KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan III - 2008
Kantor Bank Indonesia Kupang
Triwulan III - 2008
|
K KA ATTA A PPEEN NG GA AN NTTA AR R
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya. Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari ekstern, dalam hal ini dinas/instansi terkait. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerja sama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, November 2008 Bank Indonesia Kupang
Putra N. Stefanus Pemimpin
| Kajian Ekonomi Regional NTT
2
Triwulan III - 2008
|
D DA AFFTTA AR R IISSII
HALAMAN JUDUL----------------------------------------------------------------------
1
KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------------
2
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------
3
RINGKASAN EKSEKUTIF --------------------------------------------------------------
6
MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.1 SISI PERMINTAAN ----------------------------------------------------------------- 14 1.2 SISI PENAWARAN ----------------------------------------------------------------- 22 BOKS ------------------------------------------------------------------------------------- 36 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 41 2.2 INFLASI TAHUNAN (y-o-y) ------------------------------------------------------- 43 2.3 INFLASI 2008 (y-t-d) -------------------------------------------------------------- 44 PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 46 3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN ---------------------------------------------------- 48 3.3 KREDIT UMKM--------------------------------------------------------------------- 53 3.4 PERKEMBANGAN BPR------------------------------------------------------------ 54 SISTEM PEMBAYARAN 4.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 57 4.2 TRANSAKSI RTGS ----------------------------------------------------------------- 58 4.3 TRANSAKSI KLIRING -------------------------------------------------------------- 59 4.4 TRANSAKSI TUNAI ---------------------------------------------------------------- 62 KEUANGAN DAERAH 5.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 65 5.2 PENDAPATAN DAERAH---------------------------------------------------------- 66 5.3 BELANJA DAERAH ---------------------------------------------------------------- 68
| Kajian Ekonomi Regional NTT
3
Triwulan III - 2008
|
TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN 6.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 71 6.2 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN -------------------------------------- 71 6.3 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN ------------------------------------------ 75 OUTLOOK PEREKONOMIAN 7.1 PERTUMBUHAN EKONOMI ----------------------------------------------------- 78 7.2 INFLASI ------------------------------------------------------------------------------ 79
| Kajian Ekonomi Regional NTT
4
Triwulan III - 2008
|
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian, Statistik dan Survei KBI Kupang Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT [0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103 www.bi.go.id
| Kajian Ekonomi Regional NTT
5
Triwulan III - 2008
|
Ringkasan Eksekutif Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III-2008
PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) diperkirakan mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,31%;y-o-y. Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan karena pengaruh membaiknya kinerja konsumsi setelah mengalami tekanan akibat kenaikan harga BBM bulan Mei lalu. Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi NTT relatif masih didorong oleh sektor-sektor unggulan. Realisasi anggaran pemerintah mendorong sektor jasa-jasa maupun perdagangan, hotel dan restoran tumbuh positif masing-masing sebesar 6,43% dan 6,63% (y-o-y). Bila melihat struktur ekonomi Provnsi NTT, secara sektoral masih belum mengalami perubahan. Peformance ekonomi NTT secara keseluruhan sangat bergantung pada kinerja sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sementara jika dilihat dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga (households consumption) masih tetap menjadi prime mover bagi ekonomi secara keseluruhan. Investasi yang seharusnya mampu memberikan multiplier effect yang lebih besar, sampai dengan triwulan III-2008 diperkirakan akan sedikit membaik (1,33%;yoy). Hal ini disebabkan karena investasi di NTT relatif bergantung pada investasi pemerintah, dan puncak realisasi anggaran pemerintah berdasarkan pengalaman beberapa tahun terakhir terjadi pada periode tersebut. sedangkan investasi swasta masih kurang optimal. Pada triwulan III-2008 neraca perdagangan Provinsi NTT masih tetap dalam kondisi defisit. PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL Tekanan inflasi pada triwulan III-2008 diperkirakan akan sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,02%;y-o-y). Dampak kenaikan harga BBM diperkirakan relatif sudah tidak menimbulkan gejolak, khusunya pada harga bahan makanan, meskipun tetap dirasakan. Kelompok bahan makanan dan perumahan diperkirakan tetap akan menjadi sumber utama tekanan inflasi Kota Kupang. Sepanjang bulan Agustus 2008, pekembangan harga sembako relatif stabil, bahkan memasuki awal September 2008 justru terjadi penurunan harga meskipun tidak signifikan. Sedangkan untuk kelompok perumahan, pergerakkan harga bahan bangunan di NTT sangat dipengaruhi oleh harga yang berlaku di
| Kajian Ekonomi Regional NTT
6
Triwulan III - 2008
|
tingkat distributor di Surabaya. Ketergantungan pasokan barang-barang dari luar wilayah NTT mengakibatkan fluktuasi harga relatif mudah terjadi. PERKEMBANGAN PERBANKAN Kinerja perbankan di NTT sampai dengan triwulan III-2008 masih mampu menunjukkan perkembangan positif. Beberapa indikator utama yang menjadi acuan kinerja perbankan meningkat (posisi September 2008). Dari sisi aset, penghimpunan dana (DPK) maupun penyaluran kredit oleh perbankan di NTT secara tahunan mengalami kenaikan masing-masing sebesar 13,39%, 10,45%, dan 30,68%. Akselerasi pertumbuhan DPK mengalami sedikit lonjakan yang cukup signifikan pada akhir triwulan III-2008, sementara pertumbuhan kredit masih relatif stabil. Peningkatan laju pertumbuhan DPK diperkirakan karena pergerakan tingkat suku bunga dana yang cenderung meningkat. Meskipun secara umum, sepanjang tahun 2008 terjadi penurunan pertumbuhan DPK akibat meningkatnya kebutuhan biaya hidup, sehingga alokasi pendapatan yang digunakan untuk saving relatif menurun. Berkorelasi dengan kondisi tersebut, dari segi penyaluran kredit, peningkatan kebutuhan pembiayaan terutama didorong pembiayaan untuk konsumsi. Dengan kondisi tersebut, maka rasio antara penyaluran kredit terhadap dana yang dihimpun (LDR) menjadi 66,42%. Peningkatan fungsi intermediasi tetap diimbangi dengan performance kredit yang relatif terjaga. Sampai dengan akhir September 2008 tingkat NPL Gross sebesar 1,64%. Hal ini dipengaruhi oleh berlanjutnya langkah-langkah terkait proses restrukturisasi kredit dan penyaluran kredit yang lebih hati-hati sebagai bagian dari penerapan prudential banking. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Melambatnya aktivitas ekonomi NTT, tercermin dari perputaran transaksi pembayaran baik tunai maupun non tunai. Untuk transaksi non tunai dengan fasilitas RTGS sampai dengan akhir September 2008 tercatat sebesar Rp. 21,3 miliar sedangkan untuk transaksi kliring sebesar Rp. 373,84 miliar. Perkembangan transasksi tunai antara Bank Indonesia dan perbankan menunjukkan tren yang cenderung berulang (cyclical). Setelah dalam triwulan I transaksi inflow (setoran) cenderung lebih banyak dibandingkan outflow (bayaran) atau kontraksi, maka sejalan dengan meningkatnya kinerja perekonomian pada triwulan III-2008, kebutuhan akan tersedianya uang di masyarakat pun ikut terkena imbasnya. Selama triwulan III-08, Bank Indonesia Kupang telah mengedarkan Rp. 683,34 miliar, sedangkan jumlah uang yang masuk sebesar Rp. 247,34 miliar
| Kajian Ekonomi Regional NTT
7
Triwulan III - 2008
|
KESEJAHTERAAN DAN KETENAGAKERJAAN Pertumbuhan ekonomi NTT belum sepenuhnya mampu memberikan perbaikan kesejahteraan bagi masyarakat NTT. Salah satu indikator utama untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat adalah dari aspek ketenagakerjaan. Pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir triwulan III2008 diperkirakan masih belum dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja secara signifikan. Sampai dengan bulan Februari 2008, dari 2,21 juta jiwa angkatan kerja, yang termasuk dalam kategori bekerja sejumlah 2,13 juta jiwa (Sumber : BPS Provinsi NTT). Jumlah tersebut sedikit mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007, berjumlah 2,02 juta jiwa. Jumlah angkatan kerja yang masuk kategori bekerja didominasi oleh pekerja informal. Sementara itu, dilihat berdasarkan sektor ekonomi, sektor pertanian masih merupakan lapangan kerja utama bagi masyarakat NTT. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Peran anggaran kebijakan fiskal sangat penting sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada triwulan III-2008 konsumsi pemerintah mencapai 20,93% dari total PDRB NTT. Anggaran belanja Provinsi NTT pada tahun 2008 meningkat 1,60% dibandingkan tahun 2007. Kemampuan fiskal cukup berperan dalam menstimulus pertumbuhan ekonomi di masing-masing daerah. Lambatnya penyerapan dana pemerintah tersebut akan menekan sektor-sektor yang sangat bergantung pada anggaran belanja pemerintah. Untuk anggaran belanja tahun 2008, sampai dengan semester I-2008 lalu sudah terealisasi sebesar 39,74% dari total rencana 2008, sedangkan dari rencana pendapatan telah tercapai 48,54%.
OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan IV-2008 diperkirakan relatif tidak jauh berbeda dengan triwulan III-2008. Dari sisi penggunaan, konsumsi masih menjadi penggerak dengan kontribusi terbesar. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang terkait perayaan Natal dan tahun Baru. Dari sisi penawaran, sektor-sektor dominan masih belum akan mengalami pergeseran. Tekanan terhadap biaya operasional dan menurunnya daya beli masyarakat secara keseluruhan dapat menjadi hambatan pertumbuhan ekonomi NTT. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2008 pada kisaran 4,80% - 5,30% ; y-o-y. Sedangkan pertumbuhan ekonomi selama tahun 2008 diperkirakan berada pada kisaran 5,30% - 5,70%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
8
Triwulan III - 2008
|
Tingkat inflasi pada akhir tahun 2008 secara umum diperkirakan akan relatif meningkat. Permasalahan keterbatasan suplai akibat melonjaknya permintaan diperkirakan akan menjadi faktor pendorong utama. Mengingat sebagian besar barang-barang yang dijual berasal dari daerah lain, maka flutuasi harga cenderung relatif lebih mudah terjadi. Selain itu faktor risiko yang berpeluang menggangu stabilitas harga adalah persoalan distribusi. Pada bulan Desember umumnya di Provinsi NTT telah memasuki musim hujan. Kondisi cuaca yang kurang mendukung membuat rantai distribusi bisa terganggu. Inflasi pada akhir tahun diperkirakan akan berada pada level 10,20% - 10,60%; y-o-y.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
9
Triwulan III - 2008
|
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI DAN PDRB INDIKATOR
Tw.IV-07
Laju Inflasi Tahunan (yoy %)
Tw.I-08
Tw.II-08
Tw.III-08
8,44
6,43
10,63
10,45
PDRB - Harga Konstan (miliar Rp)
2.941,08
2.652,05
2.808,45
2.937,56
- Pertanian
1.139,84
1.112,92
1.151,97
1.139,45
- Pertambangan dan Penggalian
41,61
35,20
36,42
37,60
- Industri Pengolahan
46,05
41,19
42,75
44,08
- Listrik, gas dan air bersih
11,74
9,84
10,81
11,44
- Bangunan
205,44
169,93
175,19
184,51
- Perdagangan, Hotel dan Restoran
481,50
432,27
451,67
485,91
- Pengangkutan dan komunikasi
211,94
192,23
209,15
214,21
- Keuangan, Persewaan, dan Jasa
104,98
91,75
98,57
104,68
- Jasa
697,97
566,71
631,91
715,68
3,86%
5,86%
5,32%
5,31%
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)
1,91
0,91
2,31
3,94*
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)
0,26
2,94
0,50
1,12*
231,72
527,55
175,25
247,34
Outflow (miliar Rp)
966,43
359,75
562,25
683,34
Netflow (miliar Rp)
-734,71
167,80
-387,00
-436,00
MRUK (miliar Rp)
109,64
111,93
78,20
88,67
80
60
500
100
Nominal RTGS (miliar Rp)
35,71
1,74
10,52
21,30
Nominal Kliring (miliar Rp)
419,35
418,77
441,09
373,84
Pertumbuhan PDRB (yoy)
Sistem Pembayaran Inflow (miliar Rp)
Uang Palsu (ribu Rp)
Sumber : Berbagai sumber (diolah) Keterangan : 1)
LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi) PDRB atas dasar harga konstan 2000
2)
(y-o-y) = year on year, thn dasar 2002
3)
Ekspor data dari Bagian PDIE-BI bln Agustus 2008 *
| Kajian Ekonomi Regional NTT
10
Triwulan III - 2008
|
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERBANKAN INDIKATOR
Tw.IV-07
Tw.I-08
Tw.II-08
Tw.III-08
Bank Umum Total Aset (Rp Triliun)
8,52
8,32
8,55
DPK (Rp Triliun)
7,30
7,16
7,44
9,53 7,89
- Tabungan (Rp Triliun)
3,53
3,28
3,37
3,59
- Giro (Rp Triliun)
2,23
2,28
2,43
2,55
- Deposito (Rp Triliun)
1,53
1,60
1,64
1,74
Kredit (Rp Triliun)
4,20
4,29
4,81
5,24
- Modal Kerja
1,23
1,16
1,38
1,50
- Konsumsi
2,86
3,02
3,29
3,58
- Investasi
0,12
0,12
0,15
0,16
LDR (%)
57,61
59,95
64,74
66,42
NPLs (%)
1,54
1,79
1,62
1,64
Kredit UMKM (Triliun Rp)
4,07
4,27
4,78
5,20
Total Aset (Rp Miliar)
33,45
40,72
48,49
56,22
DPK (Rp Miliar)
BPR* 16,78
20,84
27,79
33,48
- Tabungan (Rp Miliar)
6,85
8,92
12,08
14,72
- Deposito (Rp Miliar)
9,93
11,92
15,71
18,76
Kredit (Rp Miliar)
24,66
26,96
36,63
43,88
- Modal Kerja
12,48
12,90
18,55
23,65
- Konsumsi
12,65
13,59
17,57
19,63
- Investasi
0,00
0,47
0,50
0,60
24,66
26,96
36,63
43,88
Kredit UMKM (Rp Miliar) Rasio NPL Gross (%) LDR (%)
4,92
5,31
3,54
3,69
143,64
129,40
131,78
131,07
Sumber : Bank Indonesia Kupang (diolah) Keterangan : *) Data Posisi Agustus 2008
| Kajian Ekonomi Regional NTT
11
Triwulan III - 2008
|
B BA AB B II M MA AK KR RO O EEK KO ON NO OM MII R GIIO ON NA ALL REEG
Pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun 2008 cenderung melambat. Angka Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk NTT pada triwulan III-2008 tercatat sebesar Rp 2,94 triliun. Jumlah tersebut memang mengalami ekspansi 5,31% dibandingkan tahun sebelumnya (y-o-y). Namun demikian bila kita lihat tingkat pertumbuhannya sepanjang tahun 2008, relatif mengalami penurunan. Meskipun untuk posisi yang sama tahun 2007 lalu relatif lebih tinggi (4,90% ; y-o-y). Secara triwulanan (q-t-q), tren perekonomian Provinsi NTT relatif tidak berubah. Setelah mengalami kontraksi pada triwulan I, memasuki triwulan II dan III perekonomian tumbuh positif. Tabel 1.1 Perkembangan Ekonomi Provinsi NTT NTT PDRB (miliar)
2007 III 2.789,48
IV 2.941,08
I 2.652,05
2008 II 2.808,45
III 2.937,56
y-o-y
4,90%
3,86%
5,86%
5,32%
5,31%
q-t-q
4,61%
5,43%
-9,83%
5,90%
4,60%
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Kenaikan harga BBM, diindikasikan memberi dampak yang cukup signifikan terhadap perekonomian NTT. Setelah first round effect yang terjadi, dimana ditetapkannya tarif baru angkutan kota yang meningkat pada kisaran 20% dan disusul kenaikan tarif angkutan sungai dan perairan oleh PT ASDP sebesar 25%, dampak selanjutnya adalah menaikan harga barang-barang konsumsi (second round effect). Biaya transportasi diperkirakan bisa mencapai 50% dari komponen harga jual suatu produk tertentu di wilayah NTT. Hal ini tentunya akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Dari sisi permintaan, konsumsi masih sebagai prime mover bagi perekonomian NTT, khususnya konsumsi makanan (food consumption). Namun, seiring dengan kenaikan harga BBM, mengakibatkan konsumsi rumah tangga tumbuh relatif kecil (2,67% ; y-o-y). Namun demikian kondisi tersebut relatif lebih baik dibandingkan triwulan lalu. Hal ini menunjukan bahwa sudah terjadi recovery, setelah terjadi shock.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
Sementara itu kinerja investasi pada
12
Triwulan III - 2008
|
triwulan III-2008 sedikit mengalami perubahan. Setelah dalam satu semester mengalami kontraksi, pada triwulan laporan sudah mulai mengalami ekspasi, tercatat sebesar 1,33% ; y-o-y. Hal ini terjadi diperkirakan karena pada triwulan III merupakan puncak realisasi sebagian besar anggaran pemerintah. Kegiatan investasi di NTT masih sangat bergantung kepada pemerintah. Sedangkan minat investasi dari pihak swasta relatif belum berkembang. Sejalan dengan dominasi food consumption dalam share PDRB NTT, ketergantungan Provinsi NTT terhadap barang-barang konsumsi yang didatangkan dari luar wilayah NTT cukup tinggi. Hal ini mengakibatkan jumlah impor melebih jumlah ekspor dan berimbas terhadap posisi net ekspor NTT yang selalu negatif. Secara sektoral, kontribusi pertanian terhadap pembentukan PDRB masih dominan, khususnya untuk subsektor tanaman pangan. Disusul dengan sektor jasa-jasa, sektor perdagangan hotel dan restoran, serta sektor transportasi dan komunikasi. Ketiga sektor terakhir dalam beberapa periode terakhir cenderung menunjukkan peningkatan yang relatif lebih cepat dibandingkan primary sector ekonomi NTT dalam hal ini sektor pertanian. Hal ini tercermin dari share sektor pertanian yang cenderung menurun, sedangkan di sisi lain ketiga sektor tersebut justru secara perlahan menunjukkan peningkatan. Dukungan dari sisi permodalan merupakan salah satu pendorong, peningkatan kinerja ketiga sektor tadi Grafik 1.1 Tren Pertumbuhan Ekonomi NTT
Grafik 1.2 Tren Struktur Ekonomi Provinsi NTT 15%
3500
PDRB
q-t-q
y-o-y
50%
12%
3000
9% 2500
40%
6% 3%
2000
30%
Pertanian
PHR
Transp & Kom
Jasa-jasa
0% 1500
-3% -6%
1000
-9% 500 Rp miliar
20%
10%
-12%
0
-15% I
II
III
2005
IV
I
II
III
IV
2006
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
I
II
III
2007
IV
I
II 2008
III
0% I
II
III
2005
IV
I
II
III
IV
2006
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
13
Triwulan III - 2008
|
1.1 Sisi Permintaan Tabel 1.2 PDRB Sisi Permintaan Permintaan (miliar) Konsumsi
2007 III
IV
2008 II
I
III
3.126
3.255
2.910
3.145
3.233
Investasi
367
383
330
350
372
Ekspor
905
947
826
879
951
Impor
1.695
1.807
1.666
1.731
1.799
PDRB
2.789
2.941
2.652
2.808
2.938
Sumber : BPS Provinsi NTT
Struktur PDRB Provinsi NTT sampai dengan triwulan III-2008 dari sisi permintaan belum menunjukkan perubahan. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi rumah tangga, swasta, maupun pemerintah masih memegang peranan sebagai sentral aktivitas ekonomi. Dari total pertumbuhan ekonomi sebesar 5,31%, sebesar 3,83% disumbang oleh konsumsi. Memang secara tahunan (y-o-y), pada triwulan III-2008 pertumbuhan konsumsi cenderung melambat (3,42%). Sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan konsumsi, maka laju pertumbuhan impor NTT juga cenderung mengalami tren yang sama. Cenderung melambat sepanjang tahun 2008. Dari sisi ekspor pada triwulan III, merupakan puncak masa panen bagi sebagian besar produk perkebunan. Hal ini membuat pertumbuhan ekspor pada triwulan III mencapai 5,03%;y-o-y, tertinggi sepanjang tahun 2008. namun demikian hal ini belum membuat neraca perdagangan menjadi positif. Grafik 1.3 Struktur PDRB Sisi Permintaan Stok ; 3,76% Net ekspor; -18,02%
Grafik 1.4 Komposisi PDRB Sisi Permintaan PDRB Impor
Investasi; 17,56% Konsumsi; 94,71%
| Kajian Ekonomi Regional NTT
3,74%
Ekspor
1,63%
Investasi
0,18% 3,83%
Konsumsi 0%
Sumber : BPS Provinsi NTT
5,31%
2%
4%
6%
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
14
Triwulan III - 2008
|
1. Konsumsi Dari segi konsumsi, pertumbuhan (y-o-y) ekonomi NTT mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada triwulan laporan konsumsi hanya tumbuh 3,42%. Sebelum kenaikan BBM (triwulan I-2008) konsumsi bisa tumbuh hingga 8,57%. Shock kenaikan harga BBM bersubsidi, kontan memberikan dampak kontraksi terhadap tingkat konsumsi. Kenaikan harga secara umum yang diakibatkan karena peningkatan biaya transportasi menyebabkan tingkat daya beli masyarakat mengalami penuruan. Meskipun untuk household consumption, triwulan III-2008 sudah sedikit mengalami recovery dibandingkan triwulan lalu, dari 1,56% menjadi 2,67% ; y-o-y. Penurunan
level
permintaan
masyarakat,
tercermin
dari
menurunya omset pedagang bahan kebutuhan pokok di Kota Kupang. Pelemahan daya beli masyarakat dikeluhkan oleh para distributor sembako (Sumber : Disperindag NTT). Sampai dengan 2 (dua) minggu menjelang perayaan hari raya Idul Fitri, relatif belum menunjukkan indikasi adanya lonjakan permintaan. Tidak seperti tahun sebelumnya, menurut Disperindag meskipun secara umum lonjakan yang signifikan cenderung terjadi di akhir tahun, untuk perayaan Idul Fitri tahun 2008 tingkat permintaan relatif masih sama dengan hari-hari biasa. Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi
Grafik 1.6 Komposisi Konsumsi
4000
35% Konsumsi
3500
y-o-y
q-t-q
28% 21%
3000
Pemerintah; 17,92%
14%
2500
7% 2000 p
0% 1500
-7%
1000
-14%
500
Swasta nir Laba; 3,59%
Rumah Tangga; 75,19%
-21%
0
-28% I
II
III
IV
I
2005
II
III
IV
I
2006
II
III
2007
IV
I
II
III
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
2008
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Berbeda kondisinya dengan konsumsi durable goods, dimana masih tetap menunjukkan tren yang posistif. Omset penjualan bisnis multilevel Sophie Paris di Kupang justru melewati target. Khusus untuk wilayah Kota Kupang, target yang ditetapkan sebesar Rp. 750 juta per bulan dibawah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
15
Triwulan III - 2008
|
aktual rata-rata pencapaian dimana sebesar Rp. 850 juta. Sedangkan omset penjualan di seluruh NTT mencapa Rp. 1,3 miliar per bulan. Sampai dengan bulan Agustus 2008, PT MPM sudah mampu menjual sekitar 300 unit motor. Jumlah tersebut hampir menyamai pencapaian sepanjang tahun 2007 sebesar 320 unit. Diduga naiknya permintaan sepeda motor masyarakat mulai mencari substitution goods, dengan biaya operasional yang lebih murah (cost eficiency). Grafik 1.7 Konsumsi Rumah Tangga 2500
Grafik 1.8 Komposisi Konsumsi Rumah Tangga
35% Food y-o-y food
Non Food y-o-y non food
30%
2000
Non food 28,02%
25% 1500
20% 15%
1000
10% 500
Food 71,98%
Rp miliar
5% 0
0% I
II
III
2005
IV
I
II
III
IV
I
2006
II
III
IV
2007
I
II
III
2008
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Dari sisi pembentukan PDRB konsumsi, konsumsi rumah tangga (households consumption) memiliki share yang paling besar dengan 75,19% dari total nominal PDRB konsumsi. Kemudian diikuti oleh konsumsi pemerintah dengan 17,92% dan konsumsi swasta memberikan kontribusi terkecil (3,59%). Alokasi terbesar konsumsi rumah tangga ditujukan untuk keperluan makanan (food consumption). Dari total konsumsi rumah tangga Rp. 2,49 triliun, sebesar Rp. 1,89 triliun untuk keperluan pemenuhan kebutuhan makanan. Sumber konsumsi utama untuk non food diperkirakan berasal dari kebutuhan
yang
terkait
dengan
perumahan.
Hal
ini
tercermin
dari
perkembangan jumlah pelanggan listrik di NTT. Grafik 1.9 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 208000
18000000
17000000
204000
16000000
202000
15000000
200000
14000000
198000
13000000
196000
12000000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
206000
Kwh
| Kajian Ekonomi Regional NTT
Konsumsi
Pelanggan
Jml Pelanggan
2006
2007
Sumber : PT PLN Wilayah NTT
2008
16
Triwulan III - 2008
|
Dari sisi pembiayaan lembaga keuangan, perkembangan kredit konsumtif relatif tidak terpengaruh oleh melambatnya perekonomian NTT. Selain dari sisi share pembentukan yang mencapai 68,33%, kredit konsumsi juga mengalami pertumbuhan yang paling tinggi. Secara tahunan kredit konsumsi di NTT meningkat 33,88% (y-o-y), dari Rp. 2,67 triliun menjadi Rp 3,58 triliun. Dari sisi kualitas kredit, pembiayaan konsumtif relatif rendah dengan rasio NPLs 0,55%, sehingga tingkat risikonya masih dalam kategori aman. Grafik 1.10 Perkembangan Kredit Konsumsi 4000
Grafik 1.11 Kualitas Kredit Konsumsi 40
40%
1,5%
nominal
Rasio NPLs
3500 nominal
y-o-y
3000
30
30%
1,0%
2000
Rp miilar
Rp miilar
2500 20%
20
1500
0,5%
1000
10%
10
0%
0
500
2006
2007
0,0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
2006
2008
Sumber : Bank indonesia Kupang
2007
2008
Sumber : Bank indonesia Kupang
2. Investasi Grafik 1.12 Perkembangan Investasi 450
50% Investasi
400
y-o-y
q-t-q
40% 30%
300
20%
250
10%
200
0%
150
-10%
100
-20%
50
-30%
Rp miliar
350
0
-40% I
II
III IV
2005
I
II
III
2006
IV
I
II
III IV
I
2007
II
III
2008
Sumber : BPS NTT diolah
Kinerja
investasi
di
Provinsi
NTT
relatif
menunjukan
perkembangan positif jika dibandingkan dua periode sebelumnya. Pada triwulan III-2008, investasi sudah mengalami ekspansi (1,33%;y-o-y), setelah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
17
Triwulan III - 2008
|
selama semester I-2008 mengalami kontraksi. Ketergantungan terhadap investasi yang dilakukan oleh pemerintah (dana APBN dan APBD) membuat kegiatan timing realisasi anggaran menjadi key point. Sementara disisi lain komposisi alokasi belanja modal dalam APBD 2008 justru berkurang, karena adanya kenaikan belanja rutin pegawai (kenaikan gaji PNS mulai April 2008). Sementara investasi yang dilakukan oleh sektor swasta masih perlu ditingkatkan. Sepanjang tahun 2008, pihak BKPMD Provinsi NTT telah mengeluarkan 10 (sepuluh) surat persetujuan untuk melakukan investasi. Dari 10 perusahaan tersebut, terdiri atas 9 perusahaan merupakan perusahaan PMA dan 1 PMDN. Adapun bidang investasi yang dilirik adalah pertambangan, pertanian dan perkebunan (Jatropha, palawija), serta budidaya ikan laut. Namun demikian sampai dengan saat ini praktis baru 1 perusahaan, yaitu PT. Manhattan Capital Jakarta yang telah melakukan realisasi investasi. Secara umum masalah yang dihadapi investor untuk melakukan investasi di wilayah NTT adalah masalah keterbatasan infrastruktur maupun dan aspek kepastian hukum. Sebagai ilustrasi, jaminan ketersediaan jaringan listrik di seluruh wilayah NTT masih belum maksimal. Masih banyak wilayah NTT yang belum menikmati listrik tanpa putus atau sesuai kebutuhan. Padahal perannya sangat vital dalam mendukung aktivitas ekonomi terutama sektor industri. Kemudian dari sisi sumber daya manusia, kualitasnya masih relatif rendah sehingga perlu waktu untuk merubahnya. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, tingkat kepastian hukum di NTT masih perlu diperbaiki karena masih kentalnya pengaruh adat dan budaya. Pengembangan sistem pelayanan satu atap bisa dijadikan salah satu opsi perbaikan (one stop service). Grafik 1.13 Perkembangan Kredit Investasi 180 nominal y-o-y
160
Grafik 1.14 Kualitas Kredit Investasi
60%
12
40%
10
1,5%
nominal
Rasio NPLs
140 20% 120 0%
100 80
-20%
60 -40%
Rp miilar
8
1,0%
6
4
0,5%
40
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 2006
2007
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
2008
-60%
2
-80%
0
0,0% 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Rp miilar
20
2006
2007
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2008
18
Triwulan III - 2008
|
Lambatnya kinerja investasi di Provinsi NTT juga tercermin dari segi pembiayaan oleh lembaga keuangan (perbankan). Penyaluran kredit investasi oleh perbankan sampai dengan akhir triwulan III-2008, memiliki share terkecil, hanya 3,03% dari total kredit atau sebesar Rp.158,88 miliar. Pertumbuhan kredit investasi (y-o-y) juga paling rendah dibandingkan modal kerja ataupun konsumsi, hanya 10,81%;y-o-y. Perkembangan investasi di NTT juga bisa didekati dengan perkembangan konsumsi semen sebagai prompt indicator. Grafik 1.15 Perkembangan Konsumsi Semen 50000
100%
Konsumsi
80%
y-o-y 40000
60% 40%
30000 20% 0% 20000 -20% -40%
10000
-60% -80% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
0 2005
2006
2007
2008
Sumber : ASI
3. Net Ekspor Neraca perdagangan provinsi NTT yang direfleksikan melalui PDRB ekspor dan PDRB impor masih tetap negatif. Tingginya tingkat konsumsi masyarakat NTT, mengakibatkan nilai PDRB impor melebihi ekspornya. Hal ini disebabkan karena sebagian besar kebutuhan konsumsi masyarakat NTT didatangkan dari Pulau Jawa, Bali, maupun Sulawesi (Makasar). Sementara itu kinerja ekspor NTT masih relatif hanya bergantung pada komoditi-komoditi pertanian dimana bentuk packaging masih dalam bahan mentah. Sebagian besar ekspor NTT ke luar negeri umumnya diantarpulaukan terlebih dulu menuju Surabaya atau Jakarta, sehingga bila dilihat komposisinya ekspor antarpulau sangat mendominasi. Kondisi net ekspor NTT pada posisi triwulan laporan sebesar Rp. 848,33 miliar. Bila melihat perkembangan net ekspor NTT, dari tahun ke tahun cenderung menunjukan tren yang semakin menurun. Hal ini menunjukan semakin bertumbuhnya tingkat konsumsi masyarakat NTT, dan
| Kajian Ekonomi Regional NTT
19
Triwulan III - 2008
|
pada saat yang bersamaan tidak diimbangi dengan produktivitas hasil daerah NTT. Grafik 1.16 Perkembangan PDRB Net Ekspor 1200 1000 800 600
Net Ekspor
400 200 0
I
-200
II
III
IV
I
2005
III
IV
2006
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
Rp miliar
-400
II
-600 -800 -1000
Sumber : BPS NTT diolah
Ekspor NTT pada triwulan III-2008, secara tahunan mengalami ekspansi sebesar 5,03%, dari Rp 905 miliar menjadi Rp 951 miliar. Pertumbuhan ekspor NTT, sangat dipengaruhi kondisi panen hasil-hasil perkebunan (mete, kopi). Selain itu saat ini, di Provinsi NTT sedang dilakukan penelitian mengenai kandungan logam mangan. Diindikasikan pengiriman sampling mangan juga ikut memicu pertumbuahan kinerja ekspor NTT. Jika dilihat dari komposisi tujuan, ekspor NTT selama 2008 sebagian besar menuju negara di Asia dan Australia (Zona Oceania), masing-masing sebesar 86,85% dan 13,09%. . Grafik 1.17 Perkembangan Ekspor
Grafik 1.18 Komposisi Ekspor per Benua
1200
30% Ekspor
y-o-y
q-t-q
24%
1000
18%
AUSTRALIA 13,090%
12%
800
6% 600
0%
ASIA 86,846%
-6% 400
-12% -18%
200
-24% Rp miliar
0
-30% I
II
III
IV
I
2005
II
III
2006
IV
I
II
III
2007
IV
I
II
Sumber : Bank Indonesia - DSM
III
2008
Sumber : BPS NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
20
Triwulan III - 2008
|
Apabila dilihat lebih detail, negara importir terbesar untuk barang-barang asal NTT selama tahun 2008 adalah Cina dengan 85,15%, kemudian diikuti dengan Timor Leste sebesar 15,54%. Bila melihat tren perkembangan volume ekspor selama 2008 , sempat terjadi lonjakan pengiriman ekspor pada bulan April 2008, hal tersebut dikarenakan adanya pengiriman mangan pada periode tersebut. Grafik 1.19 Perkembangan Volume Ekspor
Grafik 1.20 Komposisi Ekspor per Negara Tujuan
25.000.000 21.814.833
Timor Leste 14,542%
20.000.000
C. INDIA 0,074%
HONGKONG 0,004% C. JAPAN 0,207%
15.000.000
C. SOUTH KOREA 0,019%
Volume ekspor (ton)
10.000.000
3.725.536
3.097.937
5.000.000
269.598
219.849
OTHER ASIA 0,001%
79.956
118.279
t'0 8
'0 8 Ju l
C. R.R.C 85,153%
221.472
Sumber : Bank Indonesia - DSM
Ag s
'0 8
ei '0 8 M
Ju n
rt' 08
Ap r'0 8
-5.000.000
M
Fe b' 08
Ja n' 08
0
Sumber : Bank Indonesia - DSM
Dari sisi impor, pada triwulan III-2008 menunjukkan peningkatan sebesar 6,15% (y-o-y), dari Rp. 1,69 triliun menjadi Rp. 1,79 triliun. Bila melihat tren beberapa periode sebelumnya, penurunan aktivitas konsumsi, akan memberikan reaksi terhadap penurunan akselerasi pertumbuhan impor, terutama impor antar pulau. Dari impor NTT 98,34% merupakan impor antar pulau. Hal ini menunjukkan tingginya ketergantungan NTT terhadap suplai barang dari luar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi. Grafik 1.21 Perkembangan Impor
Grafik 1.22 Perkembangan Volume Impor
2000 Impor
y-o-y
60%
1.200.000
40%
1.000.000
20%
800.000
0%
600.000
-20%
400.000
q-t-q
1600
1200
vol impor (ton)
800
II
III
IV
I
2006
Sumber : BPS Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT
II
III
2007
IV
I
II 2008
III
0 -200.000
A gst'08
I
Jul'08
2005
IV
Jun'08
III
M e i'08
II
A pr'08
-60% I
M rt'08
Rp miliar
0
200.000
Fe b'08
-40%
Ja n'08
400
Sumber : Bank Indonesia - DSM
21
Triwulan III - 2008
|
1.2 Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Provinsi NTT pada triwulan III-2008 relatif belum mengalami perubahan dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Dominasi tiga sektor utama, yaitu : sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan, sektor perdagangan, hotel & restoran tercermin dari kontribusinya dalam pembentukan angka PDRB yang masingmasing sebesar 38,79%, 24,36% dan 16,54%. Tabel 1.3 Perkembangan PDRB Sektoral Penawaran
2007
miliar
2008 II
III
IV
I
1.086
1.140
1.113
1.152
1.139
Pertambangan
36
42
35
36
38
Industri Pengolaha
44
46
41
43
44
Listrik,Gas dan Air
11
12
10
11
11
Bangunan (konstru
183
205
170
175
185
Perdagangan & Ho
457
481
432
452
486
Transportasi & Kom
198
212
192
209
214
Keuangan dan Per
104
105
92
99
105
Jasa-jasa
671
698
567
632
716
2.789
2.941
2.652
2.808
2.938
Pertanian
PDRB
III
Sumber : BPS Provinsi NTT
Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan III-2008 sebesar 5,31% sebagian
besar
ditopang
oleh
kinerja
sektor
pertanian,
dimana
menyumbang hingga 1,93%. Namun bila melihat pergerakkan share sektorsektor ekonomi terhadap pembentukan angka PDRB, share sektor pertanian cenderung mengalami penurunan kontribusi, sedangkan sektor-sektor lain yang cenderung lebih padat modal mulai meningkat. Tabel 1.23 Struktur PDRB Sektoral Jasa ; 21%
Tabel 1.24 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB
5,31%
Jasa-jasa
Keu & Sewa; 3%
Pertanian; 38,79%
Keuangan dan Persewaan
1,59% 0,01%
Transportasi & Komunikasi
0,59%
Perdagangan & Hotel
Transp & Komunikasi ; 7%PHR ; 16%
Pertambangan; 1,28%
Industri Pengolahan; Bangunan 1,50% (konstruksi); 6,28% Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
1,05%
Bangunan (konstruksi) 0,06% Listrik,Gas dan Air 0,01% Industri Pengolahan 0,00% Pertambangan
0,06%
Pertanian 0%
1,93% 2%
3%
5%
6%
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
22
Triwulan III - 2008
Grafik 1.25 Pertumbuhan Sektor Dominan
|
Grafik 1.26 Perkembangan Struktur PDRB NTT
12%
50%
Pertanian PHR Jasa
10%
40%
8% 30%
6% 4%
Pertanian
PHR
Transp & Kom
Jasa-jasa
20%
2% 10%
0% I -2%
II
III
2005
IV
I
II
III
IV
I
II
2006
III
IV
I
2007
II
III 0%
2008
I
-4%
II
III
IV
I
2005
II
III
IV
2006
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
-6%
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
1. Pertanian Kinerja sektor pertanian sebagai prime mover perekonomian NTT meningkat 4,96% (y-o-y). Pertumbuhan sektor pertanian didorong oleh subsektor tanaman pangan (6,20%), perkebunan (15,53%), dan kehutanan (20,16%). Menurut Kadis Pertanian NTT, produksi tanaman pangan untuk tahun 2008 yang menurun hanya padi, yaitu sebesar 109.000 ton. Namun secara keseluruhan, produksi pangan di NTT masih relatif mencukupi. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan produksi untuk komoditi jagung, sejalan dengan penetapan jagung sebagai salah satu komoditi unggulan di NTT (hasil Musrembangda). Pada triwulan III umumnya terjadi periode masa panen untuk beberapa komoditi perkebunan yang mendominasi di NTT, seperti mete dan kopi. Grafik 1.27 PDRB Sektor Pertanian 1200
12%
PDRB
y-o-y
10%
1150 8% 1100
6% 4%
1050 2% 1000 Rp miliar
950
0% -2% -4%
900
-6% I
II
III
2005
IV
I
II
III
IV
2006
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
23
Triwulan III - 2008
Grafik 1.28 y-o-y Subsektor Pertanian
|
Grafik 1. 29 Struktur PDRB Sektor Pertanian
45% Tabama Kehutanan
Perkebunan Perikanan
Peternakan
Perikanan ; 9,47%
Kehutanan ; 0,64%
30%
Peternakan; 28,20%
15%
Tabama; 50,16%
0% I
II
III
2005
IV
I
II
III
IV
I
2006
II
III
IV
I
2007
II
III
Perkebunan; 11,52%
2008
-15%
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah -30%
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Kinerja sektor pertanian NTT masih bisa lebih dioptimalkan. Kemampuan sumber daya manusia NTT (khususnya petani) dalam mengelola sektor pertanian juga masih relatif rendah. Sebagian dari mereka masih menggunakan teknologi tradisional dalam menjalankan usaha tani, seperti : mengolah tanah dengan sistem tebas bakar, menggunakan bibit lokal, jarang atau bahkan tidak mengunakan pupuk/pestisida, mengunakan pola tanam campuran yang tidak beraturan. Bahkan kebun-kebun ada yang tidak dipagar sehingga hewan liar bebas keluar merusak tanaman. Kondisi tersebut sebenarnya telah mengurangi produktivitas lahan yang ada.
Grafik 1.30 Kredit Sektor Pertanian
Grafik 1.31 Kualitas Kredit Sektor Pertanian 60%
90
nominal
80
y-o-y
50%
3500
40%
3000
30%
2500
20%
2000
10%
1500
0%
1000
0,5%
nominal
Rasio NPLs 0,4%
70 60 Rp miilar
4000
0,3%
50 40
0,2%
30
-20% 2006
2007
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2008
0,1% 500 0
0,0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
-10%
Rp juta
20
2006
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit sektor pertanian oleh perbankan di NTT masih relatif rendah. Hanya 1,78% dari total outstanding kredit posisi September 2008 (Rp. 72,98 miliar). Lambatnya perkembangan
| Kajian Ekonomi Regional NTT
24
Triwulan III - 2008
|
pembiayaan untuk sektor pertanian pada umumnya terkendala masalah ketersediaan agunan, karena petani di NTT masih sangat tradisional dalam mengelola keuangannya. Pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan masih sangat minim. Namun dari segi kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPLs, kredit sektor pertanian relatif terjaga (0,04%).
2. Pertambangan Kinerja
sektor
pertambangan
di
Provinsi
NTT
mengalami
peningkatan (y-o-y) sebesar 4,60%. Peningkatan aktivitas pembangunan infrastruktur, khususnya jalan pada tahun 2008 mendorong peningkatan kegiatan penambangan batu, pasir ataupun kapur. Selain itu di wilayah Provinsi NTT saat ini sedang dilakukan kajian di beberapa titik yang diperkirakan terdapat kandungan Mangan yang berlokasi di Kab Manggarai. Hasil sampling logam mangan tersebut telah diekspor ke Cina oleh PT Arumbai Mangabekti dan PT Prima Mining Manganese untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Mangan NTT diekspor langsung dari NTT tidak melalui Surabaya. Grafik 1.33 Kredit Sektor Pertambangan
Grafik 1.32 PDRB Sektor Pertambangan 50
6,0
10%
5,0
8%
4,0
40
30 6% p
400%
y-o-y
20 4% 10
2%
nominal
Rp miilar
PDRB
12%
350%
y-o-y
300% 250% 200% 150%
3,0
100% 2,0
50% 0%
1,0
-50%
0% I
II
III
2005
IV
I
II
III
IV
I
2006
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
II
III
2007
IV
I
II 2008
III
0,0
-100% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
2006
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Potensi material tambang masih banyak yang belum dieksplorasi. Data dari Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi Kabupaten Manggarai Timur antara lain menyebutkan bahwa kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Manggarai itu memiliki potensi pasir besi yang sudah terdeteksi sejak lama dan perlu dieksplorasi lebih jauh. Potensi pasir besi itu terdapat di Desa Bamo Kecamatan Kotakomba. Selain pasir besi, Manggarai Timur juga memiliki potensi pertambangan lainnya seperti emas dan logam dasar lainnya di
| Kajian Ekonomi Regional NTT
25
Triwulan III - 2008
|
Kelurahan Tanahrata Kecamatan Kotakomba. Untuk bisa mengolah potensi tersebut, pemerintah daerah tentunya membutuhkan investasi, baik berupa tenaga ahli, kajian yang komprehensif, teknologi dan juga investasi dalam bentuk uang (Sumber : Flores Pos). Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit sektor pertambangan oleh perbankan di NTT juga masih minim, 0,06% dari total outstanding kredit posisi September 2008 atau senilai Rp. 4,62 miliar. Potensi usaha pertambangan yang masih belum terekspos membuat perbankan masih belum tertarik terhadap usaha sektor ini.
3. Industri Pengolahan Pertumbuhan sektor industri NTT terus mengalami tekanan sepanjang tahun 2008. Pada triwulan III-2008, sektor industri hanya tumbuh 0,23%, terendah sepanjang tahun 2008. Peningkatan sektor pertanian tidak direspon dengan pertumbuhan sektor industri. Hal ini menunjukan bahwa hasil pertanian di NTT, baik yang diperdagangkan (diekspor) maupun untuk konsumsi lokal sebagian besar masih dalam bentuk bahan mentah. Kondisi tersebut mengakibatkan Provinsi NTT kehilangan potensi untuk mendapatkan value added, karena dinikmati oleh daerah lain. Grafik 1.34 PDRB Sektor Industri
Grafik 1.35 Konsumsi Listrik Sektor Industri 12%
60 PDRB
y-o-y
124
10%
Jml Pelanggan
50
122
8%
Rp miliar
4% 30 2% 20
0%
Pelanggan
6%
40
1300000
Konsumsi
120
1050000
118
800000
116
550000
114
300000
112
50000
-2% 10 -4%
II
III IV
2005
I
II
III
IV
I
2006
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
II
III IV
2007
I
II 2008
III
2006
2007
2008
Kw h
-6% I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
Sumber : PLN Wilayah NTT
Sektor industri pengolahan hanya memberikan kontribusi 1,50% dari total PDRB NTT, sehingga bisa disimpulkan bahwa kinerja industri di NTT belum menunjukkan perubahan positif. Lambatnya perkembangan sektor industri bisa dikarenakan kondisi ketersediaan infrastruktur yang masih terbatas,
| Kajian Ekonomi Regional NTT
26
Triwulan III - 2008
|
seperti halnya permintaan energi listrik yang tidak jarang masih belum bisa dipenuhi oleh PLN. Lambatnya kinerja perindustrian NTT juga terlihat dari prompt indicator konsumsi listrik industri yang cenderung mengalami penurunan. Namun dari sisi pembiayaan perbankan terhadap sektor industri, tetap mengalami peningkatan sebesar 34,11% (y-o-y). Total outstanding kredit sektor industri sampai dengan akhir triwulan III-2008 sebesar Rp 19,73 miliar atau 0,37% dari total kredit. Kualitas kredit sektor industri juga relatif dalam kondisi terkendali dengan nominal NPLs sebesar Rp. 435 juta atau setara dengan rasio NPLs 0,01%.
Grafik 1.36 Kredit Sektor Industri 25
Grafik 1.37 Kualitas Kredit Sektor Industri 400%
nominal
y-o-y
600
350%
20
nominal Rasio NPLs
300% 450
0,02%
300
0,01%
150
0,01%
0
0,00%
200% 150%
10
100% 50%
5
0%
Rp juta
Rp miilar
250% 15
0,02%
-50%
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-100% 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
4. Listrik dan Air Bersih Sektor listrik dan air bersih pada triwulan laporan mengalami ekspansi 3,08% ; y-o-y. Sektor ini secara keseluruhan sangat bergantung kepada kinerja subsektor listrik. Melihat kondisi akhir-akhir ini dimana semakin seringnya terjadi pemadaman bergilir maka pertumbuhan subsektor listrik juga cenderung melambat selama tahun 2008. Perkembangan subsektor listrik tercermin dari prompt indicator perkembangan tingkat konsumsi listrik di wilayah NTT.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
27
Triwulan III - 2008
Grafik 1.38 PDRB Sektor Listrik dan Air
Grafik 1.39 Jumlah Pelanggan & Konsumsi Listrik
14
PDRB
|
10%
29000000
8%
28500000
234000
y-o-y
12
233000 232000
10
28000000
8
Kwh
231000
Pelanggan
27500000
4% 6
230000 229000
27000000
2%
228000
4
26500000
2
0%
0
-2%
227000 26000000
II
III
IV
I
II
2005
III
IV
I
2006
II
III
IV
I
2007
II
25500000
225000
elanggan
I
226000
III
2008
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
1
2
3
4
5
6
7
8
2008
9
Kwh
Rp miliar
6%
Sumber : PLN Wilayah NTT
5. Bangunan Pada triwulan III-2008, sektor bangunan tumbuh melambat dengan 0,85% ; y-o-y. Ketergantungan sektor bangunan terhadap proyekproyek pemerintah masih relatif tinggi, sehingga timing realisasi fisik proyek pemerintah akan sangat menentukan pergerakkan sektor bangunan di NTT. Perkembangan
kinerja
sektor
bangunan
juga
tercermin
dari
tingkat
pertumbuhan konsumsi semen di NTT. Pertumbuhan aktivitas bangunan ditunjukan dengan peningkatan penjualan eceran untuk kelompok barang konstruksi. Namun demikian, kenaikan harga saat ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan volume penjualan, bahkan menurut beberapa pedagang menyatakan bahwa, sebagian pesanan dibatalkan karena tekanan dari sisi harga (Sumber : Suver Penjualan Eceran KBI Kupang). Grafik 1.40 PDRB Sektor Bangunan
Grafik 1.41 Konsumsi Semen NTT
250
12%
PDRB
50000
100%
y-o-y
Konsumsi
10% 200
80%
y-o-y 40000
60%
Rp miliar
8% 40%
150
6%
30000 20%
4%
100
0% 20000 -20%
2% 50 0%
-40%
10000
-60%
-2% I
II
III
2005
IV
I
II
III
IV
2006
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
I
II
III
2007
IV
I
II 2008
III
0
-80% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
0
2005
2006
2007
2008
Sumber : ASI
28
Triwulan III - 2008
|
Dari segi pembiayaaan, sejalan dengan peningkatan PDRB sektor bangunan penyaluran kredit konstruksi oleh perbankan NTT mengalami perkembangan positif. Outstanding kredit konstruksi meningkat menjadi Rp 134,79 miliar, dari posisi triwulan sebelumnya sebesar Rp 97,94 miliar. Dari segi kualitasnya, rasio NPLs kredit sektor konstruksi tetap terkendali pada level 0,08%. Grafik 1.42 Kredit Sektor Konstruksi
Grafik 1.43 Kualitas Kredit Sektor Konstruksi
160
200% nominal
140
5000
0,20%
y-o-y
120
150%
100
nominal Rasio NPLs
4000
0,15%
3000
80
100%
0,10% 2000
60 40
50%
0,05% 1000
0% 2006
2007
0
0,00% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
Rp juta
20
2008
2006
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Performance sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mulai membaik. Sejalan dengan proses recovery dari kegiatan konsumsi, pada triwulan laporan sektor PHR tumbuh 6,43%;y-o-y, lebih tinggi dari triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,71%. Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran sangat terkait dengan kinerja konsumsi. Ketiga subsektor PHR, pada triwulan III-2008 mengalami perkembangan positif masing-masing sebesar 6,49%;perdagangan, 1,42%;hotel, 7,33%;restoran. Grafik 1.44 PDRB Sektor PHR
Grafik 1.45 Pertumbuhan SubSektor PHR
600
PDRB
y-o-y
500
Rp miliar
400
8%
12%
7%
10%
6%
8%
5%
6%
Perdagangan
4%
300
3%
200
2% 100
4% 2% 0% I
1% -2%
0
0% I
II
III
2005
IV
I
II
III
IV
I
2006
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
II
III
2007
IV
I
II 2008
III
Hotel Restoran
II
III
2005
IV
I
II
III
2006
IV
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
-4% -6%
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
29
Triwulan III - 2008
|
Perkembangan sektor PHR relatif ditentukan oleh subsektor perdagangan. Hal ini dikarenakan kontribusinya sangat dominan hingga 97,17% terhadap pembentukan PDRB sektor PHR. Pada bulan September 2008, indeks penjualan rill di Kota Kupang secara agregat sebesar 4,31%. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan aktivitas perdagangan, meskipun relatif menurun dibandingkan kondisi yang sama tahun lalu. Tekanan dari sisi harga, membuat masyarakat harus melakukan adjustment terhadap pola konsumsinya. Meningkatnya aktivitas perdagangan sepanjang triwulan III dipengaruhi oleh beberapa event yang diselenggarakan di NTT. Pada akhir bulan Juli sampai dengan awal Agustus diselenggarakan event tahunan yang dimulai sejak tahun 2001 yaitu, Sail Indonesia. Dalam waktu yang relatif bersamaan, diselenggarakan kegiatan East Nusa Tenggara Expo (entex) pada tanggal 31 Juli sampai dengan tanggal 4 Agustus 2008. Selain itu, pameran pembangunan dalam rangka perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-63, selama seminggu berhasil menyedot transaksi sebesar Rp. 135 juta. Grafik 1.46 Struktur PDRB Sektor PHR
Grafik 1.47 Konsumsi Listrik Bisnis 7000000
18000
Restoran 1,57%
Hotel 1,26%
16000
Jml Pelanggan
Konsumsi 6000000
14000 5000000 12000 10000
4000000
8000
3000000
6000 2000000
0
0
Kwh
1000000
2000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
4000 Pelanggan
Perdagangan 97,17%
2006
2007
2008
Sumber : PLN Wilayah NTT
Peningkatan aktivitas penjualan eceran juga dipengaruhi oleh beberapa kejadian baik pada tataran nasional maupun domestik/lokal, seperti : persiapan menyongsong Hari Raya Idhul Fitri, Kegiatan wisuda oleh Perguruan Tinggi Negeri dan beberapa Perguruan Tinggi Swasta di Kota Kupang serta adanya acara pentahbisan Sidi di beberapa Gereja Protestan di kota Kupang. Kejadian-kejadian tersebut diperkirakan berdampak signifikan pada meningkatnya penjualan eceran
| Kajian Ekonomi Regional NTT
terutama untuk sektor-sektor pakaian dan
30
Triwulan III - 2008
|
perlengkapannya, maupun bahan makanan/minuman serta peralatan rumah tangga (Sumber : Survei Penjualan Eceran KBI Kupang). Tumbuhnya
sektor
perdagangan,
hotel
dan
restoran
juga
tercermin melalui pembiayaan perbankan. Kredit sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan sebesar 36,36% (y-o-y), dengan total outstanding kredit sampai dengan akhir triwulan III-2008 sebesar Rp. 1,27 triliun atau 23,32% dari total kredit. Kualitas kredit sektor perdagangan, hotel dan restoran relatif dalam kondisi terkendali dengan rasio NPLs sebesar 0,78%. Grafik 1.48 Kredit Sektor PHR
Grafik 1.49 Kualitas Kredit Sektor PHR 50%
1400 nominal
40000
1,50%
nominal Rasio NPLs
y-o-y
1200 40%
32000
1,20%
30%
24000
0,90%
16000
0,60%
8000
0,30%
0
0,00%
800 600
20%
Rp juta
Rp miilar
1000
400 10%
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 2006
2007
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
200
2006
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
7. Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor transportasi dan komunikasi pada triwulan III-2008 mengalami pertumbuhan sebesar 8,31% (y-o-y). Tumbuhnya sektor angkutan dan komunikasi didorong oleh kedua subsektornya, masing-masing meningkat 5,94% (subsektor angkutan) dan 17,50% (subsektor komunikasi). Peningkatan pada subsektor angkutan diperkirakan terjadi karena pengaruh lonjakan penumpang, khususnya angkutan udara karena arus mudik saat Hari Raya Idul Fitri. Lonjakan kegiatan transportasi darat ditunjukan oleh peningkatan penjualan suku cadang kendaraan, meskipun harga suku cadang kendaraan bermotor mengalami peningkatan (Sumber : Survei Penjualan Eceran KBI Kupang). Perkembangan
subsektor
telekomunikasi
sejalan
dengan
bertambahnya jumlah provider mobile phone di NTT. Penambahan satu
| Kajian Ekonomi Regional NTT
31
Triwulan III - 2008
|
provider pada akhir tahun 2007, menunjukkan potensi pasar NTT masih cukup besar. Dengan semakin banyak provider persaingan di bisnis telekomunikasi akan semakin ketat. Setiap konsumen akan memiliki banyak pilihan. Perkembangan jumlah pelanggan salah satu provider selular selama tahun 2008 menunjukan tren yang meningkat. Grafik 1.50 PDRB Sektor Transp. & Komunikasi 250
Grafik 1.51 Perkembangan Pelanggan Selular
18% PDRB
y-o-y
All
15%
200
Rp miliar
12% 150 9% 100 6% 50
3%
0
0% I
II
III IV
2005
I
II
III IV
2006
I
II
III IV
I
2007
II
III 1
2008
2
3
4
5
6
7
8
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Tumbuhnya sektor angkutan dan komunikasi juga tercermin dari peningkatan dari sisi pembiayaan, meskipun tidak signifikan. Kredit sektor transportasi dan komunikasi pada akhir triwulan III-2008 meningkat sebesar 0,25% (y-o-y). Total outstanding kredit sektor ini sebesar Rp. 29,15 miliar atau 0,79% dari total kredit. Kualitas kredit sektor angkutan dan komunikasi terkendali dengan rasio NPLs sebesar 0,07%. Grafik 1.52 Kredit Sektor Transportasi 35 30
nominal
Grafik 1.53 Kualitas Kredit Sektor Transportasi 75%
4000
50%
3200
25%
2400
0,06%
1600
0,04%
800
0,02%
0
0,00%
y-o-y
0,10%
nominal Rasio NPLs
0,08%
15
0%
10 -25% 5 -50% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 2006
2007
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
2008
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
20
Rp juta
Rp miilar
25
2006
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
32
Triwulan III - 2008
|
8. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Sektor
keuangan,
sewa
dan
jasa
perusahaan
menunjukan
pekembangan positif pada triwulan laporan, meskipun cenderung menurun. Ekspansi sektor ini pada triwulan III-2008 sebesar 0,31%;y-o-y. Dari sisi struktur PDRB sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan, subsektor perbankan memberikan peranan paling tinggi dengan 47,14%, disusul dengan subsektor bangunan 29,02%. Perkembangan kinerja perbankan akan sangat berpengaruh terhadap kinerja sektor ini secara keseluruhan. Perkembangan sektor keuangan juga tercermin dari perkembangan beberapa prompt indicator, penyaluran pembiayaan oleh penggadaian ataupun pertumbuhan jumlah koperasi setiap tahunnya. Grafik 1.54 Struktur Sektor Keu. dan Persewaan
Grafik 1.55 PDRB Sektor Keu. dan Persewaan 35%
120
Jasa Perusahaan 3,89%
30%
PDRB
100
y-o-y 25%
Sewa Bangunan 24,08%
Rp miliar
80
Bank 48,80%
20% 60 15% 40 10% 20
Lembaga Keu Nir Bank 23,24%
5%
0
0% I
II
III
IV
I
2005
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
II
III
IV
2006
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Tabel 1.4 Perkembangan Kegiatan Bank indikator
2007
utama
IV
Aset (miliar)
8516,24
2008 I 8318,80
II 8546,12
III 9533,02
y-o-y aset
12,29%
10,85%
8,26%
13,39%
Kredit (miliar)
4202,99
4293,58
4814,82
5238,52
y-o-y kredit
31,63%
30,20%
30,58%
30,68%
DPK (miliar)
7296,11
7162,46
7437,54
7887,35
y-o-y DPK
10,09%
7,48%
7,28%
10,45%
LDR
57,61%
59,95%
64,74%
66,42%
NPL
1,54%
1,79%
1,62%
1,64%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
33
Triwulan III - 2008
|
9. Sektor Jasa-jasa Pada triwulan III-2008, sektor jasa justru mengalami peningkatan akselerasi pertumbuhan. Secara tahunan sektor ini meningkat 6,63%;yoy , jauh lebih tinggi dibandingkan dua triwulan sebelumnya. Peningkatan aktivitas sektor jasa didorong oleh subsektor pemerintah yang tumbuh hingga 7,85%. Penggerak sektor jasa secara umum masih bergantung dengan anggaran pemerintah, tercermin dari kontribusinya yang mencapai 74,07% dari pembentukan angka PDRB sektor jasa secara keseluruhan. Grafik 1.56 PDRB Sekor Jasa
Grafik 1.57 Struktur PDRB Sektor Jasa 12%
800 PDRB
y-o-y
700
10%
Rp miliar
600 8%
500
Sosial Masyarakat 20%
6%
400 300
Individu & Rm.Tangga 13%
4%
200 2%
100 0
Pemerintah 74,07%
0% I
II
III
IV
2005
I
II
III
IV
I
2006
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Tabel 1.59 Kualitas Kredit Sektor Jasa
Grafik 1.58 Kredit Sektor Jasa 180 160
y-o-y
40%
4200 30%
140
0,22%
3400 0,16%
10% 100 0%
2600
0,13%
1800
0,10%
80 -10% 60
-20%
40
-30%
20
Rp juta
Rp miilar
nominal Rasio NPLs
0,19%
20%
120
0,25%
5000
50% nominal
0,07% 1000 0,04%
-40%
200
2006
2007
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2008
-600
kinerja
2006
2007
2008
-0,02%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sektor jasa merupakan salah mendukung
0,01% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-50% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
perekonomian
satu penggerak utama yang NTT.
Kontribusinya
terhadap
pembentukan PDRB NTT secara keseluruhan mencapai 22,56%. Bahkan,
| Kajian Ekonomi Regional NTT
34
Triwulan III - 2008
|
perkembangannya dari waktu ke waktu cenderung mengalami peningkatan. Faktor yang mendukung peningkatan di sektor ini terutama adalah kegiatan jasa pemerintahan. Perkembangan sektor jasa tercermin juga dari outstanding kredit perbankan hingga posisi September 2008 yang mencapai Rp 94,54 miliar, kemudian dari sisi kualitasnya kredit sektor ini masih dalam kondisi yang terkendali pad level 0,08%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
35
Triwulan III - 2008
|
DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG
Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara di Eropa maupun Asia. Krisis tersebut pada awalnya bermula dari pertumbuhan subprime mortgage yang sangat pesat ketika The Fed (Bank Sentral Amerika) menurunkan suku bunga sebesar 1% - 1,75%, yaitu sekitar tahun 2001-2004. Selain itu, modofikasi skim subprime mortgage yang mempermudah kepemilikan rumah membuat sektor properti mengalami booming (buble economic). Hal ini membuat sekuritas yang terkait dengan bisnis ini melambung tinggi nilainya. Pada tahun 2007, The Fed mulai menaikan suku bunganya hingga level 5,25%. Hal ini ternyata mengakibatkan banyak nasabah yang default (gagal bayar). Dampaknya bagi Perekonomian Global Sekuritas yang terkait (underlying) dengan subprime mortgage nilainya anjlok, sehingga investor mulai menjual portofolionya untuk menutup kerugian. Kemudian dana-dana yang ada di emerging market juga ikut ditarik, karena terkena sentimen negatif. Kebangkrutan lembaga keuangan AS, Lehman Brothers membuat pasar bertambah panik. Muncul ekspektasi terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi global, membuat pergerakkan harga minyak dan komoditi lainnya cenderung menurun karena didorong ekspektasi pelemahan permintaan dunia. Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Negara United States United Kingdom China Japan India Malaysia Philippines Singapore Thailand Vietnam
2002 1.6 2.1 9.1 0.3 4.3 4.4 4.4 4.2 5.3 7.1
2003 2.5 2.7 10 1.4 7.3 5.5 4.9 3.1 7.1 7.3
2004 3.9 3.3 10.1 2.7 7.8 7.2 6.2 8.8 6.3 7.8
2005 3.2 1.9 10.4 1.9 9.2 5.2 5 6.6 4.5 8.4
2006 3.3 2.7 10.7 2.2 9.2 5.9 5.4 7.9 5 8.2
2007 2.2 2.9 10 2.3 8.4 5.5 5.8 5.5 4.5 8
2008f 1.5 2.7 10 1.5 7.8 5.8 5.8 5.7 4.8 7.8
Sumber : World Economic Outlook Update 2008 IMF, *) angka proyeksi
| Kajian Ekonomi Regional NTT
36
Triwulan III - 2008
Harga Minyak Dunia
Harga Komoditas Dunia Sep-08 Rincian (Indeks 2005=100)
275
225
175
Total Commodity Price Index Commodity Non-Fuel Price Index - Commodity Food and Beverage - Commodity Agricultural Raw Materials - Commodity Metals Price Index Commodity Fuel (energy) Index - Crude Oil (petroleum), Price index - Coal, Australian thermal coal - Coal, South African export price
2007 Jan-Sep mtm yoy 11.8 14.1 15.1 5.0 17.4 10.4 10.7 33.9 23.6
|
48.1 -9.9 16.2 -5.9 36.3 -6.0 2.6 -5.0 -0.7 -6.2 69.5 -11.6 68.6 -13.3 131.5 -5.3 136.6 -6.7
$/bbl
Index (2005=100)
150 140
Indeks Komoditas Fuel
130 120
RATA-RATA* WTI 66.1 72.3 111.6 116.6 104.5 84.1
2006 2007 2008 ytd Aug-08 Sep-08 Oct-08
$/bbl Minas 63.5 70.0 106.8 111.6 97.5 79.2
150 140 130 120
* Per 17 Oktober 2008
110
110
100
100
Sumber: IMF
90
Indeks Komoditas Nonfuel 125
W TI
Minas
71.85 70
70
Indeks Komoditi Total
75 2005
2006
2007
Sumber: Bloomberg
Sumber: IMF
90 80
80
64.86 60
60 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08
2008
Dampaknya bagi Indonesia Tidak terkecuali bagi Indonesia secara umum. Hal ini memberikan sentimen negatif bagi pasar keuangan Indonesia, yang tercermin dari ajloknya IHSG hingga level 1400 yang secara simultan menekan nilai tukar Rupiah melewati batas psikologis Rp 9.500,00 per $ US. Adanya tekanan bagi ekspor nasional dan investasi asing, serta adanya ketidakpastian terhadap harga komoditas yang akan berpengaruh terhadap prospek inflasi. Selain itu, bagi perbankan nasional dampaknya krelatif tidak dirasakan, karena kepemilikan bank nasional terhadap surat berharga yang bermasalah hanya sedikit. Pergerakkan Nilai Tukar Rupiah terhadap $ US 10500
Pergerakkan IHSG 4
Rp Exchange Rate Daily Volatility (RHS) Average Volatility (RHS)
10000
3.5 3 2.5
9500
2 9000
1.5 1
8500
0.5 8000 Jan‐06
0 Jul‐06
Jan‐07
Jul‐07
Jan‐08
Jul‐08
Dampaknya Bagi Provinsi NTT Bagi regional Provinsi NTT, gejolak ekonomi yang terjadi saat ini relatif belum berdampak terhadap kinerja ekonomi secara keseluruhan. Pada triwulan III-2008 pertumbuhan ekonomi NTT tercatat sebesar 5,31% ; y-o-y. Kondisi tersebut memang relatif lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya pada triwulan yang sama. Melambatnya pertumbuhan ekonomi NTT sepanjang tahun 2008 lebih disebabkan karena pengaruh tekanan dari kenaikan harga BBM pada
| Kajian Ekonomi Regional NTT
37
Triwulan III - 2008
bulan Mei 2008 lalu. Hal ini secara otomatis menghambat kinerja konsumsi
3500
15%
PDRB
y-o-y
12%
3000
9% 2500
(terutama rumah tangga) yang selama ini
2000
menjadi pendorong utama ekonomi NTT.
1500
kegiatan konsumsi relatif sudah mulai menunjukkan
recovery
dibandingkan
6% 3% 0% -3% -6%
1000
-9% 500 Rp miliar
Namun demikian, pada triwulan III-2008,
|
-12%
0
-15% I
II
III
IV
I
2005
II
III
2006
IV
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
triwulan sebelumnya.
Dari sisi investasi, secara umum relatif belum mengalami perubahan siginifikan.
Investasi di NTT cenderung bergantung kepada anggaran belanja modal pemerintah, bukan investasi swasta. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa, gejolak yang dialami oleh investor asing belum akan berdampak pada kinerja investasi di regional NTT. Dari sisi ekspor, melemahnya permintaan pasar internasional, yang berdampak pada penurunan harga beberapa komoditi ekspor Indonesia (sawit, karet, dll) juga relatif belum menunjukkan dampak yang signifikan bagi NTT. Hal ini dikarenakan pangsa ekspor bagi barang-barang/komoditi asal NTT tidak terkonsentrasi ke Amerika Serikat (AS). No 1 2 3 4 5 6
Negara Tujuan Timor Leste China Australia Jepang Hongkong Singapura Total
2006 14.866.204 488.689 216.334 2.875.766 139.255 18.586.247
Sumber : Disperindag Prov NTT
2007 14.390.415 5.268.593 594.995 3.527.231 204.000 693.249 24.678.482
2008* 25.521.289 2.329.003 136.024 1.057.920 22.000 29.066.236
Australia 0,47%
Jepang 3,64%
Hongkong 0,08%
China 8,01% Timor Leste 87,80%
* Sampai Agustus 2008
Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan sektor dominan masih tetap mengalami pertumbuhan 4,96%; y-o-y. Pertanian di NTT sebagian besar masih merupakan sistem pertanian marginal, dimana sangat bergantung pada kesuburan tanah dan faktor cuaca, bukan skala agrobisnis. Kemudian sektor PHR (perdagangan, hotel dan restoran), merespon pulihnya konsumsi yang tercermin dari ekspansinya pada triwulan III-2008 sebesar 6,43%; y-o-y.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
38
Triwulan III - 2008
50000
Konsumsi Semen y-o-y 40000
30000
100%
18000
80%
16000
60%
14000
40%
12000
20%
10000
6000
-20%
4000
-40%
10000
2000
-60%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-80% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 2006
2007
Jml Pelanggan Bisnis
8000
0%
20000
|
2006
2008
Sumber : ASI
2007
2008
Sumber : PLN Wil NTT
Kinerja perbankan NTT relatif tidak terpengaruh kondisi gejolak yang terjadi di pasar keuangan nasional. Asset, dana pihak ketiga (DPK), maupun penyaluran kredit masing-masing mengalami perkembangan positif (y-o-y) sebesar 13,39%, 10,45% dan
10.500
30,68%. Kondisi tersebut secara
9.000
otomatis meningkatkan kinerja
7.500 6.000
NTT
4.500
menjadi 66,42%, dengan tingkat
3.000
kualitas kredit (NPLs) yang cukup
1.500
terkendali pada level 1,64%. Peningkatan
kebutuhan
asset
dana
kredit
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
perbankan
miliar
intermediasi
2006
biaya
2007
2008
hidup diperkirakan membuat masyarakat mengurangi alokasi saving, sehingga mengakibatkan pertumbuhan DPK sejak awal tahun hingga Agustus 2008 hanya di bawah 10,00%. Pada saat yang bersamaan, peningkatan kebutuhan biaya hidup juga mendorong pertumbuhan kredit konsumtif hingga diatas 30,00%. 40%
80%
10%
35%
70%
9%
30%
60%
25%
50%
20%
40%
15%
30%
7% 6%
Loan to Deposit Ratio Non Performing Loan
5% 4% 3%
20% y-o-y DPK y-o-y Kredit
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0% 2006
| Kajian Ekonomi Regional NTT
2007
2008
2%
10%
1%
0%
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10% 5%
8%
2006
2007
2008
39
Triwulan III - 2008
|
Perkembangan tren tingkat suku bunga yang terjadi saat ini, cukup mempengaruhi tingkat penyerapan DPK di NTT, yang pada akhir September 2008 tercatat tumbuh 10,45%; y-o-y. Dengan tingkat LDR perbankan NTT sebesar 66,42%, ketatnya likuiditas pada dasarnya belum dirasakan di Provinsi NTT. Kemudian terkait perkembangan nilai tukar Rupiah saat ini, perbankan NTT juga relatif aman dari risiko nilai tukar. Hal ini dikarenakan perbankan NTT belum ada yang menyalurkan kredit dalam bentuk valas, maupun penempatan dalam surat-surat berharga valas.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
40
Triwulan III - 2008
|
B BA AB B II II PPEER RK KEEM MB BA AN NG GA AN N IIN NFFLLA ASSII
2.1 Kondisi Umum Tekanan terhadap harga-harga di Kota Kupang pada tahun 2008 untuk posisi akhir triwulan III, secara umum cenderung meningkat. Hal ini tercermin dari angka inflasi tahun berjalan (y-t-d) yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan laju inflasi IHK pada triwulan III-2008 diindikasikan terjadi pada ketiga komponen inflasi, terutama bersumber dari komponen inflasi yang bersifat nonfundamental yaitu inflasi volatile food. Peningkatan inflasi volatile food terkait dengan peningkatan ekspektasi inflasi pedagang sebagai dampak tidak langsung (second round effect) peningkatan harga BBM secara otomatis meningkatkan biaya distribusi. Kemudian permasalahan klasik yang selalu menjadi faktor pendorong adalah kelancaran pasokan dan pergerakan harga di daerah penyuplai. Tingkat ketergantungan yang sangat tinggi terhadap impor lokal membuat pergerakan harga cenderung fluktuatif. Grafik 4.1 Perkembangan Inflasi Kupang 20%
y-t-d m-t-m y-o-y
16%
Tabel 4.1 Perkembangan Inflasi Kupang inflasi
2008 IV
I
II
III
y-o-y
9,33%
8,44%
6,43%
10,63%
10,45%
m-t-m
-0,01%
1,97%
0,34%
2,31%
0,31%
5,83%
8,44%
3,33%
8,28%
8,78%
y-t-d
12%
2007 III
Sumber : BPS diolah 8%
4%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0%
-4%
2005
2006
2007
2008
Sumber : BPS diolah
Sedangkan secara tahunan, justru relatif menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat inflasi tahunan Kota Kupang sebesar 10,45%;y-o-y, sedangkan pada triwulan II sebesar 10,63%. Menurunnya pertumbuhan permintaan terutama terkait perayaan Hari Raya Idul Fitri membuat
| Kajian Ekonomi Regional NTT
sebagian
distributor
terpaksa
sedikit
menurunkan
margin
41
Triwulan III - 2008
|
keuntungannya. Pergerakkan harga minyak dunia secara tidak langsung ikut memberikan tekanan terhadap tingkat inflasi Kota Kupang. Hal ini dikarenakan akan mendorong biaya produksi dari sisi penawaran, khususnya kalangan industri, mengingat pemerintah Indonesia tidak memberikan subsidi BMM bagi kalangan industri. Salah satu industri yang terkena dampaknya adalah industri logam. Hal ini tercermin dari kenaikan beberapa produk bahan bagunan, secara khusus seluruh material yang mengandung besi (besi beton dan paku) yang berimbas pada pergerakan inflasi di kelompok perumahan. Dari segi faktor fundamental, peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat secara umum ikut mendorong peningkatan inflasi inti. Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi permintaan dan penawaran perlu diwaspadai terutama berkaitan dengan indikasi peningkatan permintaan. Permintaan diindikasikan akan cenderung meningkat meskipun cenderung melambat terutama pasca kenaikan harga setelah kebijakan kenaikan harga BBM, sedangkan respons dari sisi penawaran relatif terbatas, terutama mengingat ketergantungan NTT terhadap impor antarpulau relatif tinggi. Pada akhir triwulan III-2008 inflasi tahunan Kupang lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan nasional, tidak seperti pada periode-periode sepanjang tahun 2007 dimana inflasi nasional selalu lebih rendah, sejak tahun 2008 inflasi tahunan nasional selalu lebih tinggi dibandingkan inflasi Kupang. Grafik 4.2 Inflasi Kupang vs Inflasi Nasional 20
16
12
8
4
kupang nasional
y-o-y;%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep
0
2006
2007
2008
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
42
Triwulan III - 2008
|
2.2 Inflasi Tahunan (y-o-y) Secara tahunan inflasi Kupang relatif mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu 10,45%. Hal ini diperkirakan karena terjadi penurunan daya beli masyarakat, khususnya untuk Kota Kupang. Perkiraan para distributor utama di Kota Kupang, terutama menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri akan terjadi lonjakan permintaan ternyata keliru. Bahkan, pergerakkan harga sembako sampai dengan menjelang hari raya Idul Fitri belum menunjukkan pergerakkan signifikan. Hasil pemantauan harga menunjukkan pergerakkan harga sembako sejak bulan Agustus 2008 secara umum relatif stabil. Harga beras di Kota Kupang masih berkisar antara Rp. 6.500,00/kg – Rp. 7.000,00/kg (tergantung jenisnya). Harga gula, tepung terigu, dan minyak goreng masing-masing berada pada kisaran Rp. 7.000,00 , Rp. 8.000,00 dan Rp. 15.000,00. secara umum, menurut distributor peningkatan tahun 2008 relatif kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Grafik 4.3 Inflasi Kelompok Barang Tw III-08 (y-o-y)
Pendidikan, dll; 1,81
Transpor, dll; 12,29
Grafik 4.4 Perkembangan Inflasi y-o-y 20%
m-t-m y-o-y
16%
Kesehatan; 6,44 12%
Sandang; 6,32 Makanan jadi,dll; 9,09
Perumahan, dll; 15,98 Bahan Makanan; 11,63
Umum; 10,45
8%
4%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0%
Sumber : BPS diolah -4%
2005
2006
2007
2008
Sumber : BPS diolah
Secara tahunan, kelompok perumahan mengalami laju inflasi paling tinggi, dengan 15,98%, kemudian kelompok transportasi dan bahan makanan masing-masing sebesar 12,29% dan 11,63%. Laju inflasi kelompok perumahan dipengaruhi oleh kenaikan berbagai bahan bangunan, terutama yang terbuat dari besi. Selain itu, harga semen di pasaran Kupang juga mengalami peningkatan seiring dengan berhentinya produksi PT. Semen Kupang. Kemudian tekanan juga berasal dari keputusan pemerintah menaikkan harga LPG, otomatis akan memberikan dampak terhadap perubahan harga LPG di Kota Kupang. Sebelumnya harga gas elpiji untuk ukuran rumah tangga (12,5
| Kajian Ekonomi Regional NTT
43
Triwulan III - 2008
|
kg) berkisar antara Rp. 110.000,00 – Rp. 115.000,00, setelah kenaikan harga tersebut naik menjadi Rp 165.000,00 per tabung. Untuk kelompok transportasi, kenaikan BBM bulan Mei 2008 lalu tentunya membuat biaya transportasi sepanjang tahun 2008 akan meningkat signifikan dibandingkan tahun 2007. sehingga kelompok transportasi akan terus mengalami laju inflasi yang relatif tinggi.
2.3 Inflasi 2008 (y-t-d) Tekanan inflasi Kota Kupang sepanjang tahun 2008 memiliki kecenderungan meningkat. Sampai dengan akhir triwulan III-2008, inflasi Kota Kupang sudah mencapai 8,78%. Kondisi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007 lalu, dimana pada akhir triwulan yang sama tekanan inflasi berada pada level 5,83% (y-t-d). Administered inflation merupakan faktor utama yang memicu inflasi di daerah. Terutama bagi NTT yang sangat bergantung kepada impor. Biaya transportasi menjadi komponen pembentuk harga yang cukup dominan. Grafik 4.5 Inflasi Kelompok Barang Tw III-08 (y-t-d) Transpor, dll; 15,08
Pendidikan, dll; 1,71
Grafik 4.6 Perkembangan Inflasi (y-t-d) 16%
m-t-m y-t-d
12%
Kesehatan; 6,29 Sandang; 2,9
8%
Makanan jadi,dll; 7,86
Bahan Makanan; 7,1
4%
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perumahan, dll; 14,63
Umum; 8,78
2005
Sumber : BPS diolah
2006
2007
2008
-4%
Sumber : BPS diolah
Sepanjang tahun 2008, kelompok transportasi mengalami inflasi paling tinggi dengan 15,08%, seiring dengan kenaikan harga BBM. Kemudian kelompok perumahan juga menunjukan penigkatan yang signifikan dengan 14,63%. Meningkatnya permintaan terhadap bahan-bahan bangunan, yang tidak diimbangi dengan peningkatan suplai menyebabkan kecenderungan harga menjadi bergerak naik. Sementara untuk kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 7,10%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
44
Triwulan III - 2008
|
Pergerakkan harga bahan makanan cenderung relatif bervariasi. Peningkatan harga sebagian besar terjadi pada awal tahun. Pasca kenaikan BBM, harga kebutuhan pokok sempat befluktuatif, namun setelah itu harga cenderung stabil, kecuali untuk telur ayam. Kalaupun terjadi peningkatan harga pada komoditi tertentu, umumnya lebih disebabkan karena supply shock semata bukan dikarenakan faktor fundamental. Lonjakan pergerakkan harga terjadi untuk komoditi daging ayam. Harga ayam naik pada kisaran Rp. 5.000/kg sehingga menjadi Rp. 35.000/kg. Sedangkan harga daging sapi yang umumnya juga mengalami kenaikan terutama menjelang perayaan Idul Fitri, sebelumnya relatif stabil di harga Rp. 45.000/kg menjadi Rp 60.000/kg. Sedangkan khusus untuk beberapa komoditi bumbu-bumbuan justru mengalami penurunan harga. Harga bawang merah turun ke level Rp. 13.000,00 setelah sebelumnya mencapai Rp. 17.000,00 , harga cabe merah dan cabe rawit juga turun menjadi Rp. 20.000,00 dan Rp. 25.000,00. Beberapa pergerakkan harga kebutuhan pangan dapat terlihat pada grafik dibawah. Grafik 4.7 Perkembangan Harga Kebutuhan Pokok
Grafik 4.8 Perkembangan Harga Bumbuan
22.000
90.000
20.000
80.000
18.000
Bawang merah Cabe merah Cabe rawit
70.000
16.000 60.000
14.000 12.000
50.000
10.000
40.000
8.000
30.000
6.000 4.000 2.000
20.000
Beras Minyak goreng
Tepung terigu gula pasir
Telur 10.000
0
0
Jul-08
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08
Agust- Sep-08 O 08 kt-
Sumber : Pantauan Harga KBI Kupang
Jan-08
Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08
Jul-08
Agust08
Sep-08
Sumber : Pantauan Harga KBI Kupang
Grafik 4.9 Perkembangan Daging dan Ikan 100.000
Daging ayam Daging sapi Ikan
80.000
60.000
40.000
20.000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
0 Jan-08
Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08
Sumber : Pantauan Harga KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
Jun-08
Jul-08
Agust08
Sep-08
45
Triwulan III - 2008
|
B BA AB B IIIIII PPEER RK KEEM MB BA AN NG GA AN N PPEER RB BA AN NK KA AN N
3.1 Kondisi Umum Di tengah kondisi gejolak sistem keuangan di Indonesia, kinerja perbankan di Provinsi NTT sampai akhir triwulan III tahun 2008 masih tetap menunjukkan perkembangan yang posistif. Kemampuan perbankan dalam
meningkatkan
pertumbuhannya
sejak
nilai
asetnya
akhir
tahun
masih
tetap
2007
lalu
terpelihara cenderung
meskipun mengalami
perlambatan. Kondisi yang sama pun juga melanda kegiatan penghimpunan dana masyarakat (DPK). Akselerasi pertumbuhan DPK cenderung mengalami penurunan dalam beberapa triwulan terakhir, namun demikian akselerasi pertumbuhan penyaluran kredit relatif stabil pada kisaran 30% sampai 31%. Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan indikator Tab el 3.1 Indikator2007 Perbankan NTT utama
III
IV
I
2008 II
III
Aset (miliar)
8407,14
8516,24
8318,80
8546,12
y-o-y aset
23,53%
12,29%
10,85%
8,26%
9533,02 13,39%
Kredit (miliar)
4008,75
4202,99
4293,58
4814,82
5238,52
y-o-y kredit
30,40%
31,63%
30,20%
30,58%
30,68%
DPK (miliar)
7141,00
7296,11
7162,46
7437,54
7887,35
y-o-y DPK
19,06%
10,09%
7,48%
7,28%
10,45%
LDR
56,14%
57,61%
59,95%
64,74%
66,42%
NPL
1,92%
1,54%
1,79%
1,62%
1,64%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Tekanan dari sisi harga mempengaruhi peningkatan kebutuhan pembiayaan perbankan di Provinsi NTT. Tingkat konsumsi masyarakat NTT cukup dominan dalam menggerakkan perekonomian secara keseluruhan. Kenaikan harga membuat biaya untuk memenuhi konsumsi masyarakat mengalami peningkatan. Hal ini mengakibatkan tren pertumbuhan penyerapan dana cenderung mengalami penurunan, karena masyarakat terpaksa harus memangkas alokasi saving. Namun pada triwulan III-2008 sedikit terjadi lonjakan pertumbuhan jumlah DPK (10,45%;yoy) dibanding sepanjang tahun 2008, yang selalu dibawah 10%. Hal ini diperkirakan pengaruh peningkatan suku bunga dana (cost of fund) yang terjadi sepanjang triwulan laporan.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
46
Triwulan III - 2008
|
Sejalan dengan kebutuhan konsumtif masyarakat, dari segi pertumbuhan kredit, jenis konsumtiflah yang sangat mendominasi, jauh diatas kredit modal kerja maupun investasi. Tekanan dari sisi harga juga berimbas terhadap peningkatan biaya untuk keperluan usaha (cost production), kemudian ditambah dengan ekspektasi sektor swasta terhadap prospek kondisi usahanya masing-masing diindikasikan menjadi penyebab tumbuhnya kredit untuk modal kerja dan investasi yang masing-masing mencapai 25,89%;y-o-y dan 10,81%;y-o-y. Pergerakkan suku bunga kredit sampai dengan triwulan laporan belum menghambat ekspansi kredit di wilayah NTT. hal ini diperkirakan karena adanya berbagai inovasi produk pembiayaan atau skim pembiayaan yang didukung dengan kemudahan-kemudahan ikut memacu indikator kinerja perbankan. Grafik 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan
Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga 20%
10.500 9.000
15%
7.500 6.000
10%
4.500 3.000
BI Rate 5%
asset
dana
kredit
Bunga Kredit Deposito 1 bln
0 0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
miliar
1.500
2006
2007
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2008
2006
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Dengan kondisi perkembangan tersebut, maka rasio penyaluran kredit terhadap dana yang dihimpun oleh perbankan (LDR) di NTT relatif mengalami peningkatan. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau pun tahun lalu tingkat LDR pada triwulan III-2008 relatif lebih baik yang mencapai 66,42%. Tren peningkatan suku bunga belum berdampak terhadap performance kredit perbankan NTT. Sampai dengan triwulan III-08 rasio non performing loan (NPLs) juga terjaga, yaitu pada level 1,64%. Peningkatan performance kredit tersebut diperkirakan karena pengaruh penyaluran kredit yang lebih berhati-hati sesuai dengan prinsip prundential banking serta berlanjutnya langkah-langkah terkait restrukturisasi kredit, baik melalui penambahan jumlah plafon maupun perpanjangan jangka waktu pelunasan.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
47
Triwulan III - 2008
|
Secara umum bagi perbankan di NTT tekanan dari sisi risiko, khususnya terkait risiko likuiditas, relatif belum menunjukkan gangguan yang berarti. Meskipun sebagian besar dana yang disimpan sebagian besar bersifat jangka pendek.
3.2 Intermediasi Perbankan
Kegiatan penyerapan dana masyarakat oleh perbankan NTT mengalami peningkatan 10,45% (y-o-y), dari Rp. 7,14 triliun menjadi Rp. 7,89 triliun. Secara struktural pertumbuhan DPK didorong oleh peningkatan pada rekening tabungan dan deposito, masing-masing sebesar 24,62% dan 10,45%. Sedangkan tekanan terhadap pertumbuhan DPK berasal dari simpanan giro yang mengalami penurunan sebesar 4,91%. Grafik 3.3 Perkembangan DPK 9000
Grafik 3.4 Perkembangan Struktur DPK 50%
nominal y-o-y
8000
100%
y-o-y Tabungan y-o-y Deposito y-o-y Giro
80% 40%
7000
60%
6000 30% 5000
40% 4000 20%
20%
3000 2000
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 III 10 11 IV 1 2 I 4 5 II 7 8 III
10%
0
0%
-20%
2006
2007
2008
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 III 10 11 IV 1 2 I 4 5 II 7 8 III
Rp miilar
1000
2006
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
-40%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Grafik 3.5 Perkembangan Komponen DPK 9000
Grafik 3.6 Komposisi DPK 60%
8000
50% 7000 6000
40%
5000
30% 4000 3000
20%
Giro Deposito Tabungan
10%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Rp miliar
1000
2006
2007
Sumber : Bank Indonesia Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
2008
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2000
Tabungan Deposito Giro
2006
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
48
Triwulan III - 2008
|
Meningkatnya pertumbuhan DPK diperkirakan pengaruh tren peningkatan suku bunga, sementara di lain pihak, gejolak pasar keuangan yang juga melanda nasional membuat produk-produk investasi yang ditawarkan di pasar keuangan, seperti : pasar modal, reksadana, insurance linked, sampai obligasi pemerintah dalam hal ini ORI sedikit mengalami tekanan. Laju pertumbuhan jenis tabungan mengalami akselerasi yang paling cepat dibandingkan dengan jenis deposito ataupun giro. Hal ini dipengaruhi oleh liqiudity excess sebagian besar masyarakat NTT relatif bersifat sementara saja. Kemudian simpanan jenis tabungan diindikasikan relatif sudah dikenal, sifatnya lebih liquid (mudah dicairkan) dan jumlah minimal saldo lebih kecil dibandingkan dengan jenis deposito. Fleksibilitas dan kemudahan dalam melakukan berbagai transaksi, khususnya melalui Automatic Teller Machine (ATM) mampu memberikan keunggulan tersendiri dalam meningkatkan minat masyarakat. Kemudian layanan perbankan yang semakin membaik melalui inovasi pelayanan jasa perbankan, seperti : SMS banking, internet banking, dan produk jasa lainnya (fee based income) memudahkan nasabah untuk melakukan tansaksi secara lebih cepat dan aman dengan layanan yang sifatnya pribadi. Grafik 3.7 DPK Menurut Golongan Pemilik Lainnya 1,75% Pemerintah 32,94%
Perorangan 61,51%
Swasta 3,80%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Komposisi dana pihak ketiga di perbankan NTT belum mengalami perubahan. Tabungan masih memiliki porsi tertinggi sebesar 45,57%. Kemudian diikuti dengan penempatan jenis giro dengan 32,39%, dan terakhir deposito sebesar 22,05%. Sedangkan jika dilihat dari pemilik dana pihak ketiga (DPK), golongan perorangan memiliki proporsi tertinggi yang mencapai 61,51%.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
49
Triwulan III - 2008
Grafik 3.8 Perkembangan Kredit
|
Grafik 3.9 Kredit Menurut Penggunaan 40%
6000
6000
nominal 5000
y-o-y
5000
30% 4000
Rp miilar
4000
20%
3000
2000
3000
2000
10% 1000
2006
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Konsumsi
Modal Kerja
Investasi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
Rp miliar
1000
2006
2006
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Penyaluran kredit perbankan di NTT pada triwulan III-2008 mengalami peningkatan. Posisi outstanding kredit yang telah disalurkan oleh perbankan di NTT mencapai Rp. 5,24 triliun. Jumlah tersebut meningkat 30,68% dari tahun sebelumnya (y-o-y) atau 8,80% jika dibandingkan posisi triwulan sebelumnya (q-t-q), meskipun terjadi tren peningkatan suku bunga (BI rate) akibat gejolak ekonomi dunia ditambah tekanan inflasi nasional yang menembus level 10%. Akselerasi penyaluran kredit perbankan di NTT dipengaruhi juga oleh perkembangan kondisi perekonomian. Berdasarkan hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU BI) dalam periode triwulan III-2008, ekspektasi para pelaku usaha terhadap kondisi pada periode mendatang cenderung positif. Hal ini tercermin dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) yang bernilai positif 22,81. Bank Mandiri mentargetkan kenaikan kredit tahun 2008 sebesar 30% (Rp. 23 miliar) dari tahun sebelumnya, melebihi target nasional 20%. Hal tersebut didasarkan pada semakin membaiknya kondisi perekonomian di NTT, khususnya Kota Kupang.
Sama halnya dengan PT. Bank NTT yang
mentargetkan jumlah kredit pada tahun 2008 sebesar Rp. 2,7 triliun meningkat dibandingkan tahun 2007 yang realisasinya sebesar Rp. 1,8 triliun.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
50
Triwulan III - 2008
Grafik 3.10 Perkembangan Komposisi Kredit Menurut Kegunaan
|
Grafik 3.11 Struktur Penyaluran Kredit Tw II-08
80%
Modal kerja; 28,64%
60% Konsumsi Modal Kerja Investasi
Konsumsi; 68,33%
40%
Investasi 3,03%
20%
Sumber : Bank Indonesia Kupang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0% 2006
2006
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Searah dengan perkembangan kredit dari sisi penggunaan, penyaluran kredit secara sektoral terkonsentrasi pada sektor lain-lain yang mencapai 66,79%. Hal ini merupakan refleksi dari peran kredit konsumsi yang sangat dominan. Bila dilihat sektor lain yang produktif, ada beberapa sektor usaha yang cukup memberikan kontribusi, antara lain : kredit sektor perdagangan dengan 23,32%, kredit sektor jasa sebesar 4,13%. Sebagai sektor unggulan dalam perekonomian NTT, penyaluran kredit sektor pertanian pada triwulan III-2008 justru sharenya hanya sebesar 1,78%. Sedangkan kredit sektoral yang mengalami pertumbuhan sangat signifikan (diatas 100%) adalah kredit sektor konstruksi dan kredit sektor pertambangan, masing-masing mencapai 100,10% dan 106,72%. Fungsi intermediasi perbankan di NTT mengalami perbaikan jika dibandingkan triwulan sebelumnya, maupun tahun lalu yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mengalami peningkatan. Dengan perkembangan penyerapan dana pihak ketiga yang relatif lambat dibandingkan pertumbuhan penyaluran kredit pada akhir triwulan III-2008, mendorong rasio LDR perbankan NTT tumbuh menjadi sebesar 66,42%. Kondisi tersebut lebih baik apabila dibandingkan posisi tahun lalu (56,14%) dan akhir triwulan II-2008 (64,74%). Sementara itu, besarnya rasio undisbursed loan terhadap total kredit yang disalurkan relatif rendah 7,85% (dibawah 10%) atau senilai Rp. 411,14 miliar.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
51
Triwulan III - 2008
Grafik 3.12 Perkembangan LDR
Grafik 3.13 Perkembangan Undisbursed Loan
9000 8000
Kredit
DPK
|
80%
500
70%
450
LDR
15% nominal
prosentase
400
7000
12%
60%
350
6000
50%
300
40%
250
9%
5000 4000 30%
3000
50
0%
0
2006
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
3%
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
100
Rp miilar
1000 Rp miliar
6%
150 20%
2000
2006
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Grafik 3.14 Perkembangan NPL
Grafik 3.15 Nominal NPL Sektoral 3,00%
100000
80000
200
Nominal Rasio NPL
90000 80000
Transp&Kom
PHR
Konstruksi
Lainnya
2,50% 70000
2,00% 60000
60000 50000
1,50% 40000
40000 1,00%
30000 20000
20000
0,50%
2007
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2008
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,00% 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Rp juta
0
Rp juta
10000
2006
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Risiko kredit perbankan pada triwulan III-2008 secara agregat relatif terkendali. Hal ini tercermin dari indikator ratio Non Performing Loan gross (NPLs) yang tetap berada di bawah batas aman rasio sebesar 5,00%. Tercatat rasio NPLs perbankan di NTT secara umum sebesar 1,64% atau senilai Rp. 85,99 miliar. Dari sisi penggunaan, meskipun outstanding kredit modal kerja jauh lebih kecil dibandingkan kredit konsumsi rasio NPLs untuk kredit modal kerja masih lebih tinggi (0,89%) dibandingkan kredit konsumsi (0,55%). Hal ini diindikasikan terjadi karena sebagian kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di NTT ditujukan kepada pegawai negeri, dengan sistem angsuran melalui pemotongan langsung dari gaji yang diterima masing-masing pegawai.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
52
Triwulan III - 2008
|
Sehingga tingkat risiko (default) akan lebih kecil. Kondisi tersebut tercermin juga pada kualitas kredit secara sektoral. Sektor lain-lain memiliki rasio yang lebih rendah dengan 0,61%, dibandingkan sektor perdagangan 0,78% yang notabene digunakan untuk keperluan modal kerja. Grafik 3.16 NPL Konsumsi dan Modal Kerja 2,0%
50
40
nominal kosumsi
nominal modal kerja
NPLs konsumsi
NPLs modal kerja 1,5%
30 1,0% 20
0,5%
Rp miilar
10
0,0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 2006
2007
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
3.3 Kredit UMKM Grafik 3.17 Perkembangan Kredit UMKM
Grafik 3.18 Komposisi Kredit UMKM
6.000.000
5.000.000
Kredit UMKM
Menengah 15,84%
Total Kredit
4.000.000
Mikro 50,67%
3.000.000
2.000.000
Kecil 33,49%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Rp Juta
1.000.000
2006
2007
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Pertumbuhan UMKM di Provinsi NTT juga tercermin dari penyaluran kredit UMKM oleh perbankan NTT. Kredit yang termasuk kategori UMKM pada triwulan III-2008 mengalami peningkatan sebesar 30,59% (y-o-y), dari Rp. 3,98 triliun menjadi Rp. 5,20 triliun. Kontribusi kredit UMKM bagi total kredit secara keseluruhan cukup signifikan. Sampai dengan akhir triwulan III-2008, tercatat 99,30% dari total kredit yang disalurkan perbankan
| Kajian Ekonomi Regional NTT
53
Triwulan III - 2008
|
NTT termasuk kategori kredit UMKM. Peningkatan penyaluran kredit UMKM oleh perbankan NTT merupakan salah satu bentuk concern perbankan terhadap pengembangan UMKM sebagai salah satu penggerak ekonomi daerah. Grafik 3.19 Perkembangan Komponen Kredit UMKM
Grafik 3.20 y-o-y Komponen Kredit UMKM 100%
y-o-y UMKM y-o-y Mikro y-o-y Kecil y-o-y Menengah
6.000.000
5.000.000
Mikro
Kecil
80%
Menengah
60%
4.000.000
3.000.000
40%
2.000.000 20%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Rp juta
1.000.000
2006
2007
2008
dilihat
dari
2007
2.008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Jika
2006
komposisinya,
penyaluran
kredit
UMKM
didominasi oleh kredit mikro yang mencapai 50,67% atau sebesar Rp. 2,64 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar dari total kredit yang disalurkan oleh perbankan NTT juga termasuk kategori mikro, atau dengan kata lain kapasitas nasabah kredit di NTT sebagian besar masih relatif kecil. Sementara jika dilihat dari pertumbuhannya (y-o-y), kredit kategori kecil mengalami pertumbuhan paling tinggi (60,96%). Akselerasi pertumbuhan kredit kecil yang lebih tinggi dibandingkan kredit mikro dalam jangka panjang dapat merubah struktur kredit UMKM perbankan NTT. Kondisi tersebut juga mengindikasikan pergeseran kemampuan (capacitiy) debitur dan peningkatan kapasitas ekonomi secara keseluruhan. 3.4 Perkembangan BPR
Pertumbuhan usaha BPR pada triwulan III-2008 menunjukan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan aset BPR (y-o-y) di wilayah Provinsi NTT pada akhir triwulan III-2008 mencapai 72,83%, dari Rp. 32,53 miliar menjadi Rp. 56,22 miliar. Kemudian dari aspek fungsinya sebagai lembaga intermediasi, berhasil menyerap dana masyarakat sebesar Rp
| Kajian Ekonomi Regional NTT
54
Triwulan III - 2008
|
33,48 miliar atau tumbuh 108,54% (y-o-y) dan menyalurkan kredit sebesar Rp. 36,63 miliar, meningkat 8,30% (y-o-y). Tabel 3.2 Perkembangan Usaha BPR (juta) 2007
Indikator
III 32.528 49,32% 16.054 84,06% 23.552 34,94% 146,70% 1.098 4,66%
Aset y-o-y aset DPK y-o-y DPK Kredit y-o-y kredit L DR NPLs (nominal) NPLs
2008 IV 34.844 41,16% 17.165 81,52% 24.655 35,33% 143,64% 1.212 4,92%
I 40.722 61,17% 20.838 100,36% 26.963 39,32% 129,40% 1.431 5,31%
II 48.494 66,77% 27.794 109,09% 36.627 70,11% 131,78% 1.297 3,54%
III 56.220 72,83% 33.479 108,54% 43.878 86,30% 131,06% 1.621 3,69%
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Pertumbuhan
penyaluran
kredit
yang
relatif
lebih
lambat
dibandingkan pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun, mempengaruhi kinerja intermediasi BPR. Fungsi intermediasi yang dilaksanakan oleh BPR sepanjang tahun 2008 masih berada diatas level 100%. Hal ini tercermin dari rasio Loan to Deposit (LDR) sebesar 131,06%. Tingginya penyaluran kredit BPR di NTT, salah satunya didorong oleh penerapan linkage programe antara bank umum dan BPR. Grafik 3.21 Pertumbuhan Kinerja BPR
Grafik 3.22 Perkembangan LDR 350%
50.000
120%
y-o-y Asset
y-o-y Kredit
45.000
DPK y-o-y
100%
Kredit DPK LDR
40.000
300% 250%
35.000 80%
30.000
200%
25.000
60%
150%
20.000 40%
15.000
100%
10.000
20%
50%
5.000 I
II
III
2005
IV
I
II
III
IV
2006
Sumber : Bank Indonesia Kupang
I
II
III
2007
IV
I
II 2008
III
Rp juta
0%
0
0% I
II
III
2005
IV
I
II
III
IV
2006
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Dari sisi penggunaan, komposisi kredit BPR relatif lebih produktif dibandingkan dengan kondisi bank umum. Penyaluran kredit BPR di NTT tidak didominasi oleh kredit untuk konsumtif (44,74%), namun kredit modal kerja (53,89%). Sedangkan untuk kredit investasi masih relatif belum mengalami perubahan signifikan (1,36%). Bila dilihat secara sektoral, secara struktur sektor
| Kajian Ekonomi Regional NTT
55
Triwulan III - 2008
|
lain-lain masih memberikan kontribusi tertinggi (48,21%), sedangkan share terkecil adalah kredit sektor industri (0,46%). Grafik 3.23 Pertumbuhan Kredit Penggunaan BPR
Grafik 3.24 Proporsi Kredit Sektoral
50.000
Pertanian Perindustrian 5,14% 0,46%
45.000
Modal Kerja
40.000
Investasi
Konsumsi
35.000 30.000
Lain-lain 48,21%
25.000
PHR 22,02%
20.000 15.000
Jasa-jasa 24,17%
10.000
Rp juta
5.000 0 I
II
III
2005
IV
I
II
III
2006
IV
I
II
III
IV
I
2007
II
III
Sumber : Bank Indonesia Kupang
2008
Sumber : Bank Indonesia Kupang
Bila melihat pada risiko kredit BPR di NTT, rasio NPLs pada triwulan laporan relatif terkendali 3,69%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan BPR dalam melakukan assesment terhadap pengajuan kredit relatif baik. Namun perlu menjadi perhatian, rasio LDR BPR berada diatas 100%. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa sumber dana penyaluran kredit BPR tidak hanya berasal dari penghimpunan dana, tetapi juga dari modal bank sendiri. Hal ini pada dasarnya akan berpengaruh terhadap risiko likuiditas bagi bank yang bersangkutan. Sehingga pengelolaan likuiditas (cash ratio) perlu menjadi concern tersendiri.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
56
Triwulan III - 2008
|
B BA AB B II V V SSIISSTTEEM M PPEEM MB BA AY YA AR RA AN N
4.1 Kondisi Umum Peningkatan
laju
pertumbuhan
ekonomi
NTT
berpengaruh
terhadap aktivitas sistem pembayaran. Kinerja perekonomian yang sudah relatif membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, mengakibatkan terjadinya peningkatan volume sistem pembayaran di NTT yang tercatat oleh Bank Indonesia Kupang, terutama untuk transaksi tunai. Ekspansi ekonomi secara eksplisit terlihat dari kenaikan transaksi bayaran yang cukup signifikan sepanjang triwulan III-2008, kenaikan negatif net inflow menunjukkan kebutuhan uang kartal mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas ekonomi membuat kebutuhan masyarakat akan ketersediaan cash money ikut terdongkrak. Meskipun di negara-negara maju cenderung sudah mulai tidak menggunakan cash money. Tabel 4.1 Perkembangan Pembayaran Non Tunai NON TUNAI (juta) 2007
2008
TRANSAKSI KLIRING perputaran
TRANSAKSI
cek/BG kosong
III
12.649
387.651
44
IV
12.584
419.348
I II III
11.974 11.915 12.758
418.765 441.091 373.837
RTGS
2.242
169
1.862.280
115
4.717
160
35.714
63 66 71
2.089 1.215 1.727
24 85 57
1.744 10.523 21301
Sumber : KBI Kupang
Tabel 4.2 Perkembangan Pembayaran Tunai Pembayaran Tunai (miliar) setoran bayaran net
II 317,73
2007 III 272,39
2008 IV
I
231,72
527,55
II 175,25
III 247,34
604,62
477,68
966,43
359,75
562,25
683,34
-286,89
-205,28
-734,71
167,80
-387,00
-436,00
Sumber : KBI Kupang
Transaksi sistem pembayaran non
tunai kondisinya relatif
bervariasi. Sebagaimana telah diketahui, bahwa sistem pembayaran non-tunai dapat menggunakan fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) atau dengan fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS). Dari kedua sarana
| Kajian Ekonomi Regional NTT
57
Triwulan III - 2008
|
tersebut, nominal transaksinya relatif bervariasi. Peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya terjadi pada transaksi dengan menggunakan sarana RTGS, namun secara nominal transaksi dengan fasilitas SKNBI masih tetap mendominasi. Hal ini dimungkinkan terjadi karena biaya untuk transaksi dengan fasilitas RTGS jauh lebih mahal dibandingkan SKNBI, karena proses transaksi SKNBI sedikit lebih lambat. Selain itu, transaksi RTGS, pada dasarnya juga bisa dilakukan langsung melalui bank operasional, sehingga jumlah transaksi di NTT secara keseluruhan dimungkinkan lebih dari yang tercatat di Bank Indonesia Kupang.
4.2 Transaksi RTGS
Perkembangan transaksi non tunai dengan sarana RTGS pada triwulan
III-2008,
secara
triwulanan
(q-t-q)
meningkat
cukup
signifikan. Pada triwulan III-2008 total nominal transaksi sebesar Rp 21,3 miliar. Jumlah tersebut jauh diatas transaksi pada periode sebelumnya dengan nominal Rp 10,52 miliar, meskipun disatu sisi jumlah transaksinya menurun. Tabel 4.3 Perkembangan Transaksi RTGS TRANSAKSI RTGS (juta) 2008
2007
PERIODE
III
volume 169 nominal 1.862.280
IV
I
160 35.714
24 1.744
II
III
85 10.523
57 21.301
Sumber : KBI Kupang
Grafik 4.1 Perkembangan Transaksi RTGS 180
50.000
160 40.000
Nominal Volume
140 120 100 80
20.000
volume
30.000
60 40
nominal (juta)
10.000
20
0
0
IV
I
II
III
2008
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
58
Triwulan III - 2008
|
Aktivitas transaksi RTGS di KBI Kupang relatif dipengaruhi oleh realisasi anggaran pemerintah. Transaksi RTGS sebagian besar merupakan pembayaran SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) oleh pemerintah kepada rekanan atau pihak ketiga. Peningkatan volume transaksi RTGS pada triwulan III-2008,
diperkirakan
terjadi
karena
sudah
direalisasinya
sebagian
pembayaran anggaran pemerintah pada tahun 2008. Namun demikian, bila dilihat secara tahunan (y-o-y) transaksi RTGS yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Kupang mengalami penurunan yang sangat signifikan sejak tahun 2008 lalu (diatas 99%). Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan oleh karena ada kemungkinan proses transaksi pembayaran tidak dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Kupang lagi, namun langsung dilakukan oleh bank yang ditunjuk pemerintah. Pada tahun 2008, pemberian dana dilakukan melalui proses transfer ke rekening masing-masing daerah. Artinya, daerah tidak perlu lagi melakukan proses pencairan DAU dan DAK ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), karena bisa dilakukan pada bank yang ditunjuk. Kebijakan yang diambil pemerintah ini dimaksudkan untuk mempermudah dan kelancaran pembayaran DAU dan DAK kepada setiap daerah. (Sumber : Antara-nttonline.org)
4.3 Transaksi Kliring
Dibandingkan dengan periode sebelumnya, jumlah transasksi kliring justru mengalami penurunan. Pada triwulan III-2008, jumlah nominal transaksi melalui kliring mencapai Rp. 373,84 miliar, sedangkan untuk posisi triwulan II-2008 sebesar Rp. 441,09 miliar. Namun, diperkirakan transaksi dengan SKNBI pada tahun 2008 akan relatif lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. Tabel 4.4 Perkembangan Transaksi Kliring TRANSAKSI KLIRING (juta) PERIODE
2007 III
2008 IV
I
II
III
lembar
12.649
12.584
11.974
11.915
12.758
nominal
387.651
419.348
418.765
441.091
373.837
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
59
Triwulan III - 2008
|
Grafik 4.2 Perkembangan Transaksi Kliring 16.000
500.000 Nominal
lembar
400.000 12.000
300.000 8.000 200.000
4.000
0
0 I
II
III
IV
I
2006
II
III 2007
IV
I
II
III
2008
lembar
nominal (juta)
100.000
Sumber : KBI Kupang
Secara umum preferensi masyarakat NTT untuk melakukan transaksi non tunai, khususnya dengan sarana kliring meningkat. Semakin luasnya coverage area yang terhubung, dengan adanya sistem kliring nasional (SKNBI) mampu menjadi salah satu faktor yang mendorong masyarakat
untuk
melakukan
transasksi non
tunai
sejalan
dengan
pengembangan less cash society/LCS. Selain itu dukungan melalui penerapan daftar hitam nasional, penyelesaian transaksi kliring dapat dilakukan dengan lebih terjamin, dari segi keamanannya (safety). Resiko kegagalan settlement dapat dikurangi, namun tetap memperhatikan kecepatan dan keakuratan pembayaran. Apabila sistem internal bank peserta sudah fully on line masyarakat dapat melakukan penyelesaian transaksi transfer dana pada hari yang sama. Manfaat penerapan SKNBI sebenarnya bukan hanya untuk masyarakat saja. Bagi perbankan, SKNBI akan meningkatkan efisiensi biaya, melalui minimalisasi biaya pencetakan dan handling warkat. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap efisiensi SDM dan peralatan penunjang lainnya. Pengintegrasian pada akhirnya juga akan meningkatkan efisiensi pengelolaan likuiditas bank karena bank cukup memonitor satu posisi transaksi kliring secara nasional. Secara makro, transmisi arus dana melalui SKNBI secara real time dan otomatis akan mempercepat peredaran kembali uang (velocity of money) sehingga mampu mendorong aktivitas ekonomi untuk bergerak lebih cepat.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
60
Triwulan III - 2008
|
Tabel 4.5 Perkembangan Cek/BG Kosong CEK/BG KOSONG (juta) 2007
PERIODE
2008
III
IV
I
II
III
lembar
44
115
63
66
71
nominal
2.242
4.717
2.089
1.215
1.727
Sumber : KBI Kupang
Grafik 4.3 Perkembangan Cek/BG Kosong 120
5000
4000
Nominal
100
lembar
80 3000 60 2000 40
20
0
0 I
II
III 2004
IV
I
II
III 2005
IV
I
II 2006
III
lembar
nominal (juta)
1000
Sumber : KBI Kupang
Kualitas kliring di Kupang pada triwulan III-2008 sedikit mengalami penurunan dibandingkan triwulan II-2008. Prosentase jumlah warkat yang ditolak dengan total warkat transaksi mengalami peningkatan. Pada triwulan sebelumnya 0,55% dari total jumlah warkat merupakan cek/bilyet giro kosong, sedangkan pada triwulan III-2008 sedikit meningkat menjadi 0,56%. Penerbitan daftar hitam nasional merupakan bentuk upaya Bank Indonesia untuk meningkatkan kualitas kliring. Bank Indonesia memberlakukan daftar hitam nasional bagi penarik cek dan/atau bilyet giro kosong. Hal ini dilatarbelakangi oleh masih relatif tingginya minat masyarakat pengguna instrumen cek dan/atau bilyet giro sebagai alat pembayaran.
Namun disisi lain terdapat praktik penarikan cek dan/atau
bilyet giro kosong yang dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap alat pembayaran dimaksud. Oleh karena itu, dalam rangka melindungi dan menjaga kepercayaan masyarakat atas penarikan cek dan/atau bilyet giro kosong, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No 8/29/PBI2006 tentang daftar hitam nasional penarik cek dan/atau bilyet giro kosong yang berlaku efektif per 1 Juli 2007.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
61
Triwulan III - 2008
|
4.4 Transaksi Tunai
Perkembangan transasksi tunai antara Bank Indonesia dan perbankan menunjukkan tren yang cenderung berulang (cyclical). Setelah dalam triwulan I transaksi inflow (setoran) cenderung lebih banyak dibandingkan outflow (bayaran) atau kontraksi, maka sejalan dengan meningkatnya kinerja perekonomian, pada triwulan II dan III tahun 2008, kebutuhan akan tersedianya uang di masyarakat pun ikut terkena imbasnya. Pada triwulan laporan jumlah uang yang diedarkan oleh Bank Indonesia Kupang meningkat menjadi Rp 683,34 miliar. Dimulainya realisasi anggaran pemerintah membuat roda perekonomian mulai sedikit bergairah kembali. Hal ini dikarenakan ketergantungan Provinsi NTT terhadap peran kebijakan fiskal (fiscal policy) sebagai trigger relatif tinggi. Secara
triwulanan
(q-t-q)
jumlah
uang
yang
diedarkan
(outflow) meningkat sampai dengan 21,54%, dari Rp 562,25 miliar menjadi Rp 683,34 miliar. Kemudian untuk transaksi inflow (setoran) juga mengalami peningkatan 41,14%, dari Rp 175,25 miliar menjadi Rp 247,34 miliar. Setelah awal tahun 2008 terjadi kontraksi likuiditas, memasuki triwulan II dan III 2008 kinerja perekonomian mulai mengalami peningkatan. Hal ini mengakibatkan dalam dua triwulan terakhir nilai net inflow selalu bernilai negatif. Multiplier effect dari realisasi anggaran pemerintah mengakibatkan kebutuhan terhadap uang jadi meningkat. Tabel 4.6 Transaksi Operasional Kas KBI Kupang Pembayaran Tunai (miliar)
2007 III
2008 IV
I
II
III
setoran
272,39
231,72
527,55
175,25
247,34
bayaran
477,68
966,43
359,75
562,25
683,34
-205,28
-734,71
167,80
-387,00
-436,00
net
Grafik 4.4 Perkembangan Transaksi Tunai 1600
600 setoran (miliar) bayaran (miliar) net inflow
1400
400
1200
200
1000
0
800
-200
600
-400
400
-600
200
-800
0
-1000 I
II
III
IV
I
2005
II
III
2006
IV
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
62
Triwulan III - 2008
|
Kebutuhan uang kartal pada tahun 2008 diperkirakan akan meningkat. Faktor yang paling menonjol adalah tekanan terhadap harga yang saat ini terjadi. Setelah kenaikan harga BBM, kenaikan biaya transportasi menjadi hal yang mutlak. Pertumbuhan penyerapan dana masyarakat yang cenderung menurun, ditambah ekspansi kredit yang terus berjalan menjadi faktor pendukung lainnya. Grafik 4.5 Perkembangan MRUK
Grafik 4.6 Transaksi Inflow - Outflow
300
200%
MRUK y-o-y
250
150%
1600 1400
setoran
1200 200
bayaran
100%
1000 150
50%
100
0%
800 600 400
50
-50%
200 -100% I
II
III
IV
I
2005
II
III
IV
I
2006
II
III
IV
I
2007
II
III
2008
y-o-y
MRUK
0
0 I
II
III
IV
I
2005
II
III
IV
I
2006
II
III
IV
2007
I
II
III
2008
Sumber : KBI Kupang
Sumber : KBI Kupang
Terkait dengan kebijakan sistem pembayaran tunai, sejak triwulan II-2006 Bank Indonesia menerapkan ketentuan setoran bayaran bagi perbankan di seluruh wilayah KBI dan Kantor Pusat, yaitu penyetoran uang kartal ke Bank Indonesia hanya untuk uang yang tidak layak edar (UTLE). Uji coba penerapan ketentuan ini telah menyebabkan jumlah aliran uang baik inflow ataupun outflow di KBI Kupang relatif berkurang.
Dengan
semakin
menurunnya
penggunaan
uang
kartal
menunjukkan bahwa upaya Bank Indonesia terkait program less cash society/LCS yang lebih efisien dan aman berjalan cukup baik. Bagi Bank Indonesia sendiri, hal ini dapat meningkatkan efisiensi biaya pencetakan uang dan biaya logistik pengedaran uang. Dalam rangka mendukung kebijakan clean money policy, Kantor Bank Indonesia Kupang secara periodik memusnahkan uang kartal yang tidak layak edar (lusuh/rusak) dan uang yang ditarik dari peredaran. Perkembangan
kegiatan
pemusnahan
uang
kartal
(MRUK)
relatif
menunjukkan tren yang menurun seiring dengan diberlakukannya ketentuan setoran bayaran bagi perbankan. Jumlah uang tidak layak edar yang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
63
Triwulan III - 2008
|
dimusnahkan selama triwulan III-2008 sebesar Rp. 88,67 miliar. Jumlah tersebut turun 41,83% dibandingkan setahun yang lalu (y-o-y). Tren jumlah uang palsu yang berhasil dijaring di KBI Kupang mengalami penurunan. Jumlah nominal uang palsu yang tercatat sepanjang triwulan III-2008 sebesar Rp. 100.000,00 yang terdiri dari pecahan Rp 100.000,00. Pengetahunan masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah menjadi salah satu faktor pendukung yang mampu menghambat beredarnya uang palsu. Oleh karena itu, sampai dengan saat ini Bank Indonesia Kupang selalu giat melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah di berbagai tempat. Selain itu rasio jumlah uang palsu yang ditemukan dibandingkan dengan uang yang diedarkan oleh KBI Kupang juga relatif menurun dibandingkan posisi yang sama tahun lalu. Grafik 4.8 Rasio Uang Palsu Terhadap Uang Yang Diedarkan
Grafik 4.7 Perkembangan Uang Palsu 600.000
300%
jml upal y-o-y
0,0000016
Rasio upal terhadap uang yg diedarkan
500.000
225%
400.000
150%
0,0000014 0,0000012 0,000001
300.000
75%
200.000
0%
100.000
-75%
0,0000008 0,0000006
220.000
500.000
340.000
150.000
250.000
520.000
80.000
60.000
500.000
100.000
0
320.000
0,0000004
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
2006
2007
Sumber : KBI Kupang
| Kajian Ekonomi Regional NTT
2008
0,0000002
-150%
0 I
II
III
IV
2005
I
II
III
2006
IV
I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
Sumber : KBI Kupang
64
Triwulan III - 2008
|
B AB B V V BA K KEEU UA AN NG GA AN ND AEER RA AH H DA
5.1 Kondisi Umum Anggaran kebijakan fiskal memiliki kontribusi yang penting bagi pendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peran anggaran pemerintah terhadap perekonomian NTT tercermin dari share konsumsi pemerintah terhadap pembentukan PDRB, dimana pada triwulan III-2008 mencapai 20,93% atau setara dengan Rp. 614,87 miliar. Melalui alokasi belanja modal serta belanja barang dan jasa, anggaran pemerintah disalurkan kepada sektor-sektor usaha sebagai salah satu trigger aktivitas perekonomian. Rencana anggaran tahun 2008 mengalami peningkatan baik dari sisi penerimaan maupun belanja. Penerimaan APBD NTT untuk tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp. 930,01 miliar, meningkat apabila dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp. 849,74 miliar. Kenaikan pendapatan diperkirakan bersumber dari pendapatan asli daerah khususnya pajak daerah maupun dana perimbangan yang diterima dari pemerintah pusat. Demikian pula dari sisi pembelanjaan/pengeluaran, pada tahun 2008 terjadi peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya dari Rp. 1,03 triliun menjadi Rp. 1,05 triliun. Sumber utama peningkatan belanja pada tahun 2008 adalah peningkatan belanja pegawai dan munculnya pos belanja hibah sebesar Rp. 105,85 miliar yang pada tahun 2007 lalu tidak dianggarkan. Grafik 5.1 APBD Provinsi NTT Pendapatan
Grafik 5.2 Pertumbuhan APBD Provinsi NTT y-o-y pendapatan
Belanja
1.200,00
1.036,09
1.052,62
1.000,00
Rp miliar
53,94%
37,62%
673,03 467,14
40%
502,07
30%
400,00
34,05% 27,82%
930,01
849,74
664,80
483,06
20%
446,28
200,00
y-o-y belanja
50%
800,00 600,00
60%
-
9,45%
8,24% 10% 7,48%
1,60%
0%
2004
2005
2006
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT
2007
2008
2005
2006
2007
2008
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
65
Triwulan III - 2008
|
Namun demikian secara umum pertumbuhan anggaran belanja maupun pendapatan pada tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2007. Hal ini tentunya juga akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi NTT, mengingat peranan fiscal policy sebagai salah satu penggerak roda perekonomian cukup dominan. Dari
hasil
realisasi
APBD
provinsi
NTT
pada
tahun
2007
diperkirakan mengalami defisit sebesar Rp.34,67 miliar. Kondisi tersebut belum pernah terjadi sejak tahun 2004 lalu. Bahkan disaat terjadi kenaikan harga BBM pada tahun 2005 APBD NTT masih mengalami surplus sebesar Rp.45,69 miliar. Apabila pada tahun 2008 realisasi APBD berjalan sesuai rencana, maka defisit anggaran yang akan terjadi diperkirakan akan mengalami peningkatan. Adanya rencana anggaran hibah pada tahun 2008 sebesar Rp. 105,85 miliar menjadi penyebab pembengkakan anggaran belanja pemerintah. Grafik 5.3 Surplus-Defisit APBD NTT Surplus/Defisit 100 78,10
Rp miliar
50
66,81 45,69
0 2004
2005
2006
2007 -34,67
2008
-50
-100
-122,61
-150
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
5.2 Pendapatan Daerah
Rencana
anggaran
pendapatan
tahun
2008
mengalami
peningkatan sebesar 9,45% dibandingkan rencana tahun 2007. Sumber peningkatan terbesar berasal dari dana perimbangan yang mencapai Rp. 108,91 miliar. Peningkatan sumber penerimaan dari dana perimbangan diakibatkan meningkatnya alokasi DAU dari pemerintah pusat sebesar Rp. 63,01 miliar. Sementara itu pemerintah daerah memperkirakan pada tahun 2008 terjadi peningkatan pajak daerah sebesar Rp. 9,21 miliar. Realisasi pendapatan daerah sampai dengan akhir triwulan II-2008 sebesar 48,54%. Dalam rencana anggaran tahun 2008 diperkirakan
| Kajian Ekonomi Regional NTT
66
Triwulan III - 2008
|
pendapatan daerah mencapai Rp. 930 miliar. Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan II-2008 sebagian besar berasal dari pos dana perimbangan. Dari Rp. 451,45 miliar pendapatan sampai dengan triwulan II-2008, yang bersumber dari pendapatan asli daerah sebesar Rp. 107,18 miliar, sehingga sampai akhir triwulan II-2008 realisasi pendapatan asli daerah sebesar 52,48% dari target anggaran 2008. Sedangkan dana perimbangan menyumbang 76,26% dari total pendapatan. Pendapatan asli daerah sebagian besar bersumber dari pajak daerah (62,37%), sedangkan pendapatan yang sumbernya dari dana perimbangan, sebanyak 89,55% disumbangkan oleh dana alokasi umum. Gambaran
kondisi
diatas
mencerminkan,
bahwa
ketergantungan Provinsi NTT dalam memenuhi kebutuhan belanja masih sangat bergantung kepada pemerintah pusat. Kontribusi dana perimbangan untuk mengisi celah fiskal (fiscal gap) dalam share pos pendapatan daerah yang cukup dominan. Dalam era otonomisasi daerah, hal ini mengindikasikan bahwa pada daerah-daerah atau provinsi tertentu dukungan pemerintah pusat masih mutlak diperlukan. Realisasi pendapatan daerah dalam beberapa tahun terakhir cenderung melambat. Jika dilihat dari historical data yang ada, sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, prosentase realisasi pendapatan daerah pada triwulan II relatif menurun. Pada tahun 2006 pendapatan daerah sudah terealisasi 54,76% sejak triwulan II, sedangkan pada tahun 2008 baru sebesar 48,54%. Grafik 5.4 Realisasi Pendapatan APBD NTT 110,00% 105,9% 104,2%
105,00% 103,0%
930,01
875,64
849,74
704,10
664,80
503,19
200,00
483,06
300,00
467,64
400,00 446,28
Rp miliar
100,00%
600,00 95,00% 90,00%
100,00 80,00%
2004
2005
2006
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT
2007
2008
55% 54% 53%
Pendapatan
600,000,000,000
Realisasi Tw II
52% 50.36%
500,000,000,000 400,000,000,000 300,000,000,000 200,000,000,000
85,00%
56%
54.76%
800,000,000,000 700,000,000,000
700,00
500,00
54.55%
100,000,000,000
51% 48.54%
50% 49%
930,007,200,000
800,00
900,000,000,000
849,742,915,366
104,8%
realisasi
900,00
1,000,000,000,000
% Realisasi
664,798,239,000
Realisasi
1.000,00
483,062,500,000
Rencana
Grafik 5.5 Realisasi Pendapatan Triwulan II
2005
2006
2007
2008
-
48% 47% 46% 45%
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
67
Triwulan III - 2008
|
5.3 Belanja Daerah
Rencana belanja tahun 2008 meningkat 1,60% dibandingkan tahun 2008, dari Rp. 1,036 triliun menjadi Rp. 1,052 triliun. Peningkatan tersebut merupakan yang terendah dalam tiga tahun terakhir. Apabila dilihat dari
masing-masing
pos
anggaran
nampak
bahwa
hampir
semua
menunjukkan penurunan dibandingkan rencana anggaran tahun 2007, tidak terkecuali pos belanja modal. Seperti kita ketahui bahwa anggaran belanja modal merupakan salah satu sumber penggerak ekonomi daerah. Peningkatan anggaran belanja tahun 2008 disebabkan kenaikan anggaran belanja untuk belanja pegawai, bantuan sosial dan anggaran belanja hibah. Realisasi belanja sampai dengan triwulan II-2008 sebesar 39,74% dari rencana belanja 2008. Dari Rp. 1,05 triliun terealisasi sebesar Rp. 418,33 miliar. Sebagian besar pengeluaran pemerintah daerah digunakan untuk belanja pegawai (pembayaran gaji) dan belanja hibah. Rencana belanja langsung sebesar Rp. 543,97 miliar, sampai triwulan II-2008 terealisasi sebesar Rp. 131,09 miliar, sedangkan untuk belanja tidak langsung dari Rp. 508,65 miliar, yang berhasil direalisasikan sebesar Rp. 287,25 miliar. Sikap ekstra hati-hati dari aparat pemerintah daerah dalam melaksanakan proyek dan belum maksimalnya pemahaman sumber daya manusia terhadap ketentuan yang berlaku menjadi salah satu hambatan. Fenomena tersebut sangat berkaitan dengan masalah-masalah hukum yang bisa terjadi. Prosedur yang ketat dalam setiap kegiatan pengadaan barang dan jasa menjadi kendala dalam merealisasikan setiap program kerja yang telah direncanakan. Grafik 5.6 Realisasi Belanja Triwulan II
Grafik 5.5 Realisasi Belanja APBD NTT Rencana
Realisasi
1,200,000,000,000
% Realisasi
1,000,000,000,000
94%
30.48%
92%
200,000,000,000
82% 80%
2005
400,000,000,000
84%
0 2004
25% 600,000,000,000
2006
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT
2007
2008
1 ,0 5 2 ,6 2 0 ,4 5 8 ,0 0 4
86%
30%
26.10%
1 ,0 3 6 ,0 9 3 ,9 3 6 ,5 6 0
88%
relaisasi
1.052,62
1.036,09
87,9%
910,30
673,03
502,07
83,4%
457,50
467,14
389,54
400
637,29
Rp miliar
90%
600
200
800,000,000,000
91,1%
800
35%
31.43%
6 7 3 ,0 3 4 ,0 5 4 ,4 7 5
1000
45% 40%
5 0 2 ,0 7 0 ,7 0 6 ,1 2 5
94,7%
39.74%
Belanja Realisasi Tw II
96%
1200
2005
2006
2007
2008
-
20% 15% 10% 5% 0%
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
68
Triwulan III - 2008
Percepatan
pengesahan
anggaran
oleh
DPRD
|
belum
berpengaruh signifikan terhadap tren realisasi, meskipun secara keseluruhan Untuk anggaran tahun 2008, rencana anggaran yang diajukan oleh pemerintah daerah telah disetujui lebih cepat dari tahun sebelumnya oleh DPRD provinsi NTT pada tanggal 18 Desember 2007. Namun demikian, realisasi tahun 2008 relatif lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Realisasi belanja sampai dengan semester I-2008, secara prosentase merupakan yang tertinggi sejak tahun 2005, bahkan sebenarnya realisasi secara fisik sudah melebihi 50%, hanya saja sebagian rekanan masih belum menyelesaikan menyelesaikan administrasi. Sehingga secara pembukuan, anggarannya belum terealisasi.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
69
Triwulan III - 2008
|
Tabel 5.2 Rencana 2008 dan Realisasi Triwulan II-2008 URAIAN PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah 1 Pajak Daerah 2 Retribusi Daerah 3 Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahk 4 Lain-lain Dana Perimbangan 1 Bagi hasil pajak dan bukan pajak 2 Dana alokasi umum 3 Dana alokasi khusus Lain-lain pendapatan 1 Pendapatan hibah 2 Pendapatan dana darurat 3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemda lain 4 Dana Penyesuaian dan otonomi khusus 5 Bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lain BELANJA Belanja tidak Langsung 1 Belanja Pegawai 2 Belanja bunga 3 Belanja subsidi 4 Belanja hibah 5 Belanja bantuan sosial 6 Belanja bagi hasil kepada prov/kab/kota dan desa 7 Belanja bantuan keuangan kepada pemerintah prov/ kab/kota dan desa 8 Belanja tidak terduga Belanja langsung 1 Belanja pegawai/personalia 2 Belanja barang dan jasa 3 Belanja modal
Rencana 2008 930,007,200,000 204,244,060,000 121,962,258,400 32,228,430,250 14,500,000,000
2008 Tw I Tw II 216,191,555,783 451,445,205,815 46,543,367,803 107,178,517,050 31,767,842,291 66,848,963,160 5,173,201,555 9,890,728,905 510,000,000 12,707,325,599
35,553,371,350 711,763,140,000 52,585,340,000 616,601,800,000 42,576,000,000 14,000,000,000
9,092,323,957 169,648,187,980 2,724,913,980 154,150,474,000 12,772,800,000
17,731,499,386 344,266,688,765 23,192,950,765 308,300,938,000 12,772,800,000
1,052,620,458,004 508,649,174,018 233,052,759,873
148,732,546,448 96,862,557,386 45,611,307,386
418,333,534,195 287,247,465,134 118,577,364,984
105,855,000,000 48,747,783,000 53,399,093,645 56,594,537,500
27,500,000,000 8,751,250,000
104,713,497,000 25,550,588,000 12,053,015,150 26,353,000,000
14,000,000,000
15,000,000,000
*
11,000,000,000 543,971,283,986 66,101,845,708 261,894,900,078 215,974,538,200
51,869,989,062 9,907,983,392 41,524,031,670 437,974,000
131,086,069,061 29,552,592,909 99,115,781,352 2,417,694,800
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT
| Kajian Ekonomi Regional NTT
70
Triwulan III - 2008
|
B BA AB B V V II TTEEN RA AA AN N NA AG GA AK RJJA A& KEER AH HTTEER &K KEESSEEJJA
6.1 Kondisi Umum Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2008 sebesar 5,31% belum optimal dalam memberikan perbaikan, baik dari sisi tenaga kerja maupun kesejahteraan bagi masyarakat NTT. Hal ini tampak dari daya serap sektor riil terhadap tenaga kerja yang masih belum menunjukkan perubahan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kinerja setor rill dalam menyerap tenaga kerja masih berjalan relatif lambat. Secara struktural, dominasi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB juga tercermin dari kemampuan sektor tersebut dalam memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja. Dampak kenaikan harga BBM, relatif akan menambah tekanan terhadap kesejahteraan mayarakat NTT. Efek lanjutan yang langsung dirasakan adalah kenaikan biaya transportasi (direct effect), yang selanjutnya diikuti dengan pergerakkan harga-harga barang lainnya (second round effect). Upaya pemerintah untuk membantu meringankan beban masyarakat melalui Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), masih kurang optimal. Hal ini tercermin dari tingkat realisasi BLT tahap I yang belum 100% tersalurkan, sementara BLT tahap II sudah mulai disalurkan sejak bulan Oktober 2008. Pada akhir tahun 2008 mendatang diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah penduduk yang termasuk kategori miskin, jika dibandingkan posisi Maret 2008. Selain itu, tingkat kesejahteraan masyarakat NTT dari tahun ke tahun diindikasikan cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator antara lain : Gini Ratio, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan Tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan. Pada bulan Februari 2008 lalu, tercatat dari jumlah angkatan kerja di provinsi NTT sebesar
| Kajian Ekonomi Regional NTT
71
Triwulan III - 2008
|
2.210,88 ribu jiwa terdapat 81,77 ribu yang menganggur. Jumlah tersebut mengalami
perbaikan
dibandingkan
tahun
sebelumnya
(y-o-y).
Namun
demikian, jika diamati lebih lanjut di satu sisi terjadi peningkatan pada kategori setengah menganggur. Pada bulan Februari tahun 2007 terdapat 868,83 ribu tenaga kerja setengah menganggur, sedangkan pada Februari 2008 menjadi 927,92 ribu. Hal ini mengindikasikan peningkatan daya serap tenaga kerja didominasi pada sektor-sektor informal. Sektor usaha informal pada dasarnya cenderung rentan terhadap gejolak (shock) ekonomi yang terjadi. Sehingga secara umum, kondisi ketenagakerjaan di NTT masih belum mengalami perubahan signifikan. Masih lemahnya kemampuan sektor riil dalam menyerap tenaga kerja yang tersedia, dapat dilihat dari meningkatnya tenaga kerja yang setengah menganggur dalam kondisi terpaksa. Kondisi ini mencerminkan bahwa suplai tenaga kerja yang ada masih melebihi lapangan kerja yang tesedia. Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan (ribu) 2006 2007 2008 Februari Agustus Februari Agustus Februari 2728,43 2753,97 2780,28 2810,31 3017,93 Penduduk 15+ 2107,26 2047,93 2098,8 2087,37 2210,88 Angkatan Kerja 2002,35 1973,19 2015,23 2009,64 2129,11 Kerja 104,91 74,74 83,57 77,72 81,77 Penganggur 621,17 706,04 681,48 722,94 807,05 Bukan Angkatan Kerja 77,23 74,36 75,49 74,28 73,26 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % 4,98 3,65 3,98 3,72 3,7 Tingkatan Pengangguran Terbuka % 1147,94 997,74 868,83 937,56 927,92 Setengah Pengangguran 523,54 391,93 296,78 333,32 474,66 Terpaksa 624,4 605,81 572,05 604,24 453,26 Sukarela KEGIATAN UTAMA
Sumber : BPS Prov. Nusa Tenggara Timur
Secara umum untuk provinsi NTT diperkirakan masih terdapat ketidakpastian pekerjaan maupun kelayakan pendapatan, dikarenakan tenaga kerja di NTT yang termasuk kategori setengah menganggur (yang bekerja dibawah 35 jam perminggu) masih cukup besar, 43,58% dari total angkatan kerja yang bekerja. Selain itu, jaminan kesejahteraan bagi tenaga kerja di NTT masih sangat minim. Berdasarkan Data Disnakertrans jumlah perusahaan NTT pada tahun 2007 adalah 4.593 dengan jumlah tenaga kerja 45.836. Sementara itu jumlah anggota Jamsostek baru 865 perusahaan dengan jumlah anggota karyawan 15.368.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
72
Triwulan III - 2008
|
Secara struktural, sektor pertanian masih memegang peranan tertinggi dalam menyerap tenaga kerja. Kontribusi sektor pertanian dalam mendominasi pembentukan angka PDRB NTT, sejalan dengan kemampuan sektor tersebut dalam menyerap tenaga kerja. Dari total 2.129,11 ribu yang bekerja, 74,82% atau setara dengan 1.592,98 ribu yang berkecimpung pada sektor pertanian. Sektor lain yang cukup memberikan kontribusi dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa dan sektor perdagangan. Sehingga secara umum struktur perekonomian NTT dapat direfleksikan dalam struktur tenaga kerjanya. Tabel 6.2 Struktur Ketenagakerjaan NTT (ribu) LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA PERTANIAN I NDUSTRI KONSTRUKSI PERDAGANGAN TRANSP,PERGUDANGAN & KOMUNIKASI KEUANGAN JASA KEMASYARAKATAN LAINNYA *) Total
2006 2007 2008 Februari Agustus Februari Agustus Februari 1573,83 1470,1 1550,96 1377,29 1592,98 122,55 164,43 110,58 165,43 73,1 32,56 42,7 50,96 49,96 47,74 73,61 93,53 105,63 131 124,66 53,31 4,34 118,85 23,21 2002,35
16,46 5,72 130,67 4,58 1973,19
71,76 6,41 103,23 15,69 2015,23
80,46 7,22 178,66 19,62 2009,64
97,41 7,41 158,84 26,77 2129,11
Catatan: *)Lapangan Pekerjaan Utama/Sektor Lainnya: terdiri dari Sektor Pertambangan serta Listrik, Gas dan Air
Sumber : BPS Prov. Nusa Tenggara Timur
Namun demikian, bila dilihat perkembangan dari setiap tahunnya, terdapat indikasi adanya pergeseran struktur tenaga kerja di Provinsi NTT. Jika membandingkan posisi Agustus 2007 dengan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya, terlihat bahwa relatif terjadi pergeseran struktur tenaga kerja dari sektor primer ke sektor yang lain seperti : sektor perdagangan, hotel dan restoran ataupun sektor jasa-jasa. Grafik 6.1 Struktur Ketenagakerjaan NTT Pertanian 100% 90%
Industri
PHR
12%
88,3% 77,5%
80%
76,2%
81,2%
79,7%
76,1% 10% 9,9%
70% 8,2%
60% 50%
Jasa
7,0%
7,3%
7,0%
7,2%
5,0%
5,2%
7,5%
6,6%
9,1%
9,1%
2004
2005
2006
2007
7,0%
7,2%
8% 6%
40% 5,1% 30%
5,1%
20% 10%
6,0%
4% 2%
4,0% 0%
0% 2001
2002
Sumber : BPS diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
73
Triwulan III - 2008
|
Bila dilihat sejak tahun 2001, kontribusi sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja paling optimum terjadi pada tahun 2005. Sejak periode tersebut sektor pertanian terus mengalami penurunan dalam share pembentukan struktur tenaga kerja. Namun di sisi lain sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran ataupun sektor industri yang merupakan sektor ekonomi sekunder dan tersier cenderung mengalami peningkatan. Meskipun sampai saat ini sektor pertanian masih berperanan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi NTT, namun perlu dicermati bahwa terdapat tren pergeseran struktur ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian NTT secara keseluruhan. Bukan tidak mungkin dimasa yang akan datang penggerak perekonomian di NTT akan bergeser ke sektor lain. Tabel 6.3 Status Pekerjaan Penduduk NTT (ribu) STATUS PEKERJAAN UTAMA Berusaha Sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/Karyawan Pekerja bebas dipertanian Pekerja bebas di Non Pertanian Pekerja Tak Dibayar Total
2006 2007 2008 Februari Agustus Februari Agustus Februari 93,31 154,22 184,18 290,96 226,67 792,84 786,76 756,75 715,33 768,79 11,22 14,15 26,71 25,46 27,59 167,45 202,96 185,15 255,87 233,46 13,02 1,15 21,47 23,98 55,26 17,89 11,52 18,08 2,32 23,38 900,61 802,43 822,92 675,72 793,96 2002,35 1973,19 2015,23 2009,64 2129,11
Sumber : BPS Prov. Nusa Tenggara Timur
Sebagian besar tenaga kerja di NTT (37,29%), merupakan pekerja yang tidak dibayar. Kondisi ini sekaligus menggambarkan bahwa tingkat kesejahteraan pekerja di NTT masih sangat rendah. Hal ini didukung dengan sektor pengusaha swasta yang beroperasi relatif lebih banyak dibantu oleh buruh tidak tetap (768,79 ribu), sehingga ketidakpastian pendapatan para tenaga kerja masih cukup tinggi. Tabel 6.4 Tenaga Kerja Indonesia Asal NTT Negara Tujuan Singapura Hongkong Taiwan Brunai Saudi Arabia Malaysia
Jml TKI 237 16 58 3 19 9494
Sumber : Disnakertrans Nusa Tenggara Timur
| Kajian Ekonomi Regional NTT
74
Triwulan III - 2008
|
Provinsi NTT juga merupakan salah satu sumber penyalur (tenaga kerja Indonesia) TKI. Sepanjang tahun 2007 lalu, jumlah TKI asal NTT tercatat sebanyak 9.827 orang. Sebagian besar TKI asal NTT bekerja di Malaysia dengan 9.494 orang. Sebagian besar TKI asal NTT masih bekerja pada sektor-sektor informal. Pada tahun 2008 diperkirakan permintaan terhadap TKI akan mengalami penigkatan, khususnya untuk negara Hongkong.
6.3 Perkembangan Kesejahteraan Tekanan terhadap kesejahteraan masyarakat NTT diperkirakan tetap akan dirasakan. Kenaikan harga BBM pada akhir bulan Mei 2008, semakin melemahkan daya beli masyarakat NTT. Pada awal tahun lalu, Pemerintah
Provinsi
NTT
berusaha
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat NTT, dengan menaikkan menaikkan standart Upah Minimum Regional (UMP). Sesuai dengan kesepakatan Dewan Pengupahan NTT pada tahun 2008 UMP mengalami kenaikan 8,37% dibandingkan tahun 2007, yaitu dari Rp. 600.000,00/bulan menjadi Rp. 650.000/bulan. Grafik 6.2 Perkembangan UMP NTT 900000 750000
rupiah
600000 450000 300000 150000 0
2001
2003
2005
2006
2007
2008
UMP
275000
350000
450000
550000
600000
650000
KHL
273979
349612
402989
670560
735000
782.466
Sumber : BPS Prov NTT
Namun demikian, Dewan Pengupahan NTT mengusulkan kenaikan UMP dengan mengacu pada standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Adapun standart KHL yang ditetapkan diatas Rp 750.000 per bulan. Dalam standart KHL terdapat 7 kelompok penentu UMP adalah makanan dan minuman (pangan), sandang (pakaian), perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi serta tabungan. Upah minimum merupakan upah bulanan terendah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
75
Triwulan III - 2008
|
yang terdiri atas upah pokok dan tunjangan tetap dan hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 tahun. Kenaikan
UMP
NTT
tidak
seimbang
dengan
peningkatan
kebutuhan hidup. Pada tahun 2001 UMP NTT relatif lebih tinggi dibandingkan dengan standar KHL, namun pada tahun 2006 mulai terjadi perubahan yang signifikan. Sejak tahun 2006 UMP selalu lebih rendah dibandingkan dengan standar KHL. Salah satu pemicu utamanya adalah kenaikan harga BBM pada tahun 2005 yang berakibat pada kenaikan harga barang-barang kebutuhan hidup dan perusahaan tidak mampu mengimbanginya. Shock yang sama kembali terjadi pada tahun 2008. Sehingga tekanan terhadap daya beli masyarakat akan semakin tinggi. Dari hasil survei SPSI pada tahun 2007, terdapat 805 perusahaan yang belum menerapkan UMP sesuai ketentuan. Pemerintah pusat melalui program Bantuan Langsung Tunai (BLT) berusaha untuk mengurangi beban masyarakat. Melalui Program BLT setiap rumah tangga miskin akan mendapatkan bantuan uang tunai sejumlah Rp. 100.000,00 per bulan, sampai dengan akhir tahun 2008. Proses penyalurannya dibagi dalam dua tahap. Untuk Provinsi NTT proses penyaluran BLT dilakukan oleh 5 kantor cabang PT. Pos Indonesia, masing-masing berlokasi di Kota Kupang, Soe, Atambua, Ende dan Waingapu. Masing-masing kantor pelaksana bertanggung jawab langsung ke kantor pusat PT. Pos Indonesia. Data acuan yang digunakan oleh Dinas Sosial dalam menyalurkan BLT pada tahun 2008, adalah data RTSM tahun 2005 lalu dimana penerimanya berjumlah 619.429 RTMS. Proses validasi dan verifikasi data untuk masing-masing daerah diindikasikan menjadi salah satu kendala dalam penyaluran BLT tahun 2008. Grafik 6.4 Perkembangan GINI Ratio GINI Ratio
5%
y-o-y
4%
0,28
0,29
4,73%
4,88%
0,31 4,57%
0,33
0,35
0,34
0,35 5,50%
5,08%
4,77%
0,4 0,4 0,3 0,3
3%
0,2
3,42%
0,2
2%
GINI Ratio
y-o-y 6%
0,1 1%
0,1
0%
0,0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Sumber : BPS
| Kajian Ekonomi Regional NTT
76
Triwulan III - 2008
Kualitas
pertumbuhan
ekonomi
NTT
cenderung
|
mengalami
penurunan. Ketimpangan pendapatan yang tercermin dari angka Gini Ratio yang cenderung meningkat. Pertumbuhan ekonomi masih dinikmati oleh sebagian kelompok masyarakat saja. Gini Ratio merupakan ukuran pemerataan tingkat pendapatan. Dimana nilainya berkisar antara 0 dan 1. Nilai Gini Ratio yang mendekati 0 maka tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah, artinya distribusi pendapatan lebih merata, sedangkan apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan relatif tinggi. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 (y-o-y; 5,50%) meningkat dibandingkan tahun 2006 (y-o-y; 5,08%), namun di sisi lain angka Gini Ratio juga mengalami peningkatan dari 0,34 menjadi 0,35. Tren pertumbuhan ekonomi yang meningkat diikuti oleh meningkatnya angka Gini Ratio, disebabkan karena pertumbuhan ekonomi NTT selama ini didorong oleh konsumsi. Di sisi sektoral, sektor ekonomi yang padat modal tumbuh lebih tinggi dari sektor ekonomi yang padat karya sehingga kurang meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan, dapat dilakukan dengan cara mendorong peningkatan peran investasi, terutama pada sektor-sektor yang tradable dan padat karya. Jumlah
penduduk
miskin
di
NTT
cenderung
mengalami
penurunan. Posisi Maret 2008, jumlah penduduk miskin di NTT 1,09 juta jiwa. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak tahun 2005 lalu. Sebagian besar penduduk miskin (89,15%) berdomisili di daerah pedesaan. Penggolongan kemiskinan didasarkan pada tingkat garis kemiskinan pada tahun yang bersangkutan. Untuk Maret 2008 batas garis kemiskinan sebesar Rp. 139.731, yang terdiri dari Rp. 112.769 untuk kebutuhan makanan dan Rp. 26.962 untuk bukan
makanan.
Garis
kemiskinan
di
pedesaan
relatif
lebih
rendah
dibandingkan daerah perkotaan, hal ini dikarenakan biaya hidup di pedesaan relatif lebih murah. Namun demikian diperkirakan akan terjadi kenaikan, melihat dampak kenaikan BBM bulan Mei lalu (pengalaman 2005). Tabel 6.5 Penduduk Miskin NTT Tahun 2005 2006 2007 Mar-08
Jumlah Penduduk Miskin (000) Kota 133,5 148,0 124,9 119,3
Desa 1.037,7 1.125,9 1.038,7 979,1
Kota+Desa 1.171,2 1.273,9 1.163,6 1.098,3
Sumber : BPS
| Kajian Ekonomi Regional NTT
77
Triwulan III - 2008
B AB B V VIIII BA O OM MIIA AN N OU UTTLLO OO OK K PPEER REEK KO ON NO
7.1 Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian NTT diperkirakan triwulan mendatang diperkirakan tetap akan mengalami perkembangan positif. Pertumbuhan ekonomi untuk triwulan IV-2008 diperkirakan berada pada kisaran 4,80% - 5,30%;y-o-y. Sedangkan secara keseluruhan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2008, sebesar 5,30% - 5,70%. Sumber utama pertumbuhan masih akan didominasi dari sisi konsumsi. Melambatnya pertumbuhan kinerja ekonomi, dikarenakan dampak lanjutan (second round effect) terhadap kenaikan harga BBM diperkirakan masih akan menjadi sumber utama tekanan terhadap kinerja ekonomi
NTT.
Tekanan
terhadap
konsumsi
khususnya
rumah
tangga
(households consumption) akan memberikan pengaruh terhadap perekonomian secara keseluruhan. Kinerja investasi pada periode mendatang diperkirakan belum
mengalami
perubahan
yang
signifikan,
karena
tetap
akan
menggantungkan kepada investasi pemerintah, sedangkan investasi swasta (private sector) tumbuh relatif lambat. Grafik 7.1 Tren Pertumbuhan Ekonomi NTT 3600
3200
2800
2400
2000
1600 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
Kenaikan harga bahan baku diperkirakan akan memberikan tekanan terhadap sisi penawaran. Peningkatan harga bahan baku akan
| Kajian Ekonomi Regional NTT
78
|
Triwulan III - 2008
menekan biaya operasional. Struktur ekonomi secara sektoral pada periode mendatang masih didominasi tiga sektor yang sama, yaitu : pertanian, jasa-jasa dan perdagangan. Untuk sektor pertanian, pada triwulan mendatang diperkirakan akan memasuki masa kontraksi, terutama untuk subsektor tabama, sedangkan
subsektor
pertanian
yang
bisa
mendorong
pertumbuhan
diperkirakan berasal dari perkebunan, perikanan, maupun peternakan. Sedangkan untuk subsektor perdagangan, hotel dan restoran, pertumbuhan sektor ini sangat bergantung pada tingkat daya beli masyarakat. Berdasarkan informasi dari pihak distributor, saat ini daya beli masyarakat relatif menurun. Hal ini ditandai dengan relatif rendahnya permintaan terhadap barang-barang konsumsi (Sumber : Disperindag NTT). Oleh karena itu, meskipun terjadi ekspansi pada sektor PHR, diperkirakan relatif tidak akan jauh berbeda dibandingkan periode sebelumnya.
7.2 Inflasi
Perkembangan harga kedepan akan cenderung meningkat, terutama menjelang perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru, sementara disisi lain tekanan dari sisi supply karena faktor gangguan cuaca diperkirakan mulai akan melanda NTT. selain itu, pengaruh peningkatan biaya operasional, pada periode mendatang diperkirakan akan tetap dirasakan. Mengingat sebagian besar barang-barang yang dijual berasal dari daerah lain, maka peningkatan biaya operasional khususnya biaya transportasi akan mempengaruhi harga jual kepada konsumen. Grafik 7.2 Proyeksi Inflasi Kota Kupang .24 .20 .16 .12 .08 .04 .00 2004
2005
2006
2007
2008
Sumber : BPS Provinsi NTT diolah
| Kajian Ekonomi Regional NTT
79
|
Triwulan III - 2008
Diperkirakan tekanan inflasi Kota Kupang pada akhir tahun berada pada kisaran 10,20% - 10,60%. Sumber tekanan inflasi diperkirakan masih bersumber pada dua kelompok komoditi, yaitu bahan makanan dan biaya perumahan. Ketergantungan Provinsi NTT terhadap pasokan barang yang berasal dari Jawa, Bali maupun Sulawesi, membuat masalah distribusi menjadi sangat penting. Peningkatan harga akhir-akhir ini tidak terlepas dari keterbatasan pasokan pada daerah penghasil, akibat tidak seimbangnya pertumbuhan sisi penawaran dalam merespon sisi permintaan. Kemudian yang tidak kalah besar pengaruhnya adalah ekspektasi masyarakat yang masih tinggi terhadap harga barang-barang yang pada akhirnya akan menambah tekanan terhadap tingkat inflasi di Kupang kedepan.
| Kajian Ekonomi Regional NTT
80
|