I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tindakan bedah di kedokteran gigi merupakan suatu prosedur perawatan yang akan terus berkembang. Tindakan tersebut melibatkan berbagai area di maksilofasial, salah satunya daerah mandibula (Firmansyah dan Iman S., 2008). Daerah mandibula memiliki beberapa struktur anatomi penting yang perlu dipertimbangkan saat melakukan prosedur pembedahan, seperti kanalis mandibula dan foramen mentale (Greenstein dan Tarnow, 2006; Sonick dkk., 1994). Foramen mentale adalah suatu bangunan anatomis yang terletak di bagian lateral dari korpus mandibula (Ellis, 2006). Foramen mentale merupakan akhir dari kanalis mandibula di bagian anterior (Nelson dan Ash, 2010). Foramen mentale dilalui oleh nervus mentalis. Nervus mentalis berawal dari daerah gigi premolar mandibula, melintasi kanalis mentale, dan meninggalkan korpus mandibula melalui foramen mentale untuk menginervasi daerah bibir bawah, dan jaringan pendukung gigi pada sisi yang bersangkutan (Berkovitz dkk., 2011) Foramen mentale sering digunakan sebagai pedoman dalam berbagai prosedur klinis, antara lain saat melakukan prosedur anestesi lokal sebelum pembedahan, saat pembedahan pada daerah periapikal, maupun saat melakukan prosedur endodontik di daerah gigi premolar mandibula (Scheid dan Weiss, 2012; Beer dkk., 2006). Foramen mentale juga digunakan sebagai pedoman dalam prosedur pemasangan implan pada area inter-mental, antara lain untuk 1
2
menentukan jumlah dan diameter implan yang diletakkan di area inter-mental, menghindari trauma nervus mentalis, menentukan panjang kantilever implan, dan menentukan angulasi implan (Al-Juboori dkk., 2014). Karakteristik foramen mentale pada tiap individu tidak sama (Al-Khateeb dkk., 2007). Kegagalan dalam mengidentifikasi foramen mentale saat perawatan gigi dapat mempengaruhi nervus di sekitarnya. Gangguan di daerah foramen mentale dapat menyebabkan parestesia atau dysesthesia nervus pada regio mandibula (Ahlgren dkk., 2003; Kafas dkk., 2009). Kanalis mandibula merupakan suatu bangunan yang terletak di mandibula dan dilalui oleh nervus alveolaris inferior dan pembuluh darah. Kanalis mandibula berawal dari foramen mandibula di medial ramus mandibula menuju ke anterior dan terbagi pada daerah premolar menjadi kanalis insisivus dan kanalis mentale (Berkovitz dkk., 2011). Pada beberapa kasus, kanalis mentale melewati daerah anterior foramen mentale terlebih dahulu sebelum berbalik arah dan berakhir pada foramen mentale, yang disebut dengan anterior loop (Ngeow dkk., 2009, sit. Arzouman dkk., 1993). Saat
melakukan
prosedur
pembedahan,
operator
sebaiknya
mempertimbangkan karakteristik foramen mentale dan kemungkinan adanya anterior loop yang terletak di mesial foramen mentale (Greenstein dan Tarnow, 2006). Prosedur yang tidak dilakukan dengan tepat dapat berpengaruh pada nervus alveolaris inferior atau nervus mentalis. Hal tersebut dapat menyebabkan gangguan saraf sensoris (Juodzbalys dkk., 2013; Bartling dkk., 1999).
3
Gambaran foramen mentale dan kanalis mandibula dapat diamati melalui radiograf. Radiograf panoramik merupakan salah satu prosedur diagnosis yang sering digunakan pada praktik kedokteran gigi, yang dapat menyediakan berbagai gambaran struktur anatomi gigi, rahang, dan jaringan pendukungnya (Lurie, 2004). Yosue dan Brooks (1989a) mengklasifikasikan gambaran radiografis foramen mentale pada radiograf panoramik menjadi 4 tipe, yaitu (1) tipe continous (2) tipe separated (3) tipe difus (4) tipe unidentified. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, gambaran radiografis tipe 2 memiliki prevalensi yang paling banyak, yaitu pada pasien di Michigan University (Yosue dan Brooks, 1989a), pasien di University of Baghdad (Fattah dan Lazem, 2007), pasien di Mosul University (Sami, 2010), dan pada populasi Kosovaria (Kqiku dkk., 2013); sedangkan prevalensi gambaran radiografis tipe 1 yang paling banyak dapat ditemukan populasi Jordania (Al-Khateeb dkk., 2007) dan pada populasi Turki (Sekerci dkk., 2013). Data mengenai gambaran radiograf ini pada populasi di Indonesia belum tersedia, sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi gambaran radiografis foramen mentale berdasarkan hubungannya dengan kanalis mandibula pada radiograf panoramik konvensional pasien RSGM Prof. Soedomo.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin pasien dengan
4
gambaran radiografis foramen mentale berdasarkan hubungannya dengan kanalis mandibula di RSGM Prof. Soedomo pada tahun 2013-2014?
C.
Keaslian Penelitian
Yosue dan Brooks (1989a) pernah menganalisis radiograf panoramik pada rekam medis pasien di Michigan University dan mengklasifikasikan gambaran radiografis foramen mentale berdasarkan hubungannya dengan kanalis mandibula. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Al-Khateeb dkk. (2007) pada populasi Jordania; Fattah dan Lazem (2007) pada pasien di University of Baghdad; Sami (2010) pada pasien di Departemen Maksilofasial Mosul University; Kqiku dkk. (2010) pada populasi Kosovaria; dan Sekerci dkk. (2013) pada populasi Turki. Berdasarkan penelusuran pustaka, belum ditemukan data penelitian ini di RSGM Prof. Soedomo.
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin pasien dengan gambaran radiografis foramen mentale berdasarkan hubungannya dengan kanalis mandibula di RSGM Prof. Soedomo pada tahun 2013-2014.
5
E.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1.
Sebagai tambahan informasi bagi klinisi saat melakukan prosedur klinis yang melibatkan foramen mentale.
2.
Menyediakan data penelitian tentang gambaran radiografis foramen mentale dan hubungannya dengan kanalis mandibula.
3.
Memacu
penelitian
yang
serupa
pada
skala
yang
lebih
luas.
6