II. TINJAUAN PUSTAKA
A. KEDELAI Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar (Glycine ururiencis), merupakan kedelai yang dikenal saat ini (Glycine max (L) Merril). Kedelai ini berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, kedelai mulai dibudidayakan sejak abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo kemudian menyebar ke daerah Mansyuria, Jepang (Asia Timur), dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika. Taksonomi tanaman kedelai adalah sebagai berikut: Familia
: Leguminosae
Subfamili
: Papilionoidae
Genus
: Glycine
Species
: Glycine max L
Kedelai yang tumbuh secara liar di Asia Tenggara meliputi sekitar 40 jenis. Penyebaran geografis dari kedelai mempengaruhi jenis tipenya. Terdapat 4 tipe kedelai yakni: tipe Mansyuria, Jepang, India, dan Cina. Dasardasar penentuan varietas kedelai didasarkan pada: umur, warna biji, dan tipe batang. Varietas kedelai yang dianjurkan untuk dikonsumsi yaitu: Otan, No. 27, No.29, Ringgit 317, Sumbing 452, Merapi 520, Shakti 945, Davros, Economic Garden, Taichung 1290, TKG 1291, Clark 1293, Orba 1343, Galunggung, Lokon, Guntur, Wilis, Dempo, Kerinci, Raung, Merbabu, Muria, dan Tidar.
3
Tabel 1. Mutu Kedelai Kriteria % bobot
Mutu I
Mutu II
Mutu III
Kadar air maksimum
13 %
14 %
16 %
Kotoran maksimum
1%
2%
5%
Butir rusak
2%
3%
5%
Butir keriput
0%
5%
8%
Butir belah
1%
3%
5%
Butir warna lain
0%
5%
10 %
(Sumber : SK Menteri No 501/Kpts/TP.803/8/1994)
B. PROSES PRODUKSI TAHU Bahan baku untuk membuat tahu berkualitas tinggi adalah kedelai putih berbiji besar, asam cuka (kadar 90 %) yang dipakai sebagai campuran sari kedelai agar dapat menggumpal menjadi tahu. Selain asam cuka dapat juga di pakai batu tahu (CaSo4) atau sulfat kapur yang telah di bakar dan ditumbuk dibuat tepung.\ Dalam seluruh proses produksi tahu, air bersih amat penting digunakan baik untuk mencuci, merendam, maupun untuk membuat sari kedelai. Apabila pengrajin ingin membuat tahu kuning, kunyit yang telah diparut dan diperas dapat ditambahkan pada sari kedelai. Untuk menambah rasa asin dan wangi, sari kedelai dapat dicampur dengan garam, bubuk ketumbar, jintan, kapol, cengkeh, dan pala. Tahap dalam proses produksi tahu adalah : 1. Kedelai dipilih dengan penampih untuk memilih biji kedelai dengan ukuran besar. Setelah itu kedelai dicuci dan direndam dalam air selama 6 jam. 2. Kedelai kemudian dicuci kembali sekitar 30 menit. 3. Setelah di cuci bersih, kedelai diletakkan pada ebleg yang terbuat dari bambu atau plastik. 4. Kedelai digiling sampai halus kemudian secara langsung butir kedelai mengalir kedalam tong penampung.
4
5. Butir kedelai direbus di dalam wajan besar selama 15 β 20 menit untuk kemudian menjadi bubur kedelai. Sebaiknya jarak waktu selesai digiling dan direbus jangan lebih dari 5-10 menit, supaya kualitas tahu baik. 6. Bubur kedelai diangkat dari wajan kedalam bak, kemudian disaring dengan menggunakan kain belacu atau kain mori kasar.Agar penyaringan sempurna, sebuah papan kayu diletakkan pada kain kemudian satu orang naik di atasnya dan menggoyangkan papan tersebut. Limbah dari penyaringan berupa ampas tahu. Ampas tahu dapat diperas lagi dengan menyiram air panas sampai tidak mengandung sari tahu. 7. Air saringan yang tertampung didalam tong adalah bahan yang akan menjadi tahu. Air saringan tersebut kemudian dicampur dengan asam cuka untuk mencegah penggumpalan. 8. Gumpalan atau jonjot putih yang mulai mengendap kemudian dicetak untuk menjadi tahu pada cetakan. Air asam yang masih ada dipisahkan dari jonjot-jonjot tahu dan disimpan karena masih dapat digunakan lagi. Adonan tahu dikempa agar air yang masih tercampur dalam adonan tahu terperas habis. Pengempaan dilakukan selama 1 menit. Adonan tahu yang sudah padat dan berbentuk kotak kemudian di potong dengan ukuran 6 x 4 cm2 dan menjadi tahu siap di jual.
C. BIAYA PRODUKSI Biaya mempunyai peranan penting dalam perusahaan. Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 1986). Menurut Sudarsono (1986), biaya adalah semua beban yang harus ditanggung untuk menyediakan barang agar tersebut siap dipakai oleh konsumen. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses produksi dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan. Perhitungan biaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya berbeda-beda tergantung kepada kondisi, tujuan, dan keperluan perusahaan akan perhitungan tersebut. Untuk memungkinkan perusahaan mengambil
5
keputusan yang tepat, maka perhitungan biaya harus didasrkan pada fakta yang ada dan dapat diukur. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungan dengan proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Suatu nilai pengorbanan yang dikeluarkan tidak untuk mencapai tujuan tertentu merupakan pemborosan (Soemarsono, 1984). Biaya produksi merupakan faktor terpenting yang harus dipertimbangkan oleh seorang manajer dalam menjalankan fungsinya. Pengalokasian dan perhitungan biaya ditujukan untuk mengendalikan biaya dan menentukan kebijaksanaan selanjutnya (Riyanto, 1993). Menurut Mulyadi (1986), biaya produksi dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan antara lain : 1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang digunakan untuk penggunaan faktor-faktor produksi yang sifatnya konstan (tetap) tidak terpengaruh oleh adanya perubahan volume produksi. 2. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang digunakan untuk pengadaan faktor-faktor produksi yang sifatnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi.
D. BIAYA POKOK PRODUKSI Biaya pokok produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang ditambah biaya lainnya sehingga barang tersebut dapat dipergunakan (Manullang, 1980). Sedangkan menurut Wasis (1988), biaya pokok adalah biaya yang tidak dapat dihindarkan yang dipakai dalam proses produksi yang dapat diperhitungkan. Kedua definisi tersebut menyimpulkan bahwa biaya pokok adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk atau jasa sampai produk atau jasa tersebut dapat digunakan atau dijual di pasar. Menurut Wasis (1988), tujuan perhitungan biaya pokok adalah : a. Untuk menentukan harga penjualan b. Untuk menentukan laba atau rugi perusahaan c. Untuk menetapkan kebijaksanaan perusahaan
6
d. Untuk memberi penilaian di dalam neraca e. Untuk menentukan efisiensi perusahaan
E. TITIK IMPAS PRODUKSI Titik impas adalah hasil penjualan sama dengan biaya total produksi dimana perusahaan tidak mengalami kerugian maupun laba. Untuk dapat melakukan perhitungan analisis titik impas produksi, perlu diketahui hubungan antara biaya, jumlah produksi, dan harga penjualan. Ketiga unsur tersebut sangat erat kaitannya dalam menentukan laba perusahaan. Dalam perhitungan titik impas diperlukan asumsi-asumsi yang harus dipenuhi agar perhitungan titik impas produksi dapat dilakukan. Asumsi ini merupakan dasar yang harus diterapkan. Menurut Riyanto (1993), asumi yang dapat digunakan dalam analisa titik impas produksi adalah : a. Biaya di dalam perusahaan diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel b. Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan c. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah, meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan d. Harga jual per unit tidak berubah selama periode analisa. e. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produksi, apabila diproduksi lebih dari satu macam produk, pertimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk adalah konstan Menurut Limbong dan Sitorus (1989), kegunaan dari analisa titik impas produksi antara lain : a. Untuk mengetahui kaitan antara volume produksi dan penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya serta laba dan rugi b. Sebagai landasan untuk merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu c. Sebagai landasan untuk mengendalikan kegiatan yang berjalan d. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga penjualan
7
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan di Pabrik Tahu Raos Bandung Cap Jempol yang berlokasi di Kampung Paringga RT 05/RW 03, Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga. Penelitian dilakukan selama bulan Juni 2009 sampai dengan Agustus 2009.
B. BAHAN DAN ALAT Alat dah bahan yang digunakan dalam melakukan analisis finansial ini adalah : 1.
Catatan lapang beserta alat tulis
2.
Kalkulator
3.
Seperangkat komputer
4.
Sistem operasi Microsoft Windows XP service pack 2
5.
Microsoft Excell 2007
6.
Microsoft Word 2007
C. METODE PENGUMPULAN DATA Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi, kuesioner, diskusi dan pengukuran langsung selama produksi berlangsung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku catatan tahunan. Data yang diperlukan antara lain : 1. Modal investasi awal 2. Tingkat produksi tahu selama satu tahun terakhir 3. Biaya tetap produksi tahu a. Investasi awal (Gedung, peralatan, dll) b. Biaya penyusutan c. Pajak Bumi dan Bangunan serta asuransi 4. Biaya variabel produksi tahu a. Biaya bahan baku kedelai
8
b. Biaya bahan bakar penggiling c. Biaya bahan bakar (kayu) d. Gaji karyawan e. Biaya bahan tambahan (kunyit, garam,dll) f. Biaya bahan bakar kendaraan. g. Biaya listrik dan telepon 5. Tingkat bunga yang berlaku (%) 6. Harga jual tahu
D. METODE ANALISIS 1.
Analisis Biaya Produksi Biaya produksi dilihat dari biaya yang dikeluarkan perusahaan secara langsung, meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) selama satu periode produksi. Biaya tetap terdiri dari biaya manajemen, biaya sewa lahan, biaya penyusutan, bunga modal, dan pajak. Sedangkan biaya variabel terdiri dari bahan baku, bahan bakar, dan biaya lainnya yang berubah sesuai volume produksi. Menurut Pramudya dan Dewi (1992), biaya total dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya tetap total dan biaya variabel total yang dapat dirumuskan :
BT = BTT +BVT .................................................................. (1)
Keterangan :
2.
BT
= Biaya Total (Rp/tahun)
BTT
= Biaya Tetap Total (Rp/tahun)
BVT
= Biaya Variabel Total (Rp/tahun)
Analisis Biaya Pokok Biaya pokok produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang, sehingga barang tersebut dapat digunakan.
9
Menurut Pramudya dan Dewi (1992), biaya pokok dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
BP =
π΅π ππ
................................................................................. (2)
Keterangan : BP = Biaya Pokok (Rp/unit) BT = Biaya Total (Rp/tahun) PT = Produksi Total ( unit/tahun)
3.
Titik Impas Produksi (TIP) Analisa titik impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume produksi berapakah perusahaan tersebut mengalami kerugian atau mendapat keuntungan. Menurut Pramudya dan Dewi (1992), untuk menghitung titik impas produksi dapat digunakan rumus :
TIP =
π΅ππ π»π½ βπ΅ππ
................................................................. (3)
Keterangan : TIP
= Titik Impas Produksi (unit/tahun)
BTT
= Biaya Tetap Produksi (Rp/tahun)
HJ
= Harga jual (Rp/unit)
BVR
= Biaya Variabel Rata-rata (Rp/unit) Apabila produksi dan penjualan berada pada titik impas, berarti
perusahaan tersebut tidak akan mengalami kerugian maupu mendapat keuntungan dengan menjual sebanyak TIP unit. Sedangkan jika ingin mendapatkan keuntungan maka harus menjual lebih dari TIP unit.
10
4.
Analisis Kelayakan a. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV), yaitu selisih harga sekarang dari penerimaan
terhadap
pengeluaran
pada
tingkat
suku
bunga
tertentu. NPV sangat dipengaruhi oleh nilai dari pengeluaran dan penerimaan atau salah satu dari unsur tersebut. Menurut Gray, et al. (1985), rumus perhitungan NPV adalah :
NPV=
π π΅π‘ βπΆπ‘ π‘=1 (1+π)π‘ ........................................................ (4)
NPV= Net Present Value (Rp) B
= Manfaat (Rp/tahun)
N
= Umur produksi
T
= Tahun ke-t
C
= Biaya (Rp/tahun)
I
= Discount rate (%/tahun)
b. Internal Rate of Return Nilai IRR merupakan nilai tingkat suku bunga dimana nilai NPV-nya sama dengan nol (Pramuda dan Dewi, 1992). Dalam persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut : πππ β²
IRR =π β² + πππ β² βπππ" (π" β πβ²) ............................................. (5) NPVβ = NPV pada suku bunga iβ (bernilai positif) NPVβ = NPV pada suku bungan iβ (bernilai negatif) Proyek dinyatakan layak bila IRR lebih dari tingkat suku bungan (i) yang berlaku.
11
c. Net Benefit Cost Ratio Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), merupakan perbandingan antara present value total dari benefit bersih terhadap present value total dari biaya bersih (Kadariah et al., 1988).
............................................................................................... Net
B/C =
π π΅π‘ βπΆπ‘ π‘=1 (1+π)π‘ π πΆπ‘ βπ΅π‘ π‘=1 (1+π)π‘
............................................................ (6)
Bila Net B/C > 1 proyek dianggap layak, Net B/C = 1 merupakan titik impas dan bila Net B/C < 1 maka proyek dinyatakan tidak layak. 5.
Analisis Sensitivitas Menurut Pramudya dan Dewi (1992), analisis sensitivitas dilakukan apabila : a. Terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai biaya atau manfaat. b. Kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut dilaksanakan.
E. PEMBATASAN MASALAH DAN ASUMSI 1.
Pembatasan Masalah Pada penelitian ini hanya dibahas mengenai aspek produksi saja dan tidak membahas mengenai aspek pemasaran.
2.
Asumsi a. Umur proyek 15 tahun. b. Harga jual produk konstan selama umur proyek yaitu 15 tahun. c. Volume produksi setiap tahunnya konstan sebanyak 18881 jirangan selama umur proyek. d. Umur ekonomis kendaraan, mesin giling dan pompa diasumsikan selama 5 tahun.
12
e. Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan sebesar 0.5%/tahun dan pajak kendaran sebesar 1%/tahun. f. Diasumsikan nilai akhir mesing giling dan pompa sebesar 10% dari harga awal. g. Diasumsikan nilai akhir kendaraan sebesar Rp. 60,000,000 / kendaraan. h. Tingkat suku bunga (discount rate) adalah tingkat bunga yang diperkirakan dan dipakai untuk mendiskon pembayaran dan penerimaan dalam satu periode. Besarnya tingkat suku bunga adalah 14% yang didekati dari tingkat suku bunga kredit usaha Bank Rakyat Indonesia. i. Perhitungan pajak menggunakan pendekatan berdasarkan Undangundang nomor 36 Tahun 2008 tentang PPh badan.
13