i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI TURUNAN SISWA KELAS XI IPS 4 SMA NEGERI 1 GUNUNGSARI TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika
Oleh: ZULFIANI ROHMAH E1R 012 056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ARTIKEL SKRIPSI ...................
ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................................
iii
ABSTRAK ............................................................................................................................
iv
ABSTRACT ..........................................................................................................................
v
A. PENDAHULUAN .......................................................................................................
1
B. METODELOGI PENELITIAN ...................................................................................
2
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................................................
6
D. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................
9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 10
iv
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI TURUNAN SISWA KELAS XI IPS 4 SMA NEGERI 1 GUNUNGSARI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh Zulfiani Rohmah, Nurul Hikmah, Syahrul Azmi Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, FKIP Universitas Mataram Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Gunungsari tahun pelajaran 2015/2016 yang ditunjukan oleh ketuntasan klasikal pada nilai MID semester genap hanya mencapai 16,13% dengan rata-rata 58,64 dan hasil observasi awal aktivitas belajar siswa dengan kategori kurang aktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika pada materi turunan siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Gunungsari tahun pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Pada siklus I diperoleh aktivitas belajar siswa pada masing-masing pertemuan berkategori aktif dan pada siklus II berkategori aktif dan sangat aktif. Dari analisis hasil evaluasi belajar siswa, rata-rata hasil evaluasi pada siklus I dan siklus II berturut-turut adalah 78,1 dan 82,57 dengan ketuntasan klasikal masing-masing siklus 73,33% dan 88,46%. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing secara optimal pada materi turunan dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Gunungsari tahun pelajaran 2015/2016. Kata Kunci : aktivitas belajar siswa, prestasi belajar siswa, model pembelajaran penemuan terbimbing.
v
IMPLEMENTATION OF GUIDE DISCOVERY LEARNING MODEL TO ENHANCE STUDENTS’ ACTIVITIES AND ACHIEVEMENT IN LEARNING MATHEMATICS ON DERIVATIVE TOPICS AT GRADE XI IPS 4 OF SMA NEGERI 1 GUNUNGSARI ACADEMIC YEAR 2015/2016 By Zulfiani Rohmah, Nurul Hikmah, Syahrul Azmi Study Program of Mathematics Education Mathematics and Basic Science Education Departement, FKIP Mataram University Email:
[email protected]
ABSTRACT The background of this research was by the low of students’ activities and learning achievement at grade XI IPS 4 Public Senior High School 1 Gunungsari academic year 2015/2016 which was shown by the classical completness in midterms of odd-numbered semester that reached 16,13% with the average was 58,64 and by the result of initial observations of students’ activities which was categorized less active. The purpose of this research was to determine the implementation of guide discovery learning model in enhance students’ activities and learning achievement of mathematics on derivative topics at grade XI IPS 4 Public Senior High School 1 Gunungsari academic year 2015/2016. The type of this research was a classroom action resarch (CAR), which was conducted in two cycles. Cycle I consisted that the students’ activities in each meeting was categoried active and cycle II was categorized active and high active. By the analyze of evaluation of students’ learning outcomes,it was obtained that the average of the result of evaluation in cycle I and cycle II respectively were 78,1 and 82,57 with the classical completness respectively were 73,33% and 88,46%. Based on the result which was consisted, it can be conclude that the implementation of guide discovery learning model on derivative topics can enhance the students activities and achievement at grade XI IPS 4 SMA Negeri 1 Gunungsari academic year 2015/2016. Keywords: students’ activities, students’ achievement, guide discovery learning model
1
A. PENDAHULUAN Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu, matematika diperlukan oleh semua lapisan masyarakat terutama siswa sebagai generasi penerus. Namun pada kenyataannya, prestasi matematika siswa indonesia masih sangat rendah. Hal ini sesuai dengan hasil survei yang dilakukan oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2015 menggunakan tes Programme for International Student Assesment (PISA) [1] menyatakan bahwa prestasi belajar matematika Indonesia berada pada peringkat ke 69 dari 76 negara yang mengikuti PISA. Rendahnya prestasi siswa juga terjadi di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Gunungsari. Hal ini dapat dilihat pada nilai ulangan mid semester II yang masih di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal) yaitu 58,64 dengan ketuntasan klasikal 16,13. Selain rendahnya prestasi belajar siswa, aktivitas belajar siswa juga rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi awal yang berkategori kurang aktif. Permasalahan di atas disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan guru masih kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan belum menemukan konsep dari apa yang dipelajari. Guru terlihat lebih banyak berperan dalam proses pembelajaran sehingga arus informasi hanya berjalan satu arah yaitu dari guru kepada siswa. Siswa lebih banyak duduk dan mendengarkan penjelasan guru yang menyebabkan siswa kurang merespon selama mengikuti pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran, sebagian besar siswa tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru dan sibuk dengan kegiatan masing-masing seperti mengobrol, bercanda dan lainnya. Salah satu materi yang diajarkan pada kelas XI IPS adalah turunan fungsi. Berdasarkan wawancara dengan guru matematika kelas XI IPS 4, tahun sebelumnya saat mempelajari turunan fungsi siswa kurang bisa mengaplikasikan rumus turunan hasil kali dan hasil bagi dua fungsi. Pembelajaran akan lebih maksimal ketika siswa dapat menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari. Dengan menemukan konsep, siswa akan lebih ingat dan pembelajaran yang dilakukan akan lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo dan Bruner [2] yang mengatakan ide yang ditemukan sendiri akan lebih dipahami, diingat dan belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan.
2
Untuk mengatasi rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran yang membimbing siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan menemukan konsep dari materi yang dipelajari khususnya turunan. Model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran penemuan terbimbing. Pemilihan model pembelajaran ini didukung oleh potensi yang dimiliki oleh siswa yaitu antusias melakukan diskusi, bertukar informasi dengan temannya dan membantu ketika ada siswa yang mengalami kesulitan. Model pembelajaran penemuan terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang membimbing siswa dalam menemukan konsep yang belum diketahui, bukan dengan memberi tahu konsep yang belum diketahui. Kegiatan pembelajaran menekankan agar siswa terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga siswa dapat mengalami dan menemukan sendiri konsep-konsep yang harus dikuasai. Model penemuan terbimbing akan membuat pembelajaran lebih bermakna karena akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta mengubah pembelajaran yang semula teacher oriented ke student oriented. Dengan demikian siswa lebih memahami materi pelajaran yang diberikan. Sehingga dengan menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka artikel ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika pada Materi Turunan Siswa Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Gunungsari Tahun Pelajaran 2015/2016.” B. METODELOGI PENELITIAN 1. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing pada materi turunan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama [3]. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gunungsari dan subyek penelitiannya adalah siswa kelas XI IPS 4 semester dua (II) tahun pelajaran 2015/2016. 2. Faktor yang diselidiki, faktor siswa yaitu aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Gunungsari tahun pelajaran 2015/2016 pada materi turunan melalui penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing yang optimal dan faktor
3
guru yaitu kegiatan guru selama pembelajaran dalam menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing pada materi turunan yang bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan rencana pembelajaran yang tertuang di dalam RPP. 3. Prosedur penelitian yakni dilaksanakan dalam 2 siklus. Adapun tahapan-tahapan yang dilalui dari masing-masing siklus adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. a. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berorientasi pada penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing, mendesain alat evaluasi, dan merencanakan analisa hasil tes. b. Pelaksanaan tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan, dilaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Pendahuluan a) Mempersiapkan siswa untuk belajar (mengucapkan salam, mempersilakan salah satu siswa untuk memimpin doa dan mengecek kehadiran siswa. b) Siswa mendengarkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan meminta siswa untuk bergabung dengan anggota kelompoknya. c) Guru memberikan stimulus dengan memberikan pertanyaan kepada siswa. 2) Kegiatan inti a) Siswa diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang diberikan oleh guru. b) Siswa mengumpulkan informasi. c) Masing-masing kelompok menerima LKS yang diberikan oleh guru dan siswa mengolah data yang sudah diperoleh baik dari buku ataupun sumber-sumber yang lainnya dengan melakukan diskusi kelompok sesuai dengan langkahlangkah yang ada pada LKS. d) Guru menunjuk perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain memberikan tanggapan. e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari. f) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan konsep yang sudah dipelajari.
4
g) Siswa diberikan latihan yang dikerjakan secara individu. h) Guru dan siswa membahas soal individu. 3) Penutup a) Meninjau kembali kegiatan pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. b) Menginformasikan kepada siswa mengenai materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. c) Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan salam. c. Observasi Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru yang sudah disediakan. Pada tahap ini siswa dan guru diobservasi oleh observer untuk mengetahui apakah pembelajaran sudah sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Observer mengobservasi semua proses tindakan, hasil tindakan, situasi tempat tindakan, dan kendala-kendala tindakan. Observer berada di kelas yang sama untuk mengamati dan mencatat segala sesuatu yang terjadi pada saat pembelajaran di kelas. d. Evaluasi Pada setiap siklus diadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Evaluasi berupa tes yang berbentuk soal uraian (essay). e. Refleksi Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Pada tahap ini, peneliti mengkaji pelaksanaan dan hasil belajar yang diperoleh pada tiap siklus. Refleksi dilakukan terhadap hasil evaluasi untuk mengidentifikasi kesalahan dan kekurangan yang dilakukan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. 4. Tehnik analisis data 1) data aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru a) Menentukan kriteria aktivitas siswa Berdasarkan modifikasi skor standar maka kriteria untuk menentukan aktivitas siswa dijabarkan pada tabel berikut [4].
5
Tabel 2.1. kriteria penentuan kategori aktivitas belajar siswa Interval Skor Kategori Sangat Aktif X MI + 1,5 SDI X 13,5 Aktif MI + 0,5 SDI X MI + 1,5 SDI 10,5 X 13,5 Kurang Aktif MI – 0,5 SDI X MI + 0,5 SDI 7,5 X 10,5 Tidak Aktif X MI – 1,5 SDI X 4,5 b) Menentukan kriteria aktivitas guru. Berdasarkan modifikasi skor standar maka kriteria untuk menentukan aktivitas guru dijabarkan pada tabel berikut [4]. Tabel 2.2. kriteria penentuan kategori aktivitas guru Interval Skor X MI + 1,5 SDI X 13,5 MI + 0,5 SDI X MI + 1,5 SDI 10,5 X 13,5 MI – 0,5 SDI X MI + 0,5 SDI 7,5 X 10,5 X MI – 1,5 SDI X 4,5 c) Data prestasi belajar siswa
Kategori Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, hasil tes belajar dianalisis secara deskriftif, yaitu dengan menentukan ketuntasan individu, rata-rata hasil evaluasi, dan menentukan ketuntasan belajar secara klasikal. Analisis untuk mengetahui prestasi belajar siswa dirumuskan sebagai berikut : a) Ketuntasan individu Siswa dikatakan tuntas secara individu terhadap materi yang dipelajari apabila siswa mampu memperoleh nilai
75 setelah dilakukan evaluasi pada
tiap siklus. b) Rata-rata hasil evaluasi Untuk menghitung skor rata-rata hasil tes tiap siklus dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : ̅=
∑
[5]
Keterangan : ̅ = nilai rata-rata = nilai siswa ke-i, dengan i=1,2,3,... = banyak siswa kelas XI IPS 4 yang mengikuti evaluasi c) Ketuntasan klasikal Menurut Depdiknas [6], ketuntasan klasikal dapat diketahui dengan menggunakan rumus : Ketuntasan klasikal =
6
Keterangan : x
= banyak siswa yang memperoleh nilai
75
n
= banyak siswa kelas XI IPS 4 yang mengikuti evaluasi
Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat
85% siswa yang sudah tuntas belajarnya.
5. Indikator keberhasilan penelitian ini yaitu a. Aktivitas belajar siswa minimal berkategori aktif setelah diterapkan model pembelajaran penemuan terbimbing. b. Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila rata-rata nilai siswa minimal sebesar 75 dan tercapai persentase ketuntasan klasikal
85% setelah diterapkan
model pembelajaran penemuan terbimbing. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika pada materi turunan siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Gunungsari tahun pelajaran 2015/2016. Siklus I Sebelum dilaksanakan siklus I terlebih dahulu dibentuk kelompok-kelompok siswa yang heterogen. Pada saat pembelajaran, kesiapan siswa dalam memulai pembelajaran dapat dikatakan baik karena sebagian besar siswa masuk kelas tepat waktu dan mempersiapkan kelengkapan belajar. Walaupun demikian, masih ada kekurangan seperti siswa masih sedikit ribut saat pembelajaran akan dimulai dan ada siswa yang terlambat masuk kelas. Siswa memperhatikan dengan seksama stimulus yang diberikan oleh guru dan beberapa siswa yang menyampaikan pendapat tentang stimulus yang disampaikan guru, meskipun lebih banyak siswa yang memilih untuk diam tanpa memberikan pendapat apapun. Pada saat melakukan kegiatan penemuan, beberapa kelompok siswa masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS yang diberikan dan meminta bimbingan guru dalam mengerjakan LKS. Namun pada pertemuan 2, beberapa kelompok terlihat sangat antusias. Hal ini karena sub materi yang dibahas pada pertemuan kedua menggunakan rumus yang ditemukan pada pertemuan pertama. Sedangkan dari aktivitas guru, guru sudah bertindak sebagai fasilitator dalam membimbing siswa untuk menemukan konsep turunan. Adapun data hasil observasi kegiatan guru pada siklus I ini sudah berkategori sangat baik.
7
Adapun ringkasan hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I sebagai berikut Tabel 3.1 Ringkasan hasil penelitian siklus I Aktivitas belajar Rata-rata Ketuntasan Siklus Pertemuan hasil belajar klasikal Skor aktivitas Kategori 1 12,33 Aktif I 78,1 73,33 % 2 13,33 Aktif Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I skor aktivitas belajar siswa pada masing-masing pertemuan adalah 12,33 dan 13,33 dengan kategori aktif dan rata-rata hasil belajar 78,1 dengan ketuntasan klasikal 73,33%. Ini berarti pada siklus I aktivitas belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yakni minimal berkategori aktif. Sedangkan prestasi belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yakni rata-rata nilai siswa minimal sebesar 75 dan ketuntasan klasikal
85%.
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi diperoleh gambaran terkait kekurangan dalam siklus I sehingga perlu diadakan perbaikan sebagai berikut : 1. Membuat kelompok baru agar siswa bisa bekerja sama dengan baik. 2. Memberikan penguatan atau mengingatkan siswa tentang rumus f’(x) =
(
)
( )
3. Guru harus memperhatikan alokasi waktu sesuai dengan yang sudah direncanakan. 4. Memberikan penguatan ulang tentang turunan dari variabel yang berpangkat 1 dan turunan dari konstanta. Siklus II Pada siklus II, kesiapan siswa dalam menerima pelajaran sudah baik dan siswa sangat antusias. Semua siswa sudah masuk kelas tepat waktu dan menyiapkan kelengkapan belajar. Pada tahap stimulus, semua siswa memperhatikan dengan baik stimulus yang diberikan oleh guru, kemudian beberapa siswa memberikan tanggapan. Seorang
siswa
yang
pada
pertemuan-pertemuan
sebelumnya
tidak
pernah
mengungkapkan pendapatnyapun mulai berani mengungkapkan pendapatnya. Hal ini memperlihatkan bahwa siswa sudah memahami masalah dengan baik. Selain itu, beberapa siswa yang sebelumnya malu bertanya, menjadi berani bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang belum dimengerti. Pada saat membuat grafik, ada satu kelompok yang terlalu bersemangat untuk selesai pertama sehingga salah memuat grafik (terbalik). Namun setelah dibimbing oleh guru, siswa dapat dengan mudah membuat kesimpulan dan menuliskannya dengan benar pada LKS.
8
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru, pada siklus II pertemuan 1 guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Hal ini terjadi karena waktu belajar yang sudah hampir habis dan siswa tidak kondusif. Karena waktu yang kurang, guru berinisiatif untuk membimbing siswa dalam menyimpulkan materi yang sudah diajarkan pada pertemuan tersebut. Pada pertemuan 2, siswa sangat antusias untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Hal ini dilihat ketika kelompok yang presentasi sedang menuliskan jawaban, kelompok lain sudah mau memberikan tanggapan pada kelompok yang presentasi. Namun guru mengingatkan agar memberikan tanggapan setelah kelompok yang maju selesai mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya sehingga presentasipun berjalan dengan baik. Dari hasil observasi, aktivitas guru pada siklus II berkategori sangat baik. Adapun ringkasan hasil penelitian yang diperoleh pada siklus II sebagai berikut Tabel 3.2 Ringkasan hasil penelitian siklus 2 Aktivitas belajar Rata-rata Ketuntasan Siklus Pertemuan hasil belajar klasikal Skor aktivitas Kategori 1 12,66 Aktif II 82,57 88,46 % 2 14,66 Sangat Aktif Pada siklus II dengan melakukan perbaikan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I, diperoleh peningkatan skor aktivitas dan prestasi belajar siswa yakni, pada masingmasing pertemuan skor aktivitas belajar siswa 12,66 dan 14,66 dengan kategori aktif dan sangat aktif sedangkan rata-rata hasil belajar 82,57 dengan ketuntasan klasikal 88,46%. Hal ini mengindikasikan tercapainya semua indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi diperoleh gambaran terkait kekurangan dalam siklus I sehingga perlu diadakan perbaikan sebagai berikut : 1. Penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing harus selalu memperhatikan alokasi waktu yang sudah direncanakan. Alokasi waktu pada kegiatan penemuan harus lebih banyak. Hal ini dikarenakan siswa melakukan diskusi untuk menemukan konsep dari materi yang sedang dipelajari, sehingga diharapkan siswa mampu menemukan konsep dari LKS (lembar kerja siswa) yang dirancang oleh guru. Selain itu, memperhatikan alokasi waktu juga dimaksudkan agar semua yang sudah direncanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana. 2. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa diberikan lebih banyak contoh soal dan penulisan contoh secara berurutan atau hirarti sehingga tidak menimbulkan kebingungan pada siswa, mulai dari yang diketahui, ditanyakan dan terakhir jawaban.
9
Dalam pembelajaran materi turunan dengan penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing, siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi langsung dalam proses pembelajaran guna menemukan konsep-konsep tentang turunan melalui LKS yang dikerjakan. Melalui kegiatan ini siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang ada pada turunan sehingga pembelajaran akan berpusat pada siswa. Sedangkan guru berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan bimbingan dan mengarahkan siswa menggunakan lembar kerja siswa (LKS) yang diberikan. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing telah mampu membantu siswa untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dan mampu membantu siswa untuk menemukan konsep sendiri, sehingga siswa dengan mudah mengerti konsep turunan. Akibatnya konsep tersebut akan melekat dan bertahan dalam memori jangka panjang siswa. Hal inilah yang berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa tersebut tidak terlepas dari poin penting model pembelajaran penemuan terbimbing, yaitu menemukan. Dengan belajar menemukan, siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide dengan lebih baik. Sehingga dengan penerapan model pembelajaran seperti ini, materi yang diajarkan akan lebih mudah diingat dan mudah dalam memecahkan masalah. Dalam menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing, dibutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang terutama dalam mengalokasikan waktu belajar agar pembelajaran dapat berjalan secara optimal. Hal ini penting dilakukan karena pada dasarnya penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing membutuhkan waktu yang lama dan guru juga memberikan bimbingan jika ada yang kurang dimengerti oleh siswa selama proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas maka penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika pada materi turunan siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Gunungsari tahun pelajaran 2015/2016. D. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing secara optimal dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa pada materi turunan siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Gunungsari tahun pelajaran 2015/2016. Adapun sarannya adalah penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing harus selalu memperhatikan alokasi waktu yang sudah direncanakan dan pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa diberikan lebih banyak contoh soal dan penulisan
10
contoh secara berurutan atau hirarti sehingga tidak menimbulkan kebingungan pada siswa, mulai dari yang diketahui, ditanyakan dan terakhir jawaban.
DAFTAR PUSTAKA [1]OECD. 2016. PISA 2015 Assessment and Analytical Framework. http://www.oecd.org/edu/pisa-2015-assessment-and-analytical-framework9789264255425-en.htm. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2016. [2]Marsigit. 2012. Pembelajaran Inovatif. http://syarifartikel.blogspot.co.id/?m=1 diakses pada 09 September 2016. [3]Arikunto, S. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. [4]Nurkencana. 1990. Evaluasi Pembelajaran. Surabaya: Usaha Nasional. [5]Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung. Tarsito. [6]Tofan. 2015. Penggunaan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Siswa pada Pembelajaran Mata Diklat Sistem Bahan Bakar Bensin di Kelas XI TKR SMK Hidayatul Ummah Balongpanggang. ejournal.unesa.ac.id diakses pada 17 Agustus 2016.