PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 BATULAYAR PADA MATERI PERBANDINGAN TAHUN AJARAN 2015/2016
JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika
Oleh: NOVA KARTIKASARI E1R 012 035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jln. Majapahit No. 62 Telp. (0370) 623873 Fax. 634918 Mataram NTB
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI Jurnal skripsi yang disusun oleh Nova Kartikasari (E1R012035) yang berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 BATULAYAR PADA MATERI PERBANDINGAN TAHUN AJARAN 2015/2016” telah diperiksa dan disetujui.
Mataram,..................................
Mataram,..........................
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Menyetujui, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 BATULAYAR PADA MATERI PERBANDINGAN TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh Nova Kartikasari, Nani Kurniati, Harry Soeprianto Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, FKIP Universitas Mataram Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIIID SMP Negeri 1 Batulayar tahun ajaran 2015/2016 yang ditunjukan oleh ketuntasan klasikal pada ujian akhir semester ganjil hanya mencapai 23% dengan rata-rata 57,70 dan hasil observasi awal aktivitas belajar siswa dengan kategori kurang aktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIIID SMP Negeri 1 Batulayar pada materi perbandingan tahun ajaran 2015/2016 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Pada siklus I diperoleh aktivitas belajar siswa pada masing-masing pertemuan berkategori aktif dan pada siklus II berkategori sangat aktif. Hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 72,73% dan pada siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 86,36%. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) secara optimal maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIIID SMP Negeri 1 Batulayar pada materi perbandingan tahun ajaran 2015/2016 dapat ditingkatkan. Kata kunci : model pembelajaran, aktivitas belajar, dan hasil belajar
2
APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TO IMPROVE STUDENTS’ LEARNING ACTIVITIES AND OUTCOMES AT GRADE VIIID SMP NEGERI 1 BATULAYAR ON COMPARATIVE TOPICS ACADEMIC YEAR 2015/2016 By Nova Kartikasari, Nani Kurniati, Harry Soeprianto Study Program of Mathematics Education Mathematics and Basic Science Education Departement, FKIP Mataram University Email:
[email protected]
ABSTRACT The background of this research is by the low students’ activities and learning outcomes at grade VIIID of SMP Negeri 1 Batulayar academic year 2015/2016 that indicated by classical completeness at the end of odd semester exam reached 23% with an average of 57.70 and by the initial observations of students’ learning activities which categorized less active. The purpose of this research is to improve students’ activities and learning outcomes at grade VIIID SMP Negeri 1 Batulayar academic year 2015/2016 on comparative topics by applying cooperative learning model type Numbered Head Together (NHT). The type of this research is classroom action research (CAR) which is conducted in two cycles, each cycle consists two meetings. Cycle I obtained that the students’ learning activities at each meeting was categorized active and cycle II was categorized very active. Students’ outcomes in cycle I obtained classical completeness 72.73% and cycle II obtained classical completeness 86.36% Based on the students’ outcomes can be concluded that by applying cooperative learning model type Numbered Head Together (NHT) optimally, the students’ activities and learning outcomes at grade VIIID SMP Negeri 1 Batulayar academic year 2015/2016 on comparative topics can be improved. Keywords: learning model, learning activities, and learning outcomes
A. PENDAHULUAN Matematika memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Untuk itu, matematika diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dengan harapan siswa mampu menguasai matematika dengan baik. Namun kenyataannya pemahaman siswa indonesia dalam bidang matematika sangat rendah. Rendahnya penguasaan siswa dalam bidang matematika juga terjadi di SMP Negeri 1 Batulayar khususnya pada kelas VIII tahun ajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukan oleh data hasil ulangan akhir semester kelas VIII SMP Negeri 1 Batulayar tahun ajaran 2015/2016, yakni pada masing-masing kelas belum tercapai ketuntasan klasikal minimal 85% dan pada kelas VIIID hanya tercapai ketuntasan
3
klasikal 23% dengan KKM 70. Selain rendahnya hasil belajar, berdasarkan hasil observasi awal diperoleh bahwa aktivitas belajar siswa berktegori kurang aktif Berdasarkan hasil observasi awal penyebab rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa, karena pembelajaran yang belum berpusat pada siswa. Hal ini nampak dari siswa yang enggan untuk bertanya atau menyampaikan pendapatnya jika belum mengerti penjelasan guru, kurang memperhatikan penjelasan guru, dan sering melakukan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran seperti mengobrol dan bermain. Meskipun demikan terdapat potensi yang dimiliki oleh siswa kelas VIIID yaitu keadaan kelas yang cukup kondusif selama proses pembelajaran. Siswapun apabila mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran cenderung lebih senang bertanya kepada temannya. Selain itu, siswa-siswa kelas VIIID banyak yang menjadi pengurus OSIS dan aktif dalam kegiatan pramuka. Dengan modal ini siswa tentunya akan memiliki rasa tanggung jawab dalam melaksanakan kerja kelompok. Hal ini pula akan mendukung proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Untuk menyelesaikan permasalahan di atas dituntut untuk menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini berdasarkan pendapat Ibrahim (Hamdayama, 2015: 177) salah satu manfaat pembelajaran kooperatif, yaitu hasil belajar yang lebih tinggi. Model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Seperti dipaparkan di atas bahwa kelas VIIID memiliki tanggungjawab dalam menyelesaikan tugas kelompok. Hal ini sangat mendukung penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Togeteher (NHT) karena pada model pembelajaran ini siswa akan diberikan nomor, kemudian siswa akan berfikir bersama anggota kelompoknya menyelesaikan tugas/LKS yang diberikan guru dan secara acak siswa yang disebut nomornya akan mempresentasikan jawaban kelompoknya. Sehingga model pembelajaran ini dapat memupuk rasa tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan setiap siswa didorong untuk aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniasih dan Berlin (2015: 118) bahwa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah 1) Model ini menuntut siswa harus aktif semua 2) Dengan model ini juga siswa dituntut untuk melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Selain itu dikemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini akan sangat membantu siswa dalam menumbuhkan rasa percaya diri yang baik, meningkatkan
4
penerimaan terhadap perbedaan individu. Di samping itu, meminimalisir perilaku mengganggu sehingga konflik antara pribadi berkurang sehingga akan muncul pemahaman yang lebih mendalam serta meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, dan tentu saja hasil akhirnya dengan hasil belajar yang lebih baik (Kurniasih dan Berlin, 2015: 118). Berdasarkan data guru matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Batulayar diperoleh bahwa pada tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015 hasil belajar siswa pada materi perbandingan tergolong rendah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIID SMP Negeri 1 Batulayar tahun ajaran 2015/2016 pada materi perbandingan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
B. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Suyanto (Muslich, 2009: 9) menyatakan PTK adalah penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. 2. Tempat dilaksanakan
penelitian ini di SMP Negeri 1 Batulayar dengan subjek
penelitiannya adalah kelas VIIID tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 22 orang yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. 3. Faktor yang diselidiki, faktor siswa yaitu peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa pada materi perbandingan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan faktor guru yaitu, kegiatan guru selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). 4. Prosedur penelitian yakni dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan evaluasi, dan tahap refleksi. 5. Tehnik pengumpulan data yaitu, data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan memberikan tes kemampuan siswa. Sedangkan data aktivitas belajar siswa dan kegiatan guru dalam proses belajar mengajar dikumpulkan dengan lembar observasi. 6. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi dan tes hasil belajar. Lembar observasi terdiri dari lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar observasi kegiatan guru. Pada lembar observasi aktivitas belajar siswa dan kegiatan
5
guru masing-masing terdiri dari enam indikator. Sedangkan tes hasil belajar berupa soal uraian 7. Tehnik analisis data 1) data aktivitas siswa Setelah diperoleh data dari lembar observasi siswa, maka data aktivitas siswa dianalisis dengan cara berikut : a) Menentukan skor aktivitas siswa secara klasikal untuk masing-masing deskriptor, yaitu : Skor 0 diberikan jika X≤ 25% Skor 1 diberikan jika 25% < X ≤ 50% Skor 2 diberikan jika 50% < X ≤ 75% Skor 3 diberikan jika X > 75%. Dengan X adalah presentase banyaknya siswa. Skor aktivitas = jumlah skor seluruh indikator. Untuk menentukan rata-rata skor aktivitas siswa, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. ∑
.
Keterangan A = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑
= Total skor aktivitas siswa perindikator = Banyak deskriptor pada indikator aktivitas siswa
b) Menentukan skor maksimal ideal (SMI) Banyak indikator = 6 Skor maksimal tiap indikator = 3 Skor setiap indikator = rata-rata skor aktivitas Jadi, skor maksimal ideal (SMI) = 6 x 3 = 18 Skor minimal seluruh indikator = 6 x 0 = 0. c) Menentukan MI (Mean Ideal) dan SDI ( Standar Deviasi Ideal) dengan rumus sebagai berikut
6
d) Menentukan kriteria aktivitas siswa berdasarkan MI serta SDI maka dapat disusun kategori aktivitas belajar siswa sebagai berikut (Nurkencana, 1990 :100). Tabel 2.1 Kategori aktivitas belajar siswa Interval
Interval skor
Kategori Sangat aktif Aktif Cukuf aktif Kurang aktif Sangat kurang aktif
2) Data aktivitas Guru setelah diperoleh data dari lembar observasi guru maka data aktivitas guru akan dianalisis dengan cara sebagai berikut. a) Menentukan skor aktivitas guru secara klasikal untuk masing-masing deskriptor, yaitu : Skor 0 diberikan jika tidak ada deskriptor yang tampak Skor 1 diberikan jika 1 deskriptor yang tampak Skor 2 diberikan jika 2 deskriptor yang tampak Skor 3 diberikan jika 3 deskriptor yang tampak Skor aktivitas = jumlah skor seluruh indikator. Untuk menentukan jumlah skor skor aktivitas guru, dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:
∑ Keterangan A = Jumlah skor aktivitas guru ∑ = Total skor aktivitas guru. b) Menentukan skor maksimal ideal (SMI) banyak indikator = 6 skor maksimal tiap indikator = 3 skor setiap indikator = banyak deskriptor yang tampak. Jadi, skor maksimal ideal (SMI) = 6 x 3 = 18 skor minimal seluruh indikator = 6 x 0 = 0
7
c) Menentukan MI (Mean Ideal) dan SDI (Standar Deviasi Ideal) dengan rumus sebagai berikut:
.
. d) Menentukan kriteria aktivitas guru. Berdasarkan MI serta SDI maka dapat disusun kategori aktivitas guru sebagai berikut (Nurkencana, 1990 :100). Tabel 2.2 Kategori Aktivitas Guru Interval
Interval skor
Kategori Sangat baik Baik Cukuf baik Kurang baik Sangat kurang baik
3) Data hasil belajar siswa Untuk mengetahui hasil belajar siswa, hasil tes belajar dianalisis secara deskriftif, yaitu dengan menentukan nilai rata-rata hasil tes, menentukan ketuntasan belajar secara klasikal, dan menentukan ketuntasan belajar siswa secara individu. 8. Indikator keberhasilan penelitian ini yaitu 1) Aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila minimal berkategori aktif 2) Hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila tercapai ketuntasan klasikal dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini diterapkan pada materi perbandingan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIIID SMP Negeri 1 Batulayar tahun ajaran 2015/2016. Adapun hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut
8
Tabel 3.1 Hasil Penelitian Hasil Belajar Siklus
Pert.
I II
1 2 1 2
Aktivitas Belajar Skor Kategori Aktivitas 11,00 Aktif 13,32 Aktif 14,34 Sangat Aktif 15,67 Sangat Aktif
Ketuntasan Klasikal 72,73% 86,36%
Rata rata 68,64 72,27
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I skor aktivitas belajar siswa pada masing-masing pertemuan adalah 11,00 dan 13,32 dengan kategori aktif dan hasil belajar mencapai ketuntasan klasikal 72,73%. Ini berarti pada siklus I aktivitas belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yakni minimal berkategori aktif. Sedangkan hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yakni minimal tercapai ketuntasan klasikal 85%. Pada siklus II dengan melakukan perbaikan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I, diperoleh peningkatan skor aktivitas dan hasil belajar siswa yakni, pada masing-masing pertemuan skor aktivitas belajar siswa 14,34 dan 15,67 dengan kategori sangat aktif dan hasil belajar mencapai ketuntasan klasikal 86,36%. Hal ini mengindikasikan tercapainya semua indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
2. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diperloeh bahwa pada siklus I pertemuan 1 dan 2 skor aktivitas belajar siswa berkategori aktif dengan ketuntasan klasikal 72,73% dan rata-rata 68,64. Hal ini mengindikasikan bahwa indikator kerja belum tercapai yakni tercapainya ketuntasan klasikal minimal 85%. Hal disebabkan masih adanya kekurangan pada siklus I. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa siklus I diperoleh bahwa waktu pengerjaan LKS melebihi batas waktu yang ditentukan,
banyak siswa yang tidak
menanggapi pertanyaan guru terkait materi yang akan diajarkan, siswa membuat keributan saat pembagian kelompok, siswa bermain-main saat diskusi berlangsung, siswa kurang siap dalam memberikan jawaban (mempresentasikan) hasil diskusi, siswa lebih banyak mengandalkan temannya yang berkemampuan tinggi untuk mengerjakan LKS, siswa kurang memperhatikan saat menyimpulkan pelajaran,
9
banyak siswa yang tidak mencatat kesimpulan, dan kurangnya latihan soal yang diberikan. Dari hasil observasi aktivitas guru diperoleh guru tidak memberikan pekerjaan rumah pada pertemuan kedua
dan masukan guru hendaknya
menyampaikan langkah-langkah pengerjaan LKS dan menyampaikan batas waktu pengerjaan LKS, serta guru hendaknya menghimbau siswa untuk kembali ke kelas tepat waktu. Dengan adanya kekurangan-kekurangan pada siklus I ini, maka guru terus berupaya melakukan perbaikan pada siklus II untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus II. Pada siklus II dengan melakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan kekurangan yang terjadi pada siklus I. Terjadi peningkatan ketuntasan klasikal dan skor aktivitas belajar siswa. Pada pertemuan pertama skor aktivitas siswa yaitu 14,34 dan pada pertemuan kedua 15,67 dengan kategori sangat aktif dengan ketuntasan klasikal 86,36% dan rata-rata 72,27. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran koopertif tipe Numbered Head Together (NHT) secara optimal dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan observasi aktivitas belajar siswa siklus II meskipun secara keseluruhan total skor rata aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan. Namun partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil belajar masih rendah. Hal ini karena masih ada siswa yang bermain-main saat menyimpulkan hasil belajar. Untuk itu hendaknya guru memanajemen kelas dengan lebih baik lagi dan memberikan teguran serta hukuman yang bersifat mendidik agar siswa memfokuskan perhatiannya pada pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa karena dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) akan membuat siswa lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan guru karena siswa akan ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya tanpa diberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Dengan
begitu
siswa
akan
terdorong
untuk
bekerjasama
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru karena penilaian tidak hanya didasarkan pada penilaian individu tapi juga penilaian kelompok. Berdasarkan uraian di atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Namun dalam
10
penerapan model pembelajaran ini guru perlu melakukan persiapan yang matang, terutama dalam mengalokasikan waktu dan mengatur siswa agar disiplin mengikuti proses pembelajaran. Sebab jika guru tidak dapat mengatur waktu dan kedisiplinan maka rencana pembelajaran yang telah dibuat akan sulit dilaksanakan, akibatnya pembelajaran tidak terlaksana dengan optimal.
D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) secara
optimal dengan langkah-langkah : 1) Guru mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pembelajaran 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 3) Guru memberikan apersepsi. 4) Guru memberikan motivasi kegunaan materi yang akan dipelajari. 5) Guru membagi siswa menjadi kelompok yang beranggotakan 3-5 orang secara heterogen dan memberikan nomor antara 1-5 pada setiap anggota kelompok dan menjelaskan fungsi nomor yang diberikan. 6) Guru menginformasikan dan mempertegas batas waktu pengerjaan LKS. 7) Secara berkelompok siswa mendiskusikan LKS yang diberikan guru 8) Guru menyebutkan salah satu nomor siswa kemudian menunjuk salah seorang siswa untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain dengan nomor yang sama untuk menanggapi dan membandingkan hasil diskusinya. Guru menyebutkan kembali nomor yang lain sampai semua pertanyaan terjawab. 9) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang menjawab paling tepat 10) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIIID SMP Negeri 1 Batulayar pada materi perbandingan tahun ajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukan oleh peningkatan rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada setiap pertemuannya yaitu pada siklus I pertemuan 1 dan 2 masing masing skornya 11,00 dan 13,32 dengan kategori aktif. Pada siklus II pertemuan 1 dan 2 masing skornya 14,34 dan 15,67 dengan kategori sangat aktif. Dan peningkatan rata-rata dan ketuntasan klasikal dari
11
siklus I ke siklus II. Pada siklus I tercapai ketuntasan klasikal 72,73% dengan ratarata 68,64 dan pada siklus II tercapai ketuntasan klasikal 86,36% dengan rata-rata 72,27.
2. Saran Adapun saran yang ingin disampaikan adalah : 1) Bagi guru matematika di kelas VIII SMP Negeri 1 Batulayar hendaknya menerapkan Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 2) Bagi mahasiswa atau pihak-pihak lain yang ingin meneliti lebih lanjut tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) untuk mencoba menerapkan model ini pada materi yang lain agar mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. 3) Agar Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terlaksana secara optimal maka : a) Guru harus mampu mengalokasikan waktu dengan baik agar pembelajaran terlaksana sesuai rencana b) Guru hendaknya mempersiapkan alternatif jika ada hal yang terjadi diluar rencana, seperti waktu pembelajaran dikurangi ataupun siswa yang terlambat masuk kelas c) Guru hendaknya mengingatkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik serta mengerjakan tugas yang semestinya dikerjakan
DAFTAR PUSTAKA Hamdayama, Jumanta. 2015. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan berkarakter. Bandung : Galia Indonesia. Kurniasih, Imas dan Berlin sani. 2015. Ragam pengembang Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan profesionalitas Guru. Yoyakarta: Kata Pena. Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK ( Penelitian Tindakan Kelas) itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Nurkencana. 1990. Evaluasi Pembelajaran. Surabaya: Usaha Nasional.