ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.M DENGAN TUBERCULOSIS PARU PADA Tn.M DI DUSUN PASAR SAPTU RT 01 RW 04 DESA CIKONENG WILAYAH KERJA UPTD KESEHATAN PUSKESMAS CIKONENG KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan Di STIKes Muhammadiyah Ciamis
Disusun Oleh : LIA MAESAROH NIM . 13DP277034
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. M DENGAN TUBERCULOSIS PADA Tn. M DI DUSUN PASAR SAPTU RT 01 RW 04 DESA CIKONENG WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIKONENG KABUPATEN CIAMIS1 IV Bab, 67 halaman, 10 Tabel, 2 Gambar Lia Maesaroh2 ,Yudhi Permana3 ABSTRAK Asuhan keperawatan keluarga dengan tuberculosis memerlukan perawatan yang intensif untuk mencegah komplikasi yang lebih kronis. Pemberian asuhan keperawatan keluarga dengan tuberculosis hendaknya selalu ditingkatkan dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosial-spiritual serta komprehensif yang mengacu kepada kebutuhan dasar manusia. Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan serta pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan tuberculosis . Metode penulisan yang digunakan yaitu :metode deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan proses keperawata nmeliputi : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sistem penulisan yang digunakan terdiri dari empat bab yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Teoritis, Bab III Tinjauan Kasus dan Pembahasan dan Bab IV Kesimpulan dan Rekomendasi. Asuhan keperawatan yang dilakukan dalam waktu singkat mulai dari tanggal 15 Juni – 18 Juni 2016, muncul masalah yang ditemukan adalah gangguan pola nafas , gangguan rasa nyaman nyeri., gangguan mobilisasi. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan tuberculosis ini, tidak semua dilakukan sesuai dengan teori yang penulis dapat. Namun prinsipnya semua dapat berjalan dengan lancar. Untuk dapat melaksanakan asuhan keperawatan dalam waktu yang relative singkat penulis mengadakan kerjasama dengan keluarga klien serta rekan mahasiswa/I sehingga didapatkan tujuan asuhan keperawatan. Semua masalah belum dapat teratasi tapi tetap diperlukan perawatan lanjutan untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan. Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Keluarga, Tuberculosis Paru Daftar Pustaka 13 Buah (2006-2015) Keterangan : 1. Judul Studi Kasus, 2. Mahasiswa Prodi D-III Keperawatan STIKes Muhamadiyah Ciamis, 3. Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO) sehat dapat diartikan suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya beban dari penyakit atau kelemahan (Perry & Potter, 2005;5). Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman Tuberculosis menyerang paru tapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. (Depkes, RI 2008). Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun bebas TB. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Sekitar 75% pasien Tuberculosis (TB) adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien Tuberculosis (TB) dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat Tuberculosis (TB), maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomi Tuberculosis (TB) juga memberikan dampak buruk
lainnya
secara
sosial
stigma
masyarakat.(sumber pedoman nasional 2008)
1
bahkan
dikucilkan
oleh
2
Dalam laporan Tuberkulosis Global 2014 yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan, insidensi di Indonesia pada angka 460.000 kasus baru per tahun. Namun, di laporan serupa tahun 2015, angka tersebut sudah direvisi, yakni naik menjadi 1 juta kasus baru per tahun. Persentase jumlah kasus di Indonesia pun menjadi 10 persen terhadap seluruh kasus di dunia sehingga menjadi negara dengan kasus terbanyak kedua bersama dengan Tiongkok. India menempati urutan pertama dengan persentase kasus 23 persen terhadap yang ada di seluruh dunia. (Sumber : Tuberkulosis Global 2014). Prevelensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB oleh tenaga kesehatan tahun 2015 menggambarkan ada lima provinsi di Indonesia yang mempunyai angka penemuan kasus (Case Detection Rate) TB cukup tinggi yaitu Jawa Barat , Papua, DKI Jakarta, Gorontalo, Banten dan Papua Barat, dengan angka jumlah penderita tertinggi di Jawa Barat yaitu sebanyak 138.000 (13,8%) kasus (Sumber : tbindonesia.or.id. 2015). Sedangkan di Kabupaten Ciamis berdasarkan LB1 Tahun 2015 secara keseluruhan berdasarkan pemeriksaan pasien terdapat 2.897 Pasien penderita Tuberkulosa Paru BTA (+) dan merupakan peringkat ke 34 Kabupaten penderita Tuberculosis (TB) di Jawa Barat.
3
Tabel 1.1 Data Penderita Penyekit Tuberculosis Paru di UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis 2016 Bulan Januari – Mei No 1 2 3
Usia Jumlah Penderita 17-25 Tahun 6 orang 26-40 Tahun 3 orang 40-60 Tahun 5 orang Jumlah 14 orang (Sumber : UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng, 2016). Menurut data dari Puskesmas Cikoneng pada bulan Januari-Mei 2016, penderita penyakit Tuberculosis (TB) paru berjumlah 14 orang, yaitu usia 1715 ada 6 orang, dari usia 26-40 berjumlah odang, serta usia 40-60 berjumlah 5 orang. Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa di Puskesmas Cikoneng usia produktif masih rentan terhadap penyakit tuberculosis paru. Berdasarkan data-data di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga, yang dituangkan dalam bentuk studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M Dengan Tuberculosis Paru Pada Tn.M Di Dusun Pasar Saptu Rt.01/Rw.04 Desa Cikoneng Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Tahun 2016”.
4
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan kompehernsif meliputi bio-psiko-soaial-spiritual terhadap keluarga dengan kasus Tuberculosis paru,melalui pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melaksanakan pengkajian masalah keperawatan keluarga dengan kasus Tuberculosis paru pada Tn.M di Dusun Pasar Saptu RT 01 RW 04 Desa Cikoneng Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis b. Mampu melaksanakan rencana asuhan keperawatan keluarga dengan kasus Tuberculosis paru pada Tn.M di Dusun Pasar Saptu RT 01 RW 04 Desa Cikoneng Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis c. Mampu
melaksanakan
asuhan
keperawatan
dengan
kasus
Tuberculosis paru pada Tn.M di Dusun Pasar Saptu RT 01 RW 04 Desa Cikoneng Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis d. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan keluarga dengan kasus Tuberculosis paru pada Tn.M di Dusun Pasar Saptu RT01 RW 03 Desa Cikoneng Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis
5
C. Metode Telaahan Dalam menyusun karya tulis ini,penulis menggunakan metode studi kasus dalam pendekatan proses keperawatan meliputi tahap pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Sedangkan teknik pengumpulan data melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Obsevasi, yaitu pengumpulan data secara langsung melihat, mengamati dan mencatat masalah yang berhubungan dengan kondisi klien dan keluarga. 2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengadakan wawancara secara langsung terhadap klien, dan keluarga untuk memperoleh data yang lengkap yang terkait dengan asuhan keperawatan keluarga dengan tuberculosis. 3. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari catatan-catatan medik yang ada dipuskesmas 4. Partisipasi aktif, yaitu kerjasama baik antara penulis, klien dan keluarga klien yang sangat menunjang dalam pengumpulan data. 5. Studi kepustakaan, yaitu prnulis mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan kasus Tuberculosis paru yang diambil baik dari perpustakaan, internet maupun materi perkuliahan sebagai acuan dan landasan dalam berfikir atau bertindak.
6
D. Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan karya tulis ini penulis membagi menjadi 4 (empat) BAB yaitu : BAB I : PENDAHULUAN Dalam pendahuluan ini menjelaskan latar belakang masalah, tujuan umum dan khusus penulis, metode telaahan dan teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN TEORITIS Berisi tentang konsep dasar keluarga, konsep dasar tuberculosis paru
dan
konsep
dasar
asuhan
keperawatan
keluarga
dengan
Tuberculosisparu. BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Berisi tentang tinjauan kasus pada Tn.M keluarga Tn.M dengan proses keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan,
catatan
perkembangan dan pembahasan. BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berisi tentang kesimpulan dari asuhan keperawatan yang telah diberikan pada keluarga Tn.M.
7
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Keluarga 1. Konsep Keluarga a. Pengertian Keluarga Menurut al-Quran surat al-furqon ayat 54
َ َوهُ َىالَّ ِذ ص ْهرً ۗا َو َكانَ َربُّ َكقَ ِديرً ا ِ ًاو َ يخلَقَ ِمنَ ْال َما ِءبَ َشرً افَ َج َعلَهُنَ َسب Artinya : Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.. Menurut UU No. 10 tahun 1992, Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Menurut Salvicion dan Ara Celiskeluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
dan
menciptakan
serta
mempertahankan
suatu
kebudataan (Salvicion dan Ara Celis dalam buku Setiawati, 2005) b. Tipe Keluarga Menurut Friedman (1989), dalam buku Ali (2010), hal. 6terdapat 8 tipe keluarga :
7
8
1) Nuclear famuly (keluarga inti). Terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya. 2) Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang teridir dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain. 3) Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya. 4) Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama. 5) Blended family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu. 6) Three generation family. keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kake, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah. 7) Single adult living alone. Betuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya. 8) Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya. c. Peran Dan Fungsi Keluarga Berbagai peran formal dalam keluarga menurut Nasrul Effendy, (1998) dalam buku Dion Yohanes (2013) hal. 17 yaitu :
9
1) Peranan ayah : sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan. 2) Peran ibu : sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anak berperan untuk mengurus rumah tangga,sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial, serta sebagai anggota anggota masyarakat dan lingkungan disamping dapat berpran pula sebagai pencari nafkah tambahan keluarga. 3) Peran anak adalah melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental dan spiritual d. Fungsi Pokok Keluarga Menurut Efendy (1998:36) dalam buku Dion Yohanes (2013) hal. 24 terdapat 3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, adalah : 1) Asih : yaitu memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan kebutuhannya 2) Asuh : yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan
10
menjadikan mereka anak-anak baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. 3) Asah : yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi
manusia
dewasa
yang
mandiri
dalam
mempersiapkan masa depannya. e. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan Menurut Efendi dan Makhfudli (2009) dalam buku Dion Yohanes (2013) hal. 25 tugas kesehatan di bagi menjadi 5 pokok yaitu : 1) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. 2) Mengenal masalah kesehatan keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Jika keluarga
11
mempunyai keterbatasan seyoganya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. 4) Mempertahankan
suasana
dirumah
yang
menguntungkan
kesehatan dan perkembangan anggota keluarga. 5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). (Setiadi, 2008)
f. Konsep Tumbuh Kembang Keluarga : Menurut duval (1985) dan Mc. Godrick, dalam buku Dion Yohanes hal. 28 tahap tumbuh kembang keluarga yaitu : 1) Tahap I (pasangan keluarga baru/ keluarga pemula) Dimulai saat individu (pria dan wanita) membentuk keluarga melalui perkawinan. Tugas perkembangan keluarga :
12
a. Membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru. b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan lainlain. c. Keluarga berencana 2) Tahap II (keluarga anak pertama/ child bearing) Tahap ini dimulai sejak anak pertama lahir sampai berusia kurang dari 30 bulan. Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisi keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini : a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan. b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. c. Membagi peran dan tanggungjawab ( bagaimana peran orang orang tua terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan ). d. Bimbingan
orang
tua
tentang
pertumbuhan
perkembangan anak. e. Menata ruang untuk anak. f. Biaya / dana child bearing. g. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin. 3) Tahap III (keluarga dengan anak pra-sekolah).
dan
13
Tahap ini dumuali dari anak pertama berusia 2,5 tahun sampai 5 tahun. Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, bergaul dengan teman sebaya, sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak tahu mana yang kotor dan bersih. Tugas perkembangan keluarga : a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga, b. Membantu anak bersosialisasi. c. Mempertahankan
hubungan
didalam
maupun
diluar
keluarga. d. Pembagian waktu, Individu, pasangan dan anak e. Pembagian tanggung jawab f. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak 4) Tahap IV (keluarga dengan anak usian sekolah). Keluarga pada tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 6 tahun dan mulai sekolah dasar dan berakhir pada usia 13
tahun
dimana
merupakan
(dubai,1977). Tugas perkembangan keluarga :
awal
dari
masa
remaja
14
a. Mensosialisasikan
anak-anak,
termasuk
meningkatkan
prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga d. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual e. Menyediakan aktivitas untuk anak
5) Tahap V (keluarga dengan anak remaja) Tahap ini dimulai sejak usia 13 tahun sampai dengan 20 tahun. Tahap ini adalah tahap yang paling rawan karena anak akan mencari identitasnya dalam membentuk keperibadiannya, menghendaki kebebasan , mengalami perubahan kognitif dan biologis, menyita banyak perhatian budaya orang muda, oleh karena itu teladan dari kedua orang tua sangat diperlukan. Tugas perkembangan keluarga : a. Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri b. Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan c. Berkomunikasi dengan terbuka antara orang tua dan anakanak d. Mempersiapkan perubahan untuk mememnuhi kebutuhan tumbuh dan kembang anggota keluarga
15
6) Tahap VI (keluarga dengan anak dewasa muda/ tahap pelepasan). Tahap ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah orang tua sampai dengan anak terakhir Tugas perkembangan keluarga : a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru dari perkawinan anak anaknya b. Melanjutkan
kembali
dan
menyesuaikan
hubungan
perkawinan c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri d. Membantu anka untuk mandiri sebaagai keluarga baru di masyarakat e. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya f. Menciptakan lingkunganrumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya. 7) Tahap VII (keluarga usia pertengahan) tahap ini dimuali ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tugas perkembangan keluarga :
16
a. Menyediakan lingkungan yang dapat meningkat kan kesehatan b. Mempertahankan hububungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua (lansia) dan anak-anak c. Memperkokoh hubungan perkawinan d. Persiapan masa tua/pensiun. 8) Tahap VIII (keluarga usia lanjut). Tahap ini dimulai dengan salah satu atau kedua kedua pasangan memasuki masa pensiun sampai keduanya meninggal. Tugas perkembangan keluarga a. Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup b. Mempertahankan pengaturan hidup yang memeuaskan c. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun d. Mempertahnkan hubungan perkawinan e. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan f. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi g. Melakukan life riview masa lalu 2. Konsep Keluarga Resiko Tinggi a. Definisi Keluarga resiko tinggi merupakan keluarga yang memiliki kebutuhan untuk menyesuaikan dari terkait perkembangan anggota keluarga, keluarga dengan faktor resiko penurunan sttus kesehatan
17
(KepMenKes No. 908 tahun 2010 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan keperawatan keluarga). b. Keluarga yang Tergolong Resiko Tinggi Dalam Bidang Kesehatan, meliputi : 1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut : a) Tingkat social ekonomi keluarga masih rendah b) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan penyakit keturunan 2) Keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan waktu hamil a) Umur ibu (16 tahun atau lebih 35 tahun) b) Menderita kekurangan gizi/anemia c) Menderitahi pertensi d) Primipara atau multipara e) Riwayat persalinan dengan komplikasi. 3) Keluarga di mana anak menjadi resiko tinggi, karena : a) Lahir prematur/BBLR b) Berat badan sukar naik c) Lahir dengan cacat bawaan d) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
18
e) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya. 4) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga : a) Anak yang tidak diketahui dan pernah dicoba untuk digugurkan b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cek-cok dan ketegangan c) Ada anggota keluarga sering sakit d) Salah satu orang tua (suami/istri) meninggal, cerai atau lari meninggalkan keluarga. 3. Dampak Keluarga Resiko Tinggi Dampak keluarga resiko tinggi terhadap fungsi keluarga menurut Achjar (2010) akan berdampak :
a) Fungsi afektif Fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota keluarga. b) Fungsi Sosial
19
Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. c) Fungsi reproduksi Fungsi keluarga untuk meneruskan kelngsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia d) Fungsi Ekonomi Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluargnya yaitu sandang, pangan, dan papan. e) Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan Fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah. B. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Tbc Tuberculosis (TB) sebagai suatu infeksi akibat Mycobacterium Tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ,terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi (Junaidi dalam Ardiansyah , 2010).
2. Etiologi Tbc di sebabkan oleh kuman tbc yaitu mycobacterium tuberculosis. Bakteri atau kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran panjang 1-4 um dan tebal 0,3-0,6 um. Sebagian besar kuman berupakan lemak/lipid,
20
sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu apikal/apeks paru. Daerah ini menjadi predileksi pada penyakit tuberculosis 3. Cara Penularan Penyakit Tbc Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan
21
bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC. Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
4. Gejala Penyakit TBC
22
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
a.
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b.
Sesak dan nyeri dada saat menarik nafas
c.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
d.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
e.
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
5. Komplikasi a. Hemopipis adalah peredaran dari saluran nafas yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipopolemik / tersumbatnya jalan nafas b. Kolaps dari labu akibat rektreaksi bronchid sehingga terjadi ketidakmampuan menampung / menyimpan oksigen dari lobus c. Prieumotorak adalah adanya udara dalam rongga pleura. Penyebaran adalah terkena prieumotorak udara dalam membran berada dalam tekanan yang lebih tinggi dari udara dalam paru-paru yang berdampingan dan pembulu darah, sehingga kapasitas oksigen yang dihirup hanya sebagian
23
d. Bronkiett taksis adalah endapan nanah pada bronkus setempat karena terdapat infeksi pada bronkus 6. Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang diberikan bisa berupa metode preventif dan kuratif yang meliputi cara-cara seperti berikut ini : a. Penyuluhan b. Pencegahan c. Pemberian obat-obatan seperti : OAT (Obat Anti-Tuberculosis), bronkodilator, ekspektoran, OBH dan vitamin d. Fisioterapi dan rehabilitasi e. Konsultasi secara teratur C. Proses Keperawatan Keluarga 1 Pengkajian Proses pengkajian merupakan pengumpulan informasi yang berkesinambungan, dianalisis dan diinterpretasikan secara mendalam. Sumber data pengkajian diperoleh dari anamnesa (wawancara), pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik anggota keluarga dan data dokumentasi. Cara pengumpulan data : a.
Wawancara Berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial-budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dsb.
24
b.
Observasi pengamatan Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja. Misalnya : yang berkaitan
dengan
lingkungan
fisik
(ventilasi,
penerangan,
kebersihan, dsb). c.
Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (head to toe) Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik. Misalnya : kehamilan, kelainan organ tubuh, dan tanda-tanda penyakit.
d.
Data dokumentasi Data dokumentasi yang dimaksud adalah pengkajian terhadap data atau catatan kesehatan klien. Contoh ; KMS, kartu keluarga dan catatan lain yang ada hubungannya dengan klien. Menurut Mubarak, (2009). Pengkajian dalam keluarga meliputi : a. Data umum (1) Identitas: Nama kepala keluarga (KK), alamat dan telpon, pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga dan komposisi keluarga. Selain itu, perlu dikaji pula tentang : (2) Tipe Keluarga
25
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
(3) Suku Bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan. (4) Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan. (5) Status social ekonomi keluarga : Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan
pula
oleh
kebutuhan-kebutuhan
yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. (6) Aktivitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi. b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
26
(1) Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti. (2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga, serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. Misalnya :keluarga tengah baya, yang seharusnya sudah mampu mendirikan keluarga sendiri, tetapi belum mempunyai rumah sendiri sehingga beberapa tugas tidak terpenuhi. (3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan
masing-masing
anggota
keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imuniasi), sumber
pelayanan
kesehatan yang biasa
digunakan
keluarga, serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan. (4) Riwayat keluarga sebelumnya Dijelaskan
mengenai
riwayat
kesehatan
keluarga dari pihak suami dan istri. c. Lingkungan 1) Karakteristik rumah 2) Karakteristik tetangga dan komunitas setempat
pada
27
3)
Mobilitas geografis keluarga
4)
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5)
Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga 1)
Pola komunikasi keluarga
2)
Struktur kekuatan keluarga
3)
Struktur peran
4)
Nilai atau norma keluarga
e. Fungsi keluarga 1)
Fungsi afektif
2) Fungsi sosial 3) Fungsi perawatan kesehatan 4) Fungsi reproduksi 5) Fungsi ekonomi f. Stress dan koping keluarga 1)
Stressor jangka pendek dan panjang (b) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu + 6 bulan (c) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan
28
2)
Strategi koping yang digunakan. Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
g. Masalah Kesehatan Keluarga adapun tiga kelompok dalam membedakan masalah diagnosa permasalahan 1) diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yng sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat 2) Diagnosa resiko / resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat 3) Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keuarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat fitingkatkan (mubarok, 2009) Diagnosa keperawatan titegakan dengan menggunakan formulasi PES (problem Etiologi Symptom)
2. Diagnosa Keperawatan
29
Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan langkah
selanjutnya
adalah
menentukan
priorits
masalah
kesehatan keperawatan keluarga. Untuk menentukan masalah, perawat dapat menggunakan skala prioritas. Dalam menyusun prioritas masalah keperawatan keluarga harus didasarkan kepada beberapa kriteria yaitu 1) Sifat masalah Dikelompokan menjadi ancaman kesehatan, tidak/ kurang sehat dan keadaan sejahtera 2) Kemungkinan masalah dapat diubah Kemungkinan
berhasilnya
mengurangi
masalah
atau
mencegah masalah bila dilakukan tindakan keperawatan dan kesehatan, dikelompokan menjadi mudah, sebagian dan tidak dapat diubah. 3) Potensi masalah dapat dicegah Adalah bagaimana sift dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat dikurangi atau dicegah melalui tindaakan keperawatan dan kesehatan. Dikelompokan menjadi tinggi, cukup dan rendah. 4) Masalah yang menonjol Adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya suatu masalah untuk diatasi melalui intervensi keperawatan dan kesehatan.
30
Perumusa diagnosa keperawatan meliputi : a) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga
atau anggota
keluarga
(individu)
keluarga. b) Penyebab (etiologi) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. c) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subyektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung yang mendukung masalah dan penyebab
Tabel 2.1 Skala Untuk Menyusun Masalah Keperawatan Keluarga Sesuai Dengan Prioritas No 1.
2.
3.
Kriteria Sifat masalah Skala : tidak / kurang sehat Ancaman kesehatan Keadaan sejahtera Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : dengan mudah Hanya sebagian Tidak dapat Kemungkinan masalah untuk dicegah
Skor
Bobot
3 2 1
1
2 1 0
2
31
Skala : tinggi 3 Cukup 2 Rendah 1 4. Menonjolnya masalah Skala : masalah berat harus ditangani 2 Ada masalah tapi tidak perlu ditangani 1 Masalah tidak dirasakan 0 (sumber :Baylon Dan Maglaya (1989) dalam buku Dion Yohanes)
1
1
Skoring : cara menentukan nilai atau bobot suatu masalah adalah 1. Tentukan skor untuk criteria 2. Skor di bagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
Skor Angka tertinggi
X bobot
3. Jumlah skor untuk kriteria 4. Skor tertinggi adalah 5 dan semua untuk seluruh bobot.
3.
Rencana Keperawatan a. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Nurarif dalam buku nanda nic-noc (2013) : 1) Ketidakefektif bersihkan jalan nafas berhubungan dengan bronkopasme. 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan dyspneu. 3) Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen. 4) Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan informasi kurang / tidak adekuat.
32
b. Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul : 1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota yang sakit. 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan. 3) Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit. 4) Defisit pengetahuan keluarga tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenali masalah kesehatan.
c. Intervensi keperawatan keluarga 1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota yang sakit. a) Kaji bunyi nafas b) Hitung frekuensi pernafasan c) Ajarkan klien dan keluarga cara batuk efektif d) Beri penyuluhan kepada keluarga tentang penyakit TB e) Kolaborasi dengan petugas kesehatan tetntang pemberian terapi.
33
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan. a) Dokumentasikan status nutrisi b) Timbang BB saat ini c) Berikan perawatan mulut d) Ajarkan makanan sedikit tapi sering dengan TKTP e) Ajurkan makan makanan yang disukai 3) Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit. a) Anjurkan menggunakan tisu untuk membuang sputum b) Anjurkan untuk tidak menghentikan terapi c) Berikan makanan 4) Defisit kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, terapi dan
pencegahan
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga mengenali masalah kesehatan. a) Kaji
seberapa
besar
keluarga
mengenali
penyakit
tuberculosis paru. b) Beri
penyuluhan
kepada
keluarga
tentang
penyakit
pengetahuan
keluarga
setelah
diberikan
tuberculosis paru. c) Kaji
ulang
penyuluhan.
34
d) Diskusikan kepada keluarga tentang akibat apabila penyakit tidak segera ditangani. 4.Pelaksanaan Pada kegiatan implementasi atau pelaksanaan, perawatan perlu melakukan kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan) untuk pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik yang didiskusikan, (sasaran langsung implementasi) dan (mungkin) peralatan yang perlu disiapkan keluarga. 5.
Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Surat AL-Furqon Ayat 54. Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan keluarga. Jakarta ; EGC Achar, Komang. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC Ardiansyah Muhammad (2012), Medikal Bedah.Jogjakarta.Diva press Yohanes D dan Yasinta B (2013). Konsep dasar Asuhan Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Meidka Dinkes Kabupaten Ciamis (2015) Jurnal Keperawatan Padjajaran (2013) KepMenKes No.908 tahun.Pengertian Keluarga Resiko Tinggi. Tersedia di http://www.scribd.com Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis (2008) edisi 2 Departemen Kesehatan RI Pravelensi Tuberkulosis Global 2014 tersedia di http://who.go.id Pravelensi tuberkulosis di indonesia 2015 tersedia di http://tbindonesia.or.id. Soemantri irman.2012. Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernafasan.edisi 2 jakarta : Salemba Medika
UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2016. Tidak dipublikasikan (Hanya Laporan)