AprilApril 20152015 Edisi XXI Februari -201E-mail:
[email protected] Iklan dan Pemasaran: Kantor Linfokom UMK
Akreditasi PT Amanah Undang Undang
HOTLINE: 0291-438229 EXT. 158
Info Utama, 4
Inne Hendayani S
Waduk Rupawan di Kaki Gunung Muria Teras Muria , 14
Fasih Bicara Kretek
Kampusiana Hal, 17
Un
iver sity
INFO MuRIA re tu l u C
www.umk.ac.id
Cerdas dan Santun
ISSN: 2088-2920
Peneguh Identitas
Dok. Info Muria
K
eberadaan Gerbang Kudus Kota Kretek (K3) di perbatasan antara Kabupaten Kudus dan Kabupaten Demak, tepatnya di dekat jembatan Tanggul Angin, diakui atau tidak, pada saatnya akan menjadi bangunan yang akan primadona baru di Kota Kretek.
sudah bisa dinikmati keanggunannya oleh masyarakat luas, seakan menjadi penegas identitas Kudus sebagai Kota Kretek. K e n d a t i tanpa itu, julukan Kota Kretek pun sudah melekat pada kabupaten kecil di Jawa Tengah ini, apalagi didukung pula oleh keberadaan Museum Kretek.
Pembangunan Gerbang K3 yang anggun nan menawan itu, dilatarbelakangi atas realitas Kabupaten Kudus sebagai salah satu pusat industri kretek di tanah air. Maka, kehadiran Gerbang K3 ini pada dasarnya menjadi penegas identitas Kudus sebagai Kota Kretek.
Sekadar menyimpan makna tentang tembakau, cengkih, atau industri kretek kah dalam frame besar pemaknaan yang bisa diambil dari Gerbang K3 ini? Tentu tidak. Karena selain itu, gerbang ini juga menyimpan makna religi, dilihat dari desain gerbang yang ada.
Riwayat mengenai penemuan kretek secara turun temurun, adalah berkat kreasi H. Djamhari, yang kemudian produksi secara massal pemasaran secara profesional, dikembangkan oleh Niti Semito, yang oleh publik dikenal sebagai ‘’Raja Kretek’’. Bermula dari penemuan H. Djamhari dan dikembangkan oleh Niti Semito, hingga kini Kabupaten Kudus dikenal sebagai salah satu pusat industri kretek tanah air. Keberadaan perusahaanperusahaan seperti PT. Djarum, PT. Nojorono, PR. Sukun, dan industri kretek skala menengah dan kecil lain, secara tidak langsung menjadi penasbih Kudus sebagai Kota Kretek. Maka, pembangunan Gerbang K3 yang kini
Kota Santri di sisi lain. Kota Kretek ditandai dengan banyaknya industri kretek berdiri, di mana sektor kretek ini menyumbang peranan yang sangat besar dalam perekonomian masyarakat. Sedang penyebutan Kota Santri bagi Kabupaten Kudus, ini dilekatkan lantaran adanya ratusan pondok pesantren sebagai penanda. Selain itu, juga karena keberadaan Sunan Kudus dan Sunan Muria yang berjasa besar dalam melakukan dakwah Islam di Kudus dan sekitarnya.
Dua aspek itulah, yakni Kudus sebagai Kota Kretek dan Kota Santri, yang kini ‘’menyatu dalam Tiga batang yang menghubungkan 59 sirip di makna’’ pada sebuah gerbang yang berdiri megah sisi kanan dan kiri ‘’daun tembakau raksasa’’ pada di perbatasan Kabupaten Kudus dan Kabupaten desain gerbang itu, bisa dimaknai sebagai iman, Demak itu. Islam, dan ihsan. Sementara angka 59 dalam sirip Kendati begitu, masing-masing orang tentu daun tembakau itu, mengandung makna lain yang memiliki kebebasan untuk menafsirkan dan terkait dengan religiusitas masyarakat. memaknai Gerbang K3 dalam pemahaman Angka 5 merujuk pada Rukun Islam, sedang yang berbeda sekalipun. Tetapi, bagaimanapun, angka 9 adalah Walisongo. Jadi, secara konsep, sebuah karya seni, tentu memiliki makna yang desain Gerbang K3 ini sudah memperhitungkan shahih. dengan matang, sebagai penanda identitas dan ‘’Makna yang shahih atas karya seni itu berada jati diri masyarakat, baik Kudus sebagai kota pada sang pencipta seni itu sendiri. Namun begitu industri maupun kota santri. tidak menutup kemungkinan masing-masing Bagi Kabupaten Kudus, paling tidak, memang orang memiliki penafsiran sendiri atas sebuah tidak bisa dilepaskan dari dua hal ini. Yakni, karya seni,’’ ujar seniman Slamet Muyono. (Eros, keberadaannya sebagai Kota Kretek di satu sisi dan Hoery/ Info Muria)
INFO MURIA
Edisi XXI
Februari - April 2015
2
BERANDA
n SAPA REDAKSI
SURAT PEMBACA
SAPA REDAKSI
Kembali Hadirkan Perubahan
K
omitmen untuk memberikan yang terbaik bagi pembaca Info Muria, tetap menjadi pegangan segenap pengelola. Setelah beralih dari buletin ke tabloid dengan 16 halaman, kini Info Muria kembali menyuguhkan perubahan baru.
Demikian pula dengan penerbitan Info Muria. Mesti sudah berusaha memberikan yang terbaik, kami yakin masih ada kekurangan di sana-sini, sehingga berbagai saran dan masukan yang konstruktif, sangat kami harapkan.
Perubahan itu adalah dengan bertambahnya halaman menjadi 20 dan penambahan dua rubrik baru, yaitu jelajah (travelling) dan perspektif. Sebelumnya, Info Muria juga telah menghadirkan beberapa rubrik untuk mendekatkan kepada pembacanya, antara lain rubrik ‘’Putih Abu-Abu’’ dan ‘‘Teras Muria’’.
Di edisi perubahan untuk kesekian kalinya ini, yakni edisi XXI, berbagai laporan menarik kami suguhkan. Antara lain persoalan seputar akreditasi kami angkat sebagai Info Utama, Gerbang Kudus Kota Kretek (K3) di rubrik Kretekus, dan Dapur Nusantara SMKN 1 Kudus di ‘’Putih Abu-Abu’’.
Perubahan demi perubahan serta perbaikan ini, tak lain adalah demi memberikan lebih banyak informasi dan referensi kepada pembaca, khususnya sivitas akademika Universitas Muria Kudus (UMK). Namun begitu, tentu tak ada gading yang tak retak alias tak ada sesuatu yang sempurna.
Masih banyak laporan menarik lain yang bisa para pembaca simak dalam Info Muria kali ini. tetapi tentunya, tidak akan surprise jika berbagai materi itu kami sebut satu satu di sini. Untuk itu, silakan simak lembar demi lembar Info Muria yang ada di tangan pembaca ini. (*)
K
Pengembangan Akademik dan Kepedulian Sosial
esan selama berproses di UMK sangat menyenangkan. Banyak pengalaman dan ilmu yang saya peroleh di sini, baik dari perkualiahan maupun organisasi kampus. UMK memiliki banyak Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) untuk menggembleng minat dan bakat mereka. Kebetulan saya pernah aktif di English Students Association (ESA) Universitas Muria Kudus dan Forum Kuman Baris. Dari ESA saya mampu menambah wawasan akademik terkait Bahasa Inggris, sedang melalui Kuman Baris, saya bisa memupuk rasa kesetiakawanan sosial. Di UMK, saya juga bertemu dengan banyak teman yang tidak hanya peduli dengan pengembangan akademik, tetapi juga peduli pada isu dan lingkungan seputar kampus. (*) Indra, Alumni UMK periode April 2015
Redaksi
S
Praktik sambil Mengenal Dunia Kampus
elama kurang lebih tiga bulan, Februari - Mei, adalah hal yang sangat menggembirakan bagi kami, yang berkesempatan menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Universitas Muria Kudus. Selama menjalani tugas sekolah di kampus ini, banyak pengalaman berharga yang kami dapat. Selain tambah teman, kami juga mendapatkan kesempatan secara tidak langsung untuk mengenal dunia kampus (Perguruan Tinggi). Untuk itu, bagi teman-teman dari sekolah manapun, khususnya dari sekolah kami yang mendapatkan kesempatan menjalani PKL di UMK, manfaatkanlah sebaik mungkin. Jalankan tugas sekolah dengan baik sekaligus belajar bersama komunitas baru dan juga hal-hal baru dengan gembira. (*) Novi Afriyanti & Rika Umami Rahayu,
Dok. Info Muria Edit bersama Info Muria XXI sebelum naik cetak.
Fasilitas Kian Meningkat
S
ejak awal saya menjadi mahasiswa UMK hingga sekarang berstatus pegawai tetap UMK, banyak kemajuan yang saya saksikan. Mulai dari gedung-gedung perkuliahan, sarana pembelajaran, laboratorium, hingga berbagai layanan yang ada. Semoga karyawan UMK bisa meningkatkan interaksinya dan semakin baik dalam melayani sivitas akademika. Mahendrawati, Staf Biro Adiminstrasi Umum (BAU) UMK
Peserta PKL di UMK periode Februari-Mei dari SMK PGRI 1 Mejobo Kudus TARIF IKLAN: Banner hal cover / hal belakang FC di hal dalam BW di hal dalam Iklan kolom 80 x 76 Advertorial
: Rp. 6.000.000,: Rp. 5. 000.000,: Rp. 3.500.000,: Rp. 250.000,: Rp. 3.000.000,-
Penanggungjawab : Rektor, Pengarah : Wakil Rektor IV, Kepala Linfokom, Pimpinan Redaksi : Zamhuri, Redaktur Pelaksana: M. Widjanarko, Rosidi, Sekretaris Redaksi : Noor Athiyah, Koordinator Liputan : Much Harun, Staf Redaksi : Ulum Minnafiah, Ainun Nafiati, Millatul Hanifah, Dwi Ariyanti, Riska Widyastuti, Khilyatusa’adah, Islakhul Muttaqin . Layout: Eros, Harun.
INFO MURIA
Diterbitkan oleh Humas Universitas Muria Kudus. Alamat Redaksi: Gondangmanis PO. BOX 53 Bae Kudus 59352 (0291) 438229. Redaksi menerima sumbangan artikel dengan panjang maksimal 6.500 karakter. Artikel dikirim melalui e-mail: infomuriaumk@ gmail.com atau
[email protected]. E-paper Info Muria bisa diunduh di infomuria.umk.ac.id. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan bingkisan yang menarik.
INFO MURIA
Edisi XXI
Februari - April 2015
3
INFO UTAMA
Akreditasi PERGURUAN TINGGI
Amanah Undang-Undang Dok. Info Muria Rektor UMK, Dr. Suparnyo SH. MS. (kanan) melakukan penandatangan kerjasama dengan Kanwil Ditjen Pajak Jateng I.
Mengapa akreditasi ini wajib? ‘’Sesuai amanah UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, lulusan dianggap tidak sah dan dicabut ijazahnya apabila diluluskan oleh perguruan tinggi dan program studinya tidak terakreditasi,’’ jelasnya.
A
kreditasi bagi Perguruan Tinggi (PT) adalah hal yang tak bisa diabaikan. Akreditasi ini wajib sifatnya, karena merupakan amanah Undang-Undang (UU) No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi. Koordinator Kopertis VI Wilayah Jawa Tengah, Prof. DYP. Sugiarto M.Pd. Kons., menjelaskan, sesuai UU, akreditasi terhadap PT dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). ‘’BAN-PT adalah penjamin mutu PT dari pihak eksternal, karena masingmasing perguruan tinggi mempunyai otonomi. Hanya saja, otonom yang ada harus dibarengi dengan akuntabilitas, ada pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan,’’ katanya.
Ke depan, tuturnya, ada perubahan proses akreditasi. Untuk PT akreditasi tetap dilakukan BAN-PT, namun untuk program studi, dilakukan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi (LAM-PT). ‘’Saat ini, LAM-PT yang sudah ada baru di bidang kesehatan, jadi akreditasi institusi (PT) maupun program studi masih ditangani BAN-PT. Selain itu, mulai 2016, akreditasi didasarkan pada 24 Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT), masing-masing baik pendidikan, penelitian, dan pengabdian harus memenuhi 8 kriteria. Mutu PT ke depan bisa dilihat dari tercapainya indikatorindikator itu,’’ katanya. Sementara itu, mengenai prosesnya, koordinator Kopertis VI Jawa Tengah yang juga guru besar Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini menguraikan,
Landasan Hukum & Perundang-undangan Salah satu persyaratan satuan pendidikan dapat mengeluarkan sertifikat (ijasah), yaitu terakreditasinya satuan pendidikan baik di tingkat institusi maupun di tingkat program. Untuk itu pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan. (*) Berikut adalah landasan hukum dan perundang-undangan yang mendasari pelaksanaan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), sebagaimana dilansir dalam situs resmi BAN-PT di ban-pt.kemdiknas.go.id. (*) •
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);
•
UU No. 17 tahun 2000 beserta perubahannya tentang Keuangan Negara;
•
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Negara atau Daerah;
baik PT Negeri maupun swasta, tidak ada perbedaan. ‘’Prosesnya sama. Borangnya sama, penyelenggara juga sama, yakni BAN-PT.’’ Lebih lanjut dia menambahkan, akreditasi ini berlaku selama 5 tahun, namun bagi yang memiliki nilai C, diperbolehkan mengajukan akreditasi sebelum penuh masa berlangsungnya akreditasi itu. ‘’Yang harus jadi catatan, nilai akreditasi sebuah program studi bisa menurun apabila kualitasnya tidak pertahankan,’’ tegasnya. Kopertis sendiri, terangnya, tidak memiliki peran dalam akreditasi, karena prosesnya langsung di BAN-PT. ‘’Peran Kopertis itu koordinatif saja. Perannya lebih pada pengawasan, pengendalian, dan pembinaan (Wasdalbin), khususnya dalam Tri Darma PT,’’ ungkapnya. Wakil Rektor I Universitas Muria Kudus (UMK), Dr. A. Hilal Madjdi M.Pd. mengutarakan, akreditasi PT dapat dijelaskan sebagai salah satu sistem penjaminan mutu eksternal atau pengakuan formal oleh lembaga yang berwenang untuk menilai (menyatakan), bahwa suatu PT memiliki
•
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
•
Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 No. 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 No. 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157);
•
•
INFO MURIA
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; Peraturan Presiden No. 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 67 Tahun 2010;
Edisi XXI
Februari - April 2015
kemampuan melakukan kegiatan, kapasitas dan kualitas tertentu. ‘’Tujuannya untuk memberikan jaminan (assurance) dan melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak kredibel oleh PT. Secara praktis, akreditasi ini bisa dipahami dalam dua sisi yang saling melengkapi dan menyempurnakan, yaitu proses dan status,’’ katanya. Akreditasi ini, paparnya, untuk memberikan jaminan kepada masyarakat, bahwa program studi atau perguruan tinggi bersangkutan telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan, serta memberikan perlindungan bagi masyarakat dari penyelenggaraan program studi yang tidak memenuhi standar. ‘’Adanya akreditasi ini bisa mendorong program studi atau PT melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas menjadi lebih baik, sekaligus sebagai referensi bagi masyarakat atau instansi dalam mengambil keputusan dan menentukan langkah-langkah yang berkenaan dengan program studi atau PT terkait,’’ ujarnya. (Atik/ Info Muria)
•
Keputusan Presiden No. 84/P tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden No. 56/P Tahun 2011;
•
Keputusan Presiden No. 131/M tahun 2011 tentang Pengangkatan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional;
•
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 59 Tahun 2012 tentang Badan Akreditasi Nasional;
•
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 126941/A. A3/KU/2011 tentang Pengangkatan Pejabat Perbendaharaan/Pengelola Keuangan Pada Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2012
4
D
INFO UTAMA
Akreditasi Tetap Jadi Patokan
iakui atau tidak, akreditasi menjadi salah satu patokan orang tua dan calon mahasiswa dalam memilih jurusan di perguruan tinggi (PT). Sehingga bisa dibilang akreditasi adalah ‘’wajah’’ suatu PT berikut Program Studi (Progdi) yang ada di dalamnya. Perwajahan ini dilukiskan dengan sistem grade alphabet yang dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Sistem grade ini menandai kualitas Progdi dan institusi yang bersangkutan. Dengan kata lain, akreditasi merupakan sistem penjamin mutu satuan pendidikan yang terstandardisasi secara nasional. Sehingga, PT nasional yang terakreditasi dengan grade yang sama, dimana pun lokasi dan ciri khas apa yang diangkat, kualitas PT tersebut tidak berbeda. Maka tak heran jika PT, baik negeri maupun swasta, berlomba meningkatkan mutu pendidikan, kualitas tenaga pengajar, hingga sarana prasarananya. ‘’Karena itu sangat berpengaruh pada sebuah progdi (institusi) mendapatkan kualifikasi baik dari BAN PT dan reputasi baik di mata masyarakat,’’ ujar Kepala Badan Penjamin Mutu (BPM) Universitas Muria Kudus (UMK), Suciningtyas, SH., M.Hum. Dia menjelaskan, mutu sebuah PT menjadi salah satu pertimbangan seorang calon mahasiswa untuk
melanjutkan studi. ‘’Akreditasi ini menjadi salah satu alasan calon mahasiswa menentukan pilihan studi di PT, di samping faktor lain seperti jarak tempuh dan kesiapan finansial,’’ terangnya yang sebelumnya menjabat Kepala Lembaga Pendidikan (Lemdik). Dekan Fakultas Hukum UMK, Dr. H. Sukresno, SH., M.Hum, mengutarakan hal senada. Secara tegas dia bahkan memaparkan, bahwa mutu sebuah PT sangat mempengaruhi kualitas lulusan dan perspektif calon mahasiswa. “Untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu, kami membentuk Unit Penjaminan Mutu (UPM) yang bertugas memperbarui materi kuliah, menyusun Rancangan Pembelajaran Semester (RPS) dan memperbarui komponen-komponen pendidikan sesuai dengan peraturan yang berlaku,” terangnya. Mempertahankan dan meningkatkan mutu sebagaimana dikemukakan Sukresno, ini memang menjadi hal yang tak bisa dihindari. Apalagi, sebagaimana diakui Sucinintyas, perusahaan dan institusi lain juga melihat mutu yang dilihat dari akreditasinya. ‘’Perusahaan atau lembaga yang merekrut lulusan suatu PT, mematok akreditasi sebagai tolok ukur mutu calon karyawannya. Kebanyakan perusahaan mensyaratkan calon karyawan adalah lulusan dari Progdi yang memiliki kualifikasi akreditasi B,’’ ujar Suci. (Atik/ Info Muria)
Dok. Info Muria Dosen mengikuti workshop kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
A
Optimalkan Penelitian
P
enelitian menjadi salah satu tugas komponen pokok dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Banyaknya penerima hibah penelitian dari Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (Dirjen Dikti), memiliki nilai tersendiri dalam proses akreditasi. Dalam rangka itu, Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus (UMK) megembangkan berbagai kajian, seperti psikologi pendidikan, psikologi perkembangan, psikologi klinis, psikologi sosial, psikologi industri dan organisasi. ‘’Ini untuk mendorong budaya meneliti, baik di kalangan dosen maupun mahasiswa,’’ ujar Trubus Raharjo, S.Psi., M.Si. Dekan Fakultas Psikologi itu mengutarakan, berbagai kajian yang ada, fokus memberikan pendampingan pada anak di sekolah inklusi dan kesulitan belajar, Psikologi Klinis, misalnya, mengkaji masalah stress remaja dan kesehatan mental menghadapi rentan kehidupan. Selain itu, ada kajian psikologi industri dan organisasi yang mengkaji budaya organisasi, khususnya terkait Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), lalu psikologi sosial yang mengkaji komunitas sosial dan lingkungan, dan psikologi olahraga yang mendalami motivasi berprestasi para atlet. “Kajian-kajian tersebut sebagai upaya meningkatkan kualitas dosen dan mahasiswa untuk melakukan penelitian-penelitian,” terangnya. ‘’Di luar itu, dukungan sarana dan prasarana untuk optimalisasi dan peningkatan kemampuan kapasitas dosen dan mahasiswa,’’ lanjutnya. Di Fakultas Teknik, penataan Sumber Daya Manusia (SDM) serta sarana prasarana pembelajaran, antara lain dengan meningkatkan mutu layanan laboratorium melalui penyediaan peralatan dan perlengkapan praktikum, menjadi perhatian serius pihak pimpinan fakultas. Dekan Fakultas Teknik, Rochmad Winarso, ST., MT., mengatakan, pihaknya senantiasa melakukan monitoring dan evalusi, mulai dari persiapan pembelajaran, proses pembelajaran, hingga akhir pembelajaran. “Penyelenggaraan audit internal terkait mutu pembelajaran dan lain sebagainya, sangat penting dilakukan, sehingga masalah yang dihadapi bisa segera dicarikan solusinya,’’ katanya. (Milla/ Info Muria)
Kewajiban, Bukan (Lagi) Persyaratan
kreditasi Perguruan Tinggi (APT) kini bisa diakses secara online melalui website resmi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT). Akreditasi umumnya menjadi pertimbangan calon mahasiswa studi lanjutan dijenjang PT. Selain untuk mengetahui kualitas, juga untuk memastikan penunjang di lanjut S2 atau memasuki dunia kerja. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Dr. Slamet Utomo, M.Pd., mengutarakan hal itu saat ditemui Info Muria. ‘’Akreditasi bertujuan menyamakan kualitas penyelenggara PT di Indonesia. Nilai akreditasi diharapkan menjadi interpretasi
kualitas pendidikan, baik di kota besar maupun kecil,” terangnya. Dr. H. Sukresno, S.H, M.Hum. Dekan Fakultas Hukum ini mengakui, mutu sangat mempengaruhi kualitas lulusan dan perspektif calon mahasiswa. “Untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu (kualitas) Ilmu Hukum, kami membentuk Unit Penjaminan Mutu (UPM),” ujarnya Tugas UPM pun tidak ringan. ‘’UPM bertugas memperbarui materi kuliah, menyusun Rencangan Pembelajaran Semester (RPS), dan memperbarui komponen-komponen pendidikan sesuai dengan
INFO MURIA
Edisi XXI
Februari - April 2015
peraturan yang berlaku,’’ tambahnya. Wakil Dekan I Fakultas Pertanian, Ir. Untung Sudjianto, M.S. mengutarakan, selain akreditasi tingkat nasional yang dilakukan BAN-PT, Tim Penjaminan Mutu (TPM) dan Unit Penjaminan Mutu (UPM) berfungsi sebagai pengakuan Program Studi (Progdi) untuk penjaminan mutu di tingkat internal dan eksternal. ‘’Akreditasi merupakan kewajiban, bukan lagi persyaratan. Jika PT sudah terakreditasi, artinya sudah diakui oleh Negara dan berizin resmi. Selain itu kualitas yang ditunjukkan PT juga bisa dipertanggungjawabkan,” ungkapnya. (Ulum Minnafiah/ Info Muria)
5
INFO UTAMA
Ragam Argumentasi Menyoal Akreditasi Akreditasi tak selamanya jadi alasan utama seseorang menentukan pilihan masuk di Perguruan Tinggi. Prospek yang menarik (bagus) setelah lulus, juga menjadi salah satu pertimbangan.
B
agi sebagian masyarakat, akreditasi Perguruan Tinggi (PT) menjadi salah satu pertimbangan sebelum memutuskan untuk belajar di bangku kuliah. Dengan kata lain, akreditasi menjadi salah satu tolok ukur mutu (kualitas) suatu Program Studi (Progdi) di PT. Bagaimana persepsi mahasiswa Universitas Muria Kudus mengenai akreditasi ini?
Dok. Info Muria Beberapa mahasiswa berdiskusi di depan gedung rektorat
Henza Isra Wahyuda, mahasiswa Progdi Agroteknologi menuturkan, akreditasi bukan alasan utama dirinya menjadi kuliah di UMK. Juga bukan karena jurusan (Progdi) itu favorit, sehingga banyak peminat masyarakat untuk masuk. “Menurut saya, kuliah di pertanian itu memiliki prospek yang sangat bagus. Semua manusia tentu membutuhkan makan, sehingga dunia pertanian, sampai kapan pun, jurusan pertanian justru sangat menarik. Tetapi anehnya, di UMK jurusan agroteknologi (pertanian) ini justru tidak banyak peminat,’’ ujarnya. Annisa Nur Indah Sari, mahasiswa Fakultas Psikologi mengutarakan hal berbeda. Dia mengemukakan, akreditasi Progdi erat kaitannya dengan proses pemilihan jurusan sebelum ia masuk di UMK. Dia bahkan mengaku sebelumnya membandingkan Progdi
Psikologi UMK dengan Progdi Psikologi di beberapa PT di tempat asalnya, Solo. ‘’Sebelum mendaftar di UMK, saya mereview kualitas Progdi Psikologi UMK dengan sejumlah universitas di Solo. Lantaran akreditasinya sama-sama B, saya pun memilih kuliah UMK, karena orang tua sedang berdinas di Kabupaten Jepara,’’ tuturnya. Namun begitu, lanjutnya menambahkan, status akreditasi mesti diimbangi dengan berbagai aktivitas akademik dan organisasi lain, sehingga bisa menunjang pengetahuan, skill, dan prestasi mahasiswa. “Status akreditasi saja tidak cukup. Mahasiswa harus proaktif dalam perkuliahan dan mengikuti kegiatan di berbagai organisasi, baik intra maupun luar kampus,’’ ungkap mahasiswa semester II yang aktif di UKM Broadcasting ini.
INFO MURIA
Edisi XXI
Februari - April 2015
Pernyataan Annisa ini diamini Fanny Cahyaningtyas. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) yang belum lama ini mengikuti ASEAN University Youth Summit di Malaysia, ini menegaskan, peran mahasiswa sebetulnya menentukan kualitasnya. “Proses perkuliahan sebaiknya dijalani tanpa keraguan dan selalu bersemangat menekuni jurusan yang dipiliih,” paparnya. Fanny pun mengaku tidak terlalu memusingkan status akreditasi Progdi yang dipilihnya. “Saya suka Bahasa Inggris, maka saya pun masuk Progdi PBI. Selama saya belajar di sini, kualitas Progdi selalu meningkat, dari yang tadinya terakreditasi C sekarang sudah B. Program pendukung perkuliahan juga cukup variatif, seperti workshop dan kerjasama dengan lembaga-lembaga internasional,’’ terangnya. (Atik/ Info Muria)
6
OPINI TAJUK
Gerbang K3 dan Simbol Peneguhan Kretek
Pembangunan Gerbang Kudus Kota Kretek (K3) di Jembatan Tanggungangin, berbatasan dengan Kabupaten Demak, memberi warna baru dan menambah eksotisme Kabupaten Kudus. Sebuah penanda identitas Kudus sebagai Kota Kretek. Pembangunan Gerbang K3 ini, memiliki landasan sosiologis yang sangat kuat. Gerbang K3 sebagai manifestasi simbol peneguhan pada realitas kehidupan masyarakat yang sangat bergantung pada keberadaan Industri Hasil Tembakau (IHT). Sebagai identitasi, keberadaan IHT, terutama di Kabupaten Kudus, Gerbang K3 bisa dimaknai sebagai warning bagi pihak manapun yang mencoba mereduksi apalagi berupaya “mematikan” keberlangsungan IHT di Kudus. Karenanya, Gerbang K3 menjadi simbol artikulasi dan aspirasi pentingnnya keberadaan IHT dan produk kretek yang memiliki sejarah panjang, perlu diperhatikan dan dilestarikan. Menurut peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), Ghifari Yuristriadi, kretek memiliki nilai-nilai kepusakaan (heritage) dilihat dari berbagai perspektif yang disyaratkan. Pesan keberadaan Gerbang K3 harus juga dipahami sebagai jawaban atas respons negatif sebagian kelompok masyarakat yang memberi stigma dan apresiasi kontra produktif terhadap produk kretek. Bukan upaya perlindungan sebagai warisan budaya, justru banyak regulasi yang mendiskreditkan dan menyudutkan keberadaan kretek. Aturan mengenai pengendalian produk tembakau pada PP 109/2012 berikut turunannya; PMK 28/2014 dan PerKa BPOM 41/2014 serta Perda mengenai KTR, dan kebijakan cukai adalah faktor penekan pertumbuhan produksi rokok (kretek). Berikutnya, pengaturan konten/ingridient rokok akan menjadi penekan utama kretek, dimungkinkan akan menjadi bumerang bagi Indonesia pada saatnya. Kita mesti banyak belajar dari pengalaman yang terjadi di masa-masa sebelumnya. Banyak kekayaan, budaya atau warisan bangsa ini yang kemudian diklaim bangsa lain, karena bangsa ini tidak bisa menghargai. Situs www.pustakaindonesia.org pada 2013 melansir data yang sungguh mencengangkan, terkait budaya dan kekayaan nasional yang diklaim dan dipatenkan negara lain karena kita abai. Batik Jawa diklaim Adidas, Malaysia mengklaim naskah kuno dari beberapa daerah, yakni Riau, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara, termasuk Rendang, Tari Pendet, lagu ‘’Rasa Sayang Sayange’’ (Maluku), dan alat musik Angklung yang diklaim milik Malaysia. Ada Sambal Bajak (Jawa Tengah) yang diklaim oknum warga negara Belanda, termasuk Sambal Petai dan Sambal Nanas, Kursi Taman Ornamen Ukir Jepara diklaim oknum warga negara Perancis, Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia diklaim Shiseido Co Ltd, . Nah, akankah kita juga akan merelakan kretek diklaim negara lain? Pertimbangan ini, paling tidak bisa menjadi pemikiran pemerintah dan juga kelompok anti tembakau agar lebih bijak melihat kretek. Kretek adalah warisan budaya yang mesti dijaga. (*) INFO MURIA
Menakar Urgensi Akreditasi PT Oleh A. Hilal Madjdi
B
eberapa pengguna lulusan perguruan tinggi, baik perusahaan m a u p u n institusi, kini mensyaratkan Dok. Info Muria p e r i n g k a t (status) Akreditasi Perguruan Tinggi (APT) sebagai salah satu syarat yang harus dilampirkan dalam surat lamaran pekerjaan. Ini menjadi fenomena menarik sekaligus sebagai pelecut segenap Perguruan Tinggi (PT), agar senantiasa meningkatkan kualitas dan nilai akreditasinya. Hiruk pikuk mengenai APT ini semakin menghangat, ketika muncul pertanyaan: seberapa pentingnya nilai akreditasi tersebut bagi lulusan perguruan tinggi? Apalagi jika dipaparkan dengan fakta di mana kompetensi pencari kerja mestinya juga menjadi pertimbangan penting bagi perusahaan atau institusi yang ingin memanfaatkan lulusan PT. Apalagi, pada gilirannya pertanyaan kritis tersebut akan bermuara pada dua hal yang sangat dikotomis. Pertama: status APT bisa diyakini sebagai simbol kehebatan institusi yang untuk konteks sosial indonesia, berlebihan. Sebab, masyarakat sangat terbiasa dengan kondisi di mana ‘’nama besar institusi’’ sudah dipersepsi memiliki nilai lebih atau sebaliknya. Kedua; keyakinan yang berlebihan itu kemudian membawa ‘’korban’’, yaitu lulusan PT dengan status APT kurang baik, kendati secara personal memiliki performa akademik dan kepribadian yang baik. Jika pengguna lulusan hanya melihat dan meminta lampiran status APT almamater pencari kerja, maka pencari kerja akan tersingkir sebelum bertanding. Maka, mestinya semua elemen memahami, bahwa APT merupakan salah satu sistem penjaminan mutu dari pihak eksternal atau pengakuan formal oleh lembaga yang berwenang, untuk menilai dan menyatakan suatu PT memiliki kemampuan melakukan kegiatan, kapasitas, dan kualitas tertentu. Tujuannya dari adanya APT sendiri, yakni untuk memberikan jaminan (assurance) dan melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak kredibel oleh PT. Sementara secara praksis, akreditasi bisa dipahami dalam dua sisi yang saling melengkapi dan menyempurnakan, yaitu proses dan status.
lain visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi pencapaian, tatap among, kepemimpinan, sistem pengelolaan, penjaminan mutu, kualifikasi dosen, sarana dan prasarana, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat. Menimbang Urgensi Mencermati perkembangan masyarakat dan pengguna lulusan perguruan tinggi yang semakin kritis dan cerdas, status APT sangatlah penting dan tidak boleh diabaikan oleh siapapun, apalagi perguruan tinggi. Argumentasi yang bisa dikemukakan di sini, status APT merupakan pertanggungjawaban atau akuntabilitas publik tentang kepastian terpenuhinya atau bahkan terlampauinya standar yang ditetapkan oleh Undang-Undang (UU). Kepastian ini menjadi legitimasi yang tidak sekadar membranding perguruan tinggi bersangkutan di tengah percaturan akademik perguruan tinggi di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Dengan kata lain, secara kelembagaan, status APT melekat dan menjadi ‘’wajah’’ yang bisa ditatap secara terang oleh siapapun. Akan tetapi, seyogyanya para pengguna lulusan tentu akan selalu memperhatikan dan mengkritisi secara cerdas setiap produk perguruan tinggi, apapun status akreditasinya. Dalam konteks mahasiswa, misalnya, pada setiap upacara wisuda, diumumkan peringkat kelulusan yang tidak sama. Di sisi lain, pada konteks dunia kerja, peringkat kelulusan tertinggi tidak menjadi jaminan yang bersangkutan memiliki performa kerja yang baik, memiliki kemampuan bekerjasama dan berkomunikasi secara baik, bisa menghargai orang lain, mampu memimpin dan bertanggungjawab terhadap pekerjaannya, dan lain sebagainya. Performa non akademik yang dikenal secara popular sebagai “soft skill”, hingga kini memang belum bisa ditarik garis sejajar dengan performa akademik. Maka, dalam berbagai kesempatan, para pakar pendidikan mendorong pentingnya pendidikan karakter terhadap siswa dan mahasiswa agar mereka dapat menapak masa depan dengan lebih tegak untuk mencapai keberhasilan optimal.
Proses yang ditempuh dalam meraih APT dipastikan akan memberikan jaminan kepada masyarakat, bahwa proses kegiatan akademik telah dilakukan dengan standar mutu, sesuai Undang-Undang (UU), yang dalam perjalanannya, PT mesti melakukan perbaikan secara berkelanjutan melalui evaluasi diri.
Urgensi APT, dengan demikian, tidak bisa ditakar secara tekstual seperti yang tertera dalam surat keterangan atau sertifikat BAN-PT, tetapi sebaiknya ditakar secara komprehensif dalam konteks sosial yang berperadaban. Sebab standar yang ditetapkan sebenarnya menyasar pada Sumber Daya Manusia (SDM), baik dosen dan mahasiswa, yang memiliki karakter yang sangat fluktuatif dan tidak mudah distandarkan. (*)
Sebab, APT mesti memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yakni meliputi antara
Dr. A. Hilal Madjdi M.Pd, Wakil Rektor I Universitas Muria Kudus
Edisi XXI
Februari - April 2015
7
PERSPEKTIF
Membangun Karakter Hakim Progresif - Bermoral
P
Oleh Sukresno
rinsip utama sistem hukum Eropa Kontinental yaitu hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang terbentuk Undang-Undang (UU) dan tersusun secara sistematik dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu.
Pasalnya, upaya hakim menunjukkan eksistensi keadilan mengalami proses di mana keadilan yang sebenarnya dibayang-bayangi oleh moral, baik moral internal (moral hakim) maupun moral ekternal (moral penguasa/ masyarakat) yang acapkali mempengaruhi suatu putusan.
Prinsip dasar ini dianut, mengingat nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah kepastian hukum. Sistem ini juga dianut oleh hakim-hakim di Indonesia.
Dalam hal moral internal, dimafhumi bahwa upaya untuk memosisikan fungsi dan peran hakim yang bermoral, sering dihadapkan pada keinginan hakim sebagai sosok manusia.
Namun, di Indonesia, hukum acapkali dimaknai dengan kalimat dalam peraturan yang hanya semacam eksemplar saja, sedang yang hendak dijangkau adalah suatu makna yang lebih dalam lagi, katakanlah keadilan.
Namun mestinya, ketika seseorang sudah menentukan pilihan menjadi hakim, nilai moral harus, bahkan wajib, melekat dalam diri seorang hakim. Agar Hukum benar-benar menuju keadilan yang substantif.
Jika demikian, maka kita tidak dapat memegang peraturan tersebut secara mutlak atau hitam putih. Peraturan tersebut hanya mengingatkan saja, bahwa dalam masyarakat harus ada keadilan, dan keadilan itulah yang kemudian dirumuskan ke dalam katakata, bahasa atau dalam kalimat peraturan.
Secara faktual, ini memperkuat tesis yang menyatakan bahwa terdapat dua tipe hakim dalam memutuskan perkara. Pertama; hakim yang apabila memeriksa, terlebih dahulu menanyakan hati nuraninya atau mendengarkan putusan hati nuraninya dan kemudian mencari pasal-pasal dan peraturan untuk mendukung putusan itu.
Begawan hukum Prof. Satjipto Rahardjo, bertolak dari pandangan kemanusiaan, dan berupaya merubah hukum yang amoral menjadi bermoral. Paradigma ”hukum untuk manusia” membuatnya merasa bebas mencari dan menemukan format, pikiran, asas serta aksi-aksi yang tepat untuk mewujudkan tujuan hukum itu sendiri, yakni keadilan, kesejahteraan dan kepedulian terhadap rakyat. Hakim dan Keadilan Hakim dan keadilan merupakan dua istilah yang cukup baku dalam memahami posisi Negara sebenarnya. Adanya keadilan, tentu bersumber dari hakim yang baik dan professional, sementara adanya hakim yang baik dan professional merupakan indikator akan munculnya keadilan.
Kendati begitu, mesti disadari, tugas hakim memang berat, karena tidak sekadar mempertimbangkan kepentingan hukum an-sich dalam memutus perkara, melainkan juga mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat agar terwujud adanya kepastian hukum, sehingga hakim dituntut masyarakat berlaku adil.
Dalam sistem hukum di manapun di dunia, keadilan selalu menjadi objek perburuan, khususnya melalui lembaga pengadilannya. Keadilan adalah hal yang mendasar bagi bekerjanya suatu sistem hukum, yang merupakan suatu struktur atau kelengkapan untuk mencapai konsep keadilan yang telah disepakati bersama.
Namun demikian, sebagai manusia, hakim, dalam memutus suatu perkara, tidak mungkin memuaskan semua pihak. Kendati begitu, hakim diharapkan menghasilkan putusan yang seadil-adilnya sesuai fakta hukum di persidangan, yang didasari pada aturan dasar hukum yang jelas (azas legalitas), serta disertai dengan hati nurani hakim.
Pertanyaannya, apakah pengadilan itu mencari keadilan atau kemenangan?
Hukum Progresif
Peran hakim dalam mewujudkan tatanan hukum yang bermadzhab keadilan dalam suatau Negara pun, menjadi kewajiban yang mestinya dikedepankan. Persoalnnya, itu tidaklah mudah.
Prinsip utama yang dijadikan landasan hukum progresif, yaitu hukum adalah untuk manusia, bukan sebaliknya. Jadi manusia lah yang merupakan penentu dan dipahami, karena manusia pada dasarnya adalah baik. Prinsip tersebut menggeser landasan teori dari faktor hukum ke faktor manusia. Konsekuensinya, hukum bukanlah merupakan sesuatu yang mutlak dan final, tetapi selalu ”dalam proses menjadi” (law as process, law in the making), yaitu menuju kualitas kesempurnaan dalam arti menjadi hukum yang berkeadilan, mampu mewujudkan kesejahteraan, dan peduli terhadap rakyat.
Keadilan baru merupakan suatu hal, karena masih ada yang lain seperti justice, utility, doelmatigheid, bilijkheid. Dengan perkataan lain, setiap kali membaca peraturan, maka setiap kali pula kita harus mencari makna dalam yang ada di belakang peraturan tersebut.
Proses pengadilan di negara yang sarat dengan prosedur (heavly proceduralizied), menjalankan prosedur dengan baik ditempatkan di atas segalanya, bahkan di atas penanganan substansi (accuracy of substance). Sistem seperti itu memancing sindiran terjadinya trials without truth.
keprihatinan terhadap k e a d a a n hukum di Indonesia. Pengamat internasional h i n g g a Dok. Info Muria masyarakat ‘awam pun mafhum, bahwa sistem hukum Indonesia adalah yang terburuk di seluruh dunia. Tesis ini muncul dipicu dari tak berdayanya hukum Indonesia dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Penafsiran progresif dalam memahami proses hukum, yaitu sebagai proses pembebasan terhadap sesuatu konsep yang ‘’kuna’’ dan tidak dapat lagi dipakai untuk melayani kehidupan masa kini. Hukum progresif ini sangat lekat dengan sosok pencetusnya, yaitu Prof. Dr. Satjipto Rahardjo. Maka, tak berlebihan jika Prof. Tjip disebut sebagai penggagas sekaligus “pejuang” dan “pengembang” hukum progresif. Gagasan hukum progresif muncul, sebagai reaksi INFO MURIA
Edisi XXI
Februari - April 2015
Kedua; hakim yang apabila memutus, terlebih dahulu berkonsultasi dengan kepentingan perutnya, dan kemudian mencari pasal-pasal untuk memberikan legitimasi terhadap putusan perutnya. Tipe atau kategori hakim ini, setidaknya bisa analisa secara sosilogis, bagaimana seorang hakim melakukan analisanya sebelum menentukan putusan secara lebih lanjut. Mahfud MD. berpendapat, ada dua prasyarat utama yang harus dimiliki oleh para aktor penegak hukum dan pejabat lain untuk memperbaiki keadaan yang bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), yaitu ‘’bersih’’ dan berani”. Bersih artinya bermoral, punya track record (rekam jejak), tak pernah korup dan tak punya masalah dengan hukum. Sedang ‘’Berani’’ berarti punya nyali untuk bertindak terhadap siapapun guna mendobrak birokrasi. Pada akhirnya, bersih dan berani merupakan prasyarat kumulatif. Sebab jika hanya bersih, tetapi tidak berani, akan selalu gamang. Sementara jika berani tetapi tidak bersih, bisa-bisa justru menjadi pemutih untuk penghilangan jejak kasus, pencipta KKN baru, atau tiba-tiba kehilangan keberaniannya karena dihantui ketidakbersihannya. (*) Dr. Sukresno, SH.,M.Hum, Penulis adalah Dekan Fakultas Hukum UMK
8
POJOK UMKM
Melongok
Sentra Usaha
LENCANA Ledok
Dok. Info Muria
Salah satu pelaku UMKM di pusat pembuatan lencana di Ledok
K
eberadaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), sangat penting artinya bagi pengembangan ekonomi kerakyatan. Sebab. Selain membantu pemerintah dalam usaha membuka lapangan kerja, juga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Salah satu sentra UMKM yang ada di Kabupaten Kudus, yakni Dukuh Ledoksari, Desa Dema’an, Kecamatan Kota. Sebuah desa yang kini dikenal luas sebagai sentra usaha lencana, plakat, piala, dan pin.
sini. Termasuk di antaranya dua anak Pak Prawito, yaitu H. Jumaidi dan Mohammad Jafar,’’ papar sang ketua RW menambahkan. Luar Daerah Sentra kerajinan lencana Ledoksari di Desa Dema’an pun bukan lagi tempat yang asing. Banyak pelanggan dan relasi bukan dari masyarakat Kudus, tetapi banyak juga yang dari luar daerah.
‘’Ada sekitar 15 pelaku usaha di bidang lencana di
Model pemasaran kerajinan lencana di Ledoksari yang telah memanfaatkan perkembangan teknolgi informasi, memang sangat menarik. Karena tidak mesti bertatap muka dengan pelanggan.
Sugeng sutardi menambahi, kendati di hari-hari biasa dipastikan ada pesanan, namun ia mengaku pada bulan Juni, permintaan (pesanan) jadi naik berlipat-lipat. ‘’Pada Juni tahun lalu, kami menerima pesanan plakat saja sampai 17 ribu buah,’’ ungkapnya.
Setelah Prawito mendirikan usaha kerajinan lencana ini, maka pada perkembangan berikutnya, banyak warga yang kemudian mengikuti jejaknya. ‘’Anak buah Pak Prawito juga banyak yang memisahkan diri dan membangun usaha sendiri,’’ jelasnya.
Turipan mengatakan, Prawito yang memiliki lima anak, kendati tidak semuanya terjun di bidang usaha yang digeluti bapaknya, namun dua di antaranya ikut mengembangkan usaha kerajinan ini.
‘’Daerah pemasaran saya sampai Jepara, Pati, Rembang, Demak, dan Boyolali,’’ ujarnya yang melakukan pemasaran dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi melalui email dan Facebook.
‘’Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi, pemasaran jadi lebih efektif,’’ terang Mohammad Sofa, pemilik kerajinan lencana Jaya Abadi yang pemasarannya sampai Semarang, Bandung, Jakarta, dan Samarinda.
Turipan, salah satu warga menjelaskan, sejarah berdirinya kerajinan lencana dan sejenisnya di desanya, dimulai sekitar tahun 1963. ‘’Pertama kali yang mendirikan usaha kerajinan lencana yaitu H. Prawito,’’ terang ketua RW V di Desa Demaan itu.
Sampai akhirnya, lanjutnya menambahkan, banyak warga Ledoksari yang kini membuka usaha kerajinan lencana. Usaha lencana itu, antara lain BI Lencana, Al Trophy, Yudhi Putra, Karya Utama dan Jaya Abadi.
juta rupiah, ini akhirnya juga menangguk sukses.
Namun di luar kisah sukses para pelaku usaha kerajinan lencana di Ledoksari, ada hal unik yang dialami Nur Aini, istri pemilik usaha kerajinan lencana Jaya abadi yang menerima pesanan piala, lencana, pin, dan plakat dan selalu kebanjiran pesanan pada Mei hingga Juli.
Dok. Info Muria
Sugeng sutardi, misalnya. Pemiliki BI Lencana yang memiliki lima karyawan tetap dan delapan karyawan borong, ini mengaku banyak relasi bisnis atau pelanggannya dari luar Kudus. ‘’Ada yang dari Semarang, Jakarta, Bali, Surabaya, Malang, dan Yogyakarta,’’ tutur suami Nur Handayani itu. Andy Setiawan, pemilik Al Trophy juga mengakui hal senada. Alumnus Akademi Teknik Perkapalan di Semarang yang memulai usaha dengan modal Rp. 10
INFO MURIA
Edisi XXI
Februari - April 2015
‘’Ada perusahaan di Jakarta dan toko di Bandung yang sudah puluhan tahun bekerjasama, namun tidak pernah bertemu. Kami baru bertemu pada Lebaran (Idul Fitri-Red) kemarin (2014),’’ urainya sembari tersenyum. (Dwi Ariyanti, Islah/ Info Muria)
99
CERPEN
Dalam Kerling Syukurmu Cerpen Aura Madinatul Husna
K
“Tuhan memiliki banyak cara untuk mempertemukan dua insan yang ditakdirkan untuk bertemu”
ata-kata itulah yang mampu aku rangkai ketika Tuhan mempertemukan antara aku dan dia. Aku sangat yakin atas semua cinta kasih dan takdir Tuhan. Tuhan mempertemukan kami pada pertengahan Januari beberapa tahun silam. Tak ada yang menyangka, sebait pesan singkat darinya, menjelma pertemuan tak terduga. Kala itu aku diminta untuk mengajar dik Zidna. Aku sangat kagum pada keluarga ini: santun, murah hati, dan religius. Meski aku hanya menjadi guru pembimbing di sana, aku sangat merasakan cinta kasih dari keluarga ini. Tiba-tiba sesosok pria duduk di ruang tamu, tempat aku mengajar Zidna. Dia membalut tubuhnya dengan kemeja warna cream lengan pendek dan membawa gadget-nya. Dia mengirim senyuman padaku. Seketika mataku tertuju padanya. Aku pun membalas senyumannya. “Silahkan dilanjutkan, dik Mecca,” ucapnya. Anganku masih bertanya-tanya tentang pria itu. Apakah dia, mas Arsyil, kakak dik Zidna? Dua jam berlalu, di ruang tamu tempat aku mengajar Zidna. Tiba-tiba HPku ‘’menyanyikan’’ tembang Takdir Cinta. SMS singkat menyelinap masuk di inbox HPku. “Kamu masih di ruang tamu?” Aku meraih HP ku dan segera membalas SMS darinya. “Iya masih, mas. Why?” Tak ada jawaban. Dengan langkah penuh semangat, mas Arsyil menuju arah kami dan berbincang bersama aku dan adiknya, Zidna. Tetapi tak lama berselang, aku pamit pulang. Bu Nisa, ibunda Zidna, yang baru beberapa waktu pulang dari umroh, memberiku buah tangan dari tanah suci.
Sampai akhirnya, aku shock, saat kompetisi blog berakhir. Zidna, tidak berhasil mendapatkan juara pada kompetisi blog yang diikuti. Padahal sebelumnya aku sangat yakin dia akan berhasil menyabet juara. Dalam pengamatanku, Zidna mampu tampil sempurna. Aku kecewa pada diriku. Aku tak tahu kata-kata apa yang mesti kurangkai untuk orang tua Zidna tentang kegagalan putrinya pada kompetsi itu. “Tetap semangat, ya, dik. Tuhan pasti mempunyai rencana terindah khusus untukmu,’’ kataku sembari memegang erat tangannya. Zidna tersenyum. Dia terlihat tegar. Senyumnya pun masih mengembang, kendati aku yakin, gundah tentu sangat dia rasakan. *** Semenjak tidak membimbing Zidna, aku dan mas Arsyil tak pernah bertukar pandang. Namun, suatu hari, Tuhan mempertemukan kami. Aku duduk di kursi nomor 2 resto ‘Queen’ berbalut gamis warna merah berhijab Bergo Frisinia warna kuning.
website-ya yang sangat menjanjikan. “Aku akan terbang ke Jepang, dik,” katanya. Aku memandang matanya tanpa kedip. Dia ke Jepang untuk kunjungan kuliah. Subhanallah. Tuhan benarbenar mencintainya. Kini, dia mampu membuktikan bahwa tekad apinya yang membara, mampu membawanya terbang ke Jepang. Mas Arsyil mampu menunjukkan prestasi dan eksistensinya di dunia bisnis. Waktu terus berputar, tanpa aku ketahui dia telah tiba di Indonesa. Dia bercerita kalau sekarang study-nya sangat lancar. Bahkan dia mendapatkan tawaran study dan skripsi di negara kincir angin. Bisnis mas Arsyil juga kian berkembang pesat di belahan negara lain. Sekarang mas Arsyil mampu membuktikan bahwa dia mampu sukses di usia yang sangat muda, 21 tahun. Namun ada hal yang paling aku ingat darinya, dia selalu memegang prinsip, bahwa “Dalam meraih mimpi, tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Dan sesuatu yang tidak mungkin, itu tidak ada”.
Tiba-tiba sesosok pria berwajah teduh berbalut kemeja warna biru muda datang menghampiri tempat dudukku. Aku menghela nafas. “Sudah lama dik?” tanya mas Arsyil.
Mas Arsyil adalah pria yang pandai bersyukur. Paras suksesnya bersinar terang, seterang bintang kejora di malam bulan purnama. Kerlingan syukurnya tak akan redup di telan masa. HPku bergetar, aku meraih HP dan membuka inbox HP
Aku hanya menggelengkan kepala. Dia memesan steak untuk kami berdua. Terlihat orang yang berada di sisi kanan kiri kami melirik makan siang kami, mungkin bagi mereka pemandangan ini terkesan romantis.
“Dik Mecca, sekarang aku sedang berada di depan Ka’bah. Doa-doamu sudah aku sampaikan di Raudhoh, Masjid Nabawi, dan Masjidil Haram,” katanya melalui pesan singkat yang dikirimkan ke HP-ku. (*)
Sembari menghabiskan hidangan, kami berbincang tentang study kami. Mas Arsyil bercerita kalau dia sempat tak direstui untuk study di luar kota. Tetapi modal keyakinan hati, orang tuanya pun lambat laun merestuinya. Mas Arsyil juga bercerita tentang bisnis
Aura Madinatul Husna, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (Progdi PBI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK), alumnus MA. NU. Muallimat Kudus.
Sebenarnya, aku bukan tentor tetap di sana. Aku hanya membimbing Zidna sebelum kompetisi blog saja. Saat aku mengajar, mas Arsyil tak lupa menyapaku dengan ramah setiap kali bertemu. Dan saat itu, adalah hari terakhirku mengajar Zidna. Hari terakhir aku menginjakkan kaki di sini, rumah penuh cinta kasih dan keramah tamahan. Si kecil Zahra, adik Zidna, hari itu ikut meramaikan suasana mengajarku. Begitu pula dengan mas Arsyil. Dia tak absen meramaikan proses belajar mengajar kami. Tingkah polah Zahra yang lucu, mengingatkan aku pada sosok adikku yang telah dipanggil Ilahi. “Aku pulang, ya, mas,” aku berpamitan pada mas Arsyil. Zidna meraih tanganku. Kami berjabat tangan. Sedang Zahra, ah, dia masih asyik di pangkuan mas Arsyil. Aku pun mendaratkan ciuman di pipi mungil Zahra. Ada damai kurasa saat aku mencium gadis kecil mungil cerdas nan cantik ini. Bu Nisa, melepasku sembari menitipkan Zidna, putrinya, agar tetap dibimbing selama kompetisi.
Dok. Info Muria INFO MURIA
Edisi XXI
Februari - April 2015
10
JENDELA
SIBI DTW untuk Tuna Rungu
B
ERKOMUNIKASI menjadi sesuatu yang sangat penting. Tidak hanya bagi mereka yang terlahir normal, juga bagi mereka yang terlahir sebagai tuna rungu. Bagi manusia yang normal, komunikasi tentu tidak jadi persoalan. Tetapi bagaimana dengan penyandang tuna rungu, yang tetap saja memerlukan komunikasi sebagai makhluk sosial.
Penelitian ini, tambah Iqbal, merupakan penelitian yang multiyears atau bertahap. Pada tahap pertama atau tahun pertama penelitian iqbal dan kawan-kawan fokus pada penelitian apa yang pas dan cocok untuk digunakan. “Dynamic Time Warping (DTW) menjadi pilihan karena mudah dan memiliki standard dalam menentukan isyarat,” Iqbal menambah kan.
Sebuah riset (penelitian) yang sangat menarik, kini sedang dilakukan oleh tiga dosen Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus (UMK), terkait bagaimana agar manusia normal bisa berkomunikasi dengan para penyandang tuna rungu. Adalah Muhammad Iqbal, ST. MT, Tri Listyorini S.Kom. M.Kom dan Endang Supriyati S.Kom M.Kom yang kini tengah melakukan penelitian ‘’Pengembangan Embedded System Sarung Tangan Wireless Pengenalan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia’’. Penelitian yang didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) pada rumpun ilmu teknik elektro ini, menggunakan metode Dynamic Time Warping (DTW). Ketua tim peneliti, Muhammad Iqbal, menjelaskan, tujuan penelitian ini adalah embedded system pengenalan isyarat Bahasa Indonesia dengan sarung tangan wireless secara real time untuk penyandang orang berkebutuhan khusus, yakni penyandang tuna rungu.
‘’Penelitian ini mengembangkan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) dengan menggunakan sensor flex (untuk gerakan lekukan jari; menghitung akselerasi terhadap gravitasi bumi menggunakan accelerometer-gyroscope; dan untuk berkomunikasi wireless digunakan sensor HC-05 serta menggunakan teknik pencocokan template dengan metode DTW,’’ katanya. Iqbal mengutarakan, isyarat kata yang dipilih adalah kata yang diisyaratkan dengan tangan kanan karena lebih mudah dipahami. ‘’Sedang untuk data sensor yang diolah menjadi vektor ciri, adalah data tekukan kelima jari tangan dan akselerasi telapak tangan, selama melakukan gerak isyarat kata,’’ ungkapnya.
komunikasi penyandang tuna rungu,’’ kata Iqbal. Pemikiran ini muncul, lantaran melihat penyandang tuna rungu yang banyak bergantung dengan penerjemah saat berkomunikasi. ‘’Di sisi lain, belum ada sarung tangan wireless untuk isyarat Bahasa Indonesia dengan akurasi tinggi secara real time,’’ tuturnya. Alat ini ke depan sudah bisa disinkronkan dengan smartphone yang berbasis Android. “Kita akan memudahkan masyarakat agar bisa berkomunikasi dengan alat ini, yang terhubung langsung dengan aplikasi kami di Android dengan bluetooth di dalamnya,” paparnya. ‘’Alat ini belum bisa menampung jumlah kata yang banyak. Maka, ke depan, butuh penyempurnaan. Semoga alat ini bisa membantu penyandang tuna rungu agar tidak lagi bergantung pada penerjemah, sehingga mereka bisa lebih bermasyarakat,’’ urai Iqbal. (Rsd, Harun/ Info Muria)
Tidak Targantung Tiga dosen Fakultas Teknik UMK yang sedang konsentrasi meneliti Embedded System Sarung Tangan Wireless Pengenalan SIBI, ini tidak berangkat dari halhal besar dan muluk-muluk. Dasar pemikiran ketiganya bahkan bisa dibilang sangat sederhana. ‘’Kerangka berpikir kami sederhana, yaitu bagaimana membuat alat yang bisa membantu dan mempermudah
Dok. Info Muria Sarung tangan SIBI.
Menjamurnya Warnet Permudah Bermain Game Online
B
agi sebagian masyarakat, game online merupakan aplikasi permainan yang sangat menarik untuk berpetualang, belajar strategi, simulasi dan bermain peran yang memilki aturan main dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Meski banyak yang mengatakan bermain game online itu sama dengan menyia-nyiakan waktu alias memiliki dampak negatif, tetapi tak sedikit yang merasakan manfaat dan dampak positif game online
dampak buruk game online pada seseorang,’’ ujar Khilyatussa’adah.
media yang cukup digemari untuk ngegame.
Kajian Yaya, sapaan akrab Khilyatussa’adah, bersama rekannya di Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus (UMK) ini pun membuahkan apresiasi yang menggembirakan. Yaitu lolos dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Penelitian Dikti tahun 2015.
‘’Sebanyak 29 % responden mengaku bermain game online di Warnet, 24 % memilih di PC komputer, 34 % bermain melalui handphone (HP) dan 11 % melalui media lain,’’ ungkapnya.
Untuk mengetahui apa dampak buruk (negatif) game online bagi penggunanya, ini memantik Khilyatussa’adah, Fijai Murdiono, Miratus Sa’adah dan Rohmat Robani melakukan penelitian tentang hal ini.
Penyebaran angket dilakukan pada siswa SMP di Kabupaten Kudus berisi 20 pertanyaan baik terbuka maupun tertutup. Hasilnya, 32 % responden mengaku pertama kali permainan game online karena diajak kakak (saudara), 58 % diajak teman, 2 % mengenal game onlie handphone (HP), 5 % lainnya variatif.
‘’Ada dua poin penting, yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang melatarbelakangi ketertarikan seseorang bermain game online, dan menganalisa
‘’Yang menarik dari hasil penelitian ini, layanan Warung Internet (Warnet) yang bisa ditemui dengan mudah di setiap tempat, menjadi salah satu INFO MURIA
Edisi XXI
Presentasi di Unissula Berkat penelitiannya ini, Yaya pun berkesempatan presentasi di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, bersama para peneliti lain dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Ajang presentasi di Unissula ini merupakan momen yang prestisius, karena diikuti ole 34 pemakalah. Para pemakalah yang hadir antara lain dari Universitas Ciputra (Surabaya), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Universitas Hasanudin (Unhas) Makasar, Uniersitas Ahmad Dahlan (UAD), dan Universitas Halu Oleo, Sulawesi Utara. Februari - April 2015
Dok. Info Muria Yaya, sedang memaparkan penelitiannya di UNISSULA.
“Cukup grogi saat presentasi di forum ini. Apalagi sebagian pemakalah adalah dosen, yang tentu sudah memiliki banyak pengalaman. Namun saya senang bisa membawa nama UMK dalam forum ini,’’ tegas Yaya. (Islah/ Info Muria)
11
KRETEKUS
“Daun Tembakau” Raksasa di Batas Kota
Dok. Info Muria
D
Gerbang Kudus Kota Kretek.
iskusi kecil beberapa seniman Kudus yang terdiri atas Slamet Mulyono, Warih Bayu Wicaksana, dan Aditya Atmajaya terkait dengan keberadaan Gerbang Kudus Kota Kretek (K3), sungguh menarik, Senin (9/3/2015). Gerbang K3 yang berada di perbatasan Kabupaten Kudus dengan Kabupaten Demak, ini menjadi suatu pesona baru bagi siapa saja yang melihat. Kendati mungkin ada banyak tafsir tentang bentuk gerbang ini. Ada seseorang yang bilang, bentuknya menyerupai capung, ada yang mengatakan seperti daun cengkih. Namun yang paling umum, mengatakan, bahwa gerbang itu merepresentasikan bentuk sebagai daun tembakau. ‘’Sah-sah saja setiap orang menafsirkan sebuah karya seni, termasuk pada Gerbang K3 ini. Namun yang pasti, Sang PenciptaLAH yang bisa menjelaskan secara mutlak kreasinya,’’ ujar Mamik, sapaan akrab seniman Slamet Mulyono. Lepas dari penafsiran akan sebuah karya, namun alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini memaparkan, bahwa paling tidak, keberadaan Gerbang K3 ini menjadi penanda akan kehidupan sosial – ekonomi masyarakat setempat. ‘’Kudus memiliki penanda kota berbasis religi, yakni Menara Kudus. Maka, keberadaan Gerbang K3 ini menjadi salah satu penanda kota lain, dari sisi sosial – ekonomi,’’ ujarnya diamini Denni Hilmond, seniman lulusan Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Semarang (Unnes). Terkait besaran biaya yang dikeluarkan mencapai Rp. 16 Miliar untuk membuat Gerbang K3 ini, Mamik menuturkan, bahwa karya seni tidak bisa
dihubungkan dengan materi. ‘’Kalau kita sepakat monumen (Gerbang K3-Red) ini sebagai karya seni, maka bisa menjadi penanda budaya. Sehingga, soal berapa banyak biaya yang dikeluarkan, akan menjadi relatif. Berbeda dengan kebutuhan fisik. Sebab, ada nilai dalam sebuah karya seni,’’ paparnya. Apresiasi Masyarakat Beragam apresiasi pun muncul dari kehadiran ‘’monumen’’ yang didanai oleh PT. Djarum Kudus ini. Aditya Atmajaya, warga Desa Besito, Kecamatan Gebog, Kudus mengemukakan, keberadaan Gerbang K3 semakin mengukuhkan jati diri Kota Kudus. ‘’Jadi semakin kental Kudusnya,’’ tuturnya. Dengan adanya monumen yang sangat mengagumkan dan menjadi salah satu penanda jati diri masyarakat Kudus tersebut, Aditya pun berharap masyarakat ikut menjaganya. ‘’Masyarakat harus ikut menjaga keasrian penanda kota ini,’’ harapnya. Warih Bayu Wicaksana, mengutarakan, ada nilai lain dari keberadaan Gerbang K3 ini. Menurut lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini, biasanya gerbang di batas kota adalah ‘’Selamat Datang’’ atau ‘’Selamat Jalan’’, namun berbeda dengan Gerbang K3 tersebut. ‘’Gerbang K3 ini sangat menarik sebagai sebuah tanda. Tidak sekadar dari hasil karya seni yang dilihat saat ini, tetapi makna yang terkandung juga sangat dalam,’’ ungkapnya. Dia menjelaskan, bentuk daun tembakau mengembang dalam monumen (gerbang), ini menjadi isyarat keinginan kuat pemerintah daerah dan segenap masyarakatnya untuk mengembangkan perekonomian dan kemajuan kotanya. ‘’Pilihan
INFO MURIA
Edisi XXI
Februari - April 2015
mendirikan gerbang kretek ini cukup bagus, karena sebagian besar masyarakat bekerja di industri ini,’’ tegasnya. Sementara itu, Mamik menambahkan, bahwa seniman mesti mengambil peran dalam upaya menjaga keasrian dan pelestarian gerbang kretek ini. ‘’Seniman harus mengambil peran menjaga Gerbang K3 ini, karena karya seni ini erat kaitannya dengan jati diri masyarakat Kudus,’’ tandasnya. Haris, warga Nalumasari, Jepara mengatakan, gerbang K3 di perbatasan ini bisa menjadi ikon baru yang menawan. ‘’Apalagi jika dikembangkan ruang publik, sehingga masyarakat yang lewat bisa menikmati eksotisme gerbang ini dengan seksama,’’ paparnya. Dia pun membandingkan dengan gerbang (tugu) ‘’Macan Kurung’’ di perbatasan Kudus–Jepara yang menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Jepara. ‘’Sebagaimana gerbang Macan Kurung, Gerbang K3 ini pasti akan memberi warna tersendiri bagi Kota Kudus,’’ lanjutnya. Eni Mardiyanti, warga Desa Megawon, Kecamatan Jati, Kudus, mengemukakan, Gerbang K3 tidak sekadar ‘’momentum, tetapi menjadi monumen yang sekaligus mengapresiasi keberadaan kretek sebagai penemuan asli warga Kudus, yaitu H. Djamhari. ‘’Simbol daun tembakau di Gerbang K3 ini memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat Kudus. Yaitu sebagai penegas jati diri, bahwa Kudus merupakan bagian dari industri kretek di tanah air. Hanya saja, karena tidak semua memahami mengenai simbol ini, maka perlu kiranya memberikan kepada masyarakat terkait makna yang terkandung dalam Gerbang K3,’’ tegasnya. (Rosidi, Zamhuri/ Info Muria)
12
PROFIL
S
ekitar tiga tahun terakhir, nama Bagus Burham tiba-tiba menjadi begitu dikenal dalam kancah penulisan karya sastra, baik puisi, cerita pendek (Cerpen), maupun novel. Apalagi, belum lama ini ia juga berhasil menjadi juara III lomba penulisan novel yang digelar Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).
Bagus Dwi Hananto
Bercita-cita Jadi Penjual Buku
Siapa gerangan Bagus Burham? Nama lengkapnya Bagus Dwi Hananto. Ia adalah mahasiswa Program Studi (Progdi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK). Lahir dari pasangan Agung Kristiyono dan Sri Suhana pada 31 Agustus 1992. Kendati baru beberapa tahun terakhir menulis sastra, namun ia mengaku sudah menyukai bidang ini sejak di bangku SMP. ‘’Awal ketertarikan terhadap sastra dari mengerjakan tugas yang diberikan guru,’’ katanya. Kendati begitu, Bagus sebenarnya sudah membekali dirinya untuk secara konsisten menekuni penulisan sastra. Itu ditandai dari kegemarannya membaca karya-karya sastra. Ia antara lain membaca Snow dan My Name is Red (Orhan Pamuk), 1984 (George Orwell), Tetralogi Pulau Buru (Pramoedya Ananta Toer), serta novelnovel karya Ernest Hemingway, Gabriel Garcia Marquez, dan Haruki Murakami. ‘’Jika sedang semangat menulis, saya bisa di depan layar laptop dari malam sampai pagi. Anehnya tidak terasa lelah, mungkin karena hati merasa senang dan puas,’’ katanya.
Dok. Info Muria BIODATA Nama : Bagus Dwi Hananto Nama pena : Bagus Burham TTL : Kudus, 31 Agustus 1992 Aktivitas : Mahasiswa Progdi PGSD UMK Alamat : Jl. Pramuka RT 5 RW 2 No. 45 Mlati Lor, Kota, Kudus ORANG TUA Bapak : Agung Kristiyono Ibu : Sri Suhana SAUDARA Wynda Septivia
Dika Unggul Prakoso PENDIDIKAN SD 1 Mlati Lor SMP 3 Kudus SMA 2 Bae PRESTASI Nominator lomba cerpen mahasiswa tingkat nasional yang diselengarakan STAIN Purwokerto (2013) Nominator lomba puisi nasional oleh Penerbit Nulis Buku berkerjasama dengan Kementrian Pariwisata dan
antara
lain
KARYA Fantasme Jendela (2014) Monolog Angin (2014) Napas Mayat (rencananya diterbitkan Gramedia 2015) Cita-cita : Menjadi penjual buku Hobi : Membaca Pesan : Kalau ingin bisa menulis, banyaklah membaca.
dimuat di Suara Merdeka, Batak Pos, berkerjasama dengan Kementerian Banten Raya, Mata Banua, Atjeh Post, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2013). Banjarmasin Post, Kompas.com, serta ‘’Yang terbaru, naskah ‘Napas Mayat’ Koran Muria. saya berhasil meraih juara III sayembara Beberapa kali ia masuk nominasi dalam menulis novel yang diselenggarakan berbagai lomba. Seperti lomba cerpen DKJ 2014,’’ ujarnya. ‘’Saya terkejut juga mahasiswa tingkat nasional di STAIN naskah saya bisa meraih juara III dari pernah Purwokerto (2013) dan lomba puisi 63 naskah yang masuk,’’ lanjutnya. nasional oleh Penerbit Nulis Buku
Untuk menjaga konsistensi dalam memacu diri berkarya, remaja yang menempuh pendidikan di SMPN 3 Kudus, lalu SMAN 2 Bae dan berlanjut meniti bangku kuliah di UMK, ini pun rajin mengirim karyanya ke berbagai media massa dan mengikuti lomba. Karya-karyanya
Ekonomi Kreatif (2013) Juara III sayembara menulis novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dengan naskah ‘’Napas Mayat’’ (2014)
Di tengah dunia penulisan sastra yang digeluti, Bagus Burham masih memiliki cita-cita lain, yakni menjadi penjual buku. ‘’Kesempatan menjadi guru semakin sedikit, apalagi PNS. Kalau menjadi penjual buku khan enak, baca dulu sebelum dijual,’’ ungkapnya sembari tersenyum. (Dwi Ariyanti/ Info Muria)
Berjaya di Kompetisi Prusiking Nasional
M
ENDAPATKAN prestasi dalam sebuah kompetisi, tentu menjadi sebuah kebanggaan yang tak ternilai. Dan lagi, prestasi itu tentu juga tidak sekadar membanggakan untuk diri sendiri, juga bagi keluarga, sahabat, komunitas (organisasi), dan almamater di mana ia menempa diri. Itu pula yang nampak di raut wajah Hanni Fatmaya pada pekan ketiga Maret 2015. Betapa tidak, aktivis Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Arga Dahana Universitas Muria Kudus (UMK) itu mampu mengukir prestasi membanggakan dalam ‘’Wapalhi Prusiking Competition 2’’ yang digelar Politeknik Negeri
Semarang (Polines).
akhirnya masuk final.
Tak tanggung-tanggung, dalam kompetisi itu, gadis belia kelahiran Jepara 20 tahun lalu dari pasangan Abdul Rochim dan Siti Aminah, ini berhasil menjadi juara I dalam kompetisi prusiking tersebut. ‘’Alhamdulillah, akhirnya saya bisa menjadi juara I dalam kejuaraan ini. Prestasi ini saya persembahkan untuk orang tua, UMK, dan Mapala,’’ katanya.
‘’Awalnya sempat grogi juga, namun kakak-kakak senior di Mapala Arga Dahana memberi saya semangat. Akhirnya, di final, saya berhasil merebut juara I kategori putri,’’ terang mahasiswa yang hobi berkebun dan olah raga tersebut.
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi ini menjelaskan, setelah masuk babak 16 besar dengan waktu tercepat yaitu 4 menit 57 detik, dia lolos ke babak 8 besar, kemudian lolos semi final dan INFO MURIA
Edisi XXI
Prusiking adalah kegiatan menaiki sebuah tali (carmantel) dengan bantuan tali kecil (prusik) beserta peralatan khusus pendukung teknik. ‘’Semoga ke depan UMK bisa melahirkan banyak atlet-atlet prusiking berprestasi,’’ ujar Hanni menambahkan. (Riska Widyastuti/ Info Muria) Dok. Info Muria Februari - April 2015
13
PUTIH ABU-ABU
ADA
Dapur Nusantara Di SMKN 1 Kudus
Dok. Info Muria Beberapa siswa SMKN 1 Kudus berpose di Kudapan Resto
D
apur itu begitu bersih dan rapi. Dengan cekatan para siswa jurusan Jasa Boga yang bertugas, memasak dan menghidangkan kepada para pelanggan di Kudapan Resto yang berada satu komplek dengan sekolah di Jl. Ganesha II Purwosari Kudus. Dapur. Demikian resto yang berada tepat di samping gerbang SMKN 1 Kudus yang peresmiannya dilakukan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu pada Rabu, 12 Februari 2014 lalu, disaksikan Presiden Direktur Djarum Foundation Victor R. Hartono, Bupati Kudus Musthofa, pakar kuliner William Wongso, dan wakil direktur utama BNI, Felia Salim. Jurusan Jasa Boga di SMKN 1 Kudus, memang menjadi salah satu favorit sejak dibuka pada tahun ajaran 2012/2013. Apalagi dalam perkembangannya, jurusan ini melakukan berbagai banyak terobosan, salah satunya dengan mewajibkan para siswa menguasai 30 resep kuliner Nusantara. Sebut saja di antaranya memasak rendang, loenpia, dan bir pletok. ‘’Selain wajib menguasai 30 resep kuliner Nusantara, siswa juga dibekali kompetensi memasak makanan makanan kontinental seperti spaghetti dan pizza,’’ tutur Tutik Muyassaroh AR. S.Pd., salah satu staf pengajar.
K
Tutik menjelaskan, Kudapan Resto memang di-setting menjadi kawah candradimuka para siswa mempelajari dan mempraktikkan memasak aneka makanan tradisional tanah air. ‘’Kudapan sendiri merupakan singkatan dari Kuliner Dapur Nusantara. Resto ini dibangun atas dukungan Djarum Foundation dan Bank Negara Indonesia (BNI),’’ katanya. Dia menambahkan, kendati baru beberapa tahun berdiri, namun jurusan Jasa Boga menggunakan standar internasional, dengan keterlibatan chef kenamaan, William Wongso. ‘’Pak William Wongso ikut andil dalam mempersiapkan tenaga pengajar dan memonitor perkembangan jurusan Jasa Boga . Jika ada kendala, kami sering berkonsultasi,’’ ujarnya. Dengan standar yang dimiliki jurusan Jasa Boga ini, tak heran jika kemudian banyak yang tertarik untuk masuk. ‘’Angkatan pertama kami menerima 36 siswa. Tahun berikutnya, melonjak tiga kali lipat,’’ ungkap kepala SMKN 1 Kudus, Drs. Sudirman, M.Pd. Meski begitu, Sudirman mengemukakan, kehadiran jurusan Jasa Boga ini tidak menjadi batu sandungan terhadap jurusan lain di sekolah yang dipimpinnya. ‘’Semua jurusan yang ada di sini kami nomorsatukan, sehingga kehadiran Jasa Boga tidak berpengaruh terhadap jurusan lain,’’ paparnya.
Kiprah Internasional Meski masih seumur jagung, namun kehadiran jurusan Jasa Boga dengan Kudapan Resto-nya sebagai kawah candradimuka anak didiknya, patut mendapatkan apresiasi. Sebab, beberapa anak didiknya sudah pernah mengharumkan Indonesia melalui kuliner di pentas internasional. Adalah Firman Wuriatmojo, Alvian Aulia, Billa dan Afifah, yang telah ikut mengharumkan kuliner Indonesia sewaktu didapuk menjadi tim juru masak chef William Wongso dan lainnya dalam Gala Dinner Indonesian Food Diplomacy di Qatar pada 13 - 23 November 2014. Kesempatan menjadi tim juru masak di luar negeri, tentu menjadi pengalaman yang takkan pernah terlupa, apalagi bagi keempat siswa SMKN 1 Kudus yang mengambil jurusan Jasa Boga di sekolahnya ini. ‘’Itu momen langka. Saya banyak belajar dari para chef terlibat dalam tim Gala Dinner Indonesian Food Diplomacy,’’ ujar Alvian yang mengaku suka memasak sejak di bangku SD dan suka membantu ibunya memasak. Mendapatkan kesempatan emas dalam tim William Wongso, para siswa SMKN 1 Kudus itu pun tidak mempersiapkan diri dengan baik. ‘’Sebelum keberangkatan ke Qatar, kami rutin berlatih memasak dan mempersiapkan mental, karena yang akan kami layani adalah para duta besar dari berbagai Negara,’’ lanjut Alvian diamini ketiga rekannya. Mereka pun mengaku bangga bisa menyuguhkan masakan Nusantara kepada para duta besar dari berbagai negara. ‘’Respon para duta besar yang hadir sangat baik dengan menu yang disajikan. rendang dan nasi goreng banyak diminati. Juga lemcob dan sate,’’ kisahnya. (Atik, Milla/ Info Muria)
Peran William Wongso
udapan Resto yang berdiri seiring dibukanya jurusan Jasa Boga di SMKN 1 Kudus, menjadi salah satu penanda salah satu sekolah kejuruan favorit yang dimiliki Kota Kretek. Kehadirannya juga telah menaikkan citra terhadap jurusan masak-memasak di lembaga pendidikan. Namun disadari atau tidak, tentu banyak pihak yang berkontribusi terhadap pendirian sekaligus pengembangan jurusan Jasa Boga yang kini menjadi salah satu jurusan yang banyak mendapatkan peminat. Salah satunya adalah chef kondang William Wongso. Peran (kontribusi) William Wongso terhadap jurusan Jasa Boga SMKN 1 Kudus sungguh tak bisa dipungkiri. Dia pula yang ikut “menyiapkan’’ tenaga pengajar agar mampu mendidik para siswanya menjadi juru masak profesional.
Tutik Muyassaroh AR., S.Pd., salah satu pengajar di jurusan Jasa Boga, mengakui adanya peran yang besar dari William Wongso. Terlebih, selain berperan dalam proses penyiapan, hingga kini para guru juga masih sering berkonsultasi dengan salah satu pakar kuliner tanah air itu. ‘’Setiap ada problem, kami selalu berkonsultasi dengan Pak William,’’ terangnya. Dok. Info Muria Maka tak heran pula, jika saat peresmian Kudapan Resto pada 12 Februari 2014 lalu, yang didukung oleh Pelajar SMKN 1 Kudus bersama pakar kuliner, William Wongso Peran itu semakin nyata terlihat, saat William Djarum Foundation dan BNI, William Wongso ikut hadir dan mengambil peran yang Wongso memberi kesempatan beberapa siswa Jasa cukup penting mendampingi Menteri Pariwisata Boga SMKN 1 Kudus menjadi juru masa dalam Gala dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Mari Elka Dinner Indonesian Food Diplomacy di Qatar pada 13 - 23 November 2014. (Atik, Milla/ Info Muria) Pangestu. INFO MURIA
Edisi XXI
Februari - April 2015
14
TERAS MURIA
Waduk Rupawan
L
Dok. Info Muria Nelayan berkativitas di Waduk Gunung Rowo
Di Kaki Gunung Muria
etaknya di Kabupaten Pati, tepatnya di Desa Sitiluhur, Kecamatan Gembong. Sebuah waduk buatan masa kolonial pada 1918-1925, hingga kini masih nampak rupawan. Pemandangan alam pedesaan yang sungguh memesona, lengkap dengan penggembala sapi dan kerbau di sekitarnya yang menambah anggun kawasan waduk.
Waduk Gunungrowo. Demikian masyarakat setempat mengenal. Kemungkinan karena airnya berasal dari sungai Gunungrowo dan anak sungai Gunung Wadi. Waduk ini memiliki daerah tangkapan air seluas 10,45 kilometer persegi (km²). Berdasarkan data dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana, ‘’bendungan’’ yang berada di Bumi Mina Tani ini masuk tipe urugan tanah homogeny dengan tinggi di atas dasar sungai mencapai 19 meter, tinggi di atas galian 20,50 meter, panjang 185 meter, dan lebar puncak 5 meter. Berjarak sekitar 16 kilometer dari pusat kota Pati, lokasi Waduk Gunungrowo tidak sulit dijangkau, baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan pedesaan. Bagi yang naik kendaraan umum, dari terminal ganti angkutan desa jurusan Pati – Gunungrowo dengan biaya paling tidak Rp. 5000, turun di ujung jalan yang merupakan pintu masuk waduk. Tetapi bagi yang mengendarai sepeda motor atau mobil pribadi, kiranya untuk sampai di Waduk Gunungrowo akan lebih mudah dan cepat. Yakni dengan mengikuti jalur utama yang akan langsung
menuju ke tujuan, dengan jarak tempuh sekitar 30 45 menit. Namun jangan khawatir kebosanan akan menemani selama perjalanan menuju lokasi waduk. Sebab, indahnya pemandangan di kiri kanan jalan oleh hijau persawahan yang membentang, menjadikan perjalanan berasa dekat dan tak terasa. Terlebih, indahnya panorama alam itu dilengkapi pula dengan pohon randu, serta beberapa petak hutan jati yang terselip di antara ketela pohon yang menghampar. Wisata Alam dan Kuliner
Keberadaan Waduk Gunungrowo sangat penting bagi pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Pati. Tidak hanya panorama alamnya yang indah rupawan, melainkan juga karena memiliki nilai sejarah Dalam kepercayaan masyarakat setempat, rawa di atas gunung ‘’lahir’’ sebagai akibat adu kesaktian antara Sunan Muria dengan Dampo Awang, Senopati dari Negeri Tiongkok yang terdampar di Pati. Cerita ini, tentu bertolak belakang dengan petunjuk yang terpapang di Waduk Gunungrowo, yang menyatakan waduk dibuat pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Tjakri (54), salah satu warga, menceritakan, kakeknya ikut terlibat dalam proses pembuatan waduk itu. ‘’Saya orang asli sini, mas. Dulu eyang (kakek-Red) saya ikut mburuh ngeduk tanah sama
INFO MURIA
Edisi XXI
Februari - April 2015
Londo (Belanda). Tanah ini dulunya pemukiman. Ada rumah tinggal penduduk, terus di usir Londo. Ada pemakaman juga, terus dikeduki, dibuat waduk,’’ katanya. Tetapi lepas dari nilai sejarah dan legenda yang melingkupi, waduk ini menyuguhkan wisata alam yang mengesankan, lengkap dengan kekayaan kuliner yang bisa dinikmati. Pradikta, dalam penelitiannya bertajuk ‘’Strategi Pengembangan Obyek Wisata Waduk Gunungrowo Indah dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pati’’ Dalam kajiannya yang menggunakan analisis SWOT (2013) menyebutkan, obyek wisata Waduk Gunungrowo memiliki panorama alam yang indah, sejuk, dan asri, sehingga akan memberi kenyamanan bagi pengunjung yang datang. Tak heran, jika para pengunjung yang datang tak bosan berkeliling waduk melihat pemandangan sekitar dengan latar belakang Pegunungan Muria, dengan tiket masuk yang sangat murah, yaitu Rp. 1.500. Dengan tiket masuk murah itu, pengunjung bisa menikmati keindahan Waduk Gunungrowo sepuasnya, bisa ber-selfie ria, menikmati segarnya minuman di bawah rimbunan pohon atau di pinggir waduk, dan yang tak boleh kelewatan, menikmati lezatnya nila bakar yang banyak ditawarkan warungwarung di sekitar. Amboi ... (Widjanarko/ Info Muria)
15
KAMPUSIANA
S
KILAS KAMPUS
Sinergi itu Terbangun di Plajan
INERGI yang sangat menarik terjalin antara Universitas Muria Kudus (UMK) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara pada pekan kedua Februari lalu. Jalinan sinergi itu terjalin melalui komitmen bersama mendukung wisata Desa Plajan di Kecamatan Pakis Aji, Jepara. Di tengah rintik air hujan yang mengguyur, Bupati Jepara KH. Ahmad Marzuqi SE. menyatakan Desa Plajan sebagai desa wisata. ‘’Saya canangkan Desa Plajan ini sebagai Desa Wisata. SK (Surat Keputusan-Red) menyusul,’’ tegasnya di depan ribuan pasang mata yang hadir. Menurutnya, Desa Plajan dengan potensi yang dimiliki, sangat layak menjadi desa wisata. Sebab, ada beberapa potensi wisata yang dimiliki di luar panorama alam yang indah, antara lain Gong Perdamaian, Gua Sakti, dan Akar Seribu. Marzuqi pun menambahkan, meski memiliki potensi wisata yang prospektif, namun pihak pengelola wisata terkait butuh kerja keras mempromosikannya agar banyak wisatawan tertarik untuk berkunjung. ‘’Promosi juga harus digencarkan, agar wisata Desa Plajan bisa seperti Bali,’’ ungkapnya dalam kegiatan Visit Plajan 2015 yang diselenggarakan Pemerintah Desa dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Plajan bekerjasama dengan mahasiswa yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya. Rektor UMK Dr. Suparnyo SH. MS. yang hadir bersama para Wakil Rektor dan jajaran Dosen Pendamping Lapangan (DPL) mengemukakan,
pihak UMK memiliki tanggung jawab moral untuk ikut mempromosikan sektor wisata Desa Plajan.
Kuliah Tamu Bupati Pati Haryanto
‘’UMK berkomitmen akan membantu mempromosikan potensi wisata Desa Plajan, baik melalui media institusional yang dimiliki maupun media-media lain. Apalagi, UMK dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara telah memiliki ikatan erat melalui kerjasama yang telah terjalin,’’ paparnya.
Bupati Pati Haryanto SH. MM. menjadi pemateri dalam kuliah tamu yang diselenggarakan Universitas Muria Kudus (UMK) pada Sabtu (14/2/2015). Pada kesempatan itu, orang nomor satu di Bumi Minatani itu memaparkan soal potensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di daerah yang dipimpinnya.
Dr. Suparnyo , mengamini apa yang disampaikan bupati. Dia mengemukakan, promosi terhadap berbagai potensi wisata Desa Plajan dinilai penting untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Dia mengatakan, kendati sebagian besar wilayah Pati untuk perftanian, namun tak sedikit pula masyarakat yang menjadi pelaku UMKM. Saat ini, Pati bahkan sudah memiliki 12 klaster UMKM, antara lain tapioka, batik tulis, kopi, ulat sutra, pengolahan hasil laut, dan konveksi. (Eros/ Info Muria).
‘’Kunjungan wisatawan di Desa Plajan, tentu akan berdampak positif pada peningkatan perekonomian warga dan juga akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD),’’ ujar rektor dalam sambutannya. Sebagai bentuk dukungan terhadap terhadap potensi wisata Desa Plajan, usai penyanangan Desa Plajan sebagai desa wisata yang digelar di lapangan desa setempat, rektor bersama para pimpinan UMK pun secara khusus menyempatkan mengunjungi Gua Sakti dan Akar Seribu. Dalam kunjungannya itu, rektor didampingi antara lain Dr. A. Hilal Madjdi M.Pd. (Wakil Rektor I), Dr. Zainuri MM. (Wakil Rektor II), Drs. Muh Syafei M.Pd. (Wakil Rektor IV), dan Dr. Mamik Indaryanti MM. (Kepala Lembaga Penelitian UMK). (Rosidi/ Info Muria)
Membedah Perdebatan Kretek
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus (UMK) membedah perdebatan mengenai kretek dalam talkshow bertajuk “Membuka Stigma Kretek dalam Berbagai Prespektif” di ruang seminar lantai IV Gedung Rektorat, Rabu (25/03/2015). Sebagai narasumber, Edy Supratno S.Ag. M.Hum (peneliti kretek), dr. Tony Prilliono (ahli kesehatan), M. Widjanarko S.Psi, M.Si (Psikologi UMK), dan Malik Khoirul Anam (aktivis pergerakan mahasiswa). Selain mahasiswa UMK, talkshow ini juga dihadiri pengurus Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) Jawa Tengah, dinas pendidikan, dan dinas kesehatan. (Islah/ Info Muria) .
Pengelola Perpustakaan UBL Studi Banding di UMK Jajaran pengelola perpustakaan Universitas Budi Luhur (UBL), Jakarta, melakukan studi banding ke perpustakaan Universitas Muria Kudus (UMK), Rabu (25/2/2015). Rombongan berjumlah 12 orang dipimpin Sudiyatno Yudi Nugroho (Kepala Perpustakaan) dan Dwi Acha Diani (Kepala Biro Pengembangan dan Publikasi). Di UMK, rombongan disambut antara lain Dr. A. Hilal Madjdi M.Pd. (Wakil Rektor I UMK), Drs. Muh Syafe’i M.Pd. (Wakil Rektor IV), Noor Athiyah M.Hum. (Kepala Perpustakaan UMK) dan jajaran pengelola perpustakaan UMK.
Dok. Info Muria
Pedagang jajanan tradisional menyemarakkan Visit Plajan 2015 yang didukung UMK
S
557 Wisudawan Resmi Diwisuda
ebanyak 557 wisudawan Universitas Muria Kudus (UMK) resmi diwisuda dalam Rapat Senat Terbuka dengan agenda tunggal wisuda Sarjana dan Pasca-Sarjana UMK ke54 periode April 2015 di Auditorium, Rabu (8/4/2015).
Wakil Rektor I UMK, Dr. A. Hilal Madjdi M.Pd., wisudawan terdiri atas 15 wisudawan Program Studi (Progdi) Magister Manajemen (S2), Progdi Manajemen (S1) 54 orang, Progdi Akuntansi (S1) 43 orang, Progdi Magister Ilmu Hukum (S2) 11 orang, Progdi Studi Imu Hukum (S1) 32 orang. Progdi Bimbingan dan Konseling (S1) sebanyak 89 orang, Progdi Pendidikan Bahasa Inggris (S1)
44 orang, Progdi Pendidikan Guru SD (S1) 37 orang, 20 wisudawan dari Progdi Agroteknologi (S1), 103 orang dari Progdi Teknik Informatika (S1), 5 wisudawan Progdi Teknik Elektro (S1), 68 wisudawan Progdi Sistem Informasi (S1), 16 dari Progdi Teknik Mesin (S1), dan 20 wisudawan Fakultas Psikologi (S1). Rektor UMK Dr. Suparnyo SH. MS. berpesan, agar para wisudawan bisa mengamalkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah kepada masyarakat luas. ‘’Sebarluaskan ilmu yang telah Saudara dapat kepada masyarakat luas secara bertanggung jawab, berkualitas, cerdas dan santun,’’ katanya. (Eros/ Info Muria) INFO MURIA
Edisi XXI
Dwi Acha Diani dari UBL, mengemukakan, kunjungan di UMK ini adalah dalam rangka melihat perpustakaan di universitas terbesar di Pantura Timur Jawa Tengah itu. ‘’Untuk menimba pengalaman, dari sisi IT, koleksi buku, serta koleksi jurnal ilmiah,’’ katanya. (Eros/ Info Muria) .
BEM Ekonomi Gelar Seminar Ekonomi Syari’ah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus (UMK) menggelar seminar ekonomi syari’ah di Auditorium, Jum’at (20/3/2015). Hadir sebagai narasumber, A. Iskandar Zulkaenan (Dewan Redaksi Website PKEs) dan Alfi Hidayat SE. MM. (KJKS BMT Giri Muria Kudus). Alfi Hidayat, salah satu narasumber, mengatakan, meski saat ini perikehidupan berada dalam cengkeraman ideologi dan sistem ekonomi kapitalistik, supaya tidak menjadikan umat Islam larut di dalamnya. ‘’Posisi tidak ideal bagi posisi bisnis syariah, jangan sampai membuat umat Islam larut dalam kubangan sistem ekonomi yang kapitalistik,’’ katanya. (Dwi Ariyanti/ Info Muria).
Februari - April 2015
16
KAMPUSIANA
Melalui Lisia Kenalkan
Khazanah Kudusan kepada peserta yang datang dari 20 PT ASEAN,’’ ujarnya.
Dok. Info Muria
E
Agung Dwi NC sedang memandu diskusi dengan peserta Lisia
MPAT pemuda dengan kaus dan kopiah putih, berhenti di pelataran Menara Kudus, Rabu (15/4/2015) lalu, tatkala adzan Ashar masih berkumandang. Tak lama berselang, puluhan orang dengan kaus serupa yang bertuliskan ‘’Living in Asia’’ (Lisia) , menyusul empat pemuda itu. Mereka adalah rombongan mahasiswa dan dosen dari berbagai Perguruan Tinggi (PT) di Asia yang sedang mengikuti program Lisia yang diselenggarakan Universitas Muria Kudus (UMK) pada 13 - 17 April. Kunjungan ke Menara Kudus, adalah salah satu kegiatan yang telah
diagendakan oleh panitia Lisia. Para peserta pun nampak antusias, dan sibuk mengamati arsitektur Menara Kudus yang menjadi monumen bersejarah di kabupaten ini. Mutohhar, panitia Lisia mengutarakan, kegiatan ini merupakan follow up dari kerjasama internasional yang telah terbangun dengan berbagai PT di ASEAN dalam wadah Passage to ASEAN (P2A). ‘’Lisia ini sebagai upaya untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia di dunia internasional, khususnya ASEAN. Satu yang menarik dalam Lisia ini, yitu pengenalan Bahasa Jawa Kudusan
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (Progdi PBI) ini menambahkan, selain berkunjung ke Menara, para peserta juga diajak mengunjungi OASIS dan Museum Kretek. ‘’Di luar berbagai kunjungan ini, para peserta diajak bergembira dengan aneka permainan, seperti mengalunkan tembang Jawa sepanjang perjalanan menuju SD 1 Japan, bermain Bakiak, Jangklong, Bentengan, Gobak Sodor dan Dakon bersama anak didik di SD tersebut,’’ lanjutnya. Memberi Kesan Berbagai kegiatan yang dirancang oleh panitia Lisia, pun mendapatkan apresiasi positif para peserta, karena dinilai sangat bagus dan memberikan kesan mendalam. Paling tidak, itulah yang dirasakan Intan Nadia Syakila. Intan Nadia Syakila, mahasiswa Universitas Utara Malaysia (UUM) ini mengaku senang bisa mengunjungi salah satu monumen peninggalan penyebar agama Islam di tanah Jawa, khususnya di Kudus dan sekitarnya. “Senang sekali saya berkesempatan mengunjungi Menara Kudus, sehingga menjadi tahu jalan penyebaran Islam di kota ini,” tuturnya sambil tak hentihenti mengamati eksotisme menara
peninggalan Sunan Kudus itu. Rekan Intan dari UUM, Ainol Azreen, juga mengaku memiliki pengalaman menarik, yakni soal Bahasa Jawa. “Saya Melayu-Jawa, sikit paham lah but Saya tak bise ngomongnye,” ungkap mahasiswa Science Faculty UUM yang mengaku memiliki darah Jawa. Mahasiswa asal Bukit Tinggi, M. Iqbal, berbagi pengalaman seputar perjalanannya mengikuti Lisia. “Ini pengalaman pertama saya mengikuti program konservasi dan kebudayaan yang saya dapat. Dari aktivitas yang digelar Lisia ini, menjadi pengalaman terbaik saya untuk lebih mencintai alam bagi keseimbangan masa depan,” urainya. Ketua panitia Lisia, Fajar Kartika, menuturkan, pihaknya memang sengaja merancang penggunaan Bahasa Jawa Kudusan untuk berkomunikasi dalam program ini. ‘’Tak hanya di forum, para peserta juga berkesempatan mempraktikkan Bahasa Jawa Kudusan ini dengan masyarakat lokal di Colo,’’ terangnya. Kesan Kudusan semakin terasa dalam Lisia, lantaran peserta dibagi dalam empat kelompok dengan menggunakan nama-nama lokal yang khas. ‘’Nama kelompok yaitu Jangklong, Gedang Byar, Parijoto, dan Enthik,’’ jelas Fajar Kartika. (Atik/ Info Muria)
‘‘Untuk SLiMS, Semuanya Bekerja secara Gratis’’ Mempelajari ilmu apapun, tentu akan lebih berkesan jika belajar langsung pada sumbernya. Hal nampak pula dalam Seminar dan Lokakarya (Semiloka) Senayan Library Management System (SLiMS) di ruang seminar lantai IV Gedung Rektorat, Kamis (5/3/2015). Semiloka SLiMS yang diselenggarakan UPT. Perpustakaan Universitas Muria Kudus (UMK), ini menghadirkan langsung salah satu pengembangnya, yaitu Hendro Wicaksono. Tak pelak, ratusan pustakawan sekolah dan perguruan tinggi hadir untuk berguru langsung pada sang master. Tak hanya di Eks Karesidenan Pati, ada pula yang dari Politeknik Negeri Semarang (Polines),
Universitas Terbuka, Unika Soegijapranat Semarang. Selain Hendro Wicaksono, hadir pula Heru Subekti (Komunitas SLiMS Kediri) dan Purwoko (Komunitas SLiMS Yogyakarta). ‘’Penyelenggaraan Semiloka ini didukung oleh Komunitas SLiMS Semarang, Kendal, Jepara dan Kudus,’’ terang kepala UPT. Perpustakaan UMK, Noor Athiyah, SS. M.Hum. Ada cerita menarik di balik pengembangan program Open Source Software (OSS) berbasis web yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan automasi perpustakaan (library automation) skala kecil hingga skala besar ini. ‘’Developer SLiMS saat ini ada sembilan programmer, semuanya kerja gratis di SLiMS,’’ terang Hendro. Selain kerja gratisan, sembilan programmer juga berasal dari berbagai latar belakang berbeda. Arie Nugraha (dosen UI), Wardiyono (dosen Yarsi), Purwoko (kepala perpustakaan Fakultas Teknik UGM), Rasyid Ridho (Kemdikbud), Arif Syamsuddin
INFO MURIA
Edisi XXI
Februari - April 2015
(LBH Jakarta), Eddy Subrata (freelance programmer), Widianto Nugroso (staf administrasi ITB), Indra Sutriadi (guru fisika di Gorontalo), dan Hendro Wicaksono (Kemdikbud). ‘’Alhamdulillah, sejak 2007 lalu, masih eksis sampai sekarang. Ini memang menjadi komitmen bersama para programmer untuk selalu mengembangkannya,’’ terang Hendro didampingi Heru Subekti. Nama ‘’Senayan’’ dalam program ini dipakai, jelasnya, lantaran awal-awal pembuatannya, diskusi selalu dilakukan di Senayan yang kemudian dijadikan kode. Namun setelah diuji-coba, ternyata banyak yang suka. ‘’Akhirnya, kita resmikan,’’ katanya sembari berharap program yang dikembangkannya bersama Arie Nugroho ini membawa manfaat bagi pengelolaan perpustakaan. (Rosidi, Erizt/ Info Muria)
17
KAMPUSIANA
Menyoal Cukai Sektor IHT
Pada 2014, pemasukan negara dari cukai Industri Hasil Tembakau (IHT) mencapai Rp. 112 triliun. Target pemasukan dari sektor ini mengalami kenaikan rata-rata 10 % setiap tahun.
Fasih Bicara Kretek
M
elihat presenter cantik Inne Hendayani Sudjono di layar kaca, tentu bukan hal asing. Tetapi, bagaimana jika jurnalis Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) ini bicara tentang kretek? Tentu bukan hal biasa. Pemandangan tak biasa itu berlangsung saat Inne menjadi pemandu diskusi publik bertajuk ‘’Kebijakan Tarif Cukai yang Rasional, Adil, dan Berorientasi National Interest’’ di auditorium Universitas Muria Kudus (UMK) pada Sabtu (11/4/2015) lalu.
Dok. Info Muria
Narasumber dari berbagai latarbelakang saat membahas tentang IHT dan Cukai.
K
eberpihakan pemerintah terhadap IHT, dipertanyakan. Sebab, sampai saat ini, banyak regulasi yang menyudutkan industri ini, sehingga mengancam eksistensinya. Hal yang sungguh ironis, mengingat IHT merupakan produk asli karya anak bangsa, yang mestinya mendapatkan perlindungan. Keprihatinan itu muncul dari berbagai kalangan, antara lain dari pengusaha, akademisi, budayawan, dan jurnalis yang hadir dalam diskusi publik ‘’Kebijakan Tarif Cukai yang Berkeadilan dan Berorientasi National Interest’’ di Auditorium Universitas Muria Kudus, Sabtu (11/4/2015). Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gapungan Para Pengusaha Rokok Indonesia (GAPPRI), Hasan Aoni Aziz US., mengatakan, bahwa kenaikan cukai bagi IHT ini membuat para pengusaha dalam kondisi yang sulit, bahkan berdampak pada menurunnya jumlah pabrikan yang ada. ‘’Pada 2009, IHT di Indonesia sebanyak 4.900 perusahaan, dan pada 2014 tahun lalu, tinggal 600 pabrik. Artinya, dalam kurun waktu lima tahun, ada sekitar 105.700 orang (buruh/tenaga kerja) yang dirumahkan, dengan asumsi satu pabrik memiliki 25 tenaga kerja,’’ tegasnya. Terkait cukai terhadap IHT ini, Hasan berharap agar daerahdaerah penghasil produk tembakau dan jaringannya, mengambil peran dalam penentuan tarif cukai. ‘’Pemerintah mestinya ikut memperjuangkan apresiasi terkait cukai, meskipun secara regulasi, daerah tidak harus dimintai pendapat, melihat situasi yang ada. Apalagi jadwalnya jelas, yaitu setiap
September–Oktober,’’ ujarnya. Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara Kementerian Keuangan, Drs. Astera Primanto Bhakti mengatakan, adanya kenaikan cukai setiap tahun ini tak lepas dari proses pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ada di parlemen. ‘’Cukai, core-nya bukan penerimaan, tetapi untuk pengawasan (monitoring). Barang kena cukai ini barang yang perlu diawasi. Tetapi karena kaitannya dengan APBN, karena harus ada angka,’’ paparnya dalam diskusi yang diselenggarakan Pusat Studi Kretek Indonesia (Puskindo) UMK itu. Prima mengutarakan, kenaikan terjadi tidak hanya pada cukai. Dia bahkan menyebut, kenaikan pajak itu lebih besar dibandingkan kenaikan cukai. ‘’Kenaikan cukai sekitar 25-27 %,, sementara kenaikan pajak hampir 40 %,’’ terangnya. Dia tak menampik, kini menjadi tahun yang sangat berat buat pencapaian penerimaan negara. ‘’Tapi bukan berarti pemerintah akan melakukan hal-hal yang memberatkan. Yang tidak bayar pajak, ditagih, dan yang belum tersentuh, dicari. Sementara mengenai mengenai besaran cukai, karena ikutannya masuk di APBN, saat diskusi di Parlemen, kita diminta menaikkan,’’ ungkapnya. Rektor UMK, Dr. Suparnyo SH. MS., memaparkan sebuah tesis mengenai pengutan oleh negara yang cukup menarik. Menurutnya, pungutan harus dilakukan antara lain di saat yang tepat, membawa rasa kemanfaatan, dan berdasarkan Undang-Undang (UU), karena INFO MURIA
kebijakan terkait pungutan membebani rakyat.
itu
‘’Maka kebijakan pungutan, termasuk cukai, harus mendapatkan persetujuan rakyat melalui DPR. Besarnya cukai, harus disetujui wakil rakyat. Jangan ada istilah pungutan tanpa UU,’’ tegasnya. ‘’Di Inggris, tidak ada pajak tanpa persetujuan rakyat. Sedang di Amerika Serikat (AS), pemungutan pajak tanpa persetujuan rakyat dinggap perampokan,’’ lanjutnya menandaskan.
Dalam diskusi yang diselenggarakan Pusat Studi Kretek Indonesia (Puskindo) UMK itu, peserta diskusi publik yang hadir pun akan sangat terheranheran, melihat kefasihan Inne mengenai isu kretek atau Industri Hasil Tembakau (IHT) ini. ‘’IHT adalah salah satu sektor penting bagi negara, karena di dalam Industri ini ada sebanyak 6 juta orang yang menggantungkan hidupnya dari hulu ke hilir,’’ ujarnya membuka acara diskusi itu. Dalam perjalanan diskusi, alumnus Universitas Pasundan (Unpas) Bandung (1999) yang pernah mengikuti short course di Deutsche Welle, Bonn, Germany Journalism (2007), terlihat sangat menguasai isu kretek, sehingga dia pun dengan mudah ‘’mengendalikan’’ jalannya diskusi yang dihadiri ratusan peserta dari berbagai kalangan itu.
Diskusi publik itu menghadirkan para pakar dari beragam latar belakang. Selain Astera Primanto Bhakti dan Hasan Aoni Aziz, hadir pula M. Sobary (budayawan), Dr Mamik Indaryani (Kepala Lembaga Penelitian UMK), dan Ratna Kawuri SH (Disperindag Provinsi Jateng). Selain itu ada Bambang TW (Pemerintah Kabupaten Kudus), Asma Luthfi M . H u m (Antropolog Universitas N e g e r i Semarang), Puthut EA. (aktivis Indonesia Berdikari), G h i f a r i Yuristiadhi (peneliti sejarah Universitas Gadjah Mada), dan Edy Supratno (peneliti H. Inne Hendayani Sudjono Djamhari). (Hoery, Edisi XXI
Februari - April 2015
‘’Tahun 2014, penerimaan pemerintah dari cukai rokok (kretek) mencapai Rp. 112 triliun. Selain itu, ada multiple effect di industri ini. Berdasarkan penjelasan dari salah satu peneliti Puskindo UMK, ada 30 juta orang yang menggantungkan hidupnya dari industri ini,’’ paparnya. Dia mengemukakan sebuah pertanyaan kritis di awal memandu diskusi, yakni bagaimana cukai bisa memberikan rasa keadilan bagi pengusaha, baik pengusaha kecil, menengah, maupun besar. ‘’Pemerintah memperoleh pendapatan dengan menetapkan cukai yang setiap tahun selalu berubah (naik). Namun, cukai rokok yang tadinya untuk pemasukan bagi negara, tetapi (kemudian) membatasi pemakaian dan peredarannya,’’ tegasnya dengan nada tanya. (Eros/ Info Muria)
Dok. Info Muria
18
JELAJAH
Menikmati Pesona
B
Kawah Ijen
anyuwangi, salah satu kabupaten di Jawa Timur, memiliki Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) yang sangat beragam. Tak kurang dari 21 ODTW ada di sini, salah satu Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen. TWA Kawah Ijen memiliki karakteristik sebagai wisata minat khusus yang unik dan langka. Karenanya, sifat wisata ini mempunyai keunggulan komparatif dan jarang dijumpai di tempat lain. Maka, tak heran jika banyak wisatawan mancanegara tertarik untuk datang (Pariwisata Banyuwangi, 2008). Perjalanan menyusuri ujung timur Pulau Jawa ini, bukan tanpa sebab. Lebih dari enam bulan lamanya Pesona Kawah Ijen di Bayuwangi, Jawa TImur penulis memendam keinginan untuk menjelajahi mdpl, yang kemudian masih harus berjalan sekitar 3 pesona Kawah Ijen yang dikenal dengan blue fire-nya. km ke kawah Ijen pada ketinggian 2380 mdpl. Harga sewa mobil sekitar Rp. 500 ribu Sebenarnya, sudah beberapa kali penulis melintasi Banyuwangi, yakni saat menemani mahasiswa kuliah Namun jika masih kelelahan, bisa mencari penginapan lapangan di Pulau Lombok. Tetapi akhirnya kesempatan di sekitar Banyuwangi yang relatif terjangkau. Atau, bisa berkunjung di Kawah Ijen itu akhirnya datang juga. saja menginap di desa wisata Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, dengan naik ojek Perjalanan ke Banyuwangi dari Semarang, tidak sekitar 15-20 menit. Ongkos ojek cukup murah, yakni sulit. Dari terminal Terboyo naik bus jurusan Surabaya, antara Rp. 10 - 20 ribu. menyusuri Jalan Pos Daendels di sepanjang Pantai Utara Jawa bagian Timur, melewati kota lama Lasem dan Penjelajahan dengan berjalan kaki penulis lakukan Tuban sebelum sampai di Terminal Purabaya, Surabaya. dimulai dari pos Paltuding. Tetapi bagi yang tidak kuat, bisa menyewa tandu yang diangkut empat Cukup melelahkan, kiranya perjalanan ini. Lebih dari orang pemandu dengan membayar ongkos Rp. 200 200 km ditempuh untuk sampai Terminal Surabaya. ribu pergi pulang. Dari terminal yang akrab dikenal dengan Bungur, dilanjutkan menggunakan bus Surabaya - Banyuwangi Pesona Alam sepanjang kurang lebih 291 km. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1.5 Tetapi bagi yang ingin naik kereta api, bisa jam berjalan dengan medan menanjak, penulis tiba menempuhnya melalui Stasiun Tawang (Semarang) di Pondok Bunder. Sebuah pondok penimbangan menuju Stasiun Pasar Turi (Surabaya). Setelah itu, belerang yang cukup ramai. Dari Pondok Bunder ini, dilanjutkan dengan kereta api Mutiara Timur yang perjalanan ke bibir kawah tinggal sekitar 30 menit memiliki hanya satu rute, Surabaya – Banyuwangi. Hanya dengan medan datar yang ringan. saja, tidak setiap jam ada jadwal pemberangkatan. Perjalanan yang melelahkan itu, akhirnya terbayar Sampai di Banyuwangi, pengunjung bisa langsung setelah menyaksikan pesona alam Gunung Ijen yang menuju Kawah Ijen dengan jasa hartop karena jalanan menyimpan pesona dengan kawah di puncaknya. yang menanjak, menuju Paltuding di ketinggian 1850
Dok. Info Muria
Kawah di gunung itu terletak di tengah kaldera terluas di Pulau Jawa, sekitar 20 km dengan panjang dan lebar masing-masing sebesar 800 meter dan 700 meter serta kedalaman danau mencapai 180 meter. Berada di posisi 8º03’30” LS dan 114º14’30” BT dengan tinggi puncaknya 2.386 meter dari permukaan laut, kawah Gunung Ijen memiliki tingkat keasaman yang sangat tinggi, yaitu mendekati nol sehingga bisa melarutkan tubuh manusia dengan cepat. Suhu kawah mencapai 200 derajat celcius, nampak berwarna hijau kebiruan dengan kabut dan asap belerang yang memesona. Riyadi (2011) menunjukkan, Kawah Ijen berbeda dengan kawah lain, karena warna airnya bisa berubah, yaitu berwarna hijau bahkan bisa berwarna biru. Kawasan ini juga kaya akan fauna yang beragam, seperti burung, kera moncong putih, tupai terbang, tupai tanah, dan tupai pohon. Kawah Ijen terletak di puncak Gunung Ijen yang merupakan rangkaian gunung berapi di Jawa Timur: Bromo, Semeru, dan Merapi. Sejak tiga terakhir, Kawah ini menjadi pesona baru. Tak hanya wisatawan lokal, wisatawan mancanegara pun banyak yang datang. Tertarik untuk berkunjung? (Widjanarko/ Info Muria)
Menikmati Sensasi Sego Tempong Banyuwangi BANYUWANGI: Sunrise of Java. Sebuah kabupaten di ujung timur pulau Jawa, ini belakangan mulai dikenal masyarakat luas. Tak hanya oleh publik di tanah air, juga oleh masyarakat (wisatawan) internasional.
kuliner khas yang menjadi jujugan para wisatawan saat datang berkunjung. Salah satu yang sangat populer adalah sego tempong.
terletak di Glagah, tak jauh dari Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag), dan bisa ditempuh sekitar 10 menit dari kota.
Tak heran jika banyak masyarakat yang kini terbuai oleh pesona Banyuwangi. Pasalnya, kabupaten yang secara geografis berada di antara Bali, Surabaya, Malang, dan Yogjakarta, ini memang menyimpan destinasi wisata yang beragam.
Disebut sego tempong, lantaran siapa saja yang menikmati kuliner ini, serasa di-tempong (di tampar). Ya, karena sego tempong disajikan dengan sambal ulek yang sangat pedas dibubuhi aroma daun jeruk pecel. Menariknya, sambal dalam sego tempong sampai menutupi lauk yang dihidangkan.
Berbagai tempat wisata itu, antara lain Cagar Alam Baluran, Pantai Bama, Pantai Watu Dodol, Pantai Rajeg Wesi, Pantai Sukamade, Teluk Hijau, Pantai Plengkung, Pemandian Taman Suruh, Pantai Pulau Merah, dan Kawah Ijen.
Sego tempong terdiri atas nasi putih dengan berbagai lauk pilihan, antara lain ikan, telur, sate jerohan, dan ayam. Pecinta kuliner ini juga bisa memilih penawar pedas dengan sayur yang disediakan, yang berbahan kubis dan kacang panjang, atau urap (godhangan).
Berdiri sekitar lima tahun terakhir, Warung Buk Wah ini selalu ramai oleh pengunjung karena memang sudah sangat dikenal dan sering diliput media massa. ‘’Kesan pedas yang dihasilkan dari sambal inilah asal muasal sehingga dikenal sebagai sego tempong. Tempong berarti tampar atau kampleng dalam bahasa Jawa, ’’ tuturnya.
Tetapi jangan salah. Tidak hanya destinasi wisata yang dimiliki Banyuwangi. Karena di sini, juga memiliki
Warung Buk Wah, adalah salah satu warung sego tempong yang sudah sangat dikenal. Warung ini
INFO MURIA
Edisi XXI
Februari - April 2015
Harga untuk satu porsi sego tempong pun cukup murah. ‘’Satu porsi sego tempong harganya antara Rp. 12.000 – Rp. 15.000. Tergantung lauk pauknya,’’ lanjutnya menambahkan. So, silakan rasakan sendiri senasi sego tempong jika berkunjung ke Banyuwangi. (Nabila/ Info Muria)
19
PUSTAKA Judul buku : Fiqh Indonesia Penulis : Marzuqi Wahid Pengantar : Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA. & KH Husein Muhammad Penerbit : Penerbit Marja Cetakan I : April 2014 Halamaan : 428 + 1v
F
iqh (hukum Islam) di Indonesia, selama ini menjadi kajian yang nampak kaku, dengan literatur-literatur kuno berbahasa Arab. Padahal, sebagaimana dikemukakan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA., fiqh adalah produk anak zaman, sehingga proses kelahiran, tumbuh, dan berkembangnya, juga selaras dengan ruang dan waktu yang mewadahi. Karena fiqh lahir dari akal (pemikiran) yang bersifat subyektif, maka ia bersifat partikular, fleksibel, dan kebenarannya relatif. Berbeda dengan Al-Qur’an yang bersifat universal dan mutlak kebenarannya. Karena merupakan hasil pemikiran (ijtihad) seseorang, fiqh pun hadir dinamis dan sesuai dengan geografis dimana ia hadir. Perbedaan juga hadir,
Memotret Fiqh Berbasis Budaya Lokal
karena metodologi yang dipakai untuk memutuskan suatu hukum, juga berbeda. Maka tidak berlebihan kiranya jika kemudian di Indonesia, lahir gagasan dari sementara intelektual (cendekiawan) mengenai fiqh berbasis kearifan lokal dan budaya yang berkembang di masyarakat. Adalah Marzuqi Wahid, salah satu cendekiawan muda Islam di tanah air, merilis buku ‘’Fiqh Indonesia: Kompilasi Hukum Islam dan Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam (CLD KHI) dalam Bingkai Politik Hukum Indonesia’’. Kendati ia secara rendah hati menyebut judul bukunya dengan hiperbolik, lebay, atau simplistik, namun diakui atau tidak, gagasannya tersebut sangat
Menguak Sisi Lain Pram Judul Buku Penulis Cetakan Pertama Penerbit Jumlah Halaman
ini. Mas Moek, panggilan Pram dikeluarganya, digambarkan sebagai sosok yang tidak banyak bicara. Berkat Pram pula, keluarga dan adik-adiknya menjadi pribadi yang tak lagi mementingkan harta.
Bagi Pram, sastra adalah sejenis kebudayaan yang berideologi dan berfungsi membangkitkan semangat bangsanya. Ia berkeyakinan pengarang adalah pioneer yang bertindak sebagai pendorong kemajuan masyarakat dan hati nurani karena apa yang ditulis pengarang adalah cermin, dan tolok ukur keadaan lingkungan sekitarnya.
Keakraban Pram bersama adik-adiknya terjalin hingga usia mereka tua. “Dialah yang mengentaskan kami dari lumpur kehancuran, dari kubangan kemiskinan kekayaan materi dan rohani. Kasih sayang yang tulus itu tetap terasa hangat dan terpancar, walau kami tetap sama-sama tua. Ia tetap memanggil saya dengan panggilan masa kecil, dan saya pun memanggilnya dengan panggilan ketika kami masih kecil” (hal. 64).
Namun menurut Pram, mengarang bukanlah kegiatan yang bersifat bisnis. Seniman menulis tidak untuk menciptakan harga, melainkan menciptakan makna yang melahirkan penghargaan. Pram tetap berprinsip teguh bahwa berkarya bukan untuk mencari pujian dan sanjungan. Kehidupan Pramoedya Ananta Toer dikupas tuntas oleh Soesilo Toer, dalam buku “Pram dalam Kelambu”
Membaca buku Marzuqi Wahid ini, kita seakan diajak untuk memotret fiqh yang tidak sekadar memperhatikan nilai-nilai dan budaya lokal, tetapi juga menghargai Indonesia dengan segala karakter kebangsaan dan menegakkan hak asasi perempuan. (Rosidi/ Info Muria)
Mutiara Kata dari Penjuru Nusantara
ramoedya Ananta Toer adalah satu diantara sedikit pengarang Indonesia yang menjadikan dunia mengarang sebagai tugas nasional, yang tak kalah penting dengan tugas nasional yang lain.
Karya-karya Pram yang paling terkenal adalah tetralogi Pulau Buru; Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca serta tulisan-tulisannya yang lain menjadikannya beberapa kali masuk nominasi penghargaan Nobel.
Gagasannya mengenai fiqih Indonesia itu, ‘’dirumuskannya’’ dalam tawaran hukum Islam transformatif, CLD KHI, dengan mengubah kerangka berpikir pembentukan hukum Islam dari teosentrisme ke antroposentrisme, dari elitis ke populis. (hal. 210).
INFO BUKU
: Pram dalam Kelambu : Soesilo Toer : Februari 2015 : Pataba Press : XXV + 164
P
menarik dalam rangka mendiskusikan hukum Islam yang mampu menjawab tantangan masyarakat Indonesia. (hal. xxxix)
Yang menarik dari buku ini adalah prinsip hidup Pram dari sudut pandang orang terdekat, adik keenamnya sendiri. Dari masa kecil, masa pembuangan dan dipenjara tanpa diadili, hingga Pram kembali lagi ke rumah. “Pram dalam Kelambu” ini mengkuak sisi-sisi lain Pram yang tidak diungkap di buku-buku sejenis. Biografi Pram ini sangat layak untuk dibaca seluruh kalangan baik masyarakat umum maupun akademisi, untuk menghadirkan kembali semangat menulis dalam diri. (Ulum/ Info Muria)
INFO MURIA
Edisi XXI
Februari - April 2015
Bangsa Indonesia dikenal memiliki kekayaan suku dan bahasa yang sangat beragam. Keragaman itu tak pelak menjadi sebuah kekayaan tersendiri, yang ditandai dengan tradisi dan khazanah budaya dalam berbagai bentuknya. Salah satu khazanah itu, adalah kekayaan peribahasa yang ada di hampir setiap suku yang ada di nNusantara: Jawa, Kalimatan, Bali, Madura, dan lain sebagainya. Khazanah peribahasa itu “dikenal” secara turun temurun dan dijaga oleh masyarakat laiknya mutiara tinggi nilainya. Mutiara-mutiara kata dari suku-suku yang ada di berbagai penjuru Nusantara, itu dirangkum secara apik oleh sejumlah penulis kondang, yakni Naryanto Wagimin, HM. Nasruddin Anshoriy Ch. Iman Budhi Santosa, D. Zawawi Imron, dan Agus Hendratno. ‘’Mutu Manikam Pendidikan Karakter: Bunga Rampai Peribahasa Nusantara’’. Demikian judul buku yang kehadirannya mendapatkan apresiasi positif pakar pendidikan yang kini menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbu), Anies Baswedan. Dalam pandangan mantan Rekror Universitas Paramadina itu, peribahasa dari masing-masing suku, merupakan cerminan dari tradisi dan nilainilai yang dianut masyarakat dan menjadi simpul keberadaban. (Eros/ Info Muria)
20
R
BUDAYA
Perlu, Pementasan Ringan dan Sarat Pembelajaran
umah tua itu masih nampak dalam pandangan di kegelapan malam yang kian muram. Sebuah rumah sederhana berhiaskan lampu teplok, yang bertengger di atas meja yang terletak di bagian sudut ruang. Suasana temaram di desa itu sungguh mengesankan. Apalagi ditambah dengan iringan suara jangkrik dan hewan lain sejenis serangga, dari semak-semak yang berada di sekitar rumah Mbok Sumini, perempuan senja usia yang tak memiliki satu anak pun. Ya, kesahduan itu mengawali pementasan teater Tiga Koma yang mengangkat lakon ‘’Rumah Sunyi’’. Sebuah rangkaian pementasan yang berlangsung selama dua hari oleh pekerja seni kampus dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK), 14-15 April 2015 lalu. Rumah Sunyi disutradarai oleh Saiful Anam. Sementara lakon ‘’Boneka Tali’’ yang dipentaskan pada hari kedua, disutradarai oleh Udin Menil. Antusiasme pecinta seni peran, cukup bagus terhadap dua pementasan itu. Ini terbukti dengan membeludaknya para penonton yang datang menyaksikan. Ratusan penonton selalu memadati pementasan yang digelar di Auditorium UMK itu selama dua sesi, yakni sore dan malam hari. Tak hanya dari mahasiswa UMK. tetapi banyak pula para pelajar, antara lain dari SMA 1 Mejobo, SMA 1 Gebog, beberapa SMA Pati, bahkan beberapa mahasiswa Universitas
Diponegoro (Undip) juga nampak hadir. ‘’Saya cukup puas dengan akting kawan-kawan yang sangat menguasai peran masing-masing. Respons penonton pun cukup bagus. Tadi saya lihat, penonton mampu terbawa oleh suasana pementasan,’’ ujar Saiful Anam. Noor Alia, pemeran Mbok Sumini yang menjadi tokoh sentral dalam lakon ‘’Rumah Sunyi’’, mengatakan, bahwa dirinya memang berusaha memberikan penampilan terbaiknya dalam pementasan ini. ‘’Cukup sulit memerankan karakter orang tua atau nenek-nenek,’’ ungkapnya. Zaki, pegiat teater Kota Kretek mengapresiasi pementasan yang berlangsung dua hari tersebut. Menurutnya, pementasan teater di Kudus memang perlu diperbanyak, agar teater di Kudus bisa eksis. ‘’Aktivitas berkarya ini harus dilanjutkan demi keberlangsungan teater, khususnya di daerah Kudus. Meski di Kudus akhir-akhir ini teater mulai membumi, namun masih terbatas pada komunitas tertentu. Di luar, orang yang dikenal masih kethoprak,’’ tuturnya. Dia pun memberikan tips, supaya masyarakat tertarik dengan dunia teater, ke depan perlu digagas pementasan dengan lakon-lakon yang ringan. ‘’Berikan suguhan (tontonan) yang ringan namun sarat dengan pembelajaran. Bermain teater itu untuk menghibur diri, bukan berdiskusi melalui jalan cerita dalam sebuah naskah,’’ katanya. (Riska Widyastuti/ Info Muria)
Dok. Info Muria
Salah satu adegan dalam pementasan teater TigaKoma UMK.
INFO MURIA
Edisi XXI
KOLOM Menindih Rutinitas Oleh: Mochamad Widjanarko
W
aktu terus berjalan mengikuti: Senin, Selasa, Rabu, dan seterusnya. Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Dan tahun berganti tahun. Pergantian ini alami dan tidak bisa dipungkiri, baik menurut sistem penanggalan bulan atau matahari. Apa yang mesti kita lakukan seiring berjalannya waktu itu? Sebagai kaum Dok. Info Muria intelektual, baik mahasiswa dan staf pengajar, memiliki tugas merubah konstruksi sosial ke arah yang lebih baik dan mencerahkan. Permasalahannya, bagaimana sivitas akademika mengisi 24 jam dengan aktivitas yang selalu menggairahkan untuk merubah, menemukan, dan mewarnainya dengan berbagai kegiatan ilmiah, membangun kritisisme, bisa dipertanggungjawabkan, dan bermanfaat bagi individu lain? Menjadi mahasiswa, tidak sekadar selembar ijazah yang dikejarnya. Pun demikian dengan dosen dan staf akademik, yang mestinya tidak cuma melayani mahasiswa. Lalu, apa yang bisa dilakukan? Saya tidak memiliki kompetensi mengajari tentang hal ini. Tetapi setidaknya kita tahu, saat bertemu dengan mahasiswa, dosen, dan kolega lain di luar institusi ini, bukan alat komunikasi, laptop atau notebook terbaru, model sepatu, atau trend mode yang dibahas. Melainkan, ikut Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tidak? Atau pertanyaan lain terkait aktivitas intelektual. Paling tidak, itulah yang penulis alami saat ikut pertemuan nasional atau internasional di berbagai tempat. Sering penelitian apa? Pengabdian di mana? Paper-nya diterbitkan di jurnal apa? Dan, sudah menerbitkan buku apa? Dalam alam akademik, penelitian dan pengabdian, memerlukan daya dukung staf akademik yang mumpuni. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) sebagai poros utama yang menangani hal ini, setiap tahun menggelontorkan hibah, baik untuk dosen maupun mahasiswa. Di luar Dikti, Ford Foundation, Japan Foundation, Asia Foundation, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), juga bisa diakses untuk kerjasama-kerjasama penelitian. Maka, beberapa pertanyaan berikut kiranya bisa melecut kita menyadari pentingnya hal di atas; apa yang sudah kita lakukan sebagai kaum intelektual? Hanya menggugurkan kewajiban dengan mengajarkah? Atau, menjadi berarti bagi lingkungan? Dalam konteks ini, dunia persilatan sangat tepat menjadi analog. Di dunia persilatan, seorang pesilat akan menguji ilmunya dalam pertarungan. Demikian halnya dunia akademik, mestinya mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah, membandingkan dan menjajal kemampuan diri. Hal lain yang mesti dicerna, di era informasi seperti sekarang, mahasiswa tak perlu lagi minder dengan dosen. Bisa saja, misalnya, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus (UMK) bertemu pakar psikologi politik, Prof. Hamdi Muluk. Pertemuan yang kemudian dibarengi dengan melakukan komunikasi aktif serta diimbangi dengan membaca referensi serta aktif dalam kegiatan ilmiah, lambat laun pengetahuan (wawasan)-nya tentu akan bertambah, bahkan bisa melampaui dosennya, jika dosen hanya bertumpu pada buku-buku teori yang didapat saat kuliah. Berkarya, tidak sekadar “sudah” melakukan penelitian dan pengabdian. Melainkan bagaimana menarasikan, “membunyikan” hasilnya, mengimplementasikan dalam realitas sosial, dan berperan dalam meminimalisasi masalah yang dihadapi masyarakat. Namun untuk itu, diperlukan kemauan dan keberanian para intelektual kampus keluar dari zona nyaman, dengan mengambil peran-peran intelektual dan sosial secara lebih nyata. Permasalahannya, mau atau tidak? (*) Mochamad Widjanarko, Penulis adalah staf pengajar Fakultas Psikologi UMK
Februari - April 2015