PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENERAPKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII A SMPN 1 GERUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika
Oleh: ERLINA EKA SEPTIANI E1R 010 016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
ii
iii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ARTIKEL SKRIPSI .............. ii DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii ABSTRAK ....................................................................................................................... iv PENDAHULUAN ...........................................................................................................
1
METODE PENELITIAN ................................................................................................
3
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................................................
4
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
11
iv
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII A SMPN 1 GERUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 1
Erlina Eka Septiani, 2Nyoman Sridana, 3Hapipi
1
Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan PMIPA FKIP Universitas Mataram (email:
[email protected]) 2,3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan PMIPA FKIP Universitas Mataram
ABSTRAK Kegiatan pembelajaran matematika kelas VIII SMPN 1 Gerung tahun pelajaran 2014/2015 belum berjalan optimal. Akibatnya, prestasi belajar matematika siswa rendah. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah model Problem Based Learning. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model problem based learning pada pembelajaran sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII A tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Pelaksanaan masing-masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dari tiap pertemuan tiap siklus. Skor aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 dan 2 adalah 13 dan 15 dengan kategori cukup aktif dan aktif. Kemudian skor aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 1 dan 2 adalah 17 dan 18 dengan kategori sangat aktif. Untuk rata-rata nilai kelas yang merupakan prestasi belajar pada penelitian ini, hasilnya pada siklus I dan siklus II berturut-turut adalah 77,84 dan 89,09 dengan ketuntasan klasikal 74,19% dan 88,57%. Dengan memperhatikan keseluruhan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model problem based learning yang diterapkan pada pembelajaran sistem persamaan linear dua variabel dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII A SMPN 1 Gerung tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci: Problem Based Learning, aktivitas, prestasi belajar
v
THE IMPROVEMENT OF ACTIVITIES AND ACHIEVEMENT OF STUDENTS BY APPLYING PROBLEM BASED LEARNING MODEL ON SYSTEM OF LINEAR EQUATIONS IN TWO VARIABLES LEARNING AT GRADE VIII A OF SMPN 1 GERUNG IN ACADEMIC YEAR 2015/2016 1
Erlina Eka Septiani, 2Nyoman Sridana, 3Hapipi
1
Study Program of Mathematics Education, Mathematics and Basic Science Education Department, FKIP Mataram University (Email:
[email protected]) 2,3 Lectures of Study Program of Mathematics Education, Mathematics and Basic Science Education Department, FKIP Mataram University
ABSTRACT Mathematics learning activities of students of grade VIII of SMPN 1 Gerung academic year 2014/2015 did not run optimally yet. Consequently, mathematics achievement of students was low. One of appropriate learning models which could fulfill these needs is Problem based Learning.The objective of this class action research was to increase the activity and student achievement on system of linear equations of two variables learning at grade VIII A of SMPN 1 Gerung in academic year 2015/2016. This study was conducted in two cycles. Implementation of each cycle consisted of 3 meetings. The results showed an increase in activity of student learning from each meeting of each cycle. Scores of student activity in the first cycle of meetings 1 and 2 were 13 and 15 with fairly active and active categories. Then the activity score of students in the second cycle of meeting 1 and 2 were 17 and 18 which was categorized as very active. For the average value of students which were learning achievement in this study, the results in the first cycle and the second cycle were respectively 77,84 and 89,09 with classical completeness 74,19% and 88,57%. Based on the overall results of this study, it can be concluded that the problem based learning model that was applied on system of linear equations of two variables learning can improve the activity and student achievement in class VIII A SMPN 1 Gerung in academic year 2015/2016. Keywords: Problem Based Learning, activity, learning achievement
1
I.
PENDAHULUAN Hasil survey dari PISA tahun 2012 menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan matematika Indonesia berada di urutan 64 dari 65 negara peserta dengan rata-rata skor 375. Skor tertinggi yang diraih pelajar Indonesia masih jauh dari rata-rata skor standar OECD yaitu 494 [2]. Kenyataan tersebut menunjukkan hasil belajar siswa di Indonesia pada bidang studi matematika kurang menggembirakan. Begitu pula di SMPN 1 Gerung, rendahnya prestasi belajar matematika dialami oleh siswa kelas VII tahun pelajaran 2014/2015. Data prestasi belajar siswa kelas VII yang berupa rata-rata nilai ulangan harian matematika disajikan pada tabel berikut. Tabel 1. Data rata-rata nilai ulangan harian matematika siswa kelas VII SMPN 1 Gerung tahun pelajaran 2014/2015 Kelas VII A VII B VII C VII D VII E VII F VII G VII H
Rata-Rata Nilai 60,29 67,97 61,47 60,34 60,39 62,05 75,67 63,87
Ketuntasan Klasikal 21,05% 44,74% 28,95% 28,95% 29,73% 35,14% 60,53% 23,68%
Sumber: Daftar nilai guru matematika Berdasarkan tabel 1 nilai sebagian besar siswa masih berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditetapkan. Selain itu, ketuntasan klasikal seluruh kelas VII masih dibawah persentase yang ditetapkan yaitu 85%. Rata-rata nilai ulangan harian terendah pada kelas VII A yaitu 60,29 dengan ketuntasan klasikal sebesar 21,05%. Dari hasil wawancara dengan guru matematika, diketahui bahwa rendahnya prestasi belajar siswa diakibatkan oleh rendahnya penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal tersebut tampak dari rendahnya ketuntasan secara klasikal dan rata-rata nilai ulangan harian beberapa materi yang tercantum pada tabel berikut. Tabel 2. Data Rata-Rata Nilai Ulangan Harian Semester Genap Pelajaran Matematika Kelas VIII Tahun Pelajaran 2013/2014 dan 2014/2015 Materi Persamaan garis lurus Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Teorema Pythagoras
Rata–Rata Nilai 2013/2014 2014/2015 59.83 62,89
Ketuntasan Klasikal 2013/2014 2014/2015 32 % 63 %
53.38
50,79
13 %
29 %
55.47
58,21
21 %
37 %
Sumber: Data Nilai Guru Matematika Kelas VIII SMPN 1 Gerung
2
Dari tabel 2 terlihat bahwa rata-rata nilai ulangan harian yang paling rendah yaitu pada materi SPLDV (Sistem Persamaan Linear Dua Variabel). Data tersebut menunjukkan bahwa siswa belum menguasai materi SPLDV. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran matematika kelas VIII di SMPN 1 Gerung, diperoleh informasi bahwa ketika berhadapan dengan soal materi SPLDV, siswa mengalami kesulitan dalam menentukan langkah penyelesaiannya. Siswa belum mampu dalam mengembangkan ide untuk menyelesaikan masalah serta hanya menunggu konsep atau jawaban dari guru. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa menginterpretasikan permasalahan ke dalam model matematika. Dalam pengerjaan soal, siswa cenderung hanya mengikuti contoh soal yang diberikan guru tanpa memahami konsepnya terlebih dahulu sehingga jika diberikan soal yang berbeda dari soal yang sebelumnya siswa sulit mengerjakan soal tersebut. Lebih lanjut berdasarkan hasil observasi awal juga diperoleh informasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran langsung. Pada model pembelajaran ini, kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. Guru memberikan informasi atau penjelasan materi pembelajaran secara langsung melalui presentasi dan demonstrasi. Akan tetapi, guru belum menerapkannya secara optimal. Guru jarang memfasilitasi siswa membangun konsep melalui pemberian permasalahan. Siswa hanya dilibatkan pada pengerjaan latihan dan tugas. Di dalam pembelajaran, siswa masih kurang dalam memperhatikan penjelasan guru. Siswa pun tampak bosan untuk belajar matematika. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran baik untuk bertanya maupun mengungkapkan pendapatnya. Siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk menemukan sendiri dan membentuk konsep yang dipelajari. Keseluruhan fakta tersebut diperkuat oleh pendapat Jihad [3] yang mengungkapkan bahwa kendala yang terjadi dalam pembelajaran matematika berkisar pada karakteristik matematika yang abstrak, masalah media, dan masalah siswa atau guru. Berkenaan dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, perlu dilakukan sebuah perbaikan dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan di kelas. Diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat membantu siswa membangun konsep berdasarkan masalah yang terdapat pada kehidupannya seharihari dan dapat mendorong siswa untuk lebih berperan aktif dalam proses
3
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat menjadi solusi permasalahan di atas adalah Problem Based Learning. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) memungkinkan digunakan dalam pembelajaran materi SPLDV ini. Menurut Sanjaya [1] bahwa salah satu ciri SPBM (Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran. Artinya SPBM terdiri dari sejumlah rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Peserta didik tidak hanya mencatat, mendengarkan, kemudian menghapal materi yang diberikan. Tetapi juga berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan menyimpulkannya. Dengan diterapkannya model pembelajaran ini, siswa akan lebih mudah memahami konsep dan tidak sekedar menghapal materi karena pembelajaran berangkat dari pengalaman sehari-hari. Dalam PBL peran guru adalah memberikan berbagai masalah autentik sehingga jelas bahwa dituntut keaktifan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Setelah masalah diperoleh maka selanjutnya melakukan perumusan masalah, dari masalah-masalah tersebut kemudian dipecahkan secara bersama-sama melalui diskusi kelompok. Saat pemecahan masalah tersebut akan terjadi pertukaran informasi antara siswa yang satu dengan yang lainnya sehingga permasalahan yang telah dirumuskan dapat terpecahkan. Sumber informasi tidak hanya dari guru akan tetapi dapat dari berbagai sumber. Guru disini berperan sebagai fasilitator untuk mengarahkan permasalahan sehingga saat diskusi tetap fokus pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII A SMPN 1 Gerung tahun pelajaran 2015/2016 pada pembelajaran sistem persamaan linear dua variabel dengan menerapkan model problem based learning.
II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan PTK secara umum adalah untuk memperbaiki pelaksanaan KBM [9]. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Gerung dan subyek penelitianya adalah siswa kelas VIII A semester I tahun pelajaran 2015/2016 dengan banyak siswa 36 orang yang terdiri dari 18 laki-laki dan 18 perempuan. Faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah faktor siswa dan faktor guru. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dengan masing-
4
masing siklus terdiri dari 3 pertemuan yakni dua kali pembelajaran dan satu kali evaluasi. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Alokasi waktu penelitian ini adalah 10 jam pelajaran
40
menit. Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru saat proses pembelajaran dan soal tes individu pada tiap akhir siklus. Data aktivitas belajar siswa dan guru dianalisis dengan menggunakan rumus
dan
Sedangkan data prestasi belajar siswa dianalisis dengan rumus
[4]. [7].
Penelitian ini dikatakan berhasil dengan ketentuan aktivitas belajar siswa meningkat apabila terjadi peningkatan rata-rata skor aktivitas siswa dari rata-rata skor aktivitas sebelumnya dan minimal berkategori aktif pada akhir siklus dan prestasi belajar siswa meningkat apabila rata-rata nilai kelas mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya dan tercapai ketuntasan belajar secara klasikal minimal 85%.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. HASIL PENELITIAN Hasil yang diperoleh selama penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini dihasilkan instrumen pembelajaran, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berorientasi pada model Problem Based Learning, Lembar Kerja Siswa (LKS), Lembar Latihan Siswa (LLS), lembar observasi aktivitas guru dan siswa, soal-soal evaluasi, dan pedoman penskoran soal evaluasi. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengimplementasikan RPP yang telah disusun. Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan mengkondisikan siswa untuk siap belajar, menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi berupa manfaat materi dalam kehidupan, kemudian mengorientasikan siswa kepada masalah. Pada kegiatan inti, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok heterogen, dan membagikan setiap anggota kelompok LKS yang memuat permasalahan untuk membangun konsep materi. Setelah siswa mendiskusikan
5
pemecahannya secara berkelompok, guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas kemudian kelompok lain menanggapi. Kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi dan melakukan refleksi mengenai kesulitan dan kemudahan yang dialami pada saat mengerjakan LKS. c. Tahap Observasi dan Evaluasi 1) Tahap Observasi Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas untuk mengetahui apakah pembelajaran sudah berjalan sesuai dengan RPP. Aktivitas siswa dan kegiatan peneliti sebagai guru diobservasi oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung dengan dipandu oleh lembar observasi yang telah disusun. Berikut ini hasil observasi aktivitas siswa. Tabel 3. Rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa siklus I dan siklus II No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Indikator Kesiapan dalam pembelajaran Tahap 1 (Memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik) Tahap 2 (Mengorganisasikan peserta didik untuk penyelidikan) Tahap 3 (Pelaksanaan investigasi) Tahap 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil) Tahap 5 (Menganalisis dan mengevaluasi hasil penyelidikan) Total Skor Aktivitas Siswa Kategori Aktivitas Siswa Siklus I
Pert.1/I 3
Skor Indikator Pert.2/I Pert.1/II Pert.2/II 4 4 4
2
2
3
3
2
3
3
4
2
2
3
4
2
2
3
3
2
2
3
4
13 Cukup Aktif
15
19 Sangat Aktif
22 Sangat Aktif
Aktif
2) Tahap Evaluasi Pada tiap akhir siklus, dilakukan evaluasi untuk memperoleh data prestasi belajar siswa dengan memberikan tes tertulis yang terdiri dari 3-5 soal essay. Adapun rincian hasil evaluasi siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Hasil Evaluasi Siklus I dan Siklus II Aspek yang diukur Jumlah siswa yang mengikuti tes Rata-rata nilai kelas Nilai tertinggi Nilai terendah Jumlah siswa tuntas Jumlah siswa tidak tuntas Persentase ketuntasan belajar
Siklus I 31 77.84 100 44 23 8 74.19%
Siklus II 35 89.1 100.0 62.0 31 4 88.57%
6
d. Tahap Refleksi Pada tahap ini, dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan dan hasil penelitian siklus I. Ditemukan kekurangan-kekurangan dan langkah perbaikan di siklus II sebagai berikut: 1) Kesiapan siswa dalam pembelajaran kurang. Penyebabnya adalah guru mata pelajaran sebelumnya mengakhiri pembelajaran melebihi waktu yang dijadwalkan. Perbaikan yang dilakukan yaitu guru berkoordinasi dengan ketua kelas agar mempersiapkan teman-temannya untuk belajar matematika ketika mendengar bel pergantian jam berbunyi. 2) Pembagian tugas kelompok tidak merata. Hal ini disebabkan minimnya jumlah LKS yang dibagikan oleh guru. Perbaikan yang dilakukan yaitu guru memastikan setiap anggota kelompok memegang LKS. 3) Siswa membutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakan permasalahan pada LKS karena guru tidak menginformasikan prosedur pengisian LKS secara klasikal dan siswa belum terbiasa menggunakan LKS. Perbaikan yang dilakukan yaitu LKS direvisi oleh guru dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, guru memodifikasi alokasi waktu pada rencana pembelajaran dan ebelum siswa mengerjakan LKS, guru menginformasikan prosedur pengerjaan LKS dan perintah yang termuat di dalamnya 4) Rendahnya
partisipasi
siswa
dalam
menyimpulkan
pembelajaran.
Penyebabnya adalah siswa tersebut tidak memperhatikan kelompok penyaji saat kegiatan presentasi akibat posisi duduk membelakangi papan. Perbaikan yang dilakukan yaitu guru mengubah posisi duduk siswa, menugaskan setiap siswa menuliskan pertanyaan/tanggapan untuk kelompok penyaji dan guru memilih secara acak untuk diajukan pada sesi tanya jawab. 5) Berdasarkan hasil evaluasi siklus I, siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal menentukan penyelesaian SPLDV dengan metode grafik. Tiga orang dari kelompok IV tidak tuntas evaluasi siklus I. Penyebabnya alokasi waktu pengerjaan soal tidak mencukupi, dan beberapa siswa tidak hadir mengikuti proses pembelajaran pada pertemuan kedua siklus I. Perbaikan yang dilakukan yaitu guru membentuk ulang anggota kelompok belajar berdasarkan hasil evaluasi siklus dan guru membahas penyelesaian metode
7
grafik pada apersepsi pertemuan selanjutnya secara singkat sebagai klarifikasi dan penguatan Pada siklus II dapat dilihat dari hasil observasi dan evaluasi prestasi belajar siswa bahwa semua indikator kerja telah tercapai yaitu terjadi peningkatan aktivitas maupun prestasi belajar siswa, sehingga pemberian tindakan dihentikan di siklus II.
2. PEMBAHASAN Ringkasan hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Ringkasan hasil observasi dan evaluasi siklus I dan siklus II Aktivitas Belajar Siswa Siklus
I II
Pertemuan 1 2 1 2
Skor
Kategori
13 15 19 22
Cukup Aktif Aktif Sangat Aktif Sangat Aktif
Prestasi Belajar Siswa Rata-Rata Nilai Kelas
Ketuntasan klasikal
77.84
74.19%
89.09
88.57%
Tabel 5 menunjukkan bahwa skor aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 adalah 13 yang tergolong dalam kategori cukup aktif. Hasil tersebut belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan. Sedangkan pada pertemuan kedua, skor aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 15 yang tergolong berkategori aktif. Hasil tersebut telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus I mengalami peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2. Kemudian tampak pula bahwa terjadi peningkatan skor aktivitas belajar pada siklus II. Skor aktivitas belajar siswa pada siklus II terus meningkat dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 yaitu dari skor 19 menjadi 22 dan keduanya berkategori sangat aktif. Data tersebut menunjukkan bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Sanjaya [5] menyatakan bahwa salah satu dari beberapa keunggulan model problem based learning adalah dapat meningkatkan aktivitas siswa. Aktivitas siswa pada pertemuan 1 siklus I yang berkategori cukup aktif. Belum tercapainya indikator kinerja aktivitas siswa pada pertemuan 1 siklus I disebabkan model problem based learning dan penggunaan media LKS dalam pembelajaran adalah hal yang baru bagi siswa. Siswa belum terbiasa melaksanakan model problem based learning. Siswa juga belum terbiasa menggunakan media pembelajaran seperti
8
LKS. Sehingga ketika pembelajaran dimulai, siswa belum menunjukkan kesiapan dalam melaksanakan model tersebut. Siswa belum mampu menyesuaikan diri dan cenderung masih mempertahankan penggunaan model pembelajaran sebelumnya yang diterapkan oleh guru. Selain itu, siswa belum memahami beberapa tahapan model problem based learning. Hal ini terlihat dari beberapa kegiatan pembelajaran yang berjalan kurang optimal seperti tidak adanya pembagian tugas yang jelas untuk setiap anggota kelompok pada kegiatan investigasi. Siswa yang kurang aktif hanya mengandalkan temannya yang berkemampuan lebih baik. Kurangnya aktivitas belajar siswa pada pengerjaan LKS karena siswa belum memahami prosedur pengerjaannya dan enggan meminta bimbingan guru berkaitan dengan kebingungan yang dialami. Selain dari faktor yang berasal dari siswa, kekurangan yang terjadi pada siklus I juga berasal dari faktor guru. Berdasarkan catatan observer, guru kurang disiplin dalam menjalankan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun baik dari alokasi waktu maupun keterlaksanaan kegiatan pada pembelajaran. Selain kekurangan tersebut, guru juga kurang mengantisipasi kemungkinan siswa yang tidak mendapat peran dalam kegiatan pemecahan masalah. Hal ini terlihat dari kurangnya jumlah media pembelajaran berupa LKS yang dibagikan oleh guru. Ini mengakibatkan kegiatan selama dan akhir pembeleajaran pertemuan 1 siklus I berjalan kurang optimal Berdasarkan kekurangan pada siklus I, maka dilakukan pemberian tindakan perbaikan di siklus II. Dengan diterapkannya perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan pada siklus I, terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada pertemuan 2 siklus I dengan skor 15 yang berkategori aktif. Tindakan perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan pada pembelajaran siklus I dilanjutkan pada pembelajaran siklus II. Skor aktivitas siswa pun terus meningkat. Berkenaan dengan prestasi belajar siswa, menurut tabel 3.1 di atas, rata-rata nilai prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II setelah diterapkannya model problem based learning. Pada siklus I rata-rata nilai prestasi belajar siswa 77.84 dengan ketuntasan klasikal 74.19%. Sebanyak 9 siswa memperoleh hasil evaluasi di bawah KKM. Setelah dilakukan analisis, ini dapat terjadi disebabkan oleh siswa-siswa tersebut memang kurang aktif selama kegiatan pembelajaran siklus I.
9
Kekurangan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada pembelajaran siklus II. Sebanding dengan peningkatan aktivitas siswa, peningkatan juga terjadi pada hasil evaluasi siklus II. Rata-rata nilai prestasi belajar siswa meningkat dari 77,84 menjadi 89,09 dengan ketuntasan klasikal 74,19% menjadi 88.57%. Dengan demikian, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa seluruh indikator kinerja yang ditetapkan telah tercapai sehingga penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Ini tentunya dapat tercapai karena guru menjalankan model problem based learning dengan optimal sesuai dengan perencanaan. Penguasaan guru terhadap situasi kelas juga semakin baik. Selain itu, siswa mulai terbiasa untuk melaksanakan pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini. Dalam pembelajaran materi sistem persamaan linear dua variabel dengan penerapan model problem based learning, siswa diberikan kesempatan untuk ikut aktif langsung dalam proses pembelajaran untuk mengkonstruksi sendiri konsepkonsep yang dipelajari. Konsep-konsep tersebut dibangun melalui pengerjaan media pembelajaran berupa LKS yang memuat permasalahan sehari-hari dalam diskusi kelompok. Menurut Arends [5] menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah (PBL) akan dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa, dan menjadi pembelajar mandiri. Tahap-tahap yang dilalui siswa dalam penerapan model problem based learning memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerjasama dengan rekanrekannya. Siswa tidak hanya sekedar menghapal rumus-rumus yang telah diperoleh tetapi mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya, menyajikan konsep yang dipelajari, menggunakan konsep untuk memecahkan masalah. Sebagaimana diungkapkan oleh Montesori [7] menyatakan bahwa suatu aktivitas belajar akan benar-benar efektif apabila aktivitas dalam pembelajaran itu dilakukan oleh anak itu sendiri (siswa), sedangkan pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik. Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat Bruner [10] menyatakan bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan
yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar melalui penerapan model problem based learning secara optimal seperti pengorganisasian waktu yang baik oleh guru dalam pembelajaran, situasi pembelajaran yang kondusif, serta
10
pemanfaatan media pembelajaran secara baik dan terbimbing berdampak pada peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa khususnya di kelas VIII A SMPN 1 Gerung tahun pelajaran 2015/2016.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa kelas VIII A SMPN 1 Gerung tahun pelajaran 2015/2016 setelah diterapkannya model Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran sistem persamaan linear dua variabel secara optimal meningkat dengan konsisten. Hal ini terlihat dari peningkatan skor aktivitas pada siklus I pertemuan 1 yaitu 13 dengan kategori cukup aktif dan pada pertemuan 2 yaitu 15 dengan kategori aktif. Selanjutnya pada siklus II pertemuan 1 yaitu 19 dengan kategori sangat aktif dan pada pertemuan 2 yaitu 22 dengan kategori sangat aktif. Selain itu, prestasi belajar siswa kelas VIII A SMPN 1 Gerung tahun pelajaran 2015/2016 setelah diterapkannya model Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran sistem persamaan linear dua variabel secara optimal meningkat dengan konsisten. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata nilai dan ketuntasan klasikal masing-masing siklus. Rata-rata nilai evaluasi siklus I adalah 77,84 dengan ketuntasan klasikal 74,19% dan rata-rata nilai evaluasi siklus II adalah 89,09 dengan ketuntasan klasikal 88,57%. Saran-saran yang disampaikan oleh peneliti yaitu diharapkan kepada guru matematika di kelas VIII SMPN 1 Gerung untuk menerapkan Model Problem Based Learning sebagai pembelajaran alternatif dalam kelas untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dan bagi peneliti lain yang ingin menerapkan model problem based leaning, minimal menerapkan tahapan-tahapan pembelajaran yang telah ditetapkan secara optimal agar memperoleh hasil yang optimal pula. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan Model Problem Based Learning yaitu alokasi waktu diatur secara proporsional sesuai dengan lamanya waktu kegiatan pada tiap tahapan pembelajaran, guru harus memastikan setiap siswa memegang LKS, danpengelolaan kelas juga dilakukan dengan baik, misalnya pada pengaturan posisi duduk siswa dalam kelompok harus diperhatikan agar kegiatan diskusi dan presentasi dapat berlangsung optimal.
11
DAFTAR PUSTAKA [1] Adi, P. N., dan Ayu Ngurah. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pokok Bahasan Kalor Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMAN 11 Semarang. Prosiding Mathematics and Sciences Forum 2014. (online) http://prosiding.upgrismg.ac.id/index.php/masif2014/masif2014/paper/ viewFile/442/392. Diakses tanggal 11 Juni 2016. [2] OECD. Hasil PISA 2012. (online) http://www.indonesiapisacenter.com/2013/12/hasilpisa-2012.html. Diakses tanggal 6 Agustus 2015. [3] Jihad, A. dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. [4] Nurkancana, W., dan Sunarta. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. [5] Sani, R. A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. [6] Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. [7] Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Rajawali Press. [8] Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. [9] Sukidin, dan Basrowi. 2007. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan Cendikia. [10] Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.