PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TARI BAMBU BERKELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN GARIS DAN SUDUT DI KELAS VII G SMPN 14 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika
OLEH
RUKYATUN SHOLIHAH NIM E1R 012 047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAI\i TINGGI TINIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JIn. Majapahit No. 62 TeIp. (0370) 623873 Fax. 634918 Mataram NTB
HALAMAI\ PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI Artikel skripsi yang disusun oleh: Rukyatun Sholihah (81R012047) dengan judul: "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Berkelompok untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Caris dan Sudut di Kelas vII G SMPN 14 Mataram Tahun pelajaran 2Al5D0l6" telah diperiksa dan disetujui pada tanggal.....
1.:..
Mataram, .*p..:.P 2016 Dosen Pembimbing I
Mataram,
rNfiff nimuiljs.pa.. vr. s..r
(Drs. Baicl-owi. M. Si.) NIP. 19650406 t99203 I 00t
AT
NrP.r9830423 200s01 2 010
Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidi
NIP. 19650406199203
*.? :..?.9.i...
rry
Matematika
1 001
2016
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI ............. ii DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii ABSTRAK .................................................................................................................... iv ABSTRACT ................................................................................................................... v I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1 II. METODE PENELITIAN ......................................................................................... 3 III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................................ 4 IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 7 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 8
iv
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TARI BAMBU BERKELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN GARIS DAN SUDUT DI KELAS VII G SMPN 14 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 OLEH: Rukyatun Sholihah, Nurul Hikmah, Baidowi Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, FKIP Universitas Mataram Email:
[email protected] ABSTRAK Latar belakang dari penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas VII G SMPN 14 Mataram tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini disebabkan karena siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran serta tingkat kerjasama antar teman dalam pembelajaran cukup rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berkelompok pada pembelajaran garis dan sudut di kelas VII G SMP Negeri 14 Mataram tahun pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus dan tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Adapun indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu aktivitas belajar siswa meningkat dari siklus sebelumnya dan minimal berkategori aktif pada tiap siklus serta hasil belajar siswa meningkat dari siklus sebelumnya dan tercapai ketuntasan belajar secara klasikal minimal 85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 11,01 dengan kategori aktif, pada siklus II yaitu 12,68 dengan kategori aktif serta pada siklus III yaitu 15,00 dengan kategori sangat aktif. Rata-rata hasil evaluasi pada siklus I, siklus II, dan siklus III berturut-turut adalah 70,67; 81,31 dan 81,38 dengan ketuntasan klasikal masing-masing siklus 76%, 80% dan 88%. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari siklus I hingga ke siklus III, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berkelompok pada materi garis dan sudut dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII G SMPN 14 Mataram tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci: model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berkelompok, aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa
v
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TECHNIQUE BAMBOO DANCING GROUP TO IMPROVING STUDENT’S ACTIVITIES AND ACHIEVEMENT ON LINE AND ANGLE LEARNING AT GRADE VII G SMPN 14 MATARAM ACADEMIC YEAR 2015/2016 By Rukyatun Sholihah, Nurul Hikmah, Baidowi Study Program of Mathematics Education Mathematics and Basic Science Education Department, FKIP Mataram University Email:
[email protected] ABSTRACT The background of this research are the low of student’s activities and achievement at grade VII G SMPN 14 Mataram academic year 2015/2016. It is caused the students were less active in teaching learning process and the level of cooperation with their friends is low. The aim of this research is to improve the student’s activities and achievement through the implementation of cooperative learning model technique bamboo dancing group in line and angle learning at grade VII G SMPN 14 Mataram academic year 2015/2016. The type of this research is classroom action research which was conducted in three cycles. Every cycle consists of planning, implementation, observation, evaluation, and reflection. The indicator of success of this research are student’s activities improve from previous cycle and at least into active category on each cycle and student’s achievement improve from previous cycle and learning achievement classical completeness at least 85%. The result showed that average of the student’s activities scores on first cycle are 11,01 with categorized active, on second cycle are 12,68 with categorized active and on third cycle are 15,00 with categorized very active. The average of the evaluation cycle I, II, and III respectively are 70,67; 81,31 and 81,38 with classical completeness of each cycle are 76%, 80% dan 88%. Based on the result from the first cycle to the third cycle, it can be concluded that the implementation of cooperative learning model technique bamboo dancing group which was able to increase student’s learning activity and achievement at grade VII G SMPN 14 Mataram academic year 2015/2016. Key words: cooperative learning model technique bamboo dancing group, student’s activities, student’s achievement
1
I.
PENDAHULUAN Tahun 2006 pemerintah Indonesia memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Isjoni, 2011: 13). Tujuan diterapkan KTSP adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia serta meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang ingin dicapai (Mulyasa, 2012: 23). Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 14 Mataram merupakan salah satu sekolah yang menerapkan KTSP. Salah satu harapan yang ingin dicapai oleh sekolah adalah peningkatan kualitas pendidikan pada mata pelajaran matematika yang terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan ketuntasan nilai klasikal. Akan tetapi, kenyataannya pembelajaran matematika pada siswa kelas VII Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 belum menunjukkan hasil yang sesuai dengan harapan terlihat dari hasil Ulangan MID Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016. Kedelapan rombongan belajar kelas VII memperoleh hasil belajar matematika yang masih rendah jika dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan yaitu 75 dan ketuntasan klasikal yang masih jauh dari yang diharapkan yaitu 85%. Terutama kelas VII G yang memiliki ketuntasan klasikal terendah yaitu 28%. Tidak tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal pada kedelapan rombongan belajar tersebut disebabkan kemampuan awal siswa yang rendah. Sebagian besar siswa kurang menguasai perhitungan dasar dalam matematika seperti operasi hitung pada bilangan bulat dan pecahan. Hal ini menyebabkan penguasaan materi pada bab-bab selanjutnya seperti operasi pada bentuk aljabar dan perbandingan menjadi tidak maksimal. Berdasarkan pengamatan selama kegiatan PPL diperoleh beberapa fakta yang terdapat di kelas, antara lain: 1) pembelajaran yang terjadi umumnya masih berpusat pada guru. Guru menggunakan metode ekspositori dan memegang peranan utama selama pembelajaran berlangsung, dimulai dari penjelasan materi hingga pemberian contoh soal sedangkan siswa berperan sebagai pendengar dan pencatat yang baik serta siswa hanya mengerjakan latihan soal. Hal ini tentu saja dilakukan guru agar target materi dapat tercapai dengan waktu yang relatif lebih singkat; 2) aktivitas belajar siswa yang rendah terlihat dari masih banyaknya siswa yang malas mengerjakan tugas dan
2
jarang bertanya kepada guru atau mengeluarakan pendapat karena merasa malu; 3) tingkat kerjasama antar teman dalam pembelajaran cukup rendah terlihat dari jarangnya siswa mendiskusikan materi yang tidak dimengerti dengan teman yang lebih memahami; serta 4) siswa cenderung malas bergerak dan hanya duduk diam saja di kursi masing-masing. Dengan demikian, seorang guru dituntut untuk memilih model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara maksimal sehingga siswa lebih aktif dalam belajar matematika di kelas. Dengan terlibat aktif dalam pembelajaran, kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai materi akan meningkat. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan siswa terkait rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa melibatkan siswa secara maksimal dan aktif yaitu model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu
satu
sama
lainnya
dalam
mempelajari
materi
pelajaran.
Lie (Saefuddin, 2009: 3) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai teknik, salah satunya adalah teknik tari bambu berkelompok. Model pembelajaran koperatif teknik tari bambu berkelompok merupakan model pembelajaran yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil duduk berjajar yang mirip seperti dua bilah bambu. Karateristik siswa kelas VII G yaitu akitvitas siswa masih tergolong rendah seperti tingkat kerjasama antar teman dalam pembelajaran cukup rendah, siswa enggan bertanya dan berpendapat, serta siswa cenderung malas bergerak dan hanya duduk diam saja di kursi masing-masing. Hal ini menjadi pertimbangan memilih model pembelajaran koopertif teknik tari bambu berkelompok. Melalui tari bambu berkelompok, siswa diharapkan dapat berinteraksi, bertanya dan bekerjasama dengan teman sekelompok dan pasangan kelompok yang berbeda-beda. Rendahnya aktivitas ini di atasi dengan desain teknik tari bambu berkelompok. Dalam desain tari bambu berkelompok siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-4 orang. Sebagian kelompok duduk berjajar dan sebagian kelompok yang lainnya duduk berhadapan dengan kelompok pada jajaran yang pertama. Kemudian satu atau dua kelompok yang berada pada ujung jajaran berpindah ke ujung jajaran yang lainnya, selanjutnya kelompok yang lain bergeser sehingga setiap
3
kelompok akan mendapatkan pasangan yang baru kemudian berdiskusi. Pergeseran ini bisa dilakukan terus menerus sesuai kebutuhan. Salah satu materi yang dipelajari di kelas VII semester genap adalah materi pokok garis dan sudut. Materi garis dan sudut memiliki peranan penting baik dalam matematika maupun kehidupan. Garis dan sudut merupakan unsur-unsur pokok yang membangun konsep dalam geometri bidang dan geometri ruang. Berdasarkan wawancara dengan guru matematika yang bersangkutan, diketahui bahwa siswa kesulitan dalam mengerjakan soal terkait dengan perbandingan segmen garis dan hubungan antarsudut. Walaupun tidak mengerti, siswa tetap enggan bertanya kepada guru. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa untuk materi garis dan sudut menjadi rendah. Tujuan dari penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berkelompok adalah untuk untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berkelompok pada pembelajaran garis dan sudut di kelas VII G SMP Negeri 14 Mataram tahun pelajaran 2015/2016.
II. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian tindakan
kelas
(Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 14 Mataram pada materi garis dan sudut dengan subyek penelitian yaitu siswa kelas VII G semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus dimana masing-masing siklus terdiri atas 2 pertemuan. Setiap siklusnya terdiri atas beberapa fase, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Data-data penelitian ini diambil dengan menggunakan dua instrumen penelitian yaitu lembar observasi yang digunakan untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa dan data aktivitas guru saat proses pembelajaran serta tes hasil belajar siswa berupa tes evaluasi siklus yang terdiri dari soal essay pada tiap akhir siklus. Data aktivitas belajar siswa
dianalisis
dengan
= skor aktivitas belajar siswa,
rumus
=
∑
dimana
= skor indikator aktivitas belajar siswa dengan
= 1,2,3, …,6. Sedangkan data aktivitas guru dianalisis dengan rumus Y = ∑
,
4
dengan Y= skor aktivitas guru,
= skor aktivitas guru yang tampak dan
= banyaknya indikator (Nurkancana, 1990: 103). Data hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menentukan nilai rata-rata
hasil
evaluasi
tiap
akhir
siklus
= nilai rata-rata hasil evaluasi siswa, ∑
dengan
rumus
∑
,
dengan
= jumlah nilai yang diperoleh siswa, dan
= banyak siswa dalam kelas. Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal dianalisis dengan menggunakan rumus belajar siswa secara klasikal,
, dengan
= ketuntasan
= banyaknya siswa yang memperoleh nilai
,
= banyaknya siswa kelas VII G (Depdikbud, 1995: 2). Indikator keberhasilan yang dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini adalah peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan ketentuan aktivitas belajar siswa meningkat dari siklus sebelumnya dan minimal berkategori aktif pada tiap siklus serta hasil belajar siswa meningkat dari siklus sebelumnya dan tercapai ketuntasan belajar secara klasikal minimal 85%.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ringkasan hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Ringkasan Hasil Penelitian Siklus I II III
Pertemuan
Skor
1 2 1 2 1 2
10,68 11,34 12,34 13,01 14,66 15,34
Aktivitas belajar Rata-rata Kategori skor 11,01 Aktif 12,68 15,00
Rata-rata hasil belajar
Ketuntasan klasikal
70,67
76 %
Aktif
81,31
80 %
Sangat Aktif
81,38
88%
Berdasarkan Tabel 1 di atas, model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berkelompok dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari data aktivitas belajar siswa pada siklus I dengan rata-rata skor aktivitas belajar siswa yaitu 11,01 berkategori aktif serta hasil evaluasi siswa pada siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 76% dengan rata-rata nilai 70,67. Model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berkelompok melatih siswa bersama kelompoknya untuk lebih aktif, dapat berinteraksi, bertanya dan bekerjasama dengan teman sekelompok dan pasangan kelompok yang berbeda-beda. Pada proses
5
pembelajaran siklus I terdapat kekurangan-kekurangan yang mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan. Adapun kekurangan-kekurangan tersebut yaitu, siswa kurang dapat melakukan pembagian tugas dalam kelompok sendiri maupun pasangan kelompoknya sehingga tidak semua anggota kelompok turut andil dalam pengerjaan LKS, beberapa siswa bermain-main dengan temannya saat pergeseran kelompok, serta kelompok penanggap pada kegiatan presentasi kurang terlibat aktif. Kekurangan yang terjadi tidak hanya berasal dari siswa, tetapi juga berasal dari guru. Kekurangan tersebut yaitu pada saat pergeseran kelompok dan pada fase membimbing kelompok belajar dan bekerja, guru belum dapat mengatur waktu dengan baik dikarenakan beberapa kelompok cenderung mengajukan pertanyaan yang sama sehingga guru harus mengulang dalam menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini berimbas pada minimnya waktu untuk fase evaluasi. Selain kekurangan, terdapat juga beberapa kelebihan pada pembelajaran di siklus I yaitu kesiapan dan antusiasme siswa dalam menerima pembelajaran tinggi, siswa sudah dapat berinteraksi dengan anggota kelompok sendiri maupun pasangan kelompoknya, tidak malu bertanya dengan guru, hasil diskusi sebagian besar siswa sudah benar serta siswa sudah dapat menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan baik. Sedangkan semua kekurangan yang ada pada siklus I diperbaiki pada siklus II, sehingga rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus II meningkat menjadi 12,68 berkategori aktif serta ketuntasan klasikal 80% dengan rata-rata nilai yaitu 81,31. Beberapa perbaikan yang dilakukan pada siklus II diantaranya guru harus lebih tegas dan cekatan dalam mengatur posisi duduk setiap kelompok. Siswa diminta mengumpulkan tasnya di depan kelas dan hanya membawa alat tulis seperlunya saja agar tidak kewalahan saat melakukan pergeseran, guru membagikan LKS kepada setiap anggota kelompok dan membimbing siswa dengan memberikan sedikit uraian tentang pembagian tugas dalam kelompok sendiri maupun pasangan kelompoknya. Selain itu, setiap kelompok diminta mengajukan pertanyaan dengan suara lantang apabila ada yang kurang dimengerti kemudian guru menjawab atau pun menjelaskan secara klasikal pertanyaan-pertanyaan tersebut sehingga pertanyaan yang sama cukup dijawab satu kali saja. Walaupun telah dilakukan perbaikan pada siklus II, namun indikator keberhasilan yang ditentukan masih belum tercapai sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus III. Oleh karena itu, berdasarkan hasil dari refleksi maka guru melakukan perbaikan pada siklus III yaitu guru lebih intensif lagi dalam membimbing siswa yang memperoleh
6
nilai di bawah KKM dan memastikan setiap siswa mengerti materi yang didiskusikan sehingga nantinya tidak akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal evaluasi siklus III. Setelah melakukan perbaikan di atas maka pada pembelajaran siklus III ini terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang sangat baik. Walaupun masih terdapat dua orang siswa yang tidak tuntas dari siklus I hingga siklus III. Hal ini dikarenakan kedua orang siswa tersebut memiliki kemampuan awal yang rendah, serta kurang serius dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Ketika guru melakukan pembimbingan dengan lebih intensif, mereka mudah terpengaruh dengan keadaan di luar kelas serta malas mencoba mengerjakan soal yang diberikan guru. Selain itu, 12 orang siswa mengalami penurunan nilai dari skilus II ke siklus III. Hal ini disebabkan soal tes evaluasi siklus III lebih banyak memuat operasi hitung yang menuntut siswa untuk lebih cekatan dalam menyusun persamaan untuk menyelesaikan soal dibandingkan dengan tes evaluasi siklus II yang soalnya lebih sederhana. Terlepas dari itu, pada siklus III diperoleh ratarata hasil belajar siswa meningkat dari siklus II yaitu 81,31 dan pada siklus III menjadi 81,38 dengan ketuntasan klasikal 88 %. Sedangkan rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus III yaitu 15,00 dengan kategori sangat aktif. Hasil yang diperoleh ini tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung selama pembelajaran berlangsung seperti pembentukan kelompok yang heterogen sehingga membantu siswa yang lamban dalam menerima pelajaran, suasana kelas yang nyaman dan antusiasme siswa yang tinggi selama belajar dengan teknik tari bambu berkelompok. Dari uraian di atas terlihat bahwa pembelajaran dengan teknik ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, secara keseluruhan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik tari bambu berkelompok dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berkelompok mengkondisikan siswa belajar dalam suasana kebersamaan, suasana gotong royong dalam memecahkan masalah bersama sehingga hal ini membantu siswa memahami materi yang sulit khususnya siswa yang taraf penerimaannya lamban. Teknik ini menjadikan siswa belajar tanpa harus merasa rendah diri dengan temannya yang pintar karena dengan pertukaran pasangan siswa dapat berinteraksi dengan teman-temannya yang lain dan saling berbagi pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
7
Teknik tari bambu menjadikan siswa dapat mengolah informasi dan dapat bertukar pemahaman dari kelompok yang berbeda. Di akhir pembelajaran dengan bantuan guru siswa menguatkan pemahamannya terhadap materi yang dipelajari dengan menyimpulkan materi tersebut. Dengan demikian penerapan model pembelajaran ini membuat pengetahuan lebih tertanam dalam ingatan siswa. Akibatnya hasil belajar dapat meningkat menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Sthal bahwa model kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Secara jelasnya Sthal (1994) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong menolong dalam prilaku sosial (Isjoni, 2011: 15). Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berkelompok pada materi garis dan sudut dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII G SMPN 14 Mataram tahun pelajaran 2015/2016.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1.
Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berkelompok dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII G SMPN 14 Mataram
tahun
pelajaran 2015/2016. Perolehan rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus I yaitu 11,01 dengan kategori aktif dan rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus II yaitu 12,68 dengan kategori aktif serta rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus III yaitu 15,00 dengan kategori sangat aktif. 2.
Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII G SMPN 14 Mataram tahun pelajaran 2015/2016. Perolehan rata-rata nilai siklus I yaitu 70,67 dengan ketuntasan klasikal 76% dan rata-rata nilai siklus II yaitu 81,31 dengan ketuntasan klasikal 80%, serta rata-rata nilai siklus III yaitu 81,38 dengan ketuntasan klasikal 88%. Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan, yaitu:
1.
Bagi guru matematika di kelas VII G SMP Negeri 14 Mataram dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berkelompok sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran dan dapat menambah pengalaman guru dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
8
2.
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berkelompok pada materi yang lain.
3.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berkelompok, yaitu: a. Guru sebaiknya mengatur alokasi waktu sebaik mungkin sehingga setiap langkah pembelajaran dapat berjalan dengan baik. b. Guru harus mampu mengkoordinir kelas dengan baik agar dapat tercipta suasana pembelajaran yang tenang dan nyaman terutama saat kegiatan diskusi dan pergeseran kelompok.
DAFTAR PUSTAKA Depdikbud. 1995. Garis-Garis Besar Program Pengajaran Matematika SMA. Jakarta: Depdikbud. Hidayat, Saefuddin. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Berkelompok pada Pokok Bahasan Garis dan Sudut untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII Semester II SMP Islam Terpadu Abu Hurairah Mataram Tahun Pelajaran 2008/2009 (Skripsi Pendidikan Matematika Universitas Mataram). Mataram. Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif. Bandung: Alfabeta. Mulyasa. 2012. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurkancana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar . Surabaya: Usaha Nasional.