Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013 Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap Tingkat Pendapatan Petani Kopra Di Kecamatan Tobelo Selatan Kabupaten Halmehara Utara
Stefen Popoko* Abstrak
Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara merupakan salah satu penghasil kopra terbesar di Propinsi Maluku Utara. Namun demikian, secara umum penghasilan petani kelapa yang menjual hasilnya dalam bentuk kopra, masih rendah. Penyebab rendahnya pendapatan petani adalah kesenjangan harga di tingkat petani dibandingkan dengan harga pada tingkat konsumen akhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (a) saluran pemasaran dan fungsi pemasaran, dan (b) tingkat efisiensi pemasaran kopra di Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2013. Jumlah petani kelapa yang menjual hasilnya dalam bentuk kopra di Kecamatan Tobelo Selatan adalah 215 orang yang tersebar di berbagai desa di Kecamatan Tobelo Selatan. Petani sampel ditentukan secara acak sederhana dengan mengambil 43 responden. Prosedur penentuan lembaga pemasaran sampel dilakukan dengan cara non probability sampling. Prosedur pengambilan sampelnya dilakukan secara pendekatan kelembagaan dengan melalui metode snowball Sampling. Analisis yang dilakukan adalah analisis marjin pemasaran, keuntungan, bagian harga dan efisiensi pemasaran. Pengaruh biaya pemasaran terhadap keuntungan lembaga pemasaran di analisis dengan model regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua saluran pemasaran kopra di Kecamatan Tobelo Selatan, yaitu: Saluran I : Petani Pedagang Pengumpul Pabrik Minyak Kelapa, dan Saluran II: Petani Pabrik Minyak Kelapa. Sebagian besar petani (61%) menggunakan Saluran I untuk memasarkan kopra, sedangan sisanya (39%) menggunakan Saluran II. Bagian harga (Share) petani terhadap harga jual ditingkat pedagang akhir untuk pemasaran kopra pada saluran I adalah sebesar 73%, sedangkan pada saluran II dengan cara yang sama diperoleh share sebesar 100. Pemasaran kopra di Kecamatan Tobelo Selatan semua efesien baik melalui saluran I maupun saluran II, karena keduanya mempunyai nilai efesiensi (Ep) < 50 %, yaitu masing-masing sebesar 8% untuk pemasaran kopra saluran I dan 10% untuk saluran II. Marjin pemasaran pada saluran I (Rp. 1150/kg) lebih kecil bila dibandingkan dengan marjin pemasaran pada saluran II (Rp. 1856/kg). Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul yang berupa biaya transportasi dan biaya tenaga secara simultan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap keuntungan pedagang maupun petani. Biaya pemasaran pada Saluran I memberikan kontribusi 99,8% terhadap variasi keuntungan pedagang pengumpul, sedangan pada Saluran II biaya pemasaran hanya memberikan kontribusi 16,8% terhadap variasi keuntungan petani. Pada Saluran I, biaya transportasi maupun biaya tenaga kerja mempengaruhi keuntungan pedagang. Pada Saluran II, biaya pemasaran tidak mempengaruhi keuntungan petani. Kata kunci: biaya pemasaran; petani kopra; Tobelo Selatan. *
Dosen pada Program Studi Agroforestri Politeknik Perdamaian Halmahera
Page I 80
Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013 Pendahuluan Dalam perekonomian Indonesia, kelapa merupakan salah satu komoditas strategis karena perannya yang besar bagi masyarakat sebagai sumber pendapatan, sumber utama minyak dalam negeri, sumber devisa, sumber bahan baku industri (pangan, bangunan, farmasi, oleokimia), dan sebagai penyedia lapangan kerja (Tarigans 2003). Namun demikian menurut Budianto dan Allorerung (2003), bila dilihat dari segi pendapatan petani, potensi ekonomi kelapa yang sangat besar itu belum dimanfaatkan secara optimal karena adanya berbagai masalah internal baik dalam proses produksi, pengolahan, pemasaran maupun kelembagaan (Kasryno et al. 1998). Kabupaten Halmahera Utara merupakan salah satu daerah penghasil kelapa terbesar di Indonesia. Luas areal perkebunan kelapa tahun 2010 sebesar 61.144 hektar dengan produksi 83.380 ton. Kecamatan Tobelo Selatan paling banyak menghasilkan komoditas kelapa. Tanaman kelapa menjadi penyangga utama dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat di kecamatan tersebut. Pada umumnya, kelapa di Kabupaten Halmahera Utara dipasarkan dalam bentuk primer, atau belum diolah lebih lanjut. Penggunaan hasil pertanian tanpa olahan tersebut pun dipusatkan untuk pangan semata. Dengan demikian nilai ekonomi dari produk kelapa tersebut sangat rentan terhadap fluktuasi musim yang menyebabkan nilai jualnya rendah dan menimbulkan kerugian di pihak petani.
Sebagai salah satu sentra produksi kelapa, pendapatan petani kelapa di Kecamatan Tobelo Selatan sangat ditentukan oleh kontribusi hasil usahatani komoditi kelapa tersebut. Pendapatan petani disamping dipengaruhi oleh tingkat produktivitas per satuan luas juga sangat dipengaruhi oleh mampu tidaknya petani memasarkan hasil usahataninya kepada konsumen dengan harga yang memadai. Penyebab rendahnya pendapatan petani adalah kesenjangan harga di tingkat petani dibandingkan dengan harga pada tingkat konsumen akhir. Hal ini terjadi karena besarnya keuntungan yang diambil oleh para pedagang perantara dan biaya yang dikeluarkan dalam memasarkan kopra sampai tingkat konsumen akhir. Berdasarkan observasi sementara diketahui bahwa sebagian besar petani di Kecamatan Tobelo Selatan memasarkan hasil kelapa dalam bentuk kopra dan dilakukan secara sendiri-sendiri. Permasalahan-permasalahan pemasaran kopra di Kabupaten Halmahera Utara antara lain: (a)
(b)
Jumlah pedagang yang lebih sedikit daripada jumlah petani sehingga petani tidak mempunyai kesempatan memperoleh insentif harga yang lebih tinggi, Petani tidak mempunyai akses terhadap informasi pasar sehingga informasi perubahan harga, trend harga tidak sampai ke tingkat petani; petani hanya bertindak lebih sebagai price taker dari pada sebagai price maker,
Page I 81
Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013 (c)
Hubungan antara petani dengan pedagang dalam bentuk ikatan harga menjadikan pola hubungan lebih menyerupai hubungan patron-client dimana petani sangat tergantung pada pedagang tertentu dalam hal permodalan usahatani, pembiayaan usahatani, penjualan hasil panennya dan bahkan biaya hidup sehari-hari. Permasalahan permasaran kopra tersebut muncul karena masih rendahnya kualitas kopra yang dihasilkan oleh petani sebagai akibat penerapan teknologi pengolahan kopra yang masih bersifat tradisional. Rendahnya kualitas kopra yang dihasilkan oleh petani, bukan saja mengakibatkan biaya penyusutan semakin meningkat, tetapi juga biaya pengangkutan dan biaya tambahan pada perusahaan pengolah kopra menjadi minyak kelapa. Jarak petani dengan perusahaan pengolah yang relatif jauh, mengakibatkan keterlibatan pedagang perantara dalam proses pemasaran kopra petani, dan pada umumnya struktur pasar menempatkan petani berada pada posisi penerima harga (price taker). Fluktuasi harga kopra juga merupakan salah satu kendala pemasaran akibat belum efisiennya pemasaran. Pada waktu-waktu tertentu harga melonjak tinggi kemudian turun secara drastis sementara para petani tidak siap mengantisipasinya. Dari segi pemasaran, para petani kelapa dirugikan oleh praktek pasar monopsoni dari pabrik minyak kelapa dan pedagang kopra yang menentukan harga secara sepihak. Keadaan ini menyebabkan petani kecewa dan membiarkan tanaman
kelapa terlantar sehingga produktivitas kelapa turun drastis (Brotosunaryo, 2003). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah untuk memperbaiki kualitas kopra yang dihasilkan petani. Dari sisi usaha peningkatan produksi dan kualitas yang dilakukan pemerintah dirasa sudah cukup banyak, namun kajian dari sisi pemasaran masih kurang. Perbaikan kualitas kopra akan dapat mengurangi biaya pemasaran yang pada gilirannya akan meningkatkan bagian harga (share) yang diterima petani dan menambah keuntungan pedagang, sehingga merupakan suatu upaya perbaikan efisiensi pemasaran. Menurut Jamaludin (2003), beberapa solusi untuk meningkatkan pendapatan petani kelapa adalah (a) membenahi sistem tata niaga kelapa dengan melibatkan berbagai pelaku agribisnis kelapa mulai dari hulu hingga hilir, serta lembaga penunjang dengan mengintegrasikan kerja sama secara sinergis untuk menghasilkan produk akhir yang berdaya saing tinggi, (b) meningkatkan peran pemerintah dalam penyediaan sarana produksi serta teknologi budidaya dan pascapanen, (c) menyediakan teknologi tepat guna untuk mendirikan industri kelapa terpadu skala kelompok tani atau koperasi pada setiap sentra produksi kelapa sehingga semua komponen kelapa dapat dimanfaatkan, (d) memperbaiki sarana dan prasarana transportasi untuk memperlancar pengangkutan sarana produksi dan hasil, serta (e) membantu petani dalam akses pelayanan permodalan dan pemasaran.
Page I 82
Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013 Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan (a) bagaimana peranan lembaga dan saluran pemasaran kopra di Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara serta sumbangan fungsi-fungsi pemasaran terhadap keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran, dan apakah pemasaran kopra di Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara telah efisien ? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui saluran pemasaran dan fungsi pemasaran serta peranannya dalam pemasaran kopra di Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara 2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran kopra di Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara melalui analisis marjin pemasaran, dan analisis struktur, perilaku dan penampilan pasar. Metode Penelitian Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2013. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan sentra produksi kopra di Kabupaten Halmahera Utara dan sangat potensial untuk dikembangkan mengingat
kondisi tanahnya yang sesuai untuk budidaya tanaman kelapa. Selain itu pemasaran kopra di daerah tersebut sudah berlangsung cukup lama sehingga dapat dijadikan obyek penelitian analisis efisiensi pemasaran kopra serta dapat diketahui berbagai permasalahanpermasalahan yang timbul, baik di sisi petani maupun di sisi lembaga pemasarannya. Penentuan Sampel Jumlah petani kelapa yang menjual hasilnya dalam bentuk kopra di Kecamatan Tobelo Selatan adalah 215 orang yang tersebar di berbagai desa di Kecamatan Tobelo Selatan. Petani sampel ditentukan secara acak sederhana dengan mengambil 43 responden. Besarnya sampel ditentukan berdasarkan kriteria bahwa jumlah sampel yang diambil paling sedikit sebanyak 10% dari besarnya populasi seperti yang dikemukakan oleh Singarimbun dan Effendi (1989). Prosedur penentuan lembaga pemasaran sampel dilakukan dengan cara non probability sampling mengingat besarnya populasinya tidak diketahui. Prosedur ini merupakan prosedur pengambilan sampel dimana peluang dari anggota populasi untuk muncul sebagai sampel tidak diketahui (Nazir, 1999). Prosedur pengambilan sampelnya dilakukan secara pendekatan kelembagaan dengan melalui metode snowball Sampling dengan jumlah yang disesuaikan dengan kondisi lapangan dan kebutuhan analisis penelitian. Penentuan lembaga ini dibatasi sampai pada tingkat pedagang pengumpul.
Page I 83
Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013 Pengamatan dan Pengumpulan Data Data yang dikumpulan adalah (1) data primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuisioner antara peneliti dengan responden, (2) data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kantor desa/kecamatan setempat dan dari instansi terkait lainnya yang digunakan sebagai data pendukung. Data diambil pada periode Mei sampai dengan Agustus 2013 sehingga nilai penjualan/pembeli produk dan biaya-biaya pemasaran dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada periode tersebut. Analisis Data a) Marjin Pemasaran Analisis yang dilakukan adalah analisis marjin pemasaran untuk mengetahui (a) komponen biaya pemasaran secara keseluruhan dan terinci yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat; (b) keuntungan secara keseluruhan dan terinci yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat; dan (c) bagian harga yang diterima petani produsen kopra. Marjin pemasaran merupakan selisih harga antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Jadi harga yang dibayarkan konsumen merupakan (a) bagian harga yang dibayarkan kepada produsen sebagai pembayaran atas faktor produksi yang digunakan dan imbalan jasa melakukan proses produksi; (b) marjin pemasaran merupakan (1) biaya pemasaran, yaitu biaya yang dikeluarkan oleh pemasaran yang terlibat dalam rangka melakukan fungsi pemasaran, dan (2) keuntungan pemasaran yang diperoleh
lembaga pemasaran yang terlibat sebagai imbal jasa melakukan aktivitas pemasaran yang juga membutuhkan biaya (Masyrofie, 1994). Metode analisis data secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: MP
=
Pr – Pf
=
BP + KP
atau MP Dimana: MP
=
Marjin
Pr
=
Harga di tingkat Pengece r
Pf
=
Harga di Tingkat Produse n
BP
=
Biaya Pemasaran
KP
=
Keuntungan Pemasar an
Pemasar an
Bagian (share) harga yang diterima produsen (petani) dirumuskan sebagai berikut: Sf
Pf x 100% Pr
Dimana: Sf
=
Share harga yang diterima petani produsen.
Pf
=
Harga di tingkat petani produsen
Page I 84
Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013 Pr
=
Harga di tingkat konsumen .
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas X1….Xn (biaya pemasaran) terhadap Efisiensi Pemasaran (Ep) variabel terikat Y (keuntungan pemasaran), hasil analisis nilai peluang F (Sig. F Biaya Pemasaran Ep x100% Nilai produk yang dipasarkan change) dibandingkan dengan taraf signifikansi peluang (P) <0,05. Jika P < 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa b) Analisis Struktur, Perilaku dan variabel bebas secara simultan Penampilan Pasar berpengaruh terhadap variabel terikat. Analisis ini berguna untuk Sebaliknya jika > 0,05 maka dapat mengetahui efisiensi pemasaran melalui dinyatakan bahwa variabel bebas tidak penjelasan secara deskriptif tentang berpengaruh terhadap vaiabel tidak bebas. struktur pasar, penampilan pasar dan Kontribusi variabel bebas terhadap perilaku pasar pada saat suatu komoditas variasi variable tidak bebeas diketahui dari dipasarkan (Soekartawi, 1989). nilai koefisien determasi (R2). Semakin besar nilai R2 (mendekat 1), maka c) Analisis Fungsi Keuntungan Analisis ini bertujuan untuk sumbangan varabel bebas terhadap mengetahui pengaruh biaya pemasaran variabel tidak bebas semakin besar. Secara terhadap keuntungan lembaga pemasaran. umum dapat dikatakan bahwa besarnya R2 Keuntungan lembaga pemasaran berada antara 0 dan 1 atau 0 < R < 1. merupakan fungsi biaya dari aktivitas Untuk mengetahui variabel bebas mana pemasaran, sehingga dalam fungsi tersebut yang pengaruhnya paling dominan di duga dengan analisis regresi sebagai terhadap variabel tidak bebas, hasil analisis berikut: nilai Sig. t dibandingkan dengan P=0,05. Jika P < 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa variabel bebas secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat. Y b o b1X1 ..............b n X n e Sebaliknya jika > 0,05 maka dapat dimana, dinyatakan bahwa variabel bebas tidak berpengaruh terhadap vaiabel tidak bebas. Y = Keuntungan Pedagang Pengumpul I X1
=
Biaya Pemasaran ke 1
Xn
=
Biaya Pemasaran ke n
b1
=
Bn
=
b0
=
u
=
Hasil Dan Pembahasan a) Pemasaran Kopra Koefisien Regresi X1 Pola Distribusi/Rantai Koefisien Regresi Xn Pemasaran Di Kecamatan Tobelo Selatan yang Konstanta ikut serta dalam rantai pemasaran kopra Kesalahan (Disturbing Terms) yaitu petani produsen kopra, pedagang
Page I 85
Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013 pengumpul dan konsumen akhir/ pabrik minyak. Pelaku pemasaran kopra tersebut membentuk 2 saluran pemasaran, yaitu: 1. Saluran I : Petani Pedagang Pengumpul Pabrik Minyak Kelapa 2. Saluran II: Petani Pabrik Minyak Kelapa Sebagian besar petani (61%) menggunakan Saluran I untuk memasarkan kopra, sedangan sisanya (39%) menggunakan Saluran II. Hal ini terjadi karena sebagian besar petani tidak mampu menyediakan biaya pemasaran yang berupa biaya transportasi dan biaya tenaga untuk memasarkan langsung kepada pabrik minyak pada Saluran II. Sehingga petani menyerahkan biaya pemasaran kepada pedagang pengumpul melalui Saluran I. Peranan Koperasi dan Kelompokkelompok usaha bersama masih belum nampak peranannya. Pada Umumnya petani produsen menjual hasilnya secara sendiri-sendiri, tidak ada koordinasi dengan petani atau kelompok lainnya sedangkan harga lebih banyak ditentukan oleh pedagang pengumpul dan pabrik minyak sehingga petani berada pada posisi yang lemah. Marjin Pemasaran, Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Dalam pemasaran kopra selalu memerlukan biaya untuk memasarkan hasil produksi dari petani sebagai produsen ke konsumen akhir. Biaya-biaya tersebut merupakan biaya pemasaran yang harus dikeluarkan baik oleh petani maupun pedagang pengumpul yang meliputi biaya pengangkutan, bongkar muat dan susut.
Semua biaya pemasaran kopra di Kecamatan Tobelo Selatan pada saluran I ditanggung oleh pedagang pengumpul yaitu biaya transportasi yang terdiri atas biaya angkut dan bongkar muat sebesar Rp 118/kg. Biaya pemasaran kopra pada saluran II yang harus dikeluarkan petani sebesar Rp 152/kg yang terdiri atas biaya angkut sebesar Rp. 117/kg dan biaya tenaga kerja untuk bongkar muat sebesar Rp. 35/kg (Tabel 2). Keuntungan pemasaran adalah selisih antara marjin pemasaran dengan biaya pemasaran. Keuntungan pemasaran merupakan bagian harga yang diterima pedagang pengumpul maupun petani yang menjual langsung ke konsumen akhir. Pada Saluran I, keuntungan pemasaran petani kopra sebesar Rp 1581/kg, dan keuntungan pedagang pengumpul sebesar Rp. 1032/kg. Pada saluran II keuntungan petani sebesar Rp 1856/kg. Bagian harga (Share) petani terhadap harga jual ditingkat pedagang akhir untuk pemasaran kopra pada saluran I adalah sebesar 78%, sedangkan pada saluran II dengan cara yang sama diperoleh share sebesar 100% karena petani menjual hasilnya langsung ke konsumen akhir sehingga harga ditingkat petani produsen (Pf) sama dengan harga ditingkat pengecer/konsumen akhir (Pr). Sistem pemasaran dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen ke konsumen dengan biaya semurah-murahnya, serta mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan pemasaran barang itu. Efesiensi
Page I 86
Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013 pemasaran dapat dihitung dengan persentase (rasio) antara biaya pemasaran dengan nilai akhir. Ini merupakan efesiensi pemasaran dilihat dari segi biaya pemasaran. Pemasaran kopra di Kecamatan Tobelo Selatan semua efesien baik melalui saluran I maupun saluran II, karena keduanya mempunyai nilai efesiensi (Ep) < 50 %, yaitu masing-masing sebesar 8% untuk pemasaran kopra saluran I dan 10% untuk saluran II. Hal ini menunjukkan bahwa saluran II lebih efesien dibandingkan dengan saluran I. Meskipun lebih efisien, Saluran II memberikan keuntungan lebih kecil dibandingkan dengan Saluran I karena petani harus menanggung biaya pemasaran yang pada Saluran I ditanggung oleh pedagang pengumpul. Marjin Pemasaran adalah selisih harga pada tingkat petani dengan harga pada tingkat konsumen akhir atau selisih harga pada tingkat petani atau pada saat pembelian dengan harga saat penjualan. Selisih harga tersebut merupakan biaya pemasaran yang harus dikeluarkan para pedagang dan keuntungan yang diterima. Berdasarkan perbandingan besarnya marjin pemasaran, maka dapat diketahui bahwa marjin pemasaran pada saluran I (Rp. 1150/kg) lebih kecil bila dibandingkan dengan marjin pemasaran pada saluran II (Rp. 1856/kg). Tabel 1. Komponen Pemasaran Kopra di Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara No
Lembaga Pemasaran
Saluran I (Petani-PP-Pabrik) Rp/Kg
I.
Distribusi
Share
Marjin
Harga
Saluran II (Petani-Pabrik) EP
1,514
Share
Marjin
Harga
EP
1,457
b. Biaya transportasi
117
6%
c. Biaya tenaga kerja
35
2%
152
8%
1,856
100%
Jumlah biaya d. Keuntungan
1,580
e. Harga jual
3,094
137% 73%
3,465
10% 100%
PEDAGANG PENGUMPUL a. Harga Beli
3,094
b. Biaya transportasi
60
5%
1,4%
c. Biaya tenaga kerja
58
5%
1,4%
118
10%
2,8%
d. Keuntungan
1,032
90%
24%
e. Harga jual
4,244
Jumlah biaya
III
Distribusi
PETANI a. Biaya produksi
II
Rp/Kg
PABRIK (Konsumen)
8%
100%
MINYAK
Harga Beli
4,244
3,465
MARJIN
1,150
1,856
Keterangan: EP = Efisiensi Pemasaran
Page I 87
Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013
b) Struktur, Perilaku dan Penampilan Pasar Di daerah penelitian jumlah petani kopra jumlahnya lebih besar daripada jumlah pedagang pengumpul. Namun demikian, transaksi penjualan minyak kelapa tidak terpusat pada satu pedagang saja, terbukti dengan bervariasinya harga kopra. Dengan demikian pada pemasaran kopra ini terbentuk pasar persaingan sempurna menunjukkan bahwa pemasaran minyak kelapa di daerah penelitian sudah efisien. Pedagang pengumpul membeli minyak kelapa di petani produsen minyak kelapa tanpa memperhitungkan kualitas. Pedagang pengumpul kemudian menentukan harga yang sudah diperhitungkan di tingkat petani. Pembentukan harga di tingkat petani dari pedagang pengumpul di daerah penelitian adalah cukup bervariasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa share harga yang diterima petani lebih kecil dibandingkan dengan share pedagang pengumpul. Meskipun dari nilai EP (efisiensi pemasaran) yang disajikan pada Tabel 2 menunjukkan sistem pemasaran yang sudah efisien, masih terjadi disparatis harga yang cukup besar antara petani produsen, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Hal ini bisa mempengaruhi efisiensi pemasaran.
c)
Pengaruh Biaya Pemasaran terhadap Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengumpul (saluran I) Hasil analisis yang disajikan dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul yang berupa biaya transportasi dan biaya tenaga secara simultan berpengaruh nyata terhadap keuntungan pemasaran pada taraf signifikansi 95%. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig. F change = 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,998 menunjukkan bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul memberikan sumbangan 99,8% terhadap variasi keuntungan pemasaran. Jika ditinjau pengaruh masing-masing biaya pemasaran secara parsial terhadap keuntungan pedagang pengumpul, biaya transportasi dan biaya tenaga kerja merupakan biaya pemasaran yang mempengaruhi keuntungan pemasaran. Hal ini dilihat dari nilai Sig.t untuk biaya transportasi maupun biaya tenaga kerja sebesar 0.000 yang lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan nilai koefisien regresi, diketahui bahwa penambahan biaya transportasi sebesar 1% akan menurunkan keuntungan pedagang pengumpul sebesar 0,001%. Penambahan tenaga kerja sebesar 1% akan menurunkan keuntungan pemasaran sebesar 0,001%.
Tabel 2. Koefisien regresi, t, F change dan koefisien determinasi (R 2 ) antara variabel bebas (biaya pemasaran) dan variabel tidak bebas (keuntungan pemasaran) pada Saluran I. Model
Koefisien regresi
T
Sig. t
Fchange
Sig. F
R2
change
Page I 88
Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013 Pedagang Pengumpul Konstanta
1162
199,554
0,000
Biaya Transportasi
-0,001
-105,367
0,000
Biaya Tenaga Kerja
-0,001
-12,314
0,000
5,558
0,000
0,998
Berdasarkan nilai koefisien regresi (b), dan konstanta (a), maka persamaan regresinya adalah: Kpmsr
=
1162 – 0,001 Tr – 0,001 Tk
Kpmsr
=
Keuntungan pedagang pengumpul
Tr
=
Biaya transportasi
Tk
=
Biaya tenaga kerja
dimana
Petani (saluran II) Hasil analisis yang disajikan dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh petani yang berupa biaya transportasi dan biaya tenaga secara simultan tidak berpengaruh terhadap keuntungan pemasaran pada taraf signifikansi 95%. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig F change = 0,109 yang lebih besar dari 0,05. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,168 menunjukkan bahwa biaya
pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul memberikan sumbangan 16,8% terhadap variasi keuntungan pemasaran. Jika ditinjau pengaruh masing-masing biaya pemasaran secara parsial terhadap keuntungan pemasaran, biaya tenaga kerja maupun biaya transportasi tidak mempengaruhi keuntungan petani. Hal ini dilihat dari nilai Sig.t untuk biaya transportasi sebesar 0.695 dan untuk biaya tenaga kerja 0,099 yang lebih besar dari 0,05.
Tabel 3. Koefisien regresi, t, F change dan koefisien determinasi (R2 ) antara variabel bebas (biaya pemasaran) dan variabel tidak bebas (keuntungan pemasaran) pada Saluran II. Model
Koefisien
t
Sig. t
Fchange
regresi
Sig. F
R2
change
Petani Konstanta Biaya Transportasi
-0,33
-0.011
0,991
-0,015
-0,400
0,695
2,610
0,109
0,168
Page I 89
Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013 Biaya Tenaga Kerja
-0,148
1,769
0,099
Berdasarkan nilai koefisien regresi (b), dan konstanta (a), maka persamaan regresinya adalah: Kpmsr
=
-0,33 – 0,4 Tr + 0,148 Tk
Kpmsr
=
Keuntungan petani
Tr
=
Biaya transportasi
Tk
=
Biaya tenaga kerja
dimana
Penutup a) Kesimpulan 1. Terdapat dua saluran pemasaran kopra di Kecamatan Tobelo Selatan, yaitu: Saluran I : Petani Pedagang Pengumpul Pabrik Minyak Kelapa, dan Saluran II: Petani Pabrik Minyak Kelapa. Sebagian besar petani (61%) menggunakan Saluran I untuk memasarkan kopra, sedangkan sisanya (39%) menggunakan Saluran II. 2. Bagian harga (Share) petani terhadap harga jual ditingkat pedagang akhir untuk pemasaran kopra pada saluran I adalah sebesar 73%, sedangkan pada saluran II dengan cara yang sama diperoleh share sebesar 100. 3. Pemasaran kopra di Kecamatan Tobelo Selatan semua efesien baik melalui saluran I maupun saluran II, karena keduanya mempunyai nilai efesiensi (Ep) < 50 %, yaitu masingmasing sebesar 8% untuk pemasaran kopra saluran I dan 10% untuk saluran II. Marjin pemasaran pada saluran I (Rp. 1150/kg) lebih kecil bila dibandingkan dengan marjin
pemasaran pada saluran II (Rp. 1856/kg). 4. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul yang berupa biaya transportasi dan biaya tenaga secara simultan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap keuntungan pedagang maupun petani. Biaya pemasaran pada Saluran I memberikan kontribusi 99,8% terhadap variasi keuntungan pedagang pengumpul, sedangan pada Saluran II biaya pemasaran hanya memberikan kontribusi 16,8% terhadap variasi keuntungan petani. Pada Saluran I, biaya transportasi maupun biaya tenaga kerja yang mempengaruhi keuntungan pedagang. Pada Saluran II, biaya pemasaran tidak mempengaruhi keuntungan petani. b) Saran 1. Diharapkan dapat membentuk lembaga/ koperasi yang dapat menampung kopra, dan sekaligus dapat memasarkan langsung ke konsumen akhir (Pabrik Minyak) atau koperasi/lembaga tersebut dapat
Page I 90
Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013 mengolah kopra menjadi minyak, sehingga bagian yang diterima petani makin meningkat. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan informasi dalam menunjang upaya peningkatan pendapatan petani kelapa di Kecamatan Tobelo Selatan dalam meningkatkan efesiensi pemasaran kopra. Daftar Pustaka Brotosunaryo, O.A.S. 2003. Pemberdayaan petani kelapa dalam kelembagaan perkelapaan di era otonomi daerah. Prosiding Konferensi Nasional Kelapa V. Tembilahan, 22−24 Oktober 2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. hlm. 10−16. Budianto, J. dan D. Allorerung. 2003. Kelembagaan perkelapaan. Prosiding Konferensi Nasional Kelapa V. Tembilahan, 22−24 Oktober 2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. hlm. 1−9. Jamaludin. 2003. Keberhasilan dan kegagalan agribisnis kelapa di bidang on farm. Prosiding
Konferensi Nasional Kelapa V. Tembilahan, 22−24 Oktober 2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. hlm. 97− 100 Kasryno, F., Z. Mahmud, dan P. Wahid. 1998. Sistem usaha pertanian berbasis kelapa Prosiding Konferensi Nasional Kelapa IV. Bandar Lampung, 21−23 April 1998. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. hlm. 57−76. Nazir, M. 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Singarimbun, M. dan Effendi, S. 1989, Metode Penelitian Survei, Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta. Tarigans, D.D. 2003 Pengembangan usaha tani kelapa berbasis pendapatan melalui penerap-an teknologi yang berwawasan pengurangan kemiskinan petani kelapa di Indonesia. Prosiding Konferensi Nasional Kelapa V. Tembilahan, 22−24 Oktober 2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. hlm. 106−115.
Page I 91