FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN ORANG TUA MENGENAI GANGGUAN BELAJAR DISKALKULIA DAN DISGRAFIA PADA ANAK USIA SEKOLAH ( 7 - 12 TAHUN) DI GAMPONG KUTA TIMU KECAMATAN SUKAKARYA KOTA SABANG TAHUN 2013
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Oleh :
REZEKY AGUSTINA NIM : 10010118
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN ORANG TUA MENGENAI GANGGUAN BELAJAR DISKALKULIA DAN DISGRAFIA PADA ANAK USIA SEKOLAH ( 7 - 12 TAHUN) DI GAMPONG KUTA TIMU KECAMATAN SUKAKARYA KOTA SABANG TAHUN 2013 Rezeky Agustina1, Cut Efriana2 xii + 51 halaman : VI BAB, 7 Tabel, 7 Lampiran Latar Belakang : Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pendidikan nasional. Untuk itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang melimpah, tetapi terletak pada sumber daya alam yang berkualitas. Prevalensi anak kesulitan belajar pada sekolah umum di Amerika Serikat pada tahun 2011-2012 meningkat menjadi sebesar 5,2 % . Hal ini setara dengan yang dikemukakan oleh Graziano (2010) bahwa pada tahun 2009 diperkirakan 15-20% anak sekolah usia 6 hingga 18 tahun di Amerika Serikat mengalami kesulitan belajar. (Lyon, dkk, 2009). Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pengetahuan Orang Tua Mengenai Gangguan Belajar Diskalkulia dan Disgrafia pada Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) Di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat Analitik dengan pendekatan crosssectional yang dilakukan untuk melihat Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Orang Tua Mengenai Gangguan Belajar Diskakulia Dan Disgrafia Pada Anak Usia Sekolah (7-12 Tahun) Di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang tahun 2013. Sampel penelitian total populasi. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 sampai dengan 8 September 2013. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square test. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kategori pengetahuan responden mayoritas berada pada kategori rendah sebanyak 25 orang (62,5%). Kategori pendidikan berada pada kategori menengah sebanyak 17 orang (42,5%). Kategori umur berada pada kategori dewasa awal sebanyak 30 orang (75%). Kategori pendapatan keluarga berada pada kategori rendah sebanyak 24 orang (60%). Kesimpulan dan Saran : Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan responden, pendidikan responden, umur responden dan pendapatan keluarga berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak dalam proses belajar mengajar. Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat di jadikan bahan masukan bagi orang tua yang mempunyai anak mengalami gangguan belajar terutama khususnya orang tua yang berada di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya. Kata kunci : Pengetahuan, Pendidikan, umur, pendapatan orang tua Daftar Pustaka : 13 buku (200-2010), 20 Internet (2002-2013) Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan STIKes U’budiyah Dosen Pembimbing Prodi D-III Kebidanan STIKes U’budiyah
1 2
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U’budiyah Banda Aceh
Banda Aceh,
September 2013
Pembimbing
(CUT EFRIANA, S.ST )
MENGETAHUI KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKes U'BUDIYAH BANDA ACEH
( NUZULUL RAHMI, SST )
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U’budiyah Banda Aceh
Banda Aceh,
September 2013
Tanda Tangan
Pembimbing
: CUT EFRIANA, SST
(
)
Penguji I
: RAHMAYANI, SKM, M.Kes
(
)
Penguji II
: ELVIRA WAHYUNI, SKM
(
)
MENYETUJUI KETUA STIKes U’BUDIYAH BANDA ACEH
MENGETAHUI KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN
( MARNIATI, M.Kes )
( NUZULUL RAHMI, SST )
iv
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, pemilik segala ilmu pengetahuan atas segala rahmat dan karuniaNya, peneliti diberi kekuatan, kemampuan, kesabaran dan kesehatan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul;
“FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
PENGETAHUAN ORANG TUA MENGENAI GANGGUAN BELAJAR DISKALULIA DAN DISGRAFIA PADA ANAK USIA SEKOLAH (7-12 TAHUN) DI GAMPONG KUTA TIMU KECAMATAN SUKAKARYA KOTA SABANG TAHUN 2013” Salawat beriring salam peneliti lantunkan keharibaan Nabi besar SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang ini. Karya Tulis Ilmiah disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III jurusan kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menemukan hambatan dan kesulitan, tetapi berkat adanya bimbingan, pengarahan dan bantuan dari semua pihak, maka penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. bantuan dari berbagai pihak yang berupa bimbingan, pengarahan maupun dukungan moral yang sangat membantu penyusun. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada Ibu Cut Efriana, SST, selaku pembimbing yang
v
telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan saran selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Serta ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dedi Zefrizal, ST, selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 2. Ibu Marniati, M.Kes, selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST, selaku Ketua Prodi D III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 4. Bapak Keuchik Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang. 5. Dosen dan seluruh staf pendidikan Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 6. Teristimewa Ibunda dan Ayahanda, keluarga tercinta dan orang terkasih yang selalu mendoa kan serta memberi dukungan baik moril maupun materil sehingga dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah. 7. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penulisan Karya Tulis Ilmiah. Selanjutnya dengan lapang dada dan tangan terbuka peneliti menerima kritikan dan saran yang membangun guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah. Akhirnya atas segala bantuan dan dorongan dari semua pihak, penulis ucapkan terima kasih semoga mendapat karunia dari Allah SWT.
Banda Aceh,
September 2013
Peneliti
vi
vii
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL............................................................................................ ABSTRAK........................................................................................................ PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................. LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. KATA PENGANTAR ...................................................................................... MOTO .............................................................................................................. DAFTAR ISI .................................................................................................... DAFTAR SKEMA ........................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
i ii iii iv v vii viii x xi xiii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................ A. Latar Belakang ............................................................................. B. Rumusan Masalah ....................................................................... C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 1. Tujuan Umum ...................................................................... 2. Tujuan Khusus ..................................................................... D. Manfaat Penelitian ......................................................................
1 1 4 5 5 5 5
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN ........................................................ A. Konsep Dasar Gangguan Belajar .................................................. 1. Pengertian Gangguan Belajar Diskalkulia ............................ 2. Pengertian Gangguan Belajar Disgrafia ................................ B. Konsep Anak Usia Sekolah .......................................................... 1. Definisi Anak Usia Sekolah .................................................. 2. Tahap Perkembangan Anak .................................................. C. Konsep Orang Tua ....................................................................... 1. Pengertian Orang Tua ........................................................... 2. Peran Orang Tua .................................................................. D. Konsep Dasar Pengetahuan (Knowledge)......................................
7 7 7 13 17 17 18 19 19 20 20
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN .......................................... A. Kerangka Konseptual ................................................................... B. Definisi Operasional ..................................................................... C. Hipotesis ......................................................................................
33 33 34 35
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... A. Jenis Penelitian ............................................................................ B. Lokasi dan Waktu ........................................................................ C. Populasi dan Sampel .................................................................... D. Instrumen Penelitian ..................................................................... E. Jenis dan Cara Pengambilan Data ................................................. F. Pengolahan dan Analisa Data .......................................................
36 36 36 36 37 37 37
viii
BAB
V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... A. Gambaran Umum dan lokasi Penelitian ................................. B. Hasil Penelitian ..................................................................... C. Pembahasan...........................................................................
40 40 40 45
BAB
VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. A. Kesimpulan ........................................................................... B. Saran .....................................................................................
50 50 50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR SKEMA
Skema
3.1 Definisi Operasional ....................................................................
x
34
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1
Definisi Operasional ......................................................................
34
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Orang Tua Tentang Gangguan Belajar Pada Anak di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013...............................................................
41
Distribusi Frekuensi Pendidikan Orang Tua di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013 ..................
41
Distribusi Frekuensi Umur Orang Tua di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013 ...........................
42
Distribusi Frekuensi Pendapatan Orang Tua di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013 ..................
42
Hubungan Antara Pendidikan dengan Pengetahuan Orang Tua mengenai Gangguan Belajar Diskalkulia dan Disgrafia di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013 ..............................................................................................
43
Hubungan Antara Umur dengan Pengetahuan Orang Tua mengenai Gangguan Belajar Diskalkulia dan Disgrafia di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013 ..............................................................................................
44
Hubungan Antara Pendapatan dengan Pengetahuan Orang Tua mengenai Gangguan Belajar Diskalkulia dan Disgrafia di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013 ..............................................................................................
45
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Lembaran Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2
: Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3
: Kuesioner
Lampiran 4
: Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 5
: Surat Selesai Pengambilan Data
Lampiran 6
: Surat Izin Penelitian
Lampiran 7
: Surat Balasan Selesai Penelitian
Lampiran 8
: Master Tabel
Lampiran 9
: Outup Data SPSS
Lampiran 10 : Lembaran Konsul Lampiran 11 : Biodata
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pendidikan nasional. Untuk itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang melimpah, tetapi terletak pada sumber daya alam yang berkualitas. Sumber daya alam yang berkualitas adalah sumber daya manusia, maka diperlukan peningkatan sumber daya manusia Indonesia sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai kemajuan bangsa. (Handoko, 2003). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat. (M.J. Longeveled, 2010). Seorang siswa dapat juga diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya. Kegagalan belajar ini, seperti siswa dalam batas tertentu tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal dalam pengajaran tertentu, siswa tidak dapat mencapai prestasi yang semestinya sesuai dengan potensinya, siswa gagal kalau tidak dapat mewujudkan tugas–tugas perkembangannya, Masalah siswa berkesulitan belajar termasuk dalam bidang pendidikan luar biasa.
1
Siswa ini bila tidak segera ditangani, lambat laun kesulitan belajarnya semakin kompleks, dan akhirnya menjadi bencana bagi pendidikan, karena sumber daya manusia (SDM) yang dipersiapkan menjadi tidak tercapai (Syaiful, 2002). Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting, Jakarta, diskalkulia dikenal juga dengan istilah “math difficulty” karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis. Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis. Perkembangan anak sejak kecil juga bisa
merupakan pertanda
kemungkinan terjadinya gangguan belajar pada usia sekolah dasar. Anak dengan keterlambatan bicara (belum bisa mengucapkan kalimat sederhana di usia 2 tahun), bisa merupakan faktor prediksi terjadinya gangguan belajar. Gangguan koordinasi motorik, terutama pada usia menjelang taman kanak-kanak, juga bisa menjadi faktor prediksi terjadinya gangguan belajar (Faisal, 2007). Menurut Kllegman (2000) Anak usia sekolah merupakan periode yang disebut juga sebagai masa pertengahan atau masa laten, mempunyai tantangan baru. Kekuatan kognitif untuk memikirkan banyak faktor secara stimulan memberikan kemampuan pada anak usia sekolah untuk mengevaluasi diri sendiri dan mengevaluasi teman-temannya. Sebagai akibat penghargaan diri menjadi masalah sentral. Usia sekolah di mulai menurut kemampuan untuk menghasilkan yang bernilai sosial seperti nilai-nilai yang baik dan pekerjaan yang baik. Usia
2
anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan dalam penentuan usia anak. Lyon, dkk (2009) dalam Hallahan dan Kauffman mengungkapkan bahwa prevalensi LD
bervariasi, dari 6% hingga 50%. Secara umum, prevalensi
kesulitan belajar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Prevalensi anak kesulitan belajar pada sekolah umum di Amerika Serikat pada tahun 2011-2012 meningkat menjadi sebesar 5,2 % . Menurut US Department of Education, 8,23% populasi usia sekolah mengalami kesulitan belajar pada tahun 2011-2012. Lyon, dkk, (2009) menyebutkan bahwa pada tahun 2011-2012, prevalensi kesulitan belajar mencapai 7,21%. Hal ini setara dengan yang dikemukakan oleh Graziano (2010) bahwa pada tahun 2009 diperkirakan 15-20% anak sekolah usia 6 hingga 18 tahun di Amerika Serikat mengalami kesulitan belajar. Menurut Gagne (2007) sekitar 5-10% anak di dunia mengalami gangguan belajar. Gangguan belajar adalah segolongan gangguan yang menyebabkan anak sulit menguasai ketrampilan tertentu atau menyelesaikan tugas tertentu, apabila ia belajar dengan cara konvensional. Penyebab gangguan tersebut belum diketahui secara pasti, namun diduga terdapat faktor yang memengaruhi kemampuan otak menerima dan memroses informasi. Faktor genetik diduga berperan; terkadang anak dengan kesulitan belajar memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa dengan tingkatan yang bervariasi. Menurut Prayitno (2008) di Indonesia terdapat sekitar 4,6 Juta anak usia (5-14 tahun) mengalami gangguan masalah belajar yang disebabkan sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai
3
hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” Survey awal yang dilakukan peneliti di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang di temukan data dari sekretaris desa pada bulan Februari tahun 2013 sebanyak 40 KK yang memiliki anak usia sekolah serta didapatkan beberapa anak yang memperoleh nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika di bawah nilai standar kelulusan. Penuturan salah seorang ibu yang memiliki anak usia 10 tahun mengatakan bahwa setiap pembagian rapor anaknya mendapatkan nilai 5 untuk mata pelajaran Matematika. Begitu juga penuturan salah seorang ibu yang memiliki anak usia 12 tahun mengatakan bahwa anaknya sudah tinggal kelas selama 3 tahun dan selalu mendapat nilai 5 dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. Data dari Dinas Pendidikan Kota Sabang, Tahun 2011 sampai dengan 2012 dari jumlah penduduk 31.355 jiwa tercatat sebanyak 1.350 jiwa mengalami buta huruf, paling banyak angka tersebut, persoalan membaca yang selalu mengemukakan terutama dikalangan siswa-siswi sekolah dasar. Dari data yang saya dapatkan setelah melakukan survey dari SD Negeri 3 terdapat 43 siswa dan SD Negeri 13 sebanyak 20 siswa yang mengalami Diskalkulia dan Disgrafia. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pengetahuan
4
Orang Tua Mengenai Gangguan Belajar Diskalulia dan Disgrafia pada Anak Usia Sekolah Di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan permasalahan penelitian ini yaitu apakah Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pengetahuan Orang Tua Mengenai Gangguan Belajar Diskalkulia dan Disgrafia pada Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) Di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk
mengetahui
Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
Pengetahuan Orang Tua Mengenai Gangguan Belajar Diskalkulia dan Disgrafia pada Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) Di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Gangguan Belajar Diskalkulia & Disgrafia Pada Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) b. Untuk mengetahui Hubungan Umur Orang Tua dengan Gangguan Belajar Diskalkulia & Disgrafia Pada Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) c. Untuk mengetahui Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Gangguan Belajar Diskalkulia & Disgrafia Pada Anak Usia Sekolah (7-12 tahun)
5
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah wawasan bagi peneliti dalam mempersiapkan, menganalisis dan mengolah data temuan. Sehingga peneliti dapat mengetahui sejauh mana Pengetahuan Orang Tua yang Memiliki Anak Usia Sekolah Tentang Gangguan Belajar Diskalkulia dan Disgrafia di GampongKuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Banda Aceh. 2. Bagi Institusi Pendidikan Dasar Memberikan masukan yang positif dan terarah dalam upaya peningkatan khususnya dalam cara mengatasi gangguan belajar pada anak di masa sekarang dan masa yang akan datang. 3. Bagi Profesi Kebidanan Pedoman bagi tenaga profesi kebidanan, khususnya bidan keluarga dalam memberikan penyuluhan bagi keluarga tentang cara mengatasi gangguan belajar Diskalkulia dan Disgrafia pada anak. 4. Bagi Peneliti Lain Dasar referensi untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut serta menambah wawasan dan pengetahuan dalam memberikan pelayanan kepada keluarga dimasa yang akan datang.
6
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Dasar Gangguan Belajar 1. Pengertian Gangguan Belajar Diskalkulia Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting, Jakarta, diskalkulia dikenal juga dengan istilah “math difficulty” karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis. Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis. Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis). Kesulitan belajar matematika merupakan salah satu jenis kesulitan belajar yang spesifik dengan prasyarat rata-rata normal atau sedikit dibawah ratarata, tidak ada gangguan penglihatan atau pendengaran, tidak ada gangguan emosional primer, atau lingkungan yang kurang menunjang. masalah yang dihadapi yaitu sulit melakukan penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian yang disebabkab adanya gangguan pada sistem saraf pusat pada periode perkembangan. Anak berkesulitan belajar matematika bukan tidak mampu belajar, tetapi mengalami kesulitan tertentu yang menjadikannya tidak siap belajar.
7
8
Anak dengan gangguan diskalkulia disebabkan oleh ketidakmampuan mereka dalam membaca, imajinasi, mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman, terutama dalam memahami soal-soal cerita. Anak-anak diskalkulia tidak bisa mencerna sebuah fenomena yang masih abstrak. Biasanya sesuatu yang abstrak itu harus divisualisasikan atau dibuat konkret, baru mereka bisa mencerna. selain itu anak berkesulitan belajar matematika dikarenakan pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar siswa, metode pembelajaran yang cenderung menggunakan cara konvesional, ceramah dan tugas. Guru kurang mampu memotivasi anak didiknya. Ketidaktepatan dalam memberikan pendekatan atau strategi pembelajaran. Deteksi diskalkulia bisa dilakukan sejak kecil, tapi juga disesuaikan dengan perkembangan usia. Anak usia 4- 5 tahun biasanya belum diwajibkan mengenal konsep jumlah, hanya konsep hitungan Sementara anak usia 6 tahun ke atas umumnya sudah mulai dikenalkan dengan konsep jumlah yang menggunakan simbol seperti penambahan (+) dan pengurangan (-). Jika pada usia 6 tahun anak sulit mengenali konsep jumlah, maka kemungkinan nantinya dia akan mengalami kesulitan berhitung. Proses berhitung melibatkan pola pikir serta kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah. Faktor genetik mungkin berperan pada kasus diskalkulia, tapi faktor lingkungan dan simulasi juga bisa ikut menentukan. Alat peraga juga sangat bagus untuk digunakan, karena dalam matematika menggunakan simbolsimbol yang bersifat abstrak. Jadi, supaya lebih konkret digunakan alat peraga sehingga anak lebih mudah mengenal konsep matematika itu sendiri.
9
a. Ciri-Ciri Gangguan Belajar Diskalkulia Berikut adalah beberapa hal yang bisa dijadikan acuan ciri anak yang mengalami gangguan belajar diskalkulia : 1) Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam katakata tertulis. 2) Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang. 3) Sulit
melakukan proses-proses
matematis,
seperti menjumlah,
mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan. 4) Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah. 5) Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang. 6) Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angkaangka, seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur.
10
7) Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya. 8) Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor. 9) Tulisan yang tidak dapat dibaca. Anak yang tidak bisa membaca tulisannya sendiri karena bentuk-bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Biasanya anak-anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (termasuk diskalkulia) akan dites dengan standard progressive matrices (SPM) yang merupakan suatu tes inteligensi bagi anak-anak usia 7-12 tahun (siswa Kelas 2 dan 3 SD), atau tes coloured progressive matrices (CPM) untuk siswa Kelas 1 SD. Jika hasil diagnosis, tes dan assesment menyatakan anak menderita diskalkulia, maka harus ada treatment dan metode penyampaian khusus yang bisa membuat dia lebih paham.
b. Faktor Penyebab Gangguan Belajar Diskalkulia Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan ini, di antaranya: 1) Kelemahan pada proses penglihatan atau visual Penyebab diskalkulia dikarenakan adanya kelemahan proses penglihatan atau visualisasi, misalnya anak sulit fokus pada pelajaran atau permainan. Matematika membutuhkan prosedur penyelesaian yang berurut mengikuti pola-pola tertentu, anak diskalkulia sulit mengikuti prosedur tersebut.
11
2) Bermasalah dalam hal mengurut informasi Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal detail. 3) Fobia matematika Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan. 4) Masalah yang disebabkan fungsi fisiologis tubuh Diskalkulia berkorelasi dengan luka pada area spesifik otak yaitu: supramarginal dan angular gyri yang menjembatani lobus temporal dan parietal pada kulit otak. Anak dengan gejala diskalkulia berkecenderungan untuk memiliki anggota keluarga dengan gejala yang sama. 5) Pada masa kehamilan misalnya, si ibu pernah mengalami keracunan, atau kena penyakit akibat virus pada masa kehamilan. Salah satu penyebab lain dapat pula akibat proses kehamilan atau proses
12
kelahirannya bayi tersebut kekurangan oksigen atau persalinannya tidak lancar.
c. Upaya Penanganan Gangguan Belajar Diskalkulia Diagnosa diskalkulia harus dilakukan oleh spesialis yang berkompeten di bidangnya berdasarkan serangkaian tes dan observasi yang valid dan terpercaya. Bentuk terapi atau treatment yang akan diberikan pun harus berdasarkan evaluasi terhadap kemampuan dan tingkat hambatan anak secara detail dan menyeluruh. Bagaimanapun, kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-aspek lainnya, seperti disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan tingkat treatment dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli, orang tua pun disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi gangguan belajar, yaitu: 1) Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah atau urutan dari proses keseluruhannya. 2) Bisa juga dengan menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta si anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep secara verbal. 3) Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak.
13
Atau kalau perlu, tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya. 4) Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktek serta aktivitas sederhana sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan sebagainya. 5) Sering-seringlah memberikan mendorong pada anak untuk melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah menampilkan ingatannya tentang angka. 6) Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak. 7) Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya. 8) Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan 2. Pengertian Gangguan Belajar Disgrafia Disgrafia adalah Kesulitan khusus di mana anak tidak bisa menuliskan/mengekspresikan pikirannya ke dalam bentuk tulisan, karena
14
mereka
tidak
bisa
menyusun
huruf/kata
dengan
baik
dan
mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis. Pada anakanak umumnya, kesulitan ini bisa terlihat saat anak mulai belajar menulis. Kesulitan ini tidak tergantung kemampuan lainnya. Seseorang bisa sangat fasih dalam berbicara dan keterampilan motorik lainnya, tapi mempunyai kesulitan menulis. Dysgraphia / Disgrafia adalah learning disorder dengan ciri perifernya berupa ketidakmampuan menulis, terlepas dari kemampuan anak dalam membaca maupun tingkat intelegensianya. Jika kita mengacu pada DSM IV, maka disgrafia diidentifikasi sebagai keterampilan menulis yang secara terus-menerus berada di bawah ekspektasi jika dibandingkan usia anak dan tingkat intelegensianya.
a. Faktor Penyebab Gangguan Menulis (Disgrafia) : Gangguan
menulis
(disgrafia)
disebabkan
oleh
faktor
neurologis, adanya gangguan pada otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Anak mengalami kesulitan dalam harmonisasi secara otomatis antara kemampuan mengingat dan menguasai gerakan otot menulis huruf dan angka. Kesulitan ini tidak berkaitan dengan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap si anak.
15
Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan menjadi frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke dalam bentuk tulisan, hanya saja ia memiliki hambatan.
b. Upaya Penanganan Gangguan Belajar Disgrafia 1) Mengidentifikasi masalah disgrafia, terdiri dari: masalah penggunaan huruf kapital, ketidakkonsistenan bentuk huruf, alur yang tidak stabil (tulisan naik turun) dan ukuran dan bentuk huruf tidak konsisten. 2) Menentukan masing-masing
ZPD(Zone masalah
Of
Proximal
tersebut.
ZPD
Development)pada untuk
kesalahan
penggunaan huruf kapital. ZPD untuk ketidakkonsistenan bentuk huruf. ZPD untuk ketidakkonsistenan ukuran huruf. ZPD untuk ketidakstabilan alur tulisan. 3) Merancang program pelatihan dengan teknik scaffolding. Teknik scaffolding dalam pelatihan ini meliputi tahapan sebagai berikut. a) Memberikan tugas menulis kalimat yang didiktekan orang tua/guru. b) Bersama-sama dengan siswa mengidentifikasi kesalahan tulisan mereka.
16
c) Menjelaskan mengenai pelatihan dan ZPD masing-masing permasalahan. d) Menjelaskan kriteria penulisan yang benar dan meminta anak menyatakan kembali kriteria tersebut. e) Memberikan
latihan
menulis
dengan
orang
tua/guru
memberikan bantuan. f) Mengevaluasi hasil pekerjaan siswa bersama-sama dengan anak. g) Memberikan latihan menulis dengan mengurangi bantuan terbatas pada kesalahan yang banyak dilakukan anak. h) Mengevaluasi hasil pekerjaan bersama-sama dengan anak. i) Memberikan latihan menulis tanpa bantuan orang tua/guru. j) Mengevaluasi pekerjaan anak.
4) Pahami potensi dan kondisi anak Terutama bagi orang tua dalam menghadapi hal ini hendaknya orang tua mampu memahami potensi anak dann kemampuannya,jangan kita beranggapan anak yang mengalami masalah ini lalu langsung memvonis bahwa si anak
bodoh
atau
malas.Tapi
orang
tua
harus
mampu
membangkitkan kemampuan dan semangat si anak agar tidak kalah dengan teman-temannya.Orang tua tetap mensupport dan membimbingya dan terus melatih kemampuan menulisnya. 5) Menggunakan alat elektronik Cara lain yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah memberikan alat bantu elektronik kepada
17
anak
seperti
Komputer,
laptop
atau
notebook.
Dengan
menggunakan alat-alat tersebut si anak akan lebih mudah memahami kesalahan-kesalahannya dalam melakukan latihan menulis. 6) Melatih menulis anak Cara yang lain yang lebih baik adalah melatih anak untuk terus menulis secara bertahap dan usahakan agar anak tidak bosan dengan kegiatan tersebut.Adapun cara agar anak tidak mudah bosan untuk menulis adalah usahakan anak untuk menulis sesuatu yang dia sukai seperti menulis apa hal yang paling dia suka, hal yang sering dia lihat dan lainya. B. Konsep Anak Usia Sekolah 1. Definisi Anak Usia Sekolah Menurut Kllegman (2000) Anak usia sekolah merupakan periode yang disebut juga sebagai masa pertengahan atau masa laten, mempunyai tantangan baru. Kekuatan kognitif untuk memikirkan banyak faktor secara stimulan memberikan kemampuan pada anak usia sekolah untuk mengevaluasi diri sendiri dan mengevaluasi teman-temannya. Sebagai akibat penghargaan diri menjadi masalah sentral. Usia sekolah di mulai menurut kemampuan untuk menghasilkan yang bernilai sosial seperti nilai-nilai yang baik dan pekerjaan yang baik. Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan dalam penentuan usia anak. Desmita (2006) juga menjelakan bahwa anak usia sekolah (6 - 12 tahun) adalah masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan kelanjutan
18
dalam masa awal anak-anak. Periode ini berlangsung dari usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Permulaan masa pertengahan dan akhir anak-anak ini ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu sekolah dasar. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya. Sebab, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi anak yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan prilaku. Sedangkan menurut Erickson (2003) usia 6-12 tahun adalah tahap industri Vs inferiority. Anak siap menjadi pekerja dan ingin dilibatkan dalam aktifitas, bila diberi tugas akan dikerjakan sampai selesai. Sudah ingin menghasilkan sesuatu, mulai belajar aturan - aturan dan kompetisi melalui proses pendidikan belajar dan berhubungan dengan orang lain. Jika harapan anak terlalu tinggi dan tidak mampu memenuhi standart maka anak menjadi inferiority, kurang percaya diri, gangguan prestasi dan takut kompetensi.
2. Tahap Perkembangan Anak Karakteristik fisik menurut Desmita, 2006 yaitu: a. Keadaan berat dan tinggi badan Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah 46 inci dengan berat 22,5 kg.Kemudian pada usia 12 tahun tinggi anak mencapai 60 inci dan berat 80 hingga 42,5 kg. b. Perkembangan motorik Sejak usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan yang di butuhkan untuk membidik, melempar juga berkembang. Pada usia 10-12
19
tahun,
anak-anak
mulai
memperlihatkan
ketrampilan-ketrampilan
manipulative menyerupai kemampuan-kemampuan orangdewasa. Mereka mulai memperlihatkan gerakan-gerakan yang kompleks, rumit dan cepat.
C. Konsep Orang Tua 1. Pengertian Orang Tua Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan merupakan hasil ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab dalam mendidik, mengasuh, dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Orang tua merupakan bagian keluarga besar yang telah tergantikan oleh keluarga inti dari ayah, ibu dan anak-anak (Spock , 2001). Menurut kunaryo hadikusumo (2000) orang tua adalah sebagai pendidik pertama dan utama karna secara kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibu) dalam keadaan tidak berdaya, hanya dengan pertolongan dan layanan orang tua bayi dapat hidup dan berkembang menjadi dewasa. Lebih lanjut lagi Reza (2007) menjelaskan bahwa orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Orang tua merupakan “guru” yang utama karena orang tua meng interprestasikan dunia dan masyarakat bagi anak-anak. Lingkungan yang di interprestasikan seperti kekuatan-kekuatan dari luar merupakan hal yang
20
penting, semata-mata karena lingkungan mempengaruhi orang tua dank arena orang tua adalah orang yang menerjemahkan arti-arti penting yang dimiliki oleh kekuatan-kekuatan luar kepada anak (Friedman, 2000). 2. Peran Orang tua Menurut Gunarsa (2003) dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu, secara umum peran kedua individu tersebut adalah : a. Peran Ibu adalah : 1) Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik. 2) Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan komitmen. 3) Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak. 4) Menjadi contoh dan teladan bagi anak. b. Peran Ayah adalah : 1) Ayah sebagai pencari nafkah 2) Ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa aman. 3) Ayah berpartisipasi dalam pendidikan. 4) Ayah sebagai pelindung atau kokoh yang tegas, bijaksana, mengasih keluarga. D. Konsep Dasar Pengetahuan (Knowledge) 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung turut memperkaya hidup kita (Suriasumantri, 2000).
21
Pengetahuan
merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran,penciuman, rasa dan raba, sebagian besar
pengetahuan
manusia
diperoleh
melalui
hidung
dan
telinga
(Notoatmodjo, 2005).
2. Tingkat Pengetahuan Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2005), menyatakan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) Tahudiartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau ransangan yang diterima. b. Memahami (comprehension) Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran,penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui hidung dan telinga.
22
c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya), aplikasi ini dapat di artikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan kaitannya satu sama lain.Ukuran kemampuan dapat diliat dalam penggunaan tenaga kerja seperti: mengambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan,dan membuat bagan proses adaptasi perilaku dan dapat membedakan pengertian psikologi dan fisiologi. e. Sintesis (Syntesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk suatu keseluruhan yang baru.Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun komulasi dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
23
3. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmojo (2005), cara memperoleh pengetahuan ada 2 yaitu : a.
Cara tradisional Cara-cara penemuan pengetahuan antara lain: 1) Cara coba-coba dan salah (Trial dan Error) Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lama. 2) Cara kekuasaan (otoritas) Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas (kekuasaan) baik otoritas pemerintahan maupun otoritas masyarakat. 3) Berdasarkan pengalaman Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. 4) Melalui jalan pikiran yaitu manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
b.
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah.Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer lagi metodologi penelitian.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan Menurut Notoatmojo (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ada 2 yaitu :
24
a. Faktor Internal 1) Pendidikan Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku
melalui
pengajaran,
sehingga
pendidikan
itu
perlu
mempertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar.Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi yang baru . Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam menentukan kualitas manusia. Dengan pendidikan, manusia di anggap akan memperoleh pengetahuan dan implikasinya.Semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan semakin berkulitas,perubahan yang cepat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat dibutuhkan orang yang berpengetahuan.Orang tersebut akan semakin mudah untuk menerima dan akan cenderung mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin
banyak
pula
pengetahuan
yang
di
dapat
tentang
kesehatan.Untuk mendapatkan pengetahuan yang baik kita dapatkan dalam pendidikan, jadi pendidikan yang tinggi akan didapatkan pengetahuan yang baik. a) Pendidikan Dasar Pendidikan Dasar adalah jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak. Pendidikan dasar
25
menjadi dasar bagi jenjang pendidikan menengah. Periode pendidikan dasar ini adalah selama 6 tahun. Di akhir masa pendidikan dasar, para siswa diharuskan mengikuti dan lulus dari Ujian Nasional (UN). Kelulusan UN menjadi syarat untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat selanjutnya (SMP/MTs) Tujuan Pendidikan Dasar untuk membentuk anak-anak yang berkualitas dan mampu mengikuti pendidikan dasar kelas 1 sampai kelas 6, dan dapat melanjutkan ke jenjang di atasnya.
b) Tingkat Pendidikan Menengah Pendidikan menengah (sebelumnya dikenal dengan sebutan sekolah lanjutan tingkat atas atau SLTA) adalah jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah umum diselenggarakan oleh sekolah menengah atas (SMA) (sempat dikenal dengan "sekolah menengah umum" atau SMU) atau madrasah aliyah (MA). Pendidikan menengah umum dikelompokkan dalam program studi sesuai dengan kebutuhan untuk belajar lebih lanjut di perguruan tinggi dan hidup di dalam masyarakat. Pendidikan menengah umum terdiri atas 3 (tiga) tingkat.
c) Tingkat Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma,
26
sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka. Perguruan
Tinggi
adalah
satuan
pendidikan
yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi dan dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Perguruan pendidikan,
tinggi
penelitian,
berkewajiban
menyelenggarakan
dan pengabdian kepada
masyarakat.
Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi. Gelar akademik, profesi, atau vokasi hanya digunakan oleh lulusan dari perguruan tinggi yang dinyatakan berhak memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi. Penggunaan gelar akademik, profesi, atau vokasi lulusan perguruan tinggi hanya dibenarkan dalam bentuk dan singkatan yang diterima dari perguruan tinggi yang bersangkutan.
2) Umur Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru, pada masa ini merupakan usia reproduktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa ketrampilan, sosial, masa komitmen,
masa
ketergantungan,
masa
perubahan
nilai,
masa
penyesuaian dengan hidup baru, masa kreatif. Pada dewasa ini ditandai
27
oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental, semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin bertambah keinginan dan pengetahuan tentang kesehatan.Umur yang lebih cepat menerima pengetahuan adalah 18-40 tahun. a) Dewasa Istilah dewasa mencerminkan suatu sikap atau perilaku seseorang yang sudah matang. Dewasa juga berarti bergantinya sikap seseorang yang tadinya masih remaja atau kekanak-kanakan, dan menjadi setingkat lebih dewasa dalam mempertimbangkan segala keputusan. Dalam artian lain seorang yang telah dewasa berarti sudah akil baligh dan mempunyai tanggung jawab. Definisi dewasa kadang juga dikaitkan dengan sebuah media atau konten yang tidak pantas dilihat oleh anak-anak. Sehingga orang yang cukup umurlah yang hanya boleh mengkonsumsi mediatersebut. Batasan dewasa bukan merupakan hal yang baku, kalau pada umumnya orang dianggap dewasa jika sudah mencapai usia 19 tahun lebih atau sudah menikah. Namun secara psikis, sifat seseorang belum tentu dewasa dengan bertambahnya usia. Di Amerika, dewasa berarti mandiri secara finansial, telah menyelesaikan pendidikanformal dan berkeluarga. Dari survei yang diadakan oleh NationalOpinion Research Center dari University
28
ofChicago, rata-rataorang Amerika mencapai kedewasaan pada usia 26 tahun.Partisipan survei berjumlah 1.399 orang dengan usia di atas18 tahun. Mereka percaya bahwa proses kedewasaan dimulai padausia awal 20-an dan membutuhkan waktu lima tahun untuk bisadisebut dewasa secara formal. Hasil survei juga mengungkapkan bahwa proses pendewasaan akanmelalui tahapan sebagai berikut: Usia 20,9 tahun mulai membiayaidiri sendiri; 21,1 tahun tidak lagi tinggal sama orangtua; 21,2 tahunsudah punya pekerjaan tetap; 22,3 tahun selesai kuliah; 24,5menyokong keuangan berkeluarga; 25,7 tahun menikah; 26,2 tahunmempunyai anak pertama. Hampir semua responden setujumengenai ketujuh transisi yang harus dilalui untuk menuju kedewasaan. 1) Dewasa Awal(masa dewasa dini/young adult) Menurut Elizabeth B. Hurlock, Masa Dewasa Awal (Young Adult Hood) adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun. Pengertian lain dari Masa Dewasa Awal adalah merupakan satu tahap yang dianggap kritikal selepas alam remaja. Ia dianggap kritikal adalah disebabkan pada waktu ini
29
manusia berada pada tahap awal pembentukan kerjaya dan keluarga. Pada peringkat ini, seseorang perlu membuat pilihan yang tepat demi menjamin masa depannya terhadap kerjaya dan keluarga. Pada waktu ini juga seseorang akan menghadapi dilemma antara kerjaya dan keluarga. Pelbagai masalah mula timbul terutamanya dalam perkembangan kerjaya dan juga hubungan dalam keluarga. Menurut Teori Erikson, Tahap Dewasa Awal yaitu mereka di dalam lingkungan umur 20-an ke 30-an. Pada tahap ini manusia mula menerima dan memikul tanggungjawab yang lebih berat. Pada tahap ini juga hubungan intim mula berlaku dan berkembang. Pada
pertumbuhan
fisiknya
dewasa
awal
sedang
mengalami masa peralihan dari masa remaja ke masa tua. Pada masa ini seseorang tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa atau matang (maturity). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang berlaku. Pada masa ini ditandai dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi dan kemampuan reproduksi. Hal inilah yang menandai adanya transisi fisik. 2) Dewasa Tengah(middle adulthood) Masa dewasa tengah ini berlangsung dari umur 40 – 60 tahun . Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial antara lain;
30
masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial. 3) Masa usia lanjut (masa tua/older adult) Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur 60 tahun ke atas sampai mati, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai berikut; perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, peruban kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis,
perubahan
dalam
system
syaraf,
perubahan
penampilan.
4) Ekonomi Ekonomi adalah ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang serta kekayaan seperti: hal keuangan, perindustrian dan perdagangan. Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
31
sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. a) UMP Tahun 2013 Menurut Permen no.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1, Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah ini berlaku bagi mereka yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai jaring
pengaman,
ditetapkan
melalui
Keputusan
Gubernur
berdasarkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan dan berlaku selama 1 tahun berjalan. Menteri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi,
Muhaimin
Iskandar, mengungkapkan kenaikan UMP tahun 2013 secara ratarata sebesar 18, 32 persen. Prosentase kenaikan UMP ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata kenaikan UMP tahun 2012 yang hanya mencapai 10, 27 persen. Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun2013 telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah masing-masing Provinsi yang bersangkutan. Saat ini, sudah ada 11 Provinsi yang sudah menetapkan Upah Minimum Provinsi masing-masing. Rata-rata kenaikan UMP tahun 2013 adalah sebesar 18, 32%. Kenaikan UMPtahun ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata kenaikan UMPtahun 2012 yang hanya sebesar 10, 27%.
32
UMP di Aceh naik dari Rp. 1,4 menjadi Rp. 1,55 juta naik 10,71%.
b. Faktor Eksternal 1. Sumber Informasi Informasi mempengaruhi memperoleh
yang
diperoleh
tingkat informasi,
dari
pengetahuan maka
ia
berbagai
sumber
seseorang.Bila
akan cenderung
akan
seseorang mempunyai
pengetahuan yang lebih luas. Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan keamanan (Notoatmodjo, 2005). 2. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia baik berupa benda hidup, benda mati, dan
benda nyata, termasuk
suasana yang terbentuk karena interaksi di antara-antara elemen tersebut (Myrnawati, 2004). Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,termasuk manusia dan perilakunya, yangmempengaruhi alam itu sendiri, kelangsunganperikehidupan, dan kesejahteraan manusia sertamakhluk hidup lain (UUNo 32 tahun 2009). Menurut Emil Salim (dalam Rahmayanti, 2009) menjelaskan pengertian lingkungan adalah segala benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati, dan mempengaruhi hal-hal yang tidak hidup maupun hidup termasuk kehidupan manusia.
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konseptual Menurut Notoatmodjo, (2003) Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Menurut
Notoatmodjo,
(2010)
ada
berhubungan
faktor-faktor
pengetahuan orang tua tentang Gangguan Belajar Diskalkulia dan Disgrafia dengan pendidikan, umur, dan pendapatan/penghasilan. Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati melalui penelitian yang dimaksud.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pendidikan Pengetahuan Orang Tua tentang Gangguan Belajar Diskalkulia & Disgrafia
Umur
Pendapatan
Skema 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian
33
34
B. Definisi Operasional Batasan dari pengertian setiap variabel yang akan diukur dalam penelitian ini dapat dilihat di tabel berikut: Agar mudah memahami pengertian dari: Tabel 3.1 Definisi Operasional Definisi Operasional VARIABEL DEPENDEN 1 Pengetahuan Pemahaman orang Orang Tua tua yang memiliki Gangguan anak usia sekolah Belajar (7–12 tahun) Diskalkulia tentang gangguan dan Disgrafia belajar Diskalkulia dan Disgrafia No
Variabel
VARIABEL INDEPENDEN 1 Pendidikan Proses belajar menurut tingkat yang dilalui oleh responden
2
Umur
Lama waktu hidup / usia responden yang dihitung sejak lahir
3
Pendapatan
Penghasilan yang di peroleh dari pekerjaan
Cara Ukur Menyebarkan kuesioner 20 pertanyaan:
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Kuesioner
- Tinggi - Rendah
Ordinal
Penyebaran kuesioner dengan kriteria: Tinggi = jika Perguruan tinggi Menengah = jika SMU/ SLTA Dasar = jika jawaban SD/SMP.
Kuesioner
- Tinggi - Menengah - Dasar
Ordinal
Menyebarkan kuesioner berisi 1 pertanyaan dengan kriteria Dewasa awal: jika 20-30 tahun Dewasa tengah: jika 4060 tahun. Dewasa akhir : jika > 60 Penyebaran kuesioner dengan 1 pertanyaan. Dengan kriteria Tinggi : ≥ UMP (Rp. 1.550.000,-) Rendah : < UMP ( Rp. 1.200.000
Kuesioner
- Dewasa awal - Dewasa tengah - Dewasa akhir
Nominal
Kuesioner
- Tinggi - Rendah
Ordinal
Tinggi : jika x ≥
x Rendah : jika x < x
35
C. Hipotesis Dari kerangka konsep penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan orang tua mengenai gangguan belajar diskakulia dan disgrafia di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang tahun 2013. 2. Ada hubungan antara umur dengan pengetahuan orang tua mengenai gangguan belajar diskakulia dan disgrafia di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang tahun 2013. 3. Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan gangguan belajar diskakulia dan disgrafia di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang tahun 2013.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat Analitik dengan pendekatan crosssectional yang dilakukan untuk melihat Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Orang Tua Mengenai Gangguan Belajar Diskakulia Dan Disgrafia Pada Anak Usia Sekolah (7-12 Tahun) Di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang tahun 2013.
B. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Menurut Notoatmojo (2005), populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia sekolah (7-12 tahun) yang bertempat tinggal di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang berjumlah 40 Ibu yang mempunyai anak.
2.
Sampel Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah Total sampling yaitu orang tua yang mempunyai anak usia sekolah (7-12 tahun) yang bertempat tinggal di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang berjumlah 40 Ibu yang mempunyai anak.
40
41
C. Lokasi dan Waktu 1. Lokasi Penelitian ini dilakukan di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang. 2. Waktu Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 4-8 September 2013.
D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang ditujukan kepada orang tua yang berisi 10 pertanyaan yang terdiri dari 2 pertanyaan tentang pengetahuan orang tua, 1 pertanyaan tentang pendidikan, 1 pertanyaan tentang umur, 1 pertanyaan tentang pendapatan dengan mengacu kepada kerangka konsep penelitian.
E. Jenis dan Cara Pengambilan Data Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian dengan menggunakan metode wawancara dengan menyebarkan kuesioner langsung kepada responden, dan selanjutnya diisi oleh responden. Data sekunder di peroleh dari Kepala Keluarga dan Instansi terkait lainnya serta berbagai referensi yang berhubungan dengan penelitian.
F. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Setelah dilakukan pengungumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah dengan cara sebagai berikut :
42
a. Editing yaitu melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian angket yang meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang diberikan oleh responden. b. Coding yaitu memberi kode jawaban secara angka atau kode tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana. c. Transfering yaitu memindahakan jawaban responden kedalam berntuk tabel. d. Tabulating yaitu mengelompokkan responden berdasarkan kategori yang telah dibuat untuk variabel yang diukur dan ditampilkan kedalam bentuk tabel.
2. Analisis Data a.
Analisis Univariat Menggambarkan distribusi frekuensi dan persentase masing masing variabel yang diteliti. Selanjutnya data yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi. P
f 100% n
Keterangan: P : Persentase f : Frekwensi Teramati n : Jumlah Responden Yang Menjadi Sampel (Budiarto, 2002).
43
b.
Analisa Bivariat Untuk melihat pengetahuan, pendidikan, umur dan penghasilan berhubunngan dengan pengetahuan orang tua tentang gangguan belajar diskakulia dan disgrafia pada anak usia sekolah (7-12 tahun), maka dilakukan menguji hipotesis penelitian didasarkan atas taraf siginifikasi 95% (P = 0,05) dengan menggunakan uji Chi – square.
(o e ) 2 X e 2
Keterangan ∑ : Jumlah o : Frekwensi Observasi e : Frekwensi Harapan (Arikunto, 2002). Untuk menguji hipotesa yang dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji data chi-square pada tingkat kemaknaannya 95% (P≤0,05) sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan program komputer SPSS for window. Melalui perhitungan uji chi-square test selanjutnya ditarik pada kesimpulan bila nilai P lebih kecil dari alpha (P≤0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara variabel dependen dan independen dan jika P lebih besar alpha (P≥0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak yang menunnjukkan tidak adanya hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.
44
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian Gampong Kuta Timu yang terletak di Kecamatan Sukakarya berjarak ± 7 km dari ibukota Sabang dengan jarak tempuh ke desa-desa dari pusat kota kecamatan ± 5 km, jumlah desa sebanyak 5 buah desa dengan jumlah penduduk 9.350 jiwa dan jumlah KK ± 1250 KK. Adapun batas-batas Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya: 1. Sebelah Timur berbatasan dengan
Desa Cot Bak U
2. Sebelah Barat berbatasan dengan
Desa Ie Meule
3. Sebelah Utara berbatasan dengan
Desa Ujong Karang
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Balohan
B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang, pada tanggal
4 September 2013 sampai dengan tanggal 8
September 2013. Dari data yang dikumpulkan terdapat 40 orang sampel dari populasi ibu yang mempunyai anak yang berada di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Data dikumpulkan melalui kuesioner. Data dari hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut:
45
1. Analisa Univariat a. Pengetahuan orang tua Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Orang Tua Tentang Gangguan Belajar Pada Anak di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013 No
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Tinggi
22
55
2.
Rendah
18
45
40
100
Jumlah Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 40 responden yang menjadi subjek penelitian didapatkan kategori pengetahuan mayoritas berada pada kategori tinggi sebanyak 22 orang (55%). b. Pendidikan orang tua Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Orang Tua di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013 No
Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Tinggi
10
25
2.
Menengah
17
42,5
3.
Dasar
13
32,5
40
100
Jumlah Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 40 responden yang menjadi subjek penelitian didapatkan pendidikan mayoritas berada pada
46
kategori menengah sebanyak 17 orang (42,5%).
c. Umur Orang tua Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Umur Orang Tua di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013 No
Umur
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Dewasa Awal
30
75
2.
Dewasa Tengah
9
22,5
3.
Dewasa Akhir
1
2,5
Jumlah
40
100
Sumber : Data primer diolah tahun 2013 Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 40 responden yang menjadi subjek penelitian didapatkan kategori umur mayoritas berada pada kategori dewasa awal sebanyak 30 orang (75%). d. Pendapatan keluarga Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pendapatan Orang Tua di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013 No
Pendapatan
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Tinggi
16
40
2.
Rendah
24
60
40
100
Jumlah Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 40 responden yang menjadi subjek penelitian didapatkan kategori pendapatan mayoritas berada pada kategori rendah sebanyak 24 orang (60%).
47
2. Analisa Bivariat a. Hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan orang tua
Tabel 5.5 Hubungan Antara Pendidikan dengan Pengetahuan Orang Tua Mengenai Gangguan Belajar Diskalkulia dan Disgrafia di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013
1. Tinggi
Pengetahuan Orang Tua Tinggi Rendah F % F % 10 100 0 0
F 10
% 100
2. Menengah
10
58,8
7
41,2
17
100
3. Dasar
2
15,4
11
84,6
13
100
No Pendidikan
Jumlah
22
18
Jumlah
Uji Statistik
P
0.05
0,000
40
Dari Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 17 responden yang pengetahuan tinggi dan pendidikan menengah sebanyak 10 orang (58,8%) dan pengetahuan rendah dengan pendidikan menengah sebanyak 7 orang (41,2%). Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan hasil nilai p-value 0,000 yang berarti lebih kecil dari -value (0,05). Dengan demikian ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan orang tua, maka dapat disimpulkan hipotesa dalam penelitian ini terbukti atau dapat diterima.
48
b. Hubungan antara umur dengan pengetahuan orang tua Tabel 5.6 Hubungan Antara Umur Dengan Pengetahuan Orang Tua Mengenai Gangguan Belajar Diskalkulia dan Disgrafia di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013
No
Umur
Pengetahuan Orang Tua Tinggi Rendah F % F % 16 53,3 14 46,7
1.
Dewasa Awal
2.
Dewasa Tengah
6
66,7
3
3.
Dewasa Akhir
0
0,00
1
Jumlah
22
Jumlah
30
% 100
33,3
9
100
100
1
100
18
F
Uji Statistik
P
0.05 0,417
40
Dari Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang pengetahuan tinggi dan umur dewasa awal sebanyak 16 orang (53,3) dan penetahuan rendah dengan umur dewasa awal sebanyak 14 orang (46,7%). Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan hasil nilai p-value 0,417 yang berarti lebih kecil dari -value (0,05). Dengan demikian berarti tidak ada hubungan antara umur dengan pengetahuan orang tua, maka dapat disimpulkan hipotesa dalam penelitian ini tidak terbukti atau tidak dapat diterima.
49
c. Hubungan antara Pendapatan dengan pengetahuan orang tua Tabel 5.7 Hubungan Antara Pendapatan Dengan Pengetahuan Orang Tua Mengenai Gangguan Belajar Diskalkulia dan Disgrafia Di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang Tahun 2013
1. Tinggi
Pengetahuan orang tua Tinggi Rendah F % F % 12 75,0 4 25,0
F 16
% 100
3. Rendah
10
24
100
No Pendapatan
Jumlah
22
41,7
14 18
58,3
Jumlah
Uji Statistik
P
0.05 0,080
40
Dari Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 24 responden yang pengetahuan tinggi dan pendapatan rendah sebanyak 14 orang (58,3%) dan yang pengetahuan rendah dengan pendapatan rendah sebanyak 10 orang (41,7%). Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan hasil nilai p-value 0,080 yang berarti lebih kecil dari -value (0,05). Dengan demikian berarti tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan orang tua, maka dapat disimpulkan hipotesa dalam penelitian ini tidak terbukti atau tidak dapat diterima.
C. Pembahasan 1. Hubungan antara Pendidikan dengan pengetahuan orang tua Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 17 responden yang pengetahuan tinggi dan pendidikan menengah sebanyak 10 orang (58,8%)
50
dan pengetahuan rendah dengan pendidikan menengah sebanyak 7 orang (41,2%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan hasil nilai p-value 0,000. Dari data diatas dapat disimpulakan bahwa pengetahuan tinggi dikarenakan responden rata-rata berpendidikan Perguruan Tinggi. Penelitian sejenis yang peneliti temui adalah penelitian yang dilakukan oleh Yudha (2001) di desa Sitobondo, Jawa Barat pengetahuan orang tua tentang gangguan belajar berada pada kategori rendah 79,8 % dan kategori tinggi 20,2 %. Menurut Koentjoroningran dalam Nursalam
(2001), mengatakan
bahwa pendidikan di perlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya halhal yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab itu, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang di miliki. Dari paparan di atas, peneliti beranggapan bahwa
pendidikan,
khususnya kesehatan dan pendidikan anak adalah suatu yang sangat penting untuk memberikan pengetahuan tentang orang tua dalam mengetahui masalah-masalah yang dihadapi anak. Asumsi peneliti bahwa tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh dalam mengawasi perkembangan anak. Dengan pendidikan yang tinggi, tentu saja pengetahuan si orang tua semakin baik, dengan semakin baiknya pengetahuan yang si orang tua miliki, semakin baik pula pemahaman si orang tentang kesehatan, khususnya dalam mendidik anak dan mengawasi setiap perkembangan anak, baik untuk menantau proses belajar anak, tumbuh kembang anak dan orang tua
51
mengetahui setiap permasalahan anak dalam proses belajar. 2.
Hubungan antara Umur dengan Pengetahuan Orang Tua Dari hasil penelitian didapat bahwa dari 30 responden yang pengetahuan tinggi dan umur dewasa awal sebanyak 16 orang (53,3%) dan penetahuan rendah dengan umur dewasa awal sebanyak 14 orang (46,7%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan hasil nilai p-value 0,417. Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak di sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, dkk, 2007). Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What”. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
52
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). 3. Hubungan antara Pendapatan dengan pengetahuan orang tua Dari hasil penelitian didapat bahwa dari 24 responden yang pengetahuan tinggi dan pendapatan rendah sebanyak 14 orang (58,3%) dan yang pengetahuan rendah dengan pendapatan rendah sebanyak 10 orang (41,7%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan hasil nilai p-value 0,080. Menindaklanjuti penelitian yang dilakukan oleh Harni (1993) seperti paparan di atas, bahwa juga terdapat ada pengaruh antara pendapatan keluarga dengan pengetahuan orang tua mengenai gangguan belajar di SD Negeri 2 Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat Tahun 1993. Pendapatan seseorang atau keluarga merupakan suatu peluang untuk memanfaatkan penggunaan jasa pelayanan yang lebih baik dan lebih lengkap. Besarnya pendapatan seseorang dapat digunakan untuk peningkatan kesehatan, tapi jika tingkat pendapatan rendah, maka tidak mempunyai kemampuan untuk membiayai tingkat pelayanan kesehatannya (Prathama, 2001). Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun material, baik kebutuhan penting maupun tidak sesuai dengan kemampuan mereka. Makanan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan melakukan gerak hidupnya. Peningkatan pendapatan dalam rumah tangga memberikan kesempatan kepada rumah tangga untuk
53
memperbaiki dan meningkatkan mutu kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekirman (2000), yang menyatakan bahwa keluarga yang berstatus sosial ekonomi yang rendah atau miskin umumnya menghadapi masalah kesehatan serba terbalik dari masalah kesehatan yang seharusnya. Dari beberapa pendapat dan teori di atas peneliti berasumsi bahwa tingkat pendapatan atau tingkat sosial ekonomi secara tidak langsung dapat menyebabkan timbulnya faktor kurangnya perhatian atau ketidakperdulian terhadap tumbuh kembang anak, dalam hal ini adalah pengetahuan orang tua. Pada umumnya, golongan keluarga yang tingkat pendapatannya jauh di bawah rata-rata, akan sulit dalam mengentrol anak atau dalam memberikan atau membelikan buku pada anak. Rendahnya pendapatan masyarakat di pedesaan menyebabkan mereka akan memilih alternatif lain sebagai pelayanan kesehatan mereka, dalam hal ini adalah pemanfaatan tenaga bidan yang bagi sebagian besar masyarakat di pedesaan masih dianggap sebagai suatu pelayanan kesehatan yang mahal dan membutuhkan biaya yang tinggi.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil penelitian pada bab sebelumnya, penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan orang tua di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang tahun 2013 di nilai P-value (0,000) 2. Tidak hubungan antara umur dengan pengetahuan orang tua di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang tahun 2013 di nilai P-value (0,417) 3. Tidak hubungan antara pendapatan dengan pengetahuan orang tua di Gampong Kuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Sabang tahun 2013 di nilai P-value (0,080)
B. Saran 5. Bagi Peneliti Menambah wawasan bagi peneliti dalam mempersiapkan, menganalisis dan mengolah data temuan. Sehingga peneliti dapat mengetahui sejauh mana Pengetahuan Orang Tua yang Memiliki Anak Usia Sekolah Tentang Gangguan Belajar Diskalkulia dan Disgrafia di GampongKuta Timu Kecamatan Sukakarya Kota Banda Aceh.
54
55
6. Bagi Institusi Pendidikan Dasar Memberikan masukan yang positif dan terarah dalam upaya peningkatan khususnya dalam cara mengatasi gangguan belajar pada anak di masa sekarang dan masa yang akan datang. 7. Bagi Profesi Kebidanan Pedoman bagi tenaga profesi kebidanan, khususnya bidan keluarga dalam memberikan penyuluhan bagi keluarga tentang cara mengatasi gangguan belajar Diskalkulia dan Disgrafia pada anak. 8. Bagi Peneliti Lain Dasar referensi untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut serta menambah wawasan dan pengetahuan dalam memberikan pelayanan kepada keluarga dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA Amir, F. (2008). Menyiapkan Anak Jadi Juara. Gramedia : Jakarta Astuti, Marfuah. 2002. Mengenal Gangguan Belajar Diskalkulia. http://www.tabloidnakita.com/Panduan/panduan05233-02.htm. (diakses tanggal 09 Maret 2013) Betty, B. (2010) . Lemah Belajar dan ADHD. Gramedia : Jakarta Brooker, Chris. 2005. Enksiklopedia keperawatan. Alih Bahasa : Andry Hartono. Jakarta : EGC. Aziz, Rini.Utami. 2006. Jangan biarkan anak kita berkesulitan belajar. Solo : Tiga serangkai. Cecilyn, dkk (2009). Keperawatan Anak. EGC : Jakarta Desmita, (2006). Perkembangan Psikologis Pada Anak. Gramedia : Jakarta Dinpen (2010). Data Statistik Indonesia. http: // www. blogspot.com. (diakses tanggal 09 Februari 2013) Dinpen (2009). Data Statistik NAD. http: // www. blogspot.com. (diakses tanggal 08 Juni 2011) Erickson, (2009). Definisi Anak Usia Sekolah. http: // www.blogspot.com. (diakses 03 Maret 2013) Faisal.(2007). Perkembangan Anak Dalam www.blogspot.com.(diaksestanggal 11 Februari 2013)
Belajar.http:
//
. (2005). Penelitian Terkait gangguan belajar. http: // www.blognet.com. (diakses 19 Februari 2013) Friedman, (2010). Keperawatan Keluarga. EGC : Jakarta Gunarsa, (2009). Peran Orang Tua. http: // www.blogsppot.com. (diaksestanggal 03 Maret 2013) Handoko (2011).Pendidikan Investasi Negara.http: Com.(diaksestanggal 01 Februari 2013)
//
www.
Dinpen.
Jamila K.A. Muhammad,Panduan Pendidikan Khusus Anak Ketunaan dan Learning Disabilities,(Jakarta:Mizan,2008),,137
Kunaryo, H. (2000). Orang Tua Pendidik Utama.http: // www.blogspot.com. (diakses tanggal 04 Maret 2013) Kllegman, (2000). Tumbuh Kembang Anak. Gramedia : Jakarta Lyon, (2001). Persentase Siswa Kesulitan Belajar. http: // www.saturnet.com. (diakses tanggal 07 Februari 2013) Notoadmojo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta .(2007). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta Nursalam.(2001).Nila-nilai Keperawatan. Gramedia : Jakarta Reza (2007). Definisi Orang Tua. http: // www. saturnet.com. (diakses tanggal 03 Maret 2013) Suryo, S. (2004).Pendidikan Aset Negara .http: // www.blogspot.com. tanggal 07 Februari 2013)
(diakses
Sobur, (2003). Program Mengajar.http: // www.blogspot.com. (diakses tanggal 07 Februari 2013) Syaiful, (2002). Kesulitan Belajar.http: // www.blogspot.com. (diakses tanggal 09 Februari 2013) Spock, (2003). Definisi Orang Tua. http: // www.saturnet.com. (diakses tanggal 03 Maret 2013) Suria, S. (2000). Definisi Pengetahuan. http: // www.blogspot.com(diakses tanggal 29 Mei 2013) UU No. 32 tahun 2009 http://richzisland.blogspot.com/2012/05/pengertian-hukumlingkungan-menurut-uu.html (diakses tanggal 15 APril 2013) Wield, H. (2003). Riset Keperawatan. Gramedia : Jakarta Yusuf, M. (2003). Gangguan Belajar. http: // www.blogspot.com. (diakses tanggal08Februari 2013) Yudha. (2001). Penelitian Terkait. http: // www.blogkes.com. (diakses tanggal20 Februari 2013)