PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 2 LEMBAR DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) PADA PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika
Oleh NI LUH WIRIANTI E1R 012 033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI ................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................
iii
ABSTRAK .....................................................................................................................
iv
ABSTRACT .....................................................................................................................
v
A. PENDAHULUAN .....................................................................................................
1
B. METODE PENELITIAN ..........................................................................................
2
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................................................
3
1. HASIL PENELITIAN .........................................................................................
3
2. PEMBAHASAN ..................................................................................................
6
D. KESIMPULAN .........................................................................................................
9
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
9
iii
iii
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 2 LEMBAR DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) PADA PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh Ni Luh Wirianti, Hapipi, Baidowi Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, FKIP Universitas Mataram Email:
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa yang disebabkan proses pembelajaran berpusat pada guru. Untuk mengatasi masalah tersebut diterapkan model pembelajaran yang dapat melibatkan peran aktif siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X.1 SMA Negeri 2 Lembar tahun pelajaran 2015/2016 pada pembelajaran matematika materi trigonometri. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor aktivitas siswa pada Siklus I pertemuan 1 adalah 7 dengan kategori cukup aktif dan pertemuan 2 adalah 8 dengan kategori cukup aktif. Pada siklus II skor aktivitas siswa pada pertemuan 1 adalah 8,68 dengan kategori cukup aktif dan pertemuan 2 adalah 9,67 dengan kategori aktif. Pada siklus terakhir, yaitu siklus III skor aktivitas siswa pada pertemuan 1 adalah 9 dengan kategori aktif dan pertemuan 2 adalah 10,66 dengan kategori aktif. Dengan demikian, terdapat peningkatan aktivitas siswa Adapun ketuntasan klasikal siswa pada siklus I, siklus II maupun siklus III berturut-turut adalah 52,17%; 73,91%; dan 86,96%. Dengan melihat hasil belajar dari siklus I ke siklus III, terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa baik setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) pada pembelajaran trigonometri kelas X.1 SMA Negeri 2 Lembar tahun pelajaran 2015/2016. Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, model kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT).
iv
iv
THE IMPROVEMENT OF STUDENTS’ ACTIVITIES AND ACHIEVEMENT AT GRADE X.1 OF SMA NEGERI 2 LEMBAR BY APPLYING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) ON TRIGONOMETRY LEARNING ACADEMIC YEAR 2015/2016 By Ni Luh Wirianti, Hapipi, Baidowi Study Program of Mathematics Education Mathematics and Basic Science Education Departement, FKIP Mataram University Email:
[email protected] ABSTRACT This research was motivated by low activity and students’ achievement caused by the learning process centered on the teacher. To solved this problem need to apply a model of learning that can involve the active participation of students by applying cooperative learning model type TGT. The purpose of this research is to improve the activity and students’ achievement at grade X.1 of SMA Negeri 2 Lembar academic year 2015/2016 on math learning materials trigonometry. The type of this research is Classroom Action Research (CAR) that will be held in three cycles. The result showed that the score of students’ activities on cycle I first meeting is 7 category quite active and on second meeting is 8 with category quite active. On cycle II student’s activity score on first meeting is 8,68 with category quite active and on second meeting is 9,67 with category active. On last cycle, that is cycle III student’s activity score on first meeting is 9 with category active on second meeting is 10,66 with category active. Therefore, there is improvement in student’s activity. The classical completeness on cycle I, cycle II and on cycle III in a row is 52,17%; 73,91%; and 86,96%. Seen from the result of student’s learning achievment from cycle I, cycle II and cycle III, there is an improvement in student’s learning achievment. So can be conclude that the improvement of the students’ activities and achievement is good by implemented Cooperative Learning model type Team Game Tournament (TGT) on trigonometry learning at grade X.1 of SMA Negeri 2 Lembar academic year 2015/2016. Keywords: students’ activities, students’ achievement, cooperative learning model type team game tournament (TGT)
v v
A. PENDAHULUAN Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menyatakan mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Uraian di atas menekankan bahwa belajar matematika adalah hal yang penting sebab dalam kehidupan sehari-hari banyak kegiatan manusia yang berkaitan dengan matematika. Pentingnya mempelajari matematika membawa gagasan bahwa pembelajaran matematika di sekolah harus berhasil. Akan tetapi, pembelajaran matematika pada siswa kelas X Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 di SMA Negeri 2 Lembar mengalami permasalahan. Berdasarkan data yang diperoleh dari salah satu guru matematika kelas X, diketahui hanya 33,33% dari 51 orang siswa mampu mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada Ulangan Tengah Semester (UTS). Bahkan ketuntasan belajar secara klasikal di kelas X.1 pada UTS tersebut hanya mencapai 29,17%. Permasalahan dalam pembelajaran matematika tidak hanya terjadi pada tahun pelajaran 2015/2016, tetapi terjadi juga selama dua tahun berturut-turut dalam pembelajaran trigonometri. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Matematika kelas X SMA Negeri 2 Lembar yakni Ibu Nesa Feriyanie, S.Pd. diketahui bahwa materi trigonometri merupakan materi yang dianggap paling sulit di semester genap. Permasalahan-permasalahan di atas terjadi, karena salah satu penyebabnya yaitu proses pembelajaran matematika masih berpusat kepada guru. Guru sering menerapkan pembelajaran langsung dengan metode ekspositori. Bahkan guru memegang peranan utama selama proses pembelajaran berlangsung dimulai dari penjelasan materi secara terperinci sampai pemberian contoh soal yang jawabannya dijelaskan sendiri. Sementara siswa hanya berperan sebagai pendengar dan pencatat yang baik. Guru selama mengajar tidak pernah menerapkan kegiatan diskusi kelompok serta menggunakan media berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) atau Lembar Latihan Siswa (LLS). Apabila pembelajaran trigonometri tetap dilakukan dengan cara seperti di atas maka hasil belajar siswa tidak akan mengalami peningkatan. Pengajaran trigonometri harus dilakukan dengan cara yang berbeda. Pembelajaran trigonometri dapat dirancang melalui kegiatan diskusi kelompok. Dimana setiap kelompok terdiri atas siswa dari berbagai kemampuan. Setiap kelompok diberi tanggungjawab untuk menguasai bahan ajar secara bersama-sama. Dengan demikian kesempatan siswa untuk belajar menjadi lebih banyak. Lebih lanjut selama proses pembelajaran matematika berlangsung di kelas X.1 ditemukan beberapa kekurangan yang meliputi: (1) Tingkat keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran matematika berkategori kurang aktif berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi awal aktivitas siswa; (2) Keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran masing kurang; dan (3) Pemahaman konsep siswa yang kurang. 1
Meskipun terdapat kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran matematika, siswa-siswi di kelas X.1 juga memiliki potensi untuk dapat dikembangkan suatu model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif. Potensi yang dimaksud yaitu: (1) Siswa lebih antusias ketika dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan LKS dan pembelajaran yang mengandung unsur permainan; (2) Ketika guru menanyakan soal terkait materi ajar, siswa aktif menjawab walaupun jawabannya salah; dan (3) Sekitar 9 siswa kelas X.1 ikut terlibat aktif dalam kegiatan organisasi osis sekolah. Sehingga siswa kelas X.1 seharusnya mempunyai potensi untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik dalam kegiatan kelompok. Untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran trigonometri serta aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X.1 yang rendah, maka perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan peran aktif siswa tetapi juga mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki. Hal ini didukung oleh Komara [1] yang menyatakan sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Salah satu alternatif yang patut dicoba ialah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT). TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang memiliki kemampuan berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing mengerjakan soal yang ada pada lembar kegiatan. Setiap anggota kelompok bertugas saling membantu dalam memahami soal yang ada [2]. Selain kegiatan belajar kelompok, TGT juga mengandung unsur permainan (game) yang dirangkai dalam kegiatan turnamen akademik. Suasana belajar yang dirancang dengan permainan tentu akan meningkatkan ketertarikan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X.1 SMA Negeri 2 Lembar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) pada pembelajaran trigonometri tahun pelajaran 2015/2016. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Lembar dan subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.1 semester II tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 23 orang. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan serangkaian tindakan untuk memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran [3]. Pada penelitian tindakan kelas ini, pembelajaran trigonometri dilaksanakan dalam 3 siklus dengan alokasi waktu dalam belajar yaitu menit. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat dan memuat 4 tahapan kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Aktivitas belajar siswa dan guru diukur dari lembar observasi dan lembar keterlaksanaan skenario pembelajaran, sedangkan hasil belajar siswa diukur dari tes berbentuk uraian (essay). Data aktivitas belajar siswa dan guru dianalisis dengan 2
rumus
dan
[4].
Data skor turnamen diperoleh
menggunakan lembar poin turnamen. Kemudian data hasil belajar siswa dapat dianalisis dengan rumus . Penelitian ini dikatakan berhasil apabila aktivitas belajar siswa minimal berkategori aktif dan persentase Ketuntasan Belajar Siswa secara Klasikal (KK) . C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. HASIL PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Lembar dan subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.1 semester II tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 23 orang. Penelitian tindakan kelas ini, dibagi menjadi empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. a. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini dibuat perangkat-perangkat pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran, yaitu silabus pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berorientasi pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournment (TGT), skenario pembelajaran, lembar keterlaksanaan skenario pembelajaran, Lembar Kegiatan, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, kelengkapan untuk bermain turnamen, soal-soal evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa, dan pedoman penskoran soal evaluasi. b. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan ini adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran, membagi siswa dalam lima kelompok kooperatif, menyampaikan materi ajar secara singkat dan memberikan soal latihan yang dikerjakan secara berkelompok. Selanjutnya siswa didudukkan dalam meja turnamen masing-masing untuk berlomba menjawab soal dan merebutkan skor agar kelompoknya bisa memenangkan turnamen. Kegiatan pembelajaran tersebut sesuai dengan tahapan pengajaran, belajar tim, turnamen dan rekognisi tim [5]. Pada tahap terakhir guru memberikan konfirmasi terhadap konsep ajar dan diikuti dengan pengambilan kesimpulan terhadap materi yang dipelajari pada pertemuan tersebut. c. Observasi dan Evaluasi 1) Observasi Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran dikelas berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran sudah berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Peneliti sebagai guru dan siswa diobservasi oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut ini hasil observasi aktivitas guru.
3
Tabel 1 Ringkasan Hasil Observasi Guru Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No.
Indikator
1
Kesiapan dalam pembelajaran Menyajikan informasi (tahap pengajaran) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar Membimbing kelompok bekerja dan belajar (tahap belajar tim) Melaksanakan kegiatan turnamen (tahap turnamen) Menutup kegiatan pembelajaran. Total Skor
2 3 4 5 6
Kategori
Skor Indikator Pert. 1/II Pert. 2/II 2,33 2,33
Pert. 1/I 2
Pert. 2/I 2,33
Pert. 1/III 2
Pert. 2/III 2,33
2
2
2,33
2,33
2
2
1,67
2
2,67
2,67
2,33
2,67
2
2
2
2,33
2,33
2,67
1,67
1,67
2
2
2,33
2,67
1
1,33
1,33
1,33
2
1,67
10,34 Cukup Baik
11,33
12,66
12,99
12,99
Baik
Baik
Baik
Baik
14,01 Sangat Baik
Selain hasil observasi aktivitas guru, berikut hasil observasi aktivitas siswa yang disajikan pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 2 Ringkasan Hasil Observasi Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No. 1 2 3 4 5
Indikator Kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Aktivits siswa pada tahap pengajaran Aktivitas siswa pada tahap belajar tim Aktivitas siswa dalam tahap turnamen Aktivitas siswa dalam kegiatan penutup Total Skor Kategori
Skor Indikator Pert. 1/II Pert. 2/II
Pert. 1/I
Pert. 2/I
Pert. 1/III
Pert. 2/III
1,67
1,67
1,67
2
2,33
2,33
1,67
2
2
2,33
2
2,33
1
1,33
1,67
1,67
1,67
2
1,33
1,67
1,67
2
1,33
2,33
1,33
1,33
1,67
1,67
1,67
1,67
7 Cukup Aktif
8 Cukup Aktif
8,68 Cukup Aktif
9,67
9
10,66
Aktif
Aktif
Aktif
2) Evaluasi Pada setiap akhir siklus I, siklus II, dan siklus III dilakukan evaluasi untuk memperoleh data hasil belajar siswa dengan memberikan tes tertulis yang terdiri dari 3-4 soal essay. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dirman dan Juarsih [6] bahwa pengukuran hasil belajar biasanya dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar kognitif yang berkaitan dengan penguasaan bahan pembelajaran. Adapun rincian hasil evaluasi siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dilihat pada tabel berikut.
4
Tabel 3 Hasil Evaluasi Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Jumlah siswa yang mengikuti tes Nilai tertinggi Nilai terendah Jumlah siswa tuntas Jumlah siswa tidak tuntas Persentase ketuntasan belajar
23 94 34 12 11 52,17%
23 88 32 17 6 73,91%
23 94 30 20 3 86,96%
Pada Tabel 3, terlihat bahwa persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I adalah . Pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa masih dibawah maka penelitian belum berhasil. Setelah melakukan perbaikan pada siklus II terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu . Ini menunjukkan bahwa penelitian belum dikatakan berhasil. Oleh karena itu penelitian ini dilanjutkan ke siklus III. Setelah melakukan perbaikan kembali pada siklus III terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu . Sehingga penelitian dapat dikatakan berhasil. d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa serta hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I, terdapat kekurangan-kekurangan yang harus dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II. Adapun kekurangan-kekurangannya sebagai berikut. 1) Proses pembelajaran pada tahap pengajaran melebihi alokasi waktu yang direncanakan dalam RPP. Hal ini dikarenakan siswa membutuhkan waktu yang lama untuk mencatat materi ajar. 2) Dua kelompok yang duduk di bagian belakang kelas tidak mengerjakan soal pada LLS secara diskusi. Hal ini terjadi karena ada anggota kelompok yang tidak suka dijadikan satu dengan teman yang lain. 3) Beberapa siswa tidak mendapatkan peran dalam mengerjakan soal yang ada pada Lembar Kegiatan. Hal ini dikarenakan setiap kelompok hanya mendapatkan 1 Lembar Kegiatan dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi tidak memberi kesempatan pada temannya dalam memegang Lembar Kegiatan. 4) Kegiatan turnamen belum berjalan dengan lancar karena kurangnya alokasi waktu saat kegiatan turnamen dilaksanakan serta siswa belum mengerti aturan dalam kegiatan turnamen. 5) Lebih dari 50% siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal evaluasi nomor 2, 3b dan 4. Hal ini dikarenakan guru tidak memberi penekanan dalam menentukan nilai trigonometri pada sudut istimewa saat pembelajaran berlangsung. Tindakan-tindakan perbaikan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut. 1) Membagikan ringkasan materi ajar kepada masing-masing siswa agar tidak diperlukan waktu yang lama dalam mencatat. 2) Mengatur ulang pembagian kelompok agar kegiatan diskusi berjalan dengan baik. 5
3) Membagikan Lembar Kegiatan kepada masing-masing siswa dalam kelompok, menginstruksikan agar setiap siswa memegang Lembar Kegiatan untuk memastikan semua siswa sudah mendapatkan Lembar Kegiatan. 4) Memberi arahan kepada siswa yang berkemampuan tinggi agar bekerjasama dan membantu temannya yang kurang. 5) Mengoptimalkan alokasi waktu pada proses pembelajaran agar kegiatan turnamen dapat berjalan sesuai perencanaan. 6) Menjelaskan ulang aturan kegiatan turnamen dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. 7) Memberi penekanan terkait konsep-konsep penting atau dasar yang harus dikuasai oleh siswa. 8) Guru harus memperhatikan penguasaan konsep yang dimiliki oleh siswa dengan mengecek kebenaran jawaban siswa dari pengerjaan soal pada Lembar Kegiatan Dari hasil observasi dan evaluasi hasil belajar siswa pada siklus II, diperoleh bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa belum mencapai indikator yang direncanakan. Akan tetapi terjadi peningkatan hasil yang baik dibandingkan dengan siklus I. Oleh karena itu penelitian pada sikuls III dilakukan dengan tetap mempertahankan dan mengoptimalkan perbaikan pada siklus II. Pada siklus III dapat dilihat dari hasil observasi dan evaluasi hasil belajar siswa bahwa semua indikator kerja telah tercapai yaitu terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa, sehingga pemberian tindakan dihentikan di siklus III. 2. PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X.1 SMA Negeri 2 Lembar tahun pelajaran 2015/2016 pada materi turunan fungsi dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT). Adapun ringkasan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Ringkasan Hasil Penelitian Siklus I, Siklus II dan Siklus III Aktivitas belajar Rata-rata Siklus Pertemuan Skor hasil belajar Kategori aktivitas 1 7 Cukup Aktif I 71,96 2 8 Cukup Aktif 1 8,68 Cukup Aktif II 70,96 2 9,67 Aktif 1 9 Aktif III 80,70
2
10,66
Aktif
Ketuntasan klasikal 52,17% 73,91% 86,96%
Berdasarkan tabel 3 di atas terlihat bahwa skor aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 adalah 7 dengan kategori cukup aktif, sedangkan pada siklus I pertemuan 2 skor aktivitas siswa masih berada dalam kategori cukup aktif. Meskipun demikian, skor aktivitas siswa mengalami peningkatan dari 7 menjadi 8 pada siklus I pertemuan 2. Peningkatan skor aktivitas siswa terjadi juga pada siklus II dan siklus III. Pada siklus II skor aktivitas siswa di pertemuan 1 adalah 8,68 dengan kategori cukup aktif dan meningkat pada pertemuan 2 menjadi 9,67 dengan kategori aktif. Pada siklus III pertemuan I terjadi penurunan skor aktivitas siswa dari 6
pertemuan sebelumnya, tetapi aktivitas siswa masih berada dalam kategori aktif dengan skor 9. Selanjutnya skor aktivitas siswa mengalami peningkatan di pertemuan 2 menjadi 10,66 dengan kategori aktif. Dengan kata lain, data tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Meskipun dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, namun model ini tidak dapat meningkatkan aktivitas siswa secara langsung. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa pada pertemuan 1 dan 2 siklus I yang masih berada di kategori cukup aktif. Aktivitas siswa yang belum sampai kategori aktif disebabkan oleh siswa belum terbiasa belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT). Sehingga meskipun siswa sudah siap untuk belajar, tetapi saat pembelajaran dimulai siswa mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri. Hal ini terjadi karena pembelajaran yang diterapkan berbeda dengan yang digunakan sebelumnya. Selain faktor siswa, guru juga belum optimal dalam menerapkan model TGT. Berdasarkan catatan observer pada lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi keterlaksanaan skenario pembelajaran, ada kegiatan yang dilaksanakan melebihi alokasi waktu yang seharusnya. Selain itu guru kurang memberi perhatian terhadap beberapa siswa yang selama kegiatan belajar sibuk melakukan hal-hal lain diluar kegiatan belajar. Hal inilah yang menyebabkan pembelajaran pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 siklus I menjadi kurang optimal. Kekurangan-kekurangan yang terjadi di siklus I kemudian diperbaiki dengan melakukan serangkaian tindakan perbaikan. Pelaksanaan perbaikan-perbaikan mengakibatkan skor aktivitas belajar siswa pada siklus II meningkat. Skor aktivitas siswa pertemuan 1 siklus II menjadi 8,68 dengan kategori cukup aktif dan pada pertemuan 2 menjadi menjadi 9,67 yang sudah berkategori aktif. Selanjutnya skor aktivitas belajar siswa pada siklus III pertemuan 1 adalah 9 dengan kategori aktif. Angka ini menunjukkan terjadi penurunan skor aktivitas siswa karena jeda antara siklus II dan masuk siklus III yang cukup panjang dengan alasan siswa kelas X libur Pra UN dan Ujian Sekolah. Hal tersebut mengakibatkan siswa harus membiasakan diri lagi belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT). Dengan tetap melakukan perbaikan-perbaikan yang sudah direncanakan maka skor aktivitas belajar siswa pada pertemuan 2 mengalami peningkatan menjadi 10,66 dengan kategori aktif. Dalam pembelajaran trigonometri dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT), siswa diberi kesempatan untuk belajar bekerja sama dengan anggota kelompok dalam menguasai materi ajar. Hal ini tentu dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berinteraksi dengan sesama anggota kelompok. Kemudian adanya permainan akademik dalam bentuk turnamen akan menambah antusiasme siswa dalam belajar. Melalui serangkaian kegiatan ini, peran guru selama proses belajar menjadi berkurang dan lebih banyak melibatkan kegiatan siswa. Dengan demikian pembelajaran di kelas menjadi berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa menitikberatkan bahwa aktivitas siswa dalam belajar harus ditingkatkan dari keadaan sebelumnya. Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang penting. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Slameto [7] bahwa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan 7
pembelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Selain terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Sudjana [8], makin tinggi aktivitas belajar siswa maka semakin tinggi peluang berhasilnya pembelajaran dan penilaian. Berdasarkan tabel 3, tampak bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT). Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa mencapai 71,96 dengan ketuntasan belajar klasikal 52,17%. Selanjutnya ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus II mencapai 73,91% dengan rata-rata hasil belajar siswa 70,96. Selanjutnya ketuntasan belajar meningkat pada siklus III menjadi 86,96%. Data ini menunjukkan bahwa indikator kerja yang ditetapkan telah tercapai sehingga penelitian dihentikan. Peningkatan yang terjadi tersebut tidak terlepas dari poin penting model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT), yaitu belajar kelompok dan turnamen akademik. Team Game Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang bertujuan membantu siswa mereview dan menguasai bahan ajar. Dalam TGT, setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari siswa dengan berbagai kemampuan (rendah, sedang dan tinggi). Setiap anggota kelompok bertugas menguasai materi ajar bersama anggota kelompok sebelum diuji secara individu melalui turnamen yang berupa permainan akademik. Nilai yang mereka peroleh dari game akan menentukan skor kelompok mereka masing masing [9]. Oleh karena itu setiap siswa akan berlomba-lomba mengumpulkan poin sebanyak mungkin agar dapat memenangkan turnamen. Kelompok yang memenangkan turnamen diberikan penghargaan dalam bentuk hadiah. Tentu hal ini dapat meningkatkan semangat dan antusiasme siswa dalam belajar yang kemudian berimbas pada peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas maka peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X.1 SMA Negeri 2 Lembar pada pembelajaran trigonometri tahun pelajaran 2015/2016 dapat terjadi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) secara optimal. D. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X.1 SMA Negeri 2 Lembar tahun pelajaran 2015/2016 setelah diterapkannya Model Problem Based Learning secara optimal pada pembelajaran trigonometri adalah siklus I pertemuan 1 dan 2 berturut-turut yaitu 7 dan 8 dengan kategori cukup aktif. Pada siklus II pertemuan 1 yaitu 8,68 dengan kategori cukup aktif dan pada pertemuan 2 yaitu 9,67 dengan kategori aktif. Selanjutnya pada siklus III pertemuan 1 yaitu 9 dengan kategori aktif dan pada pertemuan 2 yaitu 10,66 dengan kategori aktif. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa kelas X.1 SMA Negeri 2 Lembar tahun pelajaran 2015/2016 setelah diterapkannya Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) secara optimal pada pembelajaran trigonometri dilihat dari ketuntasan belajar siswa secara klasikal, yaitu 52,17% pada siklus I; 73,91% pada siklus II dan 86,96% pada siklus III.
8
DAFTAR PUSTAKA [1] Komara, E. 2014. Belajar dan Pembelajaran Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama. [2] Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persaja. [3] Sujana, I M. 2010. Workshop Penelitian Tindakan Kelas. Lombok: Arga Puji Press. [4] Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1990. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. [5] Slavin, R. E. 2015. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. [6] Dirman dan Cicih J. 2014. Penilaian dan Evaluasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. [7] Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta. [8] Sudjana, N. 2014. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. [9] Huda, M. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
9