BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN IV 2013
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Suryono : Kepala Perwakilan / Deputi Direktur Akhmad Kosasih : Deputi Kepala Perwakilan / Asisten Direktur Fauzan : Analis Ekonomi / Manajer Hermanto : Analis / Manajer Nanang Surachmat : Kepala Unit Sumber Daya / Manajer Andi Anjum : Analis Ekonomi / Asisten Manajer Panji Putra Sitorus : Analis Ekonomi / Asisten Manajer Yoga Munajat : Analis Ekonomi / Asisten Manajer Telly Joko Triyono : Analis / Asisten Manajer Ayar Fauzan Romzie : Pelaksana / Asisten Manajer
Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id
Visi Bank Indonesia : “Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil”
Misi Bank Indonesia : 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan
dapat
berkontribusi
pada
pertumbuhan
dan
stabilitas
perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai-nilai Strategis : Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen, dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Intergrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and Teamwork.
Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada Redaksi : Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Jl. H. Nani Wartabone No 35 Gorontalo – 96115 Telp : +62 435 824444 Fax : +62 435 827993 Web : www.bi.go.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga penyusunan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan baik. Kajian periode triwulan IV-2013 ini merupakan pengejawantahan dari peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Gorontalo sebagai ‘economic intelligent and research unit’ yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan pemangku kepentingan di daerah dan di pusat. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan informasi yang amat bermanfaat bagi penyusunan kajian ini. Di sisi lain, kami juga menyadari bahwa KPwBI Provinsi Gorontalo dari sisi produk dan peran masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan saran, masukan dan kerjasama dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas produk dan peranan kami di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Gorontalo.
Gorontalo, 17 Februari 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI GORONTALO
Suryono Deputi Direktur
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF
1
BAB 1 PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL 1.1 Sisi Permintaan 1.1.1 Konsumsi 1.1.2 Investasi 1.1.3 Ekspor – Impor 1.2 Sisi Penawaran 1.2.1 Sektor Pertanian 1.2.2 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 1.2.3 Sektor Perdagangan – Hotel – Restoran 1.2.4 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.2.5 Sektor Industri Pengolahan 1.2.6 Sektor Lainnya Boks KEKR
8 9 11 14 16 17 20 21 23 23 24 26
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 Inflasi Secara Umum 2.2 Disagregasi Inflasi 2.2.1 Core Inflation 2.2.2 Non-Core Inflation 2.3 Inflasi di Kawasan Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) 2.4 Ekspektasi Inflasi
31 32 32 33 35 37
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1 Fungsi Intermediasi 3.1.1 Perkembangan Kantor Bank 3.1.2 Penyerapan Dana Masyarakat 3.1.3 Penyaluran Kredit 3.2 Stabilitas Sistem Perbankan 3.2.1 Risiko Kredit 3.2.2 Risiko Likuiditas
39 39 40 42 46 46 48
BAB 4 KEUANGAN DAERAH 4.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah 4.3 Realisasi Belanja Daerah 4.4 Kontribusi Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
51 52 54 55
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 5.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 5.1.1 Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) 5.1.2 Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan 5.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 5.2.1 Kliring Non BI di Gorontalo 5.2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS)
57 57 58 58 58 60
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 6.1 Ketenagakerjaan 6.2 Kemiskinan 6.3 Rasio Gini 6.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 6.5 Kesejahteraan Petani
61 64 65 66 67
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI 7.1 Outlook Makroekonomi Regional 7.2 Outlook Inflasi 7.3 Prospek Perbankan
69 70 72
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
73 83
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Grafik 1.2 Grafik 1.3 Grafik 1.4 Grafik 1.5 Grafik 1.6 Grafik 1.7 Grafik 1.8 Grafik 1.9 Grafik 1.10 Grafik 1.11 Grafik 1.12 Grafik 1.13 Grafik 1.14 Grafik 1.15 Grafik 1.16 Grafik 1.17 Grafik 1.18 Grafik 1.19 Grafik 1.20 Grafik 1.21 Grafik 1.22 Grafik 1.23 Grafik 1.24 Grafik 1.25 Grafik 1.26 Grafik 1.27 Grafik 1.28 Grafik 1.29 Grafik 1.30 Grafik 1.31 Grafik 1.32 Grafik 1.33 Grafik 1.34 Grafik 1.35 Grafik 1.36 Grafik 1.37 Grafik 1.38 Grafik 1.39 Grafik 1.40 Grafik 1.41 Grafik 1.42 Grafik 1.43 Grafik 1.44 Grafik 1.45
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo Perkembangan Belanja Barang dan Jasa Perkembangan Belanja Pegawai Perkembangan Survei Konsumen Bank Indonesia Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2013 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga Perkembangan Konsumsi BBM Rumah Tangga Perkembangan Tabungan dan Deposito Perbankan Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan Perkembangan Belanja Modal Pemerintah Daerah Perkembangan Kredit Investasi Perbankan Perkembangan Kredit Konstruksi Perbankan Perkembangan Volume Penjualan Semen Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN Perkembangan Jumlah Realisasi Proyek PMA dan PMDN Perkembangan Nilai Ekspor Gorontalo Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo Perkembangan Harga Minyak Kelapa Perkembangan Harga Jagung Internasional Perkembangan Nilai Impor Gorontalo Perkembangan Bongkar Barang Pelabuhan Gorontalo Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Gorontalo Perkembangan Luas Tanam Jagung Berdasarkan Daerahnya Perkembangan Luas Tanam Padi Berdasarkan Daerahnya Perkembangan Luas Panen Jagung Berdasarkan Daerahnya Perkembangan Luas Tanam Padi Berdasarkan Daerahnya Perkembangan Luas Tanam Jagung Jagung dan Padi Perkembangan Luas Panen Jagung dan Padi Perkembangan Jumlah Penumpang Pesawat Perkembangan Frekuensi Penerbangan Pesawat Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut dan Ferry Perkembangan Konsumsi Premium dan Solar Perkembangan Kredit Perdagangan Perbankan Perkembangan Volume Bongkar Barang Per Pelabuhan Perkembangan Kredit Perdagangan Perkembangan Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis Perkembangan Tingkat Penghunian Hotel (TPH) Perkembangan Pendapatan dan Beban Bunga Perbankan Perkembangan Net Interest Margin (NIM) Perbankan Perkembangan Industri Mikro-Kecil dan Industri Besar-Sedang Perkembangan Sub Sektor Industri Mikro-Kecil Perkembangan Konsumsi Listrik Industri Perkembangan Konsumsi BBM Industri Perkembangan Daya Listrik Tersambung Perkembangan Konsumsi Listrik
8 9 9 10 10 10 10 11 11 13 13 13 13 13 13 14 14 15 15 15 15 16 18 18 18 18 18 18 20 20 21 21 22 22 22 22 22 23 23 24 24 24 24 25 25
Grafik 1.46
Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
25
Grafik 2.1 Grafik 2.2 Grafik 2.3 Grafik 2.4 Grafik 2.5
Perkembangan Inflasi Tahunan Nasional dan Gorontalo Inflasi Tahunan Menurut Penyebab Perkembangan Indeks Rata-rata Tertimbang Inflasi SKDU dan Inflasi Aktual Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Terhadap Beberapa Komoditas Perkembangan IKK, IEK, Ekspektasi Harga, Kurs USD-Rp dan BI Rate
31 32 33 34 38
Grafik 3.1 Grafik 3.2 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Grafik 3.5 Grafik 3.6 Grafik 3.7 Grafik 3.8 Grafik 3.9 Grafik 3.10 Grafik 3.11 Grafik 3.12
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Pertumbuhan Kredit Penggunaan Komposisi Kredit Penggunaan Pertumbuhan Kredit Sektoral Bank Umum Pertumbuhan Kredit UMKM Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Perkembangan NPL Bank Umum NPL Bank Umum Per Sektor NPL Kredit Sektoral BPR Perkembangan Portofolio DPK Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo (dalam %)
41 41 42 42 44 45 46 47 47 47 48 49
Grafik 4.1 Grafik 4.2
Perkembangan APBD Provinsi Gorontalo Pangsa APBD Perubahan Provinsi Gorontalo 2013
51 52
Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Grafik 5.4 Grafik 5.5
Net Inflow/Outflow Kas Titipan Gorontalo Perkembangan Netflow Bulanan Perputaran Kliring di Gorontalo Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari Rata-rata Penolakan Kliring Per Hari
57 57 59 59 60
Grafik 6.1 Grafik 6.2 Grafik 6.3 Grafik 6.4 Grafik 6.5
62 62 63 63 63
Grafik 6.6 Grafik 6.7 Grafik 6.8 Grafik 6.9 Grafik 6.10 Grafik 6.11
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Angkatan Kerja Provinsi Gorontalo Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Provinsi Gorontalo Pangsa Ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo Pangsa Tenaga Kerja di Provinsi Gorontalo Berdasarkan Lapangan Usaha Perkembangan Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Perkembangan Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo Perkembangan Gini Ratio Nasional dan Wilayah Sulawesi Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Sulawesi Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Gorontalo Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo Perkembangan Nilai Tukar Petani Per Sub Sektor Provinsi Gorontalo
Grafik 7.1 Grafik 7.2 Grafik 7.3
Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo Triwulan I-2014 Perkembangan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
69 70 70
65 66 66 66 67 68
Grafik 7.4 Grafik 7.5 Grafik 7.6
Realisasi dan Proyeksi Luas Panen Jagung dan Padi Perkembangan Survei Konsumen (SK) Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo
70 70 71
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Perkembangan Realisasi Beberapa Proyek Pemerintah tahun 2013 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran ARAM II Produksi Jagung Provinsi Gorontalo ARAM II Produksi Padi Provinsi Gorontalo
8 12 17 19 19
Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4
Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo Survei Pemantauan Harga (SPH) Inflasi Provinsi Kawasan Sulampua Inflasi Kota-kota di Sulampua
32 35 36 36
Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR Perkembangan Kredit Bank Umum Perkembangan Kredit BPR
41 41 43 43
Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5
Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 Pangsa Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 Realisasi Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 Pangsa Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil
53 53 55 55 56
Tabel 5.1 Tabel 5.2
Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo
58 60
Tabel 6.1
Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo Tahun 2013
65
Tabel 7.1
Tendensi Arah Inflasi Triwulan I-2014
72
RINGKASAN EKSEKUTIF
RINGKASAN EKSEKUTIF PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI Perekonomian Gorontalo
Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2013
tumbuh lebih baik
mengalami pertumbuhan yang semakin membaik. Pada triwulan
dibandingkan triwulan sebelumnya
IV-2013, perekonomian Gorontalo tumbuh 8,43% (y.o.y), sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia yang berada pada kisaran 8,16 8,66% (y.o.y). Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 dan triwulan IV-2012 yang masing-masing tercatat 7,90% (y.o.y) dan 7,57% (y.o.y). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Gorontalo selama tahun 2013 tercatat sebesar 7,77%, lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 7,71%. Angka pertumbuhan dimaksud masih sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia yang berada pada kisaran 7,66
8,16%.
Di sisi permintaan,
Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh
pertumbuhan ekonomi
tingginya tingkat konsumsi dan membaiknya investasi daerah.
didorong oleh masih tingginya pengeluaran
Peringatan Hari Raya Idul Adha, Natal, Tahun Baru, dan liburan
konsumsi dan investasi
akhir tahun memberikan efek positif bagi peningkatan konsumsi
daerah
rumah tangga. Sementara itu, meningkatnya realisasi penyerapan fiskal pemerintah pada triwulan IV-2013 memberikan dorongan positif bagi perkembangan konsumsi pemerintah di
triwulan
laporan. Kinerja fiskal yang membaik tidak hanya terdapat pada Belanja Barang dan Jasa, tetapi juga Belanja Modal yang ikut mendorong peningkatan kinerja investasi daerah. Di sisi penawaran,
Di sisi penawaran, membaiknya kondisi perekonomian Gorontalo
pertumbuhan ekonomi
pada triwulan laporan dipengaruhi oleh peningkatan kinerja sektor
ditopangoleh peningkatan pada pertanian, industri pengolahan, dan sektor konstruksi
pertanian,
industri
pengolahan,
dan
sektor
konstruksi.
Pertumbuhan sektor pertanian tidak terlepas dari cuaca yang relatif kondusif selama triwulan laporan, terutama bagi tanaman bahan makanan. Perkembangan sektor industri pengolahan didukung oleh meningkatnya produksi industri pengolahan gula di Gorontalo. Sementara itu pertumbuhan sektor konstruksi didorong oleh penyelesaian beberapa proyek pemerintah yang ditargetkan selesai pada akhir tahun 2013. Di sisi lain, sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja sub sektor perdagangan yang semakin
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
membaik seiring dengan peningkatan konsumsi rumah tangga tidak diikuti dengan kinerja sub sektor perhotelan yang mengalami penurunan di triwulan laporan.
Perkembangan Inflasi Pada triwulan IV-2013,
Perkembangan harga barang dan jasa secara umum (inflasi) di
inflasi tercatat sebesar
Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2013 relatif terkendali. Secara
5,84% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan
tahunan, inflasi IHK sebesar 5,84% (yoy) lebih tinggi dibandingkan
sebelumnya yang sebesar
triwulan sebelumnya yang sebesar 3,40% (yoy). Meningkatnya
3,40% (yoy)
inflasi pada triwulan IV-2013 terutama disumbang oleh tingginya inflasi bulanan di bulan November dan Desember yang sebesar 1,35% (mtm) dan 1,54% (mtm).
Kelompok volatile food
Inflasi Volatile Foods mengalami peningkatan. Disagregasi inflasi
mengalami inflasi sebesar
kota Gorontalo pada triwulan IV-2013 menunjukkan adanya
6,64% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
peningkatan yang cukup besar pada kelompok Inflasi volatile food yang tercatat sebesar 6,64% (yoy)dari sebelumnya 0,41% (yoy) di
sebesar 0,41% (y.o.y),
triwulan III-2013. Peningkatan inflasi volatile food tersebut
sama halnya dengan core
dikarenakan pasokan beberapa komoditas khususunya hortikultura
inflation yang tercatat
dan perikanan tangkap mengalami kenaikan harga akibat faktor
meningkat dari 3,47% (y.o.y) menjadi 4,44%
seasonal seperti Hari Raya Natal dan Tahun Baru dan cuaca buruk
(y.o.y) Di sisi lain,
karena pada triwulan IV-2013 telah memasuki musim penghujan.
administered price
Core inflation pada triwulan laporan tercatat sedikit mengalami
mengalami penurunan
peningkatan, yaitu sebesar 4,44% (yoy) lebih tinggi dibandingkan
dari 7,74% (y.o.y) menajdi 7,72% (y.o.y) pada triwulan laporan
triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 3,47% (yoy). Inflasi administered price mengalami penurunan dari 7,74% (y.o,y) pada triwulan III-2013 menjadi 7,72% (yoy) pada triwulan IV-2013 Tekanan inflasi kelompok administered price berasal dari kelompok komoditas transport seperti harga bensin, harga solar, angkutan dalam kota, angkutan luar kota, angkutan udara, harga mobil, serta tarif listrik.
.
2
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Perbankan Daerah Aktivitas perbankan
Pada triwulan IV-2013 aktivitas perbankan Gorontalo (Bank Umum
Gorontalo (Bank Umum
dan BPR) masih ekspansif, antara lain tercermin dari angka Loan to
dan BPR) pada triwulan IV2013 masih ekspansif
Deposit Ratio (LDR) perbankan Gorontalo pada triwulan IV-2013
yang tercermin dari angka
yang tercatat sebesar 212,00% (BU) dan 148,08% (BPR).
LDR dan penyaluran
Penyaluran kredit perbankan tumbuh masing-masing sebesar
kredit, sedangkan
22,43% (BU) dan 8,33% (BPR). Sementara penghimpunan dana
penghimpunan dana relatif melambat.
(DPK) relatif melambat yaitu tercatat hanya tumbuh (y.o.y) sebesar 5,07% (BU) dan -6,10% (BPR) lebih rendah dari triwulan III-2013 yang tercatat tumbuh (y.o.y) sebesar 12,13% (BU) dan -6,69% (BPR). Adapun rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) bank umum masih relatif terjaga pada angka yang wajar yaitu sebesar 2,82% (BU). Namun NPLs BPR masih perlu upaya optimal karena hingga triwulan IV-2013 masih tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 11,78%.
Stabilitas sistem perbankan menunjukkan rasion NPLs yang masih terjaga sebesar 2,82%
Stabilitas
sistem
perbankan
tercermin
dari
indikator
yang
menggambarkan risiko kredit antara lain rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum dan risiko
sedangkan rasio LDR
likuiditas yang dicerminkan oleh jangka waktu Dana Pihak Ketiga
mengalami peningkatan
(DPK) perbankan dan angka rasio kredit/pembiayaan terhadap
menjadi 212,00%
dana pihak ketiga (LDR). Rasio NPLs bank umum pada triwulan IV2013 tercatat sebesar 2,82%, sementara LDR tercatat sebesar 212,00%.
Perkembangan Keuangan Daerah Penyerapan belanja APBD
Secara umum, kinerja pengelolaan keuangan Provinsi Gorontalo
pada triwulan IV-2013
yang tercermin dari besarnya anggaran dan realisasi Pendapatan
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
dan Belanja Daerah menunjukkan peningkatan di tahun 2013. Di sisi penerimaan, anggaran pendapatan daerah setelah perubahan pada tahun 2013 adalah sebesar Rp1,04 triiun, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang dianggarkan
sebesar
Rp919,65 miliar. Realisasi pendapatan daerah tercatat relatif baik yaitu senilai Rp1,05 triliun atau mencapai 101,01% dari anggaran. Hal ini didorong oleh meningkatnya penerimaan Pajak Daerah dan Dana Alokasi Umum. Sementara itu di sisi pengeluaran, anggaran BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
3
RINGKASAN EKSEKUTIF
belanja daerah setelah perubahan Provinsi Gorontalo pada tahun 2013 dialokasikan sebesar Rp1,13 triliun. Anggaran tersebut lebih besar 16,34% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya dialokasikan sebesar Rp972,91 miliar. Realisasi anggaran belanja tahun 2013 sendiri tercatat senilai Rp1,05 tirliun atau mencapai 92,87% dari anggaran.
Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan sistem
Aliran uang kartal dari kas titipan Bank Indonesia di Bank Mandiri
pembayaran pada triwulan
Gorontalo pada triwulan IV-2013 menunjukkan net outflow
IV-2013 mengalami perkembangan yang dinamis
sebesar Rp.25,45 miliar. Di sisi lain, pertumbuhan rata-rata nilai kliring per hari mengalami penurunan pada triwulan IV-2013 sebesar
29,99%
(qtq)
sedangkan
nilai
RTGS
mengalami
peningkatan pada triwulan IV-2013 yaitu rata-rata sebesar 4,05% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu pada triwulan IV-2013 ditemukan sebanyak 5 lembar uang palsu di wilayah Provinsi Gorontalo.
Kesejahteraan Masyarakat Tingkat pengangguran
Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Gorontalo mengalami
terbuka Provinsi
penurunan dari 4,36% di bulan Agustus 2012 menjadi 4,12%
Gorontalo mengalami
pada Agustus 2013 dengan 36,66% dari total penduduk yang
penurunan, sedangkan jumlah penduduk miskin menunjukkan peningkatan
bekerja diserap oleh sektor pertanian. Akan tetapi, jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo menunjukkan peningkatan dari 17,22% pada September 2012 menjadi 18,01% pada September 2013. Walaupun Rasio Gini di tahun 2013 relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,44%, namun masih lebih tinggi dibandingkan nilai nasional yang sebesar 0,41%. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2012 tercatat sebesar 71,28 membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 70,82. Nilai Tukar Petani pada tahun 2013 tumbuh moderat sebesar 101,07 dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 101,34.
4
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF
Prospek Perekonomian Perekonomian Gorontalo triwulan I-2014 diperkirakan tumbuh 7,77– 8,77% (y.o.y)
Perekonomian Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan tumbuh 7,77
8,77 % (y.o.y) lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan triwulan IV-2013 yang sebesar 8,43% y.o.y). Di sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan diperkirakan terjadi hampir di seluruh sektor, kecuali sektor pertanian, sektor perdaganganhotel-restoran, dan sektor pengangkutan-komunikasi. Perlambatan kinerja sektoral tercermin dari Survei hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
yang
menunjukkan
penurunan
tingkat
ekspektasi
masyarakat terhadap kegiatan usaha di triwulan I-2014. Di sisi permintaan, kinerja konsumsi diprediksi tumbuh melambat. Perlambatan tersebut terjadi pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemeirntah. Sementara itu, konsumsi lembaga swasta nirlaba diperkirakan akan meningkat karena didorong oleh konsumsi lembaga partai. Perlambatan konsumsi terkonfirmasi melalui perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan I-2014. Pada triwulan I-2014,
Memperhatikan perkembangan inflasi pada triwulan IV-2013, maka
inflasi Gorontalo
tingkat inflasi kota Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan
diproyeksikan berada pada kisaran 5,95% ± 1%
meningkat moderat pada kisaran 5,95% ± 1%. Realisasi inflasi
dengan inflasi volatile
tahun kalender (y.t.d) sampai dengan bulan Desember 2013
foods, administered price,
sebesar 5,84%. Inflasi volatile foods akan meningkat moderat.
dan core inflation yang
Memasuki awal tahun, ekspektasi inflasi pada komoditas volatile
relatif stabil.
foods diperkirakan akan stabil di kisaran yang rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena tingkat konsumsi masyarakat di kota Gorontalo yang kembali normal pasca adanya perayaan natal dan tahun baru. Harga kelompok administred price dan inflasi inti diperkirakan akan stabil. Hal ini dikarenakan telah berakhirnya dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang terjadi di tahun 2013. Ke depan, beberapa faktor risiko yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi tetap perlu diwaspadai. Harga komoditas pangan dunia yang masih berada pada level tinggi, serta peningkatan ekspektasi inflasi akibat kenaikan BI Rate dan masih melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika berpotensi untuk mendorong tekanan inflasi.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
5
RINGKASAN EKSEKUTIF
Penyaluran kredit oleh
Penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan di Provinsi Gorontalo
perbankan di Provinsi
diproyeksikan akan meningkat pada triwulan I-2014, didasarkan
Gorontalo diproyeksikan akan meningkat pada triwulan I-2014, sedangkan penghimpunan DPK akan melambat
pada
asumsi
kecenderungan
bahwa
pada
meningkatnya
awal
tahun
permintaan
2014 kredit
terdapat khususnya
konsumsi antara lain untuk kebutuhan persiapan pemilu dan biaya pendidikan (tahun akademik baru).
Sementara penghimpunan
Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Gorontalo diproyeksikan akan melambat pada triwulan I-2014 terutama bersumber dari jenis tabungan. Hal tersebut didasarkan pada asumsi adanya potensi meningkatnya kebutuhan dana untuk keperluan biaya pendidikan (tahun akademik baru) dan perhelatan Pemilu yang akan dilaksanakan pada bulan April.
6
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2013 mengalami pertumbuhan yang semakin membaik. Pada triwulan IV-2013, perekonomian Gorontalo tumbuh 8,43% (y.o.y), sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia yang berada pada kisaran 8,16
8,66% (y.o.y).
Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 dan triwulan IV-2012 yang masing-masing tercatat 7,90% (y.o.y) dan 7,57% (y.o.y). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Gorontalo selama tahun 2013 tercatat sebesar 7,77%, lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 7,71%. Angka pertumbuhan dimaksud masih sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia yang berada pada kisaran 7,66
8,16%.
Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh tingginya tingkat konsumsi dan membaiknya investasi daerah. Peringatan Hari Raya Idul Adha, Natal, Tahun Baru, dan liburan akhir tahun memberikan efek positif bagi peningkatan konsumsi rumah tangga. Sementara itu, meningkatnya realisasi penyerapan fiskal pemerintah pada triwulan IV-2013 memberikan dorongan positif bagi perkembangan konsumsi pemerintah di triwulan laporan. Kinerja fiskal yang membaik tidak hanya terdapat pada Belanja Barang dan Jasa, tetapi juga Belanja Modal yang ikut mendorong peningkatan kinerja investasi daerah. Di sisi penawaran, membaiknya kondisi perekonomian Gorontalo pada triwulan laporan dipengaruhi oleh peningkatan kinerja sektor pertanian, industri pengolahan dan sektor konstruksi. Pertumbuhan sektor pertanian tidak terlepas dari cuaca yang relatif kondusif selama triwulan laporan, terutama bagi tanaman bahan makanan. Perkembangan sektor industri pengolahan didukung oleh meningkatnya produksi industri pengolahan gula di Gorontalo. Sementara itu pertumbuhan sektor konstruksi didorong oleh penyelesaian beberapa proyek pemerintah yang ditargetkan selesai pada akhir tahun 2013. Di sisi lain, sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja sub sektor perdagangan yang semakin membaik seiring dengan peningkatan konsumsi rumah tangga tidak diikuti dengan kinerja sub sektor perhotelan yang mengalami penurunan di triwulan laporan.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
7
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo 9.50 9.00
8.91
8.75
8.39
8.43
8.29
8.50 Y.O.Y (%)
7.67
7.57
8.00 7.50
7.06
6.81
7.00
7.90
6.64 6.33
6.50 6.00 5.50 5.00 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2011
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
Q4
2013
Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
1.1
SISI PERMINTAAN Kontribusi konsumsi rumah tangga dan pemerintah cukup dominan dalam memberikan
dorongan bagi perekonoman regional. Pada triwulan laporan, konsumsi rumah tangga tercatat meningkat seiring dengan perayaan Idul Adha, Natal, Tahun Baru, dan liburan akhir tahun. Konsumsi pemerintah juga meningkat pesat terkait dengan instruksi percepatan anggaran tahun 2013, termasuk konsumsi belanja modal sehingga investasi daerah turut meningkat. Peningkatan konsumsi juga tercermin dari kinerja impor yang tumbuh lebih tinggi bila dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama di tahun 2012. Di sisi lain, kinerja ekspor masih mengalami kontraksi karena beberapa produk unggulan mengalami penurunan produksi seperti pada komoditas kopra dan barang-barang dari kayu. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 2012 (% y.o.y)
2013 (% y.o.y)
KOMPONEN
2012 I
II
III
IV
8.93
8.95
7.47
6.55
Konsumsi Rumah Tangga
6.13
5.84
6.12
Konsumsi Swasta Nirlaba
10.13
3.15
Konsumsi Pemerintah
13.70
2013 I
II
III
IV
7.94
3.78
7.47
5.35
8.20
6.23
5.35
5.86
5.91
6.24
6.29
6.45
6.23
3.48
6.77
5.82
4.99
8.88
8.51
7.95
7.58
14.30
9.79
8.41
11.43
0.34
9.33
3.77
10.86
6.21
5.83
10.14
8.35
3.37
6.85
0.89
2.32
4.10
10.84
4.65
19.79
32.61
27.83
1.23
18.11
(72.26)
(31.87)
(48.14)
(16.50)
(39.24)
Ekspor Barang dan Jasa
11.27
14.98
8.97
8.72
10.92
(35.32)
(28.53)
(22.78)
(26.91)
(28.33)
Impor Barang dan Jasa
5.47
5.27
4.51
4.80
5.01
6.80
8.46
9.59
10.61
8.89
PERTUMBUHAN EKONOMI
8.39
8.29
6.64
7.57
7.71
7.06
7.67
7.90
8.43
7.77
Konsumsi
PMTB Perubahan Stok
Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
8
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
n
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
1.1.1 KONSUMSI Pada triwulan IV-2013 kinerja konsumsi secara keseluruhan tumbuh 8,20% (y.o.y) meningkat signifikan dibandingkan triwulan III-2013 yang tumbuh 5,35% (y.o.y). Pesatnya pertumbuhan konsumsi didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Konsumsi rumah tangga tumbuh 6,45% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,29% (y.o.y). Hal yang sama juga diikuti oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh 10,86% (y.o.y) meningkat signifikan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,77% (y.o.y). Upaya pemerintah dalam melakukan penyerapan anggaran tercatat cukup baik. Penyerapan fiskal yang sebesar 65,59% pada triwulan III-2013 dapat diakselerasi hingga mencapai 92,87% pada triwulan IV-2013. Dorongan terhadap konsumsi pemerintah antara lain dipengaruhi oleh realisasi Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja Pegawai yang cukup baik yaitu masing-masing meningkat 24,17% (y.o.y) dan 9,83% (y.o.y). Grafik 1.2. Perkembangan Belanja Barang dan Jasa
Sumber : Badan Keuangan Provinsi
Grafik 1.3. Perkembangan Belanja Pegawai
Sumber : Badan Keuangan Provinsi
Masih tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditunjukkan oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang mencatat bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih berada pada level optimis yaitu 169,03 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 161,81. Sejalan dengan itu, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) juga turut meningkat meningkat dari 170,86 pada triwulan III-2013 menjadi 174,47 pada triwulan IV-2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat beranggapan kondisi ekonomi pada triwulan laporan masih cukup kondusif untuk melakukan kegiatan konsumsi. Perkembangan konsumsi yang cukup baik juga terlihat dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo dimana pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 110,47. Membaiknya kinerja konsumsi di Provinsi Gorontalo terutama didorong oleh optimisme pendapatan rumah tangga saat ini yaitu sebesar 110,99. Konsumsi makanan dan non makanan juga masih tinggi yang tercatat 109,41.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
9
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 1.4. Perkembangan Survei Konsumen Bank Indonesia
Sumber : Badan Keuangan Provinsi
Grafik 1.5. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2013
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga meningkat seiring dengan masuknya peringatan Idul Adha, Natal, Tahun Baru, dan liburan akhir tahun. Beberapa prompt indicator mengkonfirmasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga seperti konsumsi listrik rumah tangga dan konsumsi BBM rumah tangga. Konsumsi listrik rumah tangga pada triwulan IV-2013 tumbuh 14,29% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,85% (y.o.y). Konsumsi BBM rumah tangga juga mengalami peningkatan dari 29,53% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi 33,58% (y.o.y). Grafik 1.6. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Sumber : PT. PLN Area Gorontalo
Grafik 1.7. Perkembangan Konsumsi BBM Rumah Tangga
Sumber : PT. Pertamina UP Gorontalo
Sementara itu di sisi perbankan, kinerja konsumsi ditengarai dari perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang melambat, terutama deposito dan tabungan. Deposito masyarakat di perbankan pada triwulan laporan tumbuh melambat dari 12,83% (y.o.y) menjadi 3,88% (y.o.y). Hal yang serupa juga terjadi pada perkembangan tabungan yang turut mengalami perlambatan dari 11,64% (y.o.y) menjadi 6,77% (y.o.y). Penurunan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan pola konsumsi masyarakat melalui penarikan simpanan di perbankan. Di sisi lain, kredit konsumsi pada triwulan IV-2013 tumbuh melambat menjadi 31,86% (y.o.y) dari 39,47% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya. Hal tersebut diperkirakan terjadi karena pembiayaan konsumsi pada triwulan laporan lebih mengandalkan self financing dari masyarakat sendiri. 10
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Grafik 1.8. Perkembangan Tabungan dan Deposito Perbankan
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan
Sumber : Bank Indonesia
1.1.2 INVESTASI Kinerja investasi Gorontalo pada triwulan IV-2013 tumbuh 10,84% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,10% (y.o.y). Peningkatan investasi pada triwulan laporan tidak hanya didorong oleh investasi pemerintah, tetapi juga investasi swasta. Investasi fisik diperkirakan lebih memberikan kontribusi yang besar terkait dengan pembangunan infrastruktur yang dilakukan pada triwulan laporan. Di sisi pemerintah, realisasi pembiayaan investasi fisik yang bersumber dari APBD meningkat. Pemerintah daerah terus memacu penyelesaian infrastrukturnya hingga menjelang akhir tahun 2013. Tercatat pada triwulan IV-2013, APBD Belanja Modal Pemerintah Provinsi yang telah terealisasikan mencapai Rp118,68 miliar meningkat signifikan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp66,28 miliar. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan yang telah dianggarkan dalam APBD 2013 yaitu Rp206,86 miliar, realisasi Belanja Modal pemerintah hanya sebesar Rp184,96 miliar atau 89,41% dari target anggaran. Walaupun kondisi ini lebih baik dibandingkan tahun 2012 yang hanya terserap 86,55% dari target anggaran, tetapi hal tersebut belum optimal karena seharusnya dapat diantisipasi lebih awal oleh Pemerintah Daerah mengingat pola yang sama relatif berulang setiap tahunnya. Bila dilihat dari sisi perbankan, peningkatan investasi terkonfirmasi dari membaiknya perkembangan kredit investasi. Pada triwulan laporan, pertumbuhan kredit investasi masih terkontraksi 3,14% (y.o.y), tetapi lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi hingga 14,95% (y.o.y). Di sisi sektoral, kredit konstruksi masih terkontraksi sebesar 4,57% (y.o.y), tumbuh moderat bila dibandingkan dengan triwulan III-2013 yang terkontraksi 4,31% (y.o.y).
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
11
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Tabel 1.2. Perkembangan Realisasi Beberapa Proyek Pemerintah tahun 2013 NO
NAMA PROYEK
REALISASI (%) FISIK
KEUANGAN
1
Pek. Rehab Berkala Jln Molombulahe -Bubaa
100.00%
95.00%
2
Pek. Normalisasi Sungai Koluwoka
100.00%
95.00%
3
Pek. Pemb. Saluran Drainase Kel. Dembe I Kota Barat Lokasi Kota Gorontalo
100.00%
95.00%
4
Pek. Peningk. Jln. Poros Lonuo Kec. Kabila Kab. Bone Bolango
100.00%
95.00%
5
Pek. Lanjutan Pemb. Jembatan Taula'a (Biluhu Barat-Bilato)
100.00%
95.00%
6
Pek. Pemb. Saluran Drainase Desa Tenggela Lokasi Kab. Gorontalo
100.00%
95.00%
7
Pek. Peningk Jalan Thayeb M Gobel (Ex Bengawan Solo) Kota Gorontalo
100.00%
95.00%
8
Pek. Pemb. Jln. Agropolitan Desa Telaga Biru Kec. Popayato Lokasi Kab. Pohuwato
100.00%
95.00%
9
Pek. Pemb. Jln. Akses Pertanian Desa Daenaa Kec. Limboto Lokasi Kab. Gorontalo
100.00%
95.00%
10 Pek. Pemb. Saluran Irigasi Desa Mongolato Lokasi Kab. Gorontalo
100.00%
95.00%
11 Pek. Pemb. Jln Akses Tapadaa (Pos Daya) Kec. Suwawa Lokasi Kab. Bone Bolango
100.00%
95.00%
12
100.00%
95.00%
13 Pek. Pemb. Jln. Akses Pel Anggrek Lama (Ds Ibarat)
100.00%
95.00%
14 Pek. Pemb. Infrastruktur Kawasan Blok Plan Perkantoran Provinsi Lokasi Kab. Bonbol
100.00%
95.00%
15 Pek. Pembuatan Bak Reservoir Kel. Leato Lokasi kota Gorontalo
100.00%
95.00%
16 Pek. Pembuatan Saluran Drainase Desa Botumoito Lokasi Kab. Boalemo
100.00%
95.00%
17 Pek. Pemb. Jembatan Sigaso
100.00%
95.00%
18 Pek. Pemb Saluran Drainase Ds. Paengo Kec. Popayato Lok. Kab. Pohuwato
100.00%
95.00%
19 Pek. Pembangunan Jalan Akses Pariwisata Monano
100.00%
95.00%
20 Pek,Lanjt. Gedung Kantor Tamb. Dinas PU Lok. Kota Gtlo
100.00%
95.00%
21
100.00%
95.00%
22 Pek. Pemb. Saluran Drainase Jln. Durian
100.00%
95.00%
23
100.00%
95.00%
24 Pek. Pengembangan Gedung Kantor Laboratorium
100.00%
95.00%
25 Pek. Lanjutan Pemb. Tanggul Pengaman Pantai Desa Tabulo Selatan Kec. Mananggu
100.00%
95.00%
26 Pek. Pemb. Kantor Pemprov. (Pengawasan Kantor Prov. Gtlo) Lokasi Kab. Bone Bolango
100.00%
95.00%
27 Pek. Pemb. Jembatan Potanga Kec. Boliohuto
100.00%
95.00%
28
93.04%
88.04%
29 Pek. Pemb Jalan Akses Permukiman Ds Cempaka putih Kec. Tolinggula Lok Kab. Gorut
91.00%
86.00%
30 Pek. Pemb. Jln. Akses Pariwisata Monano
85.68%
80.68%
31 Pek. Lanjutan Pemb. Tanggul Pengaman Pantai Desa Tabulo Selatan Kec. Mananggu
85.00%
80.00%
32 Pek. Pengembangan Gedung kantor Lab.
85.00%
80.00%
33 pek. Pembangunan Kantor Pemprov lok. Kab. Bonbol
75.00%
70.00%
34 Pek. Pemb Jalan Akses Permukiman Ds Cempaka putih Kec. Tolinggula Lok Kab. Gorut
75.00%
70.00%
35 Pek. Pembangunan Gapura Gerbang perbatasan Lok. Kab . Gorut
75.00%
70.00%
36 Pek. Rekonstruksi Ruas Jln. Batudaa-Isimu
63.34%
58.34%
37 Pek. Pengaspalan Jln. Brimob
62.56%
57.56%
38
59.06%
54.06%
39 Pek. Lanjutan Pemb. Tanggul Pengaman Pantai Desa Tabulo Selatan Kec. Mananggu
55.00%
50.00%
40 Pek. Pemb. Jln. Akses Pemukiman Desa Cempaka Putih Kec. Tolinggula Lokasi Kab. Gorut
55.00%
50.00%
41 Pek. Peningk Jln. Akses Desa Wapalo Lokasi Kab. Gorut
55.00%
50.00%
42 Pek. Pemb. Kantor Pemprov. (Pengawasan Kantor Prov. Gtlo) Lokasi Kab. Bone Bolango
50.00%
45.00%
43 Pembangunan Kantor Pemprov Lokasi Kab. Bone Bolango
45.00%
40.00%
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Perkembangan kontribusi investasi fisik yang relatif besar pada triwulan IV-2013 tercermin dari penjualan semen di Provinsi Gorontalo yang sebanyak 46.545 ton, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebanyak 42.370 ton. Pembangunan infrastruktur lebih dominan dilakukan dibandingkan aktivitas impor barang modal pada triwulan laporan. 12
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Grafik 1.10. Perkembangan Belanja Modal Pemerintah Daerah
Sumber : Badan Keuangan Daeah Provinsi Grafik 1.12. Perkembangan Kredit Konstruksi Perbankan
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.11. Perkembangan Kredit Investasi Perbankan
Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.13. Perkembangan Volume Penjualan Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Di samping itu, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diperoleh informasi bahwa kinerja penanaman modal pada periode laporan mengalami peningkatan terutama pada jenis Penanaman Modal Asing (PMA). Realisasi investasi jenis PMA mengalami peningkatan 26,04% (y.o.y) dari US$0,02 juta (2 proyek) di triwulan III-2013 menjadi US$21,90 juta (9 proyek) di triwulan IV-2013. Di sisi lain, jenis Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) belum menunjukkan aktivitas sejak triwulan III-2013. Grafik 1.14. Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN
Sumber : BKPM
Grafik 1.15. Perkembangan Jumlah Realisasi Proyek PMA dan PMDN
Sumber : BKPM
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
13
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
1.1.3 EKSPOR – IMPOR Kinerja ekspor pada triwulan IV-2013 secara keseluruhan mengalami penurunan. Nilai ekspor Gorontalo pada triwulan laporan mengalami penurunan 72,09% (y.o.y) lebih besar dibandingkan triwulan III-2013 yang masih mengalami penurunan sebesar 12,03% (y.o.y). Sementara itu, nilai impor juga mengalami penurunan. Setelah pada triwulan sebelumnya nilai impor tumbuh hingga 2.952,92% (y.o.y) maka pada triwulan laporan pertumbuhan nilai impor hanya sebesar 50,21% (y.o.y). Lebih besarnya nilai impor Gorontalo menyebabkan neraca perdagangan luar negeri Gorontalo mengalami defisit hingga US$35,00 juta. Perkembangan ekspor luar negeri menurun cukup signifikan pada triwulan IV-2013. Nilai ekspor pada triwulan laporan tercatat sebesar US$0,96 juta, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai US$2,43 juta. Penurunan produksi terjadi pada seluruh komoditas yaitu kayu dan barang dari kayu, kopra, serta gula dan kembang gula. Nilai ekspor komoditas kayu dan barang dari kayu tercatat sebesar US$39,88 ribu dengan negara tujuan Korea Selatan. Sementara itu untuk komoditas kopra tercatat sebesar US$ 920 ribu ke negara China. Kinerja ekspor antar provinsi juga mengalami perlambatan yang ditunjukkan dengan menurunnya volume muat barang. Total volume muat dari seluruh pelabuhan Gorontalo tercatat hanya 26.235 ton lebih rendah daripada triwulan III-2013 yang mencapai 46.078 ton atau terkontraksi 71,79% (y.o.y). Grafik 1.16. Perkembangan Nilai Ekspor Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Grafik 1.17. Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Penurunan produksi kopra di triwulan IV-2013 ditengarai karena adanya tekanan pada harga kopra internasional yang turun 11,48% dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan juga dialami oleh harga jagung internasional sebesar 5,32% dibanding triwulan sebelumnya. Harga jagung internasional yang relatif tidak menguntungkan dibandingkan harga produksinya sehingga para petani lebih memilih untuk melakukan ekspor jagung ke provinsi lain (domestik) dibandingkan ekspor ke luar negeri. Harga jagung di tingkat petani sendiri pada triwulan IV2013 mengalami peningkatan 11,11% dibandingkan triwulan sebelumnya.
14
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Grafik 1.18. Perkembangan Harga Minyak Kelapa
Sumber : Bappebti RI
Grafik 1.19. Perkembangan Harga Jagung Internasional
Sumber : Bloomberg
Di sisi lain, nilai impor Gorontalo pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar US$35,96 juta atau tumbuh 50,21% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh melonjak hingga 2.952,92% (y.o.y). Impor tersebut didominasi oleh komoditas raw sugar yang berasal dari Thailand senilai US$33,95 juta (94,40% dari total impor) sebagai bahan baku pengolahan industri gula PT. Perusahaan Gula Gorontalo. Impor raw sugar pada triwulan laporan tumbuh 41,77% dibandingkan triwulan sebelumnya, sekaligus tercatat sebagai impor tertinggi di sepanjang tahun 2013. PT. Perusahaan Gula Gorontalo mengkonfirmasi bahwa raw sugar tersebut digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula kristal putih. Impor yang dilakukan selama ini disebabkan raw sugar bersifat idle capacity yaitu merupakan bahan mentah yang tidak mempunyai waktu kadaluarsa,
tetapi agar tidak rusak maka
penyimpanannya harus dijaga. Hasil produksi gula umumnya digunakan untuk kebutuhan domestik antara lain Gorontalo, Palu, Manado, Kendari, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua. Selain itu, impor aspal yang senilai US$2,02 juta juga turut mendorong tingginya kinerja impor. Kebutuhan akan aspal diperoleh dari China dan Malaysia guna pembangunan dan rehabilitasi berkala terhadap akses transportasi. Grafik 1.20. Perkembangan Nilai Impor Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Grafik 1.21. Perkembangan Bongkar Barang Pelabuhan Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
15
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Sementara itu, perkembangan impor luar negeri Gorontalo pada triwulan laporan sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Hal tersebut terlihat dari volume bongkar barang di seluruh pelabuhan Gorontalo yang masih terkontraksi 24,26% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya terkontraksi 5,85% (y.o.y). Impor domestik pada triwulan IV-2013 turut didorong oleh barang konstruksi seiring dengan meningkatnya investasi yang terjadi di Gorontalo. Dilihat dari kumulatif ekspor impor, pada triwulan IV-2013 Gorontalo mengalami defisit neraca perdagangan luar negeri sebesar US$35,00 juta. Sementara itu, bila dihitung secara total, maka neraca perdagangan luar negeri Gorontalo pada tahun 2013 mengalami defisit hingga US$78,21 juta. Hal ini dipengaruhi oleh nilai impor Gorontalo yang melonjak 116,65% (y.o.y) dibandingkan tahun 2012 sekaligus tercatat sebagai nilai impor Gorontalo terbesar dalam lima tahun terakhir. Grafik 1.22. Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Gorontalo
Neraca Perdagangan Luar Negeri periode bulan Januari-Desember 2013 Ekspor ke LN US$5.280.815
DEFISIT US$78,21 Juta Impor dari LN US$83.493.576
Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
1.2
SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan IV-2013 menunjukkan peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor-sektor yang memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan perekonomian antara lain sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, dan sektor konstruksi. Di sisi lain, sektor listrik-gasair bersih, sektor perdagangan-hotel-restoran, sektor pengangkutan-komunikasi, dan sektor jasa-jasa mengalami perlambatan. Sementara itu, sektor keuangan-real estate-jasa perusahaan relatif tumbuh moderat. Tumbuhnya kinerja sektor pertanian memberikan stimulan positif bagi pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada triwulan IV-2013, mengingat sektor tersebut memberikan kontribusi hingga 26,80% terhadap total PDRB Gorontalo. Dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh sektor konstruksi terkait dengan penyelesaian proyek pemerintah di akhir tahun. Peningkatan kinerja sektor konstruksi diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian.
16
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Perlu diketahui bahwa kedua sektor dimaksud terkait erat mengingat sektor pertambangan dan penggalian didominasi pertambangan galian C yang dibutuhkan dalam pekerjaan konstruksi. Di sisi lain, kinerja sektor perdagangan-hotel-restoran mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan. Kinerja sub sektor perdagangan yang relatif baik tidak diimbangi oleh sub sektor hotel yang tumbuh melambat. Sementara itu, menurunnya jumlah penumpang sub sektor angkutan laut berpengaruh pada kinerja sektor pengangkutankomunikasi yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 2012 (% y.o.y)
2013 (% y.o.y)
SEKTOR
2012 I
II
III
IV
Pertanian
5.76
5.67
5.72
5.70
Pertambangan & Penggalian
11.57
7.55
2.71
Industri Pengolahan
13.31
12.20
Listrik, Gas, dan Air Bersih
6.66
Konstruksi
2013 I
II
III
IV
5.71
6.70
5.16
5.50
6.25
5.90
5.23
6.62
3.58
4.74
5.21
5.61
4.80
8.15
5.13
9.55
6.51
9.35
9.70
12.80
9.62
8.86
8.27
8.69
8.13
8.51
8.05
8.21
7.64
8.10
11.56
9.75
6.33
10.13
9.38
7.51
8.86
8.90
11.51
9.24
Perdagangan, Hotel, Restoran
12.56
11.71
10.11
10.29
11.13
10.97
11.34
11.42
10.74
11.12
Pengangkutan & Komunikasi
7.02
8.15
9.44
10.01
8.69
9.00
9.09
8.56
8.24
8.71
Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan
7.40
10.43
9.46
9.86
9.30
9.38
9.06
9.19
9.11
9.18
Jasa-jasa
7.00
6.41
2.17
5.44
5.22
2.46
5.79
6.46
6.14
5.23
PERTUMBUHAN EKONOMI
8.39
8.29
6.64
7.57
7.71
7.06
7.67
7.90
8.43
7.77
Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
1.2.1 SEKTOR PERTANIAN Kinerja sektor pertanian mengalami peningkatan pada triwulan laporan yaitu tercatat sebesar 6,25% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 yang sebesar 5,50% (y.o.y). Walaupun intensitas hujan sedikit meningkat di akhir triwulan laporan, tetapi cuaca yang masih kondusif secara umum mendukung pertumbuhan kinerja pertanian Gorontalo. Apabila memperhatikan produksinya, tanaman bahan makanan masih memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap sektor pertanian Gorontalo, terutama tanaman jagung dan padi. Musim tanam yang dialami Gorontalo pada triwulan IV-2013 mempengaruhi produksi pertanian yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo menyebutkan bahwa luas lahan tanam untuk jagung di triwulan laporan tercatat mencapai 66.149 ha meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang 9.150 ha. Hal serupa juga dialami oleh tanaman padi yang mengalami peningkatan luas tanam dari seluas 2.742 ha menjadi 26.294 ha. Kinerja produksi yang turun dibandingkan triwulan sebelumnya tercermin dari luas lahan panen yang lebih kecil. Pada triwulan laporan, tercatat luas lahan panen jagung sebesar BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
17
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
9.999 ha lebih rendah dibandingkan saat musim panen pada triwulan III-2013 yang seluas 47.092 ha. Sementara itu, luas lahan panen padi sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya dari seluas 3.167 ha menjadi 3.049 ha. Produksi pertanian Gorontalo masih didominasi oleh sentra produksi jagung di Kabupaten Pohuwato dan sentra produksi padi di Kabupaten Gorontalo. Grafik 1.23. Perkembangan Luas Tanam Jagung Berdasarkan Daerahnya
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Grafik 1.25. Perkembangan Luas Panen Jagung Berdasarkan Daerahnya
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Grafik 1.27. Perkembangan Luas Tanam Jagung dan Padi
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Grafik 1.24. Perkembangan Luas Tanam Padi Berdasarkan Daerahnya
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Grafik 1.26. Perkembangan Luas Panen Padi Berdasarkan Daerahnya
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Grafik 1.28. Perkembangan Luas Panen Jagung dan Padi
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Pada tahun 2013, secara kumulatif tahunan perkembangan pertanian jagung dan padi diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2012. Hasil Angka Ramalan (ARAM) II yang dirilis oleh BPS Provinsi Gorontalo memperkirakan produksi jagung di tahun 2013 mencapai 18
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
677.242 ton meningkat 5,04% (y.o.y) daripada tahun sebelumnya yang sebesar 644.754 ton. Peningkatan produksi tersebut dipengaruhi oleh bertambahnya luas panen sebesar 3,63% (y.o.y). Tingkat produktivitas jagung juga diperkirakan lebih baik yaitu 48,22 kwintal/ha atau meningkat 1,36% (y.o.y) dibandingkan produktivitas tahun 2012 yang sebesar 47,57 kwintal/ha. Tabel 1.4. ARAM II Produksi Jagung Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Sementara itu, produksi tanaman padi juga diperkirakan meningkat 18,50% (y.o.y) dibandingkan tahun sebelumnya. Gabah kering giling hasil pertanian di tahun 2013 diproyeksi meningkat dari 245.786 ton menjadi 291.247 ton. Peningkatan produksi utamanya disebabkan oleh peningkatan luas panen sebesar 10,03% (y.o.y) dan tingkat produktivitas yang cukup baik yaitu 51,70 kwintal/ha atau meningkat 7,69% (y.o.y). Tabel 1.5. ARAM II Produksi Padi Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
19
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2013 sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, sektor ini tercatat tumbuh 8,24% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,56% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan sektor angkutan secara keseluruhan dipengaruhi oleh kinerja sub sektor pengangkutan laut dan pengangkutan darat yang menurun, sedangkan sub sektor pengangkutan udara mengalami peningkatan. Tumbuhnya sub sektor pengangkutan udara tercermin dari meningkatnya jumlah penumpang pesawat pada triwulan IV-2013. Faktor liburan sekolah, natal, dan tahun baru berpengaruh besar terhadap peningkatan kinerja sub sektor ini. Tercatat jumlah penumpang pesawat yang terlayani tumbuh 20,92% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 17,38% (y.o.y). Akan tetapi, jumlah penerbangan pada triwulan laporan, baik yang datang maupun berangkat dari Gorontalo mengalami penurunan dari 1.058 penerbangan menjadi 1.009 penerbangan. Hal ini terkait dengan berkurangnya frekuensi penerbangan salah satu maskapai udara sejak akhir triwulan IV-2013, dari sebelumnya melayani 2 kali penerbangan menjadi sekali penerbangan dalam sehari. Grafik 1.29. Perkembangan Jumlah Penumpang Pesawat
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Grafik 1.30. Perkembangan Frekuensi Penerbangan Pesawat
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Sementara itu, kinerja sub sektor pengangkutan laut tercatat menunjukkan penurunan. Pada triwulan IV-2013, jumlah penumpang kapal laut tercatat sebanyak 1.077 orang atau mengalami kontraksi 58,47% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat jumlah penumpang hingga 5.110 orang. Curah hujan dan gelombang laut yang cenderung tinggi selama triwulan laporan relatif berpengaruh pada jumlah penumpang dan kapal yang berlayar. Jumlah penumpang kapal ferry juga terkontraksi 18,43% (y.o.y) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan 18,27% (y.o.y). Di sisi lain, kinerja sub sektor pengangkutan darat dikonfirmasi dari melambatnya jumlah konsumsi BBM transportasi. Tingkat konsumsi bahan bakar premium pada triwulan laporan tercatat tumbuh 14,46% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang 20
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
tumbuh 20,42% (y.o.y). Hal yang sama juga dialami bahan bakar solar yang hanya tumbuh 4,96% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 16,96% (y.o.y). Grafik 1.31. Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut dan Ferry
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Grafik 1.32. Perkembangan Konsumsi Premium dan Solar
Sumber : PT. Pertamina UP Gorontalo
1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perkembangan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) di Gorontalo menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor PHR pada triwulan IV-2013 tumbuh 10,74% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2013 yang sebesar 11,42% (y.o.y). Hal tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada sub sektor perhotelan. Sub sektor perdagangan mengalami pertumbuhan pada triwulan laporan. Hal ini dikonfirmasi meningkatnya pertumbuhan kredit perdagangan, dimana pada triwulan IV-2013 kredit perdagangan tercatat mencapai Rp1,85 triliun atau tumbuh 16,90% (y.o.y) lebih baik daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,58% (y.o.y). Selain itu, aktivitas volume bongkar barang pelabuhan juga tercatat mengalami peningkatan. Walaupun pertumbuhannya masih terkontraksi 24,26% (y.o.y), tetapi volume bongkar pada triwulan laporan meningkat dari 172.173 ton di triwulan sebelumnya menjadi 175.189 ton. Aktivitas perdagangan masih terpusat di Kota Gorontalo dimana 58,74% total aktivitas bongkar barang pelabuhan dilakukan di Pelabuhan Gorontalo. Tingkat konsumsi listrik kelompok bisnis pada triwulan laporan ikut mengalami peningkatan dari 6,10% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,74% (y.o.y). Kinerja sub sektor perdagangan yang membaik juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, dimana realisasi kegiatan usaha pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelunya. Masuknya perayaan Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru ditengarai memberikan dorongan pada pertumbuhan tingkat konsumsi masyarakat dan kinerja sub sektor ini.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
21
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 1.33. Perkembangan Kredit Perdagangan Perbankan
Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.35. Perkembangan Kredit Perdagangan Perbankan
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.37. Perkembangan Tingkat Penghunian Hotel (TPH)
Grafik 1.34. Perkembangan Volume Bongkar Barang Per Pelabuhan
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Grafik 1.36. Perkembangan Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis
Sumber : PT. PLN Ara Gorontalo
Di sisi lain, kinerja sub sektor perhotelan
mengalami
pertumbuhan
pada
perlambatan
triwulan
laporan.
Tingkat Penghunian Hotel (TPH) pada bulan Desember 2013 tercatat sebesar 34,91 atau menurun dibandingkan kondisi bulan September 2013 yang sebesar 46,66. Bila dibandingkan per daerah, TPH Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
tertinggi
masih
dialami
oleh
Kota
Gorontalo yaitu sebesar 37,54. Dari hasil liasion ke beberapa perhotelan Gorontalo, diperoleh informasi bahwa momen liburan akhir tahun berpengaruh pada menurunnya tingkat okupansi hotel disebabkan masyarakat umumnya memilih berlibur ke luar Gorontalo. Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), Upah Minimum Provinsi (UMP), bunga perbankan, dan tarif air turut berpengaruh pada perlambatan kinerja perhotelan. Pihak hotel disebutkan harus menaikkan 10-15% tarif hotel serta melakukan efisiensi untuk mengurangi biaya operasional yang diperkirakan mengalami kenaikan sekitar 4%.
22
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
1.2.4 SEKTOR KEUANGAN, REAL ESTAT, DAN JASA PERUSAHAAN Kinerja sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 9,11% (y.o.y), relatif tumbuh moderat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,19% (y.o.y). Perkembangan sub sektor keuangan yang relatif stabil memberikan pengaruh yang cukup besar bagi kinerja sektor ini. Sub sektor keuangan yang didominasi oleh perbankan tumbuh dengan baik pada triwulan laporan. Kenaikan beban bunga perbankan juga diikuti oleh kenaikan pendapatan bunga. Pendapatan bunga pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,00 triliun atau tumbuh 26,96% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 24,02% (y.o.y). Beban bunga juga mengalami peningkatan dari Rp157,41 miliar menjadi 217,60 miliar, tumbuh 21,47% (y.o.y). Walaupun begitu, perkembangan Net Interest Margin (NIM) perbankan Gorontalo di triwulan laporan tetap terjaga, yaitu tercatat sebesar Rp783,34 miliar atau tumbuh 28,58% (y.o.y) relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 26,81% (y.o.y).
Grafik 1.38. Perkembangan Pendapatan dan Beban Bunga Perbankan
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.39. Perkembangan Net Interest Margin (NIM) Perbankan
Sumber : Bank Indonesia
1.2.5 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Kinerja sektor industri Gorontalo tumbuh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Sektor industri pada triwulan IV-2013 tumbuh 12,80% (y.o.y) lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,20% (y.o.y). Beberapa sub sektor industri mikro dan kecil mengalami peningkatan seiring dengan perayaan Idul Adha,natal, dan tahun baru. Berdasarkan hasil survei BPS Provinsi Gorontalo, meningkatnya kinerja sektor industri terjadi pada industri makanan dan minuman, industri pakaian jadi, dan industri furniture. Meningkatnya permintaan masyarakat akan komoditas pakaian dan perabot rumah tangga diperkirakan mendorong produksi pakaian jadi dan furniture di Gorontalo. Di samping itu, perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Adha dan Natal juga mempengaruhi peningkatan produksi industri makanan dan minuman. Secara total, industri mikro dan kecil pada triwulan
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
23
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
IV-2013 tumbuh 11,27% (y.o.y) sedangkan industri manufaktur besar dan sedang tumbuh 9,61% (y.o.y). Pertumbuhan sektor industri juga terkonfirmasi dari perkembangan konsumsi listrik dan BBM industri. Konsumsi listrik industri tercatat meningkat 5,51% (y.o.y) dari 4,35 juta KWh di triwulan sebelumnya menjadi 4,73 juta Kwh pada triwulan laporan. Sementara itu, walaupun masih terkontraksi 17,29% (y.o.y), tetapi pertumbuhan konsumsi BBM pada triwulan laporan lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 53,86% (y.o.y). Grafik 1.40. Perkembangan Industri MikroKecil dan Industri Besar-Sedang
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Grafik 1.42. Perkembangan Konsumsi Listrik Industri
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Grafik 1.41. Perkembangan Sub Sektor Industri Mikro-Kecil
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Grafik 1.43. Perkembangan Konsumsi BBM Industri
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
1.2.6 SEKTOR LAINNYA Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan IV-2013 tumbuh 7,64% (y.o.y) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,21% (y.o.y). Walaupun daya tersambung mengalami pertumbuhan 21,70% (y.o.y) tetapi penjualan listrik tumbuh 11,57% (y.o.y) relatif stabil dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 10,63% (y.o.y). Hasil konfirmasi dengan PT. PLN Area Gorontalo menyebutkan bahwa jumlah pelanggan listrik mengalami peningkatan dengan jumlah mencapai 178 ribu pelanggan. Dari jumlah tersebut, sekitar 0,3% merupakan pelanggan sektor bisnis dan perkantoran sedangkan sisanya adalah rumah tangga. Biaya listrik rumah tangga sendiri mendapat subsidi sekitar 75% dari pemerintah. Seiring dengan bertambahnya jumlah pelanggan, penyelesaian PLTU Molotabu 24
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
tahap II diharapkan dapat segera selesai sehingga membantu penyediaan jumlah pasokan listrik Provinsi Gorontalo yang saat ini masih dibantu oleh pasokan dari PLTU Amurang di Provinsi Sulawesi Utara. . Grafik 1.44. Perkembangan Daya Listrik Tersambung
Grafik 1.45. Perkembangan Konsumsi Listrik
Sumber : PT. PLN Area Gorontalo
Sumber : PT. PLN Area Gorontalo
Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2013 meningkat dibandingkan triwulan III-2013. Sektor ini tumbuh 5,61% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (y.o.y). Peningkatan sektor ini tidak lepas dari meningkatnya kinerja sektor konstruksi yang tumbuh 11,51% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2013 sebesar 8,90% (y.o.y). Sumbangan sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB Provinsi Gorontalo masih relatif kecil yaitu 1,14% dan didominasi oleh pertambangan galian C seperti batu dan pasir. Sementara itu, aktivitas pertambangan emas di Gorontalo umumnya masih dilakukan oleh penambang rakyat. Dari hasil liaison dengan Dinas Kehutanan dan Pertambangan Provinsi Gorontalo, diperoleh informasi bahwa terdapat terdapat 37 Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan 2 Kontrak Karya (KK) di Provinsi Gorontalo dan keseluruhannya belum menunjukkan kegiatan produksi. Pada Grafik 1.46. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
triwulan
IV-2013,
sektor
jasa-jasa
menunjukkan pertumbuhan 6,14% (y.o.y) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,46% (y.o.y). Melambatnya pertumbuhan realisasi APBD belanja pegawai pada triwulan laporan diperkirakan memberi pengaruh yang signifkan walaupun lapangan usaha jasa-jasa mengalami peningkatan.
Sumber : Bank Indonesia
Kredit
sektor
jasa-jasa
tercatat
mengalami pertumbuhan 17,00% (y.o.y) lebih baik daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,76% (y.o.y).
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
25
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BOKS : KAWASAN MINAPOLITAN POHUWATO : MENGECAP (MANISNYA) BISNIS PERIKANAN
Rupanya SBY kepincut oleh Profesor Michael
E.
Porter.
Mahaguru
strategi
manajemen ini memberikan pencerahan kepada Presiden RI ke-6. Harvard Business School
Amerika
Serikat
yang
lokasinya.
Topiknya
bagaimana
meningkatkan
kelahiran
yang satu mina sedangkan yang satunya
saing
lagi agro. Mina itu berasal dari bahasa jawa
salah
satu
permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia adalah
masih
rendahnya
Apa sih minapolitan? Minapolitan itu
yaitu
daya
ini,
Minapolitan hampir sama dengan agropolitan. Bedanya,
menarik,
1947
Indonesia.
menjadi
Indonesia di dunia internasional. Menurut pria
daya saing sektor kelautan dan perikanan di
tingkat
mino sederhana
minapolitan
dapat
diartikan
sebagai kota bisnis yang berbasis perikanan. Sebagaimana
kawasan
bisnis,
pembangunan berbasis klaster. Peristiwa ini
selayaknya ada daerah yang menjadi pusat
terjadi empat tahun lalu, 28 September
pertumbuhan (growth pole) dan hinterland
2009.
(daerah pinggiran). Growth pole adalah Sebulan kemudian, muncullah istilah
minapolitan. berselang
Peluncurannya setelah
pelantikan
dilakukan
pusat transaksinya sedangkan hinterland adalah
daerah
penunjangnya.
Harapan
Menteri
dibangunnya kawasan minapolitan adalah
Kabinet Indonesia Bersatu II di Istana
jika kegiatan sudah terintegrasi diharapkan
Negara Jakarta. Program yang sejatinya
kegiatan bisnis di growth pole dapat
merupakan implementasi
memberikan efek menetes ke bawah (trickle
konsep klaster
ala Porter tersebut, diusung oleh Fadel
down effect) atau ke daerah hinterland.
Muhammad sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia waktu itu. Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan
26
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 1.47. Perkembangan Kawasan Minapolitan di Indonesia 14 12 10 8 6 4 2
Contoh
sederhana
minapolitan dapat
kawasan
diilustrasikan begini,
Papua
Papua Barat
Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Maluku Utara
NTT
Maluku
Bali
NTB
Sulteng
Sulsel
Sulbar
Sulteng
Sulut
Gorontalo
Kalsel
Kaltim
Kalbar
Kalteng
DIY
Jatim
Jateng
DKI
Jabar
Banten
Babel
Lampung
Sumsel
Jambi
Bengkulu
Riau
Kepri
Sumbar
Aceh
Sulut
0
Provinsi
Jumlah Kawasan Minapolitan
16
penting adalah melibatkan masyarakat agar mau
jadi
nelayan
yang
tidak
hanya
misalnya pasar tempat transaksi, di situ ada
mengandalkan ikan tangkap tapi mulai
pabrik ikan sarden. Nah di kampung-
membudayakan budidaya karena kawasan
kampung sekitar pabrik ada yang jadi
yang baik adalah kawasan yang terjamin
kampung nener, ada yang jadi kampung
sustainabilitas-nya.
ikan sarden, ada yang jadi kampung pakan
Mengapa
minapolitan
begitu
ikan, dan seterusnya yang dibutuhkan
penting? Tentu saja penting. Lihat saja
untuk menunjang pabrik ikan sarden. Itu
sebaran kawasan minapolitan. Saat ini
baru satu contoh pabrik yang dibangun di
sudah 33 provinsi, 179 kabupaten/kota di
kawasan minapolitan. Bisa
industri
seluruh Indonesia yang ditetapkan menjadi
pengalengan ikan tuna yang sangat cocok
kawasan minapolitan. Sebaran ini diambil
dibangun di sekitar samudera karena tuna
dari Keputusan Menteri Kelautan
adalah ikan laut dalam. Bisa dibangun
Perikanan
kampung kampung
tambak tambak
juga
Republik
Indonesia
dan
Nomor
nener
bandeng,
35/KEPMEN-KP/2013 tanggal 2 Juli 2013
bandeng,
kampung
yang
ditandatangani
Sharif
Soetardjo.
bandeng? Karena tuna biasanya butuh
minapolitan perikanan budidaya dan 57
umpan hidup dan bandeng hidup adalah
kawasan minapolitan perikanan tangkap
umpan favorit tuna. Dari contoh di atas,
telah membawa hasil. Setidaknya beberapa
maka pasar dan pabriknya adalah pusat
target terlampaui, mulai dari produksi 15,3
pertumbuhannya
kampung-
juta ton, ekspor produk hasil perikanan
kampung penunjang adalah hinterland-nya.
senilai US$ 5 miliar sampai pencapaian
Walhasil, harus
ditunjang
kawasan
minapolitan
oleh
infrastruktur,
neraca
perdagangan
145
C.
pakan bandeng dan sebagainya. Kenapa
sedangkan
Berbekal
oleh
produk
kawasan
perikanan
surplus 76,47 persen di tahun 2013.
perbankan, dan lainnya. Dan tak kalah BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
27
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Sebagai
pernah
Luas wilayah Kabupaten Pohuwato
dipimpin oleh Fadel Muhammad, dimana
adalah 4.455,60 kilometer persegi atau
luas perairan Gorontalo mencapai 50.500
35,83 persen dari luas wilayah Provinsi
kilometer persegi cukup menjanjikan dalam
Gorontalo.
pengembangan kawasan minapolitan. Salah
mencapai 164 kilometer yang menjadikan
satu wilayahnya adalah wilayah laut Teluk
garis pantainya terpanjang kedua di Provinsi
Tomini
7.400
Gorontalo yang berhadapan dengan Teluk
kilometer persegi ditambah dengan panjang
Tomini. Di sepanjang pantai inilah, minimal
garis pantai 655,8 kilometer setara dengan
3.923 jiwa yang tersebar 31 desa nelayan di
perjalanan darat Bandung-Surabaya melalui
mencari nafkah sebagai nelayan.
yang
provinsi
yang
terbentang
seluas
pantura.
Panjang
garis
pantai
yang
JIka dibanding-bandingkan, kira-kira
Khusus Gorontalo, setidaknya ada 3 kabupaten
yang
kawasan
yang jadi nelayan atau hampir 40 persen
minapolitan. Dua minapolitan perikanan
desa nelayan dari 131 desa nelayan yang
budidaya di Kabupaten Gorontalo Utara
ada di Gorontalo. Pohuwato pun berhak
dan
lagi
menyandang desa nelayan kedua terbanyak
kawasan minapolitan perikanan tangkap di
setelah desa nelayan kabupaten tetangga,
Kabupaten Bone Bolango. Di sana terdapat
Kabupaten Bone Bolango.
Kabupaten
menjadi
hanya 2,9 persen dari penduduk Pohuwato
Pohuwato.
Satu
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bone Bolango yang lokasinya dengan dekat daerah operasional perairan pedalaman dan perairan kepulauan sekitar.Namun, hanya 2 lokasi yang dijadikan salah satu sentra produksi
perikanan
budidaya
sebagai
Kawasan Minapolitan Percontohan yaitu Kabupaten
Pohuwato
dan
Kabupaten
Gorontalo Utara.
budidaya air laut saja, 1.000 orang memiliki tambak,
Keunggulan Alam Pohuwato Kabupaten
Profesi nelayan pun beragam. Untuk
Pahuwato
merupakan
500
pembudidaya
orang rumput
memilih dan
25
sebagai orang
salah satu lokasi minapolitan sesuai dengan
mempunyai keramba jaring apung. Ada
Keputusan
Direktur
Perikanan
pula 1.000 orang pembudidaya kolam air
Budidaya
Nomor
KEP.70/DJ-PB/2010
tawar dan lebih dari 200 orang memiliki
tentang
Penetapan
Produksi
Perikanan
Jenderal 24
Lokasi
Budidaya
Percontohan Tahun 2011.
Sentra
keramba air tawar.
sebagai
Selain
itu,
ada
juga
yang
berkecimpung di usaha pengolahan hasil perikanan. Jumlahnya sekitar 60 orang.
28
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Pedagang hasil perikanan ada 158 orang,
Kelompok
30
Kabupaten Pohuwato tahun 2013 lalu.
orang
menjadi
pengumpul
hasil
perikanan. Jangan dilupakan, ada sekitar 77 orang petambak garam.
Kerja
Sebagai minapolitan
(Pokja)
Minapolitan
informasi, Pohuwato
kawasan
mencakup
11
Mereka semua tidak berdiri sendiri-
kecamatan. Mulai dari Kecamatan Paguat,
sendiri. Semuanya tergabung dalam sebuah
Dengilo, Marisa, Duhiadaa, Patilanggio,
kelompok sesuai profesinya. ada kelompok
Taluditi, Randangan, Wanggarasi, Lemito,
masyarakat
pengawas
Popayato
dan
kelompok,
kelompok
dengan
Kecamatan
sebanyak
5
pembudidaya
Popayato
Barat
Lemito
minapolis.
sebanyak 75 kelompok dan ada pula
prestasi menjadi kabupaten terbanyak yang
kelompok pengolah ikan
menjadikan kecamatannya sebagai kawasan
kelompok.
pun
sebagai
sebanyak 85 kelompok, kelompok nelayan sebanyak 11
Pohuwato
sampai
menyabet
minapolitan. Grafik 1.48. Perkembangan Produksi Sembilan Komoditas Pilihan Kab. Pohuwato
Produktivitas data
80,000
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
60,000
Pohuwato, produksi 9 komoditas pilihan
40,000
Secara
umum,
berdasarkan
yaitu bandeng, udang, rumpur laut, kerapu,
20,000
lele mengalami peningkatan. Puncaknya pada tahun 2011 dengan total 68,2 ribu
Tahun
kuwe, mutiara, ikan nila, ikan mas dan ikan Ton 2008
2009
2010
2011
2012 2013*
*perkiraan sementara Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pohuwato
ton yang kemudian menurun di tahun 2012 menjadi 48 ribu ton dan di tahun 2013 mengalami
kenaikan
kembali
hingga
mencapai 60,4 ribu ton. Adapun Pohuwato
di
unggulan minapolitan,
capaiannya baru 58,01 persen yaitu rumput laut dan udang (windu dan vaname) dengan total produksi 40.475,8 ton tahun 2012. Angka ini diungkap oleh Dwika Herdikiawan, Direktur Prasarana dan Sarana Budidaya Budidaya
Direktorat
Jenderal
Kementerian
Perikanan Kabupaten Pohuwato, capaian produksi perikanan baik produksi perikanan
komoditas kawasan
Menurut Dari Dinas Kelautan dan
Perikanan
Kelautan
dan
tangkap maupun perikanan budidaya pada 2013 memberikan kontribusi pendapatan rata-rata bagi nelayan sekitar Rp 4,3 juta per bulan atau meningkat 5,4 persen dibandingkan tahun 2012. Angka ini jauh melebihi pembudidaya
pendapatan dan
nelayan
rata-rata Provinsi
Gorontalo yang hanya Rp 1,9 juta per bulannya.
Perikanan RI di Pohuwato pada acara Rapat BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
29
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Dukungan
anggaran
pun
cukup
besar. Total dukungan anggaran penunjang
maraknya
kegiatan
Illegal
fishing
dan
destructive fishing yang sangat merugikan.
minapolitan budidaya selama 2 tahun
Solusinya tentu saja ada pada kita
terakhir mencapai lebih dari Rp 6,4 miliar
semua. Mulai dari penataan kawasan,
dikucurkan oleh pemerintah pusat dan
penerbitan
pemerintah daerah.
pengawasan yang disertai dengan edukasi
Pihak
perbankan
sendiri
sudah
regulasi
sampai
pengetatan
kepada masyarakat.
menyalurkan kredit di sektor perikanan di Kabupaten
Pohuwato
tahun
2013
Pewaris
mencapai Rp 4,7 miliar atau sekitar 27,46 persen
dari
total
kredit
perikanan
di
Jika sempat berkunjung ke Pohuwato, sempatkan
berada
di
Desa
Bununyo,
Gorontalo sebesar Rp 17,47 miliar. Dilihat
Kecamatan Paguat untuk melihat kelompok
dari jenisnya, kredit perikanan budidaya
pembudidaya
menyedot dana sebesar 49,2 persen atau
pembudidaya udang di lokasi tersebut telah
sebesar Rp 2,4 miliar dan kreditnya tumbuh
menerapkan
pesat sekitar 420,5 persen dibandingkan
komoditas udang dan bandeng.
tahun
2012.
Untuk
kredit
udang. sistem
Kelompok
polikultur
dengan
perikanan
Mereka tebar udang 100.000 bibit
penangkapan telah disalurkan sebesar Rp
dan bandeng 10.000 bibit per hektar.
1,8 miliar dan kredit jasa perikanan sebesar
Harga jual panen untuk bandeng Rp 7.500,-
Rp 0,6 miliar. Kedua jenis kredit perikanan
/kg, sedangkan udang Rp 30.000,-/kg (size
budidaya dan kredit jasa perikanan ini
90).
mengalami
pembudidaya adalah mahalnya harga bibit
pertumbuhan
minus
dibandingkan tahun 2012.
Permasalahan
yang
dihadapi
(PL 4 = Rp 35,-) dan sarana produksi yang kurang memadai.
Perbaikan
Namun, semua itu tentu ada peran
Ada beberapa pekerjaan rumah yang harus
segera
dualisme
diselesaikan.
antara
Sebut
kepentingan
saja
ekonomi
dengan pelestarian lingkungan. Saat ini pengembangan
budidaya
udang
masih
penyuluh perikanan yang saat ini berjumlah 68
orang
yang
siap
menumbuhkembangkan minapolitan
dan
sedia kawasan
menyokong
sektor
perikanan lebih baik.
banyak menggunakan lahan yang termasuk
Seperti pidato Bung Karno pada
dalam kawasan cagar alam dan hutan lindung. Selain itu, perlu adanya regulasi yang
mengatur
tentang
pemanfaatan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang
lebih
suka
lukisan
samudra
yang
gelombangnya memukul, menggebu-gebu, daripada lukisan sawah yang adem ayem
merupakan implementasi UU No. 27 Tahun 2007. 30
Tidak
ketinggalan
juga
makin
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Perkembangan harga barang dan jasa secara umum (inflasi) di Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2013 relatif terkendali. Secara tahunan, inflasi IHK sebesar 5,84% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,40% (yoy). Meningkatnya inflasi pada triwulan IV-2013 terutama disumbang oleh tingginya inflasi bulanan di bulan November dan Desember yang sebesar 1,35% (mtm) dan 1,54% (mtm).
2.1
INFLASI SECARA UMUM Inflasi Kota Gorontalo meningkat. Inflasi kota Gorontalo pada akhir triwulan IV-2013
sebesar 5,84% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi di triwulan sebelumnya yang sebesar 3,40% (yoy).Inflasi periode triwulan IV-2013 tersebut lebih tinggi dari proyeksi pada laporan sebelumnya yang diperkirakan sebesar 4,61% ± 1%. Tekanan inflasi pada periode ini relatif masih terkendali dari sisi permintaan (demand-pull), sedangkan tekanan inflasi dari sisi penawaran (cost-push) mengalami peningkatan di akhir triwulan IV-2013 akibat faktor seasonal seperti adanya Hari Raya Natal dan Tahun Baru dimana beberapa komoditas seperti bawang merah dan cabe merah banyak yang keluar daerah akibat tingginya permintaan di Sulawesi Utara, serta diakibatkan oleh meningkatnya curah hujan serta cuaca buruk di akhir tahun 2013 yang mengakibatkan naiknya harga ikan laut. Realisasi inflasi lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional. Pencapaian inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2013 sebesar 5,84% (yoy) lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 8,38% (yoy). Bahkan sepanjang tahun 2013, inflasi tahunan (yoy) kota Gorontalo selalu berada di bawah rata-rata inflasi nasional. Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Nasional dan Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
31
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
2.2
DISAGREGASI INFLASI Tekanan
meningkat
inflasi
dari
3,39%
yang
Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Menurut Penyebab
(yoy)
menjadi 5,84% (yoy) di triwulan IV2013 masih banyak bersumber dari kelompok volatile foods, sementara itu tekanan inflasi pada kelompok core
inflation
dan
administred
pricejuga masih terpantau di level yang cukup tinggi. Inflasi volatile foods naik dari 0,41%(y.o,y) di triwulan
Sumber : BPS Gorontalo (diolah)
III-2013 menjadi 6,64% (yoy), sementara core inflation juga meningkat dari 3,47% (yoy) menjadi 4,44% (yoy). Inflasi pada kelompok administred price masih dalam level yang cukup tinggi meski mengalami sedikit penurunan dari semula 7,74% (yoy) menjadi 7,72% (yoy).
Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS & Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)
2.2.1 CORE INFLATION Core inflation pada triwulan laporan tercatat sedikit mengalami peningkatan, yaitu sebesar 4,44% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 3,47% (yoy). Tekanan inflasi kelompok core inflation berasal dari kelompok komoditas. Tekanan inflasi kelompok inti berasal dari komoditas makanan jadi seperti kue kering berminyak, mie dan ayam goreng, kelompok komoditas minumam non-alkohol seperti air kemasan, kelompok komoditas biaya tempat tinggal seperti cat tembok, cat kayu dan keramik, sabun detergen, upah pembantu rumah tangga dan perlengkapan rumah tangga serta 32
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
kelompok barang pribadi dan sandang lainnya seperti emas perhiasan. Dari hasil pantauan Survey Pemnatauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia, harga emas di kota Gorontalo tercatat mengalami beberapa kali fluktuasi harga dari sebelumnya di kisaran Rp. 450.000,- per gram di bulan Juli 2013 menjadi Rp. 550.000,- per gram di bulan September 2013 dan kembali ke kisaran Rp.440.000,- di akhir bulan Desember 2013. Di sisi lain, faktor fundamental lainnya seperti ekspektasi inflasi dunia usaha yang dilakukan melalui Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) tercatat lebih rendah dari kondisi inflasi pada triwulan IV-2013, sebagaimana ditunjukkan dalam grafik 2.3 di bawah ini.
Grafik 2.3 Perbandingan Indeks Rata-rata Tertimbang Inflasi SKDU dan Inflasi Aktual
Sumber : SKDU, Bank Indonesia 2.2.2 NON-CORE INFLATION Inflasi Volatile Foods mengalami peningkatan. Disagregasi inflasi kota Gorontalo pada triwulan IV-2013 menunjukkan adanya peningkatan yang cukup besar pada kelompok Inflasi volatile food yang tercatat sebesar 6,64% (yoy)dari sebelumnya 0,41% (yoy) di triwulan III-2013. Peningkatan inflasi volatile food tersebut dikarenakan pasokan beberapa komoditas khususunya hortikultura dan perikanan tangkap mengalami kenaikan harga akibat faktor seasonal seperti Hari Raya Natal dan Tahun Baru dan cuaca buruk karena pada triwulan IV-2013 telah memasuki musim penghujan. Komoditas yang mengalami koreksi harga cukup besar pada akhir triwulan IV-2013 antara lain adalah ikan segar, sayur-sayuran, bawang merah, cabe rawit, dan buah-buahan. BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
33
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
Gejolak harga pada komoditas ikan segar tersebut disebabkan karena cuaca di Gorontalo yang telah memasuki musim penghujan sehingga hasil tangkapan dan aktivitas melaut nelayan terganggu oleh adanya ombak besar. Sejalan dengan hal tersebut, hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Kantor PerwakilanBank Indonesia (KPW BI) Provinsi Gorontalo di pasar sentral Gorontalo juga menunjukkan adanya peningkatan beberapa komoditas di Gorontalo. Grafik 2.4 Hasil Survey Pemantauan Harga (SPH) terhadap beberapa komoditas
Meski terjadi sedikit penurunan pada infasi administered price namun tekanan inflasi pada kelompok administred price masih cukup tinggi. Inflasi harga yang diatur oleh pemerintah (administered price inflation) mengalami sedikit penurunan dari 7,74% (y.o,y) pada triwulan III-2013 menjadi 7,72% (yoy) pada triwulan IV-2013. Tekanan inflasi kelompok administered price berasal dari kelompok komoditas transport seperti harga bensin, harga solar, angkutan dalam kota, angkutan luar kota, angkutan udara, harga mobil, serta tarif listrik. Inflasi untuk harga bensin dan solar tersebut disebabkan oleh penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang diumumkan pemerintah pada tanggal 21 Juni 2013 yang lalu, kebijakan ini mengoreksi harga bensin premium dari semula Rp 4.500,- menjadi Rp 6.500,- dan bensin solar yang semula Rp 4.500,- menjadi Rp 5.500,-. Walaupun penerapan harga baru untuk BBM 34
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
bersubsidi tersebut diterapkan pada akhir triwulan II-2013, namun dampak langsung penerapan kebijakan ini baru terasa pada awal triwulan III-2013. Efek yang timbul akibat dari penerapan harga baru tersebut adalah meningkatnya tarif angkutan dalam kota sepert ibecak motor dan angkutan luar kota. Tabel 2.2. Survei Pemantauan Harga (SPH)
2.3
INFLASI DI KAWASAN SULAWESI, MALUKU DAN PAPUA (SULAMPUA) Gorontalo menjadi Provinsi yang memiliki tingkat inflasi paling rendah
dibandingkan dengan provinsi lain di kawasan Sulampua. Pada akhir triwulan IV-2013, secara umum inflasi bulanan provinsi-provinsi di Sulampua mengalami inflasi yang cukup tinggi. Gorontalo sendiri tercatat mengalami inflasi bulanan sebesar 1,54% (mtm) sehingga tingkat inflasi tahunannya menjadi sebesar 5,84% (yoy). Sedangkan provinsi yang memiliki tingkat inflasi tertinggi di wilayah Sulampua adalah Provinsi Maluku Utara, dimana inflasi tahunan provinsi tersebut adalah sebesar 9,78% (yoy).
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
35
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
Tabel 2.3. Inflasi Provinsi Kawasan Sulampua
Tabel 2.4. Inflasi Kota-kota di Sulampua
Sumber : BPS Gorontalo (diolah)
36
Gambar 2.1. Peta Inflasi Sulawesi
Sumber : BPS Gorontalo (diolah)
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
Gambar 2.2. Peta Inflasi Bulan Desember 2013 di Indonesia
Secara bulanan, tekanan inflasi Gorontalo dan Nasional mengalami peningkatan pada Triwulan I-2013 yang diakibatkan oleh meningkatnya harga bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan bawang putih sebagai dampak penerapan kebijakan pembatasan impor komoditas hortikultura di tingkat nasional. Meski peningkatan inflasi ini mulai mereda di triwulan II-2013, namun terjadi peningkatan tekanan inflasi kembali di awal triwulan III-2013 sebagai akibat diberlakukannya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi oleh Pemerintah pada akhir Juni 2013 dan adanya hari raya Idul Fitri di bulan Agustus 2013. Peningkatan ekspektasi inflasi ini dirasakan pada bulan Juli dan Agustus 2013 dan mulai mereda di bulan September-Oktober 2013. Namun, menjelang akhir tahun tingkat inflasi secara umum kembali mengalami peningkatan akibat faktor seasonal effect seperti perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Capaian inflasi IHK nasional tahun 2013 sebesar 8,38% (yoy) berada di atas targetnya (4,5%±1%), namun tetap terkendali di single digit. Di awal tahun 2014, tekanan inflasi nasional diperkirakan akan mereda, walau resiko masih cukup besar.
2.4
EKSPEKTASI INFLASI Konsumen Gorontalo masih optimis. Berdasarkan Survey Konsumen (SK) yang
dilakukan oleh Bank Indonesia dapat diketahui bahwa Indeks Keyakinan konsumen (IKK) Gorontalo masih berada pada level optimis (nilai indeks diatas 100). Secara umum, tingginya optimisme terutama didorong oleh masih tingginya optimisme konsumen atas prospek perekonomian ke depan.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
37
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
Grafik 2.5 Grafik IKK, IEK, Ekspektasi Harga, Kurs USD-Rp dan BI Rate
Sektor eksternal turut berkontribusi dalam mendorong tekanan inflasi. Kondisi nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika pada akhir triwulan IV-2013 berada pada kisaran Rp.12.189,- atau mengalami pelemahan sebesar 26,04% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2012 dimana nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berada di kisaran Rp.9.670,-. Sedangkan BI Rate juga tercatat mengalami kenaikan 175 basis poin (bps) dari sebelumnya 5,75% di akhir triwulan IV
2012 menjadi 7,50% di akhir Triwulan IV-2013.
Kenaikan suku bunga tersebut merupakan salah satu langkah lanjutan dari penguatan bauran kebijakan Bank Indonesia yang difokuskan untuk pengendalian inflasi dan stabilitas nilai tukar Rupiah.
38
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BAB 3 :
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Pada triwulan IV-2013 aktivitas perbankan Gorontalo (Bank Umum dan BPR) masih ekspansif, antara lain tercermin dari angka Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Gorontalo pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 212,00% (BU) dan 148,08% (BPR). Penyaluran kredit perbankan tumbuh masing-masing sebesar 22,43% (BU) dan 8,33% (BPR). Sementara penghimpunan dana (DPK) relatif melambat yaitu tercatat hanya tumbuh (y.o.y) sebesar 5,07% (BU) dan -6,10% (BPR) lebih rendah dari triwulan III-2013 yang tercatat tumbuh (y.o.y) sebesar 12,13% (BU) dan -6,69% (BPR). Adapun rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) bank umum masih relatif terjaga pada angka yang wajar yaitu sebesar 2,82% (BU). Namun NPLs BPR masih perlu upaya optimal karena hingga triwulan IV-2013 masih tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 11,78%. 3.1
FUNGSI INTERMEDIASI Fungsi intermediasi yang dilakukan oleh industri perbankan di Provinsi Gorontalo
berjalan dengan baik seperti tercermin dari indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Gorontalo yang ekspansif dimana pada triwulan IV-2013 tercatat total sebesar 211,63% dengan rincian bank umum sebesar 212,00% dan BPR sebesar 148,08%. Angka LDR tersebut meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 191,28%. Untuk perbankan syariah, pada triwulan laporan tercatat LDR sebesar 119,92% mengalami peningkatan dibanding triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 107,40%. Penyumbang tingginya angka LDR tersebut adalah meningkatnya permintaan kredit yang tercatat tumbuh sebesar 22,43% (bank umum) dan 7,36% (BPR), dengan penyumbang utama kredit konsumsi yang tercatat tumbuh sebesar 31,86% (bank umum) dan 2,74% (BPR). Sementara dana yang dihimpun pada triwulan laporan hanya tercatat tumbuh sebesar 5,07% (bank umum) dan 1,93% (BPR). Angka LDR yang tinggi tersebut mencerminkan bahwa kecenderungan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank masih relatif rendah, dan untuk itu perlu berbagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau menyimpan dananya pada perbankan yang ada di Gorontalo, salah satunya adalah menggalakkan kembali program gerakan TabunganKu. 3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK Jumlah bank di Provinsi Gorontalo hingga triwulan IV-2013 tercatat sebanyak 20 bank, dengan rincian sebagai berikut : bank umum konvensional sebanyak 13 bank, bank umum BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
39
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
syariah sebanyak 3 bank dan BPR sebanyak 4 bank. Sementara itu, jaringan kantor bank umum di Provinsi Gorontalo hingga triwulan laporan terdiri dari 19 kantor cabang, 39 kantor cabang pembantu, 2 kantor fungsional, 9 kantor kas serta 27 kantor unit. Sedangkan jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 1 kantor kas. Untuk perbankan syariah, saat ini jaringan kantor terdiri dari 2 kantor cabang, 9 kantor cabang pembantu, dan 1 kantor kas. 3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil diserap oleh perbankan Gorontalo pada triwulan IV-2013 tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada bank umum, jumlah DPK yang dihimpun mencapai Rp.3,19 triliun atau tumbuh sebesar 5,07% (y.o.y) lebih rendah dibanding triwulan III-2013 yang tercatat Rp.3,44 triliun atau tumbuh 12,13%. Perlambatan pertumbuhan DPK tersebut antara lain bersumber dari giro dimana pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.322,81 miliar atau mengalami penurunan dibanding triwulan III-2013 yang tercatat Rp516,65 miliar. Penurunan DPK tersebut disebabkan oleh penurunan saldo rekening, sementara jumlah rekening triwulan IV-2013 mengalami peningkatan 39,19% menjadi sebanyak 588.966 rekening. Untuk perbankan syariah, DPK yang berhasil dihimpun hingga triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 27,79%, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 35,62%. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh giro pada triwulan laporan yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu sebesar -38,86% (y.o.y). Jika dilihat dari komponen DPK, pangsa terbesar DPK masih didominasi oleh tabungan yaitu sebesar Rp2,12 triliun atau 66,31% dari total DPK, meningkat dibanding triwulan III-2013 yang tercatat Rp1,91 triliun atau 55,65% dari total DPK. Hal yang sama terlihat pada bank syariah, dimana share tabungan memiliki pangsa terbesar yaitu 56,97%, sementara giro dan deposito masing-masing hanya mengambil pangsa sebesar 3,72% dan 39,31% dari total DPK. Share dan pertumbuhan masing-masing komponen DPK pada bank umum dapat dilihat pada Grafik 3.1 dan Grafik 3.2 berikut ini.
40
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Giro
Deposito
Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK)
Tabungan
10.10%
50.00% 40.00% 30.00%
23.58% 20.00%
Deposito
10.00%
Tabungan
66.31%
-20.00%
2011
SEP
NOV
MEI
JULI
JAN
2012
MAR
SEP
NOV
MEI
JULI
JAN
MAR
SEP
NOV
MEI
JULI
JAN
MAR
0.00% -10.00%
Giro
2013
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah Tabel 3.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum
Indikator Dana Pihak Ketiga Giro Deposito Tabungan
Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013 (Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y) 3,040.78 3,436.54 3,194.92 5.07% 331.22 577.64 322.81 -2.54% 725.33 946.46 753.46 3.88% 1,984.23 1,912.44 2,118.65 6.77%
Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Penghimpunan DPK pada BPR pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 18,55 miliar atau tumbuh negatif sebesar -6,10% (yoy) dibanding triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar Rp.19,75 miliar. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan yang cukup signifikan pada jumlah tabungan pada BPR dimana pada triwulan laporan tercatat Rp.7,26 miliar atau turun sebesar 16,42% dibanding triwulan IV-2012 yang tercatat Rp8,69 miliar. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.2. berikut ini. Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR
Indikator Dana Pihak Ketiga Deposito Tabungan
Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013 (Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y) 19.75 18.49 18.55 -6.10% 11.07 11.37 11.29 2.00% 8.69 7.12 7.26 -16.42%
Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat, diolah
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
41
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.1.3 PENYALURAN KREDIT Pada triwulan IV-2013 perbankan Gorontalo telah menyalurkan kredit/pembiayaan kepada 94.642 debitur dengan baki debit mencapai Rp.6,77 triliun atau tumbuh sebesar 22,43% (y.o.y). Namun demikian pertumbuhannya relatif lebih rendah dibandingkan triwulan III-2013 yang tumbuh 25,45%.
Hal itu antara lain dipengaruhi oleh kredit investasi yang
tercatat sebesar Rp546,95 miliar atau tumbuh negatif sebesar -3,14% dibanding triwulan IV2012. Adapun kredit modal kerja dan kredit konsumsi pada bank umum hingga triwulan IV2013 tercatat masing-masing sebesar Rp.1,94 triliun dan Rp.4,28 triliun. Untuk perbankan syariah, penyaluran pembiayaan pada triwulan IV-2013 tercatat tumbuh sebesar 21,75% lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 20,83%. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan pembiayaan konsumsi yang tercatat tumbuh sebesar 19,84%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar -17,56%. Sementara pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja pada triwulan IV-2013 masingmasing tumbuh sebesar 37,25% dan 1,19%. Berdasarkan jenis penggunaan, komposisi kredit pada bank umum didominasi oleh kredit konsumsi dengan pangsa 63,25% dari total kredit. Sedangkan kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing mengambil pangsa 28,68% dan 8,08%.
Sementara untuk
perbankan syariah, pangsa terbesar pembiayaan adalah untuk investasi dan modal kerja yaitu 50,07% dan 25,94%, sedangkan pembiayaan konsumsi sebesar 23,99% dari total pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah di Gorontalo. Secara rinci pangsa dan pertumbuhan masing-masing jenis kredit terhadap total kredit bank umum di Gorontalo, dapat dilihat pada Grafik 3.3 dan Grafik 3.4 berikut ini.
Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Investasi
Modal Kerja
Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan 8.08%
Konsumsi
250.00%
200.00%
150.00%
28.68%
Investasi Modal Kerja
100.00%
63.25%
Konsumsi
50.00%
SEP
NOV
MEI
JULI
JAN
MAR
SEP
NOV
MEI
JULI
JAN
MAR
SEP
NOV
MEI
JULI
JAN
MAR
0.00%
-50.00% 2011
2012
2013
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
42
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum
Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013 (Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y) Kredit Penggunaan 5,532.35 6,580.69 6,773.12 22.43% Investasi 564.68 526.66 546.95 -3.14% Modal Kerja 1,718.86 1,922.77 1,942.31 13.00% Konsumsi 3,248.81 4,131.26 4,283.85 31.86% Indikator
Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Penyaluran kredit BPR hingga triwulan IV-2013 telah mencapai Rp.27,47 miliar atau menurun dibanding posisi triwulan III-2013 yang tercatat sebesar Rp28,15 miliar. Penurunan penyaluran kredit BPR terutama disebabkan oleh penurunan kredit konsumsi dari Rp13,20 miliar pada triwulan III-2013 menjadi Rp12,33 miliar pada triwulan IV-2013. Hal yang sama juga terjadi pada jenis kredit modal kerja yang mengalami penurunan dari Rp13,24 miliar menjadi Rp13,18 miliar. Penyaluran kredit BPR yang mengalami peningkatan hanya terjadi pada kredit investasi yaitu dari Rp1,71 miliar menjadi Rp1,96 miliar, namun pangsanya relatif kecil yaitu 7,14% dari total kredit BPR. Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat
Indikator Kredit Penggunaan Investasi Modal Kerja Konsumsi
Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013 (Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y) 25.36 28.15 27.47 8.33% 0.37 1.71 1.96 435.47% 12.95 13.24 13.18 1.73% 12.04 13.20 12.33 2.43%
Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat, diolah
Secara sektoral, penyaluran kredit produktif bank umum masih didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran dengan baki kredit sebesar Rp.1,80 triliun atau memiliki pangsa 26,63% dari total kredit. Kredit pada sektor tersebut tumbuh sebesar 17,13% (y.o.y) yang dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan modal usaha untuk memenuhi permintaan pada saat lebaran dan akhir tahun (natal dan tahun baru). Adapun kredit sektor pertanian tercatat sebesar Rp81,24 miliar (share 1,20%) mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 33,28% (y.o.y).
Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor musiman dimana pada triwulan IV
(Oktober-Desember) merupakan musim tanam sehingga para petani khususnya petani padi memerlukan tambahan modal usaha untuk membiayai pengolahan lahan, bibit, dan obatobatan yang diperlukan di masa tanam dan pemeliharaan.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
43
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral Bank Umum
200.00%
PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
PERIKANAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
KONSTRUKSI
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
150.00%
100.00%
50.00%
NOV
SEP
JULI
MEI
MAR
JAN
NOV
SEP
JULI
MEI
MAR
JAN
NOV
SEP
JULI
MEI
MAR
JAN
0.00%
-50.00% 2011
2012
2013
-100.00%
-150.00%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Seperti halnya bank umum, sektor utama penyaluran kredit pada BPR adalah sektor perdagangan besar dan eceran dimana pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp.10,09 miliar atau 36,73% dari total kredit BPR. Kredit sektor perdagangan tersebut tumbuh sebesar 8,42% (y.o.y) lebih tinggi dibanding triwulan III-2013 yang tercatat 5,49%. Hal tersebut dipengaruhi oleh naiknya kebutuhan debitur untuk membiayai kegiatan usaha karena meningkatnya permintaan barang pada akhir tahun. Berdasarkan kategori debitur, jumlah rekening/nasabah kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada bank umum hingga triwulan IV-2013 tercatat sebanyak 40.911 rekening dengan baki debit sebesar Rp.2,17 triliun atau tumbuh sebesar 8,58% (y.o.y), lebih tinggi dibanding triwulan III-2013 yang tumbuh 7,10% dengan jumlah kredit Rp2,13 triliun. Kredit UMKM terbesar adalah untuk kategori debitur usaha kecil dengan kredit sebesar Rp954,08 miliar (44,05%), sedangkan kredit usaha mikro dan usaha menengah masing-masing sebesar Rp486,89 miliar dan Rp724,91 miliar. Untuk perbankan syariah, seluruh kredit UMKM disalurkan untuk kategori debitur usaha kecil. Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit pada bank umum di Gorontalo pada triwulan IV-2013 adalah sebesar 31,98%, mengalami penurunan dibanding triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 32,44% dari total kredit. Penurunan pangsa kredit UMKM tersebut karena adanya peningkatan cukup signifikan pada porsi kredit non UMKM, khususnya kredit konsumsi, dimana pada triwulan laporan tercatat 63,25%. Untuk perbankan syariah, share pembiayaan bagi UMKM yang disalurkan hingga triwulan IV-2013 adalah sebesar 56,33%.
Grafik 3.6
menunjukkan pertumbuhan kredit UMKM di Gorontalo.
44
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit UMKM Mikro
Kecil
Menengah
400.00% 350.00% 300.00%
250.00% 200.00% 150.00% 100.00% 50.00%
-100.00%
2011
2012
NOV
SEP
MEI
JULI
MAR
JAN
NOV
SEP
MEI
JULI
MAR
JAN
NOV
SEP
MEI
JULI
MAR
-50.00%
JAN
0.00%
2013
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Data Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia menunjukkan bahwa outstanding KUR di Provinsi Gorontalo hingga posisi triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp.199,06 miliar atau tumbuh sebesar 28,99% (y.o.y), meningkat dibandingkan outstanding KUR triwulan III-2013 sebesar Rp.179,37 Miliar. Sementara itu, jumlah debitur yang memperoleh KUR sejak awal penyalurannya di Gorontalo telah mencapai 62.501 debitur dengan nilai nominal (kumulatif) penyaluran mencapai Rp.698,56 miliar. Adapun bank penyalur KUR di Provinsi Gorontalo pada saat ini adalah Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia, Bank Sulut dan Bank Syariah Mandiri. Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Gorontalo ditunjukkan dalam Grafik 3.7.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
45
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 700.00%
600.00%
500.00%
400.00%
300.00%
200.00%
100.00%
NOV
SEP
JULI
MEI
MAR
JAN
NOV
SEP
JULI
MEI
MAR
JAN
NOV
SEP
JULI
MEI
MAR
JAN
0.00%
-100.00% 2011
2012
2013
Sumber : Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan tercermin dari indikator yang menggambarkan risiko kredit antara lain rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum dan risiko likuiditas yang dicerminkan oleh jangka waktu Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan dan angka rasio kredit/pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (LDR). Rasio NPLs bank umum pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 2,82%, sementara LDR tercatat sebesar 212,00%. 3.2.1 RISIKO KREDIT Risiko kredit perbankan sebagaimana tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 2,82% atau membaik dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 3,36%.
Hal tersebut seiring dengan
membaiknya kualitas kredit modal kerja pada triwulan IV-2013 sebesar 6,27% dari 7,50% pada triwulan sebelumnya. Adapun untuk perbankan syariah, rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financings (NPFs) pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 2,44%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,30%. Peningkatan NPFs bank syariah terutama bersumber dari meningkatnya rasio pembiayaan bermasalah pada jenis pembiayaan modal kerja dari 1,57% pada triwulan III-2013 menjadi 4,17% pada triwulan IV-2013. Secara sektoral, secara umum rasio kredit bermasalah mengalami penurunan atau membaik. Pada triwulan IV-2013 rasio kredit bermasalah terbesar masih berada pada sektor konstruksi yaitu sebesar 18,86%, sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 21,33%. Sementara kredit bermasalah pada sektor pertanian yang pada triwulan sebelumnya 46
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
tinggi yaitu sebesar 26,59%, pada triwulan IV-2013 mengalami penurunan signifikan menjadi sebesar 8,04%.
Perbaikan NPLs tersebut menunjukkan membaiknya kinerja perbankan di
Gorontalo. Grafik 3.8 dan Grafik 3.9 menunjukkan perkembangan NPLs bank umum dan NPLs bank umum secara sektoral. Grafik 3.8 Perkembangan NPLs Bank Umum
Grafik 3.9 NPLs Bank Umum Per Sektor
4.00% 0.69%
19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
3.50%
0.00% -
17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA
1.57%
16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA
3.00%
1.65%
15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA
2.51%
14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
2.50% 2.00%
13. JASA PENDIDIKAN
0.00%
12. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
0.00% 8.12%
11. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 10. PERANTARA KEUANGAN
1.50%
0.00%
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
2.88%
8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
2.95%
1.00%
6.56%
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
18.86%
6. KONSTRUKSI
0.50% 0.00%
5. LISTRIK, GAS DAN AIR
2.10%
4. INDUSTRI PENGOLAHAN
2.17%
2011
2012
SEP
NOV
MEI
JULI
JAN
MAR
SEP
NOV
MEI
JULI
JAN
MAR
SEP
NOV
MEI
JULI
JAN
MAR
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2. PERIKANAN
0.30%
2.49% 8.04%
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
0.00%
2013
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPLs) untuk BPR pada triwulan IV-2013 tercatat masih tinggi yaitu sebesar 11,78% atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,04%. Penyumbang terbesar kredit bermasalah pada BPR adalah kredit modal kerja yaitu sebesar 15,09% dari total kredit modal kerja yang disalurkan oleh BPR di Gorontalo. Grafik 3.10 NPL Kredit Sektoral BPR 8.88%
19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
0.76%
18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
32.44%
17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA
6.03%
16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA
23.96%
15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA 14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
0.00%
13. JASA PENDIDIKAN
0.00%
0.95%
12. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
100.00%
11. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
8.10%
10. PERANTARA KEUANGAN
2.59%
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
0.56% 16.12%
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 6. KONSTRUKSI
0.00%
5. LISTRIK, GAS DAN AIR
0.00% 13.18%
4. INDUSTRI PENGOLAHAN 3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
0.00%
2. PERIKANAN
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
0.00%
11.16% 4.29% 20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Sumber : Laporan Bulanan BPR, diolah
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
47
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS Risiko likuiditas yang diindikasikan dari jangka waktu komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan tendensi peningkatan sebagaimana tercermin dari meningkatnya pangsa komposisi dana jangka pendek perbankan (tabungan) dan meningkatnya indikator Loan to Deposit Ratio (LDR). Berdasarkan data komposisi DPK, terlihat bahwa komposisi dana jangka pendek (tabungan) mengambil pangsa terbesar dibandingkan dana jangka menengah-panjang (giro-deposito). Pada triwulan IV-2013, pangsa tabungan terhadap DPK tercatat sebesar 66,31%, meningkat dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 55,65%. Sementara itu, dana jangka menengah-panjang (giro dan deposito) tercatat hanya memiliki pangsa masing-masing sebesar 10,10% dan 23,58%, mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya yaitu masing-masing 16,81% dan 27,54%. Peningkatan proporsi dana jangka pendek serta penurunan share dana jangka menengah panjang, di satu pihak memberikan dampak pada menurun/rendahnya biaya dana bank, namun di lain pihak dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam membiayai kredit berjangka waktu lebih panjang khususnya investasi. Grafik 3.11 menunjukkan perkembangan portofolio DPK bank umum. Grafik 3.11 Perkembangan Portofolio DPK Tabungan
Deposito
Giro
2013
OKT
JULI APR JAN
2012
OKT JULI APR JAN
2011
OKT JULI APR JAN -
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Rasio kredit/pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan atau lebih dikenal dengan LDR merupakan indikator risiko likuiditas yang masih perlu mendapat perhatian oleh perbankan di Gorontalo, karena data menunjukkan bahwa perbankan di Gorontalo sangat ekspansif. Pada triwulan IV-2013, LDR bank umum tercatat sebesar 212,00% atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 191,49%.
Adapun perbankan syariah, rasio
pembiayaan terhadap dana (FDR) pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 119,92% atau mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya sebesar 107,40%. Sedangkan untuk 48
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BPR, LDR pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 148,08% atau mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya sebesar 152,26%, yang disebabkan oleh penurunan jumlah kredit terutama jenis kredit konsumsi dari Rp13,19 miliar menjadi Rp12,33 miliar. Tingginya rasio LDR perbankan di Provinsi Gorontalo tentu meningkatkan potensi risiko likuiditas yang dihadapi perbankan, khususnya untuk membiayai kredit berjangka waktu cukup panjang seperti kredit investasi. Untuk mengimbangi ekspansi kreditnya yang begitu progresif, perbankan tentu harus mendapatkan dana dari luar wilayah Gorontalo baik itu antar kantor maupun antar bank. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian lebih, sebab untuk menjaga keseimbangan operasional, perbankan tidak hanya dituntut untuk menyalurkan pembiayaan, namun juga harus mempertimbangkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) agar rasio LDR tetap terjaga pada level yang aman bagi operasional perbankan. Kegiatan-kegiatan untuk mendorong peningkatan penghimpunan dana dari masyarakat, salah satunya menggalakkan kembali program Gerakan Indonesia Menabung yang telah dicanangkan pada tahun lalu. Grafik 3.12 berikut menunjukkan perkembangan LDR perbankan Gorontalo.
Grafik 3.12 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo (dalam %)
LDR
Linear (LDR)
250.00% 200.00% 150.00% 100.00% 50.00%
2011
2012
OKT
JULI
APR
JAN
JULI
OKT
APR
JAN
OKT
JULI
APR
JAN
0.00%
2013
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
49
Halaman ini sengaja dikosongkan
50
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Secara umum, kinerja pengelolaan keuangan Provinsi Gorontalo yang tercermin dari besarnya anggaran dan realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah menunjukkan peningkatan di tahun 2013. Di sisi penerimaan, anggaran pendapatan daerah setelah perubahan pada tahun 2013 adalah sebesar Rp1,04 triiun, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang dianggarkan sebesar Rp919,65 miliar. Realisasi pendapatan daerah tercatat relatif baik yaitu senilai Rp1,05 triliun atau mencapai 101,01% dari anggaran. Hal ini didorong oleh meningkatnya penerimaan Pajak Daerah dan Dana Alokasi Umum. Sementara itu di sisi pengeluaran, anggaran belanja daerah setelah perubahan Provinsi Gorontalo pada tahun 2013 dialokasikan sebesar Rp1,13 triliun. Anggaran tersebut lebih besar 16,34% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya dialokasikan sebesar Rp972,91 miliar. Realisasi anggaran belanja tahun 2013 sendiri tercatat senilai Rp1,05 tirliun atau mencapai 92,87% dari anggaran.
4.1 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Provinsi Gorontalo tidak terlepas dari adanya alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2013 tercatat sebesar Rp1,04 triliun atau meningkat 13,17% dibandingkan anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2012 yang sebesar Rp919,65 miliar. Jumlah anggaran belanja setelah perubahan juga meningkat sebesar 16,34% dari Rp972,91 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp1,13 triliun pada tahun 2013. Grafik 4.1. Perkembangan APBD Provinsi Gorontalo 1,200,000.00
Pendapatan Daerah
1,000,000.00
Belanja Daerah
800,000.00 600,000.00 400,000.00 200,000.00 0.00 2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Badan Keuangan Daerah Provinsi Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
51
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
Peningkatan tertinggi pada anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2013 dialami oleh penerimaan Retribusi Daerah sebesar 12,05% (y.o.y) dan Dana Alokasi Khusus sebesar 79,16% (y.o.y). Sementara itu, Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak dianggarkan lebih kecil dengan presentase penurunan sebesar 4,21% (y.o.y). Struktur anggaran pendapatan daerah Provinsi Gorontalo selalu didominasi oleh Dana Alokasi Umum yang dianggarkan hingga 62,67% dari total anggaran pendapatan. Di sisi lain, peningkatan pada anggaran belanja daerah setelah perubahan secara signifikan dialami oleh Belanja Bantuan Sosial sebesar 66,67% (y.o.y). Hal tersebut dipengaruhi oleh perhatian Pemerintah Provinsi Gorontalo terhadap kesejahteraan masyarakat terkait dampak kenaikan BBM dan TDL pada tahun 2013. Jika dilihat dari strukturnya, alokasi terhadap Belanja Barang dan Jasa mendapat proporsi terbesar yaitu 30,84% diikuti oleh Belanja Pegawai yaitu 20,80%. Hal tersebut mengindikasikan kegiatan tingkat konsumsi pemerintah yang masih tinggi dalam penyerapan belanja daerah. Grafik 4.2. Pangsa APBD Perubahan Provinsi Gorontalo 2013
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, 11.63%
PAD Lainnya, 1.13% Belanja Modal, 18.27%
Pajak daerah, 17.66%
Belanja Pegawai, 20.80%
Dana Perimbanga n Lainnya, 6.92% Dana Alokasi Umum, 62.67%
Belanja Barang dan Jasa, 30.84%
Belanja Tidak Langsung Lainnya, 10.45% Belanja Langsung Lainnya, 3.40%
Belanja Hibah, 16.23%
4.2 REALISASI PENDAPATAN DAERAH Realisasi pendapatan secara triwulanan menunjukkan pola yang serupa dengan tahun sebelumnya. Pola realisasi pendapatan, baik dalam bentuk Dana Perimbangan maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD) menunjukkan pola yang sama dengan tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Gorontalo hingga akhir triwulan IV-2013 mencapai Rp1,05 triliun atau 101,01% dari pendapatan yang ditargetkan pada APBD Perubahan 2013. Realisasi ini relatif stabil dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 yaitu 101,36% dari rencana anggaran sebesar Rp932,18 milyar. Tingkat kemandirian fiskal daerah secara umum masih belum cukup baik, tercermin dari realisasi Pendapatan Asli Daerah yang relatif kecil yaitu 20,29% dari total pendapatan daerah. 52
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
Hal ini menunjukkan bahwa sumber pendapatan daerah sangat tergantung dengan bantuan dana dari pemerintah pusat yang terkumpul dalam komponen Dana Perimbangan mencapai 68,69% dari total realisasi pendapatan. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) didominasi oleh komponen Pajak Daerah yang tercatat sebesar Rp200,58 miliar atau 109,14% dari target 2013. Sementara itu, realisasi Dana Perimbangan masih ditopang oleh komponen Dana Alokasi Umum dengan nominal mencapai Rp652,28 miliar atau 100% dari anggaran pendapatan perubahan. Pangsa dari Dana Alokasi Umum juga merupakan yang terbesar yaitu mencapai 62,05% dari total realisasi pendapatan daerah tahun 2013. Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 2012 Pendapatan Daerah
APBDP 2012
Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Retribusi Daerah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Jumlah Pendapatan
161,639,396,184 150,012,733,985 100,000,000 11,526,662,199 636,378,685,314 30,230,153,314 582,140,302,000 24,008,230,000 121,630,890,000 919,648,971,498
2013 Realisasi
Nominal 179,100,125,263 168,068,663,005 88,420,000 10,943,042,258 636,955,516,188 30,806,884,188 582,140,302,000 24,008,330,000 116,123,470,000 932,179,111,451
% 110.80 112.04 88.42 94.94 100.09 101.91 100.00 100.00 95.47 101.36
APBDP 2013 195,534,471,014 183,779,995,351 225,000,000 11,529,475,663 724,255,635,359 28,957,844,359 652,284,261,000 43,013,530,000 121,007,990,000 1,040,798,096,373
Realisasi Nominal 213,321,705,226 200,576,715,357 227,671,007 12,517,318,862 722,098,488,898 26,800,697,898 652,284,261,000 43,013,530,000 115,842,912,317 1,051,263,106,441
% 109.10 109.14 101.19 108.57 99.70 92.55 100.00 100.00 95.73 101.01
Sumber : Badan Keuangan Daerah (BKD) Provinsi Gorontalo
Tabel 4.2 Pangsa Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 (persen)
Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Retribusi Daerah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Jumlah Pendapatan
2012 19.21 18.03 0.01 1.17 68.33 3.30 62.45 2.58 12.46 100.00
2013 20.29 19.08 0.02 1.19 68.69 2.55 62.05 4.09 11.02 100.00
Sumber : Badan Keuangan Daerah (BKD) Provinsi Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
53
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
4.3 REALISASI BELANJA DAERAH Pada tahun 2013, alokasi anggaran belanja daerah Provinsi Gorontalo adalah sebesar Rp1,05 triliun, meningkat 18,91% (y.o.y) bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp883,97 miliar. Realisasi belanja daerah tahun 2013 juga lebih baik dibandingkan tahun 2012, yaitu dari 90,86% menjadi 92,87% dari target belanja. Kondisi ini mengindikasikan kinerja Pemerintah Provinsi Gorontalo yang lebih baik dalam pelaksanaan program kerja anggaran di tahun 2013. Belanja Langsung mengalami peningkatan tertinggi yaitu 30,13%, (y.o.y) dari Rp418,87 miliar di tahun 2012 menjadi Rp545,09 miliar di tahun 2013. Hal ini terkait dengan pembiayaan berbagai proyek pemerintah dan menunjukkan perkembangan yang positif tercermin dari tingkat penyerapannya yang mencapai 91,70%, meningkat dibandingkan dengan realisasi tahun 2012 sebesar 88,80% dari target belanja. Bila dilihat lebih dalam, komponen Belanja Modal mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 33,65% (y.o.y) dari Rp138,39 miliar menjadi Rp184,96 miliar. Komponen Belanja Barang dan Jasa yang memiliki pangsa terbesar yaitu 30,79% dari total realisasi belanja, juga mencatat pertumbuhan yang signifikan mencapai 30,70% (y.o.y) dari Rp247,66 miliar menjadi Rp323,68 miliar di tahun 2013. Sementara itu, Belanja Tidak Langsung tercatat sebesar Rp506,07 miliar, meningkat 8,81% (y.o.y) bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar Rp465,10 miliar. Alokasi tersebut mencapai 94,16% dari target belanja, lebih baik dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 92,79%. Komponen Belanja Bantuan Sosial mengalami pertumbuhan tertinggi hingga 1.316,56% (y.o.y) didorong oleh pemberian bantuan kepada masyarakat terkait kenaikan harga BBM di pertengahan tahun 2013. Sementara itu, realisasi komponen Belanja Pegawai mencapai Rp224,35 miliar atau 21,34% dari total realisasi belanja daerah, terjadi penurunan pangsa dibanding tahun 2012 yaitu 23,65% dari total belanja. Berdasarkan kondisi realisasi pendapatan yang lebih besar dibandingkan belanja tersebut, maka Provinsi Gorontalo berada dalam kondisi surplus di tahun 2013 sebesar Rp102,70 juta, lebih kecil dibandingkan tahun 2012 yang mencapai surplus hingga Rp48,21 miliar. Ruang fiskal (fiscal space) yang lebih kecil tersebut menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam mengalokasikan pendapatannya dengan lebih optimal seperti dalam penyediaan infrastruktur dasar, sehingga dapat memberikan multipplier effect yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo.
54
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.3. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 2012 Belanja Daerah
APBDP 2012
Belanja Tidak Langsung 501,216,517,206 Belanja Pegawai 226,769,991,136 Belanja Subsidi 3,500,000,000 Belanja Hibah 195,175,312,000 Belanja Bantuan Sosial 600,000,000 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 56,676,214,070 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 16,295,000,000 Belanja Tidak Terduga 2,200,000,000 Belanja Langsung 471,690,889,513 Belanja Pegawai 35,787,169,212 Belanja Barang dan Jasa 276,001,571,940 Belanja Modal 159,902,148,361 Jumlah Belanja 972,907,406,719
2013 Realisasi
Nominal 465,099,947,678 209,099,424,239 1,506,660,000 182,988,988,187 39,250,000 55,182,732,653 16,088,905,599 193,987,000 418,870,553,572 32,819,283,363 247,657,426,558 138,393,843,651 883,970,501,250
APBDP 2013
% 92.79 92.21 43.05 93.76 6.54 97.36 98.74 8.82 88.80 91.71 89.73 86.55 90.86
537,473,997,962 235,393,466,242 183,745,600,000 1,000,000,000 82,205,181,720 32,629,750,000 2,500,000,000 594,441,651,728 38,534,953,900 349,049,273,945 206,857,423,883 1,131,915,649,690
Realisasi Nominal
%
506,068,260,680 224,349,199,908 171,430,384,750 556,000,000 78,238,394,300 31,158,408,722 335,873,000 545,092,141,606 36,455,920,312 323,677,951,691 184,958,269,603 1,051,160,402,286
94.16 95.31 93.30 55.60 95.17 95.49 13.43 91.70 94.60 92.73 89.41 92.87
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Tabel 4.4. Pangsa Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 (persen)
Belanja Daerah Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Jumlah Belanja
2012 52.61 23.65 0.17 20.70 0.00 6.24 1.82 0.02 47.39 3.71 28.02 15.66 100.00
2013 48.14 21.34 16.31 0.05 7.44 2.96 0.03 51.86 3.47 30.79 17.60 100.00
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
4.4 KONTRIBUSI REALISASI APBD PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR Kinerja fiskal pada triwulan IV-2013 belum menunjukkan perubahan yang signifikan dalam memberikan stimulan terhadap perkembangan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 28,25%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 6,03%. Pangsa konsumsi pemerintah terhadap sektor riil mengalami peningkatan karena didorong oleh pertumbuhan Belanja Barang dan Jasa.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
55
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
Sementara itu, pangsa Belanja Modal terhadap sektor riil mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 5,18% menjadi 6,03% di tahun 2013. Kondisi ini berimplikasi positif pada meningkatnya pertumbuhan komponen investasi PDRB Provinsi Gorontalo. Tabel 4.5. Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah Konsumsi Pemerintah Belanja Pegawai Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa Belanja Tidak Terduga Belanja Barang dan Jasa Pembentukan Modal Tetap Bruto
APBDP 2012 813,005,258,358 262,557,160,348 3,500,000,000 195,175,312,000 600,000,000 56,676,214,070 16,295,000,000 2,200,000,000 276,001,571,940 159,902,148,361
Triwulan IV-2012 Nominal %PDRB 745,576,657,599 27.90 241,918,707,602 9.05 1,506,660,000 0.06 182,988,988,187 6.85 39,250,000 0.00 55,182,732,653 2.07 16,088,905,599 0.60 193,987,000 0.01 247,657,426,558 9.27 138,393,843,651 5.18
APBDP 2013 925,058,225,807 273,928,420,142 183,745,600,000 1,000,000,000 82,205,181,720 32,629,750,000 2,500,000,000 349,049,273,945 206,857,423,883
Triwulan IV-2013 Nominal %PDRB 866,202,132,683 28.25 260,805,120,220 8.51 171,430,384,750 5.59 556,000,000 0.02 78,238,394,300 2.55 31,158,408,722 1.02 335,873,000 0.01 323,677,951,691 10.56 184,958,269,603 6.03
Sumber : Badan Keuangan Daerah (BKD) Provinsi Gorontalo
56
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Aliran uang kartal dari kas titipan Bank Indonesia di Bank Mandiri Gorontalo pada triwulan IV-2013 menunjukkan net outflow sebesar Rp.25,45 miliar. Di sisi lain, pertumbuhan rata-rata nilai kliring per hari mengalami penurunan pada triwulan IV-2013 sebesar 29,99% (qtq) sedangkan nilai RTGS mengalami peningkatan pada triwulan IV-2013 yaitu rata-rata sebesar 4,05% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu pada triwulan IV-2013 ditemukan sebanyak 5 lembar uang palsu di wilayah Provinsi Gorontalo. 5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW) Perkembangan transaksi pembayaran tunai dilihat dari aliran uang kartal pada posisi triwulan IV-2013 mengalami net outflow sebesar Rp.25,45 miliar yang berarti jumlah uang yang keluar dari khasanah kas titipan Bank Indonesia (Rp.813,56 miliar) lebih besar dibandingkan uang yang masuk dalam khasanah kas titipan (Rp.788,11 miliar). Grafik 5.1. Net Inflow-Outflow Kas Titipan di Gorontalo
Grafik 5.2. Perkembangan Net Flow Secara Bulanan
Sumber: Bank Indonesia BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
57
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
5.1.2 PERKEMBANGAN UANG PALSU YANG DITEMUKAN Pada triwulan IV-2013 ditemukan adanya temuan uang palsu sebanyak 4 lembar pecahan Rp100.000,- dan 1 lembar pecahan Rp.50.000,-.Dengan demikian, sepanjang tahun 2013 telah diperoleh adanya laporan temuan uang palsu dari masyarakat Gorontalo sebanyak 152 lembar uang palsu. Rincian temuan uang palsu dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI 5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO Jika dilihat dari jumlah warkat, perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan IV-2013 tercatat sebanyak 15.576 lembar atau turun sebesar 20,16% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 19.509 lembar. Sementara jumlah nominal kliring juga menurun dimana tercatat sebesar Rp.393,04 miliar atau turun sebesar 29,99% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat Rp.561,42 miliar. Grafik 5.3 dan Grafik 5.4 menunjukkan perputaran kliring di Gorontalo dan rata-rata perputaran kliring per hari.
58
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 5.3. Perputaran Kliring di Gorontalo
Grafik 5.4. Rata-rata Perputaran Kliring per hari
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu, persentase rata-rata penolakan cek & bilyet giro kosong per hari pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 1,70% meningkat dibanding triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 1,18%. Adapun dari sisi nominal, jumlah nominal warkat yang ditolak selama triwulan IV-2013 tercatat sebesar 1,09% atau mengalami peningkatan dibanding triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 1,34%. Grafik 5.5 menunjukkan persentase rata-rata penolakan cek & bilyet giro kosong per hari dari sisi jumlah lembaran dan nominalnya.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
59
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 5.5. Rata-rata Penolakan Kliring per Hari
5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Transaksi yang dilakukan melalui RTGS pada triwulan IV-2013 memiliki nilai rata-rata sebesar Rp.1.010,61 miliar atau meningkat sebesar 4,05% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat Rp.971,30 miliar. Sementara itu, bila dilihat dari volumenya, rata-rata transaksi RTGS pada triwulan IV-2013 adalah sebanyak 1.911 transaksi, atau tumbuh 10,93% dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebanyak 1.722 kali transaksi. Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
60
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
BAB 6 : KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Gorontalo mengalami penurunan dari 4,36% di bulan Agustus 2012 menjadi 4,12% pada Agustus 2013 dengan 36,66% dari total penduduk yang bekerja diserap oleh sektor pertanian. Akan tetapi, jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo menunjukkan peningkatan dari 17,22% pada September 2012 menjadi 18,01% pada September 2013. Walaupun Rasio Gini di tahun 2013 relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,44%, namun masih lebih tinggi dibandingkan nilai nasional yang sebesar 0,41%. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2012 tercatat sebesar 71,28 membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 70,82. Nilai Tukar Petani pada tahun 2013 tumbuh moderat sebesar 101,07 dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 101,34. 6.1. KETENAGAKERJAAN Jumlah penduduk usia kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Provinsi Gorontalo pada bulan Agustus 2013 tercatat sebanyak 755.495 jiwa, lebih tinggi dibandingkan bulan Agustus 2012 yang sebanyak 738.885 jiwa.
Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh
bertambahnya jumlah angkatan kerja dari 466.073 jiwa pada Agustus 2012 menjadi 468.380 jiwa pada Agustus 2013, serta naiknya jumlah bukan angkatan kerja dari 272.812 jiwa menjadi 287.115 jiwa. Perbaikan kondisi angkatan kerja terlihat dari bertambahnya jumlah penduduk yang bekerja dari 445.729 jiwa menjadi 449.104 jiwa atau meningkat 0,76% (y.o.y). Sementara itu, jumlah penduduk yang tidak bekerja mengalami penurunan dari 20.344 jiwa di bulan Agustus 2012 menjadi 19.276 jiwa di bulan Agustus 2013. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di sepanjang tahun 2013 telah berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Gorontalo. Hal ini dapat dilihat pada menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka dari sebesar 4,36% pada bulan Agustus 2012 menjadi sebesar 4,12% pada bulan Agustus 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi cukup berkualitas.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
61
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Grafik 6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Angkatan Kerja Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Jika dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian terlihat masih mendominasi sebagian besar penduduk Provinsi Gorontalo yaitu menyerap 164.637 tenaga kerja pada bulan Agustus 2013 atau sebesar 36,66% dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut menurun 2,29% jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2012 yang mampu menyerap 168.496 tenaga kerja. Sektor industri juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, dimana pada bulan Agustus 2013 tercatat menyerap 34.173 tenaga kerja turun 10,04% (y.o.y) dibandingkan Agustus 2012 yang menyerap 37.986 tenaga kerja. Di sisi lain, sektor perdagangan mengalami pertumbuhan di tahun 2013 yaitu tercatat menyerap 76.416 tenaga kerja atau tumbuh 13,81% (y.o.y) dibandingkan bulan Agustus 2012 yang menyerap 67.142 tenaga kerja.
Grafik 6.2. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Provinsi Gorontalo
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
62
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Grafik 6.3. Pangsa Ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
Grafik 6.4. Pangsa Tenaga Kerja di Provinsi Gorontalo Berdasarkan Lapangan Usaha
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
Dalam hal jenjang pendidikan, pada bulan Agustus 2013 jumlah tenaga kerja masih didominasi oleh jenjang SD ke bawah terutama pada sektor pertanian yaitu sebanyak 274.202 jiwa atau 61,06% dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan bulan Agustus 2012 yang menyerap 280.369 tenaga kerja berpendidikan SD ke bawah atau turun 2,20% (y.o.y). Spesifikasi tenaga kerja untuk jenjang universitas masih relatif rendah dimana hingga bulan Agustus 2013 hanya memiliki 43.228 tenaga kerja atau memiliki pangsa 9,63% dari total penduduk bekerja. Jumlah tersebut meningkat 19,14% (y.o.y) dibandingkan dengan bulan Agustus 2012 yang hanya menyerap 36.283 tenaga kerja berjenjang universitas. Grafik 6.5. Perkembangan Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
63
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
6.2. KEMISKINAN Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo hingga September 2013 tercatat 200.970 jiwa (18,01% dari jumlah penduduk), mengalami kenaikan dibandingkan posisi September 2012 yang tercatat sebanyak 187.732 jiwa (17,22% dari jumlah penduduk). Pada periode ini, jumlah penduduk miskin baik di kota maupun di desa mengalami kenaikan dimana kenaikan jumlah penduduk miskin di perkotaan mencapai 5.002 jiwa (28,05%) sedangkan di pedesaan mencapai 8.236 jiwa (4,85%). Penduduk miskin di Gorontalo sebagian besar masih tinggal di pedesaan yaitu sebesar 88,64% sementara sisanya 11,36% dari total penduduk miskin tinggal di wilayah perkotaan. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan September 2013 sebesar Rp233.492 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp21.466 perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan September 2012 yang tercatat sebesar Rp212.476 perkapita per bulan. Garis kemiskinan daerah perkotaan di bulan September 2013 tercatat sebesar Rp237.600 per kapita per bulan lebih tinggi dibandingkan masyarakat pedesaan yang sebesar Rp232.048 per kapita per bulan. Pada bulan September 2013, garis kemiskinan makanan untuk wilayah perkotaan tercatat lebih rendah dibandingkan pedesaan disebabkan karena pola konsumsi makanan di pedesaan relatif lebih besar dibandingkan di perkotaan. Sedangkan untuk garis kemiskinan non makanan, wilayah perkotaan cenderung lebih tinggi karena penduduk kota memiliki pola konsumsi non makanan yang lebih besar dibandingkan penduduk pedesaan. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan non makanan di perkotaan seperti perumahan, kesehatan, pakaian, perlengkapan, dan jasa yang lebih banyak dan lebih mahal harganya dibandingkan di wilayah pedesaan. Salah satu faktor pendorong meningkatnya persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi pada pertengahan tahun 2013 pasca penerapan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah. Oleh karena itu, peran pemerintah, perbankan, dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menjadi sangat penting dengan melakukan berbagai upaya dalam menjaga stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi.
64
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Grafik 6.6. Perkembangan Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Tabel 6.1. Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo tahun 2013
Garis Kemiskinan Perkotaan Pedesaan Kota + Desa
Garis Kemiskinan Makanan Bukan Makanan Rp176,185 Rp61,415 Rp184,469 Rp47,579 Rp181,643 Rp52,299
Total Rp237,600 Rp232,048 Rp233,942
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
6.3. RASIO GINI Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh BPS pada bulan Maret 2013 mencatat Rasio Gini Provinsi Gorontalo sebesar 0,44%, relatif sama dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Akan tetapi, kesenjangan pendapatan antar lapisan penduduk Provinsi Gorontalo merupakan yang tertinggi di wilayah Sulawesi. Hal yang sama juga terjadi bila dibandingkan dengan Rasio Gini nasional yang tercatat sebesar 0,41%. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa walaupun pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi Provinsi Gorontalo lebih baik dibandingkan nasional, tetapi manfaatnya relatif belum sepenuhnya dirasakan oleh semakin masih lebar.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
65
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Grafik 6.7. Perkembangan GINI Ratio Nasional dan Wilayah Sulawesi
Sumber : BPS Nasional, Berdasarkan Susena Maret 2013
6.4. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Seiring dengan terus bertumbuhnya perekonomian Provinsi Gorontalo, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo, yang terdiri dari indeks daya beli, indeks pendidikan dan indeks kesehatan, juga menunjukan tren peningkatan. IPM Provinsi Gorontalo pada tahun 2012 tercatat sebesar 71,28 meningkat dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 70,82. Meskipun demikian IPM Provinsi Gorontalo masih relatif lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya di wilayah Sulawesi kecuali terhadap Provinsi Sulawesi Tenggara dan Provinsi Sulawesi Barat. Sementara itu, dilihat berdasarkan kabupaten dan kota di Provinsi Gorontalo, IPM tertinggi berada di Kota Gorontalo. Hal ini tidak terlepas dari posisi kota Gorontalo yang merupakan ibukota provinsi dan pusat pemerintahan sehingga masyarakatnya lebih banyak tersentuh kegiatan pembangunan. Grafik 6.8. Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Sulawesi
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo
66
Grafik 6.9. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Gorontalo
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
6.5. KESEJAHTERAAN PETANI Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Grafik 6.10. Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo
Mulai bulan Desember 2013, perubahan tahun dasar dilakukan dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian di pedesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian. NTP pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 101,07, lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 99,75. Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan petani relatif meningkat dibandingkan triwulan III-2013. Bahkan di bulan Desember 2013, indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,81% (mtm) dari 100,50 menjadi 101,07, namun juga disertai kenaikan indeks harga yang dibayar sebesar 0,24% (mtm) dari 109,00 menjadi 109,27. Peningkatan NTP secara keseluruhan utamanya dipengaruhi oleh meningkatnya NTP pada sub sektor utama yaitu sub sektor tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan yang secara berturut-turut tercatat sebesar 98,24, 113,45, dan 102,41. Sementara itu, NTP pada subsektor perkebunan rakyat dan perikanan mengalami penurunan di triwulan IV-2013 dan berada di bawah angka 100, yang berarti petani pada sub sektor tersebut belum memiliki kesejahteraan yang baik. NTP sub sektor perkebunan rakyat tercatat sebesar 94,21 disebabkan penurunan hasil panen pada komoditi cengkeh, aren, dan kemiri. Hal yang sama juga terjadi BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
67
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
pada sub sektor perikanan dengan NTP sebesar 99,97 dimana hasil ikan tangkap mengalami penurunan sebagai akibat dari curah hujan yang cukup tinggi selama triwulan IV-2013.
Grafik 6.11. Perkembangan Nilai Tukar Petani Per Sub Sektor Provinsi Gorontalo
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo
68
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2013 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2013. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh perkiraan meningkatnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor bangunan, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2013 diproyeksikan pada kisaran 6,61% ± 1% (y.o.y). Tendensi inflasi pada rentang tersebut diperkirakan akan dipengaruhi oleh perayaan Hari Besar Keagamaan yaitu Natal dan Tahun Baru pada bulan Desember 2013. Aktivitas usaha perbankan diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan IV-2013 seiring dengan strategi ekspansif dan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan semakin membaik. 7.1 OUTLOOK MAKROEKONOMI REGIONAL Grafik 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo Triwulan I-2014
Pertumbuhan (y.o.y)
9.00
8.39
8.77
8.43
8.29
8.00
7.90
7.67
7.57
8.27
7.77
7.06 6.64
7.00
6.00 Baseline
Pesimis
Optimis
5.00 Q1
Q2
Q3 2012
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1*
2013
2014
Perekonomian Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan tumbuh 7,77– 8,77 % (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2013 yang sebesar 8,43% y.o.y). Di sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan diperkirakan terjadi hampir di seluruh sektor, kecuali sektor pertanian, sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sektor pengangkutan-komunikasi. Provinsi Gorontalo akan memasuki musim panen pada triwulan I2014, terutama pada tanaman bahan pangan sehingga produksi pertanian dapat lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya. Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif pada bulan April 2014 dan Pemilihan Umum Presiden bulan Juli 2014 diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor pengangkutan-komunikasi. Perlambatan kinerja sektoral tercermin dari Survei hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan penurunan tingkat ekspektasi masyarakat terhadap kegiatan usaha di triwulan I2014. BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
69
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
Di sisi permintaan, kinerja konsumsi diprediksi tumbuh melambat. Perlambatan tersebut terjadi pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Sementara itu, konsumsi lembaga swasta nirlaba diperkirakan akan meningkat karena didorong oleh konsumsi lembaga partai. Perlambatan konsumsi terkonfirmasi melalui perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan I-2014, dimana perkiraan tingkat optimisme konsumen tercatat sebesar 108,08 lebih rendah dibandingkan ITK triwulan IV-2013 yang sebesar 110,47. Grafik 7.2. Perkembangan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
Sumber : Bank Indonesia Grafik 7.4. Realisasi dan Proyeksi Luas Panen Jagung dan Padi
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Grafik 7.3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Grafik 7.5. Perkembangan Survei Konsumen (SK)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
7.2 OUTLOOK INFLASI Memperhatikan perkembangan inflasi pada triwulan IV-2013, maka tingkat inflasi kota Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan meningkat moderat pada kisaran 5,95% ± 1%. Realisasi inflasi tahun kalender (y.t.d) sampai dengan bulan Desember 2013 sebesar 5,84%.
70
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI Grafik 7.6. Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo
Sumber: Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
Inflasi volatile foods akan meningkat moderate. Memasuki awal tahun, ekspektasi inflasi pada komoditas volatile foods diperkirakan akan stabil di kisaran yang rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena tingkat konsumsi masyarakat di kota Gorontalo yang kembali normal pasca adanya perayaan natal dan tahun baru. Tekanan inflasi masih akan terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan cabe merah, namun dengan tekanan inflasi yang tidak terlalu tinggi. Harga kelompok administred price dan inflasi inti diperkirakan akan stabil. Hal ini dikarenakan telah berakhirnya dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang terjadi di tahun 2013. Sedangkan harga-harga pada kelompok inflasi inti di akhir triwulan IV2013 lalu tercatat mulai mengalami tren penurunan, sehingga proyeksi inflasi inti di triwulan I2014 diperkirakan tidak akan terlalu meningkat secara signifikan. Ke depan, beberapa faktor risiko yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi tetap perlu diwaspadai. Harga komoditas pangan dunia yang masih berada pada level tinggi, serta peningkatan ekspektasi inflasi akibat kenaikan BI Rate dan masih melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika berpotensi untuk mendorong tekanan inflasi.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
71
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI Tabel 7.1 Tendensi Arah inflasi Triwulan I-2014
Menurun
Meningkat
Stabil
7.3 PROSPEK PERBANKAN Penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan di Provinsi Gorontalo diproyeksikan akan meningkat pada triwulan I-2014, didasarkan pada asumsi bahwa pada awal tahun 2014 terdapat kecenderungan meningkatnya permintaan kredit khususnya konsumsi antara lain untuk kebutuhan persiapan pemilu dan biaya pendidikan (tahun akademik baru). Sementara penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Gorontalo diproyeksikan akan melambat pada triwulan I-2014 terutama bersumber dari jenis tabungan. Hal tersebut didasarkan pada asumsi adanya potensi meningkatnya kebutuhan dana untuk keperluan biaya pendidikan (tahun akademik baru) dan perhelatan Pemilu yang akan dilaksanakan pada bulan April.
72
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN
LAMPIRAN Makroekonomi Regional-Inflasi-Perbankan
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
73
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN
Halaman ini sengaja dikosongkan
74
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN
1. MAKROEKONOMI REGIONAL Tabel 1.A PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam jutaan rupiah) Sisi Permintaan 2012
KOMPONEN Konsumsi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
2013
I 931,154 568,365 8,858 353,931 274,486 (113,913) 103,586 368,581
II 956,972 576,142 8,621 372,208 294,183 (150,269) 107,238 369,962
III 970,220 591,459 9,012 369,749 300,172 (133,837) 105,929 380,808
IV 997,601 595,727 9,130 392,744 304,361 (169,045) 109,667 385,537
I 966,369 601,948 9,299 355,122 276,941 (31,600) 66,995 393,626
II 1,028,434 612,100 9,387 406,947 301,005 (102,373) 76,639 401,253
826,734
838,162
861,676
857,047
885,078
902,453
III 1,022,147 628,686 9,778 383,683 312,493 (69,402) 81,801 417,331
IV 1,079,397 634,146 9,855 435,395 337,362 (141,153) 80,161 426,455
929,709
929,312
Sisi Penawaran SEKTOR 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
2012
2013
I 237,866.28 9,212.82 65,464.67 4,676.63 74,388.82 122,522.55 86,867.51 72,508.35 153,226.44
II 230,559.95 9,340.39 66,523.58 4,821.66 76,954.74 126,486.03 90,391.57 75,445.05 157,639.45
III 241,395.50 9,560.64 67,869.37 4,934.57 79,311.52 130,913.07 94,508.33 77,080.46 156,102.96
IV 225,856.50 9,615.89 68,119.96 5,044.81 80,856.52 133,492.22 96,136.07 78,898.51 159,026.44
I 253,804.67 9,542.22 69,725.38 5,074.77 79,975.95 135,960.95 94,689.31 79,310.04 156,994.64
II 242,455.90 9,783.05 72,745.92 5,209.85 83,771.10 140,834.20 98,609.53 82,276.75 166,766.34
III 254,680.95 10,059.07 74,452.82 5,339.66 86,373.15 145,857.26 102,599.18 84,167.01 166,179.44
IV 239,963.00 10,155.34 76,838.14 5,430.49 90,164.17 147,834.32 104,054.75 86,085.23 168,786.07
826,734.07
838,162.42
861,676.41
857,046.92
885,077.94
902,452.64
929,708.53
929,311.50
Tabel 1.B PERTUMBUHAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam persen) Sisi Permintaan KOMPONEN Konsumsi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN
2012 (% y.o.y)
2013 (% y.o.y)
I 8.93 6.13 10.13 13.70 5.83 19.79 11.27 5.47
II 8.95 5.84 3.15 14.30 10.14 32.61 14.98 5.27
III 7.47 6.12 3.48 9.79 8.35 27.83 8.97 4.51
IV 6.55 5.35 6.77 8.41 3.37 1.23 8.72 4.80
I 3.78 5.91 4.99 0.34 0.89 (72.26) (35.32) 6.80
II 7.47 6.24 8.88 9.33 2.32 (31.87) (28.53) 8.46
III 5.35 6.29 8.51 3.77 4.10 (48.14) (22.78) 9.59
IV 8.20 6.45 7.95 10.86 10.84 (16.50) (26.91) 10.61
8.39
8.29
6.64
7.57
7.06
7.67
7.90
8.43
Sisi Penawaran SEKTOR
2012 (% y.o.y)
2013 (% y.o.y)
1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA
I 5.76 11.57 13.31 6.66 11.56 12.56 7.02 7.40 7.00
II 5.67 7.55 12.20 8.86 9.75 11.71 8.15 10.43 6.41
III 5.72 2.71 8.15 8.27 6.33 10.11 9.44 9.46 2.17
IV 5.70 5.23 5.13 8.69 10.13 10.29 10.01 9.86 5.44
I 6.70 3.58 6.51 8.51 7.51 10.97 9.00 9.38 2.46
II 5.16 4.74 9.35 8.05 8.86 11.34 9.09 9.06 5.79
III 5.50 5.21 9.70 8.21 8.90 11.42 8.56 9.19 6.46
IV 6.25 5.61 12.80 7.64 11.51 10.74 8.24 9.11 6.14
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN
8.39
8.29
6.64
7.57
7.06
7.67
7.90
8.43
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
75
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN Tabel 1.C PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA BERLAKU UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam jutaan rupiah) Sisi Permintaan 2012
KOMPONEN
I Konsumsi 2,165,141 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 1,449,482 Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 30,009 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 685,650 Pembentukan Modal Tetap Bruto 504,007 Perubahan Stok 691,785 Ekspor Barang dan Jasa 211,347 Impor Barang dan Jasa 1,077,423 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
2,494,858
2013
II 2,271,833 1,498,384 29,690 743,759 547,269 610,906 224,757 1,106,446
III 2,338,332 1,566,078 31,945 740,309 570,097 689,660 224,055 1,169,232
IV 2,436,913 1,587,756 32,454 816,704 587,200 617,388 235,059 1,204,560
I 2,403,820 1,621,672 33,757 748,392 537,256 952,483 146,248 1,255,379
II 2,602,398 1,677,400 34,396 890,603 588,088 830,334 170,736 1,309,592
III 2,661,723 1,755,399 35,936 870,388 622,744 937,588 185,185 1,387,136
IV 2,706,960 1,786,522 36,348 994,287 687,636 813,329 184,939 1,437,361
2,548,319
2,652,912
2,672,000
2,784,429
2,881,964
3,020,104
3,065,701
Sisi Penawaran SEKTOR 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
2012
2013
I 759,207 28,839 119,969 13,195 170,170 268,222 218,713 262,460 654,083
II 735,626 29,309 124,072 13,709 178,760 278,358 228,492 279,765 680,228
III 781,146 30,179 129,770 14,221 187,675 292,987 241,603 294,086 681,246
IV 725,393 30,918 133,355 14,708 194,809 304,404 248,224 308,994 711,194
I 823,769 31,248 139,139 14,878 191,149 315,277 248,294 312,696 707,980
II 791,716 32,608 147,355 15,336 202,952 333,184 261,050 330,748 767,014
III 853,746 34,100 152,792 16,025 213,119 352,403 277,579 344,432 775,907
IV 821,699 34,797 161,555 16,546 226,321 362,459 285,586 358,471 798,268
2,494,858
2,548,319
2,652,912
2,672,000
2,784,429
2,881,964
3,020,104
3,065,701
Tabel 1.D PERTUMBUHAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam persen) Sisi Permintaan KOMPONEN
2012 (% y.o.y) I
Konsumsi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa
1.99 (3.56) 20.38 15.24 7.07 27.30 21.64 (5.58)
II 2.71 (3.53) 12.51 17.63 12.80 11.66 25.23 (5.83)
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN
14.98
13.32
2013 (% y.o.y)
III 1.41 (3.26) 11.24 12.45 15.36 1.96 17.11 (10.04)
IV 2.38 (4.34) 15.15 17.99 11.79 (5.72) 16.22 (13.68)
I 11.02 11.88 12.49 9.15 6.60 37.68 (30.80) 16.52
II 14.55 11.95 15.85 19.74 7.46 35.92 (24.04) 18.36
III 13.83 12.09 12.49 17.57 9.23 35.95 (17.35) 18.64
IV 11.08 12.52 12.00 21.74 17.10 31.74 (21.32) 19.33
12.03
12.87
11.61
13.09
13.84
14.73
I
Sisi Penawaran SEKTOR
2012 (% y.o.y)
2013 (% y.o.y)
1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. KONSTRUKSI 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA
I 15.46 19.28 17.81 11.87 17.14 17.77 11.23 15.41 13.29
II 10.84 14.04 15.99 12.42 15.54 16.06 12.02 20.87 11.48
III 11.82 7.92 13.69 12.36 13.50 15.06 13.42 21.98 6.36
IV 7.61 10.23 12.73 13.07 17.86 16.73 13.94 22.32 11.61
8.50 8.35 15.98 12.75 12.33 17.54 13.53 19.14 8.24
II 7.62 11.26 18.77 11.87 13.53 19.70 14.25 18.22 12.76
III 9.29 12.99 17.74 12.69 13.56 20.28 14.89 17.12 13.90
IV 13.28 12.54 21.15 12.50 16.18 19.07 15.05 16.01 12.24
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN
14.98
13.32
12.03
12.87
11.61
13.09
13.84
14.73
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
76
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN
2. INFLASI Tabel 2.A INFLASI IHK GORONTALO Kelompok / Sub kelompok UMUM BAHAN MAKANAN Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang - kacangan Buah - buahan Bumbu - bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air Perlengkapan Rumahtangga Penyelenggaraan Rumahtangga SANDANG Sandang Laki-laki Sandang Wanita Sandang Anak-anak Barang Pribadi dan Sandang Lain KESEHATAN Jasa Kesehatan Obat-obatan Jasa Perawatan Jasmani Perawatan Jasmani dan Kosmetika PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA Jasa Pendidikan Kursus-kursus/Pelatihan Perlengkapan/Peralatan Pendidikan Rekreasi Olahraga TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Transpor Komunikasi dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor Jasa Keuangan
2012
2013
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
134.65 148.73 138.26 119.28 178.74 150.43 133.80 160.16 191.54 205.32 134.87 104.72 114.18 145.96 117.79 126.98 193.28 139.00 159.71 112.30 111.27 117.08 121.97 114.35 107.58 107.07 193.57 122.90 134.09 123.45 140.87 117.22 114.54 122.19 147.68 107.80 104.72 112.30 107.03 114.20 86.86 115.65 103.09
136.07 152.88 138.81 122.95 185.23 148.04 132.96 146.80 186.86 200.58 167.63 105.94 114.18 148.47 118.73 135.17 194.75 137.97 157.41 112.41 111.71 118.44 122.10 115.11 106.93 108.44 192.44 123.19 134.09 123.55 140.87 117.71 114.70 122.19 147.68 108.82 104.72 112.30 107.58 115.05 86.86 115.65 103.09
137.85 156.12 142.79 128.10 193.02 155.94 134.79 156.16 214.60 211.58 147.74 105.15 114.62 151.09 119.82 140.87 197.68 139.21 158.86 112.69 114.60 119.43 123.57 116.05 107.27 109.57 198.22 124.02 134.09 124.02 140.87 119.04 114.88 122.19 147.68 109.46 104.72 116.02 107.73 115.18 86.86 115.65 104.19
139.32 158.94 142.76 128.09 172.94 154.28 134.50 237.31 223.44 209.53 180.34 100.71 114.62 152.43 120.04 139.57 201.92 140.01 160.08 112.97 114.35 120.07 124.36 116.98 107.10 108.31 203.81 128.10 144.38 126.13 145.28 121.84 114.79 122.19 147.68 108.83 104.74 116.02 108.15 115.80 86.86 116.01 104.19
141.62 163.03 143.70 125.54 183.59 153.58 131.55 209.38 222.19 224.28 208.16 101.91 118.97 157.50 127.55 142.88 204.76 141.37 162.19 113.82 113.21 120.83 124.31 117.45 107.73 108.32 200.99 129.16 144.38 126.43 145.28 123.64 114.38 122.19 147.68 108.90 103.31 117.47 108.32 116.01 86.86 116.08 104.84
140.95 157.95 144.19 128.10 175.11 154.30 134.37 207.78 221.50 211.63 180.61 99.47 118.55 157.93 127.56 140.79 207.13 141.86 162.36 114.75 113.79 121.79 123.20 117.67 108.13 109.33 190.39 131.06 144.38 126.43 145.28 127.08 114.75 122.19 148.57 110.82 103.33 119.69 111.80 121.25 86.95 116.13 104.84
142.53 156.77 144.88 129.74 175.13 157.77 139.15 165.78 226.65 229.53 179.24 102.51 120.27 160.43 130.92 145.81 207.13 143.35 163.88 115.83 116.69 122.98 125.36 118.15 108.92 109.50 202.30 133.39 144.38 127.00 162.75 129.24 114.88 122.22 151.62 110.82 103.61 118.65 117.62 130.03 86.95 116.95 104.84
147.46 169.45 144.53 130.11 198.89 160.79 139.21 246.26 251.73 239.77 181.60 106.24 120.27 164.88 138.63 143.71 210.90 145.18 165.34 116.82 120.63 126.49 125.72 118.44 109.67 110.42 201.09 135.72 144.38 128.13 162.75 133.02 115.11 122.22 151.62 111.42 104.01 118.65 118.04 130.65 86.95 117.15 104.84
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
77
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN Tabel 2.B DISAGREGASI INFLASI GORONTALO Tahunan (y.o.y) 2012
Disagregasi
Mar 5.90% 9.71% 1.71% 4.12%
Total Inflasi Core Inflation Volatile Food Administred Price
Jun 5.94% 8.44% 3.50% 4.31%
Sep 5.39% 5.64% 6.07% 3.89%
2013 Des 5.30% 5.47% 6.61% 3.03%
Mar 5.17% 3.18% 9.70% 3.06%
Jun 3.58% 3.14% 3.31% 4.99%
Des 0.54% 0.23% 1.12% 0.35%
Mar 1.06% 1.04% 1.67% 0.22%
Jun 0.10% -0.01% -0.84% 1.80%
Sep 3.39% 3.47% 0.41% 7.74%
Des 5.84% 4.44% 6.64% 7.72%
Bulanan (m.t.m) 2012
Disagregasi
Mar -0.57% 0.53% -2.81% 0.33%
Total Inflasi Core Inflation Volatile Food Administred Price
Jun 0.31% 0.16% 0.67% 0.15%
Sep -1.18% 0.03% -3.48% -0.28%
2013 Sep -3.34% 0.70% -11.09% -0.10%
Des 1.54% 0.57% 4.03% 0.02%
INFLASI GORONTALO TAHUN 2012-2013 DIRINCI MENURUT KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK Pengeluaran (%)
Umum
Tahunan (y.o.y) 2012 I II III 5.90 5.95 5.40
IV 5.30
I 5.18
II 3.59
III 3.40
IV 5.84
Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
1.90 6.00 12.67 9.44 3.81 3.72 3.18
6.02 7.11 7.59 0.44 2.83 0.88 2.18
6.66 5.48 7.05 1.83 5.02 0.61 1.74
9.62 7.91 1.70 1.92 5.10 -0.14 1.21
3.32 6.37 2.82 0.90 6.39 0.04 3.92
0.42 6.18 2.97 1.45 7.55 0.00 9.18
6.61 8.17 3.69 1.10 5.95 0.28 9.15
Umum
Bulanan (m.t.m) 2012 I II III -0.58 0.32 -1.18
IV 0.54
I 1.07
II 0.11
III -3.43
IV 1.54
Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
-2.77 0.62 0.69 0.09 0.00 0.00 0.27
1.14 0.37 0.26 0.40 0.66 0.00 0.04
1.63 1.83 0.65 0.11 0.56 0.02 0.40
-0.83 -0.04 -0.03 -0.23 0.50 0.02 3.07
-10.97 0.98 0.25 1.42 0.52 0.04 -0.17
4.02 0.74 0.38 0.22 0.63 -0.01 0.04
Kelompok / Sub Kelompok
Kelompok / Sub Kelompok
3.58 7.04 10.47 7.12 2.91 4.26 3.00
0.67 0.39 -0.07 0.33 0.17 0.02 0.25
-3.48 -0.16 0.07 0.38 0.36 0.00 -0.48
2013
2013
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
78
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN
3. PERBANKAN Tabel 3.A PERKEMBANGAN BANK UMUM PROVINSI GORONTALO INDIKATOR
2011 Desember
2012 Desember
KANTOR BANK - Jumlah Bank - Jumlah Kantor
2013 Desember
16 86
16 92
16 96
ASSET (Rp.)
4,676,341,786,475
5,745,295,626,522
7,076,496,747,691
DANA PIHAK KETIGA (Rp.)
2,724,980,705,964
3,040,781,100,406
3,194,917,267,883
- Giro - Tabungan
331,220,911,100 322,812,804,500 729,377,502,946 725,327,855,864 753,455,323,059 1,682,608,434,202 1,984,232,333,442 2,118,649,140,324
KREDIT PENGGUNAAN (Rp.) - Investasi - Modal Kerja - Konsumsi
4,441,272,179,452 752,899,323,445 1,411,090,767,215 2,277,282,088,792
5,532,347,948,701 564,676,474,490 1,718,862,113,393 3,248,809,360,818
6,773,115,339,034 546,950,393,609 1,942,312,697,477 4,283,852,247,948
KREDIT SEKTORAL (Rp.)
312,994,768,816
- Deposito
4,441,272,179,452
5,532,347,948,701
6,773,115,339,034
- Pertanian, Perburuan & Kehutanan
62,824,175,258
60,955,152,867
81,240,667,971
- Perikanan
13,216,996,924
14,021,779,463
17,471,724,868
1,639,636,216
5,137,074,108
4,509,265,633
26,401,079,614
51,363,232,583
67,422,852,670
- Pertambangan & Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas, & Air - Konstruksi - Perdagangan Besar & Eceran
299,638,414
39,370,642
884,349,455
115,649,558,866
128,410,417,243
122,548,086,517
1,297,013,741,763
1,540,046,979,136
1,803,893,294,180
- Akomodasi & Penyediaan Makan Minum
36,606,572,777
40,895,059,510
44,173,440,019
- Transportasi, Pergudangan, & Komunikasi
66,367,388,510
47,151,756,696
26,571,008,170
56,103,196
56,928,798,346
810,796,024
25,351,321,710
35,737,056,200
59,596,509,694
- Perantara Keuangan - Real Estate, Usaha Persewaan, & Jasa Perusahaan - Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib - Jasa Pendidikan - Jasa Kesehatan & Keg. Sosial - Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan, & Perorangan Lainnya -Jasa Perorangan yg Melayani Rumah Tangga - Badan Internas. & Badan Ekstra Internas. Lainnya - Kegiatan yg Belum Jelas Batasannya - Bukan Lapangan Usaha - Lainnya *) LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) NPLs Gross - Nominal (Rp.) - Rasio NPLs KREDIT UMKM (Rp.) - Mikro - Kecil - Menengah SHARE KREDIT UMKM THD. TOTAL KREDIT NOMINAL NPL KREDIT UMKM (Rp.) - Mikro - Kecil - Menengah RASIO NPL UMKM
70,879,857
46,534,328
38,334,067
1,007,000,000
1,841,602,281
691,278,774
37,282,168,245
39,683,280,253
35,545,252,174
123,188,300,990
137,671,159,394
217,070,599,492
2,310,002,962
2,220,759,081
6,781,742,494
-
-
-
354,705,525,358
121,388,575,752
13,888,884
2,277,282,088,792
3,248,809,360,818
4,283,852,247,948
-
-
162.98%
181.94%
212.00%
122,109,622,541 2.75%
110,146,244,899 1.99%
191,229,338,108 2.82%
1,994,673,274,088 448,500,170,631 933,125,691,677 613,047,411,780
2,165,873,584,216 486,892,427,219 954,075,228,736 724,905,928,261
1,921,230,520,125 403,626,994,004 1,042,374,182,616 475,229,343,505 43.26%
36.05%
31.98%
74,361,721,674 13,406,731,638 31,060,852,284 29,894,137,752 3.87%
83,943,351,180 12,246,161,078 39,008,587,136 32,688,602,966 4.21%
176,005,702,915 15,118,223,401 85,753,331,328 75,134,148,186 8.13%
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum - Bank Indonesia
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
79
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN Tabel 3.B PERKEMBANGAN BPR PROVINSI GORONTALO INDIKATOR KANTOR BANK - Jumlah Bank - Jumlah Kantor ASSET (Rp.000)
2012 Nov
2013 Nov
Dec 4 8
4 8
4 8
33,466,518
34,860,821
33,728,869
DANA PIHAK KETIGA (Rp.000) - Deposito - Tabungan
18,199,176 19,754,646 18,549,933 11,077,825 11,068,825 11,290,325 7,121,351 8,685,821 7,259,608
B.44 KREDIT PENGGUNAAN (Rp.000) - Investasi - Modal Kerja - Konsumsi
25,586,927 25,357,330 27,469,405 424,447 366,478 1,962,373 13,161,265 12,953,003 13,176,755 12,001,215 12,037,849 12,330,277
KREDIT SEKTORAL (Rp. 000) - Pertanian, Perburuan & Kehutanan - Perikanan - Pertambangan & Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas, & Air - Konstruksi - Perdagangan Besar & Eceran - Akomodasi & Penyediaan Makan Minum - Transportasi, Pergudangan, & Komunikasi - Perantara Keuangan - Real Estate, Usaha Persewaan, & Jasa Perusahaan - Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib - Jasa Pendidikan - Jasa Kesehatan & Keg. Sosial - Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan, & Perorangan Lainnya - Jasa Perorangan yg Melayani Rumah Tangga - Kegiatan yg Belum Jelas Batasannya - Rumah Tangga - Bukan Lapangan Usaha Lainnya
25,586,927 25,357,330 27,469,405 645,014 752,489 825,532 121,075 122,515 79,717 72,311 68,861 3,000 312,577 291,745 346,335 0 0 0 0 4,850 9,306,324 8,856,018 10,089,709 203,866 202,663 85,480 960,302 1,030,322 910,563 32,500 28,000 253,236 17,653 33,653 33,653 33,033 48,679 419,555 17,880 15,868 34,664 0 0 3,600 1,003,473 983,473 757,481 195,182 229,239 723,493 664,522 655,956 568,260 7,556,873 7,511,533 826,230 4,444,342 4,526,316 11,504,047
LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) NPLs Gross - Nominal (Rp.000) - Rasio NPLs
140.59%
128.36%
148.08%
2,575,173 10.06%
2,759,829 10.88%
3,235,362 11.78%
Sumber: Laporan BPR - Bank Indonesia
80
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN
4. TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI GORONTALO Indikator Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) Berdasarkan sektor - Pertanian - Pertambangan & Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Keuangan, Persewaan & Jasa Usaha - Jasa-jasa Berdasarkan Permintaan - Konsumsi Rumah Tangga - Konsumsi Pemerintah - PMTB - Ekspor - Impor Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (US$ Juta) Impor - Nilai Impor Non Migas (US$ Juta) Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) - Giro - Tabungan - Deposito Kredit (Rp Triliun) - Berdasarkan lokasi Proyek - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi Kredit UMKM (Rp Triliun) - Modal Kerja - Investasi Loan to Deposit Ratio (%) NPL Gross (%) Sistem Pembayaran Transaksi RTGS (Rp Triliun) - Rata-Rata Harian Nominal Transaksi - Rata-Rata Harian Volume Transaksi Transaksi Kliring (Rp Triliun) - Rata-Rata Harian Nominal Transaksi - Rata-Rata Harian Volume Transaksi
2012
2013
1
2
3
4
1
2
3
4
8.39
8.29
6.64
7.57
7.06
7.67
7.90
8.43
5.76 11.57 13.31 6.66 11.56 12.56 7.02 7.40
5.67 7.55 12.20 8.86 9.75 11.71 8.15 10.43
5.72 2.71 8.15 8.27 6.33 10.11 9.44 9.46
5.70 5.23 5.13 8.69 10.13 10.29 10.01 9.86
6.70 3.58 6.51 8.51 7.51 10.97 9.00 9.38
5.16 4.74 9.35 8.05 8.86 11.34 9.09 9.06
5.50 5.21 9.70 8.21 8.90 11.42 8.56 9.19
6.25 5.61 12.80 7.64 11.51 10.74 8.24 9.11
6.13 13.70 5.83 11.27 5.47
5.84 14.30 10.14 14.98 5.27
6.12 9.79 8.35 8.97 4.51
5.35 8.41 3.37 8.72 4.80
5.91 0.34 0.89 (35.32) 6.80
6.24 9.33 2.32 (28.53) 8.46
6.29 3.77 4.10 (22.78) 9.59
6.45 10.86 10.84 (26.91) 10.61
2.92
4.64
2.79
3.44
-
1.89
2.43
0.96
5.97 5.91
6.13 5.95
5.40
24.69 5.31
15.20 5.18
1.28 3.59
27.86 3.39
33.95 5.84
2.88 0.45 0.88 1.56 4.74 1.66 2.36 0.73
3.01 0.46 0.82 1.73 5.03 1.99 2.39 0.64
3.06 0.51 0.84 1.71 5.25 1.66 2.96 0.62
3.04 0.33 0.73 1.98 5.53 1.72 3.25 0.56
3.22 0.56 1.76 0.90 5.79 1.75 3.49 0.56
1.91 0.48 0.48 0.94 6.32 1.88 3.86 0.58
3.44 0.58 1.91 0.95 6.58 1.92 4.13 0.53
3.19 0.32 2.12 0.75 6.77 1.94 4.28 0.55
1.29 0.68 164.4 2.56
1.78 0.59 166.8 2.44
1.40 0.57 171.2 2.49
1.48 0.50 181.9 1.99
1.51 0.49 179.9 3.17
1.69 0.52 195.1 3.10
1.66 0.47 191.5 3.36
1.68 0.48 212.0 2.82
0.47 1,208
0.69 1,573
0.65 1,584
0.85 1,730
0.72 1,366
0.82 1,728
0.97 1,722
1.01 1,911
0.13 5,891
0.14 5,762
0.14 5,936
0.16 6,064
0.15 5,707
0.17 6,260
0.19 6,503
0.13 5,192
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013
81
Halaman ini sengaja dikosongkan
82
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
Inflasi
Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Food Inflation
Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga dari jenis barang-barang makanan.
Administered Inflation
Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga sekelompok barang yang harganya diatur/ dikendalikan oleh pemerintah, seperti: BBM, Tarif listrik, telpon, dll.
Traded Inflation
Inflasi yang diukur berdasarkan perubahan harga kategori barang yang dapat diperdagangkan secara international.
Inflation Month to Month
Perbandingan atau nisbah indeks harga konsumen pada bulan yang diukur dengan IHK pada bulan sebelumnya (inflasi bulanan), dan sering disingkat (m-t-m)
Inflasi Year to Date
Inflasi
kumulatif
perbandingan
merupakan
harga
(nisba)
inflasi
yang
perubahan
mengukur
harga
indeks
konsumen bulan bersangkutan dibandingkan akhir bulan pada tahun sebelumnya, sehingga merupakan angka total dan disingkat (y-t-d) Inflasi Year on Year
Atau
inflasi
perbandingan
tahunan harga
adalah (nisbah)
Inflasi
yang
perubahan
mengukur
harga
indeks
konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK pada bulan yang sama tahun sebelumnya, atau sering disingkat (Y-o-Y)
Inflasi Quarter to Quarter
Atau
inflasi
triwulan
perbandingan konsumen
harga
pada
adalah
inflasi
yang
(nisbah)/perubahan
akhir
triwulan
yang
mengukur
indeks
harga
bersangkutan
dibandingkan IHK akhir triwulan sebelumnya, atau sering disebut (q-t-q) Atau produk domestik bruto, sedangkan untuk skala daerah
PDB dan PDRB
(kota/kebupaten) disebut PDRB (produk domestik regional bruto) Pertumbuhan
Year
on Atau pertumbuhan tahunan adalah pertumbuhan yang mengukur perbandingan PDRB atas dasar harga konstan
Year
triwulan laporan dibandingkan PDRB atas dasar harga konstan triwulan yang sama tahun sebelumnya, atau sering disingkat (Y-o-Y) Pertumbuhan Melambat
Pertumbuhan tahunan masih menunjukkan nilai positif namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti
M1
sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas,
M2
merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing). Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban
Mo
otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral. Uang Kartal
Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
84
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Uang Giral
Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM
Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara pendapatan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPLs
Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah,
dengan
kolektibiltas
kurang
lancar
(3),
diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI. Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM
Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow
Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow
Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow
Selisih antara outflow and inflow.
PTTB
Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
APBD
Singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, adalah wujud dari pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Penyusunan APBD memperhatikan
adanya
keterkaitan
antara
kebijakan
perencanaan dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dalam perencanaan dan penganggaran negara.
86
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA