PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI AP 1 SMKN 1 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PADA PEMBELAJARAN STATISTIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika
Oleh: WAYAN AGUS GITA KRISNAWAN E1R 012 052
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ARTIKEL SKRIPSI ............ ii DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii ABSTRAK .................................................................................................................... iv ABSTRACT ................................................................................................................... v PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1 METODE PENELITIAN ............................................................................................... 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................................. 4 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11
iii
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI AP 1 SMKN 1 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PADA PEMBELAJARAN STATISTIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING Oleh Wayan Agus Gita Krisnawan, Sripatmi, Hapipi Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, FKIP Universitas Mataram Email :
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XI AP 1 SMKN 1 Mataram tahun pelajaran 2015/2016 pada pembelajaran statistika melalui penerapan model Problem Based Learning. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Data aktivitas belajar siswa diperoleh melalui lembar observasi dan data prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil evaluasi yang diadakan tiap akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor aktivitas belajar siswa pada siklus I, II dan III berturut-turut yaitu 10,32 dengan kategori cukup, 13,01 dengan kategori tinggi dan 16,34 dengan kategori sangat tinggi. Sedangkan prestasi belajar siswa dapat terlihat dari ketuntasan klasikal dimana dari siklus I, II dan III diperoleh ketuntasan klasikal siswa berturut-turut yaitu 63,41%, 73,17% dan 87,80%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat baik setelah diterapkannya model Problem Based Learning pada pembelajaran statistika kelas XI AP 1 SMKN 1 Mataram tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci: model problem based learning, aktivitas belajar siswa, prestasi belajar siswa
iv
THE IMPROVEMENT OF STUDENTS’ LEARNING ACTIVITY AND LEARNING ACHIEVEMENT CLASS XI AP 1 SMKN 1 MATARAM ACADEMIC YEAR 2015/2016 ON STATISTICS LEARNING BY APPLYING PROBLEM BASED LEARNING MODELS
ABSTRACT This study aims to improve students' learning activities and learning achievements at class XI AP 1 of SMKN 1 MATARAM academic year 2015/2016 in learning statistic through the implementation of Problem Based Learning model. It was a classroom action reasearch (CAR) which conducted in 3 cycles. Each cycles consist of planning, implementation, observation, evaluation and reflection. The data of students' learning activities was gained through observation sheet and the data of students' learning achievement was gained through evaluation test conducted at the end of each cycles. It shows that students' learning activities result in cycle I,II, and III in successions are 10.32 categorized as good enough, 13.01 categorized as good, and 16.34 categorized as excellent. However students' learning achievements can be seen from the classical passed which shown in cycle I, II, and III in successions are 63.4%, 73.17%, and 87.80%. Therfore, it can be concluded that students' learning activities and learning achievements significantly improved since Problem Based Learning model is implemented in learning statistic at class XI AP of SMKN 1 MATARAM academic year 2015/2015. Key word : problem based learning model, students’ learning activities, and students’ learning achievements.
v
A. PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada dalam muatan pendidikan di Indonesia. Turmuzi [8] menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memajukan daya pikir serta analisis manusia. Banyak informasi kini disampaikan dalam bahasa matematika seperti tabel, grafik, diagram, persamaan dan lain-lain. Sehingga untuk memahami informasi dan teknologi yang berkembang pesat, maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini Kenyataannya prestasi belajar matematika di Indonesia masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa pada tahun 2006 Indonesia berada di peringkat ke-50 dari 57 negara dengan nilai 391. Bahkan pada tahun 2009 posisi Indonesia turun ke peringkat 61 dari 65 negara dengan nilai 371 dan peringkat ke-64 dari 65 negara (2012) dengan nilai 375 [3]. Permasalahan tentang prestasi belajar matematika ditemukan juga pada siswa kelas XI SMKN 1 Mataram. Rendahnya prestasi belajar matematika terlihat dari ketuntasan siswa terhadap materi yang dipelajari. Hal ini ditunjukkan berdasarkan nilai ulangan harian tahun 2013/2014 dan 2014/2015 pada tabel berikut. Tabel 1. Data Ulangan Harian MatematikaTahun 2013/2014 dan 2014/2015 No 1 2 3
Materi Statistika Aturan Pencacahan Transformasi Geometri
Ketuntasan Klasikal 2013/2014 2014/2015 22,79% 20,61% 35,45% 33,12% 40,54% 26,32%
Rata-Rata 2013/2014 2014/2015 57,88 55,94 66,22 71,19 65,66 65,00
Sumber: Daftar Nilai Guru Matematika Kelas XI SMKN 1 Mataram Rendahnya penguasaan pada materi statistika akan berdampak pada kemampuan siswa saat terjun ke dunia kerja sesuai bidang keahlian yang digeluti. Salah satu kompetensi lulusan pada bidang keahlian administrasi perkantoran adalah mampu membuat berbagai macam laporan yang membutuhkan kemampuan statistika. Oleh karena itu statistika sangat diperlukan agar siswa tidak mengalami kendala dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan statistika saat terjun ke dunia kerja. Berdasarkan wawancara dengan guru matematika kelas XI diketahui bahwa siswa masih kesulitan dalam memahami materi statistika. Siswa masih sulit dalam mengingat rumus-rumus pada statistika dan lemah dalam menalar soal-soal dari permasalahan yang 1
diberikan. Cara yang diterapkan guru dalam mengajar juga belum efektif. Guru terlihat lebih dominan dalam proses pembelajaran dengan menjelaskan materi di depan kelas. Siswa tampak bosan pada saat proses pembelajaran. Bahkan dalam kegiatan pembelajaran ditemukan siswa yang melakukan aktivitas lain seperti berbicara dengan teman-temannya dan bermain saat guru menjelaskan sehingga mengganggu proses pembelajaran di kelas. Guru juga jarang memberikan permasalahan yang mengantarkan siswa pada suatu konsep. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif saat proses pembelajaran karena hanya mendengarkan dan menulis materi yang diberikan guru. Permasalahan-permasalahan serupa juga terjadi pada siswa kelas XI AP 1 tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan observasi yang dilakukan selama kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMKN 1 Mataram, diketahui bahwa pemahaman konsep siswa masih kurang. Banyak siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit. Hal ini terlihat saat siswa diberikan soal berbeda namun dalam konsep yang sama, siswa masih kesulitan mengerjakan soal tersebut. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran dengan menjelaskan materi di depan kelas. Hal tersebut membuat siswa menjadi kurang aktif. Selain itu, ditemukan juga banyak siswa yang sibuk berbicara di luar materi yang diberikan pada saat belajar. Namun pada kegiatan belajar di kelas, masih terdapat potensi yang dimiliki siswa kelas XI AP 1 dan dapat dimanfaatkan untuk membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Beberapa siswa diketahui aktif bertanya saat kesulitan memahami suatu materi. Selain itu, saat berdiskusi siswa lebih aktif melakukan pembelajaran terkait materi yang diberikan serta mudah diatur untuk tidak ribut. Jika disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi serta potensi yang dimiliki siswa pada kelas XI AP 1, guru perlu mencermati model yang cocok untuk digunakan pada saat proses pembelajaran. Siswa lebih dituntut terlibat aktif dalam belajar sehingga tidak ada waktu untuk melakukan aktifitas lain. Selain itu, pembelajaran dilakukan dengan memberikan permasalahan yang sering ditemukan siswa. Dengan mengambil permasalahan yang sering dihadapi siswa diharapkan mereka mudah dalam mempelajari materi yang diberikan. Oleh karena itu perlu diterapkan suatu model yang menekankan antara konsep matematika dengan pengalaman sehari-hari dan melibatkan siswa secara aktif dalam diskusi. Salah satu model pembelajaran yang dapat dilakukan adalah model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL). 2
Model PBL merupakan model pembelajaran yang berbasis pada masalah. Prinsipnya bahwa masalah dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Secara khusus Sani [5] menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode PBL melibatkan siswa aktif menggali pengetahuan, aktif mencari informasi baru, mengintegrasikan pengetahuan baru dengan dengan apa yang diketahuinya, mengorganisasikan informasi yang diketahui dan menjelaskan kepada teman yang lain. Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara kelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata [2]. Sementara peran guru dalam kegiatan pembelajaran adalah menyajikan masalah dan sebagai fasilitator. Sehingga dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL), siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep terhadap materi yang diajarkan serta mampu melibatkan siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan praktek pembelajaran [7]. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMKN 1 Mataram dan subyek penelitianya adalah siswa kelas XI AP 1 semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan banyak siswa 41 orang yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 33 siswa perempuan. Faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah faktor siswa dan faktor guru. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, dimana tiap siklus terdiri dari 1 pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan dalam 4 jam pelajaran, dimana 3 jam digunakan untuk kegiatan pembelajaran dan 1 jam untuk evaluasi dengan 1 jam pembelajaran sama dengan 45 menit. Terdapat 5 tahapan yang dilaksanakan dalam tiap siklus yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, tahap evaluasi, dan tahap refleksi. Data-data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan dua instrumen penelitian yaitu lembar observasi digunakan untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa dan aktivitas belajar guru saat proses pembelajaran dan tes evaluasi tiap akhir siklus yang berupa soal essay digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada tiap akhir siklus. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas XI AP 1 3
SMKN 1 Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dikatakan berhasil jika aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila aktivitas belajar siswa minimal berkategori tinggi dan prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila tercapai persentase ketuntasan secara klasikal ≥ 85%.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. HASIL PENELITIAN a. Tahap Perencanaan Tindakan Adapun dalam tahap perencanaan pada tiap siklus dihasilkan perangkat pembelajaran yaitu kelompok belajar siswa, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan model Problem Based Learning, Lembar Kerja Siswa (LKS), Lembar Latihan Siswa (LLS), lembar observasi aktivitas siswa, embar observasi aktivitas guru, kisi-kisi soal evaluasi, soal evaluasi, pedoman penilaian evaluasi, b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran di kelas sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar, menyampaikan tujuan pembelajaran, manfaat, serta memberikan apersepsi mengenai mengenai materi yang dipelajari. Selanjutnya memberikan memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik. Guru kemudian mengorganisasikan peserta didik untuk penyelidikan yaitu duduk berdasarkan pembagian kelompok yang telah dibentuk serta menerima LKS dari guru. Kemudian siswa melakukan investigasi yaitu berdiskusi dengan kelompoknya
masing-masing.
Setelah
melakukan
diskusi,
siswa
mengembangkan dan menyajikan hasil karya di depan kelas. Kegiatan terakhir yang dilakukan yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses penyelidikan yaitu merefleksi kegiatan pembelajaran dengan menayakan kepada siswa kesulitan dalam pengerjaan LKS.
4
c. Tahap Observasi Pada tahap observasi dilakukan pengamatan tentang proses pembelajaran oleh observer. Adapun hasil observasi aktivitas guru dan siswa yang diperoleh yaitu: Tabel 2. Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Guru No.
Indikator
1
Kesiapan dalam pembelajaran Tahap 1 (Memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik) Tahap 2 (Mengorganisasikan peserta didik untuk penyelidikan) Tahap 3 (Pelaksanaan investigasi) Tahap 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil) Tahap 5 (Menganalisa dan mengevaluasi proses penyelidikan) Jumlah skor seluruh indikator
2 3 4 5 6
Kategori
Siklus I 2,33
Skor Siklus II 2,67
Siklus III 3
1,33
2,33
2,67
3
2,67
3
2,33
2,67
3
2
2,33
2,67
1,33
2,33
3
12,32
15 Sangat Baik
17,34 Sangat Baik
Baik
Tabel 3. Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa No. 1 2 3 4 5 6
Indikator Kesiapan dalam pembelajaran Tahap 1 (Memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik) Tahap 2 (Mengorganisasikan peserta didik untuk penyelidikan) Tahap 3 (Pelaksanaan investigasi) Tahap 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil) Tahap 5 (Menganalisa dan mengevaluasi proses penyelidikan) Jumlah skor seluruh indikator Kategori
Siklus I 2
Skor Siklus II 2,67
Siklus III 3
2,33
2,33
2,67
2
2,67
3
1,33
2
2,67
1,33
1,33
2,33
1,33
1,67
2,67
10,32
13,01
Cukup
Tinggi
16,34 Sangat Tinggi
d. Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan tujuan memperoleh data prestasi belajar siswa tiap siklus dengan memberikan tes tertulis yang terdiri dari 3 soal. Adapun rincian hasil evaluasi tiap silkus dapat dilihat pada tebel berikut.
5
Tabel 4 Rincian Hasil Evaluasi Siklus I, II dan III 36 Siswa yang mengikuti tes Nilai rata-rata 75,38 Nilai tertinggi 90,77 Nilai terendah 43,08 Siswa yang tuntas 26 Siswa yang tidak tuntas 10 Persentase ketuntasan belajar 63,41%
35 82,69 100,00 42,86 30 5 73,17 %
40 89,22 100,00 53,33 36 4 87,80%
e. Refleksi Berdasarkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I, terdapat kekurangan-kekurangan yang ditemukan yaitu: 1)Keaktifan siswa dalam kelompoknya masih rendah pada saat mengerjakan LKS sehingga pengerjaannya didominasi oleh siswa yang pintar. Hal ini disebabkan karena posisi duduk siswa yang kurang tepat serta pembagian tugas dalam kelompok belum terdistribusi dengan baik; 2)Sebagian siswa belum memahami tahap penyelesaian dalam LKS siklus I. Hal ini disebabkan karena sistematika penyelesaian pada LKS siklus I belum tersusun dengan baik serta kurangnya jumlah LKS yang dibagikan tiap kelompok; 3)Sebagian besar siswa kekurangan waktu dalam menyelesaikan soal evaluasi. Hal ini disebabkan karena angka yang digunakan dalam soal kurang sederhana sehingga perhitungan jawaban memerlukan waktu yang lama. Berdasarkan kekurangan-kekurangan pada siklus I tersebut maka terdapat perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan pada siklus II yaitu: 1)Mengatur ulang kelompok dan memindahkan siswa yang bermasalah ke kelompok lain yang memiliki kemampuan lebih. Selain itu posisi duduk dalam kelompok dirubah sehingga siswa yang berkemampuan kurang berada disebelah siswa yang berkemampuan lebih; 2)Guru memodifikasi sistematika pada LKS dan membagikan LKS kepada tiap anggota kelompok untuk mempermudah diskusi kelompok; 3)Memberikan soal evaluasi kepada siswa dengan angka yang lebih sederhana serta memberikan kesempatan siswa untuk menggunakan alat bantu hitung. Selanjutnya pada siklus II, terdapat kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu: 1)Rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan pada siklus II tidak berjalan dengan optimal. Hal ini 6
disebabkan karena beberapa siswa yang dilibatkan dalam tindakan perbaikan pada siklus II tidak tidak hadir karena praktik dan pertandingan sepak bola; 2)Kemampuan dasar siswa dalam operasi hitung masih kurang sehingga sebagian besar siswa bertanya permasalahan yang sama pada saat diskusi. Berdasarkan kekurangan-kekurangan pada siklus II tersebut maka terdapat perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan pada siklus III yaitu: 1)Menjalankan pembagian kelompok pada rencana pembelajaran di siklus II ke siklus III; 2)Apersepsi di awal pembelajaran diperjelas mengenai materi yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada siklus III, diperoleh bahwa semua indikator kerja telah tercapai yaitu peningkatan aktivitas maupun prestasi belajar siswa, sehingga pemberian tindakan dihentikan di siklus III.
2. PEMBAHASAN Ringkasan hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5 Ringkasan Hasil Penelitian Siklus I II III
Aktivitas Belajar Siswa Skor Kategori 10,32 Cukup 13,01 Tinggi 16,34 Sangat Tinggi
Prestasi Belajar Siswa Ketuntasan Klasikal 63,41 % 73,17 % 87,80 %
Dari tabel 2 diketahui bahwa skor aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah 10,32 dengan kategori cukup dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 13,01 dengan kategori tinggi. Kemudian juga terlihat bahwa terjadi peningkatan skor aktivitas belajar siswa pada siklus III menjadi 16,34 dengan kategori sangat tinggi.
Selain itu juga terlihat bahwa prestasi belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III. Ketuntasan belajar secara klasikal siswa pada siklus I diperoleh 63,41%, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 73,17%. Selanjutnya pada siklus III terjadi peningkatan menjadi 87,80%. Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata skor prestasi belajar siswa pada siklus I adalah 86,29 sedangkan persentase ketuntasan klasikal sebesar 82,86% hal tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I indikator keberhasilan belum tercapai karena masih dibawah standar minimal yang 7
ditetapkan. Walaupun demikian, secara keseluruhan pembelajaran pada siklus I sudah berjalan cukup baik. Guru sudah berusaha melaksanakan pembelajaran dengan maksimal, namun dari hasil observasi dan evaluasi yang diperoleh perlu dilakukan beberapa perbaikan di setiap tahapan pembelajaran pada siklus berikutnya agar indikator keberhasilan dapat dicapai. Meskipun dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model Problem Based Learning, namun aktivitas siswa tidak dapat meningkat secara langsung. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa pada siklus I yang berkategori cukup. Skor aktivitas siswa yang berkategori cukup pada siklus I disebabkan karena siswa belum terbiasa menggunakan model Problem Based Learning khususnya pada tahapan pembelajaran yang digunakan. Belum tercapainya indikator ketuntasan klasikal pada siklus I disebabkan oleh beberapa kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga guru perlu melakukan beberapa tindakan perbaikan pada siklus II. Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan pada siklus II diperoleh persentase ketuntasan klasikal menjadi 73,17% dimana belum mencapai indikator keberhasilan. Hal ini disebabkan karena masih adanya kekurangan pada pelaksanaan dalam kegiatan pembelajaran sehingga pada kegiatan siklus III dilakukan perbaikan untuk mengatasi kekurangan tersebut. Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan skor aktivitas siswa dan ketuntasan klasikal belajar siswa pada siklus III. Skor aktivitas siswa meningkat dari 13,01 menjadi 16,34 yang tergolong dalam kategori sangat tinggi, sedangkan persentase ketuntasan klasikal dari 70,17% menjadi 87,80%. Dengan demikian penelitian ini sudah mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Beberapa faktor yang mendukung tercapainya indikator keberhasilan tersebut antara lain, pada siklus III penguasaan kelas dari guru sudah cukup baik begitupula dengan pembagian alokasi waktu dalam pelaksanaan pembelajaran. Sebagian besar siswa sudah melaksanakan setiap tahapan kegiatan pembelajaran dengan optimal, semua anggota kelompok ikut terlibat dalam penyelidikan dengan pengorganisian yang baik tiap kelompok. Siswa lebih antusias dalam kegiatan
8
pembelajaran selain itu pada saat penyajian hasil diskusi siswa lebih aktif memberikan tanggapan dan kesimpulan dari hasil diskusi yang dilakukan. Pada tahapan Model Problem Based Lerning, terdapat kegiatan diskusi kelompok dan presentasi. Kegiatan seperti itu mengakibatkan siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran pada saat penelitian berlangsung. Tampak dari siswa dalam menanggapi permasalahan yang diberikan oleh guru, pembagian tugas
dalam
menyelesaikan
permasalahan
diskusi
kelompok,
dan
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Hal ini mendukung pendapat Sudjana [1] yang mengatakan aktivitas belajar merupakan kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan oleh siswa
yang
berhubungan dengan materi pembelajaran. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Dalam proses pembelajaran, menciptakan kondisi siswa aktif pada dasarnya adalah cara atau usaha untuk mengoptimalkan kegiatan belajar siswa. Selain itu PBL melibatkan siswa untuk aktif menggali pengetahuan, aktif mencari informasi baru, mengintegrasikan pengetahuan baru dengan apa yang diketahuinya, mengorganisasikan informasi yang diketahui, dan menjelaskan pada teman yang lain [5]. Peneliti meyakini bahwa jika siswa mengikuti pembelajaran dengan baik, maka siswa dapat memahami konsep dari permasalahan yang diberikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Slameto [6] menyatakan bahwa bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik. Pembelajaran dilakukan dengan memberikan permasalahan nyata yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengambil permasalahan yang sering dihadapi siswa diharapkan mereka mudah dalam mempelajari materi yang diberikan. Rusmono [4] menyatakan bahwa masalah dalam model PBL yang mengundang
pertanyaan
dan
belum
terdefinisikan
secara
jelas,
akan
membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan kemudian diharapkan mereka terlibat dalam inkuiri. Selain itu PBL membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata (real world problem) secara terstruktur untuk mengkonstruksi pengetahuan siswa [5].
9
Dengan demikian, berdasarkan pembahasan dan sejalan dengan teori dari para ahli bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XI AP 1 SMKN 1 Mataram tahun pelajaran 2015/2016 pada pembelajaran statistika.
D. KESIMPULAN DAN SARAN Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini yaitu peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XI AP 1 SMKN 1 Mataram tahun pelajaran 2015/2016 pada pembelajaran statistika melalui penerapan Model Problem Based Learning (PBL) sangat baik. Hal ini terlihat dari peningkatan skor aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 10,32 dengan kategori cukup, pada siklus II yaitu 13,01 dengan kategori tinggi dan pada siklus III yaitu 16,34 dengan kategori sangat tinggi. Sedangkan peningkatan ketuntasan secara klasikal pada siklus I, II dan III berturut – turut yaitu 63,41%, 73,17% dan 87,80%. Adapun saran-saran yang dapat disampaikan dari hasil peneliti bagi guru matematika SMKN 1 Mataram yaitu diharapkan untuk menerapkan Model Problem Based Learning sebagai pembelajaran alternatif dalam kelas untuk membantu guru dalam upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut diharapkan untuk mencoba menggunakan Model
Problem
Based
Learning
pada
materi
pokok
yang
karakteristik
pembelajarannya sesuai dengan karakteristik Model Problem Based Learning untuk memperoleh hasil yang lebih sempurna dari penelitian ini. Selain itu terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan Model Problem Based Learning berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti yaitu kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan baik jika seluruh siswa hadir dan tepat waktu, siswa dapat memahami konsep dengan baik apabila setiap pembelajaran diikuti dengan baik, pengelolaan kelas harus dilakukan sebaik mungkin, guru harus memfasilitasi siswa agar semua aktif dalam diskusi kelompok, dan alokasi waktu diatur sebaik mungkin agar tahap-tahap model Problem Based Learning dapat berjalan dengan baik.
10
DAFTAR PUSTAKA [1] Christanto,Nastiti. 2011. Angket Aktivitas Belajar. http://www.slideshare.net diakses pada tanggal 20 Mei 2016. [2] Daryanto & Herry Sudjendro. 2014. Siap Menyonsong Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gavamedia [3] OECD.2015.”Mathematics performance (PISA)”. https://data.oecd.org/pisa/mathematicsperformance-pisa.htm. Diakses tanggal 14 November 2015 [4] Rusmono. 2014. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia. [5] Sani, Ridwan Abdulah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. [6] Slameto.2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rev. ed. Jakarta: Rineka Cipta. [7] Sujana, I. M. 2010. Workshop Penelitian Tindakan Kelas. Lombok : Arga Puji Press. [8] Turmuzi, Muhammad.2013. Strategi Pembelajaran Matematika. Mataram: Universitas Mataram.
11