PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN SEGI EMPAT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA VII-A SMP NEGERI 3 GUNUNGSARI TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika
OLEH
ST. ZULVA RAHMATIA E1R 112 074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI .................. ii DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii ABSTRAK ......................................................................................................................... iv ABSTRACT ....................................................................................................................... v PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 METODE PENELITIAN ................................................................................................... 3 PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 8
PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN SEGI EMPAT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-A SMPN 3 GUNUNGSARI TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ABSTRAK OLEH: ST. ZULVA RAHMATIA
Berdasarkan Hasil observasi awal pada pelaksanaan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) tahun pelajaran 2015/2016 pada kelas VII-A tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 3 Gunungsari menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa tergolong kurang aktif yang berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Selain itu, nilai ulangan akhir semester ganjil siswa kelas VII-A Tahun Pelajaran 2014/2015 yang belum mencapai ketuntasan klasikal yaitu 31,82%. Akibatnya guru memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Salah satu upaya tersebut yaitu dengan menerapkan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa melalui penerapan model CTL siswa kelas VII-A SMPN 3 Gunungsari tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa minimal berkategori tinggi, hasil belajar siswa mencapai persentase ketuntasan klasikal 85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa untuk siklus I pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 berturut-turut adalah 10,5 dan 13,1 berkategori sedang, Siklus II pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 berturut-turut adalah17,8 (tinggi) dan 18,4 (sangat tinggi). Rata-rata nilai hasil evaluasi siklus I dan siklus II berturut-turut adalah 70,72 dan 89,13 dengan urutan ketuntasan klasikal 54,54% dan 90,9%. Dengan melihat keseluruhan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran CTL pada pembelajaran segi empat dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII-A SMPN 3 Gunungsari Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kata kunci : Model Contextual Teaching and Learning (CTL), Aktivitas, Prestasi Belajar, Segi Empat.
APPLYING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MODEL TO DEVELOP HIGHER LEARNING ACTIVITY SCORE TO IMPROVEGRADE VII-A STUDENTS PERFORMANCE IN SMPN 3 GUNUNGSARI ON THE TOPIC OF RECTANGULAR GEOMETRY IN ACADEMIC YEAR 2015/2016
ABSTRACT BY ST. ZULVA RAHMATIA
The initial observation during the field experience programme (PPL) on the grade VIIA students of the year 2015/16 in Gunungsari 3rd Middle School (SMPN 3 Gunungsari) shows that a lower learning activity score (fewer learning activities/disjointed learning method, etc) lead to a lower performance score for the students.This observation further supported by the incomplete score of 31,82% achieved by the students (from the prior year.) This problem may have rooted from an ineffective/unsuitable learning curricula, thus a change in learning method was necessary to solve this problem. This study examined the effectiveness of CTL model to improve learning activity score for better students’ performance. This study was conducted in two cycles and two indicators of a successful curricula are high learning activity score and a completed grade of 85%. The result from the first cycle indicates that students’ learning activity for the first two meetings are 10,5 and 13,1 which both are categorized as an intermediate learning score while the result from the second cycle yield a score of 17,8 and 18,4 which are categorized as a high learning activity scores. The mean score of the first and second cycle are 70,72 and 89,13 with their completion grade of 54,54% and 90,9%. Based on the two indicators it was concluded that CTL model on the study of rectangular geometry topic could improve learning activity and student performances.
Keyword: Model Contextual Teaching and Learning (CTL), activity, performance, rectangle.
I. PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep yang bersifat abstrak. Oleh karena itu penyampaian materi pelajaran matematika harus disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan peserta didik. Pembelajaran matematika hendaknya membuat siswa senang dan termotivasi untuk belajar, karena akan berpengaruh terhadap pemahaman konsep dan prestasi belajar siswa. Selain itu, dalam pembelajaran matematika hendaknya guru melibatkan siswa secara aktif, baik secara mental maupun fisik. Hal ini dikarenakan pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.[1] Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara pada pelaksanaan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) tahun pelajaran 2015/2016 pada kelas VII-A tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 3 Gunungsari menunjukkan bahwa aktivitas masih kurang aktif. Masih ada sebagian siswa yang beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang menakutkan, sulit, dan membosankan, sehingga mereka kurang berminat terhadap pelajaran matematika. Hal ini diduga karena siswa belum menyadari manfaat materi yang dipelajarinya jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran tentunya akan lebih bermakna jika guru mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan dunia nyata siswa sehingga siswa akan lebih mudah menghubungkan ide abstrak matematika dengan situasi nyata yang pernah dialami atau dipikirkannya, serta menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan itu akan digunakan. Bagaimanapun juga belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan menerima apa yang sudah ada. Siswa aktif dalam membangun pengetahuan dan tidak hanya menerima pasif dari guru[2]. Fakta lain yang didapat dari hasil observasi di SMP Negeri 3 Gunungsari yaitu siswa lebih senang berinteraksi dengan teman-temannya dibandingkan dengan guru. Dari fakta tersebut diketahui bahwa interaksi sosial siswa sangat penting untuk diperhatikan agar menjadi lebih baik sehingga siswa tersebut dapat mengeksplorasi kemampuan dirinya kepada orang lain khusunya teman sebaya di lingkungan pendidikannya agar bermanfaat dan dapat lebih mengembangkan kemampuan diri yang dimilikinya. Kurangnya aktivitas siswa diduga berdampak pada menurunnya prestasi belajar siswa
VII-A SMP Negeri 3 Gunungsari pada materi Segi Empat. Terlihat bahwa materi Segi empat memiliki rata-rata nilai dibawah KKM. Di duga rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa kembali terjadi pada kelas VII-A tahun pelajaran 2015/2016. Karena adanya kesamaan karakteristik pada siswa tahun lalu dengan siswa tahun sekarang. Peneliti memilih Segi empat sebagai materi yang akan diteliti dengan model kontekstual, agar siswa dengan mudah dapat menghubungkan antara materi segi empat dengan realitas kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu materi ini cocok diterapkan model kontekstual. Dengan adanya berbagai permasalahan yang terjadi pada siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Gunungsari, maka diperlukan suatu upaya yang efektif untuk mengatasinya. Upaya yang bisa dilakukan antara lain adalah menggunakan model pembelajaran yang dapat membantu guru menciptakan suasana pembelajara yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, yang bisa meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran matematika sekaligus bisa membantu siswa melihat manfaat materi yang dipelajari dengan menghubungkannya dengan dunia nyata serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu model pembelajaran yang bisa dijadikan alternatif adalah model Contextual Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari[3]. Pembelajaran model CTL
juga memiliki
karakteristik yang mendukung untuk diterapkan di SMP Negeri 3 Gunungsari. Maka dari itu peneliti menggunakan tehnik masyarakat belajar sebagai salah satu cara untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan tenaga kerja.[3] Tujuan penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Gunungsari pada Pembelajaran Segi empat Tahun Pelajaran 2015/1016.
II.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Gunungsari. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII-A Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 22 orang siswa, dengan rincian siswa laki-laki sebanyak 11 siswa dan siswi perempuan sebanyak 11 siswa. Faktor yang diteliti dalam penelitian ini yaitu faktor siswa dan faktor guru. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada materi segi empat dengan alokasi waktu belajar yaitu 10 jam pelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Pada akhir siklus diadakan evaluasi dengan waktu satu jam pelajaran. Dari masingmasing siklus dilakukan 5 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan dua instrumen penelitian yaitu lembar observasi dan tes hasil belajar. Sumber data dalam penelitian ini yaitu siswa dan guru. Cara pengambilan data pada penelitian ini yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Data prestasi belajar matematika siswa diambil dengan memberikan tes kepada siswa pada akhir tiap-tiap siklus. 2. Data aktivitas belajar matematika siswa dalam kegiatan pembelajaran, diperoleh dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan pada tiap pertemuan. Kemudian menentukan skor aktivitas belajar secara klasikal dilakukan dengan menilai setiap deskriptor dari tiap indikatornya. 3. Data aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran, diperoleh dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan pada tiap pertemuan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas ini dianalisis dengan cara sebagai berikut: 1. Data Aktivitas Belajar Siswa Setelah diperoleh data dari lembar observasi siswa, maka data aktivitas siswa akan dianalisis dengan cara berikut: a. Menentukan Skor Maksimal Ideal (SMI) Banyak indikator
=7
Skor maksimal tiap indikator
=3
Skor minimal tiap indikator
=0
Skor minimal seluruh indikator = 7 x 0 = 0 Skor maksimal ideal (SMI)
= 7 x 3 = 21
b. Analisis data Aktivitas siswa menggunakan Mi (Mean Ideal) dan SDi (Standar Deviasi Ideal)dengan menggunakan rumus berikut : Mi = x SMI dan SDi = x Mi Jadi nilai Mi dan SDi aktivitas belajar siswa adalah: Mi = x SMI = x 21 = 10,5 dan SDi = x Mi = x 10,5 = 3,5 Untuk menentukan kriteria aktivitas siswa digunakan skor standar seperti yang tertera pada table berikut ini : Tabel 3.2 Pedoman Kriteria Aktivitas Belajar Siswa Interval Skor Skor X Mi + 1,5 SDi X 15,7 Mi + 0,5 SDi X Mi + 1,5 SDi 12,25 X 15,75 Mi 0,5 SDi X Mi + 0,5 SDi 8,75 X 12,25 Mi – 1,5 SDi X Mi 0,5 SDi 5,25 X 8,75 X Mi 1,5 SDi X 5,25 Dengan X = ,
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Dimana X = skor aktivitas belajar siswa Ti = skor indicator aktivitas belajar siswa dengan i = 1,2,3,…, 7. [4] 2. Data Aktivitas Guru Setelah diperoleh data aktivitas guru dari lembar observasi, data tersebut dianalisis yaitu dengan cara menganalisis data aktivitas guru. Tabel.3.3 pedoman kriteria aktivitas guru Interval Skor Skor Y Mi + 1,5 SDi Y 15,75 Mi + 0,5 SDi Y Mi + 1,5 SDi 12,25 Y 15,75 Mi 0,5 SDi Y Mi + 0,5 SDi 8,75 Y 12,25 Mi – 1,5 SDi Y Mi 0,5 SDi 5,25 Y 8,75 Y Mi 1,5 SDi Y 5,25 Dengan Y= ,
Kategori Sangat Baik Baik Sedang Kurang Baik Sangat Kurang Baik
Dimana Y = skor aktivitas guru Ti = skor indikator aktivitas guru dengan i = 1,2,3,…,7 3. Data Prestasi Belajar Data prestasi belajar siswa akan dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menentukan nilai rata-rata hasil tiap tes tiak akhir siklus dengan rumus, yaitu sebagai berikut: i
Keterangan :
= rata-rata nilai siswa xi = nilai masing-masing siswa n = Jumlah siswa yang mengikuti tes. [5]
untuk
mengetahui
ketuntasan
belajar
secara
klasikal
dianalisis
dengan
menggunakan rumus berikut: KK = Keterangan : KK = ketuntasan klasikal X = banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 N = banyaknya siswa. [6] Penelitian ini dikatakan berhasil jika Aktivitas belajar siswa meningkat aktivitas belajar siswa minimal berkategori tinggi dan dari siklus ke siklus mengalami peningkatan skor. Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila rata-rata nilai evaluasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya dan tercapainya ketuntasan klasikal setelah diterapkan model Contextual Teaching and Learning (CTL). III.
PEMBAHASAN Ringkasan hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Ringkasan hasil penelitian Aktivitas Belajar Siklus I II
Pertemuan
Skor
Kategori
1 2 1 2
9,5 11,8 15,5 16,8
Sedang Sedang Tinggi Sangat tinggi
Hasil Evaluasi Belajar Rata-rata Ketuntasan nilai Klasikal 72,22
54,54%
82,40
86,36%
85%
Dari hasil analisis tabel 4.7, terlihat bahwa aktifitas belajar siswa pada siklus I berkategori sedang dengan skor 9,5, sedangkan pada pertemuan kedua skor aktivitas siwa mengalami peningkatan menjadi 11,8 dengan kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus I mengalami peningkatan dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua. Hal serupa juga terjadi pada siklus II, dimana skor aktivitas siswa pada pertemuan 1 berkategori tinggi dengan skor 15,5, sedangkan pada pertemuan 2 skor aktivitas siswa mengalami peningkatan berkategori sangat tinggi dengan skor 16,8. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas pada siklus II mengalami peningkatan. Dengan kata lain, data tersebut menunjukkan bahwa penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan aktivitas belajar. Pada siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan skor dengan kategori sangat tinggi. Hasil tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu minimal berkategori tinggi. Selain itu, terdapat beberapa kekurangan pada proses pembelajaran siklus I seperti guru tidak memperhatikan keseriusan siswa dalam berdiskusi, guru tidak memberikan penekanan pada hal-hal penting yang harus diklasifikasi kembali dan guru kurang memberikan penghargaan kepada kelompok yang melakukan presentasi. Kegiatan pembelajaran kontekstual belum berjalan dengan optimal karena siswa belum paham dengan menemukan sendiri makna dari materi pelajaran yang sedang dipelajari. Hal tersebut terjadi karena pada siklus I siswa masih belum terbiasa dengan diskusi kelompok dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual sehingga selama proses pembelajaran masih ada siswa yang pasif dan kebingungan. Akan tetapi ketuntasan klasikal yang diperoleh hanya baru mencapai 54,5% dengan nilai rata-rata 72,22. Hasil tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan walaupun nilai rata-rata sudah terpenuhi tetapi mengalami peningkatan hanya 2,72 dari rata-rata yang ditentukan. Hal ini disebabkan karena siswa belum bisa memahami konsep dari materi pelajaran dengan baik sedangkan untuk persentase prestasi siswa juga belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 54,54%. Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat hasil evaluasi belajar siswa pada siklus II diperoleh nilai rata-rata siswa 82,40 dengan ketuntasan klasikalnya sebesar 86,36% dengan kategori sangat baik. Hasil tersebut sudah memenuhi indikator keberhasilan pada penelitian ini. Indikator keberhasilan ini dapat tercapai disebabkan siswa sudah mulai memahami dan memaknai dari materi yang dipelajari sehingga prestasi siswa terhadap pelajaran meningkat.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual pada materi segiempat dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Guru memfasilitasi siswa untuk menemukan sendiri konsep dari materi yang mereka pelajari sehingga siswa lebih mengingat dan memahami makna dari materi yang dipelajari. Siswa melakukan proses pembelajaran dengan mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman yang mereka alami sehari-hari untuk menemukan konsep atau rumus agar siswa berpikir dan menggunakan kemampuannya. Selain itu, model pembelajaran kontekstual dapat mengintruksikan pengalaman pengamatan langsung dan penyelidikan agar siswa secara aktif dengan lingkungannya. Sesuai dengan pendapat trianto (2014: 138) yang menyatakan pembelajaran kontekstual adalah konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyatasiswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka seharihari. Dengan demikian, dari uraian di atas maka penerapan model pembelajaran Cintextual Teachinh and Learning (CTL) pada materi segiempat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas VII-A SMP Negeri 3 Gunungsari Tahun Pelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil pebelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi segiempat dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII-A SMP Negeri 3 Gunungsari 2015/2016. Peningkatan aktivitivitas belajar siswa terlihat dari skor aktivitas pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berturut-turut yaitu 9,5 dan 11,8 berkategori sedang. Selanjutnya pada siklus II pertemuan 1 yaitu 15,5 berkategori tinggi dan pada pertemuan 2 yaitu 16,8 berkategori sangat tinggi. 2. Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi segiempat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII-A SMP Negeri 3 Gunungsari tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai dan ketuntasan klasikal masing-masing siklus, siklus I rata-rata nilai 72,22 dengan ketuntasan klasikal 54,54% dan siklus II rata-rata nilai 82,40 dengan ketuntasan klasikal 86,36%. Adapun Saran-saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru matematika di kelas VII-A SMP Negeri 3 Gunungsari diharapkan dapat menerapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai pembelajaran alternatif dalam kelas sehingga dapat menambah pengalaman baru bagi guru dalam mengenal variasi pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkat aktivitas dan prestasi belajar siswa. 2. Bagi siswa diharapkan lebih aktif dan termotivasi untuk menemukan konsepnya secara mandiri dan ingatan terhadap materi lebih lama 3. Bagi sekolah diharapkan dapat menyediakan alat peraga atau media pembelajaran yang dibutuhkan di sekolah agar aktivitas dan prestasi belajar siswa terhadap materi pelajaran semakin meningkat 4. Bagi siswa atau pihak-pihak lainnya yang ingin meneliti lebih lanjut tentang penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning diharapkan untuk mencoba penggunaannya pada materi pokok segiempat dan memperoleh hasil yang lebih sempurna dari penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Rajagrafindi Persada. [2] Trianto, 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. [3] Sanjaya, W. 2008. Stategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses Pendidikan. Jakarta: Pranada Media Grup. [4] Nurkancana, W. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. [5] Sudjana, N. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset. [6] Depdikbud. 1995. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.