I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah yang rawan terhadap bencana gempabumi tektonik. Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak pada kerangka tektonik yang didominasi oleh interaksi dari empat lempeng utama yang berbeda jenis (kerak samudera dan kerak benua) yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng HindiaAustralia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Philipina. Akibat pertemuan antar lempeng tersebut maka terbentuk daerah penunjaman atau subduksi (subduction zone), yang mengakibatkan kepulauan Indonesia memiliki aktivitas seismik yang tinggi dan mempengaruhi tingkat seismisitas di antara wilayah-wilayah di Indonesia. Tingginya aktivitas seismik di wilayah kepulauan Indonesia dapat dilihat dari beberapa gempabumi besar yang pernah terjadi dalam 20 tahun terakhir yaitu gempabumi Flores (1992), gempabumi Biak (1996), gempabumi Nabire, Alor dan Aceh yang berkekuatan sangat besar (2004), gempabumi Mentawai dan Padang (2005), gempabumi Gunung Sitoli (2005), gempabumi Yogyakarta (2006) dan gempabumi Papua (2009). Gempabumi juga tidak luput menimpa Pulau Lombok, salah satunya gempabumi yang terjadi pada tanggal 22 Juni 2013 dengan magnitudo 5,4 SR, kedalaman 10 km dan berpusat di 14 km barat laut Lombok Barat. Gempabumi ini menyebabkan kerusakan parah di beberapa tempat termasuk di Kota Mataram (Budiarto, 2013). Berdasarkan sifat gempabumi yang berulang untuk periode waktu tertentu, maka tidak menutup kemungkinan bahwa gempabumi akan kembali terjadi di Pulau Lombok yang tentu akan meningkatkan potensi ancaman untuk Kota Mataram. Gempabumi telah dikenal sebagai fenomena alam yang menimbulkan efek bencana paling besar baik secara moril maupun materil, karena terjadi secara tibatiba dan sampai saat ini belum dapat diprediksi secara akurat kapan dan dimana terjadinya serta berapa kekuatannya. Beberapa bencana lain juga dapat disebabkan oleh gempabumi seperti tsunami, tanah longsor, kebakaran, banjir dan hancur
1
serta robohnya bangunan gedung. Tidak ada langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gempabumi, hanya dampak yang ditimbulkannya yang dapat dikurangi. Pengetahuan mengenai gempabumi menjadi sangat penting karena berhubungan erat dengan kehidupan manusia, khususnya di Kota Mataram. Mengingat Kota Mataram sebagai ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menjadi pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan jasa, hal ini mendorong terjadinya migrasi yang berdampak pada peningkatan jumlah penduduk. Kota Mataram yang padat penduduk (6.741 jiwa/km2) akan meningkatkan potensi korban jika terjadi gempabumi (BPS Kota Mataram, 2013). Oleh sebab itu analisis bahaya dan kerentanan bangunan terhadap aktivitas seismik atau gempabumi harus dilakukan. Berdasarkan beberapa kasus gempabumi merusak di dunia, diketahui bahwa tingkat kerusakan akibat gempabumi tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya kekuatan gempabumi dan jarak suatu daerah dari pusat gempabumi. Tingkat kerusakan dan bahaya gempabumi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi lokal atau efek tapak lokal (local site effect) yang berhubungan dengan karakteristik dinamika tanah. Parameter yang menggambarkan karakteristik dinamika tanah antara lain faktor amplifikasi (A0), frekuensi alami tanah (fo), periode dominan (Tg), indeks kerentanan seismik (Kg), ground shear strain () dan percepatan getaran tanah maksimum (PGA). Metode yang banyak digunakan untuk analisis karakteristik dinamika tanah adalah metode mikrotremor yang memanfaatkan gelombang mikro di suatu wilayah. Tingkat kerentanan fisik yaitu bangunan juga penting untuk dianalisis karena keruntuhan bangunan akibat gempabumi dapat menyebabkan kematian pada manusia. Analisis kerentanan bangunan ini sebagai bagian dari langkah mitigasi untuk mengurangi risiko bencana gempabumi pada waktu yang akan datang. 1.2. Rumusan Masalah Analisis bahaya dan kerentanan bangunan akibat gempabumi adalah hal yang sangat penting untuk dikaji sebagai salah satu langkah mitigasi yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh gempabumi. Analisis
2
bahaya gempabumi secara mendalam dapat dilakukan dengan menganalisis karakteristik dinamika tanah wilayah Kota Mataram. Selain itu kerentanan bangunan terhadap bahaya gempabumi juga perlu untuk dikaji. Mengingat posisi Kota Mataram yang merupakan sebuah ibukota tentu memiliki kepadatan penduduk yang tinggi jika dibandingkan dengan kota lain di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan paparan tersebut maka dirumuskan beberapa permasalahan yang dituangkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. bagaimana
tingkat
bahaya
gempabumi
berdasarkan
karakteristik
dinamika tanah di Kota Mataram? 2. bagaimana tingkat kerentanan bangunan terhadap bahaya gempabumi di Kota Mataram? 1.3. Keaslian Penelitian Penelitian dengan menggunakan metode mikrotremor telah banyak dilakukan di berbagai wilayah baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Dalam sub bab ini akan disampaikan beberapa penelitian yang terkait dengan analisis karakteristik dinamika tanah dan penelitian mengenai kerentanan terhadap gempabumi. Saputra dkk. (2010) telah melakukan penelitian terkait makrozonasi dan mikrozonasi gempabumi di wilayah Ende yang menghasilkan peta sebaran nilai PGA di batuan dasar berdasarkan model percepatan probabilistik dalam beberapa periode ulang. Selain itu Saputra dkk. (2010) juga memetakan amplifikasi, periode dominan dan indeks kerentanan seismik. Di wilayah Pulau Jawa, tepatnya di Bantul penelitian dengan menganalisis data pengukuran mikrotremor telah dilakukan oleh Daryono (2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks kerentanan seismik (Kg) dan persebaran spasial Kg berdasarkan pendekatan satuan bentuklahan di zona Graben Bantul. Hasil dari penelitian ini adalah semakin tak termampatkan material penyusun bentuklahan, maka akan semakin besar nilai kerentanan seismik dan rasio kerusakannya, dan begitu pula sebaliknya. Di wilayah Kota Mataram penelitian mengenai karakteristik dinamika tanah baru-baru ini dilakukan oleh Meidji (2014) dengan menggunakan data pengukuran mikrotremor pada tahun 2011. Daerah 3
yang diteliti adalah Kota Mataram bagian timur. Meidji hanya melakukan analisis karakteristik dinamika tanah tanpa menganalisis kerentanan bangunan gedung. Penelitian mengenai kerentanan bangunan terhadap gempabumi salah satunya dilakukan oleh Lelean (2011), yang melakukan penaksiran risiko bangunan terhadap bahaya gempabumi di Kota Palu. Lelean menerapkan metode Rapid Visual Screening (RVS), melakukan pengukuran mikrotremor terhadap bangunan dan melakukan survei lapangan. Secara sistematis penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan penelitian ini disajikan pada Tabel 1.1.
4
Tabel 1.1. Perbandingan Penelitian-penelitian Terkait dengan Penelitian oleh Peneliti No
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian
1
Icha Untari Mediji (2014)
Kajian Karakteristik Dinamika Tanah Terhadap Risiko Kerawanan Seismik Dan Dampaknya Terkait Rencana Tata Ruang Wilayah Di Kota Mataram Bagian Timur (Tesis) Indeks Kerentanan Seismik Berdasarkan Mikrotremor Pada Setiap Bentuk Lahan Di Zona Graben Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (Disertasi)
Memetakan dan menganalisis tingkat kerawanan seismik dan dampaknya terhadap rencana RTRW Kota Mataram bagian timur
Menggunakan metode analisis HVSR, inversi eliptisitas dan deskriptif
Mengetahui karakteristik indeks kerentanan seismik di setiap satuan bentuklahan di zona Graben Bantul. Mengetahui persebaran spasial indeks kerentanan seismik berdasarkan pendekatan satuan bentuklahan.
Survei lapangan, pendekatan spasial, pendekatan satuan bentuklahan, metode analisis HVSR, kuantitatif dan kualitatif
2
Daryono (2011)
Metode Penelitian
Data/Bahan
Hasil Penelitian
Mikrotremor Kejadian Gempabumi Nilai Vs30 Peta Geologi Data Bor
Karakteristik dinamika tanah dan tingkat kerawanan seismik serta rekomendasi pembangunan
Mikrotremor Informasi Geologi Data Bor Geolistrik Geomorfologi
Karakteristik indeks kerentanan seismik, ground shear-strain dan rasio kerusakan rumah berubah mengikuti satuan bentuklahan. Persebaran spasial indeks kerentanan seismik berdasarkan pendekatan satuan bentuklahan
5
Lanjutan Tabel 1.1. No 3
4
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian
S.E.A. Saputra, A. Suhaimi, dan F. Mulyasari (2010)
Makrozonasi Dan Mikrozonasi Kerentanan Bencana Gempabumi Di Wilayah Ende Sebagai Data Dasar Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah Penerapan Metode Cepat Penaksiran Risiko Bangunan Terhadap Bahaya Gempabumi, Studi Kasus Kota Palu Sulawei Tengah (Tesis)
Melakukan makrozonasi dengan menganalisis percepatan di batuan dasar dan melakukan mikrozonasi dengan menganalisis karakteristik dinamika tanah
Menggunakan model percepatan probabilistik dan pengukuran mikrotremor
Mengkaji potensi bahaya gempabumi kemudian mengidentifikasi tingkat kerentanan bangunan-bangunan dan menganalisis risiko tahunan bangunan
Menggunakan pengukuran Rapid Visual Screening, survei lapangan dan metode Hazus
Yurdinus Panji Lelean (2011)
Metode Penelitian
Data/Bahan
Hasil Penelitian
Kejadian Gempabumi Mikrotremor Patahan Informasi Geologi
Peta percepatan batuan dasar, Peta seimotektonik dan makrozonasi, Peta mikrozonasi amplifikasi dan periode dominan batuan/tanah, Peta mikrozonasi kerentanan bahaya gempabumi
Citra IKONOS Risiko bangunan di Kota Palu terhadap SRTM bahaya gempabumi Mikrotremor Bangunan Informasi Geologi Data Bangunan
6
Lanjutan Tabel 1.1. No 5
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Penelitian ini, Uzlifatul Azmiyati (2014)
Kajian Bahaya Gempabumi Terhadap Kerentanan Bangunan Berdasarkan Analisis Mikrotremor Dan Rapid Visual Screening Di Kota Mataram
Menganalisis bahaya gempabumi karakteristik dinamika tanah. Menganalisis kerentanan bangunan terhadap bahaya gempabumi di Kota Mataram
Menggunakan data mikrotremor dengan metode analisis HVSR dan Rapid Visual Screening serta survei lapangan
Data/Bahan
Data Mikrotremor Data Kejadian Gempabumi Nilai Vs30 Citra Bingmaps Data Bangunan Informasi Geologi
Hasil Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebaran spasial bahaya gempabumi berdasarkan karakteristik dinamika tanah dan sebaran spasial kerentanan bangunan terhadap bahaya gempabumi di Kota Mataram
7
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis bahaya gempabumi berdasarkan karakteristik dinamika tanah di Kota Mataram. 2. Menganalisis kerentanan bangunan terhadap bahaya gempabumi dengan menerapkan Rapid Visual Screening di Kota Mataram. 1.5. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Informasi mengenai karakteristik dinamika tanah yang akan diperoleh dapat menjadi salah satu acuan dalam perencanaan bangunan baru yang tahan terhadap getaran gempabumi di Kota Mataram. Informasi karakteristik dinamika tanah ini juga dapat menjadi pertimbangan untuk revisi peta bahaya gempabumi Indonesia. 2. Informasi kerentanan bangunan yang akan diperoleh dapat menjadi acuan bagi instansi-instansi terkait untuk melakukan investigasi terhadap bangunan secara lebih komperhensif, khususnya bangunan yang memiliki fungsi vital. 3. Penerapan survei cepat kerentanaan bangunan secara visual berbasis sistem informasi geografis yang dilakukan sesuai pedoman yang dibuat oleh FEMA jarang dilakukan di Indonesia. Pengalaman yang akan diperoleh di lapangan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi instansi terkait di Indonesia untuk menyusun pedoman survei cepat kerentanan bangunan. Pengalaman tersebut juga dapat menjadi acuan bagi peneliti lain dalam survei yang terkait kerentanan bangunan. 4. Basis data spasial yang akan dikembangkan sebagai bagian dari penelitian ini dapat menjadi cikal bakal pembangunan basis data inventori bangunan di Kota Mataram.
8