Edisi XX November 2014- Januari 2015 E-mail:
[email protected] Iklan dan Pemasaran: Kantor Linfokom UMK HOTLINE: 0291-438229 EXT. 158
PT Tumpuan Pengembangan Riset dan Teknologi Info Utama, 4
1 Akademisi UMK Ditantang Ganjar... Kampusiana, 12
Tontonan Alternatif Bernama Wayang Gojek Budaya Hal, 16
Un
iver sity
INFO MURIA re tu l u C
www.umk.ac.id
Cerdas dan Santun
ISSN: 2088-2920
Siapkan Diri Hadapi Kompetisi Global
K
ompetisi global tak terhindarkan. Bagi perguruan tinggi (PT), adanya kompetisi tanpa batas di level dunia itu, harus disikapi dengan pengembangan kualitas dan kapasitas, baik dosen maupun mahasiswa. Prof. Maman Rachman M.Sc., guru besar Universitas Negeri Semarang (Unnes) mengutarakan, penguatas kualitas itu antara lain dengan melakukan riset-riset (penelitian), baik di level penelitian dasar, pengembangan, dan terapan. ‘’PT harus melakukan riset-riset di antara tiga itu. Untuk mahasiswa, tentu diarahkan sesuai levelnya, yaitu penelitian dasar, sambil mengembangkan riset yang lain,’’ ujarnya. Guru besar kelahiran Jawa Barat ini menambahkan, untuk riset terapan, jangan sampai berhenti pada laporan. ‘’Jangan sampai (hasil) riset di PT numpuk di lemari dan jadi dokumen basi,’’ katanya.
(Dok. Info Muria)
Terkait penggabungan Riset dan Teknologi (Ristek) dengan Pendidikan Tinggi (Dikti) dalam satu kementerian, paparnya, PT harus menyiapkan diri berkompetisi di level nasional, yang pada giliran selanjutnya juga siap bertarung di tingkat internasional (global). ‘’Hal lain yang mesti dilakukan PT terkait penggabungan Ristek dan Dikti menghadapi era global, yaitu memfasilitasi penerbitan (publikasi) hasil riset melalui jurnal, baik jurnal nasional maupun internasional,’’ ungkapnya. Sedang mengenai masalah publikasi ini, dia menyebut peranan penting media online (website) institusi yang dimiliki. ‘’Media online internal, bisa menjadi sarana publikasi karya-karya dan hasil penelitian yang dilakukan dosen maupun mahasiswa,’’ tuturnya. Selanjutnya, keberadaan website institusi yang begitu penting bagi PT sebagaimana INFO MURIA
Edisi XX
disampaikan Prof. Maman, pihak pimpinan UMK pun memberikan perhatian yang begitu besar. Rektor Dr. Suparnyo SH. MS. bahkan berharap, keberadaan website institusi yang dipimpinnya bisa menjadi ruang berbagi ilmu dan gagasan. Tak pelak, upaya maksimalisasi pengelolaan website pun dilakukan, yaitu dengan mengintegrasikan website milik universitas, fakultas, dan unit-unit yang ada. Person in Charge (PIC) pengelola website fakultas dan unit pun telah diberikan pelatihan dan pendampingan, untuk men-support pengayaan kontennya. ‘’Keberadaan website ini sangat penting, sehingga pengelolaannya kami harapkan bisa optimal. Sebab, selain bisa menjadi ruang berbagi ilmu dan gagasan (ide), juga bisa sebagai sarana agar UMK tidak hanya akan dikenal oleh masyarakat sekitar saja, tetapi juga dikenal di tingkat global,’’ tuturnya. (Eros/ Info Muria)
November 2014 - Januari 2015
2
BERANDA
n SAPA REDAKSI
SURAT PEMBACA Layanan Informasi Online
SAPA REDAKSI
Sebagai mahasiswa teknik informatika yang notabene adalah mahasiswa yang bergelut dengan teknologi komputer, saya sangat puas dengan segala pelayanan yang ada di UMK. Mulai dari entri KRS, media pembelajaran online seperti Sunan, katalog online perpustakaan, dan banyak lagi produk UMK yang memudahkan mahasiswa terkait dengan informasi. Media online sangat penting kaitannya dengan kemudahan, ditambah saya adalah bukan orang kudus yang tidak setiap hari bisa main ke kampus. Tanpa adanya sistem online yang ada di UMK, mungkin akan banyak biaya yang membengkak seperti datang ke kampus hanya untuk melihat nilai. Terima kasih atas layanan yang sudah baik ini, dan mohon ditingkatkan. (*)
(Dok. Info Muria)
Ahmad Nadhif Hakim, Mahasiswa Progdi Teknik Informatika Fakultas Teknik
Sucipto Hadi Purnomo dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) berbagi pengalaman seputar pengelolaan website universitas di hadapan Person in Charge (PIC) website fakultas dan unit Universitas Muria Kudus
K
Perlu “Penggetar Jalan” Depan Kampus
‘’Nutrisi Baru’’ dari Muria
embali Tabloid Info Muria menyapa pembaca setianya. Pada edisi XX ini, banyak hal menarik yang dikupas, dan tentunya akan memberikan wawasan baru bagi para pembaca yang sudah tidak sabar menyimaknya. Pembaca yang terhormat, di edisi ini, redaksi mengusung tema Penyatuan Kementerian Ristek dan Teknologi (Ristek) dan Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) di info utama. Sebagaimana diketahui, di era pemerintahan Joko Widodo ini, Ristek dan Dikti diharapkan berkontribusi besar bagi riset-riset, pengembangan keilmuan, dan berkontribusi pula bagi dunia industri.
Pro - kontra, optimisme - pesimisme, peluang dan tantangan, tak terhindarkan pula sempat mewarnai penggabungan Ristek dan Dikti. Tetapi bagaimana pun, penggabungan mesti direspons positif demi kemajuan perguruan tinggi di tanah air. Tidak hanya itu. Di edisi ini, dikupas pula riset mengenai Kawista (Kawis) sebagai buah yang memiliki potensi ekonomi tinggi untuk dikembangkan di rubrik Jendela (Riset), Linggar Uji Nugraha yang berhasil menutup tahun 2014 dengan meraih medali emas di ASEAN University Games, dan di rubrik Opini merilis artikel guru besar Universitas Brawijaya yang juga ketua umum Asosiasi Ilmuwan
Manajemen Indonesia (AIMI), Prof. Armanu Thoyib, SE. M.Sc., Ph.D. Tulisan menarik lain, yakni legenda Ratu Shima (Teras Muria), Wayang Gojek sebagai alternatif hiburan menarik (Budaya), serta SMAN 2 Kudus dengan seabrek prestasi yang dikoleksinya di rubrik Putih Abu-Abu. Di sela-sela penggarapan edisi XX ini, redaksi sempat belajar bareng di Colo bersama kawankawan Person in Charge (PIC) website fakultas dan unit di lingkungan Universitas Muria Kudus (UMK). Sangat menggembirakan, karena selain suasana belajar bersama yang menyenangkan dan dihadiri langsung Rektor Dr. Suparnyo SH. MS., juga dihadiri oleh beberapa narasumber yang mumpuni, antara lain Dr. A. Hilal Madjdi M.Pd. (Wakil Rektor I), penulis senior Sucipto Hadi Purnomo, kepala Biro Muria Suara Merdeka, Muhammadun Sanomae, dan ikut berbagi pengalaman pula, Renjani Puspo Sari (jurnalis Forbes Indonesia). Akhirnya, semoga kehadiran Tabloid Info Muria edisi XX ini bisa memberi inspirasi bagi pembaca, dan memberikan ‘’nutrisi baru’’ bagi pengembangan wawasan dan intelektualitas sivitas akademika UMK. Selamat membaca. (*) Redaksi
Jalur di depan kampus UMK semakin hari semakin ramai dengan aktivitas sivitas akademika, dengan kegiatan masing-masing. Saya yang suka makan siang di salah satu warung depan kampus, seringkali melihat kejadian kecelakaan yang menimpa beberapa mahasiswa yang keluar-masuk melalui pintu gerbang. Saat siang, jalan depan UMK ramai truk-truk, sehingga perlu diperhatikan keselamatan mahasiswa. Untuk mengurangi kecepatan yang melaju kendaraan di depan UMK, mulai dari ATM Center hingga baliho center, alangkah baik jika dipikirkan memasang penggetar jalan model pembatas kecepatan jalan. Pihak pimpinan UMK bisa berkoordinasi dengan instansi terkait untuk membuat pengggetar jalan. Syukur dicat warna (hijau/merah) ditulisi jalan untuk belajar. Sekian, terima kasih. (*) Nama & alamat ada pada redaksi TARIF IKLAN: Banner hal cover / hal belakang FC di hal dalam BW di hal dalam Iklan kolom 80 x 76 Advertorial
: Rp. 6.000.000,: Rp. 5. 000.000,: Rp. 3.500.000,: Rp. 250.000,: Rp. 3.000.000,-
Penanggungjawab : Rektor, Pengarah : Wakil Rektor IV, Kepala Linfokom, Pimpinan Redaksi : Zamhuri, Redaktur Pelaksana: M. Widjanarko, Rosidi, Sekretaris Redaksi : Noor Athiyah, Koordinator Liputan : Much Harun, Staf Redaksi : Dodi Tysna, Ulum Minnafiah, Ainun Nafiati, Millatul Hanifah
INFO MURIA
Diterbitkan oleh Humas Universitas Muria Kudus. Alamat Redaksi: Gondangmanis PO. BOX 53 Bae Kudus 59352 (0291) 438229. Redaksi menerima sumbangan artikel dengan panjang maksimal 6.500 karakter. Artikel dikirim melalui e-mail: infomuriaumk@ gmail.com atau
[email protected]. E-paper Info Muria bisa diunduh di infomuria.umk.ac.id. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan bingkisan yang menarik.
INFO MURIA
Edisi XX
November 2014 - Januari 2015
3
INFO UTAMA
(Dok. Info Muria)
Lembaga Penelitian (Lemlit) menggelar seminar kebijakan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) untuk mendorong inovasi pruduk.
P
Aura Positif Penggabungan Ristek - Dikti
enggabungan Riset dan Teknologi (Ristek) menjadi satu bersama Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) dalam satu kementerian, membawa konsekuensi-konsekuensi yang tak bisa terhindarkan. Perguruan - perguruan tinggi yang ada, mesti mempersiapkan diri dengan baik dengan adanya perubahan itu. Di sisi lain, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan, karena kompetisi yang dihadapi tidak hanya di tingkat nasional, tetapi global. Prof Irwan Abdullah, guru besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) menuturkan, ada banyak persoalan yang akan dihadapi terkait penggabungan Ristek dengan Dikti ini. Berbagai persoalan yang dihadapi dengan penggabungan Ristek dan Dikti, paradigma kelimuan akan bergeser dari kebudayaan. Pendidikan tinggi lebih tecnicating serta semakin jauh dari komitmen pada pendidikan kebangsaan dan karakter. ‘’Pendidikan kebangsaan dan karak ter akan terpuruk, karena tidak ada payung hukum kebudayaan dalam hal belajar mengajar,’’ ujarnya saat ditemui Info Muria usai menjadi narasumber seminar yang digelar salah satu perguruan tinggi di Kudus. Dia pun mengutarakan, terkait per-
soalan kebudayaan seiring dengan perubahan tersebut, harus diselesaikan dengan kurikulum yang bagus. ‘’Bukubuku pelajaran harus mengandung nilai-nilai yang membebaskan (freedom), jangan feodal, termasuk membuka paradigma berpikir kritis,’’ tegasnya.
‘’Penggabungan ini akan membawa perguruan tinggi menuju world class dan dibawa dalam pergaulan dunia yang luas. Hanya saja, tidak semua kelompok (perguruan tinggi-Red) mampu mengartikulasikan kesempatan dengan baik.’’
Di luar itu, kurikulum harus bisa mengandung kesetaraan warga, hi langkan ‘warna’, mengangkat substansi dan kearifan lokal. ‘’Nilainilai toleransi juga harus diperhatikan dalam kurikulum,’’ lanjutnya menambahkan.
Rektor Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta, Prof. Dr. Ir. Kapti Rahayu menilai, ada aura positif dengan penggabungan Ristek dan Dikti di satu kementerian. ‘’Penggabungan ini isyarat baik, karena penelitian penelitian dan publikasi Persoalan lain yang akan semakin ba “Penggabungan akan dihadapi, yainyak. Berbeda jika tu masih banRistek dan Dikti perguruan yak wilayah tinggi masih isyarat baik, karena nusantara campur yang terisopenelitian- penelitian SD hingga lasi dari sinyalSMU.’’ dan publikasi sinyal teknologi. ‘’Untuk masuk Dia mengemukaakan semakin UGM, misalnya harus kan, penelitian ilmiah banyak.” registrasi online, orangyang dihasilkan perguruorang di Kendari akan kesuan tinggi di Indonesia, melitan, karena sinyal teknologi mang jauh dibanding dengan sulit di sana. Juga di banyak negara-negara lain. ‘’Misal di Inwilayah pinggiran lain Indonesia,’’ donesia setahun bisa menghasilkan paparnya. 2.000 penelitian, di Malaysia mungkin mencapai 11. 000 dan Eropa 25.000,’’ Sisi Positif ungkapnya. Kendati banyak tantangan dan konsekuensi yang dihadapi dengan penggabungan Ristek dan Dikti dalam satu kementerian, namun banyak sisi positif yang akan didapat, khususnya dalam hal prestasi akademik. INFO MURIA
Edisi XX
Maka dengan penggabungan ini, internasionalisasi harus dipercepat. ‘’Kita harus kerja, kerja, dan kerja. Dosen harus siap dengan perubahan ini, meski harus disadari, penyesuaian November 2014 - Januari 2015
tentu berjalan bertahap, namun tidak boleh berhenti. Kita harus berlari, ja ngan jalan cepat,’’ tuturnya. W Prof Kapti mengemukakan, dosen pun jangan sekadar mengajar, tetapi juga melakukan penelitian-penelitian. ‘’Selama ini, penelitian di perguruan tinggi Indonesia sangat tertinggal, bahkan dengan negara-negara ASEAN sekalipun,’’ katanya. Karena itu, Rektor Unisri mengemukakan, bahwa menghadapi perubahan yang ada, perguruan - perguruan tinggi yang ada, bisa saling support satu sama lain. ‘’Kerjasama antarperguruan tinggi sangat mungkin dilakukan, meski di sisi lain ada kompetisi. Kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri juga harus ditingkatkan,’’ urainya. Sementara itu, Prof Irwan berharap, ke depan Kementerian Ristek dan Dikti harus mendorong rekayasa teknologi dan sosial, agar penggabungan tersebut paling tidak mendorong peningkatan research university, sehingga lahir kerjasama- kerjasama industri. ‘’Hingga kini, dunia industri dengan perguruan tinggi terpisah. Pemerintah daerah dengan perguruan tinggi juga terpisah. Jadi ke depan, Pemda harus men-support perguruan tinggi. Begitu pun dengan kalangan industri, yang bisa mengerjasamakan pengelolaan dana Coorporate Social Responsibility (CSR)-nya dengan perguruan tinggi,’’ terangnya. (Eros/ Info Muria)
4
INFO UTAMA
(Dok. Info Muria)
PT Tumpuan Pengembangan Riset dan Teknologi
Karya dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP dipamerkan dalam Lecturer's Academic Works 2015, belum lama ini.
S
alah satu kebijakan yang diambil Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK) terkait keberadaan Perguruan Tinggi di tanah air, yaitu penggabungan Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) dengan Pendidikan Tinggi (Dikti). Penyesuaian-penyesuaian mesti dilakukan menghadapi perubahan tersebut. Bagaimana dengan Universitas Muria Kudus (UMK) menghadapi perubahan yang terjadi menyangkut institusi perguruan tinggi tersebut? Terkait penggabungan itu, jajaran pimpinan UMK sendiri telah menyiapkan diri sehingga tidak shock menghadapi perubahan yang ada. Apalagi, pada dasarnya, selain mengajar di kelas, dosen memang semestinya melakukan kerja-kerja intelektual lain, yakni melakukan penelitian (riset). Dr. Mamik Indaryani MS, kepala Lembaga Penelitian (Lemlit) memandang penggabungan Ristek dan Dikti sebagai langkah tepat. ‘’Ini penga
winan yang tepat, karena perguruan tinggi (PT) merupakan tumpuan pengembangan riset dan teknologi,’’ ujarnya. Mamik mengemukakan, ada harapan positif dari penggabungan dua institusi ini, yakni terintegrasinya ke giatan-kegiatan riset di PT. ‘’Esensinya agar terintegrasi dan tidak jalan sendiri-sendiri,’’ tegasnya. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Dr. Slamet Utomo M.Pd., mengutarakan, pihaknya bahkan sudah melakukan berbagai aktivitas dan terobosan-terobosan menghadapi pengggabungan Ristek dan Dikti. ‘’Lecturer's Academic Works 2015 yang kami gelar belum lama ini, pada intinya juga untuk mendukung agar semua dosen bisa melakukan pene litian-penelitian serta mempublikasikannya, baik di dalam negeri maupun luar negeri,’’ paparnya. Slamet pun menyatakan, akan
mengadakan pelatihan-pelatihan penelitian, baik untuk dosen maupun mahasiswa. ‘’Kami akan menggelar pelatihan-pelatihan. Setelah itu, kami berharap penelitian-penelitian yang dilakukan dosen bisa terpublikasi, ba ik di jurnal nasional maupun internasional,’’ harapnya. Dekan Fakultas Ekonomi, Dr. Moch Edris MM., mengatakan, fakultas yang dipimpinnya bertekad melakuikan inovasi-inovasi untuk membawa fakultasnya lebih maju dan mampu bersaing dengan PT lain. ‘’Kami sadar, pengembangan dosen tidak sekadar menstimulasi pendidikan formalnya saja, tetapi juga dengan memberikan berbagai pelatihan yang bisa meningkatkan kompetensi dan kapasitasnya.’’ Tak jauh berbeda dengan Mamik, dia pun menilai penggabungan Ristek dengan Dikti mengandung semangat agar akademisi di PT tidak lagi berada di menara gading, melainkan bisa berperan bagi kehidupan dan ikut mem-
berikan kontribusi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kebangsaan. ‘’Sudah saatnya PT di Indonesia menunjukkan eksistensinya sebagai institusi yang mampu menghasilkan manusia unggul, berilmu, dan mampu berperan dalam pembangunan bangsa dalam persaingan global seperti sekarang,’’ tuturnya. Sementara itu, Mamik menjelaskan, bahwa roadmap penelitian di UMK harus mengacu pada berbagai pusat studi yang ada. Yakni Pusat Studi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Pusat Studi Kretek, dan Pusat Studi Gender. Selain itu, adalah Pusat Studi Pembangunan Daerah, Pusat Studi Lingkungan, Pusat Studi Sains dan Teknologi, Pusat Studi Budaya, Pusat Studi Resolusi Konflik Perdagangan Internasional, serta Pusat Studi Sentra HaKI. (Rosidi)
Penelitian Bisa Lebih Optimal
T
erobosan baru pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) yang menggabungkan Riset dan Teknologi (Ristek) dan Pendidikan Tinggi (Dikti) mendapatkan apresiasi positif dari Rektor Universitas Muria Kudus (UMK), Dr. Suparnyo SH, MS. Dalam pandangannya, ada dampak positif yang akan bisa dilihat secara bersama, kendati untuk itu butuh kerja ekstra, seperti penataan beberapa Direktorat Jenderal (Dirjen) terkait di kementerian yang membidangi Ristek dan Dikti. ‘’Dengan adanya penggabungan Ristek dan Dikti di satu kementerian, penelitian-penelitian (riset) di perguruan tinggi akan lebih optimal. Anggarannya juga bisa terintegrasi di satu kementerian,’’ katanya. Rektor bahkan melihat, peningkatan penelitian ini akan menjadi nilai plus berkat adanya penggabungan Ristek dan Dikti ini. ‘’Riset di perguruan tinggi selama ini sebatas pada dokumentasi internal dan tidak terekspose. Maka, kita pun kalah dengan negara-negara lain, bahkan dengan perguruan tinggi di negara ASEAN sekalipun.’’ Karenanya, Suparnyo pun menilai, penggabungan tersebut merupakan langkah maju (progresif) yang layak diapresiasi. ‘’Dulu sebenarnya sudah pernah ada (penggabungan Ristek dan Dikti-Red). Esensinya sama, hanya istilahnya yang berbeda.’’ INFO MURIA
Edisi XX
Apakah pendidikan karakter di perguruan tinggi tidak akan terdampak dan tetap ada? ‘’Pendidikan karakter masih bisa diberikan kepada mahasiswa meski ada penggabungan ini, yaitu dimasukkan di mata kuliah-mata kuliah yang terkait budaya,’’ tegasnya. Kemungkinan memasukkan pendidikan karakter melalui berbagai mata kuliah terkait mungkin dilakukan, karena masing-masing perguruan tinggi punya otonomi.
(Dok. Info Muria)
‘’Cari strategi agar pendidikan Dr. Suparnyo SH. MS. karakter tidak hilang, karena ini penting. Di perusahaan-perusahaan, karakter menjadi hal utama dan penting. Selain melalui mata kuliah terkait, penanaman nilai-nilai karakter juga bisa dilakukan melalui organisasi atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM),’’ paparnya. (Rsd/Info Muria)
November 2014 - Januari 2015
5
OPINI
Kesiapan Menghadapi MEA 2015 Oleh Prof. Armanu Thoyib, SE. M.Sc., Ph.D,
K
ehidupan global dengan segala atribut dan konsekuensinya, tak terhindarkan. Kian hari semakin jelas dampak dari akuntansi budaya global pada masyarakat, sejak disepakatinya pasar bebas (free trade area), salah satunya Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).
Indonesia dan MEA Jumlah penduduk Indonesia yang tak kurang dari 240 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan pendapatan mencapai 5% - 6%, merupakan pasar potensial untuk produk dan jasa yang dihasilkan oleh negara anggota ASEAN.
APEC sendiri akan diberlakukan pada 2010 untuk negara-negara maju. Sedangkan untuk negaranegara berkembang akan diperlakukan pada tahun 2020. Tak heran jika kesepakatan free trade area terus bergulir meluas di seluruh dunia termasuk di Indonesia. ASEAN Free Trade yang diberlakukan dilanjutkan
Di pihak lain, ini juga membuka peluang kerja di semua sektor (ekonomi, sosial, dan budaya), sangat terbuka bagi para profesional yang ada di negara anggota ASEAN untuk hadir mengisi dan memperoleh peluang dari kesempatan yang ada.
Area (AFTA) 2 0 0 3 ,
“Dua hal perlu diperhatikan untuk meningkatkan daya saing menghadapi MEA 2015. Pertama; menciptakan sesuatu hal yang baru (inovasi). Hal yang baru itu bisa terjadi di proses manajemen, pemasaran produk, dan penciptaan produk baru”
kemudian dengan ASEAN C h i n a Freee Trade Area 2 0 1 0 . Dan kini, tahun 2015, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau yang dikenal pula dengan ASEAN Economic Community (AEC) 2015, mulai diberlakukan. Seiring dengan diberlakukannya kesepakatan MEA ini, masing–masing negara ASEAN tentu berusaha mencapai tujuan ekonomi makronya, melalui berbagai kebijakan ekonomi yang disiapkan. Tujuan ekonomi makro itu, antara lain tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi, ketersediaan lapangan kerja dengan tingkat pengangguran rendah, stabilitas harga dengan tingkat inflansi rendah, dan balance of payment dengan nilai surplus. Konsekuensi dari adanya MEA ini, di antaranya penghapusan tabir penyekat perdagangan secara sistemik dan kokoh yang tak mungkin terhindarkan dan pergerakan aliran barang serta jasa bebas dari tarif dan kouta. Satu sisi, ini tentu akan berdampak pada produk dalam negeri jika kurang memiliki daya saing. Namun di sisi lain, diberlakukannya MEA tentu memberikan semangat pada negara anggota ASEAN agar produk dan jasanya maju dalam persaingan yang ada.
Maka tak heran jika suatu ketika ada seorang dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menasehati mahasiwanya calon dokter, ‘’Saudara harus rela di tahun 2015 ada dokter dari negara lain berada dan praktik di desa-desa kita’’. Fenomena itu akan terjadi, lanjut sang dosen, apabila Saudara sebagai dokter junior tidak memiliki niat dan tidak ada kemauan untuk terjun di desadesa yang ada di negara kita Indonesia. Dengan kata lain, kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) bisa menjadi daya saing bagi anggota ASEAN untuk dapat menempati (mangambil) peluang kerja di mana saja, di negara ASEAN yang membutuhkan. Namun ada persoalan mendasar yang masih dihadapi bangsa Indonesia terkait diberlakukannya MEA 2015, yakni belum semua masyarakat mengetahui kebijakan diberlakukannya pasar global di tingkat ASEAN ini. Padahal Malaysia dan Singapore telah menyosialisasikan kebijakan MEA 2015 kepada warganya sejak lama, sementara Thailand dan Philippina merespons dengan mengajarkan Bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia harus ‘’mengejar ketertinggalan’’ menghadapi kebijakan MEA ini, karena pasar global ASEAN sudah berjalan. Artinya, proses penyiapan masyarakat untuk hidup dalam komunitas ASEAN harus mendapatkan perhatian serius pemerintah. ‘’Kesiapan’’ menjadi kata kunci (key word) upaya meningkatkan daya saing, yang pada gilirannya diharapkan akan menciptakan keunggulankeunggulan (competitive advantage) di masa depan. Dua hal perlu diperhatikan untuk meningkatkan daya saing menghadapi MEA 2015. Pertama; menciptakan sesuatu hal yang baru (inovasi). Hal yang baru itu bisa terjadi di proses manajemen, pemasaran produk, dan penciptaan produk baru (process innovation, marketing innovation, and production process). Kedua; penciptaan economies of scale. Program perluasan (ekspansi) pada kegiatan bisnis dengan
INFO MURIA
Edisi XX
(Dok. Info Muria)
Prof Armanu Thoyib SE. M.Sc. Ph.D.
penambahan skala ekonomi, teknologi, SDM yang memiliki talenta, ataupun sarana prasarana yang bisa meningkatkan volume produksi dan diikuti oleh penurunan biaya rata-rata. Dari sinilah terjadi economies of scale. Di luar itu, ada fenomena nasional dan global yang perlu diperhatikan. Di tingkat nasional fenomena yang dihadapi antara lain besarnya jumlah penduduk yang lebih dari 240 juta jiwa dan melimpahnya Sumber Daya Alam (SDA). Sedang di tingkat internasional, masalah manajemen SDM, ada tiga hal penting (Aghazadeh, S.M., 1999) yang perlu diperhatikan, yaitu personel, teknologi, dan globalisasi. Memperhatikan fenomena nasional dan global yang ada, beberapa konsep budaya yang dapat dijadikan pijakan (dasar) untuk membangun masyarakat menghadapi berbagai tantangan global yang dihadapi. Yaitu membangun masyarakat yang memiliki sifat masculinity (Hofstede, 2010), menciptakan upaya menghindarkan ketidaktentuan yang rendah (low uncertainty voidance), dan membangun jarak dengan penguasa yang rendah (low power distance). Selain itu, membangun collectivism yang produktif, sebagaimana masyarakat Jepang yang memiliki sifat collectivism, tetapi mereka produktif, sehingga dijuluki sebagai masyarakat yang inovatif. Di luar itu, perlu membangun adaptibilitas untuk memenuhi tuntutan eksternal dan perubahan, memperkuat konsep philosophy yang menjadi dasar pijakan setiap organisasi bisnis, serta membangun perilaku anggota organisasi sesuai dengan konsep philosophy-nya (Schein, 2010). Hal lain, yakni membangun hubungan internasional untuk memperkuat profesionalisme sembari tetap mempertahankan nilai-nilai lokal (local value). Harus disadari, bahwa nilai-nilai lokal itu bisa diusung menjadi daya saing dalam menghadapi pasar global. (*) Prof. Armanu Thoyib, SE. M.Sc., Ph.D, Ketua Umwwum Asosiasi Ilmuwan Manajemen Indonesia (AIMI) dan guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Artikel ini disarikan dari materi kuliah umum Program Magister Manajemen UMK, 13 September 2014.
November 2014 - Januari 2015
6
POJOK UMKM TAJUK UMK Menghadapi MEA
T
ahun ini negera-negara yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merealisasikan komunitas ASEAN yang disebuat dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA adalah tujuan dari ASEAN untuk menjadi lebih terintegrasi secara ekonomi pada tahun 2015, mencapai pasar tunggal dan tujuan lainnya. Pembentukan MEA merupakan paket dari ASEAN Vision 2020 yang dirumuskan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) para pemimpin negara ASEAN. Dimulai pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997, Para Pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi. Kemudian KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa MEA akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN Security Community dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan untuk bekerja secara yang kuat dalam membangun Komunitas ASEAN pada tahun 2020. Selanjutnya, pertemuan menteri ekonomi ASEAN yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk memajukan MEA dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan. Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para pemimpin menegaskan komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan menandatangani Deklarasi Cebu tentang percepatan pembentukan komunitas ASEAN pada tahun 2015. Secara khusus, para pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas. Kata kunci dari MEA adalah kawasan ASEAN menjadi kawasan perdagangan bebas bukan hanya pada persoalan distribusi barang dan kegiatan ekonominya, namun juga terkait dengan persoalan persaingan secara langsung pada bidang penyediaan sumber daya manusia. Seluruh kawasan ASEAN menjadi pasar tunggal persaingan tenaga kerja. Negara Indonesia tentu akan menjadi salah satu pasar tenaga kerja bagi negara-negara kawasan ASEAN. Demikian juga warga negara Indonesia bisa dengan bebas dapat menjadi angkatan kerja di negara-negara anggota lainnya. Pertanyaan yang perlu kita ajukan, bagaimana dengan kesiapan warga negara Indonesia, terutama terkait dengan penyediaan tenaga terampil, khususnya para alumni perguruan tinggi di Indonesia dalam menghadapi persaingan? Lebih khusus lagi bagaimana kesiapan para alumni Univeritas Muria Kudus (UMK) dalam menghadapi era persaingan bebas dengan warga negara lain se kawasan ASEAN? Tentu ini menjadi kendala sekaligus tantangan bagaimana kita dipaksa untuk siap bersaing dengan alumni perguruan tinggi lain dari kawasan ASEAN. Tentu bukan kecemasan dan kekhawatiran yang kita kedepankan, namun kepercayaan diri dengan terus menempa dengan ketrampilan hard skill dan soft skill unggul sebagai instrumen dalam merespon problem persaingan MEA.*** INFO MURIA
(Dok. Info Muria)
Pasar Kliwon. Salah satu pasar terbesar yang ada di Jawa Tengah
H
‘‘Tanah Abange’’ Jawa Tengah di Sudut Kota Kretek
afidhoh (30) nampak sibuk memilih baju muslimah di salah satu kios di Pasar Kliwon, Kudus, beberapa waktu lalu. Ia melihat dengan seksama jahitan, pola, hingga motif untuk mencari baju yang sreg di hatinya. Ditemani dua kawannya, perempuan asal Demak itu akhirnya menemukan baju yang sesuai dengan ‘isi kantong’-nya. ‘’Sudah beberapa kali saya membeli baju di sini. Selain banyak motif yang ditawarkan, harganya bisa dinego. Bisa menawar harga itu menjadi salah satu kepuasan tersendiri saat berbelanja,’’ ujarnya sembari tersenyum. Baru tiga kali ia ke Pasar Kliwon. Dan dalam ‘kunjungannya’ kali ini, hendak membeli baju sebagai oleh-oleh. ‘’Ini mau beli baju, sekalian mau nyari baju buat anak-anak di rumah,’’ tutur ibu satu anak ini. Keberadaan Pasar Kliwon memang menjadi salah satu nadi perekonomian masyarakat Kudus dan sekitarnya. Banyak hasil produksi dari beragaman kegiatan usaha masyarakat dijual di sini. Sugito, koordinator pengelola Pasar Kliwon menjelaskan, Pasar Kliwon memiliki luas 27.681 m2 dan luas bangunan 13.380 m2, ini memiliki 35 ruko, 509 kios, 1.806 petak los dengan jumlah pedagang mencapai 4.734 personel. Beragam jenis dagangan yang dijajakan, antara lain busana, tas, sepatu, sandal, tekstil, gerabah, sembako, sayuran, buah-buahan, daging, mrancang kering seperti snack, dan mrancang basah seperti sabun dan minyak goreng. Sebagai pusat grosir, terangnya, Kliwon tidak hanya dikenal di Eks Karesidenan Pati, juga kotakota lain seperti Banyuwangi, Lombok, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Kalimantan. ‘’Dulu yang dikenal sebagai grosir yaitu Pasar Klewer di Solo. Sekarang Kliwon sudah bisa bersaing. Bahkan banyak yang menyebut Pasar Kliwon sebagai ‘Tanah Abange’ Jawa Tengah,’’ paparnya. Jadi Primadona Pasar Kliwon dengan berbagai hal yang ditawarkan di dalamnya, menjadi pasar Edisi XX
November 2014 - Januari 2015
tradisional yang memikat masyarakt dan menjadi primadona untuk memuaskan hasrat berbelanja. Ida Rahmawati, warga RT 05 RW III Desa Bungu, Kecamatan Mayong, Jepara salah satunya. ‘’Biasanya sama ibu beli baju,’’ ujar gadis kelahiran 20 tahun silam ini. Menurutnya, barang-barang yang ditawarkan di Pasar Kliwon secara kualitas cukup bagus, tidak kalah dengan di pasar modern (mall). ‘’Harganya juga bersahabat karena bisa ditawar. Lumayan murah,’’ ungkapnya. Fathun Nikmah, warga RT 04 RW I Desa Cranggang, Kecamatan Dawe, Kudus ini mengaku baru ‘’berkenalan’’ dengan Pasar Kliwon selepas lulus dari bangku sekolah tingkat atas. Sebelumnya, ia mengaku tidak pernah ke Kliwon. ‘’Sekarang, setelah kuliah, sering dimintai tolong ibu untuk membeli kain. Dari pengalaman saya, barang-barang di Pasar Kliwon cukup bagus, apalagi harga yang juga bisa ditawar,’’ terangnya yang meneruskan studi di Universitas Muria Kudus (UMK) selepas dari bangku MA. Miftahul Falah Cendono. Pengakuan senada dilontarkan Uswatun Hasanah. Warga Desa Wonoketingal, Kecamatan Gajah, Demak ini mewanti-wanti agar teliti dalam membeli barang di Pasar Kliwon. ‘’Kalau tidak teliti, bisa-bisa barang yang didapat tidak sesuai yang diharapkan,’’ ucapnya Selain itu, ia berharap agar kebersihan pasar di luar diperhatikan, karena belum rapi benar. ‘’Kalau di dalam sudah cukup bagus, bersih. Tetapi yang luar masih perlu perhatian, khususnya di tempat parkir,’’ katanya. Sugito mengatakan, pihaknya senantiasa meningkatkan pengelolaan pasar agar pengunjung merasa nyaman. ‘’Peningkatan dalam menjaga kebersihan pasar ini berbuah dengan diraihnya penghargaan Green and Clean Market Award dari Pemerintah Kabupaten Kudus dan menjadi nominator untuk meraih penghargaan yang sama tingkat provinsi tahun 2014 ini,’’ jelasnya. (Rosidi/ Info Muria)
7
JENDELA
Bermula dari Keprihatinan, Jadikan Kawis Kajian Disertasi
K
awista atau Kawis (Feronia limonia (L.) Swingle), merupakan salah satu buah yang memiliki banyak manfaat. Di Kabupaten Rembang, sebagian masyarakat mengolahnya menjadi sirup yang kini menjadi o l e h - o l e h khas Kota Garam. Sayang, tidak banyak masyarakat yang membudidayakan tanaman buah ini. Berangkat dari keprihatinan inilah, Ir. Endang Dewi Murrinie, M.P., dosen Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus (UMK), ini tertarik untuk melakukan penelitian secara serius terhadap tanaman ini. ‘’Tanaman Kawis di eks Karesidenan Pati semakin sulit ditemukan. Di Rembang, Kawis tumbuh di pekarangan masyarakat dan tidak dibudidayakan,’’ ungkapnya kepada Info Muria, baru-baru ini. Namun istri Muh Syafei ini bisa memahami jika masyarakat tidak memilih membudidayakan tanaman ini, karena masa panennya yang membutuhkan rentang waktu cukup lama. ‘’Tanaman Kawis hanya berbuah delapan bulan sekali,’’ paparnya. Tak pelak, populasi Kawis di Kabupaten Rembang pun tak banyak. ‘’Berdasarkan informasi yang diterimanya dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang, pada 2011 di kabupaten itu tercatat tinggal 1.042 pohon saja,’’ katanya yang sempat melakukan penghitungan ulang bersama Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Untuk penelitiannya ini, Rini – Endang Dewi Murrinie biasa disapa- tidak bisa sembarangan. Ia mengambil sampel benih tanaman Kawis yang paling bagus, yang didapatnya di Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. “Pengambilan sampel ini cukup rumit. Kami harus mencari tumbuhan Kawis yang bagus untuk diteliti. Selanjutnya, ada satu dosen pembimbing disertasi yang menemani memilihkan dan menentukan pohon yang paling bagus untuk diteliti,’’ ungkapnya. Kendati cukup repot meneliti Kawis, namun agaknya Rini memiliki keteguhan dan minat yang sungguh besar untuk mengkajinya secara serius. Dan keseriusannya meneliti kawis pun akhirnya berbuah manis, yaitu dengan didapatnya Hibah Penelitian Disertasi dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Ditlitabmas). Bolak-balik Rembang ke Yogyakarta pun tidak menyurutkan semangatnya untuk segera merampungkan riset untuk studi doktoralnya di Universitas Gadjah Mada (UGM). ‘’Fokus penelitian yang didanai Ditlitabmas untuk skema kajian saat masak fisiologis benih kawista berdasarkan umur buah,’’ ungkapnya. Rini menjelaskan, Kawis merupakan tanaman buah yang berasal dan tumbuh secara alami di daerah-
daerah kering dengan ketinggian 450 meter d a r i permukaan laut (mdpl.) seperti India, Sri Langka, Myanmar dan Indo-China. ‘’Di Indonesia, tanaman ini tumbuh di daerah-daerah kering seperti Sumatra, Madura, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa,’’ lanjutnya menambahkan. (Dok. Pribadi)
Hasil Penelitian Di Kabupaten Rembang, selama ini masyarakat memanfaatkan benih dari buah masak yang jatuh sendiri, sehingga kemungkinan kualitasnya sudah menurun karena telah melewati masak secara fisiologis dan terpapar lingkungan yang kurang menguntungkan selama buah berada di permukaan tanah. ‘’Ini disebabkan belum diketahuinya masa panen buah yang tepat. Maka penting mengetahui kapan dan bagaimana masyarakat memanen buah Kawis berdasarkan umur yang dapat menghasilkan benih masak fisiologis dengan memiliki viabilitas tinggi,” urainya. Dia mengutarakan, buah kawis berbentuk bulat dengan kulit buah yang keras pada saat buah telah masak. Buah kawis, katanya, mengalami perubahan warna dari hijau pada umur satu bulan setelah antesis (BSA) atau saat bunga mekar, kemudian mulai muncul bercak putih kecoklatan pada umur dua bulan. ‘’Selanjutnya semakin meluas dan menutupi seluruh permukaan buah sampai umur lima bulan, dan kemudian cenderung tidak mengalami perubahan warna sampai buah masak dan rontok, sehingga perubahan warna kulit buah tidak dapat digunakan sebagai indikator kemasakan buah,’’ tegasnya. Perubahan ukuran buah kawista seiring bertambahnya umur, lanjutnya, diikuti dengan perubahan pada biji di dalam buah. Perkembangan morfologi biji kawis yang ditunjukkan dengan panjang dan lebar benih mulai umur buah 1 sampai 8 BSA, menunjukkan terjadinya peningkatan secara nyata sampai dengan buah berumur 8 BSA. INFO MURIA
Edisi XX
Pohon Kawista
‘’Biji 8 BSA bila dibandingkan dengan biji dari buah rontok yang selama ini digunakan sebagai benih, terjadi perbedaan nyata. Biji Kawis berumur 1 BSA tidak bisa diteliti karena ukurannya sangat kecil, sehingga berat kering dan kadar air bijinya tidak terdeteksi.” Diketahui pula, bahwa bobot, volume, diameter dan ketebalan kulit buah meningkat nyata mulai umur 1 sampai 6 bulan, dan selanjutnya ukuran buah relatif tetap sampai buah berumur 8 bulan. Panjang, lebar dan bobot kering biji meningkat nyata mulai umur 1 sampai 8 bulan dan mencapai maksimum pada umur 8 bulan dengan kadar air minimum. ‘’Kandungan protein biji juga meningkat seiring bertambahnya umur buah dan mencapai maksimum pada umur 8 bulan setelah antesis. Sedangkan persentase perkecambahan dan pemunculan bibit tertinggi dicapai pada benih dari buah berumur 8 bulan, tetapi tidak berbeda nyata dengan benih dari buah umur 7 bulan.’’ kata Rini Selain itu, jumlah daun, bobot segar, bobot kering dan indeks vigor hipotetik bibit nyata tertinggi pada bibit dari benih umur 8 bulan. Untuk benih dari buah rontok, persentase perkecambahan, pemunculan bibit, pertumbuhan bibit dan indeks vigor hipotetik nyata lebih tinggi dibanding benih umur 6, 7 dan 8 bulan setelah antesis. ‘’Maka penanaman benih kawis disarankan menggunakan benih yang berasal dari buah masak yang telah rontok, dan tidak mengalami kerusakan fisik yang dapat dicegah dengan memasang jaring pada pohon untuk menghindari kerusakan buah akibat benturan,” tandasnya. (Harun / Info Muria)
November 2014 - Januari 2015
8
PROFIL JENDELA
Duta UMK di AUYS 2015
Linggar Uji Nugraha
T
ujuh mahasiswa Universitas Muria Kudus (UMK) telah dipilih oleh kampus menjadi duta untuk mengikuti The 1st ASEAN University Youth Summit (AUYS) 2015 yang akan dilaksanakan di Universiti Utara Malaysia (UUM), 26 – 29 Januari 2015.
Harumkan UMK di “ASEAN University Games”
Mereka adalah Fanny Cahyaningtyas dan Khikma Khusnia (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan/ FKIP), M. Ibroisim Halim (Fakultas Psikologi), Maria Prehatiningsing Utami (Fakultas Hukum), Iwan Safrudin (Fakultas Teknik), M. Abdul Basith (Fakultas Ekonomi), dan M. Unggul Tri Budiharjo (Fakultas Pertanian).
P
esilat Universitas Muria Kudus (UMK), Linggar Uji Nugraha, kembali mengharumkan nama almamaternya dengan prestasi yang berhasil diraihnya. Kali ini, ia berhasil menorehkan prestasi gemilang dengan meraih medali emas pada ASEAN University Games 2014 yang digelar di Palembang, 7 – 21 Desember 2014.
Dipercaya mewakili pihak kampus mengikuti konferensi mahasiswa internasional yang diikuti mahasiswa dari universitas di negara-negara ASEAN, tentu menjadi sesuatu yang membanggakan bagi para mahasiswa tersebut. ‘’Ini pertama kalinya saya mengikuti konferensi internasional. Bangga, karena kami bisa membawa nama UMK sekaligus Indonesia di forum internasional yang sangat prestisius ini,’’ ujar Fanny Cahyaningtyas.
Dihubungi melalu telefon selulernya, Linggar masih berada di Padepokan Pencak Silat Indonesia kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Selasa (23/12/2014) lalu. Dia membenarkan bahwa dirinya baru saja meraih prestasi dalam turnamen tingkat internasional yang cukup prestisius. ‘’Alhamdulillah, saya berhasil merebut medali emas untuk kategori tunggal putra di ASEAN University Games 2014. Ini prestasi yang sangat berarti, karena ini medali kejuaraan tingkat internasional pertama yang saya raih,’’ ucapnya sembari tak hentihenti bersyukur. Dia menjelaskan, dirinya memastikan diri meraih emas dengan mengumpulkan nilai 466 setelah mengandaskan pesilat asal Malaysia, M. Afifi Omat. Pesilat Negeri Jiran itu meraih perak dengan 462 yang dikumpulkannya, sementara perunggu direbut Soukcavanh Chantilath, pesilat asal Laos, dengan total nilai 461.
Bagi Fanny dan kawan-kawannya peserta AUYS 2015, debutnya di konferensi internasional yang mengusung tema ''Throught Volunteerism, Sustainability and Environment'' ini, akan berdampak positif bagi peserta dan kampus secara tidak langsung. ‘’Bagi kami, ini akan menjadi ruang berbagi pengalaman dengan mahasiswa lain dari berbagai negara di ASEAN. Sementara bagi UMK, tentu akan lebih dikenal karena mengirimkan mahasiswanya dalam konferensi yang diikuti sekitar 300 mahasiswa ini,’’ M. Unggul Tri Budiharjo menimpali diamini (Dok.Probadi) kawan-kawannya yang lain. Biodata Sedang Khikma Khusnia mengutarakan, terpilih menjadi salah satu duta UMK di AUYS di Negeri Jiran, Nama : Linggar Uji Nugraha ia mengaku serasa bermimpi. ‘’Dulu saya pernah TTL : Pati, 25 April 1991 berpikir, apa kalau saya masuk (kuliah-Red) di UMK Orang tua: bisa memiliki kesempatan ke luar negeri? Dan ini Bapak : Warji jawaban Tuhan untuk saya,’’ tutur alumnus MA. NU. Ibu : Sulastrini Muallimat Kudus itu. (Eros/ Info Muria) Progdi: Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas: Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prestasi: 1. Juara II PON Riau (2012) 2. Juara I Porprov Jawa Tengah (2013) 3. Juara II Pomnas Yogyakarta (2013) 4. Juara III Kejurnas IPSI di Jakarta (2014) 5. Juara I ASEAN University Games (2014)
Perjalanan merebut medali emas di ASEAN University Games, diakuinya tidak mudah. ‘’Sangat berat untuk meraih medali di kejuaraan ini. Para pesilat yang terjun di kejuaraan ini bagusbagus,’’ katanya yang disertai empat pelatih dalam ASEAN University Games, yakni Hendro Wardoyo, Roni Saifullah, Abbar Akbar, dan Sri Murni. Menghadapi ASEAN University Games, Linggar yang terjun dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 lalu, berlatih keras di Pelatnas selama satu bulan. ‘’Namun sebelum itu, saya telah mempersiapkan diri di Solo didampingi pelatih Roni Saifullah.’’ Dengan prestasi yang baru saja diraihnya
ini, tak membuat Linggar berpuas diri. Dia masih memiliki mimpi-mimpi lagi mempersembahkan prestasi yang lebih baik, dengan membela merah putih di Sea Games (2015) dan Asian Games (2018). ‘’Selain berlatih keras, saya selalu meminta do’a orang tua. Saya mohon do’a para dosen dan teman-teman mahasiswa di UMK, supaya cita-cita saya ini bisa terwujud,’’ katanya yang juga ingin berlaga lagi di PON. (Rosidi/ Info Muria)
INFO MURIA
Edisi XX
(Dok. Info Muria)
Duta UMK untuk AUYS 2015 foto bersama usai Ziarahi RMP. Sosro Kartono.
November 2014 - Januari 2015
99
PUTIH ABU-ABU
Ukir Prestasi melalui KIR Siswa SMAN 2 Kudus meraih penghargaan dalam event yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2013
B
anyak jalan menuju Roma. Pepatah ini kiranya sangat tepat untuk menggambarkan upaya dan kerja keras para siswa SMAN 2 Kudus mengukir prestasi. Jalan terjal dan kerja keras mereka lalui, mengisi hari-hari dengan ketekunan belajar dan giat berlatih. Paling tidak, itulah pengakuan yang diungkapkan Drs. Dwi Purbo Laksono, salah satu guru di sekolah tersebut. Dia mengutarakan, untuk meraih kesuksesan dan prestasi, banyak pengorbanan yang harus dilewati. ‘’Jatuh bangun dilalui anak-anak dan juga para guru pembimbing untuk mengukir berbagai prestasi yang mengharumkan nama sekolah,’’ ujar Dwi Purbo Laksono yang juga guru pembimbing Karya Tulis Remaja (KIR) di sekolah tersebut.
(Dok. SMA 02 Kudus)
‘’Dengan klub-klub ini, para siswa diharapkan bisa mengembangkan ide dan kreativitasnya di bidang KIR,’’ Dwi Purbo Laksono menambahkan. Prestasi demi prestasi yang diraih para siswa SMAN 2 Kudus, tidak bisa diraih begitu saja, tetapi dengan perjuangan dan usaha keras tanpa kenal lelah. ‘’Belajar di KIR, harus bisa menyiasati waktu, antara latihan dan belajar. Terkadang capai juga, karena selalu pulang sore. Tetapi, inilah perjuangan yang kami lakukan,’’ ujarnya.
mengukir prestasi membanggakan. Arum, misalnya, yang mengikuti World Mathematics Team Championship 2012 dan berhasil menyabet Bronze Medalist, lalu menjadi runner up pada Indonesian Science Enterprise Challenge (InaSEC) 2013, dan tahun 2014 berhasil membawa gold medalist LPB.
Oleh para guru, kedisiplinan dan kemauan bekerja keras menjadi satu hal yang senantiasa ditanamkan, agar impian meraih sukses di masa depan dan prestasi, bisa diwujudkan. ‘’Kreativitas, semangat juang dan tekad kuat berkompetisi (bersaing) dengan siswa lain sangat penting ditanamkan kepada para siswa sejak mereka duduk di bangku SMAN 2 Kudus,’’ lanjutnya menambahkan.
Tsania Faizia, gadis kelahiran Jepara 16 tahun silam ini, antara lain pernah menorehkan prestasi dengan membawa pulang medali perunggu saat mengikuti Lomba Peneliti Belia (LPB) tingkat provinsi untuk kategori Matematika.
Apa trik atau kiat khusus yang diberikan kepada anak-anak SMAN 2 Kudus dalam mengukir prestasi-prestasi? ‘’Sejak kelas 10, para siswa dipacu mengikuti KIR. Tak hanya siswa yang diberi pelatihan KIR, guru juga berkecimpung langsung, termasuk mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan,’’ paparnya.
Beberapa Prestasi Internasional Siswa SMAN 2 Kudus
Selain itu, ada Avip Noor Yulian yang menyabet medali perak pada APEC Future Sciencetis Conference (AFSC) di Taiwan dan Huwaida Najla Audina yang menyabet medali perunggu di ajang yang sama.
‘’Keberhasilan dan prestasi yang berhasil kami raih, tidak semata dari kerja keras kami. Tetapi ada sumbangsih dari para guru yang tak lelah membimbing, orang (Dok. SMA 02 Kudus) tua yang selalu menjadi pemacu semangat dan mendo’akan kesuksesan Siswa bergembira setelah mengukir prestasi Namun menurutnya, bagi anak-anaknya,’’ tutur prestasi yang didapatnya belumlah apa-apa, Tsania. (Ichda Rachmawati, Dwi Ariyanti/ Info karena banyak lagi temannya yang berhasil Muria)
Pada 2011, SMAN 2 Kudus bahkan menghadirkan ilmuwan kenamaan Prof. Yohanes Surya, pendiri Surya Institute. Kegiatan pelatihan di bidang KIR ini diikuti para guru. ‘’Pelatihan ini salah satunya memberi tips kepada guru bangaimana menumbuhkan kreativitas anak” kata Dwi Purbowo . Selanjutnya, pada 2012, pihak sekolah mengundang tim KIRS Yogyakarta untuk membimbing anak-anak di bidang KIR. ‘’Peserta pelatihan diambilkan siswa kelas 10,11, dan 12. Dalam pelatihan itu, anak-anak dikupas tuntas seputar KIR. Setelah itu, anak-anak diwajibkan membuat karya ilmiah,’’ lanjutnya. Selanjutnya, untuk memudahkan pemetaan dan pendistribusian siswa mengikuti berbagai kompetisi, pihak sekolah pun membentuk klubklub. Klub itu terdiri atas klub biologi, fisika kimia, matematika, teknologi dan informatika (TIK). INFO MURIA
1. Avip Noor Yulian, medali perak APEC Future Sciencetis Conference (AFSC) di Taiwan Huwaida Najla Audina, medali perunggu, APEC Future Sciencetis Conference (AFSC) di Taiwan 2. Avip Noor Yulian, peserta Global Enterprise Challenge di Singapore 3. Dian Hayuningtyas, medali perunggu World Mathematics Tean Championship (WMTC) Shanghai China 4. Alfina Azkiana, medali perunggu, World Mathematics Tean Championship (WMTC) Shanghai China. 5. Muhammad Wahyu Adi Pratama, finalis World Phisyc Olympiad (WhoPO) 2011 di Mataram 6. Faza Laili Husna, medali perunggu APEC Future Scientist Challenge (AFSC) 2012 di Semarang 7. Sastia Ardiningtyas & Noviantika Rizki, juara II Asia Science Enterprise Challenge (ASEC) wilayah China, Malaysia, Singapura, Indonesia dan Brunai Darussalam 8. Dian Hayuningtyas, Japan Super Science Fair (JSSF) Jepang Bidang Ekologi 9. Muhammad Faqih Afthon, meraih medali emas olimpiade sains bidang astronomi. Faqih juga mengikuti Internasional Olympiade On Astronomy Astronomycs (IOAA) di Rumania pada Agustus 2014.
Edisi XX
November 2014 - Januari 2015
10
TERAS MURIA
Membaca ‘‘Legenda’’ Ratu Shima Candi Angin Kidul, Duplak, Tempur, Jepara, ditengarai terkait dengan keberadaan Ratu Shima.
(Dok. Info Muria)
K
endati hingga kini belum diketahui secara persis di mana letak Kerajaan Kalingga dengan Ratu Shima yang demikian masyhur, namun banyak yang mempercayai bahwa kerajaan Kalingga berada di Kabupaten Jepara, tepatnya di Keling. Jepara sendiri merupakan nama yang berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara, dan kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M)” mencatat, pada tahun 674 M., seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing (Kaling/ Kalingga). yang dikenal pula dengan Jawa (Japa), dan diyakini berlokasi di Keling, Jepara (Zainuddin, 2010). Ratu Shima sendiri digambarkan sebagai penguasa yang sangat tegas dan tunduk pada peraturan kerajaan yang berlaku. Kerajaan Kalingga (Holing) diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah. Nama Kalingga berasal dari Kalinga, sebuah kerajaan di India Selatan. Menurut berita Cina, di sebelah timur Kalingga ada Po-li (sekarang: Bali), di sebelah barat adalah To-poTeng (Sumatra), di sebelah utara yaitu Chen-la (Kamboja) dan sebelah selatan berbatasan dengan samudra. Oleh karena itu, lokasi Kerajaan
Kalingga diperkirakan terletak di Kecamatan Keling,Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, atau di sebelah utara Gunung Muria. Sumber utama mengenai Kerajaan Kalingga adalah berita Cina, misalnya berita dari Dinasti T’ang. Sumber lain adalah Prasasti Tuk Mas di lereng Gunung Merbabu. Melalui berita Cina, bisa diketahui tentang perkembangan Kerajaan Kalingga dan kehidupan masyarakatnya. Kerajaan Kalingga berkembang kira-kira abad ke-7 sampai 9 M. pemimpin kerajaan yang paling masyhur yaitu seorang ratu bernama Shima. Ratu Shima memerintah sekitar tahun 674 M, dikenal sebagai pemimpin yang tegas, jujur, dan bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas dan seadil-adilnya. Tak pelak, rakyat pun begitu menghormati dan patuh terhadap semua peraturan yang berlaku di kerajaannya. Penduduk Kalingga banyak yang menganut Buddha. Buddha di wilayah Kerajaan Kalingga berkembang demikian pesat, sampai pendeta Cina, Hwi-ning, datang di Kalingga dan tinggal selama tiga tahun di sini. Selama di Kalingga, ia menerjemahkan kitab suci Hinayana ke dalam bahasa Cina dibantu pendeta Janabadra. Shima adalah sosok pemimpin yang brilian. Ia berhasil membawa rakyatnya yang kebanyakan hidup dari bertani dan berdagang, hidup INFO MURIA
Edisi XX
dalam kemakmuran, teratur, aman, tenteram, serta adil. Rakyatnya pun patuh terhadap segala aturan yang diterapkan kerajaan. Namun suatu kali, tebersit keinginan Sang Ratu menguji kejujuran dan kepatuhan rakyat yang dipimpinnya, dengan meletakkan pundi-pundi di tengah jalan. Ternyata sampai waktu yang lama,tidak ada yang mengusik pundi-pundi itu. Sampai pada suatu hari, ada anggota keluarga istana yang sedang jalan-jalan, menyentuh pundi-pundi dengan kakinya. Hal ini diketahui Ratu Shima. Anggota keluarga istana itu pun dinilai salah dan divonis dengan hukuman mati. Akan tetapi atas usul persidangan para menteri, hukuman itu diperingan dengan hukuman potong kaki. Kisah ini menunjukkan, betapa tegas dan adilnya Ratu Shima. Ia tidak membedakan antara rakyat dan kerabat untuk menegakkan aturan. Pada akhirnya, Kerajaan Kalingga mengalami kemunduran, ditengarai akibat serangan Sriwijaya yang hendak menguasai perdagangan. Serangan tersebut mengakibatkan pemerintahan Kijen menyingkir ke Jawa bagian timur atau mundur ke pedalaman Jawa bagian tengah antara tahun 742 -755 M (Mulyana dkk., edisi revisi, 2014). Mengenai keberadaan Kerajaan Kalingga dan Ratu Shima, sejarahwan Jepara, Tabroni, mengutarakan, November 2014 - Januari 2015
ada sebaran artefak di Desa Bligoh, Donorejo, Kecamatan Keling, Jepara. ‘’Setahu saya, jejak Kerajaan Kalingga, sebaran artefaknya ada di Desa Bligoh, Desa Donorejo, Kecamatan Keling,’’ katanya. Warga lain, Sholihatin (40 tahun), menceritakan, saat ibunya berusia 15 tahun, kakeknya mengaku mendapatkan seperangkat baju zaman kerajaan kuno yang berat terbuat dari emas, di sawah, tak jauh dari sungai dekat pasar Keling. ‘’Awalnya kakek tidak percaya. Baju punggawa kerajaan dalam bentuk lengan dari besi yang dalam kondisi kotor itu, lalu dicucinya. Kakek pun terkejut, karena baju itu nampak dari bahan emas. Cerita pun menyebar. Baju diamankan oleh perangkat desa. Namun kakek sempat menyimpan serpihan kecil, yang kemudian di jual dan bisa hasil penjualannya bisa untuk makan selama setahun di masa itu,” kisahnya. Cerita senada diungkapkan bernama Ardian, seorang laki-laki yang ditemui penulis di Dukuh Simo, Desa Bligoh, Kecamatan Keling, Jepara. ‘’Warga sini juga pernah ada yang menemukan baju zirah dari emas di tegalan. Baju itu dijual sedikit demi sedikit dan disimpan, akhirnya tidak jelas lagi ke mana, diamankan,’’ tuturnya. Lebih lanjut dia menjelaskan, bahwa sampai saat ini, sebenarnya masih ada keturunan Ratu Shima. ‘’Keturunan Ratu Shima memiliki ciri tertentu, dan hanya orang tertentu pula yang mengetahuinya. Tetua kami mengetahui hal tersebut, akan tetapi tetua kami hanya bersedia berbicara dengan kalangan sendiri, tidak untuk umum dan susah ditemui orang kebanyakan, itupun jika mau berbicara, tergantung dari persepsi orang lain, percaya atau tidak, terserah saja” lanjutnya. (Widjanarko/ Info Muria)
KRETEKUS
S
11
Menyoal Peringatan “Merokok Membunuhmu”
ejak Peringatan Tabel. Negara-negara dengan Perokok Tertinggi, Penderita Kanker Tertinggi, serta Penderita Jantung Tertinggi di Dunia. kesehatan (label Kematian akibat Kematian akibat warning) pada Perokok tertinggi*) Kematian akibat Jantung**) Kanker**) kanker paru**) kemasan (packaging) rokok di Indonesia di- No Pero-kok % penJumlah per Jumlah per Negara Negara Negara Negara Jumlah per 100 ribu rubah secara resmi (juta) duduk 100 ribu 100 ribu mulai 24 Juni 2014 lalu, Maldives 261.5 Hungaria 51.4 Yugoslavia 138.6 China 390 29,0 1 dari “PERINGATAN Mongolia 206.2 Serbia 42.4 Serbia 92.9 India 144 12,5 2 PEMERINTAH: MEROKOK DAPAT MENYEHungaria 189.5 Maldives 42.1 Bosnia 66.6 Indonesia 65 28,0 3 BABKAN KANKER, SEArmenia 173.4 Polandia 41.9 Latvia 31.5 Rusia 61 43,0 4 RANGAN JANTUNG, Serbia 171.2 Armenia 39.3 Afghanistan 21.9 Amerika 58 19,0 5 IMPOTENSI, DAN Polandia 169.3 Denmark 39.2 Somalia 20.2 Jepang 49 38,0 6 GANGGUAN KEHAMIKroasia 165.5 Belanda 36.6 Malawi 20.0 Brasil 24 12,5 7 LAN DAN JANIN” menUruguay 164.1 Kroasia 35.7 Sudan 19.4 Banglades 23,3 23,5 8 jadi teks yang lebih sederhana “Merokok Rep.Cech 158.1 Amerika 35.4 Yemen 18.7 Jerman 22,3 27,0 9 Membunuhnmu” be- 10 Turki Slovakia 158.0 Kuba 33.8 Kazakhstan 18.1 21,5 30,5 serta varian 5 gambar Sumber: *) WHO, 2008; **) World Heath Rankings (www.worldlifeexpectancy.com), dihimpun dari data WHO, 2011. dan tambahan angka 18 +, masih menyisakan sia, dan tidak berdasarkan kajian pada bahan rokok tembakau sebagai obat. Seperti hasil penelitian yang persoalan pokok. Terutama soal bagaimana logika spesifik dan merek-merek rokok (keretek) Indone- dilakukan oleh Dr. Arief Budi Witarto MEng, peneliti bahasa dan kebenaran konten label warning masih sia. dari Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Penemenjadi perdebatan publik. litian Indonesia (LIPI), menyatakan bahwa tembakau Bahkan, konten label warning berupa teks dan dapat pula menghasilkan protein anti kanker yang berWalaupun label waarning tersebut mendapatkan gambar disinyalir tidak bersumber dari produk hukum guna bagi penderita kanker. Tanaman tembakau ini tilandasan yuridis dari Peraturan Pemerintah (PP) No- buatan pemerintah sendiri. Teks-teks dalam lampiran dak diambil daun tembakaunya untuk memproduksi mor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan Permenkes nomor 28 tahun 2013 ini sebagian besar rokok tetapi dimanfaatkan sebagai reaktor penghasil Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tem- diadopsi dari tujuh peringatan serupa yang sudah terprotein Growth Colony Stimulating Factor (GCSF), bakau Bagi Kesehatan dan Peraturan Mentri Kes- lebih dahulu diterapkan oleh Administrasi Obat dan suatu hormon yang menstimulasi produksi darah. Seehatan (Permenkes) nomor 28 tahun 2013 tentang Makanan (US Food and Drug Administration, FDA) lain itu, dapat mensti mulasi perbanyakan sel tunas Peringatan Kesehatan Dan Informasi Kesehatan pemerintah Amerika Serikat. Penerapan serupa di (stemcell) yang bisa dikembangkan untuk memulihPada Kemasan Produk Tembakau, persoalan men- negara-negara seperti Canada, Australia, Kolumbia kan jaringan fungsi tubuh yang sudah rusak. Berkat dasar apakah betul “merokok membunuh” (mu), dan di berbagai negara lain yang telah menerapkan penelitian ini Dr. Arief mendapatkan penghargaan masih diragukan kevaliditasnya. regulasi Graphic Health Warning (GHW) tersebut. dari Badan Riset Jerman DAAD dan Faraunhofer di Jakarta. (Antara, 14 Juni 2007). Pangkal soalnya adanya gap ketidaksesuaian Untuk menguji konten GHW pada kemasan roantara klaim rokok sebagai “mesin” pembunuh kok sebagai “mesin” pembunuh, sebetulnya badan Contoh lain adanya hasil riset yang dilakukan oleh dengan realitas pada konsumen rokok yang tidak kesehatan dunia (World Health Organization) pada Dr. Gretha Zahar dan kemudian dikembangkan oleh dengan serta merta terindikasi menjadi korban laman www.worldlifeexpectancy.com membuat Prof. Sutiman, yang menemukan pemanfaatn asap pembunuhan oleh dan akibat dari kegiatan meng- laporan rangking kesehatan dunia. Jika rokok mentembakau untuk terapi kesehatan. Dengan formula komsumsi rokok. jadi “mesin” pembunuh seharusnya negara-negara scavenger dengan teknik peluruhan radikal bebas yang penduduknya menjadi konsumen perokok, Dari susunan kata pada teks “merokok mem- maka tingkat kesehatannya rendah. Seharusnya dengan cara balur (boreh), dapat menyembuhkan bunuhmu” itu saja menimbulkan problem keba- ada kesejajaran antara negara-negara dengan jum- penyakit kanker, kardiovaskuler, stroke, alzheimer, hasaan yang rancu. Kerancuan terletak pada logika lah perokok tertinggi dengan negara-negara de dan autis. kebahasaan dalam penyusunan teks. Kata merokok ngan penderita kanker dan jantung tertinggi. Prof. Sutiman sang Guru Besar Bio Cell Universidan membunuh keduanya merupakan predikat. tas Brawijaya Malang juga mengungkapkan bahwa Jika digabung kata “me(menghisap)rokok” dan Data WHO menunjukkan, tidak ada korelasi antara tembakau yang tumbuh di sejumlah wilayah di Ta“membunuh” tidak memiliki makna kalimat karena negara-negara dengan jumlah perokok terbanyak nah Air bisa untuk menangkal virus ebola yang bekeduanya kata kerja. Namun Lebih tepat susunan- dengan penyakit yang diderita yang diklaim disebablakangan sedang hangat diperbincangkan karena nya “rokok membuhmu”. F Rahardi menilai kalimat kan oleh rokok. Jepang, misalnya, yang konsumsi robelum ada obatnya. Menurut Prof Sutiman Virus ”rokok membunuhmu” lebih benar karena ada sub- kok per individunya terbanyak, berada pada posisi ke ebola itu memang mirip penyakit HIV/AIDS yang yek (rokok), predikat (membunuh), dan obyek (mu, 80, untuk tingkat kematian akibat kanker (115,1 per masih belum ditemukan obatnya. Untuk mencegah kamu). Namun, secara logika ia tak sepenuhnya 100.000 orang), dan pada posisi 165 untuk tingkat virus tersebut tidak sampai meluas dengan cara benar. (Kompas, 29 Maret 2014) Maknanya rokok kematian karena serangan jantung (2,4 per 100.000 tembakau diolah menjadi vaksin. (http://www.anmembunuh jika dihisap. Persoalannya rokok pun orang), yang tergolong sangat rendah. taranews.com/berita/450067/peneliti--tembakaubelum tentu membunuh para pengisap rokok. bisa-tangkal-virus-ebola) Kewajiban untuk mencantumkan GHW pada Pa Persoalan lain apakah rokok secara realitas me- sal 14 dan 17 ayat (3) PP 109/2012 dan Pasal 3 ayat (1) Tiga contoh di atas setidaknya menjadi bukti bahnyebabkan seseorang yang menghisab menjadi dan (8) Permenkes 28/2013) memerinci 5 (lima) pawa GHW pada kemasan rokok patut diperta nyakan terbunuh. Pengamat, peneliti, dan termasuk para ket teks dan gambar yang menginformasikan ada validitasnya. Karena itu, selama masih ada problem paramedispun masih belum secara valid membuat nya ancaman penyakit tetentu. Antara lain; Merokok tersebut, maka klaim soal rokok bisa menjadi “mesimpulan bahwa rokok menjadi penyebab utama sebabkan kanker mulut, Merokok sebabkan kanker sin” pembunuh patut diragukan. Sehingga GHW kematian seseorang. tenggorokan, Merokok sebabkan kanker paru-paru hanya sebagai teror bagi konsumen agar berhenti dan bronkitis kronis, Merokok dengan anak berba- mengkonsumsi rokok. Di sisi lain jika kita telusuri sumber justifikasi ada haya bagi mereka, dan Merokok membunuhmu. nya klaim bahwa rokok dianggap sebagai “mesin” Zamhuri pembunuh ternyata banyak didapatkan dari sumIni sangat kontradiksi dengan informasi temuan Peneliti Pusat Studi Kretek (Puskindo) Universitas ber-sumber kajian dan penelitian yang tidak berbasiskan pada realitas sosial para perokok di Indone- para peneliti yang menginformasikan adanya manfaat Muria Kudus INFO MURIA
Edisi XX
November 2014 - Januari 2015
12
KAMPUSIANA
Akademisi UMK Ditantang Temukan Metode Cepat Belajar Bahasa Inggris Dari Audiensi Progdi PBI UMK dengan Gubernur
(Dok. Info Muria)
S
ebuah ‘’tantangan’’ dilontarkan Gubernur Jawa Tengah H. Ganjar Pranowo SH. kepada para dosen Program Studi (Progdi) Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Muria Kudus (UMK). Tantangan itu adalah agar para pakar Bahasa Inggris UMK bisa menemukan metode cepat belajar Bahasa Inggris bagi anak-anak. Dalam pandangan gubernur, penguasaan Bahasa Inggris sangat penting, apalagi di era keterbukaan dan dunia yang seakan tidak ada sekat. ‘’Apa kontribusi yang akan diberikan UMK terkait pembelajaran Bahasa Inggris, monggo. Namun harus ada metode yang terukur. Misalnya, berapa lama pembelajaran dengan metode yang ditawarkan seorang
anak bisa menguasai Bahasa Inggris,’’ katanya di hadapan rombongan yang dipimpin Wakil Rektor II Dr. Zainuri MM Selasa (16/1/2015). Ganjar mengutarakan, pembelajaran Bahasa Inggris akan menarik, jika antara lain dilakukan dengan model bercerita. ‘’Story telling ini sangat bagus untuk pembelajaran bahasa,’’ ungkapnya di depan rombongan UMK yang terdiri atas Drs. Muh Syafei M.Pd. (Kepala Lembaga Informasi dan Komunikasi), Dr. Slamet Utomo M.Pd. (Dekan FKIP), Diah Kurniati S.Pd, M.Pd., Fajar Kartika SS, M.Hum., Mutohhar S.Pd, M.Pd. dan Farid Nur Romadlon S.Pd, M.Pd. Dia pun menceritakan, dirinya pernah melihat anak-anak kecil yang belajar Bahasa Inggris dengan metode
story telling yang sangat menarik. ‘’Anak-anak menyampaikan apa yang dilihatnya dengan bahasa mereka. Yang menarik, ada satu anak yang mampu menceritakan dengan media gambar yang dibuatnya,’’ paparnya. Zainuri, pada kesempatan itu menyampaikan mengenai hasil konferensi internasional Teaching English for Young Learners in Indonesia (TEYLIN) yang diselenggarakan Progdi PBI tiga bulan sebelum tutup tahun 2014. ‘’Selain rekomendasi TEYLIN, pada kesempatan ini kami sampaikan kepada Gubernur pentingnya penguasaan Bahasa Inggris, apalagi di era pasar global seperti sekarang ini,’’ tuturnya.
Diamini rombongan yang turut dalam audiensi, Zainuri pun menegaskan, UMK siap jalannya pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah sampai memberikan pelatihan kepada para gurunya. UMK sudah memiliki English for Young Learners (EYL) Center yang selama ini sudah menggelar berbagai pelatihan untuk guru-guru Bahasa Inggris tingkat SD di Kudus dan sekitarnya,’’ katanya. Diah Kurniati, Kepala Progdi PBI menyampaikan, era pasar global dan diberlakukannya kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai 2015 ini, mensyaratkan penguasaan bahasa asing, tak terkecuali Bahasa Inggris. ‘’Di era pasar global, penguasaan Bahasa Inggris sangat penting, sehingga harus diajarkan sejak dini,’’ tandasnya. (Rosidi/Info Muria)
(Dok. Info Muria)
Rombongan Program Studi (Progdi) Pendidikan Bahasa Inggris dipimpin Wakil Rektor II Dr. Zainuri MM. saat beraudiensi dengan Gubernur Jawa Tengah H. Ganjar Pranowo SH.
INFO MURIA
Edisi XX
November 2014 - Januari 2015
13
KAMPUSIANA
Dari Musik, Donor Darah, Hingga Penggalangan Dana Kemanusiaan (Dok. Info Muria)
J
arum jam menunjukkan pukul 09.00. Di panggung utama auditorim kampus Universitas Muria Kudus (UMK), beberapa band pelajar silih berganti menghibur para mahasiswa yang mulai berdatangan untuk mengikuti kegiatan donor darah yang diselenggarakan Korp Sukarelawan (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Kudus, Rabu (7/1/2015). Aksi sosial donor darah kali ini memang dibuat berbeda oleh pihak panitia penyelenggara, yang mendapatkan suntikan dukungan dari Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Ning Nong, Himpunan Mahasiswa Program Studi (Himapro) Sistem Informasi (SI), dan Perhimpunan Mahasiswa Kristen dan Katholik (PMKK). Pada kesempatan itu, para pendonor tidak sekadar dihadapkan pada jarum-jarum dan selang
Ratusan partisipan yang terdiri atas mahasiswa, dosen, dan karyawan mengikuti kegiatan donor darah yang digelar KSR/PMI UMK pada pekan pertama Januari 2015.
yang dipergunakan untuk mengambil darah dari ratusan sukarelawan yang mendaftar. Tetapi mereka juga disuguhi hentakan musik berikut alunan merdu sang vokalis yang membuat area digelarnya donor darah menjadi meriah. Anggun Dewi, ketua panitia menjelaskan, mengikuti donor darah tidak sekadar memberikan sedikit darahnya bagi sesama yang membutuhkan, tetapi juga bisa meningkatkan tali persaudaraan antarsesama. ‘’Donor juga sangat bermanfaat untuk kesehatan,’’ ungkapnya. Teguh Santoso, komandan KSR/PMI UMK mengemukakan, panitia sengaja menggandeng anak-anak band seperti Justicia, Dirty Buble, Keep Silence, dan Omnivora dan satu band berasal dari luar UMK, yaitu Lengan Atas, untuk menghibur para pendonor. ‘’Selain donor darah yang dimeriahkan dengan
pentas musik, pada kesempatan ini juga dilakukan penggalangan dana kemanusiaan. Hasilnya, akan disumbangkan untuk daerah-daerah yang terkena bencana melalui PMI Cabang Kudus,’’ paparnya. Antusiasme mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan UMUM mengikuti kegiatan donor darah ini, cukup tinggi. Hal itu nampak dari banyaknya pendaftar yang mencapai 169 orang. ‘’Namun dari ratusan pendaftar itu, hanya 139 yang dinyatakan tim Unit Donor Darah (UDD) boleh melakukan donor darah,’’ ungkapnya. Sementara pada kesempatan kegiatan donor darah itu, diserahkan pula piagam penghargaan kepada delapan pendonor, yaitu Arif Basuki, Hidayat, Moch Rudli, Much Harun, Nano Yulianto, Saeful Anwar, Saiful Ma’ruf, dan Suwarno. (Atik, Riska/ Info Muria)
Jalin Keakraban melalui ILMPI Goes To Campus Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) wilayah III yang mencakup Jawa Tengah dan Kalimantan, menggelar ILMPI Goes To Campus (IGC), Jum’at (21/11/2014) lalu. Kegiatan tersebut sebagai ajang silaturahmi dan mengakrabkan diri antarmahasiswa Fakultas Psikologi di ILMPI wilayah III.
(Dok. Info Muria)
Organisasi ini berdiri berdasarkan SK Dikti Nomor : 82/DIKTI/Kep/2012. ILMPI terbagi dalam enam wilayah. Wilayah I (Sumatera), Wilayah II (Jakarta, Jawa Barat dan Banten), Wilayah III (Jawa Tengah dan Kalimantan), Wilayah IV (Daerah Istimewa Yogyakarta), Wilayah V (Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara), serta Wilayah VI (Sulawesi, Maluku dan Papua). ‘’Saat ini ILMPI sedang merancang Undang-Undang (UU) Profesi Psikologi, dan mengawalnya hingga disahkan sebagai UU,’’ ujar koordinator wilayah III ILMPI, Rendy Septianto. Rendy mengemukakan, mulai tahun 2015 ini, ILMPI berencana memberikan pendidikan kebencanaan kepada seluruh mahasiswa psikologi, khususnya bagaimana membantu korban bencana dari sisi psikologi. ‘’Peran psikolog di daerah bencana sangat
ILMPI: Mahasiswa psikologi yang tergabung dalam Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) Jawa Tengah foto bersama usai acara ''ILMPI Goes to Campus''.
penting, yakni untuk membantu menghilangkan rasa traumatik korban bencana,’’ ungkapnya. Afifuddin Thoib Bachtiar, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Psikologi UMK berharap, agar kebersamaan dan jalinan komunikasi antarmahasiswa psikologi tidak sekadar di forum resmi ILMPI saja. INFO MURIA
Edisi XX
‘’Di luar agenda resmi ILMPI, komunikasi mesti terjalin dengan baik. Dan yang terpenting lagi, bagaimana agar mahasiswa psikologi mengetahui lebih dalam tentang ILMPI berikut kegiatan-kegiatan yang dilakukan, sehingga mereka tertarik terlibat dalam setiap kegiatan yang digelar,” katanya diamini Priyadyaksa Argya Miraj, mahasiswa semester satu Fakultas Psikologi UMK. (Milla/ Info Muria)
November 2014 - Januari 2015
14
CERPEN
“Cekelan”
D
i gubuk sederhana inilah, aku merangkai cerita. Bersama seorang pendamping pelipur duka, yang menemaniku mengupas gayam di teras rumah pagi ini. Tapi, ia sedang kurang sehat. Jadilah aku sendirian mengerjakan semuanya. Derap kaki yang sedari tadi ku dengar samar, mendekat. Kini, sudah berada di depanku malahan. “Bagaimana kalau tak panggilke Pak Mantri, ben di suntik,” usul Adi ketika mengetahui kabar suamiku sakit. “Percuma Paling sesuk kambuh maneh,” aku menimpali. “Tapi ini parah. Kalau nggak segera diurusi, nanti bisa-bisa ... ‘’ “Opo, Mati?” selaku. “Yo, wis, terserah. Tapi nek ada apaapa ojo salahke aku,” kata Adi seraya bersiap pergi. Ku dengar jelas umpatannya. Aku yakin, dia kecewa. Tetapi aku masih berpikir realistis. Ya, meskipun bagi kami uang memang mudah, tetapi kalau hanya untuk membayar suntikan penyembuh, mungkin aku harus berpikir dua kali. Aku tahu, di balik sakit suamiku, ada sesuatu yang tak lazim. *** “Sih. Ambilkan pisang di kebun,” seru lelaki dari balik pintu. Ya, dia baru saja pulih dari sakit yang menyerangnya selama tiga hari. Tanpa bantuan siapapun, termasuk Pak Mantri. Aku yang sejak tadi tengah asyik ngobrol di rumah tetanggaku, mau tak mau menghentikan obrolanku, dan mengalihkan pandanganku ke lelaki yang tak lain adalah suamiku. “Halah, nanggung,” seruku. “Eee... Istri macam apa kowe, di suruh suami ambil pisang kok nolak,” gerutu suamiku. “Besok saja tak ambilke. Iki pisange belum mateng,” jawabku. Lelaki itu ngeloyor pergi dan segera berlalu dari pandanganku. Melihat tingkah suamiku yang akhir-akhir ini sering minta pisang dari kebun belakang rumah, terkadang aku berpikir yang tidak-tidak. Mungkinkah ia akan segera ...? Ah, tidak. Tidak. Aku tak mau tertipu lagi olehnya. *** Azan maghrib berkumandang. Aku segera beranjak, mengambil air wudhlu, dan berlalu ke langgar untuk menunaikan shalat berjamaah. “Aku pergi ning langgar sik. Assalamualaikum,” aku berpamitan pada suamiku. Setiap kali shalat jamaah di langgar, tenang begitu terasa, meski terkadang
Aku semakin gelisah, mendapati dia terbujur kaku di atas ranjang, tak berdaya. Tapi mau bagaimana, tak ada untungnya aku menangis. Toh, sudah terlalu lama kami tinggal bersama. Kalau dia pergi, aku sudah siap. ada anak-anak yang bersendau gurau. Tapi Tuhan seperti menutupi telingaku, sehingga aku tak merasa terganggu saama sekali. Usai shalat, tak lupa aku berzikir bersama imam dan jama’ah lain. Dan Aku seperti enggan meninggalkan langgar ini, hingga kuputuskan di langgar sampai usai shalat isya’. “Kula nuwun, Mbah Kiai,’’ Mono dengan sopan masuk ke langgar “Monggo, monggo. Ada apa Mas Mono?” jawab kiai. “Badhe nderek nyiarake lelayu, Mbah.” Deggghtt. Hatiku seperti dipecuti layaknya kuda lumping mendengar ucapan Mono. Siapa yang meninggal? Tanyaku dalam batin. Jangan-jangan? Aku pun beranjak pulang, dengan langkah memburu. Sampai di rumah, aku menuju kamar. Tak ada sosok berperawakan tinggi kurus kulihat. Ke mana dia? Mataku tiba-tiba seperti dihinggapi kunang-kunang. “Tarjo...,” ucapku lirih ketika menemukan dia di belakang. Ku peluk dia, ku ciumi aroma tubuhnya yang sangat ku kenal. “Kau kenapa, Asih?” Tanyanya heran. “Ku kira, kau ... ” kataku tergagap. “Meninggal? Hemm.. Yang meninggal si tua bungkuk Karno. Bukan kekasihmu ini,” katanya bercanda. Aku tertawa kecil. “Lagian, kau kan tahu, kalau aku mau meninggal, harus ada ritual khusus supaya para malaikat mau mencabut nyawaku,” tambahnya meyakinkanku. Hemm ... Ku hela nafas panjang. *** Aku bahagia mendapatinya sehat dan bugar. Sudah seminggu ini penyakitnya tak lagi mengunjunginya. Syukur, Alhamdulillah! Tak tebersit lagi di otakku, dia akan meninggalkan istrinya. Aku ingin dia selamanya seperti ini. Menemaniku makan, membantu memasak, dan menggodaku. Aku tak mau lepas darinya. Uhuk, uhuk ... Suara batuk membuyarkan lamunanku. Aku segera mengambilkannya air putih. “Iki diminum dulu.” “Matur nuwun, Asih” “Watukmu kumat maneh, yo? Tak kira penyakitmu wis pergi” cemasku “Biasa. Wis tua leh ngene iki. Wis, angger turon neh” jawabnya menenangkanku *** Senjak kejadian malam itu, batuk Tarjo kian parah. Dia tak bisa lagi INFO MURIA
Edisi XX
berdiri. Bicara pun tak jelas. Setiap malam, selalu ku dengar hembusan nafasnya bak seruling. Aku tak tega melihatnya. ‘’Lebih baik dia mati,’’ batinku. Sudah 10 hari kondisinya melemah. Anak-anakku secara bergantian, datang menengok, terutama Adi. Dia sangat mengkhawatirkan bapaknya. Adi pula yang meminta Pak Mantri rutin memeriksa keadaan suamiku. Aku tak dapat mencegahnya. Karena hati kecilku tak dapat berbohong, jika aku benar-benar mencintainya. “Mbah. Mbah mau Dita belikan apa? Lentog?” salah satu cicitnya menawari. “Ngg..gaakk uuussaaah,” jawabnya susah payah. “Kalau mbah nggak makan, nanti sakit terus, lho. Dita sayang sama mbah. Dita mau diboncengin naik sepeda lagi.” “Ppiiissaaanngg ... ” “Apa, mbah? Pisang? Mbah mau pisang? Nanti Dita belikan. Apalagi?’’ “Ppiisssaaanngg iijjoo.” “Pisang ijo? Mbah suka pisang, ya. Iya, deh. Nanti Dita belikan sama papa. Kalau gitu Dita pulang dulu, mbah.” Rupanya Dita sudah merasa, sebentar lagi ajal simbahnya akan datang. Aku yang sedari tadi mengintip percakapan antara keduanya, merasa sedih. Air mataku berurai, melihat percakapan cicitku dengan suamiku. “Eh, mbah Asih. Kok nggak masuk?” “Mbah nggak mau ganggu kowe, nduk.” “Oh, iya, mbah. Dita mau pulang. Sekalian mau beli pisang ijo buat mbah kakung.” “Jangan!!” cegahku “Kenapa, mbah?” tanyanya. “Begini. Di kebun sudah ada pisang ijo. Nanti mbah saja yang ambilkan,’’ kilahku *** Lebih dari sebulan suamiku sakit. Kondisinya kian parah. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus memanggil malaikat itu sekarang untuk mencabut nyawa suamiku? Toh, 11 anakku sudah setuju akan hal ini. “Kami sudah ikhlas jika bapak meninggalkan dunia ini, mak. Kasihan bapak kalau terus-terusan sakit seperti ini,” anakku nomor tiga memberi pertimbangan. “Iya, Madun setuju sama Mas Narto. Kalau gini terus, justru nggawe sedih kabeh wong. Ayo, mak. Lakukan itu sekarang,” Narto, anakku nomor delapan, menambahi. Aku makin bingung. Semua anakku sudah mengikhlaskan jika maut November 2014 - Januari 2015
menjemput ayahnya. “Aasssiihh ...” suara sumiku lirih memanggil. Kudekatkan telingaku, mencoba mendengarkan apa yang akan ia ucapkan. “Lakukan semuanya, Sih.” Deeghhtt !!! Dia memintaku melakukan itu. *** Waktu berlalu begitu cepatnya. Tak terasa, sudah 99 hari. Tarjo masih terguling lemah. Dia enggan berbicara denganku. “Mak. Biarlah bapak menemui ajalnya,’’ ujar Heri. Aku terdiam. “Mak. Dengarkan Heri. Bapak sudah terlalu tua untuk hidup. Kasihan jiwanya.” Ya. Aku dan Tarjo memang sudah tua. Aku tahu anak-anakku pasti terbebani dengan sakitnya Tarjo kini. Tetapi aku teramat mencintainya. *** Langit yang kebiruan, nampak elok dan cerah. Berbeda dengan hatiku yang dirundung mendung. Apakah hari ini hujan akan menghunjam hatiku? “Mak. Iki sing dipesen bapak,” Ros menyodorkan tas kresek warna hitam. “Yo,” jawabku singkat. “Mak, kenopo? Iki takdir Allah. Mak harus ikhlas.” Ros mengelus pundakku yang sudah bongkok. “Emak, insyaallah ikhlas. Emak yo saake karo bapakmu. Wis ameh telung sasi loro kaya ngene,” ucapku. Dengan bantuan Ros, aku berusaha sampai di kamarku. Suamiku masih rebahan, dengan tatapan mata sayu. Badannya kurus kering. Rambutnya memutih. Nafasnya serupa seruling yang membuat pilu orang-orang di sampingnya. Aku duduk di sampingnya. Kugenggam tangan keriputnya, lalu ku kecup keningnya. Duh Gusti, hamba ikhlas Engkau ambil suamiku. Ku buka perlahan tas kresek berisi pisang ijo dan nagasari, lalu kuserahkan Tarjo. Ia memakannya. Dan tak lama berselang, ia mengembuskan nafas terakhirnya, setelah 76 tahun bersamaku. Tepat seperti pernah dikatakannya, dia akan meninggal di usia 99 tahun. (*) Ichda Rachmawati, Menulis puisi dan cerpen sejak di bangku SMA 1 Mejobo Kudus. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus (UMK) angkatan 2014/2015 ini tetap konsisten mengembangkan bakat menulisnya hingga kini.
15
PUSTAKA
“Takdir” Melawan Lupa Sementara pihak kolonial kehilangan 8.000 serdadu bangsa Eropa dan 7.000 serdadu lokal. Sebanyak 25 juta gulden atau setara dengan $ 2,2 miliar AS saat ini, terkuras untuk membiayai perang (hal. 336).
Judul : Takdir, Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855 Penulis : Peter Carey Penerbit : Kompas Cetakan : Pertama, Maret 2014 Tebal : xxxviii + 434 halaman
D
ari buku-buku mengenai Pangeran Diponegoro yang pernah ada, barangkali buku berjudul “Takdir, Riwayat Pangeran Diponegoro 17851855” karya Peter Carey inilah yang paling lengkap. Peter Carey, sang penulis, dengan karyanya ini, layak mendapatkan apresiasi, karena ia telah melakukan riset selama 30 tahun untuk menulis Pangeran Diponegoro dan latar belakang Perang Jawa (1825-1830). Perhatiannya yang bergitu besar mengkaji Diponegoro, sehingga ia berhasil menuliskan tokoh di balik Perang Jawa itu dari masa kecilnya, masa muda – termasuk masa perkawinannya, pendidikan, masa perang, hingga masa pengasingannya. Dalam buku ini disebutkan, Perang Jawa merupakan peristiwa “pemberontakan” terbesar masyarakat Jawa terhadap penguasa kolonial. Perang ini memakan korban lebih dari 200 ribu jiwa.
Dikisahkan pula, di masa pengasingannya di Manado, Pangeran Diponegoro menulis otobiografi dalam bentuk babad. Autobiografi itu ditulis dengan aksara pegon (tulisan Jawa berhuruf Arab) yang panjang aslinya lebih dari 1.000 halaman kertas ukuran folio, diselesaikan dalam rentang waktu sembilan bulan (20 Mei 1831 – 2 Februari 1832). Pada Juni 2013, Babad Diponegoro diterima Komite Penasehat Internasional United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai satu dari 229 naskah dari semua negara di dunia yang masuk dalam Daftar Ingatan Kolektif Dunia (Memory of the Word Register). Buku ini layak dibaca generasi muda, tidak sekadar untuk melawan lupa perlawanan anak bangsa di masa kolonial, tetapi karena buku ini memuat banyak informasi yang penting bahwa bangsa ini, yang kaya akan pengetahuan sejak dulu. (Widjanarko/ Info Muria).
Majapahit Kerajaan Islam? Judul : Majapahit Kerajaan Islam Penulis : Herman Sinung Janutama Penerbit : Noura Books (PT Mizan Publika) Cetakan : Pertama, April 2014 Tebal : 208 halaman + 8 halaman
H
erman Sinung Janutama, penulis “Majapahit Kerajaan Islam” ini mencoba memaparkan faktafakta, bahwa kerajaan Majapahit adalah kerajaan Islam dan rangkaian dari jaringan kerajaan sebelumnya di Nuswantara. Menurutnya, bahkan tidak hanya Majapahit, juga Kerajaan lain seperti Kutai, Tarumanegara, Kalingga, Mataram kuno, dan Singasari. Namun pembaca buku ini mesti cermat, karena penulis membangun teorinya sekadar ‘gotak-gatuk’ dan
comot tulisan beberapa ahli sejarah serta persepsi pribadi, sehingga perlu ditelaah lebih lanjut dengan landasan ilmuilmu lain seperti arkeologi dan antropologi. Kendati begitu, buku ini cukup menarik karena disertai kronologi sejarah Islam Nuswantara berikut informasi kurun waktu Nuswantara, Arab (Timur Tengah) dan Tiongkok (China) setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Namun, kebenaran datanya juga perlu dicermati karena perlu ditambah bukti yang kongkret.
INFO MURIA
Info Buku
B
Membaca Argumentasi Para Perokok
eberapa tahun belakangan, gerakan anti rokok di Indonesia dalam segala bentuknya sangat masih. Isu yang dibawa dalam gerakan anti rokok mendengungkan rokok sebagai bahaya laten biang utama masalah kesehatan. Banyak tema kesehatan dari riset diintrodusir untuk menyudutkan rokok, termasuk memberi stigma tertentu bagi perokok. Padahal banyak tema kesehatan yang menjadi disain argumentasi untuk menjatuhkan martabat rokok dan para konsumennya ditemui banyak kejanggalan. Di sisi lain para ilmuan juga telah membantah hasil riset yang dipakai untuk menyerang rokok tersebut. Namun, gerakan anti tetap berlanjut sampai tujuannya tercapai, walaupun argumentasi yang dijadikan sebagai bahan kampanye tidak lagi memiliki dasar pembenar yang valid. Buku “In Defense of Smoker (pembelaan Para Perokok)” hasil karya Lauren A. Colby, seorang warga Amerika, yang diterjemahkan oleh Ronny Hendrawan memberi testimoni adanya kejanggalan terhadap kampanye anti tembakau di Amerika Serikat sejak tahun 1960. Disain argumentasi kampanye anti tembakau di AS, kemudian diadposi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. (Hoery/Info Muria).
F
Fantasme Jendela
antasme Jendela, adalah kumpulan sajak Bagus Burham, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK). Sebuah kumpulan sajak yang terinspirasi dari fantasi-fantasinya dalam mengarungi kehidupan. Tetapi setidaknya, buku ini akan membawa pembaca pada perubahan cara pandang dalam dua pilihan: menjadi pembaca yang kritis atau sekadar ikut dalam arus penulis yang semua data dalam bukunya, bisa diperdebatkan. (Widjanarko/Info Muria)
Edisi XX
Berisi 112 sajak, buku ini menjadi catatan penting dalam proses kreatif Bagus Burham. Kualitas dalam sebuah karya memang penting. Namun sebagaimana diakuinya, terbitnya buku ini mampu mengisi kepuasan batinnya yang tak tergantikan oleh apapun. Dan melalui buku ini, Burham menghidupkan fantasi-fantasinya, tak hanya dalam imajinasi, tetapi juga dalam karya. (Eros/ Info Muria)
November 2014 - Januari 2015
16
BUDAYA
Tontonan Alternatif Bernama Wayang Gojek
S
uatu pagi, pada 6 Maret 2013, di auditorium kampus Universitas Muria Kudus (UMK). Dua anak dari Kelompok Bermain (KB) Muslimat NU Kudus nampak begitu ceria melihat karakter-karakter unik ‘’wayang kreasi’’ yang dibawakan Giok Waryoto bersama pegiat Teater Tiga Koma Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMK. Ditemai sekitar 60 temannya dan ratusan siswa lain dari KB dan Taman Kanak-kanak (TK) di Kudus, dua anak tersebut, yakni Hilda dan Almas, nampak begitu menikmati tontonan yang disuguhkan Giok, sapaan akrab Giok Waryoto, sang dalang Wayang Gojek, yang mementaskan lakon ‘’Guru Dempor Ngideri Jagad’’. Lakon ‘’Guru Dempor Ngideri Jagad’’ menceritakan tentang keberadaan televisi yang di era teknologi informasi ini, lebih dipercaya dan disukai anak-anak ketimbang orang tua maupun guru. ‘’Televisi, si guru dempor ini, menyita banyak perhatian anak-anak. Guru yang sebenarnya dipandang kurang asyik. Guru dempor dinilai lebih memikat hati,’’ Giok menuturkan. Ya, sebuah kritik atas realitas lebih dipercayanya televisi ketimbang guru, ini disuguhkan secara apik dan menggelitik oleh Giok dan pekerja teater Tiga Koma FKIP UMK. Wayang Gojek, adalah wayang kreasi yang mulai dikenalkan Giok dan kawan-kawannya sekitar dua tahun terakhir. Agak tidak lazim, memang. Gojek, yang orang-orang tua dulu, termasuk guru, selalu melarangnya, di tangan Giok dan kawan-kawannya, bisa dikemas menjadi sesuatu yang bernilai. Bagi Giok, pepatah “Ojo kakean gojek, marakke bodo” yang demikian dikenal masyarakat, mungkin tidak berlaku. Sambutan Positif Lahirnya Wayang Gojek pun mendapatkan apresiasi positif banyak kalangan. Wayang kreasi ini berhasil memadukan antara gojek dan wayang dalam satu pertunjukan kocak, menarik, edukatif, dan kontemplatif. Menurut Giok, gagasan melahirkan wayang gojek muncul seiring dengan berkembangnya wayang dangdut yang dipopulerkan olehnya dan beberapa temannya. “Bermula dari wayang dangdut, wayang gojek ini lahir,’’ ungkapnya. Namun apresiasi publik terhadap wayang dangdut kurang bagus. Ketika ada pementasan wayang dangdut, dangdutnya yang lebih dinikmati ketimbang wayangnya. Pesan dari apa yang dipentaskan pun kemudian tidak tersampaikan. ‘’Dari sini, tebesit gagasan menyisipkan gojekan-gojekan dalam pementasan wayang. Jadilah Wayang Gojek,’’ terangnya. Yang unik dari pementasan Wayang Gojek, anak-anak bisa ikut ambil bagian dalam pementasan dan dibebaskan membuat karakter sesukannya kemudian memainkannya. “Saya libatkan anak-anak dalam pementasan, termasuk membebaskannya membuat karakter yang disukai dan memerankannya,” ungkapnya. Salim N. Muhammad, salah satu konseptor Wayang Gojek mengutarakan, tidak ada batasan cerita dalam pementasan. ‘’Semua terserah yang dilakukan wayang, demikian juga dengan karakter. Yang terpenting, makna atau pesan moral dalam pementasan tersampaikan,” paparnya. Selain kebebasan berpartisipasi dalam pementasan, jumlah pemain juga tidak dibatasi. Berapa pun pemainnya, lanjutnya menjelaskan, tetap bisa main. Tidak ada pembagian karakter. Karakter dalam Wayang Gojek didapat dari pemahaman pemain terhadap konsep yang akan dimainkan. “Kita tidak mendesain karakter pemain.” Suciani Rahmah, penikmat Wayang Gojek, menilai wayang kreasi ini bisa menjadi sarana pembelajaran. ‘’Saya sudah pernah melihat langsung Wayang Gojek. Menurut saya cukup menarik karena banyak gojekannya sebagai bumbu-bumbu pementasan, sehingga penonton tidak jenuh,” katanya. (Atik/Info Muria)
KOLOM Sampah MedSos
Noor Athiyah* erselancar di dunia maya melalui Media Sosial (MedSos), kini tidak lagi menjadi sesuatu yang wah. Ia seakan sudah menjadi kebutuhan sehari-hari yang tidak bisa dipisahkan dari masing-masing orang, ibarat nafas yang mesti dihirup setiap saat.
B
Facebook, twitter, instagram, path, BBM, WhatsApp, LINE, dan banyak lagi platform lokal maupun internasional yang banyak dimanfaatkan untuk bersosialisasi, berkirim sapa dan salam, berbagi informasi, bertukar pikiran, hingga berbagi kenangan melalui ‘’sentuhan-sentuhan’’ melalui gadget. Sarana komunikasi dan bersosialisasi melalui MedSos, ini ibarat dunia industri yang selalu menyisakan sampah produksi. Dengan kata lain, MedSos juga berpotensi menyuplai limbah, yakni dalam bentuk pengaruh negatif pada penggunanya. Kalimat-kalimat yang cenderung berbau fitnah dan kejam, banyak dilontarkan oleh para pengguna MedSos, sehingga tentu saja sangat berisiko terjadinya pertikaian dan konflik. Potensi itu sangat besar kemungkinannya, apalagi berdasarkan survei yang dirilis TRU Insights & McAfee pada Mei 2012, 92.6 persen kalimat kejam dilontarkan melalui salah satu MedSos yang populer, Facebook. Seberapa besar pengaruh MedSos bagi kehidupan di era global citizen ini? sangat besar, dampaknya. Fenomena Jokowi Haters n Likers, menjadi bukti betapa hebatnya MedSos sebagai promosi, komunikasi, agitasi, dan hegemoni. Ya, demikian hebatnya MedSos memproduksi limbah haters dan likers. Alih-alih mempertahankan argumen --- terkait apapun yang berhubungan dengan Jokowi--dengan informasi yang mendidik, banyak dari mereka yang memanfaatkan MedSos sekadar untuk meluapkan umpatan-umpatan yang yang tidak logis. Para haters mengeluarkan kalimat-kalimat sarkastik dan sindiran-sindiran, untuk menunjukkan kebenciannya pada Jokowi. Sementara Vice Versa, likers yang mengidap cinta buta cenderung mengultuskan dan membenarkan segala tindakan sosok yang dikaguminya. Sampah-sampah di MedSos pun menjamur. Tak sekadar dilontarkan kaum awam saja, tak sedikit birokrat dan pendidik yang terjerumus dalam lubang hitam MedSos; saling serang, membela satu sama lain, melakukan pencitraan, dan akhirnya muncul pula kultus-kultus individu yang memuakkan. Sampah MedSos. Ya, sampah-sampah di dunia maya itu kian menyesakkan saja. Sialnya, sampah-sampah itu selalu saja berserakan dan dikonsumsi sehari-hari dan menjadi candu yang melenakan. Akan jadi apa generasi masa depan jika mereka selalu dijejali sampah, sementara di dunia maya, sosialisasi dan komunikasi yang terjadi, itu nyata. (*) *Penulis adalah Kepala UPT Perpustakaan Universitas Muria Kudus
(Dok. Info Muria)
Wayang Gojek saat pementasan di auditorium kampus Unicersitas Muria Kudus (UMK) INFO MURIA
Edisi XX
November 2014 - Januari 2015