ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny.E DENGAN STROKE PADA Ny.E DI DUSUN PASAR SALASA RT 01 RW 03 DESA CIKONENG WILAYAH KERJA UPTD KESEHATAN PUSKESMAS CIKONENG KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan Di STIKes Muhammadiyah Ciamis
Disusun Oleh : ROSALINA INDRIANI NIM . 13DP277045
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY. E DENGAN STROKE PADA NY. E DI DUSUN PASAR SALASA RT. 01 RW. 03 DESA CIKONENG WILAYAH KERJA UPTD KESEHATAN PUSKESMAS CIKONENG KABUPATEN CIAMIS TAHUN 20161 Rosalina Indriani2, Yudhi Permana3
ABSTRAK
Keluarga resiko tinggi atau rawan kesehatan yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan (Padila, 2012). Salah satu masalah kesehatan pada keluarga yaitu berdampak terhadap fungsi keluarga terutama fungsi perawatan keluarga. Penyakit stroke merupakan penyakit tidak menular yang menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian. Angka kejadian storke di dunia yang saat ini mencapai 17,3 juta kematian setiap tahunnya dan diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 23,3 juta pada tahun 2030. Prevalensi stroke di Indonesia 12,1 per 1.000 penduduk. Stroke di Jawa Barat merupakan penyebab kematian terbanyak pada kelompok usia 5–44 tahun sebesar 10,05%. Pada tahun 2016 jumlah penderita stroke di Kabupaten Ciamis sebanyak 637 orang dan di UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng sebanyak 20 orang dengan terbagi menjadi kategori usia 45-55 tahun 4 orang, 55-65 tahun 6 orang dan > 65 tahun 10 orang. Tujuan penulisan adalah untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam asuhan keperawatan keluarga secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual dengan pendekatan proses keperawatan, metode penulisan yang digunakan dengan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hasil selama penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada Ny. E yang dimulai dari tanggal 17 Juni – 20 Juni 2016, penulis menemukan diagnosa keperawatan diantaranya : kurangnya pengetahuan tentang penyakit stroke berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga dalam mengenal masalah penyakit stroke, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan dengan penyakit hipertensi, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke dan perubahan sensori persepsi berhubungan dengan stress psikologis. Kesimpulan : setelah penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada Ny. E selama 4 hari dari tanggal 17 s.d 20 Juni 2016 masalah yang muncul dapat teratasi sebagian.
Kata Kunci Kepustakaan Keterangan
: Asuhan Keperawatan, Keluarga, Keluarga Resiko Tinggi : 12 buah, Stroke (2010-2013) : 1 judul studi kasus, 2 MahasiswaSTIKes Muhammadiyah Ciamis, 3 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis.
i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penyakit stroke merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan. Bahkan sekarang ini di Indonesia penyakit tidak menular menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian (Anggoro, 2010). Menurut Anthony Rud., dkk (2010) stroke adalah keadaan yang terjadi saat otak rusak akibat aliran darah terganggu,setiap otak bertanggung jawab atas fungsi tertentu sehingga gejala stroke bergantung pada daerah otak yang kekurangan suplai darah. Stroke merupakan defisit (gangguan) fungsi sistem saraf yang terjadi mendadak dan disebabkan oleh gangguan pembuluh darah di otak. (dikutip dari buku Andi, 2010). Salah satu penyebab Stroke adalah gaya hidup dimana era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap cermin pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolah raga, dan stress, telah menjadi gaya hidup manusia terutama di perkotaan. Padahal kesemua perilaku tersebut dapat merupakan faktor-faktor penyebab stroke (Anthony Rudd., dkk, 2010).
1
2
Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi stroke di Indonesia 12,1 per 1.000 penduduk. Angka itu naik dibandingkan Riskesdas 2007 yang sebesar 8,3 persen. Stroke telah jadi penyebab kematian utama di hampir semua rumah sakit di Indonesia, yakni 14,5 persen. Dilihat dari karakteristiknya, stroke banyak dialami orang lanjut usia, berpendidikan rendah, dan tinggal di perkotaan. Perubahan gaya hidup, pola makan terlalu banyak gula, garam, dan lemak; serta kurang beraktivitas adalah faktor risiko stroke. Berdasarkan laporan Rumah Sakit di Jawa Barat pada tahun (2007) penyebab kematian terbanyak untuk kelompok usia 5–44 tahun adalah Stroke (10,05%) dan TBC Paru (6,4%) dan terus meningkat untuk setiap tahunnya (Depkes Jawa Barat, 2012). Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis penyakit stroke menduduki peringkat ke 63 se Kabupaten Ciamis pada Tahun 2015 dengan jumlah 637 orang yang mederita stroke. Pada tahun 2016 jumlah penderita stroke di UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng sebanyak 20 orang dengan terbagi menjadi kategori usia 45-55 tahun 4 orang, 55-65 tahun 6 orang dan > 65 tahun 10 orang. (UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng, 2016). Dampak dari stroke adalah kecacatan bahkan kematian tergantung pada lokasi mana terjadi gangguan suplai darah ke otak. Suplai darah yang berkurang menyebabkan kematian sel neuron, jika berlangsung hingga 72 jam dapat terjadi kerusakan otak (Corwin, 2009). Komplikasi lebih lanjut dapat dicegah dengan penanganan yang cepat dan tepat. Usaha preventif dan edukasi kepada masyarakat juga
3
sangat penting untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan akibat stroke (Gofir A, 2009). Upaya untuk mengurangi resiko stroke bisa dilakukan dengan asuhan keperawatan keluarga yang merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Berdasarkan pentingnya peran perawat dalam penanganan penyakit Stroke khususnya di wilayah kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng maka penulis mengambil kasus tersebut yang didokumentasikan ke dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. E Dengan Stroke pada Ny. E di Dusun Pasar Salasa RT. 01 RW. 03 Desa Cikoneng Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2016“.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual yang berdasarkan
pada
ilmu
dan
kiat
keperawatan
dengan
pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif terhadap anggota keluarga Stroke melalui tahap-tahap pengumpulan
4
data, analisis data, menentukan prioritas masalah keluarga dengan Stroke b. Mampu melakukan rencana asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga dengan Stroke. c. Mampu melakukan implementasi terhadap anggota keluarga dengan Stroke. d. Mampu melakukan evaluasi terhadap anggota keluarga dengan Stroke. e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga Ny. E Dengan Stroke.
C. Metode Penulisan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yaitu berupa studi kasus dengan menggunakan metode asuhan keperawatan yaitu pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab secara langsung yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. 2. Observasi/Pengamatan Observasi atau Pengamatan adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
5
3. Pemeriksaan Fisik Adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan klien yang dilakukan dengan cara inspeksi (melihat), auskultasi (mendengar), perkusi (mengetuk), dan palpasi (meraba). 4. Studi Dokumentasi Mempelajari data-data dari keluarga klien berhubungan dengan asuhan keperawatan. 5. Studi Kepustakaan Mendapatkan keterangan sebagai landasan dari berbagai literatur.
D. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penyusunan karya tulis ini, maka penulis menguraikan sistematika sebagai berikut : Bab I
: Pendahuluan Menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II
: Tinjauan Teoritis Menjelaskan
tentang
konsep
tinjauan
teoritis
asuhan
keperawatan keluarga yang meliputi: (1) konsep dasar terdiri dari konsep keluarga meliputi: pengertian keluarga, tipe keluarga, peran keluarga (2) Konsep keluarga resiko tinggi meliputi: pengertian keluarga dengan resiko tinggi, penyebab
6
resiko tinggi, dampak keluarga resiko tinggi terhadap fungsi keluarga,(3)
proses
keperawatan
keluarga
meliputi,
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (4) Tinjauan teoritis asuhan keperawatan keluarga dengan Stroke . Bab III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan Bab III Meliputi : Laporan kasus dan pembahasan yang mencakup : Pengkajian, keperawatan keluarga dengan Stroke , menentukan diagnosa keperawatan keluarga dengan Stroke , membuat perencanaan keperawatan dengan Stroke , melakukan evaluasi keperawatan dan catatan
perkembangan
keperawatan
keluarga
dengan
Stroke
serta pembahasan yang berisikan ulasan naratif
setiap tahapan keperawatan yang dilakukan dari tinjauan teoritis dengan laporan kasus. Bab IV : Simpulan dan Rekomendasi Bab IV Simpulan dan Rekomendasi : Mengambil Simpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan formulasi saran dan rekomendasi pelaksanaan tindakan terhadap masalah yang ditemukan sesuai dengan tujuan penulisan karya tulis ilmiah.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar 1. Konsep Keluarga a. Definisi Keluarga Menurut Al-Qur’an Surat Al Furqan ayat 54.:
Artinya: “ Dan dia pula yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu punya keturunan dan musyaharah (hubungan keluarga yang berasal dari perkawinan, seperti menantu, ipar, mertua, dan sebagainya).
Menurut Friedman mendefinisikan keluarga sebagai suatu system social. Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil
yang
terdiri
dari
individu-individu
yang
memiliki
hubungan erat satu sama lain, saling tergantung yang dirorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu (dikutip dari buku ajar keperawatan keluarga Padila, 2012). Menurut Wall mengemukakan keluarga sebagai dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka
7
8
sebagai
bagian
dari
keluarga(dikutip
dari
buku
ajar
keperawatan keluarga Padila, 2012). Menurut Johnson’s mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunya ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainya. (dikutip dari buku ajar keperawatan keluarga Padila, 2012). Berdasarkan pengertian kelaurga diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa
keluarga
adalah
unit
terkecil
dari
masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang tinggal disuatu tempat atau rumah dan berinteraksi satu sama lain, mempunyai perannya masing-masing-masing-masing dan mempertahankan suatu kebudayaan. b. Tipe Keluarga Menurut Sussman & Macklin (dikutip dari buku ajar keperawatan keluarga Padila 2012) tipe keluarga terdiri dari: 1) Keluarga Tradisional a) Keluarga Inti (Nuclear Family) Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya
keluarga
yang
melakukan
perkawinan
pertama atau keluarga dengan orang tua campuran atau orang tua tiri.
9
b) Keluarga Besar (Extended Family) Terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (kakek, nenek, bibi, paman). c) Keluarga Istri yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak. d) Single Parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian. e) Single Adult adalah rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa saja. 2) Keluarga Non Tradisional a) Commune Family adalah lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah. b) Orang
tua
(ayah/ibu)
yang
tidak
ada
ikatan
perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga. c) Homoseksual adalah dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga. c. Peran Keluarga Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Suparyanto (2011), adalah sebagai berikut : 1) Peran ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak,
berperan
sebagai
pencari
nafkah,
pendidik,
10
pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. 2) Peran ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga – anaknya,
sebagai pengasuh dan pendidik anak
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta
sebagai
anggota
masyarakat
dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. 3) Peran anak : Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual. 2. Konsep Keluarga Resiko Tinggi a. Pengertian Keluarga Resiko Tinggi Menurut Effendi (2010), Keluarga resiko tinggi adalah keluarga
dimana
terdapat
faktor
resiko
yang
dapat
mengancam kesehatan keluarga karena keadaan fisik, mental, maupun sosial ekonominya perlu mendapatkan bimbingan
dan
asuhan
keperawatan
serta
pelayanan
kesehatan karena tidak tahu, tidak mampu dan tidak memelihara kesehatan dan perawatan. Salah satu keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, dan salah satu
11
masalah kesehatan yang terjadii dalam keluarga adalah stroke. Berikut adalah pembahasan tentang penyakit stroke. 1) Pengertian Stroke adalah keadaan yang terjadi saat otak rusak akibat aliran darah terganggu. Setiap bagian otak bertanggung jawab atas fungsi tertentu sehinggga gela stroke bergantung pada daerah otak yang kekurangan suplai darah (Anthony, dkk, 2010). Stroke didefinisikan sebagai defisit (gangguan) fungsi
sistem
saraf
yang
terjadi
mendadak
dan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke terjadi
akibat
Gangguan
gangguan
peredaran
pembuluh
darah
otak
darah
di
dapat
otak. berupa
tersumbatnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan
memunculkan
kematian
sel
saraf
(neuron).
Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke (Rizaldy, 2010). 2) Klasifikasi Berdasarkan atas jenisnya, stroke dibagi menjadi : a) Stroke Iskemik / Non Hemorogik Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah.
12
b) Stroke Hemorogik Diakibatkan karena pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. (Rizaldy, 2010). 3) Gejala Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada bagian otak yang terganggu. Otak manusia terdiri atas otak besar, otak kecil, dan batang otak. Otak besar terdiri atas bagian besar yang disebut hemisfer, yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Fungsi bagian tubuh sebelah kanan dikendalikan oleh hemisfer kanan. Otak terdiri atas lobus-lobus yang memiliki fungsi masing-masing. Gangguan pembuluh darah otak yang memberikan pasokan darah ke labous frontal dan pariental akan memberikan
gejala
kelemahan
anggota
gerak
dan
gangguan rasa (misalnya kebas di separuh anggota gerak). Stroke yang menyerang cerebelium memberikan gejala pusing berputar (vertigo). a. Kelumpuhan anggota gerak Kelumpuhan anggota gerak merupakan gejala yang umum dijumpai pada stroke. Bila seseorang tibatiba merasa kehilangan kekuatan pada salah satu
13
lengan dan tungkai atau lengan dan tungkai pada satu sisi. Kelemahan pada umumnya sesisi, kanan atau kiri. Gangguan peredaran darah otak di sebelah kanan akan
menyebabkan
kelemahan
anggota
gerak
sebelah kiri. Sebaliknya, gangguan pada otak sebelah kanan
menimbulkan
kelemahan
anggota
gerak
sebelah kiri. Kelemahan yang ringan pada umumnya kurang disadari. Pasien mengeluh kurang mampu mengancingkan baju atau tidak dapat memakai sandal dengan baik. b. Gangguan bicara Pasien stroke dapat pula menunjukan gejala bicara tidak jelas (pelo) atau tidak dapat bicara (afasia). Hal ini pada umumnya disebabkan oleh karena kelumpuhan saraf otak nomor lobus fronto temporal di otak. Pada keadaan normal lidah akan terjulur luruh, pada keadaan stroke lidah akan miring ke sisi yang lumpuh. c.
Nyeri kepala Nyeri kepala merupakan keluhan yang umum dijumpai. Hampir semua orang pernah mengalami nyeri kepala. Pada lebih dari 95% kasus, nyeri kepala bersifat primer dan dihubungkan dengan ketegangan
14
otot atau migren. Pada 5% kasus, nyeri kepala disebabkan oleh sakit sekunder termasuk diantaranya adalah stroke. Nyeri kepala pada stroke bersifat mendadak, dengan intensitas yang berat dan disertai gejala atau tanda gangguan saraf yang lain. d. Penurunan kesadaran Kesadaran manusia dipertahankan oleh sistem otak yang disebut ARAS. Sistem ini membuat seseorang terjaga. Pada kasus stroke yang langsung mengenai pusat sistem kesadaran atau mendesak pusat sistem kesadaran dapat dijumpai penurunan kesadaran.
Penurunan
kesadaran
yang
terjadi
mendadak haruslah dicurigai sebagai sebuah stroke, sampai terbukti bukan gejala stroke. Kasus stroke yagn disertai penurunan kesadaran pada umumnya dijumpai pada strike perdarahan. (Rizaldy, 2010). 4) Penatalaksanaan a) Stroke embolik dapat diterapi dengan antikoagulan b) Stroke hemoragik diobati dengan penekanan pada penghentian
perdarahan
dan
pencegahan
kekambuhan mungkin diperlukan tindakan bedah.
15
c) Semua stroke diterapi dengan tirah baring dan penurunan rangsangan eksternal/untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebrum, dapat di lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan tekanan dan edema intraktanium. b. . Penyebab Keluarga Resiko Tinggi Faktor penyebab resiko tinggi menurut Nazzaruddin (2010) antara lain : 1) Kemiskinan 2) Lingkungan kurang sehat Keadaan lingkungan yang merugikan adalah : a) Udara yang berdebu, mengandung gas-gas yang merugikan yang berasal dari kendaraan bermotor maupun pabrik-pabrik b) Iklim yang buruk c) Tanah yang tandus d) Air rumah tangga yang buruk e) Perumahan yang memiliki syarat kesehatan dengan memiliki ventilasi
yang cukup,
memiliki jamban
keluarga, ubin kedap air, jumlah anggota keluarga tidak terlalu banyak f)
Pembuangan sampah dan kotoran yang tidak teratur
3) Kebodohan ( pendidikan yang rendah ) 4) Kecacatan fisik dan mental
16
5) Prilaku dan gaya hidup yang merugikan 6) Penyakit menular dan kronis 7) Masalah psikososial misalnya situasi krisis dalam keluarga seperti perceraian. 3. Dampak Keluarga Resiko Tinggi terhadap Fungsi Keluarga Dampak keluarga resiko tinggi terhadap fungsi keluarga menurut Padila (dikutip dari buku asuhan keperawatan keluarga 2012) yaitu : a) Fungsi Afektif Pada keluarga yang anggota keluarganya mengalami stroke peran ini sangat penting dalam memberikan perawatan, perhatian dan kasih sayang yang diberikan keluarga akan sangat
membantu
dalam proses
penyembuhan secara
psikologis yang juga akan berpengaruh kepada fisik. Jika ada anggota keluarga yang sakit diharapkan anggota keluarga yang lain memberikan perhatian dan kasih sayang kepada yang sakit, bila anggota keluarga yang sehat tidak dapat menjalankan fungsi ini tentu akan berpengaruh terhadap masalah psikososial keluarga seperti ansietas dan beban keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami stroke.
17
b) Fungsi Sosial Keluarga
dengan
anggotanya
yang
mengalami
penyakit stroke tentu akan mengalami masalah dalam peran ini. Penyakit stroke dapat menimbulkan kecacatan bagi penderitanya misalnya ketidakmampuan bicara, kelemahan dan kelumpuhan, hal ini tentu membuat anggota yang sakit stroke ini tidak dapat bersosialisasi karena keterbatasan tersebut. Lamanya waktu perawatan serta dampak dari penyakit stroke ini tentu akan membuat keluarga tidak banyak waktu untuk bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya akibat waktu yang digunakan tersita oleh perawatan yang diberikan kepada anggota yang sakit, sehingga fungsi sosialisasi menjadi menurun. c) Fungsi Reproduksi Penyakit stroke dapat menyebabkan kelumpuhan termasuk kemampuan untuk berproduksi. Kelumpuhan pada alat reproduksi yang terjadi pada seorang suami yang diharapkan berpengaruh
dapat
memberikan
terhadap
keturunan
kemampuan
dalam
tentu
akan
meneruskan
keturunan. Sehingga bila hal ini terjadi tentu fungsi ini akan terganggau.
18
d) Fungsi Ekonomi Penyakit
stroke tentu
akan
menguras
ekonomi
keluarga dalam memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit. Jika seorang suami atau ayah yang berfungsi sebagai tulang punggung keluarga dan pencari nafkah yang menderita stroke maka pendapatan keluarga akan berkurang sehingga peran ini akan digantikan oleh anggota keluarga yang lain, sehingga ini akan menimbulkan beban bagi keluarga. Keluarga dapat memanfaatkan sumbersumber yang tersedia dalam anggota keuarganya agar fungsi ekonomi ini dapat berjalan dengan baik. e) Fungsi Perawatan Kesehatan Anggota
keluarga
yang
sakit
stroke
tentu
membutuhkan anggota keluarga yang lain untuk merawatnya. Anggota keluarga membutukan informasi dan pengetahuan tentang penyakit stroke dalam merawat anggotanya, karena tanpa pengetahuan yang cukup dalam merawat anggota yang menderita stroke tentu akan menyulitkan dalam memberikan perawatan. Keluarga dapat memberikan perawatan kesehatan kepada anggotanya yang sakit dengan membawa ke tempattempat
fasilitas
kesehatan
untuk
perawatan
maupun
rehabilitasi. Perawatan kesehatan ini dapat dilakukan oleh semua anggota keluarga secara secara bergiliran agar selain
19
fungsi ini dapat berjalan baik tentu saja hal ini akan mengurangi beban bagi keluarga. 4. Proses Keperawatan Keluarga Menurut Setiadi (2008) proses keperawatan keluarga meliputi: a) Pengkajian Pengkajian adalah suatu tahapan awal dari proses keperawatan
dimana
seseorang
mulai
mengumpulkan
informasi tentang keluarga yang dibinanya. b) Perencanaan Perencanaan keperawatan keluarga bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan keluarga yang meliputi
penentuan
tujuan
perawatan
(jangka
panjang/pendek), penetapan standart dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga. c) Pelaksanaan Pada kegiatan implementasi/pelaksanaan, perawatan yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah. Dengan tahapan satu persiapan, intervensi dan evaluasi d) Evaluasi Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang
20
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan denga melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Stroke 1. Pengkajian Pengkajian
merupakan
tehap
awal
dari
proses
keperawatan. Suatu proses kolaborasi melibatkan perawat, ibu, dan
tim
kesehatan
lainnya.
Pengkajian
dilakukan
melalui
wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokan dan dianalisis untuk mengetahui masalah dan kebutuhan ibu terhadap perawatan (Padila, 2012). Dasar
pemikiran
dari
pengkajian
adalah
suatu
perbandingan, suatu ukuran atau suatu penilaian mengenai keadaan keluarga dengan menggunakan norma-norma yang diambil dari kepercayaan, nilai-nilai, prinsip-prinsip, aturan-aturan dan harapan-harapan, teori, konsep yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi oleh keluarga. Sumber
informasi
dari
tahap
pengkajian
dapat
menggunakan metode : a. Wawancara Berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial-budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dsb.
21
b. Observasi-pengamatan Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena sudah dianggap
cukup
melalui pengamatan saja.
Misalnya : yang berkaitan dengan lingkungan fisik (ventilasi, penerangan, kebersihan, dsb). c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (head to toe) Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik. Misalnya : kehamilan, kelainan organ tubuh, dan tanda-tanda penyakit. d. Data sekunder (studi dokumentasi) Contoh : hasil laboratorium, hasil rontgen, pap smear, dll. Studi yang berkaitan dengan perkembangan kesehatan anak, diantaranya
KMS,
kartu
keluarga
dan
catatan-catatan
kesehatan lainnya. Menurut
Padila
(2012)
pengkajian
dalam
asuhan
keperawatan keluarga adalah : a. Identitas Nama kepala keluarga (KK), alamat dan telpon, pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga dan komposisi keluarga. Selain itu, perlu dikaji pula tentang :
22
1) Tipe Keluarga Menjelaskan
mengenai
jenis
tipe
keluarga
beserta
kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut. 2) Suku Bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan. 3) Agama Mengkaji
agama
yang
dianut
oleh
keluarga
serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan. 4) Status sosial ekonomi keluarga : Status
sosial
ekonomi
keluarga
ditentukan
oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. 5) Aktivitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
23
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 1) Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti. 2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga, serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. Misalnya : keluarga tengah baya, yang seharusnya sudah mampu mendirikan keluarga sendiri, tetapi belum mempunyai rumah sendiri sehingga beberapa tugas tidak terpenuhi. 3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imuniasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga, serta
pengalaman-pengalaman
terhadap
pelayanan
kesehatan. 4) Riwayat keluarga sebelumnya Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
24
c. Lingkungan 1) Karakteristik rumah 2) Karakteristik tetangga dan komunitas setempat 3) Mobilitas geografis keluarga 4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat 5) Sistem pendukung keluarga d. Struktur keluarga 1) Pola komunikasi keluarga 2) Struktur kekuatan keluarga 3) Struktur peran 4) Nilai atau norma keluarga e. Fungsi keluarga 1) Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. 2) Fungsi sosialisasi Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
25
3) Fungsi perawatan kesehatan Menjelaskan
sejauhmana
keluarga
menyediakan
makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan, melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat. Hal-hal yang
perlu
dikaji
sejauhmana
keluarga
melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah : a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan,
yang
perlu
dikaji
adalah
sejauhmana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tandagejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
26
b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah : (1) Sejauhmana
kemampuan
keluarga
mengerti
mengenai sifat dan luasnya masalah. (2) Apakah
masalah
kesehatan
dirasakan
oleh
keluarga. (3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami. (4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit. (5) Apakah keluarga dapat
menjangkau fasilitas
kesehatan yang ada. (6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan. (7) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. c) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji adalah : (1) Apakah
keluarga
mengetahui
sikap
dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan untuk mengulangi masalah kesehatan atau penyakit.
27
(2) Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan. (3) Apakah keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan memadai. (4) Apakah keluarga mempunyai pandangan negative tentang perawatan yang diperlukan. (5) Apakah keluarga dapat melihat keuntungan dalam pemeliharaan lingkungan dimasa mendatang. d) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat. Hal yang perlu dikaji adalah : (1) Sejauhmana
keluarga
mengetahui
sumber-
sumber keluarga yang dimiliki. (2) Sejauhmana
keluarga
melihat
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan. (3) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi. (4) Sejauhmana
keluarga
mengatahui
upaya
pencegahan penyakit. (5) Sejauhmana sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi. (6) Sejauhmana kekompakan antar anggota keluarga.
28
e) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas/pelayanan
kesehatan
di
masyarakat. Hal yang perlu dikaji adalah : (1) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan. (2) Sejauhmana keluarga memahami keuntungankeuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan. (3) Sejauhmana
tingkat
kepercayaan
keluarga
terhadap petugas dan fasilitas kesehatan. (4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan. (5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga. 4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah
berapa
jumlah
anak,
bagaimana
keluarga
merencanakan jumlah anggota keluarga dan metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. 5) Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah
sejauhmana
keluarga
memenuhi
kebutuhan
29
sandang, pangan dan papan, serta sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. f. Stress dan koping keluarga 1) Stressor jangka pendek dan panjang a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu + 6 bulan b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga
yang
memerlukan
penyelesaian
dalam
jangka waktu lebih dari 6 bulan. 2) Strategi koping yang digunakan. Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. g. Masalah Kesehatan Keluarga Ada
tiga
kelompok
dalam
membedakan
masalah
diagnosis keperawatan yaitu: 1) Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. 2) Diagnosis resiko/resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah
30
keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat. 3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga
ketika
keluarga
kebutuhan
kesehatannya
penunjang
kesehatan
telah dan
yang
mampu
memenuhi
mempunyai memungkinkan
sumber dapat
ditingkatkan (Padila, 2012). Apabila masalah kesehatan keluarga cukup banyak akan tidak mungkin diatur sekaligus mengingat ada keterbatasan, untuk itu perlu disusun skala prioritas. Dan dibawah ini tabel dalam menentukan skala prioritas. Tabel 2.1 Skala Prioritas Dalam Menentukan Masalah Kesehatan No Kriteria Nilai Bobot 1 Sifat Masalah: Skala: Tidak atau kurang sehat 3 1 Ancaman kesehatan 2 Keadaan sejahtera 1 2 Kemungkinan masalah dapat diubah Skala: Dengan mudah 2 2 Hanya sebagian 1 Tidak dapat 0 3 Potensi masalah dapat diubah Skala: Tinggi 3 1 Cukup 2 Rendah 1 4 Menonjolkan masalah Skala: Masalah berat harus segera ditangani 2 1 Masalah yang tidak selalu ditangani 1 Masalah tidak dirasakan 0 Sumber: (Padila, 2012)
31
Skoring: cara menentukan nilai atau bobot suatu masalah adalah: 1)
Tentukan skor untuk setiap kriteria Skor AngkaTertinggi
2)
X Bobot
Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
3)
Jumlah skor untuk semua kriteria
4)
Skor tertinggi adalah lima dan sama dengan untuk semua kriteria (Padila, 2012)
Penentuan prioritas dengan kriteria skala: 1) Untuk kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau kurang sehat karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga. 2) Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan: a) Pengetahuan
yang
ada
sekarang,
teknologi,
dan
tindakan untuk menangani masalah. b) Sumber daya keluarga: fisik, keuangan, tenaga. c) Sumber daya perawat: pengetahuan, keterampilan, waktu. d) Sumber daya lingkungan: fasilitas, organisasi, dan dukungan.
32
3) Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan: a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah. b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu. c) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah. d) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah. 4) Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah keperawatan tersebut. 2. Diagnosa Keperawatan Keluarga Dengan Stroke a. Pengertian diagnosa keperawatan Menurut Komang (2010) diagnosis keperawatan adalah klinis mengenai individu, keluarga, atau masyarakat yang di peroleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar
untuk menetapkan
tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya.
33
Diagnosa keperawatan keluarga disusun berdasarkan jenis diagnosis seperti : 1) Diagnosis sehat /wellness Diagnosis
sehat/wellness
digunakan
bila
keluarga
mempunyai potensi untuk ditingkatkan belum ada data maladaptif. 2) Diagnosis ancaman (resiko) Diagnosis ancaman digunakan bila belum terdapat paparan masalah
kesehatan,
namun
sudah
ditemukan
data
maladaptif yang kemungkinan timbulnya gangguan. 3) Diagnosis nyata/ gangguan Diagnosisi
gangguan
digunakan
bila
sudah
timbul
gangguan atau masalah kesehatan dikeluarga, didukung dengan adanya beberapa data maladptif. Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar, sedangkan etiologi (E) mengacu pada lima tugas keluarga, sign atau tanda (S). b. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 1) Perfusi
jaringan
tidak
efektif
berhubungan
dengan
penurunan aliran darah vena atau aretri. 2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. 3) Kerusakan
komunikasi
verbal
kerusakan sistem saraf sentral.
berhubungan
dengan
34
4) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan daya tahan. 5) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan. 6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk memasukan makanan atau mengabsorbsi nutrisi (Kurniadi, 2012). c. Diagnosa
keperawatan
dihubungkan
dengan
5
tugas
kesehatan keluarga. 1) Perfusi
jaringan
tidak
efektif
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah stroke. 2) Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. 3) Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarganya dengan penyakit stroke. 4) Kerusakan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarganya dengan penyakit stroke. 5) Defisit
perawatan
diri
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
35
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga
mengenal nutrisi bagi penderita stroke. 3. Intervensi Keperawatan Keluarga a. Perfusi
jaringan
tidak
efektif
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah stroke. 1) Monitor fungsi bicara 2) Upayakan suhu dalam batas normal 3) Catat perubahan dalam penglihatan b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. 1) Kaji tanda dan gejala yang menunjukan ketidaktoleransi terhadap aktivitas. 2) Tingkatkan pelaksanaan rom pasif. 3) Buat jadwal latihan aktivitas secara bertahap untuk pasien dan berikan periode istirahat. 4) Berikan support dan libatkan keluarga dalam program terapi. 5) Berikan reinforcemen untuk pencapaian aktivitas sesuai program latihan. 6) Kolaborasi ahli fisioterapi 7) Bantu dengan aktivitas fisik teratur. 8) Batasi rangsangan lingkungan
36
c. Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarganya dengan penyakit stroke. 1) Identifikasi metode yang dapat dipahami oleh pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar 2) Sediakan metode komunikasi alternatif 3) Libatkan
keluarga
dan
diskusikan
masalah
untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi pasien. 4) Berikan support sistem untuk mengatasi ketidakmampuan 5) Ajarkan pasien berbicara sesuai kemampuan 6) Dengarkan pasien dengan penuh perhatian. d. Kerusakan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga mempertahankan suasana di rumah. 1) Tindakan mencegah resiko injuri atau jatuh 2) Bantu
meningkatkan
kemampuan
berjalan,
mempertahankan dan mengembalikan fungsi otonomik dan voluntary tubuh selama tindakan dan memulihkan penyakit atau injuri. 3) Libatkan keluarga dalam program terapi 4) Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktir, latihan resisitif dan ambulasi e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. 1) Bantu kebutuhan mandi pasien
37
2) Ketahui tingkat ketidakmampuan pasien untuk perawatan diri. 3) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri f.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal nutrisi bagi penderita stroke. 1) Dukung pasien untuk mengkonsumsi makanan dengan porsi kecil tapi sering 2) Bantu dalam pemberian asupan diit makanan dan cairan yang seimbang. 3) Dukung pasien untuk perawatan gigi dan mulut 4) Berikan pasien makanan dan minuman ringan bernutrisi. 5) Anjarkan pasien bagaimana cara menyimpan makanan 6) Beri umpan balik untuk motivasi kebutuhan nutrisi. 7) Libatkan keluarga dalam pemberian support dan program terapi 8) Pertahankan nutrisi adekuat 9) Pertahankan pencatatan berat badan harian.
4. Implemetasi Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan
program.
Program
dibuat
untuk
menciptakan
keinginan berubah dari keluarga, mendirikan keluarga. sering kali perencanaan program yang sudah baik tidak diikutii dengan waktu yang cukup untuk melaksanakan implementasii (Komang, 2010).
38
5. Evaluasi Evaluasi disususn menggunakan SOAP secara operasional dengan tahapan dengan somatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif yaitu dengan proses dan evaluasi akhir. Evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu : a. Evaluasi berjalan (sumatif) adalah evaluasi jenis inii dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan perkembangan dan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga. format yang dipakai adalah format SOAP. b. Evaluasi akhir (formatif) adalah evaluasi jenis inii dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan dicapai.
Bila
terdapat
kesenjangan
diantara
keduanya,
mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi (Setiadi, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Surat Al Furqan ayat 54 Andi, (2010). Buku Awas Stroke. Yogyakarta Anggoro,
(2010).
Penyakit
Mengobatinya.
Jantung [internet]
dan
Tips
Mencegah
tersedia
dan dalam
http://dickydwianggoro.blogspot.co.id/. [diakses 20 Juni 2016]. Anthony Rudd,dkk. (2010). Stroke. Jakarta : Penebar Plus. Depkes Jawa Barat. (2012). Angka Kejadian Stroke di Jawa Barat tahun 2012. http://www.depkes.jawabarat.go.id. [diakses 27 Juni 2016]. Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis. 2016. Angka Kejadian Stroke di Kabupaten Ciamis tahun 2016. Effendi, Nazzaruddin (2010) http://ghendoest.blogspot.co.id [diakses 27 Juni 2016]. Friedman (2009) http://keperawatankomunitas.blogspot.co.id [diakses 20 Juni 2016]. Komang, (2010). Aplikasi Praktis Asuhan KeperawatanKeluarga Cetakan I. Jakarta : Sagung Seto Kurniadi, (2012). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Stroke Aplikasi Nanda, NOC, NIC. [internet] tersedia dalam http://asuhankeperawatanonline.blogspot.co.id/2012/03/asuhankeperawatan-pasien-dengan-stroke_03.html. [diakses 24 Juni 2016]. Padila. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Keluarga. Yogyakarta:Nuha Medika.
Setiadi
(2008)
Konsep
dan
Proses
Keperawatan
Keluarga.Yogyakarta:Graha Ilmu Suparyanto
(2011).
Konsep
Keluarga.
Tersedia
dalam
http://dr-
suparyanto.blogspot.com [diakses 20 Juni 2016]. UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng. 2016. Angka Kejadian Stroke di UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng.