakan memberikan motivasi bagi suami untuk ikut serta berpartisipasi dalam ber-KB. Peneliti berasumsi bahwa dukungen keluarga berhubungan dengan ikutserta suami menjadi akseptor keluarga berencana, dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden yang kurang mendapatkan dukungan keluarga tidak ikutserta menjadi akseptor KB, hal ini disebabkan oleh karena responden memperoleh dukungan keluarga yang kurang baik dalam bentuk dukungan informasi, penilaian dan instrumental sebagai bentuk bimbingan dari anggota keluarganya dan perhatian dari anggota
46
keluarga, sehingga responden kurang termotivasi dalam ber-KB dan kurang berminat dalam menggunakan kontrasepsi pria (kondom). 3. Hubungan Informasi dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.8 diperoleh hasil penelitian bahwa persentase suami yang tidak ikutserta menjadi akseptor KB lebih banyak pada responden yang pernah mendapatkan informasi yaitu 65,3% dibandingkan dengan responden yang tidak pernah mendapatkan informasi yaitu 36,4%. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan bahwa nilai p-value 0,029 (p<0,05) sehingga disimpulkan bahwa hipotesa kerja (Ha) diterima yang berarti ada hubungan informasi dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kadir (2003) informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran dan pengalaman yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata, sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk mengambil keputusan dan tindakan di masa yang akan datang. Mubarak dan Chayatin (2009) juga mengemukakan bahwa kemudahan untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru
47
Teori ini juga didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Hidayat (2007), informasi yang diperoleh PUS baik melalui media cetak maupun elektronik akan mempengaruhi pengetahuan suami terhadap pengambilan keputusan dalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan oleh suami, pengetahuan yang diperoleh melalui informasi yang diterimanya tentang KB akan menentukan mudah tidaknya suami menyerap dan memahami informasi yang diterimanya, yang kemudian menjadi dipahaminya sehingga informasi tersebut bermanfaat bagi kesejahteraan keluarganya. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Desi (2011), diperoleh hasil penelitian bahwa ada hubungan yang signifikan antara informasi dengan rendahnya partisipasi suami dalam berKB dengan nilai p-value=0,024, hal ini menunjukkan bahwa informasi yang dimiliki suami dalam tindakan memberikan motivasi bagi suami untuk ikut serta berpartisipasi dalam ber-KB. Peneliti berasumsi bahwa informasi berhubungan dengan ikutserta suami menjadi akseptor keluarga berencana, dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden yang pernah mendapatkan informasi tidak ikutserta menjadi akseptor KB, hal ini disebabkan oleh karena responden informasi yang diperoleh responden waktunya tidak tepat dan kurang akurat, sehingga kurangnya informasi yang diterima responden tidak memotivasi suami untuk ikutserta menjadi akseptor KB.
48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan simeulue Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013 terhadap 97 responden, pada tanggal 5 s/d 20 Agustus 2013, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan pengetahuan dengan partisipasi suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013. 2. Ada hubungan dukungan keluarga dengan partisipasi suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013. 3. Ada hubungan informasi dengan partisipasi suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013.
B. Saran 1. Diharapkan suami dapat meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya tentang KB dengan memperdalam informasinya yang telah diterimanya,
49
sehingga termotivasi untuk ikutserta menjadi akseptor KB untuk mensejahterakan keluarganya. 2. Diharapkan suami dapat memperdalam informasi yang pernah dimilikinya dengan mencari informasi dari tenaga kesehatan yang lebih berkompetensi dalam berKB sehingga informasi yang diterimanya akurat dan bermanfaat bagi suami dalam ikutserta menjadi akseptor KB. 3. Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dalam meningkatkan pengetahuan, informasi dan dukungan keluarga dalam melaksanakan
penelitian
yang
berhubungan
dengan
faktor-faktor
penghambat yang berhubungan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue tahun 2013. 4. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang signifikan bagi tempat penelitian dalam membantu meningkatkan pengetahuan dan informasi suami tentang kontrasepsi kondom, dan melakukan konseling kepada keluarga agar meningkatkan dukungan keluarga sehingga suami berminat menjadi akseptor keluarga berencana . 5. Bagi D IV Kebidanan U, BUDYAH Banda Aceh, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi mahasiswa dalam memberikan bimbingan pengetahuan, informasi dan dukungan keluarga sehingga berperan meningkatkan minat suami dalam penggunaan alat kontrasepsi..
50
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN,
2004, Peningkatan Partisipasi Pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta.
Kompas, 2012, Partisipasi Pria dalm ber-KB, http://www.geocities.com/klinikfamilia/vasektomi1.html (dikutip tanggal 6 Agustus 2013). Yulianti, 2011, KB Pria, http://wordpress.com/ (dikutip 13 Agustus 2013). Word Healt Organization. 2009. Profil Kesehatan Reproduksi Indonesia. Depkes RI; Jakarta BKKBN, 2010, Pelayanan Keluarga Berkualitas. Jakarta. Dinas Kesehatan Prov Aceh, 2010, Profil Kesehatan Prov Aceh. Provinsi Aceh. Andika, 2007. Partisiapsi, http://www.one.indoskripsi.com (dikutip 10 Agustus 2013). Notoatmodjo, 2010. Metodoligi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat; Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka Cipta. Jakarta. Hamillton, MP. 2002. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Friedman. 2002. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta : ECG. Issac, 2012. Minim Informasi, Partisipasi Pria Untuk KB Rendah http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4468(dikutip tanggal 6 Agustus 2013). Mubarak dan Chayatin, 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori. Salemba Medika. Jakarta. Sarwono, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. Wiknjosastro, 2005. Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta. Suratun, dkk, 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Trans Info Media. Jakarta.
Mochtar, 2002. Sinopsis Kebidanan. EGC. Jakarta. Hartanto, 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka dan Sinar Harapan, Jakarta. Asri, dr, 2008, Vasektomi, http://www.geocities.com/klinikfamilia/vasektomi1.html (dikutip tanggal 6 Agustus 2013). Sudjana, 2005. Metode Statistika, Edisi VII. Tarsito. Bandung. Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Laporan Puskesmas Simeulue Timur Kabupaten Simeulue, 2012. Simeulue.